thyroid tumor
Post on 13-Aug-2015
123 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
REFERAT
Tumor Thyroid
Pembimbing:dr. A. Munir, Sp. Rad
Penyusun:Audrey Budiono
07120080088
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran RadiologiUniversitas Pelita Harapan
Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I Raden Said SukantoPeriode 10 September 2012 – 6 Oktober 2012
Audrey Budiono 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk menambah pengetahuan kepada pembaca tentang prinsip “Tumor Thyroid” yang
merupakan salah satu syarat dalam melaksanakan kepaniteraan klinik Program Pendidikan
Profesi Dokter di Bagian Ilmu Radiologi di Rumah Sakit Raden Sukanto Jakarta.
Makalah ini berisi beberapa informasi tentang anatomi dan fisiologi kelenjar tiroid,
macam-macam metode pencitraan tiroid, serta penampakan tumor pada pencitraan tersebut.
Kami harapkan dengan adanya makalah ini, pembaca dapat mendapat pemahaman yang lebih
dalam informasi tentang topic ini serta dapat mengaplikasikan teori ini dalam melakukan
pendekatan terhadap pasien.
Dalam menyelesaikan tugas ini, penulis dibimbing oleh dosen pembimbing dan serta
dibantu oleh beberapa pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
dr. A. Munir, Sp. Rad, selaku dosen pembimbing penulisan referat.
Rekan-rekan Co-Asisten, serta pihak yang telah membantu dalam penulisan
referat ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempuraan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Jakarta, 17 September 2012
Audrey Budiono 2012
PENDAHULUAN
Kelenjar tiroid merupakan sebuah organ yang terletak pada bagian bawah leher depan
di depan trachea memanjang dari tingkat servikal ke-5 hingga torakalis 1. Bentuk kelenjar
tersebut bervariasi dari menyerupai huruf H hingga U dan terbentuk oleh 2 lobus lateral
panjang yang dengan kutub superior serta inferior yang terhubung dengan bagian yang
disebut isthmus yang terletak menutupi cincin trachea ke-2 hingga ke-4. Fungsi kelenjar ini
adalah untuk membuat dan mensekresi hormone tiroid seperti tiroksin, atau T4, dan
triiodothyronine, atau T3 yang efeknya secara umum adalah untuk memacu pertumbuhan
pada bayi dan anak-anak, meregulasi nadi dan kekuatan kontraksi myocardium,
mempengaruhi motilitas sistem pencernaan dan pembuangan air dari ginjal, serta mengatur
penggunaan energi tubuh melalui pembentukan panas, berat badan, dan metabolisme lemak.
Audrey Budiono 2012
TINJAUAN PUSTAKA
3. 1 Anatomi
Kelenjar thyroid mulai terbentuk pada embryo sebagai invaginasi mesoderm pada
dasar faring di foramen cecum darimana ia kemudian turun ke bagian anterior trachea dan
bercabang membentuk dua lobus lateralis yang masing-masing berukuran 4 cm x 2 cm x 1
cm pada orang dewasa. Jaringan ektopik yang menyisa dapat terlihat pada bagian manapun
dari thyroglossal duct ini dan dapat berkembang menjadi kista midline dengan dinding dari
epitel selapis gepeng yang apabila terinfeksi dapat menjadi tumor. Bagian caudal dari
thyroglossal duct membentuk lobus pyramidalis thyroid yang dapat teraba pada kondisi
dimana terjadi inflamasi thyroid yang bersifat difus atau stimulasi. Sementara pembesaran ke
arah atas pada kelenjar thyroid terhambat oleh adanya otot sternothyroid yang berikatan
dengan thyroid cartilage, pembesaran ke arah bawah tidak terhambat sehinggga pembesaran
thyroid atau disebut juga goiter umumnya terlihat membesar ke arah posterior dan inferior
(bahkan juga dapat melampaui bagian mediastinum superior, atau yang disebut juga dengan
goiter substernal).
Gambar 3.1 Anatomi kelenjar tiroid
3.2 Fisiologi thyroid
Seperti telah dibahas diatas, fungsi utama kelanjar thyroid ini adalah untuk
memproduksi serta mensekresi hormone T4 dan T3 yang berfungsi untuk mengendalikan laju
Audrey Budiono 2012
metabolisme tubuh. Untuk menghasilkan hormon-hormon tersebut, kelenjar tiroid harus
dapat menyerap iodine dari darah dan menggabungkannya dengan tironin yang merupakan
gabungan dari dua senyawa asam amino tirosin. Dalam proses pembentukannya, terjadi
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Proses penjeratan ion iodide dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat
memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya dalam darah;
b. Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang
nantinya akan mensekresikan hormone tiroid;
c. Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim
peroksidase dan hydrogen peroksidase.
d. Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan
hydrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena afinitas iodium
terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar daripada hydrogen. Proses ini
dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat.
e. Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika
teriodinasi oleh satu unsure I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsure I
menjadi diiodotirosin).
f. Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika
monoiodotirosin bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin.
Jika dua diiodotirosin bergabung akan menjadi tetraiodotitironin atau yang lebih
sering disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi untuk diedarkan
dalam darah harus dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin.
Tiroglobulin ini juga sering disebut protein pengikat plasma. Ikatan protein pengikat
plasma dengan hormone tiroid terutama iroksin sangat kuat jadi tiroksin lama keluar
dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih mudah dilepas karena ikatannya lebih
lemah.
Efek hormone tiroid
Pada tingkat seluler, hormone tiroid berfungsi untuk meningkatkan sintesis protein dengan
cara: (1) meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria dan (2) meningkatkan kecepatan
pembentukan ATP.
Efek tiroid dalam transport aktif : meningkatkan aftifitas enzyme NaK-ATPase yang
akan menaikkan kecepatan transport aktif dan tiroid dapat mempermudah ion kalium
masuk membrane sel.
Audrey Budiono 2012
Efek pada metabolisme karbohidrat : menaikkan aktifitas seluruh enzim.
Efek pada metabolisme lemak : mempercepat proses oksidaasi dari asam lemak. Pada
plasma dan lemak hati hormone tiroid menurunkan koleserol, fosfolipid, dan
trigliserid dan menaikkan asam lemak bebas.
Efek tiroid pada metabolisme vitamin : menaikkan kebutuhan tubuh akan vitamin
karena vitamin bekerja sebagai koenzime dari metabolisme. Oleh karena metabolisme
sebagian besar sel meningkat akibat efek dari tiroid, maka laju metabolisme basal
akan meningkat dan peningkatan laju basal setinggi 60-100 persen diatas normal.
Efek pada berat badan : bila hormon tiroid meningkat, maka hamper selalu
menurunkan berat bada, dan bila produksinya sangat berkurang, maka hampir selalu
menaikkan berat badan. Efek ini terjadi karena hormon tiroid meningkatkan nafsu
makan.
Efek terhadap sistem kardiovaskuler : aliran darah, curah jantung, frekuensi denyut
jantung, dan volume darah mengkiat karena meningkatnya metabolisme dalam
jaringan mempercepat pemaiakan oksigen dan memperbanyak produk akhir yang
dilepas dari jaringan. Efek ini menyebabkan vasodilatasi pada sebagian besar jaringan
tubuh, sehingga meningkatkan aliran darah.
Efek pada respirasi : meningkatnya kecepatan metabolisme akan meningkatkan
pemaiakan oksigen dan pembentukan karbondioksida.
Efek pada saluran cerna : meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan. Tiroid
adpat meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan dan pergerakan saluran
cerna.
Pengaturan sekresi hormon tiroid
Regulasi hormon tiroid diprakarsai oleh hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
yang disekresi oleh hipotalamus. TSH berfungsi untuk:
1. Meningkatkan proteolisis tiroglobulin
2. Meningkatkan aktifitas pompa iodium
3. Meningkatkan iodinasi tirodin dan meningkatkan kecepatan proses coupling
4. Meningkatkan ukuran dan meningkatkan aktifitas sekretorik sel tiroid.
5. Meingkatkan jumlah sel-sel tiroid, disertai perubahan sel kuboid jadi kolumner,.
Hormon TSH dirangsang oleh TRH (Thyrotropin Releasing Hormone).
Sintesis, sekresi, dan transport hormon yang dihasilkan tiroid Uptake dan sekresi yodium
Audrey Budiono 2012
Seperti dinyatakan diatas, kebutuhan yodium untuk pembentukan tiroksin. Untuk
membentuk jumlah normal tiroksin,setiap tahunnya dibutuhkan kira-kira 50 mg yodium yang
ditelan dalam bentuk iodida, atau kira-kira 1 mg perminggu. Iodida yang ditelan secara oral
akan diabsorbsi dari saluran cerna ke dalam darah dengan pola yang kira-kira mirip dengan
klorida. Biasanya, sebagian besar dari iodida tersebut dengan cepat dikeluarkan oleh ginjal,
tetapi hanya setelah kira-kira satu per limanya dipindahkan dari sirkulasi darah oleh sel-sel
kelenjar tiroid secara selektif dan dipergunakan untuk sintesis hormon tiroid. Kemudian, agar
dapat digunakan untuk pembentukan hormone tiroksin maka pertama-tama harus terjadi
pengangkutan iodida dari darah kedalam sel-sel dan folikel kelenjar tiroid. Membran basal
tiroidmempunyai kemampuan yang spesifik untuk memompakan iodide secara aktif ke
bagian dalam sel. Kemampuan ini disebut penjeratan iodide (iodide trapping).
3.4 Tumor tiroid
3.4.1 Definisi
Menurut Stanford Cancer Center, tumor tiroid adalah pembesaran yang dapat bersifat
jinak (benign) atau ganas (malignant) dan dapat disebabkan oleh bermacam-macam
penyebab, antara lain inflamasi, defisiensi yodium yang merupakan salah satu bahan baku
dalm pembuatan hormon, kista, kelainan kongenital, serta tumor atau neoplasma. Pada
makalah ini, kelainan tumor karena neoplasma akan dibahas lebih dalam.
3.4.2 Etiologi
Seperti pada banyak jenis tumor lainnya, penyebab spesifik timbulya tumor tiroid
masihmerupakan suatu misteri pada sebagian besar pasien. Diketahui ada beberapa faktor
yang mendukung, antara lain adanya riwayat terkena radiasi pada bagian kepala dan leher,
terutama saat masih anak-anak, adanya faktor genetik (terutama pada karsinoma jenis
medualris).
Belun diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk karsinoma anaplastik dan
medularis. Diperkirakan jenia anaplastik berasal dari perubahan karsinoma tiroid
berdiferensiasi baik (papiler dan folikuler) dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih
besar. Ada dua hal yang sering dibicarakan yang berperan dalam timbulnya karsinoma tiroid
khususnya untuk well-differentiated carcinoma (papiler dan folikuler) yaitu radiasi dan
endemik goiter. Sedangkan limfoma pada tiroid diperkirakan karena perubahan-perubahan
degenerasi ganas dari tiroiditis Hashimoto.
Audrey Budiono 2012
Radiasi sebagai penyebab karsinoma tiroid terbukti di Amerika Serikat bahwa pada
tahun 1925-1955 banyak sekali anak-anak diterapi dengan radiasi pada daerah leher dan
kepala. Dari penelitian diperoleh data adenoma dan karsinoma tiroid pada anak-anak yang
diberi radiasi demikian tinggi dan ini diobservasi dan terjadi antara 3-17 tahun kemudian.
Demikian pula penelitian di kepulauan Marshall tempat percobaan bom hidrogen
dekat ATol Bikini, ditemukan hal yang sama yaitu ornag-orang dan anak-anak yang terpapar
radiasi menderita kelainan tiroid dan karsinoma tiroid yang lebih tinggi dan keganasan ini
terlihat antara 11-15 tahun kemudian.
Hubungan antara endemik goiter dengan karsinoma tiroid dilakukan percobaan pada
binatang percobaan dengan membuat defisiensi yodium melalui pemberian makanan yang
burakng kandungan yodium atau dilakukan reseksi kelenjar tiroid, maka dalam observasi,
karsinoma terjadi pada hipoplasia yang tidak diobati, dan itu terjadi karena pengaruh
hiperstimulasi dari TSH. Pada manusia dengan keadaan yang terus menerus distimulasi oleh
TSH pada beberapa penderita ditemukan karsinoma tiroid folikuler yang bermetastasis.
3.4.3 Faktor resiko
Faktor resiko tumor tiroid antara lain:
Usia
Jenis kelamin. Kelainan tiroid lebih sering ditemukan pada wanita.
Ras
Faktor genetik
Riwayat penyakit serupa dalam keluarga
Diet.
Riwayat pernah menderita kelainan tiroid sebelumnya.
Pengaruh radiasi di daerah leher dan kepala pada masa lampau.
Kecepatan tumbuh tumor
Riwayat gangguan mekanik di daerah leher.
3.4.4 Klasifikasi tumor tiroid
Sebagian besar tumor tiroid berupa nodul tunggal yang biasanya adalah jinak. Namun pada
beberapa kasus, nodul tersebut dapat berkembang menjadi sebuah keganasan. Contoh
klasifikasi nodul tiroid seperti ditulis oleh Mazzaferi adalah sebagai berikut
Adenoma Carcinoma Colloid nodule
Audrey Budiono 2012
Macrofollicular adenoma Papillary Dominant nodule in a
multinodular goiter
Microfollicular adenoma Follicular Other
Embryonal adenoma Medullary Inflammatory thyroid
Hurtle cell adenoma Anaplastic o Subacute thyroiditis
Atypical adenoma Other: thyroid lymphoma o Chronic lymphocytic
thyroiditis
Adenoma with papillae Cyst o Granulomatous
disease
Signet-ring adenoma Simple cyst Developmental
abnormalities
Cystic/solid tumors
(hemorrhagic/necrotic)
o Dermoid
Rare unilateral lobe
agenesis
3.4.5 Diagnosis
Seperti mendiagnosis penyakit lainnya, diperlukan anamnesa yang lengkap, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan sebuah diagnosis.
3.4.5.1 Anamnesis
Langkah pertama dalam mendiagnosis tumor tiroid adalah menanyakan dengan detail dan
lengkap tentang masalah kesehatan. Kondisi kesehatan secara umum, riwayat kesehatan
keluarga, faktor resiko tumor tiroid, serta gejala yang dirasakan. Pasien biasanya datang
dengan keluhan sebagai berikut: sebuah benjolan atau pembesaran pada leher yang cepat
membesar atau tidak, dypsnea, dysphagia, batuk lama, fatigue dan rasa nyeri pada leher.
3.4.5.2 Pemeriksaan fisik
Selama pemeriksaan fisik, bisa didapatkan adanya benjolan pada leher yang soliter atau
multinoduler, tekstur benjolan itu sendiri apakah terasa padat atau kenyal, bentuk
benjolannya yang tidak beraturan atau rata, apakah terasa hangat pada palpasi, dapat
digerakan atau tidak, ada atau tidaknya rasa nyeri pada palpasi, serta pembesaran kelenjar
limfe.
Diagnosis diferensial meliputi setiap benjolan pada leher depan yang berhubungan dengan
tiroid dan keluhan-keluhan pada tiroid seperti
Tiroiditis DeQuervain
Audrey Budiono 2012
Tiroiditis Hashimoto
Graves’ Diseas
Limfoma tiroid
Nodul tiroid
Goiter
3.4.5.3 Pemeriksaan penunjang
Untuk menyingkirkan diagnosa diferensial diperlukan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan fungsi tiroid, dan radiografi sementara untuk
diagnosis pasti perlu dilakukan pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB).
Karena pemeriksaan klinis tidak sensitif untuk mengidentifikasi kelainan tiroid,
pemeriksaan laboratorium utnuk fungsi tiroid merupakan sebuah keharusan. Satu-satunya tes
biokimia yang diperlukan secara umum adalah pengukuran serum tirotropin. Apabila
hasilnya dibawah normal, maka tes untuk mengukur jumlah tiroksin bebas atau triiodotironin
harus dilakukan untuk membuktikan terjadinya hipertiroid. Sekitar 10 % pasien dengan nodul
soliter mengalami penurunan jumlah serum tirotropin yang mengusulkan adanya benign
hyperfunctioning nodule. Apabila jumlah serum tirotropinmeningkat maka, jumlah serum
antibodi antithyroperoxidase harus diperiksa untuk membuktikan adanya tiroiditis
Hashimoto. Tetapi, adanya kenaikan pada pemeriksaan di atas tidak serta-merta
menghilangkan perlunya akan biopsi karena seorang klinisi harus menyingkirkan kecurigaan
kanker termasuk limfoma yang ditemukan pada 5% kanker tiroid namun berkaitan dengan
tiroiditis Hashimoto.
Apabila seorang pasien mempunyai riwayat kanker meduler tiroid atau multiple
endocrine neoplasia (MEN) type 2 dalam keluarga, maka tingkat calcitonin dalam serum
basal harus diperiksa; kenaikan calcitonin dalams erum menandakan adannya kanker meduler
tiroid. Pemeriksaan tingkat calcitonin dalam serum tidak dilakukan secara rutin pada pasien
tanpa riwayat kanker meduler tiroid dalam keluarga karena karsinoma meduler hanya terjadi
pada 1 dari 250 pasien dengan nodul tiroid.
Audrey Budiono 2012
Gambar 3.2 Interpretasi pemeriksaan laboratorium pada tumor tiroid.
Selain pemeriksaan laboratorium seperti dijabarkan diatas, pencitraaan yang
digunakan untuk mendiagnosis tumor tiroid adalah dengan radiografi yaitu Ultrasonografi
(USG). Teknik ultrasound yang menggunakan gelombang suara yang dipantulkan dari
transduser frekuensi tinggi yang linear untuk membandingkan echostrukur tiroid pada area
yang heterogen. USG juga dapat membedakan nodul padat dari lesi kistik dan
mengkarakterisasi kista kompleks dimana terdapat komponen padat dan kistik. Beberapa ciri
khas nodul lebih sering ditemukan pada lesi yang bersifat ganas seperti kapsul nodul yang
ireguler dan mikrokalsifikasi dan beberapa ciri khas lain merupakan kekhasan untuk lesi jinak
seperti penampilan yang spongiformis dan perubahan kistik walaupun penemuan-penemuan
tersebut bukanlah tolok ukur diagnosis. Menurut Bonavita et al, tidak adanya kalsifikasi dan
penampakan hipoechoic merupakan karakteristik yang cukup spesifik (>90%) untuk
mengidentifikasi adanya keganasan. Ultrasound juga dapat dipergunakan untuk memonitor
besarnya kelenjar tiroid dalam beberapa kurun waktu, untuk memandu aspirasi nodul dalam
proses biopsi, serta untuk menilai nodus limfa regional pada pasien dengan kanker tiroid
setelah operasi maupun dalam penindakan lanjutnya.
Gambaran USG pada tumor tiroid
1. Adenoma tiroid
Pada USG, adenoma tampak sebagai massa padat yang dapat hiperechoic,
isoechoic atau hypoechoic. Mereka sering mempunyai halo hiperechoic di pagian
perfier yang licin dan tebal karena terbuat dari kapsul fibrous dan pembuluh darah
yang dapat terlihat menggunakan Doppler. (Patel 2005)
Audrey Budiono 2012
Gambar 3.3 Adenoma tiroid pada lobus kanan. Menunjukkan gambaran khas dengan
kapsul yang licin dan tebal dan pembuluh darah pada bagian perifer.
Gambar 3.4 Folikular adenoma tiroid pada lobus kiri.
Audrey Budiono 2012
Gambar 3.5 Nodul soliter pada apex lobus kanan, hypoechoic dan tidak homogen karena
adanya bagian hiperechoic dan hypoechoic pada bagian inferior. Setelah pemeriksaan
histologi, adenoma ini ditetapkan sebagai mocrofollikuler adenoma.
2. Karsinoma papiler
Pada 90% kasus karsinoma papiler ditemukan massa hipoechoic yang dikarenakan
sel yang berdesakan dengan sedikitnya substansi koloid, mikrokalsifikasi yang
telihat sebagai titik kecil hiperechoic dengan atau tanpa bayangan akustik. Pada
pasien dengan karsinoma papiler, dpaat juga ditemui metastasis ke kelenjar limfe
servikal yang terlihat sebagai titik echogenic karena mikrokalsifikasi. (Patel 2005)
Gambar 3.6 Massa pada lobus kanan tiroid dengan mikrokalsifikasi
Audrey Budiono 2012
Gambar 3.7 Gambar longitudinal dari massa thyroid pada lobus kiri yang
menggambarkan peningkatan aliran darah ke daerah tersebut serta margin yang tidak
terdefinisikan.
Gambar 3.8. Potongan tranversal dan longitudinal pada lobus kiri. Nodule kecil
paratrakeal pada pole atas berukuran 0.85 x 0.83 x 1.04 cm yang hipoechoic, tidak
homogen serta tida mempunyai halo. Pemeriksaan PA meneakkan diagnosis karsinoma
papilaris.
3. Karsinoma folikuler
Tidak ada karakteristik khas yang dapat membedakan antara karsinoma folikuler
dengan adenoma walaupun beberapa ciri khas dapat menjadi tolok ukur dalam
menegakkan diagnosis yaitu margin tumor yang ireguler, halo tebal dan ireguler,
pembuluh darah yang tersusun secara berliku pada Doppler. (Patel 2005)
Audrey Budiono 2012
Gambar 3.9 Massa pada lobus kiri yang dicurigai sebagai karsinoma folikuler
4. Karsinoma medula
Penampakan lesi pada karsinoma medularis menyerupai penampakan pada lesi
karsinoma papilaris. Invasi lokal dan metastasis ke organ lain dan fokus kalsifikasi
lebih sering dijumpai pada karsinoma medularis. (Patel 2005)
Gambar 3.10 Massa hipoechoic pada lobus kanan dengan kalsifikasi besar dan
kasar yang merupakan karakteristik karsinoma medularis.
Audrey Budiono 2012
Gambar 3.11 Ultrasonografi nodul soliter pada wanita berusia 39 tahun dengan
karsinoma medularis. USG memperlihatkan adanya makrokalsifikasi. (Bonavita et
al)
5. Karsinoma anaplastik (undifferentiated )
Pada USG, lesi karsinoma tipe ini terlihat hipechoic dan sering tampak
menyelubungi atau menginvasi pembuluh darah dan otot. Selain itu, sering terlihat
bagian-bagian yang mengalami nekrosis, pendarahan, dan kalsifikasi.(Patel 2005)
Gambar 3.12 Karsinoma anaplastik pada wanita berusia 44 tahun dengan nodule progresif
besar dan keras pada lobus kanan.
Audrey Budiono 2012
Gambar 3.13. Karsinoma anaplastik pada wanita berusia 84 tahun. USG lobus kiri dengan
potongan transversal memperlihatkan adanya tumor stadium lanjut (anak panah)dengan
margin posterior yang infiltratif serta invasi otot prevertebralis. (Hoang et al)
Selain pemeriksaan radiografi, dapat dilakukan teknik scintigraphy (atau disebut juga
Radionuclide Imaging) menggunakan 123I dan 99mTc pertechnetate (99mTcO4) untuk menilai
aktifitas fungsional dan morfologi kelenjar. Yodium biasanya diberikan secara oral dan
pencitraan diambil 8-24 jam kemudian sedangkan technetium diberikan secra intravena dan
pencitraan diambil pada waktu lebih awal (30-60 menit sejak pemberian). Setelah itu, gambar
diambil menggunakan rectilinear scanner atau kamera gamma dimana rectilinear scanner
mendapatkan gambar berukuran lebih besar (life-size) sehingga bagian yang bermasalah
dapat ditandai sedangkan kamera gamma menghasilkan pencitraan dengan resolusi lebih baik
walaupun bagian yang akan dinilai harus ditandai dengan radioaktif untuk korelasi klinis.
Pencitraan dengan radionuclide memberikan informasi tentang ukuran dan bentuk
kelenjar tiroid serta distribusi aktifitas tracer dalam kelanjar yang berguna untuk
membedakan penyebab thyrotoxicosis; pembesaran kelenjar dengan konsentrasi tracer yang
tinggi dan homogen merupakan penemuan tipikal pada penyakit Graves. Sebaliknya, satu
atau lebih bagian dengan aktifitas tracer yang berbeda serta adanya nodul yang teraba
biasanya merupakan karakterikstik khas dari toxic nodular goiter. Pada pencitraan yang
bertujuan untuk membedakan lesi jinak dari ganas, scintigraph dapat memberikan keterangan
Audrey Budiono 2012
yang terbatas karena data yang didapat hanya memggambarkan apakah nodul tersebut hot
(aktif dengan supresi jaringan extranoduler) atau cold.
Gambar 3.14 Scintiscan normal kelenjar tiroid seorang wanita berusia 31 tahun.
Gambar 3.15 Scintiscan cold nodul besar pada bagian dasar lobus kiri yang merupakan nodul
hiperplasi.
Audrey Budiono 2012
Gambar 3.16 Scintiscan tiroid seorang wanita berusia 69 tahun dengan cold nodul soliter
berkonsistensi keras pada bagian basal lobus kiri. Hasil biopsi menunjukkan karsinoma papiler.
Gambar 3. 17 Scintiscan tiroid seorang wanita berusia 65 tahun. Dengan cold nodul pada pole bawah
lobus kiri. Hasil FNAB menunjukkan karsinoma meduler.
3.4.6 Penatalaksanaan
Pada dasarnya, terapi tumor tiroid dapat dibagi menjadi terapi operatif dan terapi non-
operatif. Apabila sudah terubkti melalui biopsi bahwa tumor bersifat ganas, maka terapi
operatif dapat dipertimbangkan. Sebaliknya, apabila tumor tidak bersifat ganas, maka terapi
lain seperti pemberian levotiroksin untuk mensupresi TSH dan terapi radioiodida dapat
dilakukan.
Audrey Budiono 2012
Pada tahun 1996, kelompok kerja dokter spesialis endokrinologi di Amerika
menetapkan sebuah algoritma penatalaksanaaan untuk pasien dengan nodul tiroid. Algoritma
ini ditetapkan untuk mempermudah dan memperjelas diagnosis dan manajemen nodul tiroid
dan dijabarkan pada diagram berikut.
Gambar 3.18 Algoritma evaluasi dan penatalaksanaan nodul tiroid.
Audrey Budiono 2012
PENUTUP
Tumor tiroid adalah pembesaran yang dapat bersifat jinak (benign) atau ganas
(malignant) dan dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab, antara lain inflamasi,
defisiensi yodium yang merupakan salah satu bahan baku dalm pembuatan hormon, kista,
kelainan kongenital, serta tumor atau neoplasma.
Penyebab tumor ini masih belum diketahuis ecara pasti walaupun beberapa penelitian
telah menemukan beerapa faktor resiko yakni riwayat paparan radiasi pada bagian kepala dan
leher, riwayat defisiensi yodium (mis. pasien tinggal di daerah endemik goiter), riwayat
kanker tiroid dalam keluarga, jenis kelamin wanita, dan riwayat trauma mekanik
bekepanjangan.
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pasien bisasnya datang dengan berbagai keluhan sebegai berikut: Benjola pada
daerah leher, sulit menelan, sulit bernafas, rasa nyeri di leher, atau lelah. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tiroid membesar adanya benjolan pada leher yang soliter atau multinoduler,
tekstur benjolan itu sendiri apakah terasa padat atau kenyal, bentuk benjolannya yang tidak
beraturan atau rata, apakah terasa hangat pada palpasi, dapat digerakan atau tidak, ada atau
tidaknya rasa nyeri pada palpasi, serta pembesaran kelenjar limfe. Pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologis seperti ultrasonografi dan
scintigrafi.
Terapi yang dilakukan tergantung stadium dan hasil biopsi. Dpaat dilakukan terapi
operatif untuk tumor ganas dan terapi non operatif untuk tumor yang jinak.
Audrey Budiono 2012
DAFTAR PUSTAKA
1. Gardner DG, Shoback DM, Greenspan FS. Greenspan’s Basic and Clinical
Endocrinology.8th ed. The Thyroid Gland. NewYork: McGraw-Hill Medical. c2011.
2. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, et al. Robbins and Cotran Pathologic Basis of
Disease. 8th ed. Philadelphia: Sauders Elsevier. c2010
3. Stanford Medicine Cancer Institute. 2012. Information About Endocrine Cancers:
Thyroid Tumors. http://cancer.stanford.edu/endocrine/thyroid, diakses pada tanggal 22
September 2012.
4. Sillery JC, et al. Thyroid Follicular Carcinoma: Sonographic Features of 50 Cases.
AJR Am J Roentgenol 2010; 194(1): 44-54
5. Patel SB, Shah SR, Goswami KG, Patel HB. Pictorial essays: Ultrasound features of
thyroid and parathyroid lesions. Indian J Radiol Imaging [serial online] 2005 [cited
2012 Sep 24];15”211-6. Available from http://www.ijri.org/text.asp?
2005/15/2/211/28805
6. Lazlo H. Clinical Practice: The Thyroid Nodule. N Engl J Med 2004; 351:1764-1771.
7. Welker MJ, Orlov D. Thyroid Nodules. Am Fam Physician. 2003 Feb 1;67(3):559-
567.
8. Antony J, ed. Ultrasound Image Gallery. 2012. Ultrasound Images of Diseases of
Thyroid Gland. www.ultrasound-images.com/thyroid.htm, diakses pada tanggal 23
September 2012.
9. Imaging of the Thyroid Gland. 2003. www.thyroidimaging.com diakses tanggal 23
September 2012.
10. Bonavita JA, et al. Pattern Recognition of Benign Nodules at Ultrasound of the
Thyroid: Which Nodules Can Be Left Alone? AJR Am J Roentgenol 2009; 193(1):
207-213.
11. Hoang JK, et al. US Features of Thyroid Malignancy: Pearls and Pitfalls.
RadioGraphics 2007; 27,847-860.
top related