proposal kti
Post on 24-Apr-2015
178 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN ANTARA TINGGI BADAN IBU DENGAN STATUS BERAT BAYI LAHIR DI KECAMATAN PINANG KOTA TANGERANG TAHUN 2013
PRAPROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikna pendidikan metode penelitian pada semester IV D3 Gizi Jurusan gizi
Oleh :
Lucia Indah Safitri
Nomor Induk Mahasiswa P2.31.31.0.11.022
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
JURUSAN GIZI
2013
KATA PEGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan rahmatNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Praproposal Karya
Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya.
Penyusunan tugas proposal ini banyak mendapatkan masukan, bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Moesijanti Y.E.S.,MCN.,Ph.D selaku dosen mata kuliah Metode Penelitian
yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberkan saran,
bimbingan dalam penyusunan Praproposal Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak Moch. Rahmat, SKM,M.Kes selaku dosen mata kuliah Metode Penelitian
yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberkan saran,
bimbingan dalam penyusunan Praproposal Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Orang tuaku tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materil.
4. Teman-teman Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan jakarta II
angkatan 2011.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Praproposal
Karya Tulis Ilmiah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
agar penyusunan Praproposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan Proposal Karya Tulis
Ilmiah sesungguhnya.
Jakarta, 23 April 2013
Penulis,
Lucia Indah Safitri
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ………………………………………………......……………… i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………. 1
1.2 Perumusan Masalah…………………….…………….……………… 2
1.3 Tujuan Penelitian…………………...………………………………… 2
1.4 Hipotesis.....................................................................…..........………. 3
1.5 Manfaat Penelitian……..………………………………………….….. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori……………………………………………….……… 4
2.1.1 Kehamilan…………………………………………….… 4
2.1.2 Kebutuhan Gizi Pada Ibu Hamil…………………………. 4
2.1.3 Gizi Kurang Pada Ibu Hamil……………………………….. 6
2.1.4 Berat Bayi Lahir……………………………………………. 7
2.2 Kerangka Konsep…………………………….…………………….… 14
2.3 Definisi Operasional……………………..……………………………... 15
DAFTAR PUSTAKA………………………..………………..…………………… 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO (2007)
diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 33%-38% dan
lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah.
Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lain yaitu berkisar antara 9% - 30%.
Menurut Mitayami (2011) faktor penyebab BBLR adalah komplikasi
obstetri, komplikasi medis, faktor ibu dan faktor janin. Faktor ibu diantaranya
adalah dikarenakan penyakit, usia ibu, keadaan sosial ekonomi dan kondisi ibu
saat hamil. Berdasarkan hasil survey di Propinsi Jawa Barat pada tahun 2007
yang mengalami insiden BBLR sebanyak 15,5%-17% dari kelahiran hidup 95%
(Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 2007).
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada
masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang
sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi
yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama
hamil.
Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat
bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila
tingkat kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Bayi yang
dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan
yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya.
Untuk mengetahui status gizi ibu biasanya menggunakan indeks masa
tubuh menurut tinggi badan, dan para ahli dari pusat kesehatan di Universitas
Harvard meyakini bahwa tubuh wanita yang berukuran lebih kecil akan
menyebabkan beberapa komplikasi selama kehamilan mereka dan mempengaruhi
perkembangan bayi dalam rahim, termasuk akan memepengaruhi berat bayi yang
dilahirkan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan
antara tinggi badan ibu dengan status berat bayi yang dilahirkan.
1.2 Perumusan masalah :
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka masalah yang
diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut,
Apakah ada hubungan antara tinggi badan ibu dengan status berat bayi lahir di
Kecamatan Pinang Kota Tangerang tahun 2013 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum : Mempelajari hubungan antara tinggi badan ibu hamil
dengan status berat bayi lahir.
Tujuan khusus :
1. Mengidentifikasi karakteristik tinggi badan ibu
2. Mengidentifikasi karakteristik berat bayi lahir
3. Mengidentifikasi faktor lain yang mempengaruhi berat bayi
lahir
4. Mengidentifikasi status berat bayi lahir yang dilahirkan oleh
ibu yang memiliki tinggi badan berbeda
5. Menganalisis hubungan antara tinggi badan ibu dengan status
berat bayi lahir
1.4 Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara tinggi badan ibu dengan status bayi yang
dilahirkan.
Ha : Ada hubungan antara tinggi badan ibu dengan status bayi yang
dilahirkan.
1.5 Manfaat penelitian
1. Untuk Peneliti
Mengetahui hubungan antara tinggi badan ibu dengan status berat bayi
yang dilahirkan.
2. Untuk Lokasi Penelitian
Dapat dijadikan informasi kepada ibu, bahwa tinggi badan dapat atau
tidak dapat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Sehingga ibu-ibu dapat
mempersiapkan anak-anaknya untuk memiliki inggi badan yang ideal sesuai
usianya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari haid pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan pertama
dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua dimulai dari bulan keempat sampai
6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai
9 bulan (Saifuddin, 2008; 89).
2.1.2 Kebutuhan Gizi pada Ibu Hamil
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan
energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan
metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan
saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.
Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan,
namun yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa
mineral seperti Zat Besi dan Kalsium. Kebutuhan energi untuk kehamilan yang
normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari.
Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari
selama hamil (Nasution, 1988).
Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian
sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir
kehamilan. Energi tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran
jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, dan
payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester III energi tambahan
digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.
Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO
menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350
Kkal sehari pada trimester II dan III. Di Kanada, penambahan untuk trimester I
sebesar 100 Kkal dan 300 Kkal untuk trimester II dan III. Sementara di Indonesia
berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 ditentukan
angka 285 Kkal perhari selama kehamilan. Angka ini tentunya tidak termasuk
penambahan akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik, dan
pertumbuhan. Patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak merubah kegiatan fisik
selama hamil.
Sama halnya dengan energi, kebutuhan wanita hamil akan protein juga
meningkat, bahkan mencapai 68 % dari sebelum hamil. Jumlah protein yang harus
tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 g yang tertimbun
dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Di Indonesia melalui Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 menganjurkan penambahan protein 12
g/hari selama kehamilan. Dengan demikian dalam satu hari asupan protein dapat
mencapai 75-100 g (sekitar 12 % dari jumlah total kalori); atau sekitar 1,3
g/kgBB/hari (gravida mature), 1,5 g/kg BB/hari (usia 15-18 tahun), dan 1,7 g/kg
BB/hari (di bawah 15 tahun). Bahan pangan yang dijadikan sumber protein
sebaiknya (2/3 bagian) pangan yang bernilai biologi tinggi, seperti daging tak
berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Protein yang berasal dari
tumbuhan (nilai biologinya rendah) cukup 1/3 bagian.
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan
Fe atau Zat Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah
yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah
adalah 500 mg. Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang
lebih 1.000 mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu
sendiri. Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 1998,
seorang ibu hamil perlu tambahan zat gizi rata-rata 20 mg perhari. Sedangkan
kebutuhan sebelum hamil atau pada kondisi normal rata-rata 26 mg per hari (umur
20 – 45 tahun).
2.1.3 Gizi Kurang pada Ibu Hamil
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan
masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.
1. Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi
pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara
normal, dan terkena penyakit infeksi.
2. Terhadap Perslinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan
setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
3. Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
janin dan dapat menimbulkan kegururan , abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam
kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Ada beberapa cara
yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain
memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan
Atas (LILA), dan mengukur kadar Hb. Pertambahan berat badan selama hamil
sekitar 10 – 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg,
trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan
ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA
dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi
Kronis (KEK), sedangkan pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu
apakah menderita anemai gizi.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita
sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu
akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi
kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa
hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
2.1.4 Berat Bayi Lahir
Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40
minggu dalam rahim ibu. Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan
sekitar 3 Kg dan panjang badan 50 cm (Solihin Pudjiadi, 2003:11). Secara
umum berat bayi lahir yang normal adalah antara 3000 gr sampai 4000 gr, dan
bila di bawah atau kurang dari 2500 gr dikatakan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). Menurut Jumiarni dkk(1995:73), BBLR adalah neonatus dengan
berat badan lahir pada saat kelahirankurang dari 2500 gram (sampai 2499
gram). Dahulu bayi ini diakatakan prematur kemudian disepakati disebut low
birth weight infant atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Karena bayi
tersebut tidak selamanya prematur atau kurang bulan tetapi dapat cukup bulan
maupun lebih bulan.
Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam
pengelolaannyakarena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan
terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh rehingga mudah untuk
menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus,hipoglikomia yang dapat
menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah yang dapat di
istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah
menunjukan angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi
lahir cukup.WHO memperkirakan bahwa angka prevalensi BBLR di negara
maju terbesarantara 3 – 7 % dan di negara berkembang berkisar antara 13 – 38
%. Untuk Indonesia belum ada angka pesat secara keseluruhan, hanya
perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah 14 % dari seluruh koheren hidup
(Sjahmien Moehji, 2003:20).
Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah
sebagai berikut (Manuaba, 1998):
1. Faktor Lingkungan Internal
Faktor lingkungan internal yaitu faktor yang secara langsung
mempengaruhi berat bayi lahir antara lain sebagai berikut :
a. Usia Ibu hamil
Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah
umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di
bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur
yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi
fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup
matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat
menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi.
Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang
dilahirkan akan semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur sangat
berisiko tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan,
sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit
seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit degeneratif pada
persendian tulang belakang dan panggul. Kesulitan lain kehamilan diatas usia
35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti diatas yang
ditakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan. Dalam proses
persalinan sendiri, kehamilan di usia lebih ini akan menghadapi
kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada
tulang panggul tengah. Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan
penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi,
maka sebaiknya merencanakan kehamilan pada usia antara 20-30 tahun.
b. Jarak Kehamilan/Kelahiran
Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga
berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih,
kerena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu
belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan
sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan
kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Risiko proses reproduksi dapat
ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun.
c. Paritas
Paritas secara luas mencakup gravid atau jumlah kehamilan, premature
atau jumlah kelahiran, dan abortus atau jumlah keguguran. Sedang dalam arti
khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan
tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang
wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan
kesehatannya akan mulai
menurun, sering mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat
jalan lahir dan letak bayi sungsang ataupun melintang.
d. Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi
yang dilahirkan. Seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar
hemoglobinnya dibawah 11 gr/dl. Hal ini jelas menimbulkan gangguan
pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat
bawaan, atau janin lahir dengan berat badan yang rendah (Depkes RI, 2008).
Keadaan ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen
pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap janin.
e. Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Selain itu gizi ibu
hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu
hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah
satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil
yang paling sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan
ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan. Sebagai ukuran sekaligus
pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa di lihat dari kenaikan berat
badannya. Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat
badan yang rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai resiko paling
tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus
mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat
badan sebelum hamil. Sedang Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah
antropometri yang dapat menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil
dan untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi
kurang. Ibu yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) di bawah 23,5
cm berisiko melahirkan bayi BBLR (Depkes RI, 2008). Pengukuran LLA
lebih praktis untuk mengetahui status gizi ibu hamil karena alat ukurnya
sederhana dan mudah dibawa kemana saja, dan dapat dipakai untuk ibu
dengan kenaikan berat badan yang ekstrim.
. Para ahli dari pusat kesehatan di Universitas Harvard menemukan
bahwa bahwa tinggi badan wanita berdampak pada ukuran dari rahim atau
uterus mereka. Tubuh wanita yang berukuran lebih kecil akan menyebabkan
beberapa komplikasi selama kehamilan mereka dan mempengaruhi
perkembangan bayi dalam rahim.
f. Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan
mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan
selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam
kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan
kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui apabila terjadi
gangguan / kelainan pada ibu hamil dan bayi yang dikandung, sehingga
dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes RI, 2008).
g. Penyakit Saat Kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi
lahir diantaranya adalah Diabetes melitus (DM), cacar air, dan penyakit
infeksi torch. Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana badan tidak
sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah
pankreas tidak cukup produksi insulin/tidak dapat gunakan insulin yang ada.
Akibat dari DM ini banyak macamnya diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa
mengalami keguguran, persalinan prematur, kematian dalam rahim, bayi mati
setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu
besar, menderita edem dan kelainan pada alat tubuh bayi (Manuaba,
1998). Penyakit infeksi torch adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi yaitu
Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit
ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin yang
dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut mungkin akan terkena katarak
mata, tuli, Hypoplasia (gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung,
paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak normal,
keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, radang iris mata, dan
beberapa jenis penyakit lainnya (Manuaba, 1998).
2. Faktor Lingkungan Eksternal
Faktor lingkungan eksternal yaitu meliputi ,
a. Lingkungan
Faktor lingkungan contohnya keadaan emosi yang meninggi
sehingga selama beberapa waktu. tekanan dapat disebabkan karena rasa
takut, marah, sedih atau iri hati, ataupun karena belum siapnya ibu untuk
menghadapi kelahiran anak karena adanya tekanan ekonomi, perkawinan
yang bermasalah, keluarga yang tidak menghendaki, dan lain-lain.
Radiasi, zat-zat kimia dan resiko-resiko lain di dalam
dunia industri modern kita dapat membahayakan janin.
Misalnya radiasi dapat menyebabkan mutasigen, suatu
perubahan tiba-tiba tetapi permanen di dalam bahan
pembawa gen. Ke abnormalan kromosom lebih tinggi di
antara anak yang ayahnya terkena radiasi tingkat tinggi di
tempat kerja.
Polutan lingkungan dan bahan-bahan beracun juga
merupakan sumber bahaya bagi anak-anak yang belum
lahir. Para peneliti menemukan bahwa berbagai zat buang
(limbah) dan pestisida berbahaya menyebabkan kelainan
pada binatang yang terkena dosisi tinggi.
Masalah lingkungan yang lain
ialah toxoplasmosis,yaitu suatu infeksi ringan yang
menyebabkan gejala flu ringan atau suatu penyakit yang
tidak jelas pada orang dewasa. Akan tetapi, toxoplasmosis
dapat menyebabkan kemungkinan kerusakan mata,
kerusakan otak, dan kelahiran prematur. Penyakit ini
dibawa oleh kucing apalagi kucing liar yang sering makan
daging mentah. Untuk menghindari terkena toxoplasmosis
ibu hamil harus mencuci tangan setelah memegang
kucing, kotak kotoran, dan daging mentah. Selain itu, ibu
hamil harus memastikan bahwa semua daging harus
dimasak sebelum memakannya.
Selain kondisi lingkung, asupan zat gizi dan tingkat sosial
ekonomi ibu hamil juga dapat berpengaruh terhadap berat bayi yang
dilahirkan.
3. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi
pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC).
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga
mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Dan
menurut Prawirohardjo (2005), pemeriksaan kehamilan (ANC) merupakan
pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan
anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan
mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.
Dari pengertian diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan
tentang pengertian pemeriksaan Antenatal Care yaitu: pemeriksaan ibu
hamil untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil serta
menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas,
sehingga keadaan post partum sehat dan normal serta persiapan pemberian
ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Menurut Sitorus (1999:7) pemeriksaan kehamilan harus dilakukan
ecaraberkala, yaitu :
1) Setiap 4 minggu sekali selama kehamilan 28 minggu
2) Setiap 2 minggu sekali selama kehamilan 28 – 36 minggu
3) Setiap minggu atau satu kali seminggu selama kehamilan 36 minggu
sampai masa melahirkan.Selain dari waktu yang telah ditentukan di atas
ibu harus memeriksakan diri apabila terdapat keluhan lain yang merupakan
kelainan yang ditemukan.
2.2 Kerangka Konsep
Keterangan :
Penyakit saat hamil
Lingkungan dan sosial ekonomi
Pola Makan Ibu Selama Hamil
Status Gizi Ibu Sebelum Hamil
Genetik
Status Gizi ibu Berdasarkan Indeks TB/U
Berat Bayi Lahir
Kenaikan Berat Badan
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
2.3 Definisi Operasional
No Nama
variabel
Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
ukur
1 Pola makan
ibu selama
hamil
Adalah kebiasaan
makan makanan
tertentu yang
dikonsumsi ibu
selama masa
kehamilan
wawancara kuesioner Sering : 5-
6 x
/minggu
Sedang :
2-3 x
/minggu
Jarang :
1x /minggu
Ordinal
2 Penyakit
saat hamil
Adalah suatu
kondisi
terganggunya
kesehatan ibu yang
dialami selama
masa kehamilan
Wawancara Kuesioner Infeksi
Non
infeksi
Nominal
3 Kenaikan
Berat Badan
Adalah peningkatan
massa tubuh ibu
selama
mengandung dari 0
sampai 9 bulan
wawancara keusioner Kurang :
<7 kg
Normal :
7-11,5 kg
Tinggi :
11,5 kg
Ordinal
4 Status gizi Adalah kondisi Pengukuran Mikrotoise Normal : Ordinal
ibu sebelum
hamil
tubuh ibu sebelum
masa konsepsi yang
dihitung
berdasarkan tinggi
badan menurut
umur
tinggi
badan
dengan
ketelitian
0,1 cm
≥ +2 SD
Pendek :
< - 2 SD
5 Status gizi
ibu selama
hamil
Adalah kondisi
tubuh ibu selama
masa kehamilan
Wawancara
Pengukuran
tinggi
badan
Kuesioner
untuk
wawancara
Mikrotoise
untuk
pengukuran
tinggi
badan
Kurang :
<18,5 kg/m2
Normal :
18,5-25
kg/m2
Lebih :
25 kg/m2
Ordinal
6 Berat bayi
lahir
Adalah massa
tubuh yang dimiliki
bayi pada saat
kelahirannya
Wawancara Kuesioner Rendah :
>2500 gr
Normal :
2500-3200
gr
Tinggi :
3200 gr
Ordinal
DAFTAR PUSTAKA
I Dewa Nyoman Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: BukuKedokteran EGC
Sunita Almatsier. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Sunita Almatsier,dkk.2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan.Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Diposting oleh rulam . Tanggal: December 10th, 2012. Pengaruh Status Gizi Ibu Hamil
terhadap Bayi yang Dilahirkan.
bascommetro.blogspot.com : Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir
top related