strategi promosi program sahabat wakaf pada …
Post on 23-Dec-2021
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STRATEGI PROMOSI PROGRAM SAHABAT WAKAF
PADA LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Muhamad Aris Munandar
1111053000031
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H./2015 M.
i
ABSTRAK
Muhamad Aris Munandar NIM : 1111053000031.
Judul Skripsi : “Strategi Promosi program Sahabat Wakaf pada Lembaga
Wakaf Al-Azhar”. Dibawah bimbingan Muhammad Zen, MA.
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam membangun dan
mengembangkan wakaf, jika saja semua elemen baik pemerintah maupun
lembaga-lembaga swasta bersatu, bahu-membahu mengampanyekan gerakan
wakaf. Seperti yang dilakukan oleh lambaga Wakaf Al-Azhar, menghimpun dan
mengembangkan wakaf, menurut data yang dimiliki, wakaf Al-Azhar menempati
posisi keempat dalam hal penghimpunan harta wakaf, di usia yang belum genap
lima tahun, hal ini beralasan karena salah satunya lembaga strategi promosi yang
bejalan efektif dan efisien.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi promosi yang
dilakukan program Sahabat Wakaf Al-Azhar dalam menghimpun dana wakaf
dimasyarakat. dengan rumusan masalahnya adalah menganalisa bagaimana
formulasi, pelaksanaan dan evaluasi strategi promosi yang dilakukan oleh
program Sahabat Wakaf Al-Azhar.
Metodologi penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif
dengan menggali informasi yang dibutuhkan secara mendalam, teknik analisis
datanya adalah dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kasimpulan.
Objek yang dituju adalah pada bidang strategi promosi Sahabat Wakaf Al-Azhar.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah strategi promosi yang dilakukan
program Sahabat Wakaf Al-Azhar dalam lingkup formulasi dengan menetapkan
tujuan strategis, dan menetapkan perencanaan dari bauran promosi: periklanan,
penjualan personal, promosi penjualan, publisitas dan humas dan pemasaran
langsung, selajutnya pelaksanaan strategi promosi dengan melaksanakan tujuan
dan melaksanakan bauran promosi, namun program Sahabat Wakaf Al-Azhar
sebagian besar hanya memanfaatkan tiga dari komponen bauran promosi yakni :
periklanan, penjualan personal dan promosi penjualan, evaluasi strategi promosi
program Sahabat Wakaf Al-Azhar adalah tidak semua Sahabat Wakaf Al-Azhar
memanfaatkan kelima dari komponen bauran pemasaran, karena sebagian besar
dari mereka adalah agent asuransi yang sudah terbiasa melakukan periklanan,
penjualan personal dan promosi penjualan secara profesional.
Kata kunci : Strategi, Strategi promosi, Program Sahabat Wakaf Al-Azhar,
Wakaf.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji untuk Allah Swt tuhan semesta alam
yang selalu memberikakan nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga kepada
kita semua. Shalawat beserta salam senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW keluarga beserta Sahabat yang selalu setia.
Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada orang tua tercinta
sekaligus motivasi terebesar saya, Ayahanda Drs. H. Ahmad Suwandi, M.Si
(Alm) Semoga Allah Swt terima amal baiknya dan ibunda Hj. Nihlah somoga
Allah Swt selalu sehatkan raganya, yang senantiasa mendidik, membantu,
mendukung, mendoakan, dan mencurahkan kasih sayang yang tiada henti, adik-
adiku tercinta, Mohammad Ardiansyah dan Firda Fauziyyah Febriana sebagai
pelita-pelita pemantik kebahagiaan di tengah keluarga kami.
Skripsi ini dapat terealisasikan karena adanya bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak, dan kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Suparto M.Ed, Ph.D selaku Wadek I Bidang
Akademik, Dr. Raudhonah, MA selaku Wadek II Bidang Administrasi
Umum, dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wadek III Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah, dan Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan
Manajemen Dakwah.
iii
3. Muhammad Zen, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan
serta motivasi untuk terus semangat kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Suparto, M. Ed, Ph.D selaku ketua sidang munaqasyah, Drs.
Sugiharto, MA selaku sekretaris sidang munaqasyah, Drs. Cecep
Castrawijaya, MA selaku penguji I, H. Mulkanatsir, BA, S.Pd, MM
selaku penguji II sidang munaqasyah, yang telah memberi arahan
dalam proses sidang skripsi.
5. Prof. Hj. Ismah Salmah, M.Hum (Alm) selaku dosen pembimbing
akademik periode sebelumnya semoga Allah terima amal ibadahnya,
Fauzun Jamal, Lc. MA, sebagai pembimbing akademik yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan sekeripsi ini.
6. Para Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dalam
mendidik penulis selama melakukan studi. Penulis berharap semoga
ilmu yang diberikan dapat ditularkan dan bermanfaat untuk orang lain.
7. Ustadz Muhammad Rofiq Thayyib lubis sebagai direktur Wakaf Al-
Azhar, Suryaningsih selaku Direktur Kelembagaan dan Keuangan
Wakaf Al-Azhar, Hendra Yuliano selaku Direktur Marketing Wakaf
Al-Azhar, Hasbiallah Khatim selaku Ketua Tim 12 dan Koordinator
Sahabat Wakaf Al-Azhar, mbak Intan selaku sekretaris Sahabat Wakaf
Al-Azhar dan seluruh karyawan Wakaf Al-Azhar Bang Hanif, Kang
iv
Ujang, dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, dalam
membantu penelitian skripsi ini.
8. Seluruh Sahabat Wakaf Al-Azhar Mas Fahmi Reza dkk, yang tersebar
diseluruh penjuru Indonesia, terus berjuang berjihad mewujudkan
pendidikan dan dakwah menjadi lebih baikdi negeri tercinta ini.
9. Drs. H. Ahmad Mahdi beserta keluarga, Ihsanul Ikhsan, SE beserta
keluargaselaku paman penulis, dan seluruh keluarga besar H.
Hajanawi (alm) yang telah membantu baik secara dukungan semangat
dan motivasi maupun secara materil semoga Allah Swt membalas
kebaikannya.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2011 Jurusan Manajemen
Dakwah, Aam Abdussalam, Edwin Nurul Syafarudin, M. Muflih
Hidayat, Rizki, Tami, Nourmalinda, Aretha, Indah, dan tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, yang selalu menghiasi memberikan
warna dalam kahidupan penulis semasa menempuh studi di kampus.
11. Sahabat-sahabat terbaik penulis Ali Nawawi,S.Th.I Derry Herdiana
Wiguna, S.IP, Ubay Mulyawan, S.Sos, Ahmad Hairul Arif, dkk, yang
masih banyak lagi, yang telah memberikan dukungan sehingga penulis
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih bayak kekurangan, Akhir kata
semoga skripsi ini nermanfaat bagi yang membutuhkan.
Ciputat, 10 September 2015
Muhamad Aris Munandar
v
DAFTAR ISI
ABSTRTAK ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 6
D. Metodologi Penelitian ................................................................. 8
E. Teknik Penulisan ......................................................................... 12
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 12
G. Sistematika Penulisan .................................................................. 15
BAB II LANDASAN TEORI
A. Strategi .........................................................................................16
1. Pengertian Strategi ..................................................................16
2. Tahapan Formulasi Strategi ....................................................18
3. Tahapan Pelaksanaan Strategi ................................................20
4. Tahapan Evaluasi Strategi ......................................................22
B. Promosi ........................................................................................22
1. Pengertian Promosi .................................................................22
2. Fungsi dan Tujuan Promosi ....................................................24
3. Bauran Promosi ......................................................................25
C. Strategi Promosi ..........................................................................28
1. Pengertian Strategi Promosi ...................................................28
2. Sasaran Strategi Promosi dan Konsep AIDA .........................29
D. Wakaf ..........................................................................................31
vi
1. Pengertian Wakaf ....................................................................31
2. Landasan Teologis Wakaf ......................................................32
3. Rukun dan Syarat Wakaf ........................................................35
4. Wakaf Produktif ......................................................................36
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG LEMBAGA WAKAF AL-
AZHAR
A. Sejarah dan Profil lembaga Wakaf Al-Azhar ..............................37
1. Visi dan Misi Wakaf Al-Azhar ...............................................38
2. Struktur Kelembagaan Wakaf Al-Azhar ................................39
B. Deskripsi Sahabat Wakaf Al-Azhar ............................................40
C. Produk-produk Wakaf Al-Azhar .................................................41
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A. Formulasi Program Sahabat Wakaf Al-Azhar .............................51
B. Pelaksanaan Strategi Promosi Program Sahabat Wakaf Al-
Azhar ...........................................................................................59
C. Evaluasi Strategi Promosi Program Sahabat Wakaf pada
Wakaf Al-Azhar ..........................................................................65
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ..................................................................................72
B. Saran ...........................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Konsep AIDA .......................................................................... 31
2. Tabel 4.1 Tujuan Periklanan ..................................................................... 54
3. Tabel 4.2 Jenis-jenis media yang digunakan ............................................ 55
4. Tabel 4.3 Amanah wakaf Al-Azhar (2011-2014) .................................... 65
5. Tabel 4.4 Hasil Pengukuran efektifitas periklanan ................................... 67
6. Tabel 4.5 Hasil Pengukuran menggunakan rumus efektifitas................... 72
viii
DAFTAR GAMBAR
1. Diagram 1.1 Persentase Sumber Wakaf ................................................... 3
2. Bagan 3.1 Struktur Kelembagaan Wakaf Al-Azhar.................................. 39
3. Diagram 4.1 Persentase nadzir memprospek calon wakif perorangan -
dan perusahaan ........................................................................................... 52
4. Gambar 4.2 Kegiatan Promosi Penjualan ................................................. 63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar1 dalam membangun dan
mengembangkan wakaf, jika saja semua elemen baik pemerintah maupun
lembaga-lembaga swasta bersatu, bahu-membahu mengampanyekan gerakan
wakaf uang (produktif). Jumlah umat Islam yang terbesar diseluruh dunia
merupakan aset besar untuk menghimpun dan mengembangkan wakaf.
Sejak disahkanya Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf,
praktik perwakafan di Indonesia telah berkembang dari konsumtif ke arah
yang produktif atau dari non professional ke arah yang professional. Wakaf
produktif adalah bentuk pengembangan wakaf yang mendatangkan nilai
ekonomis. Hal ini jauh lebih berkembang dari kondisi yang sebelumnya,
dimana wakaf identik dengan musholla, madrasah, kuburan, dan pondok
pesantren. Memang dalam perkembanganya terdapat tiga fase, yaitu fase non-
profesional, semi professional dan profesional.2
1 Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebesar 237.641.326 dengan kenaikan
1,49% pertahunya. Maka jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2012 adalah sebesar 244.775.796
juta jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pendapatan per kapita Indonesia pada tahun
2011 sebesar Rp. 30,8 Juta, jika dihitung per bulan, rata-rata pendapatan per kapita penduduk
Indonesia sekitar Rp. 2,56 juta. Jika 20 juta umat Islam berwakaf uang setiap orang per bulan Rp.
100 ribu dalam setahun maka akan terkumpul dana wakaf sebesar Rp. 24 triliun. Jika saja 50 juta
umat Islam berwakaf uang setiap orang per bulan Rp. 100 ribu makan akan terkumpul Rp. 69
triliun. Jika terdapat 1 juta saja masyarakat muslim yang mewakafkan dananya sebesar Rp. 100
ribu maka akan diperoleh pengumpulan dana wakaf sebesar Rp. 100 miliar setiap bulan (Rp. 1,2
triliun per tahun). Lihat Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Kementerian Agama RI, Wakaf Uang dan Prospek Ekonomi di Indonesia,
(Jakarta : 2013), h. 46. 2 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf
Kementrian Agama RI, Dinamika Perwakafan di Indonesia dan Berbagai Belahan Dunia, (Jakarta
: 2013), h. 87.
2
Melihat dari potensi yang luar biasa, Strategi Penghimpunan harta
wakaf di lembaga wakaf merupakan hal yang mendasar dalam menentukan
dan menjalankan organisasi, semua itu dapat dilakukan tidak terbatas pada
pemenuhan kesejahteraan semata, tetapi juga perlu perubahan sistemik
mencangkup pengembangan masyarakat, revolusi kebijakan dan perubahan
pranata kehidupan dalam masyarakat.
Kecendrungan umat Islam ketika diseru untuk beramal, merupakan
potensi. Dalam bebagai penelitian, sekalipun dalam keadaan krisis ekonomi,
altivitas sosial keagamaan khususnya dalam kerangka pemungutan ZIS
(termasuk wakaf) terus meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia dengan
hampir 90% rakyatnya yang muslim, merupakan potensi besar sebagai calon
wakif, yang dari hari ke hari membutuhkan aktualisasi amaliah selain zakat-
infaq-shadaqah, demi memuaskan kebutuhan batinya.3
Berdasarkan survey, hampir seluruh harta wakaf pada saat ini berasal
dari wakif perorangan (69%). Ini mudah di mengerti mengingat wakaf
merupakan ekspresi keagamaan individu Muslim, yang memahami wakaf
sebagai salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Selain itu, ada
juga wakif individu yang menginginkan namanya terus dikenang, terutama
para sultan atau orang-orang kaya. Dengan motif seperti ini membuat mereka
bersedia mengeluarkan harta bendanya untuk tujuan wakaf. Selain individu,
pemerintah juga memiliki andil dalam menyumbang harta wakaf yang sat ini
beredar di masyarakat (20%).4
3 Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Kementerian Agama RI, Wakaf Uang dan Prospek Ekonomi di Indonesia, (Jakarta : 2013), h. 46. 4 Andy Agung Prihatna, dkk, Wakaf, Tuhan, dan Agenda Kemanusiaan, (Jakarta: Center
for the study of Religion dan Culture, 2006), h. 145.
3
Beberapa sumber harta wakaf selain itu, yang bersumber dari
perusahaan (7%). Kesediaan perusahaan untuk wakaf tampaknya dipengaruhi
oleh semakin meningkatnya kesadaran perusahaan akan tanggung jawab
sosial yang diembannya (Corporate Social Responsibility). Jika potensi ini
dapat dimaksimalkan oleh nadzir, maka terbuka peluang bagi para nadzir
untuk menggaet perusahaan sebagai salah satu sumber pemberi wakaf.
Sumber harta wakaf lainnya berasal dari pemerintah Negara asing dan
lembaga donor, meski jumlahnya masih terbilang kecil (2 dan 2%).5 (lihat
diagram 1.1).
Diagram 1.1
Persentase Sumber Harta Wakaf
Sumber : Survey CSRC UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006.
Tingginya sumber harta wakaf perorangan seperti yang digambarkan
diatas, tempaknya berkorelasi positif dengan kenyataan bahwa wakif
perorangan merupakan target yang sangat diutamakan oleh para nadzir.
Namun, terdapat pula yang sebagian melakukan pendekatan kepada
5 Agung, Wakaf, h. 145.
4
perusahaan dan perorangan sekaligus.6 Diperlukan strategi yang handal untuk
menyiasati hal tersebut dan salah satu strategi yang dapat dijalankan adalah
strategi promosi.
Promosi dalam lembaga Pengelola Zakat maupun Wakaf merupakan
sarana yang paling ampuh untuk menarik dan mempertahankan donatur
(Muzzaki/Wakif). Salah satu tujuan promosi adalah menginformasikan segala
jenis produk yang ditawarkan dan berusaha menarik calon pelanggan baru.
Kemudian promosi juga berfungsi mengingatkan pelanggan akan produk,
promosi juga ikut mempengaruhi pelanggan untuk membeli dan akhirnya
promosi juga akan meningkatkan citra lembaga di mata pelangganya.
Senada dengan fakta diatas, Lembaga yang dibentuk oleh Yayasan
Pesantren Al-Azhar (YPI) Al-Azhar karena terinspirasi dari Universitas Al-
Azhar Kairo Mesir dalam mengelola wakaf produktif. Melalui program utama
Indonesia Berwakaf, Wakaf Al-Azhar berupaya mengembangkan training
Sahabat Wakaf, melalui program yang dikemas dalam training Sahabat Wakaf
plus AMG (Al-Azhar Memorial Garden), ikhtiar memasyarakatkan (menggali
harta) wakaf dimasyarakat dimulai. Strategi yang terwujud berkat kerjasama
antara Wakaf Produktif Al-Azhar bekerjasama dengan Al-Azhar Memorial
Garden ini sudah mulai dilaksanakan pada awal Januari 2012 lalu hingga
sekarang.7
Respon baik Sahabat Wakaf dari seluruh lapisan masyarakat yang
dijaring melalui konsep training Sahabat Wakaf, telah memberikan kontribusi
bagi masa depan pendidikan dan dakwah (Visi Wakaf Al-Azhar). Menurut
6 Agung, Wakaf, h. 146-147.
7 wakaf-al-azhar.blogspot.in/2012/05/wakaf-al-azhar-kembangkan-training.html?m=
artikel diakses pada 8 Februari 2015.
5
Muhammad Rofiq selaku Direktur Wakaf Al-Azhar. Ini bagian wujud ikhtiar
kami dalam mewujudkan masa depan pendidikan dan dakwah melalui Wakaf
yang dikelola secara produktif.8
Program Sahabat Wakaf yang merupakan agen-agen syiar (promosi)
wakaf di akomodasi oleh Tim Duabelas bekerjasama dengan Divisi
Marketing Wakaf Al-Azhar ini berupaya mengoptimalisasikan harta wakaf
dengan mesyiarkan (promosi) produk Wakaf Al-Azhar nya yang inovatif dan
kreatif.
Berdasarkan paparan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang strategi promosi yang dilakukan oleh lembaga Wakaf Al-Azhar
melalui sahabat wakaf dalam bentuk skripsi dengan judul “Strategi Promosi
Program Sahabat Wakaf pada Lembaga Wakaf Al-Azhar”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian pada Strategi
Promosi Sahabat Wakaf pada Lembaga Wakaf Al-Azhar dalam
menghimpun harta wakaf dimasyarakat.
Lembaga Wakaf Al-Azhar dipilih karena Wakaf Al-Azhar yang
saat ini menempati posisi ke empat dalam penghimpunan lembaga wakaf
Indonesia diusia yang belum genap lima tahun, terhitung dari tahun 2011
hingga 2015, capaian itu dipengaruhi oleh program Sahabat Wakaf yang
8 wakaf-al-azhar.blogspot.in/2012/05/wakaf-al-azhar-kembangkan-training.html?m=
artikel diakses pada 8 Februari 2015.
6
menjadi program andalan dalam penghimpunan harta wakaf di lembaga
Wakaf Al-Azhar.
Strategi promosi di dipilih karena promosi sebagai cara untuk
menginformasikan dan mempengaruhi calon wakif agar berwakaf di
lembaga Wakaf Al-Azhar.
Skripsi ini menjelaskan tentang strategi yang dilakukan oleh
Program Sahabat Wakaf Al-Azhar, maka pertanyaan yang muncul
sebagai berikut:
a. Bagaimana formulasi strategi promosi program Sahabat Wakaf pada
Lembaga Wakaf Al-Azhar?
b. Bagaimana pelaksanaan strategi promosi program Sahabat Wakaf
pada Lembaga Wakaf Al-Azhar?
c. Bagaimana evaluasi strategi promosi Sahabat Wakaf pada Lembaga
Wakaf Al-Azhar?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diinginkan penulis dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui formulasi strategi promosi program Sahabat
Wakaf pada Lembaga Wakaf Al-Azhar.
b. Untuk mengetahui pelaksanaan Strategi Promosi program Sahabat
Wakaf pada Lembaga Wakaf Al-Azhar.
c. Untuk mengetahui evaluasi Strategi Promosi Program Sahabat
Wakaf pada Lembaga Wakaf Al-Azhar.
7
2. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang bisa diberikan dari penyusun antara lain
sebagai betikut:
a. Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan
pengetahuan ilmiah dibidang Manajemen Pengelolaan Wakaf secara
umumnya dan dalam promosi wakaf pada khususnya.
b. Akademis
Penelitain ini diharapkan dapat memberikan kajian yang
menarik dan dapat menambah wawasan khazanah keilmuan bagi para
pembaca khususnya mahasiswa Manajeman Dakwah, serta dapat
berguna bagi banyak pihak terutama sebagai tambahan referensi atau
perbandingan bagi studi-studi yang akan datang.
c. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan baru
dan memberikan motivasi bagi para praktisi yang konkrit terhadap
perkembangan Ilmu Marketing atau lebih khusus mengenai strategi
promosi.
d. Lembaga terkait
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi Wakaf Al-Azhar secara umum, dan menjadi bahan kajian Divisi
Marketing dan Tim Duabelas Wakaf Al-Azhar yang menangani hal ini
8
secara khusus, agar mampu mempertahankan kinerja yang sudah baik
dan memaksimalkan kinerja yang belum optimal.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. adalah
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.9 Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis berharap dapat
memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau dari sifat penyajian
datanya, penulis menggunakan metode deskriptif yang mana metode
deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesis.10
2. Subyek dan Objek Penelitian
a. Subyek Penelitian ini adalah Hendra Yuliano, SPA sebagai
Direktur Marketing Wakaf Al-Azhar, Hasbiallah Khatim sebagai
Koordinator Sahabat Wakaf dan Ketua Tim duabelas dan Sahabat
Wakaf Al-Azhar dan Sahabat Wakaf Al-Azhar.
b. Objek Penelitian ini adalah Strategi Promosi program Sahabat
Wakaf pada Lembaga Wakaf Al-Azhar.
9 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), h. 4. 10
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analistik Statistik
(Bandung: PT. Rosdakarya, 2002), h.24.
9
3. Tempat Penelitian
Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Wakaf Al-Azhar
Jalan Sisingamangaraja, Gedung Sekolah lantai Delapan, Komplek
Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
4. Sumber Data
Data yang penulis diperoleh adalah data primer dan data sekunder.
Data primer bersumber dari wawancara dengan pihak terkait, yaitu pihak
Wakaf Al-Azhar. Sedangkan data sekunder merupakan data yang
diperoleh dari literature lain di antaranya Al-Quran, hadits, Undang-
undang, makalah-makalah, berosur-brosur dan lain-lain.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data penelitian dilakukan
dengan mencari data penelitian diperpustakan dan data penelitian
lapangan mengenai strategi promosi program sahabat wakaf pada lembaga
Wakaf Al-Azhar.
a. Penelitian kepustakaan (library research), taitu dengan membaca
literature yang ada di perpustakaan, yang berkaitan dengan
masalah Strategi Promosi dengan merumuskan teori, pendapat,
definisi dan lain-lain.
b. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang
dilakukan penulis terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh
data yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.
Penelitian ini dilakukan dengan teknik sebagai berikut:
1) Wawancara
10
Wawancara, teknik pengambilan data dengan
menggunakan metode tanya-jawab yang dilakukan antara
peneliti dan pihak Wakaf Al-Azhar.
2) Observasi
Observasi, metode pengumpulan data dimana peneliti
mencatat informasi sebagaimana yang disaksikan selama
penelitian. Penyaksian terhadap pristiwa-pristiwa itu yang
bisa dengan melihat, mendengarkan, merasakan, yang
kamudian dicatat secara obyektif. Penulis melakukan
penelitian dengan cara mengamati langsung terhadap suatu
yang terkait dengan Strategi Promosi program Sahabat
Wakaf Al-Azhar.
3) Dokumentasi, yaitu penulis mengumpulkan informasi
berupa: data, hasil wawancara, foto kegiatan dll.
4) Teknik Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, maka langkah-langkah selanjutnya
penulis mengelola data dengan cara editing, yaitu kegiatan
mempelajari berkas-berkas data yang telah terkumpul,
sehingga keseluruhan berkas itu dapat diketahui dan dapat
dinyatakan baik.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan proses pencarian dan pengaturan
secara sistemik dari hasil wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan
11
yang dikumpulkan untu meningkatkan pamahaman terhadap semua hal
dikumpulakn dan memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan.11
Dalam menganalisis data penelitian kualitatif, terdapat tiga tahapan
yang dilakukan, yaitu:
a. Reduksi data (data reduction)
Mereduksi data merupapkan kegiana merangkum, memilih hal-hal
pokok, memfokuskan pada hal-hal penting dan mencari tema dan
polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data.
b. Paparan data (data display)
Langkah selanjutnya setelah direduksi adalah memaparkan data.
Paparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun dan memberi
kemungkinan pemahaman khusus dan sebagai acuan mengambil
tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data. Data
penelitian ini disajiakn dalam bentuk uraian yang didukung
dengan matriks jaringan kerja.
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conculation
drawing/verifying)
Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab
fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan
disajikan delam bentuk deskriptif obyek penelitian mengenai
strategi promosi Sahabat Wakaf Al-Azhar.
11
Imam, Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktek,(Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013), h. 211.
12
E. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman dan mengacu pada
buku “Pedoman Penulisan Karyah Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh CEQDA (Center for
Quality Development and Assurance), April 2007, Cet Ke-2.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitaian mengenai strategi promosi program Sahabat Wakaf Al-
Azhar belum pernah dilakukan, nemun peneliti menemukan beberapa skripsi
yang menggunakan teori serupa yang kemudian menjadi kerangka berfikir
peneliti dalam melakukan penelitian ini, tinjauan pustaka tersebut adalah :
1. Skripsi Strategi Promosi PT. Bank Syariah Mega Indonesia cabang
Rawamangun dalam meningkatkan pembiayaan murabahah yang
dilakukan oleh Jeddy Octora Lausu Mahasiswa Konsentrasi
Perbankan Syariah Program Studi Muamalah Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Syarif Hudayatullah Jakarta. 2011. Dalam penelitianya
Jeddy Octora Lausu menemukan bahwa Strategi promosi produk
pembiayaan khususnya murabahah PT. Bank Syariah Mega
Indonesia cabang Rawamangun menggunakan berbagai macam
strategi dari tingkat korporasi hingga unit bisnis.
Dalam hal mempromosikan produk pembiayaan murabahah
PT. Bank Syariah Mega Indonesia cabang Rawamangun
mengoperasikan unit pembiayaan yang menajemennya dipisahkan
dengan unit penghimpunan dana dan mengerjakan tenaga-tenaga
13
penjual berpengalaman, terhadap para tenaga penjual menerapkan
sistem bonus dan intensif terhadap keberhasilanya dalam
mendapatkan nasabah pembiayaan.
Persamaannya adalah sama-sama menggunakan teori
strategi promosi dengan mengerjakan tenaga-tenaga penjual
berpengalaman.
Perbedaannya. skripsi diatas bahwa jika Bank Syariah
Mega Indonesia cabang Rawamangun mengerjakan tenaga-tenaga
penjual berpengalaman, terhadap para tenaga penjual menerapkan
sistem bonus dan intensif terhadap keberhasilanya dalam
mendapatkan nasabah pembiayaan. Sedangkan Sahabat Wakaf Al-
Ahar sebagai tenaga penjual/promotor menerapkan sistem
pembagian antara pokok wakaf dan biaya operasional wakaf sesuai
ketentuan kemudian sebagian menjadi fee sebagai hasil dari
penjualan.
2. Skripsi strategi promosi event Islamic book fair 2011 ikatan penerbit
Indonesia (IKAPI) Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam
meningkatkan jumlah pengunjung yang dilakukan oleh Melchy
Satria NIM 1080053000025 Program Studi Manajemen Dakwah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2014. Dalam penelitianya strategi promosi yang
dilakukan IKAPI DKI Jakarta adalah dengan melakukan identifikasi
audiens melalui penentuan target segmentasi para pengunjung yang
dituju.
14
Untuk memaksimalkan promosi, IKAPI DKI Jakarta
melakukan metode komunikasi personal dan non personal yang
dilakukan oleh panitia bekerjasama dengan media cetak, elektronik
dan internet. Hasil dari strategi promosi yang dilakukan panitia
adalah terjadinya peningkatan jumlah pengunjung di setiap tahunya.
Persamaannya adalah sama-sama menggunakan strategi
promosi dengan melakukan identifikasi target pasar dan
menggunakan metode komunikasi personal.
Perbedaanya skripsi diatas bahwa jika IKAPI DKI Jakarta
dalam hal promosi bekerjasama dengan media cetak dan elektronik
yang menjadi alat utama, sedangkan Sahabat Wakaf Al-Azhar
mengutamakan tenaga-tenaga penjual professional yang
berpengalaman dan menempati posisi penting di lingkup kerjanya.
3. Skripsi pengaruh promosi terhadap jumlah nasabah BMT
Cengkareng Syariah Mandiri (BSCM) Jakarta Barat yang dilakukan
oleh Mawar Juwita NIM : 105046101561 konsentrasi Perbankan
Syariah jurusan Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. Dalam
penelitianya ingin mengetahui tentang pengaruh atau korelasi biaya
promosi terhadap peningkatan jumlah nasabah secara teoritis dan
promosi dalam meningkatkan jumlah nasabah yang dilakukan oleh
BMT Cengkareng Syariah Mandiri (CSM) Jakarta Barat dan
gambaran promosi yang dilakukan oleh BMT Cengkareng Syariah
Mandiri (CSM) Jakarta Barat dalam empat tahun terakhir.
15
Hasilnya, secara umum menunjukan bahwa biaya promosi
tidak berpengaruh terhadap jumlah nasabah tetapi promosi itu sendiri
dapat meningkatkan jumlah nasabah, ini terbukti dari tahun ke tahun
jumlah nasabah mengalami peningkata karena BCSM menggunakan
konsep promosi kreatif dengan biaya promosi seminimal mungkin.
Persamaannya adalah sama-sama menggunakan teori
promosi dalam meningkatkan jumlah nasabah/wakif dengan
menggunakan strategi promosi kreatif dan promosi itu sendiri dapat
meningkatkan jumlah nasabah, ini terbukti dari tahun ke tahun
jumlah nasabah mengalami peningkatan.
Perbedaanya, skripsi diatas secara bahwa jika BMT
Cengkareng Syariah Mandiri (CSM) Jakarta Barat menguji teori
tentang pengaruh biaya promosi tidak berpengaruh terhadap jumlah
nasabah karena BCSM menggunakan biaya promosi seminimal
mungkin, sedangkan Sahabat Wakaf Al-Azhar mempraktikan teori
tentang konsep promosi melalui pemanfaatan agen-agen promosi
yang professional dan berpengalaman dengan biaya promosi
debebankan kepada para agen-agen tersebut, sehinga lembaga tidak
mengeluarkan biaya promosi untuk kegiatan promosi wakaf.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan penelitain ini secara keseluruhan,
maka diperlukan suatu sistematika panyusunan. Adapun sistematika
penyusunan yang dimaksud adalah:
16
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang pendahuluan sebagai pengantar skripsi secara
keseluruhan. Bab ini meliputi Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Strategi, Promosi, Strategi
Promosi, dan Wakaf.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR
Bab ini menejalaskan tentang gambaran umum, Sejarah Berdirinya
Wakaf Al-Azhar, Visi dan Misi Wakaf Al-Azhar, Struktur
Organisasi Wakaf Al-Azhar, Deskripsi Sahabat Wakaf Al-Azhar
dan Produk Wakaf Al-Azhar.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
Bab ini meliputi temuan dan hasil formulasi strategi promosi
program Sahabat Wakaf pada Lembaga Wakaf Al-Azhar,
Bagaimana pelaksanaan Strategi Promosi program Sahabat Wakaf
pada Lembaga Wakaf Al-Azhar dan evaluasi strategi promosi
Program Sahabat Wakaf.
BAB V PENUTUP
Meliputi kesimpulan penelitian secara keseluruhan dan saran-saran
yang bersifat membangun bagi perkembangan Wakaf Al-Azhar.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. STRATEGI
1. Pengertian Strategi
Dikutip dalam buku Manajemen Strategik, menyebutkan pada
awalnya Strategi (strategy) didefinisikan sebagai cara untuk mencapai
tujuan (way to achrive ends).1 Dikutip oleh Ismail Solihin, sebagai
sebuah kosa kata pada mulanya berasal dari bahasa yunani, yaitu
„strategos‟ ini berasal dari kata „stratos‟ yang berarti militer dan „ag‟
yang artinya memimpin. Purnomo dan Zulkieflimansyah yang dikutip
oleh Tegus Santoso dalam buku yang berjudul Marketing Strategik
mengatakan bahwa Sebagai sebuah kata, strategi mungkin memiliki usia
kata yang lebih tua dari dari istilah manajemen. 2
Menurut Sondang Siagian, strategi adalah cara yang terbaik
untuk mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia sesuai
dengan tuntutan perubahan lingkungan3
Oxford English Dictionary mengandung arti, Seni seorang
panglima tertinggi: seni memproyeksikan dan mengarahkan gerakan-
gerakan yeng lebih besar dari militer dan pengoperasian suatu
kampanye”. Arti kata lain ini sekilas menunjukan relasional yang lemah
dengan penggunaannya dalam bisnis dan manajemen. sesuai pernyataan
1 Ismail Solihin, Manajemen Strategik, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2012), h. 24
2 Teguh Santoso, Marketing Strategic, (Jakarta : Oriza, 2011), h. 12.
3 Sondang Siagian, Analis Serta Perumusan Kebijak sanaan dan Strategi Organisasi,
(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1998) Cet. Ke-2, h. 17.
17
bahwa strategi dalam konteks bahasa lebih dekat dengan bidang
kemiliteran.4 Strategi dalam dunia militer adalah sebagai cara yang
digunakan oleh panglima perang untuk mengalahkan musuh dalam suatu
peperangan (war). Sedangkan cara yang digunakan oleh pasukan
pasukan untuk memenangkan pertempuran (battle) sisebut dengan istilah
taktik.5
Menurut Alfred handler, yang dikutip dari Manajenen Strategik,
adalah Penentuan tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan dan
penerapan tindakan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan tujuan-tujuan.6
Manurut Michael Amstrong, dikutip dalam kumpulan buku The
Art HRD yang dikutip dari Teguh Santoso, menambahkan bahwa
setidaknya terdapat tiga pengertian strategi. Pertama, strategi merupakan
deklarasi maksud yang mendefinisikan cara untuk mencapai tujuan, dan
memperhatikan dengan sungguh-sungguh alokasi sumber daya
perusahaan yang penting untuk jangka panjang dan mencocokan sumber
daya dan kapabilitas dengan lingkungan eksterbal. Kedua, strategi
merupakan persepektif dimana isu kritis atau faktor keberhasilan dapat di
bicarakan, serta keputusan strategis bertujuan untuk membuat dampak
yang besar serta jangka panjang kepada perilaku dan keberhasilan
organisasi. Ketiga, strategi pada dasarnya adalah mengenai penetapan
tujuan (tujuan strategis) dan mengalokasikan atau menyesuaikan sumber
4 Teguh Santoso, Marketing Strategic, h. 12.
5 Ismail Solihin, Manajemen Strategik,, h. 24.
6 Ismail Solihin, Manajemen Strategik,, h. 24.
18
daya dengan peluang (strategi berbasis sumber daya) sehingga dapat
mencapai kesesuaian strategis antara tujuan strategis dan basis dayanya.7
Berdasarkan keseluruhan pengertian diatas, maka strategi dapat
di artikan sebagai berikut, Sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan
dan penerapan rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting
dalam mencapai tujuan dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan
kompetitif, komperaif dan sinergis yang ideal berkelanjutan, sebagai
arah, cakupan, dan persepektif jangka panjang keseluruhan yang ideal
dari individu atau organisasi.
2. Tahapan Formulasi Strategi
Formulasi strategi memerlukan tahapan-tahapan tertentu untuk
di penuhi. Berdasarkan rumusan penelitian terakhir dari pengertian
strategi pada sub bab sebelumnya, maka ada beberapa tahapan umum
yang perlu di perhatikan dalam merumuskan suatu strategi, yaitu:
a. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal
Membangun strategi bersaing yang berhasil dan mengharuskan
perusahaan memperbesar kekuatan untuk mengatasi kelemahan.
Kekuatan merupakan kondisi internal positif yang memberikan
keuntungan yang relatif dari pesaing kepada perusahaan. Peluang
adalah kondisi sekarang atau masa depa dengan lingkungna yang
menguntungkan organisasi. Ancaman adalah kekuatan eksternal
7 Teguh Santoso, Marketing Strategic, h. 15-16.
19
negative yang merintangi kemampuan perusahaan untuk
mencapai misi sasaran, dan tujuan perusahaan. 8
b. Mengembangkan visi dan misi yang jelas
Visi adalah mimpi yang ingin diwujudkan perusahaan di masa
depan. Visi memberikan gambaran jelas mengenai kemana arah
organisasi melangkah. Tanpa misi, perusahaan tidak memiliki
panduan mengenai jalan di masa depan tersebut. Oleh karena itu
perusahaan perlu merumuskan visi da misi yang mudah dipahami,
dapat memberikan spirit dan berdimensi jangaka panjang. 9
c. Menetapkan tujuan dasar dan strategis.
Suatu tujuan dasar dan sasaran di katakana strategis apabila
seoptimal mungkin mampu mempertegas arah, cakupan, dan
persepektif jangka panjang secara keseluruhan dari suatu
organisasi atau individu. 10
d. Menyusun perencanaan tindakan (action plan).
Dalam dua konteks penyusunan strategi, ada dua tipe rencana
yang harus di perhatikan. Pertama, rencana konsepsional atau
teoritis, sebagai rencana yang ideal dan diharapkan dapat
terwujud. Kedua, rencana tindakan atau action plan, yang lebih
mendasarkan faktor-faktor lapangan dengan segala perkiraan
distorsi yang mungkin terjadi.11
e. Menyusun rencana pemberdayaan (Resourcings Plan).
8 Musa habies, dan Muhammad Najib, Manajemen Strategik dalam Pengebangan Daya
Saing Organisasi, (Jakarta : PT. Gramedia, 2008), h. 23-24. 9 Musa habies, dan Muhammad Najib, Manajemen Strategik, h. 25.
10 Teguh Santoso, Marketing Strategic, h. 17.
11 Teguh Santoso, Marketing Strategic, h. 17.
20
Sebagai tahap berikut dari rencana tindakan, maka dalam konteks
penyusunan strategi, rencana alokasi sumber daya dilakukan
untuk mendukung keberhasilan atas setiap alternative rencana
tindakan, baik alokasi sumber daya untuk rencana A, rencana B,
maupun rencana C, rencana sumber daya atau resours plan
menurut isinya atau content mencangkup rencana alokasi sumber
saya manusia dan rencana alokasi sumber daya infrastruktur.12
f. Mempertimbangkan kelanjutan.
Keberlanjutan suatu strategi yang di tetapkan oleh suatu
perusahaan akan memungkinkan sebuah perusahaan makin peka
terhadap perubahan. Globalisasi yang telah menyebabkan
kompetisi antar perusahaan mampu melewati batas-batas teritorial
menuntut perusahaan mampu mengendalikan situasi dengan
strategi yang antisipatif dan keberlanjutan.13
3. Tahapan Pelaksanaan Strategi
Tahapan penting setelah perumusan strategi adalah tahapan
pelaksanaan atai implementasi startegi. Pelaksanaan strategi adalah
proses ketika rencana direalisasi. Pelaksanaan stratehi butuh kemampuan
menejerial, ada beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh lembaga
sebagai berikut:
a) Penetapan tujuan tahunan
Menetapkan tujuan tahunan adalah aktivitas yang yang
terdesentraliasi yang melibatkan seluruh manajer yang ada di
12
Teguh Santoso, Marketing Strategic, h. 17. 13
Teguh Santoso, Marketing Strategic, h. 17.
21
organisasi secara lamgsung. Partisipasi aktif dalam membuat tujuan
tahunan dapat menimbulkan komitmen dan penerimaan.14
b) Perumusan kebijakan
Perubahan dalam arah strategis perusahaan tidak timbul secara
otomatis. Dalam kenyataan sehari-hari, kebijakan dibutuhkan untuk
membuat strategi bekerja. Kebijakan menjembatani pemecahan
masalah dan memandu pelaksanaan strategi. Definisi umumnya,
kebijakan mengacu pada panduan spesifik, metode, prosedur,
aturan, formulir, dan praktik administrasi yang dibuat untuk
mendukung dan mendorong pekerjaan melalui tujuan yang telah
ditetapkan.15
c) Memotivasi pekerja
Pelaksanaan strategi adalah proses aksi yang membutuhkan
dukungan dari semua staf dan karyawan. Proses motivasi perlu
dilakukan agar karyawan mendukung secara penuh strategi yang
akan dan sedang dijalankan.16
d) Alokasi sumber daya
Sumber daya yang perlu dialokasikan kembali untuk mencapai
tujuan-tujuan strategi yang baru adadlah keuangan, teknologi, dan
sumber daya manusianya. Perubahan strategi sangat mengkin
membutuhkan perubahan alokasi sumberdaya karena adanya
14
Fred R, David, Strategic Management, Penerjemah Ichsan Setiyo Budi (Jakarta:
Penerbit Salemba Empat, 2006), Buku 1Edisi 10, h. 341. 15
Fred R, David, Strategic Management, h. 343-344. 16
Musa habies, dan Muhammad Najib, Manajemen Strategik,, h. 27.
22
perubahan prioritas-prioritas dalam aktivitas yang akan
dilaksanakan.17
4. Tahapan Evaluasi Strategi
Tahapan ini adalah tahapan terakhir, evaluasi strategi adalah proses yang
ditunjukan untuk memastikan apakah tindakan-tindakan strategic yang
dilakukan lembaga sudah sesuai dengan perumusan strategi yang telah
dibuat atau ditetapkan. Dalam proses evaluasi strategi ini, ada beberapa
hal yang harus dilakukan lembaga/perusahaan : 18
a) Meninjau kembali permasalahan eksternal dan internal yang terjadi
saat ini, apakah terjadi perubahan-perubahan pada saat startegi
dirumuskan.
b) Adanya pengukuran kemampuan atau kinerja perusahaan dengan
memastikan kembali, apakah sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
c) Melakukan perbaikan-perbaikan untuk perkembangan lembaga/
perusahaan.
d) Membantu untuk mengembangkan model dimasa mendatang.
B. PROMOSI
1. Pengertian Promosi
Promosi sebagai sebuah kata memang sudah tidak asing lagi
ditelinga orang Indonesia. Kata promosi merupakan kata adopsi dari
bahasa inggris yaitu promote, yang juga mengadopsi dari bahasa
17
Fred R, David, Strategic Management, h. 346-347. 18
Musa habies, dan Muhammad Najib, Manajemen Strategik,, h. 28.
23
Yunani yaitu Promore. Secara sederhana promosi dapat diartikan
sebagaimana diungkapkan Rendra Widyatama dalam buku “Pengantar
Periklanan”-nya, upaya menyampaikan suatu pesan tentang hal yang
kurang dikenal sehingga menjadi dikenal oleh publik.
Berikut beberapa pengertian promosi:
Menurut A. Hamdani seperti dikutip oleh Danang Suntoyo bahwa
Promosi merupakan salah satu variable dalam bauran pemasaran yang
sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk.
Kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara
perusahaan dengan konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk
mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian atau penggunaan
produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginanya. 19
Menurut Willian J.Stanton seperti dikutip oleh Danang Suntoyo
bahwa Promosi adalah unsur dalam bauran pemasaran perusahaan yang
didayagunakan untuk memberitahukan, membujuk, dan meningkatkan
tentang produk perusahaan (Promotions is the element an organization‟s
marketing mix that serves to inform, presude, and remind the market or
the organization and or its products).20
Menurut Indriyo Gitosudarmo seperti dikutip oleh Danang Suntoyo
bahwa Promosi adalah merupakan kegiatan yang ditunjukan untuk
mempengaruhi konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk
yang ditawarkan oleh perusahaan kepada mereka dan kemudian mereka
menjadi senang lalu membeli produk tersebut. Adapun alat-alat yang dapat
19
Danang Suntoyo, Teori, Kuesioner dan Analisis Data Untuk Pemasaran dan Perilaku
Konsumen Edisi Pertama Cet. Pertama, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 19 20
Danang Suntoyo, Teori, Kuesioner, h. 19.
24
dipergunakan untuk mempromosikan suatu produk dapat dipilih beberapa
cara yaitu iklan, promosi penjualan, publisitas, personal selling yang
disebut bauran promosi.21
Berdasarkan keseluruhan pengertian diatas, maka strategi dapat
di artikan sebagai berikut :
Promosi adalah salah satu variabel dalam bauran pemasaran yang
bertujuan untuk memberitahukan, membujuk, dan meningkatkan tentang
produk perusahaan. Adapun alat-alat yang dapat dipergunakan untuk
mempromosikan suatu produk dapat dipilih beberapa cara yaitu iklan,
promosi penjualan, publisitas, personal selling yang disebut bauran
promosi.
2. Fungsi dan Tujuan Promosi
Setiap perusahaan berusaha untuk dapat mencapai tingkat
perjualan yang optimal sesuai yang diharapkan setelah melakukan
kegiatan-kegiatan berbagai jenis promosi.
Promosi berfungsi sebagai sarana mempengaruhi kesuksesan
penjualan suatu produk, perusahaan mengharapkan kegiatan promosi yang
dilakukan adalah untuk meningkatkan tujuan perusahaan dan secara
umum tujuan perusahaan adalah memproleh keuntungan yang sebesar-
besarnya.
Adapun tujuan promosi adalah sebagai berikut:22
a. Menginformasikan (informing) mengenai keberadaan suatu
produk.
21
Danang Suntoyo, Teori, Kuesioner, h. 19. 22
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 1998), Cet.3 h. 221.
25
b. Membujuk pelanggan sasaran untuk (persuading) untuk
mendoron pembeli belanja saat itu juga.
c. Mengingatkan (reminding) para pelanggan pada manfaat
yang tela diperoleh setelah menggunakan produk tersebut dan
tertarik untu membelinya kembali.
Maka dari pendapat di atas secara singkat promosi berkaitan
denga upaya untuk mengarahkan seseorang agar dapat mengenal
produ perusahaan, memahaminya, berubah sikap, menyukai, yakin dan
kemudia membeli dan selalu ingat akan produk tersebut.
3. Bauran Promosi
Kegiatan promosi promosi dapat dilakukan dengan beberapa cara
yang disebut bauran promosi, adalah unsur dalam bauran pemasaran
perusahaan yang didayagunakan untuk memberitahukan, membujuk, dan
meningkatkan tentang produk perusahaan.
Berikut pengertian bauran promosi dikutip dari Lingga Purnama
dalam buku Strategic Marketing Plan bahwa Bauran promosi meliputi
periklanan (advertising), penjualan perorangan (personal selling), promosi
penjualan (sales promotion). Publisitas dan hubungan masyarakat
(Publicity and public relation), dan pemasaran langsung (direct
marketing). 23
a. Periklanan (advertising)
23
Lingga Purnama, Strategic Marketing Plan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2001), h. 155.
26
Pengertian periklanan merupakan salah satu bentuk dari
komunikasi impersonal yang digunakan oleh perusahaan barang
atau jasa. Adapun periklanan diantaranya yaitu :24
1) Iklan yang bersifat memberikan informasi secara penjang
lebar menerangkan produk dalam tahap rintisan (pengenalan)
untuk menciptkan permintaan atas produk tersebut
2) Iklan membujuk yaitu iklan yang menjadi penting dalam
situasi persaingan dimana sasaran perusahaan adalah
menciptakan permintaan yang selektif akan merek tertentu.
3) Iklan pengingat yaitu iklan menjadi penting dalam tahap
kedewasaan suatu produk untuk menjaga agar konsumen
selalu ingat akan produk tersebut.
4) Iklan pemantapan yaitu ialn yang berusaha meyakinkan para
pembeli bahwa mereka telah mengambil pilihan yang tepat.
b. Penjualan perorangan (Personal selling)
Sifat penjualan perseorangan dapat dikatakan lebih fleksibel karena
penjualan dapat secara langsung menyesuaikan penawaran
penjualan dengan kebutuhan dan perilaku masing-masing calon
pembeli. Penjualan perseorangan pempunyai peran penting dalam
pemasaran produk, karena interaksi secara personal antara penyedia
prodik dan konsumen angat penting, produk tersebut disediakan
oleh orang bukan oleh mesin, dan orang merupakan bagian dari
produk.25
24
Danang Suntoyo, Teori, Kuesioner, h. 19. 25
Danang Suntoyo, Teori, Kuesioner, h. 19.
27
c. Promosi Penjualan
Pengertian promosi penjualan adalah promosi penjualan yang
merupakan insentif jangka pendek dalam aktivitas promosi untuk
merangsang suatu produk dengan cara yang berfariasi, seperti
pameran dagang, insentif penjualan, kupon, dan sebagainya.26
d. Hubungan Masyarakat (Public relation)
Pengertian hubungan masyarakat adalah merupakan kiat pemasaran
penting lainnya dimana perusahaan tidak hanya harus berhubungan
dengan pelanggan, pemasok dan penyalur, tetapi juga harus
berhubungan dengan kumpulan kepentingan public yang lebih
besar. Program hubungan masyarakat antara lain publikasi, acara-
acara penting, hubungan dengan investor, pemeran dan
mensponsori beberapa acara.27
e. Pemasaran langsung (Direct marketing)
Penegertian pemasaran langsung adalah merupakan unsur terakhir
dalam bauran komunikasi dan promosi. Pemasaran langsung ada
enam macam yaitu : direct mail, mail order, direct response, direct
selling, telemarketing, dan digital marketing.28
C. STRATEGI PROMOSI
1. Pengertian Strategi Promosi
26
Lingga Purnama, Strategic Marketing Plan, h. 171. 27
Danang Suntoyo, Teori, Kuesioner, h. 19. 28
Lingga Purnama, Strategic Marketing Plan, h. 182.
28
Dalam buku Pemasaran buku 2, Charles W Lamb, Joseph F.
Hair, McDanel mengartikan strategi promosi adalah suatu rencana untuk
penggunaan yang optimal atas sejumlah elemen-elemen promosi:
periklanan, hubungan masyarakat, penjualan peribadi dan promosi
penjualan. Para manager pemasaran menentukan tujuan dari strategi
promosi penjualan dari sudut tujuan keseluruhan peruahaan bagi bauran
pemasaran-produk, tempat (distribusi), promosi, dan harga. Dengan
menggunakan secara keseluruhan, para pemasar menggabungkan elemen
dari strategi promosi (bauran promosi) dalam satu rencana yang
terkoordinasi.29
Menurut Moekijat, strategi promosi adalah kegiatan perusahaan
untuk mendorong penjualan dengan melakukan komunikasi-komunikasi
yang meyakinkan kepada para pembeli.30
Berdasarkan keseluruhan pengertian diatas, maka strategi dapat
di artikan sebagai berikut :
Strategi promosi adalah suatu rencana untuk penggunaan yang
optimal atas sejumlah elemen-elemen promosi: periklanan, hubungan
masyarakat, penjualan pribadi dan promosi penjualan yang bertujuan
untuk mendorong penjualan dengan melakukan komunikasi-komunikasi
yang meyakinkan kepada para pembeli.
2. Sasaran Strategi Promosi dan Konsep AIDA
29
Lamb, Hair, McDaniel, Pemasaran 2 Edisi 5, Penejemah : David Octarevia, (Jakarta:
Salemba Empat, 2001), h. 143 30
Venensa, Strategi Promosi, artikel diakses pada 11 Juni 2015 dari logger-
vens.blogspot.com/2013/01/strategi-promosi.html
29
Tujuan akhir dari beberapa strategi promosi adalah untuk
mendapatkan seseorang untuk membeli suatu produk maupun jasa atau,
dalam kasus organisasi nirlaba, untuk mengambil beberapa tindakan.
Model klasik untuk menjangkau tujuan promosi disebut dengan konsep
AIDA. Singkatan dari Awerness (kesadaran), Interest (minat), Desire
(keinginan), dan Action (tindakan) tahapan keterlibatan konsumen
dengan suatu pesan promosi. 31
Model ini mengajukan bahwa para konsumen memberi respon
kepada pesan pemasaran dalam urutan kognitif (bepikir), afektif
(perasaan), dan konatif (melakukan). Pertama, manajer promosi menarik
perhatian seseorang dengan (dalam penjualan pribadi) suara yang keras,
perbedaan yang tidak biasa, judul tebal, gerakan, warna yang terang, dan
seterusnya. Berikutnya, suatu penetrasi pejualan yang baik, demonstrasi,
atau iklan menciptakan minat terhadap produk kemudian, dengan
menggunakan ilustrasi bagaimana fitur produk akan memuaskan
kebutuhan konsumen, keinginan. Akhirnya, suatu penawaran khusus atau
penutupan penjualan yang kuat untuk memperoleh tindakan pembelian.32
Konsep AIDA mengasumsikan bahwa promosi mendorong
konsumen memasuki empat langkah berikut ini dalam proses keputusan
pembelian:33
1. Awareness (kesadaran): Pemasang iklan/prmotor harus pertama
kali mencapai kesadaran dengan target pasar/sasaran. Sebuah
31
Lamb, Hair, McDaniel, Pemasaran 2 Edisi 5, h. 159 32
Lamb, Hair, McDaniel, Pemasaran 2 Edisi 5, h. 159 33
Lamb, Hair, McDaniel, Pemasaran 2 Edisi 5, h. 159-160
30
perusahaan tidak dapat menjual sesuatu jika pasar/sasaran tidak
tahu produk atau jasa tersebut ada.
2. Interest (minat): Kesadaran sederhana dari suatu merek jarang
mengarah pada suatu penjualan. Langkah berikutnya adalah
menciptakan minat pada produk.
3. Desire (keinginan): Langkah atau tahapan selanjutnya adalah
membuat pasar/sasaran mempunyai keinginan dan merasa
mempunyai kebutuhan akan produk yang di promosikan.
4. Action (tindakan): thapan terakhir adalah diharapkan dapat
menimbulkan tindakan dari target yang membeli produk atau
jasa yang ditawarkan oleh suatu promosi.
Sebagian besar pembeli terlibat dalam situasi pembelian dengan
tingkat keterlibatan yang tinggi melalui empat tahapan dari model AIDA
dalam perjalanan untuk membuat keputusan pembelian. Tugas pembuat
iklan adalah menentukan tahapan di manakah tangga pembelian
konsumen terletak dan merancang suatu rencana promosi yang
memenuhi kebutuhan mereka promosi mempengaruhi keputusan
pembelian. Model ini menyarankan bahwa efektifitas promosi dapat
diukur sehubungan dengan tingkat kemajuan konsumen dari satu tahap
ke tahap selanjutnya. Bagaimanapun. Urutan tahapan dalam model ini
dan juga apakah konsumen mengikuti semua tahapan ini. Misalnya,
ketika pembelian dapat terjadi tanpa tertarik atau keinginan, barangkali
ketika suatu produk dengan melibatkan yang rendah dibeli terjadi karena
dorongan hati. Terlepas dari urutan tahapan pembelian diatas atau
31
kemajuan konsumen malalui tahapan ini, konsep AIDA membantu para
pemasar menyarakna strategi promosi mana yang paling efektif.
Berikut saat elemen-elemen promosi yang paling efektif
menurut konsep AIDA :34
Tabel 2.1
Konsep AIDA
Kesadaran
(Awareness)
Minat
(Interest)
Keinginan
(Desire)
Tindakan
(Action)
Penjualan
Pribadi
Agak efektif Sangat
efektif
Sangat
efektif
Agak
efektif
Periklanan Sangat
efektif
Sangat
efektif
Agak efektif Tidak
efektif
Promosi
Penjualan
Agak efektif Agak
efektif
Sangat
efektif
Sangat
efektif
Hubungan
Masyarakat
Sangat
efektif
Sangat
efektif
Sangat
efektif
Tidak
efektif
D. WAKAF
a. Pengertian Wakaf
Wakaf secara epistimologi, wakaf berasal dari Bahasa Arab, yaitu
waqafa-yaqif-waqfan dan aqwafa-yuqif-iqafan yang berarti “menahan”
atau “berhenti”, “berdiri” atau “diam di tempat”, artinya menahan harta
untuk diwakafkan atau menahannya untuk tidak dipindah milikkan.
34
Lamb, Hair, McDaniel, Pemasaran 2 Edisi 5, h. 160
32
Secara terminologi, wakaf dapat diartikan sejenis pemberian yang
pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan pemilikan asal, lalu
menjadikan manfaatnya berlaku umum.
Sedangkan di Indonesia, pengertian wakaf sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf, yaitu: wakaf
adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah
dan/atau kesejahteran umum menurut syariah.35
b. Landasan Teologis Wakaf
Wakaf disyariatkan setelah Nabi Saw. Hijrah ke Madinah pad
tahun kedua hijriyah. Para fuqhoha bersepakat perintah wakaf tersirat
terdapat dalam beberapa firman Allah Swt. Karenanya mayoritas ulama
berpendapat bahwa hukum wakaf adalah sunnah mustahab (sangat
dianjurkan). Landasan teologis wakaf terdapat dalam al-Quran dan
Hadits. Diantaranya Al-quran surat Al-Imran (3) ayat 92, Allah Swt.
Berfirman : 36
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu
35 Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf,
2013), h. 2. 36
Kementrian Agama RI, Wakaf Uang dan Prospek Ekonomi di Indoesia, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2013), h. 14-
15.
33
cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya”.
Firman Allah dalam al-Quran surat Al-Baqarah (2) ayat 261 :
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya
dijalan Allah, serupa dengan sebutir benih, pada tiap-tiap butir benih
menumbuhkan seratus biji. Allah Swt melipatgandakan ganjaran bagi
siapa saja yang ia kehendaki. Dan Allah Maha luas lagi Maha
mengetahui.
Ayat-ayat tersebut diatas menjelaskan tentang anjuran untuk
menginfaqan harta yang diperoleh untuk mendapatkan pahala dan
kebaikan. Di samping itu, surat Al-Baqarah auat 261 telah menyebutkan
pahala yang berlipatganda yang akan diperoleh orang yang menginfakan
hartanya di jalan Allah.
Dalam beberapa hadits pun diceritakan nahwasanya praktek
wakaf telah dilakukan pada masa Nabi Muhammad Saw. Ada banyak
yang menceritakan, diantaranya sebuah hadits diriwayatkan oleh Imam
Muslim menjadi dasar bagi pelaksanaan wakaf. Wakaf adalah sadaqoh
jariyah sebagaimana hadits Nabi Muhammad Saw : 37
عي رح اث ل اى ر الل صل الل رس ادم اثي هبد ارا: قبل سل ن عل
قطع , جبرخ صذقخ , ثلس هي ال عول ا زفع علن ا , ث لذ ا صبلح
ل (هسلن را) ذع
37
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Edisi terjemahan, Penerjemah Harun Zen
dan Zenal Mutaqin, (Bandung : Penerbit Jabal, 2011) h. 232.
34
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila ada orang meninggal dunia
terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal, yaitu: Sedekah jariyah (yang
mengalir), atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang
mendoakan untuknya."(Hadits Riwayat Muslim)
Hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar
جر فأرى ب ثخ وب قبل: أصبة عور أرض الل ع عي اثي عور رض
سلن سزأهر صل الل عل اصجذ ال ج ل الل ا ب فقبل : ب رس ف
. ث فوب رأهر ذي ه فس ع ا جر لن أصت هبل قط ب ثخ ارض
سل ن, إى شئذ حجسذ اصلب ل الل صل ى الل عل فقبل ل رس
ق رصذ رس. ل ر ت ل ر ب ل رجبع ذ ثب فزصذ ق ثب عور, أ
ل الل سج ف قبة الر ف ف القرثى الفقراء رصذق ثب ف قبل
لب أى ف ل جبح على هي الض ل ج ف اثي الس ب ثبلوعر أكل ه
ل )را هسلن ر هزو طعن غ )
“Dari Ibnu Umar r.a, berkata : Umar memperbolehkan bagian
tanah di Khaibar, laluia menemui Rasulullah untuk memnta masukakn
soal cara mengurusnya. Umar berkata : “Wahai Rasulullah, aku
memperoleh tanah yang lebih baik dari padanya.” Rasulullah berkata:
“Jika engkau mau, wakafkanlah pohonya dan dengan syarat pohonya
tidak boleh dijual, diwariskan, dan diberikan. Sedangkan hasilnya
disedekahkan kepada kaum fakir, kaum kerabat, para hamba sahaya,
orang yang berada dijalan Allah, musafir yang kehabisan bekal, dan
tamu. Untuk pengelolaanya dibolehkan memakanya dengan sepantasnya
dan memberi makan sahabatnya yang tidak berharta. Hadits Mutttafaq
Aalaih dan lafalnya milik riwayat Muslim. Dalam riwayat Bukhari,
disebutkan: Bersedekahlah dengan pokoknya; tidak boleh dijual,
dihibahkan dan diwarisi, tetapi hasilya diinfakan (dibelanjakan). (HR.
Muslim).38
c. Rukun dan Syarat Wakaf
Dalam pandangan ulama fiqh, rukun adalah bagian dari suatu
hakikat. Abd al-Wahhab membagi rukun wakaf ke dalam empat bagian,
38
Muslim, Shahih Muslim (Riyadh: Darus-Salam, 1998), h. 117.
35
yaitu: (1) orang yang berwakaf, adalah pemilik harta benda yang
melakukan tindakan hukum, (2) harta yang diwakafkan (mauquf bih)
sebagai objek perbuatan hukum, (3) tujuan wakaf atau yang berhak
menerima wakaf (mauquf „alaih), dan (4) pernyataan atau ikrar wakaf
dari wakif (sighat wakaf).
Dengan demikian, rukun-rukun wakaf yang memenuhi syarat-
syarat sebagaimana disepakati oleh mayoritas ulama fiqh adalah sebagai
berikut: Pertama, syarat wakif (orang yang berwakaf). Syaratnya adalah
pemilik sah harta wakaf, berakal, baligh, dan sadar hukum. Kedua, syarat
mauquf bih (harta yang diwakafkan). Syarat harta yang diwakafkan harus
mutaqawwim (ada, jelas kepemilikannya, dan dapat dimanfaatkan) dan
aqar (benda tidak bergerak).
Ketiga, syarat mauquf „alaih (tujuan wakaf). Ada dua macam
mauquf „alaih, yaitu pihak tertentu dan pihak yang tidak tertentu.
Menurut Al-Ghazali, jika mauquf „alaih adalah orang tertentu, maka
sayaratnya adalah orang yang memiliki kelayakan dalam menerima
hadiah dan wasiat. Namun, jika mauquf „alaih bersifat umum, maka ia
harus memiliki nilai-nilai pendekatan kepada Allah, seperti sarana
ibadah, sarana pendidikan dan sarana sosial.39
Keempat, syarat sighat wakaf (ikrar wakaf). Hanafiyah
mensyaratkan sighat wakaf dengan kata-kata yang jelas dan sempurna
untuk menghindarkan permasalahan yang mungkin timbul dibelakang
hari, terutama dari ahli wakif. Imam Hanafi dan Hambali berpendapat
39 Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf,
2013), h. 18.
36
wakaf tidak memerlukan lafadz atau ikrar penerimaan (qabul).
Sedangkan Imam Syafi‟I dan Maliki berpendapat sebaliknya, yakni
wakaf memerlukan lafadz penerimaan (qabul).
d. Wakaf Produktif
Konsep wakaf produktif adalah bentuk pengembangan wakaf
yang dapat mendatangkan nilai ekonomis. Menurut DR. Mundzir Qahaf,
wakaf produktif adalah wakaf harta yang digunakan untuk kepentingan
produksi, baik di bidang pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa
manfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung, tetapi dari
keuntungan bersih hasil pengembangan wakaf yang diberikan kepada
orang-orang yang berhak sesuai dengan tujuan wakaf.40
Berdasarkan Undang-Undang No. 41 tahun 2004, pada Pasal 23
dijelaskan bahwasanya pengelolaan dan pengembangan harta benda
wakaf dilakukan secara produktif antara lain dengan cara pengumpulan,
investasi, penanaman modal, produksi, kemitraan, perdagangan,
agrobisnis, pertambangan, perindustrian, pengembangan teknologi,
pembangunan gedung, apartemen, rumah susun, pasar swalayan,
pertokoan, perkantoran, sarana pendidikan ataupun sarana kesehatan, dan
usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan syariah.41
40 Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Penerjemah: Muhyiddin Mas Rida, Cet.
1 Edisi Indonesia, (Jakarta: Khalifa, 2004), h. 23.
41
Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf,
2013), h. 33.
37
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR
A. Sejarah Singkat Lembaga Wakaf Al-Azhar
Wakaf Al-Azhar adalah pengelola wakaf yang dibentuk oleh Yayasan
Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar untuk mengembangkan serta mengelola
Wakaf Produktif dalam mendukung aktiftas pendidikan dan dakwah.
Beraktifitas dengan mendayagunakan sumber daya dan partisipasi
masyarakat, berorientasi pada produktifitas wakaf untuk mendukung YPI Al-
Azhar dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas serta pengembangan
dakwah agar lebih mendunia.1
Lembaga yang beralamat di Lingkungan Komplek Masjid Agung Al-
Azhar Kebayoran Baru ini tengah fokus pada penghimpunan dan
pemberdayaan harta wakaf produktif. Hasilnya belum terlalu signifikan,
karena menunggu proses dari memproduktifkan asset wakaf yang telah para
wakif percayakan kepada Wakaf Al-Azhar.
Wakaf Al-Azhar berdiri pada tahun 2010, lahir terinspirasi oleh
pengelolaan Wakaf Al-Azhar Kairo di Mesir yang berkembang pesat dengan
mengelola Wakaf Produktif berupa; Rumah Sakit, apartemen, hotel,
perkebunan serta menjalankan berbagai usaha sehingga dapat memberikan
beasiswa kepada 400.000 mahasiswa, memberikan insentif yang memadai
kepada 11.000 dosen dan mampu mengembangkan dakwah serta
mengirimkan banyak ulama ke mancanegara. Maka dengan dukungan semua
1 http://www.wakaf alazhar.or.id/hal/9-Tentang+Kami/ artikel diakses pada 24 Juni 2015.
38
pihak YPI Al-Azhar berikhtiar mengembangkan Wakaf Produktif sebagai
wujud pemberdayaan ekonomi ummat untuk masa depan Pendidikan dan
Dakwah.2
Pengelola Wakaf Al-Azhar melakukan aktifitas berdasarkan :3
SK YPI Al-Azhar
Nomor : 10/VIIKEP/YPIA-P/1431. 2010.
Ditetapkan di : Jakarta.
Pada Tanggal : 3 Sya’ban 1431 H/15 Juli 2010.
Tertanda : H. Hariri Hady (Ketua Umum) dan
H. Badruzzaman Busyairi (Sekretaris Umum).
1. Visi dan Misi4
a. Visi :
“Menjadi institusi pengelola wakaf yang profesional,
transparan dan dipercaya masyarakat serta mempunyai
kemampuan dan integritas untuk mengembangkan perwakafan
nasional”.
b. Misi :
“Menjadikan Wakaf Al-Azhar sebagai lembaga
profesional yang mampu mewujudkan potensi dan manfaat
ekonomi harta wakaf untuk mendukung kepentingan pendidikan
dan dakwah ditingkat Nasional serta Internasional”.
2 http://www.al-azhar.or.id/index.php/sosial/wakaf-alazhar, artikel di akses pada 24 Juni
2015. 3 http://www.al-azhar.or.id/, artikel di akses pada 24 Juni 2015.
4 http://www.al-azhar.or.id/, artikel di akses pada 24 Juni 2015.
39
2. Struktur Kelembagaan5
Bagan 3.1
Struktur Kelembagaan Wakaf Al-Azhar
Sumber : diolah dari berbagai sumber
5 http://www.al-azhar.or.id/, artikel di akses pada 20 Juli 2015.
40
B. Deskripsi Sahabat Wakaf Al-Azhar
Diprakarsai oleh Ustad Muhhamad Rofiq Thayyib Lubis yang saat ini
menjadi Direktur Lembaga Wakaf Al-Azhar, dan dengan bantuan beberapa
pihak, program sahabat wakaf Al-Azhar dibentuk di penghujung tahun 2011,
sebagai sarana yang dibentuk untuk mencapai tujuan besar Lembaga Wakaf
AL-Azhar dalam perkembangan pendidikan dan dakwah.6
Kurang dari tiga tahun berjalan, respon yang baik dan berjalanya proses
menemukan bentuk terbaik, program sahabat wakaf Al-Azhar terus
berkembang dan memperbaiki sistem. Berfokus pada penghimpunan harta
wakaf melalui syiar (promosi) produk wakaf Al-Azhar. tahap sosialisasi
wakaf secara produktif yang dilakukan oleh Lembaga Wakaf Al-Azhar harus
dilakukan secara berkesinambungan dan butuh banyak kepanjangan tangan,
hal ini beralasan sebab dewasa ini pemahaman masyarakat tentang wakaf
seputar pemakaman, sekolah, masjid dan sarana ibadah lannya, wakaf juga
identic dengan orang kaya, maka dari itu sosialisasi hingga promosi wakaf
harus dilakukan.7
Sebagaimana hadits Rasulullah :8
6 Hasil wawancara pribadi dengan Direktur Marketing, Hendra Yuliano pada 13 Mei
2015. 7 Hasil wawancara pribadi dengan Direktur Marketing, Hendra Yuliano pada 13 Mei
2015. 8 http://hadits.stiba.ac.id/?type=hadits&no=2598&imam=tirmidzi, artikel diakses pada 1
Juli 2015.
41
Artinya: “Telah bercerita kepada kami [Ali bin Hujr] telah mengkhabarkan
kepada kami [Isma'il bin Ja'far] dari [Al Ala' bin Abdurrahman] dari
[bapaknya] dari [Abu Hurairah] dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Barangsiapa menyeru kepada petunjuk maka dia
mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa
mengurangi pahala mereka sedikit pun, dan barangsiapa yang menyeru
kepada kesesatan maka dia mendapatkan dosa seperti dosa orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun". Abu Isa
berkata; 'Hadits ini hasan shahih".
Sahabat wakaf merupakan jabatan non struktural, diakomodir oleh
tim duabelas Wakaf Al-Azhar dan Divisi Marketing Wakaf Al-Azhar, kini
menjadi salah satu program untuk mencapai tujuan lembaga Wakaf Al-Azhar.
Sahabat wakaf bisa terus berkembang, hingga saat ini total mencapai 41
angkatan, setiap angkatan mencapai 10-15 orang, di isi oleh orang-orang
professional dibidang promosi, marketing, wirausaha, dai, dan lain
sebagainya.
Target-target wakaf Al-Azhar di jangka pendek, menengah dan
panjang bisa direalisasikan. Karena itu tidak mungkin dicapai secara cepat
kecuali program sahabat wakaf ini berjalan sesuai harapan.9
C. Produk Wakaf Produktif Al-Azhar
Setelah awal kemunculan, Wakaf Al-Azhar meluncurkan tagline
“Indonesia Berwakaf”, sejatinya agar syiar Wakaf Produktif Al-Azhar dapat
merambah keseluruh penjuru Indonesia. Kegiatan syiar wakaf secara
produktif harus terus menerus dikembangkan melalui berbagai inovasi produk
wakaf, bertujuan agar seluruh masyarakat Indonesia biasa berwakaf secara
produktif.
9 Hasil wawancara pribadi dengan Direktur Marketing, Hendra Yuliano pada 13 Mei
2015.
42
Saatnya Berjihad (singkatan dari Bangkitkan Ekonomi Rakyat Jadikan
Indonesia Hidup Aman dan Damai). Itulah yang menjadi tagline Wakaf Al-
Azhar di tahun 2014. Ada beberapa produk yang dikembangkan Wakaf Al
Azhar, diantaranya :
1. Wakaf Transportasi10
Wakaf Transportasi per Lembar Rp 25.000,- dengan rincian :
Rp 20.000/ unit + Rp 5.000 operasional.
Bisnis transportasi merupakan bisnis yang potensial
memberikan keuntungan. Bisnis ini terbagi-bagi berdasarkan jenis dan
segmennya. Berdasarkan jenisnya, bisnis transportasi terdiri atas
transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara. Peluang
usaha transportasi yang dibahas di sini adalah usaha transportasi darat,
karena permodalan dan manajemen usaha transportasi darat dapat
dikembangkan mulai dari skala kecil. Bisnis transportasi darat terbagi
lagi atas 4 jenis, yaitu usaha transportasi privat, semi privat, semi
umum, dan transportasi umum.
Transportasi privat contohnya usaha antar-jemput sekolah
ataupun karyawan. Usaha transportasi antar-jemput semacam ini dapat
dikendalikan sendiri dan memiliki tingkat kepastian usaha yang tinggi,
karena konsumen jasa antar-jemput biasanya adalah para langganan
yang membayar bulanan, seperti halnya usaha rental atau rumah kos-
kosan.
10
http:// www.wakafalazhar.or.id/produk/6-Wakaf+Transportasi/, artikel diakses pada 24
Juni 2015.
43
a) Usaha transportasi berikutnya adalah transportasi yang
sifatnya semi private, yaitu usaha rental mobil. Pada usaha
ini, mobil yang sedang disewa tidak bisa disewa orang lain.
b) Usaha transportasi yang ke tiga adalah transportasi semi
umum. Yang dimaksud di sini adalah bisnis travel. Bisnis
travel ada dua jenis, yaitu travel konvensional dan travel
point to point. Pada travel konvensional, penumpang
dijemput di suatu tempat dan diantar sampai ke tempat
tujuannya. Keunggulan bisnis travel jenis ini adalah dalam
hal pelayanan. Bisnis travel selanjutnya adalah point to point.
Travel jenis ini adalah travel yang menawarkan jasa antar
penumpang dari satu tempat pemberhentian tertentu ke
tempat pemberhentian lain di kota lain. Jasa travel jenis ini
mempunyai keunggulan terutama dari segi ketepatan waktu.
c) Bisnis transportasi selanjutnya adalah transportasi umum,
berplat kuning. Bisnis transportasi kendaraan umum memiliki
trayek tertentu yang harus mempunyai izin pemerintah.
Kendaraan telah ditentukan untuk hanya dapat melewati
jalan-jalan tertentu dengan tarif yang juga sudah ditentukan
oleh pemerintah. Bisnis seperti ini terbagi menjadi dua, yaitu
kendaraan dalam kota dan antarkota. Kendaraan bertrayek
dalam kota hanya beroperasi di satu kota, sedangkan
transportasi umum antarkota misalnya seperti bus antarkota
antar provinsi (AKAP).
44
Awal Maret 2014 segera launching 5 Unit Bus Pariwisata, Segera
berwakaf untuk pengadaan unit berikutnya.
2. Wakaf Tanah Untuk Pohon Jabon11
Wakaf untuk dibelikan pohon jati kebon (jabon) sebesar Rp.
95.000,-/m (Rp 70.000.-/m tanah + Rp 25.000,- untuk pohon dan
biaya operasional 5 s/d 8 tahun.
Wakaf pohon jabon ini adalah salah satu bentuk upaya
memproduktifkan lahan wakaf agar segera berdaya guna bagi masa
depan pendidikan dan dakwah sesuai dengan cita-cita besar Wakaf
Produktif Al Azhar yang berada dibawah naungan Yayasan Pesatren
Al Azhar.
Teknis pelaksanaannya melalui kerjasama Agribisnis
penanaman pohon Jabon dan Singkong di tanah wakaf yang berlokasi
di Ciseeng Bogor, yang kesepakatannya telah ditandatangani pada
bulan Oktober 2012. Kerjasama ini akan berlangsung selama delapan
tahun dimana penanaman pohon jabon dan singkong akan dilakukan
secara tumpang sari selama kurun 5-8 tahun dan 2 tahun.
Sebagai permulaan, Wakaf Al Azhar telah mendayagunakan
tanah Wakaf Al Azhar yang terletak di Desa Cibentang Kecamatan
Parung Kabupaten Bogor seluas lebih kurang 2 hektar untuk ditanami
2.500 pohon jabon dan 31.250 tanaman singkong.
11
http://www.wakafalazhar.or.id/produk/5-Wakaf+Perkebunan+Jabon/, artikel diakses
pada 24 Juni 2015.
45
3. Wakaf Tanah Perkebunan Sawit12
Yakni berwakaf untuk membeli tanah perkebunan kelapa
sawit. Besaran wakafnya senilai Rp 15.000/m² (Rp 10.000/m² tanah +
Rp 5.000 biaya operasional).
4. Wakaf Kartu Gold dan Silver13
Merupakan Kartu Layanan Jenazah dan Wasiat Polis Asuransi
Syari’ah.
a. Wakaf Kartu Gold : Rp 250.000/thn
Manfaat bagi pemegang kartu :
1) Wakaf wasiat Rp. 5.000.000,-,
2) Wakaf perkebunan sawit 3m2,
3) Layanan jenazah (memandikan, mensolatkan, biatya
petugas pemakaman),
4) Layana ambulance + mobil (bandara, pemakaman,
rumah sakit, rumah duka, pemakaman),
5) Santunan rawat inap karena kecelakaan Rp.
3.000.000,-,
*manfaat berlaku setelah seminggu menjadi anggota.
**peserta berusia 0-80 tahun.
***mendaftarakan diri dalam keadaan sehat.
b. Wakaf Kartu Silver : Rp 145.000/thn
Manfaat bagi pemegang kartu :
1) Wakaf Transportasi Rp.25.000,-,
12
Aam Abdussalam dkk, Laporan Praktikum Profesi Terpadu Mahasiswa Jurusan
Manajemen Dakwah di Lembaga Wakaf Al-Azhar, (Ciputat: Aulia, 2015), h. 8. 13
Brosur Tabungan Wakaf Produktif Plus* Wakaf Al-Azhar bulan November 2014.
46
2) Santunan rawat inap karena kecelakaan Rp.
3.000.000,- per tahun (reimburs),
3) Berwakaf wasiat senilai Rp. 20.000.000,- (ketika
meninggal karena kecelakaan),
4) Berwakaf wasiat senilai Rp.5.000.000,- (ketika
meninggal bukan karena kecelakaan).
*berlaku setelah 3 bulan menjadi anggota
**peserta khusus usia 6-55 tahun
***mendaftarakan diri dalam keadaan sehat
5. TAWAF PRO (Tabungan Wakaf Produktif)
(Wakaf Tunai 90% + Operasional 10%)
Merupakan fasilitas tabungan akhirat bagi para pewakif
(orang-orang yang berwakaf). Dengan fasilitas Tawaf Pro ini, pewakif
bisa mengetahui besaran jumlah harta yang telah diwakafkan kepada
Wakaf Al-Azhar.14
Selanjutnya disebut pihak pertama (wakif) dan pihak kedua
(Wakaf Al-Azhar) pihak pertama menyatakan diri sebagai pewakif
akan mewakafkan dananya dalam bentuk tabungan wakaf produktif.
Dana tabungan wakaf sepenuhnya menjadi wakaf Al-Azhar untuk
diproduktifkan dalam program-program Wakaf Produktif Al-Azhar
dan hasulnya untuk kepentingan pendidikan dan dakwah.15
14
Aam Abdussalam dkk, Laporan Praktikum…h. 8. 15
Brosur Tabungan Wakaf Produktif Plus* Wakaf Al-Azhar bulan November 2014.
47
6. Wakaf Tunai/Kontan16
Merupakan wakaf patungan untuk transportasi, property,
pertanian, maupun perkebunan. Bisa khoiri, berjangka atau seumur
hidup. Besaran wakafnya mulai dari Rp 5.000,- (90% Wakaf + 10%
Operasional).
7. Wakaf Wasiat Polis Asuransi17
Asuransi adalah mewakafkan sebagian nilai yang akan
diterima jika polis asuransi yang Anda miliki telah dicairkan. Wakaf
Polis Asuransi yang diserahkan kewakaf Al-Azhar menggunakan dua
akad :
Akad Wakaf untuk wakaf produktif sebagaian dari nilai Polis
Asuransi yang meliputi Uang Pertanggungan (UP) dan Nilai Tunai
saat jatuh tempo.
Akad Amal Kebaikan / Charity ; untuk kepentingan wakif,
keluarga wakif, kepentingan umum, sebagaian dari nilai Polis
Asuransi (UP dan Nilai Tunai) saat jatuh tempo.
Pemanfaatan Wakaf Polis Asuransi ini akan dimanfaatkan
untuk:
a. Sebahagian (50%) sebagai Wakaf Produktif
b. Sebahagian (50%) untuk program social charity sesuai dengan
program kemanusiaan Al-Azhar Peduli Ummat:
1) Cahaya seribu Desa,
2) Pemberdayaan ekonomi Pesantren,
16
Aam Abdussalam dkk, Laporan Praktikum...h. 9. 17
http:/www.wakafalazhar.or.id/produk/9-Wakaf+Wasiat+Polis+Asuransi/ artikel diakses
pada 24 Juni 2015.
48
3) Rumah Gmilang Indonesia,
4) Bencana Alam,
5) Da'i Sehat,
6) Pemakaman Umum AMG dll.
Jika nilai UP Polis Asuransi yang diwakafkan > 500jt, maka
komposisi pemanfaatannya, sebagaimana berikut:
a. Sebahagian (50%) sebagai Wakaf Produktif
b. Sebahagian (50%) beasiswa atau pengiriman guru
1) Beasiswa untuk anak yang ditunjuk sampai perguruan
tinggi di Al-Azhar atau setaraf.
2) Pengiriman guru ke daerah yang ditentukan oleh wakif.
Fasilitas, Setiap wakif yang mewakafkan polis asuransinya,
akan mendapatkan fasilitas sebagaimana berikut:
a. Untuk Wakaf Polis Asuransi dengan UP > Rp 100 juta, akan
mendapatkan layanan pemulasaraan/tajhizul janazah dan
santunan ta'ziah.
b. Untuk Wakaf Polis Asuransi dengan UP > Rp 250 juta, akan
mendapatkan layanan pemulasaraan dan biaya pemakaman,
c. Untuk Wakaf Polis Asuransi dengan UP > Rp 500 juta, akan
mendapatkan layanan pemulasaraan dan biaya pemakaman
(Layanan Jenazah All In One) serta AMG (Al Azhar Memorial
Garden) Plus (1 unit single untuk pribadi wakif, jika
persediaan masih ada),
49
d. Untuk Wakaf Polis Asuransi dengan UP > Rp 1 milyar, akan
mendapatkan layanan pemulasaraan dan biaya pemakaman
(Layanan Jenazah All In One) serta AMG (Al Azhar Memorial
Garden) Plus (1 unit single untuk umum dan 2 unit single
untuk pribadi wakif, jika persediaan masih ada).
8. Wakaf Manfaat18
Wakif dapat menjanjikan kepada Wakaf Al Azhar untuk
mewakafkan "Manfaat" dari aset yang sedang diusahakannya, seperti
mobil, rumah, ruko atau apartemen yang sedang disewakannya.
9. Wakaf Family19
Yakni quantum Wakaf Pohon Jabon untuk mewakafkan lahan
10 m² dan 1 pohon jabon beserta biaya pemeliharaannya selama 5-8
tahun. Besaran wakafnya senilai Rp 950.000/10 m² (Rp 700.000/10 m²
tanah + Rp 250.000,- 1 pohon jabon beserta biaya operasional
selama 5-8 tahun).
10. Wakaf Dinar Dirham dan Logam Mulia20
Yakni wakaf harta dalam nilai yang mutlak melalui dinar dan
dirham sebagai patungan untuk wakaf produktif dalam investasi di
bidang transportasi, property, pertanian, perkebunan. Besaran
wakafnya mulai dari Rp 1.375.360 (0.7 misqal dinar, setara 1
dirham).
11. Wakaf Wasiat Property21
18
Aam Abdussalam dkk, Laporan Praktikum…h. 9. 19
Aam Abdussalam dkk, Laporan Praktikum…h..9. 20
Aam Abdussalam dkk, Laporan Praktikum… h..9. 21
Aam Abdussalam dkk, Laporan Praktikum… h. 10.
50
Yakni Mewasiatkan untuk mewakafkan property atau aset
yang dimiliki dengan tetap memanfaatkannya selama ia masih
hidup. Aset atau property dapat berupa Ruko, Rumah ataupun
Apartemen. Property/aset yang diwasiatkan untuk diwakafkan tidak
melebihi 1/3 dari nilai property/aset tersebut.
12. CSR Abadi22
Yakni solusi untuk mengabadikan Corporate Social
Responsibility perusahaan melalui Wakaf Al-Azhar.
22
Aam Abdussalam dkk, Laporan Praktikum… h..10.
51
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
A. Formulasi Strategi Promosi Program Sahabat Wakaf Al-Azhar
Membentuk formula strategi promosi tentu perlu menganalisis secara
dalam tentang berbagai hal, program sahabat Wakaf Al-Azhar sebagai
lembaga yang tengah berfokus menghimpun harta wakaf di Indonesia tentu
perlu dibentuk formulasi strategi promosi yang efektif, berikut formulasi
strategi promosi program Sahabat Wakaf Al-Azhar:
1. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal.
Jumlah Sahabat Wakaf secara kuantintas maupun kualitas dapat
dilihat sebagai keuntungan, mengingat potensi yang besar akan harta
wakaf dengan Islam sebagai agama dengan jumlah penganut terbesar
di Indonesia1.
Berdasarkan hasil penelitain, menemukan bahwa sumber
terbesar wakaf adalah bersumber dari wakaf perorangan.
Sebagaimana yang menjadi permasalahan mengenai potensi yang
tidak teralisasi. Dari mana sumber harta wakaf diperoleh, ini penting
di cermati. Menurut Tuti A. Najib dan Ridwan al-Makassary (ed.),
Berdasarkan Survei 2006, hampir seluruh wakaf pada saat ini berasal
dari perorangan 69%. Ini mudah dimengerti mengingat wakaf
1 Dari data hasil terakhir BPS pada 2010 menunjukkan persentase agama di Indonesia.
Persentase umat Islam 87,18 persen (207.176.162) ; Kristen 6,96 persen (16.528.513); Katolik
2,91 persen (6.907.873); Hindu 1,69 persen (4.012.116); Budha 0,72 persen (1.703.254);
Konghucu 0,05 persen (117.091); dan lainnya 0,13 persen (299.617). Selain itu ada kelompok
yang tidak terjawab 0,06 persen (139.582) dan tidak ditanyakan 0,32 persen (757.118). Jumlah
total 237.641.326. Sumber Laporan Publikasi Sensus Penduduk Indonesia 2010 dari
www.bps.go.id
52
merupakan ekspresi keagamaan individu Muslim, yang memahami
wakaf sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Selain itu,
ada juga wakif individu yang menginginkan namanya terus dikenang,
terutama para sultan atau orang-orang kaya.2 Sedangkan sumber
wakaf yang berasal dari perusahaan menyumbang 7% dari total
keseluruhan sumber wakaf Nasional.
Tingginya sumber wakaf yang berasal dari perorangan, seperti
di gambarkan diatas, tampaknya berkorelasi positif dengan kenyataan
bahwa wakif perorangan merupaka target yang sangat diutamakan
oleh para nadzir. Namun, terdapat juga sebagai nadzir yang
melakukan pendekatan kepada perusahaan dan perseorangan
sekaligus. sayangnya, masih banyak nadzir yang bersikap pasif dan
tidak melakukan pendekatan baik kepada perorangan maupun
perusahaan3, berikut dalam prosentase:
Diagram 4.1
Persentase Nadzir mendekati calon wakif perorangan dan perusahaan.
2 Andy Agung Prihatna, Wakaf, Tuhan, dan Agenda Kemanusiaan, (Ciputat, Center for
the Study of Religion Cultire (CSRC), 2006), h 145 3 Andy Agung Prihatna, Wakaf, Tuhan,, h. 145.
Mendekati
wakif
perorangan
51%
Mendekati
wakif
perusahaan
1%
Mendekati
keduanya
12%
Tidak
melakukan
pendekatan
36%
53
2. Melakukan strategi bauran promosi
Aktivitas promosi memberikan pengaruh yang penting untuk
keberhasilan penghimpunan lembaga. Promosi digunakan untuk
memberikan informasi kepada orang-orang tentang produk dan
mempersuasi calon wakif agar mau memberikan sebagian hartanya
dalam program/produk pemberdayaan wakaf produktif. strategi yang
terintegrasi untuk dapat meningkatkan kekuatan masing-masing
komponen dalam melakukan promosi dan mendesain bauran promosi
yang efektif dan efisien.4
“Agar efektifitas dan efisiensi, strategi promosi lembaga
melalui sahabat wakaf, Program sahabat wakaf itu sebetulnya salah
satu inisiasi yang dilakukan oleh Wakaf Al-Azhar, agar tingkat
partisipasi pewakif itu meningkat. Yang perlu diketahui bahwa wakif-
wakif itu adalah para donatur, yang tingkatnya, mereka adalah
eksekutif, mereka adalah pengusaha, dan lain sebagainya.”5
Formulasi strategi promosi dengan menganalisis dan
mengkombinasikan hal-hal yang ada dalam bauran promosi, diantaranya
adalah periklanan, penjualan personal, promosi penjualan, publisitas dan
hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung. Dibawah ini adalah
formulasi strategi bauran promosi pada program Sahabat Wakaf Al-Azhar
sebagai berikut:
1. Periklanan
Dalam periklanan, hampir dipastikan sahabat wakaf melakukan
aktifitas periklanan, dengan media yang mereka miliki, ini aktifitas ini
4 Lingga Purnama, Strategic Marketing Plan, (Jakarta : PT.. Gramedia Pustaka Utama
2001), h.150. 5 Hasil wawancara pribadi dengan Ketua Tim 12 dan Koordinator Sahabat Wakaf Al-
Azhar Hasbiallah Khatim pada 13 Mei 2015.
54
ditunjukan mengkomunikasikan, membujuk, dan mengingatkan calon
wakif. Tujuan periklanan tersebut pada tabel 4.1:
Tabel 4.1
Tujuan Periklanan
Untuk Mengkomunikasikan
Memberitahu calon wakif
tentang suatu produk baru.
Menginformasikan manfaat dari
suatu produk wakaf.
Memberitahu calon wakif
tentang perubahan nominal
wakaf dalam suatu produk.
Menjelakskan pelayanan
yang tersedia.
Membangun citra lembaga.
Mengurangi kecemasan calon
wakif.
Untuk Membujuk
Membentuk referensi merek.
Mendorong alih merek.
Mengubah persepsi pembeli
tentang atribut produk.
Membujuk untuk berwakaf
sekarang.
Membujuk berwakaf untuk
menerima kunjungan .
Untuk Mengingatkan
Mengingatkan calon wakif/wakif
bahwa produk tersebut mungkin
akan dibutuhkan kemudian.
Membuat wakif tetap ingat
produk itu.
Mempertahankan puncak
55
Mengingatkan calon wakif
dimana dia bisa berwakaf.
kesadaran.
Sumber: diolah dari berbagai sumber.
Biaya dari aktifitas periklanan ini dibebankan kepada masing-
masing sahabat wakaf, strategi ini bertujuan untuk menekan biaya
yang dikeluarkan lembaga dalam aktifitas periklanan, lembaga dan
tim 12 wakaf Al-azhar sebagai supervisor dan memfasilitasi untuk
pelaksanaan training sahabat wakaf yang digelar setiap bulanya.
Hingga kini sudah mencapai 44 angkatan, setiap angkatan terdiri dari
10-15 orang.
Media yang digunakan antara lain tersebut pada tebel 4.2:
Tabel 4.2
Jenis-jenis media yang digunakan
Media Spesifikasi
Media Cetak.
Internet.
Luar Ruangan
Leaflet, brosur, majalah*.
Facebook, twitter, blog,
email, blackberry massanger,
whatsapp.
Roll benner, spanduk.
Sumber: diolah dari hasil observasi lapangan.
2. Penjualan Personal
Penjualan personal merupakan suatu bentuk interaksi
langsung dengan calon pembeli, sahabat wakaf diharapkan dapat
menemui secara langsung calon wakif, penjualan personal
56
merupakan cara yang paing efektif untuk memprospek calon
wakaif, sebab calon wakif dapat memberikan referensi langsung
dengan sahabat wakaf sebagai agen-agen penjual, sahabat wakaf
dapat menegtahui karakteristik calon wakif secara langsung dan
segera melakukan penyesuaian.
Setidaknya ada tiga formulasi strategi promosi dalam
penjualan personal yang dirancang, sebagai berikut :
a. Konfrontasi personal, penjualan personal mencangkup
hubungan langsung dan interaktif antar dua orang atau
lebih.
b. Penjualan personal, memungkinkan timbulnya berbagai
jenis hubungan mulai dari hubungan penjualan sam pai
persahabatan.
c. Tanggapan, penjualan personal merasa pembeli
memiliki kewajiban untuk mendengarkan paparan dari
proses prospek calon wakif.
Selain itu, penjualan personal memiliki kekuatan lebih yaitu
para agen promosi/penjual mengumpulan pengetahuan tentang
pasar sasaran dan mendapatkan umpan balik (feedbeck) dari pasar
sasaran.
3. Promosi Penjualan
Promosi penjualan merupakan insentif jangka pendek
dalam aktivitas promosi untuk merangsang pembelian suatu
57
produk dengan cara yang bervariasi. Dalam promosi penjualan,
sahabat wakaf di formulasikan untuk sebagai berikut :
a. Mengkomunikasikan penjualan produk wakaf untuk
menarik perhatian dan memberikan informasi yang
dapat mengarahkan calon wakif kepada produk wakaf.
b. Promosi penjualan memaparkan manfaat dan nilai dari
produk wakaf.
c. Promosi penjualan merupakan ajakan untuk melakukan
transaksi pembelian sekarang.
Kelebihan promosi penjualan adalah bersifat responsive
terhadap pristiwa-pristiwa khusus, misalnya hari raya besar islam,
event-event besar, Ramadhan, dan lain sebagagainya.
4. Publisitas dan Hubungan Masyarakat
Publisitas dan hubungan masyarakat merupakan stimulasi
nonpersonal terhadap permintaan, dengan berita komersial yang
berarti dalam media massa dan tidak dibayar untuk
mempromosikan produk atau melindung citra lembaga.6 Sahabat
wakaf dalam publisitas dan hubungan masyarakat setidaknya ada
dua yang bisa dilakukan, sebagai berikut :
a. Kemampuan menangkap pembeli yang tidak menduga,
dalam humas dapat menjangkau banyak calon wakif
yang cenderung manghindari iklan, dari sisi ini sahabat
wakaf menyampaikan pesan kepada calon wakif lebih
6 Lingga Purnama, Strategic Marketing Plan, (Jakarta : PT.. Gramedia Pustaka Utama
2001), h.177.
58
sebagai berita, bukan sebagai komunikasi tujuan
penjualan.
b. Dramatisasi, seperti halnya periklaan, humas memiliki
kemampuan mendramatisasi suatu lembaga atau
produk.
Keuntungannya adalah, terletak pada efisiensi biaya karena
lembaga tidak membayar media massa sebagai sarana promosi
tersebut.
5. Pemasaran Langsung
Pemasaran langsung merupakan bentuk promosi dengan
menggunakan surat, telepon, faksimile, email, dan alat
penghubung nonpersonal lainya untuk berkomunikasi secara
langsung atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan
tertentu dan calon pelanggan.7
Sahabat wakaf diharapkan menggunakan media
penghubung untuk memprospek calon wakif, melalui media
penghubung, sahabat wakaf bisa melakukan aktifitas promosi
dengan jarak jauh, dimanapun dan kapanpun.
Sebenarnya, komponen ini merupakan tambahan karena
untuk memanfaatkan perkembangan teknologi yang dapat
berhubungan langsung dengan calon pembeli.8
7 Lingga Purnama, Strategic Marketing Plan, (Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama
2001), h. 182. 8 Lingga Purnama, Strategic Marketing Plan), h. 182.
59
B. Pelaksanaan Strategi Promosi Program Sahabat Wakaf Al-Azhar
Dalam rangka meningkatkan aset perwakafan tanah air dan
memproduktifkan agar manfaatnya bisa dirasakan oleh banyak orang,
lembaga wakaf berlomba-lomba menggemakan budaya berwakaf kepada
masyarakat dengan menghadirkan berbagai program berkelanjutan dan
terarah. Hal ini dilakukan agar program yang disajikan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang membutuhkan. Selain itu, tujuannya adalah untuk
menarik minat masyarakat agar berwakaf di sebuah lembaga, sehingga
nantinya dapat berpengaruh pada peningkatan perolehan aset lembaga.9
Pelaksanaan strategi adalah proses ketika rencana/formula
direalisasi.10
Pelaksanaan strategi butuh kemampuan menejerial yang baik,
Wakaf Al-Azhar melalui program Sahabat Wakaf memiliki tahapan yang
harus dilalui dalam memfokuskan pelaksanaan strategi promosi sehingga
tercapainya tujuan agar partisipasi pewakif meningkat.
Pelaksanaan Strategi Promosi Program Sahabat Wakaf Al-Azhar perlu
dilihat dalam bauran promosi yang sudah diformulasikan sebelumnnya,
sehingga diperlukan strategi yang terintegrasi untuk dapat meningkatkan
kekuatan masing-masing komponen dalam berpromosi. berikut pelaksanaan
bauran promosi yang dilakukan oleh sahabat wakaf Al-Azhar:
1. Periklanan
Tahap pertama dalam aktifitas periklanan adalah menentukan
tujuan priklanan. Setelah menentukan tujuan dari periklanan di tahap
9 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006), h. 4 10
Musa habies, Muhammad Najib, Manajemen Strategik dalam Pengebangan Daya
Saing Organisasi, (Jakarta : PT. Gramedia, 2008), h. 27
60
formulasi, sahabat wakaf melakukan periklanan, yakni sebagai
berikut:
a. Mengkomunikasikan, memberitahu tentang produk-produk
wakaf Al-Azhar, menawarkan produk terbaru wakaf Al-Azhar,
menjelaskan manfaat bagi pewakif dan manfaat dari hasil
memproduktifkan wakaf untuk apa, saipa dan bagaimana,
sesuai programnya melalui media.11
b. Membujuk, membujuk calon wakif agar berwakaf, iklan
membujuk membutuhkan konten yang menarik, ini salah satu
yang menentukan orang berwakaf.12
c. Mengingatkan, sahabat wakaf melalui media mengingatkan,
bahwa berwakaf tidak sulit, ada berbagai macam cara,
berwakaf juga tidak hanya untuk orang kaya, semua orang bisa
berwakaf sesuai kemampuanya.13
Media periklanan yang digunakan oleh sahabat wakaf
beragam, berikut media yang digunakan:14
a. Media cetak berupa Leaflet, brosur, majalah.
b. Media internet seperti blog, Facebook dan twitter, (baik secara
kelompok maupun pribadi), Blackberry massangger dan
Whatsapp.
c. Media Luar Ruangan seperti: Roll benner, spanduk.
11
Hasil analisis dari pengamatan dan observasi lapangan. 12
Hasil analisis dari pengamatan dan observasi lapangan. 13
Hasil analisis dari pengamatan dan observasi lapangan. 14
Hasil analisis dari pengamatan dan observasi lapangan.
61
Secara pelaksanaan, promosi yang dilakukan oleh sahabat
wakaf Al-Azhar berupa media.
2. Penjualan Personal
Aspek ini yang paling banyak digunakan oleh sahabat wakaf
Al-Azhar, karena secara penyampaian lebih mendetail dan respon
calon wakif dapat dilihat secara langsung. Memprospek calon wakif
yang dilakukan oleh sahabat wakaf berfariasi, hal ini didasarkan pada
latar belakang sahabat wakaf yang beragam.
Secara umum, langkah-langkah penjualan personal yang
dilakukan sahabat wakaf sebagai berukut:
a. Memprospek calon wakif.
b. Mempresentasikan pesan penjualan.
c. Membuka hubungan.
d. Menutup penjualan.
e. Melakukan evaluasi.
Tujuanya seperti yang diungkapkan salah satu sahabat wakaf
Al-Azhar.
“Mengenalkan konsep wakaf kepada orang-orang dan
mempromosikan (produk) Wakaf Al-Azhar ini, yaitu dengan
konsep menabung dengan uang kecil tapi bisa mendapatkan
manfaat yang banyak dan berguna bagi sang wakif mendapatkan
amalan di akhirat nanti, juga untuk maukuf alaih (dalam hal hasil
pemanfaatan wakaf).”15
“Kalo dari saya tidak pernah merasa memaksakan atau
menekan calon wakif, karena ini adalah untuk kebaikan calon
wakif, jadi cara mempromosikannya melalui soft selling
(penjualan dengan pendekatan keramahan), dengan berbincang-
bindang dengan calon wakif, (harus) tahu (tentang konsep wakaf)
15
Hasil wawancara pribadi dengan SahabatWakaf Al-Azhar Fahmi Reza pada 27 Juni
2015.
62
dulu, memperkenalkan apa itu wakaf, kepada si calon wakif,
berbincang-bincang apa kebutujan dia (calon wakif), dan meminta
sedikit detail konteks (motivasi/prospek untuk berwakaf) dia,
untuk bisa di hubungi lebih lanjut, tapi untuk saat pertama kali
promosi, mempromosikanya tidak secara strong (penjualan
dengan pendekatan pemaksaan), jadi hanya untuk perkenalan
dulu, berikutnya, baru bertemu lebih lanjut untuk penjelasan lebih
dalam.”16
3. Promosi penjualan.
Secara pengertian, promosi penjualan merupakan insentif
jangka pendek dalam aktivitas promosi untuk merangsang pembelian
suatu produk dengan cara yang bervariasi, seperti pameran dagang,
insentif penjualan, kupon dan sebagainya.17
Pelaksanaan strategi promosi dalam promosi penjualan sering
dilakukan oleh sahabat wakaf. Diantaranya sebagai berikut:
a. Melakukan pameran dagang, promosi penjualan adalah bersifat
responsive terhadap pristiwa-pristiwa khusus. Seperti pada
pameran di event-event keagamaan maupun sosial.
b. Melakukan open table di sekitar tempat ibadah.
Strategi ini cukup efektif, karena pada event-event khusus, atau
melakukan open table di sekitar tempat ibadah, biasanya caon wakif
berkumpul dan sahabat wakaf bisa memanfaatkan moment untuk
melakukan promosi penjualan. Dibawah ini foto kegiatan promosi
penjualan yang dulakukan oleh sahabat wakaf Al-Azhar dalam
gambar 4.2:
16
Hasil wawancara pribadi dengan SahabatWakaf Al-Azhar Fahmi Reza pada 27 Juni
2015. 17
Lingga Purnama, Strategic Marketing Plan,… h. 171.
63
Gambar 4.2
Kegiatan Promosi Penjualan
Sumber : Twitter @wakafal-azhar
4. Publisitas dan Hubungan Masyarakat.
Pada aspek ini memang tidak semua sahabat wakaf
melakukannya, karena cara promosi sahabat wakaf yang lebih
menggunakan penjualan pribadi atau promosi penjualan. dalam
tahap pelaksanaan, setidaknya ada dua yang bisa dilakukan,
sebagai berikut :
c. Banyak calon wakif yang cenderung manghindari iklan,
dari sisi ini sahabat wakaf menyampaikan pesan kepada
calon wakif lebih sebagai berita, bukan sebagai
komunikasi tujuan penjualan, dengan begitu, calon
wakif tidak terasa sedang diprospek, mereka (calon
wakif), seperti sedang mendengarkan berita tentang
wakaf, potensi wakaf yang tidak terealisasi secara
maksimal, lalu timbul keinginan untuk berwakaf.
d. Dramatisasi, seperti halnya periklaan, penyampaian
pesan melalui publisitas serta humas memiliki
64
kemampuan mendramatisasi suatu lembaga atau
produk. Sehingga calon wakif termotivasi untuk
berwakaf.
5. Pemasaran Langsung.
Sebenarnya, komponen inti bauran promosi hanyalah Aspek
Iklan, Publisitas dan Humas, Aspek penjualan dan Promosi Personal,
pemasaran langsung merupakan pengembangan baru dari bauran
promosi dengan menggunakan perkembangan telekomunikasi yang
dapat berhubungan langsung dengan calon pembeli.18
Dalam hal pemasaran langsung, sahabat wakaf melakukan
promosi dengan menggukana surat, email, telepon dll, dewasa ini
penggunaan teknologi sangat menunjang dalam hal promosi, tele-
marketing misalnya, memprospek calon wakif dengan telepon dapat
dirasa efektif dengan jarak atau tahap selanjutnya setelah bertemu
langsung, tahap ini dapat mengkonfirmasi calon wakif untuk bersedia
mewakafkan hartanya ke lembaga terkait.
Sifat sahabat wakaf ini adalah seperti relawan, namun yang
harus diingat bahwa untuk melakukan promosi pastinya memerlukan
biaya yang mungkin tidak sedikit, Fahmi Reza pun mengungkapkan
dari mana sumber dana promosi tersebut.
“Biaya dari sendiri, karena saya beranggapan bahwa, ini untuk
tujuan baik, kenapa juga harus pelit (dalam melakukan promosi).”19
18
Lingga Purnama, Strategic Marketing Plan, … h. 182. 19
Hasil wawancara pribadi dengan SahabatWakaf Al-Azhar Fahmi Reza pada 27 Juni
2015.
65
Tentunya setelah pelaksanaan promosi selesai lalu kemudian apa yang
mereka dapatkan, dari proses diatas, sedangkan mereka tidak digaji lembaga.
“Secara imaterial-nya, saya mendapatkan boleh dibilang apakah ini di
anggap sebagai pahala atau tindakan baik atau tidak di mata Allah, tapi, saya
merasa sudah berbuat baik, saya mengajak orang untuk berwakaf, itu juga ada
keuntungan (pahala) buat saya, berarti pesan atau ilmu (tentang konsep
wakaf) yang saya sampaikan sudah dapat diterima oleh dia (calon wakif) dan
dia juga berwakaf untuk tujuannya dia. Saya melihat keuntungannya win-win
(sama-sama untung), jika dari segi financial, material-nya saya tentu
mendapatkan komisi (sesuai hasil persentase closing) dari produk (biaya
persentase orerasional wakaf) tersebut.”20
C. Evaluasi Strategi Promosi Program Sahabat Wakaf Al-Azhar
Tahap merupkan tahap akhir dari strategi promosi sahabat wakaf Al-
Azhar, konsep strategi dalam peperangan berarti memenangkan peperangan,
tidak jauh berbeda dengan itu, konsep strategi promosi dalam penghimpunan
wakaf oleh sahabat wakaf adalah meningkatkan penghimpunan.
Di usia lembaga yang baru berjalan hampir lima tahun, wakaf Al-
Azhar menurut Ketua Tim 12 dan Koordinator Sahabat Wakaf Al-Azhar,
Hasbiallah Khatim mengungkapkan kepada penulis, bahwa Wakaf Al-Azhar
menempati posisi ke empat besar dalam penghimpunan lembaga sosial
keagamaan. Hal tersebut terlihat dari table 4.3:
Tabel 4.3
Amanah Wakaf Al-Azhar (2011-2014)
Tahun Tunai Aset WWPA Total
2011 519.756.972 5.671.350.000 - 6.191.106.972
2012 1.204.314.648 1.865.000.000 6.913.200.000 9.982.514.648
20
Hasil wawancara pribadi dengan SahabatWakaf Al-Azhar Fahmi Reza pada 27 Juni
2015.
66
2013 1.116.596.240 5.450.000.000 15.858.000.000 22.424.596.240
2014 2.297.937.167 2.764.000.000 12.016.000.000 17.077.935.167
Pencapaian 55.676.153.027
Sumber : Brosur Wakaf Produktif untuk masa depan Pendidikan dan
Dakwah edisi Juni 2015 Wakaf Al-Azhar.
Proses evaluasi strategi promosi menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari strategi promosi itu sendiri, evaluasi sejatinya untuk mengetahui
kelemahan dan memperbaikinya dengan meningkatkan kekuatan yang
dimiliki. Berikut evaluasi dalam bauran promosi sesuai dengan tahapan
formulasi hingga pelaksanaan strategi promosi program sahabat wakaf Al-
Azhar:
1. Periklanan
Setelah melakukan periklanan, langkah selanjutnya adalah
mengukur efektifitas iklan. Setdaknya ada empat cara mengukurnya:
a. Memperhatikan iklan yang dibuat, apakah sudah menejelaskan
tentang produk wakaf.?
b. Memperhatikan bahasa yang digunakan, apakah mudah
dipahami sasaran.?
c. Memperhatikan elemen persuasive yang dapat mengarahkan
siapa saja yang membacanya?
d. Memperhatikan media yang dipilih sudah membuahkan hasil
dalam kurun waktu tertentu?
Hasilnya dari temuan menunjukan bahwa iklan yang dibuat
oleh sahabat wakaf dalam tabel 4.4 sebagai berikut:
67
Tabel 4.4
Hasil pengukuran efektifitas periklanan.
Ukuran Nilai Keterangan
Cukup Menjelaskan tentang produk wakaf (khususnya
wakaf polis asuransi syariah).
Cukup Bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh
sasaran (kalangan menengah keatas khususnya
dan umumnya seluruh lapisan masyarakat).
Kurang Elemen persuasive yang digunakan krang
persuasif, sehingga pembaca hanya sebatas
paham dan belum segera berwakaf.
Cukup Media yang dipilih cukup membuahkan hasil
dengan bertambahnya jumlah pewakif
walauipun di tahun terakhir sempat terjadi
penurunan jumlah pewakif.
Sumber: diolah dari berbagai macam sumber.
Periklanan jika dimaksimalkan oleh sahabat wakaf dapat
memberikan peningkatan orang untuk berwakaf, jika konten ditas
dapat berjalan dengan maksimal.
2. Penjualan Personal
Evaluasi pada penjualan personal biasa dilakukan oleh
leader/coordinator di setiap kelompok sahabat wakaf ataupun secara
pribadi. Evaluasi kinerja penjulan dapat dilakukan dengan
memeprtimbangkan sebagai berikut:
68
a. Hasil penjualan.
b. Biaya.
c. Perilaku proses penjualan.
Hasil dari temuan di lapangan, karena sebagian besar sahabat
wakaf melakukan aktifitas ini, maka hasilnya sebagai berikut:
a. Hasil penjualan sahabat dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan kecuali ditahun terakhir, manurut Direktur
Marketing, Hendra Yuliano, program sahabat wakaf adalah
penyumbang terbesar dari total perolehan wakaf di lembaga,
khususnya wakaf polis asuransi syariah maupun produk wakaf
lain seperti, wakaf tunai maupun wakaf transportasi.
b. Biaya proses penjualan personal terbilang relatif kecil
dibanding dengan perolehan wakaf, sehingga proses penjualan
personal efektif dari sisi biaya operasional.
c. Perilaku proses penjualan personal, sahabat wakaf yang
melakukan aktifitas ini tentu melakukan cara-cara yang santun
dan sesuai syariah. Mengingat proses seleksi yang bertahap
dari lembaga.
Penjulan persolan merupakan instrument dari bauran promosi
yang menentukan agent-agent pemasar dapat beraktifitas sesuai
dengan bidang profesionalnya.
3. Promosi Penjualan
Evaluasi promosi penjualan sebetulnya tidak berbeda jauh
dengan penjualan personal, hanya saja penjualan personal
69
mengandalkan pribadi, sedangkan promosi penjualan lebih bekerja
pada tim penjualan. Setidaknya ada dua alat ukur dari promosi
penjualan. Sebagai berikut:
a. Lead time, adalah waktu yang diperlukan untuk menyiapkan
program sebelum peluncurnnya. Ini menentukan, dari hasil
pengamatan dilapangan, sahabat wakaf melakukan
segalapersiapan dengan cukup siap.
b. Sell time, adalah peluncuran promosi, dan berakhirnya promosi
ketika hampir 95% produk wakaf sudah memberikan hartanya.
Ini berjalan baik, Pasalnya, pameran yang diikuti biasanya
berjalan lancar namun menyisakan beberapa kendala kecil.
Secara strategi promosi, proses promosi penjualan dapat
berjalan lebih baik bila sahabat wakaf memaksimalkan komunikasi,
melakukan kreatifitas insentif dan melakukan ajakan yang tepat.
4. Publisitas dan Hubungan Masyarakat
Proses publisitas dan humas tidak semua sahabat wakaf
melakukan, terhadap jumlah penghimpunan memang sulit diukur,
karena proses ini dilakukan bersama dengan kiat promosi lain. jika
proses ini dijalankan, maka lebih mudah untuk mengukurnya,
misalnya, dengan banyaknya paparan, perubahan kesadaran/
pemahaman dapat memaksimalkan strategi promosi dalam hal
peningkatan penghimpunan wakaf.
70
5. Pemasaran Langsung
Pemasaran langsung seperti dijelaskan di pelaksanaan strategi
promosi, dengan mengoptimalkan media (teknologi) guna menunjang
aktifitas promosi yang berakhir pada penjualan.
Seperti halnya toko online, pembeli bebas sesuka hati
melakukan transaksi, kapan pun dan dimanapun. Namun, proses ini
tidak berjalan sendiri, melakinkan antara kiat lain saling berpengaruh,
misalnya, di periklanan mencantumkan nomor rekening tujuan, maka,
calon wakif bisa melakukan transaksi langsung dimanapun dan
kapanpun.
Proses penjualan langsung dengan menggunakan pemanfaatan
kecanggihan teknologi jika dimaksimalkan bisa meningkatkan jumlah
penghimpunan wakaf untuk lembaga.
Secara umum, evaluasi strategi promosi yang dilakukan oleh program
sahabat wakaf Al-Azhar dalam penghimpunan dapat di ukur dengan rumus
efektifitas sebagai berikut:
Efektifitas =
Strategi promosi yang efektif dari lima (strategi) bauran promosi yang
dilakukan oleh Program Sahabat Wakaf Al-Azhar, lihat tabel 4.3, amanah
Wakaf Al-Azhar (2011-2014), Berikut tabel 4.5 dalam persentase efektifitas
perolehan Wakaf hasil perhitungan rumus efektifitas:
Realisasi
Target
71
Tabel 4.5
Hasil pengukuran menggunakan rumus efektifitas.
Strategi Promosi
Tahun
(target dan realisasi (dalam persen
(%))
Rata-
rata
2011* 2012 2013 2014
Periklanan - 10/10 10/8 10/10 10/9,4
Penjualan Personal - 60/60 60/70 60/65 60/65
Promosi Penjualan - 15/20 15/10 15/15 15/15
Publisitas dan Humas - 10/5 10/5 10/5 10/5
Penjualan Langsung - 5/5 5/7 5/5 5/5,7
*Program Sahabat Wakaf terbentuk di penghujung tahun 2011.
Sumber : diolah dari berbagai sumber.
Secara umum, strategi promosi yang efektif digunakan oleh sahabat
wakaf Al-Azhar, dari target lima komponen bauran promosi adalah penjualan
personal, promosi penjulan, dan penjualan langsung. Di setiap tahunya
perolehan penghimpunan wakaf dari sahabat wakaf rata-rata menyumbang
60% dari total perolahan wakaf Al-Azhar.
Direktur Marketing Hendra Yuliano mengatakan bahwa :
“Semenjak berdiri dari mulai akhir 2011 sampai dengan saat ini
sahabat wakaf bisa terus berkembang, sehingga target-target wakaf Al-Azhar
di jangka pendek, menengah dan panjang bisa direalisasikan. Karena itu tidak
mungkin dicapai secara cepat kecuali program sahabat wakaf ini berjalan
sesuai harapan.”21
21
Hasil wawancara pribadi dengan Direktur Marketing, Hendra Yuliano pada 13 Mei
2015.
72
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari seluruh uraian yang telah dibahas sebelumnya, maka dalam bab
ini penulis akan menarik kesimpulan secara umum dari pembahasan tersebut
dan berusaha untuk memberikan saran-saran yang sekiranya dapat berguna
bagi lembaga Wakaf Al-Azhar khususnya untuk Program Sahabat Wakaf Al-
Azhar, dalam mempromosikan produk-produk Wakaf Al-Azhar.
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Secara umum, proses formulasi strategi promosi yang ditetapkan
oleh sahabat wakaf dengan meneganalisis lingkungan internal dan
eksternal dan melakukan kegiatan bauran promosi agar
penghimpunan wakaf Al-Azhar meningkat.
2. Pelaksanaan Strategi promosi yang dilakuakan oleh program
Sahabat Wakaf Al-Azhar adalah dengan melakukan strategi
bauran promosi, yang meliputi: periklanan, penjualan personal,
promosi penjualan, publisitas dan hubungan masyarakat, dan
pemasaran langsung. Kelima komponen bauran promosi itu
digunakan oleh sahabat wakaf untuk mempromosikan produk
wakaf Al-Azhar yang inovatif seperti, wakaf transportasi, wakaf
perkebunan, wakaf property, wakaf wasiat polis asuransi syariah
dan lain-lain.
73
3. Evaluasi dari strategi promosi program sahabat wakaf berjalan
cukup efektif, memang tidak semua sahabat wakaf melakukan
kelima komponen sekaligus, namun komponen dari bauran
promosi yang menjadi andalah adalah periklanan, penjualan
personal dan promosi penjualan.
Hal ini cukup beralasan, karena mayoritas sahabat wakaf adalah
orang-orang yang berlatar belakang agent-agent asuransi, mereka
sudah terbiasa melakukan periklanan dengan media internet,
penjualan personal dan promosi penjualan secara professional.
B. Saran-saran
Setelah penulis menguraikan kesimpulan diatas, adapun saran-saran
yang dapat penulis kemukakan agar sekiranya dapat menjadi manfaat, sebagai
berikut:
1. Dalam rangka mempromosikan produk-produk Wakaf Al-Azhar
sahabat wakaf kiranya tidak hanya menguasai dalam hal
periklanan, penjualan personal dan promosi penjualan, tetapi juga
memaksimalkan komponen bauran promosi lain seperti publisitas
dan humas, dan pemasaran langsung, publisitas dan humas
memang melekat dengan bauran yang lain jadi hasilnya sulit
diukur, yang terpenting, sahabat wakaf juga harus memanfaat kan
secara baik tentang wakaf, karena masih banyak masyarakat
komponen pemasaran langsung dengan pemanfataan media
teknologi yang dapat menunjang kemudahan orang berwakaf pada
proses promosi.
HASIL TRANSKIP WAWANCARA
Responden : Hendra Yuliano
Jabatan : Direktur Marketing Wakaf Al-Azhar
Hari/tanggal : Rabu, 13 Mei 2015
Pukul : 11:25 WIB
T (Tanya)
J (Jawab)
T : Apa yang melatar belakangi terbentuknya program sahabat wakaf?
J : Untuk sahabat wakaf ini adalah salah satu tools (alat) yang dikembangkan
oleh wakaf al-azhar, mengingat bahwasanya selama ini ketika kita bekerja
dilembaga sosial, biasanya yang yang dituntut itu adalah keikhlasan,
padahal keikhlasan adalah sesuatu yang dipuayakan, bukan dituntut.
Sebagai contoh kalo ada orang biasa bersedekah Rp.1000,- lalu dia
membiasakan diri naik ke level Rp. 5000,- sampai ia terbiasa maka disitulah
kadar ikhlasnya. Untuk itu Allah Swt memerintahkan, “….kejarlah
akhiratmu tapi jangan melupakan duniamu..”, seringkali di beberapa
lembaga sosial menuntut lillahi ta’ala, karena ini orang cenderung
mengerjakanya di sisa-sisa tenaga, kalo jadi seperti itukan jadinya awalnya
some times menjadi no times, karena memang mungkin ia juga mengejar
maisyah yang menjadi tanggung jawabnya. Kalaupun bekerja secara full
times bekerja dilembaga sosial dan dakwah digaji, kecendrungan lembaga
sosial itu ya (penghasilan karyawanya) standar-standar saja. Sehingga
berhasil atau tidaknya orang itu akhirnya orang tidak tepacu untuk menjadi
lebih baik, padahalkan seorang muslim itu adalah yang hari ini lebih baik
dari hari kemarin, dan kemarin jangan sampai lebih buruk dari hari ini.
Artinya harus ada sistem yang men-suport orang untuk terus melakukan
perbaiakan secara terus menerus. Ada beberapa lembaga sosial yang orang
mungkin berdarah-darah, mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk
membangun dan mengembangkan lembaga, setelah lembaga maju, orang
tersebut malah kebagian yang berdarah-darahnya saja, itu juga merupakan
sebuah kendala, selain keikhlasan tadi, padahal kontribusinya untuk
lembaga tersebut sangatlah besar. Maka apa apresiasi yang akan kita berikan
terhadap orang-orang seperti ini? Nah, karena keperihatinan itulah, program
Sahabat Wakaf ini kita bentuk, tujuanya adalah bagaimana orang-orang
yang bergerak melakukan aktifitas untuk kegiatan dakwah ini, memang kita
di Wakaf Al-Azhar walaupun Al-Azhar terkenal, kita belum berkemampuan
menggaji orang dalam jumlah besar, sebagaimana lembaga ZIS (zakat, infaq
dan sodakoh) sebegaimana dalam al-Quran tentang hak amil zakat, jadi
lembaga sosial ini bisa mengalokasikan sekitar 25% dari total
penghimpunannya, contoh jika pertahun memiliki total penghimpunan
diatas Rp.10.000.000.000,- miliar minimal total operasionalnya adalah Rp.
2,500.000.000,- per tahun, kalo punya uang sejumlah itu, tentu dia banyak
mengerjakan banyak orang untuk bisa menghimpun dana ZIS. Apalagi dana
ZIS ini sudah akrab di tengah-tengah masyarakat, tentu tantangannya tidak
sebesar ketika penghimpun dana wakaf (produktif). Maka, karena
tantanganya besar, reword-nya juga besar, contoh, ada karyawan bank, dia
digaji sesuai pekerjaannya, ketika pencapainya melebihi target maka akan
jadi prestasi perusahaan, nah, kalo di sini (wakaf) kita kan tidak bisa
menggaji orang banyak, apalagi wakaf (produktif) ini sesuatu yang baru,
maka butuh perpanjangan tangan yang bisa menyampaiakan informasi
wakaf, maka lahirlah program sahabat wakaf. Jadi, sahabat wakaf itu
memang seperti voulunter, tidak digaji, tapi dia mendapatkan reword dari
penyapaiannya (perolehan closing). Sebagaimana hadits “Barangsiapa
menunjukan kebaiakan, maka baginya pahala sebagaimana orang yang
melakukan.” (tanpa mengurangi hak orang yang melakukan). Artinya kita
juga coba menduplikasikan makna dari hadits ini, melalui sistem yang kita
bangun melalui sistem sahabat wakaf. Maka, sahabat wakaf ini kita dorong
untuk mengajak orang sebanyak mungkin untuk menjadi sahabat wakaf,
ketika sahbat wakaf itu melakukan penghimpunan, maka royalty sampai ke
yang mengajak. Itu yang kita carikan solusi dari kendala yang terjadi
dilembaga sosial. Sahabat wakaf adalah orang-orang yang kita tuntuk untuk
melakukan syiar (promosi) wakaf.
T : Sejak kapan program sahabat wakaf terbentuk?
J : Dari awal pendirian Wakaf Al-Azhar, di akhir tahun 2011, itu sudah mulai
diwacanakan oleh pak Muhammad Rofiq Thayyib Lubis, untuk membuat
program seperti itu, dan baru mulai terbentuk menjadi puzzle-puzzle yang
lebih tersusun ditahun 2013-2014 ini, khususnya ditahun 2015 ini semakin
tertata, jadi memang karena tidak digaji, tentu me-menege-nya tidak
semudah me-manage karyawan. Inilah juga yang membuat seleksi alam,
dan sudah ada beberapa kordiantor sahabat wakat yang sudah terbentuk,
merekalah yang kemudian me-manage sahabat-sahabat wakaf itu, yang kita
bentuk di sistem sahabat wakaf, bagaimana orang itu kesadaran dari hati,
sehingga inshaallah semenjak berdiri dari mulai akhir 2011 sampai dengan
saat ini sahabat wakaf bisa terus berkembang, sehingga target-target wakaf
Al-Azhar di jangka pendek, menengah dan panjang bisa direalisasikan.
Karena itu tidak mungkin dicapai secara cepat kecuali program sahabat
wakaf ini berjalan sesuai harapan.
T : Siapa pelopor terbentuknya program sahabat wakaf?
J : Jadi, dulu diawal berdiri Wakaf Al-Azhar dipimpin oleh Ustadz Anwar
Sani, yang saat ini menjadi direktur di PPA Daarul Quran, namun, cikal
baka yang lebih runutnya tentang berdirinya program sahabat wakaf ini lahir
dari ide-ide brilian direktur yang melanjutkan yakni bapak Muhammad
Rofiq Tayyib Lubis, yang memang beliau memiliki latar belalang di dunia
multilevel, insurance, Da’I dan juga orang yang ahli dibidang komunikasi,
sehinga latar belakang beliau inilah ditambah juga bantuan dari sahabat-
sahabat wakaf yang dari awal berdirinya Wakaf Al-Azhar ini concern
membantu beliau, sehingga program sahabat wakaf ini bisa terbentuk,
sebagaimana yang sekarang ini. Adal banyak tangan disini (proses
terbentuknya program sahabat wakaf), pasti semuanya Allah yang
menyatukan, tapi kalo misalnya siapa yang mempelopori mungkin lebih
layak kita sebut adalah Ustadz Muhammad Rofiq Tayyib Lubis.
T : Secara desain/formulasi dan tujuan strategi promosi, segmen apa
yang ditunjukan sahabat wakaf untuk mempromosikan produk wakaf?
J : Sebenarnya kalo kita mau pilih-pilih, wakaf itu masuk di sekmen middle up,
idealnya, karena memang kita berbicara wakaf, adalah berbicara (diarea)
middle up, tambahan lagi sahabat wakaf yang saat ini terbentuk mayoritas
adalah temen-temen yang bergerak di dunia insurance, jadi, konsultan-
konsultan keuangan yang memang sudah terbiasa menangani masyarakat
menengah atas, tapi program Wakaf Al-Azhar ini kita bentuk adalah untuk
membantu setiap masyarakat bisa berwakaf, karena ada hadits yang
meyebutkan bahawa “…ketika anak Adam meninggal dunia terputuslah
amal ibadahnya, kecuali tiga perkara, yang pertama sodaqotun zariyah
(wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan doa anak soleh. Jadi, sedekah zariya ini
menjadi bekal yang luarbiasa kita di akhirat disamping ibadah-ibadah
makhdoh lainya. Memang awalnya itu (untuk kalangan menengah atas)
dengan wakaf melalui produk-produk yang mengakomodir masyarakat
mulai dari Rp. 5000,- orang sudah bisa berwakaf.
T : Apa saja kelebihan dan kekurangan dari program sahabat wakaf?
J : Yang namanya kekurangan dan kelebihan itu pasti selalu ada dalam setiap
individu dala setiap program, tapi, orang yang baik itu cenderung berfokus
pada goal, kepada tujuan. Artinya berfokus pada kelebihan apa yang bisa
dimaksaimalkan dari itu, kalaupun ada kekurangan bukan untuk ditonjolkan,
tapi, untuk di kurangi, kalau dari sisi kekurangan sebagaimana saya
sampaikan diawal, karena ini terkait dengan me-manage people, me-manage
orang banyak, tentunya ini adalah kekurangan yang bisa kita sampaikan,
karena ini mengelola orang banyak yang tidak digaji tentunya ini adalah
tantangan tersendiri. Saya tidak bisa ini sebagai kekurangan tapi saya bisa
bilang ini adalah tantangan umtuk kita bia belajar berorganisasi, bisa me-
manage orang banyak, karena dakwah itu bagian dari me-manage orang
kan?, bagaiman hal-hal yang baik itu bisa sampai ke orang melalui diskusi-
diskusi, arahan-arahan, dan saya rasa ini bisa mewakili itu. Kekurangan
yang saya tangkap hanya itu, kalo dari sisi kelebihan, adalah pertama gini,
salah-satu kendala dakwah di Indonesia ini adalah kita lebih cenderung
antara boleh dan tidak saja, tapi, kita kadang tidak berpikir yang lebih
membumi, contoh, kalo kita mendakwahi seeorang maka lihat dulu
kondisinya, banyak belajar dari Wali Songo yang sukses, kalo kita ingin
menjadi pendakwah idealnya kita harus menjadi pendakwah yang penyantun
para masyarakat, baik secara materi maupun maknawi, ulama itu seharusnya
tidak bergantung dengan umatnya, nah, sekarang ini kan beda, ulama sangat
bergantung pada umatnya (dalam hal honorarium), nah, program sahabat
wakaf ini belum bisa dibilang sempurna, karena, justru karena yang menjadi
sahabat wakaf itu mohon maaf adaldah orang-orang yang belum dalam
pemahaman agamanya (terbatas), termasuk saya yang jug jadi bagian
sahabat wakaf, nah kan ini tentu tantangan, tapi yang kita bentuk adalah
sejalan dari mempebaiki diri untuk menjadi orang yang lebih baik, sehingga
ketika mensyiarkan (promosi) wakaf sebagai sahabat wakaf sambil
melakukan berbaikan diri terus juga di satu sisi, secara ekonomi kita
membaik juga (karena ada royalty closing), sehingga dakwah kita murni
hanya untuk menyampaikan tidak lagi meminta dari jamaah, kelebihan
sahabat wakaf ini kita bisa memiliki perpanjangan tangan untuk
mensyiarkan wakaf, karena mimpi besar wakaf ini luar biasa, tidak mungkin
dilakukan dengan jumlah (orang) yang sedikit, harus dilakukan dengan
berjamaah, maka sahabat wakaf yang saat ini saya bilang satu-satunya cara
yang memungkinkan visi-visi besar lembaga wakaf itu bisa terealisasi.
T : Apa saja syarat-syarat untuk menjadi sahabat wakaf?
J : Untuk menjadi sahabat wakaf sebenarnya simple, disini kita menerapkan
yang namanya training (training sahabat wakaf), kita brain storming dulu,
untuk menyampaikan apa latar belakangnya kita membuat program ini,
sehingga kita belajar bagaimana kita dulu Rasulullah membangun
Madinatul Munawarah, konsep yang dilakukan Rasulullah itulah yang coba
kita aplikasikan dalam program Wakaf Al-Azhar, bagaimana Rasulullah
membangun jaringan, bagaimana Rasulullah membangun pasar
(segmentasi), bagaimana Rasulullah membangun persaudaraan, bagaimana
Rasulullah membangun dulu melakukan hal-hal yang kita tidak sangka
akhirnya Rasulullah menjadi pemimpin, diakui oleh masyarakat, tujuannya
pun sejatinya kita umat Islam menjadi seorang pemimpin, mudah-mudahan
gerakan (yang dilakukan oleh sahabat wakaf) ini akan melahirkan
pemimpin-pemimpin baru ditengah-tengah masyarakat, yang fokusnya
adalah umat Islam itu sendiri, tidak hanya memikirkan urusan perut dan
lain-lain, tapi bagaimana dakwahnya itu benar-benar tepat sasaran. Setelah
training, kita akan adakan lagi pendalaman materi dan ada praktik lapangan,
sehingga kita bisa anggap dia layak menjadi sahabat wakaf untuk kita
terbitkan sertifikat sahabat wakaf, karena nanti jika ia menjadi sahabat
wakaf, maka dia akan menjadi representasi dari Wakaf Al-Azhar, artinya
dari segi pemahaman, attitude, tentunya kita harapkan tidak jauh dari
harapan kita, kalaupun ada satu-dua yang melenceng ya, sudah sunatullah,
dan juga sekarang sudah Alhamdulillah kita tingkatkan, tidak hanya terbatas
hanya untuk kalangan umat muslim, banyak juga nonmuslim yang sudah
menjadi bagian dari sahabat wakaf Al-Azhar, karena bahwasanya itu
menunjukan bahwa memang Islam itu agama yang rahmatalillalamin,
sebagaimana Rasulullah membangun Madinah. Kurang lebih seperti itu.
Jakarta, 13 Mei 2015
Menyetujui
Hendra Yuliano
Direktur Marketing Wakaf Al-Azhar
HASIL TRANSKIP WAWANCARA
Responden : Hasbiallah Khatim
Jabatan : Koordinator dan Ketua Tim Duabelas Sahabat Wakaf
Al-Azhar.
Hari/tanggal : Rabu, 13 Mei 2015
Pukul : 10:45 WIB
T (Tanya)
J (Jawab)
T : Apa tujuan di adakannya program sahabat wakaf?
J : Program sahabat wakaf itu sebetulnya salah satu inisiasi yang dilakukan
oleh Wakaf Al-azhar, agar tingkat partisipasi pewakif itu meningkat.
Yang perlu diketahui bahwa wakif-wakif itu adalah para donatur, yang
tingkatnya, mereka adalah eksekutif, mereka adalah pengusaha, dan lain
sebagainya. Dan (mereka) didorong untuk mengajak (orang menjadi
sahabat wakaf) lagi, jadi lebih sebetulnya kalo didunia kegiatan lainya
seperti macam member get member, tetapi member get member itu ada
fungsi tugas, hak dan kewajiban juga. Sebagai sahabat wakaf berarti dia
ada hak juga atas apa yang ia kerjakan, dan kewajiban-kewajiban yaitu
sebenarnya simple, mengajak orang berpartisipasi untuk menjadi
pewakaf program-program dan pembelian produk-produk wakaf.
Semangatnya apa? Semangatnya, mendapatkan pahala yang sama, karena
sebetulnya kita kiaskan dengan kalau orang berpuasa kemudian dikasih
makan, jadi ada seseorang memberi makan orang berpuasa, akan
mendapatkan pahala orang yang berpuasa. Jadi, dengan semangat itu,
artinya kalau kita (sahabar wakaf) ingin mendapatkan nilai pahala wakaf
yang lebih baik, maka kita mengajak orang untuk wakaf juga. Itu untuk
tujuan didiadakanya program sahabat wakaf.
T : Apa target yang ingin dicapai program sahabat wakaf?
J : Target yang dicapai sahabat wakaf, jadi target yang ingin dicapai
program sahabat wakaf itu : pertama, fundraising, maksudnya
pendanaannya jadi prograsif. Dengan seperti ini kayak semacam ada
marketing-marketing bayangan ditengah-tengah masyarakat, dan lebih
bisa penetrasi atau masuk ke segmen-segmen yang ada. Karena
sebetulnya wakaf al-azhar sendiri mencontoh kegiatan-kegiatan (khusus
sahabat wakaf) marketing dan manajemen di perbankan dan asuransi. Itu,
jadi bukan hal yang baru sebetulnya, karena wakaf al-azhar ini
menginisiasi bagaimana itu menjadikan sebagai salah satu acuan dan
dijadikan, diimplementasikan di wakaf, sejauh ini (perkembangan),
bagus karena wakaf al-azhar saat ini di lembaga-lembaga wakaf yang ada
(di Indonesia) itu sudah ranking 4 (empat) dari penghimpunanya, yang
lain umurnya (berdirinya lembaga) sudah lebih tua kalau wakaf al-azhar
sejak 2010, jadi sudah tahun keempat, jadi disini targetnya itu
pendekatan yang jumlah (pereolehan) pendanaan yang tinggi.
T : Bagaimana mekanisme menjadi sahabat wakaf?
J : Mekanisme menjadi sahabat wakaf tentu mereka harus (melakukan)
training, apapun skill mereka, beckground mereka, pendidikan mereka,
mereka harus melakukan tahapan training. Pertama training mengenai
basic, trainingnya adalah mengenai tentang motivasi wakaf dan lain
sebagainya, mereka harus tahu bentuk (wakaf), sejarah (wakaf), kegiatan
wakaf ini kapan dimulainya pertama kali, dan segala hal yang berkaitan
dengan semangat-semangat wakaf. Itu otomatis harus memetakan
(memilah) yang mana zakat, yang mana infaq, sedekah dan apa itu
wakaf, motivasinya. Nah di traning inilah mereka ditingkatkan satu
persatu, menjadi seorang konsultan (wakaf), yang memiliki kemampuan
menerjemahkan dan mengarahkan (agar ber) wakaf.
T : Apa peran dari koordinator program sahabat wakaf?
J : Kemudian, peran koordinator tentu disini, adalah bagaimana sahabat
wakaf yang mungkin mereka expert (ahli) dibidang lain tapi di wakaf
sendiri baru (pengerahuan tentang wakaf), ia harus di dorong, di inforace,
contoh, karena sebetulnya koordinator itu leader, adalah orang-orang
yang lebih dulu kemudian mengajarkan (sahabat wakaf) yang baru,
koordinator itu begitu saja, se simple itu, jadi dia bisa jadi mentor, dia
bisa jadi teacher, dan dia harus bisa menjadi seorang trainer dan coach.
T : Apa yang menjadi kekuatan serta peluang program sahabat wakaf?
J : Kekuatan serta peluang, kekuatanya adalah bahwa sosialisasi (promosi)
jadi, tahapan penjualan produk wakaf enggak bisa kita menjual se simple
itu wakaf perlu penjelasan sosialsiasinya, ketika seorang pewakif itu
menjadi seorang sahabat wakaf, dia mengajak, dia cukup mencontohkan
bahwa seperti ini (berwakaf), saya sudah pernah, itu punya kekuatan.
Peluangnya sendiri ya potensi (wakaf), jadi gini, kalau dari 100 % harta
kita, zakat itu cuma 2,5 %, sisanya itu diwariskan dan diwakafkan,
biasanya diwakafkan. Jadi, peluangnya luas, karena orang itu bisa sekitar
sepertiga dari hartanya di wakafkan, kan potensi yang besar, sedangkan
potensi zakat sendiri dari 2,5 % itu saja jumlahnya triliunan, apalagi
kalau kita bisa benar-benar berhasil menggaet program wakaf ini.
T : Apa hambatan dan ancaman program sahabat wakaf?
J : Hambatan dan ancaman, biasanya itu sistem monitoring (pengawasan),
sistem perekrutan, sistem training itu harus sistemik. Jadi bukan
berdasarkan personal (satu per satu) dan ini sudah dikembangkan,
prosesnya mahal, prosesnya bertahap, dan harus sistemik, Jadi bukan
berdasarkan personal, jadi ada standar operasionalnya dan lain
sebagainya. Ancamanya, sebetulnya kita harus screening lebih dalam
karena kita mengundang orang lain untuk menggalang dana wakaf, jadi
disini bisa jadi ada missinterpretasi itu sedikit ancaman, jadi kita harus
lebih ketat. Disatu sisi kita harus merekrut sebanyak-banyaknya tapi juga
kita harus ketat.
T : Bagaimana strategi promosi wakaf yang dilakukan oleh sahabat
wakaf?
J : Strategi promosi program sahabat wakaf, promosi itu pertama, event ini
adalah aktifasi, brand activation maksudnya sahabat wakaf itu
benyerukan (mempromosikan) seluas-luasnya iklan, benner, tapi
sebetulnya kita pakai strategi sahabat wakaf ini jadi efektif karena mouth
to mouth, cerita ke cerita, kepercayaan. Itu strategi yang memang
dilakukan, yang langkah real-nya adalah prekrutan sistem mengajak, jadi
ada benefit tertentu yang akan didapatkan oleh sahabat wakaf jika dia
merekrut karna dia pakainya sistem jaringan. Jadi strateginya kita adalah
men-tarining terus, men-tarining men-tarining men-tarining, strateginya
sekarang itu.
Jakarta, 13 Mei 2015
Menyetujui
Hasbiallah Khatim
Ketua Tim 12 dan Koordinator
Sahabat Wakaf Al-Azhar
HASIL TRANSKIP WAWANCARA
Responden : Fahmi Reza
Jabatan : Sahabat Wakaf Al-Azhar
Hari/tanggal : Sabtu, 27 Juni 2015
Pukul : 15:57 WIB
T (Tanya)
J (Jawab)
T : Sudah berapa lama anda menjadi sahabat wakaf?
J : Baru 2-3 bulan
Dalam hal bauran promosi ada aspek-aspek sebagai berikut?
Aspek Iklan, Publisitas dan Humas (Advertaising, Publicity and Public
Relation)
T : Apa tujuan anda mempromosikan tersebut?
J : Mengenalkan konsep wakaf kepada orang-orang dan
mempromosikan (produk) Wakaf Al-Azhar ini, yaitu dengan
konsep menabung dengan uang kecil tapi bisa mendapatkan
manfaat yang banyak dan berguna bagi sang wakif mendapatkan
amalan di akhirat nanti, juga buat maukuf alaih (dalam hal hasil
pemanfaatan wakaf).
T : Media apa yang digunakan?
J : Media yang diguanakan, penjualan langsung, berbincang-bincang,
melakukan tahapan-tahapan penjualan.
Aspek penjualan dan Promosi Personal (Personal Promotion and
Selling)
T : Bagaimana cara anda dalam memprospek dan meyakinkan
calon wakif?
J : Kalo dari saya tidak pernah merasa memaksakan atau menekan calon
wakif, karena ini adalah untuk kebaikan si calon wakif, jadi cara
mempromosikannya melalui soft selling, dengan berbincang-bindang
dengan calon wakif, (harus) tahu (tentang konsep wakaf) dulu,
memperkenalkan apa itu wakaf, kepada si calon wakif, berbincang-
bincang apa kebutujan dia (caolon wakif), dan meminta sedikit detail
konteks (motivasi/prospek untuk berwakaf) dia, untuk bisa di
hubungi lebih lanjut, tapi untuk saat pertama kali promosi,
mempromosikanya tidak secara string, jadi hanya untuk perkenalan
dulu, berikutnya, baru bertemu lebih lanjut untuk penjelasan lebih
dalam.
T : Bagaimana tanggapan/respon wakif?
J : Kebanyakan respon mereka (calon wakif/wakif), sanagt positif
apalagi (pada event tertentu seperti Ramadhan dll), sekerang jadi
mereka responsive walaupun ketika di-follow up sebagian dari
mereka beralasan untuk tidak melanjutkan (tahapan prospek), tapi
secara keseluruhan responya positif. Karena kembali ke tujuan awal
tadi bahwa saya (sebagai Sahabat Wakaf) tidak memaksakan, karena
ini juga untuk kepentingan calon wakif dan karena wakaf mereka
bisa bermanfaat (untuk maukuf alaih).
Aspek Pemasaran Langsung (Direct Marketing)
T : Dalam memprospek calon wakif, apakah pesan ditunjukan
pada orang tertentu?
J : Karena produk yang kami promosikan (berfokus pada) Wakaf
Wasiat Polis Asuransi Syariah, jadi itu ada batasan umur, artinya
untuk umur yang sudah 60 tahun keatas itu kami tetap menawarkan,
tapi tidak se agresif (kepada calon wakif dibawah 60 tahun) itu,
karena mereka sudah hamper habis masa asuransinya, yang lebigh
kami targetkan adalah orang-orang yang masih berumur antara 20
s/d 40 tahun, jadi masa produktif mereka.
T : Apakah pesan yang disampaikan dapat mempengaruhi orang
yang dituju?
J : Tidak ada segment-segment tertentu, karena ini dibebaskan untuk
siapapun, dari kalangan apapun boleh, mereka berhak untuk
berwakaf, jadi saya pun memasarkanya pada semua kalangan. Tapi
kembali lagi itu (Wakaf Wasiat Polis Asuransi Syariah) Ada batasan
umur, batasan umur pun sebenarnya tidak terlalu menjadi kemdala,
kerena mungkin orang (calon wakif) bisa merefrensikan
(merekomendasikan) saudaranya atau orang lain untuk menjadi
wakif. Jadi, tidak ada segment tertentu, tidak ada kalangan tertentu
untuk di targetkan.
T : Menurut anda strategi apa yang paling efektif dalam
mempromosikan produk Wakaf Al-Azhar?
J : Dari kalangan yang terdekat (saudara, kerabat) dulu, jadi gak
sembarangan orang, karena saya percaya, di Indonesia ini tingkat
kesadaran mengenai bersedekah, lebih tepatnya berwakaf, mungkin kalo
sedekah zakat dll orang sudah paham, kalo wakaf kan akirnya mereka
masih agak kurang 100 % paham, apa itu wakaf. Jadi, kalomenjelaskan
ke orang awam, orang yang tidak kita kenal, orang asing, mungkin agak
kurang percaya jika kita menjelaskanya, dibandingkan kita
menjelaskannya dengannya kepada orang yang kita kenal.
T : Dalam mempromosikan produk Wakaf Al-Azhar, dari mana biaya
promosi tersebut?
J : Biaya dari sendiri, karena saya mikirnya juga ini untuk tujuan baik,
kenapa juga harus pelit-pelit lah.
T : Apa yang anda dapatkan setelah mempromosikan produk Wakaf Al-
Azhar?
J : Secara imaterial-nya ya, saya mendapatkan ya enggak tahu ya apakah ini
di anggap sebagai pahala atau tindakan baik atau tidak di mata Allah,
tapi, saya merasa sudah berbuat baik, saya mengaja orang untuk
berwakaf, itu juga ada keuntungan (pahala) buat saya, berati pesan atau
ilmu (tentang konsep wakaf) yang saya sampaikan sudah dapat diterima
oleh dia (calon wakif) dan dia juga berwakaf untuk tujuannya dia. Saya
melihat keuntungannya ya win-win (sama-sama untung), kalo dari segi
financial, material-nya saya tentu mendapatkan komisi (hasil prosentase
closing) dari produk (biaya prosentase orerasional wakaf) tersebut.
Jakarta, 27 Juni 2015
Menyetujui
Fahmi Reza
Sahabat Wakaf Al-Azhar
Promosi Lewat Media Elektronik
Informasi Training Sahabat Wakaf melalui Web
Artikel Pengembangan Training Sahabat Wakaf Oleh Lembaga Wakaf Al-Azhar
Informasi Wakaf Wasiat Polis Asuransi melalui Situs Resmi Wakaf Al-Azhar
Informasi penunjang melalui Situs Resmi Wakaf Al-Azhar
Informasi Wakaf Wasiat Polis Asuransi melalui media sosial twitter
Media Sosial Twitter Resmi Sahabat Wakaf Al-Azhar
Informasi perekrutan Sahabat Wakaf Al-Azhar
Informasi tentang kegiatan Sahabat Wakaf Al-Azhar melalui sosial media twitter
Informasi Sahabat Wakaf melakukan Personal Selling di lingkungan Masjid Agung Al-Azhar
Informasi Ikrar Wakaf Wasiat Polis Asuransi Sahabat Wakaf Al-Azhar
top related