skripsi hukum

Post on 15-Jan-2016

30 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

skripsi

TRANSCRIPT

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik suatu kesimpulan

sebagai berikut :

1. Ketentuan dari Pasal 7 Undang-Undang No.56/Prp/1960 ini tidak

dapat diberlakukan di suku sasak Lombok kabupaten Lombok Timur

Kecamatan Aikmel karena sandak tanggep itu dilakukan atas dasar

sifat sosial yang berfungsi tolong menolong, tidak mempunyai unsur

pemerasan seperti halnya yang terjadi di Pulau Jawa.

Dewasa ini istilah “sandak tanggep” dalam masyarakat Sasak Lombok

kecamatan Aikmel telah disamakan dengan istilah “saling pinjam /

saling singgak “ sehingga dapat dinyatakan bahwa pada prinsipnya

peraturan tentang penghapusan gadai di Indonesia tidak dapat

diberlakukan atas sandak tanggep pada suku Sasak di Lombok lebih

khusus kecamatan Aikmel kabupaten Lombok Timur. Hal ini

didukung oleh pelaksanaan sandak tanggep dalam masyarakat

kecamatan Aikmel kabupaten Lombok Timur tidak menimbulkan

kerugian pada salah satu pihak, karena didasari prinsip “pada maik

saling tulung” (sama-sama enak saling bantu).

2. Faktor-faktor yang menghambat penerapan ketentuan Pasal 7 UU.No.

56/Prp/1960 pada suku Sasak di Lombok lebih khusus kecamatan

66

Aikmel kabupaten Lombok Timur adalah, di mana sandak tanggep

didaerah ini lebih spesifik karena nilai gadai (sandaan) hampir

menyamai harga beli, sehingga pengembalian tanah gadai kepada

pemilik dengan tanpa mendapat tebusan akan merugikan pemegang

gadai (penanggep).

B. Saran- saran

Dengan diberlakukan Pasal 7 Undang-Undang No. 56 / Prp / 1960

tentang pengaturan gadai tanah ini secara Nasional, tetapi bertentangan

dengan Hukum Adat Sasak Lombok, maka penulis akan menyampaikan

beberapa saran-saran antara lain :

1. Perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai

perkembangan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia, khususnya

masyarakat Sasak Lombok. Untuk mengetahui sampai sejauh mana

perkembangan itu dapat menunjang pembentukan hukum Nasional di

Negara Indonesia.

2. Ketentuan Pasal 7 Undang-Undang No. 56 / Prp / 1960 yang mengatur

tentang ketentuan gadai, prosedurnya sulit untuk diterima oleh

masyarakat suku Sasak Lombok khususnya di kecamatan Aikmel

kabupaten Lombok Timur yang beragama Islam, karenanya perlu

dicarikan suatu cara untuk penyelesaiannya yang khas untuk daerah

Lombok khususnya di kecamatan Aikmel kabupaten Lombok Timur,

hingga tujuan dari pasal 7 Undang-Undang No. 56 /Prp/1960 dapat

dicapai.

67

3. Gadai dan penebusannya hendaklah tetap berdasarkan Hukum Adat

dan wajib mempertebuskan dalam UUPA (Pasal 7 Undang-Undang

No.56/Prp/1960) hendaklah diartikan dengan sepakat dan setelah

diperkirakan dengan uang tebusan. Tegasnya “idup saling tulung, mate

saling reda’“ hidup saling tolong, mati Sali ikhlaskan.

4. Dalam penyelesaian sengketa gadai tanah sebaiknya jangan sampai ke

Pengadilan Negeri. Supaya adat yang ada tidak hilang begitu saja. Dan

oleh karena itu apabila terjadi sengketa lebih baik diselesaikan secara

musyawarah dan mufakat sehingga rasa kekeluargaan dapat

dipertahankan.

5. Agar tidak terjadinya peralihan hak atas tanah gadai kepada orang

lain,sebaiknya dalam satu keluarga besar menyumbang kepada

keluarga yang membutuhkan. dan apabila tidak dapat diselesaikan

masalah ekonomi tersebut maka diberikan kepada keluarga terdekat.

Hal ini juga untuk melindungi tanah tersebut.

6. Gadai yang dilakukan selama ini kebanyakan hanya secara lisan atau

dibawah tangan antara pemberi gadai dan pemegang gadai tanpa

adanya suatu bukti tertulis, dan jika adanya suatu sengketa sulit untuk

dibuktikan. Sebaiknya dalam menggadaikan tanah baik semestinya

dilakukan secara tertulis, sehingga mempunyai kekuatan hukum.

Dalam hal ini peran Notaris dapat dilibatkan untuk menciptakan

pembuktian yang otentik.

top related