pleno pemicu 4

Post on 21-Dec-2015

23 Views

Category:

Documents

6 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

discussion about retention urine

TRANSCRIPT

PLENO PEMICU 4

Fasilitator : dr. Mastiur Magdalena

Ketua : Fajri Aulia

Sekretaris : Selly Marlina & Orin Alfhonso Karlina

Anggota : Titip Elia Gustami

Reza Rakhmat Al- Amin

Istiqomah Katin

Wellyan Rahmat Adillio

Wilda Mutia Astari

Tendri Putri Ayu

Susah Kencing

Pak Wahyu, usia 60 tahun datang ke UGD dengan keluan tidak bisa buang air kecil sejak 10 jam yang lalu, sebelumnya pasien juga mengeluh susah kencing dan kencing harus mengejan. Pasien juga mengeluh sering bolak-balik ke kamar mandi terutama pada amalm hari. Tidak ada riwayat demam dan nyeri pinggang, BAK merah dan berpasir, nyeri BAK (-). Tidak ada trauma tulang belakang dan kencing manis.

Data Tambahan

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis. TD 130/80 mmHg, FN 100x/menit, RR 20x/menit, Suhu 37O C, konjungtiva tidak pucat, skelera tidak ikterik, JVS-2 cm H2O. Pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal.

Abdomen tampak benjolan di suprasimpisis, teraba benjolan disuprasimpisis, dinding rata, kenyal, nyeri tekan (+), ballotement (-), bising usus normal.

Punggung nyeri tekan (-), nyeri ketok (-). Colok dubur TSA baik, ampula tidak kolaps, mukosa licin, prostat kenyal simetris, nodul (-), TBP 60 gr.

Laboratorium :

Hemoglobin 8g/Dl, Hematokrit 26%, lekosit 8500/uL, trombosit 180.000/uL. Ureum 80 md/dL, kreatinin 2,6 mg/dL. Natrium 140 mEq/L, Cl 100 mEq/L. Gula darah sewaktu 240 mg/dL.

Urin lengkap: protein (+3), glukosa (+), sedimen: eritrosit 1-2/LPB, leukosit 2-3/LPB, Silinder (-).

Dokter memberikan terapi :

Tablet untuk memudahkan proses BAK (Buang Air Kecil).

Pertanyaan Terjaring

1. Retensi urina. Etiologi

b. Klasifikasi

c. Patofisiologi

d. Diagnosis banding dan DD

e. Penatalaksanaan

f. Pemfis dan anamnesis

g. Pemeriksaan penunjang

h. Komplikasi

i. Pencegahan dan edukasi

j. Prognosis

Terminologi

Tidak ada terminologi.

Keyword

1. Laki-laki, 60 tahun.

2. Tidak bisa BAK sejak 10 jam yang lalu.

3. Sejak 1 tahun yang lalu sulit BAK, terbangun malam sampai 4 kali untuk BAK.

Identifikasi Masalah

Tidak dapat BAK sejak 10 jam yang lalu, sejak 1 tahun sulit BAK karena hiperplasia

prostat jinak.

Analisis Masalah

Retensi Urin

Etiologi :Supra Vesika

VesikaInfra vesika

- Anamnesis- Pemeriksaan Fisik

- Pemeriksaan Penunjang

PenatalaksanaanPrognosis dan Komplikasi

Patofisiologi

Diagnosis dan Diagnosis Banding

Hipotesis

Retensi urin disebabkan oleh hiperplasia prostat jinak.

2. Bagaimana anatomi dari prostat ?

3. Hiperplasia Prostat jinak

a. Etiologi

b. Patofisiologi

c. Penatalaksanaan dan indikasi pembedahan

Jawaban Pertanyaan Terjaring

1. Retensi Urin

a. Etiologi • Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi

di medulla spinalis. Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya, misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis, misalnya miningokel, tabes doraslis, atau spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat.

Etiologi

• Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada pasien DM atau penyakit neurologist, divertikel yang besar.

• Intravesikal berupa pembesaran prostat, kekakuan leher vesika, batu kecil dan tumor.

b. Klasifikasi

1. Retensi Urin Akut Tidak mampu berkemih anuria,rasa nyeri Penyebab: BPH, prolapse uterine, bladder

cancer, prostatitis, anti-histamin, dll Laki-laki : Perempuan = 3/1000 : 3/100000 Seakan bertambah umur, kejadian resiko urin

semakin meningkat

Klasifikasi

2. Retensi Urin Kronik Terjadi karena peningkatan volume residu

urin yang bertahap Etiologi bisa dikarenakan pembesaran

prostat, obat-obatan, striktur uretra Tanpa rasa nyeri, kencing sedikit, tidak

sesuai keinginan, tidak lampias Tidak mengancam nyawa tetapi komplikasi

nya perlu di perhatikan

c. Patofisiologi

d. Diagnosis Banding dan DDDiagnosis• Gambaran Klinis– Rasa tidak nyaman hingga nyeri pada perut bagian bawah– Tidak dapat BAK– Kadang-kadang urin sedikit-sedikit, sering, tanpa disadari,

tanpa ditahan

Pada retensi utin akut, penderita akan merasa nyeri hebat di daera suprapubik dan teraba benjolan di daerah suprapubik.

Pada retensi urin totalis, penderita sama sekali tidak bisa miksi, gelisah, mengedan bila BAK, dan terjadi inkonentensia paradoksal

Diagnosis Banding dan DD

• Dalam lumen uretra– Katup kongenital– Benda asing– Batu– Tumor

• Pada dinding uretra– BPH– Tumor– Striktur– Trauma

• Di luar dinding uretra– Fibroid– Impaksi feses

• Neurologi – Pascaoperasi– Trauma medulla

spinalis– Diabetes

e. Penatalaksanaan

• Kateterisasi

• Pengobatan retensi urin karena BPH- Tanpa terapi/watching waiting- Medikamentosa (inhibitor 5-alfa reduktase)

f. Pemeriksaan Fisik dan Anamnesis

Pemeriksaan Fisik dan Anamnesis

g. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan mampu memilih berbagai pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosis, diantaranya adalah pemeriksan laboratorium maupun pencintraan (imaging).

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan spesimen urin (urinalisis)Secara makroskopis, ex: warna, bau, kejernihan ataupun kepekatan, serta

volume urin.Secara mikroskopis, ex: bakteriologis

2. Pengambilan umum : pH, BJ, Protein, Glukosa,Keton, Urobilinogen, Kreatinin, dan Nitrit.

3. Foto polos abdomen : menunjukkan bayangan buli buli penuh, mungkin terlihat bayangan batu opak pada uretra atau pada buli buli.

4. Pemeriksaan darah rutin : HB, Ht, Trombosit, Leukosit

5. Uretrografi :akan tampak adanya striktur uretra menggunakan kontras

• USG

h. Komplikasi

• UTIs• Bladder damage• Kidney damage• Urinary incontinence after prostate, tumor, or

cancer surgery

i. Pencegahan dan Edukasi

Retensi urin dapat dicegah sebelum terjadi dengan mengatasi penyebab potensial. Contoh, laki-laki dengan BPH harus mengatasi BPH yang dialami. Pria dengan BPH harus menghindari obat-obatan yang berhubungan dengan retensi urin. Wanita dengan rectocele dapat mencegah retensi urin dengan latihan memperkuat otot panggul. Pada penderita retensi urin akibat konstipasi dapat merubah pola makan dan gaya hidup.

j. Prognosis

• Bila penatalaksanaan pada keadaan akut kurang baik dapat menyebabkan retensi kronis khususnya pada benign hiperplasia prostat.

• Pada laki-laki usia lanjut, prognosis buruk- Pada penderita diabetes mellitus, prognosis buruk- Pada orang yang telah mendapatkan terapi invasif, prognosis buruk

2. Anatomi Prostat

3. Benign Hiperplasia Prostat

a. Etiologi • Penyebab BPH belum jelas, namun terdapat

faktor risiko umur dan hormon androgen• Beberapa hipotesis yang diduga sebagai

penyebab BPH:– Teori Dihidrosteron– Ada tidaknya keseimbangan antara estrogen-

testosteron– Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat– Berkurangnya apoptosis– Teori stem cell

b. Patofisiologi

c. Penatalaksanaan dan indikasi pembedahan

• Watchful waiting – skor IPSS di bawah 7– keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. – Pasien tidak mendapat terapi apapun karena dapat sembuh

sendiri dan diberi penjelasan mengenai semua hal yang mungkin dapat memperburuk keluhannya

– jangan mengkomsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam– kurangi komsumsi kopi atau coklat (mengiritasi kandung kemih)– batasi penggunaan obat flu yang mengandung fenilpropanolamin– kurangi makanan pedas dan asin– jangan menahan kencing terlalu lama. – kontrol secara periodik setelah 6 bulan untuk mengevaluasi

keluhannya sambil dilakukan pemeriksaan uroflowmetri dan volume residu urin

• Medikamentosa – Penghambat reseptor adrenergik-α1 (α1 adrenergic

blocker) – Penghambat 5α-reduktase

• Operasi – skor IPSS 20-35. – Penyelesaian masalah hiperplasia prostat jangka panjang

yang paling baik saat ini adalah pembedahan. – tidak menunjukkan perbaikan setelah terapi medikamentosa– mengalami retensi urin– infeksi saluran kemih berulang– Hematuria– gagal ginjal– timbul batu saluran kemih atau penyulit lainnya akibat

obstruksi saluran kemih bagian bawah.

Kesimpulan

Hipotesis kami yaitu “Retensi urin disebabkan oleh hiperplasia prostat jinak” dapat diterima.

top related