peningkatan pola pangan harapan (pph) rumah tangga dari...
Post on 19-Mar-2019
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
PENINGKATAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) RUMAH TANGGA
DARI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DI PROVINSI
KEPULAUAN RIAU
Oktariani Indri Safitri, Yayu Zurriyati, Salfina Nurdin dan Dahono
Loka Pengkajian Teknoogi Pertanian (LPTP) Kepri
Jl. Sungai Jang No. 38 Tanjungpinang –Kepulauan Riau
Email : lptp_kepri@yahoo.com
ABSTRAK
Rumah pangan merupakan salah satu konsep pemanfaatan lahan
pekarangan baik di pedesaan maupun perkotaan untuk mendukung ketahanan
pangan nasional. Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL)
telah dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau. Untuk
mengetahui seberapa besar peningkatan pola pangan harapan (PPH) yang dicapai
rumah tangga dari kegitan MKRPL tersebut, maka dilakukan analisis pada 2
kabupaten/kota yaitu Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan yang mewakili
wilayah kota dan perdesaan. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan
wawancara terstruktur menggunakan kuesioner pada responden pelaksana
kegiatan M-KRPL di 2 kabupaten tersebut pada awal dan diakhir kegiatan. Jumlah
responden pada masing-masing kabupaten/kota tersebut adalah 20 orang.
Kuisioner konsumsi yang digunakan mengikuti kuisioner konsumsi Survey Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilaksanakan oleh BPS. Data yang didapat
selanjutnya dianalisis meggunakan metode penghitungan PPH. Hasil kegiatan
menunjukkan terdapat peningkatan nlai PPH kooperator MKRPL di Kota
Tanjungpinang sebesar 3,8% ( 82.4 menjadi 85.6) dan di Kabupaten Bintan
sebesar 6,2 % ( 75.5 menjadi 80.2).
Kata Kunci: Pola Pangan Harapan, Pekarangan
PENDAHULUAN
Lahan pekarangan merupakan areal disekitar rumah yang dapat
dimanfaatkan sebagai penopang ketahanan pangan. Ketahanan pangan selalu
identik dengan kemandirian pangan yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan baik
secara nasional atau kawasan secara mandiri dengan memberdayakan modal,
2
manusia, sosial dan ekonomi yang ada dan berdampak positif bagi kehidupan
sosial maupun ekonomi masyarakat.
Untuk menunjang ketahanan pangan ditingkat rumah tangga tersebut,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mendapat mandat untuk
mengembangkan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) yang
dimulai sejak tahun 2011. Pengembangan KRPL ini diimplementasikan melalui
pemanfaatan lahan pekarangan secara intensif, baik di perkotaan maupun di
perdesaan dengan menerapkan budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman
pangan, tanaman obat keluarga (toga), budidaya ikan, dan ternak.
Potensi lahan pekarangan cukup besar di Indonesia mencapai 10,3 juta ha
atau 14 % dari keseluruhan luas lahan pertanian (Badan Litbang, 2011). Di
Provinsi Kepulauan Riau luas lahan pekarangan mencapai 44,092 ha yang
tersebar di 5 kabupaten dan 2 kota (BPS Kepulauan Riau, 2011). Potensi yang
cukup besar ini merupakan salah satu sumber penyedia bahan pangan yang
bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
Salah satu indikator keberhsilan kegiatan KRPL adalah terjadi peningkatan
Pola Pangan Harapan (PPH). Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan
beragam pangan atau kelompok pangan yang didasarkan atas sumbangan
energinya, terhadap total energi baik dalam hal ketersediaan maupun konsumsi
pangan, yang mampu mencukupi kebutuhan dengan mempertimbangkan aspek-
aspek sosial, ekonomi, budaya, agama dan cita rasa (Depkes RI, 2005).
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui nilai PPH awal dan akhir
dari kegatan M-KRPL di dua kabupaten yaitu Kota Tanjung Pinang dan Kaupaten
Bintan sebagai lokasi pelaksana kegiatan MKRPL di Provinsi Kepulauan Riau
yang mewakili kawasan perkotaan dan perdesaan.
BAHAN DAN METODE
Kegiatan dilaksanakan di Kelurahan Melayu Kota Piring, Kecamatan
Tanjung Pinang Timur, Kota Tanjung Pinang dan di Kelurahan Sei Lekop,
Kecamatan Tanjung Pinang Timur, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau
(Kepri) mulai Januari – Desember 2013. Responden yang dilibatkan dalam
3
kegiataan adalah kooperator kegiatan M-KRPL. Kegiatan M-KRPL di kedua
lokasi tersebut merupakan kegiatan M-KRPL ditahun pertama. Jumlah responden
yang terlibat dimasing-masing lokasi adalah 20 orang. Metode yang digunakan
adalah metode survey menggunakan kuisioner konsumsi pangan berdasarkan
Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilaksanakan oleh BPS. Data
konsumsi pangan yang dicatat dari responden adalah konsumsi pangan yang
dilakukan pada satu hari sebelum pendataan. Data rata-rata konsumsi perkapita
per hari dinyatakan dalam satuan gram/kap/hari yang kemudian dikonversikan
kedalam bentuk satuan energy kkal/kap/hari.
Data konsumsi pangan dikelompokkan sesuai dengan pengelompokkan
yang ada didalam Pola Pangan Harapan. Pengelompokkan tersebut
disederhanakan menjadi 9 kelompok bahan pangan yaitu kelompok :
1 Padi : Beras, jagung, terigu
2. Umbi-umbian : Ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas,
sagu dan umbi lainnya
3. Pangan Hewani : Daging, telur, susu dan ikan
4. Minyak dan lemak : Minyak kelapa, minyak lainnya
5. Buah biji berminyak : Kelapa, kemiri, jambu mete dan
coklat
6. Kacang-kacangan : Kedelai, kacang tanah, kacang hijau,
kacang merah dan kacang lainnya
7. Gula : Gula pasir dan gula merah
8. Sayur dan Buah : Semua jenis sayuran dan buah-buahan
9. Lain-lain : Bumbu-bumbuan, makanan dan
minuman yang mengandung alkohol,
teh, kopi, sirup, dll.
Data yang didapat sesuai dengan pengelompokkan tersebut selanjutnya
dibandingkan antara skor konsumsi pangan aktual dengan sasaran PPH Nasional
dan dilakukan analisis secara deskriptif
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan M-KRPL di wilayah kota Tanjung Pinang, Kecamatan Tanjung
Pinang Timur, mewakili wilayah perkotaan dengan luas lahan pekarangan rat-rata
< 200 M2
, dilaksanakan di Kelurahan Melayu Kota Piring, Kecamatan Tanjung
Pinang Timur. Sementara kegiatan M-KRPL di wilayah Kabupaten Bintan
dilaksanakan di Kelurahan Sungai Lekop, Kecamatan Bintan Timur mewakili
wilayah perdesaan dengan luas lahan pekarangan antara 200 - >400 m2
. Sehingga
digolongkan dalam pengelompokan M-KRPL strata sedang sampai luas.
Kota Tanjungpinang berada di Pulau Bintan dengan letak geografis
berada pada 0051’ sampai dengan 0
059’ Lintang Utara dan 104
023’ sampai
dengan 104034’ Bujur Timur. Kota Tanjungpinang beriklim tropis dengan
temperatur udara sekitar 26,8 derajat celsius, kelembaban udara sekitar 86
persen dan rata‐rata curah hujan 324,4 mm per hari. Sub sektor pertanian
khususnya tanaman pangan yang cukup berpotensi diwilayah Tanjung Pinang
yaitu jagung, ubi kayu dan ubi jalar. (BPS Kota Tanjung Pinang, 2011)
Kabupaten Bintan terletak antara 1o15 Lintang Utara – 0
o 48 Lintang
Selatan dan antara 109o dan 103
o 11 Bujur Timur. Pada umumnya daerah
Kabupaten Bintan beriklim tropis basah dengan curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan September sampai dengan bulan Februari. Sedangkan musim kemarau
terjadi antar bulan Maret sampai dengan bulan Agustus. Temperatur rata-rata
bulanan berkisar antara 24,8°C sampai dengan 26,6°C dengan temperatur udara
maksimum antara 29,0°C - 31,3°C, sedangkan temperatur udara minimum
berkisar antara 22,2°C - 23,3°C (BPS Kabupaten Bintan, 2011). Kegiatan
pertanian yang banyak ditekuni oleh penduduk Bintan Timur adalah pertanian
tanaman pangan dan hortikultura.
Karakteristik Kooperator MKRPL dan Hasil Penghitungan Pola Pangan
Harapan (PPH) Kota Tanjungpinang
Kegiatan MKRPL di Kota Tanjungpinang dilaksanakan di Kelurahan
Melayu Kota Piring. Luas lahan perkarangan kooperator di Kota Tannjung Pinang
rata-rata < 200 m² yang berada pada kategori lahan sempit. Seluruh responden
5
merupakan warga salah satu komplek perumahan di Kota Tanjung Pinang. Jumlah
responden yaitu 20 orang. Sebagian besar adalah ibu rumah tangga, dengan usia
rata-rata 42 tahun. Jumlah anggota keluarga responden rata-rata 4 orang. Tingkat
pendidikan responden sebagian besar adalah SMA. Pada Tabel 1. disajikan
karakteristik responden dalam penghitungan PPH di Kelurahan Melayu Kota
Piring, Kota Tanjung Pinang.
Tabel 1. Karakteristik Responden di Kelurahan Melayu Kota Piring
Kota Tanjung Pinang
No Nama Jumlah Anggota
Keluarga (orang
Pendidikan Umur
(Thn)
Pekerjaan
Kooperator Kelurahan Melayu Kota Piring
1 Katminah 4 SD 50 IRT
2 Liberti 5 DIII 40 IRT
3 Aisyah 4 SMA 38 IRT
4 Dewi 4 DIII 45 Karyawan
5 Halijah 4 SMA 42 Karyawan
6 Ria
Yuliana 3
SMA 41
IRT
7 Ika 4 SMA 38 IRT
8 Yanti 4 SMP 37 Karyawan
9 Pepti 4 SMA 39 IRT
10 Daswati 4 SMA 48 Wiraswasta
11 Ria Verta 4 SMA 33 IRT
12 Sri hayati 4 SMA 44 IRT
13 Masni 4 SMA 38 Karyawan
14 Siti 4 SMA 36 IRT
15 Ita 4 DII 34 Karyawan
16 Sri
Mumpuni 4
SMA 42
Karyawan
17 Rifah 4 SMA 48 IRT
18 Nurhayati 4 SMA 49 IRT
19 Latifah
Anum 3
SMP 50
IRT
20 Sri Lestari 4 DIII 48 IRT
Keterangan : IRT = ibu rumah tangga
Pola pangan harapan (PPH) menjadi salah satu indikator tingkat
keberhasilan kegiatan M-KRPL. Berdasarkan kesepakatan Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi tahun 1998 yang menggunakan bobot (rating) FAO RAPA
(1989) yang terus disempurnakan menjadi Pola Pangan Harapan (PPH) tahun
6
2020 disepakati bahwa skor mutu pangan yang ideal untuk hidup sehat bagi
penduduk Indonesia adalah 100. Berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan
dan Gizi (WKNPG VIII) tahun 2004, susunan Pola Pangan Harapan Nasional
disajikan pada Tabel 2.:
Tabel 2. Susunan Pola Pangan Harapan (PPH) Nasional
No. Kelompok
Pangan/
Jenis Pangan
Berat
(gr/Kap/
Hr)
Energi
(Kkal/Kap/Hr)
%
AKE
Bobot Skor
PPH
1. Padi-padian 275 1.000 50.0 0.5 25.0
2. Umbi-umbian 100 120 6.0 0.5 2.5
3. Pangan Hewani 150 240 12.0 2.0 24.0
4. Minyak dan
Lemak
20 200 10.0 0.5 5.0
5. Buah/biji
berminyak
10 60 3.0 0.5 1.0
6. Kacang-
kacangan
35 100 5.0 2.0 10.0
7. G u l a 30 100 5.0 0.5 2.5
8. Sayur dan buah 250 120 6.0 5.0 30.0
9. Lain-lain - 60 3.0 0.0 0.0
J u m l a h - 2.000 100 - 100
Keterangan : AKE= angka kecukupan energi
Hasil perhitungan rataan PPH di Kelurahan Melayu Kota Piring pada awal
dan akhir kegiatan M-KRPL disajikan berturut-turut pada Tabel 3 dan Tabel. 4.
Pada awal kegiatan M-KRPL, skor rataan PPH responden adalah 82,4. skor ini
masih dibawah skor ideal yang direkomendasikan secara nasional, skor PPH 100.
Rataan konsumsi energi responden terbesar berasal dari padi-padian. yaitu
1.440,50 kkal/kap/hari dengan persentase AKE 72 %. Hal ini menunjukkan
konsumsi padi-padian melebihi dari rekomendasi nasional yang hanya 50%.
Sementara konsumsi sayur dan buah responden dibawah rekomendasi nasional
dengan AKE 4,86%, sementara anjuran nasional adalah 6%.
Kegiatan M-KRPL dimaksudkan dapat meningkatkan diversifikasi pangan
responden, melalui pemanfaatan lahan pekarangan dengan budidaya tanaman
sayuran dan hortikultura. Peningkatan konsumsi sayur dan buah dari kooperator
M-KRPL dapat meningkatkan skor PPH dari kooperator tersebut.
7
Tabel 3. Rataan Pola Pangan Harapan (PPH) Responden Pada Awal Kegiatan
MKRPL di Kelurahan Melayu Kota Piring, Kota Tanjung Pinang
No. Kelompok Pangan/
Jenis Pangan
Energi Aktual
(Kkal/Kap/Hr)
% AKE Bobot Skor
PPH
1. Padi-padian 1.440,5 72,03 0,5 25,0
2. Umbi-umbian 120 ,0 7,50 0,5 2,50
3. Pangan Hewani 125,0 6,25 2,0 12,5
4. Minyak dan Lemak 300,0 15,00 0,5 5,0
5. Buah/biji berminyak 25,0 1,25 0,5 0,6
6. Kacang-kacangan 150,4 7,52 2,0 10,0
7. G u l a 255,7 12,79 0,5 2,5
8. Sayur dan buah 97,2 4,86 5,0 24,3
9. Lain-lain 65,0 3,25 0,0 0.0
J u m l a h 2.608,8 130,44 - 82,4
Penghitungan skor PPH akhir dilaksanakan diakhir kegiatan MKRPL di
Kelurahan Melayu Kota piring pada tahun 2013. Hasil penghitungan tersebut
didapatkan skor PPH akhir sebesar 85,6. Terjadi peningkatan skor PPH
dibandingkan pada awal kegiatan. Peningkatan yang terjadi adalah sebesar 3,8 %.
(dari skor PPH 82.4 menjadi 85,6). Peningkatan ini sebagian besar karena adanya
peningkatan konsumsi sayuran dari kooperator dan keluarganya.
Kegiatan M-KRPL, memberikan andil yang cukup besar dalam
peningkatan konsumsi sayuran bagi rumah tangga. Sebelum kegiatan M-KRPL,
sebagian besar responden harus mengeluarkan biaya untuk membeli sayuran
seperti sayuran bayam, kangkung, sawi, terong, cabe rawit, tomat dan seledri. Hal
ini menyebabkan minat responden untuk mengkonsumsi sayuran tersebut
menurun. Responden lebih memilih menggunakan dana yang ada untuk
keperluan lain dibandingkan harus membeli sayuran (terutama sayuran berdaun
lebar). Walaupun mereka mengetahui bahwa mengkonsumsi sayuran bermanfaat
bagi kesehatan tubuh. Akan tetapi keadaan menjadi berbeda setelah adanya
kegiatan M-KRPL, dimana responden mengakui lebih mudah mendapatkan
sayuran untuk dikonsumsi dari pekarangan sendiri tanpa harus mengeluarkan
biaya.
8
Tabel 4. Rataan Pola Pangan Harapan (PPH) Responden Pada Akhir Kegiatan
MKRPL di Kelurahan Melayu Kota Piring, Kota Tanjung Pinang
No. Kelompok Pangan/
Jenis Pangan
Energi Aktual
(Kkal/Kap/Hr)
% AKE Bobot Skor PPH
1. Padi-padian 1.490,0 74,50 0.5 25,0 0
2. Umbi-umbian 125 ,8 6,29 0.5 2,50
3. Pangan Hewani 130,7 6,54 2.0 12,5
4. Minyak dan Lemak 155,6 7,78 0.5 5,0 0
5. Buah/biji berminyak 35,7 1,79 0.5 0,60
6. Kacang-kacangan 125,5 6,28 2.0 10,0 0
7. G u l a 275,0 13,77 0.5 2,5
8. Sayur dan buah 110,8 5,54 5.0 24,3
9. Lain-lain 65,00 3,25 0.0 0.0
J u m l a h 2.514,5 125,73 - 85,6
Karakteristik Kooperator MKRPL dan Hasil Penghitungan Pola Pangan
Harapan (PPH) Kabupaten Bintan
Responden dalam penghitungan skor PPH di Kelurahan Sei Lekop,
Kecamatan Bintan Timur berasal dari kelompok wanita tani (KWT) Mekarsari.
Rataan umur kooperator adalah 42 tahun , dengan kisaran anggota keluarga 3-6
orang. Tingkat pendidikan responden rata-rata adalah tamatan Sekolah Dasar
(Tabel 5).
Hasil penghitungan skor PPH diawal kegiatan M-KRPL adalah 75,5
(Tabel 6). Skor PPH responden pada awal kegiatan M-KRPL di Kabupaten Bintan
lebih kecil dibandingkan skor PPH responden di Kota Tanjung Pinang pada saat
yang sama. Hal ini diduga karena masyarakat perkotaan mempunyai pola
konsumsi pangan yang lebih bervariasi/beragam dibandingkan masyarakat di
wilayah perdesaan. Disamping itu juga tingkat pengetahuan responden terhadap
nilai gizi makanan berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat. Walaupun
demikianm sama dengan responden di Kota Tanjung Pinang, persentase AKE dari
jenis pangan padi-padian yang didapat melebihi rekomendasi nasional yaitu 57%
(rekomendasi nasional 50%). Hal ini menandakan bahwa konsumsi padi-padian
dari responden cukup tinggi. Sementara persentase AKE dari sayur dan buah
hanya 3%, secara nasional direkomendasikan sebesar 6%. Jika dikaitkan dengan
tersedianya lahan yang cukup luas d lahan pekarangan responden yang dapat
ditanami sayuran, keadaan ini sungguh bertolak belakang. Pemanfaatan lahan
pekarangan dengan tanaman sayuran dan hortikultura selain dapat meningkatkan
9
gizi keluarga juga merupakan peluang sebagai sumber pendapatan karena
kelebihan produksi dari tanaman sayuran dapat dijual.
Tabel 5. Karakteristik Kooperator Kegiatan MKRPL Kecamatan Bintan Timur
Kabupaten Bintan
No Nama Jumlah Anggota
Keluarga (orang)
Pendidikan Umur
(Thn)
Pekerjaan
KWT Mekar Sari
1 Munifah 4 SD 53 IRT
2 Misdiati 4 SD 45 IRT
3 Asnidar 6 SD 45 IRT/Tani
4 Sri Wahyuni 5 SLTP 35 IRT/Tani
5 Sawiyah 4 SD 48 IRT
6 Eva Zariani 3 SLTP 33 IRT
7 Elvi Sumarni 4 SLTA 40 Karyawan
8 Nur Azizah 6 SD 32 IRT
9 Nani Utami 4 SLTP 36 Karyawan
10 Tusinah 4 SD 46 IRT
11 Rosmini 4 SD 44 IRT/Tani
12 Sunarti 4 SD 44 IRT//Tani
13 Juminah 6 SD 73 IR/Tani
14 Sukatmi 2 SD 50 IRT/Tani
15 Eka Purwati 3 SLTA 29 IRT
16 Halijah 5 SLTP 34 IRT
17 Roswati 5 SD 53 IRT/Tani
18 Hindun 7 SLTP 33 IRT
19 Martini 3 SLTP 40 IRT
20 Rohimah 3 SLTA 35 IRT
Rataan 42.4
Hasil perhitungan skor PPH di Kelurahan Sei Lekop pada akhir kegiatan
M-KRPL didapatkan sebesar 80,2. Terjadi peningkatan skor PPH dibandingkan
pada awal kegiatan aebesar 6,2% (dari skor PPH 75,5 menjadi 80,2). Sama hal
nya dengan responden di Kota Tanjung Pinang, peningkatan skor PPH ini
sebagian besar karena adanya peningkatan konsumsi sayuran dari responden yang
menjadi kooperator kegiatan M-KRPL. Peningkatan konsumsi sayuran secara
perhitungan akan meningkatkan skor PPH.
10
Tabel 6. Rataan Pola Pangan Harapan (PPH) Responden Pada Awal Kegiatan
MKRPL di Kelurahan Sei Lekop, Kec. Bintan Timur, Kab. Bintan
No. Kelompok Pangan/
Jenis Pangan
Energi Aktual
(Kkal/Kap/Hr)
% AKE Bobot Skor PPH
1. Padi-padian 1.150,70 57,54 0,5 25
2. Umbi-umbian 118,80 5,94 0,5 2,5
3. Pangan Hewani 150,50 7,53 2,0 15,1
4. Minyak dan Lemak 180,20 9,01 0,5 4,5
5. Buah/biji berminyak 20,50 1,03 0,5 0,5
6. Kacang-kacangan 85,70 4,29 2,0 8,6
7. G u l a 150,30 7,52 0,5 2,5
8. Sayur dan buah 67,50 3,38 5,0 16,9
9. Lain-lain 85,95 4,30 0,0 0
J u m l a h 2.010,15 100,51 - 75,5
Pada Tabel 3, 4, 6 dan 7, terlihat skor Skor aktual PPH yang dicapai
responden diawal dan diakhir kegiatan M-KRPL lebih rendah dari target skor
nasional yaitu sebesar 100. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keragaman
konsumsi dan mutu pangan responden di Kota Tanjung Pinang dan Kabupaten
Bintan relatif masih rendah dan komposisi pangan yang dikonsumsi belum
berimbang antara kelompok pangan sumber gizi (karbohidrat, protein, vitamin
dan mineral). Konsumsi pangan sumber karbohidrat masih didominasi
kelompok padi-padian.
Tabel 7. Rataan Pola Pangan Harapan (PPH) Responden Pada Akhir Kegiatan
MKRPL di Kelurahan Sei Lekop, Kec. Bintan Timur, Kab. Bintan
No. Kelompok Pangan/
Jenis Pangan
Energi Aktual
(Kkal/Kap/Hr)
% AKE Bobot Skor PPH
1. Padi-padian 1.250,50 62,53 0.5 25
2. Umbi-umbian 100,00 5,00 0.5 2,5
3. Pangan Hewani 175,00 8,75 2.0 17,5
4. Minyak dan Lemak 190,50 9,53 0.5 4,8
5. Buah/biji berminyak 40,00 2,00 0.5 1
6. Kacang-kacangan 55,50 2,78 2.0 5,6
7. G u l a 100,00 5,00 0.5 2,5
8. Sayur dan buah 85,50 4,28 5.0 21,3
9. Lain-lain 217,18 10,86 0.0 0
J u m l a h 2.214,18 110,71 - 80,2
11
Walaupun demikian dengan semakin berkembangnya kegiatan M-KRPL
diharapkan terjadi peningkatan PPH dimasa-masa yang akan datang.
Hasil penghitungan skor PPH diawal dan diakhir kegiatan M-KRPL di
Kabupaten Bintan pada kegiatan ini menunjukkan peningkatan lebih besar
dibandingkan di Kota Tanjung Pinang (6,2% VS 3,8%). Hal ini diduga
berhubungan dengan tingkat pelaksanaan kegiatan M-KRPL, dimana cenderung
lebih baik pelaksanaanya di Kabupaten Bintan.
KESIMPULAN
Pelaksanaan kegiatan M-KRPL di Kelurahan Melayu Kota Piring , Kota
Tanjung Pinang dan Kelurahan Sei Lekop, Kabupaten Bintan berdampak pada
peningkatan PPH pelaksana kegiatan tersebut. peningkatan nlai PPH kooperator
MKRPL di Kota Tanjungpinang sebesar 3,8% ( 82.4 menjadi 85.6) dan di
Kabupaten Bintan sebesar 6,2 % ( 75.5 menjadi 80.2).
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kepulauan Riau. 2011. Kepri Dalam angka 2011. Provinsi
Kepulauan Riau.
Badan Pusat Statistik Kabuapten Bintan. 2011. Bintan Dalam angka 2011.
Kabupaten Bintan.
Badan Pusat Statistik Kota Tanjung Pinang. 2011. Tanjung pinang Dalam angka
2011. Kota Tanjung Pinang.
Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedomen Umum Model Rumah Pangan Lestari.
Badan Litbang Pertanian Jakarta.
12
top related