praktek sewa-menyewa kebun kelapa sawit ditinjau …
Post on 02-Oct-2021
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PRAKTEK SEWA-MENYEWA KEBUN KELAPA SAWIT
DITINJAU DARI FIQH MUAMALAH (Studi Kasus di Nagari
Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum(SH) Pada
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Fakultas Syari’ah
Oleh:
Rozi Asandi
Nim. 1217046
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
(MUAMALAH) FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
TAHUN 1442 H/ 2021 M
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang berjudul “PRAKTEK SEWA-MENYEWA KEBUN
KELAPA SAWIT DITINJAU DARI FIQH MUAMALAH (Studi Kasus di
Nagari Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam”. yang disusun
oleh ROZI ASANDI NIM 1217046, Program Studi Hukum Ekonomi Syariah
(muamalah) Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi telah
dilakukan bimbingan secara maksimal dan untuk selanjutnya disetujui untuk
diajukan ke sidang munaqasah skripsi.
Bukittinggi 1 Juli 2021
Dosen Pembimbing
Dr. Aidil Alfin M. Ag
NIP.197205201999031007
Mengetahui
Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah
(Muamalah)
Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi
Dr. Beni Firdaus S. Hi, MA
NIP.1979071420011005
ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rozi Asandi
NIM : 1217046
Tempat / Tanggal Lahir : Agam, 01 Agustus 1997
Program Studi : Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas : Syariah
Judul Skripsi : Praktek Sewa-Menyewa Kebun Kelapa Sawit
Ditinjau Dari Fiqh Muamalah (Studi Kasus Di
Nagari Bawan Kecamatan Ampek Nagari
Kabupten Agam).
Menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa karya ilmiah (Skripsi) penulis
dengan judul diatas adalah benar asli karya penulis, apabila di kemudian hari
terbukti bahwa skripsi ini bukan karya sendiri, maka penulis bersedia diproses
sesuai hukum yang berlaku dan gelar kesarjanaan dicopot hingga batas waktu yang
tidak ditentukan. Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya untuk
dipergunakan sebagimana mestinya.
Bukittinggi, 1 Juli 2021
yang menyatakan
Rozi Asandi
NIM. 1217.046
iii
ABSTRAK
skripsi ini berjudul: “Praktek Sewa-Menyewa Kebun Kelapa Sawit
Ditinjau Dari Fiqh Muamalah (Studi Kasus Di Nagari Bawan Kecamatan
Ampek Nagari Kabupaten Agam)”, skripsi ini ditulis oleh Rozi Asandi, Nim
1217046, Fakultas Syariah Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Bukittinggi 1442 H/ 2021 M. Maksud dari judul ini adalah
bagaimana persepsi masyarakat terhadap praktek sewa-menyewa kebun kelapa
sawit di Nagari Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam serta
bagaimana praktek sewa-menyewa kebun kelapa sawit di Nagari Bawan ditinjau
dari Fiqh Muamlah.
Latar Belakang penulis melakukan penelitian ini adalah melihat masalah
praktek sewa-menyewa kebun kelapa sawit yang dilakukan sebagian masyarakat di
Nagari bawan tidak sesuai dengan prinsip Sewa-menyewa dalam Islam yang mana
sewa-menyewa yang dilakukan sebagian masyarakat Nagari bawan bahwa yang
dijadikan objek Sewa adalah kebun dan buah kelapa sawit, maka dari itu penulis
tertarik untuk meneliti sesuai dengan judul diatas.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), yang bersifat
kualitatif. dikatakan bersifat kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak
kualitatif, diukur dengan menggunakan alat-alat ukur yang sesuai dengan jenis
penelitian kualitatif. sumber data dalam penelitian ini adalah hasil wawancara
dengan beberapa pemilik kebun dan penyewa kebun kelapa sawit yang ada di
Nagari bawan. Dalam mengumpulkan data lapangan, metode yang penulis gunakan
adalah melalui observasi dan wawancara dengan beberapa narasumber. setelah
semua data dan informasi terkumpul melalui wawancara, maka selanjutnya data
tersebut dianalisa dengan mengunakan metode Analisa kualitatif.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa praktek sewa-menyewa
kebun kelapa sawit di Nagari bawan kecamatan Ampek Nagari tidak sesuai prinsip
syariat islam. karena menurut persepsi penyewa kebun kelapa sawit di Nagari
bawan, boleh dilakukan, mereka beragapan sewa-menyewa tersebut dilakukan atas
dasar kemauan mereka sendiri (keridhoan kedua belah pihak) tanpa paksaan.
Adapun dalam pelaksanaannya sewa-menyewa kebun kelapa sawit di
Nagari bawan belum memenuhi syarat sah sewa-menyewa, karena yang dijadikan
objek sewa adalah kebun dan buah kelapa sawit untuk diambil buahnya. didalam
islam sewa-menyewa hanya boleh mengambil manfaat bukan mengambil hasilnya.
dalam pandangan fiqh muamalah tidak dibolehkan sewa-menyewa seperti ini, dan
ulama fiqh pun melarang sewa-menyewa kebun untuk diambil buahnya.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan yang maha Esa, karena
atas berkat dan rahmatnya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. sholawat beserta
salam disampaikan agar tercurah buat Nabi Muhammad SAW. penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah IAIN Bukitinggi.
Penghargaan dan cinta terbesar penulis tunjukan kepada Ayahanda Mansur
dan Ibunda Syamsimar (almh), yang telah memberikan cinta kasih, mengasuh,
mendidik, dan memberikan motivasi dalam mencapai cita-cita penulis. hal ini juga
penulis sampaikan kepada Ayunda Yusni, Ayunda Dewi, kakanda Doni, Kakanda
Roja, Ayunda Vera, Kakanda Novi, Kakanda Jufri, Ayunda Elvi Dan Adinda Naila
yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan Pendidikan ini.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkulihan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Ibu Dr. Ridha Ahida,
M.Hum beserta bapak wakil Rektor, Bapak Dr. Asyari, M.Si, bapak Dr. Novi
Hendri M.Ag, dan bapak Dr. Miswardi M.Hum yang telah memberikan fasilitas
kepada penulis selama menjalani Pendidikan di IAIN Bukittinggi.
2. Dekan Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, bapak
Dr. Ismail Novel M.Ag, beserta bapak-bapak wakil Dekan bapak Dr. Nofiardi,
v
M.Ag, Bapak Dr. busyro, M.Ag, bapak Fajrul wadi,S.Ag, M,Hum, serta ketua
program Studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah), bapak Dr. Beni Firdaus,
S.Hi, MA,
3. Pembimbing skripsi penulis, bapak Dr. Aidil Alfin, M.Ag, yang telah
menyediakan waktu , tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyesunan skripsi ini.
4. Pimpinan beserta staf Perpustakaan yang telah mengizinkan penulis untuk
mengakses buku-buku dan referensi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini. tidak lupa penulis juga mengucapakan terima kasih kepada
bapak Wali Nagari Bawan, beserta staf dan seluruh masyarakat Nagari Bawan
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk penelitian disana.
5. Seluruh pihak yang telah membantu, baik moril maupun materil, teman-teman
kuliah yang seperjuangan, dan siapa saja yang telah ikut andil dalam
penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT, tuhan yang maha pengasih,
berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. semoga
skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya
dalam bidang hukum ekonomi Syariah (muamalah),
Bukittinggi, 1 Juli 2020
Penulis
Rozi Asandi
NIM.1217046
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGGUJI ................................................ ii
PERNYATAAN ORISALITAS .......................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………...1
B. Rumusan Masalah….……………………………………………...7
C. Tujuan Penelitian……………………………………………….....8
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………..8
E. Penjelasan Judul…………………………………………………...8
F. Tinjauan Pustaka ………………………………………………...10
G. Metode Penelitian………………………………………………..12
H. Sistematika Penulisan……………………………………………15
BAB II KONSEP IJARAH DALAM ISLAM………………………………17
A. Pengertian Ijarah (Sewa-Menyewa) ……………………………..17
vii
B. Dasar Hukum Ijarah (Sewa-Menyewa) ………………………….19
C. Rukun Dan Syarat Ijarah (Sewa-Menyewa) …………………….24
D. Macam-Macam Ijarah (Sewa-Menyewa)………………………..38
E. Berakhirnya Akad Ijarah…………………………………………43
F. Manfaat Dan Hikmah Ijarah (Sewa-Menyewa) …………………46
BAB III PANDANGAN FIQH MUAMALAH TERHADAP SEWA
MENYEWA KELAPA SAWIT DI NAGARI BAWAN………….49
A. Monografi Nagari Bawan……………………………………….49
B. Pelaksanaan sewa-menyewa kebun Kelapa Sawit diNagari Bawan
Kec.Ampek Nagari Kab.agam………………………………….59
C. Persepsi Masyarakat Terhadap Sewa Menyewa Kebun Kelapa
Sawit DiNagari Bawan…………………………………………66
D. sewe-menyewa kebun kelapa sawit ditinjau dari fiqh muamalah..67
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………70
A. Kesimpulan………………………………………………………70
B. Kritik dan Saran-saran……………………………………………70
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN-LAMPRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah sebuah Agama rahmat dari Allah, sejak diturunkan
ditengah-tengah umat, Islam telah mengatur tentang hukum-hukum baik
yang berhubungan dengan manusia dengan Allah maupun manusia dengan
manusia seperti interaksi sosial, (Muamalah).
Manusia merupakan makhluk sosial yang saling berinteraksi antara
satu dengan lainnya, dari interaksi tersebut maka timbulah hubungan timbal
balik dan akan tercapai sebuah tatanan kehidupan komplit akan memerlukan
aturan Hukum yang mengatur hubungan antar sesama Manusia, hal ini
dikenal dengan istilah Fiqh Muamalah. 1
Ruang lingkup Fiqh Muamalah terdiri dari Jual Beli, (gadai) Rahan,
hiwalah (pengalihan utang-piutang), wakalah (perwakilan), (perkongsian)
syirkah, Ijarah (sewa-menyewa) dan lain-lain.2
Muamalah adalah persoalan yang senantiasa actual ditengah-tengah
Masyarakat. Muamalah berkembang sesuai dengan perkembangan zaman,
pengetahuan dan kebutuhan manusia itu sendiri, dengan demikian persoalan
Muamalah merupakan suatu hal yang pokok dan menjadi tujuan penting
agama Islam dalam upaya memperbaiki kehidupan manusia. Atas dasar
1 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia ,2001), Hal 15 2 Abdul Rahman Ghazali Dkk, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana 2010), Hal 6
2
itulah Hukum Muamalah hanya dalam bentuk global dan umum dengan
mengemukan prinsip dan norma sesama manusia.3
Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam bermuamalah adalah
Ijarah (sewa menyewa). Ijarah secara etimologis berasal dari kata ajru yang
berarti ‘iwadhu (penganti) oleh karena itu, tsawab (pahala) disebut juga
dengan ajru (upah). Dalam syariat Islam sewa-menyewa dinamakan ijarah
yaitu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan kompensasi. 4
Ijarah menurut syara’ juga diartikan memberikan sesuatu kepada
yang lain untuk diambil manfaatnya dan pihak penerima tersebut membayar
imbalan sebagai atas barang yang dipakai dan diambil manfaatnya. Contoh
sewa-menyewa rumah untuk ditempati (kontrak). 5
Jika dilihat makna ijarah sebagai pemberian imbalan atas suatu
manfaat maka secara garis besar ijarah itu terdiri atas, Pemberian imbalan
karena manfaat dari suatu ‘ain seperti rumah, pakaian, dan lainnya. jenis ini
mengarah pada sewa-menyewa.6
Hukum sewa-menyewa boleh. Sewa-menyewa sangat dianjurkan
dalam Islam karena mengandung unsur tolong-menolong dalam kebaikan
antar sesama manusia. Sewa-menyewa disahkan syariat berdasarkan Al-
Qur’an, Hadis, dan Ijma’.7
3 Hamzah Yakub, Kode Etik Dagang Menurut Islam II, (Bandung: CV. Diponegoro,
1992), Hal 13 4 Hendi Suhendi , Fiqh Muamalah, (jakarta; Rajagrafindo Persada, 2002), Hal 157 5 A.Zainudin.Al-Islam 2 Muamalah Dan Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), Hal.117 6 Rahmat Syafe’i ,Fiqh Muamalah, (Jakarta: Pustaka Setia, 2001), Hal121 7 E-Book Gunawan Fahmi Dkk Senerai Penelitian Pendidikan Hukum Dan Ekonomi,
(Jogjakarta: Cv. Budi Utama, 2018), Hal 67
3
Dalam firman Allah yang terdapat dalam surat.Al-Qasas ayat 26:
بت ٱست هما يأ قالت إحدى إن خي من ٱست
جره ٢٦جرت ٱلقوي ٱلمين
Artinya:“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".
(Q.S. Al-Qasas:26)”
Dalam Surat At-Thalaq ayat 6 dijelaskan:
وإن كن لتضي قوا علي أسكنوهن من حيث سكنتم م ن وجدكم ول تضاأروهن أو هن
ل لهن يضعن حت عليهن فأنفقوا لت ح أجور اتوهن ف لكم أرضعن فإن ح
نكم بعروف تروا ب ي ضع ت عاسرت وإن هن وأ ٦ أخرى لهۥأ فست
Artinya: “Tempatkan mereka (para istri) dimana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahlkan
mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka
(istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil maka berikanlah
kepada mereka nafkah hanya sampai mereka melahirkan
kandunganya, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)
mu maka berikanlah imbalanya kepada mereka; dan
musyawarahkanlah diantara kamu (segala sesuatu) dengan baik;
dan jika kamu menemui kesulitan, maka permpuan lain boleh
menyusukanm (anak itu) untuknya. (Q.S. At-Thalak:6).”
Hadist tentang ijarah (sewa-menyewa).
Dari Hadist Riwayat Ahmad Dan Abu Daud Dari Sa’d Ibnu Abi Waqqash
Ia berkata:
4
سلم الله صلئ ا الله عل يه وعن سعد ابن و قا ص ان رسول
كنا نكرى ال رض بما على السوا فى من الذع فنهى رسول قا ل :
صلى الله الله
بودودى(عليه وسلم عن ذالك واأمرنا ان نكر يها بذهب اوورق )روه ااحمدوا
Artinya: “Dari sa’d ibn abi waqas bahwa dia berkata: Dahulu kami
menyewa tanah dengan jalan membayar dari tanaman yang
tumbuh di sana. lalu Rasulullah melarang cara yang demikian
dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang mas
atau perak”. (HR. Ahmad, dan Abu Daud, dan nasa’i)”.8
Mengenai ijarah ini juga sudah mendapatkan Ijma’ ulama berupa
kebolehan seorang Muslim membuat dan melaksanakan akad ijarah atau
perjanjian sewa-menyewa. Tentu saja kontra prestasi berupa uang sewa.
Harus di sesuaikan dengan kepatutan yang ada dalam masyarakat.9
Kompensasi dalam sewa-menyewa ini telah diatur dalam Islam,
bahwasannya bentuk kompensasi dari sewa-menyewa ini diisyaratkan
adalah bentuk harta yang bernilai jelas, konkrit atau dengan menyebutkan
kriterianya. Kompensasi dari sewa-menyewa harus dijelaskan ukuran dan
standarnya. Jika menyewakan sesuatu apakah kompensasi dibayarkan
perhari, perbulan, atau pertahun. sehingga jelas takaran sewa menyewa
tersebut.
Aturan tentang sewa-menyewa dalam dalam Islam telah dijelasakan
dalam kitab Fiqh Islam Wa Adillatuhu Wahbah Az-Zuhaili berpendapat:
8 Imam nasaiy, sunan nasaiy. (Dar. al fikr Beirut) hal 274 9E-Book Abdul Ghofur Anshari, Hukum Perjanjian Islam Diindonesia, (Yogyakarta:
Gajah Mada University, 2018), Hal 71
5
ه ول والىكون المنفعة استىفء عىن قصدا فلا تصح اجرة ابست ن لخز ثمرت الثنة لخزصو فها او لبنهز
Artinya: “Diisyaratkan dalam manfaatnya tidak ada maksud mengambil
barang dengan sengaja. maka tidak sah menyewa kebun untuk
diambil buanya, atau kambing untuk diambil bulunya atau
susunya.” 10
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat kita pahami tidak boleh
mengambil manfaat sewa dari apa yang disewakan, apalagi mengambil
hasilnya. Adapun praktek sewa-menyewa kebun kelapa sawit sedikit
berbeda dengan ketentuan dalam Ijarah sewa-menyewa dalam Islam.
Namun meski telah diatur dalam Islam bagaimana praktek sewa-menyewa
yang sesungguhnya dalam Islam, tetap saja muncul beberapa kasus praktek
sewa-menyewa, kelihatannya seolah-olah bertentangan dengan prinsip
sewa-menyewa dalam Islam.
Hal ini seperti yang penulis temukan di keNagarian Bawan, sebagian
besar penduduk Bertani atau berkebun kelapa sawit sebagai sumber mata
pencarian. Dalam kegiatan ini sebagian penduduk menyewakan kebun
kelapa sawit sebagai penunjang aktifitas Ekonomi dan Pendidikan anak.
Dalam pelaksanaanya sewa-menyewa kebun kelapa sawit ini
dilakukan dengan perjanjian-perjanjian yang disepakati kedua belah pihak,
seperti biaya sewa, dan waktu berakahirnya. bentuk perjanjiannya tertulis
dan ada tidak tertulis. Didalam transaksi atau kesepakatan tanpa ada unsur
10 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa adillatuhu, Jilid 5, (Jakarta: Gema Insani ,2011)
Hal 409
6
paksaan dari pihak mana pun perjanjian ini ril datang dari kedua belah
pihak.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada hari Senin,
21 juli 2020 pada beberapa orang adalah pemilik dan penyewa kebun di ke
Nagarian bawan. Adapun praktek sewa-menyewa kebun ini dilakukan
secara langsung antara pemilik dan penyewa tanpa perantara. Perjanjian
yang dilakukan secara tertulis, dan ada masa berakhir sewanya yang
disepakati. besar uang sewa yang diberikan berdasarkan kesepakatan kedua
belah pihak dan berapa luasnya kebunnya.
Adapun biaya sewa yang dilakukan pertahunnya dari berapa orang
yang penulis wawancarai adalah yang pertama yaitu bapak Johan yang
memiliki luas 1 hektar kebun kelapa sawit yang sudah berumur lebih kurang
5 tahun dan sudah siap untuk dipanen dengan biaya sewa 20 selama 2 tahun.
Lalu yang ke dua ibuk Ena yang memiliki 2 hektar kebun kelapa sawit yng
sudah berumur lebih kurang lima tahun dan telah siap untuk dipanen dengan
biaya sewa 30 selama 4 tahun. Selanjutnya bapak Buyung memiliki 1,5
Hektar kebun kelapa yang mana biaya sewanya adalah 25 juta selam 3
tahun.
Praktek Sewa-menyewa yang dilakukan ini adalah atas dasar suka
sama suka dan tidak ada paksaan dari yang lainya (ridho sama ridho). dan
kebun yang disewakan ini adalah milik sepenuhnya bukan milik bersama.
7
Setelah selesai melaksanakan akad-akad atau perjanjian diatas maka
pihak penyewa boleh mengambil dan memanfaatkan hasil kebun kelapa
sawit tersebut sampai batas yang waktu yang disepakati.11 Saat perjanjian
sewa menyewa sudah disepakati oleh pihak penyewa dan yang menyewakan
(pemilik kebun), maka sejak saat itu pihak penyewa dapat memanen hasil
kebun kelapa sawit tersebut sampai waktu sewa menyewa berakhir. Artinya
yang menjadi objek sewa tersebut bukan saja tanah/kebun tersebut tapi juga
pohon atau buah kelapa sawit yang sudah ada di dalam kebun tersebut.
Berdasarkan Latar Belakang masalah diatas penulis tertarik untuk
menulis lebih lanjut bagaimana sebenarnya Praktek Sewa-menyewa kebun
kelapa sawit di Nagari Bawan. disisi lain apakah Praktek sewa-menyewa
yang dilakukan ini apakah sudah sesuai dengan prinsip sewa-menyewa
dalam Islam. dan dalam transaksi ini apakah tidak ada yang dirugikan
dengan judul “PRAKTEK SEWA-MENYEWA KEBUN KELAPA
SAWIT DITIJAU DARI FIQH MUAMALAH (Studi Kasus di Nagari
Bawan Kec. Ampek Nagari Kab.Agam)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan diatas
maka yang menjadi Rumusan Masalah dalam pembahasan ini adalah:
1. Bagaimana Persepsi Masyarakat Terhadap Praktek Sewa-Menyewa
Kebun Kelapa Sawit di Nagari Bawan
11 Hasil Wawancara Pribadi Dengan, (Pemilik Dan Penyewa Kebun) Pada Tangal 21 Juli
2020
8
2. Bagaimana Praktek (Ijarah) Sewa-Menyewa Kebun Kelapa Sawit di
Nagari Bawan Ditinjau Dari Fiqh Muamalah
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan penulisan Skripsi ini :
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Persepsi Masyarakat Terhadap Praktek
Sewa-Menyewa Kebun Kelapa Sawit di Nagari Bawan
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Praktek (Ijarah) Sewa-Menyewa Kebun
Kelapa Sawit di Nagari Bawan Ditinjau Dari Fiqh Muamalah
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Untuk memenuhi salah satu persayaratan untuk mendapatkan gelar
Sarjana Hukum pada prodi Hukum Ekonomi Syariah
2. Untuk merealisasikan tujuan Tri Darma Perguruan Tinggi
3. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis terhadap
permasalah sewa-menyewa dalam Fiqh Muamalah.
4. Sebagai sumbagan pemikiran masyarakat muslim secara umum.
D. Penjelasan Judul
Untuk menghindari keracuan dan kesalahan dalam memahami judul
ini maka perlu penulis jelaskan maksud dari kata-kata yang ada didalamnya.
Praktek : Adalah suatu pelaksanaan secara langsung atau
nyata12
12 Kamus Besar Bahasa Indonesia
9
Sewa menyewa : Adalah suatu perjanjian atau kesepakatan dimana
sipenyewa harus membayarkan imbalan berupa uang
tunai atau sejenis yang bisa dimanfaatkan oleh
pemilik lahan pemilik kebun tersebut. 13
Kelapa sawit : Adalah tumbuhan industri atau perkebunan sebagai
penghasil minyak masak, industri, maupun bahan
bakar, pohon kelapa sawit terdiri dari spesies yaitu
elaeis guineesis dan elaeis oleifera yang digunakan
untukpertanian komersial dalam pengeluaran minyak
kelapa sawit.
Kebun : Adalah sebidang lahan, biasanya tempat terbuka,
yang mendapat perlakuan tertentu oleh manusia,
khusus sebagai tempat tumbuh tanaman.14
Fiqh muamalah : Adalah ilmu-ilmu hukum syara’ yang bersifat
amaliyah yang digali adalah dari dalil yang terperinci
mengenai hubungan manusia dengan manusia lainya
terkait transaksi ekonomi.15
Jadi secara keseluruhan yang penulis maksud dari judul penelitian
ini adalah bagaimana kedudukan hukum praktek sewa-menyewa dengan
menjadikan pohon kelapa sawit sebagai objek ditinjau dari fiqh muamalah.
13 Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam Diindonesia, (Yogyakarta: University
Gajah Mada ,2018) Hal 69 14 Kamus Besar Bahasa Indonesia 15 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008),
Hal.19
10
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau
penelitian yang sudah pernah dilakukan disekitar masalah yang akan diteliti
sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang dilakukan tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian penelitian yang telah ada. Untuk
menghindari adanya dugaan plagiasi,berikut ini penulis akan memaparkan
beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan dengan penelitian
yang akan penulis lakukan. Ada beberapa penelitian yang membahas
tentang praktek sewa-menyewa, ijarah didalam hukum islam dan fiqh
muamalah.
1. Skripsi dengam judul. Tinjauan hukum islam terhadap sewa-menyewa
pohon manga.yang ditulis oleh saudari Dwi Rianti dengan rumusan
masalah “bagaimana tinjauan hukum islam terhadap akad dalam sewa-
menyewa pohon mangga.?”. Dan yang menjadi kesimpulannya bahwa
akad yang dilakukan dalam sewa-menyewa pohon mangga tidak sesuai
dengan prinsip ijarah,karena tidak terpenuhi salah satu rukun dan
syaratnya. 16
Bahwasanya skripsi yang ditulis saudari Dwi Rianti dengan
judul “tinjauan hukum islam terhadap sewa-menyewa pohon mangga”
16Dwi rianti, tinjauan hukum islam terhadap sewa-menyewa pohon mangga (Skripsi:
IAIN ponorogo 2018)
11
tidak sama dengan skripsi yang saya bahas dengan judul “praktek sewa-
menyewa kebun kelapa sawit ditinjau dari fiqh muamalah”
2. Skripsi dengan judul kosep ijarah dalam islam dan penerapannya di ptp
nusantara VII pir sinabang kabupaten lahat. Yang ditulis saudari Peni
dengan rumusan masalah”bagaimana bentuk kerja sama dalam
perkebunan karet di ptp nusantara VII di sinabing dan kaitanya dengan
ijarah dalam ajaran islam ?” Dan yang menjadi kesimpulannya bahwa
kerja sama dalam perkebunan karet dilakukan dengan sistem upah yang
diberikan pada petani penggarap dan bagi hasil dalam bentuk tunjangan
/bonus apabila penjualan dari hasil perkebunan karet mendapatkan
keuntungan lebih. 17
Bahwa skripsi yang ditulis saudari Peni dengan judul “konsep
ijarah dalam islam dan penerapan di ptp nusantara VII pir sinabing
kabupaten laha”tidak sma dengan skripsi yang saya bahas dengan judul
“praktek sewa-menyewa kebun kelapa sawit ditinjau dari fiqh
muamalah.”
3. Skripsi dengan judul tinjuan hukum tentang praktek sewa-menyewa
tanah dengan system pembayaran hasil panen. Yang ditulis oleh saudara
Rendi Aditia dengan rumusan masalah “bagaimana tinjuan hukum
tentang praktek sewa-menyewa tanah dengan system pembayaran hasil
17 Peni,Konsep Ijrah Dalam Islam Dan Penerapannya Di PTP Nusantara VII Pir
Sinabing Kabupaten Lahat, (Skripsi: Bukitinggi, 2003), Hal.76
12
panen ?” dan yang menjadi kesimpulanya adalah akad yang dilakukan
tidak jelas dan tidak ada kesepakatan kedua belah pihak dan system
pembayaran dilakukan setelah panen dan merugikan pihak penyewa,
pembayaran tidak jelas tidak sesuai prinsip islam. 18
Bahwa skripsi yang ditulis oleh saudara Rendi Adtia dengan
judul “tinjauan hukum islam tentang praktek sewa menyewa tanah
dengan sistem pembayran hasil panen ” tidak sama dengan skripsi yang
saya bahas dengan judul “praktek sewa-menyewa kebun kelapa sawit
ditinjau dari fiqh muamalah”
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research).19 yang
bersifat kualitatif disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan
bercorak deskriptif yang mengambarkan tentang persepsi masyarakat
terhadap transaksi sewa-menyewa kebun kelapa sawit ditinjau dari fiqh
muamalah. penelitian dilakukan pendekatan sosiologi secara lansung
dan mengadakan pengamatan data yang akan dianalisis.
2. Sumber Data
18 Rendi aditia, tinjauan hukum islam tentang praktek sewa-menyewa tanah dengan
system pembayaran hasil panen (Skripsi: uin raden lampung ,2018) 19 Herman Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian Buku Panduan Mahasiswa (Jakarta:
Gramedia Pustaka Ulama) Hal 10
13
Sumber data dalam penelitian ini adalah pemilik dan penyewa kebun
kelapa sawit. Dalam penelitian kualitatif ini sumber data sebagai
narasumber atau pemilik dan penyewa kebun kelapa sawit.
3. Teknik Pengumpulan Data
untuk mendapatkan data yang akurat dan terarah, maka penulis
menggunakan teknik snowball sampling yaitu:
a. Observasi yaitu pengamatan dan pencatan ynag sistematis terhadap
gejala gejala yang diteliti.
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data
apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat
secara sistematis serta dapat dikontrol keandalan (realibilitas) dan
kesahihannya.
Observasi yang penulis lakukan secara langsung kelapangan
ditempat kediaman penulis yang melakukan sewa-menyewa kebun
kelapa sawit.
b. Wawancara atau tanya jawab lisan antara penyewa dan pemilik
kebun
Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan
informasi secara lisan dari responden atau keterangan dengan tanya
jawab, antara pihak penyewa dan pihak pemilik kebun dengan
tujuan untuk mengumpulkan informasi demi menyempurnakan
data.
14
4. Teknik Pengolahan Data
Setelah penulis mengumpulkan data data yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti, maka selanjutnya data tersebut akan
dianalisa untuk kevalidtan data. Data yang bersifat kuantitatif yang
diperoleh dari hasil wawancara, cara pengolahan dan penganalisaan
menggunakan langkah langkah sebagai berikut :
a. Seleksi data yang terkumpul.
b. Mengklasifikasi berdasarkan permaslahan dan sub-sub masalah.
c. Mengadakan interprestasi dan analisa data sehinga penulis bisa
mengambil kesimpulan.
d. Sitematisasi data (sistemaizing).
Yaitu menepatkan data menurut kerangka sistematika bahasan
berdasarkan urutan masalah
5. Teknik Analisis Data
Analisa data adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mencari, menyusun, secara sistematis, sehingga mudah dipahami dan
bisa dibuat kesimpulan pada data yang didapat.
Jadi setelah data dikumpulkan dari lapangan secara lengkap,
kemudian data tersebut diolah dan dianalisa dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Editing
15
Editing merupakan kegiatan yang dilaksanakan setelah
peneliti selesai menghimpun data dilapangan. Adapun kegiatan ini
dilakukan karena kenyataan bahwa data yang terhimpun karena
belum memenuhi harapan peneliti. Maka dilakukan proseses editing
untuk mengolah data obsevasi dan wawancara yang penulis
lakukan.20
b. Interpretasi data
Setelah data tersebut diolah kemudian data tersebut dianalisa
dengan cara deduktif yaitu penulis didalam mengambil kesimpulan
dengan menggambarkan data-data umum yang ada kaitannya
dengan tulisan ini sehinggga smapai kepada kesimpulan yang
khusus
Dalam hal ini penulis menganalis setara menjelaskan yang
berhubungan dengan kegiatan masyarakat atau orang-orang yang
terlibat didalam kegiatan sewa-menyewa kebun kelapa sawit
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dan pemahan dalam penulisan
skripsi ini, penulis membagi masing-masing pembahasan menjadi beberapa
bab untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
BAB I : Merupakan Pendahuluan, yang berisikan Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah yang akan dibahas, Tujuan dan
20 E- book Burhan bugun, metode penelitian kuantitatif (Jakarta: kencana, 2017), hal 175
16
Kegunaan Penelitian, Penjelasan Judul, Metode Penelitian,
dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Berisikan Tentang Pengertian Ijarah (sewa-menyewa),
dasar Hukum Ijarah (sewa-menyewa), Rukun dan Syarat-
syarat, Macam-macam, Berakahirnya Akad, Manfaat dan
Hikmah Ijarah (sewa-menyewa).
BAB III : Merupakan hasil penelitian yang mencakup tentang
Monografi Nagari Bawan dan Persepsi masyarakat tentang
sewa-menyewa kebun kelapa sawit, padangan Fiqh
Muamalah terhadap sewa menyewa kebun kelapa sawit dan
Padangan Ulama Fiqh terhadap sewa menyewa kebun kelapa
sawit Di Nagari Bawan Kec.Ampek Nagari Kab.Agam.
BAB IV :Merupakan penutup yang berisikan Kesimpulan dan Saran-
saran.
17
BAB II
KONSEP IJARAH DALAM ISLAM
A. Pengertian Ijarah (Sewa-Menyewa)
Secara terminology kata al-ijarah berasal dari kata ajru yang berarti
‘iwadhu (penganti) oleh karena itu, tsawab (pahala) disebut juga dengan
ajru (upah). Dalam pengertian syara’ al-ijarah adalah salah satu jenis akad
untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian.21
Sedangakan dalam kontek KUHPerdata Al- ijarah disebut sebagai
sewa-menyewa. sewa-menyewa adalah suatu perjanjian dimana pihak yang
satu mengikatkan untuk memberikan kepada pihak lainnya kenikmatan dari
suatu barang, selama waktu tertentu dan dengan membayarkan sejumlah
harga sesuai dengan kesepakatan bersama. 22
Menurut kompilasi hukum ekonomi Syari’ah ijarah adalah sewa-
menyewa barang dalam jangka waktu tertentu dengan pembayaran sejumlah
uang.23 Menurut Bahasa ijarah adalah upah atau ganti rugi atau imbalan.
menurut syari’at ijarah adalah akad atas dasar manfaat dengan timbal balik
imbalan. Ijarah menurut syara’ juga berarti memberikan sesuatu kepada
orang lain untuk diambil manfaatnya dan penerima barang tersebut
21 Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010), Hal 283 22 Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam Diindonesia, (Yogyakarta: University
Gajah Mada, 2018), Hal 69 23 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah Fiqh Muamalah Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana,
2013), Hal 245
18
membayar imbalan sebagai atas barang yang digunakan dan diambil manfaatnya.
Ijarah menurut fatwa DSN-MUI ijarah adalah akad pemindahan
hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa /upah tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
barang itu sendiri.24
Pengertian ijarah menurut ulama fiqh adalah:
1. Menurut Ulama malikiyah
قولت فعة ال د مي وب عض المن مية التعا قد على من Artinya: “nama bagi akad-akad untuk kemanfaatan yang bersifat
manusiawi dan untuk sebagian yang dapat dipindahkan.”
2. Menurut Ulama hanafi’yah فعة المستأ جرة بعوض معلومة مقصودة من العين الإجارةعقد يفيد من
Artinya: “Ijarah adalah suatu perjanjian yang mempunyai faedah,
memiliki manfaat yang diketahui dan disengaja dari benda
yang disewakan denga nada imbalan pengganti”
3. Menurut Ulama syafi’iyah
فعة معلومة مقصودة قابلة للبذل والإ ب حة بعوض ا جارة عقد على من لإ
معلوم Artinya: “Ijarah adalah suatu perjanjian atas manfaat yang diketahui
disengaja, yang bias diserahkan kepada pihak lain secara
mubah dengan upah yang diketahui”25
4. Menurut ulama hanabilah
24 Fatwa DSN-MUI no.09 /DSN -MUI/IV /2000 25 Abdur Rahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘Ala, Al-Madhahib, Al-Arba’ah (Beirut: Dar Al-
Kutub Al-Ilmiyah, 2003), Hal 89
19
ئ ا مدة معلومة بعوض ا ئ ا ف شي فعة مباحة معلومة ت ؤخذ شي لإجارةعقد على من معلوم
Artinya: “Ijarah adalah suatu perjanjian atas manfaat yang mubah,
yang diketahui, yang diambil secara berangsur-angsur dalam
masa yang diketahui dengan upah yang diketahui.”
.
5. Menurut sayyid sabiq
Al-Ijarah adalah suatu jenis akad atau transaksi untuk mengambil
manfaat dengan jalan memberi penggantian.
6. Menurut amir syarifuddin
Al-ijarah secara secara sederhana dapat diartikan dengan akad
atau transaksi manfaat atau jasa degan imbalan tertentu. Bila yang
menjadi objek transaksi adalah manfaat atau jasa dari suatu benda
disebut ijarah al ‘ain, seperti sewa menyewa rumah untuk ditempati.
Bila yang menjadi objek transaksi manfaat atau jasa dari tenaga
sesorang disebut ijarah ad dzimah.26
7. Menurut hasbi ash-shiddiqie
Ijarah adalah akad yang objeknya adalah penukaran manfaat
untuk masa tertentu, yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, sama
dengan menjual manfaat. 27
B. Dasar Hukum Ijarah (Sewa-Menyewa)
26 Abdul Rahman, Ghufron Ihsan, Dkk, Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group 2010), Hal 277 27 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Grafindo Persada 2010), Hal 94-95
20
Jumhur ulama sepakat bahwa ijarah merupakan akad yang
diperbolehkan oleh syara’, alasan jumhur ulama membolehkan akad ijarah
berdasarkan sumber hukum baik alqur’an, hadis, ijma’ maupun qiyas yaitu:
1. Al-quran
Surat Al-Baqarah ayat 233
ت ي رضعن أولدهن حولين لد كاملين لمن أراد أن يتم ٱلرضاعة وعلى ۞وٱلووسعها ل تضاأر ٱلمولود لهۥ رزق هن وكسوتن بٱلمعروف ل تكلف ن فس إل
بولدها ول مولودلدة لك ثل م ٱلوارث وعلى بولدهۦ لهۥ و فصال أرادا فإن ذهما ت راض عن ضعوأا أن أردت وإن عليهما جناح فلا وتشاور م ن م أولدك تست وٱت قوا ٱلل وٱعلموأا أن ٱلل ف
تم بٱلمعروف لا جناح عليكم إذا سلمتم ماأ ءات ي ٢٣٣با ت عملون بصي
Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma´ruf. Seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih
(sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan
jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak
ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran
menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan, (Qs: al-baqarah 233).
Menurut tafsir ibnu katsir, tafsir ayat diats adalah bahwa ketika
seseorang mempercayakan anaknya untuk disusui orang lain, hendanya
ia memberikan upah yang layak. Ayat ini juga menegaskan agar
21
kehadiran seorang anak tidak sampai membawa mudarat bagi kedua
orang tuanya.
Misalnya, jika memang siibu tidak kuasa untuk menyusui karena
faktor kesehatan atau yang lain, hendanya ia mencari solusi, diantaranya
dengan menyusukan anaknya kepada orang lain dengan membayar
sejumlah uang sebagai imbalan jasa. 28
Surat at- thalak ayat 6
هن لتضي قوا عليهن وإن أسكنوهن من حيث سكنتم م ن وجدكم ول تضاأرو ل لهن يضعن حت عليهن فأنفقوا كن أولت ح اتوهن ف لكم أرضعن فإن ح
نكم بعروف أجورهن تروا ب ي ضع ت عاسرت وإن وأ ٦ى أخر لهۥأ فست
Artinya: “tempatkan mereka (para istri) dimana kamu bertempat
tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu
menyusahlkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka.
Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang
hamil maka berikanlah kepada mereka nafkah hanya sampai
mereka melahirkan kandunganya, kemudian jika mereka
menyusukan (anak-anak) mu maka berikanlah imbalanya
kepada mereka; dan musyawarahkanlah diantara kamu
(segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui
kesulitan, maka permpuan lain boleh menyusukanm (anak itu)
untuknya. (Q.S. At-Thalak:6).”
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada bekas suami untuk
mengeluarkan biaya-biaya yang diperlukan bekas istrinya untuk
memmungkinkan menyelenggrakan susuan yang baik bagi anak yang
diperoleh dari bekas suaminya itu.
28 Muhammad Nasi Bar-Rifa’i Hal 388
22
uang yang diterima bekas istri itu dinamakan upah, karena
hubungan perkawinan mereka telah terputus, sehingga diantara bekas
suami dan bekas istri itu adalah orang lain yang tiada hubungan hak dan
kewajiban suami istri lagi.
Yang masih ada adalah kewajiban, bekas suami sebagai ayah
anaknya, untuk mengeluarkan nafkah bagi anaknya itu sampai umur
baligh (berakal). Dengan demikian nafkah yang diperlukan untuk
menyusui anak tersebut, meskipun menyusui kepada ibunya sendiri,
harus dikeluarkan oleh ayah anak itu, yang dapat dinamakan upah
sebagai imbangan susun itu.
Surat al-qasas ayat 26
بت هما يأ ٱست قالت إحدى إن خي من ٱست
جره ٢٦ جرت ٱلقوي ٱلمين
Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya". (Q.S. Al-Qasas:26)”
Dari ayat diatas bahwa salah seorang anak nabi su’aib yang
bernama shofuro mengusulkan kepada ayahnya agar nabi musa diangkat
menjadi pekerja keluarganya. dan maka dari itu nabi musa bekerja selam
10 tahun dengan nabi syu’aib sebagi pengembala ternak dan hasil kerja
kerasnya dijadikan sebagi mas kawin untuk menikahi shofuro.
Maksud dari ayat tersebut jika kita ingin mempekerjakan
seseorang dikeluarga kita maka pilihlah ia yang kuat secara ilmu dan
23
kemampuan/skill dan perbuatan dan pilihlah ia yang bersifat jujur lagi
dapat dipercaya atau baik akhlaknya.
2. Hadist
Hadist Riwayat Ahmad, Abu Daud Dari Sa’id I Abi Waqqash Ia
Berkata: ان رسول الله صلئ ا الله عل يه و سلمعن سعد ابن و قا ص
كنا نكرى ال رض با على السوا ف من الذع ف ن هى قا ل : رسول الل صلى الل
ا بذهب اوورق عليه وسلم عن ذالك واأمرنا ان نكر ي ه (ااحدوا بودودى)روه
Artinya: “dari sa’d ibn abi waqas bahwa dia berkata: Dahulu kami
menyewa tanah dengan jalan membayar dari tanaman yang
tumbuh di sana. lalu Rasulullah melarang cara yang
demikian dan memerintahkan kami agar membayarnya
dengan uang mas atau perak”. (HR. Ahmad, dan Abu Daud,
dan nasa’i)”.29
Hadist Riwayat bukhari shaihih muslim Bahwa Nabi saw
Bersabda:
صلئ ا الله عل يه و سلم قا لت واستأ جر رسول الله عن عا ئشة زوج النب ابوبكر رجلا من بن الديل ها د ي عل يه و سلم و صلئ ا الله
خريت ا وهوعلى دبن كفاركريش فد ف عا اليه راحلت يهم ووعداه غار ث ور ب عد ثلاث ليا ل برا حلت يهم صبح ثلا ث
Artinya: dari aisyah istri nabi saw dia berkata, rasulullah saw
mengupah seorang laki-laki yang pintar sebagai petunjuk
jalan, laki-laki itu berasal dari bani dil termasuk kafir
quraisy, beliau berdua menyerahkan kendaraannya kepada
laki-laki itu (sebagi upah), dan keduanya berjanji kepadanya
29 Imam nasaiy, sunan nasaiy. (Dar. al fikr Beirut) hal 274
24
akan bermalam digua tsur selama tiga malam pada pagi hari
ketiga, keduanya menerima kendaraanya. 30
3. Ijma’ ulama
pada zaman sahabat ulama’telah sepakat akan kebolehan (jawaz)
akad ijarah, hal ini disadari pada kebutuhan masyarakat akan jasa-jasa
terentu seperti halnyakebutuhan akan barang-barang. ketika akan jual
beli diperbolehkan, maka terdapat suatu kewajiban untuk membolehkan
akad ijarah atas manfaat/jasa. karena pada hakikatnya, akad ijarah juga
merupakan akad jual beli namun pada objeknya manfaat/jasa. dengan
adanya ijma’, akan memperkuat keabsahan akad ijarah.31
Semua ahli fiqh sepakat akan kebolehan ijarah, dikarenakan
kebutuhan akan kemanfaatan dari ijarah. Tidak ada ulama pun yang
membantah kesepakatan ijma’ ulama. Akibat hukum dari ijarah yang
shahih adalah tetapnya hak milik atas uang sewa atau upah bagi
musta’jir (yang menyewakan). oleh sebab itu akad ijarah adalah akad
mu’awada, yang disebut jual beli manfaat.32
C. Rukun Dan Syarat Ijarah (Sewa-Menyewa)
1. Rukun ijarah (sewa -menyewa)
Menurut ulama hanafiyah bahwa rukun ijarah (sewa-menyewa)
hanya terdiri dari ijab dan qabul, baik dengan lafadh ijarah atau lafadz
yang menunjukan makna yang sama. Sedangkan menurut jumhur ulama
30 Hadis Shahih Bukhari Muslim Hal 297-298 31 Dimyaudin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
Hal 97 32 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2010), Hal 329
25
rukun ijarah terdiri dari mu’ajir (yang menyewa), musta’jir (penyewa),
manfaat, dan shighah (ijab dan qabul).33berikut adalah penjelasanya
yaitu:
a. Pelaku akad (al-mu’jir dan al-musta’jir)
al-mu’jir, yaitu orang yang menyewakan dirinya atau pekerja
(pemberi jasa), sedangkan orang yang dimaksud al musta’jir adalah
orang yang menyewa (penyewa). Sighat akad dari kedua belah
pihak, yakni perikatan atau perjanjian yang diperoleh melalaui
transaksi ijarah (sewa-menyewa).34
kedua pelaku transaksi diisyaratkan berakal dan mumayyiz
(mengerti harga, takaran dan timbangan). seandainya salah satu dari
keduanya merupakan orang gila atau anak kecil yang belum
mumayyiz, maka taransaksi ijarah diangap tidak sah dan batal.35
meskipun demikian, orang kafir sah melakukan akad ijarah dengan
seorang muslim, seperti yang dipraktekan oleh Ali tentang ijarah
dalam bentuk tanggungan dengan kta lain ijarah hanya sah dilakukan
oleh orang yang diperkenankan membelanjakan hartanya karena
ijarah merupakan akad yang berorientasi pada keuntungan seperti
halnya jual beli.
33 Qomarul Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: teras 2011), Hal 80 34 Hamzah Ya’kub, Kode Etik Dagang Menurut Islam (Bandung: Diponegoro, 1992 Hal
171 35 Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya, Al-Faili Ringkasan Fiqh Sunnah Sayyid Sabiq
(Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2009), Hal Hal 803
26
Persyaratan berikutnya adalah mu’jir mampu menyerahkan
manfaat barang, karena itu tidak sah hukumnya menyewakan barabg
ghasaban kepada orang yang tidak mampu mengambil alih barang
tersebut setelah kesepakatan akad. begitu pula, tidak sah
menyewakan tanah gersang untuk bercocok tanamanan, yaitu tanah
yang tidak bisa menyerap air, baik air hujan musiman atau lelehan
salju dari bukit.36
b. Shighat akad (ijab dan qabul)
Ijab dan qabul adalah suatu ungkapan antara kedua belah
pihak dalam transaksi sewa-menyewa suatu barang atau benda. Ijab
adalah permulaan penjelasan yang keluar dari salah seorang yang
berakad dengan menggambarkan keinginannya dalam melakukan
akad. Qabul adalah kata yang keluar dari pihak lain yang sudah
adanya ijab untuk menerangkan persetujuannya.37
Sewa-menyewa akan menjadi sah apabila ada akad baik
dalam bentuk lisan atau pun lisan yang menunjukan adanya
persetujuan antara kedua belah pihak dalam melakukan sewa-
menyewa.
Contoh persyaratan ijab dan qabul misalnya mu’jir
mengucapakan “aku sewakan benda ini kepadamu selama setahun
dengan uang sewa sekian”, lalu penyewa berkata “aku terima”, atau
36 Wahbah Zuhaili, Fiqh Iman Syafi’i 2, (Jakarta: Al-Mahira, 2008), Hal 40 37 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Jakarta: PT. raja grafindo
persada), Hal 101
27
“aku sewa”. menurut pendapat ashah, ijarah sah dengan ucapan,
“aku menyewakan manfaat barang ini kepadamu”, dan tidak sah
dengan redaksi, “aku jual manfaat ini barang ini kepadamu”, karena
istilah “jual beli” digunakan untuk mengalihkan hak kepemilikan
atas barang, tidak berlaku dalam pengalihan manfaat. sebaiknya jual
beli pun tidak sah dengan redaksi ijarah. 38
c. Ujrah (upah atau imbalan)
Imbalan yang diterima seseorang atas pekerjaanya dalam
bentuk materi, pihak penyewa dan yang menyewakan mengadakan
kesepakatan mengenai harga sewa dimana antar keduanya terjadi
penawaran. Pada dasarnya ujrah diberikan pada saat terjadinya akad
sebagaimana dalam transaksi jual beli.
Tetapi pada waktu akad para pihak dapat mengadakan
kesepakatan boleh diadakan dengan mendahulukan imbalan dan
mengakhirkan imbalan.
syarat-syarat upah adalah:
1. sudah jelas/ sudah diketahui
2. uang sewa harus diserahakan bersamaan dengan penerimaan
barang yang disewa, jika lengkap manfaat yang disewa, maka
uang sewanya juaga harus lengkap.
d. Manfaah/manfaat
38 Wahbah Zuhaili, Fiqh Iman Syafi’i 2, (Jakarta: Al-Mahira, 2008), Hal 41
28
Barang yang disewakan benar-benar berharga dan tidak
hilang zat yang disewakan. Iman taqiyuddin menjelaskan bahwa
tidak boleh menyewakan barang atau benda yang tidak bermanfaat
atau terlarang sebab termasuk barang yang batal. 39 Unsur yang
penting dalam transaksi ini yaitu kedua belah pihak cakap dalam
bertindak dan mampu membedakan yang baik dan yang buruk
(berakal). Imam asy-syafi’I dan hambali menambahkan satu syarat
lagi yaitu dewasa (baliqh).
Perjanjian sewa-menyewa yang dilakukan orang belum
berkemampuan untuk membedakan mana yang baik dan yang
buruk.
syarat-syarat sah manfaat yang mengharuskan adanya upah
yaitu
1. Hendaknya manfaat bisa ditaksir atau dihargai seperti menyewa
hewan untuk dinaiki, atau menyewa rumah untuk tempat tinggal.
2. Hendaknya manfaat bisa dimanfaatkan oleh orang yang
menyewa.
2. Syarat-syarat ijarah (sewa-menyewa)
a. Syarat syarat ijarah
1) Syarat wujud (syarth al-in’iqad)
39 Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, Khifatul Akhyar, Jilid 2 Terjemah, Achmad
Zaidun & A Ma’ruf Asrori (Surabaya: PT Bina Ilmu 1997), Hal 4000
29
Syarat terjadinya akad berkaitan dengan aqid, akad dan
objek akad. Syarat yang berkaitan dengan aqid adalah berakal,
dan mumayyiz.40 yang terkait dengan dua orang yang berakad.
menurut ulama syafiyah dan hanaballah diisyartkan telah baliq
dan berakal.41
2) Syarat berlaku/ kelangsungan akad (syarth an-nafaaz)
Untuk kelangsungan akad ijarah diisyaratkan terpenuhinya
hak milik atau wilayah. Apabila sipelaku (aqid) tidak
mempunyai hak kepemilikan atau kekuasaan, maka akadnya
tidak bisa dilangsungkan dan menurut hanfiyah dan malikiyah
statusnya maufuq (ditanguhkan). menuggu persetujuan
sipemilik barang akan tetapi, menurut syafi’iyah dan hanabillah
hukumnya batal seperti halnya jual beli
3) Syarat sah (syarth as-shihah)
Syarat sah ijarah harus dipenuhi beberapa syarat yang
berkaitan dengan aqid (pelaku akad), mauqud alaih (objek),
ujrah (sewa atau upah), dan akadnya sendiri.
a) Kerelaan kedua pelaku akad
Syarat ini diterapakan sebagaimana diterapakan
dalam akad jual beli seperti firman allah dalam QS. Anisa
ayat 29
40 Ahmad Wardi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2010), Hal 110 41Abdul Rahman I Doi, Fiqh Muamlah Syariah III (Jakarta: Raja Granfindo Persada,
1996), Hal 279
30
كلوأا أم ي ها ٱلذين ءامنوا ل ت رة عن يأ طل إلأ أن تكون ت نكم بٱلب لكم ب ي و
٢٩ ا يمرح بكم كان ٱلل إن أنفسكم ت قت لوأا ول م نكم ت راض Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”
b) Hendaknya objek akad (yaitu manfaat) diketahui sifatnya
guna menghindari perselisihan
Jika manfaat itu tidak jelas dan menyebabkan
perselisihan, maka akadnya tidak sah karena ketidak jelasan
mengahalagi penyerahan dan penerimaan sehingga tidak
tercapai maksud akad tersebut.
Kejelasan objek akad (manfaat) terwujud dengan
penjelasan tempat manfaat, masa waktu,
1) Penjelasan tempat manfaat
Adalah mengetahui barang yang disewakan. Jika
ada orang berkata “saya sewakan salah satu dari rumah
ini atau salah satu kendaraan atau salah satu pekerjaan
ini” maka hukum akad ini tidak sah, karena adanya
ketidak jelasan barang yang disewakan.
Menurut ulama hanafiyah yang masyhur yaitu
perkataan abu hanifah dan abu yusuf, tidak boleh
seseorang menyewa sungai kering atau tempat tertentu
31
untuk mengalirkan guna untuk mengairi tanah. Karena
ukuran banyak sedikitnya air yang dialirkan ke sungai
tersebut adalah berbeda. Air dalam jumlah banyak dapat
mebahayakan sungai tersebut. Sesuatu yang berbahaya
tentu saja dikecualikan dalam akad secara tidak langsung.
Sedangkan jumlah sedikit air tidak memiliki ukuran yang
tepat. Dengan demikian, tempat akad tersebut statusnya
tidak sah.
2) Penjelasan masa dan waktu
Adalah unsur yang penting dalam penyewaan
apartemen, rumah, tokoh, dan penyewaan perempuan
untuk menyusui. Hal ini objek akad menjadi tiadak jelas
kadarnya kecuali dengan penentuan waktu tersebut. Oleh
karena itu, tidak menyebutkan masa waktu akann
menyebabkan terjadinya pertikaian.
Ijarah hukumnya sah baik dalam waktu Panjang,
maupun pendek. Ini adalah pendapat mayoritas ulama,
termasuk ulama syafi’iah dalam pendapat yang sahih.
Mereka mengatakan bahwa akad ijarah adalah sah dalam
waktu yang diperkirakan bahwa barang tersebut masih
eksis menurut pandangan para ahli, masa penyewaan
tidak ada batas terlamanya karena tidak ada ketentuan
dalam syar’i.
32
Ulama hanafiyah tidak mensyaratkan penentuan
masa pemulaan ijarah. jika akad ijarah tidak disebutkan
masa pemulaan penyewaan, maka waktu yang mengikuti
akad adalah diangap waktu pemulaan, yaitu bulan akad
setelah terjadi.
Sedangkan ulama syafi’iyah berpendapat bahwa
penentuan masa awal adalah syarat yang harus disebutkan
dalam akad. Karena dengan tidak ada penentuan
menyebabkan ketidak jelasan waktu sehingga pun objek
akad ijarah menjadi tidak jelas.
Pendapat abu hanifah dari abu yusuf. Jika ijarah
dilaksanakan satu bulan atau beberapa bulan atau
beberapa tahun yang diketahui di awal bulan, maka
perhitungan bulan itu menggunakan penampakan bulan
sabit (sebagai tanda awal bulan) dan jika ijarah terjadi
pada sebagian bulan, maka perhitungannya dengan hari
karena tidak mungkin menggunakan perhitungan
kemunculan bulan sabit. Begitu juga akad yang
menggunakan perhitungan bulan dan tahun. Jika akad
terjadi diawal bulan maka seluruh bulan dalam setahun
dihitung dengan penampakan bulan sabit karena ini
adalah hokum asalnya, akan tetapi, jika akad itu dilakukan
33
diengah bulan, maka perhitungannya seluruh hari ini
menggunakan hari ini.
c) Hendaknya objek akad dapat diserahkan secara nyata (hakiki)
maupun syara’
Menurut kesepakatan fuqaha, akad ijarah tidak
dibolehkan terhadap sesuatu yang tidak dapat diserahkan baik
secara nyata (hakiki). Seperti menyewa onta yang lepas dan
orang bisu untu bicara. Maupun secara syara’seperti
menyewa wanita haid untuk membersihkan masjid, seorang
dokter mencabut gigi sehat. Penyihir mengajarkan sihir.
Menurut abu hanifah, zufar, dan ulama hanabillah tidak
dibolehkan menyewakan Sesuatu yang dimiliki Bersama
selain kepada mitranya, seperti menyewa bagian seseorang
dan rumah milik Bersama kepada bukan mitranya, seperti
menyewa bagian seseorang dari rumah milik Bersama kepada
bukan mitranya, baik bagian orang tersebut jelas, maupun
tidak jelas, karena sesuatu yang menjadi milik Bersama tidak
bisa diserahkan. sebab penyerahan barang seperti ini adalah
dengan menyerahkan seluruh barang itu adalah milik mitra.
Dalam rangka milik Bersama setiap bagiannya adalah
milik Bersama dan bagian mitra bukan termasuk objek akad
34
iaarah diatas sehingga secara syara’ tidak mungkin
diserahkan42.
4) Syarat mengikatnya akad ijarah (syarth lazim)
Agar akad ijarah itu mengikat, diperlukan dua syarat:
a) Benda yang disewakan harus terhindar dari cacat yang
menyebabkan terhalangnya pemanfaatan atas benda yang
disewa itu apabila terdapat suatu cacat yang demikian
sifatnya, maka orang yang menyewa (musta’jir) boeleh
memilih antara meneruskan ijarah dengan pengurangan uang
sewa dan membatalkanya.43 Untuk kasus demikian, uang
sewa yang telah disepakati dalam aqad dikalkulasikan sesuai
dengan kadar manfaat yang telah digunakan dan manfaat
yang tersisa.44
b) Tidak terdapat udzur (alasan) yang dapat membatalkan aqad
ijarah. misalnya udzur pada salah seorang yang melakukan
akad, atau pada sesuatu yang disewakan. Apabila terdapat
udzur, baik pada pelaku maupun pada maqud ‘alaih, maka
pelaku berhak membatalkan aqad.
Hanafiah membagi udzur yang menyebabkan fasakh
kepada tiga bagian:
42Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Waadilatuhu Jilid 5, (Jakarta: darul hak 2011), Hal
390-392 43 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: Amzah 2010), Hal 327 44 Wahbah Zuhaili, Alfiqhu Asy-Syaf’i Al Muyassar (Jakarta: Almahira 2010), Hal 57
35
(1) Udzur dari sisi musta’jir (penyewa). Misalnya musta’jir
pailit (muflis) atau pindah domisili.
(2) Udzur dari segi mu’jir (orang yang menyewakan).
Misalnya mu’jir memiliki utang yang sangat banyak
yang tidak ada jalan lain untuk membayarnya kecuali
dengan menjual barang yang sdisewakan dan hasil
penjualnnya digunakan untuk melunasi utang tersebut.
(3) Udzur yang berkaitan dengan barang yang disewakan
atau sesuatu yang disewakan.45
Segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dan keadaan
tetap utuh (tidak berubah), maka boleh menyewakannya jika
manfaatnya itu ditentukan dengan salah satu perkara, dengan
jangka waktu atau pekerjaan.46 Ijarah diisyaratkan demi
memenuhi kebutuhan manusia. Mereka membutuhkan
rumah untuk ditepati, sebagian dari mereka membutuhkan
pelayanan sebagian yang lain, membutuhkan hewan tunggan
untuk dikendarai dan membawa beban, membutuhkan tanah
dan lahan untuk ditanami. 47
b. Syarat-syarat sah penyewa adalah:
45 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah 2010), Hal 327 46 Abu Syuja’ Al-Ashfahani, Fiqh Praktis Madhab Syafi’I, Matan Abu Syuja’, (Solo:
Kuttab Publisishing, 2016), Hal 186 47 Syech Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fiqh Sunnah Sayyid Sabiq,
(Jakarta: Pustaka Al Kausar, 2009), Hal 803
36
1. Kedua orang berakad saling ridho (saling rela). Apabila salah
satu orang terpaksa maka akadnya tidak sah. Seperti firman
Allah dalam QS. Anisa ayat 29: yang berbunyi
نكم بٱلبطل إلأ أن تكون لكم ب ي كلوأا أموي ها ٱلذين ءامنوا ل ت ترة يأ
عن ت ر ٢٩ ايمرح بكم كان ٱلل إن أنفسكم ت قت لوأا ول م نكم اض
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”48
2. Manfaat suatu benda yang diakadkan diketahui secara sempurna
sehingga dapat mencegah terjadinya perselisihan dikemudian
hari. yang dapat mencegah terjadinya persengketaan diperoleh
dengan beberapa hal, pertama melihat dari segi benda yang ingin
disewakan, dengan menjelaskan apabila dapat dipastikan dengan
jelas. Kedua menjelaskan masa sewanya, seperti sebulan setahun
atau lebih banyak dari pada itu. Ketiga menjelaskan pekerjaan
yang diinginkan.
3. Sesuatu yang diakadkan dapat diambil manfaatnya secara
sempurna dan syar’i. diantara ulama ada yang mensyaratkan dan
melarang menyewaan barang milik persekutuan kepada selain
rekanan. Yang demikian itu, karena manfaat barang milik
48 Ahmad Wardi, Fiqh Muamalat (Jakarta: Hamzah ,2010), Hal 322
37
persekutuan tidak bisa diambil secara sempurna, ini adalah
pendapat abu hanifah dan zuma.
sementara menurut fukaha, barang milik persekutuan
boleh disewakan secara muthlak, baik kepada rekanan maupun
maupun kepada orang lain, karena barang milik persekutuan
memiliki manfaat. Penyerahan bisa didilakukan dengan
pengosongan atau dengan pembagian manfaat, sebagimana
halnya itu boleh dilakukan dalam jual beli. Penyewaan adalah
salah satu jenis jual beli. Apabila pembagian manfaat tidak
ditentukan, penyewaan batal.
4. Barang disewakan bisa diserahkan Bersama manfaat yang
menyertainya. Tidak boleh menyewakan binatang yang lepas atau
barang yang dirampas dan tidak mampu direbut kembali atau
tidak bisa dimiliki lagi karena tidak bisa diserahkan. Tidak boleh
juga menyewakan tanah yang tidak bisa ditanami atau tidak bisa
menumbuhkan tanaman, atau binatang yang cacat untuk
mengakat barang karena tidak ada manfaat yang menjadi objek
akad.
5. Manfaat yang diakadkan hukumnya mubah, bukan haram dan
bukan wajib. Tidak boleh melakukan penyewaan untuk perbuatan
maksiat karena perbuatan maksiat wajib ditinggalkan. Siapa saja
yang mengupah seseorang untuk membunuh orang lain secara
zalim atau untuk membawakan khamar, atau menyewa rumah
38
untuk dijadikan tempat penjualan khamar, tempat penjualan
khamar, tempat penjualan judi, atau gereja, maka penyewaan ini
batal.
Upah yang diperoleh oleh peramal (kahin) dan dukun
(‘arraf) dari keduanya pekerjaan tidak halal karena merupakan
imbalan dari perbuatan haram dan merupakan bagian dari
makanan harta manusia dengan cara yang bathil. Tidak boleh pula
mengupah seseorang untuk mengerjakan sholat dan puasa karena
ini merupakan pardu ain yang harus dikerjakan sendiri oleh orang
yang berkewajiban.49
6. Upah atau sewa dalam ijarah harus jelas 50
D. Macam-Macam Ijarah (Sewa-Menyewa)
Praktek (sewa-menyewa) sering diartikan bahwa yang dijadikan
objek sewa-menyewa adalah benda atau barang, padahal selain itu juga ada
objek sewa-menyewa yang dibolehkan dalam syara’untuk dijadikan objek
ijarah sewa-menyewa.
ulama fiqh membagi akad Ijarah yang dilihat dari segi objeknya
kedalam dua macam:
1. Ijarah bil manfaat atau benda, (ijarah ‘ala al-manafi’) yaitu sewa-
menyewa yang objeknya bersifat manfaat atau benda seperti: sewa-
49 Sayid Sabiq. Fiqh Sunnah Jilid V, (Jakarta, Pt Pustaka Abdi Bangsa 2018) Hal 117-118 50 Abdul Rahman, Ghufron Ihsan, Dkk, Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana Pranada
Media Grup, 2010), Hal 280
39
menyewa rumah, Sewa-menyewa toko, Sewa-menyewa pakain, Sewa-
menyewa kendaraan, Sewa-menyewa perhiasan.
Dalam akad ijarah tidak dibolehkan menjadikan objeknya
sebagai tempat yang dimanfaatkan untuk kepentingan yang dilarang
oleh syara’. Para ulama berbeda pendapat kapan akad ijarah ini akan
dinyatakan ada. Menurut ulama hanafiah dan malikiah, akad ijarah dapat
ditetapakan sesuai dengan perkembangan manfaat yang dipakai.
Konsekuensi dari pendapat ini adalah bahwa sewa tidak dapat dimiliki
oleh pemilik barang ketika akad itu berlangsung, melainkan harus
dilihat dahulu perkembangan penggunaan manfaat tersebut.
Sementara itu ulama syafi’iah dan hanabillah berpendapat ijarah
ini sudah tetap dengan sendirinya sejak akad ijarah terjadi. Karena akad
ijarah memiliki sasaran manfaat dari benda yang disewakan, maka pada
dasarnya penyewa berhak untuk memanfaatkan barang itu sesuai
dengan keperluannya. Bahkan dapat meminjamkan atau menyewakan
kepada pihak lain sepanjang tidak menganggu merusak barang yang
disewakan.
Namun penjelasan akad ijarah ‘ala al-manafi adalah sebagai
berikut:
a) Ijarah al- ‘ardh (akad sewa tanah) untuk ditanami atau didirikan
bangunan. Akad sewa tersebut baru sah jika dijelaskan
peruntukannya. Apabila akadnya untuk ditanami harus diterangakn
40
jenis tanamannya, kecuali jika pemilik tanah (mu’jir) memberi izin
untuk ditanami tanaman apa saja.
b) Akad sewa pada binatang harus jelas peruntukanya, untuk angkutan
atau kendaraan dan juga masa pengunaanya. Karena binatang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai macam pekerjaan jadi untuk
menghindari sengketa dikemudian hari harus disertai penjelasan pada
waktu aqad.
2. Ijarah yang bersiafat pekerjan (ijarah ‘ala al-a’mal) yaitu sewa-
menyewa yang bersifat pekerjaan atau jasa. Adalah cara mempekerjakan
seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Adalah dengan cra
mempekerjakan seseorang untuk melakukan pekerjaan.
Al-ijarah yang seperti hal ini hukumnya boleh menurut ulama
fiqh apabila, jenis pekerjaan itu jelas seperti buruh tani, tukang jahit,
buruh bagunan, dan tuakang sepatu. Ijarah seperti ini dibagi dua yaitu:
a) Ijarah yang bersifat pribadi, seperti mengupah seorang pembantu
rumah tangga.
b) Ijarah yang bersifat serikat yaitu, seseorang atau sekelompok orang
yang menjual jasanya untuk kepentingan orang banyak, seperti
buruh pabrik dan tukang jahit. 51
51 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), Hal 132
41
Pada saat ini perkembangan dibidang muamalah begitu cepat , jenis
sewa-menyewa yang dulunya terbatas hanya beberapa saja namun pada saat
ini jenisnya telah beragam, diantaranya:
1. Sewa-menyewa tanah
Dalam hukum islam Sewa menyewa tanah dibolehkan, dengan
menjelaskan tujuan dan kegunaaannya. apakah tanah tersebut digunakan
untuk pertanian atau untuk bangunan. apabila tanah digunakan untuk
pertanian maka harus dijelaskan apa yang ditanam, kecuali pemilik tanah
mengizinkan penyewa untuk menanam apa saja yang dikehendaki.
Dibolehkan menyewa tanah dan disyaratkan menjelaskan kegunaan
tanah yang disewa, menjelaskan jenis tanaman apa yang ditanam,
kemudian dengan pembayaran yang jelas misalnya dengan uang, emas
atau perak
jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi maka maka penyewaannya
batal karena manfaat tanah berbeda seiring perbedaan pengunaannya
untuk pembangunan atau pertanian, sebagimana umur tanaman juga
berbeda satu sama lain. jika syarat-syarat tidak dipenuhi, maka ijarah
dinyatakan batal fasikh (tidak sah).
2. sewa-menyewa binatang (hewan)
Dalam hukum islam sewa-menyewa binatang dibolehkan. dengan
syarat menjelaskan kegunaan dan tujuan penyewaan binatang tersebut
apakah untuk tunggangan atau angkutan, serta menjelaskan tentang
barang apa yang diangkut diatasnya dan siapa yang menunganginya.
42
ketika binatang yang disewakan untuk angkutan dan tunggangan
mati apabila sebelumnya ia memiliki cacat lalu mati maka penyewaannya
batal. akan tetapi, apabila sebelumnya ia tidak memiliki cacat lalu mati
maka maka penyewaannya tidak batal. pemilik binatang wajib
mendatangkan binatang lainya. ia tidak memiliki hak untuk membtalkan
hak karena penyewan berlaku pada manfaat dalam tanggungan dan ia
mampu menunaikan apa yang menjadi kewajibanya berdasarkan akad.
3. sewa-menyewa rumah untuk ditepati
Dalam hukum islam Sewa-menyewa rumah untuk ditepati
diperbolehkan. menyewakan untuk ditepati tinggal oleh penyewa atau
sipenyewa menyuruh orang lain untuk menepatinya dengan cara
meminjamkan atau menyewakan kembali, diperbolehkan dengan syarat
rumah tersebut tidak boleh ditingali oleh orang yang dapat
membahayakan bangunan atau merusak, seperti tuakang besi dan
sejenisnya.
4. sewa-menyewa barang sewaan
sewa-menyewa barang sewann diboleh asalkan barang yang
disewanya adalah binatang maka ia harus disewakan jenis pekerjaan
yang sama atau pekerjaan yang mirip untuknya saat ia disewa pada kali
pertama agar resikonya minim.
43
penyewa boleh menyewakan barang sewaan setelah ia menerimanya
dengan sewa yang sama, lebih besar, atupun lebih kecil dari pada sewa
yang tidak dibayarkanya. dan ia boleh mengambil persentase (komisi). 52
E. Berakhirnya Akad Ijarah
Ijarah adalah jenis akad lazim yaitu akad yang tidak membolehkan
fasakh pada salah satu pihak, krena ijarah merupakan akad pertukaran
kecuali apabila terdapat hal-hal yang mewajibkan faskh. Pada waktu proses
perjanjian ijarah telah sempurna maka kesepakatan itu bersifat tetap
(statusnya tidak beruabah). Masing-masing pihak yang mengadakan akad
tidak berhak membatalkan akad secara sepihak kecuali ditemukan cacat.
Akad ijarah yang berjangka waktu tidak boleh menyertakan syarat
khiyar, karena khiyar mencegah penggunaan hak. Hal ini menafikan
keabsahannya. Allah berfirman:
ي ها ٱلذين ءامن وأا أوفوا بٱلعقود أحلت لك لى عليكم غي م بييأم إل ما ي ت ع مة ٱلن
كم ما يريد إن ٱلل ي١مل ي ٱلصيد وأنتم حرم
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan
dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang
dikehendaki-Nya Sedangakan khiyar majlis, sebagaimana pendapat yang dirajihkan
imam nawawi, dapat diberlakukan karena khiyar majelis berlangsung
52 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 4, (Kartasura: Insan Kamil), Hal 189
44
relative sebentar masing-masing piahak boleh meniadakannya.53Ijarah
adalah akad dengan batas waktu yang didalamnya harus terdapat
pengukuran manfaat dan penentuannaya dengan waktu.
Oleh karena itu tidaka ada nash yang menentukan batas maksimal
dan minimal untuk masa ijarah, maka penentuannya diserahkan kepada
para pelakunya dengan syarat bahwa masa tersebut harus memberikan
waktu yang cukup untuk kerja, dan barang yang disewakan harus tetap utuh
setelah dimanfaatkan. 54
Para ulama fiqh berbeda pendapat tentang berakhirnya akad ijarah
1. Menurut Ulama hanafiyah berpendapat bahwa akad al-ijarah itu
bersifat mengikat, tetapi boleh dibatalkan secara sepihak apabila
terdapat uzur dari salah satu pihak yang berakad seperti salah satu wafat
atau kehilangan kecakapan bertindak dalam hukum. Apabila seseorang
meninggal dunia maka akad al-ijarahnya batal, karena manfaat tidak
boleh diwariskan.
2. Al-Kasani berpendapat dalam kitab al-badaa’ui ash-shanaa’iu
berakhir akad ijarah adalah sebagai berikut:
a. Objek al-ijarah hilang atau musnah seperti, rumah yang disewa
terba atau kendaraan yang disewakan hilang.
53 Wahbah Zuhaili, Alfiqhu Asy-Syaf’i Al Muyassar (Jakarta: Almahira 2010), Hal 39
54 Muhammad Jawab Mughniyah, Fiqh Imam Ja’far Ash Shadiq ‘Ard Wa Istidlal,
(Jakarta: Lentera, 2009), Hal 681
45
b. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad al-ijarah telah
berakhir. Apabila yang disewakan itu rumah, maka rumah itu
dikembalikan kepada pemiliknya, dan apabila yang disewkan itu
jasa seseorang mka orang tersebut berhak menerima upahnya.
c. Wafatnya salah seorang yang berakad
d. Apabila ada uzur dari slah satu pihak, seperti rumah yang
disewakan disita negara karena terkait adanya utang, maka akad al-
ijarahnya batal. 55
3. Sayyid sabiq berpendapat ijarah batal karena ada hal berikut:
a. terjadinya aib (cacat) barang sewaan ketika berada ditangan
penyewa.
b. rusaknya barang yang disewakan, seperti ambruknya ruamah.
c. rusaknya barang yang diupah, seperti baju yang diupahkan untuk
dijahitkan, karena tidak terpenuhi sesudah rusaknya (barang).
d. terpenuhi manfaat yang diakadkan sesuai dengan masa yang
ditentukan.
penganut mazhab Hanafi berpendapat salah satu pihak yang berakad
boleh membatalkan ijarah, apabila ada kejadian-kejadian luar bisa, seperti
tercurinya barang-barang dagangan. 56
55 Abdul Rahman Ghazali Dkk, Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana 2010), Hal 283 56 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 13 (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), Hal 29
46
Perjanjian ijarah akan ditolak apabila bersatu dengan persetujuan
bersyarat.57 ijarah yang batal menimbulkan konsekuensi adanya
pembayaran yang sepadan dengan uang sewa yang uang sewa yang telah
ditetapkan dalam akad ijarah yang sah, baik musta’jir telah memanfaatkan
barang sewaan maupun belum. Dikarenakan ijarah statusnya sama dengan
jual beli, dan manfaatnya sama seperti barang yang diperjual belikan.58
Apabila masa sewa telah berakahir, penyewa wajib mengembalikan
barang sewaannya. Setelah masa sewa berakhir, barang itu menjadi amanat
bagi penyewa.59 Apabila benda ijarah berupa benda bergerak, benda
tersebut diserahkan kepada pemiliknya. Untuk benda yang tidak bergerak,
musta’jir harus menyerahkanya dalam keadaan kosong dari harta miliknya,
jika benda yang disewakan berupa tanah pertanian, maka tanah tersebutS
diserahkan dalam keadaan kosong dari tanaman.60
F. Manfaat Dan Hikmah Ijarah (Sewa-Menyewa)
1. Manfaat ijarah
a. Dapat ikut memenuhi hajat yang banyak
b. Menumbuhkan sikap saling menolong dan kepedulian terhadap
orang lain.
57 Abdul Rahman I Doi, Fiqh Muamalah Syariah III, Hal 43 58 Wahbah Zuhaili, Al Fiqhu Asy-Syafi ‘I Al Mayyasar, (Jakarta: Al Maihira 2010), Hal
56 59 Syech Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fiqh Sunnah Sayyid Sabiq
(Jakarta: Pustaka Al Kausar 2009), Hal 810 60 Qomarul Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Teras, 2011), Hal 89
47
c. Dapat menciptakan hubungan silahturahim dan persaudaraan antar
penyewa dan yang menyewkan. 61
2. Hikmah ijarah
Bermuamalah dengan suatu akad ijarah (sewa-menyewa) dalam
kehidupan bermasyarakat, maka syariat islam membenarkannya.
Seseorang dapat memenuhi salah satu kebutuhan hidupnya tanpa harus
melakukan pembelian barang, karena jumlah uangnya yang terbatas,
misalnya dengan menyewa rumah, sementara pihak yang lainnya
kelebihan rumah dan dapat menyewakannya untuk memperoleh uang
dalam rangka memenuhi kebutuhan lainya.
Beberapa orang banyak yang tidak dapat membeli kendaraan,
karena harganya yang tidak terjangkau, namun demikian, setiap orang
dapat menikmati angkutan tersebut dengan jalan menyewaken.
Kendaraan dan angkutan adalah kebutuhan vital dalam kehidupan
sehari-hari, banyak pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan sendiri,
karena terbatasnya tenaga dan keterampilan. Misalnya mendirikan
bangunan dalam keadaan ketika kita harsu menyewa tenaga buruhyang
memiliki kesanggupan dalam pekerjaan tersebut. 62
Hikmah dalam pensyariatan sewa-menyewa sangat besar sekali,
karena didalam sewa-menyewa terdapat unsur saling tolong-menolong
antara makhluk dengan makhluk yang lainnya. Karena perbuatan yang
61 Khumedi Ja’far Hal 134-139 62 Hamzah Ya’kub, Kode Etik Dagang (Bandung: Cv. Diponegoro, 1992), Hal 319-320
48
dilakukan satu orang pastilah tidak sama dengan perbuatan yang
dilakukan oleh dua orang atau tiga orang misalnya, apabila sewa-
menyewa dalam bentuk barang maka dalam akad persewaan
diisyaratkan untuk menyebutkan siafat dan kualitasnya.
Hikmah dalam sewa-menyewa adalah untuk mencegah terjadinya
permusuhan dan perselisihan. Tidak boleh menyewakan barang yang
tidak ada kejelasan manfaatnya, yaitu sebatas perkiraan dan terkaan
belaka. Barangkali tanpa disadari barang tersebut tidak ada manfaat
yang diterima atau tidak bias digunakan. 63
63 Syekh Ali Ahmad Al-Jarjawi, Indahnya Syari’at Islam (Jakarta: Gema Insani,2006),
Hal 488
49
BAB III
PANDANGAN FIQH MUAMALAH TERHADAP SEWA-MENYEWA
KEBUN KELAPA SAWIT DI NAGARI BAWAN
A. Monografi Nagari Bawan
1. Sejarah Penamaan Nagari Bawan
Asal-usul Nagari Bawan berawal dari kata baawan (berawan).
Lama-kelamaan semakin cepatnya masyarakat mengucapkan kata baawan
tersebut, berubahlah kata baawan menjadi Bawan. Nagari Bawan asal
mulanya bernama Lambah Bawan (lembah yang berawan), Dahulunya ada
sekelompok orang pendatang dari daerah luar dahulunya, orang itu dia mau
mencari tempat untuk berkebun.64
Karena sudah sekian jauh lama berjalan. Sampailah sekelompok
orang tersebut di Lambah Bawan (lembah yang berawan) ini. Sekelompok
orang itu menginaplah di Lambah Bawan (dataran rendah yang berawan)
ini. Nenek moyang orang bawan ini bertanya atau bersejarahlah istilahnya.
Rupanya pendatang yang sekelompok ini adalah orang dari Pariaman,
Lubuk Alung, bahkan ada orang dari Padang yang kesini.
Diperintahkanlah orang tersebut untuk berkebun oleh nenek moyang
Lambah Bawan (dataran rendah berawan) di daerah tersebut. diberikanlah
perjanjian, bersihkanlah hutan besar ini berapapun banyaknya ambillah
untuk berkebun, tidak diperjual belikan kata nenek moyang Lambah Bawan
64 Profil Nagari Bawan Tahun 2020
50
(dataran rendah yang berawan) ini. Pergilah sekelompok orang pendatang
tadi ini berjalan-jalan ke dalam hutan ini. Orang ini melihat bagaimana
permukaan tanah yang ada di tempat tinggalnya ini. 65
Rupanya sampailah orang ini ke daerah yang dinamakan dengan
Matua hingga saat sekarang ini. Matua merupakan daerah tertinggi di
Lambah Bawan (dataran rendah yang berawan) tersebut. Lalu sekelompok
orang tersebut memandang dari daerah Matua ke arah Lambah Bawan
(dataran rendah yang berawan) maka terlihatlah Lembah Berawan atau
dataran rendah yang berawan.
Daerah ini dahulunya banyak ditumbuhi dengan kayu-kayu. Apabila
kita memandang dari atas, maka banyak asap atau awan yang dilihat. Sudah
pukul delapan matahari belum juga tampak hingga pukul sepuluh barulah
matahari mulai tampak. udah siang hari belum juga kelihatan matahari lagi.
Itu makanya dinamakan Lambah Bawan (dataran rendah yang berawan). 66
Dengan demikian orang-orang yang ada disini khususnya orang
Lambah Bawan (dataran rendah yang berawan) memberi nama daerah ini
Lambah Bawan (dataran rendah yang berawan). Ternyata diantara banyak
kampung yang ada di Kecamatan Ampek Nagari ini, Lambah Bawan
(dataran rendah yang berawan) inilah kampung yang paling terendah.
Semakin banyak pendatang baru yang datang ke daerah ini, maka semakin
luas pula lahan yang dikelola untuk berkebun dengan melakukan
65 Profil Nagari Bawan Tahun 2020 66 Profil Nagari Bawan Tahun 2020
51
musyawarah dengan ninik mamak yang ada disini. dengan semakin
berkembangnya zaman daerah ini pun semakin maju, sehingga tanah yang
telah dikelola oleh orang banyak tersebut, didirikanlah sebuah Nagari yang
bernama Nagari Bawan, dahulunya bernama Lambah Bawan (dataran
rendah yang berawan). Karena daerah sudah semakin maju dan di
hilangkanlah nama Lambah (lembah atau dataran rendah) tersebut. Maka
jadilah nama Nagari ini, Nagari Bawan sampai saat sekarang ini.
Bawan adalah sebuah Nagari yang terletak di Kecamatan Ampek
Nagari kabupaten Agam provinsi Sumatera Barat. Nagari Bawan memiliki
luas wilayah 56.000 Ha67
2. Geografis Dan Topografis Nagari
Nagari Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam terletak
antara 0 sampai dengan 500 diatas permukaan laut. dengan bentangan alam
yang beragam seperti perbukitan, lembah dan daratan. secaraa ekonomis
keadaan alam yang demikian dengan ketinggian yang sedang dari
permukaan laut. dalam skala sedang menciptkan tingkat sosial masyarakat
yang rata-rata berprofesi petani, melihat daratan menyediakan lahan
produktif untuk Bertani. keadaan Demografis dan Topografis Nagari dapat
dilihat pada tabel diberikut ini.68
Tabel 3.1
Tabel Geografis
67 Profil Nagari Bawan Tahun 2020 68 Profil Nagari Bawan Tahun 2020
52
NO BENTANGAN LAHAN KETERANGAN
1.
2.
3.
Ketinggian Nagari dari permukaan laut
Curah hujan rata-rata/ tahun
Keadaan suhu rata-rata
0-500 Mdpl
3.500-400 MM
25-33 o C
3.2
Tabel Topografis /Keadaan Lahan
3. Batas Dan Pembagian Wilayah Nagari
Nagari bawan berbatasan dengan wilayah berikut sebagaimana
terlihat pada tabel berikut ini: 69
3.3
Tabel Batas Wilayah Nagari
69 Profil Nagari Bawan Tahun 2020
NO KEADAAN LAHAN LUAS (Ha)
1.
2.
3.
Daratan
Perbukitan
Dan lain-lain
3547
100
100
NO LETAK BATAS NAGARI KECAMATAN
1.
2.
3.
4.
Sebelah Utara
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur
Salareh Aia
Maggopoh
Tiku V Jorong
Batu Kambing
Dan Sitanag
Palembayan
Lubuk Basung
Tanjung Mutiara
Ampek Nagari
53
Nagari bawan memiliki luas wilayah 56.000 Ha yang memiliki 5
jorong dengan luas perjorongnya sebagaimana yang tergambar pada
tabel dibawah ini: 70
3.4
Tabel Pembagian Wilayah Nagari Bawan
Berdasarkan tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jorong
yang paling luas adalah jorong pasar Bawan yaitu 12.600 Km2, dan
jorong yang paling sedikit adalah jorong Malabur yaitu 9250
4. Jumlah Penduduk
Kondisi kependudukan Nagari Bawan terdiri dari penduduk tetap
dengan kepadatan penduduk 300/km dan pertumbuhan penduduk
70 Profil Nagari Bawan Tahun 2020
NO TERDIRI DARI LUAS (Km2)
1.
2.
3.
4.
5.
Jorong Pasar Bawan
Jorong Pudung
Jorong Malabur
Jorong Lubuk Alung
Jorong Anak Air Kasing
12.600
11.750
9.250
10.900
11.500
Jumlah 56.000 Km2
54
53,16% per tahun. dengan jumlah penduduk dirinci perjorong sebagai
berikut:
3.5
Tabel Berdasarkan Jumlah Penduduk Perjorong
Berdasarkan tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah
KK terbanyak diantara 5 jorong adalah jorong pasar Bawan sebanyak
1.278 KK dan jumlah KK yang paling sedikit adalah jorong Anak Air
Kasing sebanyak 748 KK71.
3.6
Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
71 Profil Nagari Bawan Tahun 2020
NO JORONG KK Lk Pr Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
Pasar Bawan
Pudung
Malabur
Lubuk Alung
Anak Air Kasing
1.278
1.164
784
827
748
2.723
2.635
1.671
1.853
1.739
2.603
2.432
1.554
1.686
1542
5.326 jiwa
5.067 jiwa
3.225 jiwa
3.539 jiwa
3.281 jiwa
Jumlah 4.801 10.621 9817 20.438 jiwa
55
NO GOLONGAN UMUR/
USIA
JUMLAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
0-1
1-4
5-14
15-44
45-56
65 keatas
679 jiwa
2.129 jiwa
5.179 jiwa
9.156 jiwa
2.274 jiwa
976 jiwa
Berdasarkan tabel diatas bahwa jumlah penduduk terbanyak
adalah usia 15-44 tahun yaitu dengan jumlah 9.156 jiwa, dan jumlah
penduduk yang paling sedikit adalah usia 0-1 tahun sebanyak 679 jiwa.
3.7
Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
NO URAIAN JUMLAH (Orang)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Karyawan
Pegawai Negeri Sipil
Abri
Wiraswasta/ Pedagangan
Tani
Buruh Harian
Pensiunan
Honorer
Polri
Guru
Dokter
Bidan
1340
50
30
789
7685
468
50
54
20
68
16
30
56
13. Mahasiswa 300
Berdasarkan tabel diatas, bahwa pekerjaan yang paling banyak
adalah tani berjumlah 7685 orang, dan pekerjaan penduduk yang paling
sedikit adalah Dokter berjumlah 16 orang.72
5. Kondisi Sosial
Kondisi sosial masyarakat Nagari bawan tidak terlepas dari indek
pertumbuhan dibidang Pendidikan, kesehantan, Ibadah, kondisi sosial
masyarakat sebagaimana digambarkan dalam tabel dibawah ini: 73
3.8
Tabel Jumlah Sarana Pendidikan
72 Profil Nagari Bawan Tahun 2020 73 Profil Nagari Bawan Tahun 2020
NO LOKASI
JORONG
JENJANG PENDIDIKAN
PAUD TK SD MI SMP MTS SMA MAS SMK
1. BAWAN 2 5 3 2 1
2. PUDUNG 4 3 1 1 1
3. MALABUR 4 2
4. LUBUK
ALUNG
4 1 1 1
5. ANAK AIR
KASING
2 2 1
57
Berdasarkan tabel diatas sarana Pendidikan terbanyak terdapat
dijorong bawan sebanyak 13 buah terdiri dari PAUD, TK, SD, MI,
SLTP, sedangkan sarana Pendidikan yang paling sedikit adalah di
jorong Anak Air Kasing yaitu 5 buah terdiri dari TK, SD, SLTP.74
3.9
Tabel Jumlah Sarana Kesehatan
NO
NAGARI
SARANA KESEHATAN
PUSKESMAS PUSKESRI POSYANDU KLINIK
1. BAWAN 1 5 7 4
3.10
Tabel Jumlah Sarana Ibadah
NO NAGARI SARANA IBADAH
1.
BAWAN
MESJID MUSHOLA
15 39
3.11
Tabel Kondisi Sosial Masyarakat Menurut Pendidikan
NO KONDISI PENDIDIKAN JUMLAH
1. Tamat SD 1.506
2. Tamat SLTP 3.040
74 Profil Nagari Bawan Tahun 2020
58
3. Tamat SLTA 5.078
4. Tamat Akademi 400
5. Tamat Sarjana 850
6. Pascasarjana 100
Jumlah 10.974
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 20.483 jiwa
jumlah penduduk Nagari Bawan yang menempuh Pendidikan adalah
sejumlah 10.974 jiwa, selain dari yang sudah bekeluarga dan lanjut usia
serta yang tidak melanjutkan pendidikan75
6. Kondisi Ekonomi
tabel 3.12
Kondisi Ekonomi Masyarakat Menurut Mata Pencarian
NO MATA PENCARIAN JUMLAH RUMAH TANGGA
1. Petani 7.685
2. Pegawai Negeri 500
3. Abri 50
4. Wiraswasta 200
5. Tukang 230
6. TNI/Polri 100
75 Profil Nagari Bawan Tahun 2020
59
7. Buruh Tani 1.040
8. Pedagang 80
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa yang paling banyak
jumlah Ekonomi masyarakat berdasarkan mata pencariaannya adalah
Petani sebanyak 7.685 orang dan yang paling sedikit adalah Abri
sebanyak 50 orang.76
B. Pelaksanaan Sewa-Menyewa Kebun Kelapa Sawit di Nagari Bawan
Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam
Sewa-menyewa adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sebagian
masyarakat yang ada di Nagari Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten
Agam. dalam Prakteknya Sewa-menyewa yang dilakukan masyarakat di Nagari
Bawan sebagaimana yang penulis temukan di Nagari Bawan. Mengenai hal ini
penulis mendapatkan keterangan dari beberapa pemilik kebun yang
menyewakan kebunnya, sebagaimana yang diungkapkan bapak Johon adalah
selaku pemilik dan yang menyewakan kebunya. bahwa ia telah melakukan sewa
-menyewa sejak tahun 2018 sampai 2020.77
Bapak Kadri yang juga selaku pemilik kebun, dan yang menyewakan
kebunnya. di Nagari ini juga mangatakan bahwasanya ia baru baru ini juga
melakukan sewa-menyewa kebunnya. yang mana para pemilik kebun lainya
76 Profil Nagari Bawan Tahun 2020 77 Johan, Pemilik Kebun kelapa sawit, wawancara pribadi, kenagarian bawan, 30 april
2021
60
juga melakukan sewa-menyewa seperti yang dilakukan oleh yang lainnya. dan
juga diungkapakan oleh bapak Buyung, ibu Ena, bapak Haris dan yang lainnya
juga telah melakukan sewa-menyewa kebun kelapa sawit mereka78.
Adapun dari pihak penyewa yang penulis tanyakan sejak kapan mereka
melaksanakan sewa-menyewa kebun kelapa sawit. menurut keterangan yang
diungkapkan oleh penyewa bapak Syamsuri, bahwasanya ia sudah lama
melakukan sewa-menyewa kebun kelapa sawit sejak tahun 2018 sampai 2020
yang lalu.
Bapak Rinaldi selaku penyewa kebun kelapa sawit mengatakan bahwa ia
telah melakukan sewa-menyewa kebun kelapa sawit baru baru ini kira-kira
tahun 2020 sampai sekarang dengan pemilik kebun kelapa sawit yang ada di
Nagari Bawan. hal ini juga dilakukan oleh penyewa kebun yang lainya seperti
yang dilakukan bapak Deri dan ibuk Supik, bapak Nasrul dan yang lainnya
bahwasan ia juga melakukan sewa-menyewa kebun kelapa sawit.
Berdasarkan keterangan dari pemilik dan penyewa kebun kelapa sawit di
Nagari Bawan Kec. Ampek Nagari ini telah berlangsung beberapa tahun yang
lalu. hal ini terbukti dari beberapa keterangan narasumber yang penulis
wawancarai di Nagari bawan. berdasarkan keterangan dari Narasumber juga
dapat diketahui bahwasanya di Nagari Bawan hampir seluruh masyarakat
memiliki kebun kelapa sawit, namun ada sebagian masyarakat yang
menyewakan kebun kelapa sawit.
78 Kadri, Pemilik Kebun kelapa sawit, wawancara pribadi, kenagarian bawan, 30 april
2021
61
Ketika penulis menanyakan apa yang menjadi latar belakangi para pemilik
kebun ini melakukan Sewa-menyewa kebun kelapa sawitnya. bapak Johon
selaku pemilik kebun mengatakan bahwasanya ia melakukan sewa ini karena
butuh biaya yang besar untuk pesta anaknya, ia mengatakan juga dari pada ia
menjual kebunnya lebih baik dia sewakan, kalua disewakan nantinya kebunnya
akan menjadi miliknya setelah masa sewanya berakhir, kalua ia menjual semua
haknya terhadap kebun akan hilang.79
Bapak Kadri adalah selaku pemilik kebun dan yang menyewakan kebun
juga mengatakan bahwasanya ia menyewakan kebunnya karena ia butuh biaya
yang besar untuk Pendidikan anaknya dan untuk membuat rumah dan ia
mengatakan hal yang sama dari pada menjual lebih baik menyewakan saja. hal
ini juga sama dikatakan oleh pemilik kebun yang lainnya mereka beralasan
karena butuh biaya yang banyak untuk penunjang aktifitas ekonomi.80
Berdasarkan keterangaan diatas para pemilik kebun sekaligus yang
menyewakan kebun kelapa sawit. maka dapat penulis pahami bahwa yang
melatar belakangi masyarakat di Nagari bawan ini, melakukan sewa-menyewa
adalah karena butuh biaya yang besar untuk pesta, buat rumah dan Pendidikan
anaknya. sewa menyewa dilakukan sebagai penunjang aktifitas ekonomi.
Adapun mengenai pelaksanaan sewa-menyewa kebun kelapa sawit di
Nagari bawan sebagaimana yang dikemukan oleh ibu Ena, selaku pemilik
79 Johon, pemilik kebun kelapa sawit kelapa sawit, wawancara pribadi, kenagarian bawan,
30 april 2021
80 Kadri, Pemilik Kebun Kelapa Sawit, Wawancara Pribadi, Kenagarian Bawan, 30 April
2021
62
kebun dan pihak yang menyewakan kebun kelapa sawit. yang mempunyai
kebun seluas lebih kurang 2 hektar, dan menyewakan kebun tersebut kepada
penyewa sebesar 30 juta, selama 4 tahun. dengan perjanjian-perjanjian tertulis
dan disepakati kedua belah pihak. seperti kesepakatan harganya dan masa
berakhir sewanya. 81
Bapak Haris adalah selaku pemilik kebun dan yang menyewakan kebun
kelapa sawit dengan luas kebun lebih kurang 2 hektar dan menyewakan
kebunnya dengan harga 40 juta Selama 4 tahun, bahwasanya ia mengatakan
sistemnya adalah dengan perjanjian tertulis dan disepakati kedua belah pihak.
kesepakatan harga dan kapan masa sewannya berakahir sewa. hal yang sama
dikatakan oleh para pemilik kebun lainnya bahwa ia melakukan sewa-menyewa
kebun kelapa sawit dengan seperti itu.82
Ketika penulis mengkonfirmasi kepada penyewa kebun kelapa sawit hal
ini dibenarkan oleh penyewa. menurut bapak Deri selaku penyewa kebun kelapa
sawit bahwa ia sudah cukup lama juga melakukan sewa-menyewakebun kelapa
sawit. ia membenarkan bahwa sewa-menyewa yang dilakukan seperti itu, hal
yang sama disampaikan oleh penyewa lainnya dengan redaksi yang berbeda.83
Berdasarkan penuturan dari penyewa dan pemilik kebun kelapa sawit dapt
penulis pahami bahwasanya sistemnya adalah dengan cara perjanjian tertulis
81 Ena, Pemilik Kebun Kelapa Sawit, Wawancara Pribadi, Kenagarian Bawan, 30 April
2021
82 Haris, Pemilik Kebun Kelapa Sawit, Wawancara Pribadi, Kenagarian Bawan, 30 April
2021 83 Deri, Penyewa Kebun Kelapa Sawit, Wawancara Pribadi, Kenagarian Bawan, 30 April
2021
63
dan disepakati kedua belah pihak. masalah penetapan harga sewanya dan masa
berakhirnya, disepakati terlebih dahulu apakah penyewa sangup, dan apakah
pemilik kebun mau menyewakan kebunnya.
Selanjutnya penulis juga menanyakan berapa harga sewa kebun yang
diberikan kepada pemilik kebun sebagaimana yang diungkapkan bapak Dayat
bahwa ia menyewakan kebun dengan harga 35 juta selam 3 tahun. sebagimana
yang diungkapan bapak buyung selaku pemilik bahwa ia menerima uang sewa
kebunya adalah sebesar 25 juta selama 3 tahun hal yang sama disampaikan oleh
pemilik kebun lainya dengan redaksi yang berbeda84
Berdasarkan jawaban-jawaban pemilik kebun diatas bahwasanya ia
menyewakan kebun dengan harga-harga yang ditetapkan tergantung berapa luas
kebunnya.dan masalah harga tergantung kesepakatan dari kedua belah pihak
dan kesangupan penyewa dalam melakukan sewa.
Dan penulis juga menanyakan kepada penyewa berapa pendapatan setiap
panennya sebagaimana yang diungkapan oleh ibuk Upik selaku penyewa kebun
bahwasannya hasil yang didapat setiap panennya lebih kurang 2,5 setiap
panennya. menurut ibuk ini dapatkan tergantung pada ia merawatnya kalua dia
rajin merawatnya bisa lebih dari pada itu, akan tetapi kalua dibiarkan bisa
kurang dari pada itu. 85
84 Dayat, Pemilik Kebun Kelapa Sawit, Wawancara Pribadi, Kenagarian Bawan, 30 April
2021
85 Upik, Penyewa Kebun Kelapa Sawit, Wawancara Pribadi, Kenagarian Bawan, 29 April
2021
64
Bapak Deri juga mengugkapkan bahwa hasil panen yang ia dapatkan lebih
kurang 1,2ton setiap panennya, bapak ini mengatakan juga bahwa kalua mau
hasil panennya banyak, bahwa ia harus rajin merawat dan membersihkan dari
semak.hal yang sama dikatakan oleh penyewa lainya kalau ingin mendapatkan
hasil yang banyak tentu harus rajin merawatnya. 86
Berdasarkan jawaban-jawaban yang dituturkan narasumber dapat penulis
pahami kalau ingin mendapatakan hasil yang banyak kita butuh pengorbanan
dan kerja keras dalam merawat kebun tersebut.
Selanjutnya penulis juga menanyakan kepada penyewa bapak samsuri
selaku penyewa mengatakan bahwa hasil rata-rata yang didapat setiap panennya
adalah sebesar 1ton 5 ratus setiap kali panennya yang mana panennya tersebut
dua bulan tiga kali panen atau sekali dua puluh hari87
Bapak Rinaldi selaku penyewa juaga mengatakan bahwa hasil yang
didapat setiap kali panennya sebesar kadang mencapai 1,3ton setiap dua puluh
hari sekali atau dua bulan tiga kali panen, begitu juga penyewa lain
mengungangkap hal yang sama dengan dengan redaksi yang berbeda.88
Berdasarkan keterangan diatas dapat penulis pahami bahwa sewa-
menyewa yang dilakukan sebagian masyarakat ini bahwa pendapatan rata-rata
dari penyewa adalah sebesar lebih kurang dua ton setiap kali panennya yang
86 Deri, Penyewa Kebun Kelapa Sawit, Wawancara Pribadi, Kenagarian Bawan, 29 April
2021
87 Samsuri, Penyewa Kebun Kelapa Sawit, Wawancara Pribadi, Kenagarian Bawan, 29
April 2021 88 Rinaldi, Penyewa Kebun Kelapa Sawit, Wawancara Pribadi, Kenagarian Bawan, 29
April 2021
65
mana panen kebun tersebut rata-rata dua puluh hari sekali atau dua bulan tiga
kali panen.
Saat penulis menanyakan kepada pemilik kebun apakah ada kerugian
dengan kebun yang disewakankan tersebut sebagaimana yang diungkapkan
bapak Johan selaku pemilik ia mengatakan bahwa ia ada merasa rugi juga
namun ia juga mengatakan hal ini udah kesepakatan namun dia tidak bisa
menutut lagi dan sudah mengikhlaskan terlebih terkurangnya 89
Bapak Kandri juga mengatakan bahwa ia tidak merasa rugi dengan
menyewakan kebunnya, kenapa karena ia mengatkan ia tidak sangup juga
merawat kebunnya. hal yang sama dismapaikan oleh pemilik kebun yang lain
dan hanya saja berbeda redaksinya 90
Berdasarkan jawaban dan penuturan dari pemilik kebun dapat penulis
pahami bahwasanya ada sebagian pemilik merasa rugi namun itu sudah
kesepakatan. dan ada juga yang mengatakan tidak, dengan alasan tidak sangup
merawatnya. dari pada jadi hutan.
C. Persepsi Masyarakat Terhadap Sewa-Menyewa Kebun Kelapa Sawit di
Nagari Bawan
Berdasarakan penelitian yang penulis lakukan adapun praktek sewa-
menyewa yang dilakukan sebagian masyarakat Nagari Bawan menurut Bapak
Johan selaku pemilik kebun kelapa sawit, ia menyewakan kebun kelapa
89 Johon, Pemilik Kebun Kelapa Sawit, Wawancara Pribadi, Kenagarian Bawan, 30 April
2021 90 Kadri, Pemilik Kebun Kelapa Sawit, Wawancara Pribadi, Kenagarian Bawan, 29 April
2021
66
sawitnya 1 hektar 20 juta selama dua tahun ia berpandangan bahwa sewa
menyewa yang dilakukan adalah boleh saja, dan ia juga mengatakan bahwa
kebun yng disewakan miliknya sah-sah saja ia menyewakan.91
Bapak Samsuri selaku penyewa juga perpandangan bahwa sewa-menyewa
itu boleh saja, dan juga mengatakan sewa-menyewa yang dilakukan ini atas
kemauan si pemilik dan ia selaku penyewa hanya menerimanya saja. dan sewa
menyewa yang dilakukan menurut ia adalah saling ridho dan suka sama suka
ats perjanjian yang mereka buat.92
Bapak Kandri selaku pemilik juga berpandangan bahwa sewa-menyewa
yang ia lakukan atas kemauan sendri dan tidak ada paksaan. Menurut ia boleh-
boleh saja yang penting suka sama suka dan ridho sam ridho. begitu juga
pemilik kebun lain juga berpandangan yang sama seperti yang dikatakan bapak
Buyung dan ibu Ena juga berpandangan yang sama.93
Bapak Rinaldi selaku penyewa juga berpadangan bahwa sewa-menyewa
yang ia lakukan itu boleh-boleh saja. dan ia selaku penyewa hanya menerima
saja dan juga penyewa lainnya juga berpandangan sama seperti bapak deri juga
bependapat sewa-sewa-menyewa boleh-boleh Saja asalkan tidak ada paksaan
dan juga Ibu Supik berpandangan yang sama.94
91 Johon, Pemilik Kebun Kelapa Sawit, Wawancara Pribadi, Kenagarian Bawan, 30 April
2021 92 Samsuri, Penyewa Kebun Kelapa Sawit, Wawancara Pribadi, Kenagarian Bawan, 29
April 2021 93 Kadri, Pemilik Kebun Kelapa Sawit, Wawancara Pribadi, Kenagarian Bawan, 29 April
2021 94 Rinaldi, Penyewa Kebun Kelapa Sawit, Wawancara Pribadi, Kenagarian Bawan, 29
April 2021
67
D. Sewa-Menyewa Kebun Kelapa Sawit Ditinjau Dari Fiqh Muamalah
1. Pandangan Ulama Tentang Sewa-Menyewa kebun dengan menjadikan
buahnya sebagi objek sewa.
a. Wahbah Az-Zuhaili berpendapat dalam kitab Fiqh Islam Wa Adillatuhu
ابست ن لخز ثمرته ول والىكون المنفعة استىفء عىن قصدا فلا تصح اجرة الثنة لخزصو فها او لبنه
Artinya :“Diisyaratkan dalam manfaatnya tidak ada maksud
mengambil barang dengan sengaja. maka tidak sah menyewa
kebun untuk diambil buahnya, atau kambing untuk diambil
bulunya atau susunya.” 95
b. Syekh Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi Al-Bantani ulama
mazhab Sayafie berpendapat dalam kitab Nihayatuzzain.:
فعة فعة فلا يصح عقد اجارة ال ف مص من حالة , فلا يصح استئجارالمن البستان للثما رواللبشاة للبنها أولصوفها أووئدها والبكة لسمكها,
عجيل وليصح استئجارجحش صغيل نوضح الجارة على ت نافح
الم
Artinya: Akad sewa-menyewa hanya sah dan boleh pada sesuatu yang
siap manfaat (sesuatu yang punya manfaat tapi dimasa yang
akan datangtidak boleh, harus siap manfaat) begitu juga tidak
sah menyewa kebun karena buahnya saja atau kambing karena
susunya atau bulunya atau anaknya dan kolam karenaikannya
begitu juga dengan anak keledai. semua itu disebabkanbahwa
penyewa dilakukan dengan tujuan manfaat yang ada atau siap
saja.96
c. Muhammad syata ad-dimyati berpendapat
ابستان لثمره, لن الاعيان لتلك فلا يصح اكت اء بعقدالجارة قصد
95 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa adillatuhu, Jilid 5, (Jakarta: Gema Insani ,2011)
Hal 409 96 Syekh Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi Al-Bantani, Nihayatuzzain Fi Irsyadil
Mubtadi’in, (Darul Kutub Al-Ilmiyah,2002), Hal 253
68
Artinya: Menyewakan kebun guna memanen buahnya yang tumbuh
didalamnya itu tidak sah, karena kebun buah tersebut tidak
dapat dipindah kepemilikannya berdasarkan akad sewa.97
2. Analisis Penulis
Berdasarkan uraian diatas dapat penulis kemukakan beberapa
analisis adalah sebagai berikut:
Pertama menurut penulis praktek sewa-menyewa kebun kelapa
sawit di Nagari Bawan ini tidak sesuai dengan prinsip sewa-menyewa dalam
islam. dan para ulama pun tidak menbolehkan sewa-menyewa pohon untuk
diambil buahnya begitu juga dengan menyewa kambing untuk diambil
susunya.
Adapun yang dilakukan sebagian masyarakat Nagari Bawan adalah
sewa-menyewa kebun kelapa sawit untuk diambil buah kelapa sawit
tersebut. Sementara dalam sewa-menyewa kebun kelapa sawit yang
dilaksanakan sebagian masyarakat ini yang dijadikan objek adalah buah
kelapa sawit tersebut, buah disini adalah materi (benda). karena dalam akad
ijarah hanya boleh mengambil manfaat seperti untuk kegiatan usaha
produktif, seperti bertani, bersawah dan lainya. memanfatan barang yang
disewa bukan mengambil manfaat dari benda tersebut.
Kedua menurut penulis praktek sewa-menyewa kebun kelapa sawit
di Nagari Bawan dilakukan atas pengetauan dan kebiasaan masyarakat
setempat bukan berdasarkan prinsip sewa-menyewa dalam islam. hukum
97 Muhammad Syata Ad-Dimyati, I’nah At-Talibin, Juz III (Surabaya: Usaha Keluarga,
2005), Hal 110
69
islam tidak menerima sebuah kebiasaan dan tidak bisa diterima sebagai
sebuah hukum. alasan masyarakat tidak bisa dijadikan hukum islam.
Ketiga menurut penulis bahwa sewa-menyewa yang dilakukan ini
dapat menyebabkan kerugian pada pemilik kebun atau pihak penyewa,
kalau dilihat dari hasil yang didapat setiap panennya.
70
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan pembahasan bab per bab dan berdasarkan hasil
penelitian yang telah penulis lakukan maka dapat penulis simpulkan bahwa:
1. Pandangan masyarakat Nagari Bawan Tehadap sewa menyewa kebun
kelapa sawit ini, penulis berkesimpulan bahwa sewa-menyewa kebun
kelapa sawit ini boleh asalkan saling ridho dan tanpa paksaan dari pihak
lain.
2. Praktek dan Pandangan Fiqh Muamalah terhadap sewa-menyewa kebun
kelapa sawit di Nagari bawan penulis berkesimpulan bahwa praktek
sewa-menyewa kebun kelapa sawit ini tidak sesuai dengan prinsip ijarah
dalam islam. dan masyarakat melakukan berdasarkan pengetahuan dan
kebiasaan saja.
Ulama fiqh tidak membolehkan sewa-menyewa kebun untuk
diambil buahnya. dalam sewa-menyewa dalam sewa-menyewa hanya
boleh untuk mengambil manfaat dari apa yang disewa dan bukan
mengambil manfaat benda dari yang disewa.
B. Kritik Dan Saran-Saran
1. Dihararapkan bagi masyarakat Nagari Bawan Kec. Ampek Nagari agar
lebih bisa memehami konsep ijarah secara jelas agar sesuai prinsip islam
71
2. Diharapkan kepada insan akademisi untuk terus memberikan arahan
atau pengajian bagi masyarakat NagariBawan, agar memehami konsep
ijarah secara jelas, sesusai ajaran islam.
3. Diharapakan kepada seluruh tokoh masyarakat dan tokoh agama terus
bekerjasama memberikan pemahaman kepada masyarakat agar
kebiasaan lama segera dihentikan dan sesuai ajaran agama islam.
DAFTAR PUSTAKA
Anshari Abdul Ghofur, Hukum Perjanjian Islam Diindonesia, Yogyakarta: Gajah
Mada University 2018
Al-Jarjawi, Syekh Ali Ahmad, Indahnya Syari’at Islam (Jakarta: Gema
Insani,2006)
Ali Hasan, M. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Jakarta: PT. raja grafindo
persada), Hal 101
Ahmad Yahya Al-Faifi, Syech Sulaiman, Ringkasan Fiqh Sunnah Sayyid Sabiq
(Jakarta: Pustaka Al Kausar 2009)
A.Zainudin. Al-Islam 2 Muamalah Dan Akhlak, Bandung: Pustaka Setia 1998
Az-Zuhaili Wahbah, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jilid 5, Jakarta: Gema Insani 2011
Az-Zuhaili, wahbah Alfiqhu Asy-Syaf’i Al Muyassar (Jakarta: Almahira 2010),
AZ-Zuhaili, wahbah Fiqh Iman Syafi’i 2, (Jakarta: Al-Mahira, 2008)
Abdur Rahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘Ala, Al-Madhahib, Al-Arba’ah (Beirut: Dar Al-
Abdul Rahman, Ghufron Ihsan, Dkk, Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana Prenada
Achmad Zaidun & A Ma’ruf Asrori (Surabaya: PT Bina Ilmu 1997),
Abdul Rahman I Doi, Fiqh Muamlah Syariah III (Jakarta: Raja Granfindo Persada,
1996)
Abu Bakar Al-Husaini, Imam Taqiyuddin Khifatul Akhyar, Jilid 2 Terjemah,
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: Amzah 2010)
Abu Syuja’ Al-Ashfahani, Fiqh Praktis Madhab Syafi’I, Matan Abu Syuja’, (Solo:
Kuttab Publisishing, 2016)
Al-Ilmiyah kutub, 2003)
Bugun Burhan, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2017
Djuwaini Dimyauddin, .Pengantar Fiqh Muamalah,Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2008
Fatwa DSN-MUI no.09 /DSN -MUI/IV /2000
Gunawan Fahmi Dkk. Senerai Penelitian Pendidikan Hukum Dan Ekonomi,
Jogjakarta: Cv. Budi Utama 2018
Ghazali Abdul Rahman Dkk. Fiqh Muamalah, Jakarta: Kencana 2010
Hadis Shahih Bukhari Muslim
Huda, Qomarul, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: teras 2011)
HR. Ahmad. Dan Abu Daud, Dan Nasa’i Dari Abi Waqas R.A
Hamzah Ya’kub, Kode Etik Dagang (Bandung: Cv. Diponegoro, 1992), Ha
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kbbi)
Herman, Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian Buku Panduan Mahasiswa
Jakarta: Gramedia Pustaka Ulama.2008
Khumedi Ja’far
Muhammad Nasi Bar-Rifa’i
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah Fiqh Muamalah Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana,
2013
Muhammad Jawab Mughniyah, Fiqh Imam Ja’far Ash Shadiq ‘Ard Wa Istidlal,
(Jakarta: Lentera, 2009)
Sabiq Sayid, Fiqh Sunnah Jilid V, (Jakarta, Pt Pustaka Abdi Bangsa 2018)
Sabiq Sayyid, Fiqh Sunnah Jilid 4, (Kartasura: Insan Kamil),
Sabiq Sayyid, Fiqh Sunnah Jilid 13 (Jakarta: Kalam Mulia, 1991)
Syafei Rachmat, Fiqh Muamalah, Bandung: Pustaka Setia 2001
Suhendi Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta; Rajagrafindo Persada, 2002
sunan nasaiy, Imam nasaiy. (Dar. al fikr Beirut)
Syech Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fiqh Sunnah Sayyid Sabiq,
(Jakarta: Pustaka Al Kausar, 2009
Yakub Hamzah. Kode Etik Dagang Menurut Islam Ii, Bandung: Cv. Diponegoro
1999
HASIL WAWANCARA
Nama : Syamsuri
Jabatan : Penyewa
Alamat : Bawan, Kenagarian Bawan
Hari/ Tanggal : Sabtu 29 April 2021
Lampiran Pertanyaan
1. Sejak Kapan Bapak/Ibu Melakukan Sewa-Menyewa Kebun Kelapa Sawit?
jawaban: sejak tahun 2019 sampai 2020
2. Apa Yang Melatar Belakangi Bapak/Ibu Meksanakan Sewa-Menyewa Kebun
Kelapa Sawit?
jawaban: karena saya mau menambah pendapatan
3. Bagaimana System Bapak/Ibu Melakukan Sewa-Menyewa Kebun Kelapa
Sawit?
jawaban: saya melakukan atas perjanjian2 tertulis dan disepakati kedua belah
pihak
4. Berapa Harga Sewa Yang Bapak/Ibu Bayarkan Kepada Pemilik Kebun Kelapa
Sawit Tersebut?
jawaban: saya menyewa 2 tahun sebesar 30 juta
5. berapa luas kebun yang bapak/ibu sewa tersebut?
jawaban: 1 hektar
6. berapa hasil bersih yang bapak/ibu dapat setiap panennya?
jawaban: kalau hasil nya tergantung saya merawatnya, kalau saya merawat
dengan bersih pendapatnya mencapai 1ton lima ratus lebih.
7. Bapak/Ibu Ada Kerugian Dengan Uang Sewa Yang Ditetapkan Pemilk Kelapa
Sawit Tersebut?
jawaban: tidak
8. Bagaimana Pandangan atau Pendapat Bapak/Ibu Terhadap Sewa-Menyewa
Kebun Kelapa Sawit Ini?
jawaban: menurut saya boleh-boleh saja, kami melakukannya sama ikhlas dan
tanpa paksaan?
Pewawancara Narasumber
Rozi Asandi
HASIL WAWANCARA
Nama : Rinaldi
Jabatan : Penyewa
Alamat : Bawan, Kenagarian Bawan
Hari/ Tanggal : Sabtu 29 April 2021
Lampiran Pertanyaan
1. Sejak Kapan Bapak/Ibu Melakukan Sewa-Menyewa Kebun Kelapa Sawit?
jawaban: sejak tahun 2021 sekarang
2. Apa Yang Melatar Belakangi Bapak/Ibu Meksanakan Sewa-Menyewa Kebun
Kelapa Sawit?
jawaban: karena saya mau menambah pemasukan, mengingat harga sawit
cukup mahal.
3. Bagaimana System Bapak/Ibu Melakukan Sewa-Menyewa Kebun Kelapa
Sawit?
jawaban: saya melakukan sewa dengan perjanjian tertulis dan disepakati kedua
belah pihak.
4. Berapa Harga Sewa Yang Bapak/Ibu Bayarkan Kepada Pemilik Kebun Kelapa
Sawit Tersebut?
jawaban: uang yang saya bayarkan 20 juta
5. berapa luas kebun yang bapak/ibu sewa tersebut?
jawaban:lebih kurang 1 hektar
6. berapa hasil bersih yang bapak/ibu dapat setiap panennya?
jawaban: kurang lebih 1,3 ton
7. Apakah Bapak/Ibu Ada Kerugian Dengan Uang Sewa Yang Ditetapkan Pemilik
Kelapa Sawit Tersebut?
jawaban: tidak
8. Bagaimana Pandangan atau Pendapat Bapak/Ibu Terhadap Sewa-Menyewa
Kebun Kelapa Sawit Ini?
jawaban: menurut saya tidak apa-apa, boleh saja
Pewawancara Narasumber
Rozi Asandi
HASIL WAWANCARA
Nama : Deri
Jabatan : Penyewa
Alamat : Bawan, Kenagarian Bawan
Hari/ Tanggal : Sabtu 29 April 2021
Lampiran Pertanyaan
1. Sejak Kapan Bapak/Ibu Melakukan Sewa-Menyewa Kebun Kelapa Sawit?
jawaban: tahun 2017 sampai 2020
2. Apa Yang Melatar Belakangi Bapak/Ibu Meksanakan Sewa-Menyewa Kebun
Kelapa Sawit?
jawaban: sipenyewa menawarkan kepada saya untuk menyewa kebunnya dan
saya menerimanya
3. Bagaimana System Bapak/Ibu Melakukan Sewa-Menyewa Kebun Kelapa
Sawit?
jawaban: saya melakukan sewa atas perjanjian kedua belah pihak namun tidak
tertulis dan diketahui keluarga saja.
4. Berapa Harga Sewa Yang Bapak/Ibu Bayarkan Kepada Pemilik Kebun Kelapa
Sawit Tersebut?
jawaban: 25 juta
5. berapa luas kebun yang bapak/ibu sewa tersebut?
jawaban: lebih kurang 1 hektar
6. berapa hasil bersih yang bapak/ibu dapat setiap panennya?
jawaban: kurang lebih 1,2 ton
7. Apakah Bapak/Ibu ada Kerugian Dengan Uang Sewa Yang Ditetapakan Pemilk
Kelapa Sawit Tersebut?
jawaban: tidak
8. Bagaimana Pandangan atau Pendapat Bapak/Ibu Terhadap Sewa-Menyewa
Kebun Kelapa Sawit Ini?
jawaban: menurut boleh saja, asalkan tidak paksaan
Pewawancara Narasumber
Rozi Asandi
HASIL WAWANCARA
Nama : supik
Jabatan : penyewa
Alamat : bawan, kenagarian bawan
Hari/ Tanggal : sabtu 29 april 2021
Lampiran Pertanyaan
1. Sejak Kapan Bapak/Ibu Melakukan Sewa-Menyewa Kebun Kelapa Sawit?
jawaban: sejak tahun 2016-2019 yang lalu
2. Apa Yang Melatar Belakangi Bapak/Ibu Meksanakan Sewa-Menyewa Kebun
Kelapa Sawit?
jawaban: karena mau menambah penghasilan
3. Bagaimana System Bapak/Ibu Melakukan Sewa-Menyewa Kebun Kelapa
Sawit?
jawaban: saya melakukan atas perjanjian tertulis dan disepakati kedua belah
pihak
4. Berapa Harga Sewa Yang Bapak/Ibu Bayarkan Kepada Pemilik Kebun Kelapa
Sawit Tersebut?
jawaban: 40 juta
5. berapa luas kebun yang bapak/ibu sewa tersebut?
jawaban: lebih kurang 2 hektar
6. berapa hasil bersih yang bapak/ibu dapat setiap panennya?
jawaban: kurang lebih 2 ,5 ton
7. Apakah Bapak/Ibu Ada Kerugian Dengan Uang Sewa Yang Ditetapakan
Pemilk Kelapa Sawit Tersebut?
jawaban: tidak
8. Bagaimana Pandangan atau Pendapat Bapak/Ibu Terhadap Sewa-Menyewa
Kebun Kelapa Sawit Ini?
jawaban: menurut saya boleh saja kami melakukan atas kemauan sendiri
Pewawancara Narasumber
Rozi Asandi
HASIL WAWANCARA
Nama : Nasrul
Jabatan : Penyewa
Alamat : Bawan, Kenagarian Bawan
Hari/ Tanggal : Sabtu 29 April 2021
Lampiran Pertanyaan
1. Sejak Kapan Bapak/Ibu Melakukan Sewa-Menyewa Kebun Kelapa Sawit?
jawaban: 2016 sampai 2019
2. Apa Yang Melatar Belakangi Bapak/Ibu Meksanakan Sewa-Menyewa Kebun
Kelapa Sawit?
jawaban: yang membuat saya melakukan sewa adalah karena kasihan sama
pemilik kebun ini, dia butuh biaya yang banyak
3. Bagaimana System Bapak/Ibu Melakukan Sewa-Menyewa Kebun Kelapa
Sawit?
jawaban: kami melakukan dengan system kesepakatan kedua belak pihak
dengan perjanjian tertulis
4. Berapa Harga Sewa Yang Bapak/Ibu Bayarkan Kepada Pemilik Kebun Kelapa
Sawit Tersebut?
jawaban: 35 juta
5. berapa luas kebun yang bapak/ibu sewa tersebut?
jawaban:lebih kurang 1 stengah hektar
6. berapa hasil bersih yang bapak/ibu dapat setiap panennya?
jawaban: kira lebih kurang 2 ton
7. Apakah Bapak/Ibu Ada Kerugian Dengan Uang Sewa Yang Ditetapakan
Pemilk Kelapa Sawit Tersebut?
jawaban: tidak
8. Bagaimana Pandangan atau Pendapat Bapak/Ibu Terhadap Sewa-Menyewa
Kebun Kelapa Sawit Ini?
jawaban: menurut saya boleh, kenapa karena kami melaukan sama-sama ridho
Pewawancara Narasumber
Rozi Asandi
HASIL WAWANCARA
Nama : Kaidir
Jabatan : Penyewa
Alamat : Bawan, Kenagarian Bawan
Hari/ Tanggal : Sabtu 29 April 2021
Lampiran Pertanyaan
1. Sejak Kapan Bapak/Ibu Melakukan Sewa-Menyewa Kebun Kelapa Sawit?
jawaban; Sejak tahun 2015 sampai 2018
2. Apa Yang Melatar Belakangi Bapak/Ibu Meksanakan Sewa-Menyewa Kebun
Kelapa Sawit?
jawaban: karena saya adalah toke sawit yang biasa membeli sawitnya, dia
menawarkan kepada saya untuk menyewanya
3. Bagaimana System Bapak/Ibu Melakukan Sewa-Menyewa Kebun Kelapa
Sawit?
jawaban: sistemnya adalah dengan kesepaktan secara tertulis
4. Berapa Harga Sewa Yang Bapak/Ibu Bayarkan Kepada Pemilik Kebun Kelapa
Sawit Tersebut?
jawaban: sebesar 25 juta selama 3 tahun
5. berapa luas kebun yang bapak/ibu sewa tersebut?
jawaban: lebih kurang 1 hektar
6. berapa hasil bersih yang bapak/ibu dapat setiap panennya?
jawaban: kira-kira kurang lebih 1 ton
7. Apakah Bapak/Ibu Ada Kerugian Dengan Uang Sewa Yang Ditetapakan Pemilk
Kelapa Sawit Tersebut?
jawaban: tidak
8. Bagaimana Pandangan atau Pendapat Bapak/Ibu Terhadap Sewa-Menyewa
Kebun Kelapa Sawit Ini?
jawaban: menurut saya boleh, akan tetapi menurut islamnya saya kurang faham
juga.
Pewawancara Narasumber
Rozi Asandi
HASIL WAWANCARA
Nama : Johan
Jabatan : Pemilik Kebun
Alamat : Bawan, Kenagarian Bawan
Hari/ Tanggal : Minggu 30 April 2021
Lampiran Pertanyaan
1. Sejak Kapan Bapak/Ibu Menyewakan Kebun Kelapa Sawit?
jawaban : sejak tahun 2019 hingga 2020
2. Apa Yang Melatar Belakangi Bapak/Ibu Meyewakan Kebun Kelapa Sawit?
jawaban : karena saya butuh biaya untuk pesta anak dan lagian kebun sawit
saya ini jauh dari rumah dan kurang terawat juga, dari pada menjual lebih baik
sewakan saja.
3. Bagaimana System Bapak/Ibu Menyewakan Kebun Kelapa Sawit?
jawaban : saya menyewakan kebun saya 2 tahun lamanya kepada penyewa
dengan perjanjian-perjanjian yang kami sepakati secara tertulis
4. Berapa Harga Sewa Yang Bapak/Ibu tetapkan kepada penyewa?
jawaban : saya menyewakan kebun saya kepada sipenyewa selama 2 tahun sebesar 20 juta
5. Berapa Luas Kebun Yang Bapak Sewakan Tersebut?
Jawaban: lebih kurang 1 hektar
6. Apakah Bapak/Ibu ada Kerugian Dengan kebun kelapa sawit yang bapak/ibu
sewakan tersebut?
jawaban : kalua dibilang rugi ada namun, itu udah kesepakatan kami berdua
terlebih terkurang kami sama-sama ikhlas.
7. Bagaimana Pandangan atau Pendapat Bapak/Ibu Terhadap Sewa-Menyewa
Kebun Kelapa Sawit Ini?
jawaban : menurut saya boleh saja kami pun melakukan sewa atas kemauan
sendiri tidak ada paksaan dari siapa pun
Pewawancara Narasumber
Rozi Asandi
HASIL WAWANCARA
Nama : Kadri
Jabatan : Pemilik Kebun
Alamat : Bawan, Kenagarian Bawan
Hari/ Tanggal : Minggu 30 April 2021
Lampiran Pertanyaan
1. Sejak Kapan Bapak/Ibu Menyewakan Kebun Kelapa Sawit?
jawaban : sejak tahun 2020 sampai sekarang
2. Apa Yang Melatar Belakangi Bapak/Ibu Meyewakan Kebun Kelapa Sawit?
jawaban : karena kebun sawit saya ini ada beberpa bagian dan saya pun
tidak sangup untuk merawat maka saya sewakan sebagian dan saya pun butuh
uang untuk biaya untuk Pendidikan anak
3. Bagaimana System Bapak/Ibu Menyewakan Kebun Kelapa Sawit?
jawaban : sistem saya menyewekan tanah dengan penyewa dengan
perjanjian tertulis dan kami melakukan tanpa ada paksaan
4. Berapa Harga Sewa Yang Bapak/Ibu tetapakan kepada penyewa?
jawaban : saya menyewakan tanah saya 20 juta selama 3 tahun
5. Berapa Luas Kebun Yang Bapak Sewakan Tersebut?
Jawaban: lebih kurang 1 hentar
6. Apakah Bapak/Ibu ada Kerugian Dengan kebun kelpa sawit yang bapak
sewakan tersebut?
jawaban : tidak
7. Bagaimana Pandangan atau Pendapat Bapak/Ibu Terhadap Sewa-Menyewa
Kebun Kelapa Sawit Ini?
jawaban : menurut saya boleh, kami melakukan nya sewa-menyewa sama-
sama ridho
Pewawancara Narasumber
Rozi Asandi
HASIL WAWANCARA
Nama : Buyuang
Jabatan : Pemilik Kebun
Alamat : Bawan, Kenagarian Bawan
Hari/ Tanggal : Minggu 30 April 2021
Lampiran Pertanyaan
1. Sejak Kapan Bapak/Ibu Menyewakan Kebun Kelapa Sawit?
jawaban : saya menyewakan kebun saya dari tahu 2015 sampai 2018
2. Apa Yang Melatar Belakangi Bapak/Ibu Meyewakan Kebun Kelapa Sawit?
jawaban : karena saya butuh biaya untuk pesta
3. Bagaimana System Bapak/Ibu Menyewakan Kebun Kelapa Sawit?
jawaban : saya menyewakan kebun kepada penyewa dengan perjanjian tidak
tertulis hanya diketahu keluarga dan menyepakati berapa harga sewa dan
berapa lamanya.
4. Berapa Harga Sewa Yang Bapak/Ibu tetapakan kepada penyewa?
jawaban : saya menyewakan kebun saya kepada penyewa 25 juta selama 3
tahun
5. Berapa Luas Kebun Yang Bapak Sewakan Tersebut?
Jawaban: lebih kurang 1 hektar setengah
6. Apakah Bapak/Ibu ada Kerugian Dengan kebun kelapa sawit yang bapak
sewakan tersebut?
jawaban: tidak
7. Bagaimana Pandangan atau Pendapat Bapak/Ibu Terhadap Sewa-Menyewa
Kebun Kelapa Sawit Ini?
jawaban: menurut saya boleh saja, lagian kebun ini milik saya tidak milik
orang lain dan kami pun saling ridho
Pewawancara Narasumber
Rozi Asandi
HASIL WAWANCARA
Nama : Ena
Jabatan : Pemilik Kebun
Alamat : Bawan, Kenagarian Bawan
Hari/ Tanggal : Minggu 30 April 2021
Lampiran Pertanyaan
1. Sejak Kapan Bapak/Ibu Menyewakan Kebun Kelapa Sawit?
jawaban : kira-kira sejak tahun 2017 sampai 2020 lalu
2. Apa Yang Melatar Belakangi Bapak/Ibu Meyewakan Kebun Kelapa Sawit?
jawaban : yang membuat saya menyewakan kebun adalah karena butuh
uang yang banyak untuk buat rumah dan Pendidikan anak
3. Bagaimana System Bapak/Ibu Menyewakan Kebun Kelapa Sawit?
jawaban : saya menyewekan kebun kepada penyewa dengan uang sewa
yang kami sepakati berapa besarnya dengan perjanjian tertulis dan kami saling
menanda tangani surat tersebut.
4. Berapa Harga Sewa Yang Bapak/Ibu tetapakan kepada penyewa?
jawaban : besarnya adalah 30 juta selama 4 tahun
5. Berapa Luas Kebun Yang Bapak Sewakan Tersebut?
Jawaban: lebih kurang 2 hektar
6. Apakah Bapak/Ibu ada Kerugian Dengan kebun kelpa sawit yang bapak
sewakan tersebut?
jawaban : tidak
7. Bagaimana Pandangan atau Pendapat Bapak/Ibu Terhadap Sewa-Menyewa
Kebun Kelapa Sawit Ini?
jawaban : menurut saya boleh, kami pun melakukan sama-sama ikhlas
dan kebun ini milik saya. saya yang mengolah nya.
Pewawancara Narasumber
Rozi Asandi
HASIL WAWANCARA
Nama : Haris
Jabatan : Pemilik Kebun
Alamat : Bawan, Kenagarian Bawan
Hari/ Tanggal : Minggu 30 April 2021
Lampiran Pertanyaan
1. Sejak Kapan Bapak/Ibu Menyewakan Kebun Kelapa Sawit?
jawaban : kira tahun 2016-2019 yang lalu
2. Apa Yang Melatar Belakangi Bapak/Ibu Meyewakan Kebun Kelapa Sawit?
jawaban : karena butuh biaya untuk biaya Pendidikan anak
3. Bagaimana System Bapak/Ibu Menyewakan Kebun Kelapa Sawit?
jawaban : system saya menyewakan kebun kepada penyewa dengan
perjanjian tertulis dan kesepakatan kedua belah pihak
4. Berapa Harga Sewa Yang Bapak/Ibu tetapakan kepada penyewa?
jawaban : saya menyewakan kebun kepada penyewa sebesar 40 juta selama
4 tahun
5. Berapa Luas Kebun Yang Bapak Sewakan Tersebut?
Jawaban: lebih kurang 2 hektar
6. Apakah Bapak/Ibu ada Kerugian Dengan kebun kelpa sawit yang bapak
sewakan tersebut?
jawaban : kalau dibilang ada sih ada tapi itu kan udah kesepakatan
7. Bagaimana Pandangan atau Pendapat Bapak/Ibu Terhadap Sewa-Menyewa
Kebun Kelapa Sawit Ini?
jawaban : menurut saya boleh, kenapa karena kebun itu adalah milik saya
dan tidak milik orang lain dan saya pun bebas mau diapakan.
Pewawancara Narasumber
Rozi Asandi
HASIL WAWANCARA
Nama : Dayat
Jabatan : Pemilik Kebun
Alamat : Bawan, Kenagarian Bawan
Hari/ Tanggal : Minggu 30 April 2021
Lampiran Pertanyaan :
1. Sejak Kapan Bapak/Ibu Menyewakan Kebun Kelapa Sawit?
jawaban : kira-kira sejak tahun 2016 sampai 2019 yang lalu
2. Apa Yang Melatar Belakangi Bapak/Ibu Meyewakan Kebun Kelapa Sawit?
jawaban : kenapa saya menyewakan kebun adalah karena butuh uang yang
besar untuk pesta anak
3. Bagaimana System Bapak/Ibu Menyewakan Kebun Kelapa Sawit?
jawaban : system kami melakukan adalah secara tertulis dengan
kesepakatan kesepakatan kedua belah pihak dan saling mengetahui.
4. Berapa Harga Sewa Yang Bapak/Ibu tetapakan kepada penyewa?
jawaban : saya menyewakan kebun saya sebesar 35 juta selama 3 tahun
5. Berapa Luas Kebun Yang Bapak Sewakan Tersebut?
Jawaban: lebih kurang 2 hektar
6. Apakah Bapak/Ibu ada Kerugian Dengan kebun kelapa sawit yang bapak
sewakan tersebut?
jawaban : ada tapi kami pun sudah melakun perjanjian terlebih terkurang
saya udah ikhlas dan bagi saya ndak apa apa.
7. Bagaimana Pandangan atau Pendapat Bapak/Ibu Terhadap Sewa-Menyewa
Kebun Kelapa Sawit Ini?
jawaban : menurut saya sih boleh saja, kami melukan akad sewa-sewa
atas perjanjian-perjanjian yang disepakati tanpa paksaan
Pewawancara Narasumber
Rozi Asandi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas diri
Nama : Rozi asandi
NIM : 1217046
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah
TTL : Agam, 1 Agustus 1997
Alamat : Anak Air Kasing, Jorong Anak Air
Kasing, Nagari Bawan, Kecamatan
Ampek Nagari Kabupaten Agam
Anak Dari : Mansur
Jumlah saudara : Anak ke 11 dari 12 bersaudara
Pendidikan
1. Sekolah Dasar (SD) Negeri 19 Pasir Tinggi Ampek Nagari Tamat 2010
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Ampek Nagari Tamat 2013
3. Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Lubuk Basung Tamat 2016
4. Isntitut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi Tamat 2021
Pengalaman Organisasi
1. pengurus HMPS (himpunan mahasiswa program studi) 2019-2020
2. pengurus UKMD AI (unit kegiatan mahasiswa dakwah) 2018-2019
top related