skripsi - core.ac.uk · v perbedaan hasil belajar antar media konvensional dengan menggunakan media...
Post on 10-Mar-2019
238 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MEDIA KONVENSIONAL
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA APLIKASI DIAGNOSIS
KERUSAKAN TELEVISI PADA MATA PELAJARAN MEMPERBAIKI
SISTEM TELEVISI SISWA KELAS XII PROGRAM KEAHLIAN
TEKNIK AUDIO VIDEO SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian PersyaratanGuna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Teknik
Disusun Oleh :
Akhmad Solekhudin
NIM. 11502247014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
v
PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTAR MEDIA KONVENSIONAL
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA APLIKASI DIAGNOSIS
KERUSAKAN TELEVISI PADA MATA PELAJARAN MEMPERBAIKI
SISTEM TELEVISI SISWA KELAS XII PROGRAM KEAHLIAN
TEKNIK AUDIO VIDEO SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA
Oleh : Akhmad Solekhudin
11502247014
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil
belajar siswa. Pokok pembahasan yang diteliti adalah mendiagnosis kerusakan
televisi. Penelitian ini hanya dibatasi pada hasil belajar ranah kognitif siswa.
Jenis penelitian ini quasi eksperimen (ekperimen semu) dengan disain
pretes-postes. Populasi dalam penelitian ini adalah 57 siswa XII TAV SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel ini adalah purposive
sampling dan sampelnya adalah 18 dari kelas XII TAV 1 sebagai kelas ekperimen
yang diberikan dengan media aplikasi diagnosis kerusakan televisi dan 18 dari
kelas XII TAV 2 sebagai kelas kontrol dengan media konvensional yaitu dengan
papan tulis. Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini
digunakan dengan uji Independent sample T-Test.
Berdasarkan uji statistik analisis Independent sample T-Test yang telah
dilakukan diperoleh bahwa nilai signifikansi pada ranah kognitif adalah sebesar
0,00 . oleh karena p < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif siswa.
Kata kunci : media diagnosis kerusakan televisi, hasil belajar, peneletian quasi
eksperimen.
Laporan
1. Bapak dan ibu
support kepada
adalah energi
2. Teman-teman PKS 2011 Hadi, Susanto, Sidik, Gigih, Cahyo, Wisnu, mba
Arum, mas Deni, Agus, Wahid, Bangun, Gotes, Arif Cahyo, Agung,
Surya.
3. Teman-teman D3 elektronika terutama fery nugroho, dan anton yang slalu
memberikan motivasi.
4. Teman-teman dari jurusan fisika Dwi lilies setyarini dan Ika setyowati
yang memberikan saran dan motivasi.
5. Teman-teman
6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Proyek akhir ini
sehingga dapat selesai dan tuntas.
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Laporan skripsi ini penulis persembahkan pada :
Bapak dan ibu tercinta serta kakak dan adik yang selalu memberikan
support kepada penulis untuk terus maju dan berkarya. dukungan kalian
adalah energi di tiap langkah kakiku dalam mewujudkan mimpi.
teman PKS 2011 Hadi, Susanto, Sidik, Gigih, Cahyo, Wisnu, mba
Arum, mas Deni, Agus, Wahid, Bangun, Gotes, Arif Cahyo, Agung,
teman D3 elektronika terutama fery nugroho, dan anton yang slalu
memberikan motivasi.
eman dari jurusan fisika Dwi lilies setyarini dan Ika setyowati
yang memberikan saran dan motivasi.
teman kos kaliwaru 57.
Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Proyek akhir ini
sehingga dapat selesai dan tuntas.
yang selalu memberikan
untuk terus maju dan berkarya. dukungan kalian
mewujudkan mimpi.
teman PKS 2011 Hadi, Susanto, Sidik, Gigih, Cahyo, Wisnu, mba
Arum, mas Deni, Agus, Wahid, Bangun, Gotes, Arif Cahyo, Agung,
teman D3 elektronika terutama fery nugroho, dan anton yang slalu
eman dari jurusan fisika Dwi lilies setyarini dan Ika setyowati
Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Proyek akhir ini
Saat kita sibuk berbagi untuk sesama dan membantu kepada sesama,
Jika seseorang merasa bahwa mereka tidak pernah melakukan kesalahan selama hidupnya,
maka sebernarnya mereka tidak pernah mencoba hal
Saat kita berjalan mendekatkan diri kita kepada Allah, maka Allah akan berlari menuju kita,
vii
MOTTO
Saat kita sibuk berbagi untuk sesama dan membantu kepada sesama, percayalah
mengurusi urusan kita.
Jika seseorang merasa bahwa mereka tidak pernah melakukan kesalahan selama hidupnya,
maka sebernarnya mereka tidak pernah mencoba hal baru dalam hidupnya.
Saat kita berjalan mendekatkan diri kita kepada Allah, maka Allah akan berlari menuju kita,
percayalah Allah akan
mengurusi urusan kita.
Jika seseorang merasa bahwa mereka tidak pernah melakukan kesalahan selama hidupnya,
baru dalam hidupnya.
Saat kita berjalan mendekatkan diri kita kepada Allah, maka Allah akan berlari menuju kita,
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang hingga kini masih mencurahkan
kemurahannya kepada para hambanya, meski sang hamba seringkali
mengecewakan, meski sang hamba tak tau berterima kasih, meski sang hamba
terus berbuat salah dan dosa, meski sang hamba selalu
nikmatnya, tetapi Allah masih menganugerahi kenikmatan yang tiada tara kepada
para hambanya. Ialah sang maha pemurah, ialah sang maha pemilik segala
galanya dan Ialah tempat segala sesuatu kita niatkan. Dan Alhamdulillah berkat
bimbingan serta kasih sayangnya, penulis dapat menyelesaikan
Dalam menyelesaikan proyek akhir
bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan
dapat berjalan dengan lancar. Dalam kese
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. M. Bruri Triyono, M.Pd
Negeri Yogyakarta.
2. M. Munir, M.Pd
3. Drs. H. Abdul Halim Suna
memberikan arahan
4. Zanu, ST. selaku guru SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang
membantu dalam proses penelitian ini.
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang hingga kini masih mencurahkan
kemurahannya kepada para hambanya, meski sang hamba seringkali
mengecewakan, meski sang hamba tak tau berterima kasih, meski sang hamba
terus berbuat salah dan dosa, meski sang hamba selalu mengingkari segala
nikmatnya, tetapi Allah masih menganugerahi kenikmatan yang tiada tara kepada
para hambanya. Ialah sang maha pemurah, ialah sang maha pemilik segala
galanya dan Ialah tempat segala sesuatu kita niatkan. Dan Alhamdulillah berkat
n serta kasih sayangnya, penulis dapat menyelesaikan tugas sekripsi ini.
Dalam menyelesaikan proyek akhir sekripsi ini penulis memperoleh
bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan
dapat berjalan dengan lancar. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
besarnya kepada :
Bruri Triyono, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta.
M. Munir, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika.
H. Abdul Halim Sunawi, selaku pembimbing proyek akhir yang telah
memberikan arahan-arahan dalam penyelesaian proyek akhir ini.
selaku guru SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang
membantu dalam proses penelitian ini.
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang hingga kini masih mencurahkan
kemurahannya kepada para hambanya, meski sang hamba seringkali
mengecewakan, meski sang hamba tak tau berterima kasih, meski sang hamba
mengingkari segala
nikmatnya, tetapi Allah masih menganugerahi kenikmatan yang tiada tara kepada
para hambanya. Ialah sang maha pemurah, ialah sang maha pemilik segala-
galanya dan Ialah tempat segala sesuatu kita niatkan. Dan Alhamdulillah berkat
tugas sekripsi ini.
ini penulis memperoleh
bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan sekripsi ini
mpatan ini, penulis mengucapkan terima
. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Teknik Elektronika.
selaku pembimbing proyek akhir yang telah
arahan dalam penyelesaian proyek akhir ini.
selaku guru SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang
5. Teman-teman PKS 2011 yang selalu memotivasi dikala
6. Teman-teman D3 2007 Fery nugroho dan A
memberikan inspirasi
7. Teman-teman fisika Dwi lilies setyarini dan Ika setyowati yang
memberikan saran dan pentunjuk yang baik.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan menjadi catatan
tersendiri di hari perhitungan kelak dan semoga Allah SWT memberikan
balasan yang setimpal.
Berbagai upaya telah penulis lakukan untuk menyelesaikan
ini, akan tetapi penulis menyadari bahwa proyek akhir ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, saran dan kritik senantiasa penulis harapkan demi
kesempurnaan proyek akhir ini.
Akhir kata semoga proyek akhir ini dapat menambah khasanah pustaka
di lingkungan almamater UNY. Amin.
ix
teman PKS 2011 yang selalu memotivasi dikala sedang malas
teman D3 2007 Fery nugroho dan Anton schatzy yang
memberikan inspirasi.
teman fisika Dwi lilies setyarini dan Ika setyowati yang
memberikan saran dan pentunjuk yang baik.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan menjadi catatan
hari perhitungan kelak dan semoga Allah SWT memberikan
balasan yang setimpal.
Berbagai upaya telah penulis lakukan untuk menyelesaikan
ini, akan tetapi penulis menyadari bahwa proyek akhir ini masih jauh dari
Untuk itu, saran dan kritik senantiasa penulis harapkan demi
kesempurnaan proyek akhir ini.
Akhir kata semoga proyek akhir ini dapat menambah khasanah pustaka
di lingkungan almamater UNY. Amin.
Yogyakarta,
P
sedang malas.
nton schatzy yang
teman fisika Dwi lilies setyarini dan Ika setyowati yang
Semoga segala bantuan yang telah diberikan menjadi catatan amal
hari perhitungan kelak dan semoga Allah SWT memberikan
Berbagai upaya telah penulis lakukan untuk menyelesaikan sekripsi
ini, akan tetapi penulis menyadari bahwa proyek akhir ini masih jauh dari
Untuk itu, saran dan kritik senantiasa penulis harapkan demi
Akhir kata semoga proyek akhir ini dapat menambah khasanah pustaka
, Desember 2012
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................. iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
MOTTO ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 4
C. Batasan Masalah......................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka .......................................................................... 8
1. Kegiatan pembelajaran ....................................................... 8
2. Hasil belajar ........................................................................ 11
3. Media Pembelajaran ........................................................... 14
4. Teori diagnosis kerusakan televisi ...................................... 20
5. Media aplikasi diagnosis kerusakan televisi ....................... 46
xi
B. Penelitian yang Relevan ............................................................ 49
C. Kerangka Berpikir ..................................................................... 51
D. Hipotesis.................................................................................... 52
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................ 53
B. Seting Penelitian ........................................................................ 56
C. Populasi dan Sampel .................................................................. 56
D. Definisi Operasional................................................................... 57
E. Variabel Penelitian ..................................................................... 58
F. Instrumen Penelitian................................................................... 59
G. Teknik Pengumpulan data .......................................................... 59
H. Teknik Analisis Data .................................................................. 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi data penelitian .......................................................... 64
1. Data kemampuan awal aspek kognitif siswa ....................... 64
2. Data kemampuan akhir aspek kognitif siswa ........................ 65
B. Perhitungan Uji Prasyarat Analisis ........................................... 65
C. Pengujian Hipotesis ................................................................... 67
D. Pembahasan ............................................................................... 70
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 73
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 73
C. Saran ......................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 75
LAMPIRAN .................................................................................................. 77
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. TV mati total ....................................................................................... 21
Gambar 2.Catu Daya ............................................................................................. 22
Gambar 3.Mengukur Output Regulator ................................................................ 23
Gambar 4.Rangkaian Defleksi Horisontal ............................................................ 23
Gambar 5.TV Mati, Lampu Indicator ON ............................................................ 24
Gambar 6.Raster Tidak Ada Tapi Suara Baik ....................................................... 25
Gambar 7.Daerah Rangkaian Tegangan Tinggi .................................................... 25
Gambar 8.Tabung Gambar (CRT) ........................................................................ 26
Gambar 9.Layar Gambar Gelap ........................................................................... 27
Gambar 10.Raster Satu Garis Horisontal .............................................................. 28
Gambar 11.IC dan Transistor Yang Mudah Rusak ............................................... 29
Gambar 12.Sinkronisasi Horizontal Jelek ............................................................. 29
Gambar 13.Sebagian Gambar Tergeser Horizontal .............................................. 30
Gambar 14.Sebagian Gambar Tergeser Vertical .................................................. 31
Gambar 15.Sinkronisasi Vertical Jelek ................................................................. 32
Gambar 16.Gambar Layar Menyempit ................................................................. 33
Gambar 17.Transistor Defleksi Horizontal ........................................................... 34
Gambar 18. Horizontal Melebar ........................................................................... 34
Gambar 19.Tinggi Gambar Kurang ...................................................................... 34
Gambar 20.Rangkaian Defleksi Vertical .............................................................. 36
Gambar 21.Penyusutan Bagian Atas Atau Bawah ............................................... 37
Gambar 22. Vertical Terlalu Besar ...................................................................... 38
Gambar 23.Gambar Jelek ..................................................................................... .39
Gambar 24.Kontras Gambar Rendah .................................................................... 39
Gambar 25.Muncul Garis Miring Pada Gambar ................................................... 40
Gambar 26.Noise Bintik Putih .............................................................................. 41
Gambar 27.Garis Horizontal Pada Gambar ......................................................... .42
Gambar 28.Gambar Terganggu Oleh Kanal Lain ................................................. 42
xiv
Gambar 29.Gambar TV Tampak BiruGambar ..................................................... 43
Gambar 30.Gambar TV Tampak Merah ............................................................... 43
Gambar 31. Gambar TV Tampak Kuning ............................................................ 43
Gambar 32. Gambar TV Tampak Cyan ................................................................ 43
Gambar 33. Gambar TV Tampak Hijau ................................................................ 44
Gambar 34. Cara Memeriksa CRT ....................................................................... 45
Gambar 35. Rangkaian Suara ................................................................................ 46
Gambar 36. Tampilan utama media diagnosis kerusakan televisi ........................ 46
Gambar 37. Blok perkiraan kerusakan pada televisi ............................................ 47
Gambar 38. Pertanyaan pada bagian power supply. ............................................. 48
Gambar 39. Pertanyaan pada bagian power supply .............................................. 48
Gambar 40. Hasil diagnosis kerusakan ................................................................. 49
Gambar 41.Alur Penelitian.................................................................................... 55
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Desain penelitian eksperimen pretes-postes ..................................................... 54
Tabel 2. Data kemampuan awal kognitif siswa .............................................................. 64
Tabel 3. Data kemampuan akhir kognitif siswa .............................................................. 65
Tabel 4. Hasil perhitungan uji normalitas data ............................................................... 66
Tabel 5. Hasil perhitungan uji homogenitas siswa ......................................................... 66
Tabel 6. Perhitungan independent sample t-test ............................................................. 69
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP
Lampiran 2. Soal Pretes
Lampiran 3. Soal Postes
Lampiran 4. Lembar Observer kesesuaian pembelajaran dengan RPP
Lampiran 5. Nilai pretes dan postes
Lampiran 6. Uji prasyarat analisis
Lampiran 7. Angket respon siswa terhadap media
Lampiran 8. Hasil perhitungan angket respon siswa
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menghadapi era globalisasi yang diiringi dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sangat
pesat, peningkatan kualitas sumber daya manusia mempunyai posisi
yang strategis bagi keberhasilan dan kelanjutan pembangunan
nasional. Pengembangan program melalui pendekatan yang tepat dapat
memberikan hasil yang lebih baik, karena salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar adalah pendekatan pembelajaran yang
tepat dengan media yang tepat pula. Oleh karena itu, perlu diupayakan
pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara langsung dengan
guru mata pelajaran memperbaiki sistem penerima televisi menunjukan
bahwa berbagai permasalahan masih dialami dalam pembelajaran
memperbaiki sistem penerima televisi di sekolah ini. Adapun
permasalahan yang terjadi diantaranya kurangnya prestasi belajar pada
mata pelajaran memperbaiki sistem penerima televisi dan siswa masih
sulit untuk memahami pelajaran tersebut.
Dalam hal ini tentunya diperlukan metode-metode yang tepat
untuk membantu siswa dalam memahami pelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan
2
siswa. Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Metode
pembelajaran tersebut diantaranya metode ceramah, metode
ekperimen, metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode
bimbingan dan masih banyak lainnya.
Melihat kenyataan yang ada, tidak dapat dipungkiri metode
pengajaran sampai saat ini yang paling banyak digunakan adalah
metode ceramah. Metode ceramah membuat siswa cenderung kurang
aktif, sedangkan karakteristik siswa yang cenderung menyukai
pembelajaran dengan cara demonstrasi, lebih meningkatkan minat
dalam pembelajaran. Berdasarkan pengamatan saat kegiatan praktik
pengalaman lapangan (PPL) di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta
nilai yang diperoleh cenderung rendah dan tidak ada siswa yang
mencapai kriteria ketuntasan minimal 7. Melihat saat observsi bahwa
guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaraan dengan acuan RPP
yang sudah dibuat sesuai silabus yang ditetapkan. Kompetensi guru
yang dimiliki juga sudah sesuai dengan kebutuhan dalam mengajaran
materi tersebut. Hal ini bisa disebabkan beberapa faktor salah satunya
yaitu media pembelajaran yang kurang membantu siswa dalam proses
pembelajaran. Proses-proses pembelajaran yang digunakan di kelas
pada umumnya masih berpusat pada ceramah dan media papan tulis.
Menurut Azhar Arsyad (2009) media papan tulis mempunyai beberapa
3
kelemahan diantaranya terbatas pada kelompok kecil, memerlukan
keahlian khusus dari penyaji materi, mungkin tidak dianggap penting
jika dibandingkan dengan media terproyeksikan, guru yang
membelakangi siswa akan mengganggu suasaa dan pengelompokan
siswa.
Selain metode mengajar diperlukan juga media
pembelajaran yang tepat. Media yang tepat dalam hal ini adalah media
yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Manfaat media
pembelajaran yang tepat adalah dapat memperjelas penyajian pesan
dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses
dan hasil belajar. Kedua aspek ini saling berkaitan. Media
pembelajaran yang tepat dapat mengkomunikasikan materi kepada
siswa, sehingga siswa mampu menyerapnya. Guru memang selalu
dituntut untuk kreatif dan terus berkarya untuk menggunakan media
yang tepat. Salah satu media yang dapat digunakan untuk proses
pembelajaran adalah dengan media elektronik berbasis komputer.
Dengan banyaknya ilmu yang berkembang seperti komputer
dan teknologi aplikasi dalam komputer, dimungkinkan akan adanya
media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan
hasil belajarnya. Selain menggunakan media dalam proses
pembelajaran juga dapat menggunakan metode yang lain seperti
ceramah yang sudah diaplikasikan di SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta. Oleh karena itu, metode ceramah ini dapat divariasikan
4
menggunakan bantuan media lain. Guru tetap sebagai pusat
pembelajaran, akan tetapi proses pembelajaran disertai dengan metode
demontrasi media. Metode demonstrasi adalah metode yang cara
pengelolaan pembelajaran memperagakan atau mempertunjukan
kepada siswa proses, situasi, benda atau cara suatu produk teknologi
yang sedang dipelajari. Dalam hal ini peneliti melihat bahwa dengan
tugas akhir yaitu “diagnosis keruskan televisi” yang dibuat oleh Fery
Nugroho dapat digunakan untuk membantu meningkatkan hasil belajar
para siswa SMK yang sedang menempuh pelajaran memperbaiki
sistem penerima televisi. Melihat bahwa aplikasi tersebut sangat
menarik maka peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan hasil
belajar antara kelas yang menggunakan media konvesional dengan
media aplikasi tersebut.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang disampaikan pada poin
latar belakang, maka didapat identifikasi sebagai berikut :
1. Kurangnya prestasi belajar dalam mata pelajaran memperbaiki sistem
penerima televisi.
2. Guru masih menggunakan media konvesional yaitu ceramah dan
menggunakan media papan tulis untuk menyampaikan materi
memperbaiki sistem penerima televisi
5
3. Metode pembelajaran belum sesuai dengan karakteristik siswa
sehingga mengakibatkan penguasaan materi yang kurang.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan dari identifikasi masalah, maka diperlukan
adanya batasan masalah. Adapun batasan masalah, peneliti hanya
memfokuskan pada masalah yang terkait pada:
1. Perbedaan hasil belajar ranah kognitif siswa antara menggunakan
media konvensional dengan menggunakan bantuan media aplikasi
diagnosis kerusakan televisi pada pokok bahasan mendiagnosis
kerusakan sistem penerima televisi.
2. Media yang digunakan dalam penelitian adalah media aplikasi
diagnosis kerusakan televisi sebagai media bantuan saat pembelajaran
pada pokok bahasan mendiagnosis kerusakan televisi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi dan batasan masalah maka
didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar antara menggunakan media
konvensional dan menggunakan media aplikasi diagnosis kerusakan
televisi pada siswa kelas XII program keahlian audio video SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta?
6
2. Manakah hasil belajar yang lebih baik ranah kognitif antara kelas yang
menggunakan media konvensional atau dengan bantuan media aplikasi
diagnosis kerusakan televisi pada siswa kelas XII program keahlian
audio video SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah tertera, maka
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan pada ranah kognitif antara siswa
kelas kelas XII AV 1 dan kelas XII AV 2 program keahlian Audio
Video SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
2. Mengetahui hasil belajar pada ranah kognitif yang terbaik pada siswa
kelas kelas XII AV program keahlian Audio Video SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
baik untuk siswa, guru dan peneliti. Adapun manfaat tersebut adalah :
1. Bagi siswa
Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memperbaiki kerusakan
pada televisi, karena jika kesulitan mengetahui kerusakan televisi dapat
dibantu menggunakan aplikasi ini.
7
2. Bagi guru
Aplikasi ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk media
pembelajaran pada mata pelajaran memperbaiki sistem penerima
televisi.
3. Bagi peneliti
Memberikan bekal dan pengalaman pada proses pembelajaran di kelas
pada saat pelajaran memperbaiki sistem penerima televisi.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung
serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Ini sejalan dengan pengertian pendidikan sebagai suatu usaha yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan untuk memanusiakan
manusia. Definisi lain juga dikemukakan oleh Winarno (1983) bahwa:
pembelajaran adalah proses berlangsungnya kegiatan belajar dan
membelajarkan siswa dikelas. Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi
guru dan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada
siswa dan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari definisi tersebut
diketahui bahwa dalam proses pembelajaran terdapat beberapa unsur
diantaranya adalah pembelajaran sebagai sebuah proses yang bertujuan
untuk membelajarkan siswa di dalam kelas. Dalam kegiatan pembelajaran
terjadi proses interaksi yang bersifat edukatif antara guru dengan siswa.
Kegiatan yang dilaksanakan tersebut bermuara pada satu tujuan yaitu
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para pakar
pendidikan, mereka mengemukakan definisi belajar menurut pendapat
9
mereka masing-masing. Slameto (2003:2) mengemukakan bahwa belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut
Moh Uzeri Usman (1996:5) belajar diartikan sebagai proses perubahan
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu
dengan lingkungannya. Kriteria keberhasilan dalam belajar diantaranya
ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang
belajar. Hal ini ditegaskan oleh Hilgard dan Brower (dalam Oemar
Hamalik, 1992:45) mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam
perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman. Tim Pengembangan
MKDK IKIP Semarang (1989:27) mengemukakan bahwa belajar adalah
pemodifikasian tingkah laku melalui pengalaman dan latihan.
Selain pendapat para pakar di atas, Hamalik (2003:16)
mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan
atau pengalaman. Jadi belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu
proses untuk mencapai tujuan. Siswa akan mendapat pengalaman dengan
menempuh langkah-langkah atau prosedur yang disebut belajar.
Efektivitas pembelajaran dapat tercapai sangat tergantung dari
kemampuan guru untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran
tersebut. Dalam pembelajaran di sekolah, terdapat proses belajar yaitu
10
proses terjadinya perubahan pengetahuan, sikap, informasi, kemampuan
dan keterampilan yang sifatnya permanen melalui pengalaman.
Jadi, proses pembelajaran adalah merupakan suatu proses yang
menjadi inti dari kegiatan transfer of knowledge dan transfer of action dari
guru kepada siswa di sekolah. Secara sederhana proses pembelajaran
adalah merupakan interaksi antara guru dengan siswa secara langsung
dalam kelas, dalam rangka mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi
dari guru kepada siswa.
Selain unsur interaksi, dan transfer pengetahuan dan sikap. Secara
umum kegiatan pembelajaran terdiri atas kegiatan mengajar yang
dilakukan oleh guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Jika
ditinjau dari segi etimologisnya ”belajar” berasal dari kata “ajar” yang
berarti memberi pelajaran. Jadi belajar adalah upaya untuk mendapatkan
suatu perubahan. Secara khusus pengertian belajar dikemukakan oleh
Slameto (2003) yaitu: Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Definisi tersebut mengandung
pemahaman bahwa belajar berarti bukan hanya sekedar pengetahuan
tentang fakta-fakta, melainkan sekaligus terjadi suatu proses perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar tersebut. Selain pandangan
Slameto pandangan lain dikemukakan oleh Sardiman (1992) bahwa belajar
adalah ‘berubah” yang berarti bahwa belajar adalah suatu proses
11
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dan lebih khusus adalah berubah
terhadap tingkah laku.
Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka belajar dapat diartikan
sebagai suatu aktivitas individu yang berkelanjutan melalui kegiatan dan
pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang menyebabkan
terjadinya perubahan pada individu, baik sikap maupun prilakunya.
Perubahan tersebut dapat berupa perubahan pengetahuan, kemahiran,
keterampilan, kepribadian, sikap, kebiasaan yang akhirnya mampu untuk
melaksanakan tugas atau kerja tertentu dengan baik.
Teori belajar mengkaji belajar dalam diri seseorang, sedangkan teori
pembelajaran adalah faktor eksternal yang memfasilitasi proses belajar.
Kedua teori ini sangatlah banyak. Esensi perbedaan antara teori
pembelajaran dan teori belajar terletak dalam sifat keilmuannya. Teori
pembelajaran bersifat preskriptif, menyarankan bagaimana sebaiknya
proses belajar diselenggarakan. Teori belajar bersifat deskriptif atau
menjelaskan bagaimana proses belajar terjadi dalam diri seseorang.
Dengan kata lain, disatu pihak teori pembelajaran lebih banyak berbicara
mengenain the learning sedangkan teori belajar menjabarkan the learner.
2. Hasil belajar
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan
menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai
pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang
12
besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik
dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu
sendiri.
Berbagai pakar meneliti apa sebenarnya hasil belajar itu. Hasil
penelitiannya Sudjana (1989:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan hal yang penting yang
akan dijadikan sebagai tolak ukur sejauh mana keberhasilan seorang siswa
dalam belajar. Dari hasil belajar, guru dapat menilai apakah sistem
pembelajaran yang diberikan berhasil atau tidak, untuk selanjutnya bisa
diterapkan atau tidak dalam proses pembelajaran. Menurut Sudjana
(1989:22) hasil belajar dibagi dalam tiga ranah yaitu:
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas
enam aspek yaitu pengetahuan/ ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi.
c. Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan
13
refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan/ ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan
gerakan ekspresif dan interpretatif.
Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah
laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan
menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan
dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pengajaran.
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi
yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada
jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi
guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Hasil
juga bisa diartikan adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar
tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa
dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut
bermanfaat bagi guru dan siswa.
14
3. Media Pembelajaran
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar
mengajar. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atas
pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan
belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini
cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan,
manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran /
pelatihan.
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “menyampaikan
pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran
atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran.
Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik
(Sadiman, dkk., 1986: 7).
Ciri-ciri umum media pembelajaran menurut Azhar
Arsyad(2009:6-7) adalah:
1) Memiliki pengertian fisik hardware yaitu, sesuatu yang dapat dilihat,
didengar atau diraba dengan pancaindera atau alat yang dapat
mengantarkan pesan seperti OHP, radio, televisi dan sebagainya.
15
2) Memiliki pengertian software yaitu, kandungan pesan yang terdapat
dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan
kepada siswa.
3) Penekanan media pendidikan terdapat audio atau visual.
4) Memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik dalam maupun
di luar kelas.
5) Digunakan dalam rangka komunikas dan interaksi guru dan siswa
dalam proses pembelajaran.
6) Dapat digunakan massal ( misal: film, slide, video, OHP) atau
perorangan ( misal: modul komputer, radio, video recoder)
7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi dan manajemen yang
berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar
yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai
proses dan hasil pembelajaran secara efektif dan efisien, serta tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan mudah.
a. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik.
Media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran memerlukan
perencanaan yang baik. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan
bahwa seorang guru memilih salah satu media dalam kegiatannya di kelas
16
atas dasar pertimbangan tertentu yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya:
1) Merasa sudah akrab dengan media itu.
2) Merasa bahwa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan
lebih baik daripada dirinya sendiri.
3) Media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian siswa, serta
menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi.
4) Bermaksud mendemonstrasikan media tersebut.
5) Ingin memberi penjelasan dan gambaran yang lebih konkrit.
Pada tingkat yang menyeluruh dan umum pemilihan media dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
1) Hambatan pengembangan dan pembelajaran yang meliputi faktor-
faktor dana, fasilitas, dan peralatan yang telah tersedia, sumber-sumber
yang tersedia.
2) Persyaratan isi, tugas, dan jenis pembelajaran. Isi pelajaran beragam
dari sisi tugas yang ingin dilakukan siswa. Setiap kategori
pembelajaran itu menuntut perilaku yang berbeda-beda, dan dengan
demikian akan memerlukan teknik dan media penyajian yang berbeda
pula.
3) Hambatan dari sisi siswa dengan mempertimbangkan kemampuan dan
keterampilan awal.
4) Tingkat kesenangan dan keefektivan biaya.
17
5) Pemilihan media sebaiknya mempertimbangkan pula:
a) Kemampuan mengakomodasikan penyajian stimulus yang tepat
(visual dan atau audio).
b) Kemampuan mengakomodasikan respons siswa yang tepat
(tertulis, audio, dan atau kegiatan fisik).
c) Kemampuan mengakomodasikan umpan balik.
d) Pemilihan media utama dan media sekunder untuk penyajian
informasi atau stimulus, dan untuk latihan dan tes (sebaiknya
latihan dan tes menggunakan media yang sama).
e) Media sekunder harus mendapat perhatian karena pembelajaran
yang berhasil menggunakan media yang beragam. Dengan
penggunaan media yang beragam, siswa memiliki kesempatan
untuk menghubungkan dan berinteraksi dengan media yang paling
efektif sesuai dengan kebutuhan belajar mereka secara perorangan.
Dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip
psikologi yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan
penggunaan media adalah berikut ini:
1) Motivasi.
2) Perbedaan individual.
3) Tujuan pembelajaran.
4) Organisasi isi.
5) Persiapan sebelum belajar.
6) Emosi.
18
7) Partisipasi.
8) Umpan balik.
9) Penguatan (reinforcement).
10) Latihan dan pengulangan.
11) Penerapan.
Media merupakan bagian dari sistem instruksional secara
keseluruhan. Untuk itu ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan
dalam memilih media, diantaranya:
1) Disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,
prinsip, atau generalisasi.
3) Praktis, luwes, dan bertahan.
4) Guru terampil menggunakannya.
5) Pengelompokan sasaran.
6) Mutu teknis.
Media pembelajaran digunakan dalam kegiatan pembelajaran
karena berbagai kemampuan sebagai berikut:
1) Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata
menjadi lebih besar.
2) Menyajikan benda atau peristiwa yang terletak jauh dari peserta didik
ke hadapan peserta didik.
19
3) Menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung dengan
sangat cepat atau sangat lambat menjadi lebih sistematik dan
sederhana.
4) Menampung sejumlah besar peserta didik untuk mempelajari materi
pelajaran dalam waktu yang sama.
5) Menyajikan benda atau peristiwa berbahaya ke hadapan peserta didik.
6) Meningkatkan daya tarik pelajaran dan perhatian peserta didik.
7) Meningkatkan sistematika pembelajaran.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
media pembelajaran, diantaranya:
1) Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2) Karakteristik siswa atau sasaran. .
3) Jenis rangsangan belajar yang diinginkan.
4) Keadaan latar atau lingkungan.
5) Kondisi setempat.
6) Luasnya jangkauan yang ingin dilayani.
7) Relevan dengan tujuan pembelajaran.
8) Keberadaan sumber informasi dan katalog yang mengenai media
tersebut.
b. Manfaat penggunaan media pembelajaran
Menurut Azhar Arsyad (2009 : 26), mengutip dari pendapat
beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa manfaat penggunaan media
pembelajaran adalah sebagai berikut:
20
1) Dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2) Dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara
siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan untuk belajar sendiri
sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3) Dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.
4. Teori diagnosis kerusakan televisi
Memperbaiki TV hendaklah dilakukan dengan hati-hati dan teliti
karena dapat berakibat fatal. Televisi adalah pesawat elektronik yang
memilki tegangan listrik tinggi. Disamping itu, dari semua kerusakan
belum tentu disebabkan oleh komponen yang rusak. Adakalanya rusak
karena solderan timah yang kurang baik sehingga kaki-kaki komponen
tidak tersambung sempurna ke PCB. Gejala dan penyebab kerusakan
TV bermacam-macam. Gejala yang timbul dapat berupa mati total,
tidak ada suara atau gambar yang dihasilkan jelek. Sementara itu,
kerusakan TV dapat pula disebabkan oleh komponen yang sudah
dimakan atau hubungan antar komponen yang kurang sempurna
a. Tidak ada gambar dan suara
21
1) Mati total
Gambar 1. TV Mati Total
Gambar 1 adalah keadaan dimana televisi tidak bisa bekerja sama
sekali atau tidak bisa dihidupkan. Ada beberapa kerusakan yang
bisa mengakibatkan pesawat TV tidak dapat bekerja sama sekali.
Pada umumnya kerusakan semacam ini terjadi pada bagian catu
daya (Power Supply) atau rangkaian defleksi horizontal
a) Apakah TV mati total dan lampu indikator padam?
Penyebab: kemungkinan besar kerusakan pada rangkaian catu
daya
Pemecahan: periksa jala-jala listrik, rangkaian regulator input
sampai output
Perhatikan gambar 2 skema rangkaian regulator berikut. Pada
umumnya catu daya TV mempunyai output tegangan sebesar
115 V, 24 V dan 5 V, tergantung merek TV- nya. Ganti
komponen yang rusak dan perbaiki jalur rangkaian yang kurang
22
sempurna. Tanda panah menandakan komponen yang mudah
rusak.
Gambar 2. Catu Daya
b) Apakah terdengar suara derit getaran trafo switching ?
Penyebab: biasanya tegangan output tersumbat karena ada
komponen yang rusak.
Pemecahan:
Lepaskan beban dari output regulator dengan cara melepas kaki
basis transistor horizontal atau salah satu kaki trafo horizontal
dan ukur tegangan outputnya. Jika ouput regulator
menunjukkan tegangan yang sesuai dengan petunjuk yang ada
di PCB, periksa seluruh jalur distribusi tegangan dari output
regulator dan seluruh rangkaian horizontal. Pada gambar 3 akan
ditunjukan cara mengukur output regulator.
23
Gambar 3. Mengukur Output Regulator
Perhatikan gambar 4 skema rangkaian horizontal. Pada
umumnya komponen yang biasa mudah rusak adalah trafo
flyback, transistor horizontal dan kapasitor (lihat tanda panah).
Gambar 4. Rangkaian Defleksi Horisontal
c) Apakah lampu indikator menyala tetapi gambar dan suara tidak
muncul?
24
Gambar 5. TV Mati, Lampu Indicator ON
Gambar 5 menunjukan tentang keadaan diman televisi mati
atau tidak bisa bekerja, tapi lampu indikator masih hidup.
Penyebab: kemungkinan kerusakan pada rangkaian horizontal
atau regulator. Tegangan yang dihasilkan oleh regulator
biasanya terhambat karena dioda pembatas tegangan rusak.
Tidak semua merek TV memiliki dioda ini. Dioda yang
digunakan biasanya mempunyai nomor seri R2M dan R2KY.
Pemecahan: pada beberapa TV biasanya ada 2 warna cahaya
lampu indicator. Saat TV dinyalakan indicator merah, selang
beberapa detik berubah menjadi hijau atau mati dan tayangan
TV dapat dinikmati. Apabila indicator tetap warnanya atau
berubah tetapi hanya sekejap berarti terjadi proteksi.
Periksa tegangan output dari regulator sampai ke beban. Jika
25
tegangan ini tidak normal berarti rangkaian regulator terganggu
atau ada komponen yang rusak dan perlu diganti.
2) Tidak Ada Raster Tetapi Suara Baik
Gambar 6. Raster Tidak Ada Tapi Suara Baik
Gambar 6 adalah keadaan dimana tidak ada gambar yang muncul
pada televisi tapi suara terdengar dengan baik dan jelas.
Gambar 7. Daerah Rangkaian Tegangan Tinggi
26
Gambar 7 menunjukan tentang daerah rangkaian teganang tinggi
yang di dalam nya terdapat pengontrol kuat cahaya.
Penyebab: rangkaian penguat video, pembatas tegangan tinggi atau
CRT rusak.
Pemecahan:
Apakah tegangan tinggi yang terhubung ke CRT normal ? Jika
normal, periksa tegangan tinggi katoda CRT. Jika tegangan yang
diukur tidak ada, periksalah rangkaian tegangan tinggi.
Apakah tegangan tinggi ke katoda CRT normal ? Jika normal,
periksa rangkaian penguat video.
Apabila semua normal, periksa rangkaian CRT. Kerusakan yang
sering terjadi adalah filamennya putus sehingga CRT tidak
memancarkan cahaya.
Gambar 8. Tabung Gambar (CRT)
27
Gambar 8 adalah gambar tabung CRT yang fungsi nya untuk
menghasilkan gambar pada layar televisi.
3) Gambar Gelap
Raster tidak menyala terang meskipun posisi screen flyback pada
maksimum.
Gambar 9. Layar Gambar Gelap
Gambar 9 menunjukan keadaan dimana layar pada televisi terlihat
lebih gelap atau kurang terang.
Penyebab:
Tegangan anoda CRT terlalu rendah akibat adanya kerusakan pada
rangkaian tegangan tinggi, rangkaian defleksi horizontal atau
rangkaian catu daya.
Tegangan semua katoda CRT menjadi besar karena gangguan pada
penguat video.
Pemecahan:
Apakah tegangan regulator output normal ? Jika normal, periksa
tegangan katoda CRT. Jika tidak normal, periksa tegangan output
28
regulator.
Apakah tegangan katoda CRT normal ? Jika normal, periksa
tegangan anoda CRT. Jika tidak normal, periksa rangkaian
tegangan tinggi.
4) Raster Satu Garis Horizontal
Gambar 10. Raster Satu Garis Horisontal
Gambar 10 adalah keadaan dimana pada layar televisi hanya
menampilkan sinar 1 satu garis horizontal.
Penyebab:
Sumber gangguan tergantung pada osilator yang digunakan TV.
Pemecahan:
Periksa rangkaian defleksi vertikal
Periksa seluruh elektroda IC atau transistor dengan multitester.
29
Gambar 11. IC dan Transistor Yang Mudah Rusak
Gambar 11 adalah gambar dari komponen pada televisi yang mana
IC dan transistor yang rentan untuk rusak.
b. Sinkronisasi jelek
1) Sinkronisasi Horizontal Jelek
Strip hitam tidak dapat hilang dari raster meskipun sinkronisasi
telah disetel.
Gambar 12. Sinkronisasi Horizontal Jelek
Gambar 12 adalah gambar pada layar televisi yang menampilkan
gambar berupa garis-garis horizontal, tapi garis yang dihasilkan
sangat menggannggu tampilan aslinya yang jernih.
30
Penyebab:
Kerusakan semacam ini jarang dijumpai pada TV keluaran baru.
Jika sampai terjadi kerusakan, biasanya disebabkan oleh komponen
yang sudah termakan umur.
Pemecahan:
Periksa rangkaian osilator horizontal. Kemungkinan ada elko yang
sudah kering. Biasanya ditunjukkan oleh punggung elko yang
terlihat kusam atau pecah.
2) Sebagian Gambar Tergeser Horizontal
Gambar 13. Sebagian Gambar Tergeser Horizontal
Gambar 13 adalah tampilan pada layar televisi yang tergerser
horizontal, dengan kata lain gambar tidak berada tepat di tengah
layar.
31
Penyebab:
Sinyal video yang dihasilkan tercampur dengan input sinyal
sinkronisasi pada rangkaian AFC.
Pemecahan:
Periksa elko yang kering atau dioda yang bocor pada bagian
rangkaian sinkronisasi, rangkaian buffer video dan AGC.
Gambar 14. Sebagian Gambar Tergeser Vertikal
Gambar 14 menunjukan layar pada televisi tergeser vertikal, bisa
ke tergeser ke bawah maupun ke atas.
3) Sinkronisasi Vertikal Jelek
Penyebab:
Kerusakan terletak pada rangkaian integrator atau pada rangkaian
osilator vertical. Kerusakan semacam ini biasanya sering terjadi
pada TV keluaran lama.
Pemecahan:
32
Periksa rangkaian osilator vertical. Mungkin pengatur vertical TV
keluaran lama sudah aus, sedangkan pada TV baru kerusakan
terjadi akibat kapasitor keramik bocor.
Gambar 15. Sinkronisasi Vertical Jelek
Gambar 15 menunjukan gambar yang dihasilkan garis-garis
vertikal jelek yang mengganggu tampilan utama gambar.
4) Sinkronisasi Vertical dan Horizontal Jelek
Penyebab:
Kebanyakan kerusakan terjadi pada pemisah sinyal sinkronisasi
dan pada rangkaian penguat sinyal sinkronisasi, atau kadang-
kadang terjadi pada rangkaian AGC dan rangkaian penghapus
noise (noise canceler).
Pemecahan:
Apakah sinkronisasi vertical dan horizontal lemah?
Jika ya, periksa rangkaian pemisah sinyal sinkrosasi.
Jika rangkaian pemisah sinyal sinkronisasi normal, periksa bagian
penguat sinyal sinkronisasi.
33
Jika bagian penguat sinyal sinkronisasi normal, periksa rangkaian
AGC dan rangkaian penghapus noise.
c. Cacat (Distorsi) Pola Raster
1) Gambar Sempit
Gambar 16. Gambar Layar Menyempit
Gamabar 16 menunjukan tampilan gambar televisi menyempit ke
tengah layar.
Penyebab:
Kerusakan seperti ini jarang sekali terjadi pada TV keluaran baru.
Tegangan output horizontal lebih rendah sehingga rangkaian arus
gigi gergaji pada kumparan defleksi horizontal (yoke) bertambah
lemah.
Pemecahan:
Periksa tegangan output catu daya. Jika tegangan outputnya lebih
rendah, periksa komponen-komponennya.
34
Periksa rangkaian defleksi horizontal terutama transistor yang ada
di dalamnya.
Periksa kondisi yoke, jika rusak atau terbakar harus diganti
Gambar 17. Transistor Defleksi Horizontal
Gambar 17 adalah gambar transitor pada blok defleksi horizontal.
2) Pelebaran Horizontal
Penyebab:
Kerusakan semacam ini disebabkan oleh Vr yang rusak.
Pemecahan:
Periksa komponen-komponennya.
Jika tegangan catu daya normal, periksa tegangan anoda CRT
Jika tegangan anoda CRT terlalu rendah, periksa rangkaian Ubah
nilai VR, jika tidak ada perubahan ganti VR tersebut.
Periksa tegangan output catu daya. Jika tegangan outputnya lebih
besar penguat tegangan tinggi.
35
Gambar 18. Horizontal Melebar
Gambar 18 menunjukan tampilan pada gambar melebar horizontal
ke kanan dan ke kiri.
3) Pemendekan Tinggi Gambar
Gambar 19. Tinggi Gambar Kurang
Gambar 19 menunjukan gambar pada televisi kurang tinggi atau
gambar belum memenuhi semua ruangan untuk menampilakn
gambar pada layar.
Penyebab:
Amplitudo gelombang gigi gergaji dalam kumparan defleksi
36
vertical terlalu kecil sehingga output rangkaian defleksi vertikalnya
tidak cukup.
Pemecahan:
Periksa V SIZE dan V LIN. Pada TV digital, pengaturan dapat
dilakukan dengan cara mengatur remote control pada menu
adjusment. Jika tidak ada perubahan periksa R dan Tr pada
rangkaian defleksi vertical.
Panah merah adalah R dan Tr didalam rangkaian defleksi vertical
yang rusak.
Gambar 20. Rangkaian Defleksi Vertikal
Gambar 20 adalaha rangkaian defleksi verikal, fungsi rangkaian ini
mengatur tampilan vertikal pada televisi.
37
4) Penyusutan Bagian Atas Atau Bawah
Gambar 21. Penyusutan Bagian Atas Atau Bawah
Gambar 21 menunjukan penyempitan gambar secara vertikal.
Penyebab:
Disebabkan oleh nilai Vr yang tidak sesuai atau kondensator
elektrolit yang kering
Pemecahan:
Setel VR, jika tidak ada perubahan berarti VR rusak.
Periksa elko apakah masih baik atau sudah kering
5) Gambar Vertical Memanjang
Penyebab:
Arus gigi gergaji pada kumparan defleksi vertical terlalu rendah.
Pemecahan:
38
Atur VR, jika tidak ada perubahan mungkin elko nya sudah kering.
Gambar 22. Vertikal Terlalu Besar
Gambar 22 menunjukan tampilan gambar televisi melebar vertikal
ke atas dan ke bawah.
6) Gambar Jelek
a) Noise Salju Pada Gambar
Penyebab:
Intensitas medan pada tempat penerimaan sinyal frekuensi
rendah.
Sistem antenna TV rusak
Rangkaian penguat frekuensi tinggi rusak
Pemecahan:
Putar arah antenna sampai didapatkan gambar bagus.
Perbaiki jalur antenna kabel
Periksa solderan pada blok tuner dan AGC
39
Gambar 23. Gambar Jelek
Gambar 23 menunjukan gambar pada layar jelek atau gambar yang
ditampilkan buruk.
b) Kontras Gambar Rendah
Gambar 24. Kontras Gambar Rendah
Gambar 24 menunjukan kontras pada layar televisi rendah atau
pencahayaan yang ditampilkan masih kurang jelas.
Penyebab:
40
Kerusakan terletak antara rangkaian mixer hingga penguat
video.
Pemecahan:
Periksa ada resistor yang nilainya sudah membesar atau short.
c) Muncul Garis Miring
Gambar 25. Muncul Garis Miring Pada Gambar
Gambar 25 adalah tampilan televise yang terganggu karena muncul
garis miring pada gambar.
Penyebab:
Biasanya gangguan dari pemancar radio.
Pemecahan:
Jauhkan antenna dan TV dari sumber frekuensi gangguan.
d) Noise Bintik Putih
Penyebab:
41
Gangguan dari busi motor, mobil atau kawat distribusi listrik
tegangan tinggi.
Pemecahan:
Jauhkan antenna dan TV dari kabel listrik tegangan tinggi.
Gunakan kabel koaksial untuk antenna TV
Gambar 26. Noise Bintik Putih
Gambar 26 menunjukan tampilan gambar televisi yang terdapat
bintik-bintik putih yang banyak.
e) Garis Horizontal Hitam
Penyebab:
Biasanya disebabkan oleh alat yang menggunakan motor kecil.
Pemecahan:
Jauhkan pesawat TV dari sumber noise.
42
Gambar 27. Garis Horizontal Pada Gambar
Gambar 27 menunjukan tampilan gambar yang kurang bagus
karena muncul garis haris horizontal pada gambar.
f) Terdapat Bayangan Dari Kanal Lain
Gambar 28. Gambar Terganggu Oleh Kanal Lain
Gambar 28 menunjukan gambar televisi yang terganggu pada
saluruan kanal televisi lain, jadi terdapat 2 tampilan gambar pada
satu layar.
43
Penyebab:
Terjadi modulasi silang oleh kanal yang memilki daya pancar
besar.
Pemecahan:
Aturlah letak ketinggian antenna TV
Aturlah nilai Vr pada rangkaian AGC
g) Gangguan Warna
Gambar TV tampak biru, merah, kuning, cyan atau hijau
Gambar 29. Gambar TV Tampak Biru
Gambar 30. Gambar TV Tampak Merah
Gambar 31. Gambar TV Tampak Kuning
Gambar 32. Gambar TV Tampak Cyan
44
Gambar 33. Gambar TV Tampak Hijau
Gambar 29 adalah gambar dimana tampilan televisi yang kurang
bagus karena gambar yang dihasilkan tampak biru, gambar 30
tampilan gambar televisi yang dihasilkan tampak merah, gambar
31 tampilan gambar televisi yang dihasilkan tampak kuning,
gambar 32 tampilan gambar televisi yang dihasilakn tampak cyan
dan gambar 33 menunjukan tampilan gambar televisi yang tampak
hijau.
Penyebab:
Biasanya kerusakan terjadi karena gangguan pada rangkaian
RGB atau CRT.
Pemecahan:
Periksa rangkaian matriks RGB, biasanya ada nilai resistor
yang membesar atau solderan sudah jelek. Jika tidak ada
komponen yang rusak atur VR RGB Jika tetap tidak
mendapatkan hasil, periksalah CRT
45
Gambar 34. Cara Memeriksa CRT
Gambar 35 menunjukan bagaimana cara memeriksa tabung CRT
dengan mengukur output tegangannya.
h) Gangguan Suara
Tidak Ada Suara/Suara Lemah
Penyebab:
Terjadi kerusakan pada rangkaian audio dan speaker.
Pemecahan:
Sentuh input rangkaian penguat audio dengan jari tangan. Jika
terdengar desis di speaker, periksa bagian IF audio. Jika tidak,
periksa bagian rangkaian penguat audio atau periksa speaker.
Gambar 36 adalah gambar rangkaian suara. Rangkaian ini
berfungsi mengatur output suara pada televisi.
46
Gambar 35. Rangkaian Suara
5. Media aplikasi diagnosis kerusakan televisi.
Media aplikasi diagnosis kerusakan televisi adalah suatu aplikasi
karya Fery Nugroho yang dibuat sebagai proyek tugas akhir. Aplikasi ini
digunakan untuk membantu mendiagnosis kerusakan televisi dengan cara
memilih jawaban ya atau tidak pada pertanyaan yang ditanyakan aplikasi
tersebut. Apabila jawaban sudah dipilih sesuai dengan gejala yang
ditimbulkan, maka akan tampil hasil analisisnya. Berikut adalah tampilan
utama media aplikasi diagnosis kerusakan televisi.
Gambar 36. Tampilan utama media diagnosis kerusakan televisi
47
Aplikasi ini terdapat 3 menu utama yaitu, diagnosis kerusakan,
penjelasan program, dan keluar. Pada menu diagnosis kerusakan terdapat
beberapa bagian yang biasa dikenal sebagi blok-blok pada bagian televisi.
Pada menu ini terdapat 8 blok perkiraan kerusakan yang sering dibahas
pada reparasi televisi yaitu bagian power supply, IC utama, IC
program,bagian vertikal, bagian horizontal, bagian tuner, bagian suara dan
bagian CRT. Tampilan menunya bias dilihat pada gambar berikut.
Gambar 37. Blok perkiraan kerusakan pada televisi.
Pada tiap bagian ini, terdapat pertanyaan yang harus dipilh oleh pengguna,
yang kemudian akan muncul analisisnya. Pada bagian power supply bisa
dicontohkan, missal kita memperkirakan kerusakan pada bagian power
supply. pertanyaan yang muncul sebagai berikut :
48
Gambar 38. Pertanyaan pada bagian power supply.
Pertanyaan tersebut kita pilih, misal kita pilih “ya”, selanjutnya akan
muncul pertanyaan lagi.
Gambar 39. Pertanyaan pada bagian power supply
Pertanyaan tersebut kita pilih lagi, misal kita pilih “ya”, maka setelah itu
akan muncul hasil analisisnya. Hasil analisisnya bisa dilihat pada gambar
41.
49
Gambar 40. Hasil diagnosis kerusakan.
Analisa hasil diagnosis kerusakan televisi yang lainnya, bisa dilihat di
lampiran 1 pada materi RPP pembelajaran.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalahyang dilakukan
oleh Vika Agustin Mardika (2011), yang berjudul “Perbedaan hasil belajar
fisika materi suhu dan kalor antara kelompok yang menggunakan metode
eksperimen berbantuan media audio visual dengan kelompok yang
menggunakan metode eksperimen berbantuan media cetak. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar fisika
siswa pada ranah kognitif untuk materi suhu dan kalor antara kelompok
50
yang menggunakan metode eksperimen berbantuan media audio visual
dengan kelompok yang menggunakan metode eksperimen berbantuan
media cetak. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada perbedaan yang
signifikan. Hasil belajar siswa eksperimen yang menggunakan bantuan
media audio visual lebih besar daripada kelas eksperimen yang
menggunakan media cetak karena thitung > ttabel yaitu 2,151 > 2,004.
Penelitian Beni Harsono (2009) Penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan perbedaan hasil belajar antara metode ceramah konvensional
dengan ceramah berbantuan media animasi, dan untuk mengetahui
seberapa besar perbedaan hasil belajar tersebut pada pembelajaran
kompetensi perakitan dan pemasangan sistem rem. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa program keahlian teknik mekanik
otomotif SMKN 1 Blora, sedangkan sampelnya adalah siswa kelas II MO
1 dan MO 2. Kelas II MO 1 di pilih sebagai kolompok kontrol dan kelas II
MO 2 sebagai kelompok eksperimen. Variabel yang diteliti adalah hasil
belajar dari kedua jenis metode pembelajaran tersebut. Data yang
diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji t test yang dihitung secara
manual. Hasil analisis membuktikan ada perbedaan yang signifikan antara
hasil belajar yang metode ceramah konvensional dengan metode ceramah
berbantuan animasi pada kompetensi perakitan dan pemasangan sistem
rem. Ini ditunjukkan dari thitung = 7.16 > ttabel= 1.99. Pembelajaran
kompetensi perakitan dan pemasangan sistem rem dan komponennya
51
dengan menggunakan media animasi memberikan hasil belajar lebih baik
dibandingkan dengan menggunakan media ceramah konvensional.
Kedua penelitian diatas mempunyai relevansi dengan penilitian ini
karena selain dengan metode dan disain yang sama. Kegiatan
pembelajaran dibantu dengan media pembelajaran yang lain. Penelitian
Vika dibantu dengan media audio visual, sedangkan penelitian Beni
dengan bantuan media animasi. Media pembelajaran tersebut bertujuan
diharapkan lebih meningkatkan hasil belajar yang lebih baik.
C. Kerangka Berfikir
Dengan melihat nilai yang diperoleh pada mid semester yang
diperoleh oleh blok pertama XII AV 2 yang kurang mencapai nilai kriteria
pencapaian minimum. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dalam mendapat nilai yang harus dicapai oleh siswa. Faktor selain siswa
yang kurang minat belajar maupun dari aspek pemahaman siswa terhadap
materi yang diberikan, juga terhadap fasilitas kegiatan pembelajaran
seperti trainer dan media yang kurang digunakan secara maksimal.
Untuk mendapat hasil belajar yang baik harus, semua aspek kegiatan
belajar mengajar harus optimal, terutama siswa yang harus sungguh-
sungguh memperhatikan dalam kegiatan belajar mengajar serta di bantu
dengan fasilitas yang lebih mumpuni agar pemahaman materi dapat lebih
maksimal.
52
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian diharapkan mendapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan hasil belajar antara menggunakan media konvensional
dan media aplikasi diagnosis kerusakan televisi pada siswa kelas XII
TAV di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta pada tahun ajaran
2011/2012.
2. Hasil belajar pada ranah kognitif siswa yang menggunakan metode
eksperimen berbantuan media diagnosis kerusakan televisi lebih baik
dari menggunakan media konvensional.
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui ada tidak perbedaan hasil belajar
memperbaiki televisi menggunakan metode konvesional dengan media bantu
aplikasi diagnosis keruskan televisi pada siswa kelas XII program keahlian
audio video SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen yang menggunakan eksperimen pretest posttest.
Penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok eksperimen,
kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu
dengan kondisi-kondisi yang dapat di kontrol disebut penelitian eksperimen.
Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat
(cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih
kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya
dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai
perlakuan.
Pra tes (pretes), yaitu tes yang diberikan sebelum proses
pembelajaran. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi
yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Sedangkan
postes, Test akhir (Postes), yaitu tes yang diberikan setelah dilaksanakan
proses pembelajaran. Tes tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemajuan intelektual (tingkat penguasaan materi) peserta didik.
54
Terdapat dua kelas dalam eksperimen ini, yaitu kelas kontrol
diberikan pembelajaran media konvensional kelas XII AV 2 dan kelas yang
satu, kelas eksperimen XII AV 1 menggunakan pembelajaran menggunakan
media bantu aplikasi diagnosis kerusakan televisi.
Tabel 1. Desain penelitian eksperimen pretes-postes.
KE T1 X T2
KK T1 O T2
KE : kelas eksperimen
KK : kelas kontrol
T1 : pretes
T2 : postes
O : perlakuan saat pembelajaran dengan media bantuan(aplikasi
diagnosis kerusakan televisi)
X : perlakuan saat pembelajaran dengan media konvensional (papan
tulis)
55
Berikut ini adalah proses dan alur penelitian.
Gambar 41. alur penelitian.
Populasi
Kelas eksperimen
Sampel
Kelas kontrol
Pemberian Pretes
Tes hasil
Pemberian postes Pemberian postes
Menggunakan media diagnosis kerusakan
televisi
Menggunakan media papan tulis
Pemberian pretes
Pembahasan
Kesimpulan
56
B. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian
Penulis dalam penelitian ini mengambil lokasi di SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta, pengambilan lokasi atau tempat ini dengan
pertimbangan proses pengambilan data dilakukan setelah mengenal ruang
lingkup SMK, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu
yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai.
2. Waktu penelitian
Waktu pengambilan data dilakukan oleh penulis selama kurang
lebih 2 bulan, yakni bulan Oktober-November 2012.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi atau sekumpulan orang/objek
dan objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII
program keahlian Audio Video SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta
yaitu kelas XII TAV 1 adalah 27 siswa dan kelas XII TAV 2 adalah 24
siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Dikarenakan alasan akademik dari peneliti maka tidak
57
semua populasi penelitian dipelajari. Dalam penelitian sampel ini yang
digunakan untuk penelitian adalah kelas XII AV 1 yaitu 18 siswa dan AV
2 yaitu 18 siswa program keahlian Audio Video SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta karena merupakan kegiatan pembelajran berkelanjutan dari
kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Teknik yang digunakan
dalam menentukan sampel penelitian adalah purposive sampling yaitu
teknik pengambilan sampel yang digunakan apabila peneliti punya
pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan
penelitiannya (Sudjana dan Ibrahim, 2001:96)
D. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode ekperimen adalah metode dalam proses belajar mengajar yang
memberikan kesempatan kepada siswa secara perorangan atau kelompok
untuk melatih kemampuan melakukan suatu proses kegiatan.
2. Hasil belajar adalah gambaran tingkat penguasan siswa terhadap sasaran
belajar pada tema yang diajarkan, pokok bahasan ini adalah mendiagnosis
kerusakan televisi.
3. Aplikasi diagnosis kerusakan televisi adalah media hasil karya Fery
Nugroho yang dibuat menggunakan visual basic yang digunakan untuk
membantu mendiagnosis kerusakan pesawat televisi. Cara penggunaan
aplikasi ini dengan SPK (sistem pengambilan keputusan), yaitu memlih
jawaban yang sesuai dengan gejala kerusakan yang ada.
58
E. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas.
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi,
yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti
untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau
diamati. Sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini adalah media
pada saat pembelajaran yaitu media aplikasi diagnosis kerusakan
televisi.
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk
menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang
muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang
diperkenalkan oleh peneliti. Dalam hal ini variabel terikat adalah hasil
belajar pada ranah kognitif siswa kelas XII program keahlian Audio
Video SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Data pendukung yang
digunakan adalah angket respon siswa terhadap pembelajaran
mendiagnosis kerusakan televisi dengan menggunakan media aplikasi
diagnosis kerusakan televisi.
3. Variabel kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah materi pelajaran, guru,
buku acuan, alokasi waktu pembelajaran, soal tes, dan kemampuan
awal kognitif siswa.
59
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dan instrumen pembelajaran
1. Instrumen penelitian
Tes = pretes dan postes. Soal yang diberikan untuk mengetahui
perbedaan hasil belajar yang terdiri dari aspek, mengingat memahami
dan menerapkan. Soal yang digunakan pada pretest dan posttest ini
mengambil sebagian soal dari LKS mentari penerbit CV. Cahaya
Mentari Solo yang diambil sesuai dengan kebutuhan yang di perlukan
oleh peneliti, yang berfokus pada soal-soal pada pokok bahasan
tentang fungsi komponen pada televisi dan cara mendiagnosis televisi.
2. Instrumen pembelajaran
Instrumen berupa:
a. Media
b. RPP
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Observasi sekolah dan wawancara dengan guru pengajar
2. Membagikan pretes kemampuan awal aspek kognitif untuk mengambil
informasi mengenai hasil belajar terhadap pembelajaran dengan
menggunakan media konvensional maupun dengan media diagnosis
kerusakan televisi.
60
3. Melaksanakan proses pembelajaran yang telah dipersiapkan dengan
mengacu pada instrumen pembelajaran yang sebelumnya juga sudah di
diskusikan dan di koordinasikan dengan guru pengajar.
4. Memberikan perlakuan pada 2 kelas, kelas kontrol dengan media
konvensional, dan kelas eksperimen dengan media diagnosis
kerusakan televisi.
5. Postes pada ahir pembelajaran untuk mengetahui kemapuan ahir siswa
atau hasil belajar setelah materi pembelajaran tersampaikan.
H. Teknik Analisa Data
1. Pengujian prasyarat analisis
a. Uji normalitas
Uji normalitas adalah mengukur perbandingan data empirik dengan
data berdistribusi normal teoritik yang memiliki mean dan standar
deviasi yang sama dengan data empirik. Data terdistribusi normal
adalah salah satu syarat data parametrik sehingga data memiliki
karakteristik empirik yang mewakili populasi. Untuk mengetahui
bahwa data atau sampel yang diambil di masing masing kelas
terlah berdistribusi normal. Uji normalitas menjadi sarat awal
hipostesis. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji kolmogorov-smirnov test dengan menggunakan program
SPSS. Persyaratan data tersebut disebut normal apabila taraf
signifikansi atau probabilitas (p > 0,05).
61
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua
atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang
memiliki variansi yang sama. Uji homogenitas dilakukan pada tes
kemampuan awal baik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Persyaratan untuk variansi yang homogen atau sama dari output
homogeneity of variance probabilitasnya (p) > 0,05. Sampel
penelitian dapat dikatakan berasal dari populasi yang homogen
apabila harga probabilitas perhitungan > 0,05 pada taraf
signifikansi 5% sehingga data pretes memiliki variansi kedua
kelompok yang sama atau homogen.
2. Pengajuan hipotesis
Untuk membukitkan hipotesis bahwa ada perbedaan yang nyata antara
hasil belajar dengan media aplikasi tersebut, maka dilakukan dengan
uji T 2 pihak.
Hipotesisnya adalah :
Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa pada ranah kognitif
yang menggunakan media konvensial dengan media aplikasi
diagnosis kerusakan televisi pada siswa kelas XII TAV SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012
Ha : Ada perbedaan hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang
menggunakan media konvensial dengan media aplikasi
62
diagnosis kerusakan televisi pada siswa kelas XII TAV SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.
Berdasarkan uji prasayarat yang telah dilakukan maka dapat ditentukan
bahwa hipotesis akan diuji menggunakan independent sample t-test karena
data penelitian terdistribusi normal,bersifat homogen dan independen.
Pengambilan keputusan berdasarkan analisis independent sample t-test
dilakukan dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan tabel dengan
ketentuan :
Jika p > 0,05 : maka ho diterima dan Ha ditolak, akan tetapi jika
p < 0,05 :maka ho ditolak dan ha diterima
Selain itu, pengambilan keputusan juga dapat dilihat dari taraf signifikansi
p, jika p > 0,05 maka Ha ditolak dan jika p < 0,05 maka Ha diterima.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menafsirkan hasil uji t.
Apabila varians dari kedua variabel yang diuji sama maka nilai koefisen t
yang harus dibaca berada pada kolom t baris equal variance assumed.
Apabila varians dari kedua variabel yang akan diuji berbeda, maka
pengajuan t, harus menggunakan hasil data dengan variansi tidak sama
yaitu pada kolom t baris equal variance not assumed. Untuk menentukan
apakah kedua varians sama atau tidak, dalam output uji-t terdapat pula
nilai uji-F, uji F ini berfungsi untuk menafsirkan varians dari kedua
variabel sama atau tidak.
63
Dalam penelitian ini, hipotesisnya adalah ada perbedaan hasil belajar
menggunakan media konvensional dengan media diagnosis kerusakan
televisi pada siswa kelas XII TAV SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta
tahun ajaran 2011/2012.
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian dari setiap variabel penelitian ini meliputi
beberapa data. Data-data tersebut meliputi data kemampuan awal aspek
kognitif dan hasil belajar siswa. Data tersebut merupakan data dari 18 sampel
siswa pada kelas eksperimen 1 dan 18 sampel siswa pada kelas kontrol.
Parameter untuk masing-masing data tersebut adalah sebagai berikut :
1. Data kemampuan awal aspek kognitif siswa.
Melalui pretes terhadap kemampuan awal aspek kognitif siswa pada
pokok bahasan mendiagnosis kerusakan televisi didapatkan data
kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen 1 dan kelas kontrol
Tabel 2. Parameter data kemampuan awal aspek kognitif siswa pokok
bahasan mendiagnosis kerusakan televisi.
Kelas Rerata Simpangan
baku
Skor N
Terendah Tertinggi
Kelas ekperrimen 46 6,75 36 60 18
Kelas kontrol 45,7 7,65 32 60 18
65
2. Data kemampuan akhir kognitif siswa.
Melalui postes terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan
mendiagnosis kerusakan televisi menggunakan tes hasil belajar siswa
didapatkan data hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 3. Parameter data kemampuan akhir aspek kognitif siswa pokok
bahasan mendiagnosis kerusakan televisi.
Kelas Rerata Simpangan
baku
Skor N
Terendah Tertinggi
Kelas ekperimen 69,5 10,13 37 83 18
Kelas kontrol 48,5 8,63 33 63 18
B. Perhitungan uji prasyarat analisis
Perhitungan uji prasyarat analisi pada penelitian ini meliputi uji normalitas
sebaran data, dan uji homogenitas varians. Ringkasan hasil analisis dari
masing-masing pengujian adalah sebagai berikut :
1. Uji normalitas sebaran data
Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, diketahui bahwa data
hasil belajar terdistribusi normal. Hasil belajar perhitungan secara ringkas
disajikan pada tabel berikut.
66
Tabel 4. Hasil perhitungan uji normalitas sebaran data untuk tiap variabel
yang diukur.
Variabel yang diukur Asymp. Sig Status
Kemampuan awal aspek kognitif kelas
eksperimen
.200 Normal
Kemampuan awal aspek kognitif kelas kontrol .079 Normal
Berdasarkan tabel diatas, terlihat Asymp.sig selalu lebih besar dari 0,05
sehingga dikatakan bahwa semua data terdistribusi dengan normal
2. Uji homogenitas varians
Berdasarkan uji homogenitas varians yang telah digunakan, dapat diketahui
bahwa sampel yang diambil memiliki varians yang homogen. Hasil
perhitungan secara ringkas disajikan pada tabel berikut.
Tabel 5. Hasil perhitungan uji homogenitas
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
NILAI Based on Mean .062 1 34 .805
Based on Median .000 1 34 1.000
Based on Median and with
adjusted df .000 1 29.817 1.000
Based on trimmed mean .058 1 34 .811
67
Berdasarkan data pada tabel diatas uji homogenitas varians terlihat bahwa
nilai pretes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai nilai
signifikansi p untuk probabilitas based on mean = 0,805 ,probabilitas based
on median= 1.000 , probabilitas basen on mean and with adjusted df =
1.000 , dan probabilitas basen on trimmed mean = 0,811. Karena
probabilitas untuk masing-masing nilai tersebut lebih dari 0,05 ( p> 0,05)
maka dapat diketahui bahwa sampel yang digunakan berasal dari populasi
yang homogen atau telah memenuhi uji homogenitas.
C. Pengujian hipostesis
Berdasarkan uji prasyarat analisis dikemukakan sampel berasal dari varians
yang homogen dan data berdistribusi normal. Uji prasyarat telah terpenuhi,
sehingga dapat dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan independent samplet t-test. Uji hipotesis dilakukan terhadap
hasil belajar siswa ranah kognitif untuk materi mendiagnosis kerusakan
televisi yang menyatakan ada tidaknya perbedaan antara kelompok
menggunakan media konvensional dengan menggunakan media diagnosis
kerusakan televisi pada siswa kelas XII TAV SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.
1. Perbedaan hasil belajar siswa pada ranah kognitif untuk materi
mendiagnosis kerusakan televisi antara media konvensional dengan
media aplikasi diagnosis kerusakan televisi.
68
Untuk megetahui apakah perbedaan hasil pada kedua kelas tersebut
signifikan atau tidak maka dilakukan dengan rumusan hipotesis. :
Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang
menggunakan media konvensial dengan media aplikasi diagnosis
kerusakan televisi pada siswa kelas XII TAV SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012
Ha : Ada perbedaan hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang
menggunakan media konvensial dengan media aplikasi diagnosis
kerusakan televisi pada siswa kelas XII TAV SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.
Dengan pengambilan keputusan diterima atau tidaknya hipotesis tersebut
yaitu :
Jika p > 0,05 : maka ho diterima dan Ha ditolak, akan tetapi jika
p < 0,05 :maka ho ditolak dan ha diterima
69
Tabel 6. Perhitungan independent sample T-Test
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan nilai postes diperoleh nilai F
= 0,130 dengan signifikansi (p) 0,720. Dengan demikian tingkat
signifikansi lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa
sesungguhnya variansi postes hasil belajar ranah kognitif siswa antara
kelas ekperimen dengan kelas kontrol adalah variansi yang sama atau
homogen.
Berdasarkan tabel 6, terlihat bahwa harga t untuk varians sama adalah
6,693 dengan p (sig(2.tailed) 0,000. Dasar pengambilan keputusan dalam
uji t ini dapat dilakukan berdasarkan probabilitas p <0,05. Dari uji diatas
diketahui nilai sig(2(-tailed) (p) sebesar 0,000, oleh karena p < 0,05 maka
Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada perbedaan hasil
belajar mendiagnosis kerusakan televisi dengan menggunakan media
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std. Error
Differenc
e
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
NIL
AI
Equal variances
assumed .130 .720 6.693 34 .000 21.00000 3.13784 14.62314 27.37686
Equal variances
not assumed
6.693 33.172 .000 21.00000 3.13784 14.61727 27.38273
70
konvesional dengan media aplikasi diagnosis kerusakan televisi pada
siswa kelas XII TAV SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
2. Mana hasil belajar pada ranah kognitif siswa yang lebih baik antara
kelompok yang menggunakan media konvensional dengan media
aplikasi diagnosis kerusakan televisi.
Untuk mengetahui mana hasil belajar pada ranah kognitif siswa yang
lebih baik antara kelas eksperimen dan kelas kelas kontrol dilakukan
berdasarkan probabilitas p <0,05. Dari uji diatas diketahui nilai sig(2(-
tailed) (p) sebesar 0,000, oleh karena p < 0,05. Maka terdapat perbedaan
yang signifikan, dan dengan melihat nilai rata-rata kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Nilai rata-rata kelas ekperimen adalah 69,5 dan kelas
kontrol 48,5. Dapat disimpulkan bahwa nilai kelas eksperimen lebih baik
dibanding kelas kontrol.
.
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil
belajar ranah kognitif mendiagnosis kerusakan televisi dengan menggunakan
media konvesional dengan media aplikasi diagnosis kerusakan televisi pada
siswa kelas XII TAV SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Selain itu, juga
untuk mengetahui mana hasil belajar pada ranah kognitif siswa yang lebih
baik antara kelompok yang menggunakan media konvensional dengan media
aplikasi diagnosis kerusakan televisi ini.
71
Sampel pada penelitian ini adalalah siswa kelas XII TAV 1 dan TAV
2 yang berjumlah 18 siswa setiap kelasnya. Penelitian dilakukan di kelas
masing-masing. Sebelum diberi perlakuan, terlebih dahulu dilakukan pretes
untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada ranah kognitif. Berdasarkan
tabel 2 pretes dijelaskan bahwa rata-rata pretes siswa kelas eksperimen adalah
46 dan kelas kontrol adalah 45,7. Berdasarkan tabel postes dijelaskan
bahwa rata-rata nilai hasil belajar untuk kelas siswa kelas eksperimen adalah
69,5 dan kelas kontrol adalah 48,5.
Untuk mengetahui ada tidaknya hasil belajar dalam penelitian ini,
maka peneliti menggunakan data hasil belajar siswa aspek kognitif yang diuji
menggunakan independent t test sebagai alat dalam pengujian hipotesis yang
dilakukan. Dari hasil uji coba diperoleh nilai signifikansi yang lebih kecil dari
0,05 yaitu 0,00 < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan hasil belajar
mendiagnosis kerusakan televisi dengan menggunakan media konvesional
dengan media aplikasi diagnosis kerusakan televisi pada siswa kelas XII TAV
SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
Dari tabel postes dapat diketahui kelas eksperimen lebih tinggi
daripada kelas kontrol, nilai rata-rata kelas ekperimen adalah 69,5 nilai kelas
kontrol adalah 48,5. Karena nilai rerata kelas ekperimen lebih besar daripada
nilai kelas kontrol maka kelas yang mengikuti kegiatan pembelajaran
menggunakan media diagnosis kerusakan televisi lebih baik daripada kelas
kontrol. Hasil di atas sejalan dengan lembar kuesioner sebagai data pendukung
penelitian kepada siswa yang menggunakan media diagnosis kerusakan
72
televisi tersebut dimana angket respon siswa mempunyai hasil perhitungan 77
%. Bisa dikatakan media yang digunakan cukup baik untuk membantu siswa
dalam pembelajaran, karena materi yang disampaikan bisa lebih mudah
dipahami dan dimengerti siswa.
73
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada perbedaaan hasil belajar pada ranah kognitif siswa pada pokok
bahasan mendiagnosis kerusakan televisi dengan menggunakan media
konvesional dengan media aplikasi diagnosis kerusakan televisi pada
siswa kelas XII TAV SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta
2. Hasil belajar pada ranah kognitif siswa yang menggunakan media aplikasi
diagnosis kerusakan televisi lebih baik dari pada kelas dengan media
konvensional pada siswa kelas XII TAV SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta. Hal ini bisa dilihat dari nilai rata-rata kelas ekperimen yaitu
69,5 lebih besar daripada rata-rata nilai kelas kontrol yaitu 48,5
B. Keterbatasan penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :
1. Pokok bahasan materi dalam penelitian ini dibatasi pada materi
mendiagnosis kerusakan televisi.
2. Aspek penelitian dalam penelitian ini dibatasi pada aspek hasil belajar
ranah kognitif
74
C. Saran
Berdasarkan peneltian yang dilakukan, peneliti menyarankan :
1. Kepada pihak guru di sekolah khususnya guru memperbaiki sistem
penerima televisi agar dalam proses belajar mengajar menggunakan media
diagnosis kerusakan televisi dalam rangka meningkatkan hasil belajar
siswa
2. Untuk penelitian lebih lanjut, dapat meningkatkan kualitas media aplikasi
ini, dengan materi yang lebih komplek dengan animasi yang lebih baik.
75
Daftar Pustaka
Ahmad Rohani. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ali Pulaila. 2009. Teknik Reparasi Televisi. Bandung : Oase Media.
Asrul Sani. 2005. Memperbaiki atau Reparasi Televisi. Bogor.
Azhar Arsyad. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Beni Harsono. 2009. Perbedaan Hasil Belajar Antara Metode Ceramah
Konvensional Dengan Cera Mah Berbantuan Media Animasi pada
Pembelajaran Kompetensi Perakitan dan Pemasangan Sistem Rem.
Abstrak hasil penelitian. Semarang : UNES
Fery Nugroho. 2011. “Aplikasi Diagnosis Kerusakan Televisi menggunakan
Visual basic 6.0”. Laporan Tugas Akhir. Yogyakarta : UNY.
Muh Uzer Usman. 1996, Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Nana Sudjana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Nana Sudjana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru.
Oemar Hamalik. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru.
Sadiman, Arief S, dkk. 1986. Media Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.
Sardiman A.M. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
press.
76
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.
Surahmad Winarno. 1983. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung:
Tarsito.
Tim pengembangan MKDK IKIP Semarang. 1989. Belajar dan Pembelajaran.
Semarang.
Tim penyusun LKS Mentari. 2011. Memperbaiki Sistem Penerima Televisi untuk
SMK . Solo : CV. Cahaya Mentari.
Vika agustin Mardika (2011). “Perbedaan hasil belajar fisika materi suhu dan
kalor antara kelompok yang menggunakan metode eksperimen berbantuan
media audio visual dengan kelompok yang menggunakan metode
eksperimen berbantuan media cetak.” Abstrak hasil penelitian.
Yogyakarta : UNY
Lampiran 1. RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Sekolah : SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA
Mata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan
Kelas / Semester : XII / Gasal
Pertemuan ke : 14
Standar Kompetensi : Memperbaiki Sistem Penerima Televisi
Kompetansi Dasar : Memperbaiki Penerima TV
Indikator Pencapaian Kopetensi :
1. Mengidetifikasikan gejala kerusakan
Waktu : 5 x 40 menit
1. Tujuan Pembelajaran :
a) Siswa dapat mengidentifikasi gejala kerusakan pada televisi penerima.
b) Siswa dapat menjelaskan gejala kerusakan pada televisi.
Nilai Karakter yang dikembangkan : � Disiplin (dicipline)
� Tekun (diligent)
� Tanggung jawab ( responsbility)
� Ketelitian (carefulness)
� Percaya diri (Confidensi)
2. Materi Pembelajaran :
� Terlampir
3. Metode Pembelajaran :
� Ceramah
� Tanya Jawab
� Ekperimen
� Diskusi
A. Kegiatan Pembelajaran :
1. Pendahuluan (30 menit)
a. Membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, tadarrus, presensi
b. Apersepsi : Menyampaikan kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai
siswa c. Motivasi : Apabila materi ini dikuasai dengan baik, maka peserta diharapkan dapat
mengidentifikasi gejala kerusakan pada televisi 2. Kegiatan Inti (120 menit)
a. Eksplorasi
Guru
1) Memberikan pengantar materi tentang kebutuhahan televisi dan fungsi
bagian-bagian pada televisi. 2) Menjelaskan gejala-gejala kerusakan pada televisi. Guru menyampaikan
berbagai gejala kerusakan televisi dari power supply, IC program, IC utama, bagian tuner, bagian vertikal, bagian horizontal, suara dan input CRT.
Siswa
1) Memperhatikan penjelasan guru tentang gejala-gejala kerusakan pada
televisi.
2) Mencermati dan mendiskusikan bersama cara mengidentifikasi kerusakan
pada televisi.
b. Elaborasi
Guru
Memberikan pertanyaan evaluasi dari materi memperbaiki kerusakan
televisi yang telah disampaikan yang digunakan juga sebagai ringkasan dan
kesimpulan hasil belajar
Siswa
Menjawab pertanyaan evaluasi secara individu
c. Konfirmasi
Guru
1) Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang masih kurang
mengerti dengan materi yang disampaikan
2) Menyampaikan ringkasan dan menjawab pertanyaan dari siswa
3) Memberi motivasi kepada peserta didik agar lebih giat dalam belajar di
sekolah
Siswa
1) Diberi kesempatan untuk bertanya
2) Diberi motivasi belajar
Skor maksimum
3. Penutup (30 menit)
a. Menjawab pertanyaan evaluasi bersama siswa
b. Menyampaikan kembali ringkasan materi pelajaran yang telah disampaikan
c. Memberikan tindak lanjut yang harus dilaksanakan pada pertemuan
selanjutnya
d. Menutup pelajaran dengan doa dan salam
B. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik : Soal teori
Bentuk : pilihan ganda
C. Sumber Belajar, Media, Alat/bahan
1. Sumber Belajar :
• Modul : Memperbaiki / mereparasi televisi, 2005. Drs. Asrul sani dkk
• LKS : Memperbaiki sistem penerima televise untuk SMK, 2012. Tim penyusun KTSP.
Redaksi CV. Cahaya Mentari, solo
2. Media :
• Papan tulis
• Media aplikasi diagnosis kerusakan televisi
• Spidol
• proyektor
D. Peniaian
Nilai Akhir : Perolehan Skor
Mahasiswa
Akhmad solekhudin
NIM. 11502247014
X Skor Ideal (100) =
Lampiran materi
MENGAMATI GEJALA-GEJALA KERUSAKAN
Memperbaiki TV hendaklah dilakukan dengan hati-hati dan teliti karena dapat berakibat
fatal. Televisi adalah pesawat elektronik yang memilki tegangan listrik tinggi. Disamping
itu, dari semua kerusakan belum tentu disebabkan oleh komponen yang rusak.
Adakalanya rusak karena solderan timah yang kurang baik sehingga kaki-kaki komponen
tidak tersambung sempurna ke PCB. Gejala dan penyebab kerusakan TV bermacam-
macam. Gejala yang timbul dapat berupa mati total, tidak ada suara atau gambar yang
dihasilkan jelek. Sementara itu, kerusakan TV dapat pula disebabkan oleh komponen
yang sudah dimakan atau hubungan antar komponen yang kurang sempurna
Tabel trouble shooting
NO. Gejala kerusakan Bagian yang perlu dicek
1 TV mati total (lampu indikator tidak
menyala)
Rangkaian catu daya, terutama rangkaian
regulator input sampai output.
Pada umunya catu daya pesawat televisi
mempunyai output sebesar 115 V, 24 V, 12 V
dan 5 V. cek rangkaian penyearah dan penguat
regulator.
Ganti komponen yang rusak dan perbaiki jalur
rangkaian yang kurang sempurna
2 TV dan lampu indikator mati total
serta terdengar suara geteran trafo
switching
Rangkaian horizontal, biasanya mudah rusak
adalah trafo flyback,transistor horizontal dan
kapasitornya.
Lepaskan beban dari ouput regulator, dengan
melepas transistor, jika ouptput regulator
menunjukan tegangan yang sesuai, periksa
seluruh distribusi tegangan dari output
regulator dan seluruh rangkaian horizontal.
3 Lampu indikator hidup, tapi TV tidak
dapat dioperasikan
Kemungkinan kerusakan pada rangkaian
horizontal dan rangkaian regulator, biasanya
diode pembatas tegangan rusak.
Periksa tegangan tinggi G2 (screen) CRT.
Jika tidak ada, periksalah tegangan tinggi.
Jika rangkaian tinggi normal, periksa
rangkaian penguat video
4 Tidak ada raster, tapi suara normal
(layar gelap)
Rangkaian penguat video, rangkaian penguat
cahaya, rangkaian tegangan tinggi atau CRT
5 Rester satu garis horizontal Rangkaian vertikal dan osilatornya
Rangkaian defleksi vertikal dan tegangan
sumber vertikal.
6 Garis strip-strip hitam pada layar
tidak dapat hilang
Rangkaian osilator horizontal, biasanya
kapasitor elektrolit yang sudah kering (terlihat
kusam/pecah)
7 Sebagian gambar tergeser horizontal Sinyal video yang dihasilkan tercampur
dengan input sinyal sinkronisasi. Biasanya
kapasitor elektrolit yang sudah kering atau
diode yang bocor
8 Gambar bergerak terus ke
atas/kebawah
Rangkaian osilator vertikal. TV baru terjadi
akibat kapasitor keramik bocor
9 Gambar menyepit Periksa tegangan rangkaian output catu daya,
periksa juga rangkaian defleksi horizontal dan
kumparan yoke
10 Garis hitam miring dan bergerak ke
atas/ke bawah terus
Rangkaian pemisah sinkronisasi, rangkaian
penguat sinkronisasi, rangkaian AGC dan
rangkaian penghapus noise. Hal ini hanya
berlaku pada TV konvensional
11 Pemendekan tinggi gambar Amplitudo gelombang gergaji dalam
kumparan defleksi terlalu kecil sehingga ouput
rangkaian defleksinya tidak cukup.
Periksa potensioVsize dan Vline dan
rangkaian defleksi veritikal
12 Pelebaran horizontal Kerusakan semacam ini disebabkan oleh VR
yang rusak.
Periksa potensio pengontrol lebar horizontal,
rangkaian catu daya dan rangkaian tegangan
anodaCRT
13 Gambar memanjang vertikal Disebabkan oleh nilai V yang tidak sesuai atau
kondensator elektrolit yang sudah kering.
Periksalah rangkaian defleksi vertikal,
potensio pengatur vertikal atau elko sudah
kering?
14 Kontras gambar rendah Kerusakan terletak antara rangkaian mixer
sampai ke rangkaian penguat video.
Periksalah ada resistor yang nilainya sudah
short
15 Muncul garis miring atau pola jala
gambar
Ganngguan Interverensi dari luar seperti
pemancar radio berada didekatnya, jauhkan
antenna dari sumber frekeunsi ganggguan
16 Gambar TV tampak
biru/merah/hijau/kuning saja
Rangkaian RGB, atur Vr pada RGB atau CRT
17 Gambar bagus tapi tidak ada suara Rangkaian audio antara IF audio dan speaker
18 Gambar pada layar tidak jelas tapi
warna dan suara normal
Rangkaian deflector rusak
19 Gambar pada layar bergulung ke
tengah searah sumbu horizontal
suaran normal
Rangkaian vertikal, biasanya kapasitor
20 Gambar pada layar tidak jelas, suara
nomal
Penguat video rusak
21 Gambar pada layar rusak, suara
normal
Penguat ahir video rusak
22 Gambar pada layar rusak Penguat video rusak
23 Raster ada berbintik, gambar hilang,
suara mendesis
Rangkaian tuner ada yang rusak, rangkaian
AGC tak bekerja
Pada bagian power suply.
1. televisi mati total, sekering putus .
Analisisnya adalah :
• Harap berhati-hati jangan langsung mengganti sekring dan mencoba
menghidupkan televisi.
• Umumnya ada kerusakan lain yang mengakibatkan sekring tesebut putus.
• Periksa dulu komponen di rangkaian power yang berhubungan dengan sekring
tersebut.
• Potonglah beberapa bagian di sekitar jalur jala-jala listrik dan lakukan pengukuran
dengan multitester pada posisi pengukuran Ohm meter untuk mengukur
komponen yang dikira rusak atau melakukan pengukuran tegangan langsung.
• Penyebab sekring terputus secara umum adalah karena terjadi hubung singkat
(short circuit).
• Potonglah jalur ke transcoper dan transistor power supply dengan mencabut timah
yang ada dengan sedotan timah.
• Kemudian pasang fuse dan hidupkan televisi.
• Jika fuse putus lagi, berarti kerusakan terjadi pada rangkaian sebelumnya yaitu
diode penyearah, kapasitor bank, NTC, dan komponen yang berhubungan.
• Jika fuse tidak putus dan tegangan pada kapasitor tapis sekitar 250 dc, berarti
kerusakan terjadi pada rangkaian berikutnya.
• Komponen yang mungkin rusak adalah transistor penguat power supply.
2. Televisi Hidup, Tegangan Power Supply Tidak Normal, Tegangan Power Supply Naik
Melebihi 130 Vdc
Analisisnya adalah :
• Kerusakan pada osilator power supply.
• Lepaskan semua jalur output dari power supply ke rangkaian lainnya agar tidak
merusak rangkaian lainnya, kemudian periksa kondensator elektrolitnya.
• Kemungkinan nilai elektrolit kondensatornya berubah (mengecil) dari nilai
aslinya.
3. Televisi Hidup, Tegangan Power Supply Normal (130Vdc), Gambar Tidak Normal
(bergoyang/bergigi gergaji), Gambar Bergoyang/Bergigi Gergaji Dipinggir Layar, Suara
Jika Dibesarkan Goyangan Makin Kuat.
Analisisnya adalah :
• Kerusakan pada bagian power supply yang berhubungan dengan tapis.
• Periksa semua elektrolit kapasitor di power supply terutama kapasitor tapis
22µf/400V.
Pada bagian IC program
1. televisi hidup, kontrol tidak berfungsi.
Analisisnya adalah :
• Periksa saklar push-on yang ada pada panel control.
• Ukur tombol tersebut apakah berfungsi dengan baik atau tidak dengan multimeter
pada posisi Ohm meter. Pada saat saklar ditekan jarum penunjuk akan
menunjukkan angka nol, maka saklar tersebut rusak, dan sebaliknya.
• Jika control baik, tinggal mengikuti jalur dan komponen yang menghubungkan
antara key control dan IC Program, yang biasanya hanya terdiri atas beberapa
buah resistor dan diode.
• Jika tidak ditemukan kerusakan maka kemungkinan yang rusak adalah IC
Programnya.
• Ukur tegangan 5 Vdc pada pada catu utama IC Program, umumnya ditulis
Vcc/Vdd. Jika tegangan catu 5 Vdc pada pin utama (Vdd) IC Program tidak ada,
maka lepaskan solder pin IC Program dengan PCB, lalu ukur tegangan 5 Vdc
pada PCB.
• Jika ternyata tegangan 5 Vdc pada PCB ada dan dalam keadaan televisi tersebut
hidup. Hubungkan tegangan tersebut dengan ujung mulitester dengan pin catu IC
Program sambil tetap mengamati apakah tegangan tetap ada.
• Jika tegangan 5 Vdc-nya hilang saat dihubungkan/disolder pada IC Program,
dapat dipastikan IC Program tersebut rusak. Namun saat pin catu IC Program
dilepaskan dari PCB tegangan 5 Vdc dan pada PCB juga tidak ada kerusakan,
maka memungkinan bukan pada IC Program.
• Periksalah terlebih dulu sumber tegangan 5 Vdc tersebut dan rangkaian lain yang
terhubung.
• Setelah itu lakukan pengukuran tegangan reset (catu untuk osilasi dalam IC
Program), jika tegangan terukur 3 Vdc pada pin reset, berarti IC Program dapat
bekerja. Namun jika tegangan 3 Vdc tidak ada, maka IC Program tidak dapat
bekerja.
2. Televisi Hidup, Kontrol Berfungsi, OSD (On Screen Display)/Gambar Tidak Tampil
dengan Baik
Analisisnya adalah :
• Kerusakan pada OSD (on screen display).
• Periksa kerusakan ini dimulai pada pin V-sync (vertikal sinkronisasi) dan H-sync
(horisontal sinkronisasi) pada IC Program. Pin ini biasanya berdekatan. Dan jika
V-sync ditelusuri akan terhubung kearah IC Penguat Vertikal, sementara H-sync
jika ditelusuri akan terhubung kearah FBT. Selain pin V-sync dan H-sync, pin
ident pada IC Program pun dapat mengakibatkan OSD tidak muncul pada layar.
Namun jika pin ini rusak maka ditandai dengan tidak munculnya suara dan saat
search auto tuning atau dengan cara manual, gambar tidak tersimpan.
• Kerusakakan ident bisa juga ditandai dengan warna yang hilang-hilang timbul
atau hilang sama sekali.
Pada bagian IC utama
1. Televisi Hidup, Gambar Tidak Ada, Suara Tidak Ada, Warna Tidak Ada
Analisisnya adalah :
• Kerusakan seperti ini dapat terjadi pada IC Utama. Tetapi umumnya terjadi pada
rangkaian pendukungnya, seperti kontrol warna dari IC Program, cristal warna,
dan komponen lain sekitar bagian warna.
• Kerusakan pada bagian control warna dapat ditelusuri dari IC Program pin color
control. Caranya dengan mengukur tegangan dari IC Program sampai IC Utama
pin warna kontrol input.
• Tegangan ini dapat diatur sesuai dengan tegangan yang dikeluarkan oleh IC
Program atau dapat langsung dihubungkan dengan tegangan catu RGB dengan
sebuah resistor untuk membuktikan apakah yang rusak pada bagian kontrol atau
pada bagian warna IC Program.
2. Televisi Hidup, Gambar Ada, Suara Tidak Ada, Warna Tidak Ada
Analisisnya adalah :
• Kerusakan seperti ini sering terjadi pada televisi yang terkena sambaran petir, ada
pula sebagian yang power supply–nya rusak.
• Kerusakan seperti ini dapat berasal dari rangkaian IC Program pin ident, dapat
juga dari IC Utama, sekitar AFT atau pada bagian sinkronisasi.
• Kerusakan seperti ini agak sulit dilacak karena yang rusak adalah komponen
kecil, seperti resistor, atau kapasitor yang berubah nilainya.
• Jadi umumnya kerusakan seperti ini bukan pada IC Program atau IC Utama
melainkan komponen-komponen pendukung pada bagian yang rusak.
3. Televisi Hidup, Gambar Tidak Ada, Suara Tidak Ada, Warna Ada
Analisisnya adalah :
• Kerusakan seperti ini dapat terjadi jika rangkaian horisontal pada IC Utama tidak
rusak (bekerja), tetapi bagian gambar dan suara mengalami kerusakan.
• Kerusakan ini bisa terjadi pada IC Utama atau pada rangkaian sebelumnya
(input), dapat juga pada rangkaian setelahnya (output).
• Untuk mengetahuinya diperlukan kejeliannya dalam melokalisasi kerusakan, baik
dengan cara memotong maupun menginjeksi.
• Cara injeksi adalah menggunakan sinyal injector atau multimeter pada posisi
capasity meter (pengukuran kapasitas kapasitor). Dengan menginjeksi sinyal
input, output-nya diamati. Jika yang diinjeksi pada bagian video, hasilnya dapat
dilihat pada layar televisi yaitu pada perubahan gambar. Namun jika yang
diinjeksi adalah sinyal input suara, maka pada speaker akan terdengan bunyi
“bib”. Jika yang diinjeksi kedua-duanya secara bergantian dan ada reaksi pada
output-nya maka dapat diambil kesimpulan sementara bahwa jalur yang
dilaluinya (IC Utama) bekerja.
Pada bagian tuner.
1. Sinyal UHF/VHF Tidak Dapat Diterima dengan Baik
Analisisnya adalah :
Kerusakan pada tegangan kontrol tuner. Jika tegangan UHF tidak ada, biasanya
masalahnya dari IC Program pin UHF yang dapat mengakibatkan televisi tidak dapat
menerima channel yang menggunakan saluran UHF (Ultra High Frequency).
2. Sinyal UHF/VHF Dapat Diterima dengan Baik, Gambar Tidak Ada, Suara Tidak Ada
Analisisnya adalah :
• Kerusakan pada tuner bagian VT (Voltage tuning).
• Jika tegangannya tidak ada (0 Vdc), maka gambar dan suara dipastikan tidak ada.
• Jika tegangannya berubah-ubah (bukan pada saat search), hal itu mengakibatkan
gambarnya berlari-lari (sinyal berubah-ubah).
• Karena tuner bergantung pada catu daya tuner VT (Voltage Tuning), kontrol dari
IC Program dan prosesnya pada IC Utama.
• Sangat perlu kehati-hatian dan kejelian dalam melokalisasi bagian mana yang
rusak. Kerusakan pada satu bagian tertantu biasanya mempunyai ciri-ciri tertentu.
Pada bagian vertikal 1. Gambar pada Layar hanya Garis Melintang Horisontal Analisisnya adalah :
• Bagian yang rusak bisa terdapat pada catu osilator vertikal di IC Utama, osilator
vertikal pada IC Utama, catu IC Penguat vertikal, atau pada IC Penguat vertikal.
• Kerusakan pada bagian ini menyebabkan semua rangkaian vertikal tidak akan
bekerja. Karena bagian vertikal diproses dalam IC Utama, maka jika terjadi
kerusakan, terpaksa IC Utamanya diganti, walaupun bagian lainnya tidak
mengalami kerusakan.
• Komponen pendukung bagian vertikal seperti resistor dan kapasitor dapat juga
mengalami kerusakan yang mengakibatkan rangkaian vertikal tidak bekerja
dengan normal.
2. Gambar pada Layar Tidak Melintang Horisontal, Gambar pada Layar Menyempit pada
Bagian Atas
Analisisnya adalah :
• Kerusakan pada bagian catu IC Penguat vertikal. Catu penguat vertikal sebesar 24
Vdc diperoleh dari power supply. Umumnya catu vertikal untuk televisi warna
diperoleh dari FBT. Tegangan Vac keluaran FBT sebesar 26 Vac disearahkan
oleh sebuah diode dan ditapis dengan sebuah kapasitor elektrolit agar diperoleh
tegangan Vdc yang sempurna.
• Untuk mengecek kelebihan beban pada rangkaian vertikal yang dapat
mengganggu kerja rangkaian lain, dipasanglah sebuah resistor fuse sebelum diode
penyearah.
3. Gambar pada Layar Tidak Melintang Horisontal, Gambar pada Layar Tidak
Menyempit pada Bagian Atas, Gambar pada Layar Menyempit pada Bagian Bawah
Analisisnya adalah :
Kerusakan pada bagian kapasitor tapis pada penguat vertikal, biasanya adalah elco 100µf
– 330µf.
Pada bagian horizontal
1. televisi Hidup, Ada Cahaya, Gambar pada Layar Berbentuk Oval/Trapesium Diikuti
Bayang Pelangi
Analisisnya adalah :
Kemungkinan kerusakan adalah yoke bagian horisontal, rusak biasanya karena terbakar.
Jika tidak parah, kawat email yang telah terbakar dapat dipisahkan dan diisolasi
kemudian dipasang lagi. Jika parah maka ganti saja.
2. Televisi Mati (kerusakan bukan pada Power Supply)
Analisisnya adalah :
• Catu Vcc-H pada IC Utama, H-out dari IC Utama, transistor H-driver, catu H-
driver, HDT (horisontal driver transformator), transistor penguat horisontal, dan
FBT (fly back transformator).
• Kerusakan pada bagian Vcc horisontal dapat mengakibatkan televisi tidak bekerja
sama sekali. Vcc horisontal bersumber pada power supply kisaran tegangan
5Vdc-12Vdc. Vcc horisontal merupakan sumber tenaga untuk catu osilator
horisontal dan horisontal output yang selanjutnya diumpankan ke rangkaian
horisontal driver (HDT).
• Mengatasi kerusakan dengan cara mengukur tegangan dan komponen yang
berhubungan dengan bagian-bagian tersebut.
4. Televisi Hidup, Ada Cahaya, Gambar pada Layar Tidak Berbentuk Oval/Trapesium
dan Tidak Diikuti Bayang Pelangi, Gambar pada Layar hanya Segaris Vertikal
Analisisnya adalah :
Dapat dipastikan bahwa FBT bekerja. Komponen yang berhubungan dengan yoke
horisontal ditandai dengan kabel warna merah dan biru yang sering rusak, kapasitor
dengan kapasitas (0.05-0.1) µf.
Pada bagian suara
1. Suara Terdengar, Suara Tidak Bersih
Analisisnya adalah :
• Jika suara tidak bersih, sedangkan volumenya bisa dibesarkan dan dikecilkan,
maka kerusakan terjadi pada komponen pendukung di bagian suara di IC Utama.
• Hal ini juga dapat terjadi karena arah antena kurang tepat. Bisa juga pada
pengaturan sistem suara. Pengaturan ini dapat dilakukan di remote kontrol.
Setelah pengaturan di remote kontrol dan antena sesuai, tetapi suara masih tetap
tidak bersih, maka dapat dilakukan pengukuran komponen yang berhubungan
dengan bagian suara IC Utama. Secara teoritis, yang selalu menyebabkan suara
tidak bersih adalah frekuensi suara yang diterima televisi tidak sama dengan
frekuensi yang dipancarkan oleh pemancar televisi.
• Tuning yang kurang tepat juga dapat mengakibatkan suara tidak bersih. Hal ini
sering terjadi jika AFT tank sudah diputar-putar.
2. Suara Terdengar, Suara Bersih, Suara Tidak Bisa Dibesarkan atau Dikecilkan
Analisisnya adalah :
Kerusakan terjadi pada IC Program, dapat juga pada komponen pendukungnya, terutama
resistornya, transistor dan diode.
Pada bagian CRT
1. Gambar Pada Televisi Fokus, Gambar Pada Televisi Gelap
Analisisnya adalah :
• Terang gelapnya cahaya pada layar sangat bergantung pada tegangan yang
dikeluarkan FBT untuk screen. Jika tegangan pada screen dibawah 100Vdc, layar
akan gelap.
• Pada screen biasanya dipasang sebuah resistor dan kapasitor. Jika kapasitor ini
short, tegangan pada screen akan turun dan dapat mengakibatkan layar gelap
walaupun potensiometer pada FBT diputar maksimum.
2. Gambar Pada Televisi Tidak Fokus (Blur)
Analisisnya adalah :
• Jika gambar televisi tidak fokus (terlihat snow atau bintik lebah yang besar-besar),
mengaturnya dapat dengan memutar potensiometer untuk fokus pada FBT.
• Jika tetap tidak ada perubahan yang rusak adalah soket fokus. Gejalanya dapat
dilihat pada kawat konduktor, pada pin fokus ada korosi warna hijau.
• Dengan demikian dapat dipastikan bahwa soket fokus rusak sehingga tegangan
yang dikirim FBT hilang karena pengarbonan atau terjadi hambatan akibat
kotoran korosi.
3. Gambar Pada Televisi Fokus, Gambar Pada Televisi Tidak Gelap. Heater Tidak
Bekerja (Ujung Tabung Mati)
Analisisnya adalah :
• Catu heater dipasangi sebuah resistor fuse. Jika pin heater diukur dengan
multimeter pada posisi x1 Ohm (dalam artian lepas soket CRT), akan terbaca 0
Ohm, ini berarti heater dalam keadaan baik (tidak putus), tetapi jika putus maka
CRT tidak berguna lagi (rusak).
• Untuk keadaan normal kerusakan heater jarang sekali terjadi. Yang sering
mengalami kerusakan adalah solderan yang berhubungan dengan heater dan
resisitor yang dipasang pada heater.
• Mengamati kerusakan pada heater sangat mudah. Cukup melihat bagian ekor
CRT (input CRT). Jika ujung tabung terlihat menyala, maka heater secara
keseluruhan bekerja (baik)
4. Gambar Pada Televisi Fokus, Gambar Pada Televisi Tidak Gelap, Heater Bekerja
(Ujung Tabung Menyala), Ada Gangguan Pada RGB, Gangguan Pada Warna Merah(R)
atau green (G) atau blue (B)
Analisisnya adalah :
• Menelusuri sinyal yang bermasalah dimulai dari ouput RGB pada IC Utama.
• Tegangan RGB pada input CRT dalam keadaan normal sekitar 115 Vdc. Jika
tegangan RGB melebihi 115Vdc atau mendekati nilai tegangan catu RGB (180
Vdc), maka layar akan gelap. Ini berarti transistor penguat RGB tidak bekerja
karena sinyal input pada setiap kaki basis-nya tidak ada.
• Jika tegangan RGB dibawah 115 Vdc, maka gambar yang dihasilkan akan buram
atau bayangan hantu (ghost). Kejadian ini biasanya akibat catu RGB tidak cukup
atau resistor di kolektor transistor penguat RGB putus atau karena transistor
penguat RGB-nya rusak.
• Jika tidak ada warna merah, maka telusuri dari IC Utama bagian output RGB pin
R-out, maka terdapat beberapa komponen pendukung seperti, resistor dan
transistor. Jika terjadi masalah dengan sinyal merah, maka hanya komponen-
komponen tersebutlah yang harus diperiksa kondisinya.
Lampiran 2. Soal Pretes
Petunjuk mengerjakan soal. 1. Berdoalah sebelum mengerjakan. 2. Tulis nama dan kelas pada lembar jawaban yang disediakan. 3. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c,d atau di lembar jawaban 4. Setelah selesai kembalikanlah soal dan lembar jawaban.
1. Komponen sistem penerima televisi yang berfungsi mencampur frekuensi tinggi dari
pemancar dan osilator lokal menjadi sinyal IF adalah.. a. Mixer b. RF Amplifier c. Tuner d. Intermediate frequency e. Automatic gain control
2. Jenis tuner yang memilih frekuensi IF 42,75 MHz adalah..
a. Osilator tuner b. RF tuner c. Pal tuner d. NTSC tuner e. Penala tuner
3. Komponen pada mixer yang berfungsi memisahkan sinyal informasi suara dari signal
pembawa frekuensi menengah suara adalah... a. Intermediate frequency b. Power amplifier c. Loudspeaker d. Sound if e. Audio processing
4. Sound output merupakan komponen dalam mixer yang berfungsi mengolah sinyal suara
untuk mendapatkan sinyal yang cukup untuk menggetarkan.. a. Loudspeaker b. Power amplifier c. Frequency modulation d. Sound IF e. Intermediate frequency
5. Rangkaian detektor yang digunakan untuk mendekteksi gambar adalah...
a. Detector audio b. Detector video c. Detector sinyal
d. Detector diode e. Detector IF
6. Jenis sinyal yang dikuatkan oleh video amplifier adalah...
a. Sinyal IF b. Sinyal luminan c. Sinyal video d. Sinyal suara e. Sinyal audio
7. Komponen yang berfungsi sebagai pengontrol penguat penerima TV adalah... a. Automatic gain control b. Video amplifier c. Defleksi sinkronasi d. Detector video e. Penguat IF
8. Fungsi defleksi horizontal adalah... a. Menyediakan power arus gigi gergaji untuk diumpankan ke kumparan defleksi
horizontal b. Penghasil tegangan tinggi untuk dapat mencatu layer c. Membangkitkan tengangan tinggi melalui gulungan sekunder fly back d. Penguat sinyal luminan yang berasal dari detector video e. Penguat sinyal output yang dihasilkan tuner
9. Tegangan input yang diolah high voltage suply berasal dari.. a. Tegangan VCC b. Power supply c. Tuner d. Mixer e. Pulse horizontal
10. Bagian power supply yang berfungsi mendistribusikan tegangan DC ke seluruh rangkaian TV adalah..
a. Detector IF b. Input catu c. PCB d. Grid CRT e. Output catu
11. Komponen lokal osilator pada rangkaian tuner berfungsi untuk.. a. Membangkitkan sinyal frekuensi tinggi b. Memisahka sinyal informasi suara c. Menerima sinyal masukan d. Memperkuat sinyal yang diterima antena e. Mencampur sinyal RF dan sinyal osilator
12. Bagian rangkaian mixer berfungsi memisahkan sinyal pembawa dengan sinyal selisih dari freluensi osilator sehingga menjadi sinyal audio adalah..
a. Loudspeaker b. FM detector c. RF amplifier d. Sound IF e. Audio processing
13. Fungsi penguat IF adalah sebagai penguat sinyal output yang dihasilkan oleh.. a. Mixer b. Tuner c. Lokal osilator d. RF amplifier e. Detector video
14. Rangkaian yang berfungsi sebagai penguat sinyal luminan yang berasal dari detektor video, sehingga dapat menyalakan layar kaca atau CRT adalah..
a. RF amplifier b. Detector video c. Video amplifier d. Automatic gain control e. Tuner
15. Komponen dalam sistem penerima televisi yang digunakan untuk memperoleh sinyal yang kuat adalah..
a. RF amp b. Antena c. Mixer d. Video e. Amplifier IF
16. Bayangan gambar pada televisi sering disebut.. a. ghost b. buffering c. ngelag d. ngebrik e. resolusi
17. Pada proses scanning pada muatan listrik, discan oleh suatu berkas elektron yang bergerak horizontal dan vertikal dalam frekuensi tertentu oleh..
a. Sound signal transmitter b. Audio amplifier c. Video amplifier d. Picture and sound circuit e. Sinc generator
18. 3 warna primer yang ditangkap lensa kamera adalah... a. Merah, kuning dan biru b. Merah, hijau dan biru c. Merah, hijau dan hitam d. Merah , abu-abu dan biru e. Merah, hijau dan coklat
19. Fungsi rangkaian catu adalah... a. Menghasilkan tegangan bagi booter b. Meningkatkan sinyal IF c. Mengubah tegangan AC menjadi DC d. Memberikan tegangan pada rangkaian tuner e. Mengubah sinyal IF menjadi tegangan rendah
20. Bagian yang harus diperiksa, apabila gambari TV biru/merah/hijau/cyan/kuning saja adalah...
a. Rangkaian RGB b. Rangkaian video deflektor rusak c. Penguat video rusak d. Penguat warna rusak e. Rangkaian pemisah sinkronisasi
21. Apabila penguat warna rusak terutama transistornya, maka gejala kerusakannya adalah... a. gambar pada rusak tetapi suara normal b. gambar pada layar hitam putih tetapi suara normal c. gambar memanjang vertikal d. gambar bagus, tapi tidak ada suara e. gambar pada layar bergulung ke tengah searah sumbu horizontal tetapi suara
normal. 22. Gejala kerusakan apabila konektor antena yang mengalami korosi adalah...
a. Gambar pada layar bergulung ke tengah searah sumbu horizontal tetapi suara normal
b. Gambar pada layar hitam putih tetapi suara normal c. Gambar TV buram d. Gambar TV tampak biru/merah/hijau e. Gambar menyempit
23. TV mati total dan lampu indikator padam merupakan gejala kerusakan pada bagian... a. Rangkaian sinkronisasi b. Transistor rusak c. Booster d. Catu daya e. antena
24. Kerusakan pada rangkaian horizontal, maka gejala kerusakan berupa...
a. Lampu indikator padam b. TV nyala, tetapi lampu indikator tidak menyala c. TV mati total d. Tidak ada raster, tetapi suara baik e. Lampu indikator menyala, tetapi gambar dan suara tidak muncul
25. Apabila TV mengalami gejala tidak ada raster, tetapi suara baik. Sedangka n tegangan tinggi yang terhubung CRT normal, maka kerusakan berada pada bagian...
a. Output regulator b. Rangkaian catu daya c. Jala-jala listrik d. Tegangan tinggi katode CRT e. Rangkaian AGC tidak bekerja
Lampiran 3. Soal Postes
Petunjuk mengerjakan soal. 5. Berdoalah sebelum mengerjakan. 6. Tulis nama dan kelas pada lembar jawaban yang disediakan. 7. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c,d atau e di lembar jawaban 8. Setelah selesai kembalikanlah soal dan lembar jawaban.
1. Penguat akhir video pada televisi rusak, maka akan menimbulkan gejala kerusakan
berupa… f. Garis strip-strip hitam pada layer yang tidak dapat hilang g. Garis hitam miring dan bergerak ke atas atau ke bawah terus h. Muncul garis miring atau polajala pada gambar i. Gambar pada layer tidak jelas, warna buram, suara normal j. Gambar pada layar rusak, suara normal
2. Apabila terjadi gelaja kerusakan berupa gambar pada layar tidak jelas, tetapi warna dan suara normal kemungkinan besar terjadi kerusakan pada komponen rangkaian…
f. Video detector g. Mixer sampai ke rangkaian penguat video h. Output catu daya i. Osilator horizontal j. sinkronisasi
3. Apabila petensio Vsize dan Vline dan rangkaian defleksi, vertikal ( transistornya) mengalami kerusakan, maka gejala kerusakan yang timbul berupa..
f. Sebagian gambar tergeser horizontal g. Garis strip-strip hitam pada layar yang tidak dapat hilang h. Lampu indikator hidup, tapi TV tidak dapat dioperasikan i. Pemendekan tinggi gambar j. Gambar menyempit
4. Selain rangkaian tuner ada yang rusak, suara normal terjadi gejala raster ada berbintik-bintik, gambar hilang dan suara mendesis (hilang) maka komponen yang rusak adalah…
f. Rangkaian mixer sampai rangkaian penguat video g. Rangkaian audio antara if audio dan speaker h. Rangkaian audio antara IF audio dan speaker i. Rangkaian vertikal j. Rangkaian AGC
5. Apabila terjadi gejala kerusakan berupa gambar bergerak terus keatas atau ke bawah, maka bagian televisi yang perlu dicek adalah rangkaian...
f. Defleksi vertikal g. Catu daya
h. Osilator vertikal i. Horizontal j. Sinkronisasi
6. Apabila terjadi gejala kerusakan tidak ada rester tapi suara normal (layar tetap gelap) pada TV, maka bagian yang perlu dicek adalah rangkuman...
f. Osilator horisontal g. Play back h. Sinkronisasi i. Penguat cahaya j. Output catu daya
7. Apabila kapasitor elektrolit yang kering atau diode yang bocor pada play back, maka gejala kerusakan berupa...
f. TV mati total g. TV dan lampu indikator mati total serta terdengar suara getaran trafo switching h. Raster satu garis horzontal i. Gmbar bergerak terus ke atas dan ke bawah j. Sebagian gambar tergeser horizontal
8. Bagian yang harus diperiksa, apabila gambari TV biru/merah/hijau/cyan/kuning saja adalah...
f. Rangkaian RGB g. Rangkaian video deflektor rusak h. Penguat video rusak i. Penguat warna rusak j. Rangkaian pemisah sinkronisasi
9. Apabila penguat warna rusak terutama transistornya, maka gejala kerusakannya adalah... f. gambar pada rusak tetapi suara normal g. gambar pada layar hitam putih tetapi suara normal h. gambar memanjang vertikal i. gambar bagus, tapi tidak ada suara j. gambar pada layar bergulung ke tengah searah sumbu horizontal tetapi suara
normal. 10. Gejala kerusakan apabila konektor antena yang mengalami korosi adalah...
f. Gambar pada layar bergulung ke tengah searah sumbu horizontal tetapi suara normal
g. Gambar pada layar hitam putih tetapi suara normal h. Gambar TV buram i. Gambar TV tampak biru/merah/hijau j. Gambar menyempit
11. TV mati total dan lampu indikator padam merupakan gejala kerusakan pada bagian... f. Rangkaian sinkronisasi
g. Transistor rusak h. Booster i. Catu daya j. Antenna
12. Kerusakan pada rangkaian horizontal, maka gejala kerusakan berupa...
f. Lampu indikator padam g. TV nyala, tetapi lampu indikator tidak menyala h. TV mati total i. Tidak ada raster, tetapi suara baik j. Lampu indikator menyala, tetapi gambar dan suara tidak muncul
13. Apabila TV mengalami gejala tidak ada raster, tetapi suara baik. Sedangkan tegangan tinggi yang terhubung CRT normal, maka kerusakan berada pada bagian...
f. Output regulator g. Rangkaian catu daya h. Jala-jala listrik i. Tegangan tinggi katode CRT j. Rangkaian AGC tidak bekerja
14. Selain tegangan regulator komponen yang rusak apabila gambar pada TV gelap adalah... a. Rangkaian defleksi vertikal b. Rangkaian mixer c. Rangkaian audio d. Tegangan catode CRT e. Rangkaian AGC tidak bekerja
15. Apabila sinyal video yang dihasilkan tercampur dengan sinyal sinkronisasi pada rangkaian AFC, maka TV akan mengalami gejala kerusakan...
a. Sebagian gambar tergeser horizontal b. Raster satu garis horizontal c. Sinkronisasi vertikal buruk d. Sinkronisasi horizontal buruk e. Sinkronisasi vertikal dan horizontal buruk
16. Selain memeriksa sinkronisasi vertikal dan sinyal sinkronisasi komponen yang diperiksa ketika TV mengalami gejala kerusakan sinkronisasi vertikal dan horizontal buruk adalah...
a. Rangkaian elko b. Rangkaian osilator vertikal c. Rangkaian AGC d. Rangkaian osilator horizontal e. Elektrode IC
17. Apabila terjadi kerusakan pada komponen VR, maka muncul gejala kerusakan berupa... a. Sebagian gambar tergeser horizontal
b. Sinkronisasi vertikal jelek c. Gambar layar menyempit d. Pelebaran vertikal e. Pelebaran horizontal
18. Memeriksa ada resistor yang nilainya sudah membesar atau short merupakan pemecahan
untuk gejala kerusakan berupa... a. Muncul garis miring b. Gambar jelek c. Penyusutan bagian atas dan bawah d. Gambar vertikal memanjang e. Kontras gambar rendah
19. Jenis kabel yang digunakan untuk memperbaiki TV, yang mengalami gejala kerusakan berupa noise bintik putih adalah kabel..
a. Koaksial b. Isolator c. Konduktor d. Modem e. Noise
20. Gambar TV tampak biru dan merah merupakan gejala kerusakan yang diakibatkan kerusakan pada rangkaian...
a. Mixer b. IF c. VR d. AGC e. RGB
21. Apabila terjadi kerusakan pada rangkaian audio dan speaker, maka gejala kerusakan
berupa... a. Suara TV tidak akan membesar sendiri b. Suara menjadi double dengan kanal lain c. Terjadi noise pada suara d. Muncul suara mendesis e. Tidak ada suara/suara lemah
22. Cara memperbaiki TV yang mengalami gejala kerusakan, yang terdapat bayangan dari kanal lain adalah...
f. Aturlah nilai VR pada rangkaian AGC g. Jauhkan pesawat TV dari sumber noise h. Jauhkan antenna dan TVdari kabel listrik tegangan tinggi i. Jauhkan antenna dan TV dari sumber frekuensi gangguan j. Periksa elko apakah masih baik atau sudah kering
23. Penyebab terdengarnya suara derit getaran trafo switching adalah... f. Rangkaian catu daya mengalami penurunan tegangan g. Rangkaian pemisah sinkronisasi mengalami kerusakan h. Tegangan anode CRT terlalu tinggi i. Kapasitornya mengalami kerusakan j. Tegangan output tersumbat
24. Gambar dibawah ini yang merupakan gejala kerusakan akibat rangkaian osilator
horizontal sudah rusak adalah.. f.
g.
‘
h.
i.
j.
25. Gejala kerusakan pada gambar dibawah merupakan akibat dari lemahnya tegangan pada..
f. Rangkaian osilator vertikal g. Rangkaian elko h. Electrode IC i. Rangkaian osilator horizontal j. Kumparan defleksi horizontal
26. Gejala kerusakan pada gambar dibawah adalah..
f. Kerusakan rangkaian tuner mixer hingga penguat video g. Gangguan dari pemancar radio h. Sistem antena rusak i. Rangkaian penguat frekuensi tinggi rusak j. Intesitas medan pada tempat penerimaan sinyal frekuensi rendah
27. Rangkaian yang berfungsi sebagai penguat sinyal luminan yang berasal dari detektor video, sehingga dapat menyalakan layar kaca atau CRT adalah..
f. RF amplifier g. Detector video h. Video amplifier i. Automatic gain control j. tuner
28. Komponen dalam sistem penerima televisi yang digunakan untuk memperoleh sinyal yang kuat adalah..
f. RF amp g. Antena h. Mixer i. Video j. Amplifier IF
29. Pada proses scanning pada muatan listrik, discan oleh suatu berkas elektron yang bergerak horizontal dan vertikal dalam frekuensi tertentu oleh..
f. Sound signal transmitter g. Audio amplifier h. Video amplifier i. Picture and sound circuit j. Sinc generator
30. Cara untuk menghilangkan gost pada layar TV adalah dengan cara.. f. Mengarahkan antena ke arah yang tepat g. Memperbaiki sinyal pantul h. Memperbaiki sinyal harmonik i. Memperbaiki sinyal interferensi j. Mengganti rangkaian video detector
Lampiran 4. Lembar observer kesesuaian
pembelajaran dengan RPP
Lembar Observasi kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan RPP
A. Petunjuk
1. Lembar observasi ini digunakan oleh observer, saat pembelajaran(kegiatan tatap
muka) berlangsung.
2. Cara pengisian lembar observasi ini adalah dengan menggunakan tanda Chek di
bawah kolom-kolom kondisi, untuk tiap-tiap-tiap langkah pembelajaran
B. Isian
Kelas : Pertemuan : Hari/ Tanggal : Isi RPP Butir Keseuaian
Pembelajaran
dgn RPP
Ket.
Ya Tidak
Standar Kompetensi Memperbaiki sistem penerima televisi
Kompetensi Dasar Memperbaiki penerima televisi
Tujuan 1. Siswa dapat mengidentifikasi gejala
kerusakan pada televisi penerima.
2. Siswa dapat menjelaskan gejala
kerusakan pada televisi.
Indikator Mengidentifikasi gejala kerusakan televisi
Materi Ajar Mendiagnosis kerusakan sistem penerima
televisi
Pendekatan
Pembelajaran
1. Demostrasi
2. Ceramah
3. Tanya jawab
4. Diskusi
Sumber/alat/media
pembelajaran
1. Papan tulis
2. Media aplikasi diagnosis kerusakan
televisi
Skenario
pembelajaran
a. Kegiatan pendahuluan
Guru membuka pelajaran dan
mengawalinya dengan salam, berdoa,
dan tadarus
Guru menyampaikan kompetensi
dasar dan indikator yang harus dicapai
siswa
Guru menyampaikan apersepsi
tentang blok bagian televisi dan
fungsi-fungsi bagian nya.
b. Kegiatan inti
Menjelaskan gejala-gejala kerusakan
pada televisi. Guru menyampaikan
berbagai gejala kerusakan televisi dari
power supply, IC program, IC utama,
bagian tuner, bagian vertikal, bagian
horizontal, suara dan input CRT
c. Kegiatan penutup
Guru memberikan tanya jawab kepada
siswa, untuk memberikan penjelasan
apabila ada yang kurang jelas.
Guru menyampaikan kembali
ringkasan materi yang telah diajarkan.
Guru menyampaikan materi untuk
pertemuan selanjutnya
Menutup pelajaran berdoa dan salam
Guru pengajar Observer Zanu, ST Akhmad Solekhudin NBM.1.123.487 NIM. 11502247014
Lampiran 5. Nilai pretes dan postes
Nilai pretes dan postes kelas XII TAV 1 Nilai pretes dan postes kelas XII TAV 2 Kelas Ekperimen Kelas Kontrol No Nama Pretest Postest
1 Aditya Priambodo 40 67 2 Angga Wijaya P 44 83 3 Aris Triyanto 40 77 4 Bangkit Santoso 48 70 5 Dian Sutrisno 40 77
6 Dista Putra Wijayanto 44 70
7 Husin Adidarma 52 67 8 Irfan Nurdiasyah 60 67 9 Irfandi Hidayat 56 70
10 M khairullah Hamzah 44 67
11 Mahmud khoirusyifa 52 73
12 M Sofyan Aris Saputra 36 70
13 M Andi Ardiansyah 52 37 14 M khadafi Aulia 48 63
15 Nimas Ayu Adtyas DP 40 60
16 Nur Annisa istiani F 48 80 17 Rizal Kurniawan 36 77 18 Tri Bayu Saputro 48 77
No Nama Pretest Postest 1 Aan Dwi Putranto 60 63 2 Afriantoro 52 47 3 Agus Yulianto Prasetya 44 47 4 Andi Setiawan 40 43 5 Asep Candra Kurniawan 48 33 6 Gadhing Narendra W 48 57 7 Gustyan Saputra 36 43 8 Kabul Satrio Sejati 52 53 9 Lukman Hakim 44 40
10 Miftah Fadil Muhammadi 32 57
11 M Andrianto Darmawan 40 50 12 M Imam Raharjo 44 60 13 Nurul Mustofa 60 40 14 Rais Panca Utama 44 57 15 Rizky Gavin Mahendra 44 47 16 Taufik Hidayat 44 57 17 Uray Al Hadid N 52 37 18 Wahyudi 36 43
Lampiran 6. Uji prasyarat analisis
UJI PRASYARAT ANALSIS
A. Uji Normalitas
Uji yang digunakan adalahn uji one-sample kolmogorov smirnov
1. Sebelum perlakuan
Descriptives
KELAS Statistic Std. Error
NILAI EKSPERIMEN Mean 46.0000 1.59247
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 42.6402
Upper Bound 49.3598
5% Trimmed Mean 45.7778
Median 46.0000
Variance 45.647
Std. Deviation 6.75626
Minimum 36.00
Maximum 60.00
Range 24.00
Interquartile Range 12.00
Skewness .330 .536
Kurtosis -.491 1.038
KONTROL Mean 45.5556 1.80454
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 41.7483
Upper Bound 49.3628
5% Trimmed Mean 45.5062
Median 44.0000
Variance 58.614
Std. Deviation 7.65600
Minimum 32.00
Maximum 60.00
Range 28.00
Interquartile Range 12.00
Skewness .333 .536
Kurtosis -.082 1.038
Pengujian Hasil :
a. Hipotesis
Ho : data nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal
Ha : data nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal
b. Ketentuan
Jika sig. < 0,05 maka ha ditolak
c. Keputusan
Sig. kemampuan awal kognitif siswa kelas eksperimen > 0,05 ( .200 > 0,05)
Sig. kemampuan awal kognitif siswa kelas kontrol > 0,05 ( 0,79 > 0,05)
Karena sig. > 0,05 maka Ha diterima
Kesimpulan : data nilai sampel kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
2. Setelah perlakuan
Descriptives
KELAS Statistic Std. Error
NILAI EKSPERIMEN Mean 69.5556 2.38763
Tests of Normality
KELAS
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Stat Istic df Sig. Statistic df Sig.
NILAI EKSPERIMEN .146 18 .200* .953 18 .470
KONTROL .192 18 .079 .947 18 .384
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 64.5181
Upper Bound 74.5930
5% Trimmed Mean 70.6173
Median 70.0000
Variance 102.614
Std. Deviation 1.01299E1
Minimum 37.00
Maximum 83.00
Range 46.00
Interquartile Range 10.00
Skewness -1.939 .536
Kurtosis 5.866 1.038
KONTROL Mean 48.5556 2.03599
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 44.2600
Upper Bound 52.8511
5% Trimmed Mean 48.6173
Median 47.0000
Variance 74.614
Std. Deviation 8.63796
Minimum 33.00
Maximum 63.00
Range 30.00
Interquartile Range 14.75
Skewness -.008 .536
Kurtosis -1.032 1.038
Tests of Normality
KELAS
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
NILAI EKSPERIMEN .234 18 .010 .822 18 .003
KONTROL .169 18 .186 .955 18 .514
a. Lilliefors Significance Correction
Pengujian Hasil :
a. Hipotesis
Ho : data nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal
Ha : data nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal
b. Ketentuan
Jika sig. < 0,05 maka ha ditolak
c. Keputusan
Sig. kemampuan awal kognitif siswa kelas eksperimen > 0,05 ( .010 > 0,05)
Sig. kemampuan awal kognitif siswa kelas kontrol > 0,05 ( 0,186 > 0,05)
Karena sig. > 0,05 maka Ha diterima
Kesimpulan : data nilai sampel kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
B. Uji homogenitas
1. Sebelum perlakuan
Descriptives
Case Processing Summary
KELAS
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
NILAI EKSPERIMEN 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%
KONTROL 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%
KELAS Statistic Std. Error
NILAI EKSPERIMEN Mean 46.0000 1.59247
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 42.6402
Upper Bound 49.3598
5% Trimmed Mean 45.7778
Median 46.0000
Variance 45.647
Std. Deviation 6.75626
Minimum 36.00
Maximum 60.00
Range 24.00
Interquartile Range 12.00
Skewness .330 .536
Kurtosis -.491 1.038
KONTROL Mean 45.5556 1.80454
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 41.7483
Upper Bound 49.3628
5% Trimmed Mean 45.5062
Median 44.0000
Variance 58.614
Std. Deviation 7.65600
Minimum 32.00
Maximum 60.00
Range 28.00
Interquartile Range 12.00
Skewness .333 .536
Kurtosis -.082 1.038
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
NILAI Based on Mean .062 1 34 .805
Based on Median .000 1 34 1.000
Based on Median and with
adjusted df .000 1 29.817 1.000
Based on trimmed mean .058 1 34 .811
Pengujian Hasil :
a. Hipotesis
Ho : varians kelompok eksperimen dan kelas kontrol sama
Ha : varians kelompok eksperimen dan kelas kontrol tidak sama
b. Ketentuan
Jika sign. < 0,05, maka Ho ditolak
c. Keputusan
Sign based on mean > 0,05 (0,805 > 0,05)
Sign based on median > 0,05 ( 1,00 > 0,05)
Sign based on media and withed adjusted of > 0,05 ( 1,00 > 0,05 )
Sign based on trimed mean > 0,05 ( 0,811 > 0,05)
Karena sign,> 0,05 maka ha diterima
Kesimpulan : varians kelas kontrol dan kelas eksperimen sama
2. Setelah perlakuan
Hasil belajar ranah kognitif
Case Processing Summary
KELAS Cases
Descriptives
KELAS Statistic Std. Error
NILAI EKSPERIMEN Mean 69.5556 2.38763
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 64.5181
Upper Bound 74.5930
5% Trimmed Mean 70.6173
Median 70.0000
Variance 102.614
Std. Deviation 1.01299E1
Minimum 37.00
Maximum 83.00
Range 46.00
Interquartile Range 10.00
Skewness -1.939 .536
Kurtosis 5.866 1.038
KONTROL Mean 48.5556 2.03599
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 44.2600
Upper Bound 52.8511
5% Trimmed Mean 48.6173
Median 47.0000
Variance 74.614
Std. Deviation 8.63796
Minimum 33.00
Maximum 63.00
Range 30.00
Interquartile Range 14.75
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
NILAI EKSPERIMEN 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%
KONTROL 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%
Skewness -.008 .536
Kurtosis -1.032 1.038
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
NILAI Based on Mean .130 1 34 .720
Based on Median .097 1 34 .757
Based on Median and with adjusted df
.097 1 28.758 .758
Based on trimmed mean .119 1 34 .733
Pengujian Hasil :
a. Hipotesis
Ho : varians kelompok eksperimen dan kelas kontrol sama
Ha : varians kelompok eksperimen dan kelas kontrol tidak sama
b. Ketentuan
Jika sign. < 0,05, maka Ho ditolak
c. Keputusan
Sign based on mean > 0,05 (0,720 > 0,05)
Sign based on median > 0,05 ( 0,757 > 0,05)
Sign based on media and withed adjusted of > 0,05 ( 0,758> 0,05 )
Sign based on trimed mean > 0,05 ( 0,733 > 0,05)
Karena sign,> 0,05 maka ha diterima
Kesimpulan : varians kelas kontrol dan kelas eksperimen sama
UJI HIPOTESIS
HASIL BELAJAR SISWA T-Test
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig. (2-
tailed)
Mean Differenc
e
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
NILAI Equal variances assumed
.130 .720 6.693 34 .000 21.00000 3.13784 14.62314 27.37686
Group Statistics
KELAS N Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
NILAI EKSPERIMEN 18 69.5556 10.12988 2.38763
KONTROL 18 48.5556 8.63796 2.03599
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig. (2-
tailed)
Mean Differenc
e
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
NILAI Equal variances assumed
.130 .720 6.693 34 .000 21.00000 3.13784 14.62314 27.37686
Equal variances not assumed
6.693 33.172 .000 21.00000 3.13784 14.61727 27.38273
Pengujian hasil
a. Hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang menggunakan
media konvensial dengan media aplikasi diagnosis kerusakan televisi pada siswa kelas
XII TAV SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012
Ha : ada perbedaan hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang menggunakan
media konvensial dengan media aplikasi diagnosis kerusakan televisi pada siswa kelas
XII TAV SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.
b. Ketentuan
Jika sig, (p) > 0,05 maka Ho diterima
c. Keputusan
Karena sig, <0,05 ( 0,00 < 0,05) maka ho ditolak
Kesimpulan : ada perbedaan hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang menggunakan
media konvensial dengan media aplikasi diagnosis kerusakan televisi pada siswa kelas
XII TAV SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012
Lampiran 7. Angket respon siswa terhadap media
Angket respon siswa terhadap penggunaan media diagnosis kerusakan televisi saat
pembelajaran.
Isilah dengan memberikan tanda (√) pada kolom sebelah kanan sesuai pendapat kalian. SS = sangat setuju S = Setuju TS = Tidak setuju STS = Sangat tidak setuju Nama : ………………… Kelas : ………………….
NO Pertanyaan SS S TS STS 1 Demonstrasi dengan media yang disampaikan oleh guru
memudahkan dalam memahami materi diagnosis kerusakan televisi
2 Demonstrasi dengan menggunakan media tersebut, menarik untuk mempelajari materi diagnosis kerusakan televisi
3 Demonstrasi media dalam mengajar materi dapat dipahami oleh siswa
4 Tulisan yang ada pada media komputer mudah dibaca dan dipahami
5 Navigasi pada media diagnosis kerusakan televisi dapat dimengerti
6 Penjelasan analisa-analisa kerusakan pada media tersebut dapat dipahami
7 Media diagnosis kerusakan televisi mudah untuk dipelajari
8 Media diagnosis kerusakan televisi materinya sudah cukup lengkap
9 Penggunanaan media tersebut mudah digunakan
10 Tampilan media tersebut cukup menarik dan tidak membosankan.
top related