proposal yosa
Post on 27-Dec-2015
141 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PROPOSAL
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN
LOKASI YANG LAYAK UNTUK BUDIDAYA IKAN
KERAPU DENGAN MENGGUNAKAN KERAMBA
JARING APUNG DI PULAU BUKIT KABUPATEN
LINGGA DENGAN METODE TOPSIS
Diajukan oleh :
Yosalia Sitompul (110155201076)
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI (UMRAH)
2014
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3. Batasan Masalah ................................................................................................. 5
1.4. Tujuan ................................................................................................................. 5
1.5. Manfaat ............................................................................................................... 6
1.6. Hipotesa .............................................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 7
2. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 7
2.1. Landasan Teori ................................................................................................ 8
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 15
3. Metode penelitian .................................................................................................. 15
3.1. Analisis Kebutuhan ....................................................................................... 15
3.2. Variabel Penelitian ........................................................................................ 15
3.3. Lokasi dan Waktu penelitian ......................................................................... 16
3.4. Sampel dan Populasi ..................................................................................... 16
3.5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 16
3.6. Teknik Analisa Data...................................................................................... 17
3.7. Rancangan Penelitian .................................................................................... 17
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 18
4. Penutup ................................................................................................................. 18
4.1. Kesimpulan ................................................................................................... 18
4.2. Saran ............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pulah Bukit merupakan salah satu Pulau di Desa Benan yang telah
dihuni oleh penduduk. Yang mana penduduknya mencapai 1466 jiwa.
Dimana masyarakat umumnya bermata pencaharian sebagian Nelayan. Tri
Kurnia Wati FIKP UMRAH (2012 : 34) berdasarkan hasil pengamatan
dari menyatakan dalam Laporan Magangnya meyatakan jenis ikan hasil
tangkap nelayan di Pulau Bukit ini antara lain; Ikan Kerapu, Sembilang,
Kakap, Kembung, Lebam, Selangat, Kepiting, Udang dan Kerang-
kerangan.
Pulau ini juga memiliki potensi yang besar untuk usaha budidaya
ikan. Untuk wilayah laut biasanya diterapkan budidaya ikan menggunakan
sistem KJA( Keramba Jaring Apung). Keramba Jaring Apung (KJA)
adalah tempat pemeliharaan ikan yang dibuat di permukaan air, dibatasi
dengan jaring, dan terapung dipermukaan. Kelebihan sistem KJA adalah
tidak perlu melakukan pengelolaan air, karena menggunakan sistem air
yang luas yaitu air laut. Dengan luasnya permukaan air, maka kualitas air
lebih stabil. Kelebihan tersebut sekaligus juga sebagai kelemahan apabila
air laut sudah jelek, karena kita tidak bisa mengelola kondisi air laut.
M.Ghufran H. Kordi K, dkk (2007: 19) mengatakan dalam
bukunya biota air yang umumnya dibudidayakan adalah ikan kakap (Lates
Calcalifer, Lutjanus sp. Dan Psammoperca), ikan titang (Scatophagus
argus),ikan napoleon (Cheilinus Undulatus), udang windu (Penaeus
Monodon), udang putih (Penaeus Merguiensis), teripang (Holothuria,
Muelleria dan Stichopus), mutiara (Pinctada dan Pteria), rumput laut
(Gracillaria dan Euchema), tiram bakau (Crassostrea dan Ostrea), kerang
hijau (Perna viridis), kerang darah (Anadara Granosa), dan ikan kuwe
(Caranx sp.). Di Australia dan Jepang telah pula dikembangkan budidaya
ikan tuna (Thunnus sp.) dengan menggunakan sistem KJA.
4
Ikan Kerapu adalah komoditas penting untuk budidaya laut di Asia
Tenggara karena memiliki pangsa pasar yang besar dan nilai ekonomi
tinggi. Pada mulanya, lebih dari 10 jenis kerapu sudah dibudidayakan
namun menggunakan benih dan gelondongan ikan yang ditangkap dari
alam di daerah yang bersangkutan. Di Pulau Bukit budidaya Ikan Kerapu
dengan sistem KJA masih kurang. Agar budidaya ikan di KJA berhasil
maka pemasangan KJA tidak dilakukan disembarang tempat, harus dipilih
Lokasi yang memenuhi aspek teknis dan sosial ekonomis. Dalam
menentukan sebuah Lokasi terbaik dalam pembuatan KJA pada
umumnya harus memperhatikan kriterianya antara lain ; Faktor Fisika
(Suhu, Arus, Salintas, Kedalaman, Kecerahan), Faktor Kimia ( Ph, Do)
dan Faktor Biologi (Kepadatan Fitoplankton). Yang mana faktor diatas
harus sesuai dengan jenis Ikannya.
Dengan banyaknya alternatif yang mempengaruhi sebuah
keputusan maka sulit untuk mengambil sebuah keputusan secara manual
serta kurang efektif jika kita mengacu pada kemajuan teknologi yang
sudah sangat pesat pada saat sekarang ini. Pengambilan keputusan yang
melibatkan beberapa atribut untuk menetapkan alternatif terbaik dari
sejumlah alternatif disebut dengan Multiple Attribute Decision Making
(MADM). Atribut biasanya berupa ukuran, aturan, atau standar yang
digunakan dalam pengambilan keputusan.
Implementasi SPK ini menggunakan metode Technique For
Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). Lestari S.
(2011) Metode TOPSIS mempunyai konsep bahwa alternatif yang
terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif
tetapi memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif. TOPSIS
memiliki kemampuan menentukan alternatif-alternatif keputusan dalam
bentuk matematis yang sederhana, komputasinya efisien dan mudah
dipahami.
5
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana merancang dan membangun suatu Sistem Pendukung
Keputusan dalam penentuan kelayakan lokasi pembuatan KJA Ikan
Kerapu berbasis web.
2. Bagaimana penerapan metode TOPSIS dalam menentukan kelayakan
lokasi KJA.
3. Bagaimana tingkat akurasi metode TOPSIS dalam penentuan
kelayakan lokasi KJA
1.3. Batasan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas, maka ada beberapa hal yang
menjadi fokus utama dan batasan-batasan yaitu :
1. Pengambilan alternatif dan kriteria lokasi ini diambil hanya di daerah
Pulau Bukit.
2. Kriteria yang digunakan untuk menentukan lokasi terbaik tidak terlepas
dari aspek bioteknis seperti Faktor Fisika (Suhu, Arus, Salintas,
Kedalaman, Kecerahan), Faktor Kimia ( Ph, Do) dan Faktor Biologi
(Kepadatan Fitoplankton).
1.4. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah merancang sistem
pendukung keputusan untuk penentuan kelayakan lokasi KJA untuk Ikan
Kerapu dengan menerapkan metode TOPSIS sebagai metode sistem
pendukung keputusan serta mengukur tingkat akurasi implementasi
metode tersebut.
6
1.5. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Menambah pengetahuan penulis dalam menerapkan metode
TOPSIS pada “ Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Lokasi
yang Layak Untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem KJA dengan
Metode TOPSIS “.
2. Membantu pembaca sebagai bahan pertimbangan Sistem Pendukung
Keputusan dalam penelitian selanjutnya.
3. Dapat digunakan sebagai referensi serta ide pengembangan
permasalahan tentang sistem pendukung keputusan dan metode yang
digunakan
1.6. Hipotesa
Untuk kesesuaian dengan bentuk penelitian ini, peneliti menggunakan
Hipotesis Alternatif (Ha) yaitu kesimpulan yang harus diuji tentang apakah
terdapat pengaruh Kecepatan Arus, Kedalaman Perairan, Oksigen
Terlarut(DO), Kecerahan, Suhu dan Salinitas, Kepadatan Plankton dan PH
dalam menentukan lokasi yang layak dalam budidaya ikan kerapu dengan
menggunakan keramba jaring apung dan dapat diterima atau tidak diterima
hipotesis tersebut.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Tinjauan Pustaka
Dalam pengembangan sistem ini, penyusun melakukan penelusuran,
ditemukan beberapa karya ilmiah yang membahas mengenai Sistem Pendukung
Keputusan. Adapun karya-karya tersebut antara lain :
1. Mahasiswa Pascasarjana Juliyanti, Mohammad Isa Irawan dan Imam
Mukhlash Jurusan Matematika FMIPA dalam jurnalnya yang berjudul
“Pemilihan Guru Berprestasi Menggunakan Metode AHP dan
TOPSIS”, metode MCDM dengan kombinasi AHP-TOPSIS telah
memadai untuk digunakan dalam proses pemilihan, dalam
penelitian ini pemilihan guru berpestasi. Pada kasus ini penentuan
bobot kriteria dilakukan dengan metode AHP dan proses
perankingan alternatif dengan metode TOPSIS. Hasil yang
diperoleh dari metode ini mempunyai perbedaan posisi
perankingan yang sangat signifikan dengan hasil dari metode
yang digunakan oleh pihak Diknas terkait.
2. Dalam Jurnal karya Baskworo Y.I.E., Arief Andy Soebroto, ST.,
M.Kom., Rekyan Regasari M.P., ST., MT. prodi Ilmu Komputer yang
berjudul “Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Kelayakan
Pengisisan Bibit Ayam Broiler Dikandang Peternak Menggunakan
Metode AHP dan TOPSIS”, sistem pendukung keputusan ini dapat
memberikan rekomendasi berupa layak tidak suatu kandang
mendapatkan bibit ayam broiler yang dirancang menggunakan
metode AHP dan TOPSIS. Kriteria yang digunakan berdasarkan
wawancara dengan pihak terkait dengan memperhatikan standart
kelayakan kandang yang terdapat dibeberapa referensi buku.
8
3. Jurnal Novhirtamely Kahar, Nova Fitri prodi Teknik Informatika yang
berjudul “ Aplikasi Metode Fuzzy Multi Criteria Decision Making
Untuk Optimalisasi Penentuan Lokasi Promosi Produk” untuk
menentukan posisi lokasi terbaik berdasarkan pertimbangan banyak
kriteria, dimana kriteria tersebut dapat di ukur secara kuantitatif
dengan metode FMCDM yang digunakan untuk menilai secara
numerik dan bahasa, sedangkan untuk pemilihan metode penentuan
posisi lokasi digunakan nilai total intergral, karena metode ini mampu
memprioritaskan alternative yang optimal.
2.1. Landasan Teori
Kedalaman Perairan
Menurut Wibisono, (2005) menyatakan bahwa kedalaman suatu perairan
didasari pada relief dasar dari perairan tersebut. Perairan yang dangkal
kecepatan arus relatif cukup besar dibandingkan dengan kecepatan arus
pada daerah yang lebih dalam (Odum, 1979). Semakin dangkal perairan
semakin dipengaruhi oleh pasang surut, yang mana daerah yang
dipengaruhi oleh pasang surut mempunyai tingkat kekeruhan yang tinggi.
Kedalaman perairan berpengaruh terhadap jumlah dan jenis organisme
yang mendiaminya, penetrasi cahaya, dan penyebaran plankton. Dalam
kegiatan budidaya variabel ini berperanan dalam penentuan instalasi
budidaya yang akan dikembangkan dan akibat-akibat yang ditimbulkan
oleh kegiatan tersebut.
Kedalaman perairan merupakan faktor yang diperlukan dalam kegiatan
baik terhadap organisme yang membutuhkan kedalaman rendah sampai
cukup dalam. Beberapa kultivan seperti rumput laut membutuhkan
perairan yang tidak terlalu dalam dibandingkan dengan budidaya ikan
kerapu dan tiram mutiara. Ikan kerapu sangat tergantung dari pakan buatan
9
(artificial food), maka untuk menjaga terakumulasinya sisa pakan pada
dasar perairan, diharapkan ada perbedaan jarak antara dasar perairan
dengan dasar jaring. Akumulasi yang terjadi berupa proses dekomposisi
dari sisa pakan yang menghasilkan senyawa organik. Kedalaman yang
dianjurkan adalah berkisar 5-25 meter (Deptan, 1992 ; DKP, 2002).
Kecerahan
Kecerahan perairan yang di perbolehkan dalam budidaya perikanan
berkisar antara 5-10 meter (Bakosurtanal, 1996 ; Wibisono, 2005). Pada
kedalaman tertentu, apabila kemampuan intensitas cahaya dapat
melampauinya, akan mempengaruhi produktifitas total dan tumbuhan yang
dominan dalam ekosistem. Dalam hubungannya dengan fotosintesa,
intensitas dan panjang gelombang sangat penting. Bentuk-bentuk yang
hidup di laut cenderung menyukai sinar-sinar dengan spektrum hijau dan
biru (Romimohtarto, 2003). Keadaan ini secara tidak langsung
mempengaruhi daya dukung ekosistem perairan.
Kecepatan Arus
Adanya arus di laut disebabkan oleh perbedaan densitas masa air laut,
tiupan angin terus menerus diatas permukaan lautdan pasang-surut
terutama di daerah pantai (Raharjo dan Sanusi, 1983 dalam Satriadi dan
Widada, 2004). Pasang surut juga dapat menggantikan air secara total dan
terus menerus sehingga perairan terhindar dari pencemaran (Winanto,
2004). Sedangkan distribusi pantai dapat merubah dan meredam arus
(Sidjabat, 1976). Arus mempunyai pengaruh positif dan negatif bagi
kehidupan biota perairan. Arus dapat menyebabkan ausnya jaringan jazad
hidup akibat pengikisan atau teraduknya substrat dasar berlumpur yang
berakibat pada kekeruhan sehingga terhambatnya fotosintesa. Pada saat
yang lain, manfaat dari arus adalah menyuplai makanan, kelarutan
oksigen, penyebaran plankton dan penghilangan CO2maupun sisa-sisa
produk biota laut(Beverige, 1987 ; Romimohtarto, 2003). Kenyataan yang
10
tidak dapat ditoleransi terhadap kuat maupun lemahnya arus akan
menghambat kegiatan budidaya laut (Ghufron dan Kordi, 2005). Arus juga
sangat penting dalam sirkulasi air, pembawa bahan terlarut dan padatan
tersuspensi (Dahuri, 2003), serta dapat berdampak pada keberadaan
organisme penempel (Akbar et al,2001).
Kecepatan arus perairan untuk budidaya keramba jaring apung di laut
tidak boleh lebih dari 100 cm/detik (Gufron dan Kordi, 2005) dan
kecepatan arus bawah 25 cm/dt. Sedangkan untuk rumput laut 20 - 30
cm/dt dan tiram mutiara berkisar 15 – 25 cm/dt (DKP, 2002)
pH Air Laut
Derajat keasaman menunjukan aktifitas ion hidrogen dalam larutan
tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (mol/l) pada
suhu tertentu Konsentrasi pH mempengaruhi tingkat kesuburan perairan
karena mempengaruhi kehidupan jazad renik. Perairan yang asam
cenderung menyebabkan kematian pada ikan. Hal ini disebabkan
konsentrasi oksigen akan rendah sehingga, aktifitas pernapasan tinggi dan
selera makan berkurang (Ghufron dan Kordi, 2005). pH air laut umunya
berkisar antara 7.6 – 8.3 (Brotowidjoyo et al, 1995) dan berpengaruh
terhadap ikan (Bal and Rao, 1984). pH air laut relatif konstan karena
adanya penyangga dari hasil keseimbangan karbon dioksida, asam
karbonat, karbonat dan bikarbonat yang disebut buffer(Black, 1986 ;
Shephered and Bromage, 1998). Nilai pH, biasanya dipengaruhi oleh laju
fotosintesa, buangan industri serta limbah rumah tangga (Sastrawijaya,
2000).
Dalam suatu perairan nilai pH berada pada kondisi alami, namun
konsentrasi untuk budidaya ikan kerapu kisaran pH antara 7.8 - 8,3 (SNI,
2000).
11
Oksigen Terlarut
Pada perairan yang terbuka, oksigen terlarut berada pada kondisi alami,
sehingga jarang dijumpai kondisi perairan terbuka yang miskin
oksigen(Brotowidjoyo et al.,1995). Walaupun pada kondisi terbuka,
kandungan oksigen perairan tidak sama dan bervariasi berdasarkan siklus,
tempat dan musim. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian,
musiman, pencampuran masa air, pergerakan masa air, aktifitas
fotosintesa, respirasi dan limbah yang masuk ke badan air (Effendi, 2003).
Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai dua kepentingan yaitu :
kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang
tergantung pada metabolisme ikan (Ghufron dan Kordi, 2005).
Plankton
Plankton merupakan organisme pelagik yang mengapung atau bergerak
mengikuti arus (Bal and Rao, 1984), terdiri atas dua tipe yakni
fitoplankton dan zooplankton. Plankton mempunyai peranan penting
dalam ekosistem di laut,karena menjadi bahan makanan bagi berbagai
jenis hewan laut (Nontji, 1993 ; Nybakken, 1992).
Menurut Newell and Newell (1963) daur hidupnya plankton digolongkan
atas :
1. Holoplankton adalah plankton yang seluruh daur hidupnya bersifat
planktonik
2. Meroplankton merupakan organisme akuatik yang sebagian dari daur
hidupnya bersifat planktonik. Fitoplankton hanya dapat hidup di tempat
yang mempunyai sinar yang cukup, sehingga fitoplankton hanya dijumpai
pada lapisan permukaan air atau daerah-daerah yang kaya akan nutrien
(Hutabarat dan Evans, 1995). Produktifitas fitoplankton dipengaruhi oleh
ketersediaan unsur hara nitrat dan fosfat serta makrophite (Boyd, 1981).
Fitoplankton sebagai pakan alami mempunyai peran ganda, yakni
berfungsi sebagai penyangga kualitas air dan dasar dalam rantai makanan
di perairan atau yang disebut produsen primer (Odum, 1979).
12
Distribusi fitoplankton menjadi penting karena kemampuan beradaptasi
dari jenis-jenis fitoplankton tersebut. Perubahan komposisi jenis dan
kepadatan terjadi karena pengaruh faktor-faktor berupa perubahan musim,
jumlah konsentrasi cahaya dan temperatur. Perubahan-perubahan
kandungan meneral, salinitas, run off, dan aktifitas di darat dapat juga
merubah komposisi fitoplankton di laut (Viyard, 1979).
Metode TOPSIS
TOPSIS (Technique For Orders Reference by Similarity to Ideal
Solution) adalah salah satu metode pengambilan keputusan multi
kriteria yang pertama kali diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang
(1981). Metode ini menggunakan prinsip bahwa alternatif yang
terpilih harus mempunyai jarak terdekat dari solusi ideal positif dan
terjauh dari solusi ideal negatif. Pilihan akan diurutkan berdasarkan nilai
sehingga alternatif yang memiliki jarak terpendek dengan solusi ideal
positif adalah alternatif yang terbaik. Dengan kata lain, alternatif yang
memiliki nilai yang lebih besar itulah yang lebih baik untuk dipilih.
Berikut ini merupakan tahapan-tahapan dalam mengimplementasikan
metode TOPSIS :
1. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi
2. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot
3. Membuat matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif
4. Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi
ideal positif dan matriks solusi ideal negatif.
5. Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif
13
Langkah Kerja Metode TOPSIS
1. Membangun normalized decision matrix.
TOPSIS membutuhkan rating kinerja setiap alternatif pada setiap
kriteria yang ternormalisasi, yaitu :
√∑
( )
2. Membangun weighted normalized decision matrix.
( )
3. Menentukan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal
negatif.
Solusi ideal positif ( ) dihitung berdasarkan :
(
) ( )
dengan
{
( )
Solusi ideal positif ( ) dihitung berdasarkan :
(
) ( )
dengan
{
( )
14
4. Menentukan jarak antara alternatif solusi ideal positif dan matriks
ideal negatif.
Jarak alternatif dengan solusi ideal positif :
√∑ (
)
( )
Jarak alternatif dengan solusi ideal negatif :
√∑ (
)
( )
5. Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif.
Nilai preferensi untuk setiap alternatif diberikan sebagai :
( )
Nilai yang lebih besar menunjukkan bahwa alternatif lebih
dipilih.
6. Perengkingan alternatif.
Alternatif dirangking berdasarkan jarak terhadap solusi ideal positif
dansolusi ideal negatif. Alternatif terbaik adalah terpendek dengan
solusi ideal positif dan terjauh dengan solusi ideal negatif.
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3. Metode penelitian
3.1. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui semua permasalahan serta
kebutuhan yang diperlukan dalam menentukan dimana lokasi terbaik untuk
membuat KJA Ikan Kerapu. Variabel-variabel yang diperlukan dalam
pembuatan sistem penunjang keputusan untuk mengetahui lokasi terbaikan
budidaya ikan kerapu sistem KJA dengan menggunakan metode TOPSIS yaitu
Arus, Kedalaman air laut, DO, Kecerahan, Suhu, Salintas, PH, Plankton
(Fitoplankton dan Zooplanton) sebagai variabel input, pada studi kasus ini 3
alternatif tempat yang telah disediakan dan salah satu dari alternatif tersebut
yang akan menjadi variabel outputnya.
3.2. Variabel Penelitian
a. Variabel Primer
Merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam usaha pengembangan budidaya baik
kelangsungan hidup maupun keberlangsung-an usaha. Jika syarat ini tidak
terpenuhi dapat menyebabkan kegagalan dari usaha budidaya yang diinginkan.
Variabel primer tersebut terdiri dari :
- Kecepatan Arus
- Kedalaman Perairan
b. Variabel Sekunder
Variabel ini merupakan syarat optimal yang harus dipenuhi oleh suatu kegiatan
usaha budidaya. Syarat ini diperlukan oleh biota, agar kehidupan lebih baik.
Variabel tersebut meliputi :
16
- Oksigen Terlarut(DO)
- Kecerahan
- Suhu dan Salinitas
c. Variabel Tersier
Variabel dianggap sebagai pendukung kegiatan budidaya karena keberadaannya
di perairan, tidak berhubungan langsung dengan kehidupan kultivan. Syarat ini
dipenuhi untuk kehidupan biota secara sempurna. Variabel tersebut meliputi :
- Kepadatan Plankton
- PH
3.3. Lokasi dan Waktu penelitian
Lokasi dalam pengambilan sample adalah di Pulau Bukit, Kabupaten
Lingga. Untuk waktu penelitian, tidak ada waktu khusus karena variable untuk
penelitian ini di ambil dari laporan tugas akhir mahasiswa kelautan UMRAH dan
berdasarkan DKP.
3.4. Sampel dan Populasi
Dalam penelitian ini saya mengambil 3 stasiun yang berada di Pulau Bukit,
Kabupaten Lingga, yang di beri nama sebagai Stasiun I, Stasiun II, Stasiun III.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini saya menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif yang
lebih kepada teknik pengumpulan data dokumen yang memiliki arti pengumpulan
data yang di dapat dari informasi yang bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan
dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal
kegiatan dan sebagainya.
Pada tahap ini dikumpulkan informasi, keterangan dari laporan magang
fakultas kelautan mengenai data daerah yang saya jadikan objek untuk di analisa
selain itu, dari teori – teori dari buku, rujukan dari artikel ataupun jurnal yang
17
terkait dengan metode TOPSIS serta referensi lain yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan penelitian ini.
3.6. Teknik Analisa Data
Dalam analisa data menggunakan salah satu metode dari system pendukung
keputusan yaitu metode topsis yang sudah dijelaskan sebelumnya.
3.7. Rancangan Penelitian
Mulai
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Pengujian
Kesimpulan Selesai
Validasi
Tidak
Ya
Pengolahan data
akhir
18
BAB III
PENUTUP
4. Penutup
4.1. Kesimpulan
Bahwa dalam pengetahuan lingkungan yang mana dalam hal ini mengenai
perikanan dapat di temukan satu solusi dengan menggunakan metode topsis. Yang
harapan nantinya dapat digunakan oleh masyarakat Lingga untuk mengetahui
bagaimana cara menentukan lokasi penempatan keramba jaring apung untuk ikan
kerapu.
4.2. Saran
Unutuk masyarakat Lingga agar lebih teliti dalam memilih keramba jaring apung
untuk ikan kerapu agar hasil dari ikan juga dapat maksimal. Semoga nantinya
system ini dapat membantu.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ghufran.M, dkk 2005. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan.
Rineka Cipta. Jakarta.
Kahar, Novhirtamely, fitri.Nova. 2011. Aplikasi Metode Fuzzy Multi
Criteria Decision Making (FMCDM) Untuk Optimalisasi Penentuan Lokasi
Promosi Produk. STMIK-Nurdin Hamzah. Jambi.
Kusumadewi S, Hartati S, Harjoko A, Wardoyo R. 2006. Fuzzy Multi-
Attribute Decidion Making (FUZZY MADM). Graha Ilmu, Yogyakarta.
Widodo,Johanes, Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Wati, Kurnia. 2012. Laporan Praktik Lapangan Keadaan Umum Perairan
Laut Pulau Bukit Kelurahan Benan Kecamatan Senayang Kabupaten
Lingga Provinsi Kepulauan Riau.UMRAH- FIKP.Tanjungpinang.
Elviwani. 2012. Analisis Komputasi Metode Topsis Dalam Pengambilan
Keputusan. Tesis. Program Studi Magister (S2) Teknik Informatika.
Fakultas Ilmu Komputer Dan Teknologi Informasi. Universitas Sumatera
Utara.Medan.
20
top related