perilaku pemilih terhadap integritas pemilu dampaknya terhadap
Post on 22-Jan-2017
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORANHASIL SURVEY
PERILAKU PEMILIH TERHADAP INTEGRITAS PEMILU
DAMPAKNYA TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT
PADA PEMILU DI KABUPATEN KARAWANG
TAHUN 2014
KOMISI PEMILIHAN UMUM
KABUPATEN KARAWANG
Jl. Pangkal Perjuangan, By Pass Tanjungmekar, Karawang
PERILAKU PEMILIH TERHADAP INTEGRITAS PEMILU
DAMPAKNYA TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT
PADA PEMILU DI KABUPATEN KARAWANG
TAHUN 2014
Ringkasan Eksekutif
Pemilu sebagai praktik politik praktis merupakan faktor penting yang dapat menjadi
instrumen kontrol masyarakat terhadap penguasa dalam menjalankan amanat rakyat. Pemilu
bertujuan dapat melahirkan pemimpin dan partai politik yang mengemban amanah untuk
mensejahterakan masyarakatnya dan juga menjadi saringan terhadap para politisi
berdasarkan preferensi tertentu dari pemilih, termasuk integritasnya. Kenyatan lapangan,
setiap periode pemilu memiliki permasalahan-permasalahan yang kadang sama.
Permasalahan tersebut perlu dikaji dan diketahui, untuk memiliki pijakan akademik atas
penanganan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan riset, riset pemilu merupakan
salah satu elemen strategis dalam manajemen pemilu.
Banyaknya kasus-kasus korupsi yang melibatkan politisi di eksekutif dan legislatif dapat
menjadi indikasi bahwa pemilu belum efektif dalam menghasilkan politisi-politisi dan
partai-partai politik yang berintegritas, yang mampu meperjuangkan rakyat. Untuk
mengetahui pengetahuan dan persepsi masyarakat dalam membantu mewujudkan para
pemimpin dan partai politik yang berintegritas maka dilakkukan survei.
Survei Persepsi Masyarakat terhadap Integritas Pemilu (SPM Integritas Pemilu) tahun 2015
berusaha untuk memperlihatkan gambaran persepsi, tingkat pemahaman, sikap dan
kecenderungan perilaku masyarakat terhadap integritas para peserta pemilu, survei ini
diharapkan juga dapat menjadi alat ukur tingkat pemahaman dan ekspektasi masyarakat
mengenai pemilu dan partisipasi peserta pemilu.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan survey
dalam mengumpulkan data dan informasi, gambaran tentang pengetahuan dan persepsi
masyarakat terhadap integritas pemilu. Pengumpulan data primer SPM Integritas Pemilu
tahun 2015 menggunakan metode questioner dengan responden yang tersebar di seluruh
Kabupaten Karawang.
Pada tahun 2015 ada 30 kecamatan di Kabupaten Karawang yang melaksanakan Pemilu.
Agar lebih fokus pada hasil yang diharapkan dan keterbatasan waktu serta biaya yang
tersedia maka pengambilan sampel dilakukan secara acak di 30 kecamatan dengan
mengambil sampel 10 orang perkecamatan
Survei secara umum mengukur 3 (tiga) variabel yakni; Variabel perilaku pemilih, variabel
kedua berkaitan variabel perilaku yang dipilih (calon/partai) dan variabel ketiga berkaitan
dengan variabel integritas dalam memilih.
Kesatuan dan keselarasan akan pikiran, sikap dan perilaku terhadap nilai-nilai tertentu
dalam tingkat individu (pemilih) yang dilakukan dengan penuh komitmen secara konsisten.
Sedangkan nilai-nilai yang dimasukkan dalam survei ini adalah Kejujuran, Keadilan, dan
Tanggungjawab.
Catatan penting bahwa untuk pertanyaan pada variabel 2 (dua) butir 19 yang berbunyi
“Seorang pemilih melakukan pencarian informasi mengenai rekam jejak seluruh calon
pemimpin/parpol untuk menentukan pilihan dukungannya” dan butir 20 yang berbunyi
“Seorang pemilih melakukan pencarian informasi mengenai visi, misi, program seluruh
calon pemimpin/parpol untuk menentukan pilihan dukungannya” merupakan butir yang
tidak valid, sehingga harus disingkirkan.
Kata Pengantar
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, oleh karenaNya maka laporan Survei
Perilaku Pemilih Terhadap Integritas Pemilu Dampaknya Terhadap Partisipasi Masyarakat
Pada Pemilu Di Kabupaten Karawang Tahun 2014 dapat terselesaikan dengan baik. Survei
ini bertujuan untuk memperlihatkan gambaran persepsi, tingkat pemahaman, sikap dan
kecenderungan perilaku masyarakat terhadap integritas para peserta pemilu, Survei ini
diharapkan juga dapat menjadi alat ukur tingkat pemahaman dan ekspektasi masyarakat
mengenai pemilu yang berintegritas dalam upaya mewujudkan sistem politik yang
berintegritas, dan meningkatkan minat peserta pemilu untuk mnggunakan hak suaranya.
Dalam pelaksanaannya, masih ada beberapa kekurangan yang terjadi, hal itu dikarenakan
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh sebab itu masukan dan
kritik yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan untuk kesempurnaan laporan ini.
Pada kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam persiapan, pelaksanaan maupun
pembuatan laporan. Kiranya kerjasama yang telah terjalin dapat terbangun lebih baik dan
efektif lagi dalam rangka upaya pemberantasan korupsi di masa mendatang.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Partisipasi pemilih sejak 1999 sampai dengan pemilu 2014 bergerak fluktuatif.
Terwujudnya politik yang berintegritas merupakan modal berharga demi terciptanya tata
kelola pemerintahan yang baik dan bebas dari korupsi. Sebaliknya, rendahnya integritas
dalam berpolitik dapat membuat kekuasaan hanya menjadi alat untuk memenuhi
kepentingan pribadi dan golongan dengan mengorbankan kepentingan publik. Dalam era
demokrasi, pemilu sebagai praktik politik praktis merupakan faktor penting yang dapat
menjadi instrumen kontrol masyarakat kepada penguasa. Pemilu melahirkan pemimpin
yang mengemban amanah untuk mensejahterakan masyarakatnya. Pemilu juga dapat
menyaring para calon pemimpin tersebut berdasarkan referensi tertentu dari pemilih,
termasuk referensi tingkat integritas calon pemimpin tersebut.
Partisipasi politik adalah hal yang mempengaruhi sistem politik sebuah negara yang
demokratis, karena sistem politik yang demikratis tidak akan ada artinya tanpa adanya
partisipasi politik. Partisipasi poltik mempunyai hubungan dengan kepentingan masyarakat.
Sehingga apa yang dilakukan rakyat dalam partisipasinya menunjukkan derajat kepentingan
mereka.
Sebenarnya apa yang dilakukan masyarakat dalam kegiatan politiknya, tidak lebih dari
sebuah ungkapan tanggung jawab mereka terhadap keberlangsungan gerak dari pemerintah.
Banyak masyarakat merefleksikannya dalam bentuk partisipasi politik aktif. Gejala ini
sesuai dengan konsep partisipasi politik itu sendiri, dimana kegiatan dan aktifitas individu
sebagai warga negara yang berusaha mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintah.
Pengaruh terhadap pemerintah dapat mewujudkan perubahan dalam sistem politik
Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan kekuatan politik. Salah satu kekuatan politik
yang ada adalah masyarakat dan partisipasinya.
Masyarakat merupakan kelas-kelas yang beragam. Mulai dilihat dari status sosial, kasta,
pendidikan, sampai pada status ekonominya. Setiap gejala sosial dalam masyarakat kan
ikut mempengaruhi semua komponen penting pemerintah termasuk bidang politik.
Sehingga keberagaman yang ada dalam masyarakat menjadi suatu fenomena ada atau
tidaknya partisipasi dalam politik.
Peran masyarakat dalam panggung politik bukanlah hal yang baru. Peran masyarakat
sebenarnya sudah lama mengakar dalam kehidupan politik bangsa sejak Indonesia merdeka.
Namun bentuk partisipasi masyarakat masa itu masih dalam belenggu, demokrasi hanya
masih untuk para penguasa. Namun setelah lepasnya masa orde baru dan dimulai dengan
pemerintahan reformasi yang baru, partisipasi masyarakat mulai menunjukkan peningkatan
yang cukup berarti. Hal yang paling menonjol menunjukkan adanya demokrasi besar-
basaran adalah diadakanya Pemilu di era reformasi yaitu Pemilu Legislatif dan Pemilu
Presiden mulai tahun 2004 lalu.
Partisipasi politik masyarakat lebih terbuka, hal ini dikarenakan pada Pemilu era reformasi
yang dimulai pada tahun 2004 masyarakat dapat memilih wakilnya di DPD, DPR dan
DPRD serta Presiden dan Wakil Presiden masing-masing sesuai dengan pilihan. Dilain hal,
masyarakat juga dapat lebih mengenal dan mengetahui calon pilihannya. Keaadan yang
demikian juga terjadi di Kabupaten Karawang. Berdasarkan survei awal yang dilakukan
bahwa seiring dengan pelaksanaan Pemilu Legislatif dan Pilpres, kebanyakan masyarakat
Kabupaten Karawang memberikan partisipasi politiknya, terutama dalam menggunakan hak
suara. Bentuk-bentuk aktifitas partisipasi politik lainnya adalah kampanye, menjadi tim
sukses, dan menjadi saksi atau pengawas pada saat pemilihan berlangsung.
Yang menjadi menarik dari fenomena politik ini adalah tidak semua masyarakat melakukan
partisipasi politiknya secara aktif, banyak faktor yang mempengaruhi serta tidak sedikit pula
masyarakat yang tidak mau ambil peduli dalam kegiatan partisipasi politik. Sebagian
mereka banyak yang menghabiskan waktu dirumah atau dilokasi tempat bekerja. Fenomena
yang terjadi menjadi sebuah pertanyaan tentang apakah yang menyebabkan terjadinya
perbedaan tingkat partisipasi politik dan bentuk-bentuk partisipasi politik tersebut.
Sebenarnya belum ada jawaban yang pasti terhadap pertanyaan tersebut, namun berdasarkan
hasil survei awal yang telah dilakukan tampak kecenderungan bahwa partisipasi politik
masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu peran penyelenggara pemilu dan model
sosialisasi. Partisipasi masyarakat yang cukup signifikan terjadi pada golongan masyarakat
menengah keatas. Dikarenakan pada golongan ini masyarakat rata-rata memiliki pendidikan
dan pengretahuan politik yang cukup memadai.
Masih banyaknya kasus-kasus korupsi yang melibatkan pemimpin baik dieksekutif, legislatif dan
yudikatif dapat menjadi indikasi bahwa proses pemilihan pemimpin yang ada belum efektif dalam
menghasilkan pemimpin yang berintegritas. Pemilu yang merupakan salah satu proses memilih
pemimpin, memiliki peran strategis karena melibatkan rakyat secara langsung. Oleh karena itu,
meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam membantu mewujudkan para pemimpin
yang berintegritas melalui pemilu yang berintegritas semakin signifikan dalam agenda
pemberantasan korupsi.
Untuk lebih mengoptimalkan peran serta masyarakat, maka perlu adanya persepsi dan
pemahaman yang benar dalam masyarakat mengenai perbuatan/tindakan apa saja yang
terkait dalam tindak pidana korupsi sesuai dengan pasal 41 ayat (1) Masyarakat dapat
berperan serta membantu upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan
ayat (3) Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai hak dan tanggung
jawab dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
Salah satu upaya pencegahan korupsi dapat dilakukan melalui pelaksanaan pemilu yang
berintegritas. Survei Persepsi Masyarakat terhadap Integritas Pemilu (SPM Integritas
Pemilu) tahun 2015 mengungkap gambaran partisipasi, persepsi dan tingkat pemahaman,
sikap dan kecenderungan perilaku masyarakat terhadap integritas para calon pemimpin dan
partai politik. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pemimpin adalah seluruh politisi
calon legislatif maupun eksekutif.
Survei ini diharapkan juga dapat menjadi alat ukur tingkat partisipasi, pemahaman dan
ekspektasi masyarakat mengenai pemilu yang berintegritas dalam upaya mewujudkan
sistem politik yang berintegritas
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan pelaksanaan survei persepsi masyarakat terhadap integritas pemilu adalah:
1. Umum:
a. Mentradisikan kebijakan berbasis riset atas persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan manajemen pemilu
b. Bahan penyusunan kebijakan untuk meningkatkan dan memperkuat partisifasi
warga dalam pemilu dan setelahnya.
2. Khusus:
a. Menemukan akar masalah atas persoalan-persoalan yang terkait dengan
partisipasi dalam pemilu.
b. Terrumuskanya kebijakan atas permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam
kaitanya dengan partisipasi dalam pemilu.
Selain itu, dengan adanya riset ini diharapkan kita mendapat gambaran mengenai
pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap integritas calon/kandidat legislatif dan
eksekutif serta pemilih dalam pemilu. Mengetahui kecenderungan sikap dan perilaku
masyarakat terhadap integritas calon/kandidat legislatif dan eksekutif serta pemilih dalam
pemilu.
1.3 Metodologi
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka penelitian ini menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan menggunakan survei dalam mengumpulkan informasi,
gambaran tentang pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap integritas pemilu. Hasil
penelitian ini akan dijadikan baseline bagi pengukuran integritas pemilu di tahun
berikutnya.
1.3.1 Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data dilakukan pada Kecamatan-kecamatan di wilayah kabupaten
karawang Pengumpulan data primer Integritas Pemilu tahun 2014 menggunakan metode
Alat bantu yang digunakan adalah kuesioner terstruktur, yang diserahkan kepada responden
yang tersebar di kecamatan, dengan tidak melihat apakah dia dari desa tertentu.
1.3.2 Lokasi Survei
Lokasi survey merupakan tempat dimana survey akan dilakukan dalam hal ini lokasi survey
ditentukan di tingkat kecamatan dengan mengambil sampel sebanyak 10 orang
perkecamatan.
1.3.3 Kriteria dan Jumlah Responden
Kriteria responden adalah:
a) Usia minimal 17 tahun atau sudah menikah;
b) Sehat Rohani dan Jasmani;
Berdasarkan data KPU, jumlah pemilih dalam Pemilu terakhir (2015) sebanyak 1.660.252
orang. Dengan menggunakan rumus Slovin dengan asumsi populasi berdistribusi normal,
sebagai berikut:
Dimana : n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Presisi (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan),
pada penelitian ini digunakan 5%.
Sehingga didapatkan: n = 1 660.252 / (1 + 1 660.252 (0.05)2) = 400
Dari penghitungan statistik tersebut terlihat bahwa jumlah minimum responden adalah 400.
Namun, dengan pertimbangan, ketersediaan anggaran dan sumber daya, maka jumlah
responden untuk survei ini ditetapkan minimal berjumlah 300 orang.
TabelJumlah Penduduk Kabupaten Karawang
NO. KECAMATAN
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
(JIWA) (JIWA) (JIWA) DESA HAK PILIH
1 KARAWANG BARAT 69,926 66,159 136,085 8
2 PANGKALAN 16,268 15,453 31,721 8
3 TELUKJAMBE TIMUR 53,439 50,276 103,715 9
4 CIAMPEL 16,488 15,391 31,879 7
5 KLARI 69,865 66,720 136,585 13
6 RENGASDENGKLOK 49,186 46,132 95,318 9
7 KUTAWALUYA 24,841 22,735 47,576 12
8 BATUJAYA 34,886 33,135 68,021 10
9 TIRTAJAYA 29,125 27,593 56,718 11
10 PEDES 32,213 30,491 62,704 12
11 CIBUAYA 21,834 20,540 42,374 11
12 PAKISJAYA 16,826 15,951 32,777 8
13 CIKAMPEK 49,399 46,419 95,818 10
14 JATISARI 33,288 31,880 65,168 14
15 CILAMAYA WETAN 35,566 34,097 69,663 12
16 TIRTAMULYA 20,114 19,427 39,541 10
17 TELAGASARI 28,364 27,859 56,223 14
18 RAWAMERTA 22,912 22,153 45,065 13
19 LEMAHABANG 28,501 27,110 55,611 11
20 TEMPURAN 27,102 26,524 53,626 14
21 MAJALAYA 20,056 19,246 39,302 7
22 JAYAKERTA 26,316 24,520 50,836 8
23 CILAMAYA KULON 28,501 27,120 55,621 12
24 BANYUSARI 23,785 22,737 46,522 12
25 KOTA BARU 53,874 50,557 104,431 9
26 KARAWANG TIMUR 53,099 49,696 102,795 8
27 TELUKJAMBE BARAT 22,306 20,968 43,274 10
28 TEGALWARU 15,971 14,718 30,689 9
29 PURWASARI 27,275 26,007 53,282 8
30 CILEBAR 18,824 17,904 36,728 10
TOTAL 970,150 919,518 1,889,668 309
HAK PILIH TERDAFTAR DAN TPSPEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD TAHUN 2014
DI KABUPATEN KARAWANG
NO NAMA KECAMATAN
PEMILIH TERDAFTAR JUMLAH
Laki-laki Perempuan Jumlah TPS
1 Karawang Barat 56.187 55.789 111.976 274
2 Pangkalan 13.838 14.195 28.033 70
3 Telukjambe Timur 41.639 40.724 82.363 202
4 Ciampel 15.593 15.756 31.349 77
5 Klari 56.902 54.957 111.859 339
6 Rengasdengklok 41.427 40.707 82.134 199
7 Kutawaluya 24.215 23.963 48.178 116
8 Batujaya 29.183 28.629 57.812 137
9 Tirtajaya 26.347 26.981 53.328 140
10 Pedes 29.645 29.778 59.423 140
11 Cibuaya 20.367 20.698 41.065 101
12 Pakisjaya 15.871 15.733 31.604 75
13 Cikampek 38.574 37.642 76.216 192
14 Jatisari 28.093 28.252 56.345 143
15 Cilamaya Wetan 31.866 32.501 64.367 158
16 Tirtamulya 19.049 19.642 38.691 96
17 Talagasari 25.883 26.834 52.717 125
18 Rawamerta 19.862 20.583 40.445 104
19 Lemahabang 25.640 26.053 51.693 134
20 Tempuran 24.524 25.821 50.345 130
21 Majalaya 16.395 16.684 33.079 81
22 Jayakerta 24.668 24.584 49.252 116
23 Cilamaya Kulon 25.240 25.952 51.192 134
24 Banyusari 20.769 20.905 41.674 104
25 Kotabaru 43.346 42.477 85.823 210
26 Karawang Timur 41.270 39.503 80.773 222
27 Telukjambe Barat 19.444 19.096 38.540 90
28 Tegalwaru 14.020 13.878 27.898 66
29 Purwasari 23.817 23.631 47.448 117
30 Cilebar 16.827 17.803 34.630 88
JUMLAH 830.501 829.751 1.660.252 4.180
Sumber : KPU Kab. Karawang
1.3.4 Karakteristik Responden
Jumlah Responden dalam penelitian ini adalah 300 orang yang tersebar di 30 Kecamatan
kabupaten Karawang propinsi Jawa Barat, dengan mengambil sampel sama setiap
kecamatan sejumlah 10 orang, ditinjau dari tingkat pendidikan rata-rata adalah tamatan
SLTA dengan usia rata-rata adala 25 tahun, dengan banyaknya pemilih adalah laki-laki
Dari Grafik Pendidikan responden dan usia responden dapat disimpulkan bahwa rata-rata
responden adalah merupakan yang tergolong terhadap pada pemilih pemula yang
kemungkinan baru mengikuti pemilihan pada pertamakalinya, dengan tingkat pendidikan
adalah SLTA dimana dengan kemampuan daya analitis dan kebebasasn dalam bersosialisasi
dan memahami dari aturan aturan pesta demokrasi, selain itu pula memiliki integritas.
1.3.4 Karakteristik Responden
Jumlah Responden dalam penelitian ini adalah 300 orang yang tersebar di 30 Kecamatan
kabupaten Karawang propinsi Jawa Barat, dengan mengambil sampel sama setiap
kecamatan sejumlah 10 orang, ditinjau dari tingkat pendidikan rata-rata adalah tamatan
SLTA dengan usia rata-rata adala 25 tahun, dengan banyaknya pemilih adalah laki-laki
Dari Grafik Pendidikan responden dan usia responden dapat disimpulkan bahwa rata-rata
responden adalah merupakan yang tergolong terhadap pada pemilih pemula yang
kemungkinan baru mengikuti pemilihan pada pertamakalinya, dengan tingkat pendidikan
adalah SLTA dimana dengan kemampuan daya analitis dan kebebasasn dalam bersosialisasi
dan memahami dari aturan aturan pesta demokrasi, selain itu pula memiliki integritas.
1.3.4 Karakteristik Responden
Jumlah Responden dalam penelitian ini adalah 300 orang yang tersebar di 30 Kecamatan
kabupaten Karawang propinsi Jawa Barat, dengan mengambil sampel sama setiap
kecamatan sejumlah 10 orang, ditinjau dari tingkat pendidikan rata-rata adalah tamatan
SLTA dengan usia rata-rata adala 25 tahun, dengan banyaknya pemilih adalah laki-laki
Dari Grafik Pendidikan responden dan usia responden dapat disimpulkan bahwa rata-rata
responden adalah merupakan yang tergolong terhadap pada pemilih pemula yang
kemungkinan baru mengikuti pemilihan pada pertamakalinya, dengan tingkat pendidikan
adalah SLTA dimana dengan kemampuan daya analitis dan kebebasasn dalam bersosialisasi
dan memahami dari aturan aturan pesta demokrasi, selain itu pula memiliki integritas.
Dari 300 responden sebanyak 92% terdaptar sebagai peserta pemilu sisanya sebanyak 8%
tidak terdaptar sebagai peserta pemilu, dan dari 92% yang mengikuti proses pemilu
sebanyak 86,7% yang mengikuti proses pemilu, sehingga yang tidak memberikan hak
suaranya sebanyak 6%. Hal tersebut dikarnenakan tidak memiliki kartu pemilih sebanyak
30% sepertihalnya tergambar dalam table berikut
Responden yang tidak menggunakan hak suaranya lebih banyak didasarkan oleh ketidak
punyanya kartu pemilih, seperti halnya grapik dibawah ini
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
1
Pengalokasian Hak Pilih
Dari 300 responden sebanyak 92% terdaptar sebagai peserta pemilu sisanya sebanyak 8%
tidak terdaptar sebagai peserta pemilu, dan dari 92% yang mengikuti proses pemilu
sebanyak 86,7% yang mengikuti proses pemilu, sehingga yang tidak memberikan hak
suaranya sebanyak 6%. Hal tersebut dikarnenakan tidak memiliki kartu pemilih sebanyak
30% sepertihalnya tergambar dalam table berikut
Responden yang tidak menggunakan hak suaranya lebih banyak didasarkan oleh ketidak
punyanya kartu pemilih, seperti halnya grapik dibawah ini
1
Pengalokasian Hak Pilih
a. Terdaftar
b. Tidak terdaftar
a. Ikut memilih
b. Tidak ikut memilih
Dari 300 responden sebanyak 92% terdaptar sebagai peserta pemilu sisanya sebanyak 8%
tidak terdaptar sebagai peserta pemilu, dan dari 92% yang mengikuti proses pemilu
sebanyak 86,7% yang mengikuti proses pemilu, sehingga yang tidak memberikan hak
suaranya sebanyak 6%. Hal tersebut dikarnenakan tidak memiliki kartu pemilih sebanyak
30% sepertihalnya tergambar dalam table berikut
Responden yang tidak menggunakan hak suaranya lebih banyak didasarkan oleh ketidak
punyanya kartu pemilih, seperti halnya grapik dibawah ini
b. Tidak terdaftar
a. Ikut memilih
b. Tidak ikut memilih
2. ANALISA POINT BUTIR QUESIONER
Survey pemilu yang berintegritas ini dikelompokan menjadi tiga variabel, variabel pertama
berkaitan Pengetahuan dan kesadaran pentingnya pemilu yang kedua berkaitan dengan
persepsi pemilih terhadap integritas calon dan partai yang ketiga berkaitan dengan integritas
calon sepertihalnya diagram variabel dibawah ini
Diagram 1.
Variabel penelitian Analisa Sikap Pemilih
2.1 Pengetahuan dan Kesadaran Pentingnya Pemilu
2.1.1. Perlukah adanya pemilu
Hasil rekap jawaban responden terhadap questioner yang disebarkan akan
pentingnya pemilu sepertihalnya ditampilkan dalam table frequensi jawaban
responden di bawah ini Pertanyaan pertama berkaitan dengan derajat
IndeksIntegritas dan
Prilakupemilihdalam
menentukanpilihan dalam
pemilu
Pengetahuandan
kesadaranpentingnya
pemilu
Persepsi pemilihterhadap integritas
calon dan partai
IntegritasCalon
Perlukah adanya pemilu
Pengetahuan kondisi partai
Pengaruh agama, ras, dan ekonomi
Pemahaman tentang aturan pemilu
Pemahaman tentang politik uang
Janji & Pemberian Calon
Pilihan nurani yang melakukan pemberian
Usaha pemilih untuk mengetahui calon
Tanggapan terhadap calon yang memiliki isunegatif
Pembiaran terhadap tim sukses
Sikap dan latar belakang calon
Kondisi dan latar belakang partai
Visi dan Misi partai dan calon
Calon Yang memberikan dan menjanjikan
kepercayaan dan pentingya pemilu. Dari questioner yang disebarkan didapatkan
jawaban responden seperti halnya di dalam grafik di bawah ini
Masyarakat kabupaten Karawang 83,3% mempercayai dan merasa perlu
dilakukan pemilu sementara yang menyatakan keraguan terhadap pemilu
sebanyak 12%, sementara sisanya tidak 3,3% dan tidak tahu 1,3%.
Melihat dari responden merupakan pemilih pemula, maka disimpulkan mereka
menaruh harapan besar terhadap mekanisme pemilu untuk mendapatkan
pemimpin yang dirasa dapat memberikan perubahan yang besar dalam
bernegara.
2.1.2. Pengetahuan Kondisi Partai
Pengetahuan responden terhadap kondisi partai berkaitan visi dan misi partai,
apakah partai dirasa sudah memperjuangkan aspirasi masyarakat, serta
sosialisasi yang dilakukan partai apakah diketahui oleh masyarakat, selain itu jug
aberkait dengan rekruitmen politik yang dilakukan partai terhadap calon clon
pemimpinya apakah sudah dijalankan, serta komunikasi terhadap yang
tergambar dalam pertanyaan 2 sampai dengan pertanyaan 6 dan dari jawaban
responden tergambarkan dalam grafik berikut di bawah ini :
kepercayaan dan pentingya pemilu. Dari questioner yang disebarkan didapatkan
jawaban responden seperti halnya di dalam grafik di bawah ini
Masyarakat kabupaten Karawang 83,3% mempercayai dan merasa perlu
dilakukan pemilu sementara yang menyatakan keraguan terhadap pemilu
sebanyak 12%, sementara sisanya tidak 3,3% dan tidak tahu 1,3%.
Melihat dari responden merupakan pemilih pemula, maka disimpulkan mereka
menaruh harapan besar terhadap mekanisme pemilu untuk mendapatkan
pemimpin yang dirasa dapat memberikan perubahan yang besar dalam
bernegara.
2.1.2. Pengetahuan Kondisi Partai
Pengetahuan responden terhadap kondisi partai berkaitan visi dan misi partai,
apakah partai dirasa sudah memperjuangkan aspirasi masyarakat, serta
sosialisasi yang dilakukan partai apakah diketahui oleh masyarakat, selain itu jug
aberkait dengan rekruitmen politik yang dilakukan partai terhadap calon clon
pemimpinya apakah sudah dijalankan, serta komunikasi terhadap yang
tergambar dalam pertanyaan 2 sampai dengan pertanyaan 6 dan dari jawaban
responden tergambarkan dalam grafik berikut di bawah ini :
kepercayaan dan pentingya pemilu. Dari questioner yang disebarkan didapatkan
jawaban responden seperti halnya di dalam grafik di bawah ini
Masyarakat kabupaten Karawang 83,3% mempercayai dan merasa perlu
dilakukan pemilu sementara yang menyatakan keraguan terhadap pemilu
sebanyak 12%, sementara sisanya tidak 3,3% dan tidak tahu 1,3%.
Melihat dari responden merupakan pemilih pemula, maka disimpulkan mereka
menaruh harapan besar terhadap mekanisme pemilu untuk mendapatkan
pemimpin yang dirasa dapat memberikan perubahan yang besar dalam
bernegara.
2.1.2. Pengetahuan Kondisi Partai
Pengetahuan responden terhadap kondisi partai berkaitan visi dan misi partai,
apakah partai dirasa sudah memperjuangkan aspirasi masyarakat, serta
sosialisasi yang dilakukan partai apakah diketahui oleh masyarakat, selain itu jug
aberkait dengan rekruitmen politik yang dilakukan partai terhadap calon clon
pemimpinya apakah sudah dijalankan, serta komunikasi terhadap yang
tergambar dalam pertanyaan 2 sampai dengan pertanyaan 6 dan dari jawaban
responden tergambarkan dalam grafik berikut di bawah ini :
Pada jawaban point 1 butir 3 dari pertanyaan dengan jawaban ya dari responden
sangat sedikit. Pertanyaan tersebut berkisar perjuangan partai politik yang dipilih
responden apakah sudah memperjuangkan kepentingan pemilih, dan dari 100%
yang menjawab ya hanya 8% yang mengandung makna bahwa derajat
kepercayaan terhadap wakilnya sangat kecil, dan 50% menjawab bahwa partai
politik tidak memperjuangkan kepentingan rakyat, dan 33% meragukan akan
peran dari partai politik dan 9% tidak tahu. Walaupun demikian dapat dilihat visi
dan misi partai politik berpengaruh pada 37% pemilih, artinya pemilih
meperhatikan visi dan misi dari partai politik tersebut walaupun pada aplikasinya
masyarakat sudah memahami bahwa adanya partai politik tidak
memperjuangkan kepentingan masyarakat, 32% responden menyatakan visi dan
misi partai tidak mempengaruhi responden dalam memilih dan 24% meragukan
akan keputusanya apakah dipengaruhi oleh visi dan miski atau tidak dan 5%
menyatakan tidak tahu.
31% responden menyatakan bahwa pattai politik sudah melakukan sosialisasi
politik, dan 28,30% meragukan dan dari 10% hanya 23% yang mengatakan
6
5
4
3
2
Pada jawaban point 1 butir 3 dari pertanyaan dengan jawaban ya dari responden
sangat sedikit. Pertanyaan tersebut berkisar perjuangan partai politik yang dipilih
responden apakah sudah memperjuangkan kepentingan pemilih, dan dari 100%
yang menjawab ya hanya 8% yang mengandung makna bahwa derajat
kepercayaan terhadap wakilnya sangat kecil, dan 50% menjawab bahwa partai
politik tidak memperjuangkan kepentingan rakyat, dan 33% meragukan akan
peran dari partai politik dan 9% tidak tahu. Walaupun demikian dapat dilihat visi
dan misi partai politik berpengaruh pada 37% pemilih, artinya pemilih
meperhatikan visi dan misi dari partai politik tersebut walaupun pada aplikasinya
masyarakat sudah memahami bahwa adanya partai politik tidak
memperjuangkan kepentingan masyarakat, 32% responden menyatakan visi dan
misi partai tidak mempengaruhi responden dalam memilih dan 24% meragukan
akan keputusanya apakah dipengaruhi oleh visi dan miski atau tidak dan 5%
menyatakan tidak tahu.
31% responden menyatakan bahwa pattai politik sudah melakukan sosialisasi
politik, dan 28,30% meragukan dan dari 10% hanya 23% yang mengatakan
6
5
4
3
2
Pada jawaban point 1 butir 3 dari pertanyaan dengan jawaban ya dari responden
sangat sedikit. Pertanyaan tersebut berkisar perjuangan partai politik yang dipilih
responden apakah sudah memperjuangkan kepentingan pemilih, dan dari 100%
yang menjawab ya hanya 8% yang mengandung makna bahwa derajat
kepercayaan terhadap wakilnya sangat kecil, dan 50% menjawab bahwa partai
politik tidak memperjuangkan kepentingan rakyat, dan 33% meragukan akan
peran dari partai politik dan 9% tidak tahu. Walaupun demikian dapat dilihat visi
dan misi partai politik berpengaruh pada 37% pemilih, artinya pemilih
meperhatikan visi dan misi dari partai politik tersebut walaupun pada aplikasinya
masyarakat sudah memahami bahwa adanya partai politik tidak
memperjuangkan kepentingan masyarakat, 32% responden menyatakan visi dan
misi partai tidak mempengaruhi responden dalam memilih dan 24% meragukan
akan keputusanya apakah dipengaruhi oleh visi dan miski atau tidak dan 5%
menyatakan tidak tahu.
31% responden menyatakan bahwa pattai politik sudah melakukan sosialisasi
politik, dan 28,30% meragukan dan dari 10% hanya 23% yang mengatakan
6
5
4
3
2
bahwa patai politik tidak melakukan sosialisai kepada masyarakat seperti
tergambar pada grafik 4 dan 17.30% menyatakan tidak tahu atas usaha yang
dilakukan partai politik.
Pada poin 5 dan 6 prosentase responden meragukan akan usaha partai dalam hal
melakukan rekruitmen calon dan komunikasi politik terhadap masyarakat pada
butir 5 sebesar 34.30% responden meragukan usaha rekruitmen caleg dari partai
dan pada butir 6 sebesar 36% responden meragukan komunikasi politik partai
terhadap masyarakat, hal tersebut menandakan masih lemahnya pola rekruitmen
partai terhadap caleg yang berqualitas yang sesui dengan harapan masyarakat
serta masih lemahnya usaha komunikasi politik yang dilakukan partai terlihat
dari prosentasi jawaban responden yang menjawab ya untuk poin 5 sebanyak
12.30% dan untuk butir pertanyaan 6 sebanyak 20.0%
2.1.3 Pengaruh Agama Ras dan Ekonomi
Jawaban responden terhadap isu-isu yang mempengaruhi pengalokasian hak
pilih tergambar dalam grafik dibawah ini .
bahwa patai politik tidak melakukan sosialisai kepada masyarakat seperti
tergambar pada grafik 4 dan 17.30% menyatakan tidak tahu atas usaha yang
dilakukan partai politik.
Pada poin 5 dan 6 prosentase responden meragukan akan usaha partai dalam hal
melakukan rekruitmen calon dan komunikasi politik terhadap masyarakat pada
butir 5 sebesar 34.30% responden meragukan usaha rekruitmen caleg dari partai
dan pada butir 6 sebesar 36% responden meragukan komunikasi politik partai
terhadap masyarakat, hal tersebut menandakan masih lemahnya pola rekruitmen
partai terhadap caleg yang berqualitas yang sesui dengan harapan masyarakat
serta masih lemahnya usaha komunikasi politik yang dilakukan partai terlihat
dari prosentasi jawaban responden yang menjawab ya untuk poin 5 sebanyak
12.30% dan untuk butir pertanyaan 6 sebanyak 20.0%
2.1.3 Pengaruh Agama Ras dan Ekonomi
Jawaban responden terhadap isu-isu yang mempengaruhi pengalokasian hak
pilih tergambar dalam grafik dibawah ini .
bahwa patai politik tidak melakukan sosialisai kepada masyarakat seperti
tergambar pada grafik 4 dan 17.30% menyatakan tidak tahu atas usaha yang
dilakukan partai politik.
Pada poin 5 dan 6 prosentase responden meragukan akan usaha partai dalam hal
melakukan rekruitmen calon dan komunikasi politik terhadap masyarakat pada
butir 5 sebesar 34.30% responden meragukan usaha rekruitmen caleg dari partai
dan pada butir 6 sebesar 36% responden meragukan komunikasi politik partai
terhadap masyarakat, hal tersebut menandakan masih lemahnya pola rekruitmen
partai terhadap caleg yang berqualitas yang sesui dengan harapan masyarakat
serta masih lemahnya usaha komunikasi politik yang dilakukan partai terlihat
dari prosentasi jawaban responden yang menjawab ya untuk poin 5 sebanyak
12.30% dan untuk butir pertanyaan 6 sebanyak 20.0%
2.1.3 Pengaruh Agama Ras dan Ekonomi
Jawaban responden terhadap isu-isu yang mempengaruhi pengalokasian hak
pilih tergambar dalam grafik dibawah ini .
Dari jawaban responden yang paling berpengaruh terhadap pengalokasian hak
pilih adalah ekonomi sebesar 29,30% sementara untuk isu agama sebesar
25,70% dan keluarga hanya 15,70% berpengaruh terhadap pemilih didalam
melakukan pencoblosan, sementara yang menyatakan dengan tegas bahwa
mereka memilih tidak terpengaruh dengna isu ekonomi sebanyak 44.30% dan isu
agama sebanyak 50.30% dan yang menyatakan bahwa tidak terpengaruh
keluarga dalam hal memilih sebanyak 73.50% sementara yang ragu-ragau untuk
isu agama 17,3% isu ekonomi sebanyak 18.3% dan 9,30 % untuk pengaruh
keluarga, sisanya menyatakan tidak tahu.
Dari prosentase jawaban responden isu ekonomi lebih dominan mempengaruhi
dibanding dengan isu agama dan keluarga hal itu dakarenakan kondisi ekonomi
para pemilih yang memerlukan perhatian dari partai politik, sehingga isu
ekonomi ini sering dimanfatkan untuk melakukan politik uang.
2.1.4 Pemahaman Tentang Politik Uang
Politik uang merupakan segala bentuk pemberian (janji, uang/barang dan atau jasa) dari
calon pemimpin, caleg, partai politik maupun tim suksesnya kepada masyarakat
menjelang dan atau saat pemilu dengan tujuan mempengaruhi masyarakat untuk
memilih calon atau partai tertentu dalam pemilu.
Dari jawaban responden dapat kita ketahui seperti halnya grafik di bawah ini :
58.70% masyarakat mengerti apa yang dimaksud dengan politik uang, sementara
yang memahami peraturan-peraturan yang mengatur integritas (mutu)
penyelenggaraan pemilu sebanyak 33,30% Integritas merupakan kesatuan dan
keselarasan akan pikiran, sikap dan perilaku terhadap nilai-nilai tertentu dalam
tingkat individu (pemilih) yang dilakukan dengan penuh komitmen secara
konsisten. Nilai-nilai yg dimasukkan adalah Kejujuran, Keadilan, Bertanggung
jawab, atas dasar tersebut maka yang terpengaruh dengan adanya politik uang
sebesar 15,30% dan 12,70% responden menyatakan keraguan atas pengaruh dari
politik uang dalam menentkan suara, 65% menyatakan ketegasanya bahwa
mereka tidak terpengaruh dengan adanya politik uang.
Sebanyak 6,70% menyatakan ketidak tahuan atas sikap adanya politik uang, hal
tersebut dimungkinkan dikarnakan sebanyak 9,3% responden menjawab tidak
tahu apa itu politik uang, dan sebanyak 19,30% ragu-ragu atas pemahaman
tentang politik uang dan 12.70% menyatakan tidak tahu apa itu politik uang
sehingga berpengaruh terhadap masih adanya yang terpengaruh dengan adanya
YA
Ragu-ragu
Tidak
Tidak Tahu
15.30%
12.70%
6.70%
Pengetahuan Politik Uang
58.70% masyarakat mengerti apa yang dimaksud dengan politik uang, sementara
yang memahami peraturan-peraturan yang mengatur integritas (mutu)
penyelenggaraan pemilu sebanyak 33,30% Integritas merupakan kesatuan dan
keselarasan akan pikiran, sikap dan perilaku terhadap nilai-nilai tertentu dalam
tingkat individu (pemilih) yang dilakukan dengan penuh komitmen secara
konsisten. Nilai-nilai yg dimasukkan adalah Kejujuran, Keadilan, Bertanggung
jawab, atas dasar tersebut maka yang terpengaruh dengan adanya politik uang
sebesar 15,30% dan 12,70% responden menyatakan keraguan atas pengaruh dari
politik uang dalam menentkan suara, 65% menyatakan ketegasanya bahwa
mereka tidak terpengaruh dengan adanya politik uang.
Sebanyak 6,70% menyatakan ketidak tahuan atas sikap adanya politik uang, hal
tersebut dimungkinkan dikarnakan sebanyak 9,3% responden menjawab tidak
tahu apa itu politik uang, dan sebanyak 19,30% ragu-ragu atas pemahaman
tentang politik uang dan 12.70% menyatakan tidak tahu apa itu politik uang
sehingga berpengaruh terhadap masih adanya yang terpengaruh dengan adanya
15.30%
12.70%
65.00%
6.70%
33.30%
16.70%
31.30%
18.70%
58.70%
19.30%
12.70%
9.30%
Pengetahuan Politik UangSeries1 Series2 Series3
58.70% masyarakat mengerti apa yang dimaksud dengan politik uang, sementara
yang memahami peraturan-peraturan yang mengatur integritas (mutu)
penyelenggaraan pemilu sebanyak 33,30% Integritas merupakan kesatuan dan
keselarasan akan pikiran, sikap dan perilaku terhadap nilai-nilai tertentu dalam
tingkat individu (pemilih) yang dilakukan dengan penuh komitmen secara
konsisten. Nilai-nilai yg dimasukkan adalah Kejujuran, Keadilan, Bertanggung
jawab, atas dasar tersebut maka yang terpengaruh dengan adanya politik uang
sebesar 15,30% dan 12,70% responden menyatakan keraguan atas pengaruh dari
politik uang dalam menentkan suara, 65% menyatakan ketegasanya bahwa
mereka tidak terpengaruh dengan adanya politik uang.
Sebanyak 6,70% menyatakan ketidak tahuan atas sikap adanya politik uang, hal
tersebut dimungkinkan dikarnakan sebanyak 9,3% responden menjawab tidak
tahu apa itu politik uang, dan sebanyak 19,30% ragu-ragu atas pemahaman
tentang politik uang dan 12.70% menyatakan tidak tahu apa itu politik uang
sehingga berpengaruh terhadap masih adanya yang terpengaruh dengan adanya
12.70%
9.30%
politik uang, selain itu juga apa bila kita bandingkan dengan pengaruh ekonomi
terhadap pengambilan keputusan dalam hal menentukan hak suara cukup
signipikan besar yaitu sebesar 29.30% dimungkinkan adanya pengaruh politik
uang dimungkinkan dari pengaruh ekonomi masyarakat itu sendiri.
2.1.5 Tabel Jawaban Responden
Jawaban responden secara keseluruhan dapat kita tuangkan dalam table berikut.
Tabel 1.1
Frequensi Jawaban Responden
No PEMAHAMAN Ya Raguragu Tidak Tidak
Tahu
1Apakah anda mempercayai dan merasa perlu untuk mengikutiPemilu?
83,3% 12,0% 3,3% 1,3%
2 Apakah visi dan misi yang diberikan oleh masing-masing partaipolitik mempengaruhi anda untuk tidak memilih?
37,7% 24,7% 32,7% 5.0%
3 Apakah anda merasa partai politik dalam Pemilu Legislatif sudahmemperjuangkan kepentingan anda?
8,0% 33,0% 50,0% 9,0%
4 Apakah partai politik dalam Pemilu Legislatif sudah melakukansosialisasi politik kepada masyarakat?
31,0% 28,3% 23,3% 17,3%
5 Apakah partai politik sudah melakukan rekruitmen politik untukdijadikan caleg yang diinginkan masyarakat?
12,3% 34,3% 26,0% 27,3%
6 Apakah partai politik dalam Pemilu Legislatif sudah melakukankomunikasi politik yang baik kepada masyarakat?
20,0% 36,0% 32,7% 11,3%
7 Apakah isu agama dari partai politik mempunyai pengaruhkepada anda untuk tidak ikut memilih?
25,7% 17,3% 50,3% 6,7%
8 Apakah isu ekonomi dari partai politik mempunyai pengaruhkepada anda untuk tidak ikut memilih?
29,3% 18,3% 44,3% 8,3%
9 Apakah di dalam menentukan pilihan, anda dipengaruhi olehpemberian uang maupun barang dari calon yang anda pilih
15,3% 12,7% 65,3% 6,7%
10 Apakah anada Mengetahui peraturan-peraturan yang mengaturintegritas (mutu) penyelenggaraan Pemilu?
33,3% 16,7% 31,3% 18,7%
11Apakah pihak keluarga anda memberikan pengaruh kepada andadalam hal tidak ikut memilih pada pemilu legislatif?
15,7% 9,3% 73,5% 1,7%
12 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan politik uang? 58,7% 19,3% 12,7% 9,3%
2.2. Persepsi Pemilih terhadap Integritas Calon dan Partai
2.2.1. Janji dan Pemberian Calon
Janji politik, visi, misi, dan program artinya janji politik, visi, misi dan program
yang ditawarkan oleh calon pemimpin atau parpol, yang digunakan oleh calon
untuk mempengaruhi pemilih agar memilihnya, tanggapan responden terhadap
janji dan pemberian calon beragam seperti tergambar pada grafik di bawah ini.
Hanya 6.30% yang menganggap bahwa janji dan pemberian dari calon
merupakan hal yang baik sementara yang secara tegas menyatakan tidak baik
sebanyak 46.70% sementara yang mengatakan kurang baik sebanyak 24.70%
dan yang ragu-ragu sebanyak 22.30%.
Seorang pemilih menerima pemberian dari calon pemimpin/parpol/tim sukses
menjelang pemilu dengan alasan masyarakat bisa mendapatkan sesuatu secara langsung
dari calon pemimpin/parpol/tim sukses hanya saat pemilu, tanggapan responden
sebanyak 6,7% itu baik dan 17,7% biasa saja sedangkan 28,0% kurang baik dan 47,0%
memandang hal tersebut tidak baik.
Seorang pemilih menerima pemberian dari calon pemimpin/parpol/tim sukses
menjelang pemilu dengan alasan kebutuhan ekonomi sehari-hari 10% responden
2.2. Persepsi Pemilih terhadap Integritas Calon dan Partai
2.2.1. Janji dan Pemberian Calon
Janji politik, visi, misi, dan program artinya janji politik, visi, misi dan program
yang ditawarkan oleh calon pemimpin atau parpol, yang digunakan oleh calon
untuk mempengaruhi pemilih agar memilihnya, tanggapan responden terhadap
janji dan pemberian calon beragam seperti tergambar pada grafik di bawah ini.
Hanya 6.30% yang menganggap bahwa janji dan pemberian dari calon
merupakan hal yang baik sementara yang secara tegas menyatakan tidak baik
sebanyak 46.70% sementara yang mengatakan kurang baik sebanyak 24.70%
dan yang ragu-ragu sebanyak 22.30%.
Seorang pemilih menerima pemberian dari calon pemimpin/parpol/tim sukses
menjelang pemilu dengan alasan masyarakat bisa mendapatkan sesuatu secara langsung
dari calon pemimpin/parpol/tim sukses hanya saat pemilu, tanggapan responden
sebanyak 6,7% itu baik dan 17,7% biasa saja sedangkan 28,0% kurang baik dan 47,0%
memandang hal tersebut tidak baik.
Seorang pemilih menerima pemberian dari calon pemimpin/parpol/tim sukses
menjelang pemilu dengan alasan kebutuhan ekonomi sehari-hari 10% responden
2.2. Persepsi Pemilih terhadap Integritas Calon dan Partai
2.2.1. Janji dan Pemberian Calon
Janji politik, visi, misi, dan program artinya janji politik, visi, misi dan program
yang ditawarkan oleh calon pemimpin atau parpol, yang digunakan oleh calon
untuk mempengaruhi pemilih agar memilihnya, tanggapan responden terhadap
janji dan pemberian calon beragam seperti tergambar pada grafik di bawah ini.
Hanya 6.30% yang menganggap bahwa janji dan pemberian dari calon
merupakan hal yang baik sementara yang secara tegas menyatakan tidak baik
sebanyak 46.70% sementara yang mengatakan kurang baik sebanyak 24.70%
dan yang ragu-ragu sebanyak 22.30%.
Seorang pemilih menerima pemberian dari calon pemimpin/parpol/tim sukses
menjelang pemilu dengan alasan masyarakat bisa mendapatkan sesuatu secara langsung
dari calon pemimpin/parpol/tim sukses hanya saat pemilu, tanggapan responden
sebanyak 6,7% itu baik dan 17,7% biasa saja sedangkan 28,0% kurang baik dan 47,0%
memandang hal tersebut tidak baik.
Seorang pemilih menerima pemberian dari calon pemimpin/parpol/tim sukses
menjelang pemilu dengan alasan kebutuhan ekonomi sehari-hari 10% responden
menyatakan hal tersebut baik, sementara 24,7% memandang hal tersebut sudah biasa
dan 12,2% memandang hal tersebut kurang baik dan 42,7% memandang tidak baik,
Seorang pemilih memberikan suaranya kepada calon pemimpin/parpol yang dapat
memberikan/menjanjikan sesuatu paling besar kepadanya menjelang pemilu sebanyak
19,3% menganggap hal tersebut baik dan 25,3% memandang hal tersebut merupakan
hal yang biasa sementara yang menyatakan kurang baik sebanyak 24,0% dan yang
menganggap hal tersebut tidak baik sebanyak 30,3%.
Seorang pemilih menerima pemberian dari calon pemimpin/parpol/tim sukses
menjelang pemilu namun tidak memberikan suaranya kepada calon pemimpin/parpol
tersebut responden memberikan tanggapan atas pertanyaan tersebut 13,3% responden
menyatakan hal tersebut baik dan sebanyak 29,0% menyatakan hal tersebut merupakan
hal yang biasa dan sebanyak 19,3% responden menyatakan bahwa pemberian dari calon
dianggap kurang baik sementara sebanyak 38,3% menegaskan bahwa pemberian dari
calon tidak baik dalam menjelang pemilu.
Bila diperhatikan dari jawaban responden atas pertanyaan rata-rata responden
menganggap bahwa pemberian dan janji yang diberikan oleh calon dipandak
merupakan hal yang kurang baik apa bila digunakan hanya untuk mempengaruhi
hak pilih.
2.2.2. Pilihan Nurani yang Melakukan Pemberian
Pemberian yang bersumber dari calon baik dari calon bukan pilihanya maupun
calon yang memang merupakan pilihan hatinuraninya memiliki tanggapan
beragam dari responden, dari jawaban responden ata spertanyaan jikalau yang
melakukan pemberian ataupun janji merupakan tipe pimpinan ideal yang
bersumber dari hatinuraninya maka tanggapan responden seperti berikut:
Sebanyak 16.0% responden memandang hal tersebut kurang baik dan 42.0%
baik sementara 17.0% menganggap hal tersebut tidak baik dan sebanyak 25.0%
mengangap hal tersebut biasa saja.
Bila kita perhatikan atas pertanyaan tersebut maka responden berharap
pemberian dari calon yang memang muncul dari pilihan hati nuraninya terhadap
demokrasi indonesia sehingga diperlukan komitmen pada setiap calon untuk
tidka melakukan politik uang.
2.2.3. Usaha Pemilih untuk Mengetahui Calon
Dalam usaha yang dilakukan pemilih untuk mengetahui calon baik tentang latar
belakang maupun visi dan misi calon maupun dalam partai maka usaha tersebut
dianggap oleh responden adalah sebagai berikut :
16%
Pilihan Nurani yang Memberikan Janji/Pemberian
Sebanyak 16.0% responden memandang hal tersebut kurang baik dan 42.0%
baik sementara 17.0% menganggap hal tersebut tidak baik dan sebanyak 25.0%
mengangap hal tersebut biasa saja.
Bila kita perhatikan atas pertanyaan tersebut maka responden berharap
pemberian dari calon yang memang muncul dari pilihan hati nuraninya terhadap
demokrasi indonesia sehingga diperlukan komitmen pada setiap calon untuk
tidka melakukan politik uang.
2.2.3. Usaha Pemilih untuk Mengetahui Calon
Dalam usaha yang dilakukan pemilih untuk mengetahui calon baik tentang latar
belakang maupun visi dan misi calon maupun dalam partai maka usaha tersebut
dianggap oleh responden adalah sebagai berikut :
42%
25%
16%
17%
Pilihan Nurani yang Memberikan Janji/Pemberian
BAIK Biasa saja Kurang Baik Tidak Baik
Sebanyak 16.0% responden memandang hal tersebut kurang baik dan 42.0%
baik sementara 17.0% menganggap hal tersebut tidak baik dan sebanyak 25.0%
mengangap hal tersebut biasa saja.
Bila kita perhatikan atas pertanyaan tersebut maka responden berharap
pemberian dari calon yang memang muncul dari pilihan hati nuraninya terhadap
demokrasi indonesia sehingga diperlukan komitmen pada setiap calon untuk
tidka melakukan politik uang.
2.2.3. Usaha Pemilih untuk Mengetahui Calon
Dalam usaha yang dilakukan pemilih untuk mengetahui calon baik tentang latar
belakang maupun visi dan misi calon maupun dalam partai maka usaha tersebut
dianggap oleh responden adalah sebagai berikut :
42%
Pilihan Nurani yang Memberikan Janji/Pemberian
Tidak Baik
Jawaban responden atas usaha yang dilakukan untuk mengetahui visi dan misi
dipandang baik sebanyak 73.30% dan 68.30% sementara usaha tersebut
dipandang sebagai usaha biasa saja sebanyak 18.70 % dan 10.0% dan kurang
baik sebanyak 8.0% dan 6.7% sisanya menganggap kurang baik.
2.2.4. Tanggapan terhadap calon yang memiliki isu
Seandainya partai pendukung (kader lain) kandidat yang saya dukung terlibat
dalam kasus korupsi dan atau tindakan asusila sebanyak 6,3% responden
Jawaban responden atas usaha yang dilakukan untuk mengetahui visi dan misi
dipandang baik sebanyak 73.30% dan 68.30% sementara usaha tersebut
dipandang sebagai usaha biasa saja sebanyak 18.70 % dan 10.0% dan kurang
baik sebanyak 8.0% dan 6.7% sisanya menganggap kurang baik.
2.2.4. Tanggapan terhadap calon yang memiliki isu
Seandainya partai pendukung (kader lain) kandidat yang saya dukung terlibat
dalam kasus korupsi dan atau tindakan asusila sebanyak 6,3% responden
Jawaban responden atas usaha yang dilakukan untuk mengetahui visi dan misi
dipandang baik sebanyak 73.30% dan 68.30% sementara usaha tersebut
dipandang sebagai usaha biasa saja sebanyak 18.70 % dan 10.0% dan kurang
baik sebanyak 8.0% dan 6.7% sisanya menganggap kurang baik.
2.2.4. Tanggapan terhadap calon yang memiliki isu
Seandainya partai pendukung (kader lain) kandidat yang saya dukung terlibat
dalam kasus korupsi dan atau tindakan asusila sebanyak 6,3% responden
memandang baik 13,3% biasa dan 9,0% kuranng baik dan sebanyak 71,3% tidak
baik, bila berkaitan dengan prilaku tidak mendapatkan kesempatan sama sekali,
sama juga dengan isu agama dan ras dan budaya ternyata jawaban responden menyebar
sebanyak 16,7% memandang baik dan 29,3% biasa dan 24,3% kurang baik dan
sebanyak 29,7% memandang hal tersebut kurang baik.
2.2.5. Pembiaran Terhadap Tim Sukses
Kandidat/calon pemimpin membiarkan tim sukses kampanyenya melakukan kecurangan
aturan karena tim sukses kandidat lain juga melakukanyajawaban responden sebnayak
5% baik dan 10,7% biasa 10,0% kurang baik dan sebanyak 79,3% responden
menyatakan hal tersebut kurang baik.
Apabila kita amati prilaku pemilih rata-rata sanngat rentan dengan isu-isu negative
calon dan partai, akan tetapi lain tanggapanya terhadap isu-isu pemberian atau
iming-iming imbalan yang dapat diberikan kepada para pemilih didalam mengambil
keputusan dalam menentukan hak pilihnya responden memandang tidak terlalu
mempermasalahkan.
memandang baik 13,3% biasa dan 9,0% kuranng baik dan sebanyak 71,3% tidak
baik, bila berkaitan dengan prilaku tidak mendapatkan kesempatan sama sekali,
sama juga dengan isu agama dan ras dan budaya ternyata jawaban responden menyebar
sebanyak 16,7% memandang baik dan 29,3% biasa dan 24,3% kurang baik dan
sebanyak 29,7% memandang hal tersebut kurang baik.
2.2.5. Pembiaran Terhadap Tim Sukses
Kandidat/calon pemimpin membiarkan tim sukses kampanyenya melakukan kecurangan
aturan karena tim sukses kandidat lain juga melakukanyajawaban responden sebnayak
5% baik dan 10,7% biasa 10,0% kurang baik dan sebanyak 79,3% responden
menyatakan hal tersebut kurang baik.
Apabila kita amati prilaku pemilih rata-rata sanngat rentan dengan isu-isu negative
calon dan partai, akan tetapi lain tanggapanya terhadap isu-isu pemberian atau
iming-iming imbalan yang dapat diberikan kepada para pemilih didalam mengambil
keputusan dalam menentukan hak pilihnya responden memandang tidak terlalu
mempermasalahkan.
memandang baik 13,3% biasa dan 9,0% kuranng baik dan sebanyak 71,3% tidak
baik, bila berkaitan dengan prilaku tidak mendapatkan kesempatan sama sekali,
sama juga dengan isu agama dan ras dan budaya ternyata jawaban responden menyebar
sebanyak 16,7% memandang baik dan 29,3% biasa dan 24,3% kurang baik dan
sebanyak 29,7% memandang hal tersebut kurang baik.
2.2.5. Pembiaran Terhadap Tim Sukses
Kandidat/calon pemimpin membiarkan tim sukses kampanyenya melakukan kecurangan
aturan karena tim sukses kandidat lain juga melakukanyajawaban responden sebnayak
5% baik dan 10,7% biasa 10,0% kurang baik dan sebanyak 79,3% responden
menyatakan hal tersebut kurang baik.
Apabila kita amati prilaku pemilih rata-rata sanngat rentan dengan isu-isu negative
calon dan partai, akan tetapi lain tanggapanya terhadap isu-isu pemberian atau
iming-iming imbalan yang dapat diberikan kepada para pemilih didalam mengambil
keputusan dalam menentukan hak pilihnya responden memandang tidak terlalu
mempermasalahkan.
2.2.6 Tabel Prosentase Jawaban Responden
Tabel 1.2
Frequensi Jawaban Responden VARIABEL 2
No Perilaku BAIK BiasaSaja
KurangBaik
TidakBaik
1Calon pemimpin menjanjikan / memberikan uang atau materikepada masyarakat menjelang pemilu dengan alasan memenuhikebutuhan/keinginan masyarakat
6,3% 22,3% 24,7% 46,7%
2
Seorang pemilih menerima pemberian dari calonpemimpin/parpol/tim sukses menjelang pemilu dengan alasanmasyarakat bisa mendapatkan sesuatu secara langsung dari calonpemimpin/pemimpin hanya saat pemilu
6,7% 17,7% 28,0% 47,7%
3Seorang pemilih menerima pemberian dari calonpemimpin/parpol/tim sukses menjelang pemilu dengan alasankebutuhan ekonomi sehari-hari
10,% 24,7% 22,7% 42,7%
4Seorang pemilih memberikan suaranya kepada calonpemimpin/parpol yang dapat memberikan/menjanjikan sesuatupaling besar kepadanya menjelang pemilu
19,3% 25,3% 25,0% 30,3%
5Seorang pemilih menerima pemberian dari calonpemimpin/parpol/tim sukses menjelang pemilu namun tidakmemberikan suaranya kepada calon pemimpin/parpol tersebut
13,3% 29,0% 19,3% 38,3%
6Seorang pemilih menerima pemberian dari calonpemimpin/parpol/tim sukses menjelang pemilu karena calonpemimpin/parpol/tim sukses tersebut memang pilihan nuraninya
41,3% 25,3% 16,0% 17,3%
7Seorang pemilih melakukan pencarian informasi mengenai rekamjejak seluruh calon pemimpin/parpol untuk menentukan pilihandukungannya
68,3% 18,7% 6,7% 6,3%
8Seorang pemilih melakukan pencarian informasi mengenai visi,misi, program seluruh calon pemimpin/parpol untuk menentukanpilihan dukungannya
73,3% 10,0% 8,0% 8,7%
9Seandainya partai pendukung (kader lain) kandidat yang sayadukung terlibat dalam kasus korupsi dan atau tindakan asusila
6,3% 13,3% 9,0% 71,3%
10Seandainya kandidat yang saya dukung memberikan sumbangansembako pada warga di lingkungan saya sambil berkampanye agarwarga memilihnya
18,3% 31,3% 25,3% 25,0%
11Kandidat /calon pemimpin menonjolkan agama/ras/suku/ profesidirinya untuk meraih simpati dukungan masyarakat.
16,7% 29,3% 24,3% 29,7%
12Kandidat/calon pemimpin membiarkan tim sukses kampanyenyamelakukan kecurangan aturan karena tim sukses kandidat lain jugamelakukanya
5,0% 10,7% 10,0% 79,3%
3.1. Integritas Calon
3.1.1. Sikap dan Latar Belakang Calon
Pemilih berkeinginan memilih wakil-wakil yang memiliki integritas,
menjungjungtinggi nilai nilai kemanusiaan sehingga pola perilaku pemilih sangat
ditentukan oleh sikap dan latar belakang dari calon yang akan dipilihnya dari
table berikut dapat dianalisa bahwa mereka tidak akan memilih kandidat yang
memiliki sikap dan latar belakang yang kurang baik baik diri sendirinya maupun
keluarganya, sepertihalnya ditampilkan dalam table berikut ini :
Variabel selanjutnya berkaitan dengan integritas calon yang mengakibatkan
peserta pemilu mengambil keputusan pilihan terhadap calon dan partai yang
diangap memiliki integritas, seperti halnya pertanyaan Seandainya kandidat yang
didukung terbukti berbohong mengenai kisah pribadi hidupnya atau rumah tangganya
ternyata responden 76,6% tidak akan memilih sementara 6,6% menyatakan tidak tahu,
sementara yang akan memilih sebanyak 2,0% dan menyatakan keraguanya sebanyak
14,7%. Sementara apabila kandidat yang didukung disangkakan melakukan perbuatan
3.1. Integritas Calon
3.1.1. Sikap dan Latar Belakang Calon
Pemilih berkeinginan memilih wakil-wakil yang memiliki integritas,
menjungjungtinggi nilai nilai kemanusiaan sehingga pola perilaku pemilih sangat
ditentukan oleh sikap dan latar belakang dari calon yang akan dipilihnya dari
table berikut dapat dianalisa bahwa mereka tidak akan memilih kandidat yang
memiliki sikap dan latar belakang yang kurang baik baik diri sendirinya maupun
keluarganya, sepertihalnya ditampilkan dalam table berikut ini :
Variabel selanjutnya berkaitan dengan integritas calon yang mengakibatkan
peserta pemilu mengambil keputusan pilihan terhadap calon dan partai yang
diangap memiliki integritas, seperti halnya pertanyaan Seandainya kandidat yang
didukung terbukti berbohong mengenai kisah pribadi hidupnya atau rumah tangganya
ternyata responden 76,6% tidak akan memilih sementara 6,6% menyatakan tidak tahu,
sementara yang akan memilih sebanyak 2,0% dan menyatakan keraguanya sebanyak
14,7%. Sementara apabila kandidat yang didukung disangkakan melakukan perbuatan
3.1. Integritas Calon
3.1.1. Sikap dan Latar Belakang Calon
Pemilih berkeinginan memilih wakil-wakil yang memiliki integritas,
menjungjungtinggi nilai nilai kemanusiaan sehingga pola perilaku pemilih sangat
ditentukan oleh sikap dan latar belakang dari calon yang akan dipilihnya dari
table berikut dapat dianalisa bahwa mereka tidak akan memilih kandidat yang
memiliki sikap dan latar belakang yang kurang baik baik diri sendirinya maupun
keluarganya, sepertihalnya ditampilkan dalam table berikut ini :
Variabel selanjutnya berkaitan dengan integritas calon yang mengakibatkan
peserta pemilu mengambil keputusan pilihan terhadap calon dan partai yang
diangap memiliki integritas, seperti halnya pertanyaan Seandainya kandidat yang
didukung terbukti berbohong mengenai kisah pribadi hidupnya atau rumah tangganya
ternyata responden 76,6% tidak akan memilih sementara 6,6% menyatakan tidak tahu,
sementara yang akan memilih sebanyak 2,0% dan menyatakan keraguanya sebanyak
14,7%. Sementara apabila kandidat yang didukung disangkakan melakukan perbuatan
asusila responden yang akan memilihnya sebanyak 5,0% dan ragu-ragu sebanyak 24,3%
dan tidak akan memilihnya 64,3% , sisanya sebanyak 6,3% menyatakan tidak tahu.
Ketika kandidat yang didukung terbukti tidak memenuhi kewajiban melaporkan harta
kekayaannya kepada KPK secara jujur 67,3% responden menyatakan tidak akan
memilih, dan 6,3% akan memilih,dan sebanyak 20% menyatakan ragu-ragu sementara
sisanya sebanyak 6,3% tidak tahu, selain itu seandainya kandidat terkait suatu
kecurangan dalam usaha/bisnis responden merespon bahwa 72,7% tidak akan
memilih dan 5,0% akan tetap memilih dan 14,0% menyatakan keraguanyadan
sisanya 8,3% tidak tahu. Lain halnya jika kandidat disangkakan melakukan
tindakan korupsi, responden mendanggapi hanya 2,3% yang akan memilihnya
sementara 23% ragu-ragu hal itu karena baru disangkakan belum ditetapkan,
sementara 65% menyatakan tidak akan memilih dan sebanyak 9,7% tidak tahu.
Dampak prilaku kandidat mempengaruhi keputusan pengalokasian hak pilih, dan
ternyata tidak prilaku pribadinya saja yang mempengaruhi melainkan berkaitan
dengan keluarga dekat seperti istri atau suami atau anaknya yang berkait dengan
keluarga berdampak terhadap pengambilan keputusan untuk pengalokasian hak
pilih, ternyata 3,7% akan memilih dan 19,0% ragu-ragu dan 67,7% tidak akan
memilih dan 9,7% tidak tahu.
3.1.2. Kondisi dan latar belakang partai
Responden tidak hanya terpengaruh terhadap perilaku calon saja serta perilaku
keluarganya saja selian itu juga responden memandang bahwa kondisi dan latar
belakang parta sangat berpengaruh terhadap responden, seperti halnya
digambarkan dalam grafik berikut ini.
Responden tidak hanya melihat calon yang didukunya saja, ternyata partai
pendukung (kader lain) kandidat yang terlibat dalam kasus korupsi dan atau
tindakan asusila berdampak pada keputusan dalam menentukan hak pilih,
sebanyak 3,0% akan memilih dan 16,3% ragu-ragu an 74,7% tidak akan
memilih, dan 6,0% tidak tahu.
3.1.3. Visi dan Misi Calon dan Partai
Responden tidak hanya melihat calon yang didukunya saja, ternyata partai
pendukung (kader lain) kandidat yang terlibat dalam kasus korupsi dan atau
tindakan asusila berdampak pada keputusan dalam menentukan hak pilih,
sebanyak 3,0% akan memilih dan 16,3% ragu-ragu an 74,7% tidak akan
memilih, dan 6,0% tidak tahu.
3.1.3. Visi dan Misi Calon dan Partai
Responden tidak hanya melihat calon yang didukunya saja, ternyata partai
pendukung (kader lain) kandidat yang terlibat dalam kasus korupsi dan atau
tindakan asusila berdampak pada keputusan dalam menentukan hak pilih,
sebanyak 3,0% akan memilih dan 16,3% ragu-ragu an 74,7% tidak akan
memilih, dan 6,0% tidak tahu.
3.1.3. Visi dan Misi Calon dan Partai
Seandainya kandidat yang saya dukung memiliki visi misi program pro-rakyat yang tidak
lebih baik dari kandidat lain saya akan hal ini ternyata mempengaruhi keputusan pemilu,
sebanyak 12,3% akan memilihnya, dan 31,7% orang ragu-ragu dan 46,7% tidak akan
memilih dan 9,3% tidak tahu,
3.1.4. Calon Yang memberikan dan menjanjikan
Usaha kandidat yang didukung memberikan sumbangan sembako pada warga di
lingkungan berkampanye agar warga memilihnya ternyata tidak signifikan merubah
keputusan dalam menentukan hak pilih, sebanyak 13,0% akan memilih dan 33,0% ragu-
ragu dan 43,7% tidak akan memilih dan 10,3% tidak tahu.
Bila diperhatikan jawaban responden terhadap questioner berkaitan dengan pengmabilan
keputusan dalam pengalokasian suara dalam pemilu tidak terpengaruh dengan politik
uang dan sangat signifikan terpengaruh dengan isu-isu negatif calon maka yang perlu
dilakukan adalah dengan jalan mengamankan persaingan antar calon jangan sampai
terjadi saling merendahkan dan melempar isu-isu yang tidak benar terhadap calon lain.
Seandainya kandidat yang saya dukung memiliki visi misi program pro-rakyat yang tidak
lebih baik dari kandidat lain saya akan hal ini ternyata mempengaruhi keputusan pemilu,
sebanyak 12,3% akan memilihnya, dan 31,7% orang ragu-ragu dan 46,7% tidak akan
memilih dan 9,3% tidak tahu,
3.1.4. Calon Yang memberikan dan menjanjikan
Usaha kandidat yang didukung memberikan sumbangan sembako pada warga di
lingkungan berkampanye agar warga memilihnya ternyata tidak signifikan merubah
keputusan dalam menentukan hak pilih, sebanyak 13,0% akan memilih dan 33,0% ragu-
ragu dan 43,7% tidak akan memilih dan 10,3% tidak tahu.
Bila diperhatikan jawaban responden terhadap questioner berkaitan dengan pengmabilan
keputusan dalam pengalokasian suara dalam pemilu tidak terpengaruh dengan politik
uang dan sangat signifikan terpengaruh dengan isu-isu negatif calon maka yang perlu
dilakukan adalah dengan jalan mengamankan persaingan antar calon jangan sampai
terjadi saling merendahkan dan melempar isu-isu yang tidak benar terhadap calon lain.
Seandainya kandidat yang saya dukung memiliki visi misi program pro-rakyat yang tidak
lebih baik dari kandidat lain saya akan hal ini ternyata mempengaruhi keputusan pemilu,
sebanyak 12,3% akan memilihnya, dan 31,7% orang ragu-ragu dan 46,7% tidak akan
memilih dan 9,3% tidak tahu,
3.1.4. Calon Yang memberikan dan menjanjikan
Usaha kandidat yang didukung memberikan sumbangan sembako pada warga di
lingkungan berkampanye agar warga memilihnya ternyata tidak signifikan merubah
keputusan dalam menentukan hak pilih, sebanyak 13,0% akan memilih dan 33,0% ragu-
ragu dan 43,7% tidak akan memilih dan 10,3% tidak tahu.
Bila diperhatikan jawaban responden terhadap questioner berkaitan dengan pengmabilan
keputusan dalam pengalokasian suara dalam pemilu tidak terpengaruh dengan politik
uang dan sangat signifikan terpengaruh dengan isu-isu negatif calon maka yang perlu
dilakukan adalah dengan jalan mengamankan persaingan antar calon jangan sampai
terjadi saling merendahkan dan melempar isu-isu yang tidak benar terhadap calon lain.
3.1.5. Tabel jawaban responden atas pertanyaan integritas
Tabel 1.3
Frequensi Jawaban Responden VARIABEL 3
No Prilaku Memilihnya
Raguragu
Tidakmemilih
nya
TidakTahu
1Seandainya kandidat yang saya dukung terbukti berbohongmengenai kisah pribadi hidupnya atau rumah tangganyaapakah Saya akan
2.0% 14,7% 76,7% 6,7%
2 Seandainya kandidat yang saya dukung disangkakanmelakukan perbuatan asusila apakah anda akan
5,0% 24,3% 64,3% 6,3%
3Seandainya kandidat yang saya dukung terbukti tidakmemenuhi kewajiban melaporkan harta kekayaannya kepadaKPK secara jujur saya akan
6,3% 20,0% 67,3% 6,3%
4 Seandainya kandidat yang saya dukung pernah terkait suatukecurangan dalam usaha/bisnis Saya akan
5,0% 14,0% 72,7% 8,3%
5 Seandainya kandidat yang saya dukung disangkakanmelakukan korupsi saya akan
2,3% 23,0% 65,0% 9,7%
6Seandainya keluarga (istri dan anak) kandidat yang sayadukung terlibat dalam masalah hukum dan atau asusila sayaakan
3,7% 19,0% 67,7% 9,7%
7Seandainya partai pendukung (kader lain) kandidat yangsaya dukung terlibat dalam kasus korupsi dan atautindakan asusila saya akan
3,0% 16,3% 74,7% 6,0%
8Seandainya kandidat yang saya dukung memiliki visi misiprogram pro-rakyat yang tidak lebih baik dari kandidat lainsaya akan
12,3% 31,7% 46,7% 9,3%
9Seandainya kandidat yang saya dukung memberikansumbangan sembako pada warga di lingkungan saya sambilberkampanye agar warga memilihnya saya akan
13,0% 33,0% 43,7%10,3%
4. Kesimpulan dan Rekomendasi
4.1 Kesimpulan
Pemilu merupakan wadah penyaringan terhadap calon pemimpin yang dipercaya dapat
memperjuangkan rakyatnya, penentuan siapa yang akan berhak untuk memimpin ditentukan
dengan secara demokratis yaitu diperoleh dari suara terbanyak dari para pemilih, atas dasar
tersebut keterlibatan masyarakat yang memang sudah memenuhi syarat untuk mengikuti
proses pemilu sangatlah dibutuhkan sehingga calon pemimpin mendapatkan legitimasi dari
masyarakat yang telah memilihnya, dari data kpu didapatkan partisipasi masyarakat dalam
pemilu dari periode ke periode selalu pluktuatif, seperti halnya di kabupaten Karawang
berkisar antara 70-80%
1. Dari hasil analisa atas jawaban responden yang terdaftar sebagai peserta pemilu
sebanyak 92% dan tidak terdaftar sebanyak 8%, dari 92% yang terdatar sebagai
peserta pemilu sebanyak 87% yang memberikan suaranya di TPS (Tempat
Pemungutan Suara)/mengikuti proses pemilu, sementara hanya 6% yang tidak
mengikuti proses/memberikan suaranya di TPS (Tempat Pemungutan Suara) dan
apabila di analisa total yang tidak mengikuti proses pemilu dari hasil survey
sebanyak 13%. Hal tersebut lebih banyak disebabkan oleh tidak PUNYA KARTU
UNDANGAN sebanyak 30%, kemudian HARUS BEKERJA sebanyak 20%,
kemudian tidak adanya calon yang faforit sebanyak 13% selain itu juga ada yang
tidak mempercayai bahwa pemilu dapat menyebakan memperbaiki keadaan
sebanyak 13% selain itu juga 10% responden mengatakan bingungg memilih calon
legislatif.
2. Referensi dalam memilih calon pemimpin parpol adalah apa yang menjadi dasar responden
memilih calon pemimpin atau parpol dalam pemilu. Terkait integritas pemilu, referensi yang
dinilai adalah: perilaku dan karakter kader calon pemimpin atau parpol; visi, misi dan
program calon pemimpin atau parpol; rekam jejak kader calon pemimpin atau parpol; dan
kemampuan calon pemimpin atau kader parpol. Untuk variabel Memilih Pemimpin
Yang Berintegritas, hasilnya ternyata cukup positif. Secara umum masyarakat
sepakat menginginkan figur calon pemimpin yang berintegritas. Hal ini terlihat
dalam survei ini antara lain bahwa ketika responden dihadapkan pada beberapa
contoh perilaku negatif kandidat, maka jawaban responden cenderung tidak
mendukung kandidat yang bersangkutan, akan tetapi jikalau calon tersebut
merupakan calaon pilihan hati nuraninya yang memberikan dan atau menjanjikan
sesuatu maka responden menyambut dengan baik,
3. Untuk variabel Memilih Dengan Cara Yang Berintegritas, sudah tercatat beberapa
hal positif yang menunjukkan bahwa masyarakat memiliki keinginan untuk memilih
dengan cara yang berintegritas.
4.2. Rekomendasi
Jika dilakukan analisa usia bahwa rata-rata yang dalam survey ini adalah berusia muda yang
tergolong menjadi pemilih pemula, dengan tingkat pendidikan sma sehingga memiliki
idealisme dan harapan yang tinggi terhadap keberlangsungan berbangsa dan bernegara
maka atas dasar tersebut dari survey ini dapat direkomendasikan:
1. Untuk menjaga dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu, sebaiknya
dilakukan sosialisasi dan pendataan dengan seksama dengan menggunakan media
dan program yang dapat mempermudah pendaftaran sebagai peserta pemilu,
sehingga tidak ada yang terlewat, dan apa bila peserta pemilu yang berktp diluar
wilayah administrative maka dapat dilakukan pendaftaran secara onlin dan
mendapatkan kartu pemilih secara online dengan menggunakan NIK KTP, serta
undangan melalui no hp yang dapat digunakan sebagai dasar mengikut pemilu
2. Bagi peserta yang sudah terdaftar sebagai peserta pemilu diharapakan dapat
melakukan pemungutan suara pada waktu yang telah ditentukan akan tetapi
terkadang kepentingan seperti halnya bekerja tidak dapat dihindarkan dikarenakan
aktifitas perusahaan tidak dapat terhenti sepenuhnya ketika pemilu dilakukan seperti
jawaban responden atas survey yang telah dilakukan bahwa 20% responden tidak
mengikuti proses pemungutan suara dalam pmeilu dikarnakan harus bekerja maka
sebaiknya disediakan TPS (Tempat Pemungutan Suara) diwilayah sekitar
perusahaan atau menyedikan TPS bergerak sehingga aktifitas perusahaan dapat
berjalan terus sementara proses pemungutan suara juga dapat teratasi.
3. Perlunya dilakukan pengawasan terhadap calon dan partai yang merupakan objek
yang akan dipilih oleh masyarakat agar tidak menggunakan politik uang dan perlu
adanya tindakan tegas agar mereka para pemilih pemula tidak merasa kecewa
terhadap proses pemilu, walaupun memang mereka merupakan pilihan nurani
masyarakat, akan tetapi penggunaan politik uang bila dibiarkan akan berdampak
pada buruknya system demokrasi, maka diperlukan pengawas dan pengelola pemilu
yang berintegritas.
4. Partai dalam hal menentukan calon-calaon kadernya yang akan disodorkan kepada
pemilih hendaknya melakukan saringan masuk dengan berintegritas sehingga
menyodorkan calon-calon yang memiliki qualitas yang diharapkan oleh masyarakat,
selain itu juga perlunya informasi lebih mendalam terhadap calon-calon yang
disodorkan oleh partai kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang nantinya KPU
akan mensosialisasikan kepada masyarakat dengan jangka waktu yang cukup dan
bagi masyarakat yang memiliki informasi negatif dan bukti yang cukup terhadap
calon yang diusung partai dapat melaporkan kepada penyelenggara pemilu untuk
selanjutnya oleh Komisi Pemilihan Umum dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam menetapkan siapa-siapa saja yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi
syarat.
Tabel 1.4
Correlations Validitas variabel 1
Butir_1 Butir_2 Butir_3 Butir_4 Butir_5 Butir_6 Butir_7 Butir_8 Butir_9 Butir_10 Butir_11 Butir_12
Variabel
_1
Spearman'
s rho
Butir_
1
Correlation Coefficient 1.000 .032 .057 .099* .019 .050 .019 .071 .035 -.067 -.003 .021 .182**
Sig. (1-tailed) . .291 .164 .044 .374 .194 .370 .110 .271 .122 .479 .359 .001
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_
2
Correlation Coefficient .032 1.000 .086 .047 .052 .045 .131* .074 -.056 .229** -.012 .073 .377**
Sig. (1-tailed) .291 . .068 .209 .186 .218 .012 .099 .166 .000 .416 .103 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_
3
Correlation Coefficient .057 .086 1.000 .254** .304** .226** .013 -.003 -.071 .141** .016 .044 .447**
Sig. (1-tailed) .164 .068 . .000 .000 .000 .409 .479 .111 .007 .389 .224 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_
4
Correlation Coefficient .099* .047 .254** 1.000 .290** .272** .126* .104* .094 .022 -.005 .108* .519**
Sig. (1-tailed) .044 .209 .000 . .000 .000 .014 .036 .052 .353 .469 .031 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_
5
Correlation Coefficient .019 .052 .304** .290** 1.000 .186** .040 .110* .161** .172** -.010 .033 .526**
Sig. (1-tailed) .374 .186 .000 .000 . .001 .244 .028 .003 .001 .431 .283 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_
6
Correlation Coefficient .050 .045 .226** .272** .186** 1.000 .151** .108* .023 .102* .049 .007 .448**
Sig. (1-tailed) .194 .218 .000 .000 .001 . .004 .031 .347 .038 .200 .454 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_
7
Correlation Coefficient .019 .131* .013 .126* .040 .151** 1.000 .194** .144** -.055 .142** .129* .420**
Sig. (1-tailed) .370 .012 .409 .014 .244 .004 . .000 .006 .171 .007 .013 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_
8
Correlation Coefficient .071 .074 -.003 .104* .110* .108* .194** 1.000 .169** .022 .077 -.025 .412**
Sig. (1-tailed) .110 .099 .479 .036 .028 .031 .000 . .002 .354 .090 .330 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_
9
Correlation Coefficient .035 -.056 -.071 .094 .161** .023 .144** .169** 1.000 -.086 .130* -.125* .222**
Sig. (1-tailed) .271 .166 .111 .052 .003 .347 .006 .002 . .068 .012 .015 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_
10
Correlation Coefficient -.067 .229** .141** .022 .172** .102* -.055 .022 -.086 1.000 .130* .100* .393**
Sig. (1-tailed) .122 .000 .007 .353 .001 .038 .171 .354 .068 . .012 .041 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_
11
Correlation Coefficient -.003 -.012 .016 -.005 -.010 .049 .142** .077 .130* .130* 1.000 .001 .251**
Sig. (1-tailed) .479 .416 .389 .469 .431 .200 .007 .090 .012 .012 . .495 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_
12
Correlation Coefficient .021 .073 .044 .108* .033 .007 .129* -.025 -.125* .100* .001 1.000 .292**
Sig. (1-tailed) .359 .103 .224 .031 .283 .454 .013 .330 .015 .041 .495 . .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Varia
bel_1
Correlation Coefficient .182** .377** .447** .519** .526** .448** .420** .412** .222** .393** .251** .292** 1.000
Sig. (1-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
TABEL 1.5
Correlation Validitas variabel 2
Butir_1 Butir_2 Butir_3 Butir_4 Butir_5 Butir_6 Butir_7 Butir_8 Butir_9
Butir_1
0
Butir_1
1
Butir_1
2
Variabel_
2
Spearm
an's rho
Butir_1 Correlation Coefficient 1.000 .528** .476** .246** .057 .270** -.138** -.024 .181** .250** .185** .132* .590**
Sig. (1-tailed) . .000 .000 .000 .161 .000 .008 .337 .001 .000 .001 .011 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_2 Correlation Coefficient .528** 1.000 .605** .289** .100* .219** -.139** -.130* .280** .193** .188** .196** .610**
Sig. (1-tailed) .000 . .000 .000 .041 .000 .008 .012 .000 .000 .001 .000 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_3 Correlation Coefficient .476** .605** 1.000 .329** .165** .313** -.061 .016 .113* .255** .162** .110* .642**
Sig. (1-tailed) .000 .000 . .000 .002 .000 .145 .394 .025 .000 .002 .029 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_4 Correlation Coefficient .246** .289** .329** 1.000 .165** .187** -.026 .001 .195** .243** .230** .138** .571**
Sig. (1-tailed) .000 .000 .000 . .002 .001 .326 .490 .000 .000 .000 .008 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_5 Correlation Coefficient .057 .100* .165** .165** 1.000 .258** -.035 -.025 .123* .096* .045 .198** .388**
Sig. (1-tailed) .161 .041 .002 .002 . .000 .272 .334 .016 .049 .220 .000 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_6 Correlation Coefficient .270** .219** .313** .187** .258** 1.000 .222** .062 .045 .198** .101* -.031 .542**
Sig. (1-tailed) .000 .000 .000 .001 .000 . .000 .142 .221 .000 .040 .299 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_7 Correlation Coefficient -.138** -.139** -.061 -.026 -.035 .222** 1.000 .467** -.147** -.058 .006 -.270** .103*
Sig. (1-tailed) .008 .008 .145 .326 .272 .000 . .000 .005 .158 .462 .000 .038
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_8 Correlation Coefficient -.024 -.130* .016 .001 -.025 .062 .467** 1.000 -.406** -.098* -.057 -.184** .082
Sig. (1-tailed) .337 .012 .394 .490 .334 .142 .000 . .000 .045 .161 .001 .079
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_9 Correlation Coefficient .181** .280** .113* .195** .123* .045 -.147** -.406** 1.000 .217** .195** .361** .377**
Sig. (1-tailed) .001 .000 .025 .000 .016 .221 .005 .000 . .000 .000 .000 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_1
0
Correlation Coefficient .250** .193** .255** .243** .096* .198** -.058 -.098* .217** 1.000 .374** .197** .535**
Sig. (1-tailed) .000 .000 .000 .000 .049 .000 .158 .045 .000 . .000 .000 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_1
1
Correlation Coefficient .185** .188** .162** .230** .045 .101* .006 -.057 .195** .374** 1.000 .226** .496**
Sig. (1-tailed) .001 .001 .002 .000 .220 .040 .462 .161 .000 .000 . .000 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_1
2
Correlation Coefficient .132* .196** .110* .138** .198** -.031 -.270** -.184** .361** .197** .226** 1.000 .350**
Sig. (1-tailed) .011 .000 .029 .008 .000 .299 .000 .001 .000 .000 .000 . .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Variab
el_2
Correlation Coefficient .590** .610** .642** .571** .388** .542** .103* .082 .377** .535** .496** .350** 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .038 .079 .000 .000 .000 .000 .
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Tabel 1.6
Correlation Validitas variabel 3
Butir_1 Butir_2 Butir_3 Butir_4 Butir_5 Butir_6 Butir_7 Butir_8 Butir_9 Variabel
Spearman
's rho
Butir_1 Correlation Coefficient 1.000 .164** .147** .255** .122* .144** .184** .048 .016 .334**
Sig. (1-tailed) . .002 .005 .000 .018 .006 .001 .206 .389 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_2 Correlation Coefficient .164** 1.000 .180** .262** .347** .245** .149** .117* .131* .501**
Sig. (1-tailed) .002 . .001 .000 .000 .000 .005 .021 .011 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_3 Correlation Coefficient .147** .180** 1.000 .213** .255** .051 .100* .145** .145** .422**
Sig. (1-tailed) .005 .001 . .000 .000 .189 .042 .006 .006 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_4 Correlation Coefficient .255** .262** .213** 1.000 .183** .286** .225** .210** .163** .498**
Sig. (1-tailed) .000 .000 .000 . .001 .000 .000 .000 .002 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_5 Correlation Coefficient .122* .347** .255** .183** 1.000 .332** .210** .210** .250** .561**
Sig. (1-tailed) .018 .000 .000 .001 . .000 .000 .000 .000 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_6 Correlation Coefficient .144** .245** .051 .286** .332** 1.000 .314** .245** .201** .516**
Sig. (1-tailed) .006 .000 .189 .000 .000 . .000 .000 .000 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_7 Correlation Coefficient .184** .149** .100* .225** .210** .314** 1.000 .169** .297** .503**
Sig. (1-tailed) .001 .005 .042 .000 .000 .000 . .002 .000 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_8 Correlation Coefficient .048 .117* .145** .210** .210** .245** .169** 1.000 .450** .626**
Sig. (1-tailed) .206 .021 .006 .000 .000 .000 .002 . .000 .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Butir_9 Correlation Coefficient .016 .131* .145** .163** .250** .201** .297** .450** 1.000 .620**
Sig. (1-tailed) .389 .011 .006 .002 .000 .000 .000 .000 . .000
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Variabel Correlation Coefficient .334** .501** .422** .498** .561** .516** .503** .626** .620** 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .
N 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Tabel 1.7
Correlation Validitas variabel construck
Variabel_1 Variabel_2 VAR00004 Konstruk
Spearman's rho Variabel_1 Correlation Coefficient 1.000 .184** .182** .649**
Sig. (1-tailed) . .001 .001 .000
N 300 300 300 300
Variabel_2 Correlation Coefficient .184** 1.000 .202** .749**
Sig. (1-tailed) .001 . .000 .000
N 300 300 300 300
VAR00004 Correlation Coefficient .182** .202** 1.000 .566**
Sig. (1-tailed) .001 .000 . .000
N 300 300 300 300
Konstruk Correlation Coefficient .649** .749** .566** 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .000 .000 .
N 300 300 300 300
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Dari Tabel hasil uji validitas didapatkan angka sebagai berikut
Tabel 1.8Validitas variabel 1
No Butir Nilai r Hitung Nilai r Tabel Valid /Tidak
1 Butir_1 0,182 0.113 valid
2 Butir_2 0,377 0.113 valid
3 Butir_3 0,477 0.113 valid
4 Butir_4 0,519 0.113 valid
5 Butir_5 0,526 0.113 valid
6 Butir_6 0,448 0.113 valid
7 Butir_7 0,420 0.113 valid
8 Butir_8 0,412 0.113 valid
9 Butir_9 0,222 0.113 valid
10 Butir_10 0,393 0.113 valid
11 Butir_11 0,251 0.113 valid
12 Butir_12 0,292 0.113 valid
Tabel 1.9Validitas variabel 2
No Butir Nilai r Hitung Nilai r Tabel Valid /Tidak
1 Butir_1 0,590 0.113 Valid
2 Butir_2 0,610 0.113 Valid
3 Butir_3 0,642 0.113 Valid
4 Butir_4 0,571 0.113 Valid
5 Butir_5 0,388 0.113 Valid
6 Butir_6 0,542 0.113 Valid
7 Butir_7 0,103 0.113 Tidak valid
8 Butir_8 0,082 0.113 Tidak valid
9 Butir_9 0,377 0.113 Valid
10 Butir_10 0,535 0.113 Valid
11 Butir_11 0,496 0.113 Valid
12 Butir_12 0,350 0.113 Valid
Tabel 1.10Validitas variabel 3
No Butir Nilai r HitungNilai r 5%
TabelValid /Tidak
1 Butir_1 0,334 0.113 Valid
2 Butir_2 0,501 0.113 Valid
3 Butir_3 0,422 0.113 Valid
4 Butir_4 0,498 0.113 Valid
5 Butir_5 0,561 0.113 Valid
6 Butir_6 0,516 0.113 Valid
7 Butir_7 0,503 0.113 Valid
8 Butir_8 0,626 0.113 Valid
9 Butir_9 0,620 0.113 Valid
Tabel 1.10Validitas Construck
No Butir Nilai r Hitung Nilai r Tabel Valid /Tidak
1 Butir_1 0.649 0.113 Valid
2 Butir_2 0.749 0.113 Valid
3 Butir_3 0.566 0.113 Valid
Reliability Statistics Variabel
1
Cronbach's
Alpha N of Items
.678 12
Reliable
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.529 12
Reliable
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.681 9
Reliable
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.400 3
Reliable
Model Summaryb
Mode
l R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .299a .089 .083 3.076 .089 14.544 2 297 .000
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
top related