titrasi asam basa
Post on 19-Dec-2015
137 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
KELOMPOK 1:Rinaldo Limbong A 141 035Nina Fitriyana A 141 043Fifi Nurafiyah A 141 075Arida Siti Agustin A 141 076Lika Hanipah A 141 088
TujuanMenentukan kadar suatu senyawa
asam atau basa yang terdapat dalam suatu sampel.
PrinsipBerdasarkan reaksi netralisasi antara
asam dengan basa.
Teori
Suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya
TITRASI
Larutan yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “analit” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “larutan standart atau titer” dan diletakkan di dalam buret.
Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa adalah suatu metode untuk menentukan suatu zat dengan melibatkan reaksi asam basa.
Penentuan kadar titrasi asam basa ditentukan dengan metode volumetri. Volumetri adalah teknik analisis kimia kualitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetimbangan.
Titrasi acidimetri: Titrasi yang pengukurannya berdasarkan asam. Jadi, asam sebagai baku sekunder.
Titrasi alkalimetri: Titrasi yang pengukurannya berdasarkan basa. Jadi, basa sebagai baku sekunder.
TBA: Titrasi yang digunakan untuk asam basa yang sangat lemah.
Reaksi yang terjadi pada titrasi asam basa yaitu reaksi netralisasi. Larutan yang konsentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Larutan baku terdiri dari larutan baku primer dan larutan baku sekunder.
Larutan baku primer: Larutan baku larutan yang disiapkan dengan cara menimbang secara akurat suatu zat yang memiliki kemurnian tinggi dan melarutkannya dengan sejumlah tertentu pelarut dalam labu ukur.
Syarat-syarat larutan baku primer yaitu:Harus 100% murni Zat tersebut harus stabil baik pada suhu kamar ataupun pada waktu dilakukan pemanasan, standart primer biasanya dikeringkan terlebih dahulu sebelum ditimbang. Mudah diperoleh
Biasanya zat standart primer memiliki Masa molar (MR) yang besar hal ini untuk memperkecil kesalahan relative atau eror pada waktu proses penimbangan. Menimbang zat dalam jumlah besar memiliki kesalahan relative yang lebih kecil dibanding dengan menimbang zat dalam jumlah yang kecil.
Zat tersebut juga harus memenuhi persyaratan teknik titrasi
Larutan Baku sekunder: Larutan dengan konsentrasi tertentu yang akan diketahui konsentrasinya dengan cara ditetapkan kadarnya menggunakan larutan baku primer.
Reaksi kimia antar analit dan titrant diketahui dengan pasti dan jelas produk-produk apa yang akan dihasilkan nantinya. Mana reaktan dan produk apa yang akan dihasilkan harus jelas dan pasti
Reaksi harus berjalan dengan cepat
Harus ada sesuatu yang bisa menandakan atau mengindikasikan bahwa reaksi antara analit dengan titrant sudah equivalent secara stoikiometri, baik itu dengan perubahan warna, perubahan arus listrik, perubahan pH, dengan penambahan indicator atau apapun yang bisa digunakan untuk mengamati perubahan tersebut.
Reaksi antara analit dengan titrant harus memiliki kesetimbangan jauh kearah kanan (artinya kesetimbangannya mengarah kearah pembentukan produk) hal ini untuk memastikan secara kuantitatif reaksi bisa dihitung, dan memastikan titik akhir titrasi bisa diamati.
Titik equivalent: Titik dimana titrasi mencapai setara secara stoikiometri
Titik akhir titrasi: Titik dimana proses titrasi diakhiri disebut sebagai, ditandai dengan indikator sehingga mudah dilihat secara manual.
Indikator: senyawa asam lemah atau basa lemah yang dapat berubah warna pada saat analit dan titer habis bereaksi.
Alat dan Bahan
A. Alat1. Neraca analitik2. Labu ukur3. Botol tertutup gabus4. Buret5. Statif dan Klem6. Erlenmeyer7. Pipet volume
Prosedur
a. Pembuatan LarutanPembuatan Larutan Baku PrimerH2C2O4.5H2O 0,1 N
ditimbang dengan teliti bobot yang dibutuhkan
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
dilarutkan dengan aquades sampai tepat tanda batas
dikocok sampai homogen
Pembuatan Larutan Baku Sekunder
NaOH 0,1 NSebanyak 25 gram NaOH dilarutkan dalam 25 ml aquades dalam botol tertutup gabus yang dilapisi plastik.Sementara itu, 1 L aquades dididihkan selama 5-10 menit (sejak mendidih).Kemudian didinginkan dan dimasukkan dalam botol yang tertutup plastik.Dengan menggunakan pipet ukur diambil 6,5 ml larutan NaOH tersebut (bagian yang jernih) dan dimasukkan dalam botol berisi aquades yang telah dididihkan tadi.Diberi etiket setelah botol dikocok.Lalu larutan NaOH dibakukan dengan larutan asam.
b. Pembakuan larutan NaOH dengan H2CO4.2H2O
Larutan NaOH dimasukkan dalam buret
10 ml asam oksalat dipipet dengan menggunakan pipet volum dan dimasukkan dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 1-2 tetes phenolptalein
Larutan asam oksalat dan NaOH dititrasi sampai terjadi perubahan warna menjadi pink muda.Dicatat volume NaOH yang dikeluarkan.Titrasi dilakukan minimal 2 kali.
c. Penetapan Sampel
1. Penetapan Kadar HClSampel yang mengandung HCl dimasukkan
dalam erlenmeyer, ditambahkan 1-2 tetes phenolptalein
Dititrasi sampel dengan larutan NaOH, sampai terjadi perubahan warna menjadi rose muda dan dicatat volume NaOH yang dikeluarkan.
Dilakukan titrasi minimal 2 kali dan dihitung kadar HCl dari sampel.
top related