perubahan fungsi bangunan sekitar townhouse di …
Post on 15-Nov-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
PERUBAHAN FUNGSI BANGUNAN SEKITAR TOWNHOUSE DI KOTA DEPOK, JAWA BARAT
Fiddyana Rizqi Kusumahayu1, M.H. Dewi Susilowati2 dan Widyawati2
1Mahasiswa Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 2Dosen Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424
E-mail: kfiddyanarizqi@gmail.com, widyawhd.hadi17@gmail.com
Abstrak
Bertambahnya jumlah penduduk di Kota Depok menambah pula kebutuhan ruang untuk tempat tinggal. Townhouse merupakan bentuk hunian baru bagi masyarakat kota Depok. Adanya pembangunan hunian baru biasanya mendorong juga perubahan pemanfaatan tanah dan bangunan di sekitarnya. Hal ini juga terjadi di sekitar Townhouse di Depok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan fungsi bangunan di sekitar Townhouse di Kota Depok berdasarkan perubahan jumlah penduduk, jarak dari pusat kota, dan jarak dari jaringan jalan. Data sekunder yang didapat dari berbagai instansi serta data primer yang didapatkan melalui pengamatan, pengukuran dan wawancara dengan tokoh setempat, selanjutnya dianalisis dengan melakukan overlay peta. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perubahan fungsi bangunan yang terjadi disekitar Townhouse dapat diklasifikasikan rendah, serta mengalami pola linier di sepanjang jalan utama. Overlay antar peta dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara perubahan fungsi bangunan dengan perubahan jumlah penduduk, jaringan jalan serta jarak terhadap pusat kota. Perubahan fungsi bangunan terjadi bukan karena variabel jumlah penduduk, jarak terhadap pusat kota, jarak dari jaringan jalan, namun dipengaruhi oleh jarak terhadap pusat pertumbuhan lain, seperti Universitas Indonesia. Jenis kegiatan ekonomi baru yang dilakukanpun adalah kegiatan yang tidak untuk mendukung kebutuhan penghuni Townhouse melainkan untuk mendukung kegiatan pusat pertumbuhan lain.
Changes in The Function Of The Buildings Around The Townhouse in The City Of Depok, West Java.
Abstract
The increase of population in the city of Depok add to the need for residential space. Townhouse is a form of new housing for the city of Depok. The construction of new homes also typically encourage land use changes and the surrounding buildings. It is also going around Townhouse in Depok. The purpose of this study was to knowing a changes in the function of the building around Townhouse in Depok based on changes in population size, distance from the city center, and the distance of the road network. Secondary data were obtained from various agencies as well as primary data obtained through observations, measurements and interviews with local leaders, then analyzed by overlaying a map. The results obtained showed that, changes in the function of the building going on around Townhouse be classified low, and experiencing the linear pattern along the main road. Overlay between the map can be seen that there is no relationship between changes in the function of the building with the changes in population size, the road network as well as the distance to the city center. Building function changes occur not because a variable, but
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
2
influenced by the distance to other growth centers, like the University of Indonesia. Kind of new economic activities that do are activities that do not support the needs of residents Townhouse but to support the activities of other growth centers. Keywords: Changes in the function of the building, Townhouse, Population, Downtown, The road network 1. Pendahuluan
Kota merupakan tempat bermukim penduduk serta menjadi tempat penyediaan pelayanan
publik (Sinulingga, 2005). Dari waktu ke waktu Kota berkembang secara dinamis yang berarti
selalu berubah, dan demikian pula pola penggunaan lahannya (Colby dalam Yunus, 1999).
Perkembangan ruang perkotaan tersebut diakibatkan karena pertambahan jumlah penduduk
yang berasal dari proses migrasi maupun proses pertambahan alamiah. Sejalan dengan
meningkatnya penduduk di perkotaan, serta meningkatnya kebutuhan kehidupan dalam aspek-
aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi mengakibatkan meningkatnya kegiatan
penduduk perkotaan, dengan demikian maka dapat mengakibatkan meningkatnya kebutuhan
ruang kota yang besar (Muhajir, 2012). Dengan meningkatnya kebutuhan ruang kota yang
besar maka dapat memicu peluang ekonomi.
Chapin (1985) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara pergerakan
masyarakat kota, infrastruktur, dan tren ekonomi kota terhadap perubahan struktur morfologi
ruang kota terkait dengan aspek tata guna lahan maupun unsur fisik perkotaan. Dalam hal
tersebut dapat terjadi perubahan fungsi bangunan pemukiman menjadi fungsi lain yang
bersifat komersial atau lahan kosong yang berubah menajdi bangunan komersial.
Pertambahan jumlah penduduk di Kota Depok menuntut kebutuhan ruang untuk tempat
tinggal yang juga semakin bertambah. Townhouse yang merupakan hunian alternatif bagi
masyarakat kota Depok dan juga merupakan tren hunian baru yang modern dapat
mengakibatkan meningkatnya kebutuhan ruang kota yang besar. Dengan meningkatnya
kebutuhan ruang kota yang besar maka dapat memicu peluang ekonomi yaitu dengan
terdapatnya bangunan-bangunan baru yang bersifat komersial disekitar Townhouse.
2. Tinjauan Teoritis 2.1 Kota
Permukiman merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehiupan
perkotaan karena terdapat manusia yang menghuni dan berkegiatan di dalamnya. Dalam
perkembangannya, permukiman harus bersaing dengan fungsi-fungsi kota yang lain untuk
bisa mendapatkan tempat di lingkungan perkotaan (Akbar, 2009). Agar kehidupan kota dapat
berjalan baik maka pembangunan permukiman dengan fungsi-fungsi lain dalam kota butuh
suatu perencanaan dan pengaturan.
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
3
Menurut Chapin (1995), peruntukan lahan yang ada hendaknya mencakup pemanfaatan
lahan sebagai ruang-ruang fungsional untuk berbagai fungsi atau kegunaan, sebagai setting
untuk berbagai aktivitas, sebagai komoditas untuk dikembangkan, dan sebagai sumber estetis.
Adanya pertumbuhan penduduk di Kota Depok menyebabkan kebutuhan ruang untuk tempat
tinggal semakin bertambah. Adanya perumahan-perumahan di Kota Depok menyebabkan
timbul fungsi-fungsi lain yang dapat menunjang suatu perumahan tersebut. Dengan adanya
hal tersebut maka dari itu perubahan fungsi bangunan yang berada disekitar perumahan
tersebut dapat terjadi.
2.2 Pertambahan Penduduk
Penduduk melakukan permintaan atas sesuatu barang dalam rangka memenuhi atau
memuaskan kebutuhan hidup. Semakin meningkat jumlah penduduk, maka kebutuhan akan
barang-barang pemuas kebutuhan akan mengalami peningkatan (Sukirno;2000 dalam
Pramusinta;2012). Begitu pula dengan peningkatan kebutuhan lahan untuk permukiman sudah
tentu diikuti oleh tuntutan kebutuhan lahan untuk sarana dan prasarana serta fasilitas yang
lain. Laju pertambahan penduduk merupakan masalah pokok dalam pembangunan
perumahan. Masalah ini mengakibatkan kebutuhan akan rumah selalu meningkat (Blaang,
1986).
2.3 Bangunan Komersial
Bangunan komersial adalah tempat perbelanjaan yang terdiri dari bangunan dan ruang
sewa yang dikhususkan untuk mewadahi fungsi perdagangan (Marlina, 2008). Sesuai
jenisnya, bangunan komersial merupakan bangunan yang direncanakan dan dirancang untuk
mendatangkan keuntungan bagi pemilik maupun penggunanya. Transformasi fungsi hunian
menjadi komersial bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai tempat berupa warung dan
toko. Warung memiliki fungsi utama menjual barang kebutuhan sehari-hari. Lokasi warung
yang berada di dalam kawasan perumahan membuat fungsi rumah yang semula adalah
sebagai tempat bermukim saja, berubah menjadi tempat komersial juga. Sebagian warung
yang berkembang merupakan transformasi dari rumah (hunian). Sedangkan pertokoan yang
juga memiliki fungsi sama dengan warung, memiliki lokasi tersendiri yang terpisah dengan
hunian kawasan sekitar perumahan. Pertokoan ini dibangun dengan tujuan sebagai sarana
penunjang bagi seluruh warga perumahan.
2.4 Townhouse
Pada awalnya istilah Town House berkembang dari kata Row House atau rumah
bandar yang didefinisikan sebagai “one of a continuous group or row of houses having a
uniform structure and appearance, often joined by common side walls.” (Stein, 1968; dalam
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
4
Akbar, 2009). Lloyd (1990) mengemukakan bahwa Townhouse merupakan unit hunian
keluarga tunggal yang saling berdempet dengan dinding yang digunakan bersama dimana
setiap unitnya memiliki pintu depan yang menghadap ke ruang terbuka dan merupakan
kesatuan yang lengkap dengan utilitasnya masing-masing. Dari definisi-definisi tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa Townhouse adalah suatu hunian independen milik keluarga tunggal
yang mempunyai unit-unit hunian yang seragam, berderet, bertingkat, dan menempel dengan
unit-unit lainnya yang dibatasi oleh dinding.
2.5 Perubahan Penggunaan Lahan
Menurut Cullingswoth (1997) dalam Cahyaningtyas (2015), perubahan penggunaan
yang cepat di perkotaan dipengaruhi oleh empat faktor, yakni : (1) adanya konsentrasi
penduduk dengan segala aktivitasnya; (2) aksesibilitas terhadap pusat kegiatan dan pusat kota;
(3) jaringan jalan dan sarana transportasi, dan; (4) orbitasi, yakni jarak yang menghubungkan
suatu wilayah dengan pusat-pusat pelayanan yang lebih tinggi.
Menurut Yunus (1987) klasifikasi orientasi dalam memfungsikan penggunaan
bangunan rumah dapat berupa:
- Orientasi fungsi sosial rumah tinggal.
- Orientasi fungsi sosial dan komersial (rumah tinggal dengan usaha-usaha tertentu yang
dilaksanakan pada sebagian tempat tinggal dan bagian rumahnya untuk mencari
tambahan penghasilan).
- Orientasi fungsi komersial semata. Perubahan penggunaan lahan selain atas kehendak
dari masyarakat, juga karena program pembangunan yang direncanakan pemerintah.
Sehingga mau tidak mau lahan yang telah direncanakan untuk alokasi pembangunan
tentu saja akan mengalami perubahan fungsi.
Dalam penelitian ini, orientasi-orientasi yang diungkapkan oleh Yunus dapat terjadi
pada bangunan-bangunan yang berada disekitar Townhouse. Orientasi-orientasi tersebut dapat
terjadi karena meningkatnya kebutuhan masyarakat yang berada disekitar Townhouse, maka
dapat mengakibatkan terjadinya perubahan bangunan-bangunan dari rumah maupun dari
lahan kosong menjadi bangunan yang bersifat komersial.
2.6 Jarak
Keberadaan lokasi relatif dan titik merupakan aspek dasar dari suatu jarak. Jarak dapat
dibedakan secara mendasar dengan melihat jarak garis lurus dengan beberapa bagian dan
garis tidak lurus dengan beberapa bagian. Garis lurus dengan beberapa bagian merupakan
jarak yang diukur dengan garis lurus pada permukaan yang datar dengan membaginya atas
beberapa potongan garis yang pendek, ini bisa dilihat dengan pengukuran jarak di kota besar
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
5
dengan membaginya atas beberapa potongan ruas jalan. Sedangkan pengukuran garis tidak
lurus dilakukan pada permukaan yang tidak seragam misalnya jarak dihutan yang dibagi atas
beberapa potongan alam setapak. Secara singkat jarak dibagi atas dua jenis, yaitu :
1. Jarak mutlak, yaitu jarak yang tidak akan berubah paling umum diekspresikan dalam
kilometer, meter dan yard.
2. Jarak nisbi, yaitu jarak yang dapat berubah. Hal ini disebabkan oleh morfologi, laju lalu
lintas yang menentukan lambat atau cepat sampai ke tujuan.
Dalam penelitian ini, jarak mutlak digunakan untuk pengukuran lokasi Townhouse dengan
pusat kota Depok dan juga dengan jaringan jalan. Hal tersebut dilakukan untuk dapat
mengetahui seberapa besar pengaruh yang ada terhadap perubahan fungsi bangunan disekitar
Townhouse. Cara yang dilakukan untuk mengukur jarak dari pusat kota dan jarak dari
jaringan jalan adalah mengukur dengan garis lurus dari Townhouse ke pusat kota maupun ke
jaringan jalan.
2.7 Pusat Kota
Menurut Harris dan Ulman (1945) dalam Rahayu (2011), pusat kota adalah suatu
bagian kota dimana terdapat fungsi-fungsi utama kegiatan perkotaan yang mendominasi.
Definisi pusat kota menurut 3 sudut pandang yaitu empiris, keilmuan, dan kebijakan publik
menurut Rahayu, 2011:
1. Sudut pandang empiris.
Suatu bagian kota dimana terdapat fungsi-fungsi utama kegiatan perkotaan yang
mendominasi, suatu wilayah yang menampung sebagian besar kegiatan kota. Wilayah
tersebut terdapat spesialisasi pelayanan serta fungsi perdagangan.
2. Sudut pandang keilmuan.
a. Arsitektur,
Pusat kota menekankan pada kegiatan yang ada didalamnya seperti administrasi,
ekonomi, dll. Adi bisa dikatakan pusat kota bukan kepada kawasan, melainkan lebih
kepada kegiatan yang terpusat.
b. Planologi,
Menjadi titik nol atau titik awal memasuki kota dan orientasi tumbuhnya kota. Suatu
titik dimana titik tersebut menjadi domain (base mark) dari struktur kota. Pusat kota
memiliki fungsi dan peran dari setiap titiknya.
c. Sosiologi,
Suatu wilayah/area yang secara fungsional lebih menekankan pada aktivitas bisnis,
perdagangan, dan pemerintahan.
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
6
3. Sudut padang kebijakan publik.
Bagian kota atau kawasan yang strategis dan potensial secara ekonomi untuk
dikembangkan menjadi pusat kegiatan utama.
Dalam penelitian ini, pusat kota yang diambil dari Kota Depok adalah KantorWalikota
Kota Depok. Kantor walikota kota Depok dipilih sebagai pusat Kota Depok karena, Kantor
Walikota Kota Depok berada di kecamatan Pancoran mas. Menurut Munawar (2008),
kecamatan yang memiliki nilai tanah yang tinggi di Kota Depok berada di kecamatan
pancoran mas. Selain itu, kantor walikota Kota Depok terletak di Jalan Margonda yang
merupakan jalan utama Kota Depok yang menghubungkan Kota Depok dengan Kota Jakarta
dan juga Kota depok dengan Kabupaten Bogor. Selain itu, Kantor Walikota Kota Depok
berada dikawasan perdagangan dan juga jasa Kota Depok sehingga dipilih Kantor Walikota
kota depok sebagai pusat kota Depok.
2.8 Jaringan Jalan
Berdasarkan peranannya, jalan dikelompokkan kedalam jalan arteri, jalan kolektor,
dan jalan lokal, sedangkan berdasarkan sistem jaringannya, jalan dikelompokkan ke dalam
jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder. Menurut UU no. 38 tahun 2004 tentang
jalan, yaitu:
1. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara
berdaya guna. Jalan arteri pada umumnya mempunyai lebar jalan minimal 11 meter
dengan kecepatan rata-rata paling rendah 60 km/jam.
2. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang
dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan kolektor pada umumnya mempunyai lebar jalan
minimal 9 meter dengan kecepatan rata-rata paling rendah 40 km/jam.
3. Jalan lokal, merupakan jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan julah jalan masuk tidak dibatasi.
Jalan lokal mempunyai lebar jalan minimal 6.5 meter dengan kecepatan rata-rata paling
rendah 20 km/jam.
3. Metode Penelitian
Daerah penelitian pada penelitian ini yaitu di Kota Depok. Pada penelitian ini mencakup
Townhouse di Kota Depok yang berada di 11 kecamatan di Kota Depok. Daerah penelitian ini
juga diidentifikasi menggunakan radius di luar kawasan Townhouse tersebut untuk
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
7
mengetahui perubahan fungsi bangunan sekitar Townhouse yang berubah menjadi bangunan
yang bersifat komersial. Radius yang digunakan untuk membatasi wilayah penelitian yaitu 50
meter, 100 meter, dan 150 meter dari Townhouse.
Pertambahan jumlah penduduk di Kota Depok menyebabkan kebutuhan ruang untuk
tempat tinggal semakin meningkat. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih lebih
menyenangi model hunian yang langsung berhubungan dengan tanah atau dikenal dengan
landed house cenderung menghendaki adanya alternatif hunian (Ardiyanta, 2007).
Belakangan ini, hunian yang sedang berkembang dan memiliki desain yang modern adalah
Townhouse. Bertambahnya ruang untuk tempat tinggal maka akan muncul fasilitas-fasilitas
lain yang menunjang kebutuhan masyarakat, dalam hal ini dengan munculnya Townhouse
ditengah permukiman penduduk maka akan terjadi perubahan bangunan yang bersifat
komersial disekitar Townhouse tersebut.
Lokasi yang strategis dan meningkatnya kebutuhan masyarakat mengakibatkan terjadinya
perubahan bangunan menjadi komersial. Perubahan bangunan-bangunan tersebut dapat terjadi
dikarenakan meningkatnya kebutuhan masyarakat yang tinggal di Townhouse. Lokasi juga
sangat berkaitan erat dengan jarak dan upaya pemenuhan kebutuhan atau keperluan pokok
kehidupan, pengangkutan barang dan penumpang karena jarak merupakan faktor pembatas
yang bersifat alami. Dalam penelitian ini jarak digunakan sebagai tolak ukur lokasi perubahan
bangunan yang bersifat komersial yang berada disekitar Townhouse yang dilihat berdasarkan
jarak dari pusat kota dan jarak dari jaringan jalan.
Gambar 1. Alur Pikir Penelitian
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
8
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dibagi dalam dua kategori yaitu primer dan
sekunder, dimana data primer didapatkan dari survey lapang, sedangkan untuk data sekunder
akan didapat dari instansi terkait yang kemudian akan diverifikasi sebelum digunakan.
Berikut merupakan data yang digunakan dalam penelitian ini:
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa observasi lapang dan
wawancara. Wawancara pada penelitian ini dilakukan terhadap tokoh masyarakat, kriteria
yang diambil pada penelitian ini yaitu tokoh masyarakat yang tinggal disekitar Townhouse.
Berikut pengumpulan data primer yang dilakukan:
1) Memplot lokasi Townhouse dengan bantuan GPS.
2) Observasi lapang dan wawancara untuk mengetahui data perubahan fungsi bangunan
yang berada di sekitar Townhouse.
3) Observasi lapang untuk mengetahui perubahan fungsi bangunan sekitar Townhouse.
Perubahan fungsi bangunan dilakukan dengan cara menentukan klasifikasi perubahan
fungsi bangunan yaitu dengan mengitung jumlah luas wilayah bangunan-bangunan yang
mengalami perubahan menjadi komersial dan bangunan-bangunan baru yang bersifat
komersial yang berada di sekitar Townhouse dalam radius 150 m.
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa observasi lapang dan
wawancara. Wawancara pada penelitian ini dilakukan terhadap tokoh masyarakat, kriteria
yang diambil pada penelitian ini yaitu tokoh masyarakat yang tinggal disekitar Townhouse.
Berikut pengumpulan data primer yang dilakukan:
4) Memplot lokasi Townhouse dengan bantuan GPS.
5) Observasi lapang dan wawancara untuk mengetahui data perubahan fungsi bangunan
yang berada di sekitar Townhouse.
6) Observasi lapang untuk mengetahui perubahan fungsi bangunan sekitar Townhouse.
Perubahan fungsi bangunan dilakukan dengan cara menentukan klasifikasi perubahan
fungsi bangunan yaitu dengan mengitung jumlah luas wilayah bangunan-bangunan yang
mengalami perubahan menjadi komersial dan bangunan-bangunan baru yang bersifat
komersial yang berada di sekitar Townhouse dalam radius 150 m.
Dalam penelitian ini analisis spasial dilakukan dengan melakukan overlay antar peta
perubahan jumlah penduduk, jarak dari pusat kota, dan jarak dari jaringan jalan dengan
perubahan fungsi bangunan sekitar Townhouse. Pertampalan peta tersebut dimaksudkan untuk
mengetahui pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap perubahan fungsi bangunan di
sekitar Townhouse. Untuk bentuk perubahan fungsi bangunan pada setiap wilayah pada
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
9
masing-masing Townhouse dijelaskan secara deskriptif, hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui perbedaan perubahan fungsi bangunan-bangunan komersial pada masing-masing
Townnhouse.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Perubahan Fungsi Bangunan Sekitar Townhouse
Perubahan fungsi bangunan menjadi komersial yang ada disekitar Townhouse yang
ada di kota Depok, dapat diketahui bahwa perubahan fungsi bangunan di Kota Depok terjadi
1 tahun kemudian setelah Townhouse berdiri. Perubahan fungsi bangunan yang terjadi
disekitar Townhouse di Kota Depok pada umumnya berada mengikuti jaringan jalan. Untuk
perubahan fungsi bangunan menjadi komersial berdasarkan kebutuhan masyarakat umum
terjadi menyebar disekitar Townhouse dan umumnya berada di wilayah yang memiliki jumlah
penduduk yang lebih banyak. Untuk perubahan bangunan komersial berdasarkan kebutuhan
khas penghuni Townhouse berada disetiap radius penelitian dan dekat dengan pintu masuk
Townhouse. Sedangkan untuk perubahan fungsi bangunan berdasarkan kebutuhan khas
pendidikan dan perkantoran berada pada jaringan jalan yang mengarah ke wilayah kampus
seperti Universitas Indonesia atau sekolah yang ada disekitar Townhouse. Berikut merupakan
persentase kelas perubahan fungsi bangunan sekitar Townhouse di Kota Depok:
Gambar 2. Persentase Perubahan Fungsi Bangunan sekitar Townhouse
Sumber: Pengolahan data, 2016
Dari gambar 2 dapat diketahui bahwa persentase tertinggi adalah kasifikasi “rendah”
yang mencapai 78%, pada tahap perubahan ini terdapat 18 Townhouse yang ada di Kota
Depok. Sedangkan persentase paling rendah adalah pada klasifikasi “tinggi” sebesar 9%,
yaitu pada Tugu Tanah Baru Townhouse dan Bringin Townhouse. Pada Bringin Townhouse
terdapat pusat pendidikaan yang mempengaruhi perubahan bangunan komersial disekitar
Bringin Townhouse sehingga perubahan yang ada tinggi. Sedangkan Tugu Tanah Baru
terdapat banyak bangunan-bangunan baru yang ada seperti terdapatnya minimarket-
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
10
minimarket yang ada untuk memenuhi kebutuhan penghuni Townhouse. Berikut merupakan
peta sebaran Townhouse di Kota depok berdasarkan kelas perubahan bangunan komersialnya:
Gambar 3. Perubahan Fungsi Bangunan sekitar Townhouse
Sumber: Pengolahan data, 2016
Pada Gambar 3. dapat diketahui bahwa perubahan bangunan komersial di Kota Depok
dipengaruhi oleh pusat pendidikan yaitu kampus Universitas Indonesia yaitu dapat dilihat
bahwa semakin dekat jarak Townhouse dari pusat pendidikan maka perubahan bangunan
komersial yang ada disekitarnya semakin tinggi, sedangkan jarak yang jauh dari kampus pusat
pendidikan perubahan bangunan komersialnya semakin rendah.
4.2 Perubahan Jumlah Penduduk
Perubahan jumlah penduduk tertinggi terdapat di Pesona Mutiara Townhouse. Pesona
mutiara Townhouse memiliki jumlah penduduk tertinggi yaitu 27,9% karena Townhouse
tersebut merupakan salah satu Townhouse yang sudah lama berdiri yaitu pada tahun 2004.
Sedangkan untuk Potiara Townhouse tidak mengalami perubahan jumlah penduduk karena,
Portiara Townhouse merupakan Townhouse yang paling baru berdiri yaitu pada tahun 2015
sehingga jumlah penduduk sebelum adanya Townhouse tersebut dan sesudah ada Townhouse
tersebut hasilnya adalah sama. Berikut merupakan peta yang menunjukkan perubahan jumlah
penduduk sekitar Townhouse di Kota Depok:
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
11
Gambar 4. Perubahan Jumlah Penduduk Sekitar Townhouse di Kota Depok
Sumber: Pengolahan data, 2016
4.3 Jarak
4.3.1 Jarak ke Pusat Kota
Jarak Townhouse dari pusat kota dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu:
a. Dekat, yaitu jarak < 3 km
b. Sedang, yaitu jarak 3 km sampai 6 km
c. Jauh, yaitu jarak > 6 km
Berikut merupakan gambar yang menunjukkan persentase dan peta jarak Townhouse ke Pusat
Kota Depok:
Gambar 5. Persentase Jarak Townhouse ke Pusat Kota Depok
Sumber: Pengolahan data, 2016
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
12
Gambar 6. Jarak Townhouse ke Pusat Kota Depok
Sumber: Pengolahan data, 2016
Pada gambar 5 dan 6, dapat dilihat bahwa sebagian besar Townhouse berada pada
jarak sedang yaitu 3km sampai dengan 6km. Pada jarak sedang, terdapat 10 Townhouse atau
sebanyak 43%. Sebagian besar Townhouse yang memiliki jarak yang sedang berada di
kecamatan Beji, Pancoran Mas, Sawangan, dan Cimanggis. Untuk Townhouse pada jarak
dekat memiliki jumlah 8 Townhouse atau memiliki persentase sebesar 35%. Sebagian besar
Townhouse yang berada pada jarak dekat adalah Pancoran Mas, Beji, dan Sukmajaya. Jika
dilihat dari administrasi kota Depok, ketiga kecamatan tersebut memang berada mengelilingi
pusat kota, dan ketiga kecamatan itu pun saling menempel. Untuk Townhouse pada jarak jauh
memiliki persentase sebesar 22% atau sebanyak 5 Townhouse. Townhouse yang berada pada
jarak jauh ini terdapat di kecamatan Cinere, Bojongsari, dan Tapos.
4.3.2 Jarak Townhouse dari Jaringan Jalan
Untuk mengetahui jarak Townhouse dari jaringan jalan dibuat klasifikasi berdasarkan
data yang telah didapatkan yaitu jarak dekat > 58 m, jarak sedang 58 m – 116 m, dan jarak
jauh > 116 m. Berikut merupakan peta jarak Townhouse ke jaringan jalan:
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
13
Gambar 7. Jarak Townhouse dari Jaringan Jalan
Sumber: Pengolahan data, 2016
4.4 Perubahan Fungsi Bangunan Sekitar Townhouse berdasarkan Perubahan Jumlah
Penduduk
Untuk dapat mengetahui hubungan antara perubahan bangunan komersial sekitar
Townhouse dengan perubahan jumlah penduduk, berikut merupakan tabel yang dapat
memberikan informasi mengani hal tersebut:
Tabel 1. Hubungan antara Perubahan Fungsi Bangunan sekitar Townhouse dengan
Perubahan Jumlah Penduduk
Persentase perubahan jumlah penduduk Total
Rendah
(<10%)
Sedang
(10%-20%)
Tinggi
(>20%)
Persentase
perubahan fungsi
bangunan
Rendah (<5%) 11 3 4 18
Sedang (5%-
10%) 0 2 1 3
Tinggi (>10%) 0 1 1 2
Total 11 6 6 23
Sumber: pengolahan data, 2016
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa terdapat 11 Townhouse yang memiliki persentase
perubahan bangunan komersial yang rendah dan juga memiliki perubahan jumlah penduduk
yang rendah pula. Dilihat dari segi tahun berdirinya, sebagian besar Townhouse yang berada
pada klasifikasi perubahan bangunan komersial yang rendah dan perubahan jumlah penduduk
yang rendah merupakan Townhouse yang dapat dikatakan baru, atau yang baru berdiri diatas
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
14
tahun 2010, contohnya seperti Botanica Residence yang terdapat dalam klasifikasi tersebut.
Botanica Residence baru dibangun yaitu pada tahun 2013, walaupun Botanica Residence
memiliki jenis unit hunian yang tinggi yaitu berada diatas 1 milyar rupiah, lalu berada di jalan
arteri dan memiliki wilayah yang padat penduduknya karena dekat dengan kampung
Jemblongan dan Perumnas Depok 1, tetapi pengaruh yang ada belum terlalu terliat. Hal
tersebut disebabkan pula karena belum seluruh unit hunian yang berada di Botanica
Residence dibangun, sehingga belum terlihat banyak pengaruh dari Townhouse tersebut
karena belum banyak permintaan akan fasilitas atau sarana untuk menunjang kebutuhan
sehari-hari masyrakat yang berada di Townhouse tersebut.
Berikut peta yang dapat menunjukkan sebaran Townhouse di Kota Depok berdasarkan
perubahan bangunan komersialnya dan jumlah penduduk:
Gambar 8 Peta perubahan fungsi bangunan berdasarkan jumlah penduduk
Sumber: Pengolahan data, 2016
Pada Gambar 8 dapat diketahui bahwa pola spasial Townhouse yang berada pada
perubahan fungsi bangunan yang rendah dan perubahan jumlah penduduk yang rendah,
berada pada wilayah Kota Depok yang memiliki jumlah Penduduk pada tahun 2015 yaitu >
200.000 jiwa. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar Townhouse tersebut baru berdiri >
tahun 2010 sehingga perubahan dari segi bangunan komersial dan jumlah penduduk pun
belum banyak terjadi. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk tidak berpengaruh
terhadap perubahan fungsi bangunan yang ada di sekitar Townhouse. Terdapat 81%
Townhouse di Kota Depok yang berada pada Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk
banyak memiliki jumlah perubahan fungsi bangunan yang rendah.
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
15
4.5 Perubahan Fungsi Bangunan Sekitar Townhouse berdasarkan Jarak dari Pusat
Kota
Untuk dapat mengetahui hubungan antara perubahan fungsi bangunan sekitar Townhouse
dengan jarak dari pusat kota, berikut merupakan tabel yang dapat memberikan informasi
mengani hal tersebut:
Tabel 2. Hubungan antara Perubahan fungsi Bangunan sekitar Townhouse dengan jarak ke
pusat Kota
Jarak Townhouse ke kota Depok Total
Dekat (<
3 km)
Sedang (3
km-6 km)
Jauh (> 6
km)
Persentase
perubahan fungsi
bangunan
Rendah (<5%) 5 8 5 18
Sedang (5%-10%) 3 0 0 3
Tinggi (>10%) 0 2 0 2
Total 8 10 5 23
Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa klasifikasi perubahan fungsi bangunan pada tahap
yang rendah dan memiliki jarak dari pusat kota berada pada klasifikasi sedang yaitu terdapat 8
Townhouse. Salah satu Townhouse yang berada pada klasifikasi ini adalah Griya Swadaya
Townhouse. Jarak Griya Swadaya ke pusat kota yang termasuk kedalam klasifikasi sedang
memiliki harga jual unit per-Townhouse yang tidak tinggi yakni 600 juta rupiah. Dengan
harga yang relatif rendah dibandingkan dengan Townhouse lain yang ada di Kota Depok
membuat peminat yang kurang dan terlihat dengan perubahan fungsi bangunan yang ada
bahwa perubahan fungsi bangunan sekitar Griya Swadaya Townhouse berada pada klasifikasi
yang rendah karena sedikitnya permintaan yang menunjang kebutuhan masyarakatnya.
Pada Gambar dapat diketahui bahwa perubahan fungsi bangunan dan jumlah peduduk di
Kota Depok, semakin dekat dengan pusat Kota maka perubahan fungsi bangunan yang ada
berada pada kelas sedang, dan semakin jauh dari pusat kota perubahannya semakin rendah.
Sedangkan kelas perubahan fungsi bangunan pada kelas tinggi berada pada jarak yang sedang
karenaa dipengauhi oleh pusat pendidikan. Pada >6km atau pada kelas jauh dari pusat Kota
perubahan fungsi bangunan yang ada pada kelas tersebut berada pada kelas yang rendah. Hal
ini dikarenakan, pada jarak tersebut tidak ada pusat-pusat yang mempengaruhi perubahan
fungsi bangunan menjadi komersial, seperti halnya pada kelas jarak yang rendah terdapat
pusat pendidikan, dan pada kelas jarak dekat yaitu dekat dengan pusat Kota serta perdagangan
Sumber: Pengolahan data, 2016
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
16
dan jasa. Sehingga dapat dikatakan bahwa pusat kota tidak mempengaruhi perubahan fungsi
bangunan yang ada diskeitar Townhouse.
Gambar 9 Peta perubahan fungsi bangunan berdasarkan jarak dari pusat kota
Sumber: Pengolahan data, 2016
4.6 Perubahan Fungsi Bangunan Sekitar Townhouse berdasarkan Jarak dari Jaringan
Jalan
Untuk dapat mengetahui hubungan antara perubahan bangunan komersial sekitar
Townhouse dengan jarak Townhouse dari jaringan jalan terdekat, berikut merupakan tabel
yang dapat memberikan informasi mengani hal tersebut:
Tabel 3 Hubungan antara Perubahan Bangunan komersial sekitar Townhouse dengan
jaringan jalan
Jarak dari Jaringan Jalan Total
Dekat (<
58m)
Jauh
(>116m)
Sedang
(58m –
116m)
Perubahan Fungsi
Bangunan
Rendah 13 2 3 18
Sedang 2 0 1 3
Tinggi 0 0 2 2
Total 15 2 6 23
Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa perubahan fungsi bangunan sekitar Townhouse di
Kota Depok sebagian besar dekat dengan jaringan jalan. Sedangkan untuk jarak yang jauh
Sumber: Pengolahan data, 2016
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
17
hanya terdapat 2 Townhouse. Hal ini terjadi karena lokasi dari Townhouse dapat
mempengaruhi seseorang untuk memilih Townhouse tersebut sebagai tempat tinggalnya, salah
satunya yaitu dekat dengan jalan raya. Jaringan jalan disini yaitu jalan lokal, jalan kolektor,
dan jalan arteri dimana ketiganya memiliki fungsi yag berbeda-beda dan dapat berpengaruh
terhadap perubahan yang ada disekitar Townhouse. Namun pada kenyataannya, seperti yang
dapat dilihat pada tabel, jarak Townhouse yang dekat dengan jalan utama justru perubahan
fungsi bangunan yang berada disekitar Townhouse megalami perubahan fungsi bangunan
yang rendah. Hal ini dikarenakan, sebagian besar jarak yang dekat dengan jalan utama ada
pada jalan lokal, dimana sebagian besar bangunan yang ada pada jalan lokal adalah berupa
hunian dan hanya sedikit yang mengalami perubahan fungsi bangunan menjadi bangunan
yang bersifat komersial. Maka dari itu dapat diketahui bahwa perubahan bangunan sekitar
Townhouse tidak berpengaruh terhadap jarak dari jaringan jalan. Dari seluruh Townhouse
yang ada di Kota Depok terdapat 72 % yang memiliki fungsi bangunan yang rendah dan
berada pada jarak yang dekat dari jaringan jalan. Berikut merupakan peta yang menunjukkan
perubahan fungsi bangunan sekitar Townhouse berdasarkan jarak dari jaringan jalan:
Gambar 10 Peta perubahan fungsi bangunan berdasarkan jarak dari jaringan jalan
Sumber: Pengolahan data, 2016
5. Kesimpulan
Perubahan fungsi bangunan menjadi fungsi komersial di Kota Depok terjadi 1 tahun
kemudian setelah Townhouse berdiri. Perubahan bangunan komersial yang terjadi disekitar
Townhouse dapat diklasifikasikan rendah, serta menunjukkan pola linier di sepanjang jalan
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
18
utama. Untuk perubahan bangunan komersial berdasarkan kebutuhan masyarakat umum
tersebar disekitar Townhouse dan umumnya berada di wilayah yang memiliki jumlah
penduduk yang lebih banyak. Untuk perubahan bangunan komersial berdasarkan kebutuhan
khas penghuni Townhouse berada disetiap radius penelitian dan dekat dengan pintu masuk
Townhouse. Sedangkan untuk perubahan bangunan komersial berdasarkan kebutuhan khas
pendidikan dan perkantoran berada pada jaringan jalan yang mengarah ke wilayah kampus
seperti Universitas Indonesia atau sekolah yang ada disekitar Townhouse.
Perubahan fungsi bangunan sebagian besar terjadi bukan karena variabel jumlah
penduduk, jarak terhadap pusat kota, dan jarak dari jaringan jalan namun dipengaruhi oleh
jarak terhadap pusat pertumbuhan lain, seperti Universitas Indonesia. Jenis kegiatan ekonomi
baru yang dilakukanpun adalah kegiatan yang tidak untuk mendukung kebutuhan penghuni
townhouse melainkan untuk mendukung kegiatan pusat pertumbuhan lain.
Daftar Referensi
Akbar, Achmad Ramdhoni. 2009. Townhouse di Jakarta: Sebuah Tinjauan Aspek Spasial dan
Lingkungan. Skripsi, Fakultas Teknik UI: Depok
Ardiyanta, Dinar. 2007. Townhouse di Semarang. Skripsi, Universitas Diponegoro; Semarang
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Blaang, C. Djemabut. 1986. Perumahan dan Pemukiman; Sebagai Kebutuhan Pokok.
Yayasan Obor Indonesia
Branch, M.C., 1995. Perencanaan Kota Komprehensif, Pengantar dan Penjelasan.
Gadjahmada University Press. Yogyakarta.
Briney, Amanda. Site and Situation Describe a Place’s Location.
http://geography.about.com/od/urbaneconomicgeography/a/sitesituation.htm (diakses 30
Desember 2015 pukul 22.15 WIB)
Cahyaningtyas, Yeda Nurul; dan Rahayu. 2015. Kajian Perkembangan Penggunaan Lahan
Dan Fungsi Bangunan Sekitar Pusat Perbelanjaan (Mal) di Kota Bekasi. Jurnal,
Semarang; Universitas Diponegoro
Chapin Jr, F. Stuart and Edward J Kaiser, Urban Land Use Planning, University of Illinoise
Press, Chicago. 1985
Demografi Kota Depok. http://www.depok.go.id/profil-kota/demografi (diakses 4 Desember
2015, pukul 14.18 WIB)
Hilman, Maman. 2004. Kota dan Perkembangan Lokasi Perumahan. Jurnal, Bandung; UPI
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
19
Lloyd, W. 1990. Residential Development Handbook (2nd ed). Washington, DC: The Urban
Land Institute
Luhst,K.M.,(1997). Real Estate Valuation. Principles Aplication, USA.
Marlina, Endy. 2008. Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Yogyakarta: Andi Offset
Muhajir, Mohhamad Aftaf. 2012. Pola Spasial Perubahan Fungsi Bangunan di Jalan Utama
Kota Depok, Jawa Barat. Skripsi, Depok: Universitas Indonesia
Parinduri, Indah Nurmalasari. 2006. Persebaran Serta Kaitan Permukiman Kumuh dengan
Lokasi Perumahan Mewah dan Daerah Pelayanan Umum di Kecamatan Serpong.
Depok: Skripsi Geografi Universita Indonesia.
Pramusinta, Elsa Betha. 2012. Analisis Hubungan Antara Pertumbuhan Penduduk dan
Dependency Ratio dengan Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Pada Tahun 1986-
2008. Skripsi, Semarang: Universitas Diponegoro
Purwantoro, Suhadi dan B. Saiful Hadi. Studi Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan
Umbulharjo Kota Yogyakarta tahun 1987-1996 Berdasarkan Foto Udara. Jurnal,
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Rahayu, Banduningsih. 2011. Pusat Kota di DKI Jakarta. Skripsi. Depok: Departemen
Geografi FMIPA UI
Ritohardoyo, Su. 2013. Penggunaan dan Tata Guna Lahan. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada
Sinulingga, Budi. 2005. Pembangunan Kota: Tinjauan Regional dan Lokal. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
Suharyono & Moch. Amien. 1994. Pengantar Geografi Filsafat. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suparno. 2008. Teknik Gambar Bangunan jilid 2. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Supardi, Heli. 2008. Identifikasi Perubahan Pemanfaatan Lahan Perumahan Akibat Penetrasi
Kegiatan Kommersil. Bogor: Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. Tugas
Akhir. Universitas Pakuan
Yeates, M and B. Garner. 1980. The North American Cities. Third Edition. Ontario: Queen’s
University Ontario
Yunus, Sabari Hadi. 1999. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Perubahan fungsi ..., Fiddyana Rizqi Kusumahayu, FT UI, 2016
top related