sistem pengendalian internal dan audit internal bagi
Post on 05-Oct-2021
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
I k I
I /
SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DAN AUDIT INTERNAL BAGI SEKTOR PUBLIK
Olch
HIRO TUGIMAN
DALAM RANGKA
7'61;' rjSI} if' c
7 (,. 0 (
PEMBEKALAN TEKNIS TENTANG PARADIGMA BARU SISTEM PENGANGGARAN DAN SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH SERTA
PERUSAHAAN DAERAH BAGI ANGGOTA DPRD KABUPA TEN! KOT AMADY A ATAU PKJABAT PEMERINTAH DAERAH JULI - AGUSTUS 2000 DI BANDUNG
OLEII
PUSAT PENGEMBANGAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS P ADJADJARAN
2000
Kata Pengantar
Dalal11 rangka pelaksanaan Undang - Undang Otonol11i Daerah (Undang
Undang NOl11or 22, 25, dan 28) tahun 1999 Pusat Pcngembangan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Padjadjaran dipercaya untuk menyelcnggarakan Pembekalan
Teknis bagi Anggota Dewan dan Pejaba/ Pemda KabupatenlKotamadya seluruh
Indonesia tentang Proses Penyusunan Anggaran dan Sistem Akuntansi Keuangan
Pel11erinlah Daerah.
Dalam tulisan ini disajikan tentang teori Sistem Pcngendalian Intemal
tcnnasuk Audit Internal bagi Sektor Publik scbagai bahan pemikiran dan bekal bagi
para Anggota Dewan dan Pejabat Pcmcrintah Daerah dalam melaksanakan tugasnya.
Beberapa pasal dari Undang "- Undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999, Intemal
Control yang dikeluarkan oleh The Institute of Chartered Accountants in England &
Wales, September 1999 kami lampirkan sebagai acuan pcmbahasan.
SCl110ga bennanfaat.
Bandung, 21 Juni 2000
Biro Tugiman
Daftar lsi
Hal Kala Pengantar. ............................................................ '" .... .
Daftar lsi.... ................................................ ............. .......... II
1. Kebuluhan Manajemen akan Pengendalian ............................... .
2. Pengendalian Inlemal ......................................... ........ ........ 4
2.1 Komponcn Pcngendalian Intemal...................................... . 8 2.2 Keterbatasan Pengcndalian Intcmal.................................... 10
3. Audit, Audit Internal, dan Kinerja........................................... 13
3.1 Audit........................................................................ 13 3.2 Audit Intemal .............................................................. 16 3.3 Kinerja ...................................................................... 25
4. Pcmbiayaan Pemerinlah Daerah ....................................... 28
5. Analisa Pencrimaan dan Pengeluaran ................................. 30
5.1 Manajer ....... ....... '" ......... ........ ... ....... ..................... 30 5.2 Pe1aksanaan Tugas .......................................... ' '" ......... 31
6. Fungsi Audit .................................................................. . 32
Daftar Pustaka
Lampiran
Tentang Pcnyaji
ii
SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DAN AUDIT INTERNAL BAGl SEKTOR PUBLIK
Oleh
HIRO TUGIMAN
1. Kebutuhan Manajemen akan Pcngcndalian
Manajcmcn mcmpunyai huhungan dcngan penctapan lujuan dan
kcsclarasan pelaksanaannya untuk mencapai tujuan-tujuan terscbut. Berdasarkan
kondisi mutakhir para manajer mau tak mau harns berkembang mcnjadi manajer
profesional. Kompleksitas bidang usaha modem telah memperluas tanggung
jawab manajer profesional. Tugas manajer sangat sukar dan kompleks. Manajer
harus dapat melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian dcngan baik sehingga sasaran dapat dicapai sccara efektif dan
efisiell.
Suatu usaha yang dikclola secara baik, lazimnya dilaksanakan berdasarkan
rencana yang tclah dirancang secara matang. Sehubungan dengan itu agar rcncana
yang telah disusun secara matang tersebut dapat dilaksanakan sesuai dcngan
harapan perlu dituangkan ke dalam berbagai program, yang selanjutnya secara
kuantitatif dituangkan ke dalam rencana kegiatan dan anggaran. Para manajer
dalam menyusun rencana kegiatan wajib ll1enjaga pengendalian internal dengan
baik, agar apa yang direncanakan dapat dicapai secara efektif. Tanggung jawab
at as pencapaian apa yang direncanakan membawa konsekuensi bahwa para
rnanajer perlu melakukan evaluasi terhadap penyimpangan yang terjadi dari
rencana yang tclab ditetapkan.
Informasi yang berupa laporan kegiatanioperasional yang scsungguhnya
sangat dipcrlukan untuk dijadikan alat evaluasi atas basil kegiatannya, baik unluk
masing-masing unit maupun kincrja organi~asi secara keselurulwn
1
2
'J'ugasauditor internal merupakan bagian dari sistem pengendalian
internal, yaitu suatu siskrn yang dieiptakan oleh dan unluk kepenlingan
manaJemcn.
Sejalan dengan uraIan di atas, maka H.S. Hadibroto (1993); dalam
makalahnya yang berjudul Peranan Fungsi Pengawasan Dalam Manajemen,
mengemukakan :
Biasanya nntuk menjaga agar sistem pengawasan intern itu benar-benar berfungsi, organisasi atau perusahaan yang besar mempunyai bagian pemeriksaan intern (internal audit department). Tugas bagian ini adalah mengadakan evaluasi secara rutin tenlang keabsahan tiap transaksi dan di samping itu menilai sampai berapa jauh sistem pengawasan intern organisasi berfungsi. Jika dipandang perIu bagian pemeriksaan intern dapat mengusulkan perubahan sistem pengawasan intern yang ada atau penyempurnaannya. Dengan demikian, bagian pemeriksaan intern merupakan bagian yang penting dalam sistem pengawasan intern bagi tiap organisasi atau perusahaan yang besar.
Selanjutnya Ardin Wirakusumah (1987) mengungkapkan dalam
diseriasinya lentang pengawasan dan pereneanaan sebagai berikut :
Adanya kaitan timbal balik antara pengawasan dengan perencanaan harus dihayati. Percneanaan meliputi segal a hal yang dijabarkan scbagai pcrsiapan yang mendukung tercapainya tujuan, sedang pengawasan baru mulai pada saat rcneana telah menjadi kegiatan operasional. Hal itu berfungsi setelah tindakan yang perIu untuk mencapai tujuan, rcncana, kebijaksanaan dan standar, tclah dikembangkan dan dikomunikasikan kepada para manajer yang ber1anggung jawab dalam pclaksanaan untuk realisasi peneapaiannya. Disamping itu untuk mcncapai yang efektif hams berpijak pada landasan yang kokoh, yaitu perencanaan manajemen itu sendiri.
Scjalan dengan pcndapat Arifin Wirakusumah (1987), Whcelcn dan
I-Iunger (1983) membcrikan gambaran ten tang strategic management process
yang dimulai dari penclahaan kondisi lingkungan baik ekstemal maupun intcmal,
menyusun stratcgi atau mengfoDnulasikan strategi, mengimplementasikan stategi,
dan melakukan pengendalian, yang secara rinci nampak sebagai berikut :
3
- .. ~ ,~-~--~~
E 1\
v
i r 0
1\
111
e 1\
t a I
S c a n n i n g
~-~~-~-
Evaluation External Strategy Formulation Strategy Implementation land Control
I-----~,---~---------~~- --~- .... -.~-
Societal Mission Environment
~ ~~-Obiectives ~
Strategies h Task Environment
Policies n Internal
Programs n Budgets ----.
Structure Procedures ---.
Culture
Resources
~ .. ... ,~
+- ..... ~
Feedback
Sumber: WheeJcn & Hunger, 1983.
Proses Manaj~ll1en Stratejik (The Strategic A1anagement Process)
~-- -+ ,~
,Ir ..... ~
Auditor internal wajib mcmahami dcngan -baik proses manaJemen yang
dilaksanakan dalam orgl!nisasinya, agar dapat mcmbantu para manaJcr yang
bersangkutan dalam rangka pertanggungjawaban mcreka_ Hal ini mengingat
bahwa ruang lingkup pckctjaan dari audit intcmal meliputi menguji dan menilai
kecukupan dan efektivitas dari sistem pcngendalian internal organisasi (lA!'
1994)_
Efektivitas jasa auditor internal dalam organisasi dipcngaruhi oleh persepsi
dan peran para manajer, yang berkembang melalui proses dimana manajer
individual mengorganisasi dan mcnafsirkan kesan indera mereka demi mcmberi
l11akna kepada lingkungan mereka (Robbins, 1991). Persepsi para l11anajcr inilah
yang mcrupakan faktor yang ikut l11el11pengaruhi lingkungan pengendalian
Perfonnanc(
.....
4
internal dalal11 organisasi, karen a [aktor pcrscpsi berdasarkan kcadaan atau
pcristiwa ikut mcnycbabkan terjadinya sesuatu (KBBl, 1990).
Dalam l11elaksanakan tugasnya, manajcr hanlS dapat berperan dengan
scbaik mungkin dalam melaksanakan tugas utamanya. Berperannya auditor
internal yang optimal dalam organisasi diharapkan akan mel11bantu terhadap
proses manajemen lebih efektif dan tujuan organisasi tercapai. Laporan evaluasi
dan penilaian auditor internal terhadap pencapaian tujuan organisasi merupakan
umpan balik kepada para manajer dalam melaksanakan tugasnya.
(\ \J 2. Pengendalian Internal.
Sistem pengendalian internal yang ada dalam organisasi bukanlah
dimaksudkan untuk meniadakan semua kemungkinan terjadinya kcsalahan atau
penyelewengan, namun auditor internal atan inspektorat diadakan untuk
meminimalkan teljadinya kesalahan dan penyelewengan dalam batas-batas biaya
yang layak, yaitu dengan memperhatikan biaya yang dikorbankan dcngan hasi I
yang l11ungkin dicapai. Walaupun kesalahan dan pcnyelewengan tCljadi, dengan
pengendalian internal yang baik akan dapat diatasi dcngan ccpat dan tcpal.
Pcngcrtian pengendalian internal l11engalami perubahan yang l11endasar.
The American Institute of Certified Public Accountants (AI CPA) pada tahun 1949
(Sawyer 1996) memberikan definisi sebagai berikut :
"Internal control comprises the plan of organization and all of rhe coordinate methods and measures adopted within a business 10
safeguard its assets, check the accuracy and reliability of its accounring data, promote operational efficiency, and encourage adherence 10
prescribed managerial policies n.
Pengendalian internal meliputi rencana organisasi dan semua metode dan
ukuran serta kebijakan yang terkoordinasikan dalal11 snatu orgalllsasi untuk
mengamankan harta kekayaan, menguji ketepatan dan sampai berapa jauh data
akuntansi dapat dipercaya, mendorong efisiensi operasional dan mendorong
ditaatinya kebijaksanaan pimpinan yang telah digariskan.
5
Pada tahun J 973 AICPA mcngcJuarkan "Statement of Auditing 5'tandards
(SAS)" Nomor 1, yang membagi pcngcndalian intemalmenjadi dua bagian utallla,
(Sawyer, J 996) yaitu "Administrative Control" dan " Accounting COl1lrol "
(1) Adiministrative Control (Pcngcndalian Administratif) mcliputi, tetapi tidak dibatasi pada, rencana organisasi, prosedur-proscdur dan catatan-catatan yang bcrhubungan dengan proses otorisasi manajemen dalam proses pcngambilan keputusan.
(2) Accoullting Control (Pcngendalian Akuntansi) yang mcliputi rencana organisasi dan prosedur-prosedur selia catatan-catatan yang berhubungan dengan pengamanan haria kekayaan perusahaan. Agar dapat diandaikannya catatarl-catatan keuangan maka rancangan (design) harus dapat memberikan keyakinan yang memadai sehingga periu memenuhi persyarian di bawah ini :
(a) Transaksi-transaksi yang diiaksanakan hams mcmperoich otorisasi dari manajemen baik yang bersifat umum maupun khusus.
(b) Transaksi dicatat untuk keperiuan : (1) menyiapkan iaporan keuangan yang disusun scsuai dengan prinsip akuntansi yang ditcrima umum ataupun kriteria lain yang dapat dilcrapkan pada iaporan tcrscbut, dan (2) untuk mcnekanbn pertanggungjawaban at as haria pcmsahaan.
(c) Penguasaan atas harta organisasi diperkenankan hanya meiaiui otorisasi manajemen.
(d) Catatan-catatan mengcnai harta organisasi dibandingkan dengan jumiah fisik harta tersebut pada waktu tertentu harus sesuai dan tindakan hams diambil jika ada perbedaan antar'a keduanya,
The Committee of Sponsoring Organization (COSO) yang tcrdiri dari the
American Institute of Certified Public Accountants (AI CPA), the American
Accounting Association (AAA), the Institute of Intcmal Auditors (llA), the
Institute of Management Accountans (IMA), dan the Financial Executives
Institute (FEI) pada tahun 1992, yang disempumakan pada bulan Mei 1994,
membcrikan pengertian intemal control sebagai bcrikut :
6
internal Control is broadlv defined as a process, effected by an enlin' 's board of diledurs, management, and otiter personnel, designed 10
provide reasonable assurance regarding the aehievement of objeelives ill
the folloWing categories : effectiveness and efficiency of opera lions, reliability offtnancial reporting, and compliance with applicable laws and regulations (Committee of Sponsoring Organizations of Ihe Treadway Commissions. "Internal Control-Integrated Framework," September 1992, dall Fiorelly and Rooney 1997)-
Pengendalian intemal didefinisikan secara luas sebagai proses yang
dipengaruhi oleh pimpinan puncak, manajer serta personil lain dalam suatu
entitas, yang dirancang untuk memberikan jaminan yang banyak berkaitan dengan
pencapaian berbagai tujuan dengan kategori berikut : (1) keefektivan dan efisiensi
operasi, (2) reliabilitas laporan keuangan; dan (3) ketaatan terhadap ketentuan dan
perundang-undangan yang berlaku,
Menyelenggarakan suatu pengendalian internal yang memadai merupakan
salah satu tanggung jawab pimpinana organisasi. Hal ini diungkapkan oleh lkatan
Akuntan Indonesia (IAI, 1994) dalam Standar Profesional Akuntan Publik sebagai
bcrikul :
Penyusunan dan penyelenggaraan struktur pengendalian intemal merupakan tanggung jawab penling manajemen, Untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa lujuan satuan usaha akan tercapai, struktur pengendalian inlemal secara tems menerus memerlukan supcrvisi dari manajemcn untuk menenlukan apakah pclaksanaannya sesuai dengan yang dikehendaki dan diubah semestinya sesuai dengan pcrubahan kondisi yang melingkupinya.
Sedangkan menurut Bodnar dan Hopwood (1995) dalam bukunya
Accounting Infonnation System, menyatakan bahwa :
Management itself is responsible for establishing and maintaining an internal control structure. Although specific responsibilities for controls may be delegated to subordinates, final responsibility remains willl management. Although external auditors, internal auditors, and other parties may be directly concerned with an organizations's internal control structure the ultimate responsibility for this structure remains with management.
7
Pengendalian internal diperlukan untuk mcncapai tujuan orgamsasl.
Sejalan dengan semakin luas dan komplcksnya organisasi, manajemen dihadapkan
pada keterbatasan kemampuan untuk mengawasi dan mengendalikan kegiatan
organisasi secara keseluruhan. Keadaan 1m menycbabkan l11anajcl11cn
melirnpahkan sebagian tanggung jawab dan wewenang kepada auditor internal.
Untuk memaslikan bahwa kegiatan perusahaan telah sesuai dengan kebijakan dan
prosedur maka diperlukan sistem pengendalian internal yang efektif.
Pentingnya struktur pengendalian internal diungkapkan oleh Tuanakotta
(1982) sebagai berikut
Meskipun wewenang dapat dilil11pahkan kepada bawahan tetapi tanggung jawab tetap ada ditangan si pemimpin. Gleh karena ilu ia l11embutuhkan sualu sistel11 pengendalian yang dapat mengal11ankan harta perusahaan (yang tidak Jagi berada langsung di bawah kendalinya), yang memberikan keyakinal1 padanya bahwa apa yang dilaporkan bawahanl1ya ilu bellar dan dapat dipercaya, yang dapat mendorong adanya cfisiensi usaha dan yang terus l11encrus memonitor bahwa kebijaksanaan yang tclah ditetapkan rnel11ang dijalankan.
Dari pemyataan Tuanakota dapat disimpulkan bahwa pencrapan
pengendalian internal yang memadai diperlukan untuk menyediakan infol'masi
yang akurat dan dapat dipercaya, selia untuk l11endorong efisiensi usaha selain
sebagai alat pengawasan l11anajemen terhadap ketaatan pada kcbijakan yang telah
ditetapkan. Gleh karena itu manajel11en perIu l11cngawasi pcngcndalian internal
seCal'a terus l11cncrus agar dapat mengetahui apakah pengendalian internal tersebut
tdah beljalan dengan wajar selia melakukan pcrbaikan untuk l11cnyesuaikan
dengan perubahan keadaan (Freddie, 1997).
8
2.1 KompollclI Pengclldalian Internal
Mcnurut COSO study, pengcndalian intemal adalah suatu proses dan
aktivitas operasional organisasi dan mcrupakan bagian integral dari proses
manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Pengendalian
intemal mcrupakan bagian integral dari proses manajemen, karen a konsep dasar
dari pengendalian intemal meliputi : (1) berbagai kegiatan (a process); (2)
dipengaruhi oleh manusia (is effected by people); (3) Diharapkan dapat mencapai
tujuan (objectives). Inti dari COSO's report terdiri dari lima komponcn (Bailey,
1996 dan Arens, 2000) yaitu: (1) The Control environment; (2) Risk assessment;
(3) Control activities; (4) Information and communication; (5) Monitoring.
(1) The Control Environment (Lingkungan Pengendalian)
Inti dati pengendalian organisasi yang efektif adalah cara pandang
manajemen terhadap pengendalian. Control environment terdiri dari
tindakan, kebijakan dan proscdur yang mencerminkan cara pandang
111anajen1cn 111cngenai pentingnya pengendalian. Sub bagian control
environment adalah :
(1) Integrity and ethical values; (2) Commitment to competence; (3) Management's phillosophy and operating ·style; (4) Organizational structure; (5) Board of directors or audit committee; (6) Assigmenl of authority and responsibility; (7) Humall resource policies and practices.
(2) Management'; Risk Assessment (Penilaian risiko manajemcn)
Setiap organisasi mempunyai tingkat risiko yang berbeda yang harus
dikendalikan untuk tcrcapainya tujuan organisasi. Manajemcn hanls
mengidentifikasikan bcrbagai risiko agar mencapai tingkat risiko yang
minimaL
(3) Control Activities (Kcgiatan pengendalian)
Untuk dapat bcrhasil dalam mengendalikan risiko dan mcncapal
tujuan organisasi maka manajemen harus mcncrapkan kegiatan
9
pengendalian (contro/ activities) yang di ant3ranya adalah : (1)
mcrnadai tidaknya pcmisahan fungsi; (2) Adanya otorisasi pada setiap
transaksi; (3) memadai tidaknya dokumen dan catatan; (4) Adanya
pengendalian fisik terhadap catatan dan asct organisasi; dan (5)
Pengendalian indepcndcn pada setiap aktivitas.
(4) Information and Communication (Informasi dan komunikasi)
Komponen kunci dalam pengendalian risiko adalah arns komunikasi
internal yang ada dalam organisasi. Pada organisasi yang sehat, arus
infonnasi berjalan keseluruh arah dan tidak searah dati atas ke bawah.
(5) Monitoring (Pcmantauan)
Pcmantauan tcrhadap struktur pengendalian intcmal harns tcrus
mcnerus dilakukan, agar dapat mcnycsuaikan dengan perubahan
lingkungan dan tnjuan organisasi dapat dicapai.
Kclima komponcn pengendalian internal di muka saling bcrhubungan dan
timbul dari proses manajcmcn. Apabila salah satu komponen tidak dilaksanakan
dengan mcmadai, maka seluruh struktur pcngendalian tidak akan berjalan dengan
cfcktifwalallplln kccl11pat komponen lainnya terlaksana secara efektif.
]0
2.2 Ketcrbatasan Pengcndalian Internal
Walaupun pcngendalian intcmal telah disusun dan diseIenggarakan secara
memadai tetapi dapat saja dianggap tidak scpenuhnya efektif, karena pada
dasamya struktur pengendalian intemal tidak dapat menjamin sepenuhnya
tcrcapainya tujuan organisasi. Menurut Tuanakotta (1982 diolah) faktor-faktor
yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan organisasi adalah :
(I) Persekongkolan Persekongkolan atau kolusi menghancurkan sistem pengendalian intem yang bagaimanapun baiknya. Dengan adanya persekongkolan, pemisahan tugas seperti tercermin dalam rencana dan prosedur perusahaan merupakan tulisan diatas kertas belaka. Pengendalian intern mensyaratkan agar persekongkolan dapat dihindari. Akan tetapi pengendalian intern tidak dapat menjamin persekongkolan tidak terjadi, karena persekongkolan merupakan faktor manusia.
(2) Biaya. Faktor biaya dalam mcrancang struktur pengendalian internal harus diperiimbangkan. Pcngcndalian intcmal tidak akan menjamin sepenuhnya terhadap penyimpangan. Oleh karena itl! beban perusahaan harus dibandingkan den gall hasil atau man fat yang akan dieapainya.
(3) Kelemahan Manusia Banyak kebobolan terjadi pada sistem pengendalian intem yang seear'a teoritis sudah baik. Karena pclaksanaanl1ya adalah manusia yang mempunyai kelel11ahan. Misalnya, orang-orang yang harus memeriksa apakah prosedur-prosedur tertentu sudah/belum dilaksanakan, sering kali membukukan parafnya secara rutin dan otomatis tanpa benar-benar melakukan pengawasan. Lubanglubang kecil sel11acal11 ini cuImp baik bagi si pembuat keeurangan untuk meneruskan kecurangan tanpa diketahui.
Kclcl11ahall rnanusia rnerupakan L'ktor yang sangat bcrllengaruh schingga
dapat mengakibatkan pengendalian internal tidak cfektif. Adanya keterbatasan
pengendalian internal yang disebabkan oleh faktor manusia di atas diperkuat olch
11
hasil penelitian dati the National Association of Cet1ified Fraud Examiners
mcngemukankan bahwa: (l) 40% karyawan tidak pemah mclakukan
kecurangan; (2) 30% akan mclakukan kecurangan apabila ada kesempatan; dan
(3) 30% akan melakukan kecurangan setiap saat (Namee, 1995). Di samping itu
laporan penelitian dari the U.K's Auditing Practices Boards (APB)
mengemukakan bahwa dari 23 kasus yang diteliti, 14 diantaranya mengakibatkan
kerugian finansial, dan dari 14 kasus tersebut semua manajemen senior ter1ibat,
dan laporan selengkapnya adalah sebagai berikut :
Of the 23 fraud cases the APB reviewed, 14 affected the company accounts financially. In all 14 cases, senior management played a role. The study indicated that most of the major "fraud" cases do not involve direct financial gain for the perpetrators or direct financial loss to the company. (Jumal IrA, Pebruari 1999).
Penelitian dari UK'S Auditing Practices Boards, temyata dari 23 kasus
kecurangan 14 kasus berakibat terhadap kondisi finansial pcrusahaan, di mana
manajer senior terlibat. Penelitian mengindikasikan bahwa sebagian bcsar kasus
kecurangan tidak mcngakibatkan keuntungan finansial secara Jangsung bagi para
pelakunya atau kerugian langsung terhadap perusahaan.
Dalam meilghadapi keterbatasan pengendaiian intcmal maka manajemen
perlu melakukan pengendalian lingkungan (control environment), dan
mengadakan kegiatan pengendaiian (control activities), karen3 kecurangan itu
dapat saja tetjadi sctiap saat (Barnett dan Brouwn, 1998).
Kehidupan suatu perusahaan atau organisasi selalu dihadapkan pada
perubahan yang berkesinambungan. Salah satu tugas utama dari manajemen
perusahaan atau organisasi adalah memimpin organisasinya agar selalu dapat
menyesuaikan terhadap peru bah an baik perubahan intcmai maupun pcrubahan
ekstcrnal serta mampu mengantisipasi perubahan yang akan tcrjadi. Dcngan
demikian manajemen diharapkan dapat memimpin proses integrasi internal, yaitu
memanfaatkan sebaik mungkin dan mendapatkan yang terbaik dari sumber daya
yang dimiliki perusahaan atau organisasi (Sawyer, 1998).
12
Pada umumnya program kerja orgalllsasl yang penting adalah dapat
lllenyediakan barang dan atau jasa yang bemlUtu tinggi dan memberikan layanan
yang baik bagi pihak yang berkepentingan (stakeholdet) yang terdiri dari,
masyarakat pengguna barang dan jasa, pClllcrintah, pcmasok, kreditor, dan
pegawai.
Para stakeholder akan menilai kinelja (petjormance) dengan
mcmbandingkan hasil dan tindakan dengan standar atau harapannya. Dengan
demikian performance adalah suatu hasil atau prestasi dari kegiatan atau
pekerjaan.
Anthony (1997) (entang performance mengatakan : "Peljormance then
defined as result of pattern of action carried out to satisfv an objective according
to some standard"
Dengan demikian lJeljormance merupakan hasil dari suatu pola tindakan
orang atau manajer yang dilakukan untuk mencapai tujuan berdasarkan beberapa
standar teltentu. Jadi kinerja (performance) adalah pencapaian suatu tujllan dari
tindakan-tindakan perusahaan untuk mencapai tlljuan teI1entu berdasarkan
standar-standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian hasil kerja I kinelja
perusahaan perlu dinilai. Oleh karena itu diadakan sllatu proses pemcriksaan atau
audit, agar dapat diketahui sampai sejauh mana kinclja organisasi dapat dicapai.
IJ
3 Audit, Audit Internal, dan Killerja
3.1 Audit
Pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian audit (auditing) adalah
antara lain sebagai berikut : Arens (2000) mengemukakan bahwa :
"Auditing is the accumulation and evaluation of evidence aboUi information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person"
Dari apa yang dikemukakan di atas maka audit adalah akumulasi dan
evaluasi terhadap bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan
tingkat hubungan antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan dan audit
harns dilakukan oleh orang yang berkompeten dan independen.
Untuk melaksanakan audit, diperlukan infomlasi yang dapat diverifikasi
dan sejumlah kriteria yang dapat digunakan sebagai pegangan pengevaluasian
infonnasi tersebut. InfOimasi memiliki berbagai bentuk, sedangkan kriteria untuk
mengevaluasi infonnasi kuantitatif eukup beragam dan audit dilakukan oleh orang
yang berkompeten.
Sedangkan Gill & Cosserl (1996) mengemukakan :
"Auditing is the systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria, and communicating the results to interested users"
Dengan demikian audit adalah proses sistimatik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti seem'a objektif dalam kaitannya dengan perkiraan mcngenai
tindakan ekonomi dan peristiwa untuk memastikan tingkat kccocokan atau
14
kecepalan an lara perkiraan dcngan kriteria yang tclah ditetapkan, serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada fihak yang berkepentingan.
Scorang auditor harus mempunyai kemampuan memahami kriteria yang
digunakan serta mampu menentukan sejumlah bahan bukti yang diperlukan untuk
mendukung kesimpulan yang akan diambilnya. Auditor harus pula mempunyai
sikap mental yang independen. Sekalipun auditor seorang ahli, tetapi apabila dia
tidak mempunyai sikap independen dalam mengumpulkan infom1asi, maka
infonnasi yang digunakan untuk mengambil keputusan dianggap bias. Tahap
terakhir setelah selesai melakukan audit adalah penyusunan laporan audit yang
merupakan alat penyampaian infonnasi kepada para pemakai laporan.
Auditing sebagai suatu bidang kegiatan pemeriksaan berkaitan dengan
penentuan tentang cara bagaimana peristiwa-peristiwa bisnis harus diukur dan
dikomunikasikan. Auditing juga dikaitkan dengan penilaian kelayakan dan
kepastian atas semua sistem infonnasi manajemen serta prosedur-prosedur
operasinya (Krogstad, 1999).
Cashin (1988) mengelompokkan audit ke dalam tiga cabang bidang audit
yaitu : (1) Independent auditing (audit bebas), (2) Internal auditing (audit
internal), dan (3) Governmental auditing (audit pemerintah).
Pada dasarnya, pelayanan jasa yang diberikan olch para auditor di setiap
cabang audit di atas adalah sama, kini setiap cabang (elah dipilah-pilah dan
mempunyai tanggungjawab yangjelas dcngan tingkat kebebasan yang berbeda.
Scbagai disiplin ilmu, bidang auditing telah berkcmbang dan tclah
melahirkan berbagai macam bidang audit. Sering terjadi perbedaan pendapat
tentang apa yang dicoba untuk dicapai oleh tiap jenis bidang auditing. Bahkan di
antara para auditor sering terdapat selisih faham tentang batasan yang pasti dari
tiap macam bidang auditing. Perkembangan bidang audit telah mencakuiJ bidang
keuangan, penilaian kinerja, nilai uang, kegiatan operasional, basil program,
manajemen, dan efektivitas perusahaan (Sawyer, 1996).
15
Barlow (1995) menggambarkan hubungan anlara berbagai tipe audit
scbagai berikut :
-_ .. _------------------COMPREHENSIVE AUDITS
I FISCAL FINANCIAL AND COMPLIANCE AUDITS
I FINANCIAL
Audit Focus
Traditional
Sumba: Barlow (1995)
COMPLIANCE
Legality Compliance with Regulation, Policies Procedures, etc
QUALITY OF PERFORMANCE MANAGEMEnriCONTROL
PERFORMANCE OR OPERATIONAL AUDITS
MANAGERIAL I
Economic Acquisition And efficient Use of resources Management Representations • may be made explicitly
may be implied
PROGRAM RESULTS OR QUALITY or PERFORMANCE
Mission accomplishment and/or progress toward objectives Performance standards • may exits
may be unavailable
Hubungan Bcberapa Tipe Audil
Tidak ada perbedaan yang mendasar tentang tujuan audit, semuanya
ditlljllkan untuk mempcrbaiki kinerja organisasi. Perbedaannya terletak dalam
aspek kinerja mana yang disoroti, misalnya : (I) audit ketaatan (compliance
auditing) yang disoroti olch auditor terlentu yang memeriksa tentang aspck
kctaatan tcrhadap undang-undang, peraturan, anggaran, dan kebijakan intern. Oleh
karena itu, auditor ini mencoba mengetahui sampai sejauh mana taatnya suatu unit
terhadap sercntctan pcraturan yang berlaku. Jclaslah bahwa ketaatan tcrhadap
pcraluran rcsmi adalah satu aspck dari kinerja. Meskipun hal ini merupakan aspek
pcnting tetapi tidaklah mcrupakan satu-satunya tugas auditor; (2) audit
operasional yang dievaluasi auditor dengan mcngungkapkan sampai scjauh mana
suatu unit memanfaatkan sumber daya sccara efisiensi dan ekonomis.
16
3.2 Audit Internal
Teori dasar dan konscp audit telah menjawab perlanyaan tentang.
kebcradaan atau alasan diadakannya audit, yaitu bahwa audit ditujukan untuk
memperbaiki kinerja unit organisasi. Suatu unit organisasi atau unit kerja dapat
berbentuk sebuah perusahaan, divisi, departemen, seksi, unit bisnis, fungsi bisnis,
proses bisnis, layanan, informasi, sistem, atau proyek. Jika tindakan audit berhasil
dalam meningkatkan kinerja unit, maka berarti ia menunjang ke arah perbaikan
kincrja organisasi.
Audit intemal merupakan kegiatan penilaian bebas, yang dipersiapkan
dalam organisasi sebagai suatu jasa terhadap organisasi. Kegiatan ini meliputi
mcmeriksa dan menilai efektivitas yang lain . Tanpa fungsi audit internal,
pimpinan puneak tidak memiliki sumber infonnasi internal yang bebas mengenai
kinerja para manajer. The Institute of Internal Auditors (II A, 1995) dan Sawyer
(1996) mengemukakan bahwa : "Internal auditing is an independenl appraisal
jimclion established wilhin an organizalion to examine and evaluate its aclivilies
as a service 10 Ihe organization." Definisi ini dikemukakan oleh lIA dalam
Statement of Responsibilities pada tahun 1947 (Sawyer, 1996).
Dari definisi di atas tcrdapat lima konsep kunci dari pengcrtian audit
intemal (Barlow, 1995) sebagai berikut :
Pengawasan yang mengujI dan menilai pengawasan
Layananjasa bagi organisasi
Sumber: Barlow (1995)
!ndependen
'--___ ......,,.... Kegiatan penilaian
Diadakan dalam organisasi
Lima Konsep Audit Intemal.
17
Dari lima konsep kunci audit internal di depan, implikasinya bagi auclitor
akan nampak pada uraian bcrikut :
(I) I ndependen.
Standar Profesional Audit Internal menentukan bahwa para auditor
sehamsnya tidak terikat pada kegiatan yang mereka periksa (Stanclar 100).
Karenanya, suatu fungsi audit hams bebas dari kegiatan unit yang
diperiksanya. Masalahnya adalah bagaimana para auditor dapat
berkelakuan clan bertindak bebas, padahal mereke berada ada di dalam
organisasi yang bersangkutan? Dapat dipastikan bahwa audit intemal
bersentuhan dengan fungsi-fungsi lain dalam organisasi. Sebagai akibatnya
ia hams kehilangan kebebasannya, meskipun bemsaha untuk ticlak
tersentuh.
Ticlak Jarang auditor climinta ikut menyusun sistem dalam
organisasinya. Seandainya auditor telah terliba! dalam suatu kegiatan,
kemungkinan sekali auditor mempunyai perasaan tanggung jawab di atas
kclancaran kCljanya. Ini hal yang manusiawi, akan tetapi akibatnya sulit
bagi auditor untuk menjadi seutuhnya objektif, karena tidak bebas dari
prasangka. Kadang-kadang sangat sulit untuk mempunym pandangan
cbjektif jika teman atau rekan sama-sama terlibat dalam sualU kegiatan.
Lazimnya tak scorangpun ingin melukai pcrasaan teman-teman atau rekan
sendiri.
Dengan demikian idealnya, seorang auditor intemal tidak usah ikut
membantu mcrancang atau melancarkan sistem atau kegiatan apapun, (ctapi
hal ini tak mungkin teljacli dalam praktek. Jika memang ia telah terlibat
dalam merancang at au mclancarkan pelaksanaan suatu sistcm, tidak
llsahlah dia memcriksanya. Dengan cara demikian dia akan (etap
memcgang tcgllh objektivitasnya. Untuk menangglliangi hal yang tidak
objektif tersebut dia dapat saja meminta auditor lain untuk memcliksa
sistem itu.
18
Faktor lain yang mcmpengaruhi objektivitas auditor adalah alam
pikirannya. Jika auditor benar-benar mcmahami sistcm nilainya dan
bersedia untuk (etap patuh pada prinsipnya, ia mungkin mampu mcngatasi
kcadaan yang dapat menycrctnya kcluar dari objektivitasnya. Dalam kaitan
ini standar profesional audit internal mcmainkan peranan sangat penting.
Para auditor internal seharusnya mcnaati standar ( Standar 240 ) yang telah
diklasifikasikan dalam Kodc Etik dari thc Institute of Internal Auditors
(IlA). Kode ini menitikberatkan pada standar yang tinggi untuk kejujuran,
objektivitas, indcpendcnsi, dan kesctiaan.
Status kcorganisasian mcnangani struktur pelaporan audit dan
wewcnang, scdangkan objektivitas bcrkaitan dcngan kemampuan auditor
untuk bcba~ dari prasangka dalam mclaksanakan pcnilaian. Standar
mcnyatakan bahwa status organanisasi dari fungsi audit harns cukup
mcmadai untuk mcncapai tanggung jawabnya (Standar 110) dan para
auditor harus objektif dalam l11claksanakan pCl11criksaan (Standar 120).
Mereka juga l11cnyediakan panduan yang Icbih tentang bagail11ana fungsi
audit dapat mCl11pcroieh status organisasi yang l11cmadai dan tetap
mcmpcrtahankan objcktivitas. Tentang halini Barlow (1995)
l11cnggal11barkan scbagai bcrikut :
'NnEPFNnFN.~'f
0 , 0
b , , j a g c , a k u n , , i i , v a
i S
( i 0
" .....
Sumber· Barlow (1995)
Landasan Indcpcndcn dari Audit Internal
19
(2) Kcgiatan penilaian
Pada hakikatnya kegialan audit adalah penilaian. Jika para pengclola
unit meiaksanakan sendiri penilaian dan melaporkan hasilnya, para auditor
dapat mcmusalkan pcrhatian pada tujuan auditing untuk menilai mutu
laporan dan menunjukkan kcabsahannya. Lebih jauh lagi mcreka dapat
diminta untuk menilai mutu proses penilaian sendiri yang diikuti oleh para
pengelola unit. Untuk menilai scsuatu dipersyaratkan bahwa penilai harus
sudah menentukan standar kinerja sebagai alat pengukumya. Scbagai
contoh, untuk mcnilai kinerja suatu unit auditor harus membandingkan
kinerja aktual dengan kinelja standar yang menunlut kinerja yang
seharusnya dicapai.
Sarna seperti halnya dengan menilai mutu pengawasan, auditor harus
menetapkan kinerja standar untuk menilai mulu audit yang bersangkutan.
Pada hakekatnya proses audit adalah sederetan konsckuensi logis dari
peniJaian yang menyoroti komponen pengawasan pcngelola unit.
Perlu diingat bahwa para auditor melaporkan hasil pcnilaian mereka
kepada para user atau pelanggan. Mereka menyiapkan pendapat mandiri
tentang mutu benda atau kegiatan yang mercka nilai. Mcskipun pendapat
biasanya dilaporkan dalam bentuk laporan tertulis, tetapi dapat pula
dilaporkan secara lisan. Para auditor tidak akan sembarangan mcnilai atau
hanya untuk kesenangan.
Mereka mengerjakannya demi satu tujuan, yaitu mcmberikan umpan
balik pada para user tentang hasil penilaian mcrcka. Para pcmakai jasa
mcnggunakan infonnasi ini untuk mcngetahui adanya jaminan bahwa
standar akan dan dapat dicapai.
(3) Audit diadakan dalam organisasi intemal
Para auditor intcmal merupakan karyawan dari organi sai yang mereka
audit. Untuk membedakatl mereka dari para auditor yang dikontrak atau
20
auditor ekstemal, mereka menambahkan kala yang mcnerangkan sifat
"internal". Para auditor yang dikontrak (auditor ekstemal) melaksanakan
tugas auditnya persis seperti auditor internal, tetapi bekerja untuk organisasi
lain.
(4) Pelayanan terhadap organisasi
Konsep yang keempat adalah konsep yang paling penting bagi
kelangsungan hidup fungsi audit. Mulai tahun 1990-an, kunei keberadaan
audit internal adalah memberikan layanan untuk para pemakai jasa. Hanya
audit internal yang memberikan layanan yang cfcktif dan olch pemakai jasa
dianggap memberikan pertambahan nilai atau nilai tambah yang akan
berlanjut keberadaannya apabila ikut membantu terus keberhasilan unit.
Layanan bagi user memperkuat kedudukan auditor dalam organisasi.
Auditor internal yang menyediakan layanan yang kurang bennutu bagi
pcmakai jasa dihadapkan pada ancaman. Ancaman ini mcningkat selama
dalam resesi ekonomi, organisasi mencoba menurunkan biaya. Disamping
itu tcrjadi pula bebcrapa kasus yang mcnghentikan fungsi audit karena
mereka tidak mampu menycdiakan pelayanan yang bern1Utu kepada para
pengguna jasa internal.
(5) Pengawasan yang mcnguji dan mcnilai pengawasan lain.
Konsep tcrakhir adalah konsep yang meliputi ten tang apa yang
seharusnya dilakukan para auditor internal. Standar Profcsional Audit
Internal Nomor 300 mcnyatakan bahwa audit merupakan pengawasan yang
berfungsi menguji dan menilai efektivitas dan efisiensi dari kegiatan unit
unit lainnya dalam organisasi. Standar Profcsional Audit Internal Nomor 300
mcnggunakan istilah " Pengawasan terhadap kegiatan internal ", kecuali
pada kasus-kasus di mana harus dibedakan secara tegas antar·a pengawasan
internal dan pengawasan eksternal terhadap semua kegiatan organisasi
secara keseluruhan.
21
Standar Nomor 300 tersebut pada intinya menyatakan perlunya
pcnjciasan dari pokok-pokok masalah yaitu : (I) Apa yang dimaksudkan
dengan "suatu pengawasan" ?; (2) Apa yang dimaksudkan dengan
"pengawasan lainnya" ?; dan (3) Siapa yang bertanggung jawab at as
pengawasan dalall1 organisasi ?
Pokok masalah pertama " Apa yang dill1aksudkan dcngan
pcngawasan?" Pengawasan adalah sualu langkah terslruktur atau alat yang
ll1enyediakan jaminan alas keberhasilan tercapainya sasaran kinerja suatu
kegiatan. Pengawasan karenanya ll1ell1berikan jaminan bahwa suatu
kegiatan ll1encapai standar kinerja. Untuk ll1ell1peroleh jall1inan yang baik
dari sasaran kinerja, seorang ll1anajer harus ll1ampu melancarkan dan
ll1ell1berlakukan pengawasan-pengawasan yang efektif.
Masalah kedua, "Apa yang dill1aksudkan dengan pcngawasan
lainnya ?" Para ahli berpendapat bahwa pengawasan lainnya ll1cncakup
sell1ua pcngawasan yang dill1anfaatkan oleh para pill1pinan organisasi,
dewan dan para ll1anajer untuk ll1cndapatkan jaminan, bahwa organisasi dan
unit-unit lainnya bekcrja dengan baik. Jelaslah bahwa auditor tidak
seharusnya berpandangan sell1pit tentang "pengawasan" lainnya. Dalam
organisasi atau perusahaan, pill1pinan puncak sepatutnya yang paling utama
ll1ell1anfaatkannya. Pill1pinan puncak adalah "otak pengawasan" sebuah
organisasi atau perusahaan dan bagian terpadu dari struktur manajemcn.
Auditor internal perlu menyoroti pengujian dan penilaian mutu pcngawasan
organisasi. Dengan dell1ikian, tugas auditor internal mencakup pengawasan
terhadap para manajer. Tepat karenanya, mengapa scbagian auditor
menyebutnya scbagai pengawasan terhadap pengawasan yang lain. Hal ini
mcndukung pcndapat bahwa fungsi pengawasan harus terlcpas dari para
manajer dan idealnya auditor internal harus pula mcngaudit kcgiatan para
manajer puncak. Mclakukan audit terhadap kegiatan strategis para manajer
puncak ll1crupakan salah satu cara sea rang auditor dapat mengembangkan
nilai tambah dan meningkatkan kinerja organisasi. Mcngaudit kcgiatan para
22
manajcr puneak l11ernpakan pokok masalah yang" panas" yang dihadapi
profesi audit internal.
Pokok masala11 ketiga adalah : " Siapa yang belianggung jawab atas
pelaksanaan dan pemeliharaan pengawasan dalam organisasi ? " Pernyataan
dalam standar tidaklah memberikan kejelasan mengenai hal ini. Yang jelas
ialah bahwa para manajer bertanggung jawab untuk melaksanakan dan
mel11elihara pengawasan pada unitnya. Tugas auditor internal adalah
menguji dan mengevaluasi pengawasan dari para manajer, bukan untuk
melaksanakan, menjalankan, dan mengamati pengawasan. Hal ini sangat
penting bagi pemahaman fungsi audit dan berarti bahwa seorang auditor
yang efektif harns memahanli bagaimana para manajer berkiprah dalam
pengelolaan dari apa yang menjadi tanggungjawabnya.
Dalam kondisi seperti diuraikan terdahulu, auditor tidak bertanggung
jawab untuk meyakinkan baiknya pengawasan pengelolaan para manajer.
Pertanggungjawaban seutuhnya dipegang oleh para manajer. Auditor hanya
bertugas memberikan layanan penilaian atas pengawasan.
The Institute of Internal Auditors (II A) memberikan definisi barn
tentang internal auditing ( Jurnal IIA, Oktober 1999), yaitu sebagai berikut :
Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization's operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes.
Dari pernyataan II A di atas, maka audit internal adalah suatu aktivitas
independen, yang memberikan jaminan keyakinan serta konsultasi yang dirancang
untuk memberikan suatu nilai tambah selia meningkatkan kegiatan operasi
organisasi. Audit internal mel11bantu organisasi dalam usaha meneapai tujuannya
dengan cara memberikan suatu pendekatan disipIin yang sistel11atis untuk
mengevaluasi dan meningkatkan keefektivan l11anajemen risiko, pengendalian dan
proses pengaturan dan pengelolaan organisasi.
23
Perbandingan definisi internal auditing lIA (Krogstad, 1999) yang lama
(1947) dengan definisi lIA yang barn (1999) adalah :
,---
I IIA 1947 IlA 1999
1 Fungs! penilaian indepcnden yang 1 Suatu"aktivitas independen yang objektif
dibentuk dalam suatu organisasi
2 Fungsi penilaian 2 Aktivitas pemberian jaminan keyakinan dan
konsultasi
3 Mengkaji dan mengevaluasi aktivitas 3 Dirancang untuk mcmberikan suatu nihil"
organisasi sebagai bentuk jasa yang tambah serta meningkatkan kegiatan operasi
diberikan bagi organisasi organisasi
4 Membantu agar para anggota organisasi 4 Membantu organisasi dalam us aha
dapat menjalankan tanggung jawabnya mencapai tujuannya
secara efektif
5 Memberi hasil analisis, penilaian, 5 Membcrikan suatu pendckatan disiplln yang
rekomcndasi, konscling dan infonnasi sistematis untuk rnengevaluasi dan
yang berkaitan dengan aktivitas yang meningkatkan keefektifan rnanajemen
dikaji dan dan menciptakan risiko, pengendalian dan proses pcngaturan
pengcndalian efcktif dcngan biaya yang dan pengelolaan organisasi I
wajar .~~-~-~~~ --_ ..
Pertimbangan yang mendasari definisi barn (1999) tersebut adalah : (l)
gambaran tentang profesi audit internal seeara lebih baik akan diperolch dan
seberapa baik jasa atau pelayanan yang diberikannya, bila dibandingkan dengan
siapa yang melaksanakannya atau apa saja jasa yang dapat diberikan; (2) agar
tetap bertahan, profesi auditor internal hams dapat dianggap sebagai pemberi nilai
tambah bagi organisasi; (3) auditor internal perIu mengadopsi scmua SUdllt
pandang dari selumh rantai nilai (value chain); (4) stmktur konseptuaJ alldi t
internal hams clapat menjangkau hal~hal di luar berbagai proses inheren yang
dilakukannya, untuk mencenninkan auditor internal sebagai pendorong
tersedianya jasa organisasional; dan (5) standar dan pedoman profesi yang lainnya
24
hams tidak sckedar mcnjadi pedoman bagi anggota profesi, namun juga harus
ciapat mcnsimbolisasikan kualitas atnu keahlian khas auditor internal kepacia
pasar.
Audit eksternal yang dilaksanakan oleh kantor akuntan puhlik di samping
memberikan pelayanan audit, khususnya bila akan memberikan penciapat atas
laporan keuangan, juga memberikan nasihat untuk bidang perpajakan dan bila
perIu dapat memberikan
kinerjanya.
konsultasi manajemen dalam rangka perbaikan
Bila audit internal dibandingkan dengan audit eksternal dan ditinjau dari
berbagai aspek pelayanan ( Barlow, 1995) akan nampak sebagai berikut :
Aspek Layanan Audit Internal dan Eksternal
Aspek Internal Ekstemal
---Konsumen ManajcriKomite Audit Pemegang saham
Fokus Resiko Usaha Resiko Laporan Kcuangan
Orientasi Saat ini dan yang akan datang Yang lalu sampai saat ini
Pengendalian Langsung Tidak langsung
Kecurangan Langsung Tidak langsung
Kebebasan Objektivitas Bcrdasar status
Kegialan Proses yang sedang berjalan Tiap periode akuntansi
Sumaer : Ba ·Iow I 5 --
( 99 )
Di samping tugas pokok audit yaitu meningkatkan kinerja organisasi, audit
intelllal juga seringkali memberikan layanan berupa pemberian saran untuk
mcrnperbaiki kincrja bagi setiap levelrnanajer.
25
3.3 Kincrja
Lalu apakah yang dimaksudkan dengan kinerja alau preslasi kcrja
(perfcmnance) ilu sendiri ? Jika pcrusahaan alau unit organisasi melaksanakan
kegiatan usaha pasti dimintakan sualn hasil dari kegiatan tersebut. Organisasi
mcngkoordinasikan berbagai potensi dan menetapkan langkah-Iangkah stratcgis
nntuk mencapai bcrbagai tujuan dan misi. Collins (1992) menggambarkan
langkah slrategis perusahaan atau organisasi sebagai bcrikut :
Product line Target markets
Finance and control
Research and development
Purchasing
Sumber : Collins Cs. (1992)
Marketing
BUSINESS STRATEGY
Objectives for profitability, growth,
market share, building of
COIllI)('{ilivc advantage
~ Sales
Distribution
Manufacturing
Technology
Stratcgi Pcrusahaan atau Organisasi
Kegiatan organisasi pada ul11umnya meliputi berbagai tujuan dan misi
sualu usaha, dan mcncakup berhagai kebijaksanaan pendukung yang akan
dilcrapkan untuk mencapai berbagai tujuan organisasi. Pemyataan lenlang tujuan
harus dipcrluas dcngan sualu pcrnyataan khusus tenlang prod uk, leknologi, jalur
26
distribusi, teknik produksi cmanujilL'!urinf,,), dan kebijakan pelayanan apakah yang
akan diterapkan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Lingkaran stratcgi merupakan alat yang sangat berg una untuk
mengilustrasikan tingkat kekhususan dan konsistensi yang harus dicapai dalam
suatu kegiatan. Dalam inti strategi bisnis terdapat berbagai tnjuan serta konsep
tcntang cara perusahaan atau unit usaha berkompetisi. Di sekeliling inti strategi
organisasi, terdapat berbagai kebijaksanaan fungsional kunci yang sama
pentingnya, dan masing-masing harus konsisten satu dengan yang lainnya serta
sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai organisasi.
Dari strategi organisasi, para pihak yang berkepentingan (stakeholder)
akan menuntut hasil tertentu sesuai dengan kepentingarmya. Berdasarkan berbagai
alasan yang akan nampak jelas, maka pandangan dan tuntutan dalam hal ini dapat
dianggap sebagai pandangan masyarakat terhadap organisasi. Masyarakat akan
mengamati berbagai hal yang dilakukan oleh organisasi.
Pandangan stakeholder terhadap organisasi secara sistematis ditunjukkan
pada gam bar berikut :
Debtors
ioney Moncy
Mone'
Labor Goods and
/x-,. __ ..-~ Goods, services and control
M~ / /. !'vlonc· 10ney
Goods and scr·vices
Sumber: Collins (1992)
Pandangan Stakeholder tcrhadap Perusahaan atau organisasi
27
Dalam pandangan para fihak yang berkepcnlingan, organisasi dilihal
scbagai pusal kumpulan transaksi, dimana lerjadinya pcrlukaran an lara uang
organisasi dengan peke~jaan yang dilakukan olch pcgawai, perlukaran an lara uang
dengan berbagai barang dan jasa yang dibcrikan oleh para pcmasok, pertukaran
anlara barang dan jasa organisasi dengan uang para pelanggan, pertukaran antara
uang yang sebelumnya telah dilerima oleh organisasi dengan uang yang kemudian
dibayarkan kepada para investor alau pemberi pinjaman, peliukaran antara uang
yang sebelumnya lclah diserahkan oleh organisasi dengan uang yang kemudian
dilerima dari para debilur, serta peliukaran an tara uang dengan penggunaan
berbagai jasa dan fasilitas yang diberikan oleh pemerinlah, yang memiliki
sejumlah kewenangan untuk mengendalikan dan mengawasi organisasi.
Pandangan para stakeholder terhadap kinerja (performance) organisasi
dapat saj a berbeda satu dengan yang lainnya sesuai dengan kepentingannya.
Fihak-fihak yang berkepentingan akan menilai kinelja perusahaan dibandingkan
dengan standar atau keinginannya . Dengan demikian kinerja adalah suatu hasil
dari kegialan alau pekeljaan yang lelah dilaksanakan.
Collins (1992) tentang per[onl1ance I11cngemukakan : "Performance is
Ihen defined as the resull of a pallern of aclions carried oul 10 salisjj' an objective
according to some standards"
Peiformance alau kinerja merupakan sualu pola lindakan yang
dilaksanakan untuk mencapai lujuan, yang diukur alau dibandingkan dengan suatu
standar. Jadi kinerja adalah pencapaian suatu lujuan dari suatu kegialan alau
pekeljaan terlentu untuk mencapai tujuan organisasi yang diukur dcngan suatu
slandar. Dcngan demikian hasil dari kegiatan organisasi perlu dinilai melalui
proses penilaian alau audit.
28
4 Pcmbiayaau Pemcrintah Dacl'ah
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 lentang
Perimbangan Keuangan Antar Pusat dan Daerah (pasal 2) menga(ur :
(l) Penyelenggaraan tugas daerah dalam rangka pelaksanaan Descnlral isasi dibiyai atas beban APBD
(2) Penyelenggaraan tugas Pemerintah Pusat yang dilaksanakan oleh perangkat Daerah Provinsi dalam rangka pelaksanaan Dekonscnlrasi diayai atas beban APBN.
(3) Penyclenggaraan tugas Pcmcrintah Pusat yang dilaksanakan oleh perngkat Dacrah dan Desa dalam rangka tugas Pembantuan dibiayai alas beban APBN.
(4) Penyerahan atau pelimpahan kewenangan Pemerintah Puasat kepada Gubernur atau penyerahan kewenangan atau penugasan Pemerintah Pusat kepada BupatifW alikota diikuti dengan pembiayaan.
Sumber-sumber penerimaan Daerah dalam pelaksanaan dcscntralisasi
(pasal 3) adalah : (I) Pendapatan AsIi Daerah; (2) Dana Perimbangan; (3)
Pinjaman Daerah; dan (4) Lain-lain Penerimaall yang sah
Sumber Pendapatan Asli Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
huruf a, terdiri dari : (I) Hasil pajak Daerah; (2) Hasil retribusi Daerah; (3) Basil
perusahaan miIik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah lainya yang
dipisahkan; dan (4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan dalam Pelaksanaan Dcsenlralisasi
(Pasal 19) mengatur sebagai berikut :
(1) Semua penerimaan dan pengcluaran dalam rangka pclaksanaan Desentralisasi dicatat dan dikclola dalam APBD.
(2) Semua pencrimaan dan pcngcIuaran Daerah yang tidak berkaitan dcngan pelaksanaan Dekosenntrasi atau Tugas Pcmbantuan mcrupakan penCrImaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
(3) APBD, Perubahan APBD, dan perhitungan APBD ditclapkan dengan Peraturan Daerah.
29
(4) APBD, Perubahan APBD, dan Perhitungan APBD merupakan Dokumen Daerah.
Pemeriksaan Keuanagan Daerah (pasaI2S) mengatur sebagai berikut :
Pemeriksaan atas pelaksanaan, pengelolaan, dan pertanggungjawaban keuangan Daerah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 5 mengatur :
(I) Ketentuan ll1engenai pajak Daerah dan retribusi Dacrah sebagaill1ana dill1aksud dalall1 pasal4 huruf c, dan hurufb, diatur dengan undang-undang.
(2) Ketentuan ll1engcnai perusahaan ll1ilik Daerah dan pengelolaan kckayaan Dacrah lainnya dipisahkan sebagaill1ana dill1aksud dalall1 pasal 4 huruf c, diatur sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Dana Pcrtill1bangan (Pasal 6) ll1engatur sebagai berikut :
(1) Dana PCliill1bangan terdiri dari :
a. Bagaimana Daerah dari Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan Penerimaan dari sumber daya alam;
b. Dana Alokasi Umum;
c. Dana Alokasi Khusus;
(2) Penerimaan Negara dari Pajak Bumi dan Bangunan dibagi dengan il11bangan IO% (sepuIuh persen) untuk Pel11erintah Pusat dan 90% (sembi Ian puIuh persen) untuk Daerah.
(3) Penerimaan Negara dari Bea Perolehan Hak at as tanah dan l3angunan dibagi dcngan imbangan 20% (dua puluh persen) untuk Pcmerintah Pusat dan 80% (dclapan puluh perscn) untuk Dacrah.
(4) Sampai dengan (6) dan setcrusnya tclah l11cngaturnya
30
5 Analisa Penerimaaan dan Pengeluaran
5.1 Manajer
Pada umumnya manaJcr diartikan scbagai seseorang yang
berlanggungjawab alas scgala kegiatan yang lerjadi dalam organisasi alau pada
unit organisasi yang dipimpimnya. Pada umumnya para ahli mengklasifikasikan
fungsi manajemen secara berlainan, tctapi telah disepakati secara umum bahwa
fungsi manajemen paling scdikit terdiri dari empal fungsi pengorganisasian,
seperti yang dikemukakan oleh Sawyer (1998) : "Management's four primary
functions include planning, organizing, directing, and controlling ... ..... "
Sehubungan dengan pcngertian manajer ini, Kaplan dan Atkinson (1989)
bcrpendapat sebagai berikut :
" ........ , good managers are ambitious and take pride in their work. If their role is restricted to carrying out instructions determined at higher levels, they may lose interest in their assignments and cease applying their talents to their assignment. The firm may also find it difficult to attract creative and energetic people to serve merely as decision impiementators. Managers will become motivated and interested in their assignments when they are permitted more discretion in pel/arming their tasks".
Dengan demikian manajcr yang baik ialah manaJer yang bcrambisi dan
bangga akan pekerjaannya. Bila peran manajcr dibatasi pada hanya melaksanakan
tugas alau instruksi yang telah ditctapkan olch atasannya, maka mercka tidak akan
benl1inat lagi untuk mclaksanakan tugasnya, dan akan menghindar unluk
menerapkan bakatnya dalam mcnjalankan lugas tcrscbut. Organisasi alau
pcrusahaan akan menghadapi kesulitan untuk mcnarik orang-orang yang krcatif
dan cnergik yang hanya akan bckcrja scbagai pelaksana keputusan. Para manajer
akan !cbih telll10tivasi dan tcrtarik unluk melaksanakan tugasnya, bila mcrcka
dibcri lebih banyak kcleluasaan dalam melaksanakan tugasnya.
31
5.2 Pelaksanaan Tn gas
Pengendalian internal meliputi reneana organisasi dan semua metodc dan
ukuran serta kebijakan yang terkoordinasikan dalam suatu organisasi untuk
mengamankan harta kekayaan, menguji ketepatan dan sampai berapa jauh data
akuntansi dapat dipereaya, mendorong efisiensi operasional dan mendorong
ditaatinya kebijaksanaan pimpinan yang telah digariskan.
Pengendalian internal didefinisikan seeara luas sebagai proses yang
dipengaruhi oleh pimpinan puneak, manajer serta personil lain dalam suatu
entitas, yang dirancang untuk memberikan jaminan yang banyak berkaitan dengan
peneapaian berbagai tujuan dengan kategori berikut : (1) keefektivan dan efisiensi
operasi, (2) reliabilitas laporan keuangan; dan (3) ketaatan terhadap ketentuan dan
perundang-undangan yang berlaku.
Pengendalian internal dipcrlukan untuk mencapaI tujuan orgaI1lsasl.
Scjalan dengan semakin luas dan kompleksnya perusahaan, manajemen organisasi
dihadapkan pada kcterbatasan kemampuan untuk mcngawasi dan mengendalikan
operasi organisasi seeara kcseluruhan. Keadaan ini menyebabkan manajemen
melimpahkan sebagian tanggung jawab dan wewenang kepada auditor intemal.
Untuk memastikan bahwa kegiatan organisasi telah sesuai dengan kebijakan dan
proscdur maka diperlukan sistem pengendalian intemal yang efektif.
Teori-teori yaIlg telah diungkapkan terdahulu merupakan pisau analisis
bagailllana para Illanajer yang bersangkntan dapat meyakini bahwa selllua reneana
dapat direalisasi dengan baik.
Reneana penerilllaan dan pengeluaran yang tdah disyahkan dan termllat
dalam APBD harus dijaga agar pelaksanaanya scsllai dengan program, baik dari
sisi penerimaanmallpun dari sisi pengeluaran.
Analisa terhadap penerilllaan dan pcngeillaran dimulai sejak program
ditctapkan, pelaksanaan program sampai pelaporannya.
32
Alat analisa yang dipergunakan terhadap penerimaan maupun pcngeluaran
adalah pcmeriksaan kcpatuhan (compliance audit) dan pemcrikasaan operasional
(operasional aUdit).
Analisa penerimaan dan pengeluaran dapat ditempuh dengan berbagai cara
antara lain:
(I) Membandingkan rencana dengan realisasi antar peri ode tertentu.
(2) Membandingkan realisasi tiap periode sebelumnya.
(3) Berbagai ratio dapat diterapkan tergantung kepada kebutuhan di lapangan.
Dati laporan hasil analisa merupakan umpan balik bagi organisasi untuk
perbaikan, meninjau kembali atau memperbaiki sistem yang ada agar tujuan
organisasi tercapai.
6 Fuugsi Audit
Pada umumnya para manajer tidak semuanya ahli dalam audit atau
pCl11eriksaan. Tugas l11anajer antara lain l11enjaga agar sistel11 pengendalian
intcmal berjalan dengan baik agar tujuan organisasi tercapai.
Pasal 25 UU No. 25 / 1999 l11enyebutkan :
" Pel11eriksaan atas pelaksanaan, pengelolaan, dan pertanggungjawaban keuangan Daerah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ".
Pasal 5 UU No. 25 / 1999 menyebutkan bahwa :
" Ketentuan l11engenai perusahaan milik Daerah diatur sesuai dengan peraturan pcrundang-undangan yang berlaku ".
Dati bunyi pasal 5 dan 25 UU No. 25 / 1999 l11aka fungsi audit untuk :
(I) Tingkat Propinsi oleh lnspektorat Wilayah Propinsi.
(2) Tingkat Kabupaten oleh lnspektorat Wilayah Kabupatcn.
(3) Tingkat Kodya oleh inspektorat Wilayah Kotal11adya.
(4) BUMD oleh Satuan Pengawasan lntem.
33
Dari berbagai pcnclitian menujukkan Aparat Pengawasan Fungsional
(APF) belul11 dapat l11elaksanakan tugasnya dengan baik yang disebabkan olch
berbagai ketcrbatasan, khususnya keterbatasan pengetahuan bidang audit internal.
Banyak APF tradisional cenderung menerapkan gaya bermusuhan dalam
l11elaksanakan tugasnya dan sangat sedikit manajer yang menerima kehadiran
perfeksionis yang agresif ini dengan senang hati. Saat ini auditor internal perlu
melihat adanya rasa ketakutan dan ketidakpercayaan dari l11anajemen untuk semua
tingkatan. Apakah ini harus selalu dihadapi oleh auditor internal? Apakah auditor
internal harus dipandang sebagai orang yang selalu membawa petaka pada saat
melakukan tugasnya ?
Sudah saatnya auditor internal l11empunyai pandangan luas serta
pel11ahaman terhadap berbagai proses manajerial dan berkaitan dengan manusia,
yang mendasari fungsi audit internal. Yang dibutuhkan oleh auditor internal dalam
melakukan tugasnya adalah suatu pendekatan holistik, bahwa para manajer dan
pihak yang diaudit merupakan pribadi kompleks yang beIjuang dalam suatu
Iingkungan yang menghasilkan berbagai tekanan profesional.
Masih banyak sikap auditor internal yang mencari kesuksesan dcngan
menyampaikan tenman dan menyajikan hal-hal yang tidak mengenakkan auditee
dan manajer. Tidak sedikit auditor internal mulai melaksanakan tugasnya dengan
suatu perselisihan, seria menonjolkan kewenangan yang melekat pada dirinya.
Oleh karen a itu, auditor internal harus bertindak profesional dalam segal a hal agar
ia tidak dipandang sebagai seorang pemangsa yang tidak dapat diduga tingkah
laku dan tabiatnya. Sifat inilah yang harus dirombak agar auditor internal dapat
menjaga dan meningkatkan nilai tambah organisasi.
APF sudah saatnya harus mempunyai pandangan business, memberi nilai
tambah, dilaksanakan oleh orang-orang yang kOl11poten dan qualified, beriilosofi
l11embcrikan layanan, mclihat jauh kedepan, dapat hekerja sama dengan audittee
dan ekstemal auditor.
Untuk meningkatkan kulitas APF ban yak pelatihan yang diselenggarakan
oleh Perguruan Tinggi atau Lembaga Pelatihan di Indonesia. Satu diantaranya
34
adalah Yayasan Pcndidikan Internal Audit (YPJA) yang didirikan di Jakarta pada
tanggal I 7 Apri I 1995
Auditor internal di Indonesia dengan berbagai nama dan sebutan
organisasinya barn muneul sekitar dua-tiga dasawarsa yang lalu, antara Jain : (I)
The Institute of Internal Auditors (II A) Indonesia Chapter, yang beltaraf
internasional; (2) Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Internal Badan Usaha
Milik Negara dan Badan Usaha MiJik Daerah (FKSPI BUMN dan BUMD); (3)
Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAil); disamping Yayasan Pendidikan
Internal Audit (YPIA) serta Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA).
Orgarlisasi auditor internal dan lembaga-lembaga di atas, menurut
pendapat kami, baik seeara fonnal maupun secara non-fonnal saling membantu
dan saling mengisi dalam rangka mengembangkan audit internal di Indonesia.
YPIA yang berdiri tanggal 17 April 1995 telah berusaha
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi para auditor internal di
Indonesia untuk menuju Certified Internal Auditor yang bersifat nasional dengan
mengacu dan menggunakan model dari IIA (Institute of Internal Auditors) yang
bcrpusat di Florida, Amcrika Scrikat.
Basil pcndidikan YPIA selelah dinilai, diuji dan dianggap mampu olch
Dewan Sertifikasi QIA, para alumni YPIA diberi sCltifikat QIA beserta nomor
registernya. IIA Indonesia Chapter, FKSPI BUMNfBUMD, YPIA, Dewan
Seltifikasi QIA, dan PAIl mendorong para pemegang QIA di Indonesia untuk
mendapatkan sertifikal bcrtaraf inlemasional yaitu Certified Internal Auditor
(CIA) yang penyelenggaraan ujiannya olch IIA.
Para pendiri YPIA berpendapat, unluk memenuhi kebutuhan QIA di
Indonesia perIl! adanya lembaga pendidikan dan latihan. Langkah IIlI mcmru
negara-negara lain dalam meningkatkan kualitas auditor internal.
Disamping itu penulis (1994) berpcndapat auditor internal di Indonesia
perlu sualu wadah dan gagasan ini dimuat pada kata pcngantar buku kami :
"Stan dar Profesional Audit Internal" (hln 7) yang diterbitkan pertama kali tahun
1995. Pada tanggal 12 Mei 1999 didorong oleh FKSPI BUMNfD, YPIA, dan
35
Dewan SCliifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) telah berdiri I'erhimpunan
Auditor Internal Indonesia (PAIl)
Alamat YPIA :
Yayasan Pendidikan Internal Audit
Graha Sucofindo
Jalan Raya Pasar Minggu kay. 34 Lt. 3, Jakarta 12780
Telp. (021) 7985555, 7983666 Ext. 1551 Fax. (021) 7986666
Sejak YPIA berdiri pada tanggal 17 April 1995 sampai akhir April 2000 telah melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk para auditor internal, baik dari BUMN, BUMD, BUMS, dan lembaga-Iembaga lailillya, dengan perineian sebagai berikut :
(l) Jumlah orang yang telah megikuti pendidikan dan pelatihan sebanyak 2.706 orang.
(2) Jumlah organisasi yang telah mengirimkan stafnya ke YPIA sebanyak 307 organisasi yang tcrdiri dari :
BUMNID 242 perusahaan BUM Swasta 60 perusahaan Lcmbaga Lain 5 lembaga
lumlah 307 orga!1lSaSl -_.
lumlah orang yang telah mendapatkan sertifikat QIA dari Dewan
Scrtifikasi Qualified Internal Auditor sebanyak 858 orang.
DAFTAR PUSTAKA
Australian Society ofCPAs. "Auditing Handbook". Vol. 2, Ncw York, Prentice Hall of Australia Pty Ltd, 1993.
Barlow, Helberg Cs, "17,e Business Approach to Internal Auditing ". First edition, Johannesburg, Juta & Co. Ltd, 1995.
Hiro Tugiman, "Pandangan Barll Internal Auditing ". edisi keempat, Penerbit Kanisius, Y ogyakarta, 2000.
Namee Mc David, "Fraud Auditing Survival Skills". Management Control Concepts (Walnut Creeek), CA USA, New York, 1995.
Ratliff L. Richard,Wallace A. Wanda, Lcebbecke K. James and Me Farland G. William, "Internal Auditing Principles and Techniques". The Institute ofInternal Auditors, Florida, 1996.
Sawyer B. Lawrence, Dittenhofer A. MOItimer, "Internal Auditing". Fourth edition, The Institute oflnternal Auditors, Florida, 1996.
The Institute of Internal Auditors. "Standards For The Professional Practice of Internal Auditing ". Florida, 1995.
Breakspear J. Drew, "Run Is Like a Business". journal the Institute of Internal Auditors, February 1998.
Chalil B. Lawrence, "'n,e Value - added Compliance Audit". journal the Illstitute of Internal Auditors, June 1998.
Engle 1. Tcny, "Managing External Auditor Relationships". Journal/nsfilute oj Infernal Auditors, August 1999.
Krogstad K. Jack, Ridley J. Anthony, " Where We're Going ", journal the InstitUie of Internal Auditors, October 1999.
Maynard R. Gregg, "Internal Auditing as a Function of Risk Management". Journal the Institute of Internal Auditors, Februari 1999.
Simmons R. Mark, "COSO Based Auditing". Journal the Institute of Internal Auditor.\', Desembcr 1997.
Tulisan / Disertasi dari Hadibroto dan Ardin Wirakusumah
Undang -- Undang Nomor 22, 25, dan 28 Tahun 1999
Walz Anthony, "Intemal Auditing Value Drivers". journal the Institute o( Interna! Auditors, Februari 1997.
Ziegenfuss E. Douglas, " Measuring Performance ". journal the Institute of Internal Auditors, February 2000.
Lampiran 1.1
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1999
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
Pasal14
(I) Oi daerah dibentuk OPRD sebagai Badan Legislatif Oaerah dan Pemerintah Oaerah sebagai Badan EksekutifOaerah
(2) Pemerintah Oaerah terdiri alas Kepala Oaerah beserta pcrangkat Oaerah lainnya.
Pasal18
(a) OPRD Bersama dengan Gubemur, Bupati, atau Walikota menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Oaerah (pasal Id)
(b) Melaksanakan pcngawasan terhadap :
I) pelaksanaan Pcraturan Oaerah dan peraturan perundang-undangan lain
2) pelaksanaan kcputusan Glibemur, Bupati dan Walikota;
3) peiaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Oaerah;
4) kcbijakan Pemerintah Daerah; dan
5) pelaksanaan kcrja sama intemasional di Oacrah;
(pasal!)
Pasal 19
(I) OPRD l1lcmpllnyai hak an tara lain:
a. mcminta pcrtanggungjawaban Gllbemur, Bupati, dan Walikota (pasal 1 a);
b. l11cngadakan penyclidikan (pasal Ic);
c. menentllkan anggaran bclanja DPRD (pasal 1 g);
d. mcnctapkan Pcratllaran Tata Tertib DPRD (pasal 1 h).
KEWAJIBAN KEPALA DAERAH
Pasal44
(I) Kcpala Dacrah memimpin penyelenggaraan Pemcrintahan Oacrah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD.
(2) Dalam mcnjalankan tugas dan kewajibannya, Kepala Dacrah beI1anggllng jawab kcpada OPRO.
Lampiran 1.2
(3) Kepala Daerah Wajib menyampaikan laporan at as penyelenggaraan Pemerinlah Daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeli dengan tembusan kepada Gubernur bagi Kepala Daerah Kabupaten dan Kepala Daerah Kota, sekurang-kurangnya sekali dalam satu lahun, atau jika dipandang perlu oleh Kepala Daerah atau apabila diminta oleh Presiden.
Pasal45
(1) Kepala Daerah wajib menyampaikall pertanggungjawaban kepada DPRD pada setiap akhir tahun anggaran.
(2) Kepala Daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban kepada DPRD untuk hal tertentu atas permintaan DPRD sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 ayat (2).
KEUANGAN DAERAH
Pasal78
(1) Penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah dan DPRD dibiayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(2) Penyelenggaraan tugas dan Pemerintah di Daerah dibiayai dari dan atas bcban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Pasal79
Sumber pcndapatan Daerah terdiri atas :
a. pcndapatan asli Daerah, yailu :
1) hasil pajak Daerah
2) hasil retribusi Daerah
3) hasil perusahaan milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan Dacrah
yang dipisahkan, dan
4) lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah;
b. dana perimbangan
c. pinjaman Daerah; dan
d. lain-lain pendapatan Daerah yang sah.
PEMBINAAN DAN PENGA W ASAN
Pasal1I2
Lampiran 1 3
(l) Dalam rangka pembinaan, Pemerintah memfasilitasi penyelenggaraan Otonomi Daerah.
(2) Pedoman menangani pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan Otonomi Daerah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal1I3
Dalam rangka pengawasan, Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala
Daerah disampaikan kepada Pemerintah selambat-Iambatnya lima belas hari
setelah ditetapkan.
Pasal1I4
(I) Pemerintah dapat membatalkan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang belientangan dengan kepentingan umum atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi danlatau peraturan perundangundangan lainnya.
Lampiran 2.1
Vayasan Pendidikan Internal Audit didirikan dengan Ak1e Notaris No. 122
a!U nama Ny. Raina Komala Komar, SH yang disyahkan di Jakart, tMgg,1 17
April 1995.
I'endiri
1. Drs. Hiro Tugim.n
2. . Drs. SoedaIjooo
3. Jr. Martiooo Hadianto, MBA
4. .' Drs. Ida Bagus Putu Sargo 5. . Drs. Setyanto Pram Santoso, MA
6. SoedAr Kendarto
7. Drs. F.X. Sriharto Tjokrowinoto
8. Drs. Ridwao F atarudin
9. Drs. Achmad Soebianto, MBA
10. Drs. Syaiful Amir
11. Darwis Abdul RAhman. SE
Visi dan Mis; Vayasan Pcndidikan Internal Audit (YPIA)
<lr VIS/. Yayasan PClldidlkan IflurnaJ Audll(YPlA)
Mencelak internal Auditor wlggulan kefos dunlo
'.':. -
.. ~ ..
>.~",
, .~
•. 1;"
.;'. I'~
.. ~,' '~,'
'.'" ",'
" .' . .~,.,.'
SERTIFIKAT ::"," ".;
Diberikan kepada . ." . ,,'t' .• '
;,:::~,.'._,:' C·:. ri~::::1:·;I-' .. ~','J:usr C1;:"'_'::.'~J '~F::;"·,":". ;"I_l~ ':;.~ O',,":.;;:;':'C ;, :,~" ',1.
:';,.'·\ .. ·;:'-,FC: 1\'7::;"'~',"·_ ;\'.I],TCP. ,"':,L;\L,j':!':,::J
'·J'·y··._'f'C:' )" .""f ";';,'< .i~:' f''':?, \:',.;" ._:~:.:,
;,i •. '.':"_.F't: .. l':-::::;~:;'."- :.\~;,;··n::r CI .. :"t'~-.
::"I.'~. :i ·t:C:
.C;' .. ;,,,:":!,"'.';:':' :'-,-·i',".':'·if<. :,:";::. '\ ... ' ~ ,;,~:i'"i::,:,
C_ .... :::: !,,;-~'::::i'iL'_ ,::',;,:"7Z:;:: U,·.,i:::; Q',:,Il,L!~'r',:: I~.j-E':l~~t., :\U;)';;;:i: Cl ',.'.!r-!o;:', :':1~;,::.;,·'
'~d,,:,,,.';:'E':; 1~~7E:;~!,·'.," ~"'"!>-rC~ Ql:."~';::~~;
'--./ ..... : .. ~~::f; ";~r::':'J:; ".;.: " .• "
,..·r-,,,:,- .... ~ " ,-.1
"".
'·':T:;'.'·"
,', ',- ::::,.'.!.'.
--":i
,." ' , ~ 1". '"
HiroTugiman
C"; , '''j.
:.,; " :-:
,. '\1.:'"
:, .. t·
",,'
""-
,_r.,:,
,., ','", '.", .. ,~
'.::,,". '" ·c
, .:;
: L':
. '.1.;:.
'" ;
,~ :. ~ ~ .. '
.. , \.;;-. ' ..
".1:" :'1': ".,": ..
j -~.
.. ,,: :,,~. ..'- ... ~ . ··'.·' .... r.
.: .. SEKRETARlS, :;,>' ;", '.·Y"
.. :','
Soekardi Hoesodo
Lampiran 3.1
Internal Control Guidance for Directors on the Combined Code
.'
/
Foreword from the London Stock Exchange
The London Stock Exchange welcomes the publicatIon of Intemal COlltrol:
Guidance for Directors on the Combined Code, published by the Internal Control Working Party of the Institute 01 Chartered Accountants in England & Wales. The work involved In preparing this gUidance lor directors 01 UK incorporated listed companies in respect of Principle D.2 of the Combined Code, and its. associated Provisions D.2.1 and D.2.2, is greatly appreciated.'
The Working Party's gUidance is consistent with both the requirements of the Combined Code and 01 the related Listing Rule disclosure requirements, and clarifies to boards of directors of listed companies what is expected of them. We consider tI)at compliante with the guidance will constitute compliance with Combined Code provisions D.2.1 and D.2.2 and provide appropriate narrative disclosure of how Code principle D.2 has been applied.
Once the guidance has been adopted in full by a company the gUidance on Internal Control and Financial Reporting (the Rutteman guidance) will have been superseded and fuli compliance with the Combined Code and Listing Rule requirements Is possible.
Paul Geradine Head of Listing London Stock Exchange
September 1999
Internal Control
Contents
Introduction
Lampiran 3.3
Paragraph number(s)
Internal control requirements of the Combined Code 1-7
Objectives of the guidance 8-9
The importance of internal control and risk management 10-13
Groups of compa'nies 14
.' The Appendix
Maintaining a sound system of internal control
Responsibilities
Elements of a sound system of internal control
Reviewing the effectiveness of internal control
Responsibili ties
The process for reviewing effectiveness
The board's statement on internal control
'Internal audit
Appendix
Assessing the effectiveness of the company's risk and control processes ."'
Membership orille II/ternal Control Working'Pl.lrty
Internal Control
2
15
16-19
20-24
25-26
27-34
35-41
42-47
Lampiran 3.4
Introduction
Internal control requirements of the Combined Code
1. When the Combined Code of the Committee on Corporate Governance (the Code) was published, the Institute of Chartered Accountants in England & Wales agreed with the London Stock Exchange that it would provide guidance to assist listed companies to implement the requirements in the Code relating to internal control.
2. Principle D.2 of the Code states that 'The board should maintain a sound system of internal control to safeguard shareholders' investment and the company's assets'.
3. Provision D.2.1 states that 'The directors should, at least annually, conduct a review of the eff@ctiveness of the group's system of internal control and should report to shareholders that they have done so. The review should cover all controls, including financial, operational and compliance controls and risk manageme.ot'.
4. Provision D.2.2 states that 'Companies which do not have an internal audit function should from time to time review the need for one',
5. Paragraph 12.43A of the London Stock Exchange Listing Rules states that 'in the case of a company incorporated in the United Kingdom, the following additional items must be included in its annual report and accounts:
(a) a narrative statement of how it has appJied the principles set out in Section 1 of the Combined Code, providing explanation which enables its shareholders to evaluate how the principles have been applied;
(b) a statement as to whether or not it has complied throughout the accounting period with the Code pfOvision's set oUl in Section 1 of the Combined Code. A company that has not complied with the Code provisions, or complied with only some of the Code provisions or (in the case of provisions whose requirements are of a continuing n,1ture) complied for only part of an accounting period, must specify the Code provisions with which it has not complied, and (where relevant) for what part of the period such non-compliance continued, and give reasons for any non-compliance',
6. The Preamble to the Code, which is appended to the Listing Rules,;makes it clear that there is no prescribed forih or content for the statement setting out how the various principles in the Code have been applied. The:intention is that companies should have a free hand to explain their governan<;e policies in the light of the principles, including any special circumstances which have led to them adopting a particular approach.
Internal Controi
3
Lampiran 3. I
7. The guidance in this document should be followed by boards of listed companies in:
• assessing how the company has applied Code principle 0.2;
• implementIng the requirements of Code provIsions D.2.1 and D.2.2; and
• reporting on these matters to shareholders in the annual report and accounts.
Objectives of the guidance
8. This guidance is intended to:
• reflect sound business practice whereby internal control is embedded in the business processes by which a company pursues its objectives;
.' • remain relevant over time in the continually evolving business environment; and
• enable each company to apply it in a manner which takes account of its particular circumstances.
The guidance reqUires directors to exercise judgement in reviewing how the company has implemented the requirements of the Code relating to internal control and reporting to shareholders thereon.
9. The gUidance is based on the adoption by a company's board of a risk~based approach to establishing a sound system of internal control and reviewing its effectiveness. This should be incorporated by the company within its normal management and governance processes. It should not be treated as a separate exercise undertaken to meet regulatory requirements.
The importance of internal control and risk management
10. A company's system of internal control has a key role In the management of risks that are significant to the fulfilment of Its busIness objectives. A sound system of internal control contributes to safeguarding the shareholders' investment and the company's assets.
11. Internal control (as referred to in paragraph 20) facilitates the effectiveness and effiCiency of operations, helps ensure the reliability of inter~1a! and external reporting and assists compliance with laws and regulations.
12. Effective financial controls, including the maintenance of prope'[ accounting records, are an important element of internal control. They help ensure that the company is not unnecessarily exposed to avoidable financial risks and that financial information used within the business and for publication is reliable. They also contribute to the safeguarding of assets, including the prevention and detection of fraud.
Internal Control
4
Lampiran3.6
13. A company's objectives, its internal organisation and the environment in which it operatf'S arc contiol!aJly evolving and, as a result, tile risks it faces are continually changing. A sound system of internal control therefore depends on a thorough and regular evaluation of the nature and extent of the risks to which the company is exposed. Since profits are, in part, the reward for successful risk-taking In business, the purpose of Internal control is to help manage and control risk appropriately rather than to eliminate it.
Groups of companies
14. Throughout this guidance, where reference is made to 'company' it should be taken, where applicable, as referring to the group of which the reporting company is the earent company. For groups of companies, the review of effectiveness ofi.l)l<:[nal control and the report to rhe shareholders should be from the perspective of the group as a whole.
\~e Appendix ~.
IS: The Appendix to this document contains ques·tions which boards may wish to consider in applying this guidance.
Internal Control 5
Maintaining a sound system of internal control
Responsibilities
Lempiran 3.7
16. The board of directors is responsible for the company's system of Internal control. It should set appropriate policies on internal control and seek regular assurance that will enable it to satisfy itself that the system is functioning effectively. The board must further ensure that the systerilof internal control is effective in managing risks in the manner which it has approved.
17. In determining its policies with regard to internal control, and thereby assessing what constitutes a sound system of internal control in the particular circumstances of the company, the board's deliberations should include consideration of the following factors:
• the natu~e and extent of the risks facing the companYi
• the extent and categories of risk which it regards as acceptable for the company to beari
• the likelihood of the risks concerned materialisingi
• the company's ability to reduce the incidence and impact on the business of risks that do materialise; and
• the costs of operating particular controls relative to the benefit thereby obtained in managing the related risks.
18. It is the role of management to implement board poliCies on risk and control. In fulfilling its responsibilities,. management should identify and evaluate the risks faced by the company for consideration by the board and design, operate and monitor a suitable system of internal control which implements the policies adopted by the board.
19. All employees have some responSibility for internal control as part of their accountability for achieving objectives. They, collectively, should have the necessary knowledge, skills, information and authority to establish, operate and monitor the system of internal control. This will reqUire an understanding of the company, its objectives, the industries and ~markets in which it operates, and the tlsks it faces. .'
Internal Control
6
Lampiran 3.8 Elements of a sound system of internal control
20. An internal centrol system encompasses the policies, processes, tasks, behavIours and other aspects of a company that, taken together:
•
•
•
facilitate Its effectIve and efficient operation by enabling It to respond appropriately to significant business, operational, financial, compliance and other risks to achieving the compants objectives. This includes the safeguarding of assets from inappropriate use or from loss and fc'aud, and .ensuring that liabilities are identified and managed;
help ensure the quality of internal and external reporting. This reqUires the maintenance of proper records and processes that generate a flow of timely, (dt:!vaill and relIable information from within and outside the organisation;
help ensure compliance with applicable laws and regulations, and also with internal policies with respect to the conduct of business . ..
21. A company's system of internal control will reflect its control environment which encompasses its organisational structure. The system will include:
• control activities;
• information and communications processes; and
• proce ...... es for monitoring the continuing effectiveness of the 'y>tem of Internal control.
22. The system of internal control should:
• be embedded in the operations of the company and form part of its culture;
• be capable of responding quickly to evolving risks to the business arising from factors within the company and' to changes in the business cnvironmentj dlJ(..!
• .include procedures for reporting 'Immediately to appropriate levels of management any Significant control faiH.l!gs or weaknesses that are identified together with details of corrective action being uIHlertaken.
23. A sound system of internal control reduces, but cannot eliminate, the possibility o{poor judgement in decision~making; human error;~control processes being deliberately circumvented by employees and oth(.:.{ji management overriding controls; and the occurrence of unforeseeable circumstances.
24. A sound system of internal control therefore provides reasonable, but not absolute, assurance that a company will not be hindered in achieving its business objectives, Or in the orderly and legitimate conduct of its business, by circumstances which may reasonably be foreseen. A system of internal control cannot, however, provide protection with certainty against a company failing to meet its business objectives or all material errors, losses, fraud, or breaches of laws or regulations.
Internal Control
7
Reviewing the effectiveness of internal control
Responsibilities
Lampiran 3.9
25. Reviewing the effectiveness of internal control is an essential part of the board's responsibilities. The board will need to form its own view on effectiveness after due and careful enquiry based on the information and assurances provided to it. Management is accountable to the bo-ard for monitoring the system of internal control and for providing assurance to the board that it has done so.
26. The roie pf board committees in the review process, including that of the audit committee, is for the board to decide and will depend upon factors such as tqe size and composition of the board; the scale, diversity and complexfty of the company's operations; and the nature of the significant risks that the company faces. To the extent that designated bOard committees carry out, on behalf of the board, tasks that are attributed in this guidance document to the board, the results of the relevant committees' work should be reported to, and considered by, the board. The board takes responsibility for·the disclosures on internal control in the annual report and accounts.
The process for reviewing effectiveness
27. Effective monitoring on a continuous basis ~s an essential component of a sound system of internal control. The board cannot, however, rely solely on the embedded monitoring processes within the company to discharge its responsibilities. It should regularly receive and review reports on internal control. In addition, the board should undertake an annual assessment for the purposes of making its public sta~ement on internal control to ensure that it has considered all significant aspects of internal control for the company for the year under review and up to the date of approval of the annual report and accounts.
28. The reference to 'all controls' in Code Provision 0.2.1 should not be taken to mean that the effectiveness of every internal control (including controls designed to manage immaterial risks) should be subject to review by the board. Rather it means that, for the purposes of this guidance, internal controls considered by the board should include all types of controls including those of an operational and compliance nature, as wefi as internal financial controls.
29. The board should define the process to be adopted for its review of the effectiveness of internal control. This should encompass both the scope and frequency of the reports it receives and reviews dliring the year, and also the process for its ann-ual assessment, such that it will be provided with sound, appropriately documented, support for its statement on internal control in the company's annual report and accounts.
Internal ContrOl
8
30. The reports from management to the board should, in relation to the areas. covered by them, provide a balanced assessment of the significant risks and the effectiveness of the system of internal control in mapaging those risks. Any significant control failings or weaknesses identified should be discussed in the reports, including the impact that they have had, could have had, or may have, on the company and the actions being taken to rectify them. It is essential that there be openness of communication by management with the board on matters relating to risk and control.
31. WIi.en reviewing reports during the year, the board should:
• consider what are the significant risks and assess how they have been identified, evaluated and managed; .
• assess the effectiveness of the related system of internal control in managing the significant risks, having regard, in particular, to any significant failings or weaknesses in internal control that have been reported;
.. • consider whether necessary actions are being taken promptly to remedy
any signifICant failings or weaknessesi and
• consider whether the findings indicate a need for more extensive monitoring of the system of internal control.
32. Additionally, the board should undertake an annual assessment for the purpose of making its public statement on internal control. The assessment should consider issues dealt with in reports reviewed by it during the year together with any additional information necessary to ensure that the board has taken account of all significant aspects of internal control for the company for the year under review and up to the'date of approval of the annual report and accounts.
33. The board's annual assessment should, in particularl consider:
• the changes since the last annual· assessment in the nature and extent of significant risks, and the company's ability to respond to changes in its business and the external environment;
• the scope and quality of management's ongoing monItoring of risks and of the system of internal control, and, where applicable l the work of .,its internal audit function and other providers of assurance;
• the extent and frequency of the communication of the results of the monitoring to the board (or board committee(s)) which enables it to build up a cumulative as~sessment of the state of control in the company and the effectiveness with which risk is being managed;
Internal Control 9
Lampiran 3.1 4 the incidence of significant control failings Or weaknesses that have been
identified at any time during the period and the extent to which they have resulted in unforeseen outcomes or cpntingencies that have had, could have had, or may in the future have, a material impact on the company's financial performance or condition; and
• the effectiveness of the company's public reporting processes.
34, Should the board become aware at any time of a signIficant failing or weakness in internal control, it should determine how the failing or weakness arose and re-assess the effectiveness of management's ongOing processes for designIng, operating and monitoring the system of internal control.
.'
Internal Control
10
The board's statement on internal control
Lampiran 3.12:
35. In Its narrative statement of how the company has applied Code principle D.Z. the board should, as a mInimum, disclose that there is an ongOing process for identifying, evaluating and managing the Significant risks faced by the company, that it has been in place for the year under review and up to the date of approval of the annual report and accounts, that it is regularly reviewed by the board and accords with the guidance in this document.
36. The board may wish to provide additional information In the annual report and accounts to assist understanding of the company's risk management processes and system of internal control.
37. The disclo'sures relating to the application of principle D.2 should include an acknowledgement by the board that it is responSible for the company's system of Internal control and for reviewing its effectiveness. It should also explain that such a system is designed to manage rather than eliminate the risk of failure to achieve business objectives, and can only provide reasonable and not absolute assurance against material misstaten:tent .or loss.
38. In relation to Code provision D.2.1, the board should summarise the process it (where applicable, through its committees) has applied in reviewing the effectiveness of the system of internal control. It should also disclose the process it has applied to deal with material internal control aspects of any significant problems disclosed in the annual report and accounts.
39. Where a board cannot make one or more of the disclosures in paragraphs 35 and 38, it should state this fact and provide an explanation. The Listing Rules require the board to disclose if it has failed to conduct a review of the effectiveness of the company's system of internal control.
40. The board should ensure that its disclosures provide meaningful, high-level information and do not give a misleading impreSSion.
41. Where material jOint ventures and associates have not been dealt with as part of the group for the purposes of applying this guidance, this should be disclosed.
Internal Control
11
Internal audit Lampiran 3.13
42. Provision D.2.2 of the Code states that companies which do not have an internal audit function should from time to time review the need for one.
43. The need for an internal audit function will vary depending on company~ specific factors including the scale, diversity and complexity of the company's activities and the number of employees, as well as cost/benefit considerations. Senior management and the board may desire objective assurance and advice on risk and control. An adequately resourced internal audit function (or its equivalent where, for example, a third party is contracted to perform some or all of the work concerned) may provide such assurance and advice. There may be other functions within the company that also provide assurance and advice covering specialist areas such as health and safety, regulatory and legal compliance and environmental issues.
.' 44. In the absence of an internal audit function, management needs to apply
other monitoring processes in order to assure itself and the board that the system of internal control is functioning as i.ntended. In these circumstances, the board will need to assess whether such processes provide sufficient and objective assurance.
45. When undertaking its assessment of the need for an internal audit function, the board should also consider whether there are any trends or current factors relevant to the company's activities, markets or other aspects of its external environment, that have increased, or are expected to increase, the risks faced by the company. Such an increase In risk may also arise from internal factors such as organisational restructuring or from Changes in reporting processes or underlying information systems. Other matters to be taken into account may include adverse trends evident from the monitoring of internal control systems or an increased incidence of unexpected occurrences.
46. The board of a company that does not have an internal audit function should assess the need for such a function annually having regard to the factors referred to in paragraphs 43 and 4S above. Where there is an internal audit function, 'the board should annually review its scope of work, authority and resources, again having regard to those factors.
47. If the company does not have an internal audit function and the board has not reviewed the need for one, the Usting Rules require the board to disclose these facts.
.-
Internal Control
lZ
Lampiran 3.14
Appendix
Assessing the effectiveness of the company's risk and control processes
Some questions which the board may wish to consider and discuss with management when regularly reviewing reports on internal control and carrying out its annual assessment are set out below. The questions are not intended to be exhaustive and will need to be tailored to the particular circumstances of the company.
This Appendix should be read in conjunction with the guidance se(out in this docum~nt.
1. Risk assessniellt • Does th~ company have clear objectives and have they been
communicated so as to provide effective direction to employees on risk assessment and control issues? For example, do objectives and related plans include measurable performance targets an? indicators?
• Are the significant internal and external operational, financial, compliance and other risks identified and assessed on an ongOing basis? (Significant risks may, for example, include those related to market, credit, liquidity, technological, legal, health, safety and enVironmental, reputation, and business probity issues.)
• Is there a clear understanding by management and others within the company of what risks are acceptable to the board?
2. COl1trol ellvironment and control activities • Does the board have clear strategies for dealing with the significant risks
that have been identified? Is there a policy on how to manage these risks?
•
•
Do the company's culture, code of conduct, human resource polIcies and performance reward systems support the business objectives and risk management and internal control system?
Does senior management demonstrate, through its actions as well as its poliCies, the necessary commitment to competence, integrity and fostering a climate of trust within the company?
." • Are authority, responsibility and accountability defined clearly such that
decisions are made and actions taken by the appropriate people? Are the decisions and actions of different parts of the company approp(iately co·ordinated? ."
• Does the company communicate to its employees what is expected of them and the scope of their freedom to act? This may apply to areas sllch as customer relations; service levels for both internal and outsourced activities; health, safety and environmental protection; security of tangible and intangible assets; business continuity issues; expenditure matters; accounting; and financial and other reporting.
Internal Control
13
- Lan!.P:tran·j~15 • Do people in the company (and in its providers of outsourced services)
have the knowledge, skills and tools to support the achievement of the company's objectives and to manage effectively risks to their achievement?
• Hpw arc processes/controls adjusted to reflect new or changing risks, or operational deficiencies?
3. Inforrnation and communication • Do management and the board receive timely, relevant and reliable
reports on progress against business objectives and the related risks that provide them with the information, from inside and outside the company, needed for dccislon.making and management review' purposes? This could include performance reports and indicators of change, together with qualitative information such as on customer satisfaction, employee attitudes etc.
• Are information needs and related information systems reassessed as objectivb and related risks change or as reporting deficiencies are identified?
• Are periodic reporting procedures, including half-yearly and annual reporting, effective in communicating a balanced and understandable account of the company's position and prospects?
• Are there established channels of communication for Individuals to report suspected breaches of laws or regulations or other improprieties?
4. Monitori1lg • Are there ongoing processes embedded within the company's overall
business operations, and addressed by senior management, which monitor the effective application of the policies, processes and activities related to internal control and risk management? (Such processes may include control seJf~assessment, confirmation by personnel of compliance with policies and codes of conduct, internal audit reviews or other management reviews).
• Do these processes monitor the company's abllity to re~evaluate risks and adjust controls effectively in response to changes in its objectives, its business, and its external environment?
• Are there effective follow-up procedures to ensure that appropriate change or action occurs in response to changes in risk and control assessments?
." • Is there appropriate communication to the board (or board cornrnittecs)
on the effectiveness of the ongoing monitoring processes on risk and control matters? This should include reporting any significant failings or weaknesses on a timely basis.
• Are there specific arrangements for management monitoring and reporting to the board on risk and control matters of particular importance? These could include, for example, actual or suspected fraud and other illegal or irregular acts, or matters. that could adversely affect the company's reputation Or financial pOSition?
Internal Control
14
Lampiran 3.16
Membership of the Internal Control Working Party
Nigel Turnbull (Chairman)
Roger Davis (Deputy Chairman)
Douglas Flint
Huw Jones
" David Lindsell
Tim Rowbury
Jonathan Southern
David Wilson
Staff
Anthony Carey
Jonathan Hunt
Executive Director Rmlk GrollI' Pic
Head of Professional Affairs Pricewater/lotlseCoopers
Group Fil1ance Director HSBC Holdings pic
Director of Corporate Finance Prudential Portfolio Managers
Partner Ernst & Young
Internal Audit Consultant
Director of AccoIlntil1g and Reportil1g Diageo pic
Company Secretary and General Counsel Debenhams pic
Project Director, ICAEW
Project Manager, /CAEW
Internal Control 15
1. Nama 2. Tempatffgl Lahir 3. Alamat
4. Riwayat Pendidikan
RJWAYAT HIDUP
Hiro Tugiman Klaten, II Januari 1943 JI. Batik Kumeli no. 9 Bandung --- 40123
I) Lulus (SI) dari Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntallsi Universitas Gadjah Mada, tahun 1970.
2) Lemhannas KRA XXVI tahun 1993. 3) Mahasiswa Program Doktor (S3) Pascasarjana Universitas Padjadjaran
angkatall1997/1998.
5. Riwayat Pekerjaan
I) Tahun 1964 -1970 : bekerja di Kantor Akuntan Negara (sekarang Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan atau BPKP) di Y ogyakarta_
2) Tahun 1971-1999 : pegawai PoT Telkom Bandung, penugasan di bidang Akuntansi, Audit InternaL, Pendidikan" dan Staf Ahli Direktur Utama PT Telkom Bidang Komunikasi PerusahaarL
3) Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan sejak tahun 1986 - sekarang, Lektor Kepala, golongan IV Ie
6. Kegiatan Penelitian dan Penulisau autara lain buku yang di publikasikan :
I) Pandangan Baru Internal Auditing, editor, edisi ke-4, 2000, 2) Standar Profesional Audit Intemal, edisi ke-3, 1999_ 3) 101 Pernik Kehidupan, edisi ke-3, 1999_ 4) Budaya Jawa dan Mundumya Presiden Soehatio, ke-2 1999,
7. Kegiatall Pellgajar-all I Profesi I Sosial
I) Dosen luar biasa di Fakultas Ekonl11i Universitas Padjadjaran sejak tahun 1975 - sekarang dan beberapa Perguruan Tinggi di Bandung,
2) Ketua UI11UI11 Forum KOl11unikasi Satuan Pengawasan Intern (FKSPI) BUMNIBUMD untuk Periode 1992 -1995 dan 1995 - 1998_
3) Salah satu Pendiri dan Pembina Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) di Jakarta, 17 April 1995.
4) Ketua Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) periode tahun 1996 - 2001.
5) Salah saW Pendiri dan Pembina Perhimpunan Auditor Internal (I' All) di Jakarta, 5 Mei 1999.
6) Anggota the Institute of Internal Auditors (IIA) yang berpusat di Florida Amerika Serikat sejak tahun 1996.
7) Pengurus "Yayasan Boromeus" yang mengelola : (a) R.S. Borromeus; (b) R.S. Santo Yusuf; (e) Akper; (d) JPKM di Bandung; dan (e) R.S. Sekar Kamulyan, Cigugur - Cirebon sejak tahun 1988 - sekarang
8. Penghargaan
Bebagai penghargaan dari Direksi PT. Telkom, Menteri Perhubungan, Presiden RI dan masyarakat, yang terakhir :
1) Dinobatkan sebagai "The Best Executive 2000 ", dalarn bidang karya, pengabdian dan kepedulian dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
2) Ditunjuk sebagai nominasi "2000 Leon R. Radde - Education of the Year Award" dari the Institute of Internal Auditors (llA), Florida, Amerika Serikat.
Bandung 8 Juni 2000 Nomor Lampiran Perihal
: 016jPPAjFEjUNPAD/Vlj2000 : Jadual Acara Pembekalan Teknis : Permohonan Kesediaan menjadi istruktur
Kepada Yth. Bapak Hiro Tugiman, SE, Ak Di
Tempat
Dengan Hormat,
Pada pertengahan bulan Juli 2000 PPA-FE UNPAD akan menyelenggarakan pelatihan berupa "Pembekalan Teknis tentang Paradigma Baru Sistem Penganggaran dan Sistem Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah serta Perusahaan Daerah" jadual dan materi terlampir.
Apabila sesuai dengan waktu dan kesediaan Bapak, kami mohon Bapak untuk menjadi instruktur dan penyusun modul untuk topik "Sistem Pengendalian Internal Termasuk Audit Internal Bagi Sektor Publik". Adapun jadual Pembekalan Teknis tersebut adalah sebagai berikut :
... -"---.. -.~-.-.~.'"-------Batch _____________ Tanggal --------
-,---:-:-:--;:-:----,------~o--
Waktu Sesi _ I __ IS Juli 2000 15.50-16.40 1 sesi
19 Juli 2000 1---- -II 1 Agustus 2000 -
OS.00-OS.50 1 sesi 15.50-16.40 1 sesi
--- 2 Agustus 2000 -III 22 Agustus 2000
~.""-
OS.00-OS.50 1 sesi -+-- ~~~~---+------'-~'--~---15.50-16.40 __ =-1 s_e_si _______ _
'-------- 23 Aqu_~tus 2090 - -"-_.o::OS_.0_0_-0_S."'50"--_~ ___ 1_s.e.s_i _____ _
Tempat : Hotel Grand Aquila JI. Dr. Djundjunan No. 116 (Terusan Pasteur) Bandung
Mengingat jadual Pembekalan Teknis Batch I untuk sesi yang dijadualkan untuk Bapak, dimulai pada tanggal 18 Juli 2000. Kami harap modul/latihan kasus sudah kami terima paling lambat tanggal 8 Juli 2000.
Kami menunggu konfirmasi kesediaan Bapak via telephon/fax No.022-2507834.
Terima kasih atas perhatian dan kesediaan Bapak.
,l: .. 8. LATIHAN DAN SIMULASI a. Penyusunan a. Mengaplikasikan cara • Peserta dapat menghitung • Ernl T. Sule, SE, 18 JULIJ 1 Agsl PENYUSUNAN PROPOSAL Proposal Proyek penyusunan proposal proposal proyek MSI,Ak
22 Ags 2000 PROYEK DAN Ev ALUASI b. Evaluas! KeJayakan proyek 1 Sesi KELAYAKAN PROYEK proyek b. Menerapkan evaluasi • Peserta dapat rnelakukan
15.00 - 15.50 c. Kesiapan dokumen kelayakan proyek evaluasi kelayakan proyek I administrasi c. Menylapakan dokumen • Peserta mengetahui administrasi proyek penyiapan dokumen
administrasi proyek
18 JULl /l AGSI 9. SISTEM PENGENDALlAN a. Tujuan dan Ruang a. Menjelaskan pada para • Pe~er1a memahami tentang • ,AifnB'if:'sti . 22 AGS 2000 INTERNAL, TERMASUK Lingkup Sistem peserta tentang Analisa Analisa Penerimaan . I
- 1 SESF AUDlT INTERNAL BAGI Pengenda!ian Penerimaan Peserta memahami tentang Srihadi b. M,njeiaskan pada • • 15.50-16.40 SEKTOR PUBLIK Internal para
Winarningsih, Sf, - :..' . . , b. Unsur-Unsur Sistem peserta tentang Analisa Analisa Pengeluaran Pengendalian Pengeluran • Peserta memahami
MSi,Ak
- Internal Menjelaskan pada para Rekornendasi Umpan baik , • c .
c. Peranan Audit peserta ten tang Internal Pad a Seklor Rekomendasi Umpan Publik Balik
r."!~'·I. 19 JULt! 2 AGS! 10. StSTEM PENGENDALIAN
I
a. Tujuan dan Ruang a. Menjelaskan pada para • Peserta memahami ten tang • 1,~ItJWffi~n;st, I 13 AGS 2000 INTERNAL, TERMASUK Lingkup Sistem pcscrta !cntang Analisa Analisa PCllcrimaan
AUDIT INTERNAL I3AGI PcngcndJliJn Pcncrimaan Srlhadi I Pescrta mcmahami tcntang • SEKTOR PUBUK Internal b. Mcnjelnskan pada para • 08.00-08.50 Winarningsih) SE, (1 S£SI) b. Unsur-Unsur Sistem pcscrta tentang Analisa Analisa Pengeluaran
I Pengcndalian Pcngc1uran • Pescrta mcmahatni MSi,Ak
I Internal c. Menjelaskan pada para Rekomcndasi Umpan baik c, Peranan Audit pescrta (entang
Internal Pada Sektor Rekomcndasl Umpan Balik "
Publik
Matriks Maieri UNPAD - 4 4
19.rULlI2AGsl II. KAsus DAN LATIHAN: a. ldentifikasi program I a. Mela),ukan identifikasi • Peserta dapat 23 AGS 2000 PENYUSUNAN Kerja unit program ketja unit mengidentifikasi program • Sri Mulyani, SE, Ak 08.50-09.40 ANG<JARAN P ADA UNIT b. Menghitung biaya b. Melakukan penghitungan kerja unit Srihadi • 1 SESI KERJA program biaya program Peserta dapa! melakukan Winarningsih, SE, Menetilpkan Menerapkan carn • c. c.
prioritas program penentuan skala P.rioritas penghitungan biaya program MSi,Ak
pro~;.::H j'!:::ilf! t",;~!:.h~;. • P~seria dap",t'menerapkan • Ratna Komara, SE, .. . ~;,' " \' :: -~,::~ : :'t-;tH·"i;,;~~ perient1ian skala prioritas MT - . ,
, " .. , ,"' ""'/' . program • Poppy SOfia, SE, . . . ' .. .,'-, . MSA, Ak
19 JULl 12 AGS! 12. AKUNTANSI a. Pencatatan transaksi a. Menjelaskan kepada para • Peserta memahami 23 AGS2000 KEUANGAN, dengan sistem single peserta mengenaf. mengenai pencatiltan • Harry Suharman} AKUNTANSI entry dan double pencatatan transaksi " transaksi dengan sistem SE, MA, Ak (2 SESI) MANfiJEMEN, entry dengan sistem single entry single entry dan double • Nunuy Nur Afiah, AKUNTiC'lSI DANA b. Prosedur pcncatatan dan double entry entry SE, MSi, Ak 09.55-11.35 PADA SISTEM transaksi dengan b. Menjelaskan kepada para
I AKUNTANSIKEUANGAN cash basis dan peserta mengenai prosedur • Menjelaskan kepada para PEMERINTAH DAERAH accrual basis peneatatin transaksi peserta mengenai prosedur
c. Akuntansi dengan dengan cash basis dan pencatatan transaksi dengan prinsip dana tunggal accrual basis cash basis dan accrual basis dan dengan mUltiple e. Akuntansi dengan prinsip • Menjelaskan kepada para fund dana tunggal dan dengan peserta mengenai akuntansi
I multiple fund dengan prinsip dana tunggal dan dengan multpIe fund
19 JULI! 2 AGS! 13. PROSES AKUNTANSI DAN a. Pemahaman dasar a, Memberikan penjelasan • Peserta memahami proses • Djumnrma Bccic, 23 AGS 2000 PENYUSUNAN LAPOR,\N
lb. tentang proses!sik!us praktis ten tang proses
akuntansi yang bcrlaku SE, MBA, Ak KEUANGAN PD,iDA akuntansi akuntans; yang diperlukan secara umum dan saat ini Poppy SOfia, SE, Proses akuntansi dalam penyusunan laporan • (2 SESI ) diterap~an dalam MSA,Ak 11.35 - 14.45 (prosedur keuangan Pemda penyusunan Iaporan pembukuan) yang b, Mcnjclaskan proscdur kcuangan Pcmda, scrta berlaku pad a Pelnda pembukuan yang saat ini
e. Pcnyusunan Laporan berlaku di Pemda; • Peserta mampu mcnyusun Kcuangan Pcmda c. Memberikan pengetahuan laporan kcuangan Pcmda
dasar dan teknis untuk menyusun laporan keuangan Pemda
top related