tanyakan ke hipiiiiii
Post on 03-Jul-2015
233 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aterosklerosis
2.1.1 Definisi
Istilah aterosklerosis berasal dari bahasa yunani, yang berarti penebalan
tunika intima arteri dan penimbunan lipid yang mencirikan lesi yang khas.
Aterosklerosis terdiri dari lesi-lesi yang fokal yang terbatas pada arteri-arteri otot dan
jaringan elastis berukuran besar dan sedang, seperti aorta (dapat mengakibatkan
penyakit aneurisma), arteria karotis (dapat menyebabkan stroke), arteria poplitea
dan femoralis (dapat menyebabkan penyakit pembuluh darah perifer), arteria renalis
yang bisa menyebabkan penyakit jantung iskemik atau infark miokardium (Price and
Wilson, 2006). Menurut (Guyton and Hall, 1997) aterosklerosis adalah suatu
penyakit dari arteri-arteri besar dan sedang yang mana lesi lemak yang disebut plak
ateromatosa timbul pada permukaan dalam dinding arteri. Terbentuknya plak
berasal dari lemak, kolesterol, kalsium, dan subtansi lain yang di temukan dalam
darah. Apabila plak ini dibiarkan lama kelamaan maka akan menyebabkan
pembuluh darah arteri menyempit, sehingga bisa mengakibatkan iskemia jantung,
stroke, dan kematian.
2.1.2 Patofisiologi Aterosklerosis
Proses awal aterosklerosis diawali pada masa kanak-kanak dan manifestasi
secara klinis pada usia menengah dan lanjut. Proses ini terutama mengenai arteri-
arteri berukuran sedang, yaitu arteri koronaria, karotis, basilar, vertebral, iliaka, dan
femoralis. Aterosklerosis (pembentukan plak) diawali dengan adaya inflamasi pada
sel endotel (lapisan dalam pembuluh darah) yang berinteraksi langsung dengan zat-
zat dalam darah. Permukaan sel endotel yang semula licin menjadi kasar, sehingga
zat-zat didalam darah menempel dan masuk kelapisan dinding arteri. Terbukanya
jaringan kolagen subendotel akan menginduksi penempelan platelet pada luka
endotel, kemudian mensekresi beberapa substansi yang menyebabkan
perlengketan. Platelet akan menarik sel-sel darah lalu menembus endothelial dan
masuk ke ruang subendotelial. Disini monosit berubah menjadi bentuk makrofag
yang berperan sebagai kunci pada proses aterosklerosis. Makrofag akan memakan
tumpukan kolesterol LDL yang teroksidasi, kemudian menjadi sel busa (foam cell).
Akibatnya terjadi gangguan keseimbangan kolesterol di makrofag, karena kolesterol
yang masuk ke dalam sel lebih banyak daripada kolesterol yang dikeluarkan,
sehingga terjadi penumpukan kolesterol di pembuluh darah (plaque).
Tumpukan plaque pada dinding arteri yang semakin banyak membuat
lapisan pelindung arteri perlahan-perlahan mulai menebal dan jumlah sel otot
bertambah. Setelah beberapa waktu jaringan penghubung yang menutupi daerah
tersebut berubah menjadi jaringan parut, yang mengurangi elastisitas arteri dan
mudah pecah. Semakin lama semakin banyak plaque yang terbentuk dan membuat
lumen arteri mengecil, sehingga pasokan oksigen ke jantung berkurang dan
terjadilah serangan jantung.
Gambar 2.1 Pembentukan Plak
2.1.4 Faktor Resiko
Saat ini banyak faktor-faktor yang berkaitan dengan terjadinya proses
aterosklerosis. Identifikasi terhadap penyebab yang dihubungkan dengan faktor
resiko terutama faktor yang bisa dicegah atau reversible, hal ini penting untuk
pencegahan primer dan sekunder. Faktor resiko aterosklerosis dikelompokkan
menjadi 2 kelompok yaitu faktor resiko utama yang dapat dimodifikasi dengan
perubahan gaya hidup meliputi: dislipidemia, hiperkolesterolimia, obesitas, merokok,
hipertensi, DM, sedangkan faktor resiko aterosklerosis yang tidak dapat dimodifikasi
adalah umur, jenis kelamin,ras, genetik (horrisont principle).
2.1.4.1 Dislipidemia
Hiperlipidemia merupakan peningkatan satu atau lebih lipid (lipoprotein
dalam plasma). Abnormalitas lipoprotein juga dapat disebabkan karena rendahnya
kadar lipid tertentu, sehingga menggunakan istilah dislipidemia. Keadaan ini meliputi
peningkatan kadar total kolesterol, LDL dan trigliserida serta penurunan kadar HDL.
Dislipidemia dapat dibedakan atas primer dan sekunder (Mughni, 2007).
Dislipidemia merupakan penyebab aterosklerosis di seluruh tubuh termasuk
glomerusklerosis yang diawali dengan pembentukan foamcell dalam urine.
Beberapa penelitian penderita dislipidemia memiliki umur rata-rata 53 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa dislipidemia lebih banyak terjadi pada usia produktif , walaupun
bisa dimulai terjadi pada usia muda (Indranila, 2008).
2.1.4.3 Merokok
Resiko jantung iskemik meningkat menjadi 3- 5 kali lipat pada usia 50 tahun
yang meroko lebih dari 15 batang per hari. Beberapa bukti yang menyatakan bahwa
resiko aterosklerosis lebih berhubungan dengan jumlah batang rokok daripada
lamanya merokok dan tidak ada bukti yang menyatakan bahwa rokok filter atau jenis
lain yang dapat mnegurangi faktor resiko aterosklerosis (Mughni, 2007). Merokok
juga ikut berperan dalam disfungsi endotel, meningkatkan stress oksidatif dan
memacu terjadinya oksidasi LDL (Mary E, 2007). Pada studi epidemiologis perokok
pasif dapat meningkatkan resiko aterosklerosis 20-30%, begitu juga pada penderita
kanker, system pernafasan dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
merokok (Mughni, 2007).
2.1.4.4 Hipertensi
Komplikasi jantung akibat hipertensi yang sering terjadi adalah kegagalan
ventrikel kiri, angina pectoris dan infark miokard pada PJK. Hipertensi pada jantung
disebabkan karena meningkatnya tekanan darah yang dapat memperberat kerja
jantung, sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri (faktor miokard). Akan tetapi
hal ini tergantung pada lama dan beratnya hipertensi. Tekanan darah yang tinggi
dan menetap juga akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh
darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner
(faktor koroner). Hal ini menyebabkan angina pectoris, insufisiensi koroner dan
miokard infark yang mana lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi
dibandingkan orang normal (Bahri,2004).
2.1.4.5 Umur
Umur mempunyai hubungan terhadap terjadinya resiko aterosklerosis. Sebagian
besar kasus aterosklerosis terjadi ada laki-laki umur 33-45 dan kemudian bisa
meningkat seiring dengan pertambahan umurnya. Keterkaitan umur juga
berpengaruh dengan peningkatan kadar kolesterol dalam tubuh. Kadar kolesterol
pada laki-laki akan meningkat sampai umur 50 tahun dan akan sedikit menurun
setelah berumur 50 tahun, sedangkan kadar kolesterol pada perempuan sebelum
menopause (45-60 tahun) lebih rendah daripada laki-laki dengan umur yang sama.
Menurunkan dan mengontrol kolesterol dalam tubuh sangat bermanfaat. Beberapa
penelitian menyatakan bahwa pada penderita dengan kolesterol tinggi bila dapat
menurunkankadar kolesterol total 1 % maka terjadi penruunan resiko jantung 2%.
Jadi apabila kadar kolesterol dapat diturunkan 15% maka resiko penyakit jantung
koroner menurun 30% (Bahri, 2004).
2.1.4.6 Jenis Kelamin
Resiko aterosklerosis secara umum banyak terjadi pada laki-laki dan sedikit terjadi
pada perempuan, tetapi perbedaan tersebut sedikit berbeda pada akhir-akhir ini
terutama pada masa menapouse, tetapi setelah menopause hampir tidak didapatkan
perbedaan kolesterol. Hal ini dimungkinkan karena perempuan mempunyai hormon
esterogen sebagai pelindung. Pada beberapa perempuan yang hamil juga akan
mengalami peningkatan kolesterol dan akan kembali normal setelah 20 minggu
waktu melahirkan(Mughni, 2007).
2.2 Lemak
Lemak dalam bahan pangan mempunyai peran utama sebagai sumber
energi. Lemak dapat menyediakan energi sekitar 2,25 kali lebih banyak daripada
yang diberikan karbohidrat (gula, pati) atau protein. Lemak yang dapat mencair
dalam temperatur biasa disebut minyak, sedangkan dalam bentuk padat disebut
lemak. Istilah lipida meliputi senyawa-senyawa heterogen, temasuk lemak dan
minyak yang umum dikenal di dalam bahan makanan, fosfolipida, kolesterol, asam
lemak bebas, sterol, pigmen tanaman serta pro-vitamin, vitamin larut lemak, dan
ikatan lain yang sejenis yang terdapat di tubuh manusia (Deddy, 2009). Lipida
mempunyai sifat yang sama, yaitu larut dalam pelarut non polar, seperti etanol, eter,
kloroform, dan benzene (Almatsier, 2001).
Lemak yang terdapat dalam bahan pangan berperan sebagai pelarut dan
pembawa vitamin-vitamin larut lemak (A, D, E, K) dan juga berfungsi untuk
meningkatkan palatibilitas (rasa enak, lezat). Lemak dikelompokkan menjadi
beberapa jenis meliputi:
a. Simple fat (lemak sederhana atau lemak bebas )
Lebih dari 95 % lemak di dalam tubuh adalah trigliserida yang terbagi
menjadi 2 jenis, yaitu asam lemak jenuh (saturated fatty acid, SFA) dan
asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh mengandung atom hydrogen
dalam jumlah maksimal pada setiap karbon, dan cenderung berwujud
padat pada suhu ruang. Asam lemak jenuh ini terdapat dalam daging
sapi, kelapa sawit, kuning telur. Asam lemak tak jenuh terdapat dalam
minyak jagung, minyak zaitun dan mete. Asam lemak tak jenuh ini terbagi
menjadi 2 jenis, yaitu asam lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated
fatty acid, MUFA) dan asam lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fatty
acid, PUFA). asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) mengandung satu
ikatan (ikatan atom C rangkap 1) dan asam lemak tak jenuh ganda
(ikatan atom C rangkap lebih dari 2) memiliki titik leleh paling rendah
diantara semua jenis asam lemak, karena keberadaan ikatan rangkap
(Djoko, 2007).
b. Lemak ganda
Lemak ganda mempunyai komposisi lemak bebas ditambah dengan
senyawa kimia lain. Jenis lemak ganda meliputi:
- Fosfolipida, merupakan komponen membrane sel, komponen struktur
otak, jaringan syaraf, bermanfaat untuk penggumpalan darah, lesitin
termasuk dalam fosfolipida. Fosfolipida bersifat polar dan nonpolar
yang disebut juga amfilitik. Fosfolipida terdapat dalam tiap sel hidup,
dibentuk di dalam hati dan menenmpati urutan ke-2 kandungan lipida
dalam tubuh (Sunita A, 2001).
- Glikolipida, mempunyai ikatan dengan karbohidrat dan nitrogen.
Contoh glikolipida adalah serebrosida dan angliosida yang
mengandung basa sfingosin dan asam lemak rantai sangat panjang
dengan 22-24 karbon.
- Lipoprotein, terdiri atas HDL (High Density Lipoprotein), LDL (Low
Density Lipoprotein), dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).
Lipoprotein merupakan gabungan molekul lipida dan protein yang
disitesis di dalm hati. Lipoprotein mempunyai fungsi mengangkut
lipida di dalm jaringan-jaringan yang membutuhkannya sebagai
sumber energi, sebagai komponen membran sel atau precursor
metabolit aktif (Djoko, 2007).
c. Derivat Lemak
Lemak jenis ini adalah kolesterol. Kolesterol merupakan sterol utama
dalam tubuh. Zat ini disintesis dari asetil koenzim A, disemua jaringan
terutama di hati. Kolesterol mempunyai peran dalam struktur membran
dan transport melalui membran, serta dalm sintesis hormone dan asam
empedu. Terdapat pada bahan makanan seperti otak, ginjal, hati, daging,
unggas, ikan dan kuning telur (Mary E, 2007).
Simpanan lemak dalam tubuh bermanfaat untuk cadangan energi, sebagai
bantalan alat-alat tubuh seperti ginjal, biji mata, isolasi tubuh, mempertahankan
tubuh dari gangguan luar seperti pukulan atau zat-zat kimia yang berbahaya yang
dapat merusak jaringan otot dan garis-garis tubuh. Kelebihan makanan dalam tubuh
akan disimpan dalam bentuk lemak terutama pada jaringan bawah kulit, sekitar otot,
jantung, paru-paru, ginjal dan organ tubuh lainnya (Irianto, 2007).
2.2.1 Metabolisme Lemak
Menurut Guyton and hall, tahun mendefinisikan Metabolisme secara umum
adalah suatu proses kimia yang memungkinkan sel-sel untuk dapat melangsungkan
kehidupan. Pengertian lain metabolisme adalah seluruh perubahan kimiawi yang
terjadi di dalam tubuh. Metabolisme mempunyai dua pengertian, yaitu anabolisme
(sintesa atau proses pembentukan dan katabolisme (proses pemecahan) (Djoko,
2007).
Metabolisme lemak adalah proses kimiawi yang mengubah lemak (asam
lemak) menjadi ATP (Adenosin Triphospat), banyaknya ATP yang dihasilkan
tergantung pada kandungan asam C (Carbon) dari jenis lemak tertentu. Misalnya,
asam lemak mengandung 6 atom C akan menghasilkan 45 ATP, asam palmitat
memiliki 16 atom C akan menghasilkan 164 ATP (Djoko, 2007). Asam lemak dan
gliserol diperoleh dari hasil pemecahan trigliserida melalui proses lipolisis. Sebagian
besar asam lemak alami terdiri atas atom karbon dalam jumlah genap, biasanya 16
atau 18 karbon. Asam lemak mula- mula akan dipecah melalui proses oksidasi ke
dalam unit-unit yang terdiri atas 2 karbon.tiap pecahan 2 karbon ini akan mengikat
satu molekul untuk membentuk asetil KoA. Proses perubahan asam lemak bebas
menjadi banyak molekul asetil KoA dinamakan beta-oksidasi (Almatsier. 2001).
Setiap molekul asetil KoA kemudian akan akan memasuki siklus TCA seperti
halnya yang dilakukan glukosa. Setiap kali unit 2 karbon pecah dari molekul asam
lemak, akan dilepas sedikit energi. Bila unit dua karbon ini kemudian memasuki
siklus TCA dalam bentuk asetil KoA akan dihasilkan energy sebanyak kurang lebih
tiga kali lipat. Energy dalam hal ini diikat dalam bentuk NADH dan FADH2. Bila asam
lemak mempunyai atom karbon dalam jumlah ganjil, maka di samping asetil KoA
akan dibentuk ikatan KoA dengan ikatan 3-karbon, yaitu propionil KoA. Propionil
KoA ini seperti halnya asetil KoA akan memasuki siklus TCA. Bila sel tidak
membutuhkan energi, asetil KoA yang berasal dari oksidasi asam lemka akan
membentuk lemak, seperti halnya asetil KoA yang dibentuk dari kelebihan
karbohidrat (Almatsier, 2001).
2.2.2 LDL
Low Density Lipoprotein (LDL) merupakan lipoprotein yang terdiri atas
kolesterol yang bersirkulasi dalam tubuh dan dibawa ke sel-sel otot, lemak, dan sel-
sel lain. TG akan diperlakukan sama dengan yang terjadi pada kilomikron dan VLDL.
Kolesterol dan fosfolipida akan digunakan untuk membuat membrane sel, hormon-
hormon, ikatan lain, atau disimpan. Reseptor LDL yang ada di dalam hati akan
mengeluarkan LDL dari sirkulasi. Fungsi utama LDL adalah mengangkut kolesterol
ke jaringan yang memerlukannya untuk membrane sel dan sintesis metabolit, seperti
hormone steroid ( Mary E,2007).
Pembentukan LDL oleh reseptor LDL ini penting dalam pengontrolan
kolesterol darah. Disamping itu dalam pembuluh darah terdapat sel-sel perusak
yang dapat merusak LDL. Melalui jalur sel-sel perusak ini (scavenger pathway)
molekul LDL dioksidasi, sehingga tidak dapat masuk kembali kedalam aliran darah.
Kolesterol banyak yang terdapat dalam LDL akan menumpuk dalam sel-sel perusak.
Bila hal ini terjadi selama bertahun-tahun, kolesterol akan menumpuk pada dinding
pembuluh darah dan membentuk plak. Plak akan bercampur dengan protein, ditutupi
oleh sel otot-otot dan kalsium. Plak inilah yang kemudian dapat menjadi manifestasi
terjadinya aterosklerosis. Pengatur utama kadar kolesterol darah adalah hati, karena
sebagian besar (50-75%) reseptor LDL terdapat di dalam hati (Almatsier, 2001).
2.3 Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan radikal yang berasal dari oksigen disebut reactive
oxygen species (ROS), yang dianggap sangat berbahaya bagi tubuh. reactive
oxygen species (ROS) merupakan spesies yang sangat reaktif dan terdiri dari satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya, sehingga
membuatnya tidak stabil. Radikal bebas dihasilkan dari putusnya ikatan kovalen,
ataupun melalui penerimaan atau kehilangan satu elektron tunggal.
Berbagai macam radikal bebas antara lain radikal bebas hydrogen (H-),
radikal hidroksil (OH merupakan radikal bebas dengan sifat oksidator terkuat),
radikal superoksida (O2 ), dan nitrat oksida (NO). Radikal bebas dapat menjadi stabil
dengan cara berikut :
bergabung dengan radikal bebas yang lain
memindahkan satu elektron dari nonradikal, sehingga senyawa ini
menjadi pemberi dengan satu electron yang tidak berpasangan
kemudian senyawa penerima ini menjadi radikal bebas ( Mary E, 2007).
Radikal bebas yang terdapat dalam tubuh dapat berasal dari dari dalam
(endogen) atau dari luar tubuh (eksogen). Secara endogen, radikal bebas terbentuk
sebagai respon normal dari rantai peristiwa biokimia dalam tubuh. Sumber
terbentuknya radikal bebas dalam bahan biologis adalah: superoksida dismutase
(SOD), sitokrom P-450, santin oksidase, lipoksigenase, siklo-oksigenase, enzim-
enzim pentranspor electron dan kuinon. Secara endogen, radikal bebas dapat timbul
melalui beberapa macam mekanisme seperti aktivitas oksidasi (lipoksigenase,
dehidrogenase, dan peroksidase) dan sistem transport elektron. Radikal bebas
diproduksi di dalam sel oleh mitokondria, membran plasma, lisosom, peroksosom,
endoplasmic retikulum, dan inti sel. Secara eksogen, radikal bebas diperoleh dari
bermacam-macam sumber antara lain paparan polusi, makanan dan minuman,
radiasi, ozon dan peptisida (Deddy, 2009).
Radikal bebas dapat merusak membran sel, dan kemudian merusak
komponen sel termasuk inti sel dan DNA, dan berakibat matinya sel. Selain
mengakibatkan matinya sel, destruksi tersebut juga meninggalkan berbagai macam
hasil sisa yang sulit untuk dibuang oleh tubuh. Akumulasi sisa tersebut dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit degeneratif yang akhirnya dapat
menyebabkan kematian (Cohen et al, 2000)
2.3.1 Peroksidasi Lemak
2.3.2 Peroksidasi Protein
2.4 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa dalam kadar rendah yang mampu menghambat
oksidasi molekul target sehingga dapat melawan dan menetralisir radikal bebas.
Dikenal ada tiga kelompok antioksidan, yaitu antioksidan pemutus rantai, antioksidan
enzimatik, antioksidan logam transisi terikat protein. Antioksidan pemutus rantai
adalah molekul kecil yang dapat menerima atau memberi elektron dari atau ke
radikal bebas, sehingga membentuk senyawa baru yang stabil, misalnya vitamin E,
vitamin C. Yang termasuk menjadi antioksidan enzimatik adalah superoksidasi
dismutase (SOD), katalase (CAT), glutation peroksidase (GPx), glutation reduktase
(GR), dan seruloplasmin. Mekanisme kerja antioksidan enzimatik adalah
mengkatalisis pemusnahan radikal bebas dalam sel. Sedangkan antioksidan logam
transisi terikat protein bekerja mengikat ion logam mencegah radikal bebas (Yenny,
2004)
Berbagai antioksidan diketahui mempunyai dampak dapat memperlambat
proses atrosklerosis seperti, tokoferol, asam askorbat, flavonoid, dan likopen
(karoten). Antioksidan dapat dikelompokkan berdasarkan sumbernya yaitu menjadi
antioksidan eksogen dan endogen. Antioksidan eksogen adalah antioksidan yang
berasal dari luar tubuh, bersala dari makanan sehari-hari seperti vitamin- vitamin
(vitamin C, vitamin E, β-caroten), dan senyawa fitokimia (karotenoid, isoflavon,
polifenol). Antioksidan eksogen ini bekerja melalui tiga macam mekanisme, yaitu
pemutusan rantai propegasi, melalui mekanisme khelasi terhadap metal transisi
sehingga ion-ion metal dapat diasingkan, dan menghambat pengaruh singlet
oksigen. Antioksidan endogen merupakan antioksidan yang secara alami terdapat
dalam tubuh manusia diantaranya adalah superokside dismutase (SOD), katalase
(CAT), glutathione peroxidase (GPx) (Yosie, 2007).
2.4.1 Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan (Sunita A,
2001). Vitamin A dikenal juga mempunyai nama lain, yaitu axeroftol (axerophtol),
asam retinoat (retinoic acid), retinal, retinol, dan dehidroretinol. Di dalam tubuh,
vitamin A terdapat dalam tiga bentuk yaitu: retinol (suatu alcohol), retinal (suatu
aldehid), asam retinoat (suatu asam) (Deddy, 2009). Vitamin A juga mempunyai
peranan penting dalam sistem imunitas tubuh. Selain berfungsi di dalam tubuh dan
penglihatan, vitamin A mempunyai fungsi untuk melawan radikal bebas yang
menyebabkan penuaaan. Vitamin A merupakan antioksidan alami yang dapat
meminimalkan efek radikal bebas dalam mencegah timbulnya penyakit kanker dan
jantung koroner. Di dalam vitamin A terkandung provitamin A yang terdapat pada
beta-karoten. Beta-karoten berfungsi melawan radikal bebas penyebab proses
penuaan. Manfaat yang telah teruji adalah menghambat pertumbuhan sel kanker,
mencegah penyumbatan arteri yang menyebabkan serangan jantung, menurunkan
resiko terserang stroke, merangsang fungsi kekebalan tubuh, dan mencegah katarak
(Fatmah, 2010).
Vitamin A mempunyai sifat tahan terhadap panas cahaya dan alkali, tetapi
tidak tahan terhadap asam dan oksidasi. Ketersediaan biologic vitamin A meningkat
dengan adanya vitamin E dan antioksdian lainnya. Bentuk aktif vitamin A hanya
terdapat dalam pangan hewani. Pangan nabati mengandung karotenoid yang
merupakan precursor (provitamin) vitamin A. Diantara ratusan karotenoid dalam
alam, hanya bentuk alfa, beta, gama serta kriptosantin yang berperan sebagai
provitamin A (Sunita A, 2001).
Sumber bahan makanan vitamin A antara lain berasal dari hewani dan
nabati.sumber vitamin A hewani bisa ditemukan di hati (sapi) yang mengandung
sekitar 15.000 IU vitamin A per 10 g, kuning telur yang mengandung seitar 1000 RE
per 100 g, lemak susu, daging dan mentega (Deddy, 2009). Sumber bahan
makanan vitamin A dari nabati terdapat pada bayam, kangkung, kacang panjang,
wortel, tomat, daun singkong. Kelebihan dan kekurangan vitamin konsumsi A akan
menimbulkan efek samping atau penyakit. Kekurangan konsumsi vitamin A dapat
mengakibatkan respon kekebalan menurun (sering terkena penyakit infeksi),
terhambatnya perkembangan mental, dan xeroftalmia. Apabila kelebihan vitamin A
maka akan menimbulkan toksisitas atau keracunan (Fatmah, 2010).
2.4.2 Vitamin C
Vitamin C (Asam Askorbat) merupakan vitamin yang larut air, mempunyai
peran penting dalam sel dan plasma, sebagai pembasmi berbagai jenis radikal
bebas. Asam askorbat sangat mudah rusak oleh oksidasi dengan adanya ion-ion
metal seperti Cu 2+ dan Fe 3+ . Oksidasi asam askorbat dipengaruhi oleh panas,
cahaya, Ph, konsentrasi oksigen dan aktivitas air. Vitamin C tidak stabil dalam
larutan alkali, tetapi cukup stabil dengan larutan asam. Vitamin C adalah vitamin
yang paling labil (Lee et al, 2004). Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam
tubuh, sebagai koenzim dan kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat
kemempuan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi
hidroksilasi (Almatsier, 2001).
Vitamin C menyumbangkan satu electron kepada radikal bebas dan
menonaktifkannya, sementara dirinya sendiri menjadi radikal askorbil. Radikal ini
kemudian di daur ulang kembali menjadi askorbat dengan menggunakan glutation
tanpa menyebabkan kerusakan oksidatif (Mary E, 2007). Vitamin C juga
menghambat oksidasi LDL. Jika LDL teroksidasi, maka LDL akan terdeposit dalam
sel endotel pembuluh darah. Hal tersebut akan memacu terjadinya aterosklerosis.
Selain itu, vitamin C juga mencegah sel darah putih (monosit) untuk terikat dalam
endotel pembuluh darah sehingga mengurangi disfungsi endotel vaskuler. Apabila
disfungsi endotel terjadi maka akan mendukung terdepositnya LDL di endotel dan
kemudian mengarah ke aterosklerosis (Marselina, 2010).
Sumber vitamin C terutama diperoleh dari makanan nabati. Sumber yang
kaya akan vitamin C adalah dari buah-buahan (jeruk, beri, buah-buahan musim
panas) dan sayuran (paprika, brokoli, bunga kol, tomat). Vitamin C mempunyai
hubungan dengan pencegahan timbulnya penyakit kanker, penyakit jantung, dan
influenza. Pemberian suplemen asam askorbat dan tokoferol secara nyata dapat
mengurangi kerusakan oksidatif di dalam tubuh (Deddy, 2009).
2.4.3 β-caroten
β-caroten merupakan salah satu dari 600 komponen karotenoid yang banyak
ditemukan dalam tanaman. Karotenoid merupakan senyawa isoprenoid C40 dan
tetraterpenoid yang terdapat dalam plastida jaringan tanaman, baik yang melakukan
fotosintesis atau tidak. β-caroten mempunyai peranan penting dalam detoksifikasi
berbagai bentuk oksigen teraktivasi dan klorofil triplet, hasil eksitasi kompleks
fotosintesis oleh cahaya. β-caroten merupakan pigmen turunan karotenoid yang
mempunyai sifat larut dalam lemak dan berfungsi sebagai peredam singlet oksigen
dan radikal bebas (buku dari solo)
β-caroten biasanya digunakan sebagai suplemen nutrisi maupun precursor
vitamin A. Hasil penelitian epidemiologis menyatakan bahwa seseorang yang
banyak mengonsumsi buah-buahan dan sayuran dengan kandungan β-caroten yang
tinggi mempunyai resiko lebih rendah terkena penyakit kardiovaskuler dan kanker.
2.4.4 Flavonoid
Merupakan derivat polifenol dan diphenylpyrans, merupakan suatu senyawa
yang hanya terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Senyawa ini mempunyai efek
atheroprotektif yang meliputi efek antioksidan yang sangat kuat, meningkatkan
kemampuan platelet untuk melepaskan NO dan menghambat pembentukan
thrombus. Senyawa ini juga dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler
dengan cara mencegah terjadinya oksidasi lipid. Pada penyakit jantung,
penghambatan oksidasi LDL oleh flavonoid dapat mencegah pembentukan sel-sel
buasa dan kerusakan lipid (Astawan M, 2008). Flavonoid dapat menurunkan kadar
kolesterol darah dengan cara meningkatkan ekskresi asam empedu(Marselina,
2010).
Flavonoid terdiri atas beberapa macam, tujuh diantaranya adalah (Astawan
M, 2008):
1. Antosianin
2. Kuersetin
3. Tannin
4. Isoflavon
5. Naringin
6. Rutin
7. Katekin
Menurut penelitian (Marselina, 2010) Polifenol menurunkan absorpsi
kolesterol dengan cara berikatan pada cholesterol carriers saat melewati
membran brush border. Mekanisme polifenol dalam menurunkan kadar
kolesterol lainnya adalah dengan penurunan sekresi apoB yang
menyebabkan penurunan produksi lipoprotein.
2.5 Buah Markisa
2.5.1 Klasifikasi
Dalam (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman markisa diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Devisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Passiflorae
Famili : Passifloraceae
Genus : Passiflora
Spesies : Passiflora quadrangularis L.,P. edulis
2.5.2 Deskripsi
Dahulu buah markisa secara umum disebut passion fruit. Yang mana
passion mempunyai arti “penderitaan dan kematian”. Buah markisa merupakan buah
yang berasal dari daerah tropis Amerika Selatan, tepatnya di daerah Brasil,
Venezuela, Kolumbia, dan Peru. Buah markisa pertama kali yang dikenal dari
tempat asalnya adalah markisa kuning dan markisa ungu. Di Indonesia, banyak
yang membudidayakan tanaman buah markisa yang masih terpusat di beberapa
kabupaten antara lain Kabupaten Gowa, Polewali-mamasa, Enrekang, dan Tana
Toraja (Sulawesi Selatan), serata Kabupaten Karo (Sumatera Utara). Tanaman
markisa jenis konyal banyak dibudidayakan di daerah Bogor, Cipanas, dan Lembang
(Jawa Barat).
Markisa ungu mempunyai nama latin yaitu (Passiflora edulis var. edulis),
sering disebut juga sebagai markisa siuh atau “markisa asam”. Nama Asing markisa
ungu adalah purple passion fruit. Markisa jenis ini banyak diusahakan di Kabupaten
Gowa (Sulawesi Selatan) dan Kabupaten Karo (Sumatra Utara). Jenis markisa ungu
ini mempunyai cirri-ciri morfologi sebagai berikut:
a. Batang tanaman halus terkulai, agak berkayu, berumur panjang, dan
bersifat merambat.
b. Tanaman berbuah lebat, pembuahan berlangsung selama dua kali
setahun.
c. Buah muda berwarna hijau, sedangkan buah tua atau masak berwarna
ungu gelap sampai cokelat tua.
d. Kulit buah agak tipis, tetapi cukup kuat terhadap kerusakan selama
pengangkutan.
e. Buah berbentuk bulat agak lonjong atau oval, berdiameter antara 5,0
cm - 5,5 cm, dan berasa asam dengan aroma wangi yang kuat. (buku
fotokopian judunya belum tau).
2.5.3 Nama Umum
Umum/Dagang : Buah Negeri
Indonesia : Markisah, Buah Negeri, Pasi
Daerah Jawa : Buwah Negeri, Buah Monyet (Sunda)
Daerah Sumatra : Markisah (Melayu)
Inggris : Passion Fruit
Melayu : Buah Susu, Buah Selasih, Markisa
Vietnam : Dao Tien, Qua Lac Tien
Thailand : Lin Mangkon, Katoklok Farang, Sa
Pilipina : Pasionaria, Maraflora
2.5.4 Ekologi dan Penyebaran
Markisa ungu merupakan tumbuhan yang umumnya ditanam sebagai
tanaman buah-buahan terutama di Sumatera dan Jawa pada ketinggian 800-1500 m
di atas permukaan laut. Berbunga sepanjang tahun puncaknya di musim kemarau,
pemanenan sebaiknya dilakukan pada bulan Juni-September (Tanaman Obat
Indonesia).
2.5.5 Kandungan Gizi
2.5.6 Manfaat
Buah markisa ungu (Passiflora edulis var. edulis) mempunyai banyak
manfaat. Dari daging buah markisa sendiri berguna untuk dimakan sebagai obat anti
radang, obat demam. daunnya digunakan sebagai obat cacing dan obat penenang.
2.6 Mekanisme Antioksidan menurunkan Profil Lipid/ hubungan antioksidan
dengan aterosklerosis.
2.7 Diet Aterogenik
Diet aterogenik adalah diet yang terdiri dari beberapa komponen yang
mengandung lemak. Diberikan sebesar 32,6 gram per hari dengan kandungan
energi sebesar 105 kalori, protein 4 gram (15,2%) , lemak 3 gram (25,7%) dan
karbohidrat 15,32 gram (58,4 %). Tingginya kadar lemak pada diet aterogenik
disebabkan adanya penambahan kolesterol sebanyak 2 %, minyak babi 5 % dan
asam kolat 0,2 %. (Mulyo hadi ali, dkk, 2006). Penelitian pada tikus galur wistar
sebagai hewan aterosklerosis dengan cara pemberian pakan yang dapat
menginduksi kondisi hiperkolesterolimia yaitu dengan pakan aterogenik (pakan
yang ditambah kolesterol sebanyak 2 %, minyak babi 5 % dan asam kolat 0,2 %).
Pemberian pakan aterogenik selama 8 minggu dapat meningkatkan kadar kolesterol
darah secara bermakna (Mulyo hadi ali, dkk, 2006).
top related