tanggapan perangkat desa, stakeholders dan … filepelaksanaan uu nomor 6 tahun 2014 tentang desa...
Post on 29-Apr-2019
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
597
TANGGAPAN PERANGKAT DESA, STAKEHOLDERS DAN MASYARAKAT
TENTANG IMPLEMENTASI BUMDES DI KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2017
Lucas Magalhaes
ABSTRAK
Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUMDesa, adalah Badan Usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk
dimanfaatkan sebesar besarnya bagi kesejahteraan masyarakat Desa. BUMDes termasuk dalam 10
Ruang Lingkup pada Batang Tubuh Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Sejalan dengan isi Pasal 1 Angka 7 Peraturan
Pemerintah tersebut bahwa Keberadaan BUMDes di Desa dan menjadi sebuah strategi bagi
Pemerintah Desa untuk pemberdayaan masyarakat Desa dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa. Selanjutnya dalam pasal 132 disebutkan bahwa Desa dapat
mendirikan Badan Usaha Milik Desa atau (BUMDes) dan dilakukan melalui musyawarah Desa dan
ditetapkan dengan Peraturan Desa yang memiliki struktur organisasi yang jelas dan permanen serta
pengelolanya terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa. Tujuan awal pembentukan Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) dimaksudkan untuk mendorong atau menampung seluruh kegiatan peningkatan
pendapatan masyarakat, baik yang berkembang menurut adat Istiadat dan budaya setempat, maupun
kegiatan perekonomian yang diserahkan untuk di kelola oleh masyarakat melalui program atau proyek
Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif yang dianalisis secara komprehenship tentang Implementasi BUMDes di Kabupaten
Jombang untuk merespons beberapa persoalan yang muncul di masyarakat antara lain : Sosialisasi
BUMDes kepada Masyarakat masih belum optimal, Belum melibatkan masyarakat secara maksimal
dalam pengambilan ,kebijakan pembangunan di Desa terutama dalam menentukan jenis usaha
BUMDes, Masih rendahnya transparansi penggunaan Dana BUMdes oleh Pengelola, Masih belum
tersinergikan program Bumdes dengan Usaha Ekonomi yang ada di Desa seperti BKD, SPP atau
program lain peninggalan Program Mandiri Perdesaan, Belum maksimal melakukan diversifikasi
terhadap usaha dana BUMDes,Penggunaan Dana BUMDes untuk usaha-usaha produktif di Desa
masih terbatas, Belum ada kejelasan tentang pejabat Pembina BUMDes, Masih rendahnya kapasitas
SDM Perangkat maupun pengelola BUMdes dalam pengelolaan BUMDes baik di bidang manajemen
maupun administrasi keuangan dan Masih terbatas Alokasi Dana BUMDes
Kata kunci : Implementasi, BUMDes
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUMDesa, adalah Badan Usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha
lainnya untuk dimanfaatkan sebesar besarnya bagi kesejahteraan masyarakat Desa. BUMDes
termasuk dalam 10 Ruang Lingkup Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan menjadi landasan utama dan tujuan bagi
Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan pemberdayaan Masyarakat Desa. Sejalan dengan
isi Pasal 1 Angka 7 Peraturan Pemerintah tersebut bahwa Keberadaan BUMDes di Desa dan
menjadi sebuah strategi bagi Pemerintah Desa untuk pemberdayaan masyarakat Desa dengan
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa. Selanjutnya dalam pasal 132
disebutkan bahwa Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa atau (BUMDes) dan dilakukan
598
melalui musyawarah Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa yang memiliki struktur organisasi
yang jelas dan permanen serta pengelolanya terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa. Tujuan
awal pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dimaksudkan untuk mendorong atau
menampung seluruh kegiatan peningkatan pendapatan masyarakat, baik yang berkembang menurut
adat Istiadat dan budaya setempat, maupun kegiatan perekonomian yang diserahkan untuk di kelola
oleh masyarakat melalui program atau proyek Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah. Jadi,
pembentukan BUMDes adalah untuk memaksimalisasi potensi masyarakat yang ada di desa
seperti potensi ekonomi, potensi sumber daya alam, ataupun potensi sumber daya manusia. Secara
spesifik, pendirian Bumdes adalah untuk menyerap tenaga kerja desa dan meningkatkan kreatifitas
serta memanfaatkan peluang usaha ekonomi produktif masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Sebagai langkah dibentuknya BUMDesa di 302 Desa di Kabupaten Jombang maka
Pemerintah Kabupaten Jombang pada Tahun Anggaran 2015 telah mengucurkan dana sebesar
Rp.302.000.000.000,- (Tiga Ratus Dua Millyar Rupiah) atau sebesar Rp. 100.000.000,-/Desa
sebagai realisasi dari komitmen Bupati/Wakil Bupati Jombang untuk memberi Alokasi dana
sebesar Rp. 500.000.000,-/Desa. Kebijakan tersebut muncul sebagai wujud dari komitmen serta
janji Bupati/Wakil Bupati terpilih pada periode 2013-2018 untuk meningkatkan perekonomian di
Desa. Secara politis, Program tersebut telah dituangkan dalam RPJMD Kkabupaten Jombang
Tahun 2014-2018. Pada awalnya, dana tersebut diperuntukan untuk pemberdayaan ekonomi
masyarakat Desa sebagai sebuah kebijakan untuk pmberdayaan ekonomi masyarakat Desa dan
langkah awal pembentukan BUMDEs di setiap Desa. Sasaran pemberdayaan ekonomi masyarakat
desa dilakukan melalui BUMDes adalah untuk melayani masyarakat desa dalam mengembangkan
usaha produktif Desa. Tujuan lainnya adalah untuk menyediakan media beragam usaha dalam
menunjang perekonomian masyarakat desa sesuai dengan potensi desa dan kebutuhan masyarakat.
Selain itu pemberian insentif jika pengelola mampu mencapai target yang ditetapkan selama
periode tertentu. Besar kecilnya jumlah uang yang dapat dibayarkan kepada pengelola BUMDes
juga harus didasarkan pada tingkat keuntungan yang kemungkinan dapat dicapai. Pemberian
imbalan kepada pengelola BUMDes harus semenjak awal disampaikan agar mereka memiliki
tanggungjawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Sebab pemberian imbalan merupakan ikatan
bagi setiap orang untuk memenuhi kinerja yang diminta. Kebijakan untuk memberi dukungan
kepada BUMDes adalah sejalan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku bahwa Desa
dapat membentuk BUMDdes untuk mendukung penguatan embrio perekonomian yang sudah ada
di Desa seperti Pasar Desa, Lumbung Desa maupun UED-SP. Kehadiran BUMDes di Desa
adalah untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan Lembaga Ekonomi Desa
(LED) secara berkelanjutan dan mampu memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat
khususnya masyarakat yang kurang beruntung dan berpenghasilan rendah disamping untuk
melindungi aset Lembaga Ekonomi Desa (LED) maupun simpanan atau tabungan masyarakat
pengguna jasa layanan Lembaga Ekonomi Desa. Melalui BUMDesa, diharapkan pendapatan
masyarakat Desa akan meningkat, tersedianya lapangan kerja baru, dan dapat mengurangi
kesenjangan pendapatan antara warga Desa, penanggulangan kemiskinan, serta memberikan
kontribusi terhadap pendapatan asli desa.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan Bappeda Kabupaten Jombang
dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Jombang yang dipaparkan di
depan para Kepala Seksi PMD seluruh Kecamatan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2016
di Kantor Bappeda Kabupaten Jombang menunjukkan bahwa Kondisi BUMDEs di Kabupaten
Jombang keadaan akhir tahun 2016, adalah sebagai berikut :
1. Jumlah Desa yang menyampaikan laporan sebanyak 200 Desa atau 66% dari seluruh Desa
2. Modal awal Rp.30.200.000.000,-
3. Penyertaan Modal sebesar Rp. 1.168.660.550,- dari enam Kecamatan, yaitu : Kecamatan
Ngoro, Kecamatan Wonosalam, Kecamatan Mojowarno, Kecamatan Jombang,, Kecamatan
Ploso dan Kecamatan Jogoroto
4. Laba Bersih sebesar Rp. 2.489.000.318,- atau pertumbuhan sebesar 8%
5. Pertambahan Modal sebesar Rp.995.632.127.-
6. Dari keadaan tersebut terdapat beberapa masalah yang menonjol adalah:
599
a. Para pengurus atau pengelola BUMdes belum paham tentang Peraturan Perundang-undangan
tentang BUMDes
b. Ada kesulitan dalam membuat laporan kuangan baik tentang neraca maupun rugi laba
c. Masih terdapat beberapa Desa yang belum melaksanakan BUMDes walaupun secara
hukum sudah ada PERDes tentang pembentukannya dengan terbukti bahwa uangnya masih
di rekening di Bank JJatim Cabang Jombang
d. Ada potensi kerugian di beberapa Desa karena salah pengelolaan
Hal tersebut menjadi pembenaran dalam laporan hasil monitoring dan evaluasi oleh Bagian
Administrasi Pembangunan Setda Jombang bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) Kabupaten Jombang pada Bulan Okober 2016 serta didukung dengan berita
dari Media Masa (Radar Jombang, tanggal 30 Januari 2016) mendapatkan informasi bahwa
Pengelolaan BUMDes kurang berkembang sesuai dengan harapan bahkan ada BUMDes tertentu
yang macet dan tidak produktif. Salah satu faktor penyebab adalah belum tersosialisasikan dengan
baik dan belum dilakukan persiapan yang cukup sehingga banyak kegiatan usaha BUMDes
yang hanya digunakan untuk Simpan Pinjam bagi masyarakat Desa. Hal tersebut diperkuat oleh
Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Jombang bahwa implementasi BUMDes banyak yang tidak
sehat, karena pengelolaannya belum bisa produktif di masing-masing Desa. . Ditambahkan bahwa
jika BUMDes menggunakan kebijakan one village one product kemungkinan pengelolaan
BUMDes akan lebih berkembang seuai harapan bersama.
Ada beberapa prmasalahan pokok yang ditemui dalam pengelolaan BUMDes di lapangan,
antara lain :
1. Sosialisasi BUMDes kepada Masyarakat masih belum optimal
2. Belum melibatkan masyarakat secara maksimal dalam pengambilan kebijakan pembangunan di
Desa terutama dalam menentukan jenis usaha BUMDes
3. Masih rendahnya transparansi penggunaan Dana BUMdes oleh Pengelola
4. Masih belum tersinergikan program Bumdes dengan Usaha Ekonomi yang ada di Desa seperti
BKD, SPP atau program lain peninggalan Program Mandiri Perdesaan
5. Belum maksimal melakukan diversifikasi terhadap usaha dana BUMDes
6. Penggunaan Dana BUMDes untuk usaha-usaha produktif di Desa masih terbatas
7. Belum ada kejelasan tentang pejabat Pembina BUMDes apakah Kasi Sungram di Kecamatan
atau Pendamping Dana Desa atau pejabat lain yang ditunjuk secara resmi oleh Pemerintah
Kabupaten Jombang
8. Masih rendahnya kapasitas SDM Perangkat maupun pengelola BUMdes dalam pengelolaan
BUMDes baik di bidang manajemen maupun administrasi keuangan
9. Masih terbatas Alokasi Dana BUMDes
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam
kajian ini adalah :
1. Bagaimana Tanggapan Perangkat Desa, Stakeholders dan Masyarakat tentang Implementasi
BUMDes di Kabupaten Jombang?
2. Permasalahan apa saja yang muncul dalam dinamika pengelolaan BUMDes di Kabupaten
Jombang?
3. Strategi apa yang ditawarkan dalam pengelolaan BUMDes di Kabupaten Jombang masa
yang akan datang?
C. Tujuan
Pelaksanaan Kaajian ini bertujuan untuk :
1. Mengkaji Tanggapan Perangkat Desa, Stakeholders dan Masyarakat tentang Implementasi
BUMDes di Kabupaten Jombang
2. Menggali dan menginventarisir Permasalahan apa saja yang berpengaruh dalam dinamika
Implementasi BUMDes di Kabupaten Jombang
600
3. Strategi apa yang ditawarkan untuk Implementasi BUMDes di Kabupaten Jombang di masa
yang akan datang
D. Metode Jika dilihat dari hasil yang ingin dicapai dalam kajian ini, maka penelitian ini adalah
Penelitian Terapan (Applied research) yang mempunyai alasan praktis, keinginan untuk
mengetahui dengan tujuan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, lebih efktif dan lebih
efisien. Sedangkan ditinjau dari Metode yang digunakan maka kegiatan ini tergolong sebagai
Penelitian Policy (Policy Research) yang dimulai dengan adanya masalah dan masalah ini dimiliki
oleh para administrator atau pengambil keputusan. Adapun jenis data yang digunakan adalah data
gabungan antara data primer dan data sekunde. Unsur analisisnya menggunakan pendekatan
Deskriptif dengan cara menggambarkan penelitian pada saat keadaan sekarang berdasarkan fakta-
fakta sebagaimana adanya Jadi, Jenis kajian yang digunakan dalam kajian ini adalah kajian
deskriptif dengan pendekatan secara komprehensif antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Fokus penelitian merupakan gambaran bagi peneliti mengenai hal apa saja yang akan diteliti dan
apa yang akan di analisis serta dideskripsikan pada bab pembahasan.
Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan 302 Responden sebagai sasaran Responden
untuk menjawab pertanyaan dalam Questionaire yang diajukan dengan dipandu wawancara secara
acak terhadap Perangkat Dsa, Stakeholders dan Masyarakat di 25 Desa sebagai sampel dan
menjadi lokasi penelitian. Teknik Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi. Instrumen penelitian yang dighunakan adalah peneliti sendiri, pedoman wawancara
dan catatan lapangan dan Analisis data menggunakan proses input output proses .
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan aktivitasnya
Istilah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) muncul pertama kali dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No 72/2005 tentang Desa dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri (Permendagri) No 39/2010. Roh dari BUMDes dalam ketentuan perundang-undangan di
atas merupakan sebuah wadah usaha Desa yang memiliki semangat kemandirian, kebersamaan,
dan kegotong-royongan antara Pemerintah Desa dan masyarakat untuk mengembangkan aset-aset
Desa yang bersifat lokal untuk memberikan pelayanan dan meningkatkan pendapatan ekonomi
masyarakat di Desa. Sebelum lahirnya kebijakan di atas, inisiatif BUMDes sudah muncul di
sejumlah daerah dengan nama yang berbeda-beda, tapi mengandung prinsip dan tujuan yang sama.
Ada yang menjalankan bisnis simpan-pinjam (keuangan mikro) dan ada juga yang
menyelenggarakan pelayanan air minum untuk mengatasi kesulitan air bersih bagi masyarakat
Desa.
Badan Usaha Milik Desa selanjutnya disingkat dengan BUMDes muncul sebagai kekuatan
ekonomi baru di wilayah perdesaan setelah aturan di atas dan direvisi dengan Undang-Undang No
6 tahun 2014 tentang Desa. Dalam Undang-undang tersebut memberikan payung hukum atas
BUMDes sebagai pelaku ekonomi yang mengelola potensi desa secara kolektif untuk
meningkatkan kesejahteraan warga desa. Kendati demikian keberadaan BUMDes di Desa tidak
berjalan secara mulus sesuai harapan. Yunanto dkk (2014:3-4) dalam makalahnya yang berjudul :
Police Paper dalam Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD) menegaskan adanya
sejumlah kelemahan yang secara inheren terdapat pada BUMDes, yaitu :
1. Penataan kelembagaan desa belum berjalan secara maksimal sehingga BUMDes pun belum
dilembagakan dalam format kepemerintahan dan perekonomian desa.
2. Keterbatasan kapasitas sumber daya manusia di desa untuk mengelola dan mengembangkan
BUMDes yang akuntabel dan berkinerja baik.
3. Rendahnya inisiatif lokal untuk menggerakkan potensi ekonomi lokal bagi peningkatan
kesejahteraan sosial dan ekonomi warga desa.
4. Belum berkembangnya proses konsolidasi dan kerjasama antar pihak terkait untuk mewujudkan
BUMDes sebagai patron ekonomi yang berperan memajukan ekonomi kerakyatan.
601
5. Kurangnya responsivitas Pemda untuk menjadikan BUMDes sebagai program unggulan untuk
memberdayakan desa dan kesejahteraan masyarakat.
ANALISIS
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa mengatur tentang 10 Ruang Lingkup yang menjadi landasan utama dan
tujuan bagi Desa untuk melaksanakan Otonomi Desa dan pemberdayaan Masyarakat Desa. Ke 10
Ruang lingkup tersebut meliputi :
1. Penataan Desa
2. Kewenangan Desa
3. Pemerintahan Desa
4. Tata cara Penyusunan Peraturan di Desa
5. Keuangan dan Kekayaan Desa
6. Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan
7. BUMDes
8. Kerjasama Desa
9. Lembaga Kemasyarakatan Desa
10. Pembinaan dan Pengawasan Desa
BUMDes termasuk dalam 10 Ruang Lingkup pada Peraturan Pemerintah tersebut dan Ke-
beradaan BUMDes di Desa menjadi sebuah strategi bagi Pemerintah Desa untuk pemberdayaan
masyarakat Desa dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa. Disebutkan
bahwa Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah Badan Usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan Modal secara langsung yang berasal dari kekayaan
Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk dimanfaatkan
sebesar besarnya bagi kesejahteraan masyarakat Desa. Dalam pasal 132 PP Nomor 6 Tahun 2014
tersebut disebutkan bahwa Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa atau (BUMDes) dan
proses pembentukannya dilakukan melalui musyawarah Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Ditambahkan bahwa BUMDes memiliki struktur organisasi yang jelas dan permanen serta
pengelolaanya terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa. Dilihat sebagai kelembagaan di Desa,.
BUMDes tidak beda dengan lembaga lain yang ada di Desa, namun menjadi menarik dan perhatian
semua pihak ( DPRD, Insektorat, Bappeda, BPMPD) dan mata tertuju ke situ karena ada keterlibatan
Pemerintah Kabupaten dalam proses pmbentukannya dan bahkan telah mnsuplai sejumlah dana untuk
pembentukannya.
Pemerintah Kabupaten Jombang telah mengucurkan sejumlah dana ke 302 Desa yang ada di
Kabupaten Jombang pada Tahun Anggaran 2015 sebagai langkah dibentuknya BUMDesa di 302
Desa tersebar di 21 Kecamatan. Dana tersebut adalah sebesar Rp.302.000.000.000,- (tiga ratus dua
millyar Rupiah). Alokasi per Desa adalah sebesar Rp. 100.000.000,-/Desa sebagai realisasi dari
Alokasi dana seluruhnya sebesar Rp. 500.000.000,-/Desa.. sebagai wujud dari komitmen dan janji
Bupati/Wakil Bupati terpilih periode 2014-2018 untuk meningkatkan perekonomian di Desa. Program
tersebut telah dituangkan dalam RPJMD Tahun 2013-2018. Berarti BUMdes termasuk dalam sebuah
Kebijakan Pemerintah yang harus dievaluasi implementasinya karena setidak-tidaknya telah terkait
dengan Anggaran public- APBD Kabupaten Jombang. Bidang Litbang Bappeda sebagai lembaga yang
tupoksinya melakukan kajian/penelitian mencoba memotret bagaimana tanggapan Perangkat Desa,
Stakeholders dan Masyarakat terhadap implementasinya. Jika dilihat dari hasil yang ingn dicapai
maka penelitian ini adalah Penelitian Terapan (Applied research) yang mempunyai alasan praktis,
keinginan untuk mengetahui dengan tujuan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, lebih
efktif dan lebih efisien. Sedangkan menurt Metode maka kegiatan ini tergolong sebagai Penelitian
Policy (Policy Research) dimulai dengan adanya masalah dan masalah ini dimiliki oleh para
administrator atau pengambil keputusan. Adapun menurut jenis data adalah data gabungan. Metode
adalah Deskriptif dengan cara menggambarkan penelitian pada saat keadaan sekarang berdasarkan
fakta-fakta sebagaimana adanya.
602
Berdasarkan Elaborasi hasil Input dari jawaban Responden sesuai Questionaire yang telah
diedarkan dan dipadukan dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh Tim survey secara acak di 25
Desa di 21 Kecamatan terhadap Perangkat Desa, Masyarakat dan Stakeholders telah memperoleh
gambaran tentang Karakteristik Responden dan hasil Jawabannya yang secara umum diuraikan
sebagai berikut :
A. Karakteristik Responden
1. Status
Sebagian besar responden adalah Perangkat Desa. Atau berjumlah 213 orang atau
70,53%, Masyarakat sebanyak 47 orang atau 15,56%, Lembaga lainnya sebanyak 24 orang atau
7,95%, LPMD sebanyak 9 orang atau 2,98% dan BKD sebanyak 6 orang atau 1,99% serta
Pedagang sebanyak 3 orang atau 0,99%. Secara umum dapat dilihat pada tabel no. 1 dan
visualisasi pada gambar 1 di bawah ini.
Tabel 1 : Status Responden
Jawaban %
Perangkat Desa 70.53%
BKD 1.99%
LPMD 2.98%
Lembaga Lainnya 7.95%
Masyarakat 15.56%
Pedagang 0.99%
Sumber : Hasil olahan
Gambar 1 : Visualisasi Status Responden
2. Umur Responden
Umur responden yang dominan adalah kisaran usia 41-50 Tahun atau tercatat Se-
banyak 99 orang atau 39,9%, menyusul kisaran usia 31-40 Tahun sebanyak 70 orang atau
28,2% dan usia 50-60 Tahun sebanyak 44 orang atau 17,7% dan usia 21-30 tahun sebanyak 34
orang atau 13,7%. Sedangkan responden dengan usia lebih dari 60 tahun hanya terdapat 1 (satu)
orang atau 0,4%. Dari data tersebut sesuai dengan pengamatan Tim di lapangan yang
menunjukkan bahwa para Perangkat Desa pada umumnya berusia kisaran itu dan kelihatannya
masih muda-muda. Secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel No. 1 dengan visualisasi
seperti terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.
70,53%1,99%
2,98%
7,95%
15,56%
0,99%
Visualisasi Berdasarkan Status Responden
Perangkat Desa
BKD
LPMD
Lembaga Lainnya
Masyarakat
Pedagang
603
Tabel 2 : Umur Responden
Jawaban %
21 – 30 13.7%
31 – 40 28.2%
41 – 50 39.9%
50 – 60 17.7%
>60 0.4%
Sumber : Hasil olahan
Gambar 2 : Visualisasi Umur Responden
3. Jenis Kelamin
Dari 301 Responden dan yang mengisi identitas menunjukkan bahwa responden yang
mengisi identitas jenis kelamin adalah sebanyak 263 orang dengan jenis kelamin Laki-laki
sebanyak 211 orang atau 80,23% dan jenis kelamin Perempuan sebanyak 52 orang atau
19,77%. Secara umum dapat dilihat pada Tabel Nomor 2 dengan visualisasi pada gambar 2 di
bawah ini
Tabel 3: Jenis kelamin Responden
Jawaban %
Laki-Laki 80.23%
Perempuan 19.77%
Sumber : Hasil olahan
13,71%
28,23%
39,92%
17,74%
0.40%
VISUALISASI UMUR RESPONDEN
21 – 30
31 – 40
41 – 50
50 – 60
>60
604
Gambar 3 : Visualisasi Jenis Kelamin Responden
4. Pendidikan
Adapun jawaban responden tentang pendidikan adalah sangat bervariasi antara
Responden dengan latar belakang Pendidikan Sekolah Dasar sampai dengan Pasca Sarjana.
Kondisi tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 dengan visualisasi pada gambar 3 di bawah ini
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Responden
Jawaban %
SD 2.6%
SLTP 9.9%
SLTA 64.8%
Diploma 4.4%
Sarjana 17.9%
Pascasarjana 0.4%
Sumber : Hasil olahan
Gambar 4 : Visualisasi Pendidikan Responden
Secara umum terlihat bahwa responden dengan Latar Belakang Pendidikan SLTA
sangat dominan atau mencapai 177 orang atau 64,8%., menyusul Responden dngan latar
belakang Penddikan Sarjana sebanayk 49 orang atau 17,9% menyusul pendidikan SLTP
sebanyak 27 orang atau 9,9% dan Diploma sebanyak 12 orang atau 4,4%. Sedangkan yang
80,23%
19,77%
Visualisasi Jenis Kelamin Konsumen
Laki-Laki
Perempuan
2,56%
9,89%
64,84%
4,40%17,95%
0,37%
Visualisasi Tingkat Pendidikan Responden
SD
SLTP
SLTA
Diploma
Sarjana
Pascasarjana
605
paling sedikit adalah sebanyak 7 orang atau 2,6% dengan latar bel;akang Pendidikan SD dan
Pasca sarjana sebanyak 1 orang atau 0,4%.
B. Hasil Jawaban Responden
Disamping karakteristik umum responden di atas, terdapat 9 (Sembilan) pertanyaan pada
Questionaire sebagai instrument yang telah diedarkan kepada responden yang terdiri dari
Perangkat Desa, Masyarakat dan Stakeholders tentang tanggapan Masyarakat/Perangkat Desa dan
Stakeholders tentang implementasi BUMDes di Desanya. Adapun jawaban responden sangat
bervariasi antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan yang lainnya. Secara umum diperoleh
jawaban terhadap pertanyaan Nomor 1 sampai dengan nomor 9 masing-masing sebagai berikut :
1. Apakah Saudara tahu tentang BUMDes di desa Saudara
Sebanyak 238 responden atau 79,1% menjawab Tahu tentang BUMDes di Desanya
bahkan sebanyak 49 orang atau 16,3% menjawab sangat Tahu. Hanya 8 orang atau 2,7% yang
menjawab tidak tahu dan sebanyak 6 orang atau 2,0% menjawab kurang tahu. Secara
keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5: Jawaban Pertanyaan 1 tentang BUMDes di desa
Jawaban %
Tidak Tahu 2.7%
Kurang Tahu 2.0%
Tahu 79.1%
Sangat Tahu 16.3%
Sumber : Hasil olahan
Gambar 5 : Visualisasi tentang Pertanyaan No.1
2. Tanggapan Saudara tentang kehadiran BUMDes di desa
Adapun jawaban Responden tentang kehadiran BUMDes di Desanya, pada umumnya
menjawab Setuju. Sebanyak 224 orang atau 74,2% menjawab Setuju, Sangat Setuju
sebanyak 70 orang atau 23,2% dan kurang setuju hanya 8 orang atau 2,6%. Bahkan unsur
jawaban tidak setuju tidak ada jawaban. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel dan gambar
visualisasi di bawah ini :
2,66% 1,99%
79,07%
16,28%
Visualisasi Pertanyaan No. 1
Tidak Tahu
Kurang Tahu
Tahu
Sangat Tahu
606
Tabel 6 : Tanggapan Responden tentang kehadiran BUMDes di Desanya
Jawaban %
Tidak Setuju 0.0%
Kurang Setuju 2.6%
Setuju 74.2%
Sangat Setuju 23.2%
Sumber : hasil olahan
Gambar 6 : Visualisasi tentang Tanggapan Responden terhadap kehadiran BUMDes di
Desanya
3. Adakah perubahan kondisi perekonomian di desa Saudara dengan adanya BUMDes
Sebanyak 204 orang atau 68,5% menjawab bahwa ada Perubahan perekonomian di
Desanya setelah adanya BUMDes. Hanya 66 orang atau 22,1% menjawab Kurang ada dan
sebanyak 8 orang atau 2,7% menjawab Tidak Ada Perubahan. Tetapi sebanyak 20 orang atau
6,7% menjawab sangat ada Perubahan Perekonomian di Desanya setelah implementasi
BUMDes di Desanya. Karakteristik jawaban tersebut dapat dilihat pada Tabel nomor 7 dan
visualisasi pada gambar no. 7 di bawah ini
Tabel 7 : Perubahan kondisi perekonomian di desa Saudara dengan
adanya BUMDes
Jawaban %
Tidak ada 2.7%
Kurang ada 22.1%
Ada perubahan 68.5%
Sangat ada perubahan 6.7%
Sumber : hasil olahan
0,00%2,65%
74,17%
23,18%
Visualisasi Pertanyaan Nomor 2
Tidak Setuju
Kurang Setuju
Setuju
Sangat Setuju
607
Gambar 7 : Visualisasi tentang Perubahan kondisi perekonomian di desa Saudara
dengan adanya BUMDes
4. Apakah usaha Simpan Pinjam di BUMDes masih menjadi andalan di desa Saudara
Dari jawaban yang diberikan oleh Responden sangat bervariasi. Sebanyak 189 orang
atau 62,6% menjawab Menjadi Andalan. Sebanyak 61 orang atau 20,2% menjawab kurang
menjadi andalan, 31 orang atau 10,3% menjawab Tidak menjadi andalan dan 21 orang atau
7,0% menjawab Sangat Menjadi Andalan. Dari elaborasi hasil saran dari responden
menunjukkan bahwa Usaha Simpan Pinjam masih menjadi Favorit dalam pengembangan
BUMDes di Desa. Kondisi tesebut dapat dilihat pada Tabel dan visualisasi sebagaimana tertera
dalam tabel di bawah ini :
Tabel 8 : Usaha Simpan Pinjam di BUMDes masih menjadi andalan di desa Saudara
Jawaban %
Tidak menjadi andalan 10.3%
Kurang menjadi andalan 20.2%
Menjadi andalan 62.6%
Sangat menjadi andalan 7.0%
Sumber : Hasil olahan
Gambar Nomor 8 : Visualisasi Usaha Simpan Pinjam di BUMDes masih menjadi
andalan di desa Saudara
2,68%
22,15%
68,46%
6,71%
Visualisasi Pertanyaan Nomor 3
Tidak ada
Kurang ada
Ada perubahan
Sangat ada perubahan
10,26%
20,20%
62,58%
6,95%
Visualisasi Pertanyaan Nomor 4
Tidak menjadi andalan
Kurang menjadi andalan
Menjadi andalan
Sangat menjadi andalan
608
5. Apakah dengan keberdadaan BUMDes menimbulkan persaingan bagi usaha yang terlebih
dahulu ada
Secara umum para responden mengaku bahwa adanya unit usaha BUMDes di Desanya
tidak menimbulkan persaingan. Sebanyakn 191 orang atau 63,7% menjawab Tidak
menimbulkan persaingan. Hanya 65 orang atau 21,7% yang menjawab bahwa dengan adanya
BUMDEs menimbulkan persaingan antara usaha yang sudah ada di Desanya. Sebanyak 42
orang atau 14,0% menjawab menimbulkan persaingan. Misalnya kasus pengadaan peralatan
pesta dan sound Syestem di BUMDes Desa Pulorejo Kecamatan Ngoro yang karena
sebelumnya sudah ada jenis usaha sejenis akhirnya menimbulkan persaingan dan bahkan
terancam failed dengan usaha BUMDes itu. Kondisi jawaban dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 9 : Keberadaan BUMDes menimbulkan persaingan bagi usaha yang terlebih dahulu ada
Jawaban %
Tidak menimbulkan persaingan 63.7%
Kurang menimbulkan persaingan 14.0%
Menimbulkan persaingan 21.7%
Sangat menimbulkan persaingan 0.7%
Sumber : Hasil olahan
Gambar 9: Visualisasi Keberdadaan BUMDes menimbulkan persaingan bagi usaha yang
terlebih dahulu ada
6. Menurut Saudara pembentukan BUMDes di desa Saudara sudah melalui proses
musyawarah dengan masyarakat
Terhadap pertanyaan tersebut sebanyak 221 orang atau 74,2% menjawab bahwa
pembentukan BUMDes sudah dilakukan melalui musyawarah. Hal tersebut adalah sejalan
dengan ketentuan perundang-undangan bahwa proses pembentukan BUMDes harus dilakukan
berdasarkan musyarwarah masyarakat di Desa yang bersangutan. Bahkan sebanyak 38 orang
atau 12,8% menybutkan bahwa pembentukan BUMDes di Desanya sangat banyak melibatkan
masyarakat. Hanya 33 orang atau 11,1% yang menjawab kurang melibatkan masyarakat dan 6
orang atau 2,0% yang jelas jelas bahwa pembentukan BUMDes tidak dilakukan melalui
Musyawarah. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 dan visualisasi pada gambar 10 di
bawah ini :
63%14%
22%
1%
Visualisasi Pertanyaan Nomor 5
Tidak menimbulkan persaingan
Kurang menimbulkan persaingan
Menimbulkan persaingan
Sangat menimbulkan persaingan
609
Tabel 10 : Pembentukan BUMDes di desa dilakukan melalui proses musyawarah dengan
masyarakat
Jawaban %
Tidak melalu musyawarah 2.0%
Kurang melibatkan masyarakat 11.1%
Melalui musyawarah 74.2%
Sangat melibatkan masyarakat 12.8%
Sumber : hasil olahan
Gambar 10 : Visualisasi tentang jawaban dari pertanyaan no.6
7. Apakah menurut Saudara jenis usaha yang ada di desa Saudara sudah sesuai dengan
harapan masyarakat dan sesuai dengan potensi desa
Menurut pengakuan dari Perangkat Desa, stakeholders dan masyarakat bahwa jenis
usaha dari BUMDes yang ada di Desa sudah sesuai dengan harapan masyarakat. Sebanyak 223
orang atau 74,1% menjawab sesuai dan bahkansebanyak 13 orang atau 4,3% menjawab sangat
sesuai dengan harapan masyarakat. Hanya 62 orang atau sebanyak 20,6% menjawab kurang
sesuai dan3 orang atau 1,0% menjawab tidak sesuai. Jawaban tersebut dapat dilihat pada tabel
dan visualisasi berikut :
Tabel 11: jenis usaha yang ada di desa Saudara sudah sesuai dengan harapan masyarakat dan
sesuai dengan potensi desa
Jawaban %
Tidak sesuai 1.0%
Kurang sesuai 20.6%
Sesuai 74.1%
Sangat sesuai 4.3%
Sumber : hasil olahan
2,01% 11,07%
74,16%
12,75%
Visualisasi Pertanyaan Nomor 6
Tidak melalu musyawarah
Kurang melibatkan masyarakat
Melalui musyawarah
Sangat melibatkan masyarakat
610
Gambar 11 : Visualisasi tabel 11 tentang jenis Usaha dan harapan masyarakat
8. Menurut Saudara pengelola BUMDes di desa Saudara sudah mewakili unsur-unsur
masyarakat
Terhadap pertanyaan ini sebanyak 232 orang atau 76,8% menjawab bahwa pengelola
BUMDes di Desanya sudah mewakili unsur masyarakat bahkan sebanyak 26 orang atau 8,6%
menjawab tegas dengan sangat mewakili. Kendati begitu sebanyak 41 orang atau 13,6%
menjawab kurang mewakili dan 3 orang atau 1% menjawab Tidak mewakili. Dari wawancara
kami dengan beberapa orang masyarakat menyebutkan bahwa perlu melibatkan lebih banyak
orang di Desa dalam Bumds namun demikian disarankan agar ke depan dana BUMDes perlu
ditambah. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel dan visualisasi sebagaimana tersebut pada
Tabel dan gambar no.12
Tabel 12 : Pengelola BUMDes di desa sudah mewakili unsur-unsur masyarakat
Jawaban %
Tidak mewakili 1.0%
Kurang mewakili 13.6%
Mewakili 76.8%
Sangat mewakili 8.6%
Sumber : Hasil olahan
1,00%
20,60%
74,09%
4,32%
Visualisasi Pertanyaan Nomor 7
Tidak sesuai
Kurang sesuai
Sesuai
Sangat sesuai
611
Gambar 12 : Visualisasi Tabel 12.
9. Jenis usaha yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu unit usaha BUMDes
pada desa Saudara
Berdasarkan hasil olahan questionaire yang telah diedakan dan dipadukan dengan hasil
wawancara Tim dengan para perangkat Desa, Stakeholders dan Masyarakat yang ditemui
menunjukkan bahwa sebanyak 130 orang atau 43,9% memilih bisnis keuangan sebagai salah
satu unit usaha yang potensial untuk dikembangkan melalui BUMDEs di Desanya. Hal tersebut
disebabkan karena bisnis keuangan atau Simpan Pinjam adalah mudah untuk dilakukan dengan
nasabah dan mudah untuk dipertanggungjawabkan. Namun salah satu kendala yang dihadapi
adalah transparansi dengan criteria yang jelas kepada siapa-siapa yang berhak meminjam
sehingga mudah dideteksi nasabah yang diperuntukan. Misalnya apakah Perangkat Desa bisa
meminjam atau tidak.
Pilihan kedua dari jenis usaha yang potensial adalah bisnis yang berproduksi dan
mencapai 94 orang atau 31,8% untuk komoditas pertanian, toko obat dan kios di pasar Desa
seperti yang terjadi di Desa Panglungan dimana pinjaman diperuntukan bagi penyewa bedak di
pasar Desa dan ternyata telah cukup menghasilkan untuk kas Desa. Adapun pilihan lain adalah
Bisnis Sosial yang mencapai 25 orang atau 8,4% dan bisnis penyewaan sebanyak 23 orang atau
7,8%. Adapun pilihan lain adalah Usaha perantara seperti jasa pembayaran listrik yang hanya
mencapai 14 orang atau 4,7% dan usaha bersama seperti desa wisata yang hanya mencapai 10
orang atau 3,4%. Scara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel dan visualisasi No. 13 seperti
tertera di bawah ini.
Tabel 13: Jenis usaha yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah
satu unit usaha BUMDes
Jawaban %
Bisnis sosial (air minum desa, usaha listrik, lumbung pangan) 8.4%
Penyewaan (alat transportasi, perkakas, gedung pertemuan, rumah toko, tanah
milik BUMDes, barang sewaan lainnya) 7.8%
Usaha perantara (jasa pembayaran listrik, pasar desa, jasa pelayanan lainnya) 4.7%
Bisnis yang berproduksi/berdagang (hasil pertanian, sarana produksi pertanian,
dan kegiatan bisnis produktif lainnya) 31.8%
Bisnis keuangan (simpan pinjam) 43.9%
Usaha bersama (desa wisata) 3.4%
Sumber : Hasil olahan
0,99%
13,58%
76,82%
8,61%
Visualisasi Pertanyaan Nomor 8
Tidak mewakili
Kurang mewakili
Mewakili
Sangat mewakili
612
Gambar 13 : Visualisasi Jenis usaha yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu
unit usaha BUMDes
KESIMPULAN
A. Kondisi Umum Responden
1. SDM di Desa sudah membaik. Hal tersebut nampak dari jenis pendidikan para Perangkat Desa
yang selain didominasi oleh lulusan SMA, juga tedapat tenaga Sarjana Strata 1 bahkan sudah
ada Perangkat Desa dengan Pendidikan yang setara dengan Strata 2.
2. Usia Perangkat Desa didominasi antara 45-50 Tahun.Suatu kondisi yang dianggap masih
cukup potnsial
3. Jenis Kelamin Perangkat Desa hampir seimbang antara laki-laki dan perempuan
B. Hasil Jawaban atas pertanyaan tentang Tanggapan Perangkat Desa, Stakeholders dan
Masyarakat tentang Implementasi BUMDes di Desa
1. Perangkat Desa, Stakeholders dan Masyarakat Desa mengetahui adanya program BUMDes di
Desanya masing-masing.
2. Tanggapan mereka terhadap keberadaan BUMDes di Desa cukup positif dan setuju adanya
BUMDes di Desanya
3. BUMDes dipandang sebagai sebuah lembaga perekonomian di Desa yang jnis usahanya dapat
merubah kondisi perekonomian di Desa sehingga berharap agar kebijakan BUMDes tetap
dilanjutkan.
4. Usaha Simpan Pinjam masih menjadi Andalan di Desa, maka harapan para Perangkat Desa,
Stakeholders dan Masyarakat agar ada penambahan Anggaran yang memadai untuk
menambah nasabah/kelompok sasaran
5. Keberadaan BUMDes di Desa tidak menimbulkan persaingan bagi jenis Usaha dari program-
program yang ada sebelumnya.
6. Pembentukan BUMDes di Desa telah dilakukan melalui Musyawarah Desa
7. Usaha yang dipilih pengelola BUMDes sudah sesuai dengan harapan masyarakat Desa dan
potensi yang ada di Desa.
8. Pengelola BUMDes di Desa sudah mewakili unsur-unsur masyarakat,
8,45%7,77%
4,73%
31,76%
43,92%
3,38%
Visualisasi Pertanyaan Nomor 9Bisnis sosial (air minum desa, usaha listrik, lumbung pangan)
Penyewaan (alat transportasi, perkakas, gedng pertemuan, rumah toko, tanah milik BUMDes, barang sewaan lainnya)Usaha perantara (jasa pembayaran listrik, pasar desa, jasa pelayanan lainnya)
Bisnis yang berproduksi/berdagang (hasil pertanian, sarana produksi pertanian, dan kegiatan bisnis produktif lainnya)Bisnis keuangan (simpan pinjam)
Usaha bersama (desa wisata)
613
9. Bisnis keuangan masih dipandang sebagai salah satu unit usaha yang potensial untuk
dikembangkan selain jenis usaha yang berproduksi seperti produksi pertanian atau kegiatan
perdagangan lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Freddy Rangkuti, Dr. M.Sc. Manajemen, Bisnis, Leadership dan Marketing Tahun 2014.
Sutoro Eko dkk Policy Paper “Membangun Badan Usaha Milik Desa Yang Mandiri, Kokoh Dan
Berkelanjutan yang diterbitkan kerjasama FPPD dengan ACCES Januari 2014.
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No 1, Hal. 1-5.
Peraturan Perundang-Undangan
UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
PP Nomor 47 Tahun 2014 Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014.
PP Nomor 47 Tahun 2015 Perubahan Pertama Kali atas PP Nomor 43 Tahun 2014.
PP Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas PP Nomor 60 Tahun 2014.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa.
Peraturamn Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 Pedoman Pembangunan Desa.
Peraturan Mnteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Peraturan Menteri Desa, Pembqangunan Daerah Teringgal dan Trasnmigrasi Nomor 2 Tahun 2015
tentang Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa.
Peraturan Menteri Desa, Pembqangunan Daerah Teringgal dan Trasnmigrasi Nomor 3 Tahun 2015
tentang Pedoman Pendampingan Desa.
Peraturan Menteri Desa, Pembqangunan Daerah Teringgal dan Trasnmigrasi Nomor 4 Tahun 2015
tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaqn dan Pembubaran BUMDEsnteri Desa.
top related