t-fl103.52.213.174/sinpasdok/public/rphjp/1496043784... · dan reklamasi pada areal yang sudah ada...
Post on 27-Mar-2021
0 Views
Preview:
TRANSCRIPT
= ::t-fl
KEMENTERIAII KEHUTANAN
SEKRETARIAT JENDERAL
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
Nomor : SK.19/MENHUT-II/REG.III/2014
TENTANG
PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG
KESATUAN PENGELOLMN HUTAN PRODUKSI (KPHP) MODEL BERAU BAMTPROVINSI KALIMANTAN TIMUR
PERIODE TAHUN 2015 - 2024
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang
Mengingat
c.
d.
a.
b.
f.
1.
bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
SK.649lMenhut-Il/2010 tanggal 22 November 2010 Telah ditetapkan
Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Berau Barat Di
Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur;
bahwa berdasarkan Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan Pemerintah
Nomor 6 tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008, Kepala Kesatuan Pengelolaan
Hutan (KPH) wajib menyusun Rencana Pengelolaan Hutan Jangka
Panjang (RPHJP) KPH untuk disahkan oleh Menteri Kehutanan atau
pejabat yang ditunjuk ;
bahwa sesuai Pasal 4 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.46lMenhut-Il/2013, terhadap usulan RPHIP KPH dilakukan veriflkasi
dan validasi oleh tim penilai dalam rangka pengesahan;
bahwa sesuai Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.46lMenhut-ll/2013, dalam hal verifikasi dan validasi RPHJP KPH
Lindung/Produksi memperoleh nilai sebesar 75 (tujuh puluh lima) atau
lebih, dan tidak terdapat hal substansial yang perlu diklarifikasi, maka
RPHJP KPH memenuhi ketentuan untuk disahkan;
bahwa dari hasil veriflkasi dan validasi, RPHJP KPH Berau Barat
diperoleh nilai 81,05 (Delapan Puluh Satu Koma Nol Lima) dan tidak
terdapat hal substansial yang perlu diklarifikasi;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf (a) sampai
dengan huruf (e), perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kehutanan
tentang Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Berau Barat Provinsi
Kalimantan Timur Periode Tahun 2015 - 2024
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
Undang-Undang Nomor 4l Tahun 1999 tentang Kehutanan,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
3.
4.
5,
7,
8,
9.
11.
12,
13.
14,
10.
2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang nomor 19 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang;
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang PerencanaanKehutanan;
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3Tahun 2008;
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2009 tentangPembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH);
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P,6/Menhut-IIl20!0 tentangNorma , Standar, Prosedur, dan Kriteria Pengelolaan Hutan Pada
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan KesatuanPengelolaan Hutan Produksi (KPHP);
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P,33/Menhut-IIl20t2;Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42lMenhut-Il/2010 tentangSistem Perencanaan Kehutanan;
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49lMenhut-Il/2011 tentangRencana Kehutanan Tingkat Nasional (RlffN) Tahun 2011 - 2030;Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.1/Menhut-II|1}LZ tentangPedoman Penyusunan Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi;Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.46lMenhut-Il/2013 tentangTata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
Kesatuan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi;Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.47lMenhut-Il/z013 tentangPedoman, Kriteria, dan Standar Pemanfaatan Hutan di WilayahTertentu pada Kesatuan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi;
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.649/Menhut-II/2010Tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan produksi
Model Berau Barat Di Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur;Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.674lMenhut-II/2011 tentangPenetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) danKesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi Kalimantan
Timur
15.
16,
L7.
r
1, surat Kepala Pusat Pengendalian pembangunan Kehutanan RegionalIII Kalimantan Nomor uN,43/Reg.3-tlz0t4 Tanggat 3 oktober 2014tentang Penilaian, Klarifikasi dan Verifikasi Dokumen RpHJp KpHpModel Berau Barat
2. Hasil verifikasi dan validasi tim penilai atas usulan RpHJp KpHp ModelBerau Barat tanggal 17 Oktober 2014
MEMUTUSKAN :
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PENGESAHANRENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUANPENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI MODEL BERAU BARATPROVINSI TGLIMANTAN TIMUR PERIODE TAHUN 2015 - 2024
Mengesahkan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka panjang (RPHJp)
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Berau Barat di provinsi
Kalimantan Timur Periode Tahun 2015 - 2024;Rincian RPHJP KPHP Model Berau Barat di provinsi Kalimantan TimurPeriode 2015 - 2024 sebagaimana tertuang dalam lampiran Keputusan ini,dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan;RPHJP tersebut pada amar KESATU berfungsi sebagai dasar untukmenyusun Rencana Pengelolaan Hutan Jangka pendek KpHp Model BerauBarat
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Memperhatikan
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 2l Oktober 2014An, MENTERI KEHUTANAN
KEPA1A PUSAT PENGENDALIAN
PEMBANGUNAN KEHUTANAN
REGIONAL III
Dr. Ir. I Nyoman Yuliarsana, M.Agr.Sc.NrP. 19560721 198203 1 002
Tembusan disampaikan Kepada Yth:1, Menteri Kehutanan
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan3. Direktur Jenderal/Kepala Badan Lingkup Kementerian Kehutanan4. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur5, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Berau6. Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Model Berau Barat
LEMBAR PET{GESAHAI{
TATA HUTAI{ DA$ REncAl{A pEHGELoLAAN nirnr*KESATUAI{ PENGELO1AAN HUTAil PRODUTGT (KPHP)
HODEL BERAU BARAT (Ul{rT XIr)PROVIilSI KALIIIIAIITAI{ TIMUR
(PERTODE 2015 - m24)
Dibuat dan Digandakan Oleh :
Mengehhui :
ntan Timur
NIP. 19580403 19qU/ 1 003 Disahkan oteh
-TrffPfl957050
Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan
Regional III - Kalimantan
Yuliarsana, M.Agr.Sc. p
Kehutanan
"
NrP. 1956072L t98203 1 002
198503 1 020
Kata Pengantar
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
i
KATA PENGANTAR
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan sebuah unit wilayah kelola, institusi
pengelola dan unit perencanaan pengelolaan hutan di tingkat tapak, dibentuk dengan
tujuan agar dapat dicapai pengelolaan hutan lestari.
Pembangunan KPHP Model Berau Barat (Unit XII) merupakan wujud komitmen dari
Pemerintah Kabupaten Berau dan Pemerintah Pusat dalam mewujudkan pembangunan
KPH di Kabupaten Berau dalam rangka pengelolaan hutan lestari.
Penyusunan Tata Hutan dan Rencana pengelolaan merupakan salah satu prasyarat
keberhasilan pembangunan KPH dalam mewujudkan pengelolaan hutan lestari secara
efisien dan efektif.
Dokumen Rencana Pengelolaan KPHP Model Berau Barat ini berisikan gambaran kondisi
Biogeofisik, Sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitar hutan serta rencana
kegiatan yang akan dilakasanakan oleh KPHP Model Berau Barat untuk jangka waktu 10
tahun (2015-2024) dalam rangka merealisasikan Visi yang telah ditetapkan yaitu :
”Menjadi Pengelola Hutan Lestari yang Profesional, Mandiri dan Mampu
Berkontribusi Untuk Pembangunan Daerah dan Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat “
Dengan selesainya penyusunan dokumen ini, diucapkan terimah kasih kepada semua
pihak yang telah membantu baik secara materil maupun pemikiran dan motivasi.
Semoga dokumen ini dapat diimplementasikan guna memberikan arahan pelaksanaan
tugas dan fungsi KPHP Model Berau Barat dalam melaksanakan pengelolaan kawasan
hutan, kelembagaan dan investasi kehutanan yang pada akhirnya dapat berkontribusi
terhadap keberhasilan pembangunan kehutanan di Indonesia khususnya pada skala
Kabupaten Berau.
Berau, 20 Oktober 2014
Kepala KPHP Model Berau Barat
Hamzah, S.Hut, M.Si
NIP. 19730823 200212 1 009
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
I. PENDAHULUAN I-1
A. LATAR BELAKANG I-1
B. MAKSUD DAN TUJUAN I-2
C. SASARAN I-2
D. RUANG LINGKUP I-2
E. BATASAN PENGERTIAN I-3
II. DESKRIPSI KAWASAN II-1
A. GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BERAU II-1
1. Geografis dan Administrasi Wilayah Kabupaten Berau II-1
2. Luas Kawasan Hutan II-2
3. Pembagian Wilayah KPH Kabupaten Berau II-2
B. RISALAH WILAYAH KPHP MODEL BERAU BARAT II-3
1. Letak Geografis, Administrasi, Fungsi Kawasan Hutan dan Batas Wilayah II-3
2. Sejarah Pengelolaan II-5
3. Pembagian Wilayah Berdasarkan Izin Pemanfaatan Penggunaan
Kawasan Hutan
II-7
4. Pembagian Blok II-8
5. Informasi Geofisik Kawasan II-13
C. POTENSI SUMBER DAYA HUTAN II-15
1. Penutupan Vegetasi II-15
2. Potensi Kayu II-16
3. Potensi Non Kayu II-22
4. Potensi Jasa Lingkungan II-24
5. Potensi Wisata Alam II-25
6. Potensi Karbon II-26
7. Flora dan Fauna Dilindungi II-29
D. INFORMASI SOSIAL, KEPENDUDUKAN, EKONOMI DAN BUDAYA II-33
1. Kependudukan II-33
2. Tingkat Pendidikan II-36
3. Mata Pencaharian II-37
4. Kesehatan II-41
5. Kelestarian SDA II-41
6. Budaya dan Pengelolaan Hutan oleh Masyarakat II-42
7. Kelembagaan dalam Kampung II-42
8. Kelembagaan Antara Kampung II-43
E. PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN II-47
1. Pemanfaatan Hutan Hasil Hutan Kayu II-47
2. Penggunaan Kawasan Hutan II-49
3. Kegiatan Lain-Lain II50
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
iv
PEMANFAATAN MAUPUN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN V-15
1. Pembinaan dan Pemantuan Izin Pemanfaatan Hutan V-15
2. Pembinaan dan Pemantuan Izin Penggunaan Kawasan Hutan V-15
E. PENYELENGGARAAN REHABILITASI PADA AREAL DILUAR IZIN V-16
F. PEMBINAAN DAN PEMANTUAN (CONTROLLING) PELAKSANAAN REHABILITASI
DAN REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN
PENGGUNAAN KAWASAN HUTANNYA
V-19
1. Pembinaan dan Pemantuan RHL pada Pemanfaatan Hutan (IUPHHK-
HA/HT)
V-19
2. Pembinaan dan Pemantuan RHL pada Penggunaan Kawasan Hutan V-19
G. PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM V-20
1. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan V-20
2. Penyelenggaraan Konservasi Sumber Daya Alam V-21
H. PENYELENGGARAAN KOORDINASI DAN SINKRONISASI ANTAR PEMEGANG
IZIN
V-24
I. KOORDINASI DAN SINERGI DENGAN INSTANSI DAN STAKEHOLDERS TERKAIT V-26
J. PENYEDIAAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS SDM V-30
1. Penyediaan SDM V-30
2. Peningkatan Kapasitas Aparatur V-31
K. SARANA DAN PRASARANA V-33
L. PENYEDIAAN PENDANAAN V-35
1. Pendanaan APBN V-35
2. Pendanaan APBD Provinsi V-36
3. Pendanaan APBD Kabupaten Berau V-36
4. Pendanaan Mitra Lain V-37
5. Pendanaan Hasil Pengembangan Investasi KPHP V-38
M. PENGEMBANGAN DATA BASE V-39
N. RASIONALISASI WILAYAH KELOLA V-39
O. REVIEW RENCANA PENGELOLAAN (MINIMAL 5 TAHUN SEKALI) V-40
P. PENGEMBANGAN INVESTASI V-43
1. Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Terpadu V-43
2. Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) V-44
3. Pengembangan Wisata Alam V-45
4. Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan V-47
VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN VI-1
VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN VII-1
A. MONITORING DAN EVALUASI VII-1
B. PELAPORAN VII-5
C. REVIEW RENCANA KELOLA VII-6
VIII. PENUTUP VIII-1
IX. LAMPIRAN-LAMPIRAN IX-1
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
iii
F. KONDISI POSISI KPHL/KPHP DALAM PERSPEKTIF TATA RUANG WILAYAH DAN
PEMBANGUNAN WILAYAH
II-52
1. Perspektif Tata Ruang Wilayah II-52
2. Perspektif Pembangunan Daerah II-53
G. INFRASTRUKTUR II-56
1. Sarana Jalan II-56
2. Sarana Transportasi II-57
3. Kelistrikan II-58
4. Sarana Telekomonikasi II-58
H. ISU STRATEGIS, KENDALA DAN PERMASALAHAN II-59
1. Isu Strategis II-59
2. Kendala dan Permasalahan II-61
III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN III-1
A. VISI III-1
B.
C.
MISI
TUJUAN PENGELOLAAN
III-2
III-3
IV. ANALISIS DAN PROYEKSI IV-1
A. KONDISI YANG DIINGINKAN IV-1
B. ANALISIS PROYEKSI KEDEPAN DAN INPUT KEGIATAN DAN PERAN SERTA
KONSTRIBUSI KPHP MODEL BERAU BARAT
IV-2
1. Inventarisasi, Tata Hutan dan Perencanaan Pengelolaan Kawasan IV-2
2. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (PHHK) IV-3
3. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan Jasa Lingkungan IV-4
C. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DALAM PENGELOLAAN
KPHP
IV-13
V. RENCANA KEGIATAN PENGELOLAAN V-1
A. INVENTARISASI BERKALA DAN PENATAAN HUTAN V-1
1. Inventarisasi Berkala V-1
2. Tata Batas Luar Wilayah KPHP Model Berau Barat V-4
3. Penataan Batas Blok Pada Wilayah KPHP Model Berau Barat V-5
B. PEMANFAATAN KAWASAN HUTAN PADA WILAYAH TERTENTU V-7
1. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu V-7
2. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) V-8
3. Pengembangan Wisata Alam V-8
4. Pengembangan Program Karbon (REDD+) V-9
C. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT V-11
1. Pengembangan Skema Perhutanan Sosial V-11
2. Kemitraan Dalam Pengelolaan Wilayah Tertentu
(KPH dengan Masyarakat)
V-12
3. Fasilitasi Kemitraan antara Masyarakat dengan Pemegang Izin V-13
4. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Masyarakat V-14
D. PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN (CONTROLLING) PADA AREAL IZIN
v
DAFTAR TABEL
No Tabel Nama Halaman
Tabel II-1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Berau per
Kecamatan II-1
Tabel II-2 Luas Kawasan Hutan Kabupaten Berau II-2
Tabel II-3 Pembagian Wilayah KPH Di Kabupaten Berau II-2
Tabel II-4 Cakupan Wilayah Administrasi Pemerintahan KPHP Model Berau
Barat
II-3
Tabel II-5 Luas Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat Berdasar Fungsi
Kawasan Hutan
II-4
Tabel II-6 Luas Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat Berdasar Fungsi
Kawasan Hutan
II-4
Tabel II-7 Batas-Batas Luar Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat II-5
Tabel II-8 Pembagian Wilayah KPHP Model Berau Barat Berdasarkan Ijin
Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan
II-8
Tabel II-9 Pembagian Blok Wilayah Tanpa Izin Pengelolaan Pada Wilayah KPHP
Model Berau Barat
II-9
Tabel II-10 Pembagian Blok Wilayah Tanpa Izin Pengelolaan Berdasarkan Nama
Blok dan Fungsi Kawasan Hutan
II-10
Tabel II-11 Pembagian Blok Pada IUPHHK-HA/HT II-11
Tabel II-12 Pembagian Blok Pada Tiap IUPHHK-HA/HT II-12
Tabel II-13 Wilayah Tertentu Berdasarkan Pembagian Blok KPHP Model Berau
Barat
II-12
Tabel II-14 Rangkuman Unsur-Unsur Iklim di Kabupaten Berau – KPHP Model
Berau Barat
II-13
Tabel II-15 Jenis Tanah dalam Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat II-14
Tabel II-16 Kondisi Topografi-Kelas Kelerengan Wilayah Kelola KPHP Model
Berau Barat
II-14
Tabel II-17 Nama-Nama Sungai di Wilayah kelola KPHP Model Berau Barat II-15
Tabel II-18 Gambaran Detail Tentang Tipe Tutupan Lahan Di Wilayah Kelola
KPHP Model Berau Barat
II-16
Tabel II-19 Komposisi Keberadaan Jenis Penyusun Tegakan Hutan Alam Produksi
(Primer Dan Sekunder-Tegakan Bekas Tebangan) Hasil IHMB
IUPHHK-HA
II-17
Tabel II-20 Komposisi Keberadaan Jenis Penyusun Tegakan Hutan Alam Produksi
(Primer Dan Sekunder-Tegakan Bekas Tebangan) Hasil Inventarisasi
Ground Truthing
II-19
Tabel II-21 Potensi Pohon Berdasarkan RKUIUPHHK-HA (IHMB) Per Hektar II-21
Tabel II-22 Potensi Kayu Berdasarkan Inventarisasi Ground Truthing II-22
Tabel II-23 Keberadaan HHBK dan Pemanfaatannya oleh Masyarakat II-23
Tabel II-24 Nilai Biomassa dan Karbon Untuk Masing-Masing kelas Tutupan
Lahan
II-27
Tabel II-25 Perbedaan Stok Karbon di Kabupaten Berau Dengan Kelas Tutupan
Lahan Pada Empat Klasifikasi Waktu
II-27
Tabel II-26 Nilai Stok Karbon pada Wilayah KPHP Model Berau Barat Untuk
Masing-Masing kelas Tutupan Lahan Pada Priode 1990-2010
II-28
Tabel II-27 Nilai Emisis Karbon pada Wilayah KPHP Model Berau Barat Untuk
Masing-Masing kelas Tutupan Lahan Pada Priode 1990-2010
II-28
Tabel II- 28 Tabel Keberadaan Fauna di Wilayah KPHP Model berau Barat II-29
vi
Tabel II-29 Jenis Binatang Yang Dilindungi Berdasarkan Peraturan II-32
Tabel II-30 Wilayah Administrasi Pemerintahan KPHP Model Berau Barat II-33
Tabel II-31 Profil kependudukan di Wilayah KPHP Model Berau Barat II-34
Tabel II-32 Kondisi Pendapatan Rumah Tangga dan Akses Pendidikan Di Wilayah
KPHP Model Berau Barat
II-35
Tabel II-33 Hubungan Antara Masyarakat Dengan Hutan Dan Sumberdaya
Hutan Di Wilayah KPHP Model Berau Barat
II-36
Tabel II-34 Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah kelola KPHP Model Berau
Barat
II-37
Tabel II-35 Ketersediaan lahan pertanian pangan masyarakat sekitar wilayah
kelola KPHP Model Berau Barat
II-38
Tabel II-36 Mata Pencarian Pada Kampung-Kampung Yang Ada Di Wilayah KPHP
Model Berau Barat
II-38
Tabel II-37 Ketersediaan fasilitas kesehatan bagi masyarakat dalam wilayah
kelola KPHP Model Berau Barat
II-41
Tabel II-38 Daftar IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT Pada KPHP Model Berau Barat II-47
Tabel II-39 Etat Luas, JPT dan Rencana Produksi IUPHHK-HA selama 10 tahun
pada Wilayah KPHP Model Berau Barat
II-48
Tabel II-40 Daftar Ijin Pertambangan Dalam KPHP Model Berau Barat II-49
Tabel II-41 Perubahan Fungsi Kawasan dalam KPHP Model Berau Barat
Berdasarkan Draf RTRWP Kaltim Usulan Perubahan Tahun
2009
II-54
Tabel II-42 Status Jalan di Wilayah kelola KPHP Model Berau Barat II-56
Tabel II-43 Aksessibilitas Jalan Pada Masing-Masing Kampung II-57
Tabel II-44 Sumber Listrik Berdasarkan Kampung II-58
Tabel II-45 Sarana Komunikasi Berdasarkan Kampung II-59
Tabel IV-1 Matrik Analisis SWOT Pengelolaan KPHP Model Berau Barat IV-14
Tabel V-1 Prioritas Inventarisasi Potensi Kayu Wilayah Kelola KPHP Model
Berau Barat
V-2
Tabel V-2 Prioritas Tata Batas Luar Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat V-5
Tabel V-3 Prioritas Tata Batas Blok pada Wilayah Kelola KPHP Model Berau
Barat
V-6
Tabel V-4 Rencana Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Wilayah Kelola KPHP Model
Berau Barat
V-7
Tabel V-5 Prioritas Pengembangan Wisata Alam Wilayah Kelola KPHP Model
Berau Barat V-9
Tabel V-6 Prioritas Perhutanan Sosial pada Wilayah Tertentu KPHP Model
Berau Barat
V-11
Tabel V-7 Prioritas Kegiatan Kemitraan antara masyarakat dengan KPH pada
Blok Pemanfaatan masing-masing Wilayah Tertentu
V-12
Tabel V-8 Prioritas Fasilitasi Kegiatan Kemitraan anatara Pemegang Ijin dengan
Masyarakat
V-13
Tabel V-9 Kondisi Prioritas Penanganan RHL Berdasarkan Fungsi Kawasan
Hutan DAS Berau
V-17
Tabel V-10 Kondisi Tingkat Kritis Lahan Pada KPHP Model Berau Barat V-17
Tabel V-11 Rencana Kegiatan Penanaman/RHL yang akan dilaksanakan pada
Wilayah Tertentu.
V-18
Tabel V-12 Kriteria Identifikasi dan Pemetaan Wilayah Kelola KPHP Model
Berau Barat
V-22
Tabel V-13 Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi KPHP Model Berau Barat V-24
vii
dengan Pemegang Ijin
Tabel V-14 Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi Stakeholders pada
Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat
V-26
Tabel V-15 Kondisi SDM pada KPHP Model Berau Barat V-30
Tabel V-16 Prioritas Rencana Pemenuhan SDM KPHP Model Berau Barat V-30
Tabel V-17 Prioritas Kebutuhan Peningkatan SDM KPHP Model Berau Barat V-32
Tabel V-18 Prioritas Pemenuhan Sarana Prasarana dan Peralatan KPHP Model
Berau Barat
V-33
Tabel V-19 Skema Penyediaan Pendanan APBN Untuk Pembangunan KPHP
Model Berau Barat
V-35
Tabel V-20 Skema Penyediaan Pendanan APBD Provinsi Untuk Pembangunan
KPHP Model Berau Barat V-36
Tabel V-21 Skema Penyediaan Pendanan APBD Kabupaten Untuk Pembangunan
KPHP Model Berau Barat
V-36
Tabel V-22 Skema Penyediaan Pendanan Mitra Lain Untuk Pembangunan
KPHP Model Berau Barat
V-37
Tabel V-23 Rencana Kegiatan Pengembangan Investasi melalui Pengelolaan
Hasil Hutan Kayu Terpadu.
V-43
Tabel V-24
Rencana Kegiatan Pengembangan Investasi Bisnis HHBK Pada KPHP
Model Berau Barat
V-44
Tabel V-25 Pertimbangan Penentuan Lokasi Pengembangan Investasi Bisnis
Wisata Alam Pada KPHP Model Berau Bara
V-46
Tabel V-26 Rencana Kegiatan Pengembangan Investasi Bisnis Pada KPHP Model
Berau Barat
V-48
Tabel VI-1 Beberapa pengertian tentang koordinasi, sinergi, integrasi dan
Sinkronisasi
VI-3
Tabel VI-2 Matrik Proses Rencana Pembinaan – Pengawasan Dan Pengendalian
(BINWASDAL)
VI-5
Tabel VII-1 Contoh Matriks yang dikembangkan untuk Pemantauan Setiap
Triwulan Pelaksanaan Rencana Kelola Hutan dalam Wilayah KPHP
Model Berau Barat 2015 s/d 2024
VII-3
Tabel VII-2 Contoh Matriks yang dikembangkan untuk Evaluasi Tahunan
Pelaksanaan Rencana Kelola Hutan dalam Wilayah KPHP Model
Berau Barat 2015 s/d 2024
VII-4
viii
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Nama Halaman
Gambar V-1 Alur Proses dan Metodologi Review RK KPHP-Model Berau Barat 2015-2024 V-41
Gambar VI-1 Alur pikir Pembinaan dan Wasdal VI-1
Gambar VI-2 Proses pelaksanaan BIN-WASDAL dalam Rencana Pengelolaan KPHP Model
Berau Barat
VI-4
Gambar VI-3 Keterkaitan aspek-aspek BINWASDAL Pengelolaan KPHP Model Berau Barat VI-4
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Nama Halaman
Lampiran 1 Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model
Berau Barat Periode 2015 - 2024
Lampiran 2 Peta Tematik KPHP Model Berau Barat
Bab I. Pendahuluan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
I-1
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
KPH merupakan wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang
dapat dikelola secara efisien dan lestari. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu dibangun
institusi pengelola yang profesional pada tingkat tapak yang bertanggungjawab
melaksanakan tugas dan fungsi dari organisasi sebagai berikut; Pertama, menyelenggarakan
pengelolaan hutan yang meliputi; tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,
pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi hutan dan reklamasi dan
perlindungan hutan dan konservasi alam. Kedua, menjabarkan kebijakan kehutanan nasional,
provinsi dan kabupaten/kota bidang kehutanan untuk diimplementasikan. Ketiga,
melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian. Keempat,
melaksanakan pemantauan dan penilaian atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan di
wilayahnya. Kelima, membuka peluang investasi guna mendukung tercapainya tujuan
pengelolaan hutan.
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Berau Barat (Unit XII) yang ada di
Kabupaten Berau Kalimantan Timur. KPHP Model Berau Barat merupakan salah satu KPH
yang didorong untuk menjadi KPH yang operasional sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Penetapan Wilayah KPHP Berau Barat Sebagai KPH Model oleh Menteri Kehutanan, melalui
surat Nomor : SK.649/Menhut-II/2010, Tanggal 22 November 2010 Tentang Penetapan
Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Berau Barat di Kabupaten Berau
Kalimantan Timur, yang luasnya 775.539 Ha. Kemudian disesuaikan dengan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor : SK. 674/Menhut-II/2011 Tentang Penetapan Wilayah Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) di
Provinsi Kalimantan Timur sehingga luas KPHP Model Berau Barat adalah 786.021 Ha yang
terdiri dari Hutan Lindung seluas 234.305 Ha; Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 431,506
Ha; dan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 114,210 Ha.
Terbentuknya KPHP Model Berau Barat diharapkan lebih mendorong implementasi
desentralisasi yang nyata, optimalisasi akses masyarakat terhadap sumberdaya hutan
sebagai salah satu jalan resolusi konflik, kemudahan dan kepastian investasi, tertanganinya
wilayah tertentu yang belum ada pengelolanya yaitu areal yang belum dibebani izin, serta
upaya untuk meningkatkan keberhasilan rehabilitasi dan perlindungan hutan pada kawasan
hutan yang ada di Kabupaten Berau.
Tata hutan dan rencana pengelolaan merupakan salah satu tahapan dan instrumen penting
untuk menjamin terlaksananya tugas dan fungsi KPHP Model Berau Barat dalam melakukan
pengelolaan hutan secara efektif dan efisien. Dengan demikian perlu dilaksanakan tata
hutan dan penyusunan rencana pengelolaan jangka panjang (RPJP) KPHP Model Berau Barat,
Bab I. Pendahuluan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
I-2
sebagaimana petunjuk teknis yang telah diatur oleh Kementerian kehutanan melalui
Peraturan Direktur Jendral Planologi Kehutanan Nomor : P.5/VII-WP3H/2012, tanggal 14
Maret 2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi (KPHP).
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Penyusunan RPJP dimaksudkan agar pembangunan KPHP Model Berau Barat dilaksanakan
secara sistematis dan terarah sehingga pengelolaan dapat lebih efisien dan efektif.
Sedangkankan tujuannya adalah sebagai acuan KPHP Model Berau Barat dalam melakukan
kegiatan pengelolaan sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam kurun waktu 10 (sepuluh)
tahun.
C. SASARAN
Sasaran Penyusunan RPJP ini adalah adanya RPJP dalam waktu 10 tahun pada wilayah KPHP
Model Berau Barat yang sesuai dengan kondisi tapak, visi dan misi pembangunan kehutanan
baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional untuk mengoptimalkan pengelolaan kawasan
hutan secara lestari.
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari Rencana Pengelolaan Jangka Panjang ini adalah sebagai berikut :
1. Penggambaran rencana kegiatan inventarisasi biogeofisik kawasan dan kondisi sosial
budaya masyarakat yang ada pada wilayah KPHP Model Berau Barat yang akan
dilakukan secara berkala.
2. Mendeskripsikan dengan lengkap kawasan KPHP Model Berau Barat, baik yang
berkaitan dengan risalah wilayah, potensi, kondisi sosial ekonomi dan budaya, posisi
KPHP dalam perspektif tata ruang dan pembangunan daerah serta hal-hal yang terkait
dengan isu-isu strategis, kendala dan permasalahan dalam pengelolaan wilayah KPHP
Model Berau Barat.
3. Menyampaikan Visi dan Misi pengelolaan hutan pada KPHP Model Berau Barat untuk
jangka waktu 10 tahun ke depan (2015-2024)
4. Melakukan analisis kondisi beserta isu-isu utama terkait wilayah KPHP Model Berau
Barat saat ini dan proyeksinya ke depan, khususnya untuk jangka waktu 10 tahun
5. Menguraikan secara komprehensif strategi dan rencana pengelolaan atas wilayah KPHP
Model Berau Barat, baik berkaitan dengan teknis operasional KPH, tata hubungan
kerja/koordinasi dengan institusi lainnya
6. Menguraikan rancangan pembinaan, pengawasan dan pengendalian atas seluruh Izin
pemanfaatan hutan dan pengguna kawasan hutan yang berada di dalam wilayah KPHP
Model Berau Barat agar dapat diperoleh sinergitas program kegiatan.
Bab I. Pendahuluan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
I-3
7. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antara pemegang izin, serta koordinasi dan
sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait.
8. Rencana penyediaan sarana prasarana dan SDM baik kuantitas maupun kompetensi
untuk pengembangan KPHP Model Berau Barat
9. Pembangunan dan pengembangan database KPHP Model Berau Barat
10. Rasionalisasi Rencana Kelola KPHP Model Berau Barat
11. Review Rencana pengelolaan KPHP Model Berau Barat
12. Menyusun dan merumuskan rencana pengembangan invstasi.bisnis pada KPHP Model
Berau Barat
13. Merumuskan sistem pemantauan dan evaluasi atas rencana pengelolaan serta
rancangan pembinaan KPHP Model Berau Barat (butir 4. dan 5.), guna menjamin
terimplementasikannya rencana kelola yang telah disusun.
E. BATASAN PENGERTIAN
Dalam rangka lebih memahami dokumen Rencana Pengelolaan Hutan dalam wilayah KPHP
Model Berau Barat, maka perlu diuraikan beberapa batasan pengertian sebagai berikut :
1. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
2. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan
reklamasi hutan serta perlindungan hutan dan konservasi alam.
3. Tata Hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup kegiatan
pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang
terkandung didalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya bagi masyarakat secara lestari.
4. Inventarisasi Hutan pada wilayah KPHL dan KPHP adalah rangkaian kegiatan
pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan potensi sumberdaya hutan dan
lingkungannya secara lengkap.
5. Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada KPH yang memuat semua aspek
pengelolaan hutan dalam kurun waktu jangka panjang dan pendek, disusun berdasarkan
hasil tata hutan dan rencana kehutanan dan memperhatikan aspirasi, peran serta dan
nilai budaya masyarakat serta kondisi lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan
hutan yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari.
6. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan hutan pada
tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama jangka benah
pembangunan KPHL dan KPHP.
7. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah Rencana Pengelolaan Hutan
berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan operasional berbasis petak dan/atau
blok.
Bab I. Pendahuluan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
I-4
8. Pemanfaatan Hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta
memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
9. Penggunaan Kawasan Hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan pembangunan
diluar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan hutan.
10. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,
kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga
hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan,
investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
11. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya memulihkan, mempertahankan, dan
meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan
peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.
12. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan
vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.
13. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi
pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya sehingga pemerintah perlu
menugaskan Kepala KPH untuk memanfaatkannya.
14. Kesatuan Pengelolaan Hutan adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan
peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
15. Kesatuan Pengelolaan Hutan produksi selanjutnya disebut KPHP adalah KPH yang luas
wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan produksi.
16. KPH Model, adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap dikembangkan menuju
situasi dan kondisi aktual organisasi KPH di tingkat tapak. KPHP Model Berau Barat
memang merupakan KPH yang pertama dari rencana pembangunan 4 (empat) KPH di
Kabupaten Berau, dimana digunakan sebagai media pembelajaran dan sekaligus contoh
unit pengelolaan hutan di tingkat tapak.
17. KPHP Model Berau Barat, adalah merupakan salah satu KPH yang ada di kabupaten
Berau yang ditetapkan sebagai KPHP Model berdasarkan Keputusan Menteri kehutanan
Nomor : SK.649/Menhut-II/2010, Tanggal 22 November 2010 Tentang Penetapan
Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Berau Barat di Kabupaten Berau
Kalimantan Timur adalah 786.021 ha
18. Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah KPHL dan KPHP yang
merupakan bagian dari wilayah KPHL dan KPHP yang dipimpin oleh Kepala Resort KPHL
dan KPHP dan bertanggung jawab Kepada Kepala KPHL dan KPHP.
19. Blok Pengelolaan pada wilayah KPHL dan KPHP adalah bagian dari wilayah KPHL dan
KPHP yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pengelolaan.
20. Petak adalah bagian dari Blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha
pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan dan silvikultur yang sama.
Bab I. Pendahuluan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
I-5
21. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang
kehutanan.
22. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), adalah unsur pelaksana tugas teknis pada dinas dan
badan. Pelaksana teknis dimaksudkan melaksanakan sebagian kegiatan teknis
operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang. UPTD memiliki wilayah kerja di satu
atau beberapa daerah kabupaten/kota.
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-1
BAB II. DESKRIPSI KAWASAN
A. GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BERAU
1. Geografis dan Administrasi Wilayah Kabupaten Berau
Kabupaten Berau yang terletak di Bagian Utara Propinsi Kalimantan Timur mempunyai luas
wilayah 34.127 Km2 dengan jumlah penduduk 193.931 jiwa berada di daerah tropis dengan
posisi geografis 1 LU da 6 9 BT de ga batas wilayah Sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Bulungan, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Malinau, Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Sebelah Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Kutai Timur. Kabupaten Berau terdiri dari 13 kecamatan, 95 desa dan 7
kelurahan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk seperti pada Tabel II-1
sebagai berikut :
Tabel II-1 . Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Berau per Kecamatan
No Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Kelay
Talisayan
Tabalar
Biduk-Biduk
Pulau Derawan
Maratua
Sambaliung
Tanjung Redeb
Gunung Tabur
Segah
Teluk Bayur
Biatan
Batu Putih
6.134,60
1.798,00
2.373,45
3.002,99
3.858,96
4.118,80
2.403,86
23,76
1.987,02
5.166,40
175,70
1.432,04
1.651,42
4.601
10.877
5.257
5.238
9.298
3.183
25.574
68.717
16.051
9.302
22.887
5.535
7.411
Total 34.127,00 193.931
Sumber : BPS 2013
Sebagai daerah tropis yang dekat dengan garis khatulistiwa daerah ini memiliki curah hujan
yang tinggi dengan hari hujan merata sepanjang tahun. Suhu udara di daerah ini sangat
tinggi dengan tingkat penyinaran matahari yang banyak sepanjang tahun. Curah hujan
cenderung merata sepanjang tahun, berkisar antara 100-300 mm perbulan. Curah hujan
terendah terjadi pada Bulan November sebanyak 56,3 mm. Curah hujan terbesar terjadi
pada Bulan Desember sebesar 343,8 mm. Sedangkan hari hujan cenderung merata
sepanjang tahun berkisar antara 13 sampai 25 hari tiap bulannya. Temperatur udara rata-
rata berkisar antara 26 sampai dengan 27 oC . Temperatur udara tertinggi terjadi pada Bulan
Mei 33,60 oC, sedangkan suhu terendah terjadi pada Bulan Januari 22,10 oC. Kelembaban
udara di Kabupaten Berau selama tahun 2003 berkisar antara 80–89% perbulannya.
Sedangkan lama penyinaran matahari antara 21 sampai 66 setiap bulannya.
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-2
2. Luas Kawasan Hutan
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 79/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret
tahun 2001 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Kalimantan Timur, luas
kawasan hutan yang ada di Kabupaten Berau berdasarkan fungsinya disajikan pada pada
tabel II-2 berikut :
Tabel II- 2 Luas Kawasan Hutan Kabupaten Berau
No. Fungsi Kawasan Hutan Luas (Ha) %
1. Hutan Produksi Tetap (HP) 626.875,22 28.60
2. Hutan Produksi Terbatas (HPT) 676.188,25 30.86
3. Hutan Lindung (HL) 360.356,79 16.45
4. Areal Penggunaan Lain (APL) 527.870,77 24.09
Jumlah 2.191.291,04 100,00
Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Berau, 2011
3. Pembagian Wilayah KPH Kabupaten Berau
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 674/Menhut-II/2011 Tentang
Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi (KPHP) di Provinsi Kalimantan Timur, Wilayah Kabupaten Berau di bagi
menjadi 4 Wilayah KPHP yaitu sebagai berikut :
Tabel II-3. Pembagian Wilayah KPH Di Kabupaten Berau
No. Fungsi Kawasan Luas (ha)
Unit XII Unit XIV Unit XV Unit XVI
1. Hutan Lindung (HL) 251.357 - 69.487 48.358
2. Hutan Produksi Terbatas (HPT) 431.506 133.149 130.548 2.545
3. Hutan Produksi Tetap (HP) 103.139 189.290 162.194 142.277
Jumlah 786.021 322.439 362.229 193.180
Sumber : Lampiran SK. 674/Menhut-II/2011 (Kementrian Kehutanan, 2011)
Pembagian fungsi kawasan hutan pada masing-masing KPH pada tabel II-3 di atas masih
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 79/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret
tahun 2001 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Kalimantan Timur, yang pada
saat itu berlaku. Dengan dikeluarkannya surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia Nomor : Sk.942/menhut-Il/2013 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 79/KPTS-II/2001, Tanggal 15 Maret 2001 Tentang Penunjukan Kawasan
Hutan Dan Perairan Di Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Seluas 14.651.553 ha (Empat
Belas Juta Enam Ratus Lima Puluh Satu Ribu Lima Ratus Lima Puluh Tiga Hektar), terjadi
beberapa perubahan sehingga harus disesuaikan lagi. Selanjutnya penamaan KPHP tersebut
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-3
adalah KPHP Model Berau Barat (unit XII), KPHP Berau Utara (Unit XIV ), KPHP Berau Tengah
(Unit XV ), KPHP Berau Pantai (Unit XVI).
B. RISALAH WILAYAH KPHP MODEL BERAU BARAT
1. Letak Geografis, Administrasi, Fungsi Kawasan hutan dan Batas Wilayah
a. Letak Geografis dan Administrasi
Secara geografis KPHP Model Berau Barat sebagai salah satu dari 4 KPHP yang dicadangkan
di Kabupaten Berau terletak antara 116o BT – 119o BT dan antara 1o LT – 2o LU. “e ara administrasi pemerintahan terletak dalam 4 wilayah administrasi pemerintahan Kecamatan
dari 13 wilayah kecamatan di Kabupaten Berau, yaitu : Kecamatan Segah, Kecamatan Kelay,
Kecamatan Sambaliung dan Kecamatan Gunung Tabur. Secara rinci disajikan dalam Tabel II-4
berikut :
Tabel II-4. Cakupan Wilayah Administrasi Pemerintahan KPHP Model Berau Barat
No. Kecamatan Kampung Luas
Ha (%) 1. Kelay Terdiri dari 11 Kampung (Long Beliu, Muara Lesan, Lesan
Dayak, Sidobangen, Merapun, Long Duhung, Long Keluh, Long
Lancim, Long Pelai, Long Sului dan Merasa
469.963,54
(59,79)
2. Segah Terdiri dari 10 Kampung (Siduung Baru, Pandan Sari, Harapan
Jaya, Tepian Buah, Punan Malinau, Long Ayan, Punan
Mahakam, long Laai, Punan Segah dan Long Ayap
295.287,74
(37,57)
3. Sambaliung Terdiri dari 3 Kampung (Tumbit Dayak, Long Lanuk dan
Nyapah Indah
10.078,83
(1,28)
4. Teluk Bayur Terdiri dari 4 Kampung (Tumbit Melayu, Labanan Jaya,
Labanan Makarti, Bukit Makmur
10.690,89
(1,36)
Total 786.021,00
(100%)
Sumber: Hasil Analisis Peta Adminidtrasi (Bappeda, 2005).
Dari Tabel II-4 di atas dapat dinyatakan bahwa sebagian besar (> 90%) wilayah kelola KPHP
Model Berau Barat terletak dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Kelay dan Segah.
Secara hidrologis wilayah kelola KPHP Model Berau Barat diapit oleh 2 (dua) Sub-DAS besar,
yaitu Kelay (Selatan) dan Segah (Utara), yang selanjutnya bersatu ke dalam DAS Berau yang
mengalir sekitar ± 40 Km ke arah Laut Sulawesi. Ke-2 sungai utama Segah dan Kelay
membentuk kawasan tangkapan air seluas ± 15.000 Mm2, atau sekitar 62% total areal
Kabupaten Berau.
b. Luas dan Fungsi Kawasan Hutan
Luas Wilayah KPHP Model Berau Barat didasarkan Penetapan Wilayah KPHP Berau Barat
Sebagai KPH Model oleh Meteri Kehutanan, melaui surat Nomor : SK.649/Menhut-II/2010,
Tanggal 22 November 2010 Tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi Model Berau Barat di Kabupaten Berau Kalimantan Timur yaitu luasnya 775.539
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-4
Ha. Kemudian disesuaikan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 674/Menhut-II/2011
Tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) di Provinsi Kalimantan Timur sehingga Luas KPHP Model
Berau Barat adalah 768.021 Ha.
Pada penyusunan dokumen rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
adalah Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 674/Menhut-II/2011 Tentang Penetapan
Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi (KPHP) di Provinsi Kalimantan Timur, karena lebih sesuai dengan kondisi aktual
lapangan dan Draf RTRWK Kabupaten Berau. Dengan demikian Luas KPHP Model Berau
Barat yang dipakai adalah 768.021 Ha
Pada Awalnya Fungsi Kawasan KPHP Model Berau Barat didasarkan pada Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor : 79/Kpts-II/2001 Tentang Peta Penunjukan Kawasan hutan Perairan
Kalimantan Timur, sehingga fungsinya Wilayah KPHP Model Berau Barat adalah sebagai
berikut :
Tabel II-5. Luas Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat Berdasar Fungsi Kawasan Hutan
No. Fungsi Kawasan Hutan Luas
Ha %
1. Hutan Lindung (HL) 251.375,51 31,98
2. Hutan Produksi Terbatas (HPT) 431.506, 00 54,90
3. Hutan Produksi (HP) 103.139,49 13,12
Luas Keseluruhan 786.021,00 100
Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Berau, 2011
Dengan dikeluarkannya surat Keputusan Menteri Kehutanan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor : Sk.942/menhut-Il/2013 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kehutanait
Nomor 79/KPTS-II/2001, Tanggal 15 Maret 2001 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan Dan
Perairan Di Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Seluas 14.651.553 ha (Empat Belas Juta Enam
Ratus Lima Puluh Satu Ribu Lima Ratus Lima Puluh Tiga Hektar), fungsi Kawasan Hutan pada
KPHP Model Berau Barat berubah menjadi sebagai berikut :
Tabel II-6. Luas Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat Berdasar Fungsi Kawasan Hutan
No Fungsi Kawasan Hutan Luas
Ha %
1 Hutan Lindung (HL) 250.652,07 31,89
2 Hutan Produksi Terbatas (HPT) 413.564,45 52,61
3 Hutan Produksi (HP) 99.752,58 12,69
4 Hutan Produksi Konversi (HPK) 917,66 0,12
5 Areal Penggunaan Lain (APL) 19.973,64 2,54
6 Tubuh Air 1.160,60 0,15
Jumlah 786.021,00 100
Sumber: Analisis Peta Spasial Lampiran SK Menteri Kehutanan Nomor: sk.942/menhut-II/2013
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-5
Dari Tabel II-6 di atas, ternyata bahwa wilayah kelola KPHP Model Berau Barat terletak
dalam lebih kurang sepertiga dari kawasan hutan di Kabupaten Berau. Selanjutnya dari
fungsi hutan sebagian besar wilayah kelola KPHP Model Berau Barat terletak dalam HPT dan
HL. Dengan demikian sebagian besar (> 80%) dari wilayah kelola KPHP Model Berau Barat
terdiri dari kawasan hutan dengan kondisi topografi yang berat (HL dan HPT), dengan
kelerengan > 40%. Sehingga dalam pengelolaanya ke depan harus benar-benar
mempertimbangkan resiko lingkungan yang ditimbulkan. Juga adanya fakta bahwa wilayah
kelola tersebut juga termasuk kedalam 2 Sub-DAS besar di Kabupaten Berau, yaitu Sub-DAS
Kelay dan Sub-DAS Segah. Kondisi fisik lapangan tersebut ditambah lagi dengan posisinya
dari ketinggiannya di atas muka laut terletak dari kisaran 500-1.000 meter. Sehingga wilayah
kelola tersebut terletak di daerah dengan curah hujan yang tinggi. Kombinasi kondisi fisik
tersebut merupakan hal yang benar-benar harus mendapatkan perhatian dan pertimbangan
dalam pengelolaan sumberdaya yang terdapat di dalamnya.
c. Batas Wilayah
Secara fisik di lapangan batas wilayah kelola KPHP Model Berau Barat sebagian besar
merupakan batas alam berupa sungai dan batas buatan tetap berupa jalan. Patok batas
fungsi hutan dan wilayah administrasi pemerintahan. Secara rinci disajikan dalam Tabel II-7
dibawah :
Tabel II-7. Batas-Batas Luar Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat.
No Perbatasan Wilayah Panjang (m)
1 Utara Batas Adminidtrasi Kabupaten (Berau-Bulungan) 149.401,53
2 Barat Batas Administrasi Kabupaten (Berau-Malinau) 35.715,53
3 Selatan Batas Administrasi Kabupaten (Berau-Kutim) 145.835,44
4 Timur Batas Areal Penggunaan Lain/Batas Kawasan Hutan (Perkebunan
dan Pemukiman masyarakat) 329.167,19
IUPHHK-HA (PT. Inhutani I Sambarata) 15.637,45
Panjang Total 675.757,14
Sumber : Hasil Analisis Peta Adminidtrasi (Bappeda, 2005) dan Peta Pemanfataatan dan Penggunaan Kawasan Hutan
(Dinas Kehutanan, 2013)
Dari Tabel II-7 di atas ternyata bahwa batas wilayah kelola KPHP Model Berau Barat terdiri
sebagian besar adalah batas buatan dan berbatasan dengan perkebunan dan pemukiman
masyarakat, ini menggambarkan bahwa prioritas penyelesaian tata batas adalah perbatasan
wilayah timur, untuk menjamin kepastian kawasan hutan, sebaliknya untuk wilayah utara,
barat dan selatan yang merupakan batas administrasi pada umumnya adalah punggung
gunung, sehingga aksessibilitasnya relatif sulit.
2. Sejarah Pengelolaan
Wilayah KPHP Model Berau Barat merupakan wilayah yang sejarah pengelolaannya relatif
dinamis dan berkembang. Berbagai kegiatan pengelolaan baik pemanfaatan, penggunaan
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-6
kawasan serta model-model pengelolaan yang berbasis masyarakat serta proyek-projek
percontohan pernah dilakukan di Wilayah KPHP Model Berau Barat baik pada Hutan
Produksi maupun Hutan Lindung.
a. Sejarah Pengelolaan Hutan Produksi
Sejak tahun 1970-an Kawasan Hutan Produksi yang ada pada wilayah KPHP Model Berau
Barat sudah dikelola melalui Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang pada saat itu di sebut
dengan Izin Hak Penguasaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Seiring dengan
perubahan kebijakan beberapa HPH mengalami Likuidasi kemudian di pecah menjadi
beberapa HPH dengan manajemen-manajemen terpisah seperti yang terjadi pada HPH PT.
Alas Helau. pada tahun 1980-an PT. Alas Helau mulai beroperasi dengan areal seluas ±
300.000 Ha. Kemudian pada tahun 1998/1999 pada saat dimulainya reformasi di sektor
kehutanan PT. Alas Helau berhenti beroperasi dan dilikuidasi pada tahun 2001 PT. Alas Helau
dilikuidasi oleh pemerintah kepada 5 perusahaan yang baru, yaitu : PT. Karya Lestari, PT.
Mahardhika Insan Mulya, PT. Wana Bhakti Persada, PT. Amindo dan PT. Aditya.
Dari luas 534.645,49 Ha Kawasan Hutan Produksi yang ada pada wilayah KPHP Model
Berau Barat, jika dilihat dari sejarah pengelolaannya semuanya merupakan wilayah bekas
izin Pemanfataan Hasil Hutan Kayu sejak tahun 1970-an. Sampai saat ini wilayah KPHP Model
Berau Barat yang masih dikelola oleh IUPHHK-HA/HT, sedangkan sisanya seluas 46.978,86 Ha
merupakan areal bebas izin
b. Sejarah Pengelolaan Hutan lindung.
Kawasan Hutan Lindung, merupakan bagian dari wilayah KPHP Model Berau Barat yang
pengelolaannya belum maksimal, sampai dengan saat ini luasan wilayah yang pernah
dikelola relatif kecil yaitu seluas 12.000 Ha (5%) yang dikenal dengan Hutan Lindung Sungai
Lesan (HLSL).
Kawasan HLSL merupakan eks areal PT. Alas Helau yang beroperasi sejak tahun 1980-an,
yang kemudian Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 79/Kpts-III/2001 tanggal
15 Maret 2001 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Propinsi
Kalimantan Timur, ditetapkan sebagai Areal Penggunaan Lain (APL).
Sehubungan dengan pentingnya fungsi areal tersebut sebagai daerah penyangga dan
keanekaragaman hayati maka berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 3
tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Berau tahun (2001-2011)
ditetapkan kawasan Hutan Lindung; dan saat ini, dalam Draf Tata Ruang Wilayah Kalimantan
Timur juga tetap dipertahankan sebagai Hutan Lindung.
Pada tahun 2004 dibentuk Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai Lesan melalui Surat
Keputusan Bupati No. 251 tahun 2004 tanggal 7 Oktober 2004 yang bertujuan untuk
mengkoordinasikan kepentingan perencanaan dan program antar berbagai pihak yang
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-7
terkait dengan Hutan Lindung Sungai Lesan, melakukan pengelolaan untuk kepentingan
pelestarian Kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan, melakukan monitoring dan evaluasi
pengelolaan Hutan Lindung Sungai Lesan. Sampai saat ini, kawasan tersebut masih dikelola
melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga non pemerintah dan kelompok-kelompok
masyarakat.
c. Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan dengan Status Khusus (KHDTK)
Kawasan Hutan Dengan Status khusus (KHDTK) yang ada di Wilayah KPHP Model Berau Barat
adalah merupakan salah satu aset negara yang harus dipertahankan dan dimanfaatkan
secara optimal.
Keberadaan KHDTK berawal dari Kerjasama anatara Pemerintah Indonesia dengan
Pemerintah Perancis yang ditandatangi pada tahun 1989 untuk melakukan penelitian
tentang silvikutur di konsesi Labanan yang selanjutnya disebut Proyek STREK (Silvicultural
Techniques for the Regeneration of logged over Rain Forest in East Kalimantan) yang
bertujuan untuk mencari keseimbangan yang tepat antara keuntungan produksi dan
manfaat bagi lingkungan melalui pengukuran riap pohon setiap tahunnya. Sebagai tindak
lanjut dari Proyek STREK, pada tahun 1996-2001, Pemerintah Indonesia melakukan
kerjasama dengan Uni Eropa melalui Berau Forest Management Project (BFMP) bertujuan
untuk proyek percontohan Pengelolaan Hutan lestari di tingkat operasional di konsesi
Inhutani I Labanan (136.000 Ha) dengan mendorong Sertifikasi PHPL, pelaksanaan
Pembalakan ramah Lingkungan (RIL), Siptop (sistem Informasi Tofografi Pohon, Penelitian
PLOT STREK) yang kemudian ditindaklanjuti dengan penetapan areal konsensi PT. Inhutani I
Unit Labanan seluas ± 142.691 Ha sebagai areal penelitian dan kegiatan operasional Berau
Forest Management Project (BFMP) sebagai program Kerjasama Departemen Kehutanan dan
Perkebunan dengan Uni Eropa melalui Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.
866/Kpts-II/1999 tanggal 13 Oktober 1999.
Guna menjamin kepastian hukum dan keberadaan Plot Penelitian STREK dan keberlanjutan
penelitian-penelitian berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.121/Menhut-
II/2007, tanggal 2 April 2007 kawasan tersebut ditunjuk sebagai Kawasan Hutan Dengan
Tujuan Khusus (KHDTK) seluas ± 7.900 Ha untuk Hutan Penelitian Labanan yang dikelola Balai
Besar Dipterocarpacea dan di keluarkan dari areal PT. Inhutani I Labanan, yang kemudian
ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri kehutanan Nomor : SK.64/Menhut-II/2012,
tanggal 3 Februari 2012.
3. Pembagian Wilayah Berdasarkan Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan
Berdasarkan Keberadaan izin pemanfaatan dan Penggunaan kawasan hutan maka wilayah
kelola KPHP Model Berau Barat terbagi menjadi 4 kelompok besar yaitu : Bagian wilayah Izin
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dari Hutan Alam (IUPHHK-HA), Bagian Wilayah Pemanfaatan
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-8
Hasil Hutan Kayu dari Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) dan Bagian wilayah kelola yang tidak
atau belum ada izin pemanfaatannya (Wilayah Tertentu), secara garis besarnya dapat dilihat
pada Tabel II-8 berikut :
Tabel II-8. Pembagian Wilayah KPHP Model Berau Barat Berdasarkan Izin Pemanfaatan
dan Penggunaan Kawasan Hutan
No. Bagian Wilayah Luas
(ha) (%)
1. Wilayah izin Pemanfaatan Hutan Alam (IUPHHK-HA) 478.914,44 60,94
2. Wilayah Izin Pemanfaatan Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) 15.430,66 1,96
Wilayah Izin Perkebunan Sawit (Perubahan fungsi Kawasan jadi
APL)
2.740,64 0,35
3. Wilaya Tanpa Izin 288.935.26 36,75
Jumlah 786.021,00 100,00
Sumber : Analisis Data Spasial KPHP Model Berau Barat (2013)
4. Pembagian Blok
Blok Pengelolaan pada wilayah KPH adalah bagian dari wilayah KPH dengan persamaan
karakteristik biogeofisik (potensi, penutupan lahan, bentang alam, dll.) bersifat relatif
permanen, yang ditetapkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen.
Pembagian blok pada Wilayah KPHP Model Berau Barat mengacu pada Peraturan Mentri
Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2010, khususnya Pasal 6 (2) dan Peraturan Direktur
Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.5/Vii-Wp3h/2012,Tanggal : 14 Mei 2012 Tentang
Petunjuk Teknis Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Dan Kesatuan Penngelolaan Hutan Produksi (KPHP),
bahwa Pembagian Blok harus memperhatikan: a). karakteristik biofisik lapangan; b). kondisi
sosial ekonomi masyarakat sekitar; c). potensi sumberdaya alam; dan d). keberadaan hak-
hak atau izin usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan. Selanjutnya
pembagian blok harus memperhatian dan mengacu pada peta arahan RKTN/RKTP/RKTK,
fungsi kawasan, izin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan.
Berdasarkan kondisi yang ada pada KPHP Model Berau Barat, maka pembagian Blok
diklasifikasikan berdasarkan Wiayah yaitu Wilayah Tanpa Izin Pemanfaatan dan Kelompok
Wilayah Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK-HA/HT)
a. Pembagian Blok Pada Wilayah Tanpa Izin Pengelolaan
Dalam Wilayah KPHP Model Berau Barat terdapat Kawasan Hutan yang belum di bebani
hak/izin Pemanfaatan atau penggunaan kawasan kawasan. Pembagian Blok Pada Wilayah
Tanpa izin pengelolaan tersebut, sangat tergantung dengan skema rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan pada wilayah tersebut sesuai dengan fungsi kawasan, kondisi biofisik,
sosial budaya dan ekonomi masyarakat serta peraturan perundangan yang berlaku.
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-9
Berdasarkan arahan dalam Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor:
P.5/VII-WP3H/2012,Tanggal: 14 Mei 2012 Tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan Dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)
Dan Kesatuan Penngelolaan Hutan Produksi (KPHP), maka Blok Pada Wilayah Tanpa Izin
Pengelolaan pada KPHP Model Berau Barat adalah sebagai berikut :
Tabel II-9. Pembagian Blok Wilayah Tanpa Izin Pengelolaan Pada Wilayah KPHP Model
Berau Barat
No Nama Blok Luas (ha)
A Pada WT Hutan Lindung
1 Blok Inti 160.334,83
2 Blok Pemanfaatan-HL 80.331,39
3 Blok Khusus -
Jumlah A 240.666,22
B Pada WT (HPT, HP, HPK, APL)
1 Blok Perlindungan 2.679,12
2 Blok Pemanfaatn Kawasan, HHBK dan Jasa lingkungan 8.040,98
3 Blok Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (PHHK-HA) 19.531,16
4 Blok Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu -Hutan Tanaman (PHHK-HT) 2.886,82
5 Blok Pemberdayaan Masyarakat 7.335,41
6 Blok Khusus-KHDTK 7.689,32
Jumlah B 48.162,82
C Tubuh Air 103,23
Jumlah Total (A+B+C) 288.935,26
Sumber : Hasil Analisis Data KPHP Model Berau Barat
Pembagian Blok Wilayah Tanpa Izin Pengelolaan pada KPHP Model Berau Barat berdasarkan
Nama Blok dan Fungsi Kawasan hutan secara rinci dapat digambarkan pada Tabel II-10
berikut :
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-10
Tabel II-10. Pembagian Blok Wilayah Tanpa Izin Pengelolaan Berdasarkan Nama Blok
dan Fungsi Kawasan Hutan
No Nama Blok Fungsi Kawasan Hutan
Jumlah HL HPT HP HPK APL
1 Blok Inti (Blok I-HL) 160.334,82 - - - - 160.334,82
a. Blok I-HL 1 74.718,85 - - - - 74.718,85
b. Blok I-HL 2 8.069,64 - - - - 8.069,64
c. Blok I-HL 3 13.785,06 - - - - 13.785,06
d. Blok I-HL 4 37.751,75 - - - - 37.751,75
e. Blok I-HL 5 21.195,48 - - - - 21.195,48
f. Blok I-HL 6 4.788,06 - - - - 4.788,06
g. Blok I-HL 7 25,99 - - - - 25,99
2 Blok Pemanfaatan
(Blok P-HL) 80.331,39
- - - - 80.331,39
a. Blok P-HL 1 13.792,16 - - - - 13.792,16
b. Blok P-HL 2 38.713,78 - - - - 38.713,78
c. Blok P-HL 3 7.743,00 - - - - 7.743,00
d. Blok P-HL 4 14.549,55 - - - - 14.549,55
e. Blok P-HL 5 5.532,90 - - - - 5.532,90
3 Blok Perlindungan - 2.384,10 - - - 2.384,10
4
Blok Pemanfaatan
Kawasan dan Jasa
lingkungan, HHBK
(Blok PJH)
- 7.496,61 - 537,92 6,45 8.040,98
a. Blok PJH 1- Kelay - 1.429,81 - - - 1.429,81
b. Blok PJH 2-KLSL
- 537,921 6,45 544,37
c. Blok PJH 3- Segah
6.066,80 - - - 6.066,80
5 Blok Pemanfaatan
HHK-HA (PHHK-HA) - 19.531,16 - - - 19.531,16
a. Blok PHHK-HA 1 -
Merapun. - 2.619,69 - - - 2.619,69
b. Blok PHHK-HA 2 -
Long Gie - 16.911,47
- - - 16.911,47
6 Blok Pemanfaatan
HHK-HT - 2.753,66 133,16 - - 2.886,82
Blok PHHK-HT
Merapun - 2.753,66 133,16
- - 2.886,82
7 Blok Pemberdayaan
Masyarakat (Blok PM) - 3.043,46 2.209,62 917,66 1.164,67 7.335,41
a. Blok PM 1 –Segah - 1792,93 - - 238,21 2.031,14
b. Blok PM 2 –Labanan - - 182,42 237,18 492,296 911,89
c. Blok PM 3–Merasa - - 69,21 680,49 175,64 925,34
d. Blok PM 4-Long Beliu - - 1.177,12 -
1.177,12
e. Blok PM 5-Lesan - - 698,54 -
698,54
f. Blok PM 6-KLSL - - 342,02 - 55,25 397,28
g. Blok PM 7-Long
Duhung 989,08 1,76
- 203,26 1.194,11
8 Blok Khusus (BK) - - 7687,46 - 1,86 7.689,32
Blok BK-KHDTK
Labanan - - 7.689,32
- - 7.689,32
9 Tubuh Air - - - - - 103.23
Jumlah 240.666,21 35.242,57 10.291,69 1.455,58 1.172,98 288.935,26
Sumber : Hasil Analisis Data KPHP Model Berau Barat
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-11
b. Pembagian Blok Pada Wilayah Izin Pemanfaatan Hutan (IUPHHK-HA/HT)
Pembagian blok pengelolaan pada wilayah yang telah di bebani Izin pemanfaatan kawasan
hutan didasarkan pada perencanaan kerja yang telah disusun oleh pemegang izin.
Pembagian Blok IUPHHK-HA, mengacu pada Recana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil hutan
Kayu-Hutan Alam (RKUPHHK-HA/HT) yang disusun berdasarkan hasil Inventarisasi Hutan
Menyeluruh Berkala (IHMB) dari masing-masing Pemegang IUPHHK-HA untuk jangka waktu
10 Tahun. Berdasarkan hal tersebut, maka Blok Pengelolaan Wilayah KPHP Model Berau
Barat pada Wilayah yang sudah di bebani IUPHHK-HA di bagi menjadi 3 Blok yaitu :
1) Blok Areal Produksi Efektif
Areal Produksi Efektif (APE) merupakan areal dari IUPHHK-HA yang efektif untuk kegiatan
produksi yang ditentukan berdasarkan hasil pengurangan dari luas areal IUPHHK-HA dengan
kawasan lindung dan Areal yang tidak efektif untuk produksi.
2) Blok Areal Kawasan Lindung
Merupakan bagian Areal dari IUPHHK-HA yang berfungsi sebagai kawasan perlindungan yang
terdiri dari : sempadan sungai, kelerengan >40%, mata air, berbatu, buffer zone Hutan
Lindung.
3) Blok Areal tidak Efektif untuk Produksi
Merupakan bagian areal IUPHHK-HA yang tidak efektif untuk produksi yang terdiri dari :
kebun benih, Areal Perlindungan plasma Nutfah (APPN), Petak Ukur Permanen (PUP),
Sarpras dan Badan Sungai.
Secara rinci hasil pembagian blok dalam wilayah kelola KPHP Model Berau Barat pada
Wilayah IUPHHK-HA/HT adalah sebagai berikut:
Tabel II-11. Pembagian Blok Pada IUPHHK-HA/HT
No. Pembagian Blok Luas
Ha %
1. Areal Kawasan Lindung 41.356 8,5
2. Areal tidak efektif untuk produksi 29.210 6,0
3. Areal efektif untuk produksi 413.692 85,5
Jumlah 484.258 100
Sumber : Hasil Analisis Data RKU-IUPHHKA (2013)
Pembagian blok pada zona IUPHHK-HA tersebut diatas merupakan rangkuman data dari 8
IUPHHK-HA yang tersedia, antara lain PT Aditya Kirana Mandiri, PT. Amindo Wana Perkasa,
PT. Inhutani I unit Labanan, PT. Karya Lestari, PT Marhardika Insan Mulia, PT. Wana Bhakti
Persada Utama, PT. Utama Damai Indah Timber dan PT. Aquila Silva, sedangkan IUPHHK-HT
adalah PT. Belantara Pusaka, secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel II-12 berkut :
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-12
Tabel II-12. Pembagian Blok Pada Tiap IUPHHK-HA/HT
No Nama Perusahaan
Pembagian Areal
Jumlah
(Ha) Kawasan
Lindung
Tidak
Efektif
Produksi
Efektif
Produksi
1 PT Aditya Kirana Mandiri 6.306,00 1.333,00 35.061,00 42.700,00
2 PT. Wana Bhakti Persada Utama 2.275,00 2.998,00 39.132,00 44.405,00
3 PT Amindo Wana Persada 6.528,00 1.552,00 35.600,00 43.680,00
4 PT Mardhika Insan Mulia 2.801,00 2.764,00 40.515,00 46.080,00
5 PT Inhutani Unit I Labanan 3.499,00 5.637,00 129.074,00 138.210,00
6 PT Utama Damai Indah Timber 6.670,00 6.860,00 35.720,00 49.250,00
7 PT. Karya Lestari 2.358,00 6.591,00 40.074,00 49.023,00
8 PT. Aquila Silva 9.357,00 1.362,00 44.581,00 55.300,00
9 PT. Belantara Pusaka 1.562,00 113,00 13.935,00 15.610,00
Jumlah 41.356,00 29.210,00 413.692,00 484.258,00
Sumber : Hasil Analisis Data RKU-IUPHHK-HA/HT (2013) , belum dipotong dengan batas KPHP MBB
Tabel II-12 di atas mengindikasikan bahwa lebih kurang 14,5% (kawasan lindung dan areal
yang tidak efektif untuk tujuan produksi) dari Wilayah KPHP Model Berau Barat merupakan
bagian dari unit manajemen yang tidak dapat dijadikan areal produksi atau harus disisihkan
bagi tujuan perlindungan dan konservasi, Sedangkan areal yang masih efektif untuk produksi
masih menacapai 85,5 %.
c. Wilayah Tertentu
Wilayah merupakan wilayah hutan yang situsi dan kondisinya belum menarik bagi pihak
ketiga untuk pengembangan pemanfaatnnya berada diluar izin pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan. Dengan mempertimbakan aspek efektifitas dan efisiensi
pengelolaan dan pemanfaatan yang akan dilakukan KPHP Model Berau Barat, maka
ditetapkan Wilayah Tertentu pada Wilayah KPHP Model Barat sebagai berikut :
Tabel II-13. Wilayah Tertentu Berdasarkan Pembagian Blok KPHP Model Berau Barat
No Nama Blok Luas (ha)
1 Blok Pemanfaatan pada HL 80.331,39
2 Blok Pemanfaatan Kawasan, HHBK dan Jasa lingkungan 8.040,98
3 Blok Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (PHHK-HA) 19.531,16
4 Blok Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu -Hutan Tanaman (PHHK-HT) 2.886,82
Jumlah 110.790,35
Sumber : Analisis data Base KPHP Model Berau Barat
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-13
5. Informasi Geofisik Kawasan
a. Iklim
Kabupaten Berau secara geografis terletak dekat dengan garis khatulistiwa, sehingga
memiliki iklim tropis, dengan ciri: memiliki curah hujan tinggi, sebaran hujan yang merata
sepanjang tahun dan penyinaran matahari yang merata sepanjang tahun sehingga
temperatur yang tinggi sepanjang tahun. Tinggi curah hujan yang hampir merata dalam
setiap tahunnya berkisar antara 105,9 - 493 mm3 per bulan, dengan curah hujan terendah
(105 mm3 perbulan) terjadi pada bulan September. Sedangkan curah hujan tertinggi
(493,1 mm3 perbulan) terjadi pada bulan Januari. Selanjutnya jumlah hari hujan cenderung
merata sepanjang tahun yaitu berkisar antara 1 sampai 26 hari tiap bulannya. Tabel II-14
rangkuman unsur utama iklim di Kabupaten Berau (wilayah kelola KPHP Model Berau Barat).
Tabel II-14. Rangkuman Unsur-Unsur Iklim di Kabupaten Berau – KPHP Model Berau Barat
No. Bulan
Curah Hujan Temperatur (o C) Kelembaban
Intensitas Hari
Hujan Maksm. Minimum Maksm. Minimum
1. Januari 493,1 26 33,6 21,6 98 72
2. Pebruari 170,8 23 33,6 21,2 98 66
3. Maret 170,3 19 34,4 22 98 60
4. April 263,6 20 35,4 22 100 58
5. Mei 247,6 21 35,4 22,6 98 61
6. Juni 427,3 22 34,8 22,7 98 59
7. Juli 259,4 21 35,4 22,4 98 61
8. Agustus 141 17 34,6 22,4 100 57
9. September 105,9 15 35,6 21,4 98 50
10. Oktober 159,9 14 35,6 21,2 100 50
11. Nopember 235,8 23 35 21,8 100 57
12. Desember 190,2 25 35,2 22,2 100 58
Rataan 238,74 20,50 34,88 21,96 98,83 59,08
Sumber : BPS, 2013
Kondisi unsur-unsur iklim di Kabupaten Berau sebagaimana dikemukakan dalam Tabel II-14
di atas, menunjukkan intensitas curah hujan rataan juga kelembaban cukup tinggi. Kondisi
iklim yang demikian disatu sisi merupakan faktor pertumbuhan pohon yang baik, tetapi disisi
lain harus mendapat perhatian dalam pengelolaan hutan, khususnya pemanenan hasil hutan
kayu. Kondisi curah hujan yang tinggi dengan tingkat kelerengan yang relatif curam
mengharuskan diterapkannya teknologi Reduced Impact Logging (RIL).
b. Tanah dan Geologi
Sebagai gambaran jenis tanah yang ada dalam wilayah Kabupaten Berau berikut disajikan
jenis tanah dalam wilayah kelola KPHP Model Berau Barat seluas 786.021 Ha (± 30% total
kawasan hutan). Tabel II-15 berikut menyajikan jenis tanah dari KPHP Model Berau Barat :
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-14
Tabel II-15. Jenis Tanah dalam Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat
No. Jenis Tanah Luas
Ha %
1. Entisol basah 29.318,58 3,73
2. Inceptisol kering 445.535,10 56,68
3. Ultisol 310.006,68 39,44
4. Tubuh Air 1.160,60 0,15
Jumlah 786.021,00 100
Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Berau, 2010
Tanah merupakan media pertumbuhan pohon tanaman, merupakan faktor pertumbuhan
pohon-tanaman karena dalam tanah tersedia unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan
tanaman. Berkaitan dengan pertumbuhan pohon-tanaman, tanah juga merupakan salah satu
unsur dari kualitas tapak (site quality) disamping faktor yang lain : kelerengan dan kondisi
iklim. Dari uraian sebelumnya telah disampaikan bahwa kondisi iklim di Kabupaten Berau
sangat kondusif bagi pertumbuhan pohon-vegetasi. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa keragaman jenis pohon penyusun tegakan di Kabupaten Berau juga lebih kaya jenis.
Indikator tentang peran atau pengaruh kualitas tanah (tingkat kesuburan) terhadap
pertumbuhan vegetasi-tegakan hutan adalah besarnya riap tegakan hutan. Namun demikian
saat i i belu tersedia data da i for asi ya g ukup e adai te ta g besar ya riap pohon/tegakan hutan alam produksi di Kalimantan dan Kabupaten Berau khususnya.
c. Topografi dan Hidrologi
Keadaan topografi Kabupaten Berau bervariasi berdasarkan bentuk relief, kemiringan lereng
dan ketinggian dari permukaan laut. Wilayah daratan tidak terlepas dari gugusan bukit dan
perbukitan yang terhampar di seluruh wilayah kecamatan. Khususnya dalam wilayah kelola
KPHP Model Berau Barat, yang secara administrasi pemerintahan terletak dalam wilayah
kecamatan khususnya Kecamatan Kelay dan Segah yang secara fisiografi terletak didaerah
perbukitan, dengan kelerengan yang relatif berat. Hal ini diperkuat dengan kondisi faktual
bahwa dari fungsi hutan, sebagian besar wilayah kelola KPHP tersebut terbagi HPT dan HL.
Gambaran kondisi topografi wilayah kelola KPHP Model Berau Barat dapat dilihat pada Tabel
II-16 berikut :
Tabel II-16. Kondisi Topografi-Kelas Kelerengan Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat
No. Kelas Kelerengan Luas
Ha %
1. Datar ( 0 – 2 ) % 6.894,56 0,88
2. Landai ( 2 – 15 ) % 40.122,26 5,10
3. Acak curam ( 15 – 40 ) % 160.303,51 20,39
4. Sangat curam ( > 40 ) % 578.700,67 73,62
Jumlah 786.021,00 100,00
Sumber : Analisis Data Spasial KPHP Model Berau Barat, 2013
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-15
Dari Tabel II-16 di atas jelaslah bahwa sebagian besar (>90%) wilayah kelola KPHP Model
Berau Barat terdiri dari kawasan hutan dengan kelerengan berat. Implikasi dari kondisi ini,
kembali bahwa dalam pengelolaan-pemanfaatan sumberdaya hutan alam produksi harus
benar-benar diperhatikan resiko lingkungan yang akan timbul (erosi-banjir, dlsb). Sehingga
penerapan sistem pemanenan dengan RIL sangat diajurkan.
Sebagaimana dikemukakan bahwa wilayah kelola tersebut terletak dan diapit oleh 2 Sub DAS
besar di Berau yaitu Sub-DAS Kelay dan Sub-DAS Segah. Kembali pengelolaan sumberdaya
hutan harus mempertimbangkan keberadaan kedua Sub-DAS tersebut. Kerusakan DAS
merupakan indikator pengelolaan sumberdaya hutan (SDH) tidak menerapkan prinsip dan
kaidah-kaidah kelestarian. Keberadaan kedua Sub-DAS sangat bermanfaat bagi masyarakat
sekitar disamping kebutuhan air bersih juga sebagai sarana transportasi. Tabel II-17 berikut
menyajikan nama-nama sungai dalam wilayah kelola KPHP Model:
Tabel II-17. Nama-Nama Sungai di Wilayah kelola KPHP Model Berau Barat
No. Sub DAS Nama Sungai Panjang
(Km)
1. Sub DAS Kelay
Sungai Kelay 254
Sungai Gie 49
Sungai Lesan 64
2. Sub DAS Segah
Sungai Segah 152
Sungai Malinau 58
Sungai Pura 72
Sungai Siagung 38
Sungai Siduung 83
Jumlah panjang 740
Sumber : Analisis Data Spasial KPHP Model Berau Barat
Panjang sungai yang ada dalam wilayah kelola KPHP Model adalah mencapai 38% dari
seluruh sungai yang ada di wilayah Kabupaten Berau. Dengan demikian kesalahan dalam
pemanfaatan SDH tanpa memperhatikan kaidah-kaidah kelestarian akan mengakibatkan
rusaknya-merosotnya kualitas Sub-DAS dan selanjutnya akan berakibat timbulnya bencana
alam (sebagai resiko lingkungan).
C. POTENSI SUMBER DAYA HUTAN
1. Penutupan Vegetasi
Wilayah KPHP Model Berau Barat sebagian besar merupakan Kawasan Hutan Produksi
Terbatas (HPT) dan Kawasan Hutan Lindung (HL) sehingga sebagian besar wilayah memiliki
aksesbilitas rendah maka sebagian besar masih merupakan areal hutan primer, diikuti
sekunder bekas tebangan (logged-over areas) dan juga semak belukar bekas perladangan
masyarakat (terutama di sekitar pemukiman penduduk).
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-16
Gambaran yang lebih detil terkait dengan tipe tutupan hutan ataupun vegetasi serta
penggunaan lahan lainnya di lokasi KPH-Model Berau Barat dapat dilihat dalam Tabel II-18
sebagai berikut:
Tabel II-18. Gambaran Detail Tentang Tipe Tutupan Lahan Di Wilayah Kelola KPHP Model
Berau Barat
No. Tutupan Lahan (Landcover) Luas
Ha %
I. Hutan :
1. Hutan lahan kering primer 445.909,61 56,729
2. Hutan lahan kering sekunder 319.438,99 40,638
3. Hutan rawa sekunder 550,26 0,070
Jumlah hutan (I) 765.898,86 97,436
II. Non Hutan :
1. Semak/belukar rawa 3.343,23 0,426
2. Pemukiman 15,70 0,002
3. Transmigrasi 1.130,10 0,144
4. Perkebunan 313,92 0,040
5. Pertanian 243,29 0,031
6. Pertanian lahan kering campur semak 5.258,13 0,670
7. Sawah 47,09 0,006
8. Semak/belukar 9.676,50 1,234
9. Tanah terbuka 94,18 0,012
Jumlah Non Hutan (II) 20.122,14 2,564
Jumlah Besar 786.021,00 100,000
Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Berau 2011
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel II-18, Tutupan lahan Wilayah KPHP Model Berau-Barat
sebagian besar adalah hutan yaitu 97%, yang terdiri dari Hutan Lahan Kering Primer, Hutan
lahan Kering Sekunder dan Hutan rawa sekunder. Sedangkan sisanya sekitar 2,5%
merupakan areal bukan hutan yang terdiri dari semak belukar, pemukiman, transimigrasi,
perkebuan, pertanian dan tanah terbuka.
2. Potensi kayu
Sebagaimana dikemukakan bahwa 97% Wilayah KPHP Model Berau Barat merupakan areal
berhutan yang terdiri dari 57% hutan primer dan 40% hutan sekunder. Ini menggambarkan
potensi kayu yang ada di wilayah KPHP Model Berau Barat masih relatif tinggi. Hutan primer
pada umumnya berada pada kawasan Hutan Lindung sedangkan Hutan Sekunder sebagian
besar berada pada Kawasan Hutan produksi yang 80% merupakan areal yang telah dibebani
izin Pemanfataan Hasil Hutan kayu (IUPHHK-HA/HT).
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-17
a. Keberadaan jenis.
Wilayah KPHP Model Berau Barat didominasi oleh ekosistem hutan lembab tropis (tropical
rain forest ecosystem). Komposisi vegetasi penyusun tegakan hutan dalam ekosistem lembab
tropis didominasi oleh famili Dipterocarpaceae.
1) Keberadaan Jenis Berdasakan RKU IUPHHK-HA (IHMB)
Berdasarkan Dokumen RKU dan ITSP IUPHHK-HA, kehadiran/komposisi jenis kayu
berdasarkan kelompok komersialnya dapat digambarkan pada Tabel II-19 berikut :
Tabel II-19. Komposisi Keberadaan Jenis Penyusun Tegakan Hutan Alam Produksi (Primer
dan Sekunder-Tegakan Bekas Tebangan) Hasil IHMB IUPHHK-HA
No. Kelompok Jenis Nama Ilmiah
Keterangan
I. K. Yang dilindungi : Jumlah pohon Dia eter≥
Banggeris Koompassia exelsa = 3-17 batang/Hektar
Cempedak
Durian Durio zibethinus
Elai
Jelutung Dyera costulata
Kapul Baccaurea spp
Keledang
Langsat
Mangga
Manggis
Nangka
Petai
Ranbutan
Tengkawang Shorea pinanga
Ulin Eusideroxylon zwageri
II. Kayu Meranti-an Jumlah pohon Dia eter≥
Bangkirai Shorea leavis = 185 –282 batang /Hektar
Cangal Hopea sangkal
Gerunggang Cratoxylon sp
Jelutung Dyera costulata
Kapur Dryobalanops aromatic
Kenari Canarium vulgare
Keruing Dipterocarpus sp
Majau Shorea spp
Marsolok Shorea platyclados
Meranti Shorea sp
Marsawa Anisoptera spp
Nyatoh Palaqium sp
Palapi Tarrietia sp
Pulai Alstonia spp.
Resak Vatica sp
III. Kayu Rimba Campuran Jumlah pohon Dia eter≥
Asam-asam Trioma spp = 134-323 batang/Hektar
Banitan Polythia glauca Boerl.
Bintangur Bischofia javanica
Binuang Octomeles sumatrana
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-18
No. Kelompok Jenis Nama Ilmiah
Keterangan
Darah-Darah Myristica spp
Jabon Anthocephalus cadamba
Jambu-Jambu Syzygium sp
Kayu Bawang Scorodocarpus
borneensis Becc
Kayu Kacang Parkia spp
Kempas Koompassia malaccensis
Keranji Dialium indum
Laban Vitex pubescens
Mahang Macaranga javanica
Mata Kucing Shorea laevifolia
Medang Litsea forrugenia
Nyerakat Hopea dryobalanoides
Pelawan Tristaniopsis sp.
Pisang-Pisang Kandelia candell Druce
Putat Barringtonia sp
Rambutan Nephelium mutabile
Semangkok Scaphium macropodum
Sepetir Sindora sp
Simpur Dillinea sp
Singkuang Dracontomelon spp
Terap Artocarpus sp
IV. Kayu Indah : Jumlah pohon Dia eter≥
Agathis Agathis sp = 7-47 Batang/Hektar
Anggi Sindora spp
Arau
Bungur Lagerstroemia sp.
Kayu Arang Diospyros spp
Pasang Quercus sundaica
Rengas Melanorrhea wallichii
Sindur Sindora bruggemanni
Sungkai
Pasang Quercus sundaica
Rengas Melanorrhea wallichii
Trembesu
Sumber :Analisisi RKU- IUPHHK-HA diwilayah kelola KPHP Model Berau Barat
Dari data Tabel II-19 di atas, jumlah species pohon dilindungi 15 jenis dengan rata-rata
kehadiran 3-17 batang per hektar, kelompok jenis meranti sebanyak 30 species dengan rata-
rata kehadiran 185-282 pohon per hektar, kelompok jenis rimbah campuran sebanyak 25
species dengan rata-rata kehadiran 134-323 pohon per hektar, sedangkan kelompok jenis
kayu indah sebanyak 12 species dengan rata-rata kehadiran 7-47 pohon per hektar
2) Keberadaan Jenis Berdasarkan Inventarisasi Ground Truthing
Berdasarkan data Inventarisasi Ground Truthing yang dilakukan oleh GIZ-Forclime taun 2012,
dengan jumlah 79 petak contoh tersebar di seluruh wilayah KPH, , kehadiran dan kelimpahan
jenis kayu berdasarkan kelompok komersialnya dapat digambarkan pada Tabel II-20 sebagai
berikut :
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-19
Tabel II-20. Komposisi Keberadaan Jenis Penyusun Tegakan Hutan Alam Produksi (Primer
Dan Sekunder-Tegakan Bekas Tebangan) Hasil Inventarisasi Ground Truthing
NO Kelompok Jenis Nama Latin N/ha>10cm N/ha 50cm
up
I. Kayu dilindungi
Kapul Baccaurea spp. 0,70
Durian Hutan Durio spp. 0,65 0,03
Lahung 0,07 0,07
Lai 0,43
Matahari 0,03 0,03
Jelutung Dyera spp. 0,79 0,13
Ulin Eusideroxilon zwageri 4,35 0,16
Banggris Koompassia excelsa 3,06 0,43
Jumlah 10,07 0,86
II. Kayu Meranti
Agatis Agathis borneensis 0,85 0,07
Pulai Alstonia spp. 0,07 0,07
Keruing Dipterocarpus spp. 11,17 1,87
Kapur Dryobalanops spp. 11,20 0,62
Kayu Batu Homalium spp. 3,28 0,16
Balam Palaquium spp. 0,06
Getah 0,29 0,03
Nyatoh 1,61 0,23
Kayu Bawang Scorodocarpus borneensis 0,10 0,03
Bangkirai Shorea spp. 11,41 1,94
Marsolo 0,07 0,07
Damar 0,29 0,03
Majau 0,52 0,03
Meranti Batu 0,58 0,13
Meranti Kuning 8,03 0,33
Meranti Merah 169,63 10,10
Meranti Putih 32,11 0,76
Tengkawang 0,13 0,13
Resak Vatica spp. 0,59 0,03
Jumlah 252,00 16,64
III. Kayu Rimba Campuran
Jabon Antocephalos spp. 0,44 0,03
Cempedak Artocarpus spp. 0,47
Keledang 0,06
Sukun 0,06
Terap 0,99
Mantau Calophyllum spp. 0,42
Medang Cinnamomum spp. 0,16 0,03
Kayu Lilin Dialium spp. 0,19
Jambu-Jambu Eugenia spp. 17,39 1,18
Rengas Gluta spp. 2,99 0,07
Darah-Darah Gymnacranthera spp. 9,88 0,13
Kempas Koompassia spp. 0,71 0,20
Mahang Macaranga spp. 0,06
Benuang Octomeles spp. 2,49 0,03
Palem Nibung Oncosperma spp. 0,06
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-20
NO Kelompok Jenis Nama Latin N/ha>10cm N/ha 50cm
up
Sengon Paraserianthes falcataria 0,43
Kacang Parkia spp. 6,70 0,13
Sanampetan Polyalthia spp. 7,98 0,07
Bayur Pterospermum spp. 0,47
Kepayang Scaphium spp. 0,06
Ketapang Terminalia spp. 0,29 0,03
Jumlah 52,34 1,91
IV. Kayu Indah
Kayu Arang Diospyros spp. 6,59 0,07
Kayu Hitam 6,64 0,20
Kayu Malam 5,42 0,16
Singkuang Dracontomelon spp. 0,03 0,03
Kayu Asam Mangifera spp. 0,54
Mangga Hutan 0,13
Jati Peronema canesens 0,06
Pasang Quercus spp. 3,15 0,07
Anggi Sindora spp. 0,26 0,07
Sepetir 0,91 0,13
Jumlah 23,72 0,72
V. Jenis lain
Belimbing Averrhoa spp. 0,43
Setai Baccaurea spp. 0,13
Mata Kucing Dimocarpus spp. 0,13
Beringin Ficus spp 1,02 0,16
Nyawai 0,41
Manggis Hutan Garcinia spp. 0,48
Langsat Hutan Lansium spp. 0,16 0,03
Makaranga Macaranga spp. 4,97 0,03
Abung Nephelium spp. 0,06
Rambutan Hutan 0,19
Empilung Ochanostachys amentacea 0,06
Kemenyan Styrax spp. 0,06
Jenis lain belum diidentifikasi 166,35 1,51
Jumlah 174,47 1,74
Total
Kelompok Komersial
(K
Meranti+KRC+Kayu
Indah)
328,1 19,3
Total Batang/ha 512,60 21,87
Sumber : Hasil Inventarisasi Ground Truthing
Dari data Tabel II-20 di atas, ternyata bahwa dengan jumlah 66 species pohon yang
diidentifikasi di dalam inventarisasi . Rataan jumlah individu per hektar dari kelompok
Meranti jauh lebih banyak dibanding dengan kelompok jenis yang lain , yaitu 49,2% dari
semua individu dengan diameter>10cm dan 76,1% dari semua individu dengan diameter>
50cm .
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-21
b. Besaran Potensi
Penafsiran Potensi kayu pada Wilayah KPHP Model Berau Barat dilakukan melalui 2
Pendekatan, yaitu untuk wilayah yang telah dibebani Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
(IUPHHK-HA/HT) potensi kayu ditentukan dengan menggunakan Dokumen RKU dan hasil
Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) serta Invetarisasi Hutan Sebelum
Penebangan (ITSP) yang telah dilaksanakan oleh IUPHHK. Sedangkan untuk areal Wilayah
Tertentu (belum dibebani izin) dilakukan pengukuran dengan Plot Sampling.
1) Potensi Kayu Berdasarkan RKU IUPHHK-HA (IHMB)
Berdasarkan Analisis data RKU berbasis IHMB dari beberapa IUPHHK-HA yang ada di
Wilayah KPHP Model Berau Barat yaitu PT. UDIT (Utama Damai Indah Timber), PT. KL (Karya
Lestari), PT. SLJ IV (Sumalindo Lestari Jaya IV),PT.AWP (Amindo Wahana Persada),PT. AS (Aquila
Silva),PT.AKM (Aditya Kirana Mandiri), PT. MIM( Mardhika Insan Mulia) diperoleh Rataan potensi
Kayu Per hektar pada tiap kelompok jenis sebagai berikut :
Tabel II-21. Potensi Pohon Berdasarkan RKU IUPHHK-HA (IHMB) Per Hektar
Kelompok Jenis
Kayu
Kelas Diameter Jumlah
10 - <20 20 - <30 30 - <40 40 UP 50 UP Total 10 cm UP
N V N V N V N V N V N V
PT. UDIT
Kel. Meranti 119 13,35 47 17,39 5 4,43 19 52,34 9 40,84 189 87,51
Rimba Campuran 159 16,00 43 14,98 5 5,07 17 40,38 7 24,13 225 76,42
Kayu Indah 4 0,40 2 0,73 0 0,48 3 11,37 2 8,50 10 12,98
Grand Total 282 29,75 91 33,10 11 9,99 39 104,08 17 73,47 423 176,91
PT.KL
Kel. Meranti 196 10,73 42 10,65 8 6,68 22 77,16 14 61,90 268 105,22
Rimba Campuran 250 13,18 55 11,41 7 4,57 12 27,41 6 19,61 323 56,57
Kayu Indah 34 2,04 9 1,90 1 0,81 3 7,46 2 6,15 47 12,21
Grand Total 480 25,96 105 23,96 16 12,06 36 112,03 22 87,66 638 174,00
PT. SLJ IV
Kel. Meranti 4 0,42 5 1,62 6 4,95 6 7,69 9 32,34 20 47,02
Rimba Campuran 7 0,94 7 1,94 7 4,80 4 5,41 4 12,34 25 25,43
Kayu Indah 1 0,11 1 0,25 2 1,33 2 2,11 2 5,13 6 8,93
Kayu Dilindungi 1 0,07 1 0,15 0 0,50 0 0,64 1 3,75 2 5,11
Grand Total 13 1,54 13 3,96 14 11,58 12 15,85 16 53,56 53 86,49
PT. AWP
Kel. Meranti 144 18,44 24 9,21 9 7,52 8 10,78 12 48,84 185 45,95
Rimba Campuran 150 24,65 37 17,18 11 10,41 10 14,14 7 18,81 208 66,38
Kayu Indah 11 1,65 4 1,46 1 0,70 1 1,27 1 2,96 16 5,08
Kayu Dilindungi 10 1,47 3 1,21 1 0,67 1 0,96 2 11,27 15 4,31
Grand Total 315 46,20 68 29,07 22 19,30 19 27,15 22 81,88 424 121,72
PT.AS
Kel. Meranti - - 56 21,00 8 6,54 18 39,37 9 26,26 272 66,92
Rimba Campuran - - 31 9,72 5 3,88 11 20,76 5 14,53 153 34,37
Kayu Indah - - 2 0,50 0 0,31 1 1,48 0 0,93 8 2,29
Grand Total - - 88 31,23 13 10,73 29 61,61 15 41,71 433 103,57
PT. AKKM
Kel. Meranti - - 34 13,68 25 18,35 10 29,90 6 24,60 258 61,93
Rimba Campuran - - 19 6,18 13 7,67 3 5,29 1 3,38 156 19,14
Kayu Indah - - 2 0,66 1 0,65 0 0,40 0 0,27 11 1,71
Grand Total - - 55 20,52 38 26,68 13 35,58 8 28,25 425 82,78
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-22
Kelompok Jenis
Kayu
Kelas Diameter Jumlah
10 - <20 20 - <30 30 - <40 40 UP 50 UP Total 10 cm UP
N V N V N V N V N V N V
PT.MIM
Kel. Meranti - - 39 14,70 30 21,80 20 59,63 12 47,03 282 96,14
Rimba Campuran - - 20 6,10 12 7,36 5 7,98 2 3,97 134 21,43
Kayu Indah - - 3 0,97 2 1,24 1 1,95 0 1,40 21 4,16
Grand Total - - 62 21,77 44 30,40 27 69,56 14 52,40 438 121,73
Sumber :Analisisi RKU- IUPHHK-HA diwilayah kelola KPHP Model Berau Barat
Berdasarkan tabel diatas tergambar bahwa volume pohon hasil IHMB dari IUPHHK-HA
berkisar antara 86,49 - 178 m3/ha ( Diameter 10 cm up), sedangkan untuk 50 cm up
berkisar antara 28, 25 - 87,66 m3/ha
2) Potensi Kayu Berdasarkan Inventarisasi Ground Truthing
Berdasarkan data Inventarisasi Ground Truthing yang dilakukan oleh GIZ-Forclime taun 2012,
dengan jumlah 79 petak contoh tersebar di seluruh wilayah KPH, , kehadiran dan kelimpahan
jenis kayu berdasarkan kelompok komersialnya dapat digambarkan pada Tabel II-22 yang
berikut :
Tabel II-22. Potensi Kayu Berdasarkan Inventarisasi Ground Truthing
No Kelompok
Jenis
Kelas Diamater (cm)
10 >20 20 > 30 30> 40 40 > 50 50 Up Jumlah
N V N V N V N V N V N V
1 Kelompok
Meranti 168,4 13,4 36,3 11,7 21,1 15,6 9,6 13,8 16,6 72,9 252,1 127,4
2 Kel. Rimba
Campuran 172,9 30,2 30,9 14,3 13,4 14,1 6,0 12,1 3,6 18,2 226,7 79,1
3 Kel, Kayu
Indah 17,2 2,2 3,7 1,7 1,5 1,6 0,6 1,4 0,7 3,5 23,7 10,4
4 Kel. Kayu
dilindungi 6,4 0,9 1,6 0,7 0,8 0,9 0,3 0,6 0,9 8,5 10,1 11,5
Jumlah 364,9 36,8 72,5 28,4 36,8 32,2 16,5 27,9 21,9 103,0 512,6 228,3
Sumber : Analisisis Hasil Inventarisasi Ground Truthing oleh GIZ-Forclime (2012)
Berdasarkan Tabel II-22 , tergambar bahwa Jumlah Volume pohon yang komersial (selain
yang dilindungi dan pohon yang tidak teridentifikasi jenisnya/jenis lain dalam dokumen
aslinya dimasukkan dalam kelompok rimba campuran) adalah rataan 95,5 m³/ha untuk
diameter 50 cm up. Rataan Jumlah Volume kelompok Meranti adalah 73 m³/ha, hasil
tersebut menggambarkan bahwa Wilayah KPHP Model Berau Barat masih potensial untuk
dikelola melalui pemanfaatan hasil hutan kayu.
3. Potensi Non Kayu
Pemanfaatan SDH, khususnya hutan alam lembab tropis (Tropical Rain Forest = TRF) yang
telah berlangsung sejak tahun 1970, pada dasarnya berfokus pada pemanfaatan hasil hutan
kayu (HHK). Fakta juga memberikan pelajaran bahwa sampai saat ini pun pengelolaan SDH
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-23
dalam skala besar de ga siste ko trak-ko sesi juga belu berhasil ewujudka pengelolaan SDH secara lestari (Sustainable Forest Management = SFM).
Belajar dari pengalaman pengelolaan SDH dan pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (HHK) tersebut
maka telah dirumuskan kembali paradigma pembangunan kehutanan. Salah satu perubahan
ya g seda g da aka dike ba gka adalah perubaha dari timber based oriented
e jadi resources based oriented . De ga de ikia “DH tidak ha ya dipa da g sebagai ha ya pe ghasil kayu, tetapi a pu e ghasilka berbagai fu gsi da a faat ya g lai ,
antara lain Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), juga jasa lingkungan hutan.
Keberadaan Hasil Hutan Bukan Kayu dalam kawasan hutan justru memiliki nilai yang penting
bagi masyarakat yang tinggal disekitar hutan. Karena itu dengan pelaksanaan IHMB yang
dilakukan oleh para pemegang IUPHHK-HA, diharapkan pendataan tentang potensi HHBK
akan tersedia lebih baik.
Pada wilayah KPHP Model Berau saat ini belum dilakukan inventarisasi potensi secara
menyeluruh terhadap HHBK. Akan tetapi berdasarkan hasil inventarisasi kehadiran yang
dilakukan oleh IUPHHK-HA yang ada di wilayah KPHP Model Berau Barat dan pemanfaatan
yang dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat, maka dapat digambarkan
keberadaan HHBK meliputi : rotan, bambu, damar, madu, buah tengkawang, getah gaharu,
buah-buahan, tanaman obat-obatan, buah kapul, sarang semut, hewan buruan (babi, rusa,
burung dll), sarang burung walet.
Secara historis sosiologis keberadaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sangat erat dengan
hidup dan kehidupan masyarakat yang tinggal didalam dan disekitar hutan. Sehingga
keberadaan HHBK berhubungan erat dengan kehidupan masyarakat sekitar hutan, baik
dalam aspek ekonomi, sosial dan budayanya.
Jika dilihat dari kegiatan pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat selama ini, HHBK
yang ditemukan dimanfaatkan masyarakat adalah sebagai berikut :
Tabel II-23. Keberadaan HHBK dan Pemanfaatannya oleh Masyarakat
No. Nama HHBK Pemanfaatan
1. Buah-buahan hutan antara lain: durian, cempedak,
mata kucing, langsat, dan lain-lain.
dikonsumsi dan dijual
2. Pohon/Tumbuhan Obat, antara lain: pasak bumi,
akar kuning, getah pohon upas, pohon yus
pengobatan tradisional, obat kuat, anti racun
dan racun
3.
Rotan antara lain: sega, semambu, dan lain-lain.
kerajinan, dijual, tali-temali/ gelang-gelang
4. Bambu/rebung bambu.
kontruksi pondok, tikar, peralatan rumah tangga,
anyaman,kandang, lemang, dan lain-lain
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-24
No. Nama HHBK Pemanfaatan
5. Gaharu di jual
6. Getah Damar yaitu damar pohon meranti dempul perahu
7. Madu dan pada Pohon Madu (Banggeris, Kapur
dan Meranti) .
dikonsumsi dan dijual
8. Hewan Buruan, antara lain: babi, payau, pelanduk,
landak, dan lain sebagainya.
dikonsumsi dan dijual
9. Tanaman Sayur antara lain: tanaman Paku, Umbut
Palma. Daun Sang/Nius untuk Kerajinan rumah
tangga (seraung, tikar) dijual.
Dikonsumsi
10. Sarang burung wallet Dijual
11. Anggrek Hiasan
Sumber : Analisis beberapa hasil penelitian
Sampai saat ini belum ada pengelolaan HHBK dalam rangka tujuan komersial yang dikemas
dalam bentuk usaha kerajianan seperti indutri rumah tangga (home industry). Dengan
demikian masih diperlukan inventarisasi potensi HHBK dan pengembangan HHBK di wilayah
KPHP Model Berau Barat. Data dan informasi jumlah potensi terkait dengan HHBK secara
berkala akan dipenuhi melalui kegiatan inventarisasi yang akan dimulai tahun 2015.
4. Potensi Jasa Lingkungan
Sebagaimana dikemukakan bahwa jasa lingkungan hutan (forest environmental services) juga
merupakan potensi SDH yang perlu digali dan dimanfaatkan ke depan. SDH sebagai
gabungan produk proses biologis berupa berbagai jenis vegetasi dan kondisi tapak yang
bervariasi, dalam kondisi tertentu-spesifik dapat menghasilkan apa yang disebut sebagai
estetika-pa ora a ya g e arik. Keberadaan kekayaan keanekaragaman hayati
(biodiversitas) juga merupakan potensi jasa lingkungan yang dapat dikembangkan ke depan.
Misalnya keberadaan KHDTK dalam wilayah kelola KPHP Model Berau Barat juga merupakan
pote si jasa li gku ga keil u-pe getahua . Kabupate Berau terke al dengan potensi
ekowisata yang cukup potensial (keberadaan Pulau Derawan; dll) apabila disinergikan
de ga pote si jasa li gku ga ya g lai dapat dike ba gka wisata-wisata : wisata alam
(eco-tourism), wisata pendidikan dan penelitian (keilmu-pengetahuan) dan lain sebagainya.
Keberadaan Hutan Lindung (HL) yang terletak dalam 2 Sub-DAS besar di wilayah kelola KPHP
Model Berau Barat (Sub-DAS Kelay dan Segah) juga menyimpan potensi jasa lingkungan
berupa konservasi terhadap tanah dan air (KTA). Hal ini berkaitan dengan kebutuhan
penyediaan sumber air bersih bagi masyarakat di wilayah Sub-DAS tersebut. Dan beberapa
potensi air terjun dimanfaatkan untuk tenaga mikrohidro yang menghasilkan listrik untuk
penerangan dan pemanfaatan lain seperti di Kampung Long Keluh. Desa Long Keluh yang
berpenduduk 50 Kepala Keluarga memanfaatkan salah satu aliran sungainya sebagai
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), yang saat ini sudah dapat dinikmati. PLTMH
di Kampung Long Keluh, Kecamatan Kelay, memiliki kapasitas tenaga 24 ribu Watt, saat ini
sudah beroperasi. Kapasitas PLTMH Long Keluh itu dialirkan ke-50 rumah penduduk, sekolah
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-25
dan gereja. Satu rumah mendapatkan daya sebesar 2 Ampere atau 450 Watt. Dengan daya
sebesar itu, warga disana mampu menghidupkan televisi dan kulkas berdaya listrik kecil.
Di sadari, dalam upaya peningkatan dan pengembangan jasa lingkungan di Kabupaten Berau
secara umum, belum gencar dikembangkan khususnya pada landskap hutan dan
keberadaannya masih diperlukan perencanaan yang baik dan terarah. Dimana pemanfaatan
jasa lingkungan, seperti wisata alam di Kabupaten Berau saat ini masih terfokus pada wisata
bahari yang menjadi andalan seperti Kepulauan Derawan dengan eksotisme ekosistemnya,
sementara jasa lingkungan dengan landskap hutan yang juga menyimpan potensi besar
masih jauh tertinggal.
5. Potensi Wisata Alam
Wisata alam merupakan potensi jasa lingkungan hutan yang ke depan mempunyai nilai
ekonomi yang perlu dikembangkan. Dengan demikian pendataan terhadap potensi jasa
lingkungan ini dan sebaran spasialnya perlu mendapatkan perhatian dalam kegiatan
inventarisasi hutan. Namun demikian sampai saat ini belum banyak mendapatkan perhatian.
Fungsi estetika dari sumberdaya hutan merupakan salah satu potensi ekowisata yang perlu
di-identifikasi dan di-inventarisir dalam pelaksanaan inventarisasi hutan ke depan.
Pada wilayah kelola KPHP Model Berau Barat, data dan informasi tentang potensi wisata
alam belum banyak terungkap, akan tetapi berdasarkan Studi kelayakan pengembangan
Wisata pada Kawasan hutan Lindung Sungai Lesan yang juga termasuk wilayah KPHP Model
Berau Barat yang dilakukan The Nature Conservancy (TNC) bekerjasama dengan Lembaga
Bina Swadaya, cukup memberikan gambaran bahwa potensi pengembangan wisata di
kawasan KPHP Model Berau Barat cukup tinggi. Berdasarkan potensi yang dapat
dikembangkan adalah :
a. Wisata alam
1) Kondisi hutan Dipterocarpaceae yang relatif sehat dan baik kondisinya, baik berupa hutan
primer maupun sekunder, menyimpan kekayaan pohon-pohon berbagai jenis dengan
diameter yang besar (> 1 m) merupakan salah satu pemandangan yang mulai langka.
2) Wisata sungai dengan pemandangan alam asri dan indah dengan berbagai jenis primata
seperti bekantan, monyet dan lutung serta berbagai jenis burung
3) Disekitar kawasan terdapat wisata petualangan menyelusuri sungai, memasuki goa-goa
pegunungan karst, gua-gua burung walet, air telaga dari gua dan air terjun.
b. Wisata budaya
Keberadaan masyarakat asli berau/banua dan dayak, dalam bentuk seni seperti tari-tarian,
kerajinan dan budaya kehidupan sehari-hari merupakan potensi yang dapat dikembangkan
sebagi bagian dari wisata, antara lain :
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-26
1) Seni tari-tarian seperti : Tari Ngelayang (tari tunggal yang dilakukan oleh satu orang), Jeak
(nyanyi berkeliling dan dilakukan oleh banyak orang), Pantun Dayak dan Balas Pantun,
Tari Nguai (tari menyambut tamu dan dilakukan oleh banyak orang), Mangamping (pesta
saat padi mulai berbuah), Jepin yakni kesenian berupa menyanyi dengah diiringi oleh
musik Gambus. Musik Gambus adalah jenis musik yang dimainkan dengan menggunakan
alat tiup, gesek, dan gendang.
2) Kerajinan tangan seperti beledak, seraung (topi bundar), kebo (ransel dari rotan),
ganggang parang, lap (penggantipayung),locong (pisau raut), tombak dibuat masih untuk
memenuhi kebutuhansendiri.
3) Budaya kehidupan sehari-hari seperti Budaya gotong royong, memanen madu,
perladangan berpinda, menanan, acara perkawinan dan kelahiran anak.
c. Wisata pendidikan
Keberadaan hutan yang masih relatif baik, kearifan lokal serta KHDTK merupakan peluang
untuk pengembangan wisata berbasis ke ilmuan/pendidikan.
Dalam rangka pengembangan wisata di Wilayah KPHP Model Berau Barat, masih diperlukan
informasi dan data yang cukup banyak meliputi keberadaan potensi, aksesibilitas,
imfrastruktur, sarana dan prasarana yang ada. Serta diperlukan integrasi dengan potensi-
potensi wisata yang sudah berkembang seperti yang berada dikepulauan Derawan dan
Maratua sebagi bagian paket bersama.
6. Potensi karbon
Salah satu pertimbangan pembangunan KPHP Model Berau Barat adalah Program Karbon
Hutan Berau (Berau Forest Carbon Program - BFCP). Dengan demikian wilayah kelola KPHP
Model Berau Barat akan menjadi lokasi uji coba program tersebut, sehingga pengukuran dan
penyerapan karbon menjadi bagian penting dari misi yang diemban oleh KPHP Model Berau
Barat. Oleh karenanya perhitungan jumlah karbon yang tersimpan (carbon stock) dan
terserap (carbon sink) oleh keberadaan tegakan hutan dalam wilayah kelola KPHP Model
Berau Barat menjadi penting untuk mendapat perhatian dalam pengelolaannya ke depan.
Metode perhitungan karbon telah banyak dikembangkan oleh beberapa lembaga yang
berkaitan dengan program REDD+ melalui pembangunan program Measurement Reporting
and Verification (MRV). Program MRV berdasarkan pada estimasi emisi historis supaya dapat
menetapkan Reference Emission Level (REL). Untuk KPH Berau Barat, pada tahun 2014 sudah
ditetapkan nilai referensi secara umum: berikut gambaran jumlah dan perbedaan stok dan
emisi karbon di dari 1990 ke 2010 dan ramalan untuk tahun 2020.
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-27
Tabel II-24. Nilai Biomassa dan Karbon Untuk Masing-Masing kelas Tutupan Lahan
No Klasifikasi Tutupan Lahan Biomass Value
t ha-1
Carbon Value
t ha-1
CO2 equivalent
t ha-1
1 Semak 47,44 23,72 87,05
2 Perkebunan 139,00 69,50 255,10
3 Area terbuka 0,00 0,00 0,00
4 Hutan Daratan Rendah (Primer) 470,07 235,04 862,60
5 Hutan Daratan Rendah (Sekunder) 276,60 138,30 507,56
6 Hutan Perbukitan (Primer) 334,39 167,19 613,59
7 Hutan Perbukitan (Sekunder) 193,85 96,92 355,70
8 Hutan Pegunungan Rendah (Primer) 425,59 212,79 780,94
9 Hutan Pegunungan Rendah (Sekunder) 268,34 134,17 492,40
10 Hutan Pegunungan (Primer) 304,35 152,18 558,50
11 Hutan Pegunungan (Sekunder) 191,92 95,96 352,17
Sumber: FORCLIME, 2014
Berdasarkan analisis dan perhitungan yang dilakukan oleh RSS (2013) sebagai konsultan dari
program Forclime, diperoleh Stok Karbon di Kabupaten Berau untuk priode tahun 1990-
2010 sebagai berikut :
Tabel II-25. Perbedaan Stok Karbon di Kabupaten Berau Dengan Kelas Tutupan Lahan Pada
Empat Klasifikasi Waktu
Land Cover Carbon Stock (t C)
1990 2000 2005 2010
Shrubs, shifting cultivation,
smallholder agriculture, grassland
985.741 2.517.105 2.182.635 2.690.831
Plantation 8.238 119.696 520.866 1.770.439
Bare area 0 0 0 0
Mining 0 0 0
Lowland forest 174.969.849 155.661.848 125.163.297 115.696.810
Secondary lowland forest 18.980.697 25.506.610 35.879.471 37.350.965
Hill and submontane forest 50.810.380 49.742.484 48.366.766 47.609.194
Sencondary hill and submontane
forest
1.107.078 1.640.862 2.424.251 2.835.525
Lower montane forest 7.898.086 7.880.965 7.881.520 7.881.520
Sencondary lower montane forest 9.008 18.053 18.644 19.840
upper montane forest 300.251 300.251 300.251 300.251
Secondary upper montane forest 1.036 1.036 1.036 1.036
Mangrove 8.872.092 8.330.969 7.265.157 6.976.245
Secondary mangrove 14.921 50.364 192.498 384.361
Sum 263.957.377 240.770.242 230.196.393 223.517.017
Sumber : RSS, 2011
Berdasarkan Stok Karbon Skala Kabupaten dihitung Stok Karbon pada skala KPHP Model
Berau Barat, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-28
Tabel II-26. Nilai Stok Karbon pada Wilayah KPHP Model Berau Barat Untuk Masing-
Masing kelas Tutupan Lahan Pada Priode 1990-2010
Klasifikasi Tutupan Lahan Tahun (Mt-C) Perbedaan
1990 2000 2005 2010 1990-2010
Semak 0,028 0,126 0,158 0,193 0,165
Perkebunan 0,000 0,000 0,006 0,006 0,006
Area terbuka 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Hutan Daratan Rendah (Primer) 56,448 51,103 45,698 43,797 -12,651
Hutan Daratan Rendah
(Sekunder)
2,937 5,315 8,071 8,954 6,018
Hutan Perbukitan (Primer) 38,380 37,885 37,003 36,332 -2,048
Hutan Perbukitan (Sekunder) 0,112 0,359 0,858 1,207 1,095
Hutan Pegunungan Rendah
(Primer)
7,601 7,584 7,585 7,585 -0,017
Hutan Pegunungan Rendah
(Sekunder)
0,009 0,018 0,019 0,020 0,011
Hutan Pegunungan (Primer) 0,300 0,300 0,300 0,300 0,000
Hutan Pegunungan (Sekunder) 0,001 0,001 0,001 0,001 0,000
Jumlah 105,816 102,692 99,700 98,395 -7,422
Sumber : FORCLIME, 2014
Pada Tabel II-26, tergambar bahwa jumlah stok karbon di wilayah KPH pada tahun 1990
sebesar kira-kira 106 Mt (= 106 juta ton) kemudian perlahan-lahan menurun sampai pada
tahun 2010 menjadi kira-kira 98 Mt C atau berkurang sekitar 7% .
Tabel II-27. Nilai Emisi Karbon pada Wilayah KPHP Model Berau Barat Untuk Masing-
Masing kelas Tutupan Lahan Pada Priode 1990-2010
Kalsifikasi Tutupan Lahan Emisi (Mt co2)
1990-2000 2000-2005 2005-2010 1990-2010 Rata2/tahun
Semak -0,359 -0,119 -0,127 -0,605 -0,030
Perkebunan 0,000 -0,023 0,001 -0,022 -0,001
Area terbuka 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Hutan Daratan Rendah
(Primer)
19,617 19,835 6,978 46,430 2,321
Hutan Daratan Rendah
(Sekunder)
-8,731 -10,114 -3,240 -22,085 -1,104
Hutan Perbukitan (Primer) 1,816 3,239 2,461 7,517 0,376
Hutan Perbukitan
(Sekunder)
-0,908 -1,831 -1,279 -4,018 -0,201
Hutan Pegunungan Rendah
(Primer)
0,063 -0,002 0,000 0,061 0,003
Hutan Pegunungan Rendah
(Sekunder)
-0,033 -0,002 -0,004 -0,040 -0,002
Hutan Pegunungan (Primer) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Hutan Pegunungan
(Sekunder)
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Jumlah 11,465 10,984 4,789 27,237 1,362
Sumber : FORCLIME, 2014
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-29
Berdasarkan tabel II-27, tergambar bahwa pada periode 10 tahun dari 1990-2000 emisi lebih
rendah secara signifikan (11,46 Mt CO2) dibandingkan dengan periode 10 tahun 2000-2010
(15,77 Mt CO2). Demikian terlihat bahwa tren emisi cendrung meningkatkan emisi . Secara
keseluruhan pada periode 1990-2010 emisi pada skala KPHP Model Berau Barat sekitar
27.24 Mt CO2 atau sekitar 1,36 Mt CO2 per tahun.
7. Flora dan Fauna Dilindungi
a. Flora
Berdasarkan dokumen RKU dan ITSP IUPHHK-HA dalam KPHP Model Berau Barat beberapa
Spesies flora yang dilindungi yang dapat diidentifikasi dari beberapa IUPHHK-HA di KPHP
Model Berau Barat adalah bangeris (Compasia excels); tengkawang (Shorea stenoptera),
pohon ulin (Eusideroxylon zwageri) dan durian (Durio zibethinus). Hutan tropika basah yang
didominasi jenis meranti merah, meranti kuning, meranti putih, keruing, bengkirai, nyatoh,
jenis-jenis tersebut tersebar di KPHP Model Berau Barat ini. Adapun untuk jenis semak
belukar yang mendominasi adalah kiriyuh (Eupathorium odoratum), alang-alang (Imperata
cylindrical), gelagah (Saccaharum sp) dan paku resam (Gleicheria linearis)
b. Fauna
Sebagaimana halnya dengan kekayaan flora, ekosistem hutan lembab tropis juga
menyimpan berbagai jenis fauna yang meliputi klas : Mamalia, Reptilia dan Aves.
Berdasarkan konvensi internasional (IUCN–CITES), beberapa jenis di antaranya telah
termasuk kedalam jenis yang dilindungi dan terancam punah. Berbeda dengan flora, data
dan informasi tentang fauna masih sangat terbatas. Dalam kegiatan inventarisasi hutan yang
dilaksanakan oleh pemegang IUPHHK-HA, data dan informasi tentang potensi fauna belum
merupakan kebutuhan dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan. Dengan
diterapkannya standar (kriteria dan indikator) pengelolaan hutan alam produksi, terutama
standar dari Forest Stewardship Council (FSC), ketersediaan data dan informasi tentang
keanekaragaman hayati (biodiversity-Flora dan fauna) menjadi keharusan.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh The Nature Conservacy di Kawasan Hutan
Lindung Sungai Lesan yang merupakan salah satu bagian wilayah KPHP Model Berau Barat
Tercatat beberapa jenis satwa yang berhasil diidentifikasi yaitu 24 jenis mamalia termasuk
primata, 65 jenis burung burung, dan 4 jenis reptile sebagaima tergambar pada Tabel II-28
berikut :
Tabel II-28. Tabel Keberadaan Fauna di Wilayah KPHP Model berau Barat
Nama Lokal Nama Latin
A Klas Mamalia
1. Payau Cervus unicolor
2. Kancil (Planduk) Tragulus javanicus
3. Tegalung luwak Paradoxurus hermaphroditus
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-30
Nama Lokal Nama Latin
4. Tupai raksasa Ratufa affinis
5. Kijang kuning Muntiacus atherodus
6. Kijang muncak Muntiacus muntjak
7. Plain pygmy squirrel Exiiliurus exilis
8. Landak Hystrix brachyuran
9. Babi berjenggot Sus barbatus
10. Orangutan Pongo pygmaeus morio
11. Kelawat Hylobates muelleri
12. Lutung merah) Presbytis rubicunda
13. Lutung kelabu Presbytis cristata
14. Bekantan Nasalis larvatus
15. Monyet ekor panjang Macaca fascicularis
16. Tegalung Malaya Viverra tangalunga
17. Black eared pygmy squirrel Nannosciurus melanotis
18. Beruang madu Helarctos malayanus
19. Berang berang Aonyx cinerea
20. Beruk Macaca nemestrina
21. Musang galling Paguma larvata
22. Bajing ekor pendek Sundasiurus lowii
23. Trenggiling Manis javanica
24. Tupai tercat Tupaia picta
B Klas Burung
1. Bangau storm Ciconia stormi
2. Elang ikan kecil Ichthyophaga humilis
3. Elang ikan kepala kelabu Ichthyophaga ichtyaetus
4. Elang alap besra Acipiter virgatus
5. Puyuh hitam Melanoperdix nigra
6. Puyuh senggayan Rollulus rouloul
7. Sempindan biru Lophura ignita
8. Kuau raja Argusianus argus
9. Kuau raja Argusianus argus
10. Pergam kelabu Duckula pikeringi
11. Delimukan Zamrud Chalcophaps indica
12. Tuwur asia Eudynamys scolopacea
13. Kadalan kembang Phaenicophaeus javanicus
14. Kadalan birah Phaenicophaeus curvirostris
15. Tokhtor sunda Carpococyx radiceus
16. Bubut besar Centropus sinensis
17. Kukuk beluk Strix leptogrammica
18. Luntur kasumba Harpactes kasumba
19. Luntur tunggir coklat Harpactes orrhophaeus
20. Raja udang meninting Alcedo meninting
21. Pekaka Emas Pelargopsis capensis
22. Cekaka cina Halcyon pielata
23. Kangkareng hitam Anthrococerus malayanus
24. Rangkong gading Bucerus vigil
25. Takur warna warni Megalaima mystacopanus
26. Takur leher hitam Megelaima eximia
27. Pemandu lebah asia Indicator archipelagicus
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-31
Nama Lokal Nama Latin
28. Pelatuk Rafles Meiglyptes tritis
29. Pelatuk ayam Dryocopus javensis
30. Caladi belacan Dendrocopos canicapillus
31. Pelatuk kundang Reinwardtipicus validus
32. Paok kepala biru Pitta baudii
33. Paok delima Pitta granatina
34. Paok hijau Pitta sordid
35. Kipasan kemiri Lalage nigra
36. Cica daun kecil Chloropsis cyanopogon
37. Cica sakit tubuh Pycnonotus melanoleucos
38. Cucak kelabu Pygnonotus squamatus
39. Cucak rumbai tungging Pycnonotus eutilotus
40. Merbah cerukruk Pycnonotus goiavier
41. Empuloh irang Alophoixus phaeochepalus
42. Berinji kelabu Hypsipetes flavala
43. Srigunting keladi Dicurus aeneus
44. Srigunting batu Dicurus paradiseus
45. Kacembung gadung Irena puella
46. Gagak hutan Cervus enca
47. Pelanduk dada putih Thricastoma rostratum
48. Pelanduk asia Malacocincla abboti
49. Cica kopi melayu Pamatorhinus montanus
50. Berencet Kalimantan Ptilocicha leucogrammica
51. Tepus kepala kelabu Stachyris poliocephala
52. Ciur air pongpong Macronous ptilosus
53. Kucica kampong Copsychus saularis pluto
54. Kucica hutan Copsychus malabaricus
55. Kucica ekor kuning Trichixos pyrrhopygus
56. Meninting cegar Enicurus ruficapillus
57. Ciung batu kecil Myiophoneus glaucinus
58. Anis sisik Zoothera dauma
59. Cikrak muda Seicercus grammiceps
60. Kerakbasi ramai Acrocephalus stentoreus
61. Kipasan belang Rhipidura javanica
62. Sariwang asia Tersiphone paradise
63. Perling kumbang Aplonis payanensis
64. Tiong emas Gracula religiosa
65. Pijantung kampong Archnothera crassirostis
C Klas Reftil
1. Biawak Varanus salvator
2. Ular Cobra -
3. Ular daun -
4. Ular sawa Python reticulatus
Sumber : TNC 2006
Selanjutnya seperti halnya dengan flora, dalam perlindungan keanekaragaman hayati,
Departemen Kehutanan telah menetapkan pula beberapa jenis binatang yang perlu
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-32
dilindungi karena : kelangkaannya atau termasuk fauna yang terancam punah. Tabel II-29
berikut menyajikan jenis fauna yang dilindungi :
Tabel II-29. Jenis Binatang Yang Dilindungi Berdasarkan Peraturan
No. Klas – Nama Indonesia Nama Ilmiah Keterangan
A. Mamalia
1. Macan Dahan Neofelis nebulosa -
2. Beruang Madu Helarctor malayanus Ada diwilayah KPH
3. Landak Hystrux brachyuran Ada diwilayah KPH
4. Kera Macaca fascicularis Ada diwilayah KPH
5. Bekantan Nasalis lavartus Ada diwilayah KPH
6. Beruk Macaca nemestrina Ada diwilayah KPH
7. Orang Utan Pongo pygmaeus Ada diwilayah KPH
8. Kukang Nycticebus coucang -
9. Lutung Presbytis hosei Ada diwilayah KPH
10. Kelasi Presbytis rubicund -
11. Trenggiling Manis javanicus Ada diwilayah KPH
12. Owa Hylobates mulleri -
13. Rusa sambar Cervus unicolor Ada diwilayah KPH
14. Kijang Mutiacus muntjak Ada diwilayah KPH
15. Kucing hutan Felis bengalensis Ada diwilayah KPH
B. Reptilia
16. Biawak Varanus salvator Ada diwilayah KPH
17. Buaya Crocodilus porosus -
18. Ular sanca Varanus salvator -
C. Burung
19. Pecuk ular Anhinga melanogaster -
20. Cucak rawa Pycnonotus zeylanicus Ada diwilayah KPH
21. Elang bondol Haliatus Indus Ada diwilayah KPH
22. Rangkong Badak Buceros rhinoceros -
23. Rangkong Gading Buceros vigil Ada diwilayah KPH
24. Tiong Emas Gracula regiosa Ada diwilayah KPH
Sumber : PP Nomor 7 Tahun 1999
Dari data dalam Tabel II-29 di atas, terdapat beberapa jenis fauna yang termasuk kategori
perlu dilindungi atau terancam punah. Dengan demikian perlindungan terhadap keberadaan
kekayaan keanekaragaman hayati tersebut harus menjadi perhatian dalam pengelelolaan
KPHP Model Berau Barat.
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-33
D. INFORMASI SOSIAL, KEPENDUDUKAN, EKONOMI DAN BUDAYA
Secara administrasi Wilayah KPHP Model Berau Barat berada di 4 Kecamatan, 29 Kampung,
nama kecamatan dan kampung tersebut dapat diihat pada tabel II-30 berikut :
Tabel II-30. Wilayah Administrasi Pemerintahan KPHP Model Berau Barat
No. Kecamatan Nama Kampung
1. Kelay 11 Kampung (Long Beliu, Muara Lesan, Lesan Dayak, Sidobangen, Merapun,
Long Duhung, Long Keluh, Long Lancim, Long Pelai, Long Sului dan Merasa)
2. Segah 11 Kampung (Siduung baru, Pandan Sari, Harapan Jaya, Tepian Buah, Punan
Malinau, Long Ayan, Punan Mahakam, long Laai, Punan Segah, Batu Rajang
dan Long Ayap)
3. Sambaliung 3 Kampung (Tumbit Dayak, Long Lanuk dan Nyapah Indah)
4. Teluk Bayur 4 Kampung (Tumbit Melayu, Labanan Jaya, Labanan Makarti, Bukit Makmur)
Total 4 Kecamatan (29 kampung)
Sumber : Analisis Database KPHP Model Berau Barat
Dari 29 kampung tersebut, Pemukiman masyarakat yang berada langsung dalam Wilayah
KPHP Model Berau Barat sebanyak 11 kampung yaitu : Long Duhung, Long Beliu, Long
Keluh, Long Lancim, Long Pelai, Long Sului, Siduung Baru, Batu Rajang, Bukit Makmur,
Pandan Sari, Punan Mahakam.
1. Kependudukan
Umumnya desa-desa di Kalimantan Timur, dan hal serupa juga terjadi di Kabupaten Berau,
desa-desa masih banyak yang bercirikan, antara lain (1). Masih banyak desa yang belum
definitif di Kabupaten (hanya bersifat dusun); (2). Batas desa di lapangan juga tidak
keseluruhannya jelas atau telah tersepakati dengan desa/kampung tetangganya; dan (3).
Banyak penduduk yang tidak tercatat secara adminsitratif di desa, sehingga menyebabkan
perihal kependudukan terkadang tidak tersedia data yang rinci.
Secara khusus Program Forclime pada akhir tahun 2012 melakukan studi mengenai database
sosial dan ekonomi diwilayah di Kabupaten Berau pada wilayah Demonstration Activity di
Kabupaten Berau, dimana areal DA tersebut masuk kedalam wilayah kelola KPHP Berau
Barat, sehingga data mengenai situasi kependudukan di wilayah kelola KPHP Berau Barat
sudah tersedia cukup detail. Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan dan desa yang ada di
wilayah KPHP Berau Barat tersaji dalam Tabel II-31 berikut ini :
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-34
Tabel II-31. Profil kependudukan di Wilayah KPHP Model Berau Barat
Desa Popul-
asi
Jumlah
Rumah
Tangga
Rerata
Jumlah
Kel/Rumah
Tangga
Rerata
Jumlah
Keluarga
% Pria
Kepala
Keluarga
Keseimbangan
Gender (%
wanita)
Struktur
Usia (%
< 17
years)
Kecamatan Segah
Long Ayap 147 57 1.00 3.79 100% 55% 15%
Long Ayan 531 128 1.16 5.00 100% 51% 60%
Punan
Malinau
682 150 1.11 4.95 100% 51% 48%
Gunungsari 1,726 392 1.25 4.28 87% 43% 48%
Bukit Makmur 985 211 1.26 4.85 100% 45% 64%
Tepian Buah 697 162 1.79 4.62 91% 49% 46%
Long Oking 141 53 1.06 3.50 100% 47% 41%
Long Paai 276 83 1.61 5.97 100% 49% 26%
Kecamatan Kelay
Merasa 734 181 1.61 5.97 97% 45% 42%
Long Beliu 892 276 1.27 5.00 95% 46% 74%
Long Keluh 155 34 1.15 4.65 100% 47% 47%
Long Pelay 100 22 1.00 4.50 95% 46% 61%
Long Lamcin 122 26 1.16 5.16 100% 50% 52%
Kecamatan Sambaliung
Tumbit Dayak 1,206 289 1.16 4.55 98% 49% 56%
Kecamatan Teluk Bayur
Labanan Jaya 1778 429 1.16 4.32 91% 47% 56%
Labanan
Makarti
1119 355 1.24 4.16 73% 43% 62%
Sumber : survey baseline kondisi sosial dan ekonomi Kabupaten Berau, Forclime, 2012
Berdasarkan data yang disajikan di atas, terlihat bahwa secara umum wilayah KPHP Model
Berau Barat relatif lengang atau tidak mengalami tekanan penduduk yang tinggi. Meskipun
demikian pada wilayah-wilayah di sekitar pemukiman dipertimbangkan penting untuk tetap
mendapatkan perhatian, karena pada umumnya segala aktivitas ekonomi penduduk
terkonsentrasi pada daerah-daerah dekat pemukiman. Begitu juga tekanan populasi tidak
terlihat sebagai penyebab utama dari kerentanan.
Populasi umum di KPHP Berau Barat secara proporsi sangat muda, dimana lebih dari 63%
populasi berusia di bawah 30 tahun. Dikaitkan dengan tingkat pertumbuhan yang relative
tinggi dan rata-rata berbagai keluarga berimplikasi terhadap tekanan populasi pada
sumberdaya lahan ke depan akan sangat pelik, terutama mengingat rendahnya tingkat lahan
produktif yang dimiliki oleh masing-masing keluarga. Secara keseluruhan, rata-rata
pendapatan rumah tangga di penduduk diwilayah sekitar KPHP Model Berau Barat sungguh
tinggi, utamanya karena tingginya potensi pendapatan dari kegiatan non-perladangan di
kabupaten seperti perkebunan kelapa sawit dan pertambangan. Begitu pula tingkat
kemiskinan relative rendah di wilayah KPH ini, dimana 20-30% rumah tangga dianggap
sebagai keluarga iski . Na u , keba yaka desa di wilayah KPH ini dianggap rentan
kemiskinan akibat ketiadaan intervensi tertentu utamanya karena ketergantungan mereka
terhadap sumber daya alam dan keterisolasian geografis. Berikut gambaran detail mengenai
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-35
kondisi pendapatan rumah tangga dan akses pendidikan di wilayah KPHP Model Berau Barat,
yang tersaji dalam Tabel II-32 berikut ini :
Tabel II-32. Kondisi Pendapatan Rumah Tangga dan Akses Pendidikan Di Wilayah KPHP
Model Berau Barat
Desa
Rerata
Pendapatan
Bulanan
%
Rumah
< 40 m2
% Rumah
Dibawah
Standar
Jumlah
asset >
IDR
500,000
% Rumah
Tangga
dg Akses
Listrik
Terbatas
Konsumsi
Protein
<2/week
Pendidikan
Dasar atau
dibawah
Kecamatan Segah
Long Ayap 839,286 100% 0% 7% 100% 100% 93%
Long Ayan 955,263 37% 11% 5% 100% 95% 37%
Punan
Malinau
968,553 16% 0% 5% 100% 79% 32%
Gunungsari 3,800,813 20% 35% 13% 55% 38% 28%
Bukit
Makmur
3,429,220 26% 38% 10% 100% 73% 31%
Tepian Buah 5,004,657 21% 24% 6% 35% 33% 3%
Long Oking 468,241 78% 6% 67% 100% 100% 89%
Long Paai 1,357,157 6% 12% 18% 100% 94% 47%
Kecamatan Kelay
Merasa 1,217,799 6% 11% 8% 39% 81% 14%
Long Beliu 6,814,592 11% 27% 8% 100% 57% 16%
Long Keluh 2,913,300 45% 70% 10% 100% 60% 65%
Long Pelay 2,991,419 40% 30% 30% 100% 30% 65%
Long Lamcin 5,808,991 21% 26% 47% 100% 42% 42%
Kecamatan Sambaliung
Tumbit
Dayak
1,666,651 27% 18% 24% 8% 39% 19%
Kecamatan Teluk Bayur
Labanan
Jaya
3,228,334 11% 17% 11% 5% 33% 11%
Labanan
Makarti
2,480,763 13% 16% 16% 4% 49% 33%
Sumber : survey baseline kondisi sosial dan ekonomi Kabupaten Berau, Forclime, 2012
Salah satu tantangan terberat yang dihadapi oleh keluarga di setiap desa yang disurvei
adalah ketidakmampuan menciptakan atau membangun kesejahteraan akibat rendahnya
pendapatan dan tingkat pengeluaran yang cukup tinggi. Meskipun hal ini bukan menjadi
penyebab utama dari kemiskinan, namun hal in menjadi penghalang utama dalam
membangun ketahanan dan pengurangan kerentanan di wilayah KPH. Ketidakmampuan
untuk membangun dan memanfaatkan kekayaan sangat membatasi kemampuan rumah
tangga untuk mengadopsi strategi mata pencaharian baru dan merespon perubahan. Tabel
hubungan antara masyarakat dengan hutan dan sumberdaya hutan di Wilayah KPHP Model
Berau Barat, tergambar dalam tabel II-33, berikut ini :
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-36
Tabel II-33. Hubungan Antara Masyarakat Dengan Hutan Dan Sumberdaya Hutan Di
Wilayah KPHP Model Berau Barat
Desa
Rumah
Tangga yg
Mendapat
Keuntunga
n dari
Kehutanan
Penget
ahuan
Pengg
unaan
Hutan
Keterbatasa
n Akses
pada Jasa
Penyuluhan
Penjuala
n Kayu
secara
Komersi
al
Kayu
Penggunaa
n Rumah
Tangga
Penggunaa
n Hutan
untuk
Kayu Bakar
Penggunaa
n HHBK
Kecamatan Segah
Long Ayap 36% 29% 100% 0% 79% 100% 11%
Long Ayan 63% 47% 83% 11% 79% 100% 7%
Punan Malinau 68% 63% 78% 0% 95% 100% 0%
Gunungsari 28% 20% 80% 8% 33% 60% 15%
Bakit Makmur 33% 41% 26% 23% 38% 95% 9%
Tepian Buah 24% 32% 52% 6% 24% 56% 22%
Long Oking 67% 61% 94% 0% 94% 100% 11%
Long Paai 47% 47% 53% 0% 76% 88% 14%
Kecamatan Kelay
Merasa 97% 22% 58% 3% 44% 94% 34%
Long Beliu 97% 5% 43% 0% 32% 73% 16%
Long Keluh 90% 25% 5% 0% 55% 95% 15%
Long Pelay 100% 5% 10% 0% 55% 70% 36%
Long Lamcin 100% 0% 47% 0% 47% 63% 19%
Kecamatan Sambaliung
Tumbit Dayak 100% 29% 8% 3% 24% 76% 0%
Kecamatan Teluk Bayur
Labanan Jaya 78% 36% 23% 1% 17% 46% 3%
Labanan
Makarti
62% 33% 36% 7% 31% 31% 20%
Sumber: survey baseline kondisi sosial dan ekonomi Kabupaten Berau, Forclime, 2012
2. Tingkat Pendidikan
Dalam kaitannya dengan pengelolaan KPHP Model kedepan, tingkat pendidikan masyarakat
merupakan faktor penting terhadap pemahaman tentang peran hutan dan kehutanan dalam
hidup dan kehidupannya ke depan. Juga berkaitan dengan ketersediaan tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan oleh KPH. Dalam hal pendidikan
terdapat 2 (dua) faktor utama yang perlu mendapat perhatian, yaitu sejauh mana
pendidikan telah menjadi kebutuhan masyarakat ? Dan seberapa besar peran pemerintah
dalam pelaksanaan program pendidikan bagi masyarakat ?
Dari data statistik terlihat bahwa terdapat peningkatan partisipasi masyarakat dalam bidang
pendidikan, hal ini bisa dilihat dari terus bertambahnya jumlah sekolah dan jumlah murid di
sekolah-sekolah dari SD sampai SLTA. Jumlah sekolah SD Negeri pada tahun 2007 sebanyak
148 unit sekolah yang tersebar di 13 kecamatan. Sedangkan jumlah guru untuk tingkat SD
negeri sebanyak 1.413 orang guru dengan jumlah murid sebanyak 20.960 orang murid.
Namun demikian perkembangan tersebut masih terpusat di kecamatan-kecamatan yang
dekat dengan ibukota kabupaten (Tanjung Redeb).Dengan demikian tingkat pendidikan
masyarakat yang jauh dari ibukota dapat dinyatakan masih rendah. Tabel II-35 berikut
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-37
memberikan penjelasan tentang tingkat pendidikan masyarakat di kecamatan dalam wilayah
kelola KPHP Model yaitu yang sebagian besar masih didominasi oleh tingkat pendidikan SD.
Tabel II-34. Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah kelola KPHP Model Berau Barat
No. Kecamatan Tk.Pddk Jmlh.Sklh. Jmlh.Guru Jmlh.
Murid
Rasio
Gru:Mrd %
1. Kelay TK 2 2 29 14,5
SD 13 71 779 10,97 84%
SLTP 3 16 121 7,57
SLTA - - - -
Jumlah 18 89 929
2. Sambaliung TK 17 63 665 10,54
SD 29 254 2.847 11,21 66%
SLTP 4 47 611 13
SLTA 6 25 163 6,52
Jumlah 56 389 4286
3. Segah TK 3 9 76 8,44
SD 10 88 1.077 12,24 80%
SLTP 2 22 193 8,77
SLTA - - - -
Jumlah 15 119 1346
4. Teluk Bayur TK 5 23 246 10,7
SD 12 134 2.269 16,23 63%
SLTP 3 57 624 10,95
SLTA 15 35 490 14
Jumlah 35 249 3629 73%
Sumber : BPS Berau 2013
Dari Tabel II-34 di atas ternyata sebagian besar (>70%) tingkat pendidikan masyarakat sekitar
wilayah kelola KPHP Model Berau Barat masih rendah, yaitu tingkat Sekolah dasar.
3. Mata pencaharian :
Data statistik dari Kantor Statistik sebagian besar masyarakat (terutama di daerah pedesaan)
memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian, terutama pertanian lahan kering
(perladangan lahan kering) yang menujukkan peningkatan. Dalam perkembangan berikutnya
usaha perkebunan juga menunjukkan peningkatan juga. Khususnya untuk pertanian pangan,
terdapat 2 (dua) sumber produksi padi, yaitu berasal dari pertanian lahan basah (sawah) dan
pertanian lahan kering (perladangan). Untuk mendapatkan gambaran tentang sumber mata
pencaharian masyarakat disekitar wilayah kelola KPHP Model Berau Barat utamanya
pertanian pangan, Tabel II-35 berikut menyajikan ketersediaan lahan pertanian pangan
masyarakat.
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-38
Tabel II-35. Ketersediaan lahan pertanian pangan masyarakat sekitar wilayah kelola KPHP-
Model Berau Barat.
No. Kecamatan
Lahan Basah (Sawah) Lahan Kering (Ladang) Ladang Sawah
Luas
panen (Ha)
Produksi
(ton)
Luas panen
(Ha)
Produksi
(ton) (%) (%)
1. Kelay - - 1.127 2.784 0 33.98%
2. Sambaliung 824 3.194 868 2.144 56,87% 26,17%
3. Segah 119 461 1.083 2.675 8,21% 32,65%
4. Teluk Bayur 506 1.962 239 1.477 34,92% 7,20%
Jumlah 1.449 5.617 3.317 9.080 100% 100%
Sumber : BPS Berau 2013
Tabel II-35 di atas menjelaskan bahwa lahan kering masih merupakan bagian penting sebagai
sumber mata pencaharian masyarakat di tiga kecamatan dalam wilayah kelola KPHP Model
Berau Barat. Hanya masyarakat Kecamatan Sambaliung yang memiliki lahan basah (sawah)
sebagai lahan usaha tanaman pangan. Secara lebih spesifik mata pencarian pada kampung-
kampung yang ada di Wilayah KPHP Model Berau Barat dapat tergambar pada beberapa
kampung dalam Tabel II-36 sebagai berikut :
Tabel II-36. Mata Pencarian Pada Kampung-Kampung Yang Ada Di Wilayah KPHP Model
Berau Barat
No Kecamatan/
Kampung
Penduduk Mata Pencarian
a. Kecamatan Segah
1. Long Ayan Dayak Gaai (penduduk asli)
Pendatang dari Sulawesi, Jawa,
NTT
Petani lading
berburu, memungut hasil memungut hutan,
mencari ikan, walet, mencari dan berdagang ikan,
berdagang kecil dan hasil perkebunan seperti
kakau
2. Long Ayap Dayak Punan (penduduk asli),
pendatang dari bebrbagai daerah Petani lading
berburu, memungut hasil memungut hutan,
mencari ikan, walet, mencari dan berdagang ikan,
berdagang kecil ,
3. Long Laai Dayak Gaai, pendatang dari
Bulungan, Timur, Banjar, Palopo
(sulawesi)
Petani lading
berburu, memungut hasil memungut hutan,
mencari ikan, walet, mencari dan berdagang ikan,
berdagang kecil , mencari emas, ternak (ayam,
babi dan sapi), kebun kacang tanah dan kacang
hijau
4. Long Pay Punan, pendatang dari Jawa,
Bulungan, Timur, banjar, Palopo
dan Bugis (Sulawesi)
Petani lading
berburu, memungut hasil memungut hutan,
mencari ikan, walet, mencari dan berdagang ikan,
berdagang kecil , mencari emas, ternak (ayam,
babi dan sapi), kebun kacang tanah dan kacang
hijau
5. Long Oking Punan, pendatang dari berbagai
daerah Petani lading
berburu, memungut hasil memungut hutan,
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-39
No Kecamatan/
Kampung
Penduduk Mata Pencarian
mencari ikan, walet, mencari dan berdagang ikan,
berdagang kecil , mencari emas, ternak (ayam,
babi dan sapi), kebun kacang tanah dan kacang
hijau
6. Pandan Sari Mayoritas Timor, Dayak, Jawa,
Bugis, Berau, banjar Pekerjaan untuk mendapatkan uang : petani ,
karyawan swasta, PNS, tukang kayu,tukang batu,dll
7. Batu Rajang Dayak kenyah,
Banjar,Timor,Manado,Jawa,
Cina,Toraja
Pengrajin kayu, pencari (gaharu,rotan,buah-
buahan, sarang burung, pasak bumi)
8. Tepian Buah Dayak
kenyah,Bugis,Jawa,Banjar,Batak Pencari (kayu, bamboo,rotan,gaharu,buah-
buahan,tanaman obat), berburu,tukang batu
9. Gunung Sari,Harapan
Jaya,Punan Malinau
Berau,Bugis,Batak,Batak,Banjar,D
ayak
kenyah,Jawa,Sunda,Melayu,Lomb
ok,Madura,Timor
Pekerjaan untuk mendapatkan uang :
petani,nelayan,tukang
kayu,buruh,pengusaha,aparat
kampung,wiraswasta,PNS,karyawan
swasta,TNI/Porli, dll. Memungut hasil hutan
seperti rotan,gaharu,buah-buahan serta batu
gunung.
b. Kecamatan Kelay
1. Muara Lesan suku Berau, suku Dayak Gaae,
pendatang dari berbagai
wilayah di Kalimantan dan
wilayah Indonesia
Pekerjaan untuk mendapatkan uang :
pelayanan jasa transportasi sungai, berkebun,
pegawai, bekerja pada iuphhk-ha,
perkebunan sawit
2. Lesan Dayak suku Dayak Ga ae pe duduk asli),
Dayak Kenyah - Lesan Dayak:
Pekerjaan utama : Bertani/berladang dan
berburu
Pekerjaan untuk mendapatkan uang :
berkebun, pertanian (sayuran, palawija),
berburu
3. Sido bangen Jawa, Sulawesi, NTT Pekerjaan untuk mendapatkan uang :
perkebunan, pertanian (sayur, palawija),
pelayanan jasa (usaha dagang, transportasi
darat), karyawan IUPHHK-HT
4. Marapun suku Dayak Lebu (penduduk
asli), Dayak
Kenyah, Kutai, pendatang dari
Sulawesi, Jawa, NTT
Pekerjaan utama : Bertani/berladang dan
berburu
Pekerjaan untuk mendapatkan uang :
memetik sarang burung walet, mencari ikan,
pelayanan jasa warung sembako, berburu
5. Long Beliu Suku Dayak Punan (penduduk
asli),
Dayak Kenyah, Pendatang dari
luar/karyawan preusahaann
HPH
Pekerjaan utama : Bertani/berladang dan
berburu
Pekerjaan untuk mendapatkan uang :
mencari emas, mencari gaharu, pelayanan
jasa trasportasi sungai, menjual hasil
pertanian (beras, sayuran,
palawija)/perkebunan, mencari ikan,
pelayanan jasa rumah makan/warung
sembako, karyawan IUPHHK-HA
6. Long Sului, Long Dayak Punan (penduduk asli), Pekerjaan utama : Bertani/berladang dan
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-40
No Kecamatan/
Kampung
Penduduk Mata Pencarian
Lamcin, Long Pelay,
Long Keluh, Long
Duhung
berburu
Pekerjaan untuk mendapatkan uang : mencari
emas, mencari gaharu, memanen madu,
menangkap ikan dan pelayanan jasa
tranportasi sungai (untuk pencari gaharu,
petugas pemerintah dan swasta)
7. Merasa Dayak kenyah(mayoritas),
Jawa,Timor,Bugis,Toraja,Banja
r,Batak,Bali.
Pekerjaan untuk mendapatkan uang :
petani,karyawan swasta,PNS. Memungut hasil
hutan seperti kayu (meranti,ulin),
madu,damar,rotan buah-buahan,gaharu,hewan
buruan,tanaman obat,batu gunung.
c. Kecamatan Teluk Bayur
1. Tumbit Melayu Berau,Bugis,Dayak,Jawa,
Sunda berkebun, bertani, Memungut hasil hutan seperti
kayu, madu,damar,rotan buah-
buahan,gaharu,hewan buruan,tanaman obat,batu
gunung.
2. Labanan Jaya,
Labanan
Makmur,Labanan
Makarti
Mayoritas Jawa
(Transmigran/keturuanan
transmigran), selain itu ada
Bugis,Madura,Lombok,Sunda,
Dayak,Berau
Pekerjaan untuk mendapatkan uang : berkebun,
petani,karyawan swasta,PNS,pedagang,dll.
Memungut hasil hutan seperti kayu
(meranti,ulin,marsolo,bengkirai,resak
kruwing,laban,sengon,akasia),
gaharu,madu,rotan,damar,bambu,hewan buruan.
d. Kecamatan Sambaliung
1. Tumbit Dayak,
Long Lanuk
Mayoritas Dayak Gaai,
Jawa,Bugis,Banjar,Madura,Ti
mor
Berkebun, Bertani, Memungut hasil hutan
seperti rotan,damar,karet,gaharu,madu serta
berburu hewan.
Sumber : Analisis berbagai data survei
Berdasarkan Tabel II-36 tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada tiga ketergantungan
masyarakat dengan Sumber daya alam yang ada pada wilayah KPHP Model Berau Barat,
yaitu :
1) Ketergantungan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Bentuk pemanfaatan SDA hutan dan sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti
sandang, pangan dan papan; Pangan seperti ikan, binatang buruan, buah, sayur;
Papan/sandang seperti kayu, rotan. Pemanfaatan sumber daya alam sungai merupakan
sumber pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari yang penting, teristimewa bagi kampung-
kampung di bagian hulu.
2) Ketergantungan untuk memperoleh pendapatan (uang tunai)
Bentuk Pemanfaatan untuk memperoleh pendapatan (uang tunai); gaharu, sarang burung
walet, emas, madu. Pemanfaatan SDA sungai dan hutan untuk memperoleh
pendapatan/uang tunai untuk pemenuhan kebutuhan pokok bagi masyarakat di wilayah DAS
Kelay dan Segah masih sangat tinggi dan menjadi pilihan utama.
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-41
3) Ketergantungan terhadap fungsi Lahan dan sungai untuk sarana dan prasarana
pemanfaatan SDA berdasarkan fungsinya: sungai sebagai sarana transportasi; lahan untuk
pemukiman, pertanian/perkebunan dan hutan sebagai daerah tangkapan air. yang
membahas bagaimana masyarakat memanfaatkan lahan untuk perladangan dengan sistim
ladang berpindah (gilir balik) dangan waktu rotasi 3-5 tahun. Untuk lahan perkebunan dalam
pengembangannya mulai diperkenalkan tanaman produksi seperti cokelat dengan teknik
budi daya yang tepat terutama bagi kampung-kampung dibagian hulu sungai Kelay. Untuk
sungai dalam fungsinya sebagai sebagai jalur transportasi baik sebagai sarana penghubung
antar kampung dalam membangun komunikasi dengan menggunakan perahu ketinting atau
long boat juga merupakan sumber pendapatan melalui pelayanan jasa transportasi.
Sedangkan fungsi hutan sebagai daerah tangkapan air telah dimanfaatkan oleh masyarakat
kampung Long Sului dan Long Keluh (dalam perencanaan) dimana digunakan sebagai sumber
air dan mikrohidro
4. Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Oleh karenanya masalah
kesehatan merupakan bagian penting program pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya upaya pelayanan kesehatan yang telah dilakukan
oleh Pemda. Kabupaten Berau berupa pembangunan fasilitas kesehatan terus ditingkatkan.
Untuk mendapatkan gambaran tentang fasilitas dasar pelayanan kesehatan kepada
masyarakat (Puskemas Pembantu) yang tersedia di kecamatan dalam wilayah kelola KPHP
Model Berau Barat, Tabel II-37 menyajikan ketersediaan fasilitas tersebut.
Tabel II-37. Ketersediaan fasilitas kesehatan bagi masyarakat dalam wilayah kelola KPHP
Model Berau Barat.
No. Kecamatan RS PKS-Indk PKS-Pmbt Apotik Toko Obat
1. Kelay - 1 11 - -
2. Sambaliung - 1 26 1 1
3. Segah - 1 8 - -
4. Teluk Bayur - 2 6 - 2
Jumlah - 5 51 1 3
Sumber : BPS Berau 2013
Data tersebut dalam Tabel II-37 di atas menjelaskan bahwa sebagian besar fasilitas
kesehatan dalam kecamatan dalam wilayah kelola KPHP Model masih relatif sederhana
(berupa Puskemas Pembantu).
5. Kelestarian SDA :
Dalam kaitannya dengan pemanfaatan (pengelolaan) sumberdaya alam yang tersedia,
Pemda. Kabupaten Berau memiliki program-program yang mengindikasikan adanya
pengakuan dan upaya pelestarian keberadaanya. Program tersebut antara lain : a). Program
Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam, b). Program Rehabilitasi dan Pemulihan
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-42
Cadangan Sumberdaya Alam, c). Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan SDA dan
Lingkungan Hidup dan d). Program Pengelolaan Sumberdaya Alam yang Berkelanjutan.
Dari gambaran mata pencaharian penduduk-masyarakat sebagaimana dikemukakan
terdahulu, bahwa pertanian dalam arti luas (pertanian tanaman pangan, perkebunan,
peternakan) merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar (± 40%) dari masyarakat
di Kebupaten Berau. Sektor pertanian (dalam arti luas) tersebut merupakan sektor yang
memerlukan sumberdaya lahan (basah dan/atau kering). Dengan demikian keberadaan
sumberdaya hutan akan sangat diperlukan oleh mereka. Di sisi lain masyarakat menganggap
hutan sebagai : a). tempat tinggal dan melakukan aktivitas hidup dan kehidupan masyarakat
secara kolektif dan b). disamping sebagai sumber kehidupan, hutan juga dipandang sebagai
su ber kebudayaa adat asyarakat.
6. Budaya dan pengelolaan hutan oleh masyarakat
Dalam wilayah kelola KPHP Model Berau Barat sebagian besar desa-desa yang berada di
dalamnya masih memberlakukan sistem dan budaya adat sesuai dengan kelompok etnis
masing-masing dalam memanfaatkan sumberdaya hutan. Diantara mereka adalah dari suku
Dayak Gaai, Kenyah, Lebo dan Punan.
Masyarakat tradisional masih sangat tergantung dari sumberdaya hutan dan oleh karenanya
secara umum masih menginginkan keberlangsungan keberadaan hutan. Bagi masyarakat
tradisional hutan adalah penghidupan dan juga kehidupan. Sebagai penghidupan, artinya
hutan sebagai sumber kebutuhan pokok dan ekonomi masyarakat, seperti kayu dan berbagai
produk non kayu (nabati dan hewani) serta juga lahan pertanian dengan tujuan utama untuk
dijual ataupun menghasilkan pendapatan. Sedangkan sebagai kehidupan, artinya merupakan
ruang dimana keseluruhan kegiatan keseharian dan tradisi yang berkembang menjadi bagian
yang integral, seperti aktivitas budaya dan berbagai ritual adat istiadat hingga struktur dan
fungsi sosial yang terbentuk berdasarkan dinamika biofisik lingkungan hutan.
7. Kelembagaan dalam Kampung
Secara umum pada setiap kampung yang ada di Wilayah KPHP model berau Barat memeiliki
kelembagaan lampung yang sama yaitu Lembaga Pemerintah Desa (Kepala Kampung dan
Kepengurusannya), LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), BPK (Badan Perwakilan
Kampung), Koperasi, Lembaga Adat, Karang taruna. PKK (Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga) lembaga-lembaga tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pengambilan keputusan kampung serta menjadi mediator jika terjadi konflik dan gangguan
keamanan di wilayah kampung masing-masing.
8. Kelembagaan Antara Kampung
Dalam rangka mengintegrasikan pengelolaan kawasan antara kampung, dengan di dampingi
oleh Lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan Pemerintah daerah, pada Wilayah KPHP
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-43
Model Berau Barat terdapat 3 Lembaga masyarakat yang bersifat lintas Kampung yang
mempunyai peran penting dalam menitegrasikan komitmen pengelolaan sumber daya alam
oleh masyarakat antara kampung, swasta, LSM serta KPHP Model Berau barat , Yaitu :
1) Forum Kampung Hulu Kelay
Pada tanggal 2 Juli 2003, perwakilan masyarakat dari 6 (enam) kampung hulu Kelay yakni
kampung Long Suluy, Long Lamcin, Long Pelay, Long Boy, Long Beliu dan Long Duhung
bersepakat membuat perhimpunan. Mereka bersepakat mendirikan sebuah organisasi lokal
yang diberi nama Forum Kampung Hulu Kelay (FK Hulu Kelay). FK Hulu Kelay berkedudukan
di kampung Long Duhung, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.
Keberadaan FK Hulu Kelay membuka peluang bagi masyarakat untuk menghimpun
kebersamaan. FK Hulu Kelay adalah wadah pemersatu untuk menghidupkan kembali
semangat Pe’khau sebuah warisan nilai persatuan dari tradisi masyarakat Dayak Punan di
masa lalu. Hal tersebut tertuang dalam deklarasi Suluy (2005), tekad masyarakat untuk
melestarikan sumberdaya alam, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan
mengembangkan adat budaya masyarakat hulu Kelay.
Visi FK Hulu Kelay : Melestarikan Sumberdaya Alam Untuk Kesejahteraan Masyarakat,
sedagkan Misi FK Hulu Kelay : Mendorong upaya perluasan kawasan yang dilindungi serta
upaya pelestarian kawasan Daerah Aliran Sungai Kelay. Memastikan peran serta dan hak
masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam hulu kelay secara
lestari dan berkelanjutan. Berupaya untuk membangun dan mengembangkan usaha
ekonomi masyarakat Hulu Kelay. Berupaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
Hulu Kelay.
Dalam menjalankan tugasnya FK Hulu Kelay memegang beberapa prinsip yakni : Persamaan
hak laki-laki dan perempuan, terbuka menerima masukan, saran dan kritikan yang
membangun dari semua pihak untuk kemajuan bersama; Mengutamakan musyawarah
dalam memecahkan masalah atau mencari jalan keluar bersama; Membangun hubungan
kerjasama dengan semua pihak dalam upaya memajukan masyarakat Hulu Kelay; Tidak
mengambil alih peran, fungsi dan kewenangan pemerintah kampung; Tidak mengikuti salah
satu partai politik dan atau organisasi politik lainnya.
Ada 3 pilar peran utama yang diharapkan dari FK Hulu Kelay. Pertama, Peran sebagai
pendorong dan penyelenggara proses kegiatan (fasilitasi): Menyelenggarakan/mengadakan
pertemuan-pertemuan, musyawarah dalam mencari jalan keluar serta menyikapi masalah-
masalah yang tidak dapat diselesaikan di tingkat kampung; Menyelenggarakan/mengadakan
kegiatan yang bersifat mendorong partisipasi masyarakat dalam membangun dan
memajukan kehidupan masyarakat. Kedua, Peran sebagai penghubung (Koordinasi)
Melakukan dan membangun hubungan kerja sama antar kampung Hulu Kelay; Melakukan
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-44
dan membangun hubungan kerjasama dalam upaya memajukan kehidupan masyarakat Hulu
Kelay dengan pemerintah, swasta, LSM, dan pihak lainnya yang sejalan dengan Visi Misi FK
Hulu Kelay. Dan yang Ketiga, Peran sebagai pembela aspirasi dan hak masyarakat (advokasi);
Menampung, menyalurkan aspirasi masyarakat Hulu Kelay kepada para pihak; Melakukan
pembelaan hak-hak masyarakat Hulu Kelay atas pengelolaan sumberdaya alam, ekonomi,
dan sosial budaya.
Dalam menjalankan visi dan misinya FK Hulu Kelay melakukan kegiatan-kegiatan antara lain :
Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, kampanye dan pengembangan berbagai aspek
yang bermanfaat bagi masyarakat dan sumber daya alam; Menyelenggarakan kegiatan
pendampingan serta menjalin hubungan kemitraan dengan komunitas masyarakat dan pihak
lainnya dalam upaya mengembangkan usaha ekonomi yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan; Melakukan penggalangan dan pengembangan kerjasama yang bersifat
kemitraan dengan berbagai pihak, yang peduli dan berkepentingan terhadap upaya
pelestarian sumberdaya alam, serta peningkatan peran, penguatan kapasitas, partisipasi
masyarakat Hulu Kelay dalam berbagai aspek; Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan lain
yang sejalan dengan visi dan misi Forum Kampung Hulu Kelay.
2) Badan Pengelola Segah (BP-Segah)
Keberadaan BP-Segah merupakan rangkaian dari penyelesaaiaan konflik antara masyarakat 5
kampung Kecamatan Segah dengan PT. Sumalindo Lestari jaya IV terjadi pada 1999, konflik
tersebut disebabkan oleh kekecewaan masyarakat terhadap kinerja PT. Sumalindo Lestari
Jaya IV atas beberapa hal yaitu : Tidak ada masyarakat 5 kampung Kecamatan Segah yang
dipekerjakan oleh Managemen PT. Sumalindo lestari Jaya IV; Tidak adanya pembagian
keuntungan/kontribusi PT. Lestari Jaya IV kepada 5 kampung Kecamatan Segah, sehingga
masyarakat tidak merasakan kontribusi keberadaan PT. Sumalindo Lestari Jaya IV; Terjadinya
Kerusakan Lingkungan akibat kegiatan eksploitasi yang dilakukan oleh PT. Sumalindo Lestari
IV antara lain tejadinya kerusakan pohon-pohon yang dilindungi masyarakat, tergusurnya
kuburan masyarakat, tertutupnya sungai yang menjadi sumber air masyarakat. Berawal dari
kekecewaan tersebut, kemudian masyarakat melakukan demo besar-besaran menghentikan
kegiatan yang dilakukan oleh PT. Sumalindo Lestari Jaya IV pada 1999. Sejak itu kegiatan
perusahaan menjadi stop selama priode tahun 2000 s/d 2003.
Proses Penyelesaian konflik antara masyarakat 5 Kampung dengan PT. Sumalindo Lestari
Jaya IV, dimulai pada tahun 2003 melalui berbagai perundingan kedua belah pihak yang
difasilitasi oleh salah satu lembaga Internasional The Nature Conservancy (TNC) dan
Pemerintah daerah, yaitu Dinas Kehutanan dan Kecamatan Segah. Dari serangkaian
pertemuan yang dilakukan diproleh beberapa kesepakatan yang kemudian ditandatangani
pada tanggal 1 Juni 2004 dalam bentuk MoU antara PT. Sumalindo Lestari Jaya IV,
mayarakat 5 Kampung Kecamatan Segah dan TNC yang disaksikan oleh Bupati Berau dan
Guber ur Kali a ta Ti ur de ga a a Progra Ke itraa Pe ge ba ga Model
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-45
Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Melalui Konservasi dan Pengelolaan Sumber Daya
Ala di Ke a ata “egah .
Salah satu poin dalam MoU tersebut dijelaskan tentang keberadaan Badan Pengelola, yang
dibentuk berdasarkan musyawarah oleh semua pihak yang terkait, yang berperan
menentukan kawasan dan model pengelolaannya, sebagai mediator dalam penyelesaian
permasalahan antara pihak yang terkait, sebagai penghubung antara masyarakat dengan PT.
Sumalaindo Lestari Jaya IV serta memonitoring kegiatan PT. Sumalindo Lestari Jaya IV dan
Masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut dibentuklah Badan Pengelola yang selanjutnya disebut dengan
Badan Pengelola Segah (BP-Segah) yang merupkan refresentatif dari masyarakat 5 Kampung
Kecamatan Segah ( Kampung Long Laai, Long Ayap, Long Ayan, Long Pay dan Long Oking), PT.
Sumalindo Lestari Jaya, TNC dan Pemkab Berau. sebagai wadah untuk mengkomunikasikan
setiap permasalahan-permasalahan yang dapat menimbulkan konflik, sebagai wadah untuk
program-program yang dilakukan secara bersama serta berperan untuk melakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kesepakatan-kesepakatan.
3) Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai Lesan
Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai Lesan (BP-HLSL) merupakan lembaga yang di bentuk
khusus pengelolaan kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan. Di bentuk Berdasarkan SK Bupati
No. 251 Tahun 2004, Tanggal 7 Oktober 2004, Kemudian dalam rangka persiapan
pengelolaan kawasan oleh BP-HLSL maka dibentuk Pokja berdasarkan SK Ketua Badan
Pengelola Hutan Lindung Sungai Lesan Nomor : 032/kpts/BP-SL/III/2006, Tanggal 10 Maret
2006) yang beranggotakan unsur Pemerintah Kabupaten Berau (Dishut, Bappeda, Bapelda,
Kecamatan), Pemerintah Propinsi (KSDA) dan Unsur Masyarakat 4 Kampung (Lesan Dayak,
Merapun, Muara Lesan dan Sidobangen)
BP-HLSL berfungsi Sebagai wadah koordinasi dan konsultasi antar instansi terkait
(Pemerintah Kabupaten Berau) dengan Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat,
Pengusaha dan Masyarakat; Pusat informasi dan program terkait dengan pelestarian Hutan
Lindung Sungai Lesan; Penggalangan dana dalam rangka pengelolaan Hutan Lindung Sungai
Lesan. Sedangkan tugasnya adalah mengkoordinasikan kepentingan perencanaan dan
program antar berbagai pihak yang terkait dengan Hutan Lindung Sungai Lesan; melakukan
pengelolaan untuk kepentingan pelestarian Kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan;
melakukan monitoring dan evaluasi pengelolaan Hutan Lindung Sungai Lesan.
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya BP-HLSL telah menetapkan visi dan misi
yaitu Visi ya adalah Terwujud ya Kelestarian Hutan Lindung Sungai Lesan sebagai Habitat
Orangutan dan mampu memberikan manfaat sebesar-besar ya kesejahteraa asyarakat sedangkan misinya adalah Mempertahankan Fungsi Hutan Lindung Sungai Lesan sebagai
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-46
daerah tangkapan air dan habitat Orangutan serta daerah perlindungan flora dan fauna
lainnya; Meningkatkan kapasitas para pemangku kepentingan dalam pengelolaan kawasan ;
Mengembangkan pola pengelolaan yang partisipatif dan kolaboratif
Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh BP-HLSL adalah Penguatan Status Kawasan
(Pemantapan dan Penetapan); Peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM dalam rangka
pelestarian HLSL; Pengembangan pola Pengelolaan Kawasan Lindung yang partisipatif dan
kolaboratif : Pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat; Monitoring dan evaluasi kondisi
sosial, ekonomi dan ekologi di Kawasan Lindung Sungai Lesan; Pengembangan Sistem
Pendanaan; Penyiapan infrastruktur dan sarana pendukung
Dalam rangka mengoptimalkan peran para pihak dalam melakukan pengelolaan kawasan
hutan yang ada di wilayah KPHP Model Berau Barat keberadaan lembaga-lemabaga lintas
kampung tersebut mempunyai potensi sebagai mitra pngelolaan, terutama terkait dengan
pengawasan dan pengendaliaan, penyusunan rencana pengelolaan yang terintegrasi serta
pengembangan ekonomi masyarakat.
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-47
E. PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN
1. Pemanfaatan Hutan Hasil Hutan Kayu
Izin Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah KPHP Model Berau Barat terdiri dari IUPHHK-HA
sebanyak 12 Unit Manajemen dengan seluas 478.904 Ha dan IUPHHK-HT sebanyak 2 Unit
Manajemen seluas 15.610 Ha. Dengan demikian luas keseluruhan Izin Pemanfaatan Hasil
Hutan adalah 502.013 Ha. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel II-38 berikut :
Tabel II-38. Daftar IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT Pada KPHP Model Berau Barat
No. Nama Perusahaan SK IUPHHK
Luas
Dalam
SK
Luas Dalam
KPH
ha (ha)
A IUPHHK-HA
1. PT. Amindo Wana Persada SK Menhut- No: 940/Kpts-VI/1999 43.680 46.344,33
2. PT. Aditya Kirana Mandiri SK Menhut-No:862/Kpts - VI/1999 42.700 37.522,03
3. PT. Wana Bhakti Persada
Utama
SK Menhut- No:864/Kpts - VI/1999 44.402 44.267,20
4. PT. Mardhika Insan Mulia SK Menhut- No:1003/Kpts_IV/1999 46.080
34.682,08
5. PT. Karya Lestari SK Menhut- No:SK.846/Kpts-IV/1999 49.123 47.889,38
6. PT. Inhutani I Unit
Labanan I
SK Menhut- No:SK.484/Menhut-II/2006 138.210 128.662,02
7. Sumalindo Lestari Jaya IV SK Menhut- No:SK.582/Menhut-II/2009 63.550 61.131,81
8. PT. Utama Damai Indah
Timber
SK Menhut-No:SK.52/Menhut-II/2005 49.250 5.905,67
9. Aqulia Silva SK Menhut- No:SK.549/Menut-II/2009 55.300 55.202
10. PT. Gunung Gajah SK Menhut- No:261/kpts-II/1997 81.000 8.309,11
11. PT.Inhutani UMH Segah
Hulu
SK Menhut- No : SK.44/menhut-II/2006 54.230 8.988
12
PT. Hutani Kalimantan
Abadi Permai
SK No. 323/Menhut-II/2009 tgl 29-06-2009 35.400 1,24
Jumlah A 702.925 478.904
B IUPHHK-HT
1. PT. Belantara Pusaka SK Menhut No.439/Kpts-II/2006 15.610 15.428,63
2. PT. Acacia Andalan Utama SK No. 620/Menhut-II/2010 tgl 04-11-2010 21.965 2,03
Jumlah B 37.575 15.430, 66
JUMLAH (A +B) 740.500 494.334,64
Sumber : Analisisi Data BPKH 2013 dan Data Base KPHP Model Berau Barat 2014
Dari Tabel II-38 diatas tergambar bahwa tidak semua IUPHHK-HA arealnya secara
keseluruhan masuk dalam Wilayah kelola KPHP Model Berau Barat, hal ini disebabkan
beberapa areal IUPHHK-HA merupakan lintas kabupaten seperti PT. Acacia Andalan Utama
dan PT. Gunung Gajah berada pada lintas Kabupaten Berau dan Kutai Timur. sedangkan PT.
Inhutani UMH Segah Hulu berada pada lintas Kabupaten Berau dengan Bulungan. Selain
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-48
karena Berada pada lintas kabupaten beberapa Areal IUPHHK-HA terpisahkan oleh Sub DAS
seperti PT. Utama Damai Indah Timber dipisahkan oleh Sub DAS Kelay.
Izin Pemanfaatan Hutan pada KPHP Model Berau Barat, semua berada pada Kawasan Hutan
Produksi Tetap dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku. Dengan Hutan Produksi (HP/HPT) yang ada pada Wilayah Kelola
KPHP Model Berau Barat seluas 534.645,49 Ha maka 94 % (503.013 Ha) dari total Hutan
Produksi tersebut sudah dibebani Izin Pemanfaatan atau 64% dari luas total Wilayah KPHP
Model Berau Barat.
Pada IUPHHK-HA/HT mempunyai Jatah Tebang Tahunan (JPT) /Annual Allowable Cut (AAC)
yang berbeda-beda tergantung dari potensi kayu dan luas areal masing-masing IUPHHK-
HA/HT. JPT pada IUPHHK-HA/HT dietapkan setiap 10 Tahun sekali melalui Kegiatan
Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) yang kemudian dituangkan dalam Rencana
Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKU-PHHK). Sedangakn untuk Rencana Produksi
Tahunan ditentukan berdasarkan Inventarisasi Hutan Sebelum Penebangan (ITSP) dengan
intensitas 100% yang selanjutnya ditetapkan dalam dokumen RKT.
Berdasarkan Dokumen RKUPHHK dari IUPHHHK-HA yang ada di Wilayah KPHP Model Berau
Barat, maka JPT dari masing-masing IUPHHK-HA yang akan melakukan penebangan/produksi
di Wilayah KPHP Model Berau Barat sampai dengan 10 Tahun (2015-2024) adalah sebagai
berikut :
Tabel II-39. Etat Luas, JPT dan Rencana Produksi IUPHHK-HA selama 10 tahun pada
Wilayah KPHP Model Berau Barat
No IUPHHK-HA Etat Luas JPT Rencana Produksi 10 tahun
Proyeksi
Pendapatan Negara
ha/Tahun M3/tahun Luas (Ha) Vol. (m3) (Rp/10 Th)
1. PT. Aditya Kirana Mandiri 1.158,00 24.726,54 12.959,00 181.175,64 54.774.476.000,00
2. PT. Amindo Wana Perkasa 1.186,00 42.559,00 13.160,00 445.520,00 88.486.605.000,00
3. PT. Karya Lestari 1.333,00 61.609,00 12.500,00 583.650,00 148.601.510.000,00
4. PT. Mardhika Insan Mulia 1.236,00 52.605,00 12.232,00 629.012,00 111.467.009.000,00
5. PT. Wana Bhakti Persada
Utama
1.301,77 69.613,13 12.732,00 838.798,40 300.987.740.000,00
6. PT. Inhutani I Labanan 3.742,90 151.623,60 36.600,00 1.443.106,90 528.737.518.770,00
7. PT. Sumalindo Lestari Jaya IV 1.364,33 59.706,13 13.334,00 476.380,00 -
Jumlah 11.322,00 462.442,40 113.517,00 4.597.642,94 1.233.054.858.770,00
Rata/Tahun 1.132,20 46.244,24 11.351,70 459.764,29 123.305.485.877,00
Sumber : RKU IUPHHK-HA
Dari data pada Tabel II-39 di atas, luas tebangan rataan per tahun IUPHHK-HA yang aktif
adalah seluas 11.322,00 Ha dengan rataan volume tebangan sebesar 462.442,40 M3 per
tahun. Sedangkan proyeksi luas tebangan selama 10 tahun adalah 462.422,40 ha dengan
volume sebesar 4.168.900,94 M3 dari volume tersebut diperkirakan mampu
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-49
menyumbangkan pendapatan negara sebesar kurang lebih 123 milliar rupiah per tahun dari
PSDH dan DR serta PBB, selanjutnya akan distribusikan ke daerah sebagai dana perimbangan.
(berdasarkan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara pemerintah
Pusat Dan Pemerintah Daerah).
2. Penggunaan Kawasan Hutan
Pada Wilayah KPHP Model Berau Barat Penggunaan Kawasan Hutan terdiri dari Kegiatan
Pertambangan, Menara Telekomunikasi dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (Mikorohydro).
Akan tetapi yang dominan adalah Izin Usaha Pertambangan. Luas Izin Usaha Pertambagan
yang ada pada Wilayah KPHP Model Barat adalah 49.221,04 Ha. Secara rinci dapat dilihat
pada Tabel II-40 berikut :
Tabel II-40. Daftar Izin Pertambangan Dalam KPHP Model Berau Barat
No. Nama Perusahaan Sk Perizinan
Pertambangan
Luas dlm SK
(ha)
Luas dlm KPH
(ha)
1. PT. Berau Coal PKP2B 118.000,00 28.082,27
2. PT. Bara Jaya Perkasa SK Bupati No. 44 tahun 2009 1.368,00 1.360,41
3. PT. Berau Bara Abadi SK Bupati No. 319 tahun 2009 2.378,00 2.122,75
4. PT. Berau Prima Mulia SK Bupati No. 169 tahun 2008 4.004,00 1.103,46
5. PT. Berkat Buana Coal SK Bupati No. 256 tahun 2010 2.089,00 2.078,32
6. PT. Bumi Raya Interasia SK Bupati No. 43 tahun 2009 1.837,00 1.821,38
7. PT. Cahaya Sakti Abadi SK Bupati No. 665 tahun 2008 4.984,00 4.867,94
8. PT. Hamparan Anugrah
Abadi Blok I,II SK Bupati No. 650 tahun 2008 2.000,00 3.862,45
9. PT. Kaltim Jaya Bara SK Bupati No. 466 tahun 2009 5.000,00 303,20
10. PT. Pratama Sumber Bumi
Bara Blok Labanan SK Bupati No. 320 tahun 2009 4.000,00 3.618,85
Total 149.407,3 49.221,04
Sumber : Dinas Kehutanan 2011
Dari Tabel II-40 Tergambar bahwa hampir 50% dari izin usaha pertambangan adalah PKP2B
(izin pemerintah Pusat) sedangkan sisanya adalah Izin yang dikeluarkan oleh Bupati dalam
bentuk kuasa pertambangan (KP). Juga tergambar bahwa tidak semua izin usaha
pertambangan secara utuh masuk dalam wilayah kelola KPHP Model Berau Barat. Hal ini
disebabkan izin pertambangan tidak semuanya berada dalam kawasan hutan.
Izin usaha pertambangan yang berada pada KPHP Model Berau Barat secara keseluruhan
berada dalam Kawasan hutan produksi dan overlap dengan IUPHHK-HA PT. Inhutani I
Labanan. Ini artinya dari luasan 499.221,04 Ha, yang bisa diberikan izin pinjam pakai adalah
10% dari luas efektif Produksi PT. Inhutani I Labanan (129.074 Ha) atau seluas 12.907 Ha.
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-50
3. Kegiatan Lain-Lain
Selain kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu dan penggunaan kawasan Hutan, di Wilayah
KPHP Model Berau Barat juga dikembangkan berbagai program-program dalam rangka
pengelolaan hutan lestari melalui perbaikan tata kelola dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat, diantaranya adalah kegiatan yang terkait dengan pengurangan emisi dari
degradasi dan deforestasi (REDD).
a. Program Karbon Hutan Berau (PKHB)
Program Karbon Hutan Berau adalah suatu program kemitraan antara Pemerintah
Kabupaten Berau, Propinsi Kalimantan Timur, Kementrian Kehutanan, berbagai lembaga
pemerintah lainnya, lembaga swadaya masyarakat serta lembaga donor, untuk bersama-
sama mengembangkan program percontohan pengurangan emisi karbon dari deforestasi
dan degradasi hutan dan peningkatan stok karbon melalui kegiatan: pengelolaan hutan
secara lestari, konservasi hutan, rehabilitasi hutan.
Visi PKHB adalah Terwujudnya Kabupaten Berau sebagai model pembangunan berbasis
pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan yang rendah emisi. sedangkan tujuan Strategis
dari PKHB adalah :
Peningkatan dan penyempurnaan perencanaan, terutama terkait dengan penataan ruang,
penatagunaan lahan, dan proses perizinan pemanfaatan ruang pada tingkat kabupaten.
Pengurangan emisi dan peningkatan stok karbon sekitar 10 juta ton CO2 selama periode
lima tahun ke depan atau berkurang sedikitnya 10% dari BAU (Bussines As Usual),
khususnya dari sektor kehutanan dan perubahan lahan.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat bagi 5.000 orang masyarakat yang bertempat
tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan.
Perlindungan ekosistem yang bernilai tinggi, keanekaragaman hayati dan fungsi daerah
aliran sungai di sedikitnya pada 400.000 Ha daerah aliran Sungai Kelay dan Segah serta
pada habitat orang utan Kalimantan.
Peningkatan kapasitas lembaga publik dan para pemangku kepentingan, terutama dalam
aspek sumber daya manusia dan keberlanjutan pendanaannya.
Pembelajaran atas pelaksanaan tahap percontohan REDD+ berskala kabupaten, baik ke
level nasional maupun internasional.
PKHB akan menggunakan dua pendekatan. Pertama, Penguatan Kondisi Pemungkin akan
mencakup beberapa strategi yang meliputi: Penyempurnaan rencana tata ruang dan
pemanfaatan lahan; Perbaikan tata kelola sektor kehutanan; Pelibatan para pemangku
kepentingan; Peningkatan kesejahteraan masyarakat; Pengembangan mekanisme
pendanaan berkelanjutan dan pembagian manfaat yang adil; Berperan serta dalam
pengembangan sistem yang terukur, dapat dilaporkan, dan dapat diverifikasi bagi
perhitungan pengurangan emisi di tingkat nasional. Kedua Strategi Investasi Berbasis Tapak
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-51
akan mencakup: Perbaikan tata kelola hutan produksi pada paling sedikit areal seluas
650.000 Ha dengan potensi pengurangan emisi sebesar 3 juta ton CO2 selama lima tahun ke
depan; Perbaikan tata kelola hutan lindung pada paling sedikit areal seluas 100.000 Ha dan
pengurangan emisi serta penambahan stok karbon dengan potensi sebesar 2 juta ton CO2
selama lima tahun ke depan; Perbaikan perencanaan tata guna lahan dan tata kelola
perkebunan kelapa sawit pada paling sedikit areal seluas 20.000 Ha dengan potensi
pengurangan emisi sebesar 7 juta ton CO2 selama lima tahun ke depan; Perbaikan
perencanaan tata guna lahan dan tata kelola kawasan mangrove.
Keterkaitan antara PKHB dan KPHP Model Berau Barat, sangat kuat, meskipun PKHB berbasis
Kabupaten, akan tetapi lokasi aktifitas program-program PHKB lebih banyak di lakukan di
wilayah KPHP Model Berau Barat terutama pada Sub DAS Segah dan Kelay. Dengan demikian
diharapkan antara PKHB dan KPHP Model Berau Barat dapat berintegrasi dalam
mengoptimalkan pengelolaan hutan secara lestari untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
b. Forclime Program
Forclime (Forest and Climate change) program merupakan kerjasama antara Pemerintah
Indonesia dengan Pemerintah Republik Jerman untuk kegiatan Demonstration Activity
REDD. Forclime program bertujuan mengimplementasikan strategi untuk konservasi hutan
dan pengelolaan hutan yang lestari, yang akan menghasilkan pengurangan emisi dari sektor
kehutanan dan sektor terkait, serta memperbaiki taraf hidup masyarakat .
Kabupaten Berau Bersama dengan Kabupaten Malinau dan Kapuas Hulu, merupakan tiga
kabupaten yang akan menjadi lokus kegiatan Forclime program di Indoneisa. Secara spesifik
untuk Kabupaten Berau lokasi DA nya adalah PT. Sumalindo Lestari IV dan PT. Inhutani I
Labanan yang areal IUPHHK-HA yang berada pada wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat.
Secara garis besar Forclime program terdiri dari dua kerjasama yaitu Kerjasama Financial
(FC-Modul) dan Kerjasama Teknis (TC-Modul). Kerjasama Financial akan Mengembangkan
kegiatan percontohan (Demonstration Activities) implementasi REDD+ dengan pendekatan
Wilayah Kabupaten (Berau, Malinau dan Kapuas Hulu) sedangkan Kerjasama Teknis akan
mendukung Kementerian kehutanan dalam mengembangkan kebijakan, Strategi,
Kelembagaan kususnya yang terkait dengan Pembentukan KPH dan REDD serta
implementasi i isiatif Ja tu g Kali a ta Heart Of Borneo/HoB.
Program Forclime akan berdurasi 7 tahun, dengan sistim pendanaan On Budget On Treasury
(OBOnT) untuk kerjasama finansial, melalui Biro Perencanaan Kementerian Kehutanan,
kemudian dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Pemerintah Kabupaten Berau melalui dana
Perbantuan. Sedangkan kerjasama teknis menggunakan sistim pendanaan Of Budget of
Treasury (OBOT), pelaksanaaannya oleh GIZ.
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-52
Forclime program dan KPHP Model Berau Barat mempunyai visi dan misi program yang
sejalan dengan demikian diharapkan keberadaan program tersebut dapat berkontribusi
dalam mengoptimalkan peran KPH sebagai pengelola wilayah ditingkat tapak. Demikian
sebaliknya KPHP Model Berau Barat dapat memberikan dukungan terhadap keberhasilan
visi dan misi Forclime program.
F. KONDISI POSISI KPHL/KPHP DALAM PERSPEKTIF TATA RUANG WILAYAH DAN
PEMBANGUNAN DAERAH
1. Perspektif Tata Ruang Wilayah
Berdasarkan UU No. 24/1992 jo UU No. 26/2007, Tata Ruang Wilayah merupakan upaya
atau kegiatan pengaturan ruang berdasarkan berbagai fungsi dan kepentingan tertentu,
dalam rangka menetapkan peluang dan batasan bagi kegiatan pembangunan. Dengan
demikian hasil Tata Ruang Wilayah (RTW) merupakan dasar dan panduan bagi perencanaan
pembangunan. Sehingga dapat diwujudkannya pemanfaatan sumberdaya dan distribusinya
secara efisien dan mampu memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan
masyarakat dengan tetap mempertahankan kualitas lingkungan fisik bahkan dapat
ditingkatkan bagi pembangunan berkelanjutan.
Dengan demikian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan instrumen akses para
pemangku kepentingan dalam pembangunan terhadap keberadaan dan pemanfaatan
sumberdaya yang tersedia melalui sistem yang transparan dalam pembangunan berbasis
SDA. Sehingga ketika RTRW tidak mampu mengarahkan dan mengontrol pemanfaatan
sumberdaya (lack of enforcement), akan terjadi suatu kondisi dimana interaksi aktor atau
jaringan (network), politik atau kepentingan, pelaksana kebijakan dan pelaku usaha lebih
dominan (web of power da e jadi ko trol terselubu g dala distribusi a faat sumberdaya hutan atau lahan. Oleh karenanya disamping sebagai panduan pembangunan,
RTRW sebagai hasil sebuah proses yang transparan yang mencerminkan keterwakilan
kepentingan para pihak pembangunan, RTRW sebagai produk sebuah proses dalam
pembangunan harus mampu menjadi dasar rule of the game dalam pembangunan dan
harus mampu menjadi instrumen pengontrol dan pengendalian alokasi dan pemanfaatan
SDA yang tersedia.
Dalam kaitannya dengan pembangunan dan pengembangan KPH, RTRW merupakan dasar
penetapan wilayah kelola KPHP/L di daerah, sebagai bentuk peran Pemerintah Daerah
(Pemprov-Pemkab) sebagaimana telah diperankan oleh Pemerintah Kabupaten Berau. Oleh
karenanya dalam perspektif Tata Ruang Wilayah, keberadaan KPHP Model Berau Barat
sebagai organisasi pengelolaan sumberdaya hutan ditingkat tapak yang dibangun
berdasarkan komitmen Pemerintah Daerah dan bersifat spesifik lokal, mempunyai posisi
strategis karena :
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-53
• Keberadaan organisasi KPHP Model tersebut diharapkan dapat mengoptimalisasikan
akses masyarakat terhadap hutan dan lahan sebagai bagian dari proses perencanaan Tata
Ruang Wilayah di daerah.
• Sebagai organisasi tingkat tapak, keberadaan organisasi KPHP Model tersebut diharapkan
mampu mengenali secara detail potensi dan masalah-kendala dalam pengelolaan-
pemanfaatan sumberdaya hutan dan lahan di wilayahnya. Hal demikian akan merupakan
kondisi-prakondisi yang diperlukan dalam penyelenggaraan resolusi konflik. Dengan
demikian proses Tata Ruang Wilayah dapat dilaksanakan pada kondisi dan situasi yang
bersih dari konfik.
• Sebagai organisasi tingkat tapak, keberadaan organisasi KPHP Model tersebut diharapkan
dapat membangun komunikasi rutin dan inten dengan masyarakat-para pihak setempat,
sehingga mampu menggali potensi sesuai kebutuhan lokal. Dengan demikian proses
RTRW dapat diselenggarakan berdasarkan aspirasi para pemangku kepentingan
(partisipatif).
• Keberadaan organisasi KPHP Model tersebut diharapkan dapat berperan sebagai
jembatan komunikasi dan mediasi antara kebijakan pemerintah dan kebutuhan lokal
(sebagai salah satu fungsi KPH). Dengan demikian keberadaan organisasi KPH dapat
berperan mendorong terselenggaranya proses RTRW yang lebih aspiratif-obyektif dan
rasional.
Dengan ditetapkannya KPHP Model Berau Barat sebagai model pembangunan dan
pengembangan KPH di Kabupaten Berau melalui peran-perannya di atas, sehingga dengan
beroperasinya KPHP Model tersebut diharapkan dapat berperan kedepan sebagai instrumen
dan bagian dari proses penyelenggaraan RTRW yang lebih transparan, aspiratif dan
partisipatif. Dengan demikian diharapkan hasil proses RTRW tersebut sebagai dokumen legal,
mendapatkan akseptabilitas dan aplikabilitas secara lebih luas. Lebih lanjut, produk RTRW
tersebut dapat dipergu aka sebagai dasar da pa dua dala pere a aa pembangunan daerah berbasis pemanfaatan SDA berkelanjutan di Kabupaten Berau ke
depan.
2. Perspektif Pembangunan Daerah
Sebagaimana halnya dengan daerah lain, dimana dalam era otonomi daerah (desentralisasi),
Kabupaten Berau yang memiliki sumberdaya alam yang potensial, baik yang dapat
diperbaharui dan yang tidak terbaharui, berdasarkan pelaksanaan pembangunan daerah
dengan pemanfaatan SDA yang tersedia. Dibanding dengan Kabupaten lain di Kalimantan
Timur, Kabupaten Berau memiliki sumberdaya hutan yang relatif masih utuh, yang terbebas
dari bencana alam berupa kebakaran hutan (forest fire). Dari luas 2.191.291 Ha daratan
wilayah pemerintahan Kabupaten Berau, sebagian besar (64%) atau seluas berupa kawasan
hutan.
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-54
Dengan Visi pembangunan daerah ”Menjadikan Kabupaten Berau sebagai daerah unggulan
dibida g agribis is da tujua wisata a diri da riligius e uju asyarakat sejahtera”, posisi dan peranan hutan dan kehutanan masih signifikan bagi pencapaian Visi
pembangunan tersebut. Untuk dapat mewujudkan pembangunan dan pengembangan
agribisnis dan tujuan wisata di Kabupaten Berau, yang membutuhkan sumberdaya lahan dan
sumberdaya hutan (yang kaya akan keanekaragaman hayati) memiliki peran dan diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang signifikan dan proporsional.
“u berdaya huta da sektor kehuta a de ga de ikia e pu yai pera a se tral dalam rangka mewujudkan Visi pembangunan daerah di atas. Disatu sisi Sektor Kehutanan
harus mampu mewujudkan Visi pembangunan kehutanan di daerah ini, yaitu Terwujudnya
Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sumber Daya Hutan Secara Efisien Dan
Lestari , disisi lai sektor kehuta a juga dihadapka de ga di a ika pembangunan
sektor berbasis laha ya g lai yaitu : sektor perkebunan dan pertambangan. Fenomena ini
tidak hanya terjadi di Kabupaten Berau, tetapi terjadi hampir disemua kabupaten di
Kalimantan Timur. Sebagai konsekuensi dari semangat desentralisasi dan reformasi dalam
sistem pembangunan nasional dan daerah. Dengan kawasan Areal untuk Penggunaan Lain
(APL) seluas 527.870,77 Ha (24,09%) dari total kawasan hutan Kabupaten Berau,
dii dikasika tidak a pu e a pu g di a ika arah pe ba gu a daerah saat i i, terutama pembangunan yang berbasis lahan (land based development).
Berdasarkan Draf Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kaltim Usulan Perubahan Tahun
2009 beberapa wilayah KPHP Model Barat diusulkan perubahan fungsi menjadi Areal
penggunaan lain (APL) dan Hutan Produksi Konversi (HPK) dan Hutan Lindung (HL), usulan
perubahan tersebut antara lain untuk kepentingan pengembangan perkampungan dan
perkebunan serta kepentingan kelestarian lingkungan guna menunjang kepentingan
pembangunan daerah.
Tabel II-41. Perubahan Fungsi Kawasan dalam KPHP Model Berau Barat Berdasarkan
Draf RTRWP Kaltim Usulan Perubahan Tahun 2009
No. Usulan Perubahan Fungsi Kawasan Luas (Ha)
1. Hutan Produksi (HP) menjadi Areal Penggunaan Lain (APL) 15.135,00
2. Hutan Produksi (HP) menjadi Hutan produksi Konversi (HPK) 4.205,00
3. Areal Penggunaan lain (APL) Menjadi Hutan Lindung (HL) 11.084,12
Jumlah 30.424,12
Sumber : Analisis Draf RTRWP Kaltim Usulan Perubahan Tahun 2009
Berdasarkan Tabel II-41, tersebut tergambar bahwa Pemerintah Kabupaten Berau
berkomitmen untuk menjamin keseimbangan pembanguan antar sektor, perubahan fungsi
kawasan yang diusulkan dalam rangka mengoptimalkan fungsi lahan sesuai dengan
kondisinya di lapangan.
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-55
Berdasarkan akumulasi pengalaman dalam pembangunan kehutanan melalui pemanfaatan
sumberdaya hutan selama lebih dari 4 dasawarsa, ternyata pengelolaan hutan ditingkat unit
manajemen-tingkat tapak masih belum mampu mewujudkan pengelolaan sumberdaya
hutan secara lestari. Hal tersebut terjadi karena tugas dan tanggungjawab Pemerintah pusat
dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan hutan di tingkat unit pengelolaan masih sangat
lemah, karena penjabaran tugas dan tanggungjawab pemerintahan lebih pada bidang
administrasi urusan pemerintahan daripada langsung mengelola sumberdaya hutan di
lapangan (DKN, 2009).
Dari uraian di atas, maka dalam perspektif pembangunan daerah, khususnya dalam
pembangunan kehutanan, pembangunan dan pengembangan KPHP Model Berau Barat
diharapkan dapat berperan sebagai salah satu be tuk dese tralisasi ya g yata riil da operasional di lapangan. Bentuk peran keberadaan KPHP Model Berau Barat tersebut antara
lain :
a. Fungsi pengelolaan hutan merupakan perangkat untuk membangun hutan lestari dengan
mendekatkannya kepada penyelenggara pemerintahan di daerah, oleh karena itu
implementasinya menggunakan falsafah desentralisasi penyelenggaraan pengelolaan
namun dengan tetap memperhatikan kriteria-kriteria atau syarat-syarat menuju suatu
pengelolaan hutan yang benar.
b. Sesuai amanat peraturan perundangan bahwa, kelembagaan/organisasi KPH merupakan
organisasi yang mempunyai tanggung jawab sangat besar, serta be ar-be ar menyelenggarakan pengelolaan yang sangat berbeda dengan penyelenggaraan
pe gurusa , oleh kare a itu apabila e ggunakan pendekatan desentralisasi maka
kelembagaan/organisasi KPH harus berdiri sendiri dan berada langsung dibawah tanggung
jawab pimpinan daerah (Gubernur atau Bupati).
c. Demikian pula dalam pelaksanaan rehabilitasi hutan (misalnya Gerhan), serta
implementasi perizinan yang berupa Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat dan
Hutan Desa, terdapat permasalahan, karena tidak ada yang memelihara hasil tanaman
maupun lemah dalam mempersiapkan lokasi dan masyarakat pesertanya.
d. Pembangunan KPH, sebagai perangkat pengelola di tingkat tapak/lapangan
(melaksanakan inventarisasi dan tata hutan lokasi-lokasi bagi pengembangan ekonomi,
perlindungan dan konservasi kawasan, menyusun data dan informasi dasar,
pemberdayaan masyarakat sebagai pengelola SDH mandiri serta mediasi masalah-
masalah yang terkait kepastian hak atas tanah).
e. Pembentukan KPH tersebut diarahkan untuk meningkatkan intensitas pengelolaan
kawasan hutan negara.
f. Terkait dengan usaha komersial kehutanan, juga terdapat biaya transaksi tinggi, karena
dalam pelaksanaan perencanaan, penetapan jatah produksi, administrasi, dll. Belum
didasarkan pada informasi lapangan secara akurat. Oleh karena itu keberadaan KPH
sangat penting dalam upaya memecahkan masalah-masalah tersebut.
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-56
G. INFRASTRUKTUR
Ketersediaan infrastruktur merupakan masukan penting dalam operasional pengelolaan
huta di lapa ga , hal i i berkaita de ga ti gkat aksesibilitas ti gkat keterja gkaua kawasan hutan). Selanjutnya tingkat aksesibilitas akan mempengaruhi intensitas
pengelolaan, utama ya fu gsi pe gawasa . Fu gsi i i ya g a ti ya aka e jadi fu gsi penting yang harus diperankan oleh Kepala KPHP Model dalam pengelolaan wilayah kelola
yang mempunyai luasan yang cukup luas, 786.021 Ha. Sementara sebagian besar dari
wilayah kelola tersebut sudah terdapat izin pemanfaatan-pengelolaannya dalam bentuk
IUPHHK-HA (11 unit) dan IUPHHK-HT (1 unit). Dalam Kontek KPHP Model Berau Barat
beberapa infrastrukur yang perlu mendapat perhatian adalah sarana jalan, sarana
transfortasi, kelistrikan dan sarana telekomukikasi, sebagai bagian yang tidak bisa
terpisahkan dengan kegiatan pengelolaan hutan yang akan dilakukan.
1. Sarana Jalan
Jalan merupakan infrastruktur dasar yang sangat penting dalam pengelolaan hutan dan
pembinaan kepada masyarakat. Wilayah KPHP Model Berau dapat diakses dengan
menggunakan jalan provinsi (Berau-Samarinda) dan jalan kabupaten (Tanjung Redeb-
Kecamatan Segah), sedangkan akses menuju desa-desa dan unit-unit pengelola pada
umumnya diakses dengan menggunakan jalan-jalan Logging. Berdasarkan statusnya maka
jalan-jalan yang melintasi KPHP Model Berau Barat dapat dilihat pada Tabel II-42 berikut :
Tabel II-42. Status Jalan di Wilayah kelola KPHP Model Berau Barat
No Status Jalan Panjang
(Meter) Keterangan
1 Jalan Provinsi 1.107.971,49
2 Jalan Kabupaten 39.562,53
3 Jalan Kecamatan/Kampung 1.247.296,28
4 Jalan Logging 1.905.436,44 Tergantung Kegiatan logging
Jumlah 4.300.266,73
Sumber : Analisis data jalan spasial Bappeda (2005)
Kondisi jalan provinsi dan kabupaten relatif baik sebagian besar sudah di aspal, akan tetapi
hanya dapat mennjangkau beberapa desa dan ibukota Kecamatan Kelay dan Segah.
Selebihnya menggunakan jalan-jalan logging yang kondisinya tergantung pemeliharaan yang
dilakukan oleh Perusahaan IUPHHK-HA.
`
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-57
Tabel II-43. Aksessibilitas Jalan Pada Masing-Masing Kampung
No. Nama Kampung Aksesibilitas jalan
1. Merasa, Muara Lesan, Lesan Dayak, Long Beliu, Merapun,
Sido Bangen.
Jalan Provinsi + Jalan kampung
2. Siduung Baru, Long Sului, Long Lamcin, Long Pelay, Long
Keluh, Long Duhung, Long Ayan, Long Laai, Long
Pay/Punan Mahakam, Long Oking/Punan Segah, Long
Ayap. Batu Rajang, Punan Malinau
Jalan Kabupaten + Jalan logging
3. Bukit Makmur, Pandan Sari, Tepian Buah, Gunung Sari,
Harapan Jaya, Tumbit Dayak, Long Lanuk, Tumbit Melayu,
Labanan Jaya, Labanan Makmur, Labanan Makarti
Jalan Kabupaten
Sumber : Analisis Database KPHP Model Berau Barat
Beberapa unit pengelola yang dapat diakses dengan jalan provinsi dan jalan kabupaten yaitu
IUPHHK-HA (PT. Inhutani I Labanan, PT. Mardhika Insan Mulia,) dan IUPHHK-HT (PT.
Belantara Pusaka). Terkait dengan infrastruktur jalan yang ada diwilayah KPHP Model Berau
Barat, keberadaan KPH harus dapat menjadi mediator antara perusahaan dengan
masyarakat pengguna jalan untuk menjamin kelancaran dan kondisi kelayakan jalan.
2. Sarana Transportasi
Dengan kondisi jalan darat yang belum berkembang dengan baik sebagaimana dikemukakan
di atas, maka masyarakat juga masih menggunakan alat transportasi dengan menggunakan
sungai. Hal ini juga dalam faktanya masyarakat pedalaman juga sebagian besar bertempat
tinggal di tepi sungai, tanah pertanian juga sebagian besar berada di tepi sungai (tanah
alluvial).
Aksesibilitas yang ada pada wilayah KPHP Model Berau Barat terdiri dari dua yaitu melalui
jalan darat dan sungai. Tidak semua kampung dan unit pengelola dapat diakses dengan jalan
darat akan tetapi harus dibantu dengan transportasi sungai seperti lesan Dayak, Long
Lancim, long Sului, Long Pelay, Long keluh, Long Laai, sedangkan unit pengelola adalah PT.
Aditya Kirana Mandiri dan PT. Amindo Wana Perkasa.
Belum ada Sarana transportasi umum yang reguler baik lewat darat mapun lewat sungai ke
lokasi kampung dan unit pengelola yang ada di wilayah KPHP Model Berau Barat, akan tetapi
kendaraan charter baik mobil ataupun perahu milik masyarakat setiap saat tersedia, dengan
harga bervariasi sesuai dengan jarak tempuhnya. Selain menggunakan charter, masyarakat
biasa ikut dengan kendaraan-kendaraan pemegang IUPHHK-HA/HT, sebagai bagian dari
kegiatan pembinaan masyarakat.
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-58
3. Kelistrikan
Infrastruktur listrik relatif terbatas, PLN baru menjangkau beberapa kampung yang berada di
sekitar ibu kota kabupaten dan kecamatan tertentu saja. Pada umumnya kampung yang ada
di wilayah KPHP Model Berau Barat belum terjangkau dengan PLN. Beberapa kampung
menggunakan listrik dari mesin kampung, Listrik dari mesin pribadi, solar cell dan
pembangkit listrik tenaga Air (Mikrohydro), lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel II-44
sebagai berikut :
Tabel II-44. Sumber Listrik Berdasarkan Kampung
No. Nama Kampung Sumber Listrik
1. Bukit Makmur, Pandan Sari, Tumbit Dayak, Tumbit Melayu,
Labanan Jaya, Labanan Makmur, Labanan Makarti
PLN
2. Siduung Baru, Long Sului, Long Lamcin, Long Pelay, Long
Keluh, Long Duhung, Long Ayan, Long Laai, Long Pay, Long
Oking, Long Ayap , Lesan Dayak, Merasa, Muara Lesan, Long
Gie, Sido Bangen
mesin kampung, mesin pribadi, solar
cell
3. Long Duhung, Long Boy mesin kampung, mesin pribadi, solar
cell dan Pembangkit Listrik Tenaga Air
(Mikrohydro)
4. Merapun, Batu Rajang, Tepian Buah, Gunung Sari, Harapan
Jaya, Punan Malinau, Long Lanuk,
mesin kampung, mesin pribadi, solar
cell
Sumber : Analisis Database KPHP Model Berau Barat
Berdasarkan Tabel II-44, tergambar bahwa pada umumnya kampung telah memiliki mesin
lampu kampung, akan tetapi tidak semua dapat dioperasikan karena kesulitan BBM.
Kampung-kampung yang dapat menggunakan lampung kampung secara rutin adalah
kampung-kampung yang mendapatkan subsidi dari IUPHHK-HA/HT yang ada diwilayahnya.
Sedangkan yang tidak sulit untuk dioperasikan terus menerus dan biasanya hanya pada
acara-acara tertentu.
Disisi lain, penggunaan jasa lingkungan tertama air untuk pembangkit tenaga listrik masih
sangat rendah yaitu hanya ada pada dua kampung yaitu Long Boy dan Long Duhung. Kondisi
ini merupakan peluang dan tantangan bagi KPHP Model Berau Barat dalam mengoptimalkan
jasa lingkungan dalam mengatasi permasalahan kelistrikan.
4. Sarana Telekomunikasi
Dengan wilayah yang relatif luas, membuat infrastruktur komunikasi menjadi penting dalam
rangka efektifitas dan efisiensi pengelolaan di Wilayah KPHP Model Berau Barat.
Telpon/handpone sebagai sebagai sarana komunikasi yang paling efektif dan efisien selama
ini belum dapat menjangkau semua wilayah kampung dan kelola KPHP Model Berau Barat,
sehingga beberapa kampung masih harus menggunakan peralatan lain telpon satelit (relatif
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-59
mahal) dan radio komunikasi. Berdasarkan alat komunikasi yang dapat dipergunakan maka
beberapa kampung dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Tabel II-45. Sarana Komunikasi Berdasarkan Kampung.
No. Nama Kampung Alat Komunikasi
1. Bukit Makmur, Pandan Sari, Tumbit dayak, Long
Gie/long beliu, Sidobangen, Merasa, Muara Lesan, long
ayan, Long Pay/punan mahakam.
Handphone, internet, radio komunikasi
(HT)
2. Siduung Baru, Long Sului, Long Lamcin, Long Pelay, Long
Keluh/boy, Long Duhung, long Laai, Long Oking/punan
segah, Long Ayap, Lesan Dayak, Long Duhung
telpon satelit, radio komunikasi (HT)
3. Merapun, Batu Rajang, Tepian Buah, Gunung Sari,
Harapan Jaya, Punan Malinau, Long Lanuk, Tumbit
Melayu, Labanan Jaya, Labanan Makmur, Labanan
Makarti
Handpon
Sumber : Analisis Database KPHP Model Berau Barat
Dari tabel II-45, diatas tergambar bahwa sebagian besar dari wilayah KPHP Model Berau
Barat belum terjangkau dengan handpone, meskipun di beberapa tempat sudah dibangun
menara-menara telekomunikasi selluler.
H. ISU STRATEGIS, KENDALA DAN PERMASALAHAN
1. Isu Strategis
Seiring dengan pelaksanaan pembangunan, pertambahan jumlah penduduk dan
meningkatnya kebutuhan ruang untuk melakukan aktivitas, sumber daya hutan juga
mengalami tekanan yang cukup besar, sehingga menjadi perhatian berbagai pihak baik dari
dalam maupun luar negeri.
a. Degradasi dan deforestasi yang terus meningkat
Degradasi dan deforestasi merupakan salah satu isu disektor kehutanan yang akhir-akhir ini
menjadi perhatian berbagai pihak baik dari dalam maupun luar negeri. Degradasi dan
deforestasi selalu dikaitkan dengan kegiatan perambahan hutan, illegal logging, konversi
kawasan hutan untuk penggunaan di luar sektor kehutanan serta pengelolaan hutan yang
tidak menjaga keseimbangan lingkungan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengurusan yang
dilakukan oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah saat ini masih banyak bersifat pelayanan
administrasi perizinan dan tanggungjawab pada pengelolaan di tingkat tapak sangat lemah.
Pengelolaan lebih banyak diserahkan kepada pihak ketiga selaku Pemegang Izin
Pemanfaatan Hutan sementara pengawasan dan pengendalian tidak dilakukan dengan baik.
Hasil kajian penutupan lahan dan analisis perubahan penutupan lahan di Kabupaten Berau
secara umum oleh Romote Sensing Solution (RSS) tahun 2011 dengan mengunakan data
menggunakan latsat-%TM dan Latsat 7 ETM+ tingkat kabupaten 1:100.000; RapidEye
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-60
skala 1 : 25.000 dan survey lapangan serta udara disebutkan bahwa dalam kurun waktu
antara tahun 1990 hingga 2010, besarnya defostestasi yang terjadi di Berau yaitu sebesar
126.149 ha sedangkan yang terdegradasi sebesar 70.477 ha. Hal tersebut menyebabkan
hilangnya stok karbon sebesar 40,4 juta ton karbon. (Forclime, 2014). Secara garis besar
degradasi dan deforestasi terjadi karena konversi hutan untuk kegiatan non kehutanan
seperti kebun, tambang, pertanian dan perkampungan, selain itu degradasi dan deforestasi
juga terjadi karena perambahan, illegal logging, kebakaran serta pengelolaah hutan oleh
pemegang izin (IUPHHK-HA/HT) belum sesuai dengan kaidah-kaidah kelestarian.
b. Belum optimalnya keterlibatan masyarkat dalam pengelolaan Kawasan Hutan secara
langsung
Secara umum wilayah KPHP Model Berau Barat relatif lengang atau tidak mengalami
tekanan penduduk yang tinggi. Meskipun demikian pada wilayah-wilayah di sekitar
pemukiman dipertimbangkan penting untuk tetap mendapatkan perhatian, karena pada
umumnya segala aktivitas ekonomi penduduk terkonsentrasi pada daerah-daerah dekat
pemukiman. Begitu juga tekanan populasi tidak terlihat sebagai penyebab utama dari
kerentanan.
Berdasarkan survey baseline kondisi sosial dan ekonomi Kabupaten Berau Secara
keseluruhan, rata-rata pendapatan rumah tangga di penduduk diwilayah sekitar KPHP Model
Berau Barat cukup tinggi, utamanya karena tingginya potensi pendapatan dari kegiatan non-
perladangan di kabupaten seperti perkebunan kelapa sawit dan pertambangan. Begitu pula
tingkat kemiskinan relative rendah di wilayah KPH ini, dimana 20-30% rumah tangga
dia ggap sebagai keluarga iski . Na u , keba yaka desa di wilayah KPH i i dia ggap rentan kemiskinan akibat ketiadaan intervensi tertentu utamanya karena ketergantungan
mereka terhadap sumber daya alam dan keterisolasian geografis (Forclime, 2012)
Pada kenyataanya keterlibatan masyarakat yang ada di sekitar dan di dalam kawasan hutan
masih relatif rendah hal ini disebabkan pengelolaan hutan selama ini belum memberikan
akses kepada masyarakat untuk terlibat dalam pengelolaan hutan baik keterlibatan dalam
izin pemanfaatan yang sudah ada maupun pengelolaan secara langsung melalui skema-
skema berbasis masyarakat seperti: Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Kemasyarakatan
(HKM), Hutan Desa, serta belum optimalnya pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK),
pemanfaatan jasa lingkungan dan pengembangan wisata alam. Sampai saat ini di Kabupaten
Berau belum ada Kawasan hutan yang dialokasikan untuk skema-skema Pengelolaan hutan
bersama masyarakat.
c. Belum optimalnya pemantapan kawasan dan penyelesaian tenurial masyarakat
Fungsi kawasan hutan yang ada pada wilayah KPHP Model Berau Barat serta di Kabupaten
Berau pada umumnya masih pada tahap penunjukan kawasan (berdasarkan SK Menteri
Kehutanan Nomor 79/KPTS-II/2001, 15 Maret 2001, tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-61
Perairan Kalimantan Timur), belum ada tata batas dan pengukuhan baik batas fungsi
maupun batas luar KPH. Dilapangan masih terdapat ketidakpastian status dan fungsi
kawasan Sehingga masih terdapat overlap/ketidak-cocokan antara fungsi kawasan dengan
izin pengelolaan pemanfaatan dan penggunaan kawasan seperti keberadaan perkampungan,
perkebunan dan pertanian, di dalam kawasan Hutan Produksi dan wilayah IUPHHK-HA, serta
tumpang tindih antara Izin Pemanfaatan (IUPHHK) dengan Izin Pertambangan.
d. Belum optimalnya Pemanfaatan Dana DBH untuk pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan
Lahan (RHL)
Berdasarkan tingkat prioritas RHL, luas Wilayah DAS yang Sangat prioritas adalah 103.094,69
ha atau 0, 61 %., Sedangkan berdasarkan tingkat erosinya maka DAS Berau masuk dalam
kualifikasi rendah yaitu dengan Nilai Indek Erosi (IE) 0,66. ( Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa kondisi DAS Berau Masih realtif baik. Tingkat kritis lahan di wilayah KPHP Model
Berau Barat relative rendah sebagian besar masih berstatus potensial dan agak kritis (BPDAS
Mahakam Berau (2009)
Berdasarkan kondisi tersebut diatas kinerja DAS Berau masih relative baik, sehingga kegiatan
RHL belum prioritas. Yang menjadi permasalahan adalah Kabupaten Berau merupakan salah
satu daerah penghasil Dana Reboisasi dan PSDH yang cukup besar, sampai dengan tahun
2011, jumlah Dana Bagi Hasil (DBH) Kehutanan yang ada di rekening Pemerintah Kabupaten
Berau mencapai sekitar 240 Miliyar. Pemerintah daerah sangat kesulitan dalam
menggunakan dana tersebut dikarenakan data dan informasi lokasi yang tidak akurat
sehingga perencanaan RHL yang tidak dapat dilaksanakan, selain itu keadaan lokasi juga
dibatasi oleh keberadaan konsesi Izin Pemanfaatan dan penggunaan kawasan Hutan.
2. Kendala dan Permasalahan
Pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak permasalahan yang merupakan prasyarat-
prasyarat pengelolaan hutan secara lestari yang belum dapat diselesaikan baik oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Berau sebagai bagian dari Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi (RTRWP) sampai saat ini belum disahkan.
b. Data dan informasi Biofisik dan sosial budaya serta Spatial (keruangan) terkait dengan
sumberdaya alam hutan di wilayah KPHP Model Berau Barat masih belum lengkap dan
belum sinkron pada berbagai tingkat pemerintahan (pusat, provinsi dan kabupaten )
serta belum tersedianya protokol pertukaran dan sinkronisasi data di berbagai tingkatan
c. Kapasitas kelembagaan KPHP Model Berau Barat masih sangat terbatas baik kapasitas
(kualitas dan kuantitas) sumberdaya manusia SDM, prasarana dan sarana, pendanaan
maupun bentuk struktur organisasi yang masih sangat sederhana.
d. Tata hubungan kerja, secara umum pembagian peran diantara stakeholder tidak berjalan
pada tataran implementasi. Keterlibatan institusi non kehutanan dan para pihak sangat
Bab II. Deskripsi Kawasan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
II-62
terbatas. Komunikasi antar instansi juga sangat minim baik di tingkat kabupaten/kota
maupun tingkat provinsi.
e. Rendahnya kinerja pelaksanaan dan implementasi Pengelolaan hutan secara lestari
(PHL) dari Pemegang izin Pemanfaatan Hasil hutan (IUPHHK-HA/HT) karena
kurangnya Komitmen, Kapsiatas SDM, prasarana dan sarana IUPHHK serta pengawasan
dan pembinaan dari Pemerintah baik pemerintah Pusat maupun Pemerintah daerah.
f. Rendahnya Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan Sumberdaya alam hutan, baik
keterlibatan dalam izin pemanfaatan yang sudah ada maupun pengelolaan secara
langsung melalui skema-skema berbasis masyarakat seperti: Hutan Tanaman Rakyat
(HTR), Hutan Kemasyarakatan (HKM), Hutan Desa, serta belum optimalnya pemanfaatan
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), pemanfaatan jasa lingkungan dan pengembangan
wisata alam.
g. Tata hubungan kerja dan pembagian peran diantara stakeholder dalam melaksanakan
berbagai program dan kegiatan seperti kegiatan SKPD, IUPHHK-HA/HT, Lembaga Non
Pemerintah (LSM), serta Kegiatan masyarakat belum terintegrasi dengan baik.
Bab III. Visi dan Misi Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
III-1
BAB III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN
A. VISI
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa, Kabupaten Berau yang memiliki
sumberdaya alam yang potensial, baik yang dapat diperbaharui dan yang tidak terbaharui,
disisi lain juga dihadapkan dengan berbagai isu-isu strategis, kendala dan permasalahan
dalam pengelolaannya.
Dengan Visi Pembangunan Daerah ”Menjadikan Kabupaten Berau sebagai daerah
unggulan dibidang agribisnis dan tujuan wisata mandiri dan religius menuju masyarakat
sejahtera”, posisi dan peranan hutan dan kehutanan masih signifikan bagi pencapaian Visi
pembangunan tersebut. Untuk dapat mewujudkan pembangunan dan pengembangan
agribisnis dan tujuan wisata di Kabupaten Berau, yang membutuhkan sumberdaya lahan dan
sumberdaya hutan (yang kaya akan keanekaragaman hayati) memiliki peran dan diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang signifikan dan proporsional.
“u berdaya huta da sektor kehuta a de ga de ikia e pu yai pera a se tral dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan Daerah di atas. Disatu sisi sektor kehutanan
harus mampu mewujudkan Visi Pembangunan Kehutanan di daerah ini, yaitu Terwujudnya
Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sumber Daya Hutan Secara Efisien Dan
Lestari , disisi lai sektor kehuta a juga dihadapka de ga dinamika pembangunan sektor
berbasis lahan yang lainnnya, yaitu: sektor perkebunan dan pertambangan. Fenomena ini
tidak hanya terjadi di Kabupaten Berau, tetapi terjadi hampir di semua kabupaten di
Kalimantan Timur. Sebagai konsekuensi dari semangat desentralisasi dan reformasi dalam
sistem pembangunan nasional dan daerah. Dengan kawasan Areal untuk Penggunaan Lain
(APL) seluas 527.870,77 Ha (24,09%) dari total kawasan hutan Kabupaten Berau,
dii dikasika tidak a pu e a pu g di a ika arah pe ba gu a daerah saat ini,
terutama pembangunan yang berbasis lahan (land based development).
KPHP Model Berau Barat merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah daerah harus
dapat menterjemahkan dan mendukung kebijakan pembangunan daerah pada tingkat tapak
sehingga visi dan misi pembangunan daerah dan sektor kehutanan dapat terwujudkan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka ditetapkan visi pengelolaan KPHP Model Berau Barat
untuk jangka waktu 10 tahun (2015-2024) sebagai berikut :
”Menjadi Pengelola Hutan Lestari yang Profesional, Mandiri dan Mampu Berkontribusi
Untuk Pembangunan Daerah dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat “
Visi tersebut diharapkan dapat merefleksikan beberapa cita-cita yang ingin dicapai di masa
depan khususnya dalam pembentukan KPHP Model yang pertama di Kabupaten Berau
tersebut, adapun makna diri visi tersebut adalah sebagai berikut :
Bab III. Visi dan Misi Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
III-2
1. Pengelolaan kawasan hutan secara optimal, dimaksudkan sebagai upaya untuk
mendayagunakan sumberdaya hutan sesuai dengan fungsinya, baik hutan produksi
maupun hutan lindung sebagai modal pembangunan ekonomi daerah dan masyarakat
serta mengoptimalkan peran para pihak tertama masyarakat dalam pengelolaan kawasan
hutan.
2. Pengelolaan hutan lestari, dimaksudkan bahwa KPHP Model Berau Barat akan menjadi
pengelola ditingkat tapak harus dapat menjamin keseimbangan antara aspek ekonomi,
ekologi dan sosial.
3. Profesional , dimaksudkan bahwa kegiatan pengelolaan dilaksanakan sesuai dengan tugas
dan tanggungjawab, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku serta
pertimbangan dan kajian teknis secara ilmiah.
4. Mandiri, dimaksudkan bahwa pada akhirnya KPHP Model Berau Barat dapat melakukan
kegiatan pengelolaan secara sendiri tanpa ketergantungan SDM, Sarana Prasarana dan
Pendanaan dari pihak luar.
5. Berkontribusi pada Pembangunan Daerah dan Kesejahteraan masyarakat, dimaksudkan
bahwa pengelolaan kawasan hutan harus dapat meningkat pendapatan daerah
Kabupaten Berau melalui pengembangan investasi dan peningkatan ekonomi masyarakat
khususnya yang berada di sekitar dan di dalam kawasan hutan melalui optimalisasi
pengelolaan hutan serta kepastian akses dan hak kelola yang jelas.
B. Misi
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut maka perlu diwujudkan beberapa misi sebagai
berikut :
1. Memantapkan kepastian status kawasan hutan serta batas wilayah KPHP Model Berau
Barat. Bertujuan untuk meningkatkan kepastian kawasan hutan sebagai dasar penyiapan
prakondisi pengelolaan sumberdaya hutan secara lestari.
2. Memantapkan data dan informasi biofisik, sosial dan spasial. Tujuannya sebagai dasar
dalam penyusunan perencanaan pengelolaan wilayah, monitoring dan evaluasi izin
pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan yang ada pada wilayah KPHP Model
Berau Barat.
3. Memantapkan penyelenggaraan Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam.
Bertujuan untuk menurunkan gangguan keamanan hutan dan hasil hutan dalam dan
mengoptimalkan pelaksanaan konservasi sumberdaya alam.
4. Memantapkan pelaksanaan pengelolaan kawasan hutan secara lestari (PHL) melalui
pembinaan pada pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
Tujuannya adalah menjamin penglelolaan hutan dapat dilakukan secara berkelanjutan
pada aspek produksi, lingkungan dan sosial.
Bab III. Visi dan Misi Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
III-3
5. Memantapkan pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL). Bertujuan meningkatkan
kondisi, fungsi dan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
6. Memantapkan peran dan partisipasi para pihak terutama masyarakat dalam pengelolaan
kawasan hutan. Tujuannya mengoptimalkan keterlibatan para pihak dalam pengelolaan
kawasan hutan secara sinerji dan terintegrasi.
7. Memantapkan kemandirian dalam pengelolaan hutan melalui pengembangan investasi
dan bisnis KPH. Tujuannya mengurangi ketergantungan pengelolaan hutan terhadap
pendanaan APBD dan APBN, sehingga bisa pengelolaan bisa berkelanjutan, serta
mengoptimalkan pendapat Negara dan Daerah serta masyarakat dalam pengelolaan
hutan.
8. Memantapkan kelembagaan KPHP Model Berau Barat, Bertujuan untuk peningkatan SDM,
sarana dan prasarana, pendanaan, standar operasional serta kejelasan tata hubungan
kerja baik secara vertikal maupun horizontal.
C. TuJuan Pengelolaan
Secara umum tujuan pengelolan KPHP Model Berau Berau telah tergambar dalam tujuan
dari masing –masing misi pengelolaan, secara spesifik tujuan pengelolaan KPHP Model Berau
Barat pada periode 2015-2024 adalah sebagai berikut :
1. Mendorong Kepastian Kawasan Hutan melalui Percepatan Pengukuhan Kawasan hutan
dan Menyelesaikan konflik-konflik tenurial antara masyarkat dengan pemagng izin
melalui pengembangan skema-skema kemitraan.
2. Mendorong dan membina Pemegang izin khusunya IUPHHK-HA/HT mendapatkan
sertifikasi PHPL dan FSC.
3. Meningkatkan Pendapatan masyarakat melalui Pengembangkan Skema-Skema Berbasis
masyarakat pada wilayah tanpa izin khusunya wilayah yang berbatasan langsung dengan
pemukiman.
4. Melaksanakan pengamanan dan perlindungan hutan melalui pemetaan wilayah Rawan
Kemanan Hutan, wilayah HCVF serta pengawasan dan monitoring berbasis masyarakat.
5. Pengembangan Investasi/Bisnis KPH melalui pemanfaatan Hasil Hutan kayu,
Pemanfaatan Limbah, Pngelolaan HHBK dan Jasling serta pengembangan Energi
Terbaharukan.
6. Mengembangkan program REDD+ berbasis KPH yang trintegrasi dengan Program Karbon
Hutan Berau (PKHB)
7. Memantapkan kelembagaan KPH melalui Pemantapan Data Base dan Rencana
Pengelolaa, pemenuhan SDM, Sarana dan Prasarana serta mendorong sistim keuangan
kelembagaan KPH melalui BLUD
Bab IV. Analisis dan Proyeksi
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
IV-1
BAB IV. ANALISIS DAN PROYEKSI
A. KONDISI YANG DIINGINKAN
Berdasarkan P.6/Menhut-II/2010, tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)
Pengelolaan Hutan Pada KPHL dan KPHP, analisis dan proyeksi mencakup dua aspek penting
yaitu; a). analisis data dan informasi yang saat ini tersedia (baik data primer hasil dari
inventarisasi hutan dan penataan hutan, maupun data sekunder) dan b). proyeksi kondisi
wilayah KPH di masa yang akan datang.
Dengan dilaksanakan pengelolaan hutan dalam wilayah pengelolaan KPHP Model Berau
Barat oleh kelembagaan/organisasi yang telah dibentuk, diharapkan dapat dan mampu :
memperbaiki tata kelola hutan (forest governance), memperkecil laju degradasi hutan;
mempercepat rehabilitasi dan reforestasi, meningkatkan perlindungan dan pengamanan
hutan, meningkatkan manfaat hutan bagi masyarakat di dalam dan sekitar hutan,
meningkatkan stabilitas supply hasil hutan dalam pemabangunan kehutanan.
Dengan telah ditetapkannya kawasan hutan seluas 786.021 Ha sebagai wilayah kelola KPHP
Model Berau Barat dan organisasi pengelolanya, maka dengan lima fungsi pokok diharapkan
dapat diwujudkan Visi dan Misi pengelolaan hutan yang telah ditetapkan dalam wilayah
tersebut. Sehingga diharapkan keberadaan KPH dapat memberikan kontribusi dalam
beberapa aspek pengelolaan hutan di tingkat tapak sebagai berikut :
1. Aspek Perencanaan Hutan, Ada data dan informasi yang akurat hasil dari inventarisasi
berkala sebagai acuan dalam tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan KPHP
Model Berau Barat.
2. Aspek Pengelolaan , semua wilayah KPHP Model Berau barat dilaksanakan secara lestari
efisien dan efektif sesuai dengan kaidah-kaidah kelestarian, baik yang ada pada izin
pemanfaatan dan penggunaan kawasan maupun wilayah tertentu.
3. Aspek Pemanfaatan, Pemanfaatan Hasil Hutan baik dapat dimanfaatkan secara optimal
baik hasil hutan kayu maupun hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan yang
terintegarsi dengan izin pemanfaatan yang sudah ada.
4. Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL), Kegiatan RHL pada Wilayah KPHP Model Berau Barat
dapat dilaksanakan dengan baik dengan data dan informasi tingkat tapak yang akurat
dan kelembagaan yang berkesinambungan.
5. Perlindungan dan koservasi sumber daya alam, deteksi dini dan penanggulangan
berbagai gangguan terhadap SDH dapat dilakukan dengan lebih intensif.
6. Pengembangan Investasi, KPH dapat berperan sebagai pelaku investasi yang pada
akhirnya memberikan kontribusi terhadap pengehasilan negara secara berkelanjutan,
serta kemandirian bagi KPHP Model Berau Barat dalam melakukan pengelolaan hutan.
Bab IV. Analisis dan Proyeksi
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
IV-2
B. ANALISIS PROYEKSI KEDEPAN DAN INPUT KEGIATAN DAN PERAN SERTA KONTRIBUSI
KPHP MODEL BERAU BARAT
Pada kondisi yang spesifik dan variatif dalam wilayah kelola KPHP Model Berau Barat,
kontribusi serta peran apa yang dapat dimainkan oleh KPH dalam merealisasikan-
mewujudkan Visi dan Misi pengelolaan hutan yang telah ditetapkan. Dalam analisis peran
KPH u tuk ewujudka Visi da Misi tersebut dipergu aka pe dekata forward looki g approa h , ya g hasil ya disajika sebagai berikut:
1. Inventarisasi, Tata Hutan dan Perencanaan Pengelolaan Kawasan
Data dan informasi baik biogeofisik maupun data sosial budaya masyarakat yang ada di
sekitar hutan sangat penting dalam tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan KPHP
Model Berau Barat.
Kondisi faktual :
Pada KPHP Model Berau Barat terdapat wilayah tertentu, wilayah yang belum terdapat izin
pemanfaatannya yaitu pada kawasan hutan produksi seluas 35.724,20 ha dan Hutan lindung
seluas 250.672,22 ha. Data dan informasi pada areal tersebut relatif masih sangat terbatas
karena belum dilakukan inventarisasi secara menyeluruh dan terpadu.
Selanjutnya terdapat juga areal yang telah dibebani izin pemanfaatan yaitu 12 unit IUPHHK-
HA dan 2 unit IUPHHK-HT, areal-areal tersebut secara keseluruhan sudah dilakukan
Imventarisasi dan di tata oleh masing-masing pemegang izin. Permasalahannya adalah data
yang disajikan masih beriorentasi pada pemanfaatan kayu, data-data terkait HHBK dan jasa
lingkungan masih sangat terbatas sehingga masih perlu diinvetarisasi lebih lanjut.
Belum tersedianya data dan informasi yang cukup tentang kondisi dan potensi sumberdaya
hutan baik di hutan produksi dan hutan lindung tersebut yang meliputi data dan informasi :
HHK, HHBK dan jasa lingkungsn hutan, tidak dimungkinkan dapat disusunnya perencanaan
pengelolaan yang rasional dan komprehensif.
Prospek ke depan :
Dengan dapat disusunnya rencana pengelolaan yang rasional dan komprehensif wilayah
kelola, khususnya wilayah tertentu, berdasarkan data dan informasi yang komprehensif-
lengkap, akurat dan terbaharui, maka diharapkan kemandirian KPHP Model Berau Barat
dapat diwujudkan. Kemandirian dari aspek pendanaan dalam mengimplementasikan
rencana pengelolaan masih merupakan kendala yang dihadapi oleh sebagaian besar KPH di
Indonesia.
Input kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :
Terdapat dua peran yang dapat dan harus dimainkan oleh KPH berkaitan dengan tersedianya
data dan informasi tentang sumberdaya hutan (yang obyektif dan komprehensif serta
terbaharui), yaitu : pertama, Merencanakan dan mendorong percepatan dilaksanakannya
Inventarisasi (yang benar dan komprehensif) pada kawasan tertentu dan kedua,
Bab IV. Analisis dan Proyeksi
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
IV-3
Mengidentifikasi dan mengkoordinasikan data dan informasi yang telah di-inventarisir oleh
pemegang izin pemanfaatan (IHMB dan ITSP). Dari kedua peran tersebut dapatlah ke depan
dibangun dan dikembangkan Data Base dari sumberdaya hutan dalam wilayah kelola yang
terbarukan dari wilayah kelola sebagai dasar untuk melakukan revisi rencana pengelolaan
hutan yang telah disusun.
2. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (PHHK)
Kondisi Aktual :
KPHP Model Berau Barat memeiliki luas Hutan Produksi yang cukup luas yaitu : HP seluas
103.139,49 ha dan HPT seluas 431.506, 00 ha serta HL seluas 251.375,51 ha yang sebagian
besar adalah LOA. Dari luasan hutan produksi (HP+HPT) tersebut, 95 % diantaranya telah
dikelola melaui izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK-HA/HT) yaitu oleh 12 Unit
IUPHHK-HA dan 2 Unit IUPHHK-HT. Sedangkan sisanya merupakan wilayah tertentu atau
wilayah tanpa izin yaitu seluas 35.724,20 ha.
Kondisi pengelolaan yang dilakukan oleh IUPHHK-HA/TH belum berjalan secara maksimal
baik dari aspek produksi, ekologi maupun sosial ekonomi masyarakat, dari 8 IUPHHK-HA
terdapat 4 Unit IUPHHK-HA belum dapat beroperasi secara lancar yaitu PT. Aquila Silva, PT.
Aditya Kirana Mandiri dan PT. Wahana Bhakti Abadi, dan PT. Amondo Wana Persada
sedangkan 1 unit IUPHHK-HT juga operasinya belum berjalan dengan baik.
Kinerja pengelolaan sumberdaya hutan sebagaimana disebutkan di atas dibuktikan dengan
sebagian besar IUPHHK-HA/HT belum memperoleh sertifikat PHL-VLK dengan predikat BAIK.
Kondisi demikian tidak boleh dan tidak bisa dibiarkan, karena mewujudkan pengelolaan
hutan secara lestari (PHL) merupakan kewajiban setiap pemegang izin pemanfaatan hutan.
Lebih lanjut kinerja pengelolaan hutan demikian akan berakibat merosotnya – menurunnya
peran sektor kehutanan dalam pembangunan (nasional dan daerah), terlebih dalam
kontribusinya dalam upaya penurunan emisi karbon dan meningkatkan stock karbon hutan
alam.
Prospek Kedepan :
Setelah pemekaran Provinsi KALTARA, Kabupaten Berau merupakan salah satu daerah di
Kalimantan Timur yang memiliki kawasan hutan (alam) yang paling luas. Dengan demikian
Kabupaten Berau mempunyai posisi dan peran yang sangat penting dalam pembangunan
ekonomi dan khususnya di sektor kehutanan di Kalimantan Timur, termasuk dalam upaya
penurunan emisi karbon. Oleh karenanya terwujudnya pengelolaan multi fungsi sumberdaya
hutan secara lestari di Kabupaten Berau merupakan bagian penting dari keberadaan KPHP
Model Berau Barat.
Input Kegiatan dan Peran Serta Kontribusi KPH :
Untuk dapat mewujudkan pengelolaan secara lestari multi fungsi sumberdaya hutan di
Kabupaten Berau, keberadaan KPHP Model Berau Barat mempunyai peran yang sangat
Bab IV. Analisis dan Proyeksi
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
IV-4
penting. Melakukan monitoring dan evaluasi (MONEV) serta pembinaan terhadap kinerja
setiap IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT dalam penerapan 3 aspek pokok dari kaidah-prinsip
pengelolaan hutan secera lestari, yaitu : produksi-ekologi dan sodari KPHP Model Berau
Barat. MONEV tersebut dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan lembaga yang memiliki
kompetensi yang memadai, misalnya RAKI Fakultas Kehutanan UNMUL atau dengan The
Nature Conservancy (TNC).
3. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan Jasa Lingkungan
Pemanfaatan SDH, khususnya hutan alam lembab tropis (Tropical Rain Forest = TRF) yang
telah berlangsung sejak tahun 1970an, pada dasarnya lebih difokuskan pada pemanfaatan
hasil hutan kayu (HHK). Fakta juga memberikan pelajaran bahwa sampai saat ini pun
pengelolaan SDH dalam skala besar de ga siste ko trak-ko sesi juga belu berhasil mewujudkan pengelolaan SDH secara lestari (Sustainable Forest Management = SFM). Disisi
lai su berdaya huta telah dike al sebagai su berdaya ala ya g e iliki ulti fu gsi-purpose . Oleh kare a ya telah dikembangkan paradigma baru dalam pembangunan
kehuta a ke depa , salah satu ya adalah perubaha dari timber based oriented e jadi resources based oriented . Belajar dari pengalaman pengelolaan SDH dan pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu (HHK) tersebut maka telah dirumuskan kembali paradigma pembangunan
kehutanan. Salah satu perubahan yang sedang dan akan dikembangkan adalah perubahan
dari timber based oriented e jadi resources based oriented
a. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Kondisi faktual :
Data dan informasi tentang potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang dimiliki masih
sangat kurang baik secara kualiatas maupun kuantitasnya. Hal ini disebabkan karena dalam
kegiatan inventarisasi hutan yang dilaksanakan saat ini oleh para pemegang IUPHHK-HA
(baik IHMB maupun ITSP) masih berfokus pada hasil hutan kayu (HHK). Namun demikian
berdasarkan hasil pengamatan di masyarakat yang dilakukan oleh IUPHHK-HA yang ada di
wilayah KPHP Model Berau Barat, menunjukan bahwa pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
(HHBK) telah dilakukan oleh masyarakat sekitar-didalam kawasan hutn secara turun-
temurun. Berdasarkan pengalaman, terdapat beberapa jenis HHBK yang telah dimanfaatkan
oleh masyarakat, antara lain : rotan, bambu, damar, madu, buah tengkawang, getah gaharu,
buah-buahan (buah kapul, maritem, jenis-2 durian, dlsb) tanaman obat-obatan, sarang
semut, hewan buruan (babi, rusa, burung dll), sarang burung walet. Sampai saat ini belum
terdapat pemegang izin pemanfaatan HHBK dan jasa lingkungan hutan dalam wilayah kelola
KPHP Model Berau Barat. Hal demikian mengindikasikan bahwa pemanfaatan potensi
sumberdaya hutan belum intensif, sebagaimana diharapkan dalam perubahan paradigma
pembangunan kehutanan di atas (timber based menjadi resource based management).
Sehingga sumberdaya hutan belum dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan
Bab IV. Analisis dan Proyeksi
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
IV-5
(ekonomi) secara nasional dan daerah secara maksimal. Tepatnya sumberdaya hutan dan
sektor kehutanan belum mampu berkontribusi secara maksimal dalam pendapatan negara
(PDB).
Prospek ke depan :
Dengan keberadaan KPHP Model Berau Barat sebagai institusi yang dibangun dengan
tupoksi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya hutan di tingkat tapak. Pembinaan dan
pengawasan terhadap kinerja pemegang izin pemanfaatan (IUPHHK-HA/HT) oleh pemebang
izin, merupakan salah satu tupoksi dari KPHP Model Berau Barat, dengan demikian upaya
untuk mendorong – memfasilitasi dan bahkan bekerja sama (kolaborasi) dengan pemegang
izin untuk memanfaatkan HHBK dan jasa lingkungan yang terdapat di wilayah kelola KPHP
Model tersebut. Hal demkian merupakan salah satu upaya dan peran KPHP Model Berau
Barat untuk memaksimalkan pemanfaatan multi potensi sumberdaya hutan di wilayah
kelola wilayahnya.
Input kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :
Untuk dapat mewujudkan upaya pemanfaatan multi potensi sumberdaya hutan ke depan,
utamanya HHBK perlu didasarkan pada data dan informasi yang berkualitas. Oleh karenanya
peran yang dapat dilaksanakan oleh KPHP Model Berau Barat adalah mendorong dan
bahkan mengharuskan dimasukannya keberadaan dan potensi dari HHBK dan jasa
lingkungan hutan sebagai bagian dari tujuan kegiatan inventarisasi hutan yang dilaksanakan
oleh setiap pemegang izin (IUPHHK-HA/HT). Termasuk pengamatan tentang kondisi
pemanfaatannya oleh masyarakat. Dengan demikian KPH dapat memetakan keberadaan dan
potensi HHBK dan jasa lingkungan hutan di wilayahnya, sehingga dapat disusun strategi dan
pola pemanfaatanya ke depan.
b. Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Potensi Pemanfaatan jasa lingkungan di KPHP Model Berau Barat cukup besar, akan tetapi
belum ada data dan informasi yang lengkap dan akurat, beberapa potensi jasa lingkungan
yang dapat dikembangkan antara lain :
1) Pemanfaatan Potensi jasa Lingkungan untuk Wisata Alam
Wisata alam merupakan potensi jasa lingkungan hutan yang ke depan mempunyai nilai
ekonomi yang perlu dikembangkan. Dengan demikian pendataan terhadap potensi jasa
lingkungan ini dan sebaran spasialnya perlu mendapatkan perhatian dalam kegiatan
inventarisasi hutan. Namun demikian sampai saat ini belum banyak mendapatkan perhatian.
Fungsi estetika dari sumberdaya hutan merupakan salah satu potensi ekowisata yang perlu
di-identifikasi dan di-inventarisir dalam pelaksanaan inventarisasi hutan ke depan.
Kondisi faktual :
Pada wilayah kelola KPHP Model Berau Barat, data dan informasi tentang potensi wisata
alam belum banyak terungkap, akan tetapi berdasarkan Studi kelayakan pengembangan
Bab IV. Analisis dan Proyeksi
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
IV-6
Wisata pada Kawasan hutan Lindung Sungai Lesan yang juga termasuk wilayah KPHP Model
Berau Barat yang dilakukan The Nature Conservancy (TNC) bekerjasama dengan Lembaga
Bina Swadaya (2013), cukup memberikan gambaran bahwa potensi pengembangan wisata di
kawasan KPHP Model Berau Barat cukup tinggi. potensi wisata alam yang dapat
dikembangkan adalah : Kondisi hutan Dipterocarpaceae yang relatif sehat dan baik
kondisinya, baik berupa hutan primer maupun sekunder, menyimpan kekayaan pohon-
pohon berbagai jenis dengan diameter yang besar (> 1 m) merupakan salah satu
pemandangan yang mulai langka; Wisata sungai dengan pemandangan alam asri dan indah
dengan berbagai jenis primata seperti bekantan, monyet dan lutung serta berbagai jenis
burung; Disekitar kawasan terdapat wisata petualangan menyelusuri sungai, memasuki goa-
goa pegunungan karst, gua-gua burung walet, air telaga dari gua dan air terjun.
Selain kondisi alam, pengembangan wisata akam juga akan didukung oleh potensi budaya
masyarakat yang ada di sekitar Kawasan hutan seperti budaya tari-tarian, kerajinan tangan
serta budaya kehidupan sehari-hari.
Diwilayah KPHP Model Berau Barat, juga terdapat KHDTK yang sekarang dikembangkan
untuk penelitian dan pengembangan yang juga berpotensi dikembangkan wisata pendidikan
yang diintegrasikan dengan potensi-potensi yang lain.
Prospek ke depan :
Tersedianya data tentang potensi ekowisata dalam pengelolaan hutan alam produksi dan
pengembangan industri wisata dengan bersinergi dengan dinas terkait dan investor.
Input kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :
Dalam rangka pengembangan wisata di Wilayah KPHP Model Berau Barat, masih diperlukan
informasi dan data yang cukup banyak meliputi keberadaan potensi, aksesibilitas,
imfrastruktur, sarana dan prasarana yang ada. Serta diperlukan integrasi dengan potensi-
potensi wisata yang sudah berkembang seperti yang berada dikepulauan Derawan dan
Maratua sebagi bagian paket bersama.
2) Pemanfaatan Potensi Jasa Lingkungan Air
Keberadaan Hutan Lindung (HL) yang terletak dalam 2 Sub-DAS besar di wilayah kelola KPHP
Model Berau Barat (Sub-DAS Kelay dan Segah) juga menyimpan potensi jasa lingkungan
berupa konservasi terhadap tanah dan air (KTNA). Hal ini berkaitan dengan kebutuhan
penyediaan sumber air bersih bagi masyarakat di wilayah Sub-DAS tersebut.
Kondisi Faktual :
Pada beberapa tempat di wilayah KPHP Model Berau Barat, potensi air terjun dimanfaatkan
untuk tenaga mikrohidro yang menghasilkan listrik untuk penerangan dan pemanfaatan lain
seperti di Kampung Long Keluh. Desa Long Keluh yang berpenduduk 50 Kepala Keluarga
memanfaatkan salah satu aliran sungainya sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
Bab IV. Analisis dan Proyeksi
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
IV-7
(PLTMH), yang saat ini sudah dapat dinikmati. PLTMH di Kampung Long Keluh, Kecamatan
Kelay, memiliki kapasitas tenaga 24 ribu Watt, saat ini sudah beroperasi. Kapasitas PLTMH
Long Keluh itu dialirkan ke-50 rumah penduduk, sekolah dan gereja. Satu rumah
mendapatkan daya sebesar 2 Ampere atau 450 Watt. Dengan daya sebesar itu, warga disana
mampu menghidupkan televisi dan kulkas berdaya listrik kecil.
Prospek ke Depan :
Pemanfaatan jasa lingkungan air sebagai sumber air bersih dan tenaga pembangkit listrik
(PLTMH) untuk kepentingan masyarakat. Selain untuk penetingan masyarakat disekitar
hutan potensi air juga dapat untuk pengembangan air bersih dan tenaga listrik skala bisnis
(prospek jangka panjang)
Input kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :
Perlu ada inventarisasi potensi jasa lingkungan air yang akurat baik kuantitas maupun
kualitasnya serta pengembangan teknologi pengelolaan dan pemanfaatan potensi air untuk
pengembangan Tenaga Pembangkit Listrik dan pengelolaan air bersih.
3) Pemanfaatan Potensi Jasa Lingkungan Karbon Hutan
Kabupaten Berau merupakan salah satu Kabupaten yang secara konsisten pengembangkan
program Karbon dalam rangka REDD+. Keberadaan KPHP Model Berau merupakan bagian
yang tidak dapat terpisahkan dengan Program Karbon Hutan Berau yang diinisisi oleh
Pemerintah Kabupaten Berau dengan berbagai pihak, sebagai pelaksana ditingkat tapak.
Kondisi faktual :
Sejak tahun 2009, Kabupaten Berau Merupakan salah satu daerah uji coba (demonstration
area=DA) Progaram Forclime yang merupakan kerjasama antara Indonesia dengan Jerman
melalui Kementerian Kehutanan, lokasi Kegiatannya pada PT. Sumalindo Lestari Jaya IV dan
PT. Inhutani I Labanan yang merupakan wilayah KPHP Model Berau Barat.
Berdasarkan hasil pengukuran stok karbon yang dilakukan oleh GIZ Forclime (2014) Jumlah
stok karbon di wilayah KPH sebesar kira-kira 106 Mt (= 106 juta ton) karbon pada tahun 1990,
kemudian menurun 7 % sampai dengan tahun 2010 menjadi kira-kira 98 Mt C. Error!
Reference source not found. memberikan gambaran tentang stok karbon pada 4 periode
waktu 1990, 2000, 2005, dan 2010. Sedangkan Emisi pada periode 10 tahun dari 1990-2000
emisi lebih rendah secara signifikan (11,46 Mt CO2) dibandingkan dengan periode 10 tahun
2000-2010 (15,77 Mt CO2). Secara keseluruhan pada periode 1990-2010 besar emisi di
wilayah KPHP Model Berau Barat sekitar 27.24 Mt CO2 sekitar 1,36 Mt CO2 per tahun.
Sejak tahun 2009, Kabupaten Berau Merupakan salah satu daerah uji coba (demonstration
area=DA) REDD+ melalui Progaram Forest climate Change (Forclime) yang merupakan
kerjasama antara Indonesia dengan Jerman melalui Kementerian Kehutanan, lokasi
Bab IV. Analisis dan Proyeksi
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
IV-8
Kegiatannya pada PT. Sumalindo Lestari Jaya IV dan PT. Inhutani I Labanan yang merupakan
wilayah KPHP Model Berau Barat.
Prospek ke depan :
KPHP Model Berau merupakan institusi sebagai proponen utama dalam pengembangan
program REDD+ dan masuk dalam skema pasar perdagangan karbon, serta da a ko pe sasi karbo .
Input kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :
Perlu dilakukan perbaikan data base, analisis Driver REDD+, menyusun rencana kegiatan
penurunan deradasi dan deforestasi, peningkatan kapasitas para pihak serta membangun
MRV REDD+ pada skala KPH
4. Perlindungan dan Konservasi Alam
Perlindungan dan konservasi alam merupakan bagian penting dalam pengelolaan multifungsi
sumberdaya hutan, termasuk hutan produksi (HP) dan terlebih hutan lindung (HL). Hal ini
dapat dicermati dalam prosedur dan mekanisme penilaian (evaluasi) kinerja pemegang izin
pemanfaatan hutan (HHK), terdapat kriteria i dikator te ta g perli du ga da ko ser asi dala areal kerja ya.
Kondisi Aktual :
Data dan informasi terkait kawasan-kawasan lindung yang ada pada Wilayah KPHP Model
Berau Barat belum memadai. Melalui data RKU IUPHHK-HA/HT sudah dipetakan kawasan-
kawasan lindung yang ada di Wilayah izin pengelolaan, akan tetapi kawasan-kawasan
penting bagi kepentingan masyarakat yang ada disekitar hutan belum terpetakan. Demikian
juga kawasan-kawasan rawan keamanan hutan baik dari perambahan , illegal logging
maupun dari kebakaran hutan belum juga dipetakan dengan baik.
Masih terjadi perambahan pada Kawasan hutan untuk kegiatan-kegiatan diluar sektor
kehutanan yang dilakukan oleh masyarakat di dalam dan di sekitar areal kerja. Berdasarkan
hasil analisis terhadap Wilayah pembukaan lahan yang dilakukan oleh masyarakat pada
Kawasan Hutan khususnya pada Areal konsesi PT. Inhutani I Labanan yang berada pada
KPHP Model Berau Barat, maka sampai dengan tahun 2013 luas areal yang dibuka oleh
masyarakat sekitar 20.000 ha kondisi ini jika tidak ditindak lanjuti tentunya akan terus
berlangsung.
Belum ada pengelolaan secara maksimal terhadap Kawasan-kawasan lindung yang ada pada
KPHP Model Berau Barat, baik hutan lindung maupun kawasan-kawasan lindung yang ada
pada izin Pemanfaatan Hasil hutan kayu (IUPHHK-HA/HT) berupa Areal Pelestarian Plasma
Nutfah (APPN) juga kawasan lindung (sempadan sungai dan kelerengan > 40%). Dalam
sejarah pengelolaah kawasan lindung, kawasan yang pernah dikelola adalah Kawasan
Lindung Sungai Lesan yang luas sekitar 10.000 ha, melalui kerjasama antara pemerintah
Bab IV. Analisis dan Proyeksi
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
IV-9
Kabupaten, LSM dan Masyarakat Setempat melalui Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai
Lesan (BP-Lesan).
Kondisi pengelolaan kawasan lindung dan konservasi sebagaimana dikemukakan di atas,
akan berpengaruh terhadap upaya untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya hutan
secara lestari, khususnya bagi pemegang izin pemanfaatan (IUPHHK-HA/HT). Selanjutnya
dala ko ser asi juga terdapat ke u gki ga dilaksa aka pe a faata se ara terbatas, dengan tetap berpedoman pada prinsip kelestarian (lestari produksi-ekonomi).
Prospek Kedepan :
Seperti halnya dengan HHBK dan jasa lingkungan hutan, keberadaan kawasan yang telah
ditetapkan sebagai kawasan perlindungan dan konservasi (didalam dan diluar areal kerja
pemegang izin), keberdaannya belum mendapat perhatian secara proporsional dan
komprehanesif. Sementara dengan tetap menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan multi
fungsi sumberdaya hutan secara lestari, maka pemanfaatan-pengelolaan kawasan lindung
da ko ser asi dapat juga e berika ko tribusi terhadap pe ba gu a eko o i lokal .
Input Kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :
Dalam kaitannya dengan perlindungan – konservasi hutan, sebagaimana dikemukakan di
atas, maka sudah barang tentu perlu dilaksanakannya inventarisasi terhadap potensi
kawasan lindung dan kawasan konservasi. Oleh karenanya KPH memiliki peran untuk
mendorong dapat dikaksanakannya kegiatan tersebut, sebagai bagian dari tupoksi
pembinaan dan pengawasan terhadap pemegang izin pemanfaatan. KPH selanjutnya dapat
berperan sebagai mediator dan fasilitator dalam pengelolaan potensi kawasan lindung dan
konservasi berdasarkan data dan informasi yang telah diperoleh melalui kegiatan
inventarisasi di atas.
5. Pengelolaan Wilayah Tertentu
Wilayah tertentu merupakan wilayah yang ada pada dalam wilayah kelola KPH yang belum
ada izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan baik pada hutan lindung maupun
hutan produksi.
Kondisi Aktual :
Berdasarkan analisis yang dilakukan luas wilayah tanpa izin yang ada di KPHP Model Berau
Barat adalah seluas 288.937,26 ha , terdiri dari Hutan Lindung seluas 240.666,22 ha dan
hutan Produksi (HP/HPT) seluas 48.162,82 ha. De ga belu ada ya pe gelola kawasa tertentu ini, oleh karenanya belum tersedia data dan informasi yang cukup memadai
tentang kondisi Biogeo-fisik dan sosial budaya yang ada pada wilayah tersebut. Selanjutnya
setelah dilakukan pembagian blok maka wilayah tertentu atau yang akan dikelola oleh KPHP
Model Berau Barat adalah seluas 110.790,35 ha . Dengan tidak adanya pengelola, maka
kawasa huta i i erupaka areal ya g ope a ess , ya g berdasarka pe gala a ya g
Bab IV. Analisis dan Proyeksi
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
IV-10
ada akan menjadi areal hutan yang rusak dan tidak produktif oleh kegiatan perambahan dan
pembalakan illegal.
Prospek Kedepan :
Sebagaimana disampaikan sebelumnya, pada kawasan yang belum terdapat izin
pemanfaatanya, KPH berperan sebagai pengelolanya. Diharapkan ke depan kawasan-
kawasa huta ya g tidak bertua dalam wilayah kelola KPHP Model dapat dikelola
secara profesional dan lestari dengan pendekatan kolaborasi dan kemitraan dengan
berbagai pihak terutama masyarakat. Sebagaimana disampaikan bahwa dalam wilayah
kelola KPHP Model Berau Barat terdapat beberapa pemegang izin pemanfaatan (IUPHHK-
HA). Dengan demikian pengembangan pola pengelolaan secara kolaboratif dengan
memperan sertakan masyarakat merupakan pilihan yang perlu mendapat pertimbangan ke
depan. Dengan demikian diharapkan KPHP Model Berau Barat dapat menjadi salah satu
KPHP Model yang mampu mandiri di Kalimantan Timur.
Input Kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :
Sehubungan dengan belum tersedianya data dan informasi yang memadai dari kawasan
tertentu dalam wilayah kelola KPHP Model Berau Barat, maka perlu secara khusus dilakukan
inventarisasi terhadap kondisi biogeo-fisik dan sosial budayanya. Sehingga dengan
tersedianya data dan informasi tersebut,maka dapat disusun rencana pengelolaannya
berdasarka ore busi ess ya g telah ditetapka . “eda g odel pe gelolaa ya kemungkinan dapat dikembangkan model Pengelolaan SDH berbasis masyarakat
(Community Based Forest Management). Dalam hal ini peran KPH, adalah menginisiasi dan
mengidentifikasi serta melakukan inventarisasi kondisi faktual kawasan hutan, menyusun
rencana pengelolaan dan rencana bisnis (business plan) masing-masing sub-wilayah tertentu
(blok atau zona) berdasarkan hasil inventarisasi.
6. Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada Wilayah Tertentu
Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya
dalam mendukung sistim penyanggah kehidupan tetap terjaga.
Kondisi Aktual :
Wilayah KPHP Model Berau barat termasuk dalam DAS Berau, berdasarkan tingkat prioritas
RHL, luas Wilayah DAS Berau yang Sangat prioritas adalah 103.094,69 ha atau 0, 61 %.,
Sedangkan berdasarkan tingkat erosinya maka DAS Berau masuk dalam kualifikasi rendah
yaitu dengan Nilai Indek Erosi (IE) 0,66. ( Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kondisi DAS
Berau Masih realtif baik. (BPDAS Mahakam Berau (2009)
Tingkat kritis lahan di wilayah KPHP Model Berau Barat relative rendah sebagian besar masih
berstatus potensial (50%) dan agak kritis (47%). Dan jika dilihat dari, sebagian besar lahan-
Bab IV. Analisis dan Proyeksi
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
IV-11
lahan tersebut berada pada wilayah izin, sebagaimana dalam Tabel V-10. Kondisi Tingkat
Kritis Lahan Pada KPHP Model Berau Barat
Berdasarkan analisis spasial Wilayah tertentu pada KPHP Model Berau Barat diperoleh
luasan areal Lahan Kritis yang potensiil untuk dilaksanakannya kegiatan penanaman seluas
2.320,67 ha sebagaimana Tabel V-11.Rencana Kegiatan Penanaman/RHL yang akan
dilaksanakan pada Wilayah Tertentu.
Prospek Kedepan :
Dengan dapat dilaksanakannya kegiatan RHL pada lahan-lahan kritis tersebut diharapkan
luas tutupan lahan kawasan tertentu akan meningkat. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi
upaya u tuk e yehatka -meningkatkan kondisi-kualitas DAS-“ub DA“ , tetapi juga aka bermanfaat bagi upaya untuk menurunkan emisi karbon sebagai program penting dan
strategis di Kalimantan Timur dan khususnya Kabupaten Berau yang telah ditetapkan
kabupate hijau gree distri t . “ela jut ya berbagai kegiata eko o i dapat dikembangkan melalui peran serta masyarakat disekitar dan didalam kawasan tertentu
tersebut.
Input Kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :
Karena kawasan tertentu belum terdapat izin pemanfaatannya, maka KPHP Model Berau
Barat harus e ga bil pera sebagai pelaku-i isiator uta a dala pe gelolaa tersebut. Disisi lain, KPH juga memiliki tupoksi untuk menterjemahkan kebijakan pembangunan
nasional dan daerah, maka melibatkan dan memperan sertakan masyarakat sekitar dan di
dalam kawasan hutan dalam pengelolaan kawasan tertentu tersebut menjadi tugas KPH.
7. Pemberdayaan Masyarakat.
Secara administrasi Wilayah KPHP Model Berau Barat masuk dalam 4 Kecamatan yaitu
Kecamatan Kelay, Segah, Sambaliung dan Teluk Bayur dan terdiri 29 Kampung. Dari 29
Kapung tersebut setidaknya ada 10 Kampung yang pemukimannya berada di Wilayah KPHP
Model Berau Barat.
Kondisi Aktual :
Berdasarkan data statistik (2013) diperoleh informasi secara umum dari aspek sosial
sebagian besar (73%) masyarakat berpendidikan rendah (SD), sedangkan dari aspek ekonomi
sebagian memiliki sumber mata pencaharian sebagai petani (sebagian besar petani lahan
kering-ladang). Keberadaan hutan masih merupakan bagian dari hidup dan kehidupan
masyarakat diwilayah kelola KPHP Model Berau Barat.
Beberapa bentuk ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya hutan antara lain :
Pertama, Ketergantungan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti sandang, pangan
dan papan; Pangan seperti ikan, binatang buruan, buah, sayur; Papan/sandang seperti kayu,
Bab IV. Analisis dan Proyeksi
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
IV-12
rotan. Pemanfaatan sumber daya alam sungai merupakan sumber pemenuhan kebutuhan
pangan sehari-hari yang penting, teristimewa bagi kampung-kampung di bagian hulu. Kedua,
Ketergantungan untuk memperoleh pendapatan (uang tunai) Bentuk Pemanfaatan untuk
memperoleh pendapatan (uang tunai); gaharu, sarang burung walet, emas, madu.
Pemanfaatan SDA sungai dan hutan untuk memperoleh pendapatan/uang tunai untuk
pemenuhan kebutuhan pokok bagi masyarakat di wilayah DAS Kelay dan Segah masih sangat
tinggi dan menjadi pilihan utama. Ketiga, Ketergantungan terhadap fungsi Lahan dan sungai
untuk sarana dan prasarana seperti sungai sebagai sarana transportasi; lahan untuk
pemukiman, pertanian/perkebunan dan hutan sebagai daerah tangkapan air. Sedangkan
fungsi hutan sebagai daerah tangkapan air telah dimanfaatkan oleh masyarakat kampung
Long Sului dan Long Keluh (dalam perencanaan) dimana digunakan sebagai sumber air dan
mikrohidro. Dengan demikian keberadaan multi fungsi sumberdaya hutan (HP dan HL),
memiliki posisi dan peran yang strategis bagi hidup dan kehidupan masyarakat didalam dan
disekitar kawasan hutan dalam wilayah kelola KPHP Model Berau Barat. Kerusakan dan
merosotnya kualitas sumberdaya hutan akan memiliki dampak yang serius bagi hidup dan
kebidupan masyarakat ke depan.
Prospek Kedepan :
Diharapkan dengan keberadaan KPHP Model Berau Barat mampu mentransformasikan
kebijakan pembangunan kehutanan (utamanya kebijakan tingkat daerah) bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan berbasis SDH dan lahan, melalui skema-
skema kemitraan dan perhutanan sosial.
Input Kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :
Dengan posisi, peran dan kontribusi keberadaan hutan yang masih memiliki prospek
kedepa , aka perlu ada ya kebijaka ya g e proteksi keberadaa “DH. Ada ya ke e deru ga dari pe ba gu a berbasis laha ya g e desak keberadaa “DH di wilayah pedesaan. Peran KPH adalah melakukan inventarisasi kondisi faktual kawasan dan
SDH di wilayah kelola KPHP Model yang berbatasan dengan masyarakat pedesaan. Pada
saat yang sama menginventarisasi izin-izin pembangunan berbasis lahan yang ada. KPHP
Model harus berperan sebagai fasilitator dan mediator permasalahan SDH dan lahan.
8. Pengembangan Investasi dan Bisnis KPH
Kondisi Aktual :
Wilayah kelola KPHP Model Berau Barat memiliki potensi sumber daya alam yang cukup
besar untuk pengembangan investasi dan bisnis KPH. Berdasarkan tata hutan dan
identifikasi potensi sumber daya hutan yang ada di KPHP Model Berau Barat, maka ada
beberapa potensi yang dapat dikembangkan untuk investasi dan bisnis KPHP Model Berau
Barat, Potensi Wilayah tertentu pada hutan produksi seluas 35.724,20 ha dan Hutan lindung
seluas 250.672,22 ha yang dapat di kembangkan untuk Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu, HHBK
dan Jasa Lingkungan (Air, Karbon dan Wisata alam). Selain wilayah tertentu pada wilayah
KPHP Model Berau Barat sudah ada IUPHHK-HA sebanyak 12 Unit dan IUPHHK-HT sebanyak
Bab IV. Analisis dan Proyeksi
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
IV-13
2 Unit, yang berpotensi sebagai mitra pengembangan investasi/bisnis. Dengan demikian
keberadaan dan upaya pelestarian keberadaan sumberdaya hutan dalam wilayah kelola
KPHP Model Berau Barat memiliki arti dan peran penting dalam memberikan kontribusi
dalam pembangunan daerah khususnya dan pembangunan kehutanan nasional pada
umumnya.
Prospek Kedepan :
Diharapkan dengan keberadaan potensi dari multi fungsi sumberdaya hutan yang terdapat
dalam wilayah kelola KPHP Model Berau Barat dapat memberikan kontribusi bagi
pembangunan daerah khususnya, melalui peningkatan kinerja investasi yang telah ada (izin
pemanfaatan – IUPHHK-HA/HT) dan pengembangan bisnis pada kawasan hutan tertentu.
Pengembangan bisnis KPHP Model Berau Barat dapat dibagi kedalam beberapa klasifikasi
yaitu Pemanfaatan dan Pengelolaan Hasil Hutan Kayu termasik pengelolaan limbah kayu,
pengembangan HHBK pada skala industri dan biofarma untuk obat-obatan, penyediaan
benih dan bibit kayu dengan persemaian permanen serta pemanfaatan jasa lingkungan
melalui pengembangan wisata profesional dan perdagangan karbon.
Input Kegiatan dan peran serta kontribusi KPH :
Untuk dapat mewujudkan pengelolaan multifungsi hutan secara lestari, keberadaan KPHP
Model Berau Barat harus mampu berperan sebagai motivator dan fasilitator serta mediator
terhadap para pihak terkait, baik pemerintah – masyarakat dan pelaku bisnis (perkayuan).
Pada saat yang bersamaan KPHP Model Berau Barat dapat berpera sebagai pelaku bis is –
wirausahawa khusus ya dala pe gelolaan kawasan hutan tertentu. Dalam rangka
implementasi pengembangan investasi bisnis maka perlu dilakukan kegiatan beberapa hal
yaitu Melakukan Feasibility Study (FS) dan menyusun Rencana Bisnis masing-masing potensi,
Penyiapan Kelembagaan Bisnis (Organisasi &SDM) Penyiapan sarana dan Prasarana.
C. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DALAM PENGELOLAAN KPHP
Dalam rangka menganalisis berbagai permasalahan dan kendala serta potensi terkait kondisi
KPHP Model Berau Barat dalam mencapai visi dan misi yang dinginkan, maka dilakukan
analisis SWOT yang merupakan analisis strategis terhadap lingkungan Internal yang
meliputi kekuatan (Strengthen) dan kelemahan (Weakness), lingkungan eksternal yang
meliputi peluang (opportunity) dan ancaman (threat) .
Keterkaitan antara hasil identifikasi analisis faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan
eksternal dengan strategi-strategi yang telah ditetapkan dapat dilihat pada tabel Analisis
SWOT berikut :
Bab IV. Analisis dan Proyeksi
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
IV-14
Tabel IV-1. Matrik Analisis SWOT Pengelolaan KPHP Model Berau Barat
Kekuatan (S)
1. KPHP Model Berau Barat
Memili kewenangan, tugas dan
fungsi yang telah diatur dalam
perundang-undangan
2. Kepastian pembiayaan dari
APBD
3. Kondisi Biogiofisik yang
strategis terhadap Kabupaten
Berau
4. Wilayah yang luas dengan
Potensi HHK, HHBK, Jasling
yang tinggi
5. Keberadaan Flora dan fauna
langkah dan endemik.
Kelemahan (W)
1. Kapasitas SDM dalam
pengelolaan hutan masih rendah
2. Sarana dan Prasarana masih
terbatas
3. Tata Hubungan Kerja dengan
stakehplders yang belum diatur.
4. Teknologi Pengembangan dan
pengelolaan HHBK masih
terbatas
5. Data dan Informasi Kehutanan
belum lengkap dan terintegrasi.
6. Lahan kritis yang belum
dirahbilitasi masih luas.
Peluang (O)
1. Komitmen dan Kebijakan
Pemerintah dalam Pengelolaan
Kawasan Hutan berbasis KPHP dan
KPHL
2. Pendanaan dari APBN dan
Pendanaan Lain beriorentasi
pembangunan KPH
3. Persepsi positif dan dukungan
masyarakat terhadap pengelolaan
hutan berbasis KPH
4. Adanya Izin Pemanfaatan Kayu
(IUPHHK-HA/HT) dan Penggunaan
Kawasan Hutan (Pertambangan)
dalam wialayh KPH
5. Dukungan dari Lembaga-Lembaga
Non Pemerintah (Internasional dan
Lokal)
Strategi menggunakan kekutan
untuk memanfaatkan peluang
(SO)
Strategi menanggulangi
kelemahan dg memanfaatkan
peluang (WO)
1. Optimalisasi pengelolaan dan
pemanfaatan Hutan oleh KPH,
terutama wilayah tertentu.
2. Mendorong Kemandirian KPH
melaui pengembangan
investasi dan bisnis KPH
1. Inventarisasi SDH Secara Berkala
2. Membangun Database KPH
3. Peningkatan dan penyediaan
Sarana prasarana
3. Penyediaan dan Peningkatan
Kapasitas SDM
4. Mendorong Koordinasi dan
Integarasi para
pihak/Satakeholders
5. Konvergensi Pendanaan APBN,
APBD dan Mitra Lain
6. Membangun Kemitraan dalam
pengelolaan HHK, HHBK dan
Jasling
Ancaman (T)
1. Laju deforestasi dan degradasi
yang cukup tinggi di Wilayah
KPHP Model Berau Barat akibat
perambahan dan illegal logging
2. Konflik lahan dan tekanan
terhadap kawasan.
3. Pemukiman Penduduk yang
tinggal di sekitar dan didalam
Wilayah KPH
4. Pelaksanaan Pengelolaan Hutan
Lestari oleh IUPHHK-HA/HT
belum optimal
5. Izin Pertambangan pada Wilayah
KPH (Pinjam Pakai)
Strategi menggunakan Kekuatan
untuk mengatasi ancaman
(ST)
Strategi memperkecil kelemahan
untuk mengatasi ancaman (WT)
1. Pemantapan kawasan hutan
untuk menjamin kepastian
pengelolaan hutan lestari
2. Monitoring, Evaluasi dan
Pembinaan Izin Pemanfatan
dan Penggunaan Kawasan
Hutan
3. Perlindungan dan Konservasi
keanekaragaman hayati dan
ekosisitim
1. Rasionalisasi luas KPHP Model
Berau Barat
2. Pemberdayaan dan Peningkatan
kemandirian masyarakat dalam
pengelolaan hutan
3. Sosialisasi Peraturan dan
kebijakan kehutanan
4. Mendorong dan fasilitasi
Kemitraan dalam penyelesaian
konflik tenurial.
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Bab IV. Analisis dan Proyeksi
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
IV-15
Berdasarkan Berdasarkan Tabel Matrik analisis tersebut diatas maka ada beberapa strategi
yang harus mendapat perhatian dalam penyusunan program dan rencana kegiatan pada
KPHP Model Berau Barat yaitu :
1. Inventarisasi SDH Secara Berkala dan Pembangunan Data Base KPH
2. Peningkatan dan penyediaan Sarana prasarana Pengelolaan Hutan
3. Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM KPH
4. Mendorong Koordinasi dan Integarasi para pihak/Satakeholders dalam pelaksanaan
pengelolaan hutan
5. Membangun Kemitraan dalam pengelolaan HHK, HHBK dan Jasling
6. Optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan Hutan oleh KPH, terutama wilayah
tertentu.
7. Mendorong Kemandirian KPH melaui pengembangan investasi dan bisnis KPH
8. Pemantapan kawasan hutan untuk menjamin kepastian dalam pengelolaan Kawasan
Hutan
9. Monitoring, Evaluasi dan Pembinaan Izin Pemanfatan dan Penggunaan Kawasan Hutan
10. Perlindungan dan Konservasi keanekaragaman hayati dan ekosisitim
11. Rasionalisasi luas KPHP Model Berau Barat
12. Pemberdayaan dan Peningkatan kemandirian masyarakat dalam pengelolaan hutan
13. Sosialisasi Peraturan dan kebijakan kehutanan
14. Mendorong dan fasilitasi Kemitraan dalam penyelesaian konflik tenurial
15. Konvergensi Pendanaan APBN, APBD dan Mitra Lain
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-1
BAB V. RENCANA KEGIATAN PENGELOLAAN
A. INVENTARISASI BERKALA DAN PENATAAN HUTAN
Tata hutan merupakan kegiatan rancang bangun unit pengelolaan mencakup kegiatan
pengelompokan sumberdaya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang
terkandung didalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya bagi
masyarakat secara lestari. Ada beberapa tahapan kegiatan yang perlu dilakukan dalam
rangka tata hutan dan pemantapan kawasan yaitu:
1. Inventarisasi Berkala
Kegiatan inventarisasi sangat penting dalam rangka mendukung rencana kegiatan KPHP
Model Berau Barat yang baik, benar dan terpecaya. Inventarisasi hutan dilakukan guna
mendapatkan data dan informasi tentang potensi, karakteristik, bentang alam, kondisi sosial
ekonomi, dan lain-lainnya. Oleh karenanya kegiatan inventarisasi akan dilakukan secara
berkala sesuai dengan kebutuhan pada tahapan pembentukan, pembangunan dan
pengembangan.
Kegiatan inventarisasi ini pada dasarnya telah diatur dalam petunjuk teknis yang diterbitkan
oleh Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan, yang pada dasarnya
terdiri dari dua aspek utama, yaitu: Pertama. Aspek biofisik wilayah. Data yang dikumpulkan
meliputi: status, penggunaan dan penutupan lahan; jenis tanah dan kelerengan
lapangan/topografi; Iklim; hidrologi/tata air; bentang alam dan gejala-gejala alam; kondisi
sumberdaya manusia dan demografi; jenis potensi dan sebaran flora; jenis, populasi dan
habitat fauna; dan dikombinasikan dengan. Kedua. Aspek sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat di wilayah KPH, dengan menggunakan sampling secara sengaja (purposive
sampling) dan meliputi pengambilan data serta informasi primer maupun sekunder, meliputi
antara lain yang terpenting: sejarah desa, pemukiman dan tata guna lahan di wilayah desa;
sistem dan struktur masyarakat; asal-usul masyarakat; ketergantungan masyarakat terhadap
hutan; data kependudukan, perekonomian dan juga keberadaan hak adat/ulayat serta adat
istiadat lainnya, kelembagaan, harga dan pemasaran produk masyarakat, pendidikan (sapras
dan tingkat pendidikan); kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Pelaksanaan inventarisasi pada wilayah KPHP Model Berau Barat dilakukan dengan dua
pendekatan yang didasarkan pada keberadaan izin Pemanfaatan. Pada areal yang sudah ada
Izin Pemanfaatannya (IUPHHK-HA/HT), inventarisasi dilakukan dengan kompilasi data Hasil
Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) yang telah dilakukan oleh pemegang izin
pemanfaatan, sedangkan pada kawasan yang belum dibebani izin pemanfatan dilakukan
survei lapangan secara langsung.
Meskipun kegiatan inventarisasi telah dilakukan pada awal pembentukan KPH atau awal
penyusunan rencana Kelola ini, tetapi karena luasnya wilayah dan keterbatasan waktu dan
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-2
SDM maka akurasi data masih rendah sehingga sangat memungkinkan untuk di-
update/direvisi dan diperbaiki data dan informasinya secara berkala sesuai dengan
kepentingan pengelolaan terutama pada Wilayah Tertentu (Wilayah Tanpa Izin) pada KPHP
Model Berau Barat. Dengan demikian secara khusus masih perlu dilakukan inventarisasi
lanjutan dan berkala yaitu : Aspek Biofisik ( Inventarisasi Potensi Kayu, Inventarisasi potensi
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan) dan Aspek Sosial
Budaya dan Ekonomi masyarakat .
a. Inventarisasi Potensi Kayu
Inentarisasi potensi kayu akan diprioritaskan pada wilayah tertentu yang berada pada blok
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (PHHK-HA) dan Blok Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu pada Hutan Tanaman. Lebih detail dapat dilihat pada Tabel V-1 berikut :
Tabel V-1. Prioritas Inventarisasi Potensi Kayu Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat.
No Klas Pemanfaatan Lokasi Kegiatan Luas (ha)
1 Pemanfaatan
HHK-HA
Blok PHHK-HA 1 - Merapun 2.620
Blok PHHK-HA 2 - Long Gie 16.911
Jumlah A 19.531
2 Pemanfaatan
HHK-HT
Blok PHHK-HT Merapun 2.887
Jumlah B 2.887
Jumlah Total Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (A+B) 22.418
Inventarisasi potensi kayu dilakukan untuk mengetahui potensi kayu (m3/ha) pada setiap
tutupan lahan, sebagai dasar untuk penyusunan Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan hasil
Hutan Kayu Alam (RKUPHHK-HA) dan sebagai acuan untuk melakukan kegiatan penanaman
pada Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan hasil Hutan Kayu dari Hutan Tanaman
(RKUPHHK-HT). Bentuk Kegiatan Inventarisasi Kayu yang akan dilaksanakan adalah sebagai
berikut :
1) Invetarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) ( dilaksanakan Per 10 tahun).
Kegiatan IHMB akan dilakukan pada wilayah tertentu Hutan Produksi pada Blok
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dari Hutan Alam dan Tanaman dengan Tujuan IHMB antara
lain:
a) Untuk mengetahui kondisi ketersediaan tegakan ( timber standing stock ) pada hutan
alam dan kondisi ketersediaan tegakan tanaman pokok pada hutan tanaman secara
berkala pada tegakan hutan yang sama.
b) Sebagai bahan dasar penyusunan RKUPHHK- KPHP sepuluh tahunan, khususnya dalam
menyusun rencana pengaturan hasil dalam mewujudkan pengelolaan hutan produksi
lestari (sustainable forest management).
c) Sebagai bahan pemantauan kecenderungan (trend) kelestarian sediaan tegakan hutan di
areal IUPHHK-HA atau IUPHHK-HT dan atau KPHP.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-3
Pelaksanaan Kegiatan IHMB secara teknis akan mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor : P. 33/Menhut-II/2009 Tentang Pedoman Inventarisasi Hutan
Menyeluruh Berkala (IHMB) Pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan
Produksi. Serta peraturan-peraturan lain yang nantinya dianggap relevan.
2) Inventarisasi Hutan Sebelum Penebangan (ITSP) (dilaksanakan per 1 tahun)
ITSP merupakan inventarisasi tindak lanjut dari kegiatan IHMB pada blok yang sudah tertata
sampai petak penebangan atau penanaman. ITSP dilaksanakan dengan tujuan menyusun
Risalah hutan dengan intensitas 100 % untuk pohon niagawi dengan diameter > 40 cm dan
pohon yang dilindungi sesuai ketentuan yang berlaku sebagai dasar penyusunan Rencana
Kerja Tahunan (RKT) pada Wilayah Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam hal ini Wilayah
tertentu.
Pelaksanaan Kegiatan IHMB secara teknis akan mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor : P. 11/Menhut-II/2009 Tentang Tentang Sistem Silvikultur
Dalam Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi dan Peraturan
Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : P.9/VI-BPHA/2009 tanggal 21 Agustus
2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI),
serta peraturan-peraturan lain yang nantinya dianggap relevan.
b. Inventarisasi Hasil Hutan Bukan Kayu
Inventarisasi Hasil Hutan Bukan Kayu dilaksanakan pada seluruh Wilayah KPHP Model Berau
Barat. inventarisasi HHBK dilaksanakan untuk mengetahui potensi HHBK antara lain : jenis
HHBK, kuantitas dan kualitas serta pola pemanfatan dimasyarakat yang ada disekitar hutan.
Pada Priode Tahun 2015-2024, invetarisasi HHBK yang menjadi prioritas KPHP Model Berau
Barat adalah sebagai berkut :
1) Inventarisasi potensi jenis HHBK dan pola pemanfaatan oleh masyarakat akan dilaksankan
pada seluruh wilayah KPHP Model Berau Barat (Jangka Panjang).
2) Inventarisasi Khusus potensi Madu Alam, akan dilaksanakan pada seluruh wilayah KPHP
Model Berau Barat baik wilayah tertentu maupun pada wilayah izin (Jangka Pendek).
3) Inventarisasi potensi tanaman obat-obatan, akan diprioritaskan pada wilayah tertentu
yaitu pada Blok Pemanfaatan Penggunaan Kawasan, Jasling dan HHBK yaitu pada
Kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan (Blok PJH 2-KLSL) dan pada Blok Khusus
(Blok BK-KHDTK Labanan).
c. Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan
Inventarisasi Jasa Lingkungan akan dilaksanakan secara berkala pada seluruh wilayah KPHP
Model Berau Barat, prioritas lokasi inventarisasi akan disesuaikan dengan potensi yang akan
dikembangkan. Prioritas Inventarisasi Jasa lingkungan Tahun 2015-2024 adalah sebagai
berkut :
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-4
1) Inventarisasi Potensi Wisata, akan diproritaskan pada wilayah tertentu, yaitu Blok
Pemanfaatan Penggunaan Kawasan, Jasling dan HHBK yaitu pada Kawasan Hutan Lindung
Sungai Lesan (Blok PJH 2-KLSL) dan pada Blok Khusus (Blok BK-KHDTK Labanan).
2) Inventarisasi potensi Air untuk pengembangan sumber air bersih dan Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTMH) akan diprioritaskan pada wilayah yang berdekatan dengan
pemukiman masyarakat baik pada wilayah tertentu mapun pada wilayah izin.
3) Inventarisasi Potensi Karbon, akan dilaksanakan pada seluruh wilayah KPHP Model Berau
Barat.
d. Inventarisasi Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat
Inventarisasi Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat dilakukan dalam rangka ketersediaan
data-data/peta terkait dengan demografi, pola hubungan masyarakat dengan hutan,
keberadaan kelembagaan masyarakat, pola penguasaan lahan oleh masyarakat didalam dan
sekitar hutan, aksesibilitas, kegiatan ekonomi disekitar wilayah dan batas administrasi
pemerintah.
2. Tata Batas Luar Wilayah KPHP Model Berau Barat
Masalah tata batas fungsi kawasan hutan menjadi sangat penting ketika intensitas
penggunaan kawasan hutan sudah tinggi. Terlebih dengan adanya desakan/tekanan
masyarakat akan lahan terus semakin tinggi, kepastian hukum tentang lahan menjadi sangat
penting. Sumber daya hutan dan ekosistemnya yang bersifat dinamik, dan pengelolaan
hutan juga berkembang sesuai dengan perkembangan hukum dan paradigma pembangunan
kehutanan, maka landasan hukum dan atau penentuan tata batas dengan seharusnya
menjadi dasar kegiatan pengelolaan.
Tata batas kawasan yang menyangkut posisi Pal Batas harus disepakati bersama oleh semua
pihak yang terlibat, termasuk masyarakat sekitar, sedang sebagai landasan dasar posisi tata
batas didasarkan pada peraturan pemerintah yang berwenang, serta disosialisasikan ke
semua pihak yang terlibat tersebut untuk menghindari konflik. Surat Keputusan Kepala
Daerah maupun Surat Keputusan Menteri merupakan acuan yang dapat dipatuhi bersama
sebagai instrumen pemerintah dalam pengelolaan dan manajemen fungsi kawasan.
Rekonstruksi batas kawasan dapat dilakukan setiap waktu tertentu, misalnya 5 (lima)/10
(sepuluh) tahun sekali untuk melakukan perluasan batas kawasan sesuai dengan proses
berlangsungnya kejadian alam yang dapat membahayakan masyarakat sekitar. Untuk
memastikan posisi tata batas digunakan instrumen yang dapat dipertanggungjawabkan dan
disepati bersama oleh semua pihak yang berkompeten, misalnya dengan menggunakan alat
GPS (Global Positioning System) dengan akurasi tinggi.
Tata batas kawasan tersebut sedapat mungkin dapat terlihat jelas di lapangan dan mudah
diakses dan diidentifikasi apabila digunakan sebagai acuan pengukuran petak ataupun
observasi batas kepemilikan. Rekonstruksi batas kawasan pengusahaan hutan yang
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-5
dilaksanakan dengan GPS (Global Positioning System) dan harus dilengkapi dengan
pengecekan di lapangan. Batas alam yang mudah dikenali seperti sungai, lembah, gunung,
dan vegetasi dan tanda-tanda fisik buatan manusia seperti jalan, trail, pagar, dan batas tata
guna lahan dipergunakan sebagai acuan batas dengan pertimbangan tanda-tanda fisik
tersebut dapat dengan mudah diidentifikasi termasuk jika harus dipasang pal batas. Namun
demikian, jalur dan pal batas memerlukan pemeliharaan dan pengamanan secara teratur
oleh petugas lapangan. Dengan demikian yang perlu dilakukan kegiatan ada :
a. Tata batas Luar Wilayah KPHP Model Berau Barat
b. Sosialisasi Batas Luar Wilayah KPH terutama yang bersinggungan dengan masyarakat
c. Pemeliharaan Pal batas
d. Rekonstruksi batas wilayah KPH tiap 10 tahun sekali
Prioritas kegiatan Tata Batas Luar Wilayah KPHP Model Berau Barat pada periode tahun
2015-2024 adalah sebagai berikut :
Tabel V-2. Prioritas Tata Batas Luar Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat.
No Perbatasan Wilayah Wilayah KPHP Model
Berau Barat
Panjang Tayek
(Km) Keterangan
1 Sebelah
Utara
Batas Administrasi Kabupaten
(Berau-Bulungan) 149, 40
2 Sebelah
Barat
Batas Administrasi Kabupaten
(Berau-Malinau) 35,72
3 Sebelah
Selatan
Batas Administrasi Kabupaten
(Berau-Kutim) 145,84
4
Sebelah
Timur
Batas Areal Penggunaan Lain/Batas Kawasan
Hutan (Perkebunan dan Pemukiman
masyarakat) 329.17
Prioritas Tahun
2015-2024
IUPHHK-HA (PT. Inhutani I Sambarata) 15.64
Total Panjang 675,77
Berdasarkan Tabel V-2 di atas bahwa priorias Tata Batas Luar KPHP Model pada tahun
2015-2024 adalah Wilayah Sebelah Timur, yaitu areal yang berbatasan dengan Areal
Penggunaan Lain (APL) yang telah dibebani izin perkebunan dan pemukiman masyarakat
serta berbatasan dengan IUPHHK-HA PT. Inhutani I Sambarata, tujuannya adalah untuk
memastikan keamanan wilayah kelola terhadap pemanfaatan yang lain.
3. Penataan Batas Blok Pada Wilayah KPHP Model Berau Barat
Penataan batas blok dilakukan untuk memberi kepastian pada kegiatan pemanfaatan yang
akan dilakukan sesui dengan bentuk pemanfaatan yang telah ditetapkan, penataan batas
blok akan diprioritaskan pada blok-blok yang akan dikelola secara intensif dan berbatasan
langsung dengan kepentingan pihak lain. Beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Penandaan batas Blok Wilayah KPHP Model Berau Barat
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-6
b. Sosialisasi Batas Blok terutama yang bersinggungan dengan masyarakat atau pihak lain
4. Pemeliharaan Pal batas
5. Rekonstruksi batas wilayah KPH tiap 10 tahun sekali
Prioritas kegiatan Tata Batas Blok Pemanfaatan pada periode tahun 2015-2024 adalah
sebagai berikut :
Tabel V-3. Prioritas Tata Batas Blok pada Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat.
No Nama Blok Luas
(ha)
Panjang
Batas Blok
(km)
Keterangan
1. Blok Inti (Blok I-HL) 160.334,82 433.90
a. Blok I-HL 1 74.718,85 172,76
b. Blok I-HL 2 8.069,64 43,11
c. Blok I-HL 3 13.785,06 44,38
d. Blok I-HL 4 37.751,75 65,51
e. Blok I-HL 5 21.195,48 86,96
f. Blok I-HL 6 4.788,06 18,95
g. Blok I-HL 7 25,99 2,23
2. Blok Pemanfaatan (Blok P-HL) 80.331,39 354.25
a. Blok P-HL 1 13.792,16 79,71
b. Blok P-HL 2 38.713,78 125.25
c. Blok P-HL 3 7.743,00 37,33
d. Blok P-HL 4 14.549,55 53,59
e. Blok P-HL 5 5.532,90 58,37 Prioritas 2015-2024
3. Blok Perlindungan 2.679,12 201,63
4. Blok Pemanfaatan Kawasan dan Jasa
lingkungan, HHBK (Blok PJH) 8.040,98 185,63
a. Blok PJH 1- Kelay 1.429,81 26,71
b. Blok PJH 2-KLSL 544,37 22,96 Prioritas 2015-2024
c. Blok PJH 2- Segah 6.066,80 135,96
5. Blok Pemanfaatan HHK-HA (PHHK-HA) 19.531,16 105,07
a. Blok PHHK-HA 1 -Merapun. 2.619,69 23,82 Prioritas 2015-2024
b. Blok PHHK-HA 2 -Long Gie 16.911,47 81,25 Prioritas 2015-2024
6. Blok Pemanfaatan HHK-HT 2.886,82 29,53
Blok PHHK-HT Merapun 2.886,82 29,53 Prioritas 2015-2024
7. Blok Pemberdayaan Masyarakat
(Blok PM) 7.335,41 297,95
a. Blok PM 1 -Segah 2.031,14 129,28
b. Blok PM 2 -Labanan 911,89 18,92
c. Blok PM 3–Merasa 925,34 24,56 Prioritas 2015-2024
d. Blok PM 4-Long Beliu 917,43 47,43 Prioritas 2015-2024
e. Blok PM 5-Lesan 698,54 13,83 Prioritas 2015-2024
f. Blok PM 6-KLSL 397,28 35,05 Prioritas 2015-2024
g. Blok PM 7-Long Duhung 1.453,79 27,61 Prioritas 2015-2024
8. Blok Khusus (BK) 7.689,32 37,02
Blok BK-KHDTK Labanan 7.689,32 37,02 Sudah Ditata Batas
Jumlah 288.829,03 1.720.03
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-7
B. PEMANFAATAN KAWASAN HUTAN PADA WILAYAH TERTENTU
Wilayah tertentu merupakan areal yang belum dibebani hak/izin pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan. Luas Wilayah tertentu pada Wilayah KPHP Model Berau Barat
seluas 288.935,26 Ha (35%) terdiri dari Hutan Lindung (HL) seluas 240.666,21 Ha, Hutan
Produksi Terbatas (HPT) seluas 35.242,57 Ha dan Hutan Produksi (HP) seluas 10.291,69 Ha,
Hutan Produksi Konversi (HPK) seluas 1.455,58 ha, Areal Penggunaan Lain (APL) seluas
1.172,98 ha serta Tubuh Air seluas 106,23 ha terbagi dalam beberapa Kelompok hutan yang
terpisah dengan kondisi yang berbeda-beda. Baik kondisi biofisik maupun kondisi sosialnya
dan akses pengelolaan.
Berdasarkan pembagian blok masing-masing wilayah tertentu yang telah ditetapkan maka
bentuk pemanfataan yang akan dilakaukan pada wilayah tertentu adalah sebagai berikut :
1. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu akan dilakukan dengan dua klas perusahaan yaitu
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Alam dan Pemanfaatan Kayu Hutan Tanaman, dengan lokasi
dan luasan sebagai berikut :
Tabel V-4. Rencana Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Wilayah Kelola KPHP Model Berau
Barat.
No Klas Pemanfaatan Lokasi Kegiatan Luas (ha)
1 Pemanfaatan
HHK-HA
Blok PHHK-HA 1 –Merapun 2.619,69
Blok PHHK-HA 2 -Long Gie 16.911,47
Jumlah A 19.531,16
2 Pemanfaatan
HHK-HT
Blok PHHK-HT Merapun 2.886,82
Jumlah B 2.886,82
Jumlah Total Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (A+B) 22.417,98
Dalam rangka menjamin keberlanjutan produksi dalam pemanfataan hasil hutan kayu yang
dilaksanakan maka akan dilaksanakan sistim Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)
untuk pemanfaatan Hutan Alam dengan sistim Pembalakan Ramah lingkungan (Reduce
impact Logging/RIL). Untuk Pemanfaatan Hasil Hutan Tanaman dilaksanakan dengan sistim
silvikultur Tebang Habis dengan Permudaan Buatan (THPB). Sedangkan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat setempat maka pelaksanaan kegiatan pemanfaatan baik
Pemanfaatan Hasil Hutan Alam maupun Pemanfaatan Hutan Tanaman dilaksanakan melalui
kemitraan dengan masyarakat setempat dan investasi yang profesional.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-8
Dalam mewujudkan Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu tersebut maka perlu dilakukan beberapa
Kegiatan sebagai berikut :
a. Penyusunan Rencana Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (RKUPHHK-
HA) dan Hutan Tanaman (RKUPHHK-HT) berdasarkan Hasil Inventarisasi menyeluruh
berkala (IHMB)
b. Penyusunan Rencana Kerja Tahunan Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam dan
Hutan Tanaman berdasarkan blok tahunan yang telah disusun.
c. Penyiapan Kelembagaan dan kemitraan dengan masyarakat serta investasi yang akan
menjadi bagian dalam pelaksanaan kegiatan.
d. Penyiapan sarana dan prasarana (Peralatan operasional) Pelaksanaan Kegiatan.
e. Melakukan Kegiatan Penebangan (Produksi Kayu) pada hutan Alam dan Hutan Tanaman
sesuai dengan Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang telah ditetapkan.
f. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan
2. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) akan dilaksanakan dengan dua pendekatan
yaitu; Pada wilayah yang sudah ada izinnya akan dilakukan melalui kemitraan antara
masyarakat dengan pemegang izin ( KPHP Model Berau Barat sebagai fasilitasi), sedangkan
pada wilayah tertentu akan dilaksanakan langsung oleh KPHP Model Berau Barat dengan
kemitraan dengan masyarakat.
Beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam pengembangan hasil hutan bukan kayu
adalah sebagai berkut :
a. Melakukan Pemetaan Potensi dan Sebaran HHBK pada Wilayah KPHP Model Berau
Barat.
b. Menyusun Rencana Pemanfaatan dan Pengembangan HHBK.
c. Penyiapan Kelembagaaan Pengelola (sarana prasarana, SDM dan peralatan)
d. Pengembangan jaringan pasar.
3. Pengembangan Wisata Alam.
KPHP Model Berau Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki keanegaraman hayati
yang tinggi berupa sumber daya alam yang berlimpah,yang berpotensi bagi pengembangan
kepariwisataan, khususnya wisata alam. Potensi Obyek wisata alam yang ada pada Wilayah
KPHP Model Berau Barat, antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian
budaya tradisional, keindahan bentang alam, gejala alam, peninggalan sejarah/budaya yang
secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat. Keseluruhan potensi obyek wisata alam ini
merupakan sumber daya ekonomi yang bernilai tinggi dan sekaligus merupakan media
pendidikan dan pelestarian lingkungan.
Pengembangan Obyek wisata alam obyek wisata alam sangat erat kaitannya dengan
peningkatan produktifitas sumber daya hutan dalam konteks pembangunan ekonomi,
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-9
sehingga selalu dihadapkan pada kondisi interaksi berbagai kepentingan yang melibatkan
aspek kawasan hutan, pemerintah daerah, aspek masyarakat, dan pihak swasta di dalam
suatu sistem tata ruang wilayah.
Mempertimbangkan fungsi kawasan serta kondisi biofisik dan sosial budaya pada masing-
masing Wilayah Tertentu dan sesuai dengan Pembagian Blok yang telah dilakukan maka
prioritas pengembangan Wisata Alam dan Wisata Pendidikan pada Wilayah Tertentu KPHP
Model Berau Barat tahun 2015-2024 adalah sebagai beikut :
Tabel V-5. Prioritas Pengembangan Wisata Alam Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat.
No Lokasi Kegiatan Luas (ha)
1 Blok BK-KHDTK Labanan 7.689,32
2 Blok PJH 2-KLSL (Kawasan Lindung Sungai Lesan) 544,37
3 Blok PM 6-KLSL (Kawasan lindung Sungai lesan) 397,28
4 Blok P-HL 5 (Kawasan lindung Sungai lesan) 5.532,90
Jumlah 14.163,87
Sumber : Analisis Database KPHP Model Berau Barat
Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pengembangan wisata alam adalah
sebagai berikut :
a. Melakukan studi kelayakan/ Feasibilitiy Study (FS) Pengembangan Wisata
b. Menyusun Master Plan Pengembangan Wisata
c. Penyiapan Kelembagaaan pengelola (sarana prsarana, SDM dan SOP)
d. Pengembangan akses pasar
4. Pengembangan Program Karbon (REDD+)
REDD+ merupakan upaya pengurangan Emisi dari Degradasi dan Deforestasi serta upaya
mempertahankan dan meningkatkan stok karbon dari pengelolaan hutan secara lestari
(PHL), Konservasi serta Rehabilitasi. Upaya-upaya tersebut merupakan bagian dari
program-program yang akan dilaksanakan oleh KPHP Model Berau Barat sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Dalam rangka mengukur dan memastikan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
KPHP Model Berau Barat merupakan bagian dari pengurangan emisi maka akan dilakukan
beberapa kegiatan sebagai berkut :
a. Analisisi Faktor Penyebab degradasi dan deforestasi Skala KPHP Model Berau Barat.
b. Menyusun REL Skala KPHP Model Berau Barat.
c. Menyusun desain penurunan emisi yang terintegrasi dengan rencana pengelolaan KPH
dan izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
d. Membangun DA REDD+ skala pilot project pada wilayah KPHP Model Berau Barat
e. Menyusun dan uji coba system MRV REDD+ skala KPHP Model Berau Barat.
f. Membangun PIN/PDD pilot project REDD+ skala KPHP Model Berau Barat.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-10
g. Menyusun mekanisme pembagian manfaat dari pengembangan REDD+
h. Membangun Sistem Pengaman Sosial dan Lingkungan
Pengembangan program REDD+ akan dilaksanakan pada semua wilayah KPHP Model Berau
Barat termasuk yang sudah ada izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, dengan
pendekatan dan strategi yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan pemanfaatan
kawasan hutan.
Pada Wilayah Tertentu yang akan dikelola langsung oleh KPHP Model Berau Barat maka
strateginya adalah memastikan tata kelola yang dilakukan beriorentasi pada kelestarian.
Sedangkan pada wilayah yang ada izin pemanfaatnnya maka strateginya adalah mendorong
perbaikan tata kelola pada pemegang izin melalui monitoring, evaluasi dan pembinaan.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-11
C. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk meningkatkan peran dan keterlibatan
masyarakat dalam pengelolaan hutan baik secara langsung maupun tidak langsung guna
peningkatan kesejahteraan. Beberapa Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka
pemberdayaan adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan Skema Perhutanan Sosial
Dalam upaya mendukung kebijakan prioritas pemebrdayaan ekonomi masyarakat di dalam
dan sekitar hutan, maka akan dikembangkan skema-skema berbasis masyarakat seperti
hutan desa, hutan tanaman rakyat, hutan kemasyarakatan dan hutan rakyat. Beberapa lokasi
yang akan menjadi prioritas pengembangan skema perhutanan sosial di wilayah KPHP Model
Berau Barat adalah sebagai berikut :
Tabel V-6. Prioritas Perhutanan Sosial pada Wilayah Tertentu KPHP Model Berau Barat.
No Lokasi Luas
(ha) Kampung Skema Pengelolaan
1 Blok P-HL 2 6.475,28 Long Boy Hutan Desa (HD) untuk
Pemanfaatan Kawasan Hutan,
Hasil Bukan Kayu dan Jasa
Lingkungan (Pengembangan
Wisata Alam)
2 Blok PM 1 –Segah 2.031,14 Gunung Sari,
Harapan Jaya
Hutan Tanaman Rakyat (HTR-
Agroforestri) & Hutan Rakyat (HR)
3 Blok PM 2 –Labanan 911,89 Labanan Makarti,
Pandan sari
Hutan Tanaman Rakyat (HTR-
Agroforestri)& Hutan Rakyat (HR)
4 Blok PM 3–Merasa 925,34 Merasa Hutan Tanaman Rakyat (HTR-
Tanaman Gaharu)
5 Blok PM 4-Long Beliu 917,43
Long Beliu Hutan Tanaman Rakyat (HTR-
Tanaman Karet)
6 Blok PM 5-Lesan 698,54 Muara Lesan Hutan Tanaman Rakyat(HTR-
Gaharu)
7 Blok PM 6-KLSL 397,28 Muara lesan, lesan
Dayak, Merapun dan
Sidobangen.
HKM-Agrowisata untuk
menunjang pengembangan
wisata Alam
8 Blok PM 7-Long
Duhung
1.453,79 Long Duhung Hutan Tanaman Rakyat (HTR-
Gaharu)& Hutan Rakyat
Jumlah 13.810,70
Dalam rangka mewujudkan pengembangan pengelolaan hutan melalui skema perhutanan
sosial atau PHBM maka akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :
a. Sosialisasi Skema Perhutanan Sosial
b. Pendampingan dan fasilitasi pelaksanaan verifikasi lokasi sampai penetapan
c. Penyiapan kelembagaan masyarakat (Organisasi, SDM, sarana prasarana)
d. Pendampingan Penyusunan rencana pengelolaan dan penetapan
e. Monitoring dan evaluasi
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-12
2. Kemitraan dalam pengelolaan wilayah Tertentu (KPH dengan Masyarakat)
Dalam rangka pemebrdayaan masyarakat maka pemanfaatan yang akan dilakukan pada
wilayah tertentu akan dilaksanakan dengan kemitraan dengan masyarakat terutama
masyarakat yang administrasinya masuk pada wilayah tertentu terutama pada blok
pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam, Pemanfaatan hasil Hutan Kayu Pada Hutan
Tanaman , Pemanfaatan HHBK dan jasa lingkungan. Beberapa wilayah tertentu yang akan
dikembangkan kemitraan adalah sebagai berikut :
Tabel V-7. Prioritas Kegiatan Kemitraan antara masyarakat dengan KPH pada Blok
Pemanfaatan masing-masing Wilayah Tertentu.
No Nama Blok Luas Kampung Mitra Skema Pemanfaatan
1 Blok Pemanfaatan
(Blok P-HL) 80.331,39
HHBK dan Jasling
a. Blok P-HL 1 13.792,16 Merapun, Long Beliu HHBK dan Jasling
b. Blok P-HL 2 38.713,78 Long Keluh, Long
Pelay
HHBK dan Jasling
c. Blok P-HL 3 7.743,00 Long Sului HHBK dan Jasling
d. Blok P-HL 4 14.549,55 Long pay HHBK dan Jasling
e. Blok P-HL 5 5.532,90 Muara Lesan, Lesan
Dayak, Merapun ,
Sidobangen
Pengembangan Wisata dan
HHBK
2 Blok Pemanfaatan
Kawasan dan Jasa
lingkungan, HHBK
(Blok PJH)
8.040,98
a. Blok PJH 1- Kelay 1.429,81 Long Boy, Long Sului
b. Blok PJH 2-KLSL
544,37
Muara Lesan, Lesan
Dayak, Merapun ,
Sidobangen
Pengembangan Wisata Alam
dan HHBK
c. Blok PJH 2- Segah 6.066,80
Long laai, Long pay Pemanfaatan kawasan, HHBK
dan Jasling
3 Blok Pemanfaatan
HHK-HA (PHHK-HA) 19.531,16
a. Blok PHHK-HA 1 -
Merapun. 2.619,69
Merapun IUPHHK-HA Berbasis
Masyarakat
b. Blok PHHK-HA 2 -
Long Gie 16.911,47
Long Beliuh IUPHHK-HA Berbasis
Masyarakat
4 Blok Pemanfaatan
HHK-HT 2.886,82
Blok PHHK-HT
Merapun 2.886,82
Merapun IUPHHK-HT Berbasis
Masyarakat
5 Blok Khusus (BK) 7.689,32
Blok BK-KHDTK
Labanan
7.689,32 Balai Besar
Diptercarpacea,
kerjasama dengan
masyarakat kampung
Tumbit daya, Merasa,
Labanan Makmur
Pemanfaatan kawasan, HHBK
dan Jasling
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-13
Dalam rangka mewujudkan pengembangan pengelolaan hutan melalui skema Kemitraan
antara KPHP Model Berau Barat dengan masyarakat maka perlu dilakukan beberapa
kegiatan sebagai berikut :
a. Sosialisasi Rencana Pengelololaan dan kemitraan
b. Penyiapan kelembagaan masyarakat (Organisasi, SDM, sarana prasarana)
c. Membangun kesepakatan pengelolaan bersama (MOU)
d. Penyusunan rencana pengelolaan secara bersama-sama
e. Monitoring dan evaluasi secara bersama-sama
3. Fasilitasi Kemitraan antara masyarakat dengan pemegang izin.
Salah satu potensi pemberdayaan masyarakat pada wilayah KPHP Model Berau Barat adalah
kemitraan dengan pemegang izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Penggunaan Kawasan
Hutan, terutama dalam pemanfataan wilayah-wilayah konflik pemanfaatan (Konflik Tenurial),
pemanfaatan limbah kayu, pemanfaatan HHBK dan Pemanfaatan Jasa lingkungan.
Prioritas Kemitraan antara Pemegang Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dengan masyarakat
pada tahun 2015-2024 akan diprioritaskan pada beberapa lokasi sebagai beikut :
Tabel V-8 Prioritas Fasilitasi Kegiatan Kemitraan anatara Pemegang Izin dengan
Masyarakat.
No. IUPHHK-HA Skema Kemitraan Kampung Mitra
1. PT. Aditya Kirana Mandiri Pengelolaan Wilayah konflik seluas
200 ha.
Pemanfaatan HHBK dan Jasling (Air
Bersih dan PLTMH)
Long Duhung
Pengelolaan Wilayah konflik seluas
200 ha, HHBK dan Jasling (Air
Bersih dan PLTMH)
Long Keluh
2. PT. Amindo Wana Perkasa Pengembangan dan pengelolaan
HHBK, Jasling (air bersih)
Long Lamcin
3. PT. Karya Lestari Pengembangan dan pengelolaan
HHBK, Jasling (air bersih)
Long Beliu
4. PT. Mardhika Insan Mulia Pengembangan dan pengelolaan
HHBK, Jasling (air bersih)
Long Duhung dan Long Beliu
5. PT. Wana Bhakti Persada
Utama
Pengembangan dan pengelolaan
HHBK, Jasling (air bersih)
Long Beliu dan Long Keluh
6. PT. Inhutani I Labanan Pemanfaatan wilayah konflik 1000
ha
Batu Rajang,
Pemanfaatan Wilayah Konflik 2000
ha (Kiri Kanan Jalan poros Berau-
Samirnda)
Tumbit Dayak
Pemanfaatan Wilayah Konflik 2000
ha (Jalan Arah Tanjung Redeb-
Kecamatan Segah)
Gung Sari, Apau Indah, Labanan
Makarti, Tepian Buah
7. PT. Sumalindo Lestari Jaya
IV
Pengembangan dan pengelolaan
HHBK, Jasling (air bersih)
BP-Segah (5 Kampung)
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-14
Dalam rangka mewujudkan pengembangan pengelolaan hutan melalui skema Kemitraan
antara Pemegang izin dengan masyarakat maka akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai
berikut :
a. Sosialisasi Skema kemitraan kepada masyarakat dan pemegang izin
b. Penyiapan kelembagaan masyarakat (Organisasi, SDM, sarana prasarana)
c. Memfasilitasi kesepakatan pengelolaan bersama (MOU)
d. Pendampingan Penyusunan rencana pengelolaan secara bersama-sama
e. Monitoring dan evaluasi
4. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan masyarakat
Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan hutan di Wilayah KPHP
Model Berau Barat telah dibentuk kelembagaan masyarakat antara kampung yaitu Forum
Kampung Hulu Kelay (FKHK) yang terdiri dari : Kampung Long Beliu, Kampung Long Duhung,
long Keluh, Long Pelai, Long Lamcim dan Long sului. Dan Badan Pengelola huluh Sungai
Segah (BP Segah) yang terdiri dari: long Ayap, Long Oking, Long laai dan Long Pay.
Kelembagaan-kelembagaan tersebut merupakan binaan KPHP Model Berau Barat yang
menjadi simpul-simpul peningkatan kapasitas untuk pemberdayaan masyarakat. Beberapa
bentuk kegiatan yang prioritas untuk peningkatan kapasitas adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan kapasitas Perencanaan pengelolaan sumber daya hutan
b. Peningkatan Kapasitas pengelolaan Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
c. Peningkatan Kapasiatas Pengelolaan Jasa Lingkungan
d. Peningkatan Kapasitas Monitoring dan pemantauan terhadap izin pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan berbasis masyarakat
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-15
D. PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN (CONTROLLING) PADA AREAL IZIN PEMANFAATAN
MAUPUN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN
1. Pembinaan dan Pemantauan Izin Pemanfaatan Hutan
Pengawasan dan pengendalian terhadap pemegang izin dilaksanakan dalam rangka
menjamin terselenggaranya pemanfaatan hutan sesuai dengan kaidah-kaidah kelestarian
(aspek ekologi). Melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja pemegang izin; Melakukan
pembinaan pengelolaan hutan oleh pemegang izin; Menegakan regulasi kepada pemegang
izin.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam wilayah KPHP Model Berau Barat terdapat izin
Pemanfaatan Hutan Alam sebanyak 12 IUPHHK-HA dan Izin Pemanfaatan hutan Tanaman
sebanyak 1 IUPHHK-HT. Untuk itu perlu akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :
a. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) pengawasan dan evalusai Izin
Pemanfaatan (IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT).
b. Melaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan TPTI pada
IUPHHK-HA (Perencanaan, Penebangan, Penatausahaan Hasil Hutan Kayu/PUHH,
Perlindungan hutan dan Pembinaan Hutan) secara berkala.
c. Melaksanaan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan THPB pada IUPHHK-HT
(Perencanaan, Penebangan, Penanaman, Penatausahaan hasil hutan Kayu/PUHH,
perlindungan hutan dan Pembinaan Hutan) secara berkala.
d. Memberikan arahan kebijakan pemanfaatan hutan kepada izin pemanfaatan.
e. Memberikan pertimbangan teknis terhadap rencana pemanfaatan hutan yang
dilaksanakan oleh pemegang izin.
f. Mendorong dan mendampingi sertifikasi PHPL pada izin pemanfaatan hasil hutan kayu
(IUPHHK-HA/HT) mandatory dan voluntary
g. Peningkatan kapasitas pemegang izin pemanfaatan hutan
h. Sosialisasi regulasi pengelolaan hutan
i. Implementasi SIPUHH online di wilayah KPHP Model Berau Barat
2. Pembinaan dan Pemantauan Izin Penggunaan Kawasan Hutan
Izin penggunaan kawasan hutan merupakan izin pemanfaatan kawasan hutan untuk
kegiatan-kegiatan di luar sektor kehutanan. Pada Wilayah KPHP Model Berau Barat
teridentifikasi beberapa kegiatan penggunaan kawasan yaitu kegiatan pertambangan dan
telekomunikasi (tower), terhadap kegiatan-kegiatan tersebut perlu dilakukan pengawasan
dan pengendalian dengan kegiatan sebagai berikut :
a. Menyusun Standar Oprasional Prosedur(SOP) pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dan
izin penggunaan kawasan hutan.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-16
b. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan izin penggunaan kawasan
hutan secara berkala.
c. Memberikan pertimbangan teknis terhadap pemegang izin penggunaan kawasan hutan.
d. Memberikan arahan kebijakan kepada pemegang izin penggunaan kawasan hutan.
Pembinaan dan Pemantauan Izin Penggunaan Kawasan Hutan akan diprioritaskan pada
kegiatan izin pinjam pakai baik dalam proses pengajuan pinjam pakai, pelaksanaan
kewajiban maupun pasca selesainya pelaksanaan kegiatan.
E. PENYELENGGARAAN REHABILITASI PADA AREAL DI LUAR IZIN.
Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya
dalam mendukung sistim penyanggah kehidupan tetap terjaga.
Dalam sistem perencanaan RHL, idealnya wilayah daerah aliran sungai (DAS) dijadikan
sebagai unit analisis, karena DAS merupakan unit hidrologis dalam satu kesatuan ekosistem
dengan batas alamiahnya, dan adanya interaksi antara bagian hulu dan hilir, serta
terdapatnya hubungan timbal balik antara manusia dan segala aktivitasnya, dengan
sumberdaya alam terutama tanah, vegetasi dan air yang berperan sebagai integrator di
dalam DAS tersebut. Karena peran dan fungsi air tersebut, maka DAS sangat tepat sebagai
dasar unit pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengendalian pengelolaan
sumberdaya alam khususnya tanah, vegetasi dan air, dengan demikian pelaksanaan
Rehabulitasi Hutan dan lahan harus memperhatikan status dan Kinerja DAS.
Pengelolaan DAS pada prinsipnya adalah pengaturan tata guna lahan atau optimalisasi
penggunaan lahan untuk berbagai kepentingan secara rasional serta praktek lainnya yang
ramah lingkungan sehingga dapat dinilai dengan indikator kunci kuantitas, kualitas dan
kontinuitas aliran sungai pada titik pengeluaran (outlet) DAS, Jadi salah satu karakteristik
DAS adalah adanya keterkaitan biofisik antara daerah hulu dengan daerah hilir melalui daur
hidrologi. Tingkat Kekritisan suatu DAS ditunjukan oleh menurunnya penutupan vegetasi
permanen dan meluasnya lahan kritis sehingga menurunkan kemampuan DAS dalam
menyimpan air yang berdampak pada meningkatnya frekuensi banjir, erosi dan penyebaran
tanah longsor pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Kekritisan DAS
ditunjukan dengan DAS Prioritas I, II dan III. DAS Prioritas I adalah DAS yang prioritas
pengelolaannya paling tinggi karena menunjukan kondisi DAS paling ” kritis atau tidak sehat Prioritas II adalah DA“ yang prioritas pengelolaannya sedang, sedangkan DAS prioritas
III dianggap kurang prioritas untuk ditangani karena kondisi biofisik dan soseknya masih
relative baik (tidak kritis) atau DAS tersebut dianggap masih seHat.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-17
Berdasarkan Pembagian Daerah Aliran Sungai kalimantan Timur KPHP Model Berau Barat
masuk dalam DAS Berau.
Tabel V-9. Kondisi Prioritas Penanganan RHL Berdasarkan Fungsi Kawasan Hutan DAS
Berau
No Prioritas RHL
Arahan Berdasarkan Fungsi Kawasan (ha) Jumlah
(ha) Kawsan
Budidaya
Fungsi
Lindung
Hutan
Konservasi
Hutan
Lindung
Hutan
Produksi
1 Prioritas I 70.215,59 9.610,28 23.268,83 103.094,69
2 Prioritas II 160.805,91 84,55 97.359,82 628.576,94 886.827,21
3 Tidak Prioritas 132.078,93 1.145,55 210.254,57 343.613,02 687.092,07
363.100,42 10.840,38 307.614,39 995.458,79 1.677.013,97
Sumber : RTk RHL-DAS Wilayah BPDAS Mahakam Berau (2009)
Berdasarkan table V-9 tergambar bahwa berdasarkan tingkat prioritas RHL, luas Wilayah DAS
yang Sangat prioritas adalah 103.094,69 ha atau 0, 61 %. (BPDAS Mahakam Berau (2009)
Sedangkan berdasarkan tingkat erosinya maka DAS Berau masuk dalam kualifikasi rendah
yaitu dengan Nilai Indek Erosi (IE) 0,66. (Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kondisi DAS
Berau masih relatif baik).
Tabel V-10. Kondisi Tingkat Kritis Lahan Pada KPHP Model Berau Barat
No Tingkat Kritis Luas (ha) Jumlah
Wilayah Tanpa Izin Wilayah Izin Ha %
1 Sangat Kritis 45, 01 994,97 1.445,98 0,18
2 Kritis 12.583,38 2.589,90 15.173,29 3,90
3 Agak Kritis 83.679,57 305.744,14 389.423,71 49,60
4 Potensial Kritis 190.925,25 174.110,68 365.035,94 46,50
5 Tidak Kritis 3.158.60 10.825,15 13.983,75 1,78
Sumber : Analisis Data Spasial RTk RHL-DAS Wilayah BPDAS Mahakam Berau (2009)
Berdasarkan Tabel V.10, tingkat kritis lahan di wilayah KPHP Model Berau Barat relative
rendah sebagian besar masih berstatus potensial dan agak kritis. Dan jika dilihat dari,
sebagian besar lahan-lahan tersebut berada pada wilayah izin.
Berdasarkan Hasil identifikasi lokasi maka dapat disampaikan Areal potensial Untuk
Kegiatan RHL Pada Wilayah Tanpa izin di Wilayah KPHP Model Berau Barat adalah sebagai
Berikut :
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-18
Tabel V-11. Rencana Kegiatan Penanaman/RHL yang akan dilaksanakan pada
Wilayah Tertentu.
No Lokasi/
Wilayah Kegiatan
Rencana Penanaman/ RHL 2015-2024
Potensi RHL
10 Tahun Keterangan
A Nama Blok (Pada HP/HPT)
Blok PM 6-KLSL 329,97
Dilaksanakan dengan Skema Kemitraan
dengan masyarakat melalui
pengembangan hutan tanaman.
Jumlah 329,97 rata 2 sekitar 330 ha/th
B Nama Blok (Pada HL)
Blok P-HL 3 1.257.63 Kiri-kanan jalan yang akan dipergunakan
untuk kooridor PT. Aquila Silva.
Blok P-HL 5 733.07 Akan dilaksanakan melalui kerjasama
dengan PT. Berau Coal (Izin Pinjam
Pakai) sebagai Lokasi kewajiban
Rehabilitasi DAS
Jumlah 1. 990,70
Jumlah Total 2.320,67 Rata-rata 230 ha/thn
Penyelenggaraan kegiatan RHL dilakukan dengan memasukkan unsur-unsur perencanaan,
pengorganisasian/kelembagaan, pelaksanaan kegiatan serta pengawasan dan pengendalian.
Sehubungan dengan hal tersebut maka dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :
1. Penyusunanan Rencana Pengelolaan Rehabilitasi dan Lahan (RPRHL) dan Rencana
Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) serta restorasi hutan.
2. Pembentukan dan penyiapan lembaga pengelola RHL, peran dan fungsi para pihak
pelaksanaan RHL.
3. Melaksanakan kegiatan RHL melalui berbagai kegiatan seperti reboisasi, pemeliharaan,
pengayaan tanaman, penerapan teknis konservasi tanah secara vegetasi dan pembuatan
bangunan konservasi tanah secara sipil teknis pada lahan kritis dan tidak produktif .
4. Membangun persemaian permanen untuk kebutuhan Rehabilitasi Hutan dan Lahan dan
restorasi hutan.
5. Pemantauan dan evaluasi kegiatan RHL secara berkala.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-19
F. PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN (CONTROLLING) PELAKSANAAN REHABILITAASI DAN
REKLAMASI PADA AREAL YANG SUDAH ADA IZIN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN
KAWASAN HUTANNYA.
1. Pembinaan dan Pemantauan RHL pada Pemanfataan Hutan (IUPHHK-HA/HT)
Pembinaan dan pemantauan RHL pada wilayah izin Pemanfaatan Hutan, yang disesuaikan
dengan RKUIUPHHK dan RKT yang akan dilaksanakan. Pembinaan dan pemantauan RHL
untuk memastikan pelaksanaan penanaman yang merupakan kewajiban dari masing-masing
pemegang izin. Pembinaan dan Pemantauan RHL akan diprioritaskan pada 12 unit IUPHHK-
HA (PT. Karya Lestari , PT. Aditya Kirana Mandiri, PT. Wahana Bhakti Persada, PT. Amindo,
PT. Inhutani I Labanan, PT. Aquila Silva) dan 1 Unit IUPHHK-HA (PT. Belantara Pusaka).
Pembinaan san pemantauan secara berkala dilaksanakan setiap tahun sesuai dengan
kewajiban IUPHHK-HA/HT dalam RKT. Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
rangka pembinaan dan pemantauan RHL pada IUPHHK-HA/HT adalah sebagai berikut :
a. Pemetaan Wilayah Rencana RHL pada masing-masing Pemegang izin berdasarkan rencana
kerja usaha yang akan dilaksanakan
b. Menyusun Standar Pembinaan dan Pemantauan (SOP)
c. Melakukan pembinaan teknis terhadap pelaksanaan RHL
d. Sosialisasi kebijakan terkait pelaksanaan RHL.
2. Pembinaan dan Pemantauan RHL pada Penggunaan Kawasan Hutan.
Pembinaan dan pemantauan RHL pada penggunaan Kawasan Hutan akan diprioritaskan
pada Izin Pertambangan yang dilaksanakan melalui skema pinjam pakai yaitu sebanyak 10
unit izin Pertambangan dengan luas total 49.221,04 ha. Beberapa kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam rangka pembinaan dan pemantauan RHL pada penggunaan Kawasan
Hutan adalah sebagai berikut :
1. Pemetaan Wilayah Rencana RHL pada masing-masing Pemegang izin berdasarkan rencana
kegiatan penggunaan kawasan
2. Menyusun Standar Pembinaan dan Pemantauan (SOP)
3. Melakukan pembinaan teknis terhadap pelaksanaan RHL
4. Sosialisasi kebijakan terkait pelaksanaan RHL.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-20
G. PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM
1. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan
Penyelenggaraan perlindungan hutan bertujuan untuk menjaga hutan, hasil hutan, kawasan
hutan dan lingkungannya agar fungsi lindung, fungsi konservasi dan fungsi produksi tercapai
secara optimal dan lestari.
Prinsip perlindungan hutan adalah usaha mencegah dan membatasi kerusakan hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran,
daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertaHankan dan menjaga hak-hak negara,
masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, Hasil hutan, investasi serta
perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
Dalam rangka penyelenggaraan perlindungan hutan maka akan dilakukan beberapa kegiatan
prioritas sebagai berikut :
a. Identifikasi Faktor-Faktor yang menyebabkan Kerusakan Hutan, Kawasan Hutan dan
Hasil Hutan.
Sebelum dilakukan kegiatan perlindungan hutan terlebih dahulu harus dilakukan identifikasi
faktor-faktor yang menyebakkan kerusakan hutan, baik faktor secara langsung maupun
faktor tidak langsung.
b. Identifikasi dan Pembuatan Peta Kawasan Rawan Keamanan Hutan
Identifikasi dan pemetaan kawasan rawan keamanan hutan akan dilakukan pada seluruh
wilayah KPHP Model Berau Barat baik yang berada pada Wilayah Izin pemanfaatan dan
penggunaan Kawasan maupun yang berada pada Wilayah tertentu yang merupakan suatu
bagian yang tidak dapat terpisahkan.
Identifikasi dan pemetaan kawasan yang berada pada wilayah izin pemanfatan dan
penggunaan kawasan hutan akan dilakukan secara bersama-sama dengan pemegang izin.
Sedangkan pada wilayah tertentu akan dilaksanakan secara langsung oleh KPHP Model
Berau Barat. Keluaran dari kegiatan Identifikasi dan Pembuatan Peta Kawasan Rawan
Keamanan Hutan adalah adanya beberapa peta tematik terkait Kerawanan keamanan hutan
yang meliputi :
1) Peta Rawan Perambahan dan llegal Logging
2) Peta Rawan Bencana alam
3) Peta Rawan Kebakaran Hutan
Peta-peta tersebut akan dijadikan acuan bagi KPHP Model Berau Barat dalam melakukan
pengamanan dan pemantauan terhadap lokasi-lokasi yang rawan keamanan hutan.
c. Sosialisasi Perundang-undangan Kehutanan
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-21
Kegiatan sosialisasi perundang-undangan kehutanan akan dilaksanakan pada seluruh
wilayah KPHP Model Berau Barat dengan sasaran masyarakat yang berada disekitar dan di
dalam hutan serta pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan yang ada
pada wilayah KPHP Model Berau Barat.
Dalam rangka efektifitas maka kegiatan Sosialisasi dan Penyuluhan Perundang-undangan
Kehutanan akan dilakukan secara bersama-sama dan terintegrasi dengan kegiatan
pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Bentuk Kegiatan Sosialisasi
Perundang-undangan yang dilakuakn adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan penyululuhan kepada sasaran kegiatan
2) Pemasangan papan peringatan dan batas-batas kawasan hutan.
3) Brousur, Film dan distribusi peraturan perundang-undangan Kehutanan
4) Distribusi peta-peta kawasan hutan dan pemanfaatan dan penggunaan kawasan
d. Patroli Pengamanan Hutan
Kegiatan Patroli Pengamanan Sumberdaya Hutan akan dlaksanakan pada seluruh wilayah
KPHP Model Berau Barat baik wilayah yang sudah ada izin pemanfaatan dan penggunaannya
maupun wilayah tertentu. Pada wilayah yang sudah ada izin pemanfaatan dan
penggunaannya akan melakukan monitoring, evaluasi dan pembinaan terhadap kegiatan
pengamanan yang dilakukan oleh pemegang izin dan pada wilayah tertentu akan dilakukan
secara langsung oleh KPHP Model Berau Barat.
Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan peningkatan peran para pihak maka dilakukan
beberapa kegiatan sebagai berikut :
1) Penyusunan Standar Operasional Prosedur Pengamanan Hutan
2) Pembentukan Satuan Pengamanan Hutan
3) Pembentukan kelompok-kelompok pengamanan hutan di masyarakat
4) Patroli Pengamanan Gabungan
2. Penyelenggaraan Konservasi Sumber Daya Alam
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990
Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya bahwa Konservasi sumber
daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya
dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan
terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya
sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu
kehidupan manusia.
Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
yang akan dilakukan meliputi :
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-22
a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan
Perlindungan sistem penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis
yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan mutu kehidupan manusia. Dalam rangka mewujudkan kegiatan tersebut maka
diperlukan identifikasi kawasan–kawasan lindung dan pengaturan pengelolaannya. Dengan
demikian akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :
1) Identifikasi dan Pemetaan Kawasan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi /High concervation
Value Forest (HCVF).
Identifikasi dan Pemetaan Kawasan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi dilaksanakan pada
seluruh wilayah KPHP Model Berau Barat dengan mempertimbangkan beberapa aspek dan
kriteria sebagai berikut :
Tabel V-12. Kriteria Identifikasi dan Pemetaan Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat.
No Aspek Kriteria HCVF
1 Keanekaragaman Hayati
a. Kawasan yang mempunyai Tingkat Keanekaragaman Hayat yang Penting
b. Kawasan Bentang Alam yang Penting bagi Dinamika Ekologi Secara Alami
c. Kawasan yang Mempunyai Ekosistem Langka atau Terancam Punah
2 Jasa Lingkungan Kawasan yang Menyediakan Jasa-jasa lingkungan Alami
3 Sosial budaya
a. Kawasan yang Mempunyai Fungsi penting untuk Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Masyarakat Lokal
b. Kawasan yang Mempunyai Fungi Penting untuk Identitas Budaya
Tradisional Komunitas Lokal
Sumber : Pedoman HCVF 2009
Pelaksanaan Identifikasi dan pemetaan HCVF dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu :
Pendekatan Pertama yaitu Wilayah yang sudah ada izin pemanfaatan dan penggunaan
Kawasan hutan maka pelaksaannya akan dilakukan secara bersama-sama dengan pemegang
izin sebagi bagian dari pembinaan dalam mendorong sertifikasi pengelolaan lestari,
terutama untuk perusahaan yang akan masuk dalam sertifikasi FSC (Forest Stewardship
Council), karena Konsep HCVF atau Hutan Bernilai Konservasi Tinggi sebagai prinsip
kesembilan dari standar pengelolaan hutan yang berkelanjutan oleh FSC. Dengan demikian
identifikasi dan pemetaan HCVF merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Dokumen
RKU dan AMDAL Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan. Pedekatan Kedua,
Pelaksanaan Identifikasi dan pemetaan HCVF pada Wilayah tertentu atau wilayah tanpa izin
pengelolaan. Pelaksanaannya akan dilaksanakan secara langsung oleh KPHP Model Berau
Barat, sebagian dari rencana pemanfaatan pada tiap-tiap wilayah tertentu.
2) Pengelolaan Kawasan Lindung/ Kawasan HCVF
Dalam rangka menjamin kelestarian kawasan-kawasan lindung/HCVF, maka perlu dilakukan
pengelolaan secara lestari. Kawasan HCVF yang berada pada Wilayah izin pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan pengelolaannya akan dilakukan oleh pemegang izin sebagai
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-23
bagian dari rencana kegiatan pemanfaatan yang dilakukan, fungsi KPHP pada wilayah berizin
adalah melakukan monitoring, evaluasi dan pembinaan. Sedangkan HCVF yang berada pada
wilayah tertentu akan dilakukan pengelolaan secara langsung oleh KPHP Model Berau Barat.
Dalam rangka efektifitas pengelolaan Kawasan Lindung / HCVF maka akan dilakukan
beberapa kegiatan sebagai berikut :
a) Penyusunan Master Plan Pengelolaan HCVF (Khusus Wilayah Tertentu)
b) Menyusun standar pemanfaatan dan penggunaan kawasan HCVF
3) Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Kawasan Lindung/HCVF
Dalam rangka menjamin kelestarian Kawsan Lindung/HCVF maka perlu dilakukan kegiatan
monitoring, evaluasi dan pembinaan terhadap pengelolaan yang telah dilakukan secara
berkala (minimal per tahun), Baik yang ada pada wilayah izin pemanfaatn dan penggunaan
kawasan maupun pada Wilayah tertentu.
b. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.
Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dilaksanakan
dengan menjaga keutuhan kawasan hutan agar tetap dalam keadaan asli. Sedangkan.
Pengawetan jenis tumbuhan dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakkan jenis
tumbuhan dan satwa yang dilindungi untuk menghindari bahaya kepunahan.
c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan dengan
ruang lingkup kegiatan sebagi berikut :
1) Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam yaitu dengan tetap menjaga
kelestarian fungsi kawasan.
2) Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar, yaitu dengan memperhatikan kelangsungan
potensi, daya dukung, dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-24
H. PENYELENGGARAAN KOORDINASI DAN SINKRONISASI ANTAR PEMEGANG IZIN
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 jo. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun
2007 yang dijabarkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. P.6/Menhut-II/2010 yang
mengatur mengenai norma, standar, prosedur dan kriteria pengelolaan hutan pada KPHL
dan KPHP, dijelaskan bahwa fungsi kerja KPH dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan
secara operasional diantaranya melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi kinerja
pengelolaan hutan yang dilaksanakan oleh pemegang izin pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan.
Ruang lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi kegiatan antara pemegang izin dengan KPHP
Model Berau Barat yang akan dilaksanakan pada beberapa aspek sebagai berkut :
Tabel V-13. Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi KPHP Model Berau Barat dengan
Pemegang Izin
No Aspek Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi
yang akan dilaksanakan
1 Perencanaan Sinkronisasi data dan informasi hasil inventarisasi (Biofisik & Ekonomi
dan sosial budaya)
Kepastian batas kawasan & batas Wilayah Kelola
Integarasi rencana pengelolaan antara pemegang izin pemanfaatan
(RKU, AMDAL dan RKT), Izin Penggunaan Kawasan Hutan (Rencana
Kegiatan dan Izin Pinjam Pakai & AMDAL) dan Rencana Pengelolaan
KPHP Model berau Barat (RPJP).
Monitoring & evaluasi serta pembinaan pelaksanaan teknis
perencanaan pada pemegang izin yang akan dilaksanakan oleh KPHP
Model Berau Barat.
2 Pemanfaatan dan
Penggunaan Kawasan
Sinkronisasi data dan informasi pelaksanaan Pemanfaatan dan
penggunaan Kawasan Hutan
Sistim Silvikultur yang dipergunakan dalam pemanfaatan Hasil Hutan
kayu
Kemitraaan dalam pemanfaatan Hasil Hutan antara lain pemanfaatan
limbah, HHBK dan jasa lingkungan
Monitoring & evaluasi serta pembinaan pelaksanaan teknis
pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan yang akan dilaksanakan
oleh KPHP Model Berau Barat.
3 Perlindungan dan
Konservasi Sumber Daya
Alam
Sinkronisasi data dan informasi terkait pelaksanaan kegiatan
perlindungan hutan serta pengelolaan kawasan-kawasan lindung.
Pemetaan Kawasan lindung dan kawasan rawan keamanan hutan.
Kemitraaan dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan dan konservasi
Sumber daya Alam
Monitoring & evaluasi serta pembinaan pelaksanaan Perlindungan dan
konservasi Sumber Daya Alam oleh KPHP Model Berau Barat.
4 Rehabilitasi Hutan dan
Lahan (RHL)
Sinkronisasi dan koordinasi terkait pelaksanaan kegiatan RHL yang
dilaksanakan oleh Pemegang izin
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-25
No Aspek Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi
yang akan dilaksanakan
Kemitraaan dalam pelaksanaan kegiatan kegiatan RHL
Monitoring & evaluasi serta pembinaan pelaksanaan kegiatan RHL
oleh KPHP Model Berau Barat.
5 Pemberdayaan
masyarakat
Sinkronisasi dan koordinasi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat antar pemegang izin dan KPHP Model Berau Barat.
Fasilitasi Kemitraaan dan integarasi program/ kegiatan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat
Monitoring & evaluasi serta pembinaan pemberdayaan masyarakat
oleh KPHP Model Berau Barat.
6 Pengembangan Investasi Sebagai penyedia data dan potensi pengembangan investasi dalam
KPHP Model Berau Barat.
Membangun Kemitraan dalam pemanfaatan Wilayah tertentu KPHP
Model Berau Barat
Membangun kemitraan dengan pemegang izin dalam pemanfaatan
Kawasan Hutan, HHBK dan Jasa lingkungan pada Izin pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu (IUPHHK-HA/HT).
Dalam rangka mengefektifkan pelaksanaan sinkronisasi dan koordinasi maka perlu dibangun
tata hubungan kerja antara pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan
dengan KPHP Model Berau Barat, Norma Standar dan Prosedur dan Kriteria (NSPK)
sinkonisasi dan koordinasi perlu dibangun melalui regulasi yang jelas.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-26
I. KOORDINASI DAN SINERGI DENGAN INSTANSI DAN STAKEHOLDERS TERKAIT
Koordinasi dan sinergi dengan Instansi dan Stakeholders terkait, merupakan salah satu
prasyarat keberhasilan KPHP Model Berau Barat dalam mewujudkan visi dan misi
pengelolaannya, mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan baik dari sisi SDM dan
Kelembagaan, Kewenangan serta Akses Pendanaan. Berdasarkan hasil analisis pemangku
kepentingan yang dilakukan okeh KPHP Model Berau Barat bekerjasama dengan GIZ
Forclime, teridentifikasi beberapa Stakeholders kunci yang ada di KPHP Model Berau Barat
sebagai berikut :
Tabel V-14. Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi Stakeholders pada Wilayah Kelola
KPHP Model Berau Barat.
No Stakeholders Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi
yang akan dilaksanakan
1 Kemetenrian Kehutanan
a. Dirjen Planologi & BPKH
Wilayah IV Smarinda
data & informasi Status dan Fungsi Kawasan Hutan serta
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan
Penetapan dan revisi Wilayah KPH
Penyiapan kelembagaan (fasilitasi SDM dan Sarana
prasarana)
Inventarisasi, Tata Hutan & Penyusunan Rencana
Pengelolaan KPHP Model Berau Barat
Penetapan Wilayah Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Monitoring dan Pemantauan Izin Pinjam pakai Kawasan
Hutan.
Tata Batas dan Pengukuhan kawasan Hutan
Regulasi dan NSPK Pembangunan KPH
b. Dirjen Bina Usaha
Kehutanan & BP2HP
Samarinda
Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi pada wilayah
tertentu yang akan dilaksanakan oleh KPHP Model Berau
Barat
Penyusunan Rencana Bisnis KPH
Penyiapan kelembagaan (fasilitasi SDM dan Sarana
prasarana
Regulasi dan NSPK Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi
Monitoring dan Pemantauan Izin Pemanfaatan Kawasan
Hutan
c. Dirjen RLPS & BPEDAS PS Penyusunan Rencana RHL Pada Wilayah KPH
Pengembangan Perhutanan Sosial (Hutan Desa, HKM)
Peningkatan SDM terkait RHL dan Perhutanan Sosial
Regulasi & NSPK Pelaksanaan RHL dan Perhutanan Sosial
d. PHKA &BKSDA Berau Pengelolaan Kawasan Lindung dan Keanekaragaman
hayati yang dilindungi
Pengamanan dan perlindungan hutan
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-27
No Stakeholders Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi
yang akan dilaksanakan
e. BP2SDM (Pusdiklat &SMK
Kehutanan)
Fasilitasi SDM KPH melalui Bhakti Sarjana Kehutanan
(Basarhut) dan SMK Kehutanan yang selanjutnya akan
menjadi Bhakti Rimbawan
Peningkatan SDM KPH (Pelatihan & Training)
Regulasi & NSPK SDM KPH
f. Biro Perencanaan
Kemeterian Kehutanan
Pengalokasi Anggaran DAK-Kehutanan untuk
Pembangunan KPH
Kegiatan Forclime Demnstrasi Activities REDD+ di Wilayah
KPHP Model Berau Barat (PT. Sumalindo Lestari Jaya IV &
PT. Inhutani I Labanan) melalui dana perbantuan ke Dinas
Kehutanan Kabupaten Berau
g. Pusat Pengendalian
Pembangunan Kehutanan
Regional III
Konvergensi Kegiatan & penganggaran pembangunan KPH
Pengesahan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP)
KPH
Fasilitasi penyelesaian konflik tenurial pada wilayah KPH
h. Balai Besar
Dopterocarpaceae
Samarinda
Data dan informasi terkait hasil-hasil penelitian pada
KHDTK Labanan
Pengelolaa Kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK)
Kemitraan pengamanan dan perlindungan hutan.
2 Dinas Kehutanan Provinsi
Kalimantan Timur
Validasi dan informasi Kehutanan
Pengalokasi Anggaran Dekonsentrasi Kehutanan untuk
Pembangunan KPH
Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan dan penggunaan
Kawasan hutan
3 Dinas Kehutanan Kabupaten
Berau
Data dan informasi Kehutanan
Pengalokasi Anggaran APBD Kehutanan untuk
Pembangunan KPH
Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan dan penggunaan
Kawasan hutan
Pelaksanaan RHL
Fasilitasi kelembagaan (SDM & Sarana prasarana)
Tata hubungan kerja dan sinkronisasi Tupoksi
4 Bappeda Kabupaten Berau Data dan informasi Penataan Ruang Kabupaten Berau
Pengalokasi Anggaran APBD & APBN untuk Pembangunan
KPH
5 BLH Kabupaten Berau Data dan informasi Pengelolaan Lingkungan (Dokumen
AMDAL Pemegang izin)
Pengelolaan kawasan lindung
Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan dan penggunaan
Kawasan hutan terkait aspek lingkungan.
6 Dinas Pertambangan Data dan informasi terkait izin pertambangan dan pinjam
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-28
No Stakeholders Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi
yang akan dilaksanakan
Kabupaten Berau pakai di Wilayah KPHP Model Berau Barat
Monitoring dan Evaluasi kegiatan pertambangan dan
pinjam pakai.
7 Badan Pertanahan Nasional
(BPN)
Data dan informasi terkait Status Hak milik pengelolaan
lahan yang ada pada kawasan hutan
Batas areal transmigrasi yang masuk dalam wilayah KPHP
Model Berau Barat.
Penyelesaian kasus-kasus tenurial pada wilayah KPHP
Model Berau Barat.
8 Polres (Polsek Kelay, Segah,
Teluk bayur dan Sambaliung)
Pengamanan dan perlindungan hutan
Penyelesaian konflik-konflik tenurial pada wilayah KPHP
Model Berau Barat.
9 Kecamatan (Kelay, Segah,
Teluk Bayur dan Sambaliung)
Pemberdayaan masyarakat kampung disekitar hutan
Penyelesaian konflik tenurial antara masyarakat dengan
pemagang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan
hutan.
10 Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM/NGO)
antara lain : TNC, GIZ
Forclime, WWF, Cifor, Bestari,
OWT, Menapak, Kanopi,
Yakobi, Likos, Mata
Lingkungan, TBI, Bioma,
Pinjalin.
Data dan informasi melalui penelitian-penelitian
pengembangan pengelolaan kawasan hutan
Pendampingan dan peningkatan kapasitas pemegang izin
pemanfaatan hutan untuk sertifikasi
Pendampingan masyarakat dalam membangun kemitraan
pengelolaan kawasan hutan.
Pegembangan metode dan teknologi pengelolaan
kawasan hutan.
Pendampingan KPHP Berau Barat dalam peningkatan
kapasitas dan pengembangan pengelolaan kawasan hutan
11 Kelompok-kelompok
masyarakat dan lembaga
antara lain : Forum Kampung
Hulu Kelay (6 Kampung), BP-
Segah (4 Kampung), Lembaga
adat kampung.
Pemberdayaan masyarakat kampung disekitar hutan
Penyelesaian konflik tenurial antara masyarakat dengan
pemagang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan
hutan
Membangun kemitraan antara pemegang izin dan KPHP
Model Berau Barat
Monitoring pengelolaan sumberdayaalam secara
partisipatif
Kegiatan koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder yang terkait dengan KPHP
Berau Barat untuk mensinegikan, mengintegrasi dan mengelaborasi program dan kegiatan
KPHP Model Berau Barat, sekaligus mengkomunikasi keberadaan, tugas, pokok dan fungsi
dari KPHP Berau Barat, karena itu perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Membangun Standar dan Mekanisme Koordinasi dan sinergi antar intar intansi dan
Stakeholders lain secara bersama-sama.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-29
2. Melakukan identifikasi dan inventarisasi stakeholder yang melakukan kegiatan di wilayah
KPHP Model Berau Barat lebih detail termasuk kewenangannya terkait pembangunan
KPHP Model Berau Barat.
3. Melakukan integrasi program dan kegiatan dengan instansi dan Stakeholders terkait
4. Melakukan pengembangan program bersama .
Dalam rangka efektiftas pelaksanaan Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan
Stakeholder terkait maka perlu dibangun forum bersama antara stakeholder berdasarkan
simpul-simpul kegiatan yang kan dilaksanakan. Dalam Kontek Koordinasi dan Sinerji dengan
instansi dan stakeholder yang terkait telah dibentuk Foruk Komunikasi Tenurial KPHP Model
Berau Barat dan Forum PHMB.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-30
J. PENYEDIAAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS SDM
KPHP Model Berau Barat merupakan lembaga yang baru dan merupakan lembaga persiapan
KPHP dalam bentuk SKPD, dengan demikian kondisi SDM masih sangat terbatas. Sampai
dengan tahun 2014 kondisi SDM yang ada di KPHP Model Berau Barat adalah sebagai
berikut :
Tabel V-15. Kondisi SDM pada KPHP Model Berau Barat.
No Jabatarn Jumlah Keteraangan
1 Kepala KPH 1 PNS
2 Polisi Kehutanan 1 PNS
3 Staf/Wasganil PHPL 4 PNS
4 Basarhut 2 Kontrak
5 SMK-Kehutanan 4 Kontrak
6 Honor KPH 2 Kontrak
7 Perbantuan TNC 1 Kontrak
8 Tenaga Perbantuan GIZ 3 Kontrak
Jumlah 18
Kondisi staf tersebut masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan rentang kendali dan
rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh KPHP Model Berau Barat, sehingga masih
dibutuhkan penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM
1. Penyediaan SDM
Berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan aparatur/personil maka perlu dilakukan
penyusunan rencana SDM KPHP Model Berau Barat yang disesuaikan dengan beban kerja
dan jumlah aparatur yang dibutuhkan. Dan secara simultan dilakukan penambahan personil
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Dalam rangka memastikan KPHP Model Berau Barat beroprasi secara maksimal maka
prioritas penyediaan SDM yang akan dilakukan pada priode 2015-2024 adalah sebagai
berikut :
Tabel V-16. Prioritas Rencana Pemenuhan SDM KPHP Model Berau Barat.
No Uraian Jabatan Jumlah Keterangan
A Jabatan Strkutural
Kepala KPH 1 sudah ada
Kabag TU 1
Kepala Seksi 2 Setelah Berbentuk SKPD
Kepala RPH 2 RPH Kelay & RPH Segah
B Jabatan Fungsional
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-31
No Uraian Jabatan Jumlah Keterangan
Perencanaan Hutan
Wasganis Canhut 4 Masing-masing RP 2 orang, untuk pengawasan
perencanaan IUPHHK-HA/HT serta penyusunan
rencana wilayah tertentu
Wasganis TC 4 Masing-masing RP 2 orang, untuk pengawasan
perencanaan IUPHHK-HA/HT serta penyusunan
rencana wilayah tertentu
Pengukuran dan
Perpetaan (GIS)
2 Masing-masing RPH 1 orang
Perlindungan Hutan &
Konservasi SDA
a. Polisi Kehutanan 20 Masing-masing RPH 10 orang
b. PPNS Kehutanan 2 Masing-masing RPH 1 orang
c. PEH 2 Masing-masing RPH 1 orang
d. Pengendali konflik
tenurial
2 Masing-masing RPH 1 orang
e. Pengendali Kebakaran
Hutan
4 Masing-Masing RPH 2 orang
Pemanfaatan dan Monev
Perizinanan
a. Wasganis Pemanenan
Hutan
2 Masing-masing RPH 1 orang
b. Wasganis PKB 2 Masing-masing RPH 1 orang
RHL dan Perhutanan
Sosial
a. Pengelola Persemain 10
b. Pemberdayaan
masyarakat dan
penyuluhan
4 Masing-masing RPH 2 orang
c. Teknis HHBK 4 Masing-masing RPH 2 orang
C Kebutuhan Khusus
a. Pengelola Bisnis KPH 10 Sudah terbentuk sistem keuangan BLUD pada KPHP
Model Berau Barat
b. Pengelola Keuangan 4 Pengelola keuangan dan Pembantu Pengelola
Keuangan
Jumlah 83
2. Peningkatan Kapasitas Aparatur
Disamping pemenuhan kebutuhan jumlah aparatur, pengembangan aparatur juga perlu
dilakukan baik struktural maupun fungsional. Pendidikan dan latihan struktural tentunya
telah baku ditetapkan oleh Badan Diklat Daerah. Pendidikan teknis fungsional untuk tenaga
lapangan perlu dirancang untuk dapat difasilitasi agar penyelenggaraan pengelolaan hutan
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-32
semakin berkualitas. Berbagai pendidikan dan latihan ini yang dibutuhkan diantaranya Diklat
perencanaan hutan, diklat polisi kehutanan, Diklat Pengawas Teknis Pengelolaan Hutan
Produksi Lestari (Wasganis PHPL) meliputi Wasganis Canhut (Perencanaan), Wasganis
Menhut (Pemanenan Hutan), Wasganis PKB (Penguji Kayu Bulat), Wasganis Binhut
(Pembinaan Hutan), Diklat Pengelolaan Kawasan Lindung Dan Konservasi, Diklat
Penatausahaan Hasil Hutan Kayu, Diklat Pengolahan Hasil Hutan Kayu Dan Non Kayu, Diklat
Resolusi Dan Manjemen Konflik, Diklat GIS Dan Perpetaan Serta Lainnya.
Tabel V-17. Prioritas Kebutuhan Peningkatan SDM KPHP Model Berau Barat.
No Uraian Diklat Jumlah Keterangan
A Diklat Struktural
1. Diklat Kepla KPH 1 sudah ada
2. Diklat Perencanaan Hutan 1
3. Diklat Kepala Seksi 2 Setelah Berbentuk SKPD
4. Diklat Kepala RPH 2 RPH Kelay & RPH Segah
B Jabatan Fungsional
Perencanaan Hutan
1. Diklat Perencanaan Hutan (Wasganis Canhut) 4 Masing-masing RP 2 orang,
2. Diklat Pengukuran dan Perpetaan (GIS) 2 Masing-masing RPH 1 orang
Perlindungan Hutan & Konservasi SDA
3. Diklat Polisi Kehutanan 20 Masing-masing RPH 10 orang
4. Diklat PPNS Kehutanan 2 Masing-masing RPH 1 orang
5. Diklat PEH 2 Masing-masing RPH 1 orang
6. Diklat Pengendali konflik tenurial 2 Masing-masing RPH 1 orang
7. Diklat Pengendali Kebakaran Hutan 4 Masing-Masing RPH 2 orang
Pemanfaatan dan Monev Perizinanan
1. Wasganis Pemanenan Hutan 2 Masing-masing RPH 1 orang
2. Wasganis PKB 2 Masing-masing RPH 1 orang
RHL dan Perhutanan Sosial
1. Pengelola Persemain 10
2. Pemberdayaan masyarakat dan penyuluhan 4 Masing-masing RPH 2 orang.
C Kebutuhan Khusus
1. Diklat Pengelola Bisnis KPH 10 Sudah terbentuk sistim keuangan BLUD
pada KPHP Model Berau Barat
2. Diklat Pengelola Keuangan 1
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-33
c. Pengadaan dan Peningkatan SDM Lain
Dalam rangka pengelolaan Wilayah tertentu dan pengembangan rencana bisnis masih akan
diperlukan pengadaan tenaga dan peningkatan SDM sesuai dengan kebutuhan. Jumlah dan
spesipikasi SDM dalam rangka pengelolaan wilayah tertentu dan pengembangan bisnis KPH
akan terintegrasi dalam dokumen rencana bisnis yang akan disusun oleh KPHP Model Berau
Barat.
K. SARANA DAN PRASARANA
KPHP Model Berau Barat merupakan lembaga yang baru terbentuk sehingga masih
membutuhkan sarana prasarana seperti; sarana prasarana perkantoran baik pada KPH, BDH
dan RPH, sarana kantor dan rumah dinas RPH. Sarana teknis seperti radio komunikasi,
kompas, GPS, theodolit, sarana pengamanan hutan (mobil patroli, borgol, tali, pakaian
kelengkapan polhut dan lainnya) Standarisasi sarana prasarana pada setiap RPH ini perlu
ditetapkan secara layak agar petugas lapangan yang bekerja di tengah hutan dapat
menyelenggarakan tugasnya dengan baik.
Prioritas Kebutuhan sarana dan Prasarana pada priode tahun 2015-2024 adalah sebagai
berkut :
Tabel V-18. Prioritas Pemenuhan Sarana Prasarana dan Peralatan KPHP Model
Berau Barat.
No Bentuk Kebutuhan Sapras dan
Peralatan Jumlah Keterangan
A Sarana Prasarana
1 Pembangunan Kantor KPH 1 Unit sudah ada
2 Pembangunan Kantor RPH 2 Unit RPH Kelay dan RPH Segah
3 Pembangunan Guest House 1 Unit Ibukota Kabupaten
4 Pembangunan Mess Pegawai 2 Unit RPH Kelay, RPH Segah
5 Pembangunan Pos Pengamanan 2 Unit RPH Kelay dan RPH Segah
6 Pengadaan Kendaraan Roda 4 2 Unit RPH Kelay dan RPH Segah
7 Pengadaan Kendaraan Roda 2 15 Unit RPH Kelay dan RPH Segah
8 Pengadaan Alat Transportasi Sungai 2 Unit RPH Kelay dan RPH Segah
9 Pengadaan Air Conditioner 8 Unit
10 Sarana Pemadam Kebakaran Hutan 1 Paket RPH Kelay dan RPH Segah
11 Sarana Kantor KPH 1 Paket sudah ada
12 Sarana Kantor RPH 2 Paket RPH Kelay dan RPH Segah
B Peralatan Kantor
1 Komputer 12 Unit sudah ada 4 unit
2 Notebook 12 Unit sudah ada 1 unit
3 Mesin Tik 3 Unit
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-34
No Bentuk Kebutuhan Sapras dan
Peralatan Jumlah Keterangan
4 Printer A3 6 Unit sudah ada 1 unit
5 Printer 6 Unit sudah ada 1 unit
6 Scanner 6 Unit sudah ada 1 unit
7 Plotter 1 Unit sudah ada 1 unit
8 UPS/Stabilizer 12 Unit
9 Proyektor 3 Unit
10 Kamera Digital 3 unit
11 Kamera DSLR 3 Unit
12 Handycamp 3 Unit
13 Recorder 4 Unit
C Peralatan Kehutanan
1 GPS 10 Unit sudah ada 2 unit
2 Kompas 10 Unit
3 Klinometer 10 Unit
4 Phi Band 10 Unit
5 Meteran Roll 10 Unit
6 Laser Meter 10 Unit
7 Hagameter 10 Unit
8 Binokuler 6 Unit
9 Monokuler 6 Unit
10 Setphone 4 Unit
11 Radio Handy Talkie 3 Unit
12 Handy Talkie 12 Unit
13 Life Jacket (Pelampung) 15 Unit
14 Pelbet 10 Unit
15 Peralatan Polisi Kehutanan PM sesuai dengan kebutuhan
16 Peralatan Pengelolaan Hasil Hutan
Kayu dan Hasil Hutan Non Kayu
PM sesuai dengan kebutuhan
17 Peralatan Herbarium PM sesuai dengan kebutuhan
18 Dll PM sesuai kebutuhan
Dalam rangka pengelolaan Wilayah tertentu dan pengembangan rencana bisnis masih akan
diperlukan pengadaan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan. Jumlah dan
spesipikasi sarana dan prasarana dalam rangka pengelolaan wilayah tertentu dan
pengembangan bisnis KPH akan terintegrasi dalam dokumen rencana bisnis yang akan
disusun oleh KPHP Model Berau Barat.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-35
L. PENYEDIAN PENDANAAN.
Dalam Pembangunan KPH ketersediaan dana merupakan salah satu komponen yang penting
untuk mendapat perhatian. Dalam pembangunan KPHP Model Berau Barat beberapa
komponen yang terkait dengan pendanaan antara lain : Penyiapan sarana dan prasarana,
Pengembangan ADM, penyusunan rencana, pelaksanaan dan pengembangan kegiatan
pengelolaan serta pengembangan investasi bisnis KPHP Model Berau Barat. Beberapa
Peluang Pendanaan Pemabangunan KPHP Model Berau Barat adalah sebagai berikut :
1. Pendanaan APBN
APBN merupakan sumber penyediaan dana yang cukup strategis dalam pembangunan KPH
termasuk KPHP Model Berau Barat. Pembangunan KPH merupakan prioritas nasional melelui
Kementerian kehutanan akan dialokasikan dana untuk pembangunan KPH. Salah satu wujud
komitmen Pemerintah dalam pembangunan KPH adalah mengeluarkan kebijakan khusus
terkait pemenuhan sarana sarana dan prasarana pada KPHP Model. Yaitu melalui Peraturan
Menteri Kehutanan (Permenhut) Nomor : P.41/Menhut-II/2011 Tentang Standarisasi
Fasilitasi Sarana dan prasara Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model dan Kesatuan
Hutan Produksi Model. Pada Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut)
Nomor : P.41/Menhut-II/2011 Tentang Standarisasi Fasilitasi Sarana dan prasara Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung Model dan Kesatuan Hutan Produksi Model disebutkan bahwa
fasilitasi sarana dan prasarana KPHL Model dan KPHP Model diberikan oleh Pemerintah guna
mendorong beroperasinya KPHL dan KPHP di lapangan. Realisasi kebijakan tersebut melalui
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan pada tahun 2013, telah
diadakan penyediaan pendanaan APBN untuk sarana dan parasarana KPHP Berau Barat
berupa : Fasilitasi Penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang, pengadaan Bangunan
Kantor, Kendaraan roda 2 dan roda 4 serta peralatan-peralatan kehutanan.
Beberapa skema pendanaan APBN yang memungkinkan untuk pembiayaan pembangunan
KPH adalah sebagi berikut :
Tabel V-19. Skema Penyediaan Pendanan APBN Untuk Pembangunan KPHP Model
Berau Barat
No Skema Keterangaan
1 APBN DIPA Kementrian Kehutanan
(BPKH, BP2HP, Pusdal Regional IV)
Dilaksanakan melalui UPT dari masing-masing Direktorat. Tahun
2013. KPHP Berau Barat telah dapat untuk meyediaan sarana
prasaran dan fasilitasi RPJP.
2 DAK-Kehutanan Dilaksanakan oleh KPH masuk dalam batang tubuh APBD. Tahun
2014, pemerintah Kabupaten Berau dapat sebesar 1.8 Miliar
dan dilaksanakan oleh KPHP Model Berau Barat
3 Dana Perbantuan Dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah, di Kabupaten
Berau telah ada realisasi Dana Perbantuan melalui perogram
Forclime
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-36
Skema-skema pendanan tersebut diharapkan tidak hanya membiayai pengadaan sarana dan
prasaran akan tetapi juga untuk operasional pengelolaan dan peningkatankapasitas SDM
KPHP Model Berau Barat.
2. Pendanaan APBD Provinsi
Pembiayaan pendanaan pembiayaan pembangunan KPHP Model Berau Barat dapat
dilakukan melalui APBD Provinsi Kaliamantan Timur, melalui beberapa skema sebagi
berikut :
Tabel V-20. Skema Penyediaan Pendanan APBD Provinsi Untuk Pembangunan
KPHP Model Berau Barat.
No Skema Keterangaan
1 APBD Provinsi Kaltim Murni Dilaksanakan melaui Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan
Timur
2 APBD Provinsi Luncuran Dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Kehutanan
Kabupaten Berau/KPPHP Model Berau Barat.
3 Dana Dekonsentrasi Kehutanan Dilaksanakan melaui Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan
Timur
3. Pendanaan APBD Kabupaten Berau
KPHP Model Berau Barat merupakan organisasi perangkat daerah, sehingga penganggaran
juga harus dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Berau. KPHP Model Berau Barat masih
merupakan bagian dari Dinas Kehutanan Kabupaten Berau, sehingga pendanaannya masih
menempel pada Dinas Kehutanan Kabupaten Berau.
Tabel V-21. Skema Penyediaan Pendaan APBD Kabupaten Untuk Pembangunan KPHP
Model Berau Barat.
No Skema Keterangaan
1. APBD Murni DIPA Dinas Kehutanan Kabupaten Berau dilaksanakan melalui
oleh KPHP Model Berau Barat.
2. DBH-DR Dilaksanakan oleh KPH masuk dalam batang tubuh APBD.
Tahun 2014, pemerintah Kabupaten Berau dapat sebesar 1.8
Miliar dan dilaksanakan oleh KPHP Model Berau Barat
Harapan kedepannya KPHP Model Berau Barat didorong menjadi SKPD sendiri /Satker
sehingga pendanannya lebih maksimal karena tidak tergantung dengan DIPA Dinas
Kehutanan Kabupaten Berau.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-37
4. Pendanaan Mitra Lain
Berdasarkan berbagai kegiatan yang dilakukan melalui kemitraan dengan berbagai pihak
yang bekerja di wilayah KPHP Model Berau Barat terutama lembaga-lembaga Non
Pemerintah/LSM, baik lokal maupun Internasional. Beberapa Potensi Pendaan pelaksanaan
yang ada di KPHP Model Berau Barat adalah sebagai berikut :
Tabel V-22. Skema Penyediaan Pendanan Mitra Lain Untuk Pembangunan
KPHP Model Berau Barat.
No Skema Ruang Lingkup Penyediaan Pendanaan
1 Forclime TC-GIZ Peningkatan Kelembagaan KPH (organisasi, SDM, Rencana
Pengelolaan)
Pengembangan model-model pengelolaan berbasis KPH dan
mansyarakat.
2 Forclime FC-KFW Program Forclime (DA-REDD+)
3 GE-LAMA-I Kegiatan terkait Ekonomi hijau dan RAD-GRK
4 TNC Peningkatan Kapasitas KPH, Masyarakat dan IUPHHK-HA
Pendampingan Sertifikasi PHPL bagi IUPHHK-HA/HT
Memabangun desa model dalam pengelolaan sumber daya
alam secara lestari berbasis masyarakat.
Fasilitasi LSM untuk pengembangan desa model
Fasilitasi kegiatan kemitraan dengan KPH
5 TBI Fasilitasi dan pendampingan PHPL untuk IUPHHK-HA (sdh ada 4
unit IUPHHK-HA yang didampingi si wilayah KPHP Model Berau
Barat
6 TFCA Pendanaan untuk LSM dalam rangka pengembangan pengelolaan
secara lestari , KPHP Model Berau Barat merupakan salah satu
menjadi prioritas wilayah kegiatan.
7 BP-REDD+/FREDDI Pengembangan program REDD+
8 Bank Dunia/FIP/FCPF
9 IUPHHK-HA/HT PMDH, CSR dan Kemitraan dengan masyarakat
10 Tambang/Izin Pinjam Pakai Pelaksanaan Rehabilitasu DAS untuk izin pinjam pakai
sudah ada kerjasama dengan PT. Berau Coal seluas 4.600
ha, pengelolaan dana CSR
Dalam rangka memaksimalkan pendanaan maka dilakukan koordinasi dan sinergi program
dan kegiatan antara KPHP Model Berau Barat dengan semua mitra yang bekerja dalam
wilayah KPHP model Berau Barat.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-38
5. Pendanaan Hasil Pengembangan Investasi KPHP
Dalam rangka pembangunan KPHP Model Berau Barat secara mandiri, akan dikembangkan
invastasi berbasis KPH yang akan dilaksanakan secara langsung oleh KPHP Model Berau Barat,
sebagaimana yang dijelaskan dalam bagian rencana pengembangan investasi/bisnis KPHP
Model Berau Barat. Kedepannya Pendanaan berbagai kegiatan yang akan dilaksankan oleh
KPHP Model Berau Barat dihasilkan dari pengembangan investasi KPH.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-39
M. PENGEMBANGAN DATABASE
Berdasarkan pengumpulan data dan informasi melalui kegiatan inventarisasi berkala maka
perlu dilakukan pembangunan database untuk mendukung pengelolaan KPHP Model Berau
Barat. Pembangunan data base ini terkait informasi biofisik, sosial budaya dan ekonomi
masyarakat, serta pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Data base ini disusun
secara sistematik dan berbasis komputerisasi internet dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pengadaan Peralatan Pendukung Data Base
2. Pengelolaan data base bioGio-fisik, sosial ekonomi budaya, pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan
3. Pembangunan data base berbasis spasial
4. Penyusunan protokol dan mekanisme pertukaran data
5. Pembangunan sistem komputerisasi dan internet
N. RASIONALISASI WILAYAH KELOLA.
Rasionalisasi Wilayah KPHP Model Berau Barat sangat memungkinkan untuk dilakukan
mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Perubahan fungsi Kawasaan Hutan
Berdasarkan Draf Rencana Tata Ruang (RTRW) Kabupaten Berau, serta peta penunjukan
Kawasan hutan dan Perairan Kalimantan Timur beberapa wilayah kawasan hutan yang
berada pada wilayah kelola KPHP Model Berau Barat mengalami perubahan fungsi menjadi
Areal Penggunaan lain (APL) seluas 19.973,64 ha dan Hutan produksi Konversi (HPK) seluas
917,66 ha, ini artinya kawasan tersebut akan dikelola untuk kegiatan diluar sektor kehutanan
dan tidak menjadi tanggungjawab KPHP Model Berau Barat.
2. Rentang Kendali Pengelolaan dan Pengawasan
KPHP Model Berau Barat merupakan salah satu KPH terluas yaitu 786,021 ha, ini akan
membutuhkan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang memadai. Dengan
mempertimbangkan efektifitas pengelolaan akan diadakan evaluasi untuk rasionalisasi
kawasan wilayah kelola KPH. Terutama perubahan fungsi kawasan, ketersediaan Sumber
daya manusia dan sarana prasarana pengelolaan, serta keberadaan masyarakat didalam dan
disekitar kawasan hutan.
3. Konflik Tenurial
Keberadaan masyarakat yang secara turun temurun didalam dan sekitar kawasan hutan
perlu dipertimbangkan untuk evclave kawasan hutan, untuk memberikan kepastian status
kawasan terhadap wilayah kelola KPHP Model Berau Barat dan masyarakat. Setidaknya ada
10 kampung yang pemukimannya berada dalam kawasan hutan KPHP Model Berau Barat.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-40
Demikian juga lahan-lahan transmigrasi yang beberapa lahan yang telah disertifikatkan
masuk dalam Kawasan Hutan Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat.
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut akan dilakukan Rasionalisasi Wilayah KPHP
Model Berau Barat akan dilakukan 10 tahun sekali, melalui evaluasi efektifitas dan efisiensi
pengelolaan yang telah dilakukan.
O. REVIEW RENCANA PENGELOLAAN (MINIMAL 5 TAHUN SEKALI)
Dokumen Rencana Kelola Pemanfaatan Hutan di wilayah KPHP Model Berau Barat ini
berdurasi satu dasawarsa (10 tahun). Selama masa itu dimungkinkan terjadi dinamika politik
dan sosial ekonomi yang menuntut peninjauan ulang atas rencana yang dibuat dikarenakan
dipertimbangkan rencana yang ada sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada. Artinya
bahwa review dilakukan sebagai jalan untuk kemungkinan melakukan revisi atas rencana
yang sudah ada, dan oleh karenanya pemanfaatan hasil monitoring dan evaluasi menjadi
bagian penting dalam pertimbangan (lihat juga Gambar 5.1. sebelumnya). Review memang
bisa dilakukan: (a) Sebagai bagian dari tahapan tetap yang sudah direncanakan atau
diberikan kesempatan pada masa tertentu dari dokumen, meskipun tidak harus dilakukan;
akan tetapi juga bisa (b) Sebagai respon terhadap kecenderungan dari penurunan kualitas
dokumen akibat dari perkembangan yang tidak diduga sebelumnya atau tidak sesuai dengan
asumsi yang ditetapkan saat perencanaan dokumen ini disusun.
Metoda utama yang digunakan untuk review Rencana Kelola KPHP Model Berau Barat
adalah Analisis Isi secara Kualitatif (Qualitative Content Analysis) terhadap dokumen
perencanaan pengelolaan KPH sendiri dan dokumen perencanaan daerah dan kehutanan
lainnya, dokumen-dokumen serta laporan-laporan terkait yang tersedia berkaitan dengan
hutan dan kehutanan, serta perubahan peraturan perundangan yang berlaku selama kurun
waktu 5 (lima) tahun terakhir, selanjutnya dikombinasikan dengan Analisis Kesenjangan
(Gap Analysis) berkaitan dengan implementasinya, observasi fakta lapangandan jika
diperlukan hasil interviews terhadap parapihak yang relevan terhadap lingkup dan tujuan
review. Adapun alur dari review ini secara sederhana disajikan sebagai berikut :
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-41
Berdasarkan Gambar V.1. di atas, terdapat 4 (empat) aspek sebagai lingkup review, yaitu:
1. Substansi RK KPHP Model Berau Barat, meninjau ulang apakah sudah mencakup
keseluruhan informasi kondisi, permasalahan, kebutuhan dan bahkan tantangan yang
dihadapi secara lengkap dan terpercaya agar mampu untuk merealisasikan Visi dan Misi
pembangunan KPH tersebut;
2. Implementasi RK KPHP Model Berau Barat, meninjau ulang sejauh mana substansi yang
ada selama 5 tahuan pertama memungkinkan diimplementasikan dengan komitmen,
konsisten dan konsekwensi oleh seluruh jajaran KPH dan mendapat dukungan dari
institusi lainnya;
3. Relevansi RK KPHP Model Berau Barat, meninjau ulang kesesuaian substansi dan
implementasi RK dengan dokumen perencanaan pembangunan kehutanan dan daerah
lainnya, baik yang bersifat vertikal maupun horisontal, agar tercapai harmonisasi dalam
pencapaian tujuan pembangunan secara umum dan pembangunan kehutanan secara
khusus;
4. Adaptabilitas RK KPHP Model Berau Barat, meninjau ulang apakah substansi,
implementasi dan relevansi yang dimiliki RK yang ada bisa menyesuaikan diri (luwes)
terhadap segala kemungkinan perubahan atau dinamika politik, sosial dan ekonomi sejak
awal implementasi hingga akhir jangka waktu perencanaan nantinya.
Hasil akhir dari review adalah 3 (tiga) kemungkinan yaitu: (a) Tidak ada perubahan daripada
RK KPHP Model Berau Barat kecuali strategi implementasi untuk akselerasi pencapaian Visi
dan Misi yang telah ditetapkan pada masa waktu yang tersisa; (b) Tidak ada perubahan
dalam perencanaan jangka panjang, tetapi modifikasi pada rencana tahunannya; dan (c)
Dilakukan revisi total terhadap dokumen ini sebagai RK KPHP Model Berau Barat,
RK KPHP-
Model
Berau Barat
2015-2024
Hasil dan
Kesimpulan
Review
Strateji Akselerasi
Modifikasi RK
Tahunan
Revisi Total RK
Qualitative
Content
Analysis dan
Gap Analysis
Reko-
mendasi
Opsi
1. Substansi 2. Implementasi
3. Relevansi 4. Adaptabilitas
RK KPHP Berau
Barat, KALTIM
2015-2024
Inputs
Gambar V-1. Alur Proses dan Metodologi Review RK KPHP-Model Berau Barat 2015-2024
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-42
dikarenakan tidak mungkin dilanjutkan guna mencapai Visi dan Misi dengan substansi yang
ada, khususnya akibat perubahan eksternal yang mendasar (misal perubahan politik
kehutanan dan pemerintahan di pusat/daerah).
Beberapa hal yang akan menjadi prioritas dalam review rencana pengelolaan adalah sebagai
berkut :
a. Rencana Pengelolaan Wilayah Tertentu, terutama pada blok pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu pada Hutan Alam dan Hutan Tanaman (WT-HP1 dan WT-HP2) dan Pengembangan
Wisata Alam (HT-HP3, WT-HP4, WT-HL5).
b. Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) terutama
pengembangan madu dan tanaman obat-obatan.
c. Pelaksanaan Monitoring, evaluasi dan pembinaan terhadap izin pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan.
d. Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada Wilayah Tertentu.
e. Rencana Pengembangan Investasi.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-43
P. PENGEMBANGAN INVESTASI
Berdasarkan identifikasi potensi sumber daya yang ada di KPHP Model Berau Barat, maka
beberapa klasifikasi potensi Bisnis yang akan dikembangkan dalam kurun waktu 10 Tahun
adalah sebagai berkut :
1. Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Terpadu
Penglolaan Hasil Hutan Terpadu merupakan upaya mengintegrasikan antara pemanfaatan
Hasil Hutan kayu yang ada di hulu dengan pengelolaan Hasil Hutan Kayu di Hilir melalui
pembangunan industri primer dan pengelolaan limbah kayu. Secara garis besar
pengembangan invastasi akan dilakukan melalui beberapa kegiatan sebagai berikut :
a. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Wilayah Tertentu
b. Pembangunan Industri Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IPHHK)
c. Pemanfaatan Limbah Kayu
Gambaran Potensi Materail yang ada dan produk yang akan dihasilkan dapat dilihat pada
tabel berkut :
Tabel V-23. Rencana Kegiatan Pengembangan Investasi melalui Pengelolaan Hasil Hutan
Kayu Terpadu.
Klasifiksi
Pemanfaatan Potensi Material Produks
A. Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu
Wilayah Tertentu pada Hutan Produksi (WT-HP1 dan
WT-HP2) pada Blok PHHK-HA/HT seluas 22.417,98 ha
1. Kayu Log Hutan
Alam
2. Kayu Log Hutan
Tanaman
B. Pengelolaan Hasil
Hutan Kayu
1. Pemanfaatan HHK dari Wilayah Tertentu
2. 10 % Kewajiban IUPHHK-HA (7 Unit), IUPHHK_HT (1
Unit) untu kayu lokal
3. Pembukaan lahan Izin Penggunaan Kawasan
(Tambang) dalam Wilayah KPHP Model berau
Barat), ada 10 Unit Izin Tambang.
1. Kayu Gergajian
2. Playwood
3. Mebeler
4. Kerajinan
C. Pemanfaatan
Limbah Kayu
1. Limbah Pemanfaatan HHK dari Wilayah Tertentu
(IUPHHK-HA pada WT2)
2. Limbah Hasil Produksi IUPHHK-HA (7 Unit),
IUPHHK_HT (1 Unit)
3. Limbah Industri Primer Pengelolaan Hasil Hutan
Kayu (IPPHK) dan yang ada disekitar KPH
4. Limbah Pembukaan lahan Izin Penggunaan
Kawasan (Tambang) dalam Wilayah KPHP Model
berau Barat), ada 10 Unit Izin Tambang
1. Wood Pellet
2. Bioethanol/energi
3. Chips
Dalam rangka implementasi pengembangan perbenihan dan pembibitan dalam skala
investasi /bisnis maka akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :
a. Menyusun Master Plan/Rencana Bisnis
b. Penyusunan RKUPHHK-HA/HT untuk Wilayah Tertentu Berdasarkan IHMB
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-44
c. Penyusunan rencanan Pembangunan Industri Primer Hasil Hutan
d. Kajian dan Penyusunan Rencana Pemanfaatn Limbah
e. Penyiapan dan pemantapan Kelembagaan Bisnis (Organisasi, SDM dan sarana prasarana )
f. Monitoring dan Evaluasi secara berkala.
2. Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Sumberdaya hutan (SDH) mempunyai potensi multi fungsi yang dapat memberikan manfaat
ekonomi, lingkungan dan sosial bagi kesejahteraan umat manusia. Manfaat tersebut bukan
hanya berasal dari Hasil Hutan Kayu (HHK), melainkan juga manfaat Hasil Hutan Bukan Kayu
(HHBK), karbon dan Ekowisata Produk-produk yang dihasilkan dari jenis tanaman HHBK
dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di antaranya untuk pangan (Food), energi
(Energy) dan obat-obatan termasuk kosmetika (Medicine).
Hasil Hutan Bukan kayu merupakan salah satu potensi yang ada di Wilayah KPHP Model
Berau Barat yang sampai saat ini belum dikelola dengan baik. HHBK memiliki potensi untuk
dikembangkan skala investasi/bisnis, jika pengelolaannya dilakukan secara terpadu dengan
pengembangan teknologi dan hasil penelitian yang memadai. Dalam rangka pengembangan
HHBK untuk investasi/Bisnis, KPHP Model Berau Barat akan memprioritaskan pada
pengembangan Pengelolaan madu baik madu alam maupun madu budidaya dan
pengembangan dan pengelolaan tanaman, buah-buahan, daun serta jamur untuk penghasil
obat-obatan. Gambaran potensi pengembangan hal tersebut sebagai berikut :
Tabel V-24. Rencana Kegiatan Pengembangan Investasi Bisnis HHBK Pada KPHP Model
Berau Barat.
Klasifikasi
Pemanfaatan Potensi Material Produk
A. Pengelolaan Madu
Alam dan Budidaya
(Trigona)
1. Terdapat 15 Kampung di sekitar dan di dalam
wilayah KPHP Model Berau Barat sebagai penghasil
madu alam Apis dorsata dengan rata-rata produksi
pada musin panen raya mencapai 1-2 Ton/kampung,
dan saat ini yang dimanfaatkan oleh masyarakat
hanya madunya, sedangkan produk turunan lainnya
belum dimanfaatkan.
2. Berdasarkan hasil survei dan orientasi yang telah
dilakukan bekerjasama dengan GIZ Forclime,
Universitas Mulawarman potensi pengembangan
budidaya madu/Trigona pada Setiap Kampung di
wilayah KPHP Model Berau Barat cukup tinggi (Saat
ini sudah diujicoba pada 5 kampung).
1. Madu Alam yang
tersertifikasi
2. Madu Budidaya
Tersertifikasi
3. Obat-Obatan
(Propolis, beebread)
4. Lilin
B. Pengelolaan Hasil
Hutan Bukan Kayu
untuk obat-obatan
1. Beberapa Kampung yang ada di dalam dan sekitar
KPHP Model Berau Barat telah memanfaatkan
beberapa tanaman, buah-buahan, daun-daunan,
getah, Jamur untuk obat-obat tradisional
2. KPHP Model Berau Barat memiliki beberapa
1. Obat-Obatan Herbal
2. Kosmetik
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-45
Klasifikasi
Pemanfaatan Potensi Material Produk
kawasan hutan yang mudah diakses baik dengan
jalan darat maupun sungai seperti WT_HP4
( KHDTK), WT-HL5 (Hutan Lindung Sungai Lesan),
serta beberapa IUPHHK-HA yang berbatasan
langsung dengan masyarakat.
Peningkatan pertambahan penduduk yang cukup pesat berdampak pada meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan pangan, energi dan obat, sementara produk yang dihasilkan
dari tanaman HHBK selama ini belum dapat memenuhi baik kebutuhan sehari-hari maupun
penambahan pendapatan masyarakat sekitar hutan. Dengan demikian ketiga manfaat HHBK
tersebut telah menjadi isu global yang cukup penting saat ini. Untuk menghadapi isu global
tersebut, maka tujuan dari Pengelolaan HHBK ini adalah meningkatkan produktivitas dan
nilai ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sebagai sumber pangan, energi dan bahan
obat-obatan serta kosmetik.
Pendekatan yang akan ditempuh oleh KPHP Model Berau Barat untuk mencapai tujuan
tersebut adalah menjawab permasalahan yang ada melalui beberapa komponen riset dari
aspek hulu sampai hilir yaitu aspek budidaya (termasuk bioteknologi dan pemuliaan),
pengolahan dan sosial ekonomi serta kebijakan HHBK. Pengelolaan HHBK yang tepat
merupakan suatu sistem perencanaan hutan yang memberikan arahan untuk kegiatan
pemanfaatan/pemungutan, rehabilitasi dan konservasi, kelembagaan dan pemberdayaan
masyarakat sekitar hutan, sehingga diharapkan selain berdampak pada peningkatan
pendapatan masyarakat sekitar hutan juga akan berdampak pula pada pemenuhan bahan
baku (kuantitas dan kualitas) bagi industri pangan, energi pedesaan dan industri farmasi.
3. Pengembangan Wisata Alam
Sebagaimanan dijelaskan sebelumnya bahwa KPHP Model Berau Barat merupakan salah satu
daerah yang memiliki keanegaraman hayati yang tinggi berupa sumber daya alam yang
berlimpah,yang berpotensi bagi pengembangan kepariwisataan, khususnya wisata alam.
Potensi Obyek wisata alam yang ada pada Wilayah KPHP Model Berau Barat, antara lain
berupa keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian budaya tradisional, keindahan
bentang alam, gejala alam, peninggalan sejarah/budaya yang secara optimal untuk
kesejahteraan masyarakat. Keseluruhan potensi obyek wisata alam ini merupakan sumber
daya ekonomi yang bernilai tinggi dan sekaligus merupakan media pendidikan dan
pelestarian lingkungan.
Prioritas Wilayah KPHP Model Berau Barat yang akan dikembangkan Wisata Alam sekala
investasi /bisnis adalah Kawasan Lindung Sungai Lesan seluas 11.238,31 ha (khusunya Blok
Pemanfaatna) dan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus /KHDTK Labanan dengan luas
areal 7.900 ha. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi tersebut adalah sebagai berikut :
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-46
Tabel V-25. Pertimbangan Penentuan Lokasi Pengembangan Investasi Bisnis Wisata Alam
Pada KPHP Model Berau Bara
No Lokasi Pertimbangan Potensi Wilayah
1 Kawasan Lindung
Sungai Lesan
1. Keanekaragamaan flora dan fauna tinggi dan masih baik (termasuk
keberadaan orang utan dan macan dahan)
2. Akssesibilitas relatif mudah dan terjangkau
3. Budaya masyarakat disekitar kawasan beranekaragam (masih ada budaya
asli)
4. Dukungan dan komitmen masyarakat dan pemerintah daerah terhadap
kelestarian kawasan cukup tinggi
5. Sudah ada beberapa sarana prasarana (Stasiun monitoring dan Guest house
6. Sudah pernah dikembangkan sebgai objek wisata dan penelitian (juara 3
nasional sapta pesona)
7. Potensi fisik hutan, sungai dan jeram menantang
2
KHDTK
1. Keanekaragamaan flora dan fauna tinggi dan masih baik (termasuk
keberadaan orang utan dan macan dahan)
2. Akssesibilitas relatif mudah dan terjangkau karena dilewati jalan provinsi
(Berau-Samarinda)
3. Budaya masyarakat disekitar kawasan beranekaragam (masih ada budaya
asli)
4. Dukungan dan komitmen masyarakat dan pemerintah daerah terhadap
kelestarian kawasan cukup tinggi
5. Ada Plot Penelitian STREEK, hasil penggalan kerjasama Indonesia–Uni Eropa
(sudah langka di dunia) serta plot-plot lain yang dikembangkan oleh Balai
Besar Dipterocarpceae.
Disadari bahwa dalam pengembangan wisata alam akan dihadapkan dengan berbagai
kendala berkaitan erat dengan instrumen kebijaksanaan dalam pemanfaatan dan
pengembangan fungsi kawasan untuk mendukung potensi obyek wisata alam; Efektifitas
fungsi dan peran obyek wisata alam ditinjau dari aspek koordinasi instansi terkait; Kapasitas
institusi dan kemampuan SDM dalam pengelolaan obyek wisata alam di kawasan hutan; dan
Mekanisme peran serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata alam. Sehubungan
dengan hal tersebut maka strategi pengembangan obyek wisata alam yang akan dilakukan
oleh KPHP Model Berau Barat meliputi pengembangan beberapa aspek sebagai berikut :
a. Aspek Perencanaan Pembangunan obyek wisata alam yang antara lain mencakup sistem
perencanaan kawasan, penataan ruang (tata ruang wilayah), standarisasi, identifikasi
potensi, koordinasi lintas sektoral, pendanaan, dan sistem informasi obyek wisata alam.
b. Aspek Kelembagaan meliputi pemanfaatan dan peningkatan kapasitas institusi, sebagai
mekanisme yang dapat mengatur berbagai kepentingan, secara operasional merupakan
organisasi dengan SDM dan peraturan yang sesuai dan memiliki efisiensi tinggi.
c. Aspek Sarana dan Prasarana yang memiliki dua sisi kepentingan, yaitu : alat memenuhi
kebutuhan pariwisata alam; sebagai pengendalian dalam rangka memelihara
keseimbangan lingkungan, pembangunan sarana dan prasarana dapat meningkatkan daya
dukung sehingga upaya pemanfaatan dapat dilakukan secara optimal.
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-47
d. Aspek Pengelolaan, yaitu dengan mengembangkan profesionalisme dan pola pengelolaan
obyek wisata alam yang siap mendukung kegiatan pariwisata alam dan mampu
memanfaatkan potensi obyek wisata alam secara lestari.
e. Aspek Pengusahaan yang memberi kesempatan dan mengatur pemanfaatan obyek wisata
alam untuk tujuan pariwisata yang bersifat komersial kepada pihak ketiga dan membuka
lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
f. Aspek Pemasaran dengan mempergunakan teknologi tinggi dan bekerja sama dengan
berbagai pihak baik dalam negeri maupun luar negeri.
g. Aspek Peran Serta Masyarakat melalui kesempatan-kesempatan usaha sehingga ikut
membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
h. Aspek Penelitian dan Pengembangan yang meliputi aspek fisik lingkungan, dan sosial
ekonomi dari obyek wisata alam. Diharapkan nantinya mampu menyediakan informasi
bagi pengembangan dan pembangunan kawasan, kebijaksanaan dan arahan pemanfaatan
obyek wisata alam.
Dalam rangka mempercepat upaya pengembangan investasi wisata alam akan dilakukan
beberapa kegiatan-kegiatan awal sebagai berkut :
a. Penyusunan master plan /Rencana investasi pengembangan wisata alam.
b. Membangun sistem kemitraan dengan pihak swasta, lembaga swadaya masyarakat yang
ada, dalam rangka mendukung optimalisasi pengembangan obyek wisata alam.
c. Membangun sistim koordinasi dengan instansi-instasi pemerintah terkait dengan
kebijakan pengembangan wisata.
d. Penyiapan kelembagaan (organisasi, sarana-prasarana dan SDM).
4. Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan
Sampai saat ini produktivitas hutan alam sudah menurun sangat drastis sejalan dengan
meningkatnya eksploitasi hutan secara terus-menerus untuk memenuhi permintaan akan
kebutuhan kayu. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pembangunan hutan
tanaman sebagai penghasil kayu baik untuk industri, pertukangan, kayu energi dan lain-lain
harus ditingkaatkan baik dengan penambahan luas hutan tanaman maupun penggunaan
materi tanaman unggul hasil pemuliaan. Dengan menggunakan materi tanaman yang unggul
melalui kegiatan pembibitan yang baik akan dapat meningkatkan produktivitasnya dan mutu
tegakan yang dihasilkan.
Perbanyakan tanaman merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk penyediaan
materi tanaman baik untuk kegiatan penelitian maupun program penanaman secara luas.
Penyediaan bibit yang memiliki karakter unggul secara morfologi, fisiologis dan genetic akan
sangat membantu keberhasilan tanaman di lapangan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan
cara generatif dan vegetatif. Informasi yang tepat tentang teknik perkecambahan dan
pemeliharaan bibit sangat diperlukan dalam kegiatan produksi bibit unggul. Teknik
Bab V. Rencana Kegiatan Pengelolaan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
V-48
pembiakan vegetatif merupakan salah satu cara untuk memproduksi bibit yang memiliki
karakter unggul karena anakan yang dihasilkan merupakan duplikat dari induknya sehingga
memiliki struktur genetik yang sama.
Potensi pengembangan perbenihan dan pembibitan skala investasi di Kabupaten Berau
khususnya Wilayah KPHP Model Berau Barat cukup tinggi, karena kebutuhan bibit untuk
kegiatan penanaman masih cukup besar. Asumsi-asumsi tersebut dapat digambarkan pada
tabel sebagi berikut :
Tabel V-26. Rencana Kegiatan Pengembangan Investasi Bisnis Pada KPHP Model
Berau Barat.
Klasifiksi
Investasi Potensi Material Produks
Pengembangan
Perbenihan dan
Pembibitan
1. Pemenuhan Bibit Penanaman Wilayah Tertentu
(22.417,98 ha)
2. Penanaman Silvikultur TPTI dalam IUPHHK-HA (7
Unit), IUPHHK_HT (1 Unit)
3. Reklamasi Izin Penggunaan Kawasan (Tambang)
dalam Wilayah KPHP Model berau Barat )
4. Kebutuhan Bibit Skala Kabupaten untuk kegiatan
RHL
1. Benih dan Bibit
Hutan Alam
Sertifikasi
2. Benih dan Bibit
Hutan Tanaman
Serifikasi
3. Pengembangan
kultur jaringan
Dalam rangka implementasi pengembangan perbenihan dan pembibitan dalam skala
investasi /bisnis maka akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :
a. Menyusun Master Plan/Rencana Bisnis
b. Pembangunan Persemaian permanen Terpadu
c. Penyiapan dan pemantapan Kelembagaan Bisnis (Organisasi, SDM dan sarana prasarna )
d. Monitoring dan Evaluasi secara berkala.
Terkait dengan Penetapan Bisnis Model KPHP Model Berau, akan ditetapkan setelah
penyusnan master plan dan Bisnis Plan disusun sesuai dengan potensi yang akan
dikembangkan.
Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
VI-1
BAB VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Perencanaan pada dasarnya merupakan proses pengambilan keputusan dalam
pemanfaatan sumberdaya untuk tujuan yang ingin dicapai melalui serangkaian
kegiatan. Dengan demikian pembinaan, pengawasan dan pengendalian (BINWASDAL),
merupakan bagian dari siklus perencanaan. Dalam kaitannya dengan implementasi
rencana pengelolaan, tujuan dari BINWASDAL adalah untuk : a). Meningkatkan
kemampuan-kompetensi SDM; b). Menjaga adanya konsistensi pelaksanaan kegiatan
dengan tujuan yang ingin dicapai dan c). Menjamin kesesuaian pelaksanaan rencana
kegiatan dengan peraturan per-Uuan yang berkaitan dengan kegiatan.
Sebagaimana dikemukakan bahwa, wilayah pengelolaan KPHP-Model Berau Barat dari
aspek fungsi hutan terdiri dari : a). Hutan produksi tetap (HP); b). Hutan Produksi
Terbatas (HPT); c). Hutan Lindung (HL), selanjutnya dari aspek pemanfaatan terdiri dari
: a). Sub wilayah yang telah terdaat izin pemanfaatan (IUPHHK-Hutan alam dan hutan
tanaman serta Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) dan b). Sub Wilayah
yang belum dan tidak ada izin pemanfaatannya. Sebagai konsekuensi logisnya, maka
secara substansial rencana pengelolaan wilayah kelola KPHP-Model Berau Barat
tersebut harus mempertimbangkan atau memperhatikan keberadaan dari Rencana
Pengelolaan dari sub-wilayah yang telah ada, yaitu bagi sub wilayah yang telah
terdapat izin pemanfaatannya. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :
FUNGSI POKOK DARI KPH Berdasarkan PP : Menyelenggarakan pengelolaan hutan Fungsi Manajemen Menjabarkan kebijakan Nasional, Provinsi dan Kab/Kota Melaksanakan pengelolaan hutan dengan POAC Melaksanakan Pemantauan dan penilaian pengelolaan hutan di wilayahnya Membuka peluang investasi.
P
O
A
C
Ditransformasikan
Terwujudnya pengelolaan kawasan hutan untuk optimalisasi ekonomi
dengan komitmen tinggi guna tetap mempertahankan daya dukungnya
bagi kesinambungan pembangunan di Kabupaten Berau
Implementasi Renklola Pembinaan dan WASDAL
Pengelolaan Wilayah Kelola yang telah terdapat izin pemanfaatan (IUPHHK-Ha/Ht)
Pengelolaan Wilayah Kelola yang belum terdapat izin pemanfaatan (HL + Kws.TT)
ANJANG
WILAYAH KELOL ImpA KPHP-MODEL BERAU
BARAT
Gambar VI-1. Alur pikir Pembinaan dan Wasdal
Rencana terdiri dari rencana
bagian dari wilayah kelola yang
terdapat izin peman faatan
(IUPHHK-Ha/Ht; KHDTK,.)
Rencana dari kawasan tertentu
Tujuan dari BINWASDAL pada dasarnya adalah dapat dicapainya tujuan dari Rencana Pengelolaan KPH P-Model Berau Barat Secara substansial pelaksa naan BINWASDAL meliputi aspek-aspek : koordinasi – si nergi – integrasi dan sinkro nisasi
Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
VI-2
Secara umum, pembinaan perlu dilakukan sebagai bagian dari proses implementasi
suatu program atau kegiatan yang telah direncanakan dengan tujuan untuk
meningkatkan kinerja sebuah organisasi atau lembaga atau untuk meningkatkan
kemampuan atau kompetensi sumberdaya manusia (SDM) dalam organisasi atau
lembaga tersebut. Sebagai tolok ukur pembinaan dapat berupa peraturan – kebijakan
atau dapat berupa norma – standar – prosedur dan kriteria (NSPK). Sedangkan
WASDAL dilakukan sebagai bagian dari proses implementasi suatu program atau
kegiatan yang telah direncanakan dengan tujuan dapat terjaminnya konsisten
penerapan prosedur dan mekanisme (juklak dan atau juknis) untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
Pembinaan adalah usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna
untuk memperoleh hasil yang baik (Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, 1936: 134). Pembinaan dapat pula diartikan sebagai suatu
proses yang bertujuan untuk dapat menimbulkan perubahan, kemajuan, peningkatan,
pertumbuhan, evaluasi atau berbagai kemungkinan atas sesuatu
(Menurut Thoha, 1989). Sedangkan pengawasan adalah memperhatikan baik-baik,
dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali
memberi laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang di awasi
(Dalam kamus bahasa Indonesia). Atau menurut seminar ICW pertanggal 30 Agustus
1970, pengawasan adalah suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah suatu
pelaksaan pekerjaan/kegiatan itu dilaksanakan sesuai dengan rencana, aturan-aturan
dan tujuan yang telah di tetapkan. Selanjutnya pengendalian adalah segala usaha atau
kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan
dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau hasil yang
dikehendaki serta sesuai pula dengan segala ketentuan dan kebijaksanaan yang
berlaku. Dengan rumusan yang lebih singkat di nyatakan bahwa "Pengendalian adalah
segala usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang
sedang dilaksanakan dapat berjalan dengan se estinya”.
Dalam melaksanakan BIN-WASDAL terdapat beberapa aspek dan kaidah – prinsip yang
perlu dan harus dipertimbangkan atau diacu yaitu : a). koordinasi; b). sinergi; c).
integrasi dan d). sinkronisasi. Tabel VI-1 berikut menyajikan beberapa definisi atau
pengertian berkaitan dengan aspek – kaidah di atas.
Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
VI-3
Tabel VI-1. Beberapa pengertian tentang koordinasi, sinergi, integrasi dan
Sinkronisasi
No. Jenis Kata Pengertian
1 Koordinasi Koordinasi adalah mengarahkan kegiatan seluruh unit dengan tujuan
memberikan sumbangan yang maksimal unutk tercapainya tujuan
tertentu,
Kegiatan koordinasi sangat perlu di lakukan hal itu bertujuan agar
terciptanya : harmonisasi – kesatuan arah (terarah) – terintegrasi dan
tersinkronisasinya kegiatan
2 Sinergi Bersinergi artinya melakukan kegiatan atau operasi gabungan untuk
mencapai tujuan bersama,
Mengnyinergikan adalah menggiatkan
3 Integrasi Adalah bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan
organisasi serta kode etik profesi, walaupun dalam keadaan yang
sulit untuk melakukan ini,
Adalah satunya kata dengan perbuatan,
Indikator Perilaku:
Memahami dan mengenali perilaku sesuai kode etik
Melakukan tindakan yang konsisten dengan nilai (values)
dan keyakinannya
Bertindak berdasarkan nilai (values) meskipun sulit untuk
melakukan itu
Bertindak berdasarkan nilai (values) walaupun ada resiko
atau biaya yang cukup besar
4 Sinkronisasi Menyinkronkan berarti menyertakan dalam melaksanakan tugasnya
masing-masing,
Penyesuaian antara bunyi (suara) dengan sikap mulut atau mimik
(dengan sikap mulut harus diperhatikan)
Selanjutnya berdasarkan BAB VIII, Pasal 31 dari P.06/2010, pembinaan, pengendalian
dan pengawasan dalam pengelolaan KPH meliputi aspek-aspek :
Penyelenggaraan tata hutan dan penyusun an rencana pengelolaan hutan,
Pemanfaatan hutan,
Penggunaan kawasan hutan,
Rehabilitasi dan reklamasi hutan dan
Perlindungan hutan oleh KPHL dan KPHP
Dari alur pikir pelaksanaan BIN-WASDAL (Gambar VI-1) di atas dan lingkup
pelaksanaannya selanjutnya Gambar VI-2 dan VI-3 berikut menyajikan proses
pelaksanaan penilaian (audit).
Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
VI-4
TUJUAN
PENGE
LOLAAN
+ Sumberdaya
Sdm-Tek-Sis
BIN-WAS-DAL
Koordinasi – Sinergi – Integritas - Sinkronisasi
Wilayah + Izin Wilayah tanpa izin
Gambar VI-2. Proses pelaksanaan BIN-WASDAL dalam Rencana Pengelolaan
KPHP Model Berau Barat
PEMBINAAN PENGAWASAN PENGENDALIAN
Koordinasi Sinergi Sinkronisasi Integrasi
Sasaran BINWASDAL (berdarakan P.06/2010, Bab VIII Pasal
31) :
a. Tata hutan dan renlola; b.pemanfaatan hutan; c.
penggunaan kawasan hutan; d. Rehabilitasi dan reklamasi
serta e. Perlindungan Hutan
Pelaksanaan BINWASDAL
Gambar VI-3. Keterkaitan aspek-aspek BINWASDAL Pengelolaan
KPHP-Model Berau Barat
Sistem BIN –
WASDAL yg
telah berla-
ku (pst-drh)
Kebijakan
(peraturan,
per-UUan)
Juklak dan
juknis
Konsep – kai
dah-2
Aspek Renlola apa yang perlu di Binwasdal : Penyelenggaraan tata hutan dan penyusun an rencana pengelolaan hutan,
Pemanfaatan hutan, Penggunaan kawasan hutan, Rehabilitasi dan reklamasi hutan dan Perlindungan hutan oleh KPHL dan KPHP.
Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
VI-5
Pembangunan KPH sebagai perwujudan amanah UU No. 41/1999 memiliki 4 fungsi
pokok yaitu: a). Menyelenggarakan pengelolaan hutan, b). Menjabarkan kebijakan
Nasional, Provinsi dan Kab/Kota, c). Melaksanakan pengelolaan hutan dengan POAC
dan d). Melaksanakan Pemantauan dan penilaian pengelolaan hutan di wilayahnya.
Dengan demikian KPHP-Model Berau Barat memiliki tugas dan fungsi yang secara
umum dapat diklasifikasikan kedalam 3 bentuk, yaitu : a). Sebagai pemangku wilayah
kelola dengan fungsi produksi (P) dan lindung (L) dan KHDTK, KPH-P mempunyai tugas
mendorong (melalui fungsi BINWASDAL) terwujudnya pengelolaan hutan secara lestari
yang didukung dengan hasil-hasil-hasil penelitian yang relevan; b). Sebagai pengelola
kawasan hutan tertentu, KPHP-Model mempunyai tugas untuk melaksanakan semua
fungsi manajemen (PAOC) dalam mengelola kawasan tersebut dan c). Sebagai wakil
pemerintah pusat dan pemerintah daerah Kabupaten Berau, KPH-P Model mempunyai
tugas menginternalisasikan program-program pembangunan daerah dalam program
dan kegiatan pengelolaan multi fungsi sumberdaya hutan tersebut.
Selanjutnya Tabel VI-2 berikut menyajikan peran BINWASDAL KPHP-Model dalam
mengelola wilayah kelola dengan kondisi yang beragam (berdasarkan fungsi hutan dan
bentuk pemanfaatannya.
88
Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Tata Hutan dan Rencana Pengelolaan KPHP-Model Berau Barat
Tabel VI-2. Matrik Proses Rencana Pembinaan – Pengawasan Dan Pengendalian (BINWASDAL)
No. Obyek Binwasdal Wilyh
Kelola
Pembinaan – Pengawasan dan Pengendalian (BINWASDAL)
Pembinaan Pengawasan Pengendalian Keterangan
1.
Penyelenggaraan tata hutan dan
penyusun an rencana
pengelolaan hutan
Pembinaan : proses yang bertu
juan untuk dapat menimbulkan
perubahan, kemajuan, pening-,
katan pertumbuhan,
Pengawasan : suatu kegiatan
untuk memperoleh kepastian
apakah suatu pelaksaan pekerja
an/ kegiatan itu dilaksanakan
sesuai dengan rencana, aturan-
aturan dan tujuan yang telah di
tetapkan.
Pengendalian : segala usaha
atau kegiatan untuk menjamin
dan mengarahkan agar pekerja
an yang sedang dilaksanakan
dapat berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan
atau hasil yang dikehendaki
a.
Mendorong dan
memfasilitasi pelaksana
an tatabatas dan pemeli
ha rian batas serta penga
manan areal kerja secara
kolabo ratif antar
IUPHHK-Ha dan secara
partisipatif dengan
masyarakat
Fasilitasi komunikasi
dan membangun jeja ring
(networking) de ngan
IUPHHK-Ha
Penyusunan rencana
pengelolaan hutan harus
didasarkan pada hasil pe-
nataan areal yang clear-
clean,
Dalam pengaturan hasil
(perhitungan etat-AAC)
didasarkan pada kaidah
kelestarian hasil dan ber
dasarkan hasil IHMB (rasi
onal).
Sosialisasi penerapan
kebijakan tata hutan
(kompartemeni sasi)
dan pengaturan hasil
(perhitungan etat –AAC)
Sosialisasi dasar dan
cara perhi tungan
etat/AAC berdasarkan
IT SP/IHMB dan
PUP
Wilayah kelola a, ada
lah bagian wilayah kelola
yang telah terdapat izin
pemanfaat an, yaitu : 12
unit IUPH HK-HA dan 1
unit IUPH HK-HT
b.
Faslitasi pelaksanaan
tatabatas dan pemeliha
raan batas serta penga
manan areal kerja secara
kolaboratif dengan masya
rakat
Penataan batas areal hu
tan tertentu (baik di HL
dan HP) dan areal KHDTK
harus dilaksanakan agar
benar-2 clear-clean, dan
dibangun zonasi-2
Rencana pengelolaan
areal hutan tertentu ha-
rus melibatkan peran dan
potensi masyarakat,
Rencana pengelolaan a-
real KHDTK harus berda-
sarkan kepentingan pem
Sosialisasi penerapan
kebijakan tata hutan
(kompartemeni sasi)
dan pengaturan hasil
(perhitungan etat –AAC)
Sosialisasi dasar dan
cara pembuatan PUP
serta perhi tungan riap
Perumusan rencana
penelitian secara kom
prehensif mendukung
kebijakan dan
Wilayah kelola b, ada
lah bagian wilayah ke
lola yang belum terda
pat izin pemanfaatan,
yaitu : hutan lindung
dan kawasan hutan ter
tentu (dalam hutan HL
dan HP)
Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
VI-89
No. Obyek Binwasdal Wilyh
Kelola
Pembinaan – Pengawasan dan Pengendalian (BINWASDAL)
Pembinaan Pengawasan Pengendalian Keterangan
bangunan kehutanan
daerah
terwujudnya PHL-SFM
2.
Pemanfaatan hutan :
Pemanfaatan hutan adalah
kegiatan untuk memanfaatkan
kawasan hutn, memanfaatkan jasa
lingkungan, memanfaatkan hasil
hutan kayu dan bukan kayu serta
memungut hasil hutan kayu dan
bukan kayu secara optimal dan adil
untuk kesejahteraan masyarakat
dengan tetap menjaga
Elestariannya
a.
Mendorong penerapan
kebijakan dan prinsip-kai
dah2 berkaitan dengan :
pengaturan hasil (perhi-
tungan etat); dampak ling
kungan dan kerusakan
tegakan dalam pemanen
an
Pemanfaatan potensi
tidak melebihi daya du-
kung (besarnya riap tegak
an hutan)
Pemanfaatan hutan-ha
sil hutan kayu di lapang
an harus menerapkan
sistem pemanenan RIL,
Pembinaan tegakan hu
tan pasca pembalakan ha
rus dilaksanakan berdasar
kan sistem silvikultur
yang berlaku (TPTI-THPB)
Sosialisasi penerapan
kebijakan regulasi hasil
dan konsep pemanen
an ramah lingkungan
(RIL)
Sosialisasi penerapan
kebijakan pembinaan
tegakan hutan pasca
pemanenan (sistem
silvikultur TPTI
Wilayah kelola a, ada
lah bagian wilayah kelola
yang telah terdapat izin
pemanfaat an, yaitu : 12
unit IUPH HK-HA dan 1
unit IUPH HK-HT
3. Penggunaan kawasan hutan
adalah kegiatan untuk
memanfaatkanruang tumbuh
sehingga diperoleh manfaat
lingkungan,manfaat sosial dan
manfaat ekonomi secara optimal
dengantidak mengurangi fungsi
utamanya.
b.
.
Mendorong penerapan
kebijakan dan prinsip-kai
dah2 berkaitan dengan :
penggunaan kawasan
sebagaimana tercantum
dalam PP. No.6/2007
(jenis dan pola pengguna
an kawasan hutan)
Pemanfaatan areal hu
tan tertentu harus dida
sarkan pada fungsi pokok
nya, bisa HHK, HHNK dan
jasa lingkungan dengan te
tap berdasarkan kaidah-
prinsip kelestarian dan
kesejahteraan masyarakt,
Pemanfaatan potensi
hutan HHK dan HHNK-
jasa lingkungan pada
Sosialisasi dan penerap
an pola dan konsep pe-
ngelolaan hutan berbasis
masyarakat,
Wilayah kelola b, ada
lah bagian wilayah ke lola
yang belum terda pat izin
pemanfaatan, yaitu :
hutan lindung dan
kawasan hutan ter tentu
(dalam hutan HL dan HP)
Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
VI-90
No. Obyek Binwasdal Wilyh
Kelola
Pembinaan – Pengawasan dan Pengendalian (BINWASDAL)
Pembinaan Pengawasan Pengendalian Keterangan
kawasan hutan tertentu
harus di dasarkan pada
fungsi hu tan (HL dan HP)
Untuk KHDTK pemanfa-
atannya harus berdasar
kan prinsip keilmiahan
4.
Rehabilitasi dan reklamasi hutan
a.
.
Mendorong penerapan
kebijakan dan pelaksana
an kewajiban pemegang
izin dalam pembinaan te-
gakan hutan pasca pema-
nenan dan areal yang ti-
dak produktif serta tanah
kosong dalam areal kerja
nya.
Pembinaan tegakan pas
ca pemanenan dilaksana
kan dengan menerapkan
juknis sistem silvikultur
TPTI dan/atau modifika
sinya (tanaman pengaya
an-enrichment planning),
Rehabilitasi lahan tidak
produktif (kanan-kiri ja-
lan; tanah kosong)
Penanaman pengayaan
dan rehabilitasi dilaksana
kan dengan mengguna-
kan bibit dari jenis unggul
an lokal.
Fasilitasi dalam pema
haman dan pene rapan
kebijakan berkaitan de-
ngan pembinaan hutan
bekas tebangan (sistem
silvikultur TPTI dan turun
annya) kepada pemegang
IUPHHK-HA khususnya
Wilayah kelola a, ada
lah bagian wilayah kelola
yang telah terdapat izin
pemanfaat an, yaitu : 12
unit IUPH HK-HA dan 1
unit IUPH HK-HT
b.
Mendorong pemanfaat
an dan penggunaan ka-
wasan hutan dapat dilak
sanakan secara optimal
sesuai dengan tujuan
Penyusunan rencana
rehabilitasi dan pengelo
laannya pada areal yang
terde grasi berdasarkan
hasil pemetaannya baik
Fasilitasi dalam pema
haman dan penerapan
kebijakan berkaitan de-
ngan rehabi;itasi lahan
dan hutan serta reklama-
Wilayah kelola b, ada
lah bagian wilayah ke lola
yang belum terda pat izin
pemanfaatan, yaitu :
hutan lindung dan
Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
VI-91
No. Obyek Binwasdal Wilyh
Kelola
Pembinaan – Pengawasan dan Pengendalian (BINWASDAL)
Pembinaan Pengawasan Pengendalian Keterangan
yang telah ditetapkan di HP ataupun HL
Rehabilitasi kawasan-
lahan hutan yang terde-
grasi dan pengelolaan nya
dilakukan dengan meli-
batkan masyarakat lokal
si kepada pihk terkait.
kawasan hutan ter tentu
(dalam hutan HL dan HP)
5.
Perlindungan dan konservasi
hutan
a
Mendorong penerapan
kebijkan dan kewajiban
untuk melaksanakan per
lindungan dan konservasi
Pemetaan dan penanda
an dilapangan serta pe-
nyusunan rencana perlin
dungan hutan pada areal
yang rawan dari ganggu
Sosialisasi kebijakan
tentang perlindungan
hutan dan penerapan
nya kepada pemegang
IUPHHK-HT
Wilayah kelola a, ada
lah bagian wilayah kelola
yang telah terdapat izin
pemanfaat an, yaitu : 12
di areal kerja kepada
pemegang IUPHHK-
HA/HT
an (alami dan non-alami),
Pemetaan dan penanda
an di lapangan serta pe-
nyusunan rencana penge
lolaan areal konservasi
dalam areal kerja yang
telah ditetap kan (misal
nya : APPN, ka wasan lin
dung, koridor satwa),
Sosialisasi kebijakan
tentang konservasi hutan
dan penerapannya kepa-
da pemegang izin
IUPHHK-HA/HT
unit IUPH HK-HA dan 1
unit IUPH HK-HT
b.
Mendorong dilaksana
kannya perlindungan dan
konservasi pada kawasan
tidak terdapat izin peman
faatan (baik di HL dan HP)
Pemetaan dan penanda
an dilapangan serta pe-
nyusunan rencana perlin
dungan hutan pada ba
gian areal yang rawan
dari ganggu an (alami dan
Sosialisasi dan penerap
an kebijakan tentang per
lindungan dan konser vasi
hutan
Wilayah kelola b, ada
lah bagian wilayah ke lola
yang belum terda pat izin
pemanfaatan, yaitu :
hutan lindung dan
kawasan hutan ter tentu
Bab VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
VI-92
No. Obyek Binwasdal Wilyh
Kelola
Pembinaan – Pengawasan dan Pengendalian (BINWASDAL)
Pembinaan Pengawasan Pengendalian Keterangan
non-alami),
Pemetaan dan penanda
an di lapangan areal kon
servasi dalam kawasan
tertentu serta penyusun
an rencana penge lolaan
nya.
(dalam hutan HL dan HP)
Bab VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
VII-1
BAB VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN
PELAPORAN
A. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi merupakan elemen penting dalam kerangka perencanaan, termasuk
dalam konteks KPHP Model Berau Barat, karena memungkinkan beberapa hal positif yaitu: (a)
Menjamin bahwa program kegiatan yang dijalankan berjalan sebagaimana rencana yang telah
ditetapkan; (b) Menjaga agar perencanaan mampu beradaptasi dengan perkembangan,
dinamika dan tantangan yang mungkin saja berubah selama implementasi-nya; (c) Mendapatkan
solusi atas permasalahan dan/atau kendala yang dihadapi; (d) Mengidentifikasi adanya
kebutuhan yang harus dipenuhi dalam rangka efektifitas dan efisiensi rencana; (e) Memberikan
gambaran capaian kinerja sehingga dapat dikenakan rewards atau punishments terhadap para
implementors/pelaksana.
Meskipun demikian ada perbedaan mendasar antara monitoring/pemantauan dan evaluasi, yang
selanjutnya akan memberi konsekwensi terhadap kerangka dari sistem perencanaan KPHP
Model Berau Barat secara keseluruhan serta tentu juga tahapan yang harus dilalui oleh masing-
masing elemen, yaitu :
(1) Pemantauan (Monitoring), adalah kegiatan yang dilakukan guna mengawal rencana yang
telah ditetapkan dengan cara meninjau kemajuan (dan capaian) berkala (biasanya setiap
triwulan) terhadap Rencana Pengelolaan Hutan Tahunan yang merupakan penjabaran dari
Rencana Jangka Panjang atau dokumen Rencana Pengelolaan ini. Rencana Pengelolaan
Tahunan ini dilaksanakan melalui Rencana Operasional dari individu penanggung jawab
implementasi. Oleh karenanya dipandang penting untuk menetapkan output atau target
dan indikator capaian berjalan dari setiap program kegiatan yang dirumuskan. Monitoring
dilakukan secara internal manajemen daripada KPHP Model Berau Barat;
(2) Penilaian/Evaluasi (Evaluation), berbeda dengan pemantauan dimaksudkan sebagai
penilaian kinerja yang dilakukan pada setiap akhir suatu masa/durasi perencanaan, dalam
hal ini adalah setiap akhir tahun (jangka pendek) dan setiap akhir dasawarsa akhir dari
dokumen ini (jangka panjang). Oleh karenanya ada peluang dilakukannya review dokumen
pada perencanaan ini, maka evaluasi juga dapat dijadikan dasar bagi penetapan keputusan
menurut rencana pada tengah dasawarsa (lima tahun). Evaluasi untuk KPHP Model Berau
Barat diharapkan bisa dilakukan oleh pihak yang independen, apakah konsultan ataukah
unit lain dalam lingkup Dinas Kehutanan Berau ataupun Pemerintah Daerah Kabupaten
Berau.
Bab VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
VII-2
Adapun kerangka dasar dari pemantauan dan evaluasi rencana kelola KPHP Model Berau
Barat disajikan pada diagram di bawah (Gambar VII-1) sedangkan uraian dari masing-
masing elemen pada bagian berikut.
Gambar VII-1 Kerangka Sistem Monitoring dan Evaluasi Rencana Pengelolaan KPHP Model
Berau Barat 2015-2024
Pemantauan (Monitoring)
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu monitoring rencana kelola KPHP Model Berau
Barat, khususnya untuk rencana kelola jangka pendek (tahunan) dilakukan setiap triwulan
oleh unit-unit yang ada di dalam kelembagaan KPHP sendiri.
Guna pelaksanaan monitoring implementasi rencana kelola hutan di wilayah KPHP Model
Berau Barat dikembangkan matriks yang pada dasarnya umum digunakan dalam
perencanaan lainnya, sebagai berikut:
Kolom 1. : Nomor Kegiatan/Sub-Kegiatan yang telah ditetapkan;
Kolom 2. : Kegiatan/Sub-Kegiatan yang Dijalankan;
Kolom 3 dan 4 : Institusi/Aktor Penanggung Jawab Implementasi; dan Institusi
Pen-dukung
Rencana Kelola
Jangka Panjang
(10 tahun) 2015-2024
KPHP Model Berau
Barat;
Rencana kelola
Jangka pendek/
Tahunan
(Jika Diperlukan)
Rencana Stratejik
(5 tahun) Kelola KPHP
Model Berau Barat
Evaluasi Akhir Rencana Kelola
KPHP Model Berau Barat
Review Rencana
Kelola KPHP
Model Berau
Barat
Evaluasi KPHP Tahun 1 s/d 20
Monitoring
Triwulan 1.
Monitoring
Triwulan 2.
Monitoring
Triwulan 3.
Monitoring
Triwulan 4.
Bab VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
VII-3
Kolom 5 : Jangka Waktu Implementasi Rencana kegiatan/sub-kegiatan
yang telah ditetapkan dalam perencanaan;
Kolom 6 : Indikator Capaian Kegiatan/Sub-Kegiatan yang telah
ditetapkan;
Kolom 7 : Target hingga pada saat pemantauan (jika ada/diperlukan);
Pemantauan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan, jadi bulan ke-3;
bulan ke-6; bulan ke-9; dan bulan ke-12 (dalam hal ini hanya
bisa dilakukan pada rencana detil tahunan);
Kolom 8; 9; 10 : Capaian dari implementasi, terbagi atas 3 (tiga) tingkatan
sesuai dengan deviasinya, yaitu: A= jika yang dicapai sesuai
dengan target yang ditetapkan; B= Jika yang dicapai tidak
sesuai dengan yang ditargetkan, akan tetapi masih bisa
dilaksanakan dengan berbagai upaya tindak lanjut; dan C= Jika
yang direncanakan sama sekali tidak bisa dilakukan dan
mungkin memerlukan perubahan rencana);
Kolom 11 : Upaya tindak lanjut yang akan dapat/harus dijalankan dalam
rangka melaksanakan rencana kegiatan sesuai dengan
kebutuhan dari hasil pemantauan yang dilakukan;
Kolom 12. : Keterangan, memberikan ruang terhadap hal-hal yang belum
bisa diakomodir dalam kolom 1-9 terdahulu, tetapi penting
untuk diketahui.
Tabel VII-1. Contoh Matriks yang dikembangkan untuk Pemantauan Setiap Triwulan
Pelaksanaan Rencana Kelola Hutan dalam Wilayah KPHP Model Berau Barat
2015 s/d 2024
Triwulan: Zona: Blok:
No Kegiatan/
Sub-Kegiatan
Institusi Jangka
Waktu Indikator
Target
s/d
Monitor
Capaian Tindak
Lanjut Keterangan
PJ SH A B C
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1.
.
.
.
dst
Keterangan: PJ= Penanggung Jawab; SH= Parapihak Terkait
Bab VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
VII-4
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi dilakukan tiap tahun selama jangka waktu perencanaan jangka panjang. Indikator yang
digunakan tentu saja tergantung pada apa yang dikembangkan dalam rencana kelola. Secara
umum digunakan indikator output, meskipun secara teoritik bisa terbagi menjadi 3 (tiga) macam,
yaitu :
(1) Indikator Inputs, yaitu Indikator yang digunakan untuk mengukur jumlah sumber daya
seperti anggaran (dana), SDM, peralatan, material, dan masukan lainnya yang dipergunakan
untuk melaksanakan kegiatan. Dengan meninjau distribusi sumber daya dapat dianalisis
apakah alokasi sumber daya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana stratejik yang
ditetapkan. Seperti misalnya
(2) Indikator Proses, yaitu Dengan membandingkan keluaran dapat dianalisis apakah kegiatan
yang terlaksana sesuai dengan rencana. Indikator Keluaran dijadikan landasan untuk menilai
kemajuan suatu kegiatan, apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran kegiatan yang
terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh karena itu indikator ini harus sesuai dengan
lingkup dan sifat kegiatan instansi.
(3) Indikator Output, yaitu Pengukuran indikator Hasil seringkali rancu dengan pengukuran
indikator Keluaran. Indikator outcome lebih utama daripada sekedar output. Walaupun
produk telah berhasil dicapai dengan baik belum tentu secara outcome kegiatan telah
tercapai. Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin
menyangkut kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome instansi dapat
mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi
masyarakat.
Tabel VII-2. Contoh Matriks yang dikembangkan untuk Evaluasi Tahunan Pelaksanaan
Rencana Kelola Hutan dalam Wilayah KPHP Model Berau Barat 2015 s/d 2024
No. Kegiatan/
Sub-Kegiatan
Institusi Indikator Capaian
(T - 1)
Target
(T)
Capaian
(T)
Kinerja dan
Masalah
Rekomen-
dasi PJ SH
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1.
.
.
.
dst
Bab VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
VII-5
B. Pelaporan
Dengan status saat ini sebagai UPT Dinas Kehutanan, kepala KPHP Model Berau Barat memiliki
kewajiban untuk menyampaikan seluruh perencanaan dan juga hasil monitoring dan evaluasi
implementasi kegiatan dalam perencanaan secara reguler kepada (Kepala) Dinas Kehutanan
selaku atasannya. Seandainya nantinya Permendagri No. 61 Tahun 2010 yang menempatkan
KPH sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang independen, maka pelaporan akan
disampaikan langsung kepada Kepala Daerah atau dalam hal ini adalah kepada Bupati Berau.
Pelaporan hasil perencanaan serta hasil monitoring dan evaluasi implementasinya dilakukan
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Sebagai KPH Model, maka pelaporan juga harus dilakukan kepada Pemerintah Pusat c.q.
Kementrian Kehutanan, dikarenakan sangat penting bagi pembelajaran dan juga dikarenakan
sebagaian dari pembiayaan implementasi KPHP Model Berau Barat diperoleh dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pelaporan ini tentu saja dilakukan secara berjenjang,
dimana Kepala KPHP Model Berau Barat menyampaikan kepada Kepala Dinas Kehutanan, dan
selanjutnya akan dilanjutkan oleh Kepala Dinas Kehutanan kepada Bupati setempat dan juga
Kementrian Kehutanan.
Disamping yang bersifat reguler, pelaporan juga dilakukan dalam konteks insidentil, yaitu
sewaktu-waktu dibutuhkan oleh pengguna (users) terutama pada saat-saat khusus
(misal ada bencana alam), baik diminta ataupun tidak.
Model Sistimatika Pelaporan Akhir (Final Report) yang dikembangkan adalah sebagai berikut :
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Hasil yang Diharapkan
1.4. Metodologi
BAB II RENCANA PENGELOLAAN KPH
2.1. Ringkasa Rencana Jangka Panjang
2.2. Visi dan Misi Rencana Jangka Pendek
2.3. Tujuan dan Sasaran
Bab VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
VII-6
BAB III HASIL DAN ANALISIS PEMANTAUAN
3.1. Kemajuan Triwulan I
3.2. Kemajuan Triwulan II
3.3. Kemajuan Triwulan III
BAB IV HASIL DAN ANALISIS EVALUASI TAHUNAN
4.1. Kondisi Awal
4.2. Capaian Akhir Tahun
4.3. Analisis dan Kesimpulan Capaian Kinerja
4.4. Rekomendasi Tindak Lanjut
BAB V. PENUTUP
RUJUKAN
LAMPIRAN
Model sistematika pelaporan diatas untuk memberikan arahan mengenai sistematika pelaporan
kegiatan agar adanya konsistensi dalam tiap periode pelaporan sehingga memudahkan dalam
monitoring dan evaluasi, namun demikian dapat dikembangkan atau modifikasi, seperti misalnya
penambahan atau pengurangan item, yang disesuaikan dengan kebutuhan saat pelaporan,
seperti saat terdapat hal yang dinilai urgent atau penting untuk dilaporkan pada saat itu.
C. Review Rencana Kelola
Dokumen Rencana Kelola Pemanfaatan Hutan di wilayah KPHP Model Berau Barat ini berdurasi
satu dasawarsa (10 tahun). Selama masa itu dimungkinkan terjadi dinamika politik dan sosial
ekonomi yang menuntut peninjauan ulang atas rencana yang dibuat dikarenakan
dipertimbangkan rencana yang ada sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada. Artinya
bahwa review dilakukan sebagai jalan untuk kemungkinan melakukan revisi atas rencana yang
sudah ada, dan oleh karenanya pemanfaatan hasil monitoring dan evaluasi menjadi bagian
penting dalam pertimbangan (lihat juga Gambar 7.1. sebelumnya).Review memang bisa
dilakukan: (a) Sebagai bagian dari tahapan tetap yang sudah direncanakan atau diberikan
kesempatan pada masa tertentu dari dokumen, meskipun tidak harus dilakukan; akan tetapi juga
bisa (b) Sebagai respon terhadap kecenderungan dari penurunan kualitas dokumen akibat dari
perkembangan yang tidak diduga sebelumnya atau tidak sesuai dengan asumsi yang ditetapkan
saat perencanaan dokumen ini disusun.
Metoda utama yang digunakan untuk review Rencana Kelola KPHP Model Berau Barat adalah
Analisis Isi secara Kualitatif (Qualitative Content Analysis) terhadap dokumen perencanaan
pengelolaan KPH sendiri dan dokumen perencanaan daerah dan kehutanan lainnya, dokumen-
dokumen serta laporan-laporan terkait yang tersedia berkaitan dengan hutan dan kehutanan,
serta perubahan peraturan perundangan yang berlaku selama kurun waktu 5 (lima) tahun
Bab VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
VII-7
terakhir, selanjutnya dikombinasikan dengan Analisis Kesenjangan (Gap Analysis) berkaitan
dengan implementasinya, observasi fakta lapangandan jika diperlukan hasil interviews terhadap
parapihak yang relevan terhadap lingkup dan tujuan review. Adapun alur dari review ini secara
sederhana disajikan sebagai berikut:
Berdasarkan Gambar VII-2 di atas, terdapat 4 (empat) aspek sebagai lingkup review, yaitu:
(1) Substansi RK KPHP Model Berau Barat, meninjau ulang apakah sudah mencakup
keseluruhan informasi kondisi, permasalahan, kebutuhan dan bahkan tantangan yang
dihadapi secara lengkap dan terpercaya agar mampu untuk merealisasikan Visi dan Misi
pembangunan KPH tersebut;
(2) Implementasi RK KPHP Model Berau Barat, meninjau ulang sejauh mana substansi yang
ada selama 5 tahuan pertama memungkinkan diimplementasikan dengan komitmen,
konsisten dan konsekwensi oleh seluruh jajaran KPH dan mendapat dukungan dari institusi
lainnya;
(3) Relevansi RK KPHP Model Berau Barat, meninjau ulang kesesuaian substansi dan
implementasi RK dengan dokumen perencanaan pembangunan kehutanan dan daerah
lainnya, baik yang bersifat vertikal maupun horisontal, agar tercapai harmonisasi dalam
pencapaian tujuan pembangunan secara umum dan pembangunan kehutanan secara
khusus;
(4) Adaptabilitas RK KPHP Model Berau Barat, meninjau ulang apakah substansi, implementasi
dan relevansi yang dimiliki RK yang ada bisa menyesuaikan diri (luwes) terhadap segala
RK KPHP
Model
Berau Barat
2015-2024
Hasil dan
Kesimpulan
Review
Strateji Akselerasi
Modifikasi RK
Tahunan
Revisi Total RK
Qualitative
Content
Analysis dan
Gap Analysis
Reko-
mendasi
Opsi
1. Substansi 2. Implementasi
3. Relevansi 4. Adaptabilitas
RK KPHP Berau
Barat, KALTIM
2015-2024
Inputs
Gambar VII-2. Alur Proses dan Metodologi Review RK KPHP Model Berau Barat 2015-2024
Bab VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat
VII-8
kemungkinan perubahan atau dinamika politik, sosial dan ekonomi sejak awal
implementasi hingga akhir jangka waktu perencanaan nantinya.
Hasil akhir dari review adalah 3 (tiga) kemungkinan yaitu: (a) Tidak ada perubahan daripada RK
KPHP Model Berau Barat kecuali strategi implementasi untuk akselerasi pencapaian Visi dan Misi
yang telah ditetapkan pada masa waktu yang tersisa; (b) Tidak ada perubahan dalam
perencanaan jangka panjang, tetapi modifikasi pada rencana tahunannya; dan (c) Dilakukan
revisi total terhadap dokumen ini sebagai RK KPHP Model Berau Barat, dikarenakan tidak
mungkin dilanjutkan guna mencapai Visi dan Misi dengan substansi yang ada, khususnya akibat
perubahan eksternal yang mendasar (misal perbahan politik kehutanan dan pemerintahan di
pusat/daerah).
Bab VIII. Penutup
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
VIII-1
BAB VIII. PENUTUP
A. Pra Kondisi
Sebagaimana dikemukakan bahwa Wilayah Kelola KPHP Model Berau Barat secara fisik terdiri
dari tiga fungsi hutan, yaitu: a). Hutan Produksi Tetap (HP); b). Hutan Produksi Terbatas (HPT)
dan c). Hutan Lindung (HL). Selanjutnya berdasarkan pemanfaatannya, terdiri dari empat
kategori, yaitu : a). Kawasan dengan izin pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) hutan alam (12
unit); b). Kawasan dengan izin pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) hutan tanaman (2 unit);
c). Izin pengelolaan untuk tujuan khusus (KHDTK – Hutan Penelitian) dan d).Kawasan hutan
bagian dari wilayah kelola yang belum terdapat izin pemanfaatan (kawasan hutan tertentu).
Terbentuknya KPHP Model Berau Barat dengan luas ± 786.021 Ha diharapkan pengelolaan
sumberdaya hutan di tingkat tapak dapat dilaksanakan dengan lebih baik dan intensif. Dengan
demikian percepatan pencapaian pengelolaan hutan secara lestari dapat diwujudkan. Dengan
sistem dan model kelembagaan pengelola KPHP Model Berau Barat dalam bentuk UPTD, sebagai
bagian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Berau, pada dasarnya merupakan salah satu bentuk
dese tralisasi kehuta a ke daerah dala pe gelolaa huta produksi HP da huta li du g (HL). Komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten Berau berkaitan dengan pembangunan KPHP
Model, dibuktikan dengan Surat Bupati kepada Menteri Kehutanan yaitu Surat Nomor:
522.101/672/DKB.II, tanggal 23 September 2010, prihal usulan Penetapan Kesatuan Pengolahan
Hutan (KPH) Berau Barat sebagai KPHP Model hutan produksi (KPHP Model).
Berdasarkan pengalaman sampai saat ini, pengelolaan multi fungsi sumberdaya hutan sebagai
bagian pokok dari pembangunan sektor kehutanan di Kabupaten Berau masih dihadapkan pada
banyak permasalahan bagi upaya untuk mewujudkan pengelolaan secara lestari. Masalah dan
kendala yang dihadapi tersebut secara umum dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
a. Dengan belum adanya penataan batas secara fisik dilapangan terhadap batas fungsi kawasan
hutan (berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 79/Kpts-II/2001, tanggal 21 Maret 2001,
tentang kawasan hutan dan perairan Propinsi Kalimantan Timur), sehingga terdapat tumpang
tindih pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan di lapangan,
b. Masih belum jelasnya hak-hak masyarakat lokal dan aksesnya terhadap areal hutan,
merupakan masalah yang sampai saat ini belum bisa dicarikan jalan keluarnya (solusi),
c. Masih belum jelasnya batas adminstrasi wilayah pemerintahan, dari tingkat Desa sampai ke
ti gkat Ke a ata , e gaki atka ti ul ya ko flik laha di lapa ga a tar pe a gku kepentingan,
d. Dinamika dan perkembangan pembangunan, khususnya pembangunan berbasis lahan (land
based development), antara lain : perkebunan dan pertambangan, mengakibatkan terjadinya
peru aha -alih fu gsi kawasa huta . Ke e deru ga i i didoro g oleh salah satu ya
Bab VIII. Penutup
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
VIII-2
adalah progra per epata pe a gu a juta hektar sawit se agai salah satu upaya Pemerintah Daerah untuk mengurangi ketergantungan pembangunan pada sumberdaya
alam yang tidak terbaharui (minyak dan gas bumi serta batubara),
e. Terdapat beberapa unit pengelolaan hutan yang tidak dapat aktif lagi, sebagai dampak dari
krisis ekonomi yang terjadi beberapa waktu yang lalu, hal ini mengakibatkan timbulnya
kawasa - huta ya g se ara defa to tidak ada lagi ya g e gelola. “ehi gga se ara fisik e jadi su erdaya ya g ter uka agi siapapu tidak ertua ,
f. Ketersediaan sumberdaya manusia (SDM), baik jumlah (kuantitas) maupun tingkat
kemampuannya (kualitas – kompetensi) yang kurang mencukupi-memadai untuk memenuhi
struktur kelembagaan yang ada,
g. Adanya dualisme kelembagaan pelayanan publik di bidang kehutanan (adanya UPTD-Provinsi
yang di Kabupaten Berau), hal demikian mengakibatkan ketidak efisienan dan efektifan
penyelenggaraan pembangunan sektor kehutanandi daerah,
h. Adanya perbedaan persepsi terhadap tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) KPH oleh lembaga-
lembaga terkait dengan sektor kehutanan, terutama sekali berkaitan dengan pembagian
kewenangan.
Dari masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya hutan alam sebagai bagian
dari pembangunan kehutanan di Kabupaten Berau sebagaimana di-ihtisarkan diatas, maka untuk
dapat diopersinalkannya perencanaan pengelolaan KPHP Model Berau Barat, diperlukan
beberapa prakondisi sebagai faktor pemungkin bagi tercapainya pengelolaan hutan secara
lestari, yang secara rinci disampaikan sebagai berikut :
1. Kepastian dan Kemantapan Status Kawasan Hutan
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa secara fisik dan pemanfaatannya, wilayah kelola KPHP
Model Berau Barat terdiri dari HP dan HPT yang dilelola dengan sistem IUPHHK-HA/HT, KHDTK
yang dikelola untuk tujuan penelitian dan HL serta kawasan tertentu (belum terdapat
pemanfaatannya). Untuk dapat berlangsungnya pengelolaan sumberdaya hutan tersebut sesuai
dengan tujuan pengelolaannya secara berkelanjutan, maka jaminan kepastian keberadaan
kawasan hutan tersebut jangka panjang merupakan prasyarat utama. Hal ini harus merupakan
komitmen kebijakan Pemerintah Kabupaten Berau dalam jangka panjang berkaitan juga dengan
upaya mewujudkan Visi pembangunan daerah, terutama sekali dalam kebijakan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten (RTRW-K Berau).
2. Tetap Adanya Dukungan Politik Dari Pemerintah (Eksekutif dan Legislatif)
Berdasarkan progress pembangunan KPHP Model Berau Barat, mulai dari pengusulan (oleh
Bupati) sampai penetapannya (oleh Menteri Kehutanan) hanya dalam jangka waktu selama 2
tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua belah pihak, baik pemerintah pusat (kementerian
Bab VIII. Penutup
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
VIII-3
Kehutanan) dan khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Berau memiliki komitmen yang kuat
untuk mewujudkan KPHP Model, sebagai wahana pembelajaran (lesson learned) yang akan
diacu bagi pembangunan dan pengembangan KPH di seluruh fungsi kawasan hutan di Indonesia
ke depan. Dengan demikian dapat dijaminnya konsistensi Pemerintah Daerah (eksekutif dan
legislatif) Kabupaten Berau dalam memegang teguh komitmennya terhadap pengembangan
KPHP Model ke depan merupakan kondisi yang harus diupayakan.
3. Terbangunnya Kesepahaman Para Pihak Terkait Terhadap Keberadaan Kphp Model dan
Tupoksinya
Pelaksanaan pembangunan daerah yang sedang dan yang akan dilaksanakan ke depan adalah
pembangunan yang multi demensi dan multi sektoral, termasuk di dalamnya sektor kehutanan.
Pembangunan KPH sebagai amanah UU No. 41/1999, tentang Kehutanan, merupakan salah satu
reformasi dan reformulasi kebijakan pemerintah (Kementerian kehutanan) untuk dapat
mewujudkan pengelolaan sumberdaya hutan yang multi fungsi. Dengan dibangunnya KPH-P/K/L
diharapkan pengelolaan multi fungsi sumberdaya hutan secara lestari akan di tingkat tapak
dapat diwujudkan.
Sebagai kebijakan baru dibidang kehutanan, sudah barang tentu masih perlu upaya-upaya secara
intensif dan bertahap untuk meng-komunikasikan atau mensosialisasikannya, baik kedalam dan
keluar sektor kehuta a . De ga de ikia dapat di a gu kesepaha a terhadap ide dasar,
proses pe e tuka , tugas da ta ggu g jawa , wewe a g-pera da tujua akhir dibangunnya KPH-P/K/L sebagai upaya untuk mewujudkan pengelolaan multi fungsi sumberdaya
hutan secara lestari.
4. Terbangunnya Database (Data/Informasi) yang Memadai Tentang Kondisi Sumberdaya
Hutan dan Kinerja Pengelolaannya dalam Wilayah Kelola
Salah satu kelemahan yang mendasar dalam pengelolaan sumberdaya hutan di Indonesia adalah
persoalan ketersediaan data/informasi yang lengkap, memiliki akurasi yang memadai dan
terbaharui. Dalam pengelolaan data-informasi (data and information management) harus
diupayaka data memiliki cakupan dalam dimensi keruangan-spasial (keseluruhan wilayah dan
isu) dan demensi keterkinian (seri waktu dari tahun ke tahun). Untuk mengantisipasi
perkembangan – dinamika sumberdaya hutan juga bentuk dan kinerja pemanfaatannya, maka
data da i for asi ya g diku pulka dapat terus di-update dari waktu ke waktu se ara periodik).
Wilayah kelola KPHP Model Berau Barat e iliki keraga a ekosiste huta alam (nature
forest) dan hutan tanaman (man made forest) dan keaneka ragaman hayati (KEHATI), terutama
di hutan alam primer. Ketersediaan data dan informasi tentang potensi kawasan dan kinerja
pengelolaannya, sangat diperlukan dalam penyusunan perencanaan pengelolaan sumberdaya
Bab VIII. Penutup
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
VIII-4
hutan yang multi fungsi tersebut secara berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat sebagai
tujuan akhir pembangunan daerah Kabupaten Berau.
5. Terbangunnya Sistem Koordinasi Dengan Unit Pengelolaan di Wilayah Kelola KPHP Model
dan Para Pihak Terkait (Termasuk Masyarakat).
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, bahwa dibangunnya KPHP/K/L memiliki 4 fungsi
pokok : a). Menyelenggarakan pengelolaan hutan, b). Menjabarkan kebijakan Nasional, Provinsi
dan Kab/Kota, c). Melaksanakan pengelolaan hutan dengan POAC dan d). Melaksanakan
Pemantauan dan penilaian pengelolaan hutan di wilayahnya. Dengan demikian KPHP Model
Berau Barat memiliki tugas dan fungsi yang secara umum dapat diklasifikasikan kedalam 3 arah,
yaitu : a). Sebagai pemangku wilayah kelola dengan fungsi produksi (P) dan lindung (L) dan
KHDTK, KPH-P mempunyai tugas mendorong (melalui fungsi BINWASDAL) terwujudnya
pengelolaan hutan secara lestari yang didukung dengan hasil-hasil-hasil yang relevan; b). Sebagai
pengelola kawasan hutan tertentu, KPHP Model mempunyai tugas untuk melaksanakan semua
fungsi manajemen (PAOC) dan c). Sebagai wakil pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Kabupaten Berau, KPH-P Model mempunyai tugas menginternalisasikan program-program
pembangunan daerah dalam pengelolaan multi fungsi sumberdaya hutan tersebut. Untuk dapat
melaksanakan ketiga tugas-fungsi tersebut, terbangunnya sistem koordinasi menjadi kunci atau
prakondisi bagi keberhasilan tugas-tugas pokok tersebut.
Pra-kondisi yang dikemukakan di atas pada dasarnya hanya yang dipertimbangkan bena
(significant), sehingga masih dapat/dimungkinkan untuk dilengkapi. Hal ini sangat dipengaruhi
oleh adanya dinamika lingkungan sosial, kebijakan pemerintah (Kementerian Kehutanan dan
Pemerintan Daerah).
B. Antisipasi Ke Depan
Perkembangan dan dinamika pembangunan ekonomi di era otonomi yang berbasis pemanfaatan
sumberdaya sumberdaya alam (terbaharui dan tidak), khususnya sumberdaya lahan (termasuk
lahan hutan) pada pemanfaatan sumberdaya lahan hutan merupakan salah satu ke dala agi upaya untuk mewujudkan pembangunan kehutanan berkelanjutan (sustainable forestry
development). Hampir seluruh Pemerintah Daerah Kabupaten di Kalimantan Timur telah
eletakka pe a gu a agri is is da agroi dustri se agai salah satu esin pembangunan
ekonomi ke depan.
Guna mengantisipasi dinamika yang dikemukakan di atas, maka untuk mengawal
operasionalisasi Rencana Pengelolaan KPHP Model Berau Barat yang masih relatif umum ini
perlu untuk dijabarkan lebih detil kedalam rencana operasional atau Rencana Kerja Tahunan.
Beberapa catatan penting terkait dengan antisipasi ke depan adalam sebagai berikut:
Bab VIII. Penutup
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP-Model Berau Barat
VIII-5
1. Memantau dan Mengkaji Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah Berbasis Pemanfaatan
SDA, Khususnya Dalam Kaitannya Dengan Pemanfaatan Lahan Hutan Untuk Pembangunan
Sektor Non-Kehuta a (Progra ”Agribis is” da ”Agroi distri” Serta Perta ba ga )
Dengan aspirasi dan semangat Otonomi Daerah, pemanfaatan lahan – kawasan untuk
kepentingan pengembangan pembangunan ekonomi sektor non-kehutanan (terutama
perke u a da perta a ga , erupaka a a a agi kelestaria ke eradaa kawasa hutan. Melalui perubahan RTRWP/K dimungkinkan adanya perubahan fungsi atau alih fungsi
hutan (konversi) menjadi kawasan non kehutanan merupakan kecenderungan yang terjadi di
banyak daerah saat ini. Maka pencermatan proses dan substansi perubahan RTRWP/K menjadi
penting untuk dilaksanakan ke depan.
2. Memantau Perkembangan Kebijakan Kehutanan Nasional dan Khususnya Terkait KPH.
Dengan mempertimbangkan kemungkinan perubahan kebijakan kehutanan dan terlebih terkait
dengan pembentukan/ pembangunan KPH, maka dengan dukungan lembaga-institusi
independen (Perguruan Tinggi dan LSM) sebaiknya perlu dilakukan pemantauan dan mengkaji
serta menganalisisnya kebijakan pusat maupun daerah. Hasil dari pemantauan dan analisisi
disampaikan dalam pertemuan koordinasi dan konsultasi dengan para pihak terkait dengan
pengelolaan KPH-P Model Berau Barat.
3. Melaksanakan Program-Program Kegiatan Dalam Rencana Pengelolaan Yang Bersifat
Mendesak dan Mengupayakan Pelaksanaannya Secara Multipihak.
Dengan mempertimbangkan belum tersedianya berbagai instrumen dan dasar legal yang
diperlukan, maka guna meminimalisir risiko, perlu dipilih program yang memang menjadi
prioritas dan/atau mendesak untuk dilaksanakan. Tentu saja akan sangat penting untuk memilih
program yang memungkinkan dilaksanakan, dan memperoleh dukungan dari berbagai pihak agar
legitimasi juga menjadi besar.
NO PROGRAM / KEGIATAN
TARGET / INDIKATOR WAKTU
LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024
A. INVENTARISASI BERKALA DAN
PENATAAN HUTAN
1 Inventarisasi Berkala
a. Inventarisasi Potensi Kayu Blok PHHK-HA 1
Merapun,
Blok PHHK-HA 2
Long Gie,
Blok PHHK-HT
Merapun
22.418 Ha Dokumen IHMB Per 10
Tahun
Dokumen ITSP Per tahun
b. Inventarisasi Potensi Hasil
Hutan Bukan Kayu
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
768.021 Ha
Dokumen Potensi HHBK
Dokumen Potensi Madu
Alam
Dokumen Potensi
Tanaman Obat
c. Inventarisasi Potensi Jasa
Lingkungan
Blok PJH 2-KLSL
dan Blok BK-
KHDTK Labanan
1 Blok / Tahun Dokumen Potensi Jasa
Lingkungan
d. Inventarisasi Sosial Ekonomi
Budaya
29 Kampung 5 Kampung /
Tahun
Dokumen Sosial Ekonomi
Budaya
2 Tata Batas Luar Wilayah KPHP
Model Berau Barat
Batas Luar
Sebelah Timur
329,17 km Terlaksananya tata batas
luar wilayah KPHP Model
Berau Barat
a. Tata batas Luar Wilayah KPHP
Model Berau Barat
Batas Luar
Sebelah Timur
329,17 km Dokumen Tata Batas Luar
Wilayah KPHP Model
Berau Barat
b. Sosialisasi Batas Luar Wilayah
KPH terutama yang
bersinggungan dengan
masyarakat
29 Kampung 3 Kampung /
Tahun
Laporan sosialisasi batas
luar setiap tahun
c. Pemeliharaan Pal batas Batas Luar
Sebelah Timur
329,17 km Laporan Hasil
Pemeliharaan Pal Batas
setiap 5 Tahun
d. Rekonstruksi batas wilayah
KPH tiap 10 tahun sekali
Batas Luar
Sebelah Timur
329,17 km Dokumen dan Peta Hasil
Rekonstruksi Batas Luar
NO PROGRAM / KEGIATAN
TARGET / INDIKATOR WAKTU
LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024
3 Penataan Batas Blok Pada
Wilayah KPHP Model Berau
Barat
Blok P-HL 5, Blok
PJH 2 KLSL, Blok
PHHK-HA, Blok
PHHK-HT, Blok
PM 3-7
364,41 km Terlaksananya Penataan
Batas Blok pada KPHP
Model Berau Barat
a. Penandaan batas Blok Wilayah
KPHP Model Berau Barat
Blok P-HL 5, Blok
PJH 2 KLSL, Blok
PHHK-HA, Blok
PHHK-HT, Blok
PM 3-7
364,41 km Dokumen Penandaan
Batas Blok
b. Sosialisasi Batas Blok terutama
yang bersinggungan dengan
masyarakat atau pihak lain
Kampung Sekitar
Blok P-HL 5, Blok
PJH 2 KLSL, Blok
PHHK-HA, Blok
PHHK-HT, Blok
PM 3-7
2 Kampung/
Tahun
Laporan Hasil Sosialisasi
Batas Blok Setiap Tahun
c. Pemeliharaan Pal batas Blok P-HL 5, Blok
PJH 2 KLSL, Blok
PHHK-HA, Blok
PHHK-HT, Blok
PM 3-7
364,41 km Laporan Hasil
Pemeliharaan Pal Batas
d. Rekonstruksi batas wilayah
KPH tiap 10 tahun sekali
Blok P-HL 5, Blok
PJH 2 KLSL, Blok
PHHK-HA, Blok
PHHK-HT, Blok
PM 3-7
364,41 km Dokumen Rekonstruksi
batas blok
NO PROGRAM / KEGIATAN
TARGET / INDIKATOR WAKTU
LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024
B PEMANFAATAN KAWASAN
HUTAN PADA WILAYAH
TERTENTU
1 Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Blok
Pemanfaatan
HHK-HA, Blok
Pemanfaatan
HHK-HT
22.417,98 Ha Terimplementasinya
Pemanfaatan HHK-HA dan
HHK-HT di KPHP Model
Berau Barat
a. Penyusunan Rencana Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
pada Hutan Alam (RKUPHHK-
HA) dan Hutan Tanaman
(RKUPHHK-HT) berdasarkan
Hasil Inventarisasi menyeluruh
berkala (IHMB)
Blok
Pemanfaatan
HHK-HA, Blok
Pemanfaatan
HHK-HT
22.417,98 Ha Dokumen RKUPHHK-HA
Dokumen RKUPHHK-HT
b. Penyusunan Rencana Kerja
Tahunan Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu pada Hutan Alam
dan Hutan Tanaman
berdasarkan blok tahunan
yang telah disusun
Blok
Pemanfaatan
HHK-HA, Blok
Pemanfaatan
HHK-HT
22.417,98 Ha Dokumen RKTPHHK-HA
Dokumen RKTPHHK-HT
c. Penyiapan Kelembagaan dan
kemitraan dengan masyarakat
serta investasi yang akan
menjadi bagian dalam
pelaksanaan kegiatan
Blok
Pemanfaatan
HHK-HA, Blok
Pemanfaatan
HHK-HT
22.417,98 Ha 3 (Tiga) Dokumen
Kesepakatan Kemitraan
pada masing –masing
kampung dan kegiatan
d. Penyiapan sarana dan
prasarana (Peralatan
operasional) Pelaksanaan
Kegiatan.
Blok
Pemanfaatan
HHK-HA, Blok
Pemanfaatan
HHK-HT
22.417,98 Ha Adanya Sarana dan
Prasarana Operasional
e. Melakukan Kegiatan
Penebangan (Produksi Kayu)
pada hutan Alam dan Hutan
Tanaman sesuai dengan
Rencana Kerja Tahunan (RKT)
Blok
Pemanfaatan
HHK-HA, Blok
Pemanfaatan
HHK-HT
22.417,98 Ha Dokumen Hasil
Penebangan
NO PROGRAM / KEGIATAN
TARGET / INDIKATOR WAKTU
LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024
yang telah ditetapkan
f. Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan
Blok
Pemanfaatan
HHK-HA, Blok
Pemanfaatan
HHK-HT
22.417,98 Ha Laporan Evaluasi Tahunan
2 Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan
Kayu
Seluruh Wilayah
KPHP
768.021 Ha Terimplementasinya
Pemanfaatan Hasil Hutan
Bukan Kayu di wilayah
KPHP Model Berau Barat
dalam skala bisnis
a. Melakukan Pemetaan
Potensi dan Sebaran HHBK
pada Wilayah KPHP Model
Berau Barat.
Seluruh Wilayah
KPHP
768.021 Ha Dokumen dan peta
Sebaran Potensi HHBK
b. Menyusun Rencana
Pemanfaatan dan
Pengembangan HHBK
Seluruh Wilayah
KPHP
768.021 Ha Minimal 3 Dokumen
Rencana Pemanfaatan
HHBK Potensial
c. Penyiapan Kelembagaan
Pengelola (sarana prasarana,
SDM dan peralatan)
Seluruh Wilayah
KPHP
768.021 Ha Adanya SDM Dan Sarana
Dan Prasarana Penunjang
Sesuai Dengan Kebutuhan
d. Pengembangan jaringan
pasar
Adanya Pasar yang pasti
untuk Produk HHBK
3 Pengembangan Wisata Alam. Blok BK-KHDTK
Labanan, Blok PJH
Blok P-HL 5, Blok
2, Blok PM 6,
14.163,87 Ha Implementasi Wisata
Alam dalam skala bisnis
a. Melakukan studi kelayakan/
Feasibilitiy Study (FS)
Pengembangan Wisata
Blok BK-KHDTK
Labanan, Blok PJH
2, Blok PM 6, Blok
P-HL 5
14.163,87 Ha Dokumen FS
Pengembangan Wisata
b. Menyusun Master Plan
Pengembangan Wisata
Blok BK-KHDTK
Labanan, Blok PJH
2, Blok PM 6, Blok
P-HL 5,
14.163,87 Ha Dokumen Master Plan
Pengembangan Wisata
NO PROGRAM / KEGIATAN
TARGET / INDIKATOR WAKTU
LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024
c. Penyiapan Kelembagaaan
pengelola (sarana prsarana,
SDM dan SOP)
Blok BK-KHDTK
Labanan, Blok PJH
2, Blok PM 6, Blok
P-HL 5,
14.163,87 Ha
Adanya Kelembagaan
Pengelola Wisata
d. Pengembangan akses pasar Ada pasar yang jelas bagi
wisata alam KPH
4 Pengembangan Program Karbon
(REDD+)
Seluruh Wilayah
KPHP Berau Barat
786.021 Ha Implementasi Program
REDD+ pada Skala KPHP
Model Berau Barat
a. Analisis Faktor Penyebab
degradasi dan deforestasi
Skala KPHP Model Berau Barat
Seluruh Wilayah
KPHP Berau Barat
786.021 Ha Dokumen Faktor-Faktor
Degradasi dan deforestasi
Skala KPH
b. Menyusun REL Skala KPHP
Model Berau Barat
Seluruh Wilayah
KPHP Berau Barat
786.021 Ha
Dokumen REL KPHP
Model Berau Barat
c. Menyusun desain penurunan
emisi yang terintegrasi dengan
rencana pengelolaan KPH dan
izin pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan
Seluruh Wilayah
KPHP Berau Barat
786.021 Ha Dokumen Desain rencana
pengurangan emisi skala
KPH
d. Membangun DA REDD+ skala
pilot project
Wilayah KPHP
Berau Barat
786.021 Ha Adanya pembangunan DA
REDD+ pada wilayah
KPHP Model Berau Barat
e. Menyusun dan uji coba system
MRV REDD+ skala KPHP Model
Berau Barat
Seluruh Wilayah
KPHP Berau Barat
786.021 Ha Dokumen standar MRV
yang disepakati dan telah
diujicobakaDokumen
f. Membangun PIN/PDD pilot
project REDD+ skala KPHP
Model Berau Barat
Seluruh Wilayah
KPHP Berau Barat
786.021 Ha Dokumen PDD REDD+
Skala KPH
g. Menyusun mekanisme
pembagian manfaat dari
pengembangan REDD+
Seluruh Wilayah
KPHP Berau Barat
786.021 Ha Dokumen Standar
Pembagian manfaat yang
disepakati
h. Membangun Sistem Penga-
man Sosial dan Lingkungan
Seluruh Wilayah
KPHP Berau Barat
786.021 Ha Dokumen sistem penga-
man sosial dan lingkungan
NO PROGRAM / KEGIATAN
TARGET / INDIKATOR WAKTU
LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024
C. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1 Pengembangan Skema
Perhutanan Sosial
8 Lokasi (15
Kampung)
13.810,7 Ha Terimplentasinya skema
perhutanan sosial di KPHP
Model Berau Barat
a. Sosialisasi Skema
Perhutanan Sosial
15 Kampung 5 Kampung
/Tahun
Laporan Sosialisasi
Masing-masing Kampung
b. Pendampingan dan fasilitasi
pelaksanaan verifikasi lokasi
sampai penetapan
8 Lokasi 13.810,7 Ha SK Penetapan Tiap Lokasi
c. Penyiapan kelembagaan
masyarakat (Organisasi,
SDM, sarana prasarana)
8 Lokasi 13.810,7 Ha Adanya kelembagaan,
SDM, dan sarana
prasarana penunjang
pada tiap lokasi
d. Pendampingan Penyusunan
rencana pengelolaan dan
penetapan
8 Lokasi 13.810,7 Ha Dokumen Rencana
Pengelolaan pada masing-
masing lokasi
e. Monitoring dan evaluasi
8 Lokasi 13.810,7 Ha Laporan Evaluasi Tiap
Tahun
2 Kemitraan Pengelolaan Wilayah
Tertentu (KPH dengan
Masyarakat
12 Lokasi (14
Kampung)
118.479,67 Ha Terimplementasinya
Kemitraan Pengelolaan
KPH dengan Masyarakat
a. Sosialisasi Rencana
Pengelololaan dan
kemitraan
14 Kampung 4 kampung/Tahun Laporan Sosialisasi
b. Penyiapan kelembagaan
masyarakat (Organisasi,
SDM, sarana prasarana)
12 Lokasi 118.479,67 Ha Terbentuknya 12
Kelembagaaan
c. Membangun kesepakatan
pengelolaan bersama (MOU)
12 Lokasi 118.479,67 Ha Dokumen Kesepakatan
Bersama
d. Penyusunan rencana
pengelolaan secara
bersama-sama
12 Lokasi 118.479,67 Ha Dokumen Rencana
Pengelolan
e. Monitoring dan evaluasi
secara bersama-sama
12 Lokasi 118.479,67 Ha Laporan Evaluasi Tahunan
3 Fasilitasi Kemitraan Antara
Pemegang Izin dengan
7 IUPHHK_HA dan
11 Kampung
Implementasi
Pengelolaan Kemitraan
NO PROGRAM / KEGIATAN
TARGET / INDIKATOR WAKTU
LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024
Masyarakat antara Pemegang Izin dan
Masyarakat
a. Sosialisasi Skema kemitraan
kepada masyarakat dan
pemegang izin
7 IUPHHK_HA dan
11 Kampung
2 IUPHHK-HA dan
4 Kampung /
Tahun
Laporan Sosialisasi Skema
Kemitraan
b. Penyiapan kelembagaan
masyarakat (Organisasi,
SDM, sarana prasarana)
7 IUPHHK_HA dan
11 Kampung
Minimal 1
Kelembagaan / 2
Tahun
Adanya 7 kelembagaan
kemitraan yang terbentuk
dengan SDM dan sarana
prasarana yang memadai
c. Memfasilitasi kesepakatan
pengelolaan bersama (MOU)
7 IUPHHK_HA dan
11 Kampung
Minimal 1 MoU/ 2
Tahun
Dokumen Kesepakatan
Pengelolaan Kemitraan
d. Pendampingan Penyusunan
rencana pengelolaan secara
bersama-sama
7 IUPHHK_HA dan
11 Kampung
Minimal 1
Dokumen / 2
Tahun
Dokumen Rencana
Pengelolaan Kemitraan
e. Monitoring dan evaluasi 7 IUPHHK_HA dan
11 Kampung
1 Kali / Tahun Laporan Evaluasi Tahunan
4 Peningkatan Kapasitas
Kelembagaan Masyarakat
Forum Kampung
Hulu Kelay, BP
Segah, dll
a. Peningkatan kapasitas
Perencanaan pengelolaan
sumber daya hutan
Forum Kampung
Hulu Kelay, BP
Segah, dll
Minimal 2 Kali
Pelatihan dalam 3
Tahun
Masyarakat mampu
menyusun perencanaan
secara mandiri
b. Peningkatan Kapasitas
pengelolaan Hasil Hutan
Kayu dan Hasil Hutan Bukan
Kayu (HHBK)
Forum Kampung
Hulu Kelay, BP
Segah, dll
Minimal 4 Kali
Pelatihan dalam 8
Tahun
Masyarakat Mampu
Mengelola Produk Hasil
Hutan Bukan Kayu
c. Peningkatan Kapasitas
Pengelolaan Jasa Lingkungan
Forum Kampung
Hulu Kelay, BP
Segah, dll
Minimal 4 Kali
Training dalam 8
Tahun
Adanya peningkatan
kapasitas dalam
pengelolaan jasa
lingkungan yang telah ada
d. Peningkatan Kapasitas
Monitoring dan pemantauan
terhadap izin pemanfaatan
dan penggunaan kawasan
hutan
Forum Kampung
Hulu Kelay, BP
Segah, dll
Minimal 3 Kali
Training dalam 5
Tahun
Masyarakat mampu
memonitoring dan
memantau izin
pemanfaatan dan
penggunaan kawasan
NO PROGRAM / KEGIATAN
TARGET / INDIKATOR WAKTU
LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024
yang ada secara mandiri
D. PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN
(CONTROLING) IZIN
PEMANFAATN DA N
PENGGUNAAN KAWASAN
HUTAN
1 Pembinaan dan Pemantauan Izin
Pemanfaatan Hutan
7 IUPHHK-HA dan
1 IUPHHK-HT
Terlaksananya kegiatan
pembinaan dan
pemantauan izin
pemanfaatan hutan
a. Menyusun Standar
Operasional Prosedur (SOP)
pengawasan dan evalusai
Izin Pemanfaatan (IUPHHK-
HA dan IUPHHK-HT)
7 IUPHHK-HA dan
1 IUPHHK-HT
1 Kali Dokumen SOP IUPHHK-HA
dan IUPHHK-HT
b. Melaksanaan pemantauan
dan evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan TPTI
pada IUPHHK-HA
(Perencanaan, Penebangan,
Penatausahaan Hasil Hutan
Kayu/PUHH, Perlindungan
hutan dan Pembinaan
Hutan) secara berkala.
7 IUPHHK-HA dan
1 IUPHHK-HT
Setiap tahun Laporan Pemantaun dan
Evaluasi Kegiatan TPTI
c. Melaksanaan pembinaan
dan pengendalian
pelaksanaan THPB pada
IUPHHK-HT (Perencanaan,
Penebangan, Penanaman,
Penatausahaan hasil hutan
Kayu/PUHH, perlindungan
hutan dan Pembinaan
Hutan) secara berkala.
7 IUPHHK-HA dan
1 IUPHHK-HT
Setiap tahun Laporan Pembinaan dan
Pengendalian THPB pada
IUPHHK-HT
d. Memberikan arahan
kebijakan pemanfaatan
hutan kepada izin
7 IUPHHK-HA dan
1 IUPHHK-HT
Minimal 2 kali /
tahun
NO PROGRAM / KEGIATAN
TARGET / INDIKATOR WAKTU
LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024
pemanfaatan.
e. Memberikan pertimbangan
teknis terhadap rencana
pemanfaatan hutan yang
dilaksanakan oleh pemegang
izin.
7 IUPHHK-HA dan
1 IUPHHK-HT
Minimal 3
Kali/Tahun
f. Mendorong dan
mendampingi sertifikasi
PHPL pada izin pemanfaatan
hasil hutan kayu (IUPHHK-
HA/HT) mandatory dan
voluntary
7 IUPHHK-HA dan
1 IUPHHK-HT
Minimal 1
Sertifikat PHPL / 2
Tahun
7 IUPHHK-HA sertifikat
PHPL dan 1 IUPHHK_HT
sertifikat voluntary
g. Peningkatan kapasitas
pemegang izin pemanfaatan
hutan
7 IUPHHK-HA dan
1 IUPHHK-HT
3 kali
training/tahun
Adanya peningkatan
kapasitas teknis Pengelola
IUPPHHK-HA dan IUPHHK-
HT
h. Sosialisasi regulasi
pengelolaan hutan
7 IUPHHK-HA dan
1 IUPHHK-HT
2 Kali/Tahun Pengelola IUPPHHK-HA
dan IUPHHK-HT
mengetahui kebijakan
pengelolaan hutan yang
terupdate
i. Implementasi SIPUHH online
di wilayah KPHP Model
Berau Barat
7 IUPHHK-HA dan
1 IUPHHK-HT
implementasi pada 7
IUPHHK-HA
2 Pembinaan dan Pemantauan Izin
Penggunaan Kawasan Hutan
10 Izin
Penggunaan
Kawasan
Terlaksananya pembinaan
dan pemantuan izin
penggunaan kawasan
hutan
a. Menyusun Standar Oprasional
Prosedur(SOP) pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi dan
izin penggunaan kawasan hutan.
10 Izin
Penggunaan
Kawasan
Minimal 1 Dok SOP
b. Melaksanakan pemantauan
dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan izin penggunaan
kawasan hutan secara berkala
10 Izin
Penggunaan
Kawasan
1 Kali/Tahun Laporan Evaluasi Tahunan
NO PROGRAM / KEGIATAN
TARGET / INDIKATOR WAKTU
LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024
c. Memberikan pertimbangan
teknis terhadap pemegang izin
penggunaan kawasan hutan
10 Izin
Penggunaan
Kawasan
1 kali/tahun Dokumen Pertimbangan
Teknis
d. Memberikan arahan kebijakan
kepada pemegang izin
penggunaan kawasan hutan
10 Izin
Penggunaan
Kawasan
2 kali/tahun
E. PENYELENGGARAAN RHL PADA
AREAL DILUAR IZIN
1 Penyusunanan Rencana
Pengelolaan Rehabilitasi dan
Lahan (RPRHL) dan Rencana
Tahunan Rehabilitasi Hutan dan
Lahan (RHL) serta restorasi
hutan.
Blok PM 6-KLSL,
Blok P-HL 3, Blok
P-HL 5
2.320,67Ha
2 Dokumen RPRHL dan 10
Dokumen RTRHL
2 Pembentukan dan penyiapan
lembaga pengelola RHL, peran
dan fungsi para pihak
pelaksanaan RHL.
Blok PM 6-KLSL,
Blok P-HL 3, Blok
P-HL 5
Minimal 2
Lembaga
Adanya kelembagaan
yang terbentuk untuk
melaksanakan kegiatan
RHL
3 Melaksanakan kegiatan RHL
melalui berbagai kegiatan seperti
reboisasi, pemeliharaan,
pengayaan tanaman, penerapan
teknis konservasi tanah secara
vegetasi dan pembuatan
bangunan konservasi tanah
secara sipil teknis pada lahan
kritis dan tidak produktif
Blok PM 6-KLSL,
Blok P-HL 3, Blok
P-HL 5
2.320,67Ha
Terlaksananya kegiatan
RHL sesuai dengan
dokumen RPRHL
4 Membangun persemaian
permanen untuk kebutuhan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan dan
restorasi hutan
Blok PM 6-KLSL,
Blok P-HL 3, Blok
P-HL 5
Minimal 2
Persemaian
Permanen
Adanya persemaian
permanen untuk
memenuhi kebutuhan
RHL dan Restorasi Hutan
5 Pemantauan dan evaluasi
kegiatan RHL secara berkala
Blok PM 6-KLSL,
Blok P-HL 3, Blok
P-HL 5
Minimal 1
kali/tahun
Laporan Evaluasi RHL
Tahunan
F. PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN
RHL PADA AREAL YANG SUDAH
NO PROGRAM / KEGIATAN
TARGET / INDIKATOR WAKTU
LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024
ADA IZIN PEMANFATAN DAN
PENGGUNAAN KAWASAN
HUTAN
1. Pembinaan dan Pemantauan RHL
Pada Izin Pemanfaatan Hutan
(IUPHHK-HA/HT)
12 unit IUPHHK-
HA dan 1 unit
IUPHHK-HT
Terlaksananya Pembinaan
dan Pemantauan RHL
pada Izin Pemanfaatan
Hutan
a. Pemetaan Wilayah Rencana
RHL pada masing-masing
Pemegang izin berdasarkan
rencana kerja usaha yang
akan dilaksanakan
12 unit IUPHHK-
HA dan 1 unit
IUPHHK-HT
1 Kali 1 Dokumen
b. Menyusun Standar
Pembinaan dan
Pemantauan (SOP)
12 unit IUPHHK-
HA dan 1 unit
IUPHHK-HT
1 Kali 1 Dokumen
c. Melakukan pembinaan
teknis terhadap
pelaksanaan RHL
12 unit IUPHHK-
HA dan 1 unit
IUPHHK-HT
Minimal 1 Kali/ 2
Tahun
Dokumen Pertimbangan
Teknis RHL pada wilayah
izin
d. Sosialisasi kebijakan terkait
pelaksanaan RHL
12 unit IUPHHK-
HA dan 1 unit
IUPHHK-HT
Minimal 1 Kali / 2
Tahun
Terinformasikannya
kebijakan RHL pada
wilayah izin pemanfaatan
hutan
2 Pembinaan dan Pemantuan RHL
pada Penggunaan Kawasan
Hutan
10 Izin
Pertambangan
49.221,04 Ha Terlaksananya pembinaan
dan pemantauan RHL
pada izin penggunaan
kawasan hutan
a. Pemetaan Wilayah Rencana
RHL pada masing-masing
Pemegang izin berdasarkan
rencana kerja usaha yang
akan dilaksanakan
10 Izin
Pertambangan
49.221,04 Ha 1 Dokumen
b. Menyusun Standar
Pembinaan dan
Pemantauan (SOP)
10 Izin
Pertambangan
1 kali 1 Dokumen
c. Melakukan pembinaan
teknis terhadap
10 Izin
Pertambangan
Minimal 1
kali/tahun
Laporan Pembinaan RHL
pada wilayah Izin
NO PROGRAM / KEGIATAN
TARGET / INDIKATOR WAKTU
LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024
pelaksanaan RHL Pertambangan
d. Sosialisasi kebijakan terkait
pelaksanaan RHL
10 Izin
Pertambangan
Minimal 1
Kali/Tahun
Terinformasikannya
kebijakan RHL pada
wilayah izin
pertambangan
G. PENYELENGGARAAN
PERLINDUNGAN HUTAN DAN
KONSERVASI ALAM
1 Penyelenggaraan Perlindungan
Hutan
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
786.021 Ha Terlaksananya kegiatan
perlindungan hutan di
seluruh wilayah KPHP
Model Berau Barat
a. Identifikasi Faktor-Faktor yang
menyebabkan Kerusakan Hutan,
Kawasan Hutan dan Hasil Hutan.
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
1 Dokumen
/Tahun
Minimal 3 Dokumen
b. Identifikasi dan Pembuatan
Peta Kawasan Rawan Keamanan
Hutan
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
1 Dokumen
/Tahun
Dokumen Peta Rawan
Perambahan, Ilegal
Loging, Bencana Alam,
Kebakaran Hutan
c. Sosialisasi Perundang-
undangan Kehutanan
29 Kampung Setiap Tahun Penyuluhan, Papan
Peringatan, Brosur dan
Film Perundang-undangan
Kehutanan
d. Patroli Pengamanan Hutan Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
Setiap Tahun Dokumen SOP, Satuan
Terbentuknya Satuan
Pengamanan Hutan dan
Kelompok Masyarakat
Pengaman Hutan
2 Penyelenggaraan konservasi
Sumber Daya Alam
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
Terselenggaranya
program konservasi
sumberdaya alam di
seluruh wilayah
a. Perlindungan sistem
penyangga kehidupan
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
786.021 Ha Dokumen dan Peta
Kawasan Lindung dan
HCVF KPHP Berau Barat,
Terlaksananya
NO PROGRAM / KEGIATAN
TARGET / INDIKATOR WAKTU
LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024
Pengelolaan Kawasan
Lindung dan Kawasan
HCVF
b. Pengawetan keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya.
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
786.021 Ha Minimal 2 Kawasan
Pengawetan
Keanekaragaman Jenis
Tumbuhan dan Satwa
c. Pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
786.021 Ha
H. PENYELENGGARAAN
KOORDINASI DAN SINKRONISASI
ANTAR PEMEGANG IZIN
Terbangunnya Koordinasi
dam Sinkronisasi antara
pemegang izin dan KPHP
Model Berau Barat
I. KOORDINASI DAN SINERGI
DENGAN INSTANSI DAN
STAKEHOLDER TERKAIT
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
Terbangunnya sinergitas
dengan stakeholder
terkait dalam wilayah
KPHP Model Berau Barat
1 Membangun Standar dan
Mekanisme Koordinasi dan
sinergi antar intar intansi dan
Stakeholders lain secara
bersama-sama.
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
Adanya standard an
mekanisme koordinasi
dan sinergi antar instansi
dan stakeholder lain
secara bersama-sama
2 Melakukan identifikasi dan
inventarisasi stakeholder yang
melakukan kegiatan di wilayah
KPHP Model Berau Barat lebih
detail termasuk kewenangannya
terkait pembangunan KPHP
Model Berau Barat
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
Minimal 1 Dokumen yang
ter-update tiap 2 tahun
3 Melakukan integrasi program
dan kegiatan dengan instansi dan
Stakeholders terkait
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
Setiap tahun Adanya integrasi program
dengan setiap
stakeholder terkait
Melakukan pengembangan
program bersama
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Setiap tahun Adanya program bersama
dengan stakeholder
NO PROGRAM / KEGIATAN
TARGET / INDIKATOR WAKTU
LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024
Berau Barat terkait
J. PENYEDIAAN DAN PENINGKATAN
KAPASITAS SDM
1 Penyediaan SDM Kelembagaan
KPHP
83 Orang Terpenuhinya SDM pada
wilayah KPHP Model
Berau Barat
2 Peningkatan Kapasitas Aparatur Adanya peningkatan SDM
sesuai dengan kebutuhan
K. SARANA DAN PRASARANA Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
Terpenuhinya kebutuhan
sarana dan prasarana
L. PENYEDIAAN PENDANAAN Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
Adanya pendanaan yang
berkelanjutan
M. PENGEMBANGAN DATA BASE Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
1 Pengadaan Peralatan pendukung
Data Base
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
1 Set Perangkat
Pendukung
2 Pengelolaan Data base Biofisik
dan Sosial Ekonomi dan Budaya
masyarakat
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
Setiap tahun ter-
update
Adanya dokumen kondisi
biofisik dan sosial
ekonomi budaya
masyarakat
3 Pembangunan Data Base
Berbasis Spasial
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
Setiap tahun ter-
update
Adanya data biofisik dan
sosial ekonomi budaya
dalam bentuk data spasial
4 Penyusunan Protokol dan
Mekanisme Pertukaran data
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
Satu kali Dokumen standar
Protokol dan Mekanisme
Penyusunan
5 Membangun sistem
komputerisasi dan internet.
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
1 Set Perangkat Lunak
6 Implementasi Sistem Informasi
Kehutanan
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
Terlaksananya sistem
informasi kehutanan skala
KPH yang terintegrasi
NO PROGRAM / KEGIATAN
TARGET / INDIKATOR WAKTU
LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024
dengan kabupaten dan
pemerintah pusat
N. RASIONALISASI WILAYAH KELOLA
O. REVIEW RENCANA
PENGELOLAAN
P. PENGEMBANGAN INVESTASI
1 Pengelolaan Hasil Hutan Kayu
Terpadu
a. Menyusun Master
Plan/Rencana Bisnis
Blok
Pemanfaatan
HHK-HA, Blok
Pemanfaatan
HHK-HT
22.417,98 Ha Dokumen Master Plan
b. Penyusunan RKUPHHK-HA/HT
untuk Wilayah Tertentu
Berdasarkan IHMB
Blok
Pemanfaatan
HHK-HA, Blok
Pemanfaatan
HHK-HT
22.417,98 Ha Dokumen RKUPHHK-
HA/HT
c. Penyusunan rencana
Pembangunan Industri Primer
Hasil Hutan
Blok
Pemanfaatan
HHK-HA, Blok
Pemanfaatan
HHK-HT
22.417,98 Ha Minimal 1 Dokumen
d. Kajian dan Penyusunan
Rencana Pemanfaatn Limbah
Blok
Pemanfaatan
HHK-HA, Blok
Pemanfaatan
HHK-HT
22.417,98 Ha Minimal 1 Dokumen Hasil
Studi
e. Penyiapan dan pemantapan
Kelembagaan Bisnis (Organisasi,
SDM dan sarana prasarna )
Blok
Pemanfaatan
HHK-HA, Blok
Pemanfaatan
HHK-HT
22.417,98 Ha Terbentuknya
Kelembagaan Bisnis KPHP
Model Berau Barat
f. Monitoring dan Evaluasi secara
berkala.
Blok
Pemanfaatan
HHK-HA, Blok
22.417,98 Ha Laporan Monitoring dan
Evaluasi
NO PROGRAM / KEGIATAN
TARGET / INDIKATOR WAKTU
LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024
Pemanfaatan
HHK-HT
2 Pengelolaan Hasil Hutan Bukan
Kayu
Seluruh Wilayah
KPHP Model
Berau Barat
Domestifikasi produk
hhbk unggulan
3 Pengembangan Wisata Alam Blok BK-KHDTK
Labanan, Blok PJH
Blok P-HL 5, Blok
2, Blok PM 6,
14.163,87 Ha Terelaksananya investasi
bisnis wisata alam
a. Penyusunan master plan
/Rencana investasi
pengembangan wisata alam
Blok BK-KHDTK
Labanan, Blok PJH
Blok P-HL 5, Blok
2, Blok PM 6,
14.163,87 Ha 1 Dokumen Master Plan
Wisata Alam
b. Membangun sistem kemitraan
dengan pihak swasta, lembaga
swadaya masyarakat yang ada,
dalam rangka mendukung
optimalisasi pengembangan
obyek wisata alam.
Blok BK-KHDTK
Labanan, Blok PJH
Blok P-HL 5, Blok
2, Blok PM 6,
14.163,87 Ha Adanya mekanisme
kemitraan yang disepakati
c. Membangun sistim koordinasi
dengan instansi-instasi
pemerintah terkait dengan
kebijakan pengembangan wisata.
Blok BK-KHDTK
Labanan, Blok PJH
Blok P-HL 5, Blok
2, Blok PM 6,
14.163,87 Ha Adanya standar
pelaksanaan koordinasi
yang disepakati
d. Penyiapan kelembagaan
(organisasi, sarana-prasarana
dan SDM)
Blok BK-KHDTK
Labanan, Blok PJH
Blok P-HL 5, Blok
2, Blok PM 6,
14.163,87 Ha Terbentuknya
Kelembagaan Pengelola
Wisata dengan SDM yang
memadai
4 Pengambangan Perbenihan dan
Pembibitan
RPH Kelay dan
RPH Segah
2 Unit Persemaian
Permanen
Adanya persemaian di
KPHP Model Berau Barat
a. Menyusun Master
Plan/Rencana Bisnis
RPH Kelay dan
RPH Segah
2 Dokumen
master plan bisnis
KPHP Model Berau
Barat
Adanya Dokumen master
plan bisnis KPHP Model
Berau Barat
b. Pembangunan Persemaian
permanen Terpadu
RPH Kelay dan
RPH Segah
2 Unit Persemaian
Permanen
Adanya persemaian
permanen
c. Penyiapan dan pemantapan RPH Kelay dan 2 Kelembagaan Terbentuknya
NO PROGRAM / KEGIATAN
TARGET / INDIKATOR WAKTU
LOKASI VOLUME INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Lampiran 1. Matriks Target dan Tata Waktu Rencana Kegiatan Jangka Panjang KPHP Model Berau Barat Periode 2015 - 2024
Kelembagaan Bisnis (Organisasi,
SDM dan sarana prasarna )
RPH Segah kelembagaan persemaian
yang SDM memadai
d. Monitoring dan Evaluasi
secara berkala.
RPH Kelay dan
RPH Segah
Sekali setahun Laporan Hasil Evaluasi
top related