transformasi bisnis dan ti
Post on 07-Jul-2018
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI
1/16
TUGAS MANAJEMEN INFORMASI KORPORAT
TERM PAPER
TRANSFORMASI BISNIS DAN TI
STUDI KASUS: PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO). TBK
KELAS 2014FA - Kelompok 2
Anggota Kelompok:
Addy Wahyu Fitriadi (1406661301)
Bagas Ryant Setiawan (1406661453)
Christina Deni Rumiarti (1406661472)
Danuk Cahya Permana (1406661485)
Fenroy Yedithia (1406661554)
I Dewa Made Pranata Wiana (1406661592)
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2015
-
8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI
2/16
2
Peranan Teknologi Informasi dalam Transformasi Bisnis
Transformasi bisnis adalah sebuah konsep menyeluruh meliputi berbagai strategi
kompetitif yang diadopsi oleh organisasi untuk membawa perbaikan yang signifikan
dalam kinerja bisnis (McKeown & Philip, 2003). Dengan transformasi bisnis ini,
proses bisnis suatu organisasi dapat diintegrasikan bukan hanya dalam satu organisasi
tetapi juga ke seluruh rekan bisnis, pemasok, dan konsumen (costumer) dengan tujuan
untuk mempercepat respon terhadap permintaan konsumen, peluang bisnis, dan
ancaman dari pihak luar (Huang, Kapoor, & Buckley, 2004). Segala sesuatu tidak akan
menjadi yang terkuat untuk bertahan kecuali bisa terus beradaptasi dengan perubahan
yang terjadi (Darwin, 1859). Demikian halnya dengan organisasi, jika suatu organisasi
tidak melakukan perubahan untuk beradaptasi dengan perkembangan yang terjadi
maka organisasi tersebut tidak akan bisa bertahan menghadapi persaingan yang
semakin ketat. Oleh karena itu, suatu organisasi perlu bertransformasi untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, banyak organisasi atau perusahaan yang
bergerak dari lingkungan bisnis lokal atau regional menuju ke jenjang internasional
atau yang lebih global. Dengan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), organisasi
dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keunggulan kompetitif. Selain itu, TIK juga merupakan enabler dalam sebuah transformasi bisnis yang dilakukan oleh
organisasi atau perusahaan. Banyak penulis telah menyinggung tentang pentingnya
keselarasan dan integrasi TI dan implikasinya terhadap transformasi proses bisnis
(McKeown & Philip, 2003). Manfaat dari penerapan TI akan menjadi kecil jika TI
hanya diterapkan dalam kondisi organisasi yang ada, untuk itu manfaat TI akan
menjadi besar jika TI diinvestasikan dalam perubahan yang sesuai pada karakteristik
organisasi (strategi, struktur, proses, dan budaya) (Venkatraman, 1994).
-
8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI
3/16
3
Latar Belakang Perusahaan
Garuda Indonesia merupakan maskapai penerbangan nasional Indonesia yang secara
resmi menjadi perusahaan publik pada tanggal 11 Februari 2011. Pada saat itu, Garuda
Indonesia berhasil mencatatkan 6.335.736.000 sahamnya di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dengan kode GIAA (Garuda Indonesia, 2012). Salah satu tonggak sejarah
penting ini dilakukan setelah Garuda Indonesia menyelesaikan transformasi bisnisnya
melalui kerja keras serta dedikasi berbagai pihak.
Seiring dengan upaya pengembangan usaha, di awal tahun 2005, Garuda Indonesia
memiliki tim manajemen baru yang kemudian membuat perencanaan baru bagi masa
depan perusahaan. Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang dan
restrukturisasi perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi
kegiatan operasional dan membangun kembali kekuatan keuangan. Keberhasilan
program yang dilakukan oleh Garuda Indonesia membuahkan hasil, yaitu pada tahun
2015 Garuda Indonesia menjadi salah satu dari tujuh maskapai penerbangan di dunia
dengan rating lima bintang. Garuda Indonesia melakukan beberapa transformasi bisnis
untuk beradaptasi dan bersaing menuju ke pasar global. Salah satu keberhasilan
transformasi bisnis yang dilakukan tidak terlepas dengan peran TI sebagai enabler
dalam proses transformasi bisnis yang dilakukan.
Kondisi Garuda Indonesia Sebelum Adanya Program Transformasi
Pada tahun 2005, industri penerbangan di Indonesia sudah semakin berkembang. Salah
satu indikator perkembangan tersebut adalah munculnya maskapai penerbangan swasta
yang menyebabkan adanya persaingan dalam industri penerbangan. Namun, Garuda
Indonesia tidak siap dengan persaingan tersebut. Hal ini dikarenakan Garuda Indonesia
terbiasa dengan monopoli bisnis penerbangan di Indonesia selama periode orde baru.
Faktor lain yang memberatkan kondisi Garuda Indonesia adalah besarnya utang yang
dimilikinya. Berbeda dengan para pesaingnya yang merupakan maskapai baru, Garuda
Indonesia memiliki beban utang yang berasal dari akumulasi kerugian selama
-
8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI
4/16
4
bertahun-tahun. Tercatat besar utang yang dimiliki Garuda Indonesia pada tahun 2005
mencapai US$ 661 juta.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, Garuda Indonesia seharusnya
berupaya untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggannya. Akan
tetapi, pelayanan yang diberikan Garuda Indonesia pada saat itu masih jauh dari
memuaskan. Kinerja On Time Performance (OTP) Garuda Indonesia adalah sekitar
70% yang disebabkan oleh faktor teknis. Kondisi tersebut masih jauh di bawah standar
penerbangan, yaitu sebesar 85%. Permasalahan dari sisi perencanaan adalah tingkat
pemanfaatan pesawat yang masih rendah. Sedangkan permsalahan dari sisi keuangan
adalah cash flow negatif yang disebabkan banyaknya rute yang mengalami kerugian
akibat jumlah penumpang yang rendah. Kondisi tersebut menyebabkan citra Garuda
Indonesia menjadi buruk. Hal ini dapat dilihat dari majalah The Wall Street Journal
edisi Maret 2005 yang menyebutkan bahwa Garuda Indonesia merupakan maskapai
terlemah di Asia karena pelayanan yang buruk dan lilitan utang. Tanpa tindakan
penangangan yang segera, Garuda Indonesia berada di ambang kebangkrutan.
Transformasi Bisnis Perusahaan
Pada Maret 2005, Emirsyah Satar ditunjuk sebagai CEO baru Garuda Indonesia. Di
awal masa kepemimpinannya, Emir menegaskan bahwa Garuda Indonesia harus
mendefinisikan dirinya sebagai perusahaan jasa yang pusat perhatiannya adalah
pelanggan dan karyawan, bukan lagi sebagai perusahaan transportasi dengan pusat
perhatian penumpang dan pesawat. Sebagai perusahaan transportasi, Garuda Indonesia
pada waktu itu hanya fokus pada bagaimana memindahkan orang dari suatu tempat ke
tempat lain sedangkan kualitas layanan seperti makanan dan minuman, kenyamanan
atau keramahtamahan kru, atau bagaimana menciptakan pengalaman terbang yang
menyenangkan menjadi urusan yang kesekian. Sebaliknya dengan menjadi perusahaan jasa, urusan keselamatan dan ketepatan waktu bukan lagi menjadi fokus utama
penjualan ( selling point ) tetapi harus menjadi syarat kebutuhan minimum (minimum
requirement ).
-
8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI
5/16
5
Untuk dapat berkompetisi dengan pesaingnya, suatu organisasi perlu menentukan
strategi yang kompetitif. Strategi kompetitif merupakan langkah yang dipilih untuk
mendapatkan posisi dan aktivitas yang berbeda dari yang lain supaya dapat membuat
sesuatu yang unik (Michael Porter, 1996 dalam Applegate, Austin, & Soule, 2009).
Empat posisi kunci dalam memilih langkah terkait strategi yaitu:
Pemilihan pasar untuk menentukan siapa pelanggan perusahaan.
Pemilihan produk atau servis yang akan ditawarkan kepada pelanggan.
Pemilihan jaringan bisnis untuk menentukan hubungan dengan pemasok, produsen,
distributor, dan rekan bisnis.
Pemilihan batasan bisnis untuk menentukan bisnis apa saja yang akan dijalankan
dan yang tidak dijalankan.
Hal-hal tersebut menjadi pertimbangan Emirsyah dalam membuat “Rencana Strategis
Restrukturisasi dan Transformasi Garuda Indonesia” untuk mengatasi permasalahan
yang ada saat itu. Rencana strategis tersebut dijalankan pada tahun 2006-2010+. Seperti
terlihat pada Gambar 1, tahap restrukturisasi dan transformasi terbagi menjadi tiga
tahap, yaitu: (1) Survival , (2) Turnaround , dan (3) Growth.
Gambar 1. Rencana Strategis Restrukturisasi dan Transformasi Garuda Indonesia
(Sumber: Kasali & Satar, 2014)
-
8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI
6/16
6
Survival (2006-2007)
Pada tahapan ini Garuda Indonesia berusaha bertahan dalam menghadapi masalah
dalam dirinya. Permasalahan Garuda Indonesia dari sisi internal adalah masih
membukukan kerugian (cash flow yang masih negatif) di laporan keuangannya, serta
masih memiliki utang sebesar Rp 688,5 miliar. Sedangkan dari sisi eksternal, Garuda
Indonesia menghadapi beberapa masalah yaitu:
Persaingan yang semakin sengit antar maskapai penerbangan nasional.
Kenaikan harga BBM yang berdampak pada meningkatnya harga avtur, yaitu
sebesar 30%. Kenaikan ini menjadi masalah karena 30% biaya operasional
penerbangan adalah dari biaya BBM.
Kenaikan harga minyak dunia yang berdampak pada melemahnya kurs rupiah yang
sempat mencapai Rp 10.200 per dollar AS. Melemahnya rupiah ini berdampak pada
Garuda Indonesia karena penerimaan Garuda Indonesia dalam rupiah sedangkan
pengeluaran Garuda Indonesia dalam dollar AS.
Inflasi yang terjadi mengakibatkan melemahnya daya beli masyarakat yang
berdampak pada berkurangnya jumlah penumpang Garuda Indonesia.
Ledakan bom Bali yang kedua mengakibatkan penurunan wisatawan asing sebesar
30% dan kunjungan ke Bali berkurang menjadi 50%.
Hal pertama yang dilakukan untuk bertahan dari masalah di atas adalah melakukan
efisiensi biaya dan meningkatkan penerimaan. Beberapa program efisiensi biaya yang
dilakukan diantaranya adalah menutup rute-rute yang selalu merugi, menyederhanakan
proses bisnis, meningkatkan response time dan produktivitas, serta meningkatkan
efisiensi BBM.
Turnaround (2008-2009)
Setelah berhasil bertahan ( survival ) menghadapi masalah yang ada, Garuda Indonesia bersiap untuk melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu turnaround . Tiga upaya yang
dilakukan dalam tahapan ini adalah peningkatan keselamatan penerbangan, melakukan
peremajaan armada, dan perbaikan kinerja On Time Perfomance. Dalam rangka
-
8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI
7/16
7
menjalankan program peningkatan keselamatan penerbangan, Garuda Indonesia
mengikuti standar keselamatan internasional yang berlaku. Standar yang diterapkan
Garuda Indonesia dalam hal keselamatan penerbangan adalah standar yang diatur
dalam IATA Operational Safety Audit (IOSA). IOSA merupakan sistem audit
penerbangan global yang menganalisis delapan aspek terkait dengan pelaksanaan
operasional penerbangan. Garuda Indonesia mendapatkan sertifikasi IOSA pada
pertengahan Mei 2008, sehingga sudah dapat dipertimbangkan untuk dapat melakukan
penerbangan internasional kembali.
Program peremajaan armada yang dilakukan Garuda Indonesia adalah melakukan
pembelian sepuluh unit pesawat Boeing 777-300 ER yang akan digunakan untuk
melayani penerbangan internasional jarak jauh ( long haul ). Selain itu, Garuda
Indonesia juga melakukan pembelian lima puluh unit pesawat Boeing 737-800 NG
yang akan digunakan untuk melayani penerbangan domestik dan regional. Dengan
pembelian pesawat ini, rata-rata usia pesawat Garuda Indonesia pada tahun 2008
selama 12 tahun turun menjadi 7-8 tahun pada tahun 2011.
On Time Perfomance (OTP) Garuda Indonesia selama tahun 2008 mengalami
peningkatan. Kinerja OTP mengalami kenaikan sebesar 5,5 poin yaitu menjadi
83,85%. Penyebab keterlambatan Garuda Indonesia karena fasilitas bandara, masalah-masalah teknis, dan operasional penerbangan dapat diatasi lebih baik.
Growth (2010-2014)
Setelah memiliki posisi yang kuat di pasar domestik, selanjutnya Garuda Indonesia
mengincar pasar internasional sebagai bagian dari upaya mengembangkan bisnisnya.
Akan tetapi, berbeda dengan kondisi pasar domestik di mana nama Garuda Indonesia
sudah dikenal, nama Garuda Indonesia belum terlalu dikenal di pasar internasional.
Kondisi ini berpotensi menyebabkan kerugian yang diakibatkan rendahnya tingkat
isian penumpang seperti yang dialami oleh banyak rute internasional Garuda Indonesia
hingga tahun 1998. Dengan pertimbangan besarnya usaha yang diperlukan jika Garuda
Indonesia memperkenalkan nama ke dunia internasional sendiri, maka jalan yang lebih
-
8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI
8/16
8
efektif dan efisien adalah dengan bergabung kepada salah satu aliansi penerbangan
yang sudah ada.
Aliansi penerbangan merupakan bentuk kerja sama antara dua maskapai atau lebih
pada tingkat substansial. Pada aliansi penerbangan, seluruh rute yang dimiliki oleh
anggotanya dihubungkan sehingga menghasilkan jumlah tujuan penerbangan yang
lebih banyak dan memperluas pasar. Pada Maret 2014, Garuda Indonesia resmi
bergabung dengan aliansi penerbangan SkyTeam sebagai anggota yang ke-20. Tujuan
dari SkyTeam adalah menyediakan seamless connection bagi para penumpangnya.
Untuk mencapai hal tersebut, perlu dilakukan integrasi antara sistem pemesanan tempat
dan check-in Garuda Indonesia terhadap seluruh anggota SkyTeam.
Transformasi TI
Setelah posisi strategis ( strategic positioning ) dan tujuan strategis ditentukan, langkah
selanjutnya yang dijalankan perusahaan adalah mengumpulkan sumber daya untuk
membangun kemampuan (capabilities) yang diperlukan untuk mencapai tujuan
strategis. Dalam proses audit kemampuan (capabilities) perlu dilakukan analisis
terhadap beberapa hal, diantaranya yaitu:
Analisis infrastruktur dan proses.
Analisis infrastruktur dan proses dilakukan terhadap proses inti yang diperlukan
untuk membuat produk, memberikan servis, memperoleh dan melayani pelanggan,
mengelola hubungan, dan membuat aliran kontinu produk baru, layanan, dan
inovasi. Dalam hal ini TI berperan dengan membentuk fondasi bagi proses dan
infrastruktur dalam perusahaan untuk menciptakan nilai (value).
Mengevaluasi sumber daya dan rekan bisnis.
Evaluasi dilakukan dengan menganalisis keahlian yang dibutuhkan untuk
menjalankan proses dan aktivitas. TI merupakan suatu alat yang dapat digunakanuntuk mendefinisikan, mengatur, dan membangun aset pengetahuan dalam
perusahaan dan jaringan bisnis.
-
8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI
9/16
9
Menilai organisasi dan budaya.
Penilaian ini dilakukan untuk menentukan apakah desain organisasi yang dibuat
dapat mempermudah pengambilan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan.
Pemanfaatan TI untuk berbagi informasi yang relevan dan memonitor keputusan
serta tindakan yang dijalankan di lapangan harus dikembangkan menjadi budaya.
Mengavaluasi kepemimpinan dan tata kelola.
Evaluasi dilakukan dengan melakukan analisis terhadap kepemimpinan yang ada
dan tata kelola untuk memperpanjang bisnis. Sebagai salah satu perusahaan BUMN,
Garuda Indonesia diwajibkan untuk mencapai GCG. Untuk itu diperlukan
implementasi tata kelola TI.
Model bisnis merupakan landasan bagaimana seorang eksekutif mengambil keputusan
terkait strategi yang diambil, kemampuan yang dibangun, dan investasi yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan bisnis. Selain itu, model bisnis juga fokus terhadap
pengambilan keputusan terkait investasi TI yang digunakan untuk mencapai tujuan
bisnis. Keterkaitan model bisnis dan investasi TI dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Menggunakan Model Bisnis Sebagai Kerangka Kasus Bisnis Untuk TI
(Sumber: Applegate et al., 2009)
-
8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI
10/16
10
Beberapa peran TI dalam model bisnis antara lain:
TI dapat digunakan untuk mengurangi biaya
TI dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan
TI dapat digunakan untuk mengefisienkan aset
TI dapat digunakan untuk membuat keuntungan berkelanjutan
Sebelum dimulainya transformasi bisnis, TI di Garuda Indonesia lebih banyak berperan
sebagai pendukung kegiatan operasional. Kemampuan TI yang dimiliki pada saat itu
tidak mampu mendukung rencana transformasi yang telah ditetapkan. Hal ini
mendorong Garuda Indonesia untuk membangun kemampuan TI yang dimiliki secara
bertahap untuk memenuhi tuntutan transformasi bisnis yang akan dilakukan.
Pada fase Survival , fokus utama dari perusahaan adalah menghindari kebangkrutan.
Untuk itu diperlukan upaya efisiensi biaya di berbagai bidang dan peningkatan
pemasukan. Pengembangan TI banyak difokuskan untuk menunjang upaya
penghematan biaya. Salah satu contohnya adalah pada upaya efisiensi penggunaan
bahan bakar. Dari sisi operasional, bahan bakar merupakan komponen yang biayanya
tidak dapat dikendalikan karena dipengaruhi oleh harga minyak dunia dan nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika. Oleh karena itu, kegiatan yang dapat dilakukan adalah
mengontrol dan merencanakan jumlah penggunaan bahan bakar secara efisien.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Garuda Indonesia menggunakan aplikasi Fuel Online
Garuda Indonesia (FOGA) pada tahun 2007. Aplikasi tersebut berguna untuk
memonitor dan menyimpan data bahan bakar yang digunakan pada setiap penerbangan.
Penggunaan aplikasi ini memungkinkan perusahaan untuk mengenali pola penggunaan
bahan bakar pada masing-masing rute. Aplikasi tersebut mendorong perencanaan
penggunaan bahan bakar secara lebih tepat, sehingga pengalokasian anggaran untuk
biaya bahan bakar juga menjadi lebih akurat.
Selain pengelolaan dan kontrol penggunaan bahan bakar pesawat, terobosan lain yang
tidak kalah penting di bidang TI adalah penerapan aplikasi e-Procurement dan e-
Auction untuk setiap proses pengadaan yang dilakukan di lingkungan Garuda
-
8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI
11/16
11
Indonesia. Dengan mengimplementasikan e-Procurement , proses pengadaan dapat
dilakukan lebih cepat, efisien, dan transparan. Selain itu demi menjaga proses
pengadaan barang yang bersih dan transparan perusahaan telah mengaplikasikan e-
Auction sebagai media pemasukan harga penawaran bagi supplier dalam proses
pengadaan sehingga Garuda Indonesia bisa memperoleh BBM dengan harga yang lebih
bersaing. Dengan diaplikasikannya e-Procurement dan e-Auction pada tahun 2007,
Garuda Indonesia berhasil melakukan penghematan biaya hingga sebesar Rp 337,3
miliar.
Sedangkan untuk menunjang peningkatan pelayanan serta memberikan nilai tambah
bagi pelanggan, Garuda Indonesia mengembangkan fasilitas direct contact dengan
pelanggan melalui call center 24 jam. Selama tahun 2007, suara pelanggan yang
terjaring adalah 4.456 dengan 3.145 berupa keluhan dan 1.131 berupa pujian. Garuda
Indonesia juga mengimplementasikan e-payment karena semakin berkembangnya TIK
semakin jarang orang melakukan transaksi secara tunai. Selama tahun 2007, volume
transaksi melalui e-payment mencapai 97.033 transaksi yang senilai dengan Rp 121
miliar. Beberapa langkah lain yang dijalankan Garuda Indonesia untuk mendekatkan
dengan pelanggan adalah menyiapkan ticketing booth machine di beberapa area publik
serta intensifikasi kerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain dalam bentuk
Corporate Account. Garuda Indonesia juga membuka Service Center di mana
pelanggan dapat melakukan pemesanan tempat, ticketing , city check-in, dan
sebagainya.
Setelah kondisi perusahaan membaik dan terhindar dari ancaman kebangkrutan, maka
selanjutnya Garuda Indonesia masuk ke fase Turnaround . Fokus dari fase ini adalah
memperkuat fondasi perusahaan sebagai persiapan untuk melakukan ekspansi di fase
berikutnya. Untuk itu, perlu dilakukan perbaikan dan peningkatan TI yang akan
digunakan di masa mendatang.
Salah satu contoh peningkatan kemampuan (capabilities) TI adalah dalam hal
perencanaan jadwal penerbangan. Garuda Indonesia merupakan perusahan jasa
-
8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI
12/16
12
layanan transportasi. Oleh karena itu, pesawat terbang merupakan aset utama dalam
kegiatan operasionalnya. Untuk dapat memperoleh keuntungan, pesawat terbang harus
digunakan secara maksimal. Tingkat produktifitas pesawat terbang dinilai dari lamanya
pesawat tersebut terbang. Semakin sering pesawat digunakan, semakin tinggi
produktivitas pesawat tersebut. Kunci dari produktivitas pesawat adalah perencanaan
jadwal penerbangan dan rotasi pesawat yang baik.
Pada tahun 2008, total jumlah pesawat yang dimiliki adalah 54 pesawat. Berdasarkan
tujuan transformasi perusahaan dalam melakukan ekspansi, total jumlah pesawat yang
ditargetkan pada tahun 2015 adalah 154 pesawat. Penambahan jumlah pesawat tersebut
harus diimbangi juga dengan penambahan jumlah kru yang mengoperasikannya. Pada
saat itu, sistem penjadwalan rotasi pesawat masih belum terintegrasi dengan
penjadwalan kru. Kondisi tersebut berpotensi menjadi penghambat. Untuk mengelola
perencanaan penggunaan pesawat dan penjadwalan kru yang akan bertambah drastis,
diperlukan adanya dukungan TI yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, Garuda Indonesia mengeluarkan pertama kali
IOCS ( Integrated Operations Control System) pada tahun 2009. Sesuai namanya,
IOCS merupakan sistem yang mengintegrasikan penjadwalan penerbangan,
penjadwalan rotasi pesawat, dan penjadwalan kru. Setelah diimplementasikan, aplikasiini mampu meningkatkan produktivitas pesawat dan masih digunakan hingga tahun
2015 dimana jumlah pesawat telah mencapai 155 dan jumlah kru mencapai 4.696
orang.
Selain menerapkan IOCS pada kegiatan operasional penerbangan, Garuda Indonesia
juga menerapkan sistem ERP dalam mengelola sumber daya perusahaan. Pada tahap
awal, Garuda Indonesia hanya memilih dua modul dalam ERP yaitu keuangan dan
sumber daya manusia. Pada tahun 2010, Garuda Indonesia menambahkan modullogistik untuk menyelesaikan masalah logistik, seperti pengiriman katering yang sering
terlambat dan juga modul maintenance dan engineering dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pengelolaan dan perawatan teknis pesawat.
-
8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI
13/16
13
Berikut beberapa implementasi TI yang dilakukan Garuda Indonesia (2009) untuk
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan TI sebelum melakukan ekspansi yaitu:
Pemutakhiran aplikasi pencatatan pendapatan penumpang ( Passenger Revenue
Accounting System and Reporting ) yang terintegrasi dan sesuai dengan peraturan
dan prosedur organisasi penerbangan dunia The International Air Transport
Association (IATA).
Mengembangkan aplikasi Employee and Manager Self Service System dan
Employee Performance System and Cockpit Crew Appraisal untuk memberikan
kemudahan pengelolaan dan pengawasan kinerja pegawai supaya lebih optimal.
Pemutakhiran informasi dan teknologi komunikasi dengan mengubah teknologi
booking engine konvensional menuju teknologi berbasis Service Oriented
Architecture (SOA).
Fase transformasi berikutnya adalah Growth. Setelah dianggap memiliki aset yang
memadai, Garuda Indonesia selanjutnya berupaya menembus pasar internasional dan
bersaing dengan maskapai internasional lainnya. Langkah yang dipilih untuk
memperkenalkan Garuda Indonesia ke dunia adalah bergabung ke dalam aliansi
penerbangan dunia. Langkah ini diambil karena dianggap sebagai upaya paling efektif
dalam memasuki pasar internasional. Dari tiga aliansi yang ada, Garuda Indonesia
memilih untuk bergabung ke dalam aliansi SkyTeam. Alasannya adalah karena aliansi
tersebut belum memiliki maskapai yang beroperasi di Asia Tenggara dan dapat menjadi
penghubung antara Australia dan Asia. Kondisi tersebut memberikan nilai tambah bagi
Garuda Indonesia.
Untuk menjadi bagian dari aliansi Sky Team, sistem pemesanan tempat, ticketing , dan
check-in milik Garuda Indonesia harus terhubung dengan sistem seluruh anggota
SkyTeam lainnya. Dalam rangka mendukung bergabungnya Garuda Indonesia ke
dalam SkyTeam pada tahun 2013, Garuda Indonesia menyiapkan seluruh kebutuhan
TI untuk mendukung diterapkannya sistem baru untuk layanan penumpang, yaitu
Passenger Services Systems (PSS) Amadeus Altea. Untuk mendukung kesiapan
operasional sistem Amadeus Altea, Garuda Indonesia melakukan peningkatan
-
8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI
14/16
14
kapasitas, keandalan, dan keamanan terkait jaringan.
Garuda Indonesia juga menyelesaikan implementasi Enterprise Service Bus (ESB)
yang meliputi ESB, ODS (Operation Data Stores) dan MQ Server. ESB akan berfungsi
untuk mengintegrasikan sistem PSS baru dengan IOCS dan seluruh sistem yang terkena
dampak. Pada tahun yang sama, Garuda Indonesia menyelesaikan implementasi
Reservation, Inventory, dan Ticketing (RIT) dan Departure Control System (DCS)
sehingga seluruh operasional di kantor cabang serta airport domestik dan internasional
sudah menggunakan sistem Amadeus Altea.
Berikut inisiatif TI yang dilakukan Garuda Indonesia dalam rangka menjadi bagian dari
aliansi SkyTeam:
Menyelesaikan Integrated Contact Center untuk mendukung layanan pelanggan
sesuai dengan standar SkyTeam.
Menyelesaikan integrasi Garuda Indonesia Frequent Flyer (GFF) dengan FFP
seluruh anggota SkyTeam dengan menggunakan aplikasi integrator sesuai dengan
platform SkyTeam.
Menyelesaikan set-up Disaster Recovery Center (DRC) untuk sistem IOCS, yang
ditujukan untuk memastikan business continuity.
Menerapkan kebijakan, standard, dan prosedur terkait IT Security (ISMS) sesuaiISO 27001, merupakan persyaratan dari SkyTeam, untuk memastikan keamanan
data dari anggota aliansi.
Banyak keuntungan yang diperoleh Garuda Indonesia dengan bergabung menjadi
anggota SkyTeam. Disamping merupakan sarana promosi ke dunia internasional, ada
perubahan proses bisnis yang terjadi dalam hal ekspansi. Sebelum bergabung dengan
SkyTeam, pengembangan rute luar negeri dilakukan dengan cara konvensional, yaitu
meningkatkan kemampuan internal terlebih dahulu dengan membuka cabang baru.
Setelah rute tersebut dibuka, selanjutnya dilakukan promosi untuk masuk ke pasar yang
ada. Setelah bergabung dengan SkyTeam, Garuda Indonesia memiliki data jumlah
penumpang dari suatu lokasi potensial yang datang ke Indonesia menggunakan
maskapai SkyTeam lainnya. Data tersebut menjadi pengetahuan berharga dalam
-
8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI
15/16
15
melakukan pembukaan cabang baru.
Kesimpulan
Transformasi bisnis Garuda Indonesia dilakukan untuk menghindari ancaman
kebangkrutan. Untuk dapat bertahan, Garuda Indonesia dipaksa untuk bertransformasi
demi menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi. Agar transformasi
tersebut dapat berhasil, diperlukan adanya dukungan TI. Mempertimbangkan
kapabilitas TI Garuda Indonesia yang belum memadai pada waktu itu, maka diperlukan
juga adanya transformasi TI.
Rencana transformasi bisnis dibuat berdasarkan kondisi model bisnis Garuda Indonesia
saat itu dan tujuan yang ingin dicapai di masa mendatang. Rencana tersebut menjadi
fokus dari upaya peningkatan kemampuan TI. Adapun manfaat yang ingin diperoleh
dari peningkatan kemampuan TI adalah untuk mengurangi biaya, meningkatkan
pendapatan, meningkatkan efisiensi penggunaan aset, dan menghasilkan keuntungan
berkelanjutan.
Setelah melakukan transformasi, Garuda Indonesia selamat dari ancaman
kebangkrutan dan mampu mencapai targetnya untuk menjadi maskapai kelas dunia.
Transformasi yang dilakukan mengubah penggunaan TI menjadi tidak hanya sebatas
membantu kegiatan operasional tetapi TI sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari proses bisnis. Selain itu TI juga berperan sebagai sarana perencanaan yang lebih
baik. Hal tersebut terlihat dari transformasi sistem penanganan penumpang yangs
emula merupakan aplikasi kunci kegiatan operasional menjadi aplikasi yang
menghasilkan dat untuk mendukung ekspansi perusahaan. Dengan demikian, posisi
penggunaan TI Garuda Indonesia yang semula ada di kuadran Factory kini telah
bergeser ke kuadran Strategic.
-
8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI
16/16
16
Daftar Pustaka
Applegate, L., Austin, R., & Soule, D. (2009). Corporate Information Strategy and
Management (8th ed.).
Darwin, C. R. (1859). On the Origin of Species.
Garuda Indonesia. (2012). Laporan Kinerja Tahunan Garuda Indonesia Tahun 2011.
Jakarta.
Garuda Indonesia. (n.d.). Konsep Layanan. Retrieved from https://www.garuda-
indonesia.com/id/id/garuda-indonesia-experience/service-concept/index.page
Garuda Indonesia. (n.d.). Visi dan Misi Perusahaan. Retrieved from
https://www.garuda-indonesia.com/id/id/corporate-partners/company-
profile/company-vision-mission/index.page
Garuda Indonesia. (n.d.). Tentang Garuda Indonesia. Retrieved from
https://www.garuda-indonesia.com/id/id/corporate-partners/company-
profile/about/index.page
Huang, P., Kapoor, S., dan Buckley, S. (2004). A sense-and-respond approach to
business transformation. E-Commerce Technology for Dynamic E-Business,
2004. IEEE International Conference on, 337 – 340.
Kasali, R., dan Satar, E. (2014). From One Dollar to Billion Dollars Company. Jakarta:
Kompas.
McKeown, I., dan Philip, G. (2003). Business transformation, information technology
and competitive strategies: learning to fly. International Journal of Information
Management , 23, 3 – 24.
Venkatraman, N. (1994). IT-enabled business transformation: from automation to
business scope redefinition. Sloan Management Review, 35(2), 73 – 87. Retrieved
from http://www.cs.jyu.fi/el/tjtse56_10/TJTSE56_Syllabus_files/Venkatraman -
IT Enabled Business Transformation - From Automation to Business Scope
Redefinition.pdf
top related