petrol ogi

Post on 27-Dec-2015

5 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

deskipsi

TRANSCRIPT

Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan: beku, metamorf, dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu".

Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik.

Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus).

Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrem dari tekanan, suhu, atau keduanya)

Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan analisis kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologi modern juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan kecenderungan dan siklus geokimia dan penggunaan data termodinamika dan eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan.

Petrologi eksperimental menggunakan perlengkapan tekanan tinggi, suhu tinggi untuk menyelidiki geokimia dan hubungan fase dari material alami dan sintetis pada tekanan dan suhu yang ditinggikan. Percobaan tersebut khususnya berguna utuk menyelidiki batuan pada kerak bagian atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalam perjalanan kepermukaan pada kondisi asli.

Mineralogi & Petrologi : Pengenalan

Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi

pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan: beku, metamorf,

dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti

"batu".

Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan

seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan

beku mencakup batuan volkanik dan plutonik.

Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan sedimen

(batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-partikel sedimen

terikat dengan matrik atau material lebih halus).

Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf

(batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan sedimen atau beku

tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrim

dari tekanan, suhu, atau keduanya)

Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan analisa kimia

untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologi modern juga menyertakan

prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan kecenderungan dan siklus geokimia dan

penggunaan data termodinamika dan eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan.

Petrologi eksperimental menggunakan perlengkapan tekanan tinggi, suhu tinggi untuk

menyelidiki geokimia dan hubungan fasa dari material alami dan sintetis pada tekanan dan suhu

yang ditinggikan. Percobaan tersebut khususnya berguna utuk menyelidiki batuan pada kerak

bagian atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalam perjalanan kepermukaan pada

kondisi asli.

Kimia Mineral

Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, karena beberapa sifat-sifat

mineral/kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/ kristal tidak hanya tergantung kepada

komposisi tetapi juga kepada susunan meruang dari atom-atom penyusun dan ikatan antar atom-

atom penyusun kristal/mineral.

Daya yang mengikat atom (atau ion, atau grup ion) dari zat pada kristalin adalah bersifat listrik

di alam. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan dengan sifat-sifat fisik dan kimia dari mineral.

Kekerasan, belahan, daya lebur, kelistrikan dan konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi

termal berhubungan secara langsung terhadap daya ikat.

Kimia mineral merupakan suatu ilmu yang dimunculkan pada awal abad ke-19, setelah

dikemukakannya "hukum komposisi tetap" oleh Proust pada tahun 1799, teori atom Dalton pada

tahun 1805, dan pengembangan metode analisis kimia kuantitatif yang akurat. Karena ilmu kimia

mineral didasarkan pada pengetahuan tentang komposisi mineral, kemungkinan dan keterbatasan

analisis kimia mineral harus diketaui dengan baik.

Prinsip-prinsip kimia yang berhubungan dengan kimia mineral :

Hukum komposisi tetap (The Law of Constant Composition) oleh Proust (1799):

“Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap senyawa adalah tetap"

Teori atom Dalton (1805) :

“Setiap unsur tersusun oleh partikel yang sangat kecil dan berbentuk seperti bola yang disebut

atom.”

Atom dari unsur yang sama bersifat sama sedangkan dari unsur yang berbeda bersifat berbeda

pula. Atom dapat berikatan secara kimiawi menjadi molekul.

Sifat Fisik Mineral

Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat fisik mineral antara

mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat-sifat fisik mineral tersebut meliputi: warna,

kilap (luster), kekerasan (hardness), gores (streak), belahan (cleavage), pecahan (fracture),

struktur/bentuk kristal, berat jenis, sifat dalam (tenacity), dan kemagnetan.

Bentuk Kristal

Pada wujudnya sebuah kristal itu seluruhnya telah dapat ditentukan secara ilmu ukur, dengan

mengetahui susut-sudut bidangnya. Hingga saat ini baru terdapat 7 macam sistem kristal. Dasar

penggolongan sistem kristal tersebut ada tiga hal, yaitu:

1. Jumlah sumbu kristal,

2. Letak sumbu kristal yang satu dengan yang lain

3. Parameter yang digunakan untuk masing-masing sumbu Kristal

Adapun ke tujuh sistem kristal tersebut adalah:

1. Sistem isometrik; Sistem ini juga disebut sistem reguler, bahkan sering dikenal sebagai

sistem kubus/kubik. Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.

Masing-masing sumbu sama panjangnya.

2. Sistem tetragonal; Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal

yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang sama.

Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).

3. Sistem rombis; Sistem ini disebut juga orthorombis dan mempunyai 3 sumbu kristal yang

saling tegak lurus satu dengan yang lain. Ketiga sumbu kristal tersebut mempunyai panjang yang

berbeda.

4.Sistem heksagonal; Sistem ini mempunyai empat sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus

terhadap ketiga sumbu yang lain. Sumbu a, b, dan d masing-masing saling membentuk sudut

120o satu terhadap yang lain. Sumbu a, b, dan d mempunyai panjang yang sama. Sedangkan

panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).

5.Sistem trigonal; Beberapa ahli memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal. Demikian

pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya bila pada trigonal setelah terbentuk bidang

dasar, yang berbentuk segienam kemudian dibuat segitiga dengan menghubungkan dua titik

sudut yang melewati satu titik sudutnya.

6. Sistem monoklin; Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga

sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c, tetapi

sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang

tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b yang paling pendek.

Warna

Adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna mineral dap at dibedakan menjadi dua, yaitu

idiokromatik, bila warna mineral selalu tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang

tidak tembus cahaya (opak), seperti galena, magnetit, pirit; dan alokromatik, bila warna mineral

tidak tetap, tergantung dari material pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang

tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit.

Kilap

Adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilap dibedakan menjadi

dua, yaitu kilap logam dan kilap bukanlogam. Kilap logam memberikan kesan seperti logam bila

terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral yang mengandung logam atau

mineral bijih, seperti emas, galena, pirit, kalkopirit. Kilap bukan-logam tidak memberikan kesan

seperti logam jika terkena cahaya. Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi :

Ø  Kilap kaca (vitreous luster)

memberikan kesan seperti kaca bila terkena cahaya, misalnya: kalsit, kuarsa, halit.

Ø  Kilap intan (adamantine luster)

memberikan kesan cemerlang seperti intan, contohnya intan

Ø  Kilap sutera (silky luster)

memberikan kesan seperti sutera, umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur

serat, seperti asbes, aktinolit, gypsum

Ø  Kilap damar (resinous luster)

memberikan kesan seperti damar, contohnya: sfalerit dan resin

Ø  Kilap mutiara (pearly luster)

memberikan kesan seperti mutiara atau seperti bagian dalam dari kulit kerang, misalnya talk,

dolomit, muskovit, dan tremolit.

Ø  Kilap lemak (greasy luster)

menyerupai lemak atau sabun, contonya talk, serpentin

Ø  Kilap tanah (earthy) atau kirap guram (dull)

kenampakannya buram seperti tanah, misalnya: kaolin, limonit, bentonit.

Kekerasan

Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Secara relatif sifat fisik ini ditentukan dengan

menggunakan skala Mohs (1773 – 1839), yang dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga

skala 10 untuk mineral yang paling keras. Skala Mohs tersebut meliputi (1) talk, (2) gipsum, (3)

kalsit, (4) fluorit, (5) apatit, (6) feldspar, (7) kuarsa, (8) topaz, (9) korundum, dan (10) intan.

Masing-masing mineral tersebut diatas dapat menggores mineral lain yang bernomor lebih kecil

dan dapat digores oleh mineral lain yang bernonor lebih besar. Dengan lain perkataan SKALA

MOHS adalah Skala relative. Dari segi kekerasan mutlak skala ini masih dapat dipakai sampai

yang ke 9, artinya no. 9 kira-kira 9 kali sekeras no. 1, tetapi bagi no. 10 adalah 42 kali sekeras

no. 1

Untuk pengukuran kekerasan ini, dapat digunakan alat sederhana seperti kku tangan, pisau baja

dan lain-lain.

Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan: beku, metamorf, dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti

“batu”.  Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik. Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus). 

Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrim dari tekanan, suhu, atau keduanya). Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan analisa kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologi modern juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan kecenderungan dan siklus geokimia dan penggunaan data termodinamika dan eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan. Petrologi eksperimental menggunakan perlengkapan tekanan tinggi, suhu tinggi untuk menyelidiki geokimia dan hubungan fasa dari material alami dan sintetis pada tekanan dan suhu yang ditinggikan. Percobaan tersebut khususnya berguna utuk menyelidiki batuan pada kerak bagian atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalam perjalanan kepermukaan pada kondisi asli.

 1. Pengertian Batuan Beku 

Batuan beku merupakan batuan yang terjadi dai pembekuan larutan silica cair dan pijar, yang kita kenal dengan nama magma. Karena tidak adanya kesepakatan dari para ahli petrologi dalam mengklasifikasikan batuan beku mengakibatkan sebagian klasifikasi dibuat atas dasar yang berbeda-beda. Perbedaan ini sangat berpengaruh dalam menggunakan klasifikasi pada berbagai lapangan pekerjaan dan menurut kegunaannya masing-masing. Bila kita dapat menggunakan klasifikasi yang tepat, maka kita akan mendapatkan hasil yang memuaskan. 2. Penggolongan Batuan Beku 

Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan utama yaitu berdasarkan genetic batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkadung, dan berdasarkan susunan mineraloginya. 2.1 Berdasarkan Genetik 

Batuan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-kadang mengandung gelas, berdasarkan tempat kejadiannya (genesa) batuan beku terbagi menjadi 3 kelompok yaitu: a. Batuan beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawah permukaan bumi. Proses pendinginan sangat lambat sehingga batuan seluruhnya  terdiri atas kristal-kristal (struktur holohialin). contoh :Granit, Granodiorit, dan Gabro. b. Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau pipa gunung api. Proses pendinginannya berlangsung relatif cepat sehingga batuannya terdiri atas kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur dengan massa dasar sehingga membentuk struktur porfiritik. Contoh batuan ini dalah Granit porfir dan Diorit porfir.c. Batuan beku luar (efusif) ,terbentuk di dekat permukaan bumi. Proses pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk kristal. Struktur batuan ini dinamakan amorf. Contohnya Obsidian, Riolit dan Batuapung.

 2.2. Berdasarkan Senyawa kimia Berdasarkan komposisi kimianya batuan beku dapat dibedakan menjadi: a. Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari 45%. Contohnya Dunit dan Peridotit. b. Batuan beku basa memiliki kandungan silika antara 45% – 52 %. Contohnya Gabro, Basalt. c. Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika antara 52%-66 %. Contohnya Andesit dan Syenit. d. Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 66%. Contohnya Granit, Riolit.       Dari segi warna, batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih gelap dibanding yang komposisinya asam.    2.3. Berdasarkan susunan mineralogi 

Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat mencrminkan sejarah pembentukan battuan dari pada atas dasar kimia. Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan pembkuan yang cepat.    Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi :a. Batuan dalam Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.b. Batuan gang Bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.c. Batuan gang Bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.d. Batuan lelehan Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi beberapa keluarga atau kelompok yaitu: 1. keluarga granit –riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali felsparnya melebihi plagioklas2. keluarga granodiorit –qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K Felspar 3. keluarga syenit –trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir4. keluarga monzonit –latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-Felspar 5. keluarga syenit – fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-Felspar melebihi plagioklas 6. keluarga tonalit – dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama kuarsa dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar  7. keluarga diorite – andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-Felspar, plagioklas melimpah8. keluarga gabbro – basalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas (Ca), sedikit Qz dan K-felspar9. keluarga gabbro – basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral utama felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah ataupun tidak hadir 10. keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (ol,px,hbl), plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.   3. Faktor-Faktor yang Diperhatikan Dalam Deskripsi Batuan Beku

a. Warna Batuan   Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan. Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang  tersusun atas mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa, potash feldsfar dan muskovit. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku intermediet diman jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak. 

Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik. 

b. Struktur Batuan 

Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering ditemukan adalah: a. Masif                  : bila batuan pejal,tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas b. Jointing     : bila batuan tampak seperti mempunyai retakan-retakan.kenapakan ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan. c. Vesikular      : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi lagi menjadi 3 yaitu: Skoriaan :  bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan. 

Pumisan                  : bila lubang-lubang gas saling berhubungan. 

Aliran                       : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang gas. d. Amigdaloidal    : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder. 

c. Tekstur Batuan 

Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari  rangkaian proses sebelum,dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi : 1. Tingkat kristalisasiTingkat kristalisasi batuan beku dibagi menjadi: 

Holokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan semua berbentuk kristal-kristal. 

Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal dan sebagian lagi berupa mineral gelas. 

Holohialin, jika seluruhnya terdiri dari gelas.  

b. Ukuran kristal Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah dikenali.ukuran kristal dapat menunjukan tingkat kristalisasi pada batuan.c. GranularitasPada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu: Equigranulritas Disebut equigranularitas apabila memiliki ukuran kristal yang seragam. Tekstur ini dibagi menjadi 2: 

Fenerik Granular

 bila ukuran kristal masih bisa dibedakan dengan mata telanjang 

Afinitik

 apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan  dengan mata telanjang atau ukuran kristalnya sangat halus. 

Inequigranular Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur ini dapat dibagi lagi menjadi : 

Faneroporfiritik bila kristal yang besar dikelilingi oleh kristal-kristal yang kecil dan dapat dikenali dengan mata telanjang

Porfiroafinitik,bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang tidak dapat dikenali dengan mata telanjang.

Gelasan (glassy) Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan apabila semuanya tersusun atas gelas.

4. Bentuk Butir 

Euhedral, bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang kristal yang sempurna.  Subhedral,bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang

sempurna.  Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang kristal yang tidak

sempurna. 

Komposisi Mineral Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat  dibedakan menjadi 4 yaitu: 1. Kelompok Granit –Riolit   Berasal dari magma yang bersifat asam,terutama tersusun oleh mineral-mineral kuarsa ortoklas, plaglioklas Na, kadang terdapat  hornblende,biotit,muskovit dalam jumlah yang kecil. 2. Kelompok Diorit – Andesit  Berasal dari magma yang bersifat intermediet,terutama tersusun atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblande, piroksen dan kuarsa biotit,orthoklas dalam jumlah kecil 3. Kelompok Gabro – Basalt  Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri dari mineral-mineral olivine,plaglioklas Ca,piroksen dan hornblende.  

4. Kelompok Ultra Basa Tersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain yang mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.            e. Derajat Kristalisasi Derajat kristalisasi mineral dalam batuan beku, terdiri atas 3 yaitu :  

Holokristalin        

Tekstur batuan beku yang kenampakan batuannya terdiri dari keseluruhan mineral yang membentuk kristal, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi berlangsung begitu lama sehingga memungkinkan terbentuknya mineral – mineral dengan bentuk kristal yang relatif sempurna. 

Hipokristalin      

Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian mineral membentuk kristal dan sebagiannya membentuk gelas, hal ini menunjukkan proses kristalisasi berlangsung relatif lama namun masih memingkinkan terbentuknya mineral dengan bentuk kristal yang kurang.

 Holohyalin  

 Tekstur batuan yang kenampakannya terdiri dari mineral yang keseluruhannya berbentuk gelas, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi magma berlangsung relatif singkat sehingga tidak memungkinkan pembentukan mineral – mineral dengan bentuk yang sempurna.  f.   Sifat Batuan Sifat Batuan Beku dibagi menjadi 3 antara lain : Asam (Felsik) Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang  tersusun atas mineral-mineral felsik. 

Intermediet Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku intermediet diman jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.

Basa (Mafik) Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.

Ultrabasa (Ultramafik )Batuan beku yang berwarna kehijauan dan berwarna hitam pekat dimna tersusun oleh mineral – mineral mafic seperti olivin.

top related