peningkatan kualitas belanja kesehatan … bidang... · • dak kesehatan untuk pembelian alat...
Post on 01-Feb-2018
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
K E M E N T E R I A N K E U A N G A NR E P U B L I K I N D O N E S I A
1
Disampaikan oleh:
Direktur Dana Perimbangan
DitJen Perimbangan Keuangan, Kemenkeu
PENINGKATAN KUALITAS BELANJA KESEHATAN
DAERAH UNTUK MENDUKUNG PENCAPAIAN
STANDAR KESEHATAN MASYARAKAT
Jakarta, 18 Desember 2017
KEMENTERIAN KEUANGAN
PERKEMBANGAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
TKDD sejak tahun 2005 hingga
tahun 2017 telah mengalami
kenaikan sebesar Rp634,5
triliun atau sebesar 582%
Kenaikan rata-rata
tiap tahun yaitu
sebesar 15,32%
131,55
220,07258,79
281,23303,05 322,43
392,98
470,41
528,63
592,55
647,04
770,17744,36
766,20
0,00
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
600,00
700,00
800,00
900,00
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
TKDD 2005-2018
TKDD, utamanya Dana Perimbangan masih merupakankomponen terbesar dalam pendapatan APBD
KEMENTERIAN KEUANGAN
Terdapat perbaikan indicator, NAMUN:
Tingkat kematian ibu melahirkan dan stunting masih tinggi
Peningkatan penyakit tidak menular
Keterbatasan & ketidakmerataan distribusi Faskes & tenaga medis
Kesulitan mencapai Universal HealthCoverage (UHC) di tahun 2019
Belum optimalnya peran Pemda dalam peningkatan kuantitas dan
mutu layanan
INDIKATOR KESEHATAN INDONESIA dan TKDD UNTUK
KESEHATAN
NEWDBH CHT untuk
mendukungprogram JKN
KEMENTERIAN KEUANGAN
FU
NG
SI
TUJU
AN
PER
AN
Mengarahkan belanja daerah agar selaras dg prioritasnasional
Pemerataan layanan public (termasuk kesehatan) antar wilayah
Pengelolaan belanja secara lebih disiplin
• Sebagai “mesin” pembangunan• Membantu penyediaan infrastruktur dan
pelayanan dasar public (termasuk kesehatan)
• Berbasis usulan dari daerah (sesuai kebutuhan) dengan penilaian oleh Pusat
• Jenis DAK:1. Reguler (pemenuhan SPM)2. Penugasan (Prioritas Nasional)3. Afirmasi (di daerah tertinggal, perbatasan,
kepulauan dan transmigrasi)
Pengalokasian dan penyaluran berdasarkan Kinerja Pelaksanaan (Penyerapan Dana & Capaian Output)
Kegiatan promotif dan preventif meliputi:a. Kegiatan Puskesmas;b. Upaya kesehatan masyarakat di Dinas
Kesehatan dan Balai Kesehatan Masyarakat;c. Distribusi obat, vaksin dan bahan medis habis
pakai (BMHP) dan e-logistik di Instalasi Farmasi Kab/Kota
Jaminan persalinan (Jampersal) meliputi:a. rujukan persalinan dari rumah ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang kompeten;b. sewa dan operasional rumah tunggu kelahiran
(RTK); danc. pertolongan persalinan, keluarga berencana (KB)
paskapersalinan dan perawatan bayi baru lahir
Akreditasi Puskesmas dan Rumah Sakit
BOKB
1
2
3
Biaya operasional Balai Penyuluhan KB
BOK
Kegiatan bagi Balai Penyuluhan KB
Mendukung tercapainya sasaran prioritaspembangunan Kependudukan dan KeluargaBerencana (tercapainya TFR TFR 2,31 pada akhirtahun 2018)
Menyediakan dukungan dana pendistribusian alat dan obat kontrasepsi dari Gudang SKPD-KB Kabupaten/kota ke setiap tempat Fasilitas Pelayanan KB
Biaya distribusi alat dan obat kontrasepsi
1
2
KegiatanKegiatan
Cakupan
Cakupan
• Untuk mendukung operasional puskesmas,khususnya kegiatan promotif preventif
• Mendekatkan petugas kesehatan kepadamasyarakat dan memberdayakan masyarakatmelalui mobilisasi kader kesehatan.
9.767 Puskesmas
4.830 Balai Kesehatan19.727 Faskes
DAK FISIK DAK NON FISIK
KEMENTERIAN KEUANGAN 5
Pendanaan Infrastruktur Kesehatan melalui Alokasi DTU dan Target Output DAK Fisik 2017
BALI dan NUSA TENGGARA
DAU Rp29,03 T
DBH Rp2,28
Belanja Infra (25% DTU) Rp7,83 T
DAK Fisik Rp5,45 T
JAWA
DAU Rp126,43 T
DBH Rp33,59 T
Belanja Infra (25% DTU) Rp40,01 T
DAK Fisik Rp11,86 T
SUMATERA
DAU Rp108,58 T
DBH Rp22,51 T
Belanja Infra (25% DTU) Rp32,77 T
DAK Fisik Rp15,99 T
MALUKU DAN PAPUA
DAU Rp44,46 T
DBH Rp4,35 T
Belanja Infra (25% DTU) Rp12,20 T
DAK Fisik Rp8,21 T
SULAWESI
DAU Rp54,15 T
DBH Rp3,07 T
Belanja Infra (25% DTU) Rp14,30 T
DAK Fisik Rp 9,99 T
KALIMANTAN
DAU Rp38,48
DBH Rp16,14
Belanja Infra (25% DTU) Rp13,66 T
DAK Fisik Rp6,83 T
Irigasi dan Pertanian
Target Output DAK Fisik:1. Pembangunan Baru : 81 DI seluas
5.000 Ha2. Rehabilitasi Jaringan Irigasi : 5.394
DI seluas 755.200 Ha3. 10.000 unit embung/irigasi air
tanah/long storage
Jalan
Target Output DAK Fisik:Kemantapan Jalan:Provinsi sebesar 71,75%Kab/Kota sebesar 60,76%
Air MinumTarget Output DAK Fisik:
1. Pembangunan 448 SPAM untuk aksesair minum layak bagi 716.352 rumahtangga.
2. Akses air minum layak bagi 688.436 rumah tangga melalui peningkatanSPAM BJP dan pemanfataan idle capacity
Target Output:49.000 unit senilai 1,462 Trilliun
Perumahan
Target Output DAK Fisik:1. Terbangunnya 84.500 SR untuk SPAL
terpusat terpasang.2. Terbangunnya 85.000 SR melalui
pembangunan 1.700 unit SPALTerpusat Skala Komunal Domestik baru.
3. Terbangunnya 1.026 unit IPAL USKbaru.
4. Tersedianya 348.000 unit tangki septik individu di perkotaan.
5. Tersedianya 116 unit truk tinja untukmengangkut lumpur tinja dari rumahke IPLT.
6. Terbangunnya TPS 3R sebanyak 700 unit.
Sanitasi
Target Output:1. Rehab Ruang Belajar:
• SD : 15.420 unit• SMP : 8.720 unit• SMA : 3.000 unit
2. Ruang Kelas Baru:• SD : 170 unit • SMP : 1.890 unit• SMA : 1.530 unit
Pendidikan
Kesehatan
Target Output DAK Fisik:1. Rumah Sakit : 453 unit2. Puskesmas : 5.059 unit3. KB dengan sasaran : 2.318.880
orang
6
EVALUASI Alokasi dan Penyaluran DAK Fisik Kesehatan 2017
Kendala Pelaksanaan DAK Fisik Bidang Kesehatan:
Kegiatan DAK Fisik belum sepenuhnya sinkron dengan belanja pusat
Aplikasi e-planning dan sinkron DAK belum terintegrasi dengan
aplikasi perencanaan belanja Pemerintah Pusat (KRISNA)
Proses pengadaan barang dan Jasa terlambat dilakukan
Ketersediaan barang di e-catalogue terlambat
Kepatuhan dan komitmen penyedia barang dalam men-delivery
pesanan melalui e-catalogue masih rendah
Perubahan spesifikasi teknis pekerjaan dalam Jukop
Rendahnya kedisiplinan dan kelengkapan informasi dari pemda
dalam pemenuhan persyaratan penyaluran
Action Plan:
Pengintegrasian aplikasi e-DAK (pengganti aplikasi e-planning) dan aplikasi
sinkron DAK Fisik dengan aplikasi KRISNA untuk memastikan sinkronisasi
kegiatan antara DAK Fisik dengan Belanja Pemerintah Pusat
Revisi perpres 123/2016 untuk percepatan memulai proses pengadaan
barang dan jasa, petunjuk operasional telah tersedia T-1
Perbaikan proses bisnis dan aplikasi Om-SPAN untuk penyaluran DAK untuk
memastikan Pemda lebih disiplin dan memberikan informasi lengkap
Merekomendasikan agar K/L teknis dapat lebih berkoordinasi dengan LKPP
dan penyedia barang (e-catalaogue) untuk dapat menjamin penyediaan
barang melalui e-catalague
Prov. Kalimantan
Timur; 94,80
Prov. Jawa Tengah; 575,30
Pro
v. D
I Y
og
ya
ka
rta
Pro
v. B
ali
Pro
v. K
alim
an
tan
Uta
ra
Pro
v. K
ep
ula
ua
n R
iau
Pro
v. K
alim
an
tan
Tim
ur
Pro
v. G
oro
nta
lo
Pro
v. Su
law
esi
Ba
rat
Pro
v. R
iau
Pro
v. K
ep
ula
ua
n B
an
gka
Be
litu
ng
Pro
v. M
alu
ku
Uta
ra
Pro
v. K
alim
an
tan
Ba
rat
Pro
v. Ja
mb
i
Pro
v. B
an
ten
Pro
v. M
alu
ku
Pro
v. N
usa
Te
ng
ga
ra B
ara
t
Pro
v. K
alim
an
tan
Se
lata
n
Pro
v. P
ap
ua
Ba
rat
Pro
v. Su
law
esi
Uta
ra
Pro
v. K
alim
an
tan
Te
ng
ah
Pro
v. Su
ma
tera
Se
lata
n
Pro
v. B
en
gku
lu
Pro
v. Su
law
esi
Te
ng
ga
ra
Pro
v. Su
ma
tera
Ba
rat
Pro
v. La
mp
un
g
Pro
v. P
ap
ua
Pro
v. Su
law
esi
Te
ng
ah
Pro
v. N
usa
Te
ng
ga
ra T
imu
r
Pro
v. Su
ma
tera
Uta
ra
Pro
v. A
ce
h
Pro
v. Ja
wa
Ba
rat
Pro
v. Su
law
esi
Se
lata
n
Pro
v. Ja
wa
Te
ng
ah
Pro
v. Ja
wa
Tim
ur
Pagu Penyaluran
Prov.
Kalimantan
Utara; 13,50
Prov. Jawa
Timur; 347,39
Pro
v. N
usa
Te
ng
ga
ra B
ara
t
Pro
v. K
ep
ula
ua
n B
an
gka
Be
litu
ng
Pro
v. D
I Y
og
ya
ka
rta
Pro
v. K
alim
an
tan
Se
lata
n
Pro
v. Su
law
esi
Ba
rat
Pro
v. K
alim
an
tan
Uta
ra
Pro
v. Su
law
esi
Te
ng
ga
ra
Pro
v. P
ap
ua
Ba
rat
Pro
v. B
ali
Pro
v. La
mp
un
g
Pro
v. B
an
ten
Pro
v. M
alu
ku
Uta
ra
Pro
v. Ja
mb
i
Pro
v. G
oro
nta
lo
Pro
v. R
iau
Pro
v. B
en
gku
lu
Pro
v. Su
law
esi
Uta
ra
Pro
v. Su
ma
tera
Ba
rat
Pro
v. Su
ma
tera
Se
lata
n
Pro
v. K
alim
an
tan
Te
ng
ah
Pro
v. M
alu
ku
Pro
v. A
ce
h
Pro
v. Su
ma
tera
Uta
ra
Pro
v. Su
law
esi
Te
ng
ah
Pro
v. K
alim
an
tan
Tim
ur
Pro
v. N
usa
Te
ng
ga
ra T
imu
r
Pro
v. Su
law
esi
Se
lata
n
Pro
v. Ja
wa
Te
ng
ah
Pro
v. Ja
wa
Ba
rat
Pro
v. K
alim
an
tan
Ba
rat
Pro
v. Ja
wa
Tim
ur
Pro
v. P
ap
ua
Pagu Penyaluran
REGULE
R
PENUGASA
N
Prov. Kalimantan
Utara; 40,80
Prov. Nusa Tenggara
Timur; 371,89
Pro
v. S
um
ater
a B
arat
Pro
v. B
en
gku
lu
Pro
v. L
amp
un
g
Pro
v. A
ceh
Pro
v. P
apu
a B
arat
Pro
v. S
um
ater
a Se
lata
n
Pro
v. K
alim
anta
n T
imu
r
Pro
v. R
iau
Pro
v. S
ula
wes
i Ten
gah
Pro
v. K
epu
lau
an R
iau
Pro
v. N
usa
Ten
ggar
a B
arat
Pro
v. S
ula
wes
i Uta
ra
Pro
v. S
um
ater
a U
tara
Pro
v. M
alu
ku U
tara
Pro
v. K
alim
anta
n U
tara
Pro
v. K
alim
anta
n B
arat
Pro
v. M
alu
ku
Pro
v. N
usa
Ten
ggar
a Ti
mu
r
Pro
v. P
apu
a
Pagu Penyaluran
AFFIRMASI
7
7
DAK NONFISIK BIDANG KESEHATAN REALISASI 2016 - 2017
Tantangan
1.Pengembangan Alokasi berbasis
Kinerja
‒ penentuan indikator kinerja
‒ Penentuan metode pengukuran
‒ Penghitungan dampak terhadap
APBN
2.Peningkatan peran Daerah untuk
mendukung pelayanan kesehatan
‒ Reward and Punishment untuk
pemenuhan mandatory spending
kesehatan
‒ Peran Daerah untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan
3.Peningkatan Kualitas Fasilitas
Kesehatan melalui program akreditasi
4.Penguatan kegiatan Jampersal
terutama penyesuaian kegiatan
mengingat terdapat variasi
permasalahan pelaksanaan antar
wilayah
Mengembangkan strategi komunikasi kepada daerah;
Mendorong peningkatan peran Kemenkes sebagai pengampu BOK untuk melakukan
pembinaan, monitoring, pengawasan, dan dukungan pelaksanaan di daerah;
Perubahan mekanisme penyaluran yang semula secara triwulanan menjadi semesteran;
Penyempurnaan peraturan utamanya terkait perencanaan dan pengelolaan BOK dalam APBD
sehingga lebih memberikan kepastian pemanfaatan sisa dana.;
Mendorong peningkatan koordinasi antar OPD di daerah, daerah dengan Pusat dan antar KL di
Pusat
Perlu dilakukan evaluasi pelaksanaan BOK secara berkala dengan sinergi antar KL
Evaluasi 2017Realisasi 2017 s.d 8 Des 2017 = 74,9%
Diperkirakan dapat mencapai 80% pada akhir periode penyaluran
KEMENTERIAN KEUANGAN 8
Stunting adalahbentuk Kekurangan
Gizi Kronis.
Secara fisik balita
stunting memiliki tinggi
badan di bawah standar
pertumbuhan anak normal
seusianya pada populasirujukan WHO*
DUKUNGAN TKDD DALAM PENANGANAN STUNTING
TKDD UNTUK STUNTING
KEMENTERIAN KEUANGAN
Pemanfaatan DAK Untuk Penurunan Stunting
•Pembangunan MCK Komunal
•Pembangunan Pengelolaan Air Limbah Pemukiman
DAK Sanitasi
•Pembangunan Sistem PenyediaanAir Minum
• Terminal Air, Perpipaan
DAK Air Minum
•Alat Kesehatan
•Farmasi
•Pelayanan Dasar
•Keluarga Berencana
DAK Kesehatan
• DAK Air Bersih dan Sanitasi dibangun di daerahdengan tingkat prevalensi stunting yang tinggi
• DAK Kesehatan untuk pembelian alat pengukuranantropometrik
a. Penyuluhan keluarga berencanab. Distribusi alat kontrasepsic. Gerakan KB
Pertemuan dengan orang tua/wali murid, kunjungan ke rumah anak, pengadaan alat-alat Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK), pertemuan guru di kegiatan Gugus PAUD, kegiatan peningkatan kapasitas pendidik, dan kunjungan petugas kesehatan, serta penyediaan makanan sehat
a. BOK Puskesmas : BOK Puskesmas untuk pelayanan kesehatan: antenatal/ANC, ibu nifas, neonatus, bayi, anak balita dan pra-sekolah, usia reproduksi, dan dukungan pelayanan imunisasi serta pelayanan Kesehatan Lingkungan, Pelayanan promosi kesehatan
b. Jampersalc. Akreditasi Puskesmasd. Akreditasi Labkesda
BOK
BOKB
BOP PAUD
Dukungan pelayanan akte kelahiranPelayanan Adminduk
Penggunaan
alokasi DAK Fisik,
dan DAK
Nonfisik,
pada masing-
masing daerah
diintegrasikan
pada lokasi
desa/kelurahan
yang
terdapat/ditem
ukan adanya
stunting
KEMENTERIAN KEUANGAN
DID dialokasikan dalam APBN dengan tujuan untuk memberikan penghargaan (reward) kepada provinsi, kabupaten, dan kota yang mempunyai kinerja baik dalam kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan daerah, pelayanan dasar publik di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, pelayanan pemerintahan umum, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
DID bertujuan untuk mendorong daerah agar:
a. meningkatkan kualitas kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan daerah;
b. meningkatkan kualitas pelayanan dasar publik di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur;
c. meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan umum; dan
d. meningkatkan kesejahteraan masyarakat
KELOMPOK/KATEGORI VARIABEL DATA
KRITERIA UTAMA
Opini BPK atas LKPD Opini BPK atas LKPD Tahun 2016 WTP
Penetapan Perda APBD Perda APBD Tahun 2017
e-Government e-Procurement
KATEGORI KINERJA
Kategori I:
Kesehatan Fiskal dan Pengelolaan Keuangan Daerah
Realisasi PDRD/PDRB Non Migas
Realisasi Belanja Modal/Realisasi Belanja
Realisasi Belanja/Pagu Belanja
Realisasi Pendapatan Non Earmarked/Realisasi Pendapatan
Realisasi SILPA/Total Belanja
Kategori II: Pelayanan Dasar Publik Bidang Pendidikan Rata-Rata Lama Sekolah
APM SMP
Harapan Lama Sekolah
Kategori III: Pelayanan Dasar Publik Bidang Kesehatan Persentase Baduta Stunting
Persentase Balita sudah diimunisasi
Persentase Persalinan dengan Tenaga Kesehatan
Kategori IV: Pelayanan Dasar Publik Bidang Infrastruktur Persentase rumah tangga menurut sumber air minum layak
Persentase rumah tangga menurut akses terhadap sanitasi layak
Persentase jalan kondisi mantap
Penggunaan
alokasi DID
pada
masing-
masing
daerah
diintegrasi
kan pada
lokasi desa/
kelurahan
yang
terdapat/
ditemukan
adanya
stunting serta
alokasi DAK
Fisik, DAK
Nonfisik dan
Dana Desa
Indikator ygrelevan dg intervensi
KEMENTERIAN KEUANGAN
Dana Desa untuk Penurunan Stunting
• Kegiatan layanan/sosialisasi yang mendukung program penurunan stunting
Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
• Pembangunan Sarana dan Prasarana yang mendukung penurunan stunting (MCK Umum, Posyandu)
Bidang Pembangunan
Dana Desa Yang Mendukung Penurunan Stunting
} HarusMasukAPBDes
Penggunaan alokasi Dana Desa: Bidang Pemberdayaan
Masyarakat dan Bidang Pembangunan menjadi kegiatan utama
pada lokasi desa/ kelurahan yang terdapat/ ditemukan adanya
stunting
Kebijakan cash for work dapat juga diimplementasikan untukkegiatan non fisik, seperti upah/honor bagi pemeliharaan dan
penyelenggaraan PAUD, Posyandu, dll yang dilakukan oleh masydesa setempat
KEMENTERIAN KEUANGAN
Belanja wajib Pendidikan 20% Belanja wajib Kesehatan 10%
Alokasi Dana Desa 10%
400 Daerah
telah memenuhi
20% belanja
pendidikan.
142 Daerah
belum memenuhi
400 Daerah telah
memiliki proporsi
ADD sebesar 10%
34 Daerah
belum mencapai
proporsi ADD
sebesar 10%
362 Daerah
telah memenuhi
10% belanja
kesehatan
180 Daerah
belum memenuhi
10%
12
240 Daerah
telah memenuhi
belanja
infrastruktur
sebesar 25%
302 Daerah
belum mencapai
25%
Belanja Infrastruktur 25%
Berdasarkan data per 22 September sebanyak 539 Berdasarkan data per 22 September sebanyak 463
BELUM 10%
SUDAH 10%400 34
44%
56%
data per 1 Oktober 2017
Belum semua daerah memenuhi kewajiban penyediaan anggaran pendidikan, kesehatan dan infrastruktur sesuai amanat Undang-Undang
Dapat dilakukan penundaan dan/atau pemotongan dalam hal daerah
tidak memenuhi anggaran yang bersifat mandatori (diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Menteri Keuangan)
KEMENTERIAN KEUANGAN 13
POKOK-POKOK PENGATURAN PENGGUNAAN DBH CHT 2018(Melalui Revisi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 28/PMK.07/2016 tentang Penggunaan,
Pemantauan, dan Evaluasi DBH CHT) Target Des 2017 diundangkan
1. Kegiatan promotif/preventif maupun kuratif/rehabilitatif
2. Penyediaan/peningkatan/pemeliharaan sarpras fasilitas
pelayanan kesehatan (dengan prioritas pada faskes
tingkat pertama);
3. Pelatihan tenaga medis maupun non medis; dan
4. Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk
yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah dan/atau bagi
pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja
Kegiatan Bidang Kesehatan pd
Program Pembinaan Lingkungan Sosial
(Mendukung JKN via Supply Side)
1. Mendanai program yang diatur dalam UU
39/2007 tentang Cukai yaitu: peningkatan
kualitas bahan baku; pembinaan industri;
pembinaan lingkungan sosial; sosialisasi
ketentuan di bidang cukai; dan/atau
pemberantasan barang kena cukai illegal
2. Mendetailkan dan memperluas penggunaan
kegiatan pembinaan lingkungan social (untuk
meminimalkan SilPA DBH CHT) hingga termasuk
mencakup pembangunan infrastruktur jalan,
jembatan, irigasi, pasar, sanitasi, air bersih dll
memastikan kepatuhan penyampaian laporan;
memastikan kesesuaian penganggaran dengan pagu alokasi;
mengukur penyerapan; dan
mengukur pencapaian output
Monitoring
Menkeu dan Gubernur secara bersama-sama melakukan monitoring dan evaluasi
Penggunaan DBH CHT telah sesuai dengan program/kegiatan yg diatur dalam PMK;
Penggunaan DBH CHT telah sesuai porsi alokasi yg diatur dalam PMK;
Besaran nilai Sisa DBH CHT setiap daerah.
Subtansi
Tujuan
KEMENTERIAN KEUANGAN
Pengaturan atas Penggunaan DBH CHT
(Program Pembinaan Lingkungan Sosial)
14
2. Bidang Ketenagakerjaan1. pembinaan dan pelatihan keterampilan kerja bagi tenaga kerja dan masyarakat;2. Penyediaan/peningkatan/pemeliharaan sarana dan prasarana kelembagaan pelatihan;3. pelayanan penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja bagi pencari kerja;4. Pelatihan dan/atau fasilitasi sertifikasi bagi tenaga instruktur .
3. Bidang Ekonomi Masyarakat1. penguatan ekonomi masyarakat melalui kegiatan padat karya yang dapat mengentaskan
kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah;2. bantuan sarana produksi, bibit/benih perkebunan/ternak bagi masyarakat;3. fasilitasi promosi bagi usaha mandiri masyarakat;4. bantuan modal usaha bagi usaha mikro kecil dan menengah.
4. Bidang Infrastruktur1. pembangunan/rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan/atau jembatan, pasar
dan sarpras pendukung pariwisata;2. penyediaan/pemeliharaan saluran air limbah, sanitasi, dan air bersih;3. Penyediaan/pemeliharaan saluran irigasi4. Pembangunan embung dan sarana sumberdaya air
5. Bidang Lingkungan Hidup1. penyediaan sarana dan prasarana pengolahan limbah industri hasil tembakau di
lingkungan industri hasil tembakau;2. penerapan sistem manajemen lingkungan bagi masyarakat di lingkungan industri
hasil tembakau dan/atau penghasil bahan baku industri hasil tembakau;3. Pelatihan dan atau sertifikasi bagi tenaga teknis di bidang lingkungan hidup.
Sisa
Porsi
Catatan:
Detail/Rincian Kegiatan
masing-masing bidang
mempertimbangkan
masukan pemerintah
daerah
Infrastrukturpendukungkesehatan
KEMENTERIAN KEUANGAN
Komitmen dari Pemerintah Pusat (Kementerian Teknis) untuk menyusun petunjuk Teknis
ataupun petunjuk operasional yang terintegrasi untuk mendukung program prioritas di
bidang kesehatan (seperti penanganan stunting)
Komitmen Pemerintah Pusat untuk melakukan pembinaan dan bimbingan teknis secara
terkoordinasi, baik di tingkat pusat maupun di lapangan (koordinasi antara penyuluh,
bidan, tenaga pendamping desa, dll)
Desain mekanisme insentif yang langsung terkoneksi dengan system alokasi transfer (DAK Fisik dan Non Fisik) berbasis performance yang relevan dengan program prioritas
di bidang kesehatan (seperti penanganan stunting)
Pengukuran performance dilakukan dengan menggunakan indicator proses dan output
(agar langsung berada dalam control daerah/satker untuk pencapaiannya) yang
mudah diukur namun reliable
Mempertahankan DID untuk alat pemberian insentif atas capaian akhir (outcome)
Jangka pendek melakukan piloting (sebagian dari 100 daerah yang sudah terpilih)
untuk dijadikan sebagai model penerapan integrasi program
The Way Forward
KEMENTERIAN KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
TERIMA KASIH
DIREKTORAT DANA PERIMBANGAN
DITJEN PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENKEU RI
GD. RADIUS PRAWIRO JL. DR. WAHIDIN RAYA NO. 1
JAKARTA PUSAT 10710
top related