tradisi nelayan melayu riau
Post on 16-Apr-2015
287 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BRIKET ECENG GONDOK SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF PENGGANTI MINYAK TANAH
I. PENDAHULUAN
Bila melihat segi kandungan dari eceng gondok, ternyata memiliki berbagai keuntungan dan manfaat. Salah satunya dapat dijadikan sebagai pengganti minyak tanah dengan bahan dasar pembuatan briket eceng gondok menjadi biogas melalui proses biokonversi energi. Bahan bakar minyak dalam beberapa tahun terakhir mangalami krisis. Hal ini mengakibatkan subsidi BBM dikurangi, selain itu cadangan minyak semakin sedikit dan menipis. Diperkirakan cadangan minyak yang ada +/- 9 miliar barel, dengan produksi minyak 1,07 juta barel/tahun. Namun untuk mengantisipasi dan mengurangi beban subsidi pemerintah harus mengantisipasi kenaikan harga BBM. Dalam hal ini adalah minyak tanah, yakni diperlukan sebagai bahan bakar alternatif yang murah dan mudah didapat.Salah satu yang diperlukan sebagai bahan bakar alternatif adalah pembuatan briket eceng gondok. Briket eceng gondok ini sudah lama disosialisasikan oleh pemerintah, namun sulit untuk memperoleh bahannya yang semakin dianggap tidak berguna. Briket ini merupakan energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak yang biasa digunakan untuk keperluan uindustri dan rumah tangga yakni untuk pengolahan makanan, pengeringan, pembakaran dan pemanasan. Briket eceng gondok ini untuk keperluan rumah tangga harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya: tidak menghasilkan asap yang banyak, tidak berbau, mudah menyala, tidak menghasilkan racun, fisiknya tidak mudah pecah, kandungan abunya rendah, dan memenuhi spesifikasi emisi gas yang telah ditetapkan pemerintah. Dengan memiliki kriteria di atas, maka briket eceng gondok sangat efisien dan efektif dalam pemanfaatannya.
II. LATAR BELAKANG
Sebagian besar masyarakat dapat memanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan biogas melalui proses biokonverasi energi sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah. Proses pembuatannya dengan bantuan mikro organisme bakteri pembusuk clostridium butyrinum, bactiroides, atau bakteri perut E. coli, serta bakteri penghasil gas metan yaitu methanobacter dan methanobacillus. Oleh karena itu, ada peluang bagi energi-energi alternatif, khususnya bagi energi yang dapat diperbarui (renewable energy).Sumber energi alternatif yang dapat diperbarui relatif banyak, satu diantaranyta adalah biomassa ataupun bahan-bahan limbah organic. Biomassa ini dapat diolah dan dijadikan sebagai bahan bakar alternatif, contohnya dengan pembuatan briket. Selama ini pembuatan briket hanya terbuat dari batu bara saja. Maka, kami akan membahas kurang lebih tentang pembuatan briket dari eceng gondok. Supaya eceng gondok ini tidak menumpuk dan menjadi limbah biomassa, maka dapat dilakukan suatu pemanfaatan energi alternatif terhadap eceng gondok ini.Kandungan selulosa dan senyawa organic pada eceng gondok berpotensi memberikan nilai kalor yang cukup baik. Dengan demikian, briket arang dari eceng gondok ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif, di samping dapat membuat dampak yang sangat baik pula bagi lingkungan. Gas metan yang terkandung merupakan gas yang bersifat eksplosif, bila bersentuhan dengan sumber energi panas. Oleh karena itu, briket ini mempunyai daya panas yang cukup tinggi tidak kalah dengan bahan bakar lain seperti batu bara dan minyak tanah.
III. TUJUAN PENELITIAN
Pada penelitian ini, pembuatan briket eceng goondok bertujuan untuk mengetahui dan menggali lebih banyak pengetahuan dan manfaat dari bahan organik. Briket ini dapat dijadikan sebagai pengganti bahan bakar minyak yang lebih hemat dan mudah mendapatkannya.
IV. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat briket eceng gondok adalah digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak, keperluan industri selain untuk keperluan rumah tangga, juga untuk pengolahan, pengeringan, pembakaran dan pemanasan.
V. DASAR TEORI1. Eceng Gondok
Eceng gondok termasuk dalam family pontederiacede. Tanaman ini memiliki bunga yang indah berwarna ungu muda (lila), daunnya berbentuk bulat telur dan berwarna hijau mengkilap bila terkena sinar matahari. Eceng gondok (Eichornia Crossipes) merupakan tumbuhan air yang tumbuh di rawa-rawa, danau, waduk, dan sungai yang alirannya tenang. Eceng gondok yang berada diperairan Indonesia, mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka ragam, mulai dari ketinggian 1,5 m dengan diameter mulai dari 0,9 m – 1,9 m. eceng gondok ini terdiri dari akar, bakal tunas, tunas/stolon, daun, petiole dan bunga. Daun-daunnya mempunyai garis tangan sampai 15 cm.Menurut beberapa sumber, eceng gondok diperkirakan masuk ke Indonesia pada tahun 1894. penanaman eceng gondok berasal dari Negara Brasil yang bertujuan untuk melengkapi dan memperindah suasana Kebun Raya Bogor. Pertumbuhan eceng gondok sangat cepat +/- (3%/hari) akan mempercepat pedangkalan sungai/danau, karena air permukaan menjadi lebih sedikit volumenya yang disebabkan oleh dasar air yang naik. Hal ini mengakibatkan tanaman eceng gondok menyerap air sangat banyak.Eceng gondok (EG) adalah gulma penggagu bagi perairan. Biasanya cepat berkembang diperairan yang terkena limbah, karena eceng gondok ini dapat mengikat logam berat dalam air, seperti besi, seng, tembaga dan raksa.
2. BriketBriket adalah bahan bakar dengan bentuk dan ukuran tertentu, yang tersusun dari butiran halus yang telah mengalami proses penempatan dengan daya tekan tertentu, agar bahan bakar tersebut lebih mudah ditangani dan menghasilkan nilai tambah dalam pemanfaatannya.Ada 4 dasar pemikiran, mengapa briket perlu mendapat perhatian khusus dalam pengembangan diversifikasi energi di Indonesia, yaitu:- Makin menipisnya cadangan minyak bumi.- Potensi dan kualitas eceng gondok cukup tresedia dan dapat menghasilkan briket yang mempunyai persyaratan.- Tersedianya teknologi sederhana yang memungkinkan eceng gondok dapat dibentuk menjadi briket.- Dapat menggantikan penggunaan kayu bakar yang sangat mengganggu kerusakan ekologi hutan
VI. ALAT DAN BAHAN
Alat- Mesin penggiling
- Silinder pencetak- Drum modifikasi- Korek apiBahan- Eceng gondok- Tanah liat- Kapur- Air- Serbuk gergaji
VII. CARA KERJA
1. Syarat briket eceng gondokBriket yang permukaannya halus dan tidak meninggalkan bekas hitam di tangan dapat digunakan sebagai bahan bakar. Selain itu, briket juga harus memenuhi kriteria sebagai berikut:a. Mudah dinyalakanb. Tidak mengeluarkan asapc. Emisi gas hasil pembakaran tidak mengandung racun.d. Kedap air dan hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu lama.e. Menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, laju pembakaran dan suhu pembakaran) yang baik.
VIII. PEMBAHASAN
Briket eceng gondok merupakan energi alternatif pengganti bahan bakar minyak yang biasanya digunakan untuk keperluan industri dan rumah tangga. Briket ini tidak menghasilkan asap yang banyak, tidak berbau, mudah menyala, serta kandungan abunya juga rendah. Hal ini dimaksudkan agar briket eceng gondok ini bersifat efisien dan efektif dalam pemanfaatannya. Briket ini juga bisa dibakar hingga menjadi bioarang. Dengan kandungan karbon yang lebih tinggi dan kadar air yang sedikit, mutu dan kualitas bioarang ini lebih baik disbanding briketnya., selain ramah lingkungan, briket dan bioarang ini juga lebih harum dan sedikit asapnya. Dan limbah hasil pembakaran briket ini masih bisa dimanfaatkan untuk abu gosok atau pembuatan telur asin.Pada pembuatan biogas ini, prosesnya memerlukan bantuan mikro organisme bakteri pembusuk clostridium butyrinum, atau bakteri Escherechia coli, serta bakteri penghasil gas metan, yaitu methanobacter dan methanobacillus. Bakteri clostridium merupakan mikro organisme pembusuk utama, sehingga menimbulkan ledakan yang cukup kuat.Komposisi bahan pembuatan briket eceng gondok 80% bahan organic dan 20% bahan campuran daun eceng gondok segar. Setalah kedua bahan tersebut tercampur rata, kemudian adonan dicetak dengan ukuran dan bentuk menurut selera pembuatnya. Briket yang telah dibuat selanjutnya dijemur sampai kering.Proses pengeringan ini bergantung pada cuaca. Pengeringan hanya memakan waktu 2-3 hari bila matahari bersinar penuh. Sedangkan tanda-tanda briket sudah kering atau belum, yaitu dengan cara meletakkan dan mengangkatnya di telapak tangan. Bila briket sudah kering akan terasa lebih ringan dan juga dipermukaan tidak terlalu mengotori permukaan tangan. Maka briket eceng gondok ini siap untuk digunakan sebagai bahan bakar.
IX. KESIMPULAN
Kandungan sumber minyak bumi di wilayah Indonesia diprediksi hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan minya dalam negeri sampai tahun 2010. jadi, sudah selayaknya semua pihak memikirkan alternatif bahan bakar lain yang tidak hanya mengandalkan bahan dasar minyak, akan tetapi sedikit lebih pada memanfaatkan bahan organik, yaitu dengan pembuatan briket eceng gondok.Kelebihan dari briket eceng gondok ini adalah mempunyai daya panas yang dihasilkan tidak kalah dengan bahan bakar minya. Selain itu juga memiliki kemampuan penyebaran baar api yang baik, tidak mudah padam, dan tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk pengipasan. Tanpa dikipasi, briket eceng gondok ini mudah menyala dengan stabil.
X. PENUTUP
Demikian pembahasan dan pengetahuan yang dapat kami berikan mengenai briket dari eceng gondok yang dijadikan sebagai pengganti bahan bakar minyak yang efisien dan efektif bagi keperluan rumah tangga. Semoga bermanfaat dan berguna bagi krhihupan sehari-hari, amin.
DAFTAR PUSTAKA- http//. Bahan Bakar dari Eceng Gondok_Trubusid.- http//. Briket Eceng Gondok Sebagai Energi Alternatif Pengganti Minyak Tanah_Tuheteru.- http//. Briket Eceng Gondok¬¬_Agus rasidi.- Vina Fitriani, Andretha. Pengertian Eceng Gondok, Jakarta, 2008.- http//www. Tekmira.esdm. go.id/BRIKET/apaltu.html.
PROPOSAL TUGAS AKHIR
PROPOSAL TUGAS AKHIR
RANCANGAN ALAT FERMENTASI
BIOGAS ECENG GONDOK
Disusun Oleh :
AHMAD SYAIKHONI (E3C109048)
AKBAR A. JAYADI (E3C109020)
JURUSAN D-III TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Energi memiliki peran penting dan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan
manusia. Terlebih, saat ini hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada
energi. Berbagai alat pendukung, seperti alat penerangan, motor penggerak,
peralatan rumah tangga, dan mesin-mesin industri dapat difungsikan jika ada energi.
Pada dasarnya, pemanfaatan energi—seperti energi matahari, energi air, energi
listrik, energi nuklir, energi minyak bumi dan gas, serta energi mineral dan batubara—
memang sudah dilakukan sejak dahulu.
Ketergantungan pada energi yang tidak dapat diperbaharui secara
berlebihan dapat menimbulkan masalah krisis energi. Salah satu gejala krisis energi
yang terjadi akhir-akhir ini yaitu kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), seperti
minyak tanah, bensin, dan solar. Kelangkaan terjadi karena tingkat kebutuhan BBM
terus meningkat setiap tahunnya, Sementara minyak bumi—bahan baku
pembuatan BBM—berjumlah terbatas dan membutuhkan waktu berjuta-juta tahun
untuk proses pembentukannya.
Saat ini pemerintah berencana menaikkan harga bahan bakar minyak
(BBM) bersubsidi dalam waktu dekat ini. Dalihnya, ada kecenderungan kenaikan
harga minyak bumi di dunia, yang kini harga minyak dunia sudah menyentuh hingga
USD 115 per barel atau di atas hitungan anggaran pemerintah USD 90 per barel.
JAKARTA, KOMPAS.com .
Kelangkaan energi tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di
negara lain. Pasalnya, populasi manusia yang terus bertambah setiap tahun
mengakibatkan permintaan terhadap energi juga meningkat. Karena kelangkaannya,
harga minyak mentah di dunia pun setiap tahun terus meningkat. Hal ini secara
tidak langsung akan berdampak terhadap perekonomian negara, terutama bagi
negara miskin dan sedang berkembang, termasuk Indonesia.
Tabel 1. Tabel Konsumsi BBM, Produksi BBM, dan Cadangan Minyak di Indonesia
Konsumsi BBM
Produks
i BBM
Cadangan
Minyak
Tahu
n
Konsumsi (Milyar
Barel)
2005 397.802 268.529 8,63
2006 374.691 257.821 8,93
2007 383.453 244.396 8,40
2008 388.107 251.531 8,22
2009 379.142 246.289 8,00
2010 388.241 241.156 7,76
Sumber : Statistik Minyak Bumi, Ditjen Migas
Memang perlunya energi alternatif untuk mengurangi penggunaan BBM sudah
sangat mendesak. Biogas atau gas bio merupakan salah satu jenis energy yang
dapat dibuat dari banyak jenis bahan buangan dan bahan sisa, semacam sampah,
kotoran ternak, jerami, eceng gondok, serta banyak bahan-bahan lainnya lagi.
Pendeknya, segala jenis bahan yang dalam istilah kimia termasuk senyawa organik,
entah berasal dari sisa dan kotoran hewan ataupun sisa tanaman, dapat dijadikan
bahan biogas (Suriawirira dan unus, 2002)
Pemilihan biogas sebagai sumber energy alternatif didasari pada keunggulan yang
dimilikiya, yaitu:
1. menghasilkan gas yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
2. kotoran yang telah digunakan untuk menghasilkan gas dapat digunakan sebagai
pupuk organik yang sangat baik.
3. Dapat mengurangi kadar bakteri pathogen yang terdapat dalam kotoran yang dapat
menyebabkan penyakit bila kotoran tersebut ditimbun begitu saja.
4. Yang paling utama adalah dapat mengurangi permasalah penanggulangan
menjadi sesuatu yang bermanfaat.(Ihwan,2003) dalam hal ini gulma seperti eceng
gondok juga dapat digunakan sebagai bahan baku.
Akibat penguraian bahan organik yang dilakukan jasad renik seperti mikroba,
baik jamur maupun bakteri, maka akan terbentuk zat atau senyawa lain yang lebih
sederhana diantaranya yaitu berbentuk gas methan(CH4).
Berdasarkan uraian diatas, dalam proposal ini akan dilakukan perancangan tabung
permentasi penghasil biogas sebagai bahan bakar alternatif minyak tanah. Adapun
judul dari proposal ini adalah : RANCANGAN ALAT FERMENTASI BIOGAS
ECENG GONDOK.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka proposal ini menitik beratkan pada
pembahasan :
1. Bagaimana merancang dan membuat alat penghasil biogas dari bahan baku eceng
gondok.
2. Bagaimana menghasilkan bahan bakar dari hasil proses fermentasi tumbuhan
air(eceng gondok).
C. TUJUAN
Tujuan pembuatan Proyek Tugas Akhir ini antara lain :
1. Merancang dan membuat alat penghasil gas bahan bakar alternatif dengan bahan
baku eceng gondok
2. Menghasilkan biogas dari eceng gondok sebagai bahan bakar alternatif pengganti
minyak tanah.
D. BATASAN MASALAH
Batasan masalah untuk Proyek Tugas Akhir ini antara lain :
a. Alat fermentasi biogas eceng gondok ini dibuat sebagai pemprosesan
pembentukan gas yang akan di gunakan untuk memasak dalam skala yang
sedang.
b. Pembuatan alat ini meliputi desain tabung fermentasi dan tabung penampung
gas dan sistem penyaluran gas melalui pipa dan slang plastik.
c. Pengamatan yang dilakukan terhadap hasil gas fermentasi adalah
pengamatan secara Visual.
d. Tidak menghitung/menganalisis lebih lanjut mengenai kekuatan alas tangki,
panas api biogas, serta tekanan pada setiap tangki.
e. Tidak membahas lebih lanjut anggaran biaya tambahan untuk alat-alat
pembantu dalam proses pembuatan alat.
BAB II
TEORI DASAR
A. Pengertian Biogas
Biogas mulai diperkembangkan di Indonesia sekitar tahun 1970. Namun,
tingginya penggunaan bahan bakar minyak tanah dan tersedianya kayu bakar
menyebabkan penggunaan biogas menjadi kurang berkembang. Teknologi biogas
mulai berkembang kembali sejak tahun 2006 ketika kelangkaan energi menjadi
topik utama di Indonesia.
Awalnya, biogas dibangun dalam bentuk denplot oleh pemerintah dengan
reaktor berbentuk kubah dari bata/beton (fixed dome) dan bentuk terapung (floating)
yang terbuat dari drum yang disambung. Kini, bahan reaktor yang digunakan
telah berkembang, ada yang terbuat dari beton/bata, plat besi, plastik, dan serat
kaca (fiber glass),
Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses
fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup
dalam kondisi kedap udara).
Komposisi gas yang terdapat didalam Biogas :
Daftar Komposisi Udara
Methana (CH4) 40 – 70
Karbondioksida (CO2) 30 – 60
Hidrogen (H2) 0 – 1
Hidrogen Sulfida(H2S) 0 – 3
Nilai kalori dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt/jam yang setara dengan
setengah liter minyakdiesel. Oleh karena itu Biogas sangat cocok digunakan sebagai
bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, butana,
batubara, maupun bahan bahan lain yang berasal dari fosil. Sumber metana:
• Industri gas dan minyak (45%)
• Sektor sampah (25%)
• Pertanian (20%)
• Sumber daya alam (10%)
Prinsip dasar teknologi biogas adalah proses penguraian bahan-bahan
organik oleh mikroorganisme dalam kondisi tanpa udara (anaerob) untuk
menghasilkan campuran dari beberapa gas, di antaranya metan dan CO2.
Biogas dihasilkan dengan bantuan bakteri metanogen atau metanogenik. Bakteri
ini secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung bahan organik, seperti
limbah ternak dan sampah organik.
Proses tersebut dikenal dengan istilah anaerobic digestion atau pencernaan
secara anaerob. Umumnya, biogas diproduksi menggunakan alat yang disebut
reaktor biogas (digester) yang dirancang agar kedap udara (anaerob), sehingga
proses penguraian oleh mikroorganisme dapat berjalan secara optimal. Berikut
beberapa keuntungan yang dihasilkan dari digester anaerob.
a). Keuntungan Energi
Menghasilkan energi yang bersih.
Bahan bakar yang dihasilkan berkualitas tinggi dan dapat diperbaharui.
Biogas yang dihasilkan dapat digunakan untuk berbagai penggunaan.
b). Keuntungan Lingkungan
Mengurangi polusi udara.
Memaksimalkan proses daur ulang.
Pupuk yang dihasilkan bersih dan kaya nutrisi.M
menurunkan emisi gas metan dan CO2 secara signifikan.
c). Keuntungan Ekonomi
Ditinjau dari siklus ulang proses, digester anaerobik lebih ekonomis
dibandingkan dengan proses lainnya.
B. Eceng gondok
Eceng gondok yang memiliki nama lain ‘Eichornia crassipes’ adalah sejenis
tumbuhan air yang hidup terapung di permukaan air. Akan berkembang biak
manakala dipenuhi limbah pertanian atau pabrik sehingga menjadi indicator dimana di
tempat/sungai tersebut sudah terkena pencemaran/limbah.
Eceng gondok : sejenis tanaman hidrofit. Tumbuhan ini tidak dapat dimakan
bahkan tanaman gulma ini menjadi tanaman pengganggu bagi tumbuhan lain dan
hewan sekitarnya.
Meski memiliki sifat pengganggu, eceng gondok ternyata berperan penting
dalam mengurangi kadar logam berat di perairan waduk seperti Fe, Zn, Cu, dan Hg.
Selain itu, eceng gondok dapat menyerap logam berat. Dan yang paling menarik,
tanaman ini mengandung selulosa dalam jumlah banyak. Dan selulosa inilah yang
bisa digunakan sebagai bahan baker alternative.
Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan tanaman gulma di wilayah
perairan yang hidup terapung pada air yang dalam atau mengembangkan perakaran
di dalam lumpur pada air yang dangkal. Eceng gondok berkembangbiak dengan
sangat cepat, baik secara vegetatif maupun generatif. Perkembangan dengan cara
vegetatif dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7-10 hari. Hasil penelitian Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Sumatera Utara di Danau Toba (2003)
melaporkan bahwa satu batang eceng gondok dalam waktu 52 hari mampu
berkembang seluas 1 m persegi. Heyne (1987) menyatakan bahwa dalam waktu
enam bulan pertumbuhan eceng gondok pada areal 1ha dapat mencapai bobot
basah sebesar 125 ton.
Perkembangbiakannya yang demikian cepat menyebabkan tanaman eceng
gondok telah berubah menjadi tanaman gulma di beberapa wilayah perairan
Indonesia. Di kawasan perairan danau, eceng gondok tumbuh pada bibir-bibir pantai
sampai sejauh 5-20 meter. Perkembangbiakan ini juga dipicu oleh peningkatan
kesuburan di wilayah perairan danau (eutrofikasi), sebagai akibat dari erosi dan
sedimentasi lahan, berbagai aktivitas masyarakat(mandi, cuci, kakus), budidaya
perikanan(keramba jarring apung),limbah transportasi air, dan limbah pertanian.
Pertumbuhan enceng gondok yang sangat cepat juga menimbulkan berbagai
masalah, antara lain mempercepat pendangkalan sungai atau danau, menurunkan
produksi ikan, mempersulit saluran irigasi, dan menyebabkan penguapan air sampai
3 sampai 7 kali lebih besar daripada penguapan air di perairan terbuka (Soemarwoto,
1977), sedangkan Oshawa dan Risdiono (1977) menyatakan bahwa kehilangan air di
Rawa Pening karena penguapan oleh enceng gondok, 4 kali lebih besar daripada
penguapan air pada perairan terbuka.
Namun, dibalik berbagai efek negatif yang diberikan oleh eceng gondok. Sebenarnya,
tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang di gunakan adalah metode Perancangan dan eksperimental
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan April 2012
Tempat
Penelitian dan pembuatan alat bertempat di laboratorium Teknologi Mekanik jurusan
Teknik Mesin universitas Haluoleo Kendari.
B. Bahan dan Peralatan
Bahan
- 2 buah drum isi 200 liter
- 1 buah drum isi 100 liter
- 1 meter pipa galvanis, ukuran 3 inchi
- 1 meter pipa galvanis ukuran ½ inchi
- 5 meter slang karet/plastic
- 3 buah stop kran, ukuran ½ inchi
- 50 cm pipa, ukuran ½ inchi
- 6 buah kleman slang, ukuran ½ inchi
- Pengelasan drum (Ls)
- Kompor biogas
- 2 buah isolatif besar
- 2 buah lem paralon
Alat
- Perlengkapan Pengelasan
C. GAMBAR DAN SKEMA ALAT
1. Skema 2D alat tabung fermentasi dan tabung penampung gas biogas eceng
gondok.
Keterangan :
2. Tabung fermentasi eceng gondok
3. Tabung penampung gas
4. Kompor biogas
5. Kran
6. Pipa Saluran pembuangan (outlet)
7. Pipa saluran pemasukkan (inlet)
8. Pipa saluran masuk gas
9. Pipa saluran keluar gas
2.Gambar 3D tabung fermentasi dan tabung penampung gas biogas eceng
gondok.
3. Gambar 3D bagian dalam tabung fermentasi dan tabung penampung gas.
D. TAHAP PEMBUATAN ALAT
Alat fermentasi biogas eceng gondok ini dirancang sangat sederhana menggunakan
drum bekas plat logam isi 200 liter sebagai tempat fermentasi dan penampung gas,
serta 1 buah drum plastic sebagai penampung gas.
- Pada drum tempat fermentasi, di bagian atas di pasangkan pipa besi 3 inch
sepanjang 38 cm sebagai saluran untuk memasukkan eceng gondok . dan bada
bagian samping bawah di pasanggkan pula pipa besi ukuran 3 inch 10 cm, sebagai
tempat saluran pembuabuangan bekas pembusukkan eceng gondok. gas hasil
fermentasi di salurkan dari ruang penggolahan (fermentasi) menuju ke ruang
penampungan menggunakan slang plastic berukuran ½ inch .
- Diantara pipa pada drum dan slang, dipasangkan sebuah kran untuk memudahkan
pengaturan gas yang akan di salurkan. Begitu pula pada drum penampung gas,
dipasangkan kran sebagai pengatur gas yang akan di salurkan ke kompor media
pembakaran untuk di pemanfaatan gas hasil fermentasi.
E. CARA MENGHASILKAN BIOGAS
1. Pada tabung fermentasi gas yang di hasilkan di salurkan menuju ke tempat tabung
penampung gas dan diteruskan ke kompor. Hanya tiga bagian yang dibutuhkan
dalam biogas ini, tabung fermentasi, tabung penampung gas, serta kompor sebagai
media pembakar.
2. Sebelum dimasukkan ke dalam tabung fermentasi, eceng gondok terlebih dahulu
harus dirajang atau ditumbuk halus. Setelah itu dicampur air bersih 1:1. Misalnya 20
kg eceng gondok dicampur dengan 20 kiloliter air, lantas diaduk merata.
3. Setelah tercampur, masukkan ke dalam lubang pipa yang sudah disiapkan di ujung
kiri tabung fermentasi yang akan mengalirkan gas ke drum penampungan setelah
beberapa hari. Eceng gondok yang sudah ditumbuk sebanyak 20 kg sudah dapat
menghasilkan gas yang dapat dipakai setelah 1 minggu.
4. Ketika menggunakan biogas untuk memasak, tabung fermentasi bisa kembali diisi
dengan eceng gondok baru. Secara terus menerus eceng gondok bisa terus
dimasukkan ke dalam tabung fermentasi.
5. Karena dalam tabung tersebut sudah terpasang pipa untuk proses pengeluaran,
ampas eceng gondok akan mengalir dengan sendirinya bila eceng gondok baru
masuk ke dalam tabung. Ampas ini bisa digunakan untuk pupuk kompos.
F. PROSEDUR
Metode yang digunakan dalam pembuatan Proyek Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut :
Metode literatur digunakan untuk memperoleh informasi, dasar teori yang
diperoleh dari buku, internet, maupun wawancara kepada pakar biogas sebagai studi
pustaka yang akan mendukung pembuatan proyek akhir.
Wawancara
Metode wawancara dilakukan untuk menambah masukan serta tambahan
pengetahuan dari dosen pembimbing dan pihak lain yang berpengalaman dalam
bidang biogas agar lebih terarah.
Studi Lapangan (Observasi)
Metode studi lapangan digunakan untuk memperoleh informasi dan data-data dari
hasil pengamatan yang dapat mendukung dalam pembuatan proyek akhir, antara lain
survei ke tempat-tempat maupun daerah yang berhubungan dengan pembuatan
tugas akhir ini
Metode analisa
Metode analisa digunakan untuk menganalisa data dan menghitung data yang
diperoleh.
G. DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT
H. JADWAL PERANCANGAN ALAT
N
O
URAIAN KEGIATAN
MINGGU
I II III IV V
1 STUDI PUSTAKA
2 PENYUSUNAN
PROPOSAL
3 SEMINAR PROPOSAL
4 PEMBUATAN/
PERANCANGAN
ALAT
5 PENYUSUNAN
LAPORAN
6 SEMINAR HASIL
7 PERBAIKAN
8 UJIAN AKHIR
DAFTAR PUSTAKA
Hadi . N. 1980. Gas bio sebagai bahan bakar . Lemigas. Cepu.
Simamora,S.,Salundik,Sri.W.,Surajuddin,2006.Membuat Biogas.Agro Media
Pustaka.Jakarta.
Mahida,U.N.,1993.Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri.terjemah G.A
Ticoalu,Raja Grafindo Persada.Jakarta.
Harahap,F.M,1978. teknologi gas bio, pusat teknologi pembangunan ITB, Bandung.
top related