phbs - diare
Post on 31-Oct-2014
135 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah lima
tahun) terbesar di dunia. Menurut catatan Unicef, setiap detik satu balita meninggal
karena diare (Inisiatif Kemitraan Pemerintah-Swasta Untuk Cuci Tangan Pakai
Sabun; Available from : www.ampl.or.id). Diare seringkali dianggap sebagai penyakit
sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut
catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun. Penyakit Diare di
negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat
tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di
Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang
pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi. Tingginya kejadian
diare di negara Barat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne infections
yang disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus,
Bacillus cereus, Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli
(EHEC). Diare infeksi di negara berkembang, menyebabkan kematian sekitar 3 juta
penduduk setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap
tahunnya di banding di negara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3
kali setiap tahun. (Diare Akut Disebabkan Bakteri; Available from :
www.library.usu.ac.id).
Sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah
satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita (Jangan Anggap Remeh Diare;
Available from : http://www.medicastore.com). Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita
meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Diare merupakan
penyebab kematian nomor 2 pada Balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi
semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali
per tahun. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare
menempati urutan ke ketiga penyebab kematian bayi (Elemen Seng Mampu Atasi
Penyakit Diare; Available from : www.mediaindonesiaonline.com).Diare adalah
penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya ( 3
atau lebih per hari ) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
penderita. (Depkes R I, Kepmenkes RI Tentang Pedoman P2D, Jkt, 2002). Secara
klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena
Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi
yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan
infeksi dan keracunan. (Depkes RI, Kepmenkes RI Tentang Pedoman P2D , Jkt ,
2002). Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya.
Pada tahun 2004, Diare merupakan penyakit dengan frekuensi KLB kelima terbanyak
setelah DBD, Campak, Tetanus Neonatorium dan keracunan makanan.
Faktor perilaku dianggap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kegiatan pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga sering
menimbulkan masalah kesehatan antara lain tingginya angka kesakitan dan kematian
bayi dan balita.
Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di
seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik
laki – laki maupuun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat
dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita.
Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit,
utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo S, 2004). Salah satu penyakit infeksi pada
balita adalah diare dan ISPA. Diare lebih dominan menyerang balita karena daya
tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga balita sangat rentan terhadap
penyebaran virus penyebab diare.Sampai saat ini masalah diare masih menjadi
masalah kesehatan dunia terutama dinegara berkembang, termasuk Indonesia anak-
anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab
kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian (Depkes, 2010).
Berdasarkan hasil survey PHBS yang dilaksanakan oleh Puskesmas Kabil di Danau Indah Pungur kecamatan Nongsa tahun 2012 didapatkan hasil sebagai berikut 88 % termasuk kriteria sehat dan sisanya sebanyak 12 % masuk kriteria tidak sehat. Berdasar pada angka hasil survey PHBS tersebut ternyata masih ada
sebagian dari penduduk yang masuk kriteria tidak sehat sehingga dimungkinkan bisa menjadi penyebab tingginya angka kejadian diare di wilayah tersebut.
Berdasarkan data dari Puskesmas Kabil penderita diare pada tahun 2011
sebanyak penderita dan diare pada balita sebanyak ? penderita. Pada tahun 2012
sebanyak ? penderita dengan jumlah diare pada balita sebanyak ? penderita. menurut
wilayah cakupan puskesmas kabil, DIP termasuk daerah dengan kejadian diare
paling tinggi yaitu ? penderita pada tahun 2012.
Hal yang bisa menyebabkan balita mudah terserang penyakit diare adalah
perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan keadaan lingkungan yang buruk.
Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani secara serius karena tubuh balita
sebagian besar terdiri dari air, sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena
dehidrasi (Depkes, 2010).
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya diare adalah lingkungan,
praktik penyapihan yang buruk dan malnutrisi. Diare dapat menyebar melalui
praktik-praktik yang tidak higienis seperti menyiapkan makanan dengan tangan yang
belum dicuci, setelah buang air besar atau membersihkan tinja seorang anak serta
membiarkan seorang anak bermain di daerah dimana ada tinja yang terkontaminasi
bakteri penyebab diare (Depkes, 2010).
Perilaku ibu dalam menjaga kebersihan dan mengolah makanan sangat
dipengaruhi oleh pengetahuan tentang cara pengolahan dan penyiapan makanan
yang sehat dan bersih. Pengetahuan dan kesadaran orang tua terhadap masalah
kesehatan balitanya tentu sangat penting agar anak selalu dalam keadaan sehat dan
terhindar dari berbagai penyakit, sedangkan yang mengalami diare tidak jatuh pada
kondisi yang lebih buruk. Sebagian besar angka kematian diare ini diduga karena
kurangnya pengetahauan masyarakat terutama ibu, mengenai upaya pencegahan dan
penanggulangan diare (Wijaya, 2002).
Kurangnya pengetahuan bisa mempengaruhi perilaku seseorang termasuk
perilaku di bidang kesehatan sehingga bisa menjadi penyebab tingginya angka
penyebaran suatu penyakit termasuk penyakit diare yang mempunyai resiko
penularan dan penyebaran cukup tinggi. Penyakit diare yang merupakan penyakit
berbasis lingkungan juga dipengaruhi oleh keadaan kebersihan baik perorangan
(personal hygiene) maupun kebersihan lingkungan perumahan, sanitasi yang baik
dan memenuhi syarat kesehatan serta didukung oleh personal hygiene yang baik
akan bisa mengurangi resiko munculnya suatu penyakit termasuk diantaranya
penyakit diare. Personal hygiene dan sanitasi lingkungan perumahan yang baik bisa
terwujud apabila didukung oleh perilaku masyarakat yang baik atau perilaku yang
mendukung terhadap program-program pembangunan kesehatan termasuk program
pemberantasan dan program penanggulangan penyakit diare.
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak
memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana
kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan dan
lingkungan yang jelek, serta pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak
semestinya. Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
menjadi faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent penjamu,
lingkungan dan perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan meningkatnya
kerentanan terhadap diare, diantaranya tidak memberikan ASI selama 2 tahun,
kurang gizi, penyakit campak, dan imunodefisiensi. Faktor lingkungan yang paling
dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor ini
akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak
sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia
yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Depkes,
2005).
Puskesmas Kabil melalui Program Pemberantasan Penyakit Menular, secara
intensif terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
termasuk di dalamnya program penanggulangan penyakit diare baik secara promotif,
preventif maupun kuratif. Kegiatan yang telah dan selalu dilaksanakan adalah
penyuluhan tentang penyakit diare di berbagai kelompok masyarakat, baik melalui
kegiatan Posyandu, pertemuan Kader, kelompok arisan dan kegiatan-kegiatan
masyarakat yang lain baik yang bersifat formal maupun non formal,
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa perlu untuk mengadakan
penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dengan kejadian diare pada balita di Wilayah DIP Puskesmas Kabil
Kecamatan Nongsa.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pengetahuan dan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) terhadap kejadian diare pada balita di wilayah DIP
Puskesmas Kabil kecamatan Nongsa ?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah: mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan ibu tentang pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) terhadap kejadian diare pada balita di wilayah DIP Puskesmas Kabil
Kabupaten Nongsa.
1.3.2. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang penyakit diare.
2) Mengidentifikasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
3) Mengidentifikasi kejadian diare pada balita.
4) Menganalisis hubungan pengetahuan dengan kejadian diare pada balita.
5) Menganalisis perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare
pada balita.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat khususnya bagi peneliti dan pihak-pihak
terkait baik secara teoritis maupun praktis.
1.4.1. Manfaat secara teoritis
Sebagai salah satu sumber informasi tentang hubungan antara pengetahuan
dan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian dan upaya
pencegahan penyakit diare pada balita.
1.4.2. Manfaat secara praktis
1) Bagi Instansi terkait (Puskesmas dan Dinas Kesehatan)
a. Memberikan masukan dalam membuat kebijakan untuk
neningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
masyarakat khususnya dalam mengatasi masalah diare.
b. Sebagai masukan dalam merencanakan program untuk upaya
pencegahan penyakit diare di masyarakat.
2) Bagi masyarakat / keluarga
Menimbulkan kesadaran pada keluarga atau masyarakat akan
pentingnya upaya pencegahan penyakit diare, serta kecepatan dan
ketepatan dalam memberikan pertolongan baik secara mandiri maupun
dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia.
1.5. RUANG LINGKUP
Penelitian ini dilakukan di wilayah Danau Indah pungur Kecamatan Nongsa
Kota Batam. Penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 31 Desember sampai
dengan 19 Januari 2012
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh ibu yang memiliki
balita yang pernah menderita diare dengan sampel penelitian 100 responden menurut
jumlah populasi.
top related