studi kasus an ke perawatan p emenu han ke butuha n … · 2021. 4. 23. · asu h ok s seko l an ke...
Post on 13-Aug-2021
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ASUH
OKS
SEKOL
HAN KEP
SIGENAS
PARU
RU
PROG
LAH TIN
S
PERAWA
SI PADA
(TB PAR
UMAH S
S
D
NUR
GRAM ST
NGGI ILM
S
STUDI K
ATAN PE
TN. W D
RU) DI R
AKIT PA
SURAKA
DI SUSUN O
RI TRI S
NIM.P.1
TUDI DII
MU KESE
SURAKA
2013
KASUS
EMENUH
DENGAN
RUANG
ANTI WA
ARTA
OLEH :
USANTI
0115
II KEPER
EHATAN
ARTA
3
HAN KEB
TUBERK
CEMPAK
ALUYO
RAWATA
KUSUM
BUTUHAN
KULOSIS
KA
AN
MA HUSA
N
S
ADA
ASUH
OKS
SEKOL
HAN KEP
SIGENAS
PARU
RU
U
Dalam M
PROG
LAH TIN
S
PERAWA
SI PADA
(TB PAR
UMAH S
S
K
Untuk Mem
Menyelesaik
D
NUR
GRAM ST
NGGI ILM
S
i
STUDI K
ATAN PE
TN. W D
RU) DI R
AKIT PA
SURAKA
Karya Tulis
menuhi Salah
kan Program
DI SUSUN O
RI TRI S
NIM.P.1
TUDI DII
MU KESE
SURAKA
2013
KASUS
EMENUH
DENGAN
RUANG
ANTI WA
ARTA
s Ilmiah
h Satu Persy
m Diploma I
OLEH :
USANTI
0115
II KEPER
EHATAN
ARTA
3
HAN KEB
TUBERK
CEMPAK
ALUYO
yaratan
II Keperaw
RAWATA
KUSUM
BUTUHAN
KULOSIS
KA
watan
AN
MA HUSA
N
S
ADA
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. W DENGAN TUBERKULOSIS
PARU (TB PARU) DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT PANTI
WALUYO SURAKARTA ”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII keperawatan
sekaligus sebagai pembimbing dan penguji I yang telah memberikan
kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns selaku Sekretaris Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan menimbailmu di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Nurma Rahmawati S.Kep.,Ns selaku sebagai penguji II yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaannya nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
4. Joko Kismanto S.Kep.,Ns selaku sebagai penguji III yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaannya
vi
nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus
ini.
5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
6. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
7. Teman-teman seluruh Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan.Amin.
Surakarta, April 2013
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan .............................................................. 4
C. Manfaat Penulisan ............................................................ 5
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ................................................................... 6
B. Pengkajian ......................................................................... 6
C. Perumusan Masalah Keperawatan .................................... 8
D. Perencanaan Keperawatan ................................................ 9
viii
E. Implementasi Keperawatan ............................................... 9
F. Evaluasi Keperawatan ....................................................... 11
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan ....................................................................... 14
B. Simpulan ............................................................................ 22
C. Saran .................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 3. Log Book Kegiatan Harian
Lampiran 4. Lembar Pendelegasian Pasien
Lampiran 5. Asuhan Keperawatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Menurut World Health Organization (WHO, 2003) Tuberkulosis paru
(TB Paru) merupakan masalah kesehatan dunia yang sulit dikendalikan,
terutama dinegara negara sedang berkembang. Sampai dengan tahun 2003,
diperkirakan sepertiga dari populasi dunia terinfeksi oleh TB dan
menyebabkan kematian kurang lebih 2 juta pertahun (Hermayanti, 2003).
Di Indonesia, TB paru menduduki urutan ke 4 untuk angka kesakitan,
sedangkan sebagai penyebab kematian menduduki urutan ke 5, menyerang
sebagian besar kelompok usia produktif dari kelompok sosial ekonomi lemah.
walaupun upaya memberantasan TB paru telah dilakukan, tetapi angka
insiden maupun prevalensi TB paru di Indonesia tidak pernah turun
(Djojodibroto, 2009). Angka kematian karena infeksi TB berjumlah 300
orang perhari dan terjadi > 100.000 kematian pertahun. Hal tersebut
merupakan tantangan bagi semua pihak untuk terus berupaya mengendalikan
infeksi ini (Rumende dkk, 2012).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini biasanya mengenai paru,
tetapi juga mengenai organ lain (Versitaria dan Kusnoputranto, 2011).
Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi
kuman mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru termasuk suatu
2
pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis (Djojodibroto, 2009), bersifat tahan asam, aerob dan merupakan
hasil gram positif (Nugroho, 2011). Gejala respiratorik tubekulosis paru
berupa sesak nafas, batuk batuk kurang lebih 2 minggu, mengeluarkan
dahak kurang lebih 2 minggu, nafsu makan menurun, badan lemah, letih dan
cepat lelah, dada terasa sakit, bila kondisi memberat bisa terjadi batuk darah.
Cara penularan tuberkulosis yaitu melalui jalan pernafasan dengan cara
langsung dan tak langsung. Secara langsung penularan tuberkulosis melalui
berbicara dengan berhadapan, percikan air ludah, berciuman, udara bebas
(Murwani, 2011).
Penularan penyakit tuberkulosis terjadi melalui hubungan dekat antara
penderita dan orang yang tertular (terinfeksi), misalnya berada didalam
ruangan tidur atau ruang kerja yang sama. Penyebar penyakit tuberkulosis
sering tidak tahu bahwa ia menderita sakit tuberkulosis (Djojodibroto, 2009).
Penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui alat alat yang tercemar
basil, makanan dan minuman, mandi, sapu tangan ( Murwani, 2011).
Paru merupakan organ pernafasan adapun fungsi paru adalah
mengeluarkan karbon dioksida dari darah dan menganti oksigen. Pada
separuh kasus tuberkulosis paru, sedikit banyak terjadi hemoptisis, nyeri
pleura akibat perluasan infeksi ke permukaan pleura. Dalam hal ini
menyebabkan pemenuhan oksigen terganggu (Kumar dkk, 2007).
Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan
hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses
3
metabolisme tubuh secara terus menerus, Oksigen diperoleh dari atmosfer
memalui proses bernafas. Diatmosfer, gas selain oksigen juga terdapat karbon
dioksida (CO2), nitrogen (N2) (Tarwoto dan Wartonah, 2011). Menurut
kebutuhan dasar Hierarki Maslow oksigen merupakan kebutuhan fisiologis
yang harus dipenuhi (Alimul, 2012).
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi meliputi : pola nafas tidak efektif,
bersihan jalan nafas, gangguan pertukaran gas. Bersihan jalan nafas, yaitu
ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran
pernafasan guna mempertahankan jalan nafas yang bersih, dengan batas
karakteristik : dispnea, bunyi nafas tambahan, perubahan pada irama dan
frekuensi pernafasan, batuk tidak ada atau tidak efektif, kesulitan untuk
bersuara, penurunan bunyi nafas, ortopnea, kegelisahan, sputum
(Wilkinson, 2006).
Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama praktik klinik
keperawatan, keluhan pada pasien dengan tuberkulosis paru yaitu sesak nafas,
dan penulis menjumpai pasien Tn. W dengan diagnosa medis tuberkulosis
paru dengan keluhan utama sesak nafas. Pasien mengatakan sesak nafas,
batuk berdahak, dahak kental. Berdasarkan teori dari Kumar (2007), Apabila
tidak dilakukan penanganan secara dini akan dapat menular ke orang lain
melalui droplet (percikan).
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik mengelola
kasus diatas dengan dituangkan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn. W
4
dengan Tuberkulosis paru (TB paru) di Ruang Cempaka Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta “.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada Tn. W dengan Tuberkulosis paru (TB paru) di Ruang
Cempaka Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melaksanakan pengkajian pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada Tn. W dengan Tuberkulosis paru.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada Tn. W dengan Tuberkulosis paru.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada Tn. W dengan Tuberkulosis paru.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada Tn. W dengan Tuberkulosis paru.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada Tn. W dengan Tuberkulosis paru.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi pemenuhan kebutuhan
oksigenasi yang terjadi padaTn. W dengan Tuberkulosis paru.
5
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi pendidikan
Manfaat penulisan ini dimaksudkan memberikan kontribusi
laporan kasus bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan
masalah khususnya dalam bidang atau profesi keperawatan.
2. Bagi penulis
Menambah wawasan dalam memberikan Asuhan Keperawatan
pada pasien Tuberkulosis paru.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan khususnya bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien yang
mengalami gangguan oksigenasi dan sebagai pertimbangan perawat
dalam mendiagnosa kasus sehingga perawat mampu memberikan
tindakan yang tepat kepada pasien.
6
BAB II
LAPORAN KASUS
Pada bab ini penulis membahas tentang ringkasan asuhan keperawatan
yang dilakukan pada Tn. W di ruang Cempaka RS Panti Waluyo Surakarta.
Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
A. Identitas Pasien
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 22 April 2013, jam 11.00
WIB. Tn. W berumur 68 tahun. Alamat laweyan, Surakarta. Tn. W dirawat di
ruang Cempaka RS Panti Waluyo Surakarta pada tanggal 20 April 2013. Tn.
W beragama Katolik. Dengan diagnosa medis Tuberkulosis paru. Dan
penanggung jawab Tn. N, umur 36 tahun, pekerjaan swasta, agama katolik,
hubungan dengan pasien anak kandung.
B. Pengkajian
Hasil pengkajian didapatkan keluhan utama pasien adalah sesak
nafas. Riwayat kesehatan pasien kurang lebih 1 bulan pasien mengatakan
batuk berdahak, 2 hari sebelum di bawa ke RS Panti Waluyo pasien
mengatakan sesak nafas. Saat dikaji pasien mengatakan sesak nafas, batuk
berdahak, pasien tampak lemas. Kemudian oleh pihak keluarga pasien dibawa
ke RS Panti Waloyo. Tn. W diperiksa di ruang IGD, dan dokter mendiagnosa
7
Tuberkulosis paru. Terapi yang diberikan Ranitidine 25 mg, Dexamethasone
5 mg. Selanjutnya pasien dirawat dibangsal Cempaka.
Pada riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan dahulu pernah
dirawat di Rumah Sakit dengan diagnosa yang sama kurang lebih 2 tahun
yang lalu. Selama kurang lebih 2 tahun pasien hanya kontrol sebanyak 6 kali
pada saat kambuh saja, pasien tidak pernah minum obat (putus obat). Pasien
tidak mempunyai riwayat alergi akan tetapi mempunyai riwayat hipertensi
dan Diabetes Militus (DM). Riwayat keluarga pasien tidak ada yang
mempunyai penyakit serupa.
Pengkajian kesehatan fungsional menurut Gordon, pola aktivitas dan
latihan. pasien mengatakan sebelum sakit semua kebutuhan aktivitas
dilakukan secara mandiri (skor 0), selama sakit kebutuhan aktivitasnya
dibantu oleh orang lain (skor 2) seperti berpakaian, mandi, dan makan
mobilisasi dan ambulasi, dibantu dengan alat (skor 1). Pada pengkajian
lingkungan pasien berdasarkan dari wawancara lingkungan rumah bersih,
mempunyai tempat sampah, ventilasi udara memadai, sirkulasi udara baik,
jauh dari pabrik dan pembuangan akhir, tetangga tidak ada yang mempunyai
penyakit serupa.
Pengkajian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, hasilnya keadaan
umum pasien baik, kesadaran composmentis (sadar penuh) GCS 15.
Pemeriksaan tanda-tanda vital hasilnya tekanan darah 150/90 mmHg,
frekuensi nadi 88 kali per menit, suhu 36,5
derajat celcius, frekuensi
pernafasan 30 kali per menit. Pemeriksaan head to toe didapatkan hasil.
8
Hidung terpasang oksigen 3 liter per menit dengan kanul nasal, hasil
pemeriksaan paru inspeksi dada simetris, palpasi getaran fremitus kanan dan
kiri sama, perkusi bunyi paru-paru sonor, auskultasi terdengar suara ronkhi.
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan foto thorax, Pemeriksaan laboratorium tanggal 20 April 2013
didapatkan pemeriksaan darah rutin dan kimia darah dalam batas normal.
Pemeriksaan foto thorax tanggal 20 April 2013 kesan : Cor tidak membesar,
cenderung ke arah gambaran TB paru disertai kavitas apeks paru kanan dan
bronkhiestasis parakardial kanan.
Pasien mendapatkan terapi Ringer Laktat 20 tetes per menit,
Ranitidine 25 mg per 12 jam, Ceftriaxone 50 mg per 12 jam, Dexamethasone
0,5 mg per 8 jam, Ambroxol 1 sendok teh 3 kali sehari.
C. Perumusan Masalah Keperawatan
Berdasarkan data hasil pengkajian pada Tn. W, penulis melakukan
analisa data, didapatkan data fokus yaitu data subyektif pasien mengatakan
sesak nafas, batuk berdahak dan data obyektif pasien tampak lemas, pada
Auskultasi paru terdengar bunyi ronkhi, frekuensi pernafasan 30 kali
permenit, oksigen terpasang 3 liter per menit dengan kanul nasal. Penulis
memprioritaskan masalah keperawatan yaitu bersihan jalan nafas tidak
efektif, sehingga dapat ditegakkan diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan penumpukan sekret.
9
D. Perencanaan
Rencana keperawatan pada Tn. W dengan tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam bersihan jalan nafas kembali efektif
dengan kriteria hasil : pasien mengatakan sesak nafas berkurang, frekuensi
pernafasan 16 – 20 kali per menit, bunyi nafas vesikuler, pasien dapat batuk
efektif.
Intervensi yang meliputi kaji keadaan umum pasien untuk
mengetahui keadaan pasien, kaji vital sign untuk mengetahui status kesehatan
pasien, posisikan pasien untuk memaximalkan ventilasi dengan posisi semi
fowler untuk menurunkan kerja otot pernapasan dengan pengaruh gravitasi,
anjurkan minum air hangat dengan rasional untuk mengencerkan dahak,
ajarkan batuk efektif kepada pasien dengan rasional untuk mengeluarkan
sekret yang menyumbat jalan nafas pasien, kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi medis oksigen dan obat dengan rasional untuk memberikan
terapi medis pada pasien.
E. Implementasi
Berdasarkan rencana keperawatan yang dilakukan penulis pada
tanggal 22 April 2013 yaitu pukul 11.30, mengkaji keadaan umum pasien
dengan respon subyektif pasien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak,
respon objektif didapatkan keadaan umum lemas, tingkat kesadaran
composmentis, nafas pendek, infus terpasang 20 tetes per menit terdengar
suara nafas tambahan ronkhi. Pada pukul 11.40 memonitor terapi oksigen,
10
dengan respon subyektif pasien mengatakan nyaman dengan terapi oksigen 3
liter per menit, respon obyektif oksigen terpasang 3 liter per menit dengan
kanul nasal. Pukul 12.00 mengkaji vital sign, tekanan darah 150/90 mmHg,
frekuensi nadi 88 kali per menit, frekuensi pernafasan 30 kali per menit, Suhu
36,5 derajat celcius. Pada pukul 13.00 memposisikan pasien dengan semi
fowler dengan respon subjektif pasien mengatakan mau diposisi semi fowler,
dari respon objektif pasien tampak nyaman, dan terlihat posisi semi fowler
untuk memaksimalkan ekspansi paru. Pukul 13.30 menganjurkan pasien
minum air hangat, respon subyektif pasien mengatakan mau minum air
hangat, respon obyektif pasien tampak minum air hangat.
Tanggal 23 April 2013 yaitu pukul 08.00 mengkaji keadaan umum
pasien dengan respon subyektif pasien mengatakan sesak nafas, batuk
berdahak, respon objektif didapatkan keadaan umum lemas dengan tingkat
kesadaran composmentis, infus terpasang 20 tetes per menit, O2 3 liter per
menit, terdengar suara nafas tambahan ronkhi. Pada pukul 08.30 memberikan
terapi medis injeksi Ranitidine 25 mg, Ceftriaxone 1 gr, Dexamethasone 5
mg, obat masuk melalui intravena tidak ada tanda tanda alergi. Pada pukul
10.00 memonitor pasien minum air hangat setiap kali pasien tampak minum
air hangat.
Pukul 11.00 mengkaji vital sign, tekanan darah 120/80 mmHg, suhu
36,5 derajat celcius, dan frekuensi pernafasan 26 kali per menit, frekuensi
nadi 90 kali per menit. Pada pukul 11.30 mengajarkan pasien batuk efektif
respon subyektif pasien mengatakan mau diajarkan batuk efektif, respon
11
obyektif pasien tampak melakukan cara batuk efektif yang diajarkan, sputum
kental warna putih. Pukul 13.10 memonitor terapi oksigen, oksigen terpasang
3 liter per menit dengan kanul nasal.
Tanggal 24 April 2013 yaitu pukul 08.00 mengkaji keadaan umum
pasien dengan respon subyektif pasien mengatakan sesak nafas berkurang,
batuk berdahak, respon objektif pasien tampak lemas, tingkat kesadaran
composmentis, infus terpasang 20 tetes menit, terpasang O2 2 liter per menit
dengan kanul nasal, terdengar suara nafas tambahan ronkhi. Pada pukul 8.30
memberikan terapi medis injeksi Ranitidine 25 mg, Ceftriaxone 1gr,
Dexamethasone 5mg, obat masuk melalui intravena tidak ada tanda tanda
alergi.
Pada pukul 09.00 memberikan posisi semi fowler dengan respon
subyektif pasien mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler, respon
obyektif pasien tampak nyaman. Pukul 12.00 mengkaji vital sign, tekanan
darah 110/80 mmHg, suhu 36 derajat celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per
menit, dan frekuensi nadi 86 kali per menit. Pukul 13.00, mengevaluasi batuk
efektif, pasien tampak melakukan batuk efektif sesuai yang diajarkan, dahak
keluar kental warna putih.
F. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan
pada hari senin 22 April 2013 pukul 14.00 WIB dengan menggunakan
metode SOAP yang hasilnya adalah subyektif pasien mengatakan sesak nafas,
12
batuk berdahak. Obyektif frekuensi pernafasan pasien 30 kali per menit,
pasien terpasang oksigen terapi 3 liter per menit dengan kanul nasal,
terdengar suara nafas tambahan ronkhi. Assessment masalah bersihan jalan
nafas belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan yaitu observasi vital
sign, anjurkan minum air hangat, ajarkan batuk efektif, berikan posisi semi
fowler, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan
pada tanggal 23 April 2013 pukul 13.00 WIB dengan menggunakan metode
SOAP yang hasilnya adalah subyektif pasien mengatakan sesak nafas, batuk
berdahak. Obyektif frekuensi pernafasan pasien 26 kali per menit, terpasang
terapi oksigen 3 liter per menit dengan kanul nasal, sputum kental warna
putih, terdengar suara nafas tambahan ronkhi. Assessment masalah bersihan
jalan nafas belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan yaitu observasi
vital sign, anjurkan minum air hangat, anjurkan batuk efektif, berikan posisi
semi fowler, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan
pada tanggal 24 April 2013 pukul 13.00 WIB dengan menggunakan metode
SOAP yang hasilnya adalah subyektif pasien mengatakan sesak nafas
berkurang, batuk berdahak kental. Obyektif frekuensi pernafasan pasien 24
kali per menit, terpasang terapi oksigen 2 liter per menit dengan kanul nasal,
terdengar suara nafas tambahan ronkhi sputum kental warna putih.
Assessment masalah bersihan jalan nafas belum teratasi karena belum sesuai
dengan kriteria hasil. Planning intervensi dilanjutkan yaitu observasi vital
13
sign, anjurkan batuk efektif, berikan posisi semi fowler, kolaborasi dengan
tim medis dalam pemberian terapi obat.
14
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang analisa pemenuhan
kebutuhan oksigenasi berdasarkan teori dan studi kasus asuhan keperawatan
pada Tn. W dengan Tuberkulosis Paru (TB Paru) di RS Panti Waluyo yang
dilakukan pada tanggal 22 - 24 April 2013 yang meliputi : pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan,
dan evaluasi keperawatan.
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit radang parenkim paru
karena infeksi kuman mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru
termasuk suatu pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis (Djojodibroto, 2009), bersifat tahan asam, aerob
dan merupakan hasil gram positif (Nugroho, 2011).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengumpulkan data, seperti riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan data sekunder lainya (catatan, hasil pemeriksaan diagnostik
danliteratur) (Deswani, 2009).
Pengkajian asuhan keperawatan pada Tn. W dilakukan pada
tanggal 22 April 2013 pukul 11.00 WIB keluhan utama yang dirasakan
15
Tn. W adalah sesak nafas, berdasarkan teori dari Muttaqin (2008), sesak
nafas yang disebabkan oleh TB paru, karena kerusakan parenkim paru
sudah luas. Hasil pengkajian kesehatan pasien, Tn. W mengatakan sesak
nafas, batuk berdahak. Gejala utama pada penderita Tuberkulosis adalah
batuk berdahak lebih dari dua minggu, batuk-batuk dengan mengeluarkan
darah, dada terasa sakit atau nyeri, dada terasa sesak pada waktu bernafas
(Naga, 2012). Batuk timbul karena terjadi iritasi bronkus selanjutnya
akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan menjadi produktif
yang berguna untuk membuang produk ekskresi peradangan dengan
sputum yang bersifat mukoid atau purulen (Muttaqin, 2008).
Pengkajian kesehatan fungsional menurut Gordon, pola aktivitas
dan latihan Tn. W mengatakan sebelum sakit semua kebutuhan aktivitas
dilakukan secara mandiri (skor 0), selama sakit kebutuhan aktivitasnya
dibantu oleh orang lain (skor 2) seperti berpakaian, mandi, dan makan
mobilisasi dan ambulasi, dibantu dengan alat (skor 1). Aktivitas sehari
hari berkurang banyak pada pasien dengan TB paru. Hal ini disebabkan
karena TB mendorong respon imun menyebabkan kerusakan jaringan
yang signifikan (Ringel, 2009).
Pengkajian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, hasilnya
keadaan umum Tn. W baik, kesadaran composmentis (sadar penuh) GCS
15. Pemeriksaan tanda-tanda vital hasilnya tekanan darah 150/90 mmHg,
frekuensi nadi 88 kali per menit, suhu 36,5derajat celcius, frekuensi
pernafasan 30 kali per menit. Pemeriksaan head to toe didapatkan hasil.
16
Hidung terpasang oksigen 3 liter per menit dengan kanul nasal. Menurut
Potter dan Perry (2005), dijelaskan bahwa peningkatan frekuensi
pernafasan yang terjadi pada pasien untuk memenuhi penggunaan energi,
tubuh meningkatkan kecepatan metabolisme dan kebutuhan akanoksigen.
Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan
hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses
metabolisme tubuh secara terus menerus, oksigen diperoleh dari atmosfer
memalui proses bernafas (Tarwoto dan Wartonah, 2011).
Hasil pemeriksaan paru pada Tn. W inspeksi dada simetris,
palpasi getaran fremitus kanan dan kiri sama, perkusi bunyi paru-paru
sonor, auskultasi terdengar suara ronkhi. Ronkhi ialah suara tambahan
pada suara nafas yang disebabkan oleh adanya cairan eksudat atau
transudat atau darah didalam lumen bronkus (Natadidjaja, 2012).
Pemeriksaan paru pada kasus TB akan mengalami kelainan, auskultasi
pasien dengan TB paru didapatkan bunyi nafas tambahan (ronkhi) pada
sisi yang sakit (Muttaqin, 2008). Hal ini ditunjukkan dengan pemeriksaan
penunjang foto torax tanggal 20 April 2013 dengan hasil kesan : Cor
tidak membesar, cenderung ke arah gambaran TB paru disertai kavitas
apeks paru kanan dan bronkhiestasis parakardial kanan. Menurut
Widoyono (2008), untuk menegakkan diagnosa penyakit TB paru dengan
melakukan pemeriksaan BTA, namun dalam hal ini penulis tidak
menjumpai pemeriksaan BTA, tetapi didasarkan pada pemeriksaan foto
torax.
17
Gambaran rontgen yang memberikan kesan adanya tuberkulosis
tampak garis garis yang tegas menunjukkan fibrosis, akan tetapi yang
paling penting adalah gambaran kavitas berupa bayangan radiolusen
(kadang kadang berisi cairan didalamnya) dengan ukuran bervariasi
antara beberapa mm hingga 12 cm. Kavitas ini berisi bahan yang sangat
menular yang langsung berhubungan dengan bronkus sehingga pasien
tersebut infeksius, hal ini disebut tuberkulosis terbuka (Gultom, 2005).
2. Perumusan Masalah Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah sebuah label singkat,
menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi dilapangan. Kondisi ini
dapat berupa masalah-masalah aktual atau potensial, dengan
menggunakan terminologi NANDA (Wilkinson, 2006).
Masalah keperawatan utama yang dirumuskan oleh penulis
adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, hal ini didasarkan pada hasil
pengkajian penulis mendapatkan data fokus yaitu data subyektif Tn. W
mengatakan sesak nafas, batuk berdahak, dan data obyektif frekuensi
pernafasan 30 kali per menit, terpasang oksigen dengan kanul nasal 3
liter per menit, pada auskultasi terdengar suara tambahan ronkhi. Batas
karakteristik bersihan jalan nafas adalah dispnea, bunyi nafas tambahan,
perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan, batuk tidak ada atau
tidak efektif, kesulitan untuk bersuara, penurunan bunyi nafas, ortopnea,
kegelisahan, sputum (Wilkinson, 2007) dan bersihan jalan nafas pada
18
kasus Tn.W menjadi prioritas masalah keperawatan utama disebabkan
karena ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi
saluran pernafasan guna mempertahankan jalan nafas yang bersih,
apabila tidak dilakukan penanganan secara dini akan dapat menular ke
orang lain melalui droplet (percikan) (Kumar dkk, 2007).
Etiologi dari masalah keperawatan bersihan jalan nafas penulis
menegakkan etiologi adalah penumpukan secret. Hal ini didasarkan pada
hasil pengkajian yang menunjukkan pada data focus pasien mengatakan
sesak nafas, batuk berdahak data obyektif terdapat peningkatan frekuensi
pernafasan 30 kali per menit dan hasil pemeriksaan auskultasi terdengar
bunyi tambahan ronkhi.
3. Perencanaan
Tahap perencanaan dilakukan setelah diagnosis dirumuskan.
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun
prioritas masalah, merumuskan tujuan dan kriteria hasi, memilih straregi
asuhan keperawatan, melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan
lainya, dan menuliskan atau mendokumentasikan rencana keperawatan
(Deswani, 2009).
Rencana keperawatan yang penulis lakukan pada Tn. W dengan
tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
bersihan jalan nafas kembali efektif dengan kriteria hasil : pasien
mengatakan sesak nafas berkurang, frekuensi pernafasan 16 – 20 kali per
19
menit, bunyi nafas vesikuler, pasien dapat batuk efektif (Nursalam,
2011). Dalam waktu 3x24 jam merupakan komponen waktu jangka
pendek, kriteria hasil yang dirumuskan penulis didasarkan pada unsur
etiologi atau tanda dan gejala dalam diagnosa keperawatan aktual
maupun resiko (Nursalam, 2011).
Intervensi yang penulis susun meliputi kaji keadaan umum
pasien, kajivital sign, posisikan pasien semi fowler, anjurkan minum air
hangat, ajarkan batuk efektif kepada pasien, kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi medis oksigen dan obat dengan rasional untuk
memberikan terapi medis pada pasien (Nursalam, 2011).
Kaji keadaan umum pasien, dengan mengidentifikasi keadaan
umum pasien kita dapat mengambil tindakan yang tepat dalam asuhan
keperawatan (Muttaqin, 2008). Kaji tanda tanda vital, untuk
mengidentifikasi adanya distres pernafasan dan mengidentifikasi
terjadinya syok akibat hipoksia (Muttaqin, 2008).
Berikan posisi semi fowler, posisi semi fowler untuk
memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya bernafas. Ajarkan
batuk efektif untuk memberikan ventilasi maksimal membuka area
atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kejalan nafas besar untuk
dikeluarkan. Anjurkan minum air hangat dapat mencegah pengeringan
membran mukosa, membantu pengenceran secret (Muttaqin, 2008).
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi oksigen dan
obat. Terapi oksigen dapat mengoreksi hipoksemia yang terjadi akibat
20
penurunan ventilasi atau menurunya permukaan alveolar paru (Internal
Publishing, 2010). Pada TB paru pemberian obat Ranitidine 25 mg, untuk
mengurangi gejala refluks esofagitis, Ceftriaxone 1 gr sebagai anti
infeksi oleh bakteri, Dexamethasone 0,5 mg sebagai anti inflamasi
gangguan pernafasan, Ambroxol 1 sendok teh 3 kali sehari untuk saluran
nafas akut (Rachadian, 2010).
4. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana
intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi
dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing
orders untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan dari tindakan keperawatan adalah membantu pasien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencangkup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan menfasilitasi
koping (Nursalam, 2011).
Penulis melakukan implementasi berdasarkan dari intervensi
yang telah dirumuskan dan kesemuanya dapat di implementasikan hal ini
dilakukan untuk mempertahankan dan memulihkan kesehatan pasien
(Nursalam, 2011). Rencana tindakan keperawatan, antara lain kaji
keadaan umum pasien, kajivital sign, posisikan semi fowler, anjurkan
minum air hangat, ajarkan batuk efektif kepada pasien, kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian terapi medis oksigen dan obat. Dengan faktor
21
pendukung Tn. W kooperatif dalam tindakan keperawatan, keluarga mau
membantu dan dapat bekerja sama dalam asuhan keperawatan
pemenuhan kebutuhan sehari hari.
5. Evaluasi
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari
hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan
perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan (Tarwoto dan Wartonah, 2011).
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode SOAP untuk
mengetahui dari keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilakukan,
dengan memperhatikan pada tujuan, kriteria hasil yang telah dirumuskan
oleh penulis dengan hasil pada tanggal 22 dan 23 april 2013 masalah
keperawatan bersihan jalan nafas belum teratasi disebabkan karena,
mungkin belum adanya obat TB yang pengobatanya dilakukan oleh
lamanya perjalanan terapi yang diperlukan untuk mencapai kesembuhan
dan toksisitas relatif dari beberapa antibiotik (Ringle, 2009).
Pada hari ketiga tanggal 23 April 2013 dengan data subyektif
pasien mengatakan sesak nafas berkurang, batuk berdahak kental.
Obyektif frekuensi pernafasan pasien 24 kali per menit, terpasang terapi
oksigen 2 liter per menit dengan kanul nasal, terdengar suara nafas
tambahan ronkhi. Dari data yang didapat masalah keperawatan bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret belum
22
teratasi karena belum sesuai dengan kriteria hasil yang penulis harapkan
yaitu pasien mengatakan sesak nafas berkurang, frekuensi pernafasan 16
– 20 kali per menit, bunyi nafas vesikuler, pasien dapat batuk efektif.
Kemudian penulis merumuskan format pendelegasian dengan rencana
tindakan yaitu observasi vital sign, anjurkan batuk efektif, berikan posisi
semi fowler, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat.
B. Simpulan
1. Hasil pengkajian yang telah dilakukan penulis pada tanggal 22 April
2013 keluhan utama yang dirasakan Tn. W adalah sesak nafas, dengan
pernafasan 30 kali per menit, dengan pemeriksaan penunjang foto torax
tanggal 20 April 2013 dengan hasil kesan : Cor tidak membesar,
cenderung ke arah gambaran TB paru disertai kavitas apeks paru kanan
dan bronkhiestasis parakardial kanan.
2. Diagnosa atau masalah keperawatan utama pada Tn. W adalah bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
3. Tujuan yang diharapkan penulis setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 kali 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas menjadi efektif
dengan kriteria hasil: pasien mengatakan sesak nafas berkurang,
frekuensi pernafasan 16 – 20 kali per menit, bunyi nafas vesikuler, pasien
dapat batuk efektif. Rencana tindakan keperawatan, antara lain kaji
keadaan umum pasien, kaji vital sign, posisikan pasien semi fowler,
anjurkan minum air hangat, ajarkan batuk efektif kepada pasien,
23
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi medis oksigen dan
obat.
4. Tindakan keperawatan pada tanggal 22 - 24 April 2013 dilakukan
berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat, antara lain mengkaji
keadaan umum pasien, mengkaji vital sign, memberikan posisi semi
fowler, menganjurkan minum air hangat, mengajarkan batuk efektif,
berkolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi oksigen dan obat.
5. Pada tahap akhir, penulis mengevaluasi keadaan pasien setelah tindakan
keperawatan yang dilakukan selama tiga hari. Hasil evaluasi pada tanggal
24 April 2012 yaitu masalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif dengan Tuberkulosis paru
belum teratasi, karena belum sesuai dengan kriteria hasil yang penulis
harapkan.
6. Kondisi Tn. W dengan Tuberkulosis paru, pasien masih merasakan sesak
nafas karena masih ada sekret yang berada di jalan nafas pasien dengan
pernafasan 24 kali per menit, pasien sudah dapat melakukan batuk
efektif, masih adanya suara nafas ronkhi.
C. Saran
1. Bagi Perawat
Perawat mampu memberikan dan meningkatkan kualitas pelayanan
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien khususnya pada
pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi Tuberkulosis
24
paru. Serta mampu melakukan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan dengan seoptimal
mungkin, mampu menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang
memadai dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien, khususnya
pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
Tuberkulosis paru.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menyediakan fasilitas, sarana, prasarana dalam poses
pendidikan, melengkapi perpustakaan dengan buku-buku keperawatan
khususnya keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi Tuberkulosis paru.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. H. 2012. Pengantar kebutuhan dasar manusia, Jakarta: Salemba
Medika.
Rachadian, Dani. 2010. Informasi spesialis Obat. Jakarta: PT Isfi
Deswani. 2009. Proses keperawatan berfikir krisis. Jakarta: Salemba Medika.
Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi. Jakarta: EGC.
Gultom. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kumar, Vinay, Cotran S. R, dan Robbins L S. 2007. Buku Patologi. Edisi 7. Vol2.
Jakarta : EGC.
Naga Sholeh. 2012. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta:
Diva Press.
Natadidjaja, Hendarto. 2012. Anamnesis dan Pemeriksaan fisik penyakit dalam.
Tangerang: Karisma Publishing.
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nursalam. 2011. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Muwarni, Arita. 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Gosyen: Yogyakarta.
Potter dan perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Ringle, Edwad. 2012. Buku saku Hitam kedokteran paru. Jakarta: Penerbit Indeks.
Sudoyono, Aru. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Pusat.
Tarwoto dan Wartonah. 2011. Kebutuhan dasar manusia dan proses
keperawatan. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson. M. J. 2006. Buku saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Hermayanti, Diah. 2011. Respon imun dan pemerikasaan Serologi pada
tubercolusis. http: //e journal. Umm. Ac. Id.....d/issue/view/138/show tow.
Diakses pada tanggal 28 April 2013 jam 11.00 wib.
Rumende, Martin Cleopas, dkk. 2012. Jurnal Tubercolusis Indonesia. ppti. Info /
Arsip ppti – jurnal –Marnet. 2012. pdf. http:// www. t indonesia. or. Id
Diakses pada tanggal 28 April 2013 jam 13.00 wib.
Versitaria. U.H dan kusnoputranto. H. 2011. Tuberkulosis paru di Palembang,
Sumatera Selatan. www. jurnalkesmas. Org. Vol 5 April 2011. Diakses
pada tanggal 29 April 2013 jam 19.00wib.
top related