skripsi - repositoryrepository.unair.ac.id/56370/13/fs_bi_52-16_ama_k.pdf · temukan menyebabkan...
Post on 03-Mar-2019
263 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SKRIPSI
KESULITAN MEMBACA KATA PADA ANAK DISLEKSIA USIA 7-12
TAHUN DI SEKOLAH INKLUSIF GALUH HANDAYANI SURABAYA:
KAJIAN PSIKOLINGUISTIK
Oleh
INTAN AMALIA
NIM 121211133057
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
SKRIPSI
KESULITAN MEMBACA KATA PADA ANAK DISLEKSIA USIA 7-12
TAHUN DI SEKOLAH INKLUSIF GALUH HANDAYANI SURABAYA:
KAJIAN PSIKOLINGUISTIK
Oleh
INTAN AMALIA
NIM 121211133057
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
ii
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
KESULITAN MEMBACA KATA PADA ANAK DISLEKSIA USIA 7-12
TAHUN DI SEKOLAH INKLUSIF GALUH HANDAYANI SURABAYA:
KAJIAN PSIKOLINGUISTIK
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Program
Studi Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga
Oleh
INTAN AMALIA
NIM 121211133057
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
iii
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
dan hi dayah-Nya s ehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang b erjudul
“Kesulitan M embaca K ata p ada A nak D isleksia U sia 7 -12 T ahun di S ekolah
Inklusif Galuh H andayani S urabaya: Kajian Psikolinguistik”. S holawat s erta
salam p eneliti sampaikan k epada N abi M uhammad S AW b eserta k eluarga d an
para sahabatnya yang telah memberikan jalan menuju kebenaran.
Penelitian i ni be rusaha untuk m endeskripsikan kesulitan m embaca ka ta
dasar dan k ata be ntukan pa da a nak-anak di sleksia di S ekolah Inklusif G aluh
Handayani Surabaya. Penelitian ini akan memaparkan bentuk kesulitan membaca
kata p ada s ubjek d engan m enjelaskan l etak k esulitan k etika m embaca s erta
perubahan pola kata yang dibaca oleh subjek.
Penyusunan s kripsi i ni m erupakan s alah s atu s yarat unt uk m emperoleh
gelar sarjana p ada P rogam S tudi S astra Indonesia F akultas Ilmu B udaya
Universitas A irlangga. P eneliti d apat m enyelesaikan s kripsi i ni t idak l epas da ri
bantuan, m otivasi, da n b imbingan da ri be rbagai pi hak. O leh ka rena i tu, pe neliti
mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada:
1. Ibu Diah A riani A rimbi, S .S., M .A., P h.D., s elaku D ekan F akultas Ilmu
Budaya Universitas Airlangga,
2. Dra. D wi H andayani, M .Hum., s elaku K etua P rogam S tudi S astra Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, sekaligus selaku dosen wali,
3. Drs. Tubiyono, M.Si., selaku dosen pembimbing,
vi
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
4. Seluruh dosen pengajar Sastra Indonesia Universitas Airlangga,
5. Seluruh pihak di Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya dan narasumber
yang memberikan data dan informasi untuk terseleseinya skripsi ini,
6. Kedua o rang tua yang t elah memberikan kasih s ayang dan motivasi t erbesar
dalam penyeleseian skripsi ini,
7. Seluruh ke luarga pe neliti yang t urut m endukung da n m emberikan s emangat
dalam penyeleseian skripsi ini,
8. Lidia, Yulies, Vitta, dan Hasyim yang selalu menjadi sahabat terbaik selama
empat tahun dan berjuang bersama dalam menyelesaikan skripsi,
9. Seluruh teman-teman Sastra Indonesia Universitas Airlangga 2012.
Skripsi i ni m asih ba nyak ke kurangan, s ehingga pe neliti m engharapkan
berbagai kr itik da n s aran da ri b erbagai pi hak. Peneliti ju ga berharap s kripsi i ni
dapat memberi banyak ilmu dan manfaat bagi pembacanya.
Surabaya, 22 Juni 2016
Peneliti
vii
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ABSTRAK
Penelitian in i bertujuan unt uk m endeskripsikan ke sulitan m embaca k ata pada anak disleksia baik kata dasar maupun kata bentukan. Kemampuan membaca orang n ormal d engan penderita d isleksia t entu b erbeda. P enelitian i ni ak an mendeskripsikan k esulitan m embaca k ata d asar d an k ata bentukan de ngan menjelaskan bentuk dan letak kesulitan membaca yang dialami anak disleksia usia 7-12 t ahun di S ekolah Inklusif G aluh H andayani S urabaya. Metode y ang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data d ilakukan d engan observasi at au p engamatan l angsung k epada an ak-anak yang m engalami d isleksia s elama k egiatan b elajar yang t elah d itetapkan p ihak Sekolah I nklusif G aluh Handayani S urabaya. Hasil pe nelitian i ni m enunjukkan kesulitan m embaca k ata d asar d an k ata b entukan b erasal d ari b erbagai m acam kelas ka ta yaitu nom ina, ve rba, a jektiva, a dverbia, da n k ata t ugas. Kesulitan membaca k ata d asar yang d itemukan s ebagian besar adalah n omina, s edangkan kesulitan m embaca b entukan s ebagian b esar t erdiri d ari k ata v erba. K esulitan membaca s etiap s ubjek m emiliki be ntuk yang be rbeda s ehingga t idak bi sa dikategorikan s ama. M ayoritas k esulitan m embaca yang d ialami p ara s ubjek adalah membaca dengan mengganti fonem dengan fonem yang lain, ba ik fonem vokal m aupun f onem k onsonan. M embaca d engan m engganti l ebih d ari s atu fonem d alam s atu k ata j uga t erjadi k etika s ubjek k esulitan m embaca. Kesulitan membaca l ainnya yang d itemukan p ada s ubjek ad alah m embaca d engan menghilangkan a tau m enambahkan fonem ba ik f onem voka l m aupun f onem konsonan, menukar l etak fonem dengan fonem yang lain, mengulangi suku kata didepannya, dan membaca dengan semaunya. Beberapa kesulitan membaca yang temukan menyebabkan perubahan pola suku kata dari suku kata tertutup menjadi suku ka ta t erbuka, da n s uku ka ta t erbuka m enjadi s uku ka ta t ertutup. S elain mengalami pe rubahan p ola s uku ka ta, be berapa ke sulitan m embaca pa da s ubjek juga menyebabkan berubahnya jumlah suku kata.
Kata Kunci: disleksia, kesulitan membaca, psikolinguistik
ix
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Depan .......................................................................................................... i
Sampul Dalam ......................................................................................................... ii
Prasyarat Gelar ....................................................................................................... iii
Persetujuan Pembimbing Skripsi ........................................................................... iv
Pengesahan Dewan Penguji Skripsi ........................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
PERNYATAAN ................................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR LAMBANG ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 5
1.6 Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 5
1.7 Landasan Teori .............................................................................................. 8
1.7.1 Psikolinguistik ........................................................................................ 8
1.7.1.1 Perkembangan Bahasa pada Anak ...................................................... 9
1.7.1.2 Gangguan Belajar Disleksia.............................................................. 13
1.7.2 Teori Morfologi .................................................................................... 16
1.8 Metode Penelitian ........................................................................................ 25
1.8.1 Sumber Data ......................................................................................... 25
1.8.2 Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 25
1.8.3 Metode Analisis Data ........................................................................... 25
1.8.4 Metode Penyajian Data ......................................................................... 26
1.9 Sistematika Penelitian ................................................................................. 26
x
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ....................................... 28
2.1 Profil Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya .................................... 28
2.1.1 Kurikulum Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya..................... 29
2.1.2 Jenis Terapi Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya ................... 30
2.1.3 Metode Terapi Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya .............. 32
2.1.4 Fasilitas Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya ......................... 33
2.1.5 Alur Layanan Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya ................ 35
2.1.6 Proses Belajar Mengajar Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya 37
2.2 Gambaran Umum Subjek Penelitian ........................................................... 40
BAB III TEMUAN DAN ANALISA DATA ....................................................... 43
3.1 Kesulitan Membaca Kata Dasar pada Anak Disleksia ................................ 43
3.1.2 Kesulitan Membaca Kata Dasar Verba ................................................. 64
3.1.3 Kesulitan Membaca Kata Dasar Ajektiva ............................................. 68
3.1.4 Kesulitan Membaca Kata Dasar Adverbia ............................................ 74
3.1.5 Kesulitan Membaca Kata Dasar Kata Tugas ........................................ 77
3.2 Kesulitan Membaca Kata Bentukan pada Anak Disleksia .......................... 80
3.2.1 Kesulitan Membaca Kata Bentukan Nomina........................................ 81
3.2.2 Kesulitan Membaca Kata Bentukan Verba ........................................... 87
3.2.3 Kesulitan Membaca Kata Bentukan Ajektiva ....................................... 97
3.2.4 Kesulitan Membaca Kata Bentukan Adverbia ...................................... 97
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 99
4.1 Simpulan ...................................................................................................... 99
4.2 Saran .......................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 101
LAMPIRAN ........................................................................................................ 103
xi
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
DAFTAR LAMBANG
[ ] : Tanda fonetis
[a] : Melambangkan bunyi vokal a, misalnya pada kata anting
[i] : Melambangkan bunyi vokal i (tinggi), misalnya pada kata ibu
[I] :Melambangkan bunyi vokal i (rendah), misalnya pada kata angIn
[u] : Melambangkan bunyi vokal u (tinggi), misalnya pada kata tukang
[U] : Melambangkan bunyi vokal u (rendah), misalnya pada kata pukUl
[ə] : Melambangkan bunyi vokal e, misalnya pada kata səkolah
[e] : Melambangkan bunyi vokal e, misalnya pada kata indonesia
[ɛ] : Melambangkan bunyi vokal e, misalnya pada kata bɛngkɛl
[o] : Melambangkan bunyi vokal o (tinggi), misalnya pada kata komodo
[ɔ] : Melambangkan bunyi vokal o (rendah), misalnya pada kata ɔmbak
[p] : Melambangkan bunyi konsonan p, misalnya pada kata pintu
[b] : Melambangkan bunyi konsonan b, misalnya pada kata bibi
[t] : Melambangkan bunyi konsonan t, misalnya pada kata hati
[d] : Melambangkan bunyi konsonan d, misalnya pada kata dia
[c] : Melambangkan bunyi konsonan c, misalnya pada kata kancil
[j] : Melambangkan bunyi konsonan j, misalnya pada kata ajak
[k] : Melambangkan bunyi konsonan k, misalnya pada kata komisi
[g] : Melambangkan bunyi konsonan g, misalnya pada kata garmen
[?] : Melambangkan bunyi konsonan glotal, misalnya pada kata bapa?
[m] : Melambangkan bunyi konsonan m, misalnya pada kata madu
xii
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
[n] : Melambangkan bunyi konsonan n, misalnya pada kata nektar
[ñ] : Melambangkan bunyi konsonan ny, misalnya pada kata meñambut
[ŋ] : Melambangkan bunyi konsonan ng, misalnya pada kata baŋkai
[l] : Melambangkan bunyi konsonan l, misalnya pada kata leher
[f] : Melambangkan bunyi konsonan f, misalnya pada kata Irfan
[s] : Melambangkan bunyi konsonan s, misalnya pada kata saya
[h] : Melambangkan bunyi konsonan h, misalnya pada kata tanah
[v] : Melambangkan bunyi konsonan v, misalnya pada kata vas
[r] : Melambangkan bunyi konsonan r, misalnya pada kata menara
[w] : Melambangkan bunyi konsonan w, misalnya pada kata awan
[y] : Melambangkan bunyi konsonan y, misalnya pada kata yakni
xiii
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Vokal Bahasa Indonesia ........................................................................... 23
Tabel 2. Konsonan Bahasa Indonesia .................................................................... 24
Tabel 3. Jumlah Murid di SD Galuh Handayani Surabaya .................................... 37
Tabel 4. Jadwal Jam Belajar SD Galuh Handayani Surabaya ............................... 40
Tabel 5. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Nomina Subjek 1 ...................... 44
Tabel 6. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Nomina Subjek 2 ...................... 48
Tabel 7. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Nomina Subjek 3 ...................... 53
Tabel 8. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Nomina Subjek 4 ...................... 57
Tabel 9. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Nomina Subjek 5 ...................... 60
Tabel 10. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Verba Subjek 1 ........................ 64
Tabel 11. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Verba Subjek 2 ........................ 65
Tabel 12. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Verba Subjek 3 ........................ 66
Tabel 13. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Verba Subjek 4 ........................ 67
Tabel 14. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Ajektiva Subjek 1 .................... 68
Tabel 15. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Ajektiva Subjek 2 .................... 69
Tabel 16. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Ajektiva Subjek 3 .................... 70
Tabel 17. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Ajektiva Subjek 4 .................... 71
Tabel 18. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Ajektiva Subjek 5 .................... 72
Tabel 19. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Adverbia Subjek 1 .................. 74
Tabel 20. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Adverbia Subjek 2 .................. 74
Tabel 21. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Adverbia Subjek 3 .................. 75
Tabel 22. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Adverbia Subjek 4 .................. 76
Tabel 23. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Adverbia Subjek 5 .................. 76
Tabel 24. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Kata Tugas Subjek 1 ............... 77
Tabel 25. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Kata Tugas Subjek 2 ............... 78
Tabel 26. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Kata Tugas Subjek 3 ............... 78
Tabel 27. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Kata Tugas Subjek 4 ............... 79
Tabel 28. Daftar Kesulitan Membaca Kata Dasar Kata Tugas Subjek 5 ............... 80
Tabel 29. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Nomina Subjek 1 .............. 82
Tabel 30. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Nomina Subjek 2 .............. 83
xiv
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
Tabel 31. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Nomina Subjek 3 .............. 84
Tabel 32. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Nomina Subjek 5 .............. 85
Tabel 33. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Verba Subjek 1.................. 88
Tabel 34. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Verba Subjek 2.................. 89
Tabel 35. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Verba Subjek 3.................. 91
Tabel 36. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Verba Subjek 5.................. 94
Tabel 37. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Ajektiva Subjek 5.............. 97
Tabel 38. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Adverbia Subjek 1 ............ 98
Tabel 39. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Adverbia Subjek 5 ............ 98
xv
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Membaca adalah salah satu modalitas berbahasa. Berbahasa sendiri adalah
kegiatan m anusia da lam m emproduksi da n m eresepsi ba hasa i tu, yang dimulai
dari enkode semantik dalam otak pembicara dan berujung pada dekode semantik
dalam o tak pendengar dengan ka ta l ain, pr oses pe nyampaian i nformasi da lam
berkomunikasi ( Chaer, 2002:30). Dari s egi lin guistik me mbaca a dalah s uatu
proses pe nyandian ke mbali da n pe mbahasan s andi ( a recording and decoding
process), be rlainan de ngan b erbicara d an m enulis yang ju stru me libatkan
penyandian ( encoding). S ebuah as pek p embacaan s andi (decoding) ad alah
menghubungkan ka ta-kata tu lis (written word) dengan m akna bahasa l isan (oral
language meaning) yang m encakup pe ngubahan t ulisan/cetakan m enjadi bun yi
yang be rmakna (Tarigan, 1984: 8). Dengan d emikian m embaca ad alah s uatu
proses yang m elibatkan ke mampuan vi sual da n kog nisi unt uk m emberikan
lambang-lambang hur uf a gar da pat di pahami da n m enjadi be rmakna ba gi
pembaca.
Membaca adalah hal yang penting dalam proses belajar. Jika kemampuan
membaca t erganggu, m aka pr oses be lajar j uga a kan t erganggu. O leh ka rena i tu,
kemampuan m embaca ha rus di asah s ejak di ni. A kan t etapi t erdapat be berapa
orang yang m engalami kesukaran m embaca. K esukaran d alam m embaca yang
1
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
2
dialami oleh orang tersebut dapat disebut sebagai disleksia. Disleksia adalah salah
satu gangguan berbahasa berupa kesulitan membaca.
Weinstein ( 2008) da lam Y udhitia (2015:4) m enjelaskan b ahwa p ada
mulanya gangguan di sleksia di masukkan da lam g angguan but a hur uf yang
berhasil ditemukan pertama kali pada akhir abad ke-19. Bagi seseorang yang tidak
memiliki gangguan disleksia, menganggap bahwa tiap huruf alphabet sebenarnya
terdiri d ari e lemen-elemen yang s ederhana, na mun p ada s eseorang yang
mengalami gangguan i ni be lum bi sa m embedakan b eberapa hu ruf alphabet,
seperti pe rbedaan a ntara f onem [ b] da n [ d] yang ha nya t erletak pa da pos isi
setengah lingkarannya, pada [b] posisi setengah lingkarannya ada di kanan garis,
sedangkan [d] di ki ri garis. Seperti pada kata apel akan dibaca [abəl], kata buku
akan d ibaca [ puku] d an sebagainya. Bagi an ak d isleksia, k esederhanaan elemen
ini m enjadi s ebuah ke rumitan yang m embingungkan. Namun di sleksia buka n
hanya suatu gangguan pada sistem visual dalam menangkap kata-kata atau setiap
huruf dalam posisi terbalik.
Penderita disleksia didominasi oleh anak laki-laki dengan perbandingan 3
banding 1. Banyak s ekali di duni a i ni or ang yang t idak d apat m embaca d an
menulis. 1 0% d iantaranya adalah an ak-anak pa da us ia s ekolah. A ngka kejadian
disleksia di duni a be rkisar 5 ‐17% pa da a nak usia s ekolah. D isleksia a dalah
gangguan yang p aling s ering t erjadi p ada m asalah b elajar. K urang l ebih 8 0%
penderita gangguan b elajar me ngalami d isleksia. 5 ‐10% a nak‐anak da n or ang
dewasa terkena disleksia (Wolfensberger dan Ruijssenaars:1997).
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
3
Kemampuan m embaca pada o rang n ormal d an penderita d isleksia tentu
berbeda. Disleksia membutuhkan cara belajar yang berbeda dengan orang normal.
Beberapa o rang t ua t idak m enyadari ad anya g angguan b elajar i ni. B ahkan
kebanyakan dari orang tua menduga bahwa penderita disleksia adalah anak yang
bodoh dan malas. Penderita disleksia bisa saja memiliki IQ dan fisik yang normal,
hanya s aja m engalami k esulitan k etika m embaca. Disleksia in i d apat d ikenali
ketika anak mulai melakukan proses belajar di sekolah. Dengan t ingginya angka
kejadian disleksia pada masa usia sekolah, maka pemahaman mengenai disleksia
ini sangatlah penting khususnya para orang tua dan guru. Jika pada usia 7 tahun,
anak b elum d apat m embaca d engan b enar, maka an ak t ersebut b isa s aja
mengalami ke sulitan m embaca a tau di sleksia da n t entu m emerlukan ke butuhan
khusus d alam b elajar. D iagnosis at au p enetapan seseorang m engalami d isleksia
adalah us ia 7 t ahun ke a tas. H al i ni t elah di tetapkan ol eh U NESCO de ngan
pertimbangan bahwa anak-anak pasti membutuhka proses pada pembelajarannya
(Hakim:2015).
Sekolah I nklusif Galuh H andayani adalah s ekolah i nklusif pe rtama d i
Surabaya. S ekolah i ni m emiliki f asilitas yang me madai u ntuk me mbantu
pembelajaran bagi penderita disleksia. Sekolah ini memiliki dokter, psikolog, dan
staf p aramedis. P enelitian me ngenai p enderita d isleksia masih s ulit d ijumpai
namun mulai diminati. Dengan munculnya permasalahan ini menarik untuk lebih
mendalami dan meneliti Kesulitan Membaca Kata pada Anak Disleksia Usia 7-12
Tahun di S ekolah I nklusif G aluh H andayani S urabaya d alam K ajian
Psikolinguistik.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah kesulitan m embaca k ata dasar pada a nak di sleksia us ia 7 -12
tahun di Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya?
b. Bagaimanakah kesulitan membaca kata bentukan pada anak disleksia usia 7-
12 tahun di Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan l atar b elakang d an r umusan m asalah yang d ijelaskan
sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan kesulitan membaca kata dasar pada anak disleksia usia 7-12
tahun di Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya.
b. Mendeskripsikan kesulitan m embaca k ata bentukan pada an ak d isleksia u sia
7-12 tahun di Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca atau pihak-
pihak la in yang b erkepentingan. D itinjau d ari ma nfaat te oritisnya, p enelitian in i
diharapkan da pat menambah pe ngetahuan da n m enjadi da ya t arik ba gi m inat
kajian d alam b idang lin guistik terutama p ada k ajian p sikolinguistik me ngenai
kesulitan membaca kata pada anak yang mengalami gangguan disleksia.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
5
Ditinjau d ari ma nfaat p raktisnya, p enelitian in i d iharapkan dapat
membantu m endeteksi da n pe nanganan pa da pe nderita disleksia. Penanganan
terhadap p enderita d isleksia berbeda de ngan or ang bi asa, s ehingga or ang t ua
ataupun g uru-guru yang m enemui pe nderita disleksia akan l ebih t ahu car a
menghadapi penderita disleksia.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian in i bertujuan untuk m engetahui kesulitan m embaca kata p ada
anak penderita di sleksia. Oleh ka rena i tu pe nelitian i ni be rfokus pa da gangguan
membaca kata dasar dan kata bentukan pada anak-anak disleksia usia 7-12 tahun
di Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya.
1.6 Tinjauan Pustaka
Penelitian yang s ehubungan de ngan di sleksia di tulis ol eh N awangsari
(2008) dalam bukunya dengan judul “Identifikasi dan Model Intervensi Kesulitan
Belajar p ada S iswa S ekolah D asar d i S urabaya”. P enelitian t ersebut b erisikan
penelitian pa da a nak d isleksia, di sgrafia, da n di skalkulia. D alam p enelitian
tersebut j uga m engatakan b ahwa d isleksia at au k esulitan m embaca ad alah
kesulitan untuk memaknai s imbol, huruf, dan angka melalui pe rsepsi vi sual dan
auditoris. D isleksia yang t eridentifikasi di perlihatkan da lam be ntuk pe rilaku
membaca: secara terbata-bata, penghilangan kata atau suku kata, penggantian kata
atau suku kata, penambahan kata a tau suku kata, pembetulan sendiri, r agu-ragu,
membaca dalam cara yang tidak lazim, pertukaran huruf, penghilangan kata/huruf,
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
6
penyelipan k ata, p enambahan hur uf, m enunjuk setiap ka ta yang he ndak di baca,
membaca t anpa ek spresi, m elompati k ata, k alimat at au b aris, k urang
memperhatikan t anda baca, s alah m emenggal s uku k ata, k esalahan d alam
mengeja, na da s uara yang a neh t ampak t egang, pe ngucapan s alah da n tid ak
bermakna pengucapan k ata de ngan ba ntuan guru, pe ngulangan, m enggerakkan
kepala bukan matanya yang bergerak.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Elliott, dkk. (2000) dalam bukunya yang
berjudul “ Educational Psychology: E ffective Teaching, E ffective Learning”
mengemukakan b ahwa sebagian b esar p enundaan ke mampuan m embaca da pat
dikarenakan k esulitan-kesulitan da lam pe mrosesan f onologis. P emrosesan
fonologis ( phonological pr ocessing) merujuk pa da pe nggunaan informasi
fonologis, yaitu bun yi d ari ba hasa s eseorang. Berkaitan de ngan ha l i ni, t erdapat
tiga h al p enting d alam membaca a wal, me liputi phonological aw areness, yaitu
kesadaran t entang s uara-suara d alam s uatu b ahasa d an c ara s uara m embentuk
kata; alphabetic understanding, yaitu menerjemahkan huruf-huruf menjadi suara
dan memadukannya untuk membentuk kata-kata; dan automaticity with the code,
yaitu pengenalan kata dengan cepat.
Penelitian yang m embahas tentang kesulitan belajar yang d ialami
penderita di sleksia dilakukan oleh Larasati ( 2010) dalam s kripsi yang b erjudul
“Studi T entang P enggunaan M etode B ermain ‘ Alphapoly’ unt uk M embantu
Meningkatkan K emampuan M embaca p ada A nak yang M engalami
Kecenderungan Kesulitan B elajar M embaca ( Disleksia) ( Sebuah S tudi K asus)”
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
7
mengatakan b ahwa anak-anak b erkesulitan b elajar m embaca p ada awalnya
mengalami berbagai kesalahan dalam membaca sebagai berikut:
1. Penghilangan kata atau huruf
2. Penyelipan kata
3. Penggantian kata
4. Pengucapan kata salah
5. Pengucapan kata dengan bantuan guru
6. Pengulangan
7. Pembalikan kata dan huruf
8. Kurang memperhatikan tanda baca
9. Pembetulan sendiri
10. Ragu-ragu atau tersendat
Penelitian yang m embahas an ak d isleksia pada masa S D dilakukan ol eh
Noviriani ( 2008) da lam s kripsinya dengan j udul “P enyesuaian D iri Anak-anak
Disleksia (masa A nak S ekolah D asar)”. N oviriani m engatakan an ak-anak
disleksia cenderung tidak peduli dengan gangguan belajar membaca dan menulis
yang mereka alami, seakan tidak menyadari bahwa kesulitan itu ada.
Penelitian yang m endeskripsikan k emampuan m embaca an ak disleksia
dilakukan ol eh Y uzi ( 2015) dalam s kripsinya dengan j udul “ Kemampuan
Membaca p ada A nak Disleksia U sia 1 3-18 T ahun di S ekolah Inklusif G aluh
Handayani S urabaya: Kajian P sikolinguistik”. Ia m engatakan ke mampuan
membaca yang dilakukan s ubjek t idak d apat d ikategorikan s ama k arena
ketidakmampuan s ubjek s atu de ngan yang l ainnya b erbeda. S atu-satunya ya ng
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
8
sama pada mereka adalah kemampuan membacanya yang sangat rendah ditinjau
dari us ia d an i ntelegensinya. M ayoritas ke tidakmampuan yang di lakukan a nak-
anak disleksia adalah pada saat subjek menjumpai kata yang mengandung deretan
konsonan baik konsonan rangkap, konsonan berdampingan.
1.7 Landasan Teori
1.7.1 Psikolinguistik
Istilah psikolinguistik muncul tahun 1954 dalam buku Thomas A. Sebeok
dan Charles E . Osgood yang berjudul Psycholinguistic: A Survey of Theory and
Research Problems. Akan tetapi pengkajian bahasa dan berbahasa telah dilakukan
sejak z aman P anini, ah li t ata bahasa da ri India, da n S okrates a hli f ilsafat d ari
Yunani. Psikolinguistik adalah studi bahasa yang mempelajari penggunaan bahasa
dan pe rolehan ba hasa o leh m anusia. K ata ps ikolinguistik t erbentuk da ri ka ta
psikologi da n l inguistik. S ecara t eoritis t ujuan u tama p sikolinguistik a dalah
mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi
dapat menerangkan hakikat bahasa serta pemerolehannya. Psikolinguistik menurut
Levelt (1975) dalam Mar’at (2005:1) dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Psikolinguistik umum
Psikolinguistik um um adalah s uatu s tudi mengenai pengamatan at au
persepsi orang dewasa tentang bahasa dan cara ia memproduksi bahasa. Studi ini
juga m empelajari m engenai p roses k ognitif y ang m endasarinya p ada s aat
seseorang menggunakan bahasa.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
9
b. Psikolinguistik perkembangan
Psikolinguistik pe rkembangan adalah s tudi ps ikologi t entang pe rolehan
bahasa pada anak-anak dan orang dewasa, baik perolehan bahasa ibu atau bahasa
pertama maupun bahasa kedua.
c. Psikolinguistik terapan
Psikolinguistik terapan ad alah aplikasi d ari t eori-teori p sikolinguistik
dalam kehidupan sehari-hari pada orang dewasa ataupun pada anak-anak. Dalam
bidang t erapan i ni m asih di bedakan m enjadi applied ge neral ps ycholinguistics
dan applied de velopmental ps ycholinguistics. Untuk k esulitan m embaca at au
disleksia ini masuk dalam applied developmental psycholinguistics atau abnormal
applied developmental psycholinguistics yang m embahas mengenai hal-hal yang
dapat di lakukan unt uk membantu a nak-anak yang m engalami k eterlambatan
dalam p erkembangan b ahasanya yang d isebabkan o leh ad anya k elainan yang
bersifat b awaan p ada al at ar tikulasinya at au yang d isebabkan o leh f aktor em osi
dan sebab lainnya.
1.7.1.1 Perkembangan Bahasa pada Anak
Piaget (1973) dalam Sumantri, dkk (2007:1-15) mengemukakan ba hwa
proses pe rkembangan a nak da ri ke cil hi ngga de wasa m elalui empat t ahap
perkembangan, yaitu:
a. Tahap Sensori Motor (0–2 Tahun)
Pada t ahap i ni, ke giatan i ntelektual a nak ha mpir s eluruhnya m erupakan
gejala yang d iterima s ecara l angsung m elalui indra. P ada s aat an ak m encapai
kematangan d an s ecara p erlahan m ulai m emperoleh k eterampilan b erbahasa,
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
10
mereka menerapkannya pada objek-objek yang nyata. Pada tahap ini anak mulai
memahami hubungan antara benda dengan nama benda tersebut.
b. Tahap Praoperasional (2–7 Tahun)
Perkembangan yang pesat dialami oleh anak pada tahap ini. Anak semakin
memahami lambang-lambang bahasa yang digunakan untuk menunjukkan benda-
benda. K eputusan yang di ambil ha nya be rdasarkan i ntuisi, buka n a tas da sar
analisis rasional. Simpulan yang diambil merupakan simpulan dari sebagian kecil
yang di ketahuinya, d ari s uatu ke seluruhan yang be sar. A nak a kan be rpendapat
bahwa pesawat terbang berukuran kecil karena itulah yang mereka lihat di langit
ketika ada pesawat terbang yang lewat.
c. Tahap Operasional Konkret (7–11 Tahun)
Pada ta hap in i a nak mu lai b erpikir lo gis d an s istematis u ntuk me ncapai
pemecahan m asalah. M asalah yang d ihadapi d alam t ahap i ni b ersifat konkret.
Anak akan merasa kesulitan bila menghadapi masalah yang bersifat abstrak. Pada
tahap ini anak menyukai soal-soal yang telah tersedia jawabannya.
d. Tahap Operasional Formal (11–15 Tahun)
Anak m encapai t ahap pe rkembangan i ni di tandai de ngan pol a pi kirnya
yang seperti o rang dewasa. Anak t elah dapat menerapkan cara berpikir t erhadap
permasalahan yang konkr et m aupun a bstrak. P ada t ahap i ni a nak s udah da pat
membentuk ide-ide dan berpikir tentang masa depan secara realistis.
Sedangkan M. S chaerlaekens ( 1977) dalam M ar’at ( 2005:61) membagi
fase-fase p erkembangan b ahasa an ak d alam em pat periode. P erbedaan f ase-fase
ini berdasarkan pada ciri-ciri tertentu yang khas pada setiap periode yaitu, periode
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
11
prelingual ( usia 0 -1 t ahun), p eriode lingual dini ( usia 1-2,5 t ahun), p eriode
diferensiasi (usia 2 ,5-5 t ahun), da n p erkembangan bahasa sesudah usia 5 tahun.
Pada umur 5 t ahun anak-anak sudah mulai sekolah. Pada usia ini anak dianggap
sudah bi sa menguasai s truktur s intaksis d alam b ahasa p ertamanya, s ehingga i a
dapat m embuat ka limat l engkap. A kan t etapi pa da us ia i ni buka n be rarti
kemampuan b ahasa berhenti. K emampuan be rbahasa a kan t erus m eningkat
menuju kategori linguistik yang lebih kompleks hingga dewasa.
Terdapat b eberapa p enelitian m engenai pe rkembangan ba hasa s etelah
umur 5 t ahun s eperti pe nelitian yang t elah di lakukan ol eh A . K armiloff S mith
(1979) dalam Mar’at (2005:67) yang menyelidiki bahasa anak-anak sekolah yang
mengatakan b ahwa an tara u sia 5 -8 t ahun m uncul c iri-ciri ba ru yang kha s pa da
bahasa a nak, yaitu ke mampuan unt uk m engerti ha l-hal yang ab strak p ada t araf
yang lebih tinggi. Baru kemudian sesudah anak usia 8 tahun bahasa menjadi alat
yang be tul-betul pe nting ba ginya unt uk m elukiskan da n m enyampaikan pikiran.
Usia ini juga terlihat kemajuan yang besar dalam bidang semantik. Hal ini terlihat
dari p enambahan k osakata, p enggunaan k ata s ambung, k ata d epan yang l ebih
tepat dan penggunaan secara t epat kata-kata yang mempunyai dua makna, yakni
makna f isik da n ps ikis ( setelah us ia 12 t ahun). Pada us ia 5 -6 t ahun a nak a kan
mulai m emahami kont eks f isik s aja. S edangkan pa da us ia 7 -8 t ahun anak ak an
mulai m elihat kont eks p sikis t etapi be lum s empurna. U ntuk pe mahaman a turan
sintaksis khusus untuk pembuatan kalimat konteks akan dikuasai secara bertahap
antara us ia 5 hi ngga 10 t ahun. Pada us ia 5 t ahun a nak m asih t erlihat
kecenderungan generalisasi. K emudian pada us ia 7 t ahun a nak da pat
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
12
menggunakan k alimat p asif at au t elah m engerti at uran-aturan t ata b ahasa
mengenai prinsip-prinsip umum dengan keterbukaan untuk prinsip-prinsip khusus,
bertindak ekonomis dalam mengungkapkan sesuatu dan menghindari hal-hal yang
berlebihan. K etika an ak b eranjak d ewasa, k eterampilan b icara l ebih m eningkat,
sintaksis lebih lengkap dengan variasi-variasi struktur dan kata, baik kekomplekan
kalimat tulis maupun lisan.
Menurut Tiel ( 2007) d alam Y udhitia ( 2015:15), p roses b elajar adalah
suatu pr oses m ultifaktorial yang be rarti be rbagai f aktor d apat s ekaligus
berpengaruh da lam pr oses be lajar. Huruf-huruf dan ka ta-kata ad alah f igur-figur
yang m empunyai bun yi-bunyi t ertentu, s erta d engan b erbagai bun yian s ecara
bersama ak an m embentuk arti. D alam p elajaran m embaca f aktor b erikut t urut
bermain:
1. Objektif, kesadaran akan adanya bun yian dalam bicara, dan perwujudan dari
bunyian bicara dari berbagai tanda-tanda atau simbol-simbol.
2. Mampu mendengarkan dengan baik adanya proses sebuah kata berbunyi, serta
mampu mengenal berbagai perbedaannya sekecil apapun yang terjadi di antara
bunyian bi cara, b agaimana ur utannya (ordering) da ri bun yian i tu, s ehingga
kita bisa mengubah-ubah huruf dalam sebuah kata yang akhirnya bisa menjadi
arti yang berbeda (doos-boos, doos-dood).
3. Dapat melihat de ngan baik pe rbedaan b entuk huruf-huruf da n k edudukan
huruf-huruf i tu. B anyak hur uf yang m empunyai be ntuk yang m irip s atu
dengan yang lainnya, misalnya: p, b, d; v, w ; w, m; c, o; h, b. Terutama pada
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
13
waktu a kan m enulis ha rus a da c ontoh, m isalnya s ebuah de monstrasi cara
sebuah huruf ditulis dengan cara gerakan-gerakan yang bisa dilihat.
1.7.1.2 Gangguan Belajar Disleksia
Mercer ( 1987) da lam Abdurrahman (2003:204) mendefinisikan di sleksia
sebagai s uatu s indrom ke sulitan da lam m empelajari kom ponen-komponen ka ta
dan kalimat, dan dalam mempelajari segala sesuatu yang berkenan dengan waktu,
arah, d an m asa. Menurut M ar’at ( 2005:82) d isleksia adalah k esukaran d alam
membaca yang t idak didasari ol eh gangguan neurologis, t idak ada bukt i t entang
adanya k erusakan o tak at au g angguan o rganis l ainnya. P enderita disleksia
mengalami gangguan atau kesukaran dalam hal belajar membaca. Penderita tidak
mampu m engelompokkan a tau m enggabungkan f onem-fonem tu lisan (the
phonemic of w riting), s ehingga m engalami k eterlambatan d alam m embaca.
Carlson ( 1994) da lam Margaretha ( 2003:33) m enyebutkan ada 5 m acam
disleksia, yaitu:
a. Surface Dyslexia
Surface dyslexia adalah gangguan dalam proses membaca metode whole-
word r eading (Marshall da n N ewcombe, 1 973 da n W arrington, 1990) .
Terminologi surface (permukaan) be rkaitan de ngan ke tidakmampuan i ndividu
dengan surface dyslexia mengenali bentuk visual kata dan cara mengucapkannya,
bukan pada makna katanya.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
14
b. Phonological Dyslexia
Phonological dy slexia adalah gangguan p ada phonetic r eading yang
merupakan i ndividu d apat m embaca k ata yang f amiliar t api k esulitan m embaca
yang tidak familiar.
c. Spelling Dyslexia
Spelling D yslexia adalah i ndividu t idak d apat m embaca d engan m etode
whole-word reading dan phonological dyslexia. Namun mereka dapat membaca
jika m ereka m embaca satu p ersatu h uruf d alam k ata d an ak an m engenali
maknanya.
d. Direct Dyslexia
Direct d yslexia adalah individu da pat m embaca de ngan ke ras na mun
mereka tidak dapat memahami satu kata pun yang mereka bacakan.
e. Comprehension Without Reading
Comprehension without reading adalah individu dapat memahami makna
kata t api t idak da pat m engenali hur uf m aupun f onologi hur uf da lam ka ta.
Terdapat d ua p enemuan d ari S perry d an G azzaniga dalam M ar’at (2005:84)
mengenai etiologi atau penyebab disleksia yaitu:
1. Adanya k esukaran da lam m engamati da n m engingat ur utan w aktu (temporal
orders). Temporal orders ini dipergunakan d alam membaca. Oleh ka rena i tu,
apabila ad a k esukaran d alam h al i ni, m aka ak an t erjadilah k esukaran d alam
membaca. Contohnya d alam s uatu percobaan ke pada a nak-anak y ang
mengalami disleksia diberikan c ahaya l ampu m erah da n hi jau yang m enyala
secara b ergantian d engan u rutan t ertentu. T ernyata m ereka ak an m engalami
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
15
kesukaran d alam m enemukan l ampu m erah da n hi jau yang di berikan t es
tersebut.
2. Dominasi d ari hemisphere kiri ot ak kur ang a tau ba hkan t idak c ukup. H al i ni
mungkin ada hubungannya dengan kenyataan bahwa hemisphere kiri ini pada
anak-anak yang mengalami disleksia matangnya lebih lambat. Oleh karena itu,
diduga a da hubun gannya de ngan temporal or der dan p ersoalan m embaca
tersebut. Contohnya dua d eretan d igit s pan d iberikan k epada k edua an ak
telinga s eorang p enderita disleksia pada s aat b ersamaan. D eretan an gka yang
didengar da ri t elinga ka nan a kan di ingat ol ehnya de ngan l ebih b aik da ripada
deret angka yang didengar melalui telinga kiri.
Menurut M ulyadi ( 2010:156) perilaku b erbahasa an ak d isleksia adalah
sebagai berikut.
1. Memiliki kekurangan dalam diskriminasi penglihatan.
2. Tidak mampu menganalisis kata menjadi huruf-huruf.
3. Memiliki kekurangan dalam memori visual.
4. Memiliki kekurangan dalam melakukan diskriminasi auditoris.
5. Tidak mampu memahani simbol bunyi.
6. Kurang mampu mengintegrasikan penglihatan dengan pendengaran.
7. Kesulitan d alam me mpelajari a sosiasi s imbol-simbol i reguler ( khusus d alam
berbahasa Inggris).
8. Kesulitan dalam mengurutkan kata-kata dan huruf-huruf.
9. Membaca kata demi kata.
Kurang memiliki kemampuan dalam berpikir konseptual.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
16
1.7.2 Teori Morfologi
Morfologi adalah b agian dari ilmu bahasa yang mempelajari s eluk-beluk
bentuk ka ta s erta f ungsi pe rubahan-perubahan be ntuk ka ta i tu, ba ik f ungsi
gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 2001:21). Leksikologi dan morfologi
memiliki p ersaman yaitu me ngkaji k ata, a kan tetapi ju ga me miliki p erbedaan
yaitu mo rfologi me mpelajari a rti yang timb ul s ebagai a kibat p eristiwa gramatik
(grammatical m eaning), s edangkan le ksikologi me mperalajari a rti yang le bih
kurang t etap yang t erkandung d alam k ata (lexical m eaning). S ebagai c ontoh
terdapat k ata rumah berarti ‘bangunan untuk t empat t inggal’, d an ka ta berumah
berarti ‘mempunyai rumah’. Arti leksikal dan pemakaian kata tersebut dibicarakan
dalam leksikologi, sedangkan dalam morfologi dibicarakan perubahan bentuknya,
dari rumah menjadi berumah, perubahan golongannya, dari kata nominal menjadi
verbal, serta perubahan arti yang timbul sebagai akibat melekatnya afiks ber- pada
rumah, ialah timbulnya makna ‘mempunyai’ atau ‘memakai, mempergunakan’.
Seperti yang di contohkan di a tas, pe rubahan-perubahan be ntuk ka ta
menyebabkan ad anya p erubahan golongan atau k elas d an a rti k ata. A lwi, dkk
(1998:87) membagi kelas kata bahasa Indonesia ke dalam lima kelas.
a. Nomina (Kata Benda)
Nomina atau kata benda terdiri atas nama seseorang, t empat, atau benda.
Nomina t idak da pat di ingkarkan de ngan ka ta tidak. Kata p engingkarnya ad alah
bukan. Seperti kalimat saya bukan siswa disini. Kata benda mencakup pronomina
dan num eralia. P ronomina a dalah ka ta yang d ipakai unt uk m engacu ke pada
nomina lain. Pronominal ini dibagi menjadi 3 yaitu: (1) pronominal persona yakni
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
17
pronominal y ang dipakai unt uk m engacu p ada or ang s eperti ka ta saya, ak u,
engkau, anda, mereka. (2) pronominal penunjuk seperti kata ini, itu, sini, situ. (3)
pronominal pe nanya yakni pr onominal yang di gunakan s ebagai pe markah
pertanyaan seperti kata siapa, apa, mana. Sedangkan numeralia adalah kata yang
digunakan unt uk m enghitung ba nyaknya b enda b erwujud ( orang, bi natang, atau
barang) dan konsep seperti lima hari, setengah tahun, dan beberapa tugas.
b. Verba (Kata Kerja)
Verba (kata kerja) adalah kata yang menyatakan tindakan. Verba memiliki
fungsi u tama s ebagai p redikat a tau in ti p redikat d alam k alimat me skipun d apat
juga me mpunyai f ungsi lain s eperti pencuri i tu l ari. Verba m engandung makna
inheren pe rbuatan ( aksi), pr oses, at au k eadaan yang b ukan s ifat at au k ualitas.
Verba, khus usnya yang be rmakna ke adaan t idak da pat di beri pr efik t er- yang
berarti paling. Pada umunya verba t idak dapat bergabung dengan kata-kata yang
menyatakan kesangatan. Tidak ada bentuk seperti agak belajar, sangat pergi, atau
bekerja sekali.
c. Ajektiva (Kata Sifat)
Ajektiva ( kata s ifat) ad alah k ata yang m emberi k eterangan yang l ebih
khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat seperti ka ta
cantik, ke cil, bund ar, d an s ebagainya. A jektiva j uga be rfungsi s ebagai p redikat
dan adverbial kalimat seperti kata kakeknya sakit dan adik berhasil dengan baik.
Ajektiva j uga di cirikan ol eh ke mungkinan m enyatakan ku alitas da n t ingkat
bandingan acuan nomina yang diterangkannya.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
18
d. Adverbia (Kata Keterangan)
Menurut K ridalaksana (1994) dalam P utrayasa ( 2008:77) A dverbia ( kata
keterangan) ad alah k ategori yang d apat m endampingi aj ektiva, n umeralia, at au
proposisi da lam kons truksi s intaksis. S edangkan m enurut R amlan ( 1991) d alam
Putrasaya ( 2008:77) m engatakan b ahwa k ata k eterangan (adverbia) adalah k ata
yang m enerangkan (1) k ata kerja d alam segala fungsinya, (2) kata b enda dalam
keadaan s egala f ungsinya, ( 3) k ata k eterangan, (4) k ata b ilangan, ( 5) p redikat
kalimat, ta k p eduli je nis k ata a pa p redikat te rsebut, da n ( 6) m enegaskan s ubjek
dan predikat kalimat. Contoh dari adverbial adalah paling, sangat, cukup, banyak,
jarang, diam-diam dan sebagainya.
e. Kata Tugas
Kata tugas hanya memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal.
Hampir semua kata tugas t idak dapat menjadi dasar untuk membentuk kata lain.
Kata t ugas m erupakan k elas k ata t ertutup. D alam p eranannya d alam f rase at au
kalimat, k ata tu gas d ibagi menjadi lima k elompok, yaitu ( 1) p reposisi a tau k ata
depan seperti di, ke, dari, kepada, dan sebagainya, (2) konjungtor yang berfungsi
untuk m eluaskan s atuan yang l ain da lam ko nstruksi hi potaktis da n s elalu
menghubungkan dua s atuan a tau l ebih da lam kons truksi s eperti ka ta dan, s erta,
atau, s edang, dan s ebagainya ( 3) i nterjeksi yang m erupakan ka tegori ya ng
bertugas m engungkapkan p erasaan p embicara d an s ecara s intaksis t idak
berhubungan d engan ka ta-kata l ain d alam u jaran s epeti k ata idih, s ialan, aduh,
ayo,dan lainnya, (4) artikula yang merupakan kategori yang mendampingi nomina
dasar s eperti k ata sang, s ri, s i, par a , dan s ebagainya, da n ( 5) pa rtikel pe negas
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
19
yang m eliputi ka ta yang t idak t ertakluk p ada pe rubahan be ntuk d an ha nya
berfungsi menampilkan unsur yang d iiriginya seperti partikel -kah, -lah, -tah,
dan pun.
Dalam mo rfologi ju ga me ngenal p roses afiksasi. A fiksasi a tau
pengimbuhan a dalah pr oses pe mbentukan k ata de ngan m embubuhkan a fiks
(imbuhan) pa da be ntuk da sar, ba ik be ntuk da sar t unggal m aupun ko mpleks
(Putrayasa, 2008: 5). D alam pr oses pe mbubuhan a fiks m engakibatkan be ntuk
dasar ( 1) m engalami perubahan be ntuk, ( 2) m enjadi ka tegori t ertentu s ehingga
berstatus kata atau bila telah berstatus kata berganti kategori, (3) berubah makna.
Misalnya, b entuk makan setelah m endapat afiks –an menjadi makanan. Pada
keadaan t ersebut t elah terjadi p erubahan bentuk ( makan m enjadi m akanan),
kategori ka ta da ri be ntuk ve rba m enjadi be ntuk nom ina, da n pe rubahan m akna
dari m elakukan ke giatan m emasukkan s esuatu ke da lam m ulut, di kunyah,
kemudian di telan, m enjadi s esuatu yang da pat dimakan. R obins ( 1992) da lam
Putrayasa (2008:7) m engatakan bahwa af iks dapat d ibagi s ecara formal m enjadi
tiga kelas utama sesuai dengan posisi yang didudukinya dalam hubungan dengan
morfem dasar, yaitu prefiks, infiks, dan sufiks. Dalam segi penempatannya, afiks-
afiks t ersebut da pat di bedakan m enjadi be berapa ke lompok. Jenis-jenis a fiks
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Prefiks (awalan)
Prefiks adalah afiks yang diletakkan di depan bentuk dasar.
Contohnya: meN-, ber-, ter-, pe-, per-, se-
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
20
2. Infiks (sisipan)
Infiks adalah afiks yang diletakan di dalam bentuk dasar.
Contohnya: -el-, -er-, -em-, -in-
3. Sufiks (akhiran)
Sufiks adalah afiks yang diletakkan di belakang bentuk dasar.
Contohnya: -an, -kan, -i
4. Simulfiks
Simulfiks ad alah af iks yang d imanifestasikan d engan ciri-ciri
segmental yang d ileburkan pa da be ntuk da sar. D i da lam ba hasa Indonesia,
simulfiks dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk
dasar, d an f ungsinya a dalah unt uk m embentuk ve rba a tau m emverbakan
nomina, ajektiva, atau kelas kata lain.
Contohnya: kopi menjadi ngopi, sate menjadi nyate, kebut menjadi ngebut
5. Konfiks
Konfiks adalah afiks yang terdiri dari dua unsur yaitu di depan dan di
belakang bentuk dasar.
Contohnya: ke-an, peN-an, per-an, ber-an.
6. Imbuhan gabung (kombinasi afiks)
Imbuhan gabung a dalah kom binasi dua a fiks a tau l ebih yang
bergabung dengan bentuk dasar.
Contohnya: memper-I, memper-kan.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
21
7. Suprafiks
Suprafiks at au s uperfiks ad alah af iks yang d imanifestasikan d engan
ciri-ciri s uprasegmental a tau a fiks yang b erhubungan dengan m orfem
suprasegmental. Afiks tersebut tidak ada di bahasa Indonesia.
8. Interfiks
Interfiks adalah afiks yang muncul di antara dua unsur. Dalam bahasa
Indonesia interfiks ada pada kata-kata bentukan baru.
Contohnya: -n- dan -o- pada g abungan Indonesia dan logi menjadi
Indonesianologi.
9. Transfiks
Transfiks ad alah af iks yang m enyebabkan b entuk d asar m enjadi
terbagi. Afiks ini terjadi pada bahasa Arab.
Dalam b ahasa Indonesia, b erdasarkan asalnya af iks d apat d ibagi m enjadi 2
jenis yaitu:
1. Afiks asli, yaitu afiks yang bersumber dari bahasa Indonesia.
Contohnya: meN-, ber-, ter-, -el-, -em, -i, -kan
2. Afiks s erapan, yaitu af iks yang b ersumber d ari b ahasa as ing atau b ahasa
daerah.
Contohnya: -man, -wan, -isme, -isasi
Objek da ri i lmu m orfologi a dalah ka ta. Bloomfield ( 1996) da lam
Putrayasa ( 2008:44) m engatakan b ahwa k ata a dalah minimal fr ee fo rm, yaitu
sebagai suatu bentuk yang dapat diujarkan tersendiri dan bermakna, tetapi bentuk
tersebut t idak d apat di pisahkan a tas ba gian-bagian yang s atu d i antaranya
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
22
(bermakna). Kata ad alah b entuk b ebas t erkecil yang m empunyai kesatuan
fonologis d an k esatuan gramatis yang mengandung suatu pengertian (Putrayasa,
2008:44). Sebagai satuan fonologis, kata terdiri dari satu atau beberapa suku, dan
suku i tu t erdiri da ri s atu a tau be berapa fonem. S uku ka ta yang be rakhir dengan
vokal di sebut s uku ka ta t erbuka d an s uku ka ta yang be rakhir de ngan k onsonan
disebut suku ka ta t ertutup. Misalnya ka ta belajar terdiri dari tiga suku ia lah be,
la, dan jar. suku be terdiri dari dua fonem, suku la terdiri dari dua fonem, dan jar
terdiri dari tiga fonem. Jadi kata belajar terdiri dari tujuh fonem, ialah /b, ə, l , a,
j.a.r/. Istilah-istilah ini dikaji dalam ilmu bahasa fonologi.
Fonologi adalah ilmu yang me mpelajari s eluk-beluk bun yi-bunyi ba hasa
(Lapoliwa, 1988: 3). P roses f onologis a dalah pr oses t erucapnya s uatu ka ta yang
berkaitan de ngan ke mampuan be rbahasa m anusia, de ngan be gitu a kan a da
perubahan b unyi yang sistematis yang m empengaruhi pol a da n k elas bun yi.
Menurut L adefoged (1973) da lam M arsono ( 2008:4) s yarat t erjadinya bun yi
bahasa secara garis besar dapat dibagi menjadi empat, yaitu: proses mengalirnya
udara, proses fonasi, proses artikulasi, proses oro-nasal.
Secara um um bun yi b ahasa di bedakan a tas vo kal, kons onan, da n s emi-
vokal. Pembedaan ini didasarkan pada ada t idaknya hambatan (proses ar tikulasi)
pada alat bicara. Bunyi disebut vokal, bila terjadinya tidak ada hambatan pada alat
bicara, j adi t idak ad a ar tikulasi. H ambatan unt uk bun yi vok al ha nya p ada pi ta
suara saja. Bunyi disebut konsonan, bila terjadinya dibentuk dengan menghambat
arus u dara p ada s ebagian al at b icara, j adi ada artikulasi. P roses h ambatan at au
artikulasi ini dapat disertai dengan bergetarnya pita suara, jika hal ini terjadi maka
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
23
yang t erbentuk adalah b unyi konsonan be rsuara. J ika a rtikulasi i tu t idak disertai
bergetarnya pita suara, glotis dalam keadaan terbuka, maka bunyi yang dihasilkan
adalah konsonan tak bersuara. Bunyi semi-vokal ialah bunyi yang secara praktis
termasuk kons onan t etapi ka rena pa da w aktu di artikulasikan be lum m embentuk
kosonan m urni, m aka b unyi-bunyi i tu di sebut s emi-vokal at au s emi-konsonan.
Struktur vokal bahasa Indonesia menurut bagian l idah yang bergerak dan bentuk
bibir, da n kl arifikasi ko nsonan ba hasa Indonesia m enurut c ara di hambat ( cara
artikulasi), tempat hamabatan (tempat artikulasi) dapat dilihat dalam tabel berikut
ini.
Tabel 1.
Vokal Bahasa Indonesia
bagian lidah bergerak depan tengah belakang struktur
bentuk bibir tak bulat tak bulat bulat netral
tinggi atas i u tertutup
bawah I U semi tertutup
madya atas e
ə o
bawah ɛ ɔ semi terbuka
rendah atas
bawah a terbuka
(sumber: Marsono, 2008:101)
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
24
Tabel 2.
Konsonan Bahasa Indonesia
cara artikulasi
bers
uara
dan
tak
bers
uara
tempat artikulasi
bila
bial
labi
o-de
ntal
apik
o-de
ntal
apik
o-al
veol
ar
apik
o-pa
lata
l
lam
ino-
alve
olar
lam
ino-
pala
tal
med
io-p
alat
al
dors
o-ve
lar
larin
gal
glot
al
ham
zah
hambatan
letup
T p
t
c k ?
B b
d
j g
nasal B m
n
ñ ŋ
sampingan
(lateral) B
l
geseran
(frikatif)
T
f
s h
B
v
getaran
(trill) r
semi-vokal B
w
y
(sumber: Marsono, 2008:101)
Keterangan:
T = Tak bersuara
B = Bersuara
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
25
1.8 Metode Penelitian
Metode pe nelitian yang di gunakan a dalah m etode de skriptif kua litatif.
Penelitian de skriptif a dalah pe nelitian yang b erusaha m endeskripsikan obj ek
penelitian, s edangkan metode k ualitatif ad alah car a at au p rosedur yang
menghasilkan data deskriptif.
1.8.1 Sumber Data
Sumber d ata d alam p enelitian i ni ad alah b ahasa yang d igunakan subjek
penelitian s elama p roses b elajar d i d alam k elas b erlangsung. K riteria s ubjek
penelitian ini adalah anak yang berusia 7-12 tahun dan telah didiagnosis disleksia
oleh dokter atau psikolog di Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya.
1.8.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pe ngumpulan da ta di lakukan de ngan ob servasi a tau pe ngamatan
langsung k epada an ak-anak yang m engalami d isleksia s elama k egiatan b elajar
yang t elah ditetapkan di s ekolah G aluh H andayani. U ntuk m engetahui ke sulitan
membaca pada penderita disleksia, data akan difokuskan pada kesulitan membaca
yang t erjadi s elama p elajaran b erlangsung. A lat-alat y ang dibutuhkan da lam
penelitian in i a dalah a lat tu lis u ntuk m encatat hasil p enelitian, buku p elajaran
yang di berikan unt uk a nak di sleksia, d an video r ecorder untuk m erekam ha sil
penelitian yang diperoleh.
1.8.3 Metode Analisis Data
Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan, data akan di bagi menjadi dua
bagian yaitu kata dasar dan kata bentukan. Setelah i tu data akan dikelompokkan
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
26
berdasarkan ke las ka ta da lam ba hasa Indonesia unt uk m empermudah da n
memperjelas an alisis k esulitan m embaca k ata p ada an ak d isleksia. T ahap
selanjutnya ad alah d engan m entranskripsikan da ta da lam be ntuk f onetis unt uk
melihat pola kesulitan membaca yang terjadi pada subjek. Dengan demikian akan
diketahui kesulitan-kesulitan membaca pada anak-anak disleksia usia 7 -12 tahun
di Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya.
1.8.4 Metode Penyajian Data
Dalam penelitian ini akan menyajikan hasil analisis secara formal, dengan
bentuk d eskriptif k ualitatif. D ata yang d idapat a kan d itata s ecara s istematis
sehingga mudah untuk dipahami
1.9 Sistematika Penelitian
Sistematika p enelitian a dalah urutan d alam pe nulisan ha sil pe nelitiannya.
Dalam penelitian ini terdiri dari empat bab yaitu:
a. Bab I ad alah p endahuluan. P ada b ab I t erdiri d ari l atar b elakang, r umusan
masalah, tujuan p enelitian, ma nfaat p enelitian, ruang l ingkup p enelitian,
tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian.
b. Bab II menjelaskan gambaran umum objek penelitian yang meliputi gambaran
umum Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya yang di dalamnya terdapat
kurikulum, j enis t erapi, m etode t erapi, f asilitas s ekolah, a lur l ayanan, dan
proses be lajar m engajar S ekolah Inklusif G aluh H andayani S urabaya. s elain
itu j uga a kan di jelaskan g ambaran um um ke bahasaan a nak di sleksia da n
gambaran umum subjek penelitian.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
27
c. Bab I II adalah analisis data yang menjelaskan data-data yang di temukan dan
memaparkannya dengan menganalisis data-data tersebut.
d. Bab IV ad alah Simpulan yang m enjelaskan h al yang telah didapat d ari
penelitian tersebut kemudian menyimpulkan hasilnya.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
2.1 Profil Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya
Sekolah Inklusif G aluh H andayani S urabaya adalah s ekolah i nklusif
pertama yang ada di Indonesia. Sekolah ini didirikan oleh Ibu Sri Sedyaningrum
pada tahun 1995. S ekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya bertempat di jalan
Manyar Sambongan No. 87-89 Surabaya. Sekolah y ang bernaung di bawah
yayasan pendidikan bimbingan peningkatan prestasi Siswa (BPPS) pada awalnya
merupakan lembaga bimbingan belajar yang dikenal dengan nama sekolah dasar
kelompok kecil (SDKK).
Pada awal berdirinya, Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya hanya
melakukan penanganan pada anak lambat belajar (slowleaner) dengan kategori IQ
80-99. Namun Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya kini menangani siswa
yang membutuhkan penanganan dan program layanan khusus lainnya seperti anak
berkemampuan no rmal (IQ r ata-rata), b erkemampuan d iatas r ata-rata d engan
gangguan p erilaku yang di sebabkan f aktor l ingkungan, anak de ngan ga ngguan
belajar A DD ( Attention D evicid D isorder), A DHD (Attention D evicid
Hyperactivy Disorder), Autisme, D own S yndrome, C erebralpalsy, da n kesulitan
belajar. Sekolah Inklusif G aluh H andayani S urabaya yang t erdiri d ari T K, S D,
SMP, S MA hi ngga c ollege m empunyai fasilitas pe nunjang ke giatan m engajar
yang m emadai d an juga di lengkapai de ngan a danya ps ikolog, dokt er, dan s taf
27
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
29
medis s ebagai pe nunjang aspek ke butuhan i ndividu pa ra s iswa be rkebutuhan
khusus (ABK).
2.1.1 Kurikulum Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya
Pada dasarnya Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya menggunakan
kurikulum yang be rlaku di s ekolah umum namun da lam memberikan p elayanan
pendidikan l ebih m engutamakan a spek ke butuhan individu m urid. A dapun j enis
kurikulumnya sebagai berikut:
1. Duplikasi
Kurikulum dupl ikasi m enggunakan m ateri yang s esuai d engan K TSP.
Kurikulum i ni d iberikan k epada an ak-anak yang t idak be rkebutuhan klhusus
(ATBK) a tau a nak yang be rkebutuhan khu sus ( ABK) yang m empunyai
kecerdasan m enengah k eatas ( yang m ampu) m enerima m ateri t ersebut d engan
baik. Raport yang diberikan berupa nilai angka. Jika anak tersebut mampu, maka
akan diijinkan mengikuti UAN.
2. Modifikasi
Kurikulum de ngan m odel m odifikasi di berikan kepada anak-anak y ang
kurang pa ham be tul t entang m ateri yang ada d alam buku K TSP. K urikulum i ni
tetap mengacu pada KTSP, namun dalam penyampaiannya pada siswa diperlukan
perubahan-perubahan dalam bentuk yang lebih sederhana dan disesuaikan dengan
kebutuhan m asing-masing s iswa. G uru be rperan pe nting da n a ktif da lam
pengajaran kurikulum ini.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
30
3. Subtitusi
Kurikulum s ubtitusi a dalah kur ikulum de ngan c ara pe nghapusan m ateri
KTSP, na mun m enggantikannya d engan m ateri l ain. K urikulum i ni di terapkan
pada anak-anak yang kesulitan dan tidak bisa menerima materi dengan baik.
4. Omisi
Kurikulum ini sudah t idak l agi menggunakan atau mengacu p ada KTSP,
namun menggunakan buku acuan yang dibuat sendiri oleh tim khusus dari sekolah
inklusif g aluh h andayani s urabaya. H al i ni di karenakan anak s ama s ekali t idak
mampu me nerima ma teri yang b erat. A nak-anak s eperti i ni t ergolong an ak
berkebutuhan khus us ( ABK) yang be rtahap d an bi asanya m asih t ahap aw al
perkenalan dengan materi.
2.1.2 Jenis Terapi Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya
Sekolah Inklusif G aluh Handayani S urabaya m enggunakan e mpat j enis
terapi yaitu terapi terpadu, ADL (Activity Day Leaving),terapi bermain, dan terapi
biomedik.
1. Terapi Terpadu
Terapi terpadu dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
a. Terapi Perilaku
Terapi i ni be rtujuan un tuk m engurangi pe rilaku yang t idak l azim da n
menggantikannya dengan perilaku yang bisa diterima oleh masyarakat. Terapi ini
sangat pe nting ba gi a nak-anak a gar d apat m enyesuaikan d iri d an b ersosialisasi
dalam masyarakat. Terapi ini akan mengubah perilaku dan persepsi negatif anak
ke a rah yang l ebih pos itif. T erapi i ni di mulai dari l atihan kont ak m ata unt uk
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
31
pemusatan p erhatian h ingga h al yang l ebih kom pleks s eperti m enyuruh unt uk
membuang sampah pada tempatnya.
b. Terapi Okupasi
Terapi okupa si di gunakan unt uk m emperbaiki pe rkembangan m otorik
yang kur ang ba ik pa da a nak. T erapi i ni j uga be rtujuan unt uk m embantu
menguatkan, m emperbaiki koor dinasi, da n keterampilan o totnya. H al yang
dilakukan d alam t erapi okupasi i ni ad alah m engajarkan gerakan-gerakan y ang
mudah di lakukan ol eh a nak-anak, s eperti t epuk tangan, m erangkak, m elompat,
berjalan kaki di atas papan titian, otot jari dilatih agar anak dapat menuli, bermain
puzzle, mencocok, dan sebagainya.
c. Terapi Wicara
Terapi i ni h arus m enggunakan m etode l ovaas a gar h asilnya d apat
maksimal. M elalui t erapi i ni, a nak di harapkan dapat m engutarakan pi kirannya
dengan ba ik. T erapi w icara di lakukan unt uk a nak yang m engalami g angguan
berbahasa, baik itu kesulitan berbahasa dan bicara maupun keterlambatan bicara.
Terapi ini bertujuan untuk memunculkan bahasa reseptif dan ekspresif.
d. Terapi Pra akademik dan Akademik
Terapi p ra a kademik di tunjukan pa da a nak pe mula. M elalui t erapi i ni,
anak d iharapkan m ampu m engenal k onsep d asar p embelajaran yang meliputi
pengenalan a ngka, hur uf, w arna, b entuk, da n l ain-lain. S edangkan t erapi
akademik be rtujuan unt uk m engajarkan a nak agar m engetahui, m emahami, da n
menguasai kons ep m ateri s ekolah. S etelah p engenalan t erhadap k onsep d asar
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
32
pembelajaran, an ak d iharapkan m ampu m engaplikasikannya d alam k egiatan
belajar mengajar.
2. ADL (Activity Day Leaving)
Terapi i ni di lakukan unt uk m elatih ke mandirian a nak da lam m elakukan
aktivitas s ehari-hari, mi salnya d iadakannya toilet t raining, rawat di ri, dan l ain
sebagainya.
3. Terapi Bermain
Terapi i ni be rtujuan unt uk m enyegarkan ke mbali pi kiran a nak-anak a gar
tidak j enuh de ngan r utinitas s ehari-hari m ereka. D alam t erapi i ni d iadakan
kegiatan at au p embelajaran outdoor atau yang di sebut fill tr ip. Kegiatan i ni
dilakukan dua kali dalam satu semester.
4. Terapi Biomedik
Terapi i ni be rsifat s angat i ndividual da n pe rlu be rhati-hati. D alam
pelaksanaanya, t erapi i ni di lakukan ol eh dokt er s pesialis yang di sediakan ol eh
pihak yayasan. Terapi biomedik ini mencakup pemberian obat, vi tamin, mineral,
dan food supplements.
2.1.3 Metode Terapi Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya
Di Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya ini memiliki metode terapi
yang bersifat bermain sambil belajar. Metode yang digunakan terapis akan dibuat
sekreatif m ungkin agar anak t idak m erasa j enuh da n bos an s esuai de ngan j enis
terapi yang digunakan agar anak menjadi berkembang dari tujuan awal terapinya.
Dalam hal ini, Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya memiliki dua metode
sebagai berikut.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
33
1. Metode Individu
Pada m etode i ni, t erapi m enggunakan s istem one-on-one . s esuai d ari n amanya,
bentuk dari s istem ini adalah satu anak akan di tangani satu terapis. Maksud dari
metode i ni ad alah m empelajai s egala t ingkah l aku an ak, b aik yang s ederhana
ataupun kom pleks. M etode i ni di lakukan unt uk a nak yang m embutuhkan
konsentrasi t inggi. M etode i ni da pat di lakukan di da lam r uangan assessment,
ruang terapi, atau sensory integrasi.
2. Metode kelompok
Metode ke lompok a dalah m etode t erapi yang m enggunakan s istem
berkelompok dengan beberapa terapis, sehingga satu terapis akan menangani lebih
dari stu anak. Metode ini dapat di lakukan dalam ruangan ( indoor), namun lebih
sering di lakukan di l uar r uangan (outdoor). Ketika m etode i ni di lakukan,
gangguan p ada an ak d apat b erbeda d alam s atu kegiatan, t etapi u ntuk u sia at au
jenjang pendidikan, aktivitas yang di lakukan, dan jenis terapi yang didapat anak
adalah s ama. M etode i ni be rtujuan a gar d apat di ketahui pe rbedaan da n
perkembangan pada setiap anak sekaligus untuk membandingkan anak yang satu
dengan yang l ainnya s ehingga pi hak t erapis a kan da pat m engetahui an ak-anak
yang perlu diberikan tambahan terapi.
2.1.4 Fasilitas Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya
Sekolah Inklusif G aluh Handayani S urabaya di lengkapi de ngan f asilitas
yang cukup memadai disertai dengan wifi sehingga dapat membantu dalam proses
pembelajaran. F asilitas S ekolah Inklusif G aluh H andayani S urabaya a dalah
sebagai berikut.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
34
1. Ruang Kelas
Ruag k elas yang ad a d i Sekolah Inklusif G aluh H andayani S urabaya
berjumlah 20 ke las yang kondus if di sertai de ngan A C yang te rbagi me njadi 1 0
kelas digunakan untuk s iswa sekolah dasar (SD) dan 10 ke las untuk s iswa kelas
sekolah menengah pertama (SMP).
2. Ruang Multimedia
Ruang m ultimedia di gunakan unt uk m emutar kol eksi a udiovisual s eperti
vcd yang berisikan informasi t entang i lmu pengetahuan. Ruangan ini di lengkapi
dengan TV berukuran cukup besar untuk menyaksikan pemutaran vcd.
3. Ruang Bermain
Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya juga disediakan ruang untuk
bermain unt uk a nak. Ruang b ermain i ni be risikan m ainan-mainan yang m ampu
berinteraksi dengan orang lain.
4. Ruang Terapi
Ruang t erapi adalah ruangan yang d igunakan o leh anak ketika menjalani
proses t erapi. R uangan i ni di lengkapi de ngan s emua ke perluan t erapi a nak da n
juga dilengkapi dengan pendingin ruangan.
5. Lapangan
Lapangan S ekolah G aluh Handayani S urabaya t erletak di d epan gedung
sekolah. Lapangan ini cukup luas dan dapat digunakan berbagai macam kegiatan
seperti apel, bermain bola basket, kegiatan ekstrakurikuler, senam dan sebagainya.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
35
6. Musolah
Sekolah Inklusif G aluh Handayani j uga m enekankan ke pentingan i badah
sehingga t ersedianya m usolah di sekolah t ersebut. M usolah i ni bi asa di gunakan
ketika jam istirahat kedua untuk sholat dhuhur.
7. Galuh Mart dan kantin
Di s ekolah i ni j uga d isediakan b erbagai j enis m akanan b erat yang s ehat
dan be rsih yang dijual d i ka ntin s ekolah. Lokasi ka ntin i ni be rada di l antai dua
gedung sekolah. Selain itu juga terdapat toko kecil atau disebut Galuh mart yang
menyediakan beberapa snack dan minuman.
2.1.5 Alur Layanan Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya
Dalam p elaksanaan al ur l ayanan Sekolah Inklusif G aluh H andayani
Surabaya memiliki s tandar pr oses yang khus us dalam m engidentifikasi seorang
anak yang m embutuhkan pe nanganan i ntensif dalam ha l pe ndidikan. Dalam
proses pe nerimaan s eorang a nak be rkebutuhan k husus, Sekolah Inklusif G aluh
Handayani Surabaya harus melakukan beberapa proses identifikasi seorang anak
agar dalam penanganan proses pendidikan dilakukan secara intensif sesuai dengan
kebutuhan t iap i ndividu. P roses i ni di lakukan m engingat ba nyaknya j enis-jenis
penyebab seorang anak membutuhkan penanganan khusus d alam proses belajar.
Sehingga setiap murid yang melakukan proses belajar pada sekolah dasar inklusif
galuh handayani akan mendapatkan penanganan yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan belajar yang harus dilakukan.
Proses aw al d i Sekolah Inklusif G aluh H andayani S urabaya adalah
melakukan ke giatan i dentifikasi a tau pe njaringan da ta s eorang m urid da ri g uru,
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
36
tim a hli, or ang t ua, da n ke luarga. P roses a wal ini di sebut de ngan i nput. D ari
kegiatan i ni, di harapkan s egala i nformasi m engenai m urid yang a kan di tangani
dalam proses pembelajaran di Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya.
Langkah s elanjutnya s etelah m endapatkan s egala i nformasi dari berbagai
lingkungan s ekitar m urid, pihak S ekolah Inklusif G aluh H andayani S urabaya
melakukan pr oses p enyaringan atau di sebut de ngan assessment. Dari p roses in i,
seluruh da ta i nformasi yang s udah di dapat a kan di berikan ke pada pi hak-pihak
yang di siapkan di antaranya yaitu dokt er, nutrisionist, ps ikolog, pedagog, da n
ontopedagog. S etiap pi hak yang di sedikan ol eh s ekolah da sar i nklusif ga luh
handayani memiliki b erbagai m acam p eran s esuai d engan f ungsinya. Pertama
seorang dokter akan memberikan prespektif mengenai medik. Kedua, nutrisionist
akan m emberikan p enjelasan m engenai p respektif g izi. K etiga p sikolog akan
memberikan p enjelasan m engenai p respektif mengenai ps ikologis. Keempat
pedagog akan m emberikan pr espektif m engenai pe ndidikan. ke lima a dalah
ontopedagog, pihak ontopedagog akan memberikan pandangan mengenai hal-hal
yang ha rus di lakukan p ada pr oses pe ndidikan s erta p elayanan-pelayanan y ang
khusus dilakukan unt uk m urid yang m embutuhkan pe nanganan khus us. s etelah
mendapatkan berbagai prespektif dari berbagai pihak, akan dilakukan komunikasi
kepada pimpinan untuk membahas hasil-hasil yang telah didapatkan.
Kemudian Langkah s elanjutnya d alam p roses l ayanan pe ndidikan di
Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya adalah profil anak. Dari profil anak
ini akan dilakukan mengenai beberapa program penanganan yang harus dilakukan
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
37
untuk m urid-murid be rkebutuhan khus us yaitu pr ogram pe ndidikan, program
layanan kompensatoris/ kekhususan, dan program layanan vokasional.
2.1.6 Proses Belajar Mengajar Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya
Sekolah Inklusif G aluh H andayani S urabaya memiliki be berapa j enis
jenjang pe ndidikan m ulai da ri S D, S MP, S MA, hi ngga Collage. Penelitian in i
memfokuskan pa da t ingkat S D s aja. P ada t ingkat S D, S ekolah Inklusif G aluh
Handayani Surabaya memiliki 14 g uru dan 81 m urid. Berikut i ni adalah jumlah
murid SD Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya .
Tabel 3.
Jumlah Murid di SD Galuh Handayani Surabaya
no. kelas jenis kelamin
jumlah laki-laki perempuan
1. kelas I 11 3 14
2. kelas II 10 2 12
3. kelas III 9 1 10
4. kelas IV 9 5 14
5. kelas V 14 2 16
6. kelas VI 8 7 15
total 61 20 81
(Sumber: Arsip Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya)
Sekolah Inklusif G aluh H andayani S urabaya mempunyai dua ke las
layanan p endidikan, yaitu l ayanan pe ndidikan ke las regular da n layanan
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
38
pendidikan kelas transisi. Perbedaan antara kelas regular dan kelas transisi adalah
tingkat ke mampuan murid d alam p roses p embelajaran atau d aya k ognitifnya.
Murid-murid yang t ergolong da lam ke las t ransisi a dalah m urid yang kur ang
mampu m engikuti pr oses pe mbelajaran p ada t ingkatnya, s ehingga m ateri yang
diberikan dalam pembelajaran akan disesuaikan dengan kemampuan siswa-siswa
tersebut. Dalam penelitian ini, informan yang digunakan berasal dari murid kelas
transisi.
Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya menggunakan proses belajar
mengajar full day . Setiap pa gi pa ra m urid S ekolah Inklusif G aluh H andayani
Surabaya akan melakukan apel dan khusus hari jumat apel akan ditambah dengan
senam be rsama. Untuk melakukan apel da n s enam i ni t idak m udah k arena p ara
murid s usah di atur da n di bimbing da lam m engikuti g erakan guru o lahraga
sehingga di perlukan g uru l ain unt uk m embantu m enuntun gerakan senam yang
dilakukan. S etelah m elakukan a pel, s ebelum a kan m asuk k e k elas, pa ra m urid
akan be rbaris unt uk be rsalaman de ngan guru-guru di S ekolah Inklusif G aluh
Handayani Surabaya.
Untuk j am i stirahat, Sekolah Inklusif G aluh H andayani S urabaya
memberikan t iga ka li i stirahat, yaitu pukul 10.0 0 W IB, 12.00 W IB, d an 14.00
WIB. Pada jam istirahat pertama, sebagian besar murid akan berada diluar ruang
kelas. b anyak k egiatan yang d apat d ilakukan p ada s aat j am i stirahat i ni s eperti
makan dan minum, bermain dengan teman lainnya, bermain dilapangan, berbicara
dengan pe ndamping m urid s eperti or ang t ua a tau ke luarga l ainnya. P ada s aat
istirahat ke dua, kondi si da n s uasana t idak t erlalu be rbeda d engan i stirahat
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
39
pertama. P ada j am i ni p ara m urid ak an m endapatkan m akan s iang d ari s ekolah
yang melibatkan ahli gizi Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya. Selain itu
para murid juga bi sa melakukan ibadah sholat dhuhur dan pada ha ri jumat akan
melakukan s holat j umat be rsama di m ushola s ekolah. P ada s aat s etelah j am
istirahat ketiga, murid-murid SD akan diajarkan kegiatan tidur siang.
Selain pe mberian m ateri a kademik p ada s etiap a nak, di S ekolah Inklusif
Galuh H andayani S urabaya j uga m emberikan ke giatan non -akademik s eperti
bakat m inat, voka sional, ke terampilan, d an ke mandirian. S ebagai c ontoh, pa da
tingkat SD ada suatu kegiatan yang melatih kemampuan kemandiriannya seperti
kegiatan t idur s iang yang d i d alamnya ak an t erdapat b eberapa ak tivitas s eperti
mengganti baju seragam menjadi baju tidur, mencuci kaki dan tangan, mematikan
lampu, da n be rdoa s ebelum t idur. M urid-murid di S ekolah I nklusif G aluh
Handayani Surabaya ini tergolong tertib dalam proses pembelajaran dan interaksi
di l ingkungan s ekolah b aik de ngan t eman, guru, da n ka ryawan s ehingga a nak
akan merasa nyaman di sekolah ini. Jam belajar pada Tingkat SD, setiap kelasnya
memiliki jadwal yang b erbeda-beda. Berikut i ni ad alah j am b elajar S D Sekolah
Inklusif Galuh Handayani Surabaya.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
40
Tabel 4.
Jadwal Jam Belajar SD Galuh Handayani Surabaya
hari kelas Waktu
senin – kamis
I – II 08.00 – 13.00 WIB
III – VI 08.00 – 15.30 WIB
jumat I – VI 08.00 – 12.00 WIB
sabtu – minggu I – VI Libur
(Sumber: Arsip Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya)
2.2 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Seperti yang d ijelaskan dalam B ab I, s umber d ata d alam p enelitian i ni
adalah ba hasa a nak yang di diagnosa di sleksia de ngan r entang us ia 7 s ampai 12
tahun di s ekolah Inklusif G aluh H andayani Surabaya. D i s ekolah tersebut
memiliki 5 anak yang memenuhi kriteria yang dibutuhkan dalam penelitian.
Subjek 1 a dalah anak l aki-laki be rusia 8 t ahun. Subjek 1 duduk di k elas
satu s ekolah d asar. S elama j am b elajar d i k elas b erlangsung, S ubjek 1 d apat
berinteraksi de ngan ba ik da n c ukup a ktif. D alam pe nelitian, da ta yang didapat
memerlukan t iga ka li pe rtemuan de ngan S ubjek 1 di kelas. A kan t etapi,
berdasarkan keterangan wali kelasnya, Subjek 1 ini memiliki sifat pemalu ketika
bertemu d engan o rang asing s ehingga k etika m embaca, s uara yang d ihasilkan
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
41
Subjek 1 c ukup kecil. Kemampuan membaca pada subjek 1 i ni t ergolong cukup
baik dan lancar walaupun masih mengalami beberapa gangguan dalam membaca.
Sama halnya dengan Subjek 1, Subjek 2 adalah anak yang berusia 8 tahun
dan duduk di kelas satu sekolah dasar. Subjek 2 ini sangat aktif serta susah untuk
diam da n duduk di t empat dudukn ya. A kan t etapi i a da pat m engerti a pa yang
diperintahkan o leh gurunya s elama d i k elas. D alam p enelitian in i ju ga
memerlukan t iga kali pertemuan untuk mendapatkan data yang didapat. Berbeda
dengan Subjek 1, Subjek 2 dapat membaca dan mengeja huruf dengan suara yang
lantang dan percaya di ri. Namun, Subjek 2 j uga mengalami gangguan membaca
bahkan t erkadang i a m embaca s ecara as al. K etika S ubjek 2 s alah m embaca, i a
mengulangi kata tersebut tetapi terkadang masih salah dan akhirnya dibantu guru
untuk mengejanya.
Subjek 3 a dalah anak l aki-laki dengan us ia 11 t ahun. Subjek 3 duduk di
kelas dua s ekolah da sar. Berdasarkan k eterangan w ali k elasnya, Subjek 3 i ni
tergolong pintar dan dapat berinteraksi dengan baik dikelas dibandingkan teman-
teman d i k elasnya. D alam p enelitian in i me merlukan 3 k ali p ertemuan di k elas
dan S ubjek 3 s elama i tu m embaca 7 t eks b acaan da lam bukun ya yang c ukup
panjang. Kemampuan membaca Subjek 3 ini juga baik walaupun terkadang masih
mengalami gangguan. Akan t etapi kons entrasi m embaca S ubjek 3 i ni m udah
teralihkan ketika ia membaca terlalu banyak.
Subjek 4 adalah anak laki-laki yang duduk di kelas dua sekolah dasar dan
berusia 9 t ahun. S ubjek 4 i ni da pat be rinteraksi de ngan ba ik d engan guru da n
teman-temannya. Untuk mendapat data bahasa Subjek 4, dalam penelitian ini juga
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
42
memerlukan t iga k ali p ertemuan s elama j am b elajar d i k elas. B erbeda d engan
Subjek 3, s elama pelajaran berlangsung di kelas, Subjek 4 ha nya membaca buku
pelajaran yang b erisikan k ata d asar s aja. O leh k arena i tu t idak d itemukan d ata
membaca kata bentukan pada Subjek 4.
Subjek 5 adalah anak laki-laki berusia 11 tahun dan duduk di kelas empat
sekolah d asar. S ubjek 5 i ni ak tif s elama j am p elajaran b erlangsung. Ia mampu
berinteraksi de ngan b aik d engan guru d an t eman-temannya. Ia b ahkan mampu
menyampaikan hal yang ingin dia sampaikan dengan baik. Untuk mendapat data
bahasa S ubjek 5 i ni m emerlukan t iga k ali p ertemuan d i k elas s elama p roses
belajar berlangsung dan selama itu Subjek 5 telah membaca 9 teks bacaan dalam
buku pelajarannya. Teks yang dibaca oleh Subjek 5 ini menggunakan bahasa yang
lebih kompleks dan terdapat beberapa istilah yang cukup sulit. Akan tetapi Subjek
5 i ni d apat m embacanya d engan b aik d an l ancar w alaupun m asih t erdapat
beberapa gangguan k etika m embaca. T erkadang S ubjek 5 j uga m embaca s ecara
asal.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
BAB III
TEMUAN DAN ANALISA DATA
Dalam bab ini peneliti membahas data yang telah dikumpulkan di Sekolah
Inklusif G aluh H andayani S urabaya be rupa ke sulitan m embaca ka ta p ada a nak
disleksia. Data yang telah terkumpulkan terdiri dari kesulitan membaca pada 243
kata dasar dan 86 kata bentukan. Data tersebut akan diklasifikasikan berdasarkan
kelas ka ta ba hasa Indonesia yang t erdiri da ri no mina, ve rba, a jektiva, a dverbia,
dan ka ta t ugas. S elanjutnya, da ta yang s udah dikelompokkan a kan di analisis
sesuai dengan kompetensi fonologis serta letak kesulitan membaca sehingga dapat
diketahui kesulitan membaca yang dilakukan oleh para subjek.
3.1 Kesulitan Membaca Kata Dasar pada Anak Disleksia
Setiap s ubjek me miliki ju mlah d ata yang b erbeda-berbeda. H al i ni
dikarenakan s etiap an ak m emiliki j umlah b acaan yang b erbeda j uga. Data y ang
ditemukan pada Subjek 1 be rjumlah 39 kata, Subjek 2 be rjumlah 70 ka ta, Subjek
3 berjumlah 42 kata, Subjek 4 berjumlah 41 kata, dan Subjek 5 berjumlah 51 kata.
Seluruh j umlah ka ta da sar yang di temukan da ri l ima s ubjek s elama p enelitian
sebanyak 243 kata. Kata dasar yang ditemukan selama penelitian di dalam kelas
ketika pelajaran berlangsung juga berasal dari kelas kata yang beragam. Berikut
akan dideskripsikan kesulitan membaca kata dasar berdasarkan kelas kata nomina,
verba, ajektiva, adverbia, dan kata tugas untuk masing-masing subjek.
43
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
44
3.1.1 Kesulitan Membaca Kata Dasar Nomina
Dari lima s ubjek yang ada, n omina me miliki ju mlah te rbanyak s ebagai
kelas kata pada kata dasar yang sulit dibaca oleh para subjek. Jumlah nomina yang
didapat dari kesulitan subjek membaca kata dasar sebanyak 167 kata. Kata dasar
nomina yang d itemukan s elama p enelitan, s elain n ama b enda, j uga d itemukan
pronominal pe rsona s eperti ka ta mereka, di a, dan saya, pronominal penunjuk
seperti kata ini dan sini, pronominal penanya seperti ka ta siapa dan mana. Kata
numeralia j uga di temukan dalam p enelitan in i seperti k ata satu, e mpat, dan
beberapa.
Kesulitan m embaca s etiap s ubjeknya j uga b erbeda an tara s atu d engan
yang l ain. Berikut i ni a kan di paparkan k esulitan m embaca ka ta da sar nomina
Subjek 1 s ampai d engan S ubjek 5 d alam m embaca k ata d asar s elama p elajaran
berlangsung.
Tabel 5.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Nomina Subjek 1
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. sekolah [sətəkɔlah] 14. nektar [mɛktar] 2. tukang [tuka] 15. bangkai [daŋkay] 3. anting [intIŋ] 16. boneka [kɔnɛka] 4. bengkel [bɛŋka] 17. ibu [ubi] 5. bengkel [bɛŋkɛ] 18. bibi [bubi] 6. angin [agin] 19. ina [ini] 7. pintu [pitu] 20. iwan [awan] 8. uang [uŋ] 21. ani [ini] 9. hati [hai] 22. mereka [karɛka] 10. renda [pada] 23. dia [dita] 11. sulawesi [suləga] 24. engkau [aŋkaw] 12. sulawesi [sulas] 25. beberapa [bərapa] 13. sayap [saya]
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
45
Selama proses belajar berlangsung ditemukan 25 kata nomina pada Subjek
1 yang m engalami kesulitan ketika m embacanya. S ubjek 1 m embaca kata dasar
tersebut dengan suara yang pelan. Ketika membaca kata dasar nomina, Subjek 1
mengalami b eberapa k esulitan m embaca yang beragam s eperti m enghilangkan
fonem, m engganti fonem de ngan fonem yang lain, m enambahkan f onem pa da
kata tersebut, bahkan menukar letak fonem pada kata.
Subjek 1 pada umumnya mengalami penghilangan fonem ketika membaca
kata da sar nom ina. H al ini da pat di lihat ke tika Subjek 1 m embaca ka ta tukang
yang dibaca menjadi [tuka]. Subjek 1 menghilangan fonem [ŋ] di suku kata kedua
yang seharusnya adalah suku kata t ertutup menjadi suku kata t erbuka. Hal yang
sama juga terjadi pada kata sayap, Subjek 1 m enghilangkan fonem [p] sehingga
menjadi [saya]. Sedangkan pada kata bengkel dibaca menjadi [bɛŋka]. Subjek 1
mengganti f onem [ ɛ] de ngan f onem [ a] pa da s uku ka ta k edua l alu m enghapus
fonem [ l]. H al i ni m enyebabkan pe rubahan po la s uku ka ta yang s eharusnya
tertutup m enjadi s uku ka ta t erbuka. A kan t etapi, S ubjek 1 be rtemu de ngan ka ta
bengkel lagi, d an i a m embaca t idak t erlalu j auh d ari k aidah d engan k ehilangan
fonem [l] di suku kata keduanya sehingga dibaca menjadi [bɛŋkɛ]. Pada kata hati
mengalami penghilangan fonem di suku kata kedua. Subjek 1 mengabaikan fonem
konsonan di suku kedua yaitu fonem [t] sehingga dibaca menjadi [hai]. Subjek 1
juga m engalami k esulitan m embaca d engan m enghilangkan bunyi v okal
berdampingan s eperti k ata uang yang di baca [uŋ]. Dalam hal ini Subjek 1
mengabaikan f onem vokal [a]. Kata uang yang memiliki dua s uku ka ta di baca
hanya satu suku kata dengan mengabaikan fonem [a] di suku keduanya.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
46
Subjek 1 t idak ha nya menghilangkan s atu f onem s aja ke tika ke sulitan
membaca, t etapi i a j uga d apat m enghilangkan b eberapa f onem s ekaligus d alam
satu kata seperti pada kata beberapa yang ketika dibaca kehilangan satu suku kata
yaitu suku kedua yang terdiri dari fonem [b] dan [ə] sehingga menjadi [bərapa].
Kata beberapa ini memiliki empat suku kata, akan tetapi Subjek 1 mengabaikan
suku keduanya sehingga d ibaca menjadi t iga suku kata saja. Pada kata Sulawesi
dibaca tidak sesuai dengan kaidah sebanyak dua kali sebelum dibaca secara benar
oleh S ubjek 1. P ertama, ka ta Sulawesi dibaca menjadi [ suləga]. D alam h al i ni
subjek 1 m embaca s esuai d engan k aidah p ada s uku p ertamanya s aja k emudian
dibaca semaunya. Suku kata Sulawesi yang berjumlah empat juga dibaca menjadi
tiga suku kata saja. Kedua, kata Sulawesi di baca menjadi [sulas]. Berbeda dengan
sebelumnya, Subjek 1 membaca sesuai kaidah pada suku pertama dan kedua, lalu
menghilangkan f onem [ w], [ ə], da n [i] di s uku ka ta s elanjutnya. S ubjek 1
membaca k ata t ersebut menjadi 2 s uku k ata s aja yang s eharusnya d engan s uku
kata terbuka menjadi suku kata tertutup.
Selain menghilangkan fonem ketika membaca kata dasar nomina, Subjek 1
juga me ngalami k esulitan me mbaca d engan me ngganti f onem. H al in i te rlihat
ketika S ubjek 1 m enggantikan f onem [ a] m enjadi f onem [ i] di s uku ka ta
pertamanya k etika m embaca k ata anting sehingga menjadi [intIŋ]. Pergantian
fonem yang s ama d i suku kedua kata t erjadi pada kata Ani dibaca menjadi [ ini]
dan k ata Ina dibaca m enjadi [ ini]. Sebaliknya, Subjek 1 m engganti f onem [ i]
menjadi f onem [ a] d i s uku p ertamanya k etika membaca k ata Iwan sehingga
menjadi [awan]. Keempat kata tersebut tidak mengalami perubahan pola suku kata
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
47
karena S ubjek 1 ha nya mengganti f onem voka l de ngan f onem voka l yang l ain.
Hal yang serupa juga terjadi ketika Subjek 1 membaca kata bibi menjadi [bubi].
Ketika membacanya, Subjek 1 mengganti fonem [i] dengan fonem [u].
Subjek 1 j uga kesulitan membaca dengan menggantikan fonem konsonan
selama m embaca s eperti k etika m embaca f onem [ n] m enjadi [m] d i s uku k ata
pertama pada kata nektar sehingga menjadi [mɛktar]. Hal yang sama terjadi pada
kata bangkai menjadi [daŋkay] dengan menggantikan fonem [b] dengan fonem [d]
di s uku pe rtamanya, dan ka ta boneka dibaca m enjadi [ kɔnɛka] dengan
menggantikan fonem [b] menjadi fonem [k] juga di suku pertamanya.
Membaca dengan mengganti lebih dari satu fonem terjadi ketika Subjek 1
membaca k ata mereka menjadi [ karɛka]. S ubjek 1 m engganti s eluruh f onem di
suku pertamanya yaitu fonem [m] dan [ə] menjadi fonem [k] dan [a]. Sedangkan
ketika Subjek 1 m embaca kata renda, ia mengalami kesulitan dan akhirnya suku
pertama dibaca semaunya dan suku kedua dibaca sesuai dengan kaidah sehingga
kata tersebut dibaca menjadi [pada].
Pada kata sekolah, Subjek 1 menambahkan satu suku kata ditengah-tengah
kata tersebut yang terdiri dari fonem [t] dan [e] sehingga Subjek 1 membacanya
dengan [sətəkɔlah]. H al ini me mbuat k ata sekolah yang s eharusnya t erdiri d ari
tiga suku kata menjadi kata dengan empat suku kata. Pertambahan fonem ini juga
terjadi k etika S ubjek 1 membaca k ata dia yang m enjadi [ dita]. S ubjek 1 t elah
menyisipkan fonem [t] di suku kedua.
Selain menghilangkan f onem, mengganti f onem, da n menambahkan
fonem di ka ta da sar nom ina, be ntuk ke sulitan m embaca pa da S ubjek 1 s elama
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
48
dikelas adalah tertukarnya letak fonem seperti ketika Subjek 1 membaca kata ibu.
Pada ka ta i ni S ubjek 1 menukar l okasi fonem [ i] yang b erada d i s uku pertama
dengan fonem [ u] yang be rada di s uku k edua. Hal i ni m enyebabkan S ubjek 1
membaca kata ibu menjadi [ubi].
Tabel 6.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Nomina Subjek 2
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. alam [ala] 26. kutilang [kuntiti] 2. buku [bubU] 27. kutilang [kutika] 3. meja [mɛya] 28. kutilang [kutila] 4. bioskop [viyoskop] 29. ulat [ular] 5. kuning [kiniŋ] 30. musuh [musu] 6. biru [piru] 31. kupu [bupU] 7. kursi [bursi] 32. kelelawar [kələlar] 8. orang [ɔwang] 33. tanah [tamah] 9. hati [mati] 34. tanah [tanaman] 10. bapa [papa] 35. cuaca [cuja] 11. bapa [bapa?] 36. cuaca [juwaca] 12. surga [sulga] 37. boneka [bamɛka] 13. surga [gaga] 38. boneka [bamaka] 14. surga [sura] 39. boneka [bɔnɛt] 15. surya [sulya] 40. komodo [komobo] 16. nama [mama] 41. sepeda [səpɛbah] 17. atas [ada] 42. lemari [mari] 18. kera [kəla] 43. celana [lana] 19. kasih [kasim] 44. melati [lati] 20. udara [uwara] 45. menara [məmara] 21. tepi [pəpi] 46. petani [pətami] 22. pantai [panpan] 47. petani [pətini] 23. ombak [ɔmpɔl] 48. ria [liya] 24. ombak [ɔmbaka] 49. siapa [sipa] 25. melati [məlaki] 50. satu [sama]
Kesulitan m embaca k ata d asar n omina p ada S ubjek 2 s elama p elajaran
ditemukan s ebanyak 5 0 k ata. Berdasarkan t abel yang t elah d isediakan di at as,
Subjek 2 m emiliki be rbagai m acam b entuk ke sulitan da lam m embaca dengan
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
49
menggantikan f onem, m enghilangkan f onem, m enambahkan f onem, da n
tertukarnya letak fonem.
Selama p roses b elajar, pada um umnya Subjek 2 m engalami kesulitan
membaca d engan m engganti f onem d engan fonem yang l ain baik ko nsonan
maupun vokal. Subjek 2 ke sulitan membaca dengan mengganti fonem vokal [u]
menjadi [ i] d i s uku k ata k edua t erjadi k etika membaca k ata kuning sehingga
dibaca menjadi [kiniŋ]. Begitu juga pada kata petani yang mengalami perubahan
fonem [a] berubah menjadi fonem [i] di suku kedua sehingga kata tersebut dibaca
menjadi [pətini].
Subjek 2 juga k esulitan membaca k ata buku menjadi [ bubU]. Subjek 2
mengganti fonem konsonan [k] menjadi fonem [b] di suku kata keduanya. Subjek
2 mengganti fonem yang sama di suku pertama pada kata kupu menjadi [bupU].
Begitu ju ga d engan k ata kursi yang di baca m enjadi [ bursi]. S elain i tu S ubjek 2
juga mengganti fonem [b] dengan fonem [p] di suku pertamanya pada kata biru
sehingga di baca m enjadi [ piru]. S ubjek 2 mengalami k esulitan membaca fonem
[r] dengan menggantinya ke fonem [ l] baik di suku kata pertama maupun kedua
seperti ketika membaca kata ria sehingga dibaca menjadi [lia] dengan perubahan
pada suku pertama. Lalu pa da kata surga yang dibaca menjadi [ sulga] dan kata
surya dibaca menjadi [sulya] juga mengalami hal serupa dengan mengganti fonem
[r] menjadi fonem [ l] di suku ka ta pe rtama. Subjek 2 ju ga mengalami k esulitan
membaca k etika b ertemu d engan f onem [ n]. S ubjek 2 m embaca k ata nama,
dengan mengubah fonem [n] menjadi fonem [m] di suku pertama sehingga dibaca
menjadi [mama]. Kata tanah dibaca menjadi [tamah] dengan mengubah fonem [n]
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
50
menjadi f onem [ m] di suku ke dua. P ada k ata menara [ mənara] yang d ibaca
menjadi [ məmara] d an kata p etani [ pətani] yang d ibaca m enjadi [ pətami] ju ga
mengalami p erubahan f onem yang s ama, t etapi l etak s uku k ata yang b erbeda.
Kata menara mengalami pe rubahan f onem d i s uku ke dua da n ka ta petani
mengalami pe rubahan f onem di s uku k ata ke tiga. Subjek 2 j uga m engalami
kesulitan m embaca j ika be rtemu de ngan f onem [t] ba ik pa da ka ta be rsuku dua
maupun t iga seperti kata tepi, ulat, dan melati. Kata tepi menjadi [pəpi] dengan
mengganti fonem [ t] dengan fonem [p] di suku kata pertama. Fonem [ t] terletak
pada s uku ke dua be rubah m enjadi f onem [ k] pa da ka ta ulat menjadi [ ular].
Perubahan Selanjutnya pada kata melati yang dibaca menjadi [məlaki] mengalami
perubahan fonem yang sama di suku kata ketiga. Semua kata yang di jelaskan di
atas pa da S ubjek 2 t idak m engalami pe rubahan pola s uku ka ta ka rena S ubjek 2
hanya mengganti fonem dengan fonem yang lainnya.
Mengganti lebih dari satu fonem ketika membaca juga terjadi pada Subjek
2 ketika membaca kata boneka [bɔnɛka] yang dibaca menjadi [bamɛka] perubahan
fonem yaitu fonem [ɔ] menjadi [a] di suku kata pertama dan fonem [n] menjadi
[m] di suku kata kedua. Kemudian kata boneka dibaca kembali menjadi [bamaka].
Pada kasus ini, Subjek 2 membaca dengan mengalami perubahan tiga fonem yaitu
fonem [ɔ], [n], dan [ɛ] menjadi fonem [a], [m], dan [a] yang terletak di suku kata
pertama dan kedua. Perubahan fonem ini mengalami posisi yang bersampingan.
Pada k ata satu dan ombak mengalami pe rubahan f onem di s uku ka ta
kedua. Hanya suku kata pertamanya yang dibaca secara benar setelah itu Subjek 2
membaca d engan s emaunya. P ada k ata satu dibaca m enjadi [ sama] m engalami
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
51
perubahan suku kata kedua yang terdiri dari fonem [t] menjadi [m] dan fonem [u]
menjadi [ a]. S edangkan p ada k ata ombak dibaca m enjadi [ ɔmpɔl] me ngalami
perubahan p ada s uku k eduanya j uga yang t erdiri da ri f onem [ b] m enjadi [ p],
fonem [ a] menjadi [ ɔ] dan f onem [ k] m enjadi [ l]. A kan tetapi h al in i tid ak
membuat terjadinya perubahan pola suku kata.
Selain pergantian fonem, kehilangan fonem juga banyak ditemukan ketika
Subjek 2 m embaca k ata d asar s elama p roses b elajar d i k elas s eperti k ata alam
menjadi [ ala]. P ada k ata i ni, Subjek 2 m enghilangkan f onem [ m] di s uku ka ta
kedua yang berakibat berubahnya pola suku kata. Subjek 2 menjadikan suku kata
tertutup menjadi suku kata terbuka. Hal yang serupa juga terjadi pada kata musuh
yang di baca m enjadi [ musu] yang m enunjukkan ba hwa i a m enghilangan f onem
[h] di s uku ka ta ke dua dan m engganti fonem v okal [ U] di suku ke dua menjadi
fonem [u] ketika membaca. Pada kata udara kehilangan fonem [d] di suku kedua
ketika Subjek 2 membacanya sehingga menjadi [uwara]. Subjek 2 j uga membaca
kata siapa menjadi [ sipa] yang b erarti i a m enghilangkan f onem [ a] yang
merupakan suku kata kedua. Subjek 2 j uga menghilangkan fonem di suku ketiga
seperti p ada k ata kutilang sehingga di baca m enjadi [ kutila] de ngan
menghilangkan fonem [ŋ]. Hal ini juga membuat suku kata tertutup menjadi suku
kata terbuka.
Pada kata lemari, celana, dan melati, Subjek 2 m enghilangkan suku kata
pertamanya s ehingga kata lemari dibaca m enjadi [ mari] yang k ehilangan fonem
[l] dan [ə], kata celana yang kehilangan fonem [c] dan [ə] sehingga menjadi [lana]
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
52
dan k ata melati [məlati] yang k ehilangan f onem [ m] d an [ ə] s ehingga menjadi
[lati]. Jumlah suku kata yang seharusnya tiga berubah menjadi dua suku kata saja.
Pada kata atas Subjek 2 mengalami perubahan suku kata yang tidak sesuai
dengan kaidah. S ubjek 2 m engganti f onem [ t] m enjadi [ d] k emudian
menghilangkan f onem [ s] di akhir ka tanya m enjadi [ ada]. H al i ni m erubah s uku
kata t ertutup m enjadi s uku ka ta t erbuka. S edangkan pa da ka ta cuaca dibaca
menjadi [ cuja] dengan menghilangkan fonem [a] dan [c] t etapi nyisipkan fonem
[j]. Suku ka ta cuaca berjumlah tig a suku k ata berubah m enjadi dua s uku ka ta.
Pada kata boneka, S ubjek 2 m embaca s ecara benar pada suku kata pertama dan
kedua, l alu m enghilangkan k ata [ k] da n [ a] di s uku ka ta ke tiga, t etapi
menggantikan dengan fonem [t] sehingga menjadi [bɔnɛt]. Hal ini jelas mengubah
jumlah suku kata yang seharusnya berjumlah tiga menjadi dua suku kata saja dan
merubah suku kata t erbuka menjadi suku kata tertutup. Subjek 2 j uga membaca
dengan menghilangkan lebih dari satu fonem ketika membaca fonem [w] dan [a]
di s uku ke tiga pa da ka ta kelelawar sehingga d ibaca m enjadi [ kelelar]. J umlah
suku kata yang seharusnya empat berubah menjadi tiga suku.
Kesulitan m embaca dengan m enambahkan dan t ertukar j uga t erjadi p ada
subjek 2 ke tika kata bapa menjadi [bapa?]. Pertambahan fonem [?] ini terjadi di
suku ka ta ke dua yang m enunjukkan pe rubahan s uku t erbuka m enjadi s uku ka ta
tertutup. Selanjutnya, pada kata ombak mengalami pertambahan fonem [a] di suku
kata ke dua s ehingga Subjek 2 m embacanya m enjadi [ ɔmbaka]. H al ini
menunjukkan jumlah suku kata menjadi bertambah dan suku kata tertutup menjadi
suku ka ta t erbuka. P ada ka ta tanah, S ubjek 2 membaca de ngan m enggantikan
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
53
fonem [ h] m enjadi [ m] di s uku ka ta ke dua s erta m enambahkan imbuhan y ang
terdiri da ri f onem [ a] d an [ n] s etelah i tu, s ehingga ka ta tanah tersebut d ibaca
menjadi [tanaman]. Kata tanah yang memiliki dua suku kata berubah menjadi tiga
suku kata.
Beberapa kata yang dibaca Subjek 2 terkadang diulangi suku kata pertama
atau k edua s eperti k ata pantai yang di baca m enjadi [ panpan]. Subjek 2
menghapus suku kata kedua dan mengulangi suku kata pertamanya. Sebaliknya,
kata surga dibaca m enjadi [ gaga]. P ada ka ta i ni, S ubjek 2 m enghapuskan s uku
kata p ertama l alu m engulangi s uku k ata t erakhirnya yang t erdiri d ari f onem [ g]
dan [a]. Hal ini juga mengubah pola yang seharusnya suku kata tertutup menjadi
suku ka ta t erbuka. S edangkan pa da k ata kutilang dibaca ol eh S ubjek 2 menjadi
[kuntiti] dengan menghilangkan suku kata ketiga dan mengulangi suku kata kedua
yang terdiri dari fonem [t] dan [i].
Tabel 7.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Nomina Subjek 3
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. tanah [taman] 14. kancil [kanci] 2. belakang [bəlacaŋ] 15. kancil [kenci] 3. panda [panday] 16. sampah [sapah] 4. ayah [ayam] 17. akhir [ahir] 5. kakak [kaka] 18. kakek [kahɛ?] 6. tangkai [taŋakay] 19. kakek [kaki] 7. warna [wana] 20. kampung [kapuŋ] 8. lambang [labaŋ] 21. burhan [buhan] 9. binatang [binata] 22. sukaramai [sukaram] 10. leher [lɛhɛ] 23. irfan [infan] 11. putih [utih] 24. empat [əpat] 12. orang [ɔra] 25. semua [səma] 13. putik [putih]
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
54
Selama p elajaran b erlangsung, S ubjek 3 m embaca d engan cukup l ancar.
Namun, S ubjek 3 m asih m engalami be berapa be ntuk ke sulitan m embaca.
Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui Subjek 3 mengalami kesulitan membaca kata
dasar nom ina s ebanyak 25 ka ta. Subjek 3 k esulitan m embaca kata seperti
membaca dengan mengganti fonem dengan fonem yang lainnya, menghilangkan
fonem, dan menambahkan fonem.
Pada um umnya S ubjek 3 m engalami pe nghilangkan fonem ke tika
membaca k ata d asar, b aik d ari m enghilangkan s atu f onem h ingga b eberapa
fonem. Letak kehilangan fonem ini juga beraneka ragam. Dari tabel diatas dapat
diketahui ba hwa S ubjek 3 m embaca k ata binatang dan Orang dengan
menghilangkan fonem [ŋ], sehingga kata binatang dibaca m enjadi [ binata], da n
kata orang dibaca menjadi [ɔra]. Akan tetapi kehilangan fonem [ŋ] ini memiliki
letak yang berbeda. Pada kata binatang, Subjek 3 mengabaikan fonem [ŋ] di suku
kata k etiganya. S edangkan k ata orang kehilangan fonem [ŋ] di suku kata
keduanya. P ola s uku ka ta ke dua ka ta i ni j uga b erubah yang s eharusnya ad alah
suku kata tertutup berubah menjadi suku kata terbuka.
Subjek 3 j uga m embaca d engan m enghilangkan f onem yang b erada d i
suku ka ta pertama s eperti ketika m embaca kata warna menjadi [wana] dan kata
Burhan menjadi [buhan]. Kedua kata ini dibaca dengan mengabaikan fonem [r] di
suku k ata p ertamanya sehingga suku k ata t ertutup dibaca menjadi s uku ka ta
terbuka. B egitu j uga k ata putih yang di baca de ngan m enghilangkan f onem
konsonan di suku pertama yaitu fonem [p] sehingga dibaca menjadi [utih].
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
55
Subjek 3 j uga kesulitan dalam membaca fonem [m] yang berada di suku
kata p ertama s eperti k ata lambang yang d ibaca menjadi [labaŋ], kata kampung
yang dibaca menjadi [kapuŋ], kata sampah yang dibaca menjadi [sapah] dan kata
empat yang d ibaca m enjadi [ əpat]. Dengan hi langnya f onem [ m] di s uku ka ta
pertama m enyebabkan p ola s uku ka ta j uga b erubah yang s eharusnya s uku ka ta
tertutup menjadi suku kata terbuka.
Subjek 3 j uga m enghilangkan f onem vok al s eperti ke tika m embaca ka ta
semua yang d ibaca m enjadi [ səma]. K etika m embaca ka ta i ni, S ubjek 3
mengabaikan fonem [u] yang berada di suku kata kedua lalu ia membaca fonem
vokal pa da s uku ka ta ketiga d engan m enggabungkan p ada s uku ka ta ke dua.
Jumlah s uku ka ta yang seharusnya be rjumlah t iga m enjadi du a s uku k ata s aja.
Selain k ata semua, Subjek 3 j uga m engabaikan f onem voka l k etika m embaca
sebuah n ama d esa d i b uku b acaan p elajarannya yaitu k ata Sukaramai. S ubjek
terlihat sedikit bingung dan mengabaikan suku kata yang terakhir yang terdiri dari
fonem [a] dan [i]. Kedua fonem ini adalah diftong dalam bahasa Indoneisa. Akan
tetapi ia mengabaikan fonem tersebut sehingga dibaca menjadi [sukaram]. Jumlah
suku k ata yang s eharusnya b erjumlah e mpat menjadi t iga s uku ka ta. Hal in i
menyebabkan suku k ata t erbuka pa da k ata t ersebut be rubah m enjadi s uku ka ta
tertutup.
Menambahkan fonem ketika membaca terjadi saat Subjek 3 membaca kata
panda dengan menambahka fonem [y] di bagian akhir ka ta sehingga kata panda
dibaca m enjadi [ panday]. Sedangkan p ada k ata tangkai, S ubjek 3 m enyisipkan
atau menambahkan fonem [a] setelah fonem [ŋ] yang berada di suku kata pertama
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
56
sehingga kata tangkai dibaca menjadi [taŋakay]. Hal ini menyebabkan perubahan
jumlah da n pol a s uku k ata yang s eharusnya b erjumlah dua s uku ka ta b erubah
menjadi t iga s uku ka ta yang m enunjukkan s uku ka ta t ertutup be rubah menjadi
suku kata terbuka.
Membaca dengan mengganti fonem dengan fonem yang lain terjadi ketika
Subjek 3 membaca kata Irfan dengan mengganti fonem [r] di suku kata pertama
menjadi f onem [ n] sehingga di baca m enjadi [ infan]. S ubjek 3 m embaca de ngan
mengganti fonem lain juga terjadi pada kata ayah. Namun, pergantian fonem ini
terletak pa da s uku ke duanya yaitu pa da f onem [h] de ngan f onem [ m] s ehingga
kata t ersebut d ibaca m enjadi [ ayam]. S ubjek 3 j uga m engganti f onem yang
terletak d i s uku k ata k etiga s eperti k etika m embaca k ata belakang yang d ibaca
[bəlacaŋ] dengan mengganti fonem [k] menjadi fonem [c]. Begitu juga ketika
Subjek 3 m embaca k ata kakek dengan m engganti f onem [ k] menjadi f onem [ h]
sehingga d ibaca [ kahɛ?]. Subjek 3 k embali m embaca k ata kakek dengan
membaca s ecara b enar h anya p ada s uku p etama s aja, selanjutnya dibaca
semuanya. S ubjek 3 m engganti f onem [ ɛ] di s uku ka ta ke dua de ngan f onem [ i]
kemudian menghapus fonem [?] di fonem kedua suku kata kedua sehingga dibaca
menjadi [kaki]. Sedangkan ketika Subjek 3 membaca kata tanah ia juga membaca
suku kedua dengan mengganti dua fonem sekaligus menjadi [ taman]. Pada kata
ini, Subjek 3 m embacanya d engan mengganti fonem [ n] dengan fonem [ m] dan
fonem [h] menjadi fonem [n].
Subjek 3 m embaca ka ta kancil dengan m engganti fonem s ekaligus
menghilangkan fonem t ertentu. Kata kancil dibaca dengan m engganti fonem [ a]
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
57
menjadi [ e] yang t erletak d i s uku k ata p ertama, l alu m enghapus f onem [ l] d i
bagian ak hir k ata s ehingga k ata kancil dibaca m enjadi [ kenci]. H al i ni
menunjukkan bahwa adanya perubahan yang seharusnya adalah suku kata tertutup
menjadi suku kata terbuka.
Tabel 8.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Nomina Subjek 4
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. kaki [kai] 18. lidi [midi] 2. duku [duka] 19. baju [baru] 3. komodo [omodo] 20. desa [dasa] 4. komodo [komedo] 21. desa [dɛsi] 5. sepatu [sapatu] 22. palu [pamu] 6. sepeda [səpada] 23. pipa [pipe] 7. celana [cəana] 24. pena [pɛa] 8. mata [mapa] 25. api [ari] 9. baju [batu] 26. toko [tuko] 10. roti [rɔdi] 27. toko [toka] 11. nama [nana] 28. toko [toto] 12. dahi [dai] 29. sapu [sabu] 13. meja [mɛda] 30. kamu [kanu] 14. hari [hai] 31. saya [baya] 15. tahu [tadu] 32. ini [imi] 16. kayu [kaya] 33. sini [sani] 17. buku [buka] 34. mana [mama]
Dari t abel 8 da pat di lihat ba hwa di temukan 34 kesulitan m embaca k ata
dasar nomina. S ubjek 4 membaca dengan suara yang pelan dan k adang t erbata-
bata. Kesulitan membaca yang dialami Subjek 4 berupa mengganti fonem dengan
fonem yang lain baik fonem vokal maupun fonem konsonan, dan menghilangkan
fonem k etika m embaca. N amun, ada j uga k ata y ang k etika d ibaca s angat t idak
sesuai dengan kaidah.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
58
Ketika m embaca ka ta d asar nom ina, pa da um umnya S ubjek 4 ke sulitan
membaca dengan mengganti fonem yang dibaca seperti ketika Subjek 4 membaca
kata pipa yang kemudian dibaca menjadi [pipe] yang berarti Subjek 4 m engganti
fonem [a] dengan dengan fonem [e] yang berada di suku kedua. Selain berubah
menjadi fonem [e], fonem [a] juga diganti dengan fonem [i] yang berada di suku
kata kedua ketika Subjek 4 membaca seperti pada kata desa yang dibaca menjadi
[dɛsi]. S ebaliknya, S ubjek 4 m embaca f onem [i] m enjadi f onem [ a] ketika
membaca k ata sini sehingga di baca m enjadi [ sani]. Perubahan f onem v okal i ni
terjadi di suku kata pertama.
Ketika S ubjek 4 m embaca k ata toko, ia m engganti f onem [ o] m enjadi
fonem [u] di suku kata pertamanya sehingga kata tersebut dibaca menjadi [tuko].
Kemudian Subjek 4 m embaca ulang kata toko tersebut dengan mengganti fonem
[o] d i s uku ka ta ke dua m enjadi f onem [ a] s ehingga di baca m enjadi [ toka]. S aat
Subjek 4 bertemu kata toko lagi, ia membacanya menjadi [toto] dengan mengganti
fonem [ k] di s uku ka ta pe rtamanya m enjadi f onem [ t]. Hal i ni m enunjukkan
bahwa pada satu ka ta yang sama, Subjek 4 m asih kesulitan membaca walaupun
telah membaca kata tersebut berulang kali dengan kesulitan yang berbeda baik di
suku kata pertama atau kedua. Hal ini juga terjadi pada Subjek 4 ketika membaca
kata baju sebanyak d ua k ali. P ertama i a m embaca k ata baju menjadi [ batu]
kemudian d ia m engulangi m embaca k ata t ersebut d an m embacanya menjadi
[baru]. K eduanya t idak s esuai de ngan ka idah. S ubjek 4 m engganti f onem [ j]
menjadi fonem [t] di suku kata kedua saat membaca kata baju menjadi [batu] dan
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
59
membaca kata baju menjadi [baru] dengan mengganti fonem [j] menjadi fonem [r]
juga di suku kata kedua.
Pada kata dasar bersuku t iga, Subjek 4 j uga mengalami pergantian hu ruf
ketika m embaca k ata sepatu, yaitu m engganti f onem [ ə] di s uku ka ta pertama
menjadi f onem [ a] s ehingga di baca m enjadi [sapatu]. K emudian pa da ka ta
komodo, Subjek 4 juga mengganti fonem [o] di suku kata kedua dengan fonem [e]
sehingga di baca m enjadi [ komedo]. H al yang s ama t erjadi ke tika S ubjek 4
membaca k ata sepeda menjadi [ səpada] yang mengalami p erubahan f onem [ ɛ]
menjadi f onem [ a] di s uku ka ta ke dua. K etiga ka ta i ni j uga t idak m engalami
perubahan jumlah dan pola suku kata.
Selain mengganti fonem ketika membaca, Subjek 4 juga mengabaikan atau
menghilangkan fonem ketika membaca kata dasar nomina seperti kata dahi. Kata
dahi mengalami penghilangan fonem [h] di suku kedua sehingga dibaca menjadi
[dai]. Lalu k ata pena juga m engalami penghilangan fonem di suku kedua, yaitu
fonem [ n] s ehingga di baca m enjadi [ pɛa]. B egitu j uga k ata kaki mengalami
penghilangan f onem [ k] di s uku ke dua m enjadi [ kai]. D ari be berapa ka ta yang
disebutkan, Subjek 4 telah menghilangkan fonem konsonan suku kedua. Pada kata
yang bersuku tiga juga mengalami penghilangan fonem ketika dibaca oleh Subjek
4 seperti kata komodo mengalami penghilangan fomen [k] di suku kata pertama
sehingga di baca m enjadi [ omodo]. K emudian ke tika S ubjek 4 m embaca ka ta
celana, ia j uga m enghilangkan f onem [ l] yang berada di s uku ke dua menjadi
[cəana].
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
60
Selain mengganti dan menghilangkan fonem, Subjek 4 juga membaca kata
dasar t idak sesuai kaidah dengan semaunya. Seperti yang t erjadi pada kata saya
yang d ibaca d engan t erbata-bata. S ubjek 4 m embaca k ata t ersebut d engan asal
sehingga i a m embaca kata saya menyimpang c ukup j auh m enjadi [baya].
Kesulitan m embaca pa da ka ta i ni m engalami pe rubahan f onem t erjadi di s uku
kata pertama dan kedua.
Tabel 9.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Nomina Subjek 5
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. tema [tɛman] 18. kanan [kara] 2. sekolah [səkɔla] 19. distribusi [ditribusi] 3. jalan [jalah] 20. bidang [bidan] 4. kasih [kəsi] 21. konsultasi [kɔnsulsi] 5. sanak [sana] 22. manfaat [ma?ap] 6. presiden [pɛridɛn] 23. modal [modɛl] 7. lembaga [ləmbaŋan] 24. praktek [prakɛt] 8. bidang [bida] 25. rentenir [rɛtəni] 9. mahkamah [pahkamah] 26. asas [asa] 10. mahkamah [mahakam] 27. tubuh [tumbUh] 11. konstitusi [kɔntusi] 28. daki [dakit] 12. komisi [kɔmusi] 29. ombak [ɔbat] 13. perkara [pəriksa] 30. pesisir [pəsisI?] 14. garmen [garmɛr] 31. ombak [ɔba?] 15. petani [pətaniyan] 32. bakau [bakan] 16. kanan [karna] 33. mengapa [məŋgapa] 17. produsen [prɔdu?sɛn]
Kesulitan membaca pada Subjek 5 pada kata dasar nomina juga beragam
seperti m engganti f onem d engan f onem l ain k etika m embaca, m enghilangkan
fonem, menambah fonem, menukar l etak fonem dengan fonem yang l ain dalam
kata, bahkan adanya kata yang dibaca dengan semaunya.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
61
Subjek 5 membaca kata modal menjadi [modɛl] dengan mengganti fonem
vokal [ a] di s uku ka ta ke dua m enjadi f onem voka l [ ɛ]. M engganti f onem
konsonan t erjadi pa da Subjek 5 ke tika m embaca ka ta jalan menjadi [ jalah].
Subjek 5 m engganti fonem [ n] di s uku ke dua m enjadi f onem [ h]. K esulitan
membaca de ngan m engganti f onem di s uku ke tiga t erjadi ke tika S ubjek 5
membaca k ata pesisir menjadi [ pəsisI?]. Subjek 5 m engganti fonem [ r] menjadi
fonem [?]. Walaupun demikian, beberapa kata yang disebutkan t idak mengalami
perubahan pol a s uku ka ta. B erbeda dengan k esulitan m embaca S ubjek 5 ketika
membaca k ata bakau menjadi [ bakan]. Subjek 5 m engganti f onem voka l [ u]
menjadi fonem konsonan [n].
Subjek 5 kesulitan membaca kata kanan terjadi sebanyak dua kali dengan
bentuk pe nyimpangan yang be rbeda. P ertama, Subjek 5 m embaca k ata kanan
menjadi [karna] dengan menambahkan fonem konsonan [r] di suku kata pertama,
lalu m engabaikan f onem [ n] di f onem kons onan ke dua s uku ke dua. P ada s uku
pertama seharusnya adalah suku kata terbuka berubah menjadi suku kata tertutup.
Sebaliknya, s uku ka ta k edua yang s eharusnya s uku ka ta t ertutup m enjadi s uku
kata terbuka. Ketika Subjek 5 membaca kata kanan kedua kali, Subjek 5 kesulitan
membaca d engan m engganti s ekaligus m enghilangkan f onem k etika m embaca
kata t ersebut. Subjek 5 mengganti f onem [ n] m enjadi f onem [ r] di s uku ke dua
kemudian mengabaikan fonem [n] di fonem konsonan kedua suku kedua sehingga
kata kanan dibaca m enjadi [ kara]. H al i ni m enyebabkan p erubahan s uku k ata
tertutup m enjadi s uku t erbuka. H al yang s erupa j uga di alami ke tika S ubjek 5
membaca kata ombak menjadi [ɔbat]. Subjek 5 menghilangkan fonem [m] di suku
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
62
pertama, lalu mengganti fonem [k] menjadi fonem [t] di suku kata kedua. Hal ini
menyebabkan suku ka ta tertutup menjadi suku k ata t erbuka. Subjek 5 m embaca
kasih juga mengganti yaitu fonem vokal [ a] di suku pertama menjadi fonem [ə]
lalu m enghilangkan f onem kons onan [ h] di f onem kons onan ke dua s uku ke dua
sehingga dibaca [kəsi].
Kesulitan membaca kata dasar pada Subjek 5 juga terlihat ketika membaca
kata distribusi menjadi [ditribusi]. Subjek 5 membaca dengan mengabaikan fonem
[s] di f onem kons onan kedua s uku ka ta pe rtama. M enghilangkan f onem ke tika
membaca t entu m erubah pol a s uku ka ta t ersebut s uku pe rtama yang s eharusnya
suku ka ta t ertutup m enjadi s uku ka ta t erbuka. Perubahan pol a s uku ka ta j uga
terjadi k etika S ubjek 5 m embaca k ata praktek menjadi [ prakɛt]. S ubjek 5
menghilangkan fonem [ t] di fonem pertama suku kedua lalu fonem konsonan di
suku ka ta pe rtama m enjadi f onem di s uku ka ta ke dua. S uku ka ta pe rtama yang
seharusnya tertutup menjadi suku kata yang terbuka.
Subjek 5 j uga k esulitan m embaca d engan m engabaikan l ebih d ari s atu
fonem ketika membaca kata rentenir menjadi [rɛtəni]. Dalam kasus ini, Subjek 5
menghilangkan fonem [n] di fonem konsonan kedua suku kata pertama dan juga
fonem [ r] di f onem kon sonan ke dua s uku k ata ketiga. S uku ka ta pe rtama da n
ketiga yang s eharusnya s uku ka ta t ertutup m enjadi s uku ka ta t erbuka. K etika
Subjek 5 m embaca k ata presiden, i a m engalami k esulitan d engan m engabaikan
fonem [ s] di s uku ke dua, l alu m emindahkan l etak f onem [ r] di yang t erletak di
fonem kons onan ke dua suku ka ta pe rtama m enjadi di f onem pe rtama s uku ka ta
kedua sehingga d ibaca menjadi [pɛridɛn]. Subjek 5 j uga mengabaikan satu suku
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
63
kata penuh seperti membaca pada kata konsultasi menjadi [kɔnsulsi]. Dalam kasus
ini, Subjek 5 menghilangkan suku kata ketiga yang terdiri dari fonem [t] dan [a].
Jumlah da n pol a s uku k ata j uga be rubah yang s eharusnya m emiliki e mpat s uku
kata menjadi tiga suku kata. Sedangkan ketika membaca kata konstitusi, Subjek 5
mengabaikan t iga fonem s ekaligus yaitu fonem [ s] yang m erupakan fonem
konsonan ke tiga di suku ka ta pe rtama, k emudian menghilangkan satu suku ka ta
kedua yang terdiri dari fonem [t] dan [i] sehingga kata konstitusi dibaca menjadi
[kɔntusi]. J umlah da n p ola s uku ka ta i ni be rubah da ri empat s uku k ata menjadi
tiga suku kata.
Subjek 5 juga kesulitan membaca dengan menambahkan fonem lain ketika
membaca s epeti p ada k ata tema yang d ibaca [ tɛman]. S ubjek 5 m enambahkan
fonem [ n] di f onem kons onan ke dua s uku k ata ke dua. P ola s uku ka ta menjadi
berubah dari suku kata terbuka menjadi suku kata tertutup. Hal yang serupa terjadi
pada k ata produsen yang d ibaca m enjadi [ prɔdu?sɛn]. Subjek 5 m enambahkan
fonem [?] di fonem suku kata kedua. Ini juga menyebabkan pergantian pola yang
seharusnya suku kata terbuka menjadi suku kata tertutup.
Pada kata lembaga Subjek 5 m embaca dengan mengganti fonem [g] pada
suku kata ketiga menjadi fonem [ŋ], lalu menambahkan fonem [n] di suku kata
ketiga s ehingga d ibaca menjadi [ləmbaŋan]. Pola suku kata juga berubah dari
suku kata terbuka menjadi suku kata tertutup. Sedangkan pada kata petani, Subjek
5 m enambahkan dua fonem s ekaligus yang m embentuk s atu s uku ka ta yang
terdiri dari fonem [a] dan [n] sehingga dibaca menjadi [pətaniyan]. Jumlah suku
kata berubah dari tiga suku kata menjadi empat suku kata.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
64
Kesulitan m embaca j uga t erjadi k etika s ubjek 5 m embaca k ata mahkamah.
Pada ka ta i ni S ubjek 5 mengabaikan f onem [ h] di f onem kons onan ke dua s uku
kata ketiga, lalu menukar letak fonem [k] dengan fonem [a] di suku kata kedua,
dan fonem [m] dengan fonem [a] di suku kata ketiga sehingga dibaca [mahakam].
Membaca d engan s emaunya t erjadi p ada k ata perkara dibaca m enjadi [ pəriksa]
dan kata manfaat dibaca menjadi [maap]. Subjek 5 membaca sesuai kaidah pada
suku kata pertamanya saja, setelah itu itu ia membaca secara asal.
3.1.2 Kesulitan Membaca Kata Dasar Verba
Jumlah kata dasar verba yang ditemukan dari kesulitan membaca Subjek 1
sampai d engan S ubjek 4 s ebanyak 16 ka ta. P ada S ubjek 5 t idak di temukan
kesulitan m embaca k ata d asar v erba. Kesulitan membaca s etiap s ubjeknya j uga
berbeda an tara s atu dengan yang l ain. Berikut i ni kesulitan membaca kata dasar
verba Subjek 1 sampai dengan Subjek 4 selama pelajaran berlangsung.
Tabel 10.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Verba Subjek 1
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. percaya [mərcaya] 3. pukul [puku] 2. datang [data] 4. jatuh [gatuh]
Berdasarkan t abel 1 0, ketika S ubjek 1 m embaca k ata d asar s elama
pelajaran b erlangsung, t erdapat empat k ata d asar yang m erupakan k ata v erba.
Kesulitan membaca pada kata verba yang dialami oleh Subjek 1 ini t idak terlalu
menyimpang d ari ka idah. Subjek 1 ha nya mengganti fonem dan menghilangkan
fonem seperti pada kata percaya yang dibaca menjadi [mərcaya] dan kata jatuh
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
65
yang di baca [gatuh]. Pada kata percaya, Subjek 1 mengganti fonem [p] di suku
kata pertama menjadi fonem [m]. Sedangkan pada kata jatuh, Subjek 1 mengganti
fonem [ g] m enjadi f onem [ p] di s uku pe rtamanya dan membaca f onem [ U]
menjadi fonem [u] di suku keduanya.
Subjek 1 juga menghilangkan fonem ketika membaca kata datang menjadi
[data]. Pada kasus ini, Subjek 1 menghilangkan fonem [ŋ] di fonem konsonan
kedua s uku k ata ke dua. Hal i ni t entu m erubah p ola s uku ka ta yang s eharusnya
suku kata tertutup menjadi suku kata terbuka. Selanjutnya pada kata pukul yang di
baca m enjadi [ puku] de ngan m engabaikan f onem [ l] di f onem kons onan ke dua
suku kata kedua. Selain itu, Subjek 1 membaca fonem [U] menjadi fonem [u]. Hal
ini juga merubah pola suku kata yang seharusnya suku kata tertutup menjadi suku
kata terbuka.
Tabel 11.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Verba Subjek 2
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. ada [apa] 5. terima [tərina] 2. jadi [jabi] 6. terima [bərima] 3. terima [təmama] 7. jadi [tadi] 4. terima [tərlihat] 8. terima [təma]
Jumlah data yang didapat pada Subjek 2 dalam membaca kata dasar verba
sebanyak de lapan ka ta. B erdasarkan da ta t ersebut, pa da um umnya S ubjek 2
membaca d engan m engganti f onem s eperti m embaca k ata ada menjadi [ apa].
Pada kata ini, Subjek 2 membaca dengan mengganti fonem [d] di suku kata kedua
menjadi fonem [p]. Subjek 2 juga mengganti fonem [d] ketika membaca kata jadi
menjadi [ jabi]. P ergantian f onem [ d] ke tika di baca S ubjek 2 i ni t erjadi di s uku
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
66
kedua yang menjadi fonem [b]. Selanjutnya, Subjek 2 m embaca kata jadi sekali
lagi dan ia membacanya menjadi [tadi] dengan mengubah fonem [j] di suku kata
pertama menjadi fonem [t].
Berdasarkan tabel 10, Subjek 2 kesulitan membaca kata terima sebanyak
lima kali. Subjek 2 membaca kata tersebut dengan mengganti fonem [m] menjadi
fonem [n] di suku kata ketiga sehingga dibaca menjadi [tərina]. Kemudian Subjek
2 m embaca d engan m engganti s uku k ata p ertama f onem [ t] m enjadi f onem [ b]
sehingga k ata t ersebut dibaca m enjadi [ bərima]. S ubjek 2 j uga m embaca k ata
terima dengan mengabaikan suku ka ta kedua yang t erdiri da ri fonem [ r] dan [ i]
sehingga dibaca menjadi [təma]. Hal ini menyebabkan perubahan jumlah dan pola
suku ka ta yang s eharusnya be rjumlah t iga s uku ka ta m enjadi du a s uku k ata.
Subjek 2 juga membaca kata terima menjadi [təmama]. Dalam kasus ini, Subjek 2
menghapus suku kata kedua yang terdiri dari fonem [r] dan [ i], lalu mengulangi
suku ka ta t erakhir yang terdiri da ri f onem [ m] dan [ a]. Walaupun de mikian, i ni
tidak menyebakan perubahan pola dan suku kata. Selain i tu, Subjek 2 m embaca
kata terima menjadi [ terlihat]. Pada kasus i ni terlihat bahwa Subjek 2 m embaca
sesuai kaidah pada fonem di suku pertama kemudian membaca secara asal.
Tabel 12.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Verba Subjek 3
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. lahir [lahi] 3. berangkat [bərakat] 2. ajak [aja]
Jumlah kata dasar verba yang ditemukan pada Subjek 3 selama pelajaran
berlangsung sebanyak tiga kata. Ketiga kata ini memiliki persamaan yaitu Subjek
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
67
3 m embaca k ata-kata t ersebut d engan m enghilangkan f onem d alam k atanya.
Subjek 3 m embaca kata lahir menjadi [lahi] dengan menghilangkan fonem [r] di
suku ka ta ke dua d an membaca f onem [ I] m enjadi [ i]. H al i ni m enyebabkan
perubahan pola suku kata yang seharusnya suku kata tertutup menjadi suku kata
terbuka. S elanjutnya, S ubjek 3 m embaca ka ta ajak dengan m engabaikan f onem
terakhir di s uku ka ta ke duanya yaitu f onem [ ?] s ehingga k ata t ersebut d ibaca
menjadi [aja]. Hal ini juga mengubah pola suku kata tertutup menjadi suku kata
terbuka. S edangkan p ada k ata berangkat, Subjek 3 mengabaikan fonem [ŋ] di
suku kata kedua ketika membaca sehingga dibaca menjadi [bərakat]. Sama halnya
dengan kata sebelumnya, pola suku kata pada ka ta berangkat berubah dari suku
kata tertutup menjadi suku kata terbuka.
Tabel 13.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Verba Subjek 4
no. kata target tuturan 1. maju [madu]
Data yang d i d apat p ada S ubjek 4 d alam k esulitan m embaca k ata d asar
verba h anya s atu k ata s aja yaitu k ata maju. Kata maju dibaca m enjdi [ madu].
Subjek 4 mengganti fonem [j] di suku kata kedua menjadi fonem [d]. Hal ini tidak
menyebakan pergantian jumlah ataupun pola suku kata karena Subjek 4 membaca
dengan mengganti fonem konsonan menjadi fonem konsonan lain.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
68
3.1.3 Kesulitan Membaca Kata Dasar Ajektiva
Kesulitan membaca kata dasar ajektiva lebih banyak ditemukan dari pada
kesulitan membaca kata dasar verba yaitu 33 ka ta. Dari Subjek 1 s ampai dengan
Subjek 5 m emiliki j umlah da n be ntuk k esulitan m embaca yang be rbeda an tara
satu dengan yang lain. Berikut ini akan dipaparkan kesulitan membaca kata dasar
ajektiva Subjek 1 sampai dengan Subjek 5 yang telah ditemukan.
Tabel 14.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Ajektiva Subjek 1
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. sungguh [suguh] 4. aktif [iktif] 2. kencang [kənca] 5. utama [atama] 3. miskin [mikin]
Kata d asar aj ektiva yang d idapat pada s ubjek 1 s ebanyak lima kata.
Bentuk k esulitan m embaca yang di alami S ubjek 1 a dalah m engganti da n
menghilangkan f onem. Subjek 1 m engganti f onem voka l ke tika m embaca ka ta
aktif dan utama. Pada kata aktif, subjek 1 mengganti fonem vokal [a] disuku kata
pertama de gan f onem voka l [ i] s ehingga k ata aktif dibaca me njadi [ iktif].
Sedangkan kata utama dibaca menjadi [atama] dengan mengganti fonem vokal [u]
di s uku ka ta pe rtama menjadi f onem [ a]. K edua ka ta t ersebut s ama-sama
mengalami pe rgantian fonem di s uku pe rtamanya, t etapi t idak m engalami
perubahan pola suku kata.
Kata sungguh dibaca oleh Subjek 1 dengan menghilangkan fonem [ŋ] di
suku pe rtamanya s ehingga di baca [ suguh]. P ada ka ta i ni, suku kata t ertutup
berubah m enjadi s uku kata t erbuka. Begitu j uga d engan k ata kencang yang
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
69
dibaca menjadi [kenca] dengan menghilangkan fonem [ŋ] di suku keduanya. Pada
kata ini juga mengalami perubahan suku kata tertutup menjadi suku kata terbuka.
Sedangkan p ada k ata miskin, Subjek 1 m engabaikan f onem kons onan [ s] yang
berada d i s uku p ertama, l alu m embaca fonem [ I] m enjadi f onem [ i] s ehingga
dibaca menjadi [mikin]. Pola pada suku kata ini ini juga berubah dari suku kata
tertutup menjadi suku kata terbuka.
Tabel 15.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Ajektiva Subjek 2
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. baik [babi] 5. biasa [bisa] 2. segar [səgər] 6. panas [pamas] 3. wangi [wani] 7. cerah [jərah] 4. raya [rayaŋ]
Kesulitan membaca kata dasar aj ektiva yang d itemukan selama pelajaran
berlangsung pa da S ubjek 2 s ebanyak t ujuh ka ta. K esulitan m embaca pa da ka ta
dasar ajektiva t erjadi ke tika S ubjek 2 m engganti f onem [ a] m enjadi f onem [ ə]
pada saat membaca kata segar yang menjadi [seger]. Subjek 2 m engganti fonem
[a] m enjadi f onem [ ə] y ang t erletak di s uku k ata ke dua. S ubjek 2 m embaca
dengan m engganti f onem di s uku ke dua j uga t erjadi pa da ka ta wangi, dan ka ta
panas. Fonem [ŋ] di suku kedua kata wangi diganti menjadi fonem [n] sehingga
dibaca m enjadi [ wani] da n f onem [ n] yang be rada di s uku ke dua k ata panas
diganti m enjadi f onem [ m] s ehingga di baca m enjadi [ pamas]. Sedangkan pa da
kata cerah, S ubjek 2 m embaca d engan m engganti f onem yang t erletak di s uku
pertama yaitu fonem [c] menjadi fonem [j], sehingga kata tersebut dibaca menjadi
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
70
[jerah]. K ata-kata yang disebutkan di atas t idak mengalami pe rubahan p ola s uku
kata.
Berbeda d engan k ata raya yang dibaca menjadi [rayaŋ] dengan
menambahkan fonem [ŋ] di akhir suku kata kedua. Pola suku kata menjadi
berubah yang awalnya suku kata terbuka menjadi suku kata tertutup. Sedangkan
ketika S ubjek 2 m embaca k ata biasa, ia m engabaikan f onem [ a] di s uku ke dua
sehingga i a m embacanya m enjadi [ bisa]. Selain i tu S ubjek 2 j uga m embaca
semaunya k etika m embaca k ata baik menjadi [ babi]. S ubjek 2 m embaca s esuai
dengan k aidah h anya p ada s uku p ertamanya s aja, k emudian i a m embacanya
secara asal.
Tabel 16.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Ajektiva Subjek 3
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. rindang [riŋan] 5. bangga [baŋa] 2. sayang [saya] 6. sombong [sɔbɔŋ] 3. tinggi [iŋgi] 7. kepalang [kəpa?] 4. matang [mantan]
Sama s eperti S ubjek 2 , k esulitan m embaca k ata d asar ajektiva s elama
pelajaran be rlangsung di temukan s ebanyak t ujuh ka ta. P ada um umnya S ubjek 3
kesulitan membaca kata dasar ajektiva dengan menghilangkan fonem dalam kata
tersebut seperti ketika membaca kata sayang menjadi [saya]. Pada kata ini, Subjek
3 mengabaikan fonem [ŋ] yang berada di fonem konsonan kedua di suku kedua.
Pola suku kata sayang ini berubah dari pola suku kata tertutup menjadi suku kata
terbuka. Subjek 3 j uga membaca dengan menghilangkan fonem ketika membaca
kata tinggi, sombong, dan bangga dengan letak fonem penghilangkan fonem yang
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
71
berbeda-beda. K ata tinggi kehilangan f onem [ t] di f onem pe rtama s uku ka ta
pertama, l alu k ata sombong yang k ehilangan fonem [ m] yang b erada d i f onem
konsonan kedua suku kata pertama, dan kata bangga yang kehilangan fonem [g]
di konsonan pertama suku kata kedua.
Ketika m embaca k ata matang, S ubjek 3 m embaca k ata t ersebut d engan
nambahkan fonem [n] di akhir suku kata pertama, lalu mengganti fonem [ŋ]
menjadi f onem [ n] s ehingga di baca m enjadi [ mantan]. H al i ni m engakibatkan
berubahnya suku kata terbuka pada suku kata pertama berubah menjadi suku kata
tertutup. Subjek 3 membaca kata kepalang menjadi [kɛpa?]. Pada kata ini, Subjek
3 m embaca s uku ka ta pe rtama da n ke dua s esuai de ngan ka idah, a kan t etapi
Subjek 3 ke sulitan m embaca s uku ka ta s elanjutnya s ehingga i a l angsung
mengakhir suku kedua dengan menambahkan fonem [?]. Hal ini merubah jumlah
dan pol a s uku ka ta yang s eharusnya t iga s uku ka ta m enjadi dua s uku ka ta.
Sedangkan k etika S ubjek 3 m embaca k ata rindang, S ubjek 3 m embaca s esuai
kaidah hanya di suku pertamanya, kemudian dibaca asal menjadi [riŋan].
Tabel 17.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Ajektiva Subjek 4
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. mini [mimi] 2. basi [baba]
Kesulitan m embaca k ata d asar aj ektiva S ubjek 4 h anya d itemukan
sebanyak d ua k ata s aja yaitu k ata mini dan basi. Subjek 4 m embaca k ata mini
dengan mengulang membaca suku pertamanya yaitu fonem [m] dan [i] sehingga
dibaca menjadi [mimi]. Selanjutnya, Subjek 4 membaca k ata basi sesuai kaidah
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
72
pada suku pertamanya, sedangkan pada suku keduanya ia kesulitan dan akhirnya
membaca u lang s uku p ertamanya s ehingga k ata basi dibaca m enjadi [baba].
Kedua kata ini memiliki kesamaan yaitu Subjek 4 kesulitan membaca suku kedua
dengan mengulangi s uku pe rtamanya. S elain i tu t idak a da pe rubahan po la s uku
kata pada kedua kata tersebut.
Tabel 18.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Ajektiva Subjek 5
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. rapi [api] 7. yudisial [yudial] 2. kasar [pasar] 8. pasti [pəsti] 3. universal [univərsi] 9. dalam [param] 4. legislatif [lɛgalatif] 10. lenyap [mələñap] 5. yudikatif [yudikati] 11. gundul [gudul] 6. eksekutif [ɛksuti] 12. gundul [gudu]
Kesulitan m embaca k ata d asar ajektiva yang d itemukan p ada S ubjek 5
sebanyak 12 kata dengan bentuk kesulitan yang berbeda. Subjek 5 membaca kata
dasar a jektiva de ngan mengganti, m enghilangkan, a tau m enambah f onem pa da
kata yang dibaca. Kata kasar dibaca menjadi [pasar] dengan mengganti fonem [k]
di s uku ka ta pe rtama m enjadi f onem [ p]. K ata dalam dibaca m enjadi [ param]
dengan m engganti l ebih da ri s atu f onem yaitu f onem [ d] di s uku ka ta pertama
menjadi fonem [p], lalu fonem [l] yang berada di suku kata kedua dengan fonem
[r]. Kedua kata ini tidak mengalami perubahan pola suku kata.
Subjek 5 m enghilangkan f onem ke tika m embaca ka ta rapi yang d ibaca
menjadi [api]. Subjek 5 mengabaikan fonem [r] di suku kata. Pada kata yudisial
yang dibaca menjadi [yudial] mengalami penghilangan satu suku kata pada suku
kata ketiga yang terdiri dari fonem [s] dan [i]. Jumlah suku kata yang seharusnya
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
73
empat suku kata berubah menjadi tiga suku kata. Selanjutnya, Subjek 5 membaca
kata eksekutif yang me miliki e mpat s uku k ata d ibaca me njadi [ ɛksuti] y ang
memiliki 3 s uku ka ta. P ada k ata i ni S ubjek 5 m embaca de ngan m enghilangkan
tiga f onem s ekaligus yaitu f onem v okal [ ə] di s uku ka ta ke dua, l alu f onem
konsonan [k] di suku kata ketiga, dan fonem [f] di suku kata keempat.
Membaca d engan m engganti s ekaligus m enghilangkan fonem t erjadi
ketika Subjek 5 membaca kata universal dengan mengganti fonem [a] di suku kata
keempat lalu menghilangkan fonem konsonan kedua di suku kata keempat yaitu
fonem [l] sehingga kata universal dibaca menjadi [univərsi]. Pada kata ini terjadi
perubahan pola suku kata yang seharusnya suku kata tertutup menjadi suku kata
terbuka. K esulitan m embaca k ata legislatif hampir s ama d engan k ata universal
yaitu Subjek 5 mengganti fonem [ i] di suku kata kedua menjadi fonem [a], l alu
menghilangkan f onem konsonan ke dua s uku kata pe rtama yaitu f onem [ s]
sehingga ka ta t ersebut dibaca m enjadi [ lɛgalatif]. H al in i ju ga m engakibatkan
adanya pe rubahan s uku ka ta ke dua yang s eharusnya s uku ka ta t ertutup m enjadi
suku kata terbuka.
Subjek 5 juga m engalami k esulitan m embaca d engan m enambahkan
fonem p ada k ata te rsebut. H al in i te rjadi k etika Subjek 5 membaca k ata lenyap
dengan menambahkan suku kata di awal kata yang terdiri dari fonem dua fonem
sekaligus yaitu fonem [m] dan [ə] sehingga di baca [mələñap]. Jumlah suku kata
pada kata lenyap yang seharusnya dua suku kata menjadi tiga suku kata.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
74
3.1.4 Kesulitan Membaca Kata Dasar Adverbia
Jumlah ke sulitan m embaca k ata da sar a dverbia da ri S ubjek 1 s ampai
Subjek 5 ha nya di temukan 10 ka ta saja. Walaupun jumlah data yang di temukan
sedikit, kesulitan membaca setiap subjeknya berbeda antara satu dengan yang lain.
Berikut i ni a kan di paparkan k esulitan m embaca ka ta da sar a dverbia S ubjek 1
sampai dengan Subjek 5.
Tabel 19.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Adverbia Subjek 1
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. sangat [saŋga] 2. lagi [agi]
Kesulitan m embaca k ata ad verbia p ada S ubjek 1 s elama p elajaran
berlangsung s ebanyak d ua k ata yaitu k ata sangat dan lagi. Subjek 1 m embaca
kata sangat menjadi [saŋga] dengan menambahkan fonem [g] di suku kata kedua,
lalu mengabaikan fonem [t] di suku kedua. Subjek 1 membaca dengan mengubah
suku terbuka pada suku pertama menjadi suku kata tertutup, sedangkan suku kata
kedua yang seharusnya suku kata tertutup menjadi suku kata terbuka. Untuk kata
lagi, Subjek 1 m embacanya de ngan m engabaikan f onem [ l] di s uku ka ta
pertamanya sehingga kata tersebut dibaca menjadi [agi].
Tabel 20.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Adverbia Subjek 2
no. kata target tuturan 1 . saja [jasa]
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
75
Kesulitan m embaca k ata d asar ad verbia p ada Subjek 2 t erjadi k etika
Subjek 2 membaca kata saja. Kesulitan membaca Subjek 2 ketika membaca saja
adalah dengan menukar letak fonem pada kata tersebut. Subjek 2 m enukar letak
fonem konsonan [s] pada suku pertama dengan letak fonem konsonan suku kedua
yaitu fonem [j] sehingga kata saja dibaca menjadi [jasa].
Tabel 21.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Adverbia Subjek 3
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. jangan [jaŋ] 3. segera [səsəra] 2. hendak [hɛda?]
Pada S ubjek 3 d itemukan k esulitan m embaca t iga k ata d asar ad verbia
yaitu k ata jangan, h endak, dan segera. Subjek 3 m embaca ka ta jangan dengan
menghilangkan fonem vokal [a] dan fonem konsonan [n] yang berada di suku kata
kedua sehingga dibaca menjadi [jaŋ]. Hal ini dikarenakan Subjek 3 kesulitan
membaca f onem s elanjutnya s ehingga i a t idak m embaca k edua f onem t ersebut
dan melanjutkan bacaan pada teks. Oleh karena itu, tidak hanya terjadi perubahan
pola t etapi j uga j umlah s uku ka ta. K ata jangan yang m emiliki dua s uku ka ta
menjadi satu suku kata. Subjek 3 m enghilangkan dua fonem terakhir, sementara
fonem konsonan pertama suku kata kedua bergabung dengan suku kata pertama
sehingga dibaca satu suku kata saja. Kata hendak dibaca menjadi [hɛda?] dengan
mengganti f onem [ ə] p ada s uku k ata p ertama m enjadi f onem [ ɛ], la lu
menghilangkan fonem konsonan kedua suku kata pertama yaitu fonem [ n]. Pola
suku ka ta m enjadi be rubah da ri s uku k ata t ertutup pa da s uku pe rtama menjadi
suku ka ta t erbuka. Sedangkan pada ka ta segera mengalami pe rubahan fonem di
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
76
suku ke dua yaitu f onem [ g] ke tika di baca m enjadi f onem [ s] s ehingga di baca
menjadi [səsəra].
Tabel 22.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Adverbia Subjek 4
no. kata target tuturan 1. saja [sada]
Sama s eperti S ubjek 2 , k esulitan m embaca k ata d asar ad verbia p ada
Subjek 4 hanya satu kata yaitu kata saja. Kesulitan membaca kata saja ini dengan
mengganti fonem [j] di suku kata kedua menjadi fonem [d]. Pada kasus ini tidak
ada perubahan jumlah maupun pola suku kata, karena Subjek 4 hanya mengganti
fonem konsonan dengan fonem konsonan yang lain.
Tabel 23.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Adverbia Subjek 5
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. ingin [iŋi] 3. pula [pulə] 2. kemudian [bəmudiyan]
Kesulitan m embaca k ata ad verbia p ada S ubjek 5 s elama p elajaran
berlangsung terjadi pada tiga kata yaitu kata ingin, kemudian, dan pula. Subjek 5
membaca kata ingin dengan mengabaikan fonem konsonan kedua [n] di suku kata
kedua sehingga dibaca menjadi [iŋi]. P ola s uku ka ta p ada ka ta i ni be rubah da ri
suku kata tertutup menjadi suku kata terbuka. Subjek 5 m embaca kata kemudian
menjadi [ bəmudiyan]. S ubjek 5 m engganti f onem [ k] di s uku ka ta p ertama
menjadi fonem [ b] ketika m embaca kata t ersebut. P ergantian fonem j uga t erjadi
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
77
ketika S ubjek 5 m embaca k ata pula menjadi [ pulə]. P ada ka ta i ni, S ubjek 5
membaca dengan mengganti fonem vokal [a] menjadi fonem vokal [ə].
3.1.5 Kesulitan Membaca Kata Dasar Kata Tugas
Kesulitan membaca kata dasar kata tugas dialami oleh semua subjek mulai
dari Subjek 1 hi ngga Subjek 5. J umlah kesulitan membaca kata dasar kata tugas
dari l ima s ubjek s ebanyak 1 7 k ata. K esulitan membaca s etiap s ubjeknya j uga
berbeda antara s atu de ngan yang l ain. B erikut i ni a kan di paparkan k esulitan
membaca kata dasar kata tugas Subjek 1 sampai dengan Subjek 5.
Tabel 24.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Kata Tugas Subjek 1
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. ketika [tətika] 3. demi [əmi] 2. dengan [dəda]
Subjek 1 m engalami k esulitan m embaca k ata d asar k ata t ugas k etika
membaca kata ketika, de ngan, dan demi. Subjek 1 m embaca kata ketika dengan
mengganti f onem di s uku pe rtama yaitu fonem [ k] m enjadi f onem [ t] s ehingga
kata tersebut dibaca menjadi [tətika]. Selanjutnya, Subjek 1 membaca kata dengan
menjadi [dəda]. Subjek 1 m embaca sesuai dengan kaidah hanya pada dua fonem
pertama yaitu f onem k onsonan [ d] da n f onem voka l [ ə]. S etelah S ubjek 1
kesulitan m embaca s uku k ata s elanjutnya s ehingga d ibaca asal m enjadi [dəda].
Pada kata demi, Subjek 1 membaca kata tersebut dengan mengabaikan fonem [d]
yang terletak di suku kata pertama sehingga dibaca menjadi [əmi].
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
78
Tabel 25.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Kata Tugas Subjek 2
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. yang [ya] 3. adalah [dalah] 2. yang [yamg] 4. dan [ban]
Kesulitan membaca kata tugas pada Subjek 2 selama pelajaran berlansung
berjumlah em pat k ata. Subjek 2 m embaca k ata yang sebanyak d ua k ali d alam
bacaan yang b erbeda. P ertama, S ubjek 1 membaca k ata t ersebut d engan
mengabaikan fonem konsonan kedua di suku kata pertama yaitu fonem [ŋ]
sehingga kata tersebut dibaca menjadi [ya] yang mengakibatkan berubahnya pola
suku kata t ertutup menjadi suku kata t erbuka. Subjek 2 ke sulitan membaca kata
yang kedua kali dengan mengeja kata tersebut satu persatu. Walaupun demikian,
Subjek 2 masih kesulitan membaca lalu ia menggantikan fonem konsonan [ŋ] di
suku ka ta pe rtama d engan f onem [ m] da n f onem [ g]. S elanjutnya, S ubjek 2
membaca k ata adalah dengan m engabaikan f onem v okal p ertama di suku ka ta
pertama yaitu fonem [ a] s ehingga dibaca menjadi [ dalah]. Hal in i menyebabkan
perubahan j umlah s uku ka ta yang s eharusnya t iga s uku ka ta m enjadi d ua s uku
kata. Sedangkan ketika Subjek 2 membaca kata dan, ia mengganti fonem [d] yang
berada di suku kata pertama menjadi fonem [b] sehingga dibaca menjadi [ban].
Tabel 26.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Kata Tugas Subjek 3
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. dan [da?] 3. yang [ya] 2. adalah [dadalah] 4. sang [sa]
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
79
Berdasarkan t abel 2 6, d apat d iketahui j umlah k esulitan m embaca k ata
dasar k ata t ugas p ada S ubjek 3 s ebanyak em pat kata yang t erdiri dari k ata dan,
adalah, yang, dan sang. Berbeda dengan Subjek 2, Subjek 3 m embaca kata dan
dengan mengganti fonem konsonan kedua di suku kata pertama yaitu fonem [n]
menjadi f onem [ ?] s ehingga ka ta t ersebut di baca m enjadi [ da?]. S ubjek 3
membaca kata adalah dengan menambahkan fonem [d] di bagian depan suku kata
pertama sehingga dibaca menjadi [dadalah]. Kemudian ketika Subjek 3 membaca
kata yang dan sang dengan sama-sama menghilangkan fonem konsonan kedua di
suku kata pertama yaitu fonem [ŋ] sehingga kata yang dibaca m enjadi [ ya] d an
kata sang dibaca menjadi [sa]. Kedua kata ini berubah pola yang seharusnya suku
kata tertutup menjadi suku kata terbuka.
Tabel 27.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Kata Tugas Subjek 4
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. mari [mani] 3. dari [bari] 2. dari [gari]
Kesulitan membaca kata tugas pada Subjek 4 berupa menggantikan fonem
dengan f onem yang l ain. D ari t abel 27 da pat dilihat ba hwa j umlah ke sulitan
membaca k ata d asar k ata t ugas yang d itemukan s elama p elajaran b erlangsung
sebanyak tiga kata yang s alah s atu ka tanya di baca s ebanyak dua ka li. S ubjek 4
membaca kata mari dengan mengganti fonem [r] yang terletak di suku kata kedua
menjadi f onem [ n]. K ata dari dibaca s ebanyak d ua k ali yang p ertama d ibaca
dengan m engganti f onem kons onan pe rtama s uku ka ta pe rtama yaitu f onem [ d]
menjadi fonem [g] sehingga dibaca menjadi [gari]. Sedangkan yang kedua dibaca
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
80
dengan m engganti f onem [ d] pa da s uku pe rtama m enjadi fonem [ b] s ehingga
dibaca m enjadi [ bari]. P ergantian fonem yang di lakukan S ubjek 4 ke tika
membaca i ni t idak m engubah pol a s uku ka ta ka rena S ubjek 4 h anya m engganti
fonem konsonan dengan fonem konsonan yang lain.
Tabel 28.
Kesulitan Membaca Kata Dasar Kata Tugas Subjek 5
no. kata target tuturan no. kata target tuturan 1. karena [tarəna] 3. dengan [dəkat] 2. yakni [yakan]
Kesulitan membaca kata dasar kata tugas yang d itemukan pada Subjek 5
sebanyak tiga kata yaitu kata karena, yakni, dan dengan. Subjek 5 membaca kata
karena dengan mengganti fonem [ k] pada suku ka ta pe rtama menjadi fonem [ t]
sehingga d ibaca m enjadi [ tarəna]. Selanjutnya, Subjek 5 m embaca k ata yakni
tidak s esuai d engan ka idah. S ubjek 5 m embaca s ecara be nar p ada dua f onem
pertamanya yaitu fonem [y] dan [a], setelah itu dibaca asal menjadi [yakan]. Sama
dengan k etika S ubjek 5 m embaca k ata yakni, Subjek 5 m embaca k ata dengan
tidak s esuai de ngan ka idah yaitu Subjek 5 m embaca secara benar pa da s uku
pertamanya yang t erdiri dari fonem [ d] dan [ ə], l alu i a kesulitan m embaca suku
kata s elanjutnya s ehingga S ubjek 5 m embaca kata t ersebut dengan asal menjadi
[dəkat].
3.2 Kesulitan Membaca Kata Bentukan pada Anak Disleksia
Sama s eperti d ata p ada k ata d asar, s etiap s ubjek d alam p enelitian i ni
memiliki ju mlah d ata yang b erbeda-berbeda. H al i ni di karenakan s etiap a nak
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
81
memiliki j umlah b acaan yang b erbeda j uga. D ata yang d idapat p ada S ubjek 1
berjumlah 14 ka ta, Subjek 2 be rjumlah 11 ka ta, Subjek 3 be rjumlah 23 ka ta, dan
Subjek 5 be rjumlah 38 kata. K esulitan m embaca ka ta be ntukan pa da S ubjek 4
tidak di temukan, ka rena s elama pe lajaran be rlangsung S ubjek 4 t idak m embaca
bacaan y ang terdapat k ata be ntukan. S emua da ta yang didapat p ada S ubjek 4
merupakan k ata da sar de ngan ka ta yang be rsuku dua da n be rsuku t iga. S eluruh
jumlah ka ta b entukan yang di dapat da ri ke empat s ubjek s elama p enelitian
sebanyak 86 k ata. W alaupun t idak s ebanyak kata da sar, ka ta b entukan yang
ditemukan juga berasal dari kelas kata yang beragam yaitu dari kelas kata nomina,
verba, ajektiva, dan adverbia. Kata tugas tidak ditemukan selama subjek membaca
kata be ntukan. K ata be ntukan yang di temukan t erdiri da ri ka ta yang memiliki
imbuhan se-, ke-, ter-, -an, -kan, me[N]-, me[N]-kan, me[N]-i, memper-, pe[N]-,
pe[N]-an, per-, per-an, ber-, ber-an, di -, di-kan. Berikut akan dipaparkan temuan
dan an alisis d ata m engenai k esulitan m embaca kata b entukan b erdasarkan k elas
kata bahasa Indonesia.
3.2.1 Kesulitan Membaca Kata Bentukan Nomina
Jumlah ka ta nom ina yang di dapat d ari k esulitan s ubjek m embaca ka ta
bentukan s ebanyak 25 k ata. K ata be ntukan nom ina yang di temukan a dalah ka ta
bentukan dengan afiks pe[N]-, pe[N]-an, per-, ke-, ke-an, se-, dan –an. Kesulitan
membaca setiap subjeknya juga berbeda antara satu dengan yang lain. Berikut ini
akan di paparkan ke sulitan m embaca ka ta be ntukan nom ina m ulai da ri S ubjek 1
sampai dengan Subjek 5.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
82
Tabel 29.
Kesulitan Membaca Kata Bentukan Nomina Subjek 1
no. kata target tuturan proses afiksasi 1. pembohong [pəbɔhɔŋ] pe[N]- + bohong 2. pengemis [pəŋimis] pe[N]- + emis 3. pengembara [pəŋəmbaŋan] pe[N]- + embara
Kesulitan membaca kata bentukan nomina yang ditemukan pada Subjek 1
selama p elajaran b erlangsung ad alah k etika membaca t iga k ata yaitu k ata
pembohong, pe ngemis, dan pengembara. Subjek 1 m embaca k ata pembohong
menjadi [pəbɔhɔŋ]. Pada kata ini, Subjek 1 membaca dengan mengabaikan fonem
[m] yang terletak di prefiks atau suku kata pertamanya. Pola suku kata pada kata
pembohong yang s eharusnya s uku ka ta t ertutup m enjadi s uku ka ta terbuka.
Selanjutnya S ubjek 1 membaca k ata pengemis menjadi [ pəŋimis] dengan
mengganti fonem vokal [ə] yang terletak di suku kata kedua menjadi fonem vokal
[i]. Pergantian fonem k etika m embaca kata ini t idak m engalami p erubahan pola
karena Subjek 1 mengganti fonem vokal dengan fonem vokal yang lain. Subjek 1
kesulitan membaca suku kata terakhir pada kata pengembara. Subjek 1 membaca
sesuai de ngan ka idah p ada s uku pe rtama hi ngga ke tiga, s edangkan pa da s uku
keempat Subjek 1 m embaca dengan mengganti fonem konsonan pertama di suku
kata kempat yaitu fonem [r] dengan fonem [ŋ], lalu menambahkan fonem [n] di
fonem konsonan kedua pada suku kata keempat sehingga kata pengembara dibaca
menjadi [pəŋəmbaŋan].
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
83
Tabel 30.
Kesulitan Membaca Kata Bentukan Nomina Subjek 2
no. kata target tuturan proses afiksasi 1. seorang [səɔra] se- + orang 2. kehendak [kəgənda?] ke- + hendak 3. kehendak [kəhənti] ke- + hendak 4. serimba [riba] se- + rimba
Ketika S ubjek 2 m embaca s elama p roses b elajar d i k elas b erlangsung,
Subjek 2 m engalami ke sulitan ke tika m embaca t iga ka ta be ntukan yaitu ka ta
seorang, k ehendak, dan serimba. Subjek 2 m embaca k ata seorang dengan
menghilangkan fonem konsonan kedua pada suku kata ketiga yaitu fonem [ŋ]
sehingga dibaca menjadi [səɔra]. Hal ini menyebabkan perubahan dari suku kata
tertutup menjadi suku kata t erbuka. Subjek 2 m embaca kata kehendak sebanyak
dua kali. Yang pertama, Subjek 2 membaca dengan mengganti fonem [h] menjadi
fonem [g] yang terletak di fonem kosonan pertama suku kata kedua sehingga kata
tersebut dibaca menjadi [kəgenda?]. Kemudian, Subjek 2 m embaca kata tersebut
lagi tid ak s esuai de ngan ka idah pa da s uku ka ta ketiga. Subjek 2 m embaca k ata
kehendak menjadi [ kəhənti]. Subjek 2 m erasa ke bingungan s aat m embaca s uku
kata ketiga sehingga ia membaca dengan asal dengan mengganti suku kata ketiga
pada kata tersebut. Selanjutnya, Subjek 2 membaca kata serimba menjadi [riba].
Pada s aat m embaca k ata i ni, S ubjek 2 m engabaikan t iga f onem s ekaligus yaitu
fonem [s] dan [ə] yang merupakan afiks yang terletak di suku kata pertama, lalu
fonem [ m] yang merupakan fonem konsonan ke dua di suku ka ta kedua. J umlah
dan pol a s uku ka ta m enjadi be rubah yang s eharusnya m emiliki t iga s uku ka ta
menjadi dua s uku ka ta. S elain m enghilangkan s eluruh f onem di s uku ka ta
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
84
pertama, S ubjek 2 j uga membaca kata t ersebut dengan m erubah pol a s uku ka ta
yang seharusnya tertutup menjadi suku kata terbuka.
Tabel 31.
Kesulitan Membaca Kata Bentukan Nomina Subjek 3
no. kata target tuturan proses afiksasi 1. pekerjaan [pəkərjan] pe[N]- + kerja + -an 2. kesukaan [kəsuka] ke- + suka + -an 3. kesombongan [kəsɔmbɔŋŋan] ke- + sombong + -an 4. tanaman [tanam] tanam + -an
Kesulitan membaca ka ta bentukan nomina pada Subjek 3 s elama dikelas
ditemukan s ebanyak em pat k ata, yaitu k ata pekerjaan, k esukaan, kesombongan,
dan tanaman. Ketika membaca k ata perkerjaan, Subjek 1 m embaca d engan
mengabaikan s alah s atu f onem voka l yang t erletak di s uku ka ta ke empat yaitu
fonem [a] sehingga dibaca menjadi [pəkərjan]. Fonem [a] yang membuat jumlah
dan pola suku kata menjadi berubah karena fonem konsonan pada suku keempat
bergabung dengan suku ketiga. Kata pekerjaan memiliki empat suku kata menjadi
tiga s uku ka ta. S ubjek 3 m embaca ka ta kesukaan dan tanaman dengan be ntuk
kesulitan yang s ama yaitu m engabaikan af iks –an. S ubjek 3 m embaca ka ta
kesukaan menjadi [ kəsuka] yang ke hilangan s atu s uku ka ta yaitu s uku ka ta
keempat. H al i ni m enyebabkan j umlah s uku k ata yang s eharusnya e mpat s uku
kata m enjadi t iga s uku kata. S ubjek 3 m embaca ka ta tanaman menjadi [ tanam]
juga de ngan m enghilangkan s uku ka ta ke tiga. S elain j umlah s uku ka ta yang
berubah dari tiga suku kata menjadi dua suku kata. Fonem konsonan di suku kata
ketiga b ergabung ke s uku ka ta ke dua s ehingga s uku ka ta t erbuka m enjadi s uku
kata t ertutup. S ubjek 3 j uga ke sulitan m embaca ka ta kesombongan dengan
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
85
menambahkan fonem [ŋ] di awal suku kata keempat sehingga di baca menjadi
[kəsɔmbɔŋŋan]. Hal ini dikarenakan Subjek 3 kebingungan ketika membaca suku
kata keempat dan membaca dengan menambahkan fonem konsonan yang berada
di akhir suku kata ketiga.
Tabel 32.
Kesulitan Membaca Kata Bentukan Nomina Subjek 5
no. kata target tuturan proses afiksasi 1. kebudayaan [kəmudaya?an] ke- + budaya + -an 2. pemerintahan [pərintahan] pe[N]- + perintah + -an 3. pengolahan [pəŋgolahan] pe[N]- + olah + -an 4. perusahaan [pərusaha] per- + usaha + -an 5. pemasar [pəmasaŋ] pe[N]- + pasar 6. kekeluargaan [kəkəluwarga] ke- + keluarga + -an 7. perekonomian [pərɔkɔnɔmian] per- + ekonomi + -an 8. keringatan [kəriŋhatan] keringat + -an 9. tumpukan [tumbukan] tumpuk + -an 10. perkotaan [pəkɔrta?an] per- + kota + -an 11. pencegahan [pəcəgahan] pe[N]- + cegah + -an 12. pengikisan [pəŋgigisan] pe[N]- + kikis + -an 13. deburan [daburan] debur + -an 14. sekeliling [səkəliŋ] se- + keliling
Jumlah data kesulitan membaca kata bentukan nomina pada Subjek 5 ini
cukup ba nyak di temukan. M ulai da ri ka ta yang be rsuku t iga hi ngga be rsuku
enam. B entuk ke sulitan m embaca k ata be ntukan nom ina pa da S ubjek 5 j uga
beragam seperti mengganti fonem, menghilangkan fonem, menambahkan fonem,
hingga menukar letak fonem. Pada kata bersuku tiga seperti kata pemasar, Subjek
5 m embaca k ata t ersebut d engan m engganti f onem [ r] yang m erupakan f onem
konsonan kedua di suku kata ketiga menjadi fonem [ŋ] sehingga dibaca menjadi
[pəmasaŋ]. Membaca dengan mengganti fonem dengan fonem lain juga terjadi
pada kata bersuku lima yaitu kata kebudayaan menjadi [kəmudaya?an]. Subjek 5
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
86
membaca ka ta t ersebut dengan m engganti f onem [ b] yang be rada di suku ka ta
kedua menjadi fonem [m]. Membaca dengan mengganti fonem vokal terjadi pada
kata be rsuku t iga ke tika S ubjek 5 m embaca k ata deburan menjadi [ daburan].
Subjek 5 m engganti fonem vokal [ ə] yang berada d i suku kata pertama menjadi
fonem [ a]. Selain i tu S ubjek 5 m embaca k ata perekonomian menjadi k ata
[pərɔkɔnɔmian]. Subjek 5 m engganti fonem [ ɛ] suku ka ta kedua menjadi fonem
[ɔ].
Subjek 5 juga membaca dengan menghilangkan fonem pada kata tersebut.
Bahkan Subjek 5 juga menghilangkan lebih dari satu fonem seperti ketika Subjek
5 membaca kata sekeliling. Pada kata ini, Subjek 5 m engabaikan satu suku kata
penuh yaitu s uku ka ta k etiga yang t erdiri da ri f onem [ l] da n [ i] s ehingga k ata
sekeliling dibaca menjadi [səkəliŋ]. Kesulitan membaca ini menyebabkan jumlah
suku k ata yang s eharusnya empat s uku kata me njadi tig a s uku k ata s aja.
Kemudian kata pemerintahan juga dibaca dengan menghilangkan satu suku kata
yaitu s uku ka ta k edua yang t erdiri da ri f onem [ m] da n [ ə] s ehingga di baca
menjadi [ pərintahan]. Hal i ni m engakibatkan j umlah s uku ka ta yang s eharusnya
lima s uku ka ta m enjadi 4 s uku ka ta. pe nghilangan s atu s uku ka ta j uga t erjadi
ketika S ubjek 5 m embaca ka ta be rsuku 6 yaitu kata kekeluargaan yang d ibaca
menjadi [ kəkəluwarga]. S ubjek 5 m embaca de ngan m engabaikan afiks –an ya ng
yang berada disuku kata terakhir yaitu suku keenam.
Kesulitan S ubjek 5 m embaca j uga t erjadi p ada k ata keringatan yang
dibaca [ kəriŋhatan]. Subjek 5 membaca kata tersebut dengan menambahkan
fonem [h] di suku ketiga. Hal ini membuat fonem [ŋ] yang seharusnya menjadi
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
87
fonem konsonan pertama di suku kata ke tiga menjadi fonem konsonan kedua di
suku ka ta ke dua. S elanjutnya, S ubjek 5 m embaca ka ta pengikisan menjadi
[pəŋgigisan]. Subjek 5 menambahkan fonem [g] suku kata kedua, kemudian
mengganti fonem [k] yang seharusnya di suku kata ketiga menjadi fonem [g].
Kesulitan membaca juga terjadi ketika Subjek 5 membaca kata perkotaan
yang dibaca menjadi [pəkɔrta?an]. Subjek 5 membaca kata ini dengan mengganti
letak f onem [ r] yang s eharusnya m enjadi f onem kons onan ke dua di s uku ka ta
pertama be rubah menjadi fonem konsonan kedua di suku ka ta kedua. Pada kata
ini, suku pe rtamanya adalah s uku k ata t ertutup be rubah m enjadi s uku ka ta
terbuka, sedangkan suku kata kedua yang merupakan suku kata terbuka menjadi
suku kata tertutup.
3.2.2 Kesulitan Membaca Kata Bentukan Verba
Jumlah data yang ditemukan dari kesulitan subjek membaca kata bentukan
verba s ebanyak 5 8 k ata. K ata b entukan v erba yang d itemukan ad alah k ata
bentukan dengan afiks me[N]-, me[N]-kan, me[N]-i, memper-, ber-, ber-kan, di-,
di-kan, ter-, dan –kan. Kesulitan membaca kata bentukan verba memiliki bentuk
yang be rbeda a ntara s ubjek s atu de ngan yang l ain. B erikut i ni a kan di paparkan
kesulitan m embaca k ata b entukan v erba m ulai d ari S ubjek 1 s ampai d engan
Subjek 5.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
88
Tabel 33.
Kesulitan Membaca Kata Bentukan Verba Subjek 1
no. kata target tuturan proses afiksasi 1. menggunakan [məgunakan] me[N]- + guna + kan 2. berbohong [bəbɔhɔŋ] ber- + bohong 3. mencari [məndari] me[N]- + cari 4. membantu [məmbatu] me[N]- + bantu 5. menangis [bənaŋis] me[N]- + tangis 6. berbohong [bərbɔhɔŋi] ber- + bohong 7. mengasihi [məŋisihi] me[N]- + kasih + -i 8. terdengar [tədəŋar] ter- + dengar 9. menjawab [bənjawab] me[N]- + jawab 10. membusuk [məmbuwah] me[N]- + busuk
Jumlah kesulitan membaca kata bentukan verba pada Subjek 1 di temukan
sebanyak 10 kata dengan bentuk kesulitan membaca yang berbeda-beda. Subjek 1
membaca k ata mencari dengan m engganti f onem [ c] yang be rada di s uku ka ta
kedua m enjadi fonem [d] s ehingga ka ta tersebut d ibaca m enjadi [ məndari].
Membaca dengan mengganti fonem vokal terjadi ketika Subjek 1 membaca kata
mengasihi menjadi [ məŋisihi]. Pada kata ini, Subjek 1 membaca dengan
mengganti f onem voka l [ a] pa da s uku ka ta ke dua m enjadi f onem [ i]. K edua
contoh kata diatas tidak mengalami perubahan jumlah maupun pola suku kata.
Berbeda k etika S ubjek 1 m embaca k ata menggunakan menjadi
[məgunakan]. Subjek 1 membaca dengan mengabaikan fonem [ŋ] yang
merupakan fonem konsonan pertama yang mengakibatkan berubahnya pola suku
kata tertutup menjadi suku kata terbuka. Subjek 1 membaca dengan mengabaikan
fonem konsonan kedua yang terletak di suku kata pertama terjadi ketika membaca
kata berbohong menjadi [ bəbɔhɔŋ]. Pada kata ini Subjek 1 mengabaikan fonem
[r]. S edangkan ke tika S ubjek 1 m embaca ka ta membatu dengan m engabaikan
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
89
fonem [ n] yang b erada di s uku ke duanya s ehingga di baca m enjadi [ məmbatu].
Subjek 1 m embaca de ngan m enghilangkan kons onan ke dua di s uku ka ta ke dua
yang menyebabkan perubahan dari suku kata tertutup menjadi suku kata terbuka.
Ketika S ubjek 1 m embaca k ata berbohong lagi, Subjek 1 m embaca k ata
tersebut dengan m enambahkan fonem voka l di a khir suku ka ta ke tiga. S ubjek 1
menambahkan fonem vokal [i] sehingga kata tersebut dibaca menjadi [bərbɔhɔŋi].
Hal i ni m enyebabkan jumlah da n pol a s uku m enjadi be rubaha da ri yang
seharusnya m emiliki t iga s uku ka ta m enjadi empat s uku ka ta d engan. F onem
konsonan kedua disuku kata ketiga dibaca menjadi fonem konsonan di suku kata
kempat s ehingga m enyebabkan s uku ka ta t ertutup be rubah m enjadi s uku ka ta
terbuka. Sedangkan ketika Subjek 1 membaca kata membusuk, ia membaca sesuai
dengan ka idah pa da s uku ka ta pe rtama da n k edua, na mun ke sulitan m embaca
suku kata ketiga. Hal ini menyebabkan Subjek 1 asal membaca pada suku ketiga
sehingga kata membusuk dibaca menjadi [məmbuwah]
Tabel 34.
Kesulitan Membaca Kata Bentukan Verba Subjek 2
no. kata target tuturan proses afiksasi 1. dimuliakan [dimulaykan] di- + mulia + -kan 2. dimuliakan [dimudiyakan] di- + mulia + -kan 3. dengungkan [deruŋkan] dengung + -kan 4. memangsa [məŋasa] me[N]- + mangsa 5. bersinar [bərsikan] ber- + sinar 6. berderai [bədəray] ber- + derai 7. menari [mari] me[N]- + tari
Kesulitan m embaca k ata be ntukan ve rba p ada Subjek 2 j uga m emiliki
bentuk yang beragam seperti membaca dengan mengganti fonem, menghilangkan
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
90
fonem, hi ngga m enukar l etak f onem. S ubjek 2 m embaca ka ta dengungkan
menjadi [dəruŋkan]. Pada kata ini Subjek 2 mengganti fonem [ŋ] yang berada di
suku ka ta ke dua m enjadi f onem [ r] yang t idak m enyebabkan be rubahnya pol a
suku k ata. K etika S ubjek 2 m embaca k ata bersinar menjadi [ bərsikan], i a
kesulitan m embaca fonem pa da s uku ka ta ke tiga yang m enyebabkan S ubjek 2
membaca dengan mengganti dua fonem konsonan sekaligus yaitu fonem [n] yang
dibaca menjadi fonem [k] dan fonem [r] yang dibaca menjadi fonem [n].
Berbeda d engan berderai yang d ibaca m enjadi [ bədəray], S ubjek 2
membaca k ata t ersebut d engan m enghilangkan f onem [ r] yang m erupakan
konsonan ke dua di s uku ka ta p ertama. H al i ni j uga m erubah pol a s uku ka ta
tertutup m enjadi s uku kata t erbuka. M enghilangkan dua f onem s ekaligus t erjadi
ketika S ubjek 2 m embaca k ata menari menjadi [mari]. P ada ka ta i ni, S ubjek 2
membaca d engan m enghilangkan f onem v okal [ə] yang t erletak d i s uku k ata
pertama, d an fonem ko nsonan [ n] yang b erada di s uku k ata k edua. Hal i ni
menyebabkan berubahnya jumlah dan pola suku kata yang seharusnya t iga suku
kata be rubah m enjadi dua s uku ka ta. K ata memangsa dibaca m enjadi [ məŋasa]
dengan mengganti fonem [m] yang berada di suku kata kedua menajdi fonem [ŋ],
lalu mengabaikan fonem [ŋ] yang merupakan fonem kedua di suku kata kedua.
Pola suku kata berubah dari suku kata tertutup menjadi suku kata terbuka.
Ketika Subjek 2 membaca kata dimuliakan, ia membaca dengan menukar
letak f onem [ i] de ngan f onem [ a] s ehingga di baca m enjadi [ dimulaykan].
Walaupun hanya dua fonem yang berubah, hal ini membuat jumlah dan pola suku
kata menjadi berubah. Kata dimuliakan memiliki lima suku kata berubah menjadi
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
91
empat suku kata. Fonem [i] yang berada di suku kata ketiga, bertukar dengan letak
fonem [a] di suku kata keempat sehingga menyebabkan menjadi diftong.
Tabel 35.
Kesulitan Membaca Kata Bentukan Verba Subjek 3
no. kata target tuturan proses afiksasi 1. berdasarkan [bədasarkan] ber- + dasar + -kan 2. memiliki [miliki] me[N]- + milik + -i 3. menunggu [məmuŋgu] me[N]- + tunggu 4. menyambut [məñanambut] me[N]- + sambut 5. merasa [mərɛka] me[N]- + rasa 6. berkunjung [bərujuŋ] ber- + kunjung 7. berhenti [bəhənti] ber- + henti 8. bercerita [bərcirita] ber- + cerita 9. menjelang [mənjəlan] me[N]- + jelang 10. menguning [məŋguniŋ] me[N]- + kuning 11. disambut [disambuk] di- + sambut 12. memanjat [məmanja] me[N]- + panjat 13. dilahap [dihahap] di- + lahap 14. berteriak [bətəriyak] ber- + teriak 15. terkilir [təliki] ter- + kilir 16. terkenal [tərkəna] ter- + kenal 17. bertengger [mənɛŋgɛr] ber- + tengger 18. menghadang [məhadaŋ] me[N]- + hadang 19. mengenal [məŋəna] me[N]- + kenal
Kesulitan m embaca k ata be ntukan ve rba p ada Subjek 3 c ukup ba nyak
ditemukan s elama pe lajaran yaitu 19 ka ta. S alah s atu ke sulitan yang di temukan
Subjek 3 ad alah k etika m embaca k ata berdasarkan, be rhenti, dan berteriak.
Subjek 3 membaca kata tersebut dengan mengabaikan fonem [r] yang merupakan
fonem kedua suku kedua. Hal ini mengakibatkan berubahnya pola suku tertutup
menjadi s uku ka ta t erbuka s ehingga ka ta berdasarkan dibaca m enjadi
[bədasarkan], kata berhenti dibaca menjadi [bəhənti], lalu kata berteriak menjadi
kata [ bətəriyak]. S edangkan k etika m embaca memanjat, t erkenal, dan mengenal
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
92
kehilangan fonem terakhir di suku kata ketiganya. Kata memanjat dibaca menjadi
[məmanja] d engan m enghilangkan f onem [ t] yang m erupakan kons onan ke dua
suku ka ta t erakhir. Kata terkenal dan mengenal kehilangan f onem [ l] yang
merupakan f onem kons onan ke dua di s uku ka ta ke tiga s ehingga ka ta terkenal
dibaca menjadi [tərkəna] dan mengenal dibaca menjadi [məŋənal]. Subjek 3 j uga
kesulitan m embaca d engan m engabaikan l ebih d ari s atu f onem k etika m embaca
seperti pada kata memiliki yang dibaca menjadi [miliki]. Pada kasus ini, Subjek 3
mengabaikan dua f onem s ekaligus yaitu pr efiksnya yang t erdiri da ri fo nem [m ]
dan fonem [ə]. Jumlah suku kata ini berkurang dari empat suku kata menjadi tiga
suku ka ta. Selain i tu k ata berkunjung juga k ehilangan du a f onem ke tika di baca
Subjek 3 yaitu fonem [k] yang merupakan fonem konsonan pertama di suku kata
kedua dan fonem [n] yang merupakan fonem konsonan kedua di suku kata kedua
sehingga dibaca menjadi [bərujuŋ].
Subjek 3 m embaca k ata menunggu dengan m engganti f onem [ n] pa da
fonem kons onan pe rtama s uku ka ta ke dua m enjadi f onem [ m] s ehingga di baca
menjadi [məmuŋgu]. Selanjutnya, kata bercerita dibaca dengan [bərcirita] dengan
mengganti fonem voka l [ ə] di suku ka ta kedua menjadi fonem [ i]. Hal ini t idak
menyebabkan pe rubahan pol a. K etika S ubjek 5 m embaca ka ta bertengger ia
mengganti pr efiks be r- menjadi p refiks me [N]- sehingga di baca m enjadi
[mənɛŋgɛr]. Dalam kasus ini, Subjek 3 mengganti fonem konsonan pertama suku
pertama yaitu f onem [ b] m enjadi f onem [ m], m engabaikan f onem [ r] yang
seharusnya t erletak di f onem kons onan ke dua s uku pe rtama, l alu m engganti
fonem pertama suku kedua yaitu fonem [t] menjadi fonem [n].
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
93
Ketika m embaca k ata menguning, Subjek 3 m embacanya m enjadi
[məŋguniŋ] yang berarti ia membaca dengan menyisipkan fonem [g] yang
menjadikan f onem kons onan pe rtama di s uku k edua. S ubjek 3 m embaca ka ta
menyambut dengan menambahkan du a f onem s ekaligus s ecara be rdampingan
yaitu f onem [ n] da n [ a] di s uku ka ta ke tiga dan m embuat f onem [ m] yang
merupakan fonem kons onan ke dua di s uku k ata kedua m enjadi f onem k edua di
suku ka ta ke tiga sehingga dibaca menjadi [ məñanambut]. Jumlah dan pola suku
berubah yang seharusnya tiga suku kata menjadi empat suku.
Subjek 3 membaca kata terkilir dengan mengabaikan fonem [r], baik yang
di suku pertama, maupun di suku kata ketiga, lalu menukar letak fonem [k] yang
berada di suku kedua dengan fonem [l] yang berada disuku ketiga sehingga kata
tersebut d ibaca [ təliki]. H al i ni m engakibatkan s uku ka ta t ertutup m enjadi s uku
kata terbuka. Subjek 3 juga kesulitan membaca kata merasa. Kesulitan membaca
kata ini terjadi di suku kata kedua dan ketiga. Pada suku kata pertama yaitu fonem
[m] da n [ ə] d ibaca s esuai k aidah, s elanjutnya m embaca s uku k edua d an k etiga
dengan asal sehingga dibaca menjadi [mərɛka].
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
94
Tabel 36.
Kesulitan Membaca Kata Bentukan Verba Subjek 5
no. kata target tuturan proses afiksasi 1. berbicara [bəricara] ber- + bicara 2. dikarenakan [dikaranakan] di- + karena + -kan 3. memegang [mənəgaŋ] me[N]- + pegang 4. mengawasi [meŋgawasi] me[N]- + awas + i 5. memutus [məmutu] me[N]- + putus 6. tersedia [tərsəndiya] ter- + sedia 7. menghasilkan [maŋhasilkan] me[N]- + hasil + -kan 8. dibutuhkan [dibututukan] di- + butuh + -kan 9. menyalurkan [məñelalurkan] me[N]- + salur + -kan 10. bekerja [bərkərja] ber- + kerja 11. mempromosikan [məmpromoksikan] me[N]- + promosi + -kan 12. meningkatkan [mənikahkan] me[N]- + tingkat + -kan 13. mempermudah [məncərmudah] me[N]- + per- + mudah 14. mengembangkan [məŋgamba] me[N] + kembang + -kan 15. menghindarkan [məŋhindara] me[N]- + hindar + -kan 16. bersama [bərsɛma] ber- + sama 17. berkeringat [bərkərika] ber- + keringat 18. melekat [məlakat] me[N]- + lekat 19. berkeringat [bəriŋat] ber- + keringat 20. mengalami [məŋgalami] me[N]- + alam + i 21. menghantam [maŋhantam] me[N]- + hantam 22. berkurang [bəruraŋ] ber- + kurang
Kesulitan m embaca k ata b entukan v erba p aling banyak d itemukan p ada
Subjek 5, yaitu 22 ka ta. Kesulitan membaca pada Subjek 5 j uga beragam seperti
membaca de ngan m engganti f onem, m enghilangkan da n m enambahkan f onem
ketika m embaca. S ubjek 5 m engganti f onem ketika m embaca k ata dikarenakan
menjadi [ dikaranakan]. P ada ka ta i ni, S ubjek 5 m engganti f onem vo kal [ ə]
menjadi fonem vokal [ a] yang terletak di suku kata ke tiga. Kemudian, Subjek 5
membaca k ata mempermudah menjadi [ məncərmudah]. S ubjek 5 m embaca ka ta
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
95
tersebut dengan mengganti fonem konsonan pertama [p] yang berada di suku kata
kedua dengan fonem [c].
Subjek 5 m embaca d engan m enghilangkan f onem k etika m embaca k ata
berbicara. Pada kata ini, Subjek 5 mengabaikan fonem [b] yang terletak di suku
kedua sehingga d ibaca m enjadi [ bəricara]. F onem kons onan ke dua di s uku
pertama di baca b ersama f onem voka l s uku ke dua. S ubjek 5 m embaca dengan
menghilangkan d ua f onem s ekaligus k etika membaca k ata menghindarkan
menjadi [məŋhindara]. Pada kata ini, Subjek 5 mengabaikan fonem kosonan [k]
yang merupakan fonem konsonan pertama suku kata keempat dan fonem [n] yang
merupakan f onem kons onan ke dua s uku ka ta k eempat. S ubjek 5 m embaca ka ta
tersebut de ngan m enggabungkan f onem konsonan [ r] pa da s uku ka ta ke tiga
dengan f onem voka l [ a] pa da s uku ka ta ke empat s ehingga j umlah s uku ka ta
menjadi te tap. Subjek 5 j uga m embaca de ngan m enghilangkan t iga f onem
sekaligus k etika m embaca k ata berkeringat menjadi [ bəriŋat]. Pada kata ini
Subjek 5 mengabaikan fonem konsonan kedua suku kata pertama yaitu fonem [r],
dan seluruh s uku ka ta ke dua yang t erdiri da ri f onem [ k] da n [ə]. H al ini
menyebabkan t erjadinya pe rubahan j umlah da n pol a s uku ka ta yang s eharusnya
empat s uku ka ta m enjadi t iga s uku k ata. S elain i tu, S ubjek 5 j uga m embaca
dengan m enghilangkan f onem s ekaligus m engganti f onem pa da ka ta
meningkatkan. Subjek 5 m embaca de ngan m engabaikan f onem kons onan ke dua
suku kata kedua yaitu fonem [ŋ], lalu mengganti fonem konsonan [t] pada suku
ketiga menjadi fonem [ h]. Subjek 5 m embaca kata memutus menjadi [məmutu].
Kata i ni kehilangan fonem [ s] yang merupakan k onsonan kedua p ada suku ka ta
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
96
ketiga dan membaca fonem [U] menjadi [u]. Hal ini merubah pola suku tertutup
menjadi suku terbuka.
Selain me nghilangkan f onem k etika m embaca, kesulitan m embaca kata
bentukan ve rba juga t erjadi k etika S ubjek 5 m embaca d engan m enambahkan
fonem l ain d alam k ata s eperti yang t erjadi p ada k ata mengawasi yang d ibaca
menjadi [məŋgawasi]. Pada kata ini, Subjek 5 menyisipkan fonem [g] suku kata
kedua yang memisahkan fonem konsonan [ŋ] dan fonem vokal [a]. Subjek 5
membaca kata dibutuhkan dengan menambahkan sekaligus menghilangkan fonem
lain ke tika m embaca. S ubjek 5 m enambahkan fonem kons onan [ t] da n f onem
vokal [u] secara berdampingan di suku kata ketiga, lalu menghilangkan fonem [h]
yang b erada di f onem kons onan ke tiga s uku ka ta ke empat s ehingga ka ta
dibutuhkan dibaca menjadi [dibututukan]. Subjek 5 m embaca dengan mengganti
sekaligus m enambahkan fonem k etika m embaca k ata menyalurkan. Subjek 5
mengganti f onem [ a] yang be rada di s uku ka ta kedua m enjadi f onem [ ə], la lu
menambahkan fonem konsonan [ l] dan fonem vokal [ a] secara berdampingan di
suku ka ta ke tiga. K ata menyalurkan yang me miliki e mpat s uku k ata d ibaca
menjadi [məñelalurkan] yang memiliki lima suku kata.
Subjek 5 ke sulitan ketika membaca k ata mengembangkan menjadi
[məŋgamba]. Ketika membaca kata tersebut, Subjek 5 membaca terburu-buru
tetapi t erlihat ke bingungan. S uku pe rtama yang di baca ol eh S ubjek 5 s esuai
dengan ka idah, t etapi i a ke sulitan m embaca ka ta t ersebut da n akhirnya
membacanya secara asal.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
97
3.2.3 Kesulitan Membaca Kata Bentukan Ajektiva
Kesulitan membaca kata bentukan ajektiva ditemukan hanya satu kata saja
pada Subjek 5 yang merupakan kata bentukan ajektiva dengan prefiks se-. Berikut
ini akan dideskripsikan lebih lanjut kesulitan membaca kata bentukan ajektiva.
Tabel 37.
Kesulitan Membaca Kata Bentukan Ajektiva Subjek 5
no. kata target tuturan proses afiksasi 1. seimbang [səmbaŋ] se- + imbang
Kesulitan m embaca k ata b entukan aj ektiva h anya ditemukan s atu k ata
yang dibaca oleh Subjek 5 yaitu kata seimbang. Subjek 5 membaca kata seimbang
menjadi [ səmbaŋ]. Subjek 5 kesulitan membaca kata tersebut dengan
mengabaikan fonem [ i] yang berada di awal suku kedua. Hal ini mengakibatkan
jumlah da n pol a s uku ka ta m enjadi be rubah. Kata seimbang memiliki ti ga s uku
kata m enjadi dua s uku kata. F onem [ m] di s uku ka ta ke dua di baca b ergabung
dengan suku kata pertama, sehingga suku kata kedua menjadi hilang.
3.2.4 Kesulitan Membaca Kata Bentukan Adverbia
Kesulitan membaca kata bentukan adverbia ditemukan sebanyak dua kata
pada S ubjek 1 da n S ubjek 5. Kedua kata be ntukan a dverbial i ni s ama-sama
memiliki p refiks s e-. Berikut i ni a kan di deskripsikan l ebih l anjut kesulitan
membaca kata bentukan adverbial pada Subjek 1 dan Subjek 5.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
98
Tabel 38.
Kesulitan Membaca Kata Bentukan Adverbia Subjek 1
no. kata target tuturan proses afiksasi 1. semakin [əmakin] se- + makin
Subjek 1 membaca kata semakin menjadi [əmakin]. Subjek 1 membaca
kata tersebut dengan mengabaikan fonem pertama yang berada di suku kata
pertama yaitu fonem [s]. Fonem [s] yang tidak baca pada kata tersebut adalah
bagian dari afiks se-.
Tabel 39.
Kesulitan Membaca Kata Bentukan Adverbia Subjek 5
no. kata target tuturan proses afiksasi 1. setelah [sətəlan] se- + telah
Kesulitan ka ta b entukan a dverbia l ainnya di temukan ke tika S ubjek 5
membaca kata setelah. Subjek 5 membaca kata ini tidak terlalu menyimpang dari
kaidah. S ubjek 5 m embaca ka ta t ersebut de ngan m engganti fonem [ h] yang
terletak di suku kata ketiga menjadi fonem [n]. Tidak ada perubahan jumlah dan
pola suku kata pada kata ini karena Subjek 5 mengganti fonem konsonan dengan
fonem konsonan yang lain.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan t emuan d an an alisa d ata yang t elah d ijelaskan p ada b ab
sebelumnya, dapat ditarik simpulan bahwa:
1. Kesulitan membaca kata dasar dan kata bentukan berasal dari berbagai macam
kelas kata yaitu nomina, verba, aj ektiva, adverbia, dan k ata t ugas. Kesulitan
membaca k ata d asar yang d itemukan s ebagian b esar ad alah k ata n omina,
sedangkan kesulitan m embaca kata bentukan sebagian besar t erdiri da ri ka ta
verba.
2. Kesulitan m embaca s etiap s ubjek m emiliki b entuk yang b erbeda s ehingga
tidak b isa d ikategorikan s ama. M ayoritas k esulitan me mbaca yang d ialami
para s ubjek a dalah m embaca de ngan m engganti f onem de ngan f onem y ang
lain, baik fonem vokal maupun fonem konsonan. Membaca dengan mengganti
lebih d ari s atu f onem d alam s atu k ata ju ga te rjadi k etika s ubjek k esulitan
membaca.
3. Kesulitan m embaca l ainnya yang d itemukan p ada s ubjek ad alah m embaca
dengan menghilangkan atau menambahkan fonem baik fonem vokal maupun
fonem konsonan, menukar letak fonem dengan fonem yang lain, mengulangi
suku kata didepannya, dan membaca dengan semaunya.
4. Beberapa k esulitan m embaca yang ditemukan m enyebabkan pe rubahan p ola
suku ka ta da ri s uku ka ta t ertutup m enjadi s uku ka ta t erbuka, da n s uku ka ta
99
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
100
terbuka menjadi suku kata tertutup. Selain mengalami perubahan pola suku kata,
beberapa kesulitan membaca pada subjek juga menyebabkan berubahnya jumlah
suku kata.
4.2 Saran
Dengan ad anya p enelitian m engenai k esulitan m embaca p ada an ak
disleksia i ni, pe neliti mengharapkan da pat m embantu pe nanganan gangguan
belajar p ada an ak-anak disleksia. P eneliti m emberikan s aran unt uk pi hak-pihak
yang berhubungan khususnya orang tua dan pengajar untuk memberikan perhatian
khusus da n pe nanganan yang ba ik s esuai de ngan ke butuhan a nak di sleksia.
Peneliti m enyarankan a gar k eluarga m aupun p engajar d apat m emotivasi d an
memberikan dukun gan kepada an ak-anak d isleksia. Perlunya p embentukan
lingkungan yang kondusif disekitar anak, baik dirumah maupun sekolah juga turut
berkepentingan d alam membantu pe rkembangan a nak. S elain i tu pe neliti
menyarankan agar kajian dalam bidang linguistik terutama kajian psikolinguistik
dapat l ebih be rkembang di Indonesia s ehingga menambah da ya t arik d an l ebih
banyak referensi yang dapat digunakan.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M . 2003. Pendidikan B agi A nak B erkesulitan B elajar. J akarta: Rineka Cipta.
Alwi, H., dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Chaer, Abdul. 2002. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta. Elliot,S.N., dkk. 2000. Educational P sychology: E ffective T eaching, E ffective
Learning. (3rd ed). Singapore: McGraw-Hill Book Co.
Erlina, dina. 2012. “ Kemampuan Produksi Kalimat pada Anak Penderita Autis di Sekolah Inklusif G aluh H andayani S urabaya: S uatu K ajian Psikolinguistik”. S kripsi. S urabaya. Fakultas Ilmu B udaya, Universitas Airlangga.
Hakim, Arif R ahman. “M engenal D isleksia”, ( online),
(https://www.selasar.com/budaya/mengenal-disleksia, di unduh 16 M ei 2016)
Lapoliwa, H ans. 1988. Pengantar F onologi I : F onetik. J akarta: D epartemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Larasati, P utri. 2010. “ Studi t entang P enggunaan M etode Bermain ‘ Alphapoly’
untuk M embantu M eningkatkan K emampuan M embaca pa da A nak yang Mengalami K ecenderungan K esulitan B elajar M embaca ( Disleksia) (Sebuah Studi Kasus)”. Skripsi. Surabaya. Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga.
Lerner, J . 2003. Learning D isabilities: T heories, D iagnosis, and Teaching
Strategis. Boston: Houghton Mifflin Company.
Mar’at, Samsunuwiyati. 2005. Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama.
Margaretha. 2003. “Peran Progam Latihan Educational Kinesiology (Senam Otak)
pada K emampuan M embaca A nak Dyslexia Masa K anak-kanak M adya: Suatu Studi Kasus”. Surabaya. Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga.
Marsono. 2008. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mulyadi. 2010. Diagnosis K esulitan B elajar da n B imbingan t erhadap Kesulitan
Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera.
101
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
Nawangsari, Nur Ainy Fardana. 2008. Identifikasi dan Model Intervensi Kesulitan
Belajar pada Si swa Se kolah D asar di Sur abaya. Surabaya: U niversitas Airlangga.
Noviriani, Aprilia Wilujeng. 2008. “Penyesuaian Diri Anak-anak Dyslexia (Masa
Anak Sekolah Dasar)”. Skripsi. Surabaya. Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga.
Putrayasa, I da B agus. 2008. Kajian M orfologi B entuk D erivasional dan
Infleksional. Bandung: Refika Aditama. Ramlan, M. 2001. Morofologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono. Sumantri, Mulyani da n N ana S yaodih. 200 7. Perkembangan P eserta D idik.
Jakarta: Universitas Terbuka. Taringan, Henry Guntur. 1984. Membaca sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa. Wolfensberger, Gersons dan Ruijssenaars W. 1997. “Definition and treatment of
dyslexia: A report by the Committee on Dyslexia of the Health Council of the Netherlands”. Journal of Learning Disabilities 30(2):209-213.
Yusuf, Suhendra. 1998. Fonetik dan Fonologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yuzi, Y udhitia. 2015. “ Kemapuan M embaca p ada A nak D isleksia U sia 13 -18
Tahun di S ekolah Inklusif G aluh H andayani S urabaya: K ajian Psikolinguistik”. S kripsi. S urabaya. F akultas Ilmu B udaya, U niversitas Airlangga
102
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
LAMPIRAN I
(Latar Belakang Subjek)
FORMULIR
LATAR BELAKANG SUBJEK 1
A. Identitas Anak:
1. Nama : F.A.W
2. Tempat dan tanggal lahir : Surabaya, 19 Mei 2008
3. Umur : 8 tahun
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Agama : Katholik
6. Status anak : Kandung
7. Anak ke dari jumlah saudara : Dua
B. Riwayat Kelahiran
1. Perkembangan masa kehamilan : -
2. Penyakit pada masa kehamilan : -
3. Usia kandungan : Kurang dari 9 bulan
4. Riwayat proses kelahiran : Ketuban pecah/caesar
5. Tempat kelahiran : RS. Putri
6. Penolong proses kelahiran : Dokter
7. Gangguan saat bayi lahir : -
103
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
104
8. Berat bayi : 3 kg
9. Panjang bayi : 52 cm
10. Tanda-tanda kelainan pada bayi : -
C. Perkembangan Masa Balita
1. Menyusu ibunya hingga umur : -
2. Minum susu kaleng hingga umur : Soya 3-6 tahun
3. Imunisasi (lengkap/tidak) : Lengkap
4. Pemeriksaan/penimbangan (rutin/tidak) : Rutin
5. Kualitas makanan : Halus
6. Kuantitas makanan : Cukup
7. Kesulitan makan (ya/tidak) : Gigi belum lengkap
D. Perkembangan Fisik
1. Dapat berdiri pada umur : 1 tahun
2. Dapat berjalan pada umur : 16 bulan
3. Naik sepeda roda tiga pada umur : 3 tahun
4. Naik sepeda roda dua pada umur : -
5. Bicara dengan kalimat lengkap : 3 tahun
6. Kesulitan gerakan yang dialami : -
7. Status gizi balita (baik/kurang) : Baik
8. Riwayat kesehatan (baik/kurang) : Balik
9. Penggunaan tangan dominan : Kanan
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
105
E. Perkembangan Bahasa
1. Meraban/Berceloteh pada Umur : 6 bulan
2. Mengungkapkan satu suku kata yang
bermakna kalimat (misal: pa bermakna
bapak) pada umur : 2 tahun
3. Berbicara dengan satu kata bermakna
pada umur : 2.5 tahun
4. Berbicara dengan kalimat lengkap
sederhana pada umur : 3 tahun
F. Perkembangan Sosial
1. Hubungan dengan saudara : Bisa interaktif
2. Hubungan dengan teman : Biasa interaktif
3. Hubungan dengan orang tua : Baik
4. Hobi : Mewarna dan menggambar
5. Minat khusus : Mewarna dan menggambar
G. Perkembangan Pendidikan
1. Masuk TK umur : 5 tahun
2. Lama pendidikan di TK : 2 tahun
3. Kesulitan selama di TK : Sosialisasi
4. Masuk SD umur : 7 tahun
5. Kesulitan selama di SD : -
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
106
6. Pernah tidak naik kelas : -
7. Pelayanan khusus yang pernah
diterima anak : Brain Gym, Terapi Heaven Kids
8. Prestasi belajar yang dicapai : -
9. Mata pelajaran yang dirasa paling sulit : -
10. Mata pelajaran yang dirasa paling
disenangi : -
11. Keterangan lain yang dianggap perlu : Terigu, gula, produk susu sapi. No
msg, da ging m erah. Orang t ua
curiga pe rkembangan anak s aat
usia 1.5 t ahun. K ontak mata t idak
ada. Kedokter namun kurang tepat.
Terapi mulai usia 2 t ahun. Menata
kalimat kurang.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
107
FORMULIR
LATAR BELAKANG SUBJEK 2
A. Identitas Anak:
1. Nama : J.K.A
2. Tempat dan tanggal lahir : Surabaya, 10 Februari 2008
3. Umur : 8 tahun
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Agama : Kristen
6. Status anak : Kandung
7. Anak ke dari dari jumlah saudara : Satu
B. Riwayat Kelahiran
1. Perkembangan masa kehamilan : Normal, pernah flex 2-3 hari
2. Penyakit pada masa kehamilan : Keputihan parah
3. Usia kandungan : 9 bulan
4. Riwayat proses kelahiran : Normal
5. Tempat kelahiran : RS. Adi Husada Undaan
6. Penolong proses kelahiran : Dokter
7. Gangguan saat bayi lahir : -
8. Berat bayi : 2.9 kg
9. Panjang bayi : 50 cm
10. Tanda-tanda kelainan pada bayi : Kuning, masuk inkobator
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
108
C. Perkembangan Masa Balita
1. Menyusu ibunya hingga umur : 6 bulan
2. Minum susu kaleng hingga mur : 7 tahun
3. Imunisasi (lengkap/tidak) : Lengkap
4. Pemeriksaan/penimbangan (rutin/tidak) : Tidak
5. Kualitas makanan : Cukup
6. Kuantitas makanan : Porsi cukup besar
7. Kesulitan makan (ya/tidak) : Tidak
D. Perkembangan Fisik
1. Dapat berdiri pada umur : 9-10 bulan
2. Dapat berjalan pada umur : 18 bulan
3. Naik sepeda roda tiga pada umur : 4 tahun
4. Naik sepeda roda dua pada umur : -
5. Bicara dengan kalimat lengkap : 4 tahun
6. Kesulitan gerakan yang dialami : Keseimbangan, jinjit, lompat
7. Status gizi balita (baik/kurang) : Baik
8. Riwayat kesehatan (baik/kurang) : Baik
9. Penggunaan tangan dominan : Kanan
E. Perkembangan Bahasa
1. Meraban/Berceloteh pada Umur : 4 bulan
2. Mengungkapkan satu suku kata yang
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
109
bermakna kalimat (misal: pa bermakna
bapak) pada umur : 2 tahun
3. Berbicara dengan satu kata bermakna
pada umur : 3 tahun
4. Berbicara dengan kalimat lengkap
sederhana pada umur : 5 tahun
F. Perkembangan Sosial
1. Hubungan dengan saudara : Cuek
2. Hubungan dengan teman : Cuek
3. Hubungan dengan orang tua : Bila dipaksa
4. Hobi : Main lego, nonton tv/ipad
5. Minat khusus : Lego, robot, tv
G. Perkembangan Pendidikan
1. Masuk TK umur : 4 tahun
2. Lama pendidikan di TK : 3 tahun
3. Kesulitan selama di TK : Baca tulis, komunikasi, konsentrasi
4. Masuk SD umur : 7 tahun
5. Kesulitan selama di SD : -
6. Pernah tidak naik kelas : -
7. Pelayanan khusus yang pernah
diterima anak : Speech therapy dan pijat
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
110
8. Prestasi belajar yang dicapai : -
9. Mata pelajaran yang dirasa paling sulit : Bahasa
10. Mata pelajaran yang dirasa paling
disenangi : -
11. Keterangan lain yang dianggap perlu : -
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
111
FORMULIR
LATAR BELAKANG SUBJEK 3
A. Identitas Anak:
1. Nama : I.G.A.M.W
2. Tempat dan tanggal lahir : Mojokerto, 14 September 2005
3. Umur : 11 tahun
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Agama : Hindu
6. Status anak : Kandung
7. Anak ke dari dari jumlah saudara : Satu
B. Riwayat Kelahiran
1. Perkembangan masa kehamilan : Mual muntah sampai usia
kehamilan 5
2. Penyakit pada masa kehamilan : -
3. Usia kandungan : 38 minggu
4. Riwayat proses kelahiran : Normal
5. Tempat kelahiran : Rumah Sakit
6. Penolong proses kelahiran : Dokter
7. Gangguan saat bayi lahir : -
8. Berat bayi : 3.2 kg
9. Panjang bayi : 50 cm
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
112
10. Tanda-tanda kelainan pada bayi : Hari ke-3 bayi kuning
C. Perkembangan Masa Balita
1. Menyusu ibunya hingga umur : 4 bulan
2. Minum susu kaleng hingga mur : 4 tahun, usia 2 tahun soya
3. Imunisasi (lengkap/tidak) : Imunisasi dasar lengkap
4. Pemeriksaan/penimbangan (rutin/tidak) : Rutin
5. Kualitas makanan : Hanya mau sayur daun, buah
alpukat, jeruk (jus)
6. Kuantitas makanan : 4x1 sehari
7. Kesulitan makan (ya/tidak) : Kesulitan makan kasar sampai usia
2 tahun
D. Perkembangan Fisik
1. Dapat berdiri pada umur : 10 bulan
2. Dapat berjalan pada umur : 11 bulan
3. Naik sepeda roda tiga pada umur : 3-4 tahun
4. Naik sepeda roda dua pada umur : -
5. Bicara dengan kalimat lengkap : 7 tahun
6. Kesulitan gerakan yang dialami : -
7. Status gizi balita (baik/kurang) : Baik
8. Riwayat kesehatan (baik/kurang) : Baik
9. Penggunaan tangan dominan : Kanan
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
113
E. Perkembangan Bahasa
1. Meraban/Berceloteh pada Umur : 9 bulan
2. Mengungkapkan satu suku kata yang
bermakna kalimat (misal: pa bermakna
bapak) pada umur : 3 tahun
3. Berbicara dengan satu kata bermakna
pada umur : 4-5 tahun
4. Berbicara dengan kalimat lengkap
sederhana pada umur : 7 tahun
F. Perkembangan Sosial
1. Hubungan dengan saudara : Sudah muncul empati, simpati
2. Hubungan dengan teman : Cuek
3. Hubungan dengan orang tua : Baik
4. Hobi : Musik pianika, masak kue. gadget
5. Minat khusus : Musik, masak kue
G. Perkembangan Pendidikan
1. Masuk TK umur : 5 tahun
2. Lama pendidikan di TK : 2 tahun
3. Kesulitan selama di TK : Komunikasi, akademis
4. Masuk SD umur : -
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
114
5. Kesulitan selama di SD : -
6. Pernah tidak naik kelas : -
7. Pelayanan khusus yang pernah
diterima anak : terima wicara, behavior, lumba,
lumba, AIT
8. Prestasi belajar yang dicapai : -
9. Mata pelajaran yang dirasa paling sulit : Berhubungan dengan narasi
10. Mata pelajaran yang dirasa paling
disenangi : -
11. Keterangan lain yang dianggap perlu : terlalu sering makan ayam potong
timbul gatal-gatal
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
115
FORMULIR
LATAR BELAKANG SUBJEK 4
A. Identitas Anak:
1. Nama : A.H.S
2. Tempat dan tanggal lahir : Gresik, 20 Desember 2007
3. Umur : 9 tahun
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Agama : Islam
6. Status anak : Anak Kandung
7. Anak ke dari dari jumlah saudara : Satu
B. Riwayat Kelahiran
1. Perkembangan masa kehamilan : Diusia kehamilan 6 bulan shock
ditinggal orang tua (ibu) meninggal
– anak usia 1 tahun
2. Penyakit pada masa kehamilan : -
3. Usia kandungan : 10 bulan
4. Riwayat proses kelahiran : Normal
5. Tempat kelahiran : RS Islam di Bringkang, Menganti
6. Penolong proses kelahiran : Bidan
7. Gangguan saat bayi lahir : Nangis telat karena kemasukan air
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
116
ketuban
8. Berat bayi : 3.5 kg
9. Panjang bayi : 51 cm
10. Tanda-tanda kelainan pada bayi : Anak sakit kuning 1 minggu, lahir
sempat d i s elang, b aru k emudian
nangis
C. Perkembangan Masa Balita
1. Menyusu ibunya hingga umur : 1 tahun dari lahir sudah campur
dengan sufor
2. Minum susu kaleng hingga mur : Sampai dengan sekarang, 5 tahun 5
bulan susu soya
3. Imunisasi (lengkap/tidak) : Lengkap
4. Pemeriksaan/penimbangan (rutin/tidak) : Rutin
5. Kualitas makanan : Pilih-pilih makanan
6. Kuantitas makanan : Sedikit/ pilih-pilih makanan
7. Kesulitan makan (ya/tidak) : Ya
D. Perkembangan Fisik
1. Dapat berdiri pada umur : 2.5 tahun
2. Dapat berjalan pada umur : 2.5 tahun
3. Naik sepeda roda tiga pada umur : Belum bisa
4. Naik sepeda roda dua pada umur : Belum bisa
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
117
5. Bicara dengan kalimat lengkap : Belum bisa
6. Kesulitan gerakan yang dialami : Lompat, mengayuh, menyikat gigi
7. Status gizi balita (baik/kurang) : Baik
8. Riwayat kesehatan (baik/kurang) : Usia 2 bulan panas 39oC, 4 bulan
panas d an b erak d arah, U sia 1 0/11
bulan opname
9. Penggunaan tangan dominan : Kanan
E. Perkembangan Bahasa
1. Meraban/Berceloteh pada Umur : 8-9 bulan
2. Mengungkapkan satu suku kata yang
bermakna kalimat (misal: pa bermakna
bapak) pada umur : 1 tahun
3. Berbicara dengan satu kata bermakna
pada umur : 2.5 tahun
4. Berbicara dengan kalimat lengkap
sederhana pada umur : 2.5 tahun
F. Perkembangan Sosial
1. Hubungan dengan saudara : Suka usil
2. Hubungan dengan teman : Suka usil
3. Hubungan dengan orang tua : Manja
4. Hobi : Bermain, otak atik
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
118
5. Minat khusus : -
G. Perkembangan Pendidikan
1. Masuk TK umur : 4.5 tahun
2. Lama pendidikan di TK : -
3. Kesulitan selama di TK : Bersoalisasi/adaptasi
4. Masuk SD umur : -
5. Kesulitan selama di SD : -
6. Pernah tidak naik kelas : -
7. Pelayanan khusus yang pernah
diterima anak : Terapi pijat
8. Prestasi belajar yang dicapai : -
9. Mata pelajaran yang dirasa paling sulit : -
10. Mata pelajaran yang dirasa paling
disenangi : -
11. Keterangan lain yang dianggap perlu : Alergi makanan ikan dan unggas.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
119
FORMULIR
LATAR BELAKANG SUBJEK 5
A. Identitas Anak:
1. Nama : A. S
2. Tempat dan tanggal lahir : Sidoarjo, 10 September 2005
3. Umur : 11 tahun
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Agama : Islam
6. Status anak : Kandung
7. Anak ke dari dari jumlah saudara : 3
B. Riwayat Kelahiran
1. Perkembangan masa kehamilan : Tidak ada gangguan
2. Penyakit pada masa kehamilan : -
3. Usia kandungan : 9 bulan
4. Riwayat proses kelahiran : Caesar
5. Tempat kelahiran : RS Siti Hajar
6. Penolong proses kelahiran : Dokter
7. Gangguan saat bayi lahir : -
8. Berat bayi : 3.8 kg
9. Panjang bayi : 53 cm
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
120
10. Tanda-tanda kelainan pada bayi : Sempat masuk inkubator
dikarenakan kurang sinar
C. Perkembangan Masa Balita
1. Menyusu ibunya hingga umur : 13 bulan
2. Minum susu kaleng hingga mur : 4 tahun
3. Imunisasi (lengkap/tidak) : Lengkap
4. Pemeriksaan/penimbangan (rutin/tidak) : -
5. Kualitas makanan : Tidak mau sayur
6. Kuantitas makanan : 3x1 sehari
7. Kesulitan makan (ya/tidak) : Tidak
D. Perkembangan Fisik
1. Dapat berdiri pada umur : 9 bulan
2. Dapat berjalan pada umur : 12 bulan
3. Naik sepeda roda tiga pada umur : Tidak bisa
4. Naik sepeda roda dua pada umur : Tidak bisa
5. Bicara dengan kalimat lengkap : 2.5 tahun
6. Kesulitan gerakan yang dialami : -
7. Status gizi balita (baik/kurang) : Sudah cukup
8. Riwayat kesehatan (baik/kurang) : Baik
9. Penggunaan tangan dominan : Kanan
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
121
E. Perkembangan Bahasa
1. Meraban/Berceloteh pada Umur : Kurang dari 3 bulan
2. Mengungkapkan satu suku kata yang
bermakna kalimat (misal: pa bermakna
bapak) pada umur : 7 bulan
3. Berbicara dengan satu kata bermakna
pada umur : 12 bulan
4. Berbicara dengan kalimat lengkap
sederhana pada umur : 2 tahun
F. Perkembangan Sosial
1. Hubungan dengan saudara : Baik
2. Hubungan dengan teman : Baik
3. Hubungan dengan orang tua : Baik
4. Hobi : Renang
5. Minat khusus : Cerita
G. Perkembangan Pendidikan
1. Masuk TK umur : 4 tahun
2. Lama pendidikan di TK : 3 tahun
3. Kesulitan selama di TK : Tidak bisa berteman
4. Masuk SD umur : 7 tahun
5. Kesulitan selama di SD : Tidak bisa membaca
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
122
6. Pernah tidak naik kelas : -
7. Pelayanan khusus yang pernah
diterima anak : -
8. Prestasi belajar yang dicapai : -
9. Mata pelajaran yang dirasa paling sulit : -
10. Mata pelajaran yang dirasa paling
disenangi : Olahraga
11. Keterangan lain yang dianggap perlu : -
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
123
LAMPIRAN II
(Foto Fasilitas dan Kegiatan di Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya)
Foto 1.
Gedung Sekolah
Foto 2.
Galuh Mart
Foto 3.
Proses Belajar Mengajar di Kelas
Foto 4.
Suasana Jam Istirahat
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
124
LAMPIRAN III
(Foto Bacaan yang Digunakan Subjek)
Foto 1: Bacaan 1 Subjek 1
Foto 2: Bacaan 1 Subjek 1
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
125
Foto 3: Bacaan 2 Subjek 1
Foto 4:Bacaan 2 Subjek 1
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
126
Foto 5: Bacaan 2 Subjek 1
Foto 6: Bacaan 3 SUbjek 1
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
127
Foto 7: Bacaan 4 Subjek 1
Foto 8: Bacaan 5 Subjek 1
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
128
Foto 9: Bacaan 1 Subjek 2
Foto 10 : Bacaan 2 Subjek 2
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
129
Foto 11: Bacaan 3 Subjek 2
Foto 12: Bacaan 1 Subjek 3
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
130
Foto 13: Bacaan 1 Subjek 3
Foto 14: Bacaan 2 Subjek 3
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
131
Foto 15: Bacaan 2 Subjek 3
Foto 16: Bacaan 3 Subjek 3
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
132
Foto 17: Bacaan 3 Subjek 3
Foto 18: Bacaan 4 Subjek 3
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
133
Foto 19: Bacaan 5 Subjek 3
Foto 20: Bacan 6 Subjek 3
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
134
Foto 21: Bacaan 6 Subjek 3
Foto 22: Bacaan 7 Subjek 3
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
135
Foto 23: Bacaan 1 Subjek 4
Foto 24: Bacaan 2 Subjek 4
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
136
Foto 25: Bacaan 3 Subjek 4
Foto 26: Bacaan 4 Subjek 4
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
137
Foto 27: Bacaan 5 Subjek 4
Foto 28: Bacaan 1 Subjek 5
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
138
Foto 29: Bacaan 2 Subjek 5
Foto 30: Bacaan 3 Subjek 5
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
139
Foto 31: Bacaan 4 Subjek 5
Foto 32: Bacaan 4 Subjek 5
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
140
Foto 33: Bacaan 5 Subjek 5
Foto 34: Bacaan 6 Subjek 5
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
141
Foto 35: Bacaan 6 Subjek 5
Foto 36: Bacaan 7 Subjek 5
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
142
Foto 37: Bacaan 8 Subjek 5
Foto 38: Bacaan 8 Subjek 5
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
143
Foto 39: Bacaan 9 Subjek 5
Foto 40: Bacaan 9 Subjek 5
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
144
LAMPIRAN IV
(Surat Keterangan Penelitian)
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
145
145
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
top related