tauhidullah - tarbawiyah.files.wordpress.com filepage 1 of 15 tauhidullah dari beberapa pembahasan...
Post on 19-Aug-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Page 1 of 15
Tauhidullah
Dari beberapa pembahasan sebelumnya, kita telah memahami bahwa Allah Ta‘ala adalah
Tuhan kita; dan tidak ada sesembahan yang hak selain Dia. Allah Ta‘ala berfirman,
سي
لرهة
ل كم الص
اعبدوي وؤ
ا ف
ه
ؤ
ه بل
بل
ل
ا الله
جي ؤ به
―Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.‖ (QS. Thaha, 20: 14)
Kita pun telah mengetahui bahwa Allah Ta‘ala adalah Rabban (Tuhan), Malikan (Raja), dan
Ilahan (Sesembahan yang hak). Allah Ta‘ala berfirman,
اض ه الىاض بل الى اض مل بسب الى
عىذ
ل ؤ
ك
―Katakanlah: ‗Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
Raja manusia. Sesembahan manusia.‘‖ (QS. An-Nas, 114: 1-3)
Kata rabban berasal dari kata rabba-yarubbu-rabban, yang artinya mengasuh, memelihara
dan memimpin. Kata malikan berasal dari kata malaka-yamliku-milkan-mulkan-
malakatan, yang artinya memiliki dan berkuasa atas sesuatu. Sedangkan kata ilaahan berasal
dari kata aliha-ya‘lahu, yang artinya menyembah.
Diantara tuntutan keimanan kita kepada Allah Ta‘ala adalah tauhidullah (mentauhidkan
Allah). Kata tauhid berasal dari kata kerja wahhada-yuwahhidu-tauhiidan yang artinya
menjadikannya satu. Jadi, tauhidullah atinya mengesakan Allah Ta‘ala, mencakup: tauhidur
rububiyyah, tauhidul mulkiyah, dan tauhidul uluhiyyah.
Tauhidur Rububiyyah
Tauhidur rububiyyah artinya mengesakan rububiyyatullah, yakni mengakui dan meyakini
Allah Ta‘ala sebagai satu-satunya Rabb. Dialah Khaaliqan (Pencipta), Raaziqan (Pemberi
rizki) dan Maalikan (Pemilik).
Allah Ta‘ala adalah Khaliqan artinya Dia adalah satu-satunya pencipta segala sesuatu yang
ada di langit dan di bumi,
ىعل
م ل
بلى
ك م ر
م وال
ى
ل
ل
ري خ
م ال
ى اض اعبدوا زب ها الى ي
ا ؤ ا
زض فساػ
م لا
ى
ري جعل ل
لىن ال خ
م ج
ىا للجعل
ج
ل
م ف
ى
ا ل
مساث زشك
الث سج به م
خ
إ
ماء ماء ف الظ م ص
ه
ماء بىاء وؤ مىن والظ
عل
خم ح
ه
دااا وؤ
ه
ؤ
‖Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu
dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.‖ (QS. Al-Baqarah, 2: 21-
22)
لدسازه ج د
ل
يء ف
ل شخ
م و
ل
وخ
Page 2 of 15
‖…dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan dia menetapkan ukuran-ukurannya
dengan serapi-rapinya.‖ (QS. Al-Furqon, 25: 2)
Dengan kata lain, mengakui Allah Ta‘ala sebagai khaliqan adalah meyakini bahwa tidak ada
pencipta lain selain Allah Ta‘ala, tidak ada sekutu bagi-Nya.
زض ماواث ولا م الظ
ل
هدتهم خ
ػ
ين عضداما ؤ
ضل
ال
خر ىذ مخ
فظهم وما ه
ه
م ؤ
ل
خ
ول
‖Aku tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan penciptaan
langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku
mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong.‖ (QS. Al-Kahfi, 18: 51)
ماوا هم ػسن في الظم ل
زض ؤ
لا لىا م
ل
ا خ
زووي ماذ
ؤ
اون الل دعىن م
خم ما ج زؤ
ل ؤ
خىوي بىخاب ك
ث اث
ازة مث
و ؤ
ا ؤ
ر
بل ه
ك ىخم صااكين م
م بن ه
عل
―Katakanlah: ‗Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah;
perlihatkan kepada-Ku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah
mereka berserikat (dengan Allah) dalam (penciptaan) langit? Bawalah kepada-Ku Kitab
yang sebelum (Al Quran) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika
kamu adalah orang-orang yang benar‘‖ (QS. Al-Ahqaf, 46: 4)
Allah Ta‘ala adalah Raaziqan, artinya Dia adalah satu-satunya pemberi rizki. Tidak ada satu
makhluk pun yang bersekutu dengan Allah Ta‘ala sebagai sumber atau pemberi rizki. Hal ini
dijelaskan dalam surat Adz-Dzariyat ayat 58,
خين ة ال لى
و ال
اق ذ ش هى الس
بن الل
―Sesungguhnya Allah dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat
kokoh.‖
Allah Ta‘ala adalah Maalikan, artinya Dia adalah satu-satunya pemilik segala sesuatu. Dialah
Yang Menguasai dan Memiliki perbendaharaan langit dan bumi.
زض ماواث وما في لا ما في الظ
لل
―Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi….‖ (QS. Al-
Baqarah, 2: 284)
Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi hafizhahullah menjelaskan tentang tauhidur rububiyyah sebagai
berikut:
―Keyakinan bahwa Allah Ta‘ala adalah Rabb seluruh langit dan bumi, Pencipta siapa dan
apa saja yang ada di dalamnya, Pemilik segala perintah dan urusan di alam semesta, tidak
ada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan-Nya, tidak ada yang menolak ketetapan-Nya. Dialah
satu-satunya Pencipta segala sesuatu, pemberi rizki semua yang hidup, Pengatur segala
urusan dan perintah, Dialah satu-satunya yang Merendahkan dan Meninggikan, Pemberi
dan Penghambat, Yang Menimpakan bahaya dan Yang Memberi manfaat, Yang Memuliakan
dan Menghinakan, Siapa saja dan apa saja selain Dia tidak memiliki kemampuan memberi
Page 3 of 15
manfaat atau menimpakan bahaya, baik untuk diri sendiri atau untuk orang lain, kecuali
dengan izin dan kehendak-Nya.‖ 1
Dengan demikian hanya kepada Allah Ta‘ala sajalah kita harus beribadah. Dialah Rabban
Maqsuudan (Rabb yang dituju).
Tauhidul Mulkiyah
Tauhidul Mulkiyah artinya mengesakan mulkiyatullah. Dialah waliyyan
(Pemimpin/Pelindung) dan haakiman (Yang menetapkan aturan/hukum).
Allah Ta‘ala adalah Waliyyan, artinya Dia adalah satu-satunya pemimpin dan pelindung
yang hakiki.
ي الحين بن ولح ى الصخىل ىخاب وهى
ال ص
ري ه
ال
الل
―Sesungguhnya Pelindungku ialah yang telah menurunkan Al Kitab (Al Quran) dan Dia
melindungi orang-orang yang saleh..‖ (QS. Al-A’raf, 7: 196)
Tiada yang berhak dianggap atau dijadikan pemimpin dan pelindung hakiki kecuali
Allah azza wa jalla.
Allah Ta‘ala adalah Haakiman, artinya Dia adalah satu-satunya pembuat hukum atau
ketetapan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan aqidah dan ibadah, ataupun syariah
dan muamalah. Prinsip ini kita simpulkan dari firman Allah Ta‘ala berikut ini,
ان ع
طل بها م
الل صه
م ما ؤ
ه
خم وآبائ
ه
خمىها ؤ طماء طم
ؤ
اوهه بل عبدون م
ما ح
ل
مس ؤ
ؤ
لل
م بل
حى
بن ال
لاه ذ ب
عبدوا بل
مىن ح
عل
اض ل ر الى
ث
ه
ؤ ى
م ول
ل
ال الد
―Kamu (orang-orang musyrik) tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya
(menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak
menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan (hukum tentang hal
itu) hanyalah kepunyaan (hak) Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah
selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.‖ (QS.
Yusuf, 12: 40)
Konsekuensi dari pengakuan Allah Ta‘ala sebagai Hakiman adalah keyakinan bahwa tidak
ada yang berhak menentukan aturan-aturan, kecuali Allah Ta‘ala. Tidak ada yang
diperkenankan menentukan halal dan haram, boleh dan tidak boleh, benar dan salah, kecuali
dengan mengikuti dan menyesuaikan dengan perintah serta ketetapan Allah Ta‘ala.
ا بين ا ل
ك حم مصد
ىخاب بال
ال
ىا بلصل
ه
وؤ
ول
الل صه
نهم بما ؤ م ب
احى
ه ف
مىا عل ىخاب ومه ال ه م د
ل اء الل
ى ػ
ومنهاجا ول
م ػسعت
ىا مىى
ل جعل
حم لي
ال ا جاءن م هىاءهم عم
بع ؤ
د
ج
ول
واحدة
ت م
م ؤ
ى
جعل ى
ىخم
م بما ه
ىئ ىب
م جمعا ف
مسجعى
ى الليراث بل
خ
بلىا ال
اطد
م ف
اه
م في ما آج
ىه
بل خلفىن ل
خ
فه ج
1 Lihat: Haqiqat at-Tauhid, Hakikat Tauhid dan Fenomena Kemusyrikan, DR. Yusuf Qaradhawi, Rabbani Press
Page 4 of 15
―Dan kami telah turunkan kepadamu Al-Qur‘an dengan membawa kebenaran, membenarkan
apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian
terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang
Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan
aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya
satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.‖
بعض م فخىىن ع ن زهم ؤ
هىاءهم واحر
بع ؤ
د
ج
ول
الل صه
نهم بما ؤ م ب
ن احى
ىا وؤ
ىل
ةن ج
ف
بل الل ص
ه
ا ؤ
اطلىن
فاض ل الى ثيرا م
ىبهم وبن ه
ه
صبهم ببعض ذ ن
ؤ
سد الل ما هم ؤ
اعل
ف
―Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan
Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu
terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah
diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan
Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan
mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya
kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.‖
الل م حظ ؤ ىن وم
بغ ت جاهل
م ال
حى
ف
ىكىىن ؤ ىم
ما لل
حى
―Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?‖ (QS. Al-Maidah, 5: 48-50).
Allah Ta‘ala, Dialah Raja yang harus ditaati (Malikan Mutha‘an). Hanya kepada-Nya kita
patuh, yakni dengan senantiasa menselaraskan seluruh aktivitas yang kita kerjakan dengan
hukum-hukum-Nya.
Tauhidul Uluhiyah
Tauhid uluhiyah artinya mengesakan uluhiyatullah, yakni Dialah satu-satunya
ghaayatan dan ma‘buudan.
Allah Ta‘ala adalah Ghaayatan, artinya Dia adalah satu-satunya tujuan dan orientasi dalam
kehidupan ini. Hanya kepada-Nya kita persembahkan seluruh ibadah kita.
ه وب ل س
ػ
ين ل
عال
زب ال
اي ومماحي لل ظيي ومح
حي وو
ل بن صل
ظلمين ك
ال و
ا ؤ
ه
مسث وؤ
ؤ ل
ر
‖Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah)".‖ (QS. Al-An’am, 6: 162)
Allah adalah Ma‘buudan, artinya Dia adalah satu-satunya Dzat yang diibadahi, kepada-Nya
kita berdo‘a (Al-Mu‘min, 40: 60), kepada-Nya kita khauf –takut- (Ali Imran, 3: 175), kepada-
Nya raja‘ -berharap- (Al-Kahfi, 18: 110), kepadanya tawakkal -berserah diri- (Al-Maidah, 5:
Page 5 of 15
23), kepada-Nya raghbah -penuh minat-, rahbah –cemas-, dan khusyu‘ –tunduk- (Al-Anbiya,
21: 90), kepada-Nya khasyyah –takut- (Al-Baqarah, 2: 150), kepada-Nya inabah –kembali-
(Az-Zumar, 39: 54), kepada-Nya isti‘anah -memohon pertolongan- (Al-Fatihah, 2: 5),
kepada-Nya isti‘adzah -memohon perlindungan- (Al-Falaq, 113: 1), kepada-Nya istighotsah -
memohon pertolongan untuk dimenangkan- (Al-Anfal, 8: 9), kepada-Nya dzabh –
penyembelihan- (Al-An‘am, 6: 162-163), dan kepada-Nya nadzar (Al-Insan, 76: 7).
Syaikh Yusuf Qaradhawi hafizhahullah menjelaskan tentang tauhid uluhiyah sebagai berikut,
―Mengesakan Allah dalam beribadah, tunduk dan taat secara mutlak. Tidak disembah
(diibadati) kecuali Allah semata, tidak sesuatu pun di bumi atau di langit disekutukan
dengan-Nya.‖
Ringkasnya, Dialah Allah Ta‘ala, Ilaahan ma‘buudan (Ilah Yang [berhak] Disembah).
Tauhidullah ini diproklamirkan oleh setiap muslim dengan kalimat yang ringkas dan
padat: La Ilaha Illa-Llah.
Wallahu a‘lam.
Catatan: Pembagian tauhid yang belum disebutkan di dalam materi ini adalah Tauhid Asma
wa shifat, silahkan lihat di pembahasan Al-Hayatu Fi Dzilalit Tauhid beserta catatan ringkas
tentang ikhtilaf pembagian jenis-jenis tauhid ini.
Page 6 of 15
Ma’iyyatullah (Kebersamaan dengan Allah)
Aqidah Islam menetapkan keyakinan adanya ma‘iyyatullah (kebersamaan dengan Allah
Ta‘ala), yaitu bahwa Allah Ta‘ala senantiasa membersamai hamba-hamba-Nya.
Ma‘iyyatullah memiliki dua konteks, yakni ma‘iyyah ‗ammah (kebersamaan dalam arti
umum), dan ma‘iyyah khashah (kebersamaan dalam arti khusus).
Ma’iyyah ‘Ammah
Ma‘iyyah ‗ammah bersifat mutlak mencakup seluruh makhluk ciptaan-Nya. Yaitu bahwa
selalu ada muraqabatullah (pengawasan Allah Ta‘ala) kepada semua makhluk-Nya,
sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
لج في لا م ما
عل عسغ
ى ال
م اطخىي عل
ام ث ت ؤ زض في طخ
ماواث ولا م الظ
ل
ري خ
سج منها هى ال
خ زض وما
ىخم و
ما ه م ؤ
عسج فيها وهى معى ماء وما الظ م زن ىن بصير وما
عمل
بما ح
الل
―Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; kemudian Dia bersemayam di
atas ‗Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar
daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia
bersama kamu di mana saja kamu berada‖ (QS. Al Hadid, 57: 4).
Dalam ayat yang lain disebutkan,
هى ز
ت بلث
ل
جىي ث
ه ىن م
ي زض ما
ماواث وما في لا م ما في الظ
عل
ن اللس ؤ
م ج
ل
ؤ
هى ابعهم ول
مظت بل
خ
ئهم بما عمل ب
ي م
ىا ث
اه
ما و هى معهم ؤ
ر بل
ث
ه
ؤ
ول ل
ذ ى م
او
ؤ
ل طااطهم ول
بي
امت بن الل لىم ال ىا
يء علم
شخ
―Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-
lah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang
keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih
banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia
akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka
kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu‖ (QS. Al Mujadilah, 58: 7).
Selain itu, Allah Ta‘ala pun memiliki Pengawas dari kalangan malaikat yang diperintahkan
oleh-Nya untuk mencatat seluruh amal perbuatan manusia termasuk seluruh ucapannya. Hal
ini dilakukan untuk menunjukkan keadilan-Nya di yaumul qiyamah kelak.
ه زكب عخد د ل
بل ى
ك م
فظ
ل ما
―Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir.‖ (QS. Qaf, 50: 18).
Hasan Al-Basri dalam menafsirkan ayat ini berkata: "Wahai anak-anak Adam, telah
disiapkan untuk kamu sebuah daftar dan telah ditugasi untuk mencatat segala amalanmu dua
malaikat, yang satu di sebelah kananmu dan yang satu lagi di sebelah kirimu. Adapun yang
Page 7 of 15
berada di sebelah kananmu ialah yang mencatat kebaikan-kebaikanmu dan yang satu lagi di
kirimu mencatat kejahatan-kejahatanmu. Oleh karena itu terserah kepadamu, apakah kamu
mau memperkecil atau memperbesar amal dan perbuatan amal jahatmu, kamu diberi
kebebasan dan bertanggung jawab terhadapnya dan nanti setelah mati, daftar itu ditutup dan
digantungkan pada lehermu, masuk bersama-sama engkau ke dalam kubur sampai kamu
dibangkitkan pada Hari Kiamat nanti…‖2
Ma‘iyyah ammah, selain bermakna selalu ada muraqabatullah (pengawasan Allah Ta‘ala),
juga bermakna bahwa selalu ada ihsanullah (kebaikan-kebaikan dari Allah Ta‘ala) yang
diberikan kepada seluruh makhluk-Nya, termasuk kepada manusia secara umum, baik
mu‘min maupun kafir. Allah Ta‘ala memberikan nikmat udara, cahaya matahari, air,
makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan, dan berbagai macam kenikmatan
lainnya kepada seluruh manusia tanpa kecuali.
Oleh karena itu tuntutan dari kesadaran terhadap ma‘iyyah ‗ammah ini adalah tha‘atullah
(ketaatan kepada Allah Ta‘ala), yakni menindaklanjuti ihsanullah itu dengan melaksanakan
perbuatan baik dan ibadah yang diperintahkan oleh-Nya,
الل حظ
ما ؤ
ه حظ
ا وؤ
ه الد م صبع ه
ي
ج
ول
خسة
از لا الد
ان اللظاا وابخغ فما آج
ف
بغ ال
ج
ول
بل
زض بن في لا فظد
حب ال
ل
الل
―Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.‖ (QS. Al-Qashshas, 28: 77)
حس واه صل لسب
س ف
ىث
ي
ىان ال
ععا ؤ به
―Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni‘mat yang banyak. Maka dirikanlah
shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.‖ (QS. Al-Kautsar: 1-2).
Ma’iyyah Khashah
Ma‘iyyah Khashah (kebersamaan Allah dalam arti khusus) bersifat muqayyad (terbatas dan
khusus mencakup orang-orang yang beriman dan beramal shalih saja). Hal ini tergambar
dalam firman Allah Ta‘ala berikut ini.
ابس مع الص بن الل
―Bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar‖ (QS. Al-Anfal, 8:
46)
حصن بن الل ج
معىا ل
―Janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita‖ (QS. At-Taubah, 9: 40)
2 Al-Qur’anul Karim wa Tafsiruhu, Depag RI, Jilid IX, hal. 439
Page 8 of 15
زي طمع وؤ
ما ؤ
جي معى ا به
اف
خ
ج
ل ا
ك
―Sesungguhnya Aku bersama kalian (Musa dan Harun), Aku mendengar dan melihat kalian‖
(QS. Thaha, 20: 46)
د م وؤ
أواهاض ف م الى
ى
ف
ع
خخ ن
ىن ؤ
اف
خ
زض ج
لل مظخضعفىن في لا
خم ك
ه
ؤ
سوا بذ
ه
م واذ
ى
م بىصسه وزشك
ه
سون
ى
ؼم ح
ى
عل
باث ل
الع م
―Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di
muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah
memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan
pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezki dari yang baik-baik agar kamu
bersyukur.‖ (QS. Al-Anfal, 8: 26).
Jadi, ma‘iyyah khashah (kebersamaan Allah secara khusus) ini bermakna bahwa senantiasa
ada ta‘yidullah (dukungan Allah Ta‘ala) bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih.
Keyakinan terhadap ma‘iyyatullah (kebersamaan Allah) ini—baik mai‘yyah ammah maupun
ma‘iyyah khassah—harus selalu tertanam di dalam diri kita, sehingga kita akan terbentuk
menjadi pribadi muslim yang taat dan yakin terhadap ta‘yidullah (dukungan/pertolongan
Allah Ta‘ala) dalam seluruh gerak langkah hidup kita.
Menjadi hamba Allah yang taat dan yakin dengan pertolongan-Nya, inilah al-falah
(kemenangan) yang sesungguhnya.
اثصون
ف هم ال ئ
ول
إ
له ف خ و
ؽ الل
خ ه و وزطىل
عع الل وم
―Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan
bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan.‖
(QS. An-Nur, 24: 52)
Wallahu A‘lam.
Page 9 of 15
Al-Ihsan
Diantara manifestasi keimanan yang benar adalah lahirnya sikap dan amal yang ihsan dalam
seluruh sisi kehidupan. Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,
يء
ل شخى و
حظان عل
خب لا
ه
بن الل
―Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan dalam segala hal.‖ (HR. Muslim)
Pengertian Al-Ihsan
Ihsan berasal dari kata حسن yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya
adalah احسان, yang artinya kebaikan. Perhatikanlah firman Allah Ta‘ala berikut ini.
هال
م ف
ج
طإ
م وبن ؤ
فظى
خم أله
حظي
خم ؤ
حظي
بن ؤ
―Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri…‖ (QS. Al-Isra‘, 17: 7)
بل
الل حظما ؤ
ه حظ
وؤ
―… Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) seperti halnya Allah berbuat baik
terhadapmu…. ― (QS. Al-Qashash, 28: 77)
Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang dimaksud
dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh makhluk Allah Ta‘ala.
Imam Ibnu ‗Alan mengatakan tentang makna al-ihsan, yakni itqaanul fi‘li (perbuatan yang
sempurna/profesional).3 Sedangkan secara syara‘, makna al-ihsan telah dijelaskan oleh
Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam,
سان ه ةهساه ف
ج
ىم ج
ةن ل
ساه، ف
ج ه
إعبد هللا و
ن ح
ؤ
―Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau
tidak melihatnya maka Dia melihat engkau‖ (HR. Bukhari dan Muslim)
Bagaimanakah Menumbuhkan Ihsan?
Amal yang ihsan tumbuh dari keimanan yang tertanam di dalam jiwa; yakni keyakinan
terhadap muraqabatullah (pengawasan Allah Ta‘ala), dan kesadaran terhadap ihsanullah
(kebaikan-kebaikan Allah Ta‘ala).
Seorang manusia yang meyakini dan menyadari muraqabatullah pasti akan bersikap hati-hati
dalam setiap gerak langkah hidupnya. Ia akan berupaya menjaga seluruh tindakannya bahkan
termasuk bisikan hatinya sekalipun; karena ia yakin tidak ada yang tersembunyi darinya di
hadapan Allah Ta‘ala.
ح فىه
خو ج
م ؤ
فظى
ه
بدوا ما في ؤ
ماواث وما في لازض وبن ج ما في الظ
اء لل
ؼ
فس لغ
ف م به الل
اطبى
دس يء ك
ل شخ
ى و
عل
اء والل
ؼ ب م
عر و
3 Dalilul Falihin, 5/105
Page 10 of 15
―Segala yang ada di langit dan yang ada di bumi adalah kepunyaan Allah. Dan jika kamu
melahirkan apa yang ada di dalam hati kamu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah
akan menghitung dan menyatakannya kepada kamu. Kemudian Ia mengampunkan bagi
sesiapa yang dikehendakiNya dan menyiksa sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-
undang peraturanNya). Dan (ingatlah), Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu‖. (QS. Al-
Baqarah, 2: 284).
Sedangkan seorang manusia yang menyadari hakikat kenikmatan yang dirasakannya berasal
dari ihsanullah (kebaikan-kebaikan dari Allah Ta‘ala), tentu akan menyatakan rasa
syukurnya dengan cara melakukan kebaikan-kebaikan sebagaimana Allah Ta‘ala telah
memberikan kebaikan-kebaikan kepadanya. Maka ungkapan yang keluar dari lisan mulia
Rasulullah shalallahu ‗alaihi wa sallam ketika ditanya oleh ‗Aisyah tentang kesungguhan
beliau melakukan shalat malam adalah,
ؤ
ل
ف
ىزاؤ
ي
ىن عبدا ػ
و
―Apakah tidak sepantasnya aku menjadi hamba yang bersyukur?‖
Hal ini pun selaras dengan firman Allah Ta‘ala,
بل
الل حظما ؤ
ه حظ
وؤ
―… Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) seperti halnya Allah berbuat baik
terhadapmu…. ― (QS. Al-Qashash, 28: 77)
Jadi, dengan tertanamnya sikap muraqabatullah dan kesadaran terhadap ihsanullah, akan
tumbuhlah ihsanu niyyat (niat atau motivasi yang baik) dalam diri manusia untuk melahirkan
ihsanul ‗amal (amal yang ihsan).
Kriteria Amal yang Ihsan
Kriteria ihsanul ‗amal ada tiga: (1) ikhlashu niyyat (niat yang murni), (2) itqanul ‗amal (amal
yang rapi/sempurna), dan (3) jaudatul adaa (penyelesaian yang baik).
Ikhlashu niyyat (niat yang murni) maksudnya adalah niat yang bersih dari syirik. Allah
Ta‘ala berfirman,
وذ
اة
و ىا الص
ج
ا و
لة لمىا الص اء و
حىف ه الد
لصين ل
مخ
عبدوا الل مسوا بل لمت وما ؤ
ل ال ا ل
―Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan
mengikhlaskan ibadat kepadaNya, lagi tetap teguh diatas tauhid dan supaya mereka
mendirikan shalat serta memberi zakat. Dan demikian itulah agama yang benar.‖ (QS. Al-
Bayyinah, 98: 5).
Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,
ى هللا وزطىله ه بل
ذ هجسج
اه
و م
ىي . ف
ل امست ما ه
ما لي اث وبه بالى عما
ما لا ى هللا وزطىله، به
ه بل
هجسج
ف
و بها ؤ ص ا
ه لدهذ هجسج
اه
و ه وم
ى ما هاجس بله بل
هجسج
ىىحها ف ة
امسؤ .
Page 11 of 15
―Sesungguhnya setiap amal tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan
dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin
mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah
dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena
wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia
niatkan.‖ (HR. Bukhari dan Muslim)
Sedangkan itqanul ‗amal (amal yang rapi), maksudnya adalah amal yang sungguh-sungguh,
optimal, sempurna, dan teliti. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‗alaihi wa
sallam,
م عمل
حده
ا عمل ؤ
حب بذ خلىه بن هللا عص وجل ن
ؤ
―Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mencintai apabila salah seorang di antara kalian
mengerjakan suatu pekerjaan dilakukannya dengan rapi.‖ (HR. Thabrani dan Baihaqi).
Selanjutnya jaudatul adaa (penyelesaian yang baik), bahwa sebuah pekerjaan itu hendaknya
dilakukan hingga tuntas. Allah Ta‘ala berfirman,
صب اه
ذ ف
سغ
ا ف
ةذ
ف
―Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain.‖ (QS. Al-Insyirah, 94: 7)
Keuntungan Berbuat Ihsan
Orang yang beramal dengan ihsan akan memperoleh keuntungan sebagai berikut.
Pertama, kecintaan dari Allah (hubbun minallah).
حظ حب ال
حظىىا بن اللت وؤ
ى
هل ى الت
م بل
دى لىا بإ
ل
ول ج
فلىا في طبل الل
ه
ىين وؤ
―Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik.‖ (Qs. Al-Baqarah, 2: 195)
ىفلىن في رحظىين ال
حب ال
اض والل الى عافين ع وال
ظ
غاظمين ال
ي
اء وال س اء والض س الظ
―(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema‘afkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.‖ (QS. Ali Imran, 3: 134)
حظىين حب ال
ىاب لاخسة والل ث ا وحظ
ه ىاب الد ث
اهم اللأج
ف
―Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia (kemenangan, ghanimah,
dll.) dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebaikan.‖ (QS. Ali Imran, 3: 148)
Kedua, pahala dari Allah (ajrun minallah).
Page 12 of 15
Hal ini telah disebutkan dalam Al-Qur‘an surat Ali Imran ayat 148 di atas, juga disebutkan
dalam firman-Nya,
جسه هم ؤ ن ىجص
ول
بت
ظ
اة ه ح ى
ىحل
ف م
ى وهى ما
ث
ه
و ؤ
س ؤ
ه
ذ عمل صالحا م ىا م
اه
ما و حظ
م بإ
ىن عمل
―Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.‖ (QS. An-Nahl, 16: 97).
Ketiga, pertolongan dari Allah (nashrun minallah).
Perhatikan dua ayat berikut ini,
حظىين ع ال
ل
ىا وبن اللهم طبل ن نهد
جاهدوا فىا ل ر
وال
―Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik.‖ (QS. Al-Ankabut, 29: 69)
هم محظىىن رىا وال
ل اج ر
مع ال
بن الل
―Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat
kebaikan.‖ (QS. An-Nahl, 16: 128).
Wallahu A‘lam.
Page 13 of 15
Hajatul Insani Ilar Rasul
(Kebutuhan Manusia terhadap Rasul)
Manusia diciptakan oleh Allah Ta‘ala dengan membawa fitrah (naluri) Islam. Secara bahasa,
fitrah artinya al khilqah yaitu keadaan asal ketika seorang manusia diciptakan oleh Allah.4
Fitrah yang dianugerahkan Allah Ta‘ala kepada manusia diantaranya adalah: Pertama, fitrah
terhadap wujudul khaliq (eksistensi [keberadaan] Pencipta).
Syeikh Mahmud Syaltut rahimahullah dalam uraiannya tentang adanya naluri bertuhan dalam
diri manusia, antara lain menerangkan:
―Bilamana manusia sedang dalam kesulitan yang amat sangat, yang telah mengatasi
pendengaran, memecahkan pemikiran dan menghabiskan daya upaya, maka dalam keadaan
seperti demikian ia tidak akan mendapat jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapinya
itu, kecuali menyerah kepada Allah, meminta pertolongan dari Kekuasaan, Petunjuk dan
RahmatNya‖. Firman Allah dalam Al-Quran,
بهم وجسفل
ىخم في ال
ا ه
ى بذ بحس حت
بر وال
م في ال
ره ظي ري
سحىا بها جاءتها زح هى ال
بت وف
بسح ظ
ه الدلصين ل
مخ
بهم اعىا اللحغ
هم ؤ ن
ىا ؤ ى
ان وظ
ل مي
و ىج م
وجاءهم ال
عاصف ىا م
د ج
ه
ئن ؤ
ل
اهس
الؼ م ىه
ىي
هره ل
―Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (dan berlayar) di lautan.
Sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, dan meluncurlah (kapal) itu membawa mereka
(orang-orang yang ada di dalamnya) dengan tiupan angin yang baik, dan mereka
bergembira karenanya; tiba-tiba datanglah badai dan gelombang menimpanya dari segenap
penjuru, dan mereka mengira telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa dengan tulus
ikhlas kepada Allah semata. (Seraya berkata), ―Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari
(bahaya) ini, pasti Kami termasuk orang-orang yang bersyukur.‖ (QS. Yunus, 10: 22).
Jadi, manusia adalah makhluk yang asal kejadiannya bertuhan dan mengakui ada kekuasaan-
Nya. Tuhan yang menjadikan alam semesta ini, itulah naluri dan fitrah manusia. Bahkan
dalam Al-Quran disebutkan,
م
ى ظذ بسبل
فظهم ؤ
ه
ى ؤ
هدهم عل
ػ
تهم وؤ ز
هىزهم ذ
ظ بجي آام م م زب
ر
خ
ؤ
ن وبذ
ا ؤ
هده
ى ػ
ىا بل
ال
ك
افلين ا غ
هر ا ع ى
ا ه امت به ل
ىم ال ىا
لىل
ج
―Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
‗Bukankah Aku ini Tuhanmu?‘ Mereka menjawab: ‗Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi‘. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: ‗Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan)‘‖ (QS. Al-A‘raf, 7: 172)
4 Lihat: Lisaanul Arab 5/56, Al Qamus Al Muhith 1/881
Page 14 of 15
Tersirat dari ayat ini bahwa manusia sejak ia masih di alam ruh telah mengakui Allah Ta‘ala
sebagai Tuhannya.
Kedua, fitrah untuk ibadatul khaliq (menyembah/beribadah kepada Sang Pencipta).
Penjelasan point kedua ini pun dapat dijelaskan dengan penjelasan point pertama di atas.
Salah satu bukti yang menunjukkan bahwa ibadah adalah bagian dari fitrah manusia, adalah
sebagaimana yang kita lihat dalam sejarah perkembangan manusia itu sendiri. Manakala
belum sampai kepada mereka para Nabi dan Rasul yang diutus Allah Ta‘ala atau ajaran yang
dibawa oleh para Nabi dan Rasul, maka manusia selalu beribadah atau menyembah ―tuhan‖
yang mereka yakini keberadaannya dengan interpretasi masing-masing. Ada yang
menyembah batu, pohon kayu, berhala atau patung yang mereka buat sendiri, dan lain
sebagainya.
Ketiga, fitrah terhadap al-hayatul munadzamah (kehidupan yang teratur). Oleh karena itu
manusia sebagai mahluk individu maupun sosial, dengan dorongan fitrahnya selalu berupaya
menata kehidupannya. Ada aturan-aturan dan norma-norma yang dibuat; ada pemimpin dan
yang dipimpin; ada ketetapan sanksi bagi mereka yang melanggar, dan atau sejenisnya.
*****
Ketiga fitrah manusia tersebut di atas membutuhkan bimbingan Allah Ta‘ala. Karena tanpa
bimbingan-Nya manusia akan terjerumus pada kesesatan. Oleh karena itu, karena kasih
sayang-Nya, Allah Ta‘ala telah mengutus para Rasul untuk memberikan petunjuk yang benar
agar mereka ma‘rifatul khaliq (mengenal Penciptanya).
ا
ؼ اء ويهدي م
ؼ م ضل الل
هم فن ل بي ىمه ل
بل بلظان ك زطى ىا م
زطل
حىم وما ؤ
عصص ال
ء وهى ال
―Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia
dapat memberi penjelasan kepada mereka..‖ (QS. Ibrahim, 14: 4)
ىث اغ
واجخيبىا الع
ن اعبدوا اللت زطىل ؤ م
ل ؤ
ىا في و
د بعث
ل
ول
―Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan),
―Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut…‖ (QS. An-Nahl, 16: 36)
Melalui bimbingan para rasul, manusia pun akan mengenal minhajul hayah (pedoman hidup).
Allah Ta‘ala berfirman,
م
حى
ىخاب والم ال
مى
عل م و
ى
صه اجىا و م آ
ى
ى علخل م
م زطىل مىى
ىا فى
زطل
ما ؤ
ىا ه
ىه
ي
م ج
م ما ل
مى
عل و
ت
مىن عل
ح
―Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus
kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan
mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan
kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.‖ (QS. Al-Baqarah, 2: 151).
*****
Page 15 of 15
Dengan ma‘rifatul khaliq (mengenal Pencipta) dan minhajul hayah (pedoman hidup) yang
benar itulah manusia dapat melaksanakan al-‗ibadatus shahihah (ibadah yang benar).
Allah Ta‘ala berfirman,
هم في دخل ظ
واعخصمىا به ف
آمىىا بالل ر
ا ال م
إ
ا مظخلماف
ه صساظ
ضل ويهديهم بلزحمت مىه وف
―Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-
Nya, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat dan karunia dari-Nya (surga),
dan menunjukkan mereka jalan yang lurus kepada-Nya.‖ (QS. An-Nisa, 4: 175)
هه و ىز بةذ ى الى
ماث بل
ل الظ سجهم م
خ لم و ه طبل الظ
بع زضىاه اج م
ى صساط يهدي به الليهديهم بل
مظخلم
―Dengan kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridhaan-Nya
ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap
gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus.‖ (QS. Al-
Maidah, 5: 16)
Wallahu A‘lam.
top related