skep 347 terminal penumpang
Post on 19-Feb-2016
1.052 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Hal 0
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DITJEN. PERHUBUNHAN UDARA E-Mail : irbasukirahardjoces@yahoo.com
2012
Ir.Basuki Rahardjo CES
STANDAR RANCANG BANGUN DAN/ATAU REKAYASA BANGUNAN TERMINAL PENUMPANG
(SKEP/347/XII/1999)
Hal 1
B A B I
TERMINAL PENUMPANG 1. PENGERTIAN TERMINAL PENUMPANG
Terminal penumpang adalah penghubung utama antara sistem transportasi darat dan
sistem transportasi udara yang bertujuan untuk menampung kegiatan-kegiatan
transisi antara akses dari darat ke pesawat udara atau sebaliknya ; pemprosesan
penumpang datang, berangkat maupun transit dan transfer serta pemindahan
penumpang dan bagasi dari dan ke pesawat udara. Terminal penumpang harus
mampu menampung kegiatan operasional, administrasi dan komersial serta harus
memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan operasi penerbangan, disamping
persyaratan lain yang berkaitan dengan masalah bangunan.
2. FUNGSI TERMINAL PENUMPANG
Terminal Penumpang merupakan salah satu fasilitas pelayanan dalam suatu bandar
udara, yang mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi Operasional
Yaitu kegiatan pelayanan penumpang dan barang dari dan ke moda transportasi
darat dan udara.
Yang termasuk dalam fungsi operasional antara lain :
1) Pertukaran Moda
Perjalanan udara merupakan perjalanan kelanjutan dari berbagai moda,
mencakup akses perjalanan darat dan perjalanan udara. Sehingga dalam
rangka pertukaran moda tersebut penumpang melakukan pergerakan di
kawasan Terminal penumpang.
2) Pelayanan Penumpang
Yaitu proses pelayanan penumpang pesawat udara antara lain : layanan tiket,
pendaftaran penumpang dan bagasi, memisahkan bagasi dari penumpang dan
kemudian mempertemukannya kembali. Fungsi ini terjadi dalam kawasan
Terminal penumpang.
3) Pertukaran tipe Pergerakan
Yaitu proses perpindahan penumpang dan atau barang / bagasi dari dan ke
pesawat.
b. Fungsi Komersial
Bagian atau ruang tertentu di dalam Terminal Penumpang yang dapat disewakan,
antara lain untuk : restoran, toko, ruang pamer, iklan, pos giro, telepon, bank dan
asuransi, biro wisata dan lain-lain.
Hal 2
c. Fungsi Administrasi
Bagian atau ruang tertentu di dalam Terminal Penumpang yang diperuntukkan
bagi kegiatan manajemen terminal.
3. JENIS TERMINAL PENUMPANG
Terminal penumpang menurut jenisnya terdiri dari :
a. Terminal Penumpang Umum.
Yaitu Terminal Penumpang yang menampung kegiatan-kegiatan operasional,
komersial dan administrasi bagi pelayanan penumpang, baik dengan
penerbangan berjadual maupun tidak berjadual.
b. Terminal Penumpang Khusus.
Yaitu Terminal penumpang yang diperuntukkan bagi penumpang umum dengan
pelayanan khusus dan hanya dimanfaatkan pada waktu-waktu tertentu antara
lain
1) Terminal Haji
Yaitu terminal penumpang yang diperuntukkan bagi kegiatan pelayanan
jemaah haji dan barang bawaannya.
Dalam pemprosesan penumpang berangkat, dilakukan oleh petugas di asrama
/ karantina haji sesuai dengan persyaratan keselamatan operasi penerbangan
pemeriksaan calon haji dan bagasi kabinnya harus dilakukan pemeriksaan
sekuriti, sedangkan pemeriksaan dokumen dilakukan di terminal penumpang.
2) Terminal V I P
Yaitu terminal penumpang yang diperuntukkan bagi kegiatan pelayanan
tertentu seperti pejabat tinggi negara dan tamu negara.
Pemeriksaan dilakukan seperti pemeriksaan pada penumpang umum.
Perencanaan bangunan terminal VIP dapat terpisah atau menyatu dengan
bangunan terminal penumpang umum.
3) Terminal T K I ( Tenaga Kerja Indonesia )
Yaitu terminal penumpang yang diperuntukkan bagi kegiatan pelayanan
T K I ( Tenaga Kerja Indonesia ) dan barang bawaannya.
Pemeriksaan dilakukan seperti pemeriksaan pada penumpang umum.
Perencanaan bangunan terminal TKI dapat terpisah atau menyatu dengan
bangunan terminal penumpang umum.
Hal 3
BAB II
RENCANA TAPAK TERMINAL PENUMPANG
Terminal Penumpang adalah salah satu fasilitas pokok yang ada di dalam bandar udara,
yang keberadaannya perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga fungsi dan
peranannya di dalam bandar udara efektif dan efisien.
Kebutuhan lahan untuk Terminal Penumpang dihitung dan direncanakan untuk dapat
menampung luas dan bentuk terminal tersebut berdasarkan besarnya jumlah penumpang
yang akan dilayani.
1. TATA LETAK TERMINAL PENUMPANG
Pengaturan tata letak terminal harus memperhatikan dan memperhitungkan posisi
fasilitas lainnya, sirkulasi bagi pelayanan umum, kondisi eksisting dan kemungkinan
pengembangan.
a. Tingkat keterkaitan suatu fasilitas dengan terminal penumpang dapat
dinyatakan dalam pengaturan posisi letaknya, serta dilengkapi dengan sistem
jaringan jalan yang menghubungkan fasilitas-fasilitas tersebut satu sama
lainnya. Untuk fasilitas yang mempunyai kaitan erat dengan kegiatan terminal,
maka posisi letaknya akan berdekatan dan bahkan berhubungan langsung
dengan gedung terminal penumpang.
1) Fasilitas yang mempunyai keterkaitan langsung dengan kegiatan terminal
penumpang antara lain : Apron, ground handling, curb side, parkir
kendaraan, jalan masuk dan fasilitas lainnya untuk para penumpang dan
pengunjung terminal.
2) Fasilitas yang mempunyai keterkaitan tidak langsung adalah fasilitas yang
menampung kegiatan administrasi dan bukan bersifat operasional
terminal.
b. Dalam tata letak terminal diusahakan agar sirkulasi bagi pelayanan umum
diatur secara efisien, jelas arahnya, mudah pencapaiannya dan menjamin
keselamatan bagi pengendara mobil maupun pejalan kaki.
Jalan umum dan jalan penunjang harus direncanakan dengan hati-hati untuk
menghindari terjadinya kemacetan disekitar bangunan terminal penumpang.
Arus lalu lintas untuk daerah fasilitas penunjang di bandar udara sebaiknya
ditempatkan terpisah, sehingga arus lalu lintas kendaraan berat dapat
dipisahkan dari jalan utama yang dipergunakan bagi bangunan terminal
penumpang.
Seluruh jalan umum harus dilengkapi dengan petunjuk arah. Petunjuk arah yang
dapat dilihat dengan baik, pada jalan maupun daerah curb side, harus
Hal 4
ditempatkan sebelum daerah tujuan, sehingga pengemudi dapat mengarahkan
kendaraannya tanpa mengganggu arus lalu lintas. Petunjuk tersebut harus
dilengkapi dengan penerangan pada malam hari dan menggunakan bentuk huruf
dan warna yang mudah dilihat dan jelas. Pesan yang dituliskan harus mudah
dikenali dan mudah dimengerti. Direkomendasikan untuk menggunakan warna
yang berbeda untuk tiap fasilitas.
c. Disamping hal tersebut diatas, juga perlu diperhitungkan kondisi lahan,
lingkungan lahan sekitarnya dan utilitas.
d. Perencanaan Terminal direncanakan terhadap Pembangunan terminal yaitu :
1) Pembangunan Terminal baru.
Bila bandar udara yang bersangkutan belum memiliki fasilitas terminal, atau
bila kondisi terminal yang sudah ada tidak memenuhi persyaratan struktur
atau teknis, maka dilakukan pembangunan terminal baru.
Untuk perencanaan tata letak terminal yang seperti ini, dapat lebih bebas
dalam menentukan bentuk dan besarnya terminal. Demikian juga
peletakannya dapat diatur untuk mendapatkan bentuk yang paling efektif dan
efisien.
2) Perluasan / PengembanganTerminal.
Perluasan terminal dilakukan bila terjadi peningkatan jumlah penumpang /
barang, peningkatan kebutuhan akan fasilitas terminal, kondisi terminal
yang sudah tidak mampu lagi mengakomodasi kegiatan yang ada dan masih
memungkinkan untuk memperluas bangunan terminal yang ada.
Dalam perluasan terminal ini tata letak pada terminal terikat pada gedung
terminal eksisting, sehingga penataannya tidak bebas.
Secara skematik tata letak terminal dapat dijelaskan pada gb. II-1(a,b,c) dan
gb. II-2 :
Hal 5
PEMBANGUNAN TERMINAL BARU
a. Bangunan Terminal kecil b. Bangunan Terminal sedang
c. Bangunan Terminal besar
Gb II – 1
A/P = Apron P = Parkir Mobil
Keterangan :
T/P = Terminal Penumpang B/B = Bahan Bakar C = Cargo P/N = Peralatan Navigasi A = Administrasi P/P = Perawatan Pesawat
Hal 8
c. Tahap 3 ( 600 m² )
2. KONSEP BENTUK BANGUNAN TERMINAL PENUMPANG
Perencanaan bangunan terminal dibuat sesuai dengan jumlah penumpang yang harus
dilayani dan sistem pelayanan yang diterapkan, sehingga dapat memperlancar
pelayanan penumpang dan barang bawaannya.
Desain terminal penumpang harus mempertimbangkan sistem runway/taxiway,
konfigurasi apron dan akses bandar udara. Pengembangan dan lokasi tersebut
ditentukan di dalam Rencana Induk Bandar Udara.
Kriteria dasar dalam penentuan konsep terminal :
- Orientasi yang jelas bagi pengunjung untuk dapat mencapai bangunan terminal,
dengan arus sirkulasi dan penunjuk arah yang jelas dan berskala manusia.
- Jarak capai sesingkat mungkin dari halaman parkir kendaraan ke bangunan
terminal, dan dari fasilitas pemprosesan penumpang dan barang ke pesawat.
- Perbedaan tinggi lantai seminimal mungkin di bangunan terminal.
- Menghindari pertemuan silang dalam sirkulasi penumpang.
Hal 9
- Jarak yang sesingkat mungkin bagi transportasi penumpang dan barang (bagasi)
antara bangunan terminal dengan posisi parkir pesawat.
- Fasilitas-fasilitas yang ada mudah dikombinasikan/fleksible terhadap
karakteristik dari beberapa type pesawat yang dilayani.
- Sebagai antisipasi terhadap kemungkinan pengembangan, atau terhadap
perubahan kebijakan/peraturan, perlu direncanakan desain bangunan yang
modular.
Dalam perencanaan bentuk bangunan terminal, harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
- Kondisi lahan ;
- Kapasitas penumpang ;
- Karakteristik penumpang ;
- Sistem pelayanan ;
- Persyaratan keselamatan penerbangan ;
- Kebijaksanaan dari perusahaan penerbangan ;
- Transportasi darat menuju dan dari terminal ;
- Nilai ekonomis yang hendak dicapai ;
- Aspek lainnya yang membentuk bangunan terminal.
Secara umum sistem pelayanan tersebut mempengaruhi konsep bentuk bangunan
terminal penumpang.
Sistem pelayanan yang diterapkan di dalam bangunan terminal didasarkan pada
sistem pelayanan terpusat maupun tersebar.
a. Terpusat
Yaitu terminal penumpang yang memberikan pelayanan penumpang dan barang
bawaannya dalam satu tempat, termasuk ruang keberangkatan, ruang
kedatangan dan transit. Semua perusahaan penerbangan melakukan pelayanan
kepada penumpang untuk segala jurusan penerbangan, dalam satu tempat .
b. Tersebar
Yaitu terminal penumpang dimana pelayanan penumpang dan barang
bawaannya dilakukan pada beberapa tempat. Pengelompokan pelayanan dapat
dilakukan berdasarkan nama perusahaan penerbangan, jurusan penerbangan
atau kombinasi dari keduanya.
Hal 10
Konsep bangunan terminal penumpang dapat dijelaskan seperti dalam tabel II - 1
dan gambar II - 3 ( a - f ).
Tabel II - 1 : KONSEP BANGUNAN TERMINAL PENUMPANG
Terminal Pengoperasian Keuntungan / No. Penumpang Penggunaan Penumpang & Kerugian
Bagasi
1. Konsep Pesawat udara parkir di Memusat -Tidak membutuhkan SEDERHANA depan Terminal. koridor / bangunan penghubung. - Cocok diterapkan untuk Bandara kecil.
2. Konsep LINIER Pesawat Udara parkir dlm Menyebar / - Apron harus luas satu garis di depan Memusat - Memudahkan orien- koridor/ruang terbuka tasi penumpang penghubung dengan fung- - Untuk penumpang si lain di terminal. transit/transfer me- merlukan jarak tem- puh yang panjang.
3. Konsep PIER / Pesawat Parkir disamping Memusat Jumlah parkir pesa- FINGER Connecting Coridor yang wat udara cenderung berdekatan dengan Termi- sedikit nal Utama.
4. Konsep SATELIT Pesawat udara parkir me- Memusat Dengan luas apron mi- ngelilingi bangunan peng- nimum, jumlah pesawat hubung dengan terminal udara parkir bisa utama melalui koridor banyak ruang terbuka di atas / di bawahnya.
5. Konsep Posisi pesawat udara ter- Memusat -Tidak membutuhkan TRANSPORTER pisah dari terminal dan koridor / bangunan menggunakan kendaraan penghubung. penghubung untuk meng- - Mengurangi jarak angkut penumpang dari tempuh penumpang. dan ke pesawat udara. - Memerlukan biaya operasional dan pe- meliharaan yang lebih besar.
6. Konsep Pesawat udara dpt parkir Memusat/ - Cocok diterapkan HIBRYD di depan terminal atau ter- Menyebar untuk bandara besar pisah dari terminal dengan - Memerlukan biaya menggunakan penghubung operasional dan pe- kendaraan untuk mengang- meliharaan yang lebih kut penumpang dari dan besar. ke pesawat udara.
Hal 11
KONSEP TERMINAL DAN KOMBINASI / VARIASINYA
a. Konsep SEDERHANA
b. Konsep LINIER DAN KOMBINASINYA
gb. II - 3a
c. Konsep PIER ( FINGER)
gb. II - 3b
d. Konsep SATELIT
gb. II - 3c
gb. II - 3d
Hal 13
BAB III
DASAR-DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TERMINAL
PENUMPANG
Faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan perencanaan tata ruang terminal
penumpang, antara lain : persyaratan keselamatan operasi penerbangan, ketentuan dan
kebijaksanaan yang maupun ide-ide dari perancangnya sendiri.
Hal-hal berikut ini perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam proses penataan ruang
terminal.
1. PERSYARATAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN
Salah satu fungsi terminal penumpang adalah tempat untuk memproses
penumpang dan barang bawaannya dari sisi darat ke sisi udara (ke pesawat
udara) atau sebaliknya, agar terjamin keselamatan penerbangannya sampai
ke tempat tujuan.
Dengan demikian baik penumpang maupun barang bawaannya serta setiap orang
dan barang yang melintas dari sisi darat ke sisi udara harus diperiksa dan
dijamin tidak akan membahayakan penerbangan.
Persyaratan keamanan harus diperhatikan dengan baik di dalam semua
perencanaan, baik pembangunan baru, pengembangan bandar udara lama ataupun
perbaikan seperti yang dicantumkan di dalam ICAO Annex 17. Untuk melaksanakan
hal tersebut, perlu mengetahui standard keamanan yang ditetapkan oleh
pemerintah, yang dapat dipergunakan oleh perencana bandar udara, walaupun
persyaratan keamanan yang ditetapkan cukup fleksibel untuk dapat diterapkan
sesuai dengan keadaan dan jenis operasi dari suatu bandar udara. Persyaratan
keamanan harus realistis, ekonomis dan memungkinkan terjadinya keseimbangan
antara kebutuhan keamanan penerbangan, keselamatan, kebutuhan operasional dan
pelayanan penumpang.
Perusahaan angkutan udara dan penyelenggara bandar udara harus mengikuti dan
memperhatikan setiap informasi terbaru dan termaju dalam hal keamanan ini.
Dalam menerapkan persyaratan keselamatan operasi penerbangan,
bangunan terminal dibagi dalam tiga kelompok ruangan, yaitu :
a. Ruangan umum
Yaitu ruangan yang berfungsi untuk menampung kegiatan umum, baik
penumpang, pengunjung maupun karyawan bandara. Untuk memasuki
ruangan ini tidak perlu melalui pemeriksaan keselamatan operasi
penerbangan.
Hal 14
Perencanaan fasilitas umum ini bergantung pada kebutuhan ruang dan
kapasitas penumpang dengan memperhatikan :
− Fasilitas-fasilitas penunjang seperti toilet harus direncanakan
berdasarkan kebutuhan minimum;
− Harus dipertimbangkan fasilitas khusus, misalnya untuk orang cacat;
− Aksesibilitas setiap fasilitas tersebut direncanakan semaksimal mungkin
dengan kemudahan pencapaian bagi penumpang dan pengunjung;
− Di dalam ruangan ini biasanya dilengkapi dengan ruang konsesi meliputi
Bank, Salon, Cafetaria, Money Changer, P3K, Informasi, Gift Shop,
Asuransi, Kios Koran/majalah, Toko Obat, Nursery, Kantor Pos, Telepon,
Restoran dan lain-lain.
b. Ruangan semi steril
Yaitu ruangan yang digunakan untuk pelayanan penumpang seperti proses
pendaftaran penumpang dan bagasi atau check-in ; proses pengambilan bagasi
bagi penumpang datang dan proses penumpang transit atau transfer.
Penumpang yang akan memasuki ruangan ini harus melalui pemeriksaan
petugas keselamatan operasi penerbangan. Di dalam ruangan ini masih
diperbolehkan adanya Ruang Konsesi.
c. Ruangan steril
Yaitu ruangan yang disediakan bagi penumpang yang akan naik ke pesawat
udara. Untuk memasuki ruangan ini harus melalui pemeriksaan yang
cermat dari petugas keselamatan operasi penerbangan. Di dalam ruangan ini
tidak diperbolehkan ada Ruang Konsesi.
Jadi dalam merancang bangunan terminal penumpang harus memperhatikan faktor
keamanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di dalam keselamatan operasi
penerbangan.
2. KONSEP TATA RUANG BANGUNAN TERMINAL
Sebagai suatu fasilitas pelayanan umum di bandara, bangunan terminal
penumpang terdiri dari ruang-ruang yang menampung kegiatan yang berkaitan
dengan pemrosesan penumpang dan barang bawaannya serta ruang-ruang
penunjang kegiatan tersebut yang harus memenuhi persyaratan keselamatan
operasi penerbangan.
Secara umum konsep penataan ruang dalam bangunan terminal adalah penataan
kelompok fungsi utama terminal dengan jalur lalu lintas orang dan barang.
Setiap orang mempunyai kebutuhan untuk melakukan suatu aktivitas kerja
dengan orang lain sehingga terjadi hubungan / relasi dan interaksi dari masing-
Hal 15
masing pihak yang mengakibatkan terjadinya sirkulasi / lalu lintas. Dalam suatu
perancangan, pertemuan yang terjadi dari lalu lintas orang maupun barang
direncanakan seminimal mungkin.
Untuk menganalisa suatu sistem lalu lintas di dalam bangunan, dapat dilakukan
dengan cara matriks hubungan ruang seperti pada matriks hubungan ruang di
bawah ini :
MATRIKS HUBUNGAN RUANG
BANGUNAN TERMINAL PENUMPANG
Beberapa fasilitas utama yang terdapat di dalam bangunan terminal penumpang
antara lain :
a. Sistem Pelayanan Pelaporan ( Check - in )
Pelayanan pelaporan yang diterapkan didalam terminal penumpang tergantung
dari metode operasional, struktur rute penerbangan, karakteristik penumpang
Hal 16
dan lain-lain dengan juga mempertimbangkan kecepatan, ketelitian,
kelancaran, kenyamanan penumpang dan biaya operasi.
Alternatif pelayanan pelaporan terminal penumpang adalah :
1) Sentralisasi
Pelayanan pelaporan penumpang dan bagasi di proses di check-in counter
yang terpusat di area keberangkatan.
Pengendalian sistem operasi pelayanan dilakukan oleh satu unit kerja,
dengan pembagian counter check-in sebagai berikut :
− direncanakan sesuai dengan jumlah airline atau jumlah penerbangan.
− atau alternatif lain adalah membebaskan setiap penumpang untuk
melapor pada setiap counter check in yang ada. Alternatif ini
memerlukan penanganan sortir barang bawaan yang baik; terutama
untuk bandara besar akan memerlukan penanganan khusus dan biaya
yang relatif besar.
Sistem pelayanan pelaporan sentralisasi ini menguntungkan pihak
pengelola karena efisien dan efektif.
2) Desentralisasi
Pelayanan pelaporan Desentralisasi adalah kebalikan dari sentralisasi, yaitu
menyebarkan pelayanan pelaporan di beberapa tempat. Biasanya pengelola
fasilitas pelayanan ini adalah perusahaan angkutan udara atau “airline” ,
dengan beberapa tipe penempatan check-in :
a) Split Check - In
Terdapat lebih dari satu lokasi check-in counter di dalam terminal,
yaitu :
Penumpang dan bagasinya dapat melakukan proses pelaporan pada
“central check-in counters”.
Atau penumpang dan bagasinya dapat melapor pada counter
check-in yang terdapat di pintu masuk area keberangkatan.
Pada sistem ini penanganan bagasi harus direncanakan dengan baik.
b) Gate check-in
Penumpang dan barang bawaannya langsung melakukan pelaporan
pada counter check-in yang terdapat di depan “gate lounge”.
Dengan sistem ini, maka :
• prosedur penanganan check-in lebih sederhana
• mempersingkat jarak capai penumpang di terminal (walking
distances)
Hal 17
• mempersingkat waktu pelaporan penumpang (reporting times)
• penanganan sortir bagasi menjadi lebih sederhana.
c) City check-in
Pelayanan pelaporan penumpang dan bagasi yang dilakukan di kota,
dengan maksud memberikan kemudahan bagi penumpang. Keamanan
dan keselamatan operasi penerbangan dalam perjalanan dari tempat
pelaporan di kota ke bandara, merupakan masalah yang dihadapi.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu disediakan kendaraan khusus yang
terjamin faktor keamanan dan keselamatan operasi penerbangannya.
Bentuk denah bangunan terminal penumpang sangat dipengaruhi oleh
konsep check-in yang diterapkan oleh perusahaan angkutan udara /
airlines. Dengan demikian airlines dan pengusaha pengiriman
sebaiknya dilibatkan pada tahapan awal proses perencanaan.
Perusahaan angkutan udara memproses penumpang dan barang
bawaan yang telah diperiksa pada fasilitas pelayanan pelaporan /
check-in yang terdiri atas meja check-in yang dilengkapi dengan ban
berjalan untuk pengiriman bagasi.
Fasilitas pelaporan tersebut dapat berupa tipe “frontal” ataupun tipe
“pulau” (island type). Diantara kedua tipe ini, terdapat beberapa
variasi dari kedua tipe tersebut.
Tipe “frontal” digunakan pada daerah yang luas dengan bentuk
linear yang memungkinkan penumpang langsung meninggalkan
meja lapor setelah diproses.
Tipe “pulau” (island) sangat cocok digunakan pada sistem
pelayanan pelaporan penumpang yang bersifat terpusat. Setiap
“pulau” yang mempunyai posisi sejajar dengan arus penumpang
yang melewati public hall, dapat terdiri atas 12 hingga 18 meja
lapor terpisah. Jumlah ini dapat digandakan apabila ban berjalan
untuk bagasi dipasang sejajar dibelakang meja lapor secara
berhadapan. Jarak normal yang direkomendasikan antara “pulau”
yang berdekatan adalah 20 hingga 30 meter.
Jarak yang dibutuhkan oleh penumpang berjalan dengan membawa
bagasinya menuju meja lapor terdekat harus dijaga dan dirancang
sedekat mungkin.
Hal 18
Kereta bagasi dan tempat penyimpanan lain sebaiknya disediakan
untuk penumpang, dan papan informasi kedatangan harus tersedia
didalam daerah lapor diri.
b. Ruang Tunggu Keberangkatan
Ruang tunggu keberangkatan berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para
penumpang untuk menunggu saat memasuki pesawat. Pada umumnya besaran
ruang tunggu ini diperkirakan dapat menampung sejumlah penumpang selama
15 s/d 30 menit sebelum saat keberangkatan, yaitu waktu dimulainya waktu
“boarding”.
Ruang tunggu ini dilengkapi dengan kursi tunggu, walaupun dapat diasumsikan
bahwa tidak semua penumpang akan duduk. Untuk terminal penumpang
dengan ukuran kecil yang tidak memiliki fasilitas transit atau tidak dilengkapi
dengan area komersial, dapat diasumsikan bahwa 2/3 jumlah penumpang akan
duduk diruang tunggu dan 1/3 jumlah penumpang akan berdiri.
Sedangkan untuk terminal penumpang yang memiliki fasillitas transit dan area
komersial, maka diasumsikan bahwa 1/3 jumlah penumpang akan duduk serta
2/3 penumpang lainnya berdiri atau berjalan-jalan memanfaatkan area
komersial.
Pada bandara tertentu dimana pengaturan operasional dan keamanannya
sudah baik, maka ruang tunggu keberangkatan didalam bangunan terminalnya,
juga berfungsi sebagai jalur keluar untuk penumpang datang. Sehingga besaran
ruang yang dibutuhkan selain dapat menampung penumpang yang akan
berangkat berikut sirkulasinya, juga ditambah dengan jalur keluar penumpang
datang untuk menuju ketempat pengambilan bagasi atau “bagage claim area”.
Pada bandar udara-bandar udara internasional dan domestik , para
penyelenggara bandar udara mempunyai persyaratan yang berhubungan
dengan faktor pemasaran dengan menyediakan ruang tunggu khusus yang
diperuntukkan bagi penumpang khusus / Commercially Important Passengers
(CIP). Kebutuhan ini terus meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun
belakangan ini untuk memberikan pelayan kepada penumpang CIP dan
bersaing meninggalkan perusahaan penerbangan pesaing. Sebagian besar
perusahaan penerbangan memerlukan ruang yang besar untuk ruang tunggu
eksklusif ini.
Ruang tunggu ini biasanya diletakkan di sisi udara dari bangunan terminal dan
pada lantai yang sama dengan daerah keberangkatan yang dilengkapi dengan
akses yang nyaman ke pintu gerbang pesawat. Perusahaan penerbangan yang
besar cenderung untuk mengkombinasikan persyaratan ekslusif ini dengan
Hal 19
membentuk beberapa ruangan sesuai dengan kelas penumpang (First Class,
Business Class, atau lainnya). Ruang tunggu ini biasanya dilengkapi dengan
dengan toilet dan tangga berjalan atau lift khusus. Fasilitas ini dapat digunakan
secara bersama-sama oleh beberapa perusahaan penerbangan.
c. Ruang Kedatangan dan Pengambilan Bagasi
Penanganan bagasi merupakan elemen menentukan dari pemrosesan
penumpang dan kelancaran operasi penyelenggara angkutan udara di bandar
udara. Sistem penanganan bagasi ini harus dapat pemroses sejumlah besar
bagasi dalam waktu singkat dengan keakuratan yang dapat diandalkan. Untuk
mengantisipasi type pesawat dengan kapasitas yang lebih besar pada masa
mendatang, otomatisasi penanganan bagasi menjadi salah satu sistem penting
didalam bangunan terminal.
Sistem penanganan bagasi yang akan dipasang harus dipikirkan pada tahapan
awal proses desain. Ada beberapa konsep sistem terminal yang memerlukan
sistem yang sangat otomatis dan mahal, tetapi juga ada yang hanya
memerlukan ban berjalan yang murah dan sederhana. Apabila otomatisasi
distribusi dan sistem sortir/pemilahan memerlukan perhatian yang khusus,
maka sebaiknya penyedia jasa dan barang sistem pananganan bagasi dilibatkan
pada tahapan awal desain. Hal tersebut akan memberikan kesempatan kepada
penyedia jasa dan barang untuk berpartisipasi pada proses desain , untuk
mengantisipasi terjadinya revisi desain yang menghabiskan biaya dan
keterlambatan didalam pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian bandar
udara.
Dibawah ini dapat dilihat prinsip yang dapat membentuk sistem penanganan
bagasi yang efisien :
• Aliran bagasi harus lancar dan cepat dengan jumlah penanganan
operasional yang minimum.
• Penataan fasilitas penanganan bagasi didalam bangunan harus konsisten
dengan bentuk apron serta jenis dan volume arus bagasi.
• Perbedaan tinggi atau belokan dalam sistem penanganan bagasi haruslah
seminimum mungkin
• Aliran bagasi tidak menggangu/memotong arus penumpang, barang ,
petugas maupun kendaraan
• Tersedianya fasilitas untuk tranfer bagasi ke daerah pemilahan bagasi
kedatangan
Hal 20
• Arus pada daerah apron tidak boleh terganggu oleh adanya kegiatan fisik
bagasi
• Tersedianya fasilitas untuk pemeriksaan bagasi.
• Tersedianya fasilitas bagi bagasi dengan ukuran ekstra besar
• Sistem penanganan bagasi harus mempunyai sistem cadangan apabila
sistem tersebut tidak bekerja / dalam keadaan darurat.
Ruang pengambilan bagasi disediakan dekat dengan hall umum kedatangan
atau kerb kedatangan. Pada terminal - terminal kecil dimana aktifitasnya
rendah, proses pengambilan bagasi dapat dilakukan pada sebuah meja /
counter bagasi. Sedangkan untuk terminal yang lebih besar dimana aktifitasnya
tinggi, maka penanganan bagasinya menggunakan peralatan mekanis seperti
conveyor belt dan gravity roller.
Jumlah dan jenis peralatan ditentukan oleh jumlah dan type pesawat pada
waktu sibuk, jumlah penumpang datang, jumlah bagasi serta cara
pengangkutan bagasi dari pesawat ke ruang pengambilan bagasi atau ” baggage
handling ”.
Pada perencanaan yang ideal, pemakaian satu baggage claim sebaiknya tidak
digunakan oleh dua pesawat yang datang pada waktu bersamaan.
Pada umumnya, para penumpang datang yang barang bawaannya masuk
dalam bagasi, harus menunggu dahulu diruang pengambilan bagasi
sebelumbarang bawaannya datang. Hal ini disebabkan karena waktu yang
dibutuhkan penumpang untuk berjalan dari pesawat keruang pengambilan
bagasi lebih cepat dari pada waktu yang dibutuhkan untuk proses barang dari
pesawat ke ruang pengambilan bagasi. Dengan demikian, dalam
merencanakan lobby kedatangan harus dapat menampung penumpang datang
sementara barang - barang diproses.
Untuk pengamanan bagasi penumpang, perlu suatu sistem pemeriksaan bagasi
dengan mencocokkan nomor bagasi dan barang yang diambil penumpang.
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum pintu keluar ruang kedatangan.
d. Fasilitas Penerbangan Internasional
Bandar udara dengan penerbangan Internasional dilengkapi dengan fasilitas
pemeriksaan khusus, yaitu Imigrasi, bea cukai dan karantina, baik karantina
tumbuhan, hewan ataupun karantina kesehatan.
Pemeriksaan-pemeriksaan melalui Imigrasi, bea cukai dan karantina di bandar
udara adalah terhadap :
Hal 21
− Barang-barang bawaan atau kiriman dengan penerbangan internasional,
baik berupa barang bawaan maupun kargo,
− Para penumpang penerbangan internasional yang datang dan berangkat,
− Binatang-binatang hidup atau mati, tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan
yang diangkut dengan penerbangan internasional.
Fasilitas penerbangan Internasional yang bersifat operasional langsung berada
di bangunan terminal, sedang yang bersifat tidak langsung seperti
kantor, administrasi dan penyimpanan bisa berada di dalam bangunan
terminal atau bisa juga berada pada bangunan tersendiri.
Dalam perencanaan yang perlu diperhatikan adalah :
− Jalur penumpang dari pesawat ke ruang proses pemeriksaan di
bangunan terminal sedekat mungkin dan tidak terhalang sesuatu;
− Tidak ada kontak dengan penumpang domestik atau petugas yang tidak
berwenang sebelum proses pemeriksaan selesai dilakukan;
− Semua penumpang internasional harus melewati proses pemeriksaan ini,
tidak ada seorang penumpang internasionalpun yang boleh menghindari
pemeriksaan;
− Disediakan ruangan yang terpisah untuk penumpang internasional yang
transit atau transfer.
1) Kantor Imigrasi
a) Fungsi
Untuk mengurusi segala hal yang berhubungan dengan
keimigrasian yang dilaksanakan di bandar udara.
b) Peletakan
Dekat dengan areal sirkulasi penumpang terutama yang
berhubungan dengan hal keimigrasian, baik pada area
keberangkatan maupun area kedatangan.
c) Konsep
Untuk kantor pengelola masalah keimigrasian.
2) Kantor Karantina
a) Fungsi
Sebagai tempat pelaksanaan segala kegiatan yang berhubungan
dengan masalah kekarantinaan baik karantina kesehatan
maupun pertanian (meliputi : tumbuhan, hewan, dan ikan ).
b) Peletakan
Hal 22
Dekat dengan areal sirkulasi penumpang untuk kemudahan
pemantauan dan pemeriksaan serta kemudahan hubungan
dengan fasilitas lain.
c) Konsep
Penyediaan fasilitas untuk kegiatan pemeriksaan dan karantina.
Ruangan untuk menampung kegiatan petugas karantina.
e. Fasilitas-fasilitas lain
Selain ruang-ruang utama diatas, bangunan terminal juga dilengkapi dengan
ruang-ruang yang dapat menampung kegiatan yang disesuaikan dengan
kebutuhan operasional dan pelayanan penumpang di bandar udara tersebut
yaitu
1) Kegiatan Maskapai Penerbangan / Air Lines.
Kantor penunjang maskapai penerbangan / airlines untuk pemrosesan
penumpang sebaiknya diletakkan dekat dengan daerah lapor diri / check-in.
Besaran dari ruang yang diperlukan oleh kantor tersebut bervariasi
bergantung pada jumlah arus penumpang atau jenis pelayanan yang
diberikan. Perusahaan penerbangan tersebut juga memerlukan kantor untuk
fungsi administrasi dan kantor tambahan yang dapat diletakkan didaerah
lain di sekitar terminal yang mempunyai akses yang baik ke arah bangunan
terminal. Kantor perusahaan penerbangan tersebut juga diperlukan pada
daerah sisi udara , dekat dengan daerah operasi pesawat
Kegiatan - kegiatan air lines berikut biasanya ditampung didalam bangunan
terminal dan dalam perencanaan sebaiknya pihak Air lines dilibatkan untuk
utilisasi fasilitas sebagai berikut :
− penanganan bagasi ( baggage handling );
− ruang awak pesawat;
− ruang reservasi penumpang dan ruang tunggu VIP / CIP;
− kantor administrasi
2) Fasilitas Peralatan Terminal Bersama ( CUTE = Common Use
Terminal Equipment )
Common Use Terminal Equipment (CUTE) adalah istilah dasar yang
digunakan oleh industri airline untuk fasilitas yang dapat digunakan / diakses
secara individual melalui komputer yang dimilikinya.
CUTE ini bertugas untuk menampung semua perintah dari EDP Penyelenggara
angkutan udara dengan menggunakan perintah yang sama, dan akan
Hal 23
mendapatkan hasil yang sama pula pada peralatan terminal yang mereka
miliki.
Ide dasar konsep CUTE ini adalah agar penyelenggara angkutan udara di
bandar udara dapat berbagi fasilitas pelayanan terminal penumpang. Hal
tersebut mencakup meja lapor utama dan meja lapor yang berada di pintu
masuk pesawat yang berdasarkan pada pengunaan bersama, sehingga
penyelenggara angkutan udara dapat menggunakan komputer EDP yang
dimilikinya untuk mengontrol kedatangan pesawat, pemesanan tiket, pas
masuk dan tanda bagasi pada meja lapor tersebut seperti halnya yang dapat
dilakukan pada kantor mereka.
Penggunaan CUTE ini meningkatkan penghematan dari segi biaya dan waktu,
baik dari penyelenggara angkutan udara maupun penyelenggara bandar udara
dengan mengefisienkan penggunaan meja lapor diri dan ruang disekitar pintu
masuk , sekaligus juga mengurangi tekanan kebutuhan pada bandar udara
untuk membangun fasilitas meja lapor dan pintu masuk tambahan. Fasilitas
CUTE ini memungkinkan para penyelenggara bandar udara membuat
otomatisasi untuk proses lapor diri dan fungsi kontrol kedatangan tanpa
memasang peralatan sendiri yang mahal, atau adanya kemungkinan tidak
terintegrasinya sistem/peralatan yang telah dipasang, atau tidak
diperbolehkannya pemasangan oleh penyelenggara bandar udara.
3) Sistem Informasi
Sistem papan informasi yang mudah dimengerti dapat memperlancar arus
penumpang dan lalu lintas di bandar udara. Oleh sebab itu maka sangat
penting untuk mempelajari sistem informasi tersebut pada tahap awal
perencanaan dan evaluasi konsep.
Idealnya, bentuk bangunan terminal penumpang itu sendiri dapat
dibaca/dimengerti oleh penumpang, sedangkan pada tempat yang memang
diperlukan diberikan tambahan informasi yang menuju tempat tujuan.
Kegunaan utama sistem petunjuk informasi bandar udara ini adalah untuk
mempermudah pergerakan pada daerah umum melalui jalan atau koridor
dengan menggunakan sistem yang mudah dimengerti yang mengandung
petunjuk, inforrmasi , peraturan, dan pesan identifikasi.
Penggunaan terminologi standard di bandar udara dapat menyederhanakan
proses transisi perjalanan masyarakat umum dari moda darat ke moda udara
atau sebaliknya.
Sangat penting bagi sistem tersebut unutk menggunakan bentuk, lambang,
simbol atau terminologi yang sudah dipergunakan dan dimengerti secara luas.
Hal 24
Informasi yang terdapat pada papan tersebut juga harus dapat dimengerti baik
oleh orang sering bepergian maupun tidak.
4) Fasilitas untuk Penumpang
Para penumpang cenderung ingin menikmati fasilitas belanja dimana mereka
dapat melihat-lihat dan berbelanja apabila mempunyai cukup waktu sebelum
naik pesawat ( boarding ).
Pada beberapa bandar udara besar, kurang lebih 10-20 % dari area terminal
diperuntukkan bagi ruang konsesi ini. Memperhatikan kecenderungan
penumpang untuk membelanjakan sebagian uangnya untuk berbelanja di
bandar udara, ruang konsesi ini dapat memberikan sumbangan kurang lebih
30% - 50% dari pendapatan total bandar udara. Perusahaan penerbangan
memberikan dukungan kepada penyelenggara bandar udara untuk
pengembangan fasilitas ini dengan tujuan :
− Pendapatan konsesi tersebut yang merupakan pendapatan non
aeronautika diharapkan dapat menurunkan pembayaran tarif jasa
aeronautika di bandar udara tersebut
− Aksessibilitas dan penyediaan fasilitas ini harus diatur sedemikian rupa
sehingga penumpang dan pengguna jasa bandara lainnya dapat
memanfaatkan fasilitas ini tanpa mengganggu arus lintas penumpang di
dalam terminal.
Faktor - faktor yang mempengaruhi adanya fasilitas - fasilitas ini adalah
jumlah penumpang, keberadaan fasilitas yang bersangkutan diluar bandar
udara, potensi konsesi dan biaya sewa.
Jenis fasilitas ini diantaranya adalah :
− Restoran, kios majalah, kios rokok
− Kios bunga, pakaian, souvenir
− Salon
− Counter untuk penyewaan mobil
− Counter jasa asuransi penerbangan
− Locker Umum
− Kantor Pos dan Giro
− Bank dan money changer
− Nursery
− Telepon Umum
5) Fasilitas Penunjang Terminal / Bandar Udara
Fasilitas-fasilitas ini biasanya ada di bangunan-bangunan umum, seperti:
Hal 25
− Kantor Pengelola
− Ruang Mekanikal dan Elektrikal
− Ruang Komunikasi
− Ruang untuk instansi-instansi terkait, misal : imigrasi, bea cukai,
kesehatan, dan lain-lain
− Ruang rapat, ruang pertemuan
− Dapur / catering
− Fasilitas perawatan pesawat udara.
Fasilitas penunjang tersebut sebaiknya diletakkan dekat dengan bangunan
Terminal Penumpang agar kendaraan pelayanan / service mempunyai rute
yang relatif dekat.
Dengan memperhatikan kemungkinan pengembangan, maka lokasi fasilitas
penunjang di dalam Rencana Induk harus direncanakan dengan baik.
6) Fasilitas Khusus bagi penyandang cacat
Fasilitas ini disediakan bagi para penumpang penyandang cacat fisik, orang
sakit dan orang lanjut usia yang berupa penyediaan aksesibilitas dan
prasarana terminal, seperti :
− Lift untuk orang lumpuh dengan kursi roda, atau dapat juga digunakan
bersama dengan penumpang lain.
− Ramp untuk jalur kursi roda dengan kemiringan maksimal ( 1 : 14 ).
− Toilet untuk penyandang cacat dengan desain yang khusus, seperti :
− lebar pintu, ketinggian handle pintu, ketinggian lavatory, railling di
dinding.
− Kursi tunggu di ruang check-in dan bagage claim untuk tempat
menunggu bagi orang lanjut usia dan ibu yang sedang hamil tua.
− Telepon Umum dengan ketinggian yang sesuai untuk penyandang cacat
/ pengguna kursi roda.
− Parkir khusus untuk penyandang cacat yang diletakkan dekat dengan
pintu masuk terminal, jauh dari jalur utama lalu lintas dan diberi tanda
yang cukup jelas.
Tempat parkir ini memungkinkan pengguna kursi roda atau tongkat
penopang ( crutch ) untuk dapat keluar/masuk kendaraan mencapai
ketinggian lantai bangunan.
− Check-in counter dengan ketinggian yang rendah atau meja khusus agar
pengguna kursi roda atau penumpang sakit dan orang lanjut usia dapat
duduk sewaktu dilayani.
Hal 26
− Proses pemeriksaan sekuriti bagi pengguna kursi roda, dengan
menggunakan hand-check facility.
3. SIRKULASI PENUMPANG
Secara garis besar / umum sirkulasi penumpang dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
− Penumpang berangkat.
− Penumpang datang / transit.
Kedua kegiatan tersebut terpisah satu sama lain namun tetap berada dalam satu
bangunan baik penerbangan Domestik maupun Internasional. Apabila kegiatan
penerbangan Domestik dan Internasional tidak dilayani dalam satu bangunan maka
masing - masing kegiatan tersebut terpisah satu dengan yang lain.
Secara umum sirkulasi penumpang dapat dijelaskan pada gambar III.1 dan distribusi
vertikal aktivitas di bangunan terminal dapat dilihat pada gambar III.2. :
SIRKULASI PENUMPANG
DISTRIBUSI VERTIKAL AKTIVITAS DI BANGUNAN TERMINAL
Gb. III - 1
a. 1 level Jalan / 1 level terminal
Hal 27
b. 1 level jalan / 2 level terminal
c. 2 level jalan / 2 level terminal
d. 1 level jalan ( 2 jalur ) / 2 level terminal
Gb. III - 2
Keterangan
:
: Keberangkatan penumpang : Kedatangan penumpang
Dengan memperhatikan sifat ruangan, prosedur pelayanan penumpang dan posisi
tempat pemeriksaan keselamatan penerbangan, secara grafis dapat digambarkan tata
aliran penumpang dan barang seperti terlihat dalam gambar III.3. dan III.4.
Hal 29
Blok Tata Ruang Internasional
Legenda :
Q : Quarantina I : Imigrasi BC : Bea Cukai
Gb. III - 4
Hal 30
BAB I V
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERENCANAAN BANGUNAN TERMINAL PENUMPANG Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan bangunan terminal penumpang antara
lain :
1. Arsitektur
BANGUNAN TERMINAL PENUMPANG SEBAGAI SALAH SATU FASILITAS
POKOK DALAM BANDAR UDARA, MEMPUNYAI FUNGSI SEBAGAI
PENGHUBUNG UTAMA ANTARA MODA TRANSPORTASI DARAT DENGAN
MODA TRANSPORTASI UDARA YANG MENAMPUNG KEGIATAN PELAYANAN
PENUMPANG PESAWAT UDARA DAN BARANG ATAU BAGASINYA.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penghubung antar moda, bangunan terminal
penumpang harus dapat memperlihatkan perannya sebagai bangunan umum, yang
penampilan bangunannya menggambarkan falsafah dan karakter Bangunan
Terminal Penumpang.
Karakter suatu bangunan terjadi karena bentuk bangunan, bahan bangunan yang
dipakai, keberadaan / kondisi bangunan sekelilingnya dan landscaping sekitarnya.
Walaupun karakter yang terjadi sifatnya subyektif, akan tetapi dipilih jenis karakter
yang bersifat umum, dengan tinjauan :
a. Dari sudut pandang luar bangunan :
Bagian terminal penumpang yang terlihat dari luar daerah sisi udara adalah :
− Koridor penghubung antara ruang tunggu keberangkatan dan gang /
lorong jembatan penghubung ke pesawat, biasanya berada di lantai
dua.
− Daerah servis pendaratan dan bongkar muat pesawat, serta ruang
tunggu keberangkatan.
Perencanaan ruang keberangkatan dan koridor tersebut harus memperhatikan
kriteria sebagai berikut :
− Penumpang didalam bangunan dijaga agar terhindar dari gangguan
cuaca/iklim, seperti angin yang keras, hujan, dan sinar matahari,
panasnya apron serta silaunya panas matahari yang menimpa apron.
− Semburan dan bau gas buangan serta bisingnya suara pesawat di apron.
− Sterilnya penumpang yang telah berada di daerah ruang tunggu
keberangkatan dan koridor harus dijaga, agar tidak tercemar oleh
kegiatan dari luar.
Hal 31
Sedangkan yang sulit untuk dihindari adalah kotornya apron oleh minyak
bahan bakar pesawat, dan berjajarnya peralatan untuk membantu sandar dan
bongkar muat pesawat. Namun dengan kemajuan teknologi mekanikal dan
biaya yang cukup besar maka daerah apron / parkir pesawat akan tampak
bersih dan rapih, dengan dibangunnya / dibuatnya :
− Penarik dan pendorong otomatik untuk pesawat yang akan sandar
ataupun yang akan tinggal sandar dari tempatnya parkir, untuk
persiapan menyalakan mesinnya dengan peralatan yang tersembunyi di
dalam apron.
− Lantai basement untuk menyimpan peralatan bongkar/muat pesawat.
− Peralatan pengarah pendaratan otomatis, yang terlihat jelas oleh pilot
pesawat.
Penyegaran / penghijauan merupakan elemen penyejuk yang harus
diperhatikan, akan tetapi faktor bahaya terhisapnya tanaman oleh mesin jet
dan tenaga penyiraman yang sangat mengganggu terhadap sterilnya daerah
apron harus diperhatikan benar-benar.
Sedangkan bagian terminal penumpang yang terlihat dari luar daerah sisi
darat (land side) adalah curb side atau publik hall di area keberangkatan dan
kedatangan penumpang.
Perencanaan curb side tersebut harus memperhatikan kriteria berikut :
− Penumpang dan pengunjung bandara lainnya terhindar dari gangguan
cuaca / ikilim, seperti angin yang keras, hujan dan sinar matahari pada
saat naik atau turun dari kendaraan.
− Curb side harus direncanakan dengan cukup lebar di depan area
keberangkatan dan kedatangan untuk dapat menampung dan memberi
kenyamanan bagi penumpang dan pengunjung lain.
− Petunjuk arah dengan rambu-rambu yang informatif, yaitu jelas, mudah
dibaca dan dimengerti baik bagi penumpang maupun pengunjung
lainnya.
− Material lantai dipergunakan dari jenis yang tidak licin dan mudah
dibersihkan.
Falsafah dari terminal penumpang dilihat dari sisi luar adalah agar dapat
memberi kesan-kesan :
− Dapat mempunyai identitas terminal penumpang suatu daerah/negara,
karena terminal penumpang adalah “gate” / pintu gerbang suatu
daerah/negara.
Hal 32
− Pada waktu penumpang berada di dalam pesawat, dapat merasakan
kesan mengundang dan kemegahan, kerapian, kebersihan dan
keteraturan dari bandara.
− Pada waktu penumpang berada di daerah parkir kendaraan, dapat
menikmati keteduhan tanaman pelindung dan kemegahan serta kesan
mengundang dari curb side.
Dari kesan ruang luar yang terjadi tersebut diatas, diperoleh karakter
arsitektural yang dapat terjadi pada bangunan terminal penumpang, yaitu :
1) Dengan bentuk struktur fungsional dan bahan teknologi modern antara
lain sebagai berikut :
Modern
− Struktur : Rangka baja, beton shell, baja kawat dan tenda,
beton prestress dsb.
− Bahan : Baja, beton komposit, panel komposit allumunium,
fiber glass.
− Warna : Lunak dikombinasi warna kuat, sehingga
memberikan kesan dinamis/modern.
Untuk bangunan terminal penumpang, dari bidang-bidang tampak yang
menghadap ke sisi udara diharapkan penumpang dapat melihat kegiatan
apron/pesawat, maka bagian bangunan pada sisi ini banyak terdiri dari
bahan kaca tinted tampered minimal 12 mm, sehingga kesan tertutup
tetapi transparant terlihat dominan sekali. Untuk memberi kesan
megah, biasanya dibuat deretan kolom yang diolah dengan baik.
Titik-titik penyinaran lampu yang tepat posisinya, akan dapat
memberikan kesan plastis dan megah pada waktu malam hari.
2)
Kesan arsitektur tradisional dari sudut pandang luar bangunan biasanya
terlihat dari bentuk atapnya saja, sebab secara keseluruhan kesan
tradisional tidak dapat terjadi karena adanya bidang-bidang kaca, yang
akan memberi kesan gelap dan tertutup.
Tradisional
− Struktur : Dapat modern, tetapi bentuk atap tradisional
− Bahan : Penutup atap genteng / sirap, dapat modern tetapi
konstruksi tradisional
− Warna : Lunak, coklat, hitam, menyatu dengan alam
Penyinaran lampu dapat dengan sistem modern, sehingga memberi kesan
dinamis.
Hal 33
Biaya pembuatan terminal dengan kesan arsitektur tradisional relatif
lebih mahal dari biaya pembuatan terminal dengan arsitektur modern.
b. Dari ruang dalam
Falsafah dari ruang dalam di terminal penumpang pada umumnya
memberikan kesan baik agar penumpang tidak merasa bahwa sebenarnya
mereka berada di terminal tersebut seperti sedang dikurung sementara.
Yang perlu dijaga adalah agar penumpang tidak berhubungan dengan
umum/barang yang berbahaya untuk penerbangan, terutama di terminal
internasional, sebab tempat tersebut adalah pintu gerbang dari negara,
dimana banyak sekali kemungkinan terjadinya kejahatan internasional.
Antara lain yang perlu dicegah adalah terjadinya :
− Penyelundupan warga negara asing atau warga negara yang tidak boleh
pergi keluar negeri.
− Penyelundupan ajaran komunis, obat-obatan dan narkotika.
− Pemasukan hama binatang dan tanaman serta wabah penyakit.
− Penyelundupan senjata api dan barang-barang yang terlarang untuk
diperjual belikan, seperti barang purbakala dan sebagainya.
− Penyelundupan barang yang seharusnya dibayar bea dan cukainya.
Pada umumnya didalam terminal penumpang, arus penumpang selalu terlihat
tergesa-gesa, karena mereka ingin cepat sampai di tujuannya dengan selamat
dan aman. Sehingga sangat dibutuhkan ruang yang luas, dan pada daerah
publik diusahakan sesedikit mungkin terdapat kolom, karena akan
menghalangi pandangan aparat keamanan.
Dalam perencanaan bangunan terminal penumpang, selain faktor fungsi,
falsafah dan karakter, yang harus diperhatikan juga adalah faktor estetika dari
bangunan terminal penumpang tersebut.
Bandar udara merupakan salah satu pintu gerbang daerah, sedangkan
bangunan terminal penumpang adalah pintu gerbang dari bandara tersebut.
Oleh karena itu dalam membuat rancang bangun terminal penumpang harus
diupayakan untuk mencerminkan arsitektur daerah setempat, baik dalam
perencanaan bagian eksterior maupun interiornya.
Setiap daerah mempunyai elemen-elemen arsitektur yang menggambarkan
kekayaan budaya daerah setempat, seperti bentuk atap, kolom, ukiran pintu,
jendela, lisplank, tangga dan lain-lain. Masing-masing elemen mempunyai arti
khusus yang penggunaannyapun harus diperhatikan secara seksama. Elemen
Hal 34
arsitektur untuk bangunan rumah ibadah, tidak dapat dipergunakan pada
bangunan rumah tinggal. Begitu juga elemen arsitektur yang digunakan di
pemakaman tidak dapat digunakan pada bangunan umum lainnya. Hal ini
harus menjadi perhatian dalam perencanaannya.
Elemen asitektur daerah tersebut dapat diterapkan atau dimodifikasikan pada
elemen-elemen bangunan terminal penumpang. Baik pada bentuk atap,
maupun pada elemen-elemen bangunan lain yang menyatakan bentuk karya
seni daerah. Elemen-elemen arsitektur tersebut berfungsi sebagai elemen
estetika ruang yang memberi kesan asri, indah dan penambah kenyamanan.
Dalam perencanaan, elemen-elemen arsitektur daerah yang diterapkan pada
bagian eksterior dan interior bangunan, harus memperhatikan hal-hal berikut:
1) Fungsi Ruang
Ruang-ruang tertentu pada bangunan terminal penumpang yang cocok
untuk penerapan elemen-elemen arsitektur/karya seni daerah, seperti
public hall, ruang tunggu keberangkatan, ruang tunggu kedatangan dan
lain-lain.
2) Makna simbolik
Dalam tiap unsur arsitektur/karya seni daerah memiliki tujuan dan
makna atau arti, sehingga dalam penempatannya harus sesuai dengan
jenis ruang.
Misal : penempatan ornamen Patra Punggel ( Bali ) pada bagian atau
pintu masuk.
3) Proporsi atau skala
Sebagai unsur penunjang dalam peranannya di bangunan terminal,
perencanaan elemen arsitektur / karya seni daerah harus
memperhatikan proporsi dan skala yang tepat.
Misal : penempatan lampu hias pada ruang tunggu terminal harus
memperhatikan proporsi dan besaran ruang tersebut.
4) Persyaratan Keselamatan Penerbangan
Dalam penerapan elemen arsitektur pada Bangunan Terminal
penumpang, persyaratan keselamatan penerbangan tidak boleh
diabaikan.
Misal : penerapan atap rumah adat Banjar pada bangunan terminal
penumpang, selain memperhatikan skala dan proporsi yang sebenarnya,
juga harus memperhatikan syarat-syarat keselamatan penerbangan
(obstacle dan lain-lain).
Hal 35
Disamping itu yang juga harus diperhatikan adalah kondisi lingkungan
daerah, baik kondisi ekologi maupun sosial budaya. Dengan
menciptakan harmoni dengan lingkungan, terminal penumpang dapat
menjadi landmark daerah yang merupakan gambaran dari kultur
budaya lokal.
2. STRUKTUR
Faktor - faktor yang mempengaruhi jenis struktur adalah :
− Kemudahan dalam melaksanakan pembangunan, dengan memperhatikan
perkembangan teknologi, kemampuan pelaksana daerah / lokal dan terhadap
waktu pelaksanaan konstruksi.
− Kemudahan dalam perawatan / pemeliharaan.
− Ketersediaan bahan bangunan di lokasi.
Perencanaan struktur bangunan terminal penumpang dipengaruhi oleh
ketersediaan jenis bahan bangunan pada suatu daerah / lokasi, serta
kemudahan dalam memperoleh dan mendatangkan material atau bahan
bangunan dari daerah sekitar.
− Faktor cuaca, iklim, dan kemungkinan adanya getaran / gempa.
Hal ini mempengaruhi pemilihan jenis struktur bangunan, jenis material,
maupun bentuk bangunan yang diterapkan, dengan tetap memperhatikan
fungsi bangunan terminal penumpang tersebut.
3. MEKANIKAL ELEKTRIKAL
Dalam perencanaan bangunan terminal penumpang, maka perencanaan dan
perancangan peralatan terminal, berupa sistem Mekanikal dan Elektrikal, harus
direncanakan secara bersamaan. Peralatan terminal merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari bangunan terminal penumpang.
a. Pengelompokan peralatan terminal
Peralatan terminal dapat dikategorikan dalam 3 kelompok, yaitu :
1) Mekanikal
Semua peralatan yang berkaitan dengan mesin sebagai sistem
penggeraknya, yaitu:
− Sistem tata udara ( air conditioning )
− Sistem transportasi vertikal ( eskalator, elevator / lift )
− Sistem plumbing
− Sistem pemadam kebakaran
− Sistem transportasi barang ( conveyor belt )
Hal 36
− Sistem timbang bagasi
− Sistem garbarata ( rampway passenger, avio bridge )
2) Elektrikal
Semua peralatan yang berkaitan dengan listrik sebagai sistem
penggeraknya, seperti :
− Sistem instalasi listrik dan penerangan
− Sistem tata suara
− Sistem komunikasi
− Sistem fire alarm
− Building Automation System
3) Non Mekanikal dan Elektrikal
Semua peralatan yang tidak berkaitan dengan masalah mesin ataupun
listrik sebagai komponen pendukungnya, seperti :
− Peralatan furniture
− Karya seni daerah
− Rambu petunjuk bangunan terminal penumpang
− Papan iklan
b. Fungsi peralatan terminal
Fungsi umum dari peralatan didalam bangunan terminal penumpang adalah :
1) Peralatan sebagai penunjang kemudahan dan kenyamanan
Faktor kemudahan dan kenyamanan dalam bangunan terminal
penumpang sangat mempengaruhi kelancaran pemrosesan penumpang
dalam suatu bandar udara, seperti :
− Adanya sistem tata udara yang menyejukkan ruangan
− Eskalator dan elevator yang memudahkan pergerakan antar lantai
− Pemasangan rambu petunjuk yang memberi kejelasan bagi para
pengunjung/penumpang mengenai situasi di terminal
− Adanya sistem penerangan, baik sound system maupun audio
visual untuk keperluan informasi jadwal kedatangan dan
keberangkatan pesawat, panggilan terhadap penumpang serta
untuk hiburan bagi penumpang dan pengunjung,
− Ketersediaan sistem komunikasi, seperti telepon, faximili, telex
dan lain-lain,
− Adanya sistem tata cahaya yang optimal.
Hal 37
2) Peralatan sebagai penunjang keamanan dan keselamatan
Faktor keamanan bangunan terminal penumpang pada suatu bandar
udara sangat penting, karena disamping menyangkut keselamatan
pengunjung / penumpang di bandar udara, juga berkaitan langsung
dengan keselamatan penerbangan secara keseluruhan, seperti :
− Adanya perangkat pemadam kebakaran dan fire alarm merupakan
contoh perangkat keselamatan didalam bangunan terminal
penumpang
− Peralatan X-ray merupakan perangkat keamanan yang berkaitan
dengan keselamatan penumpang di pesawat.
3) Kaitan mekanikal elektrikal dalam perencanaan bangunan
terminal
Yang harus diperhatikan dalam perencanaan bangunan terminal
penumpang yang berkaitan dengan Mekanikal Elektrikal antara lain :
− Perencanaan bangunan terminal penumpang dengan
mempertimbangkan sistem tata udara/ air conditioning, ventilasi
mekanik, ketinggian plafond dan luas ruangan.
− Perencanaan sistem fire alarm sebagai peralatan pendeteksi dini
terhadap bahaya terjadinya kebakaran harus terintegrasi dengan
sistem pemadam kebakaran, baik berupa hydrant box, hydrant
pilar maupun fire extinguisher.
− Perencanaan plafond yang terintegrasi ( integrated ceiling ), antara
sistem tata udara, tata cahaya, tata suara, plumbing dan
sistem/instalasi pemadam kebakaran
− Perencanaan yang terpadu antara garbarata dengan bangunan
terminal penumpang.
− Penyediaan ruang-ruang penunjang seperti ruang X-ray, ruang
AHU, ruang panel dan lain-lain.
− Untuk perencanaan peralatan non mekanikal elektrikal, seperti
furniture untuk memenuhi kebutuhan pelayanan penumpang dan
kegiatan operasional di bangunan terminal penumpang, maka
perencanaannya dapat dilakukan dengan memilih produk yang
sesuai dan telah beredar di pasaran atau membuat desain furniture
tersendiri berdasarkan pertimbangan ukuran ruang, standard
ergonomis, pemakaian bahan dan tuntutan desain seperti bentuk
dan estetika.
Hal 38
4. PENGEMBANGAN.
Perencanaan bangunan terminal penumpang juga harus mempertimbangkan
kemungkinan pengembangan di masa yang akan datang dengan tetap
memperhatikan kelangsungan dan kelancaran operasi harian terminal, tanpa
mengubah jenis struktur atau memindahkan bagian bangunan utama .
Pengembangan bangunan terminal dapat dilakukan dengan :
− Menambah luas bangunan secara horisontal ke sisi kanan, kiri atau sisi darat
bangunan terminal yang ada
− Menambah luas bangunan ke arah vertikal dengan menambah jumlah lantai
bangunan
− Menambah bangunan dengan sistim modul, dimana terminal pertama
berfungsi sebagai terminal keberangkatan, sedangkan terminal perluasan
berfungsi sebagai terminal kedatangan atau sebaliknya tergantung letak
bangunan terhadap lahan.
Dalam pelaksanaan pengembangan ( perluasan ) bangunan terminal, perlu
diperhatikan akan terjadinya pekerjaan pembongkaran dan renovasi bangunan. Hal
ini tidak dapat dihindari dan harus diantisipasi dengan tetap memperhatikan
kelangsungan dan kelancaran operasi harian terminal.
5. UMUR EKONOMIS BANGUNAN
Untuk bandara-bandara kecil seperti bandara perintis atau satuan kerja (satker),
biasanya fasilitas bandaranya masih belum lengkap, misalnya hanya mempunyai
landasan pacu saja tanpa apron. Dengan asumsi bahwa bila bandara tersebut
berkembang dan fasilitasnya semakin lengkap dengan adanya apron dan lain-lain,
maka bangunan terminal lama akan dibongkar dan diganti dengan bangunan
terminal yang lebih permanen.
Bangunan terminal untuk bandara perintis ini direncanakan dengan
mempertimbangkan umur ekonomis bangunan untuk 10 - 15 tahun, sedangkan
untuk bandara yang lebih besar dimana fasilitasnya sudah cukup lengkap dan
perletakan fasilitas-fasilitasnya sudah sesuai dengan rencana tata letak atau rencana
induk, maka dalam perencanaan bangunan terminal, umur ekonomis bangunan
diperkirakan sampai 50 tahun.
Dalam perencanaan bangunan terminal penumpang, maka umur ekonomis
bangunan ini menjadi salah satu dasar pertimbangan perencanaan.
Hal 39
6. PENDAPATAN NON AERO-NAUTIKA
Para penumpang yang akan berangkat, menghabiskan waktu yang relatif lama di
dalam bangunan terminal, baik waktu untuk memproses dokumen perjalanan
maupun waktu untuk menunggu. Dalam kenyataannya, waktu yang dibutuhkan
penumpang dalam memproses dokumennya, relatif lebih kecil dibandingkan
dengan waktu yang dihabiskan untuk menunggu keberangkatan pesawat. Dengan
demikian, bangunan terminal penumpang direncanakan sedemikian rupa sehingga
menarik para penumpang untuk menghabiskan waktu menunggunya di area
komersial, seperti restoran, toko-toko, kios, bar dan konsesi lainnya.
Dengan berkembangnya bandar udara, pendapatan operasional bandar udara pada
saat ini tidak saja berasal sisi aeronautika ( landing fee, parkir pesawat/menginap
pesawat ) sebagai sumber utama pendapatannya, tetapi juga berasal dari dari sisi
non aeronautika ( pemasukan keuangan )
Pemasukan keuangan dari sisi non aeronautika yang berhubungan dengan area
konsesi di dalam bangunan terminal penumpang, memberi kontribusi yang cukup
signifikan terhadap struktur pendapatan bandar udara.
Bangunan terminal penumpang harus direncanakan untuk pelayanan kepada
penumpang, bukan saja dengan menyediakan fasilitas yang memadai, tetapi juga
harus mempertimbangkan penyediaan fasilitas bagi penumpang dan pengguna jasa
bandara lainnya, yang dapat mendukung pemasukan keuangan bandar udara.
Fasilitas komersial di dalam bangunan terminal penumpang perlu diperhatikan
dengan baik sebab pengelolaan yang baik terhadap fasilitas komersial ini akan
memberikan sumbangan yang signifikan terhadap pendapatan bandar udara dari
sisi non aeronautika.
Hal ini sangat penting dalam usaha mewujudkan bandar udara yang mampu dan
dapat membiayai kegiatan operasional dengan kemampuan sendiri atau swadana.
Pengguna fasilitas komersial di dalam bangunan terminal penumpang ini dapat
dibagi dalam 8 kelompok, yaitu :
− Penumpang pesawat, yang merupakan kelompok penting yang memanfaatkan
fasilitas komersial ini untuk membeli keperluan perjalanan mereka, seperti
surat kabar, majalah, buku, rokok dan lain-lain. Selain membeli keperluan
perjalanan, adakalanya para penumpang ini tergoda dan tertarik juga untuk
membeli barang lain yang ditawarkan dan dipamerkan di dalam toko atau
kios.
− Maskapai atau perusahaan penerbangan / airlines, yang selain memerlukan
ruangan kantor administrasi, fasilitas check-in, first class and business class
Hal 40
lounges, juga memerlukan ruangan untuk gudang, catering, air crew office
dan lain-lain.
− Pegawai bandar udara, yaitu mereka yang bekerja di dalam bandar udara
sebagai pegawai airlines, pegawai bandara, konsesioner dan lain-lain. Mereka
memanfaatkan jam istirahat untuk berbelanja keperluan sehari-hari di tempat
yang berdekatan dengan tempat mereka bekerja.
− Airlines crews, seperti pilot, pramugari dan lain-lain, yang menggunakan jam
istirahat mereka di darat / bandara untuk memanfaatkan jasa dry cleaning,
shoe repair, salon dan lain-lain.
− Pengantar dan penjemput, yang memanfaatkan waktunya menunggu teman
atau keluarga yang berangkat atau datang, dengan berbelanja di toko-toko dan
restoran yang ada di area komersial.
− Para pengunjung bandara, yang datang ke bandara dengan maksud untuk
berjalan-jalan, rekreasi dan melihat-lihat barang-barang yang dijual dan
dipamerkan di toko souvenir dan lain-lain dalam suasana yang bersih, sejuk,
nyaman dan barang-barang yang dibutuhkanpun tersedia di area komersial
atau para pelajar yang melakukan studi lapangan di bandara.
− Para pengusaha / businessmen, yang dapat memanfaatkan fasilitas
perkantoran, ruang rapat atau pertemuan di area komersial dan dapat
bertemu dengan rekan bisnis dari luar kota dan melakukan transaksi bisnis di
bandar udara.
Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan para pengguna jasa bandara ini,
maka bangunan terminal penumpang perlu direncanakan agar penyediaan fasilitas
komersial dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap pendapatan bandara.
Hal 41
BAB V
KEBUTUHAN LUAS TERMINAL PENUMPANG
Kebutuhan luas Terminal Penumpang didasarkan pada jumlah penumpang, rencana
dan standar luas ruangan yang diterapkan. Standar luas ruangan biasanya dihitung
dengan satuan luas tiap penumpang. Jadi orang - orang yang bukan penumpang atau
kebutuhan luas ruangan untuk penunjang kegiatan penumpang, dikonversikan dalam
perhitungan luas ruangan per penumpang (sirkulasi, furniture, kolom, dan lain - lain).
1. TINGKAT PELAYANAN TERMINAL PENUMPANG
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menentukan standar luas terminal adalah
faktor tingkat pelayanan. Tingkat pelayanan pada dasarnya relatif tidak sama bagi
setiap orang, masing - masing mempunyai penilaian sendiri - sendiri terhadap
kondisi suatu tingkat pelayanan. Namun dalam perencanaan terminal setidak -
tidaknya ditetapkan pendekatan secara umum, untuk suatu tingkat pelayanan.
Secara umum pelayanan dibagi dalam lima tingkatan, yaitu :
− Sangat baik.
Pada tingkatan ini pelayanan operasional terpenuhi, kenyamanan baik sekali,
fasilitas kebutuhan penumpang / pemakai jasa tersedia dengan baik, dan
suasana yang dirasakan oleh penumpang / pemakai jasa baik.
− Baik sekali.
Pada tingkatan ini pelayanan operasional dan penyediaan fasilitas kebutuhan
penumpang / pemakai jasa terpenuhi dengan baik, sedangkan kenyamanan
dan suasana yang ada dirasakan mencukupi.
− Baik.
Kondisi ini dicapai bila pelayanan operasional terpenuhi, kenyamanan cukup
baik, fasilitas penunjang kebutuhan penumpang cukup tersedia.
− Cukup.
Kondisi pelayanan operasional terpenuhi dan fasilitas kebutuhan penumpang
/ pemakai jasa pun tersedia.
− Buruk.
Kondisi ini menunjukkan pelayanan operasional dan penyediaan fasilitas
kebutuhan penumpang / pemakai jasa kurang terpenuhi, kenyamanan dan
sarana yang adapun dirasa tidak memadai.
Dalam menentukan tingkat pelayanan, perlu diperhatikan kondisi penumpang
yang harus dilayani. Kemampuan sumber daya manusia dalam mengoperasikan
dan memelihara terminal serta persepsi masyarakat terhadap keberadaan terminal
Hal 42
tersebut, sehingga bangunan terminal tersebut terpelihara dan berfungsi dengan
baik.
Dibawah ini dapat dilihat faktor penting yang menjadi penilaian penumpang dan
penyelenggara angkutan udara didalam menilai satu bandar udara pada umumnya
dan bangunan-bangunan terminal pada khususnya :
1. Akses yang mudah dari dan menuju bandar udara dengan menggunakan jalan
raya maupun kereta.
Dari Sisi Penumpang :
2. Jarak yang dekat dari curb side ke meja check-in , dan dari meja check in ke
pintu masuk pesawat dan dengan perubahan tinggi lantai yang seminimal
mungkin. Demikian pula dari pintu keluar pesawat menuju tempat
pengambilan bagasi dan dari bea-cukai menuju ke curb side dan tempat
parkir kendaraan umum (Bis ataupun kereta api).
3. Arsitektur dan lansekap yang atraktif / menarik, yang dapat menimbulkan
suasana yang nyaman, menyenangkan dan menenangkan.
4. Antrian yang pendek, untuk pemeriksaan keamanan maupun dokumen
perjalanan.
5. Kinerja ketepatan waktu dari perusahaan angkutan udara / airlines.
6. Proses pengambilan bagasi yang cepat serta kemudahan untuk mendapatkan
alat bantu angkut dorong / trolley.
7. Informasi dan Petunjuk arah yang jelas dan tepat.
8. Penjual barang yang baik dan bervariasi.
9. Ruang tunggu khusus komersial / CIP (Commercially Important Passengers)
yang atraktif dan dekat dengan pintu masuk pesawat.
10. Tersedianya fasilitas makanan dengan jenis yang bervariasi dan harga yang
terjangkau.
− Rencana induk dengan lokasi fasilitas pokok yang optimal dan
memungkinkan pengembangan secara bertahap dan teratur.
Dari sisi perusahaan angkutan udara :
− Komposisi dan tata letak landas pacu / runway yang memaksimalkan
kapasitas landas pacu dan tetap menyediakan ruang yang cukup untuk
mengantisipasi pengembangan apron dan bangunan terminal.
− Tata letak landas pacu / runway yang meminimalkan jarak pesawat untuk
melakukan taxiing.
Hal 43
− Bentuk apron yang dilengkapi dengan peralatan listrik darat yang efisien dan
mencukupi serta lokasi yang tepat untuk menaikkan/menurunkan bagasi,
penumpang, barang dan peralatan penunjang, dengan bentuk yang tidak
tertutup yang akan menyulitkan pergerakan pesawat.
− Tempat kerja yang atraktif untuk menarik staf perusahaan angkutan
udara/airline, yang mengutamakan kebutuhan operasional dan fungsional
serta menyediakan ruang yang mencukupi dan tepat bagi akomodasi
perusahaan angkutan udara, disamping memperhatikan estetika dan
keindahan arsitektural.
− Bangunan Terminal Penumpang yang menyediakan sistem penanganan sortir
bagasi yang efisien.
− Bangunan Terminal Penumpang yang dapat menampung kurang lebih 90%
penumpang dengan menggunakan garbarata, dan sisanya menggunakan bus
pada area remote.
− Pertokoan yang baik, yang tidak mengganggu aliran penumpang dari area
check in menuju pintu masuk pesawat, dan dapat memberi pemasukan
pendapatan bagi penyelenggara Bandar Udara yang diharapkan dapat
membantu menurunkan besaran tarif pelayanan bagi perusahaan angkutan
udara.
− Bandar udara yang menerapkan tarif pelayanan dengan nilai yang wajar.
− Penyelenggara bandar udara yang mempunyai visi dan dapat melihat
keuntungan timbal balik untuk bekerja sama dengan perusahaan angkutan
udara didalam perencanaan pengembangan bandar udara.
2. STANDAR LUAS BANGUNAN TERMINAL PENUMPANG
Standarisasi bangunan terminal penumpang ini dibuat sebagai salah satu pedoman
dalam program perencanaan bangunan terminal penumpang suatu bandar udara.
Besaran dalam standar luas bangunan terminal penumpang ini merupakan besaran
minimal yang memenuhi persyaratan operasional keselamatan penerbangan.
Untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan dan kenyamanan penumpang, seperti
ruang-ruang komersial besaran dalam standar ini dapat diperbesar.
Didalam standar ini, kegiatan komersial belum diperhitungkan. Mengingat fasilitas
komersial untuk tiap bandara tidak sama, sehingga sulit untuk menentukan standar
luas tiap penumpang. Jadi yang disajikan dalam standar ini adalah kebutuhan luas
terminal untuk kegiatan operasional dan administrasi.
Hal 44
Faktor yang mempengaruhi besaran bangunan terminal penumpang ini
antara lain adalah :
− Jumlah penumpang per tahun.
− Jumlah penumpang waktu sibuk yang akan menentukan besaran ruang-ruang
pada bangunan terminal penumpang.
Pendekatan perhitungan luas bangunan terminal penumpang adalah sebagai
berikut :
− Jumlah maksimum tempat duduk pesawat waktu sibuk (load factor adalah
60 %)
− Perhitungan luas ruang yang dibutuhkan sudah termasuk 20 % untuk sirkulasi
/ toleransi gerak;
− Sebagai peningkatan pelayanan terhadap penumpang disediakan
tambahan luas 20 % untuk ruang cadangan ( lain-lain ).
− Untuk menghitung luas bangunan terminal penumpang, dapat menggunakan Daftar
Standar Luas Terminal Penumpang yang dapat dilihat pada Tabel V-1 dan V-2.
CATATAN :
− Untuk menghitung luas bangunan terminal penumpang secara lebih detail dapat
menggunakan Daftar perhitungan Kebutuhan Ruang yang dapat dilihat pada tabel V-3
Tabel V - 1 : STANDAR LUAS TERMINAL PENUMPANG DOMESTIK
STANDAR LUAS JUMLAH TERMINAL NO. PENUMPANG / M2/JML CATATAN TAHUN PENUMPANG TOTAL/M2 WAKTU SIBUK
1. ≤ 10.000 - 100
2. 10.001 - ≤ 25.000 - 120
3. 25.001 - ≤ 50.000 - 240 Standar luas
4. 50.001 - ≤ 100.000 - 600 terminal ini
5. 100.001 - ≤ 150.000 10 - belum memper-
6. 150.001 - ≤ 500.000 12 - hitungkan ke-
7. 500.001 - ≤ 1.000.000 14 - giatan komersial
8. > 1.000.000 Dihitung lebih -
detail
Hal 45
Tabel V - 2 : STANDAR LUAS TERMINAL PENUMPANG INTERNASIONAL
STANDAR LUAS JUMLAH TERMINAL
NO. PENUMPANG / M2/JML CATATAN TAHUN PENUMPANG TOTAL/M2 WAKTU SIBUK Standar luas
1. ≤ 200.000 - 600 terminal ini belum memper-
2. > 200.000 17 - hitungkan ke- giatan komersial
Catatan : Hasil Perhitungan Sub Direktorat Bangunan dan Prasarana Sisi Darat, Direktorat Teknik Bandara DJU.
Hal 46
Tabel V.3 : PERHITUNGAN KEBUTUHAN RUANG
NO. JENIS FASILITAS KEBUTUHAN RUANG KETERANGAN
1. Kerb Keberangkatan Panjang kerb keberangkatan : a = jumlah penumpang berangkat L = 0,095 a.p. meter (+ 10 %) Pada waktu sibuk
2. Hall Keberangkatan Luas area : b = Jumlah penumpang transfer A = 0,75 { a ( 1 + ƒ ) + b } m2 c = Jumlah penumpang datang
3. Counter check-in Jumlah meja : Pada waktu sibuk N = ( a + b ) t1 ƒ = Jumlah pengunjung per counter ( +10 %) 60 penumpang
4. Area check-in Luas area : t1 = Waktu pemrosesan check-in A = 0,25 ( a + b ) m2 ( + 10 % ) per penumpang ( menit) - 2’
5. Pemeriksaan Passport Jumlah meja : t2 = waktu pemrosesan passport Berangkat N = ( a + b ) t1 per penumpang (menit) posisi ( +10 %) 60 p = proporsi penumpang yang
6. Pemeriksaan Passport Jumlah meja : menggunakan mobil/taksi Datang N = ( b + c ) t1 posisi ( +10 %) 60 u = rata-rata waktu menunggu terlama (menit) - 50’
7. Area pemeriksaan passport Luas area : A = 0,25 ( b + c ) m2 v = rata-rata waktu menunggu tercepat (menit) - 30’
8. Pemeriksaan Security Jumlah X-ray : ( Terpusat ) N = ( a + b ) i = proporsi penumpang menung- unit 300 gu terlama - 0,6
9. Pemeriksaan Security Jumlah unit X-ray : k = proporsi penumpang menung- ( Gate hold room )
−
=hg
mN 2,0
gu tercepat - 0,4
m = max jumlah kursi pesawat
10. Gate hold room Luas area : terbesar yang dilayani A = ( m.s ) m2 g = waktu kedatangan penum-
11. R. tunggu keberangkatan Luas area : pang pertama sebelum
(belum tms ruang-ruang
%)10(230
+
+
= mvkuicA boarding di Gate hold room
Konsesi) - 50’
12. Baggage claim area Luas area : h = waktu kedatangan penum- (belum tms claim devices) A = 0,9 c m2 ( + 10% ) pang terakhir sebelum boarding di Gate hold room
13. Baggage claim Devices Wide body aircraft : - 5’ N = c.q / 425 s = kebutuhan ruang per penum- pang (m2) Narrow body aircraft : N = c.r / 300 q = proporsi penumpang datang dengan menggunakan wide
14. Kerb kedatangan Panjang kerb : body aircraft L = 0,095 c p meter ( + 10% ) r = proporsi penumpang datang
15. Hall Kedatangan Luas Area : dengan menggunakan narrow (belum tms ruang-ruang A = 0,375 ( b+c+2 c ƒ ) m2 body aircraft Konsesi) (+10%)
Hal 47
Kapasitas Gate : 1. Gate yang dapat digunakan untuk semua pemakai.
Penentuan kapasitas dari 10 gates yang melayani 3 klas pesawat, diberikan campuran pesawat yang menyertai dengan rata-rata gate pada waktu jam sibuk:
Klas pesawat Mix / campuran Rata-rata jam sibuk
1 10 20 2 30 40 3 60 60
Asumsi : bahwa tiap gate dapat digunakan untuk semua jenis pesawat. Kapasitas gate untuk satu gate dirumuskan sebagai berikut :
=
tebaikpelayananwaktuc
__1
×+×+×
=)606,0()403,0()2010,0(
1c
= 0,02 pesawat/menit/gate Jika G = total jumlah gate, Kapasitas untuk total gate adalah C = G x c = 10 x 0,02 = 0,2 pesawat/menit.
2. Kapasitas Gate untuk penggunaan khusus.
Jika 10 gate pada contoh ditentukan untuk penggunaan khusus pada 3 klas pesawat diuraikan sebagai berikut : Klas pesawat Kelompok Gate Jumlah gate Mix / campuran Rata-rata waktu
(%) pelayanan 1 A 1 10 20 2 B 2 30 40 3 C 7 60 60
Jika pengaruh dari campuran diabaikan, kapasitas dari kelompok gate A akan berbanding terbalik dengan waktu pelayanan. CA = 1 / TA = 3 pesawat/jam CB = 1,5 CC = 1,0 Saat keadaan darurat (tidak dapat diperbaiki) disimpulkan bahwa kapasitas total gate ini adalah jumlah dari kapasitas 3 kelompok gate atau (1x3) + (2x1,5) + (7x1,0) = 13 pesawat/jam. Dimana campuran (mix) diperuntukkan bagi pengiriman barang. Tuntutan keseluruhan dari 13 pesawat/jam, akan mengakibatkan kebutuhan berlebihan untuk gate kelompok B dan C.
Kelompok Gate Kebutuhan
(pesawat/jam)
Kapasitas
(pesawat/jam) A 0,10 x 13 = 1,3 3,0 x 1 = 3,0 B 0,30 x 13 = 3,9 1,5 x 2 = 3,0 C 0,60 x 13 = 7,8 1,0 x 7 = 7,0
Kapasitas dari sistem gate adalah ;
×
=ii
ii MT
GC min
Hal 48
dimana Gi = Jumlah gate yang dapat menampung pesawat atau klas i. Ti = Waktu sibuk gate pads pesawat untuk klas i Mi = Kelemahan pesawat klas i yang dibutuhkan untuk pelayanan Sebagai contoh :
×
=10,020
11C = 0,5 pesawat/menit
atau 30 pesawat/jam C2 = 10 dan C3 = 11,67 pesawat/jam Dengan demikian kapasitas tersebut (C) = 10 pesawat/jam.
Hal 49
DAFTAR PUSTAKA
1. International Air Transport Association, "Airport Development Reference Manual",
8th Edition, April 1995.
2. Japan International Cooperation Agency, Civil Aviation Bureau, Ministry of transport,
"Basic Plan for Terminal Area", Seminar Intensive Course on Airport Planning,
November 1993.
3. Japan International Cooperation Agency, Civil Aviation Bureau, Ministry of transport
Japan, Text for Seminar on Airport Planning ( Intensive Course ), "Planning of Airport
Terminal Area", November 1993.
4. Kepala Sub Direktorat Bangunan dan Prasarana Sisi Darat, Presentasi Sub Direktorat
Teknik Bandara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan,
Jakarta 23 Maret 1995.
5. Norman Ashford & Paul H. Wright, "Airport Engineering", A Wiley - Interscience
Publication, JOHN WILEY & SONS, INC- New York / Chichester / Brisbane / Toronto
/ Singapore, Third Edition 1991.
6. Technical Guide Line, "Passenger Terminal Planning and Design Standard for Airport
Engineering Facilities", Directorate of Airport Engineering Directorate General of Air
communication, 1995.
top related