peningkatan hasil belajar materi keberagaman suku...
Post on 19-Oct-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI KEBERAGAMAN SUKU BANGSA AGAMA DAN
BUDAYA DI NEGERIKU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING
DENGAN MEDIA WAYANG PADA SISWA KELAS IV MI MA’ARIF GEDANGAN
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh:
MUBTADIUL ALVIANI
23040160122
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA 2020
ii
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI KEBERAGAMAN SUKU BANGSA AGAMA DAN
BUDAYA DI NEGERIKU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING
DENGAN MEDIA WAYANG PADA SISWA KELAS IV MI MA’ARIF GEDANGAN
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh:
MUBTADIUL ALVIANI
23040160122
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA 2020
iv
v
vi
vii
MOTTO
ه س ف نـ د ل ا جياه من إ د ف اه ن ج وم
Artinya: “Barang siapa yang bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhan tersebut untuk kebaikan dirinya sendiri.” (Qs. Al-Ankabut: 6)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat
serta karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta, bapak M Faizin dan ibu Suminem sebagai
wujud bakti saya kepadanya, yang selalu membimbing, memberikan
doa, kasih sayang dan motivasi dalam kehidupan saya semoga
senantiasa diberikan kesehatan dan umur yang panjang serta
dilancarkan rejekinya;
2. Adik tersayang, Maulina Isnaini yang selalu mendukung dan
mendoakanku semoga selalu semangat dalam menuntut ilmu dan
menggapai cita-cita.
3. Calon suami (Muahammad Adi Maulana) yang telah sabar menunggu
kelulusanku yang telah memberikan semangat, motivasi, mendoakanku
dan membantu menyelesaikan skripsi ini;
4. Sahabat-sahabat “Old Squad” (Apriliya Wahyu, Linda Eka Yanti, Putri
wahyu Utami), “LDR Squad” (Nita Sofiani, Hani Rosdariyah),
viii
“Sahabat Now” (Risa Widayanti) yang telah memberikan motivasi,
mendoakanku dan membantu menyelesaikan skripsi ini; dan
5. Sahabat seperjuanganku “Wisuda Heboh” (Azizah Khomsatun) yang
selalu memotivasi, bertukar pikiran dan membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini;
6. Sahabat seperjuanganku PGMI 2016 yang telah mendukung dan
mendoakanku.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini,
semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari
Allah Swt serta tercatat sebagai amal baik.
ix
KATA PENGANTAR
الرحيمبسم اهلل الرمحن Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, senantiasa penulis panjatkan
kepada Allah Swt yang selalu melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Peningkatan
Hasil Belajar Materi Keberagaman Suku Bangsa Agama Dan Budaya Di
Negeriku Melalui Model Pembelajaran Quantum Learning Dengan Media
Wayang Pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Gedangan Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Saw, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat
kelak.
Penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan
motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag;
2. Dekan FTIK IAIN Salatiga, Prof. Dr. Mansur. M.Ag;
3. Ketua Program Studi PGMI IAIN Salatiga, Dr. Peni Susapti, S.Si, M.Si;
4. Dra.Hj. Nur Hasanah, M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah
membimbing, mengarahkan, memotivasi, dan meluangkan waktunya
untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini;
5. Jaka Siswanta, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingannya;
6. Bapak dan ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah
x
memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis;
7. Bapak Ridha Rahman, S.Pd.I selaku kepala MI Ma’arif Gedangan
Kecamatan Tuntang yang telah memberikan izin melakukan penelitian di
MI Ma’arif Gedangan Kecamatan Tuntang;
8. Ibu Siti Nur Fatimah, S.Pd.I selaku guru kelas IV MI Ma’arif Gedangan
Kecamatan Tuntang yang telah berkenan bekerjasama dengan penulis
sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar;
9. Siswa kelas IV MI Ma’arif Gedangan Kecamatan Tuntang yang telah
mendukung dan membantu penulis dalam melakukan penelitian. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta
pembaca pada umumnya. Aamiin.
Salatiga, 13 April 2020
Penulis
Mubtadiul Alviani NIM: 23040160122
xi
ABSTRAK
Alviani, Mubtadiul. 2020. Peningkatan Hasil Belajar Materi Keberagaman Suku Bangsa Agama Dan Budaya Di Negeriku Melalui Model Pembelajaran Quantum Learning Dengan Media Wayang Pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Dra.Hj. Nur Hasanah, M.Pd.
Kata Kunci: Hasil Belajar IPS, Model Pembelajaran Quantum Learning dan
Media Wayang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan Hasil Belajar materi Keberagaman suku bangsa agama dan budaya Di Negeriku Melalui Model Quantum Learning Dengan Media Wayang Pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020 yang terdiri dari 33 siswa yaitu 19 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini
terdiri dari dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Adapun Analisis data yang dilakukan adalah mengumpulkan semua data kemudian dianalisis dengan membuat tabulasi persentase yang disajikan dalam bentuk tabel selanjutnya menguji keberhasilan penelitian dengan cara membandingkan hasil pengolahan data dengan indikator keberhasilan setiap siklusnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Quantum
Learning dengan media wayang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Ma’arif Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020. Peningkatan siswa yang tuntas belajar dari Siklus I ke Siklus II 21%. Hal ini dapat dilihat dari perolehan ketuntasan siswa pada Siklus I 67% siswa tuntas belajar, Siklus II 88% siswa tuntas belajar. Guru memberikan remidiasi kepada 12% (4 siswa) yang belum tuntas belajar.
xii
DAFTAR ISI
Sampul ................................................................................................................ i Lembar Berlogo ................................................................................................ ii Halaman Judul .................................................................................................. iii Persetujuan Pembimbing .................................................................................. iv Pernyataan Keaslian Tulisan Dan Kesediaan Dipublikasikan .......................... v Pengesahan Kelulusan ...................................................................................... vi Motto dan Persembahan .................................................................................. vii Kata Pengantar ................................................................................................. ix Abstrak ............................................................................................................. xi Daftar Isi .......................................................................................................... xii Daftar Tabel ................................................................................................... xiv Daftar Gambar ................................................................................................. xv Daftar Lampiran ............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
E. Hipotisis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ............................... 8
F. Definisi Operasional ......................................................................... 9
G. Metode Penelitian ........................................................................... 13
1. Rancangan Penelitian ............................................................... 13
2. Subjek Penelitian ...................................................................... 15
3. Langkah-langkah Penelitian ..................................................... 15
4. Instrumen Penelitian ................................................................. 17
5. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 17
6. Analisis Data ............................................................................. 18
H. Sistematika Penulisan ..................................................................... 19
xiii
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 22
A. Kajian Teori .................................................................................... 22
1. Hakikat Hasil Belajar............................................................... 22
2. Hakikat IPS .............................................................................. 33
3. Model Pembelajaran Quantum Learning ................................ 35
4. Media Wayang ......................................................................... 45
5. Materi Suku Bangsa Agama dan Budaya ................................ 53
B. Kajian Pustaka ................................................................................ 53
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ..................................................... 58
A. Gambaran Umum Sekolah .............................................................. 58
B. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 61
1. Deskripsi Siklus I .................................................................... 61
2. Deskripsi Siklus II ................................................................... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 77
A. Deskripsi Paparan Siklus ................................................................ 77
1. Deskripsi Data Siklus I ............................................................ 77
2. Deskripsi Data Siklus II ........................................................... 79
B. Pembahasan .................................................................................... 82
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 86
A. Kesimpulan ................................................................................... 86
B. Saran .............................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 88
xiv
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Silabus IPS Kelas IV tema 7 Semester 2…………………………...45 Table 2.2 Materi Suku Bangsa di Indonesia………………………………......47 Table 2.3 Materi Rumah Adat………………………………………………...51 Table 3.1 Data Guru MI Ma’arif Gedangan ……………………………….....59 Table 3.2 Data Guru MI Ma’arif Gedangan ……………………………….....59 Table 3.3 Daftar Siswa Kelas IV MI Ma’arif Gedangan……………………...60 Table 3.4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas…………………....61 Table 4.1 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I………………………………......77 Table 4.2 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II.………………………………...80 Table 4.3 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I s.d Siklus II………….....82
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian Tindakan Kelas……………………......14 Gambar 2.1 Skema Desain Model Pembelajaran Quantum Learning………...41 Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Siswa Siklus I……………………………...83 Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Siswa Siklus II…………………………….84 Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Siswa Siklus I s.d Siklus II………………..84 Gambar 4.4 Diagram Ketuntasan Siswa Siklus I s.d Siklus II ……………….85
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup…………………………………………...90 Lampiran 2. Lembar Konsultasi Skripsi……………………………………....91 Lampiran 3. Lembar Satuan Kredit Kegiatan…………………………………93 Lampiran 4. Surat Tugas Pembimbing Skripsi………………………………..95 Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Penelitian……………………………….96 Lampiran 6. Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus)………………………………97 Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I……………………99 Lampiran 8. Lembar Kerja Kelompok Siklus I……………………………...115 Lampiran 9. Soal Evaluasi Siklus I………………………………………….116 Lampiran 10. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus I……………………...120 Lampiran 11. Penilaian Sikap Siklus I………………………………………124 Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II………………...125 Lampiran 13. Lembar Kerja Kelompok Siklus II …………………………...140 Lampiran 14. Soal Evaluasi Siklus II………………………………………..141 Lampiran 15. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus II……………………..145 Lampiran 16. Penilaian Sikap Siklus II ……………………………………..149 Lampiran 17. Dokumentasi Penelitian……………………………………....150 Lampiran 18. Surat Keterangan Sekolah…………………………………….154
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu komponen dalam sebuah kehidupan
yang sangat penting. Suatu Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber
daya manusia untuk dapat membangun dimasa yang akan datang. Pendidikan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses mengubah
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses,
perbuatan dan cara mendidik. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia Hal tersebut juga telah dicantumkan dalam
Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada pasal 1 disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual, keagamaan pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Proses pembelajaran suatu mata pelajaran akan efektif bagi siswa jika
guru memiliki pengetahuan tentang objek yang akan diajarakan supaya dalam
menyampaikan materi tersebut tersampaikan dengan maksimal.
Sebagaimana pada bunyi surah Thoha ayat 114
ا م ل ني ع د ز ب ل ر ق و
2
Artinya:
“Dan katakanlah (olehmu Muhammad),”Ya Tuhanku, tambahkanlah
kepadaku ilmu pengetahuan”.
Pembelajaran di sekolah dasar meliputi beberapa mata pelajaran yang
diajarkan. Setelah diberlakukannya kurikulum 2013 mata pelajaran pada
jenjang sekolah dasar bermuatan tematik, yaitu pada tema indahnya negeriku.
Pada tema tersebut terdapat beberapa muatan, salah satunya adalah IPS.
Subtema tersebut membahas IPS tentang keberagaman suku bangsa agama
dan budaya. Keberagaman suku bangsa agama dan budaya sangat penting
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Karena manusia
merupakan makhluk sosial yang hidup berdampingan yang memiliki budaya,
agama, dan etnis yang berbeda-beda terutama warga negara Indonesia.
Keberagaman atau keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat
dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku
bangsa dan ras, agama dan keyakinan, idiologi, adat kesopanan, serta situasi
ekonomi Max Weber (dalam Suratman dkk, 2010: 165). Selain keberagaman
tersebut ada juga keberagaman budaya, budaya (cultuur) adalah bentuk jamak
dari kata budi dan daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa Elly M Setiadi
(dalam Suratman dkk, 2010:31). Menurut E. B. Tylor, budaya adalah suatu
keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta
kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat Murdowo
(dalam Suratman dkk, 2010:32). Keberagaman agama, Agama merupakan
aspek penting dalam kehidupan manusia. Agama merupakan fenomena
universal karena ditemukan disetiap masyarakat. Ekstensinya telah ada pada
3
zaman prasejarah (Haryanto, 2016:21), semua keberagaman di atas teringkas
pada mata pelajaran IPS.
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang berperan penting pada
Pendidikan dasar. Pembelajaran IPS juga membahas hubungan antara
manusia dengan lingkungannya. Hubungan antara peserta didik dengan
tempat tinggalnya, lingkungan sekolah serta lingkungan bermainnya. Pada
lingkungan masyarakat peserta didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian
dari masyarakat dan berbagai permasalahan juga perbedaan dilingkungan
sekitarnya. Adanya pelajaran IPS di sekolah dasar diharapkan para siswa
dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu
sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah
sosial di lingkungannya, serta memiliki ketrampilan mengkaji dan
memecahkan masalah-masalah sosial tersebut.
Ilmu Pengetahuan Sosial selain mempunyai tujuan membentuk warga
negara yang baik, dengan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan kehidupan di masyarakat, juga memiliki fungsi aplikatif.
Fungsi yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan sosial sebagai Pendidikan,
selain memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan sosial, yaitu
ketrampilan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan hidup
masyarakat, seperti bekerjasama, gotong royong, tolong menolong sesama
umat manusia, dan melakukan tindakan dalam memecahkan persoalan sosial
di masyarakat (Rasimin, 2012:40).
Hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IV MI Ma’arif
Gedangan Kecamatan Tuntang yaitu Ibu Siti Nur Fatimah, S.Pd.I diketahui
bahwa muatan IPS dalam pelajaran tematik pada kelas IV masih dianggap
4
sulit oleh para siswa. Siswa masih banyak yang mengalami kesulitan dalam
materi suku bangsa agama dan budaya yang terdapat pada tema indahnya
negeriku. Kesulitan tersebut dapat dibuktikan dengan banyaknya hasil belajar
siswa yang masih di bawah KKM. Nilai KKM yang diterapkan di kelas IV
adalah 70. Siswa kelas IV berjumlah 33 siswa yang tuntas terdiri dari 12 siswa
dengan rata-rata nilai 70 s.d. 80 dan yang dibawah KKM terdapat 21 siswa
yang rata-rata nilai 30 s.d. 60. Siswa kelas IV berjumlah 33 siswa yang terdiri
dari 19 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan sehingga mempunyai karakter
yang berbeda-beda. Ketika proses pembelajaran masih banyak siswa yang
tidak tertarik terhadap muatan IPS dikarenakan mereka mengganggapnya
sulit dan banyak hafalan serta model pembelajaran yang digunakan masih
terbilang monoton. Masalah tersebut membuat siswa tidak memperhatikan
materi, sehingga materi tidak dapat diterima oleh siswa, masih banyak siswa
yang malu bertanya mengenai hal yang belum dipahami dalam materi
tersebut, pada saat evaluasi masih banyak siswa yang nilainya rendah.
Diskusi yang dilakukan dengan guru kelas MI Ma’arif Gedangan
kelas IV, diduga faktor yang mempengaruhi siswa mendapatkan nilai
dibawah standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), atara lain : siswa
kurang memperhatikan saat pelajaran berlangsung, sibuk bermain sendiri,
mengobrol dengan teman yang menyebabkan siswa kurang memahami materi
yang diajarkan, atau terjadi kesalahan kalkulasi dalam jawaban siswa
sehingga mempengaruhi hasil akhir jawaban. Selain faktor tersebut, faktor
lain yang mempengaruhi siswa mendapat nilai dibawah KKM, yakni
kurangnya kreatifitas guru dalam mengajar menyebabkan proses
pembelajaran kurang menarik minat siswa sehingga siswa cenderung pasif
5
dan kurang tertarik dengan materi yang diajarkan. Dalam hal ini guru dituntut
untuk memiliki kreatifitas dalam mengajar agar mampu menciptakan proses
pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kurang
bagus dan banyak nilai yang masih dibawah KKM. Untuk memperbaiki hasil
belajar siswa tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan membuat
pembelajaran yang melibatkan semua siswa, dengan menggunakan model
Quantum Learning yang dapat mempertajam ingatan siswa, ditambah dengan
media wayang yang diciptakan peneliti untuk menarik perhatian siswa
sehingga dapat meningkatkan keinginan siswa untuk berpartisipasi dan
memahami pembelajaran, pembelajaran menjadi menyenangkan dan
berkesan untuk siswa serta dapat diingat isi dari materi tersebut.
Quantum Learning mencangkup aspek-aspek dalam program
neurolinguistic (NPL), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak
mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan Bahasa dan perilaku dan
dapat untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Quantum
learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik
berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya
sebagai “suggestology” atau “suggestopedia”. Istilah lain yang hampir dapat
dipertukarkan dengan suggestology adalah “percepatan belajar” (accelerated
learning). Pemercepat belajar didefinisikan sebagai “memungkinkan siswa
untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang
normal, dibarengi kegembiraan”. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang
secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan: hiburan, permainan,
warna, cara berpikir posistif, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional.
6
Namun semua unsur ini bekerjasama untuk menghasikan pengalaman belajar
yang efektif (DePoter, 2004:14).
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang
cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang
disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara
(Djamarah, 2010:120). Wayang dalam arti denotatif adalah hasil kreasi seni
berwujud boneka yang menggambarkan berbagai tokoh dalam kisah tertentu.
Bahan membuat wayang pun bermacam-macam, tergantung perkembangan
zaman serta visi kreatornya. Seperti dari kulit kayu, batang kayu, kulit lembu,
perak, karton, tembaga, fiber, dan lain-lain (Santosa, 2011 :11).
Media wayang yang peneliti buat bertujuan untuk memperjelas proses
pembelajaran IPS dengan materi keberagaman suku bangsa agama dan
budaya dengan tujuan menarik perhatian siswa dari bentuknya yang unik dan
penuh warna-warni, digunakan dengan cara permainan, agar membuat siswa
terkesan dan mempertajam ingatan siswa melalui media tersebut. Media
wayang dibuat yang mana tujuan tersebut sesuai dengan konsep pembelajaran
Quantum Learning yaitu belajar nyaman dan menyenangkan untuk
mempertajam daya ingat siswa. Media wayang sangat dapat membantu guru
untuk meminimalisir metode ceramah yang membuat siswa bosan.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti menyarankan model
pembelajaran yang cocok yaitu Quantum Learning untuk meningkatkan hasil
belajar IPS materi suku bangsa agama dan budaya kelas IV tema indahnya
negeriku yang nantinya bertujuan untuk mempertajam daya ingat siswa dan
membuat siswa tidak hanya menerima informasi dari guru saja, karena dalam
hal ini guru sebagai motivator dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk
7
memberikan solusi yang tepat dalam keberagaman sosial budaya agama dan
atnis di masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini penulis tertarik
memberikan alternatif pemecahan masalah dengan mengadakan penelitian
dengan judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI
KEBERAGAMAN SUKU BANGSA AGAMA DAN BUDAYA DI
NEGERIKU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM
LEARNING DENGAN MEDIA WAYANG PADA SISWA KELAS IV MI
MA’ARIF GEDANGAN KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2019/2020”.
B. Rumusan Masalah
Apakah model pembelajaran Quantum Learning dengan media
wayang dapat meningkatkan hasil pembelajaran materi suku bangsa agama
dan budaya Di Negeriku Pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Gedangan
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui peningkatan Hasil Belajar materi Keberagaman
suku bangsa agama dan budaya Di Negeriku Melalui Model Quantum
Learning Dengan Media Wayang Pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Gedangan
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020.
D. Manfaat penelitian
Manfaat baik secara teoretis dan secara praktis bagi siswa, guru, dan
bagi sekolah adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Memberikan masukan berupa model pembelajaran Quantum
8
Learning sebagai salah satu bentuk inovasi pembelajaran di sekolah.
b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi rujukan atau
referensi untuk penelitian selanjutnya yang ingin melakukan
penelitian lebih lanjut berkaitan dengan model Quantum Learning.
2. Manfaat Praksis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis bagi siswa, guru
dan bagi sekolah sebagai berikut:
a. Memberikan kemudahan bagi siswa dalam menguasai materi
keberagaman suku bangsa agama dan budaya di negeriku sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPS melalui
model quantum learning dengan media wayang.
b. Meningkatkan kreativitas dan inovasi guru dalam menyusun model
dan membuat media pembelajaran yang menarik serta menyenangkan
khususnya pada mata pelajaran IPS yaitu dengan model quantum
learning dengan media wayang.
c. Memberikan sumbangan pemikiran positif dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah, karena hasil peneliatian ini dapat menjadi
pertimbanganbagi sekolah untuk meningkatkan hasil belajar IPS
dengan menggunakan model quantum learning dengan media
wayang.
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap
masalah yang dihadapi sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling
tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui
9
PTK (Mulyasa, 2011:105). Hipotisis tindakan umumnya dirumuskan
dalam bentuk keyakinan tindakan yang diambil akan dapat memperbaiki
sistem, proses, atau hasil (Warso, 2017: 23). Hipotesis ini adalah jika
model Quantum Learning dengan media wayang diterapkan dengan baik
dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi keberagaman suku bangsa
agama dan budaya pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Gedangan
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020.
2. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan merupakan tolak ukur tingkat ketercapaian
dari tindakan yang diberikan. Proses belajar mengajar dikatakan berhasil
karena adanya daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan
mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok
(Djamarah, 2010: 106). Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah
upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi keberagaman suku
bangsa agama dan budaya yaitu sebagai berikut :
a. Secara Individual
Siswa mendapatkan nilai tepat atau melebihi Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥ 70 pada
mata pelajaran IPS meteri suku bangsa agama dan budaya.
b. Secara Klasikal
Siswa mencapai nilai tepat atau melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yaitu mendapat nilai ≥70 pada mata pelajaran IPS materi
keberagaman sosial budaya agama dan atnis dengan presentase ≥ 85%
dari jumlah seluruh siswa dalam satu kelas (Trianto, 2009: 241).
F. Definisi Oprasional
10
a. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah
melalui kegiatan belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu
perubahan pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Perwujudan hasil
belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi. Hasil belajar
sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti
proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diterapkan.
Proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar.
Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil)
belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan
proses mengajar dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan
keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Istimewa/maksimal : Apabila seluruh bahan pelajran yang
diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
2. Baik sekali/optimal : Apabila sebagian besar (76% s.d. 99%)
bahan pelajaran yang diajarkan dapat
dikuasai oleh siswa.
3. Baik/minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan
hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh
siswa.
4. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan
kurang dari 60% dikuasai oleh siswa
(Djamarah, 2010:107).
b. IPS
11
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pengalaman hidup
manusia yang dialami sejak lahir. Hubungan manusia sejak lahir yang
merupakan hubungan sosial itu telah terjadi sejak dalam keluarga,
walaupun hubungan tersebut terjadi secara sepihak. Tanpa adanya
hubungan sosial seorang bayi sulit mengalami perkembangan menjadi
manusia dewasa yang sempurna (Rasimin, 2012: 35).
c. Model Pembelajaran Quantum Learning
Model pembelajaran Quantum Learning adalah seperangkat
model dan falsafah belajar yang efektif di sekolah untuk semua tipe orang
dan semua jenis usia. Daya dukung antara lain : Lingkungan (positif,
aman, mendukung, santai, penjelajah menggembirakan); Suasana
(Nyaman, cukup penerangan, enak dipandang, ada musiknya), fisik
(gerakan, terobosan, perubahan keadaan, permainan-permainan, fisiologi,
estafet, partisipasi), yang terkandung dalam nilai-nilai dan keyakinan
dengan sumber-sumber sebagai berikut : intraksi (pengetahuan,
pengalaman, hubungan, inspirasi); metode (mencontoh, permainan,
simulasi, symbol); dalam Quantum Learning belajar bertujuan untuk
mempelajari ketrampilan (menghafal, membaca, menulis, mencatat,
kreativitas, cara belajar, komunikasi hubungan), (DePoter, 2004:15).
Prinsip utama pembelajaran Quantum Learning berbunyi:
“bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke Dunia Kita (Pengajar), dan
Antarakan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar)”.
Setiap bentuk interaksi dengan pembelajar, setiap rancangan kurikulum,
dan setiap metode pembelajaran harus dibangun diatas prinsip utama
tersebut. Prinsip tersebut menuntut pengajar untuk memasukki dunia
12
pembelajar sebagai langkah pertama pembelajaran selain juga
mengharuskan pengajar untuk membangun jembatan otentik memasuki
kehidupan pembelajar. Untuk itu, pengajar dapat memanfaatkan
pengalaman-pengalaman yang dimiliki pembelajar sebagai titik tolaknya.
Dengan jalan ini pengajar akan mudah membelajarkan pembelajar baik
dalam bentuk memimpin, mendampingi, dan memudahkan pembelajar
menuju kesadaran dan ilmu yang lebih luas (Sugiyanto, 2009:79).
d. Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari Bahasa Latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau
pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur
informasi belajar atau penyalur pesan. Bila media adalah sumber belajar,
maka secara luas media dapat diartikan sebagai manusia, benda, ataupun
pristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan.
Dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat di
jadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Media
sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan
yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang
menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan
pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak
didik (Djamarah, 2010: 120-130).
e. Wayang Kertas
Wayang dalam arti denotatif adalah hasil kreasi seni berwujud
boneka yang menggambarkan berbagai tokoh dalam kisah tertentu. Bahan
13
membuat wayang pun bermacam-macam, tergantung perkembangan
zaman serta visi kreatornya. Seperti dari kulit kayu, batang kayu, kulit
lembu, perak, karton, tembaga, fiber, dan lain-lain (Santosa, 2011 :11).
Wayang Kertas adalah suatu media yang terbuat dari kertas
berbentuk tokoh-tokoh atau bentuk tiruan dari suatu benda yang di
demonstrasikan oleh seorang guru sebagai alat pembelajaran untuk
meningkatkan ketrampilan menyimak dan berbicara siswa. Dengan
menggunakan berbagai variasi media pembelajaran seperti wayang
kertas, maka di harapkan meningkatkan hasil belajar siswa.
Jadi yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar materi keberagaman suku bangsa agama dan
budaya di negeriku melalui model quantum learning yang mana model
tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Konsep
yang ada dalam quantum learning sesuai dengan materi yang di teliti.
Dengan menggunakan media wayang yang mana sebagai alat bantu untuk
menyampaikan informasi kepada siswa. Media wayang ini bertujuan
untuk menjadikan siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dapat diartikan sebagai penelitian
tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk
memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik.
Suharsimi dkk (dalam Mulyasa, 2011: 10) menjelaskan PTK dengan
memisahkan kata-kata yang tergabung di dalamnya yaitu penelitian
menunjuk pada kegiatan mencermati suatu objek, dengan menggunakan
14
cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi. Tindakan menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada
ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang
dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas
karena untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Learning. Hasil
belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Quantum
Learning diharapkan dapat meningkat terutama pada materi keberagaman
suku bangsa agama dan budaya. PTK yang digunakan adalah kolaboratif
yaitu guru kelas melaksanakan proses belajar mengajar dan peneliti
bertindak sebagai pengamat.
Arikunto, dkk (2014: 16) mengemukakan adanya empat tahap
dalam Penelitian Tindakan Kelas, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Tahapan tersebut dapat ditampilkan pada
gambar berikut:
Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Pelaksanaan SIKLUS II Refleksi
Perencanaan
Pengamatan
Perencanan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
? Pengamatan
15
Sumber (Arikunto, dkk, 2014:16)
2. Lokasi, Subjek dan Waktu Penelitian
a. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian di MI Ma’arif Gedangan Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang.
b. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Ma’arif
Gedangan Kecamatan Tuntang, yang berjumlah 33 siswa yang terdiri
dari 19 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan, dan guru yang
mengampu kelas IV yaitu Ibu Siti Nur Fatimah, S.Pd.I. Peneliti di sini
berlaku sebagai pengamat.
c. Waktu penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada Tahun Ajaran
2019/2020 yaitu pada tanggal 20 februari - 29 Februari 2020.
3. Langkah-langkah penelitian
Prosedur PTK biasanya meliputi beberapa siklus yang sesuai
dengan tingkat permasalahan yang akan dipecahkan dan juga kondisi
yang akan ditingkatkan. Siklus tersebut melalui beberapa tahapan penting
yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut ini adalah
penjelasan masing-masing tahapan:
a. Rencana
Rencana dalam pelaksanaan PTK antara lain
mencakup beberapa kegiatan seperti:
1) Peneliti melakukan analisis standar isi untuk mengetahui
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) yang akan
16
diajarkan kepada peserta didik;
2) Peneliti mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dengan memperhatikan indikator-indikator hasil
belajar;
3) Menganalisis berbagai alternatif pemecahan masalah yang
sesuai dengan kondisi pembelajaran menggunakan model
Quantum Learning;
4) Mengembangkan pedoman atau instrumen yang digunakan
dalam siklus PTK; dan
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran sesuai dengan indikator
hasil belajar.
b. Tindakan
Tindakan yang dilakukan dalam PTK mencakup prosedur
dan tindakan yang akan dilakukan, serat proses perbaikan yang
akan dilkukan.
c. Observasi
Observasi yang dilakukan dalam PTK mencakup prosedur
rekaman data tentang proses dan hasil implementasi tindakan yang
dilakukan.
d. Refleksi
Refleksi yang dilakukan dalam PTK yaitu menguraikan
tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi
tentang proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilakukan,
serta kriteria dan rencana tindakan yang akan dilakukan pada
siklus berikutnya (Mulyasa, 2011: 70-71).
17
4. Instrument Penelitian
Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk memudahkan
pelaksanaan sesuatu, yang mana dijelaskan bahwa instrument
pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data
untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data Arikunto
1998:51(dalam Warso, 2017:41).
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh guru atau
observer untuk mengambil data yang akan digunakan sebagai bahan
untuk menentukan keberhasilan dari rencana tindakan yang telah
dilakukan. Instrument yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
yaitu lembar observasi dan soal evaluasi.
a. Lembar observasi
Lembar observasi dalam penelitian ini berupa lembar
pengamatan yang digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan
keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran
Quantum Learning. Lembar observasi yang digunakan adalah
lembar observasi guru dan lembar observasi pelaksanaan model
pembelajaran Quantum Learning.
b. Soal Evaluasi
Soal evaluasi digunakan untuk mengukur kemampuan
siswa sehingga dapat diketahui data kuantitatif berupa nilai
sebagai pencapaian kompetensi pada pembelajaran IPS materi
keberagaman suku bangsa agama dan budaya di negeriku.
5. Teknik pengumpulan data
a. Tes
18
Tes merupakan instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data hasil belajar peserta didik, baik melalui tes
lisan, tertulis, maupun perbuatan.
b. Observasi
Observasi merupakan instrumen yang digunakan untuk
mengadakan pengamatan terhadap aktivitas dan kreativitas
peserta didik dalam pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di
luar kelas.
c. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data tentang peristiwa atau kejadian-
kejadian masa lalu yang telah didokumentasikan. Dokumentasi
juga mencakup fotografi. Fotografi dapat membantu untuk
menangkap momen-momen penting yang akan dijadikan bukti,
seperti gambaran umum sekolah, keadaan guru, maupun keadaan
siswa (Mulyasa, 2011: 69).
6. Analisis Data
Data yang telah terkumpul kemudia perlu dianalisis sesuai dengan
tujuan penelitian. Analisis dilakukan sejak awal dan mencakup setiap
aspek kegiatan penelitian. Melalui observasi atau pengamatan tentang
kegiatan pembelajaran di kelas, peneliti dapat langsung menganalisis apa
yang diamatinya, suasana pembelajaran, cara guru mengajar, dan
interaksi pembelajaran. Peneliti perlu memahami teknik analisis data
yang tepat supaya hasil penelitiannya dapat memberikan manfaat dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai kondisi yang terjadi di dalam
19
kelas (Mulyasa, 2009: 70).
Dalam membuktikan hipotesis maka hasil penelitian akan
dilakukan dengan analisis, sebagai berikut.
a. Mencari nilai rata-rata untuk mengetahui tingkat keberhasian guru
yang diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑀𝑀 =∑xN
Keterangan:
M : Rata-rata nilai kelas
∑x : Jumlah keseluruhan nilai kelas
N : Jumlah siswa (Djamarah, 2000: 264).
b. Mencari persentase dari tiap-tiap kegiatan yang menggunakan rumus
sebagai berikut:
𝑃𝑃 = 𝐹𝐹N
Keterangan:
P : Persentase
F : Frekuensi
N : Jumlah siswa (Djamarah, 2000:226).
H. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:
1. Bagian awal
Bagian awal skripsi memuat tentang sampul, lembar berlogo,
halaman judul, persetujuan pembimbing, halaman pengesahan,
pernyataan keaslian tulisan dan kesediaan publikasi, motto dan
20
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar, dan daftar lampiran.
2. Bagian Inti
BAB I Pendahuluan meliputi: Latar belakang masalah, Rumusan
masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Hipotesisi
Tindakan dan Indikator keberhasilan, Definisi operasional,
Metode penelitian dan Sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka meliputi: Kajian teori meliputi kajian hakikat
hasil belajar, Pengertian Hasil belajar, dan faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, hakikat IPS, model
pembelajaran Quantum Learning, materi penelitian, dan
kajian pustaka berupa hasil penelitian yang relevan.
BAB III Pelaksanaan Penelitian meliputi: Pertama, Subyek
Penelitian berisi tentang: Gambaran umum MI Ma’arif
Gedangan, Identitas sekolah Visi dan Misi Sekolah, Data
guru, Data Siswa, Karakteristik siswa kelas IV, Kolabolator
Penelitian, dan Pelaksanaan penelitian. Kedua, Deskripsi
pelaksanaan siklus berisi tentang; Siklus I, dan Siklus II.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan meliputi: Deskripsi Hasil
Penilaian Per Siklus, meliputi: Siklus I, dan Siklus II. Kedua,
Pembahasan Hasil Penelitian berisi tentang: Data
peningkatan hasil belajar per siklus.
BAB V Penutup meliputi: kesimpulan dan saran-saran.
3. Bagian Akhir
21
Bagian akhir mencakup daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar
riwayat hidup penulis.
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Hasil Belajar
a. Belajar
1) Pengertian Belajar
Pendapat menurut Slameto (dalam Haling, 2006:1)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Wingkel (1991) (dalam Haling 2006:2)
menjelaskan bahwa belajar pada manusia merupakan suatu proses
psikologi yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan
lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang bersifat
konstan/menetap. Perubahan-perubahan itu dapat berupa sesuatu
yang baru yang segera Nampak dalam perilaku nyata.
Nasution (dalam Masnaini, 2003:5) mengemukakan
pengertian hakekat belajar: (1) belajar adalah perubahan
pengetahuan, dan (2) belajar adalah perubahan kelakuan berkat
pengalaman dan latihan. Definisi lain mengenai belajar
dikemukakan oleh Suyono dan Hariyanto (2011) yaitu belajar
merupakan suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku,
23
sikap, dan pengokohan kepribadian. Definisi tersebut
memusatkan perhatian pada tiga hal yaitu (1) bahwa belajar harus
memungkinkan terjadinya perubahan perilaku individu, (2) bahwa
perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman, dan (3)
bahwa perubahan itu terjadi pada prilaku individu.
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan
bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua
memahami proses inhern yang kompleks dari belajar. Cahyo
(2013) berpendapat bahwa teori belajar dapat diartikan sebagai
konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis
dan telah teruji kebenarannya melalui eksperimen. Ada beberapa
perspektif dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme
dan Humanistik. Jadi, pengertian belajar adalah suatu proses untuk
merubah tingkah laku sehingga diperoleh pengetahuan dan
ketrampilan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Belajar
pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi didalam diri
seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada
hakikatnya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar dan
dapat diartikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku sebagai hasil interaksi antara imdividu dengan
lingkungan (Rachmawati, 2015:35-37).
2) Prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar banyak sekali prinsip-prinsip belajar
yang dikemukakan oleh para ahi yang memiliki banyak kesamaan
dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat
24
beberpa prinsip yang relative berlaku secara umum yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran. Prinsip-
prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a. Prinsip perhatian dalam motivasi
1) Belajar memerlukan perhatian
Perhatian adalah pemusatan pikiran dan mental pada satu
kegiatan/satu objek (kosentrasi) atau disebut juga khusus.
Kosentrasi dibagi dua, yaitu Full Concentration dan
Devide Concentration.
2) Belajar memerlukan motivasi
Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang
untuk melakukan suatu perbuatan. Ada motivasi yang
lemah dan ada juga motivasi yang kuat. Seorang peserta
didik yang memiliki motivasi yang kuat tentu akan lebih
giat belajar berbeda dengan peserta didik yang memiliki
motivasi yang lemah, ia akan merasa malas untuk belajar.
Motivasi dipengaruhi oleh pengaruh internal dan
pengaruh eksternal. Motivasi internal dan motivasi
eksternal sangat mempengaruhi peserta didik untuk mau
belajar, baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan
luar sekolah.
b. Prinsip Keaktifan
Pada dasarnya peserta didik sudah memiliki keaktifan.
Keaktifan dikarenakan adanya rasa ingin tahu (internal) dan
pergaulan (eksternal). Jika keaktifan peserta didik dibatasi
25
maka akan mengakibatkan peserta didik itu pasif. Perilaku
aktif pada diri peserta didik pada akhirnya ada dua
kemungkinan, yaitu: (1) Peserta didik lebih aktif, dan (2)
Peserta didik menjadi pasif.
c. Prinsip keterlibatan langsung
Keterlibatan langsung bercirikan adanya konsep “learning
by doing” yang dapat diartikan “belajar sambil berbuat”.
Artinya, peserta didik diikutsertakan dalam pembelajaran
agar tidak menjadi peserta didik yang verbalistik (tahu kata
tak tahu makna).
d. Prinsip pengulangan
Teori belajar klasik yang memberikan dukungan paling
kuat terhadap prinsip belajar pengulangan ini adalah teori
psikologi daya. Berdasarkan teori ini, belajar adalah melatih
daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi daya
berpikir, mengingat, mengamati, menghafal, menanggapi dan
sebagainya. Melalui latihan-latihan maka daya-daya tersebut
semakin berkembang.
e. Prinsip Tantangan
Deporter (2008:23) mengemukakan bahwa studi-studi
menunjukkan bahwa peserta didik lebih banyak belajar jika
pelajarannya memuaskan, menantang serta ramah, dan
mereka memiliki peran di dalam pengambilan keputusan.
Bilamana suatu peserta didik merasa tertantang dalam suatu
26
pelajaran, maka ia dapat mengabaikan aktivitas lain yang
dapat mengganggu kegiatan belajarnya.
f. Prinsip Balikan atau Penguatan (Feed back)
Prinsip balikan dan penguatan pada dasarnya merupakan
implementasi dari teori belajar yang dikemukakan oleh
Skiner melalui Teori Operant Conditioning dan salah satu
hukum belajar dari Thorndike yaitu “law of effect”. Menurut
hukum belajar ini, peserta didik akan belajar lebih
bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang
baik. Hasil belajar, yang mereka peroleh adalah hasil yang
baik merupakan balikan yang menyenangkan dan
berpengaruh positif bagi upaya-upaya belajar berikutnya.
Namun dorongan belajar, menurut Skinner tidak hanya
muncul karena penguatan yang menyenangkan, akan tetapi
juga terdorong oleh penguatan yang tidak menyenangkan,
dengan kata lain penguatan positif dan negative dapat
memperkuat belajar. Memberikan penguatan (reinforcement)
merupakan tindakan atau respons terhadap suatu bentuk
perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan
kualitas tingkah laku pada waktu yang lain.
g. Prinsip Perbedaan Individual
Peserta didik adalah individual yang memiliki keunikan,
berbeda satu sama lain dan tidak satupun yang memiliki ciri-
ciri persis sama meskipun mereka itu kembar. Setiap individu
pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu
27
lainnya. Perbedaan individual ini merupakan kodrat manusia
yang bersifat alami.
Berdasarkan pendapat tentang prinsip belajar di atas dapat
dipahami bahwa dalam belajar terdapat beberapa prinsip
yaitu siswa yang harus berperan aktif dalam belajar, siswa
belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya, siswa
mendapat penguatan langsung dalam belajar, siswa harus
memiliki penguasaan yang sempurna dalam belajar, dan
siswa harus diberikan tanggung jawab dan kepercayaan
penuh untuk meningkatkan motivasi belajarnya
(Rachmawati, 2015:47-54).
3) Tujuan Belajar
Fathurrohman (2018: 12) berpendapat bahwa tujuan
belajar dimaksudkan untuk memberikan landasan belajar, yaitu
dari bekal pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik sampai
ke pengetahuan berikutnya. Hal ini dimaksudkan supaya dalam
benak peserta didik terkonsentrasikan hasil belajar yang harus
menerima materi pelajaran yang akan disampaikan oleh gurunya.
Guru menyampaikan pembelajaran yang bertujuan agar perilaku
yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserata
didik pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.
Hudojo (dalam Fathurrohman, 2018: 12) mengatakan
bahwa tujuan belajar dapat diapresiasikan dengan
mendeskripsikan:
a) Situasi yang dihadapi peserta didik. Misalnya,
28
memberi pertanyaan;
b) Menunjukkan tingkah laku yang dinyatakan dengan
kata kerja yang menunjukkan kapabalitas yang
dipelajari; dan
c) Tindakan yang dilakukan peserta didik
menunjukkan hasil belajar.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat penulis simpulkan
bahwa tujuan belajar adalah memberikan bekal pengetahuan yang
sudah dimiliki oleh peserta didik untuk pengetahuan berikutnya.
Tujuan belajar tidak dapat dicapai dengan mudah, melainkan
harus disertai dengan proses. Proses tersebut dimulai dari situasi
yang dihadapi peserta didik, tingkah laku yang ditunjukkan oleh
peserta didik, dan tindakan yang dilakukan oleh peserta didik.
Tindakan yang dilakukan oleh peserta didik tersebut menunjukkan
hasil belajar.
4) Ciri-ciri Belajar
Baharuddin (2008: 15) menyimpulkan beberapa
ciri-ciri belajar, yaitu:
a) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah
laku (change behavior). Hasil dari belajar hanya dapat
diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan
tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah
laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui
ada tidaknya hasil belajar;
29
b) Perubahan tingkah laku relative permanent.
Perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar
untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-
ubah. Tetapi, perubahan perilaku tersebut tidak akan
terpancang seumur hidup;
c) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat
diamati pada proses belajar sedang berlangsung,
perubahan perilaku tersebut bersifat potensial;
d) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau
pengalaman; dan
e) Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan
penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan
memberikan semangat atau dorongan untuk
mengubah tingkah laku.
Berdasarkan pendapat tentang ciri-ciri belajar di atas dapat
dipahami ciri-ciri belajar yaitu suatu perubahan tingkah laku dari
tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil,
perubahan tingkah laku dari belajar relative permanent yang
dalam waktu tertentu akan tetap namun tidak terpancang seumur
hidup, perubahan tingkah laku bersifat potensial yang tidak harus
diamati langsung saat belajar sedang berlangsung, dan perubahan
tingkah laku merupakan hasil dari latihan atau pengalaman yang
memberikan penguatan untuk merubah tingkah laku.
b. Hasil Belajar
30
1) Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian
tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan diatas dipertegas lagi
oleh Nawawi dalam K. Brahim (2007: 39) yang menyatakan
bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan
siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal
sejumlah materi pelajaran tertentu.
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar
siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
hasil belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses
dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh sesuatu bentuk
perubahan sesuatu yang relatif menetap. Dalam kegiatan
pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru
menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar
adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau
tujuan instruksional (Susanto, 2013:5).
2) Ciri-ciri Hasil Belajar
Ciri-ciri hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah
laku dalam diri individu. Artinya seseorang yang telah mengalami
proses belajar akan berubah tingkah lakunya. Tetapi tidak semua
perubahan tingkah laku adalah hasil belajar. Perubahan tingkah
laku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
31
1. Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan
proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuan,
ketrampilannya telah bertambah, ia lebih percaya terhadap
dirinya.
2. Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan),
perubahan tingkah laku sebagai hasil pembelajaran akan
berkesinambungan, artinya suatu perubahan yang telah
terjadi menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku
yang lain. Pengetahuan tingkah laku yang sudah dimiliki
akan menimbulkan tingkah laku lainnya.
3. Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan
yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran
memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan.
4. Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi adanya
pertambahan perubahan dalam individu. Perubahan yang
diperoleh itu senantiasa bertambah sehingga berbeda
dengan keadaan sebelumnya. Orang yang telah belajar
akan merasakan ada sesuatu yang lebih banyak, sesuatu
yang lebih baik, sesuatu yang lebih luas dalam dirinya.
5. Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak
terjadi dengan sendirinya akan tetapi melalui aktivitas
individu. Perubahan yang terjadi karena kematangan,
bukan hasil pembelajaran karena terjadi dengan sendirinya
sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangannya. Dalam
32
kematangan, perubahan itu terjadi dengan sendirinya
meskipun tidak ada usaha pembelajaran.
6. Perubahan yang bersifat permanen (menetap), artinya
perubahan yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan
berada secara kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya
untuk masa tertentu.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan
itu terjadi karena ada sesuatu yang akan dicapai. Dalam
proses pembelajaran, semua aktivitas terarah pada
pencapaian suatu tujuan tertentu.
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Pendapat yang dikemukakan oleh Wasliman (2007:158),
hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor
internal maupun eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor
internal dan eksternal, sebagai berikut:
1) Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang
bersumber dalam diri peserta didik, yang memengaruhi
kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi:
kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, serta
kondisi fisik dan kesehatan yang dimiliki oleh peserta
didik.
2) Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri peserta
didik yang memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga,
sekolah dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh
33
terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit
keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian
orang tua yang kurang terhadap anaknya serta kebiasaan
sehari-hari yang tidak baik di lingkungan sekitar (Susanto,
2013:5).
2. Hakikat IPS
a. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program Pendidikan
yang memilih bahan Pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan
humanities yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
psikologis untuk tujuan Pendidikan Somantri 2001:79 (dalam
Rasimin, 2012:38).
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai program Pendidikan
memiliki nilai-nilai yang harus dikembangkan agar harapan tersebut
dapat tercapai. Nilai-nilai yang dimaksud adalah: (1) Nilai Edukatif,
(2) Nilai Praktis, (3) Nilai Teoritis, (4) Nilai Filsafat, dan (5) Nilai
Ketuhanan.
b. Ruang lingkup IPS
Ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial adalah berupa
kehidupan manusia adalah berupa kehidupan manusia dalam
masyarakat atau manusia sebagai anggota masyarakat Sardiyo
2008:15 (dalam Rasimin, 2012:38). Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa ruang lingkup ilmu pengetahuan sosial adalah manusia dalam
konteks sosial. Batasan ilmu pengetahuan sosial tersebut,
diadaptasikan ke dalam organisasi profesional yang secara khusus
34
membina dan mengembangkan semacam ilmu pengetahuan sosial
pada tingkat Pendidikan dasar dan Pendidikan menengah, serta
keterkaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu
Pendidikan. Somantri (2001) menjelaskan bahwa landasan ilmu
pengetahuan sosial bagi bangsa Indonesia adalah UUD 1945 serta
kebudayaan bangsa Indonesia itu sendiri.
Memantapkan ruang lingkup ilmu pengetahuan sosial ada
beberapa ciri-ciri yang perlu diketahui. Salah satu ciri utamanya
adalah bekerjasamanya antara disiplin ilmu Pendidikan dengan ilmu-
ilmu sosial untuk mencapai tujuan Pendidikan. Kerjasama disiplin
ilmu Pendidikan yang dimaksud adalah adanya seperangkat
kemampuan yang berguna sebagai berikut: (1) memilih
(menyederhanakan) bahkan Pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial
dan humanities untuk tujuan Pendidikan; (2) mengorganisasikan
bahan Pendidikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan
Pendidikan; (3) menyajikan (metode) Pendidikan secara ilmiah dan
psikologis untuk tujuan Pendidikan; dan (4) menilai hasil belajar ilmu
pengetahuan sosial.
Karena ruang lingkup ilmu pengetahuan sosial berkaitan
dengan masalah-masalah nyata dalam kehidupan bermasyarakat,
maka pemantapan ilmu pengetahuan sosial dalam Pendidikan secara
langsung dapat dikembangkan pada beberapa mata pelajaran yang
secara langsung yang menggunakan istilah ilmu pengetahuan sosial
maupun Pendidikan kewargaan. Untuk memantapkan ilmu
pengetahuan tersebut, tepat kiranya bila guru memahami secara bulat
35
struktur disiplin ilmu serta mengukuti perkembangan dinamika ilmu-
ilmu sosial serta perkembangan dan perubahan sosial yang begitu
cepat. Hal tersebut dikarenakan ilmu pengetahuan sosial memiliki
harapan untuk terciptanya sumber daya manusia (SDM) Indonesia
yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, keperdulian, kesadaran dan
tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa dan
negara.
c. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial secara umum adalah untuk
membentuk warga negara yang baik, dengan memiliki kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan dimasyarakat,
juga memiliki fungsi aplikatif. Tujuan yang dimaksud adalah ilmu
pengatahuan sosial sebagai Pendidikan, selain memberikan bekal
pengetahuan dan ketrampilan sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Yang dimaksud ketrampilan sosial, yaitu ketrampilan melakukan
sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan hidup bermasyarakat,
seperti bekerjasama, gotong royong, tolong menolong sesama umat
manusia, dan melakukan tindakan dalam memecahkan persoalan
sosial di masyarakat (Rasimin, 2012:40).
3. Model Pembelajaran Quantum Learning
a. Pengertian Model Pembelajaran Quantum Learning
Istilah kuantum (quantum) dalam fisika kuantum memang
diberi konsep perubahan energi menjadi cahaya selain diyakini
adanya ketakteraturan dan indeterminisme alam semesta. Jika ditelaah
atau dibandingkan secara cermat, istilah kuantum (quantum) yang
36
melekat pada istilah pembelajran (learning) ternyata tampak berbeda
dengan konsep kuantum dalam fisika kuantum. Sementara itu, dalam
pandangan DePorter, istilah kuantum bermakna “interaksi-interaksi
yang mengubah energi menjadi cahaya” dan istilah pembelajaran
kuantum bermakna “interaksi-interaksi yang mengubah energi
menjadi cahaya karena semua kehidupan adalah energi”. Dalam
pembelajaran kuantum juga diyakini adanya keberagaman dan
interdeterminisme. Konsep dan keyakinan ini lebih merupakan
analogi rumus Teori Relativitas Einstein, bukan transformasi rumus
Teori Relativitas Einstein. Hal ini makin tampak dari pernyataan
Deporter bahwa “Rumus yang dikenal dalam fisika kuantum adalah
massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi (E=mc2).
DePorter menyatakan Quantum Learning menggabungkan
sugestologi, Teknik pemercapatan belajar, dan NPL dengan teori,
keyakinan, dan metode kami sendiri. Termasuk diantaranya konsep-
konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti
1) Teori otak kanan/otak kiri, 2) Teori otak triune (3 in 1), 3) Pilihan
modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik), 4) Teori kecerdasan
ganda, 5) Pendidikan holistik (menyeluruh), 6) Belajar berdasarkan
pengalaman, 7) Belajar dengan symbol, 8) Simulasi/permainan
(Sugiyanto, 2009: 71-72).
Quantum Learning berakar pada upaya Dr. Georgi Lozanov,
seorang pendidik berkebangsaan Bulgeria yang bereksperimen
dengan apa yang disebutnya sebagai “suggestology” atau
“suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti
37
mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun
memberikan sugesti positif ataupun negatif. Beberapa teknik yang
digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukan
murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas,
meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk
memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan
menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran
sugestif.
Istilah lain yang hamper dapat dipertukarkan dengan
suggestology adalah “pemercepat belajar” (accelerated learning).
Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai “memungkinkan siswa
untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya
normal, dan dibarengi kegembiraan”. Cara ini menyatukan unsur-
unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan:
hiburan, permainan, warna, cara berfikir positif, kebugaran fisik, dan
kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk
menghasilakan pengalaman belajar efektif.
Quantum learning mencangkup aspek-aspek penting dalam
program neurolinguistic (NPL), yaitu penelitian tentang bagaimana
otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antar Bahasa
dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan
pengertian antar siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan
NPL mengetahui bagaimana menggunakan Bahasa yang positif untuk
meningkatkan tindakan-tindakan positif – faktor penting untuk
merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula
38
menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang,
dan mempengaruhi peningkatan hasil belajar (DePoter, 2004:14).
Model Pembelajaran Quantum Learning sangat erat kaitannya
dengan Quantum Teaching karena, di dalam pembelajaran Quantum
Learning guru sebagai pengajar menjalankan Quantum Teaching.
Quantum Teaching merupakan penguraian cara-cara baru yang
memudahkan proses belajar lewat pemaduan unsur seni dan
pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang
diajarkan. Dengan menggunakan metodologi Quantum Teaching,
akan dapat menggabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar
menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan melejitkan prestasi
siswa. Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan
segala nuansanya. Quantum Teaching juga menyertakan segala
kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar
(DePorter, 2008: 3).
b. Karakteristik Model Pembelajaran Quantum Learning
Menurut (Sugiyanto, 2009: 73-78) pembelajaran Kuantum
(Quantum) memiliki karakteristik umum yang dapat menetapkan dan
menguatkan model pembelajaran tersebut. Beberapa karakteristik
umum yang tampak membuat pembelajaran kuantum memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1) Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologo kognitif,
buka fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep
kuantum dipakai. Oleh karena itu, pandangan tentang
39
pembelajaran, belajar dan pembelajar diturunkan,
ditransformasikan dan dikembangkan dari berbagai teori
psikologi kognitif.
2) Pembelajaran kuantum lebih berisifat humanistis, bukan
positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis.
Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya.
Hadiah dan hukuman dipandang tidak ada karena semua usaha
yang dilakukan manusia patut dihargai. Kesalahan dipandang
sebgai gejala manusiawi. Ini semua menunjukkan bahwa
keseluruhan yang ada pada manusia dilihat dalam perspektif
humanistis.
3) Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan
positivistis-empiris, behavioristis. Pembelajaran kuantum
menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam
mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal dan
memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kuantum berupaya memadukan,
menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri
manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan
mental) sebagai konteks pembelajaran.
4) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi
yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna,
karena itu, pembelajaran kuantum memberikan tekanan pada
pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang
bermutu dan bermakna.
40
5) Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada
pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
Jadi, segala sesuatu yang menghalangi pemercepatan
pembelajaran harus dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi
lain segala sesuatu yang mendukung pemercepatan
pembelajaran harus diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya.
6) Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada kealamiahan
dan kewajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-
buat. Pembelajaran harus bekerja secara proaktif dan suportif
untuk menciptakan kealamiahan dan kewajaran proses
pembelajaran.
7) Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan
konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi
suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh,
lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan
rancangan belajar yang dinamis.
8) Pembelajran kuantum memusatkan perhatian pada
pembentukan ketrampilan akademis, ketrampilan (dalam)
hidup, dan prestasi fisikal atau matrial. Ketiganya harus
diperhatikan, diperlakuakan, dan dikelola secara seimbang
dan relatif sama dalam proses pembelajaran; tidak bisa hanya
salah satu diantaranya.
9) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan
sebagai bagian penting proses pembelajran. Untuk itu,
pembelajar harus memiliki nilai dan keyakinan positif dalam
41
proses pembelajran. Karena, nilai dan keyakinan negatif akan
membuahkan kegagalan proses pembelajaran.
10) Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan
kebebasan, bukan keberagaman dan ketertiban. Di sinilah
perlunya diakui keragaman gaya belajar siswa atau
pembelajar, dikembangkannya aktivitas-aktivitas pembelajar
yang beragam, dan digunakannya bermacam-macam kiat dan
metode pembelajaran.
11) Pembelajaran kuantum mengintergrasikan totalitas tubuh dan
pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara
tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung
lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.
c. Tahap-tahap Model Quantum Learning
Langkah-langkah atau tahapan yang ada dalam model
pembelajaran Quantum Learning adalah sebagai berikut:
1) Ciptakan suasana yang menggairahkan; (1) perhatikan emosi
peserta didik, (2) ciptaka jembatan rasa, (3) rayakan setiap
keberhasilan.
2) Tentukan landasan yang kukuh serta tujuan yang ingin
dicapai.
3) Ciptakan lingkungan kondusif; (1) perhatikan lingkungan
sekeliling, (2) pergunakan media pembelajaran, (3) perhatikan
pengaturan bangku didalam kelas, (4) perhatikan unsur
organic lain, (5) berikan ruangan dengan wewangian, (6)
pergunakan music.
42
4) Komunikasi materi pembelajaran secara komunikatif; (1)
munculkan kesan, (2) focus, (3) inklusif, (4) spesifik, (5)
komunikasi nonverbal.
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan model Quantum
Learning yang mengacu pada desain pelaksanaan model
pembelajaran sebagai berikut:
Gambar 2.1 Skema desain model pembelajaran Quantum Learning
Sumber (Shoimin, 2014:142)
d. Perencanaan Pembelajaran Model Quantum Learning
menggunakan kerangka TANDUR
Model pembelajaran Quantum Learning untuk mempermudah
mengingat dan oprasional pembelajaran di kenal dengan konsep
TANDUR yang merupakan akronim dari: Tumbuhkan, Alami,
Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Unsur-unsur ini
membentuk basis struktur yang melandasi model Quantum.
Kerangka TANDUR dapat membawa siswa menjadi tertarik dan
berminat pada setiap pelajaran apapun mata pelajarannya, tingkat
kelas, dan beragam budayanya, jika para guru betul-betul
menggunakan prinsip-prinsip atau nilai-nilai pembelajaran model
Sikap keteladanan yang baik
Suasana belajar yang
menyenangka
Belajar aman dan nyaman
Sugesti positif Suasana
kondusif dan komunikatif
Landasan dan tujuan yang
kukuh
43
Quantum. Kerangka ini juga memastikan bahwa mereka mengalami
pembelajaran, berlatih dan menjadikan isi pelajaran nyata bagi
mereka sendiri dan akhirnya dapat mencapai kesuksesan dalam
belajar.
Kerangka perancangan pembelajaran Quantum TANDUR adalah
sebagai berikut:
1. Tumbuhkan: sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan
keingintahuan mereka. Buatlah mereka tertarik atau penasaran
tentang materi yang akan kita ajarkan.
2. Alami: berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan
“kebutuhan untuk mengetahui”.
3. Namai: berikan “data” tepat saat memuncak mengenalkan
konsep-konsep pokok dari materi pelajaran.
4. Demonstrasikan: berikan kesempatan bagi mereka untuk
mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka
menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi.
5. Ulangi: rekatkan gambaran keseluruhannya. Ini dapat
dilakukan melalui pertanyaan posttest, ataupun penugasan,
atau membuat iktisar hasil belajar.
6. Rayakan: ingat, jika layak dipelajari, maka layak pula
dirayakan! perayaan menambahkan belajar dengan asosiasi
positif (Sugiyanto, 2009: 83-84).
e. Kelemahan Model Quantum Learning
Beberapa kelemahan model pembelajaran Quantum Learning
diantaranya adalah:
44
1) Membutuhkan pengalaman yang nyata. Karena Quantum
Learning menuntut guru untuk kreatif dan menjadikan
kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan sehingga
diperlukan pengalaman yang matang untuk dapat menciptakan
situasi seperti yang disebutkan.
2) Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam
belajar. Karena Quantum Learning menggunakan metode
pemberian sugesti sehingga dibutukan waktu yang lama untuk
menumbuhkan karakter yang diharapkan.
3) Kesulitan mengidentifikasikan ketrampilan siswa memerlukan
proses yang tidak mudah yaitu dengan mengamati perilaku
dan minat setiap siswa.
4) Memerlukan dan menuntut keahlian dan ketrampilan guru.
Karena Quantum Learning menuntut guru untuk kreatif dan
menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan
sehingga diperlukan keahlian dan ketrampilan guru untuk
dapat menciptakan situasi tersebut.
5) Memerlukan proses perencanaan dan persiapan pembelajaran
yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih
baik. Karena Quantum Learning harus bisa menjadikan
kegiatan belajar menyenangkan sehingga persiapan yang
matang akan membantu terlaksananya kegiatan pembelajaran
tersebut.
6) Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar dan menuntut
situasi dan kondisi. Karena dengan keterbatasan sarana
45
prasarana akan menghambat terlaksananya kegiatan tersebut
dan hasilnya kegiatan belajar mengajar akan berjalan kurang
efektif.
7) Agar belajar dengan model ini mendapatkan hal yang baik
diperlukan ketelitian dan kesabaran. Namun, kadang-kadang
ketelitian dan kesabaran diabaikan sehingga apa yang
diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya (Shoimin,
2014: 142-147).
f. Kelebihan Model Quantum Learning
Beberapa kelebihan yang ada dalam model pembelajaran
Quantum Learning diantaranya adalah:
1) Pembelajaran Quantum membiasakan siswa untuk melatih
aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu
produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan
lingkungannya.
2) Dalam pembelajaran Quantum, emosi sangat di perlukan
untuk menciptakan motivasi belajar yang tinggi. Motivasi
yang tinggi dapat menambah percaya diri siswa, sehingga
siswa tidak ragu dan malu serta mau mengembangkan potensi-
potensi yang ada.
3) Pembelajaran Quantum memusatkan perhatian pada interaksi
yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.
Jadi guru bukan sekedar menjelaskan akan tetapi juga
menanamkan dalam diri siswa.
46
4) Pembelajaran Quantum sangat menekankan pada
pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
Contohnya dengan menggunakan music klasik dapat
merangsang percepatan daya tangkap siswa sehingga mudah
dalam memahami materi yang diberikan.
5) Pembelajaran Quantum sangat menentukan kealamiahan dan
kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau
keadaan yang dibuat-buat. Contohnya guru memberikan
konsep-konsep dengan contoh nyata bukan khayalan.
6) Pembelajaran Quantum memusatkan perhatian pada
pembentukan ketrampilan akademis, dan ketrampilan (dalam)
hidup.
7) Pembelajaran Quantum menempatkan pada nilai dan
keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Jadi
seorang guru bukan hanya menyampaikan materi tetapi juga
menanamkan karakter yang harus dimiliki siswa.
8) Pembelajaran Quantum mengutamakan keberagaman dan
kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Jadi siswa
diberikan kebebasan untuk menyampaikan pendapat dan
melakukan aktifitas yang diminatinya (De Porter, 2004: 19).
4. Media Wayang
Wayang merupakan inovasi baru untuk Pendidikan, yaitu digunakan
sebagai media pembelajaran yang menyenangkan. Para guru mulai kreatif
dalam menciptakan media-media baru untuk menunjang keberhasilan
dalam pembelajaran dan mendapat suatu tanggapan yang baik dari siswa.
47
Wayang dapat dijadikan suatu alternative bagi guru sebagai suatu media
untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran
yang akan dilaksanakan (Octavianti, 2014:65).
5. Materi suku bangsa agama dan budaya
Table 2.1 Silabus IPS kelas IV tema 7 semester 2
Kompetensi Dasar Indikator Materi
Pembelajaran 3.2 Mengidentifikasi keragaman
budaya, atnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia serta hubungannya dengan karakteristik ruang.
4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai keragaman budaya, etnis, dan agama di Provinsi setempat sebagai identitas bangsa. Memahami pentingnya upaya keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam dan lingkungannya.
3.2.1 Memahami dan mengetahui keragaman budaya, etnis dan agama di provinsi setempat sebagai indentitas bangsa Indonesia serta hubungannya dengan karakteristik ruang dengan tepat.
3.2.2 Menjelaskan dan mengidentifikasi keragaman budaya, etnis dan agama di provinsi setempat sebagai indentitas bangsa Indonesia serta hubungannya dengan karakteristik ruang dengan tepat.
4.2.1 Mengidentifikasikan dan menyebutkan keragaman budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa serta pentingnya upaya keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam di lingkungan dengan benar.
4.2.2 Mempresentasikan keragaman budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa serta
• Keragaman budaya, etnis (Suku Bangsa), dan agama
48
pentingnya upaya keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam di lingkungan dengan benar.
1) Suku Bangsa di Indonesia
Sejak dahulu bangsa Indonesia hidup dalam keberagaman.
Kalimat Bhinneka Tunggal Ika pada lambing negara Garuda
Pancasila bukan Cuma slogan. Penduduk Indonesia terdiri atas
beragam suku bangsa, agama, Bahasa, adat, dan budaya tetapi
semua dapat hidup rukun berdampingan.
Berdasarkan hasil sensus badan pusat stastitika (BPS)
tahun 2010, bangsa Indonesia terdiri dari 1.331 suku. Berdasarkan
sensus itu pula, suku bangsa terbesar adalah Suku Jawa yang
meliputi 40,2 persen dari penduduk Indonesia. Suku Jawa ini
merupakan gabunga dari suku-suku bangsa di Pulau Jawa, yaitu:
Jawa, Osing, Tengger, Samin, Bawean, Naga, dan suku-suku
lainnya. Suku yang paling sedikit jumlahnya adalah suku Nias
dengan jumlah 1.041.925 jiwa atau hanya 0,44 persen dari jumlah
penduduk Indonesia. Namun, suku-suku Papua yang terdiri atas
466 suku, jumlahnya hanya 2.693.630 jiwa atau 1,14 persen dari
jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan etnis Tionghoa
jumlahnya 2.832.510 jiwa atau 1,2 persen penduduk Indonesia.
Suku bangsa termasuk bagian dari keragaman bangsa
Indonesia. Ada banyak suku bangsa yang mendiami wilayah
kepulauan Indonesia. Dibandingkan dengan negara lain, jumlah
suku bangsa Indonesia menjadi yang terbesar di dunia. Suku
49
bangsa Indonesia tersebar di seluruh wilayah Indonesia, baik di
pulau besar maupun di pulau kecil. Berikut daftar suku bangsa di
seluruh provinsi yang ada di Indonesia.
Table 2.2 Suku Bangsa di Indonesia
No Provinsi Suku Bangsa
1 Aceh Aceh, Alas, Gayo Lut, Gayo luwes, Singkil, Simeulue, Aneuk Jame, Tamiang, dan Kluet.
2 Sumatra Utara
Batak Angkola, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Toba, Ulu, dan Nias.
3 Sumatra Barat Mentawai, Minangkabau, Guci, Jambak, Piliang, Caniago, Tanjung Sikum Bang, dan Koto.
4 Jambi Anak Dalam, Jambi, Kerinci, Melayu, Bajau, Batin, Kubu, dan Penghulu.
5 Riau Akit, Melayu Riau, Rawa, Hutan, Sakai, Bonai, Laut, dan Talang Mamak.
6 Kepulauan Riau Melayu, Laut, dan Batak.
7 Sumatra Selatan
Gumai, Kayu Agung, Kubu, Pasemah, Palembang, Ranau Kisan, Komering, Ogan, Lematang, Lintang, Semendo dan Rejang.
8 Kepulauan Bangka Belitung
Bangka, Belitung, Lom, Sawang, Sekak, Pangkal Pinang, Melayu, dan Toboali.
9 Bengkulu Enggano, Kaur, Lembak, Muko-Muko, Semendo, Serawai, Melayu, Sekah, Rejang, dan Lebong.
10 Lampung Abang, Krui, Malayu, Lampung, Rawas, Semendo, dan Pasemah.
11 Banten Baduy, Sunda, dan Banten. 12 DKI Jakarta Betawi. 13 Jawa Barat Cirebon dan Sunda. 14 DI Yogyakarta Jawa. 15 Jawa Tengah Jawa dan Samin.
16 Jawa Timur Jawa, Bawean, Madura, Tengger, dan Osing.
17 Bali Bali Aga dan Bali Majapahit.
18 Nusa Tenggara Barat Sumbawa, Bima, Dompu, Donggo, Mandar, Bali, dan Sasak.
19 Nusa Tenggara Timur Alor, Rote, Timor, Sabu, Helong, Sumba, Dawan, Belu, dan Flores.
50
20 Kalimantan Utara Tidung, Bulungan, Banjar, dan Dayak.
21 Kalimantan Barat
Dayak (Bidayuh, Desa, Iban, Kanayatan, Kantuk, Limbai, Mali, Mualang, Sambas, Murut, Ngaju, Punan, Ot Danum, dan Kayan).
22 Kalimantan tengah
Dayak (Bara Dia, Bawo, Dusun, Lawangan, Maayan, Ot Danum, Punan, Siang Murung, Ngaju, Maanyan, Dusun, Lawangan, Bukupao, dan Ot Dusun).
23 Kalimantan Timur Dayak (Bulungan, Tidung, Kenyah Berusu, Abai, Kayan, Bajau Berau, Kutai, dan Pasir).
24 Kalimantan Selatan Dayak (Banjar, Bakumpai, Bukit, Pitap, Orang Barangas, Banjar Hulu, dan Banjar Kuala).
25 Sulawesi Utara Sangir, Talaud, Minahasa, Bolaang Mangondow, dan Batik.
26 Sulawesi Tengah
Kailili, Pamona, Mori, Balatar, Wana, Ampana, Balantak, Bungku, Buol, Dampeles, Dondo, Kulawi, Lore, dan Banggai.
27 Gorontalo Gorontalo, Suwawa, Atinggola, Mongondow, dan Bajo Manado.
28 Sulawesi Tenggara Laki, Malio, Muna, Kulisusu, Moronene, Wolio, Wononii, Dan Buton.
29 Sulawesi Selatan Makassar, Bugis, Toraja, Bentong, Duri, Konjo, Pegunungan, Konjo Pesisir, dan Mandar.
30 Sulawesi Barat Mandar, Mamuju, Pattae, Tosumunya, dan Mamasa.
31 Maluku Ambon, Aru, Ternate, Tidore, Furu-furu, Alifuru, Togutil, Rana, Banda, Buru, dan Tanibar.
32 Maluku Utara Seram, Banda, Buru, Furur, Aru, Bacan, Gane, Kadai, Kau, dan Loloda.
33 Papua Arfak, Mandacan, Bauzi, Biak Muyu, Ekagi, Fak-fak, Asmat, Kaure, Tobati, Dera, dan Dani.
34 Papua Barat
Doteri, Kuri, Simuri, Irarutu, Sebyar, Onim, Atam, Atori, Ayamaru, Ayfat, Baham, Kambrau, Karas, Karon, Koiwai, dan Biak.
Dari table diatas, terlihat betapa banyak suku bangsa di Indonesia.
Dalam satu provinsi bisa terdapat lebih dari satu suku bangsa.
51
Namun, semua suku bangsa dapat hidup berdampingan dalam
persatuan dan kesatuan.
2) Keragaman Agama di Indonesia
Letak geografis Indonesia diantara dua Samudra dan dua
benua menjadikan Indonesia sebagai pusat lalu lintas perdagangan
internasional. Salah satu akibatnya, terjadilah persebaran agama dari
para pedagang asing yang berdagang dan singgah di Indonesia. Pada
awalnya masuk agama Hindu dan Buddha yang dibawa bangsa India.
Selanjutnya, datang bangsa Gujarat membawa ajaran agama Islam,
bangsa Eropa membawa ajaran agama Katolik dan Kristen, serta
bangsa Cina membawa ajaran agama Konghucu. Jadi, keragaman
agama telah ada pada zaman dahulu. Dalam suasana, keragaman
beragama itu, setiap warga negara Indonesia di jamin haknya untuk
memeluk keyakinan atau kepercayaan masing-masing.
Di Indonesia terdapat enam agama yang diakui negara.
Keenam agama/kepercayaan itu yaitu Islam, Katolik, Kristen, Hindu,
Buddha, dan Konghucu. Pemeluk agama diwajibkan menjalankan
ajaran agama masing-masing. Setiap agama memiliki tatacara
beribadah, kitab suci, dan tempat ibadah yang berbeda. Negara
memberikan kebebasan bagi semua pemeluk agama untuk
menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing-masing.
3) Keragaman Budaya Negeriku
Urang Kanekes, Si Suku Baduy
Banten merupakan sebuah provinsi di Pulau Jawa bagian
barat. Provinsi memiliki kekayaan alam dengan pemandangan
52
indah, termasuk pegunungan dan pantai. Di pegunungan kedeng
dengan ketinggian 600 m dari permukaan air laut, tinggal
masyarakat adat yang biasa kita sebut suku baduy. Namun,
masyarakat suku baduy lebih senang menyebut mereka urang
kanekes. Dalam Bahasa sunda, urang berarti orang.
Masyarakat kanekes dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
tangtu dan panamping. Kelompok tangtu dikenal sebagai kanekes
Dalam atau Baduy Dalam. Sebaliknya, kelompok penamping
dikenal sebagai Kanekes Luar atau Baduy Luar.
Kelompok Kanekes Dalam atau Baduy Dalam tinggal di
tiga desa, yaitu Cikertawana, Cikeusik, dan Cibeo. Masyarakat
Kanekes Dalam masih sangat teguh dalam memegang tradisi.
Mereka tidak menggunakan alat-alat elektronika, tidak
menggunakan alas kaki, tidak menggunakan kendaraan sebagai
alat transportasi, serta mengenakan pakaian adat yang ditenun dan
dijahit sendiri. Mereka menganut kepercayaan tradisional “sunda
wiwitan” dan dipimpin oleh seorang Pu’un. Pu’un juga
berkedudukan sebagai pemimpin masyarakat Kanekes.
Kelompok panamping sedikit berbeda dari masyarakat
Kanekes Dalam. Masyarakat Kakenekes Luar atau Baduy Luar
telah mengenal teknologi dan alat elektronik. Mereka juga
mengenakan pakaian modern. Namun, masyarakat Baduy Luar
masih bisa dikenali dari ciri khas mereka, yaitu mengenakan ikat
kepala berwarna hitam.
a) Keragaman Rumah Adat di Indonesia
53
Keragaman suku bangsa juga berpengaruh terhadap
bentuk rumah adat. Rumah adat umumnya dibangun
menyasuaikan kondisi bentang alam wilayah setempat.
Keragaman bentuk rumah adat mencerminkan kemampuan
nenek moyang bangsa Indonesia sebagai arsitek andal. Tidak
hanya unik, bentuk rumah adat mengandung makna dan
symbol tertentu. Semua itu disesuaikan adat istiadat tiap-tiap
daerah. Keragaman rumah adat di Indonesia sebagai berikut.
Table 2.3 Rumah Adat di Indonesia
No Daerah Rumah Adat 1 Aceh Rumoh aceh, rumah krong bade
2 Sumatra Utara Rumah Balai Batak Toba, rumah Bolon
3 Sumatra Barat Rumah Gadang
4 Riau
Balai Salaso Jatuh atau rumah Adat Selaso Jatuh Kembar, Rumah Melayu Atap Belah Bubung, Rumah Melayu Atap Lipat Kajang, dan rumah Melayu Atap Lontik
5 Kepulauan Riau Rumah Melayu Atap Limas Potong, Selaso Jatuh Kembar
6 Jambi Rumah Panggung 7 Bengkulu Rumah Bubungan Lima 8 Sumatra Selatan Rumah Rakit 9 Bangka Belitung Rumah Limas
10 Lampung Rumah Lowo Sesat 11 Jawa Barat Rumah Kasepuhan 12 Banten Rumah Adat Baduy, Kasepuhan 13 DKI Jakarta Rmah Kabayadan rumah Gudang 14 Jawa Tengah Rumah Joglo 15 D.I. Yogyakarta Rumah Joglo 16 Jawa Timur Rumah Joglo 17 Kalimantan Barat Rumah Panjang 18 Kalimantan Tengah Rumah Betang 19 Kalimantan Utara Rumah Baloy 20 Kalimantan Timur Rumah Lamin 21 Kalimantan Selatan Rumah Banjar 22 Bali Gapura Candi Bentar, nata/natah
54
23 Sulawesi Utara Laikas, walewangko 24 Gorontalo Rumah Adat Doloupa, pewaris
25 Sulawesi Tengah Souraja dan rumah Raja atau rumah Besar, rumah Tambi
26 Sulawesi Barat Rumah Adat Tongkonan 27 Sulawesi Selatan Rumah Adat Tongkonan
28 Sulawesi Tenggara Rumah Adat Buton atau rumah Adat Banua Tada, Laikas
29 Nusa Tenggara Barat Dalam Loka Samawa
30 Nusa Tenggara Timur Sao Ata Mosa Lakitana 31 Maluku Rumah Baileo 32 Maluku Utara Rumah Baileo 33 Papua Barat Honai 34 Papua Honai
Begitu program rumah adat di Indonesia. Setiap rumah adat
mempunyai keunikan yang berbeda dari rumah adat lain.
Keragaman rumah adat di Indonesia menjadi kekayaan budaya
yang dapat kita banggakan (kemendikbud, 2017: 1-71).
B. Kajian Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Supriyatun, NIM 11512020, Jurusan
Pendidikan Guru Madrash Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan,
Institut Agama Islam Negeri Salatiga 2017 dengan judul “Peningkatan Hasil
Belajar IPS Materi Keragaman Sosial Dan Budaya Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas
IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kemusu Kecamatan Kemusu
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018”. Rumusan masalah
penelitian ini adalah apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi
Keragaman Sosial dan Budaya pada siswa kelas IV MI Muhammadiyah
Kemusu kecamatan kemusu kabupaten Boyoalali. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Tipe
55
Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar IPS Materi
Keragaman Sosial dan Budaya pada siswa kelas IV MIM Kemusu Kecamatan
Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun pelajaran 2016/2017. Temuan dari
penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar
IPS materi Keragaman Sosial dan Budaya dapat meningkatkan hasil belajar.
Penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari
hasil tes formatif pada setiap siklus yaitu pra siklus 20,59% (7 siswa) yang
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), pada siklus I mengalami
peningkatan tetapi belum mampu mencapai kriteria ketuntasan klasikal
52,94% (18 siswa) yang tuntas dengan nilai rata-rata 66,5 sedangkan pada
siklus II siswa mampu mencapai kriteria ketuntasan klasikal sebesar 61,7%
(21 siswa) yang tuntas dengan nilai rata-rata 69-79. Penelitian yang dilakukan
oleh Supriyatun memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
peneliti yaitu materi yang diteliti yaitu keberagaman sosial dan budaya untuk
meningkatkan hasil belajar dan jenis penelitian sama-sama menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas, sedangkan perbedaannya terdapat pada subjek,
model pembelajaran, media pembelajaran, tempat, dan waktu penelitian.
Penelitian yang dilakukan oleh Mery Aditaningrum Ramdhani
Susanto, NIM 12108244055, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul “Penggunaan
Model QUANTUM TEACHING untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD Negeri Sinduadi 1 Kecamatan Milati
Kabupaten Sleman Tahun 2016”. Rumusan masalah penelitian ini adalah
bagaimana peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri
56
Sinduadi 1 Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman dengan menggunakan Model
Quantum Teaching. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri Sinduadi 1
Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman dengan menggunakan Model Quantum
Teaching. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar IPS.
Penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari
hasil tes formatif pada setiap siklus yaitu pra siklus 46,42% (13 siswa) yang
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), pada siklus I mengalami
peningkatan tetapi belum mampu mencapai kriteria ketuntasan klasikal
78,57% (22 siswa) yang tuntas dengan nilai rata-rata 70,92 sedangkan pada
siklus II siswa mampu mencapai kriteria ketuntasan klasikal sebesar 96,42%
(27 siswa) yang tuntas dengan nilai rata-rata 79. Penelitian yang dilakukan
oleh Mery Aditaningrum Ramdhani Susanto memiliki kesamaan dengan
penelitian yang dilakukan peneliti yaitu mata pelajaran yang diteliti yaitu
pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching
dengan subjek penelitian kelas IV untuk meningkatkan hasil belajar dan jenis
penelitian sama-sama menggunakan Penelitian Tindakan Kelas, sedangkan
perbedaannya terdapat pada sekolah, media pembelajaran, tempat, dan waktu
penelitian.
Penelitian yang dilakukan oleh Euphemia Tia Christy, NIM
101134176, Jurusan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Darma Yogyakarta
“Penggunakan Model Pembelajaran Quantum untuk meningkatkan Minat dan
Hasil Belajar IPS Siswa kelas IV SD Kanisius Pugeran”. Rumusan masalah
57
penelitian ini adalah Bagaimana upaya peningkatan minat dan hasil belajar
IPS siswa kelas IV SD Kanisius Pugeran semester II tahun ajaran 2013/2014
melalui model pembelajaran Quantum. Tujuan mendeskripsikan upaya
peningkatkan minat dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Kanisius Pugeran
semester II tahun ajaran 2013/2014 melalui model pembelajaran Quantum.
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran Quantum dapat meningkatkan Minat dan Hasil Belajar IPS
Siswa kelas IV SD Kanisius Pugeran. Penelitian ini dapat meningkatkan
minat dan hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari hasil tes formatif pada
setiap siklus yaitu pra siklus 53% yang memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM), pada siklus I mengalami peningkatan tetapi belum mampu
mencapai kriteria ketuntasan klasikal 65% (19 siswa) yang tuntas dengan nilai
rata-rata 74 sedangkan pada siklus II siswa mampu mencapai kriteria
ketuntasan klasikal sebesar 100% (29 siswa) yang tuntas dengan nilai rata-
rata 78. Penelitian yang dilakukan oleh Euphemia Tia Christy memiliki
kesamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu mata pelajaran
yang diteliti yaitu pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran
Quantum dengan subjek penelitian kelas IV untuk meningkatkan minat dan
hasil belajar IPS, jenis penelitian sama-sama menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas, sedangkan perbedaannya terdapat pada sekolah, media
pembelajaran, tempat, dan waktu penelitian.
Penelitian yang dilakukan oleh Arum Novitasari, NIM 23040150117,
Jurusan Pendidikan Guru Madrash Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga 2018 dengan judul
“Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Jenis Pekerjaan Melalui Metode
58
Snowball Throwing dengan Media Wayang Profesi Pada Siswa Kelas IV
Semester I MI Al-Mahmud Kumpulrejo 01 Kecamatan Argomulyo Kota
Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019”. Rumusan masalah penelitian ini adalah
apakah penerapan metode Snowball Throwing dengan Media Wayang Profesi
dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi jenis pekerjaan pada siswa kelas
IV Semester I MI Al-Mahmud Kumpulrejo 01 Kecamatan Argomulyo Kota
Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Jenis Pekerjaan Melalui
Metode Snowball Throwing dengan Media Wayang Profesi Pada Siswa Kelas
IV Semester I MI Al-Mahmud Kumpulrejo 01 Kecamatan Argomulyo Kota
Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019. Temuan dari penelitian ini
menunjukkan bahwa penggunaan Metode Snowball Throwing dengan Media
Wayang Profesi dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi jenis pekerjaan
dapat meningkatkan hasil belajar. Penelitian ini dapat meningkatkan hasil
belajar siswa yang dapat dilihat dari hasil tes formatif pada setiap siklus yaitu
pra siklus 60% (18 siswa) yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), pada siklus I mengalami peningkatan tetapi belum mampu mencapai
kriteria ketuntasan klasikal 76,67% (23 siswa) yang tuntas dengan nilai rata-
rata 71,67 sedangkan pada siklus II siswa mampu mencapai kriteria
ketuntasan klasikal sebesar 90% (27 siswa) yang tuntas dengan nilai rata-rata
81. Penelitian yang dilakukan oleh Arum Novitasari memiliki kesamaan
dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu media yang digunakan yaitu
wayang yang terbuat dari kertas untuk meningkatkan hasil belajar dan jenis
penelitian sama-sama menggunakan Penelitian Tindakan Kelas, sedangkan
59
perbedaannya terdapat pada subjek, metode pembelajaran, materi
pembelajaran, tempat, dan waktu penelitian.
60
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Identitas Sekolah
Nama Madrasah : MI Ma’arif Gedangan
Nomor Statistik Madrasah : 111233220077
Nomor Induk Madrasah : 111233 220074
Nomor Pokok Sekolah Nasional : 60712904
Akriditasi Madrasah : A
Alamat
Dusun : Padaan
Desa : Gedangan
Kecamatan : Tuntang
Kabupaten : Semarang
Provinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : 50773
Nama Kepala Sekolah : Ridha Rahman, S.Pd.I
(Sumber: Dokumentasi Sekolah)
2. Visi dan Misi Madrasah
a. Visi MI Ma’arif Gedangan
“Tekun beribadah, berakhlakul karimah, unggul dalam prestasi dan
terampil”
b. Misi MI Ma’arif Gedangan
1. Menanamkan aqidah dengan beribadah.
61
2. Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajari
Al-Qur’an dan mempelajari ajaran Islam.
3. Mewujudkan pembentukan karakter islami yang mampu
mengaktualisasikan diri dalam masyarakan.
4. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam mencapai
prestasi akademik.
3. Data Guru
Data guru MI Ma’arif Gedangan Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Data Guru MI Ma’arif Gedangan Kecamatan Tuntang
No Nama Tempat Tanggal Lahir L/P Jabatan Ijazah 1 Ridha Rahman, S.Pd.I. Kab.Smg 27-11-1970 L Kepala Sekolah S1 2 M. Masrukin, S.Pd.I. Kab.Smg 28-04-1974 L Guru S1 3 Siti Nur Fatimah, S.Pd.I. Kab.Smg 26-08-1984 P Guru S1 4 Hartati, S.HI Kab.Klaten 03-05-1979 P Guru S1 5 Diah Rufaidhah, S.Pd.I. Kab.Smg 18-10-1982 P Guru S1 6 Nur Hidayah, S.Pd.SD Kab.Smg 30-01-1979 P Guru S1 7 Nurul Tarbiyatun, S.Pd.I. Kab. Demak 23-03-1983 P Guru S1 8 Jumrowi, S.Pd.I. Kab.Smg 27-05-1977 L Guru S1 9 Azis Dwi Saputra, S.Pd.I. Salatiga 23-02-1980 L Guru S1
10 Afid Yulian, S.Or Kab.Smg 28-07-1992 L Guru S1 (Sumber: Dokumentasi Sekolah)
4. Data Siswa
Data siswa MI Ma’arif Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang dapat dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Data Siswa MI Ma’arif Gedangan No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah 1 1 18 14 32 2 2 20 11 31 3 3 18 8 26 4 4 19 14 33 5 5 17 15 32 6 6A 5 15 20 7 6B 11 7 18
Jumlah Total 108 84 192
62
(Sumber: Dokumentasi Sekolah)
5. Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa
kelas IV di MI Ma’arif Gedangan yang berjumlah 33 siswa, yang terdiri
dari 19 siswa laki-laki dan 14 Siswa perempuan. Rincian daftar siswa
kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.3
Tabel 3.3 Daftar Siswa Kelas IV MI Ma’arif Gedangan
No Nama Siswa Jenis Kelamin 1 Nayla Octaviani Perempuan 2 Alwina Bilqis Perempuan 3 Aqila Munifatul K Perempuan 4 Arif Billah Mustofa Laki-laki 5 Azfairulli Rashad Laki-laki 6 Chairil Azzam R Laki-laki 7 Daffa Hafidz Ibni Laki-laki 8 Devina Naylasari Perempuan 9 Febriani Wulandari Perempuan 10 Ferry Adjie Musthofa Laki-laki 11 Hamna Rosita Perempuan 12 Hanan Ramandhani Perempuan 13 Hendry Maulana S Laki-laki 14 Muhamat Aqsathurreyvanka Laki-laki 15 Muhamad Firsha Arrahman Laki-laki 16 Mukhamad Khoirul Muzaki Laki-laki 17 Muhammad Reyhan Yusuf Laki-laki 18 Muhammad Saiful Rijal Laki-laki 19 Muhammad Tastaftian Laki-laki 20 Nino Bastian Wibowo Laki-laki 21 Nurma Sakira Perempuan 22 Raffa Andhika Mahdavikia Laki-laki 23 Rahadian Putra Pratama Laki-laki 24 Rahma Dara Kinanti Perempuan 25 Rama Yunanda Putra Laki-laki 26 Revica Bellicia Putri Perempuan 27 Suci Aska Anggun Perempuan 28 Wafda Wakhsakti Perempuan 29 Wildan Maulana Ikhsan Laki-laki 30 Zilvia Silfiana Ramandhani Perempuan 31 Azka Khafidz Islami Laki-laki 32 Mila Nur Rahayu Perempuan 33 Agusta Putra Pratama Laki-laki
(Sumber: Dokumentasi Sekolah)
63
6. Kolabolator Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan jenis penelitian
kolaboratif. Guru kelas IV MI Ma’arif yaitu Ibu Siti Nur Fatimah, S.Pd.I.
yang melakukan kegiatan proses pembelajaran bersama siswa. Peneliti
membantu guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan
menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan serta melakukan
pengamatan terhadap guru dan siswa berkaitan dengan langkah-langkah
proses pembelajaran dan pelaksanaan model pembelajaran Quantum
Learning dengan Media Wayang.
7. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian ini dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu 2 siklus di
MI Ma’arif. Waktu pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.4
Tabel 3.4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
No Siklus Pelaksanaan Penelitian 1 Siklus I Kamis, 20 Februari 2020 2 Siklus II Sabtu, 29 Februari 2020
(Sumber: Data Primer)
B. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua
siklus penelitian. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
1. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan
tindakan Siklus I adalah sebagai berikut:
a) Peneliti menyiapkan RPP materi keberagaman suku
bangsa tema indahnya keragaman di Negeriku
64
subtema 1 keragaman suku bangsa di negeriku dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum
Learning;
b) Peneliti membuat LKK yang akan digunakan siswa
saat kegiatan pembelajaran materi keberagaman suku
bangsa di Negeriku;
c) Peneliti menyiapkan soal evaluasi;
d) Peneliti menyiapkan media pembelajaran berupa
wayang;
e) Penelitian menyiapkan soal evaluasi materi
keberagaman suku bangsa;
f) Peneliti menyiapkan lembar observasi keterampilan
guru dalam melaksanakan pembelajaran materi
keberagaman suku bangsa sesuai dengan RPP yang
telah disusun; dan
g) Peneliti menyiapkan lembar observasi keterampilan
guru dan aktivitas siswa dalam melaksanakan
pembelajaran materi keberagaman suku bangsa
menggunakan model pembelajaran Quantum
Learning.
b. Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas Siklus I dilaksanakan pada Kamis, 20
februari 2020 pukul 09.00 sampai dengan 10.10 WIB di ruang kelas
IV MI Ma’arif Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
dengan jumlah siswa sebanyak 33 siswa dan seluruh siswa hadir.
65
Penelitian tindakan kelas ini berlangsung selama satu kali pertemuan
(2 × 35 menit). Materi yang diajarkan pada Siklus I adalah tentang
keberagaman suku bangsa. Berikut ini adalah langkah-langkah
pelaksanaan Siklus I:
a) Kegiatan Awal (10 menit)
1) Guru mengucap salam dan mengajak semua siswa
untuk berdoa;
2) Guru menunjuk salah satu siswa untuk memimpin doa;
3) Guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa
serta memeriksa kerapihan pakaian, posisi ditempat duduk
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran;
4) Guru menyampaikan materi/tema yang akan
dipelajari, yaitu keragaman suku bangsa;
5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dengan jelas dan bermakna;
6) Guru memberikan apersepsi tentang manfaat
keragaman suku bangsa dalam kehidupan sehari-hari;
7) Guru memberikan suggesti positif kepada siswa
bahwa belajar kita tidak membosankan karena akan
dilaksanakan dengan permainan dan menyenangkan;
8) Guru menanamkan sikap disiplin positif kepada para
siswa.
b) Kegiatan Inti (50 menit)
1) Mengamati
1. Siswa membaca teks dan mengamati sebuah
66
gambar tentang keragaman suku bangsa dalam
buku siswa;
2. Guru meminta siswa membedakan atara
keragaman suku bangsa dalam teks bacaan
dengan keragaman suku bangsa dalam
lingkungan sekitar; (tumbuhkan)
3. Siswa mengamati media yang dibawa oleh guru
berupa wayang.
2) Menanya
1. Guru menanyakan apakah ada perbedaan suku
bangsa dalam lingkungan sekitar? (tumbuhkan)
2. Guru menanyakan kepada siswa faktor-faktor
yang mempengaruhi perbedaan suku bangsa
dilingkungan sekitar; (tumbuhkan)
3. Guru menunjuk satu/dua anak yang rumahnya
di pedesaan untuk menceritakan kehidupan
keragaman suku bangsa yang ada disekitar
tempat tinggalnya;(alami)
4. Siswa bersama guru melakukan tanya jawab
mengenai wayang-wayang yang dibawa oleh
guru;
5. Guru mengajak siswa untuk mengidentifikasi
macam-macam wayang yang di bawa oleh guru;
(Namai)
67
6. Guru mengajukan pertanyaan “apa yang akan
dilakukan pada wayang-wayang tersebut?” dan
“apa yang dimaksud dengan keberagaman suku
bangsa?”
7. Siswa menjawab pertanyaan tersebut untuk
menstimulus rasa ingin tahu siswa tentang topik
yang akan dipelajari; dan
8. Guru mengkonfirmasi dan memberikan
apresiasi terhadap jawaban siswa.
3) Mencoba
1. Guru menuliskan pengertian keberagaman suku
bangsa di papan tulis;
2. Guru membentuk kelompok, masing-masing
terdiri dari 4-5 siswa;
3. Guru meminta siswa untuk mencoba membaca
teks keragaman suku bangsa dalam buku siswa;
4. Siswa berdiskusi kelompok untuk melengkapi
table kata-kata sulit dan artinya dari teks bacaan
pada buku siswa. Hasil pekerjaan ini dapat
digunakan untuk bahan tanya jawab antar siswa;
5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan tanya jawab mengenai teks
keragaman suku bangsa;
6. Guru membagi wayang-wayang tersebut ke
68
semua kelompok untuk diidentifikasi dan
mengaplikasikannya kedalam papan peta yang
disediakan oleh guru;(demontrasikan)
4) Mengasosiasi
1. Guru mengaitkan masalah adanya perbedaan
adat istiadat dalam suatu masyarakat;
2. Guru membimbing siswa untuk
menyebutkan dan menghafal keberagaman
suku bangsa dengan lengkap dan
mudah;(Ulangi)
3. Guru memberikan penekanan kepada siswa
bahwa sangatlah penting mengetahui
perbedaan suku bangsa dalam masyarakat,
oleh karena itu harus bersyukur kepada Allah
SWT karena memiliki banyak sekali
keragaman suku bangsa di Indonesia; dan
4. Guru memberikan penekanan kepada siswa
bahwa hal yang dapat kita lakukan untuk
memberikan dampak positif terhadap
keragaman suku bangsa adalah sikap
toleransi.
5) Mengkomunikasikan
1. Guru membimbing siswa untuk
mempresentasikan hasil diskusi mereka
69
mengenai pengaplikasian media dari guru
tentang keragaman suku bangsa.
(Demontrasikan);
2. Guru meminta kelompok lain untuk
menanggapi dan memberi masukan;
3. Setelah selesai siswa kembali ke tempat
duduknya masing-masing;
4. Guru membimbing siswa untuk
menyebutkan macam-macam suku bangsa di
Indonesia yang telah siswa pelajari;(Ulangi)
5. Siswa mengerjakan soal sebagai evaluasi
(penilaian) yang langsung akan dibacakan
oleh guru nilai terbaik dan guru memberikan
motivasi serta dukungan kepada siswa yang
nilainya rendah (Rayakan).
c) Penutup (10 menit)
1) Guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai
pembelajaran materi keragaman suku bangsa;
2) Guru memberikan kesempatan bertanya bagi siswa
yang belum paham;
3) Guru memberikan evaluasi hasil belajar;
4) Guru bersama siswa memberikan koreksi hasil belajar;
5) Guru memberikan tugas individual; dan
6) Guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama
dan mengucap salam.
70
c. Pengamatan
Pengamatan ini dilaksanakan oleh peneliti secara langsung
saat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi
yang telah disusun. Peneliti menggunakan dua lembar observasi yaitu
lembar observasi pertama digunakan untuk mengamati keterampilan
guru dalam melaksanakan pembelajaran materi keragaman suku
bangsa pada tema Indahnya Keragaman di Negeriku sesuai dengan
RPP. Lembar observasi kedua digunakan untuk mengamati
keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam melaksanakan
pembelajaran materi keragaman suku bangsa pada tema Indahnya
Keragaman di Negeriku dengan menggunkaan model pembelajaran
quantum learning dengan media wayang. Hasil pengamatan berupa
lembar catatan lapangan (terlampir).
d. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi terhadap hasil pelaksanaan
pembelajaran guru dan siswa pada Siklus I untuk mengetahui
kelemahan kegiatan pembelajaran sehingga dapat digunakan
sebagai acuan perbaikan pada siklus berikutnya untuk mencapai
indikator pembelajaran. Kelemahan-kelemahan yang dihadapi pada
pelaksanaan Siklus I sebagai berikut:
1. Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
jelas dan bermakna;
2. Guru tidak mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-
hari;
3. Beberapa siswa tidak memperhatikan penjelasan guru;
71
4. Guru kurang memberikan pemahaman konsep; dan
5. Guru kurang melatih siswa dalam kegiatan pemecahan
masalah.
Peneliti bersama dengan guru melakukan diskusi untuk
mengatasi kelemahan-kelamahan yang terjadi saat pelaksanaan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran quantum learning
pada Siklus I. Hal ini dilakukan untuk merencanakan perbaikan
supaya pada siklus berikutnya tidak terjadi lagi kesalahan yang
sama. Rencana perbaikan tersebut sebagaimana dituliskan di bawah
ini:
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas dan
bermakna;
2. Guru mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari;
3. Guru memancing rasa ingin tahu siswa agar beberapa siswa
yang tidak memperhatikan menjadi tertarik memperhatikan;
4. Guru melakukan percobaan untuk memberikan pemahaman
konsep; dan
5. Guru melatih siswa dalam kegiatan pemecahan masalah.
Kelemahan-kelemahan yang telah peneliti paparkan
merupakan salah satu komponen yang menyebabkan indikator
keberhasilan pembelajaran tidak tercapai, pada Siklus II diharapkan
melalui model pembelajaran quantum learning pada mata pelajaran
IPS materi materi keragaman suku bangsa pada tema Indahnya
Keragaman di Negeriku hasil belajar siswa dapat meningkat.
2) Deskripsi Siklus II
72
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan
tindakan Siklus II adalah sebagai berikut:
1) Peneliti menyiapkan RPP materi keragaman agama
dan budaya tema indahnya keragaman di Negeriku
subtema 1 dan 2, keragaman Agama di Negeriku dan
Indahnya keragaman budaya di Negeriku dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum
Learning;
2) Peneliti membuat LKK yang akan digunakan siswa
saat kegiatan pembelajaran materi keragaman agama
dan budaya di negeriku;
3) Peneliti menyiapkan soal evaluasi;
4) Peneliti menyiapkan media pembelajaran berupa
wayang;
5) Penelitian menyiapkan soal evaluasi materi
keberagaman agama dan budaya;
6) Peneliti menyiapkan lembar observasi keterampilan
guru dalam melaksanakan pembelajaran materi
keberagaman agama dan budaya sesuai dengan RPP
yang telah disusun; dan
7) Peneliti menyiapkan lembar observasi keterampilan
guru dan aktivitas siswa dalam melaksanakan
pembelajaran materi keberagaman agama dan budaya
menggunakan model pembelajaran Quantum
73
Learning.
b. Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas Siklus II dilaksanakan pada Sabtu, 29
Februari 2020 pukul 09.00 sampai dengan 10.10 WIB di ruang kelas
IV MI Ma’arif Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
dengan jumlah siswa sebanyak 33 siswa dan seluruh siswa hadir.
Penelitian tindakan kelas ini berlangsung selama satu kali pertemuan
(2 × 35 menit). Materi yang diajarkan pada Siklus II adalah tentang
keberagaman agama dan budaya. Berikut ini adalah langkah-langkah
pelaksanaan Siklus II:
a. Kegiatan Awal (10 menit)
1) Guru mengucap salam dan mengajak semua siswa
untuk berdoa;
2) Guru menunjuk salah satu siswa untuk memimpin doa;
3) Guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa
serta memeriksa kerapihan pakaian, posisi ditempat duduk
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran;
4) Guru menyampaikan materi/tema yang akan
dipelajari, yaitu keragaman agama dan budaya;
5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dengan jelas dan bermakna;
6) Guru memberikan apersepsi tentang manfaat
keragaman agama dan budaya dalam kehidupan
sehari-hari;
7) Guru memberikan suggesti positif kepada siswa
74
bahwa belajar kita tidak membosankan karena akan
dilaksanakan dengan permainan dan menyenangkan;
8) Guru menanamkan sikap disiplin positif kepada para
siswa.
b. Kegiatan Inti (50 menit)
a) Mengamati
1. Siswa membaca teks dan mengamati sebuah
gambar tentang keragaman agama dan budaya
dalam buku siswa;
2. Guru meminta siswa membedakan atara
keragaman agama dan budaya yang dalam teks
bacaan dengan keragaman agama dan budaya
dalam lingkungan sekitar; (tumbuhkan)
3. Siswa mengamati media yang dibawa oleh guru
berupa wayang.
b) Menanya
1. Guru menanyakan apakah ada perbedaan agama
dan budaya dalam lingkungan sekitar?
(tumbuhkan)
2. Guru menanyakan kepada siswa faktor-faktor
yang mempengaruhi perbedaan agama dan
budaya dilingkungan sekitar; (tumbuhkan)
3. Guru menunjuk satu/dua anak yang rumahnya di
pedesaan untuk menceritakan kehidupan
75
keragaman agama dan budaya yang ada disekitar
tempat tinggalnya;(alami)
4. Siswa bersama guru melakukan tanya jawab
mengenai wayang-wayang yang dibawa oleh
guru;
5. Guru mengajak siswa untuk mengidentifikasi
macam-macam wayang yang di bawa oleh guru;
(Namai)
6. Guru mengajukan pertanyaan “apa yang akan
dilakukan pada wayang-wayang tersebut?” dan
“apa yang dimaksud dengan keberagaman
agama dan budaya?”
7. Siswa menjawab pertanyaan tersebut untuk
menstimulus rasa ingin tahu siswa tentang topik
yang akan dipelajari; dan
8. Guru mengkonfirmasi dan memberikan apresiasi
terhadap jawaban siswa.
c) Mencoba
1. Guru menuliskan pengertian keberagaman agama
dan budaya di papan tulis;
2. Guru membentuk kelompok, masing-masing
terdiri dari 4-5 siswa;
3. Guru meminta siswa untuk mencoba membaca
teks keragaman agama dan budaya dalam buku
76
siswa;
4. Siswa berdiskusi kelompok untuk melengkapi
table kata-kata sulit dan artinya dari teks bacaan
pada buku siswa. Hasil pekerjaan ini dapat
digunakan untuk bahan tanya jawab antar siswa;
5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan tanya jawab mengenai teks
keragaman agama dan budaya;
6. Guru membagi wayang-wayang tersebut ke
semua kelompok untuk diidentifikasi dan
mengaplikasikannya kedalam papan peta yang
disediakan oleh guru;(demontrasikan)
d) Mengasosiasi
1. Guru mengaitkan masalah adanya perbedaan
adat istiadat, bentuk rumah dalam suatu
masyarakat;
2. Guru membimbing siswa untuk menyebutkan
dan menghafal keragaman Agama dan Budaya
dengan lengkap dan mudah (Ulangi);
3. Guru memberikan penekanan kepada siswa
bahwa sangatlah penting mengetahui perbedaan
agama dan budaya dalam masyarakat, oleh
karena itu harus bersyukur kepada Allah SWT
karena memiliki banyak sekali keragaman
77
agama dan budaya di Indonesia; dan
4. Guru memberikan penekanan kepada siswa
bahwa hal yang dapat kita lakukan untuk
memberikan dampak positif terhadap keragaman
agama dan budaya adalah sikap toleransi.
(aplikasi konsep)
e) Mengkomunikasikan
1. Guru membimbing siswa untuk
mempresentasikan hasil diskusi mereka
mengenai pengaplikasian media dari guru
tentang keragaman agama dan budaya.
(Demontrasikan);
2. Guru meminta kelompok lain untuk menanggapi
dan memberi masukan;
3. Setelah selesai siswa kembali ke tempat
duduknya masing-masing;
4. Guru membimbing siswa untuk menyebutkan
macam-macam keragaman agama dan budaya di
Indonesia yang telah siswa pelajari;(Ulangi)
5. Siswa mengerjakan soal sebagai evaluasi
(penilaian) yang langsung dibacakan oleh guru
nilai terbaik dan memberikan motivasi serta
arahan kepada siswa yang mendapat nilai rendah
(Rayakan).
c. Penutup (10 menit)
78
1. Guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai
pembelajaran materi keragaman agama dan budaya;
2. Guru memberikan kesempatan bertanya bagi siswa yang
belum paham;
3. Guru memberikan evaluasi hasil belajar;
4. Guru bersama siswa memberikan koreksi hasil belajar;
5. Guru memberikan tugas individual; dan
6. Guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama dan
mengucap salam.
e. Pengamatan
Pengamatan ini dilaksanakan oleh peneliti secara langsung
saat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi
yang telah disusun. Peneliti menggunakan dua lembar observasi yaitu
lembar observasi pertama digunakan untuk mengamati keterampilan
guru dalam melaksanakan pembelajaran materi keragaman agama
dan budaya pada tema Indahnya Keragaman di Negeriku sesuai
dengan RPP. Lembar observasi kedua digunakan untuk mengamati
keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam melaksanakan
pembelajaran materi keragaman agama dan budaya pada tema
Indahnya Keragaman di Negeriku dengan menggunkaan model
pembelajaran quantum learning dengan media wayang. Hasil
pengamatan berupa lembar catatan lapangan (terlampir).
f. Refleksi
Refleksi yang dilakukan pada peneliti hasil pelaksanaan
penelitian Siklus II menunjukkan bahwa pada Siklus II sudah tidak
79
ditemukan lagi kelemahan dalam proses pembelajaran. Kelemahan-
kelemahan yang terjadi pada Siklus I dapat diatasi pada Siklus II.
Peneliti menghentikan penelitian sampai Siklus II karena hasil
belajar siswa sudah menunjukkan indikator ketuntasan klasikal yang
diharapkan yaitu 85% siswa tuntas belajar. Siswa yang tidak tuntas
pada Siklus II akan diberikan tindakan mandiri berupa latihan-
latihan atau remidi.
80
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Paparan Siklus I
Penelitian Siklus I dilaksanakan pada Kamis, 20 Februari 2020.
Pembelajaran berlangsung selama 2x35 menit. Materi pokok yang diajarkan
pada Siklus I adalah Keragaman Suku Bangsa di Negeriku. Pada siklus I
pengumpulan data hasil belajar siswa menggunakan tes tertulis diakhir
pembelajaran dan lembar observasi. Dari instrumen tersebut diperoleh data
tentang nilai hasil belajar siswa dalam pembelajaran.
1. Deskripsi data hasil observasi siswa
Lembar observasi siswa digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa
pada saat proses pembelajaran berlangsung, dalam hal ini adalah
pembelajaran IPS materi keragaman suku bangsa dengan menggunakan
model quantum learning dengan media wayang. Lembar observasi siswa
yang digunakan berjumlah 21 butir aktivitas yang harus diamati oleh
peneliti, dengan memberikan skor nilai 1 sampai 4. Data ini diambil
untuk mengetahui seberapa besar aktivitas siswa dalam pembelajaran
IPS materi keragaman suku bangsa dengan menggunakan model
quantum learning dengan media wayang.
2. Lembar observasi guru
Lembar observasi guru digunakan untuk mengetahui kesesuaian guru
dengan langkah-langkah yang disusun dalam pembelajaran, dalam hal
ini adalah pembelajaran IPS materi keragaman suku bangsa di Negeriku
menggunakan model quantum learning dengan media wayang. Lembar
81
observasi guru yang digunakan berjumlah 20 butir aktivitas yang harus
diamati oleh peneliti, dengan memberikan rentang skor 1 sampai 4
sehingga jumlah skor maksimal yang diperoleh adalah 80 dan skor
minimum adalah 20. Data ini diambil untuk mengetahui seberapa besar
aktivitas guru dalam pembelajaran IPS materi keragaman suku bangsa di
Negeriku menggunakan model quantum learning dengan media wayang.
Jumlah skor aktivitas guru yang diperoleh adalah 45 yaitu masuk
kategori baik. aktivitas yang memperoleh skor 4 ada 1 butir , yang
memperoleh skor 3 ada 8 butir, yang memperoleh skor 2 ada 6 butir dan
yang memperoleh skor 1 ada 5 butir.
3. Deskripsi Hasil Belajar Siswa
Dari hasil evaluasi berupa tes tertulis yang dilakukan pada akhir
pembelajaran pada siklus I menggunakan model quantum learning
dengan media wayang pada mata pelajaran IPS materi keragaman suku
bangsa di Negeriku diperoleh nilai hasil belajar pada Siklus I dapat
dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1. NO 70 Tuntas
2. AB 40 Tidak Tuntas
3. AMK 70 Tuntas
4. ABM 70 Tuntas
5. AR 80 Tuntas
6. CAR 90 Tuntas
7. DHI 60 Tidak Tuntas
Bersambung …
82
Sambungan…
8. DN 70 Tuntas
9. FW 60 Tidak Tuntas
10. FAM 50 Tidak Tuntas
11. HM 50 Tidak Tuntas
12. HR 90 Tuntas
13. HMS 70 Tuntas
14. MA 50 Tidak Tuntas
15. MFA 60 Tidak Tuntas
16. MKM 70 Tuntas
17. MRY 40 Tidak Tuntas
18 MSR 70 Tuntas
19. MT 80 Tuntas
20. NBW 70 Tuntas
21. NS 100 Tuntas
22. RAM 40 Tidak Tuntas
23. RPP 70 Tuntas
24. RDK 100 Tuntas
25. RYP 80 Tuntas
26. RBP 70 Tuntas
27. SAA 100 Tuntas
28. WW 80 Tuntas
29. WMI 60 Tidak Tuntas
30. ZSR 70 Tuntas
31. AKI 70 Tuntas
32. MNR 90 Tuntas
33. APP 50 Tidak Tuntas
Bersambung …
83
Sambungan…
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 40
Rata-rata 69,39
Keterangan:
Tuntas = 22
Tidak Tuntas = 11
Persentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:
∑ siswa yang tuntas P = X 100 % ∑ siswa
22 = X 100 %
33
= 66,66 %
= 67% (Pembulatan)
Table 4.1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa
pada siklus I mencapai 69,39. Hasil pengamatan yang peneliti lakukan
pada Siklus I menunjukkan bahwa siswa terlihat bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran dengan melalui model pembelajaran Quantum
Learning dengan media Wayang, meskipun belum semua siswa aktif
dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang tuntas belajar (mencapai
KKM) terdapat 22 siswa (67%) siswa tuntas belajar mengalami
peningkatan dari nilai prasiklus. Siswa yang sudah mendapatkan nilai
tuntas belajar menyatakan bahwa siswa memahami alur pembelajaran dan
dapat memahami cara guru menyampaikan pelajaran sehingga paham dan
dapat nilai tuntas. Sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar (di bawah
84
KKM) 11 siswa (33%). Hasil belajar pada siklus I secara klasikal belum
berhasil karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 (nilai KKM) hanya
mencapai 67% dari jumlah siswa secara keseluruhan. Hasil persentase
belum mencapai indikator keberhasilan secara klasikal yaitu 85% dari
jumlah seluruh siswa, jadi harus dilaksanakan siklus selanjutnya yaitu
siklus II pada waktu yang akan ditentukan.
4. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi terhadap hasil pelaksanaan pembelajaran guru
dan siswa pada Siklus I untuk mengetahui kendala dan faktor keberhasilan
kegiatan pembelajaran sehingga dapat digunakan sebagai acuan perbaikan
pada siklus berikutnya untuk mencapai indikator pembelajaran. kendala
yang dihadapi pada pelaksanaan Siklus I sebagai berikut:
1. Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas dan
bermakna;
2. Guru tidak mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari;
3. Beberapa siswa tidak memperhatikan penjelasan guru;
4. Guru kurang memberikan pemahaman konsep;
5. Guru kurang melatih siswa dalam kegiatan pemecahan masalah;
dan
6. Ada beberapa siswa yang gaduh dan mengobrol sendiri.
Peneliti bersama dengan guru melakukan diskusi untuk mengatasi
kendala yang terjadi saat pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran quantum learning pada Siklus I. Sedangkan faktor
keberhasilan dalam siklus I ini adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang di sampaikan guru secara keseluruhan
85
menggunakan model quantum learning dengan media wayang
sudah menarik sebagian perhatian siswa; dan
2. Dengan belajar menyenangkan menggunakan model quantum
learning dengan media wayang guru tidak terlalu banyak ceramah
akan tetapi siswa tetap memahami pembelajaran.
Kendala-kendala yang telah peneliti paparkan merupakan salah satu
komponen yang menyebabkan indikator keberhasilan pembelajaran tidak
tercapai, pada Siklus II diharapkan melalui model pembelajaran quantum
learning pada mata pelajaran IPS materi materi keragaman suku bangsa
pada tema Indahnya Keragaman di Negeriku hasil belajar siswa dapat
meningkat.
B. Deskripsi Paparan Siklus II
Penelitian Siklus II dilaksanakan pada Sabtu, 29 Februari 2020. Pembelajaran
berlangsung selama 2 x 35 menit. Materi pokok yang diajarkan pada siklus II
adalah Keragaman Agama dan Budaya di Negeriku. Pada siklus II
pengumpulan data hasil belajar siswa menggunakan tes tertulis diakhir
pembelajaran dan lembar observasi. Dari instrumen tersebut diperoleh data
tentang nilai hasil belajar siswa dalam pembelajaran.
1. Deskripsi data hasil observasi siswa
Lembar observasi siswa digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa
pada saat proses pembelajaran berlangsung, dalam hal ini adalah
pembelajaran IPS materi keragaman agama dan budaya di Negeriku
dengan menggunakan model quantum learning dengan media wayang.
Lembar observasi siswa yang digunakan berjumlah 21 butir aktivitas
yang harus diamati oleh peneliti, dengan memberikan skor nilai 1
86
sampai 4. Data ini diambil untuk mengetahui seberapa besar aktivitas
siswa dalam pembelajaran IPS materi keragaman agama dan budaya di
negeriku dengan menggunakan model quantum learning dengan media
wayang.
2. Lembar observasi guru
Lembar observasi guru digunakan untuk mengetahui kesesuaian guru
dengan langkah-langkah yang disusun dalam pembelajaran, dalam hal
ini adalah pembelajaran IPS materi keragaman agama dan budaya di
Negeriku menggunakan model quantum learning dengan media
wayang. Lembar observasi guru yang digunakan berjumlah 20 butir
aktivitas yang harus diamati oleh peneliti, dengan memberikan rentang
skor 1 sampai 4 sehingga jumlah skor maksimal yang diperoleh adalah
80 dan skor minimum adalah 20. Data ini diambil untuk mengetahui
seberapa besar aktivitas guru dalam pembelajaran IPS materi
keragaman agama dan budaya di Negeriku menggunakan model
quantum learning dengan media wayang. Jumlah skor aktivitas guru
yang diperoleh adalah 68 yaitu masuk kategori baik. aktivitas yang
memperoleh skor 4 ada 8 butir dan yang memperoleh skor 3 ada 12.
3. Deskripsi Hasil Belajar Siswa
Dari hasil evaluasi berupa tes tertulis yang dilakukan pada akhir
pembelajaran pada siklus II menggunakan model quantum learning
dengan media wayang pada mata pelajaran IPS materi keragaman agama
dan budaya di Negeriku diperoleh nilai hasil belajar pada Siklus II dapat
dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II
87
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1. NO 100 Tuntas
2. AB 60 Tidak Tuntas
3. AMK 90 Tuntas
4. ABM 90 Tuntas
5. AR 70 Tuntas
6. CAR 90 Tuntas
7. DHI 70 Tuntas
8. DN 80 Tuntas
9. FW 90 Tuntas
10. FAM 70 Tuntas
11. HM 80 Tuntas
12. HR 80 Tuntas
13. HMS 70 Tuntas
14. MA
60 Tidak Tuntas
15. MFA
80 Tuntas
16. MKM 90 Tuntas
17. MRY 80 Tuntas
18 MSR 60 Tidak Tuntas
19. MT 70 Tuntas
20. NBW 70 Tuntas
21. NS 100 Tuntas
22. RAM 60 Tidak Tuntas
23. RPP 90 Tuntas
24. RDK 80 Tuntas
25. RYP 70 Tuntas
26. RBP 70 Tuntas
Bersambung…
88
Sambungan…
27. SAA 100 Tuntas
28. WW 90 Tuntas
29. WMI 100 Tuntas
30. ZSR 90 Tuntas
31. AKI 90 Tuntas
32. MNR 90 Tuntas
33. APP 70 Tuntas
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 60
Rata-rata 80,30
(Sumber: Data primer)
Keterangan:
Tuntas = 29
Tidak Tuntas = 4
Persentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:
∑ siswa yang tuntas P = X 100 % ∑ siswa
29 = X 100 %
33
= 87,87 %
= 88 % (pembulatan)
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa
pada Siklus II mencapai 80,30. Hasil pengamatan yang peneliti lakukan
pada Siklus II menunjukkan bahwa kelemahan-kelemahan yang terjadi
pada Siklus I dapat diperbaiki pada siklus II sehingga penelitian dikatakan
berhasil. Seluruh siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan
89
antusias sehingga pelajaran dapat tersampaikan dengan baik. Terlebih guru
sudah menguasai dengan baik model quantum learning tersebut. Siswa
yang sudah tuntas belajar terdapat 29 siswa (88%), sedangkan yang tidak
tuntas belajar 4 siswa (12%). Hasil belajar pada Siklus II menunjukkan
bahwa hasil pembelajaran sudah mencapai indikator ketuntasan klasikal
yang telah ditetapkan yaitu 85% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai
70 (nilai KKM). Pembelajaran pada Siklus II dianggap berhasil sehingga
penelitian dihentikan sampai Siklus II.
4. Refleksi
Refleksi yang dilakukan pada peneliti hasil pelaksanaan penelitian Siklus
II menunjukkan bahwa pada Siklus II sudah tidak ditemukan lagi
kelemahan (kendala) dalam proses pembelajaran. Kendala-kendala yang
terjadi pada Siklus I dapat diatasi pada Siklus II. Peneliti menghentikan
penelitian sampai Siklus II karena hasil belajar siswa sudah menunjukkan
indikator ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu 85% siswa tuntas
belajar. Siswa yang tidak tuntas pada Siklus II akan diberikan tindakan
mandiri berupa latihan-latihan atau remidi. Faktor keberhasilan pada
sisklus II ini adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang di sampaikan guru secara keseluruhan
menggunakan model quantum learning dengan media wayang
sudah sangat menarik perhatian siswa sehingga siswa bersemangat;
2. Siswa terhipnotis dengan media wayang sebagai media
pembelajaran sehingga siswa paham tanpa harus menghafal keras;
dan
90
3. Guru sudah sangat bisa menggunakan model quantum learning
dengan media wayang sehingga meminimalisir guru ceramah
sehingga pembelajaran menjadi efisien dan bermakna.
C. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian berdasarkan analisis pengumpulan data
diperoleh rekapitulasi data hasil belajar siswa. Rekapitulasi hasil belajar siswa
dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I s.d II
(Sumber: Data Primer)
Tabel 4.3 menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah
dilakukannya tindakan. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada
setiap siklus merupakan bukti keberhasilan penggunaan model pembelajaran
Quantum Learning dengan media wayang pada kegiatan pembelajaran.
Data yang diperoleh dari hasil belajar siswa pada Siklus I terdapat 22 siswa
(67%) yang tuntas belajar, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar (di bawah
KKM) 11 siswa (33%) dengan nilai rata-rata 69,39. Hasil persentase belum
mencapai indikator keberhasilan secara klasikal yang telah ditetapkan, jadi
penelitian dilanjutkan pada Siklus II dengan materi dan waktu yang berbeda.
Data ketuntasan hasil belajar siswa pada Siklus I dapat dicermati pada gambar
4.1 sebagai berikut:
Siklus Rata-rata Kategori Jumlah Persentase
I 69,39 Tuntas 22 67%
Tidak Tuntas 11 33%
II 80,30 Tuntas 29 88%
Tidak Tuntas 4 12%
91
Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
(Sumber: Data Primer)
Hasil belajar siswa pada Siklus II terdapat 29 siswa (88%) yang tuntas
belajar dan 4 siswa (12%) yang tidak tuntas belajar dengan nilai rata-rata
80,30. Data yang didapatkan pada Siklus II menunjukkan bahwa nilai hasil
belajar siswa dari Siklus I ke Siklus II mengalami peningkatan 21%. Hasil
belajar siswa pada Siklus II sudah mencapai indikator ketuntasan klasikal yang
telah ditetapkan yaitu 85% dari jumlah siswa memperoleh nilai 70 (nilai KKM)
sehingga penelitian tindakan kelas dihentikan pada Siklus II ini. Siswa yang
tidak tuntas belajar pada Siklus II akan diberikan tindakan mandiri berupa
latihan-latihan atau remidi yang dipantau oleh guru sehingga diharapkan
semua siswa tuntas belajar. Data ketuntasan hasil belajar siswa pada Siklus II
dapat dilihat pada gambar 4.2 sebagai berikut:
67%
33%
Tuntas Tidak Tuntas
92
Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
(Sumber: Data Primer)
Pembahasan ketuntasan belajar siswa Siklus I – Siklus II dapat dicermati
pada gambar 4.3
Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan belajar Siswa Siklus I s.d Siklus II
(Sumber: Data Primer)
Pembahasan ketuntasan belajar siswa siklus I – Siklus II selain
88%
12%
Tuntas Tidak Tuntas
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
Siklus I Siklus II
67%
88%
Siklus I Siklus II
93
ditunjukkan dengan diagram batang di atas, juga bisa digambarkan dengan
diagam lingkaran. Pembahasan ketuntasan belajar siswa siklus I – Siklus
II dapat dicermati pada gambar 4.4
Gambar 4.4 Diagram Ketuntasan belajar Siswa Siklus I s.d Siklus II
(Sumber: Data Primer)
Gambar 4.3 dan gambar 4.4 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
setelah diterapkan model pembelajaran Quantum Learning terjadi
peningkatan dari Siklus I terdapat 67% siswa tuntas belajar, Siklus II 88%
siswa tuntas belajar. Peningkatan siswa yang tuntas belajar dari Siklus I ke
Siklus II 21%.
67%
88%
Siklus I Siklus II
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran Quantum Learning dengan media wayang dapat
meningkatkan hasil belajar materi Keberagaman Suku Bangsa Agama dan
Budaya di Negeriku pada siswa kelas IV MI Ma’arif Gedangan Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2019/2020. Model
Pembelajaran Quantum Learning dengan media wayang adalah model serta
media yang menarik dan menyenangkan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Peningkatan siswa yang tuntas belajar dari Siklus I ke Siklus II 21%.
Hal ini dapat dilihat dari perolehan ketuntasan hasil belajar siswa pada Siklus
I 67% siswa tuntas belajar, Siklus II 88% siswa tuntas belajar. Guru
memberikan remidiasi kepada 12% (4 siswa) yang belum tuntas belajar.
B. Saran
1. Bagi Siswa
1. Siswa seharusnya aktif dalam kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Quantum
Learning;
2. Siswa seharusnya terlibat penuh saat proses percobaan
dengan menggunakan model pembelajaran Quantum
Learning; dan
3. Siswa seharusnya dapat menemukan pemantapan konsep
saat pembelajaran dengan menggunakan model
95
pembelajaran Quantum Learning.
2. Bagi Guru
1. Guru seharusnya mengaitkan materi dengan kehidupan
sehari-hari;
2. Guru seharusnya memancing siswa untuk melakukan
kegiatan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-
hari; dan
3. Guru sebaiknya menerapkan model pembelajaran
Quantum Learning pada pokok bahasan lain yang
menyangkut tentang lingkungan sekitar, karena penelitian
tindakan kelas ini menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar siswa serta dengan melalui model pembelajaran
Quantum Learning siswa juga dapat mengaplikasikan ilmu
yang didapat di sekolah ke dalam lingkungan sekitar.
3. Bagi Sekolah
Sekolah sebaiknya memberikan pembinaan kepada guru
tentang model pembelajaran Quantum Learning yang memberikan
pengalaman langsung bagi siswa tentang masalah yang terjadi
untuk melatih kepekaan siswa terhadap lingkungan sekitar,
sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
96
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, dkk. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara. Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Christy, Euphemia Tia. 2015. Penggunaan Model Pembelajaran Quantum
untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Kanisius Pugeran. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma.
DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2004. Quantum Learning:
membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Bandung: Kaifa.
DePorter, Bobbi dkk. 2008. Quantum Teaching: Mempraktikkan
Quantum Learning di Ruang Kelas. Bandung: Kaifa. Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem
Pendidikan nasional. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif.Jakarta: PT Rineka Karya. Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta. Fathurrohman, Muhammad dan Sulistyorini. 2018. Belajar dan
Pembelajaran membantu Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Nasional. Yogyakarta: Kalimedia.
Haryanto, Sindung. 2016. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Kemendikbud. 2017. Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Surakarta: CV PUTRA NUGRAHA.
Mulyasa. 2011. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Novitasari, Arum. 2018. Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Jenis
Pekerjaan Melalui Metode Snowball Throwing dengan Media Wayang Profesi Pada Siswa Kelas IV Semester I MI Al-Mahmud Kumpulrejo 01 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019. Skripsi. Salatiga: IAIN Salatiga.
97
Oktavianti, Rizki dan Agus Wiyanto, Pengembangan Media Gayanghetun (Gambar Wayang Hewan dan Tumbuhan) dalam Pembelajaran Tematik TerintegrasiKelas IV SD, (Mimbar Sekolah Dasar 1 (1) 2014), hlm. 65. Jurnal.upi.edu/mimbar-sekolah-dasar.
Rachmawati, Tutik dan Daryanto. 2015. Teori Belajar dan Proses
Pembelajaran yang mendidik. Yogyakarta: Gava Media. Rasimin. 2012. Pembelajaran IPS; Teori, Aplikasi dan Evaluasi.Salatiga:
STAIN Salatiga press. Santosa, Iman Budhi. 2011. Saripati Ajaran Hidup Dahsyat Dari Jagad
Wayang. Jogjakarta: FlashBooks. Shoimin, Aris. 2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum
2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma
Pustaka. Supriyatun. 2017. Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Keragaman
Sosial dan Budaya Melalui Model Pembelajaran Koopratif Tipe Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kemusu Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Salatiga: IAIN Salatiga.
Suratman, dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Malang: Intimedia. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah
Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Susanto, Mery Aditaningrum Ramdhani. 2016. Penggunaan Model
Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada kelas IV SD Negeri Sinduadi 1 Kecamatan Milati Kabupaten Sleman Tahun 2016. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Triatno. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:
Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Warso, Agus Wasisto Dwi Doso. 2017. Publikasi Ilmiah Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Graha Cendekia.
98
99
100
101
102
103
104
105
Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus)
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1. NO 70 Tuntas
2. AB 30 Tidak Tuntas
3. AMK 60 Tidak Tuntas
4. ABM 50 Tidak Tuntas
5. AR 70 Tuntas
6. CAR 40 Tidak Tuntas
7. DHI 40 Tidak Tuntas
8. DN 50 Tidak Tuntas
9. FW 50 Tidak Tuntas
10. FAM 60 Tidak Tuntas
11. HM 40 Tidak Tuntas
12. HR 80 Tuntas
13. HMS 70 Tuntas
14. MA
60 Tidak Tuntas
15. MFA
50 Tidak Tuntas
16. MKM 70 Tuntas
17. MRY 60 Tidak Tuntas
18 MSR 60 Tidak Tuntas
19. MT 80 Tuntas
20. NBW 70 Tuntas
21. NS 80 Tuntas
22. RAM 60 Tidak Tuntas
23. RPP 70 Tuntas
24. RDK 50 Tidak Tuntas
25. RYP 60 Tidak Tuntas
Bersambung…
106
Sambungan…
26. RBP 40 Tidak Tuntas
27. SAA 70 Tuntas
28. WW 50 Tidak Tuntas
29. WMI 70 Tuntas
30. ZSR 60 Tidak Tuntas
31. AKI 80 Tuntas
32. MNR 60 Tidak Tuntas
33. APP 50 Tidak Tuntas
Nilai Tertinggi 80
Nilai Terendah 30
Rata-rata 59,39
Tuntas 12 siswa
Persentase Ketuntasan 36%
Tidak Tuntas 21 siswa
Persentase Tidak Tuntas 64%
107
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS I
Satuan Pendidikan : MI MA’ARIF GEDANGAN
Kelas / Semester : IV / 2
Tema 7 : Indahnya Keragaman di Negeriku
Sub Tema 1 : Keragaman Suku Bangsa di Negeriku
Pembelajaran : 3
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. KOMPETENSI INTI (KI)
KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca dan menanya) dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan peri-laku anak beriman
dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR (KD)
IPS
3.2 Mengidentifikasi keragaman budaya, atnis, dan agama di provinsi
setempat sebagai identitas bangsa Indonesia.
4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai keragaman budaya, etnis,
dan agama di Provinsi setempat sebagai identitas bangsa. Memahami
108
pentingnya upaya keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam
dan lingkungannya.
Indikator:
3.2.1 Memahami dan mengetahui keragaman budaya, etnis dan agama di
provinsi setempat sebagai indentitas bangsa Indonesia.
3.2.2 Menjelaskan dan mengidentifikasi keragaman budaya, etnis dan agama
di provinsi setempat sebagai indentitas bangsa Indonesia.
4.2.1 Mengidentifikasikan dan menyebutkan keragaman budaya, etnis, dan
agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa serta pentingnya
upaya keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam di lingkungan
dengan benar.
4.2.2 Mempresentasikan keragaman budaya, etnis, dan agama di provinsi
setempat sebagai identitas bangsa serta pentingnya upaya
keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam di lingkungan dengan
benar.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Setelah mencermati teks bacaan yang disajikan, siswa mampu menemukan
informasi tentang suku bangsa di Indonesia dengan benar.
2. Setelah membaca teks, siswa mampu menyebutkan informasi baru mengenai
suku bangsa di Indonesia dengan tepat.
3. Setelah berdiskusi, siswa mampu menuliskan kata sulit dalam bacaan dan
mampu menjelaskan artinya dengan tepat.
4. Setelah berdiskusi, siswa mampu menjelaskan dan menuliskan suku bangsa
di Indonesia.
5. Setelah melakukan percobaan, siswa mampu menjelaskan keragaman suku
bangsa di Negeriku.
6. Setelah melakukan pengamatan dan diskusi, siswa mampu menjelaskan
pengertian keragaman suku bangsa.
D. MATERI
1. Teks bacaan tentang Suku Bangsa di Indonesia
2. Table macam-macam Suku Bangsa di Indonesia
109
E. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik
Model : Quantum Learning
Metode :
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Penugasan
4. Ceramah
5. Praktek
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru mengucap salam dan
mengajak semua siswa untuk
berdoa;
Guru menunjuk salah satu siswa
untuk memimpin doa;
Guru menanyakan kabar dan
mengecek kehadiran siswa serta
memeriksa kerapihan pakaian,
posisi ditempat duduk
disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran;
Guru menyampaikan materi/
tema yang akan dipelajari, yaitu
keragaman suku bangsa;
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
10 menit
110
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
dengan jelas dan bermakna;
Guru memberikan apersepsi
tentang manfaat keragaman suku
bangsa dalam kehidupan sehari-
hari;
Guru memberikan suggesti
positif kepada siswa bahwa
belajar kita kali ini tidak
membosankan karena akan
dilaksanakan dengan permainan
dan menyenangkan.
Guru menanamkan sikap disiplin
positif kepada para siswa.
Inti Mengamati
Siswa membaca teks tentang
keragaman suku bangsa dan
agama dalam buku siswa;
Guru meminta siswa
50 menit
111
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
membedakan atara keragaman
suku bangsa di teks bacaan yang
siswa amati dengan keragaman
suku bangsa dalam lingkungan
sekitar; (tumbuhkan)
Siswa mengamati media yang
dibawa oleh guru berupa
wayang.
Menanya
Guru menanyakan apakah ada
perbedaan suku bangsa dalam
lingkungan sekitar? (tumbuhkan)
Guru menanyakan kepada siswa
faktor-faktor yang
mempengaruhi perbedaan suku
bangsa dilingkungan sekitar;
(tumbuhkan)
Guru menunjuk satu/dua anak
untuk menceritakan kehidupan
keragaman suku bangsa yang
ada disekitar tempat
tinggalnya;(alami)
Siswa bersama guru melakukan
tanya jawab mengenai wayang-
wayang yang dibawa oleh guru;
Guru mengajak siswa untuk
mengidentifikasi macam-
macam wayang yang di bawa
112
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
oleh guru; (Namai)
Guru mengajukan pertanyaan
“apa yang akan dilakukan pada
wayang-wayang tersebut?” dan
“apa yang dimaksud dengan
keberagaman suku bangsa?”
Siswa menjawab pertanyaan
tersebut untuk menstimulus rasa
ingin tahu siswa tentang topik
yang akan dipelajari; dan
Guru mengkonfirmasi dan
memberikan apresiasi terhadap
jawaban siswa.
Mencoba
Guru menuliskan pengertian
keberagaman suku bangsa di
papan tulis;
Guru membentuk kelompok,
masing-masing terdiri dari 4-5
siswa;
Guru meminta siswa untuk
mencoba membaca teks
keragaman suku bangsa dalam
buku siswa kembali;
Siswa berdiskusi kelompok
untuk melengkapi table kata-
kata sulit dan artinya dari teks
bacaan pada buku siswa. Hasil
113
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
pekerjaan ini dapat digunakan
untuk bahan tanya jawab antar
siswa;
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan
tanya jawab mengenai teks
keragaman suku bangsa;
Guru membagi wayang-wayang
tersebut ke semua kelompok
untuk diidentifikasi dan
mengaplikasikannya kedalam
papan peta yang disediakan oleh
guru;(demontrasikan)
Mengasosiasi
Guru mengaitkan masalah
adanya perbedaan adat istiadat
dalam suatu masyarakat;
Guru membimbing siswa untuk
114
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
menyebutkan dan menghafal
keragaman suku bangsa dengan
lengkap dan mudah (Ulangi);
Guru memberikan penekanan
kepada siswa bahwa sangatlah
penting mengetahui perbedaan
suku bangsa dalam masyarakat,
oleh karena itu harus bersyukur
kepada Allah SWT karena
memiliki banyak sekali
keragaman suku bangsa di
Indonesia; dan
Guru memberikan penekanan
kepada siswa bahwa hal yang
dapat kita lakukan untuk
memberikan dampak positif
terhadap keragaman suku bangsa
adalah sikap toleransi.
Mengkomunikasikan
Guru membimbing siswa untuk
mempresentasikan hasil diskusi
mereka mengenai pengaplikasian
media dari guru tentang
keragaman suku bangsa di
Indonesia. (Demontrasikan);
Guru meminta kelompok lain
untuk menanggapi dan memberi
masukan;
Setelah selesai siswa kembali ke
115
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
tempat duduknya masing-
masing;
Guru membimbing siswa untuk
menyebutkan macam-macam
suku bangsa di Indonesia yang
telah siswa pelajari;(Ulangi)
Siswa mengerjakan soal sebagai
evaluasi. (penilaian)
Guru membacakan hasil
pekerjaan siswa, dan mengumkan
yang mendapatkan hasil terbaik
serta memberi sengat serta
motivasi kepada siswa yang
nilainya rendah (Rayakan).
Penutup Guru bersama siswa membuat
kesimpulan mengenai
pembelajaran materi keragaman
suku bangsa;
Guru memberikan kesempatan
bertanya bagi siswa yang belum
paham;
Guru memberikan evaluasi hasil
belajar;
Guru bersama siswa
memberikan koreksi hasil
belajar;
Guru memberikan tugas
individual; dan
Guru menutup pembelajaran
10 menit
116
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
dengan berdoa bersama dan
mengucap salam.
G. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Buku Pedoman Guru Tema : Indahnya Keragaman di Negeriku Kelas 4
(Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2013).
Buku Siswa Tema : Indahnya Keragaman di Negeriku Kelas 4 (Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013).
Buku siswa, buku bacaan tentang suku bangsa di Indonesia, gambar-gambar
yang berhubungan.
Wayang kertas
H. PENILAIAN
1. Jenis Penilaian
a. Sikap
b. Pengetahuan
c. Ketrampilan
2. Bentuk Penilaian
a. Observasi
b. Evaluasi Soal
c. Unjuk Kerja
3. Instrumen Penilain
a. Rubrik Penilaian Sikap
b. Soal Pilihan Ganda
c. Rubrik Penilaian Pengetahuan dan Ketrampilan
117
118
119
120
LEMBAR KERJA KELOMPOK
Nama anggota Kelompok:
1.
2.
3.
4.
5.
Bentuklah kelompok Bersama 4-5 temanmu. Bacalah dalam hati teks “Suku
Bangsa di Indonesia”.
1. Adakah kata sulit yang kalian temukan pada bacaan tersebut? jika ada tuliskan
lalu carikan artinya. Tulislah dalam bentuk table sebagai berikut.
No Kata Sulit Artinya
121
Latihan Soal
1. Indonesia adalah negara yang memiliki kebudayaan yang beragam, karena
memiliki ….
a. Satu suku
b. Ribuan suku
c. Banyak undang-undang
d. Laut yang luas
2. Bhineka Tunggal Ika mempunyai arti ….
a. Beragam dan selalu bersatu
b. Berbeda-beda namun tetap Satu jua
c. Berbeda-beda suku namun satu kebudayaan
d. Keberagaman yang membawa kebahagiaan
3. Keberagaman suku bangsa dan agama di Indonesia tidak perlu dijadikan
masalah, justru merupakan salah satu ….
a. Kekayaan bangsa
b. Kelemahan bangsa
c. Budaya luar negeri
d. Kehebatan Dunia
4. Salah satu penyebab banyaknya suku bangsa yang ada di Indonesia adalah
….
a. Indonesia merupakan Negara di katulistiwa
b. Indonesia memiliki ribuan pulau
c. Indonesia memiliki penduduk yang ramah
d. Indonesia memiliki lautan yang luas
5. Dibawah ini yang bukan merupakan keragaman di Indonesia adalah ….
a. Suku bangsa
b. Bahasa
c. Bendera bangsa
d. Agama
6. Suku terbanyak penduduknya di Indonesia adalah suku ….
a. Sunda
b. Batak
122
c. Toraja
d. Jawa
7. Suku Asmat dan Suku Dani berasal dari ….
a. Sumatra
b. Sulawesi
c. Kalimantan
d. Papua
8. Suku-suku di bawah ini yang tidak berasal dari pulau Kalimantan adalah ….
a. Suku Dayak
b. Suku Minahasa
c. Suku Banjar
d. Suku Kutai
9. Suku Osing dan Suku Tengger berasal dari provinsi ….
a. Jawa Tengah
b. Sulawesi Utara
c. Jawa Timur
d. Nusa Tenggara Timur
10. Suku Alas, Gayo Lut, Gayo luwes, Singkil, Simeulue, Aneuk Jame,
Tamiang, dan Kluet dalah suku yang berasal dari daerah ….
a. Aceh
b. Sumatra
c. Jawa
d. Bali
Kunci jawaban
1. B 6. D
2. B 7. D
3. A 8. B
4. B 9. C
5. C 10. A
123
124
125
126
127
128
CATATAN LAPANGAN PELAKSANAAN SIKLUS I
A. LEMBAR PENGAMATAN GURU Nama guru yang diobservasi : Siti Nur Fatimah, S.Pd.I Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Materi : Keragaman Suku Bangsa Siklus ke : I (satu) Kelas / Semester : IV / 2 Waktu Pelaksanaan : 20 Februari 2020 Petunjuk : Berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang disediakan pada setiap tahapan pembelajaran berdasarkan pengamatan nyang dilakukan.
No Aspek Yang Diamati Skor Keterangan
A pendahuluan 1 2 3 4 1 Persiapan sarana pembelajaran √
2 Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran √
3 Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu √
4 Menghubungkan materi dengan lingkungan sehari-hari √
5 Memotivasi siswa √ B Kegiatan Inti
1 Menguasai materi pelajaran dengan baik √
2 Mesesuaikan materi yang dibahas dengan indikator √
3 Merperan sebagai fasilitator √
4 Mengajukan pertanyaan pada siswa √
5 Memberikan waktu tunggu pasa siswa untuk menjawab pertanyaan
√
6 Memberi kesempatan siswa untuk bertanya √
7 Menguasai alat dan bahan peraga √
8 Memberikan bimbingan pada kegiatan proses pembelajaran √
9 Mejelasan penyajian konsep √
10 Memberi contoh konkrit dalam kejadian yang ada dalam √
129
kehidupan, sesuai dengan yang diperagakan
11 Memberikan motivasi dan penguatan √
C Penutup
1 Membimbing siswa menyimpulkan materi √
2 Mengaitkan materi dengan pelajaran yang akan datang √
3 Memberi tugas pada siswa √ 4 Mengadakan evaluasi √
Keterangan:
A = 4 (sangat baik), apabila memperoleh skor 55-72
B = 3 (baik), apabila memperoleh skor 37-54
C = 2 (cukup), apabila memperoleh skor 19-36
D = 1 (kurang), apabila memperoleh skor 0-18
130
B. LEMBAR PENGAMATAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA Hari/Tanggal : Kamis/ 20 Februari 2020
Tempat/Lokasi : MI Ma’arif Gedangan
Waktu : 09.00-10.10 WIB
No Objek yang diamati Skor
Keterangan 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
a. Siswa fokus perhatiannya terhadap
pembelajaran √
b. Melaksanakan tugas dengan segera √
c. gerak-geriknya serius √
2 Minat siswa terhadap pelajaran
a. siswa tidak berhenti bekerja √
b. wajah siswa berseri-seri √
c. mencatat hal-hal yang penting √
3 Aktivitas Siswa
a. kalau tidak jelas mau bertanya √
b. segera menjawab ketika ditanya √
c. mencatat hal-hal yang penting √
4 Semangat belajar
a. masuk ruangan dengan segera √
b. seperti lupa waktu, pelajaran masih
harus bekerja √
c. kelihatan sibuk √
5 Suasana belajar menyenangkan
a. kelas terdengar ramai, sahut-
menyahut suara siswa √
b. hilir mudik tetapi tertuju untuk
pembelajaran √
c. setiap menyelesaikan tugas siswa
kelihatan gembira √
6 Keadaan pembelajaran lancar
131
a. kalau mau bertanya mengangkat
tangan √
b. masing-masing siswa asyik dengan
tugasnya √
c. ketua kelompok menegur kalau ada
siswa yang lalai √
7 Pelaksanaan pembelajaran lancar
a. penggalan setiap indikator sesuai
target waktu √
b. tidak terlihat ada kegiatan terhenti √
c. pelajaran selesai pada waktu yang
ditentukan √
Keterangan:
A = 4 (sangat baik), apabila memperoleh skor 55-72
B = 3 (baik), apabila memperoleh skor 37-54
C = 2 (cukup), apabila memperoleh skor 19-36
D = 1 (kurang), apabila memperoleh skor 0-18
Gedangan, 20 Februari 2020
Pengamat
Mubtadiul Alviani NIM: 23040160122
132
PENILAIAN SIKAP SIKLUS I
No Nama Jujur Disiplin Keaktifan Kerjasama Nilai
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 NO √ √ √ √ 63
2 AB √ √ √ √ 50
3 AMK √ √ √ √ 44
4 ABM √ √ √ √ 81
5 AR √ √ √ √ 50
6 CAR √ √ √ √ 63
7 DHI √ √ √ √ 75
8 DN √ √ √ √ 50
9 FW √ √ √ √ 44
10 FAM √ √ √ √ 50
11 HM √ √ √ √ 87
12 HR √ √ √ √ 75
13 HMS √ √ √ √ 44
14 MA √ √ √ √ 75
15 MFA √ √ √ √ 44
16 MKM √ √ √ √ 50
17 MRY √ √ √ √ 56
18 MSR √ √ √ √ 81
19 MT √ √ √ √ 69
20 NBW √ √ √ √ 56
21 NS √ √ √ √ 56
22 RAM √ √ √ √ 50
23 RPP √ √ √ √ 59
24 RDK √ √ √ √ 69
25 RYP √ √ √ √ 44
26 RBP √ √ √ √ 50
27 SAA √ √ √ √ 56
28 WW √ √ √ √ 81
29 WMI √ √ √ √ 75
30 ZSR √ √ √ √ 63
31 AKI √ √ √ √ 44
32 MNR √ √ √ √ 50
33 APP √ √ √ √ 87
133
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : MI MA’ARIF GEDANGAN
Kelas / Semester : IV / 2
Tema 7 : Indahnya Keragaman di Negeriku
Sub Tema 1 & 2 : Keragaman Agama dan Budaya di Negeriku
Pembelajaran : 3
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. KOMPETENSI INTI (KI)
KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca dan menanya) dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan peri-laku anak beriman
dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR (KD)
IPS
3.3 Mengidentifikasi keragaman budaya, atnis, dan agama di provinsi
setempat sebagai identitas bangsa Indonesia.
4.3 Menyajikan hasil identifikasi mengenai keragaman budaya, etnis,
dan agama di Provinsi setempat sebagai identitas bangsa. Memahami
134
pentingnya upaya keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam
dan lingkungannya.
Indikator:
3.2.3 Memahami dan mengetahui keragaman budaya, etnis dan agama di
provinsi setempat sebagai indentitas bangsa Indonesia.
3.2.4 Menjelaskan dan mengidentifikasi keragaman budaya, etnis dan agama di
provinsi setempat sebagai indentitas bangsa Indonesia.
4.3.1 Mengidentifikasikan dan menyebutkan keragaman budaya, etnis, dan
agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa serta pentingnya
upaya keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam di lingkungan
dengan benar.
4.3.2 Mempresentasikan keragaman budaya, etnis, dan agama di provinsi
setempat sebagai identitas bangsa serta pentingnya upaya keseimbangan
dan pelestarian sumber daya alam di lingkungan dengan benar.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Setelah mencermati teks bacaan yang disajikan, siswa mampu menemukan
informasi tentang agama dan budaya di Indonesia dengan benar.
2. Setelah membaca teks, siswa mampu menyebutkan informasi baru mengenai
agama dan budaya di Indonesia dengan tepat.
3. Setelah berdiskusi, siswa mampu menuliskan kata sulit dalam bacaan dan
mampu menjelaskan artinya dengan tepat.
4. Setelah berdiskusi, siswa mampu menjelaskan dan menuliskan keragaman
budaya di Indonesia.
5. Setelah melakukan percobaan, siswa mampu menjelaskan keragaman agama
dan budaya di Negeriku.
6. Setelah melakukan pengamatan dan diskusi, siswa mampu menjelaskan
pengertian keragaman agama dan budaya.
D. MATERI
1. Teks bacaan keragaman Agama di Indonesia.
2. Teks bacaan Urang Kanekes, si suku Baduy.
3. Table macam-macam Rumah Adat di Indonesia.
E. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
135
Pendekatan : Saintifik
Model : Quantum Learning
Metode :
6. Diskusi
7. Tanya jawab
8. Penugasan
9. Ceramah
10. Praktek
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru mengucap salam dan mengajak
semua siswa untuk berdoa;
Guru menunjuk salah satu siswa untuk
memimpin doa;
Guru menanyakan kabar dan mengecek
kehadiran siswa serta memeriksa
kerapihan pakaian, posisi ditempat
duduk disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran;
Guru menyampaikan materi/tema yang
akan dipelajari, yaitu keragaman Agama
dan budaya;
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dengan
jelas dan bermakna;
Guru memberikan apersepsi tentang
manfaat keragaman agama dan budaya
dalam kehidupan sehari-hari;
10 menit
136
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Guru memberikan suggesi positif kepada
siswa bahwa belajar kali ini tidak
mebosankan karena akan dilaksanakan
dengan permainan dan menyenangkan;
Guru menanamkan sikap disiplin positif
kepada para siswa.
Inti Mengamati
Siswa membaca teks Urang Kanekes, Si
Suku Baduy dan mengamati sebuah
gambar tentang keragaman budaya dalam
buku siswa;
Guru meminta siswa membedakan atara
keragaman agama dan budaya dalam teks
bacaan dengan keragaman agama dan
budaya dalam lingkungan sekitar;
50 menit
137
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
(tumbuhkan)
Siswa mengamati media yang dibawa
oleh guru berupa wayang.
Menanya
Guru menanyakan apakah ada perbedaan
agama dan budaya dalam lingkungan
sekitar? (tumbuhkan)
Guru menanyakan kepada siswa faktor-
faktor yang mempengaruhi perbedaan
agama dan budaya dilingkungan sekitar;
(tumbuhkan)
Guru menunjuk satu/dua anak yang
rumahnya di pedesaan untuk
menceritakan kehidupan keragaman
budaya yang ada disekitar tempat
tinggalnya;(alami)
Guru menunjuk satu/dua anak yang
rumahnya di pedesaan untuk
menceritakan kehidupan keragaman
agama yang ada disekitar tempat
tinggalnya; (alami)
Siswa bersama guru melakukan tanya
jawab mengenai wayang-wayang yang
dibawa oleh guru;
Guru mengajak siswa untuk
mengidentifikasi macam-macam wayang
yang di bawa oleh guru; (Namai)
Guru mengajukan pertanyaan “apa yang
akan dilakukan pada wayang-wayang
138
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
tersebut?” dan “apa yang dimaksud
dengan keberagaman agama dan
budaya?”
Siswa menjawab pertanyaan tersebut
untuk menstimulus rasa ingin tahu siswa
tentang topik yang akan dipelajari; dan
Guru mengkonfirmasi dan memberikan
apresiasi terhadap jawaban siswa.
Mencoba
Guru menuliskan pengertian
keberagaman agama dan budaya di papan
tulis;
Guru membentuk kelompok, masing-
masing terdiri dari 4-5 siswa;
Guru meminta siswa untuk mencoba
membaca teks keragaman budaya dalam
buku siswa;
Siswa berdiskusi kelompok untuk
melengkapi table kata-kata sulit dan
artinya dari teks bacaan pada buku siswa.
Hasil pekerjaan ini dapat digunakan untuk
bahan tanya jawab antar siswa;
139
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melakukan tanya jawab
mengenai teks keragaman agama dan
budaya;
Guru membagi wayang-wayang tersebut
ke semua kelompok untuk diidentifikasi
dan mengaplikasikannya kedalam papan
peta yang disediakan oleh
guru;(demontrasikan)
Mengasosiasi
Guru mengaitkan masalah adanya
perbedaan adat istiadat, bentuk rumah
dalam suatu masyarakat;
Guru membimbing siswa untuk
menyebutkan dan menghafal keragaman
agama dan budaya dengan lengkap dan
mudah (Ulangi);
Guru memberikan penekanan kepada
siswa bahwa sangatlah penting
mengetahui perbedaan budaya dalam
140
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
masyarakat, oleh karena itu harus
bersyukur kepada Allah SWT karena
memiliki banyak sekali keragaman
budaya di Indonesia; dan
Guru memberikan penekanan kepada
siswa bahwa hal yang dapat kita lakukan
untuk memberikan dampak positif
terhadap keragaman agama dan budaya
adalah sikap toleransi.
Mengkomunikasikan
Guru membimbing siswa untuk
mempresentasikan hasil diskusi mereka
mengenai pengaplikasian media dari
guru tentang keragaman budaya.
(Demontrasikan);
Guru meminta kelompok lain untuk
menanggapi dan memberi masukan;
Setelah selesai siswa kembali ke tempat
duduknya masing-masing;
Guru membimbing siswa untuk
menyebutkan macam-macam
keragaman budaya di Indonesia yang
telah siswa pelajari;(Ulangi)
Siswa mengerjakan soal sebagai evaluasi
(penilaian) yang langsung akan
dibacakan oleh guru nilai terbaik serta
memberikan motivasi dan arahan kepada
siswa yang nilainya rendah (Rayakan).
Penutup Guru bersama siswa membuat 10 menit
141
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
kesimpulan mengenai pembelajaran
materi keragaman agama dan budaya;
Guru memberikan kesempatan bertanya
bagi siswa yang belum paham;
Guru memberikan evaluasi hasil belajar;
Guru bersama siswa memberikan
koreksi hasil belajar;
Guru memberikan tugas individual; dan
Guru menutup pembelajaran dengan
berdoa bersama dan mengucap salam.
G. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Buku Pedoman Guru Tema : Indahnya Keragaman di Negeriku Kelas 4
(Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2013).
Buku Siswa Tema : Indahnya Keragaman di Negeriku Kelas 4 (Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013).
Buku siswa, buku bacaan tentang suku bangsa di Indonesia, gambar-gambar
yang berhubungan.
Wayang kertas
H. PENILAIAN
4. Jenis Penilaian
a. Sikap
b. Pengetahuan
c. Ketrampilan
142
143
144
145
LEMBAR KERJA KELOMPOK
Nama anggota Kelompok:
1.
2.
3.
4.
5.
Bentuklah kelompok Bersama 4-5 temanmu. Bacalah dalam hati teks “Keragaman
Agama di Indonesia dan Urang Kenekes Si Suku Baduy”.
2. Adakah kesamaan cara hidup suku bangsa Baduy dengan suku bangsamu?
Jika ada, dalam hal apa? jika berbeda, apa perbedaannya?
3. Adakah kata sulit yang kalian temukan pada bacaan tersebut? jika ada
tuliskan lalu carikan artinya. Tulislah dalam bentuk table sebagai berikut.
No Kata Sulit Artinya
146
Latihan Soal
1. Budaya daerah sering juga di sebut sebagai budaya ….
a. Tradisional
b. Modern
c. Kuno
d. Lama
2. Rumah adat dari jawa tengah adalah ….
a. Tongkonan
b. Joglo
c. Gadang
d. Musalaki
3. Honai adalah rumah adat yang berasal dari ….
a. Sumatra
b. Kalimantan
c. Sulawesi
d. Papua
4. Mencintai budaya daerah bukan berarti ….
a. Menolak budaya asing
b. Mempelajari budaya daerah
c. Melestarikan budaya daerah
d. Merawat baju adat daerah
5. Dibawah ini yang merupakan agama mayoritas di Bali adalah ….
a. Islam
b. Hindu
c. Budha
d. Konghucu
6. Rumah Panjang adalah rumah adat yang berasal dari ….
a. Kalimantan Selatan
b. Kalimantan Tengah
c. Kalimantan Timur
d. Kalimantan Barat
147
7. Mayoritas agama yang di anut masyarakat di Negara Indonesia
adalah ….
a. Islam
b. Kristen
c. Hindu
d. Budha
8. Nama rumah adat dari Sumatra barat di sebut ….
a. Joglo
b. Gadang
c. Lamin
d. Tongkonan
9. Rumah adat merupakan …. di Indonesia.
a. Budaya
b. Tradisi
c. Warisan
d. Adat Istiadat
10. Rumah lamin merupakan rumah adat yang berasal dari ….
a. Kalimantan Selatan
b. Kalimantan Tengah
c. Kalimantan Timur
d. Kalimantan Barat
Kunci jawaban
1. A 6. D
2. B 7. A
3. D 8. B
4. A 9. A
5. B 10. C
148
149
150
151
152
153
CATATAN LAPANGAN PELAKSANAAN SIKLUS II
A. LEMBAR PENGAMATAN GURU Nama guru yang diobservasi : Siti Nur Fatimah, S.Pd.I Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Materi : Keragaman Agama dan Budaya Siklus ke : I (satu) Kelas / Semester : IV / 2 Waktu Pelaksanaan : 29 Februari 2020 Petunjuk : Berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang disediakan pada setiap tahapan pembelajaran berdasarkan pengamatan nyang dilakukan.
No Aspek Yang Diamati Skor Keterangan
A pendahuluan 1 2 3 4 1 Persiapan sarana pembelajaran √
2 Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran √
3 Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu √
4 Menghubungkan materi dengan lingkungan sehari-hari √
5 Memotivasi siswa √ B Kegiatan Inti
1 Menguasai materi pelajaran dengan baik √
2 Mesesuaikan materi yang dibahas dengan indicator √
3 Merperan sebagai fasilitator √
4 Mengajukan pertanyaan pada siswa √
5 Memberikan waktu tunggu pasa siswa untuk menjawab pertanyaan
√
6 Memberi kesempatan siswa untuk bertanya √
7 Menguasai alat dan bahan peraga √
8 Memberikan bimbingan pada kegiatan proses pembelajaran √
9 Mejelasan penyajian konsep √
10 Memberi contoh konkrit dalam kejadian yang ada dalam √
154
kehidupan, sesuai dengan yang diperagakan
11 Memberikan motivasi dan penguatan √
C Penutup
1 Membimbing siswa menyimpulkan materi √
2 Mengaitkan materi dengan pelajaran yang akan datang √
3 Memberi tugas pada siswa √ 4 Mengadakan evaluasi √
Keterangan:
A = 4 (sangat baik), apabila memperoleh skor 55-72
B = 3 (baik), apabila memperoleh skor 37-54
C = 2 (cukup), apabila memperoleh skor 19-36
D = 1 (kurang), apabila memperoleh skor 0-18
155
B. LEMBAR PENGAMATAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA Hari/Tanggal : Sabtu/ 29 Februari 2020
Tempat/Lokasi : MI Ma’arif Gedangan
Waktu : 09.00-10.10 WIB
No Objek yang diamati Skor
Keterangan 1 2 3 4
1 Perhatian siswa terhadap pembelajaran
a. Siswa fokus perhatiannya terhadap
pembelajaran
√
b. Melaksanakan tugas dengan segera √
c. gerak-geriknya serius √
2 Minat siswa terhadap pelajaran
a. siswa tidak berhenti bekerja √
b. wajah siswa berseri-seri √
c. mencatat hal-hal yang penting √
3 Aktivitas Siswa
a. kalau tidak jelas mau bertanya √
b. segera menjawab ketika ditanya √
c. mencatat hal-hal yang penting √
4 Semangat belajar
a. masuk ruangan dengan segera √
b. seperti lupa waktu, pelajaran masih
harus bekerja √
c. kelihatan sibuk √
5 Suasana belajar menyenangkan
a. kelas terdengar ramai, sahut-
menyahut suara siswa √
b. hilir mudik tetapi tertuju untuk
pembelajaran √
c. setiap menyelesaikan tugas siswa
kelihatan gembira √
6 Keadaan pembelajaran lancar
156
a. kalau mau bertanya mengangkat
tangan √
b. masing-masing siswa asyik dengan
tugasnya √
c. ketua kelompok menegur kalau ada
siswa yang lalai √
7 Pelaksanaan pembelajaran lancar
a. penggalan setiap indikator sesuai
target waktu √
b. tidak terlihat ada kegiatan terhenti √
c. pelajaran selesai pada waktu yang
ditentukan √
Keterangan:
A = 4 (sangat baik), apabila memperoleh skor 55-72
B = 3 (baik), apabila memperoleh skor 37-54
C = 2 (cukup), apabila memperoleh skor 19-36
D = 1 (kurang), apabila memperoleh skor 0-18
Gedangan, 29 Februari 2020
Pengamat
Mubtadiul Alviani NIM: 23040160122
157
PENILAIAN SIKAP SIKLUS II
No Nama Jujur Disiplin Keaktifan Kerjasama Nilai
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 NO
√
√
√
√
81
2 AB
√
√
√
√
75
3 AMK
√
√
√
√
56
4 ABM
√
√
√
√ 94
5 AR
√
√
√
√
75
6 CAR
√
√
√
√ 75
7 DHI
√
√
√
√
81
8 DN
√
√
√
√
75
9 FW
√
√
√
√
69
10 FAM
√
√
√
√
75
11 HM
√
√
√
√ 94
12 HR
√
√
√
√
75
13 HMS
√
√
√
√
56
14 MA
√
√
√
√
81
15 MFA
√
√
√
√
56
16 MKM
√
√
√
√
56
17 MRY
√
√
√
√
75
18 MSR
√
√
√
√
81
19 MT
√
√
√
√
75
20 NBW
√
√
√
√
56
21 NS
√
√
√
√
50
22 RAM
√
√
√
√
50
23 RPP
√
√
√
√
75
24 RDK
√
√
√
√
75
25 RYP
√
√
√
√
69
26 RBP
√
√
√
√
75
27 SAA √
√
√
√ 94
28 WW √ √ √ √ 81
29 WMI √ √ √ √ 75
30 ZSR √ √ √ √ 63
31 AKI √
√
√
√ 94
32 MNR
√
√
√
√
75
33 APP √ √ √ √ 87
158
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Kegiatan Pembelajaran Siklus I
Gambar 2. Kegiatan Diskusi Siklus I
Gambar 3. Kegiatan Diskusi Siklus I
159
Gambar 4. Kegiatan Menempel Siklus I
Gambar 5. Hasil Pembelajaran Siklus I
Gambar 6. Kegiatan Evaluasi Siklus I
160
Gambar 7. Kegiatan Pembelajaran Siklus II
Gambar 8. Kegiatan Diskusi Siklus II
Gambar 9. Kegiatan Diskusi dan Bertanya Guru Siklus II
161
Gambar 10. Kegiatan Menempel Siklus II
Gambar 11. Hasil Pembelajaran Siklus II
Gambar 12. Kegiatan Evaluasi Siklus II
162
top related