prevalensi malaria dan hepatitis pada tentara nasional indonesia
Post on 07-Feb-2018
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
1/41
PROPOSAL
PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
COMMUNITY RESEARCH PROGRAME (CRP)
JUDUL PENELITIAN
Prevalensi Nyeri Punggung Bawah Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan PadaKaryawan Di Penjahitan PT.Intigarmindo Persada Jakarta Tahun 2010
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAKARTA
2009
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
2/41
1
IDENTIFIKASI
1. Judul PenelitianPrevalensi Nyeri Punggung Bawah Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan PadaKaryawan Di Penjahitan PT.Intigarmindo Persada Jakarta Tahun 2010
2. Nama Peneliti Utama
Titin Fatimah
3. Alamat LengkapFakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan Veteran Jakarta. Jl RS Fatmawati,Pondok Labu, Jakarta Selatan 12450Tel. : 021 7669803
Fax : 021 7669803
4. Nama Instansi Pengusul ProposalFakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan Veteran Jakarta. Jl RS Fatmawati,Pondok Labu, Jakarta Selatan 12450Tel. : 021 7669803Fax : 021 7669803
5. Bidang Penelitian
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jakarta, 17 Februari 2009
Dekan Pengusul
Buddy H.W. Utoyo, dr., MARS Titin Fatimah
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
3/41
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Populasi tenaga kerja yang mengerjakan pekerjaan dengan posisi duduk baik pada bidangindustri maupun tenaga administrasi sangat luas.Salah satunya adalah pekerjaan pada industriyang menghasilkan pakaian jadi. Industry ini memperkerjakan tenaga yang bekerja dengan
posisi duduk dan menunduk secara terus menerus selama waktu kerja. System ini secaralangsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi otot yang terlibat dan dapatmenyebabkan gangguan muskuloskeletal dengan keluhan nyeri dan sakit otot bila bergerakdan di tekan. Gangguan muskuloskeletal ini terdapat pada 66% operator mesin jahit yanghampir selalu mengalami nyeri pada leher, punggung, punggung bawah dan keluhankeluhan lain.1
Menurut penelitian lembaga pelayanan kesehatan kerja di Swedia pada berbagaipekerjaan dengan posisi duduk, menunjukan bahwa risiko gangguan (nyeri atau discomfort )pada punggung dan tengkuk di temukan terutama terdapat pada operator mesin jahit, operatorvisual display unit (VDU),penjahit wanita ataupun pria dan pekerjaan perakitan elektronik.Gangguan ini ditemukan kejadian setelah bekerja 12 bulan dengan prevalensi lebih dari 60%.Dilaporkan bahwa sepertiga dampak masalah tersebut menyebabkan mereka mengambil cutisakit atau meminta alih tugas atau pekerjaan.
Permasalahan ergonomi kerja di industri garmen terutama sangat terkait dengan posisipostur tubuh dan harus melakukan pekerjaan yang berulang-ulang pada hanya satu jenis otot.Pekerjaan di bagian jahit membutuhkan koordinasi gerakan postur tubuh dan konsentrasitinggi. Dimana perubahan gerakan ini berlangsung sangat cepat tergantung bagian yangdijahit dan tingginya frekuensi pengulangan gerakan untuk kurun waktu yang lama akanmendorong timbulnya gangguan intrabdominal, mengalami tekanan inersia, tekanan padapinggang dan tulang punggung dan tengkuk.2
World Health Report 2002 menempatkan risiko penyakit akibat kerja pada urutankesepuluh sebagai penyebab kesakitan dan kematian. Sedangkan menurut laporan ILO
(2002) setiap tahun ditemukan 2(dua) juta orang meninggal, 160 juta kasus PAK/PAHK,270 juta kasus KAK. Kejadian ini setara dengan 1,25 trilliun dollarcatau 4% GDP dunia.Dari 27 negara yang dipantau oleh ILO (2001), data kematian,kesakitan dan kecetakankerja di Indonesia berada pada posisi 26. Sedangkan data dari jamsostek (2003) diketahuisetiap hari kerja 7 kematian pekerja dari 400 kasus kecelakaan kerja dengan 9,83%(10.393 kasus) mengalami cacat dan terpaksa tidak mampu bekerja lagi. Angka ini hanyamerupakan angka yang dilaporkan sedangkan angka yang sesungguhnya belum diketahuisecara pasti. Dengan demikian, penyakit akibat kerja menjadi salah satu masalah utamapada saat ini.Penelitian WHO pada pekerja tentang Penyakit Akibat Kerja di 5(lima) benua tahun1999, memperlihatkan bahwa Penyakit Gangguan Otot Rangka (Musculo SkeletalDisease) berada pada urutan pertama yaitu sebanyak 48%, setelah itu Gangguan Jiwa
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
4/41
3
sebanyak 10-30%,PPOK II,Dermatosis Akibat Kerja 10%,Gangguan Pendengaran9%,Keracunan Pestisida 3%,Cidera dan lain-lain.4
Setiap pekerjaan mengandung resiko kesehatan dan keselamatan. Demikian juga sistemkerja di industri garmen potensi penyakit dan kecelakaan kerja juga sangat tinggi. Sepertiyang dilaporkan oleh David Mahone (CNA Insurance Companies, Chicago IL)diantarapenyakit kerja yang terkait dengan kondisi lingkungan kerja yang tidak baik diantaranyaadalah 70% operator jahit mengalami sakit punggung, 35% Melaporkan mengalamilow backpainsecara persisten, dan 49% pekerja mengalami nyeri leher.
Low back pain (LBP) adalah sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeriatau perasaan tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah. 3Salah satu bentuk gangguan yang dapat timbul akibat kerja khususnya di industripertambangan adalah low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah.Low back pain adalahsindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak didaerah tulang punggung bagian bawah. Dalam kejadian yang sesungguhnya di masyarakat,LBP tidak mengenal perbedaan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, tingkatpendidikan, semuanya bisa terkena LBP. Lebih dari 70% umat manusia dalam hidupnya
pernah mengalami LBP, dengan rata-rata puncak kejadian berusia 35-55 tahun.Prevalensi low back pain masyarakat pekerja pada sebuah industri tekstil India ditemukansebesar 11.1 %, dengan sampel pekerja sejumlah 514 orang. Disebutkan ada beberapa faktorrisiko penting yang terkait dengan kejadian low back pain yaitu usia di atas 35 tahun,perokok, masa kerja 5-10 tahun, posisi kerja, kegemukan dan riwayat keluarga penderitamusculoskeletal disorder.Penelitian serupa di kalangan pekerja Iran didapatkan hasilprevalensi low back pain sebesar 21%.Low back pain sangat erat kaitannya denganosteoporosis karena LBP merupakan salah satu gejala osteoporosis. Merokok ataumengkonsumsi alkohol ternyata menjadi faktor pemicu timbulnya osteoporosis dan akhirnyabermanifestasi menjadi gejala low back pain.Berdasarkan laporan WHO tahun 2008 jumlah perokok aktif di Indonesia semakin bertambahtidak terkecuali pekerja di sektor industri pertambangan. Tidak hanya laki-laki tetapi juga
perempuan. Gaya hidup tidak sehat seperti itu ditambah kurangnya olahraga, akanmemperbesar risiko terjadinya low back pain.Meskipun dianggap tidak penting, ternyatamasalah low back pain memiliki dampak yang cukup besar. Dalam bidang ekonomi, sakitpunggung kadar rendah telah melemahkan 5,4 juta orang Amerika dan bisa menghabiskanpaling sedikit US$ 16 milyar setiap tahunnya.Low back painjuga berpengaruh padaproduktifitas yang mana berakibat hilangnya 149 juta hari kerja. Sekitar setengah dari merekayang mengalami sakit punggung kronis akan kembali bekerja.Secara umum gangguan muskuloskeletal didaerah belakang dapat terjadi karena posisiduduk,antara lain : neck pain,back pain dan low back pain.1Penelitian mengenai neck pain maupun low back pain telah banyak dilakukan dan terbuktimempunyai hubungan bermakna dengan posisi tubuh saat melakukan pekerjaan. Sementaraitu penelitian mengenai nyeri punggung masih sangat jarang, dan terdapat terbatasan hasil
penelusuran pustaka dan publikasi mengenai nyeri punggung ini. Dipihak lain secara teorinyeri punggung mudah terjadi karena beberapa faktor yaitu posisi duduk yang statis terusmenerus selama kerja dan getaran yang timbul selama aktivitas kerja. Berdasarkan kenyataandilapangan dan kurangnya publikasi dimajalah dan jurnal ilmiah tentang hubungan nyeripunggung pada pekerja yang melakukan pekerjaan dengan posisi duduk. Maka perludilakukan penelitian tentang hubungan antara nyeri punggung dengan pekerjaan dengan posisiduduk.
Oleh karena itu,penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor risiko apa saja yangmempunyai hubungan bermakna dengan keluhan nyeri punggung bawah pada karyawanbagian penjahitan di PT.Intigarmindo Persada Jakarta,sehingga diharapkan bisa dilakukantindakan pencegahan dan pengetahuan bagi karyawan tentang cara yang baik dalam posisi
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
5/41
4
kerja yang baik. Dan diperlukan upaya kedokteran okupasi melalui program keselamatan dankesehatan kerja (K3) di industri garmen agar angka penyakit akibat kerja dapat diminimalisir.
B. PERUMUSAN MASALAH
Sampai saat ini belum ada data ilmiah tantang nyeri punggung pada tenaga kerja
di Indonesia dan factor yang berpengaruh. Sedangkan data poliklinik salah satu
perusahaan garmen menunjukan bahwa keluhan nyeri punggung cukup tinggi,sehingga
populasi ini dapat digunakan untuk melakukan penelitian ini.
Memperhatikan latar belakang tersebut terdapat permasalahan sebagai berikut : Masih terbatasnya kajian ilmiah dan informasi mengenai angka kejadian nyeri
punggung bawah dan faktor lain yang berperan untuk dijadikan awal upaya
penanganannya.
Berdasar uraian latar belakang tersebut di atas muncul masalah yang menarik,
yaitu berapa prevalensi keluhan nyeri punggung bawah pada karyawan bagian
penjahitan dengan risiko ergonomik tinggi dan apakah ada hubungan dengan
umur,masa kerja,indeks masa tubuh,kebiasaan merokok,kebiasaan olahragadengan keluhan nyeri punggung bawah.
C. TUJUAN PENELITIAN
Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan
1.Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara nyeri punggung bawah pada pekerja dengan posisiduduk saat melakukan pekerjaan dan factor-faktor lainnya.
2.Tujuan Khusus :
a) Diketahuinya prevalensi nyeri punggung bawah pada penjahit
b) Diketahuinya hubungan posisi duduk saat bekerja dengan terjadinya nyeri
punggung
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
6/41
5
c) Diketahuinya hubungan factor-faktor lain (umur, antropometri, pendidikan, visus,
merokok, status gizi, masa kerja, lingkungan kerja, kebiasaan olahraga ) dengan
nyeri punggung
1.5.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat untuk kesehatan tanaga kerja,
pengusaha dan perkembangan ilmu pengetahuan sebagai berikut :
1) Bagi Pekerja
Apabila sikap tubuh selama kerja dapat menyebabkan nyeri punggung
pada pakerja,maka segera dilakukan upaya pencegahan sehingga pekerja
dapat bekerja dengan rasa nyaman sehingga meningkatkan motivasi
bekerja dan prestasi kerja.
2) Bagi Pengusaha
Sebagai masukan untuk upaya perbaikan dengan merencanakan sistim
kerja,alat kerja yang disesuaikan dengan ukuran antropometri tenaga
kerja,sehingga akan mengurangi biaya kesehatan, peningkatan
produktivitas dan peningkatan citra perusahaan.
3) Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian dapat dijadikan acuan bagi pengembangan penelitian lebih
lanjut bidang kedokteran okupasi khususnya ergonomi , dan penyakit
musculoskeletal.
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
7/41
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1Tinjauan Pustaka
NYERI PUNGGUNG BAWAH (NPB).4
Nyeri Punggung Bawah merupakan gangguan musculoskeletal
yang paling sering terjadi pada pekerja dan di Negara maju
menghabiskan dana kompensasi dan dana pengobatan yang
terbesar diantera penyakit akibat kerja lainnya. Nyeri Punggung
Bawah dapat terjadi secara akut akibat suatu cedera/kecelakaan
atau terjadi secara kronis akibat posisi tulang punggung yang salah
atau beban berlebihan.
1. Jenis penyakit
Nyeri Punggung Bawah Akibat Kerja menurut kejadiannya
dibagi atas :
a. Nyeri Punggung Bawah Akut : biasanya akibat
cedera atau kecelakaan ditempat kerja.
b. Nyeri Punggung Bawah Khronis : bila lebih lama
dari 6 minggu dan tidak ada perbaikan dengan
pengobatan yang biasa diberikan.
2. Faktor Risiko dan Jenis Pekerjaan
Nyeri Punggung Bawah disebabkan oleh kombinasiberbagai faktor,yang dapat digolongkan atas tiga faktor,
yaitu :
a. Faktor gerakan tubuh yang dapat merupakan beban
dinamis maupun statis bagi punggung : berputar,
membungkuk, posisi stasis.
b. Faktor lingkungan : vibrasi seluruh tubuh, suhu
dingin dan kecelakaan: pada punggung seperti
jatuh,terpleset dsb.
c. Faktor individu : umur,jenis kelamin,ukuran tubuh,kekuatan otot,stress mental dan penyakit.
Semua sector pekerjaan berisiko untuk terkena Nyeri Punggung Bawah,apabila pekerjaantersebut ada posisi tubuh membungkuk,berputar,duduk/berdiri yanglama,mengangkat,menarik atau mendorong beban.
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
8/41
7
3. Diagnosis
a. Diagnosis klinis :
Anamnesis Riwayat Penyakit :
Lokasi nyeri
Pencetus Nyeri Punggung apakah pernahnyeri punggung sebelumnya,kapan pertama
kali timbul dan pada saat sedang melakukan
apa
Sifat nyeri
Lama nyeri
Ada radiasi /penjalaran
Apa yang bias menyebabkan rasa nyeri
berkurang
Apakah ada gejala neurologis seperti nyerimenjalar ke bagian posterior tungkai,rasa
baal/kesemutan pada kaki,melemahnya
otot
Pada nyeri punggung bawah akut saja,biasa tidak ada gejala neurologis.Kalau ada,biasanya terjadi pada HNP dimana terjadi iritasi syaraf yangtertekan.
Pemeriksaan Fisik :
Pengamatan waktu jalan : sehatusnya simetris
Pengamatan tulang punggung :
Pada stenosis spinalis posisi biasa dalam keadaan
fleksi
Pada HNP posisi biasa dalam keadaan ekstensi
Mobilitas tulang punggung: perhatikan apakah ada
spasme otot para spinalis
Nyeri Tekan pada daerah Punggung
Lakukan Straight Leg Rotsing Test (SLR) dan Patricks Test.
SLR dilakukan pada 2 posisi , duduk tegak dan dengan
duduk menyandar pada dua tangan dibelakang. Test ini
positif,bila timbul rasa nyeri bila tungkai bawah diangkat
pada 0-70 derajat dan berarti ada tekanan pada syaraf
tulang punggung, bila dilakukan dorsofleksi kaki terasa
nyeri akan bertambah bila terdapat HNP dan sebaliknya
bila dilakukan plantarfleksi kaki,seharusnya rasa nyeri tidak
bertambah. Pada Nyeri Punggung Bawah saja test SLR akan
negative.
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
9/41
8
Gambar 1. Straight Leg Raising Test pada 2 posisi
Patrick test (gambar 2) positif,bila ada rasa nyeri didaerah
panggul atau daerah sacroiliaca,saat lutut yang fleksi
dengan kaki berada pada lutut tungkai lainnya ditekankebawah. Test positif juga menandakan adanya gejala
neurologis.
Gambar 2 : patricks test
Bila tes SRL dan Patrick positif perlu pemeriksaan neurologis lanjutan untuk mengetahuidaerah lumbar atau sacral mana yang terkena.Apabila terjadi Nyeri Punggung Bawah Kronis,seorang dokter biasanya diminta untuk
melakukan evaluasi apakah keadaan ini sudah menetap dan menyebabkan pekerja tidakdapat melakukan pekerjaannya secara optimal. Upaya diagnostic yang lebih luas perludilakukan dan biasanya dilakukan ditempat pelayanan rujukan. Dalam hal ini perludipikirkan adanya kemungkinan gangguan lainnya,seperti penyakit degenerative, radang,
penyakit organ lain dalam panggul dsb.
b. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja :
Untuk menegakkan diagnosis Nyeri Punggung
Bawah Akibat Kerja,sama juga dengan penyakit
akibat kerja lainnya, harus dilakukan secara
sistematis dan berdasarkan bukti yang ada
(evidence based).
Langkahlangkah diagnosis yang perlu dilakukan :
1) Menegakkan Diagnosis Klinis.
Perlu didapatkan dahulu Diagnosis Klinis
apakah hanya terjadi NPB saja atau sudah
ada kelainan neurologis.
2) Mengidentifikasi Pajanan yang dialami.
Anamnesis pekerjaan atau pengamatan cara
bekerja untuk mengetahui apakah ada
faktor risiko terhadap terjadinya NPB,
termasuk menanyakan apakah pernah
terjadi kecelakaan/cedera pada punggung.
Faktor lingkungan kerja juga diperhatikan,
seperti Pencahayaan kurang baik,suhu
dingin atau stress kerja yang dapat
mempengaruhi/memperberat NPB.
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
10/41
9
3) Hubungan antara pajanan dan penyakit.
Dari faktor risiko atau pajanan yang dialami
ditempat kerja: posisi kerja,cara kerja sesuai
dengan lokasi nyeri,yaitu pada punggung
bawah.4) Jumlah pajanan cukup.
Penilaian jumlah pajanan NPB bias dilihat
dari beban kerja,frekuensi gerakan yang
dilakukan dan berapa lama suatu posisi
dipertahankan,termasuk masa kerja pada
pekerjaan tersebut. Untuk NPB tidak ada
batasan waktu tertentu, dapat terjadi tiba-
tiba atau perlahan-lahan setelah bekerja
untuk beberapa waktu.5) Peranan Faktor Individu :
Faktor individu yang merupakan risiko untuk
terjadinya penyakit otot rangka,missal nya
jenis kelamin,umur,HNP. Adanya faktor-
faktor tersebut, tidak menyebabkan
diagnosis penyakit akibat kerja tidak dapat
ditegakkan,tetapi menjelaskan mengapa
individu tertentu yang terkena atau lebih
cepat terkena.
6) Faktor lain diluar pekerjaan :
Selain ditempat kerja,seseorang bekerja
juga dirumah,bahkan ada yang mempunyai
pekerjaan ganda atau hobby yang berisiko
juga terhadap terjadinya NPB. Perlu
dilakukan identifikasi faktor-faktor risiko apa
yang terjadi diluar pekerjaan utama,
termasuk apakah cedera pertama kali
terjadi dirumah dan seberapa besar faktor
risiko dirumah/pekerjaan lain berperan.
7) Diagnosis Penyakit Akibat Kerja.
Pada umumnya semua penyakit adalah
multi-kausal,termaduk NPB. Sebagai
seorang dokter semua faktor yang
berpengaruh perlu dipertimbangkan. Kalau
memang jelas faktor pekerjaan berpengaruh
secara bermakna terhadap timbulnya NPB,
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
11/41
10
meskipun ada faktor individu dan faktor lain
diluar pekerjaan,tetap ditegakkan diagnosis
PAK. Tetapi bila jelas faktor diluar pekerjaan
lebih berpengaruh,misalnya cedera pertama
terjadi dirumah,beban kerja dirumah lebihberat dan posisi/sikap kerja dirumah lebih
buruk, maka diagnosis NPB akibat kerja
tidak dapat ditegakkan.
4. Penatalaksanaan :
a) Pencegahan Primer :
Yang terpenting dalam menangani NPB
adalah pencegahannya,karena sekali timbul
NPB,seringkali akan berulang atau menjadikronis. Pencegahan primer yang dapat
dilakukan ditempat kerja adalah,melalui
upaya Health Promotion :
Pelatihan : mengenalkan faktor risiko
untuk terjadinya NPB dan cara kerja
yang baik
Menjaga kebugaran dengan
olahraga,nutrisi seimbang & istirahat
cukup
Perlu dilakukan kombinasi berbagai
upaya pencegahan,karena tidak ada
satu intervensi yang benar-benar
efektif
b) Pencegahan Sekunder :
Diagnosis dini dengan pemeriksaan
berkala
Memantau dan member
rekomendasi untuk cara kerja yang
baik dan beban kerja yang sesuai
Memperbaiki lingkungan kerja yang
berpengaruh terhadap posisi kerja
kurang baik,misalnya penerangan
yang kurang, dapat menyebbkan
pekerja lebih membungkuk untuk
dapat melihat dengan jelas
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
12/41
11
Memberikan kesempatan untuk
mini breaks agar para pekerja
dapat melakukan peregangan otot
Gambar 4.
c) Pencegahan Tersier :
Biasanya cedera punggung bawah akan
sembuh dengan cepat, bila
penatalaksanaansesuai. Sesuatu penelitian
menunjukkan 90% pasien yang ditangani
dalam 3 hari setelah terjadi cedera akan
sembuh dalam waktu 2 minggu.
Dalam penangan NPB akut akibat kerja yangutama adalah :
Istirahat yang cukup
Pengobatan simptomatis untuk
mengatasi nyeri
Aktifitas normal secepat mungkin
Konseling
Apabila diperlukan istirahat
baring,paling lama 2 hari dan pasien
dianjurkan untuk mobilisassi
secepatnya,meskipun rasa nyeri
belum berkurang. Pada periode
24jam pertama setelah
cedera,kompres dingin pada daerah
punggung bawah sangat membantu
mengurangi rasa nyeri. Setelah 24
jam, yang dianjurkan adalah
kompres panas/hangat untuk
membantu menghilangkan rasa
nyeri.
Obat antiinflamasi non-steroid
(NSAID) dapat diberikan untuk
jangka pendek dan biasanya cukup
efektif. Obat Muscle relaxant
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
13/41
12
sebaiknya hanya diberikan bila
terjadi gangguan tidur.
Bila terjadi Nyeri Punggung Bawah
kronis,perlu dilakukan fisioterapi danmengevaluasi kembali kemampuan
untuk melakukan pekerjaan.
Low back pain menjadi persoalan kesehatan kerja karena menyumbang sekitar 20-50% dari
kompensasi yang harus dibayar perusahaan kepada karyawan. 3 Klaim ini diperkirakan akan
semakin besar terjadi pada industri yang melibatkan interaksi manusia, lingkungan dan alat yang
semakin besar. Industri besar dengan aliran proses kerja yang panjang dan rumit memiliki
potensi tenaga kerjanya akan mengalami nyeri tulang belakang akibat kerja. Berdasarkan hasil
pemantauan Jamsostek pusat Jakarta tahun 2001 diketahui bahwa secara keseluruhan 1.111.345
atau sekitar 54,67 % tenaga kerja pernah mengalami nyeri pada tulang belakang akibat kerja.
Berbagai macam penelitian yang dilakukan di negara-negara Afrika menunjukkan bahwa
prevalensi low back pain sepanjang hidup pada masyarakat umum berkisar antara 36-62%
sedangkan prevalensi low back pain rata-rata satu tahun berkisar antara 33-50%.
B. Tinjauan Umum Tentang Low Back Pain
1. Definisi Low Back PainLow back pain (LBP) adalah sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeriatau perasaan lain yang tidak enak seperti kekakuan otot, ketegangan otot yangberlokasi di daerah tulang punggung bagian bawah, dengan batas dibawah arcus costaedan di atas garis lipatan pantat.3Sifat perlangsungannya adalah akut dan kronis (lebihdari 12 minggu).Low back pain non spesifik adalah low back pain yang tidak diketahuipenyebab patologisnya secara nyata, seperti tumor, osteoporosis, rheumatoid arthritis,patah tulang atau inflamasi.Dalam masyarakat LBP tidak mengenal perbedaan umur,jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, tingkat pendidikan, semuanya bisa terkena LBP.Lebih dari 80 % umat manusia dalam hidupnya pernah mengalami LBP. Disebutkan juga bahwa LBP adalah perasaan nyeri di daerah lumbosakral dansakroiliakal. LBP ini sering disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki. Mobilitaspunggung bawah sangat tinggi, di samping itu juga berfungsi menyangga beban tubuh,dan sekaligus sangat berdekatan dengan jaringan lain yakni traktus digestivus dantraktus urinarius. Kedua jaringan atau organ ini apabila mengalami perubahan patologik
tertentu dapat menyebabkan nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah.Pasien LBP kronis mungkin merasakan nyeri terbatas pada garis tengah daerah lumbar(pinggang), atau menyebar pada beberapa daerah yang lebih luas, termasuk daerahparaspinal, tulang panggul, pinggul, atau pantat; daerah pahaposterior atau lateral, lututatau kaki; atau di manapun di sekitar kaki. Jika nyeri berada di bawah lutut, ituberarti bahwa gangguan tidak hanya pada tulang belakang dan jaringan di sekitarnya,akan tetapi gangguan juga terjadi pada akar saraf yang memanjang dari tulang belakanghingga kaki. Sakit yang menyebar sepanjang pantat dan paha bagian belakang sertakaki disebut sciatica.Nyeri dapat menjalar dengan perlahan-lahan pada banyak tempat di area sekitarnya dandapat menimbulkan kekakuan. Jika tekanan pada syaraf terjadi dan terasa menyiksa,mungkin saja disertai dengan hilangnya sensasi, kelemahan pada kaki, atau gangguan
fungsi kandung kemih. Pasien-pasien yang sedang mengalami gejala-gejala ini harus
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
14/41
13
dievaluasi oleh dokter mereka. Jika gejala-gejala meningkat dengan cepat, kemungkinandibutuhkan adanya perawatan darurat Gejala-gejala lain yang dapat menyertai LBPkronis antara lain kesulitan untuk tidur, kelelahan, dan perasaan tertekan. Beberapapasien dapat mengalami kelumpuhan.
Gambar 2.1. Sistem Syaraf dan otot punggung
2. Diagnosis Low B ack PainWalaupun berbagai penemuan, seperti radang sendi atau penyakit discogenic telahumum ditemukan di MRI (magnetic resonance imaging), namun penyebab spesifik nyerikronis (yaitu suatu kelainan spesifik yang menjelaskan sakit) pada umumnya tidakditemukan. Tentu saja, permasalahan serius hanya terjadi pada 2 % sampai 3 % daripasien-pasien LBP kronis dan bahkan lebih jarang pada pasien-pasien berusia di bawah
50 tahun.Manajemen LBP kronis diawali dengan penilaian secara menyeluruh meliputipemeriksaan riwayat kesehatan (termasuk pola gaya hidup dan faktor-faktor psikologis)dan pengujian fisik. Uji diagnosa bisa diperlukan tergantung pada tes-tes yang dilakukandi masa lalu dan penemuan-penemuan spesifik pada riwayat kesehatan danpemeriksaan fisik.Untuk menegakkan diagnosis LBP dapat dipergunakan beberapalangkah sebagai berikut :
a.Anamnesis, yaitu mengajukan sederetan pertanyaan kepada penderita yangmeliputi:
- letak atau lokasi nyeri,
- penyebaran
- sifat nyeri,
- pengaruh aktivitas terhadap nyeri
- pengaruh posisis tubuh atau anggota tubuh
- trauma
- proses terjadinya nyeri dan perkembangannya
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
15/41
14
- obat-obat analgetika yang pernah diminum
- kemungkinan adanya proses keganasan
- riwayat menstruasi
- kondisi mental/emosional
b. Pemeriksaan umum, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- inspeksi
- palpasi dan perkusi
- pemeriksaan tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan neurologik, yang meliputi pemeriksaan motorik, sensorik, refleksfisiologik dan patologik, serta percobaan atau test untuk menentukan apakahsyarafnya ada yang mengalami kelaianan.
d. Pemeriksaan dengan instrumen, berupa jarum pungsi lumbal, foto rontgen,elektroneuromiografi dan scan tomografik.
3. Etiologi dan Klasifikasi Low B ack Pain
a. EtilogiLBP biasanya terjadi akibat tekanan pada susunan saraf tepi daerah pinggang (sarafterjepit). Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot dan jaringansekitarnya, gangguan pada saraf, kelainan tulang belakang maupun kelainan di tempatlain, misalnya infeksi atau batu ginjal.3
Low back pain (LBP) juga dapat disebabkan oleh banyak hal, termasuk merosotnyakekuatan tulang belakang, infeksi, tumor, terlalu letih, atau benturan. Penyebab yang
pasti dari nyeri ini sukar diidentifikasi, karena hal itu bisa terjadi dari jaringan yang halus,
tulang, piringan sendi, serta urat syaraf. Faktor-faktor risiko low back pain dengan kadarrendah yang diakibatkan oleh pekerjaan mengangkat beban berat berulang-ulang,terkena getaran yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor maupun mesin-mesin industridan juga merokok. Jenis-jenis olahraga tertentu seperti main ski, lintas alam, berkendara
jarak jauh juga dapat menyebabkan LBP.23 Ketegangan otot merupakan penyebabterbanyak LBP. Hal ini dapat terjadi karena gerakan pinggang yang terlalu mendadakatau berlebihan melampaui kekuatan otot-otot tersebut. Misalnya, tanpa sadar kitabergerak terlalu mendadak dan berlebihan ketika mengejar atau memukul bola(bulutangkis, tenis, golf, dan lain-lain). Bisa juga karena mengangkat benda beratdengan posisi yang salah, contohnya memindahkan meja, kursi, mengangkat koper,mendorong mobil, bahkan karena pengaruh getaran mesin.26 Faktor mekanik (gerakan)sebagai penyebab utama dari LBP di masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi 2kategori, yaitu : 1) Statik LBP pada tipe ini terjadi karena kesalahan postur seperti kepalamenunduk ke depan, bahu melengkung ke depan, perut menonjol ke depan dan lordosislumbal berlebihan. 2) Dinamik
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
16/41
15
Dalam keadaan normal gerakan tulang berlangsung dan terintegrasi dengan baik danterjadi pembatasan oleh otot dan ligamen. Agar tidak menimbulkan keluhan nyeri,gerakan tidak boleh melanggar keterbatasan-keterbatasan ini.Faktor psikologis seperti pengaruh stres atau kondisi kejiwaan yang menyebabkanseseorang merasa sangat tertekan ternyata juga dapat menyebabkan LBP.12 Secaraumum etiologi (penyebab) LBP dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Trauma (rudapaksa) yang terbagi dua:
a. Trauma pada miofasial dengan gejala pegal linu akut dan menyebar tanpa dapatditunjuk lokasi nyeri yang tepat. Biasanya merupakan akibat pembebanan yangmendadak atau berkepanjangan, misalnya olahraga tanpa pemanasan, duduk terlalulama, dan sebagainya.
b. Trauma pada neuromuskuloskeletal misalnya pada fraktur kompresi dengan gejalaberupa keluhan yang biasanya langsung timbul sehabis trauma, tetapi kadang-kadang baru timbul beberapa saat setelahnya. Seringkali disertai gejala lain seperti
gangguan gastrointestinal (ileus), genitourinal (miksi, seksual), pergerakan tungkai.
2. Proses degeneratif, antara lain:
a. HNP (Hernia Nucleus Pulposus), yang disebabkan oleh robekan anulus fibrosusdiskus invertebralis, sehingga terjadiprotrusio diskus.
b. Stenosis spinalis, yakni penyakit yang sering diderita pada masa usia agak lanjutyang disebabkan oleh penekanan pada akar saraf karena tumbuhnyaosteofit/proliferasi jaringan sekitar canalis vertebralis ataupun pada foramenintervertebralis.
c. Spondilosis
d. Osteoartritis
e. Osteosis.27
3. InflamasiProses ini sering dikaitkan dengan arthritis rematoid yang bersifat akut. Dapat mengenaisemua sendi, termasuk sendi panggul baik unilateral maupun bilateral yang seringkalimenyerang pada usia dewasa muda. Gejalanya berupa adanya peradangan, pegal, linudan kaku terutama pada waktu dingin dan lembab.
4. Tumor, terbagi atas:
a. Tumor jinak, seperti osteoma osteroid, hemangioma atau meningioma biasanyamenimbulkan penekanan, dan bila penekanan terjadi pada radiks, maka akan timbulgejala nyeri sesuai lokasinya.
b. Tumor ganas (neoplasma). Biasanya terasa nyeri yang makin lama makinbertambah, terutama pada malam hari ataupun pada waktu istirahat.
c. Kelainan bawahan (kongenital) seperti spinabifida, skoliosis, dan anomali letakorgan.
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
17/41
16
5. Referred painGangguan pada organ-organ yang terletak di bawah diafragma sering menimbulkangejala ikutan LBP, di samping gejala gangguan dari masing-masing organ.
6. Psikoneurotik
Tidak ditemukan adanya gangguan fungsi dan organ pada beberapa kasus denganpersonality neurosis. Untuk itu haruslah dipikirkan kemungkinan nyeri akibatpsikoneurosis. Penderitapsikoneurotik dapat digolongkan ke dalam:
a. Keperibadian histerikal : LBP biasanya merupakan ungkapan penderitaanmentalnya pada dunia luar.
b. Kepribadian perengek : hidupnya dipenuhi dengan rengekan nyeri yang berganti,
nyeri kepala, punggung, dan lain-lain.
c. Kepribadian kompensatorik : nyeri diungkapkan untuk mendapatlan kompensasiatau perhatian dari orang lain.
7. Penyakit sistemik
Yang termasuk dalam kategori ini misalnya arthritis, penyakit ginjal, dan lain-lain. Infeksijuga termasuk dalam kategori ini misalnya infeksi spinal yang biasanya diakibatkan olehpenjalaran secara hemotogen dari infeksi tractus urinarius, TBC, osteomyelitis pyogenik,abses, dan sebagainya.3
b. Klasifikasi
Kelainan-kelainan atau perubahan patologik yang mengenai berbagai macam organatau jaringan tubuh dapat mengakibatkan LBP. Oleh karena itu, beberapa ahli membuatklasifikasi yang berbeda yang didasari pada kelainan dan jaringan yang mengalamikelainan tersebut. Sidharta Priguna mengklasifikasikan LBP ke dalam 5 (lima) jenis,yaitu:
1) LBP Viserogenik, yaitu yang disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atauvisera di daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal. Nyeri ini tidak bertambah beratdengan aktivitas tubuh dan juga sebaliknya tidak berkurang dengan istirahat. Penderitanyeri viserogenik yang mengalami nyeri hebat biasanya berusaha menghilangkan
perasaan nyerinya dengan menggeliat.
2) LBP Neurogenik, yaitu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik pada saraf, yaitupada:
a) Neoplasma
Neoplasma intrakanalis spinal yang sering ditemukan adalah neurinoma, hemangioma,epindimoma, dan meningioma. Nyeri yang diakibatkan oleh neoplasma ini terkadangsulit dibedakan dengan nyeri akibat HNP. Pada umumnya gelajala pertama adalah rasanyeri kemudian timbul gejala neurologik yaitu gangguan motorik, sensibilitias danvegetatif. Rasa nyeri sering tidur waktu sedang tidur sehingga membangunkan
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
18/41
17
penderita. Rasa nyeri berkurang pada waktu berjalan. Dengan demikian penderitacenderung untuk bangkit dari tempat untuk berjalan-jalan.
Mahar Marjono membuat penggolongan LBP yang sedikit berbeda, namun tetapmemiliki substansi yang mirip dengan klasifikasi yang dibuat oleh Priguna yaitu sebagaiberikut:
1) Low back pain mekanik, yang terdiri dari:
a. Akut mula, yaitu apabila gejala mendadak nyeri berat di punggung bawah dan telahbertahan kurang dari enam minggu. Biasanya keadaan menjadi tenang secara spontansetelah beberapa minggu.
b. Sub akut, jika telah bertahan selama 6 12 minggu.
c. Kronik, yaitu periode sakit atau rasa tidak enak di bagian punggung bawah dirasakandari waktu ke waktu, dan telah bertahan lebih dari 12 minggu. Akan tetapi banyak yang
menderita lebih konstan dan lebih besar dari sebelumnya. Masalah tersebut cenderungberubah dan berhubungan dengan postur dan aktivitas.
4. Penatalaksanaan dan Pencegahan Low B ack PainBiasanya low back pain hilang secara spontan. Kekambuhan sering terjadi karenaaktivitas yang disertai pembebanan tertentu. Penderita yang sering mengalamikekambuhan harus diteliti untuk menyingkirkan kelainan neurologik yang mungkin tidakjelas sumbernya. Berbagai telaah yang dilakukan untuk melihat perjalanan penyakitmenunjukkan bahwa proporsi pasien yang masih menderita low back pain selama 12bulan adalah sebesar 62% (kisaran 42 % - 75 %), agak bertentangan dengan pendapatumum bahwa 90% gejala low back pain akan hilang dalam 1 bulan.30 Penanganan
terbaik terhadap penderita LBP adalah dengan menghilangkan penyebabnya (kausal)walaupun tentu saja pasien pasti lebih memilih untuk menghilangkan rasa sakitnyaterlebih dahulu (simptomatis). Jadi perlu digunakan kombinasi antara pengobatan kausaldan simptomatis.Secara kausal, penyebab nyeri akan diatasi sesuai kasus penyebabnya. Misalnya untukpenderita yang kekurangan vitamin saraf akan diberikan vitamin tambahan. Paraperokok dan pecandu alkohol yang menderita LBP akan disarankan untuk mengurangikonsumsinya.Pengobatan simptomatik dilakukan dengan menggunakan obat untuk menghilangkangejala-gejala seperti nyeri, pegal, atau kesemutan. Pada kasus LBP karena tegang ototdapat dipergunakan Tizanidine yang berfungsi untuk mengendorkan kontraksi otot(muscle relaxan). Untuk pengobatan simptomatis lainnya kadang-kadang memerlukan
campuran antara obat-obat analgesik, anti inflamasi, NSAID, obat penenang, dan lain-lain.24Apabila dengan pengobatan biasa tidak berhasil, mungkin diperlukan tindakan fisioterapidengan alat-alat khusus maupun dengan traksi (penarikan tulang belakang). Tindakanoperasi mungkin diperlukan apabila pengobatan dengan fisioterapi ini tidak berhasilmisalnya pada kasus HNP atau pada pengapuran yang berat.23Jadi, penatalaksanaan LBP ini memang cukup kompleks. Di samping berobat padaspesialis penyakit saraf (neurolog), mungkin juga diperlukan berobat ke spesialispenyakit dalam (internist), bedah saraf, bedah ortopedic bahkan mungkin perlukonsultasi pada psikiater atau psikolog. Dalam beberapa kasus, masih banyak kasusdokter menyarankan istirahat total untuk penyembuhan kasus low back pain, padahal
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
19/41
18
penelitian baru menyatakan bahwa aktivitas yang kurang tidak akan mengurangi gejalalow back pain.31Beragamnya penyebab LBP menuntut penatalaksanaan yang bervariasi pula. Meskidemikian, pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi LBP yaitu:
a. Terapi Konservatif, yang meliputi rehat baring, medikamentosa dan fisioterapi.
b. Terapi OperatifKedua tahapan ini memiliki kesamaan tujuan yaitu rehabilitasi.Pengobatan nyeri punggung sangat tergantung penyebabnya. Lain penyebab, lain pulapengobatannya. Terdapat beragam tindakan untuk nyeri punggung, dari yang palingsederhana yaitu istirahat (bedrest), misalnya untuk kasus otot tertarik atau ligamensprain, sampai penanganan yang sangat canggih, seperti mengganti bantal tulangbelakang. Jika dengan bedrest tidak juga sembuh, maka harus ditingkatkan denganpemeriksaan sinar X atau dengan MRI (magnetic resonance imaging). Setelah itu, bisadilakukan fisioterapi, pengobatan dengan suntikan, muscle exercise, hingga operasi.
Masih ada lagi teknik pengobatan lain, misalnya melalui pembedahan dengan endoskopi(spinal surgery), metode pasang pen, sampai penggantian bantalan tulang.23Mengatasi low back painjuga tidak cukup dengan obat atau fisioterapi. Hal itu hanyamengurangi nyeri, tetapi tidak menyelesaikan masalah. Penderita harus menjalanipemeriksaan untuk mengetahui sumber masalahnya. Penyembuhan bisa melaluipembedahan atau latihan mengubah kebiasaan yang menyebabkan nyeri. Latihan itumenggunakan alat-alat pelatihan medis untuk melatih otot-otot utama yang berperandalam menstabilkan serta mengokohkan tulang punggung. 21Semua penyakit apapun jenisnya pada dasarnya dapat dicegah walaupun terkadangtimbulnya suatu penyakit adalah disebabkan lebih dari satu faktor dan ada faktorpenyebab yang tidak dapat kita kendalikan
Pasien LBP kronis mungkin merasakan nyeri terbatas pada garis tengah daerah lumbar
(pinggang), atau menyebar pada beberapa daerah yang lebih luas, termasuk daerah paraspinal,
tulang panggul, pinggul, atau pantat; daerah paha posterior atau lateral, lutut atau kaki; atau di
manapun di sekitar kaki. Jika nyeri berada di bawah lutut, itu 19
Nyeri dan discomfort pada punggung umumnya dapat terjadi sebelum atau sewaktu dan
setelah kerja. Antara lain terjadi sewaktu bekerja menggunakan beban yang berat,
pekerjaan manual sewaktu duduk, dan pekerjaan duduk terus menerus selama jangka
waktu tertentu.
Sikap tubuh yang statis, menyebabkan otot didaerah punggung akan kontraksi sehingga
pada saat terjadi pergerakan pada punggung, mengakibatkan penekanan pembuluh
pembuluh darah di punggung. Mekanisme ini adalah factor metabolism sebagai upaya
otot punggung agar dapat mempertahankan kerjanya, dengan memakai cadangan glukosa
yang ada. Penggunana cadangan glukosa ini mengakibatkan terjadinya sisa metabolism
asam laktat yang mengakibatkan otot mudah menjadi lelah dan timbul nyeri. Penyebab
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
20/41
19
lain nyeri punggung dapat terjadi karena luka, trauma pada punggung, atau ketegangan
otot terus menerus (dalam waktu yang lama) akibat posisi menetap (duduk) yang salah
misalnya pada pekerja computer yang tidak ergonomis.
2.4. Anatomi punggung belakang.
Tulang belakang adalah sebuah struktur lentur yang dibentuk olehsejumlah tulang yang disebut vertebra / ruas tulang. Pada orang dewasa panjang tulang
belakang dapat mencapai 57 - 67 cm. Tulang belakang memiliki 33 ruas yang terdiri dari24 buah ruas merupakan tulang-tulang yang terpisah dengan 9 ruas lainnya bergabungmembentuk 2 tulang. Diantara tiap 2 ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalantulang belakang ( Evelyn, 1998:56).Vertebra di kelompokkan menjadi beberapa bagian dan diberi nama sesuai
dengan daerah yang ditempatnya yaitu :1) Vertebra Servikal atau ruas tulang bagian leher membentuk daerah tengkuk yangterdiri dari 7 buah.2) Vertebra Torakalis atau ruas tulang punggung membentuk bagian belakang torak ataudada yang terdiri dari 7 buah.3) Vertebra Lumbalis atau ruas tulang pinggang membentuk daerah lumbalatau pinggang yang terdiri 5 buah.4) Vertebra Sakralis atau ruas tulang kelangkang membentuk sakrum yangterdiri dari 5 buah.5) Vertebra Kosigeus / ruas tulang tungging membentuk tulang koksigeus yang terdiridari 4 buah.
Otot & Ligament Tulang Belakang
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
21/41
20
2.4.1 Fisiologi
Kolumna Vertebralis memperlihatkan 4 lengkung anteroposterior yaitu lengkungvertikal pada daerah leher lengkung di depan, daerah torakalmelengkung ke belakang, daerah lumbal melengkung ke depan dan daerah pelvismelengkung ke belakang. Kedua lengkung yang menghadap posterior yaitu torakal dan
pelvis disebut primer karena mempertahankan lengkung asli ke belakang dari tulangbelakang yaitu bentuk C sewaktu janin dengan kepala membengkok ke bawah sampai
batas dada dan gelang panggul dimiringkan ke atas ke arah depan badan. Kedua lengkung
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
22/41
21
yang menghadapke anterior adalah lengkung sekunder. Kolumna vertebralis bukansebagai pendukung badan yang kokoh dan sekaligus juga berkerja sebagai penyanggadengan perantaraan tulang rawan cakram. Intervertebralis yang lengkungnya memberifleksibilitas dan memungkinkan membongkok tanpa patah, Cakramnya juga bergunauntuk menyerap goncangan yang terjadi bila menggerakkan berat badan seperti waktu
berlari dan meloncat, dengan demikian otak dan sumsum tulang belakang terlindungiterhadap goncangan. Kolumna Vertebralis juga memikul berat badan, menyediakan
permukaan untuk kaitan otot dan membentuk tapal batas posterior yang kukuh untukrongga badan dan memberi kaitan pada iga (Evelyn, 1998:56)
2.5. Krieteria diagnostik
Diagnosa nyeri punggung,didasarkan pada anamnesis gejala klinis dan
pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan nyeri dipunggung sepanjang
vertebra torakal, dan semakin semakin berat pada perubahan posisi misalnya
saat menunduk. Selain itu dari anamnesis juga dirasakan kaku yang menetap
sepanjang ruas tulang belakang mulai dasar tulang leher sampai kepinggang.
2.5.1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan gejala rasa sakit, lokasi nyeri,
intensita,pada saat bekerja atau tidak,posisi apa yang memperberat rasa nyeridan apakah terdapat penjalaran nyeri. Perlu ditanyakan lebih lanjut tentang
penyakit-penyakit yang pernah diderita misalnya luka yang terjadi didaerah
punggung, operasi daerah punggung dan keluhan lain yang berkaitan dengan
nyeri punggung serta perawatan yang sudah diberikan. Selanjutnya
ditanyakan juga riwayat yang seksama mengenai pekerjaan, olahraga atau
hobi yang dilakukan. Riwayat yang lengkap akan memudahkan pemeriksaan,diagnosis, terapi, dan evaluasi penyakit.
2.5.2. Pemeriksaan fisik atau penilaian nyeri
Walaupun nyeri merupakan sesuatu yang bersifat : subjektif, namun
demikian terdapat beberapa metode untuk penilaian nyeri yang dipakai untuk
menilai intensitas nyeri punggung seperti :
a. Visual analog scale (VAS)
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
23/41
22
Pada garis mendatar sepanjang 10cm yang melukiskan rentang nyeri,
dari titik tidak ada nyeri (no pain) hingga nyeri paling hebat yang
pernah dirasakan (worst possible pain). Pasien dinstrusikan untuk
menunjukkan suatu titik pada geris tersebut yang paling tepat
menggambarkan beratnya nyeri. Tingkat nyeri kemudian ditentukan
dengan mengukur jarak dari titik nol menuju titik yang ditunjuk
pasien dalam millimeter .
Ringan : 1-3 mm
Sedang : 4-6 mm
Berat : 7-10 mm
b. Face pain rating scale
Skala ini ditujukan bagi anank-anak dan lebih mudah pemakaiannya.
Anak cukup menunjuk wajah yang paling menggambarkan rasa sakit
yang sedang dialaminya. Selain itu, dapat pula digunakan pada
mereka yang menderita gangguan kognisi atau tidak mengerti bahasa
yang digunakan pemeriksa.c. Numeric pain intensity scalas (NPIS)
Berdasarkan scala ini,nyeri diukur dalam rentang 1-10 yang
menunjukan beratnya nyeri yang dirasakan ( 0 = sama sekali tidak
terasa nyeri, 10 = nyeri terhebat yang mungkin)
13 = nyeri ringan
46 = nyeri sedang710= nyeri hebat
d. Laseque test
Mengetahui iritasi radiks pada punggung bawah. Pemeriksaan
dilakukan mengangkat tungkai penderita dalam keadaan lurus.
Tangan pemeriksa yang satu mengangkat tungkai dengan memegang
tumit pasien,sedangkan tangan lain pemeriksa berada dilutut yang
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
24/41
23
diflexikan. Tidak adanya rasa sakit pada 80 derajat menunjukkan tes
negatif. Fleksi pasif tungkai dalam keadaan lurus disendi panggul
akan memberikan peregangan pada nervus ishiadikus, sehingga
gerakan akan terbatas dan nyeri menjalar bila iritasi,dan kelumpuhan
tungkai terutama pada dorsofleksi tungkai ada nyeri, jelas telah
terjadi kompresi.
2.6. Tatalaksana
Farmakoterapi
Nyeri punggung akut : Asetaminofen, NSAID,muscle
relaxant,opioid (nyeri berat), injeksi local (steroid,
lidokain,opioid) untuk nyeri berat ditempat titik
pencetus.
Nyeri punggung kronik : Antidepresan trisiklik
(amitriptilin),antikonvulsan ( gabapentin, karbamasepin,
okskarbasepin,fenitoin) alpha bocker (klonidin,prazosin)
,opiod kalau sangat diperlukan.
Non farmakologik
Terapi non farmakologik diberikan berupa informasi dan
edukasi yang meliputi :
Nyeri punggung akut : posisi duduk yang benar,
istirahat dalam jangka waktu tertentu. Nyeri punggung kronik : terapi psikologi, modulasi
nyeri (akupuntur) latihan kondisi otot, posisi tubuh dan
aktivitas.
2.7. Pencegahan
2.7.1. Posisi duduk yang benar
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
25/41
24
Duduk yang benar di tujikan untuk mendapatkan kenyamanan selama
duduk dan tidak menunjukan nyeri dan keluhan lain. Beberapa perpustakaan
diperlukan untuk pasisi duduk yang benar terutama untuk jangka waktu yang
lama . Sebenarnya untuk duduk lama diatas kursi adalah dengan alas dan
sandaran keras dan membentuk sudut 100 derajat -110 derajat . tinggi alas
harus sedemikian rupa sehingga orang dapat duduk fleksi sempurna baik
pada sendi lutut dan panggul,sedangkan kaki tepat mendatar tepat diatas
lantai. Jok mobil dan sofa merupakan tempat duduk yang ideal namun dalam
jangka waktu yang lama akan menimbulkan nyeri akibat regangan otot-otot
hamstring dan ligamentum longitudinal posterior.
Beberapa hala yang harus dihindarkan selama duduk, diperlukan untuk
menghindari terjadinya nyeri. Duduk dikursi yang terlalu tinggi atau
mencondongkan kepala kedepan perlu dilakukan untuk mencegah gangguan
pada leher. Dengan menghindari duduk tanpa pendukung lumbal mencegah
nyeri pinggang. Duduk dengan lengan terangkat perlu dihindari untuk
mencegah nyeri pada leher dan bahu. Membengkokan pinggang saat duduksangat memudahkan kejang otot. Duduk pada kursi yang tidak mempunyai
sandaran dapat menyebabkan kerusakan otot dan ligamentum.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pekerja dalam bekerja :
a) Penyesuaian tinggi meja dengan tinggi siku duduk, sehingga duduk
tidak terlalu menunduk. Istirahatkan siku dan lengan pada kursi dan
meja, juga bahu tetap rileks.b) Menhindari duduk dengan posisi yang selalu sama lebih dari 30
menit.
c) Melakukan pelatihan dan peregangan otot pada interval waktu 2 jam
selama 5-10 menit.
2.8. Faktor Risiko ditempat kerja
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
26/41
25
Beberapa faktor risiko yang mengakibatkan nyeri punggung adalah :
2.8.1. Sikap tubuh
Sikap dengan posisi menunduk terlalu lama dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan sakit punggung. Posisi statis, terus menerus ini akan menyebabkan otot-
otot menjadi spasme dan akan merusak jaringan lunak. Posisi tubuh yang salah selama
duduk membuat tekanan abnormal dari jaringan sehingga menyebabkan rasa sakit. Darihasil penelitian Nachemson dan Elfstrom ditemukan bahwa tekanan diskus lebih besar
pada posisi duduk tegak (140%) dari pada posisi berdiri (100%) dan menjadi lebih besar
lagi pada posisi duduk dengan badan membungkuk kedepan (190%). Keadaan ini karena
terjadi perubahan mekanisme pelvis dan sacrum selama perpindahan dari berdiri ke
duduk, yaitu : tepi atas pelvis berotasi kebelakang, sacrum berputar menjadi tegap,
kolumna vertebralis berubah dari lordosis ke posisi lurus atau kifosis. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan tekanan pada diskus.
Dalam kerja duduk,sikap tubuh selama bekerja berhubungan dengan tempat duduk dan
meja kerja. Sewaktu bekerja dengan duduk perlu beberapa persyaratan, yaitu :
Pekerja dapat merasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.
Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan
Sikap duduk yang baik adalah :
a) Tidak menghalangi pernafasanb) Tidak menghambat sistim peredaran darahc) Tidak menghalangi gerak otot atau menghalangi fungsi organorgan dalam
tubuh
2.8.2. Getaran
Getarab pada tangan seperti pada bekerja dengan bor dan getaran lain pada
tangan yang memegang mesin di transfer sepanjang lengan, tetapi penyebaran ke daerah
bahu dan leher, hanya sedikit sehingga dapat diabaikan. Mekanisme dan prevalensi
keluhan akibat pengaruh getaran tidak banyak diketahui. Suatu pegangan alat yang
bergetar dapat mempengaruhi gerakan kontraksi otot dalam rangka menstabilkan tangan
tersebut dan alat,dengan demikian dapat menimbulkan efek lebih pada punggung dan
leher.
2.8.3. Indeks masa tubuh
Diet yang tidak seimbang menyebabkan obesitas sehingga akan meningkatkan
insidens terjadinya gangguan musculoskeletal, terutama pada punggung bawah karenalumbal merupakan titik mobilitas dari punggung. Falk dan Arnio (1983) yang
menemukan terdapat hubungan bermakna antara indeks masa tubuh dan musculoskeletal.
2.8.4. Masa kerja
Duduk statis lama terus menerus, akan menyebabkan deformitas pada diskus
intervertebralis,sehingga terjadi peningkatan tegangan pada bagian annulus posterior dan
penekanan pada nucleus. Pheasant mengatakan bahwa tidak terjadi peningkatan risiko
yang cukup besar pada orangorang yang bekerja pada posisi duduk statis lebih dari 5
tahun.studi yang besar oleh Aronsson, Bergkvist dan Almers ditahun 1992 di Swedia
telah ditemukan bahwa pekerjaan VDU melebihi 4 jam perhari ada hubungannya dengan
tingkat gejala pada punggung dan leher.
2.8.5. Faktor Psikososial
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
27/41
26
Stress dapat menyebabkan otot menjadi tegang sehingga merupakan faktor
psikososial terhadap pekerjaan dan gangguan daerah punggung telah ditunjukkan oleh
beberapa studi. Antara lain mengenai tekanan psikologi yang dirasakan control yang
rendah dari organisasi pekerjaan ,hubungan yang buruk dari manajemen, teman kerja dan
permintaan yang tinggi dari hasil produksi, ketelitian dan kecepatan kerja. Faktor ini telah
dihubungkan dengan suatu risiko 2 kali lipat terhadap keluhan atau gangguan padapunggung dengan suatu studi potong lintang.
2.8.6 Faktor individu
Karakteristikindividu seprti umur,jenis kelamin,kekuatan otot dan daya tahan,
kebugaran fisik,ukuran tubuh,kepribadian ,kecerdasan,kebiasaan waktu senggang
(aktivitas fisik,merokok,alcohol,diet) rentan terhadap sakit otot.
Umumnya keluhan nyeri otot akan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Salah
satu penelitian yang menyatakan bahwa umur 31-40 tahun merupakan umur yang paling
rentan untuk timbulnya musculoskeletal disorders
9Bigos etal). Schattland et al (1991) melaporkan adanya hubungan antara usia dan
kelainan musculoskeletal, semakin tua usia responden semakin berisiko menderitamuskulskeletal.
Secara skematis dengan memperhatikan faktor yang berperan , patofisiologi gangguan
system otot rangka dapat di ringkas pada skema berikut :
2.9. Ergonomi
2.9.1. Pengertian Ergonomi
Ergonomi adalah studi tentang berbagai permasalahan manusia dalammenyesuaikan diri dengan lingkungan mereka atau ilmu yang berusaha untukmengadaptasi kerja atau kondisi - kondisi kerja agar sesuai dengan pekerjaanya (Panerodan Zelnik, 1979). Menurut Nurmianto (1998) istilah ergonomi didefinisikan sebagaistudi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secaraanatomi,fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan.
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, ergon yang artinya kerja dan nomos
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
28/41
27
artinya peraturan atau hukum. Sehingga secara harfiah ergonomi diartikan sebagai
peraturan tentang bagaimana melakukan kerja, termasuk sikap kerja. Selanjutnya
seirama dengan perkembangan kesehatan kerja ini maka hal-hal yang mengatur
antara manusia sebagai tenaga kerja dan peralatan kerja atau mesin juga berkembang
menjadi cabang ilmu tersendiri (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Santoso (2006) apabila ingin meningkatkan kemampuan manusiauntuk melakukan tugas, maka beberapa hal di sekitar lingkungan alam manusia
seperti peralatan, lingkungan fisik, posisi gerak (kerja) perlu direvisi atau
dimodifikasi atau redesain atau didesain disesuaikan dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia. Dengankemampuan tubuh yang meningkat secara optimal,
maka tugas kerja yang dapat diselesaikan juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila
lingkungan alam sekitar termasuk peralatan yang tidak sesuai dengan kemampuan
alamiah tubuh manusia, maka akan boros penggunaan energi dalam tubuh, cepat
lelah, hasil tidak optimal bahkan mencelakakan.
Tujuan dari ergonomi ini adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang
paling serasi antara sub sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja.
Di berbagai negara tidak menggunakan istilah ergonomi, misalnya di negara-negaraSkandinavia menggunakan istilah bioteknologi. Sedangkan di negara-negara lain
seperti Amerika Utara menggunakan istilahHuman Factors Enginering. Meskipun
istilah ergonomi di berbagai negara berbeda-beda namun mempunyai misi tujuan
yang sama.
Dua misi pokok ergonomi adalah :
a. Penyesuaian antara peralatan kerja dengan kondisi tenaga kerja yang
menggunakan. Kondisi tenaga kerja ini bukan saja aspek fisiknya (ukuran anggota
tubuh : tangan, kaki, tinggi badan) tetapi juga kemampuan intelektual atau
berpikirnya. Cara meletakkan dan penggunaan mesin otomatik dan komputerisasi
di suatu pabrik misalnya, harus disesuaikan dengan tenaga kerja yang akan
mengoperasikan mesin tersebut, baik dari segi tinggi badan dan kemampuannya
Dalam hal ini yang ingin dicapai oleh ergonomi adalah mencegah kelelahan tenaga
kerja yang menggunakan alat-alat tersebut.
b. Apabila peralatan kerja dan manusia atau tenaga kerja tersebut sudah cocok maka
kelelahan dapat dicegah dan hasilnya lebih efisien. Hasil suatu proses kerja yang
efisien berarti memperoleh produktivitas kerja yang tinggi.Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama ergonomi
adalah mencegah kecelakaan kerja dan mencegah ketidakefisienan kerja(meningkatkan produktivitas kerja). Disamping itu, ergonomi juga dapat mengurangi
beban kerja karena apabila peralatan kerja tidak sesuai dengan kondisi dan ukuran
tubuh pekerja akan menjadi beban tambahan kerja (Notoatmodjo, 2003)
2.9.2. Sikap Tubuh Dalam Bekerja
Menurut Anies (2005) yang dikutip oleh Sinambela (2006) ada beberapa hal yang
harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu :
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
29/41
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
30/41
29
cm dibawah tinggi siku.
2.10. AntropometriManuaba (1996) antropometri merupakan ilmu yang berhubungan dengan dimensi-dimensi tubuh manusia. Antropometri posisi duduk terpenting yang harus diukur adalah:
tinggi lutut, lipat lutut punggung, tinggi duduk, lipat lutut telapak kaki, dan panjanglengan bawah dan lengan(Santoso, 2004). Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.2.
Sebuah kursi yang secara antropometri benar, belum tentu nyaman. Jika rancangan suatutempat duduk tidak memperhatikan sama sekali hal-hal yangberkenanan dengan dimensi-dimensi manusia dan besar tubuhnya, tidaklah aneh bila rancangan tersebut tidaknyaman (Panero dan Zelnik, 1979).Semua peralatandan barang yang dipergunakan dalam suatu usaha atau industry sertasenua ruangan kerja dimana pabrikasi dilakukan akan berkaitan dengan utbuh manusia.Seperti diketahui bahwa ukuran alat kerja menetukan sikap,gerak dan posisi kerja tenaga
kerja, dengan demikian penerapan antropometri mutlak diperlukan untuk menjaminadanya system kerja yang baik. Dalam pelaksanaan pengukuran antropometri ,dikenal 2macam pengukuran yaitu :
a) Antropometri statisb) Antropometri dinamis
Alat yang digunakan untuk pengukuran antropometri adalah antropometer.Ukuran alat-alat kerja erat kaitannya dengan tubuh penggunanya. Jika alat-alat kerjatersebut tidak sesuai ukurannya dengan ukuran tubuh tenaga kerja sebagai pelaku
produksi, maka tenaga kerja tersebut akan merasa tidak nyaman dan akan lebih lambandalam bekerja, yang pada akhirnya akan timbul suatu kelelahan kerja atau gejala penyakitotot yang lain akibat melakukan pekerjaan dengan cara yang tidak alamiah. Pengukuran
terhadap jangkauan tangan tenaga kerjapun mutlak dilakukan baik itu untuk pekerjaanberdiri maupun duduk.
2.10.1. Sikap tubuh dalam bekerjaHubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap saran kerja akan
menentukan efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja,selai SOP (Standard OperatingProcedures) yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan. Penggunaan meja dan kursi kerjaukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikapduduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya.Tanpa disadari tenaga kerja tersebut akan sedikit membungkuk saat melakukan
pekerjaannya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kelelahan local didaerah pinggang
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
31/41
30
dan bahu ,yang pada akhirnya akan menimbulkan nyeri pinggang dan nyeri bahu. Namunkarena penderitanya tidak mencolok maka biasanya keluhan tersebut dianggap bukan
masalah,tetapi kerugian yang ditimbulkan bias berujud hilangnya jam
kerja,terhambatnya produksi dan lainnya.
2.10.2. Desain tempat kerjaYempat kerja dirancang dengan baik sehingga,pekerja dapat melaksanakan dan
mempertahankan sikap tubuh yang benar dan nyaman. Sikap atau perawakan yang tidaknyaman dapat menimbulkan berbagai masalah. Salah satu penyebab utama adalahrancangan tempat duduk dan meja yang kurang memenuhi persyaratan.
2.10.2.1 Tempat dudukKriteria tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa,sehingga orang yang bekerja
dengan duduk merasa nyaman dan otot-otot menjadi lebih rilaks dan tidak mengalamipenekanan-penekanan pada otot,saraf,fasia dan ligamentum.Kriteria tempat duduk yang direkomendasikan adalah sebagai berikut :
Tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dari panjang lekuk lutut sampai ketelapak kaki dengan ukuran antara 38-48cm.
Panjang alas duduk harus lebih pendek dari jarak lutut sampai garispunggung,dengan ukuran yang disarankan adalah 36cm.
Sandaran punggung bagian atas tidak melebihi tepi bawah ujung tulang belikatdan bagian bawahnya setinggi garis pinggul.
2.10.2.2 Meja kerjaTinggi permukaan atas meja kerja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan
sikap tubuh pada waktu bekerja. Kriteria umum yang dianjurkan untuk meja kerja sebagaiberikut :
Bagi pekerjaan yang memerlukan kekuatan manual yang besar,atau gerakan-gerakan yang amat bebas, maka meja kerja dianjurkan setinggi lutut.
Untuk sikap berdiri ukuran tinggi meja yang diusulkan pekerjaan yangmembutuhkan ketelitian adalah 10-12cm lebih tinggi dari siku. Sedangkan pada
pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan tangan ,tinggi meja adalah 10-12cm lebih rendah dari tinggi siku.
Tinggi meja untuk siakp duduk yang diusulkan 54-58cm dari permukaan daunmeja kelantai, bagi orang yang jangkung tinggi meja dapat ditambahkan 20% dan
pada wanita ditambah lagi 2-4cm untuk menyesuaikan dengan ketinggian sepatu.
Tebal daun meja dibuat sedemikian rupa agar dapat memberikan kebebasanbergerak pada kaki
Permukaan meja rata dan tidak menyilaukan
Lebar meja tidak melebihi jarak jangkauan tangan,ukuran yang diusulkan adalahkurang dari 80cm
2.10.2.3. Kinesiologi pekerjaan menjahitHubungan pekerja dengan alat produksi dikatakan sesuai ergonomic apabila
terjadi efisiensi produksi disertai dengan mengecilnya resiko cedera kerja atau kelelahankerja. Dalam suatu penelitian yang berkaitan dengan bidang musculoskeletal, khususnya
dibidang ergonomic, peran biomekanika sagat penting untuk mencapai efisiensi dan
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
32/41
31
mengurangi risiko cedera kerja atau kelelahan kerja. Apabila seseorang menggunakanmuskuloskletal untuk pekerjaan fisik,maka interkasi biomekanika yang timbul dalamtubuhnya terjadi sebagai akibat hubungan alat gerak tersebut debgan pekerjaannya.Keadaan ini dapat berpengaruh terhadap tinggi-rendahnya derajat kesehatan alat gerak
pekerja tersebut.
Langkah awal untuk memanfaatkan konsep biomekanika dalam kerja adalahmengetahui ukuran-ukuran segmen tubuh tertentu (antropometri) dan ukuran-ukuran alat
produksi.Memperhatikan posisi kerja yang tidak ergonomic maka pemecahan masalah tersebutadalah menetralkan sikap posisi duduk dan keserasian posisi kerja dengan alat kerja.Pada waktu melakukan menjahit dengan duduk akan melibatkan otot,fasia,ligamentumdan sendi-sendi.
2.10.2.4. Kerangka teori
2.11. Kerangka konsep
2.12. Kesehatan KerjaIlmu kesehatan kerja mendalami masalah hubungan dua arah antar pekerjaan dan
kesehatan. Ilmu ini tidak hanya menyangkut hubungan antara efek lingkungan kerja
dengan kesehatan pekerja,tetapi hubungan antara status kesehatan pekerja dengan
kemampuannya untuk melakukan tugas yang harus dikerjakannya. Tujuan ilmu ini adalah
mencegah timbulnya gangguan kesehatan dari pada mngobatinya.
Tujuan praktik kesehatan kerja adalah melindungi kesehatan pekerja dan
meningkatkan penyelenggaraan dan pemeliharaan keselamatan serta lingkungan kerja
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
33/41
32
yang sehat,maupun meningkatkan penyesuaian pekerjaan dengan kemampuan
pekerja,dengan mempertimbangkan keadaan kesehatan mereka. Kesehatan kerja pada
dasarnya adalah upaya pencegahan dan harus membantu pekerja, secara perorangan
maupun kolektif, dalam menjaga kesehatan mereka dalam pekerjaannya.
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Desain penelitian ini adalah suatu studi potong lintang untuk mendapatkan prevalensi
nyeri punggung atas dan faktor-faktor yang berhubungan.
3.2. Tempat dan waktu penelitian
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
34/41
33
Penelitian dilakukan pada bagian penjahitan pabrik garment PT.Intigarmindo
Persada Jakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2010
3.3. Subyek Penelitian
Populasi penelitian adalah karyawan wanita ataupun pria dibagian penjahitan yang
berjumlah ........... orang. Subyek penelitian adalah orang yang memenuhi kriteria
inklusi.
3.4. Kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria inklusi
1. Responden bekerja di bagian penjahitan
2. Wanita dengan masa kerja > 3 bulan
3. Bersedia menjadi responden selama penelitian (dengan mengisi informed consent)
4. Umur responden 20-50 tahun
5. Penilaian nyeri dengan Visual Analog Scale
Kriteria eksklusi
1. Responden yang menderita penyakit lain yang dapat menyebabkan keluhan nyeri
punggung, misalnya trauma, pernah operasi tulang punggung dari data medical
record dan hasil pemeriksaan.
2. Terdapat kelainan postur tubuh (skoliosis) sejak sebelum bekerja diperusahaan
tersebut.
3. Kelainan visus.
3.5.Teknik Sampling
Sampel pada penelitian ini ditentukan dengan rumus :
N = Z PQ
d
keterangan :
n = ukuran sampel
Z = tingkat kemaknaan
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
35/41
34
P = proporsi tenaga kerja yang mempunyai keluhan nyeri punggung atas dan
tengkuk diperkirakan
Q = 1-P
d = tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki
Pengambilan sampel secara random sampling dengan menggunakan tabel random
pada pekerja bagian penjahit yang memenuhi kriteria inklusi.
Rancangan penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan desain cross sectional,yaitu
menganalisa cirri populasi pada suatu waktu tertentu. Survei cross sectional
merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan
data sekaligus pada suatu saat (poin time opproach). Artinya setiap subyek
penelitian diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status
karakter variable subyek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua
subyek penelitian diamati pada waktu yang sama.
3.6.Cara pengumpulan data
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
36/41
35
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer berupa :
1. Data umum : nama,umur,starus perkawinan,pendidikan dan masa
kerja
2. Data nyeri punggung dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
3. Data antropometri : tinggi badan dan berat badan (IMT)
4. Data visus
5. Data penyakit yang pernah diderita
6. Masa kerja
Cara pengumpulan data
1. Sebelum perlakuan dilaksanakan,terlebih dahulu dilakukan penyuluhan tentang
maksud dan tujuan yang ingin dicapai serta cara-cara yang ingin dilaksanakan
untuk mencapai tujuan.
2. Wawancara pada tenaga kerja dengan menggunakan kuesioner, melihat data untuk
mendapatkan informasi tentang :
Karakteristik pekerja
Riwayat pekerjaan
Riwayat sakit punggung
Riwayat sakit dahulu
3. Dilakukan pengukuran-pengukuran
Pengukuran Antropometri
Tempat pengukuran
Pengukuran dilakukan di poliklinik perusahaan
Waktu pengukuran
Pengukuran dilakukan pagi hari pukul .
Tim mengukur
Pengukuran dilakukan sendiri oleh peneliti dibantu oleh seorang tenaga
pencatat.
Ukuran antropometri yang dipakai adalah tinggi badan (TB) dan berat
badan (BB)
Alat pengukur
Alat yang digunakan untuk pengukuran, TB diukur dengan alat pengukur
Tinggi badan (microloise).
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
37/41
36
Pengukuran TB dilakukan dengan posisi berdiri tegak dengan sikap
anatomis merapat didinding. Kepala pada bidang frangfurt dengan
kedua mata melihat kedepan. Tidak menggunakan alas kaki saat
pengukuran.
BB diukur dengan menggunakan timbangan
3.7.Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel adalah karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke
subyek lainnya. Variable bebas adalah faktor-faktor yang menjadi pokok permasalahan
yang ingin diteliti.
Variabel bebas atau variable independen yang diukur adalah umur,masa kerja,
IMT/indeks masa tubuh,kebiasaan olahraga.
Variabel terikat adalah variabel yang besarnya tergantung dari variabel bebas yang
diberikan dan diukur untuk menentukan ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas.
Variabel terikat atau variabel dependen dalam penelitian ini adalah keluhan nyeri
punggung.
Sedangkan variabel bebas atau variabel independen yaitu :
Umur
Masa kerja
Lama menunduk/hari
Status perkawinan
Pendidikan
Kebiasaan/hobi :olahraga
Ukuran antropometri : tinggi badan dan berat badan
3.8. Pengolahan dan analisa data
3.8.1. Pengolahan data
Data yang diperoleh dikumpulkan dan dimasukkan dalam program computer (data
entry) memakai program statistical package for social sciences (SPSS) .. for windows
untuk kemudian dilakukan verifikasi kembali untuk memastikan kelengkapan data
sebelum dilakukan analisa. Untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel dengan
nyeri punggung,dilkakukan uji korelasi.
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
38/41
37
3.8.2. Analisa data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan program statistical package for
social sciences (SPSS) .. for windows dengan melakukan beberapa tahap sebagai
berikut :
Mula-mula dilakukan analisa univariat terhadap variabel independen dan dependen.
Selanjutnya dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel dependen
dan independen. Untuk mengetahui faktor determinan dari nyeri punggung dilakukan uji
analisis multivariat.
3.9. Definisi operasional
a) Nyeri punggung
Nyeri punggung adalah rasa nyeri atau pegal yang bersifat setempat tanpa disertai
nyeri menjalar ke distribusi saraf sesuai dermatom. Pada pemeriksaan didapatkan
nyeri pada saat menunduk dengan tingkat intensitas nyeri yang dinilai dengan
Visual Analog Scale (VAS) atau nyeri tekan sepanjang vertebra torakalis.
Kriteria :
YA : Nyeri pada saat menunduk dengan penilaian Visual Analog Scale
TIDAK : Nyeri tekan (-) sepanjang vertebra torakalis dan penilaian dengan
intensitas nyeri VAS (-).
b) Umur
Umur pekerja antara 20-50 thn (usia produktif) yang sesuai dengan data kelahiran
pada kartu tanda penduduk.
Kriteria :
< 30 thn
>30 thn
c) Masa kerja adalah lama kerja saat tenaga kerja mulaibekerja dibagian penjahitan
sampai sekarang berdasatkan dari wawancara. Dikaitkan dalam penelitian adalah
tenaga kerja denga masa kerja > 3bulan dengan pertimbangan sudah terampil
dalam melakukan pekerjaannya.
Kriteria :
1 tahun5 tahun
>5 tahun
d) Pendidikan
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
39/41
38
Adalah data pendidikan terakhir yang pernah dijalani mencakup tingkat Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),Sekolah Menengah Atas (SMA)
Akademi Perguruan Tinggi
e) Kebiasaan olahraga yang dilakukan pada 6 bulan terakhir.
Ya ,bila berolahraga secar teratur > 2 kali seminggu,30 menit
Tidak,bila tidak pernah olahraga atauolahraga tetapi tidak teratur.
f) Ukuran Antropometri
Adalah ukuran tubuh manusia,yang dinilai adalah TB dan BB untuk menilai status
gizi.
g) Lama menunduk/hari
Lama menunduk saat menjahit adalah lama kepala menunduk saat menjahit,
diamati lama menunduk,
F. JADUAL PENELITIAN
Penelitian akan dilakukan mulai bulan Maret sampai bulan Agustus 2009 dengan
tahap-tahap sebagai berikut:
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
40/41
39
G. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous (2004) Central for Disease Control and Prevention (CDC). Atlanta, USA.
-
7/21/2019 Prevalensi Malaria Dan Hepatitis Pada Tentara Nasional Indonesia
41/41
40
Kobayashi J., Vannachone B., Sato Y. et al(1998) Current status of malaria infection in asouthern province of Lao PDR. Southeast Asian J Trop Med Public Health2: 236
241.
Kobayashi J., Somboon P., Keomanila H. et al (2000) Malaria prevalence and a brief
entomological survey in a village surrounded by rice fields in KhammouanProvince, Lao PDR. Trop Med Int Health5: 1721.
Mulyanto, Tsuda F., Karossi A. T. et al (1997) Distribution of the hepatitis B surfaceantigen subtypes in Indonesia: implications for ethnic heterogeneity and infectioncontrol measures.Arch Virol142: 2121 - 2129.
Mulyanto (2005) Komunikasi pribadi.
Syamsun A., Lestarini I. A., Octora M. et al., (2004) Perbandingan sensitivitas danspesifisitas metode imunokromatografi terhadap metode gold standard
mikroskopik pada pemeriksaan laboratorik malaria. Program Sstudi PendidikanDokter, Universitas Mataram. 1- 25.
Sumawinata I. W., Bernadeta, Leksana B. et al., (2003) Very high risk of therapeuticfailure with chloroquine for uncomplicated Plasmodium falciparum and P. vivaxmalaria in Indonesian Papua.Am J Trop Med Hyg68: 416420.
Tjitra E., Mursianto, Harun S et al., (1995) Survey malariometrik di Kecamatan Sinduedan Ampibabo, Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah. BPK 23 (1).
Tjitra E (1997) Tinjauan hasil uji coba pengobatan malaria di beberapa tempat diIndonesia 19861995. BPK 25 (384).
Wongsrichanalai C., Arevalo I., Laoboonchai et al. (2001) Rapid diagnostic devices formalaria: field evaluation of a new prototype immunochromatographic assay forthe detection of Plasmodium palciparum and non-falciparum Plasmodium.http://us.f536.mail.yahoo.com/ym/Compose?.
top related