revolusi sosial tegal
Post on 25-Jun-2015
791 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KUTIL TOKOH LOKAL DALAM REVOLUSI SOSIAL
DI TEGAL TAHUN 1945-1946
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana S1 .Program Studi Ilmu Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial.
Universitas Negeri Semarang.
Oleh
Laela Khikmiyah NIM: 3150402021
FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada : Hari : Tanggal : Pembimbing I Pembimbing II Drs. AJ Sumarmo Drs. Ba’in M.Hum. NIP.130340222 NIP.131876207 Mengesahkan Ketua Jurusan Sejarah Drs. Jayusman M.Hum NIP. 131764053
iii
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada: Hari : Selasa Tanggal :10 Oktober 2006
Penguji Skripsi
Drs. Karyono M.Hum NIP.130815341
Anggota I Anggota II
Drs. AJ Sumarmo Drs. Ba’in M.Hum NIP.130340222 NIP. 131876207 Mengesahkan Dekan, Drs. Sunardi M.M NIP.13036799
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Skipsi ini benar-benar
hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam Skripsi ini
dikutip atau di rujuk berdasarkan kode etik ilmiah
Semarang,
September 2006
Laela khikmiyah
NIM: 3150402021
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN “ Keberhasilan dapat dicapai dengan doa dan usaha yang maksimal dan kesabaran adalah bagian dari suatu perjuangan untuk mencapai kemenangan “
Dengan Rasa Syukur kepada Allah SWT, Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Bapak dan ibu tercinta atas
doa,dukungan dan kasih sayangnya. 2. Adikku Fani atas dukungan dan
doanya 3. Ema, Shinta, Asmara, Efi, Nova &
Afri terimakasih untuk doanya, kalian memang adik-adikku. Irham al Fauzani terimakasih banyak untuk doa, dukungan & bantuannya slama ini.
4. Teman-teman seperjuangan di Prodi Ilmu Sejarah ’02 atas saat indah dalam kebersamaan selamanya tidak akan pernah aku lupakan dan aku pasti akan selalu merindukan setiap kebersamaan kita. SEMANGAT!
iii
PRAKATA
Segala Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat, rahmat dan hidayah NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
Skipsi berjudul “ Kutil Tokoh Lokal Dalam Revolusi Sosial di Tegal tahun
1945-1946 “. Di susun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Studi Strata Satu
untuk mencapai gelar Sarjana Sosial
Ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan dalam segala hal, kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. AT. Sugito, SH, MM, Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Sunardi, M.M, Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan ijin
dalam penelitian sehingga Penulis dapat menyelesaikan skipsi ini.
3. Drs. Jayusman, M. Hum, Ketua Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial yang
telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk menyelesaikan skripsi.
4. Drs. AJ Sumarmo, pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan dan saran pada Penulis.
5. Drs.Ba’in, M.Hum. pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan, dan Saran pada Penulis.
6. Bapak/Ibu Dosen di Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial yang telah
memberikan ilmu dan bimbingan pada Penulis sehingga dapat menyelesaikan
studi.
iv
7. Bapak Sahmad, sebagai kepala Legiun Veteran Kota Tegal, Bapak Karso,
Mustain, Sadum, Ruslim, Tasik,Wastap, Prawoto yang telah banyak
membantu penulis dalam penelitian.
8. Bapak dan Ibu pihak Musium Mandala Bhakti yang telah membantu dalam
memperoleh bahan literature dalam skripsi ini
9. Orang tuaku yang telah memberikan semangat dan doa pada penulis dalam
menyusun skripsi ini.
10.Teman-teman angkatan 2002 yang selalu ada di dalam hati dan selalu
memberikan penulis semangat dalam menyusun skripsi ini.
11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu Penulis.
Menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya maka
saran dan kritik senantiasa Penulis harapkan dan semoga skripsi ini bermanfaat
bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.
Semarang, September
2006
Penulis
v
SARI
Laela Khikmiyah. Kutil Tokoh Lokal dalam Revolusi Sosial di Tegal tahun 1945-1946.Program Studi Ilmu Sejarah/S1. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. 81 Halaman. Kata Kunci: Tokoh lokal, Revolusi sosial Revolusi Kemerdekaan RI merupakan revolusi politik, terhadap struktur politik baru, menggantikan sistem kolonial. Gerakan sosial yang terjadi di Tegal, dua setengah bulan setelah proklamasi kemerdekaan adalah bentuk gerakan rakyat atau lebih dikenal dengan sebutan Revolusi Sosial, Revolusi Sosial adalah perlawanan yang dilakukan oleh rakyat setempat bertujuan menghapuskan tatanan lama misalnya dengan mengganti kepala-kepala desa, pamong desa, Camat, Wedana, serta pemerintah kabupaten. Munculnya tokoh Kutil yang bernama asli Sakyani, pekerjaan nya hanya sebagai tukang cukur, dengan berani muncul sebagai seorang pemimpin, seolah-olah mempunyai kharisma yang begitu besar, ingin memperjuangkan nasib rakyat lepas dari segala macam bentuk penjajahan. Sikapnya yang berani menjadikan dia seorang yang dalam setiap perkataan, perbuatan dan perintahnya menjadi hukum yang berlaku dalam masyarakat pada saat itu.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah latar belakang kehidupan Kutil? (2) Seperti apakah bentuk Revolusi Sosial di tegal tahun 1945-1946? (3) Sejauh mana peranan Kutil dalam menggerakan Revolusi Sosial?
Penelitian ini bertujuan : (1) Ingin mengetahui bagaimana Latar belakang kehidupan Kutil (2) Ingin mengetahui Seperti apa bentuk Revolusi Sosial di Tegal tahun 1945-1946 (3) Ingin mengetahui sejauh mana peranan Kutil dalam menggerakan Revolusi Sosial.
Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang lingkup temporal dan ruang lingkup Tematikal. Lingkup temporal adalah berkaitan dengan batas waktu penelitian dalam penelitian ini waktu yang dimaksud adalah sejak tahun 1945-1946. Lingkup tematikal yaitu tokoh Kutil dalam perjuangan tiga daerah.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah. Dengan tahap-tahap yaitu: Heuristik (mencari dan mengumpulkan jejak-jejak peristiwa tiga daerah). Kritik sumber yaitu dengan mengkritik ekstern dan kritik intern. Interpretasi (menghubungkan satu fakta dengan fakta lain). Historiografi (Penulisan cerita sejarah) sedangkan yang menjadi sumber dalam penelitian ini adalah sumber kepustakaan dan koran-koran yang terbit pada tahun itu.
Berdasar hasil penelitian dapat diketahui bahwa:(1)Latar belakang kehidupan Kutil terutama masa kecilnya yang berasal asli dari Madura, seperti yang dinyatakan Kuntowijoyo orang Madura adalah suku bangsa jawa yang mempunyai adat-istiadat yang keras, kasar dalam tutur katanya, tetapi juga merupakan pekerja yang bersungguh-sungguh dan suka berterus terang sifat itulah sangat mempengaruhi watak dan pandangannya. (2) Revolusi Sosial yang
vi
terjadi di Tegal pada tahun 1945-1946 di latar belakangi dengan keadaan masyarakat Tegal yang secara ekonomi sangat memprihatinkan, munculnya kekuatan sosial yang berdasarkan Idiologi dengan munculnya kelompok Leggaong (bandit) adalah bagian dari berkobarnya revolusi sosial di Tegal tahun 1945-1946 berdampak pada kondisi sosial masyarakat, kondisi ekonomi dan juga kondisi politik masyarakat Tegal. (3) Peranan Kutil dalam menggerakan revolusi sosial diantaranya Munculnya dia sebagai seorang tokoh yang mempunyai pengaruh sangat besar. Caranya menarik simpati dan bentuk kepemimpinannya adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam peristiwa tiga daerah. Kutil adalah orang yang dijadikan tokoh sentral yang memimpin “aksi pendombrengan” diwilayah Tegal. Ia sebagai tokoh yang dijadikan ciri dalam peristiwa tiga daerah, pengaruhnya begitu besar dengan latar belakang pendidikan yang dia peroleh hanya sampai kelas dua sekolah rakyat, namun kemampuannya mengerahkan masa dengan jumlahnya yang ribuan untuk ikut dalam gerakannya, menuruti segala perintah dan ucapannya adalah kelebihan yang dimilikinya, serta sikap yang berani memperjuangkan nasib rakyat dengan mengangkat orang-orang yang berasal dari kalangan sendiri duduk dalam jabatan pemerintah. Gerakan yang dia pimpin adalah gerakan yang spontanitas, namun strukturnya secara sederhana sudah terbentuk.
vii
DAFTAR ISI
halaman
Halaman Judul............................................................................................ i
Persetujuan Pembimbing............................................................................ ii
Pengesahan kelulusan................................................................................. iii
Pernyataan.................................................................................................. iv
Motto dan Persembahan............................................................................. v
Prakata........................................................................................................ vi
Sari ............................................................................................................. viii
Daftar isi..................................................................................................... x
Daftar Lampiran......................................................................................... xii
Daftar Gambar............................................................................................ xiii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Perumusan Masalah................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan.................................................................. 6
E. Ruang Lingkup Kajian............................................................ 7
F. Tinjauan Pustaka..................................................................... 7
G. Metode Penelitian................................................................... 10
H. Sistematika Penulisan............................................................. 14
BAB II. Latar Belakang Kehidupan Kutil ................................................. 16
A. Masa Kecil ............................................................................. 16
viii
B. Masa Sekolah ......................................................................... 17
C. Masa Dewasa.......................................................................... 18
BAB III. Revolusi Sosial di Tegal tahun 1945-1946 ................................. 23
A. Keadaan Masyarakat Tegal tahun 1945-1946........................... 23
B. Munculnya kekuatan Sosial berdasarkan Idiologi..................... 27
C. Munculnya Kelompok Leggaong (bandit) ................................ 33
D. Berkobarnya Revolusi Sosial di Tegal tahun 1945-1946.......... 39
E. Dampak Revolusi Sosial di Tegal tahun 1945-1946 ................. 43
1. Dampak Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat Tegal............ 43
2. Dampak Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Tegal ...... 45
3. Dampak Terhadap Kondisi Politik Masyarakat Tegal.......... 49
BAB IV. Peranan Kutil dalam menggerakkan Revolusi Sosial................. 55
A. Munculnya tokoh Kutil ............................................................. 55
B. Cara Kutil menarik simpati ....................................................... 61
C. Bentuk Kepemimpinan Kutil..................................................... 68
BAB V. PENUTUP................................................................................... 79
A.Simpulan .................................................................................... 79
B.Saran........................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN......................................................................... 84
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Biodata Informan……………………………………………… 84
Lampiran 2: Instrumen wawancara…………………………………………. 85
Lampiran 3: Foto Penelitian ……………………………………………….. 88
Lampiran 4: Peta Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kabupaten -
Pemalang ………………………………………………………. 94
Lampiran 5: Risalah rapat GBP3D tanggal 25 November 1945…………….. 95
Lampiran 6: Turunan Tuntutan Rakyat tiga daerah, terhadap pembebasan
daerah Pekalongan…………………………………………….. 106
Lampiran 7: Harian Penghela Rakjat, Jum’at 11 Oktober 1946……………. 109
Lampiran 8: Harian Penghela Rakjat, Jum’at 11 Oktober 1946……………. 110
Lampiran 9: Harian Penghela Rakjat, Jum’at 25 Oktober 1946……………. 112
Lampiran 10: Harian Soeara Rakjat, 1 Januari 1947………………………… 113
Lampiran 11: Harian Repoeblik, Jum’at 10 Januari 1947…………………… 115
Lampiran 12: Harian Repoeblik, Senin 13 Januari 1947…………………….. 120
Lampiran 13: Mingguan Pantja Raja…………………………………………. 121
x
DAFTAR FOTO
halaman
Foto 1: Bapak Wastap ............................................................................... 88
Foto 2: Bapak Tasik .................................................................................. 88
Foto 3: Bapak Roeslim.............................................................................. 89
Foto 4: Bapak Sachmad Salam ................................................................. 89
Foto 5: Bapak Sadum................................................................................ 90
Foto 6: Bapak Karso.................................................................................. 90
Foto 7: Bapak Mustain .............................................................................. 91
Foto 8 Jembatan Pesayangan berada di Perojosumarto Desa pesayangan Kecamatan Talang, tempat pembunuhan orang-orang yang tidak disenangi dan dilakukan oleh Kutil serta anak buahnya.yang se-karang dibuat jembatan baru letaknya bersebelahan dengan jembatan yang lama.................................... 92
Foto 9: Aliran Sungai gung yang lama ..................................................... 92
Foto10: Tokoh-tokoh Revolusioner Tiga Daerah di penjara Wiragunan Yogyakarta sekitar Desember 1946, termasuk di dalamnya Kutil .............................................................................................. 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada akhir abad XIX, di Jawa timbul huru-hara kerusuhan dan
kekacauan yang memuncak menjadi pemberontakan. Hal ini terjadi
terutama di daerah pedesaan sehingga fenomena gerakan ini bersifat
endemis.
Huru-hara kerusuhan dan kekacauan yang berakhir dengan
pemberontakan seringkali mengarah pada persoalan-persoalan yang
menyangkut aspek sosial, ekonomi, politik, dan agama. Sebab persoalan
ini dianggap sangat komplek dan di jadikan dasar suatu kelompok untuk
melakukan tindakan tidak puas terhadap tatanan yang ada
(Lucas.1989:193)
Revolusi kemerdekaan RI merupakan Revolusi politik terhadap
stuktur politik baru, menggantikan sistem kolonial. Pengertian struktur
politik ditandai dengan proklamasi kemerdekaan yang berakibat terjadinya
perubahan besar dan mendasar pada tahun 1945-1946. Revolusi sosial
yang terjadi ini tidak hanya terjadi di Tegal saja namun meliputi juga
wilayah kabupaten Brebes, dan kabupaten Pemalang mengakibatkan
dampak/perubahan yang fundamental dalam masyarakat. Perubahan yang
fundamental itu tampak pada perubahan struktur dari masyarakat
kolonial/feodal menjadi susunan suatu masyarakat yang lebih demokratis.
2
2
Revolusi sosial yang terjadi di Tegal kurang lebih, dua setengah
bulan setelah proklamasi kemerdekaan, tepatnya bulan Oktober 1945
berbentuk Gerakan Rakyat atau lebih dikenal dengan sebutan Revolusi
Sosial. Revolusi sosial adalah perlawanan yang dilakukan oleh rakyat
setempat bertujuan menghapus tatanan lama, misalnya mengganti kepala-
kepala desa, pamong desa, Camat, Wedana, serta pemerintah Kabupaten
(Lucas 2004:147)
Gerakan rakyat semakin matang dilakukan dengan melihat kondisi
sosial rakyat, sebab setelah terjadi proklamasi, keadaan tidak menjadi lebih
baik malah sebaliknya, kelaparan dan kekurangan yang dialami malah
semakin bertambah. Berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh
keadilan, karena rakyat selama ini merasa dibodohi, rakyat selalu saja
dibebani pajak dan pungutan maupun pekerjaan (Lucas.2004: 47).
Revolusi Sosial tidak hanya terjadi pada bidang politik saja tetapi
juga terjadi pada bidang ekonomi dan sosial. Kemunculan tiga kelompok
sosial baru di daerah Tegal memberi perubahan pada bidang politik dan
sosial. Kelompok ini berpangaruh dan mempunyai peran yang luas dalam
gerakan. Kelompok baru ini adalah kelompok agama, kelompok komunis
dan kelompok leggaong (bandit). Munculnya kelompok tersebut tentunya
membawa gerakan yang dapat memobilisasi rakyat, karena rakyat sebagai
unsur terpenting.
Kelompok Islam di daerah Tegal menjadi komponen penting dalam
perjuangan yang memiliki basis kuat untuk memobilisasi rakyat.
3
3
Pengangkatan K.H. Abu, Suja’I sebagai Bupati Tegal pada bulan
November 1945 yang memposisikan ulama sebagai elit birokrasi baru
yang menggantikan elit birokrasi lama bupati Sunaryo. Pengangkatan KH.
Abu Suja’I mendapatkan dukungan dari rakyat Tegal, walaupun secara
resmi pemerintah menolak keberadaanya sebagai Bupati. Kelompok
komunis sengaja menggunakan Islam dan ulama sebagai kekuatan
ajarannya karena mereka menganggap bahwa dalam Islam secara realistis
merupakan kekuatan politis yang besar di Indonesia.
Kelompok Komunis, perjuangannya sudah dimulai sejak Sarekat
Islam di pekalongan pada tahun 1918. diteruskan oleh gerakan PKI dan
Sarekat Rakyat sampai dengan tahun 1926. Di Jawa pemberontakan
meletus pada tahun 1927 tetapi baru tercapai pada bulan Oktober sampai
November. Peristiwa pemberontakan tahun 1926 ini mengakibatkan
banyak pemimpin dari Tegal dibuang ketempat pengasingan Boven Digul
di Irian Jaya (Achmad, 1987:10)
Tanggal 21 Oktober 1945 diumumkan bahwa PKI berdiri kembali.
Di Tegal saat itu juga PKI mempunyai pengaruh yang sangat besar di Jawa
dan cabang-cabang sarekatnya mendukung secara aktif. Karesidenan
Pekalongan menjadi sebuah pusat dari kegiatan politik yang radikal dan
para pengikut PKI di Tegal dan Pekalongan adalah tokoh-tokoh penggerak
terkenal dalam pemberontakan melawan belanda tahun 1926 (Kahin,
1990:31) sehingga di Tegal dan Pekalongan menjadi pangkalan kuat
kelompok komunis.
4
4
Kelompok Komunis di Tegal membentuk front rakyat yang disebut
Gabungan Badan Perjuangan Tiga Daerah (GBP3D). Berdiri pada tanggal
16 November 1945 dengan markas di Kantor Partai Sosialis Amir
Syarifudin, cabang Tegal. Kemunculan Lenggaong di daerah Tegal
seringkali memberi rasa takut, di desa-desa yang di tempati para
Lenggaong, seperti di kecamatan Talang dikenal dengan nama Kutil
jagoan yang bernama asli Syacyani. pekerjaannya sebagai tukang cukur
yang dianggap mempunyai kekuatan doa-doa dan jimat. Dia di anggap
sebagai Ratu Adil sebagai dampak gejala Missianisme. Gerakan Tiga
Daerah disebut-sebut sebagai “Negara Talang” dan Kutil berperan sebagai
perantara antara kelompok agama dengan kelompok lenggaong serta
mempunyai peran politik.
Pengaruh Kutil dalam Revolusi sosial adalah melakukan protes
sosial dengan memimpin aksi “dombreng”, aksi “dombreng” sama artinya
dengan tindakan mengarak dan mengerahkan massa sebagai bentuk
kebencian rakyat terhadap pangreh Praja. Sikap pemerintah daerah yang
kurang tegas yang masih memegang tradisi lama yang selalu menunggu
perintah dari atas atau pusat adalah alasan rakyat menginginkan pergantian
pejabat pangreh praja. Karena rakyat menginginkan pejabat dari kalangan
sendiri, orang-orang yang mereka pilih sendiri, orang-orang yang
memperjuangkan kemerdekaan mereka, memperhatikan kesejahteraan
mereka. Lenggaong atau perbanditan selalu memperkuat militansinya
5
5
dengan kekuatan magis keagamaan yang di pandang sebagai resistensi
sosial.
Kelompok Kutil melakukan kegiatan bawah tanah yang bersifat
tertutup. tanpa diketahui oleh orang lain, dengan melakukan penyusupan,
meskipun bentuknya tradisional gerakan ini mempunyai struktur dan
pemimpin. struktur itu menunjukan hubungan antara satu bagian dengan
bagian lain yang merupakan ikatan atas bawah dan mempunyai tugas yang
berbeda-beda.
Situasi daerah Tegal dalam penguasaan Kutil ketika itu lebih
menjurus kearah anarkhis, terutama tindakan-tindakan komplotan kutil
yang bergaya mirip koboy, ugal-ugalan, berseragam polisi negara lengkap
dengan pistol serta adanya pengangkatan oleh dirinya sendiri sebagai
kepala kepolisian (Wawancara dengan bapak Karso, Juni 2006)
Sikap menunggu perintah yang sudah menjadi pola elite birokrat
adalah alasan yang kuat awal terjadinya pemberontakan. Karena sikap
menunggu yang di tunjukan oleh elite birokrat itu mencerminkan sifat
ragu-ragu, tidak berinisiatif dan sikap kepatuhan seorang abdi yang
terpuruk oleh latar belakang pendidikan kolonial belanda yang
diperolehnya.
Awal pemberontakan terjadi dimulai dengan dibunuhnya seorang
anggota polisi setempat oleh sekelompok orang yang marah, peristiwa itu
6
6
terjadi karena polisi tersebut secara tidak adil menangkap pedagang-
pedagang dan menyita barang dagangannya.
Pendistribusian kain yang tidak adil di Talang juga merupakan faktor
awal terjadinya pemberontakan. Camat Talang mendapat 14 gulung tekstil
oleh KNI di bagikan kepada mereka yang membutuhkan sesuai dengan
kebutuhan masing-masing, tetapi Kutil menginginkan pembagian di
dasarkan asas “ Sama rata sama rasa”. Kelompok yang diketuai Kutil
dibentuk untuk membagi-bagikan tekstil timbunan Jepang di pabrik gula
diluar kota. Tidak ada yang membayar untuk pembagian itu dan tidak ada
catatan tentang jumlah pembagian itu.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas alasan penulis memilih judul Kutil Tokoh Lokal
dalam Revolusi Sosial di Tegal 1945-1946
1. Bagaimana Latar Belakang Kehidupan Kutil
2. Bagaimana Bentuk Revolusi Sosial di Tegal tahun 1945-1946
3. Seberapa besar Peranan Kutil dalam menggerakkan Revolusi Sosial
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:
1. Ingin mengetahui bagaimana latar belakang kehidupan Kutil
2. Ingin mengetahui bagaimana bentuk Revolusi Sosial di Tegal tahun
1945-1946
7
7
3. Ingin mengetahui seberapa besar peranan Kutil dalam menggerakkan
Revolusi Sosial
D. Manfaat penulisan
1. Dengan penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada
sejarah tentang pergerakan sosial di daerah Tegal sebagai studi sejarah
lokal.
2. Dapat memberi gambaran pengetahuan bahwasanya perlu adanya
pengangkatan tokoh-tokoh yang memang berjasa atau berperan, ikut
andil dalam Revolusi sosial yang terjadi di Tegal tahun 1945-1946.
3. Memperluas cakrawala dan mendalami gerakan sosial di Tegal sebagai
salah satu bagian dari gerakan Tiga Daerah.
E. Ruang Lingkup Kajian
Agar dalam pembahasan ini tidak terjadi kesimpangsiuran dan
mudah diuraikan secara jelas serta sistematis, maka perlu adanya
pembatasan dalam membahas suatu permasalahan . oleh karena itu dalam
penulisan ini perlu dibatasi ruang lingkup kajiannya. Ruang lingkup ini
meliputi:
a. Skope Tematikal
Skope ini merupakan pembatasan agar dalam penulisan tidak
keluar dari tema yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam penulisan
mengambil tema tentang Tokoh Kutil dalam peristiwa tiga daerah.
b. Skope Temporal
8
8
Skope temporal yaitu yang berhubungan dengan kurun waktu atau
kapan peristiwa itu terjadi. Dalam penulisan ini yang diambil adalah
kurun waktu tahun 1945 sampai dengan tahun 1946.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam tema yang berjudul Kutil Tokoh Lokal dalam Revolusi Sosial
di Tegal 1945-1946. Buku utama yang dijadikan acuan adalah Anton
E.Lucas yang berjudul One Soul One Struggle setelah sebelumnya menulis
Peristiwa Tiga daerah pada tahun 1986
Dalam bukunya, one soul one struggle (peristiwa tiga daerah seri
revolusi) Anton Lucas menambahkan sumber-sumber baru yang sifatnya
hanya melengkapi bukunya yang pertama. Dilihat dari isinya antara buku
yang pertama dan kedua tidak banyak mengalami perubaha, tulisannya
dalam bukunya yang kedua jauh lebih berani, berani menyampaikan
aspirasi lewat tulisan yang berupa kritikan dan sindiran, tulisannya lebih
jujur mengungkapkan fakta atau kenyataan yang ada di lapangan, namun
juga dengan mengembangkan kalimat sendiri. Data dan sumber-sumber
yang digunakan juga jauh lebih banyak sehingga menambah faliditas data
yang coba untuk diungkapkan.
Isi buku secara keseluruhan antara bukunya yang pertama yang terbit
pada tahun 1986 dengan bukunya kedua yang terbit tahun 2004 tidak
banyak mengalami banyak perubahan, isinya sama bagian setiap babnya,
susunan dari setiap babnya pun sama. Namun secara keseluruhan isi dari
9
9
buku ini tetap menarik, walaupun sebagian besar sumber yang diperoleh
adalah berasal dari sumber lisan.
Buku ini, menceritakan secara urut mulai dari kaum Nasionalis dan
elite birokrasi di Pekalongan sebelum perang, pengalaman masa Jepang:
Swasembada penunjang Jepang, beban ekonomi yang berat, oposisi dan
perlawanan, serta proklamasi kemerdekaan dan berakhirnya kekuasaan
Jepang.
Pada bab lima bagian dari buku ini adalah bagian yang sangat
membantu penulis, disana dijelaskan peranan Lenggaong dalam revolusi
sosial, termasuk juga tokoh Kutil juga banyak diulas dibagian ini. Pada
bab enam dijelaskan masa-masa kacau, kesadaran revolusioner bayangan
bagi kenyataan. Serta revolusi yang terjadi di kota-kota Kabupaten, front
persatuan di Tiga daerah, peranan militer dalam revolusi lokal adalah
bagian yang tidak dapat dipisahkan.
Pada bagian lain yang juga membantu penulis adalah pengadilan
peristiwa tiga daerah yang akhirnya memutuskan Kutil dihukum mati.
Buku kedua yang dijadikan acuan adalah buku yang ditulis
Timur Mahardika tahun 2000 adalah buku yang berjudul Gerakan Masa.
Gerakan ini mengupayakan demokrasi dan keadilan secara damai, gerakan
ini dilakukan oleh rakyat. Secara prinsip merupakan gerakan yang lahir
dari problem-problem yang ada dalam masyarakat. sama halnya dengan
gerakan sosial yang terjadi di Tegal adalah gerakan yang terjadi akibat
problem masalah yang dialami masyarakat Tegal pada waktu itu.
10
10
Dalam gerakan rakyat di dalamnya muncul gerakan Elite adalah
merupakan upaya yang di lancarkan oleh kalangan elite yang di tunjukan
dengan maksud memperkuat posisi mereka, atau bahkan meningkatkan
kualitas protes mereka.
Di dalam buku ini dijelaskan pula bahwasanya suatu gerakan yang
terorganisir mensyaratkan adanya pengelolaan, pengaturan, pengendalian
dan sinergi antar berbagai komponen yang ada berupa sumber daya
manusia. gagasan logistik untuk mencapai gerakan yang terorganisir bukan
saja membutuhkan:
1. Kecakapan aktivitasnya (kader) dalam menggalang dan
mengembangkan sumberdaya dan jaringan kerja namun juga.
2. Organisasi yang solid berdisiplin, kepemimpinan yang efektif.
Jadi Buku Gerakan Massa bisa juga dijadikan acuan/dasar pemikiran
penulis, karena dalam buku tersebut dijelaskan bahwasanya suatu gerakan
yang dilakukan oleh rakyat pastinya membutuhkan pemimpin yang di
dukung sepenuhnya oleh rakyat. disana juga dijelaskan pula pemimpin
suatu gerakan juga pastinya mempunyai susunan walaupun bentuknya
masih tradisional. Kelebihan buku ini, pada buku yang di tulis Timur
Mahardika tahun 2000 buku ini sangat membantu karena di sana
dijelaskan bagaimana pengelolaan, pengaturan, pengendalian dalam suatu
gerakan yang terorganisir, cara penulisannya juga kronologis. Kekurangan
buku ini, kebanyakan yang dibahas adalah gerakan masa yang terjadi pada
11
11
masa reformasi. dan ternyata gerakan sosial apapun pasti membutuhkan
pemimpin walaupun bentuknya sederhana.
G. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Metode sejarah, metode
sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan
peninggalan sejarah masa lampau (Gottschalk 1975:32). Adapun proses
metode sejarahmeliputi empat tahap, yaitu: Heuristik (pengumpulan data),
kritik sumber, interpretasi, historiografi.
1. Heuristik
Heuristik adalah usaha untuk menelusuri jejak-jejak sejarah
sebagai langkah permulaan dari prosedur kerja para sejarawan (Widja,
1988:18). kegiatan ini terutama ditujukan untuk
menemukan dan menghimpun data sejarah dengan mencari sumber
yang berupa sumber tertulis dan sumber kebendaan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik antara lain:
a. Studi Kepustakaan
Dalam menghimpun data, penulis menggunakan metode
Kepustakaan. Metode kepustakaan dilakukan untuk mencari
koleksi yang ada di perpustakaan dalam mengumpulkan sumber-
sumber sejarah yang relevan dengan topik penelitian. Sumber
tersebut kemudian diseleksi dan diambil yang mempunyai
kesesuaian dengan topik penelitian. Untuk mendapatkan sumber-
sumber tersebut yang berupa buku-buku, dokumen dan arsip (yang
12
12
berupa majalah dan Koran yang terbit pada tahun itu) Peneliti
mendatangi tempat-tempat sebagai berikut:
a. Perpustakaan UNNES
b. Perpustakaan Jurusan Sejarah UNNES
c. Perpustakaan Wilayah Jawa Tengah
d. Musium Mandala Bhakti Semarang.
b. Wawancara
Teknik wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan
sumber sejarah yang benar-benar dapat dipercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan dari para pelaku sejarah ataupun saksi
sejarah.
Dalam teknik wawancara ini dilakukan tanya jawab dengan
penduduk atau masyarakat di wilayah Tegal yang tentunya sumber
lisan ini dapat dipercaya kebenarannya. Dalam melakukan
wawancara diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membuat Interview Guide yaitu menyusun rambu-rambu
pertanyaan yang akan digunakan dalam wawancara.
2. Menetapkan serta menghubungi tokoh-tokoh peristiwa.
3. Pengaturan waktu dan tempat wawancara
4. Pelaksanaan wawancara, dilakukan setelah diadakan perjanjian
dengan tokoh yang dimaksud
5. Pengolahan hasil wawancara.
2. Kritik Sumber
13
13
Kritik sumber adalah merupakan usaha untuk menilai sumber
mengenai bentuk dan isinya dan menguji kebenaran dan keaslian
sumber, kritik dibagi menjadi dua yaitu:
Kritik Intern
Merupakan uji validitas dengan kredibilitas sumber yang
berupa penilaian Instrinsik, kesaksian sumber berkaitan dengan
persoalan apakah sumber itu dapat memberikan informasi yang dapat
dipercaya tentang masalah yang diselidiki.
Kritik Ekstern
Merupakan uji otensitas/keaslian melalui kesaksian sumber
yang berupa sumber yang dikehendaki sumber itu turunan/asli melalui
dokumen seperti surat kabar yang terbit pada waktu itu.
Tujuan dari pengujian adalah untuk mengetahui apakah
data/sumber sejarah yang diperoleh dapat dipercaya, keaslian dan
kebenarannya untuk di gunakan dalam penelitian, menguji dilakukan
dengan cara membandingkan antara data yang satu dengan data yang
lain.
Apabila penulis menemukan buku-buku yang
memuat/membahas tema/topik tentang Kutil dan Revolusi sosial, maka
buku tersebut bisa penulis pakai sebagai sumber untuk selanjutnya
tulisan-tulisan tersebut diadakan uji otentitas, kapan sumber itu ditulis,
untuk memahami jarak waktu peristiwa sejarah terjadi dengan kapan
ditulisnya sumber/data asli. misalnya sumber asli berupa bangunan
14
14
peristiwa tiga daerah, maka penulis bisa mengetahui bahwa memang
ada aktifitas dari gerakan sosial di Tegal.
3. Interpretasi
Interpretasi adalah proses penafsiran sumber/fakta untuk
menilai secara obyektif dan menafsirkan secara tepat diperlukan jarak
antara subyek dan fakta. sehingga terjadi suatu rangkaian yang
sistematis dan masuk akal dalam arti yang berkesesuaian.
penafsiran/fakta tidak dipengaruhi kepentingan pribadi dan golongan
serta politik karena akan mengakibatkan subyektifitas sumber, fakta
yang diperoleh harus benar-benar nyata, sehingga dapat mengetahui
proses periodisasi dan proses seleksi sejarah dilihat berdasarkan hasil
wawancara dan obserfasi lapangan kejadian Revolusi sosial di Tegal
4. Historigrafi
Historiografi merupakan satu penulisan/penyajian yang
sistematis dalam bentuk cerita, yang memperhatikan prinsip realisasi
(cara membuat urutan peristiwa) prinsip kronologi (urutan waktu)
prinsip kausalitas (hubungan sebab akibat) dan kemampuan imajinasi
(kemampuan untuk menghubungkan peristiwa-peristiwa yang
terpisahkan menjadi satu rangkaian yang masuk akal dengan bantuan
pengalaman).
15
15
Dalam penelitian ini peristiwa revolusi sosial yang terjadi di
Tegal tahun 1945-1946 dilakukan atas dasar urutan peristiwa yang
jelas mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan menghubungkan
satu peristiwa lain yang saling berkaitan.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam penelitian yang akan penulis lakukan adapun sistematikanya
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan.
Berisi pengantar yang terdiri dari Latar belakang permasalahan,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, ruang lingkup kajian, metode
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
Bab II Latar Belakang Kehidupan Kutil
Membicarakan tentang kehidupan Kutil Masa kecil, sekolah dan
masa dewasa
Bab III Revolusi Sosial di Tegal tahun 1945-1946
Menjelaskan tentang keadaan masyarakat Tegal tahun 1945-1946,
munculnya kekuataan sosial berdasarkan idiologi, munculnya
kelompok Leggaong (bandit), melatar belakangi berkobarnya
revolusi sosial di Tegal tahun 1945-1946 yang berdampak pada
kondisi sosial, ekonomi dan politik masyarakat Tegal.
Bab IV Peranan Kutil dalam menggerakkan Revolusi Sosial
Menjelaskan tentang munculnya tokoh Kutil, cara Kutil menarik
simpati dan bentuk kepemimpinan Kutil.
16
16
Bab V Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari uraian bab-bab
sebelumnya yakni sebagai jawaban atas permasalahan yang
diajukan.
16
BAB II
LATAR BELAKANG KEHIDUPAN KUTIL
A. Masa Kecil
Kutil bernama asli Sakhyani. Dalam bahasa jawa yang berarti “Bintil
Kecil” (yang menempel di kulit). Atau bisa juga di artikan “pencopet”. Ia diberi
nama sebutan Kutil karena memang Sakyani kecil raut mukanya berbintil-bintil
berwarna hitam. Sesudah dewasa bintil-bintil itu hilang, namun demikian nama
itu tetap melekat padanya.
Ia adalah anak kedua seorang pedagang emas dari Taman dekat Pemalang
menurut anggapan umum dia berasal dari Madura. Secara kelakar dia di juluki
“orang seberang” karena dia tidak tinggal di Talang melainkan di Dukuh
Pesayangan di seberang Kaligung sebab itu Ia disebut orang seberang.
Kaligung merupakan sumber mata air dari masa ke masa, yang mengalir
dari gunung sampai laut melewati daerah Kabupaten Tegal. Pada masa dulu
Kaligung airnya masih sangat jernih, karena merupakan air yang berpasir dan
dijadikan sumber air bagi penduduk yang berada disekitar aliran sungai. Tapi
sekarang Kaligung adalah sungai yang sudah dalam dengan kondisi air yang kotor
dan keruh. Hal ini disebabkan adanya penambangan pasir dan batu kali oleh
masyarakat sekitar sebagai bahan bangunan.
Dahulu kala Kaligung letaknya tidak di Perpil. Sebelum sampai di Perpil
Kaligung berada tepat belakang rumah Kutil. Kali tersebut digunakan sebagai
jalur perdagangan, terbukti dengan banyaknya kapal-kapal yang singgah dan
17
berlabuh. Disamping itu pula dahulu di sekitar tempat tinggal Kutil dijadikan
sebagai dermaga pelabuhan, itu terbukti dengan adanya tali-tali besar kapal yang
dililitkan dipaku besar sebagai pengait (wawancara dengan Bapak Taim, Juni
2006). Namun pada saat kutil di Pesayangan kaligung sudah berpindah letaknya
lebih jauh dari jalan raya yang dikenal dengan sebutan jalan Perpil. Pemindahan
Kaligung ke Perpil lebih disebabkan karena sering terjadi banjir yang cukup besar
kadang airnya meluap sampai sekitar depan pasar (wawancara dengan Bapak
Taim, Juni 2006). Tinggalnya yang diseberang sungai Gung yang menyebabkan
asal mula timbul kekaburan mengenai julukan yang dikaitkan dengan asalnya
yang dari Madura. Di Jawa orang Madura dan orang yang berasal dari luar Jawa
disebut orang seberang. Selain itu juga orang-orang Madura di Jawa dianggap
memiliki sifat yang keras sehingga sesuai dengan perwatakan Kutil sebagai anak
yang nakal “bangor” (dalam logat Tegal) Ia jarang menuruti orang tuanya. (Lucas,
2004:153)
B. Masa Sekolah
Pendidikan Kutil, sama seperti anak-anak yang lainnya bahkan dia
memperoleh pendidikan hanya sampai kelas dua Sekolah Rakyat akibatnya Ia
hanya bisa membaca dan menulis sedikit, sedangkan tulisan tangannya hampir
tidak terbaca. Sekolah Rakyat adalah sekolah yang didirikan oleh pemerintah
Jepang khusus untuk anak-anak pribumi (orang Indonesia), Sekolah Rakyat pada
saat itu setingkat dengan SD sekarang. Sekolah Rakyat diperuntukan untuk orang-
orang pribumi yang mau belajar, mereka datang ke sekolahpun karena pegawai
desa mengajak dan mengumumkannya di jalan-jalan. Sekolah Rakyat merupakan
18
sekolah dengan gaya pendidikan orang-orang Jepang, pola-pola yang diajarkan
adalah pola-pola yang biasa digunakan oleh orang-orang jepang. pola
pendidikannya terdiri dari pendidikan militer, baca tulis dan olah raga orang-orang
jepang. Sekolah Rakyat yang diperuntukan khusus untuk anak-anak Pribumi,
tidak bayar. Yang diajarkan diantaranya untuk kelas satu diajarkan Huruf Jawa,
kelas dua diajarkan Huruf Latin, membaca huruf Abjad dan bahasa Melayu
diajarkan kelas empat. Sekolah rakyat dahulu dalam satu Kecamatan hanya ada
satu sekolah saja . Kecamatan Talang pada waktu itu hanya mempunyai satu
Sekolah Rakyat yaitu di Ekoproyo (wawancara dengan Bapak Karso, Juni 2006)
Masa kecil Kutil dilewati sama seperti anak-anak yang lain, tidak ada hal yang
istimewa dalam dirinya.
C. Masa Dewasa
Waktu Kutil dewasa, dia pindah ke Talang menempati sebuah rumah di
Dukuh Pesayangan yang dibeli ayahnya untuk cucu-cucunya. Sambil meneruskan
pekerjaan ayahnya sebagai tukang emas kecil-kecilan Ia membuka tempat
pangkas rambut di desa Kajen yang terletak di pinggir jalan raya selatan Tegal.
Pangkalan cukur Kutil menjadi satu-satunya pangkalan cukur yang ada di daerah
itu. Disamping meja cukurnya, ada sebilah pedang panjang (gobang) tergantung di
dinding di sebelah kaca. Tentu saja ini menyebabkan dari pada berkelahi dengan
dia, tukang cukur yang lainnya di desa itu lebih baik angkat kaki cepat-cepat.
Pangkalan cukur Kutil mengenakan tarif yang cukup mahal bagi pelanggannya.
Orang yang cukur dikenakan biaya 5 sen. Bagi orang biasa itu ibarat uang
sabendung, nilainya tinggi sekali. Orang-orang yang cukur padanya kebanyakan
19
anak-anak cina dan pegawai pegadaian (wawancara dengan Bapak Wastap, Juni
2006).
Kutil termasuk orang yang kreatif senantiasa berusaha mengembangkan
usahanya, diantaranya adalah membeli barang-barang bekas di rumah-rumah
untuk dijual kembali. Sifat kreatifnya didukung karena Desa Pesayangan adalah
desa yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai tukang emas,
pengrajin kuningan, kerajinan logam (seperti pembuatan pisau, gunting, sendok
dan suku cadang sepeda). Dari jaman Kutilpun masyarakat Pesayangan sudah
berdagang sampai keluar kota, kota Bandung adalah kota yang paling besar
memesan emas ataupun perak dari daerah ini (wawancara dengan Bapak Taim,
Juni 2006). Pada tahun 1937 Kutil mencalonkan diri dalam pemilihan lurah Desa
Kajen, tetapi kalah “hanya satu suara saja” selama masa pendudukan Jepang Kutil
terkenal dengan kebolehannya karena dia mudah memperoleh barang-barang yang
sulit didapat, misalnya batu korek api.
Watak dan sifat Kutil sudah terbentuk sejak kecil, karena latar
belakangnya yang berasal dari Madura membawa pengaruh watak yang keras.
Menurut Kuntowijoyo, orang Madura terkenal sebagai suku bagsa yang
mempunyai adat istiadat yang keras, keras dalam tutur katanya, tetapi mereka juga
merupakan pekerja yang bersungguh-sungguh dan suka berterus terang.
Kebudayaan dan adat istiadatnya telah banyak dipengaruhi oleh kebudayaan
luar, meskipun demikian masih menampakkan nilai-nilai aslinya. Hal tersebut
tercermin dalam kehidupan masyarakat desanya yang memiliki ikatan yang
berdasarkan kekerabatan dan teritorial. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari
20
mereka sangat senang bekerja, memiliki perasaan persaudaraan yang kuat, dan
gotong royong yang sangat mendalam(Sairin 2002:83).Watak orang Madura
terbentuk karena dipengaruhi oleh letak geografis Madura yang berada di daerah
pantai, dimana orang pantai cara berbicaranya lebih keras, emosinya masih sulit
dikontrol, perompokan yang terjadi umumnya kejahatan yang lebih mengerikan,
lebih sadis dan tingkat kesulitan ekonominya lebih tinggi.
Petualangan Kutil dimulai dengan dibuangnya dia beserta dua orang
temannya yaitu Slamet dan Washari ke Digul dalam perjuangan Sarekat Rakyat.
Mereka melarikan diri dan pulang ke Tegal dengan terlebih dahulu membunuh
penjaga penjara (orang belanda) dengan menggunakan perahu. Sifat membunuh
sudah Kutil tunjukkan dari dahulu ketika dalam perjalanan ketiga orang itu
berjanji “Nanti kalau lapar, diantara kita siapa yang akan dibunuh, itu yang akan
dimakan terlebih dahulu.” Perkataan Kutil menunjukkan bahwasanya sifat Kutil
tega membunuh walaupun itu temannya sendiri.
Ia menikah dengan orang asli Pesayangan bernama Was’ah dan
mempunyai empat orang anak, dua anaknya laki-laki bernama Khambali dan
Sapi’i dan dua anak perempuannya bernama Fatimah dan Rokhmah. Istrinya pada
waktu itu membuka warung makan di depan rumah bersebelahan dengan
pangkalan potong rambut suaminya (Wawancara dengan Bapak Taim, Juni 2006)
Kutil sebagai guru agama biasa bepergian jauh dengan sepeda untuk
memimpin pengajian al-Qur’an. Dia sering pulang kerumah lewat tengah malam
tanpa diganggu penyamun yang berkeliaran dikawasan itu (Lucas 2004:153).
Nilai-nilai keislaman pada waktu itu memang kuat, terlihat dari penuhnya masjid
21
maupun Mushola yang dipadati dengan banyaknya orang sholat. Mereka sholat
sampai di halaman depan Masjid (wawancara dengan Bapak Wastap, Juni 2006).
Kutil selalu mengucapkan “Assalamualaikum” bila memasuki rumah, kendati dia
tidak selalu menjalankan ibadah sholat lima kali sehari. Penduduk setempat
menyebutnya santri, menggunakan istilah itu dalam arti lama yang berarti orang
suci.
Pemikiran Kutil yang pertama adalah ingin mengganti pejabat-pejabat
lama dan orang-orang golongan Pangreh Praja dengan orang pilihannya, orang
yang ditunjuknya. Dia menganggap mereka adalah penghianat bangsa, mereka
adalah pejabat yang ditunjuk dan diangkat oleh penjajah. Segala keputusan dan
tindakan pejabat-pejabat itu dirasa sangat lamban karena selalu menunggu
perintah dari atasan dan masih menganut sistem penjajahan. Selain itu Kutil juga
menindak orang-orang yang menghina Republik, misalnya jika di jalan dia
mengucapkan salam MERDEKA! Namun tidak menjawab, orang itu langsung
dibunuh (wawancara dengan Bapak Ruslim, Juni 2006). Menghapus kemiskinan,
mengakhiri penderitaan masyarakat dengan membagi rata jatah yang diberikan
oleh pemerintah baik jatah bahan pakaian, terlebih jatah beras. Tidak ada yang
dibedakan dan pengistimewaan bagi sekelompok golongan. Golongan pejabat
ataupun Pangreh Praja mendapat jatah yang sama. Kutil menganut paham sama
rasa, sama rata semua orang sama, karena pada tahun 1945 masa awal
kemerdekaan, rakyat menderita kelaparan. Di jalan-jalan banyak sekali ditemui
orang-orang yang kelaparan perutnya kempes, yang terlihat hanya tulang dan
kebanyakan dari mereka akhirnya meninggal. Pemikirannya yang lain ialah, ingin
mendirikan dan merebut kekuasaan Kabupaten dan Tiga Daerah. Dia ingin
22
menjadi seorang pemimpin Tiga Daerah. Membuat pemerintahan sendiri diatas
pemerintahan yang sah pada waktu itu, Dia bercita-cita memerintah penuh dan
memiliki wewenang dalam mengambil keputusan bahkan membuat peraturan
sendiri yang nantinya menjadi hukum yang berlaku dalam masyarakat. Ia tidak
mengakui pemerintahan yang sah, yaitu Pemerintahan Republik Indonesia.
Masyarakat pada waktu itu menginginkan pemerintahan Rakyat, apa yang dimiliki
negara adalah milik rakyat, aparatur-aparatur pemerintah juga ditunjuk dan
diangkat oleh rakyat, pemerintahan yang ada adalah untuk kesejahteraan rakyat.
Pemikiran Kutil yang semata-mata untuk tujuan rakyat kesejahteraan masyarakat,
disambut gembira oleh Rakyat karena mereka menganggap Kutillah yang akan
merubah nasib mereka jauh lebih baik. Pemikiran Kutil lahir dari penderitaan
yang Ia alami. Bagaimana beratnya hidup dijajah dan kini setelah Indonesia
merdeka, keadaan masyarakat tidak berubah malah sebaliknya banyak masyarakat
yang meninggal karena kelaparan. Kemiskinan dimana-mana, sedang jatah
pakaian dan terutama beras tidak dibagikan secara merata. Tindakan maupun
keputusan yang mereka ambil juga dirasa sangat lamban karena menunggu
terlebih dahulu perintah dari atasan.
Tindakan yang dilakukan Kutil diantaranya, menjatuhkan pemerintahan
yang ada, perusahaan-perusahaan, gudang-gudang gula dan padi disegel rakyat,
seperti pabrik tekstil dan gudang padi. (wawancara dengan Bapak Karso, Juni
2006). Idiologinya sepaham dengan Komunis, gerakannya bersifat ekstrim dan
tidak berperikemanusiaan.
16
BAB III
REVOLUSI SOSIAL DI TEGAL TAHUN 1945-1946
A. Keadaan masyarakat Tegal tahun 1945-1946
Kondisi masyarakat Tegal awal Revolusi sosial secara ekonomi
mengalami tekanan yang sangat berat, adanya kebijakan pemerintah militer
Jepang merubah sendi-sendi pemerintahan tradisional di desa maupun
perekonomian desa. Pada masa itu terjadi perubahan-perubahan diberbagai aspek
kehidupan ekonomi, sosial, budaya maupun politik. Hal ini dikarenakan
penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Jepang dilakukan secara menyeluruh dan
mendalam.
Dalam perubahan tersebut terdapat golongan yang naik status sosialnya
misalnya golongan elit intelektual, adapun golongan yang status sosialnya turun.
Struktur otoritas tradisional didaerah pedesaan yang telah berjalan bertahun-tahun
turut berubah. Perubahan ini diwujudkan dalam hubungannya dengan pemimpin
setempat dengan rakyat yang berakar pada sifat-sifat feodal yang mulai longgar.
Para kepala desa yang ada di Tegal hanya dijadikan sebagai alat didalam
penyampaian kebijakan dari pemerintahan Jepang.
Daerah Tegal terkenal dengan penduduknya yang hampir seluruhnya
beragama Islam dan sangat fanatik. Kefanatikannya terlihat nyata pada adat
istiadat, kebiasaan tingkah laku serta perubahan mereka. Di Slawi karena
fanatiknya sekalipun bermain sepak bola tetap memakai sarung tidak boleh
memakai celana. Orang arab saat itu mendapatkan tempat yang lebih tinggi
dimata masyarakat. Karena mereka sebangsa dengan Nabi bahkan mereka
17
dianggap keturunan Nabi sehingga mendapatkan sebutan “ Ndoro Tuan Syeh “
untuk menghormati mereka (Wawancara dengan Bapak Mustain, Juni 2006)
Penduduk Tegal terdiri dari bermacam-macam suku bangsa, selain suku
pribumi (Jawa) terdapat golongan-golongan penduduk bagsa Cina (Tionghoa) dan
Arab. Diantara golongan-golongan bangsa tersebut suku Jawa merupakan
penduduk pribumi yang sebagian besar dari mereka hidup di pedesaan dan sedikit
sekali yang hidup di kota. Mereka terdiri dari orang kaya yaitu para pangreh praja,
lurah, para pedagang kaya dan selebihnya para petani yang berdiam di desa.
Bangsa Cina (Tionghoa) pada waktu itu sangat dipercaya sebagai kaki
tangan pemerintah Hindia Belanda. Mereka memegang peranan penting dibidang
perekonomian. Mereka sebagian besar adalah pedagang dan bertempat tinggal di
kota atau dilingkungan pemukiman orang Belanda.
Pertanian merupakan mata pencaharian rakyat yang terutama di daerah
Karesidenan Pekalongan. Baik sebagai petani penggarap atau buruh tani ataupun
sebagai pemilik sawah atau tanah. Di daerah pantai tanahnya kurang subur karena
mengandung garam sehingga dapat menanam kelapa, bunga melati untuk
memberi aroma teh dan polowijo. Di daerah daratan rendah keadaan tanahnya
subur, karena adanya pengairan yang baik dari sungai-sungai yang melewati
daratan itu sehingga ditanami padi dan polowijo di musim kemarau. Sawah-sawah
yang lain ditanami tebu untuk memenuhi kebutuhan pabrik gula yang terdapat
didaerah itu. Dalam masa pemerintahan Belanda hampir diseluruh sawah daratan
rendah ditanami tebu untuk mencukupi kebutuhan pabrik gula itu sesuai dengan
target yang telah ditentukan.
18
Daerah pegunungan merupakan daerah yang subur dengan hasil pertanian
seperti kopi, teh, kayu jati, Pinus. Didalam pemerintahan Belanda kopi merupakan
hasil ekspor utama didaerah ini disamping teh dan gula, karet, kina dan panili.
Penduduk Tegal yang lain bermata pencaharian sebagai nelayan dikarenakan
wilayah Tegal bagian utara adalah lautan dan pantai penghasil perikanan, selain
perikanan penduduk juga mengusahakan ternak.
Bangsa Jepang datang mula-mula memperhatikan kehidupan sosial seperti
menggunakan tenaga-tenaga bangsa Indonesia untuk menjalankan pemerintahan,
menjadikan mereka pemimpin di perusahaan-perusahaan yang semula dipegang
oleh bangsa Belanda, menghapuskan jurang pemisah didalam bidang pendidikan
antara bangsa asing dengan penduduk pribumi. Hal ini berarti menaikkan tingkat
kehidupan bangsa Indonesia. Bangsa Jepang juga memperhatikan mereka dalam
hal olahraga yang menyeluruh dari kota sampai desa adalah merupakan perhatian
mereka terhadap kesehatan jasmani dan rohani bagi rakyat Indonesia. Selain itu
latihan-latihan kemiliteran yang diberikan kepada pemuda-pemuda Indonesia
telah memberikan kepercayaan yang besar dalam diri mereka yang akan sangat
berguna untuk perjuangan dalam merebut kemerdekaan. Tetapi dibalik perhatian
Jepang ternyata ketentuan wajib militer ini meliputi seluruh lapisan usia dari anak-
anak sampai yang tua akhirnya menimbulkan kehidupan sosial yang memburuk.
Keadaan ekonomi yang buruk berdampak pada kondisi kesehatan
masyarakat yang cukup memprihatinkan. Penyakit kulit menjadi penyakit yang
memasyarakat dikalangan rakyat. Tidak hanya penyakit kulit, beri-beri, busung
19
lapar maupun kudisan yang merajalela bahkan hampir setiap hari terdapat orang
yang meninggal akibat kelaparan.
Kondisi politik masyarakat Tegal setelah kedatangan balatentara Dai
Nippon di Indonesia mengalami perubahan-perubahan yang mendasar dalam
bidang hukum dan politik. Dalam bidang politik, pemerintahan Jepang segera
membubarkan seluruh organisasi politik yang ada. campur tangan dari
pemerintah terhadap korp pangreh praja merupakan bentuk dari salah satu
penetrasi politik dan depolitisasi terhadap lembaga-lembaga politik tradisional
pedesaan.
Pelatihan dan Indokrinasi dilakukan oleh Jepang sedangkan politik
imbalan dan hukum yang dilakukan, dalam bentuk pemecatan untuk
menyingkirkan orang-orang anti Jepang dan kompromis terhadap barat.
Pemerintahan militer Jepang dengan orientasi ekonominya telah melanggar batas-
batas otonomi dari pemerintahan desa. Hal ini terbukti dengan pengangkatan
kepala desa berdasarkan kriteria tertentu dan melalui serangkaian prosedur tes dan
seleksi hal ini bertujuan agar kepala desa mengerti Administrasi pemerintah dan
sekaligus menyingkirkan orang-orang yang tidak mendukung pemerintah Jepang.
Selain dalam bidang pemerintah, dampak pendudukan Jepang didaerah
Tegal juga dalam bidang keorganisasian. Pada masa pergerakan nasional sudah
muncul beberapa organisasi politik yang berjuang untuk kemerdekaan dan
melepaskan diri dari penjajahan Jepang. Namun pada masa itu Jepang melarang
pembentukan organisasi politik, sebagai gantinya Jepang mendirikan beberapa
organisasi kepemudaan.
20
Mobilisasi pemerintah Jepang terhadap para pemuda Tegal dilakukan
secara besar-besaran dalam program cadangan bagi kepentingan militer Jepang.
Mobilitas tersebut dalam bentuk barisan Sainendan, Keibodan, Heiho dan Peta.
Dampak dari pembentukan organisasi tersebut adalah keterampilan dalam
penggunaan senjata dan sikap kedisiplinan yang selalu digembleng dalam latihan-
latihan.
Pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh para pemuda merupakan keuntungan
bagi bangsa Indonesia, untuk melawan penjajah. Para pemuda yang dilatih militer
pada akhirnya akan berbalik melawan pemerintahan Jepang demi kepentingan
perjuangan kemerdekaan, misalnya Peta yang dibentuk oleh Jepang. Mereka tidak
sepenuhnya patuh pada Jepang, tetapi dibalik semuanya mereka juga melatih para
pemuda-pemuda yang lainnya setelah menyelesaikan tugasnya.
Penderitaan akibat penjajahan Jepang serta latihan-latihan militer
mengubah sikap hidup dan pandangan rakyat Tegal. Budaya Jawa yang selalu
pasrah dan menerima apa adanya tidak dianut lagi oleh sebagian pemuda.
Pemuda Tegal mulai berjiwa reaksioner terhadap semua yang berkenaan dengan
kebijakan Jepang.
B. Munculnya kekuatan Sosial berdasarkan Idiologi
Revolusi sosial yang terjadi di Tegal kurang lebih tiga bulan setelah
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, sebenarnya gejolak pedesaan yang
tidak hanya terjadi di Tegal saja namun, terjadi juga di daerah-daerah lain seperti
di Pekalongan dan Pemalang. Revolusi tersebut adalah merupakan bentuk
kekecewaan masyarakat terhadap pemerintahan yang ada pada saat itu.
21
Penyebabnya adalah adanya sikap menunggu perintah yang sudah menjadi pola
elite birokrat, karena sikap menunggu mencerminkan sifat ragu-ragu, tidak
berinisiatif dan sikap kepatuhan seorang abdi yang terpuruk oleh latar belakang
pendidikan kolonial belanda yang diperolehnya. Kekuatan sosial berdasarkan
Idiologi inilah kelompok yang membentuk Front Rakyat yang di sebut Gabungan
Badan Perjuangan Tiga Daerah (GBP3D). Kelompok ini terbentuk pada tanggal
16 November 1945 dan bermarkas di kantor partai sosialis Amir Syarifudun
cabang Tegal. dengan tujuan utama front adalah merebut stuktur karesidenan
dalam kekuasaan organisasi yaitu di Tegal, Brebes, dan Pemalang. Gerakan ini
dapat terbagi menjadi tiga kelompok yaitu:
Kelompok pertama yaitu kelompok kiri di Tiga Daerah, diantaranya
Veteran Pemberontak Komunis tahun ‘26 eks Digulis, termasuk di dalamnya
pemimpin Barisan Pelopor dan Badan Pekerja di Tegal dan Brebes. AMRI Slawi
mereka anti Fasis dan tidak berkompromi dengan Belanda. Pengikutnya yaitu
kalangan Feodal Pangreh Praja. Pada tahun 1945 mereka menggunakan
kesempatan untuk merombak struktur pemerintahan yang lama ke arah yang lebih
demokratis. Tetapi karena pada tahun 30-an sewaktu mereka kembali dari
Digul/penjara lain. mereka selalu dalam pengawasan Belanda, dan tidak boleh
mendirikan organisasi di tahun 1945, sehingga mereka tidak mempunyai
pengikut atau massa, baik di kota maupun di desa.
Kelompok kedua yaitu kelompok sosial yang berpengaruh di Tegal dan
Brebes ikut mengaktifkan KNI sebagai wakil pemerintahan sesudah proklamasi
dan berusaha mempengaruhi sikap Pangreh Praja ke arah yang lebih mendukung
22
republik yang baru. Diantara mereka ada yang duduk dalam GBP3D yang di
ketuai oleh K.mijaya. kelompok sosialis juga mempunyai saluran ke tingkat
nasional lewat dua tokoh yang berasal dari Tegal yang pertama Supeno, anggota
partai Sosialis dan badan pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP)
yang kemudian menjadi menteri pembangunan dan pemuda dalam kabinet Hatta
yang pertama (1948-1949), membela perkara Tiga Daerah di Pengadilan
Pekalongan pada awal 1947 tokoh kedua ialah Subagio Mangunraharjo pemimpin
PNI-baru dan sahabat Perdana Menteri Sutan Syahrir.
Kelompok ketiga di dalam Aliran Kiri yang menguasai GBP3D ialah PKI
bawah tanah. Di mulai akhir tahun 30-an di Surabaya. Widarta dan K.Mijaya cs,
telah memupuk kader-kader yang progresif melawan Fasisme. Tindakan-tindakan
mereka di masa pendudukan Jepang, antara lain di Lasem, Blitar, dan Pemalang.
Meskipun dengan jaringan lokal yang terbatas, ikut menentukan cita-cita Gerakan
Tiga Daerah walaupun dalam tingkat nasional. Widarta dan K.Mijaya
memperoleh salurannya melalui Amir Syarifudin, namun tidak pula menolong
terpukulnya GBP3D. Di Tiga daerah itu selain perbedaan pandangan dalam aliran
kiri tentang bagaimana revolusi itu harus di jalankan juga terdapat perbedaan
tentang penentuan prioritasnya.
Selain kaum Kiri yang ada dalam Peristiwa Tiga Daerah elemen lain yang
juga sangat penting adalah kelompok Islam. mengapa kaum agama ikut arus
Revolusi dan apa cita-cita Islam pada waktu itu. Islam nasionalis sejak zaman
Sarekat Islam, melakukan kegiatan melawan kolonial Belanda maupun Jepang
yang tokohnya antara lain K.H.Abu Suja’i (Pemimpin partai sarekat Islam
23
Indonesia di Tegal) yang menjadi Bupati Tegal pada waktu Peristiwa Tiga
Daerah. yang diangkat oleh komplotan Kutil. Di Tegal, 22 persen camat baru
yang terpilih terdiri dari golongan Islam Nasionalis. Di Pemalang kelompok ini
disebut sebagai Santri rakyat, dengan maksud untuk membedakan mereka dari
golongan Muhammadiyah yang anggotanya adalah golongan priyayi, sedang di
Pekalongan anggota Muhammadiyah adalah para pedagang. Tokoh Islam
Muhammadiyah K.H. Iskandar Idris, Komandan TKR Pekajangan merupakan
persenyawaan dua elemen yaitu TKR dan Muhammadiyah yang berhasil
menghentikan Pemerintah Revolusioner baru, baik di Pekalongan maupun di Tiga
Daerah.
PKI semasa pendudukan Jepang tidak bisa berbuat banyak. Partainya
lemah dan anggotanya sedikit. Di Karesidenan Pekalongan hanya ada delapan
orang anggota Gerakan Bawah Tanah. Seorang di Pekalongan, tiga di Pemalang,
dua orang di Tegal dan dua orang lagi di Brebes dan tujuh anggota lainnya K.
Mijaya (di Tegal) dan Amir (di Pemalang) yang paling aktif.
Sejak Karl Marx mencetuskan manifesto Komunis tahun 1884, maka
kelompok itu menyebar di kalangan Eropa termasuk negeri Belanda. Pada abad
XX beberapa pegawai belanda yang berhaluan Komunis di Indonesia, di
antaranya H.J.F.M.Sneevliet, Ia adalah anggota Social Democratiche Arbeider
Partij (SDAP) atau Partai Bumi Sosial Demokrat. Ia menyebarkan paham
komunis di Indonesia dengan mencoba mempengaruhi pemimpin bangsa
Indonesia. Pada tahun 1914 di dirikan organisasi Marxisme di Indonesia dengan
24
nama Indisce Sosial Democratisce Vereniing (ISDV) dengan Semarang sebagai
pusatnya.
ISDV lalu menyusup kedalam tubuh Organisasi Sarekat Islam yang
membaginya menjadi Sarekat Islam Merah yang di pimpin oleh Semaun dan
Sarekat Islam putih yang di pimpin oleh HOS Cokroaminoto. Sarekat Islam merah
bergabung dengan ISDV dan pada tahun 1920 membentuk Perserikatan Komunis
Hindia/ PKI yang diketuai oleh Semaun dan wakilnya Darsono.
Masalah lain yang dihadapi PKI bawah tanah di Tiga Daerah yaitu; bahwa
para tokohnya Widarta, Bung Kecil dan K.mijaya (juga residen Baru Sarjio dan
sekretarisnya Muroso) berasal dari luar daerah dan bukan orang setempat,
sehingga pengaruhnya tidak begitu besar.
Pada tanggal 21 Oktober 1945 di umumkan bahwa PKI berdiri kembali, di
Tegal di ketuai oleh Sardjono. saat itu juga PKI mempunyai pengaruh yang sangat
besar di Jawa, dan cabang-cabang sarekatnya mendukung secara aktif.
Karesidenan Pekalongan menjadi sebuah pusat dari kegiatan politik yang radikal
dan para pengikut PKI di Tegal dan Pekalongan adalah tokoh-tokoh penggerak
terkenal dalam pemberontakan melawan Belanda tahun 1925 (Andrey R.
Kahin,1990:31) sehingga di Tegal, Pekalongan menjadi pangkalan kuat kelompok
komunis.
Kamijaya merupakan tokoh sentral atas pembentukan badan-badan pekerja
yang menjadi otak dari segala kegiatan perjuangan PKI di Tiga Daerah. Tokoh
lain penggerak perjuangan politik Tegal adalah Parno Sutikno, seorang pegawai
25
pegadaian mereka berhasil mempersatukan tiga kelompok untuk melakukan
gerakan dengan usaha yang di lakukan adalah:
1. Membujuk Kutil atau Sakyani dari kelompok Leggaong untuk bergabung
dalam perjuangan revolusioner.
2. Menjadikan kecamatan Talang, Adiwerna dan Slawi sebagai pusat gerakan.
3. Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) sebagai inti dari kekuatan
pemuda dan menentang keberadaan BKR (Wawancara Sahmad, Juni 2006)
(Lucas,1989:196)
Kegiatan Perjuangan Komunis di Tegal yang ada di daerah Pantai Utara
sebagai pusat kegiatan kelompok PKI Kamijaya. Dijalankan secara ilegal dengan
kegiatan operasional bawah tanah. yang bekerja sama dengan kekuatan progresif
setempat dan kader PKI bawah tanah di Hutan Sukowati Pemalang seperti
S.Mustofah, Widarta, Kamijaya, Amir, Sarjio dan Murosa yang melakukan
feodalisme dan Kapitalisme.
Secara politik Kamijaya mengikuti garis politik Tan Malaka seperti pada
pernyataan dengan Sayuti Melik,”....bahwa Kamijaya menyatakan dengan agak
marah, bahwa ia tidak suka campur tangan saudara Sayuti Melik dalam masalah
ini, karena ia adalah golongan Tan Malaka .....(Lucas,1989:216) Pernyataan
tersebut menyebutkan bahwa Kamijaya sebagai golongan Komunis dan Sayuti
Melik sebagai golongan nasional, mempunyai rentan jauh dalam segi pemikiran
maupun Idiologinya.
Strategi yang di jalankan oleh kelompok Komunis adalah dengan
menerapkan revolusi yang mempunyai tiga segi yaitu politik, ekonomi, dan
26
militer. Ketiga segi tersebut mampu mengadakan revolusi jangka panjang yang di
tuangkan sebagai gerilya politik dan ekonomi.
Gerakan komunis yang berkembang di daerah banyak di ilhami oleh
golongan Komunis pusat oleh ajaran Tan Malaka yang membakar semangat
perjuangan dalam mencapai kemerdekaan 100 persen yang berisi tujuh pasal
yaitu:
1. Berunding atas dasar pengakuan kemerdekaan 100 persen
2. Pemerintahan rakyat (dalam arti, kemauan rakyat)
3. Tentara rakyat (dalam arti, Kemauan tentara sesuai dengan kemauan rakyat)
4. Menyelenggarakan tawanan Eropa
5. Melucuti senjata Jepang
6. Menyita hak milik musuh
7. Menyita perusahaan-perusahaan dan pertanian musuh (Frederick,1984:353-
354)
C. Munculnya kelompok Legaong (bandit)
Dalam Revolusi Indonesia, banyak dijumpai para bandit yang
memanfaatkan jalannya revolusi. Apabila pada suatu saat timbul kegentingan dan
alat-alat pemerintah menjadi lemah serta tidak berdaya menguasai situasi, maka
unsur-unsur kriminal “berperan” untuk kepentingan pribadinya. Mereka
membonceng gerakan revolusiner/badan-badan perjuangan yang menjadikan teror
dan kekerasan sebagai alat untuk menjalankan kekuasaannya. Sebagaimana
badan-badan perjuangan, unsur-unsur kriminal membentuk dirinya dalam suatu
kelompok yang terorganisasikan mereka ”hidup” dalam dunia “hitam” atau dunia
27
“bawah” atau dunia “bengkok” yaitu dengan membalikan nilai-nilai dari dunia
“Lurus”.
Dunia perbanditan merupakan kehidupan dunia ”bawah” atau dunia
“hitam” yang selalu menampakkan diri pada saat-saat tertentu. Idiologi
perbanditan pada umumnya bersifat sekuler yang merupakan gerakan anti
ekstorsi, anti pemerasan oleh pihak penguasa, tuan tanah, pihak pabrik dan
perkebunan.
Dalam Peristiwa Tiga Daerah kelompok yang di pimpin Kutil adalah
kelompok Leggaong (bandit) yang tumbuh dan berkembang pada saat itu,
kelompok Kutil adalah kelompok yang memiliki tempat dan kedudukan tersendiri
pada saat itu. Kelompok yang muncul akibat sikap ketidak puasan atau sebagai
wujud ketidak setujuan masyarakat terhadap tatanan yang ada, mereka
menganggap mereka mampu menentukan nasib mereka sendiri. Kelompok
Leggaong/bandit, Menurut Hobsbawn, seorang sejarawan sosial Inggris yang
menyatakan bahwa, bandit adalah seorang dari anggota kelompok yang
menyerang dan merampok dengan kekerasan. Istilah bandit di bedakan menjadi
dua:
1. Bandit biasa
Merupakan seseorang yang melakukan kejahatan dengan merampok tanpa latar
belakang apapun.
2. Bandit sosial
Merupakan seseorang yang melakukan perbuatan merampok yang di latar
belakangi oleh kepentingan sosial (Suhartono,1995: 93-94)
28
Hobsbawn mengemukakan juga bahwa Bandit merupakan istilah untuk
menyebut Individu atau kelompok yang menentang hukum. Hobsbawn juga
membedakan 4 istilah bandit yaitu:
1. Perampok berkawan
2. Seorang yang mencuri, membunuh dengan cara kejam dan tanpa rasa malu
(gangster)
3. Seorang yang mendapat keuntungan dengan tidak wajar.
4. Musuh.(Ibrahim, 2004: 222)
Perbanditan bukan semata-mata gerakan Antiekstorsi seperti pendapat
Sartono Kartodirjo, yang di maksud gerakan sosial lebih menitik beratkan pada
gerakan sosial keagamaan, perbanditan disini dapat dimasukan dalam gerakan
sekuler (Suhartono,1995:103)
Di pandang dari Idiologinya, perbanditan Pedesaan lebih menitik beratkan
hal-hal yang sifatnya riil dan Ekonomis, artinya menghadapi kepentingan primer
yang merupakan hajad hidup bersama dalam masyarakat pedesaan.
(Suhartono,1995:105)
Perbanditan di pandang sebagai pahlawan, jago, jawara yang mempunyai
komunitas kuat di dukung oleh masyarakat, karena mencerminkan nilai moral
sebagai aksi protes di tingkat lokal. Kelompok sosial ini memainkan peranan
politik dan mempunyai kedudukan istimewa di mata masyarakat, karena dengan
peran tersebut, masyarakat mempunyai rasa ketakutan dan berusaha untuk
menerima tindakan walaupun menentang hukum.
29
Revolusi sosial yang terjadi di Tegal kurang lebih dua setengah bulan
setelah Proklamasi Kemerdekaan tepatnya bulan Oktober 1945, disebabkan oleh
hilangnya Pemerintahan Jepang di Tegal serta adanya pergantian pemimpin praja
di beberapa Kecamatan dan Kawedanan. Pergantian pemimpin Praja di pimpin
oleh masyarakat yang berasal dari berbagai lapisan diantaranya: pedagang,
penjual makanan, Penjahit, Petani miskin, tukang besi dan penjual Jamu.
Kelaparan dan Kekurangan yang di alami rakyat selama masa Penjajahan
Jepang tidaklah menjadi lebih ringan, berton-ton padi yang di setorkan setelah
panen (Mei-Juni 1945) di Tiga Daerah, menumpuk di gudang-gudang tak
digunakan. Pejabat pemerintah Pangreh Praja tidak segera membagi-bagikannya
kepada masyarakat, mereka menunggu perintah terlebih dahulu dari atasan. Hal
itulah yang menjadikan kemarahan masyarakat bertambah, terutama Kutil
(Lucas,2004:147)
Pengaruh Leggaong/bandit dalam Revolusi memang jelas karena mereka
adalah golongan yang memimpin aksi Dombreng dan sebagai kelompok
penggerak revolusi kemerdekaan di pedesaan. Gerakan yang di lakukan adalah
berupa aksi dombreng yang intinya gerakan ini merupakan tindakan membuat
malu para pejabat yang korup di depan umum. Gerakan perbanditan ini
mempunyai struktur dan pemimpin walaupun bentuknya tradisional, adanya
struktur menunjukan hubungan antara satu bagian dengan bagian lain yang
merupakan ikatan atas bawah secara hirarkhis (Suhartono,1995:101)
Kemunculan leggaong di daerah Tegal seringkali memberi rasa takut di
desa-desa yang di tempati para leggaong. seperti di kecamatan Talang terkenal
30
dengan jagoan yang bernama Kutil yang bernama asli Syakyani sebagai tukang
cukur. Dia dianggap mempunyai kekuatan doa-doa, jimat dan dianggap Ratu Adil
sebagai dampak gejala Messianisme.
Kutil tidak punya Jimat, ataupun doa-doa. Kekuatan pada dirinya terletak
pada keberaniannya membunuh siapa saja yang dianggap musuh, dan
keberhasilannya mempengaruhi masyarakat sehingga ikut dalam gerakannya.
Kyai Makdum adalah teman Kutil. Kyai Makdum memiliki kekuatan istimewa
dan dapat menyembuhkan orang sakit, kepada Kyai inilah kelompoknya meminta
nasihat dan mendapat azimat dan mantra. Azimat tersebut berupa pandonga
slamet (minta doa selamat) Kyai Makdum memberikan segelas air putih untuk
diminum sebelum berangkat. Segelas air putih yang diminum dipercaya akan
memberikan keselamatan. Keselamatan yang dipercaya misalnya apabila akan
ditembak dengan sendirinya tembakan akan meleset, tidak mengenai sasaran.
tidak hanya itu, mereka juga membawa bambu runcing yang sudah diberkati.
Banyak pemuda AMRI memakai selempang Janur kuning sebagai lambang
perlawanan dan pemberi kekebalan serta penangkal roh jahat. Karena langkanya
senjata api (hanya dua orang tokoh AMRI, lainnya disamping Kutil yang
memilikinya) adanya perlindungan semacam itu dirasa lebih penting artinya, baik
bagi kaum Leggaong maupun bagi Kaum Revolusiner (Wawancara dengan Bapak
Wastap, Juni 2006). Kedekatan Kyai Makdum dengan Kutil memunculkan
anggapan bahwa Kyai Makdum adalah guru Kutil dan seperti anggapan
masyarakat pada umumnya Leggaong mendapat kekuatan magisnya dari seorang
Kyai terkenal.
31
Pengaruh Kutil dalam revolusi sosial adalah melakukan protes sosial
dengan memimpin aksi dombreng dan mengerahkan massa, sebagai bentuk
kebencian rakyat terhadap Pangreh Praja serta pengangkatan sepihak dirinya
sebagai kepala kepolisian Tegal.
Pengangkatan dirinya sebagai Kepala kepolisian tidak dilakukan oleh
masyarakat. Kutil mengangkat dirinya sendiri, karena dia merasa sebagai seorang
pahlawan yang disanjung-sanjung rakyat, merasa besar didukung sepenuhnya oleh
rakyat. Dukungan rakyat terbukti dengan tidak ada satupun orang yang berani
dengan dia apalagi menentangnya dan setiap tindakan maupun perintahnya benar-
benar dijadikan hukum oleh masyarakat pada saat itu. Tindakan yang dilakukan
Kutil adalah tindakan seorang yang arogan, tindakan yang tidak
berperikemanusiaan, tidak pandang bulu, tua, muda apabila dianggap bersalah
dengan tidak segan-segan dia akan membunuh dengan cara yang kejam. Kutil
tampil sebagai jagoan Republik (walaupun disiang bolong) yang ingin membalas
dendam atas perlakuan para pejabat semasa penjajahan Jepang (Wawancara
dengan Bapak Karso, Juni 2006).
Perbanditan yang terjadi di Talang jelas terlihat, masa revolusi sosial yang
terjadi kurang lebih tiga bulan, menunjukan bahwa perbanditan pada masa
pendudukan Jepang sudah di mulai. Adanya orang-orang yang dengan sendirinya
muncul yang mampu menggerakan massa/masyarakat lebih dari ribuan. Bahkan
pengikutnya pun terdiri dari tidak hanya orang-orang dari golongan bawah saja
melainkan juga orang-orang dari kalangan agama yang notabene namanya sudah
32
tidak di ragukan lagi di daerah masing-masing. mereka dengan mudah ikut
bergabung dengan para Leggaong.
Kelompok Kutil sengaja menggunakan Islam dan Ulama sebagai kekuatan
ajarannya karena mereka menganggap bahwa Islam merupakan kekuatan politis
yang besar di Indonesia.
D. Berkobarnya Revolusi Sosial di Tegal tahun 1945-1946
Masa Revolusi kemerdekaan 1945 merupakan bagian dari sejarah
perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai dan menegakkan kemerdekaan yang
dimulai sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Didahului masa
pendudukan Jepang yang singkat (1942-1945). Hilangnya kekuasan Jepang
mengakibatkan adanya vacuum kekuasaan, dan menyebabkan munculnya
petualang-petualang politik yang sengaja mengambil kesempatan dengan
menyebarkan isu-isu untuk menghasut rakyat guna kepentingan golongannya
sendiri. Disamping itu juga hubungan kekeluargaan antara masyarakat sudah tidak
serasi. Anggota keluarga masing-masing mempunyai tugas dan kewajiban yang
tidak dapat ditinggalkan, jika berani menghindar hukuman berat menanti. Tenaga-
tenaga sukarela seperti Romusya yang merupakan kewajiban dari seluruh
penduduk dan keharusan menyerahkan hasil padi bagi para petani telah
mengakibatkan kebencian rakyat kepada pemimpin pemerintah bangsa sendiri.
Secara resmi pangreh praja dan kepolisian peninggalan pemerintah Jepang
masih berkuasa, maka untuk mendampinginya dibentuklah Komite Nasioal daerah
(K.N.I.Daerah). Namun demikian agaknya belum dianggap cukup, dan suara-
suara yang santer menginginkan digantinya anasir-anasir pimpinan pemerintahan
33
yang selama pendudukan Jepang sudah memegang pimpinan. Aksi-aksi mulai
timbul yang ditujukan pada diri:
1. Mr. Besar :Residen Pekalongan
2. R. Sungeb Reksoatmodjo :Wali Kota Tegal
3. Sarimin Reksodihardjo :Bupati Brebes
4. R.Slamet Sunaryo :Bupati Tegal
5. Rahardjo :Bupati Pemalang
Mereka semua dianggap sebagai antek-antek Jepang atau Agen-agen
Koloni Belanda (NICA) bahkan dalam Agetasinya dalam suatu rapat di Brebes
Sukirman dalam mengartikan BKR sebagai Badan Keamanan Residen.
Gerakan massa rakyat dimulai dengan melakukan tindakan-tindakan
kejam, menangkap, menyiksa bahkan membunuh pimpinan-pimpinan daerah yang
dianggap bersalah.
Berkobarnya Revolusi Sosial di Tegal terjadi bersamaan dengan
munculnya tokoh Kutil yang terkenal dengan tindakannya yang tidak mengenal
hukum, sadis, dan tidak berperikemanusiaan, namun prokemerdekaan dan
tindakannya semata-mata untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Kutil pada
masa revolusi sosial di tegal, dijadikan tokoh utama dalam setiap gerakan, razia,
penyerbuan terhadap kantor-kantor pemerintah maupun perusahaan-perusahan,
pergantian pejabat-pejabat pemerintah yang dianggap NICA serta pembunuhan-
pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap bersalah maupun orang-orang
yang dianggap menghina republik semuanya terlebih dahulu melalui komandonya.
34
Revolusi Sosial di Tegal di dimulai dengan ketegangan yang terjadi dalam
satu rapat di Kecamatan Moga, Pemalang selatan. Awal bulan Oktober rakyat
meminta agar padi dibagikan. Camat yang sedang pergi membuat suasana
semakin tegang. Wakil camat adik Bupati Pemalang berusaha menenangkan
suasana, namun rakyat yang berkumpul malah menjadi marah dan melempari
gedung dan tempat penyimpanan padi dengan batu.
Di tiga daerah ketegangan yang serupa terjadi dimana-mana. Hal ini
menunjukkan bahwa pemerintah setempat sudah tidak punya waktu lagi untuk
bertindak, karena pada akhir minggu kedua bulan Oktober tindakan pemerintah
untuk membagi-bagikan padi dirasa sudah terlambat. Revolusi sosialpun telah
dimulai.
Revolusi sosial dimulai di Desa Cerih, daerah miskin penghasil singkong
di wilayah perbukitan Tegal selatan. Yang terkenal dengan pusat gerakan
radikalnya. Sebelum perang, pada tanggal 7 Oktober malam hari, sehari setelah
korban-korban akibat perlawanan dengan konpeitai dimakamkan di Pekalongan.
Rumah “Den Mas” Harjowiyono, lurah desa Cerih, dikepung oleh rakyat. Rakyat
mengancam akan membakar rumah itu, bila lurah tidak mau keluar. Pada pagi
harinya, Raden Mas Harjowiyono dengan pakaian resmi keluar menghadapi
rakyat yang mengancam akan membunuhnya, dan beliau menanyakan kepada
mereka apa kesalahannya. Ia dilucuti dan diberi pakaian goni, sedangkan istrinya
diberi kalung padi, suami istri ini diarak, diiringi bunyi gamelan milik lurah yang
melambangkan kedudukan dan kekayaannya. Sesudah diarak, mereka dihina dan
diperlakukan seperti ayam, dipaksa minum air mentah dalam tempurung kelapa
35
dan makan dedak (kulit padi) kemudian lurah dan kelurganya ditahan di
kecamatan agar para pemimpin perjuangan setempat, termasuk camat baru
(karena camat lama kabur) dapat mengawasinya.
Revolusi sosial yang terjadi di Tegal dimulai antara tanggal 20-25 Oktober
1945, pemuda-pemuda di Talang dan Ujungrusi terlihat sangat aktif mengadakan
latihan baris-berbaris setiap pagi atas perintah dari pimpinannya dalam rangka
persiapan untuk menghadapi musuh Belanda. Sebagai inti gerakan ini berasal dari
kalangan pemuda yang tergabung dalam Angkatan Muda Republik Indonesia
(AMRI) dimana Sakyani alias Kutil sebagai pimpinanya.
Latihan rutin yang dilakukan kemudian berubah menjadi beratus-ratus
pemuda bergerombol-gerombol dengan membawa berbagai jenis senjata tajam
dan mulai mengadakan pemeriksaan- pemeriksaan, penggeledahan terhadap
orang-orang yang berjalan melewati markas penjagaan Pemuda di Talang. Baik
orang-orang yang berjalan kaki, naik sepeda, dokar maupun dengan kendaraan
bermotor mereka, diberhentikan dan diperiksa satu persatu dengan cara yang tidak
teratur dan apabila dalam pemeriksaan tersebut dijumpai seseorang anggota
Pamong Praja, polisi negara langsung diseret dan dibawa ke markas. Demikian
pula bila terdapat orang yang membawa barang-barang atau pakaian yang
bercorak Merah Putih Biru, mereka diseret secara beramai-ramai dengan tuduhan
NICA kaki tangan Kolonial Belanda. Kelompok pemuda ini juga memberlakukan
ketentuan, kepada siapa saja yang berjalan melewati markas penjagaan Pemuda
harus berhenti dan mengangkat tangannya untuk menyampaikan salam
MERDEKA!
36
Dari contoh tindakan diatas menunjukan bahwa begitu besar pentingnya
kelompok pemuda dalam menggerakan revolusi, disamping keberanian yang
tinggi. Adanya pemimpin yang pemberani, tegas dalam memerintah, tindakannya
yang cepat dalam mengambil keputusan yang semata-mata untuk kepentingan dan
kesejahteraan rakyat disamping dukungan penuh dari seluruh masyarakat,
pemuda yang berjuang bersamanya adalah kunci utama berjalannya suatu
gerakan.
Kelompok pemuda di daerah Tegal, adalah tidak dari golongan pemuda
namun kelompok itu sebagian besar terdiri dari orang-orang yang usianya sekitar
30-40 tahunan, yang memiliki semangat juang yang tinggi.
E. Dampak Revolusi Sosial di Tegal tahun 1945-1946
1. Dampak terhadap Kondisi Sosial Masyarakat Tegal
Sejak bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan tanggal 17
Agustus 1945, negara Indonesia dihadapkan pada banyak persoalan baik dibidang
Ekonomi, Sosial, maupun Politik. Disamping sosial ekonomi warisan kolonial
masih cukup kuat mengakar pada kehidupan masyarakat. Sedang dibidang politik,
konsolidasi negara Republik Indonesia terutama dalam menghadapi kekuatan
militer Belanda dan melancarkan revolusi nasional yang menyebabkan tingkat
politisasi masyarakat menjadi semakin tinggi.
Kegiatan sosial masyarakat Tegal sesudah proklamasi kemerdekaan
berjalan sangat lambat, karena aktivitas masyarakat dipusatkan pada usaha usaha
mengobarkan peristiwa tiga daerah. Keadaan sosial masyarakat Tegal tidak
tentram, sebab kegentingan suasana akibat tanda-tanda adanya perang semakin
37
menjadi nyata. Kedatangan tentara sekutu dari Semarang adalah salah satu faktor
yang ikut memperkeruh suasana di Tegal.
Dampak yang dirasakan oleh masyarakat Tegal pada Peristiwa Tiga
Daerah ini adalah kekerabatan yang telah berlangsung lama dalam kehidupan
keluarga menjadi terpisah, karena banyak dari anggota masyarakat yang
meninggal dalam peristiwa tersebut. Dalam bidang pendidikan masyarakat Tegal
mendapatkan kesempatan bersekolah tanpa dipungut biaya. Mutu pendidikan
sekolah pada masa ini secara umum tidak meningkat, karena pelajaran yang
diajarkan sangat sedikit. Mereka sering kali diggerakkan untuk melakukan kerja
bakti diantaranya seperti membersihkan tempat-tempat umum, mencari berbagai
tanaman liar untuk diserahkan kepada pihak Jepang. Hal ini sering dilakukan
sehingga pelaksanaan kurikulum secara normal menjadi terganggu.
Jepang meninggalkan Tegal setelah Indonesia merdeka. Meletusnya
Peristiwa Tiga daerah menyebabkan pendidikan masyarakat Tegal menjadi kacau
dan banyak masyarakat yang tidak sekolah. Berakhirnya peristiwa tiga daerah
mengakibatkan pendidikan masyarakat berjalan baik dan ada sedikit mata
pelajaran dari masa pemerintahan Jepang yang dapat dijadikan kurikulum
Masyarakat Tegal mayoritas beragama Islam, sehingga banyak pondok-
pondok pesantren, guru agama, dan Kyai. Guru agama pada saat itu mempunyai
kedudukan yang istimewa karena masyarakat pada saat itu menganggap guru
agama adalah orang yang pantas dihormati dan merupakan tokoh yang
kharismatik. Status haji dan Kyai dianggap sebagai simbol martabat sosial. Peran
Kyai dan guru agama mempunyai pengaruh yang sangat penting, mereka
38
dianggap mampu mengurangi tindakan kekejaman ataupun meredakan suasana.
Misalnya ketika pemimpin TKR Kol H. Iskandar Idris akan dibunuh, yang
berhasil menyelamatkan adalah seorang Kyai. Kelompok lain yang cukup
berpengaruh dalam masyarakat adalah para ulama, kelompok Elite Birokrasi yaitu
aparatur pemerintah seperti bupati, patih, wedana, camat termasuk juga kepala
desa atau bekel. Seorang kepala desa berperan sebagai pelindung rakyat,
mengumpulkan pajak, sehingga Ia dianggap sebagai penghubung rakyat dengan
pihak pemerintah. Pada waktu peristiwa tiga daerah meletus semua aparatur
pemerintah tidak berperan. Sehingga masyarakat menghendaki adanya pergantian
pemerintahan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tegal.
2. Dampak terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Tegal
Proklamasi kemerdekaan merupakan masa terjadinya perubahan politik
yang berdampak pada bidang ekonomi. Ekonomi perang peninggalan Jepang telah
menyebabkan kesengsaraan rakyat yang berlarut-larut dan menimbulkan trauma
bagi rakyat. Masalah gizi pada jaman Jepang masih menjadi penyakit rakyat
karena kurangnya kontrol dari pemerintah penjajah maupun pemerintah lokal
yang kurang memperhatikan kesehatan masyarakat. Masyarakat pada waktu itu
terkena penyakit busung lapar dengan ciri-ciri perut besar dan buncit, tubuh kurus
kering akibat menderita kelaparan. Sisa-sisa ekonomi penjajahan masih dirasakan
oleh masyarakat bahkan, hukum rimba masih melekat pada jiwa masyarakat
Tegal, “Siapa yang kuat dialah yang dapat”. Semboyan itu muncul pada saat
rakyat tidak bisa mempertahankan haknya karena kedudukan priyayi yang lebih
tinggi dan posisi rakyat yang harus mengabdi pada priyayi.
39
Keadaan ekonomi yang dijadikan alasan untuk kepentingan politik, terkait
karena pemerintah Tegal sebagai wilayah yang mempunyai pengaruh besar
terhadap daerah lain. Kamijaya sebagai golongan kiri yang berhasil menyusup
dalam lingkungan masyarakat Tegal memprovokasi untuk menentang
pemerintahan, dengan mengakatakan bahwa rakyat dieksploitasi hak-haknya oleh
negara dengan melihat kenyataan bahwa tanah yang membentang luas dan hutan
yang menghijau merupakan bagian hak milik negara, sehingga rakyat harus
merasakan apa yang dirasakan negara.
Keadaan ekonomi masa Revolusi ditandai dengan pencarian dana
perjuangan yang merupakan masalah ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia,
antara lain:
Periode awal Revolusi (1945-1946) adanya pencarian dana perjuangan
ditambah dengan perjuangan melawan musuh lama (Belanda). Salah satu
ciri pada tahun tersebut adalah negara dalam keadaan lemah, namun
masyarakat dalam keadaan yang cukup kuat. Karena itu ketika cita-cita
ekonomi nasional yang berorientasi kerakyatan dirumuskan dalam konsep
Bung Hatta, prioritas utama perekonomian nasional dalam konsep tersebut
adalah pengambil alihan sumber-sumber strategis yang dikuasai oleh
penjajah. Usaha itu belum sepenuhnya berhasil mengingat lemahnya
mekanisme kontrol pemerintah, disamping masih dominannya faktor non
ekonomi dalam suasana revolusi dan kurangnya modal asing serta
kurangnya tenaga kerja yang trampil (Abdullah,1995:259)
40
Seperti terjadi di daerah Tegal yang merupakan daerah miskin, walaupun
daerah itu kaya dengan pabrik-pabrik tekstil dan sumber daya alam, tetapi
penduduknya sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh dan petani,
bahkan beban ekonomi masyarakat bertambah dengan penguasaan bahan-bahan
pokok oleh golongan Cina. Golongan Cina menyembunyikan barang-barang
kebutuhan yang diperlukan masyarakat, akibatnya bahan-bahan pokok menjadi
langka dan harganya mahal.
Kondisi ekonomi yang sulit di Tegal dapat dikemukakan penyebabnya
yaitu:
1.Rakyat yang baru merasakan kemerdekaan digoncang oleh adanya Peristiwa
Tiga
Daerah
2.Penimbunan bahan kebutuhan pokok oleh golongan Cina menyebabkan harga-
harga membumbung tinggi.
3.Kurangnya perhatian Rakyat terhadap penggarapan sawah, perdagangan dan
industri sebagai akibat adanya pendudukan Belanda di kota-kota
(Kutoyo,1979:98).
Kota Tegal menjadi kacau, aktifitas perekonomian berhenti. Masyarakat
tidak lagi menggarap sawah melainkan bergabung dalam kelompok organisasi
penumpasan peristiwa tiga daerah. Tingkat perekonomian masyarakat Pekalongan
menurun dan pemenuhan kebutuhan pokok berkurang serta terjadi krisis moral.
Dalam peningkatan perekonomian masyarakat Tegal, Gabungan Badan
Peristiwa Tiga Daerah (GBP3D) membentuk suatu badan ekonomi. Badan
41
tersebut digunakan sebagai wadah ekonomi yang secara umum kedudukannya
adalah menanggulangi masalah-masalah ekonomi di tiga daerah. Sebagai wadah
untuk memperbaiki ekonomi sebelumnya yang dianggap tidak sesuai lagi dengan
keadaan yang diharapkan oleh kelompok Kamijaya, antara lain sebagai berikut:
1. Mengadakan sentralisasi untuk tiga daerah
2. Pembagian dan pembelian bahan makanan yang diatur oleh badan sentral
3. Perekonomian dikoperasikan pada masyarakat kecil.
4. Mengambil alih perusahaan angkutan pemerintah pendudukan Jepang (Kunco)
ketangan pemerintah
5. Memperluas front kemerdekaan dan front perjuangan sampai ke natura untuk
memperbanyak hasil-hasil bumi
6. Menyesuaikan produksi pabrik dengan kebutuhan saat ini.
7. Memberi nama kantor perekonomian dengan kantor perekonomian rakyat
(KPR)
8. Menyerahkan tiap pengiriman bahan makanan ke wilayah tiga daerah yang
mendapat izin dari KPR daerah
9. Menganjurkan Home Industri serta memperbanyak tanaman kapas.
Dengan adanya badan ekonomi yang dibentuk GBP3D perekonomian
masyarakat Tegal mengalami peningkatan kebutuhan hidup, meskipun distrubusi
pangan sangat terbatas. Kondisi sosial ekonomi masyarakat Tegal pada masa
proklamasi kemerdekaan sampai dengan peristiwa tiga daerah 1945 sangat
terganggu. Setelah peristiwa tiga daerah berhasil diselesaikan dan masyarakat
42
Tegal mulai dapat melakukan aktifitasnya secara perlahan, masyarakat Tegal
dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Peristiwa Tiga Daerah membawa pengaruh dan dampak bagi masyarakat
Tegal. Dibidang ekonomi kebutuhan hidup masyarakat tidak dapat terpenuhi
dengan cepat karena rakyat tidak berani keluar rumah, tempat-tempat
penyimpanan padi dan pusat-pusat kebutuhan dikuasai Komunis. Pertanian
masyarakat Tegal banyak mengalami kesusahan dibandingkan dengan
keuntungannya antara lain:
1. Saluran irigasi sawah diperbaiki.
2. Jalur lalu lintas yang menghubungkan antar desa diperbaiki.
3. Dengan adanya Kereta Api, pengangkutan jadi lebih lancar dan banyak hasil
bumi yang dijual ke daerah lain.
4. Pendirian pabrik-pabrik gula Pangkah, Dukuh Wringin, Kemangten Pagongan,
Balapulang, Ujungrusi, dan Kemangtran menampung tenaga kerja sehingga
mengurangi pengangguran.
Berakhirnya Peristiwa Tiga Daerah menjelang tahun 1946-1947 para
pejabat pemerintahan yang baru, mengadakan program perkebunan seperti
perkebunan kopi dan tebu untuk mencukupi kebutuhan rakyat Tegal. Penduduk
sekitar perkebunan banyak bekerja sebagai kuli yang merendahkan derajatnya.
Dilihat dalam kenyataannya kehidupan petani biasa dalam segi ekonomi.
Tahun 1946-1947 masyarakat Tegal masih merasakan akibat dari peristiwa
tiga daerah, akan tetapi masyarakat tetap berusaha meningkatkan kebutuhan hidup
sesuai dengan kemampuan mereka. Ada yang mulai membuat kerajianan Poci
43
(tempat teh) untuk memenuhi kebutuhan keluarga Pangreh Praja dan para pejabat
pemerintahan Tegal dan ada juga yang sudah mulai berdagang di pasar walaupun
hanya sedikit orang yang berjualan.
3. Dampak Terhadap Kondisi Politik Masyarakat Tegal.
Keadaan sosial ekonomi seperti yang telah diuraikan, sangat
mempengaruhi perkembangan politik di daerah Tegal. Dalam bidang politik
pemerintah Jepang ikut campur tangan dalam struktur pemerintahan sampai
tingkat pedesaan. Campur tangan pemerintah Jepang terhadap Korp pangreh Praja
merupakan bentuk-bentuk penetrasi politik dan depolitisasi terhadap lembaga-
lembaga politik tradisional di pedesaan.
Tatanan kehidupan politik tradisional di pedesaan, pemerintahan Jepang
dengan orientasi ekonominya telah melanggar batas-batas otonomi pemerintah
desa. Kepala desa diangkat berdasarkan kriteria tertentu secara demokratis. Pada
masa pendudukan Jepang proses pemilihan dan pengangkatan kepala desa,
Wedana, Bupati diharuskan mengerti administrasi pemerintahan dan sekaligus
menyingkirkan orang-orang yang tidak mendukung sistem pemerintahan Jepang.
Oleh sebab itu upaya Jepang mengeksploitasi sumber bahan mentah,
makanan dan sumber tenaga dapat lebih mudah. Kepala desa berperan penting,
disamping mempunyai tugas tradisional pangreh praja juga memiliki kewajiban
antara lain:
a. Menuntun dalam upaya peningkatan padi
b. Mengawasi tanaman baru
c. Pengumpulan padi
44
d. Perekrutan Romusha
e. Pengorganisasian tenaga kerja
f. Mengawasi koperasi pertanian
Melihat kewajiban kepala desa atau pangreh praja tersebut diatas,
masyarakat mempunyai penilaian negatif terhadap pangreh praja, sebab pangreh
praja yang semula merupakan sumber pengayom bagi masyarakat berubah
menjadi alat pendukung atau antek-antek Jepang dalam pelaksanaan ekploitasi.
Akibatnya timbul kebencian masyarakat terhadap pamong praja pada waktu itu.
Masyarakat menganggap merekalah yang menyebabkan timbulnya penderitaan
dan kemiskinan.
Hidup rakyat selama penjajahan Jepang selalu tertekan dan penuh
kekurangan dan mudah menerima hasutan yang dilakukan oleh agigator-agigator
komunis. Pejabat di daerah-daerah pada umumnya bersikap pasif, lemah dan
bingung. Pemerintah tidak menjelaskan makna kedaulatan rakyat kepada rakyat,
akibatnya para pejabat tidak mempunyai wibawa dan pemerintah sendiri tidak
mampu menghentikan kesewenang-wenangan yang muncul.
Sistem politik Jepang menciptakan pemerintahan daerah yang tidak sesuai
dengan keinginan masyarakat. Gejolak banyak muncul dan terjadi antara
golongan pangreh praja dan golongan pemuda dengan aksi gerakan daerah.
Tindakan yang dilakukan adalah mengeluarkan agitasi untuk mengeruhkan
suasana. Mereka juga menuntut penggantian pejabat-pejabat peninggalan jaman
Jepang.
45
Masyarakat Tegal mengadakan pemilihan pangreh praja atau pemerintah
daerah yang sah dan disetujui oleh masyarakat Tegal. Pangreh praja yang telah
dipilih diharapkan mampu melaksanakan tugas sesuai dengan jabatannya.
Pengaruh pemimpin agama sangat dibutuhkan untuk meredakan situasi. Sejumlah
Kyai diangkat menjadi Bupati, Wedana, dan Camat untuk menggantikan pejabat
lama yang berasal dari masa pemerintahan Jepang. Adanya pengangkatan Pangreh
Praja oleh masa rakyat menunjukkan bahwa mereka membutuhkan pemimpin
baru yang diharapkan sesuai dengan situasi baru.
Pengangkatan terhadap pangreh praja telah dilakukan, tetapi pengaruh
dibidang pemerintahan yang masih dapat kita rasakan sampai sekarang adalah:
a. Strkturisasi yang dibentuk pada masa pemerintahan Jepang masih tetap ada
sampai sekarang walaupun istilahnya berbeda.
b. Jabatan kepala desa tidak dapat turun temurun akan tetapi melalui tes terlebih
dahulu dan dipilih rakyat.
c. Pembentukan Tonarigumi (RT / RW) membentuk persatuan dan kerja sama
antar sesama warga.
Tujuan GBP3D pada dasarnya adalah membuat pemerintahan karesidenan
yang demokratis, karena mereka menganggap pemerintahan yang baru terbentuk
masih mendapat pengaruh feodalisme penjajah. Pada tanggal 11 Desember 1945,
pemindahan kekuasaan administratif karesidenan oleh staf pengoperan pada
pemerintahan baru masih berlanjut. Pada tanggal 11 Desember itu juga, Sarjio
mengeluarkan pengumuman bahwa pemerintah daerah karesidenan Tegal telah
menyerah dan jatuh ketangan rakyat, semua sebutan dan gelar kepriyayinan harus
diganti. Pemerintah baru berprinsip demokrasi dan keluarga, dimana semua
46
hubungan antara pejabat dan rakyat harus didasari oleh prinsip tersebut. Sebutan
“paduka” atau “Ndoro” diganti dengan “Bapak”, sedangkan panggilan “Bung”
diganti dengan “ Saudara” atau yang lazim digunakan.(Lucas, 1989:249-
250)
Dengan Perubahan pemerintahan Tegal masyarakat mengharapkan
pemimpin yang demokratis adil dan bijaksana serta dapat meningkatkan struktur
pemerintahan yang sehat. Pergantian pejabat karesidenan Pekalongan sangat
dibutuhkan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
bermasyarakat dan mendekatkan hubungan antara pemerintah dengan rakyat.
Setelah Peristiwa tiga daerah berakhir, maka pada tanggal 1 Januari 1946
terbentuklah Resimen XIII Tegal dengan Komandan Resimen Letkol Rachim
Gondo Suwito dan sejak saat itu TKR di Tegal tidak lagi masuk ke dalam
Resimen XVII Pekalongan melainkan berdiri Resimen tersendiri dan masuk ke
dalam devisi II / Sunan Gunung Jati, cirebon(jarahdam VII,1968:30). Demikian
pula TKR laut telah disempurnakan dan terbentuklah ALRI Pangkalan IV Tegal,
dengan Panglima Letkol Darwis Djamin.
Berakhirnya Peristiwa Tiga Daerah dan pemerintah membentuk susunan
pemerintahan baru dan pangreh praja baru yang diinginkan masyarakat yaitu
pemimpin yang adil, jujur, dan mempunyai wibawa. Pemerintah membentuk
badan-badan perjuangan bersenjata yaitu:
1. Pada tanggal 15 Januari 1946, terbentuklah Resimen Hibullah Tegal, dengan
Komandan Resimen kosim Nachrawi.
2. Pada tanggal 1 Maret 1946 terbentuklah BPRI Resimen Pusponegoro, sebagai
Koordinator/ Komandan Resimen Moh. Yunus Pusponegoro
3. Menyusul kemudian terbentuk Laskar Rakyat Jawa Barat Karesidenan
Pekalongan
47
di Tegal, dengan Pimpinan Zubir
Sejak bulan Maret 1946, Resimen XIII Tegal, ALRI Pangkalan IV Tegal
serta badan-badan perjuangan bersenjata di Tegal dengan secara bergantian
mengirimkan pasukan-pasukannya ke berbagai front di daerah-daerah yang telah
diduduki oleh Belanda.
a. Resimen XIII Tegal ke front Bandung Utara, Lembang- Ciater dan Front
Bandung
Timur, Ujung Berung, Cileunyi.
b. ALRI Pangkalan IV Tegal, ke front Karawang Timur, dan front Semarang
Barat.
c. Resimen Hisbullah Tegal, ke front Bandung Utara, Lembang-Ciater, dan front
Semarang barat bagian Selatan.
d. BPRI Tegal, ke Front Semarang Barat bagian Utara.
e. Laskar rakyat Tegal, ke Front Karawang Timur dan Front Semarang Barat
( Jarahdam VII, 1968: 31)
Dengan dibentuknya badan perjuangan diatas keadaan politik daerah
Tegal menjadi lebih aman dan sistem pemerintahan yang stabil dan dinamis.
16
BAB IV
PERANAN KUTIL DALAM MENGGERAKAN REVOLUSI SOSIAL
A. Munculnya Tokoh Kutil
Dalam Revolusi Tiga Daerah pengaruh Kutil sangat besar, selain dijadikan
sebagai The Great Man, seorang pemimpin yang dalam setiap perkataannya
didengar tidak hanya oleh orang-orang golongan pribumi yang berpendidikan
rendah saja, tetapi orang kaya yang berpendidikanpun tunduk dan patuh pada
tindakan dan perintah yang dilakukannya.
Bulan Oktober 1945, Kutil membentuk organisasi yang bernama AMRI.
Gerakan yang dia pimpin mengatasnamakan Angkatan Muda Republik Indonesia.
Gerakan ini mempunyai dua markas, markasnya yang pertama berada di
Ujungrusi digunakan sebagai pusat pertahanan, sedangkan Markasnya yang kedua
di Talang menggunakan Bank Rakyat Talang sebagai Markas terdepan (operasi)
(wawancara dengan Bapak Karso, juni 2006).
Masyarakat yang ikut dalam gerakan Kutil dengan sendirinya masuk
menjadi anggota AMRI diantara anggotanya adalah para pedagang, penjual
makanan, penjahit, petani miskin, tukang besi, penjual jamu. Seperti badan-badan
perjuangan lainnya, tugasnya ditetapkan sendiri oleh dia yaitu mencari sisa-sisa
orang Jepang dan melucutinya. Kemudian melakukan pengejaran terhadap agen-
agen NICA.
Revolusi sosial di Talang mulai lebih awal dari pada di tempat-tempat lain
dan tujuan AMRI bentukan Kutil dimasa Revolusi Sosial adalah pembagian
kekayaan. Tujuan lain adalah menumpas setiap orang yang dicurigai menjadi agen
17
NICA, yang dianggap sebagai pengkhianat. Sedangkan tujuan jangka panjang
kelompok ini tidak jelas.
Kutil muncul sebagai pemimpin pada saat itu, seakan-akan mempunyai
kharisma yang begitu besar. Ia seakan-akan diangkat oleh massa, dan merasa
dirinya sebagai pemimpin karena di puja-puja, di percaya rakyat secara penuh dan
tindakannya untuk kemakmuran rakyat. makin tebal keyakinannya, semakin besar
pengaruhnya.
Munculnya Kutil menjadi awal terjadi dan munculnya pembunuhan-
pembunuhan sadis yang dia lakukan. Tindakannya yang pertama adalah
mengadakan Razia umum, kereta Api yang lewat pada saat itu dihentikan, kereta
penumpang jurusan Purwokerto dan Tegal di razia yang kelihatan pegawai
diturunkan. Kelompok Kutil mengatakan Pangreh Praja dengan sebutan Kaum
Plontos, Karena mereka menggunakan blangkon. Pada saat itu pegawai-pegawai
pemerintah menggunakan Blangkon dan setiap akan masuk kantor mereka
berjalan dengan membungkukan badan dari halaman Kantor, sampai kedalam
Kantor. Lurah-lurah, camat-camat yang menentang dicopot, diseret, di tombreng-
tombreng ke jalan dan banyak juga yang dibunuh, Ada juga yang dirazia di
kantor-kantor. Ia mengangkat, Camat dan Bupati sendiri. Di setiap desa
diberlakukan sama seperti itu (Wawancara dengan Bapak Karso, Juni 2006).
Aksi penyerbuan yang dilakukan kelompok Kutil dan komplotannya
dimulai pada Bulan November 1945 (Peristiwa-peristiwa anarkhis sudah dimulai
dari tanggal itu), sasarannya tidak hanya ditunjukkan untuk golongan Pangreh
Praja saja. Namun ditunjukkan juga kepada Polisi, Asrama Polisi, wilayah yang
18
diserang diantaranya; Brebes, Kejambon, Margasari, Pemalang dan kemudian
Batang diserbu oleh rakyat bersenjata dan dilucuti senjatanya.
Kutil sebagai pemimpin gerakan, sebagai komando dalam setiap
pembunuhan-pembunuhan, dimulai dengan tindakannya yang berani menganiaya
dengan cara yang tidak berperikemanusiaan. Seperti yang dialami oleh diri
Ruslim, Opsichter bengkel KA Tegal, ia dicincang di tiang listrik dan dipukuli
secara beramai-ramai, baru setelah babak belur ditanya, mau ikut siapa? Setelah
dijawab mau ikut Kutil barulah dia dilepaskan. Dengan anggapan bahwa tindakan-
tindakan mereka tidak akan mendapatkan hukuman dari yang berwajib, mereka
kemudian berani melakukan tindakan pembunuhan (Wawancara dengan Bapak
Sahmad 2006).
Korban pembunuhan pertama adalah menimpa diri seorang anggota polisi
negara yaitu Singa, dia adalah orang yang paling sulit dibunuh karena Singa
dianggap Mempunyai alat-alat kekebalan semacam Jimat, sehingga samurai
(pedang panjang) tidak mempan walaupun berulang-ulang diarahkan pada
tubuhnya. Singa akhirnya meninggal dengan cara dimasukan dalam lubang yang
telah dibuat oleh orang-orang Cina di dekat jembatan Kaligung dan dikubur
hidup-hidup (Wawancara dengan Bapak Sadum, Juni 2006). tindakan Keji dan
brutal dari Massa pemuda pimpinan Syakyani ternyata tidak ada yang menuntut.
hal ini membawa akibat tindakan –tindakan yang lebih brutal dilakukan Syakyani.
Ia dan anak buahnya mulai mengadakan tindakan teror kepada rakyat. Rumah-
rumah penduduk di teror dan di gedor, setiap orang di dobrak untuk keluar dari
rumahnya kecuali orang yang sudah tua dan sedang sakit. Mereka di haruskan
19
untuk mengikuti gerakan-gerakannya dan kepada siapa saja yang tidak mau
mengikutinya apalagi menentang, mereka tidak luput dari sasaran pembunuhan
Sakyani (Wawancara dengan Bapak Ruslim, Juni 2006).
Pada saat itu, beribu-ribu massa Rakyat membanjiri jalan besar Talang
menunggu komando dari Algojonya Kutil dan sejak saat itu pula Massa pemuda
yang brutal itu kemudian memblokade jalan ke jurusan selatan Slawi. praktis
seluruh daerah Talang di kuasai massa rakyat. jalan raya Talang yang biasanya di
gunakan lalu lintas umum jurusan Tegal-Purwokerto menjadi tertutup, karena
tidak ada lagi kendaraan yang berani lewat di jalan tersebut. Perbanditan pada saat
itu situasinya memuncak menjadi lebih gawat dan timbul Pembunuhan lagi yang
ketiga kalinya terhadap:
1. R saleh
2. Sidik dari pemuda API
3. Moh. Ali, karyawan Pabrik Texin Tegal
Ketiga orang tersebut, di bunuh secara beramai-ramai oleh massa Rakyat
di desa Pesayangan Talang.
Kejadian-kejadian tersebut, dalam waktu yang relatif singkat segera
meluas dan menjalar ke daerah-daerah lainnya dan meledakkan gerakan Rakyat
Tiga Daerah. Gerakan ini mulai bergerak menyerbu kantor-kantor Kecamatan,
Kawedanan, dan menyerbu Kantor Polisi di Kejambon dengan melucuti
senjatanya. sehingga mengakibatkan para pejabatnya melarikan diri, kecuali
wedana Balapulang yang tertangkap dan akhirnya di bunuh.
20
Situasi di luar kota Tegal setiap hari selalu timbul huru-hara/keributan-
keributan pengejaran-pengejaran dan penangkapan-penangkapan terhadap lurah,
Pegawai Pamong Praja dan Kepolisian Negara dengan jalan beramai-ramai
memukul kentongan dan timbul penyembelihan-penyembelihan terhadap orang-
orang yang di anggap menentangnya. dan pada setiap malam harinya terjadi
penculikan-penculikan, pembakaran-pembakaran rumah.
Situasi sudah benar-benar gawat, sulit untuk dapat di kendalikan. massa
Rakyat sudah menjadi meluap-luap, penduduk di kecam ketakutan setiap hari
terdengar berita kematian karena ulah keji massa rakyat pimpinan Syakyani.
Dalam situasi yang demikian orang tidak boleh berkata keliru atau secara
bersenda gurau sekalipun dengan teman sendiri. Sebab salah-salah bisa dianggap
menentang sehingga pada waktu itu orang-orang menjadi terdiam diri tidak berani
berkata apa-apa, kecuali apa yang di katakan oleh Kutil dan komplotannya harus
di jawab dengan suara gemuruh MUFAKAT_MUFAKAT (Wawancara dengan
Bapak Sahmad Juni 2006).
Seperti yang menimpa Dastra dari desa Harjosari Adiwerna, Dastra adalah
terkenal sebagai seorang Jagoan sehingga kalau berbicara di muka umum
seenaknya sendiri, oleh massa Rakyat dia dinggap tidak menyetujui gerakan
rakyat, Ia langsung di seret dan di pukul kepalanya dengan pukul besi, kepalanya
pecah meninggal seketika. Kejadian ini terjadi di Markas Pemuda Ujungrusi.
Tanggal 10 Oktober Camat R.M.Suparto Sastrosuworo. Camat Adiwerna
dengan berseragam lengkap, Camat yang masih muda dan belum berpengalaman.
berbicara di depan umum di Lemah Duwur, di depan Makam Kuno Tegal Arum.
21
Ia mengatakan bahwa Presiden Sukarno telah di tahan oleh NICA yang baru saja
mendarat bersama-sama pasukan Inggris di Jakarta pada tanggal 29 September
1945. Berita-berita semacam itu, memang telah di desas-desuskan di Jakarta.
Setelah selesai pidato, Suparto tidak segera meninggalkan rapat dan Ia di bunuh
setelah rapat berakhir. Sebelum dibunuh Camat tersebut minta untuk
diperkenankan Adzan terlebih dahulu ( Wawancara dengan Bapak Sadum, Juni
2006).
Camat Adiwerna dibunuh diseret menuju Lorong kepalanya pecah karena
ada orang yang tidak sengaja menginjak rambut yang sudah gembel akibat darah
yang sudah kering karena banyaknya darah yang keluar. Kaki orang tersebut
dengan cepat-cepat orang itu angkat dan ternyata kepala Camat Adiwerna pecah.
Contoh lain dari tindakan kelompok Kutil yaitu dengan brutal menjarah
dan membunuh orang-orang yang sebetulnya mereka tidak tahu apa-apa, Slamet
(23 tahun) anak sulung Wedana Adiwerna menjadi sasaran amarah kelompok
Kutil. Ia mendapat surat dari pimpinan API yang mengatakan bahwa harta milik
keluarganya dapat diambil di markas API Kejambon dengan sebuah truk pinjaman
dari kantor Kabupaten, Slamet berangkat ke Markas API dan Ia tak pernah
kembali, Ia di bunuh sangat Keji dan brutal dengan cara di tangkap dan di ikat
kedua tangan dan kakinya kemudian di angkat dan di jatuhkan di atas batu besar
berulang-ulang kali sehingga meninggal seketika. Keadaan sepanjang jalan utama
ke Adiwerna waktu itu sepi sekali tidak ada kendaraan lewat, karena di setiap 25
meter ada rintangan jalan dari kayu atau bambu. Di pinggir-pinggir jalan banyak
orang dan anak-anak yang membawa bambu runcing, semua orang yang lewat
22
harus memberi salam “Merdeka” kepada mereka. Di setiap pos jaga terkumpul
meja kursi dan barang-barang rampasan dari orang-orang cina yang melewati pos
itu.
Rakyat mulai terpengaruh oleh hasutan-hasutan dari para petualang politik
yang mendalangi gerakan rakyat tiga daerah. Daerah-daerah yang sudah
terpengaruh ketika itu adalah kecamatan Talang, Adiwerna, Slawi sebagai pusat
gerakan. Di Brebes meliputi Brebes kota, Jatibarang, Losari Timur dan Tonjong
dengan Pimpinan Binadji, ketua KNI Brebes. Daerah Pemalang meliputi
Pemalang kota, Petarukan dan Comal dengan pimpinan Supangat dan Idris.
B. Cara Kutil Menarik Simpati
Dalam Revolusi Sosial yang terjadi di Tegal, pengaruh Kutil sangat besar,
itu terbukti dari banyaknya orang-orang yang menjadi pengikut dan ikut dalam
gerakan yang Ia pimpin. Masyarakat dengan sendirinya dengan penuh sukarela
ikut bergerak dan berjuang bersama, tidak ada paksaan, maupun janji-janji yang
Kutil berikan.
Masyarakat pada waktu itu berada dalam keadaan dan situasi yang sulit
penuh ketakutan dan kekhawatiran karena makin banyaknya orang-orang yang di
bunuh oleh massa pimpinan Kutil. Ia tidak menggunakan cara-cara kekerasan
fisik, namun dia hanya mengumumkan di depan umum bahwasanya akan
diadakan penyerangan-penyerangan terhadap orang-orang yang tidak ikut. orang-
orang yang tidak ikut dengan sendirinya dianggap adalah pengkhianat dan
langsung di bunuh ataupun didombreng ke muka umum.
23
Setiap akan mengadakan pembunuhan, Ia mengadakan rapat terlebih
dahulu di Bank Rakyat (bank BRI cabang Talang sekarang) yang dijadikan
markas gerakannya. Dia berdiri diatas Podium dan menyebutkan nama-nama
orang yang akan dibunuh, bahkan apabila orang itu sudah dalam penyekapan,
orang tersebut di suruh naik di Podium dan diperlihatkan pada massa dan secara
serempak massa rakyat selalu mengatakan SETUJU!
Gerakan bisa menjadi besar dan membuat anggotanya bertambah banyak,
khususnya dari Masyarakat adalah dengan membunyikan dan memukul kentongan
dalam istilah bahasa Tegal dikenal dengan “Tung Tung Grumbung” Yaitu
membunyikan kentongan di sepanjang jalan dan dengan sendirinya masyarakat
keluar dari rumah. Tua, muda kecuali orang yang sedang sakit, berjalan di jalan
raya dan bergabung dengan massa lainnya. Mereka bergabung ikut mengeksekusi
menghukum orang-orang yang dianggap Probelanda, ataupun orang Pribumi yang
dianggap sebagai pengkhianat dan orang-orang yang dianggap melecehkan
Republik (Wawancara dengan Bapak Taim, Juni 2006).
Secara umum Kutil tidak memaksa dan menggedor-gedor turun sendiri
dari rumah-kerumah dan mengatakan “harus ikut” namun apabila Kutil melihat
sendiri ada masyarakat yang tidak ikut bergerak pada saat itu juga. Ia tidak segan-
segan untuk membunuh orang tersebut. Karena tindakannya yang menakutkan
itulah dengan sendirinya, masyarakat apabila terdengar ada aba-aba dan Kutil
mengatakan SIAP! Pasti masyarakat akan selalu SIAP mendukung gerakan
tersebut. Walaupun pada akhirnya di tengah-tengah perjalanan Masyarakat yang
24
tidak setuju dengan gerakan itu meninggalkan rombongan massa dan berjalan
kearah yang lain.
Persenjataan yang digunakan pada saat itu masih sangat sederhana. yang
pertama digunakan adalah senjata yang dibuat dari bahan bambu yang diruncingi
yaitu bambu runcing atau pada saat itu masyarakat menyebutnya dengan nama
cocolan. Ada beberapa senjata api hasil rampasan tentara Jepang dan polisi yang
telah dibunuh dan hanya beberapa orang saja yang menggunakan. Kutil sendiri
pada saat itu tidak menggunakan senjata apa-apa. Ia bertindak sebagai pemimpin
gerakan yang memberikan Komando. Gerakannya pada saat itu memegang
pengaruh yang sangat besar, terutama perkataan Kutil yang seperti dijadikan
hukum dalam masyarakat. Sebagai contoh pada saat itu sudah dilakukan
pendombrengan pada seorang laki-laki yang ketahuan selingkuh, Ia diperintahkan
hanya menggunakan celana pendek, dengan muka yang di coret-coret
menggunakan angus. Laki-laki itu diarak dijalan raya dengan diikuti massa yang
berada dibelakang dengan membawa kaleng kosong, kentongan kayu (atau apa
saja) yang dipukul oleh para pengaraknya. Bunyi kentongan tergantung pada
jumlah dan irama pukulannya. Di desa Jawa, ditempat Lurah biasanya ada
tabuhan yang disebut kentongan yang terbuat dari potongan kayu besar dan
dilubangi, sehingga apabila dipukul keluar bunyi “Thong” dari kata “Thong”
disitulah timbul nama “Kentongan” bunyi kentongan biasanya digunakan sebagai
tanda-tanda waktu rapat desa, kebakaran, pencurian, atau tanda bahaya lainnya.
Hukum yang berlaku pada masyarakat saat itu adalah hukum “Tombreng-
tombreng” suara pukulan dari kaleng kosong, kentongan atau apa saja sebagai
25
tanda untuk menyiarkan berita bahwa mereka telah menangkap pencuri desa,
pamong desa yang dianggap korupsi (Wawancara dengan Bapak Sahmad, Juni
2006). Pendombrengan terhadap pasangan orang selingkuh mendadak berhenti
ketika Kutil serentak mengatakan JANGAN! Dengan sendirinya orang itu
dilepaskan dan tidak jadi dibunuh namun sebaliknya ketika Kutil mengatakan
BUNUH! Pasti masyarakat dengan sepakat setuju untuk mengadakan
pembunuhan. Perkataan Kutil pada saat itu benar-benar menjadi hukum yang
dipatuhi masyarakat.
Situasi di luar kota Tegal setiap hari selalu timbul huru-hara, keributan-
keributan, pengejaran-pengejaran, dan penagkapan-penagkapan terhadap lurah,
pegawai Pamong Praja dan Kepolisian Negara. Dengan jalan beramai-ramai
memukul kentongan dan timbul penyembelihan-penyembelihan terhadap orang-
orang yang dianggap menentang. Dalam situasi seperti itulah cara dan pandangan
rakyat sudah tidak bisa dibenarkan lagi, rakyat menganggap pandangan Kutillah
yang nantinya akan memberikan suatu perubahan dalam masyarakat.
Gerakan kutil inilah yang akhirnya melahirkan pemahaman-pemahaman
dalam Idiologi pada masing-masing anggotanya. Yang menjadi motif dan
pandangan peristiwa-peristiwa tersebut adalah perongrongan terhadap Revolusi
Pancasila dan siapapun yang menjadi penggerak maupun pelaksana-
pelaksanaanya ia adalah musuh-musuh revolusi dari dalam. Peristiwa-peristiwa
tersebut pada hakekatnya adalah akses-akses revolusi yang berupa:
“..........Penyimpangan-penyimpangan dari rel Revolusi Indonesia yang
sebenarnya, karena penyesatan-penyesatan oleh Idiologi-Idiologi dan alam-alam
26
fikiran Liberalisme dan Komunisme/Marxisme-Leninisme/Maoisme dan paham-
paham lain serta oknum-oknum yang bertentangan dengan jiwa Pancasila. Pada
hakekatnya Peristiwa Tiga daerah merupakan akses revolusi yang kalau tidak ada
kewaspadaan dan kecepatan bertindak dari pada TKR Resimen XVII dapat
mengancam keselamatan Revolusi Agustus 1945 yang berlandaskan UUD 1945
dan Pancasila (Arsip Peristiwa Tiga Daerah,S.32,Musium Mandala Bakti).
Dalam Tri Upaya sakti dinyatakan bahwa Revolusi Indonesia yang di jiwai
oleh Pancasila merupakan gerakan-gerakan simultan antar penjebolan dan
pembangunan destruksi dan kontruksi. Revolusi yang simultan dan multi
kompleks tidak mustahil menimbulkan gerakan-gerakan yang pada hakekatnya
merupakan suatu akses. Kemungkinan timbulnya akses-akses itu semula dapat
kita terima manakala kita selalu ingat kondisi dan situasi pada saat tercetusnya
Revolusi. Kondisi dimana rakyat dan bangsa Indonesia berjuang dan menghimpun
kekuatan tanpa adanya perintah-perintah dari atasan. Sedangkan situasinya pada
saat itu masyarakat Indonesia di hadapkan pada suatu krisis. Krisis kelaparan,
masyarakat banyak yang meninggal karena tidak mampu makan (Arsip Peristiwa
Tiga Daerah, S.32, Musium Mandala Bakti)
Situasi Kota yang tidak terkendali yaitu dengan kacaunya keadaan sangat
memudahkan bagi unsur petualang-petualang politik maupun kriminal untuk
memancing di air keruh, dengan jalan menghasut dan menunjuk-nunjuk kambing
hitam.
Dalam gerakan yang Kutil pimpin, dengan tindakannya yang Arogan,
Sadis dan tidak berperikemanusiaan menunjukan bahwa Ia sebenarnya berpaham
27
Kumunis, dugaan itu lebih diperkuat lagi dengan akan dibunuhnya orang-orang
dari golongan agama, Kyai-kyai yang dianggap menentangnya (Wawancara
dengan Bapak Taim, Juni 2006).
Tindakan Kutil membunuh orang-orang dari golongan Agama di mulai
tanggal 27 November 1945 kira-kira jam 05.00 dengan berkendaraan sedan,
komandan resimen XVII tiba di markas yang masih sepi, yang ada hanya petugas
jaga piket. Haji Iskandar Idris lalu memerintahkan kedua orang petugas masing-
masing Tjasmuan dan Ambari untuk memanggil Kyai Bisri dan Kyai Muchidin,
ulama yang dipandang, mempunyai pengaruh besar di daerah Talang. Mereka
diajak pergi ke daerah tersebut untuk memberi nasehat kepada murid dan
santrinya yang banyak menjadi pengikut gerakan pada saat itu. Kemudian Kyai
Bisri, Kyai Muchidin, H. Iskandar Idris dengan berkendaraan sedan dikawal oleh
satuan regu pasukan bersenjata yang menggunakan kendaraan truk berangkat
menuju Talang. Ketika kendaraan yang membawa Komandan Resimen dengan
dua ulama itu memasuki daerah Talang dihentikan oleh massa rakyat. Kendaraan
terpaksa berhenti dan untuk selanjutnya kedua ulama Kyai Bisri dan kyai
Muchidin dibawa ke selatan, dimasukan kedalam bangunan rumah tua yang tidak
digunakan, yang dijadikan tempat tahanan. Termasuk juga Kardinah yang juga
pernah disekap di tempat itu. Bangunan penyekapan sekarang di jadikan SD
Talang. Kyai H.Iskandar Idris dengan kendaraan termasuk sopirnya dibawa ke
Markas pemuda Ujungrusi sedang truk-truk regu pengawal dikeroyok massa
rakyat dan dilucuti senjatanya.
28
Gerakan Kutil pada dasarnya BerIdiologi Komunisme/Marxisme
Leninisme/Maoisme. Mengatasnamakan untuk kepentingan rakyat. Adapun
sebab-sebab mendasar yang membuat Marxisme sebagai sebuah ajaran memiliki
daya pikat dan daya hidup yang panjang. Sidney Hook menyatakan:
1. Marxisme adalah teori yang monistik yang memegang kunci penjelasan
mengenai segala sesuatu yang penting dalam organisasi dan masyarakat
sekaligus mengenai segala hal yang mungkin terjadi di masyarakat.
2. Lepas setuju atau tidak bahwa dalam sekalian bentuknya yang terselubung
dalam seluruh teori-teorinya terkandung suatu ekspresi harapan. Harapan ini
mengambil bentuk, penyusunan suatu konsep masyarakat masa depan yang
dianggap pasti benar. Sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai pegangan dan
ukuran yang sudah pasti berbeda dengan masyarakat yang sekarang. Konsep
mengenai masa depan diberi kerangka dan batas-batas yang lebih spesifik,
berupa keruntuhan sistem kapitalisme dan berakhirnya kebudayaan. Kapitalis
inilah yang oleh Ignas Kleden dikatakan sebagai Utopia yang digunakan oleh
banyak pemimpin bangsa.
3. Mereka percaya akan kebebasan, sehingga banyak orang yang kemudian juga
terpikat dengan Marxisme karena gagasan kebebasannya. Alasan lain dalam
beberapa hal Marxisme menyimpan kebenaran. Betapapun kaburnya
Marxisme membeberkan beberapa peristiwa dan fakta sosial yang secara
khusus bicara tentang hakekat masyarakat Industri, itu sebabnya “Kelebihan”
dalam teori Marxisme adalah penjelasan-penjelasannya mengenai perubahan
sosial memberi tempat bagi faktor eksogen (luar) di mana pada beberapa teori
29
perubahan sosial hal ini kurang mendapatkan perhatian yang memadai
(Prasetyo,2002:178)
C. Bentuk Kepemimpinan Kutil
Bentuk Kepemimpinan Kutil pada masa revolusi sosial, tidak terlihat jelas.
Bentuk gerakan pada saat itu boleh dikatakan berantakan, semrawud dalam bahasa
Tegal. Gerakan itu adalah gerakan spontanitas, tidak memegang hukum tetapi
Prokemerdekaan. Organisasinya belum rapi dan tanpa bentuk. Gerakan itu
Menggunakan Bank Rakyat (Bank BRI Cabang Talang sekarang) sebagai markas
gerakan. Gerakan Kutil adalah gerakan Spontanitas rakyat, tidak mempunyai
bendera maupun lambang-lambang khusus, bendera yang dibawa rakyat adalah
bendera merah putih, sebagai simbol perlawanan rakyat. Tidak ada struktur yang
resmi dan jelas. Namun secara sederhana struktur dalam gerakan itu sudah ada
walaupun bentuknya masih sederhana dan tidak tertulis jelas dalam susunan
struktur sebuah gerakan. Struktur yang sederhana itu terlihat dengan adanya
pembagian tugas yang lumayan jelas, Bagi orang-orang yang berada di bawah
Kutil. Kutil sebagai komandan tertinggi mempunyai dua ajudan yang selalu
menemani dia kemanapun. Mereka berjalan layaknya dua tentara yang siap
mendapat perintah dari komandannya, Dua ajudan Kutil bernama Rasyan dan
Abdul Manaf. Setiap pulang dari markas cara berjalan mereka seperti orang yang
berbaris, dan memakai senjata Klewan. Anggota yang lain ada juga yang tugasnya
mengumumkan di jalan-jalan pada masyarakat bahwasanya akan diadakan
pembunuhan dan pendombrengan. Salah seorang juga ada yang tugasnya
mengumpulkan orang-orang Cina untuk membuat Lubang kuburan. Orang-orang
30
cina apabila ada orang yang berteriak di jalan dan mengumumkan bahwa harus
membuat lubang, dengan sendirinya orang-orang Cina keluar dari dalam rumah
membawa cangkul dan berbaris mencangkul tanah disebelah Jembatan Sungai
Gung.
Tidak hanya itu saja, Kutil juga memerintahkan agar orang-orang pribumi
yang bekerja pada orang-orang cina sebagai pembantu (dalam bahasa Tegal lebih
dikenal dengan sebutan babu) segera keluar dari pekerjaannya dan tidak
diperbolehkan bekerja pada orang-orang Cina lagi. Dan apabila ada orang yang
tidak menuruti perintahnya, Kutil tidak akan segan-segan untuk membunuh
(Wawancara dengan Bapak Taim. Juni 2006).
Keadaan Tegal pada masa kepemimpinan Kutil aman, perbanditan
diantaranya pencurian, penggarongan tidak ada. keadaan desa dan wilayah Tegal
pada saat itu tenang dari pencurian dan penggarongan. Rumah tidak di kuncipun
barang-barang dan kekayaan lainnya aman karena tidak ada yang berani mencuri
apalagi menggarong. Mereka takut pada kutil, takut apabila tindakannya ketahuan
karena Kutil tidak hanya menindak orang-orang yang dianggap Probelanda saja.
Namun Ia juga menindak pencuri yang ketahuan mencuri, biasanya mereka diarak
ke jalanan dijadikan tontonan masyarakat dan didombreng-tombreng sepanjang
jalan. Ada pada saat itu pencuri ayam yang ketahuan, ayam curiannya
dikalungkan dan ditombreng di jalan raya.
Orang Cina pada saat itu diundang datang ke Markas, orang cina
ketakutan. Mereka bersedia menyerahkan harta benda atau apapun yang mereka
punya dan bersedia memenuhi apa saja yang mereka butuhkan asalkan mereka
31
tidak dibunuh. Tidak ada perlawanan sedikitpun dari mereka, ada juga beberapa
orang Cina yang melarikan diri, keluar dari wilayah Tegal meninggalkan harta
bendanya karena takut dibunuh.
Kepemimpinan Kutil berakhir ketika tiga kota Slawi, Pemalang, dan
Brebes telah di kuasai oleh gerakan Massa. Tanggal 4 November 1945, gerakan
massa Tiga daerah mengadakan penyerbuan kota Tegal. Tampak ribuan Massa
Rakyat dengan membawa bambu runcing dan berkalungan Janur Kuning,
beramai-ramai membaca Tahlil berjalan menuju ke Utara. Sebagian massa lainnya
keluar masuk kampung mencari orang laki-laki untuk diajak menyerbu kota
Tegal, sedang yang perempuan di suruh menyediakan minuman di depan rumah.
Massa rakyat sampai di jalan simpang tiga, beramai-ramai menyerbu dan
menduduki kantor kabupaten dan stasiun kereta api.
Bupati Tegal, RS. Sunaryo dengan cepat diselamatkan oleh Mansyur dari
pemuda API. Ia di sembunyikan di markas pemuda API selanjutnya di bawa ke
Pekalongan, untuk menyelamatkan diri.
Raden Ajeng Kardinah, adik kandung R.A.Kartini yang saat itu berada di
tengah-tengah Bupati bersama keluarga Bupati lainnya di bawa oleh massa rakyat
dan di paksa berpakaian sarung goni dan di arak keliling Kota, sehingga menjadi
tontonan dan bahan olok-olokan massa.
Di Stasiun KA, massa rakyat membongkar brangkas dan merampok uang
serta menguasai Stasiun Kereta. Hari itu juga massa rakyat mulai mengejar-ngejar
para pejabat di kota Tegal. Mereka yang tertangkap kemudian di bunuh secara keji
tercatat:
32
1. Haji Abu Bakar
2. Bekas pengurus Badan Ekonomi pada masa pemerintahan Jepang
3. Hamzah (putera Abu Bakar)
4. Singgih ( Ajun jaksa)
5. H.Ichsan (Konsul haji)
6. Sumarjono (Guru SMP Negeri Tegal)
7. 3 orang tidak dikenal
8. Wedana Tegal Basirun dan Keluarganya menghilang ( Jarahdam VII,
1968:21)
Alun-alun Tegal waktu itu di jadikan markas gerakan massa beribu-ribu
massa rakyat selalu membaca Takbir. Mereka datang dari berbagai desa. Warga
kota Tegal yang tidak mau ikut-ikutan waktu itu menyembunyikan diri, sehingga
ada penilaian dari gerakan massa bahwa warga kota Tegal perempuan semua
sama.
Hari itu juga, massa yang berkumpul di alun-alun mulai bergerak ke
bagian utara kota yang masih di kuasai oleh TKR. Perjalanan massa rakyat di bagi
menjadi dua kekuatan:
1. Lewat Jalan Gajah Mada
2. Sebagai intinya Lewat jalan A.Yani.
Mereka bergerak sambil mengumandangkan takbir, sehingga terdengar
suara gemuruh. Walaupun beberapa pimpinannya telah tertangkap tetapi gerakan
rakyat semakin menjadi-jadi, mereka kemudian memperluas daerah pengaruhnya
antara lain menyerbu asrama polisi di Brebes, Pemalang, dan berhasil melucuti
33
senjatanya. sedang terhadap para prajurit TKR mereka masih berfikir dua kali
untuk bertindak menyerang.
Kegagalan penyerbuan di Kota Tegal rupanya masih menghantui mereka.
Terbukti waktu massa gerakan rakyat hendak menyerbu markas TKR di
Petarukan, mereka hanya bergerombol dan tidak berani menyerang. Mereka
kemudian bubar setelah pimpinannya yang dikenal kebal terhadap senjata tewas
di tembus peluru anggota TKR.
Sejak saat itu para pimpinan Gerakan Massa menganggap bahwa
Pemerintah Daerah Tegal, Brebes, dan Pemalang sudah tidak berfungsi terbukti
pada pejabatnya seperti Bupati Tegal, Brebes, dan Pemalang dan Residen
Pekalongan Mr Besar meninggalkan tempat tugasnya. Kejadian itu di manfaatkan
oleh para dalang komplotan Kutil untuk mengangkat para pejabat dari orang-
orang mereka sendiri. Beberapa Pejabat yang diangkat oleh dalang Komplotan
Kutil tercatat antara lain:
Bupati Tegal : Kyai Abu Sudjai, dari desa Pacul
Bupati Brebes : Kyai H. Satori
Bupati Pemalang : Supangat
Residen Pekalongan : Sardjio
Patih kab.Tegal : Tjitrosatmoko
Wedana Tegal : Mardjono wakil ketua KNI
Wedana Slawi : Kyai H. Fachruri
Wedana Adiwerna : Kyai H.Mawardi (Achmad, 1977:19)
34
Pengangkatan para pejabat itu sempat memusingkan masyarakat sebab
komplotan Kutil di dalangi oleh orang-orang yang berpaham Komunis, tetapi
mengangkat para pejabat yang sebagian besar para ulama dan tokoh agama Islam.
Setelah pengangkatan pejabat, Ia melakukan penyerbuan ke Kota Pekalongan.
Penyerbuan ke Kota Pekalongan menjadi akhir penangkapannya, adanya
penyerbuan gerakan ini ke kota Pekalongan di manfaatkan oleh TKR untuk
melakukan penagkapan terhadap Kutil dan komplotannya. Serta mengakhiri
gerakan Kutil dan komplotannya yang semakin lama ternyata tindakannya
meresahkan masyarakat.
Dalam menghadapi penyerbuan Gerakan Kutil, TKR menggunakan taktik
kota terbuka, yaitu dengan cara membuat sepi kota Pekalongan. Masyarakat di
minta untuk tidak berkeliaran di jalan-jalan umum sehingga menimbulkan kesan
bahwa kota Pekalongan tidak di jaga keamanannya. Taktik dan Strategi yang di
terapkan oleh TKR dengan baik dan lancar sehingga tidak dapat di ketahui oleh
Seorang dari pihak Kutil yang di kirim ke Pekalongan. Gerakan Tiga Daerah dari
Tegal dan Pemalang bergerak ke Pekalongan dipimpin langsung oleh algojonya
yaitu Kutil alias Sakyani. Massa dari Tegal naik kereta api sedang massa dari
Pemalang naik truk kemudian dari kedua massa tersebut bertemu di depan Stasiun
Kereta Api. Laskar gerakan Tiga Daerah dengan membawa senjata dan bambu
runcing bergerak menuju kantor karesidenan. Ketika mereka sampai di halaman
kantor dan bermaksud mengepung, TKR segera bertindak dan mengadakan
pengepungan di bawah ancaman senjata. Akhirnya massa menyerah dan para
pemimpinnya segera di jebloskan kesel tahanan.
35
Sakyani alias Kutil datang belakangan, Ia di kawal oleh tujuh buah
kendaraan. Seorang prajurit TKR, Kartedjo waktu itu menyamar sebagai massa
rakyat menyetop iring-iringan kendaraan tersebut. para pemimpin massa yang
bermobil itu rupanya mengira bahwa gerakan rakyat menyerbu ke Kantor
Karesidenan telah berhasil. Mereka menurut saja di ajak meninjau markas
resimen oleh prajurit Kartedjo yang menyamar. dengan mudah akhirnya para
pemimpin gerakan rakyat termasuk Kutil dapat di tangkap dan mereka kemudian
di masukkan ke dalam sel tahanan (Wawancara dengan Bapak Sahmad, Juni
2006).
Tindakan penyelesaian peristiwa tersebut di mulai pertengahan Desember
tepatnya tanggal 17 Desember 1945, resimen TKR Pekalongan menerima berita
Internasional dari markas besar tentara yang isinya menyebutkan bahwa dalam
waktu dekat Presiden RI beserta Panglima besar Sudirman akan mengadakan
kunjungan kerja ke daerah Tegal. Dengan adanya berita tersebut mendorong TKR
Pekalongan untuk segera menyelesaikan dan mengambil tindakan keamanan dan
ketertiban sehubungan dengan gangguan keamanan yang di pimpin oleh
kelompok Kutil. Gerakan penyerangan dan pembersihan terhadap kekuatan-
kekuatan massa rakyat Kutil segera di lakukan, untuk mengembalikan keamanan
dan ketertiban daerah yang telah mengancam stabilitas nasinal, dengan alasan-
alasan sebagai berikut:
1. Bahwa rakyat pada umumnya tidak setuju dengan Gerakan Rakyat Tiga
daerah, terbukti dengan adanya perlawanan rakyat Tegal karena:
a. Peristiwa Tiga Daerah menimbulkan tindakan anarkhis
36
b. Koordinasi pemerintah di daerah karesidenan Pekalongan tidak dapat di
laksanakan di tiga daerah karena di tiga daerah di jalankan oleh orang-
orang komunis
c. Laskar di tiga daerah ini tidak mengikuti badan pemerintahan Komite
Nasional Indonesia (KNI)
2. Adanya berita-berita dari Markas Besar tentara bahwa dalam waktu lima hari
lagi, Presiden RI bersama dengan panglima Sudirman akan berkunjung ke
Pekalongan dan Tegal (Jarahdam VII,1968:27)
Rencana operasi tersebut banyak mendapat dukungan rakyat luas dan
pihak kepolisian serta para tokoh pejuang. Operasi yang menyeluruh dan
dilakukan serentak di tempat-tempat konsentrasi komplotan massa tiga daerah
berjalan dengan lancar tanpa rintangan yang berarti. Beberapa orang yang
dianggap tokoh ditangkap dan ditawan di gudang kopi. Sedangkan para pemimpin
mereka sudah banyak yang melarikan diri. Kepercayaan rakyat kepada TKR dapat
tercipta kembali untuk melanjutkan perjuangan dan mengamankan Negara
Proklamasi 17 Agustus 1945.
Pada tanggal 25 Desember 1945, Presiden RI Sukarno dan Panglima Besar
Jenderal Sudirman, masing-masing beserta rombongan dengan menumpang
Kereta Api Istimewa, untuk melaksanakan kunjungan ke Tegal dan Pekalongan
dalam menyelesaikan masalah politik serta masa konsolidasi. Adapun rombongan
presiden terdiri dari:
1. Ibu Fatmawati Sukarno
2. Wakil Presiden RI Drs. Moh.Hatta beserta Ibu
37
3. Perdana Menteri Sutan Sjahrir
4. Menteri Dalam Negeri Mr.Hermani
Sedangkan rombongan Panglima Besar Jenderal Sudirman terdiri dari:
1. Letjen.Oerip Sumohardjo, Kepala Staf APRI
2. Mayjen. Sumatupang
3. Mayjen. Kafrawi, dan para perwira lainnya dari MBT
Kedatangan rombongan disambut dengan upacara militer di halaman
Stasiun Kereta Api Tegal, rombongan langsung menuju ke Stadion Sepak Bola
Slerok Tegal untuk menyampaikan pidato. Pidato presiden RI antara lain
menanyakan keadaan rakyat, apakah rakyat di Tegal, Brebes, Pemalang akan
mencoba membuat negara dalam negara, membentuk republik kecil-kecilan
seperti Republik Talang, republik Slawi, Republik Tegal atau Republik Brebes.
Rapat umum tersebut berjalan tertib dan aman tanpa gangguan apapun
(Wawancara dengan Bapak Sahmad. Juni 2006).
Selanjutnya penyelesaian mengenai persoalan “Tiga Daerah” diambil alih
oleh pemerintah pusat dengan jalan:
a. Memindahkan Sarjio ke Yogyakarta
b. Mengangkat Residen baru dengan stafnya maupun bupati-bupati di
daerah-daerah
c. Membawa masalahnya di muka sidang Pengadilan Negeri Pekalongan.
d. Mengenai orang-orang yang telah diangkat menjadi pejabat Pamong Praja
seperti Lurah, Camat, Wedono, Bupati oleh Gabungan Badan Perjuangan
Tiga Daerah tetap diperkenankan menduduki jabatannya sebagai pejabat
38
pemerintah yang sah atas persetujuan rakyat setempat (Kodam VII,
1968:24). Pada tanggal 14,15,18,19,21 Oktober 1946 di Pekalongan di
bentuk pengadilan bagi para pelaku gerakan anarkhis tersebut termasuk di
dalamnya Kutil alias Sakyani. Bertindak sebagai Hakim Ketua Suprapto,
SH Hakim Tinggi Pekalongan yang kelak menjadi Jaksa Agung. Sebagai
saksi adalah Kol. H. Iskandar Idris, Letkol. Wadiono, H. Iksan Dimiyati,
H. Ismail Hasan Idris, Sudarsono Amir dan para bekas tahanan tiga daerah
yang lain. Ditunjuk sebagai pembela oleh pemerintah ialah Supeno,
Usman Sastro Amijoyo yang merupakan tokoh dari PSI.
Sebagai pegangan dalam pembelaan perkara adalah surat pengangkatan
Sardjio dari Pemerintah pusat. Dengan demikian berarti bahwa Gerakan Badan
Perjuangan Rakyat Tiga Daerah ini adalah gerakan yang dilegalisir oleh
Pemerintah. Adapun tuduhan yang dikenakan oleh para terdakwa adalah:
“Menggunakan masa rakyat dengan jalan kekerasan untuk merebut kekuasaan
Pemerintah RI yang sah, khususnya di daerah Tegal, Brebes, Pemalang dan
Pekalongan” (Achmad, 1977:29).
Tanggal 21 Oktober 1946, hukuman mati dijatuhkan terhadap Kutil alias
Sakyani, algojo Tiga Daerah karena dianggap bersalah. Sebelum hukuman mati
tersebut dilaksanakan, terjadi Agresi Belanda Pertama (Juli 1947) narapidana
bersama Pemerintah Karesidenan diungsikan ke pegunungan di selatan
Pekalongan. Walaupun hakim Suprapto tidak sempat membawa barang-barang
pribadinya, tetapi sempat membawa dua koper berisi Transkripsi Interogasi
Pemeriksaan Pendahuluan dan Proses Pengadilannya. Kutil yang banyak akal,
melarikan diri ke Jakarta, dan bekerja sebagai tukang cukur, profesi lamanya
39
sewaktu di Tegal. Di Kebun Kacang Gang II dia membuka pangkalan cukurnya.
Tahun 1949 wajahnya dikenali orang Slawi, dan kemudian ditahan oleh Polisi
Belanda (Jakarta dibawah kekuasaan Belanda). Pada penyerahan kedaulatan bulan
Januari 1950. Kutil ikut diserah terimakan kepada polisi Republik, dikirim
kembali ke Semarang dan kemudian ke Pekalongan, dan tiba di Pekalongan
tanggal 13 Februari 1950. Suprapto, yang menjabat Jaksa Agung RI, diminta
kedatangannya di Pekalongan dan menjadi satu-satunya saksi yang dapat
memastikan hukuman yang dulu dijatuhkan atas diri Kutil. Tanggal 8 April
penegasan kembali hukuman yang dijatuhkan oleh Pengadilan Pekalongan pada
21 Oktober 1946 dikelurkan. Pada tanggal 1 Agustus 1950, Kutil mengajukan
langsung permohonan pengampunan kepada Presiden Sukarno. Permohonannya
ditolak pada tanggal 21 April 1951. Dua minggu kemudian Kutil dibawa ke pantai
dekat Pekalongan, tempat yang dipilih untuk eksekusi oleh Komandan Militer
Kota, Sudharmo, yang menjadi Kepala Staf Resimen XVII TKR di Pekalongan
semasa Peristiwa Tiga Daerah dan ikut memainkan peranan penting dalam
Operasi penghancurannya. Ketika ditanya apa permintaan terakhirnya, Kutil
Menjawab ”tidak ada”. Dia menolak matanya ditutup, dan dengan berjongkok Ia
menghadapi butir-butir peluru yang mengakhiri hidupnya pada tanggal 5 Mei
1951. (Lucas,2004:309-310).
16
BAB V
PENUTUP Simpulan
Sebagai langkah akhir dalam penulisan skripsi ini, penulis akan mencoba
mengemukakan simpulan terhadap apa yang telah dibahas dalam bab-bab
terdahulu, yaitu:
1. Latar belakang kehidupan Kutil terutama masa kecilnya yang berasal asli dari
Madura, menurut Kuntowijoyo orang Madura terkenal sebagai suku bangsa
Jawa yang mempunyai adat istiadat yang keras, kasar dalam tutur katanya,
tetapi mereka juga merupakan pekerja yang bersungguh-sungguh dan suka
berterus terang. Kebudayaan dan adat istiadatnya telah banyak dipengaruhi
oleh kebudayaan luar, meskipun demikian masih menampakkan nilai-nilai
aslinya. Hal tersebut tercermin dalam kehidupan masyarakat desanya yang
memiliki ikatan yang berdasarkan kekerabatan dan teritorial. Dalam menjalani
kehidupan sehari-hari mereka sangat senang bekerja, memiliki perasaan
persaudaraan yang kuat, dan gotong royong yang sangat mendalam.
Penderitaan yang dia alami semasa penjajahan menjadikan dia orang yang
berani memperjuangkan keadialan, serta masa dewasa yang dimulai dengan
pembungan dirinya beserta 2 orang temannya di Digul menjadikan dia
menjadi orang yang tega untuk membunuh sesama.
2. Revolusi Sosial yang terjadi di Tegal pada tahun 1945-1946 di latar belakangi
oleh keadaan masyarakat Tegal yang cukup memperihatinkan disamping
munculnya kekuatan sosial yang berdasarkan Idiologi adanya kelompok
17
Leggaong yang memimpin aksi massa rakyat serta Berkobarnya Peristiwa
Tiga tiga daerah mengakibatkan dampak yang tidak hanya pada kondisi sosial
masyarakat salah satunya dalam bidang pendidikan, yaitu bahwa pendidikan
masa Jepang berlaku untuk seluruh masyarakat tanpa adanya stratifikasi
sosial. Kondisi Ekonomi masyarakat Tegal tidak baik, semua kegiatan
perekonomian dihentikan. Masyarakat merasa tidak aman. penyerahan bahan
pokok kepada pamong praja atau pejabat-pejabat untuk membayar pajak
pemerintah mengakibatkan penderitaan dan kesengsaraan rakyat apalagi
ternyata pemungutan pajak tersebut disalah gunakan untuk kepentingan
pribadi. Dalam bidang politik, pemerintah daerah yang di bentuk Jepang
menyebabkan penderitaan masyarakat Tegal, sehingga setelah peristiwa tiga
daerah masyarakat mengadakan pemilihan pangreh praja. Pengaruh pemimpin
agama disini tampak lebih dibutuhkan untuk menguasai situasi baru. Sejumlah
kyai diangkat menjadi bupati, wedana dan camat untuk menggantikan pejabat-
pejabat yang lama, karena masyarakat membutuhkan kepemimpinan baru
yang sesuai dengan situasi baru.
3. Peranan Kutil dalam menggerakan Revolusi Sosial di mulai dengan
munculnya tokoh Kutil yang menjadi awal terjadinya pembunuhan-
pembunuhan sadis. cara dia menarik simpati, serta bentuk kepemimpinan
Kutil yang pada saat itu belum terlihat, namun struktur secara sederhana sudah
terbentuk dan masih sangat sederhana sekali. Bentuk kepemimpinannya
ternyata memberi pengaruh besar pada masyarakat.
18
Saran
1. 1. Kepada penulis sejarah yang masih diliputi keberpihakan, hendaknya
membuang segala macam subyektifitas personal yang seringkali membuat
sejarah sebagai kisah menjadi rancu dan sulit untuk dipahami secara runtut
dan berimbang. Dengan meminimalisir keberpihakan terhadap suatu subyek
dalam tulisannya, maka akan lahirlah tulisan yang tentunya jujur dan dapat
dipertanggung jawabkan netralitasnya. Sedangkan penilaian baik, buruk
biarlah pulang kepada kedewasaan dan kebijaksanaan masyarakat pembaca.
2. Diharapkan kepada penulis sejarah lokal agar selalu ditingkatkan, hal ini dapat
memperkaya khasanah bagi para penulis yang masih pemula. Semoga
penulisan skripsi ini dapat pula dijadikan sebagai sumbangan dalam
penulisan-penulisan sejarah lokal ataupun menambah khasanah sejarah
penulisan kota Tegal
82
DAFTAR PUSTAKA
Alfian.T. Ibrahim. 1987. Dari babad dan hikayat sampai sejarah kritis
Yogyakarta: UGM press
Achmad 1977.Ungkapan Peristiwa Tiga Daerah (Tegal, Brebes, Pemalang).
Tegal: Markas cabang Legiun Veteran RI kabupaten/kodya Tegal
Depdikbud. 1989. Revolusi Nasional di Tingkat Lokal. Jakarta: Depdikbud
Djoko Suryo, 1978. Pergolakan daerah di awal Revolusi kasus di daerah
pekalongan. Jakarta: LP3ES
E. Lucas Anton. 2004. One Soul one struggele (peristiwa tiga daerah).
Yogyakarta : Resist Book
E. Lucas Anton. 1986. Peristiwa Tiga Daerah. Yogyakarta: Grafiti Pers
Geertz. S. Clifford. 1989. Abangan Santri Priyayi dalam masyarakat jawa.
Jakarta: Pustaka jaya.
Ghazali, Zulfikar. 1995. Sejarah Lokal ( Kumpulan Makalah Diskusi). Jakarta:
Departemen pendidikan & Kebudayaan.
Ibrahim Julianto, Pengantar Prof Dr Suhartono. 2004. Bandit dan pejuang di
simpang Bengawan. Wonogiri: Bina Citra Pustaka.
Kartono, kartini. 2003. Patologi sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
(Rajawali Perss)
Kahin Audrey R. 1989. Pergolakan daerah pada awal kemerdekaan. Jakarta :
Grafiti.
Kuntowijoyo.1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara wacana
Kutoyo Sutrisno. 1979/1980 Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 Jawa
tengah. Semarang : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
83
Sejarah dan nilai tradisional proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah.
Louis Gottschalk. 1986. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI- Press
Mahardika Timur.2000. Gerakan Massa (menyampaikan demokrasi dan
keadilan). Secara damai Yogyakarta: Lapera
Moedjanto, G. 1988. Indonesia Abad ke 20 .jilid 1 Yogyakarta: Kanisius
Pruitt. G, Deandan Robin.Z. Zeffrey.2004. Teori Konflik Sosial. Yogyakarta:
Pustaka pelajar.
R.Z. Leirissa. Sejarah Masyarakat Indonesia 1900-1950. Jakarta: PT Melton
Putra.
Sejarah Militer Kodam VII/ Diponegoro 1986 Sirnaning Jakso Katon Gapuraning
Ratu. Semarang: Yayasan Diponegoro
Saputro 1956. Tegal. Tegal: markas cabang Legiun Veteran RI Kabupaten/kodya
Tegal
Suhartono.1993. Bandit-bandit pedesaan ( studi histories 1850-1942 di Jawa).
Yogyakarta: Aditya Media
Sudjatmoko dkk. 1995. Historiografi Indonesia Sebuah pengantar. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Soeyono. Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis Indonesia.
Lapian.1996. Terminologi Sejarah (1945-1950 & 1950-1959) Jakarta:
Departemen Pendidikan & Kebudayaan RI
Arsip Nomor S.32. Peristiwa Tiga Daerah
84
Lampiran I DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Wastap
Umur : 70 th Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Desa Kajen Rt 19/ 05 Talang
2. Nama : Sadum
Umur : 70 th Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Desa Kajen Rt 15/05 Talang
3. Nama : Mustain Umur : 74 th Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Desa Kajen Rt 19/ 05 Talang
4. Nama : Tasik
Umur : 64th Pekerjaan : Pensiunan PNS Alamat : Desa Talang Rt 04/01
5. Nama : Sachmad salam Umur : 77 th Pekerjaan : Ketua Legiun Veteran kota Tegal Alamat : Desa Pagerbarang kab Tegal
6. Nama : H.Muh Karso Umur : 70 th Pekerjaan : Pensiunan PNS Alamat : Desa Kebasen Rt 09/ 03 Talang
7. Nama : Roeslim
Umur : 66 th Pekerjaan : Pensiunan PNS Alamat : Desa Talang Rt 04/ 01 Talang
85
Lampiran II
INSTRUMEN
Pertanyaan
Bab II 1.Apakah Peristiwa Tiga Daerah
2. Bagimana Jalannya Peristiwa tiga daerah di Tegal
3. Bagaimana bentuk Revolusi Sosial yang terjadi di Tegal
4.Apa yang anda ketahui tentang Kutil
5.Beragama apakah Kutil
6. Seperti apakah nilai-nilai keagamaan yang Kutil peroleh
7. Seperti apakah pemikiran-pemikiran Kutil
8. Di dapat atau dipengaruhi oleh siapakah pemikiran Kutil
9. Apakah Kutil berkeluarga
10. Apakah Kutil mempunyai anak, jika ya, berapa jumlahnya
11. Bagaimana nasib anak Kutil yang berumur 15 tahun
12. Bagaimana nasib istrinya setelah dia ditangkap dan dihukum mati pada
akhirnya.
13.Dalam kelompok Leggaong pada Revolusi sosial, apakah mempunyai
struktur dan pemimpin
14. Apabila ada stuktur/pemimpin struktur itu apakah menunjukan
hubungan antara satu bagian lain yang mempunyai tugas berbeda-beda.
Bab III 15. Kelompok apa saja yang muncul pada masa Revolusi
16. Bagaimana Terbentuknya Gabungan Badan perjuangan Tiga Daerah
86
17. Dalam GBP3D terdiri dari kelompok-kelompok yang beridiologi apa
saja
18. Di daerah mana saja Markas dan daerah-daerah yang di jadikan
pertahanan Kutil dan teman-temannya.
19. Seperti apakah bentuk perbanditan pada saat itu
20. Sejauh mana sajakah peranan Leggaong (bandit) dalam hal ini
kelompok Kutil dalam revolusi sosial di Tegal
21. Motivasi apa sajakah sehingga Kutil dan komplotannya melakukan
suatu gerakan yang bersifat sekuler
22.Bagaimana menurut anda jika dilihat dari tindakan Kutil dan
komplotannya yang tidak menghiraukan hukum dengan menghakimi
orang secara sendiri
23. Bagaimana tanggapan anda tentang Kutil yang dijadikan kambing
hitam oleh orang-orang yang berpaham komunis.
24.Alasan apa yang membuat akhirnya Kutil diangkat menjadi seorang
kepala kepolisian.
25.Stategi apa sajakah yang digunakan Kutil dan teman-temannya dalam
menggerakkan masyarakat.
26. Bagaimana awal munculnya tokoh Kutil
27. Beridiologi apakah Kutil dan kelompoknya
28.Sejauhmana Idiologi itu berpengaruh dalam perjuangan Kutil dan
kelompoknya.
87
29.Bagaimana/upaya yang dilakukan pemerintah untuk menyelesaikan
permasalahan Kutil dan kawan-kawannya.
30. Bagaimana upaya penangkapan Kutil ( proses penagkapan)
31. Bagaimana keadaan Tegal setelah Kutil dan komplotannya berhasil di
tangkap
Bab IV 32. Menurut anda bentuk seperti apakah pergerakan Kutil dalam Revolusi
Sosial
33. Seperti apakah Bentuk kepemimpinan Kutil dalam Revolusi sosial
34. Bagaimana cara Kutil mempengaruhi masyarakat Tegal
35. Apa cerita Kutil ( peristiwa 3 Daerah ) anda ceritakan kepada anak
cucu anda ( Tradisi lokal dalam masyarakat menokohkan Kutil)
36. Persenjataan apa saja yang di gunakan Kutil dan komplotannya
37. Bagaimana reaksi rakyat/ sikap rakyat Tegal menanggapi gerakan yang
diketuai Kutil
38.Bagaimana Reaksi Masyarakat Tegal terhadap peristiwa Tiga daerah di
Tegal
top related