tantangan calon presiden populer

Post on 12-Dec-2014

4.960 Views

Category:

News & Politics

8 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Pemilihan presiden 2014 masih sekitar 2 tahun lagi dari sekarang tapi sudah ada partai yang mencalonkan tokohnya. Sebut saja Wiranto oleh Hanura, Hatta Rajasa oleh PAN, Aburizal Bakrie oleh Golkar, dan Prabowo oleh Gerindra. Jusuf Kalla juga disebut-sebut akan dicalonkan misalnya oleh PPP.Sejumlah tokoh sudah populer, sudah dikenal oleh mayoritas pemilih. Pertanyaan krusialnya adalah apakah mereka yang sudah populer tersebut diterima atau disukai pemilih atau tidak. Bila popularitas seorang calon berbanding lurus dengan kediterimaannya oleh pemilih nasional maka ia potensial dipilih oleh rakyat bila maju sebagai calon presiden. Selanjutnya, apakah tokoh-tokoh yang populer itu dipilih? Seberapa besar popularitasnya berpengaruh terhadap kedipilihannya? Kalau mereka yang sudah populer itu ternyata kurang banyak dipilih, mengapa mereka kurang dipilih? Survei nasional perilaku memilih yang akan kami paparkan hasilnya di sini dapat menjawab sebagian dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.Temuan Survei 20 - 30 Juni 2012Saiful Mujani Research & ConsultingJl. Kusumaatmaja No. 59, Menteng, Jakarta Pusat 10340kontak@saifulmujani.comwww.saifulmujani.com

TRANSCRIPT

Temuan Survei 20 - 30 Juni 2012

Jl. Kusumaatmaja No. 59, Menteng, Jakarta Pusat 10340kontak@saifulmujani.com | www.saifulmujani.com

TANTANGAN CALON PRESIDEN POPULER

Dua tahun menjelang Pilpres 2014

• Pemilihan presiden 2014 masih sekitar 2 tahun lagi dari sekarang tapi sudah ada partai yang mencalonkan tokohnya. Sebut saja Wiranto oleh Hanura, Hatta Rajasa oleh PAN, Aburizal Bakrie oleh Golkar, dan Prabowo oleh Gerindra.

• Jusuf Kalla juga disebut-sebut akan dicalonkan misalnya oleh PPP.

• Sejumlah partai lain belum menyebut calon presidennya secara lebih jelas: Demokrat, PDIP, PKS, PKB, dan partai-partai lainnya yang mungkin bisa mencalonkan pada 2014 nanti.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 2

• Walapun masih dua tahun lagi, sejumlah tokoh sebenarnya sudah populer, sudah dikenal oleh mayoritas pemilih.

• Mereka sudah dikenal luas di masyarakat karena pernah menjadi presiden (Megawati), menjadi wakil presiden (Jusuf Kalla), menjadi calon presiden (Wiranto), menjadi calon wakil presiden (Prabowo), atau sudah melakukan sosialisasi cukup intensif (Aburizal dan Hatta Rajasa).

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 3

Lanjutan…

• Pertanyaan krusialnya adalah apakah mereka yang sudah populer tersebut diterima atau disukai pemilih atau tidak. Bila popularitas seorang calon berbanding lurus dengan kediterimaannya oleh pemilih nasional maka ia potensial dipilih oleh rakyat bila maju sebagai calon presiden.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 4

Lanjutan…

• Selanjutnya, apakah tokoh-tokoh yang populer itu dipilih? Seberapa besar popularitasnya berpengaruh terhadap kedipilihannya?

• Kalau mereka yang sudah populer itu ternyata kurang banyak dipilih, mengapa mereka kurang dipilih?

• Karena Aburizal satu-satunya tokoh yang secara resmi telah dicalonkan oleh partainya, dan terlihat sudah lebih intensif melakukan sosialisasi dalam setahun terakhir ini, maka menjadi menarik mencermati mengapa popularitasnya belum cukup efisien secara elektoral.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 5

Lanjutan…

• Banyak pengamat berpendapat bahwa sejumlah masalah sosial menghambat Aburizal, terutama masalah lumpur Lapindo. Apakah betul pendapat tersebut?

• Banyak pengamat berpandangan bahwa Prabowo juga sulit mendapat dukungan luas di masyarakat karena treck-record-nya kurang mendukung. Ia seorang perwira TNI yang diberhentikan karena terbukti bertanggung jawab atas penculikan sejumlah aktivis pada 1997. Apakah betul ini merupakan persoalan elektoral?

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 6

Lanjutan…

• Megawati sulit menang dalam persaingan Pilpres karena ia dinilai kurang kompeten. Apakah betul demikian?

• Survei nasional perilaku memilih yang akan kami paparkan hasilnya di sini dapat menjawab sebagian dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 7

Lanjutan…

• Untuk tujuan itu sejumlah pertanyaan pokok diajukan:• Awareness dan sikap positif atau negatif:

• 1) Tahu atau tidak tahu masing-masing tokoh.• 2) Suka atau tidak suka masing-masing tokoh yang

diketahuinya.• Intensi Memilih:

• 1) Siapa yang akan dipilih bila pemilihan presiden diadakan sekarang ini? [Bentuk pertanyaan terbuka]. Ini terutama untuk melihat seberapa kuat seorang tokoh diinginkan rakyat untuk menjadi presiden.

• 2) Siapa yang akan dipilih dari nama-nama berikut bila pemilihan presiden diadakan sekarang? [Pertanyaan semi-terbuka dengan daftar 26 nama tokoh, dan dibuka kesempatan menyebut nama lain di luar 26 tokoh itu]

• 3) Siapa yang akan dipilih dari nama-nama berikut bila pemilihan presiden diadakan sekarang? [Pertanyaan tertutup: Megawati-Aburizal-Prabowo]

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 8

• Kriteria paling penting yang harus dimiliki seorang calon presiden: integritas (bisa dipercaya), komptensi (pintar atau berwawasan luas), empathy (perhatian pada orang lain), dan decisiveness ( tegas, mampu memutuskan dalam situasi sulit apapun).

• Tokoh-tokoh yang memenuhi kriteria kualitas personal.

• Masalah-masalah yang potensial dapat menghambat dua tokoh populer secara elektoral:

• 1) Prabowo Subianto:

• Treck-record: Pemberhentian sebagai perwira tinggi militer karena keterlibatan dalam penghilangan aktivis Demokrasi 1997.

• 2) Aburizal Bakrie:

• Opini tentang luapan lumpur Lapindo

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 9

Lanjutan…

10

Metodologi

• Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

• Sampel: Sampel asli 1230. Jumlah sampel yang dapat dianalisis 1.219. Berdasar jumlah sampel ini, diperkirakan margin of error sebesar +/-3% pada tingkat kepercayaan 95%.

• Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan yang terdiri hanya dari 10 responden

• Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Juga quality control secara random sebesar 50% responden lewat telpon. Responden yang baru selesai wawancara dilaporkan ke superviser untuk dikonfirmasi.

• Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.

• Waktu wawancara lapangan 20-30 Juni 2012.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 10

Stratifikasi 1 = populasi dikelompokan menurut provinsi, dan masing-masing provinsi diberi kuota sesuai dengan total pemilih di masing-masing provinsi.

Stratifikasi 2: populasi dikelompokan menurut jenis kelamin: 50% laki-laki, dan 50% perempuan.

Stratifikasi 3: populasi dikelompokan ke dalam kategori yang tinggal di pedesaan (desa, 51%) dan perkotaan (kelurahan, 49%).

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 11

Cluster 1: Di masing-masing provinsi ditentukan jumlah pemilih sesuai dengan populasi pemilih masing-masing provinsi. Atas dasar ini, dipilih desa dan kelurahan secara random sebagai primary sampling unit. Berapa desa atau kelurahan? Tergantung jumlah pemilih di masing-masing provinsi. Ditetapkan untuk setiap desa dipilih 10 pemilih (5 laki-laki, dan 5 perempuan) secara random. Bila di Jawa Barat prosentase pemilih 18%, dan di NTB 2%, maka kalau di Jabar dipilih 18 desa/kelurahan maka di NTB dipilih hanya 2 desa/kelurahan, dst.

Cluster 2: Di masing-masing desa terpilih, kemudian didaftar populasi RT atau yang setingkat. Kemudian dipilih secara random 5 RT dengan ketentuan di masing-masing RT akan dipilih secara random dua Keluarga.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 12

Cluster 3: Di masing-masing RT terpilih, populasi keluarga didaftar, kemudian dipilih secara random 2 keluarga.

Di masing-masing keluarga terpilih, kemudian didaftar seluruh anggota keluarga yang punya hak pilih laki-laki atau perempuan, dan kemudian dipilih secara random siapa yang akan menjadi responden di antara mereka.

Bila pada keluarga pertama yang dipilih adalah responden perempuan, maka pada keluarga berikutnya harus laki-laki.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 13

Populasi desa/kelurahantingkat Nasional

Desa/kelurahan di tingkat Provinsi dipilih secara random dengan jumlah proporsional

Di masing-masing RT/Lingkungan dipilih secara random dua KK

Di KK terpilih dipilih secara randomSatu orang yang punya hak pilih laki-laki/perempuan

Ds 1 … Ds n

Prov 1

Ds 1 … Ds m

Prov k

… …

RT1 RT2 RT3 …. RT5

KK1 KK2

Laki-laki Perempuan

Di setiap desa/kelurahan dipilih sebanyak 5 RT dengan cara random

Flow chat penarikan sampel

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 14

PROFIL DEMOGRAFI RESPONDEN

KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS

Laki- laki 50.0 50.3 Islam 88.2 87.5Perempuan 50.0 49.7 Katolik/Protestan 8.3 9.9

Lainnya 3.5 2.6Pedesaan 50.9 50.2Perkotaan 49.1 49.8 J awa 44.1 41.6

Sunda 17.8 15.4Melayu 2.5 3.4Madura 3.3 3.4Bugis 3.0 2.5Betawi 2.1 2.5Minang 1.9 2.7Lainnya 25.3 28.5

ETNIS*

AGAMAGENDER

DESA-KOTA

* Belum ada data sensus etnis mutakhir. Data populasi etnis menggunakan hasil sensus tahun 2000.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 15

KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS

NAD 1.6 1.9 BALI 1.6 1.6SUMUT 5.7 5.5 NTB 1.6 1.9SUMBAR 1.6 2.0 NTT 1.6 2.0RIAU 2.5 2.3 KALBAR 1.6 1.8J AMBI 0.8 1.3 KALTENG 0.8 0.9SUMSEL 3.3 3.1 KALSEL 1.6 1.5BENGKULU 0.8 0.7 KALTIM 1.6 1.5LAMPUNG 3.3 3.2 SULUT 0.8 1.0BABEL 0.8 0.5 SULTENG 0.8 1.1KEPRI 0.8 0.7 SULSEL 3.3 3.4DKI 4.1 4.0 SULTRA 0.8 0.9J ABAR 18.0 18.1 GORONTALO 0.8 0.4J ATENG 13.9 13.6 SULBAR 0.8 0.5DIY 1.6 1.5 MALUKU 0.8 0.6J ATIM 15.6 15.8 MALUT 0.8 0.4BANTEN 4.1 4.5 PAPUA 0.8 1.2

IRJ ABAR 0.8 0.3

PROVINSI PROVINSI

PROFIL DEMOGRAFI RESPONDEN

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 16

Survei ini dibiayai oleh Saifulmujani Research and Consulting (SMRC) sendiri untuk perkenalan kepada publik.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 17

Tahu atau pernah dengar nama-nama tokoh berikut

0102030405060708090

100 93.7 88.978.8

72.8 70.158.3 55 54.1

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 20

Ada 8 nama tokoh nasional yang dikenal cukup luas, yakni oleh di atas 50% pemilih.

Dari 8 nama itu, yang paling dikenal luas adalah Megawati.

Tiga nama yang tidak pernah bersaing dalam Pilpres dan sudah dikenal luas (di atas 50%) adalah Aburizal, Sultan, Anas Urbaningrum, dan Hatta Rajasa.

Di luar nama-nama itu seperti Kristiani Herawati Yudhoyno, Pramono Edhie Wibowo, Dahlan Iskan, Sri Mulyani, Djoko Suyanto, Mahfud MD, Endiartono Sutarto, dll., belum dikenal luas (masih di bawah 50%). Ini logis karena mereka tidak pernah bersaing dalam Pilpres, dan tidak melakukan sosialisasi sebagai calon presiden, atau hanya menjadi pembicaraan di kalangan terbatas.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 21

Dari semua nama yang sudah dikenal luas, yang menunjukkan sudah serius akan maju adalah Aburizal, Prabowo, Wiranto, dan Hatta Rajasa. Mungkin juga Megawati.

Walapun belum menjadi magnet yang kuat bagi pemilih, potensi mereka setidaknya dapat dilihat dari tingkat penerimaan pemilih pada mereka. Dalam hal ini indikasinya dapat dilihat dari tingkat kesukaan pemilih pada mereka seperti terlihat di bawah.

Bila tingkat kesukaan dari yang sudah dikenal di atas tingkat kedikenalan atau poularitas maka kualitas popularitasnya bagus. Sebaliknya bila kedisukaannya di bawah tingkat popularitas maka kualitas popularitasnya buruk. Semakin rendah tingkat kesukaan pada yang populer maka kualitas popularitasnya semakin buruk.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 22

01020304050607080

79.7 7970.5 68.2 67 65.6

60.4

29.4

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 23

Dari 8 nama yang sudah dikenal luas, dan kemungkinan akan maju sebagai calon presiden secara lebih sungguh-sungguh, Prabowo adalah nama yang paling baik tingkat penerimaannya di masyarakat.

Setelah Prabowo adalah Sultan, kemudian Kalla dan Megawati. Sementara yang paling rendah tingkat kediterimaannya oleh publik nasional adalah Anas dan Aburizal dibanding nama-nama lainnya.

Aburizal sebagai calon yang paling serius bahkan lebih rendah tingkat diterimanya dibanding Jusuf Kalla yang sempat diperbincangkan sebagai calon alternatif dari Golkar.

Apakah tingkat popularitas dan penerimaan masyarakat (suka) tersebut tercermin dalam pilihan dalam pemilihan presiden bila pemilihan diadakan sekarang?

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 24

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 26

0

0.5

10.7

0.60.5

0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.20.1

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 27

131312101015

9 12191614

18191516151618

141712

211618

3334413936

3025282829

2518

293236

434750

4551

67706761

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Mega

Prabowo

Wiranto

JK

SBY

Sumber: Lembaga Survei Indonesia (LSI)

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 28

Pada dasarnya belum ada tokoh yang kuat secara elektoral. Tidak ada tokoh yang secara spontan dipilih sebagai

presiden oleh pemilih dengan jumlah yang cukup besar, misalnya di atas 20% seperti dialami SBY dua tahun menjelang pemilihan presiden 2009. Atau dibandingkan dengan Mega menjelang 2009.

Ini mengindikasikan untuk sementara ini belum ada tokoh yang kuat secara elektoral.

Popularitas tokoh-tokoh yang sudah cukup atau bahkan sangat kuat tersebut secara umum bermasalah. Tidak ada tokoh yang populer mampu menerjemahkan popularitasnya ke dalam tindakan elektoral secara berarti.

Keadaan ini membuka peluang bagi calon alternatif yang belum melakukan sosialisasi dan karena itu belum populer.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 29

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 30

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 31

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 32

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 33

Belum adanya tokoh yang kuat secara elektoral tersebut juga terlihat ketika sejumlah nama disebut.

Dengan simulasi semi-terbuka pun, tidak ada nama yang dipilih oleh lebih dari 20%.

Bahkan dengan simulasi 3 namapun tidak ada tokoh yang dipilih oleh suara mayoritas.

Semua ini mengindikasikan bahwa kita belum punya tokoh yang kuat secara elektoral untuk menjadi presiden.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 34

Seperti akan ditunjukan di bawah, sejumlah tokoh nasional tidak dipilih bukan karena mereka tidak dikenal tapi tidak mampu menjadi magnet elektoral dominan bagi umumnya pemilih (50% plus).

Mengapa mereka yang sudah populer itu tidak menarik secara elektoral? Berikut observasi difokuskan pada Aburizal karena sudah menjadi calon resmi, kepada Megawati karena paling populer, dan Prabowo karena terlihat relatif lebih kuat secara elektoral dibanding tokoh-tokoh lain.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 35

Lanjutan…

Aburizal telah secara resmi dicalonkan Partai Golkar.

Hampir sejak terpilih sebagai ketua Golkar, Aburizal telah melakukan sosialisasi dirinya secara lebih massif dibanding tokoh-tokoh lain untuk dikenal publik secara luas dan untuk membangun simpati, terutama lewat berbagai atribut.

Tapi belum terlihat elektabilitasnya naik secara berarti, dan juga belum terlihat kuat afeksi positif (suka) terhadapnya.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 36

Banyak pengamat menilai Aburizal susah mendapat dukungan pemilih karena sejumlah masalah yang diasosiasikan dengannya, setidaknya dalam bentuk persepsi publik. Kasus yang biasa disebut terkait dengan Aburizal adalah luapan lumpur Lapindo. Aapakah betul kasus ini menghambat Aburizal?

Untuk itu observasi terhadap masalah ini dilakukan untuk mengetahui efek kasus tersebut secara empirik.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 37

Lanjutan…

Apakah ibu/bapak tahu ada kejadian luapan lumpur Lapindo yang telah menenggelamkan daerah Porong dan sekitarnya di Jawa Timur?

Bila “Ya tahu”, ada yang berpendapat bahwa luapan lumpur itu karena bencana alam, tapi ada juga yang menilai bahwa luapan lumpur itu karena kesalahan pengeboran perusahaan Minarak Lapindo? Bagaimana menurut pendapat Ibu/Bapak sendiri? Bencana alam atau kesalahan pengeboran?

Apakah Ibu/Bapak tahu siapa pemilik perusahaan yang melakukan pengeboran itu? Tahu, keluaarga Bakrie atau keluarga Bakrie dan pengusaha lain, atau bukan keluarga Bakrie.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 38

Bila keluarga Bakrie atau keluarga Bakrie dan pengusaha lain, apakah menurut Ibu/Bapak keluarga Aburizal Bakrie harus bertanggung jawab atas bencana lumpur Lapindo tersebut? Ya atau tidak.

Bila “ya”, apakah menurut Ibu/Bapak keluarga Aburizal Bakrie harus bertanggung jawab atas bencana lumpur Lapindo tersebut? Ya, atau tidak.

Bila “ya”, apakah sejauh ini keluarga Aburizal Bakrie telah menyelesaikan tanggung jawabnya tersebut? Sudah, atau belum

Bila “Belum”, apakah menurut Ibu/Bapak keluarga Aburizal Bakrie punya niat baik untuk menyelesaikan tanggung jawabnya tersebut atau tidak? Punya, atau tidak

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 39

Lanjutan…

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 40

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 41

43.7

1

55.3

Bakrie, atau Bakrie dan pengusaha lain

Bukan Bakrie

Tidak tahu

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 42

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 43

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 44

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 45

Masyarakat secara nasional umumnya aware dengan luapan lumpur Lapindo.

Yang aware umumnya menilai bahwa luapan tersebut karena kesalahan pengeboran, bukan bencana alam.

Hampir sebagian dari yang menilai kejadian itu karena pengeboran melihat perusahaan pengeboran itu milik keluarga Bakrie.

Hampir semua yang mengaitkan perusahaan itu dengan Bakrie menilai bahwa Bakrie harus bertanggung jawab terhadap musibah tersebut.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 46

Hampir semua yang menilai Bakrie harus bertanggung jawab berpendapat bahwa Bakrie belum menyelesaikan tanggung jawabnya.

Dari yang menilai Bakrie belum memenuhi tanggung jawab tersebut, 43.2% menilai Bakrie tidak punya niat baik untuk menyelesaikan tanggung jawabnya tersebut, dan lebih sedikit yang mengatakan sebaliknya (37.8%). Selebihnya menyatakan “tidak tahu.”

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 47

Pertanyaannya kemudian bagaimana efek opini tentang hubungan antara Bakrie dan luapan lumpur Lapindo tersebut terhadap elektabilitas Bakrie dibanding tokoh-tokoh lain, terutama pesaing utamanya untuk sementara ini, yakni Prabowo dan Megawati.

Analisis di bawah menunjukan efek opini tentang Lapindo tersebut terhadap elektibalitas Bakrie dibanding elektabilitas Mega dan Prabowo.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 48

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 49

Lebih banyak warga yang menilai Bakrie tidak punya niat baik, dibanding yang menilai sebaliknya, untuk menyelesaikan tanggung jawabnya dalam masalah Lapindo.

Efek perbedaan penilian tersebut terhadap elektabilitas Aburizal dibanding terhadap Megawati dan Prabowo sangat signifikan.

Yang mengatakan bahwa Bakrie punya niat baik untuk menyelesaikan masalah Lapindo tersebut memilih Aburizal sebesar 27.6%.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 50

Sementara yang mengatakan bahwa Bakrie tidak punya niat baik untuk menyelesaikan masalah Lapindo tersebut yang memilih Aburizal hanya 9.7%, dan Pilpres (bila calonnya Aburizal, Mega, dan Prabowo) kemungkinan akan dimenangkan Prabowo hanya dalam satu putaran (51%) bila semua pemilih menilai Bakrie tidak punya niat baik menyelesaikan masalah Lapindo tersebut.

Juga penting dicatat bahwa Prabowo, bukan Megawati, yang mengambil untung dari opini negatif tentang Bakrie dalam hubungannya dengan masalah Lapindo tersebut.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 51

Banyak faktor yang bisa mempengaruhi pemilih memilih seorang tokoh untuk menjadi presiden. Ini juga berlaku bagi siapapun termasuk Aburizal.

Di antara faktor-faktor itu bagi Aburizal, persepsi positif tentang hubungannya dengan Lapindo dapat meningkatkan peluang kedipilihan Bakrie sebagai Presiden. Sebaliknya, persepsi negatif dapat menekan atau menurunkan peluang Aburizal untuk dipilih menjadi presiden.

Di samping itu, bila persepsi negatif tentang Bakrie dalam hubungannya dengan Lapindo tidak hilang maka pencalonan Aburizal akan membantu Prabowo menjadi presiden bila ia nanti menjadi calon.

Prabowo juga akan berpeluang menang dalam Pilpres bila yang maju menjadi pesaingnya Megawati.

Dengan kata lain, pencalonan Aburizal dan Megawati saja, tanpa ada calon alternatif, akan membantu Prabowo menjadi presiden.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 52

Mengapa Prabowo lebih berpeluang padahal Prabowo juga punya masalah, yang sebenarnya bisa dikatakan lebih berat secara politik, yakni diberhentikannya oleh Dewan Kehormatan ABRI karena bertanggung jawab atas penculikan sejumlah aktivis demokrasi pada 1997.

Apakah masyarakat pada umumnya tidak tahu dengan treck-record Prabowo tersebut?

Dalam survei ini kami menanyakan persisnya seperti berikut ini:

“Apakah Ibu/Bapak tahu atau pernah mendengar Prabowo Subianto diberhentikan dari jabatannya sebagai perwira TNI karena terbukti bertanggung jawab atas penghilangan sejumlah aktivis pro-demokrasi pada tahun 1997?” Jawab: Ya, atau tidak

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 53

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 54

Fakta menunjukan bahwa hanya 27,2% atau sekitar 3 dari 10 warga Indonesia yang punya hak pilih tahu bahwa Prabowo diberhentikan sebagai perwira TNI karena terbukti bertanggung jawab atas peculikan sejumlah aktivis pada 1997.

Dengan kata lain, treck-record Prabowo tersebut tidak diketahui oleh umumnya masyarakat kita. Karena itu isu ini terlihat belum signifikan.

Sebabnya bisa macam-macam mengapa pemilih nasional tidak aware dengan treck-record Prabowo tersebut: Mungkin karena peristiwanya sudah relatif lama; Kita sebagai bangsa mudah lupa dengan peristiwa hitam seperti itu; masalah tersebut kurang melibatkan secara nyata kepentingan rakyat langsung; kurang atau tidak ada sosialisasi yang cukup masif tentang masalah tersebut; kita sebagai bangsa mungkin kurang menghargai nyawa manusia, atau masalah HAM.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 55

Namun demikian, Prabowo pun bukan magnit elektoral dominan meskipun sudah dikenal luas.

Seperti tokoh-tokoh lainnya, popularitas Prabowo kurang efisien. Mengapa?

Salah satunya kemungkinan berkaitan dengan kualitas personal tokoh-tokoh yang sudah populer tersebut.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 56

Integritas, kompetensi, empati, dan ketegasan

Seseorang bisa dinilai pantas menjadi pemimpin nasional bila memenuhi kriteria kualitas personal tertentu.

Kriteria kualitas personal tersebut dalam riset perilaku memilih presiden mencakup integrity, competency, empathy, dan decisiveness (Miller dan Shanks 1996).

Secara empiris dalam studi pemilihan presiden, integity biasa dikur dari penilaian orang apakah orang itu bisa dipercaya, jujur, satu dalam kata dan perbuatan, lurus, tidak cacat moral dan apa lagi hukum.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 58

Kompetensi biasa diukur dari penilian pemilih apakah seseorang dinilai pintar, berwawasan luas, dll.

Empathy biasa diukur dari penilian apakah seseorang bisa merasakan apa yang orang lain rasakan, peduli atau perhatian pada orang lain atau rakyat, dll.

Decesiveness biasa difahami sebagai penilaian apakah seseorang punya kemampuan mengambil keputusan dalam keadaan sulit, tegas, berani ambil resiko, dll.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 59

Di antara kriteria untuk seorang presiden Indonesia berikut ini mana yang menurut Ibu/Bapak paling penting?

◦ 1. Pintar, berpengetahuan luas

◦ 2. Jujur, bisa dipercaya, satu dalam kata dan perbuatan, tidak cacat hukum maupun moral

◦ 3. Tegas atau mampu memutuskan dalam situasi sulit apapun

◦ 4. Mendengarkan pendapat orang lain, perhatian pada orang lain

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 60

PENGUKURAN

Apakah menurut Ibu/Bapak ada di antara nama-nama berikut yang memenuhi kriteria tersebut?

Kalau ada, siapakah dia?

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 61

1. Aburizal Bakrie 2. Agus Martowardoyo3. Anas Urbaningrum 4. BoedionO 5. Chaerul Tandjung 6. Dahlan Iskan7. Djoko Suyanto 8. Endiartono Sutarto9. Gita Wiryawan 10. Hary Tanoesoedibjo11. Hatta Rajasa 12. Hidayat Nur Wahid13. M. J usuf Kalla 14. Kristiani Herawati Yudhoyono (Ibu Ani)15. Machfud MD 16. Megawati Soekarnoputri17. muhaimin iskandar 18. Prabowo Subianto19. PRAMONO EDI WIBOWO 20. Puan Maharani21. suryadarma ali 22. Sri Mulyani Indrawati23. Surya Paloh 24. Sri Sultan Hamengku Buwono X25. sutiyoso 26. Wiranto27. lainnya: ………..

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 62

Nama lain 14 nama, dan umumnya belum dikenal publik.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 63

Pemilih pada umumnya memandang integritas (bisa dipercaya) sebagai kriteria paling penting. Setelah itu kemudian ketegasan, empati, dan kompetensi.

Rakyat menginginkan pemimpin yang bisa dipercaya atau punya integritas, dan saat ini tidak ada tokoh populer yang dominan dalam kualitas ini.

Megawati memang mendapat penilian paling banyak dalam soal integritas dan empati, tapi inipun masih jauh dari dominan (hanya sekitar 25-26%). Megawati terutama lemah dalam kompetensi dan ketegasan.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 64

Prabowo memang cukup menonjol dalam ketegasan, tapi inipun masih jauh dari dominan. Apalagi ketegasan bukan kriteria utama yang dipilih paling banyak pemilih. Prabowo lemah dalam integritas dan empati dibanding Megawati.

Sementara Aburizal sebagai calon presiden yang paling serius sampai hari ini dalam persepsi pemilih dinilai lemah di hampir semua kualitas personal tersebut kalau dibandingkan dengan Megawati maupun Prabowo. Bahkan secara rata-rata kualitas personalnya di bawah Jusuf Kalla.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 65

Kita pasti punya banyak tokoh nasional yang cukup ideal untuk menjadi presiden. Tapi tokoh-tokoh ini tidak atau belum punya kesempatan dikenali rakyat secara nasional.

Sementara yang sudah dikenal luas, secara elektoral lemah. Mereka sangat populer tapi jauh lebih sedikit yang memilihnya dibanding popularitasnya.

Umumnya pemilih (60%) belum melihat ada tokoh yang pantas jadi presiden.

Tidak ada tokoh yang sudah dikenal luas (dikenal oleh 50% lebih pemilih) mampu menjadi magnit elektoral, mampu menarik pemilih secara dominan.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 66

Tidak ada satupun di antara tokoh yang populer mendapat dukungan lebih dari 15 persen secara kuat (rakyat memilih secara spontan).

Ini menunjukan bahwa tokoh-tokoh yang sudah populer punya masalah sehingga sedikit yang memilih masing-masing tokoh itu.

Belum adanya tokoh yang meyakinkan mayoritas pemilih terlihat dari indikasi masih belum adanya tokoh yang mendapat suara mayoritas mutlak sekalipun jumlah calon hanya tiga dan masing-masing sudah sangat populer (Megawati, Prabowo, dan Aburizal).

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 67

Kesimpulan kami dari temuan survei ini adalah tokoh-tokoh yang sudah populer itu bermasalah.

Masalahnya berkaitan dengan integritas, empathy, kompetansi, dan decisiveness (tegas atau bisa memutusakan).

Tidak ada tokoh yang secara dominan dinilai punya integritas untuk memimpin, atau dapat dipercaya, jujur, atau bersih; punya empati kepada orang lain atau kepada keadaan atau pendertaan yang dialami rakyat, punya ketegasan, dan punya kompetensi untuk memimpin bangsa.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 68

Temuan ini juga mengindikaskan bahwa rakyat sedang menunggu tokoh yang dinilai lebih bisa dipercaya, lebih tegas dalam memimpin, lebih punya empati kepada rakyat, dan lebih kompeten untuk memimpin.

Karena itu kewajiban politik dan moral kelompok yang mengerti dan tahu atau elite untuk memberitahukan kepada rakyat adanya putra atau putri bangsa yang lebih memenuhi kualitas itu. Harus ada pendidikan dan sosialisasi politik untuk orang tersebut agar publik secara luas mengenal dan memahaminya.

Bila tidak ada upaya tersebut maka rakyat akan dipaksa memilih tokoh-tokoh yang buruk sebab dalam prakteknya pemilihan presiden harus terjadi meskipun calon-calon yang maju dan ditawarkan kepada publik tidak ada yang memnuhi harapan mayoritas publik.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 69

Keadaan ini sebenarnya bisa ditangkap sebagai kesempatan dan peluang yang diberikan oleh rakyat agar elite politik, terutama partai, mencari dan menawarkan calon terbaik sebagaimana diharapkan pemilih, bukan sebaliknya memaksa rakyat untuk memilih orang atau calon yang tidak mereka kehendaki.

Dua tahun adalah waktu yang cukup untuk membantu rakyat punya alternatif calon presiden yang lebih baik dari yang sedang ditawarkan elite sekarang.

SMRC: Survei Nasional Juni 2012 70

Terima Kasih

SAIFULMUJANI RESEARCH & CONSULTING

top related