perancangan alat bantu untuk menurunkan waktu …
Post on 16-Oct-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK
MENURUNKAN WAKTU SUB ASSY SETTING
WELDING EXTENTION CHASSIS PADA PRODUK
FUEL TRUCK MENGGUNAKAN METODE QFD
Oleh
Romadhoni Febryantoro
NIM : 004201505015
Diajukan ke Fakultas Teknik President University untuk
memenuhi persyaratan akademik mencapai gelar Sarjana Teknik
pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri
2019
ii
REKOMENDASI PEMBIMBING AKADEMIK
Skripsi berjudul “Perancangan Alat Bantu Untuk Menurunkan
Waktu Sub Assy Setting Welding Extention Chassis Pada Produk
Fuel Truck Menggunakan Metode QFD” yang disusun dan diajukan
oleh Romadhoni Febryantoro sebagai salah-satu persyaratan untuk
mendapatkan gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Teknik telah
ditinjau dan dianggap memenuhi persyaratan sebuah skripsi. Oleh
karena itu, Saya merekomendasikan skripsi ini untuk maju sidang.
Cikarang, Indonesia, 14 Januari 2019
Ir. Adi Saptari. M.Sc Ph.D
iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyakan bahwa skripsi yang berjudul “Perancangan Alat
Bantu Untuk Menurunkan Waktu Sub Assy Setting Welding
Extention Chassis Pada Produk Fuel Truck Menggunakan Metode
QFD” adalah hasil pengetahuan terbaik saya dan belum pernah
diajukan ke Universitas lain maupun diterbitkan baik sebagian
maupun keseluruhan.
Cikarang, Indonesia, 14 Januari 2019
Romadhoni Febryantoro
iv
LEMBAR PENGESAHAN
PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK
MENURUNKAN WAKTU SUB ASSY SETTING
WELDING EXTENTION CHASSIS PADA PRODUK
FUEL TRUCK MENGUNAKAN METODE QFD
Oleh
Romadhoni Febryantoro
NIM : 004201505015
Disetujui Oleh :
a
Ir. Andira Taslim, MT
Kepala Program Studi Teknik Industri
v
ABSTRAK
PT. UTPE merupakan perusahaan manufaktur alat berat untuk memenuhi
permintaan bisnis pertambangan batu bara. Dalam menunjang operasinya, produk
yang diminati adalah Fuel Truck yang memiliki demand produksi paling tinggi
mencapai 35 unit pada tahun 2018. Produk Fuel Truck mengalami permasalahan
tingginya waktu sub assy. Penelitian dilakukan dengan pengambilan waktu aktual.
Penyimpangan tertinggi terjadi pada sub assy setting welding extention chassis
dengan perbandingan waktu standard 480 menit dan waktu aktual 600 menit.
Analisis permasalahan dilakukan menggunakan Process Activity Mapping.
Identifikasi waste waktu assy paling banyak terjadi pada aktivitas NVA yaitu 18
aktivitas. Untuk mengurangi waste maka diperlukan alat bantu. Perancangan alat
bantu dilakukan dengan metode QFD. Berdasarkan hasil HOQ 1 terbentuklah
matrik perencanaan design jig yang pembuatannya dilakukan di internal
perusahaan. Kemudian trial alat bantu dan pengambilan waktu aktual dilakukan.
Analisa perbaikan dilanjutkan dengan pembuatan PAM. Hasil ringkasan PAM,
aktivitas NVA berkurang menjadi 0 aktivitas. Analisa terakhir, dilakukan dengan
membandingkan waktu aktual sebelum dan sesudah perbaikan dalam proses sub
assy setting welding extention chassis. Hasil yang didapat bahwa terjadi
penurunan waktu dari 600 menit menjadi 372,20 menit. Selisih waktu tersebut
adalah 227,80 menit atau dengan persentase penurunan waktu aktual 23%.
Kata Kunci : perancangan alat bantu, waste, Process Activity Mapping, QFD,
HOQ, Fuel Truck
vi
ABSTRACT
PT. UTPE is a heavy equipment manufacturing company to meet the demand for
the coal mining business. In supporting its operations, the products that are in
demand are Fuel Trucks that have the highest production demand reaching 35
units in 2018. Fuel Truck products have high time sub-assy problems. The study
was conducted by taking actual time. The highest deviation occurred in the sub
setting welding extension chassis with a standard comparison time of 480 minutes
and the actual time of 600 minutes. Problem analysis is done using Process
Activity Mapping. The most important identification of waste time assy occurs in
NVA activities, which are 18 activities. To reduce waste, a tool is needed. The
design of the tool is done by the QFD method. Based on the results of HOQ 1, a
jig design planning matrix was formed in which the manufacturing was carried
out internally. Then trial the tool and take the actual time. Repair analysis is
continued with the making of PAM. The results of the PAM summary, NVA
activity was reduced to 0 activities. The final analysis, carried out by comparing
the actual time before and after repairs in the sub assy setting welding extension
process chassis. The results obtained were a decrease in time from 600 minutes to
372.20 minutes. The difference in time is 227.80 minutes or the percentage of
actual time reduction is 23%.
Keywords: designing tools, waste, Process Activity Mapping, QFD, HOQ, Fuel
Truck
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Azza wa Jalla atas segala rahmat, karunia dan
hidayah-NYA, Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil intership
dengan baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
mata kuliah dan merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik industri
di Fakultas Teknik President University. Program internship ini bermanfaat bagi
mahasiswa untuk mengetahui langsung kondisi di lapangan tentang dunia kerja,
agar dapat meningkatkan keterampilan dan keahlian praktek kerja. Dalam
penulisan laporan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih atas bantuan
semua pihak, sehingga laporan ini dapat disusun. Dengan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Alloh Azza wa Jalla yang selalu memberikan limpahan karunia,
rahmat dan hidayah-Nya. Yang jika seorang seorang hamba
menghitung nikmat-nikmatNya maka mustahil untuk bisa
menghitungnya.
2. Ibu Sulistiyani, Bapak Sodik (Ayah Tiri) & Bapak Widodo (Ayah
Kandung) selaku Orang Tua saya yang selalu memberikan do’a yang
terbaik serta dukungannya. Jazaakumullohu Khoiron. Semoga Alloh
senantiasa memberikan hidayah & umur yang panjang dalam kebaikan
kepada beliau.
3. Bapak Ir. Adi Saptari. M.Sc Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan dalam
menyelesaikan tugas akhir ini. Jazaakallohu khoiron atas bimbingan
yang diberikan.
4. Ibu Ir. Andira Taslim, MT selaku Kaprodi Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Industri yang selalu membimbing & memotivasi kami.
Jazaakillahu khoiron. Semoga Alloh menjaga Ibu dalam kebaikan.
5. Bapak Mohammad Alfin Karim selaku pembimbing lapangan dalam
memberikan arahan, saran mengenai kegiatan dalam perusahaan.
Jazaakallohu khoiron atas bimbingan yang diberikan.
viii
6. Rekan-rekan kerja saya di PT. United Tractors Pandu Engineering
yang telah memberikan saran, kritikan & lain sebagainya yang bersifat
membangun. Jazaakumullohu khoiron untuk kalian.
7. Teman-teman Jurusan Industrial Engineering khusunya batch 2015
yang saling memberikan motivasi. Semoga Alloh mudahkan langkah
kita.
8. Semua pihak yang penulis tidak bisa sebut satu per satu yang sudah
memberikan semangat & motivasi. Semoga Alloh memberikan
keberkahan kepada kalian semua.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kritik, pendapat dan saran yang membangun dari pembaca sangat
dinantikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya, Aamiin.
Cikarang, 14 Januari 2019
Romadhoni Febryantoro
ix
DAFTAR ISI
REKOMENDASI PEMBIMBING AKADEMIK ................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
ABSTRACT ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xix
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
2.1. Latar Belakang....................................................................................... 1
2.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
2.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
2.4. Batasan Masalah .................................................................................... 3
2.5. Asumsi Penelitian .................................................................................. 3
2.6. Benefit Penelitian ................................................................................... 4
2.7. Sistematika Penelitian ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6
2.1. Time Study ............................................................................................. 6
2.1.1. Waktu Standard .............................................................................. 6
2.1.2. Waktu Aktual ................................................................................. 7
x
2.1.3. Metode Kecukupan Data ................................................................. 7
2.2. Lean Manufacturing .............................................................................. 8
2.3. Value Stream Analysis Tools (Valsat) .................................................... 9
2.3.1. Process Acitvity Mapping ............................................................. 10
2.3.2. Supply Chain Response Matrix ..................................................... 12
2.3.3. Production Variety Funnel ............................................................ 13
2.3.4. Quality Filter Mapping ................................................................. 14
2.3.5. Demand Applification Mapping .................................................... 14
2.3.6. Decision Point Analysis ................................................................ 15
2.3.7. Physical Structure......................................................................... 16
2.4. Metode Quality Function Deployment (QFD) ...................................... 16
2.4.1 House of Quality (HOQ) untuk Product Planning Matrix ............. 18
2.4.1.1 Customer Requirement .............................................................. 18
2.4.1.2 Planning Matrix ........................................................................ 19
2.4.1.3 Technical / Design Requirement ................................................ 20
2.4.1.4 Technical Correlation Matrix .................................................... 20
2.4.1.5 Inter Relationship Matrix .......................................................... 21
2.4.1.6 Technical / Target Matrix .......................................................... 21
2.4.1.7 Menggambar House Of Quality (HOQ) ................................... 22
2.5. Software Pro-Engineer (Pro-E) ............................................................ 22
2.6. Jig & Fixture ....................................................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................... 24
3.1. Langkah-Langkah Penelitian ................................................................ 24
3.1.1. Observasi Awal ............................................................................ 25
3.1.2. Identifikasi & Perumusan Masalah................................................ 25
3.1.3. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 25
xi
3.1.4. Pengumpulan & Analisis Data ...................................................... 26
3.1.5. Kesimpulan & Saran ..................................................................... 28
3.2. Kerangka Penelitian ............................................................................. 28
BAB IV PENGUMPULAN & ANALISIS DATA ............................................ 31
4.1. Pengumpulan Data Awal ..................................................................... 31
4.1.1. Profil Singkat Perusahaan ............................................................. 31
4.1.2. Objek Penelitian ........................................................................... 32
4.1.3. Penjelasan Produk Small Supporting Equipment (Suppeq) ............ 33
4.1.4. Demand Produksi Unit Produk Small Supporting Equipment
(Suppeq) ..........................................................................................................34
4.1.5. Penjelasan Produk Fuel Truck 20KL ............................................. 35
4.1.6. Penjelasan Sub Assy Prepare Unit................................................. 36
4.1.7. Proses Setting Welding Extention Chassis ..................................... 37
4.2. Pengumpulan & Analisis Data Waktu Kerja......................................... 39
4.2.1. Penghitungan Waktu & Komparasi ............................................... 39
4.3. Pembuatan Process Activity Mapping .................................................. 42
4.3.1 Rangkaian Proses Mengangkat Ext. Chassis ke End Chassis ......... 49
4.3.2 Rangkaian Proses Menyambung Ext Chassis ke End Chassis ........ 50
4.4. Perancangan Alat Bantu dengan (Quality Function Deployment) QFD . 51
4.4.1. House Of Quality (HOQ) Untuk Product Planning Matrix ............ 51
4.4.1.1 Customer Requirement .............................................................. 51
4.4.1.1.1 Penyebaran Kuesioner Untuk Identifikasi Customer Need ... 51
4.4.1.1.2 Identifikasi Customer Need ................................................. 52
4.4.1.2 Planning Matrix ........................................................................ 53
4.4.1.2.1 Penyebaran Kuesioner Tingkat Kepentingan (Importance to
Customer) ...............................................................................................53
xii
4.4.1.2.2 Hasil Kuesioner Tingkat Kepentingan Berdasarkan
Importance to Customer....................................................................... 54
4.4.1.2.3 Penyebaran Kuesioner Penilaian Kepuasan Pelanggan
(Customer Satisfaction Performance) ................................................ 56
4.4.1.2.4 Hasil Kuesioner Tingkat Kepentingan Berdasarkan Customer
Satisfaction Performance ..................................................................... 56
4.4.1.3 Technical / Design Requirement ................................................ 59
4.4.1.4 Technical Correlation Matrix .................................................... 61
4.4.1.5 Inter Relationship Matrix .......................................................... 63
4.4.1.6 Technical / Target Matrix .......................................................... 63
4.4.1.6.1 Competitive Benchmarking ................................................. 63
4.4.1.6.2 Prioritized Requirement ...................................................... 64
4.4.1.6.3 Menentukan Technical Target ............................................. 65
4.4.2. Diagram House of Quality (HOQ) Tahap 1 ................................... 67
4.5. Design Alat Bantu dengan Software Pro-Engieer. ................................ 67
4.5.1. Design Jig Proses Mengangkat Extention Chassis ke End Chassis 68
4.5.2. Design Jig Proses Menyambung Extention Chassis ke End
Chassis............................................................................................................69
4.5.3. Simulasi Penggunaan Jig Baru ...................................................... 69
4.6. Pembuatan Alat Bantu ......................................................................... 71
4.7. Trial Alat Bantu & Pengambilan Waktu Aktual Setelah Perbaikan ...... 71
4.8. Process Activity Mapping untuk Setting Welding Extention chassis
Setelah Perbaikan ........................................................................................... 73
4.8.1. Summary Hasil Process Activity Mapping Setelah Improvement ... 75
4.9. Perbandingan Waktu Perbaikan Setting Welding Extention Chassis
Sebelum dan Sesudah ..................................................................................... 76
BAB V SIMPULAN & SARAN ....................................................................... 77
xiii
5.1. Simpulan ............................................................................................. 77
5.2. Saran ................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 79
LAMPIRAN ...................................................................................................... 81
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Contoh Supply Chain Response Matrix (Sumber : Hines & Rich,
1997) ................................................................................................................. 13
Gambar 2. 2 Production Variety Funnel Untuk Pengecoran logam (Sumber :
Girish, dkk, 2013) .............................................................................................. 13
Gambar 2. 3 Contoh Quality Filter Mapping diadpsi dari www.bizbodz.com ..... 14
Gambar 2. 4 Contoh Demand Applification Mapping dalam Produk Makanan
(Sumber : Hines & Rich, 1997) .......................................................................... 15
Gambar 2. 5 Contoh Decision Point Analysis dalam sistem informasi times series
data data mining (Sumber : Froschl,dkk, 2014) .................................................. 15
Gambar 2. 6 Contoh Physical Structure dalam Industri Otomotif (Sumber : Hines
& Rich, 1997) .................................................................................................... 16
Gambar 2. 7 Empat Fase dalam Metode QFD (Sumber Kumar, dkk, hal. 831,
2006) ................................................................................................................. 17
Gambar 2. 8 House of Quality Tahap 1 (Sumber : Tapke, dkk, 2012) ................. 18
Gambar 3. 1 Metodologi Penelitian .................................................................... 24
Gambar 3. 2 Diagram Kerangka Penelitian Untuk Pengumpulan & Analisis Data
.......................................................................................................................... 28
Gambar 3. 3 Diagram Kerangka Penelitian (Lanjutan) ....................................... 29
Gambar 3. 4 Diagram Kerangka Penelitian (Lanjutan) ....................................... 30
Gambar 4. 1 Product Sector Bisnis di PT. UTPE (Sumber : Data Perusahaan
2018) ................................................................................................................. 32
Gambar 4. 2 Objek Penelitian ............................................................................ 33
Gambar 4. 3 Detail Area Penelitian di PT. UTPE (Sumber : Data Perusahaan
2018) ................................................................................................................. 33
Gambar 4. 4 Group Product Small Supporting Equipment (Suppeq)................... 34
Gambar 4. 5 Gambar Unit Fuel Truck (Sumber : Data Perusahaan, 2018) .......... 36
Gambar 4. 6 Proses Pekerjaan Sub Assy Prepare Unit (Sumber : Data
Perusahaan, 2018) .............................................................................................. 37
xv
Gambar 4. 7 Unit chassis dari truk yang ada (Sumber : Data Perusahaan, 2018) . 37
Gambar 4. 8 Penambahan Extention Chassis (Sumber : Data Perusahaan, 2018) 37
Gambar 4. 9 Diagram Persentase Selisih Waktu Standard vs Waktu Aktual ....... 41
Gambar 4. 10 Flow Diagram Proses Setting Welding Extention Chassis ............ 45
Gambar 4. 11 Rangkaian Beberapa Proses Mengangkat Ext. Chassis ke End
Chassis .............................................................................................................. 49
Gambar 4. 12 Rangkaian Beberapa Proses Menyambung Ex.t Chassis ke End
Chassis .............................................................................................................. 50
Gambar 4. 13 Drawing Jig Bracket Holder Extention Chassis............................ 68
Gambar 4. 14 Gambar 3D Jig Bracket Holder Ext Chassis ................................. 68
Gambar 4. 15 Drawing Jig Bracket Stopper Extention Chassis .......................... 69
Gambar 4. 16 Gambar 3D Jig Bracket Stopper Ext Chassis ................................ 69
Gambar 4. 17 Detail Gambar 3D Untuk Penggunaan Jig Baru ........................... 70
Gambar 4. 18 Drawing Assy Penggunaan Jig Baru ............................................. 70
Gambar 4. 19 Memo Internal Pengerjaan Jig ke Jig & Fixture Section ............... 71
Gambar 4. 20 Penggunaan Jig Baru untuk Proses Setting Welding Extention
Chassis .............................................................................................................. 72
Gambar 4. 21 Diagram Perbandingan Waktu Sebelum dan Sesudah Perbaikan .. 76
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Jumlah Minimal Pengambilan Sampel Data Penelitian ( Sumber :
Freivalds, dkk, 1999) .......................................................................................... 7
Tabel 2. 2 Jumlah Minimal Pengambilan Sampel Data Penelitian ( Sumber :
Freivalds, dkk, 1999) (Lanjutan) ......................................................................... 8
Tabel 2. 3 Tabel Value Steam Analysis Tools (Valsat) (Sumber : Hines & Rich,
1997) ................................................................................................................. 10
Tabel 2. 4 Contoh Process Activity Mapping dalam Industri Truk (Sumber :
Prabowo dan Aisyati, 2012) ............................................................................... 12
Tabel 2. 5 Simbol Metrik Korelasi ..................................................................... 21
Tabel 2. 6 Simbol Metrik Relasi ......................................................................... 21
Tabel 4. 1 Demand Produksi Unit Small Suppeq Tahun 2018 (Sumber : Data
Perusahaan, 2018) .............................................................................................. 35
Tabel 4. 2 Tools yang digunakan pada Sub Assy Prepare Unit............................ 38
Tabel 4. 3 Pengambilan Waktu Aktual All Sub Assy Unit Fuel Truck 20KL ....... 39
Tabel 4. 4 Perbandingan Waktu Standard Dengan Aktual Proses Assembling Fuel
Truck 20KL ....................................................................................................... 40
Tabel 4. 5 Pengambilan Waktu Aktual Terhadap Sub Assy Prepare Unit ........... 40
Tabel 4. 6 Perbandingan Waktu Standard dengan Waktu Aktul Proses Sub Assy
Prepare Unit ...................................................................................................... 41
Tabel 4. 7 Process Activivity Mapping Setting Welding Extention Chassis
Sebelum Perbaikan ............................................................................................ 44
Tabel 4. 8 Summary Aktivitas Kerja Setting Welding Extention Chassis ............. 46
Tabel 4. 9 NNVA, NVA, VA Untuk Masing-Masing Akivitas Kerja Setting
Welding Extention Chassis ................................................................................. 46
Tabel 4. 10 Ranking Aktivitas NVA dan NNVA Proses Setting Welding Extention
Chassis Berdasarkan Waktu ............................................................................... 46
Tabel 4. 11 Ranking Aktivitas NVA dan NNVA Proses Setting Welding Extention
Chassis Berdasarkan Waktu (Lanjutan) ............................................................. 47
xvii
Tabel 4. 12 Ranking Aktivitas NVA dan NNVA Proses Setting Welding Extention
Chassis Berdasarkan Waktu (Lanjutan) ............................................................. 48
Tabel 4. 13 Ringkasan Kategori Aktivitas Waste ................................................ 48
Tabel 4. 14 Jumlah Operator Produk Small Supporting Equipment (Suppeq) ...... 51
Tabel 4. 15 Customer Need Proses Mengangkat Extention Chassis ke End Chassis
.......................................................................................................................... 53
Tabel 4. 16 Customer Need Proses Menyambung Extention Chassis ke End
Chassis .............................................................................................................. 53
Tabel 4. 17 Customer Need Proses Mengangkat Extention Chassis ke End Chassis
Berdasarkan Tingkat Kepentingan ..................................................................... 54
Tabel 4. 18 Customer Need Proses Menyambung Extention Chassis ke End
Chassis Berdasarkan Tingkat Kepentingan......................................................... 55
Tabel 4. 19 Hasil Kuesioner Tingkat Kepentingan Pembanding Proses
Mengangkat Extention Chassis ke End Chassis .................................................. 56
Tabel 4. 20 Hasil Kuesioner Tingkat Kepentingan Pembanding Proses
Menyambung Extention Chassis ke End Chassis................................................ 57
Tabel 4. 21 Score Tingkat Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction
Performance) Proses Mengangkat Extention Chassis ke End Chassis ................ 58
Tabel 4. 22 Score Tingkat Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction
Performance) Proses Menyambung Extention Chassis ke End Chassis .............. 58
Tabel 4. 23 Score Tingkat Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction
Performance) Proses Menyambung Extention Chassis ke End Chassis (Lanjutan)
.......................................................................................................................... 59
Tabel 4. 24 Respon Teknis untuk Proses Mengangkat Extention Chassis ke End
Chassis .............................................................................................................. 59
Tabel 4. 25 Respon Teknis untuk Proses Mengangkat Extention Chassis ke End
Chassis (Lanjutan) ............................................................................................. 60
Tabel 4. 26 Respon Teknis untuk Proses Menyambung Extention Chassis ke End
Chassis .............................................................................................................. 60
Tabel 4. 27 Respon Teknis untuk Proses Menyambung Extention Chassis ke End
Chassis (Lanjutan) ............................................................................................. 61
Tabel 4. 28 Simbol Metrik Korelasi ................................................................... 61
xviii
Tabel 4. 29 Metrik Korelasi Proses Mengangkat Extention Chassis ke End
Chassis .............................................................................................................. 62
Tabel 4. 30 Metrik Korelasi Proses Menyambung Extention Chassis ke End
Chassis .............................................................................................................. 62
Tabel 4. 31 Simbol Metrik Relasi ....................................................................... 63
Tabel 4. 32 Technical Target Score untuk Alat Bantu Mengangkat Extention .... 66
Tabel 4. 33 Technical Target Score untuk Alat Bantu Menyambung Extention
Chassis ke End Chassis ...................................................................................... 66
Tabel 4. 34 Technical Target Score untuk Alat Bantu Menyambung Extention
Chassis ke End Chassis (Lanjutan) .................................................................... 67
Tabel 4. 35 Hasil Pengambilan Waktu Aktual Setelah Penggunaan Jig Baru ...... 72
Tabel 4. 36 Process Activity Mapping Setting Welding Extention Chassis Setelah
Perbaikan ........................................................................................................... 74
Tabel 4. 37 Jumlah Aktivitas Kerja Setting Welding Extention Chassis setelah
Improvement Berdasarkan Kategori Aktivitas. ................................................... 75
Tabel 4. 38 Jumlah Aktivitas Kerja Setting Welding Extention Chassis setelah
Improvement Berdasarkan Kategori Waste ........................................................ 75
Tabel 4. 39 Jumlah Waktu Aktivitas NNVA, NVA, VA Untuk Masing-Masing
Akivitas Kerja Setting Welding Extention Chassis Setelah Improvement ............ 75
Tabel 4. 40 Perbandingan Waktu Perbaikan Setting Welding Extention Chassis
Sebelum dan Sesudah ........................................................................................ 76
xix
DAFTAR LAMPIRAN
L- 1 Kuesioner Untuk Mendapatkan Data VoC .................................................. 81
L- 2 Kuesioner Importance to Customer ............................................................ 85
L- 3 Kuesioner Customer Satisfaction Performance .......................................... 89
L- 4 Metrik Relasi Proses Mengangkat Extention Chassis ke End Chassis ......... 93
L- 5 Metrik Relasi Proses Menyambung Extention Chassis ke End Chassis ....... 93
L- 6 Tabel Absolute Weight Proses Mengangkat Extention Chasis ke End Chassis
.......................................................................................................................... 94
L- 7 Tabel Absolute Weight Proses Menyambung Extention Chasis ke End
Chassis .............................................................................................................. 95
L- 8 Tabel Absolute Weight Proses Menyambung Extention Chasis ke End
Chassis (Lanjutan) ............................................................................................. 96
L- 9 House of Quality (HOQ) Tahap 1 Proses Mengangkat Extention Chassis ke
End Chassis ....................................................................................................... 97
L- 10 House of Quality (HOQ) Tahap 1 Proses Menyambung Extention Chassis
ke End Chassis................................................................................................... 98
xx
DAFTAR ISTILAH
Time Study : Suatu cara untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh
seorang operator untuk menyesaikan pekerjaan yang
spesifik pada tingkat pekerjaan normal dengan kondisi
lingkungan.
Waktu
standard
: Merupakan waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja
dengan skill atau kemampuan rata-rata demi
menyelesaikan. suatu pekerjaan. Aspek yang
dipertimbangkan dalam menentukan waktu stadard adalah
kelonggaran waktu kerja berdasarkan situasi maupun
kondisi di lapangan. Waktu standard dalam perusahaan
bisa menjadi acuan untuk merencanakan jumlah
manpower, penentuan kebijakan overtime time ataupun
penentuan lainnya.
Waktu aktual : Waktu rill / waktu sebenarnya yang diperlukan oleh
seorang operator dalam menyelesaiakan pekerjaannya.
Waktu aktual . bisa saja kurang atau melebihi waktu
standard yang telah ditetapkan. Di dalam pekerjaan, jika
waktu aktual dibawah waktu standard maka itu sangat
baik, begitu juga sebaliknya.
Lean
manufacturing
: Sebuah konsep bisnis ramping dalam sebuah perusahaan
baik produk maupun jasa. Dalam prakteknya lean
manufacturing memfokuskan pada identifikasi waste atau
pemborosan dalam setiap aliran proses dengan
memaksimalkan aktivitas yang bernilai tambah sehingga
berdampak pada kepuasan pelanggan.
Fuel Truck : Unit supporting dalam area off road pertambangan yang
mempunyai fungsi sebagai unit penyedia bahan bakar yang
akan mengisi tiap unit alat berat.
Process
Activity
Mapping
(PAM)
: Salah-satu 7 tools yang terdapat di dalam value stream
analysis tools (valsat) yang berfungsi untuk
mengidentifikasi aliran kerja. Berikut konten terdapat
dalam pembuatan PAM, antara lain: (1) penggunaan
mesin, (2) jarak, (3) detail waktu, (4) jumlah operator, (5)
jenis aktivitas (operasi, transportasi, inspeksi, storage &
delay) dan (6) penentuan jenis aktivitas (NVA, NNVA &
VA)
xxi
Waste : Segala sesuatu yang mengakibatkan pemborosan baik itu
di dalam proses produksi. Seperti yang di jelaskan Shigeo
Shingo bahwa terdapat 7 waste dalam proses produksi.
Extention
Chasssis
: Merupakan penambahan komponen berupa chassis
sambungan yang dilas pada end chassis unit. Ini perlukan
untuk memenuhi spesifikasi produk yang telah dsepakati
perusahaan dengan pelanggan.
Necessary but
Non Value
Added
(NNVA)
: aktivitas penting tidak bernilai tambah. NNVA adalah
aktivitas yang sulit dihindari untuk tidak dikerjakan.
Aktivitas yang tergolong NNVA adalah aktivitas penting
yang tidak memberikan nilai / value kepada pelanggaan
akhir maupun perusahaan. Namun terdapat beberapa
aktivitas yang menurut para ahli industri masuk kedalam
aktivitas NNVA tetapi diperlukan yaitu material handling
(transportasi) dan inspeksi.
Non Value
Added (NVA)
: Merupakan aktivitas tidak bernilai tambah . NVA adalah
segala sesutu yang tergolong waste / pemborosan yang
harus diminimalkan bahkan harus dihilangkan dalam
aktivitas produksi. Sebagai contoh motion waste seperti
aktivitas yang berupa gerakan yang tidak efektif, delay dari
proses produksi, dan lain-lain. NVA adalah aktivitas yang
tidak bisa menambah nilai / value kepada pelanggan akhir
maupun perusahaan. Contoh lain dari NVA adalah storage
(penyimpanan) dan segala aktivitas yang ditimbulkan oleh
7 waste atau pemborosan yang diperkenalkan oleh Shigeo
Shingo (1989).
Value Added
(VA)
: Merupakan aktivitas yang benar-benar efektif untuk
dikerjakan, namun perlu diperbaiki aktivitasnya secara
kontinue / berkelanjutan. Aktivitas Value added (VA)
mampu memberikan nilai tambah kepada perusahaan &
pelanggan.
Quality
Function
Deployment
(QFD)
: Metode pengembangan produk, jasa atau lainnya yang
melibatkan pelanggan di dalam pengembangan konsep
hingga implementasi menjadi barang ataupun jasa secara
rill.
House of
Quality
(HOQ)
: Merupakan rangkaian metrik yang merupakan
penggabungan dari tahapan-tahapan pengembangan
produk, jasa atau lainnya. HOQ biasa disebut dengan
rumah kualitas. Di dalam fase QFD memiliki 4 fase HOQ,
antara lain : (1) product planning matrix disebut juga
HOQ 1, (2) Part deployment disebut juga HOQ 2, (3)
process planning matrix disebut juga HOQ 3, dan (4)
product control matrix disebut juga HOQ 4.
xxii
Product
Planning
Matrix
: Merupakan tahapan penerapan QFD pertama yang
digunakan untuk mengembangkan perencanaan produk.
Metrk ini sering disebut dengan HOQ 1.Pada tahap ini
dilakukan proses dari pengumpulan voice of customer
hingga pe nentuan secara teknis terkait design atau target
yang diberikan. Terdapat 6 tahapan di dalam Product
Planning Matrix antara lain : (1) customer requirement, (2)
planning matrix, (3) technical / design matrix, (4) technical
correlation matrix, (5) inter relationship matrix dan (6)
technical / target matrix.
Customer
Requirement
: Tahapan awal dimana ekspektasi pelanggan mulai
diidentifikasi. Customer Requirement tidak lepas dengan
yang namanya voice of customer. Untuk melakukan
identifikasi voice of customer maka perlu dilakukan survey,
penyebaran kuesioner atau menggunakan cara lain seperti
forum of discussion, dan lain-lain.
Planning
Matrix
: Merupakan tahapan dimana mengukur kebutuhan
pelanggan serta menetapkan performasi kepuasan dari
pelanggan. Ada banyak cara membuat planning matrix
seperti penyebaran kuesiopner untuk mengukur importnce
to customer, menghitung sales point, raw weight, daln lain-
lain.
Technical /
Design Matrix
: Merupakan respon teknis yang dihasilkan dari analisa
customer need berdasarkan translasi / penerjemahan
kebutuhan pelanggan (customer need) ke dalam bahasa
teknis.
Technical
Correlation
Matrix
: Metrik hubungan yang menjelaskan hubungan dari tingkat
kepentingan pelanggan (important to customer) untuk
pengembangan dari sebuah produk ataupun yang lainnya.
Di dalam pembuatan metrik korelasi terdapat 3 simbol
hubungan keterkaitan, antara lain : (1) tidak hubungan, (2)
hubungan kuat dan (3) hubungan sangat kuat.
Inter
Relationship
Matrix
: Adalah metrik yang menjadi penghubung (relation) antara
karakteristik teknis terhadap kebutuhan pelanggan
(customer need).
Technical /
Target Matrix
: Merupakan tahap terakhir HOQ 1 yang berisi informasi
terkait pembobotan dari hubungan spesifikasi respon teknis
yang dihitung melalui absolute weight. Terdapat 3 tahap
untuk tahap ini,antara lain : (1) competitive benchmarking,
(2) prioritized requirement dan (3) technical target.
1
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang
Pertambangan batu bara menjadi ladang bisnis yang menjanjikan setelah 2 tahun
terakhir mengalami penurunan harga yang cukup signifikan. Membaiknya
perdagangan batu bara berakibat pada permintaan unit-unit operasi pertambangan
batu bara semakin meningkat PT. UTPE yang merupakan perusahaan
manufacturing dan engineering alat berat di Indonesia menyediakan berbagai
jenis transportasi di berbagai sektor bisnis. Antara lain : sektor mining /
pertambangan, sektor minyak dan gas, sektor kehutanan dan perkebunan, sektor
konstruksi dan industrial, peralatan supporting hingga spare parts. Namun 60 %
sektor bisnis PT. UTPE memfokuskan pada sektor mining / pertambangan baik
unit yang terlibat langsung proses pertambangan maupun unit supporting. Produk-
produk yang diproduksi PT. UTPE adalah HD Vessel, Trailer, Fuel Truck, Tower
lamp, dan lain-lain. Berbagai tantangan terhadap tuntutan konsumen yang harus
segera direalisasikan demi menjawab ekpektasi customer. Dengan inovasi
maupun improvement secara berkelanjutan diharapakan bisa menjadi solusi untuk
meningkatan demand dari customer di era yang serba kompetitif ini.
Berdasarkan data perusahaan di tahun 2018 unit Fuel Truck mendapatkan demand
produksi 35 unit. Angka ini merupakan angka tertinggi dari semua produk yang
ada di Group Product Small Support Equipment (Suppeq). Dalam proses
manufaktur, banyak pekerjaan yang dilakukan secara manual & masih
memerlukan alat bantu. Salah-satunya dalam proses assembling unit Fuel Truck.
Fuel Truck adalah salah-satu unit supporting dalam area off road pertambangan
yang mempunyai fungsi sebagai unit penyedia bahan bakar yang akan mengisi
tiap unit alat berat.
Untuk melakukan proses perakitan Fuel Truck diperlukan 9 sub assy yang
dikerjakan dalam proses assembling, antara lain : (1) prepare tanki, (2) prepare
2
piping & housing, (3) prepare unit, (4) assy tanki & housing, (5) assy hydraulic
system, (6) assy electrical system, (7) test fungsi, (8) assy accessories , dan
terakhir adalah (9) final inspection. Berdasarkan komparasi data manhours
standard dan aktual. Dari 9 sub assy yang ada, proses Prepare Unit yang
memiliki penyimpangan tertinggi yaitu 2340 menit dengan persentase
penyimpangan 50,8 % dari total manhours. Manhours standard merupakan data
yang didapatkan dari Production Engineering Section. Setelah dilakukan studi
lapangan sub assy prepare unit, sub proses setting welding extention chassis
memiliki penyimpangan waktu aktual tertinggi yaitu 600 menit. Jika melihat
manhours standard maka seharusnya 420 menit adalah waktu pengerjaan sub
proses setting welding extention chassis.
Tingginya penyimpangan waktu aktual disebabkan masih banyak waste atau
pemborosan dengan kategori inappropriate processing diantaranya aktivitas-
aktivitas pekerjaan menggunakan peralatan manual yang kurang efektif. Sehingga
banyak aktivitas Non Value Added (NVA) maupun aktivitas Necessary but Non
Value Added (NNVA) dalam pengerjaan Fuel Truck.. Penyimpangan yang
berkelanjutan akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan dalam mengejar
revenue yang telah ditargetkan.
Bedasarkan uraian di atas peneliti perlu melakukan sebuah penelitian untuk
merancang alat bantu yang mampu meminimalisir aktivitas non value added.
Metode yang peneliti akan gunakan adalah metode Quality Function Deployment
(QFD). Dengan menggunakan metode QFD diharapkan bisa menampung
rancangan alat bantu yang mampu memuaskan pelanggan. Berdasarkan literatur
yang ada metode ini merupakan metode yang cukup populer digunakan di dalam
men-develop sebuah produk atau alat bantu bahkan juga bisa diaplikasikan untuk
lainnya seperti pemilihan supplier, dan lain-lain.
2.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan diatas maka permasalahan yang dihadapi dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana cara mengidentifikasi & meminimalisasi atau menghilangkan
aktivitas Non Value Added (NVA) maupun Necessary but Non Value
3
Added (NNVA) pada proses sub assembling setting welding extention
chassis Produk Fuel Truck.
Bagaimana merancang alat bantu yang dapat menurunkan waktu assy
pada proses setting welding extention chassis sehingga mampu memuaskan
pelanggan berdasarkan metode Quality Function Deployment (QFD).
2.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan terhadap penelitian ini adalah :
Mencari root cause / akar permasalahan akibat tingginya manhours aktual
dalam sub assembling setting welding extention chassis pada produk Fuel
Truck.
Mengidentifikasi aktivitas Non Value Added (NVA) maupun Necessary but
Non Value Added (NNVA) di dalam pengerjaan sub assembling setting
welding extention chassis pada produk Fuel Truck.
Membuat rancangan alat bantu serta membuat alat tersebut berdasarkan
tahapan Metode Quality Function Deployment (QFD) yang dapat
memuaskan.
Mengetahui benefit terhadap penurunan waktu assembly terhadap
implementasi rancangan alat bantu di line produksi.
2.4. Batasan Masalah
Penelitian dilakukan di PT. UTPE di line produksi untuk assembling unit
Fuel Truck. Dan pembahasan penelitian hanya memfokuskan pada penyimpangan
sub assembling tertinggi.
2.5. Asumsi Penelitian
Perancangan alat bantu dengan metode Quality Function Deployment
(QFD) hanya sampai tahap 1 yaitu diagram House of Quality (HOQ).
Perancangan alat bantu dikerjakan di dalam internal perusahaan.
4
2.6. Benefit Penelitian
Adapun benefit / keuntungan yang didapat oleh perusahaan terhadap penelitian ini
adalah :
Penurunan waktu aktual dibawah waktu standard untuk proses sub
assembling setting welding extention chassis.
Meningkatkan produktivitas kerja.
2.7. Sistematika Penelitian
Untuk memberikan gambaran tentang penyusunan tugas akhir skripsi ini, berikut
ini disajikan sistematikanya yang terdiri dari
BAB 1 Pendahuluan
Bab ini menguraikan secara singkat mengenai latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan asumsi
penelitian yang di lakukan di PT. UTPE.
BAB 2 Tinjauan Pustaka
Bab ini membahas studi literatur / tinjuan pustaka yang berkaitan
dengan penelitian. Seperti teori time study, lean manufacturing,
value stream analysis tools, metode pengembangan produk
menggunakan Quality Function Deployment (QFD), pembuatan
rumah kualitas atau House of Quality (HOQ), sofware design Pro-
Engineer dan teori terakhir landasan teori jig & fixture.
BAB 3 Metodologi Penelitian
Bab ini membahas mengenai diagram alir penelitian mulai dari
tahap awal hingga selesai penelitian dan juga rancangan kerangka
penelitian untuk pengumpulan dan analisis data serta pemecahan
masalah.
BAB 4 Pengumpulan dan Analisis Data
Bab ini berisi mengenai aktivitas-aktivitas pengumpulan dan
analisis data penelitian. Berikut merupakan aktivitas singkat untuk
bab ini yaitu :
5
(1) pengumpulan data awal berupa pengenalan singkat profil
perusahaan, sektor perusahaan, objek penelitian hingga
produk yang menjadi fokus penelitian.
(2) Pengumpulan dan analisis data waktu kerja seperti
pengambilan waktu aktual, pengumpulan waktu standard &
komparasi antar kedua data waktu.
(3) Tahap analisis & identifikasi aliran kerja sebelum perbaikan
menggunakan Process Activity Mapping.
(4) Perancangan alat bantu menggunakan tahapan QFD.
(5) Design alat bantu mengunakan software Pro-Engineer.
(6) Implementasi alat bantu di internal perusahaan.
(7) Trial alat bantu & Pengambilan waktu aktual setelah
perbaikan.
(8) Tahap analisis & identifikasi aliran kerja setelah perbaikan
menggunakan Process Activity Mapping.
(9) Perbandingan waktu aktual before dan after penelitian.
BAB 5 Simpulan dan Saran
Bab ini merupakan uraian dari penutup skripsi ini yang terdiri dari
kesimpulan hasil analisis dan pembahasan, serta saran yang
mungkin dapat diterapkan oleh perusahaan atau peneliti
selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan membahas beberapa tinjauan teori atau literatur yang
mendukung penelitian
2.1. Time Study
Time Study atau pengukuran kerja adalah suatu cara untuk mengetahui waktu
yang dibutuhkan oleh seorang operator untuk menyesaikan pekerjaan yang
spesifik pada tingkat pekerjaan normal dengan kondisi lingkungan yang baik pula.
Time Study pertama kali dikembangkan oleh Frederick W. Taylor (1881) ketika
beliau ingin meningkatkan efisiensi kerja untuk perusahaan Midwale Steel.
Berdasarkan praktek di lapangan time study atau pengukuran kerja bisa dilakukan
dengan 2 cara yaitu dilakukan dengan cara langsung maupun secara tidak
langsung.
Pengukuran kerja secara langsung merupakan pengukuran dengan jam mati (
stopwatch time study) dengan melakukan sampling pekerjaaan (work sampling).
Sedangkan pengukuran kerja secara tak langsung dilakukan berdasarkan data
waktu baku (standard data) & yang diukur adalah data waktu gerakan
(predetermined time system).
2.1.1. Waktu Standard
Waktu Standard merupakan istilah lain untuk waktu baku. Menurut Sutaksana
dkk (2006:131) waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh
seorang pekerja normal untuk menyelesaiakan suatu pekerjaan yang dijalankan
dalam keadaan kerja baik.
Secara umum waktu standard atau waktu baku merupakan waktu yang diperlukan
oleh seorang pekerja dengan skill atau kemampuan rata-rata demi menyelesaikan
suatu pekerjaan. Aspek yang dipertimbangkan dalam menentukan waktu stadard
adalah kelonggaran waktu kerja berdasarkan situasi maupun kondisi di lapangan.
7
Waktu standard dalam perusahaan bisa menjadi acuan untuk merencanakan
jumlah manpower, penentuan kebijakan overtime time ataupun penentuan lainnya.
Menurut Wingjosoebroto (2008), pentingnya waktu standard atau waktu baku
adalah :
1) Untuk set up manpower planning ( perencanaan jumlah pekerja);
2) Estimasi biaya upah dari karyawan;
3) Sheduling atau penjadwalan produksi atau pengangguran;
4) Perencanaan benefit & insentif karyawan yang berprestasi.
2.1.2. Waktu Aktual
Waktu aktual adalah waktu rill / waktu sebenarnya yang diperlukan oleh seorang
operator dalam menyelesaiakan pekerjaannya. Waktu aktual bisa saja kurang atau
melebihi waktu standard yang telah ditetapkan. Di dalam pekerjaan, jika waktu
aktual dibawah waktu standard maka itu sangat baik. Batas kondisi ideal jika
selisih antara waktu aktual dengan waktu standard adalah impas atau sama.
Namun jika kondisi waktu aktual diatas waktu standard maka perlu dilakukan
improvement guna meminimalisir bahkan menghilangkan waste yang ada.
2.1.3. Metode Kecukupan Data
Di dalam sebuah penelitian perlu adanya pengumpulan & pengujian data. Baik itu
data berupa sample atau populasi. Di dalam buku karangan Benjamin W. Niebel
dan Andris Freivalds yang berjudul “Methods Standard and Work Design”
dijelaskan aturan dalam pengambilan sample data. Aturan tersebut antar lain :
Tabel 2. 1 Jumlah Minimal Pengambilan Sampel Data Penelitian ( Sumber : Freivalds, dkk,
1999)
Man hour
in minutes
Recommended
number of cycles
0,1 200
0,25 100
0,5 60
8
Tabel 2. 2 Jumlah Minimal Pengambilan Sampel Data Penelitian ( Sumber : Freivalds, dkk,
1999) (Lanjutan)
0,75 40
1 30
2 20
2,00 - 5, 00 15
5,00 - 10,00 10
10,00 - 20,00 8
20,00 - 40,00 5
40,00 - above 3
Berdasarkan tabel 2.1 dan tabel 2.2 maka bisa diambil contoh yaitu proses
penelitian di industri otomotif perakitan mobil. Dalam merakit 1 buah mobil
diketahui cycle time yang ada yaitu 1260 menit. Maka untuk mendapatkan sample
data / kecukupan data yang valid, maka perlu dilakukan pengambilan waktu
sebanyak 3x. Dilakukan sebanyak 3x dikarenakan manhours perakitan 1 buah
mobil diatas 40 menit. Kemudian diambil data waktu rata-ratanya
2.2. Lean Manufacturing
Lean manufacturing adalah sebuah konsep bisnis ramping dalam sebuah
perusahaan baik produk maupun jasa. Dalam prakteknya lean manufacturing
memfokuskan pada identifikasi waste atau pemborosan dalam setiap aliran proses
dengan memaksimalkan aktivitas yang bernilai tambah sehingga berdampak pada
kepuasan pelanggan. Lean manufacturing berasal dari 2 kata yaitu lean dan
manufacturing. Menurut Gaspersz (2008) lean adalah upaya secara berkelanjutan
untuk menghilangkan pemborosan (waste), meningkatkan nilai tambah (value
added) produk dan memberikan nilai kepada pelanggan. Menurut para ahli lainnya
lean adalah sebuah konsep yang menjadi upaya untuk menghilangkan waste atau
pemborosan di dalam sebuah perusahaan sehingga bisa menambah value dari
produk atau jasa. Sedangkan manufacturing adalah proses membuat produk baik
produk jadi maupun setengah jadi.
Terdapat 7 jenis waste yang diungkapkan oleh Shigeo Shingo (1989), antara lain:
1) Overproduction / produksi yang berlebih;
9
2) Waiting / menunggu;
3) Ineffective Transportation / transportasi yang tidak efektif;
4) Inappropriate processing / proses pekerjaan yang tidak tepat;
5) Unnecessary inventory / inventori yang berlebih;
6) Unnecessary motion / gerakan berlebih;
7) Defects / cacat.
2.3. Value Stream Analysis Tools (Valsat)
Value Steam Analysis Tools (Valsat) adalah salah satu tools di dalam lean
manufacturing yang dikembangkan untuk proses identifikasi Value Steam
Mapping (VSM). Value Steam Mapping (VSM) adalah serangkaian grafik yang
berupa flowchart yang berisikan aliran material dan informasi yang dibutuhkan
pada saat produk berjalan. Dalam grafik Value Steam Mapping (VSM) kita bisa
melihat aliran nilai produk mulai dari raw material hingga menjadi finished good
yang sudah diterima oleh konsumen.
Menurut Hines dan Rich (1997) terdapat 7 tools atau alat untuk memetakan
aliran nilai dalam proses produksi yang bisa menggambarkan sebuah waste atau
pemborosan, antara lain :
1) Process Activity Mapping;
2) Supply Chain Response Matrix;
3) Production Variety Funnel;
4) Quality Filter Mapping;
5) Demand Amplification Mapping;
6) Decision Point Analysis;
7) Physical analysis Mapping.
Dari ketujuh tools tersebut memiliki kelebihan dari masing-masing. Berikut
ditampilkan tabel aplikasi Value Stream Analysis Tools (Valsat) sehingga terlihat
keterkaitannya.
10
Tabel 2. 3 Tabel Value Steam Analysis Tools (Valsat) (Sumber : Hines & Rich, 1997)
Berdasarkan tabel 2.3 keterkaitan 7 value steam analysis tools (Valsat) maka
menunjukkan bahwa process activity mapping merupakan alat bantu yang mampu
mengidentifikasi waste yang handal. Namun untuk mendukung literatur dalam
penelitian ini. Berikut dijelaskan 7 tools tersebut.
2.3.1. Process Acitvity Mapping
Process Activity Mapping adalah sebuah tools yang dikembangkan berdasarkan
analisis aliran nilai (value steam) dari sebuah proses produksi. Tools ini berfungsi
untuk memetakan keseluruhan aktivitas kerja secara detail. Terdapat 5 aktivitas
aliran produksi yang bisa ditampilkan yaitu operasi, transportasi, inspeksi,
penyimpanan dan delay.
Menurut Monden (1993) terdapat 3 kategori untuk mengelompokkan aktivitas
berdasarkan value / nilai.
1) Non Value Added (NVA) atau aktivitas tidak bernilai tambah . NVA adalah
segala sesutu yang tergolong waste / pemborosan yang harus diminimalkan
Waste / Structure
Pro
cess
Act
ivity
Ma
ppin
g
Su
pp
ly C
ha
in R
esp
on
se M
atr
ix
Pro
du
ctio
n V
ari
ety
Fu
nn
el
Qu
ality
Filte
r M
ap
pin
g
Dem
an
d A
mp
lifi
catio
n M
ap
pin
g
Dec
isio
n P
oin
t A
na
lysi
s
Ph
ysic
al a
na
lysi
s M
ap
pin
g
Overproduction L M L M M
Waiting H H L M M
Transportation H L
Inapropriate Processing H M L L
Unnecassary Inventory M H M H M L
Unnecassary Motion H L
Defect L H
Overall Structure L L M L H M H
Notes :
H : High Correlation & usefullness
M : Medium correlation & usefullness
L : Low Correlation & usefullness
11
bahkan harus dihilangkan dalam aktivitas produksi. Sebagai contoh motion
waste seperti aktivitas yang berupa gerakan yang tidak efektif, delay dari
proses produksi, dan lain-lain. NVA adalah aktivitas yang tidak bisa
menambah nilai / value kepada pelanggan akhir maupun perusahaan. Contoh
lain dari NVA adalah storage (penyimpanan) dan segala aktivitas yang
ditimbulkan oleh 7 waste atau pemborosan yang diperkenalkan oleh Shigeo
Shingo (1989).
2) Necessary but Non Value Added (NNVA) atau aktivitas penting tidak bernilai
tambah. NNVA adalah aktivitas yang sulit dihindari untuk tidak dikerjakan.
Aktivitas yang tergolong NNVA adalah aktivitas penting yang tidak
memberikan nilai / value kepada pelanggaan akhir maupun perusahaan.
Namun terdapat beberapa aktivitas yang menurut para ahli industri masuk
kedalam aktivitas NNVA tetapi diperlukan yaitu material handling
(transportasi) dan inspeksi
3) Value Added (VA) atau aktivitas bernilai tambah. VA adalah aktivitas yang
benar-benar efektif untuk dikerjakan, namun perlu diperbaiki aktivitasnya
secara kontinue / berkelanjutan. Aktivitas Value added (VA) mampu
memberikan nilai tambah kepada perusahaan & pelanggan.
Menurut Gaspersz (2011) kelompok aktivitas Necessary but Non Value Added
(NNVA) tidak harus segera dihilangkan namun sebisa mungkin dihilangkan atau
dikurangi sedangkan kelompok aktivitas Non Value Added (NVA) harus
diutamakan untuk dihilangkan.
Dalam Process Activity Mapping bisa menggambarkan aliran fisik informasi,
waktu yang diperlukan untuk setiap proses, jarak yang ditempuh hingga pada
tahap kesediaan material untuk tiap tahap produksi. Sehingga terlihat mana saja
aktivitas yang masuk kategori NVA, NNVA, dan VA
Langkah-langkah penyelesaian menggunakan tools Process Activity Mapping,
antara lain :
1) Melakukan studi untuk mengetahui flow prosess;
2) Mengidentifikasi waste atau pemborosan;
12
3) Mempertimbangkan proses yang bisa dirubah agar lebih efisien;
4) Mempertimbangkan pola aliran yang baik;
5) Mempertimbangkan semua proses, agar hanya aktivitas bernilai tambah lebih
dominan.
Tabel 2. 4 Contoh Process Activity Mapping dalam Industri Truk (Sumber :
Prabowo dan Aisyati, 2012)
2.3.2. Supply Chain Response Matrix
Supply Chain Response Matrix merupakan sebuah tools / teknik penyelesaian
masalah yang tidak murni berasal dari Teknik Industri. Tools ini asal mula
dikembangkan dari proses pemendekan waktu & pergerakan logistik.
Diantara pakar yang mengembangkan tools ini adalah New (1993) dan Firza
(1993) untuk mengatur aliran supply chain / rantai pasok di industri tekstil.
Selain itu Jessop dan Jones (1995) dalam industri elektronik, makanan,
pakaian, dan industri otomotif. Pada intinya Supply Chain Response Matrix
merupakan tools / teknik digunakan untuk mengetahui gambaran lead time
dalam setiap proses & jumlah persediaan.
13
Gambar 2. 1 Contoh Supply Chain Response Matrix (Sumber : Hines & Rich, 1997)
2.3.3. Production Variety Funnel
Production Variety Funnel adalah pendekatan yang berasal dari ilmu
operation management dan telah diterapkan oleh New (1993) di dalam
industri tekstil. Manfaat dari tools ini adalah membantu untuk menentukan
target dari reduksi inventory, membuat perbaikan perubahan proses
pembuatan produk dan sangat bermanfaat untuk memperoleh gambaran
kondisi perusahaan yang ada atau terhadap rantai pasok yang sedang
dipelajari.
Gambar 2. 2 Production Variety Funnel Untuk Pengecoran logam (Sumber : Girish,
dkk, 2013)
14
2.3.4. Quality Filter Mapping
Quality Filter Mapping adalah pendekatan tools baru yang dirancang
berdasarkan identifikasi permasalahan dalam rantai pasok. Di dalam rantai
pasok terdapat 3 katogori defect atau cacat yaitu (1) product defect, (2)
quality defect, dan (3) internal scap.
Gambar 2. 3 Contoh Quality Filter Mapping diadpsi dari www.bizbodz.com
2.3.5. Demand Applification Mapping
Demand Applification Mapping merupakan tools yang dikembangkan oleh
Forrester (1958) dan Burbidge (1984). Tools ini sering digunakan dalam
disiplin ilmu sistem dinamik. Berdasarkan riset yang dilakukan Burbidge
(198 4) menghasilkan sebuah teori yaitu “jika inventory dikelola
berdasarkan stock order maka akan menunjukkan amplifikasi dari level
demand / permintaan akan cenderung meningkat dalam setiap transaksi.
Tujuan penting dari Demand Applification Mapping adalah untuk dasar
pengambilan keputusan permintaan berdasarkan kondisi terbaiknya
15
Gambar 2. 4 Contoh Demand Applification Mapping dalam Produk Makanan (Sumber :
Hines & Rich, 1997)
2.3.6. Decision Point Analysis
Decision Point Analysis merupakan tools yang dikembangkan berdasarkan
titik keputusan. Titik keputusan ini terjadi ketika tarikan permintaan aktual
mendorong terjadinya peramalan (forecast). Namun dalam prakteknya
decision point analysis bisa diterapkan dalam pembahasan yang lebih luas.
Gambar 2. 5 Contoh Decision Point Analysis dalam sistem informasi times series data
data mining (Sumber : Froschl,dkk, 2014)
16
2.3.7. Physical Structure
Physical Structure merupakan tools baru untuk memetakan aliran rantai
pasok secara komprehensif & mengetahui level dalam industri. Dengan
pemahaman yang baik, maka tools ini sangat berguna untuk menilai kondisi
industri yang sedang diteliti, aktifitas-aktifitas operasi serta kemampuan
perbaikan area-area mana saja yang mengalami bottleneck. Terdapat 2 bagian
yang penting yaitu struktur volume & struktur biaya.
Gambar 2. 6 Contoh Physical Structure dalam Industri Otomotif (Sumber : Hines & Rich,
1997)
2.4. Metode Quality Function Deployment (QFD)
Menurut Oakland J.S (1995) Quality Function Deployment (QFD) adalah sebuah
metode pengembangan produk atau alat yang melibatkan pelanggan / customer
secara berkelanjutan mulai dari pengembangan konsep hingga produk dibuat.
Sedangkan secara umum Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu sistem
untuk mendesain sebuah produk atau jasa berdasarkan permintaan pelanggan,
dengan melibatkan partisipasi fungsi-fungsi yang terlibat dalamnya. Metode
Quality Function Deployment (QFD) pertama kali diperkenalkan oleh seorang
Professor dari Universitas Tamagawa. Dikembangkan & diaplikasikan untuk
pertama kali Mitsubishi di Kobe Shipyard pada tahun 1972.
17
Gambar 2. 7 Empat Fase dalam Metode QFD (Sumber Kumar, dkk, hal. 831, 2006)
Berdasarkan Gambar 2.7 Metode QFD memliki empat tahapan, antara lain :
1. Matrik Perencanaan Produk (Product Planning). Terdapat 6 sub proses
untuk tahap ini yaitu customer requirement (1), planning matrix (2),
technical / design requirement (3), technical correlation matrix (4), inter
relation matrix (5) dan technical / target matrix (6) Tahap ini merupakan
House of Quality (HOQ) tahap 1.
2. Matrik Perencanaan Parts ( Parts Deployment). Matrik ini untuk
mengidentifikasi faktor-faktor teknis yang kritis. Kaitannya dengan
membandingkan produk karakteristik ke dalam subsistem tunggal ke dalam
produk secara mendetail. Tahap ini merupakan House of Quality (HOQ)
tahap 2.
3. Matrik Perencanaan Proses (Pocess Planning). Dalam pengerjaannya
berisikan proses yang sifatnya kritis dalam mengawal pengembangkan
produk. Tahap ini merupakan House of Quality (HOQ) tahap 3
4. Process Control atau Qulity Control Chart . Tahap merupakan tahap untuk
inspeksi, parameter quality control dan metode lainnya auyang dipakai
dalam proses manufaktur. Tahap ini merupakan House of Quality (HOQ)
tahap 4
18
2.4.1 House of Quality (HOQ) untuk Product Planning Matrix
House of Quality (HOQ) adalah sebuah metrik yang memeperlihatkan kebutuhan
pelanggan dan karakteristik teknisnya dari pengembang yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen tersebut (Cohen, 1995). House of Quality (HOQ)
disebut sebagai rumah kualitas. Inti dari metrik ini adalah adanya upaya
pengembang produk atau jasa mengkonversi voice of customer (voc) sebagai
persyaratan teknis melalaui spesifikasi produk atau jasa yang diinginkan . HOQ
product planning matrix merupakan tahap awal dalam implementasi metode QFD
.
Gambar 2. 8 House of Quality Tahap 1 (Sumber : Tapke, dkk, 2012)
Berdasarkan gambar 2.8 tahapan di dalam membuat house of quality (HOQ) tahap
1 antara lain :
2.4.1.1 Customer Requirement
Customer Requirement merupakan tahapan dimana ekspektasi pelanggan mulai
diidentifikasi. Customer Requirement tidak lepas dengan yang namanya voice of
customer. Untuk melakukan identifikasi voice of customer maka perlu dilakukan
survey. Berikut adalah aktivitas dalam identifikasi voice of customer, antara lain :
a) Survey bisa dilakukan dengan melakukan wawancara langsung ke Responden
19
atau menyebar kuesioner. Pentingnya identifkasi ini diharapkan mampu
menangkap kebutuhan pelanggan. Dalam pembuatan produk yang diinginkan.
b) Identifikasi customer need merupakan tahap dimana proses rekapitulasi hasil
pengumpulan suara pelanggan (voice of customer) dilakukan. Pengumpulan data
ini bisa melalui kuesioner, wawancara atau metode lain.
2.4.1.2 Planning Matrix
Planning Matrix merupakan tahapan dimana mengukur kebutuhan pelanggan serta
menetapkan performasi kepuasan dari pelanggan.
Terdapat 3 informasi utama yang terdapat dalam matrik perencanaan. Antara lain:
a) Quantitative Market Data : Menandakan hubungan yang penting dari
keinginan, kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
b) Stategic Goal Setting : Untuk produk baru / dalam bentuk pelayanan jasa.
c) Perhitungan peringkat berdasarkan keinginan & kebutuhan pelanggan.
Berikut penjelasan beberapa aktivitas di dalam pembuatan matrik perencanaan :
1) Identifikasi importance to customer : bisa didapat dengan survey. baik dengan
wawancara, kuesioner lanjutan, dan lain-lain. Menurut Cohen (1995) terdapat 3
jenis data dalam mengidentifikasi importance to customer ( kepentingan
pelanggan) antara lain:
Absolute Importance : mengukur tingkat kepentingan berdasarkan skala
yang ada. Contoh skala linkert. Terdapat 5 kategori di dalam menjawab
pertanyaan, antara lain : (1) sangat tidak penting, (2) tidak penting, (3)
kurang penting, (4) penting, (5) sangat penting. Kemudian score hasil
responden dihitung menggunakan rumus dibawah.
Skala
kepentingan ∑
.....................................................................(2-1)
Keterangan :
N’ = Nilai tingkat kepentingan atribut
N = Total Responden
20
Relative Importance : mengukur tingkat kepentingan suatu kebutuhan
dengan kebutuhan lainnya. Contoh skala persentase.
Ordinal Importance : Mengukur tingkat kepentingan menggunakan
kebutuhan mulai dari yang terpenting hingga yang tidak penting.
2) Customer Satisfaction Performance ( performansi kepuasan pelanggan) :
Merupakan penelilain dari pelanggan terhadap produk dari perusahaan
terhadap produk kompetitior. Data ini diperoleh melalui kuesioner tingkat
kepentingan . untuk mengukur Customer Satisfaction Performance rumus
sama dengan identifikasi importance to customer.
Skala kepentingan ∑
...................................................................(2-1)
Keterangan :
N’ = Nilai tingkat kepentingan atribut
N = Total Responden
2.4.1.3 Technical / Design Requirement
Technical / Design Requirement merupakan respon teknis yang dihasilkan dari
analisa customer need berdasarkan translasi / penerjemahan kebutuhan pelanggan
(customer need) ke dalam bahasa teknis. Yang dimaksud bahasa teknis yaitu
mendefinisikan permintaan berdasarkan spesifikasi design, material dan lain-lain.
hubungan sangat kuat.
2.4.1.4 Technical Correlation Matrix
Technical Correlation Matrix adalah metrik hubungan yang menjelaskan
hubungan dari tingkat kepentingan pelanggan (important to customer) untuk
pengembangan dari sebuah produk ataupun yang lainnya. Di dalam pembuatan
metrik korelasi terdapat 3 simbol hubungan keterkaitan, antara lain :
21
Tabel 2. 5 Simbol Metrik Korelasi
Dari tabel 2.5 menjelaskan 3 simbol korelasi atau hubungan antar karakteristik
teknis. Mulai dari tidak ada hubungan, hubungan kuat hingga
2.4.1.5 Inter Relationship Matrix
Metrik Inter relationship Matrix adalah metrik yang menjadi penghubung
(relation) antara karakteristik teknis terhadap kebutuhan pelanggan (customer
need).relasi memliki 4 simbol dan memliki parameter ukur untuk tiap simbolnya.
Berikut adalah simbolnya, antara lain :
Tabel 2. 6 Simbol Metrik Relasi
Dari tabel 2.6 terdapat 4 simbol dengan arti serta nilai untuk menggambarkan
hubungan yang terjadi.
2.4.1.6 Technical / Target Matrix
Proses di dalam Technical / Target Matrix beberapa aktivitas yang dilakukan,
antara lain :
1. Competitive Benchmarking adalah analisa terhadap produk yang
dikembangkan dengan QFD terhadap produk kompetitor. Competitve
Benchmarking bisa dilakukan dengan penghitungan absolute weight.
Penghitungan Absolute Weight adalah penghitungan terhadap bobot / skor
dalam penentuan prioritas kebutuhan pelanggan (customer need) yang
kemudian akan menjadi acuan implementasi pembuatan produk, alat bantu
No. Simbol Arti
1 Tidak ada hubungan
2 Hubungan kuat
3 Hubungan sangat kuat
No. Simbol Arti Nilai
1 Tidak ada hubungan 0
2 Hubungan lemah 1
3 Hubungan sedang 3
4 Hubungan kuat 9
22
atau yang lainnya. Berikut rumus dari absolute weight :
∑ ......................................................................(2-3)
Keterangan :
i = Tingkat kepentingan pelanggan
r = relation rating
Note : Tingkat kepentingan (Importance of customer) merupakan hasil
penjumlahan berdasarkan rumus skala linkert & relationship rating
merupakan angka dari 4 hubungan dengan score masing-masing 0 (tidak ada
hubungan), 1 (hubungan lemah), 3 (hubungan sedang) dan 9 (hubungan
kuat).
2. Prioritized requirement adalah melakukan prioritas permintaan berdasarkan
tingkat kepentingan dari produk yang dikembangkan dengan produk
kompetitor atau perbandingan dari produk sebelumnya dengan produk hasil
pengembangan QFD. Prioritised Requirement merupakan hasil ranking dari
penghitungan absolute weight.
3. Technical Target adalah target yang secara teknis diberikan berdasarkan hasil
identifikasi customer need. Dalam penentuan technical target sebuah
perusahaan perlu mempertimbangkan kapabilitas yang dimiliki. Sehingga
komitmen dari realisasi produk bisa tercapai.
2.4.1.7 Menggambar House Of Quality (HOQ)
Setelah semua tahapan di dalam HOQ dikerjakan. Maka langkah terahir adalah
menggambungkan semua elemen sehingga menjadi 1 metrik kualitas / House of
Quality (HOQ).
2.5. Software Pro-Engineer (Pro-E)
Pro-Engineer adalah salah satu software engineering design yang keluarkan
Parametric Technology Corportion yang berbasis gambar 3 dimensi. Ada 22 versi
versi untuk software Pro-Engineer (Pro-E) yaitu versi pertama yang di-develop
tahun 1987 hingga terakhir Pro-Engineer (Pro-E) wildfire 5.0 pada tahun 2009. Di
23
dalam prakteknya gambar 3D dari software ini bisa langsung diaplikasikan pada
perangkat lunak CAE, CAM (Computer Aided Manufacturing) dan CAD
(Computer Aided Design).
2.6. Jig & Fixture
Di dalam perancangan alat bantu terdapat 2 aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu jig dan fixture. Berdasarkan penjelasan Edgard G. Hoffman (1996) jig &
fixture adalah alat bantu produksi yang digunakan dalam proses manufaktur
sehingga menghasilkan duplikasi / pengulangan hasil produksi komponen yang
mendekati sempurna & akurat. Dengan adanya jig & fixture akan memudahkan
target produksi tercapai, kualitas terjaga dengan schedule yang telah ditetapkan.
Minimnya error akibat ketidakseragam bentuk part yang sedang diproduksi
menjadikan jig & fixure sangat vital di dalam manufaktur. Walaupun mempunyai
peran yang sama di dalam meminimalisir ketidakeragaman bentuk parts. Pada
dasarnya Jig & Fixture memiliki perbedaan fungsi.
Jig adalah alat bantu proses produksi yang berperan untuk memegang, menyangga
& mengarahkan terhadap benda yang akan dikerjakan. Posisi benda kerja tidak
terlalu diperhatikan karena yang sudah diwakili oelh gerkan tools yang konstan.
Sedangkan fixture adalah alat bantu proses produksi yang berfungsi memegang,
menempatkan dan menyangga benda kerja secara kuat. Dalam aplikasinya Fixture
harus dipasang tetap / fix pada meja dimana benda kerja dikerjakan. Tujuan dari
dari Fixture adalah memastikan satu atau lebih part akan selalu menempati posisi
yang sama ketika tools sudah disetting dengan benar.
Ada banyak jenis Jig yang berada di pasaran, kebanyakan jenis jig menyesuiakan
fungsinya seperti contoh boring jig digunakan untuk alat bantu pengeboran
lubang, Templete Jig digunakan untk menitikberatkan pada akurasi benda kerja
yang dikerjakan ada juga Sandwitch Jig, dan sebagainya. Sedangkan untuk fixture
sendiri memiliki berbagai jenis.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Langkah-Langkah Penelitian
Berikut adalah tahapan – tahapan metodologi / kerangka berfikir yang akan
dipakai oleh peneliti untuk menyelesaikan permasalahan
Gambar 3. 1 Metodologi Penelitian
25
Adapun pembahasan terkait detail per tahapan, antara lain :
3.1.1. Observasi Awal
Pada tahap observasi awal, pengamatan dilakukan di perusahan terkait yaitu PT.
UTPE selama periode penelitian bulan September hingga Desember 2018.
Pengamatan memfokuskan pada line produksi Small Suppeq unit Fuel Truck.
untuk mengetahui permasalahan di lapangan peneliti melakukan wawancara baik
kepada Atasan, Leader, Foreman dan operator yang terlibat. Setelah terlibat
diskusi yang cukup panjang, permasalahan utama yang dihadapi adalah lamanya
proses sub assembling Prepare Unit. Di dalam proses tersebut terdapat aktivitas
setting welding untuk pemasangan extention chasis. Kemudian peneliti melakukan
pencatatan current conditon di lapangan serta mulai memikirkan topik serta
metode yang sesuai berdasarkan case di line produksi.
3.1.2. Identifikasi & Perumusan Masalah
Di dalam tahapan Identifikasi Masalah. Peneliti mulai melakukan pendalaman
masalah yang terjadi di lapangan. Berdasarkan pengetahuan & pengalaman yang
ada, peneliti mulai menentukan topik serta metode apa yang sesuai agar bisa di-
implementasikan di dalam penelitian ini. Untuk menunjang penentuan judul &
metode yang relevan. Peneliti melakukan pembelajaran terkait studi literatur baik
melalui journal, buku hingga pergi ke perpustakaaan. Bertanya kepada dosen
pembimbing hingga berdiskusi kepada orang yang expert di bidang ini. Setelah
penentuan topik dan metode penyelesaian matang. Peneliti merancang tujuan dan
batasan yang bisa diterima dengan adanya penelitian ini.
3.1.3. Tinjauan Pustaka
Di dalam tahapan Landasan Teori, peneliti sudah menentukan secara fix landasan
teori / tinjauan pustaka apa yang bisa menjadi literatur di dalam penyelesaian
penelitian ini. Tinjauan Pustaka di dapatkan dari journal, buku maupun internet
yang berasal dari sumber terpercaya. Berikut landasan teori yang peneliti
cantumkan untuk membantu dalam penyelesaian masalah :
1) Landasan teori terkait metode pengambilan waktu standard, waktu aktual,
metode penentuan kecukupan data, dan lain-lain
26
2) Landasan teori terkait lean manufacturing dan Value Steam Analysis Tools
(Valsat) yang membantu peneliti menganalisa akar permasalahan yang terjadi
di line produksi. Kemudian peneliti menggunkan tools yaitu Prosess Activity
Mapping.
3) Landasan teori terkait Jig & Fixture, dan lain-lain
4) Landasan teori terkait software design yaitu Pro-Engineer.
5) Landasan teori terkait metode di dalam perancangan alat bantu yaitu metode
Quality Function Deployment (QFD).
3.1.4. Pengumpulan & Analisis Data
Di dalam tahapan pengumpulan & analisis data, peneliti melakukan aktifitas
berdasarkan uraian singkat dibawah. Terdapat 9 aktivitas yang peneliti lakukan.
1) pengumpulan data awal dilakukan dengan menjelaskan beberapa informasi
penting terkait perusahaan & mengkerucut pada fokus penelitian. terdapat 7
pengumpulan data awal yaitu (1) profil singkat perusahaan, (2) objek
penelitian, (3) penjelasan produk suppeq, (4) demand produksi produk suppeq,
(5) penjelasan produk Fuel Truck, (6) penjelasan sub assy prepare unit dan (7)
penjelasan sub assy setting welding extention chassis.
2) Pengumpulan dan analisis data waktu kerja, adapun aktivitas yang dilakukan
yaitu : pengambilan waktu aktual & mengkomparasi data dengan waktu
standard dari Production Engineering Section. Data waktu aktual didapatkan
dengan melakukan time study di line produksi yang dilakuakan secara langsung
menggunakan media stopwatch & dilakukan secara sampling berdasarkan sub
assy pekerjaan masing-masing.
3) Identifikasi aliran kerja sub assy setting welding extention chassis . Dilakukan
dengan (1) membuat Prosess Activity Mapping sebelum perbaikan, (2)
membuat flow diagram kerja operator, (3) pembuatan summary dan (4)
descending order untuk aktivitas NVA maupun NNVA.
4) Perancangan alat bantu menggunakan metode Quality Function Deployment
(QFD) tahap 1. Terdapat 6 proses tahapan pengembangan alat bantu
menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) tahap 1 antara lain
:
27
Customer Requirement Pada tahap ini dilakukan untuk mendapatkan
data voice of customer (voc) yang dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner kepada operator.
Planning Matrix Pada tahap ini dilakukan untuk mengukur kebutuhan
pelanggan serta menetapkan performasi kepuasan dari pelanggan.
Terdapat 2 aktivitas yang dilakukan yaitu dengan menyebar kuesioner
tingkat kepentingan (importance to customer) dan kuesioner penilaian
kepuasan pelanggan (customer satisfaction performance).
Technical / Design Requirement Tahap ini dilakukan untuk mengetahui
respon teknis yang dihasilkan dari analisa customer need berdasarkan
translasi / penerjemahan kebutuhan pelanggan (customer need) ke dalam
bahasa teknis.
Technical Correlation Matrix Tahap dilakukan untuk membuat metrik
hubungan yang menjelaskan hubungan dari tingkat kepentingan pelanggan
(important to customer) untuk pengembangan dari sebuah produk ataupun
yang lainnya.
Inter Relationship Matrix Pada tahap ini dilakukan dengan membuat
metrik yang menjadi penghubung (relation) antara karakteristik teknis
terhadap kebutuhan pelanggan (customer need).
Technical / Target Matrix Pada tahap ini dilakukan dengan menghitung
Competitive Benchmarking / analisa perbandingan terhadap produk
pesaing, pembuatan Prioritized Requirement / prioritas permintaan dan
pembuatan Technical Target / target secara teknis. Setelah 6 tahapan
dikerjakan maka langkah selanjutnya adalah membuat diagram House of
Quality tahap 1.
5) Perancangan alat bantu menggunakan software Pro-Engineer untuk 2 alat
bantu yang sudah di-design.
6) Pembuatan alat bantu di internal perusahaan & implementasi alat bantu di line
produksi.
7) Trial alat bantu dan pengambilan waktu aktual setelah perbaikan yang
dilakuakn sebanyak 3x.
28
8) Pembuatan peta Process Activity Mapping untuk proses setting welidng
extention chassis setelah perbaikan beserta ringkasan hasilnya.
9) Melakukan evalusi terhadap penelitian dengan melakukan perbandingan waktu
perbaikan proses setting welding extention chassis sebelum dan sesudah.
3.1.5. Kesimpulan & Saran
Di dalam tahapan kesimpulan & saran, penulis menyimpulkan hasil penelitian
berdasarkan improvement atau perbaikan yang dilakukan. Serta membuat saran
kepada perusaahan atau peneliti selanjut agar di dalam penelitian selanjutnya
secara benefit tercapai dengan level yang lebih tinggi.
3.2. Kerangka Penelitian
Berikut adalah kerangka penelitian yang menggambarkan aliran penyelesaian bab
4 yaitu pengumpulan & analisis data.
Gambar 3. 2 Diagram Kerangka Penelitian Untuk Pengumpulan & Analisis Data
29
Gambar 3. 3 Diagram Kerangka Penelitian (Lanjutan)
30
Gambar 3. 4 Diagram Kerangka Penelitian (Lanjutan)
31
BAB IV
PENGUMPULAN & ANALISIS DATA
Pada bab ini menjelaskan terkait pengumpulan & analisis data masalah secara
detail. Sehingga solusi perbaikan bisa diperoleh secara objektif berdasarkan data
dilapangan.
4.1. Pengumpulan Data Awal
Pengumpulan data awal dilakukan dengan melakukan pembahasan singkat terkait
perusahaan, sektor produk yang diproduksi, penjelasan singkat produk Small
Support Equipment (Suppeq) hingga mengkerucut pada pembahasan produk Fuel
Truck 20KL.
4.1.1. Profil Singkat Perusahaan
PT. UTPE merupakan perusahaan terkemuka di Indonesia yang bergerak di
bidang manufacturing & engineering alat berat. PT. UTPE berlokasi di Cikarang,
Jawa Barat. Perusahan ini tergolong perusahaan dengan tipe “mass customization
company”. Mass customization company adalah perusahaan yang memproduksi
unit dengan jumlah yang banyak namun fleksibilitas terkait spesifikasi permintaan
dari customer.
Ada 6 sektor bisnis PT. UTPE ,antara lain : sektor mining / pertambangan, sektor
minyak dan gas, sektor kehutanan dan perkebunan, sektor konstruksi dan
industrial, peralatan supporting hingga spare parts. Namun 60 % sektor bisnis
PT. UTPE memfokuskan pada sektor mining / pertambangan baik unit yang
terlibat langsung proses pertambangan maupun unit supporting. Produk-produk
yang diproduksi PT. UTPE adalah HD Vessel, Trailer, Fuel Truck, Tower lamp,
dan lain-lain.
32
Gambar 4.1 Merupakan product sector bisnis yang dijalankan oleh PT. UTPE.
Berdasarkan gambar tersebut terdapat 6 product group menjadi fokus bisnis,
antara lain : (1) Mining Sector, (2) Oil & Gas Transportation Sector, (3) Forestry
& Agro Sector, (4) Industrial & Construction Sector, (5) Original Equipment
Manufacturing Sector dan (6) Spareparts & Component Sector.
Gambar 4. 1 Product Sector Bisnis di PT. UTPE (Sumber : Data Perusahaan 2018)
4.1.2. Objek Penelitian
Seperti yang telah disinggung sebelumnya penelitian akan memfokuskan pada
unit produk Fuel Truck 20KL. Gambar 4.2 memperlihatkan struktur organisasi
PT. UTPE.
33
Berdasarkan gambar 4.2 maka Objek penelitian dilakukan di PT. UTPE pada
Divisi Plant Operation tepatnya pada Deparment Manufacturing II. Department
ini membawahi 2 Section yaitu Painting dan Assembling. Pada penelitian ini
peneliti memfokuskan penelitian pada line Assembling Supporting Equipment
(Suppeq) untuk Produk Small Suppeq Fuel Truck 20KL.
4.1.3. Penjelasan Produk Small Supporting Equipment (Suppeq)
Produk Small Supporting Equipment (Suppeq) merupakan unit yang masuk dalam
sektor produk mining / pertambangan. Produk Small Suppeq merupakan
sekumpulan produk-produk yang di-design dengan kapasitas muat kelas
menengah ke bawah. Sebagai contoh untuk jenis produk Water Truck atau Fuel
Truck dengan kapasitas 35 KL kebawah merupakan jenis produk yang ada di level
Small Supporting Equipment (small suppeq). Produk Small Supppeq merupakan
Gambar 4. 2 Objek Penelitian
34
unit yang kesemuanya beroperasi secara off road di dalam area pertambangan.
Terdapat 4 jenis produk small suppeq yang dirakit di PT. UTPE produk tersebut
antara lain (1) Lube Truck, (2) Fuel Truck, (3) Water Truck, dan (4) Chargo
Truck. Berikut adalah gambar dari ke-4 dari produk small suppeq tersebut :
Gambar 4. 4 Group Product Small Supporting Equipment (Suppeq)
Unit Small Suppeq tidak terlibat secara langsung untuk proses mining /
pertambangan batu bara. Melainkan terlibat dalam pendukung operasi saja.
Sebagai contoh unit produk Fuel Truck 20KL produk sebagai pengganti SPBU,
unit Water Truck 20KL terlibat dalam mengurangi pencemaran udara dengan
menyiramkan air ke daerah operasi tambang & berperan sebagai penggembur
tanah yang akan dikeruk pada lokasi tambang. Dan lain sebagainya dengan
berbagai fungsi untuk tiap unitnya.
4.1.4. Demand Produksi Unit Produk Small Supporting Equipment (Suppeq)
Meninjau data produksi dari perusahaan, unit Fuel Truck 20KL adalah unit
produk yang paling banyak diproduksi. Berikut data demand produksi produk
Small Suppeq di tahun 2018.
35
Berdasarkan tabel 4.1 di bawah terdapat total 89 unit Produk Small Suppeq yang
akan diproduksi hingga akhir bulan Desember 2018. Namun yang menjadi
perhatian adalah unit produk Fuel Truck menjadi paling tinggi dengan total
produksi dalam setahun 35 unit.
Tabel 4. 1 Demand Produksi Unit Small Suppeq Tahun 2018 (Sumber : Data
Perusahaan, 2018)
No
Product PN Jumlah
1 Lube Truck 12 D. Cabin R61206-A1000000 17
2 Fuel Truck 20KL RA2030-A1000000 35
3 WT 20 KL RB2016-A1000000 29
4 Cargo Deck HB250E3 RR3N02-A1000000 8
TOTAL 89
4.1.5. Penjelasan Produk Fuel Truck 20KL
Fuel Truck 20KL adalah salah-satu produk small supporting equipment (suppeq)
yang beroperasi dalam area off road pertambangan yang mempunyai fungsi
sebagai unit penyedia bahan bakar yang akan mengisi tiap unit alat berat. Unit ini
memiliki kapasitas muat bahan bakar sebesar 20.000 L jika terisi penuh. Di PT.
UTPE tidak melakukan manufaktur total terhadap truk ini. Melainkan hanya
melakukan proses instalasi tanki diatas unit. Berdasarkan data perusahaan truk di-
supply oleh supplier.
Terdapat 9 proses sub assembling yang terdapat dalam unit Fuel Truck 20KL,
antara lain :
1) Prepare Tanki;
2) Prepare Piping & Housing;
3) Prepare Unit;
4) Assy Tanki & Housing;
5) Assy Hydraulic System;
6) Electrical System;
7) Test Fungsi;
8) Assy Accessories;
9) Final Inspection.
36
Gambar 4. 5 Gambar Unit Fuel Truck (Sumber : Data Perusahaan, 2018)
4.1.6. Penjelasan Sub Assy Prepare Unit
Sub Assy Prepare Unit adalah sub assy pengerjaan yang ada dalam proses
perakitan Produk Fuel Truck 20KL. Pada intinya pekerjaan pada proses ini adalah
pekerjaan yang dilakukan sebelum tanki di-install atau dipasang diatas. Perlu
diketahui bahwasanya proses perakit unit Fuel Truck 20KL tidak dirakit secara
total di PT. UTPE yang proses perakitannya dari nol hingga menjadi unit finish
good Fuel Truck 20KL , melainkan unit cabin sudah di-supply dari supplier.
Kemudian barulah dilakukan pemasangan Fuel Truck 20KL. Unit cabin yang
biasa di-install adalah merk Scania,
Walaupun unit truk cabin sudah di-supply oleh supplier tidak serta merta
pengerjaan di PT. UTPE bisa langsung menginstalasi Fuel Truck 20KL melainkan
harus melakukan serangkaian proses pelepasan komponen & accessories tertentu.
Ini dikarenakan spesifikasi unit cabin merupakan bawaan dari pabriknya langsung
tanpa ada request khusus spesifikasi truk cabin menyesuaikan permintaan dari
pihak perusahaan. Berikut merupakan sub assy pengerjaan yang ada di proses
Prepare Unit. Gambar 4.6 menunjukkan bahwa ada 4 proses di dalam Sub Assy
Prepare Unit yaitu : (1) disassy accessories, (2) isolation component, (3) setting
welding extention chassis, dan (4) drilling chassis. Penelitian ini akan
memfokuskan pada sub assy setting welding extention chassis saja.
37
4.1.7. Proses Setting Welding Extention Chassis
Setting Welding Extention Chassis adalah proses dimana penyambungan end
chassis dari unit truk dengan extention chassis kanan & kiri. Proses ini dilakukan
karena panjang chassis unit truk masih kurang panjang. Gambar 4.7 adalah
gambar unit truck yang di-supply dari supplier. Unit truk tersebut masih dalam
bentuk tanpa muatan tanki tambahan.
Gambar 4. 8 Penambahan Extention Chassis (Sumber : Data Perusahaan, 2018)
Gambar 4. 6 Proses Pekerjaan Sub Assy Prepare Unit (Sumber : Data Perusahaan,
2018)
Gambar 4. 7 Unit chassis dari truk yang ada (Sumber :
Data Perusahaan, 2018)
38
Gambar 4.8 merupakan gambar penambahan extention chassis pada end chassis
namun dalam proses pengerjaannya masih belum selesai.Sedangkan Tools yang
digunakan dijelaskan berdasarkan tabel 4.2
Tabel 4.2 adalah peralatan yang digunakan dalam proses pekerjaan sub assy
setting welding extention chassis. Adapun detailnya seperti yang dijelaskan
dibawah.
Tabel 4. 2 Tools yang digunakan pada Sub Assy Prepare Unit
No Alat Fungsi Gambar
1OHC
(Overhead Crane )
2 Clamp Penjepit
3
Mesin Las GMAW
(Gas Metal Arc
Welding
4Mesin Gerinda
Tangan
5 Lifting Magnet
6 Palu 3 Kg
7 Obeng
8 Waterpass
Overhead Crane adalah alat bantu untuk mengangkat material atau yang lain. Alat bantu angkat ini menggunakan energi listrik. Di dalam perusaahaan menggunakan berbagai kapasitas angkat mulai dari 5 Ton, 10 Ton
Clamp penjepit adalah alat bantu manual yang berfungsi untuk mencepit sebuah benda kerja agar tidak berpindah tempat. Alat ini memudahkan untuk proses instalasi.
Mesin Las GMAW (Gas Metal Arc Welding) adalah salah satu jenis mesin untuk proses pengelasan yang menggunakan wire / kawat las sebagai material penyambung / pengisinya yang kemudian dipadukan dengan gas C02.Selain mesin SMAW, mesin las ini banyak digunakan diperusahaan manufaktur.
Mesin Gerinda Tangan adalah alat bantu untuk proses finishing material hasil pengelasan, hasil cutting, dan lain sebagainya. Tujuannya adakah untuk mempercantik benda kerja dari cacat.
Lifting Magnet adalah jenis magnet yang digunakan untuk alat bantu melekatkan material besi agar mudah diangkat menggunakan OHC / overhead Crane.
Palu adalah alat yang digunakan untuk memberian tumbukan pada benda
Obeng adalah yang digunakan untuk mengencangkan atau mengendorkan sebuah scrup atau bolt
Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun horizontal
39
4.2. Pengumpulan & Analisis Data Waktu Kerja
Analisis data dilakukan dengan mulai melakukan time study di line produksi
untuk mendapatkan waktu aktual, kemudian mulai dilakukan komparasi data
dengan waktu standard yang peneliti dapatkan dari Production Engineering
Section. Root cause analysis akan dilakukan guna menemukan permasahan yang
terjadi.
4.2.1. Penghitungan Waktu & Komparasi
Tahap pertama dalam penelitian ini dengan melakukan time study untuk
pengambilan waktu aktual proses assembling unit Fuel Truck 20KL. Proses
pengambilan waktu aktual dilakukan sebanyak 3x berdasarkan literatur kecukupan
pengambilan data di dalam buku Methods, Standards, and Work Design edisi ke-
10 oleh Freivalds et al. (1999). Dari tabel 4.3 memperlihatkan bahwa rata-rata
waktu aktual untuk proses sub assembling Prepare Unit adalah yang paling tinggi
yaitu 2340 menit. Kemudian peneliti melakukan studi perbandingan dengan
waktu standard. Waktu standard diperoleh dari Production Engineering Section.
Tabel 4. 3 Pengambilan Waktu Aktual All Sub Assy Unit Fuel Truck 20KL
Perbandingan waktu standard dengan waktu aktual untuk pengerjaan unit Fuel
Truck 20KL dapat dilihat pada tabel 4.4 merupakan perbandingan waktu standard
No Proses
m/h (menit) aktual
Waktu
Aktual ke-1
Waktu
Aktual
ke-2
Waktu
Aktual ke-
3
rata-rata
1 Prepare Tank 2042 2056 2047 2048
2 Prepare Piping &
housing 3129 3115 3189 3144
3 Prepare Unit 2342 2343 2336 2340
4 Assy Tanki &
Housing 2261 2267 2254 2261
5 Assy Hidrolic
system 1326 1330 1324 1327
6 Assy Electric
system 1001 962 966 976
7 Test Fungsi 1325 1327 1321 1324
8 Assy Accesories 606 610 612 609
9 Final Inspection 304 298 305 302
40
dengan waktu aktual. Penyimpangan tertinggi terjadi pada sub assy Prepare Unit
dan sub assy Tank & Housing yaitu dengan selisih waktu 300 menit dan 221
menit jika dibandingkan waktu standard. Fokus penelitian ini adalah pada
penyimpangan waktu tertinggi yaitu sub assy Prepare Unit saja.
Tabel 4. 4 Perbandingan Waktu Standard Dengan Aktual Proses Assembling Fuel Truck
20KL
No Proses
Waktu
Standard
(menit)
Waktu
Aktual
(menit)
Selisih
(menit)
Persentase
Penyimpangan
(%)
1 Prepare Tank 2040 2048 8 1,4%
2 Prepare Piping &
housing 3120 3144 24 4,1%
3 Prepare Unit 2040 2340 300 50,8%
4 Assy Tanki & Housing
2040 2261 221 37,4%
5 Assy Hidrolic system 1320 1327 7 1,2%
6 Assy Electric system 960 976 16 2,7%
7 Test Fungsi 1320 1324 4 0,7%
8 Assy Accesories 600 609 9 1,5%
9 Final Inspection 300 302 2 0,3%
Untuk mengerucutkan analisis masalah maka dilakukan time study yang lebih
mendalam pada area sub assy Prepare Unit. Tabel 4.5 merupakan hasil
pengambilan waktu aktual yang dilakukan sebanyak 3x, kemudian dicari rata-
ratanya. Hasilnya adalah waktu proses sub assy setting welding extention chassis
terjadi penyimpangan dengan rata-rata sebesar 600 menit.
Tabel 4. 5 Pengambilan Waktu Aktual Terhadap Sub Assy Prepare Unit
No Proses
m/h (menit) aktual
Waktu
Aktual ke-1
Waktu
Aktual
ke-2
Waktu
Aktual ke-3
rata-
rata
1 Dis assy acessories 126 122,5 123,7 124,07
2 Isolation Component
187 183 186,3 185,43
3 S/W Extntion
Chassis 599,81 604,1 596,1 600
4 Drilling Chasis 528,8 524,46 521,2 525
5 Prepare Mounting 731,8 723,1 724,9 726,60
6 Install Mounting 124 126,55 131,2 127,25
41
Peneliti melakukan studi komparasi untuk membandingkan data waktu aktual
dengan waktu standard yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Waktu standard
didapatkan dari Production Engineering Section. Berdasarkan tabel 4.6 dibawah
sangatlah jelas bahwa pemborosan waktu yang paling tinggi terjadi pada proses
sub assy setting extention chassis dengan selisih waktu 120 menit. Drill chassis
dengan 105 menit dan sisanya adalah dibawah 10 menit.
Tabel 4. 6 Perbandingan Waktu Standard dengan Waktu Aktul Proses Sub Assy Prepare Unit
No Proses Waktu
Standard (menit)
Waktu
Aktual
(menit)
Selisih
(menit)
1 Dis assy acessories 120 124,07 4,07
2 Isolation Component 180 185,43 5,43
3 S/W Ext.Chassis 480 600 120
4 Drilling Chasis 420 525 105
5 Prepare Mounting 720 726,60 6,60
6 Install Mounting 120 127,25 7,25
Berdasarkan penyimpangan tertinggi yang ada di proses sub assy Prepare Unit
maka bisa divisualisasikan seperti gambar 4.9
Gambar 4. 9 Diagram Persentase Selisih Waktu Standard vs Waktu Aktual
Berdasarkan diagram pada gambar 4.9 menunjukkan bahwa persentase
penyimpangan waktu terbesar adalah 48% di dalam proses sub assy setting
42
welding extention chassis. Oleh karena itu maka perlu dilakukan analisis yang
lebih mendalam lagi untuk mengurai akar permasalahan yaitu menggunakan peta
Process Activity Mapping.
4.3. Pembuatan Process Activity Mapping
Process Activity Mapping digunakan untuk mengetahui alur pengerjaan untuk
setiap sub process assembly. Dari hasil Process Activity Mapping akan nampak
aktivitas mana saja yang bernilai (value added), aktivitas penting tetapi tak
bernilai (necassary but non value added) & aktivitas tidak bernilai (non value
added). Berikut akan dijabarkan Process Activity Mapping untuk sub assembly
yang ada di proses setting welding extention chassis di dalam tabel 4.7.
Tabel 4.7 merupakan process activity mapping setting welding extention chassis
yang dilakukan sebelum perbaikan. Tabel tersebut berisikan detail aktivitas dalam
menggunakan mesin, aktivitas operasi, manpower dan klasifikasi aktivitas
berdasarkan VA (Value Added) , NVA (Non Value Added) dan NNVA (Non
Necessary Value Added). Sedangkan untuk parameter penentuan kategori aktivitas
tersebut, peneliti sudah menjelaskan di Bab 2 (Tinjauan Pustaka) pada sub bab
2.4.1.
Adapun ringkasan penentuan kategori tersebuat antara lain :
VA (Value Added) : Pekerjaan bernilai dengan pekerjaan yang
menambah value bagi perusahaan dan pelanggan.
NVA (Non Value Added) : Pekerjaan yang mengandung waste dan tidak
bisa menambah nilai / value kepada pelanggan akhir maupun perusahaan
sehingga harus di-design ulang. Aktivitas yang mengandung waste
adalah seperti yang dijelaskan oleh Shigeo Shingo (1989) yang dikenal
dengan 7 waste. Sebagai contoh penggunaan alat bantu manual
merupakan jenis waste inappropriate processing. Contoh lain dari NVA
adalah aktivitas storage dan delay.
NNVA (Necessary but Non Value Added) : Aktivitas penting tidak
bernilai tambah yang sulit dihindari untuk tidak dikerjakan. Aktivitas
43
yang tergolong NNVA tetapi diperlukan menurut para ahli industri
adalah inspeksi dan material handling (transportasi).
Untuk melihat gambaran secara detail, maka bisa dilihat pada peta Process
Activity Mapping di tabel 4.7
44
Tabel 4. 7 Process Activivity Mapping Setting Welding Extention Chassis Sebelum Perbaikan
O T I S D Manpower Proses kerja (NNVA, NVA)
1 Forklift 35 7,56 1 X Operator A transportasi NNVA
2 Troli 40 14,97 2 X Operator A & B transportasi NNVA
3 - 3 12,12 2 X Operator A & B transportasi NNVA
4 Gerinda tangan - 62,5 2 X Operator A & B - VA
5 Mesin las GMAW 5 44,23 1 X Operator B - VA
6 Clamp, obeng - 7,45 1 X Operator A rangkaian proses menyambung ext. Chassis ke end chassis NVA
7 Lifting magnet - 1,55 1 X Operator B rangkaian proses mengangkat ext. chassis ke end chassis NVA
8 - 3 46,4 1 X Operator A - VA
9 Overhead crane (OHC) - 0,7 1 X Operator B rangkaian proses mengangkat ext. chassis ke end chassis NVA
10 Overhead crane (OHC) - 21,12 1 X Operator A rangkaian proses menyambung ext. Chassis ke end chassis NVA
11 - - 24,21 1 X Operator A rangkaian proses menyambung ext. Chassis ke end chassis NVA
12 Clamp, obeng - 3,72 1 X Operator B rangkaian proses menyambung ext. Chassis ke end chassis NVA
13 Palu - 14,52 1 X Operator A rangkaian proses menyambung ext. Chassis ke end chassis NVA
14 - - 16,54 1 X Operator B rangkaian proses menyambung ext. Chassis ke end chassis NNVA
15 Mesin las GMAW - 5,06 1 X Operator A - VA
16 Overhead crane (OHC) - 1,66 1 X Operator A menurunkan tools pengangkat ext chassis NVA
17 Obeng - 2,88 1 X Operator B rangkaian proses menyambung ext. Chassis ke end chassis NVA
18 Clamp - 2,16 1 X Operator A rangkaian proses menyambung ext. Chassis ke end chassis NVA
19 Lifting magnet - 2,31 1 X Operator B rangkaian proses mengangkat ext. chassis ke end chassis NVA
20 - - 50,1 1 X Operator A - VA
21 Overhead crane (OHC) - 0,95 1 X Operator B menurunkan tools pengangkat ext chassis NVA
22 Overhead crane (OHC) - 22,95 1 X Operator B rangkaian proses menyambung ext. Chassis ke end chassis NVA
23 - - 26,12 1 X Operator A rangkaian proses menyambung ext. Chassis ke end chassis NVA
24 Clamp, obeng - 4,15 1 X Operator B rangkaian proses menyambung ext. Chassis ke end chassis NVA
25 Palu - 14,65 1 X Operator A rangkaian proses menyambung ext. Chassis ke end chassis NVA
26 - - 17,1 1 X Operator B rangkaian proses menyambung ext. Chassis ke end chassis NNVA
27 Mesin las GMAW - 5,25 1 X Operator B - VA
28 Overhead crane (OHC) - 1,25 1 X Operator A rangkaian proses mengangkat ext. chassis ke end chassis NVA
29 Obeng - 3,87 1 X Operator B rangkaian proses menyambung ext. Chassis ke end chassis NVA
30 - - 1,45 2 X Operator A & B transportasi NNVA
31 - - 5,46 2 X Operator A & B - VA
32 Mesin las GMAW - 88,88 2 X Operator A & B - VA
33 Gerinda tangan - 56,42 1 X Operator A & B - VA
34 Waterpass - 9,74 1 X Operator A & B inspeksi NNVA
VA : 10
NVA : 2
NNVA : 22
Aktivitas
VA : Value Added VA
NVA : Non Value Added NVA
NNVA : Necessary but Non Value Added NNVA
3 0 0
Parameter Kategori
: Aktivitas bernilai dengan pekerjaan menambah value bagi perusahaan & pelanggan, penggunaan alat bantu baru.
: Aktivitas yang mengandung waste, termasuk di dalamnya 7 waste, aktivitas storage & delay. Sehingga harus di-design ulang.
: Aktivitas inspeksi dan material handling (transportasi)
Keterangan
- - 600 2 27 4
Pemasangan doubler pada ext chassis R H & LH
Melakukan pengelasan full weld ext chassis R H & LH
Melakukan finishing ext chassis RH & LH
Melakukan inspeksi hasil finishing ext chassis RH & LH
Jumlah
Mengambil doubler RH & LH
Memasang lifting magnet ke extention chassis LH
Mengoperasikan OHC
Memasang hook OHC ke lifting magnet
Memposisikan ext chassis LH dibawah stopper
Memegang & mengarahkan manual agar posisi ext chassis LH rapat
Memasang clamp yang mengikat stopper & ext chassis LH
Memukul ext chassis LH
Mengamati agar posisi ext chassis LH benar
Melakukan proses take weld ext chassis LH dengan end chassis LH
Menurunkan lifting magnet
Melepas kedua clamp pada stopper & ext chassis LH
Memasang stopper dengan clamp mengikat end chassis LH
Memasang lifting magnet ke extention chassis RH
Mengoperasikan OHC
Memasang hook OHC ke lifting magnet
Memposisikan ext chassis RH dibawah stopper
Memegang & mengarahkan manual agar posisi ext chassis rapat
Memasang clamp yang mengikat stopper & ext chassis R H
Memukul ext chassis RH
Mengamati agar posisi ext chassis RH benar
Melakukan proses take weld ext chassis RH dengan end chassis R H
Menurunkan lifting magnet
Melepas kedua clamp pada stopper & ext chassis RH
Memasang stopper dengan clamp mengikat end chassis RH
No Aktivitas Mesin / AlatJarak
(m)
Waktu
(menit)
Jumlah
Operator
Aktivitas Catatan VA/
NVA/
NNVA
Mengambil ext. Chassis & doubler kemudian meletakkan pada area kerja
Mengambil tools di toolbox
Meletakkan tools pada pallet tools
Proses champering end chassis LH & RH
Prepare & setting mesin las
45
Untuk memudahkan pembacaan peta PAM di atas maka dibuatkanlah urutan
nomer operasi berupa flow diagram seperti gambar dibawah. Gambar 4.10
merupakan flow diagram yang menggambarkan proses sub assy setting welding
extention chassis yang dikerjakan oleh 2 manpower . Dari gambar akan terlihat
mana saja aktivitas yang berkerjakan secara serial (berurutan) atau paralelel (
bersamaan). Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah membuat summary /
ringkasan hasil peta PAM.
Gambar 4. 10 Flow Diagram Proses Setting Welding Extention Chassis
Tabel 4.8 menunjukkan bahwasanya aktivitas yang tertinggi adalah aktivitas
operasi dengan jumlah 27 aktivitas dengan total waktu 520,52 menit dan
presentase total 87 %.
Operator A Operator B Operator A Operator B Operator A Operator B Operator A Operator B
7
9
CC34 CC34
Selesai
32 32
33 33
CC14
12
13
18
16
15
17
19
20
21
Mulai
4
1
4
2 2
3 3
5
6
8
10
11
22
23
25
24
27
28
29
31 31
46
Tabel 4. 8 Summary Aktivitas Kerja Setting Welding Extention Chassis
Operasi Transportasi Inspeksi Storage Delay Total
Jumlah aktivitas 27 4 3 0 0 34
Total Waktu
(mnt) 520,52 36,1 43,38 0 0 600
Prosentase (%) 87% 6% 7% 0% 0% 100%
Tabel 4.9 memperlihatkan aktivitas Non Value Added (NVA) dengan jumlah
aktivitas terbanyak yaitu 18 aktivitas dari total 34 aktivitas. Untuk memudahkan
analisis maka perlu dibuatkan ranking urutan waktu terbesar hingga terkecil untuk
melihat lebih dalam aktivitas mana saja yang penting tetapi tidak bernilai
(NNVA) dan aktivitas tak bernilai (NVA).
Tabel 4. 9 NNVA, NVA, VA Untuk Masing-Masing Akivitas Kerja Setting Welding Extention
Chassis
Operasi Transportasi Inspeksi Storage Delay Total
NNVA 0 4 3 0 0 7
NVA 18 0 0 0 0 18
VA 9 0 0 0 0 9
Total 27 4 3 0 0 34
Untuk melihat akar permasalahan, tahap berikutnya adalah menentukan ranking
aktivitas NVA dan NNVA proses setting extention chassis. Penentuan ranking ini
berdasarkan pada waktu terlama dari aktivitas yang diurutkan dengan descending
order. Tabel 4.10, tabel 4.11 dan tabel 4.12 memperlihatkan hasil ranking.
Tabel 4. 10 Ranking Aktivitas NVA dan NNVA Proses Setting Welding Extention Chassis
Berdasarkan Waktu
No.
Ran
king
No.
Akti
vitas
Aktivitas Proses kerja
Wakt
u
(meni
t)
Kateg
ori
1 23
Memegang & mengarahkan manual agar
posisi ext chassis LH
rapat
rangkaian proses menyambung ext.
Chassis ke end
chassis
26,12 NVA
2 11
Memegang &
mengarahkan manual agar posisi ext chassis rapat
rangkaian proses menyambung ext.
Chassis ke end
chassis
24,21 NVA
47
Tabel 4. 11 Ranking Aktivitas NVA dan NNVA Proses Setting Welding Extention Chassis
Berdasarkan Waktu (Lanjutan)
3 22 Memposisikan ext chassis LH dibawah stopper
rangkaian proses
menyambung ext.
Chassis ke end chassis
22,95 NVA
4 10 Memposisikan ext chassis RH
dibawah stopper
rangkaian proses
menyambung ext.
Chassis ke end chassis
21,12 NVA
5 26 Mengamati agar posisi ext
chassis LH benar
rangkaian proses menyambung ext.
Chassis ke end chassis
17,1 NNVA
6 14 Mengamati agar posisi ext
chassis RH benar
rangkaian proses
menyambung ext. Chassis ke end chassis
16,54 NNVA
7 2 Mengambil tools di toolbox Material Handling
(transportasi) 14,97 NNVA
8 25 Memukul ext chassis LH rangkaian proses menyambung ext.
Chassis ke end chassis
14,65 NVA
9 13 Memukul ext chassis RH rangkaian proses menyambung ext.
Chassis ke end chassis
14,52 NVA
10 3 Meletakkan tools pada pallet
tools
Material Handling
(transportasi) 12,12 NNVA
11 34 Melakukan inspeksi hasil
finishing ext chassis RH & LH inspeksi 9,74 NNVA
12 1
Mengambil ext. Chassis &
doubler kemudian meletakkan pada area kerja
Material Handling
(transportasi) 7,56 NNVA
13 6 Memasang stopper dengan
clamp mengikat end chassis RH
rangkaian proses
menyambung ext.
Chassis ke end chassis
7,45 NVA
14 24
Memasang clamp yang
mengikat stopper & ext chassis
LH
rangkaian proses
menyambung ext.
Chassis ke end chassis
4,15 NVA
15 29 Melepas kedua clamp pada
stopper & ext chassis LH
rangkaian proses menyambung ext.
Chassis ke end chassis
3,87 NVA
16 12 Memasang clamp yang mengikat stopper & ext chassis
RH
rangkaian proses menyambung ext.
Chassis ke end chassis
3,72 NVA
17 17 Melepas kedua clamp pada
stopper & ext chassis RH
rangkaian proses
menyambung ext. Chassis ke end chassis
2,88 NVA
18 19 Memasang lifting magnet ke
extention chassis LH
rangkaian proses
mengangkat ext. chassis
ke end chassis
2,31 NVA
19 18 Memasang stopper dengan clamp mengikat end chassis LH
rangkaian proses
menyambung ext.
Chassis ke end chassis
2,16 NVA
20 16 Menurunkan lifting magnet menurunkan tools
pengangkat ext chassis 1,66 NVA
48
Tabel 4. 12 Ranking Aktivitas NVA dan NNVA Proses Setting Welding Extention Chassis
Berdasarkan Waktu (Lanjutan)
21 7 Memasang lifting magnet ke extention chassis RH
rangkaian proses
mengangkat ext. chassis
ke end chassis
1,55 NVA
22 30 Mengambil doubler RH & LH Material Handling
(transportasi) 1,45 NNVA
23 28 Menurunkan lifting magnet
rangkaian proses
mengangkat ext. chassis ke end chassis
1,25 NVA
24 21 Memasang hook OHC ke lifting
magnet
menurunkan tools
pengangkat ext chassis 0,95 NVA
25 9 Memasang hook OHC ke lifting
magnet
rangkaian proses mengangkat ext. chassis
ke end chassis
0,7 NVA
Tabel 4.10, tabel 4.11 dan tabel 4.12 diketahui bahwa aktivitas “Memegang &
mengarahkan manual agar posisi ext chassis rapat” merupakan kategori aktivitas
Non Value Added (NVA) dengan waste / pemborosan aktivitas terbesar yaitu
26,12 menit. Dikarenakan aktivitas ini dapat dikategorikan sebagai waste yang
berupa over processing / inappropriate process. Kemudian disusul dengan
aktivitas NVA dan NNVA lainnya. Jika dicermati dari hasil diatas maka akar
permasalahan yang menyebabkan penyimpangan waktu standard adalah aktivitas
pekerjaan yang dikerjakan secara manual tanpa ditunjang dengan dengan alat
bantu kerja yang ergonomis & nyaman. Karena banyaknya aktivitas yang bernilai
waste yaitu 25 aktivitas. Maka peneliti meringkas ke dalam 5 kategori waste,
seperti yang dijelaskan pada tabel 4.13.
Tabel 4. 13 Ringkasan Kategori Aktivitas Waste
Proses kerja Jumlah
Rangkaian proses menyambung ext. Chassis ke end chassis 14
Rangkaian proses mengangkat ext. chassis ke end chassis 4
Menurunkan tools pengangkat ext. chassis 2
Inspeksi 1
Material Handling (transportasi) 4
Tabel 4.13 menunjukkan ringkasan pekerjaan untuk proses menyambung,
mengangkat ext. chassis ke end chassis dan proses material handling
49
(transportasi) memiliki jumlah terbanyak yaitu 14 aktivitas dan 4 aktivitas.
Perbaikan di proses material handling (transportasi) tidak dilakukan karena di
dalam penelitian ini sudah ditentukan batasan masalah untuk perancangan alat
bantu saja. Sehingga peneliti mengambil aktivitas proses menyambung ext.
chassis ke end chassis dan rangkaian proses mengangkat ext. chassis ke end
chassis untuk kemudian dibuatkan alat bantu agar waktu proses sub assy setting
welding extention chassis bisa turun.
Berikut detail aktivitas dari 2 pengelompokan aktivitas menyambung dan
mengangkat ext. chassis ke end chassis. Namun untuk mengurutkan proses sesuai
urutan kerja setting welding extention chassis. Maka peneliti memulai dengan
rangkaian mengangkat kemudian rangkaian proses menyambung ext. chassis ke
end chassis
4.3.1 Rangkaian Proses Mengangkat Ext. Chassis ke End Chassis
Di dalam aktivitas ini dimulai dari operator mengaktifkan lifting magnet pada
extention chassis RH kemudian mamasang hook OHC hingga mengangkatnya.
Aktivitas ini kemudian dilanjut pemasangan untuk extention chassis LH.
Pada Gambar 4.11 menunjukkan beberapa aktivitas manual yang diambil untuk
mewakili proses mengangkat extention chassis ke end chassis. Sedangkan detail
aktivitas sudah dijelaskan di peta activity process mapping.
Gambar 4. 11 Rangkaian Beberapa Proses Mengangkat Ext. Chassis ke End Chassis
50
4.3.2 Rangkaian Proses Menyambung Ext Chassis ke End Chassis
Di dalam aktivitas ini dimulai ketika extention chassis mulai didekatkan pada end
chassis RH, setting posisi sebelum take weld hingga proses finishing hasil full
weld untuk masing-masing entention chassis. Kemudian dilanjut untuk end
chassis LH.
Pada Gambar 4.12 merupakan beberapa aktivitas manual yang diambil untuk
mewakili proses menyambunng extention chassis ke end chassis. Sedangkan
detail aktivitas sudah dijelaskan di peta activity process mapping.
Gambar 4. 12 Rangkaian Beberapa Proses Menyambung Ex.t Chassis ke End Chassis
Kesimpulan dari gambar 4.11 dan Gambar 4.12 di atas menunjukkan perkerjaan
tambahan tidak perlu dilakukan secara manual jika ada alat bantu yang bisa
menghilangkan pengerjaan manual dalam proses setting welding extention
chassis.
51
4.4. Perancangan Alat Bantu dengan (Quality Function Deployment) QFD
Dalam perancangan alat bantu ini peneliti memakai metode QFD (Quality
Function Deployment). Metode QFD (Quality Function Deployment) adalah
metode di dalam pengembangan produk, jasa atau yang lainnya dimana
menjadikan respons & kepuasan pelanggan untuk merealisasikannya.
4.4.1. House Of Quality (HOQ) Untuk Product Planning Matrix
House of Quality (HOQ) untuk perencanaan produk merupakan tahap pertama
dalam proses penyelesaian metode QFD.
4.4.1.1 Customer Requirement
Customer Requirement berisikan aktivitas untuk mengidentifikasi kebutuhan
pelanggan berdasarkan voice of customer terhadap alat bantu yang akan
dikembangkan melalui resaerch atau penelitian. tahap awal yang dilakuakan
adalah dengan membuat kuesioner.
4.4.1.1.1 Penyebaran Kuesioner Untuk Identifikasi Customer Need
Pada tahap identifikasi kebutuhan pelanggan maka perlu dilakukan penyebaran
kuesioner untuk mengetahui kebutuhan pelanggan. Yang dimaksud pelanggan di
sini adalah operator yang bekerja dalam area kerja produksi Small Suppeq.
Penyebaran kuesioner dibatasi hanya kepada semua karyawan yang terlibat dalam
proses produksi Fuel Truck 20KL. Tabel 4.14 menunjukkan 17 operator yang
mengerjakan produk Fuel Truck 20 KL dari total 31 operator di line produksi
small suppeq. Dari 17 karyawan tersebut akan melakukan proses sub assy setting
welding extention chassis berdasarkan pos kerja masing-masing.
Tabel 4. 14 Jumlah Operator Produk Small Supporting Equipment (Suppeq)
No Product PN Jumlah
Manpower Keterangan
1 Lube Truck 12 D. Cabin
R61206-A1000000
- sudah selesai,pengerjaan 6 bulan
pertama tahun 2018
1 Fuel Truck
20KL
RA2030-
A1000000 17
Pengerjaan 6 bulan terakhir tahun
2018`
2 WT 20 KL RB2016-
A1000000 14
Pengerjaan 6 bulan terakhir tahun 2018`
4 Cargo Deck
HB250E3
RR3N02-
A1000000 -
sudah selesai,pengerjaan 6
pertama tahun 2018
31
52
Berdasarkan tabel 4.14 yang berasal dari data perusahaan. Hanya terdapat 2
produk small supporting equipment yang sedang dalam produksi hingga akhir
tahun 2018. Untuk tahun yang akan datang maka perusahaan biasanya melakukan
set up ulang jumlah operator berdasarkan produksi yang berjalan. Untuk
pembuatan kuesioner customer need berikut adalah detail pertanyaan yang
diajukan.
a) Pertanyaan tentang proses mengangkat ext chassis ke end chassis.
1. Kesulitan apa yang anda hadapi ketika melakukan proses sub assy setting
welding extention chasis khususnya dalam proses mengangkat ext chassis ke
end chassis ?
2. Jika alat bantu proses mengangkat ext chassis ke end chassis direalisasikan,
alat seperti apa yang anda inginkan ?
3. Apa harapan anda di jika alat bantu terrealisasikan ?
4. Spesifikasi alat bantu seperti apa yang hendak diinginkan ?
b) Pertanyaan tentang proses menyambung ext chassis ke end chassis.
1. Kesulitan apa yang anda hadapi ketika melakukan proses sub assy setting
welding extention chassis khususnya dalam proses menyambung ext chassis
ke end chassis ?
2. Jika alat bantu proses menyambung ext chassis ke end chassis
direalisasikan, alat seperti apa yang anda inginkan ?
3. Apa harapan anda jika alat bantu terrealisasikan ?
4. Spesifikasi alat bantu seperti apa yang hendak diinginkan ?
4.4.1.1.2 Identifikasi Customer Need
Setelah dilakukan penyebaran kuesioner maka langkah selanjutnya adalah
mencatat jawaban dari Responden. Untuk model kuesionernya terdapat di
lampiran (L-1). Kemudian jawaban dari Responden dirangkum ke dalam daftar
customer need berdasarkan masing-masing proses. Detail dari rangkuman
customer need bisa dilihat pada tabel 4.15 dan tabel 4.16. Pada tabel 4.15
53
menunjukan hasil rangkuman dari data customer need untuk proses mengangkat
extention chassis ke end chassis.
Tabel 4. 15 Customer Need Proses Mengangkat Extention Chassis ke End Chassis
Mengangkat extention chassis ke end chassis
No. Customer Need
1 Alat bantu yang bisa disetel tingkat kerapatan
ketika menggenggam extention chassis.
2 Alat bantu yang mampu menghilangkan aktivitas angkat manual untuk memposisikan lifting magnet diatas ext chassis & menghilangkan
pemakaian lifting Magnet.
3 Alat bantu yang seimbang mengangkat extention chassis kiri dan kanan
4 Alat bantu yang mampu mengangkat sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri).
5 Alat bantu mempunyai bentuk yang sederhana & ringan
Tabel 4.16 menunjukan hasil rangkupan dari data customer need untuk proses
menyambung extention chassis ke end chassis.
Tabel 4. 16 Customer Need Proses Menyambung Extention Chassis ke End Chassis
Menyambung Extention Chassis ke End Chassis
No. Customer Need
1 Alat bantu yang kuat menahan extention chassis menempel di end chassis.
2 Alat bantu yang bisa disetel kerapatan extention chassis ke end chassis.
3 Alat bantu yang tidak menggunakan kunci ketika menyetel kerapatan extention chassis dengan end chassis
4 Alat bantu yang tidak menggunakan clamp penjepit.
5 Alat bantu yang tidak menggunakan stopper manual.
6 Alat bantu yang mampu melakukan proses assy sekaligus untuk extention
RH (kanan) dan LH (kiri) ke end chassis.
7 Alat bantu yang bisa menghilangkan aktivitas memegang, mengarahkan secara manual & gerakan dalam memukul extention chassis.
8 Alat bantu yang sederhana, ringan & menyesuiakan kontur chassis unit.
4.4.1.2 Planning Matrix
4.4.1.2.1 Penyebaran Kuesioner Tingkat Kepentingan (Importance to
Customer)
Kuesioner tingkat kepentingan disebarkan dengan tujuan mengetahui tingkat
kepentingan berdasarkan daftar hasil kuesioner awal di dalam menentukan
customer need. Kuesioner yang disebar ini untuk mengetahui tingkat Importance
to Customer (tingkat kebutuhan pelanggan) dan Customer Satisfaction
Performance (tingkat performansi kepuasan pelanggan).
54
Kuesioner ini dibuat berdasarkan skala likert. Dalam pembuatan kuesioner skala
likert terdapat 4 kategori di dalam menjawab pertanyaan, antara lain : (1) sangat
tidak penting, (2) tidak penting, (3) kurang penting, (4) penting, (5) sangat
penting. Kemudian kuesioner dibagikan ke 17 operator. Model kuesioner terdapat
di lampiran (L-2).
4.4.1.2.2 Hasil Kuesioner Tingkat Kepentingan Berdasarkan Importance to
Customer
Tabel 4.17 merupakan hasil kuesioner tingkat kepentingan untuk proses
mengangkat extention chassis ke end chassis. Untuk penghitungan skala hasil
tingkat kepentingan (important scale) sudah dijelaskan di Bab 2 (Tinjuan
Pustaka).
Tabel 4. 17 Customer Need Proses Mengangkat Extention Chassis ke End Chassis
Berdasarkan Tingkat Kepentingan
No. Customer Need
Score Total
Responden
Important
Scale Rank
1 2 3 4 5
1
Alat bantu yang bisa disetel tingkat kerapatan
ketika menggenggam
extention chassis.
2 15 17 4,882 2
2
Alat bantu yang mampu
menghilangkan aktivitas
angkat manual untuk
memposisikan lifting magnet diatas ext chassis
& menghilangkan
pemakaian lifting Magnet.
2 15 17 4,882 2
3
Alat bantu yang
seimbang mengangkat
extention chassis kiri dan kanan
1 2 14 17 4,588 3
4
Alat bantu yang mampu
mengangkat sekaligus
untuk extention RH
(kanan) dan LH (kiri).
1 16 17 4,941 1
5 Alat bantu mempunyai bentuk yang sederhana &
ringan
2 2 13 17 4,294 4
55
Tabel 4.18 memperlihatkan hasil kuesioner tingkat kepentingan untuk proses
menyambung extention chassis ke end chassis. Adapun cara penghitungan sudah
dijelaskan di Bab 2 (Tinjuan Pustaka).
Tabel 4. 18 Customer Need Proses Menyambung Extention Chassis ke End Chassis
Berdasarkan Tingkat Kepentingan
No
. Customer Need
Score Total
Responde
n
Importan
t
Scale
Ran
k 1 2 3 4 5
1
Alat bantu yang kuat
menahan extention chassis menempel di
end chassis.
1 1 15
17 4,824 5
2
Alat bantu yang bisa disetel kerapatan
extention chassis ke
end chassis.
1 2 1
4 17 4,765 6
3
Alat bantu yang tidak menggunakan
kunci ketika
menyetel kerapatan extention chassis
dengan end chassis
2 3 1
2 17 4,588 7
4
Alat bantu yang
tidak menggunakan clamp penjepit.
2 1
5 17 4,882 4
5
Alat bantu yang
tidak menggunakan
stopper manual.
2 15
17 4,882 3
6
Alat bantu yang
mampu melakukan
proses assy sekaligus untuk
extention RH
(kanan) dan LH
(kiri) ke end chassis.
1 1
6 17 4,941 1
7
Alat bantu yang bisa
menghilangkan
aktivitas memegang, mengarahkan secara
manual & gerakan
dalam memukul
extention chassis.
3 1
4 17 4,824 2
8
Alat bantu yang
sederhana, ringan &
menyesuiakan kontur chassis unit.
2 4 1
1 17 4,529 8
56
4.4.1.2.3 Penyebaran Kuesioner Penilaian Kepuasan Pelanggan (Customer
Satisfaction Performance)
Pada tahap ini yang dilakukan adalah penyebaran kuesioner untuk menilai tingkat
kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction Performance). Kuesioner ini dibuat
berdasarkan skala linkert. Model Kusioner terdapat dalam lampiran (L-3)
4.4.1.2.4 Hasil Kuesioner Tingkat Kepentingan Berdasarkan Customer
Satisfaction Performance
Tabel 4.19 merupakan hasil kuesioner tingkat kepentingan untuk menilai tingkat
kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction Performance). dari proses
mengangkat extention chassis ke end chassis secara manual maupun
menggunakan alat bantu baru yang diisi oleh 17 operator.
Tabel 4. 19 Hasil Kuesioner Tingkat Kepentingan Pembanding Proses Mengangkat
Extention Chassis ke End Chassis
No
. Customer Need
Alat bantu
manual Jig Baru
Score
Tota
l
Score
Tota
l
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1
Alat bantu yang bisa disetel tingkat
kerapatan
ketika menggenggam extention chassis.
3 1
4 17 2
1
5 17
2
Alat bantu yang mampu
menghilangkan aktivitas angkat
manual untuk memposisikan lifting magnet diatas ext chassis &
menghilangkan pemakaian lifting
Magnet.
15
2 17 3 14
17
3 Alat bantu yang seimbang mengangkat extention chassis kiri
dan kanan
1
5 1 1 17 1 3
1
3 17
4
Alat bantu yang mampu mengangkat sekaligus untuk
extention RH (kanan) dan LH
(kiri).
1
7 17 3
1
4 17
5 Alat bantu mempunyai bentuk
yang sederhana & ringan
1
4 2 1 17 3 3
1
1 17
Tabel 4.20 merupakan hasil kuesioner tingkat kepentingan untuk menilai tingkat
kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction Performance). dari proses
57
menyambung extention chassis ke end chassis secara manual maupun
menggunakan alat bantu baru yang diisi oleh 17 operator.
Tabel 4. 20 Hasil Kuesioner Tingkat Kepentingan Pembanding Proses Menyambung
Extention Chassis ke End Chassis
No
. Customer Need
Alat bantu
manual Jig Baru
Score
To
tal
Score
To
tal
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1
Alat bantu yang kuat menahan
extention chassis menempel di end
chassis.
1 1 15
17 1 2 14
17
2
Alat bantu yang bisa disetel
kerapatan extention chassis ke end chassis.
1 2 1
4 17 2 2
1
3 17
3
Alat bantu yang tidak
menggunakan kunci ketika
menyetel kerapatan extention chassis dengan end chassis
2 3 1
2 17 3 1
1
3 17
4
Alat bantu yang tidak
menggunakan
clamp penjepit.
2 1
5 17 1
1
6 17
5 Alat bantu yang tidak
menggunakan stopper manual. 2
1
5 17 2
1
5 17
6
Alat bantu yang mampu melakukan
proses assy sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri)
ke end chassis.
1 16
17 1 16
17
7
Alat bantu yang bisa
menghilangkan aktivitas memegang, mengarahkan secara
manual & gerakan dalam memukul
extention chassis.
3 1
4 17 4
1
3 17
8 Alat bantu yang sederhana, ringan & menyesuiakan kontur chassis
unit.
2 4 1
1 17 1 5
1
1 17
Tabel 4.21 merupakan hasil penghitungan kuesioner tingkat kepentingan dari
penggunaan alat bantu manual terhadap alat bantu yang akan dibuat berdasarkan
penilaian tingkat kepuasan pelangganm ketika proses mengangkat extention
chassis ke end chassis.
58
Tabel 4. 21 Score Tingkat Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction Performance) Proses
Mengangkat Extention Chassis ke End Chassis
No. Customer Need
Customer Satisfaction
Performance
Alat
bantu
manual
Jig Baru
1 Alat bantu yang bisa disetel tingkat kerapatan
ketika menggenggam extention chassis. 1,824 4,882
2
Alat bantu yang mampu menghilangkan aktivitas angkat manual untuk memposisikan lifting magnet
diatas ext chassis & menghilangkan pemakaian
lifting Magnet.
1,118 4,824
3 Alat bantu yang seimbang mengangkat extention
chassis kiri dan kanan 1,176 4,529
4 Alat bantu yang mampu mengangkat sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri).
1,000 4,824
5 Alat bantu mempunyai bentuk yang sederhana & ringan
1,235 3,941
Tabel 4.22 dan tabel 4.23 merupakan hasil penghitungan kuesioner tingkat
kepentingan dari penggunaan alat bantu manual terhadap alat bantu yang akan
dibuat berdasarkan penilaian tingkat kepuasan pelanggan ketika proses
menyambung extention chassis ke end chassis.
Tabel 4. 22 Score Tingkat Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction Performance) Proses
Menyambung Extention Chassis ke End Chassis
No. Customer Need
Customer Satisfaction
Performance
Alat
bantu
manual
Jig Baru
1 Alat bantu yang kuat menahan extention chassis menempel di end chassis.
2,235 4,765
2 Alat bantu yang bisa disetel kerapatan
extention chassis ke end chassis. 2,176 4,647
59
Tabel 4. 23 Score Tingkat Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction Performance) Proses
Menyambung Extention Chassis ke End Chassis (Lanjutan)
3 Alat bantu yang tidak menggunakan kunci ketika menyetel kerapatan extention chassis
dengan end chassis
1,059 4,588
4 Alat bantu yang tidak menggunakan clamp penjepit.
1 4,941
5 Alat bantu yang tidak menggunakan stopper manual.
1 4,882
6
Alat bantu yang mampu melakukan proses assy
sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH
(kiri) ke end chassis.
1 4,941
7 Alat bantu yang bisa menghilangkan aktivitas memegang, mengarahkan secara manual &
gerakan dalam memukul extention chassis.
1,294 4,765
8 Alat bantu yang sederhana, ringan &
menyesuiakan kontur chassis unit. 1,353 4,588
4.4.1.3 Technical / Design Requirement
Technical / Design Requirement sering disebut respon teknis. Respon teknis
ditentukan berdasarkan kebutuhan pelanggan (customer need) kemudian
diterjemahkan berdasarkan spesifikasi secara teknis. Tabel 4.24 dan tabel 4.25
merupakan respon teknis untuk proses mengangkat extention chassis ke end
chasis. Tabel ini merupakan hasil customer need yang diterjemahkan ke dalam
bahasa teknis. Spesifikasi tersebut didapatkan dengan sebelumnya peneliti
melakukan diskusi dan konsultasi dengan team engineering.
Tabel 4. 24 Respon Teknis untuk Proses Mengangkat Extention Chassis ke End Chassis
Customer Need Category Spesification
Alat bantu yang bisa disetel tingkat
kerapatan
ketika menggenggam extention chassis.
Design
Jig dibuat memiliki adjuster menggunakan bolt M14x80mm qty
2pcs & nut M14 yang dipasang pada
bracket holder extention chassis, di
assy pada plate panjang 388 mm lebar 76mm. Pemasangan Bolt
adjuster pada sisi dalam bracket
holder ext chassis kiri-kanan.
60
Tabel 4. 25 Respon Teknis untuk Proses Mengangkat Extention Chassis ke End Chassis
(Lanjutan)
Alat bantu yang mampu
menghilangkan aktivitas angkat
manual untuk memposisikan lifting magnet diatas ext chassis &
menghilangkan pemakaian lifting
Magnet.
Design
Jig dibuat dengan memiliki lubang
pengait hook OHC. Lubang dibuat dengan pipa SCH40
diameter 3" , panjang 15mm
Alat bantu yang seimbang
mengangkat extention chassis kiri
dan kanan
Design
Jig dibuat dengan memiliki lubang pengait hook OHC
yang terletak ditengah tuas
penghubung bracket holder extention chassis kiri-kanan
Alat bantu yang mampu
mengangkat sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH
(kiri).
Fungsi
Jig dibuat dengan dilengkapi tuas
panjang sesuai lebar end chassis
bawaan unit kiri & kanan yaitu lebar 870mm.
Terbuat dari plate UNP
150x50x5x870mm
Alat bantu mempunyai bentuk yang sederhana & ringan
Material
Jig dibuat berupa bracket holder
extention chassis. Terbuat dari plate
siku 50x50 dengan panjang 388 mm
untuk bagian kaki, sedang untuk bagian alas terbuat dari
plate siku 50x50 dengan panjang
170mm
Tabel 4.26 dan tabel 4.27 menunjukan respon teknis untuk proses menyambung
extention chassis ke end chasis. Tabel ini merupakan hasil customer need yang
diterjemahkan ke dalam bahasa teknis. Spesifikasi tersebut didapatkan dengan
sebelumnya peneliti melakukan diskusi dan konsultasi dengan team engineering.
Tabel 4. 26 Respon Teknis untuk Proses Menyambung Extention Chassis ke End Chassis
Customer Need Category Spesification
Alat bantu yang kuat menahan
extention chassis menempel di end
chassis.
Design
Jig dibuat memiliki bolt & nut
mengikat pada ext chassis. Memakai
bolt M14x50mm & Nut M14
Alat bantu yang bisa disetel kerapatan extention chassis ke end
chassis.
Design jig dibuat berupa bracket stopper kiri-kanan ,
yang dilengkapi bolt adjuster M14
Alat bantu yang tidak menggunakan kunci ketika
menyetel kerapatan extention
chassis dengan end chassis
Design Jig dibuat dengan adjuster dibuat
seperti kunci T
Alat bantu yang tidak
menggunakan clamp penjepit. Design
jig dibuat dengan mengganti fungsi clamp penjepit mengggunakan
bolt M14x60mm & nut M14 dilas fix
pada stopper bracket kiri & kanan
61
Tabel 4. 27 Respon Teknis untuk Proses Menyambung Extention Chassis ke End Chassis
(Lanjutan)
Alat bantu yang tidak
menggunakan stopper manual. Design
jig dibuat berupa bracket stopper
kiri-kanan ,
yang dilengkapi plate kecil panjang 160mm & lebar 78mm yang
berfungsi sebagai stopper
Alat bantu yang mampu
melakukan proses assy sekaligus untuk extention RH (kanan) dan
LH (kiri) ke end chassis.
Fungsi
Jig dibuat berupa bracket stopper
kiri-kanan, yang pemasangannya langsung keduanya dipasang di end
chassis kiri - kanan.
Alat bantu yang bisa
menghilangkan aktivitas
memegang, mengarahkan secara manual & gerakan dalam
memukul extention chassis.
Fungsi
Jig dibuat dengan ukuran mini & mampu memposisikan extetion
chassis secara rapat (ada sinergi
fungsi antara bracket stopper
dengan holder bracket extention chassis)
Alat bantu yang sederhana, ringan
& menyesuiakan kontur chassis unit.
Material
Jig dibuat dengan plate SS400 T10,
panjang 160mm, lebar 100mm, dibuat dengan qty 2 pcs (kiri-kanan)
4.4.1.4 Technical Correlation Matrix
Technical Correlation Matrix atau biasa disebut metrik korelasi. Dibuatkan untuk
menggambarkan hubungan antar Important to Customer (kepentingan pelanggan)
terhadap kategori respon teknis yang diinterpretasikan melalui 3 simbul yaitu : (1)
tidak ada hubungan, (2) hubungan kuat dan (3) hubungan sangat kuat. Tabel 4.28
merupakan simbol korelasi yang digunakan untuk membuat metrik korelasi.
Tabel 4. 28 Simbol Metrik Korelasi
Tabel 4.29 dibawah adalah metrik korelasi proses mengangkat extention chassis
ke end chassis. Metrik ini menginterpretasikan hubungan antar customer need
sehingga apa yang diinginkan pelanggan bisa terwujud. Dari tabel 4.29 terlihat
bahwa hubungan antar customer need di dalam tingkat kepentinganya hanya
terjadi hubungan kuat & tidak ada hubungan berdasarkan kedekatan spesifikasi
dari fungsi, design maupun material. ini merupakan hasil setelah berdialog dengan
team engineering.
No. Simbol Arti
1 Tidak ada hubungan
2 Hubungan kuat
3 Hubungan sangat kuat
62
Tabel 4. 29 Metrik Korelasi Proses Mengangkat Extention Chassis ke End Chassis
Tabel 4.30 dibawah adalah metrik korelasi proses menyambung extention chassis
ke end chassis. Seperti halnya tabel 4.29 metrik ini menginterpretasikan hubungan
antar customer need sehingga apa yang diinginkan pelanggan bisa terwujud.
Tabel 4. 30 Metrik Korelasi Proses Menyambung Extention Chassis ke End Chassis
Jig
dib
uat
mem
iliki
ad
just
er m
engg
un
akan
bo
lt M
14
x80
mm
qty
2p
cs &
nu
t M
14
yan
g d
ipas
ang
pad
a b
rack
et h
old
er
exte
nti
on
ch
assi
s, d
i ass
y p
ada
pla
te p
anja
ng
38
8 m
m
leb
ar 7
6m
m. P
emas
anga
n B
olt
ad
just
er p
ada
sisi
dal
am
bra
cket
ho
lder
ext
ch
assi
s ki
ri-k
anan
.
Jig
dib
uat
den
gan
mem
iliki
lub
ang
pen
gait
ho
ok
OH
C.
Lub
ang
dib
uat
den
gan
pip
a SC
H4
0 d
iam
eter
3"
, pan
jan
g
15
mm
Jig
dib
uat
den
gan
mem
iliki
lub
ang
pen
gait
h
oo
k O
HC
yan
g
terl
etak
dit
enga
h t
uas
pen
ghu
bu
ng
bra
cket
ho
lder
ext
enti
on
cha
ssis
kir
i-ka
nan
Jig
dib
uat
den
gan
dile
ngk
api t
uas
pan
jan
g se
suai
leb
ar
end
cha
ssis
baw
aan
un
it k
iri &
kan
an y
aitu
leb
ar 8
70
mm
.
Terb
uat
dar
i p
late
UN
P 1
50
x50
x5x8
70
mm
Jig
dib
uat
ber
up
a b
rack
et h
old
er e
xten
tio
n c
ha
ssis
. Te
rbu
at
dar
i p
late
sik
u 5
0x5
0 d
enga
n p
anja
ng
38
8 m
m u
ntu
k
bag
ian
kak
i,
sed
ang
un
tuk
bag
ian
ala
s te
rbu
at d
ari p
late
sik
u 5
0x5
0
den
gan
pan
jan
g 1
70
mm
Imp
ort
an
ce t
o C
ust
om
er
Fungsi MaterialDesign
Jig
dib
ua
t m
em
ilik
i b
olt
& n
ut
me
ng
ika
t p
ad
a
ex
t ch
ass
is.
Me
ma
ka
i b
olt
M1
4x
50
mm
& N
ut
M1
4
jig
dib
ua
t b
eru
pa
b
rack
et
sto
pp
er
kir
i-k
an
an
,
ya
ng
dil
en
gk
ap
i b
olt
ad
just
er
M1
4 X
60
mm
Jig
dib
ua
t d
en
ga
n
ad
just
er
dib
ua
t se
pe
rti
ku
nc
i T
jig
dib
ua
t d
en
ga
n m
en
gg
an
ti f
un
gsi
cl
am
p p
en
jep
it
me
ng
gg
un
ak
an
bo
lt M
14
x6
0m
m &
nu
t M
14
dil
as
fix
pa
da
sto
pp
er
bra
cke
t
kir
i &
ka
na
n
Jig
dib
ua
t b
eru
pa
b
rack
et
sto
pp
er
kir
i-k
an
an
, y
an
g
pe
ma
san
ga
nn
ya
la
ng
sun
g k
ed
ua
ny
a d
ipa
san
g d
i e
nd
cha
ssis
kir
i -
ka
na
n.
Jig
dib
ua
t b
eru
pa
b
rack
et
sto
pp
er
kir
i-k
an
an
, y
an
g
pe
ma
san
ga
nn
ya
la
ng
sun
g k
ed
ua
ny
a d
ipa
san
g d
i e
nd
cha
ssis
kir
i -
ka
na
n.
Jig
dib
ua
t d
en
ga
n u
ku
ran
min
i &
ma
mp
u m
em
po
sisi
ka
n
ex
teti
on
ch
ass
is s
eca
ra r
ap
at
(ad
a s
ine
rgi
fun
gsi
an
tara
bra
cke
t st
op
pe
r d
en
ga
n h
old
er
bra
cke
t e
xte
nti
on
ch
ass
is)
Jig
dib
ua
t d
en
ga
n p
late
SS
40
0 T
10
, p
an
jan
g 1
60
mm
, le
ba
r
10
0m
m,
dib
ua
t d
en
ga
n q
ty 2
pc
s (k
iri-
ka
na
n)
Imp
ort
an
ce t
o C
ust
om
er
MaterialDesign Fungsi
63
Dari tabel 4.30 terlihat bahwa hubungan antar customer need di dalam tingkat
kepentinganya hanya terjadi hubungan kuat & tidak ada hubungan berdasarkan
kedekatan dari spesifikasi fungsi, design maupun material. ini merupakan hasil
setelah berdialog dengan team engineering.
4.4.1.5 Inter Relationship Matrix
Metrik relasi dibuat dengan 4 simbol hubungan antara lain : (1) tidak ada
hubungan, (2) hubungan lemah, (3) hubungan sedang, dan (4) hubungan kuat.
Tabel 4.31 merupakan penjelasan penggunaan simbol untuk membuat metrik
relasi.
Tabel 4. 31 Simbol Metrik Relasi
Metrik relasi terdapat di dalam lampiran, sebagai berikut : (1) Metrik relasi proses
mengangkat extention chassis ke end chassis pada lampiran (L-4) sedangkan (2)
metrik relasi proses menyambung extention chassis ke end chassis pada lampiran
(L-5). Untuk penentuan simbol metrik korelasi sebelumnya berkonsultasi dengan
team engineering dan memilih kriteria hubungan berdasarkan tingkatan
kecocokan dari product requirement dengan product caracteristic.
4.4.1.6 Technical / Target Matrix
4.4.1.6.1 Competitive Benchmarking
Competitive Benchmarking dihitung melalui analisis tingkat kepentingan yang
membandingkan alat bantu manual dengan alat bantu yang akan dirancang. Atau
perbandingan terhadap produk kompetitor. Seperti yang sudah dijelaskan dalam
bab 2 (Tinjuan Pustaka) Competitive Benchmarking menggunakan perhitungan
absolute weight . Penghitungan absolute weight digunakan untuk mendapatkan
pembobotan dalam menentukan prioritas kebutuhan pelanggan yang kemudian
No. Simbol Arti Nilai
1 Tidak ada hubungan 0
2 Hubungan lemah 1
3 Hubungan sedang 3
4 Hubungan kuat 9
64
menjadi acuan dalam implementasi alat bantu. Adapun penghitungannya seperti
yang dijelaskan dibawah.
1. Penghitungan absolute weight proses mengangkat extention chasis ke end
chassis terdapat pada lampiran (L-6).
2. Penghitungan absolute weight Proses menyambung extention chasis ke end
chassis terdapat pada lampiran (L-7) dan (L-8)
4.4.1.6.2 Prioritized Requirement
Prioritized Requirement merupakan hasil dari hasil hitungan absolute weight yang
telah di ranking dari nilai terbesar ke nilai terkecil.
Berdasarkan lampiran (L-6) dalam penghitungan absolute weight maka
diperolehlah peringkat prioritas proses mengangkat extention chassis ke end
chasis, antar lain :
1) Jig dibuat dengan memiliki lubang pengait hook OHC yang terletak
ditengah tuas penghubung bracket holder extention chassis kiri-kanan.
2) Jig dibuat berupa bracket holder extention chassis. Terbuat dari plate siku
50x50 dengan panjang 388 mm untuk bagian kaki, sedang untuk bagian alas
terbuat dari plate siku 50x50 dengan panjang 170mm
3) Jig dibuat dengan memiliki lubang pengait hook OHC. Lubang dibuat
dengan pipa SCH40 diameter 3", panjang 15mm.
4) Jig dibuat dengan dilengkapi tuas panjang sesuai lebar chassis bawaan unit
kiri & kanan 870mm. Terbuat dari plate UNP 150x50x5x870mm.
5) Jig dibuat memiliki adjuster menggunakan bolt M14x80mm qty 2pcs &
nut M14 yang dipasang pada bracket holder extention chassis, di assy pada
plate panjang 388 mm lebar 76mm. Pemasangan Bolt adjuster pada sisi dalam
bracket holder ext chassis kiri-kanan.
Seperti halnya diatas, maka hasil lampiran (L-7) dan (L-8) diperolehlah peringkat
prioritas proses mengangkat enxtention chassis ke end chasis, antar lain :
1) Jig dibuat berupa bracket stopper kiri-kanan, yang dilengkapi plate kecil
panjang 160mm & lebar 78mm yang berfungsi sebagai stopper.
65
2) Jig dibuat dengan ukuran mini & mampu memposisikan extention chassis
secara rapat (ada sinergi fungsi antara bracket stopper dengan holder bracket
extention chassis).
3) Jig dibuat berupa bracket stopper kiri-kanan, yang pemasangannya
langsung keduanya dipasang di end chassis kiri - kanan.
4) Jig dibuat berupa bracket stopper kiri-kanan , yang dilengkapi bolt
adjuster M14X60.
5) Jig dibuat dengan adjuster dibuat seperti kunci T.
6) jig dibuat dengan mengganti fungsi clamp penjepit mengggunakan bolt
M14x60mm & nut M14 dilas fix pada stopper bracket kiri & kanan.
7) Jig dibuat dengan plate SS400 T10, panjang 160mm, lebar 100mm, dibuat
dengan qty 2pcs (kiri dan kanan).
4.4.1.6.3 Menentukan Technical Target
Setelah kebutuhan pelanggan berdasarkan tingkat kepentingan teridentifikasi dan
juga peringkat kepentingannya. Maka langkah selanjutnya adalah menentukan
nilai target. Nilai target ini berguna untuk menjadi komitmen peneliti agar dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan. Tentunya kebutuhan-kebutuhan yang mampu
diberikan perusahaan. Parameter pengisian nilai target adalah sesuai dengan skala
linkert yaitu 1 s/d 5.
Tabel 4.32 adalah hasil Technical Target untuk alat bantu mengangkat extention
chassis ke end chassis. Tabel ini memuat beberapa spesifikasi alat bantu yang
merupakan hasil dari penafsiran respon teknis yang kemudian berisikan score
Technical Target. Penentuan score merupakan target yang dibuat sendiri oleh
peneliti namun juga mempertimbngkan aspek kemampuan perusahaan untuk
merealisasikannya.
66
Tabel 4. 32 Technical Target Score untuk Alat Bantu Mengangkat Extention
Chassis ke End Chassis
Spesification Technical
Target
Score
Jig dibuat memiliki adjuster menggunakan bolt M14x80mm qty
2pcs & nut M14 yang dipasang pada bracket holder extention
chassis, di assy pada plate panjang 388 mm lebar 76mm.
Pemasangan Bolt adjuster pada sisi dalam bracket holder ext chassis kiri-kanan.
5
Jig dibuat dengan memiliki lubang pengait hook OHC. Lubang dibuat dengan pipa SCH40 diameter 3" , panjang 15mm
5
Jig dibuat dengan memiliki lubang pengait hook OHC
yang terletak ditengah tuas penghubung bracket holder extention
chassis kiri-kanan
5
Jig dibuat dengan dilengkapi tuas panjang sesuai lebar end chassis bawaan unit kiri & kanan yaitu lebar 870mm.
Terbuat dari plate UNP 150x50x5x870mm
5
Jig dibuat berupa bracket holder extention chassis. Terbuat dari
plate siku 50x50 dengan panjang 388 mm untuk bagian kaki, sedang untuk bagian alas terbuat dari plate siku 50x50 dengan panjang
170mm
4
Tabel 4.33 dan tabel 4.34 adalah hasil technical target untuk alat bantu
menyambung extention chassis ke end chassis. Penentuan score seperti yang telah
dijelaskan di tabel 4.27
Tabel 4. 33 Technical Target Score untuk Alat Bantu Menyambung Extention
Chassis ke End Chassis
Spesification
Technical
Target Score
Jig dibuat memiliki bolt & nut mengikat pada ext chassis. Memakai bolt
M14X50mm & Nut M14 4
jig dibuat berupa bracket stopper kiri-kanan , yang dilengkapi bolt
adjuster M14 X 60mm 5
Jig dibuat dengan adjuster dibuat seperti kunci T 5
jig dibuat dengan mengganti fungsi clamp penjepit mengggunakan
bolt M14x60mm & nut M14 dilas fix pada stopper bracket kiri & kanan 5
jig dibuat berupa bracket stopper kiri-kanan ,
yang dilengkapi plate kecil panjang 200mm & lebar 30mm yang
berfungsi sebagai stopper
5
jig dibuat berupa bracket stopper kiri-kanan , yang dilengkapi plate
kecil panjang 160mm & lebar 78mm yang berfungsi sebagai stopper 5
67
Tabel 4. 34 Technical Target Score untuk Alat Bantu Menyambung Extention Chassis ke End
Chassis (Lanjutan)
Jig dibuat dengan ukuran mini & mampu memposisikan extetion
chassis secara rapat (ada sinergi fungsi antara bracket stopper dengan
holder bracket extention chassis)
5
Jig dibuat dengan plate SS400 T10, panjang 160mm, lebar 100mm,
dibuat dengan qty 2 pcs (kiri-kanan) 4
4.4.2. Diagram House of Quality (HOQ) Tahap 1
Setelah semua tahapan dalam perancangan alat bantu menggunakan metode
Quality Function Deployment (QFD) maka langkah terakhir adalah membuat
diagram House of Quaility (HOQ) . pembuatan diagram ini dimaksudkan untuk
menampilkan secara utuh customer need, respon teknis , pembuatan matrik
korelasi, relasi hingga pada tahap menentukan prioritas kebutuhan pelanggan yang
paling utama namun tidak meninggalkan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Diagram dari House of Quality (HOQ) proses mengangkat extention chassis ke
end chassis dijelaskan di lampiran (L-8). Sedangkan diagram dari House of
Quality (HOQ) proses menyambung extention chassis ke end chassis juga
dijelaskan di lampiran (L-9). Berdasarkan literatur yang ada proses perancangan
produk / alat bantu dengan metode Quality Function Deployment (QFD) terdapat
empat fase. Dimulai dari fase HOQ tahap 1 sampai dengan fase HOQ tahap 4.
Karena keterbatasan waktu dan sudah ditentukan dalam asumsi penelitian. Maka
pembuatan HOQ hanya sampai HOQ perencanaan produk (Tahap 1). Untuk
selanjutnya akan dilanjut untuk perancangan alat bantu dengan software Pro-E
berdasarkan data dalam HOQ perencanaan produk.
4.5. Design Alat Bantu dengan Software Pro-Engieer.
Pada tahap ini peneliti akan melakukan perancangan alat bantu berdasarkan
kriteria yang sudah di dapatkan dalam perancangan alat bantu berdasarkan metode
Quality Function Deployment (QFD).
68
4.5.1. Design Jig Proses Mengangkat Extention Chassis ke End Chassis
Gambar 4.13 adalah drawing untuk alat bantu baru yaitu Jig Bracket Holder
Extention Chassis. Alat bantu ini merupakan jig yang digunakan untuk proses
mengangkat extention chassis ke end chassis.
Gambar 4. 13 Drawing Jig Bracket Holder Extention Chassis
Gambar 4.14 adalah model 3D yang menunjukkan model Jig Bracket Holder
Extention Chassis.
Gambar 4. 14 Gambar 3D Jig Bracket Holder Ext Chassis
69
4.5.2. Design Jig Proses Menyambung Extention Chassis ke End Chassis
Gambar 4.15 adalah drawing dari alat bantu yang dibuat yaitu Jig Bracket Stopper
Extention Chassis. Alat bantu ini merupakan jig yang digunakan untuk proses
menyambung extention chassis ke end chassis.
Gambar 4. 15 Drawing Jig Bracket Stopper Extention Chassis
Gambar 4.16 adalah gambar 3D yang menunjukkan model Jig Bracket Stopper
Extention Chassis.
4.5.3. Simulasi Penggunaan Jig Baru
Gambar 4.17 merupakan detail gambar 3D yang menjadi gambaran ketika
penggunaan 2 alat bantu secara bersamaan. Pada simulasi ini menunjukan
Gambar 4. 16 Gambar 3D Jig Bracket Stopper Ext Chassis
70
penggunaan jig bracket holder extention chassis dan jig bracket stopper extention
chassis secara bersama-sama ketika proses setting welding extention chassis.
Gambar 4. 17 Detail Gambar 3D Untuk Penggunaan Jig Baru
Gambar 4.18 merupakan drawing assy penggunaan jig atau alat bantu di dalam
proses setting welding extention chassis unit Fuel Truck.
Gambar 4. 18 Drawing Assy Penggunaan Jig Baru
71
4.6. Pembuatan Alat Bantu
Di dalam tahap ini, maka untuk merealisasikan alat bantu dilakukanlah order
pengerjaan jig yang dilakukan di dalam internal perusahaan. Pengerjaan alat bantu
atau jig dikerjakan oleh Jig & Fixture Section dengan membuat memo internal.
Secara costing pembuatannya akan dibebankan ke budget Manufacturing
Department. Gambar 4.19 merupakan memo internal pengerjaan alat bantu yang
dilakukan di dalam internal perusahaan.
Gambar 4. 19 Memo Internal Pengerjaan Jig ke Jig & Fixture Section
4.7. Trial Alat Bantu & Pengambilan Waktu Aktual Setelah Perbaikan
Setelah alat bantu dibuat maka tahap selanjutnya adalah melakukan uji coba / trial
untuk membuktikan apakah alat bantu yang dibuat secara rill mampu menurunkan
waktu pengerjaan sub assy Prepare Unit pada proses setting welding extention
chassis. Gambar 4.20 merupakan penggunaan jig baru untuk proses setting
welding extention chassis. Berdasarkan gambar dibawah terlihat penggunaan jig
bracket holder extention chassis dan jig bracket stopper extention chassis secara
bersama-sama.
72
Gambar 4. 20 Penggunaan Jig Baru untuk Proses Setting Welding Extention Chassis
Kemudian dilanjut pengambilan waktu aktual sebanyak 3x. Kemudian dari
pengambilan waktu tersebut akan dicari rata-ratanya. Di dalam tabel 4.35
pengambilan waktu aktual dilakukan sebanyak 3x kemudian diambilah waktu
rata-ratanya. Waktu rata-rata yang terjadi adalah 372,20 menit.
Tabel 4. 35 Hasil Pengambilan Waktu Aktual Setelah Penggunaan Jig Baru
No Proses
M/h (menit) aktual
Waktu
Aktual
ke-1
Waktu
Aktual
ke-2
Waktu
Aktual
ke-3
rata-
rata
1
Setting Welding
Extention
Chassis
373,49 371,95 371,15 372,20
Langkah selanjutnya adalah pembuatan Process Activity Mapping setelah
perbaikan. Dari peta tersebut maka akan terlihat mana saja aktivitas yang
mengalami perbaikan dari aktivitas NVA (Non Value Added) atau NNVA
(Necessary but Non Value Added) menjadi aktivitas VA (Value Added)
73
4.8. Process Activity Mapping untuk Setting Welding Extention chassis
Setelah Perbaikan
Pembuatan peta Process Activity Mapping proses setting welding extention
chassis setelah perbaikan ditunjukkan di dalam tabel 4.30. Tabel tersebut
berisikan detail aktivitas dalam menggunakan mesin, aktivitas operasi, manpower
dan klasifikasi aktivitas berdasarkan VA (Value Added) , NVA (Non Value
Added) dan NNVA (Necessary but Non Value Added). Sedangkan untuk
parameter penentuan kategori aktivitas tersebut, peneliti sudah menjelaskan di
Bab 2 (Tinjauan Pustaka) pada sub bab 2.4.1. Adapun ringkasan penentuan
kategori tersebuat antara lain :
VA (Value Added) : Pekerjaan bernilai dengan pekerjaan yang
menambah value bagi perusahaan dan pelanggan.
NVA (Non Value Added) : Pekerjaan yang mengandung waste dan tidak
bisa menambah nilai / value kepada pelanggan akhir maupun perusahaan
sehingga harus di-design ulang. Aktivitas yang mengandung waste
adalah seperti yang dijelaskan oleh Shigeo Shingo (1989) yang dikenal
dengan 7 waste. Sebagai contoh penggunaan alat bantu manual
merupakan jenis waste inappropriate processing. Contoh lain dari NVA
adalah aktivitas storage dan delay.
NNVA (Necessary but Non Value Added) : Aktivitas penting tidak
bernilai tambah yang sulit dihindari untuk tidak dikerjakan. Aktivitas
yang tergolong NNVA tetapi diperlukan menurut para ahli industri
adalah inspeksi dan material handling (transportasi).
Untuk melihat gambaran secara detail, maka bisa dilihat pada peta Process
Activity Mapping pada tabel 4.36.
74
Tabel 4. 36 Process Activity Mapping Setting Welding Extention Chassis Setelah Perbaikan
O T I S D ManpowerProses Kerja
(NNVA, NVA)
1 Forklift 35 6,56 1 X Operator A Transortasi NNVA
2 Troli 40 15,14 2 X Operator A & B Transortasi NNVA
3 - 3 13,65 2 X Operator A & B Transortasi NNVA
4 Gerinda tangan - 58,13 2 X Operator A & B VA
5 Mesin las GMAW 5 38,13 1 X Operator B VA
6 Kunci pas / ring, 11,2 X Operator B VA
7 4,78 X Operator B VA
8 - 24,14 X Operator A VA
9 7,84 X Operator A VA
10 5,54 X Operator A VA
11 - 1,34 X Operator A VA
12 Overhead crane (OHC) 8,56 X Operator A VA
13 2,13 X Operator B Transortasi NNVA
14 5,12 X Operator A VA
15 3,23 X Operator B VA
16 2,12 X Operator B VA
17 Kunci pas / ring 8,32 X Operator A VA
18 Kunci pas / ring 6,14 X Operator A VA
19 - 3.42 X Operator A & B Transortasi NNVA
20 - 4,17 X Operator A & B VA
21 Mesin las GMAW 90,23 X Operator A & B VA
22 Gerinda tangan 46,76 X Operator A & B VA
23 Waterpass 8,97 X Operator A & B Inspeksi NNVA
VA : 15NVA : 0NNVA : 6
Aktivitas
VA : Value Added VA
NVA : Non Value Added NVA
NNVA : Necessary but Non Value Added NNVA
: Aktivitas yang mengandung waste, termasuk di dalamnya 7 waste, aktivitas storage &
delay. Sehingga harus di-design ulang.
: Aktivitas inspeksi dan material handling (transportasi)
Keterangan Parameter Kategori
: aktivitas bernilai dengan pekerjaan menambah value bagi perusahaan & pelanggan,
penggunaan alat bantu baru.
- - 372,2 2Jumlah
Mengambil nozzle las
Mengatur adjuster tools bracket stopper chassis RH & LH rapat
Melakukan proses take weld ext chassis RH dengan end chassis RH
Melakukan proses take weld ext chassis LH dengan end chassis LH
Mengendorkan adjuster & melepas tools bracket holder chassis
Mengendorkan adjuster & m elepas tools bracket stopper chassis
Mengambil doubler RH & LH
Pemasangan doubler pada ext chassis RH & LH
Melakukan pengelasan full weld ext RH & LH
Melakukan finishing ext chassis RH & LH
Melakukan inspeksi hasil finishing ext RH & LH
Mendekatkan ext chassis pada end chassis RH & LH
Mengambil ext. Chassis & doubler kemudian meletakkan pada area
kerja
Mengambil tools di toolbox
Meletakkan tools pada pallet tools
Proses champering end chassis RH & LH
Prepare & setting mesin las
Memasang tools bracket stopper chassis pada end chassis RH & LH
Setting adjuster tools stopper chassis
Mengoperasikan OHC
Memasang Ext Chassis RH & LH pada tools bracket holder chassis
Setting adjuster tools bracket holder ext chassis untuk RH & LH rapat
Memasang hook OHC pada center lubang tools bracket
holder chassis
No Aktivitas Mesin / AlatJarak
(m)
Waktu
(menit)
Jumlah
Operator
Aktivitas Catatan VA/
NVA/
NNVA
75
4.8.1. Summary Hasil Process Activity Mapping Setelah Improvement
Setelah pembuatan peta Process Activity Mapping proses setting welding
extention chassis setelah perbaikan. Selanjutnya adalah membuat ringkasan. Tabel
4.37 menunjukan aktivitas yang paling dominan adalah aktivitas operasi dengan
total 17 operasi dengan presentase 88 %.
Tabel 4. 37 Jumlah Aktivitas Kerja Setting Welding Extention Chassis setelah Improvement
Berdasarkan Kategori Aktivitas.
Operasi Transportasi Inspeksi Storage Delay Total
Jumlah aktivitas 17 5 1 0 0 23
Total Waktu
(mnt) 325,75 37,48 8,97 0 0 372,2
Presentase (%) 88% 10% 2% 0% 0% 100%
Tabel 4.38 adalah aktivitas waste yang banyak terjadi adalah aktivitas NNVA
dengan total 6 aktivitas Jumlah Aktivitas Kerja Setting Welding Extention Chassis
setelah Improvement Berdasarkan Kategori Aktivitas.dari 23 aktivitas. Kemudian
jika diperiksa kembali di Process Activity Mapping maka waste yang terjadi
merupakan kegiatan transportasi dan inspeksi.
Tabel 4. 38 Jumlah Aktivitas Kerja Setting Welding Extention Chassis setelah Improvement
Berdasarkan Kategori Waste
Operasi Transportasi Inspeksi Storage Delay Total
NNVA 0 5 1 0 0 6
NVA 0 0 0 0 0 0
VA 17 0 0 0 0 17
23
Berdasarkan tabel 4.39 maka jumlah waktu terbanyak adalah aktivitas Value
Added (VA) dengan jumlah waktu 325,75 menit. Ini dikarenakan terdapat
perbaikan dengan penggunakan alat bantu baru yang sebelumnya manual.
Tabel 4. 39 Jumlah Waktu Aktivitas NNVA, NVA, VA Untuk Masing-Masing Akivitas
Kerja Setting Welding Extention Chassis Setelah Improvement
NNVA NVA VA
Operasi (menit) 0 0 325,75
Transportasi
(menit) 37,48 0 0
Inspeksi (menit) 8,97 0 0
Storage (menit) 0 0 0
Delay (menit) 0 0 0
76
4.9. Perbandingan Waktu Perbaikan Setting Welding Extention Chassis
Sebelum dan Sesudah
Setelah pengambilan dan analisis data terkait proses sebelum dan sesudah
perbaikan sub assy welding extention chassis. Pada sub bab ini maka perlu
dilakukan komparasi data sebelum dan sesudah perbaikan. Sehingga terukur
berapa persentase penurunan waktunya.
Tabel 4. 40 Perbandingan Waktu Perbaikan Setting Welding Extention Chassis Sebelum dan
Sesudah
Proses
Sub Assy Setting
Welding
Extention
Chassis Sebelum
Perbaikan
Sub Assy Setting
Welding
Extention
Chassis Sesudah
Perbaikan
Selisih
Waktu (menit) 600 372,2 227,8
Presentase Waktu (%) 62% 38% 23%
Gambar 4. 21 Diagram Perbandingan Waktu Sebelum dan Sesudah Perbaikan
Berdasarkan informasi tabel 4.40 dan gambar 4.21 maka perbandingan waktu
sebelum dan sesudah perbaikan terlihat terjadi penurunan dari 600 menit menjadi
227,80 menit. Penurunan waktu sub assy terjadi sebanyak 23%.
77
BAB V
SIMPULAN & SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari menganalisa akar permasalahan
sampai dengan perancangan alat bantu & implementasinya di line produksi small
Suppeq (Supporting Equipment) maka diperoleh kesimpulan seperti dibawah :
1) Time study dilakukan untuk mendapatkan waktu aktual kemudian
dibandingkan dengan waktu standard dari Production Engineering Section.
Diperoleh bahwa waktu sub assy setting welding extention chassis mencapai
waktu tertinggi yaitu 600 menit dari yang seharusnya 420 menit mengacu pada
waktu kerja standard. Persentase penyimpanganya adalah 48%.
2) Tahap identifikasi serta menganalisa penyebab waste (pemborosan) yang
berupa aktivitas NVA (Non Value Added) dan NNVA (Necessay but Non Value
Added) pada proses sub assy setting welding extention chassis antara lain:
Pembuatan Process Activity Mapping untuk mengetahui aliran proses
kerja secara detail terhadap aktivitas NNVA, NVA, VA
Evaluasi waste terhadap pemborosan waktu yang terjadi.
3) Kemudian langkah untuk meminimalisasi dan menghilangkan aktivitas
penyebab waste (pemborosan) yang berupa aktivitas NVA (Non Added Value)
dan NNVA (Necessay but Non Value Added) pada proses sub assy setting
welding extention chassis dilakukan dengan :
Perancangan alat bantu menggunkan metode QFD.
Pembuatan alat bantu & implementasinya serta pengambilan waktu kerja
aktual.
Analisis aliran proses kerja setelah perbaikan menggunakan Process
Activity Mapping.
4) Evaluasi terhadap perbaikan yang terjadi setelah penelitian, antara lain :
78
Turunnya manhours atau waktu kerja dari 600 menit menjadi 372,2 menit.
Penurunan yang terjadi adalah 227,80 menit dengan persentase penurunan
sebesar 23 %. Harapannya dengan adanya penurunan waktu produksi
kedepannya target produksi yang sudah direncanakan bisa tercapai.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil perbaikan terhadap aktivitas produksi Fuel Truck. Peneliti
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terjadi. Oleh karena itu saran
akan perbaikan sangatlah diperlukan. Berikut saran peneliti terhadap perusahaan
dan peneliti selanjutnya, antara lain :
1) Perusahaan diharapkan mengembangkan jig proses setting welding
extention chassis dengan lebih baik lagi, sehingga akurasi dan waktu lebih
cepat.
2) Perusahaan melakukan penelitian lebih lanjut terhadap aktivitas produksi
lainnya yang menimbulkan waste secara komprehensif dan konsisten
terhadap perbaikan.
79
DAFTAR PUSTAKA
Adityo, S. (5 Oktober 2018). Quality Function Deployment (QFD). Diambil 1
November, 2018, dari https://sutrisnoadityo.wordpress.com/quality-function-
deployment-qfd
Arifin, F. (September 2018). Jig and Fixture. Diambil 6 November 2018, dari
https://www.researchgate.net/publication/327418119_Jig_and_Fixture.
Author. (2018). Pro Engineer. Diambil 28 Oktober 2018, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Pro/ENGINEER
Dewi, Pitri P. (2015). Rancang Bangun Modifikasi Tempat Sampah Kertas
Menggunakan Pendekatan Kano Model dan Metode Quality Function
Deployment (QFD).
Hines Peter dan Nich R. (1997). The seven value stream mapping tools.
International Journal of Operations & Production Management, Vol. 17(No.1),
pp.46-64.
Niebel, Benjamin W, Andris F. (1999). Methods Standards and Work Design
(10th ed.). New York: McGraw Hill.
Prabowo, Aditya Respati, dan A. A. (2012). Identifikasi Waste di PT. Bridgetone
Tire Indonesia Menggunakan Pendekatan Lean Manufacturing. Simposium
Nasional RAPI FT UMS.
Pude, Girish C, dkk (Pebruari 2013). Application of Value Stream Mapping Tools
For Process Improvement a Case Study in Foundry. IOSR Journal of Mechanical
and Civil Engineering (IOSR-JMCE), hal. 07-12.
80
Ozlem Nadiye, Erdil, Omid M. (2018). Quality function deployment: more than a
design tool. International Journal of Quality and Service Sciences.
Rinawati, Dyah Ika, dkk (3 September 2012). Penentuan Waktu Standar dan
Jumlah Tenaga Kerja Optimal pada Produksi Batik Cap (Studi Kasus : IKM Batik
Saud Effendy, Laweyan). J@TI Undip, Vol.7(No.3 ), Hal. 146
Santosa dan Aa. (21 Januari 2017). Jig & Fixture Petemuan 2(2-6). Perancangan
Jig dan Fixture Sistem Pnuematik Untuk Proses Pemasangan Bearing dan
Absorber pada Velg Rear Wheel, Vol. 2(No. 1).
Sari, Lia Permata dan Desi A. (1 Oktober 2017). Apa yang di maksud dengan lean
enterprise atau lean manufacturing ? Dipetik November 2, 2018, dari
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-lean-enterprise-atau-lean-
manufacturing/4076.
Tapke Jennifer, dkk (10 Desember 2012). Steps in understanding the House of
Quality. Diambil 24 November 2018, dari http://www.public.iastate.edu/-
vardemen/IE361/f01mini/johnson,pdf
Vanany dan Iwan. (2005, Desember). Aplikasi Pemetaan Aliran Nilai di Industri
Kemasan Semen. Jurnal Teknik Industri, 7(2), 127-137.
Vinayak dan Kalluri. (2013). Benchmarking the quality function deployment
models. An International Journal, Vol. 20(No. 6), hal. 825-854.
Wawolumaja Rudi dan Rudianto M. (2012). Diktat Kuliah Rekayasa Kualitas
Universitas Kristen Maranatha, Topik 4 QFD (Quality Function Deployment).
Bandung.
81
LAMPIRAN
Model Pembutan Kuesioner
L- 1 Kuesioner Untuk Mendapatkan Data VoC
FAKULTAS TEKNIK- JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
PRESIDENT UNIVERSITY Jababeka Education Park, Jl Ki Hajar Dewantara, Kota Jababeka,
Bekasi 17550, Indonesia
Kepada Yth.
Karyawan Manufacturing II line produksi small suppeq PT. UTPE
Di tempat
Berkaitan dengan adanya penelitian tugas akhir saya dalam perancangan alat
bantu di line produksi small suppeq di PT. UTPE. Maka saya mahasiswa
President University a/n Romadhoni Febryantoro bermaksud ingin menyebarkan
kuesioner untuk mendapatkan data kebutuhan pelanggan dalam rancangan alat
bantu. Adapun hasil kuesioner ini murni hanya untuk kepentingan penelitian. Atas
bantuan dan perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
Identitas Responden
Nama :
Divisi / Department :
Bagian :
Isilah pertanyaan dibawah ini berdasarkan pengetahuan serta pengalaman anda
ketika proses pengangkatan extention chassis di dalam pengerjaan setting
welding extention chassis menggunakan Overhead Crane (OHC).
82
5. Kesulitan apa yang anda hadapi ketika melakukan proses sub assy setting
welding extention chasis khususnya dalam proses mengangkat ext chassis ke
end chassis ?
6. Jika alat bantu proses mengangkat ext chassis ke end chassis direalisasikan,
alat seperti apa yang anda inginkan ?
7. Apa harapan anda di jika alat bantu terrealisasikan ?
8. Spesifikasi alat bantu seperti apa yang hendak diinginkan ?
83
FAKULTAS TEKNIK- JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
PRESIDENT UNIVERSITY Jababeka Education Park, Jl Ki Hajar Dewantara, Kota Jababeka,
Bekasi 17550, Indonesia
Kepada Yth.
Karyawan Manufacturing II line produksi small suppeq PT. UTPE
Di tempat
Berkaitan dengan adanya penelitian tugas akhir saya dalam perancangan alat
bantu di line produksi small suppeq di PT. UTPE. Maka saya mahasiswa
President University a/n Romadhoni Febryantoro bermaksud ingin menyebarkan
kuesioner untuk mendapatkan data kebutuhan pelanggan dalam rancangan alat
bantu. Adapun hasil kuesioner ini murni hanya untuk kepentingan penelitian. Atas
bantuan dan perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
Identitas Responden
Nama :
Divisi / Department :
Bagian :
Isilah pertanyaan dibawah ini berdasarkan pengetahuan serta pengalaman anda
ketika proses penyambungan extention chassis ke end chassis di dalam
pengerjaan setting welding extention chassis menggunakan Overhead Crane
(OHC).
1. Kesulitan apa yang anda hadapi ketika melakukan proses sub assy setting
welding extention chasis khususnya dalam proses penyambungan ext chassis ke
end chassis ?
84
2. Jika alat bantu proses menyambung ext chassis ke end chassis direalisasikan,
alat seperti apa yang anda inginkan ?
3. Apa harapan anda di jika alat bantu terrealisasikan ?
4. Spesifikasi alat bantu seperti apa yang hendak diinginkan ?
85
L- 2 Kuesioner Importance to Customer
FAKULTAS TEKNIK- JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
PRESIDENT UNIVERSITY Jababeka Education Park, Jl Ki Hajar Dewantara, Kota Jababeka,
Bekasi 17550, Indonesia
Kepada Yth.
Karyawan Manufacturing II line produksi small suppeq PT. UTPE
Di tempat
Berkaitan dengan adanya penelitian tugas akhir saya dalam perancangan alat
bantu di line produksi small suppeq di PT. UTPE. Maka saya mahasiswa
President University a/n Romadhoni Febryantoro bermaksud ingin menyebarkan
kuesioner untuk mendapatkan data kebutuhan pelanggan dalam rancangan alat
bantu berdasarkan tingkat kepentingan. Adapun hasil kuesioner ini murni hanya
untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan perhatiannya, saya ucapkan
terima kasih.
Identitas Responden
Nama :
Divisi / Department :
Bagian :
Isilah pertanyaan dibawah terkait kebutuhan pelanggan berdasarkan tingkat
kepentingan (importance to customer) dalam aktivitas “mengangkat extention
chassis ke end chassis pada sub assy setting welding extention chassis dengan
tanda checklist ( ) sesuai tingkat jawaban di bawah.
1. Sangat tidak penting;
2. Tidak penting;
3. Kurang penting;
4. Penting;
5. Sangat penting.
86
Alat Bantu Mengangkat Extention Chassis ke End Chassis
No. Customer Need Score
1 2 3 4 5
1 Alat bantu yang bisa disetel tingkat kerapatan ketika menggenggam extention chassis.
2 Alat bantu yang mampu menghilangkan aktivitas angkat manual untuk memposisikan lifting magnet diatas ext chassis & menghilangkan pemakaian lifting Magnet.
3 Alat bantu yang seimbang mengangkat extention chassis kiri dan kanan
4 Alat bantu yang mampu mengangkat sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri).
5 Alat bantu mempunyai bentuk yang sederhana & ringan
87
FAKULTAS TEKNIK- JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
PRESIDENT UNIVERSITY Jababeka Education Park, Jl Ki Hajar Dewantara, Kota Jababeka,
Bekasi 17550, Indonesia
Kepada Yth.
Karyawan Manufacturing II line produksi small suppeq PT. UTPE
Di tempat
Berkaitan dengan adanya penelitian tugas akhir saya dalam perancangan alat
bantu di line produksi small suppeq di PT. UTPE. Maka saya mahasiswa
President University a/n Romadhoni Febryantoro bermaksud ingin menyebarkan
kuesioner untuk mendapatkan data kebutuhan pelanggan dalam rancangan alat
bantu berdasarkan tingkat kepentingan. Adapun hasil kuesioner ini murni hanya
untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan perhatiannya, saya ucapkan
terima kasih.
Identitas Responden
Nama :
Divisi / Department :
Bagian :
Isilah pertanyaan dibawah terkait kebutuhan pelanggan berdasarkan tingkat
kepentingan (importance to customer) dalam aktivitas “menyambung extention
chassis ke end chassis pada sub assy setting welding extention chassis dengan
tanda checklist ( ) sesuai tingkat jawaban di bawah.
1. Sangat tidak penting;
2. Tidak penting;
3. Kurang penting;
4. Penting;
5. Sangat penting.
88
Alat Bantu Menyambung Extention Chassis ke End Chassis yang Diharapkan
No. Customer Need Score
1 2 3 4 5
1 Alat bantu yang kuat menahan extention chassis menempel di end chassis.
2 Alat bantu yang bisa disetel kerapatan extention chassis ke end chassis.
3 Alat bantu yang tidak menggunakan kunci ketika menyetel kerapatan extention chassis dengan end chassis
4 Alat bantu yang tidak menggunakan clamp penjepit.
5 Alat bantu yang tidak menggunakan stopper manual.
6 Alat bantu yang mampu melakukan proses assy sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri) ke end chassis.
7
Alat bantu yang bisa menghilangkan aktivitas memegang, mengarahkan secara manual & gerakan dalam memukul extention chassis.
8 Alat bantu yang sederhana, ringan & menyesuiakan kontur chassis unit.
89
L- 3 Kuesioner Customer Satisfaction Performance
FAKULTAS TEKNIK- JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
PRESIDENT UNIVERSITY Jababeka Education Park, Jl Ki Hajar Dewantara, Kota Jababeka,
Bekasi 17550, Indonesia
Kepada Yth.
Karyawan Manufacturing II line produksi small suppeq PT. UTPE
Di tempat
Berkaitan dengan adanya penelitian tugas akhir saya dalam perancangan alat
bantu di line produksi small suppeq di PT. UTPE. Maka saya mahasiswa
President University a/n Romadhoni Febryantoro bermaksud ingin menyebarkan
kuesioner untuk mendapatkan data kebutuhan pelanggan dalam rancangan alat
bantu berdasarkan tingkat kepentingan. Adapun hasil kuesioner ini murni hanya
untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan perhatiannya, saya ucapkan
terima kasih.
Identitas Responden
Nama :
Divisi / Department :
Bagian :
Isilah pertanyaan dibawah terkait penilaian kepuasan pelanggan (Customer
Satisfaction Performance) penggunaan alat bantu manual dan jig baru dalam
aktivitas “mengangkat extention chassis ke end chassis pada sub assy setting
welding extention chassis dengan tanda checklist ( ) sesuai tingkat jawaban di
bawah.
1. Sangat tidak penting;
2. Tidak penting;
3. Kurang penting;
4. Penting;
5. Sangat penting.
90
No. Customer Need
Alat bantu manual
Jig Baru
Score Score
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Alat bantu yang bisa disetel tingkat kerapatan ketika menggenggam extention chassis.
2
Alat bantu yang mampu menghilangkan aktivitas angkat manual untuk memposisikan lifting magnet diatas ext chassis & menghilangkan pemakaian lifting Magnet.
3 Alat bantu yang seimbang mengangkat extention chassis kiri dan kanan
4 Alat bantu yang mampu mengangkat sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri).
5 Alat bantu mempunyai bentuk yang sederhana & ringan
91
FAKULTAS TEKNIK- JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
PRESIDENT UNIVERSITY Jababeka Education Park, Jl Ki Hajar Dewantara, Kota Jababeka,
Bekasi 17550, Indonesia
Kepada Yth.
Karyawan Manufacturing II line produksi small suppeq PT. UTPE
Di tempat
Berkaitan dengan adanya penelitian tugas akhir saya dalam perancangan alat
bantu di line produksi small suppeq di PT. UTPE. Maka saya mahasiswa
President University a/n Romadhoni Febryantoro bermaksud ingin menyebarkan
kuesioner untuk mendapatkan data kebutuhan pelanggan dalam rancangan alat
bantu berdasarkan tingkat kepentingan. Adapun hasil kuesioner ini murni hanya
untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan perhatiannya, saya ucapkan
terima kasih.
Identitas Responden
Nama :
Divisi / Department :
Bagian :
Isilah pertanyaan dibawah terkait penilaian kepuasan pelanggan (Customer
Satisfaction Performance) penggunaan alat bantu manual dan jig baru dalam
aktivitas “menyambung extention chassis ke end chassis pada sub assy setting
welding extention chassis dengan tanda checklist ( ) sesuai tingkat jawaban di
bawah.
1. Sangat tidak penting;
2. Tidak penting;
3. Kurang penting;
4. Penting;
5. Sangat penting.
92
No. Customer Need
Alat bantu manual
Jig Baru
Score Score
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Alat bantu yang kuat menahan extention chassis menempel di end chassis.
2 Alat bantu yang bisa disetel kerapatan extention chassis ke end chassis.
3 Alat bantu yang tidak menggunakan kunci ketika menyetel kerapatan extention chassis dengan end chassis
4 Alat bantu yang tidak menggunakan clamp penjepit.
5 Alat bantu yang tidak menggunakan stopper manual.
6
Alat bantu yang mampu melakukan proses assy sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri) ke end chassis.
7
Alat bantu yang bisa menghilangkan aktivitas memegang, mengarahkan secara manual & gerakan dalam memukul extention chassis.
8 Alat bantu yang sederhana, ringan & menyesuiakan kontur chassis unit.
93
L- 4 Metrik Relasi Proses Mengangkat Extention Chassis ke End Chassis
L- 5 Metrik Relasi Proses Menyambung Extention Chassis ke End Chassis
Fungsi Material
sco
re
Ra
nk
4,882 2 1,824 4,882
4,882 2 1,118 4,824
4,588 3 1,176 4,529
4,941 1 1,000 4,824
4,294 4 1,235 3,941
Alat bantu yang mampu menghilangkan aktivitas
angkat manual untuk memposisikan lifting
magnet diatas ext chassis & menghilangkan
Alat bantu yang seimbang mengangkat extention
chassis kiri dan kanan
Alat bantu yang mampu mengangkat sekaligus
untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri).
Alat bantu mempunyai bentuk yang sederhana &
ringan
Proses
mengangkat
extention
chasssis ke
end chassis
secara
manual
Jig proses
mengangkat
extention
chassis ke
end chassisProduct Requirement Design
Imp
ort
an
ce t
o C
ust
om
er
Cu
sto
me
r Sa
tisf
act
ion
Pe
rfo
rma
nce
Alat bantu yang bisa disetel tingkat kerapatan
ketika menggenggam extention chassis.Ji
g d
ibu
at
de
ng
an
me
mil
iki
lub
an
g p
en
ga
it h
oo
k O
HC
.
Lub
an
g d
ibu
at
de
ng
an
pip
a S
CH
40
dia
me
ter
3"
, p
an
jan
g 1
5m
m
Jig
dib
ua
t d
en
ga
n m
em
ilik
i lu
ba
ng
pe
ng
ait
ho
ok
OH
C
yan
g t
erl
eta
k d
ite
ng
ah
tu
as
pe
ng
hu
bu
ng
bra
cke
t h
old
er
ext
en
tio
n
cha
ssis
kir
i-ka
na
n
Jig
dib
ua
t d
en
ga
n d
ile
ng
kap
i tu
as
pa
nja
ng
se
sua
i le
ba
r e
nd
cha
ssis
ba
wa
an
un
it k
iri
& k
an
an
ya
itu
le
ba
r 8
70
mm
.
Te
rbu
at
da
ri p
late
UN
P 1
50
x50
x5x8
70
mm
Jig
dib
ua
t b
eru
pa
bra
cke
t h
old
er
ext
en
tio
n c
ha
ssis
. T
erb
ua
t d
ari
pla
te s
iku
50
x50
de
ng
an
pa
nja
ng
38
8 m
m u
ntu
k b
ag
ian
ka
ki,
sed
an
g u
ntu
k b
ag
ian
ala
s te
rbu
at
da
ri p
late
sik
u 5
0x5
0 d
en
ga
n
pa
nja
ng
17
0m
m
Jig
dib
ua
t m
em
ilik
i a
dju
ste
r m
en
gg
un
aka
n b
olt
M1
4x8
0m
m
qty
2p
cs &
nu
t M
14
ya
ng
dip
asa
ng
pa
da
bra
cke
t h
old
er
ext
en
tio
n
cha
ssis
, d
i a
ssy
pa
da
pla
te p
an
jan
g
38
8 m
m l
eb
ar
76
mm
.
Pe
ma
san
ga
n B
olt
ad
just
er
pa
da
sis
i d
ala
m b
rack
et
ho
lde
r e
xt
cha
ssis
kir
i-ka
na
n.
Pro
du
ct C
ara
cte
rist
ic
Simbol Matrik Relasi
= Tidak ada hubungan (0)
= Hubungan lemah (1)
= Hubungan sedang (3)
= Hubungan kuat (9)
Material
sco
re
Ra
nk
4,824 3 2,235 4,765
4,765 4 2,176 4,647
4,588 5 1,059 4,588
4,882 2 1 4,941
4,882 2 1 4,882
4,941 1 1 4,941
4,824 3 1,294 4,765
4,529 6 1,353 4,588
Alat bantu yang tidak menggunakan kunci ketika menyetel
kerapatan extention chassis dengan end chassis
Alat bantu yang tidak menggunakan
clamp penjepit.
Alat bantu yang tidak menggunakan stopper manual.
Alat bantu yang bisa menghilangkan aktivitas memegang,
mengarahkan secara manual & gerakan dalam memukul extention
chassis.
Alat bantu yang sederhana, ringan & menyesuiakan kontur chassis
unit.
Alat bantu yang mampu melakukan proses assy sekaligus untuk
extention RH (kanan) dan LH (kiri) ke end chassis.
Cu
sto
me
r Sa
tisf
act
ion
Pe
rfo
rma
nce
Proses
menyambun
g extention
chasssis ke
end chassis
secara
manual
Jig proses
menyambung
extention
chassis ke end
chassis
Product Requirement Design Fungsi
jig
dib
ua
t d
en
ga
n m
en
gg
an
ti f
un
gsi
cl
am
p p
en
jep
it m
en
gg
gu
na
ka
n
bo
lt M
14
x6
0m
m &
nu
t M
14
dil
as
fix
pa
da
sto
pp
er
bra
ck
et
kir
i &
ka
na
n
jig
dib
ua
t b
eru
pa
bra
cke
t st
op
pe
r k
iri-
ka
na
n ,
y
an
g d
ile
ng
ka
pi
pla
te k
eci
l p
an
jan
g
16
0m
m &
le
ba
r 7
8m
m y
an
g b
erf
un
gsi
se
ba
ga
i st
op
pe
r
Jig
dib
ua
t b
eru
pa
b
rack
et
sto
pp
er
kir
i-k
an
an
, y
an
g p
em
asa
ng
an
ny
a l
an
gsu
ng
ke
du
an
ya
dip
asa
ng
di
en
d c
ha
ssis
kir
i -
ka
na
n.
Jig
dib
ua
t d
en
ga
n u
ku
ran
min
i &
ma
mp
u m
em
po
sisi
ka
n
ex
teti
on
ch
ass
is s
eca
ra
rap
at
(ad
a s
ine
rgi
fun
gsi
an
tara
bra
cke
t st
op
pe
r d
en
ga
n h
old
er
bra
cke
t e
xte
nti
on
cha
ssis
)
Jig
dib
ua
t d
en
ga
n p
late
SS
40
0 T
10
, p
an
jan
g 1
60
mm
, le
ba
r 1
00
mm
,
dib
ua
t d
en
ga
n q
ty 2
pc
s (k
iri-
ka
na
n)
Imp
ort
an
ce t
o C
ust
om
er
Jig
dib
ua
t d
en
ga
n
ad
just
er
dib
ua
t se
pe
rti
ku
nc
i T
Jig
dib
ua
t m
em
ilik
i b
olt
& n
ut
me
ng
ika
t p
ad
a
ex
t ch
ass
is.
Me
ma
ka
i b
olt
M1
4X
50
mm
& N
ut
M1
4
jig
dib
ua
t b
eru
pa
bra
cke
t st
op
pe
r k
iri-
ka
na
n ,
ya
ng
dil
en
gk
ap
i b
olt
ad
just
er
M1
4 X
60
mm
Alat bantu yang kuat menahan extention chassis menempel di end
chassis.
Alat bantu yang bisa disetel kerapatan extention chassis ke end
chassis .
Pro
du
ct C
ara
cte
rist
ic
Simbol Matrik Relasi
= Tidak ada hubungan (0)
= Hubungan lemah (1)
= Hubungan sedang (3)
= Hubungan kuat (9)
94
L- 6 Tabel Absolute Weight Proses Mengangkat Extention Chasis ke End Chassis
No Spesifikasi Alat Bantu
Customer Need (Kebutuhan Pelanggan)
Korelasi Nilai (r) Tingkat
Kepentingan (i)
i x r Absolute Weight
Ranking
1
Jig dibuat memiliki adjuster menggunakan bolt M14x80mm qty 2pcs & nut M14 yang dipasang pada bracket holder extention chassis, di assy pada plate panjang 388 mm lebar 76mm. Pemasangan Bolt adjuster pada sisi dalam bracket holder ext chassis kiri-kanan.
Alat bantu yang bisa disetel tingkat kerapatan ketika menggenggam extention chassis. Kuat 9 4,882 43,941
61,765 5 Alat bantu yang mampu mengangkat sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri). Lemah 1 4,941 4,9412
Alat bantu mempunyai bentuk yang sederhana & ringan Sedang 3 4,294 12,882
2 Jig dibuat dengan memiliki lubang pengait hook OHC. Lubang dibuat dengan pipa SCH40 diameter 3" , panjang 15mm
Alat bantu yang mampu menghilangkan aktivitas angkat manual untuk memposisikan lifting magnet diatas ext chassis & menghilangkan pemakaian lifting Magnet. Kuat 9 4,882 43,941
76,235 3 Alat bantu yang seimbang mengangkat extention chassis kiri dan kanan Lemah 1 4,588 4,5882
Alat bantu yang mampu mengangkat sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri). Sedang 3 4,941 14,824
Alat bantu mempunyai bentuk yang sederhana & ringan Sedang 3 4,294 12,882
3
Jig dibuat dengan memiliki lubang pengait hook OHC yang terletak ditengah tuas penghubung bracket holder extention chassis kiri-kanan
Alat bantu yang mampu menghilangkan aktivitas angkat manual untuk memposisikan lifting magnet diatas ext chassis & menghilangkan pemakaian lifting Magnet. Sedang 3 4,882 14,647
82,588 1 Alat bantu yang seimbang mengangkat extention chassis kiri dan kanan Kuat 9 4,588 41,294
Alat bantu yang mampu mengangkat sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri). Sedang 3 4,588 13,765
Alat bantu mempunyai bentuk yang sederhana & ringan Sedang 3 4,294 12,882
4
Jig dibuat dengan dilengkapi tuas panjang sesuai lebar end chassis bawaan unit kiri & kanan yaitu lebar 870mm. Terbuat dari plate UNP 150x50x5x870mm
Alat bantu yang mampu menghilangkan aktivitas angkat manual untuk memposisikan lifting magnet diatas ext chassis & menghilangkan pemakaian lifting Magnet. Lemah 1 4,882 4,8824
72,824 4 Alat bantu yang seimbang mengangkat extention chassis kiri dan kanan Sedang 3 4,588 13,765
Alat bantu yang mampu mengangkat sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri). Kuat 9 4,588 41,294
Alat bantu mempunyai bentuk yang sederhana & ringan Sedang 3 4,294 12,882
5
Jig dibuat berupa bracket holder extention chassis. Terbuat dari plate siku 50x50 dengan panjang 388 mm untuk bagian kaki, sedang untuk bagian alas terbuat dari plate siku 50x50 dengan panjang 170mm
Alat bantu yang bisa disetel tingkat kerapatan ketika menggenggam extention chassis. Sedang 3 4,882 14,647
81,706 2
Alat bantu yang mampu menghilangkan aktivitas angkat manual untuk memposisikan lifting magnet diatas ext chassis & menghilangkan pemakaian lifting Magnet. Sedang 3 4,882 14,647
Alat bantu yang mampu mengangkat sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri). Sedang 3 4,588 13,765
Alat bantu mempunyai bentuk yang sederhana & ringan Kuat 9 4,294 38,647
95
L- 7 Tabel Absolute Weight Proses Menyambung Extention Chasis ke End Chassis
No. Spesifikasi Alat Bantu
Customer Need (Kebutuhan Pelanggan)
Korelasi Nilai
(r)
Tingkat Kepentingan
(i) i x r
Absolute Weight
Ranking
1 Jig dibuat memiliki bolt & nut mengikat pada ext chassis. Memakai bolt M14X50mm & Nut M14
Alat bantu yang kuat menahan extention chassis menempel di end chassis. Kuat 9 4,824 43,412
71,529 8
Alat bantu yang bisa disetel kerapatan extention chassis ke end chassis. Lemah 1 4,765 4,765
Alat bantu yang mampu melakukan proses assy sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri) ke end chassis.
Lemah 1 4,941 4,941
Alat bantu yang bisa menghilangkan aktivitas memegang, mengarahkan secara manual & gerakan dalam memukul extention chassis.
Lemah 1 4,824 4,824
Alat bantu yang sederhana, ringan & menyesuiakan kontur chassis unit. Sedang 3 4,529 13,588
2 jig dibuat berupa bracket stopper kiri-kanan , yang dilengkapi bolt adjuster M14 X 60mm
Alat bantu yang bisa disetel kerapatan extention chassis ke end chassis. Kuat 9 4,765 42,882
104,235 4
Alat bantu yang tidak menggunakan kunci ketika menyetel kerapatan extention chassis dengan end chassis
Sedang 3 4,588 13,765
Alat bantu yang tidak menggunakan clamp penjepit. Sedang 3 4,882 14,647
Alat bantu yang tidak menggunakan stopper manual. Lemah 1 4,882 4,882
Alat bantu yang bisa menghilangkan aktivitas memegang, mengarahkan secara manual & gerakan dalam memukul extention chassis.
Sedang 3 4,824 14,471
Alat bantu yang sederhana, ringan & menyesuiakan kontur chassis unit. Sedang 3 4,529 13,588
3 Jig dibuat dengan adjuster dibuat seperti kunci T
Alat bantu yang bisa disetel kerapatan extention chassis ke end chassis. Sedang 3 4,765 14,294
93,529 5
Alat bantu yang tidak menggunakan kunci ketika menyetel kerapatan extention chassis dengan end chassis
Kuat 9 4,588 41,294
Alat bantu yang tidak menggunakan clamp penjepit. Sedang 3 4,882 14,647
Alat bantu yang tidak menggunakan stopper manual. Lemah 1 4,882 4,882
Alat bantu yang bisa menghilangkan aktivitas memegang, mengarahkan secara manual & gerakan dalam memukul extention chassis.
Lemah 1 4,824 4,824
Alat bantu yang sederhana, ringan & menyesuiakan kontur chassis unit. Sedang 3 4,529 13,588
4 jig dibuat dengan mengganti fungsi clamp penjepit mengggunakan bolt M14x60mm & nut dilas fix pada stopper bracket kiri & kanan
Alat bantu yang kuat menahan extention chassis menempel di end chassis. Lemah 1 4,824 4,824
92,176 6
Alat bantu yang bisa disetel kerapatan extention chassis ke end chassis. Sedang 3 4,765 14,294
Alat bantu yang bisa menghilangkan aktivitas memegang, mengarahkan secara manual & gerakan dalam memukul extention chassis.
Sedang 3 4,882 14,647
Alat bantu yang tidak menggunakan clamp penjepit. Kuat 9 4,882 43,941
Alat bantu yang tidak menggunakan stopper manual. Sedang 3 4,824 14,471
5 jig dibuat berupa bracket stopper kiri-kanan, yang dilengkapi plate kecil panjang 160mm & lebar 78mm yang berfungsi sebagai stopper
Alat bantu yang kuat menahan extention chassis menempel di end chassis. Lemah 1 4,824 4,824
134,353 1
Alat bantu yang bisa disetel kerapatan extention chassis ke end chassis. Sedang 3 4,765 14,294
Alat bantu yang tidak menggunakan kunci ketika menyetel kerapatan extention chassis dengan end chassis
Sedang 3 4,588 13,765
Alat bantu yang tidak menggunakan clamp penjepit. Sedang 3 4,882 14,647
Alat bantu yang tidak menggunakan stopper manual. Kuat 9 4,882 43,941
Alat bantu yang mampu melakukan proses assy sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri) ke end chassis.
Sedang 3 4,941 14,824
Alat bantu yang bisa menghilangkan aktivitas memegang, mengarahkan secara manual & gerakan dalam memukul extention chassis.
Sedang 3 4,824 14,471
Alat bantu yang sederhana, ringan & menyesuiakan kontur chassis unit. Sedang 3 4,529 13,588
96
L- 8 Tabel Absolute Weight Proses Menyambung Extention Chasis ke End Chassis (Lanjutan)
6 Jig dibuat berupa bracket stopper kiri-kanan, yang pemasangannya langsung keduanya dipasang di end chassis kiri - kanan.
Alat bantu yang kuat menahan extention chassis menempel di end chassis. Sedang 3 4,824 14,471
121,118 3
Alat bantu yang bisa disetel kerapatan extention chassis ke end chassis. Sedang 3 4,765 14,294
Alat bantu yang tidak menggunakan clamp penjepit. Sedang 3 4,882 14,647
Alat bantu yang tidak menggunakan stopper manual. Sedang 3 4,941 14,824
Alat bantu yang mampu melakukan proses assy sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri) ke end chassis.
Kuat 9 4,941 44,471
Alat bantu yang bisa menghilangkan aktivitas memegang, mengarahkan secara manual & gerakan dalam memukul extention chassis.
Lemah 1 4,824 4,824
Alat bantu yang sederhana, ringan & menyesuiakan kontur chassis unit. Sedang 3 4,529 13,588
7 Jig dibuat dengan ukuran mini & mampu memposisikan extetion chassis secara rapat (ada sinergi fungsi antara bracket stopper dengan holder bracket extention chassis)
Alat bantu yang kuat menahan extention chassis menempel di end chassis. Sedang 3 4,824 14,471
130,235 2
Alat bantu yang bisa disetel kerapatan extention chassis ke end chassis. Sedang 3 4,765 14,294
Alat bantu yang tidak menggunakan clamp penjepit. Sedang 3 4,941 14,824
Alat bantu yang tidak menggunakan stopper manual. Sedang 3 4,941 14,824
Alat bantu yang mampu melakukan proses assy sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri) ke end chassis.
Sedang 3 4,941 14,824
Alat bantu yang bisa menghilangkan aktivitas memegang, mengarahkan secara manual & gerakan dalam memukul extention chassis.
Kuat 9 4,824 43,412
Alat bantu yang sederhana, ringan & menyesuiakan kontur chassis unit. Sedang 3 4,529 13,588
8 Jig dibuat dengan plate SS400 T10, panjang 160mm, lebar 100mm, dibuat dengan qty 2 pcs (kiri-kanan)
Alat bantu yang kuat menahan extention chassis menempel di end chassis. Sedang 3 4,824 14,471
74,882 7
Alat bantu yang mampu melakukan proses assy sekaligus untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri) ke end chassis.
Sedang 3 4,941 14,824
Alat bantu yang bisa menghilangkan aktivitas memegang, mengarahkan secara manual & gerakan dalam memukul extention chassis.
Lemah 1 4,824 4,824
Alat bantu yang sederhana, ringan & menyesuiakan kontur chassis unit. Kuat 9 4,529 40,765
97
L- 9 House of Quality (HOQ) Tahap 1 Proses Mengangkat Extention Chassis ke End Chassis
Fungsi Material
sco
re
Ra
nk
4,882 2 1,824 4,882
4,882 2 1,118 4,824
4,588 3 1,176 4,529
4,941 1 1,000 4,824
4,294 4 1,235 3,941
61,765 76,235 82,588 72,824 81,706
5 3 1 4 2
5 5 5 5 4Technical Target
Alat bantu yang mampu menghilangkan aktivitas
angkat manual untuk memposisikan lifting
magnet diatas ext chassis & menghilangkan
Alat bantu yang seimbang mengangkat extention
chassis kiri dan kanan
Alat bantu yang mampu mengangkat sekaligus
untuk extention RH (kanan) dan LH (kiri).
Alat bantu mempunyai bentuk yang sederhana &
ringan
Absolute Weight
Prioritised Requirement (Ranking)
Proses
mengangkat
extention
chasssis ke
end chassis
secara
manual
Jig proses
mengangkat
extention
chassis ke
end chassisProduct Requirement Design
Imp
ort
an
ce t
o C
ust
om
er
Cu
sto
me
r Sa
tisf
act
ion
Pe
rfo
rma
nce
Alat bantu yang bisa disetel tingkat kerapatan
ketika menggenggam extention chassis.
Jig
dib
ua
t d
en
ga
n m
em
ilik
i lu
ba
ng
pe
ng
ait
ho
ok O
HC
.
Lu
ba
ng
dib
ua
t d
en
ga
n p
ipa
SC
H4
0 d
iam
ete
r 3
" ,
pa
nja
ng
15
mm
Jig
dib
ua
t d
en
ga
n m
em
ilik
i lu
ba
ng
pe
ng
ait
ho
ok O
HC
ya
ng
te
rle
tak d
ite
ng
ah
tu
as
pe
ng
hu
bu
ng
bra
cke
t h
old
er
exte
nti
on
ch
ass
is k
iri-
ka
na
n
Jig
dib
ua
t d
en
ga
n d
ile
ng
ka
pi
tua
s p
an
jan
g s
esu
ai
leb
ar
en
d
ch
ass
is b
aw
aa
n u
nit
kir
i &
ka
na
n y
ait
u l
eb
ar
87
0m
m.
Te
rbu
at
da
ri p
late
UN
P 1
50
x5
0x5
x8
70
mm
Jig
dib
ua
t b
eru
pa
bra
cke
t h
old
er
exte
nti
on
ch
ass
is.
Te
rbu
at
da
ri
pla
te s
iku
50
x5
0 d
en
ga
n p
an
jan
g 3
88
mm
un
tuk b
ag
ian
ka
ki,
sed
an
g u
ntu
k b
ag
ian
ala
s te
rbu
at
da
ri p
late
sik
u 5
0x5
0 d
en
ga
n
pa
nja
ng
17
0m
m
Jig
dib
ua
t m
em
ilik
i a
dju
ste
r m
en
gg
un
aka
n b
olt
M1
4x8
0m
m
qty
2p
cs
& n
ut
M1
4 y
an
g d
ipa
san
g p
ad
a b
racke
t h
old
er
exte
nti
on
ch
ass
is,
di
ass
y p
ad
a p
late
pa
nja
ng
3
88
mm
le
ba
r 7
6m
m.
Pe
ma
san
ga
n B
olt
ad
just
er
pa
da
sis
i d
ala
m b
racke
t h
old
er
ext
ch
ass
is k
iri-
ka
na
n.
Pro
du
ct C
ara
cte
rist
ic
Simbol Matrik Relasi
= Tidak ada hubungan (0)
= Hubungan lemah (1)
= Hubungan sedang (3)
= Hubungan kuat (9)
98
L- 10 House of Quality (HOQ) Tahap 1 Proses Menyambung Extention Chassis ke End Chassis
Material
sco
re
Ra
nk
4,824 3 2,235 4,765
4,765 4 2,176 4,647
4,588 5 1,059 4,588
4,882 2 1 4,941
4,882 2 1 4,882
4,941 1 1 4,941
4,824 3 1,294 4,765
4,529 6 1,353 4,588
71,529 104,235 93,529 92,176 134,353 121,118 130,235 74,882
8 4 5 6 1 3 2 7
4 5 5 5 5 5 5 4
Absolute Weight
Prioritised Requirement (Ranking)
Technical Target
Alat bantu yang tidak menggunakan kunci ketika menyetel
kerapatan extention chassis dengan end chassis
Alat bantu yang tidak menggunakan
clamp penjepit.
Alat bantu yang tidak menggunakan stopper manual.
Alat bantu yang bisa menghilangkan aktivitas memegang,
mengarahkan secara manual & gerakan dalam memukul extention
chassis.
Alat bantu yang sederhana, ringan & menyesuiakan kontur chassis
unit.
Alat bantu yang mampu melakukan proses assy sekaligus untuk
extention RH (kanan) dan LH (kiri) ke end chassis.
Cu
sto
me
r Sa
tisf
act
ion
Pe
rfo
rma
nce
Proses
menyambun
g extention
chasssis ke
end chassis
secara
manual
Jig proses
menyambung
extention
chassis ke end
chassis
Product Requirement Design Fungsi
jig d
ibu
at d
enga
n m
engg
anti
fu
ngs
i cl
am
p p
enje
pit
men
gggu
nak
an
bo
lt M
14
x60
mm
& n
ut
M1
4 d
ilas
fix
pad
a st
op
per
bra
cket
kir
i & k
anan
jig d
ibu
at
ber
up
a b
rack
et s
top
per
kir
i-k
an
an
, y
an
g d
ilen
gka
pi p
late
kec
il p
an
jan
g
16
0m
m &
leb
ar
78
mm
ya
ng
ber
fun
gsi
seb
ag
ai s
top
per
Jig
dib
uat
ber
up
a b
rack
et s
top
per
kir
i-k
anan
, yan
g p
emas
anga
nn
ya la
ngs
un
g
ked
uan
ya d
ipas
ang
di
end
ch
ass
is k
iri -
kan
an.
Jig
dib
uat
den
gan
uku
ran
min
i & m
amp
u m
emp
osi
sika
n
exte
tio
n c
ha
ssis
sec
ara
rap
at
(ad
a s
iner
gi f
un
gsi
an
tara
bra
cket
sto
pp
er d
eng
an
ho
lder
bra
cket
ext
enti
on
cha
ssis
)
Jig
dib
uat
den
gan
pla
te S
S4
00
T1
0, p
anja
ng
16
0m
m, l
ebar
10
0m
m,
dib
uat
den
gan
qty
2 p
cs (
kiri
-kan
an)
Imp
ort
an
ce t
o C
ust
om
er
Jig
dib
uat
den
gan
a
dju
ster
dib
uat
sep
erti
ku
nci
T
Jig
dib
uat
mem
ilik
i b
olt
& n
ut
men
gika
t p
ada
ext
cha
ssis
. M
emak
ai b
olt
M1
4X
50
mm
& N
ut
M1
4
jig d
ibu
at
ber
up
a b
rack
et s
top
per
kir
i-k
an
an
, ya
ng
dile
ng
kap
i bo
lt a
dju
ster
M1
4 X
60
mm
Alat bantu yang kuat menahan extention chassis menempel di end
chassis.
Alat bantu yang bisa disetel kerapatan extention chassis ke end
chassis .
Pro
du
ct C
ara
cte
rist
ic
Simbol Matrik Relasi
= Tidak ada hubungan (0)
= Hubungan lemah (1)
= Hubungan sedang (3)
= Hubungan kuat (9)
top related