peranan coping religius terhadap...
Post on 13-Mar-2019
237 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERANAN COPING RELIGIUS TERHADAP
KECEMASANCALONTKI
Disusun Oleh :
LAELA MASYITOH
NIM: 103070029148
Skiripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam memperoleh gelar Sarjana Psfikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS !SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATUlLAH
JAKARTA
1428 H I 2 0 0 7 M
"I ngatfufi, 1fanya aengan mengingat Jl[{afi{afi 1fati menjad1 tenter am".
(Q}. Jlr-!J?gai: 28)
'TUfak,kg,fi terafi kgmi rapangkgn aaaamu untuk,mu?
<Dan kgmi fepaskgn 6e6anmu aaripada mu
'Yang mem6eratkgn punggungmu
<Dan kgmi meninggikgn 6agimu se6utan (nama-:Mu)
Se6a6 sesunggufinya sesudafi R,;sufitan itu ada f?,gmudafian
:Makg apa6i{a, kgmu tefufi sefesai, (untSan ditnia) makg
<Bersunggufi-sunggufifafi ( dafam 6eti6adafi)
<Dan fianya R,;pada 'Tufianmu {afi 6erfiarap
(Q}. Jlf-Insyirafi: 1-8)
I. 1.
Vntuft:Mata 'Tulianftu 'Yang 'Taft <Pernali 'Te.'Pejam,
Vntuk:JafanAgamaftu <Yang 'Taft<PernaliSesat,
Vnturtflir :Mata I6u1ufa 'Yang Jfampir'l(ping,
Vntuft<Puiulartflyaliaiufa 'Yang Sering <Bergetar,
VntuftSenyum 'J(ji/i.gl{; 'J(ji/i.gftLefafijftu <Yang 'Taft 'Terferai,
VntuftSenyum 'J(ji/i.gl{; 'J(ji/i.gft <Perempuanftu <Yang 'Taft:Meiufingin
Vntuft <Penantian 'l(J!/i.gsili 'Yang <Taft <13erlienti <Berfiarap,
Vnturtfl/i.g( <Yang 'Taft <Bosan :Mencari,
Vntuk:fiwa <Yang 'Taft <Pernali <Puas,
VntuftJfati 'Yang 'Taft <Perna Ii :Meminta,
'l(u6uf?Jifi.gn Cinta, :Mesfij :Meragu 'J(jidarJernilinya
Semogafl({afi :Merahmati
-L:M -
..
PERANAN COPING RELIGIUS TERHADAP
KECEMASAN CALON TKI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)
Pemb· bing I
Oleh:
LAELA MASYITOH
NIM : 103070029148
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing II
Dr. . b I Mu"ib M.A NIP. 150 283 344
Nenong T~, MllS;. Ps;, NIP. 150 300 679
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H/2007 M
HALAMANPENGESAHAN
Skripsi yang berjudul "PERANAN COPING RELIGIUS TEHHADAP
KECEMASAN GALON TKI" telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 27 Desember 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S. Psi.)
M.Si.
Penguji I,
Yunita Faela Nisa M.Si. NIP. 150 368 748
Pembimbing I,
~ ~
Dr. H. ul Mujib M.Ag NIP. 150 283 344
Sidang Munaqasyah
Ang go ta
Sekretaris Merangkap Anggota,
P nguji II,
~!~ Dr. H. Abdurilflujib M.Ag NIP. 150 283 344
Pembimbing II,
~· Neneng Tati Sumiyati S.Psi. Psi NIP. 150 300 679
ABSTRAK
(C) LAELA MASYITOH
(A) Fakultas Psikologi (B) November 2007
(D) PERANAN COPING RELIGIUS TERHADAP KECEMASAN GALON TKI
(E) X + 116 Halaman (F)
Penderitaan yang dialami TKI seakan tidak ada habisnya, mulai dari tempat penampungan sebelum mereka diberangkatkan ke luar negeri, para calon TKI harus rnenunggu lama jadwal keberangkatan yang tidak pasti, tidur berjejalan dengan sesama TKI yang lain, makan seadanya, serta masalah kesehatan yang tidak diperhatikan. Bahkan mereka harus memberikan sejumlah uang ke PJTKI tempat mereka ditampung. Adanya kasus-kasus yang terjadi pada Tenaga Kerja Indonesia saat di penarnpungan dapat menimbulkan kecemasan.
Coping religius merupakan salah satu metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Coping religius juga sangat mempengaruhi pola kognitif seseorang saat mencari solusi dalam menghadapi situasi sulit.
Kecemasan yang diukur pada penelitian ini adalah mengacu kepada responrespon kecemasan. Secara fisik dapat berupa dari denyut jantung yang berdebar kencang, keringat yang berpercikan, kepala pusing. Secara psikis dapat berupa perasaan tidak dapat tenang, terus menerus mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan coping religius terhadap kecemasan calon TKI saat berada di penampungan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus.Pada tiga wanita calon TKI yang berada dipenampungan PT. Hasamuri Abadi yang berusia antara 17-45 tahun. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara dan observasi yang berlangsung pada bulan Oktober-November 2007.
Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa adanya bentuk-bentuk coping religius yang dilakukan oleh ketiga subyek saat mereka banyak mengalami
iii
situasi-situasi yang dinilai mengancam seperti mendapatkan perlakuan yang tidak senonoh, ketidakpastian keberangkatan ke luar negeri, dan adanya pemerasan. Adapun bentuk-bentuk coping religius yang di lakukan adalah melakukan shalat, zikir, berdoa. Menurut pengakuan para subyek dapat membuat mereka merasakan ketenangan.
Mengingat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peranan coping religius terhadap kecemasan calon TKI, maka disarankan kepada: Para calon TKI untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan tidak hanya dalam keadaan mengalami kecemasan akan tetapi diharuskan setiap saat seorang wajib untuk selalu ingat kepada Tuhan, untuk pihak PJTKI diharapkan lebih memperhatikan kegiatan agama dalam penampungan agar para calon TKI memiliki landasan keimanan yang kuat, dan juga PJTKI diharuskan mempuyai program kajian Islam rutin di dalam penampungan agar para calon TKI mempuyai kegiatan keagamaan yang dapat menambah wawasan keagamaan calon TKI.
(G) Bahan bacaan 35 buku (tahun1964-2003) + 3 online + laporan penelitian
iv
KATA PENGANTAR
Bismil\ahirahmanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul "Peranan Coping Religius terhadap kecemasan calon TKI". Shalawat
serta salam semoga tetap terlimpah atas Nabi Besar Muhammad SAW, yang
telah menjadi suri tauladan terbaik bagi umat manusia, kepada keluarga,
para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesulitan-kesulitan yang
penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini. Tugas ini dapat terselesaikan
tidak dapat. terlepas dari konstribusi berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
penuh rasa hormat perkenankanlah penulis untuk menguc:apkan terima kasih
yang mendalam kepada:
1. Ora. Hj Netty Hartati, M.Si selaku Oekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatul\ah dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan
pengarahan dan perhatian kepada penulis selama menjalani proses
perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
2. Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si. selaku Pembantu Oekan Bidang Akademik
yang telah memberikan pengarahan dan perhatian kepada seluruh
mahasiswa.
\I
3. Dr. H. Abdul Mujib M.Ag selaku pembimbing I dan Neneng Tali Sumiati
S.Psi. P.Si sebagai Pembimbing II yang tidak pernah bosan untuk
menyumbangkan pendapatnya, memberikan kritik yan~1 membangun,
motivasi, dan menumbuhkan rasa percaya diri sehingga penulis dapat
mengatasi kendala dalam penyusunan skripsi ini ..
4. Miftahuddin, M.Si. Selaku Penasehat Akademik Fakultas Psikologi kelas
D." terima kasih atas kesabaran bapak"
5. Para Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmu kepada kami.Serta
para staf karyawan yang telah memberi kemudahan da.n kelancaran
dalam penyusunan skripsi.
6. Yang teristimewa lbunda tercinta, Hj. Roseniah Rahasan, yang tak kenal
lelah berjuang dan berkorban untuk memberikan yang terbaik kepada
penulis. Setiap untaian doa yang !bu panjatkan merupakan sumber
kekuatan bagi ananda untuk menjalani hidup. Serta Ayah tercinta
Almukhiroh Abdul Mukti "Terima kasih atas doa dan kasih". Kakak-kakaku
Herman segala, Edy Rozha, Tuti mutiah, Muksin, Mukrnin, Andi. dan Tini
munani S.E semoga cita-cita kalian bisa tercapai dan mendapatkan yang
terbaik dalam hidup.
7. Yang terkhusus seseorang yang ada dalam hatiku, yang dengan
kebijakan dan kesabarannya meyakinkan penulis untuk terus berjuang
dalam hidup ini. I'm not a perfect person there are many things wish I
didn't do but I continue learning.
vi
8. Teman-teman Psikologi angkatan 2003, khususnya anak-anak kelas D
terimakasih alas persahabatan dan dukungan yang telah kalian berikan.
9. Direktur PT. Hasamuri Abadi, selaku pemilik PJTKI serta para responden
khususnya, terima kasih karena telah banyak membantu berpartisipasi
dengan meluangkan waktunya dalam proses wawancara. Semoga Allah
memberikan yang terbaik bagi kalian.
10. Semua pihak yang terkait yang tidak disebutkan satu-persatu, terima
kasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi diri penulis dan
para pembaca.
Jakarta, 20 November 2007
Laela Masyitoh
vii
HALAMANJUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO ........................ .
PERSEMBAHAN
OAFTAR. ISi
ABSTRAK ........................................................ .
KAT A PENGANT AR ........... .
DAFTAR ISi
DAFT AR T ABEL ............................................................................... .
DAFT AR SKEMA .
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. ldentifikasi Masalah
1.3. Pembatasan Masalah Penelitian
1 .4. Perumusan Masaiah Penelitian
1. 5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1. Tujuan Penelitian
1.5.2. Manfaat Penelitian
1.6. Sistematika Penulisan ..................................................... .
BAB 2 KAJIAN TEORI
2.1. Coping Religius ............................................................. ..
2.1.1. Definisi Coping Religius
2.1.2. Agama sebagai Coping ....................................... .
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Coping Religius
2.1 A. Jenis-jenis Coping Religius ................................... .
ii
iii
v
viii
x
XI
1
11
11
12
12
12
12
13
15
15
19
24
26
2.2 Kecemasan . . ............. 41
2.3.1. Definisi Kecemasan ........................................ 41
2.2.2. Sumber-Sumber Kecemasan .................................. 48
2.2.3. Cara Menanggulangi Kecemasan ........................... 50
2.3. Kerangka Berpikir ............................................................ . 51
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian ............................ .. 57
3.2. Vanabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ....... 59
3.3. Subyek Penelitian
3.4. Pengumpulan Data
3.5. Teknik Analisis dan lnterpretasi Data ................................ .
3.6. Prosedur Penelitian ..................... .
60
61
63
65
3.6.1. Prosedur Persia pan .. .... .... ...... ............ ............ 65
3.6.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ................................ 66
3.6.3. Tahap Pengolahan Data ................. . ................... 66
3.6.4. Tahap Analisis ................. . 67
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian ................................. 68
4.2. Analisis Kasus .............. ..
4.2 1 Kasus NG .
4.2.2. Kasus TW
4.2.3. Kasus GL
4.3 Analisis Antar Kasus .
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................... ........... .. ............................... ..
5.2 Diskusi
5.3 Saran
DAFT AR PUST AKA
LAMPI RAN
'"
69
69
81
106
111
113
116
DAFT AR SK EMA
Skema 2.1 Peranan Coping Religius terhadap Kecemasan Calon TKI ... 56
Skema 4.1 Peranan Coping Religius terhadap Kecemasan NG ............. 80
Skema 4.2 Peranan Coping Religius terhadap Kecemasan TW .. ......... 93
Skema 4 3 Pera nan Coping Religius terhadap Kecemasan GL .. ....... ... . 105
DAFTAR TABEL
Ta be I 4 1 Ga111baran U111u111 Subyek Penelitian .. . . . .. .. ... ... . 69
Tabel 4.2 Analisis Antar Kasus Ga111baran Kece111asan ....................... 109
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tak b1sa d1pungk1r1. ketimpangan kesempatan kerja merupakan salah satu
masalah utama dalam proses pembangunan Indonesia. Ketimpangan ini
nampak 1elas di antara perkembangan angkatan kerja cli satu pihak dengan
kemampuan penyerapan tenaga kerja di lain pihak. Pertarnbahan angkatan
ker1a vane: berlangsung jauh lebih pesat dibanding kemampuan penyerapan
te11aga ker1a mempunyai darnpak yang cukup besar terhadap pembangunan
Indonesia.
Kct11llfJct110ct1: ct11lct1 a periambahan angkatan ker;:i dan kernampuan
penyerapan kerja yang rendah menyebabkan rneningkatnya angka
pengangguran di Indonesia Jika ditambah dengan rendahnya tingkat
pendidikan maka akan sernakin sulit pekerjaan yang bisa didapatkan di
ciaic111. Nc0c::: Scd1k1li1ya lapanga11 pekerjaan di dalam 11egeri menyebabkan
sebag1a11 masyarakat Indonesia berallh mencari pekerjaan ke luar negeri.
dengan i1arapar1 1119111 mendapatkan penghas1lan yang leb1h besar.
1
2
Penel1t1an tahun 1999 yang dilakukan di Tulungagung Trenggalek Jawa timur
rnengernukakan faktor yang mendorong dan menyebabkan tingginya
keingginan dan m1nat wanita untuk menjadi tenaga kerja wanita di luar
negeri Di antaranya adalah karena menganggur. desakan ekonomi, ingin
111e11~1u1Jal11ic1s1b1meningkatkan taraf dan kualitas hidup yang layak).
rnasalah keluarga. menanggung hutang, b1aya menyekolahkan anak-anak,
suami tidak bekerja dan untuk menanggung beban keluar!~a (rumah tangga)
yang semakin sarat dan kompleks (Adum Dasuki, 1999)
Banyak ha! yang dapat membuat orang bekerja menjadi TKI di luar neger1.
Sela1n faktor-faktor yang telah d1sebutkan di atas, 1nformas1 juga menJadi
faktor utama yang menyebabkan banyak orang Indonesia bekerja menjadi
TKI d1 luar neger1 D1 karenakan terg1ur cer1ta-centa 1ndah clar1 tetangga.
kerialan dekat yang terleb1h dahulu menJad1 TKI d1 luar negen Bahkan t1dak
sed1k1t dan mereka yang ingin menjadi TKI karena mendengarkan
kesuksesan menjadi TKI di luar negeri (Adum Dasuki, 1999). lming-iming
bahwa bekerja di luar negeri akan mendapat gaji tinggi. menjad1 dorongan
kuat bagi hasrat banyak orang untuk berebut me'ljadi TKI di Luar negeri,
sebab d1 Indonesia mencari pekerjaan cukup sulit. kalau mendapatkannya
t1ngkat upah umumnya masih rendah debandingkan bekerja di Luar negen
\IVla1ui1 lobing. 1999)
Tingg1nya minat sebagian warga masyarakat untuk menjadi TKI di Luar
neger1 d1 satu s1s1 memang sangat menguntungkan. karena dari kegiatan
tesebut devisa negara akan bertambah dan mengalami peningkatan. Akan
tetapt d1 s1s1 la111 hal itu tidak sedikit pula mendatangkan masalah, terutama
bagi TKI, mengingat pendidikan dan keterampilan mereka rata-rata masih
re11dah Mereka rela bekerJa di luar negeri yang mereka tidak tahu apa jenis
pe'Keqaan yang akan mereka dapat d1 sana. Kebanyakan pekerJaan yang
mereka dapatkan adalah sebagai pembantu rumah tangga (sektor informal).
1d1clikar1 dan keterampilan mereka yang rata-rata masih rendah
menyebabkan mereka belum mampu menjamin sepenuhnya kesiapan dan
kemampua11 sebaga1 mana diharapkan oleh negara yang '1lembutuhkan
De1111k1an 1uga mereka banyak yang belum siap mengantisipasi segala
kemungk1nan keJad1an yang t1dak di1nginkan, seh1ngga dar1 mereka banyak
yang mendapat perlakuan yang kurang senonoh
3
Persoalan f Kl merupakan benang kusut yang rum1t, selalu menempatkan TKI
dalam pos1s1 lemah dan terJep1t. 01 desa-desa, para calon TKI d1rekrut oleh
calo dengar1 kehmusan membayar sejumlah uang, ditampung ditempat
penampungan dengan perlakuan kurang manusiawi tiba d1 nege11 tujuar1
p2ra TKI tlclak me11getahu1 hak dan kewa1ibannya. perlakuan 1na11kan ya11g
se1111g 1nelci111µciu1 IJalas kemanusian, perlalH1a11 konsulat dan kedutaan yang
"1ff94tCa4, ';J/a<uja ~a# me~ A~ ';J/ati meujadi teuteUlm ".
(2S. Att- 7'?aad: 2%)
7~ ~If, teta4 ~ti~~ dadafflU <'-tut«hna?
'Da1t ~ti l!e;fuw~ Uauma daUftada m.u
114"'9 ~eUl~ ft<t"'99Uff9"11U
'Dau ~"'d meuiff99ikau ~iffta adatcui (uama-?ltaJ
Sdat ae~ <!e4Uda4 ~ tta ada ~~
-~ apaffifa ~a teta4 i!deMti, (~ daeua} ""~
?5~9.u4-<1ttu99.u4Ca4 (daCaui fl~}
'Da1t ~a k,rtada 7~ ta4 flozlf,,'IMl{z
(2S. At-1~: 1-FJ
rER~EMBAHAN .... 'Untu41Jtata 7ukw6u "!fMCJ 7a4 'Pimta4 7"'1ftefau,,
Uttuiz patau A9ama4u "!fM9 7a4 'Pimta4 SMit,
Uttuiz Am ?Jtata 1Cuffda 1fa"9 ?IMt(Wt 1-:::eWi:~
Uttuiz 'Puuda& A'falta"da 1fa"9 SeW19 t?01<7et<vi,
Uttuiz Seu'/""' ?-:::a6a4-?-:::a4ak L.etaleiktt 1fM9 7a/z 7entenai,
Uttuiz Se"'f""' ?-:::a~-?-:::a4ak 'Pozem(t&Ut6u "!fM9 7a4 ?lteudfflc;i«
Utta4 fDeuMtian J:::~ 1fM9 7a4 z:?oz/ie,,ti t?ozttaJUV/t,
Uttu4 A6ae "ifMCJ 7a4 t?oaan 1/1enaW,
Uttuiz p@a 1fM9 7a4 'Pimta4 'Puaa,
Uttu4?lati1fau9 7a4 'Pimta4 ?lteutiuta,
?-:::uCa4~ e&ta. 111eaki ?ltozac;u 1-:::adwt pewiili~
Seuw9a Aetalt ~"tat<:
- LM -
ii
kura119 bark perusahaan Jasa TKI (PJTKI) yang saling lerrrpar tanggung
JawalJ 1111a ada TKI berrnasalah Setelah beberapa tahu11 kernbalr ke Tanah
Air, TKI diperlakukan sebagai rnenusia kelas dua, di bandara diperas dan
111e11galarni berbagai persoalan lainnya.
fVlel1l1al problernatrka TKI tersebut, seharus11ya pemerr11tah lebrh
n1emper1·1at1kan Para calon TKI, terlebih jika rne11e11gok a11gka slalistrk
menyangkut TKI Data yang dirniliki oleh Konsorsiurn Pernbelaan Buruh
fVligra11 Indonesia (kopburni), selama bula11 Januari-April 2001 terjadi
4
I 114 5L'L' r'asus pelar1ggaran hak asasr rnanusra (HAfVI) terhadap TKI. (Adurn
Dasukr, 1999)
Dari jurnlah tersebut, tercatat 10 orang rneninggal saat bekerja dan 69 orang
lagi rnengalami pernerkosaan dan penganiayaan Seda11gka11 LSfVI Ce11ter for
!11clo11es1a fV11g1a11t Workers (ClfVIW) rnencatat selarna Januarr-Aprrl 2001 dr
fVlalaysra tercata 1,5 JU!a buruh trdak berdokurnen, 14.000 dr penJara, 120.000
d1deportas1, 32.000 diberhentikan, dan 6.288 orang ditangkap
nrrp.11www !11ou11es1aMed1a. Comlrubnklmanca 00 June.lit
Dalam kasus TKI yang lain diternukan nama Cer ;atr. Cerra ti adalah seorang
TKW dr Malaysia yang mencoba kabur dari aparternen rnajikannya Ceriati
berusal1a turun darr lantar 15 aparternan rnajikannya karena tidak tahan
terhadap s1ksaa11 yang dilakukan kepadanya Dalarn usahanya untuk turun
Ceriati menggunakan tali yang dibuatnya sendiri dari rangkaian kain.
Usaha11ya untuk turun kurang berl1as1I karena d1a pada lar1ta1 6 dan akh1rnya
harus ditolong petugas pemadam kebakaran setempat. Tetap1 k1sahnya dan
Juga gambarnya (terJebak d1 lanta1 6 gedung bert1ngkat) 111enJad1 head/me
sural kabar indunesia serta Malaysia dan segera rnenyadarkan pemerintah
kedua negara adanya pengaturan yang salah dalam pengelolaan TKI
5
(http· //www. kom pas. com/kom pas-ceta k/0609/30/po I iti k h u kum/2 994 2 85 htnJ)
Ada lagi kasus penyiksaan luar biasa terhadap Nirmala Bonat, buruh migran
perempuan asal Indonesia bulan Mei 2004. Kasus Eka Apri Setiowati yang
d1perkosa dan d1an1aya oleh maj1kannya.
Derita TKI Ceriyat1, Nirmala Bonat, Eka serta masih banyak lag1 patut menJadi
rer1unsiar1 umuk i\1ta sen1ua sudal1 1nelampau1 balas ke111ar1u;sramr '. llulal1
kual1tas derita T Kl, terutama yang 1legal. Uniknya, hal 1tu tak membuat Jera
para TKI Denga11 berdalih gaji yang belum d1bayar atau faktor lain, d1antara
mereka masih tetap bertahan Maka. perlu dipikirkan bagaimana memayungi
TKI yang JUl1llal1nya masih ratusan r1bu orang yang h1ngga k1n1 111e11Jad1
n ke!uarga
http.I/rd. vvrkrpedra.org/wiki/Tenaga Kerja Indonesia
6
Maraknya kasus-kasus penganiayaan yang banyak membicarakan
pe11de11laa11 ya:1g d1alam1 oleh Tenaga Kerp Indonesia \Tl<I; yang beker1a
diluar 11egeri kl1ususnya pembantu rum ah tangga. Pender taan yang dialamr
TKI seakan tidak ada habisnya, mulai dari tempat penampungan sebelum
mereka diberangkatkan ke luar negeri. para calon TKI harus menunggu lama
jadwal keberangkatan yang tidak pasti, tidur berjejalan dengan sesama Tl<I
yang larn. makan seadanya, serta masalah kesehatan yang tidak
diperhatikan. Bahkan mereka harus memberikan sejumlah uang ke PJTKI
tempat mereka ditampung. Meskipun sudah memberikan sejumlah uang,
rnereka harus rnenunggu job di luar negeri dengan ketidakpastian, itupun
JOb yang rnereka clapatkan hanya sebagai pembantu rumah tangga.
Aclanya kasus-kasus penganiayaan terhaclap TKI dapat menimbulkan
berbaga, kec,e111asa11 pacla para calon TKI yang akan berangkat ke luar
negerr Para calon TKI banyak mengalami kecemasan dengan banyaknya
masalah yang mereka hadapi saat berada clipena111pu11ga1 serta dengan
hilnyciknyci c:11ccimcin terhciclap TKI di luar negeri
1----~·----~
1 SYl1ffiiF t,,HT1/\V'SrT1i:; ~ ~t1 -~,:~,,,,,. -- ' Kecemasan clapat dilihat clari beberapa respoh yang'lJerm'aear\~'m'acafri'Baik'
-'--~--v·~-~~-.~-M•~,o~,.,,_
respon secara fisrk maupun psikis dari TKI tersebut. Respon fisik yang
clitimbulkan seperti keringat yang berpercikan, clenyut jantung berclebar
kencang, kepala pusing, rng1n mual, hilang nafsu makan, clan lain
sebaga1nya Seclangkan respon psikis seperti takut akan terjacli bahaya,
7
hilang kepercayaan diri. tidak dapat tenang. ingin lari dari menghadapi
suasana keh1dupan dan lain sebaga1nya. Namun, berita penganiayaan
terhadap TKI tidak banyak mempengaruhi kejiwaan calon TKI bahkan
minatnya menjadi TKI di luar negeri semakin kuat, mereka menganggap
bahwi1 kasus-kasus tersebut dijadikan pelajaran dan pengalaman yang
berharga untuk para TKI. Mereka memiliki keyakinan bahwa tidak semua TKI
bernasib sama. Para calon TKI percaya bahwa nasib setiap manusia berada
d1 tangan Tuhan
Keyak111an sangat berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu
untuk melakukan aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar
IJelal<.1wg !\eyak1na11 cl1nila1 111empuya1 unsur kesuc1an, sena ketaatan
Keterkaitan 1n1 akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu
Sebal1l\llya agama Juga sebagai pemberi harapan bagi pelakunya Seseorang
yang melaksanakan per111tah agama umumnya karena aclanya suatu l1arapan
terhaclap kasih sayang Tuhan kepadanya. Agama clapat menjadi suatu
sumber dukungan emosional, sebagai roda clari positive minterpretation and
growth. atau sebagai taktik dalam mengahadapi sumber stres (Carver &
Schier 1989)
Pada saat 1ndiv1clu terkena stress, ia clapat berpaling pada agama, karena
agarna be11ungs1 sebaga1 sumber clukungan emos1, sebaga1 s1asat coping
yang akt1f sifatnya
8
Lazarus dan Folkman; Moss; Tyler (dalam Pargament, Ensing, dkk, 1990)
mengatakan umumnya coping dipandang sebagai suatu proses yang dialami
seseorang dalam memahami dan menghadapi berbagai tuntutan yang
s1gn1flkan ba1k secara personal ataupun s1tuasional.
Folkman d;m Lazarus mengatakan, bahwa coping adalah segala usaha
secara kognitif atau behavoiral untuk menguasai, mengurangi, atau
iJetiJc1ga1 tur1tulan-tu11tuta11 yang ada \dala111 R1c2. hJ99; Cuµ111g
terbagi pada dua t1pe strategi yaitu: Problem-solving Coping dan Emotion
Focused Coplllg (Taylor, 1999)
Proble111-Solvlllg Copl!lg berfokus pada masalah mencakup bert1ndak
langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan
dengan so\usi. Contohnya, menyusun jadwal kegiatan harian untuk
menghindari tumpukan tugas perkuliahan Emotion-Focused Coping merujuk
µada iJei1Jaga1 uµaya untuk 111engurang1 berbaga1 reaks1 emos1onal negat1fe
terhadap stress. Contohnya, melakukan relaksasi, mencari rasa nyaman dari
orang 1a1n, atau mendekatkan din kepada Tuhan.
Berbagai bentuk coping dapat 111e111inimalisir situasi stress . salah satunya
adalah dalam bentuk religius. yang disebut dengan Copin9 Religius.
9
Copmg Relig1us adalah salah satu metode coping yang menggunakan
pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan yang sedang mereka
hadap1. Copmg religtus mempengaruh1 pola kogn1tif seseorang saat mencari
suius1 cicda;r, ,·1ie;1giladap; s1tuas1 sui1t yang d1hadap1nya da11 dapat
men1ngkatkan religiusitas seseorang (Pargament. 1997)
Belavich (Graham 2001) mengatakan bahwa religi memainkan peran yang
penting dalam mengatasi stress. Dua sumber coping relig us yang biasanya
dilakukan adalah prayer dan faith in God (berdoa dan berserah diri pada
Tuhan)
Hal 1n1 sesuai dengan OS. Al A'raaf (7) ayat 128
"Musa berkata kepada kaumnya: 'Mahon/ah pertolongan kepada Allah dan
bersa/Jarlah. sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah: dipusakakan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-f\lya. Dan kesudahan
yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa ...
Cup111:; 1dtylll::o J;yak1111 dapat membuat seseorang merasakan ketenangan
dalam menghadapi berbagai permasalahan. lndividu dengan coping religius
yang t1ngg1, serta dengan kadar keimanan seseorang menentukan kadar
kece111asam1ya. se111ak1n t111gg1 imannya, semakin rendah kecemasannya
(Pargament, 1997)
10
Spilka Shaver. dan Kirkpatrick mencatat tiga peran religi dalam coping
process yaitu menawarkan makna kehidupan. 111emberikan sense of control
terbesar dalam mengatasi situasi.
Beberapa penel1t1 Juga menJelaskan copmg re/tgws secarn eksklus1f adalah
sebagai bentuk dari emotion-focused coping. lndividu lebih menyukai kembali
kepada Tuhan untuk memohon pertolongan pada saat stressful. Diyak1111 oleh
kebanyaka11 111d1v1du. melibatkan diri dalam keg1atan relig1us dapat
menenangkan perasaan yang cemas dan distress pada mdividu yang
mengala111i stressful (Pargament, 1997). Dalam Al-Quran d1sebutkan pula
bahwa dengan mengingat Allah, jiwa manusia akan menjadi tenang. Hal ini
terdapal claiam t1rman Allah, yang artmya
"(yaitu) orang-orang) yang /Jeriman dan hati merel<a menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. lngatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tenteram ... Seseorang yang mencintai dan kembali kepada Tuhan
diyakini membantu seseorang dalam menghadapi masa sulitnya dengan lebih
ba1k.
11
1.2. ldentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang hendak diteliti dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran kecemasan subyek saat belum diberangkatkan
ke luar negeri dan menjalani hari-hari di penampungan?
2 Bagaimana gambaran Coping religius yang mereka lakukan saat
berada di penampungan?
3. Baga1mana peranan copmg re/1gws terhadap pe11a11ggula11ga11
kecemasan?
1.3. Pembatasan Masalah Penelitian
Mengingat kompleksnya masalah yang akan diteliti, maka penulis memiliki
satu batasan
1. Coping re/igius yang dimaksud adalah proses saat individu berusaha
menangani dan menguasai situasi penuh stress yang menekan akibat
ciar r masalah yang sedang dihadapi. dengan bentul~ pengamalan baik
berupa sikap maupun tindakan dari keberagamaan seseorang.
2. Kecemasan yang dimaksud merupakan reaksi psikologis individu
sctelal1 me11galam1 suatu peristiwa. Rasa cemas seperti proses
emos1onal lainya terjadi, baik disadari maupun tidaf, disadari oleh
111dividu. Rasa cemas adakalanya tampak dalam geJala-geJala sepert1
takut, ngeri lemah, terancam, khawatir dan lainnya, yang muncul
bersamaan, dan biasanya diikuti dengan naiknya rangsangan pada
tubuh seperti jantung berdebar-debar, keringat din~Hn.
1.4. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut, yaitu: "Bagaimana coping religius yang
dilakukan calon TKI dalam mengatasi kecemasan?".
Mengapa copl!)g religllls digunakan oleh calon TKI dalam mengatasi
kecemasan?
1.5. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.5.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peranan coping
religius dapat membuat seseorang tenang atau menghilangkan kecemasan
d1saat seseorang berada dalam permasalahan.
1.5.2. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan
konstribusi pemikiran yang bersifat teoritis dan praktis dalam wacana
ps1kolog1s. Manfaat teont1s yang d1maksud adalah memberikan masukan
12
aplikasi teori dilapangan guna memperluas wacana psikologis terutama
mengenai peranan coping relights apakah dapat membuat tenang atau
meghilangkan kecemasan.
Sedangkan yang bersifat praktis d1antaranya .
1 Sebaga1 sebuah gambaran pada masyarakat tentang solus1 yang harus
dilakukan dalam menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapi
2 Menambah wawasan penulis khususnya dan para pembaca umumnya
tentang peranan coping religius terhadap kecemasan para calon TKI
3. Dapat d1gunakan oleh berbagai pihak sebagai langkah preventif bila
mengalami kecemasan.
1.6. Sisternatika Penulisan
13
Guna memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi dan materi yang
dibahas da.lam proposal skripsi ini, maka penulis mengemukakannya dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. Menguraikan tentang latar belakang pengambilan
judul. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan
masalah. tujuan dan manfat penelitian, dan sistematika penulisan
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
14
Kajian pustaka yang tentunya membahas teori 1entang coping
religius. agama sebagai coping religius, faktor-faktor yang
mempengaruhi coping religius, jenis-jenis coping religius, dan Juga
rnembahas teori kecemasan, deflnisi kecemasan, sumber
kecemasan, dan penanggulangan kecemasan serta kerangka
berp1kir
Metode penelitian yang mencakup pendekatan dan metode
penelitian, variabel penelitian dan operasional penelitian, subyek
per1el1t1an. pengumpulan data. tek111k anal1sis dan 111terpretas1 data
serta prosedur penelitian.
Hasil Penelitian. Terdiri dari deskripsi umum subyek penelitian,
ana11s1s kasus subyek dan analis1s antar kasus
Kesimpulan Diskusi dan Saran Menjelaskan kesimpulan
penelitian, diskusi hasil penelitian dan saran yang dapat
Jipcrhatikan oleh berbagai pihak yang terkait dengan penelitian
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1. Coping Religius
2.1.1. Definisi Coping Religius
Coping re/1gius terd1r1 dari dua kata, yaitu copl/lg dan re/1gws, mas1ng-mas1ng
111e1111!1f,1 pe11yert1ar1 sendrri-sendiri. Coping dalam Kamus Psikologi
disebutkan sebagai . "Setiap perbuatan, dimana rndivrdu nelakukan 111teraksr
dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan untuk menyelesaikan masa:a 11
(Chaplin 1995 dalam Kartono:1997).
Lazarus dalam Shelley (1995), mengungkapkan Coping adalah .·"Coping is
the process by which people try to manage the perceived descrepancy
f!erween uie cfemand and resources they appraise //l a stressful/ situation
Lazarus clan Folkman ( 1998). menclef1ms1kan copli7g sebagai"suatu proses
yang dilakukan individu untuk menghadapi atau mengatasi tuntutan dengan
n1e11gyu11ulw11 sum/Jer daya yang dimiliki.
Kartono (2000), coping, Cope berarti : menanggulangi, menguasar,
me11a11ga11i masalah menurut suatu cara (menghindar, melarikan diri.
me11gura1191 kesulitan. dari bahaya yang timbul
15
Sementara. itu Bachtiar Lubis dalam pengantar Psikiatri Klinik (1993)
mengugkapkan coping berarti menanggulangi. mengatasi. Menangani,
berurusan dengan cara yang sebaik-baiknya menurut kemampuan individu
meskipun tidak selalu sukses terhadap masalah-masalah yang dihadap1
16
Copmg Juga dapat diartikan sebagai: usaha untuk mengubah secara konstan
aspek kogn1t1f dan perilaku-perilaku untuk mengelola tuntutan yang d1n1la1
sebagai beban.
Semua definisi di alas dapat disimpulkan dalam satu kesimpulan bahwa
coping adalah pmses saat individu berusaha menanga111 da11 111e11tJuC1sa1
situasi pen uh stress yang menekan akibat dari masalah yang sedang
dihadapi, dengan cara pada dirinya.
Sedangkan, religius adalah "Seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh
keyakinan. seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah, dan seberapa dalam
penghayat0n atas agama yang dianutnya".
Se11ada dengan itu. M Djamaludin (1995) mendefinisikan religius sebagai
1Via1111estas1 seberapa Jauh individu penganut agama menyakini. memahami
mengl1ayati, dan mengamalkan, agama yang dianutnya dalam kehidupan
sehari-hari dalam semua aspek kehidupan".
Jalaludin (2001) me11jelaska11 lebih lanjut te11ta11g re/igius vaitu religius
merupakan bentuk pengarnalan baik berupa sikap maupun t111daka11 dar1
keberagarnaan seseorang Religius adalah keadaan dimana individu
rnerasakan dan rnengakui adanya kekuatan tertinggi yang rnenaungi
kehidupan . .rnanusia, dan hanya kepada-Nya rnanusia berqantung dan
berserah diri. Semakin manusia mengakui adanya kekuatan Tuhan dan
kekuasaan-Nya, rnaka akan semakin tingqi tingkat religiusnya.
17
Coping religius adalah salah satu metode coping yang menggunakan
pendekatan agama dalam mengatasi perrnasalahan yang sedang mereka
hadapi. Coping religius mempengaruhi pola kognitif seseorang saat mencari
solusi dalam menghadapi situasi sulit yang dihadapinya dan dapat
menigkatkan religiusitas seseorang (Pargament, 1999).
Berbaga1 situasi stressful dapat 111ernobil1sas1kan respon dalam melakukan
coping religius. Hal ini dapat dilihat dalam penelitian McCroe (dalam
Pargament 1997) McCroe mengemukakan dari mekanisrne coping yang
digunakan individu pada saat dihadapkan pada tiga kategori kejadian yaitu
kehilangan, bahaya, dan tantangan. Ternyata hasilnya adalah dari 28
mekanisme coping, keyakinan digunakan sebagai mekanisme coping
rnenempatl urutan kedua dengan persentase 75% untul< kejadian bahaya,
menempati urutan ketiga pada kejadian kehilangan (72%), dan yang paling
sedikit digunakan pada saat menghadapi tantangan (43%).
18
Dan yang lebih mengejutkan, pada beberapa penelitian rrenunjukan bahwa
pada wan1ta, agama lebih membantu mereka dalam men9atasi masalah
(Nei9hbors, dkk, 1983; Bijur, dkk 1993; Conway, 1985-19136; Ellison, 1991;
Ferraro & Koch, 1994, Pollner, 1989) Misalnya pada penelitian Feltey &
Poloma mengenai religious experience pada wanita dan pria ditemukan
bahwa wanita merasa lebih dekat dengan Tuhan (Beit-Hallahmi & Argyle,
1997) Hasil penelitian Conway (1985-1986) terhadap 65 wanita yang
mempuyai masalah dalam pengobatan, bahwa sebanyak 91 % mengatakan
berdoa sebaga1 mekanisme coping.
Peran aga1:na sangat efektif dalam proses coping seseorang dalam
mengatas1 s1tuas1 stress d1 keh1dupannnya. Telah banyak pula pe11el1t1a11
yang dilakukan mengenai penggunaan coping sebagai respon individu
terhadap keadaan yang stressful, misalnya penelrtran yan!~ d1lakukan oleh
Koening. Hays. George. dkk (dalam Azizah. 2003) mengenai hubungan
antara agama, kesehatan fisik, dukungan sosial, dan symptom depresif.
Penelitian diatas membuktikan bahwa pada saat individu dihadapkan pada
situasi stressful atau perasaan tidak nyaman, disitulah terjadi proses coping
19
religius. Coping religius adalah persepsi dimana dukungan dan petunjuk dari
Tuhan saat menghadapi masalah.
Dan def1111s1-defin1si diatas, maka penulis mengambil kesimpulan coping
religius adalah proses saat individu berusaha menangani dan menguasai
situasi penuh stress yang menekan akibat dari masalah yang sedang
dihadapi seseorang, dengan cara melakukan atau mengamalkan perbuatan
dalam bentuk pengamalan baik berupa sikap maupun tindakan yang sesuai
dengan agamanya. Dan juga menangani masalah atau mengatasi segala
bentuk permasalahan yang dihadap1 dengan cara melakul~an perbuatan
perbuatan religius dalam bentuk pengamalan baik berupa sikap atau tindakan
dari keberagamaan seseorang.
2.1.2. Agama Sebagai Coping
Menurut Pargament, bagi sebagian besar orang, agama merupakan suatu
orientasi filosofis penting yang mempengaruhi pemahaman mereka mengenai
dunia, selain itu mereka juga dapat memahami serta dapat menahan
penderitaan dan kenyataan yang sedang dihadapi (Azizah, 2003).
Pargament, dkk, (dalam Azizah, 2003) menjelaskan bahwa ada tiga cara
d1rnana agarna dapat dibedakan dalam coping, yaitu:
20
1. Agama dapat menjadi bagian dari tiap-t1ap elemen proses coping
Kejadian dalam hidup pasti di dalamnya terdapat hal-hal yang bersifat
keagamaan. Baik itu pernikahan, perceraian, pengalarnan mistis, dll.
Dalam agama pula dapat ditemukan makna hidup atau sumber kejelasan
dari suatu keJadian hidup yang dapat menjadi penialain yang religius.
Sebagai contoh: pada peristiwa bencana alam yang tengah sering dilanda
pada saat ini, hampir semua individu mengambil makna dalam suatu
peristiwa ini sebagai bagian dari rencana Tuhan. agar kita lebli1
mendekatkan d1ri kepada Tuhan.
2. Agarna dapat memberi kontribusi pada proses coping
Beberapa dapat menunjukkan bahwa agama dapat berkontribusi dalam
proses coping Sebagai contoh: pada penelitian yang dilakukan oleh
Universitas Miami, mengatakan bahwa pendekatan kepada agama sangat
membantu dalam mengatasi penyakitnta pada para penderita HIV AIDS
(Donnelly, 2006).
3. Agarna dapat menjadi hasil dari proses coping.
Agama lebih disuka1 untuk digunakan ke dalam coping bagi orang yang
menganggap agama sebagai aspek menonJol yang paling besar dari
pe111ahama11 mereka akan diri dan dunia daripada coping bagi orang yang
kurang beriman (dalam Park, Komunikasi Personal, 2003). Survey yang
dilakukan oleh Priceton Religion Research Center tahun 1987 pada orang
dewasa mengenai berbagai kejadian dalam hidup diasosiasikan dengan
21
laporan menigkatnya keyakinan seseorang. Keyakinan meningkat diikut1
dengan kelahiran bayi kesepian dan promosi kerja (dalam Pargament,
1997).
Pargament (1997) menjabarkan ada tiga pendekatan dalam proses coping
religius yaitu self - Directing (keterikatan tradisional pada agama).
Collaborative (Keterpaduan Usaha dengan Takdir Tuhan), dan Deferring
(Keyakinan Bahwa Solusi dari Permasalahan pasti ada yang terbaik untuk
saya menurut Tuhan). Menurut Wong Mc-Donald (dalam l<asberger. 2002).
menjelaskan proses coping religius tidak hanya cukup dengan tiga
pendekatan d1atas namun Juga aspek Surrender (berserah din kepada
Tuhan) juga bisa dimasukkan dalam proses coping.
a Self-Directing
Pargament (1998), menjelaskan metode Self-Directing dalam proses coping
religius adalah
··self-Directing style, the individual advocates action to solve his or her
problems. Individuals who use this style of coping view themselves as people
whom God granted problem solving abilities and resources".
Pendekatan self-directing, secara aktif melibatkan d1ri sendtri dalam
membantu permasalahannya dan tidak hanya terpaku pada bantuan Tuhan.
22
Peranan self directing dalam coping religius mempuyai dampak yang pos1t1f
dan mempuyai kematangan dalam memecahkan suatu masalah dengan
berpaku pada proses pendekatan agama serta mengikutsertakan peranan
tuhan di kehidupan seseorang (Hathaway & Pargament, 1990).
b. Col!alJ01alive
Pargament (1998), menjelakaskan metode dalam proses coping religius
adalah:
"Collaborative style. neither the individual nor God plays a passive role m the
problem solving process. They both worl< together to resolve the individua 's
problems. God provides an active voice that influences the dec1s1on of his
followers".
Proses Collaborative adalah metode yang paling sering dipakai dalam coping
religius. Salah satu metode coping religius ini menggambarkan keterpaduan
usaha seseorang dengan tuhannya dalam memecahkan permasalahan
hidupnya. Collaborative adalah keterpaduan usaha dengan Takdir Tuhan
Dimana seseorang dan Tuhan saling bekerjasama dan menganggap Tuhan
sebagai partner dalam memecahkan masalah (Pargamem, 1997).
Hal ini dapat dilihat pada penelitian Pargament. Pargament mengemukakan
pengaruh dukungan agama dalam proses coping, yaitu keterikatan emosional
23
dengan Tuhan, hubungan yang dekat secara spiritual dengan Tuhan, dan
petunjuk Tul1an dalam memecahkan masalah. Ternyata hasilnya bahwa
seseorang yang menggunakan dukungan agama dalam coping religius
mengambarkan pula ia mampu mengatasi permasalahanya dengan baik.
Dalam penelitian Gray and Molock (1999) pada mahasiswa Afrika Amerika
menemukan bahwa, metode collaborative dalam religius coping sangat efektif
dalam menaikan level ketidakharapan dan ide untuk melakukan bunuh diri.
Fabricotore, Handal, Rubio, and Gilner (2004) mengemukakan bahwa
metode collaborative dalam religius coping sebagai alat penghubung antara
beragama dengan menurunkan tingkat stress pada responden yang
mengalami depresi.
c Deferring
Pargament (1998) menjelaskan metode Deffering dalam proses coping
religius adalah:
"Deffering Style, God executes the actual problem solving strategy. Deffering
individuals rely on God to provide a divine sign to tell them which problem
solving approch should be used". Deffering adalah menyerahkan sepenuhnya
alas pencarian solusi dari permasalahan hidup yang dihaclapi kepada Tuhan.
Deferring bersifat pasif, incliviclu menunggu jawaban alas :iolusi masalahnya.
Dalam kenyataannya, proses deferring ini sangat membantu seseorang
dalam mengatasi permasalahan hidupnya (Pargament, 1997)
24
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Coping Religius
Dalam menentukan strategi coping yang digunakan, terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pemilihan strateg1 coping itu sendin, (dalam
Yatmi, 2006) yaitu
a. Jenis Kelamin
laki-laki dan perempuan tidak berbeda jauh penggunaannya pada coping
yang terpusat pada emosi. Hanya saja laki-laki cenderung lkabih sering
menggunakan coping yang terpusat pada masalah dibandingkan dengan
perempuan.
b Kepribadian lndividu
Menu rut Lazarus ( 1976), individu dengan tipe kepribad1an internal locus of
control lebih sering menggunakan usaha coping langsung dengan sedikit
usaha suppresion atau menekan, sedangkan pada individu dengan tipe
eksternal locus of control cenderung lebih membuka diri dan tidak menekan
permasalahan yang dihadapinya. Dapat ditarik kesimpulan, tipe kepribadian
seorang individu sangat mempengaruhi strategi coping yang akan digunakan
c. Us1a
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli, tidak
ada perbedaan yang signifikan antara subyek berusia muda ataupun berusia
tua dalam menentukan strategi coping yang digunakan.
25
d. Pend1d1kan
Menurut Billings dan Moss (dalam Holahan & Moss, 1987) subyek dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi sering menggunakan strategi problem
focused coping (coping terpusat masalah), dan sebaliknya pada individu yang
tigkat pendidikannya rendah, akan cenderung menggunakan srtategi emotion
focused coping (coping terpusat emosi) dan akan cenderung menghindar
dalam menghadapi permasalah yang ada. Dari pengertian diatas, pendidikan
yang dimiliki seseorang mempengaruhi srtategi coping seperti apa yang
akan digunakan.
e. Budaya
Pada masyarakat industri, cenderung menampilkan perilaku coping yang
lebih bersifat aktif. Dan sebaliknya, pada masyarakat agraris, cenderung
menampilk·an perilaku coping yang bersifat pasif Pernyataan diatas
menjelaskan, bahwa faktor budaya dimana individu tinggal dan l1idup juga
mernpengaruhi strategi coping yang akan dipakai dalam rnengatasi
permasalahan.
f. Situasional
lndividu yang menganggap stresor dapat ditangani, cenderung memilih
problem focused coping (coping terpusat masalah), dan sebaliknya, jika
individu merasa bahwa situasi yang dihadapi kurang atau tidak dapat
ditangani dengan baik, maka individu cenderung memilih emotion foused
coping (coping terpusat emosi). Jadi, dalam memilih strategi coping yang
akan dilakukan individu, faktor situasi dam kondisi apa dan bagaimana
permasalahan itu terjadi juga ikut mempengaruhi pemilihan strategi coping
yang akan dilakukan oleh seorang individu dalam mengatasi
permasalahannya.
g. Penilaian Terhadap Tersedianya Dukungan Sosial
26
Strategi coping dengan cara mencari dukungan dari orans1-orang sekitarnya,
cenderung dilakukan pada individu yang menilai bahwa lingkungan yang ada
di sekitarnya mampu untuk memberinya dukungan sosial yang baik.
Sedangkan, strategi coping menghindar, biasanya dilakukan pada 1ndividu
yang kurang memiliki dukungan sosial dari orang-orang disekitarnya.
2.1.4. Jenis-jenis Coping Religius
Menurut Taylor (1999), umumnya ada dua tipe strategi coping, yaitu:
1) Problem-Solving Efforts
Ada usal1a-usaha 1ndividu untuk melakukan hal-hal yang konstruktif
dikarenakan kondisi stressful yang menyakitkan, bahaya, atau
menantang individu. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi situasi stressful yang merupakan tipe ini, antara lain: Planful-
Problem Solving, Confrontive Coping, Seeking Social Support (Folkman
dan Lazarus, Folkman, dkk, dalam Safino, 2002).
2) Emotion Focused
27
Tipe ini melibatkan berbagai upaya coping religius untuk meredakan
sejenak emosi-emosi yang disebabkan oleh peristiwa yang stressful.
Carver, Weintraub, dan Scheier (dalam Sugiarti, 2000), mengemukakan
bahwa turning to religion termasuk dalam strategi coping tipe emotion
focused rnenurut beberapa peneliti tentang coping bahwa agama secara
ekslusif adalah sebagai bentuk dari emotion-focused coping (Pargament,
1997).
Menurut Carver (dalam Azizah, 2003), turning to religion, termasuk dalam
emotion focused coping, dimana individu melakukan perilaku coping dengan
cara kembali berpaling pada agama dalam keadaan ketika sedang
mengalarni stress. Oleh karena itu agarna dapat berfungsr sebagai sumber
dukungan emosi serta solusi untuk mengartikan suatu situasi secara positif
meskipun dapat pula hanya berfungsi sebagai siasat coping aktif.
Menurut Folkman dan Lazarus (dalam Safino, 2002), biasanya individu
menggunakan keduanya, baik tipe Problem-Solving Efforts maupun Emotion
Focused dalam mengahadapi keadaan yang stressful. Diyakini pula bahwa
kedua tipe ini dapat pula digunakan dalarn waktu bersamaan pada saat
individu rnenghadapi peristiwa yang paling stressful.
28
Dari beberapa hasil penelitian yang telah ada, membuktikan tidak dapat
digeneralisasikan jenis coping yang dipakai pada semua indiv1du, karena
strategi coping yang digunakan oleh setiap individu dapat tergantung dari
kepribadian masing-masing dan sejauh mana tingkat stress dari suatu kondisi
atau masalah yang dialami serta sejauh mana kemampuan individu untuk
menghadapi dan mengatasi permasalahan yang menimbulkan stress tersebut
dengan cara ataupun perilaku yang sebaik-baiknya.
Orang yang tidak merasa tenang, aman serta tenteram dalam hatinya adalah
orang yang sakit rohani atau mentalnya, Tulis H. Carl Witherrington
(M. Buchori).
Agama sebagai keyakinan, terletak pada sikap penyerahan diri seseorang
terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap pasrah yang serupa itu
diduga akan memberi sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul
perasaan positif seperti rasa bahagia, rasa senang, puas, sukses, merasa
diC!ntai atau rasa aman. Sikap emosi yang demikian merupakan bagian dari
kebutuhan asasi manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan.
Agaknya cukup logis kalau setiap ajaran agama mewajibkan penganutnya
untuk melaksanakan ajaranya secara rutin. Bentukdan pelaksanaan ibadah
agama, paling tidak akan ikut berpengaruh dalam menanamkan keluhuran
29
budi yang pada puncaknya akan menimbulkan rasa sukses sebagai pengabd1
Tuhan yang setia. Tindakan ibadah setidak-tidaknya akan mmberi rasa
bahwa hidup menjadi lebih bermakna. Maka, adapun bentuk-bentuk suatu
ibadah sebagai bagian dari coping religius adalah:
1. Zikir
Secara etimologi, kata zikir berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata
Dzakara-yadzkuru yang berarti "ingat". Jadi zikir yaitu suatu pekerjaan
dengan cara mengingat. Lawan dari kata zikir adalah "nisyan" yaitu lupa.
Menurut ilmu jiwa, mengingat atau menyadari adalah pekerjaan Jiwa yang
berhubungan dengan tingkah laku manusia sehari-hari. Pertanyaan yang
timbul sekarang adalah dari manakah ingatan dan kesadaran itu timbul/
Dalam buku Ensiklopedia Nasional Indonesia, zikir berarti ingatan kepada
Allah dengan menghayati kehadiran-Nya, kemahasucian-Nya,
kemahaterpujian-Nya, dan kemahabesaran-Nya (Ahmad Syafi'i Murad, 1985)
Sedangkan menurut. Mir Valiuddin (1996), zikir adalah senantiasa dan terus
menerus mengingat Allah yang bisa melahirkan cinta kep21da Allah serta
mengosongkan hati dari kecintaan dan keterikatan pada dunia fana mi.
30
Arti zikir menurut istilah adalah suatu bentuk usaha batiniah dengan melalui
proses panca indera yang sifatnya intelektual dengan sarana menyebut nama
Allah baik secara jahar maupun khofi guna memperoleh kontemplasi tingkat
tinggi.
a. Bentuk-bentuk zikir
Zikir adalah upaya menghubungkan diri secara langsung dengan Allah baik
dengan lisan maupun dengan kalbu atau memadukan keduanya secara
simphoni.
Zikir yang berarti ucapan tasbih, tahmid, tahlil, istighfar, tadabur, tafakur, dan
pengagungan asma Allah. Bila ucapan itu dibaca dengan niat untuk
membersihkan jiwa dan raga dari rayuan setan dan mengharapkan ridha
Nya. Maka zikir tersebut akan membekas dalam diri orang yang
membacanya dan akan menentramkan batin dan pikiran (Qomaruddin. 2000)
Dalam praktek sufi dan tarekat, zikir dilakukan sebagai sarana perenungan,
meditasi (muraqobah), dan transendensi (penembusan hakikat, mukasyafah)
b. Manfaat zikir
Salah satu cara untuk menumbuhkan dan mencapai mental yang sehat,
yang melahirkan ketenangan dan kebahagian hidup adalah dengan
banyak berzikir kepada Allah. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam al
Qur'an surat ar-Ra'ad ayat 28:
31
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mernka men;ad1 tenteram
dengan mengingat Allah. lngatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenang.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa cara memperoleh ketentraman hat1
adalah dengan berzikir kepada Allah. Dengan berzikir kepada Allah
dalam setiap waktu, maka akan tertanam nilai-nilai ilahiyah secara kukuh
dalam . kalbu yang memancarkan kesadaran akan nilai insaniyah,
menguatkan badan, dan membangkitkan hati dan perasaan sehingga
dapat membe1·ikan nilai positif bagi sikap, pandangan dan tingkah laku
seseorang (Ahmad Syafi'i Murad, 1985).
Zikir dapat menimbulkan ketenangan dan kedamaian yang dirasakan,
serta terjadinya penurunan tingkat kecemasan dan kegelisahan akibat dari
seringnya melakukan zikir, terjadinya peluapan emosional (chatharsis)
yang menjadikan seorang merasa terbebas dari ketegangan dan
kecemasan yang menjadikan perasaannya lega, timbul mekanisme
kontrol diri terhadap masalah-masalah yang sering dihadapi, sehingga
diharapkan dapat berjalan sebagaimana mestinya, menimbulkan sikap
optimis, penuh harapan, dan keyakinan dalam menghadapi masalah
masalah yang timbul, dan menjadikan jiwa seseorang menjadi stabil dan
tentram (Hilman Almadi, 2001 ).
32
2. Shalat
Mushalli adalah orang yang shalat. Shala! secara etimolosJi berarti memohon
(do'a) dengan baik, yaitu permohonan keselamatan, kesejahteraan dan
kedamaian hidup didunia dan akhirat kepada Allah SWT. Sedangkan menurut
istilah, shalat adalah satu perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri
dengan salam beserta mengerjakan syarat-syarat dan rukun-rukunnya.
Orang yang tekun memiliki kepribadian lebih saleh ketimbang orang yang
tidak mengerjakannya, sebab ia mendapatkan hikmah dari perbuatannya.
Terlebih lagi dinyatakan dalam hadis bahwa shalat merupakan cerminan
tingkah laku individu. Jika shalatnya baik, seluruh perilakunya dianggap baik.
tetapi jika ia buruk, seluruh perilakunya dianggap buruk. Karenanya, shalat
merupakan amalan yang pertama kali dihisab atau dihitung di akhirat kelak
(Abdul Mujib, 2006).
/,J ) ., / / " " .'"
-=-UI ~w ~ J\3 ~')G ~ ~,,,, ~Gi.JI tY ~CJ1 "~ ~b-~ C, J~( J! / / / " /
. ~)· :.._,i;.:. ~ 0.:.W j\ ~ ~.;J\') _.// ' :.../\._.
"Sesungguhnya peri!aku hamba yang pertama ka!i dihisab di hari Kiamat
adalah sha/atnya. Jika shalatnya baik maka ia beruntung clan se/amat, namun
apabila sha/atnya rusak berantakan maka ia rugi dan menyesaf' (HR. al-
Turmudzi, a/-Nasa'i, lbn Majah dan Ahmad dari Abu Hurairah)
33
a. Bentuk-bentuk Shalat
Bentuk shalat ada dua, yaitu shalat wajib dan shalat sunnah. Pelaksanaan
shalat wajib lima waktu, yaitu Zhuhur, 'Ashar, Maghrib, 'lsya' dan Shubuh.
Sedangkan dalam skripsi ini bentuk shalat sunnah yang akan d1uraikan, ya1tu
shalat sunnah Hajat, Dhuha, lstikharah dan Tahajjud.
1. Shala! Dhuha
Shala! dhuha, yaitu shalat sunnat yang waktunya mulai dari matahari
sepenggalan naik (>07.00) sampai menjelang matahari tegak lurus diatas
bumi (sebelum waktu zuhur datang) dan jumlahnya 12 rakaat dan paling
sedikit 2 rakaat.
Dengan shalat dhuha, didorong oleh keinginan memperoleh rezeki yang
banyak, sebab shalat dhuha dikerjakan pad a saat jam kerja yang efektif
Sembari bekerja, individu senantiasa memohon kepada Allah melalui
shalat, agar diberi rezeki yang banyak, halal dan berkah
2. Shalat Hajat
Shala! sunnat hajat adalah shalat sunnat yang dilaksanakan sendirian,
banyaknya dua rakaat, waktu tidak ditentukan. Seringlah dilakukan, setiap
kali ada yang dicita-citakan atau diidam-idamkan.
Setiap orang mempunyai idaman hati, dambaan atau suatu cita-cita yang
lama diangan-angankannya. Ada orang yang dengan rnudah dapat
menjangkau yang diidamkannya, dan ada pula orang yang dengan susah
payah berjuang barulah tercapai apa yang diidam-idamkannya. Namun
banyak pula orang yang tidak dapat menemukannya.
Dalam sebuah had is dikatakan: "Dari Abdillah bin Aufa; ia berkata:
34
Rasulullah s.a.w bersabda: Siapa yang mempuyai dambaan (hajat)
kepada Allah atau kepada salah seorang bani Adam (manusia), maka
hendaklah ia berwudhu dan hendaklah wudhunya itu disempurnakannya
lalu shalat dua rakaat, kemudian pujilah Allah, dan ucapkanlah Shalawat
atas Nabi.
Dengan demikian seorang tidak hanya berusaha dan bekerja dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai yang kita idam-iclamkan akan tetapi
kita perJu memperkuat usaha kita clengan shalat clhuha dan cloa.
3. Shalat lstikharah
Shalat istikharah aclalah shalat sunnat dua rakaat yang clilakukan ketika
mengalami kebimbangan clalam menghadapi dua hal yang sulit
memilihnya, karena sama baiknya, tapi berbeda sisi kebaikannya, atau
memilih cli antara clua kebijaksanaan yang suclah jelas arah clan tujuannya
mas1ng-mas1ng.
Cara melaksanakannya seperti melakukan shalat biasa clengan niat untuk
mohon pilihan kepacla Allah, jumlah rakaatnya clua .. waktunya ticlak
clitentukan, kapan saja boleh clilakukan. Namun ada baiknya, jika
clilakukan pacla malam hari (seperti shalat Tahajjucl), di waktu sepi clan
sunyi, agar lebih mantap clan lebih muclah memusatkan perhallan
sehingga clalam memohon kepada Allah benar-benar dapat khusu'.
35
b. Manfaat Shalat
Pengaruh shalat terhadap psikis amat dirasakan dengan hadirnya
ketenangan dan kedamaian yang muncul ketika pelaksanaan atau setelah
pelaksanaan shalat. Kondisi lunak dan kedamaian jiwa seseorang yang
diciptakan shalat mampu untuk membantu dalam menghilangkan kegelisahan
yang diadukan oleh pasien kejiwaan. Sesungguhnya kondisi lunak dan
damainya ~ejiwaan yang diciptakan shalat biasanya akan terus berlangsung
beberapa lama setelah selesai mengerjakan shalat.
Seseorang yang telah berada dalam kondisi lunak dan damai secara
psikologis terkadang menghadapi beberapa masalah atau situasi yang
memicu munculnya kegelisahan. Namun hal tersebut bisa terbebas dan
terasa longgar karena adanya kedamaian dan ketenangan jiwa yang
dirasakan setelah melaksanakan shalat.
Menurut Haryanto (2001) shalat memiliki efek yang mirip clengan efek obat
obatan yang disalahgunakan. Misalnya memberikan efek l<etenangan
(depresan), seperti obat bius atau obat penenang. Menurut Chaplin (1986)
Aspek penyaluran berarti pembebasan atau pelepasan ketegangan dan
kecemasan dengan jalan mengalami kembali dan mencurahkan kejadian
keJadian traumatis di masa lalu.
36
Setiap orang membutuhkan sarana untuk berkomunikasi, baik dengan dirinya
sendiri, dengan orang lain, dengan alam maupun dengan Tuhan. Komunikas1
akan lebih dibutuhkan tatkala seseorang mengalami masalah. Shalat dapat
dipandang ·sebagai proses penyaluran dan pelepasan, proses l<atarsis atau
l<analisasi terhadap hal-hal yang tersimpan dalam dirinya.
Shalat merupakan sarana hubungan manusia dengan Tuhan. Dengan-Nya
manusia dapat berdialog secara langsung tanpa perantara dengan sang
pencipta, Tuhan Yang Maha Mengetahui dan maha kasih sayang, ia setiap
saat dapat senantiasa l<atarsis. Sehingga hal ini akan memberikan efek ia
merasa atau menyadari bahwa dirinya tidak sendirian (lonely), tidak merasa
kesepian, selalu ada yang melihatnya, ada yang memeliharanya, yaitu Allah
SWT. Adanya perasaan ini akan melegakan perasaannya dan akan
membantu proses penyembuhan. Hal ini didukung oleh pendapat Zakiah
Daradjat bahwa shalat, zikir, doa, dan permohonan ampun kepada Allah
merupakan cara-cara pelegaan batin yang akan mengembalikan pada
ketenangan dan ketentraman jiwa.
lbadah shalat yang dilakukan dengan baik, berpengaruh bagi orang yang
melakukannya. lbadah yang dilakukan akan membawa ketenangan,
ketentraman, dan kedamaian dalam hidup. Manusia yang tenang hatinya,
tidak akan terguncang dan sedih hati ketika terkena musibah. Dia akan
bersabar untuk menghadapi cobaan.
37
Keadaan yang tentram dan jiwa tenang yang dihasilkan oleh shalat
mempunyai dampak terapeutik yang penting dalam mereclakan ketegangan
syaraf yang timbul akibat berbagai tekanan kehiclupan sehari-hari clan
menurunkan kegelisahan yang cliclerita oleh sebagian orang. Seorang dokter
terkenal berujar: "Komponen ticlur terpenting yang kuketahui selama
bertahun-tahun yang kulalui clalam berbagai pengalaman dan percobaan
ialah shalat. Shala! memang merupakan sarana terpentinQ yang kuketahu1
hingga kini, yang menimbulkan keclamaian clalam jiwa clan membangkitkan
ketenangan dalam syaraf".
3. Doa
Pengertian berclo'a adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah
SWT, tetapi bukan berarti hanya orang yang terkena musibah saja yang layak
memanjatkan clo'a. Sebagai seorang Muslim kita layak berdo'a walaupun kita
clalam keadaan sehat. Do'a merupakan unsur yang paling esensial clalam
ibaclah. Sebagaimana Sabcla Rasulullah saw "Do'a itu ibadah" (H.R. Abu
Daud, Tirmizi, Nasai dan lbnu Majah). "Tiacla sesuatu yang paling mulia
dalam panclangan Allah, selain dari berclo'a kepacla-Nya, sedang kita dalam
keadaan lapang"(H.R. Al Hakim).
38
Jf"1; r '€:,,. "Dan Tuhanmu berkata, Berdo'a/ah kamu kepada-Ku, Pasti akan
kuperkenankan permintaanmu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam
dalam keadaan hina-dina" (Q.S. Al Mu'min : 60).
a. Manfaat Doa
Doa adalah salah satu bentuk ibadah, bahkan sering dikatakan inti dari
ibadah. Doa merupakan sarana hubungan psikis dan spiritual antara
manusia dengan Tuhan. Melalui doa, disampaikan puji-pujian kepada
Tuhan dan disampaikan pula satu keinginan tertentu kepada-Nya. lbadah
dalam hal ini adalah doa dapat memberikan makna tertentu pada
seseorang, apabila orang itu benar-benar me!aksanakannya dengan baik
dan pen uh kesungguhan (al-Ghazali, 2001 ).
Ditinjau dari segi psikologis bila berdoa dengan sungguh-sungguh,
sepenuh hati dan percaya sepenuhnya akan dikabulkan oleh Allah, tentu
kesungguhan dan kepercayaan yang ada dalam bat1n itu akan
menimbulkan sugesti yang kuat dan dorongan moral yang tinggi untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Sugesti dan dorongan dari dalam ini merupakan kekuatan psikologis,
kekuatan jiwa atau kekuatan batin yang mempunyai peranan besar dan
penting dalam usaha mencapai suatu tujuan.
39
Berdoa merupakan gambaran dari sikap jiwa berserah diri dari kesadaran
akan kelemahan seseorang sehingga dinyatakan dalam wujud
pengabdian kepada Allah Swt. Doa dapat membentuk pribadi yang tunduk
kepada Allah semata sehingga menyebabkan manusia lebih berani
menghadapi tantangan hidup ini dengan penuh kegairahan dan
membentuk sikap positif terhadap pekerjaan juga motivasi dalam bekerja
(Nashori Fuad, 1985).
4. Membaca Al-Quran
Al-quran menurut bahasa adalah bacaan yang sempurna. Al-Quran
diturunkan sebagai pedoman manusia untuk mengajak kepada ajaran tauhid,
mengajarkan nilai dan sistem baru ideologi maupun kehidupan, menuntut
kepada perilaku positif dan benar yang memuat kebaikan individu
(Muhammad kamil, 2002)
Tilawah adalah kegiatan yang aktif yang dilakukan oleh orang yang beriman
terhadap Al-Qur'an, karena saat itulah otak, lidah dan hati aktif menyatu
untuk merenungi isi Al-Qur'an. Agar otak lebih aktif bersama Al-Qur'an. maka
40
seseorang harus paham makna ayatnya, minimal memahaminya melalui
terjemahan Al-Our'an. Lidah akan aktif bila dilatih untuk membaca dengan
fasih dan lancar, melalui dengan tahsin tilawah dan talaqi sehingga membaca
satu juz Al-Qur'an hanya memerlukan waktu kurang lebih 30 menit.
Sebaliknya, jika lidah tidak terlatih dengan baik, maka tilawah satu juz satu
jam atau lebih. suatu kondisi yang terkadang memberatkan seseorang untuk
bertilawah secara rutin. Adapun hati merupakan komponen yang paling vital
dalam tilawah.
Eksperimen yang dilakukan oleh Yayasan Kedokteran lsl21m yang telah
melakukan 210 percobaan pada lima sukarelawan yan~J sehat, tiga laki-laki
dan dua perempuan, masing-masing berusia 22 tahun yang terdiri dari orang
orang yang bukan beragama Islam dan tidak berbicara dengan bahasa Arab.
Artinya mereka diasumsikan tidak mengerti sama sekali tentang bacaan serta
arti dari al-Quran.
Eksperimen ini membuktikan bahwa pengaruh dari mendengarkan bacaan al
Quran mampu membuat daya listrik pada otak-otak yang kejang akibat stres
bisa berkurang yang dapat dilihat dari layar monitor komputer (Abdul
Shomad, 2002).
41
Hasil eksperimen diatas dapat membuktikan 2 hal sekaligus. Pertama fungsi
terapeutik bacaan al-Quran baik dengan membaca sendiri secara lansung,
maupun hanya mendengarkan saja, mampu mengatasi penyakit psikis
maupu fisik. Yang kedua bahwa fungsi terapeutik ini bisa berlaku universal.
2.2. Kecemasan
2.3.1. Definisi Kecemasan
Salah satu fenomena psikologis yang banyak dijumpai dalam kehidupan
manusia adalah kecemasan. Kecemasan adalah reaksi manusiawi yang
paling alamiah dan setiap orang tentu pernah merasa cemas, tetapi bagi
beberapa orang, kecemasan dapat keluar kendali sampai mengacaukan gaya
hidup mereka. !ni biasanya terjadi saat si penderita menjadi sangat ketakutan
terhadap gejala-gejala fisik yang ia rasakan/alami dan mulai menghindari
tempat-tempat dan situasi-situasi yang mereka rasa akan memunculkan
gejala-gejala itu.
Sudah sejak lama para ahli psikologi berupaya untuk menJelaskan mengenai
kecemasan. Secara etimologi kecemasan atau anxiety berasal dari kata-kata
angustus, yang berarti sempit atau terbatas (constricted) dan ango atau anci,
yang berarti mencekik, menahan, atau mengikat (strangle) (Stern, 1964).
42
Menurut Freud dalam Hall & Lindzey (1993) saat individu menghadapi
keadaan yang dianggapnya mengancam, maka secara umum ia akan
memiliki reaks1 yang biasanya berupa rasa takut. Kebingungan menghadapi
stimulus yang berlebihan yang tidak berhasil dikendalikan oleh ego, maka
ego akan diliputi kecemasan. Kecemasan sebagai tanda peringatan bagi
individu bahwa ia dalam bahaya, merupakan isyarat bagi ego untuk
melakukan. tindakan-tindakan yang tepat.
Selain itu Freud dalam Hall & Lindzey (1993) juga menambahkan bahwa
kecemasan adalah suatu keadaan tegangan dan merupakan suatu dorongan
yang timbul oleh sebab-sebab dari luar. Kecemasan bisa timbul secara
mendadak atau secara bertahap selama beberapa menit, jam atau hari,
kecemasan bisa berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa tahun.
Beratnya juga bervariasi, mulai dari rasa cemas yang hampir tidak tampak
sampai letupan kepanikan. Kecemasan merupakan salah satu bagian dari
respon yang penting dalam mempertahankan diri. Sejumlah kecemasan
tertentu merupakan bag·1an dari unsur peringatan yang tepat dalam suatu
spektrum kesadaran, mulai dari tidur-siaga-kecemasan-ketakutan, demikian
berulang-ulang. Kadang sistem kecemasan seseorang tidak berfungsi
dengan baik atau terlalu berlebihan sehingga terladilah suatu penyakit
kecemasan.
43
Jika kecemasan terjadi bukan pada saat yang tepat atau ~.angat hebat dan
berlangsung lama sehingga menganggu aktivitas kehidupan yang normal,
maka hal ini sudah merupakan suatu penyakit. Penyakit kecemasan sangat
menganggu dan begitu mempengaruhi kehidupan penderitanya sehingga
bisa terjadi depresi. Beberapa penderita memiliki penyakit kecemasan dan
depresi pada saat yang bersamaan, penderita lainnya lebih dulu mengalami
depresi, baru kemudian menderita penyakit kecemasan.
Adapun Kartini Kartono (2002) menyebutkan:
Kecemasan adalah semacam kege/isahan-kegelisahan-kekhawatiran dan
"ketakutan" terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang difus atau baur, dan
mempunyai ciri mengazab pada seseorang. Bila kita merasa bahwa
kehidupan ini terancam o/eh sesuatu-wa/aupun sesuatu yang tidak jelas-,
maka kita menjadi cemas. Kita juga akan merasa cemas apabila kita /\hawalir
kehilangan seseorang yang kila cintai, dan dengan dirinya kita le/ah menjalin
ikatan-ikatan emosional yang kuat sekali. Perasaan-perasaan bersalah dan
berdosa serta bertentangan dengan ha ti nurani, dapat jug a menimbu/kan
banyak kecemasan.
Menu rut Al-lsawi (2005) kecemasan mirip dengan ketakutan dan merupakan
kekuatan pendorong. Kata cemas disini menunjuk pada keadaan yang
memungkinkan terjadinya kejahatan, bahaya, perhatian yang berlebihan,
45
kesejahteraan organisme seperti ancaman fisik, ancaman terhadap harga
diri, dan tekanan untuk melakukan sesuatu diluar kemampuan dapat
menimbulkan kecemasan. Linda Dafidoff (1998) mendefinisikan kecemasan
sebagai emosi yang ditandai oleh perasaan bahaya yang diantisipasi,
termasuk juga ketegangan dan stress yang menghadang dan oleh bangkitnya
sistem syaraf simpatetik.
Atkinson (1999) menambahkan bahwa kecemasan merupakan salah satu
bagian dari respon yang penting dalam mempertahankan diri. Sejumlah
kecemasan tertentu merupakan bagian dari unsur peringatan yang tepat
dalam suatu keadaan yang berbahaya. Tingkat kecemasan seseorang
memberi pergantian yang tepat dan tak tampak dalam suatu spektrum
kesadaran, mulai dari tidur-siaga-kecemasan-ketakutan, demikian berulang
ulang. Kadang sistem kecemasan seseorang tidak berfungsi dengan baik
atau terlalu berlebihan sehingga terjadilah suatu penyakit kecemasan. Jika
kecemasan terjadi bukan pada saat yang tepat atau sangat hebat dan
berlangsung lama sehingga menganggu aktivitas kehidupan yang normal,
maka hal ini sudah merupakan suatu penyakit
Kecemasan dapat juga dikatakan sebagai suatu respon yang dapat dipelajari,
menurut teori belajar sosial kecemasan diasosiasikan dengan situasi tertentu
melalui proses belajar. Gad is kecil yang dihukum oleh orang tuanya karena
46
menentang kehendak mereka dan berusaha memaksakan kehendaknya
sendiri pada akhirnya akan mengasosiasikan ras sakit hukuman dengan
prilaku memaksa. Bila dia memikirkan usaha memaksakan kehendaknya dan
menentang orang tuanya akan mengalami kecemasan. Sedangkan istilah
kecemasar:i dalam psikiatri muncul untuk merujuk suatu respon mental dari
fisik terhadap situasi yang menakutkan dan mengancam. Secara mendasar
lebih merupakan respon fisiologis ketimbang respon patologis terhadap
ancaman. Sehingga orang cemas tidaklah harus abnormal dalam perilaku
mereka, bahkan kecemasan merupakan perilaku respon yang sangat
diperlukan, ia berperan untuk menyiapkan individu untuk menghadapi
ancaman baik fisik maupun psikologis.
Sela in itu, .kecemasan (anxiety) dapat juga diartikan sebagai perasaan kuatir,
cemas, gelisah dan takut yang muncul secara bersamaan, yang biasanya
diikuti denan naiknya rangsangan pada tubuh seperti jantung berdebar-debar,
keringat dingin. Kecemasan dapat timbul sebagai reaksi terhadap bahaya
baik yang sungguh-sungguh ada maupun yang tidak (hasil dari imajinasi saja)
yang sering kali disebut dengan "free-floating anxiety" (kecemasan yang terus
mengambang tanpa diketahui penyebabnya) (Yakub Susabda, 1999).
Kecemasan juga dikemukakan oleh Zakiah Daradjat (19DO) yaitu manifestasi
dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang
sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin
(konflik). D'an kecemasan itu sendiri timbul dari konflik di dalam diri individu
terhadap sesuatu yang tidak jelas objeknya.
47
Maesermann membuat batasan terhadap cemas, kecemasan adalah
keadaan tegang yang umum, timbul ketika terjadinya pertentangan antara
dorongan-dorongan dan usaha individu untuk menyesuaikan diri. lni berarti
bahwa cemas tidak lain dari bentuk lahir dari proses emosi yang bercampur
baur, yang terjadi ketika terjadinya frustasi dan konflik-konflik (Mustafa Fahrni,
1997).
Spielberger (dalam Eysenck, 1984) mengatakan bahwa kecemasan adalah
suatu perasaan galau (diffase) yang dirasakan oleh individu yang sifatnya
realistis, dalam arti bahwa perasaan itu timbul dari individu itu sendiri yang
merupakan karakteristik yang dimilikinya, terlepas itu dari stimulus nyata yang
dapat langsung diamati atau tidak.
Dari beberapa definisi di atas maka penulis memberikan satu kesimpulan
bahwa kecemasan merupakan suatu keadaan mental manusia baik perasaan
kuatir, cemas, gelisah dan takut yang muncul secara bersamaan, yang
biasanya diikuti dengan naiknya rangsangan pada tubuh seperti jantung
berdebar-debar, keringat dingin, atau semacam '<egelisahan kekhawatiran
dan "ketakutan" terhadap sesuatu. Kecemasan merupakan suatu keadaan
atau reaksi dasar pada diri seseorang dalam menghadapi situasi yang
dirasakan mengancam atau menganggu dan berbahaya demi ego, dan
timbulnya kecemasan ini dapat disebabkan oleh faktor dari dalam diri
ataupun dari luar individu.
2.2.2. Sumber-Sumber Kecemasan
48
Berbagai macam pernyataan mengenai sumber suatu kecemasan itu muncul,
misalnya saja, menurut Freud sumber kecemasan adalah bahaya yang
berasal dari dunia nyata seperti situasi yang mengarah kepada rasa sakit
tubuh, dan kesadaran akan adanya hukuman yang berkaitan dengan
pelampiasan dorongan, seperti seksual, agresi dan tindakan amoral lainnya
yang dilarang oleh norma budaya. Para psikolog kognitif memusatkan
perhatiannya pada konflik batin antara beberapa harapan, keyakinan, sikap,
persepsi, informasi, konsep-konsep yang mengarah kepada disonasi kognitif
(Davidoff, 1998).
Sedangkan psikolog humanistik menekankan pada konflik mental khususnya
pada sat orang harus memilih gaya hidup yang memuaskan dan bennakna.
Sedangkan psikolog behavioristik menegaskan bahwa sebagian besar
kecemasan adalah akibat pengkondisian (kondisioning), ketika sebuah objek
dari jenis tertentu dikaitkan maknanya dengan pengalaman yang
49
menimbulkan kecemasan. Oleh karena itu, baik konflik kognisi maupun
situasi yang jelas mengancam dapat menimbulkan kecemasan (Davidoff,
1998). Kecemasan yang terjadi pada individu dapat terjadi melalui suatu
proses yang dimulai dengan adanya suatu rangsangan eksternal maupun
internal, sampai pada suatu keadaan yang dianggap sebagai ancaman atau
hal yang membahayakan. Spielberger dalam Usman Effendi (1993)
menyebutkan bahwa ada 5 (lima) komponen proses terjadinya kecemasan,
yaitu:
1. Evaiuasi Situation; adanya situasi yang mengancam secara kognitif
sehingga ancaman ini dapat menimbulkan kecemasan
2. Perception of Situation; situasi mengancam diberi penilaian oleh
individu, biasanya penilaian ini mempengaruhi sikap dan pengalaman
individu.
3. Anxiety State of Reaction; individu menganggap bahwa ada situasi
berbahaya, maka reaksi kecemasannya akan timbul. Kompleksitas
respon dikenal sebagai reaksi kecemasan sesaat yang melibatkan
respon fisiologis seperti denyut jantung dan tekanan darah.
4. Cognitive Reappraisal Follows; individu kemudian menilai kembali
situasi yang mengancam tersebut, untuk itu individu menggunakan
pertahanan diri (defence mechanisme) atau dengan cara
meningkatkan aktivitas atau motoriknya.
50
5. Coping; proses saat individu berusaha untuk mengatasi
ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan dengan sumber-sumber
pada situasi yang stressful. Coping religius adalah salah satu metode
coping yang menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapi.
2.2.3. Cara Menanggulangi Kecemasan
Ada dua cara utama untuk menanggulangi kecemasan. Cara yang pertama
menitik beratkan masalahnya: idividu menilai situasi yang menimbulkan
kecemasan dan kemudian melakukan sesuatu untuk mengubah atau
menghindarinya. Kedua, menitikberatkan emosinya: individu berusaha
mereduksi perasaan cemas melalui berbagai macam cara dan tidak secara
langsung menghadapi masalah yang menimbulkan kecemasan itu. Freud.
menggunakan istilah mekanisme pertahanan (defense mechanism) untuk
menunjukan proses tak sadar yang melindungi seseorang dari kecemasan
pemutarbalikan kenyataan (Rita L Atkinson, 1983:214).
Rudy Hariyono (2000) untuk menanggulangi kecemasan dengan mensyukuri
keadaan diri untuk menekan kecemasan. Seseorang dapat dikatakan
bahagia apabila mereka mau mensyukuri keadaan diri pada saat itu, baik
rezeki yang diterimanya, kesejahteraan hidup maupun kesehatannya. Sikap
inilah yang biasa disebut dengan keadaan hidup sederhana. Selain itu
51
mendekatkan diri kepada Tuhan juga dapat menanggulangi kecemasan.
Kecemasan disebabkan karena dalam hati dan hidup kita tidak ada
ketenteraman. Orang yang selalu cemas karena dirinya tidak mengenal takdir
nasib dari ~uhan. Orang yang senantiasa hatinya ingat akan pencipta,
makamereka selalu bahagia dalam menikmati hidup. Mereka yakin bahwa
segala hid up dan kehidupannya adalah tergantung oleh Tuhan, ia hanya
mampu berusaha dan berpikir. Hal ini sesuai dengan finnan Allah dalam surat
Ar-Ra'ad ayat 28, yang mengatakan bahwa: " Orang-orang yang beriman dan
hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. lngatlah, hanya
dengan mengingat Allah-lah hati menjadi Tenteram".
Kekhawatiran yang menanggapi jiwa manusia adalah merupakan kelemahan
dari tubuh. Tak dapat kita mengalahkan suatu kelemahan dari tubuh didalam
kekuatan tubuh. Hal ini harus kita berbuat atas kekuasaan Allah. Dann
berdoa adalah yang akan membuka kekuasaan itu. Dengan berdoa, maka
tuhan akan menunjukan kepada kita apa yang harus kita lakukan demi
keberhasilan. (Rudy Haryono, 2000).
2.3. Kerangka Berpikir
Maraknya kasus-kasus penganiayaan yang banyak membicarakan
penderitaan yang dialami oleh Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di
luar negeri khususnya pembantu rumah tangga. Penderitaan yang dialami
52
TKI seakan tidak ada habisnya, mulai dari tempat penampungan sebelum
mereka diberangkatkan ke luar negeri, para calon TKI harus menunggu lama
jadwal keberangkatan yang tidak pasti, tidur berjejalan clengan sesama TKI
yang lain. Bahkan mereka harus memberikan sejumlah uang ke PJTKI
tempat mereka clitampung. Meskipun suclah memberikan sejumlah uang,
mereka harus menunggu job di luar negeri dengan keticlakpastian, itu pun job
yang mereka clapatkan hanya sebagai pembantu rumah tangga.
Adanya kasus-kasus penganiayaan terhaclap TKI dapat menimbulkan
kecemasan pada calon TKI yang akan berangkat ke luai- negeri. Mereka
banyak mengalami kecemasan clengan banyaknya ancaman terhadap TKI di
luar negeri. Kecemasan dapat dilihat dari beberapa respon yang bermacam
macam. Baik respon secara fisik maupun psikis dari TKI tersebut Respon
fisik yang ditimbulkan seperti keringat yang berpercikan, denyut jantung
berdebar kencang, kepala pusing, ingin mual, hilang nafsu makan, dan lain
sebagainya. Sedangkan respon psikis seperti takut akan terjadi bahaya,
hilang kepercayaan diri, tidak dapat tenang, ingin lari dari menghadapi
suasana kehidupan dan lain sebagainya.
Namun, berita penganiayaan terhadap TKI tidak banyak mempengaruhi
kejiwaan calon TKI, bahkan minatnya menjadi TKI di luai- negeri semakin
kuat, mereka menganggap bahwa kasus-kasus tersebut dijadikan pelajaran
53
dan pengalaman yang berharga untuk para TKI. Mereka memiliki keyakinan
bahwa tidak semua TKI bernasib sama. Mereka percaya bahwa nasib setiap
manusia berada di tangan Tuhan.
Keyakinan sangat berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu
untuk melakukan aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar
belakang keyakinan dinilai mempuyai unsur kesucian, serta ketaatan.
Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu.
Sebaliknya agama juga sebagai pemberi harapan bani pelakunya. Seseorang
yang melaksanakan perintah agama umumnya karena adanya suatu harapan
terhadap kasih sayang Tuhan kepadanya. Agama dapat menjadi suatu
sumber dukungan emosional, sebagai roda dari positive reinterpretation and
growth, atau sebagai taktik dalam menghadapi sumber stress.
Pada saat individu terkena stres, ia dapat berpaling pada agama, karena
agama berfungsi sebagai sumber dukungan emosi, sebagai siasat coping
yang aktif sifatnya.
Untuk menanggulangi kecemasan dengan mensyukuri keadaan diri untuk
menekan kecemasan. Seseorang dapat dikatakan baha9ia apabila mereka
mau mensyukuri keadaan diri pada saat itu, baik rezeki yang diterimanya,
kesejahteraan hidup maupun kesehatannya. Sikap inilah yang biasa disebut
54
dengan keadaan hidup sederhana. Se/ain itu mendekatkan diri kepada Tuhan
juga dapat.menanggulangi kecemasan. Kecemasan disebabkan karena
dalam hati dan hidup tidak ada ketentraman. Orang yang selalu cemas
karena dirinya tidak mengenal takdir nasib dari Tuhan. Orang yang
senantiasa hatinya ingat akan pencipta, maka mereka selalu berbahagia
dalam menikmati hidup. Mereka yakin bahwa segala hid up dan kehidupannya
adalah tergantung oleh Tuhan, ia hanya mampu berusaha dan berpikir. Hal
ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ar-Ra' ad ayat 28, yang
mengatakan bahwa: "Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. lngatlah hanya dengan mengingat Allah
/ah hati menjadi tenteram".
Kekhawatiran yang menghinggapi jiwa manusia adalah merupakan
kelemahan dari tubuh. Tak dapat kita mengalahkan sua1u kelemahan dari
tubuh didalam kekuatan tubuh. Hal ini harus kita berbuat alas kekuasaan
Allah dan berdoa adalah yang akan membuka kekuasaan itu. Dengan
berdoa, maka tuhan akan menunjukkan kepada kita apa yang harus kita
lakukan. Berzikir adalah yang akan membuka rahmat dan pertolongan Allah.
Dengan berzikir, maka Tuhan akan menunjukkan kepada kita apa yang harus
kita lakukan.
55
Belavich mengatakan bahwa religi memainkan peran yang penting dalam
mengatasi kecemasan. Dua sumber coping yang biasanya dilakukan adalah
prayer and faith in God (berdoa dan berserah diri pada Tuhan). Hal ini sesuai
dengan QS. Al A'raaf ayat 128, yang artinya:
"Musa berkata kepada kaumnya: "Mohan/ah pertolongan kepada Allah dan
bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepuyaan Allah; clipusakakan-Nya
kepacla siapa yang dikehenclaki-Nya clari hamba-hamba-Nya. Dan kesuclahan
yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa."
Beberapa peneliti juga menjelaskan coping religius secara ekslusif adalah
sebagai bentuk dari emotion-focused coping. lndividu lebih menyukai kembali
kepada Tuhan untuk memohon pertolongan pada saat stress. Diyakini oleh
kebanyakan individu, melibatkan diri dalam hal religius dapat menenangkan
perasaan yang cemas dan distress pada individu yang mengalami stressful
Dalam Al-Qur'an disebutkan pula bahwa dengan mengingat Allah, jiwa
manusia akan menjadi tenang. Maka, dari itu penulis sangat yakin bahwa
coping religius sangat berperan dalam mengatasi kecemasan yang dialami
oleh para calon TKI saat berada di penampungan.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini penulis sajikan dalam bentuk skema
sebagai berikut:
56
Skema 2.1
Peranan Coping Religius Terhadap Kecemasan Galon TKI
I Subyek I
• Mendapatkan perlakuan kurang manusiawi saat berada di penampungan
• Ketidakpastian keberangl<atan ke luar negen
• Kasus-kasus kekerasan dan pelecehan seksual
I
Adanya respon dalam menghadapi situasi] yang dinilai mengancam
I
I Kecemasan
I I
-~
Fisik Psikis
• Keringat yang berpercikan • Takut akan teqadi bahaya
• Denyut jantung berdebar • Hilang kepercayaan diri kencang • Tidak tenang
• Kepala pusing dan hilang nafsu makan
--I --
Coping religius: Metode coping yang menggunakan pendekatan agama dan mengatasi
permasalahan yang dihadapi
--
-· Self directing Collaborative Deferring
Aktif melibatkan diri Keterpaduan usaha Menyerahkan sepenuhnya atas sendiri dalam membantu dengan takdir Tuhan pencarian solusi dan
permasalahannya dan tidak hanya permasalahnnya yang dihadap1 terpaku pada bantuan Tuhan kepada Tuhan
I I I
Zikir Sha lat Doa
1 Tilawah
mendatangkan membebaskan memperoleh melalui kebahagiaan dari penyakit hasil yang pasti tantangan hidup
batin dengan tegar
I I I I
I hati menjadi tenang dan tenteram J
BAB3
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini disusun sebagai upaya untuk mengetahui bagaimana coping
religius para calon TKI saat berada dipenampungan Maka menurut hemat
peneliti, pendekatan yang lebih tepat digunakan adalah kualitatif.
Terdapat dua pendekatan untuk memperoleh data dalam penelitian di bidang
sosial yakni kualitatif dan kuantitatif. Dalam pemilihan pendekatan, bukan
karena salah satunya lebih baik, melainkan karena pendekatan yang dipilih
memang sesuai dengan masalah penelitian dan paling tepat untuk menjawab
masalah (Poerwandari, 2001 ).
Penelitian dengan pendekatan kualitatif dapat mendeskripsikan perilaku
manusia yang kompleks. Brannen (dalam Alsa, 2004) menegaskan bahwa
pendekatan kualitatif berasumsi bahwa manusia adalah rnakhluk yang aktif
yang mernpuyai kebebasan, kemauan yang perilakunya hanya dapat
dipahami dalam konteks budayanya, dan yang perilakunya tidak didasarkan
pada hukum sebab akibat. Oleh karena itu, logis kalau penelitian yang
rnenggunakan pendekatan kualitatif bertujuan untuk memahami obyeknya,
57
tidak untuk menemukan hukum-hukum, tidak untuk mernbuat generalisasi,
melainkan mambuat ekstrapolasi.
58
Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang dif[Unakan untuk
memahami geja/a perilaku nyata dan emosi manusia menurut penghayatan
individu atau melalui sudut pandang subyek penelitian. 1\11elalui pendekatan
ini, peneliti dapat memahami suatu gejala dengan lebih mendalam dan lebih
terperinci tanpa dihambat oleh batasan-batasan variabel. Da/am pendekatan
ini, dihasilkan dan diolah data yang sifatnya deskriptif, seperti traskrip
wawancara, catatan lapangan, gambar foto, rekaman video, dan sebagainya
(Poerwandari, 2001 ).
Menurut Bogdan dalam Poerwandari (2001)
studi kasus adalah kajian yang rinci atas dasar satu latar atau satu orang
subyek atau satu tempat penyimpanan dokumen. Penelitian studi kasus
tersebut dipilih karena lebih akomodatif terhadap peneliti dan informannya
untuk sa/ing kerjasama, saling menghormati, saling berinteraksi, dan saling
membantu (Wijaya, 1996).
Menurut Gay dalam Sevilla, at. al (1997) metode deskriptif adalah kegiatan
yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau
menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang
berjalan dari suatu pokok penelitian. Penelitian deskriptif ini bertujuan
menggambarkan suatu keadaan atau satu fenomena tertentu berdasarkan
data-data yang diperoleh.
59
Adapun alasan penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan bentuk
studi kasus yang bersifat deskriptif ini adalah : pertama, tujuan penelitian ini
diwarnai oleh adanya interaksi di antara realitas. Kedua, menurut hemat
penulis, untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai bagaimana
peranan coping religius terhadap kecemasan calon TKI.
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasi'onal Variabel
lstilah variabel selalu ada dalam setiap penelitian F.N. Kerlinger dalam
Suharsimi Arikunto (1992) menjelaskan bahwa variabel adalah symbol atau
lambang yang padanya kita lekatkan bilangan atau nilai. Dalam penelitian ini
yang berperan sebagai independent variabel adalah kecemasan dan
dependent variabel adalah coping religius
Dalam penelitian ini definisi operasional yang dipakai untuk kedua variabel
penelitian adalah sebagai berikut:
1. coping re/igius yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala tindakan
dan perilaku seseorang yang berdasarkan pada keyakinan agamanya,
60
dengan tujuan untuk menyelesaikan masalahnya dengan meminta
bantuan kepada Tuhan-Nya.dengan bentuk-bentuk coping religius seperti
zikir, shalat, membaca Al-Quran, berpuasa, berdoa dll.
2. Kecemasan yang dimaksud dalam penelitian ini adcdah kecemasan yang
dapat dilihat dari beberapa respon yang bermacarn-rnacam. Baik respon
fisik maupun psikis. Respon fisik yang dapat ditimbulkan seperti keringat
yang berpercikan, denyut jantung berdebar kencani;1. kepala pusing,
hilang nafsu makan, dan lain sebagainya Sedangkari respon psikis
seperti takut akan terjadi bahaya, hilang kepercayaan diri, tidak dapat
tenang.
3.3. Subyek Penelitian
penelitian ini menggunakan teknik pengarnbilan subyek dilakukan dengan
teknik purposive sampling (subyek bertujuan). Dalam penelitian kualitatif tidak
ada ketentuan baku berkaitan dengan minimal jumlah subyek yang harus
dipenuhi, artinya jika data yang diperoleh sudah cukup mendalam, dan
subyek dianggap sebagai responden l<ey (subyek kunci/utama) dalam
penelitian, maka dapat diambil dalam jumlah kecil. Jadi dalam penelitian ini
subyek yang diteliti berjurnlah tiga orang TKI yang berada di penampungan
PT. Hasamuri Abadi yang beralamat di Kampung Melayu. Wawancara
dilakukan di tempat penampungan, peneliti melakukan penelitian selam 7 hari
61
dari jam 09.00 - 04.00. Sampel bergantung pada apa yang ingin diteliti,
tujuan peneliti dalam konteks penelitian, serta dapat dilakukan dengan waktu
sumber data yang tersedia (Poerwandari, 1998)
Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis menentukan tiga orang TKI yang
dijadikan subyek, dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Usia subyek dibatasi dari 17-45 tahun yang tentunya para calon TKI
b. Pendidikan. Pendidikan subyek dalam hal ini tidak dibatasi dan tidak
ditentukan
c. Pembatasan selanjutnya seperti yang menjadi masa!ah penelitian ini,
calon TKI yang menjadi subyek adalah calon TKI yang mengalami
kecemasan.
3.4. Pengurnpulan Data
3.4.1 Metode dan lnstrumen Penelitian
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah
wawancara mendalam sebagai metode utama dan metode observasi yang
bersifat menunjang.
lnstrumen penelitian berkaitan dengan alat-alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Adapun instrumen dalam penelitian ini
menggunakan daftar pertanyaan atau panduan wawancara dan panduan
observasi.
a. Wawancara
62
penelitian ini menggunakan teknik wawancara yang tidak terstruktur. Teknik
ini dilakukan dengan pertimbangan agar pewawancara lebih leluasa
mengajukan pertanyaan kepada interviewee sehingga informasi yang
selengkap-lengkapnya dapat diperoleh. Hal ini sejalan dengan jenis
wawancara yang diterapkan yaitu wawancara yang mendalam (in-depth
interview). Menurut Kerlinger (1998), bahwa wawancara mendalam adalah
wawancara yang tetap menggunakan pedoman wawancara. Namun,
penggunaannya tidak seketat wawancara terstruktur. Pedoman wawancara
yang berisi open-ended question bertujuan untuk menja9a arah wawancara
agar tetap sesuai dengan tujuan penelitian.
b. Observasi
Metode pengumpu/an data yang kedua adalah observasi yaitu teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati, mencatat secara
sistematis gejala yang diselidiki (Moleong, 2002). Observasi dalam penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fisik subyek, penampilan subyek
dan sikap subyek selama wawancara berlangsung, termasuk raut muka,
mimik, intonasi, maupun vibrasi suara.
63
Metode observasi digunakan untuk memperoleh inform<01si perilaku manusia
yang menggunakan tempat-tempat umum baik untuk bersosialisasi maupun
untuk melakukan kegiatan mandiri. Metode ini menggunakan pendekatan
pengamatan obyek yang diamati.
3.5. Teknik Analisis dan lnterpretasi Data
Maleong (2002) menjelaskan analisis data kualitatif adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milah menjadi satuan
yang dapat dikelola, menyintesiskan, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang umum.
Pada bagian pertama, proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara dengan
responden, observasi yang telah dituliskan dalam lembar observasi lapangan,
dan sebagainya. Data-data tersebut tidak lain hanyalah kumpulan kata-kata
mentah yang masih perlu dibaca, dipelajari dan ditelaah lebih lanjut. Untuk
mengubah kata-kata mentah tersebut menjadi bermakna maka penulis
kemudian mengadakan reduksi data.
64
Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggo/ongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan
kesimpu/an finalnya dapat ditarik/diverifikasi. Penyajian data sebagai
sekumpu/an informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan
dapat dilakukan tergantung pada besarnya data kumpulan-kumpulan catatan
di Japangan, pengkodean, penyimpanan, kecakapan peneliti.
Langkah selanjutnya, adalah menyusunnya dalam satuan-satuan dengan
merinci kompleksitas data menjadi bagian-bagian yang kemudian
dikategorisasikan menjadi berbagai tipologi pada langkah berikutnya, sambil
melakukan pengkodean (coding). Data yang relevan diberi kode dan
penjelasan singkat, kemudian dikelompokkan atau dikategorisasikan
berdasarkan outline analisis yang dibuat. Kategorisasi dibuat berdasarkan
pada kategori emik (emic category), yaitu struktur atau po/a konseptual dari
responden yang sedang diteliti. Dengan demikian peneliti tinggal memakai
kategori-kategori yang telah ada.
Pada bagian kedua, penu/is membandingkan analisis masing-masing kasus
subyek penelitian untuk menarik benang merah yang menunjukkan
persamaan dan karakteristik pada masing-masing.
Pada bagian akhir, dari semua data yang diperoleh selanjutnya dibuat
kesimpulan atas dasar data-data yang bersifat umum dan memperhatikan
pada data-data yang bersifat khusus. Teknik perbandin~1an yang
berkelanjutan ini berlangsung dengan melalui tahapan, yaitu :
1. Membandingkan butir-butir yang mungkin dimasukkan pada setiap
kategori
2. menggabungkan kategori-kategori beserta ciri-cirinya.
3. memberikan pembatasan pada masing-masing kate~1ori, dan
4. kategori-kategori tersebut kemudian dijadikan determinan pola-pola
sebagai temuan penelitian.
3.6. Prosedur Penelitian
Ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini, yaitu:
3.6.1. Prosedur persiapan
65
Sebelum penulis mengambil data di lapangan, terlebih dahulu dilakukan
beberapa persiapan, meliputi: memilih, menjajaki dan kemudian menentukan
responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, kemudian memberi
penjelasan mengenai tujuan penelitian dan memintai kesediaanya serta
menyusun pedoman (guidance) wawancara yang dibuat berdasarkan tinjauan
teoritis yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, sebagaimana
termuat dalam bab 2, mempersiapkan lembar observasi, tape recorder
sebagai alat bantu atau perekam wawancara dan mempersiapkan
perlengkapan lainnya yang dirasa perlu, sehingga peneliti dapat
mempersiapkan diri dengan matang untuk melakukan penelitian.
3.6.2. Tahap pelaksanaan penelitian
66
Pengambilan data dengan melakukan wawancara, mengobservasi responden
dan melakukan cross ceck melalui wawancara dengan pihak-pihak yang
memiliki hubungan dengan responden, melakukan analisis dokumen pribadi
untuk memperoleh informasi yang mendalam dengan tetap memperhatikan
batasan-batasan yang ada.
3.6.3. Tahap pengolahan data
Hasil wawancara di lapangan yang telah direkam kemudian dipindahkan
secara verbatim ke dalam bentuk naskah (teks). Adapun sistematika
penulisan naskah yang digunakan adalah dengan memilah-milah hasil
wawancara berdasarkan pedoman wawancara. Selanjutnya dianalisis secara
kualitatif, yaitu menggambarkan data dengan kata atau kalimat yang dipisah
pisah menurut kategori tertentu untuk memperoleh kesimpulan dan gambaran
secara umum.
67
3.6.4. Tahap analisis
Membandingkan analisis masing-masing kasus subyek penelitian untuk
menarik benang merah yang menunjukkan persamaan dan karakteristik khas
pada masing-masing kasus untuk memudahkan melihat perbedaan
gambaran masing-masing subyek serta dilakukan analis.is dengan berbagai
pendekatar secara keseluruhan. Pada tahap akhir ini, semua data hasil
analisis dibuat kesimpulan dan diinterpretasikan dalam bahasa yang mudah
dipahami.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dijelaskan dan
dipaparkan secara sistematis. Berdasarkan kode etik penelitian yang berlaku,
nama subyek, dan orang yang terkait dalam kasus ini bukanlah nama yang
sebenarnya, tetapi menggunakan inisial saja. Hal ini climaksudkan untuk
menjaga kerahasian data subyek serta pihak yang terkait.
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah tiga orang, dengan karakteristik
subyek yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya, yaitu: individu yang
berusia dari 17-45 tahun yang tentunya berstatus calon TKI, subyek atau
calon TKI berpendidikan tidak dibatasi clan tidak ditentukan, calon TKI yang
menjadi subyek ada/ah calon TKI yang mengalami kecemasan.
Adapun menge11ai waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada
rentang waktu yang telah ditentukan clan disepakati antara penulis dan
subyek itu sendiri, yaitu antara tanggal 05, 07 dan 09 November 2007.
Begitupun mengenai tempat-tempat clan jam guna berlangsungnya penelitian
terlebih dahulu telah penulis sepakati dengan subyek.
68
69
Untuk lebih jelasnya gambaran umum ketiga subyek dapat dilihat dalam label
berikut ini:
Tabel 4.1
Gambaran umum Subyek Penelitian
I Nam a !:~a Jen is I Pendidi~an I -Kelamin
' I 1 Terakhir 1
NG 25 Perempuan SMP ' '
TW 35 Perempuan SD ---
GL 17 Perempuan SMP ' ' ~-~--
__ L_ - - - ------····-------~--- -- ·--------------·- -·-
~--uku- . ,, Status
-Siogl~ Janda ,
-l----·~-1' I Single I I
3unda
Jawa
3unda
4.2. Analisis Kasus
4.2.1 Kasus NG
Wawancara dengan NG berlangsung di sebuah Mushalla, yang ada dalam
penampungan calon TKI. Wawancara dilakukan di Mushalla tersebut atas
kesepakatan penulis dan subyek. Kala itu, subyek masih menggunakan
mukena atau pakaian shalat khas perempuan sehingga terkesan santai dan
nyaman.
Proses wawancara berlangsung dengan disaksikan oleh teman-teman calon
TKI yang lain. Teman-teman subyek tertarik menyaksikan proses wawancara
namun tidak menghambat subyek untuk bersikap terbuka dan menjawab
dengan gahlblang dengan dialek khas Sunda, subyek bersikap dernikian
dengan alasan bahwa ia cukup rnengetahui kesulitan dalarn rnenyusun
skripsi sehingga sepantasnya penyusunnya dibantu rneski hanya dengan
kooperatif dalarn proses wawancara ini.
70
Subyek yang berusia 25 tahun ini rnerupakan anak pertarna dari ernpat
bersaudara. Subyek lahir di Sukaburni pada tahun 1982. Saal ini, ia rnasih
berstatus single. Subyek rnerupakan orang tua bagi ke ernpat adik-adiknya.
Dikarenakan kedua orang tuanya telah rneninggal dunia lirna tahun yang lalu,
otornatis subyeklah pengganti orang tua bagi adik-adiknya. Adik keduanya
adalah lelaki, rnenginjak usia 18 tahun dan rnenduduki kelas dua SMU. Yang
ketiga juga lelaki berusia 13 tahun dan rnenginjak kelas dua SMP.
Sedangkan yang bungsu adalah perernpuan dengan usia 10 tahun dan
duduk di kelas ernpat SD. Menurut pengakuan subyek, sernenjak orang
tuanya rneninggal, keadaan ekonorni subyek sangat mernprihatinkan. Subyek
juga adalah topangan hidup dan tulang punggung bagi kehidupan adik
adiknya. SubYek hanya rnengandalkan upah dari rnencuci baju para tetangga
untuk rnernenuhi kehidupan sehari-hari dan biaya sekolah adik-adiknya. Hal
ini karena keterbatasan pendidikan yang sangat minim, dan lapangan
pekerjaan yang sangat susah didapatkan. Hal inilah yann tarnpaknya
mernbuat nekad dan motivasi subyek untuk rnenjadi TKI ke luar negeri.
71
Subyek bertekad mengadu nasib di negeri orang demi untuk ketiga adik-
adiknya agar tetap dapat sekolah yang setinggi-tingginya.
Menurut subyek, menjadi TKI adalah jalan satu-satuny21 untuk subyek agar
dapat menopang kehidupan ketiga adiknya. Kondisi ekonomi yang serba
kekurangan, gaji (penghasilan) yang sangat tinggi seba~1ai TKI dan keinginan
untuk mencari serta mengumpulkan modal menjadi Faktor dominan yang
memotivasi subyek berangkat ke luar negeri untuk menjadi TKI.
Saya teh .. memang niat banget pengen jadi TKI, supaya bisa nyekolahin adek-adek saya, saya teh .. kepengennya mereka jadi orang, supaya hidup enggak susah, biar ajah .. saya yang banting tulang cari duit, asalkan adik saya bisa sekolah. Maka dari itu saya teh .. nekat banget pengen kerja jadi pembantu di luar negeri (Wawancara dengan subyek, 05 November 2007)
Motivasi yang tinggi serta tekad yang kuat, tampaknya membuat subyek
sangat berambisi agar cepat kerja ke luar negeri. Subyek rela menjual
warisan dari orang tuanya yaitu sepetak sawah untuk biaya berangkat ke luar
negeri. Subyek merasakan ketidaknyamanan tinggal di penampungan.
Adanya kebutuhan calon TKI untuk memperoleh pekerjaan di suatu pihak dan
adanya kebebasan pihak PJTKI untuk menentukan biaya penempatan di lain
pihak, menjadikan calon TKI sebagai sumber pemerasan berbagai pihak
pengelola penempatan TKI ke luar negeri.
72
Terus terang ajah ini mah ... saya teh udah kesel, sama pihak pengelola PJTKI disini..mereka seenaknya ajah .. sering baget mintain duitkita untuk inilah .. untuk itulah .. ya .. saya teh nurut saja yang penting saya cepet-cepet diberangkatkan.
Tekad yang kuat serta motivasi yang tinggi, tak menyurutkan semangat
subyek untuk tetap bertahan di penampungan, walaupun banyak kejadian
dan masalah yang sering kali membuat subyek resah.
Sudah bukan rahasia lagi jika pengiriman TKI ke luar negeri diliputi dengan
beragam persoalan. Mulai dari proses perekrutan ilegal melalui calo yang
sarat dengan indikasi penipuan, pemerasan atau lainnya. Di penampungan,
para calon TKI tak ubahnya seperti di penjara, tidur berdesakan, kadang
masih pula dibebani hutang-hutang untuk kebutuhan sehari-hari.
Ya .. ginilah keadaan saya .. harus kuat sama keadaan di penampungan ini, makan seadanya .. tidur berdesakan .. hareudang (panas),,padahal saya teh .. sudah ngeluarin uang sekian juta, saya juga udah lama banget di penampungan ini .. saya tidak tahu kenapa saya belum juga diberangkatkan
Setiap harinya para calon TKI termasuk subyek, harus bangun pagi-pagi
sekali, para calon TKI di penampungan ini setiap harinyai harus melakukan
kerja bakti untuk memasak nasi, menyapu lantai, mengepel, membersihkan
kaca-kaca jendela dan lain sebagainya.
Saya itu disini..bagun pagi .. untuk kerja bakti..kalaw semuanya udah selesai saya .. cuci baju atau ngobrol kesana-kemari sama temanteman, ya kadang-kadang ikut sedikit pelatihan dari pihak PJTKI.
73
Subyek merasakan bahwa adanya ketidakpastian dirinya untuk
diberangkatkan ke luar negeri terbukti subyek sudah lima bulan berada di
penampungan, dengan selalu melakukan aktivitas yang sama setiap harinya.
lni membuat subyek jenuh dan stress. lnilah salah satu efek yang sangat
dominan yang menurut subyek yang menimbulkan kecemasan pada subyek.
Subyek merasa cemas jika setiap kali subyek menanyakan ke pihak PJTKI
kapan subyek diberangkatkan, tidak pernah ada jawaban pasti tentang kapan
diberangkatkan ke luar negeri. Tanda-tanda semacam keringat yang
berpercikan, degup jantung lebih cepat, hingga pikiran sering dipenuhi rasa
ketakutan. Subyek akan lebih cemas lagi ketika ia menyadari subyek sudah
cukup lama di penampungan ini.
Kecemasan yang dirasakan subyek diakui berbuah ketidaktenangan. Subyek
sendiri merasa seringkali tidak tenang dan tentunya senantiasa selalu merasa
was-was ada di penampungan dalam jalani hidup.
Saya sering banget ngerasain .. takut .. saya teh .. takut, kalau-kalau saya tidak diberangkatkan, nanti gimana sama cita-cita saya.
Ketakutan tersebut dijelaskannya seperti, subyek selalu merasakan ketakutan
dan kecemasan amat sangat, ada saja alasan dari pihak pengelola yang
belum juga memberangkatkan subyek ke luar negeri.
Saya enggak ngerti .. kenapa sampai sekarang saya teh .. belum juga diberangkatkan, yang saya tahu .. saya sudah melengkapi semua persyaratan
Respon-respon yang subyek lakukan sangat wajar, mengingat sudah
lamanya subyek berada di penampungan. Selain ketakutan yang di
rasakanny. Subyek juga mengaku cemas akan nasibnya. Pad a dasarnya
subyek merasa tetap yakin jika saja pihak pengelola PJTKI memberikan
jawaban yang pasti. Subyek merasa cemas jika pihak P.JTKI selalu
memberikan jawaban yang tidak pernah pasti, karena kecemasan tersebut,
subyek selalu merasakan resah. Sebagai contoh, subyek sering menangis,
mengurung diri,
Ya .. bagaimana lagi..saya hanya bisanya ceurik (nangis) ya Gusti Pangeran .. kapan saya teh bisa ke luar negeri
Menyikapi faktor kecemasan tersebut, subyek menerapkan perilaku coping
religius. Metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam
74
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Coping re!igius yang dilakukan oleh
subyek di penampungan adalah rajin melakukan shalat lima waktu, sedapat
mungkin subyek melakukan shalat wajib dengan pula melakukan sunnahnya,
subyek juga tidak pernah lepas dari kitab suci al-Quran. Setelah melakukan
shalat subyek selalu membaca al-Quran. Hanya itu yang dapat dilakukan
oleh subyek untuk mengisi hari-hari yang penuh dengan keresahan. Hanya
75
berserah diri kepada Allah, kerap kali melakukan zikir di tengah malam, saat
subyek melakukan shalat malam.
Menurut subyek, subyek yakin Allah pasti memberi jalan yang terbaik untuk
dirinya. Semua sudah diatur yang di atas. lni terbukti subyek masih tetap
bertahan di penampungan meski sudah lima bulan berada di penampungan.
Saya pasrah ajah lah sama yang di atas .. saya teh sekarang mikirnya ke adek-adek saya, apapun halangannya, apapun rintangannya akan saya jalani dengan tabah, saya yakin Allah pasti ngasih yang terbaik bu at saya .. saya masih tetep nekat pengen ke luar negeri, soalnya saya pengen dapet duit
Berbagai respon coping dapat mernobilisasi situasi stressful, salah satunya
adalah dalam bentuk religius, yang disebut coping religius. Coping re/igius
adalah salah satu metode coping yang menggunakan pendekatan agama
dalam mengatasi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Coping religius
mempengaruhi pola kognitif seseorang saat mencari solusi dalam
menghadapi situasi sulit yang dihadapainya dan dapat meningkatkan
religiusitas seseorang.
Hal inilah yang dirasakan oleh subyek dimana ketika subyek mengalami
ketakutan dan kesedihan, hanya kepada Tuhan mengadu dan meminta
pertolongan. Dengan keyakinan pertolongan pertolongan dari Tuhan inilah
yang membuat subyek masih tetap bertahan di penampungan. Subyek
76
merasakan hanya dengan kembali dan meminta pertolongan kepada Allah
membuat perasaan subyek tenang, dengan mendekatkan diri kepada Allah
subyek dapat merasakan ketenangan, subyek tetap menjalani hari-harinya di
penampungan dengan kesabaran, meski banyak sekali masalah yang
dihadapinya, namun subyek percaya Allah akan membantunya ini terbukti
subyek tetap bertahan berada di penampungan.
Adapun proses coping religius subyek nampaknya sejalan dengan tiga
pendekatan dalam proses coping religius, sebagaimana yang dipaparkan
oleh Pargament (1999), yaitu:
1. Self- Directing (Keterikatan pada agama)
Subyek yakin dan aktif melibatkan diri sendiri dalam membantu
permasalahannya dan tidak hanya terpaku pada bantuan Tuhan semata.
Peranan self-directing dalam religius coping mempunyai dampak yang
sangat positif bagi subyek dalam memecahkan masalah yang dihadapinya
dengan berpaku pada proses pendekatan agama serta mengikutsertakan
peranan Tuhan di kehudupan individu. lni merupakan sebuah hidayah
terindah bagi subyek.
Selain sama teman saya ... saya juga sering sekali curhat sama yang diatas untuk memohon pertolongan .. ya .. kalau sama teman mah gak bisa ngasih jalan keluar..tapi kalu sama yang diatas saya sangat yakin dan'percaya.
2. Co/labo_rative (Keterpaduan usaha dengan takdir Tuhan)
Subyek menggunakan metode coping re/igius ini sebagai upaya untuk
memecahkan permasalahan hidupnya. Dikala subyek mengalami
ketidaktenangan dan adanya perasaan takut dalam dirinya, subyek hanya
ingat dan pasrah kepada yang Maha Kuasa.
77
Saya juga gak diem aja sama masalah ini .. bahkan mungkin mulut saya ini sudah busaan .. ngomong terus sama pihak PJTKI kapan saya itu diberangkatkan, tapi mungkin belum waktunya .. saya selalu bangun malam mohon petunjuk sama yang diatas supaya urusan saya dimudahkan
Subyek, banyak mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan melakukan shalat,
membaca Al-Ouran dan berzikir saat subyek bangun di tengah malam untuk
melaksanakan shalat malam. Hal yangn dilakukan oleh subyek dirasakan ada
pengaruh dalam kehidupannya, yaitu subyek merasa adanya perasaan
tenang, dan adanya dampak yang dirasakan oleh subyek, yaitu subyek lebih
dapat bersabar dan subyek yakin Allah akan memberikan jalan yang terbaik
bagi diri subyek.
3. Deferring (menyerahkan sepenuhnya atas pencarian solusi dan
permas,alahan yang dihadapi kepada Tuhan)
Setelah subyek, banyak melakukan berbagai usaha pendekatan kepada
Tuhan, dengan selalu melakukan ibadah-ibadah kepada Allah, subyek pun
hanya dapat pasrah akan nasibnya dipenampungaan, subyek hanya dapat
menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan.
Sekarang saya harus banyak bersabar .. hanya yang diatas yang dapat membantu masa/ah yang saya hadapi.
78
Analisis Kasus NG
Dari uraian latar belakang kasus yang terjadi pada subyek, bisa dikatakan
subyek adalah tulang punggung bagi keluarganya, subyek harus menopang
kehidupan ketiga adik-adiknya. Tanggung jawab yang besar, keadaan
ekonomi yang sangat pas-pasan, ketiadaan lapangan pekerjaan adalah
sebuah alasan yang sangat kuat bagi subyek untuk rnengadu nasib di negeri
orang.
Harapan yang tinggi untuk dapat dengan cepat bekerja ke luar negeri
ternyata tidak sesuai dengan keinginan subyek, ia mengalami ketidakpastian
dalam keberangkatannya ke luar negeri. Subyek harus rnenunggu lama
jadwal keberangkatan yang tidak pasti, tidur berjejalan dengan sesama calon
TKI yang lain. Bahkan mereka harus memberikan sejumlah uang ke pihak
PJTKI tempat mereka ditampung. Meskipun sudah memberikan sejumlah
uang, mereka harus menunggu job di luar negeri dengan ketidakpastian.
Dengan adanya problem-problem yang dihadapi oleh subyek, yakni, dengan
keterlambatan subyek untuk diberangkatkan ke luar negeri. Muncullah respon
dalam diri subyek dalam menghadapi situasi yang dinilai subyek akan
mengancam dirinya, yaitu ada perasaan takut dan khawatir selama subyek di
penampungan, membuat subyek semakin mengalami kecemasan dalam
keadaan yang tidak pernah pasti.
79
Kecemasan itu muncul dan dialami oleh subyek dengan keadaan/jawaban
dari pihak yang bersangkutan yang tidak pernah pasti memberikan jawaban
keberangkatan. Kecemasan subyek terlihat dari berbagai respon yang
dialaminya. Subyek sering mengeluarkan keringat, jantungnya selalu
berdebar kencang, subyek juga merasa takut akan tidak diberangkatkan ke
luar negeri.
Kekawatiran dan perasaan takut yang menghinggapi jiwa manusia adalah hal
yang sangat wajar dan manusiawi dan juga merupakan bentuk kelemahan
dari tubuh .. Tak dapat mengalahkan suatu kelemahan dari tubuh di dalam
kekuatan tubuh. Kecemasan hinggap di jiwa manusia disebabkan karena
dalam hati dan hidup tidak ada ketentraman. Orang yan9 selalu cemas
karena dirinya tidak mengenal takdir Tuhan.
Namun, karena keyakinan serta keinginan yang kuat dari subyek, maka
dalam menghadapi situasi-situasi yang stressful sepe1ii ini, subyek
menghadapi semua tekanan dengan perasaan positif. lni terbukti subyek
masih saja. bertahan di penampungan meski sudah lima bulan.
Hanya dengan berserah diri kepada Tuhan, dengan selalu meminta
pertolongan kepada Allah yang selalu subyek lakukan. Subyek memiliki
keyakinan bahwa semua sudah diatur oleh Tuhan, dan semua ada waktunya.
80
Skema 4.1
Peranan Coping Religius terhadap Kecemasan NG
I NG I '
• Ketidakpastian subyek diberangkatkan ke luar negeri, dengan sudah lamanya subyek dipenampungan
I
Adanya respon subyek dalam menghadap] situasi yang dinilai mengancam
I
I Ce mas
I I
Fisik Psikis
• Subyek mengeluarkan • Subyek merasakan takut keringat • Subyek merasakan
• Denyut jantung subyek ketidaktenangan berdebar kencang
I ·-
Coping religius Metode coping yang menggunakan
pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan yang dihadapai
--' -
Self directing Collaborative Deferring Subyek mendapat suatu hidayah Subyek berusaha Subyek pasrah dan tawakkal
berupa kesabaran dalam dengan cara dengan sabar menjalani hari-hari mendekatkan diri dipenampungan pada Allah
I I
Zikir Sha lat Doa
l Tilawah
mendatangkan membebaskan memperoleh melalui kebahagiaan dari penyakit hasil yang pasti tantangan h1dup
batin dengan tegar
I I I I
subyek merasakan ketenangan
4.2.2 Kasus TW
Gambaran Kasus TW
Pada hari dan jam yang telah ditentukan, penulis datang ke penampungan.
Namun sebelum wawancara berlangsung, ternyata subyek sedang asyik
menjahit bajunya yang sedikit sobek di bagian ketiak. Selang lima menit
kemudian, barulah subyek siap untuk memberikan jawaban-jawaban yang
dilontarkan penulis.
Adapun tempat wawancara berlangsung diteras belakang tempat
penampungan yang menurut subyek lebih santai dan leluasa untuk
memberikan jawaban seputar masalah yang terjadi pada dirinya.
81
Subyek yang saat itu mengenakan kaos lengan panjang putih, dipadankan
dengan celana panjang hitam memberikan kesan nyantai dengan memakai
jilbab bergo berwarna putih. Sebelum wawancara dimulai, tidak hanya penulis
yang ada di situ, tetapi saat itu subyek juga ditemani oleh seorang temannya.
Namun hal itu tidak begitu mengganggu proses berlangsungnya wawancara.
Subyek selalu menjawab setiap pertanyaan dengan diiringi senyuman. Hal
ini mengesankan subyek cukup welcome dan terbuka dalam menjawab
pertanyaan penulis. Disela-sela wawancara, subyek selalu mengingatkan
agar pembicaraan yang disampaikan dengan santai saja, tetapi dari jawaban
82
tersebut justru tidak mengurangi makna dari pertanyaan yang diberikan
penulis.
Subyek bersuku Jawa ini tinggal di Kebumen sejak 35 tahun yang lalu, yakni
sejak ia dilahirkan. Seorang janda cantik dari satu orangi anak laki-laki ini
adalah seorang single parent semenjak 5 tahun yang lalu, yakni tepatnya
semenjak sang suami yang tercinta meninggal dunia akibat kecelakaan.
Wanita yang nada bicaranya ini sangat kental dengan aksen Jawa mengaku
susahnya hidup tanpa sang suami di sampingnya. Subyek harus berjuang
menghidupi anak semata wayang yang kini telah memasuki jenjang
perguruan tinggi.
Menurut pengakuan subyek, alasan mengapa subyek rnenjadi TKI adalah
untuk membiayai sekolah anaknya. Subyek sangat ingin melihat anaknya
yang semata wayang ini dapat lulus dari perguruan tingfJi. Subyek mengaku
bahwa tak dapat mengandalkan gajih pensiunan (aim) suaminya yang hanya
cukup untuk makan sehari-hari
Ya .. wong namanya juga saya ini orang tua tunggal, saya seharusnya bekerja keras supaya dapat mewujudkan cita-cita anak saya yang sedang kuliah ... abisnya piye to mbak .. wong gaji bapake, ora cukup opo-opo. Yang saya harus berkorban untuk anak saya. (Wawancara dengan subyek, 07 November 2007)
83
Menurut subyek menjadi TKI adalah jalan satu-satunya untuk subyek agar
dapat mewujudkan cita-citanya, agar anak semata wayangnya dapat lulus
dari perguruan tinggi, tujuan yang berorientasi untuk terus memperbaiki dan
meningkatkan taraf hidup dan ekonomi keluarga. Menjadi sasaran paling
utama dan essensial bagi subyek untuk menjadi TKI di luar negeri.
Saya .. yo memang niat banget..buat pergi ke luar negeri .. soalnya saya itu punya cita-cita agar anak saya bisa sekolah yang setinggitingginya.
Motivasi yang tinggi serta keingginan yang kuat, tampaknya membuat subyek
sangat ingin bekerja ke luar negeri. Subyek rela meninggalkan anak semata
wayangnya. Subyek juga rela berhutang pada seorang rentenir untuk biaya
menjadi TKI.
Saya ini niat banget to .. mba, pengen jadi TKI di luar negeri soalnya banyak tetangga dikampung saya yang sukses. Saya juga rela to .. mbak, ngutang duit sama tengkulak untuk biaya saya ... abis piye mbak .. gak ada jalan lain wong saya ini orak nduwe duit.
Untuk mewujudkan niat bekerja di luar negeri sebagai Tl<I, subyek berani
untuk berhutang, dan subyek pun harus mengembalikan segalanya harus
ditambah dengan bunga. Sungguh suatu tekad yang luar biasa, demi sebuah
cita-cita.
84
Subyek merasakan ketidaknyamanan saat berada di penampungan. Adanya
kebutuhan.calon TKI untuk memperoleh pekerjaan di suatu pihak dan adanya
kebebasan PJTKI untuk menentukan biaya penempatan di lain pihak,
menjadikan calon TKI sebagai sumber pemerasan, berbagai pihak pengelola
penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri.
Ya .. kesel banget ya mbak .. wong saya juga uang dapet ngutang eh .. malahe duit saya selalu terbuang gitu aja .. pihak PJTKI selalu saja mintain duit saya. Saya ndak ngerti to .. untuk apa tapi saya itu wong deso .. ya manut aja yang penting saya bisa kerja l~e luar negeri.
Tekad yang begitu kuat, tak menyurutkan semangat subyek untuk tetap
bertahan di penampungan, walaupun subyek banyak mengalami kejadian
yang sering kali membuat subyek resah.
Subyek sering menerima perlakuan yang tidak senonoh dari pihak PJTKI.
Ada salah satu oknum yang selalu bersikap kurang ajar pada subyek. lni
terjadi pada subyek mungkin dikarenakan subyek adalah seorang wanita
yang cantik.
Saya kesel banget mba ... Ada tuh, mba' salah satu dari pihak PJTKI yang sering kurang ajar sama saya ... sering nyolek-nyolek. Uh ... geli dan benci banget saya.
Sudah bukan rahasia lagi jika pengiriman TKI ke luar ne9eri diliputi dengan
beragam persoalan, mulai dari proses perekrutan ilegal melalui calo yang
85
sarat dengan indikasi penipuan, pemerasan atau lainnya yaitu para calon TKI
sering mendapatkan perlakuan yang kurang senonoh.
Di penampungan, mereka tak ubahnya seperti terpenjara, tidur berdesakan,
kadang masih pula dibebani hutang untuk kebutuhan sehari-hari. TKI selalu
bangun pagi-pagi sekali, para calon TKI harus kerja bakti, membersihkan
tempat penampungan, memasak dan setelah kegiatan itu semua selesai,
para calon TKI sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Ada yang
mengobrol dengan sesama calon TKI yang lain, ada yang hanya tidur-tiduran.
Saya sudah banyak ngeluarin uang ... saya juga rela tidur sempitsempitan, makan seadanya, tapi ndak seharusnya mereka bertindak kurang ajar sama saya ... mangnya saya wadon apa
Subyek merasakan bahwa adanya kekurangajaran yang sering subyek
terima, ini terbukti subyek sering diganggu oleh oknum dari pihak PJTKI,
subyek pernah mendapatkan perlakuan pelecehan seksual, subyek (maaf)
dijamah payudaranya. lnilah salah satu efek yang sangat dominan yang
menurut subyek menimbulkan kecemasan yang amat sangat padanya.
Subyek merasa cemas jika setiap kali bertemu oknum tersebut, subyek
sering melihatkan tanda-tanda semacam keringat yang ~;eluar dengan
berpercikan, jantung berdebar dengan kencang, dan kepala menjadi sangat
pusing, hingga pikiran sering sering dipenuhi rasa ketakutan. Subyek akan
86
lebih cemas dan lemas lagi jika oknum tersebut sudah sangat bertindak
sangat jauh.
Sa ya sering sekali mengalami pusing .. jantung ini seperti mau copot kalau ketemu sama bapak itu ... ad uh saya takut banget
Kecemasan yang dirasakan subyek diakui berbuah keticlaktenangan. Subyek
sendiri merasa seringkali tidak tenang dan tentunya senantiasa selalu merasa
was-was ada di penampungan.
Gimana .. saya ndak takut mbak, siapa yang endak cemas dapat perlakuan seperti itu ..... dasar wong edan.
Ketakutan tersebut dijelaskannya seperti , subyek selalu merasakan
ketakutan dan kecemasan yang amat sangat, ada saja alasan pihak oknum
tersebut untuk berbuat yang tidak senonoh pada dirinya.
Dasar edan ... emangnya dia ora nduwe bojo, kok tega-teganya sama saya.
Respon yang subyek timbulkan sangat wajar, mengingat seringnya
mendapatkan perlakuan yang kurang senonoh, selain ketakutan yang
dirasakannya, subyek juga mengaku sangat cemas akan nasibnya selama
subyek ber.ada cli penampungan tersebut. Pada dasarnya subyek merasa
tetap dapat bersikap biasa jika saja oknum tersebut bersikap wajar saja, tidak
berlebihan. Subyek merasa cemas jika oknum tersebut selalu melakukan
pelecehan seksual, karena kecemasan tersebut, subyek selalu merasakan
87
takut. Sebagai contoh, subyek sering menangis dan sampai tidak berani
keluar dari kamar, subyek selalu mengurung diri, dan ini sangat menyulitkan
subyek untuk berinteraksi dengan teman-temannya yan9 Jain.
Ya . .wong saya takut banget mbak ... itu orang anehnya selalu ada, jadikan saya lebih baik dikamar aja.
Menyikapi faktor kecemasan tersebut, subyek menerapkan perilaku coping
religius. Metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Coping religius yang dilakukan oleh
subyek adalah berzikir dan berdoa yang subyek lakukan setiap saat, hanya
memohon pertolongan pada Allah subyek kerap kali melakukan zikir /stighfar
setiap saat.
Menurut subyek, subyek yakin Allah pasti akan memberikan pertolongan
pada hambanya yang dizalimi, semua dikembalikan pada Allah. lni terbukti
oknum tersebut dipecat dari pekerjaannya.
Maturnuwun .. ya Gusti, saya lega banget sekara119 .. tuh oran9 dah keluar dari sini.
Berbagai respon coping dapat memobilisasi situasi stressful, salah satunya
adalah dalam bentuk religius, yang disebut coping religius. Coping religius
adalah salah satu metode coping yang menggunakan pendekatan agama
dalam mengatasi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Coping religius
88
mempengaruhi pola kognitif seseorang saat mencari solusi dalam mengatasi
situasi sulit yang dihadapinya dan dapat meningkatkan religiusitas seseorang.
Hal inilah yang dirasakan oleh subyek. Dimana ketika subyek mengalami
ketakutan dan kesedihan, hanya kepada Tuhan subyek mengadu dan
meminta pertolongan. Dengan keyakinan pertolongan dari Allah inilah yang
membuat subyek tidak takut dan masih tetap bertahan c'i penampungan.
Adapun proses coping religius subyek nampaknya sejalan dengan tiga
pendekatan dalam proses coping religius, sebagaimana yang dipaparkan
oleh Pargament(1999), yaitu:
1. Self-Directing (keterikatan tradisional pada agama)
Subyek aktif melibatkan diri sendiri dalam membantu permasalahanya dan
tidak hanya terpaku pada bantuan Tuhan. Peranan self-directing dalam
coping religius mempuyai dampak yang positif bagi subyek dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dengan berpaku pada proses
pendekatan agama serta mengikutsertakan peranan Tuhan dalam kehidupan
individu. lni merupakan sebuah bentuk pertolongan pada subyek.
Saya memang selalu mengajak teman-teman yang ada di penampungan ini untuk selalu meningkatkan kualitas ibadah ... ya sama siapa lagi kita minta pertolongan kalau bukan sama yang di alas.
89
2. Collaborative (Keterpaduan usaha dengan takdir Tuhan)
Subyek menggunakan metode coping religius ini sebagai upaya untuk
memecahkan permasalahan hidupnya. Dikala subyek mengalami
ketidaktenangan dan adanya perasaan takut dalam dirinya. Subyek hanya
ingat dan berpasrah kepada yang Maha Kuasa.
Saya sangat merasakan ketenangan setiap kali saya melafajkan zikir, dengan zikir setiap saat saya merasa Tuhan ada didekat saya
Subyek, banyak mendekatkan diri kepada Tuhan, dengan selalu berzikir, hal
yang dilakukan oleh subyek dirasakan mempuyai peranan yang sangat
berarti dalam hidupnya, yaitu subyek merasa yakin Allah akan memberikan
pertolongan pada hambanya.
3. Deferring (Menyerahkan sepenuhnya atas pencarian solusi dan
permasalahan yang dihadapi kepada Tuhan)
Subyek mempasrahkan segala sesuatunya pada Allal1, subyek yakin Allah
akan memberikan pertolongan untuk hamba yang memohon pertolongan.
Dengan sangat yakin sebagai manusia biasa, kita hanya bisa berpasrah diri, toh saya sudah berusaha dengan selalu melaksanakan perintah agama, kewajiban kita hanya berusaha, Tuhanlah yang menentukan hasilnya
90
Analisis Kasus TW
Dari uraian latar belakang kasus yang terjadi pada subyek, bisa dikatakan
subyek merupakan tulang punggung bagi anak semata wayangnya, subyek
harus menafkahi kehidupan anaknya.
Tanggung jawab yang besar, keadaan ekonomi yang pas-pasan, ketiadaan
lapangan pekerjaan, serta sebuah cita-cita yang sangat muliya yaitu demi
pendidikan sang anak adalah sebuah alasan yang sangat kuat bagi subyek
untuk mengadu nasib di negeri orang.
Kondisi ekonomi yang serba kekurangan adalah tujuan yang berorientasi
untuk terus memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup dan ekonomi
keluarga menjadi sasaran utama dan ha! yang essensial dari subyek untuk
menjadi TKI di luar negeri.
Harapan yang tinggi untuk dapat dengan cepat bekerja ke luar negeri
ternyata banyak mengalami banyak kendala dan kejadian-kejadian yang tidak
diinginkan. Subyek harus menerima perilaku yang tidak senonoh, tidur
berjejalan dengan sesama calon TKI yang lain. Bahkan mereka harus
memberikan sejumlah uang ke pihak PJTKI tempat mereka ditampung.
Meskipun sudah memberikan sejumlah uang, mereka masih saja
mendapatkan perlakuan yang kurang manusiawi.
91
Problem-problem yang dihadapi oleh subyek, yakni, selalu mendapatkan
perlakuan yang tidak senonoh dari seorang oknum. Respon subyek dalam
menghadapi situasi yang dinilai akan mengancam dirinya, yaitu ada perasaan
takut dan khawatir selama subyek di penampungan, membuat subyek
semakin mengalami kecemasan ketika mendapatkan perlakuan yang sangat
kurang ajar. Kecemasan itu muncul dan dialami subyek dengan adanya
perlakuan pelecehan seksual dari seseorang oknum yang tidak bertanggung
jawab.
Kecemasan subyek terlihat dari berbagai respon yang dialaminya. Subyek
sering mengeluarkan keringat dingin, jantung yang selalu berdetak kencang,
kepala yang sering pusing, subyek juga merasa takut dengan perlakuan yang
tidak senonoh dari seorang oknum.
Kekhawatiran dan perasaan takut yang menghinggapi jiwa manusia adalah
ha! yang sangat manusiawi dan juga bentuk merupakan bentuk kelemahan
dari tubuh. Tak dapat kita mengalahkan suatu kelemahan dari tubuh di dalam
kekuatan tubuh.
Kecemasan disebabkan karena dalam hati dan hidup tidak ada ketentraman.
Orang yang selalu cemas, karena dirinya tidak mengenal takdir Tuhan.
Namun, karena hanya keyakinan serta keinginan yang kuat dari subyek,
maka dalam menghadapi situasi-situasi yang stressful seperti ini, subyek
menghadapi semua tekanan dengan perasaan positif. lni terbukti subyek
dapat menanggulagi kecemasan, dan ini tetap membulatkan keyakinan
subyek untuk tetap pergi ke luar negeri.
92
Hanya dengan berserah diri kepada Tuhan, dengan selalu meminta
pertolonga[l kepada Allah yang subyek lakukan. Subyek memiliki keyakinan
atas pertolongan Allah kepada dirinya.
93
SKEMA4.2
Peranan Coping Religius terhadap Kecemasan TW
I TW I I
• Mendapatkan perilaku yang kurang senonoh dari oknum yang tidak bertanggung jawab
I
Adanya respon subyek dalam menghadapi I situasi yang dinilai mengancam
I
I Cemas
I I
-~
Fisik Psikis
• Subyek mengeluarkan • Subyek merasakan takut keringat • Subyek merasakan
• Denyut jantung subyek ketidakl:enangan berdebar kencang • Gelisah dan was-was
• Kepala pusing
I
Coping religius Metode coping yang menggunakan
pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan yang dihadapai
--I
-· Self directing Collaborative Deferring
Subyek mendapat suatu hidayah Subyek berusaha Subyek pasrah dan tawak kal berupa kesabaran dalam dengan cara dengan sabar
menjalani hari-hari mendekatkan diri dipenampungan pada Allah
-
I I
Zikir Sha lat Doa l Tilawah mendatangkan membebaskan memperoleh melalui kebahagiaan dari penyakit hasil yang pasti tantangan hidu
batin dengan tegar p
I I I
I subyek merasakan ketenangan ·1
4.2.3 Kasus GL
Gambaran Kasus GL
94
Waktu dilaksanakan wawancara ini, subyek baru selesai melaksanakan
shalat zhuhur. Pada hari itu pula subyek bersedia diwawancarai. Hal ini
dikarenakan subyek tidak terbiasa untuk tidur siang, sehingga pada waktu itu
diharapkan proses wawancara pun akan berlangsung santai dan kondusif
tanpa ada hal-hal yang sifatnya dapat mengganggu berlangsungnya proses
wawancara.
Ketika itu subyek mengenakan baju warna hitam bermotif bunga, diserasikan
dengan celana hitam tiga perempat. Hal ini menambah kesan modis dan
santai dengan rambut agak ikal yang dicat pirang sebahu dibiarkan tergerai.
Subyek yang berusia 17 tahun ini merupakan anak pertama dari dua
bersaudara dari hasil perkawinan orang tuanya yang pertama. Saal subyek
berusia 6 tahun, ibunya meninggal dunia karena suatu penyakit. Oleh karena
itu ayah subyek memutuskan untuk menikah lagi saat usia subyek 15 tahun.
Dari perkawinan yang kedua ini menghasilkan satu orang anak laki-laki yang
sekarang sudah duduk di taman kanak-kanak. Menurut pengakuan subyek,
semenjak ayahnya menikah lagi, pendapatan ekonomi ayahnya menjadi
menurun, hal ini karena menurut subyek, ibu tirinya hanya mengharapkan
materi ayahnya saja. Selain itu, subyek merasa ayahnya tidak mau
membiayai sekolahnya lagi, ayah subyek merasa terbebani dengan adanya
95
subyek, oleh karena itu, subyek berusaha memenuhi kebutuhan sehari-
harinya dengan cara menjadi buruh upah membuat emping dengan
menghasilkan sehari hanya lima ribu rupiah.
Bekerja sebagai buruh karena keterbatasan pendidikan yang sangat minim,
serta pekerjaan yang sangat susah didapatkan. Hal inilah yang tampaknya
membuat tekad dan motivasi subyek untuk menjadi TKI ke luar negeri.
Menurut pengakuan subyek, alasan mengapa subyek menjadi TKI adalah
untuk membiayai sekolahnya yang tertunda, subyek sangat ingin sekolah
agar nantinya dapat mendapatkan pekerjaaan yang layak. Subyek mengaku
tak dapat mengandalkan ayahnya yang tidak mempuyai uang untuk
membiayai sekolahnya.
Ya .. saya cukup tahu diri mbak, saya ini orang gak punya duit, ya istilah kata aja makan aja susah apalagi untuk biaya saya sekolah .. alasan itulah ken a pa saya mau jadi TKI. .saya pengen sekolah mbak. (Wawancara dengan subyek, 09 November 2007)
Menurut subyek menjadi TKI adalah jalan-jalan satu-satunya untuk subyek
agar dapat mewujudkan cita-citanya, agar subyek dapat melanjutkan
sekolahnya yang tertunda. Tujuan yang berorientasi untuk terus memperbaiki
dan meningkatkan taraf hidup dan ekonomi keluarga rnenjadi sasaran paling
utama dan esensial bagi subyek untuk menjadi TKI di luar negeri.
Memang saya niat banget pengen jadi TKI. .. soalnya dengan jalan seperti itu saya bisa mewujudkan cita-cita saya, agar saya bisa sekolah.
96
Motivasi yang tinggi serta keingginan yang kuat, tampaknya membuat subyek
sangat ingin kerja di luar negeri. Subyek rela meninggalkan ayahnya dan
kampung halamannya. Subyek juga rela menjual warisan tanah dari (aim)
ibunya untuk biaya menjadi TKI. Padahal menurut pengakuan subyek itu
adalah harta satu-satunya yang di miliki subyek, sungguh suatu tekad yang
luar biasa demi sebuah cita-cita.
Terpaksa mbak, saya jual tanah warisan ibu saya .. bagaimana lagi Cuma itu yang dapat membantu saya agar saya bisa berangkat ke luar negen.
Subyek merasakan ketidaknyamanan saat berada di penampungan. Adanya
kebutuhan calon TKI untuk memperoleh pekerjaan di satu pihak dan adanya
kebebasan PJTKI untuk menentukan biaya penempatan di lain pihak,
menjadikan calon TKI sebagai sumber pemerasan oleh berbagai pihak
pengelola penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri.
Saya pribadi sangat menyesalkan sikap dari pil1ak PJTKI yang memanfaatkan ketidakberdayaan kami, saya pribadi tidak bisa menolak ataupun melawan dikarenakan saya sangat membutuhkan pekerjaan sebagai TKl..jadi saya patuh aja deh.
Tekad yang begitu bulat, tak menyurutkan semangat subyek untuk tetap
bertahan di penampungan, walaupun subyek banyak mengalami kejadian
yang sering kali membuat subyek resah.
Subyek sering mendapatkan perlakuan pemerasan oleh pihak PJTKI. Ada
salah satu oknum yang selalu memintai uang pada subyek, ini terjadi pada
subyek, mungkin ini dikarenakan subyek terlihat lugu dan pendiam
Saya kesel banget mbakl, ada salah satu oknum dari pihak penampungan, yang sering memeras saya, dia sering mintain duit say a
97
Sudah bukan rahasia lagi jika pengiriman TKI ke luar ne9eri, diliputi dengan
beragam persoalan, mulai dari proses perekrutan ilegal melalui calo yang erat
dengan indikasi penipuan, pemerasan, atau lainya yaitu para calon TKI sering
mendapatkan pihak TKI memeras para ca Ion TKI.
Saal di penampungan para calon TKI tak ubahnya seperti dipenjara, tidur
berdesakan, kadang masih pula dibebani hutang untuk kebutuhan sehari-
hari. Para calon TKI juga dalam menjalani hari-hari mereka, sangat dirasakan
membosankan, karena mereka selalu menjalankan aktivitas yang sama,
mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Menurut pengakuan subyek dalam
menjalankan hari-harinya di penampungan, subyek banyak menghabiskan
waktu untuk membaca buku. Hal ini karena subyek sangat hobi membaca
98
buku. Selain itu subyek juga menjalani hari-harinya seperti saat subyek
berada di rumah. Subyek mencuci baju, menjalankan tugas pike! harian
seperti: memasak, membersihkan tempat penampungan dan lain sebagainya
Bukannya enak tinggal dipenampungan .. udah ternpatnya begini .. kita juga harus kerja, saya sebenarnya kesel tapi gimana lagi..ini semua harus saya jalani.
Subyek mE'.rasakan bahwa ada oknum di penampungan yang sering meminta
uang pada subyek. lni terbukti subyek sering mendapatkan ancaman dari
oknum tersebui apabila tidak memberi uang. lnilah salah satu efek yang
sangat dominan yang menurut subyek yang menimbulkan kecemasan yang
amat sangat pada subyek. Subyek merasa cemas jika setiap kali dimintai
uang oleh oknum yang bersangkutan, subyek sering rnelihatkan tanda-tanda
semacam jantung yang berdebar, serta tubuh yang lemas, hingga pikiran
sering dipenuhi ketakutan. Subyek akan lebih cemas lagi jika oknum tersebut
sudah mengeluarkan ancaman.
Kecemasan yang dirasakan subyek diakui berbuah ketidaktenangan. Subyek
sendiri merasa sering kali tidak tenang dan tentunya senantiasa selalu
merasa was-was ada di penampungan,
Gimana gak takut, kalau kita dapat perlakuan seperti itu .. emangnya saya ini punya banyak duit apa, dia kan tahu saya jadi TKI karena memang saya itu butuh uang .. eh malah dimintai dasar orang gak punya otak.
99
Ketakutan tersebut dijelaskannya seperti, subyek selalu merasakan ketakutan
dan kecemasan yang amat sangat. Ada saja alasan pihak oknum tersebut
untuk memeras subyek.
Tuh orang gak mikir apa, saya itu gak punya duit. untuk biaya saja saya harus menjual tanah warisan ibu saya .. gak punya perasaan.
Respon yang subyek timbulkan sangat wajar, mengingat seringnya
mendapatkan perlakuan pemerasan dari pihak oknum yang terkait. Selain
ketakutan yang dirasakannya, subyek juga mengaku sangat cemas akan
nasibnya selama berada dipenampungan. Pada dasarnya subyek merasa
dapat bersikap biasa jika saja oknum tersebut tidak ada per/akuan yang
mengancatn, subyek merasa cemas jika oknum tersebut selalu memeras
dengan perilaku mengancam.
Karena kecemasan tersebut, subyek selalu merasakan takut. Sebagai
contoh, subyek sering menangis dan tidak berani ke luar. lni menyu/itkan
subyek untuk bergaul dengan teman-temannya yang lain.
Sa ya takut mbak, makanya saya gak berani ke/uar .. daripada ketemu sama orang gila, mendingan saya dalam kamar aja
Menyikapi faktor kecemasan tersebut, subyek menerapkan perilaku coping
religius. Metode coping yang menggunakan pendekatan agama da/am
mengatasi permasa/ahan yang dihadapi. Coping religius yang di/akukan o/eh
subyek adalah berdoa pada setiap melakukan shalat lima waktu, hanya
memohon pertolongan pada Allah subyek selalu memanjatkan doa yang
panjang.
Menurut subyek, subyek yakin Allah pasti akan memberikan pertolongan
pada dirinya. Semua ini subyek serahkan pada Allah semata.
Sebagai mahluk yang bertuhan saya hanya men9harapkan pertolongan Allah, saya yakin Allah akan menolong saya,
100
Berbagai respon coping dapat memobilisasi situasi stressful, salah satunya
adalah dalam bentuk religius, yang disebut coping religius. Coping religius
adalah salah satu metode coping yang menggunakan pendekatan agama
dalam mengatasi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Coping religius
mempengaruhi pola kognitif seseorang saat mencari solusi dalam
menghadapi situasi sulit yang dihadapinya dan dapat meningkatkan
religiusitas' seseorang.
Hal inilah yang dirasakan oleh subyek. Ketika subyek mengalami ketakutan
dan kesedihan, hanya kepada Tuhan subyek mengadu clan meminta
pertolongan. Dengan keyakinan pertolongan clari Tuhan inilah yang membuat
subyek tidak takut dan masih tetap bertahan di penampungan.
101
Adapun proses coping religius subyek nampaknya sejalan dengan tiga
pendekatan dalam proses coping religius, sebagaimana yang dipaparkan
oleh Pargament (1999), yaitu:
1. Self-Directing (Keterikatan tradisional pada agama)
Subyek aktif melibatkan diri sendiri dalam membantu permasalahanya dan
tidak hanya terpaku pada bantuan Tuhan. Peranan self directing dalam
religius coping mempuyai dampak yang positif bagi subyek dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya dengan berpaku pada proses
pendekatan agama serta mengikutsertakan peranan Tuhan dikehiclupan
individu. lni merupakan sebuah bentuk pertolongan pacla subyek.
Saya gak mau hanya berdiam diri saja .. sebagai manusia kita punya Tuhan untuk memohon ... saya yakin Gusti Pan~1eran mau membantu saya
2. Collaborative (keterpaduan usaha dengan takdir Tuhan)
Subyek menggunakan metode coping religius ini sebagai upaya untuk
memecahkan permasalahan hidupnya. Dikala subyek mengalami
ketidaktenangan clan adanya perasaan takut dalam dirinya. Subyek hanya
ingat clan pasrah kepacla Tuhan.
Subyek, banyak mendekatkan diri kepada Allah, dengan selalu memanjatkan
doa setiap kali selesai melaksanakan shalat lima waktu. Hal yang dilakukan
oleh subyek dirasakan mempuyai peranan yang sangat berarti dalam
hidupnya. Yaitu subyek merasa yakin Allah akan memberikan pertolongan
102
pada hambanya dan ini mempuyai dampak yang sangat berarti bagi subyek,
subyek merasakan ketenangan dalam menjalankan hari-harinya.
Setiap ha bis shalat saya selalu berdo sama yang diatas .. semoga saya selalu diberikan ketabahan dalam menjalai kehidupan.
3. Deferring (menyerahkan sepenuhnya alas pencarian solusi dan
permas'alahanya yang dihadapi kepada Tuhan)
Subyek mempasrahkan segala sesuatunya kepada Tuhan, subyek sangat
yakin Tuhan akan memberikan pertolongan pada dirinya,
Saya yakin dengan banyak melakukan ksemua perintah Tuhan , saya akan dibantu, saya serahkan semuanya sama yang diatas mau dibawa kemana hidup saya
Analisis Kasus GL
Dari uraian latar belakang kasus yang terjadi pada subyek, bisa dikatakan
subyek me_rupakan adalah sosok seorang yang sangat bertanggung jawab
pada kelangsungan hidupnya. Subyek adalah sosok seorang yang tidak mau
membebani orang lain, termasuk orang tuanya sendiri. Tanggung jawab pada
kehidupannya, keadaan ekonomi yang sangat pas-pasan, ketiadaan
lapangan pekerjaan, serta sebuah cita-cita yang sangat mulia yaitu subyek
ingin melanjutkan sekolahnya yang tertunda adalah sebuah alasan yang
sangat kuat bagi subyek untuk mengadu nasib di negeri orang.
Kondisi ekonomi yang serba kekurangan adalah tujuan yang berorientasi
untuk terus memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup clan ekonomi
103
keluarga menjadi sasaran utama dan hal yang essensial dari subyek untuk
menjadi TKI di luar negeri.
Harapan yang tinggi untuk dapat dengan cepat bekeqa ke luar negeri
ternyata banyak mengalami banyak kendala dan kejadian yang tidak di
inginkan. Subyek harus mendapatkan perilaku pemerasan dari pihak yang
terkait, tidur berjejalan dengan sesama calon TKI yang lain. Bahkan mereka
harus memberikan sejumlah uang ke pihak PJTKI tempat mereka ditampung.
Meskipun sudah memberikan sejumlah uang, mereka masih saja
mendapatkan perlakuan-perlakuan yang kurang manusiawi.
Problem-problem yang dihadapi oleh subyek, yakni, selalu mendapatkan
perilaku pemerasan dari seorang oknum terkait. Respon dalam diri subyek
dalam menghadapi situasi yang dinilai mengancam dirinya, membuat subyek
semakin mengalami kecemasan mendapatkan perlakuan tersebut.
Kecemasan itu muncul dan di alami subyek dengan adanya tindakan
pemerasan dari seorang oknum yang tidak bertanggung jawab.
Kecemasan subyek terlihat dari berbagai respon yang dialami subyek.
Subyek sering berdebar-debar jantungnya. Subyek juga merasa sangat takut
dengan tindakan pemerasan yang dilakukan oleh salah satu oknum yang
terkait.
104
Kekhawatiran dan perasaan takut yang menghinggapi jiwa manusia adalah
hal yang sangat manusiawi dan juga merupakan bentuk kelemahan dari
tubuh. Tak dapat kita mengalahkan suatu kelemahan dari tubuh didalam
kekuatan tubuh. Kecemasan disebabkan karena dalam hati dan hidup tidak
ada ketenteraman. Orang yang selalu cemas, karena dirinya tidak mengenal
takdir dari nasib Tuhan.
Namun, hanya keyakinan serta keinginan yang kuat dari subyek, maka dalam
menghadapi situasi-situasi yang stressful seperti ini, subyek menghadapi
semua tekanan dengan perasaan positif ini terbukti subyek masih saja
bertahan di penampungan. Hanya dengan berserah diri kepada Tuhan,
dengan selalu meminta pertolongan kepada Allah yang subyek lakukan.
Subyek memiliki keyakinan alas pertolongan Allah kepada dirinya.
105
Skema 4.3
peraan Coping Religius terhadap Kecemasan GL
I GL I I
• Mendapatkan tindakan pemerasan dari pihak yang bersangkutan
I
Adanya respon subyek dalam menghada:=:J situasi yang dinilai mengancam
I
I Cemas
I
Fisik Psikis
• Subyek mengeluarkan • Subyek merasakan takut keringat • Subyek merasakan
• Denyut jantung subyek ketidaktenangan berdebar kencang • Was-was dan gelisah
• Kepala pusing
--Coping religius
Metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapai
·-'
' ' ~-
Self directing Collaborative Deferring Subyek mendapat suatu hidayah Subyek berusaha Subyek pasrah dan tawakkal
berupa kesabaran dalam dengan cara dengan sabar menjalani hari-hari mendekatkan diri dipenampungan pada Allah
~-
I I I
Zikir Sha lat Doa l Tilawah mendatangkan membebaskan memperoleh melalui kebahagiaan dari penyakit hasil yang pasti tantangan hidup
batin dengan tegar
I I
I subyek merasakan ketenangan I
106
4.3 Analisis Antar Kasus
Dari ketiga subyek tersebut di alas, dapat ditemukan beberapa persamaan
dan tentunya juga perbedaan baik dalam analisis mereka terhadap coping
religius yang mereka lakukan maupun gambaran kecemasan yang mereka
alami saat·berada di penampungan.
Pada ketiga subyek ditemukan persamaan dalam bentuk-bentuk coping
religius yang mereka lakukan. Menurutnya, coping religius mempuyai
perenan dan pengaruh yang sangat luar biasa dalam mengatasi kecemasan.
Jadi, hemat subyek dengan ibadah akan memperbaiki dan mempengaruhi
seseorang saatmencari solusi dalam menghadapi situasi yang sulit yang
dihadapi dan dapat meningkatkan religiusitas seseorang.
Adapun dalam menganalisis faktor yang menyebabkan kecemasan,
nampaknya terdapat sedikit perbedaan antara mereka. Subyek pertama
menganggap faktor yang menyebabkan ia cemas adalah lamanya subyek di
penampungan yang tidak pernah pasti kapan akan diberangkatkan, ada saja
alasan dari pihak PJTKI dalam rnemberikan jawaban, dalam menyikapi faktor
kecemasan tersebut, subyek menerapkan perilaku coping religius, adapun
bentuk coping religius yang subyek lakukan adalah subyek selalu
menunaikan shalat ditengah malam. lni sangat berpengaruh bagi subyek,
subyek merasakan hidup harus sabar. Subyek sadar Allah akan memberikan
107
yang terbaik baginya. Menurut subyek coping religius yang subyek lakukan
mempuyai pengaruh yang sangat luar biasa. lni terbukti semakin kuat
tekadnya untuk terus bertahan di panampungan.
Pada subyek kedua, kecemasan subyel< nampaknya menimbulkan respon
yang sangat luar biasa. Respon fisik subyek ditandai dengan keringat yang
berpercikan, dengup jantung yang selalu berdebar kencang, kepala pusing.
Respon psikis ditandai dengan subyek selalu ketakutan dalam keseharian,
gelisah dan selalu was-was dalam menyikapi faktor kecemasan tersebut.
Subyek menerapkan perilaku coping religius, adapun bentuk coping religius
yang subyek lakukan adalah subyek selalu berpikir setiap saat.
Sementara pada subyek ketiga, faktor yang menyababkan kecemasan
adalah seringnya subyek mengalami pemerasan dari pihak PJTKI, subyek
sering diminta uang untuk membayar sesuatu yang sebenarnya tidak ada
dalam syarat-syarat dalam keberangkatan ke luar negeri. Dalam menyikapi
faktor kec€'.masan tersebut, subyek menerapkan perilaku coping religius.
Adapun bentuk coping religius yang subyek lakukan adalah subyek selalu
berdoa.
Dengan analisis faktor penyebab yang cukup berbeda, maka wajar saja jika
ketiganya mengalami kecemasan, khususnya terhadap keselamatan dirinya
108
ketika tinggal di penampungan. Sebab analisis mereka kurang lebih tepat
dengan realitas yang terjadi di penampungan. Hal ini juga didukung bahwa
tempat penampungan tersebut sangat rawan akan kriminalitas.
Kecemasan yang dialami akibat ulah oknum dari pihak PJTKI, sebagai petrel
realitas penampungan calon TKI di Indonesia. Namun dalam menyikapi faktor
kecemasan tersebut, para subyek dapat mengatasi den£1an perilaku coping
religius. Adapun proses coping religius subyek nampaknya sejalan dengan
tiga pendekatan dalam proses coping religius sebagaimana yang dipaparkan
oleh Pergament, yaitu:
1. Self-Directing (Keterlibatan tradisional pada agama)
Apa yang terjadi pada para subyek, para subyek menyadari apapun yang
terjadi pada mereka itu adalah kehendak dari Tuhan, para subyek pun harus
berusaha untuk memecahkan masalah yang mereka had'api
2. Collaborative (Keterpaduan usaha dengan takdir Tuhan)
Para subyek menggunakan metode coping ini sebagai uapaya untuk
memecahkan permasalahan yang dialami. Subyek menyadari mereka harus
ada usaha. Manusia wajib berusaha, Tuhanlah yang menentukan hasilnya.
109
3. Deferring (menyerahkan sepenuhnya alas pencarian solusi yang dihadapi
kepada Tuhan)
Setelah berbagai usaha yang dilakukan oleh para subyek, subyek hanya
pasrah, bertawakkal, dan menyerahkan segalanya pada Tuhan.
Tabel 4.2
Analisis antar kasus gambaran kecemasan
Gambaran kecemasan ~-q NG T GL -
Fisik
[
Keringat dingin Jantung berdebar
Kepala pusing Hilang nafsu makan
Psikis
Ketakutan
Gelisah
Tidak tenang
Khawatir
...} ...}
...} ...}
...} ...}
Analisis kasus faktor yang menyebabkan cemas
Faktor Penyebab Cemas
Ketidakpastian keberangkatan ke luar negeri
Pelecehan seksual
Pemerasan
NG TW
I
...}
...}
GL
110
Analisis antar kasus peranan coping rnligius
EBent~k Coping Religius
' Zikir I I - Shala!
Doa
Membaca Al-Qur'an
Pengaruh Coping Religius
--+--~NG_~_ GL __ _
I Subyek s
I tenang
Subyek tenang
Subek tenang
Analisis kasus bentuk coping yang dilakukan
F------------- I Bentuk Coping Religius NG TVV GL ---~··· .
- Zikir Subyek Subyek Subyek
- Shala! melakukan melakukan melakukan
Doa shalat Zikir dengan doa
Membaca al-Quran ma lam kalimat"Allah"
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh terhadap ketiga orang subyek, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
Coping religius dilakukan oleh ketiga calon TKI untuk mengatasi
kecemasannya. Adapun perilaku coping religius ketiga subyek bermacam
macam. Subyek pertama selalu menerapkan shalat malam dalam rnemohon
pertolongan kepada Allah. Subyek yakin dengan melakukan shalat malam, ini
dapat lebih. mendekatkan diri kepada Allah, mengadu dan memohon kepada
Nya. Maka hati yang tadinya resah gelisah, akan menjadi lega. Dunia yang
tadinya nampak kelabu kini menjadi cerah. Subyek juga merasakan
kesabaran dalam menjalani kehidupan.
Subyek yang kedua yang memang dalam kesehariannya dipenuhi dengan
aktivitas keagamaan ini, selalu menerapkan zikir. Zikir yang subyek lakukan
setiap hari adalah zikir dengan hati yaitu subyek selalu mengingat dan
menyebut kalimat "Allah" dalam hati. lni dikarenakan zikir tersebut tidak
mudah diganggu oleh kesibukan-kesibukan yang dilakukan saat di
111
112
penampungan. Subyek selalu mendekatkan diri pada Allah sebagai sandaran
kelemahannya. Hal ini yang ditempuhnya berdasarkan pemahaman bahwa
tugas manusia hanyalah berusaha, sementara Tuhanlah yang lebih lanjut
menetukan nasibnya. Bagaimana pun manusia tetaplah makhluk yang lemah
dalam segala hal.
Adapun subyek ketiga relatif sama dengan subyek yang lainnya. Subyek
menerapkan kekuatan doa dalam memohon pertolongan dan karunia Tuhan.
Subyek yakin doa merupakan unsur yang paling esensial dalam ibadah.
Subyek juga sangat yakin dengan doa akan membukakan jalan bagi dirinya
dalam menjalani kehidupan. Adapun doa yang subyek amalkan setiap hari
adalah doa mohon dijauhkan dari kegelisahan, dan himpitan hutang.
Coping religius dilakukan oleh ketiga subyek karena ketiga subyek sangat
yakin coping religius diyakini dapat membuat seseorang merasakan
ketenangan dalam menghadapi berbagai pennasalahan. lndividu dengan
coping religius yang tinggi, serta dengan kadar keimanan seseorang
menetukan kadar kecemasannya. Semakin tinggi imannya, semakin rendah
kecemasannya.
lndividu juga lebih menyukai kembali kepada Tuhan untuk memohon
pertolongan pada saat mengalami berbagai permasalahan dan kondisi-
113
kondisi yang menimbulkan stress. Diyakini oleh kebanyakan individu,
melibatkan diri dalam hal religius dapat menenangkan perasaan yang cemas
(Pargament, 1997).
Dalam Al-Qur'an disebutkan pula bahwa dengan mengingat Allah, jiwa
manusia akan menjadi tenang. Hal ini terdapat dalam firman Allah, yang
artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. lngatlah dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenang". Seseorang yang mencintai dan kembali kepada Tuhan diyakini
membantu seseorang dalam menghadapi masa sulitnya dengan lebih baik.
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa coping religius
berperan dalam menanggulangi kecemasan yang dialami oleh calon TKI
yang tinggal di penampungan.
Hal ini dikarenakan para calon TKI tersebut mempuyai tekad dan motivasi
yang tinggi untuk menjadi TKL Para calon TKI tersebut juga memiliki
keyakinan dan mereka percaya bahwa nasib setiap manusia berada di
tangan Tuhan. Mereka hanya berusaha agar dapat memperbaiki taraf hidup
dari segi ekonomi.
114
Hal ini pun didukung oleh Aryo Sudoko, aktivis LSM Perburuhan ketika
diwawancarai oleh Dwi Septiawati Djafar. Tim liputan Ummi, menurut Aryo,
para TKI tetap ngotot kerja di luar negeri, karena empat alasan: pertama,
karena itu adalah hak, "kita tidak bisa melarang orang untuk mencari
pekerjaan" kedua, karena lapangan pekerjaan di Indonesia sempit,
sementarajumlah tenaga kerja terus bertambah. Keti£1a, lemahnya mentalitas
yang membuat mereka prestise bisa bekerja di luar negeri, walaupun saat
dipenampungan terkadang mengalami penderitaan, keempat mereka yakin
pada Tuhan (Dwi Septiawati Djafar, laporan tim liputan Ummi, dalam majalah
wanita ummi: Nasib Buram TKI Kita, 2004).
Hasil penelitian ini menjawab pertanyaan bagaimana peranan coping religius
dalam mengatasi kecemasan dan mengapa coping religius digunakan oleh
calon TKI dalam mengatasi kecemasan.
Coping religius mempuyai peranan yang sangat berarti dalam mengatasi
kecemasan para calon TKI saat berada di penampungan. lni dikarenakan
bahwa religi memainkan peranan yang sangat penting dalam mengatasi
stress atau kecemasan (Belavich, dalam Graham, 2001).
Beberapa peneliti juga menjelaskan coping religius adalah sebagai bentuk
dari emotion-focused coping. lndividu lebih menyukai kembali kepada Tuhan
115
untuk memohom pertolongan pada saat mengalami masalah. lni diyakini oleh
para subyek dalam penelitian ini bahwa melibatkan diri dalam hal religius
dapat menenangkan perasaan yang cemas. Dalam Al-Quran disebut pula
bahwa dengan mengingat Allah, jiwa manusia akan menjadi tenang.
Para subyek pun mengalami proses coping religius yaitu
Self-Directing, yaitu salah satu metode pendekatan secara aktif melibatkan
diri sendiri dalam membantu permasalahannya dan tidak hanya terpaku pada
bantuan Tuhan. Peranan self-directing dalam coping religius mempuyai
dampak yang positif dan mempuyai kematangan dalam memecahkan suatu
masalah dengan berpaku pada proses pendekatan agama serta
mengikutsertakan peranan Tuhan di kehidupan seseorang.
Proses collaborative adalah metode yang paling sering dipakai dalam coping
religius. Salah satu metode coping religius ini menggambarkan keterpaduan
usaha seseorang dengan Tuhannya dalam memecahkan permasalahan
hidupnya. Sedangkan proses deferring adalah proses menyerahkan
sepenuhnya alas pencarian solusi dari permasalahan hiclup yang di hadapi
kepada Tuhan (Pargament, 1997).
116
5.3 Saran
Mengingat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa coping religius memiliki
peranan terhadap kecemasan yang dialami oleh calon TKI, maka disarankan
kepada:
1. Para calon TKI untuk selalu mendekatkan diri kepadc1 Tuhan tidal< hanya
dalam keadaan mengalami kecemasan akan tetapi diharuskan setiap saat
seorang wajib untuk selalu ingat kepada Tuhan.
2. Untuk pihak PJTKI diharapkan lebih memperhatikan kegiatan agama
dalam penampungan agar para calon TKI memiliki landasan keimanan
yang kuat.
3. Perusahaan PJTKI diharuskan mempunyai program kajian Islam rutin di
dalam penampungan, agar para calon TKI mempunyai kegiatan
keagamaan yang dapat menambah wawasan keagarnaan Galon TKI.
4. Untuk menanggulangi kualitas kecemasan, hendaknya para calon TKI jeli
dalam memilih PJTKI. Hendaknya juga para calon TKI waspada terhadap
bahaya untuk mengantisipasi diri dari hal-hal yang sekiranya orang lain
untuk berprilaku tidak baik.
DAFT AR PUST AKA
Abdul Shomad, (2002). Mukjizat llmiah Dalam al-Quran. Jakarta: Penerbit Akbar
Abdul, Mujib, (2006). Kepribadian Dalam Psikologi Islam. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Adum, Dasuki. (1999). Faktor-faktor yang Memotivasi Wanita menjadi TKI di Indonesia Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial dan Keluarga (Studi di daerah Kantung Pengiriman TKW di Jawa Timur Malang).
Ahmad Syafi'i, Murad (1985). Dzikir sebagai Pembina Kesejahteraan Jiwa, Bandung: PT. Bina llmu.
Al-Gazali, (1989). Menangkap ke dalam Ruhaniah Pribadi Islam. Jakarta: Rajawali Press.
Atkinson, Rita, L; Atkinson, R. C; & Hilgard, E.R, (1999). Pengantar Psikologi, (2) Nirjanah Taufik, alih bahasa. Jakarta: Erlangga.
Carver, C. S. & Schier, M. F. (1998). Assesing Coping Strategis: A theoritically based approach- Jurnal of Personality and Social Psychology.
Chaplin, J.P. (2002) Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: l'\ajaGrafindo Persada.
Dafidoff, Linda, L. (1998). Psikologi Suatu Pengantar, (Jld. 2), Mari Juniaty (trj), Jakarta: Erlangga.
Departemen Agama Rl.(1989). Al-Quran dan Terjemahan, Semarang: Taha putra
Hall dan Lindzey. (1995). Psikologi Kepribadian 1, Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius
Hasan, Al, Bana. (1996). Dzikir dan Doa yang Dianjurkan Rasul, Jakarta: Media Dakwah.
Hasby, Ash-shidieqie. (1994). "Dzikir dan Doa". Jakarta: l'\uhama.
Hesti R. Wijaya. (1996). Penelitian Berperspektif Gender dalam Jurnal Analisis Sosia/; Analisis Gender dalam memahami persoa/an Perempuan, Ed.Keempat. Bandung: Akatiga.
Hilman, Almadani. (2001 ). "Muhasabah; lmplikasinya ierhadap Kesehatan Mentaf' Skripsi, Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
Imam, Nawawi.(2003). Khasiat Dzikir clan Doa Terjemahan Kitab Al Adzkaarun Nawawiyah, Bandung: Sinar Baru Algansindo
Jalaluddin, Rakhmat.(2001 ). Psikologi Agama, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Kartini, Kartono. (1998). Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.
Kerlinger. Fred, N. (1998). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajafi Mada University Press.
Kristi, E. Poerwandari. (2001) Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3 UI.
Maruli, Tobing. Dkk. (1999), Perjalanan Nasib TKl-TKW antara Rantai Kemiskinan clan Nasib Perempuan. Jakarta: Bina Aksara
Mir, Valiuddin, (1996). Dzikir clan Kontemplasi dalam Tasawuf. Bandung: Pustaka Hidayah
Moleong, Lexy J (2000). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mustafa, Fahrni. (1997). Kesehatan Jiwa II, dalam Ke/uarga, Seka/ah clan Masyarakat. Jakarta: Bulan Bintang
Pargament, K .. I. (1997). The Psychology of Religion and Coping: Theory, Research, Practice. New York: The Guilford Press.
Qomaruddin, (2000). Zikir Lisan clan Zikir Ka/bu. Jakarta: PT. Serambi llmu
Rudy, Hariyono. (2000). Mengatasi Rasa Cemas, Rahasia-rahasia Mengatasi Rasa Cemas. Jakarta: Putra Pelajar.
Sarafino, E. P. (1994). Health Psychology" Biopsychology Interaction. USA: Jhon Wiley & Sons, Inc
Sevilla, Cousuello G; at. Al. (1997). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Gunung Mulia.
Stern. (1964 ). The Abnormal Person, New Jersey: Van /\lostrad, Co.
Suharsimi, Arikunto. (1992). Prosedur Penelitian; Suatu F'endekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Usman, Effendi, (1993). Pengantar Psilwlogi. Bandung: 1'.\ngkasa Bandung.
Zakiah, Daradjat. (1990). Kesehatan Mental. Jakarta: CV. Haji Mas Agung.
Zakiah, Daradjat. (1990). Peranan Agama da/am Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Haji Mas Agung.
Zakiah, Daradjat. (1996). Sha/at menjadikan hidup bermakna. Ruhama, Jakarta
Internet:
Musyadad (2004) Permasalahan TKI bak benang kusut. Minggu 02 Agustus 2007. From http://www. Indonesia Media. Com/rubrik/manca oo June, ht.
Rajawali Muda Said (2007) TKI berkalang tanah. Rabu, 27 Agustus 2007. From http:/www; Kompas. Com/ Kompas- Cetak/0609/30/ Politik hukum/2994285.htm.
Jarih Ayu (2005). Tenaga Kerja Indonesia. Jumat 29 A~1ustus 2007. From http://Wikipedia. Org/Wiki/Tenaga_Kerja_lndonesia.
Informed Consent
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Dengan Hormat,
PENGANTAR
Salam sejahtera kepada saudara/i semoga dalam lindun9an Allah SVVT.
Amin.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini"
Laela Masyitoh
Mahasiswi
Nama
Pekerjaan
Pendidikan
Alam at
S1 Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kampung Utan-Ciputat
Sedang m~ngadakan penelitian sebagai tugas akhir skripsi yang berjudul "
Peranan Coping Religius Terhadap Kecemasan Ca/on TKI". Meminta
kesedian saudara untuk menjadi subyek penelitian saya.
Saya berharap anda berkenan mengisi format sebagai bukti pernyataan
bahwa anda bersedia dan ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.
Segala informasi dan data subyek penelitian akan dirahasiakan dan hanya
dipergunakan untuk kepentingan penelitian saja. Atas partisevasinya saya
ucapkan terima kasih
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
Jakarta, November 2007
Honnat saya
Laela Masyitoh
Informed Consent
PERNYATAAN KESEDIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Na ma
Usia
Pendidikan
Suku
Menyatakan bahwa:
1. Bersedia untuk dijadikan subyek penelitian yang bersangkutan sebagai
tugas akhir skripsi
2. Saya bersedia untuk memberikan data dan onformasi yang sebenar
benarnya, sesuai dengan apa yang saya alami.
3. Data dan informasi yang saya berikan dijamin kerahasiaannya dan
hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian saja.
Jakarta, November 2007
Honnat saya
Wawancara ke
Subyek
Tempat
1/2/3
LEMBAR OBSERVASI
Tanggal
Jam . s/d .
1. keadaan tempat wawancara, cuaca dan kehadiran pihak lain di sekitar
tempat wawancara
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek
3. Ringkasan sikap subyek selama jalanya wawancara (suara intonasi, sikap
tubuh, antusiasme, sikap kepada interviewer dll)
4. ringkasan awal dan akhir wawancara meliputi h21-hal apa saja yang
dilakukan interviewer dan subyek.
5. gangguan dan hambatan selama wawancara.
6. catatan khusus selama wawancara.
lndentitas subyek
Nama inisial
Usia
Pendidikan
Suku
Urutan dalam keluarga
Alasan berniat menjadi TKI ke luar negeri
Di negara mana Anda akan bekerja
Jumlah tanggungan dalam keluarga
Faktor apa yang menyebabkan menjadi Tkl ke luar negeri
Alasan memilih bekerja di luar negeri
Harapan jika bekerja di luar negeri
Faktor lain yang mendorong bekerja di luar negeri
PEDOMAN WAWANCARA
1. Dari mana anda mengetahui PJTKI Hasamuri Abadi
2. Kenapa anda memutuskan untuk menjadi TKI ke luar negeri
3. Apa pendapat anda tentang tempat tinggal penampungan anda
sekarang
4. Bagaimana anda menjalani hari-hari anda di penampungan
5. Apa saja yang anda lakukan di penampungan ini
6. Apa anda merasa nyaman tinggal dipenampungan ini
7. Apakah selama anda tinggal dipenampungan ini anda pernah
mengalami suatu kasus
8. Kasus apa yang terjadi pada diri anda
9. Apakah kejadian tersebut mempuyai dampak terhadap anda
10. Kecemasan seperti apa yang anda alami
11. dengan adanya kasus yang anda alami, apakah anda merasakan
dampak pada anda
12. apa respon anda terhadap kasus yang menimpa anda
13. respon fisik dan respon psikis seperti apa yang timbul pada anda
14. Apa yang anda lakukan setelah anda mendapatkan perilaku tersebut
15. Bentuk ibadah seperti apa yang anda lakukan
16. Apakah mempuyai dampak bagi anda
17. Dengan kasus yang menimpa anda, apakah anda masih tetap ingin
menjadi TKI
DEPA:RTE.iV'.i.i1.,\ A(iA:Il1A UNI VERSITAs' ISLAM NEGEHl {U1r·~) SY ARIF HlDAYATULLAH .JAI<lART A
FAKUL T AS PSIKOLOGJ
JI. Kcrta Mui<ti No 5 Cil·eildc Jr.lrnrta Sclnta'1 15419 Tdp. (021) 7433060 Fax. 74714714
··----... - .............................. _...;;-;,,_..,.__.,_;.......... __ ... ,,~.---~- ........... _;:.;;;;;;;,;;=-=~=-=--"'· ===== r : Un.OL'F7/KM.0 l/ 1rfi, •. 1, /2007 Jakarta, 3(1 Oktober 2007
: Jzin Pe11eiitia11
Kepacla Yth. Manager Personalia PT. HASAMURI ABADI di Bekas1
Assalamu'alaikum \Yr. Wb.
Nam a Tempat/Tgl Lahir Alam at
Laela Mas;;aoh Bakauhetmi,16 April 198.'. Jl.Kamp1;ng Utan- Ciputut
Aclalah benar mahasiswa Fakultas P:;i:rnlogi UIN SyarifHidayatullah Jakarta
Se111ester Nomor Pol:ok Tahun Akademik Program
IX (Sembib1) 103070029148 2007/2008 Strata l (S .. l)
Sehubungaa ccngan tugas peny~lcst.ian skripsi yang berjudul : "l'cranan Cotling Rdigius tcrhndap ke(:~nrnsnu ca ion TKI. "mahasiswa tersebut memerlukan izin PcEelitian di lembaga yang Bapak/lbu/Saudara Pimpin. Oleh karena itu kami mo:wn kesediaan Bapak/Ibu/Saudara nntuk menerima mahasi:;wa tersebut dan m~;uberikan br.ntuannya.
Ou1aikir.r1 ntas pcl1c1! ian ·fan ban!Ll'ill Bapak/Ibu/Saudara kami ucapkan terima lrn.sih.
A.n. Dekan Pemb<intu Dekan Bidang Aki~nik
.;(;~~( ~% t;)' - ... '\.( Dra .. Z~.hro Nihayah, M.Sif ·
' NIP. 1501.. g;73
PT. HASAMURI ABA.DI
ASRA'.VIA/l'ENAlVIPUNGAN CALON TK<J
KAMPUNG MELA YU
.Tl. Kan1pung duri-Karnpung Mdayu-fakarta Utarn ====="'•'"'"'-=="""==;;m;;;==r.--->.;-;a;;;; .... _..__..;:;_,,,_.......,.;;;;;;;;;===;;;;;;;;;;;
No Lamp I-I al
1 Surat. Surat keterangan
Kepacb Y th. Pcmbantu Deka:1 Bidang Akademi!c Fakultas l'sikologi Di Ciputal
Plssaiun1u 'aiaikun1 Wr. 'A'b. Dcngan horn1at, karni samp1ikan b;ihwa:
Jakarl a, 12 November 2007
Nam a Tcmpat/Ta;1ggal Lahir Alamal
Lacla Masyitoh Bakauheuni., 16 April 1985 Kam;nmg Utan-Ciputat
Adaialt bcnar tcla 1t 111c11gadaka11 pcnclitian di PT. I-lasarnuri Abadi yang bcral.rn;al d1 Kampung Mciayn, da:·i langgal 05·· 10 November 2007. Scbagai pcnyelesaian tugas skripsi dengan judul "Peranan Coping Hcligius Tcrltadap Kc·ccmasan Calon 'fKI".
Demikian surat pernyataan ini kami buat, untuk dipergunakan sebag::!in1ana tnt~stinya.
Wassa!arnu '«laikurn Wr. Wb.
top related