tugas 2 kurban
Post on 07-Dec-2015
48 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kurban merupakan salah satu ibadah yang dijalani oleh umat muslim
didunia. Ibadah berkurban ini biasanya jatuh beberapa bulan setelah lebaran idul
fitri. Sejarah ibadah kurban ini dimulai ketika Nabi Ibrahim mendapatkan
perintah dari Allah SWT untuk menyembelih anaknya sendiri yaitu Nabi Ismail.
Hal itu merupakan ujian terberat yang dialaminya. Akhirnya pada suatu hari,
Nabi Ibrahim bersiap untuk menyembelih anaknya sendiri. Ketika hendak
menyembelih, tiba-tiba Nabi Ismail digantikan dengan seekor domba.
Dari sejarah tersebut, ibadah berkurban mengajarkan kita untuk ikhlas
memberi apa yang kita miliki kepada orang lain. Ibadah kurban merupakan suatu
kegiatan menyembelih dan membagikan hewan kurban kepada kaum yang
berhak mendapatannya seperti orang yang tidak mampu, musafir, dsb.
Ibadah kurban memiliki banyak manfaat. Dari sisi agamau, kita telah
memenuhi kewajiban sebagai umat muslim. Dari segi hubungan sosial juga dapat
mempererat tali silahturahmi antar sesame umat manusia. Selain bermanfaat dari
sisi agama dan sisi hubungan sosial, dari sisi bisnis pun juga menguntungkan.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
manfaat dari bisnis berkurban serta penulis akan membahas tentang dampak yang
terjadi pada masyarakat.
2
Bab II
Kajian Pustaka
A. Bisnis
1. Pengertian Bisnis
Bisnis dalam arti luas adalah suatu istilah umum yang menggambarkan
suatu aktivitas dan institusi yang memproduksi barang dan jasa dalam
kehidupan sehari-hari (Amirullah, 2005:2).
Menurut Bukhori Alma (1993:2), bisnis adalah sejumlah total usaha
yang meliputi pertanian, produksi, konstruksi, distribusi, transportasi,
komunikasi, usaha jasa dan pemerintah, yang bergerak dalam bidang
membuat dan memasarkan barang dan jasa kepada konsumen.
Menurut Louis E. Boone (2007:5), bisnis (bussines) terdiri dari seluruh
aktivitas dan usaha untuk mencari keuntungan dengan menyediakan barang
dan jasa yang dibutuhkan bagi sistem perekonomian, beberapa bisnis
memproduksi barang berwujud sedangkan yang lain memberikan jasa.
2. Jenis-jenis Bisnis
Menurut Indriyo Gito Sudarmo (1993: 3), ada beberapa macam jenis
bisnis, untuk memudahkan mengetahui pengelompokannya maka dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
3
Ekstraktif, yaitu bisnis yang melakukan kegiatan dalam bidang
pertambangan atau menggali bahan-bahan tambang yang terkandung
di dalam perut bumi.
Agraria, yaitu bisnis yang menjalankan bisnisnya dalam bidang
pertanian.
Industri, yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang industri.
Jasa, yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang jasa yang menghasilkan
produk-produk yang tidak berwujud.
3. Etika Bisnis
Menurut Suhardana (2006) dalam Sukirno Agus dan I Cekik Ardana
(2009: 127-128) istilah lain dari etika adalah susila, su artinya baik, sila
artinya kebiasaan. Jadi susila berarti kebiasaan atau tingkah laku perbuatan
manusia yang baik.
Menurut Lawrence, Weber, dan Post (2005) dalam Sukirno Agus dan I
Cekik Ardana (2009: 127-128) etika adalah suatu konsepsi tentang perilaku
benar dan salah. Etika menjelaskan kepada kita apakah perilaku kita
bermoral atau tidak berkaitan dengan hubungan
Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan
perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha
(Murti Sumarni, 1995:21). Chandra R (1998: 20) menambahkan bahwa
perubahan-perubahan besar dalam oraktik pengelolaan bisnis dewasa ini
menyebabkan perhatian terhadap etika bisnis semakin penting.
Oleh karena itu, etika bisnis merupakan pengetahuan pedagang tentang
tata cara pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma
4
dan moralitas melalui penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui transaksi.
5
B. Kesejahteraan Sosial
Secara umum, istilah kesejahteran sosial sering diartikan sebagai kondisi
sejahtera (konsepsi pertama), yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk
kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan,
pakaian, perumahan, pendidikan dan perwatan kesehatan. Pengertian
kesejahteraan sosial juga menunjuk pada segenap aktifitas pengorganisasian
dan pendistribusian pelayanan sosial bagi kelompok masyarakat, terutama
kelompok yang kurang beruntung (disadvantage groups). Penyelenggaraan
berbagai skema perlindungan sosial (social protection) baik yang bersifat
formal maupun informal adalah contoh aktivitas kesejahteraan sosial (Suharto,
2009).
Kesejahteraan dalam pembangunan sosial ekonomi, tidak dapat
didefinisikan hanya berdasarkan konsep materialis dan hedonis, tetapi juga
memasukkan tujuan-tujuan kemanusiaan dan kerohanian. Tujuan-tujuan tidak
hanya mencakup masalah kesejahteraan ekonomi, melainkan juga mencakup
permasalahan persaudaraan manusia dan keadilan sosial-ekonomi, kesucian
hidup, kehormatan individu, kehormatan harta, kedamaian jiwa dan
kebahagiaan, serta keharmonisan kehidupan keluarga dan masyarakat. Salah
satu cara menguji realisasi tujuan-tujuan tersebut adalah dengan:
Melihat tingkat persamaan sosial dan pemenuhan kebutuhan dasar
bagi semua.
Terpenuhinya kesempatan untuk bekerja atau berusaha bagi semua
masyarakat.
Terwujudnya keadilan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan.
Stabilitas ekonomi yang dicapai tanpa tingkat inflasi yang tinggi.
Tidak tingginya penyusutan sumber daya ekonomi yang tidak dapat
diperbaharui, atau ekosistem yang dapat membahayakan kehidupan.
Cara lain untuk menguji realisasi tujuan kesejahteraan tersebut adalah
dengan melihat tingkat solidaritas keluarga dan sosial yang dicerminkan pada
6
tingkat tanggung jawab bersama dalam masyarakat, khususnya terhadap anak-
anak, usia lanjut, orang sakit dan cacat, fakir miskin, keluarga yang
bermasalah, dan penanggulangan kenakalan remaja, kriminalitas, dan
kekacauan sosial.
Bab III
Analisis
A. Kurban Untuk Berbisnis
Di Indonesia, fenomena penjual kambing menjelang Idul Adha banyak
dijumpai di pinggir-pinggir jalan di berbagi kota. Dengan memajang kambing di
pinggir-pinggir jalan tersebut makin memudahkan calon konsumen untuk melihat
kualitas dari kambing yang dijualbelikan. Hal lain yang menjadikan bisnis ternak
domba dan kambing ini memberikan peluang adalah terus naiknya permintaan
akan pembelian domba kambing jika pembelian dilakukan dalam jumlah yang
besar.
Menjelang Idul Adha harga domba jantan biasanya minimal Rp
1.000.000,00/ekor ukuran sedang, sementara yang besar di atas Rp 1 juta/ekor,
dengan kenaikan harga per tahun selisihnya rata-rata Rp 200.000,00/ekor sampai
Rp 300.000,00/ekor. Terus naiknya harga domba dan kambing disebabkan minat
pasar yang terus bertambah. Pebisnis dan lembaga belakangan harus memenuhi
kuota pesanan. Di beberapa kota besar di Indonesia, banyak lembaga pemasok
hewan qurban membutuhkan cadangan minimal seribu ekor/bulan. Sejauh ini,
terbuka lebar potensi peningkatan pemasaran domba dan kambing. Dengan
segmentasi pasar bervariasi berdasarkan klasifikasi kualitas, karakter, umur dan
lain-lain yang selama ini belum sepenuhnya terisi, baik kebutuhan lokal maupun
ekspor.
Melihat peluang tersebut, masih sangat mungkin dioptimalkan
pembangunan agrobisnis ternak domba dan kambing di Indonesia. Karena tidak
7
hanya produk dagingnya yang bisa menjadi komoditas bisnis, namun juga
peluang terbuka untuk industri pupuk organik, pakaian, tas, dan banyak lagi.
Melihat peluang usaha itu, upaya pembangunan agrobisnis ternak domba
dan kambing kini dibangun di Jawa Barat. Bukan hanya produk daging, makanan
olahan, tetapi juga industri pupuk organik, pakaian, tas, dan banyak lagi.
Pengembangan agrobisnis ternak domba dan kambing diharapkan pula mampu
menjadikan daging ternak ini makin luas konsumen. Setidaknya, pemasaran tidak
usah menunggu setahun sekali saat Hari Raya Kurban.
B. Kurban Untuk Kesejahteraan Masyarakat
Berkurban tidak semata menyembelih hewan lalu diberikan kepada fakir
miskin. Kurban merupakan wujud syukur atas nikmat yang didapat seperti yang
terdapat dalam Al-Kautsar ayat 1-2: “Sesungguhnya Kami telah memberikan
kepadamu sebuah sungai di surga, maka dirikanlah shalat karena Tuhamu dan
berkurbanlah.
Kurban tidak semata perwujudan taat kepada Allah SAW semata. Kurban
juga wujud kepedulian kepada sesama. Tidak semua orang mampu membeli
daging merah, padahal di dalamnya terdapat kandungan protein tinggi. Bagi fakir
miskin yang tinggal di kota besar, mendapatkan daging kurban amat mudah,
karena banyaknya orang yang mampu berkurban.
Dengan berkurban, kesejahteraan akan merata. Kesejahteraan akan
semakin merata lagi ketika kita peduli dengan saudara kita di pelosok nusantara.
Mari bersama-sama wujudkan pemerataan daging kurban.
Berdasarkan kisah singkat pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail,
hakikat penyembelihan hewan kurban yang rutin dilaksanakan umat Islam tidak
lebih dari bentuk ibadah yang meniscayakan arti pentingya kesetiakawanan sosial
dan wujud ketakwaan seorang hamba kepada Tuhannya. Hakikat ibadah kurban
adalah perintah Tuhan untuk mengorbankan dan menyembelih sifat egois, sikap
mementingkan diri sendiri, rakus, dan sikap serakah yang dibarengi dengan
kecintaan kepada Allah yang diwujudkan dalam bentuk solidaritas dan
8
kesetiakawanan sosial. Ibadah kurban juga mengajarkan umat Islam untuk
menolak segala bentuk egoisme dan keserakahan. Kedua sifat itu hanya akan
merampas hak dan kepentingan kaum dhuafa. Di sisi lain, ibadah kurban dapat
menjadi solusi terhadap berbagai bentuk ketimpangan dan ketidakadilan sosial
yang masih mewarnai di sekitar kita. Perintah berkurban bagi mereka yang
mampu dan membagikan dagingnya untuk kaum miskin dan dhuafa mengandung
pesan bahwa kita bisa dekat dengan Allah SWT hanya ketika kita bisa mendekati
dan menolong saudara-saudara kita yang serba kekurangan. Semangat ini
mengajarkan nilai-nilai solidaritas, kesetiakawanan, atau tolong-menolong
sesama manusia. Yang kaya menolong si miskin, sebaliknya yang miskin
menolong si kaya. Sikap solidaritas ini akan mengurangi kesenjangan sosial dan
menjaga suasana yang harmonis di antara sesama warga. Maka, membumikan
pesan moral ibadah kurban di negara kita yang masih terjerat kemiskinan
merupakan pekerjaan mendesak yang harus dikerjakan
9
Bab IV
Implikasi
A. Implikasi Kurban Terhadap Bisnis
Secara ekonomi, pelaksanaan ibadah qurban ini juga memiliki empat
implikasi. Pertama, dari sisi demand dan supply. Pada sisi permintaan, ibadah
qurban ini menjamin adanya permintaan terhadap hewan qurban, baik
kambing/domba maupun sapi/kerbau. Bahkan permintaan ini memiliki
kecenderungan untuk meningkat dari waktu ke waktu, seiring dengan
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan, serta peningkatan kesadaran
masyarakat untuk menunaikan ibadah ini. Dirjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan Kementan RI Syukur Iwantoro menyatakan bahwa kenaikan permintaan
hewan qurban pada tahun 1433 H ini bervariasi. Khusus wilayah Jabodetabek,
kenaikan ini mencapai angka 10-15 persen.
Kondisi permintaan yang seperti ini memberikan sinyal kepada kita untuk
melakukan penataan dari sisi supply. Sisi penawaran ini harus bisa dimanfaatkan
seoptimal mungkin untuk menggerakkan roda perekonomian masyarakat,
terutama industri peternakan rakyat, yang notabene termasuk ke dalam kategori
UMKM. Pertanyaannya sekarang, siapa yang lebih menikmati kenaikan
penjualan domba dan sapi selama ini? Inilah tantangan besar bagi umat ini,
bagaimana caranya agar penjualan domba dan sapi ini lebih banyak dinikmati
oleh umat.
Kedua, dari sisi ketahanan ekonomi. Ibadah qurban ini bisa menjadi
instrumen untuk menjaga keseimbangan perekonomian domestik dalam
menghadapi tekanan krisis global. Tentu saja dengan catatan bahwa hewan
qurban tersebut merupakan hasil produksi dalam negeri. Jika pasokan hewan
qurban tersebut berasal dari impor, maka yang akan menikmati adalah
perekonomian negara eksportir hewan qurban. Permintaan domestik yang tinggi,
akan sangat menguntungkan negara mereka, seperti Australia yang menjadi
10
eksportir sapi terbesar ke tanah air. Oleh karena itu, perlu dipikirkan secara lebih
serius, bagaimana caranya meningkatkan produksi dalam negeri, sehingga
pengadaan hewan qurban ini bisa dipenuhi oleh para peternak lokal.
Salah satunya adalah dengan membangun dan mengembangkan sentra
industri peternakan rakyat. Beberapa upaya lembaga zakat, baik BAZNAS dan
LAZ, untuk membangun sentra usaha ternak yang dikelola oleh kaum dhuafa,
perlu didukung. Keberadaan sentra-sentra ini harus diperbanyak, dan kelompok
masyarakat calon pequrban perlu didorong untuk membeli dari ternak usaha
rakyat tersebut. Jika usaha membangun sentra peternakan rakyat ini mengalami
kendala permodalan, maka perbankan syariah dapat ikut terlibat dalam
pembiayaannya. Untuk itu, inovasi model bisnis yang menguntungkan semua
pihak perlu diciptakan.
Ketiga, qurban dapat membantu memperkuat ketahanan pangan nasional,
dimana kelompok dhuafa mendapatkan tambahan pasokan daging yang siap
dikonsumsi. Meskipun sifatnya sangat temporer, tapi paling tidak, qurban ini
diharapkan dapat meningkatkan konsumsi daging per kapita masyarakat, yang
saat ini baru mencapai angka tujuh kilogram per kapita per tahun. Masih jauh
lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi daging warga Malaysia yang
mencapai angka 44 kg per kapita per tahun. Rendahnya konsumsi daging ini
antara lain disebabkan oleh banyaknya jumlah warga yang tidak memiliki
kemampuan untuk membeli daging. Dengan qurban, minimal mereka memiliki
kesempatan untuk mengkonsumsi daging. Keempat, qurban dapat meningkatkan
produktivitas perekonomian. Semangat berqurban akan melahirkan pribadi-
pribadi yang produktif. Jika tidak produktif, maka seseorang tidak mungkin
memiliki kemampuan untuk berqurban. Produktivitas individu dan masyarakat
merupakan modal sosial yang sangat berharga dalam upaya membangun
peradaban ekonomi syariah
Ada sejumlah alasan mengapa ibadah Qurban penting dikelola sebagai
sebuah program masterpiece pemberdayaan ekonomi masyarakat. Hampir semua
11
bentuk ritual ibadah dalam Islam membawa manfaat universal dan multidimensi,
termasuk di dalamnya adalah manfaat ekonomi. Jadi, ibadah dalam Islam adalah
sebuah peluang ekonomi, sebuah peluang bisnis. Wajar jika ekonomi dalam
Islam ibarat darah dalam tubuh yang fungsinya menghidupi. Ibadah Haji (rukun
Islam ke 5) misalnya. Bukan sekadar ritual ibadah semata berdimensi hablum
minallah, tetapi juga merupakan sebuah aktivitas ekonomi yang dahsyat
(hablumminannas). Perputaran ekonomi langsung atau tidak langsung dari ibadah
Haji ini sangatlah besar. Pemerintah Saudi memperoleh devisa luar biasa
besarnya, karena jutaan Muslim tiap tahun menunaikan ibadah Haji.
Qurban pun demikian, sebuah peluang yang sangat besar yang bisa
membangkitkan dan mendatangkan kekuatan ekonomi yang luar biasa. Tidak
seperti ibadah haji, ber-Qurban bisa dilaksanakan di seluruh penjuru dunia.
Qurban bisa menjadi sebuah aset ekonomi, komoditas perdagangan global.
Potensi pasarnya adalah milyaran muslim di seluruh dunia. Sebab, setiap Muslim
pasti menginginkan dirinya untuk berqurban. Atau setidaknya sekian persen dari
jumlah masyarakat Muslim yang jumlahnya lebih dari satu milyar di dunia saat
ini. Berarti secara potensi dibutuhkan milyaran atau jutaan hewan ternak setiap
tahun di seluruh dunia untuk memenuhi permintaan Qurban. Yang berati pula
akan terjadi transaksi perdagangan bernilai milyaran dolar. Bukankah ini sebuah
peluang besar, bahkan sangat besar? Harusnya kita masyarakat Muslimlah yang
paling tepat untuk mengelola peluang ini. Walaupun ternak bisa saja dibeli atau
diadakan dari masyarakat manapun termasuk non Muslim, tetapi potensi
masyarakat Muslim untuk mengembangkan usaha ternak ini sangat luar biasa.
Hampir semua negeri Muslim cocok untuk pengembangan ternak.
Jika ingin mengambil manfaat optimal, tak ada salahnya jika program
Qurban bukan sekadar bagaimana menggarap pasar (sektor hilir), tetapi bisa juga
menggarap sektor hulunya (usaha peternakan), misalnya dengan menggerakan
program ternak berbasis komunitas. Meskipun sebagai strategi manajemen,
program ekonomi qurban harus mengambil skala prioritas dalam
12
mengembangkan bisnisnya. Fokus bisnis ternak yang terpenting adalah
bagaimana bisa menjadi market leader di dunia bisnis Qurban. Program ekonomi
Qurban mutlak harus memiliki kemampuan dalam menggarap sektor hilir,
melakukan program pemasaran dengan segala propandanya. Menciptakan dan
menjadikan seluruh stakeholders Qurban untuk kepentingan program
pemasarannya. Ini semua merupakan tantangan sekaligus peluang untuk
menjadikan Qurban menjadi bisnis besar, menjadi bisnis dengan multi benefit.
B. Implikasi Kurban Terhadap Kesejahteraan Individu dan Masyarakat
Selain ibadah kurban berdampak dalam dunia bisnis, ibadah kurban juga
mempunyai peranan penting dalam kesejahteraan individu maupun masyarakat.
Hal tersebut dapat dilihat dari pengolahan dan pendistribusian hewan kurban
yang secara khusus diperuntukkan bagi mereka yang berhak. Selain itu, dari sisi
penerima, pemenuhan gizi pada masyarakat juga diperhitungkan. Dengan adanya
kurban, masyarakat kategori sangat miskin bisa memiliki kesempatan menikmati
daging kurban setahun sekali.
Dengan adanya kepekaan sosial maka akan membangun kesetaraan dan
pemerataan ekonomi. Kesetaraan merupakan salah satu esensi penting dalam
ibadah kurban pada Hari Raya Idul Kurban. Esensi pentingnya terletak pada
pendistribusian daging kurban, yakni diutamakan kepada orang-orang yang tidak
mampu agar mereka merasakan kebahagiaan pada Hari Raya Idul Adha dan hari-
hari setelahnya. Ibadah kurban yang membimbing umat Muslim agar berkorban
ini mengandung muatan pelajaran dan hikmah bahwa kaum Muslim hendaknya
selalu ingat untuk melakukan perbaikan agar kemaslahatan selalu meliputi
masyarakatnya dan agar kondisi masyarakatnya menjadi lebih baik.
Dengan demikian, persolan masyarakat, utamanya kelaparan dan
kemiskinan, sedikit banyak dapat teratasi melalui ibadah kurban, atau dengan
kata lain kurban yang dilakukan oleh umat Muslim yang berkecukupan
diharapkan mampu berkontribusi pada upaya penyetaraan serta penghapusan
13
kasta-kasta yang tidak terlihat di masyarakat, dan berkontribusi pula pada upaya
pemerataan ekonomi warga masyarakat sehingga kesenjangan ekonomi yang
terjadi tidak terlalu tinggi. Meskipun terkesan masih instan karena sifat ibadah
kurban hanya one time donation, namun ibadah kurban mengandung hikmah
besar, yakni bahwa kurban memberi petunjuk dan contoh nyata upaya
pemerataan ekonomi masyarakat dapat dimulai dari ibadah kurban itu sendiri.
14
Bab V
Kesimpulan
Ibadah kurban merupakan kewajiban yang dijalankan umat muslim di dunia. Ibdaha
kurban juga mtuk ketakwaan merupakan suatu bentuk dari ketakwaan manusia
kepada Penciptanya. Selain merupakan bentuk ketakwaan, ibadah kurban juga
mempunyai dampak terhadap bisnis maupun kesejahteraan masyarakat maupun
individu.
Dampak yang dirasakan dalam bisnis adalah dengan makin banyaknya umat muslim
tentu hal ini akan berdampak pada penjualan hewan kurban seingga keuntungan pun
akan menjadi besar. Sedangkan dampak yang dirasakan dalam kesejahteraan individu
maupun masyarakat, kita bisa merasakan keindahan dalam berbagi dengan orang lain.
Kesejahteraan bukan berarti hanya harta juga bisa dengan ketenangan hati. Hal serupa
juga dirasakan oleh orang yang kurang mampu karena mereka bisa merasakan
menikmati daging yang hanya setahun sekali.
15
Daftar Pustaka
http://eprints.uny.ac.id/7990/3/BAB%202-05404241009.pdf
http://qurrohayuniyyah.blogspot.co.id/2012/10/dimensi-ekonomi-qurban-oleh-
irfan.html
http://www.rmol.co/read/2011/11/06/44780/Makna-Qurban-dan-Kesejahteraan-
http://sejutamimpiku.blogspot.co.id/2012/11/makalah-qurban.html
16
top related