perencanaan kebutuhan material pada...
Post on 05-May-2018
249 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA PRODUK
TRAFO GULUNG TIPE TER 2N NG 3enr
DI PT.UNELEC INDONESIA
Doni Rahmat
Prof. Syahbuddin, Ph.D.
Rossi Septy Wahyuni, ST., MT
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri
Universitas Gunadarma
anakpasir@gmail.com
syahbuddin@hotmail.com
rossysw@yahoo.com
ABSTRAK
Perencanaan kebutuhan material merupakan salah satu proses yang
terdapat dalam suatu sistem produksi. Proses produksi trafo gulung TER 2N
membutuhkan beberapa macam bahan baku yang memiliki spesifikasi yang
berbeda, lead time cukup lama, dan harga terbilang cukup mahal. Sehingga
mengakibatkan biaya simpanpun menjadi mahal, oleh sebab itu perencanaan
kebutuhan material harus dihitung dengan cepat dan akurat, agar tidak terjadi
kekurangan atau kehabisan bahan baku yang bisa mengakibatkan produksi
berhenti. Selain itu kelebihan bahan baku juga akan mengakibatkan biaya simpan
menjadi besar. Untuk meminimasi biaya dilakukan pula perhitungan untuk
menentukan lot size dengan EOQ. Akan tetapi biaya simpan masih terbilang
tinggi untuk beberapa bahan baku. Usulan perbaikan yaitu presentase holding cost
(I) harus diperkecil, agar biaya simpan bisa diminimasi.
Kata Kunci : Perencanaan Kebutuhan Material, Biaya Pesan dan Biaya Simpan
2
PENDAHULUAN
Persaingan di dunia industri untuk dapat bersaing dipasaran dibutuhkan
suatu perencanaan yang tepat sehingga dapat memperoleh suatu hasil yang
diinginkan, yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan pelanggan.
PT. Unelec Indonesia adalah salah satu perusaan manufaktur yang memperoduksi
transformator / trafo akan tetapi merupakan satu-satunya pabrik di Indonesia yang
memproduksi trafo untuk kereta di negara-negara eropa khususnya Prancis.
Karena sebagian besar bahan baku yang dibutuhkan di impor dari luar
negeri, terjadinya fluktuasi permintaan produk setiap periodenya mengakibatkan
terlalu besar tingkat persediaan, sehingga biaya persediaan meningkat, dan waktu
ancang cukup lama. Agar rencana produksi pada setiap periodenya dapat
dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah
perencanaan kebutuhan material / material requirement planning (MRP). Agar
memperoleh material yang tepat, dari sumber yang tepat, untuk penempatan yang
tepat, pada waktu yang tepat (Gaspersz, 1998).
Pengambilan data hanya di departemen traction transformer, dengan tipe
produk yaitu trafo gulung (winding) tipe TER 2N NG 3enr yang digunakan untuk
kereta sub urban dan pengolahan data tersebut hanya sebatas pada kebutuhan
bahan baku utama saja. Tujuan penelitian yang hendak dicapai yaitu mengetahui
proses produksi trafo gulung tipe TER 2N, mengetahui perencanaan pemesanan
kebutuhan bahan baku utama, biaya pesan, biaya simpan selama satu tahun (12
bulan), dan mengetahui perbandingan efisiensi perhitungan dengan yang ada di
pabrikasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Persediaan (inventory) dalam konteks produksi dapat diartikan sebagai
sumber daya menganggur (idle resource). Sumber daya menganggur ini belum
digunakan karena menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses
lebih lanjut dapat berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan
pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi seperti pada sistem
rumah tangga (Ginting, 2007).
3
Secara fisik item persediaan dapat dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu :
(Baroto, 2002)
1. Bahan mentah (raw materials),
2. Komponen (parts),
3. Barang setengah jadi (work in process),
4. Barang jadi (finished good), dan
5. Bahan pembantu (supplies material.
Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul
sebagai akibat persediaan. Biaya tersebut adalah sebagai berikut :
1. Harga pembelian,
2. Biaya pemesanan, meliputi : biaya pemrosesan pesanan, biaya ekpedisi,
upah, biaya telepon/fax, biaya dokumentasi/transaksi, biaya pengepakan,
biaya pemeriksaan, dll
3. Biaya penyiapan, meliputi : biaya persiapan peralatan produksi. Set up
mesin, persiapan gambar kerja, persiapan tenaga kerja langsung,
perencanaan dan penjadwalan produksi.
4. Biaya penyimpanan meliputi : biaya kesempatan, biaya simpan, biaya
keusangan, dan biaya-biaya lain
5. Biaya kekurangan persediaan
Biaya produksi/
Pembelian Biaya stock out Biaya simpan
Biaya pesan/
Set up
BIAYA PERSEDIAAN TOTAL
Gambar 1. Biaya-biaya Dalam Persediaan
Sumber : Baroto, 2002
4
Metode jumlah pemesanan ekonomis (Economic Order Quantity / EOQ)
pertama kali diperkenalkan oleh Ford Harris dari Westinghouse pada tahun 1915.
Metode ini disebut juga dengan ukuran metode ukuran lot yang digunakan untuk
pengelolaan independent demand inventori, juga termasuk kedalam pengendalian
deterministik yang menganggap semua parameter telah diketahui dengan pasti.
Adapun tujuan metode ini yaitu untuk menentukan ukuran pemesanan yang paling
ekonomis yang dapat meminimasi biaya-biaya dalam persediaan. Model ini dapat
diterapkan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut : (Baroto. 2002)
1. permintaan diketahui dengan pasti dan konstan selama periode persediaan,
2. semua item yang dipesan diterima seketika, tidak bertahap,
3. jarak waktu sejak pemesanan sampai pesanan datang (lead time) pasti,
4. semua biaya diketahui dan bersifat pasti,
5. tidak pernah terjadi kehabisan persediaan (stock out), dan
6. tidak ada diskon dalam tingkat kuantitas pesanan.
Adapun model rumus yang dikembangkan Ford Harris yaitu :
Q∗ = 2A.D
I.C
Dimana : A = order cost
D = permintaan per periode
I = holding cost (dalam desimal)
C = harga per unit
Metode perencanaan kebutuhan material (Material Requirement Planning
/MRP) merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori
untuk item-item dependent demand (bahan baku/raw materials, parts,
subassemblies dan assemblies, dimana permintaan cenderung discontinuous and
lumpy. MRP merupakan metode penjadwalan untuk purchased planned orders
dan manufactured planned orders. Moto dari MRP adalah “memperoleh material
yang tepat, dari sumber yang tepat, untuk penempatan yang tepat, pada waktu
yang tepat”. Berdasarkan MPS yang diturunkan dari Rencana Produksi, suatu
system MRP mengidentifikasikan item apa yang harus dipesan, berapa kuantitas
item yang di pesan, dan bilamana waktu memesan item itu (Gaspersz, 1998).
5
Adapun yang menjadi tujuan dari MRP adalah merancang suatu sistem
yang mampu menghasilkan informasi yang tepat, untuk melakukan tindakan yang
tepat (pembatalan pesanan, pemesanan ulang, atau penjadwalan ulang). Sehingga
diperoleh pegangan untuk melakukan pembelian atau produksi. Sebagai suatu
sistem, MRP membutuhkan lima input utama seperti berikut :
INPUT :
1. MPS
2. Bill of Material
3. Item master
4. Pesanan-pesanan
5. Kebutuhan
PROSES :
Perencanaan
Kebutuhan
Material
(MRP)
OUTPUT :
· Primary(Orders)
Report
· Action Report
· Pegging Reporrt
Perencanaan
Kapasitas
(Capacity
Planning)
Umpan balik
Gambar 2. Proses Kerja Dari MRP
Sumber : Gaspers, 1998
1. Jadwal induk produksi (Master Production Schedule /MPS) merupakan
rencana rinci tentang jumlah barang yang akan diproduksi pada beberapa
satuan waktu dalam horison perencanaan. Jadwal induk produksi
merupalan optimasi ongkos dengan memperhatiakan kapasitas yang
tersedia (pekerja, mesin dan bahan) dalam ramalan permintaan untuk
mencapai rencana produksi yang akan meminimasi total ongkos produksi
dan persediaan (Kusuma, 1999).
2. Bill of Material (BOM) merupakan daftar dari semua material, parts, dan
subassemblies, serta kuantitas dari masing-masing yang dibutuhkan untuk
memproduksi satu unit produk (parent assembly) (Gaspersz, 1998).
Struktur produk berisi informasi mengenai hubungan antar komponen
dalam perakitan. Penyajian struktur produk dibedakan menjadi dua yaitu
metode explotion dan implotion.
6
A
1 n1
D
4 n4
B
2 n2
C
3 n3
E
5 n5
G
7 n7
F
6 n6
H
8 n8
Level 0
Level 1
Level 2
Gambar 3. Struktur Produk Sumber : Kusuma, 1999
3. Item Master merupakan suatu file yang berisi informasi status tentang
material, parts, subassemblies, dan produk-produk yang menunjukkan
kuantitas on-hand, kuantitas yang dialokasikan (allocated quantity), waktu
tunggu yang direncanakan (Planned lead times), ukuran lot (lot size) , stok
pengaman (safety stock), kriteria lot sizing, toleransi untuk scrap atau
hasil, dan terbagi informasi penting lainnya yang berkaitan dengan suatu
item (Gaspersz, 1998).
4. Pesanan-pesanan (Orders)
Waktu ancang adalah waktu yang diperlukan mulai dari saat pemesanan
item dilakukan sampai dengan saat item tersebut diterima dan siap untuk
digunakan; baik item produk yang harus dibuat sendiri maupun item
produk yang dipesan dari luar perusahaan (Kusuma, 1999).
5. Kebutuhan-kebutuhan (Requirements) akan memberitahukan tentang
berapa banyak dari masing-masing item itu di butuhkan sehingga akan
mengurangi stock-on-hand dimasa akan datang. Suatu catatan kebutuhan
biasanya berisi informasi tentang: nomor item, quantitas, waktu, dan lain-
lain (Gaspersz, 1998).
Langkah-langkah atau mekanisme dalam teknik MRP sangat mudah
dijalankan, dan perhitungan yang dilakukan dalam setiap langkah juga sangat
sederhana. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut (Baroto, 2002).
a. Netting (kebutuhan bersih)
7
Merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang besarnya merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan jadwal penerimaan persediaan dan
persediaan awal yang tersedia.
b. Lotting (jumlah kebutuhan)
Merupakan proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan optimal untuk
setiap komponen secara individual didasarkan pada hasil perhitungan
kebutuhan bersih yang telah dilakukan dari proses netting.
c. Offsetting (waktu pemesanan)
Merupakan proses yang bertujuan menentukan saat yang tepat untuk
melakukan pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih.
d. Explosion (perhitungan menyeluruh)
Merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk komponen pada
tingkat yang lebih bawah. Perhitungan ini didasarkan pada pemesanan
komponen-komponen produk pada tingkat yang lebih atas.
Tabel 1. Tampilan Model Perhitungan dari MRP
Part number : Lot size : Lead Time :
Part Name : Level :
Periode 1 2 3 4 5 . . . n
Gross Requiement
Schedule Receipts
Begin Inventory
Net Requirement
Planned Order Receipts
Planned Ending Inventory
Planned Order Release Sumber : Bedworth, 1987
Dari tabel 1. di atas tampak jelas bahwa faktor-faktor yang membentuk
dalam MRP, yaitu :
1. Heading, terdiri dari part number, part name, lead time, lot size, dan level.
2. Time periode, periode perencanaan bisa dalam kurun waktu harian,
mingguan , dan lain-lain.
3. Gross Requirement (GR) merupakan keseluruhan jumlah item
(komponen) yang diperlukan pada suatu periode.
· Untuk finished product (end item) sama dengan JIP / MPS.
8
· Untuk item level dibawahnya sama dengan part dari release
induknya.
4. Schedule Receipts (SR) merupakan jumlah item yang akan diterima pada
suatu periode tertentu berdasarkan pesanan yang dibuat.
5. Begin Inventory (BI) merupakan jumlah inventori diawal periode.
𝐁𝐢𝐭 = (𝐁𝐢)𝐭−𝐈 − (𝐆𝐑)𝐭−𝐈 + (𝐒𝐑)𝐭−𝐈
Dimana : (Bi)t = Begin Inventory pada waktu (t)
(GR)t = Gross Requirements untuk waktu (t).
(SR)t = Schedule Receipts dalam waktu (t)
Jika Begin Inventory memberikan hasil negatif, maka Bi = 0.
6. Net Requirement (NR) merupakan jumlah kebutuhan bersih dari suatu item
yang diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan kasar pada suatu
periode yang akan datang.
𝐍𝐑𝐭 = (𝐆𝐑)𝐭 − (𝐒𝐑)𝐭 − (𝐁𝐢)𝐭
7. Planned Order Receipt (PORt) merupakan jumlah item yang diterima atau
diproduksi oleh periode waktu terakhir.
PORt = NRt , untuk NRt > 0
= 0 , untuk NRt 0
8. Planned Ending Inventory (PEI) merupakan fungsi dari Receipt NR dan
GR.
𝐏𝐞𝐢𝐭 = (𝐏𝐎𝐑)𝐭 + (𝐒𝐑)𝐭 + (𝐏𝐞𝐢)𝐭−𝐈 − (𝐆𝐑)𝐭
9. Planned Order Release (PORel) merupakan permintaan yang dilepaskan
kepada vendor atau order produksi yang dapat dilepas untuk di
manufaktur. Planned Order Release ini dipengaruhi oleh lead time.
PORel = (POR)t-1
10. Persediaan ditangan/On-Hand Inventory (OI) merupakan jumlah inventori
pada akhir suatu periode dengan memperhitungkan jumlah perhitungan
yang ada ditambah dengan jumlah item yang akan diterima atau dikurangi
dengan jumlah item yang dipakai atau dikeluarkan dari persediaan pada
periode tersebut.
9
METODOLOGI PENELITIAN
Prosedur atau langkah-langkah dalam penelitian digunakan untuk
menetapkan pokok permasalahan, sehingga penelitian bisa terarah dan dapat
mempermudah dalam pemecahan masalah. Adapun metodologi penelitian yaitu
sebagai berikut :
Mulai
Identifikasi Masalah· Kurang efisiensi terhadap perencanaan kebutuhan bahan baku
· Waktu ancang lama dan biaya simpan tinggi
Penetapan Tujuan· Mengetahui urutan proses produksi trafo gulung tipe TER 2N.
· Mengetahui perencanaan pemesanan kebutuhan bahan baku utama, biaya
pesan, dan biaya simpan selama satu tahun (12 bulan)
· Membandingkan efisiensi pemesanan yang ada dengan hasil perhitungan
Pengumpulan Data· Melakukan pencatatan data permintaan produk untuk tahun 2011
· Melakukan pencatatan data harga bahan baku utama, biaya simpan, dan
biaya pesan
· Melakukan pencatatan data Scheduled Receipt & Inventory Status
· Melakukan perhitungan ukuran lot dengan metode EOQ
· Membuat APC (Assembly Process Chart) berdasarkan pada SOP, gambar
kerja, dan pengamatan langsung
· Membuat struktur produk dan BOM (Bill of Material)
Pengolahan Data dan Analisis Hasil· Mempersiapkan tabel dan rumus perhitungan MRP
· Melakukan perhitungan kebutuhan produk jadi (Trafo Gulung) selama 12 bulan
· Melakukan perhitungan kebutuhan komponen lain yang ada level berikutnya selama 12 bulan
· Melakukan perhitungan biaya pesan dan biaya simpan selama 12 bulan
· Melakukan perhitungan efisiensi pemesanan dan biaya simpan
· Melakukan analisis terhadap data-data hasil perhitungan
Kesimpulan· Menarik kesimpulan berdasarkan hasil perhitungan dan menjawab tujuan penelitian
· Memberikan usulan dan saran perbaikan kepada perusahaan
Selesai
Landasan Teori· Melakukan studi literatur pada buku dan internet mengenai
perencanaan kebutuhan material
Gambar 4. Metodologi Penelitian
10
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Jenis trafo yang diproduksi oleh PT. Unelec Indonesia khususnya pada
divisi traction transformer ini cukup beragam. Akan tetapi jenis produk trafo yang
diamati dalam tugas akhir ini adalah produk trafo gulung tipe TER 2N. Pada sisi
primer trafo ini mempunyai daya 2380 kVA, tegangan 25000 Volt, dan arus 95
Ampere, sedangkan pada sisi sekunder trafo ini mempunyai daya 900 kVA,
tegangan 960 Volt, dan arus 937 Ampere. Trafo ini di rancang untuk jenis kereta
penumpang sub urban (antar kota) yang beroperasi di negara-negara eropa,
khususnya Prancis.
Tipe proses produksi yang diterapkan di traction transformer yaitu make
to order, dimana produk yang di buat berdasarkan pada pesanan dari costumer
(pelanggan) tunggal yaitu AREVA. Adapun proses produksi trafo gulung ini bisa
dilihat pada gambar dibawah ini.
LILITAN
TEGANGAN RENDAH
BAHAN BAKU
MULAI
METALISASI
LILITAN
TEGANGAN TINGGI
ISOLASI
PENYELESAIAN
AKHIR
SELESAI
Gambar 5. Flowchart Proses Produksi
Sumber : PT.Unelec Indonesia
Bahan baku
Bahan baku yang datang dari supplier (pemasok) diterima oleh pihak
gudang (warehouse), kemudian dilakukan pemeriksaan mengenai kuantitas,
kualitas agar sesuai dengan order pembelian. Selain itu bahan baku diberi kartu
identitas, label hijau sebagai tanda material itu bagus dan dapat gunakan oleh
pihak produksi.
11
Proses lilitan tegangan rendah
Sebelum proses lilitan dimulai terlebih dahulu dilakukan persiapan
meliputi: pengecekan pada mesin, peralatan kerja, gambar kerja, dan lembar isian
kerja (DIM/ DIMensionnel/dimensi). Setelah itu lalu pasang silinder pada gabarit
mesin, tandai silinder dengan empat titik COLA (axe COLonne Arrière/sumbu
kolom belakang), CMD (axe CM Droit/sumbu kanan CM), COLD (COLonne
Devant/ kolom sebelum), dan CMG (axe CM Gauche/ sumbu kiri CM) pada
kedua sisi, lalu pasang kanal store. Pasang kawat CTC pada jagrag touret lalu
tekuk 90 derajat sebagai keluaran (output), isolasi setebal 2mm sepanjang 100mm,
kemudian pasang bande crante 2100mm x 10mm x 2mm diantara kawat dan
cerclages. Yakinkan posisinya sudah tepat, lalu ikat dengan sabuk/spanset agar
kondisinya tidak berubah. Mulailah melakukan penggulungan tegangan rendah
sampai selesai sesuai gambar kerja.
Proses metalisasi
Metalisasi berfungsi sebagai pemutus arus antara lilitan tegangan rendah
dengan lilitan tegangan tinggi apabila dalam pemakaian nanti terjadi arus lebih.
Proses ini dimulai setelah proses lilitan tegangan rendah dengan menambahkan
isolasi kertas 0.25mm x 453mm setebal 1mm, kemudian isolasi kertas 0.25mm x
438mm setebal 1.5mm. Pada kiri dan kanan di tambahkan isolasi crepe 180mm
sebanyak 8 lembar. Kemudian pasang alumunium strip, lalu solder tresee dengan
clinquant pada alumunium strip. Pada overload alumunium strip pasang 6 lembar
crepe 150mm secara simetris. Proses berikutnya tambahkan kembali isolasi kertas
setebal 2mm dan terakhir setebal 7mm.
Proses lilitan tegangan tinggi
Pasang kawat RC pada jagrag touret lalu tekuk 90 derajat sebagai keluaran
sortie. Isolasi setebal 5mm sepanjang 100 mm, kemudian pasang bande crante
2100mm x 4mm x 2mm diantara kawat dan cerclages. Yakinkan posisinya sudah
tepat, lalu ikat dengan sabuk/spanset agar kondisinya tidak berubah. Mulailah
melakukan penggulungan tegangan tinggi sampai selesai sesuai gambar kerja.
12
Proses isolasi
Proses isolasi dilakukan dengan membungkus lilitan tegangan tinggi
dengan isolasi 0.25mm x 453mm setebal. Pada akhir lilitan yaitu di lem dengan
lem sader. Setelah itu pasang ecran 0.5mm x 80mm x 1800mm sebanyak 2 buah
pada kiri kanan. Lalu pasang dan kencangkan ikatan frettes ruban bison dan
bouchle sebanyak 2 buah. Pada proses ini dilakukan inspeksi oleh pihak QC
meliputi pengecekan visual posisi tanjakan dan diameter terakhir trafo gulung
yaitu pada posisi frettes.
Penyelesaian akhir
Pada proses ini, trafo gulung dilepaskan dari gabarit dan di tempatkan
pada tempat yang sudah di tentukan untuk kemudian dilakukan pemasangan
plateau COL 1M dan 1B pada kiri dan kanan trafo gulung. setelah itu pasang
tirant M16 dan kencangkan dengan menambahkan nut ZNC HM M16 dan ring
ZNC L16 U. Adapun produk trafo gulung dan bahan baku utama yang dijadikan
acuan untuk perhitungan kebutuhan materialnya adalah sebagai berikut.
TERW1021
TRAFO GULUNG
BOBINE 2 COL 1 &
BOBINE 4 COL 2
C0202916
NUT ZNC HM M16 STL
C0203268
RING ZNC L16 U RND STL
R0407035
TIRANT M16 LG.931 ST 60
R0802124
PLATEAU COL 1M - TER2N
R0802125
PLATEAU COL 1B - TER2N
R0302160
RC 3.80 X 1.70 - 4 CPF 0.450MM
R0501208
CERCLAGES SET
R0705007
STORE TER2N 2&4
R0301099
CTC 5.55 x 1.60 - 9BR 3CPF
R0501105
CYLINDER H=512 D=238 / 246
Gambar 6. Trafo Gulung / Bobine Dan Bahan Baku Utama
Sumber : PT. Unelec Indonesia
13
Besarnya permintaan untuk trafo gulung tipe TER 2N periode Juli-
Desember 2011 yaitu sebagai berikut.
Tabel 2. Permintaan Trafo Gulung TER 2N Periode Januari-Desember 2011
No Periode Jumlah
1 Januari 24
2 Februari 25
3 Maret 24
4 April 28
5 Mei 28
6 juni 28
7 juli 26
8 Agustus 26
9 September 24
10 Oktober 22
11 Nopember 21
12 Desember 28
Total 304
Sumber : PT.Unelec Indonesia
Data harga bahan baku utama, biaya simpan, dan biaya pesan bisa dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Tabel Harga Bahan Baku Utama
MATERIAL C
Cost per
unit (€)
C Cost per
unit (Rp)
I Holding
Cost
A Order Cost
(Rp)
NUT ZNC 0.47 5,571 0.1 14,500
RING ZNC 0.18 2,175 0.1 14,500
TIRANT M16 7.55 90,000 0.1 16,000
PLATEAU COL 1M 282.81 3,372,000 0.2 56,200
PLATEAU COL 1B 287.00 3,422,000 0.2 56,200
RC 3.80 x 1.70 6.77 80,766 0.25 51,741
CERCLAGES 13.57 161,852 0.2 48,340
STORE TER 2N 16.36 195,122 0.2 33,301
CTC 5.55 x 1.60 5.88 70,055 0.25 51,741
CYLINDER H=512 33.27 396,673 0.2 26,500
Sumber : PT. Unelec Indonesia
14
Klasifikasi persentase holding cost dibagi menjadi tiga bagian yaitu : kelas
bawah dengan persentase 10 %, kelas menengah dengan persentase 20 %, dan
kelas atas dengan persentase 25 %.
Data rencana penerimaan bahan baku mengenai jumlah dan tanggal
masuk, persediaan awal, waktu ancang, dan satuan bisa dilihat pada table berikut.
Tabel 4. Scheduled Receipt & Inventory Status
Code Due
Date
Schedule
Receives
Lot
Size
Lead
Time
Begin
Inventory Qty UM
TERW1021 1 0 LFL 0 8 2 EA
C0202916 1 500 500 1 64 8 EA
C0203268 1;2 500;600 800 1 276 8 EA
R0407035 2 184 92 1 300 4 EA
R0802124 1;2 50;50 10 2 12 1 EA
R0802125 1;2 50;50 10 2 8 1 EA
R0302160 2 1476 615 2 5550 123 KG
R0501208 1 840 224 1 1176 28 EA
R0705007 2 896 128 2 768 16 EA
R0301099 2;3 1152;3496 583 2 1995 96 KG
R0501105 2 80 20 2 100 1 EA
Sumber : PT. Unelec Indonesia
Metode penentuan lot yang digunakan pada perhitungan bahan baku
utama disini adalah Economic Order Quantity (EOQ) karena berorientasi pada
tingkat kebutuhan (demand), lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaannya
menekan biaya pemeliharaan dan biaya angkut bahan baku, mengurangi barang
yang rusak, hilang akibat terlalu lama di gudang, Menjaga kualitas dan mutu
bahan baku. Hal ini untuk menghindari masalah seperti : rusak, hilang, dan biaya
pemeliharaan meningkat karena inventori terlalu banyak, menyebabkan tidak
dapat melakukan kegiatan produksi karena inventori terlalu sedikit.
Sedangkan untuk produk jadi dan assembling metode yang digunakan
adalah metode L-4-L/ LFL (Lot For Lot). Metode ini termasuk ukuran lot diskrit
15
karena memenuhi permintaan sesuai rencana pada periode tertentu dan tidak akan
menghasilkan sisa jumlah material.
Tabel 5. Lot Size Bahan Baku Utama
MATERIAL
D
Demand
per horizon
H
I x C
EOQ
Pembulatan
(EA)
NUT ZNC 4,800 557 499.9 500
RING ZNC 4,800 218 800 800
TIRANT M16 2,400 9,000 92.4 92
PLATEAU COL 1M 600 674,400 10 10
PLATEAU COL 1B 600 684,400 9.9 10
RC 3.80 x 1.70 73,800 20,192 615 615
CERCLAGES 16,800 32,370 224 224
STORE TER2N 9,600 39,024 128 128
CTC 5.55 x 1.60 57,600 17,514 583.4 583
CYLINDER H=512 600 79,335 20 20
Berikut adalah contoh perhitungan untuk menentukan lot size material
NUT ZNC pada pembuatan trafo gulung TER 2N.
Diketahui: A = Order cost = Rp 14,500
D = Demand rata-rata per horizon = 4,800 EA
I = Holding cost (desimal) = 10 % = 0,1
C = Cost per unit = Rp 5,571
H = I x C = 0,1 x 5,571 = Rp 557/ unit / periode
Penyelesaian :
EOQ = 2AD
H
EOQ = 2 x 14,500 x 4,800
557
EOQ = 249,881
EOQ = 499.9
EOQ = 500 EA (pembulatan)
16
Urutan perhitungan perencanaan kebutuhan material dimulai dari level
akhir (end item) yaitu level nol dari suatu produk. Berdasarkan struktur produk
diatas dimana dalam hal ini dimulai dari trafo gulung TER 2N. Kebutuhan
kotor/Gross Requirement (GR) mengacu pada jadwal induk produksi dikalikan
dengan jumlah penggunaan komponen pada struktur produk. Perencanaan bahan
baku trafo gulung TER 2N bisa dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. MRP Trafo Gulung TERW1021
Part Number : TERW1021 Lot Size : LFL Lead Time : 0
Part Name : BOBINE Level : 0 Quantity : 2
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
GR 48 50 48 56 56 56 52 52 48 44 42 56
SR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BI 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
NR 40 50 48 56 56 56 52 52 48 44 42 56
PORt 40 50 48 56 56 56 52 52 48 44 42 56
PEI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PORel 40 50 48 56 56 56 52 52 48 44 42 56
Berikut adalah cara perhitungan perencanaan kebutuhan trafo gulung TER
2N (TERW1021) :
1. Periode 1, Januari 2011.
· Kebutuhan kotor (GR) = 24 x 2 = 48 EA
· Status persediaan (BI) = 8 EA
· Rencana pemesanan akan diterima (SR) = 0
· Kebutuhan bersih (NR) = GR– SR– BI = 48 – 0 – 8 = 40 Pcs
· Rencana pemesanan (PORt/PORec) yang diterima adalah sebanyak 40
EA, karena pada level ini ukuran lotnya LFL adalah sama dengan NR.
· Rencana inventori akhir (PEI) = PORt – NR = 40 – 40 = 0
· Rencana pemesanan di lepas (PORel) harus dilakukan pada periode 1,
Januari 2011 karena disesuaikan dengan waktu ancang (lead time) yaitu 0.
2. Periode 2, 1 Februari 2011.
· Kebutuhan kotor (GR) = 25 x 2 = 50 EA
17
· Status persediaan (BI) = 0 EA
· Rencana pemesanan akan diterima (SR) = 0
· Kebutuhan bersih (NR) = GR– SR– BI = 50 – 0 – 0 = 50 Pcs
· Rencana pemesanan (PORt/PORec) yang diterima adalah sebanyak 50
EA, karena pada level ini ukuran lotnya LFL adalah sama dengan NR.
· Rencana inventori akhir (PEI) = PORt – NR = 50 – 50 = 0
· Rencana pemesanan di lepas (PORel) harus dilakukan pada periode 1,
Februari 2011 karena disesuaikan dengan waktu ancang (lead time) yaitu
0.
3. Periode berikutnya kebutuhan akan trafo gulung TER 2N adalah jumlah GR
dikalikan dengan jumlah item sesuai struktur produk yaitu 2 EA. Untuk nilai
PORt, PORel dan NR, karena pada level ini ukuran lotnya LFL makan
nilainya sama dengan nilai GR pada tiap periodenya. Berikut ini adalah tabel
hasil perhitungan MRP pada level 0 yaitu trafo gulung TER 2N.
Perhitungan perencanaan kebutuhan material dilanjutkan ke berikutnya
yang ada dibawahnya yaitu level 1 dengan material NUT ZNC HM M16 STL
(C0202916). Data perhitungannya bisa dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. MRP NUT ZNC
Part Number : C0202916 Lot Size : 500 Lead Time : 1
Part Name : NUT ZNC Level : 1 Quantity : 8
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
GR 320 400 384 448 448 448 416 416 384 352 336 448
SR 500 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BI 64 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
NR -244 156 40 -12 436 384 300 216 100 -48 288 236
PORt 0 500 500 0 500 500 500 500 500 0 500 500
PEI 244 344 460 12 64 116 200 284 400 48 212 264
PORel 500 500 0 500 500 500 500 500 0 500 500 0
18
Berikut ini adalah cara perhitungan perencanaan kebutuhan pada level
material NUT ZNC HM M16 STL (C0202916) :
1. Periode 1, Januari 2011.
· Kebutuhan kotor (GR) = 40 x 8 = 320 EA
· Status persediaan (BI) = 64 EA
· Rencana pemesanan akan diterima (SR) = 500 EA
· Kebutuhan bersih (NR) = GR– SR– BI = 320 – 500 – 64 = –244 Pcs
· Rencana pemesanan (PORt/PORec) yang diterima adalah 0 EA, karena
pada periode ini masih tersedia persediaan sebesar 244 EA
· Rencana inventori akhir (PEI) = PORt – NR = 0 – 244 = 244
· Rencana pemesanan di lepas (PORel) belum dilakukan karena Januari
2011 karena masih tersedia persediaan sebesar 244 EA.
2. Periode 2, 1 Februari 2011.
· Kebutuhan kotor (GR) = 50 x 8 = 400 EA
· Status persediaan (BI) = 0 EA
· Rencana pemesanan akan diterima (SR) = 0
· Kebutuhan bersih (NR) = GR– SR– BI = 400 –0 – 244 = 156 EA
· Rencana pemesanan (PORt/PORec) yang diterima adalah sebanyak 500
EA, karena disesuaikan dengan ukuran lotnya yaitu 500.
· Rencana inventori akhir (PEI) = PORt – NR = 500 – 156 = 344 EA
· Rencana pemesanan di lepas (PORel) harus dilakukan pada periode 1,
Januari 2011 karena disesuaikan dengan waktu ancang (lead time) yaitu 1
bulan.
3. Periode berikutnya kebutuhan akan NUT ZNC HM M16 STL (C0202916)
adalah jumlah GR dikalikan dengan jumlah item sesuai struktur produk yaitu
8 EA. Jika nilai NRnya positif, berarti material tersebut sedang dibutuhkan,
oleh sebab itu harus segera dilakukan pemesanan sesuai jumlah lot size atau
kelipatanya. Sedangkan pemesanannya harus dilakukan satu bulan
sebelumnya, disesuaikan dengan lead time.
19
Rangkuman pemesanan bahan baku yang dilakukan kepada
vendor/supplier bisa dilihat tada tabel berikut ini.
Tabel 8. Rangkuman Pemesanan Material Trafo Gulung TER 2N
Rangkuman rencana inventori akhir / Planned Ending Inventory (PEI) bisa
dilihat tada tabel berikut ini.
Tabel L.17 Rangkuman PEI Material Trafo Gulung TER 2N
Langkah berikutnya adalah mengetahui biaya pesan dan biaya simpan
masing-masing material selama satu tahun (12 bulan). Hasil perhitungan biaya
pesan material dapat dilihat pada tabel berikut ini.
20
Tabel 10. Biaya Pesan Material Trafo Gulung TER 2N
MATERIAL Biaya pesan Jumlah
Pesan
TOTAL
(Rp) (Rp)
NUT ZNC 14,500 9 130,500
RING ZNC 14,500 5 72,500
TIRANT M16 16,000 10 160,000
PLATEAU COL 1M 56,200 10 562,000
PLATEAU COL 1B 56,200 10 562,000
RC 3.80 x 1.70 51,741 11 569,151
CERCLAGES 48,340 11 531,740
STORE TER2N 33,301 10 333,010
CTC 5.55 x 1.60 51,741 12 620,892
CYLINDER H=512 26,500 9 238,500
Berikut adalah contoh perhitungan biaya pesan untuk material NUT ZNC
pada pembuatan trafo gulung TER 2N.
Diketahui : Biaya per pesan = Rp 14,500
Jumlah pesan = 9 (sembilan)
Total biaya pesan material NUT ZNC per tahun = 14,500 x 9 = Rp 130,500
Untuk biaya simpan bisa diketahui dengan menjumlahkan PEI masing-
masing periode, setelah itu dikalikan dengan biaya simpan per material. Hasil
perhitungan biaya simpan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 11. Biaya Simpan Material Trafo Gulung TER 2N
MATERIAL TOTAL
PEI
Biaya Simpan TOTAL/Tahun
(Rp) (Rp)
NUT ZNC 2,648 557 1,474,936
RING ZNC 4,792 218 1,044,656
TIRANT M16 736 9,000 6,624,000
PLATEAU COL 1M 84 674,400 56,649,600
PLATEAU COL 1B 76 684,400 52,014,400
RC 3.80 x 1.70 4,116 20,192 83,110,272
CERCLAGES 2,184 32,370 70,696,080
STORE TER2N 992 39,024 38,711,808
CTC 5.55 x 1.60 4,207 17,514 73,681,398
CYLINDER H=512 270 79,335 21,420,450
21
Berikut adalah contoh perhitungan biaya pesan untuk material NUT ZNC
pada pembuatan trafo gulung TER 2N.
Diketahui : Biaya simpan = Rp 557
Jumlah inventori (PEI) = (244 + 344 + 460 + 12 + 64 + 116 + 200
+ 284 + 400 + 48 + 212 + 264)
= 2,648 EA
Total biaya simpan material NUT ZNC per tahun = 557 x 2,648 = Rp 1,474,936
Langkah berikutnya adalah melakukan perhitungan terhadap efisiensi
pemesanan bahan baku berdasar perhitungan manual dengan kondisi aktual yang
ada di pabrikasi. Hasil perhitungannya bisa dilihat pada tabel – tabel berikut ini.
Tabel 12. Efisiensi MRP Manual
No MATERIAL Demand Supply Supply
Demand
Effisiensi
(x 100%)
1 BOBINE 608 600 0.987 98.7 %
2 NUT ZNC 4800 4500 0.938 93.8 %
3 RING ZNC 4800 4000 0.833 83.3 %
4 TIRANT M16 2400 1932 0.805 80.5 %
5 PLATEAU COL 1M 600 490 0.817 81.7 %
6 PLATEAU COL 1B 600 500 0.833 83.3 %
7 RC 3.80 x 1.70 73800 67035 0.908 90.8 %
8 CERCLAGES 16800 14784 0.880 88.0 %
9 STORE TER2N 9600 7936 0.827 82.7 %
10 CTC 5.55 x 1.60 57600 51304 0.891 89.1 %
11 CYLINDER H=512 600 420 0.700 70.0 %
TOTAL 9.418 85.6 %
RATA-RATA = (TOTAL / 11) 0.856
22
Tabel 13. Efisiensi MRP Aktual
No MATERIAL Demand Supply Supply Effisiensi
Demand (x 100%)
1 BOBINE 608 600 0.987 98.7 %
2 NUT ZNC 4800 4800 1.000 100.0 %
3 RING ZNC 4800 4800 1.000 100.0 %
4 TIRANT M16 2400 2400 1.000 100.0 %
5 PLATEAU COL 1M 600 492 0.820 82.0 %
6 PLATEAU COL 1B 600 496 0.827 82.7 %
7 RC 3.80 x 1.70 73800 67,700.00 0.917 91.7 %
8 CERCLAGES 16800 12,768.00 0.760 76.0 %
9 STORE TER2N 9600 6,336.00 0.660 66.0 %
10 CTC 5.55 x 1.60 57600 47,880.00 0.831 83.1 %
11 CYLINDER H=512 600 248 0.413 41.3 %
TOTAL 9.215 83.8 %
RATA-RATA = (TOTAL / 11) 0.838
Tabel 14. Efisiensi PEI Manual
No MATERIAL Demand PEI PEI
Demand
1 NUT ZNC 4800 264 0.059
2 RING ZNC 4800 576 0.144
3 TIRANT M16 2400 16 0.008
4 PLATEAU COL 1M 600 2 0.004
5 PLATEAU COL 1B 600 8 0.016
6 RC 3.80 x 1.70 73800 261 0.004
7 CERCLAGES 16800 0 0.000
8 STORE TER2N 9600 0 0.000
9 CTC 5.55 x 1.60 57600 347 0.007
10 CYLINDER H=512 600 0 0.000
TOTAL 0.242
RATA-RATA = (TOTAL/10) 0.024
EFISIENSI = (1 - RATA-RATA) x 100% 97.6 %
23
Tabel 15. Efisiensi PEI Aktual
No MATERIAL Demand PEI PEI
Demand
1 NUT ZNC 4800 4,173 0.927
2 RING ZNC 4800 2,179 0.545
3 TIRANT M16 2400 0 0.000
4 PLATEAU COL 1M 600 4 0.008
5 PLATEAU COL 1B 600 4 0.008
6 RC 3.80 x 1.70 73800 885 0.013
7 CERCLAGES 16800 0 0.000
8 STORE TER2N 9600 64 0.008
9 CTC 5.55 x 1.60 57600 256 0.005
10 CYLINDER H=512 600 8 0.019
TOTAL 1.534
RATA-RATA = (TOTAL/10) 0.153
EFISIENSI = (1 - RATA-RATA) x 100% 84.6 %
KESIMPULAN
Urutan proses produksi trafo gulung TER 2N yang terjadi yaitu mulai dari
bahan baku, proses lilitan tegangan rendah, proses metalisasi, proses lilitan
tegangan tinggi, proses isolasi, dan proses penyelesaian akhir
Rencana pemesanan bahan baku utama selama satu tahun (12 bulan) yaitu
: NUT ZNC sebanyak 4,500 EA per tahun, RING ZNC yaitu sebanyak 4,000 EA
per tahun, TIRANT M16 yaitu sebanyak 1,932 EA per tahun, PLATEAU COL
1M yaitu sebanyak 490 EA per tahun, PLATEAU COL 1B yaitu sebanyak 500
EA per tahun, RC 3.80 x 1.7 mm yaitu sebanyak 67,035 KG per tahun,
CERCLAGES yaitu sebanyak 14,784 EA per tahun, STORE TER 2N yaitu
sebanyak 7,936 EA per tahun, CTC 5.55 x 1.60 yaitu sebanyak 51,304 KG per
tahun, dan CYLINDER H 512 mm yaitu sebanyak 420 EA per tahun.
Total biaya pemesanan bahan baku utama selama satu tahun (12 bulan)
yaitu : NUT ZNC yaitu sebesar Rp 130,500, RING ZNC yaitu sebesar Rp 72,500,
TIRANT M16 yaitu sebesar Rp 160,000, PLATEAU COL 1M yaitu sebesar Rp
562,000, PLATEAU COL 1B yaitu sebesar Rp 562,000, RC 3.80 x 1.70 yaitu
sebesar Rp 569,151, CERCLAGES yaitu sebesar Rp 531,740, STORE TER2N
24
yaitu sebesar Rp 333,010, CTC 5.55 x 1.60 yaitu sebesar Rp 620,892, dan
CYLINDER H 512 mm yaitu sebesar Rp 238,500.
Total biaya penyimpanan bahan baku utama kelas bawah dengan
persentase 10 % selama 12 bulan yaitu : NUT ZNC sebesar Rp 1,474,936, RING
ZNC sebesar Rp 1,044,656, dan TIRANT M16 sebesar Rp 6,624,.
Total biaya penyimpanan bahan baku utama kelas menengah dengan
persentase 20 % selama 12 bulan yaitu : PLATEAU COL 1M sebesar Rp
56,649,600, PLATEAU COL 1B sebesar Rp 52,014,400, CERCLAGES yaitu
sebesar Rp 70,696,080, STORE TER2N yaitu sebesar Rp 38,711,808, dan
CYLINDER H 512 mm sebesar Rp 21,420,450.
Sedangkan total biaya penyimpanan bahan baku kelas atas dengan
persentase 25 % selama 12 bulan yaitu : RC 3.80 x 1.70 sebesar Rp 83,110,272,
dan CTC 5.55 x 1.60 sebesar Rp 73,681,398,.
Efisiensi berdasarkan perhitungan manual adalah 85.6 % lebih bagus
karena nilai efisiensi aktual yang ada yaitu 83.6 %. Sedangkan nilai efisiensi PEI
berdasarkan perhitungan manual yaitu 97.6 % lebih bagus dari efisiensi PEI aktual
yang ada yaitu 84.6 %.
SARAN
Perhitungan dengan cara manual dimaksudkan agar mengetahui dasar-
dasar perhitungan berbagai software (perangkat lunak) yang banyak beredar di
pasaran. Untuk membandingkan hasil perhitungan dan mempercepat pengolahan
data, sebaiknya menggunakan software seperti MFG PRO, SAP dan lain-lain.
Perencanaan pemesanan bahan baku harus dihitung secara optimal karena lead
time sangat lama berkisar satu sampai dua bulan, yang bisa menimbulkan proses
produksi berhenti.
Kesalahan dalam proses produksi harus diminimasi dan proses
penanganan material harus optimal untuk menghindari kerusakan pada bahan
baku karena tidak disediakan bahan baku pengaman (safety stock). Biaya simpan
yang terjadi sangat tinggi, untuk meminimasi biaya simpan sebaiknya presentase
holding cost (I) pada bahan baku utama diperkecil terutama pada bahan baku
25
PLATEAU COL 1M, PLATEAU COL 1B, CERCLAGES, CTC 5.55 x 1.60,
dan RC 3.80 x 1.70.
DAFTAR PUSTAKA
Baroto, Teguh, 2002. Perencanaan dan pengendalian Produksi, Ghalia
Indonesia. Jakarta.
Bedworth, David D., dan Bailey, James E., 1987. Integrated Production Control
Systems : Management, Analysis, and Design, 2nd
Edition, John Wiley &
Sons.
Gaspersz, Vincent, 1998. Production Planning and Inventory Control, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ginting, Rosnani, 2007. Sistem Produksi, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Kusuma, Hendra, 1999. Manajemen Produksi Perencanaan dan Pengendalian
Produksi, Andi, Yogyakarta,
PT. Unelec Indonesia, Jl. Swadaya PLN, Klender, Jakarta, 2010.
top related