studi difusi inovasi program layanan listrik prabayar
Post on 12-Jan-2017
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
STUDI DIFUSI INOVASI PROGRAM LAYANAN LISTRIK PRABAYAR
PT.PLN (PERSERO) APJ SURAKARTA TERHADAP ADOPSI INOVASI
PADA MASYARAKAT SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
Renia Karlina
D0205115
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi untuk dipertahankan
dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing Skripsi,
Dra. H. Sofiah, M.Si
NIP. 19530726 197903 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji dan disahkan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Hari :
Tanggal :
Panitia Penguji :
Drs. H. Sutopo JK, M.Si
19570505 198303 1 004
( ………………………………………)
Drs. Kandyawan
NIP. 19610413 199003 1 002
( ………………………………………)
Dra. H. Sofiah, M.Si
NIP. 19530726 197903 2 001 ( ………………………………………)
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Dekan,
Drs. Supriyadi Sn. Su
19530128 198103 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
“ Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar
akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. “ (Q.S. Al-Ankabut : 69)
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. “ (Q.S Al-Insyroh : 11)
“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. “ (Q.S. Ar-Ra’d :
11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Teruntuk Ayah dan Bunda,
Kakakku Almh. Melia, Adikku Netia dan Refia Tercinta
Terima Kasih yang Tiada Terhingga …
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puja dan sanjungan kita panjatkan
kehadirat Allah SWT, sebaik – baiknya pencipta hukum, hakim paling adil dan
paling baik, serta Tuhan Mahabijak dan Maha segalanya. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang
senantiasa kita nantikan syafa’atnya di hari akhir kelak. Berkat rahmat dan
hidayah-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul STUDI
DIFUSI INOVASI PROGRAM LAYANAN LISTRIK PRABAYAR PT. PLN
(PERSERO) APJ SURAKARTA TERHADAP ADOPSI INOVASI PADA
MASYARAKAT SURAKARTA yang merupakan kewajiban penulis sebagai
mahasiswa demi mencapai gelar sarjana jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik.
Dalam skripsi ini berisi uraian-uraian penyebaran Program Layanan
Listrik Prabayar yang merupakan terobosan baru dari pemerintah. Selain itu
skripsi ini berisi tentang bagaimana masyarakat menerima sebuah terobosan baru
tersebut dengan tanpa hambatan yang berarti.
Proses difusi dari Program Layanan Listrik Prabayar terdiri dari beberapa
unsur yaitu inovasi, saluran komunikasi, jangka waktu dan sistem sosial. Dalam
penelitian ini akan diuraikan lebih lanjut keempat unsur tersebut sesuai dengan
penelitian di Kota Surakarta. Selanjutnya penulis juga menguraikan tentang
adopsi inovasi berdasarkan teori Rogers dan Floyed Shoemaker yang memandang
pengambilan keputusan dalam proses adopsi terdiri dari 5 tahapan yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Pengetahuan (Knowledge), Persuasi (Persuasion), Keputusan (Decisions),
Implementasi (Implementation), Konfirmasi (Confirmation). Dalam peneitian ini
akan dijelaskan bagaimana tahapan-tahapan itu berlangsung pada masyarakat
yang bersangkutan.
Penulis menyadari banyaknya keterbatasan dalam penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada orang – orang yang telah membantu
sampai terselesaikannya skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapakan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :
1. Drs. H. Supriyadi, S.N, S.U selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dra. Prahastiwi Utari, M.si.,Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP UNS.
3. Dra. H. Sofiah, M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi.
4. Keluargaku tercinta, mama dan papa serta kedua adikku atas dukungan
dan doanya selama ini.
5. Bapak Puguh, General Manajer PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yang
telah mengizinkan penulis melaksanakan Kuliah Kerja Komunikasi di PT.
PLN (Persero) APJ Surakarta.
6. Bapak Soeharmanto S.E., pembimbing lapangan yang telah memberikan
nasihat, bimbingan serta saran yang begitu berarti.
7. Ibu Tyas, Ibu Lasmi, Bapak Kuncoro, Ibu Suli, dan Bapak Budi yang telah
banyak memberi masukan dan berbagi pengalaman sehingga penulis
semakin termotivasi.
8. Keluarga Besar Badan Eksekutif Mahasiswa UNS, BEM FISIP UNS,
Partai Jembatan FISIP UNS, Studi Ilmiah Mahasiswa (SIM) UNS dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KAMMI Daerah Solo yang memberi banyak pengalaman luar biasa.
Semangat yang begitu luar biasa telah memberikan energi yang besar bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Uning, Ulfah, Nurul, Lia, “Teman – Teman PANGLIMA 2005”, dan “De
Swang” yang telah memberikan banyak bantuan sehingga skripsi ini dapat
segera terselesaikan.
10. Ulfah Hidayati, Aulia, Catur, Nia, Rahma, Aci, Rizka, Wiwich, Angga dan
teman-teman Kos Al-Banna tercinta yang telah memberikan banyak
dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini
Besar harapan penulis, skripsi ini bukan hanya ditujukan sebagai
formalitas belaka, tetapi juga sebagai pembelajaran dan dinamisasi dari proses
tersebut. Akhir kata, semoga skripsi Studi Difusi Inovasi Program Layanan
Listrik Prabayar PT.PLN (Persero) APJ Surakarta Terhadap Adopsi Inovasi
Pada Masyarakat Surakarta ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Surakarta, 15 Desember 2010
Penulis,
Renia Karlina
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO iv
PERSEMBAHAN v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
ABSTRAK xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 9
E. Kerangka Teori 10
F. Definisi Konseptual 31
1. Difusi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar 31
2. Adopsi Program Layanan Listrik Prabayar 35
G. Kerangka Berfikir 36
H. Metodologi penelitian 37
1. Tipe Penelitian 37
2. Lokasi Penelitian 37
3. Populasi dan Narasumber 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
4. Teknik Pengumpulan Data 39
a. Jenis Data 39
b. Teknik Pengumpulan Data 39
5. Teknik Validitas Data 41
6. Teknik Analisis Data 41
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 44
A. Deskripsi Lokasi PT. PLN (Persero) APJ Surakarta 44
1. Sejarah Berdirinya PT. PLN (Persero) 44
2. Visi dan Misi Perusahaan 48
3. Motto, Falsafah, dan Logo Perusahaan 48
4. Tujuan Perusahaan 49
5. Tata Nilai Anggota Perusahaan 49
6. Prinsip – Prinsip Etika Kerja 51
7. Dasar Hukum Perusahaan 51
8. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) APJ Surakarta 52
9. Divisi – Divisi PT. PLN (Persero) APJ Surakarta 53
10. Lingkup PT. PLN (Persero) APJ Surakarta 60
11. Kepegawaian PT. PLN (Persero) APJ Surakarta 61
B. Program Layanan Listrik Prabayar 63
1. Pengertian Program Listrik Prabayar 63
2. Tujuan Program Layanan Listrik Prabayar 63
3. Sasaran Program Layanan Listrik Prabayar 64
4. Manfaat Program Layanan Listrik Prabayar 64
5. Proses Pemasangan Listrik Prabayar 65
6. Token 66
7. Cara Menggunakan Listrik Prabayar 67
C. Karakteristik Masyarakat Surakarta 69
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Difusi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
1. Inovasi 74
2. Saluran Komunikasi 81
a. Media Massa 81
b. Komunikasi Interpersonal 90
c. Komunikasi Kelompok 92
3. Jangka Waktu 95
4. Sistem Sosial 99
B. Adopsi Program Layanan Listrik Prabayar 113
1. Pengetahuan (Knowledge) 114
2. Persuasi (Persuasion) 116
3. Keputusan (Decisions) 120
4. Implementasi (Implementation) 122
5. Konfirmasi (Confirmation) 133
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 144
A. Kesimpulan 144
B. Saran 148
DAFTAR PUSTAKA 150
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Table 1.1 Ramalan Kebutuhan Energi Listrik ……………………………… 1
Tabel 1.2 Prakiraan Penyedian Energi Listrik di Indonesia ……………….. 2
Tabel 2.1 Pemetaan Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) APJ Surakarta …… 60
Tabel 2.2 Komposisi Karyawan Berdasarkan Bidang Kerja
Di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta … 62
Tabel 3.1 Data Tunggakan Pelanggan PT.PLN (Persero) APJ Surakarta
Tahun 2010 ……………………………………………………… 76
Tabel 3.2 Perkembangan Program Layanan Listrik Prabayar
Bulan Okteber 2010 ……………………………………………. 97
Tabel 3.3 Pengelompokan Adopter Program Layanan Listrik Prabayar
di Surakarta …………………………………………………….. 102
Tabel 3.4 Pengelompokan Adopter Program Layanan Listrik Prabayar
di Surakarta Berdasarkan Tahap-Tahap Adopsi ……………….. 141
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Paradigma Proses Keputusan Inovasi …………………………. 21
Gambar 1.2 Pengkategorian Adopter Berdasarkan Keinovatifan ………….. 28
Gambar 1.3 Peningkatan Penggunaan Alat-Alat Komunikasi Tanpa Kawat
(Wireless) Di Amerika Tahun 2008 ..………………………… 30
Gambar 1.4 Komponen – Komponen Analisis Data Model Interaktif …….. 43
Gambar 3.1 Salah Satu Pemberitaan Program Layanan Listrik Prabayar Di
Surat Kabar …………………………………………………… 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRAK
Renia Karlina, D0205115, Studi Difusi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta Terhadap Adopsi Inovasi Pada Masyarakat Surakarta, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011, 152 halaman.
Program Layanan Listrik Prabayar merupakan sebuah inovasi baru dari PT. PLN dalam menjual energi listrik dengan cara pelanggan membayar dimuka. Oleh karena itu perlu penyebaran (difusi) agar masyrakat mengetahui adanya program tersebut. Tujuan akhirnya adalah agar masyarakat mengadopsi atau menerima program tersebut. Proses difusi dan adopsi inovasi baru merupakan proses komunikasi yang ingin dikaji lebih mendalam oleh peneliti.
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui proses difusi atau penyebaran dan adopsi Program Layanan Listrik Prabayar yang dilaksanakan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terhadap proses adopsi inovasi masyarakat Kota Surakarta.
Metodologi yang digunakan adalah deskripsi kualitatif dengan data primer berasal dari survei dan wawancara. Sedangkan data sekunder berasal dari dokumen-dokumen yang menunjang penelitian ini. Teknik analisis yang digunakan adalah melalui reduksi data, sajian data serta penarikan kesimpulan untuk menjamin validitas data yang diperoleh, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi data.
Berdasarkan hasil peneitian, proses difusi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta Terhadap Adopsi Inovasi Masyarakat Surakarta lebih ditekankan pada tahap saluran komunikasi. Terdapat dua saluran yaitu melalui media massa dan komunikasi interpersonal. Akan tetapi, yang dianggap paling efektif adalah komunikasi tatap muka (interpersonal). Efek yang ditimbulkan setelah adanya difusi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta Terhadap Adopsi Inovasi Masyarakat Surakarta yaitu adanya perubahan pola pikir dan tingkah laku masyarakat berupa proses migrasi dari sistem pascabayar ke prabayar.
Setelah difusi yang dilakukan, masyarakat Kota Surakarta mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar ini melalui beberapa tahapan. Peneliti menggunakan teori Everet M. Rogers yang membagi proses adopsi menjadi beberapa tahap, yaitu Pengetahuan (Knowledge), Persuasi (Persuasion), Keputusan (Decisions), Implementasi (Implementations), Konfirmasi (Confirmation). Namun tidak semua narasumber melalui tahapan adopsi yang sama saat difusi berlangsung. Waktu yang dibutuhkan dalam penerimaan inovasi berbeda pada setiap individu. Faktor yang mempengaruhi kecepatan proses adopsi yaitu faktor pendidikan, pengalaman, kepentingan, ekonomi, interaksi, serta sumber daya yang dimiliki. Selain itu dalam penelitian ini diantara anggota sistem sosial yang memegang peranan penting dalam proses difusi adalah agen pembaru. Proses difusi murni dilakukan oleh pihak PLN. Selanjutnya, berperan sebagai agen pembaru dalam difusi Program Layanan Listrik Prabayar di Kota Surakarta yaitu para karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Dalam penelitian ini tidak ada pemuka pendapat yang membantu mempercepat proses difusi ke masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Dalam penelitian ini masyarakat sebagai adopter terbagi menjadi beberapa kelompok adopter sesuai dengan kecepatan mereka dalam menerima inovasi baru. Pada penelitan ini narasumber dapat dipetakan menjadi innovator, Early Adopters (Perintis/Pelopor), Early Majority (Pengikut Dini), Late Majority (Pengikut Akhir), Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional). Penelitian ini menunjukkan bahwa pengadopsian inovasi di dalam suatu sistem sosial mengikuti kurva normal berbentuk lonceng jika diukur dari banyaknya pengadopsi dari waktu ke waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRACT
Renia Karlina, D020505115, Study of Innovation Diffusion of Pre-cost Electrical Services Program, innovated by PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, toward Innovation Adoption of Surakarta’s Society, Faculty of Political and Social Science, University of Sebelas Maret Surakarta, 2010, 147 pages
Pre-cost Electrical Services program is a new innovation to sell electrical energy in which the customer paid in advance. Therefore, the diffusion is needed to promote that program in order to be known by society. The ending purpose is that the society can adopt and accept the program. In this case, the researcher would analyze further about the process of new innovation diffusion and adoption as a communication process.
The research was purposed to identify the process of diffusion and adoption of Pre-cost Electrical Services program, innovated by PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, toward Innovation Adoption Process of Surakarta’s Society.
The research applied a descriptive qualitative method by conducting primary and secondary data. The primary data were received through survey and interview, whereas the documents related to the research were the secondary one. The techniques of analysis consisted of reducing, providing, and concluding the data. To guarantee their validity, the research applied triangulation technique.
According to the result, the diffusion process of Pre-cost Electrical Services program, innovated by PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, toward Innovation Diffusion of Surakarta’s Society focused on the communication channels. There were two kinds of communication channels, they were: mass media and interpersonal communication. However, the most effective one was interpersonal communication face-to-face. The effect would be changing societies’ mind and behaviour from post-cost into pre-cost Electrical Services program.
After the diffusion process had been conducted, the society adopted the program through some steps. The researcher conducted the theory of Everet M. Rogers consisting five steps of adoption process, such as: Knowledge, Persuasion, Decision, Implementations, and Confirmation. However, not all of respondents conducted those steps. The time used of each person in accepting the innovation was different. There were many influences, such as: knowledge, experience, economic, interaction, and human resource development. In addition, the diffusion process is also influenced by the reformer agent. The pure diffusion was conducted by internal staffs of PT. PLN. Meanwhile, the workers of PT. PLN APJ Surakarta were the reformer agents. In this research, there was not argumentator who helped the acceleration of diffusion to the society.
In the research, the society conducting as adopter is divided into some groups based on their speed of accepting new innovation. In this case, the respondents were considered as innovators, Early Adopters, Early Majority, Late Majority,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
and Laggards. This research shows that innovation adoption within social system follows curvy lines if it is measured based on the number of adopters time by time.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Suatu kenyataan bahwa kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di
Indonesia, semakin berkembang menjadi bagian tak terpisahkan dari kebutuhan
hidup masyarakat sehari-hari seiring dengan pesatnya peningkatan pembangunan
di bidang teknologi, industri dan informasi. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut
ini :
Tabel 1.1
Ramalan Kebutuhan Energi Listrik
Sektor 1990 2000 2010
GWh persen GWh persen GWh persen
Industri 35.305 68,0 84.822 69,0 183.389 70,0
Rumah tangga 9.865 19.00 22.2392 18.0 40.789 16.0
Fasilitas umum 3.634 7,0 6.731 6.0 12.703 5.5
Komersial 3.115 6.0 8.811 7,0 21.869 8.5
Total 51.919 100.0 122.603 100.0 258.747 100.0
Sumber: Djojonegoro, 1992 1
Namun, pelaksanaan penyediaan energi listrik yang dilakukan oleh PLN,
selaku lembaga resmi yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola masalah
kelistrikan di Indonesia, sampai saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan
1 Djojonegoro,W., 1992, Pengembangan dan penerapan energi baru dan terbarukan, Lokakarya "Bio Mature Unit" (BMU) untuk pengembangan masyarakat pedesaan, BPPT, Jakarta, hal 8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
masyarakat akan energi listrik seiring dengan semakin bertambahnya kebutuhan
energi listrik masyarakat Indonesia.
Kondisi geografis negara Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau dan
kepulauan, tersebar dan tidak meratanya pusat-pusat beban listrik, rendahnya
tingkat permintaan listrik di beberapa wilayah, tingginya biaya marginal
pembangunan sistem suplai energi listrik, serta terbatasnya kemampuan finansial,
merupakan faktor-faktor penghambat penyediaan energi listrik dalam skala
nasional.2
Tabel 1.2
Prakiraan Penyedian Energi Listrik di Indonesia
Sumber Energi1990 2000 2010
MW persen MW persen MW persen
Batubara
Gas
Minyak
Solar
Panas Bumi
Air
Biomass
Lain-lain
(Surya Angin)
1.930
3.530
2.210
11.020
170
2.850
270
20
8.8
16.0
10.0
50.1
0.8
13.0
1.2
0.1
10.750
7.080
1.950
9.410
500
7.720
290
160
28.4
18.7
5.2
24.8
1.3
20.4
0.8
0.4
28.050
14.760
320
4.060
430
10.310
460
370
35.3
21.5
0.5
5.9
0.6
15.0
0.7
0.5
Total 22.000 100.0 37.860 100.0 68.760 100.0
Sumber: Djojonegoro, 1992 & Wibawa, 1996 3
2 Ramani,K.V., 1992, Rural electnEcation and rural development, Rural electrification guide book for Asia & Pacific, Bangkok, hal 43. 3 Djojonegoro,W., 1992, Pengembangan dan penerapan energi baru dan terbarukan, Lokakarya "Bio Mature Unit" (BMU) untuk pengembangan masyarakat pedesaan, BPPT, Jakarta, hal 12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Listrik merupakan energi yang jumlahnya terbatas. Saat ini permintaan listrik
semakin tinggi, sedangkan persediaannya sangat terbatas. Berbagai langkah
penghematan harus dilakukan oleh semua pihak. Hal ini semakin ditegaskan oleh
Pemerintah melalui Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008,
tanggal 2 Mei 2008 tentang Penghematan Energi dan Air. Disebutkan dalam
Inpres tersebut antara lain adanya kenaikan harga minyak dunia, pengurangan
BBM untuk produksi tenaga listrik, dan usaha pertahanan pasokan tenaga listrik
ke pelanggan. Pada masa Pemerintahan saat inipun, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono telah menegaskan bahwa listrik adalah satu hal yang akan mendapat
perhatian serius dari pemerintah.
Kebutuhan listrik yang semakin besar menunjukkan semakin besar jumlah
pelanggan. Semakin bertambahnya jumlah pelanggan, menunjukkan semakin
majemuk pelanggan atau masyarakat yang harus dilayani oleh satu-satunya
lembaga pemerintah yang mengelola listrik di Indonesia ini. Hal ini tentu menjadi
tanggung jawab tersendiri bagi PLN untuk memberikan yang terbaik bagi
masyarakat Indonesia selaku pelanggannya.
Sebagai wujud komitmen PLN untuk terus meningkatkan pelayanannya
kepada pelanggan, PLN selalu memberikan beragam inovasi terbaru untuk
meningkatkan pelayanan kepada seluruh pelanggan. Salah satu bentuk inovasi
PLN sebagai wujud komitmen PLN untuk terus berinovasi adalah Program
Layanan Listrik Prabayar.
Program Layanan Listrik Prabayar adalah jawaban PLN dari banyaknya
keluhan dari pelanggan selama ini. Keluhan tersebut seputar kesalahan pencatatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
meter, jumlah tagihan yang tidak menentu setiap bulan, dan keluhan lain tentang
tagihan listrik di rumah kontrakan/kos. Dengan adanya Listrik Prabayar pelanggan
dapat dengan mudah mengendalikan pemakaian listriknya sesuai dengan
kebutuhan.
Layanan Listrik Prabayar merupakan bentuk pelayanan PLN dalam menjual
energi listrik dengan cara pelanggan membayar dimuka. Mudahnya, sebelum
menggunakan listrik dari PLN, pelanggan terlebih dahulu membeli sejumlah
nominal energi listrik, sesuai yang dibutuhkan.
Inovasi layanan ini terletak pada konsep layanannya yang mirip dengan
konsep telepon selular prabayar. Dengan layanan ini, energi listrik (kWh)-nya
dibeli oleh pelanggan. Pemakaian listriknya dapat dihemat sesuai kebutuhan,
seperti pemakaian pulsa HP.
Kekhawatiran tagihan listrik membengkak tak perlu lagi terjadi. Baik yang
disebabkan oleh penggunaan listrik yang tak terkontrol maupun terjadinya
kesalahan baca meter. Dengan membeli listrik di awal, hal-hal yang tidak
diinginkan tersebut tak perlu lagi terjadi.
Bila dibandingkan dengan penggunaan layanan pascabayar selama ini,
pelanggan relatif tak leluasa untuk mengetahui berapa besar energi listrik yang
telah dikonsumsi. Pelanggan dapat mengetahuinya setelah waktu pembayaran atau
bahkan saat akan membayar di loket PLN. Maka, tak heran jika kadang pelanggan
dibuat kaget oleh tagihan yang melambung tinggi yang disebabkan oleh
penggunaan listrik yang tak terkendali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Dengan layanan listrik prabayar, pelanggan bukan saja bisa mengetahui sudah
berapa banyak energi listrik yang dikonsumsi, namun juga dapat melihat berapa
energi listrik yang masih tersisa untuk dapat digunakan.
Mengingat uniknya sifat layanan listrik prabayar ini, maka diperlukan alat
khusus yang berbeda dengan layanan listrik pascabayar. Alat khusus ini
dinamakan kWh Meter (meteran listrik) Prabayar, atau lebih dikenal sebagai
Meter prabayar.
Setiap pelanggan prabayar akan dilengkapi dengan meter prabayar ini beserta
1 Kartu Prabayar. Meter tersebut yang akan mencatat penggunaan listrik anda.
Sedang, kartu prabayar selain sebagai nomor identitas pelanggan prabayar juga
berfungsi sebagai alat transaksi pembelian energi listrik. Kartu Prabayar tersebut
dipakai oleh pelanggan selama masih berlangganan listrik PLN.
Jadi, saat membeli energi listrik (isi ulang), pelanggan harus menunjukkan dan
memberikan kartu prabayar kepada petugas PLN untuk dilakukan pengisian
energi listrik. Tanpa kartu prabayar, pengisian ulang tidak dapat dilakukan.
Sistem Prabayar merupakan bentuk paling efisien pembayaran listrik karena
pelanggan hanya dibebankan membeli sejumlah kredit (isi ulang) untuk kemudian
dipergunakan sampai kWh listrik tersebut habis. Hal ini sama seperti penggunaan
isi ulang telepon selular yang biasa kita gunakan.
Program layanan ini merupakan lompatan inovasi yang menjembatani
keinginan pelanggan khususnya solusi bagi penghuni musiman. Dengan demikian,
pelanggan prabayar memiliki keunggulan dalam melakukan konservasi energi bila
dibandingkan dengan pelanggan biasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Selanjutnya, pelanggan juga dapat menggunakan listrik tanpa batasan daya,
tidak ada ketentuan peruntukan listrik bagi rumah tangga, bisnis atau lainnya serta
tidak perlu membayar rekening bulanan.
Tarip listrik Prabayar sesuai dengan Tarip Dasar Listrik (TDL Tahun 2004),
yakni Tarip Multiguna untuk pelanggan Reklame, Billboard, pedagang Kaki-Lima
dsb sebesar Rp 1.380/ kWh. Bila dibandingkan dengan tarip reguler, maka listrik
prabayar boleh dikatakan lebih murah. Karena pelanggan tidak perlu lagi
membayar Uang Jaminan Langganan (UJL), sementara harga per kWh-nya tetap
(flat). Dengan listrik prabayar, keuntungan ganda diperoleh pelanggan, disamping
dapat mengkontrol pemakaian listrik sesuai kemampuan biaya, juga tidak
dikenakan UJL.
Bagi PLN, manfaat utama yang diperoleh adalah peningkatan citra pelayanan
karena tidak akan ada lagi masalah kesalahan baca meter yang sering menjadi
keluhan pelanggan saat ini.
Proses sosialisasi Layanan Listrik Prabayar ini haruslah ditangani secara serius
dan terkoordinasi dengan baik, apalagi bagi suatu instansi pengelola negara yang
melayani kepentingan masyarakat, agar adaptasi terhadap inovasi baru ini mudah
diserap masyarakat.
Kemampuan dalam berkomunikasi sangat menentukan opini publik terhadap
produk baru seperti Layanan Listrik Prabayar. Prinsip komunikasi dua arah
merupakan tuntutan seorang PR agar dapat memberitahu atau dapat mengubah
sikap, pendapat, perilaku tertentu perorangan/kelompok agar sesuai dengan tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
institusi yang diwakilinya. Dengan kata lain dapat berkomunikasi se-efektif
mungkin untuk menciptakan saling pengertian.
Tentunya semua itu tidak akan terwujud tanpa bantuan dari semua pihak,
terutama pihak media. Organisasi tidak hanya membutuhkan liputan media cetak
melainkan media penyiaran atau media elektronika dan media on line pun
diharapkan bisa memberikan liputan yang bisa memperlancar proses sosialisasi
kepada masyarakat. Hubungan yang baik antara kedua belah pihak akan
membawa dampak penting dalam keberlangsungan PT. PLN (Persero)
selanjutnya.
Dengan publik yang tersebar, bukan saja secara geografis tapi juga secara
demografis, maka kegiatan komunikasi akan sulit dilakukan bila tidak
memanfaatkan media massa. Media massa menjadi media komunikasi yang bisa
menjangkau publik yang tersebar dan beragam kepentingannya itu. Sukar
dibayangkan bila PT. PLN (Persero) harus menyampaikan berbagai informasi
dengan menggunakan media tradisional, maka cara termudah adalah dengan
menyampaikannya melalui media massa.
PT. PLN (Persero) yang berpusat di Jakarta tak bekerja sendiri dalam
memantau dan memberikan layanan kepada konsumen si seluruh wilayah
Indonesia. PT. PLN (Persero) memiliki perpanjangan tangan ke kota – kota besar
lainnya di seluruh Indonesia yang disebut dengan Area Pelayanan dan Jaringan
(APJ).
Salah satu kantor Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) adalah PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta yang berada di kota Surakarta. Dimana tingkat pemakai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
listrik masyarakat Solo cukup tinggi yaitu sebesar 225 juta kWh. Dari jumlah
listrik yang digunakan, pemakai terbesar adalah rumah tangga yaitu sebesar 91%.
Humas APJ PLN Surakarta, Soeharmanto,S.E menyatakan sekitar 90%
terserap di pelanggan rumah tangga, sisanya digunakan di masjid atau di kantor
kelurahan. PLN APJ Surakarta mencatat sejak diluncurkan kali pertama bulan
Desember 2009 hingga bulan April 2010, jumlah alat meteran listrik Prabayar
yang telah terpasang secara riil di wilayah Soloraya mencapai 3.480-an unit.
Respons pelanggan terhadap alat meteran prabayar tersebut cukup tinggi. Hal itu
terlihat dari daftar tunggu pelanggan yang telah mendaftarkan diri untuk
mengganti alat meteran lamanya dengan alat meteran Prabayar tersebut yang saat
ini sudah mencapai lebih dari 500 pelanggan.
Guna menggambarkan dan memaparkan proses difusi inovasi program
Layanan Listrik Prabayar di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta serta
mengidentifikasi masalah dan langkah yang diambil dalam mensosialisasikan
program tersebut, maka diperlukan penelitian yang dapat mendeskripsikan hal itu
dalam bentuk penelitian deskriptif kualitatif.
Berawal dari hal tersebut, peneliti ingin mendapatkan gambaran tentang Difusi
Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
terhadap adopsi inovasi pada masyarakat Surakarta dan sejauh mana inovasi
Program Layanan Listrik Prabayar tersebut mampu diadopsi oleh masyarakat di
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah proses difusi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar
PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada
masyarakat Surakarta?
2. Sejauh mana inovasi Program Layanan Listrik Prabayar tersebut mampu
diadopsi oleh masyarakat, khususnya masyarakat di Surakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran proses
difusi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat Surakarta. Serta untuk
mengetahui sejauh mana inovasi Program Layanan Listrik Prabayar tersebut
mampu diadopsi oleh masyarakat, khususnya masyarakat di Surakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dari hasil penelitian diharapkan akan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Dapat menyumbangkan pengetahuan dan pemikiran yang bermanfaat di
bidang ilmu komunikasi.
2. Dapat digunakan sebagai sarana bagi penulis untuk memperluas wawasan
mengenai ilmu komunikasi khususnya di bidang Komunikasi
Pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
3. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
masukan-masukan bagi pemilik dan pengelola perusahaan serta
pemerintah dalam menjalankan kebijakan di masa yang akan datang.
E. KERANGKA TEORI
Komunikasi massa mempunyai efek, itu tidak bisa dibantah. Wujud efek
bisa berwujud tiga hal : efek kognitif (pengetahuan), afektif (emosinal dan
perasaan), dan behavioral (perubahan pada perilaku). 4
Penelitian empirik efek komunikasi massa mempunyai sejarah yang relatif
cukup singkat. Sejarah dimulai tahun 1930-an dengan munculnya motion
picture (gambar bergerak). Paling tidak dikenal tiga efek dalam komunikasi
massa sejak tahun 1930-an, yakni efek tak terbatas (unlimited effect), diikuti
efek terbatas (limited effect), kemudian effect moderat (not so limited effect)
(Keith R. Stamm dan John E. Bowes, 1990). Jika dirinci rentang waktunya
sebagai berikut :
1930 – 1950 efek tak terbatas (unlimited effect)
1050 – 1970 efek terbatas (limited effect)
1970 – 1980-an effect moderat (not so limited effect) 5
Efek tak terbatas (unlimited effect) didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai
berikut :
1. Ada hubungan yang langsung antara isi pesan dengan efek yang
ditimbulkan.
4 Msi. Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. 2007), hlm.228 5 Ibid, hal 214
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2. Penerima pesan tidak mempunyai sumber sosial dam psikologis untuk
menolak upaya persuasif yang dilakukan media massa. 6
Tiga peristiwa (“perang dunia” siaran radio, propaganda Perang Dunia II, dan
kampanye perang obligasi Kate Smith) disebut sebagai bukti munculnya efek
tidak terbatas dari saluran komunikasi massa.
Kemudian analisis Cantril menunjukan bahwa pengaruh komunikassi massa
sangat komplek dan bersifat langsung, meskipun ada penjelasan yang mengatakan
bahwa pengaruh komunikasi massa kecil, misalnya pendapat bahwa kampanye
Kate Smith hanya menunjukkan sedikit presentase audience untuk menerima
kampanyenya (perang obligasi). 7
Meskipun banyak yang mengkritik, efek tak terbatas ini masih diyakini
memiliki pengaruh yang kuat dalam “membentuk” benak audience. Paling tidak
ada beberapa hal berikut yang bisa dijadikan sebagai alasan, yaitu :
1. Pengulangan (Redundancy)
2. Mengidentifikasi dan memfokuskan pada audience terentu yang ditargetkan
Berbeda dengan asal usul “efek tidak terbatas” yang meragukan, sumber
model efek terbatas awalnya diperkenalkan oleh Joseph Klaper. Dalam
disertasinya yang berjudul “Pengaruh Media Massa” tahun 1960, ia
menyimpulkan bahwa media massa mempunyai efek terbatas berdasarkan
penelitiannya pada kasus kampanye publik, kampanye politik, dan percobaan pada
desain pesan yang bersifat persuasif. Klaper menyimpulkan “Ketika media
6 Ibid, hal 216 7 Msi. Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. 2007), hal 217
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
menawarkan isi yang diberitakan ternyata hanya sedikit yang bias mengubah
pandangan dan perilaku audience”. 8
Joseph Klaper dalam buku The Effect of Mass Communication (1960)
menunjukan bahwa faktor psikologis dan sosial ikut berpengaruh dalam proses
penerimaan pesan dari media massa. Faktor-faktor tersebut antara lain proses
seleksi, proses kelompok, norma kelompok, dan keberadaan pemimpin opini. Ada
dua hal yang mendasari mengapa efek terbatas bisa terjadi, yaitu :
1. Rendahnya terpaan media 2. Perlawanan. Perlawanan berasal dari individu sebagai audience
komunikasi massa. Perlawanan menjadi salah satu “alat penyaring” yang akan ikut mempengaruhi penolakan pesan-pesan media massa. Ini artinya, perlawanan lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan terpaan media massa itu sendiri. 9
Pendapat terakhir dan aktual tentang efek komunikasi massa adalah “efek
moderat”. Peran komunikasi massa ikut berubah dibarengi oleh peningkatan
pendidikan masyarakat. Ada beberapa hal yang ikut mempengaruhi proses
penerimaan pesan seseorang, misalnya selective exposure. Selective exposure
sebenarnya adalah gejala kunci yang sering dikaitkan dengan model efek terbatas,
tetapi bukti yang ada di lapangan justru sering bertolak belakang.
Dalam efek model moderat ini ada banyak variabel yang ikut mempengaruhi
penerimaan pesan. Tidak hanya dari media massa itu sendiri, tetapi faktor lain,
seperti : tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kebutuhan, dan sistem nilai yang
dianutnya juga turut berpengaruh terhadap penerimaan pesan seseorang. Jadi
8 Ibid, hal 220 9 Msi. Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. 2007), hal 222
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
semakin tinggi tingkat pendidikan individu, semakin selektif untuk menerima
pesan-pesan yang berasal dari media massa. 10
Efek suatu komunikasi massa berupa realitas-realitas kemasyarakatan pada
dasarnya dimulai dari “individu-individu yang jumlahnya tak terbatas. Individu-
individu bersikap sendiri-sendiri menurut kondisinya masing-masing.” Oleh
karena itu kita dapat menyatakan, bahwa efek terjadi pada individu-individu dan
kemudian menjadi sikap masyarakat.
Menurut Astrid S. Susanto dalam Komunikasi Dalam Teori dan Praktek
menunjukkan bahwa efek suatu komunikasi pada umumnya terhadap individu
secara konkrit dapat diklasifikasi dalam tingkat-tingkat sebagai berikut :
1. Menerima idea, melaksanakan dan menganjurkan kepada orang lain. 2. Bisa menerima dan melaksanakan (tanpa merumuskan penganjurannya). 3. Idea bisa diterima tapi masih dipikirkan pelaksanaannya. 4. Idea tidak diterima. 5. Idea ditolak bahkan memikirkan kemungkinan mengambil saran / anjuran
dari pihak lawan A, yaitu C. 6. Menolak idea A dan mengambil / melaksanakan idea dari lawan A, yaitu
C. 7. Menolak idea dari A, menerima idea dari C (= lawan A) dan
menganjurkan penggunaan idea C kepada orang lain.11
Sesungguhnya suatu idea yang menyentuh dan merangsang individu dapat
diterima atau ditolak sebagaimana tingkat-tingkat efek yang tersebut itu atau
ditolak sebagaimana tingkat-tingkat efek itu, pada umumnya melalui proses :
1. Proses mengerti (proses kognitif)
2. Proses menyetujui (proses obyektif), dan
10 Ibid, hal 227
11 Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek (Bandung : P.T. Rindang Mukti. 1977), hlm 164
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3. Proses perbuatan (proses sensmotorik) atau dapat juga dikatakan melalui
proses :
a. Terbentuknya suatu pengertian / pengetahuan (knowledge)
b. Proses suatu sikap menyetujui atau tidak menyetujui (attitude)
c. Proses terbentuk gerak pelaksanaan (practice)
Proses di atas menurut E. Rogers dan Schoemaker (1971) sebenarnya melalui
lima tahap, yaitu :
1. Kesadaran 2. Perhatian 3. Evaluasi 4. Coba-coba 5. Adopsi 12
Kelima tahap ini merupakan tahap dalam proses penyebaran sebuah ide atau
inovasi baru kepada anggota suatu sistem sosial yang dikenal sebagai difusi.
Difusi inovasi merupakan teori yang dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun
1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Everett Rogers
mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan
melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.
Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu :
“as the process by which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social system.”
Unsur-unsur difusi (penyebaran) ide-ide baru ialah (1) inovasi yang (2)
dikomunikasikan melalui saluran tertentu (3) dalam jangka waktu tertentu, kepada
(4) anggota suatu sitem sosial.
12 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktik. (Yogyakarta : Graha Ilmu. 2009), hlm 165
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Rogers dan Floyed Shoemaker (1987) menegaskan bahwa “difusi merupakan
tipe komunikasi khusus, yaitu mengkomunikasikan inovasi. Ini berarti kajian
difusi merupakan bagian kajian komunikasi yang berkaitan dengan gagasan-
gagasan baru, sedangkan pengkajian komunikasi meliputi semua bentuk pesan”
atau dalam istilah Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new
idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.”
Jadi jika yang dikomunikasikan bukan produk inovasi, maka kurang lazim disebut
sebagai difusi.
Srinivas R Melkote dalam Communication for Development in the Third
World menyatakan bahwa :
“The diffusion of innovations theory has important theoretical links with communication effects research. As pointed out earlier, the emphasis was on communication effects : the ability of media messages and opinion leaders to create kmowledge of new practices and ideas and persuade the target to adopt the exogenously introduced innovations.” 13
Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa teotri difusi inovasi tak
bisa dipisahkan dari efek komunikasi. Teori difusi inovasi ini termasuk dalam
efek model moderat, karena banyak variabel yang ikut mempengaruhi penerimaan
pesan. Tidak hanya dari media massa, tetapi faktor lain, seperti : tingkat
pendidikan, lingkungan sosial, kebutuhan, dan sistem nilai yang dianutnya juga
turut berpengaruh terhadap penerimaan pesan seseorang. Jadi semakin tinggi
tingkat pendidikan individu, semakin selektif untuk menerima pesan-pesan yang
berasal dari media massa. Dalam hal ini penekannya adalah efek komunikasi yaitu
13 Srinivas R. Melkote, Communication for Development in the Third World, Theory and Practice ( New Delhi: Sage Publications. 1991), hlm 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kemampuan pesan media dan opinion leader untuk menciptakan pengetahuan, ide
dan penemuan baru dan membujuk sasaran untuk mengadopsi inovasi tersebut.
Inovasi adalah suatu ide, karya atau objek yang dianggap baru oleh seseorang. Ciri-ciri inovasi yang dirasakan oleh para anggota suatu sistem sosial menentukan tingkat adopsi : (1) relative advantage (keuntungan relative), (2) compatibility (kesesuaian), (3) complexity (kerumitan), (4) trialability (kemungkinan di coba), (5) observability (kemungkinan diamati).
Relative advantage adalah suatu derajat dimana inovasi dirasakan lebih baik dari pada ide lain yang menggantikannya.derajat keuntungan tersebut bisa dihitung secara ekonomis, tetapi faktor prestasi sosial, kenyamanan dan kepuasan juga merupakan unsur penting. Compatibility adalah suatu derajat dimana inovasi dirasakan ajeg atau konsisten dengan nilai – nilai yang berlaku, pengalaman dan kebutuhan mereka yang melakukan adopsi. Complexity adalah mutu derajat dimana inovasi dirasakan sukar untuk dimengerti dan dipergunakan. Trialability adalah mutu derajat dimana inovasi di eksperimentasikan pada landasan yang terbatas. Observability adalah suatu derajat dimana inovasi dapat disaksikan oleh orang lain.14
Dalam hubungan ini Sudikno memberikan gambaran bahwa sesuatu dikatakan
baru bila :
1. Menciptakan sesuatu yang baru, yang sebelumnya belum ada.
2. Menciptakan sesuatu yang baru dari yang sudah ada.
3. Memperbarui sesuatu dari yang sudah ada.15
Umumnya aplikasi komunikasi massa yang utama berkaitan dengan proses
adopsi inovasi ( hal – hal / nilai baru ). Kondisi perubahan sosial dan teknologi
dalam masyarakat melahirkan kebutuhan yang dapat menggantikan metode lama
dengan metode yang baru. Semua itu menyangkut komunikasi massa karena
berada dalam situasi dimana perubahan potensial bermula dari riset ilmiah, dan
kebijaksanaan umum yang harus diterapkan oleh masyarakat.
14 Elvinaro Ardianto dan Lukiati K. Erdinaya, Komunikasi Massa : Suatu Pengantar (Bandung : Simbiosa Rekatama Media. 2005), hlm 63 15 Sutopo JK, Komunikasi Pembangunan dan Komunikasi Kependudukan (Surakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 1986), hlm 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Sesuai dengan pemikiran Rogers, terdapat empat unsur-unsur pokok dalam
difusi, yaitu:
1. Inovasi : gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
2. Saluran komunikasi : ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidak perlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal. Saluran komunikasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a) Saluran interpersonal dan media massa.
Saluran interpesonal adalah saluran yang melibatkan tatap muka antara sumber dan penerima, antar dua orang atau lebih. Saluran media massa adalah penyampaian pesan yang memungkinkan sumber mencapai suatu audiens dalam jumlah besar, dapat menembus waktu dan ruang.
b) Saluran lokalit dan saluran kosmopolit. Saluran interpersonal dapat berifat kosmopolit, yakni jika menghubungkan dengan sumber di atau dari luar sistem. Sebaliknya bersifat lokalit jika hanya terbatas pada daerah atau sistem sosial itu saja. Sedangkan saluran melalui media massa sudah pasti bersifat kosmopolit. Dalam difusi inovasi saluran komunikasi memiliki karakter kelebihan dan
kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, dalam menggunakan saluran komunikasi ini perlu mempertimbangkan berbagai hal. Hasil penelitian Rogers dan Beal (1960) berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut : a) Saluran komunikasi massa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan
dan saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi.
b) Saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi.
c) Saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).
d) Saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran lokal bagi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).16
16 http://wsmulyana.wordpress.com/2009/01/25/teori-difusi-inovasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Menurut Onong U. Effendi terdapat dua jenis komunikasi berdasarkan
sifatnya, yaitu :
1. Komunikasi tatap muka (face to face communication) Komunikasi tatap muka dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behavior change) dari komunikan. Pada komunikasi tatap muka terjadi umpan balik langsung (immediate feedback). Berdasarkan jumlah komunikan yang dihadapi komunikator, komunikasi tatap muka diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu: a. Komunikasi antarpersona
Komunikasi antarpersona adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi ini paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung sehingga komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika komunikasi berlangsung.
b. Komunikasi kelompok Pada dasarnya komunikasi kelompok (group communication) sama dengan komunikasi antarpersona, yang membedakannya adalah jumlah komunikannya. Karena jumlah komunikannya menimbulkan konsekuensi, maka
komunikasi kelompok diklasifikasikan menjadi : i) Komunikasi Kelompok Kecil
Situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil apabila terjadi komunikasi antarpersona dalam setiap komunikan. Dengan kata lain, antar komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog.
ii) Komunikasi Kelompok Besar Situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi besar apabila sukar terjadi komunikasi antarpersona antara komunikator dengan komunikan.
2. Komunikasi bermedia (mediated communication) Komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya dan atau banyak jumlahnya.17 Komunikasi tatap muka biasa kita sebut dengan komunikasi langsung
karena komunikator langsung berhadapan dengan komunikan. Selain itu, komunikator juga bisa langsung mengetahui timbal balik yang dilakukan oleh komunikan. Sedangkan komunikasi bermedia disebut juga komunikasi tidak langsung (indirect communication) karena komunikasi berlangsung melalui perantara media tertentu. Arus balik dari komunikan tidak bisa langsung
17 Onong U. Effendi, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung : Remaja Rosdakarya. 2005), hlm 8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dirasakan oleh komunikator. Komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan pada saat berkomunikasi.
3. Jangka waktu : proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
4. Sistem sosial : kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.18
Proses Keputusan Inovasi
The innovation-decision process merupakan proses mental yang mana
seseorang atau lembaga melewati dari pengetahuan awal tentang suatu inovasi
sampai membentuk sebuah sikap terhadap inovasi tersebut, membuat keputusan
apakah menerima atau menolak inovasi tersebut, mengimplementasikan gagasan
baru tersebut, dan mengkonfirmasi keputusan ini. Seseorang akan mencari
informasi pada berbagai tahap dalam proses keputusan inovasi untuk mengurangi
ketidakyakinan tentang akibat atau hasil dari inovasi tersebut.
Proses keputusan inovasi ini adalah sebuah model teoritis dari tahapan
pembuatan keputusan tentang pengadopsian suatu inovasi teknologi baru. Proses
keputusan inovasi dibuat melalui sebuah cost-benefit analysis yang mana
rintangan terbesarnya adalah ketidakpastian ( uncertainty).
Orang akan mengadopsi suatu inovasi jika mereka merasa percaya bahwa
inovasi tersebut akan memenuhi kebutuhan . Jadi mereka harus percaya bahwa
inovasi tersebut akan memberikan keuntungan relatif pada hal apa yang
digantikannya. Hal ini telah dibuktikan oleh C. C. Wong and P. L. Hiew melalui
18 http://wsmulyana.wordpress.com/2009/01/25/teori-difusi-inovasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
penelitiannya “Diffusion of Mobile Entertainment in Malaysia: Drivers and
Barriers“.
Di dalam riset ini, teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling. Purposive sampling melibatkan orang-orang tertentu yang dianggap
tahu dalam menyediakan informasi yang diperlukan.
Penelitian dilakukan terhadap 384 orang yang berusia antar 18 sampai 25
tahun. Terminologi usia yang dipilah karena kaum muda merupakan segmentasi
awal dalam proses adopsi Mobile entertainment ini. Selain itu penelitian di
lakukan di tiga kota besar di Malaysia yaitu Klang Lembah ( Kuala
Lumpur/Selangor ( 34.5%1), Johore ( 13.2%1) dan Penang ( 6.9%1).
Dari penelitian tersebut terungkap sisi manfaat dirasa mempunyai dampak
yang paling penting pada pada proses difusi Mobile entertainment di Malaysia.
Selain itu, penelitian tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di Malaysia
mengadopsi Mobile Entertainment karena sisi kemanfaatannya yang dirasa lebih
besar dibandingkan dengan factor yang lain.
“ Results of the survey also show that there are strong positive correlations between all the factors, with pricing issue — perceived benefit showing the strongest relationship.”19 Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup
hal-hal yang digambarkan sebagai berikut :
19 C. C. Wong and P. L. Hiew. “Diffusion of Mobile Entertainment in Malaysia : Drivers and Barriers”. World Academy of Science, Engineering and Technology, vol 33, no.11, pp. 135-138, 2005.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Sistem Sosial1. Norma-norma sistem2. Toleransi terhadap pe- nyimpangan3. Kesatuan komunikasi
Ciri-ciri Inovasi dalam penga-matan penerima1. Keuntungan relatif2. Kompatibilitas3. Kompleksitas4. Trialabilitas5. Observabilitas
(ANTACEDENT) (PROSES) (CONSEQUENCES)
SUMBER KOMUNIKASI
Tetap menolak
PERSUASIII
PENGENALANI
MENOLAK
KONFIRMASIIV
Diskontinuansi1. Ganti yang baru2. Kecewa
Pengadopsian terlambat
Terus mengadopsi
KEPUTUSANIII
Gambar 1.1 Paradigma Proses Keputusan Inovasi 20
1. Pengetahuan (Knowledge) : kesadaran individu akan adanya inovasi dan
pemahaman tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi.Tahap
Munculnya Pengetahuan ketika seorang individu (atau unit pengambil
keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan
keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi.
2. Persuasi (Persuasion) : individu membentuk sikap setuju atau tidak setuju
terhadap inovasi. Tahap Persuasi ketika seorang individu (atau unit pengambil
keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik
3. Keputusan (Decisions) : individu melibatkan diri pada aktivitas yang
mengarah pada pilihan untuk menerima atau menolak inovasi.Tahap
Keputusan muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan
lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau
penolakan sebuah inovasi.
20 Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru (Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. 1987), hlm 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
4. Implementasi (Implementation) : tahapan implementasi ketika sorang individu
atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.
5. Konfirmasi (Confirmation) : individu mencari penguatan ( dukungan )
terhadap keputusan yang telah dibuatnya, tapi ia mungkin berbalik keputusan
jika ia memperoleh isi pernyataan peryantaan yang bertentangan. Tahapan
Konfirmasi, ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya
mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi
yang sudah dibuat sebelumnya. 21 Kelima langkah ini dapat digambarkan
seperti di bawah ini :
1. Knowledge Stage
Proses keputusan inovasi ini dimulai dengan Knowledge Stage. Pada
tahapan ini suatu individu belajar tentang keberadaan suatu inovasi dan mencari
informasi tentang inovasi tersebut. Apa, bagaimana, dan mengapa merupakan
pertanyaan yang sangat penting pada tahap ini. Pada tahap ini individu akan
menetapkan “Apa inovasi itu?, Bagaimana dan mengapa ia bekerja? Menurut
Rogers, pertanyaan ini akan membentuk tiga jenis pengetahuan (knowledge) :
a) Kesadaran / pengetahuan mengenai adanya inovasi. Pengetahuan jenis ini
akan memotivasi individu untuk belajar lebih banyak tentang inovasi dan
kemudian akan mengadopsinya. Pada tahap ini inovasi mencoba
diperkenalkan pada masyarakat tetapi tidak ada informasi yang pasti tentang
produk tersebut. Karena kurangnya informasi tersebut maka maka masyarakat
21 Dodi Sukmayadi.2004. Cakrawala Inovasi Pendidikan: Upaya Mencari Model Inovasi (Book Report. Rogers, Everet M. (1983), 3rd, Diffusion of Innovations, The Free Press, N.Y). Bandung Program Pasca Sarjana- Universitas Pendidikan Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
tidak merasa memerlukan akan inovasi tersebut. Rogers menyatakan bahwa
untuk menyampaikan keberadaan inovasi akan lebih efektif disampaikan
melalui media massa seperti radio, televisi, koran, atau majalah. Sehingga
masyarakat akan lebih cepat mengetahui akan keberadaan suatu inovasi.
b) Pengetahuan teknis, yaitu pengetahuan tentang bagaimana cara menggunakan
suatu inovasi dengan benar. Rogers memandang pengetahuan jenis ini sangat
penting dalam proses keputusan inovasi. Untuk lebih meningkatkan peluang
pemakaian sebuah inovasi maka individu harus memiliki pengetahuan ini
dengan memadai berkenaan dengan penggunaan inovasi ini.
c) Pengetahuan prinsip, yaitu pengetahuan tentang prinsip-prinsip keberfungsian
yang mendasari bagaimana dan mengapa suatu inovasi dapat bekerja. Contoh
dalam hal ini adalah ide tentang teori kuman, yang mendasari penggunaan
vaksinasi dan kakus untuk sanitasi perkampungan dan kampanye kesehatan.
Suatu inovasi dapat diterapkan tanpa pengetahuan ini, akan tetapi
penyalahgunaan suatu inovasi akan mengakibatkan berhentinya inovasi
tersebut. 22
Lalu apakah peranan para agen perubahan dalam menghasilkan ketiga jenis
pengetahuan tersebut? Kebanyakan agen perubahan tampaknya memusatkan
perhatian pada usaha untuk menciptakan awareness-knowledge yang sebenarnya
untuk tujuan ini akan lebih efisien dengan menggunakan jalur media masa. Para
agen perubahan mungkin akan memainkan peranan penting pada proses keputusan
inovasi ini apabila mereka berkonsentrasi pada how-to-knowledge, yang mungkin
22 Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru (Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. 1987), hlm 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
akan lebih penting bagi para klien terutama pada tahap trial and decision pada
proses tersebut.
2. Persuasion Stage
Tahap Persuasi terjadi ketika individu memiliki sikap positif atau negatif
terhadap inovasi. Tetapi sikap ini tidak secara langsung akan menyebabkan
apakah individu tersebut akan menerima atau menolak suatu inovasi. Suatu
individu akan membentuk sikap ini setelah dia tahu tentang inovasi , maka tahap
ini berlangsung setelah knowledge stage dalam proses keputusan inovasi. Rogers
menyatakan bahwa knowledge stage lebih bersifat kognitif (tentang pengetahuan),
sedangkan persuasion stage bersifat afektif karena menyangkut perasaan individu,
karena itu pada tahap ini individu akan terlibat lebih jauh lagi. Tingkat
ketidakyakinan pada fungsi-fungsi inovasi dan dukungan sosial akan
mempengaruhi pendapat dan kepercayaan individu terhadap inovasi.
3. Decision Stage
Pada tahapan ini individu membuat keputusan apakah menerima atau
menolak suatu inovasi. Menurut Rogers adopsi (menerima) berarti bahwa inovasi
tersebut akan digunakan secara penuh, sedangkan menolak berarti “not to adopt
an innovation”. Jika inovasi dapat dicobakan secara parsial, umpamanya pada
keadaan suatu individu, maka inovasi ini akan lebih cepat diterima karena
biasanya individu tersebut pertama-tama ingin mencoba dulu inovasi tersebut
pada keadaannya dan setelah itu memutuskan untuk menerima inovasi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Walaupun begitu, penolakan inovasi dapat saja terjadi pada setiap proses
keputusan inovasi ini. Rogers menyatakan ada dua jenis penolakan, yaitu active
rejection dan passive rejection.
* Active rejection terjadi ketika suatu individu mencoba inovasi dan berfikir akan
mengadopsi inovasi tersebut namun pada akhirnya dia menolak inovasi tersebut.
* Passive rejection individu tersebut sama sekali tidak berfikir untuk mengadopsi
inovasi.
4. Implementation Stage ( Tahap implementasi)
Pada tahap implementasi, sebuah inovasi dicoba untuk dipraktekkan, akan
tetapi sebuah inovasi membawa sesuatu yang baru apabila tingkat
ketidakpastiannya akan terlibat dalam difusi. Ketidakpastian dari hasil-hasil
inovasi ini masih akan menjadi masalah pada tahapan ini. Maka si pengguna akan
memerlukan bantuan teknis dari agen perubahan untuk mengurangi tingkat
ketidakpastian dari akibatnya. Apalagi bahwa proses keputusan inovasi ini akan
berakhir. Permasalahan penerapan inovasi akan lebih serius terjadi apabila yang
mengadopsi inovasi itu adalah suatu organisasi, karena dalam sebuah inovasi
jumlah individu yang terlibat dalam proses keputusan inovasi ini akan lebih
banyak dan terdiri dari karakter yang berbeda-beda.
Kapankah implementasi inovasi ini akan berakhir? Penemuan kembali
biasanya terjadi pada tahap implementasi ini, maka tahap ini merupakan tahap
yang sangat penting. Penemuan kembali ini adalah tingkatan di mana sebuah
inovasi diubah atau dimodifikasi oleh pengguna dalam proses adopsi atau
implementasinya. Rogers juga menjelaskan tentang perbedaan antara penemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dan inovasi (invention dan Innovation). Invention adalah proses di mana ide-ide
baru ditemukan atau diciptakan. Sedang inovasi adalah proses penggunaan ide
yang sudah ada. Rogers juga menyatakan bahwa semakin banyak terjadi
penemuan maka akan semakin cepat sebuah inovasi dilaksanakan.
5. Confirmation Stage
Ketika Keputusan inovasi sudah dibuat, maka si penguna akan mencari
dukungan atas keputusannya ini . Menurut Rogers keputusan ini dapat menjadi
terbalik apabila si pengguna ini menyatakan ketidaksetujuan atas pesan-pesan
tentang inovasi tersebut. Akan tetapi kebanyakan cenderung untuk menjauhkan
diri dari hal-hal seperti ini dan berusaha mencari pesan-pesan yang mendukung
yang memperkuat keputusan itu. Jadi dalam tahap ini, sikap menjadi hal yang
lebih krusial. Keberlanjutan penggunaan inovasi ini akan bergantung pada
dukungan dan sikap individu. Tahap konfirmasi berlangsung setelah ada
keputusan untuk menerima atau menolak selama jangka waktu yang tak terbatas.
Pada tahap ini sesorang berusaha menghindari kenyataan yang menyimpang,
yang bertentangan dengan keputusannya. Adaikata terjadi hal itu, ia berusaha
memperrkecil ketidaksesuaian itu. 23
a) Dissonansi tindakan
Sebagian perubahan tingkah laku manusia terjadi karena adanya
ketidakselarasan (dissonansi) atau ketidakseimbangan internal. Jika seseorang
merasakannya, biasanya ia terdorong untuk mengurangi keadaan dengan jalan
merubah pengetahuan, sikap, atau tindakan-tindakannya.
23 Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru (Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. 1987), hlm 45-49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b) Discontiuance ( ketidakberlanjutan)
Discontinuance adalah suatu keputusan menolak sebuah inovasi setelah
sebelumnya mengadopsinya. Ketidakberlanjutan ini dapat terjadi selama tahap ini
dan terjadi pada dua cara :
* Pertama atas penolakan individu terhadap sebuah inovasi mencari inovasi lain
yang akan menggantikannya. Keputusan jenis ini dinamakan replacement
discontinuance.
* Yang kedua dinamakan disenchanment discontinuance. Dalam hal ini individu
menolak inovasi tersebut disebabkan ia merasa tidak puas atas hasil dari inovasi
tersebut. Alasan lain dari discontinuance decision ini mungkin disebabkan
inovasi tersebut tidak memenuhi kebutuhan individu. sehingga tidak merasa
adanya keuntungan dari inovasi tersebut.
Kategori Adopter
Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok adopter
(penerima inovasi) sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan dalam
menerima inovasi). Salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan rujuakan
adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers
(1961). Gambaran tentang pengelompokan adopter dapat dilihat sebagai berikut :
1. Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi.
Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan
ekonomi tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2. Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis dalam
penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang
dihormati, akses di dalam tinggi
3. Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi para pengikut awal.
Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi.
4. Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam
penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi
atau tekanan social, terlalu hati-hati.
5. Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum
kolot/tradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan
opinion leaders, sumberdaya terbatas.
Gambar 1.2 Pengkategorian Adopter berdasarkan keinovatifan 24
Dalam pelaksanaannya, sasaran dari difusi inovasi adalah para petani dan
anggota masyarakat pedesaaan. Usaha – usaha difusi inovasi pertama kali
dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1920-an dan 1930-an, dan sekarang
menjadi program – program pembagunan di Negara sedang berkembang. Usaha –
24 Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru (Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. 1987), hlm 88-89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
usaha ini tidak hanya berhubungan dengan masalah pertanian saja, tetapi juga
dengan masalah kesehatan, dan sosial politik.
Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual
understanding) antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan
(dalam hal ini adalah ide baru) melalui saluran komunikasi tertentu. Dalam
komunikasi inovasi, proses komunikasi antara (misalnya penyuluh dan petani)
tidak hanya berhenti jika penyuluh telah menyampaikan inovasi atau jika sasaran
telah menerima pesan tentang inovasi yang disampaikan penyuluh. Namun
seringkali (seharusnya) komunikasi baru berhenti jika sasaran (petani) telah
memberikan tanggapan seperti yang dikehendaki penyuluh yaitu berupa menerima
atau menolak inovasi tersebut.
Salah satu keberhasilan inovasi teknologi yang telah diadopsi secara luas
adalah inovasi di bidang komuniksi tanpa kabel (Innovation in the Wireless
Ecosystem) dimana alat komunikasi tanpa kabel ini telah mengubah dengan cepat
cara berkomunikasi manusia satu sama lain dan cara mengakses serta berbagi
informasi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Gerald R. Faulhaber dan David
J. Farber dalam Innovation in the Wireless Ecosystem : A Customer-Centric
Framework.
“ Wireless communication has already radically changed the way that not only Americans, but people the world over communicate with each other and access and share information.“
Dalam penelitiannya, Gerald R. Faulhaber dan David J. Farber melihat
capaian wireless industry’s dalam tiga dimensi: (i) tingkat inovasi, (ii) bagaimana
kompetitif industri adalah, dan (iii) bagaimana kompetisi inovasi dalam wireless
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
industry’s. Ternyata ketiga dimensi tersebut memperlihatkan tingkat inovasi yang
diterima oleh masyarakat dengan hasil yang luar biasa cepat.
“ All three segments of the wireless marketplace (applications, devices, and core networks) have extraordinary track records in innovation.This extraordinary innovation has been driven by the brutal competition that characterizes this industry. “25 Salah satu parameter tingkat adopsi inovasi dalam penelitian Gerald R.
Faulhaber dan David J. Farber adalah peningkatan permintaan konsumen dalam
mengakses suara dan data aplikasi yang mereka pilih. Gambar di bawah ini
menunjukkan peningkatan penggunaan alat-alat komunikasi tanpa kawat
(wireless) :
Gambar 1.3 Peningkatan Penggunaan Alat-Alat Komunikasi Tanpa Kawat
(Wireless) Di Amerika Tahun 2008
25 Faulhaber, Gerald R. and David J. Farber. “Innovation in the Wireless Ecosystem : A Customer-Centric Framework”. International Journal of Communication, 4 (1), pp. 73-112, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Dalam penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah inovasi
customer atau masyarakat selaku anggota sistem sosial dapat memutuskan untuk
menerima (mengadopsi) atau menolak suatu inovasi dalam persaingan pasar.
“ A customer - centric perspective should govern the FCC’s (Federal Communications Commission) actions in the wireless ecosystem: let customers decide what they want in this competitive market.” 26
Dari penelitian yang mereka lakukan, mereka mendapatkan hasil bahwa
tingkat adopsi masyarakat terhadap alat komunikasi tanpa kabel sangat tinggi. Hal
ini terlihat dari tingkat inovasi yang ada, persaingan pasar, dan tingkat persaingan
pasar yang memicu timbulnya inovasi.
Definisi Konseptual
1. Difusi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar
Difusi merupakan proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui
saluran dan jangka waktu tertentu diantara anggota suatu sistem sosial. Inovasi
adalah gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. 27
Jadi difusi inovasi merupakan proses dimana suatu gagasan, tindakan, atau
barang yang dianggap baru oleh seseorang dikomunikasikan melalui saluran dan
jangka waktu tertentu diantara anggota suatu sistem sosial.
Unsur-unsur utama dari proses difusi inovasi menurut Rogers dan Shoemaker
dikutip oleh Hanafi dalam buku Memasyarakatkan Ide-Ide baru terdiri dari
inovasi, saluran komunikasi, jangka waktu, dan sistem sosial.
26 Faulhaber, Gerald R. and David J. Farber. “Innovation in the Wireless Ecosystem : A Customer-Centric Framework”. International Journal of Communication, 4 (1), pp. 73-112, 2010 27 Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru (Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. 1987), hlm 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
1) Inovasi
Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh
seseorang. Kebaruan sebuah inovasi diukur secara subyektif, menurut individu
yang menangkapnya. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan inovasi adalah
Program Layanan Listrik Prabayar.
Listrik Prabayar, yaitu sistem pembayaran dan pembelian listrik yang dilkukan
diawal, sebelum pemakaian.28 Seperti namanya, maka sistem penggunaan meteran
ini seperti penggunaan pulsa telepon genggam dengan sistem Prabayar. Artinya,
pelanggan harus mengisi atau membayar terlebih dahulu rencana penggunaan
listrik sebelum listrik tersebut digunakan. Jadi, Layanan Listrik Prabayar
merupakan bentuk inovasi pelayanan PLN dalam menjual energi listrik dengan
cara pelanggan membayar dimuka. Layanan ini dimaksudkan untuk memecahkan
permasalahan konsumen/pelanggan.29
2) Saluran Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima
melalui media tertentu dan menimbulkan efek tertentu. Sedangkan saluran
komunikasi adalah alat dimana pesan dari sumber dapat diterima oleh
penerimanya.
Inti dari proses difusi adalah interaksi manusia dimana seseorang
mengkomunikasikan ide baru kepada seseorang atau sekelompok orang. Sifat
hubungan antara sumber dan penerima pesan ditentukan oleh kondisi apakah
sumber mau menceritakan ide baru kepada penerima. Saluran komunikasi sangat
28 http://bisniskeuangan.kompas.com/2009/01/25/program-layanan-listrik-prabayar 29 www.pln.co.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
penting dalam penyampaian ide dari sumber kepada penerima untuk menentukan
keputusan penerima apakah mengadopsi atau menolaknya.
Ada dua jenis saluran komunikasi yang digunakan dalam proses difusi, yaitu
melalui media massa dan komunikasi interpersonal. Media massa digunakan jika
sumber hanya ingin memberi tahu suatu inovasi kepada penerima karena dianggap
lebih efisien. Namun jika sumber ingin memperngaruhi penerima, maka
komunikasi interpersonal lebih tepat digunakan.
Dalam penelitian ini akan dijelaskan saluran komunikasi apa yang dipilih
dalam proses difusi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar dan bagaimana
proses difusi itu berlangsung.
3) Jangka Waktu
Waktu merupakan pertimbangan yang penting dalam sebuah proses difusi
yang tampak dalam :
a) proses pengambilan keputusan
b) keinovatifan seseorang, apakah relatif lebih lambat atau lebih awal
c) kecepatan penagadopsian dalam suatu sistem sosial.30
Pengambilan keputusan inovasi adalah proses mental sejak awal mulai
menegenal suatu inovasi sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya,
dan pengukuhan terhadap keputusan itu. Sedangkan masa pengambilan keputusan
inovasi merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh
proses pengambilan keputusan inovasi atau disebut dengan adopsi.
30 Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru (Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. 1987), hlm 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Penelitian ini akan menggunakan indikator yang pertama sebagai pencatat
waktu yaitu proses pengambilan keputusan. Masa pengambilan keputusan dalam
penelitian ini dapat dilihat dari berapa lama waktu yang dibutuhkan masyarakat
kota Surakarta dalam pengambilan keputusan inovasi mulai dari pengenalan
sampai tahap menerima atau menolak Program Layanan Listrik Prabayar.
4) Anggota Sistem Sosial
Sistem sosial dapat didefinisikan sebagai kumpulan unit yang berbeda secara
fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah, dalam
rangka mencapai tujuan bersama.
Anggota sistem sosial pada penelitian ini adalah masyarakat kota Surakarta.
Masyarakat kelurahan sendiri terbagi menjadi beberapa komponen yaitu PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta dan masyarakat kota Surakarta itu sendiri.
Dalam model komunikasi S-M-R-C-E terdapat efek yang ditimbulkan dalam
berkomunikasi. Begitu juga dengan difusi Program Layanan Listrik Prabayar ini.
Salah satu efek dan tujuan yang diharapkan dari Program Layanan Listrik
Prabayar adalah masyarakat bermigrasi dari system pembayaran pascabayar ke
prabayar bagi pelanggan lama dam bagi pelanggan baru mereka memilih
menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar. Partisipasi akan muncul setelah
masyarakat mengalami beberapa tahapan adopsi. Di dalam penelitian ini akan
dijelaskan sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat daloam menyukseskan
program ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2. Adopsi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar
Adopsi merupakan proses keputusan menerima sebuah inovasi baru dengan
semua resiko yang menyertainya. Adopsi inovasi yang dilakukan masyarakat
adalah ketika mereka memutuskan untuk menggunakan (mengadopsi) Program
Layanan Listrik Prabayar.
Kecepatan proses penerimaan suatu inovasi yang disebarkan pada masyarakat
dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya sifat inovasi, saluran komunikasi,
keadaan masyarakat, peranan penyuluh dan jenis pengambilan keputusan.
Menurut Everet M. Rogers (1983) dalam Diffusion of Innovation, proses
adopsi memeliki beberapa tahapan dalam proses pengambilan keputusan, yaitu :
1. Pengetahuan (Knowledge) merupakan tahap munculnya pengetahuan ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi.
2. Persuasi (Persuasion) merupakan tahap persuasi ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik.
3. Keputusan (Decisions) merupakan tahap keputusan muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.
4. Implementasi (Implementations) merupakan tahapan implementasi ketika sorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.
5. Konfirmasi (Confirmation) merupakan tahapan konfirmasi, ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.31
Peneliti akan menjelaskan tahapan-tahapan adopsi dalam menerima Program
Layanan Listrik Prabayar menurut teori yang disampaikan oleh Everet M. Rogers
seperti yang sudah dijelaskan di atas. Pada bab penyajian dan analisis data akan 31 Dodi Sukmayadi.2004. Cakrawala Inovasi Pendidikan: Upaya Mencari Model Inovasi (Book Report. Rogers, Everet M. (1983), 3rd, Diffusion of Innovations, The Free Press, N.Y). Bandung Program Pasca Sarjana- Universitas Pendidikan Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dijelaskan satu per satu tentang tahapan-tahapan adopsi dari teori Everet M.
Rogers ini. Pada setiap tahapan terjadi proses komunikasi.
Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir digunakan untuk memudahkan arah dalam penelitian.
Kerangka berfikir menjelaskan bagaimana proses berfikir peneliti dalam
mengadakan penelitian studi difusi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT.
PLN (Persero) APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat Kelurahan
Jebres Surakarta. Adapun untuk lebih jelasnya kerangka berfikir ini akan disajikan
dalam bentuk gambar sebagai berikut :
Difusi Inovasi
Dari tampilan gambar tersebut dapat terlihat bahwa kerangka pikir dalam
penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui tentang proses difusi inovasi
Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terhadap
adopsi inovasi pada masyarakat Surakarta.
Untuk mengetahui adopsi inovasi pada masyarakat umum, peneliti terlebih
dahulu harus mengetahui dan memahami secara mendalam elemen-elemen yang
Inovasi Layanan Listrik Pra Bayar
Adopsi inovasi oleh masyarakat umum
Paradigma Proses Keputusan Inovasi Program Layanan Listrik Pra Bayar : 1. Pengenalan 2. Persuasi 3. Keputusan 4. Implementasi 5. Konfirmasi
Unsur-unsur difusi : 1.Inovasi 2.Saluran Komunikasi 3.Jangka Waktu 4.Anggota sistem sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
bersangkutan, yaitu unsur-unsur difusi inovasi sendiri sebagi topik dalam
penelitian ini serta paradigma proses keputusan inovasi Program Layanan Listrik
Prabayar yang akan menentukan tingkat adopsi inovasi yang dilakukan oleh
masyarakat. Pada akhir penelitian ini, akan diketahui bagaimana proses difusi
inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
terhadap adopsi inovasi pada masyarakat Surakarta.
F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Tipe Penelitian
Metode adalah cara paling utama yang digunakan untuk mencapai tujuan
penelitian. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe
penetian deskriptif yang didukung dengan data kualitatif. Sebagai sebuah
penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau peritiwa,
tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.
(Rahmat, 1995:24). Sementara data kualitatif diperoleh dari pengolahan
informasi yang didapatkan dari sumber data primer melalui wawancara, dan
sumber data sekunder melalui dokumen resmi terkait.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di sebuah perusahaan BUMN di kota
Surakarta yaitu PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Beralamat di Jalan Brigjen
Slamet Riyadi No. 468 yang bergerak di bidang penyediaan tenaga listrik bagi
kepentingan umum di wilayah Surakarta dan sekitarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Selain itu penelitian ini mengambil lokasi di seluruh kota Surakarta,
dimana terdapat pengguna layanan listrik Prabayar.
3. Populasi dan Narasumber
Pemilihan narasumber pada penelitian kualitatif lebih bersifat selektif,
dimana peneliti mempergunakan bebagai pertimbangan berdasarkan konsep
teoritis yang digunakan, keinginan pribadi, karakteristik empiris dan
sebagainya. Pada riset kualitatif sampling mengarah pada generalisasi teoritis,
bukan perumusan karakter populasi. Oleh karena itu, cuplikan dalam
pendekatan ini lebih banyak bersifat “purposive sampling” (sample
bertujuan), dimana peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tahu
dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui
suatu maslah secara mendalam.32
Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai 13 orang narasumber. Peneliti
juga membagi dua narasumber. Pertama, menarik 5 orang pegawai PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta sebagai informan, dimana seluruhnya dinilai
memahami penuh tentang pengaplikasian proses difusi inovasi Program
Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terhadap adopsi
inovasi pada masyarakat di Surakarta.
Kedua, peneliti juga mewawancarai 8 orang masyarakat di Surakarta
dimana sebelum menggunakan layanan listrik Prabayar, mereka adalah orang-
32 H.B. Sotopo, Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan terapannya dalam penelitian (Surakarta : Sebelas Maret University Press. 2002), hlm 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
orang yang biasanya menunggak pembayaran listrik setiap bulannya. Populasi
merupakan keseluruhan obyek yang akan diteliti.
Diharapkan dengan diadakannya penelitian di kedua lokasi ini, peneliti
dapat memperolah informasi yang sedetail-detailnya tentang karakteristik
masyarakat / pelanggan yang sudah memakai Layanan Listrik Prabayar. Serta
mendapat gambaran dan alasan komunitas yang sudah memperoleh difusi
inovasi Layanan Listrik Prabayar tetapi tidak memakai layanan tersebut.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data, yaitu :
1) Data primer
Adalah data yang langsung diperoleh dari lapangan, yaitu dari lokasi
penelitian di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta dan masyarakat di
Surakarta.
2) Data sekunder
Merupakan data yang sumber utamanya diperoleh dengan cara
mengutip atau memperoleh data dari yang sudah tersedia dan berkaitan
dengan Difusi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat di
Surakarta.
b. Teknik Pengumpulan Data
1) Adapun teknik pengumpulan data primer adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
- Wawancara / interview
Yaitu teknik mendapatkan data dengan cara mengadakan
komunikasi langsung dengan informan yang relevan dengan obyek
penelitian. Disini peneliti melakukan kegiatan tanya jawab secara
langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan tetap berpegang
pada interview guide.
- Observasi
Teknik observasi digunakan untuk mengali data dari sumber
data yang berupa peristiwa, tempat, atau lokasi, dan benda, serta
rekaman gambar. Disini peneliti menggunakan teknik obsrvasi
non-partisipasi dimana peneliti melakukan penelitian tanpa
melibatkan diri.33
2) Adapun teknik pengumpulan data sekunder adalah :
Untuk mendapatkan data sekunder, peneliti melakukan penelitian
kepustakaan yang merupakan pendukung dan pelengkap penelitian di
lapangan. Studi pustaka ini dilakukan dengan identifikasi literatu –
literature berupa buku-buku, maupun artikel – artikel dan jurnal yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti dan mengumpulkan bahan –
bahan yang berupa company profile, brosur, tabel, maupun grafik serta
bahan – bahan pustaka lain yang berhubungan dengan obyek
penelitian.
33 H.B. Sotopo, Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan terapannya dalam penelitian (Surakarta : Sebelas Maret University Press. 2002), hlm 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
5. Teknik Validitas Data
Untuk meningkatkan validitas data, dalam penelitian ini menggunakan
cara triangulasi data atau triangulasi sumber yaitu mengumpulkan data sejenis
dari berbagai sumber data yang berbeda. Dengan demikian kebenaran data
yang satu akan dikonfirmasikan dengan data yang diperoleh dari sumber data
yang lain, sehingga data-data yang terkumpul dalam penelitian ini akan
terjamin validitasnya.
Sedangkan menurut H.B. Sutopo, cara ini mengarahkan peneliti agar
didalam mengumpulakan data, ia wajib menggunakan beragam sumber data
yang tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantab
kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Dengan
demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu bisa lebih teruji
kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari
sumber yang lain yang berbeda baik kelompok sumber sejenis maupun sumber
yang berbeda jenisnya.34
6. Teknik Analisa Data
H.B. Sutopo menjelaskan analisis merupakan proses pencarian dan
perencanaan secara sistematik semua data dan bahan yang telah terkumpul
agar peneliti mengerti benar makna yang telah dikemukakannya, dan dapat
menyajikan kepada orang lain secara jelas.
Dalam penelitian kualitatif, proses analisis yang digunakan tidak dilakukan
setelah data terkumpul sepenuhnya, tetapi dilakukan bersamaan dengan proses
34 Mattew B. Milles & A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif (Jakarta : UI Press. 1992), hlm 434
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
pengumpulan data. Hal ini dilakukan karena analisis ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran khusus yang bersifat menyeluruh tentang apa yang
tercakup dalam permasalahan yang diteliti. Teknik analisis data dipergunakan
dalam penelitian ini mengacu pada model analisis interaktif (interactive model
analysis) yang terdiri dari 3 komponen analisis data, yaitu :
a. Reduksi data
Reduksi data dapat dikatakan sebagai proses pemilihan, pemusatan,
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi kata “kasar”
yang muncul dari catatan – catatan tertulis di lapangan. Reduksi data
berlangsung terus – menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif
berlangsung. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan –
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
b. Penyajian data
Merupakan rangkaian informasi yang memungkinkan kesimpulan riset
dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data. Dalam hal ini peneliti
akan dapat mengerti tentang apa yang sedang terjadi serta memungkinkan
untuk mengerjakan system analisis / tindakan lain berdasarkan pengertian
tersebut.
c. Penarikan kesimpulan
Dari sajian data yang telah disusun, selanjutnya peneliti dapat menarik
sebuah kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Ketiga komponen tersebut aktifitasnya berbentuk interaksi dengan proses
pengumpulan data yang menggunakan proses siklus. Penelitian bergerak
diantara ketiga komponen analisis yaitu reduksi data, penyajian data, serta
kesimpulan yang berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai
pegangan utama proses siklus. Jadi, apabila dalam penelitian data yang telah
terkumpul dirasakan masih belum cukup kuat mendekung proses analisis,
maka peneliti dapat menyusun pertanyaan baru untuk mengumpulkan data
kembali. Begitu pula dalam proses penarikan kesimpulan, jika masih
memerlukan data baru, peneliti dapat melakukan pengumpulan data kembali.
Dengan demikian analisis data yang dihasilkan cukup matang.
Keseluruhan aktivitas di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.4 : Komponen – Komponen Analisis Data Model Interaktif 35
35 Mattew B. Milles & A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif (Jakarta : UI Press. 1992), hlm 16
Reduksi Data Penyajian Data
Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
A. Deskripsi Lokasi PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
1. Sejarah Berdirinya PT. PLN (Persero)
Ketenagalistrikan di bumi Indonesia dimulai sejak zaman Belanda
pada akhir abad ke – 19, bermula dari munculnya ketenagalistrikan yang
dibangkitkan oleh beberapa perusahaaan Belanda untuk keperluan sendiri,
diantaranya pabrik gula. Ketenagalistrikan yang dimaksud adalah segala
sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik.
Kelistrikan untuk kemanfatan umum dimulai pada saat perusahan swasta
Belanda yaitu CV. Nign di Batavia. Perusahan ini semula bergerak di
bidang gas, akan tetapi dikemudian hari memperluas usahanya di bidang
kelistrikan untuk kepentingan umum. Kemudian mulai tahun 1893 oleh
pemerintah daerah pada zaman penjajahan Belanda banyak didirikan
perusahaan listrik yaitu Batavia (sekarang Jakarta), Surabaya, Medan,
Palembang, Makasar, dan Ambon.
Adapun di Surakarta, ketanalistrikan dimulai pada tahun 1901 yang
ditandai dengan berdirinya N.V Solosche Electric Itet Mij (SEM) di
Surakarta yang berkantor di Purwosari. Sampai dengan tahun 1927
kemudian kantor tersebut pindah di Purbayan. Usaha Perlistrikan saat itu
penguatnya hanya terdiri dari dua mesin diesel yang pengoperasiannya
hanya hidup pada malam hari saja. Baru pada tahun 1936 mulai ada aliran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
listrik (stroom) siang hari karena sudah ada Dagstrom. Ketika itu layanan
listrik sudah punya ranting di daerah Klaten, Boyolali, dan Sragen.
Selanjutnya tahun 1942 kekuasaan diambil alih dari tangan Belanda ke
tangan Jepang. Jepang menguasai perlistrikan di Indonesia, berlangsung
sampai tahun 1945 dengan nama diganti menjadi Jawa Dengki Jigiyoso
(Listrik Jawa Tengah).
Setelah Indonesia merdeka, beberapa waktu setelah Proklamasi
Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia 17 Agustus 1945,
tepatnya bulan September 1945 penguasaan listrik diambil alih oleh
pemerintah Republik Indonesia dari tangan Jepang. Namanya kemudian
berganti menjadi Jawatan Listrik dan Gas. Melalui penetapan pemerintah
No, 1 / S.D. Tahun 1945 tertanggal 27 Oktober 1945 Jawatan Listrik dan
Gas ditetapkan masuk dalm Departemen Pekerjaan Umum.
Oleh sebab itu, kemudian tanggal 27 Oktober 1945 dianggap
mempunyai nilai historis dan nilai formal sebagai mulainya pengelolaan
ketenagalistrikan secara nasional di Indonesia. Hari bersejarah ini
diperingati pertama kali tanggal 27 Oktober 1946 di Gedung Badan
Pekerjaan Komite Nasinal Indonesia Pusat (BPKNIP) Yogyakarta.
Namun, pada masa perang kemerdekaan yaitu dengan adanya
Agresi Militer Belanda I dan II sebagian besar perusahaan – perusahaan
listrik dikuasai kembali oleh Belanda, tepatnya tahun 1948 perusahaan
listrik diambil alih oleh Belanda dan kembali kemana semula yaitu SEM
(Solosche Electric Itet Mijj) yang berkantor di Lojiwetan (Timur Beteng).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Dalam upaya menegakkan dan memperjuangkan kekuasaan Pemerintah
Republik Indonesia maka kemudian dikeluarkan Surat Pemerintah No.
SP/PM/077/1957 tertanggal 10 Desember 1957 yang berisi perintah atau
tindakan Penguasa Militer Pusat untuk melakukan pengambilalihan
perusahaan milik negara itu, kemudian dituangkan dalam bentuk UU
No.86 Tahun 1958 tertanggal 27 Desember 1958.
Sejak saat itu perusahaan pelistrikan secara ‘de facto’ kemudian
diambil alih kembali oleh pemerintah Indonesia. Tahun 1959 dikeluarkan
Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1959 tentang Nasionalisasi perusahaan
listrik dan gas milik Belanda berada ditangan bangsa Indonesia yang
selanjutnya berganti nama menjadi Perusahaan Listrik Negara atau yang
disingkat PLN.
Dalam tindak lanjutnya PLN kemudian berpijak pada peraturan
pemerintah No.67 tahun 1961 tentang pendirian Badan Pimpinan Umum
Perusahaan Listrik Negara yang pada dasarnya sebagai pelaksana Undang
– Undang No.19 Perpu tahun 1960 khususnya pasal 20 ayat (1) sub a maka
didirikanlah suatu Badan Pimpinan Umum yang diserahi tugas
menyelenggarakan penguasaan dan pengurusan atas perusahaan –
perusahaan milik nwgara yang bergerak di bidang Listrik dan Gas milik
Belanda yang telah dikenakan nasionalisasi berdasarkan Undang – Undang
No.86 Tahun 1958 jo P.P No.18 Tahun 1958.
Dalam perkembangan kemudian, tahun 1965 Badan Pimpinan
Umum Perusahaan Listrik Negara ini dibubarkan dengan pertimbangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
untuk mempertinggi daya guna dan daya kerja maka perusahaan –
perusahaan dibidang tenaga listrik dan industri gas dibentuk sebagai
kesatuan – kesatuan usaha dibidang ekonomi yang berfungsi untuk
menyelenggarakan krmudian kemanfaatan umum. Dalam realisasinya
diterbitkan Peraturan Pemerintah Nonor 19 tahun 1965 tentang (1)
Pembubarab Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara dan (II)
Pendirian Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Perusahaan Gas Negara
(PGN).
Sejalan dengan perkembangan kebijakan pemerintah tentang
bentuk – bentuk Usaha Negara sebagimana dituangkan dalan Instruksi
Presiden No.17 tahun 1967, Perpu No.1 Tahun 1969 dan Undang –
Undang No.9 Tahun 1969 Perusahaan Listrik Negara (PLN) terhitung
mulai tahun 1972 statusnya ditingkatkan menjadi perusahaan Umum
(Perum) Listrik Negara (PP No.18/1972 jo PP No.54/1972).
Pengertian perum yaitu perusahaan yang melayani kepentingan
umum sekaligus mencari keuntungan. Selanjutnya mulai tahun 1994
sampai sekarang status perusahaan ketenagalistrikan berubah menjadi PT.
PLN (Persero). Oleh karena itu, kini ketenagalistrikan di Surakarta
bernama PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta Area Pelayanan dan Jaringan Cabang Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi : Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh
kembang, unggul, dan terpercaya dengan bertumpu pada
potensi insani.
Misi :
1) Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan
pemegang saham
2) Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat.
3) Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
4) Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
3. Motto, Falsafah, dan Logo Perusahaan
1) Motto
Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik (Electricity for a Better
Life).
2) Falsafah Perusahaan
Pembawa kecerahan dan kegairahan dalam kehidupan masyarakat
yang produktif.
3) Logo Perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
4. Tujuan Perusahaan
Tujuan, sifat dan maksud PT. PLN (Persero) memiliki dasar pada
Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 1994, yaitu :
1) Menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dan sekaligus
menumpuk keuntungan berdasarkan prinsup pengelolaan
perusahaan.
2) Mengusahakan penyediaan tenaga listik dalam jumlah dan mutu
yang memadai dengan tujuan untuk :
a. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara
adil dan merata serta mendorong peningkatan kegiatan
ekonomi.
b. Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai
pengembangan penyediaan tenaga listrik untuk melayani
kebutuhan masyarakat.
3) Merintis kegiatan – kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik.
4) Menyelenggarakan usaha – usaha lain yang menunjang usaha
penyediaan tenaga listrik sesuai dengan peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
5. Tata Nilai Anggota Perusahaan
• Saling percaya (Mutual Trust)
• Integritas (Integrity)
• Peduli (Care)
• Pembelajar (Learner)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Peka tanggap terhadap kebutuhan pelanggan
Senantiasa berusaha untuk tetap memberikan pelayanan yang dapat
memuaskan kebutuhan pelanggan secara cepat, tepat dan sesuai.
Penghargaan pada harkat dan martabat manusia
Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dengan segala
kelebihan dan kekurangannya serta mengakui dan melindungi hak-hak
asasi dalam menjalankan bisnis.
Integritas
Menjunjung tinggi nilai kejujuran, integritas, dan obyektifitas dalam
pengelolaan bisnis.
Kualitas produk
Meningkatkan kualitas dan keandalan produk secara terus-menerus dan
terukur serta menjaga kualitas lingkungan dalam menjalankan
perusahaan.
Peluang untuk maju
Memberikan peluang yang sama dan seluas-luasnya kepada setiap
anggota perusahaan untuk berprestasi dan menduduki posisi sesuai
dengan kriteria dan kompetensi jabatan yang ditentukan.
Inovatif
Bersedia berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan sesama anggota
perusahaan, menumbuhkan rasa ingin tahu serta menghargai ide dan
karya inovatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Mengutamakan kepentingan perusahaan
Konsisten untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan dan
menjamin di dalam setiap keputusan yang diambil ditujukan demi
kepentingan perusahaan.
Pemegang saham
Dalam pengambilan keputusan bisnis akan berorientasi pada upaya
meningkatkan nilai investasi pemegang saham.
6. Prinsip – Prinsip Etika Kerja
Sebagai perusahaan listrik terkemuka PLN memegang teguh Etika
Kerja yang dituangkan dalam sembilan prinsip, yaitu :
1) Penghargaan pada harkat dan martabat manusia
2) Menjaga nama baik perusahaan
3) Peka dan tanggap terhadap kebutuhan pelanggan
4) Persaingan yang sehat dan transparan
5) Mengutamakan kepentingan perusahaan
6) Menekankan prinsip profesionalisme
7) Membangun hubungan kemitraan
8) Menjalankan Good Corporate Governmance
9) Menekankan prinsip Good Corporate Citizen
7. Dasar Hukum Perusahaan
1) Anggaran Dasar PLN tahun 1998.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2) Peraturan Pemerintah No.23 tentang pengalihan Bentuk perusahaan
Umum (perum) Listrik Negara menjadi Perusahaan Perseroan
(persero).
3) Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 1998 tentang Perusahaan
Perseroan (persero).
4) Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 1998 tentang Pengalihan
kedudukan dan Tugas.
5) Instruksi Presidan No. 15 Tahun 1998 tentang Pengalihan
Pembinaan terhadap Perusahaan Perseroan (persero) dan Perseroan
Terbatas yangsebagian shamnya dimiliki Negara Republik
Indonesia kepada Menteri Negara Pendayagunaan BUMN.
8. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
Dalm melaksanakan kegiatan – kegiatannya, PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta membagi tugas –tugas pelaksanaan kegiatan tersebut ke
dalam beberapa divisi yang mempunyai tanggung jawab dan
kewenangan masing – masing berdasarkan deskripsi pekerjaannya.
Adapun bagian – bagiannya dalah sebagi berikut :
Manajer Unit APJ (dibantu oleh Asisten Manajer Unit yang terdiri
dari sembilan bagian), Asisiten Manajer Pemasaran, Asisten
Manajer Niaga, Asisten Manajer Manajer Unit APJ (dibantu oleh
Asisten Manajer Unit yang terdiri dari sembilan bagian), Asisiten
Manajer Pemasaran, Asisten Manajer Niaga, Asisten Manajer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Distribusi, Asisten Manajer Keuangan dan Asisten Manager SDM
dan Administrasi.
Adapun sembilan bagian Asisten Manager Unit adalah :
Asisten Manajer Unit Kinerja; Asisten Manajer Unit Pengendalian
Losses dan PJU; Asisten Manajer Pelaksana dan Penertiban Tenaga
Listrik; Asisten Manajer Unit Perencanaan; Asisten Manajer Unit
Account Executive; Asisten Manajer Unit Hukum; Asisten Manajer
Unit Humas, Kemitraan dan Bina Lingkungan; Asisten Manajer Unit
Lingkungan dan keselamatan Ketenagalistrikan; dan Asisten Manajer
Unit Automatic Meter Reading.
9. Divisi – Divisi PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
Pembagian divisi – divisi dalam pelaksanaan kegiatan di PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta dapat dilihat secara lengkap pada struktur
organisasi PT. PLN (Persero) APJ Surakarta berikut ini :
a. Manajer Area Pelayanan Jaringan
→ Menyusun perkiran kebutuhan listrik
→ Menyusun dan memerapkan program penjualan listrik
→ Memantau perkembangan jumlah pelanggan dan jenis tarif
→ Menyusun program peningkatan kualitas pelayanan pelanggan
→ Mengkoordinir dan mengendalikan pengoperasian jaringan
tegangan menengah (JTM) dan jaringan tegangan rendah (JTR),
sambungan rumah (SR) dan APP-nya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
→ Mengkoordinir pembuatan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan
(RKAP).
→ Melaksanakan kegiatan Pembinaan Kemitraan.
→ Menangani permasalah hukum yang terjadi di lingkungan area.
→ Melaksanakan pengelolaan SDM, keuangan dan administrasi.
→ Membuat evaluasi secara berkala terhadap kegiatan pengelolaan
pemasaran, niaga, distribusi, keuangan, SDM, dan administrasi.
→ Melaporkan kegiatan yang berhubungan dengan tugas pokok sesuai
prosedur yang ditetapkan.
b. Asisten Manajer Pemasaran
→ Memberi masukan untuk penetapan harga listrik.
→ Menyusun perkiran energi
→ Membuat usulan pengenbangan produk dan jasa baru.
→ Melaksanakan riset pasar.
→ Menyusun metode dan petunjuk pelaksanaan segmentasi pasar.
→ Menyusun metodedan petunjuk promosi.
→ Melaksanakan kegiatan kehumasan dan penyuluhan
ketenagalistrikan dan prosedur pelayanan kepada pelanggan dan
masyarakat.
→ Membuat evaluasi triwulan atas kegiatan pemasaran dan encana
perbaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
c. Asisten Manajer Niaga
→ Mengkoordinir proses administrasi PB dan PD pada konsumen
selektif.
→ Secara aktif membantu Unit dalam manajemen baca meter.
→ Mengelola dan mengkoordinir hasil penjualan tenaga listrik
→ Memonitor pengelolaan piutang
→ Mengelola pemutusan dan penyambungan pelanggan yang
menunggak.
→ Mengkoordinir pelaksanaan P2TL pada unit dibawahnya.
→ Mengoperasikan dan memelihara sistem informasi.
→ Membuat evaluasi triwulan atas kegiatan niaga dan rncana
perbaikannya.
d. Asisten Manajer Distribusi
→ Membuat design konstruksi berdasarkan design standar.
→ Menyusun usulan pengembangan distribusi.
→ Membut analis kinerja jaringan distribusi.
→ Menyusun rencana operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi.
→ Menyusun SOP pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jringan
distribusi.
→ Membantu pelaksanaan PB dan PD pada konsumen selektif.
→ Melaksanakan pembangunan jaringan distribusi dan sarana lainnya.
→ Melaksanakan administrasi pembangunan.
→ Melahirkan pemutakhiran peta jaringan distribusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
→ Mengelola peneraan dan pengujian peralatan distribusi.
→ Membuat evaluasi triwulan atas kegiatan operasi dan pemeliharaan
distribusi serta rencana perbaikannya.
e. Asisten Manajer Keuangan
→ Menyusun cash flow.
→ Menyusun dan memantau anggaran belanja dan pendapatan APJ
dan UPJ.
→ Membuat laporan hasil penjualan listrik dan pendpatan lainnya.
→ Melaksanakan rekonsiliasi dan pengawasan aliran pendapatan
(Receipt)
→ Melaksanakan tata laksana perbekalan.
→ Melaksanakan dan mengkoordinir pembiayaan operasi dan
investasi.
→ Membuat laporan keuangan secara berkala.
→ Membuat evaluasi triwulan atas kegiatan keuangan dan rencana
perbaikannya.
f. Asisten Manajer SDM dan Administrasi.
→ Menyusun dan mengusulkan Formasi Tenaga Kerja (FTK).
→ Melaksanakan program pendidikan dan pelatihan pegawai.
→ Melaksanakan pengembangan karier pegawai.
→ Melaksanakan updating karier pegawai.
→ Melaksanakan kinerja karier pegawai.
→ Menyusun dan mengusulkan mutasi pegawai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
→ Memproses pelanggaran disiplin pegawai.
→ Mengelola penyusunan anggaran pegawai dan pembayaran
penghasilan pegawai.
→ Mengelola kesekretariatan dan rumah tangga kantor.
→ Melaksanakan pembinaan keamanan dan K3.
→ Membuat evaluasi triwulan atas kegiatan SDM dan administrasi
serta rencana perbaikannya.
g. Asisten Manajer Humas, Kemitraan, dan Bina Lingkungan
Dalm struktur organisasi PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, divisi
hubungan masyarakat digabungkan dengan bagian hukum dan
administrasi. Adapun fungsi bidang Humas, Hukum, dan Administrasi
adalah sebagai berikut :
→ Menyusnun kebijakan dan mengelola hubungan kemasyarakatan
dan pelanggan naik internal maupun eksternal.
→ Menyusun kebijakan dan mengelola fasilitas kerja, sistem
pengaman dan manajer kantor.
→ Menyusun kebijakan K3, lingkungan dan community development.
→ Menyusun kebijakan administrasi.
→ Menyusun dan mengkaji produk – produk hukum, dan peraturan –
peraturan perusahaan.
→ Memberikan advokasi dalam bisnis energi listrik dan
ketebnagakerjaan.
→ Menyusun standar fasilitas kantor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
→ Mengelola aset tanah dan bangunan serta sarana kerja.
→ Mengelola kesekretariatan dan rumag tangga kantor induk.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, bidang humas, Hukum, dan
Administrasi membawahi beberapa sub bagian dan dibantu oleh
fungsional ahli.
• Deputi Manajer Hukum
a. Membuat produk – produk hukum yang diperlukan perusahaan.
b. Mengkaji produk – produk hukum dan peraturan yang masih ada di
perusahaan secra periodik dan mengusulkan penyempurnaan.
c. Meneliti dan memeriksa kebenaran setiap produk hukum yang akan
ditangani oleh General Manajer.
d. Menyampaikan saran dan pendapat dalam menyelesaikan maalah
hukum yang berkaitan dengan perusahaan.
e. Menyelesaikan proses letigasi dan non letigasi mewakili perusahaan.
f. Memberikan layanan jasa hukum bagi pegawai dan perusahaan.
g. Menyusun sistem informasi dokumentasi hukum.
h. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam pelayanan jaa hukum.
i. Melaksanakan sosialisasi produk hukum dan peraturan kepada
pegawai, unit, dan masyarakat.
j. Membantu menyelesaikan P2TL dari aspek legal.
• Deputi Manajer Administrasi Umum dan Fasilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
a. Mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan tata usaha kesekretariatan
dan rumah tangga kantor.
b. Melaksanakan pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian
peralatan kantor dan sarana kerja.
c. Mengatur kegiatan yang berkaitan dengan angkutan dan kendaraan,
pengendalian BBM dan biaya pemeliharaan kendaraan dinas.
d. Membuat rencana fasilitas dan sarana kantor.
e. Mengkoordinir pengelolaan fasilitas dan sarana kantor, inventarisasi
dan pengamanannya.
f. Mengkoordinir keamanan kantor dan melakukan pembinaan satuan
keamanan dan unit – unit.
g. Mengendalikan biaya adminitrasi dan pemeliharaan sarana kantor.
• Deputi manajer Hubungan Masyarakat dan Peduli
Lingkungan.
Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan Kehumasan
(Public Relations), Peduli Lingkungan (Community Development),
kemitraan dan perpustakaan. Dalam menjalankan tugas – tugas tersebut,
bidang ini mempunyai fungsi :
a. Menyusun kebijakan dan mengelo komunikasi internal maupun
eksternal.
b. Melaksanakan hubungan masyarakat kepada semua pihak.(public
relations).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
c. Menciptakan dan membangun opini publik yang positif guna menjaga
dan meningkatkan citra perusahaan.
d. Melaksanakan tugas – tugas protokolir.
e. Menyosialisasilkan kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan
pelayanan publik.
f. Melakukan evaluasi pndapatan publik dan monitoring komplain yang
berkaitan dengan aktivitas perusahaan.
g. Menyusun kebijakan pengelolaan peduli lingkungan (Community
Development).
h. Merencanakan dan melaksanakan pembinaan kemitraan.
i. Melakukan manajement perpustakaan.
10. Lingkup PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
Wilayah kerja PT. PLN (Persero) APJ Surakarta mejangkau di hampir
semua kabupaten dan kotamadya dalam Propinsi Jawa Tengah. Pemetaan
wilayah kerjanya adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Pemetaan Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
No. Wlayah Kerja Alamat
1. PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta
Jl. Slamet Riyadi 468 Surakarta
Telp. (0271) 722091, 722123
www.plnsolo.co.id
2. UPJ Surakarta Kota Jl. Slamet Riyadi 468 Surakarta
Telp. (0271) 641123, 645646
3. UPJ Manahan Jl. MT Haryono No. 29 Surakarta
Telp. (0271) 712913, 723237
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
4. UPJ Kartasura Jl. Indronoto No.20 Ngabeyan
Kartasura
Telp. (0271) 780758
5. UPJ Grogol Jl. Langenharjo No.462 Sukoharjo
Telp. (0271) 622265
6. UPJ Sukoharjo Jl. Jakgung R Suprapto No.5
Sukoharjo
Telp. (0271) 593038, 590266
7. UPJ Wonogiri Jl. Prof. Dr. Ir. Sutami Wonogiri
Telp. (0273) 321613
8. UPJ Jatisrono Pandeyan RT 02/06 Jatisrono
Telp. (0271) 411431
9. UPJ Karanganyar Jl. Cik Di Tiro Karanganyar
Telp. (0271) 5890658
10. UPJ Palur Jl. Nussa Indah No. 47 Perumnas
Palur
Telp. (0271) 825951, 825953
11. UPJ Sragen Jl. RA Kartini Sragen
Telp. (0271) 891134, 892361
12. UPJ Sumberlawang Jl. Raya Solo – Purwadadi Km 28
Telp. (0271) 7088008
11. Kepegawaian PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
1) Jumlah Karyawan
Dalam penempatannya secara kuantitatif bila dilihat dari posisi jabatan
atau bidang kerja PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan
Surakarta dapat diketahui jumlah karyawannya adalah 325 orang. Terkait
dengan jumlah karyawannya tersebut, maka dapat dilihat tabel berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 2.2
Komposisi Karyawan Berdasarkan Bidang Kerja
Di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta
NO. UNIT JUMLAH
1. Manajer APJ Surakarta 1
2. Fungsional Ahli APJ Surakarta 10
3. Pemasaran 12
4. Niaga 12
5. Adistribusi 44
6. Keuangan 8
7. SDM dan Administrasi 6
8. UPJ Karanganyar 19
9. UPJ Sukoharjo 21
10. UPJ Grogol 20
11. UPJ Wonogiri 20
12. UPJ Sragen 22
13. UPJ Palur 19
14. UPJ Kartasura 19
15. UPJ Jatisrono 19
16. UPJ Sumberlawang 20
17. UP Manahan 17
18. UP Surakarta Kota
Jumlah Keseluruhan
16
296 Sumber : Data Kepegawaian PT. PLN (Persero) APJ Surakarta 2009
2) Jam Kerja
Jam kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) APJ Surakarta secara
umm sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan peraturan perundangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
yaitu 8 jam sehari. Jumlah tersebut dalam pelaksanaannya diatur
sebagai berikut :
a. Senin – Kamis : pukul 07.00–16.00 WIB, termasuk istirahat 1 jam
b. Jumat : pukul 06.30–14.30 WIB,termasuk istirahat 1,5 jam
c. Sabtu – Minggu : Libur
d. Khusus untuk layanan gangguan buka selama 24 jam.
3) Rekuitman
B. Program Layanan Listrik Prabayar
1. Pengertian Program Listrik Prabayar
Program Listrik Prabayar, yaitu inovasi PLN dengan sistem pembayaran
dan pembelian listrik yang dilakukan diawal, sebelum pemakaian. 36 Seperti
namanya, maka sistem penggunaan meteran ini seperti penggunaan pulsa telepon
genggam dengan sistem Prabayar. Artinya, pelanggan harus mengisi atau
membayar terlebih dahulu rencana penggunaan listrik sebelum listrik tersebut
digunakan.
2. Tujuan Program Layanan Listrik Prabayar
Tujuan diluncurkannya program ini adalah sebagai berikut :
a. Menekan tingginya angka tunggakan pembayaran listrik di area Surakarta dan
sekitarnya.
b. Menekan komplain dari pelanggan.
36 http://bisniskeuangan.kompas.com/2009/01/25/program-layanan-listrik-prabayar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
c. Menekan biaya operasional pemenuhan kebutuhan listrik di kota
Surakarta.
d. Sebagai akurasi data bagi PT.PLN (Persero) APJ Surakarta.
3. Sasaran Program Layanan Listrik Prabayar
Sasaran utama dari program ini adalah para pelanggan yang tidak tepat waktu
dalam membayar tagihan listrik atau para penunggak, orang – orang yang tingkat
mobilitasnya tinggi, dan untuk rumah yang kosong yang sering ditinggal oleh
pemiliknya.
4. Manfaat Program Layanan Listrik Prabayar
Banyak manfaat yang didapat oleh pelanggan dengan adanya program
prabayar ini, antara lain :
a. Pelanggan dapat dengan mudah memantau pemakaian listriknya setiap saat.
b. Pelanggan dapat mendisiplinkan diri sendiri untuk menggunakan listrik
sesuai anggaran belanja.
c. Pelanggan tidak lagi berurusan dengan pencatat meter dan jadwal
pembayaran setiap bulan.
d. Pelanggan dapat membeli token (isi ulang energy listrik) di payment point,
ATM dengan jaringan yang luas dan outlet-outlet PPOB.
e. Tidak ada istilah menunggak.
f. Privasi pelanggan tidak terganggu.
g. Tidak dikenakan Uang Jaminan Langganan.
h. Pelaksanaan penyambungan cepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Layanan listrik prabayar ini dilengkapi dengan PLN Prepaid yang
menggunakan kwh-meter, dimana kwh-meter ini dirancang khusus dengan
kemampuan, antara lain :
a. Menampilkan besarnya pemakaian listrik dan sisa “token-kwh” setiap saat.
b. Menyimpan data historis sejumlah transaksi pengisian “token-kwh”.
c. Member sinyal otomatis bila sisa “token-kwh” hamper habis.
5. Proses Pemasangan Listrik Prabayar
Pengajuan pemasangan listrik Prabayar pelanggan dapat datang ke loket
pelayanan PLN dengan proses sebagai berikut :
a. Calon pelanggan melakukan pendaftaran dilengkapi dengan KTP dan sket
lokasi
b. Penerbitan surat persetujuan
c. Pelanggan menyampaikan Sertifikat Laik Operasi (SLO)
d. Calon pelanggan membayar biaya penyambungan dan token perdana
e. Calon pelanggan menandatangani Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga
Listrik (SPJBTL)
f. Petugas PLN melaksanakan penyambungan
Listrik prabayar ini bukan hanya untuk pelanggan pasang baru, namun
pelanggan pascabayar (existing) pun dapat mengajukan migrasi dari pascabayar
ke prabayar. Pelanggan pascabayar yang akan bermigrasi ke listrik prabayar,
syarat dan proses layanan sebagai berikut :
a. calon pelanggan melakukan pendaftaran di kantor pelayanan PLN terdekat
dilengkapi dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan denah lokasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
b. Penerbitan surat persetujuan
c. Membayar setrum perdana Rp 20.000,-
d. Menandatangani surat perjanjian jual beli tenaga listrik
e. Petugas melaksanakan penyambungan dan penggantian meter dengan
meter prabayar.
6. Token
Token adalah kode yang di masukkan ke Meter Listrik Prabayar sehingga
dapat menyalurkan sejumlah listrik (kWh) tertentu ke instalasi konsumen. Token
terdiri dari 20 (dua puluh) angka yang bersifat unik, hanya berlaku untuk satu
nomor seri kwh-meter tertentu saja. Agar listrik tidak padam sewaktu – waktu
karena nilai “token-kwh” didalam kwh meter telah habis, maka nilai “token kwh”
dapat diisi ulang sendiri oleh pelanggan yang bersangkutan melalui voucer isi
ulang.
Pengisian dilakukan dengan menekan tombol angka yang terdapat pada kwh-
meter sesuai dengan kode “token-kwh” yang ditampilkan dalam struk pembelian
voucher isi ulang. Pengisian nilai baru “token-kwh” pada kwh-meter secara
otomatis akan terakumulasi (ditambahkan) dengan sisa nilai “token-kwh”
sebelumnya. Dalam struk voucer isi ulang “token-kwh” tercantum nilai token
terdiri dari unsur nilai kWh dan Rp token, PPJU dan Materai. Token tidak
memiliki expired date (kadaluawarsa)
Pelanggan pada saat membeli token dapat memilih nilai nominal sesuai
dengan yang dikehendaki. Token memiliki berbagai pilihan, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
a. nilai nominal tertentu : Rp. 20.000,- Rp 50.000,- Rp. 100.000,- Rp
250.000,- Rp 500.000,-
b. nilai nominal bebas : mulai Rp 20.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000,-
Pembelian Token dapat diperoleh dengan menyebutkan nomor seri kwh meter
dari pelanggan yang bersangkutan di payment point online bank (PPOB) yang
telah bekerja sama dengan PLN, yaitu :
a. BPR KS (Bank Perkreditan Rakyat Karyajatnika Sadaya)
b. BANK BUKOPIN
c. PT POS Indonesia
d. BNI
e. BRI
7. Cara Menggunakan Listrik Prabayar
Langkah 1 :
Sebelum menggunakan listrik prabayar, voucher token harus dibeli dari
tempat penjualan token terdekat. Nomor serial meter harus sesuai dengan identitas
pelanggan, agar token kWh dapat digunakan. Pada saat membeli token pelanggan
akan mendapatkan 20 digit yang tertera di struk pembelian. Masukkan 20 digit
nomor token di struk ke meter anda.
Penting :
a. Token hanya dapat dipakai untuk nomor seri meter tertentu
b. Token hanya dapat digunakan sekali pakai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Langkah 2 :
20 digit nomor token harus diinputkan ke meter melalui keypad di meter
prabayar. Nomor token yang diinputkan akan terlihat di display meter. Periksa
nomor yang diinputkan sama dengan nomor token. Jika salah input, gunakan
tombol spasi balik (?) untuk menghapus nomor yang salah. Bila ingin mengulangi
inputan nomor token, tekan tombol tanda pagar (#) ini akan menghapus semua
nomor yang diinput dan anda dapat menginputkan 20 digit nomor token kembali.
Langkah 3 :
Setelah menginputkan 20 digit nomor token, meter prabayar akan mencheck
dan jika nomor valid layar meter akan menunjukkan nilai kWh yang dibeli.
Sekarang anda sudah dapat menggunakan listrik Prabayar.
Langkah 4 :
Ketika anda menyalakan lampu atau peralatan listrik lainnya, nilai kWh akan
berkurang sesuai dengan penggunaan. Pantaulah selalu nilai kredit kWh di meter
Prabayar, agar anda dapat mengatur pemakaian listrik secara hemat.
Langkah 5 :
Ketika sisa kWh tinggal sedikit (dibawah 20 kWh) indikator keypad akan
muncul dilayar meter, indikasi dapat berupa perubahan lampu LED menjadi
merah, atau muncul suara peringatan (buzzer) dari meter Prabayar. Ini pertanda
token baru harus disiapkan. Jika sisa kWh habis, meter akan memadamkan listrik
anda. Untuk menghidupkan kembali, anda harus input 20 digit nomor token baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
C. Karakteristik Masyarakat Surakarta
Surakarta dibagi menjadi lima kecamatan. Setiap kecamatan dibagi menjadi
kelurahan, lalu setiap kelurahan dibagi menjadi kampung-kampung yang kurang
lebih setara dengan Rukun Warga.
Kecamatan di Surakarta, antara lain: Kecamatan Banjarsari, Kecamatan
Jebres, Kecamatan Lawiyan (disebut juga Laweyan), Kecamatan Pasar Kliwon,
Kecamatan Serengan.
Surakarta dan kota-kota satelitnya (Kartasura, Solo Baru, Palur, Colomadu,
Baki, Ngemplak) adalah kawasan yang saling berintegrasi satu sama lain.
Kawasan Solo Raya ini unik karena dengan luas kota Surakarta sendiri yang
hanya 44 km persegi dan dikelilingi kota-kota penyangganya yang masing-masing
luasnya kurang lebih setengah dari luas kota Surakarta dan berbatasan langsung
membentuk satu kesatuan kawasan kota besar yang terpusat.
Keraton, batik dan Pasar Klewer adalah tiga hal yang menjadi simbol identitas
Kota Surakarta. Eksistensi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura
Mangkunegaran (sejak 1745) menjadikan Solo sebagai poros, sejarah, seni dan
budaya yang memiliki nilai jual. Nilai jual ini termanifestasi melalui bangunan-
bangunan kuno, tradisi yang terpelihara, dan karya seni yang menakjubkan.
Tatanan sosial penduduk setempat yang tak lepas dari sentuhan-sentuhan
kultural dan spasial keraton semakin menambah daya tarik. Salah satu tradisi yang
berlangsung turun temurun dan semakin mengangkat nama daerah ini adalah
membatik. Seni dan pembatikan Solo menjadikan daerah ini pusat batik di
Indonesia. Sejak 20 tahun terakhir industri manufaktur dan pariwisata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
berkembang pesat sehingga banyak terjadi perubahan peruntukan lahan untuk
kegiatan industri dan perumahan penduduk. Pariwisata dan perdagangan ibarat
dua sisi mata uang, dimana keduanya saling mendukung dalam meningkatkan
sektor ekonomi.
Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2003 adalah 552.542 jiwa terdiri
dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita, tersebar di lima kecamatan yang
meliputi 51 kelurahan.37
Kota (City) dilihat dari ciri yang tampak (tangible) ditandai oleh jumlah
penduduk yang tidak boleh kurang dari 2.500 (menurut patokan resmi di Amerika
Serikat). Northam (1975) secara lebih detail menyajikan kriteria jumlah penduduk
kota sebagai berikut:
• Kota kecil : 2.500 – 25.000 penduduk
• Kota medium : 25.000 – 100.000 penduduk
• Kota besar : 100.000 – 800.000 penduduk
• Metropolis : 800.000 penduduk lebih
• Megapolis : sekurang-kurangnya beberapa juta
• Ecumenopolis : sekurang-kurangnya beberapa puluh juta
Bila melihat dari jumlah penduduknya, maka kota Surakarta termasuk dalam
kota besar. Kota merupakan suatu kawasan yang biasanya memiliki ciri-ciri
jumlah penduduk yang relatif padat dibanding kawasan sekitarnya, hubungan
kekerabatan kemasyarakatannya longgar, penduduknya memiliki berbagai ragam
37 www.wikipedia.com/2010/05/15/kota-surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
profesi yang bersifat non agraris, terdapat berbagai macam fasilitas umum yang
relatif beragam dan modern dibandingkan dengan daerah sekitarnya.
Kota Solo terbentuk menunjukkan perkembangan dominasi peranan
transportasi dan komunikasi. Hubungan antarkota mulai terjalin lebih intensif.
Ada kecenderungan penduduk kota pindah ke arah luar sejalan dengan majunya
sistem transportasi dan komunikasi. Spesialisasi di bidang ekonomi, sosial, dan
fungsi-fungsi institusional berkembang menjadi lebih ekstensif sejalan dengan
kemampuan manajemen yang dimiliki penduduk kota. Selain itu, kota Solo
secara spasial mulai berkembang lebih intensif ke arah luar karena adanya
kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi.
Menurut Parker (1981), karakteristik kecenderungan soaial abad ini ialah
meluasnya teknologi hibryd baru atau telematique ke seluruh masyarakat.
Telematics merupakan suatu teknologi yang dikembangkan sebagi respon
terhadap permintaan pasar bagi suatu komunikasi yang lebih efisien dan akses
informasi lebih cepat dan lebih efeftif. 38
38 Zulkarimein Nasution, Teknologi Komunikasi Dalam Perspektif (Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia), hlm 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini peneliti akan membahas tentang proses difusi inovasi Program
Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terhadap adopsi
inovasi pada masyarakat Surakarta. Proses difusi dan adopsi program layanan ini
akan dibahas dari beberapa unsur yang ada di dalamnya berdasar teori dan tingkat
adopsi inovasi pada masyarakat Surakarta.
A. Difusi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta
Program Layanan Listrik Prabayar merupakan suatu inovasi baru dalam
pembayaran listrik yang didifusikan kepada masyarakat Indonesia melalui
PT.PLN sebagai BUMN negara yang bertanggung jawab atas ketersediaan listrik
di Indonesia termasuk PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yang bertanggung jawab
atas listrik masyarakat di daerah Surakarta dan sekitarnya.
Dalam menyebarkan (difusi) inovasi Program Layanan Listrik Prabayar ini
PT. PLN (Persero) APJ Surakarta melakukan beberapa tahap proses difusi
sebelum akhirnya inovasi ini diterima (adopsi) oleh masyarakat luas di Surakarta.
Secara umum, hal pertama yang dilakukan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
adalah mengenalkan Program Layanan Listrik Prabayar ini kepada internal
karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Setelah karyawan mengenal Program
Layanan Listrik Prabayar, karyawan ditawari untuk beralih (bermigrasi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar. Setelah internal karyawan PT.
PLN (Persero) APJ Surakarta merasakan memakai Program Layanan Listrik
Prabayar, mereka dapat membandingkan perbedaan penggunaan pemakaian listrik
Prabayar dan listrik pascabayar.
Dari hasil evaluasi yang dilakukan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terhadap
pemakaian Program Layanan Listrik Prabayar oleh internal karyawan PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta, rata-rata mereka merasa sangat nyaman menggunakan
Program Layanan Listrik Prabayar dengan berbagai alasan, antara lain : dapat
mengendalikan pemakaian dan tidak perlu mengingat-ingat waktu penbayaran
listrik.
Menyikapi hasil evaluasi tersebut, dari team Humas PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta melalui berbagai saluran komunikasi baik komunikasi interpersonal
maupun media massa mengenalkan Program Layanan Listrik Prabayar kepada
pelanggan umum yang memiliki daya 900 Va – 5.500 Va. Setelah itu PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta membuka kesempatan kepada pelanggan yang berminat
menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar di kantor PLN yang terdekat.
Syaratnya mudah, hanya membawa rekening listrik saja.
Awal pengenalan Program Layanan Listrik Prabayar, pelanggan yang akan
bermigrasi dari pascabayar ke prabayar tidak dikenai biaya apapun selain harga
pulsa perdana.
PT. PLN (Persero) APJ Surakarta menggandeng berbagai media untuk
membantu menyosialisasikan Program Layanan Listrik Prabayar. Media inilah
yang menjelaskan kepada masyarakat luas tentang Program Layanan Listrik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Prabayar melalui radio-radio, spanduk, leaflet, TV swasta, dan penyuluhan -
penyulihan di kelurahan atau kecamatan. Setelah memperoleh informasi dari
berbagai media inilah, akhirnya pelanggan beramai-ramai mendaftar dan memakai
meter prabayar.
Hingga bulan maret 2010, dari sekitar 960.000 pelanggan yang ada sudah
lebih kurang 3.500 pelanggan yang bermigrasi ke Program Layanan Listrik
Prabayar selama lebih kurang 3 bulan berjalannya Program Layanan Listrik
Prabayar.
Difusi inovasi merupakan proses dimana suatu gagasan, tindakan, atau barang
yang dianggap baru oleh seseorang dikomunikasikan melalui saluran dan jangka
waktu tertentu diantara anggota suatu sistem sosial.
Mengacu pada pengertian difusi itu sendiri, seperti pada teori Rogers dan
Shomaker yang dikutip oleh Abdillah Hanafi dalam bukunya Memasyarakatkan
Ide-ide Baru, dalam suatu proses difusi ada empat macam unsur difusi yaitu
inovasi, saluran komunikasi, waktu, dan sistem sosial. Keempat unsur difusi ini
akan dibahas sesuai dengan aplikasi yang terjadi pada masyarakat Surakarta.
1. Inovasi
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan inovasi adalah program layanan
listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Program ini disebut sebagai
inovasi atau penemuan baru karena program baru yang diluncurkan pertama kali
oleh PT. PLN (Persero). Dalam hal ini proses difusi dilakukan oleh PT. PLN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
(Persero) APJ Surakarta, selaku instansi yang memperkenalkan inovasi baru
dalam pembayaran dan pembelian listrik kepada masyarakat.
Program Layanan listrik prabayar merupakan sistem pembayaran dan
pembelian listrik yang dilakukan diawal atau sebelum pemakaian. Artinya,
pelanggan harus mengisi atau membayar terlebih dahulu rencana penggunaan
listrik sebelum listrik tersebut digunakan. Seperti namanya, maka sistem
penggunaan meteran ini seperti penggunaan pulsa telepon genggam.
Hal ini seperti yang diutarakan Kepala Humas PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta, Soeharmanto, S.E :
“Layanan Pra-Bayar adalah salah satu program layanan PLN yang memakai meter prabayar. Program itu adalah sebagai solusi bagi pelanggan – pelanggan yang membutuhkan atau sangat mendambakan perbaikan pelayanan dari PLN. Contohnya meter Prabayar itu ,seperti namanya, maka sistem penggunaan meteran ini seperti penggunaan pulsa telepon genggam dengan sistem Prabayar. Artinya, pelanggan harus mengisi atau membayar terlebih dahulu rencana penggunaan listrik sebelum listrik tersebut digunakan.” (wawancara, 16 Agustus 2010)
Program layanan listrik Prabayar ini pertama kali secara nasional diluncurkan
oleh PT. PLN pada 17 Januari 2008 di Bandung. Uji coba listrik bayar pertama
kali dilakukan di wilayah Jawa Barat, khususnya Kota Bandung yaitu pada 1.000
pelanggan rumah tangga. Jabar sengaja dipilih karena mewakili 70 persen
konsumen listrik yang ada di Pulau Jawa.
Program Layanan Listrik Prabayar atau yang sering disebut sebagai LPB ini
merupakan program dari PT. PLN pusat yang selanjutkan diterapkan di seluruh
daerah di Indonesia. Proses sosialisasi dari PT. PLN pusat kepada PT.PLN
(Persero) APJ Surakarta membutuhkan waktu sekitar satu bulan yaitu bulan
November tahun 2009. Sehingga untuk kota Surakarta sendiri program layanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
listrik Prabayar baru diluncurkan pada bulan Desember tahun 2009. Pada awal
peluncurannya, pihak PT.PLN (Persero) APJ Surakarta mentarget bisa
menyediakan alat tersebut sebanyak 1.000 unit kepada pelanggan baru.
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi diluncurkannya program ini.
Pertama, untuk menekan tingginya angka tunggakan pembayaran listrik di area
Surakarta dan sekitarnya. Kedua, menekan komplain dari pelanggan. Ketiga,
menekan biaya operasional pemenuhan kebutuhan listrik di kota Surakarta.
Keempat, sebagai akurasi data bagi PT.PLN (Persero) APJ Surakarta.
Tingginya angka tunggakan berasal dari golongan rumah tangga yang
terakumulasi dari beberapa daerah. Data PT.PLN (Persero) APJ Surakarta
menunjukkan sebagai berikut :
Tabel 3.1
Data Tunggakan Pelanggan PT.PLN (Persero) APJ Surakarta Tahun 2010
BULAN
(Tahun 2010)
Angka Tunggakan
(Dalam Lembar)
Februari 35.650
Maret 52.635
April 28.726
Sumber : PT.PLN (Persero) APJ Surakarta
Tingginya angka tunggakan, tentunya akan menambah jumlah beban negara
yang tentunya akan menghambat proses produksi dan distribusi listrik yang ada di
Indonesia, khususnya kota Surakarta. Oleh karena itu dibutuhkan suatu inovasi
yang dapat mengurangi tanggungan negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Sasaran utama dari program ini adalah para pelanggan yang tidak tepat waktu
dalam membayar tagihan listrik atau para penunggak, orang – orang yang tingkat
mobilitasnya tinggi, dan untuk rumah yang kosong yang sering ditinggal oleh
pemiliknya.
Dalam menghadapi pelanggan yang tidak membayar tepat waktu PT.PLN
(Persero) APJ Surakarta awalnya memberikan surat pemberitahuan untuk segera
membayar, setelah itu bila sampai batas waktu yang telah ditetapkan tidak
membayar, barulah pihak PLN memutus arus listrik, kemudian pelanggan tersebut
ditawari layanan Listrik Prabayar. Bila pelanggan bersedia untuk migrasi ke
layanan prabayar, maka pihak PLN segera mengganti dengan listrik prabayar.
Di Surakarta sendiri setiap satu Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) yang ada,
angka tunggakan cukup tinggi yaitu sekitar 1000 - 2000 lembar rekening listrik.
Dari banyaknya angka tunggakan tersebut sebagian besar dari golongan rumah
tangga. Hal ini seperti diungkapkan oleh Soeharmanto, Kepala bagian Humas PT.
PLN (Persero) APJ Surakarta :
“ Langkah pertama dari pihak PT. PLN (Persero) APJ Surakarta adalah dengan memberikan surat pemberitahuan, setelah itu kita jelaskan bila pada waktunya tidak membayar lagi ya diputus, lalu ditawari listrik Prabayar. Angka tunggakan sendiri cukup tinggi kira - kira satu UPJ penunggak sekitar 1000 - 2000 lembar.” (wawancara, 16 Agustus 2010)
Penerapan listrik prabayar di kota Surakarta, tidak ada daerah khusus yang
dijadikan sebagai pilot project. PT. PLN (Persero) APJ Surakarta memperoleh
alokasi alat meteran prabayar dari pusat sekitar 2.000 unit. Sebagai langkah awal
alat tersebut ditawarkan kepada sekitar 200 karyawan PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Sebelum ditawarkan kepada karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, dari
team Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta selaku penanggung jawab
sosialisasi layanan listrik prabayar telah menge-list 200 nama karyawan yang akan
dijadikan pilot project. Nama – nama tersebut ditawari menggunakan layanan
listrik prabayar, apabila karyawan tersebut tidak keberatan bermigrasi ke layanan
ini maka ia berhak mendapatkan alat listrik prabayar, tetapi bila keberatan tidak
ada paksaan dari pihak PT. PLN (Persero) APJ Surakarta.
Setelah internal karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta menggunakan
layanan listrik Prabayar dan tidak ada keluhan atas pemakaian produk baru ini,
pihak PT. PLN (Persero) APJ Surakarta baru secara resmi menawarkan kepada
masyarakat luas, khususnya bagi pelanggan baru PLN dari sektor rumah tangga.
Seperti yang dikatakan oleh Soeharmanto, Kepala bagian Humas PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta :
“Awalnya diberikan stok 2000 unit. Diawal kita pesimis, maka dipasang terlebih dahulu kepada sekitar 200 karyawan PLN sambil untuk melihat reaksi adakah hal yang negatif atau yang tidak diinginkan, tenyata setelah memakai tidak ada. Setelah itu disampaikan kepada masyarakat umum akhirnya umum bisa menerima, dan sampai sekarang malah melebihi target.” (wawancara, 16 Agustus 2010)
PT. PLN (Persero) APJ Surakarta memprioritaskan penggunaan alat meteran
prabayar ini untuk ditawarkan kepada pelanggan baru mengigat daftar antrian
pelanggan baru hingga saat ini masih sangat banyak. Sementara di sisi lain,
pasokan energi listrik di wilayah Soloraya sendiri hingga saat ini masih terbatas.
Sebagian alat meteran tersebut rencananya bakal ditujukan bagi pelanggan
baru PLN dari sektor rumah tangga yang dayanya diatas 900 VA, hingga bulan
Agustus 2010 ini, jumlah alat meteran listrik prabayar yang telah terpasang secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
riil di wilayah Soloraya mencapai 3.830 unit. Sebesar 90% terserap di pelanggan
rumah tangga.
Respons pelanggan terhadap alat meteran prabayar tersebut cukup tinggi. Hal
itu terlihat dari jumlah pelanggan yang melebihi target yang ditentukan dan daftar
tunggu pelanggan yang telah mendaftarkan diri untuk mengganti alat meteran
lamanya dengan alat meteran prabayar tersebut yang saat ini sudah mencapai lebih
dari 500 pelanggan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Soeharmanto, Kepala
bagian Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta :
“ Sekitar 90 persennya memang dari pelanggan rumah tangga, sisanya digunakan di masjid atau di kantor kelurahan, hingga bulan April 2010 ini, jumlah alat meteran listrik prabayar yang telah terpasang secara riil di wilayah Soloraya mencapai 3.830-an unit. Respons pelanggan memang cukup tinggi, mengingat ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dengan menggunakan alat meteran prabayar tersebut. Begitu mendapat informasi tentang meter prabayar, Langsung pergi ke kantor PLN, dan minta untuk langsung dipasang, Namun, mengingat stok meteran yang saat ini masih terbatas dan meter prabayarnya yang memproduksi baru, maka pelanggan terpaksa harus masuk daftar tunggu.” (wawancara, 24 Agustus 2010)
Dalam penggunaan layanan listrik prabayar ini tidak ada ketentuan khusus
dalam menggunakannya. Layanan ini merupakan produk baru yang tidak
dipaksakan penggunaannya. Cara penggunaannya sudah dijelaskan dalam bab
sebelumnya. Hal ini seperti yang dipaparkan oleh Soeharmanto, Kepala bagian
Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta :
“ Tidak ada ketentuan khusus, ini hanya produk baru saja tidak dipaksakan dalam pemakaiannya. Seperti penggunaan HP kita membeli token di gerai – gerai yang ada atau di bank. Trus kita masukan angka digitalnya ini kalau betul nanti akan menampakkan berapa jumlah yang kita beli, penampakan kedua nanti sudah menjumlah sisanya dan berapa jumlah tambah sesuai yang telah dibeli, setelah itu muncul Kwh yang ada di situ.” (wawancara, 16 Agustus 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Inovasi adalah suatu ide, karya atau objek yang dianggap baru oleh seseorang.
Ciri-ciri inovasi yang dirasakan oleh para anggota suatu system social menentukan
tingkat adopsi : (1) relative advantage (keuntungan relative), (2) compatibility
(kesesuaian), (3) complexity (kerumitan), (4) trialability (kemungkinan di coba),
(5) observability (kemungkinan diamati).
Relative advantage adalah suatu derajat dimana inovasi dirasakan lebih baik
dari pada ide lain yang menggatinkannya, derajat keuntungan tersebut bisa
dihitung secara ekonomis, tetapi faktor prestasi sosial, kenyamanan dan kepuasan
juga merupakan unsur penting.
Ada beberapa nilai tambah atau Relative advantage yang dapat dirasakan oleh
masyarakat sebagai pelanggan yang didapat dari Program Layanan Listrik
Prabayar seperti yang terdapat dalam brosur yang diterbitkan oleh PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta , diantaranya :
1. Bebas mengendalikan pemakaian listrik sendiri.
2. Bebas menentukan pembayaran listrik sesuai kebutuhan dan kemampuan daya
beli.
3. Bebas biaya beban (biaya minimum bulanan).
4. Bebas blok tarif.
5. Bebas kesalahan pencatatan meter.
6. Bebas pemutusan listrik karena tunggakan.
7. Bebas pembayaran uang jaminan (UJL). 39
39 www.plnjateng.co.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Selain nilai tambah yang dapat dirasakan, pelanggan juga dapat merasakan
manfaat secara langsung, yaitu :
1. Pelanggan tidak terganggu lagi dengan rutinitas kedatangan petugas pencatat
meter setiap bulan.
2. Pelanggan tiak dikagetkan lagi dengan tagihan rekening listrik bulanan yang
besarnya tidak dapat diprediksikan.
3. Pelanggan membayar seluruh pemakaian listriknya dengan tariff yang sama
(flat) tanpa ada blok tariff dan biaya beban lagi.
4. Pelanggan mengetahui transaksi pembayaran secara transparan karena
besarnya pemakaian listrik (kwh) dan biaya yang dikeluarkannya (Rp) dapat
diketahui secara langsung setiap saat.
2. Saluran Komunikasi
Difusi inovasi program layanan listrik prabayar ini, PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta menggunakan kedua jenis saluran komunikasi. Berikut akan dijelaskan
saluran komunikasi yang digunakan dan jalannya proses komunikasi dalam difusi
program layanan listrik prabayar di Surakarta.
a. Media massa
Setiap hari kita tidak bias lepas dari media massa. Media massa itu secara
langsung atau tidak memberikan pengaruh bagi kehidupan manusia baik level
individu maupun kolektif. Hampir semua elemen masyarakat terkena terpaan
media massa, karena saat ini kebutuhan akan media massa bukan lagi menjadi
kebutuhan sekunder tapi juga sudah menjadi kebutuhan primer. Semakin maju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
suatu masyarakat, maka kebutuhan akan terpaan media juga semakin tinggi. Peran
media massa yang sangat penting ini sangat dipahami oleh PT.PLN (Persero) APJ
Surakarta. Oleh karena itulah, penyebaran informasi tentang program layanan
listrik prabayar inipun tidak lepas dari penggunaan media.
Ada dua jenis media massa yaitu media cetak dan media elektronik. Kedua
jenis media ini digunakan dalam penyebaran program layanan listrik prabayar.
Media elektronik yang digunakan adalah televisi lokal dan radio lokal. Diawal
peluncuran Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
mengadakan konferensi pers untuk memperkenalkan program ini kepada
masyarakat.
PT. PLN (Persero) APJ Surakarta telah menjalin kerjasama dengan
beberapa institusi media radio yang ada di kota Surakarta. Lewat acara yang sudah
menjadi acara rutin di setiap stasiun radio inilah, PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta mensosialisasikan Program Layanan Listrik Prabayar. Stasiun radio
lokal tersebut adalah :
1. Radio Republik Indonesia (RRI) : Solusi => minggu pertama dan ketiga, hari
rabu.
2. Solo Pos FM : Sona PLN => 1 kali dalam satu bulan, hari rabu minggu
terakhir.
3. Karavan FM : Halo PLN => hanya memasang iklan.
4. Metha FM : Sona Bisnis => Minggu pertama dan kedua, hari kamis.
5. Slank FM : PLN Menyapa => Minggu kedua atau minggu keempat, hari
jumat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
6. Ria FM : Peduli Pelanggan => Satu sampai dua kali dalam sebulan, hari
selasa.
7. Pas FM : Dialog Interaktif => Selasa petang.
Acara rutin di setiap stasiun radio tersebut, bukanlah acara khusus yang
membahas tentang Program Layanan Listrik Prabayar. Akan tetapi, dalam acara
tersebut PT. PLN (Persero) APJ Surakarta mensosialisasikan berbagai macam
program – program yang sedang dilaksanakan oleh PLN, khususnya PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta sesuai dengan isu – isu yang sedang berkembang,
termasuk Program Layanan Listrik Prabayar. Hal ini dikemukakan oleh Kepala
Hubungan Masyarakat PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, Soeharmanto :
“ Tidak ada program khusus untuk mensosialisasikan program layanan listrik prabayar di radio, kami hanya memakai space acara di beberapa stasiun radio yang telah bekerja sama dengan kami untuk mensosialisasikan program – program PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, termasuk program layanan listrik prabayar.” (wawancara, 24 Agustus 2010)
Pemilihan tema acara setiap kali siar diserahkan sepenuhnya pada pihak
PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Dalam hal ini pihak yang bertanggung jawab
sekaligus bertindak sebagai narasumber dalam acara tersebut adalah bagian
hubungan masyarakat (Humas) PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yaitu Kepala
Hubungan Masyarakat PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, Soeharmanto,S.E.
Pembahasan tentang Program Layanan Listrik Prabayar gencar dilakukan
pada bulan Januari dan Februari 2010, dimana saat itu Program Layanan Listrik
Prabayar baru diperkenalkan pada masyarakat umum di Surakarta. Pembahasan
tema Program Layanan Listrik Prabayar ini dilakukan setiap kali siaran di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
berbagai stasiun radio dengan frekuensi yang beragam. Konsep acara pada setiap
stasiun radio adalah talk show dan diskusi interaktif.
Dalam acara ini awalnya diterangkan terlebih dahulu apa yang dimaksud
dengan program layanan listrik prabayar dan hal – hal yang berhubungan dengan
program tersebut setelah itu diadakan tanya jawab mengenai aplikasi dan
permasalahann yang terjadi di lapangan di Kota Surakarta. Pelanggan juga dapat
menyampaikan berbagai keluhan tentang listrik dan kinerja PLN. Tujuannya
adalah agar masyarakat di Surakarta dan sekitarnya, bisa mengetahui bagaimana
jalannya program layanan listrik prabayar di Kota Surakarta dan bermigrasi
menggunakan layanan listrik prabayar khususnya mereka yang bisa menerima
siaran dari berbagai stasiun radio.
Bagi negara Indonesia, radio sebagai media massa berfungsi antara lain
sebagai media informasi, media pendidikan, media opini, dan media hiburan.
Sebagai media informasi radio merupakan alat penyiar mengenai berbagai bidang
seperti politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, militer, keamanan, dsb. Melalui
informasi yang diberikan diharapkan komunikan dapat berinovasi serta berperan
dalam pelaksanaan pembangunan (Siahaan, 2000: 104).
Sesuai teori Siahaan di atas, maka fungsi radio dalam difusi inovasi ini
adalah sebagai media informasi. Radio memberikan informasi mengenai program
layanan listrik prabayar kepada masyarakat agar mereka yang belum tahu menjadi
tahu dan yang belum mengerti menjadi lebih mengerti. Melalui siaran ini pula
diharapkan masyarakat semakin tertarik untuk menggunakan layanan listrik
prabayar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Penggunaan media massa dalam menyebarkan program layanan listrik
prabayar sangat penting. Media massa mempunyai peran yang cukup banyak
sebab sebagaian besar masyarakat Indonesia sudah kecanduan media massa
dengan segala fungsinya. Karena sifat arus pesannya adalah satu arah, maka
terpaan menggunakan media massa haruslah berulang-ulang agar masyarakat
menjadi lebih paham.
Information flows were predominately associated with media, and reading
was estimated to communicate more than five times as much information as
talking and observing the environment (Galbi, 2001: 25).
Seperti yang dinyatakan Galbi dalam penelitiannya bahwa terpaan media
massa lebih dari 5 kali untuk bisa dimengerti. Penyebaran melalui Radio sudah
lebih dari lima kali sehingga diharapkan sudah bisa mempengaruhi masyarakat,
terutama bagai mereka yang berada dalam jangkauan frekuensinya.
Media lain yang digunakan untuk mensosialisasikan program layanan
listrik prabayar adalah internet. Di dunia maya, sudah banyak situs dan forum
yang membahas tentang program ini. Website resmi dari PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta untuk informasi Layanan Listrik Prabayar adalah
http://www.plnjateng.co.id. Dalam website ini terdapat informasi-informasi yang
berkaitan dengan program layanan listrik prabayar mulai dari pengertian sampai
perkembangannya. Selain itu di situs jejaring sosial, Facebook, program layanan
listrik prabayar juga menjadi salah satu anggotanya. Program layanan listrik
prabayar mempunyai account di Facebook dengan nama sistem listrik prabayar.
Facebook di sini digunakan sebagai salah satu media sosialisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Di situs jejaring social facebook ini terdapat sedikit kontroversi untuk
layanan listrik prabayar. Selain account di Facebook dengan nama sistem listrik
prabayar, terdapat juga account dengan nama tolak listrik prabayar. Sebenarnya
tidak hanya di jejaring social facebook, tapi di berbagai forum diskusi di blog juga
banyak terdapat kontroversi mengenai Program Listrik Layanan Prabayar atau
PLB. Pro dan kontra LPB ini memang tidak lepas dari berbagai kepentingan
masyarakat selaku konsumen layanan ini.
Mereka yang pro dengan layanan ini adalah mereka yang merasakan
manfaat layanan ini, sedangkan yang kontra adalah mereka yang merasa dirugikan
dengan adanya LPB. Account di Facebook dengan nama sistem listrik prabayar
adalah account resmi yang dikeluarkan oleh PLN, sedangkan account di Facebook
dengan nama tolak listrik prabayar merupakan account yang diduga dibuat oleh
orang-orang yang merasa terancam putus kerja dengan adanya layanan ini. Oleh
karena itulah, mereka menolak Program Layanan Listrik Prabayar.
Media massa yang berupa media cetak yang digunakan dalam difusi
Program Layanan Listrik Prabayar di Kota Surakarta antara lain pamflet dan
koran. Media visual dibuat oleh Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta dan
disebarkan kepada masyarakat Surakarta agar mereka tahu seluk-beluk mengenai
program Layanan Listrik Prabayar dan perkembangannya sudah sejauh mana.
Sebagaimana dikatakan oleh Oktariana Anjarsari, selaku customer servis PT. PLN
(Persero) UPJ Kota Surakarta :
“…Sebagai sarana sosialisasi ke masyarakat kami menggunakan pamflet. Dalam pamflet tersebut terdapat berbagai informasi mengenai Layanan Listrik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Prabayar, sehingga mereka tahu seluk beluk Layanan Listrik Prabayar dan perkembangannya sudah sejauh mana.” (wawancara, 16 Agustus 2010)
Media berbentuk pamflet ini dibuat oleh PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta dan disebarkan kepada masyarakat untuk memberikan pengertian dasar
mengenai program ini. Dalam pamflet Layanan Listrik Prabayar, dijelaskan
bahwa Layanan Listrik Prabayar / PLN Prepaid adalah solusi bijak untuk
pengendalian pemakaian listrik secara mandiri dan transparan.
PT. PLN (Persero) APJ Surakarta menerbitkan dua macam pamflet
dalam waktu yang berbeda. Pamflet pertama adalah sebagai pengenalan awal
Program Layanan Listrik Prabayar. Pamflet ini tidak hanya menginformasikan
Program Layanan Listrik Prabayar, tetapi juga menginformasikan program
NaDaOnline yaitu penambahan daya listrik Anda yang dilayani di Kantor Pos dan
Bank BRI terdekat secara on line. Pamflet ini berisi sosialisasi dua program PLN,
maka pada pamflet yang pertama ini Program Layanan Listrik Prabayar tidak
dijelaskan secara rinci. Pamflet ini diterbitkan pada bulan Desember 2009.
Pamflet kedua merupakan pamflet yang menerangkan Program Layanan
Listrik Prabayar secara terperinci. Pamflet berisi tentang apa sebenarnya
pengertian Layanan Listrik Prabayar, nilai tambah, manfaat, info produk, tarif,
token kwh, dan proses layanan baik penyambungan baru maupun migrasi dari
pascabayar. Pamflet inilah yang sampai saat ini digunakan baik ditingkat PT.PLN
(Persero) APJ Surakarta maupun ditingkat UPJ untuk mensosialisasikan dan
menawarkan kepada masyarakat di kota Surakarta.
Selain menggunakan pamflet, media cetak lain yang digunakan adalah
spanduk yang dipasang di tempat-tempat strategis di kota Surakarta dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
sekitarnya. Isi dari spanduk tersebut adalah mengenalan kepada masyarakat
tentang Program Layanan Listrik Prabayar dan ajakan untuk bermigrasi ke ;istrik
prabayar. Pemasangan spanduk – spanduk ini dilakukan saat pengenalan Program
Layanan Listrik Prabayar yaitu pada bulan Desember 2009 dan Januari 2010. Saat
ini spanduk tersebut tidak dipasang karena sudah semakin banyak masyarakat
yang mengenal program ini.
Di luar media yang dicetuskan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta,
informasi-informasi mengenai Program Layanan Listrik Prabayar ini juga terdapat
pada media massa lain seperti koran. Pada koran tersebut banyak berita mengenai
Program Layanan Listrik Prabayar meskipun tidak hanya berasal dari PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta sendiri. Namun, informasi tersebut tetap membawa
dampak positif bagi masyarakat yang membacanya. Dimuatnya informasi tentang
Program Layanan Listrik Prabayar di surat kabar seperti yang dikemukakan oleh
Darmi berikut:
“…dulu saya tahu program ini karena pernah baca di koran Solo Pos. Pernah ada berita tentang Program Layanan Listrik Prabayar.” (Wawancara, 27 Agustus 2010)
Dengan adanya informasi di surat kabar menjadikan masyarakat semakin
mengetahui tentang program ini lebih jauh. Semakin banyak informasi yang
mereka dapat, semakin terbuka pula pikiran mereka untuk dapat menerima
program yang baru pertama kali dikeluarkan PLN. Solo Pos merupakan koran
yang daerah pemasarannya adalah Solo dan sekitarnya. Hal ini berarti informasi
mengenai Program Layanan Listrik Prabayar sudah tersebar luas terutama di
wilayah Surakarta san sekitarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Pemberitaan di surat kabar tentang Program Layanan Listrik Prabayar
secara tidak langsung merupakan sarana sosialisasi tersendiri bagi PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta, misalnya berita tentang sosialisasi Program Layanan
Listrik Prabayar yang dilakukan di Sukoharjo. Berita tersebut dimuat di Harian
Joglosemar pada 16 Januari 2009 yang bertajuk PLN Sosialisasi Listrik Prabayar.
Dimuatnya sosialisi ini akan menyebarkan informasi tentang Program Layanan
Listrik Prabayar.
Gambar 3.1 Salah Satu Pemberitaan Program Layanan Listrik Prabayar Di Surat Kabar
Selain surat kabar, informasi program layanan listrik prabayar juga didapat
melalui televisi lokal, yaitu Terang Abadi Televisi atau TA TV. Informasi tersebut
melalui acara Dialog Sore dan Masalah Kita di TA TV Surakarta, saat membahas
mengenai program layanan listrik prabayar. Konsep acara tersebut adalah talk
show dan diskusi interaktif. Sebagai narasumber adalah Manajer PT. PLN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
(Persero) APJ Surakarta, Drs. Puguh Dwi Atmanto, ST dan Kepala Hubungan
Masyarakat PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, Soeharmanto,S.E.
b. Komunikasi Interpersonal
Saluran interpesonal adalah saluran yang melibatkan tatap muka antara
sumber dan penerima, antar dua orang atau lebih. Komunikasi Interpersonal ini
juga digunakan dalam difusi Program Layanan Listrik Prabayar di Kota Surakarta.
Komunikasi interpersonal ini terlihat dalam berbagai kegiatan sosialisasi yang
dilaksanakan untuk menyebarkan program ini kepada masyarakat seperti
sosialisasi langsung kepada pelanggan atau sosialisasi door to door ke rumah –
rumah pelanggan. Komunikasi interpersonal merupakan face to face
communication (komunikasi tatap muka) sehingga sangat efektif digunakan untuk
difusi inovasi agar masyarakat mau menerima dan mengadopsi inovasi tersebut.
Cara yang paling banyak ditempuh untuk menyebarluaskan program ini
melalui komunikasi interpersonal yaitu dengan mengadakan sosialisasi langsung
di kantor – kantor resmi pembayaran PLN kepada pelanggan dan door to door.
Biasanya sosialisasi langsung ini dilakukan pihak PLN di tingkat Unit
Pelayanan Jaringan (UPJ). Sosialisasi dilakukan kepada semua pelanggan baik
yang aktif maupun yang pasif. Pelanggan aktif merupakan pelanggan yang aktif
mencari informasi tentang Program Layanan Listrik Prabayar ke pihak PLN,
sedangkan pelanggan pasif merupakan pelanggan yang menerima informasi
Program Layanan Listrik Prabayar setelah mendapat keterangan dari PLN.
Pelanggan aktif biasanya telah mendapatkan informasi adanya Program
Layanan Listrik Prabayar, selanjutnya mereka bertanya langsung kepada PLN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
untuk mendapatkan kepastian. Pelanggan pasif merupakan pelanggan yang baru
mengetahui program ini setelah mereka menemui masalah listrik, misalnya para
penunggak yang setelah beberapa waktu belum juga membayar uang listrik, maka
oleh pihak PLN listrik di tempat pelanggan diputus. Saat mengurus masalah listrik
tersebut, mereka mendapar sosialisasi dan tawaran untuk bermigrasi
menggunakan layanan listrik prabayar. Saat itulah mereka memutuskan untuk
beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar.
Bagi para pelanggan yang memasang listrik baru memang diarahkan untuk
menggunakan listrik prabayar. Sedangkan untuk pelanggan lama, setelah
mengetahui seluk – beluk Program Layanan Listrik Prabayar, banyak pelanggan
yang memutuskan untuk bermigrasi ke layanan listrik prabayar.
Sosialisasi langsung Program Layanan Listrik Prabayar berisi penjelasan
seputar pengertian layanan listrik prabayar, manfaat, nilai tambah, cara
penggunaan, cara pembelian voucher, cara pemasangan dan permasalahan yang
dialami pelanggan. Sosialisasi bersifat face to face communication antara pihak
PLN dalam hal ini diperankan oleh customer servis (CS) PT. PLN (Persero)
tingkat Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) dan pelanggan yang bersangkutan.
Sosialisasi ini menggunakan alat bantu dengan media pamflet. Hal ini dijelaskan
oleh customer servis officer (CSO) PT. PLN (Persero) tingkat Unit Pelayanan
Jaringan (UPJ) Kota Surakarta, Oktari Anjarsari :
“ Kami jelaskan kepada pelanggan tentang Program Layanan Listrik Prabayar. Jadi apa itu layanan prabayar, manfaatnya sampai permasalahan yang ditemui, terutama bagi mereka yang listriknya sudah diputus karena menunggak, maka langsung saja kami tawari menggunakan listrik prabayar. Biasanya mereka langsung setuju bermigrasi ke layanan listrik prabayar. “ (wawancara, 2 September 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Langkah lain yang ditempuh PLN adalah sosialisasi door to door. Dari
pihak PLN mendatangi rumah pelanggan satu per satu. Seperti yang dikatakan
Ani bahwa petugas dari PLN mendatangi rumahnya untuk memberitahu rumahnya
akan diganti dengan sisten prabayar :
“ Saya tahu dari PLN, orang PLN langsung datang ke rumah saya dan memberitahukan bahwa rumah saya akan diganti dengan listrik prbayar.“ (wawancara, 18 Agustus 2010)
Tujuan dari sosialisasi door to door adalah sebagai langkah penjaringan
pelanggan. Sebelum ke tempat pelanggan, target sosialisasi sudah ditetapkan.
Targetannya adalah rumah – rumah yang pemiliknya sering menunggak tagihan
listrik. Dengan maksud tetap menjaga kenyamanan pelanggan yang bersangkutan,
maka sosialisasi ini tidak hanya diberikan kepada warga tersebut. Sosialisasi juga
diberikan kepada tetangga atau rumah – rumah yang berdekatan dengan rumah
warga yang menjadi target sosialisasi. Hal ini dijelaskan oleh Soeharmanto,
Kepala bagian Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta :
“ Sosialisasi dilakukan sebagai langkah penjaringan. Misalnya, ada penunggak di daerah Purwosari, di daerah perkampungan, kan kita tidak mungkin melakukan sosialisasi hanya pada pelanggan tersebut jadi kami sampling juga tetangga kanan dan kirinya untuk menjaga nama baik pelanggan tersebut sebagai wujud tenggang rasa.” (wawancara, 16 Agustus 2010)
c. Komunikasi Kelompok
Sarana komunikasi lain yang digunakan oleh PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta berbentuk komunikasi kelompok baik kelompok kecil maupun
kelompok besar. Hampir sama dengan komunikasi interpersonal, komunikasi
kelompok juga bertujuan untuk mempengaruhi orang lain, hanya jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
audiennya saja yang membedakannya. Komunikasi kelompok merupakan bentuk
komunikasi interpersonal yang bersifat lokalit.
Komunikasi kelompok ini terlihat dalam berbagai kegiatan sosialisasi
yang dilaksanakan untuk menyebarkan program ini kepada masyarakat seperti
sosialisasi berbentuk forum – forum pertemuan warga baik di tingkat kelurahan
maupun di tingkat Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Forum-forum
sosialisasi ini sering diadakan khususnya untuk sosialisasi program Layanan
Listrik Prabayar dan update perkembangannya. Seperti yang dikatakan Darmi
bahwa pertama kali dia tahu tentang program Layanan Listrik Prabayar yaitu dari
sosialisasi yang dilakukan PLN di kelurahan :
“ Saya tahu layanan ini pertama kali lewat sosialisasi di kelurahan. Kemarin ada penyuluhan dari PLN Solo kerjasama dengan PLN Grogol di kelurahan Grogol. Sosialisasi tersebut dengan jelas memaparkan segala sesuatu tentang Layanan listrik prabayar.” (wawancara, 27 Agustus 2010)
Biasanya sosialiasi dilakukan bersamaan dengan bakti sosial berupa
pengobatan gratis. Pihak PLN menggandeng pihak Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) setempat untuk melakukan pengobatan gratis. Serangkaian dengan
kegiatan tersebut, pihak PLN mengadakan sosialisasi Program Layanan Listrik
Prabayar. Dengan mengikuti kegiatan ini, masyarakat memperoleh dua manfaat
sekaligus. Pertama, dari sisi kesehatan. Kedua, mereka memperoleh informasi
tentang Program Layanan Listrik Prabayar.
Kegiatan ini dilaksanakan secara bersamaan dengan tujuan agar semakin
banyak masyarakat yang mau mengikuti kegiatan sosialisasi Program Layanan
Listrik Prabayar. Dari sisi biaya dan waktu pun akan lebih berhemat. Bagi pihak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
PLN pun, kegiatan ini akan mampu meningkatkan citra perusahaan di mata
masyarakat.
Dalam penyebaran Program Layanan Listrik Prabayar, PLN lebih banyak
menggunakan komunikasi tatap muka dibanding dengan komunikasi bermedia.
Seperti yang dikatakan Effendy bahwa komunikasi tatap muka (face to face
communication) dianggap lebih efektif untuk mengubah sikap, pandangan dan
perilaku seseorang karena aliran pesannya bersifat dua arah. Pada komunikasi
tatap muka terjadi umpan balik langsung (immediate feedback) sehingga
komunikator dapat mengetahui secara langsung apakah komunikan
memperhatikan dan mengerti apa yang dikomunikasikan. Umpan balik bisa
bersifat positif yang berupa perhatian ataupun negatif yang berupa sikap acuh tak
acuh.
Masyarakat Surakarta dan sekitarnya bisa secara langsung
mengkomunikasikan kepada pihak PLN tentang masalah Program Layanan Listrik
Prabayar. Dalam sosialisasi itu juga pihak PT. PLN (Persero) APJ Surakarta bisa
mengetahui respon masyarakat terhadap program baru yang digulirkan
pemerintah. Tingginya partisipasi masyarakat merupakan salah satu indikasi
keberhasilan dari Program Layanan Listrik Prabayar yang dilakukan oleh PT.
PLN (Persero) APJ Surakarta kepada masyarakat. Oleh sebab itu proses
penyebaran menjadi sangat penting untuk sebuah program inovasi seperti Program
Layanan Listrik Prabayar ini terutama agar masyarakat mau menerima program
ini dan pada akhirnya ikut berpartisipasi dalam menyukseskan Program Layanan
Listrik Prabayar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
3. Jangka Waktu
Jangka waktu merupakan proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang
mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan
pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu.
Indikator yang digunakan peneliti untuk mengukur jangka waktu adalah
masa pengambilan keputusan yaitu lama waktu yang dibutuhkan warga Surakarta
dan sekitarnya dalam menerima program Program Layanan Listrik Prabayar.
Semakin cepat waktu yang digunakan maka semakin inovatif pula masyarakat
tersebut. Sebaliknya, semakin lama waktu yang dibutuhkan berarti tingkat
keinovatifan masyarakat tersebut masih kurang.
Program Layanan Listrik Prabayar diperkenalkan kepada masyarakat
Surakarta pada akhir bulan Desember 2009 sejak diumumkan oleh pemerintah.
Sejak saat itulah PT. PLN (Persero) APJ Surakarta mulai menyusun strategi untuk
pelaksanaan program ini. Dimulai dengan launching Program Layanan Listrik
Prabayar di Surakarta oleh PT. PLN (Persero) APJ Surakarta pada akhir bulan
Desember 2009. Selanjutnya PT. PLN (Persero) APJ Surakarta memulai tahap
yang pertama yaitu himbauan kepada internal karyawan PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta untuk bermigrasi ke layanan prabayar sebagai pilot project di Surakarta.
Sejak saat itu dimulai juga tahap sosialisasinya kepada masyarakat luas di kota
Surakarta dan sekitarnya. Sosialisasi pertama berbentuk sosialisasi langsung ke
pelanggan di kantor -kantor resmi pembayaran PLN, door to door dan forum-
forum pertemuan berisi pengenalan kepada masyarakat tentang program ini.
Pertemuan-pertemuan untuk mengenalkan Program Layanan Listrik Prabayar baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
di tingkat kelurahan maupun RW berjalan selama dua bulan dari akhir bulan
Desember 2009 sampai Januari 2010, seperti yang dituturkan oleh Soeharmanto,
Kepala bagian Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta :
“Kalau sosialisasi yang intens itu ya awal –awal diluncurkannya Program Layanan Listrik Prabayar, sekitar akhir bulan Desember 2009 sampai Januari 2010. Sosialisasi langsung ke pelanggan di kantor -kantor resmi pembayaran PLN, door to door dan forum-forum pertemuan berbentuk pertemuan-pertemuan baik di kelurahan atau di tingkat RT dan RW. Selanjutnya sosialisasi masih dilaksanakan tapi sifatnya itu kalau ada kegiatan baru disosoialisasikan.” (Wawancara, 16 Agustus 2010) Pada waktu dua bulan itu tak hanya komunikasi tatap muka yang
dilakukan, tapi juga termasuk dengan komunikasi bermedia menggunakan media
massa. Masyarakat terus menerus dikenalkan dengan program Program Layanan
Listrik Prabayar secara intens agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Hingga saat ini sosialisasi masih tetap dilakukan tetapi sifatnya tidak
intens seperti diawal – awal diluncurkannya program ini. Pertemuan-pertemuan
dilakukan untuk mensosialisasikan Program Layanan Listrik Prabayar di Kota
Surakarta dan sekitarnya. Selain itu pertemuan juga dilakukan untuk
memberitahukan sudah seberapa jauh perkembangan pengguna Program Layanan
Listrik Prabayar. Hingga bulan Okteber 2010 perkembangan Program Layanan
Listrik Prabayar yang sudah terpasang di Surakarta mencapai 7.061 dengan
perincian sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Tabel 3.2
Perkembangan Program Layanan Listrik Prabayar
Bulan Okteber 2010
NO. UNIT JUMLAH
1. UP Manahan 1.716
2. UPJ Kartasura 1.082
3. UP Surakarta Kota 954
4. UPJ Wonogiri 799
5. UPJ Grogol 778
6. UPJ Sumberlawang 593
7. UPJ Karanganyar 588
8. UPJ Sragen 585
9. UPJ Sukoharjo 506
10. UPJ Palur 505
11. UPJ Jatisrono 403
Jumlah Keseluruhan 7.061
Sumber : PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
Secara keseluruhan Program Layanan Listrik Prabayar telah berjalan
selama sepulluh bulan terhitung dari akhir bulan Desember 2009 hingga bulan
Oktober 2010. Setelah tahap sosialisasi, muncullah tanggapan dari masyarakat
Surakarta untuk menerima atau menolak program tersebut.
Berdasarkan penelitian, warga Surakarta dan sekitarnya dapat menerima
Program Layanan Listrik Prabayar ini. Tentu masyarakat tidak serta merta dalam
menerima program ini, dibutuhkan waktu seiring dengan berjalannya proses.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Sebelum menerima program ini pastilah ada pertimbangan-pertimbangan untung
rugi yang dipikirkan masyarakat.
Dalam penerimaan Program Layanan Listrik Prabayar, waktu yang
dibutuhkan masyarakat berbeda-beda satu sama lain. Ada yang cepat menerima,
ada pula yang memerlukan waktu lebih lama untuk bisa menerima program
tersebut. Hal ini tak terlepas dari latar belakang pendidikan, sosial, ekonomi, dan
pengalaman.
Sudiro, seorang istri pensiunan TNI dan berprofesi sebagai ibu rumah
tangga menerima Program Layanan Listrik Prabayar dalam waktu satu hari
setelah diadakannya sosialisasi oleh pihak PLN.
“…pemasangan listrik prabayar cepet kok Mbak, sehari langsung jadi. Pagi saya mendaftar, sorenya sudah terpasang.” (wawancara, 18 Agustus 2010)
Lain halnya dengan Iwan, seorang pegawai sebuah bank swasta yang
aktifitas kesehariannya harus mobile Solo – Yogja, dia mengatakan bahwa untuk
menerima program ini dibutuhkan waktu satu bulan sejak sosialisasi diadakan.
“ Saya tahu layanan ini sekitar bulan Januari. Saya memakai bulan Februari. Berarti sekitar satu bulan baru memutuskan memakai.” (wawancara, 27 Agustus 2010) Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa waktu yang dibutuhkan
masyarakat Surakarta menerima Program Layanan Listrik Prabayar antara satu
hari sampai satu bulan setelah pertama kali diadakan sosialisasi. Banyaknya
sosialisasi yang diadakan di masing-masing daerah di Surakarta berbeda-beda
sesuai kondisi dari daerah tersebut dan tujuan sosialisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
4. Sistem Sosial
Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional
dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai
tujuan bersama.
Anggota sistem sosial dalam penelitian ini adalah semua yang terlibat
dalam penyebaran Program Layanan Listrik Prabayar di Surakarta. Berdasarkan
hasil penelitian yang termasuk ke dalam sistem sosial adalah PT. PLN (Persero)
APJ Surakarta sebagai komunikator, masyarakat Kota Surakarta sebagai
komunikan.
Di antara anggota sistem sosial ada yang memegang peranan penting
dalam proses difusi, yaitu pemuka pendapat dan agen pembaru. Pemuka pendapat
adalah seseorang yang relatif sering dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku
orang lain untuk bertindak dengan cara tertentu secara informal. Sedangkan agen
pembaru adalah orang yag aktif berusaha menyebarkan inovasi ke dalam suatu
sistem sosial. Dalam penelitian ini tidak ada pemuka pendapat yang membantu
mempercepat proses difusi ke masyarakat. Proses difusi murni dilakukan oleh
pihak PLN.
Namun, PLN sebagai satu – satunya perusahan negara yang bertanggung
jawab terhadap listrik di Indonesia, memiliki kekuatan sendiri dalam proses difusi.
Sebagai satu – satunya penyedia listrik Negara, PLN secara tidak langsung
memiliki kemampuan untuk mengarahkan pelanggan agar mencoba memakai
layanan listrik prabayar, sehingga akan mempengaruhi kecepatan dari proses
difusi sebuah inovasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Bandung Bandono, seorang Marketing Support sebuah perumahan di
Surakarta mengatakan bahwa perumahan yang dikelolanya memakai sistem
layanan prabayar karena dari pihak PLN memberikan penawaran sistem layanan
listrik prabayar kepada perumahan yang dikelolanya.
“ … Kemarin waktu ke PLN, pihak sananya bilang kalau di perumahan saya dapetnya yang sistem layanan listrik prabayar. Ya.. kalau memang begitu saya bilang nggak masalah. “ (wawancara, 7 September 2010) Penawaran ini sifatnya bukan paksaan, artinya pihak PLN hanya
menawarkan pemakaian sistem layanan listrik prabayar, tetapi keputusan unutuk
memakai atau tidak tetap ada di tangan pelanggan. Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Soeharmanto, Kepala bagian Humas PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta :
“ Kami dari pihak PLN hanya menawarkan saja pemakaian sistem layanan listrik prabayar terutama kepada para pelanggan baru yang akan memasang listrik. Akan tetapi, keputusannya ,tetap di tangan pelanggan. Kami tidak memaksakan. “ (wawancara, 16 Agustus 2010) Selanjutnya, yang dimaksud dengan agen pembaru dalam difusi Program
Layanan Listrik Prabayar di Kota Surakarta yaitu para karyawan PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta. Sebagai agen pembaru, dengan penuh kesadaran mereka
secara aktif menyebarkan program Program Layanan Listrik Prabayar. Karyawan
PT. PLN (Persero) APJ Surakarta merupakan orang – orang yang pertama kali
mencoba sistem Layanan Listrik Prabayar. Mereka sebagai bagian dari suatu
sistem sosial, membantu menyebarkan inovasi Program Layanan Listrik Prabayar
kepada orang – orang terdekat mereka di daerah tempat tinggal mereka. Agen
Pembaru merupakan orang yang terlebih dulu tahu tentang Program Layanan
Listrik Prabayar dan selanjutnya bertugas menyebarkan kepada masyarakat agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
inovasi ini bisa diketahui masyarakat untuk dipelajari, dan pada akhirnya
mengharapkan masyarakat agar mau mengadopsinya.
Surakarta dan kota-kota satelitnya (Kartasura, Solo Baru, Palur,
Colomadu, Baki, Ngemplak) adalah kawasan yang saling berintegrasi satu sama
lain. Dengan Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2003 adalah 552.542
jiwa, maka kota Surakarta termasuk kedalam kategori kota besar. Kota merupakan
suatu kawasan yang biasanya memiliki ciri-ciri jumlah penduduk yang relatif
padat dibanding kawasan sekitarnya, hubungan kekerabatan kemasyarakatannya
longgar, penduduknya memiliki berbagai ragam profesi yang bersifat non agraris,
terdapat berbagai macam fasilitas umum yang relatif beragam dan modern
dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Dengan karakteristik ini, tentunya
masyarakat kota Surakarta memiliki reaksi yang berbeda - beda dalam menerima
sebuah inovasi baru.
Masyarakat Surakarta sebagai anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam
kelompok-kelompok adopter (penerima inovasi) sesuai dengan tingkat
keinovatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi). Sebagai narasumber dalam
penelitian ini adalah 13 orang yang dianggap mewakili masyarakat Surakarta
sebagai suatu sistem sosial. Narasumber tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sudiro
2. Ani
3. Darmi
4. Burhanuddin
5. Ambarwati
8. Sulasmi
9. Djuwito
10. Agus Mujazid
11. Lina
12. Iwan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
6. Irin
7. Supartini
13. Renata
Dari 13 orang narasumber tersebut, maka dapat di kelompokkan menjadi
beberapa golongan adopter sebagai berikut :
Tabel 3.3
Pengelompokan Adopter
Program Layanan Listrik Prabayar di Surakarta
Innovators
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, terdapat
narasumber yang dapat digolongkan dalam kategori inovator. Berdasarkan
pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961)
Kelompok
Adopter Ciri – Ciri Adopter
Jumlah
(∑)
Prosentase
(%)
Innovators petualang, berani mengambil resiko, mobile,
cerdas, kemampuan ekonomi tinggi
1 7,6%
Early Adopters para teladan (pemuka pendapat), orang yang
dihormati, akses di dalam tinggi
2 15,4%
Early Majority penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi 4 30,8%
Late Majority skeptis, menerima karena pertimbangan
ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati
4 30,8%
Laggards tradisional, terisolasi, wawasan terbatas,
bukan opinion leaders, sumberdaya terbatas
2 15,4%
∑ = 13 ∑ = 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
bahwa kelompok Innovators hanya 2,5%, maka dalam penelitian ini dari 13 orang
narasumber hanya terdapat satu orang yang dapat dikategorikan menjadi inovator.
Innovators atau inovator merupakan individu yang pertama kali mengadopsi
inovasi.
Iwan, seorang pegawai di salah satu bank swata yang berpendidikan strata
satu (S1) dengan kondisi harus mobile Solo – Yogyakarta setiap minggunya
merupakan orang yang dapat dikategorikan menjadi inovator.
“ Saya menyelesaikan kuliah saya di salah satu universitas di Jakarta... Saat ini saya sudah bekerja di salah satu bank swasta di Yogjakarta, tapi karena istri bekerja di Solo jadi yaa beli rumah di sini, sehingga saya harus bolak – balik Solo – Yogja setiap minggunya. Karena harus mobile setiap minggunya, saya tidak punya cukup waktu untuk mengantri di loket – loket pembayaran listrik PLN, makanya saya pilih menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar.” (wawancara, 4 September 2010) Dengan kondisi harus bolak – balik Solo – Yogja setiap minggunya, berarti
dapat dikategorikan Iwan merupakan seorang yang memiliki aktifitas yang tinggi
atau mobile. Selain itu tingkat pendidikannya juga tinggi yang tentunya akan
mempengaruhi kecerdasan dan pola pikir seseorang dalam mengadopsi sebuah
inovasi.
Pendidikan mempengaruhi pola pikir sesorang untuk lebih terbuka pada hal-
hal baru. Keterbukaan tersebut membuat orang mempunyai pengalaman yang
lebih dibandingkan dengan yang lainnya. Seperti yang tertera dalam buku
Psikologi Komunikasi bahwa keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha
intelektual (Rakhmat, 1986: 72).
Menurut Rogers dan Shoemaker dikutip oleh Hanafi Abdillah dalam buku
Memasyarakatkan Ide-Ide baru, ciri – ciri dari kelompok Innovators atau inovator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
meliputi petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan
ekonomi tinggi (1987: 26).
Early Adopters
Early Adopters atau perintis / pelopor merupakan individu yang menjadi para
perintis dalam penerimaan inovasi. Berdasarkan pengelompokan berdasarkan
kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961) bahwa kelompok Early Adopters
atau perintis / pelopor berprosentase 13,5% maka dalam penelitian ini dari 13
orang narasumber terdapat dua orang yang dapat dikategorikan menjadi Early
Adopters atau perintis / pelopor.
Biasanya kelompok perintis merupakan orang yang dihormati dan menjadi
teladan dalam masyarakat. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa
Darmi, salah satu narasumber, merupakan ketua RW di Grogol. Ketua RW
merupakan salah satu jabatan yang dihormati dan dijadikan teladan bagi
masyarakat sekitar. Sebagai istri ketua RW, tentunya Darmi aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan. Dalan kesempatan itulah ia sering mengajak teman – temannya
untuk memakai Program Layanan Listrik Prabayar. Oleh karena itulah, Darmi
termasuk dalam kelompok perintis / pelopor, seperti yang dituturkan Darmi
sebagai berikut :
“ … Kebetulan suami adalah ketua RW di sini.. Bila ada pertemuan dengan ibu – ibu biasanya di acara PKK, saya sering ajak ngobrol tentang Program Layanan Listrik Prabayar. ternyata banyak yang tertarik. Disini saja sudah sekitar 5 orang yang mau beralih ke prabayar.” (wawancara, 27 Agustus 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Hal ini serupa seperti yang ditulis oleh Jalaludin Rahmat dalam bukunya
Psikologi Komunikasi bahwa ketika komunikator berkomunikasi, yang
berpengaruh bukan saja apa yang ia katakan, tetapi juga keadaan dia sendiri.
Kadang-kadang siapa lebih penting daripada apa (1986: 255).
Persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara, yang ketika ia
menyampaikan pembicaraanya kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita dapat
lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang baik daripada orang-orang
lain: Ini berlaku pada umumnya pada masalah apa saja dan secara mutlak berlaku
ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat terbagi. Tidak benar, anggapan
sementara penulis retorika bahwa kebaikkan personal yang diungkapkan tidak
berpengaruh apa-apa pada kekuatan persuasiya; sebaliknya karakternya bisa
hampir disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya
(Aristoteles dikutip oleh Rakhmat, 1986: 255).
Lain halnya dengan Sulasmi, seorang pegawai PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta dengan pendidikan terakhir Strata Satu (S1). Dia mengatakan bahwa
keputusannya untuk bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar karena tahu
manfaat dan nilai tambahnya. Artinya sebagai orang internal PLN, Sulasmi
memiliki akses yang mudah dalam mencari informasi tentang Program Layanan
Listrik Prabayar sampai akhirnya ia memutuskan untuk bermigrasi ke Program
Layanan Listrik Prabayar. Bahkan bagi Sulasmi sudah menjadi kewajiban untuk
memahani Program Layanan Listrik Prabayar, karena dirinya bekerja sebagai
karyawan di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta.
“…Sebagai orang yang bekerja di PLN, tentu saja harus tahu apa itu Program Layanan Listrik Prabayar. Setelah tahu bagaimana, akhirnya saya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
memutuskan untuk bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar.” (wawancara, 27 Agustus 2010)
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Rogers dan Shoemaker. Menurut
Rogers dan Shoemaker dikutip oleh Hanafi Abdillah dalam buku
Memasyarakatkan Ide-Ide baru, yang menjadi ciri – ciri dari kelompok Early
Adopters atau perintis / pelopor adalah para teladan (pemuka pendapat), orang
yang dihormati, akses di dalam tinggi (1987: 26).
Early Majority
Early Majority atau pengikut dini merupakan individu yang menjadi para
pengikut awal. Berdasarkan pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah
duji oleh Rogers (1961) bahwa kelompok Early Majority atau pengikut dini
berprosentase 34%, maka dalam penelitian ini dari 13 orang narasumber terdapat
empat orang yang dapat dikategorikan menjadi Early Majority atau pengikut dini.
Salah satu ciri kelompok pengikut dini adalah penuh pertimbangan. Dari hasil
penelitian yang dilakukan di lapangan diketahui ada beberapa hal yang dijadikan
pertimbangan sampai seseorang memutuskan menerima atau menolak suatu
inovasi. Pertimbangan tersebut dilihat dari sisi positif dan sisi negatifnya.
Seperti yang dikemukakan oleh Burhanudin seorang pegawai di instansi salah
satu pemerintah dan latar pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ia
mengatakan bahwa sebelum memutuskan untuk memakai Program Layanan
Listrik Prabayar, ia sempat khawatir bila kwh-meternya akan cepat rusak karena
kualitasnya yang belum dapat dipastikan atau bila kwh-meternya tidak mendeteksi
pemakaian listrik dengan benar. Akan tetapi, setelah diyakinkan oleh petugas PLN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
dan ada jaminan bila barang rusak akan diganti yang baru tanpa membayar
kembali, akhirnya ia memutuskan beralih ke system listrik prabayar.
“ Awalnya saya sempat khawatir bila beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar. Takutnya kwh-meternya cepet rusak, kan belum teruji itu kwalitasnya. Lha nanti kalau rusak gimana? Soalnya banyak juga kasus yang kwh-meternya nggak mendeteksi pemakaian listrik dengan benar... Tapi, setelah saya tanyakan ke pihak PLN terkait kasus tersebut, ternyata sudah ditangani. Bahkan ada jaminan dari PLN bila terbukti memang kulitas kwh-meter dari PLN-nya yang kurang bagus maka pihak PLN bersedia menggantinya dengan yang baru tanpa membayar lagi. Gratis…” (wawancara, 27 Agustus 2010)
Berbeda dengan Burhanudin, Supartini salah seorang pegawai PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta yang berpendidikan Strata Satu (S1), kekhawatirannya
menggunakan Layanan Listrik Prabayar adalah dari sisi ketersediaan voucher
pulsa listrik atau token. Sebelum akhirnya memutuskan menggunakan Layanan
Listrik Prabayar, yang ia pikirkan adalah bila voucher habis dan tidak ada yang
menjual voucher listrik, padahal ia memiliki anak yang masih balita. Namun,
setelah tahu bahwa Program Layanan Listrik Prabayar ini pada kwh-meternya
dilengkapi dengan sinyal alarm sebagai tanda peringatan bahwa listrik hampir
habis, Supartinipun tidak khawatir lagi.
“ Sekarang sudah pakai Layanan Listrik Prabayar, memang dulu sempat khawatir juga memakai prabayar karena yang jual vouchernya masih jarang. Takutnya kalau malam pulsanya habis, listriknya kan langsung mati. Nah, mau beli dimana pulsanya... Padahal saya masih punya anak balita. Setelah diberitahu tahu Program Layanan Listrik Prabayar ini di kwh-meternya dilengkapi dengan sinyal alarm untuk peringatan listrik hampir habis, saya tidak khawatir lagi karena bisa jaga – jaga.” (wawancara, 27 Agustus 2010)
Selain penuh pertimbangan, pengikut dini merupakan individu yang interaksi
internalnya tinggi, artinya interaksi atau hubungan dengan orang – orang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
terlibat langsung/berkepentingan cukup intens. Interaksi internal yang tinggi dapat
menyebabkan berubahnya pola pikir seseorang terhadap suatu hal.
Agus Mujazid, seorang pengurus masjid atau takmir masjid di Baabussalam
yaitu masjid yang terletak di kawasan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Ia
lulusan Sekolah Dasar (SD) dan sering menghabiskan waktunya untuk mengurus
masjid tersebut. Sebagai pengurus masjid yang terletak di kawasan PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta, tentunya ia sering berinteraksi dengan orang – orang
yang ada di dalamya, baik untuk urusan kantor atau yang lainnya. Dengan
demikian sudah ada rasa kepercayaan yang timbul.
Salah satu tanggung jawab takmir masjid adalah turut andil mengambul
keputusan dalam segala hal yang berhubungan dengan masjid, termasuk masalah
perlistrikan. Saat ditawari PT. PLN (Persero) APJ Surakarta untuk bermigrasi ke
Program Layanan Listrik Prabayar, ia tidak ragu – ragu lagi untuk segera beralih
ke layanan ini. Akhirnya Agus Mujazid sepakat masjid Baabussalam menerima
Program Layanan Listrik Prabayar.
“ … Saking PLN menika ngomong ‘Pak Agus, listrik teng masjid digentos mawon nggih ngagem Listrik Prabayar..’ Trus, kulo ngomong boten nopo – nopo. Lha, nggih terus digentos Prabayar menika.” (wawancara, 2 September 2010)
Lain halnya dengan Renata, seorang pengusaha batik yang tinggal di daerah
perumahan dan sedang menyelesaikan tesisnya (S2). Ia memutuskan memakai
Program Layanan Listrik Prabayar karena sebelumnya ia sudah tahu program ini
terlebih dahulu dari seorang temannya yang bekerja di PLN. Oleh karena itulah,
ketika pihak merketing perumahannya menawarkan rumah yang menggunkan
Program Layanan Listrik Prabayar, ia langsung setuju.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
“ Saya sudah tahu Program Layanan Listrik Prabayar dari teman saya yang kerja di PLN. Udah lama sich Mbak tahunya… Jadi waktu ditawarin pake Listrik Prabayar ama marketingnya, ya saya langsung setuju aja. “ (wawancara, 4 September 2010)
Menurut Rogers dan Shoemaker dikutip oleh Hanafi Abdillah dalam buku
Memasyarakatkan Ide-Ide baru, ciri – ciri dari kelompok Early Majority atau
pengikut dini meliputi penuh pertimbangan dan interaksi internal tinggi. (1987:26)
Late Majority
Late Majority atau Pengikut Akhir merupakan individu yang menjadi
pengikut akhir dalam penerimaan inovasi. Berdasarkan pengelompokan
berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961) bahwa kelompok
Late Majority atau Pengikut Akhir berprosentase 34%, maka dalam penelitian ini
dari 13 orang narasumber terdapat empat orang yang dapat dikategorikan menjadi
Late Majority atau Pengikut Akhir.
Menurut Rogers dan Shoemaker dikutip oleh Hanafi Abdillah dalam buku
Memasyarakatkan Ide-Ide baru, gambaran tentang pengelompokan adopter Late
Majority atau Pengikut Akhir memiliki ciri – ciri : skeptis, menerima karena
pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati.
Berdasarkan ciri – ciri diatas, dalam penelitian ini narasumber yang kami
kelompokan dalam adopter Late Majority atau Pengikut Akhir adalah Sudiro dan
Ani. Pengelompokan ini berdasarkan pernyataan berikut :
“ Nek langsung bayar sekaligus menika kulo boten sanggup Mbak, lha sekali mbayar tekan Rp 600.000,00. Trus, listrik kulo dicabut PLN. Pas ngurus teng PLN, kulo ditawari ngagem listrik prabayar. Nek ngagem prabayar meniko kan boten sekaligus, sak gadhahe arto pira niku sing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
ditumbaske voucher. Lah trus kulo ngagem prabayar dugi sak menika..” (Wawancara Sudiro, 18 Agustus 2010)
“ Dulu sempat di putus PLN karena belum ada uang untuk bayar lisrtik. Waktu ngurus ke kantor pembayaran, PLN bilang kalau ada program baru dari PLN, Program Layanan Listrik Prabayar. Program ini kayak sistem HP jadi bisa beli pulsa sesuai dengan anggaran belanja. Setelah itu saya menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar. Malah enak ini kok Mbak… saya nggak merasa berat lagi kayak dulu…” (Wawancara Ani, 18 Agustus 2010)
Dari pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa alasan narasumber beralih
ke Program Layanan Listrik Prabayar karena faktor ekonomi. Sudiro dan Ani
berpendapat Program Layanan Listrik Prabayar lebih meringankan daripada
dengan sitem pascabayar yang harus membayar sekaligus di akhir bulan.
Selain menerima karena pertimbangan ekonomi, ciri lain dari kelompok
pengikut dini adalah menerima karena tekanan sosial. Dari hasil penelitian yang
dilakukan di lapangan diketahui terdapat narasumber yang dapat dikategorikan
sebagai pengikut dini karena menerima dengan alasan tekanan sosial.
Ambarwati, seorang pegawai di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta dan
berpendidikan Strata Satu (S1). Ia mengatakan dirinya memutuskan memakai
Program Layanan Listrik Prabayar karena dirinya bekerja sebagai karyawan PT.
PLN (Persero) APJ Surakarta sehingga ada perasaan sungkan bila tidak
menyukseskan program PLN. Berikut adalah pernyataannya :
“ Saya nggak enak Mbak kalau nggak ikut pakai prabayar… Masak orang PLN nggak ikut menyukseskan Program Layanan Listrik Prabayar…” (wawancara, 27 Agustus 2010)
Dari pernyataan di atas dapat diidentifikasi bahwa ada semacam rasa “tidak
enak” atau sungkan yang menyebabkan Ambarwati memutuskan untuk memakai
Program Layanan Listrik Prabayar. Perasaan sungkan ini dapat dikategorikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
sebagai tekanan sosial karena ia sebagai orang yang bekerja di PT. PLN (Persero)
APJ Surakarta yang membawa nama baik PLN dan senantiasa turut
menyukseskan program – program PLN.
Laggards
Laggards atau kelompok kolot/tradisional merupakan individu terakhir yang
mengadopsi suatu inovasi, biasanya adalah kaum kolot/tradisional. Berdasarkan
pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961)
bahwa kelompok Laggards atau kelompok kolot/tradisional berprosentase 16%,
maka dalam penelitian ini dari 13 orang narasumber terdapat dua orang yang
dapat dikategorikan menjadi Laggards atau kelompok kolot/tradisional.
Menurut Rogers dan Shoemaker dikutip oleh Hanafi Abdillah dalam buku
Memasyarakatkan Ide-Ide baru, gambaran tentang kelompok adopter Laggards
atau kelompok kolot/tradisional memiliki ciri – ciri : tradisional, terisolasi,
wawasan terbatas, bukan opinion leaders, sumberdaya terbatas.
Salah satu ciri kelompok Laggards atau kelompok kolot/tradisional adalah
sumberdaya terbatas. Dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan diketahui
bahwa terdapat narasumber yang teridentifikasi memiliki sumberdaya terbatas
sehingga tidak dapat mengikuti Program Layanan Listrik Prabayar.
Djuwito, seorang tukang becak yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD)
mengatakan bahwa sebenarnya ia tertarik menggunakan Program Layanan Listrik
Prabayar, tetapi karena daya di rumahnya hanya 450 VA dan ia tidak ada biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
untuk menaikan daya di rumahnya, maka ia hanya bisa bertahan dengan sistem
pascabayar.
“… Sebenarnya saya ingin beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar, hanya saja saya belum ada biaya Mbak. Selain itu daya di rumah saya juga hanya 450 VA…” (wawancara, 27 Agustus 2010)
Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa Djuwito sebenarnya tertarik
menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar, tetapi karena daya di rumahnya
hanya 450 VA, sedangkan batas minimal daya yang bisa menggunakan Program
Layanan Listrik Prabayar adalah rumah dengan daya 900 VA, maka ia tidak bisa
menikmati Program Layanan Listrik Prabayar. Selain itu ia juga tidak ada biaya
untuk menaikkan daya di rumahnya, maka ia hanya bisa bertahan dengan sistem
pascabayar. Daya merupakan suatu sumberdaya dan daya 450 VA mrnyebabkan
terhambatnya pemakaian Program Layanan Listrik Prabayar, hal ini dapat
dikategorikan sebagai terbatasnya sumber daya.
Lain halnya dengan Irin, seorang pegawai PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
yang berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Irin sampai saat ini belum
beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar karena masih ada perasaan khawatir
bila sewaktu – waktu listrik padam karena lupa mengisi voucher pilsa listrik.
“ … Kalau pakai Program Layanan Listrik Prabayar saya takut kalau malam–malam mati. Soalnya saya ini orangnya pelupa, jadi takut kalau – kalau saya lupa ngisi voucher, kan bisa gawat… Sampai saat ini saya masih memakai pascabayar, suatu saat nanti saya akan beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar, tapi tidak sekarang. Kalau untuk sekarang saya masih takut. “ (wawancara, 27 Agustus 2010)
Sebenarnya dalam pernyataan Irin tidak dapat diidentifikasikan sebagai
golongan adopter Laggards atau kelompok kolot/tradisional. Dilihat dati
pekerjaan dan pendidikan pun Irin tidak dapat dikatakan tradisional, terisolasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
wawasan terbatas, bukan opinion leaders, sumberdaya terbatas. Akan tetapi,
dalam penelitian ini Irin termasuk orang yang memutuskan belum memakai
Program Layanan Listrik Prabayar, maka oleh peneliti ia dikelompokkam dalam
golongan adopter Laggards atau kelompok kolot/tradisional.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Irin yang menyatakan bahwa suatu saat
nanti ia akan beralih menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar. Artinya, ia
pada akhirnya akan mengadopsi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar, hanya
saja ia membutuhkan waktu yang lebih lama.
B. Adopsi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar
Adopsi merupakan penerimaan masyarakat Surakarta terhadap program listrik
layanan prabayar dengan segala konsekuensi yang menyertainya. Dalam tahap
pengadopsisan ini tentunya tidak serta merta masyarakat langsung menerima,
tetapi mengalami beberapa proses dan tahap apalagi program ini merupakan
terobosan baru dari pemerintah, khususnya PT. PLN (Persero) APJ Surakarta bagi
masyarakat di Surakarta.
Proses keputusan inovasi ini adalah sebuah model teoritis dari tahapan
pembuatan keputusan tentang pengadopsian suatu inovasi teknologi baru. The
innovation-decision process merupakan proses mental yang mana seseorang atau
lembaga melewati dari pengetahuan awal tentang suatu inovasi sampai
membentuk sebuah sikap terhadap inovasi tersebut, membuat keputusan apakah
menerima atau menolak inovasi tersebut, mengimplementasikan gagasan baru
tersebut, dan mengkonfirmasi keputusan ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup hal-hal yang
digambarkan sebagai berikut :
1. Pengetahuan (Knowledge)
2. Persuasi (Persuasion)
3. Keputusan (Decisions)
4. Implementasi (Implementation)
5. Konfirmasi (Confirmation)
1. Pengetahuan (Knowledge)
Merupakan kesadaran individu akan adanya inovasi dan pemahaman
tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi. Tahap ini merupakan
pengenalan dimana masyarakat baru mengetahui Program Layanan Listrik
Prabayar dan informasi yang didapat masih terbatas. Masyarakat baru pertama
mengenal program ini bahkan baru pertama kali mendengar namanya. Masyarakat
pada umumnya mengetahui program ini dari sosialisasi baik sosialisasi secara
interpersonal maupun melalui media massa yang dilaksanakan PT.PLN (Persero)
APJ Surakarta pada akhir bulan Desember 2009 sampai bulan Januari 2010.
Mereka baru tahu kalau ada program baru dari PLN. Seperti yang dikatakan
Darmi bahwa pertama kali dia tahu tentang program Layanan Listrik Prabayar
yaitu dari sosialisasi yang dilakukan PLN di kelurahan :
“ Saya tahu layanan ini pertama kali lewat sosialisasi di kelurahan. Kemarin ada penyuluhan dari PLN Solo kerjasama dengan PLN Grogol di kelurahan Grogol. Sosialisasi tersebut dengan jelas memaparkan segala sesuatu tentang Layanan listrik prabayar.” (wawancara, 27 Agustus 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Selain dari berbagai kegiatan sosialisasi baik melalui sosialisasi
interpersonal maupun media massa, masyarakat pada umumnya mengetahui
program ini saat mengurus pencabutan listrik di rumah mereka. Mereka ini adalah
orang – orang yang menjadi sasaran Program Layanan Listrik Prabayar adalah
mereka yang sering menunggak pembayaran listrik.
“…Saking PLN menika boten enten sosialisasi listrik prabayar… Kulo nggih ngertos prabayar niku pas ngurus teng PLN… Lha tiba – tiba nggen kula diputus, dipendet gengstere, 3 wulan dereng bayar.” (wawancara Sudiro, 18 Agustus 2010)
“ Sebelumnya saya belum tahu program ini, karena dua bulan belum membayar akhirnya dicabut oleh PLN, terus saya ke PLN disana saya baru mendapat sosialisasi Program Layanan Listrik Prabayar.” (wawancara Ani, 18 Agustus 2010)
Setelah mendapat sosialisasi pertama kali, masyarakat mendapat
pengetahuan dasar mengenai Program Layanan Listrik Prabayar. Karena baru
mendapat sedikit informasi, maka pengertian dan pengetahuan Program Layanan
Listrik Prabayar sangat terbatas. Mendengar istilah Program Layanan Listrik
Prabayar saja mereka masih awam dan kedengaran asing di telinga. Keragu-
raguan masih membayangi benak mereka.
Mereka hanya mengetahui sebatas nama dan pengertian sederhana. Selain
itu, masih ada keraguan dalam diri masyarakat apakah Program Layanan Listrik
Prabayar benar-benar progam yang bisa dipertangguingjawabkan pelaksanaannya.
Seperti yang diungkapkan Burhanudin berikut ini :
“ Awalnya saya sempat khawatir bila beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar. Takutnya kwh-meternya cepet rusak, kan belum teruji itu kwalitasnya. Lha nanti kalau rusak gimana? Soalnya banyak juga kasus yang kwh-meternya nggak mendeteksi pemakaian listrik dengan benar...” (wawancara, 27 Agustus 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Apalagi ini masalah listrik yang saat ini menjadi kebutuhan pokok setiap
orang dalam menjalankan aktifitas sehati – hari. Hal ini sangat wajar karena
mereka belum membuktikan sendiri pemakaiannya. Agar mudah diterima
masyarakat, dalam setiap sosialisasi yang dilakukan PLN, diberikan pengertian
bahwa sistem kerja Program Layanan Listrik Prabayar sama seperti penggunaan
HP dengan sistem pengisian pulsa, dimana saat ini HP merupakan barang yang
sudah tidak asing lagi bagi semua lapisan masyarakat sebagi alat komunikasi.
Masyarakat yang baru mendapat sedikit informasi pastilah mempunyai
rasa ingin tahu dan penasaran di benak mereka, apa sebenarnya Program Layanan
Listrik Prabayar itu dan bagimana program itu berlangsung nantinya. Namun,
penyebaran melalui sosialisasi-sosialisasi baik melalui media massa maupun
komunikasi tatap muka terus dilakukan agar masyarakat lebih yakin dan paham.
Karena masyarakatlah yang menjadi ujung tombak dari program ini, jadi langkah
– langkah sosialisasi selalu dilakukan.
Tahap Munculnya Pengetahuan adalah ketika seorang individu (atau unit
pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan
keuntungan / manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi.
Pada tahap pengetahuan ini masyarakat diberikan gambaran keuntungan
dan nilai tambah yang mereka peroleh bila menggunakan Program Layanan
Listrik Prabayar. Pengetahuan ini akan membangkitkan kesadaran masyarakat
akan nilai lebih dari Program Layanan Listrik Prabayar. Setelah itu barulah
mereka masuk pada tahap proses pengambilan keputusan inovasi berikutnya yang
berujung pada adopsi yaitu persuasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
2. Persuasi (Persuasion)
Pada tahap ini individu membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap
inovasi. Tahap Persuasi ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan
lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik.
Pengetahuan (knowledge) yang dimiliki masyarakat berupa informasi awal
yang baik secara langsung meupun tidak langsung mengarahkan individu untuk
membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi (persuasi). Pada
tahapan ini melalui berbagai terpaan pesan baik melalui media massa maupun
komunikasi tatap muka secara langsung. PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
sebagai komunikator terus memberikan sosialisasi agar informasi dan
pengetahuan yang didapat oleh masyarakat sebagai komunikan akan terus
bertambah sehingga timbul ketertarikan dan akhirnya masyarakat bisa ikut
berpartisipasi. Seperti ungkapan Darmi :
“ Menurut saya inovasi layanan listrik prabayar ini sangat – sangat luar biasa karena modelnya sama seperti HP, sehingga tidak perlu banyak training lagi pada penggunanya.” (wawancara, 27 Agustus 2010)
Darmi mengatakan bahwa inovasi layanan listrik prabayar sangat luar
biasa karena modelnya sama seperti HP. Model disini maksudnya cara kerjanya
sama dengan sistem kerja HP. Ungkapan tidak perlu banyak training lagi pada
penggunanya berarti adanya nilai tambah pada sistem layanan prabayar.
Pernyataan Darmiu tersebut mengisyaratkan telah terbentuknya sikap setuju
terhadap inovasi Program Layanan Listrik Prabayar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Setelah mendapat terpaan dari berbagai media mengenai Program Layanan
Listrik Prabayar, maka informasi yang diterima masyarakat semakin banyak
dibanding dengan tahap sebelumya yang hanya mengetahui sekilas saja.
Komunikator dalam hal ini adalah PLN terus berupaya menambah informasi pada
masyarakat dan mendorong masyarakat untuk meningkatkan rasa ingin tahunya
tentang program Layanan Listrik Prabayar.
Rasa ingin tahu masyarakat yang semakin besar, perlu diarahkan dan
dipersuasi sebagai sebuah solusi dari permasalahan yang dihadapi, agar tujuan
pelaksanaan Program Layanan Listrik Prabayar dapat tercapai. Hal inilah yang
dilakukan pihak PLN dalam menyebarkan (difusi) Program Layanan Listrik
Prabayar kepada masyarakat, terutama para penunggak. Seperti yang diungkapkan
narasumber berikut bahwa mereka tahu untuk pertama kalinya Program Layanan
Listrik Prabayar saat mengurus pencabutan listrik di rumahnya, dan dari pihak
PLN menawarkan Program Layanan Listrik Prabayar sebagai solusi dari
permasalahan yang dihadapinya.
“…Kulo nggih ngertos prabayar niku pas ngurus teng PLN… Lha tiba – tiba nggen kula diputus, dipendet gengstere, 3 wulan dereng bayar. Trus kulo mlayu teng PLN.. Lha terus sakniki badhe kula bayar nyuwun dipasangke malih. Trus kulo dikandhani petugas PLN-ne… “Sakniki tumut prabayar mawon, Bu.” (wawancara Sudiro, 18 Agustus 2010)
“ … Karena dua bulan belum membayar akhirnya dicabut oleh PLN,
terus pihak PLN menyarankan menggunakan prabayar. Satelah diterangkan cara penggunaannya sama seperti HP, saya rasa prabayar lebih meringankan dan ini lebih baik... Akhirnya saya setuju diganti dengan listrik prabayar.” (wawancara Ani, 18 Agustus 2010)
Ternyata 75% dari keputusan manusia dilandasi oleh emosi, maka persuasi
biasanya mengadakan pendekatan dengan daya tarik emosi. Dalam persuasi perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
digunakan kombinasi dengan teknik daya tarik emosi, setelah itu barulah
penganjur (komunikator) memberikan motivasi atau alas an-alasan yang rasional
mengenai bagaimana dan mengapa anjurannya peril diterima. 40
Dari hasil penelitian yang dilakukan, soaialisasi yang dilakukan PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta ternyata masih belum optimal karena banyak pelanggan
yang merasa belum pernah mendapatkan sosialisasi dari PLN sebelumnya. Hal ini
diungkapkan oleh beberapa narasumber berikut :
“ Belum ada sosialisasi tu Mbak, saya belum pernah dengar Program Layanan Listrik Prabayar ini sebelumnya...” (wawancara Lina, 4 September 2010)
“ Boten wonten sosialisasi, kulo ngertose nggih pas mbayar listik
menika.“ (wawancara Sudiro, 18 Agustus 2010) “ Nggak, dari PLN nggak ada sosialisasi apapun. Dari media juga saya
belum pernah dengar. Mungkin saya yang tidak terlalu memperhatikan beritanya saja kali ya Mbak…” (wawancara Iwan, 4 September 2010)
Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa sosialisasi yang silakukan
PLN belumlah optimal. Hal ini dapat terjadi karena dalam proses komunikasi
biasa terdapat gangguan yang dapat mempengaruhi proses komunikasi. Seperti
yang dinyatakan Iwan bahwa bisa jadi ketidaktahuannya akan Program Layanan
Listrik Prabayar adalah karena tidahk memperhatikan berita yang ada. Tidak
memperhatikan disini bisa diindentifikasikan sebagai faktor individu yang
menghambat tersampaikannya pesan komunikasi.
Faktor individu yang ikut mempengaruhi pada proses komunikasi adalah
faktor psikologi, dimana individu cenderung memperhatikan atau menerima
40 Susanto, Astrid S. 1977. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek. Bandung : P.T. Rindang Mukti. Hal 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
terpaan media massa yang sesuai dengan pendapat dan minatnya atau yang
disebut sebagi selective attention. Bagi Iwan awalnya Program Layanan Listrik
Prabayar tidak sesuai dengan minatnya.
Pesan media yang tidak tersampaikan, tidak akan memberikan efek bagi
audiencenya. Begitu pula pesan media Program Layanan Listrik Prabayar, kepada
pelanggan. Pesan media ini akan mempengaruhi sikap masyarakat dalam
menerima atau menolak suatu inovasi.
Agar masyarakat dapat membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap
inovasi dengan Program Layanan Listrik Prabayar ini, maka pihak PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta seharusnya terus melakukan sosialisasi secara terus –
menerus kepada masyarakat dan cara sosialisasipun haruslah tepat sasaran serta
dapat menarik minat dari warga masyarakat Surakarta. Keinovatifan dalam
sosialisasi yang dikaukan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta juga sangat
berpengaruh terhadap penerimaan masyarakat terhadap program ini.
Setelah terbentuknya sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi
dengan Program Layanan Listrik Prabayar masyarakat, maka saatnya masyarakat
mengambil keputusan.
3. Keputusan (Decisions)
Tahap Keputusan muncul ketika seorang individu atau unit pengambil
keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi
atau penolakan sebuah inovasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Setelah mendapat berbagai terpaan dari berbagai saluran komuniksi, baik
secara interpersonal maupun melalui media massa, pelanggan mulai mencari
informasi yang berkaitan dengan Program Layanan Listrik Prabayar sebelum
akhirnya memutuskan untuk menerima atau menolak memakai layanan listrik
prabayar.
Seperti yang dilakukan oleh Renata, salah satu narasumber dalam
penelitian ini. Renata mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar setelah
membaca tentang layanan ini di koran. Rasa ingin tahunya membuat Renata
mencari informasi lebih rinci tentang Program Layanan Listrik Prabayar ke
seorang temannya yang kebetulan bekerja di PLN.
Setelah ia merasa yakin dengan layanan bari dari PLN ini, kebetulan
rumah yang akan ia tinggali yaitu Perumahan Tirtamaya dari pihak marketing
perumahan tersebut menawarinya untuk memakai listrik dengan sistem prabayar,
maka tanpa ragu – ragu lagi ia langsung setuju menggunakan Program Layanan
Listrik Prabayar ini.
“ Sebelumya saya pernah membaca Program Layanan Listrik Prabayar di koran, setelah itu saya tanya teman saya yang bekerja di PLN. Saya tahu Program Layanan Listrik Prabayar dari teman, maka setelah pihak marketing perumahan saya menawari menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar, saya langsung setuju. “ (wawancara, 4 September 2010)
Aktifitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah
inovasi ini setelah individu ada kecenderungan setuju atau tidak setuju terhadap
inovasi. Setelah itu individu akan mencari informasi sebanyak – banyaknya
sebelum ia memutuskan untuk menerima atau menolak sebuah inovasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
4. Implementasi (Implementation)
Merupakan tahapan ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan
lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.
Setelah didahului dengan banyak pertimbangan, akhirnya tibalah individu
mengambil sebuah keputusan. Pada tahap ini masyarakat sudah membuat
keputusan menerima atau menolak suatu inovasi. Menerima bila individu melihat
banyak manfaat dan nilai tambah dari suatu inovasi, sedangkan akan menolak bila
dirasa tidak ada menfaat atau nilai tambah yang didapatkan dari sebuah inovasi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, setelah memutuskan memakai
Program Layanan Listrik Prabayar, ternyata ada beberapa manfaat dan nilai
tambah yang dirasakan oleh masyarakat, yaitu :
a) Bebas mengendalikan pemakaian listrik sendiri
Pertama, pelanggan dapat mengendalikan pemakaian listrik untuk
menghindari pemborosan. Hal ini seperti yang dirasakan oleh Renata, salah
satu warga di Perumahan Tirtamaya :
“ Setelah sekitar tujuh bulan memakai layanan ini, ya.. lebih irit ini karena kalau kita pakai pulsa yang kayak gini kan tidak ada pembulatan – pembulatan, disisi lain kita tidak dirugikan pihak PLN gitu. Misalnya kita mau bayar listrik kita juga kena beban kalau yang di PLN, jadi lebih irit ini. Kalau kita beli pulsa Rp 100.000,00 bisa sampai 3,5 bulan sich.. sedangkan kita kalau bayar listrik sendiri sebulan mesti habisnya diatas Rp 60.000,00 – Rp 70.000,00. Jadinya lebih irit ini. ” (wawancara Renata, 4 September 2010)
“ Pakai layanan prabayar ini nggak kemrungsung, sesuai dengan kebutuhan, malah irit pakai ini, tinggal pemakaian kita saja. ” (wawancara Ani, 18 Agustus 2010)
Tingkat kenyamanan dan kepuasan setiap orang berbeda – beda. Bagi
seseorang mungkin merasa sebagai sebuah keuntungan, tetapi bagi orang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
lain belum tentu merasakan sebagi keuntungan, karena kondisi setiap orang
yang berbeda pula.
Dari hasil wawancara, ternyata ada juga pelanggan yang merasa lebih
boros setelah menggunakan layanan listrik Prabayar. Hal ini terungkap saat
wawancara dengan Ambarwati di Perumahan Pondok Baru Gentan :
“ Setelah memakai prabayar, kalau saya pribadi merasa boros karena harganya flat kayak penggunaan HP, kalau yang lama kan per blok. “ (wawancara, 27 Agustus 2010)
Sebelum kanaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010 untuk
voucher listrik, memang berbeda dengan sistem meteran biasa, harga per kwh
pada voucher listrik lebih mahal di banding dengan meteran biasa.
pada sistem meteran biasa jika tidak ada pemakaian pelanggan hanya di
kenakan biaya beban sesuai dengan tarif pemakaian kecuali pada tarif R15.
sedangkan dengan menggunakan voucher tidak di kenakan biaya beban sama
sekali, sehingga ada kenaikan pada harga per kwh.
Perhitungan sebelum kenaikan TDL per 1 Juli 2010 untuk tarif Program
Layanan Listrik Prabayar memang lebih mahal. Kita bisa menghitung,
dirumah kita lebih efisien/ekonomis pakai sistem pascabayar atau Prabayar.
Yang perlu dikerjakan 5 langkah :
1. Cari persamaan sistem pascabayar, misalnya :
Golongan (Eg. R1)
Daya (Eg. 1300 watt)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Dari sana kita dapat menentukan/ mengetahui (lihat di perincian
kwitansi/ tanya PLN di hotline 123) : Biaya Beban (BB): Eg. Rp.
39.130,-
Perhitungan pemakaian listrik bersifat progresif, maka perhitungannya
sebagai berikut :
- Biaya Batas 1 / biaya pemakaian per kwh utk konsumsi antara 0-20
kwh (B1): Eg. Rp. 385,-
- Biaya Batas 2 / biaya pemakaian per kwh utk konsumsi antara 20-
40 kwh (B2): Eg. Rp. 445,-
- Biaya Batas 3 / biaya pemakaian per kwh utk konsumsi diatas 40
kwh (B3): Eg. Rp. 495,-
Selain itu kita juga perlu tahu Pajak Penerangan Jalan (PPJ) di daerah
kita (berbeda di setiap kota) : Eg. Sidoarjo 9%, Surabaya 6%, Gresik
5%, Surakarta 9%
Kalau bayarnya lewat bank/PPOB ada biaya adminnya (ADM)
Eg. BNI: Rp. 1.600,-, BPR: Rp. 3.000,- ,
Terkadang ada tambahan Rp. 10.000,- mungkin biaya transfer antar
rekening atau meterei.
Kemudian dimasukkan ke persamaan: A(kWh), B(Rp.)
Asumsi: Pemakaian listrik diatas 60 kwh / bulan, PPJ Sidoarjo, bayar
lewat BNI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
( BB+(B1x20)+(B2x40)+(B3x(A-20-40)) ) x (100%+PPJ) + ADM = B
( 39130+(385x20)+(445x20)+(495x(A-20-40)) ) x (100%+9%) +
(1600+10000) = B
( 39130+7700+17800+ 495A -9900-19800) x 109% + 11600 = B
( 495A + 34930) x 109% + 11600 = B
539.55A + 49673.7 = B
2. Cari persamaan sistem Prabayar :
Golongan (Eg. R1)
Daya (Eg. 1300 watt)
Tarif Listrik Prabayar (LPB) dibedakan berdasarkan daya terpasang di
rumah kita (tanya PLN di hotline 123) :
Eg. 900 watt = Rp. 602,-/kWh ; 1300 watt = Rp. 663,-/kWh ; 2200
watt = Rp. 666,-/kWh.
Kalau belinya lewat bank/PPOB ada biaya adminnya (ADM), setiap
kali beli TOKEN.
Eg. BNI: Rp. 1.600,-, BPR: Rp. 3.000,- ,
Kemudian dimasukkan ke persamaan: A=kWh, B=Rp.
asumsi: PPJ Sidoarjo, bayar lewat BNI,
( B - ADM - ((B-ADM)x9%) / 663 = A
( B - 1600 - ((B-1600)x9%) / 663 = A
( B - 1600 - 0.09B + 144) / 663 = A
( 0.91B - 1456) / 663 = A
B = 728.57A + 1600
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
3. Tentukan A(kWh) & B(Rp.)
Gabungkan 2 persamaan di atas :
539.55A + 49673.7 = 728.57A + 1600
A = 254.33 kWh
728.57 x ( B - 49673.7 ) = 539.55 x ( B - 1600 )
B = Rp. 186.900,-
Artinya: nilai diatas menunjukkan nilai batas impas antara sistem
pascabayar dan Prabayar.
- Di bawah nilai tersebut, lebih efisien & ekonomis menggunakan
sistem Prabayar.
- Di atas nilai tersebut, lebih efisien & ekonomis menggunakan
sistem pascabayar.
Ingat! Asumsi yang digunakan adalah : Golongan R1, Daya 1300 watt,
lokasi di Sidoarjo, pembayaran/pembelian token via BNI.
4. Cari rata2 riil pemakaian 1 th
Hitung rata2 pemakaian / pembayaran PLN terakhir selama 1 tahun
(semakin besar sample semakin bagus, dengan catatan tidak ada
penambahan alat listrik baru dalam periode tersebut dan pemakaian
normal).
Eg. Pemakaian saya ketemunya 344.2 kWh / bulan atau Rp. 226.413,- /
bulan
5. Ambil kesimpulan
Nilai batasnya : 254.3 kWh / bulan atau Rp. 186.900,- / bulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Pemakaian rata2 saya : 344.2 kWh / bulan atau Rp. 226.413,- / bulan.
Artinya pemakaian rata2 saya di ATAS nilai batas.
Kesimpulannya lebih efisien & ekonomis menggunakan sistem
pascabayar. Demikian, untuk lain golongan, daya & lokasi dapat
menggunakan cara di atas, dengan penyesuaian seperlunya.
Namun, setelah kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010,
perhitungan tarif antara pascabayar dengan prabayar menjadi sama saja,
kecuali untuk golongan yang berdaya 900 VA. Hal ini disebabkan
perhitungan tidak berdasarkan tarif blok lagi, tapi tarif berlaku flat.
b) Pelanggan mengetahui transaksi pembayaran secara transparan karena
besarnya pemakaian listrik (kwh) dan biaya yang dikeluarkannya (Rp) dapat
diketahui secara langsung setiap saat. Pelanggan dengan mudah dapat
memantau pemakaian listriknya setiap saat. Hal ini dikemukakan oleh Darmi
seorang ibu rumah tangga di Grogol :
“ Setiap tanggal awal bulan, saya lihat angka meteran kira – kira masih berapa pulsanya, kalau masih banyak ya sudah tenang – tenang saja, kalau tinggal dikit kita beli baru lagi untuk isi ulangnya. “ (wawancara, 27 Agustus 2010)
Layanan listrik prbayar ini, dilengkapi dengan alarem dan lampu LSD
yang memberikan tanda sisa pulsa yang ada. Bila pulsa telah mencapai batas
minimal yaitu 25 Kwh, alarem itu akan berbunyi dan lampu merah akan
menyala. Hal ini disampaikan oleh Soeharmanto, Kepala bagian Humas PT.
PLN (Persero) APJ Surakarta :
“ Bila pulsa habis akan langsung mati, tetapi sebelum itu bila Kwh yang tersisa tinggal 25 Kwh akan ada sinyal peringatan. “ (wawancara, 16 Agustus 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Hal ini dirasakan oleh pelanggan sebagai fasilitas yang memudahkan
untuk memantau pemakaian listrik. Hal ini dirasakan oleh Ibu Sudiro seorang
istri pensiunan ABRI di Serengan :
“ Voucher puniko sederenge mati muni sek, kayak panggilan ngoten, mengke ndang segera tumbas terus diisike pulsane mengke sampun jalan.“ (wawancara, 18 Agustus 2010)
Dalam penyataannya Ibu Sudiro ini menyatakan alarem yang ada pada
meter layanan prabayar sebagai tanda peringatan sebelum listrik mati. Hal ini
berarti memudahkan dalam proses pemantauan persediaan listrik.
c) Bebas menentukan pembayaran listrik sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan daya beli. Dengan demikian pelanggan dapat menyesuaikan biaya
pemakaian listrik dengan anggaran belanja. Hal ini disampaikan oleh Ani
seorang warga di Margoyudan :
“ Nggih malah sekeco meniki Mbak, adanya uang berapa.. inikan paling minim Rp 20.000,00 pulsanya.. jadi seadanya uang berapa ya saya belikan buat beli pulsanya. Kalau saya biasanya Rp 20.000,00 itu bisa sampai seminggu. Jadi malah enak Mbak, kita bisa ngatur sendiri. ” (wawancaran Ani, 18 Agustus 2010)
“ Apike layanan prabayar punika mboten sekaligus, tumbas segadhahe arta. Kula nggih senenge boten bayar sekaligus trus saged diancang – ancang, nek sekaligus sedherenge mangkat teng PLN wis awang – awangen sik.” (wawancara Sudiro, 18 Agustus 2010)
d) Pelanggan tidak terganggu lagi dengan rutinitas kedatangan petugas
pencatat meter setiap bulan. Dengan demikian privasi pelanggan tidak
terganggu. Hal ini diungkapkan oleh Ani seorang warga di Margoyudan :
“ Enak ini, orang PLN yang ga masuk bukain pintu buat ngontrol - ngontrol.“ (wawancara, 18 Agustus 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
e) Pelanggan tidak direpotkan dengan waktu pembayaran. Hal ini
dikemukakan oleh Darmi di Grogol :
“ Pakai layanan prabayar tidak repot, kita tidak usah berfikir kapan harus bayar ke PLN. Begitu sudah beli pulsa ya sudah selesai.“ (wawancara, 27 Agustus 2010)
Hal ini juga diungkapkan oleh Iwan, seorang pegawai swasta di
perumahan tirtamaya residence :
“ Aku nggak mau ribet harus antri di loket pembayaran. “ (wawancara, 4 September 2010)
f) Keenam, pelaksanaan penyambungan cepat. Sesuai yang diutarakan oleh
Ibu Sudiro seorang istri pensiunan ABRI di Serengan :
“ Kulo disaranake ngagem prabayar, trus kulo ngajuke prabayar, sedinten thok pun dadi.. Kulo ngomong esuk, sorene sampun dipasang. “ (wawancara, 18 Agustus 2010)
Dari tingkat kesesuaian (Compatibility) yaitu suatu derajat dimana inovasi
diraskan ajeg atau konsisten dengan nilai – nilai yang berlaku, pengalaman dan
kebutuhan mereka yang melakukan adopsi.
Program layanan listrik prabayar ini sesuai dengan kebutuhan saat ini,
dimana kondisi masyarakat saat dihadapkan pada kemajuan teknologi dan agenda
yang padat. Jadi, bagi mereka yang sibuk layanan ini merupakan sebuah solusi.
Hal ini diungkapkan oleh Soeharmanto, Kepala bagian Humas PT. PLN (Persero)
APJ Surakarta :
“Bagi pelanggan mengurangi resiko pemutusan dan biaya keterlambatan. Jadi, meter prabayar sebagai solusi terakhir untuk mengatasi pelanggan - pelanggan yang sibuk.” (wawancara, 16 Agustus 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Siapa yang tidak ikut arus baru Listrik Prabayar akan ketinggalan nantinya,
karena sesuai kemajuan teknologi yang ada yaitu seperti sistem pengisian pulsa.
Selain itu sesuai kebutuhan masyarakat saat ini dimana kemudahan dan
keefisienan menjadi syarat mutlak Kini sudah mulai banyak komplek-komplek
perumahan yang secara kolektif dan masal beralih ke sistem Prabayar. Sudah
banyak pula apartemen dan perumahan yang secara total bermigrasi ke Prabayar
Dilihat dari sisi kerumitan (complexity) yaitu mutu derajat dimana inovasi
dirasakan sukar untuk dimengerti dan dipergunakan. Penggunaan setrum isi ulang
sangat mudah. Pelanggan cukup memasukan 20 digit angka yang terdapat pada
setrum isi ulang ke meter digital listrik prabayar. Secara otomatis meter prabayar
akan menunjukkan jumlah kWh sesuai nilai nominal setrum yang dibeli. Hal ini
diungkapkan oleh Ani seorang warga di Margoyudan :
“ Tidak ada kesulitan sedikitpun memakai layanan ini.” (wawancara Ani, 18 Agustus 2010)
“ Sampai saat ini tidak ada kesulitan yang saya temui dalam menggunakan layanan prabayar ini.” (wawancara Darmi, 27 Agustus 2010)
Layanan listrik prabayar tersedia untuk pelanggan listrik pascabayar yang
akan bermigrasi ke listrik prabayar dan calon pelanggan yang akan pasang baru.
Untuk pasang baru listrik prabayar syarat dan proses layanan sebagai berikut :
1. Calon pelanggan melakukan pendaftaran di kantor pelayanan PLN terdekat
dilengkapi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan denah lokasi yang akan di
pasang listrik prabayar
2. Petugas PLN melakukan survey ke lokasi
3. Penerbitan surat persetujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
4. Calon pelanggan menyampaikan sertifikasi laik operasi (SLO)
5. Calon pelanggan membayar biaya penyambungan dan setrum perdana Rp
20.000,-
6. Calon pelanggan menandatangani surat perjanjian jual beli tenaga listrik
7. Petugas PLN melaksanakan penyambungan dan pemasangan meter prabayar
Sedangkan untuk pelanggan pascabayar yang akan bermigrasi ke listrik
prabayar, syarat dan proses layanan sebagai berikut :
1. calon pelanggan melakukan pendaftaran di kantor pelayanan PLN terdekat
dilengkapi dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan denah lokasi
2. Penerbitan surat persetujuan
3. Membayar setrum perdana Rp 20.000,-
4. Menandatangani surat perjanjian jual beli tenaga listrik
5. Petugas melaksanakan penyambungan dan penggantian meter dengan meter
prabayar
Sebelum ditawarkan pada masyarakat luas, program layanan listrik Prabayar
ini telah diujicobakan kepada orang internal PLN. Di Surakarta sendiri, layanan
ini diujicobakan kepada 200 orang karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
yang bersedia bermigrasi ke layanan listrik Prabayar ini. Berarti layanan ini telah
melalui tahap kemungkinan di coba (trialability). Trialability adalah mutu derajat
dimana inovasi di eksperimentasikan pada landasan yang terbatas.
Hal ini disampaikan oleh Soeharmanto, Kepala bagian Humas PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta :
“ Sebelumnya, kita pasang terlebih dahulu kepada karyawan PLN sambil untuk melihat reaksi. Apa adakah hal yang negatif atau yang tidak diinginkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
tenyata tidak ada. Setelah itu disampaikan kepada masyarakat umum, akhirnya umum bisa menerima, sehingga sampai sekarang malah melebihi target. “ (wawancara, 16 Agustus 2010)
Terakhir, untuk melihat kecepatan sebuah inovasi untuk diadopsi adalah
Observability yaitu suatu derajat dimana inovasi dapat disaksikan oleh orang lain.
Setelah mendapat sambutan yang positif dari para karyawan, berupa keputusan
untuk meneruskan menggunakan layanan tersebut, barulah disosialisasikan pada
masyarakat luas di Surakarta.
Masyarakatpun menyambut positif program layanan listrik prabayar ini. Hal
ini dikemukakan oleh Darmi seorang ibu rumah tangga di Grogol :
“ Menurut saya inovasi layanan listrik prabayar ini sangat – sangat luar biasa karena modelnya sama seperti HP, sehingga tidak perlu banyak training lagi pada penggunanya.” (wawancara, 27 Agustus 2010)
PLN APJ Surakarta mencatat sejak diluncurkan kali pertama bulan Desember
2009 hingga bulan April 2010 ini, jumlah alat meteran listrik prabayar yang telah
terpasang secara riil di wilayah Soloraya mencapai 3.480-an unit. Daftar tunggu
pelanggan yang telah mendaftarkan diri untuk mengganti alat meteran lamanya
dengan alat meteran prabayar tersebut yang saat ini sudah mencapai lebih dari 500
pelanggan. Sedangkan pada bulan Oktober 2010 jumlah alat meteran listrik
prabayar yang telah terpasang secara riil di wilayah Soloraya mencapai 7.061 unit
dan sudah tidak ada pelanggan yang masuk ke daftar tunggu.
Begitu banyak kelebihan dari program layanan listrik prabayar ini. Akan
tetapi, tidak semua langsung beralih menggunakan layanan ini. Ada juga yang
masih bertahan menggunakan listrik pascabayar, walaupun mereka sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
memperoleh informasi tentang layanan prabayar. Ada beberapa penyebab, antara
lain :
a. Adanya kekhawatiran listrik langsung mati bila pulsa habis.
b. Daya yang ada hanya 450 VA, sehingga tidak bisa memakai prabayar.
5. Konfirmasi (Confirmation)
Merupakan tahap dimana individu mencari penguatan ( dukungan )
terhadap keputusan yang telah dibuatnya, tapi ia mungkin berbalik keputusan jika
ia memperoleh isi pernyataan pernyataan yang bertentangan. Tahapan Konfirmasi,
ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan
terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat
sebelumnya.
Pada tahap ini individu memastikan akan tetap menerima / mengadopsi
inovasi baru atau menolak suatu inovasi setelah mencoba mengimplementasikan
inovasi baru.
Hasil yang diharapkan komunikator yaitu PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta dari adanya difusi Program Layanan Listrik Prabayar adalah masyarakat
Surakarta dan sekitarnya bisa mengadopsi (menerima) program ini. Dari hasil
penelitian yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat Surakarta
mengadopsi atau menerima Program Layanan Listrik Prabayar. Tentunya
masyarakat sudah mempertimbangkan setelah mengalami tahapan-tahapan seperti
yang telah dijelaskan di atas, barulah mereka memutuskan untuk menerima
program tersebut. Hal ini disampaikan oleh Ani dan Lina :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
“ Sampai saat ini saya belum menemui masalah dengan layanan listrik prabayar, jadi saya akan terus menggunakan layanan ini.” (wawancara Ani, 18 Agustus 2010)
“ Saya akan terus memakai layanan ini karena pemakaiannya bisa diatur, sehingga lebih irit.” (wawancara Lina, 4 September 2010)
Jadi, setelah ada proses difusi atau penyebaran Program Layanan Listrik
Prabayar maka proses selanjutnya yang terjadi adalah adopsi atau penerimaan
terhadap program tersebut. Dari hasil penelitian, masyarakat Surakarta menerima
atau mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar dengan semua konsekuensi
yang ditanggung. Namun, dalam proses adopsi tidak serta merta masyarakat
langsung menerima. Ada beberapa tahapan yang dilalui dalam proses ini. Peneliti
menggunakan teori dari Rogers dan Shoemaker yang membagi paradigma proses
pengambilan keputusan inovasi menjadi beberapa tahap, yaitu :
1. Pengetahuan (Knowledge)
2. Persuasi (Persuasion)
3. Keputusan (Decisions)
4. Implementasi (Implementation)
5. Konfirmasi (Confirmation)
Dari tiap tahapan pasti ada proses komunikasi yang terjadi serta ada
tambahan informasi yang didapat masyarakat. Dari kelima tahap paradigma
proses pengambilan keputusan inovasi, tidak semua narasumber melalui tahapan
yang sama dalam mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar. Jangka waktu
yang dibutuhkan untuk mengadopsi inovasi antara individu yang satu dengan
yang lain pun berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Dari 13 orang narasumber tersebut, 11 orang memutuskan untuk
mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar dan 2 orang memutuskan tidak
menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar. Dari 11 orang tersebut, 5
diantaranya memiliki latar belakang sebagai karyawan PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta. Dari 5 orang tersebut, 4 orang memutuskan mengadopsi Program
Layanan Listrik Prabayar. Tentunya keempat orang tersebut melalui kelima
tahapan paradigma proses pengambilan keputusan inovasi. Hal ini disebabkan
merekalah objek pilot project penerapan Program Layanan Listrik Prabayar di
Surakarta dan akhirnya mereka memutuskan untuk tetap menggunakan Program
Layanan Listrik Prabayar. Hal ini disampaikan oleh Soeharmanto, Kepala bagian
Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta :
“ Sebelumnya kita tawarkan kepada masyarakat umum, kita tawarkan terlebih dahulu kepada karyawan PLN yang bersedia bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar, sambil untuk melihat reaksi. Apa adakah hal yang negatif atau yang tidak diinginkan, tenyata tidak ada. Mereka memutuskan untuk tetap menggunakan listrik prabayar. Setelah itu, baru disampaikan kepada masyarakat umum. “ (wawancara, 16 Agustus 2010)
Hal ini juga diungkapkan oleh Burhanudin, salah satu pegawai PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta yang merupakan salah satu subjek pilot project Program
Layanan Listrik Prabayar :
“ Saya akan terus menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar, karena sampai saat ini saya masih nyaman menggunkan layanan ini. Rencananya kedepannya nanti semua pelanggan PLN akan diusahakan menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar.” (wawancara, 27 Agustus 2010)
Narasumber yang berlatar belakang sebagai karyawan PT. PLN (Persero)
APJ Surakarta, tidak semuanya memutuskan untuk memakai Program Layanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Listrik Prabayar. Mereka pasti memiliki alasan tersendiri. Seperti yang
diungkapkan Irin, pegawai PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yang sampai saat ini
belum beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar karena masih ada perasaan
khawatir bila sewaktu – waktu listrik padam karena lupa mengisi voucher pilsa
listrik.
“… Sampai saat ini saya masih memakai pascabayar, suatu saat nanti saya akan beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar, tapi tidak sekarang. Kalau untuk sekarang saya masih takut. “ (wawancara, 27 Agustus 2010)
Hal ini menunjukkan narasumber yang tidak memutuskan menggunakan
Program Layanan Listrik Prabayar, berarti hanya melalui tahapan paradigma
proses pengambilan keputusan inovasi sampai pada tahap keputusan (decisions).
Dari ungkapan diatas, dapat diindentifikasikan bahwa Irin sudah tahu adanya
Program Layanan Listrik Prabayar. Setelah tahu mulai timbul kekhawatiran, yang
artinya ia mulai membentuk sikap tidak baik (persuasion). Akhirnya ia
memutuskan untuk tidak memakai Program Layanan Listrik Prabayar.
Berbeda dengan Irin yang melalui tahapan paradigma proses pengambilan
keputusan inovasi sampai pada tahap keputusan (decisions). Djuwito, seorang
tukang becak yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) mengatakan bahwa ia tahu
Program Layanan Listrik Prabayar dari sosialisasi PLN di kelurahan dan
sebenarnya ia tertarik menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar, tetapi
karena daya di rumahnya hanya 450 VA dan ia tidak ada biaya untuk menaikan
daya di rumahnya, maka ia hanya bisa bertahan dengan sistem pascabayar.
“ …Saya tahu prabayar dari sosialisasi PLN di kelurahan… Petugasnya bilang ini hanya untuk rumah yang dayanya di atas 900 VA. Sebenarnya tertarik Mbak beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar, tapi nggak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
bisa karena di rumah saya dayanya 450 VA… ” (wawancara, 27 Agustus 2010).
Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa Djuwito melalui tahapan
paradigma proses pengambilan keputusan inovasi hanya sampai pada tahap
pengetahuan (knowledge). Ia mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar dari
sosialisasi PLN di kelurahan. Dalam sosialisasi tersebut ia mengetahui bahwa
Program Layanan Listrik Prabayar hanya untuk rumah yang dayanya diatas 900
VA, maka ia tidak dapat bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar tanpa
menaikkan daya rumahnya. Setelah mengetahui hal ini, berarti Djuwito tidak
melakukan aktivitas ke tahap selanjutnya yaitu tahap persuasi (persuasion).
Narasumber lain yang memutuskan menggunakan Program Layanan
Listrik Prabayar yang bekerja diluar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, melalui
tahapan paradigma proses pengambilan keputusan inovasi yang tidak sama.
Lina, salah satu narasumber dalam penelitian ini mengatakan bahwa
dirinya mengetahuai Program Layanan Listrik Prabayar setelah tinggal di
Perumahan Tirtamaya. Oleh pihak marketing perumahan tersebut, ia ditawari
menggunakan listrik prabayar.
“ Saya pertama kali mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar dari
pihak marketing perumahan Tirtamaya. Setelah diterangkan, saya cukup tertarik
dengan layanan ini. Kemudian pihak perumahan langsung mengajak saya untuk
melihat langsung rumah tersebut, Setelah itu saya setuju untuk membeli rumah
dengan sistem listrik prabayar.”
Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa Lina tahu Program
Layanan Listrik Prabayar dari pihak marketing perumahan tersebut (knowledge).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Setelah diterangkan, Lina cukup tertarik dengan layanan ini (persuasion).
Kemudian pihak perumahan langsung mengajak saya untuk melihat langsung
rumah tersebut, Setelah itu saya setuju untuk membeli rumah dengan sistem listrik
prabayar (decisions).
Seperti yang dilakukan oleh Renata, salah satu narasumber dalam
penelitian ini. Renata mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar setelah
membaca tentang layanan ini di Koran (knowledge). Rasa ingin tahunya
(persuasion) membuat Renata mencari informasi lebih rinci tentang Program
Layanan Listrik Prabayar ke seorang temannya yang kebetulan bekerja di PLN
(decisions).
Setelah ia merasa yakin dengan layanan bari dari PLN ini, kebetulan
rumah yang akan ia tinggali yaitu Perumahan Tirtamaya dari pihak marketing
perumahan tersebut menawarinya untuk memakai listrik dengan sistem prabayar,
maka tanpa ragu – ragu lagi ia langsung setuju menggunakan Program Layanan
Listrik Prabayar ini (implementation).
“ Sebelumya saya pernah membaca Program Layanan Listrik Prabayar di koran, setelah itu saya tanya teman saya yang bekerja di PLN. Saya tahu Program Layanan Listrik Prabayar dari teman, maka setelah pihak marketing perumahan saya menawari menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar, saya langsung setuju. “ (wawancara, 4 September 2010)
Lain halnya dengan Darmi, salah satu narasumber yamg merupakan ketua
RW di Grogol, dia mengatakan bahwa keputusannya untuk bermigrasi ke Program
Layanan Listrik Prabayar karena tahu manfaat dan nilai tambahnya (knowledge).
Ia merasa inovasi layanan listrik prabayar ini sangat luar biasa karena modelnya
sama seperti HP (persuasion). Kemudian is mencari informasi tentang Program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
Layanan Listrik Prabayar (decisions) sampai akhirnya ia memutuskan untuk
bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar (implementation).
“…Setelah sosialisasi dari PLN saya tahu manfaat dan nilai tambahnya, Saya merasa inovasi layanan listrik prabayar ini sangat luar biasa karena modelnya sama seperti HP. Kemudian is mencari informasi tentang Program Layanan Listrik Prabayar. Setelah tahu bagaimana, akhirnya saya memutuskan untuk bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar.” (wawancara, 27 Agustus 2010).
Agus Mujazid, seorang pengurus masjid atau takmir masjid di
Baabussalam yaitu masjid yang terletak di kawasan PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta. Ia lulusan Sekolah Dasar (SD) dan sering menghabiskan waktunya
untuk mengurus masjid tersebut. Sebagai pengurus masjid yang terletak di
kawasan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, tentunya ia sering berinteraksi dengan
orang – orang yang ada di dalamya, baik untuk urusan kantor atau yang lainnya.
Dengan demikian sudah ada rasa kepercayaan yang timbul.
“ … Saking tiyang PLN menika ngomong ‘Pak Agus, listrik teng masjid digentos mawon nggih ngagem Listrik Prabayar..’ Trus, kulo ngomong boten nopo – nopo. Lha, nggih terus digentos Prabayar menika.” (wawancara, 2 September 2010)
Dari pernyataan di atas diketahui bahwa Agus Mujazid mengetahui
Program Layanan Listrik Prabayar dari orang PLN (knowledge). Saat ditawari PT.
PLN (Persero) APJ Surakarta untuk bermigrasi ke Program Layanan Listrik
Prabayar, ia tidak ragu – ragu lagi untuk segera beralih ke layanan ini (decisions).
Akhirnya Agus Mujazid sepakat masjid Baabussalam menerima Program Layanan
Listrik Prabayar (implementation).
Lain halnya dengan yang diungkapkan narasumber berikut, bahwa mereka
tahu untuk pertama kalinya Program Layanan Listrik Prabayar saat mengurus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
pencabutan listrik di rumahnya, dan dari pihak PLN menawarkan Program
Layanan Listrik Prabayar sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapinya.
“…Kulo nggih ngertos prabayar niku pas ngurus teng PLN… Lha tiba – tiba nggen kula diputus, dipendet gengstere, 3 wulan dereng bayar. Trus kulo mlayu teng PLN.. Lha terus sakniki badhe kula bayar nyuwun dipasangke malih. Trus kulo dikandhani petugas PLN-ne… “Sakniki tumut prabayar mawon, Bu.” trus kulo ngajuke prabayar, sedinten thok pun dadi.. Kulo ngomong esuk, sorene sampun dipasang. Kulo seneng Mbak, niki kulo badhe ngajuke malih ngagem prabayar. “ (wawancara Sudiro, 18 Agustus 2010)
“ … Karena dua bulan belum membayar akhirnya dicabut oleh PLN,
terus pihak PLN menyarankan menggunakan prabayar. Satelah diterangkan cara penggunaannya sama seperti HP, saya rasa prabayar lebih meringankan dan ini lebih baik... Akhirnya saya setuju diganti dengan listrik prabayar. Setelah memakai listrik prabayar, sampai saat ini saya belum menemui masalah dengan layanan listrik prabayar, jadi saya akan terus menggunakan layanan ini.” (wawancara Ani, 18 Agustus 2010)
Dari pernyataan di atas diketahui bahwa Ani dan Sudiro tahu untuk
pertama kalinya Program Layanan Listrik Prabayar dari pihak PLN setelah
mereka mengalami maslah pencabutan listrik karena menunggak pembayaran
listrik (knowledge). Setelah itu mereka merasa tertarik dengan program ini karena
dirasa tidak memberatkan (persuasion). Setelah diterangkan cara kerja dan nilai
tambahnya akhirnya mereka memutuskan untuk beralih ke Program Layanan
Listrik Prabayar (decisions). Dan setelah merasakan sendiri cara kerja dan
manfaatnya (implementation), mereka menyatakan akan terus menggunakan
Program Layanan Listrik Prabayar (confirmation).
Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa
masyarakat Surakarta mengadopsi atau menerima Program Layanan Listrik
Prabayar. Tentunya masyarakat sudah mempertimbangkan setelah mengalami
tahapan-tahapan seperti yang telah dijelaskan di atas, barulah mereka memutuskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
untuk menerima program tersebut. Dari 13 orang narasumber tersebut, maka tahap
adopsi adopter Program Layanan Listrik Prabayar dapat di kelompokkan sebagai
berikut :
Tabel 3.4
Pengelompokan Adopter
Program Layanan Listrik Prabayar di Surakarta
Berdasarkan Tahap-Tahap Adopsi
Proses Pengambilan Keputusan Jumlah Adopter Persentase
1. Pengetahuan (Knowledge) 1 7,7%
2. Persuasi (Persuasion) - 0%
3. Keputusan (Decisions) 2 15,4%
4. Implementasi (Implementation) 3 23%
5. Konfirmasi (Confirmation) 7 53,9%
Dari tabel di atas diketahui bahwa tingkat adopsi yang paling tinggi
terjadi pada tahap konfirmasi (Confirmation) yaitu sebesar 53,9%. Setelah itu
diikuti tahap Implementasi (Implementation) sebesar 23%, tahap Keputusan
(Decisions) sebesar 15,4%, dan tahap Pengetahuan (Knowledge) 7,7%. Pada tahap
persuasi (Persuasion) tidak ada proses adopsi yang terjadi (0%). Hal ini
menunjukkan bahwa tahap – tahap adopsi tidak selalu dimulai dari tahap
pengetahuan (knowledge), persuasi (persuasion), keputusan (decisions),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
implementasi (implementation), konfirmasi (confirmation) yang terjadi secara
berurutan. Proses adopsi bisa terjadi dimulai dari tahap konfirmasi
(Confirmation). Pada proses adopsi Program Layanan Listrik Prabayar sebagian
besar narasumber terjadi pada tahap konfirmasi (Confirmation). Hal ini terjadi
dikarenakan awalnya mereka mengambil keputusan menerima inovasi Program
Layanan Listrik Prabayar dimulai dari keterpaksaan. Akan tetapi, setelah
merasakan manfaat dan nilai tambah dari inovasi Program Layanan Listrik
Prabayar mereka memutuskan untuk tetap menggunakan Layanan Listrik
Prabayar.
Setelah Kota Surakarta ditetapkan mendapat Program Layanan Listrik
Prabayar, maka sosialisasipun dilaksanakan. Dari sinilah masyarakat mengetahui
Program Layanan Listrik Prabayar dengan sedikit informasi yang didapatkan.
Proses penyebaran terus dilaksanakan berulang kali, sampai masyarakat pada
tahap persuasi yaitu individu membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap
inovasi. Mereka sudah memahami apa dan bagaimana Program Layanan Listrik
Prabayar sebenarnya. Berbagai cara dilakukan untuk memberi pemahaman
tentang penataan lingkungan hingga masyarakat mulai merasakan manfaatnya.
Maka, sampailah masyarakat pada tahap keputusan yaitu ketika seorang individu
atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah
pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi. Selanjutnya masyarakat
pada implementasi yaitu tahap memilih untuk menerima atau menolak program
ini. Kenyataannya masyarakat memeilih untuk menerima program ini setelah tahu
manfaat dan nilai lebihnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Pendapat-pendapat tersebut merupakan pernyataan masyarakat bahwa
mereka mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar karena alasan-alasan
rasional yang menutut mereka bernilai positif. Masing-masing individu
mempunyai latar belakang tersendiri untuk memutuskan mengadopsi. Menurut
Hanafi dalam bukunya Memasyarakatkan Ide-ide Baru, keputusan seperti ini
disebut dengan keputusan individual opsional.
Keputusan individual, yaitu keputusan dimana individu yang
bersangkutan ambil peranan dalam pembuatannya. Keputusan individual ada dua
macam, yaitu keputusan opsional dan kepuusan konsesnsus. Keputusan opsional,
yakni keputusan yang dibuat oleh seseorang, terlepas dari keputusan-keputusan
yang dibuat oleh anggota sistem. Sedangkan keputusan kolektif yaitu keputusan
yang dibuat oleh individu-individu yang ada dalam sistem sosial melalui
konsensus. 41
Dalam penelitian ini masyarakat Surakarta menggunakan keputusan
opsional untuk mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar setelah mendapat
informasi melalui berbagai sosialisasi yang ada. Mereka memutuskan untuk
menerima program ini karena dirasa bermanfaat bagi kehidupan. Keputusan ini
bersifat individu bukan keputusan kelompok. Keputusan yang mereka ambil ini
sudah dipikirkan tentang baik dan buruknya serta mereka juga sudah bisa
menerima konsekuensi yang menyertainya.
41 Hanafi. Abdillah. 1987. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Surabaya : Penerbit Usaha Nasional, hal 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari serangkaian data yang diperoleh di lapangan, baik itu melalui
wawancara narasumber maupun hasil pengamatan selama penelitian, maka
peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa penyebaran (difusi) Program
Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta di Kota Surakarta
berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan berbagai elemen dalam ilmu
komunikasi yaitu pola, unsur, sistem, jenis, proses, sampai pada media
komunikasi yang digunakan. Semua elemen tersebut menjadi satu dalam
sebuah proses difusi dan adopsi inovasi yang dilakukan oleh pihak yang
terkait.
1. Proses difusi dalam penelitian ini mempunyai empat unsur yaitu inoasi,
saluran komunikasi, jangka waktu, dan sistem sosial. Dari keempat unsure
tersebut yang paling berpengaruh dalam proses difusi adalah saluran
komunikasi yang bersifat interpersonal. Hal ini disebabkan proses difusi
merupakan sebuah proses komunikasi dimana ada komunikator yang
menyampaikan pesan berupa sebuah inovasi kepada komunikan melalui
saluran tertentu dan menimbulkan efek tertentu. Komunikator dalam
penyebaran Program Layanan Listrik Prabayar adalah PT. PLN (Persero)
APJ Surakarta, sedangkan komunikannya adalah masyarakat Kota
Surakarta itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
2. Saluran komunikasi yang digunakan dalam difusi Program Layanan
Listrik Prabayar ada dua macam yaitu menggunakan media massa dan
komunikasi interpersonal baik secara individu maupun kelompok. Media
massa yang digunakan dibagi menjadi dua yaitu media cetak dan
elektronik. Media cetak yang digunakan dalam proses difusi Program
Layanan Listrik Prabayar di Kota Surakarta adalah spanduk, pamphlet, dan
koran. Sedangkan media elektronik yang digunakan oleh PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta dalam penyebaran Program Layanan Listrik
Prabayar adalah beberapa stasiun radio di Surakarta. Media lain yang
digunakan untuk mensosialisasikan program layanan listrik prabayar
adalah internet. Website resmi dari PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
untuk informasi Layanan Listrik Prabayar adalah
http://www.plnjateng.co.id dan jejaring social facebook.
3. Komunikasi interpersonal dilakukan dengan sosialisasi langsung kepada
pelanggan atau sosialisasi door to door ke rumah – rumah pelanggan.
sosialisasi langsung biasanya dilakukan di kantor – kantor resmi
pembayaran PLN kepada pelanggan. Langkah lain yang ditempuh PLN
adalah sosialisasi door to door. Dari pihak PLN mendatangi rumah
pelanggan satu per satu. Tujuan dari sosialisasi door to door adalah
sebagai langkah penjaringan pelanggan
4. Sarana komunikasi lain yang digunakan oleh PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta berbentuk komunikasi kelompok baik kelompok kecil maupun
kelompok besar. Hampir sama dengan komunikasi interpersonal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
komunikasi kelompok juga bertujuan untuk mempengaruhi orang lain,
hanya jumlah audiennya saja yang membedakannya. Komunikasi
kelompok merupakan bentuk komunikasi interpersonal yang bersifat
lokalit. Komunikasi kelompok ini terlihat dalam berbagai kegiatan
sosialisasi yang dilaksanakan untuk menyebarkan program ini kepada
masyarakat seperti sosialisasi berbentuk forum – forum pertemuan warga
baik di tingkat kelurahan maupun di tingkat Rukun Tetangga (RT) dan
Rukun Warga (RW). Forum-forum sosialisasi ini sering diadakan
khususnya untuk sosialisasi program Layanan Listrik Prabayar dan update
perkembangannya. Komunikasi interpersonal merupakan face to face
communication (komunikasi tatap muka) sehingga sangat efektif
digunakan untuk difusi inovasi agar masyarakat mau menerima dan
mengadopsi inovasi tersebut. Dalam forum pertemuan terjadi proses
komunikasi langsung dimana komunikasi berjalan duaarah. Ada feedback
yang dilontarkan oleh masyarakat saat proses sosialisasi berlangsung.
5. Setelah terjadi peoses difusi kemudian muncul efek baik primer maupun
sekunder. Efek primer berupa pemahaman tentang Program Layanan
Listrik Prabayar maupun langkah nyata berupa bermigrasinya pelanggan
lama dari layanan pascabayar ke layanan prabayar, dan bagi pelanggan
baru mereka lebih memilih menggunakan Program Layanan Listrik
Prabayar. Sedangkan efek sekunder berupa perubahan pengetahuan,
perilaku, maupun sikap dari masyarakat kota Surakarta tentang Program
Layanan Listrik Prabayar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
6. Dalam penerimaan Program Layanan Listrik Prabayar, waktu yang
dibutuhkan masyarakat berbeda-beda satu sama lain. Ada yang cepat
menerima, ada pula yang memerlukan waktu lebih lama untuk bisa
menerima program tersebut. Hal ini tak terlepas dari latar belakang
pendidikan, sosial, ekonomi, dan pengalaman.
7. Poses difusi atau penyebaran menimbulkan adopsi ataupun penolakan
terhadap program tersebut. Dari hasil penelitian, masyarakat kota
Surakarta menerima atau mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar
dengan semua konsekuensi yang ditanggung. Namun, dalam proses adopsi
tidak serta merta semua masyarakat langsung menerima. Ada beberapa
tahapan yang dilalui dalam proses ini. Tahapan adopsi antara masing‐masing
individu berbeda‐beda.
8. Tahap – tahap adopsi tidak selalu dimulai dari tahap pengetahuan
(knowledge), persuasi (persuasion), keputusan (decisions), implementasi
(implementation), konfirmasi (confirmation) yang terjadi secara berurutan.
Proses adopsi di bidang Program Layanan Listrik Prabayar bisa terjadi
dimulai dari tahap konfirmasi (Confirmation). Pada proses adopsi Program
Layanan Listrik Prabayar sebagian besar masyarakat terjadi pada tahap
konfirmasi (Confirmation). Hal ini terjadi dikarenakan awalnya mereka
mengambil keputusan menerima inovasi Program Layanan Listrik
Prabayar dimulai dari keterpaksaan. Akan tetapi, setelah merasakan
manfaat dan nilai tambah dari inovasi Program Layanan Listrik Prabayar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
mereka memutuskan untuk tetap menggunakan Layanan Listrik
Prabayar.
9. Pada penelitan ini narasumber dapat dipetakan menjadi beberapa
golongan, yaitu innovator, Early Adopters (Perintis/Pelopor), Early
Majority (Pengikut Dini), Late Majority (Pengikut Akhir), Laggards
(Kelompok Kolot/Tradisional). Penelitian difusi yang ada umumya
menunjukkan bahwa pengadopsian inovasi di dalam suatu system social
mengikuti kurva normal berbentuk lonceng jika diukur dari banyaknya
pengadopsi dari waktu ke waktu.
B. SARAN
1. Untuk difusi Program Layanan Listrik Prabayar sebaiknya ditambah dalam
sosialisasi penggunaan media massa, terutama media televisi. Sosialisasi
di berbagai media diintensifkan agar masyarakat lebih memahami Program
Layanan Listrik Prabayar. Selama ini banyak pelanggan yang mengetahui
Program Layanan Listrik Prabayar setelah mereka mengalami pemutusan
listrik karena belum membayar tagihan listrik selama beberapa bulan.
Harapannya pelanggan mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar,
sebelum mereka mengalami pemutusan listrik.
2. Kegiatan difusi yang berbentuk pertemuan langsung (face to face)
hendaknya dibuat semenarik mungkin agar minat untuk mengikuti
Program Layanan Listrik Prabayar lebih besar sehingga tujuan Program
Layanan Listrik Prabayar dapat segera tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
3. Apabila ada penelitian lanjutan dari Program Layanan Listrik Prabayar
sebaiknya mengkaji tentang studi evaluasi efektifitas proses difusi inovasi
Program Layanan Listrik Prabayar atau Program Layanan Listrik Prabayar
(control, input, process, product).
top related