situasi hiv di indonesia

Post on 24-Dec-2015

3 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Gambaran situasi HIV di Indonesia

TRANSCRIPT

SITUASI HIV DAN AIDS DI INDONESIA

Penyakit AIDS ( Acquired Immune Deficiency Syndrome ) merupakan syndrom atau kumpulan penyakit yang disebabkan oleh retrovirus yang menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh. Pertama kali didiagnose di Amerika pada tahun 1981 dan sampai saat ini telah menyerang sebagian besar negara di dunia (Pandemi). Penyakit ini telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu singkat telah terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara di dunia ini. Sampai saat ini belum ditemukan obat atau vaksin dari penyakit ini. Masyarakat yang terkena epidemi AIDS akan kehilangan tenaga kerja produktif dengan dampak nyata berupa penurunan produktifitas dan tingkat pendapatan masyarakat karena penderita beresiko tinggi terhadap tertularnya HIV/AIDS adalah kelompok usia produktif (20-49 tahun). Karena penyakit ini merupakan penyakit yang mematikan dan sangat berpengaruh terhadap faktor ekonomi, sosial dan budaya di suatu negara, maka masing-masing negara telah membuat strategi penanggulangannya

Sejarah epidemi HIV dan AIDS di Indonesia

Pada tahun 1985 disinyalir AIDS sudah masuk ke Indonesia. Tanggal 2 September 1985, Menteri Kesehatan menyatakan sudah ada lima kasus AIDS ditemukan di Bali. Namun Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (P2MPLP) Depkes, Dr. M. Adhyatama mengaku dia tidak tahu-menahu mengenai kasus tersebut. Dilaporkan pula pada bulan September seorang perempuan berusia 25 tahun dengan hemofilia dinyatakan terinfeksi HIV di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) tetapi kasus ini tidak dilaporkan oleh Departemen Kesehatan. Namun tanggal 11 November, Menteri Kesehatan membuat pernyataan yang kontropersi bertentangan dengan pernyataan sebelumnya mengatakan bahwa belum pernah ditemukan orang yang betul-betul terkena penyakit AIDS.

Pada tahun 1986 yaitu pada bulan Januari, FKUI RSCM melakukan penelitian terhadap pasien hemofilia yang menerima produk darah (faktor VIII). Ternyata ditemukan satu di antaranya yang dipastikan terinfeksi HIV. Dan pasien tersebut masih diketahui hidup sehat tanpa terapi antiretroviral (ART). Pada Maret, satuan tugas RSCM dan FK-UI yang dibentuk pada 1985 untuk mengkaji masalah AIDS diresmikan sebagai Kelompok Studi Khusus (Pokdisus) AIDS.

Sejarah pada tahun 1987 yang merupakan tonggak resminya AIDS dilaporkan ditemukan di Indonesia yang bermula dari seorang wisatawan asal Belanda meninggal di RS Sanglah, Bali. Kematian pria berusia 44 tahun itu diakui Departemen Kesehatan disebabkan AIDS. Indonesia masuk dalam daftar WHO sebagai negara ke-13 di Asia yang melaporkan kasus AIDS. Pada Oktober, dilakukan Kongres tentang Penyakit Akibat Hubungan Kelamin di Bali sekaligus Konferensi International Union Against Venerial Diseases and Treponematoses untuk kawasan Asia dan Pasifik. Menteri Kesehatan Dr. Soewandjono Soerjaningrat dalam sambutan mengatakan bahwa penyakit yang sebelumnya dikaitkan dengan hubungan seksual yang menyimpang dari tuntutan agama, ternyata dapat menular melalui darah.

Pada 1988, Departemen Kesehatan hanya melaporkan tambahan satu kasus infeksi HIV di Indonesia.

Pada tahun 1989, Departemen Kesehatan tidak melaporkan tambahan kasus infeksi HIV di Indonesia. Namun satu kasus HIV dilaporkan ditemukan tahun 1988 telah berlanjut menjadi AIDS. Tahun 1989 Indonesia mulai ikut merayakan Hari AIDS sedunia yaitu tanggal 1 Desember. Tema Hari AIDS Sedunia 1989 adalah “Kaum Muda (Youth).”

Pada tahun 1990, Departemen Kesehatan melaporkan tambahan dua kasus AIDS, sehingga jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia menjadi sembilan. Tema Hari AIDS Sedunia 1990 adalah “Wanita dan AIDS (Women and AIDS).”

Pada tahun 1991 Departemen Kesehatan melaporkan tambahan jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia sudah menjadi 18,dengan 12 sudah AIDS. Pada tahun ini juga Kelompok Kerja Lesbian & Gay Nusantara (sekarang Gaya Nusantara), dengan bantuan dari PersatuanWaria Kotamadya Surabaya (Perwakos) menyelenggarakan “International AIDS Candlelight Memorial” (Malam Tirakatan Mengenang Korban-Korban AIDS) pertama diselenggarakan di Indonesia yaitu di Surabaya. Pada 29-30 Juli 1991, Semiloka Nasional AIDS dilaksanakan di Denpasar, Bali, untuk membahas Pengembangan Strategi Penanggulangan AIDS di Indonesia. Sedangkan tema Hari AIDS Sedunia 1991 adalah “Bersama Kita Hadapi Tantangan (Sharing the Challenge).”

Pada tahun 1992, Departemen Kesehatan melaporkan tambahan jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia sudah menjadi 28 dengan 10 sudah AIDS. Tema Hari AIDS Sedunia 1992 adalah “Komitmen Komunitas (Community Commitment).”

Tahun 1993 di Indonesia, dilaporkan 137 kasus infeksi HIV plus 51 orang dengan AIDS. Tema Hari AIDS Sedunia 1993 adalah “Waktunya Untuk Bertindak! (Time to Act)”

Pada tahun 1994 di Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 275 infeksi HIV, dengan 67 diantaranya AIDS, dengan distibusi menurut kewarganegaraan 100 orang di antaranya adalah WNA. Sedangkan distribusi perjenis kelamin 203 adalah laki-laki, 68 perempuan, 4 tidak diketahui. Distirbusi menurut factor risiko penularan adalah 69 homoseks, 160 heteroseks, 2 IDU, 2 transfusi darah, 2 hemofilia dan 40 tidak diketahui. Pada 30 Mei 1994, untuk memaksimalkan penanggulangan penyebaran HIV dan AIDS, Presiden RI, Suharto, menandatangani Keputusan Presiden Nomor 36/2004 tentang Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan dilanjukan dengan Keputusan Menkokesra tentang Susunan, Tugas dan Fungsi Keanggotaan KPA. Pada Agustus, sebuah pokja KPA memperkirakan bahwa jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia pada 2005 akan menjadi antara 600.000 (penularan rendah, intervensi yang efektif) dan 1.990.000 (penularan tinggi, tanpa intervensi). Tema Hari AIDS Sedunia 1994 adalah “AIDS & Keluarga (AIDS and the Family).”

Pada tahun 1995 di Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 364 infeksi HIV, dengan 87 diantaranya AIDS. Pada tahun ini juga mulai terlihat adanya diskriminasi pada penderita AIDS yaitu di RS Medistra Jakarta melarang Dr. Samsuridjal Djauzi untuk

merawat pasien apa pun, karena beliau bersedia merawat pasien AIDS di RS tersebut. Dikutip oleh harian Kompas pada Mei, Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN menyinyalir bahwa “virus AIDS sudah dimanfaatkan sebagai alat tindak kejahatan…”Tema Hari AIDS Sedunia berbunyi “Tunggu! AIDS mungkin akan mewabah di Indonesia.”

Pada akhir tahun 1996 di Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 501 infeksi HIV, dengan 119 di antaranya AIDS. Pada pertemuan di Pacet, Jawa Timur, pada 15 Maret, dikeluarkan “Pernyataan Pacet tentang Masalah Etika dan Hak Asasi yang berkaitan dengan Pewabahan dan Upaya Pencegahan HIV/AIDS.” Pertemuan Nasional Pencegahan dan Penatalaksanaan HIV/AIDS pertaman dilakukan pada Juli di Wisma Kalimanis, Jakarta memutuskan untuk mendirikan tiga organisasi baru untuk mencegah penyebaran AIDS yaitu :

Perhimpunan Dokter Peduli AIDS Indonesia (PDPAI); Forum Komunikasi LSM/Organisasi Peduli AIDS (FKLOPA); Masyarakat Peduli AIDS Indonesia (MPAI).

Pada tahun ini juga milis pertama untuk membahas masalah HIV dan AIDS di Indonesia, diluncurkan oleh Dr. Pandu Riono yaitu Milis AIDS-INA, Tema Hari AIDS Sedunia 1996 adalah “Satu Dunia Satu Harapan (One World One Hope)”.

Pada akhir tahun 1997 di Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 619 infeksi HIV, dengan 153 diantaranya AIDS. Surveilans yang dilakukan terhadap waria di Jakarta menunjukkan prevalensi HIV 6%, naik dari 0,3%. Pada Mei, Ditjen POM mengeluarkan surat resmi kepada Ditjen Bea Cukai yang menerangkan bahwa bila Bea Cukai mendapat kiriman ARV dari luar negeri yang ditujukan pada Pokdisus AIDS, obat tersebut dapat dikeluarkan tanpa harus diuji coba Ditjen POM. Namun saat itu harganya tidak terjangkau untuk mayoritas Odha. Tema Hari AIDS Sedunia 1997 adalah “Anak-anak yang Hidup di Dunia dengan AIDS (Children Livingin a World with AIDS)”

Pada tahun 1998 untuk pertama kalinya bintang iklan Indonesia, Didi Mirhad, mengungkapkan status dirinya HIV-positif pada media massa. Pertemuan Odha pertama dilakukan oleh Spiritia di Ubud, Bali, dengan menghadirkan 16 Odha dan Ohidha dari seluruh Indonesia.Tema Hari AIDS Sedunia ditentukan sebagai “Kaum Muda: Semangat Perubahan”. Kegiatan dikoordinasi oleh Departemen Agama. Menjelang Hari AIDS, KPA meluncurkan Kampanye Nasional AIDS, ditandai oleh lambing baru, yaitu pita merah-putih yang dipakai sampai sekarang.

Pada tahun 1999 tonggak pertama kali dibahasanya konsep Harm Reduction pada Semiloka Nasional Penggunaan dan Penyalahgunaan NAZA dilakukan selama empat hari di September oleh sekelompok aktivis HIV dan narkoba, dengan melibatkan beberapa pembicara dari Australia dan Malaysia. Tema Hari AIDS Sedunia 1999, ‘Dengar, Simak, Tegar! (Listen, Learn, Live!)’ tetap ditujukan pada orang berusia di bawah 25 tahun. Kegiatan dikoordinasi oleh Departemen Pendidikan..

Pada tahun 2000 hasil sero survey sangat mengagetkan yaitu antara 67 orang pengguna narkoba suntikan yang ditahan di Lapas Kerobokan di Bali ditemukan 35 orang (56%) terinfeksi HIV. Pada tahun ini juga terjadi tindakan anarkis yang merupakan salah satu tindakan diskriminasi yaitu pada bulan November, sebuah pertemuan yang dilakukan oleh Lentera-Sahaja PKBI DIY di Kaliurang, DIY yang melibatkan beberapa relawan dari kelompok marjinal dibongkar secara ‘brutal dan keji oleh kelompok orang

yang bertopeng dan bersembunyi dibalik jubah “agama” ataupun “parpol” tertentu.’ Tema Hari AIDS Sedunia 2000 adalah ‘AIDS – Pria Berpengaruh (AIDS – Men Make a Difference)’. yang dikoordinasi oleh BKKBN.

Pada tahun 2001 surveilans di Bali kembali menemukan dua belas penghuni sebuah pusat pemulihan narkoba di Bali dites HIV, delapan di antaranya ditemukan terinfeksi HIV. Ini menunjukan bahwa IDU merupakan factor resiko yang harus diwaspadai terhadap penularan HIV dan AIDS. Pertemuan Nasional Odha ke-2 dilakukan oleh Spiritia di Kuta, Bali pada September, dihadiri oleh 36 Odha dan Ohidha dari seluruh Indonesia dan menyetujui dikeluarkan “Asas-Asas Penanggulangan HIV/AIDS”.

Pada tanggal 28 Maret 2002 diadakan Sidang Kabinet Sesi Khusus HIV/AIDS. Pada 1 April, disusun Komite Pengarah untuk Strategi Nasional Penanggulangan AIDS, untukmengembangkan rancangan Stranas baru dalam penanganan HIV/AIDS. Permohonan Indonesia untuk dana dari Global Fund Ronde 1 disetujui, dengan dana hampir 16 juta dolar untuk penanggulangan HIV. Indonesia menunjukkan betapa mendadak epidemi HIV dapat muncul, setelah lebih dari sepuluh tahun prevalensi HIV yang rendah, angka meloncat di antara pengguna narkoba suntikan dan pekerja seks, dengan sampai 40% orang di tempat pemulihan narkoba di Jakarta diketahui HIV-positif. Pada Oktober dibentuk Gerakan Nasional Meningkatkan Akses Terapi HIV/AIDS (GN-MATHA), diketuai oleh Dr. Samsuridjal Djauzi, dengan tujuan agar 10.000 Odha di Indonesia mendapatkan ART. Tema Hari AIDS Sedunia 2002 ditetapkan oleh BKKBN sebagai ‘Tetap Hidup dengan Tegar’.

Pada tahun 2003 pemerintah Indonesia mulai memberikan subsidi ARV pada Odha melalui pernyataan Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa pemerintah akan memberi subsidi ARV generic sebesar Rp 200.000 per bulan untuk setiap Odha yang membutuhkannya. Pernyataan ini direspon oleh beberapa provinsi memutuskan untuk menyediakan ARV secara gratis untuk sejumlah Odha di provinsinya. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) meluncurkan Strategi Nasional Penanggulangan AIDS 2003-2007. Menyambut Hari AIDS Sedunia, pertama kalinya Presiden Republik Indonesia yang saat itu dijabat oleh Megawati bertemu dengan beberapa Odhadi istana Negara. Tema Hari AIDS Sedunia 2003 ditetapkan oleh Departemen Sosial sebagai ‘Stigma dan Diskriminasi’. Pada akhir 2003, diperkirakan 1.100 Odha memakai ART di Indonesia.

Pada tanggal 19 Januari 2004 , wakil dari pemerintah enam provinsi yang dianggap paling rentan terhadap HIV (Papua,Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, DKI Jakarta, dan Riau), pada pertemuan di Papua dengan Ketua KPA Jusuf Kalla dan wakil dari enam departemen serta Ketua Komisi VII DPR-RI, Dr. Sanusi Tambunan, menyatakan Komitmen Sentani. Di antara tujuh pasal dalam komitmen tersebut, para peserta berjanji akan “Mengupayakan pengobatan HIV/AIDS termasuk penggunaan ARV kepada minimum 5.000 Odha pada tahun 2004.” Departemen Kesehatan untuk pertama kali menetapkan 25 rumah sakit di 15 provinsi sebagai Rumah Sakit Rujukan AIDS. Tema Hari AIDS Sedunia 2004 ditetapkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan sebagai ‘Perempuan, Remaja Putri, HIV dan AIDS’, dengan slogan “Sudahkah Kau Dengar Aku Hari Ini?” Tema internasional adalah ‘Women, Girls, HIV and AIDS’, dengan slogan “Have You Heard Me Today?”.

Pada tahun 2005 Terkait dengan kunjungan Kofi Annan, Sekretaris-Jenderal PBB ke Indonesia, untuk Konferensi Asia- Afrika, istrinya, Ibu Nane Annan mengunjungi kantor yayasan Spiritia, dan berbincang dengan kurang lebih 20 Odha dari berbagai latar belakang. International Congress on AIDS in Asia and the Pacific (ICAAP) ke-7 dilakukan di Kobe, Jepang pada Juli, dengan tema ‘Bridging Science and Community (Menjembatani Ilmiah dan Komunitas).’ Tema Hari AIDS Sedunia 2005 ditetapkan oleh Departemen Dalam Negeri sebagai ‘Kepemimpinan dan Penanggulangan HIV/AIDS’. Tema internasional adalah ‘Stop AIDS. Keep the Promise’.KPA Nasional mengeluarkan rencana program akselerasi di 100 Kabupaten/Kota tahun 2005. Rencana ini dicanangkan pada Hari AIDS Sedunia oleh Bapak Wakil Presiden.

Pada tahun 2006 yaitu bulan Januari, laboratorium resistansi genotipe HIV mulai diuji coba di Departemen Mikrobiologi FKUI. Laboratorium ini disediakan untuk melakukan surveilans resistansi untuk Depkes. Pada Mei, dilakukan International AIDS Candlelight Memorial (Malam Renungan AIDS) dengan tema internasional “Lighting the Path to a Brighter Future”. Antara lain, kegiatan diadakan di Tangerang, Lombok, Kediri, Malang dan Jogja. Peraturan Presiden (PP) RI Nomor 75 Tahun 2006 tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional ditandatangani oleh Bapak Presiden pada 13 Juli 2006. Antara yang lain, PP ini menetapkan Dr. Nafsiah Ben Mboi sebagai Sekretaris. Pada Agustus diluncurkan situs web www.aids-ina.org yang merupakan langkah awal dari beberapa aktivis dan pemerhati untuk melengkapi forum milis aids-ina. Diharapkan situs web ini bisa menjadi pusat informasi terhadap isu HIV-AIDS di Indonesia. Juga pada Agustus, diumumkan bahwa penyebaran HIV/AIDS di Tanah Papua diperkirakan telah memasuki kelompok masyarakat umum (generalized epidemic). Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat/Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Nasional pada acara penyerahan AIDS Award 2006 di Hotel Nikko di September. AIDS Award event di anugerahkan kepada 19 perusahaan yang telah menunjukkan prestasi dalam melaksanakan program penanggulangan AIDS di tempat kerja. AIDS Award Event 2006 diselenggarakan oleh KPA Nasional. Adanya pertemuan antara Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto dengan sekretaris KPA Nasional Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH di Markas Besar TNI Cilangkap pada Oktober. Panglima TNI mengatakan bahwa upaya pencegahan penularan HIV di lingkungan TNI sangat penting untuk segera ditingkatkan pelaksanaannya di semua jajaran TNI termasuk di komando utama (KOTAMA). Tema Hari AIDS Sedunia 2006 ditetapkan oleh Departemen Kesehatan sebagai ‘STOP AIDS Tema internasional tetap ‘Stop AIDS. Keep the Promise’,

Sejarah 2007Buku Suzana Murni, ‘Lilin Membakar Dirinya’, biografi Suzana oleh Putu Oka Sukanta, diluncurkanpada Januari.Pada Februari, PB IDI (Bidang Penyakit Menular) bersama ASHM (Australasian Society HIV Medicine)mengadakan Kursus Nasional tentang Koinfeksi HIV-Hepatitis Virus selama dua hari yang merupakankegiatan penting Pra-Pertemuan Nasional HIV/AIDS ke-3.Pertemuan Nasional HIV & AIDS ke-3 dilakukan di Surabaya pada Februaridengan tema “Menyatukan Langkah untuk Memperluas Respons”. Antaralain, Strategi Nasional Penanggulangan AIDS 2007-2010 diluncurkan dipertemuan ini.Bantuan Dana Global Fund untuk penanggulangan AIDS, TB, dan Malaria untuk Indonesiadihentikan sementara mulai pertengahan bulan Maret. Alasan utama penghentian aliran danauntuk tiga penyakit menular tersebut karena ditemukan “mismanagement” dalam pengelolaandana tersebut.

Pada Juli, diketahui bahwa Komisi E DPR Provinsi Papua, dalam Rancangan Perdasi (Peraturan DaerahProvinsi) terkait penanggulangan HIV dan AIDS di Papua mengusulkan pemasangan microchip dananjuran pemeriksaan wajib HIV bagi setiap warga Papua, didorong oleh anggota Dr. John Manangsang.Spiritia melaksanakan Kongres Nasional Odha dan Ohidha ke-II PeningkatanPemberdayaan dan Keterampilan dalam Menghadapi HIV dan AIDS di Lido29 Juli-1 Agustus 2007 dengan tema ”Peduli AIDS – Jangan Hanya Slogan”.Pada Agustus, di International Congress on AIDS in Asiaand the Pacific (ICAAP) ke-8 di Colombo, Sri Lanka,diumumkan bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah untuk ICAAP ke-9 di Bali pada2009.Dana Global Fund, yang dibekukan pada Maret 2007, dicairkan lagi pada Oktober.Tema Hari AIDS Sedunia 2007 ditetapkan oleh BKKBN sebagai ‘STOP AIDS –Tepati Janji’, dengan fokus pada kepemimpinan. Tema internasional tetap ‘Stop AIDS.Keep the Promise’, sama seperti dua tahun sebelumnya. Di antara kegiatan terkaitdengan Hari AIDS, Presiden SusiloBambang Yudhoyono melakukanpertemuan di Istana Negara. Puncak acara adalah dialoglangsung Presiden SBY dengan Odha dan keluarganya.Dalam dialog yang dipandu langsung oleh AburizalBakrie selaku ketua KPA Nasional ini, Presidenberkesempatan mendengarkan langsung hal yangdialami oleh Odha. Tanggapan dan jawaban yangdiberikan oleh Presiden dalam dialog tersebut secaranyata dirasakan langsung oleh peserta dialog. sepertiyang disampaikan oleh Luh Putu Ikha, perwakilan dariBali, bahwa peran Odha dalam penanggulanganHIV/AIDS di tanah air perlu didukung oleh pemerintah.Pekan Kondom Nasional (PKN) Pertama dilaksanakan 1-8 Desember 2007 dengan kegiatan yangmencakup pembagian materi edukasi ke berbagai pelosok daerah di Indonesia, pelatihan, talkshow,konser musik, dan lomba karya tulis dan fotografi bagi wartawan dan blogger. Akibat PKN ini, KPANasional didemo dua kali, dengan tuduhan “merusak moral bangsa”, dan mereka sama sekali tidak maudengar penjelasan dari Ibu Nafsiah Mboi, Sekretaris KPA Nasional.Pada akhir 2007, dilaporkan 11.570 Odha pernah mulai ART, dengan 6.653 (58%) masih memakainya.Sejarah 2008Komunitas TNI mengumumkan pada Januari bahwa akan melaksanakan proyek percontohan untukpelayanan terpadu HIV-AIDS di Jatim khususnya bagi masyarakat TNI.Penasihat Khusus Sekjen PBB dan utusan khusus untuk HIV dan AIDS di Asia Pasifik, Nafis Sadik, yangmenunjungi Indonesia pada Februari, mengujar bahwa, “Targetnya MDG 2015 tidak akan tercapai, jikakeadaan AIDS tidak dapat ditanggulangi secara baik.” Menurutnya, penyebaran epidemi HIV diIndonesia telah mengalami peningkatan. Pertambahan itu menurutnya banyak disebabkan oleh penularan

infeksi melalui transmisi seksual.Pertemuan Nasional Harm Reduction dilakukan di Makassar pada Juni. Pada pertemuan tersebut, AsistenDeputi Sekretaris KPA Nasional Inang Winarso mengatakan, dari 3.000 pasien yang mengikuti programMetadon di seluruh Indonesia, 20% di antaranya telah terbebas sebagai pengguna dan pecandu narkoba.Juga pada pertemuan itu, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Aburizal Bakrie jugamengampanyekan penggunaan kondom di kalangan pengguna Napza.Dalam Kongres Anak Indonesia VII 2008, yang dilakukan pada Juli terkait dengan Hari Anak Indonesia(HAN) 2008 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, peserta merumuskan “Suara AnakIndonesia.” Mereka bertekad meningkatkan pemahaman cara hidup sehat, hak kesehatan reproduksi, agarterhindari dari bahaya penyakit menular, HIV/AIDS serta penyalahgunaan narkotika. Presiden SusiloBambang Yudhoyono memerintahkan jajaran menteri terkait menindaklanjuti hasil kongres tersebut.Melalui Musyawarah Nasional Orang Terinfeksi HIV yang dilakukan secara terbatas dandihadiri oleh 124 orang terinfeksi HIV berasal dari 27 provinsi pada Juli, telah membentuksebuah organisasi yang bernama Jaringan Orang Terinfeksi HIV (JOTHI). Dipilih AbdullahDenovan sebagai Koordinator Nasional dengan periode kerja dua tahun.Sekretaris Nasional Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional Nafsiah Mboimemprediksi pada Juli bahwa jumlah kasus HIV dan AIDS pada 2020 akan melonjak menjadi 2 jutakasus. Sekitar 80% di antaranya menimpa kaum laki-laki.Pada pertemuan di IDI di Oktober, diumumkan bahwa estimasi jumlah orang terinfeksi HIV di Indonesiasudah menjadi 277.000.Masyarakat Peduli AIDS Nasional (Mapan) – yang menggabungkan antara lain Jaringan orang terinfeksiHIV (JOTHI) Jakarta, Persatuan korban Napza dan LBH Kesehatan sebagai pendamping – padaNovember melakukan aksi di depan Kantor Perwakilan PBB di Menara Thamrin, Jakarta. Merekamenuntut Koordinator UNAIDS Indonesia Nancy Fee dipecat dan keluar dari Indonesia. Salah satu yangdisuarakan mereka, selama ini UNAIDS tidak memberikan kontribusi nyata bagi penanggulangan AIDSdi Indonesia.Akhirnya, pada Desember, pasal di Raperdasi Provinsi Papua mengenai microchip dibatalkan, setelahbanyak advokasi oleh orang di seluruh Indonesia.Tema Hari AIDS Sedunia 2008 ditetapkan oleh ???? sebagai ‘Yang Muda Yang Membuat Perubahan’.Tema internasional tetap ‘Stop AIDS. Keep the Promise’ dengan fokus pada kepemimpinan, sama sepertidua tahun sebelumnya.KPAN, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan DKT Indonesia menggelar PekanKondom Nasional (PKN) ke-2 yang diadakan pada minggu pertama Desember. Kegiatan ini diawali

dengan Konferensi Kondom pada 1 Desember 2008 yang dibuka Menkokesra Aburizal Bakrie. Namunkegiatan ini dilawan dengan Kampanye Antikondomisasi, dengan konferensi pers berjudul “StopKondomisasi untuk Penyebaran HIV/AIDS” oleh LSM Merc.Pada akhir 2008, dilaporkan 17.880 Odha pernah mulai ART, dengan 10.616 (59%) masih memakainya.

Kasus AIDS bertambah cepat karena dipicu oleh pengguna napza suntik

Situasi epidemic dan trend di Indonesia saat ini.Dari laporan terakhir sampai dengan 31 Desember 2010 secara kumulatif kasus AIDS yang tercatat di Indonesia sebanyak 24.131 kasus AIDS tersebar di 33 Propinsi di Indonesia. Sementara estimasi ODHA yang ada di Indonesia diperkirakan sebanyak 186.257 orang sehingga masih banyak yang belum diketemukan. Kasus tertinggi secara absolut di Indonesia terjadi di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur kemudian Jawa Barat, Papua dan Bali. Sedangkan secara case rate di Indonesia tertinggi di Provinsi Papua sebesar 16,6/100.000 penduduk, disusul Bali 4,7/100.000 penduduk dan DKI Jakarta diurutan ketiga dengan case rate 4,3/100.000 penduduk. Secara nasional case rate rata-rata di Indonesia saat ini adalah 3/100.000 penduduk. Epidemic concentrated (epidemi terkonsentrasi) apabila prevalensi selalu diatas 5% pada populasi kunci seperti pekerja sek, IDU, waria, LSL dan warga binaan pemasyarakatan. Sedangkan generalized epidemic (epidemi meluas) apabila prevalensi pada populasi kunci diatas 5% dan diluar populasi kunci seperti kelompok ibu hamil, kelompok umur tertentu prevalensinya >1%. Indonesia sampai saat ini masih berada dalam tingkatan epidemi terkonsentrasi kecuali Papua terjadi epidemi meluas. Yang menyebabkan Papua mengalami epidemi meluas karena prevalensi pada kelompok umur 15-49 tahun lebih dari 1% (2,45 tahun 2007 berdasarkan STHP) Cara penularan terpenting adalah melalui hubungan seksual dan IDUs. .

Upaya-upaya yang telah dilakukan di Indonesia Melihat dari situasi tersebut maka diperlukan adanya program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan melibatkan semua komponen masyarakat baik pemerintah maupun swasta. Untuk itu tentu membutuhkan dukungan sumber daya yang cukup besar, sehingga Pemerintah Indonesia berupaya menggalang pendanaan terutama dari sumber dana BLN (Bantuan Luar Negeri) karena dana Pemerintah bersumber APBN maupun APBD yang dialokasikan untuk penanggulangan HIV-AIDS saat ini masih sangat terbatas.

Secara garis besar upaya penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia mempunyai tujuan untuk :

Menurunkan penularan HIV pada populasi kunci yang mempunyai risiko tinggi pada usia muda melalui penyediaan layanan pencegahan;

Meningkatkan usia harapan hidup dan kualitas hidup ODHA melalui penyediaan perawatan, dukungan dan pengobatan (CST);

Mengatasi tantangan dalam meningkatkan kinerja untuk mencapai akses universal dari pencegahan dan perawatan;

Meningkatkan partisipasi secara bermakna dari organisasi berbasis masyarakat dan ODHA serta menjamin adanya dukungan sosial dan intervensi yang efektif dalam menjangkau populasi yang rentan dan marjinal

Untuk mencapai tujuan tersebut beberapa kegiatan yang dilaksanakan adalah membangun unit-unit pelayanan untuk HIV dan AIDS seperti :1. Klinik VCT ( Voluntary Counseling and Testing ) : Klinik yang memberikan layanan

konseling kepada masyarakat yang mengetahui status HIV.2. Klinik CST ( Care, Support and Treatment ) : Klinik yang memberikan

layananpengobatan untuk klien yang pada saat VCT statusnya positif.3. Klinik PMTCT ( Prevention of Mother To Child HIV Tranmission ) : Klinik yang

memberikan layanan pencegahan penularan dari ibu hamil dengan HIV positif ke bayinya.

4. Klinik PTRM ( Pengobatan Terapi Rumatan Metadhone ) : Klinik yang memberikan layanan substitusi metadon bagi para IDU.

5. Klinik IMS ( Infeksi Menular Seksual ) : Klinik yang memberikan layanan pengobatan IMS.

6. LJASS ( Layanan Jarum dan Alat Suntik Steril ) : bagian dari program harm reduction untuk pencegahan dan penularan HIV dengan memberikan jarum suntik steril.

Untuk mencegah penularan HIV maka dibentuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dari tingkat nasional sampai daerah yang bergerak dibidang promosi kesehatan tentang pencegahan penularan HIV, advokasi dan peningkatan sumber daya manusia dibidang penanggulangan penyebaran HIV. Kegiatan KPA secara komprehensif didukung oleh LSM peduli AIDSDaftar pustakaSejarah HIV di Indonesia , yayasan spiritia Jakarta tahun 2009 (www.spritia.or.id)Pedoman tata klinis infeksi HIV disarana Kesehatan, Depkes 200110 langkah mempengaruhi kebijakan mencegah penularan HIV dan AIDS, KPAN 2010

top related