uji aktivitas antioksidan dan kandungan bioaktif pada …repository.ub.ac.id/609/1/rustamaji, tanti...
Post on 21-Dec-2020
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KANDUNGAN BIOAKTIF PADA
DAUN DAN KULIT BATANG MANGROVE Sonneratia caseolaris DARI
PESISIR PANTAI SERANG, KABUPATEN BLITAR
SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh :
TANTI YUSILIA RIZKY RUSTAMAJI
NIM : 135080601111038
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KANDUNGAN BIOAKTIF PADA
DAUN DAN KULIT BATANG MANGROVE Sonneratia caseolaris DARI
PESISIR PANTAI SERANG, KABUPATEN BLITAR
SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan
di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
TANTI YUSILIA RIZKY RUSTAMAJI
NIM : 135080601111038
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
CURRICULUM VITAE
IDENTITAS DIRI
Nama : Ir. Bambang Semedi, M.Sc., Ph.D.
NIP. : 19621220 198803 1 004
No. Sertifikat Pendidik : 101107607683
Tempat dan Tanggal Lahir : Blitar, 20 Desember 1962
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Kawin
Golongan / Pangkat : IV.a/ Pembina
Jabatan Fungsional Akademik : Lektor Kepala
Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan
Bidang Keahlian : Marine Environment and Resources
Alamat : Jl. Veteran Malang 65145
Telp./Faks. : 0341-553512/0341-557837
Alamat Rumah : Jl. Timor 12 Blitar
Telp./Faks. : 0341-553512/ 557837; Hp. 085733691900
Alamat e-mail : bambangsemedi@ub.ac.id
RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI
Tahun
Lulus Jenjang Perguruan Tinggi
Jurusan/
Bidang Studi
1986 Strata satu (S1) Universitas Brawijaya Manajemen Sumber
daya Perikanan
2000 Strata dua (S2) Hokkaido University Fishing Science
2003 Strata tiga (S3) Hokkaido University Marine Environment
and Resources
PELATIHAN PROFESIONAL
Tahun Pelatihan Penyelenggara
1988 PEDCA IPB Bogor
1991 Training on Fishing Science Tromsoe Research
Institute. Tromsoe Norway
2005 Pelatihan Pekerti Ditjen Dikti - Unhas
2006 Training on Marine GIS Hokkaido University - Japan
2006 Training on Production Planning and
Inventory Control
Universitas Kristen Petra
Surabaya
2008 Training on Fishing Ground Forecasting Indonesian Natioanal of
Aeronautics and Space and
Malaysian Centre for
Remote Sensing
2009 Pelatihan Applied Approach (AA) P3AI Politeknik Pertanian
Negeri Pangkep
2012 Pelatihan dan workshop Media Handling Pusat Studi Pengembangan
SDM FISIPOL Universitas
Brawijaya
2013 Pelatihan Reviewer AIM PJM Universitas Brawijaya
2013 Pelatihan Kurikulum Berbasis KKNI PJM Universitas Brawijaya
2013 English for Lecturer Victoria University, New
Zealand
2014 Pelatihan Auditor PHK PJM Universitas Brawijaya
PENGALAMAN JABATAN
Jabatan Institusi Tahun
Direktur I SPMU TPSDP
Batch III
Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep
2004 s/d 2007
Ka. Lab. Navigasi Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep
2007 s/d 2011
Ka. Prodi Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya 2012 s/d sekarang
Ka. Humas dan Kerjasama
FPIK
Universitas Brawijaya 2013 s/d sekarang
PENGALAMAN MENGAJAR
Mata Kuliah Jenjang Institusi/Jurusan/Program Tahun ... s.d. ...
Pengantar Ilmu Perikanan D3 Penangkapan Ikan 2003 s/d 2011
Tingkah Laku dan Daerah
Penangkapan Ikan
D3 Penangkapan Ikan 2003 s/d 2011
Aplikasi Komputer D3 Penangkapan Ikan 2003 s/d 2011
Hukum Laut dan Peraturan
Perikanan
D3 Penangkapan Ikan 2003 s/d 2011
Ekonomi dan Tataniaga
Perikanan
D3 Penangkapan Ikan 2003 s/d 2011
Pesawat Kapal D3 Penangkapan Ikan 2003 s/d 2011
Sistem Informasi Perikanan D3 Agribisnis Perikanan 2008 s/d 2011
Sistem Informasi Perikanan
Tangkap
S1 Universitas Hasanuddin/
Perikanan & Kelautan
2007 s/d 2011
Manajemen Operasi
Penangkapan Ikan
S1 Universitas Hasanuddin/
Perikanan & Kelautan
2008 s/d 2011
Sistem Informasi Perikanan S2 Pasca Unhas/ Perikanan 2007 s/d 2011
Oseanografi S1 FPIK Universitas Brawijaya 2011 s/d skg
Pemantauan dan Pemetaan S1 FPIK Universitas Brawijaya 2011 s/d skg
Lingkungan
Pemetaan Sumberdaya Hayati S1 FPIK Universitas Brawijaya 2011 s/d skg
Sosial Budaya Pesisir S1 FPIK Universitas Brawijaya 2011 s/d skg
Pengembangan Teknologi
Perikanan Tangkap
S2 FPIK Universitas Brawijaya 2012 s/d skg
Manajemen Sistem Perikanan
Tangkap
S3 FPIK Universitas Brawijaya
2012 s/d skg
PENGALAMAN MEMBIMBING MAHASISWA
Tahun Pembimbingan/Pembinaan
2003 - sekarang Seminar/Tugas Akhir D3
2009 - sekarang Seminar/Skripsi S1
2009 - sekarang Seminar/Thesis S2
2005 - sekarang Penguji/ Pembimbing Disertasi S3
KARYA TULIS ILMIAH
A. Buku/Bab/Jurnal
Tahun Judul Penerbit/Jurnal
2002 Development of methodology to identify
fishing fleet lights of Pacific saury (Cololabis
saira) detected from nighttime DMSP/OLS
imagery
Porsec proceeding –
Fisheries Science Vol. 8.
Suppl. II
2003 Application of multi-sensor satellite remote
sensing for determining distribution and
movement of Pacific saury Cololabis saira.
Journal of Fisheries
Science, Tokyo
2007 Penginderaan Jauh dan Interprestasi Citra LAPAN dan Universitas
Negeri Semarang. ISBN.
978-979-17542 0-0
2008 Kebutuhan dan Pengalaman
Memanfaatkan Data Satelit Penginderaan
Jauh untuk Perikanan Tangkap di Selat
Makassar
Berita Inderaja Vol. VII
No. 13. LAPAN Jakarta
2009 Study of Short Mackerel, Sea Surface
Temperature, and Chlorophyll-a in the
Makassar Strait.
International Journal of
Remote Sensing and
Earth Sciences. Vol. 6.
ISSN: 0216-6739
2010 Estimation of Number of Pacific Saury
Fishing Vessels Using Night-time Visible
Images
International Archives of
the Photogrammetry,
Remote Sensing and
Spatial Information
Science. Volume XXXVIII,
Part 8
2013 Forecasting of Fishing Ground of Short
Mackerel (Rastrelliger spp) Using Integrated
MODIS Satellite Images and GIS in the
Makassar Strait Indonesia.
J. Appl. Environ. Biol. Sci.
2013 3(2): 29-34. ISSN:
2090-4274
2016 Estimation of Stress Levels of Coral Reefs
Bleaching Using Night-time Satellite Data: A
Case Study of Indonesian Tropical Waters
Nature Environment and
Pollution Technology.
15(1)297-300, 2016
(ISSN: 0972-6268)
2016 Analyzing Coastal Vulnerability Index Using
Integrated Satellite Remote
Sensing and Geographic Information
J. Appl. Environ. Biol.
Sci.Vol. 6, No. 4, April
2016 on ISSN: 2090-4274
System:
A Case Study of Denpasar Coastal Zone
2016 Feasibility Study of Seaweed (Kapaphycus
alvarezii) Mariculture using Geographic
Information System in Hading Bay, East
Flores Indonesia.
Accepted for publication
in the scientific journal
Nature Environment and
Pollution Technology
[ISSN 0972-6268 (Print),
ISSN 2395-3454
(Online)]. The paper will
be published in Vol. 15,
No. 4 (December), 2016.
PESERTA KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM
Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara
1999 Seminar International: An Application of
Marine GIS and DMSP/OLS Visible Images
to Study on Migration Dynamics of Pacific
Saury Cololabis saira off Sanriku,
Northwestern North Pacific.
GIS Fisheries Sciences,
Seatlle, USA
1999 Seminar International: The Advantages of
GIS Technology on DMSP/ OLS Satellite
Image Analysis to Study on Dynamics of
Pacific saury Migration.
Asahikawa, Japan
2000 Seminar International: An Approach of
DMSP/ OLS Satellite Imagery and GIS
Technology to Study on Dynamics of Pacific
saury Migration.
PICES ninth annual
meeting, Hakodate, Japan
2001 Seminar International: Application of multi-
sensor satellite remote sensing for
determining distribution and movement of
Pacific saury Cololabis saira.
JSFS 70th International
Commemorative
Symposium. Yokohama,
Japan
2002 Seminar Internasional : Exploring Pacific
saury (Cololabis saira) resources using
multisensor remote sensing: A study case
in Northwestern North Pacific.
PORSEC 2002. Bali
2004 Workshop Konsolidasi Lembaga
Pendidikan Tinggi Perikanan Se-Indonesia
Departemen Kelautan dan
Perikanan Indonesia
2004 International Workshop on Fish Eco-
Physiology
JSPS-DGHE
2008 Workshop Peningkatan Kualitas Informasi
Spasial Zona Potensi Penangkapan Ikan
Berdasarkan Data Satelit Penginderaan
Jauh
Lembaga Penerbangan
dan Antariksa Nasional
2008 Workshop Pengembangan Pemanfaatan
Data Satelit Penginderaan Jauh untuk
Sumberdara Pesisir dan Laut
LAPAN dan Politani
Pangkep
2009 International Symposium on Ocean
Science, Technology and Policy.
WOC. Manado
2010 Seminar International: Application of
Satellite Remote Sensing in Operational
Fisheries Oceanography and Monitoring
Global Ocean Climate Change.
Hasanuddin University.
Makassar
2010 The 4th ISAC International Symposium: East PERSADA, Jakarta
Asian Regional Integration after the World
Financial Crisis.
2011 Seminar Nasional: Pengelolaan
Sumberdaya Laut dan Pesisir Secara
Terpadu dan Berkelanjutan di Indonesia
Universitas Brawijaya
Malang
2013 Seminar Nasional: ISOI ISOI, Jakarta
2013 Seminar International:IOPAC Bali
2014 Seminar International: WESTPAC Nhantrang, Vietnam
2015 Seminar International: APCEAS Osaka, Jepang
ORGANISASI PROFESI/ILMIAH
Tahun Organisasi Jabatan
2012 - Sekarang ISOI Anggota
2010 - Sekarang PERSADA HUMAS
2010 - Sekarang International Remote Sensing and Earth
Sciences Society (IReSES)
Anggota
2012 - 2014 Forum Dekan FPIK se Indonesia Sekjen
Saya menyatakan bahwa semua keterangan dalam Curriculum Vitae ini adalah
benar dan apabila terdapat kesalahan, saya bersedia
mempertanggungjawabkannya.
Makassar, 8 Maret 2016
Dosen Yang Bersangkutan,
Ir. Bambang Semedi, M.Sc., Ph.D.
NIP 19621220 198803 1 004
CURRICULUM VITAE
IDENTITAS DIRI
Nama Rarasrum Dyah Kasitowati, S.Kel, M.Sc,
M.Si
NIK/NIDN 2013048609152001 / 0015098601
Tempat Lahir Yogyakarta
Tanggal Lahir 15 September 1986
Jenis Kelamin Wanita
Status Nikah Menikah
Agama Katolik
Bidang ilmu Ilmu Kelautan
Alamat Jl. Selat Sunda D8 / No 44, Malang
Kota Malang
Propinsi Jawa Timur
No.Telp. -
No.HP 081081235775280
Alamat Email raraskasitowati@ub.ac.id /
raras_room@yahoo.com
RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI
Tahun
Lulus
Jenjang Perguruan Tinggi Program Studi Bidang
Ilmu
2013 Magister S2 UNIVERSITAS
DIPONEGORO
MANAJEMEN
SUMBERDAYA
PANTAI
2009 Sarjana S1 UNIVERSITAS
DIPONEGORO
ILMU
KELAUTAN
2004 Sekolah
Menengah
Atas
SMA N 9
YOGYAKARTA
IPA
2001 Sekolah
Menengah
Pertama
SLTP N 15
DANUREJAN
YOGYAKARTA
1998 Sekolah
Dasar
SD KANISIUS
KOTABARU I
GONDOKUSUMAN
YOGYAKARTA
PELATIHAN PROFESIONAL
TAHUN JUDUL
2014 PELATIHAN TAKSONOMI BIOTA LAUT TAHUN 2014, PUSAT PENELITIAN
OSEANOGRAFI, LIPI
PENGALAMAN JABATAN
Jabatan Institusi Mulai Berakhir
Ketua UJM Fakultas Perikanan
Dan Ilmu Kelautan
2015-03-01
PENGALAMAN PENELITIAN
Tahun Judul Penelitian Jabatan Sumber Dana
2014 BIOPROSPECTING
OF SEAGRASS
FROM SOUTH
MALANG AS MARINE
ANTIBIOTICS
RESOURCES
Anggota Mandiri
2014 ANALISIS
PENGELOLAAN
KERUSAKAN
KARANG SECARA
TERPADU
DIPERAIRAN PULAU
SEMPU, KAB
MALANG
Anggota DPP/SPP
2015 ANALISIS POTENSI
LAMUN SEBAGAI
PENYIMPAN
KARBON DI PESISIR
MALANG
Anggota DPP/SPP
KARYA TULIS ILMIAH
Tahun Judul Penerbit/Jurnal
- - -
- - -
KEGIATAN PROFESIONAL/PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Tahun Kegiatan Sumber Dana
2014 melakukan kegiatan pengabdian masyarakat tentang
pelatihan keterampilan laboratorium dan analisa data genetik
bagi calon asisten mata kuliah bioteknologi kelautan
DPP/SPP
2014 Pembuatan Portal Ilmiah Ilmu Kelautan “Marine Science
Portal” untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Program
Studi Ilmu Kelautan Berbasis Teknologi Informasi
DPP/SPP
2014 Melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat tentang
Pelatihan Pengoperasian kompresor selam bagi nelayan
penyelam
DPP/SPP
2013 Pengenalan Jenis –Jenis Hewan Laut dan Preferensi
Habitatnya pada siswa sekolah dasar di malang selatan
DPP/SPP
PENGHARGAAN/PIAGAM
Tahun Bentuk
Penghargaan
No. SK Pemberi
ORGANISASI PROFESI/ILMIAH
Tahun Organisasi Jabatan
PESERTA KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM
Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya
Malang, April 2016
Rarasrum Dyah K, S.Kel, M.Sc, M.si
NIK. 2013048609152001
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa dalam
skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan
tercantum di dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini
merupakan hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi
atas perbuatan tersebut sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang,
Penulis
Tanti Yusilia Rizky Rustamaji
NIM. 135080601111038
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Tanti Yusilia Rizky Rustamaji
NIM : 135080601111038
Tempat / Tgl Lahir : Blitar / 20 Agustus 1994
No. Tes Masuk P.T. : 4130369338
Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan / Pemanfaatan
SumberdayaPerikanan dan Kelautan / Sosial Ekonomi
Perikanan dan Kelautan *)
Program Studi : Ilmu Kelautan
Status Mahasiswa : Biasa
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *)
Agama : Islam
Status Perkawinan : ( Sudah Kawin / Belum Kawin *)
Alamat : Lingkungan Wonorejo RT 005/RW 003, Kelurahan
Kalipang, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar
RIWAYAT PENDIDIKAN
No Jenis Pendidikan Tahun
Keterangan
Masuk Lulus
1 S.D 2001 2007 SDN Kalipang 03
2 S.L.T.P 2007 2010 SMPN 1 Sutojayan
3 S.L.T.A 2010 2013 SMAN 1 Sutojayan
4 Perguruan Tinggi ..........
5 Perguruan Tinggi (Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan)
2013 2017 Universitas Brawijaya
Malang
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan saya sanggup menanggung segala
akibatnya.
Malang, 20 Juli 2017
Hormat kami
( Tanti Yusilia Rizky Rustamaji )
*) Coret yang tidak perlu NIM. 135080601111038
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, berkaitan dengan terselesaikannya Laporan Skripsi
penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam
pembuatan laporan ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Ucapan terimakasih ini penulis sampaikan kepada :
1. Ibu tercinta Ibu Rusmiati, Kakak tercinta Endika Wahyudi dan Widodo
Wahyu yang senantiasa mendoakan, memberikan motivasi,
perhatian, kasih sayang, serta dukungan baik moril dan materil.
2. Ibu Feni Iranawati, S.Pi, M.Si., Ph.D. dan Ibu Muliawati Handayani,
S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis
dalam proses penelitian maupun dalam penyusunan laporan skripsi
ini.
3. Tim skripsi antioksidan (Fadil, Puspa, Ibam, Mila, dan Aji) yang selalu
sabar dan memberi motivasi untuk semangat revisi kepada penulis.
4. Dian F. Nuryani, Indah F. Alfah, Ninik I. Sulistyaningrum, Deby
Laksmita, Supriyadi, dan Hafish selaku orang-orang yang selalu
menemani penulis dalam masa susah dan senang, memberi revisi
dan semangat kepada penulis, serta merawat penulis ketika sakit.
5. Teman-teman Ilmu Kelautan 2013 (Atlantik) atas segala bentuk
bantuan dan dukungan kepada penulis.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak lain yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dalam halaman terima kasih ini,
namun telah turut serta membantu penulis selama pengerjaan laporan skripsi.
Penulis tidak dapat membalasnya selain dengan doa, semoga semua pihak yang
telah membantu penulis diberikan balasan oleh Allah SWT. Amiin.
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KANDUNGAN BIOAKTIF PADA
DAUN DAN KULIT BATANG MANGROVE Sonneratia caseolaris DARI
PESISIR PANTAI SERANG, KABUPATEN BLITAR
Tanti Yusilia Rizky Rustamaji1), Feni Iranawati2), Muliawati Handayani3)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya
Abstrak
Radikal bebas merupakan molekul yang memiliki elektron tidak
berpasangan sehingga menarik elektron dari senyawa lain. Radikal bebas dapat
dinetralkan dengan senyawa antioksidan. Antioksidan alami berasal dari
tumbuhan. Tumbuhan yang diduga memiliki kandungan aktivitas antioksidan
adalah Sonneratia caseolaris. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
aktivitas antioksidan pada daun dan kulit batang mangrove S. caseolaris.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-April 2017. Daun dan kulit batang S.
caseolaris diperoleh dari Pesisir Pantai Serang, Kabupaten Blitar. Proses yang
dilakukan adalah ekstraksi sampel dengan metode maserasi, hasil ekstraksi
digunakan dalam melakukan uji fitokimia untuk mengetahui senyawa bioaktif
yang terdapat pada sampel daun dan kulit batang dan melakukan uji antioksidan
dengan menggunakan DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil), nilai antioksidan
dinyatakan dalam IC50 (inhibition Concentration). Hasil uji kualitatif fitokimia
menunjukkan ekstrak daun dan kulit batang S. caseolaris mengandung senyawa
golongan alkaloid, flavonoid dan tanin. Hasil uji antioksidan terdapat perbedaan
pada ekstrak daun S. caseolaris memiliki nilai IC50 sebesar 4065,52 ppm,
sedangkan kulit batang sebesar -10286,86 ppm.
Kata Kunci: Antioksidan, DPPH, Senyawa Bioaktif, S. caseolaris, Serang
ANTIOXIDANT ACTIVITY AND BIOACTIVE COMPOUND IN LEAVES AND
BARK OF Sonneratia caseolaris FROM COASTAL OF SERANG BEACH,
BLITAR
Abstract
Free radicals are molecules with unpaired electrons that have abillity to
attract electrons from other compounds. Free radicals can be neutralizes by
antioxidant compounds. Natural antioxidants can be extracted from plants such
as Sonneratia caseolaris. The objectives of this study was to know the potential
antioxidant in leaves and bark of S.caseolaris mangrove. Research was
conducted in February-April 2017. Leaves and bark of S.caseolaris were
collected from Coastal of Serang, Blitar. Extraction used maceration method,
following by phytochemical test to determine bioactive compounds found in leaf
samples and bark of S. caseolaris. Antioxidant test was performed by DPPH (1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazyl) methods. The potential of antioxidants activity showed
by IC50 (Inhibition Concentration). Results of phytochemical test showed that both
leaf and bark of S. caseolaris contain of alkaloid, flavonoids and tannins group
compounds. Results of antioxidant test shows that had different in S. caseolaris
leaf had IC50 value of 4065,52 ppm, whereas the bark had negative result ( un-
definite concentration). This indicatetd that leave had low antioxidant potential
whereas for the bark, further study is ineeded.
Keywords : Antioxidant, DPPH, Bioactive Compunds, S. Caseolaris, Serang
1) Mahasiswa Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya
2) Dosen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan skripsi yang berjudul
“Uji Aktivitas Antioksidan dan Kandungan Bioaktif pada Daun dan Kulit
Batang Mangrove Sonneratia caseolaris dari Pesisir Pantai Serang,
Kabupaten Blitar”. Usulan skripsi ini diajukan sebagai prasyarat untuk
melakukan penelitian dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya.
Penulis menyadari bahwa penulisan usulan skripsi ini tidak luput dari
kekurangan, maka dari itu penulis membutuhkan kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan di masa yang akan
datang. Semoga usulan skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Malang, Februari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil. Hal ini karena
molekul tersebut kehilangan elektron atau memiliki elektron yang tidak
berpasangan sehingga dapat menarik elektron dari senyawa yang lain. Kondisi
ini mengakibatkan terbentuknya radikal bebas yang menyebabkan terjadinya
reaksi berantai (Suryaningrum, 2006). Menurut Sayuti dan Yenrina (2015),
proses kehilangan elektron atau pelepasan elektron disebut oksidasi. Contoh
proses oksidasi adalah O2•- + H2O2 O2 + OH- + OH• . Menurut Nawaly et al.
(2016), jenis radikal bebas yaitu Reactive Oxygen Species (ROS) dan Reactive
Nitrogen Species (RNS). Contoh yang termasuk golongan ROS antara lain anion
superoksidan (O2•-), hidrogen peroksida (H2O2), radikal hidroksil (OH•), radikal
peroksil (ROO), hidroperoksida organik (ROOH), ozon (O3). Contoh yang
termasuk golongan RNS adalah nitrik oksida (NO), peroksida nitrit (ONOO-), dan
nitrogen dioksida (NO2). Sumber radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh
manusia (endogen) dan dari luar tubuh manusia (eksogen). Sumber dari dalam
tubuh manusia antara lain mitokondria yang merupakan tempat terjadinya proses
respirasi yang menghasilkan radikal bebas. Sumber dari luar tubuh manusia
antara lain obat-obatan, radiasi ionisasi, dan asap rokok. Menurut Yuliani (2015),
sumber radikal bebas dari luar tubuh manusia yang lain yaitu polusi udara
maupun debu. Radikal bebas tersebut masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan
sehingga dapat masuk ke dalam paru-paru. Radikal bebas dapat masuk ke
dalam tubuh dengan cara lain yaitu melalui penyerapan kulit.
Radikal bebas bersifat destruktif atau merusak, sehingga memiliki
dampak yang negatif. Dampak negatif adanya radikal bebas adalah timbulnya
2
penyakit degeneratif atau kemerosotan fungsi tubuh. Penyakit tersebut antara
lain kanker, aterosklerosis, stroke, rematik, jantung, gagal ginjal, hypertensi, dan
rusaknya pembuluh darah otak (Jacoeb, 2011). Radikal bebas dapat dinetralkan
dengan senyawa antioksidan.
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat radikal bebas,
sehingga organisme dapat terlindung dari kerusakan akibat produksi Reactive
Oxygen Species (ROS). Antioksidan digolongkan menjadi dua yaitu antioksidan
alami dan antioksidan sintetik (Jacoeb, 2011). Menurut Basma et al. (2011),
antioksidan alami berasal dari ekstrak tumbuhan. Antioksidan sintetik merupakan
antioksidan yang berasal dari hasil produksi pabrik. Menurut Nurjanah et al.
(2015) antioksidan alami lebih aman daripada antioksidan sintetik. Antioksidan
alami dapat melindungi tubuh dari kerusakan yang diakibatkan oleh Reactive
Oxygen Species (ROS). Menurut Yulianis et al. (2015) tumbuhan merupakan
sumber antioksidan alami. Pada umumnya antioksidan merupakan senyawa
fenolik dimana penyebarannya pada bagian tumbuhan yaitu batang, biji, daun,
buah, akar, bunga, maupun serbuk sari. Tanaman yang diduga memiliki potensi
sebagai antioksidan adalah mangrove dari golongan Sonneratia.
Pemanfaatan mangrove dari genus Sonneratia adalah sebagai obat.
Salah satu spesies mangrove yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat adalah
S. caseolaris. Nama lain dari tumbuhan ini adalah pidada merah. Daun dari S.
caseolaris sering dijadikan sebagai obat luka dan penghilang bekas luka (Putri et
al., 2015). Menurut Herwinda et al. (2013) ekstrak daun pidada merah memiliki
kandungan antioksidan. Senyawa antioksidan tersebut diduga mampu mencegah
terjadinya inflamasi dan mempercepat penyembuhan luka. Menurut Herawati
(2011), kulit batang pada Sonneratia alba digunakan dalam proses pembuatan
minuman beralkohol. Kulit batang tersebut dapat menghambat pembentukan
3
asam asetat. Hal ini diduga penghambatan terjadi akibat adanya senyawa
antioksidan atau antibakteri yang terdapat pada kulit batang Sonneratia alba.
Pengambilan sampel daun dan kulit batang mangrove S. caseolaris
dilakukan di Pantai Serang, Kabupaten Blitar. Pantai Serang merupakan daerah
yang berada di sekitar pemukiman penduduk, dan merupakan pantai wisata,
selain itu pada daerah ini terdapat tambak udang. Hal ini tidak menutup
kemungkinan terjadi tekanan terhadap wilayah tersebut, yang akan berpengaruh
terhadap senyawa metabolit sekunder. Menurut Munandar et al. (2014), semakin
tinggi tekanan yang diberikan terhadap lingkungan mengakibatkan semakin
banyak metabolit sekunder yang dihasilkan.
Mangrove S. caseolaris terletak di hutan mangrove sekitar 100m dari bibir
pantai, lebih tepatnya mangrove ini terletak dibelakang rumah warga dan di tepi
sungai Serang yang berada di pesisir Pantai Serang. Tipe substrat habitat
mangrove ini adalah pasir berlumpur, dan tergenang air apabila terjadi pasang.
Menurut Noor et al. (2012) habitat mangrove jenis S. caseolaris adalah di tepi
sungai dengan aliran yang pelan dan bersubstrat lumpur. Hanya mangrove
dengan jenis S. caseolaris yang dapat tumbuh di pesisir Pantai Serang ini karena
kondisi lingkungan yang cocok.
Data ilmiah mengenai kandungan senyawa antioksidan pada mangrove
S. caseolaris yang berasal dari Pantai Serang masih sedikit, sehingga perlu
dilakukan kajian mengenai komponen bioaktif yang terkandung pada daun dan
kulit batang mangrove S. caseolaris. Komponen bioaktif tersebut diharapkan
memiliki aktivitas antioksidan.
1.2 Rumusan Masalah
Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil, bersifat reaktif dalam
mencari pasangan elektron, selain itu juga bersifat destruktif. Radikal bebas
4
berasal dari dalam tubuh manusia maupun dari luar tubuh manusia. Radikal
bebas dapat dinetralkan dengan senyawa antioksidan. Salah satu tumbuhan
yang diduga memiliki potensi sebagai antioksidan alami adalah mangrove S.
caseolaris. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah daun dan kulit batang mangrove S. caseolaris dari Pantai Serang,
Blitar memiliki potensi sebagai antioksidan?
2. Apakah ada perbedaan aktivitas antioksidan pada daun dan kulit batang
mangrove S. caseolaris dari Pantai Serang, Blitar?
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian mengenai uji aktivitas antioksidan dan
kandungan bioaktif pada daun dan kulit batang mangrove S. caseolaris adalah
untuk mengetahui :
1. Ada atau tidaknya aktivitas antioksidan pada daun dan kulit batang
mangrove S. caseolaris dari Pantai Serang, Blitar.
2. Perbedaan aktivitas antioksidan pada daun dan kulit batang mangrove S.
caseolaris dari Pantai Serang, Blitar.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk
memberikan informasi mengenai aktivitas antioksidan dan perbedaan aktivitas
antioksidan pada daun dan kulit batang mangrove S. caseolaris. Hasil analisa
dapat dijadikan sebagai bahan referensi pembelajaran yang terkait dengan
aktivitas antioksidan alami pada daun dan kulit batang mangrove S. caseolaris.
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 S. caseolaris
S. caseolaris merupakan tumbuhan mangrove yang memiliki nama
setempat yaitu pedada, perepat, pidada, bogem. Tinggi pohon S. caseolaris
dapat mencapai 15m. Tipe akar yaitu nafas vertikal yang berbentuk seperti
kerucut dengan jumlah yang banyak dan kuat. Tangkai pada daun berwarna
kemerahan, dan memiliki bentuk daun yang bulat memanjang dengan ujung
daun yang membundar. Bunga berbentuk seperti bulat telur, terletak di ujung
dengan mahkota berwarna merah dan mudah rontok. Pada saat bunga mekar
penuh, kelopak bunga berbentuk seperti mangkok dan tanpa urat. Buah
berbentuk seperti bola dengan ujung yang bertangkai dan pada bagian dasarnya
terbungkus kelopak bunga. Habitat mangrove S. caseolaris adalah di sepanjang
sungai kecil dengan air yang mengalir pelan dan masih terpengaruh oleh pasang
surut (Noor et al., 2012).
S. caseolaris merupakan tumbuhan mangrove dengan batang yang kecil.
Bentuk pohon S. caseolaris adalah lonjong. Daun S. caseolaris memiliki bentuk
elips dengan ujung yang memanjang. Bunga S. caseolaris memiliki warna merah
dan tumbuh di sekitar daun mangrove (Sadhu et al., 2006). Menurut Simlai et al.
Gambar 1. A. Daun S. caseolaris, B. Buah S. caseolaris , C. Bunga S. caseolaris, D.
Pohon S. caseolaris (Noor et al., 2012)
6
(2014), pohon S. caseolaris memiliki daun yang selalu hijau. Ketinggian pohon
mulai dari ketinggian yang sedang sampai ketinggian 10m. Buah S. caseolaris
digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati pendarahan, kesleo
dan sebagai obat tapal.
Klasifikasi S. caseolaris menurut Plantamor (2017) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Sonneratiaceae
Genus : Sonneratia
Spesies : Sonneratia caseolaris (L.) Engl.
1.2 Senyawa Bioaktif
Senyawa bioaktif merupakan senyawa hasil dari metabolit sekunder pada
tumbuhan. Biasanya senyawa metabolit sekunder ini digunakan sebagai
pertahanan dan mekanisme perlindungan untuk melawan predator (Asad et al.,
2013). Komponen bioaktif terdiri dari beberapa jenis yaitu alkaloid, steroid,
flavonoid, saponin, dan fenol hidrokuinon. Dari senyawa tersebut, senyawa yang
berpotensi sebagai antioksidan adalah flavonoid dan alkaloid. Senyawa ini
merupakan senyawa polar (Rahmayani, 2013).
Salah satu senyawa yang terkandung pada tumbuhan adalah senyawa
bioaktif. Senyawa bioaktif merupakan senyawa yang memiliki keuntungan
terhadap makhluk hidup salah satunya adalah manusia. Beberapa manfaat bagi
kelangsungan hidup manusia yaitu dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan
alami, antibakteri, antiinflamasi, dan antikanker (Firdiyani et al., 2015).
7
1.3 Antioksidan
Antioksidan merupakan zat yang dapat memperlambat dan mencegah
terjadinya proses oksidasi. Salah satu manfaat antioksidan untuk kesehatan
adalah untuk mencegah penyakit kanker dan tumor, penyempitan pembuluh
darah, dan penuaan dini. Selain itu antioksidan berperan penting dalam
mempertahankan mutu produk pangan. Manfaat pada produk pangan yaitu
digunakan untuk mencegah proses oksidasi yang dapat menyebabkan makanan
menjadi tengik, perubahan warna dan aroma (Tamat, 2007). Antioksidan
merupakan zat yang dapat menghambat kinerja radikal bebas. Zat pada
antioksidan memiliki kemampuan menstabilkan radikal bebas sebelum
menyerang sel sehingga mampu melindungi sel dari kerusakan (Rohsiarto et al.,
2014).
Antioksidan memiliki peranan penting terhadap tumbuhan. Salah satu
peran antioksidan adalah dalam adaptasi tumbuhan terhadap tekanan biotik dan
abiotik. Tumbuhan tersebut memproduksi antioksidan sebagai mekanisme
perlindungan terhadap senyawa oksidatif yang dihasilkan sebagai respon
terhadap lingkungan yang merusak membran, organel, dan makromolekul.
Antioksidan yang diproduksi oleh tumbuhan adalah metabolit sekunder. Metabolit
tersebut meliputi senyawa fenolat sederhana dan kompleks (Herawati et al.,
2011)
1.3.1 Antioksidan Alami
Antioksidan alami merupakan antioksidan yang berasal dari tumbuhan.
Sumber antioksidan alami dibutuhkan dikalangan masyarakat, hal ini karena
antioksidan alami lebih aman penggunaanya dibandingkan antioksidan sintetik
(Jacoeb, 2011).
8
Tubuh dapat dilindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh
oksigen reaktif. Perlindungan tersebut mampu dilakukan oleh antioksidan alami.
Selain itu antioksidan alami mampu menghambat penyakit degeneratif serta
perokdasi lipid pada makanan (Sunarni et al., 2007).
1.3.2 Antioksidan Sintetik
Antioksidan sintetik sering digunakan di kalangan masyarakat. Hal ini
karena antioksidan sintetik memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan
penggunaan antioksidan sintetik adalah aktivitas anti radikalnya kuat. Contoh
antioksidan sintetis adalah butylated hydoxyanisole (BHA), butylated
hydoxytoluene (BHT), tert-butylhydroquinone (TBHQ), dan propyl gallate (PG)
(Jacoeb, 2011). Menurut Wichi (1988) dalam Jacoeb (2013), senyawa
antioksidan sintetik memiliki dampak yang negatif. Damapak negatif tersebut
yaitu berpotensi karsinogenik. Antioksidan sintetik tersebut adalah butylated
hydoxyanisole (BHA), butylated hydoxytoluene (BHT).
Menurut Basma et al. (2011), antioksidan sintetik merupakan salah satu
jenis sumber antioksidan yang berasal dari hasil produksi pabrik. Penggunaan
antioksidan sintetik tersebut memiliki kekurangan. Pada penelitian sebelumnya,
dilaporkan bahwa butylated hydoxyanisole (BHA), dan butylated hydoxytoluene
(BHT) yang terakumulasi didalam tubuh akan memberi dampak adanya
kerusakan hati dan bersifat karsinogen.
1.4 Fungsi Antioksidan
Penggunaan antioksidan yaitu pada bidang farmasi dan makanan.
Penggunaan antioksidan pada bidang farmasi adalah sebagai obat terhadap
penyakit degeneratif. Hal ini dikarenakan antioksidan diketahui dapat
menghambat radikal bebas. Penggunaan antioksidan pada bidang makanan
9
yaitu mencegah terjadinya proses oksidasi yang dapat menyebabkan ketengikan
terhadap makanan (Hanani et al., 2005).
Antioksidan dan oksidan memiliki peran yang penting pada tingkat
pertumbuhan kanker. Salah satu peran tersebut adalah antioksidan dapat
meredam kenaikan pertumbuhan kanker. Produk alami antioksidan telah
digunakan sebagai pengobatan dari berbagai macam penyakit selama ribuan
tahun (Sithranga Boopathy et al., 2011).
1.5 Uji Aktivitas Antioksidan
Salah satu metode yang sering digunakan dalam uji aktivitas antioksidan
adalah dengan menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Metode
DPPH merupakan metode uji antioksidan secara konvensional. Selain itu metode
ini telah lama digunakan untuk menetapkan aktivitas antioksidan. Penggunaan
metode DPPH adalah karena metode ini mudah digunakan, cukup teliti, dan baik
digunakan dalam pelarut organik (Sastrawan, 2013). Pada pengujian
antioksidan, radikal bebas yang sering digunakan yaitu DPPH. Hal ini karena
DPPH sebagai pereaksi radikal bebas mudah dalam penggunaannya yaitu
dengan melarutkan serbuk DPPH ke dalam pelarut. Penyimpanan secara kering
dan kondisi yang baik dapat dilakukan selama bertahun-tahun. Pada pengujian
spektrofotometer nilai absorbansi DPPH yaitu 515-520 nm (Tristantini et al.,
2016).
Kristal DPPH yang dilarutkan akan berperan sebagai radikal bebas dan
bereaksi dengan senyawa antioksidan. Reaksi ini akan merubah 1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl menjadi diphenilpycrilhydrazine yang bersifat non-radikal dan tidak
berbahaya. Reaksi tersebut terjadi apabila radikal bebas bereaksi dengan
antioksidan. Jumlah diphenilpycrilhydrazine yang meningkat ditandai dengan
berubahnya warna ungu pada larutan menjadi warna kuning. Pengukuran
10
serapan warna dapat diamati dan dilihat menggunakan spektrofotometer
sehingga aktivitas peredaman radikal bebas dapat ditentukan (Sayuti dan
Yenrina, 2015).
1.6 Uji Fitokimia
Uji fitokimia merupakan salah satu bentuk uji yang dilakukan untuk
mengetahui adanya kandungan senyawa bioaktif yang ada pada ekstrak kasar
tumbuhan. Menurut Harborne (1987), analisis fitokimia merupakan analisis
senyawa organik dari makhluk hidup. Analisis ini dapat berupa analisis struktur
kimia, biosintetis, metabolisme, serta penyebaran secara alamiah dan fungsi
biologis. Tujuan dilakukan analisis fitokimia adalah untuk menentukan ciri
senyawa aktif penyebab efek racun atau tidak beracun sehingga bermanfaat,
yang ditunjukkan oleh ekstrak kasar.
Uji kandungan kimia pada tumbuhan dapat dilakukan dengan analisis
fitokimia secara kualitatif. Uji fitokimia merupakan metode pengujian awal untuk
mengetahui kandungan senyawa aktif. Hasil uji fitokimia dapat digunakan untuk
merujuk pada senyawa metabolit sekunder yang ditemukan pada tumbuhan
(Rohyani et al., 2015).
1.6.1 Alkaloid
Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan di
alam. Alkaloid bersifat basa dan mengandung satu atau lebih atom nitrogen
dalam bagian siklik (Harborne, 1987). Menurut Bakshi et al. (2014), alkaloid
termasuk kedalam golongan senyawa metabolit sekunder. Kandungan alkaloid
pada tumbuhan mangrove menyebabkan tumbuhan tersebut dapat digunakan
sebagai antibakteri.
Pembentukan alkaloid terbagi menjadi 3 bagian, yaitu terlibatnya elemen
N pada saat pembentukan alkaloid, elemen tanpa N yang ditemukan dalam
11
molekul alkaloid, dan reaksi yang terjadi untuk pengikatan khas elemen pada
alkaloid (Sirait, 2007).
1.6.2 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu dari kelompok metabolit sekunder yang
terdapat pada tumbuhan. Struktur kimia pada flavonoid adalah C6-C3-C6, dimana
flavonoid termasuk kedalam golongan senyawa fenolik. Kerangka flavonoid
terdiri dari satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah
berupa heterosiklik yang mengandung oksigen. Flavonoid merupakan salah satu
kelompok antioksidan alami (Redha, 2013). Selain itu flavonoid merupakan
kelompok senyawa fenolik, dimana keberadaanya memiliki kandungan
antioksidan (Castillo et al., 2015).
Hampir semua tumbuhan memiliki kandungan flavonoid. Tumbuhan yang
memiliki kandungan flavonoid juga memiliki kandungan antioksidan, antibakteri,
antivirus, antiradang, antialergi, dan antikanker. Efek adanya senyawa
antioksidan pada tumbuhan disebabkan oleh penangkapan radikal bebas melalui
donor atom hidrogen dari gugus hidroksil flavonoid. Penyakit yang dipengaruhi
oleh radikal bebas yaitu arterosklerosis, kanker, diabetes, alzheimer dan
penurunan kekebalan tubuh. Flavonoid bersifat obat dalam pencegahan kanker
dan penyakit kardiovaskuler (Neldawati dan Gusnedi, 2013).
1.6.3 Saponin
Saponin merupakan golongan glikosida yaitu campuran karbohidrat
sederhana dengan aglikon yang terdapat pada tanaman. Saponin memiliki
karakteristik berupa buih, sehingga apabila direaksikan dengan air dan dikocok
maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin memiliki sifat yaitu
mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter, memiliki rasa pahit dan
menyebabkan bersin serta iritasi pada selaput lendir. Saponin bersifat racun
12
yang dapat menghancurkan butir darah pada darah. Sifat beracun ini terjadi pada
hewan berdarah dingin (Racman et al., 2006).
Klasifikasi saponin terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu saponin steroid dan
saponin triterpenoid. Saponin steroid merupakan saponin yang terdiri atas inti
steroid dengan molekul karbohidrat, yang dapat dihidrolisis dan menghasilkan
saponin sebagai antijamur. Saponin steroid dapat juga digunakan sebagai bahan
baku proses biosintesis obat kortikosteroid. Saponin triterpenoid merupakan
saponin yang terdiri atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Saponin
jenis triterpenoid apabila terhidrolisis akan membentuk sapogenin (Liem et al.,
2013).
1.6.4 Tanin
Tanin merupakan senyawa phenol yang bersifat larut dalam air. Berat
molekul senyawa tanin sekitar 500 dan 3000 Da. Tanin merupakan senyawa
yang memiliki rasa pahit, dan dapat mengikat dan mengendapkan protein.
Pemanfaatan tanin dapat dijadikan sebagai bahan obat-obatan, antimikroba, dan
pengawet kayu (Ismarani, 2012).
Karakteristik tanin sebagai senyawa golongan polifenol adalah dapat membentuk
senyawa kompleks dengan makromolekul lain. Pengelompokan senyawa tanin
dibagi menjadi dua, yaitu tanin mudah terhidrolisis dan tanin terkondensasi.
Tanin mudah terhidrolisis merupakan polimer gallic yang berikatan dengan
molekul gula. Tanin terkondensasi merupakan polimer senyawa flavonoid yang
berikatan dengan ikatan karbon (Jayanegara et al., 2008).
13
3. METOD E PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga April 2017 di
Laboratorium Ekplorasi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan (ESPK), dan
Laboratorium Perekayasaan Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Brawijaya. Pengambilan sampel dilakukan di Pantai
Serang, Kabupaten Blitar.
3.1.1 Keadaan Umum Lokasi Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan di tepi sungai di wilayah pesisir Pantai
Serang. Tempat mangrove berada di hutan mangrove, dimana kawasan ini
merupakan kawasan pemanfaatan umum. Peta lokasi pengambilan sampel
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel
14
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1
sebagai berikut.
Tabel 1. Alat beserta fungsi
No. Alat Spesifikasi Fungsi
1. Kamera Samsung Dokumentasi keadaan lokasi, spesies, dan dokumentasi kegiatan
2. Pipet tetes - Memindahkan larutan dalam skala kecil
3. Tube - Tempat pembuatan larutan DPPH
4. Beaker glass 10ml Pyrex Tempat pembuatan larutan
5. Timbangan analitik Radwag AS220/X Menimbang berat sampel dalam satuan mg
6. Timbangan digital Scout Pro Menimbang berat sampel secara mekanik
7. Botol Vial 20ml - Tempat sampel pada uji fitokimia
8. Spektrofotometri UV-Vis
Spectroquant Pharo 300
Mengukur nilai sampel berdasarkan panjang gelombang
9. Blender Philips Menghaluskan sampel 10. Nampan - Wadah alat dan bahan 11. Gelas ukur Pyrex Mengukur volume larutan
12. Cuvet - Tempat larutan sebelum diukur di spektrofotometri
13. Lemari pendingin - Menyimpan sampel pada suhu rendah
14. Vacum Rotary Evaporator
IKA Alat mengevaporasi sampel
15. Mikropipet Dragon Lab Memindahkan larutan skala mikro
16. Botol 1L - Wadah saat maserasi
17. Spatula - Membantu menghomogenkan larutan
18. Sendok bahan - Membantu pengambilan bahan
19. Gunting - Membantu memotong bahan 20. Jam - Menghitung lama perlakuan 21. Ember - Wadah daun mangrove
22. Pisau - Membantu pengambilan kulit batang mangrove
23. Corong - Membantu proses penyaringan
24. Washing bottle - Wadah akuades
15
Bahan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2
sebagai berikut.
Tabel 2. Bahan beserta fungsi
No. Bahan Volume/berat yang
dibutuhkan Fungsi
1. Daun dan kulit batang Soneratia caseolaris
200 gram Bahan uji antioksidan dan bahan uji fitokimia
2. Larutan DPPH 5 mg Mm Larutan uji antioksidan
3. Metanol PA 1,5 liter Larutan universal campuran pembuatan sampel
4. Metanol Teknis 3,6 liter Pelarut saat maserasi
5. Pereaksi Dragendroff
2ml Pereaksi uji alkaloid
6. Air panas 1 liter Campuran dalam uji saponin 7. Larutan HCl 2N 2 ml Pereaksi uji saponin 8. Vitamin C 0,005 mg Kontrol positif 9. FeCl3 5% 2ml Pereaksi Tanin 10. Isopropil alkohol 2ml Pereaksi Flavonoid 11. HCl Pekat 30% 2ml Pereaksi Flavonoid 12. Serbuk Magnesium 0,05mg Pereaksi Flavonoid 13. Plastik wrap - Menutup mulut botol
14. Aluminium foil - Menutup seluruh permukaan botol
15. Whatman no.42 6 lembar Menyaring saat proses maserasi
16. Kertas label - Menandai botol
17. Tisu Nice Mengeringkan peralatan setelah dicuci
18. Akuades Hydrobath Membersihkan cuvet spektrofotometri
19. Cotton bud - Membantu pengambilan dan penimbangan sampel
3.3 Alur Penelitian
Alur penelitian meliputi pengambilan sampel, preparasi sampel, ekstraksi
sampel dengan metode maserasi, uji aktivitas antioksidan dengan metode
DPPH. Proses penelitian secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 3.
16
3.4 Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada penelitian terdiri dari beberapa
tahapan. Tahapan tersebut dimulai dengan pengambilan sampel daun dan kulit
batang mangrove S. caseolaris di lapang, dan dilanjutkan dengan proses
Gambar 2. Alur Penelitian Uji Aktivitas Antioksidan dan Senyawa Bioaktif
Sampel Soneratia caseolaris
Sampel dikeringkan
Ekstraksi
Uji DPPH Uji Fitokimia
Uji Alkaloid, Uji Flavonoid, Uji
Saponin, Uji Tanin
Kualitatif Kuantitatif
Nilai IC50
Aktivitas Antioksidan
Analisa Data
Hasil
Penghalusan sampel
17
ekstraksi yang bertujuan untuk mendapatkan ekstrak daun dan kulit batang,
selanjutnya uji antioksidan dengan metode DPPH, dan yang terakhir uji fitokimia
yang bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa aktif yang terdapat di
dalam daun dan kulit batang S. caseolaris. Prosedur kerja secara lengkap
dijelaskan di bawah ini.
3.4.1 Pengambilan Sampel di Lapang
Pengambilan sampel daun dan kulit batang mangrove S.caseolaris
dilakukan di Pantai Serang, Blitar. Daun yang diambil yaitu berwarna hijau tua
dengan ukuran panjang 6 cm dan berbentuk bulat memanjang (Jacoeb et al.,
2011). Kulit batang S. caseolaris yang diambil yaitu berwarna coklat dengan
warna paling luar yaitu abu-abu dengan diameter batang berkisar 10-20 cm. Hal
ini dikarenakan semakin besar diameter kulit batang maka semakin besar pula
kandungan tanin pada batang tersebut (Hamidah dan Iskanawaty, 2007).
3.4.1.1 Perlakuan Sampel
Sampel yang telah dikumpulkan ditimbang berat basahnya. Sampel daun
yang sudah dikumpulkan dicuci dengan air mengalir. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan epifit yang berada pada daun S. caseolaris. Setelah itu di
keringkan dengan menggunakan tisu untuk menghilangkan sisa air. Pada kulit
batang S. caseolaris dilakukan pemotongan menjadi potongan kecil untuk
mempermudah pada saat pengeringan. Proses pengeringan dilakukan di bawah
sinar matahari selama 7 hari. Tujuan dilakukan pengeringan sampel yaitu untuk
menghilangkan kadar air yang terkandung dalam sampel.
Proses berikutnya adalah daun dan kulit batang S. caseolaris yang sudah
kering ditimbang berat keringnya. Sampel yang sudah ditimbang dihaluskan
dengan menggunakan blender. Serbuk kasar yang didapatkan diayak untuk
memisahkan serbuk kasar dan serbuk halus dari sampel. Setelah diperoleh
18
serbuk maka berat serbuk tersebut ditimbang beratnya. Proses selanjutnya yaitu
maserasi.
3.4.1.2 Ekstraksi Sampel
Proses yang dapat dilakukan selanjutnya adalah ekstraksi. Ekstraksi
merupakan proses penarikan zat aktif atau komponen aktif yang terdapat pada
simplisia dengan menggunakan pelarut. Pada penelitian ini proses ekstraksi yang
dilakukan adalah dengan maserasi.
Maserasi adalah proses perendaman menggunakan pelarut. Menurut
Harborne (1987), pelarut yang bersifat polar dapat mengekstrak senyawa
alkaloid kuartener, komponen fenolik, karotenoid, tanin, gula, asam amino, dan
glikosida. Penggunaan pelarut semi polar dapat mengekstrak senyawa fenol,
terpenoid, alkaloid, aglikon, dan glikosida, sedangkan pelarut non polar dapat
mengekstrak senyawa kimia lilin, lipid dan minyak. Pada proses ini pelarut yang
digunakan adalah methanol yang merupakan pelarut polar. Sebanyak 200 gram
pada masing-masing sampel dimaserasi dengan 1800 ml pelarut methanol.
Perendaman dilakukan selama 1x24. Sampel selanjutnya disaring dengan
menggunakan kertas saring Whatman no. 42, kemudian didapatkan filtrat dan
residu. Prosedur mendapatkan filtrat ini diulang lagi 2x24 jam sehingga total
menjadi 3x24 jam. Filtrat ekstrak methanol kemudian dievaporasi menggunakan
Rotary Evaporator pada suhu 44°C, sehingga di dapatkan pelarut dan ekstrak
yang terpisah (Herawati, 2012).
3.4.1.3 Uji Antioksidan
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan pelarut methanol
dan dilakukan dengan metode DPPH. DPPH digunakan untuk menguji
kemampuan senyawa yang bereaksi sebagai penangkap radikal bebas. Hasil
pengukuran metode DPPH tidak berdasarkan jenis radikal yang dihambat. Hal ini
19
karena metode DPPH merupakan pengukuran kemampuan antioksidan sampel
secara umum (Putranti, 2014). Larutan DPPH yang dipakai dalam pengujian
antioksidan yaitu konsentrasi 0,5 mM dengan cara melarutkan kristal DPPH
sebanyak 7,68 mg dalam pelarut methanol sebanyak 39 ml (Pramesti, 2013).
Pada pembuatan larutan DPPH dilakukan pada suhu ruang terhindar dari sinar
matahari. Perhitungan lengkap DPPH disajikan pada Lampiran 1.
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan uji kualitatif dan uji
kuantitatif. Pada uji kualitatif diawali dengan pembuatan larutan stok 1000 ppm
yaitu menimbang masing-masing ekstrak sebanyak 50 mg kemudian
ditambahkan dengan 50 ml methanol (Sami dan Rahimah, 2015). Dari larutan
stok 1000 ppm ekstrak daun dan kulit batang mangrove dibuat menjadi 4
konsentrasi yang berbeda yaitu 31,25 ppm, 62,5 ppm, 125 ppm, dan 250 ppm.
Perhitungan lengkap konsentrasi disajikan pada Lampiran 1. Konsentrasi
tersebut diambil untuk mengetahui perbedaan aktivitas antioksidan pada setiap
klasifikasi dari tabel penggolongan kategori antioksidan. Menurut Tristanto
(2014), penggolongan kategori antioksidan dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai
berikut.
Tabel 3. Penggolongan Kategori Antioksidan
Nilai Klasifikasi
<50 ppm Sangat Kuat
50 – 100 ppm Kuat
100 – 150 ppm Sedang
151 – 200 ppm Lemah
>200 ppm Sangat Lemah
20
Selanjutnya pemberian larutan DPPH 0,5 mM pada 4 konsentrasi tersebut
masing-masing 1 ml. Campuran tersebut kemudian dihomogenkan dan
diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang dan gelap. Menurut Molyneux
(2004), adanya senyawa antioksidan pada ekstrak ditandai dengan berubahnya
wana ungu pada larutan menjadi warna kuning. Kontrol pembanding atau kontrol
positif yang digunakan adalah vitamin C atau asam askorbat dengan konsentrasi
2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, dan 8 ppm dari pengenceran larutan stok vitamin C 1000
ppm. Pemilihan konsentrasi tersebut karena vitamin C sudah diketahui memiliki
antioksidan yang sangat kuat sehingga pemilihan konsentrasi yang rendah.
Menurut Hanani et al. (2005) konsentrasi yang digunakan pada kontrol positif
dengan menggunakan vitamin C yaitu 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm, dan
hasil nilai IC50 yaitu 3,45 ppm.
Pengukuran absorbansi dilakukan menggunakan Spektrofotometer UV-
Vis dengan panjang gelombang 517 nm (Herawati, 2012). Larutan blanko dibuat
dengan cara mencampurkan 4 ml methanol dengan 1 ml larutan DPPH 0,5 mM.
3.4.2 Uji Fitokimia
Uji fitokimia merupakan uji yang dilakukan untuk menguraikan senyawa
kimia yang terdapat pada suatu tanaman. Analisis fitokimia dilakukan untuk
mengetahui dan menentukan komponen bioaktif dari ekstrak kasar (Putranti,
2014). Pengujian fitokimia terdiri dari uji alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin.
Metode uji pada pengujian fitokimia berdasarkan Sapri et al. (2013), dilakukan
pada beberapa senyawa sebagai berikut.
3.4.2.1 Alkaloid
Pada uji kandungan alkaloid ekstrak daun dan kulit batang mangrove S.
caseolaris diambil sebanyak 10 tetes dari pelarut methanol. Dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan ditetesi sebanyak 2 tetes pereaksi Dragendorf, dan
21
diamati perubahannya. Terbentuknya warna kuning, jingga sampai merah coklat
menandakan adanya senyawa alkaloid pada sampel yang sedang diuji.
3.4.2.2 Flavonoid
Pada uji kandungan flavonoid, hal pertama yang dilakukan adalah
mengambil larutan ekstrak daun dan kulit batang mangrove dengan pelarut
methanol sebanyak 10 tetes, dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian
di tambahkan dengan 2 tetes HCl pekat dan sedikit serbuk magnesium.
Terbentuknya warna sampel menjadi kuning, jingga, sampai merah menandakan
adanya kandungan senyawa flavonoid pada sampel yang diujikan.
3.4.2.3 Saponin
Pada uji saponin, dilakukan dengan uji busa dalam air panas. Sampel dari
pelarut methanol diambil sebanyak 10 tetes dimasukkan kedalam tabung reaksi
dan ditambahkan dengan air panas sebanyak 5 tetes, dikocok selama 15 menit.
Busa akan terbentuk secara stabil terlihat selama 5 menit dan tidak hilang
apabila ditambahkan dengan 1 tetes HCl 2N menandakan adanya senyawa
saponin pada sampel tersebut.
3.4.2.4 Tanin
Uji tanin dilakukan dengan cara mengambil 10 tetes ekstrak daun dan
kulit batang S. caseolaris dari pelarut methanol dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Ekstrak kemudian ditambahkan dengan 2 tetes larutan besi (III) klorida
(FeCl3) 1%. Terbentuknya warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman
menunjukkan adanya senyawa tanin pada ekstrak yang sedang diujikan.
3.4.3 Pengukuran Kuantitatif menggunakan Spektrofotometer
Hasil pengujian antioksidan dan senyawa bioaktif yang tergolong positif
akan dilakukan pengujian lanjutan yaitu pengukuran secara kuantitatif
menggunakan spektrofotometer. Panjang gelombang yang digunakan yaitu 517
22
nm. Menurut Neldawati (2013), spektrofotometer merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang. Apabila radiasi
atau cahaya putih dilewatkan melalui larutan yang berwarna, maka radiasi
dengan panjang gelombang tertentu akan diserap (absorbsi) secara selektif dan
radiasi yang lain akan diteruskan (transmisi). Nilai absorbsi bergantung terhadap
kadar zat yang terkandung dalam sampel dimana semakin banyak molekul yang
menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu sehingga nilai absorbansi
semakin besar. Nilai absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang
terkandung di dalam sampel. Absorbansi sebagai analisa kuantitatif dilakukan
berdasarkan Hukum Lambert-Beer.
Pada pengukuran kuantitatif, hal pertama yang dilakukan yaitu dengan
pembuatan larutan standar. Larutan standar merupakan larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya, dari larutan standar tersebut kemudian dilakukan
pembuatan kurva standar. Kurva standar menunjukkan hubungan konsentrasi
larutan dengan absorbansi larutan, konsentrasi larutan tersebut yaitu 31,25 ppm,
62,5 ppm, 125 ppm, dan 250 ppm kemudian dihasilkan suatu persamaan yang
dapat diregresi linierkan. Cara mengetahui nilai konsentrasi pada uji fitokimia
ditentukan dengan rumus yaitu nilai konsentrasi hasil uji fitokimia sebagai X dan
nilai absorbansi sebagai Y ke dalam persamaan garis linier.
3.5 Analisa Data
Persentase penghambatan radikal bebas diperoleh dari nilai absorbansi
sampel. Hubungan antara konsentrasi sampel dengan persentase
penghambatan radikal bebas digunakan untuk mengetahui hasil regresi.
Persentase inhibisi pada masing-masing sampel dapat diperoleh dengan
formulasi sebagai berikut :
23
Menurut Herawati (2011), nilai IC50 merupakan bilangan yang menunjukkan
konsentrasi sampel uji (µg/ml) pada kemampuan peredaman atau
penghambatan DPPH sebesar 50%. Nilai 0% berarti sampel tidak memiliki
aktivitas antioksidan. Nilai 100% berarti terjadi peredaman total oleh sampel
terhadap DPPH. Pada hasil 100% perlu diadakan pengujian lanjutan yaitu
dengan pengenceran larutan uji. Hal ini bertujuan untuk mengetahui batas
konsentrasi aktivitasnya. Selanjutnya dibuat kurva linear konsentrasi larutan uji
dengan persentase peredaman dan ditentukan nilai IC50. Cara mengetahui nilai
IC50 ditentukan dengan rumus yaitu nilai konsentrasi larutan uji (µg/ml) sebagai
absis (sumbu X) dan nilai persen peredaman (%) sebagai ordinat (sumbu Y) ke
dalam persamaan garis linier.
24
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Ekstraksi Daun dan Kulit Batang S. caseolaris
Jumlah berat basah sampel daun yang digunakan dalam penelitian ini
sekitar 1095 gram dan berat kering daun yaitu 320 gram. Pada sampel kulit
batang berat basah yang digunakan yaitu 2035 gram, dan berat kering kulit
batang yaitu 852 gram. Hasil filtrat yang diperoleh masing-masing sebanyak
1400 ml untuk daun dan kulit batang yang kemudian dilakukan evaporasi.
Pengurangan volume dari 1800 ml menjadi 1400 ml disebabkan oleh adanya
proses penguapan dan terserapnya pelarut pada bahan yang digunakan. Hasil
ekstraksi dari daun S. caseolaris diperoleh ekstrak sekitar 18,25 gram,
sedangkan hasil ekstrak kulit batang sekitar 25,91 gram. Ekstrak basah pada
daun berwarna hijau tua, dan ekstrak basah pada kulit batang berwarna coklat
tua.
Hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut menghasilkan rendemen
ekstrak. Rendemen ekstrak merupakan perbandingan jumlah berat ekstrak yang
dihasilkan dengan berat sampel awal yang diekstrak, hal ini untuk mengetahui
nilai komponen bioaktif yang terkandung dalam bahan. Hasil rendemen ekstrak
daun S. caseolaris adalah 9,12%, sedangkan hasil rendemen ekstrak kulit
batang S. caseolaris adalah 12,95%. Hal ini hampir sama dengan penelitian
Yulianis (2015), hasil rendemen daun mangrove S. caseolaris sebesar 3,008 % .
Nilai rendemen yang diperoleh dari penelitian ini lebih besar daripada Yulianis
(2015) karena pada metode maserasi yang digunakan berbeda, diduga pelarut
yang digunakan dalam penelitian (methanol) mampu mengikat lebih banyak
senyawa dalam daun S. caseolaris. Perhitungan lengkap rendemen disajikan
pada Lampiran 2.
25
4.2 Hasil Uji Golongan Senyawa Bioaktif
Komponen yang terdapat dalam ekstrak S. caseolaris diuji dengan
menggunakan tes warna. Pengujian tersebut dengan menggunakan pereaksi
pada masing-masing senyawa yang diuji. Pengujian fitokimia yang dilakukan
yaitu untuk menguji metabolit sekunder meliputi alkaloid, flavonoid, saponin, dan
tanin. Hasil uji fitokimia yang dilakukan pada ekstrak daun dan kulit batang S.
caseolaris dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 1. Hasil uji fitokimia daun dan kulit batang S. caseolaris
No. Senyawa Bioaktif
Ekstrak Ada Tidak Karakteristik Konsentrasi
(ppm)
1. Alkaloid
Daun √ Terbentuk warna kuning, jingga sampai merah
coklat.
73,22
Kulit Batang √ 69,51
2. Flavonoid Daun √ Terbentuk warna
kuning, jingga, atau merah.
56,25
Kulit Batang √ 233,75
3. Saponin
Daun √ Terbentuk busa
permanen setelah dikocok
15 menit.
-
Kulit Batang √ -
4. Tanin
Daun √ Terbentuk warna biru kehitaman
atau hijau kehitaman.
19,28
Kulit Batang √ 65,59
Berdasarkan hasil pengujian fitokimia pada ekstrak daun dan kulit batang
S. caseolaris terhadap pelarut metanol menghasilkan 3 komponen bioaktif,
dimana senyawa ini merupakan senyawa yang dapat larut oleh methanol dan
bersifat polar.
4.2.1 Alkaloid
Hasil uji fitokimia pada ekstrak daun dan kulit batang S. caseolaris
menunjukkan hasil positif dengan menggunakan pereaksi dragendrof. Hal ini
26
ditandai dengan terbentuknya warna kuning. Bakshi et al. (2014) kandungan
alkaloid pada ekstrak daun dan kulit batang mangrove dapat digunakan sebagai
antibakteri. Hasil positif alkaloid juga diperoleh pada penelitian Avenido et al.
(2012), ekstrak daun S. caseolaris memiliki hasil positif pada uji alkaloid,
karbohidrat, dan flavonoid . Hasil uji fitokimia alkaloid dapat dilihat pada Gambar
4.
Hasil positif tersebut kemudian diabsorbansi dan nilai absorbansi
dimasukkan kedalam regresi linier kurva standar yang sebelumnya telah dibuat,
untuk memperoleh hasil nilai konsentrasinya. Grafik kurva standar alkaloid dapat
disajikan pada Gambar 5.
Gambar 1. Hasil uji alkaloid
27
Dari kurva standar alkaloid tersebut diperoleh persamaan regresi yaitu y =
0,0035x + 0,0147, sehingga dari persamaan tersebut pada absorbansi sampel
daun diperoleh nilai x sebesar 73,22 ppm. Nilai alkaloid pada kulit batang
sebesar 69,51 ppm. Konsentrasi alkaloid pada daun lebih besar dibandingkan
dengan konsentrasi alkaloid pada kulit batang. Hal tersebut sama dengan hasil
penelitian yang dilakukan Avenido et al. (2012) daun pada mangrove S.
caseolaris memiliki hasil positif terhadap alkaloid. Perhitungan lengkap
konsentrasi alkaloid disajikan pada Lampiran 3.
4.2.2 Flavonoid
Hasil uji flavonoid pada penelitian ini adalah adanya perubahan warna
menjadi warna kuning pada ekstrak daun dan kulit batang S. caseolaris. Uji
positif flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning, jingga, atau
merah pada ekstrak yang diuji. Hasil positif flavonoid juga diperoleh pada
penelitian Avenido et al. (2012), ekstrak daun S. caseolaris memiliki hasil positif
pada uji alkaloid, karbohidrat, dan flavonoid. Herawati (2011), golongan flavonoid
pada tumbuhan mangrove memiliki aktivitas antioksidan. Golongan flavonoid
meliputi flavon, flavonol, isoflavon, katekin, dan kalkon. Hasil uji flavonoid dapat
dilihat pada Gambar 6.
Gambar 2. Kurva Standar Alkaloid
28
Hasil positif tersebut kemudian diabsorbansi dan nilai absorbansi
dimasukkan kedalam regresi linier kurva standar yang sebelumnya telah dibuat,
untuk memperoleh hasil nilai konsentrasinya. Grafik kurva standar flavonoid
dapat disajikan pada Gambar 7.
Dari kurva standar flavonoid tersebut diperoleh persamaan regresi yaitu y
= 0,0004x + 0,0005, sehingga dari persamaan tersebut pada absorbansi sampel
daun diperoleh nilai x sebesar 56,25 ppm. Nilai flavonoid pada kulit batang
sebesar 233,75 ppm. Konsentrasi flavonoid pada kulit batang lebih besar
dibandingkan dengan daun. Hasil tersebut didukung dengan Panjaitan (2014),
yang menyatakan bahwa flavonoid merupakan golongan fenol alam dan
penyebarannya flavonoid sebagian besar terdapat pada kulit batang tanaman.
Perhitungan lengkap konsentrasi flavonoid disajikan pada Lampiran 3.
4.2.3 Saponin
Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa setelah dikocok selama 15
menit, ekstrak daun dan kulit batang S. caseolaris tidak menghasilkan busa yang
mengindikasikan bahwa kandungan saponin adalah negatif. Namun hasil positif
Gambar 3. Hasil uji flavonoid
Gambar 4. Kurva Standar Flavonoid
29
ditemukan pada penelitian Avenido et al. (2012), ekstrak aseton pada daun
memberi hasil positif pada uji saponin. Perbedaan hasil pada uji saponin tersebut
dikarenakan adanya perbedaan pelarut pada saat proses ekstraksi. Pelarut yang
digunakan dalam penelitian Avenido et al. (2012) adalah aseton sedangkan
pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah methanol. Hasil uji saponin
dapat dilihat pada Gambar 8.
4.2.4 Tanin
Hasil uji fitokimia senyawa tanin ditandai dengan terbentuknya warna
hijau kehitaman atau biru kehitaman pada ekstrak daun dan kulit batang S.
caseolaris. Menurut Mani et al. (2012), adanya kandungan senyawa tanin pada
sampel yang diuji mengindikasikan bahwa adanya kandungan antioksidan pada
sampel tersebut. Hasil uji tanin pada ekstrak daun dan kulit batang S. caseolaris
dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 5. Hasil uji saponin
30
Hasil positif tersebut kemudian diabsorbansi dan nilai absorbansi
dimasukkan kedalam regresi linier kurva standar yang sebelumnya telah dibuat,
untuk memperoleh hasil nilai konsentrasinya. Grafik kurva standar pada uji tanin
dapat disajikan pada Gambar 10 sebagai berikut.
Dari kurva standar tanin tersebut diperoleh persamaan regresi yaitu y =
0,0057x – 0,0159, sehingga dari persamaan tersebut pada absorbansi sampel
daun diperoleh nilai x sebesar 19,28 ppm. Nilai tanin pada kulit batang sebesar
65,59 ppm. Konsentrasi senyawa tanin pada daun lebih kecil daripada
konsentrasi senyawa tanin pada kulit batang. Menurut Herawati (2011), sifat
antioksidan pada ekstrak tumbuhan ditimbulkan oleh senyawa fenolat, yang
meliputi flavonoid, asam fenolat, dan tannin. Menurut Sulistijowati (2017),
kandungan tanin pada kulit batang dipengaruhi oleh ukuran diameter pohon.
Semakin besar diameter pohon maka semakin lama proses pertumbuhan
berlangsung, sehingga kulit yang dibentuk semakin tebal dan tanin yang dibentuk
semakin banyak. Perhitungan lengkap konsentrasi tanin disajikan pada Lampiran
3.
Gambar 6. Hasil uji tanin
Gambar 7. Kurva Standar Tanin
31
4.3 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat atau
mencegah radikal bebas dengan memotong reaksi berantai dari radikal bebas
(Castilo, 2015). Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas antioksidan untuk
mengetahui ada atau tidaknya aktivitas antioksidan pada daun dan kulit batang
S. caseolaris.
Perubahan warna terjadi karena senyawa pada ekstrak memberikan atom
hidrogen kepada DPPH sehingga DPPH tersebut menjadi stabil. Hasil uji
aktivitas antioksidan konsentrasi 31,25 ppm sampai dengan 250 ppm pada daun
dan kulit batang menunjukkan adanya perubahan warna menjadi kuning,
sehingga ekstrak daun dan kulit batang tersebut dapat meredam radikal DPPH.
Hasil uji aktivitas antioksidan secara kualitatif pada daun S. caseolaris dapat
dilihat pada Gambar 11, sedangkan hasil uji aktivitas antioksidan secara kualitatif
pada kulit batang S. caseolaris dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 8. Hasil uji antioksidan pada daun S. caseolaris
32
Pengukuran nilai absorbansi dari warna yang terbentuk dengan
menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 517nm.
Setelah itu dilakukan perhitungan nilai persen inhibisi dan nilai IC50 dari aktivitas
antioksidan dengan kontrol positif yaitu vitamin C dan ekstrak daun dan kulit
batang S. caseolaris. Nilai IC50 diketahui setelah dilakukan perhitungan inhibisi.
Persen inhibisi merupakan kemampuan bahan dalam menghambat aktivitas
suatu radikal bebas. Nilai inhibisi tersebut akan berhubungan dengan konsentrasi
bahan yang digunakan, sedangkan nilai IC50 merupakan nilai untuk mengetahui
apakah bahan uji tersebut dapat meredam radikal bebas sebesar 50%. Hasil uji
aktivitas antioksidan pada daun S. caseolaris dapat dilihat pada Tabel 5, dan
hasil uji aktivitas antioksidan pada kulit batang S. caseolaris dapat dilihat pada
Tabel 6. Hasil absorbansi pada setiap perlakuan di sajikan pada Lampiran 4.
Tabel 2. Hasil uji aktivitas antioksidan pada daun S. caseolaris
Tabel 3. Hasil uji antioksidan kulit batang S. caseolaris
Sampel Konsentrasi
(ppm)
Rata-rata
Absorbansi % Inhibisi
IC50
(ppm)
Sampel Konsentrasi
(ppm)
Rata-rata
Absorbansi % Inhibisi
IC50
(ppm)
S. caseolaris
Daun
31,25 0,0957 88,37
4065,52
62,5 0,0967 88,24
125 0,0927 88,73
250 0,1130 86,26
Gambar 9. Hasil uji antioksidan pada kulit batang S. caseolaris
33
S. caseolaris
Kulit Batang
31,25 0,1073 86,95
-10286,86 62,5 0,1030 87,47
125 0,1390 83,10
250 0,0977 88,12
Hasil uji berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai inhibisi pada
ekstrak daun mengalami penurunan pada konsentrasi 62,5 ppm, namun terjadi
peningkatan pada konsentrasi 125 ppm, dan kembali menurun pada konsentrasi
250 ppm. Nilai inhibisi pada ekstrak kulit batang terdapat peningkatan pada
konsentrasi 62,5 ppm, terjadi penurunan pada konsentrasi 125 ppm, dan terjadi
peningkatan pada konsentrasi 250 ppm. Nilai inhibisi pada ekstrak daun paling
tinggi diperoleh dari konsentrasi 125 yaitu sebesar 88,73%, sedangkan nilai
inhibisi paling rendah terdapat pada konsentrasi 250 yaitu sebesar 86,26%. Nilai
inhibisi pada ekstrak kulit batang terendah pada konsentrasi 125 yaitu sebesar
83,10%, sedangkan nilai inhibisi tertinggi pada konsentrasi 250 yaitu sebesar
88,12%. Perhitungan lengkap nilai inhibisi disajikan pada Lampiran 4.
Nilai IC50 dari ekstrak daun S. caseolaris adalah 4065,52 ppm sehingga
tergolong ke dalam kategori sangat lemah. Hasil penelitian antioksidan daun S.
caseolaris berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yulianis et
al. (2015) pada ekstrak daun pedada (S. caseolaris) yang memiliki nilai IC50 yaitu
39,89 ppm sehingga dikategorikan sangat kuat. Hal ini karena adanya perbedaan
metode ekstraksi, perbedaan konsentrasi perlakuan yang digunakan pada
pengujian aktivitas antioksidan, dan perbedaan lokasi pengambilan sampel. Nilai
IC50 dari ekstrak kulit batang S. caseolaris adalah -10286,86 ppm, sehingga nilai
tersebut tidak dapat terdefinisikan. Pada Gambar 12 tampak bahwa pada semua
konsentrasi perlakuan hasil uji antioksidan mengandung antioksidan, akan tetapi
34
diperoleh hasil pada IC50 yang negatif. Hal ini diduga dikarenakan konsentrasi
pada saat uji aktivitas antioksidan terlalu besar, sehingga nilai menjadi tidak
signifikan. Hal ini didukung dengan pernyataan Herawati (2011), bahwa
peningkatan aktivitas antioksidan seiring pertambahan konsentrasi pada kulit
batang Sonneratia alba setelah melewati konsentrasi 5-20 µg/mL tidak signifikan.
Tristanto (2014), melakukan pengujian antioksidan pada daun lamun Thalassia
hemprichii dengan menggunakan beberapa pelarut yang berbeda. Hasil ekstraksi
menggunakan pelarut methanol tidak menunjukkan aktivitas antioksidan yang
baik, hal ini diduga dikarenakan proses penguapan melalui vacum rotary
evaporator ekstrak kasar yang dihasilkan masih mengandung pelarut methanol.
Pada penelitian ini kontrol positif yang digunakan adalah vitamin C. Nilai
IC50 pada vitamin C juga tergolong ke dalam kategori sangat kuat dari penelitian
Herawati (2012) tentang pengujian antiradikal bebas terhadap kulit batang S.
alba dengan nilai 17,64 ppm. Hasil uji aktivitas antioksidan kontrol positif dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 4. Hasil uji aktivitas antioksidan kontrol positif
Hasil persentase inhibisi pada vitamin C meningkat seiring dengan
peningkatan konsentrasi. Persentase inhibisi paling rendah terdapat pada
konsentrasi 2 ppm dengan hasil inhibisi 22,09%. Persentase paling tinggi
Sampel Konsentrasi
(ppm) Rata-rata % Inhibisi
IC50
(ppm)
Vit. C
2 0,6407 22,09
4.42
4 0,4507 45,19
6 0,2147 73,89
8 0,1350 83,58
35
terdapat pada konsentrasi 8 ppm dengan hasil inhibisi 83,58%. Nilai IC50 pada
vitamin C yaitu 4,42. Nilai tersebut termasuk ke dalam golongan sangat kuat.
Hasil penelitian tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Jacoeb
(2013) pada antioksidan buah lindur (B. gymnorrhiza) yang memiliki nilai IC50
yaitu sebesar 2,09 ppm. Hubungan nilai inhibisi dengan konsentrasi pada ekstrak
daun dan kulit batang S. caseolaris dapat disajikan dalam Gambar 13, dan
hubungan nilai inhibisi dengan konsentrasi pada vitamin C dapat disajikan dalam
Gambar 14.
Gambar 10. Grafik hubungan konsentrasi dan %inhibisi ekstrak daun dan kulit
batang S. caseolaris
Gambar 11. Grafik hubungan konsentrasi dan %inhibisi vitamin C
36
Persamaan regresi dari ekstrak daun S. caseolaris adalah y = -0,0096x +
89,029 dan diperoleh nilai x sebesar 4065,52. Persamaan regresi dari ekstrak
kulit batang S. caseolaris adalah y = 0,0035x + 86,004 dan diperoleh nilai x
sebesar -10286,86 dan persamaan regresi pada vitamin C adalah y = 10,659x +
2,8943 dan diperoleh nilai x sebesar 4,42. Nilai x pada persamaan regresi
tersebut merupakan hasil dari nilai IC50. Cara menyelesaikan persamaan regresi
yaitu dengan memasukkan angka 50 kedalam variabel y, sehingga nilai x dapat
diperoleh. Nilai dengan variabel x seperti -0,0096x pada ekstrak daun, 0,0035x
pada ekstrak kulit batang, dan 10,659x pada vitamin C merupakan slope yang
menentukan arah regresi linier. Perhitungan lengkap nilai IC50 ekstrak daun dan
kulit batang S. caseolaris beserta vitamin C disajikan pada Lampiran 5.
Gambar 13 menunjukkan hasil regresi linier daun dan kulit batang. Pada
hasil ekstrak daun S. caseolaris nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,7.
Hasil perhitungan koefisien korelasi (R) ekstrak daun yaitu 0,836. Hasil ekstrak
kulit batang nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,022. Hasil perhitungan
koefisien korelasi (R) ekstrak kulit batang yaitu 0,148. Gambar 14 menunjukkan
hasil regresi linier vitamin C dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9679.
Hasil perhitungan koefisien korelasi (R) yaitu 0,9838. Hasil perhitungan koefisien
korelasi yang mendekati angka 1 memiliki arti bahwa antara konsentrasi dan
%inhibisi memiliki korelasi yang kuat. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,7
pada ekstrak daun S. caseolaris memiliki arti bahwa sebanyak 70% nilai inhibisi
dipengaruhi oleh konsentrasi sedangkan sisanya yaitu 30% dipengaruhi oleh
faktor lain. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,022 pada ekstrak kulit
batang S. caseolaris memiliki arti bahwa sebanyak 2,2% nilai inhibisi dipengaruhi
oleh konsentrasi sedangkan sisanya yaitu 97,8% dipengaruhi oleh faktor lain.
Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9679 vitamin C memiliki arti bahwa
37
sebanyak 96% nilai inhibisi dipengaruhi oleh konsentrasi sedangkan sisanya
yaitu 4% dipengaruhi oleh faktor lain.
Lemahnya kandungan aktivitas antioksidan memiliki beberapa
kemungkinan salah satunya adalah tidak murninya ekstrak yang digunakan pada
saat pengujian. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian Putri (2015) tentang
aktivitas antioksidan kulit buah pidada merah (S. caseolaris), hasil nilai IC50
sebesar 25,72 ppm. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan bagian
tumbuhan yang digunakan dan adanya perbedaan metode maserasi. Pada
penelitian Putri (2015), metode maserasi yang digunakan yaitu dengan pelarut
methanol selama 5 hari. Selain itu lokasi pengambilan sampel juga berbeda.
Meskipun pada penelitian ini nilai aktivitas antioksidan yang tergolong lemah,
namun ekstrak daun dan kulit batang S. caseolaris memiliki potensi sebagai
antioksidan. Senyawa bioaktif yang terkandung didalamnya seperti alkaloid,
flavonoid dan tanin merupakan senyawa antioksidan. Hasil penelitian Wibowo et
al. (2009), menunjukkan daun dan kulit batang A. marina mengandung senyawa
aktif alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid lebih besar dibandingkan dengan
bagian tubuh tumbuhan yang lain, senyawa-senyawa tersebut sangat potensial
digunakan sebagai antioksidan, antimikroba, antifungi, dan antibiotik. Hal ini
didukung dengan hasil uji senyawa bioaktif yang terkandung dalam masing-
masing ekstrak daun dan kulit batang S. caseolaris. Senyawa alkaloid pada daun
lebih tinggi daripada kulit batang. Senyawa flavonoid dan tanin pada kulit batang
lebih tinggi daripada daun, sehingga diduga pada kulit batang memiliki aktivitas
antioksidan yang lebih tinggi daripada daun.
38
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat aktivitas
antioksidan pada daun dan kulit batang mangrove S. caseolaris. Hal ini didukung
dengan hasil pengujian golongan senyawa bioaktif diperoleh bahwa daun dan
kulit batang mangrove S. caseolaris mengandung 3 senyawa yaitu alkaloid,
flavonoid, dan tanin.
Terdapat perbedaan aktivitas antioksidan pada daun dan kulit batang,
pada daun mangrove S. caseolaris menunjukkan aktivitas antioksidan tergolong
sangat lemah dengan nilai IC50 4065,52 ppm, dan pada kulit batang mangrove S.
caseolaris aktivitas antioksidan tergolong tidak terdefinisikan dengan nilai IC50 -
10286,86 ppm.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah perlu dilakukan
pelestarian terhadap S. caseolaris di Pantai Serang, Blitar. Selain itu juga perlu
pemurnian senyawa bioaktif yang memiliki potensi antioksidan pada ekstrak kulit
batang S. caseolaris sehingga didapat ekstrak murni dan di uji aktivitas
antioksidan secara murni, selain itu dilakukan penurunan konsentrasi ekstrak S.
caseolaris yang digunakan untuk uji aktivitas antioksidan sehingga diharapkan
hasil pengujian diperoleh yang lebih signifikan.
39
Daftar Pustaka
Asad, S., Hamiduzzaman, M., Azam, A.Z., Ahsan, M., Mehedi, M., 2013. Lupeol, Oleanic Acid & Steroids from Sonneratia alba Je Sm (Sonneratiaceae) and Antioxidant, Antibacterial & Cytotoxic Activities of Its Extracts. Int. J. Adv. Res. Pharm. Bio Sci. 3.
Avenido, P. and Serrano,A.E. 2012. Effects of The Apple Mangrove (Sonneratia
Caseolaris) on Growth, Nutrient Utilization and Digestive Enzyme Activities of The Black Tiger Shrimp Penaeus monodon Postlarvae. European Journal of Experimental Biology. Vol. 2. No. 5. ISSN: 2248-9215
Bakshi, M., Chaudhuri, P., 2014. Antimicrobial Potential of Leaf Extracts of Ten
Mangrove Species from Indian Sundarban. Int. J. Pharm. Biol. Sci. 5, 294–304.
Basma, A.A., Zakaria, Z., Latha, L.Y., Sasidharan, S., 2011. Antioxidant Activity
and Phytochemical Screening of The Methanol Extracts of Euphorbia Hirta L. Asian Pac. J. Trop. Med. 4, 386–390.
Castillo, Cristina Romera., Jaffe, Rudolf. 2015. Free Radical Scavenging
(Antioxidant Activity) of Natural Dissolved Organic Matter. Marine Chemistry. Vol. 177. Page 668-676.
Firdiyani, Fiya., Agustini, Tri winarni., Ma'ruf, Widodo Farid. 2015. Ekstraksi
Senyawa Bioaktif Sebagai Antioksidan Alami Spirulina plantesis Segar Dengan Pelarut Yang Berbeda. JPHPI. Vol.18. No.1. DOI: 10.17844/jphpi.2015.18.1.28
Hamidah, Siti., Iskanawati, Elva Dewi. 2007. Rendemen dan Kadar Tanin Kulit
Kayu Api-Api (Avicennia marina Vierh) melalui Metode EKstraksi Air Panas. Jurnal Hutan Tropis Borneo. Vol. 08. No. 21
Hanani, E., Munim, A., Sekarini, R., 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan
dalam Spons Callyspongia sp dari Kepulauan Seribu. Pharm. Sci. Res. PSR 2. Vol. 2. No. 3. ISSN: 1693-9883.
Harborne J. B. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah.
Bandung: ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methods. Herawati, Netti. 2011. Potensi Antioksidan Ekstrak Kloroform Kulit Batang
Tumbuhan Magrove (Sonneratia alba). Jurnal Kimia. Vol. 12. No. 1. Hal. 9-13
Herawati, Netti., Jalaluddin, Noor., La Daha., Zenta, Firdaus. 2011. Potensi
Antioksidan Ekstrak Metanol Kulit Batang Tumbuhan Mangrove Sonneratia alba. Majalah Farmasi dan Farmakologi. Vol. 15. No.1. Hal. 23-25
40
Herawati, Netti. 2011. Identifikasi Senyawa Bioaktif Tumbuhan Magrove Sonneratia alba. Jurnal Kimia. Vol. 12. No. 2. Hal. 54-58
Herawati, Netti. 2012. Pengujian Antiradikal Bebas Difenilpikril Hidrazil (DPPH)
Kulit Batang Sonneratia alba. Jurnal Kimia. Vol. 13. No. 1. Hal. 63-67 Herwinda S. Amir, Muh. 2013. Aktivitas Ekstrak dan Fraksi Daun Pidada Merah
(Sonneratia Caseolaris) sebagai Antioksidan. Prosiding Seminar Nasional Kimia. ISBN: 978-602-19421-0-9
Ismarani. 2012. Potensi Senyawa Tanin dalam Menunjang Produksi Ramah
Lingkungan. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. Vol. 3. No. 2 Jacoeb, Agus Mardiono., Purwaningsih, Sri., Rinto. 2011. Anatomi, Komponen
Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Daun Mangrove Api-api (Avicennia marina). Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. Vol.14. No.2. Hal.143-152.
Jacoeb, Agus Mardiono., Suptijah, Pipih., Zahidah. 2013. Komposisi Kimia,
Komponen Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza). Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. Vol.16. No.1
Jayanegara, A., Sofyan, A. 2008. Penentuan Aktivitas Biologis Tanin Beberapa
Hijauan secara in Vitro menggunakan Hohenheim Gas Test dengan Polietilen Glikol sebagai Determinan. Media Perikanan. Vol.31. No.1. Hal 44-52. ISSN: 0126-0472.
Liem, Alowisya F., Holle, Elizabeth., Ivone Y., Gemnafle., Wakum, Sarah. 2013.
Isolasi Senyawa Saponin dari Mangrove Tanjang (Bruguiera gymnorrhiza) dan Pemanfaatannya sebagai Pestisida Nabati pada Larva Nyamuk. Jurnal Biologi Papua. Vol. 5. No. 1. Hal. 29-36. ISSN: 2086-3314.
Mani, Aswathi Elizabeth., Bharathi, V., Petterson, Jamila. 2012. Antibacterial
Activity and Preliminary Phytochemical Analysis of Sea Grass Cymodocea rotundata. International Jourmal of Microbiological Research. Vol. 3. No. 2. Hal. 99-103. ISSN: 2079-2093. DOI: 10.5829/idosi.ijmr.2012.3.2.6267
Molyneux P. 2004. The Use of Stable Free Radical diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) for Estimating Antioksidan Activity. Songklanakarin Journal Science Technology.
Munandar A., Mustopa A. Z., Tarman K., Nurhayati T. 2014. Aktivitas Antibakteri
Protein Kapang Xylaria psidii KT30 terhadap Eschercia coli dan Bacillus subtilis. Jurnal IPB. Bogor.
Nawaly, Hermanus., Susanto, A.B., uUktolseja, Jacoeb L.A. 2015. Senyawa
Bioaktif dari Rumput Laut sebagai Antiksidan. Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS.
Neldawati., Ratnawulan., Gusnedi. 2013. Analisis Nilai Absorbansi dalam
Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat. Pillar of physic. Vol. 2. Hal. 76-83.
41
Noor, Yus Rusila., Khazali, M., Suryadiputra, I N. N. 2012. Panduan Pengenalan
Mangrove di Indonesia. Cetakan ke 3. ISBN: 979-95899-0-8 Nurjanah, Nurjanah., Jacoeb, Agoes M., Hidayat, Taufik., Shylina, Annisa. 2015.
Bioactive Compounds and Antioxidant Activity of Lindur Stem Bark (Bruguiera gymnorrhiza). Internasional Journal of Plant Science and Ecology. Vol.1. No.5. pp. 182-189
Nurmalasari, F., Ersam, T., Fatmawati, S., 2016. Isolasi Senyawa Antioksidan
dari Kulit Batang Sonneratia ovata Backer. J. Sains Dan Seni ITS 5. Panjaitan, Mangasih Pandapotan, Alimudin, Andi Hairil, Adhitiyawarman. 2014.
Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Kulit Batang Ceria (Baccaurea hookeri). JKK. Vol. 3. No. 1. Hal. 17-21. ISSN: 2302-1077.
Plantamor. 2017. Klasifikasi Sonneratia caseolaris.
http://plantamor.com/index.php/Sonneratia_caseolaris. Diakses pada 8 Februari 2017 pukul 17.00 WIB.
Pramesti R. 2013. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rumput Laut Caulerpa serrulata
Dengan Metode DPPH (1,1 difenil 2 pikrilhidrazil). Buletin Oseanografi Marina April 2013.
Putranti, R.I., 2014. Skrining Fitokimia Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rumput
Laut Sargassum duplicatum dan Turbinaria ornata Dari Jepara. UNIVERSITAS DIPONEGORO
Putri,Vinny Sukma Wijayana., Yulita, Victoria., Rijai, Laode. 2015. Aktivitas
Antioksidan Kulit Buah Pidada Merah (Sonneratia caseolaris). Jurnal Sains dan Kesehatan. Vol. 1. No. 2. P-ISSN: 2303-0267. E-ISSN: 2407-6082.
Racman, Arif, Wardatun, Sri, Weandarlina. 2006. Isolasi Identifikasi Senyawa
Saponin Ekstrak Metanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis). Universitas Pakuan: Bogor
Rahmayani, Ulfah., Pringgenies, Delianies., Djunaedi, Ali. 2013. Uji Aktivitas
Ekstrak Kasar Keong Bakau (Telescopium telescopium) dengan Pelarut yang Berbeda terhadap Metode DPPH (Diphenyl Picril Hidrazil). Journal of Marine Research. Vol.2. No.4. Hal 36-45
Redha, A., 2013. Flavonoid: struktur, sifat antioksidatif dan peranannya dalam
sistem biologis. Jurnal Belian. Vol. 9. No. 2. Hal 196-202.
Rohyani, Immy Suci., Aryanti, Evy., Suripto. 2015. Kandungan Fitokimia
beberapa Jenis Tumbuhan Lokal yang sering dimanfaatkan sebagai Bahan Baku Obat di Pulau Lombok. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. Vol. 1. No. 2. ISSN: 2407-8050. DOI: 10.13057/psnmbi/m010237.
42
Rohsiarto, Brahmansyah Diar., Puspaningtyas, Ayik Rosita, Holidah, Diana. 2014. Studi Aktivias Antioksidan Senyawa 1-(p-klorobenzoiloksimetil)-5-fluorourasil dengan Metode Molecular Docking dan Metode DPPH. Jurnal Pustaka Kesehatan. Vol. 2. No. 1.
Sadhu, Samir Kumar., Ahmed, Firoj., Ohtsuki, Takashi. 2006. Flavonoids from
Sonneratia caseolaris. Jurnal Natural Medicine. Vol. 60. Hal. 264-265 DOI: 10.1007
Sami, Fitriyani Jumaetri., Rahimah, Sitti. 2015. Uji Aktivitas Ekstrak Metanol
Bunga Brokoli (Brassica oleraca L. Var. Italica) dengan Metode DPPH (2,2 difenil-1-pikrilhidrazil) dan Metode ABTS (2,2 azinobis (3-etilbenzotiazolin)-6-asam sulfonat)
Sapri., Pebrianti, Reni., Faizal, Mohd. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Metanol Tumbuhan Singgah Perempuan (Loranthus sp) dengan Metode DPPH ( 2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil). Prosiding Seminar Nasional Kimia. ISBN : 978-602-19421-0-9
Sastrawan, Idza N., Sangi, Meiske., Kamu, Vanda. 2013. Skrining Fitokimia dan
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Adas (Foeniculum vulgare) menggunakan Metode DPPH. Jurnal Ilmiah Sains. Vol. 13. No. 2
Sayuti, Kesuma., Yenrina, Rina. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik. Andalas
University Press. Padang. ISBN : 978-602-8821-97-1 Simlai, Aritra., Rai, Archana., Mishra, Saumya., Mukherjee, Kalishankar., Roy,
Amit. 2014. Antimicrobial and Antioxidative Activities in the Bark Extracts of Sonneratia caseolaris, a Mangrove Plant. Jurnal EXCLI. Vol. 13. Hal. 997-1010. ISSN: 1611-2156.
Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Institut Teknologi Bandung,
Bandung. Sithranga Boopathy, N., Kathiresan, K., Jeon, Y.J., 2011. Effect of Mangrove
Black Tea Extract from Ceriops decandra (griff.) on Hematology and Biochemical Changes in Dimethyl Benz[a]anthracene-induced Hamster Buccal Pouch Carcinogenesis. Environ. Toxicol. Pharmacol. 32, 193–200. doi:10.1016/j.etap.2011.05.003
Sulistijowati, Rieny. 2017. Kandungan Tanin dan Flavonoid yang Terdapat pada
Buah, Batang, dan Daun Tumbuhan Mangrove (Sonneratia alba) melalui Proses Ekstraksi. Aksara Jurnal Pendidikan Nonformal. Vol.3. No.2. ISSN: 2407-8018
Sunarni, Titik., Pramono, Suwidjiyo., Asmah, Ratna. 2007. Flavonoid Antioksidan
Penangkap Radikal dari Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook f. & Th.). Majalah Farmasi Indonesia. Vol.18. No.3. Hal. 111-116.
Suryaningrum, Dwi., Wikanta, Thamrin., Kristiana, Hendi. 2006. Uji Aktivitas
Senyawa Antioksidan dari Rumput Laut Halmenia harveyana dan euchema cottonii. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Vol. 1. No. 1
43
Tamat, Swasono R., Wikanta, Thamrin., Maulina, Lina S. 2007. Aktivitas
Antioksidan dan Toksisitas Senyawa Bioaktif dari Ekstrak Rumput Laut Hijau Ulva reticulata Forsskal. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Hal 31-36. ISSN: 1693-1831
Tristantini D., Ismawati A., Pradana B. T., Jonathan J. G. (2016). Pengujian
Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH pada Daun Tanjung (Mimusops elengi L). In Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan.
Tristanto, Riki., Putri, Megawati Arsita., Situmorang, Anggun P., Suryanti. 2014.
Optimalisasi Pemanfaatan Daun Lamun Thalassia hemprichii sebagai Sumber Antioksidan Alami. Jurnal Saintek Perikanan. Vol.10. No.1. Hal. 26-29. ISSN: 1858-4787
Wibowo C., Kusmana C., Suryani A., Hartati Y., Oktadiyani P. 2009.
Pemanfaatan Pohon Mangrove Api-Api (Avicennia Spp.) sebagai Bahan Pangan dan Obat. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian Institut Pertanian Bogor.
Yuliani, Ni Nyoman., Dienina, Desmira Primanty. 2015. Uji Aktivitas Antioksidan
Infusa Daun Kelor (Moringa oleifera) dengan Metode 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH). Jurnal Info Kesehatan. Vol 14. No.2.
Yulianis., Latief, Madyawati., Redho, M. 2015. Isolasi Senyawa dari fraksi Etil
Asetat Daun Pedada (Sonneratia caseolaris L.) dan Uji Aktifitas Antioksidan. Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik 5”. Padang
top related