tinjauan penerapan formulasi & produksi...

Post on 13-Mar-2019

252 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Dra. Dewi Rijah Sari, M.Si., Apt.

Tinjauan Penerapan

Formulasi & Produksi Kosmetika

Pekan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia

BSD City, 8 September 2017

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Agenda

1

Pendahuluan

Pasar Kosmetika di Indonesia

Halal & Kecantikan

Terminologi

Atribut Halal

Sistem Jaminan Halal

Formulasi

Produksi

Contoh Studi kasus

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Populasi Muslim

2

1.6 milyar23% total populasi, rata-rata pertumbuhan 3% per tahun

Populasi Muslim di Indonesia

Populasi Muslim di Asia Tenggara & Asia SelatanPopulasi Muslim di dunia

1 milyar

204 juta12.7% dari jumlah Muslim di dunia

Sumber : MarkPlus Center, Halal Supply Chain, 2016

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia4

Populasi Muslim Terbesar

4

Empat dari sepuluh negara berlokasi di regional AsiaSelatan:

Indonesia Pakistan

India Bangladesh

3

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia4

Segmen Pasar Halal

Sumber : Halal Research Council, Halal Industry Development Corporation

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Pasar Kosmetika di Indonesia

Indonesia, salah satu negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara,populasi + 250 juta, diprediksi akan menjadi salah satu negara 10 besar di pasarkosmetika Asia pada 10 -15 tahun mendatang.

Perkembangan tingkat pendapatan dan kenaikan tingkat lapangan kerja sertaurbanisasi, telah mendorong pertumbuhan kelas menengah yang memiliki dayabeli untuk berbelanja produk. Permintaan pasar untuk produk personal care dankosmetika, terutama perawatan kulit, rias wajah dan produk perawatan rambut,memiliki pertumbuhan yang cepat dan konsisten +10% per tahun.

Penduduk Indonesia saat ini semakin banyak yang memperhatikan penampilandan fashion. Make-up sehari-hari telah menjadi kebutuhan mendasar dikalangan wanita pekerja. Sementara wanita terus menjadi konsumen dominanproduk kosmetik, penjualan kosmetika ke segmen pasar pria terus meningkat.Generasi muda juga menjadi pengguna reguler produk kosmetik.

Dengan populasi Muslim terbesar di dunia, semakin banyak minat terhadapproduk Halal dan merek kosmetika lokal telah memanfaatkan tren halaldengan cepat.

5

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Kontribusi Sektor Usaha Kosmetika

7

6.3 6.1

4.5

6.1 6.4

6.2

5.85.0 4.8 5.0

1311

16

10.0 12

11 12

8 10

7

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

GDP Nilai Pasar Kosmetika

UU No. 3/ 2014 tentang Perindustrian Sektor usaha Kosmetika berkontribusi untuk

Perkembangan Ekonomi Nasional

(perkembangan nilai pasar kosmetika >>

perkembangan GDP).

Industri Kosmetika termasuk sebagai salah

satu Industri Andalan dalam rencana

perkembangan industri nasional.

6

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Perkembangan Pasar Kosmetika Indonesia

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Kategori Saluran

+16%

+10%

+12%

+11%

~ IDR 35.4Tr.

86.5% Mass

5.2% Luxury

4.0% Direct

Sumber : Beauty Market Survey

35.8% Hair

10.5% Makeup

14.8% Hyg.

7.2% Frag.

31.7% Skin

+12%

+8%+10%

+8%

+7%

4.2% Salon

7

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Konsep Halal

Kategori situasi

87% populasi Indonesia adalah Muslim. Untuk Muslim, konsep ‘halal’ sangat penting

untuk produk yang dikonsumsi. Untuk makanan, label ‘halal’ sangat penting sejak

dahulu, namun indikasi di pasar menunjukkan bahwa ‘Halal’ menjadi penting untuk

kategori produk kecantikan juga.

Dalam beberapa tahun terakhir, busana dan kecantikan Muslim telah meningkat,

dengan mengenakan jilbab dan pakaian Muslim yang mencerminkan tren fashion

bagi wanita Muslim, hal yang sama berlaku untuk kosmetika.

Merek lokal telah memanfaatkan tren ini dengan cepat, dengan menggunakan

klaim produk Halal sebagai nilai utama mereka.

Situasi Merek (brand)

Sumber: Kadence International 2013

Halal dan Kecantikan

8

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Evolusi Hijab

Wanita muslim modernWanita muslim tradisional

9

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Bagaimana Hijab menjadi ‘trend’ saat ini ?

Perkembangan media, fashion, sosial media, dll mendorong gambaran ‘wanita muslim modern’

Komunitas Blog

Fashion show,

selebritiBrand fashion Muslim

Fashion & Kecantikan

Media

10

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Maraknya ‘Hijab influencers’ di media sosial

11

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

MISS WORLD MUSLIMAH

Kontes kecantikan

mulai tahun 2012,

sudah berjalan 4 tahun

hingga 2016

Dimulai dari aktivitas

Detik.com sejak 2013

sampai 2014. Pada 2015

mulai diintegrasikan di TV

Trans Corp

Mulai tahun 2016. Pencarian

Bakat Perancang baju

muslim modern (modest

wear). RCTI

HIJAB LOOK PUTRI MUSLIMAH HIJAB HUNT

RCTI

Program TV dengan Tren Hijab

12

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Menggunakan Hijab dalam waktu yang cukup

lama sepanjang waktu

Memicu kulit kepala bau/gatal/berkeringat

Ketombe merupakan perhatian utama.

Mencoba untuk mengatasi ketombe dengan

sering cuci rambut/creambath

Mengalami rambut rontok dan masalah

kesehatan kulit kepala.

IndonesiaSaudi Arabia

Sumber: Veiled Women Study

43 47

2008 2016

% Pengguna Hijab diantara Muslim

14% harian33% occasionally acara tertentu

Sumber : BPS, U&A 2008 + 2015

Rata-rata lama penggunaan Hijab (jam)

Pengguna Hijab … Pengalaman Hijabers (yang pergi ke salon)

Sumber: Veiled Women Study Sumber: Kantar 2015

Masalah Pengguna Hijab

13

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Terminologi

Halal artinya diizinkan atau sah menurut syariah Islam.

Untuk produk yang dipakai (makanan, obat, kosmetika, dll) pada dasarnya semua

yang ada di dunia adalah halal, kecuali ada larangan yang disebutkan dalam

kitab suci Al-Quran atau Hadist (kumpulan tulisan tentang perkataan atau tindakan

Nabi Muhammad saw).

Haram artinya dilarang atau tidak sah menurut syariah Islam.

Thayyib artinya sehat/baik, higienis/bersih, bermanfaat.

Perintah Islam untuk mengkonsumsi halal selalu dikombinasikan dengan thayyib -

Halallan Thayyiban

14

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Atribut Halal

Sah / Kepatuhan terhadap agama - Status halal memberikan kepastian kepada

konsumen bahwa semua aspek produk, mulai dari pemilihan bahan baku hingga

proses, pembuatan, distribusi dan penyimpanan, sesuai dengan syariah Islam.

Kualitas / Mutu - Produk halal tidak hanya memenuhi persyaratan halal, tapi juga

diharapkan baik (thayyib).

Aman - Produk halal harus aman dan tidak berbahaya bagi konsumen.

Kesucian & Kebersihan – Sebagai umat Islam, aspek ini harus diperhatikan

terutama saat melakukan sholat. Oleh karena itu, produk halal tidak dapat

mengandung bahan terlarang dan yang dapat mencegah kontak dengan air

selama bersuci (wudhu).

Ketertelusuran – Produk halal tidak boleh mengandung dan / atau terkontaminasi

silang dengan bahan yang tidak diizinkan (haram).

15

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Aman, tidak mengandung bahan berbahaya untuk kulit

Lebih cocok untuk penggunaan jangka panjang, karenamengandung bahan herbal/natural

Lebih memelihara, karena kualitas lebih baik

Halal menciptakan asosiasi fungsional yang kuat sebagai ‘Alasan untukPercaya’ (Reason To Believe) sebagai "produk yang lebih baik"

Sumber: Kadence International 2013

Halal pada Produk Kosmetika

16

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Formulasi & Produksi Kosmetika Halal

Apa yang harus dipersiapkan ?

Perusahaan harus memiliki sistem internal untuk mengatur ;

bahan

proses

produk

sumber daya manusia

prosedur

Untuk memastikan keberlangsungan dan konsistensi kehalalan produk.

SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)

SJH

Bahan

Proses

ProdukSDM

Prosedur

17

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Sistem Jaminan HalalContoh Kritera & Referensi

Referensi : LPPOM MUI

Kriteria (LPPOM – MUI)

1. Kebijakan Halal

2. Tim Manajemen Halal

3. Training & Edukasi

4. Bahan

5. Produk

6. Fasilitas Produksi

7. Prosedur Tertulis untuk Aktivitas Kritis

8. Ketertelusuran

9. Prosedur penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria

10. Audi internal

11. Peninjauan Manajemen

18

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Formulasi- Penentuan/pemilihan bahan

- Penentuan supplier & produsen (sourcing)

- Pengumpulan dokumen pendukung untuk aplikasi halal

- Ketertelusuran bahan dokumentasi/rekaman/database

- Perubahan bahan perlu diinformasikan

Bahan 1

Bahan 2

Bahan 3

Formula 1

Formula 2

Formula 3

Pemasok 1

Pemasok 2

Pemasok 3

Pabrik 1

Pabrik 2

Pabrik 3

Aktivitas kritis !!

- Penentuan bahan

- Pemesanan bahan

- Pemeriksaan kedatangan bahan &

sampling

- Identifikasi bahan

- Pengiriman/transportasi bahan

- Penyimpanan bahan

daftar +ve daftar -ve

LPPOM MUI : daftar +ve untuk

bahan umum, flavor, fragrance

19

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Dokumen Pendukung Bahan

Sertifikat Halal, dari lembaga sertifikasi halal yang diakui dan masih berlaku

Lain-lain :

Spesifikasi, informasi produk yang menyatakan deskripsi produk / proses, komposisi, bahan atau sumber bahan

Sertifikat Analisis (CoA), menyatakan sifat fisika, kimia dan lainnya.

Alur produksi, langkah-langkah proses produksi yang menyatakan semuabahan yang digunakan (bahan baku, bahan aditif dan alat bantu pengolah ).

Pernyataan fasilitas bebas babi dari produsen, penting untuk produktertentu yang menggunakan fasilitas bersama, dll.

Kuesioner bahan yang diisi oleh staf berwenang dari pihak produsen.

dll.

20

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Bahan dengan Sertifikat Halal

Bahan yang berasal dari hewan / turunannya

daging, gelatin, karbon/arang dari tulang, enzim dari hewan, dll.

Bahan yang diproduksi dengan proses / bahan yang kompleks

vitamin, flavor

Bahan yang sulit untuk ditelusuri kehalalannya

laktosa, whey

Bahan yang menggunakan aditif atau bahan pembantupengolahan dari hewan

kasein yang dihidrolisis oleh enzim pankreas

21

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Contoh Data Pendukung

22

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Contoh Data Pendukung

23

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Bahan – Contoh Dokumen Pendukung

Jenis Bahan Dokumen Pendukung

Hewan/turunan hewan Sertifikat Halal

Fragrance Sertifikat Halal

Alkohol dan turunannya Bukan dari industri khamr (industri minuman beralkohol)

Asam LemakInformasi sumber/asal bahan, pernyataan bebas hewan, skema alur proses

pembuatan

Tumbuhan (serbuk, ekstrak) Sumber ekstrak, pernyataan bebas hewan, skema alur proses pembuatan

Metoda ekstrasi

1. Distilasi --> informasi bahan pembantu proses (processing aid)

2. Pelarut untuk proses ekstraksi --> informasi pelarut

3. Hidrolisis enzimatik --> informasi enzim

Jika proses melibatkan bahan pembantu proses berasal dari bakteri/mikroba

sumber tiap bahan dalam kultur media (pembudidayaan, propagasi

inokulum, fermentasi produk) dan semua bahan aditif yang digunakan

dalam proses; pernyataan bebas hewan / babi

Proses penyulingan --> bahan/agen penyulingan (refining agent)

Proses pemurnian --> bahan/agen pemurnian (purification agent)

Penyaringan/Filtrasi --> bahan penyaring

Perubahan warna --> sumber karbon

Resin pertukaran ion --> sumber resin

24

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Produksi

Subkontrak 1

Subkontrak 2

Subkontrak 3

Pabrik 1

Pabrik 2

Pabrik 3

Kota/Negara 1

Kota/Negara 2

Kota/Negara 3

Kota/Negara 1

Kota/Negara 2

Kota/Negara 3

? ? ? Fasilitas bersamahalal/non-halal

P

E

M

I

S

A

H

A

N

produksi

pengemasan

penyimpanan

transportasi

penimbangan

25

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Produksi

26

Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan tertulis yang menunjukkankomitmen perusahaan untuk memproduksi produk halal secara konsisten.

Kebijakan halal adalah pernyataan tertulis tentang komitmen manajemenpuncak untuk tetap memproduksi produk halal dengan konsisten danberkesinambungan.

Kebijakan halal dapat ditulis secara terpisah atau dikombinasikan dengankebijakan lainnya, misalnya dapat dikombinasikan dengan kebijakan mutu,kebijakan keamanan, dll.

Kebijakan halal harus disosialisasikan dan disebarluaskan kepada semuapemangku kepentingan (manajemen puncak, tim manajemen halal, karyawan,pemasok, dll.)

Sosialisasi harus memastikan semua pemangku kepentingan memahami bahwaperusahaan berkomitmen untuk secara konsisten memproduksi produk halal.

Catatan sosialisasi halal harus ditetapkan dan dipelihara / didokumentasikan.

Kebijakan - Tim Manajemen - Training - Diseminasi internal/eksternal

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Aktivitas Kritis Produksi

Penerimaan Bahan (gudang bahan ke area penimbangan)

Penimbangan

Produksi (proses pencampuran, pengisian, pengemasan, dan pembersihan)

Penyimpanan

27

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Jenis Fasilitas Produksi

Fasilitas Produksi

Fasilitas khususuntuk produk halal*

Fasilitas bersama**

* Peralatan di fasilitas produksi tidak boleh digunakan bergantian untuk produk halaldan produk yang mengandung daging babi atau turunannya .

** Fasilitas bersama diperbolehkan: bila tidak ada bahan dari babi atau turunannya danharus ada proses pembersihan sebelum fasilitas digunakan untuk produksi produk halal memerlukan proses verifikasi internal untuk seluruh bahan yang digunakan (produkyang disertifikasi/tidak disertifikasi halal) apakah memenuhi ketentuan halal atau tidak.

Bila fasilitas produksi, yang pernah digunakan untuk memproduksi produk yangmengandung daging babi atau turunannya, digunakan untuk memproduksi produkhalal, harus dibersihkan 7 (tujuh) kali dengan air, dan di salah satu dengan tanah atau

bahan lainnya yang dapat menghilangkan rasa, bau, dan warna dari kontaminan.

28

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Pencucian & Penyimpanan

Pencucian bisa dilakukan dengan air atau bahan non air (dextrin,maltodextrin, minyak, disikat, lap basah, dll.).

Tempat atau fasilitas pencucian peralatan produksi tidak boleh digunakan

bersamaan atau bergantian dengan peralatan yang telah digunakan untuk

bahan yang mengandung babi atau turunannya.

Penyimpanan bahan dan produk digudang atau gudang sementara harus

memastikan bahwa tidak ada

kontaminasi silang dengan bahan /produk haram atau najis.

29

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Hal lain terkait dengan Produksi

Prosedur tertulis

Ketertelusuran

Audit Internal

Tinjauan Manajemen

30

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Bahan – Studi Kasus 1

Perubahan Bahan

31

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Bahan – Studi Kasus 2Ingredient : Ekstrak Tumbuhan

32

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Bahan – Studi Kasus 3

XXX

XXX

33

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Fasilitas Produksi – Studi Kasus 4

TEMPAT PENCUCIAN ALAT PRODUKSI

Fasilitas Khusus Fasilitas Bersama, bebas ‘porcine’

Fasilitas Bersama, tidakbebas ‘porcine

STATUS

34

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

Fasilitas Produksi – Studi Kasus 5

Tempat penimbangan denganlaminar air flow.

35

P E R K O S M I

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

- Terima kasih -

top related