pengembangan laboratorium virtual materi …digilib.unila.ac.id/55306/3/tesis tanpa bab...
Post on 09-Jun-2019
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN LABORATORIUM VIRTUAL MATERI OPTIKAUNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP
(Tesis)
Oleh
NENI YULIANITA
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KEGURUAN IPAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2019
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LABORATORIUM VIRTUAL MATERI OPTIKAUNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP
Oleh
Neni Yulianita
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan laboratorium virtual pada materi
optika yang valid, praktis dan efektif untuk meningkatkan literasi sains siswa.
Penelitian pengembangan ini meliputi tiga tahap yaitu tahap studi pendahuluan,
tahap pengembangan produk laboratorium virtual dan uji coba. Penelitian
menggunakan metode campuran atau mixed-method, dengan desain exploratory
sequential design dalam bentuk Nonequivalent Control Group Design. Sampel
diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling yang melibatkan 25
siswa kelas VIII 1 sebagai kelas eksperimen dan 25 siswa kelas VIII 3 sebagai
kelas kontrol di SMP Negeri 1 Pugung. Pengambilan data menggunakan metode
observasi, angket dan tes. Analisis data menggunakan independent sample t-test
untuk melihat efektivitas pembelajaran pada kedua sampel. Hasil validasi
kesesuaian isi dan validasi konstruksi berkategori sangat tinggi. Kepraktisan
laboratorium virtual hasil pengembangan didasarkan kepada keterlaksanaan
pembelajaran menggunakan laboratorium virtual, serta respon siswa. Hal ini
dapat terlihat dari keterlaksanaan laboratorium virtual yang berkategori tinggi dan
penilaian guru terhadap laboratorium virtual yang berkategori tinggi, serta respon
positif siswa setelah menggunakan laboratorium virtual.
v
Keefektifan laboratorium virtual hasil pengembangan dapat dilihat dari
meningkatnya literasi sains siswa dengan rata-rata n-Gain pada kelas eksperimen
(0,44) dan kelas kontrol (0,30) pada kategori sedang. Effect size yang didapatkan
(0,83) berkategori tinggi.
Kata kunci : laboratorium virtual, literasi sains
Neni Yulianita
DEVELOPING VIRTUAL LABORATORY OF OPTICAL MATERIAL TOIMPROVE THE STUDENTS’ SCIENCE LITERATION ON JUNIOR
HIGH SCHOOL
By
Neni Yulianita
The study aims to produce a valid, practical and effective virtual laboratory on
optical material to improve the students' scientific literacy. The R & D consists of
three stages, namely the preliminary study, virtual laboratory product
development, and testing product. The study used mixed-methods, with
exploratory sequential design in the form of qualitative and quantitative. Data
samples was selected using a purposive sampling technique involving 25 students
of class VIII 1 as an experimental class and 25 students of class VIII 3 as a control
in SMP 1 Pugung. Data collection techniques used observation, questionnaire and
test. The data was analysed using independent sample t-test to find out the
effectiveness of learning in both samples class. The result shows that the validity
all very high category. The practicality shows that the virtual laboratories as
a result of development based on the implementation of learning using virtual
laboratories, as well as student responses. The conclusion is that the learning
implementation using virtual laboratories is high in category. The students
respnses shows that the virtual laboratory is very high practice tobe implemented.
vii
The effectiveness of virtual laboratory based on the increased the students’
scientific literacy with a mean of n-Gain in the experimental class of (0.44) and
the control class of (0.30) in catergory fair. The effect size obtained (0.8) with
high category.
Keywords: science literacy, virtual laboratory
Neni Yulianita
PENGEMBANGAN LABORATORIUM VIRTUAL MATERI OPTIKAUNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP
Oleh
NENI YULIANITA
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Keguruan IPAFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KEGURUAN IPAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2019
x
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 13 Juli 1981 sebagai putri keempat
dari empat bersaudara buah hati Bapak Kusnadi dan Ibu Neneng.
Penulis lulus pendidikan formal di MI Hijriah II Palembang pada tahun 1993,
kemudian melanjutkan ke SMPN 7 Palembang dan lulus pada tahun 1996,
selanjutnya penulis melanjutkan ke SMU Negeri 1 Teluk Jambe kabupaten
Karawang dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis terdaftar sebagai
Mahasiswa Program Studi Fisika Jurusan MIPA Universitas Sriwijaya dan lulus
pada tahun 2004.
Sejak tahun 2009 penulis diangkat sebagai staf pengajar di SMP Negeri 2 Pugung,
Kabupaten Tanggamus dan pada tahun 2013 sampai saat ini sebagai staf pengajar
di SMP Negeri 1 Pugung, Kabupaten Tanggamus. Pada tahun 2014 penulis
terdaftar sebagai mahasiswa magister keguruan IPA Universitas Lampung.
xii
MOTTO
Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?(Q.S Ar-Rahman: 13)
Barang siapa yang bersungguh-sunggh, sesusngguhnya kesungguhan tersebutuntuk kebaikan dirinya sendiri ( Al-Ankabut : 6)
Sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan, maka apabila kamutelah selesai dalam suatu urusan, lakukanlah dengan sungguh-sungguh urusan
yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.(Al-Insyirah: 6-8)
xi
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha PenyayangDengan untaian rasa syukur kepada-Nya “Alhamdulillahirabbil ‘alamin”
kupersembahkan lembaran goresan tinta ini kepadaSuamiku Zainudin, serta putraku tersayang
Akhtaar Fathi Dzaka Zain,Bapak, Ibu dan Kakak-Kakakku ,
Almamaterku.
xiii
SANWACANA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hi-
dayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengem-
bangan Laboratorium Virtual Materi Optika Untuk Meningkatkan Literasi Sains
Siswa SMP”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M. Pd, selaku Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I FKIP Unila, dan
Pembimbing II atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan
bimbingan dan saran dalam proses penyusunan serta penyelesaian tesis ini.
4. Bapak Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Ketua Prodi Magister Keguruan IPA dan
Pembimbing I atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan
bimbingan dan saran dalam proses penyusunan serta penyelesaian tesis ini.
5. Ibu Dr. Ratu Betta R, M. Si dan Ibu Dr. Dewi Lengkana, M.Sc selaku
Pembahas dan penguji 2 atas masukan, kritik dan saran dalam proses
perbaikan serta penyelesaian tesis ini.
6. Bapak Prof. Posman Manurung, Ph.D., Bapak Prof. Agus Suyatna., Bapak
Drs. Luky Jatmika selaku validator atas masukan, kritik dan saran,
bimbingan, serta motivasi untuk perbaikan produk yang dihasilkan.
7. Seluruh Dosen Program Studi Magister Keguruan IPA dan dosen lain yang
telah memfasititasi penulis dalam menuntut ilmu selama dua tahun ini.
xiv
8. Segenap civitas akademik Jurusan Pendidikan MIPA.
9. Bapak Yudi Harsono, S. Pd., Kepala SMPN 1 Pugung, Ibu Vivin Afriani,
S.Pd., Ibu. Erlis Miarti, S.Si., sebagai Guru Mitra atas waktu yang telah
terluangkan yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
10. Keluarga besar SMP Negeri 1 Pugung, Kabupaten Tanggamus atas semangat
dan motivasi selama penyusunan tesis ini.
11. Sahabat terbaikku, Sulistyowati terima kasih atas semangat dan bantuannya.
12. Sahabat-sahabatku di Keguruan IPA angkatan 3, Mba Afria, Teh
Mutmainnah, Yuk umi, Cris, Andre, Nurul, Oci, Anisa, Shinta dan Iis terima
kasih atas persahabatannya meski pertemuan hanya sebentar namun berkesan
selamanya.
13. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu.
Akhir kata, harapannya semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, Januari 2018Penulis,
Neni Yulianita
xv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. viii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ix
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... x
PERSEMBAHAN ............................................................................................ xi
MOTTO ........................................................................................................... xii
SANWACANA ............................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xix
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat dan Pembelajaran Sains ......................................................... 9
B. Media dan Multimedia Pembelajaran .................................................. 14
C. Laboratorium Virtual ........................................................................... 19
D. Literasi Sains ........................................................................................ 22
E. KerangkaPikir ...................................................................................... 26
F. Hipotesis………………………………………………………………28
III.METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................................. 29
B. Prosedur Penelitian ............................................................................... 30
C. Instrumen Penelitian ............................................................................. 37
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 40
E. Teknik Asnalisis Data .......................................................................... 41
F. Pengujian Hipotesis …………………………………………………..45
xvi
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitan...................................................................................... 49
B. Pembahasan .......................................................................................... 74
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 85
B. Saran ..................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 87
LAMPIRAN
1. Silabus ....................................................................................................... 93
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajan (RPP) ................................................. 98
3. Angket Analisis Kebutuhan Guru Pengembangan
Laboratorium Virtual ................................................................................ 127
4. Hasil Angket Analisis Kebutuhan Guru Pengembangan
Laboratorium Virtual ................................................................................ 129
5. Angket Analisis Kebutuhan Siswa Pengembangan
Laboratorium virtual ................................................................................. 130
6. Persentase Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa Pengembanga
Laboratorium Virtual ................................................................................ 131
7. Instrumen Validasi Konstruksi Pengembangan Laboratorium Virtual
untuk Menumbuhkan Literasi Sains Siswa ............................................... 132
8. Persentase Hasil AngketValidasi Konstuksi Laboratorium Virtual
untuk Menumbuhkan Literasi Sains Siswa oleh Ahli .............................. 134
9. Persentase Hasil Angket Validasi Konstuksi Laboratorium Virtual
untuk Menumbuhkan Literasi Sains Siswa oleh Guru .............................. 136
10. Instrumen Validasi Kesesuaian Isi Pengembangan Laboratorium
Virtual Untuk Menumbuhkan Literasi Sains Siswa .................................. 138
11. Persentase HasilAngketValidasi Kesesuaian Isi Laboratorium Virtual
Untuk Menumbuhkan Literasi Sains Siswa oleh Ahli .............................. 140
12. PersentaseHasil Angket Validasi Kesesuaian Isi Laboratorium Virtual
Untuk Menumbuhkan Literasi Sains Siswa oleh Guru ............................. 142
13. Angket Respon Siswa ...............................................................................144
14. HasilAngket Respon Siswa Pada Uji Coba Terbatas ................................ 146
15. Hasil Angket Respon Siswa ...................................................................... 147
16. Tabulasi Angket Respon Siswa Pada Uji Coba Terbatas ......................... 148
17. Tabulasi Angket Respon Siswa ................................................................ 149
18. Rekapitulasi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Menggunakan Laboratorium Virtual Pada Materi Optika ........................ 151
19. Uji Normalitas, Homogenitas dan Uji –t .................................................. 154
xvii
20. Daftar Nilai Pretes dan Postes ................................................................... 157
21. Instrumen Wawancara............................................................................... 159
22. Hasil Wawancara Setelah Pembelajaran ................................................... 160
23. Kisi-Kisi Soal Pretes ................................................................................. 162
24. Soal Literasi Sains ..................................................................................... 175
25. Uji Validitas Soal ke-1 .............................................................................. 183
26. Uji Validitas Soal ke-2 .............................................................................. 185
27. Data Nilai Pretes dan Postes Kelas Kontrol .............................................. 187
28. Data Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ....................................... 189
29. Data Nilai Pretes dan Postes Perindikator Kelas Kontrol ......................... 191
30. Data Nilai Pretes dan Postes Perindikator Kelas Kontrol ......................... 193
31. Data Nilai N-Gain Perindikator................................................................ 195
32. Foto Penelitian ..........................................................................................197
Keteram
pilan
Berp
ikirK
ritisPerin
dik
ator
Keteram
pilan
Berp
ikirK
ritisPerin
dik
ator
Keteram
pilan
Berp
ikirK
ritisPerin
dik
ator
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Desain Penelitian Non Equivalent Control Group Design ................... 372. Kriteria Ketercapaian Validitas ............................................................ 423 Kriteria Tingkat Kemenarikan.............................................................. 434 Kriteria Tingkat Keterlaksanaan........................................................... 435. Kriteria Tingkat Kemenarikan.............................................................. 446. Kriteria n-gain....................................................................................... 457. Kategori Ukuran Efek .......................................................................... 488. Hasil Penelitian Pendahuluan ............................................................. 509. Hasil Validasi Ahli terhadap Laboratorium Virtual
yang dikembangkan ............................................................................ 5810. Saran Validator terhadap Aspek Kesesuaian Isi .................................. 5811. Saran Validator terhadap Aspek Konstruksi ........................................ 6212. Hasil Penilaian Guru terhadap laboratorium virtual
yang dikembangkan ............................................................................ 6613. Respon siswa terhadap kemenarika laboratorium................................ 6714. Hasil Keterlaksanaan Laboratorium Virtual ........................................ 6815. Hasil Respon Siswa.............................................................................. 7116. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan Uji-t...................................... 71
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Dimensi-Dimensi dalam Belajar Sains ..................................................... 102. Model Sistem Pembelajaran sains............................................................. 243. Skema Kerangka Pikir............................................................................... 284. Tahapan dan Aktivitas Penelitian Pengembangan .................................... 315. Laboratorium Virtual Hasil Pengembangan.............................................. 516. Materi Cahaya ........................................................................................... 527. Materi Cermin ........................................................................................... 528 Materi Lensa ............................................................................................. 539. Materi Mata............................................................................................... 5310 Materi Alat Optik ...................................................................................... 5411. Simulasi Sifat Cahaya Dapat Dipantulkan................................................ 5412. Menu Keterangan Laboratorium Virtual................................................... 5513. Kompetensi Dasar Materi Optika ............................................................. 5614. Indikator Ketercapaian Kompetensi.......................................................... 5715. Peningkatan Indikator Literasi Sains ........................................................ 7416. Jawaban Siswa Dari Kelas Eksperimen .................................................... 7917. Jawaban Siswa Dari Kelas Kontrol........................................................... 7918. Jawaban Siswa Dari Kelas Eksperimen .................................................... 8019. Jawaban Siswa Dari Kelas Kontrol........................................................... 8120. Jawaban Siswa Dari Kelas Eksperimen .................................................... 8221. Jawaban Siswa Dari Kelas Kontrol........................................................... 82
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sains dan teknologi telah menuntun manusia menuju peradaban yang lebih maju.
Penguasaan sains dan teknologi merupakan indikator percepatan dan pertumbuhan
suatu bangsa (Dharma, 2012). Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Takari, 2010). Sains juga
mengandung empat hal,yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap dan
teknologi (Rustaman& Nuryani, 2005). Pembelajaran sains siswa seharusnya
tidak hanya belajar produk saja, tetapi harus belajar tentang aspek proses, sikap
dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahai sains secara utuh.
Teknologi merupakan alat untuk memudahkan memperoleh kebutuhan dengan
mempertimbangkan daya dukung sumber daya alam dan memerlukan sains untuk
menjelaskan fenomena alam (Wisudawati dan Sulistyowati, 2014).
Perkembangan sains dan teknologi semakin mendorong upaya perbaharuan dan
pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses pembelajaran (Arsyad, 2014).
Proses pembelajaran abad 21 ditandai dengan perkembangan sains dan teknologi
dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat yaitu pembelajaran yang dapat
2
menyiapkan peserta didik untuk melek sains dan teknologi, mampu berpikir logis,
kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar (Takari, 2010). Wasis
(2013) menyatakan bahwa pendidikan abad ke-21 tidak hanya memperhatikan
materi bidang kajian (core subjects) sebagaimana terjadi pada abad sebelumnya,
tetapi juga memberikan penekanan pada kecakapan hidup (life skills),
keterampilan belajar dan berpikir (learning & thinking skills) serta literasi dalam
teknologi informasi dan komunikasi (ICT literacy).
Literasi sains merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dikuasai setiap
individu karena hal ini berkaitan erat dengan bagaimana seseorang dapat
memahami lingkungan hidup dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh
masyarakat modern yang sangat bergantung pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Sandi; Setiawan; Rusnayati, 2010). Menurut
Organization for Economic Cooperationand Development (OECD, 2003) literasi
sains didefinisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah,
mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta untuk
memahami alam semesta dan membuat keputusan dari perubahan yang terjadi
karena aktivitas manusia. Literasi sains di beberapa negara masih tergolong
rendah, seperti yang terlihat dari literasi sains hasilThe Trends in Internasional
Mathematics and Sciense Study (TIMSS) 2011 dan Programme for International
Student Assessment (PISA) 2012.
Pembelajaran sains masih menjadi masalah di beberapa negara, Kemdikbud
(2015) menyatakan bahwa dari hasil survei TIMSS dan PISA, diketahui bahwa
pada TIMSS 2011 level kelas 8 yang diikuti oleh 42 negara. Pada bidang sains
3
menunjukkan lebih dari 20 negara partisipan masih dibawah nilai standar
TIMSS yaitu 500. Sementara itu dari hasil PISA tahun 2012 yang diikuti oleh 65
negara menunjukkan bahwa 40 negara masih dibawah nilai standar PISA yaitu
500. Hasil penilaian PISA untuk sains siswa Indonesia sangat memprihatinkan.
Berdasarkan Laporan OECD menunjukkan bahwa peringkat sains siswa Indonesia
pada hasil PISA tahun 2012, menunjukkan bahwa rata-rata nilai sains siswa
Indonesia adalah 382, menempatkan Indonesia berada pada urutan kedua
terbawah yaitu peringkat 64 dari 65 negara peserta PISA (OECD, 2013).
Berdasarkan data tersebut nampak bahwa siswa Indonesia memiliki kemampuan
sains yang sangat rendah, yaitu peringkat 2 terbawah dibandingkan dengan
negara-negara lain.
Rendahnya kualitas pembelajaran sains di Indonesia disebabkan belum efektifnya
proses pembelajaran, dimana pembelajaran masih berpusat kepada guru (teacher
centered), siswa tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya
(Takari, 2010). Liliasari dan Tawil (2013) juga mengatakan bahwa banyak guru
mengajar dengan cara ceramah dikarenakan guru menganggap sains adalah
sekumpulan pengetahuan yang harus ditransfer kepada siswa. Berdasarkan fakta
di lapangan yang dilakukan terhadap 15 guru SMP dari sekolah negeri dan swasta
di Propinsi Lampung diperoleh hasil 66,7 % sekolah memiliki laboratorium IPA
tetapi tidak memiliki ruang gelap untuk percobaan optika, terdapat 33,3 % guru
yang menggunakan laboratorium dalam pembelajaran IPA pada materi optika, hal
ini dikarenakan keterbatasan alat-alat laboratorium materi optika. Berdasarkan
hasil studi pendahuluan diketahui bahwa 36,4 % sekolah tidak memiliki peralatan
laboratorium materi optika.
4
Konsep-konsep sains yang bersifat abstrak memerlukan praktikum didalam
laboratorium dan guru bertugas mendampingi siswa belajar, membimbing siswa
melakukan latihan-latihan mengoperasikan teori-teorinya dalam kelas dan
membimbing siswa melakukan uji coba di laboratorium (Arsyad, 2014).
Oleh karena itu, untuk mengatasi keterbatasan alat-alat laboratorium, dan tidak
tersedianya ruang gelap untuk melaksanakan percobaan optika maka kegiatan
praktikum pada pembelajaran IPA dapat dilakukan melalui laboratorium virtual.
Laboratorium virtual adalah laboratorium yang melakukan simulasi lingkungan
laboratorium riil dan didefinisikan sebagai lingkungan belajar dimana siswa
mengubah pengetahuan teoritir mereka menjadi pengetahuan praktis dengan
melakukan percobaan (Tatli dan Ayas, 2013). Hasil observasi pada studi
pendahuluan juga menunjukkan 66,7% sekolah yang telah memiliki komputer dan
semua guru mampu mengoperasikan komputer. Berdasarkan jumlah komputer
yang tersedia dan kemampuan guru dalam mengoperasikan komputer dapat
dengan mudah guru menggunakan laboratorium dengan menggunakan simulasi
komputer (laboratorium virtual). Hasil studi pendahuluan untuk guru SMP
diketahui bahwa hanya 13,3 % yang telah mengenal laboratorium virtual,
untuk membantu guru dalam pembelajaran, maka Laboratorium virtual sangat
dibutuhkan. Hasil observasi pada studi pendahuluan menunjukkan 100% sekolah
membutuhkan laboratorium virtual. Laboratorium virtual yang banyak digunakan
antara lain PhET dikembangkan oleh Universitas Colorado di Boulder Amerika
(University of Colorado at Boulder). Simulasi ini ditulis dalam Java dan Flash
dan dapat dijalankan dengan menggunakan web browser baku selama plug-in
Flash dan Java sudah terpasang.
5
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian yang
berjudul ’Pengembangan Laboratorium Virtual Materi Optika untuk
Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP’. Laboratorium virtual yang
dikembangkan dilengkapi dengan tampilan gambar, suara, animasi, simulasi dan
dapat dijalankan tanpa menggunakan web browser.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah validitas dari produk laboratorium virtual pada materi optika
dalam meningkatkan literasi sains?
2. Bagaimanakah kepraktisan dari produk berupa laboratorium virtual materi
optika dalam meningkatkan literasi sains?
3. Apakah laboratorium virtual efektif dalam meningkatkan kemampuan literasi
sains?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan validitas dari produk berupa laboratorium virtual dalam
meningkatkan literasi sains.
2. Mendeskripsikan kepraktisan dari produk berupa laboratorium virtual dalam
meningkatkan literasi sains.
3. Mengetahui efektivitas laboratorium virtual dalam meningkatkan literasi
sains.
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, dapat memberikan pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan
bekal berharga bagi peneliti, terutama dalam mengembangkan laboratorium
virtual berfokus pada literasi sains.
2. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai pengembangan
laboratorium virtual dan dapat dijadikan alternatif dalam memilih multimedia
pembelajaran yang berbeda.
3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda
menggunakan laboratorium virtual sehingga diharapkan mampu
meningkatkan literasi sains siswa.
4. Bagi dunia pendidikan, dapat memberikan masukan dan sumbangan
pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran IPA.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang dibahas, maka
peneliti membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Laboratorium virtual adalah laboratorium yang dapat mensimulasikan
lingkungan laboratorium riil dan didefinisikan sebagai lingkungan belajar
dimana siswa mengubah pengetahuan teori mereka menjadi pengetahuan
praktis dengan melakukan percobaan (Tatli dan Ayas,2013). Laboratorium
7
virtual yang dikembangkan hanya pada materi optik dan dilengkapi dengan
simulasi dan animasi.
2. Literasi sains ( scientific literacy ) didefinisikan sebagai kapasitas untuk
menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik
kesimpulan berdasarkan fakta untuk memahami alam semesta dan membuat
keputuan dari perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia (OECD,
2003). Dimensi literasi sains dalam penelitian ini meliputi aspek konten
sains, proses sains dan kontek sains. Literasi sains yang menjadi fokus pada
penelitian ini adalah: 1) menjelaskan fenomena ilmiah, 2) menafsirkan data
dan bukti secara ilmiah, 3) menarik atau mengevaluasi kesimpulan.
3. Kompetensi dasar pembelajaran pada penelitian ini adalah KD. 3.12 yaitu
“mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, pembentukan bayangan, serta
aplikasinya untuk menjelaskan penglihatan manusia, proses pembentukan
bayangan pada mata serangga dan prinsip kerja alat optik”.
4. Subjek dalam uji coba ini adalah siswa kelas VIII semester genap SMPN 1
Pugung tahun Pelajaran 2017/2018.
5. Validitas laboratorium virtual hasil pengembangan dapat dilihat dari validitas
isi dan validitas konstruk menurut ahli dan praktisi (guru).
6. Kepraktisan suatu pembelajaran merupakan salah satu kriteria kualitas yang
ditinjau dari hasil penilaian pengamat berdasarkan pengamatannya selama
pelaksanaan pembelajaran (Nieven, 1999). Kepraktisan dapat dilihat dari
keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan laboratorium virtual,
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa dan respon
siswa dalam pembelajaran.
8
7. Keefektifan mengacu pada peningkatan pembelajaran dan hasil konsisten
sesuai dengan tujuan pembelajaran (Nieven, 1999). Aspek keefektifan
laboratorium virtual dapat dilihat dari peningkatan kemampuan literasi sains.
8. Materi optika dipilih karena keterbatasan alat optika yang tersedia di sekolah
dan tidak tersedianya ruang gelap untuk melakukan percobaan optika.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat dan Pembelajaran Sains
Sains merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajarai
fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau
kejadian (events) dan hubungan sebab-akibatnya (Wisudawati, 2014). Dua hal
yang berkaitan dengan sains, yaitu sains sebagai produk, pengetahuan sains yang
berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, dan sains
sebagai proses, yaitu kerja ilmiah (Wisudawati, 2014). Liliasari dan Tanwil
(2013) juga mengatakan bahwa sains tidak hanya pengetahuan yang bersifat
ilmiah saja, melainkan terdapat dimensi-dimensi ilmiah penting. Dimensi sains
pertama, adalah muatan sains (content of science) yang berisi beberapa fakta,
konsep, hukum dan teori-teori. Dimensi kedua sains adalah proses dalam
melakukan aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah dari aktivitas sains. Dimensi ketiga
dari sains adalah dimensi yang terfokus pada karakteristik sikap dan watak ilmiah
yang meliputi keingintahuan seseorang dan besarnya daya imajinasi seseorang
serta antusiasme yang tinggi untuk mengajukan pertanyaan dan memecahkan
permasalahan. Sains bersifat open ended karena selalu berkembang mengikuti
pola perubahan dinamika dalam masyarakat. Keempat unsur tersebut merupakan
10
ciri sains yang utuh yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Depdiknas,
2006).
Berdasarkan kedalaman cara mempelajarinya sains memiliki 4 dimensi, yaitu:
(1) sains sebagai cara berpikir; (2) sains sebagai cara untuk menyelidiki; (3) sains
sebagai pengetahuan; (4) sains dan interaksinya dengan teknologi dan masyarakat
(Chiapetta dan Koballa, 2006). Perbedaan sudut pandang ini dapat mengarahkan
seperti apa cara pembelajaran sains yang dipilih. Pada hakikatnya perbedaan
keempat sudut pandang tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran sains dan
pendidikan sains dewasa ini dapat digambarkan seperti terlihat dalam gambar 1.
Gambar 1. Dimensi-Dimensi dalam Belajar Sains(Liliasari, 2011)
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa sains
berkaitan dengan cara mencari tahu secara inkuiri tentang alam secara sistematis,
sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pembelajaran sains di sekolah diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
Sains sebagai Cara Berfikir
Sains sebagai Cara Menyelidiki
Sains sebagai Pengetahuan
Sains dan Hubungannya denganTeknologi dan Masyarakat
11
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajaran sains menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah.
Pengertian belajar telah banyak diungkapkan oleh para ahli pendidikan.
Pandangan B. F. Skinner (dalam Wisudawati 2014) belajar adalah suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Piaget
mengungkapkan belajar merupakan proses perubahan konsep dalam proses
belajar, peserta didik selalu membangun konsep baru melalui asimilasi dan
akomodasi skema mereka. Oleh karena itu, belajar merupakan suatu proses yang
terus-menerus, tidak berkesudahan (Sumaji, dkk., 1998). Rusman (2012)
mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu
sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Bloom
menjelaskan bahwa belajar yang diaplikasikan dalam pembelajaran sains adalah
perumusan tujuan–tujuan pendidikan yang sesuai dengan dimensi kognitif
(mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta)
dan dimesi pengetahuam (faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif).
Sesuai dengan dimensi yang dikemukakan oleh Bloom (Wisudawati, 2014).
Penetapan tujuan pendidikan dengan taksonomi Bloom akan membantu guru
dalam mempersiapkan perencanaan pembelajaran dan assesmen.
Belajar tentu tidak lepas dari aktivitas berfikir. Berfikir adalah manipulasi data,
fakta dan informasi untuk membuat keputusan berprilaku (Darma, 2008).
Liliasari (2011) mengungkapkan cara untuk berpikir terdiri dari keyakinan
12
(belief), rasa ingin tahu (curiosity), imaginasi (imagination), penalaran
(reasoning), hubungan sebab-akibat (cause-effect relationship), pengujian diri dan
skeptis (self-examination and skeptiscism), keobjektifan dan berhati terbuka
(objectivity and open-mindedness). Cara untuk menyelidiki dalam sains
menggunakan metode ilmiah, yang titik beratnya adalah berhipotesis (hypothesis),
pengamatan (observation), melakukan eksperimen (experimentation), dan
menggunakan matematika (mathematics). Sains sebagai pengetahuan (body of
knowledge) meliputi fakta (facts), konsep-konsep (concepts), hukum-hukum dan
prinsip-prinsip (laws and principles), teori-teori (theories) dan model-model
(models).
Salah satu ciri khusus proses pembelajaran dalam pendidikan ditandai dengan
adanya aktivitas peserta didik sebagai syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan
pembelajaran (Sardiman, 2007). Pembelajaran merupakan suatu proses yang
terdiri dari kombinasi dua aspek yaitu belajar tertuju kepada apa saja yang harus
dilakukan oleh peserta didik, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan
oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara
terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan
peserta didik, serta antara peserta didik dengan peserta didik disaat pembelajaran
sedang berlangsung (Jihad dan Haris, 2008). Dengan kata lain, pembelajaran
pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan guru
serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Sudirdjo dan Sudarsono
(1997) mengungkapkan pembelajaran adalah perubahan, jika tidak ada waktu
untuk berubah, berarti tidak ada pembelajaran yang sejati. Oleh karena itu, baik
13
konseptual maupun operasional konsep-konsep komunikasi dan perubahan sikap
akan selalu melekat pada pembelajaran.
Pembelajaran sains merupakan integrasi antara proses inkuiri dan pengetahuan,
merupakan proses konstruksi pengetahuan melalui aktivitas berpikir,
mengembangkan keterampilan menjelajah lingkungan dan memecahkan masalah,
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, melakukan eksperimen untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari (Trianto, 2011). Pembelajaran sains dapat digambarkan sebagai suatu
sistem yang terdiri atas komponen masukan pembelajaran, proses pembelajaran
dan keluaran pembelajaran.
Pembelajaran sains adalah interaksi antara komponen–komponen pembelajaran
dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk
kompetensi yang telah ditetapkan. Pembelajaran sains hendaknya memberi
kesempatan peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dalam
mengidentifikasi masalah sosial yang mempunyai dasar sains (Sumaji dkk, 1998).
Menurut Rusman (2012) pembelajaran akan lebih bermakna jika peserta didik
diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan
pembelajaran, sehingga peserta didik mampu mengaktualisasikan kemampuannya
di dalam dan di luar kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2008) bahwa
pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar
sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Peserta didik belajar sambil bekerja,
dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek
14
tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk
hidup di masyarakat.
Pembelajaran sains di sekolah didasarkan pada hakikat sains sendiri yaitu dari segi
proses, produk, dan pengembangan sikap (Darmodjo dan Kaligis, 1993). Sanjaya
dan Wina (2008) mengemukakan bahwa salah satu masalah yang dihadapi dunia
pendidikan adalah masih lemahnya proses pembelajaran, karena dalam proses
pembelajaran anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
Guru lebih mendominasi proses pembelajaran di kelas, akibatnya peserta didik
hanya menerima informasi yang diberikan guru secara pasif. Sanjaya dan Wina
(2008) juga menyatakan bahwa dalam standar proses pendidikan, pembelajaran
didesain untuk membelajarkan peserta didik, artinya sistem pembelajaran
menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Belajar bukanlah menghafal
sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman
tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, proses
pembelajaran sains harus dapat mendorong aktivitas peserta didik dan guru sains
diminta untuk mengatur pelajarannya sedemikian rupa agar peserta didik melalui
metode penemuan memperoleh konsep yang berguna dan mengarah
ke generalisasi yang bermakna (Young, 1983).
B. Media dan Multimedia Pembelajaran
Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses proses pembelajaran sains
demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di
sekolah pada khususnya. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara
harfiah berarti ‘tengah’, ’perantara’ atau ‘pengantar’ (Arsyad, 2014). Media
15
adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan peserta didik yang dapat merangsang peserta didik
untuk belajar (Arsyad, 2014). Djamarah dan Aswan (2002) mengatakan bahwa
media alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna
mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan pengertian media yang telah
diungkapkan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa media adalah komponen
atau alat bantu atau segala sesuatu yang dapat digunakan dalam pembelajaran
berupa materi pembelajaran yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan
perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran.
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan sikap dan prilaku dapat
terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah
dialami sebelumnya (Arsyad, 2014). Ada tiga tingkatan utama modus belajar,
menurut Brunner (1966) yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman
pengalaman picturial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Siswa
diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya agar proses belajar mengajar
dapat berhasil dengan baik. Dalam hal ini guru berupaya untuk menampilkan
rangsangan yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat
indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar
kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam
ingatan (Arsyad, 2014). Pemilihan media pembelajaran perlu disesuaikan dengan
tujuan, materi dan metode pembelajaran serta karakteristik siswa, karena media
apapun tidak dapat digunakan secara efektif apabila tidak sesuai dengan sasaran.
Media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks,
16
grafis, gambar, foto, audio,video dan animasi secara terintegrasi dikenal dengan
multimedia (Ariani dan Hariyanto, 2010).
Menurut Waryanto (2008) sajian audio visual atau lebih dikenal dengan sebutan
multimedia menjadikan visualisasi lebih menarik. Tampilan tersebut akan
membuat pengguna (user) lebih leluasa memilih, mensintesa, dan mengelaborasi
pengetahuan yang ingin dipahaminya. Komputer juga dapat mengakomodasi
peserta didik yang lamban menerima pelajaran, karena komputer tidak pernah
bosan, sangat sabar dalam menjalankan instruksi, seperti yang diinginkan. Iklim
afektif ini akan melibatkan penggambaran ulang berbagai objek yang ada dalam
pikiran peserta didik. Iklim inilah yang membuat tingkat retensi peserta didik
pengguna komputer multimedia lebih tinggi daripada bukan pengguna. Ariani dan
Hariyanto (2010) mengatakan multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu:
multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah multimedia
yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan
oleh pengguna. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi
dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna sehingga
pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.
Multimedia dapat menjadikan suatu aplikasi menjadi sangat interaktif dan
menyajikan interface yang menarik (Vaughan, 2014).
Multimedia merupakan kombinasi dari teks, gambar, seni grafik, suara,animasi
dan elemen-elemen video yang dimanipulasi secara digital. Tampilan dan cita
rasa dari proyek multimedia harus menyenangkan, estetis, mengundang dan
memikat. Proyek harus memuat konsistensi visual, hanya dengan menggunakan
17
elemen-elemen yang mendukung pesan keseluruhan dari program (Vaughan,
2014). Pada dasarnya penggunaan komputer atau yang disebut sebagai teknologi
informasi dalam menyampaikan bahan pengajaran memungkinkan untuk
melibatkan pelajar secara aktif serta dapat memperoleh umpan balik secara cepat
dan akurat. Komputer menjadi popular sebagai media pengajaran karena
komputer memilki keistimewaan yang tidak dimilki oleh media pengajaran lain
sebelum adanya komputer (Munir, 2005).
Gagne dan Briggs dalam (Munir, 2005) mengatakan bahwa keistimewaan
komputer sebagai media, yaitu:
1. Hubungan interaktif: komputer menyebabkan terwujudnya hubungan antara
stimulus dan respons, menumbuhkan inspirasi dan meningkatkan minat.
2. Pengulangan: komputer memberikan fasilitas bagi pengguna untuk
mengulang materi atau bahan pelajaran yang diperlukan, memperkuat proses
pembelajaran dan memperbaiki ingatan, memiliki kebebasan dalam memilih
materi atau bahan pelajaran.
3. Umpan balik dan peneguhan: media komputer membantu pelajar
memperoleh umpan balik (feedback) terhadap pelajaran secara leluasa dan
dapat memacu motivasi pelajar dengan peneguhan positif yang diberi apabila
pelajar memberikan jawaban.
4. Simulasi dan uji coba: media komputer dapat mensimulasikan atau menguji
coba penyajian bahan pelajaran yang rumit dan teliti.
Menurut Arsyad (2014) multimedia pembelajaran memliki format sebagai berikut:
1. Tutorial
18
Program pembelajaran tutorial dengan bantuan komputer meniru sistem tutor
yang dilakukan oleh guru atau instruktur. Informasi atau pesan berupa suatu
konsep yang disajikan di layar komputer dengan teks, gambar dan grafik.
2. Drill atau practice
Latihan untuk mempermahir keterampilan atau memperkuat penguasaan
konsep dapat dilakukan dengan menyiapkan serangkaian soal atau pertanyaan
serupa dengan yang biasa ditemukan dalam buku atau lembaran kerja.
3. Simulasi
Simulasi in mencoba menyamai proses dinamis yang terjadi di dunia nyata.
4. Percobaan atau ekperimen
Format ini mirip dengan format simulasi, namun lebih ditunjukkan pada
kegiatan-kegiatan yang bersifat eksperimen, seperti kegiatan praktikum di
laboratorium sains. Program menyediakan serangkaian peralatan dan bahan,
kemudian pengguna bisa melakukan percobaan atau eksperimen sesuai
petunjuk dan kemudian mengembangkan eksperimen-eksperimen lain
berdasarkan petunjuk tersebut.
5. Permainan
Dengan adanya permainan dalam program ini, siswa akan lebih mudah
menikmati proses pembelajaran dengan lebih menyenangkan.
Multimedia pembelajaran sebaiknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Mampu memperkuat respon pengguna secepatnya dan sesering mungkin
2. Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengontrol laju laju
kecepatan belajarnya sendiri
19
3. Memperhatikan bahwa siswa mengikuti suatu urutan yang kheren dan
terkendalikan.
4. Mampu memberikan kesempatan atas partisipasi dari pengguna daam bentuk
respon, baik berupa jawaban, pemilihan, keputusan, percobaan dan lain-lain
(Arsyad, 2014).
Multimedia mendukung terciptanya perbelajaran sains yang kreatif dan inovatif,
dengan bantuan multimedia membuat pembelajaran menjadi lebih menarik,
konkret mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga. Dengan perkembangan
Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) atau ICT (Informatic Communication
Technology) dan kemampuan peserta didik dalam mengoperasikan komputer,
dapat dimanfaatkan seorang guru sains dalam menata lingkungan belajar dengan
memanfaatkan multimedia dalam pembelajaran. Adapun multimedia yang dapat
digunakan untuk percobaan atau eksperimen dalam pembelajaran sains adalah
laboratorium virtual (Arsyad, 2014).
C. Laboratorium Virtual
Multimedia simulasi dengan menggunakan laboratorium virtual merupakan salah
satu multimedia yang efektif dalam mengaplikasikan kurikulum 2013 dalam
proses pembelajaran sains (Wisudawati, 2014). Laboratorium virtual merupakan
salah satu solusi untuk menanggulangi keterbatasan atau ketiadaan perangkat pada
laboratorium riil. Laboratorium virtual didukung oleh peralatan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) untuk membantu peserta didik memahami
konsep-konsep abstrak yang tidak dapat dijelaskan pada laboratorium riil.
Laboratorium berbasis komputer ini memungkinkan peserta didik dapat
20
melakukan eksperimen sains seolah menghadap fenomena yang ada pada
laboratorium riil (Ariani dan Hariyanto, 2010). Laboratorium virtual merupakan
proses pembelajaran yang menggunakan simulasi komputer yang berisi simulasi
eksperimen-eksperimen sains yang dapat diakses dengan bantuan jaringan internet
atau dengan menggunakan CD-Rom yang telah berisi aplikasi Macromedia Flash
dengan komputer yang sudah terinstal Flas Player dan Java Run Time
Environment (Wisudawati, 2014).
Simulasi yang terdapat pada laboratorium virtual mewakili percobaan
laboratorium riil dalam bentuk semirip mungkin atau sebuah simulasi komputer
yang memungkinkan fungsi-fungsi penting dari percobaan laboratorium dengan
menggunakan komputer (Hafsyah,dkk., 2012). Laboratorium virtual menuntuk
kegiatan pengukuran atau pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan
software komputer yang dioperasikan menggunakan mouse dan keyboard
komputer. Karakteristik program laboratorium virtual adalah berisi alat-alat
laboratorium bisa berfungsi sebagaimana alat alat riil, sangat mudah dioperasikan,
dan dalam program ini aktivitas 100% di tangan pemakai (Sari, dkk., 2014).
Laboratorium virtual juga dapat mensimulasikan lingkungan laboratorium nyata
dan didefinisikan sebagai lingkungan belajar dimana peserta didik mengubah
pengetahuan teoritir mereka menjadi pengetahuan praktis dengan melakukan
percobaan (Tatli dan Ayas, 2013 ).
Laboratorium virtual memberikan pengalaman virtual bermakna sehingga peserta
didik memiliki kesempatan mengulang eksperimen yang salah atau memperdalam
pengalaman dimaksudkan. Sifat interaktif metode pengajaran tersebut
21
menawarkan lingkungan belajar yang jelas dan menyenangkan (Tatli dan Ayas,
2013). Nurrokhmah & Sunarto (2013) mengatakan bahwa laboratorium virtual
memiliki unsur-unsur yang menarik seperti tampilan animasi praktikum sebagai
alat bantu peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang dapat membuat
pembelajaran lebih menyenangkan dan menghindarkan dari kebosanan sehingga
dapat menumbuhkan motivasi belajar. Pembelajaran menggunakan laboratorium
virtual memberikan ketuntasan klasikal yang lebih baik (Yuniarti, dkk., 2012).
Tatli dan Ayas (2013) mengatakan beberapa permasalahan yang biasa dihadapi
dalam pembelajaran menggunakan laboratorium riil sehingga diberikan solusi
yang ditawaran oleh laboratorium virtual adalah sebagai berikut :
1. Percobaan yang melibatkan resiko dalam lingkungan nyata karena
melepaskan gas beracun atau buruk dapat aman dilakukan di laboratorium.
2. Laboratorium virtual tidak memerlukan persiapan peralatan laboratorium.
3. Peralatan laboratorium virtual tidak beresiko rusak atau hilang, pengguna
dapat menggunakan laboratotium virtual secara bebas.
4. Kehilangan waktu berkurang di laboratorium maya dibandingkan dengan
waktu yang hilang di laboratorium nyata, tidak perlu mencurahkan waktu
untuk merapikan peralatan di laboratorium virtual. Peserta didik dapat
dengan mudah mengulangi percobaan yang sama dalam lingkungan virtual.
5. Format interaktif lingkungan laboratorium virtual menyajikan masalah untuk
membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik.
Laboratorium virtual menjadi solusi terbaik untuk melakukan praktikum secara
real time kapan pun dan dimana pun peserta didik berada. Praktikum yang
22
dilakukan secara virtual artinya melakukan percobaan berbantuan komputer yang
telah tersedia software yang siap dioperasikan (Sutrisno, 2011).
D. Literasi Sains
Literasi sains merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dikuasai individu
karena hal ini tidak hanya sebatas pada perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi saja, tetapi berkaitan erat dengan bagaimana seseorang dapat memahami
lingkungan hidup dan masalah-masalah lain yang dihadapai oleh masyarakat
(Sandi, dkk., 2010). Literasi sains oleh PISA didefinisikan sebagai kemampuan
menggunakan pengetahuan sains untuk mengidentifikasi permasalahan dan
menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta
membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan
terhadap alam melalui aktivitas manusia (OECD, 2003).
Dalam PISA literasi sains mencakup dimensi konten, proses dan konteks.
Definisi literasi sains ini memandang literasi sains bersifat multidimensional,
bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan sains, melainkan lebih dari itu.
PISA juga menilai pemahaman peserta didik terhadap karakteristik sains sebagai
penyelidikan ilmiah, kesadaran akan betapa sains dan teknologi membentuk
lingkungan material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk terlibat dalam
isu-isu terkait sains, sebagai manusia yang reflektif. Literasi sains dianggap suatu
hasil belajar kunci dalam pendidikan pada usia 15 tahun bagi semua siswa.
Berpikir ilmiah merupakan tuntutan warga negara, bukan hanya ilmuwan.
Keinklusifan literasi sains sebagai suatu kompetensi umum bagi kehidupan
23
merefleksikan kecenderungan yang berkembang pada pertanyaan-pertanyaan
ilmiah dan teknologis (Zuriyani, 2013).
Firman (2007) mengemukakan literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan
menggunakan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan
berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui
aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Penekanan dalam memberikan arti literasi
sains ditempatkan pada pengakuan komponen berkaitan keaksaraan ilmiah untuk
keterampilan dan nilai-nilai yang sesuai untuk warga negara yang bertanggung
jawab. Pertimbangan literasi sains yang terkait dengan penekanan pada akuisisi
konten dan dianggap mencatat bias sosial dan menanamkan budaya ilmu
pengetahuan. Penekanan pada peningkatan literasi sains ditempatkan pada
apresiasi sifat ilmu pengetahuan, pengembangan atribut pribadi dan perolehan
keterampilan ilmiah sosial dan nilai-nilai (Holbrook dan Rannikmae, 2009).
Meningkatkan literasi sains melalui pendidikan sains: bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan kreatif dalam memanfaatkan pengetahuan
berdasarkan bukti ilmiah dan keterampilan, dalam memecahkan masalah terutama
yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan karir, serta membuat keputusan
ilmiah yang bertanggungjawab sosial, pengembangan pribadi dan pendekatan
komunikasi yang sesuai dalam mengajukan argumen sosio-ilmiah (Holbrook dan
Rannikmae, 2009).
Penilaian literasi sains dalam PISA tidak hanya pengukuran tingkat pemahaman
terhadap pengetahuan sains, tetapi juga meliputi pemahaman terhadap berbagai
24
proses sains, kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dan proses sains dalam
situasi nyata yang dihadapi peserta didik, baik sebagai individu, anggota
masyarakat, serta warga dunia.
Gambar 2. Kerangka Asassmen Sains PISA 2015 (OECD, 2016)
Pada Gambar 2 tampak bahwa kerangka literasi sains PISA 2015 yang dijadikan
indikator dalam penilaian literasi sains. Fokus penilaian pada dimensi konteks
sains, meliputi situasi yang berkaitan dengan diri, keluarga dan kelompok sebaya
(personal), masyarakat (lokal dan nasional), dan hidup di seluruh dunia (global).
Topik berdasarkan teknologi digunakan sebagai konteks umum. Beberapa topik
yang sesuai dengan konteks sejarah yang dapat digunakan untuk menilai
pemahaman siswa tentang proses dan praktek yang terlibat dalam memajukan
pengetahuan ilmiah/sains. Penilaian konten meliputi memahami dunia nyata
termasuk teknologi, konten pengetahuan sains, pengetahuan prosedural dan
pengetahuan epistemik. Penilaian proses sains meliputi menjelaskan fenomena
secara ilmiah, menafsirkan data menggunakan bukti-buikti ilmiah dan menarik
Sikap
Minat dalam ilmupengetahuan
Menilaipendekatanilmiah untukpenyelidikan,
Kesadaranlingkungan
Kontek
Personal Local/nasio
nal Global
individumenampilkan
Kompetensi
Menjelaskanfenomena ilmiah
Menafsirkandata dan buktiilmiah.
Menarik ataumengevaluasikesimpulan
Pengetahuan
Konten Prosedural Epistemik
Dipengaruhi oleh
25
atau mengevaluasi kesimpulan. Adapun respon terhadap permasalahan ilmiah
meliputi minat dalam ilmu pengetahuan, dukungan terhadap inkuiri dan kesadaran
lingkungan merupakan penilaian sikap terhadap sains.
Konten sains merujuk pada fakta-fakta utama, konsep dan penjelasan dari sains
tentang bagaimana ide-ide tersebut diproduksi (pengetahuan prosedural) dan
pemahaman tentang alasan yang mendasari prosedur dan pembenaran untuk
digunakan (pengetahuan epistemic) yang diperlukan untuk memahami fenomena
alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam. Terdapat empat konten yang
mewakili pengetahuan yang diperlukan dalam memahami alam dan berbagai
pengalaman dalam kontek personal, lokal/nasional dan global. Keempat konten
tersebut adalah sistem fisik, sistem kehidupan, Sistem bumi dan antariksa dan
sistem teknologi.
Proses belajar yang dilakukan siswa sebagai upaya untuk memperoleh
pengetahuan dilakukan dengan melatih keterampilan. Keterampilan dalam proses
sains mencakup tentang menjelaskan fenomena ilmiah, menginterprestasikan data
dan bukti ilmiah, menarik atau mengevaluasi kesimpulan-kesimpulan (PISA,
2015). Ketiga keterampilan ini sangat penting dimiliki peserta didik dalam
mempraktikan sains serta hubungannya dengan kemampuan kognitif seperti
menarik kesimpulan secara deduktif dan induktif, interpretasi data,
mengkonstruksi dan mengkomunikasikan argumen (OECD, 2007).
Konteks sains merujuk pada situasi kehidupan sehari-hari yang menjadi aplikasi
proses dan pemahaman konsep sains. Konteks yang digunakan harus sesuai
dengan minat dan kehidupan peserta didik dengan memperhatikan keragaman
26
budaya. Bidang aplikasi sains yang digunakan dalam aspek konteks sains
meliputi: kesehatan dan penyakit, sumber daya alam, kualitas lingkungan, bahaya
dan batas sains dan teknologi.
E. Kerangka pikir
Kerangka pemikiran yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian adalah
rendahnya literasi sains siswa yang disebabkan belum efektifnya proses
pembelajaran. Proses belajar–mengajar interaksi antara guru, media ajar, siswa,
dan lingkungan belajar merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan
siswa guna mencapai tujuan pembelajaran. Kreativitas dan inovasi guru dalam
mengelola kelas dan membimbing siswa dalam melakukan latihan-latihan dan
melakukan uji coba di laboratorium. Oleh karena itu guru diharapkan melakukan
sejumlah persiapan dalam melaksanakan pembelajaran dimulai dari
mengembangkan perangkat, merujuk pada standar proses dan standar isi.
Adanya standar isi dan pelaksanaan standar proses yang tepat pada satuan
pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusan yang pada akhirnya
mampu meningkatkan mutu pendidikan. Standar isi dapat digunakan sebagai
acuan dalam membuat multimedia ajar yang mampu membantu siswa dalam
memahami konsep yang abstrak, sementara standar proses digunakan sebagai
pedoman dalam merancang dan melaksanakan rangkaian kegiatan pembelajaran,
termasuk menentukan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
siswa.
27
Salah satu elemen penting dalam proses pembelajaran adalah multimedia
pembelajaran. Oleh karena itu guru diharapkan dapat mengembangkan
multimedia pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sekolah, latar belakang
siswa, dan karakteristik materi yang akan diajarkan. Apabila
materi pembelajaran yang akan disampaikan bersifat abstrak, maka media
ajar harus mampu membantu siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut,
misalnya dengan penggunaan laboratorium virtual. Laboratorium virtual adalah
salah satu media yang bisa membantu guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran
dengan siswa, maka laboratorium virtual yang digunakan perlu dikembangkan
dengan modifikasi atau dirancang sesuai dengan kebutuhan materi ataupun kebutuhan
siswa.
Berdasarkan dasar pemikiran tersebut maka selayaknya seorang guru bisa memilih
multimedia pembelajaran yang sesuai. Dengan demikian dirasa perlu dilakukan
penelitian tentang pengembangan laboratorium virtual yang dapat mempermudah
siswa melakukan praktikum dalam pembelajaran sains sehingga dapat
meningkatkan kemampuan literasi sains siswa ditentukan oleh proses belajar yang
berlangsung di kelas. Secara skematik, kerangka berpikir penelitian dilukiskan
dapat dilihat pada gambar 3.
28
Gambar 3. Skema Kerangka Pikir
F. Hipotesis
Hipotesis penelitian pengembangan yaitu:
Ho = Laboratorium Virtual yang dikembangkan tidak efektif untuk meningkatkan
literasi sains siswa
H1 = Laboratorium Virtual yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan
literasi sains siswa.
Laboratorium Virtual
Literasi SainsMeningkat
Sulit dipahami
Alat laboratoriumtidak lengkap
Tidak ada ruang gelap
Literasi Sains Rendah
Kegiatan BelajarMengajar
Materi Optika
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan laboratorium virtual
untuk meningkatkan kemampuan penguasaan konsep literasi sains siswa.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan (Sugiyono, 2014).
Pengembangan laboratorium virtual ini diadaptasi dari Borg dan Gall (1983)
terdapat sepuluh langkah, yaitu: (1) penelitian dan pengumpulan informasi
(research and information), (2) perencanaan (planning), (3) pengembangan draf
produk awal (develop preliminary form of product collecting), (4) pengujian ahli
dan uji lapangan awal (preliminary field testing), (5) revisi produk awal (main
product revision), (6) uji coba lebih luas (main filed testing), (7) revisi produk
hasil uji luas (operational product revision), (8) pengujian lapangan operasional
(operational field testing), (9) revisi produk akhir (final product revision) dan (10)
desiminasi serta implementasi (dissemination and implementation).
Sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini, maka dilakukan adaptasi terhadap
tahap penelitian pengembangan tersebut menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu: (1) studi
pendahuluan, (2) perancangan /desain laboratorium virtual (produk), dan (3)
pengujian efektifitas laboratorium virtual. Model pengembangan ini dipilih
30
karena langkah-langkahnya sesuai dengan rancangan penelitian untuk
menghasilkan sebuah laboratorium virtual yang bermanfaat untuk meningkatkan
penguasaan konsep literasi sains. Pada penelitian dan pengembangan
laboratorium virtual ini, tidak semua langkah R & D dilakukan. Tahap yang
dilakukan hanya sampai pada tahap uji coba produk.
B. Prosedur Penelitian
Secara umum keseluruhan alur penelitian pengembangan laboratorium virtual ini
digambarkan dalam alur penelitian pengembangan pada Gambar 4.
31
1. Tahap I. Studi Pendahuluan
2. Tahap II. Pengembangan/Desain
Tidak
Ya
Tidak
Ya
3. Tahap III. Pengujian
Ya
Tidak
Keterangan: = Aktivitas
= Hasil (berupa produk laboratorium virtual dan perangkatnya)
= Pilihan terhadap hasil analisis= Arah proses/ aktivitas berikutnya
----- = Arah siklus kegiatan/ aktivitas
Gambar 4. Tahapan dan Aktivitas Penelitian Pengembangan MenurutBorg & Gall dimodifikasi (Sumber: Sunyono, 2014)
StudiLiteratur
Studi Lapangan Deskripsi AnalisisPendahuluan
Perancanganlaboratoriumvirtual
Penyusunanperangkatpembelajaran
PenyusunanInstrumenpenelitian
Draft I danperangkat
ValidasiAhli
Valid ?
Revisi Draft I
Draft II danperangkat Uji coba terbatas
Valid? Revisi
Draft II danperangkat
Draft III danperangkat
Uji coba lapanganterbatas
Draft III danperangkat
Revisi
Efektif?ProdukFinal
32
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Tahap Pendahuluan
Tahap studi pendahuluan ditempuh melalui analisis hasil temuan di lapangan
maka penelitian ini memerlukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan
merupakan penelitian pendahuluan untuk mengetahui layak atau tidak produk
yang akan dikembangkan. Tahap studi pendahulan pada penelitian ini meliputi:
a. Studi literatur
Peneliti melakukan studi literatur guna memperoleh data yang digunakan sebagai
landasan teoritis dan memperkuat argumen produk hasil pengembangan. Tahap
ini peneliti mengkaji penelitian terdahulu dalam berupa artikel, buku dan jurnal
relevan. Adapun topik kajiannya penelitia-penelitian sebelumnya meliputi
pengembangan laboratorium virtual, hakikat dan pembelajaran sains, media dan
multimedia pembelajaran, serta literasi sains. Studi literatur ini untuk menggali
informasi mengenai isu-isu pendidikan kontemporer, mengumpulkan informasi
penyebab rendahnya literasi sains siswa di Indonesia. Kajian tersebut
memperkaya wawasan peneliti dalam mengembangkan laboratorium virtual yang
sesuai dengan kebutuhan dan tantangan globalisasi.
Peneliti melakukan analisis Kurikulum 2013 melingkupi analisis standar isi (KI
dan KD), standar proses, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Peneliti
mengkaji Kompetensi Dasar 3. 12 dan 4. 12 kelas VIII semester genap K13
adalah mengidentifikasi sifat-sifat cahaya, pembentukan bayangan serta
aplikasinya untuk menjelaskan penglihatan manusia dan prinsip kerja alat optik.
33
Pada tahap studi pendahuluan, lokasi dan subyek penelitian dipilih menggunakan
teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan
sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu oleh peneliti
berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas SMP Negeri 1 Pugung kelas VIII
sebanyak 3 kelas. Pada penelitian ini, sampel ditentukan berdasarkan jumlah
siswa dan nilai IPA sehingga diperoleh 2 kelas sampel. Sampel ditentukan
berdasarkan teknik purposive sampling dan diperoleh 2 kelas sampel. Kelas VIII
1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII 3 sebagai kelas kontrol.
b. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan melalui membagikan angket analisis kebutuhan
laboratorium virtual. Angket pada studi pendahuluan digunakan untuk
mengungkap pembelajaran yang saat ini terjadi meliputi: keberadaan
laboratorium riil, keterlaksanaan praktikum IPA pada materi optika, keberadaan
laboratorium komputer, keterampilan guru dalam TIK. Analisis kebutuhan
dilakukan terhadap 10 SMP di propinsi Lampung, yang terdiri dari 15 orang guru
IPA dan 30 orang siswa. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil angket
analisis kebutuhan guru dan siswa yang dideskripsikan dalam bentuk persentase,
kemudian diinterpretasikan secara kualitatif.
34
2. Tahap Pengembangan
Tahap pengembangan ini meliputi: a. Rancangan perangkat pembelajaran,
b. Rancangan produk, c. Validasi ahli, d. Uji coba. Tahapan pengembangan
yang akan dilakukan sebagai berikut:
a. Rancangan perangkat pembelajaran
Langkah kegiatan dalam menyusun perangkat pembelajaran ini meliputi beberapa
hal, yaitu :
1) Menganalisis KI dan KD yang dipilih dalam melakukan penelitian.
2) Merancang karakteristik materi, keluasan dan kedalaman materi, dan alokasi
waktu.
3) Menetapkan indikator pencapaian kompetensi yang digunakan sebagai dasar
dalam menyusun instrumen evaluasi hasil belajar.
4) Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai
dengan model dan pendekatan yang digunakan.
b. Rancangan pengembangan laboratorium virtual
Mendesain pengembangan laboratorium virtual serta menentukan tujuan yang
dicapai pada setiap tahapan pengembangan. Tahap ini dilakukan melalui kegiatan
membuat produk awal berupa story board dan mendesain draft 1 laboratorium
virtual yang memuat komponen-komponen antara lain: Kompetensi Inti,
Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian Kompetensi, dan Petunjuk penggunaan
laboratorium virtual. Selanjutnya menyiapkan angket uji validasi materi/isi,
desain/merancang produk, menguji validasi ahli dan uji coba. Pengembangan
35
laboratorium virtual terdapat dua kegiatan yaitu perancangan tampilan
laboratorium virtual dan perancangan isi selanjutnya melakukan validasi hasil
pengembangan laboratorium virtual oleh ahli. Jika masih ada kekeliruan
dilakukan revisi.
c. Validasi Ahli
Pada tahap ini produk pengembangan laboratorium virtual harus divalidasi agar
tujuan penelitian tercapai. Validasi dilakukan oleh tiga orang ahli materi atau
ahli pada bidang pendidikan IPA dan praktisi untuk mengetahui bahwa
laboratorium virtual yang dikembangkan dalam meningkatkan literasi sains sudah
benar dan sesuai standar. Penilaian para ahli terhadap laboratorium virtual
meliputi aspek kesesuaian isi dan konstruksi laboratorium virtual.
Lembar validasi berisi skor penilaian yang dinilai masing-masing ahli. Lembar ini
digunakan untuk mendapatkan data mengenai pendapat para ahli (validator) dan
praktisi terhadap laboratorium virtual yang dikembangkan. Prosedur yang
dilakukan dalam proses validasi ahli ini meliputi:
1) Penilaian ahli tentang kevalidan laboratorium virtual dan perangkatnya.
2) Penilaian ahli menggunakan lembar validasi meliputi aspek kesesuaian dan
konstruksi laboratorium virtual.
3) Analisis terhadap penilaian validator untuk menentukan langkah berikutnya,
jika hasil analisis menyatakan bahwa :
a) Valid atau layak tanpa revisi maka penelitian dilanjutkan pada tahap uji
coba. Produk hasil validasi ini disebut draf II.
36
b) Valid atau layak dengan revisi maka dilakukan revisi terhadap draf
laboratorium virtual dan perangkatnya kemudian dikoreksi kembali oleh
validator sampai mendapat persetujuan sehingga layak untuk digunakan
pada tahap uji coba.
c) Tidak valid atau tidak layak maka dilakukan revisi total terhadap
laboratorium virtual dan perangkatnya, selanjutnya validator melakukan
penilaian kembali.
d. Uji coba terbatas
Melakukan uji coba terbatas kepada 5 orang guru dengan tujuan memperoleh
informasi kulitas laboratorium vitual yang dikembangkan. Guru diminta untuk
memberikan tanggapan mengenai aspek kesesuaian isi dan konstruksi
laboratorium virtual dengan cara mengisi angket. Pada tahap uji ini juga
dilakukan uji terbatas kepada 10 orang siswa yang dipilih secara acak untuk
/mengetahui kemenarikan laboratorium virtual yang dikembangkan. Penilaian
tentang kemenarikan laboratorium virtual denga cara mengisi angket respon
siswa. Berdasarkan hasil uji coba terbatas, kemudian dilakukan perbaikan dan
penyempurnaan terhadap laboratorium virtual yang dikembangkan,sehingga
laboratorium virtual yang dikembangkan berikutnya adalah sebuah laboratorium
virtual yang siap digunakan untuk pengujian lapangan terbatas.
3. Tahap Pengujian/ Implementasi
Tahap pengujian ini dilakukan setelah ada revisi dari uji coba terbatas. Pada tahap
ini dilakukan uji lapangan terbatas. Pada tahap pengujian laboratorium virtual
37
yang direvisi dari hasil uji coba terbatas dan telaah ahli akan digunakan oleh siswa
kelas VIII semester 2. Tujuan utama dilakukan tahap pengujian ini yaitu untuk
menentukan kepraktisan dan keefektifan laboratorium virtual adalah apakah
laboratorium virtual yang dikembangkan benar-benar siap untuk dipakai dan
mampu memfasilitasi pembelajaran sehingga pembelajaran yang terjadi di kelas
lebih efektif, dan untuk mengetahui efektivitas penggunaan laboratorium virtual
terseut terkait dengan literasi sains siswa.
Tabel 1. Desain Penelitian (Nonequivalent Control Group Design)
Kelompok Pretes Perlakuan postesEksperimen O1 X O2
Kontrol O3 - O4
(Sugiyono, 2014)
Keterangan :O1 = Pretes kelas eksperimenO3 = Pretes kelas kontrolX = Perlakuan/treatment yang diberikan (variabel independen)O2 = Postes kelas eksperimenO4 = Postes kelas kontrol
C. Istrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Instrumen pada penelitian ini meliputi:
1. Instrumen pada studi pendahuluan
Pada studi pendahuluan dipilih teknik angket yang digunakan untuk mengungkap
pembelajaran yang saat ini terjadi meliputi: penggunaan laboratorium virtual,
gambaran umum pembelajaran sains yang ada, tingkat literasi sains, respon siswa
dalam pembelajaran.
38
2. Instrumen Uji Validasi Ahli dan Praktisi
a. Instrumen validasi kesesuaian isi
Instrumen validasi kesesuaian isi yang digunakan berupa angket untuk
mengetahui kesesuaian isi laboratorium virtual dengan kompetensi inti dan
kompetensi dasar, kesesuaian indikator, kesesuaian materi dan kesesuaian urutan
materi. Pada instrumen ini terdapat kolom saran agar validator dapat menuliskan
saran untuk perbaikan produk.
b. Instrumen validasi konstruksi
Instrumen validasi konstruksi yang digunakan berupa angket untuk mengetahui
kesesuaian konstruksi laboratorium virtual, kesesuaian Laboratorium virtual
dengan struktur Laboratorium virtual yang baik dan untuk mengetahui apakah
Laboratorium virtual yang dikembangkan sudah melatihkan literasi sains. Pada
instrumen ini terdapat kolom saran agar validator dapat menuliskan saran untuk
perbaikan produk.
3. Instrumen Uji Kepraktisan
a. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
Instrumen keterlaksanaan ini terdiri dari pernyataan-pernyataan terkait dengan
tingkat keterlaksanaan pembelajaran menggunakan laboratorium virtual yang
dikembangkan. Lembar observasi ini dikembangkan oleh peneliti dengan
mengonsultasikan dengan dosen pembimbing.
39
b. Instrumen respon siswa
Instrumen respon siswa yang digunakan berupa angket yang berisi pernyataan
untuk menilai kemenarikan laboratorium virtual, yang diujikan pada saat uji coba
produk dan menilai kemenarikan pada saat uji lapangan terbatas berdasarkan
laboratorium virtual yang dikembangkan.
4. Instrumen pada uji keefektifan produk
a. Instrumen tes
Instrumen yang digunakan berupa tes. Tes yang digunakan meliputi pretes dan
posttes. Data yang diperoleh dari tes ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
laboratorium virtual yang dikembangkan dalam meningkatkan literasi sains siswa.
Sebelum instrumen tes digunakan dalam penelitian divalidasi oleh ahli yang
relevan. Selanjutnya diujicobakan terlebih dahulu pada kelas diluar sampel
penelitian untuk menganalisis validitas.
b. Instrumen Wawancara
Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini wawancara tidak
terstruktur. Wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancara ini hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan (Sugiono, 2009 ). Sebelum digunakan dalam pengambilan
data, pedomanan wawancara yang telah disusun dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing.
40
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket, lembar
observasi dan tes. Pada studi pendahuluan digunakan teknik angket untuk
mengungkap pembelajaran yang saat ini terjadi meliputi: penggunaan
laboratorium virtual, gambaran umum pembelajaran sains yang ada, tingkat
literasi sains, respon siswa dalam pembelajaran.
Validasi dilakukan dengan meminta validator untuk mengisi angket yang terdiri
dari validasi kesesuaian isi, konstruksi. Pada tahap uji coba produk secara
terbatas dengan meminta respon guru dan siswa, pengumpulan data dilakukan
dengan meminta guru untuk mengisi angket validasi kesesuaian isi dan
konstruksi. Siswa juga diminta untuk mengisi angket kemenarikan berdasarkan
laboratorium virtual yang dikembangkan.
Pengumpulan data pada uji lapangan terbatas berupa lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran menggunakan laboratorium virtual, dan lembar
observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran. Untuk mengetahui
keefektifan laboratorium virtual, pengumpulan data dilakukan melalui tes.
Wawancara dilakukan untuk melengkapi data tentang penggunaan laboratorium
virtual dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa pada proses pembelajaran,
yang dilakukan terhadap 7 orang siswa yang dipilih secara acak dari jumlah siswa
yang menjadi subjek pada tahap implementasi.
41
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis Data Studi Pendahuluan
Pada tahap studi pendahuluan, dilakukan analisis terhadap angket analisis
kebutuhan guru dan siswa yang dideskripsikan dalam bentuk persentase,
kemudian dianalisis atau diinterpretasikan secara kualitatif dan deskriptif.
2. Analisis Validitas Produk
Analisis data kevalidan meliputi analisis data angket validasi ahli, respon guru dan
angket respon siswa saat uji coba terbatas. Validitas isi, konstruksi, pada produk
diperoleh dari ahli melalui uji/validasi ahli. Angket penilaian uji ahli
menggunakan skala Guttman yang memiliki pilihan jawaban sesuai konten
pertanyaan, yaitu: “Setuju” dan “Tidak Setuju” dengan skor “1” dan “0”. Revisi
dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “Tidak Setuju”
atau para ahli memberikan masukan khusus terhadap laboratorium virtual yang
sudah dibuat.
Teknik analisis data dilakukan dengan cara:
a. Mengklasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan
pertanyaan angket.
b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat.
c. Menghitung persentase jawaban, bertujuan untuk melihat besarnya per-sentase
setiap jawaban dari pertanyaan, sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis
42
sebagai temuan. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase
jawaban responden setiap item adalah sebagai berikut:
% Jin= x 100 %(Sudjana, 2005)
Keterangan: inJ% = Persentase pilihan jawaban-i
iJ = Jumlah responden yang menjawab jawaban-i
N = Jumlah seluruh responden
d. Menjelaskan hasil penafsiran presentasi jawaban responden dalam bentuk
deskriptif naratif.
e. Menafsirkan data validitas terhadap laboratorium virtual yang
dikembangkan dan perangkatnya dihitung berdasarkan skor yang diberikan
oleh validator dengan menghitung jumlah skor yang diberikan validator,
menghitung persentase ketercapaian skor dari skor maksimal untuk setiap
aspek yang dinilai, dan menghitung rata-rata persen ketercapaian skor oleh
ahli lalu menafsirkan data dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 2 Kriteria Ketercapaian Validitas
Persentase Kriteria
21,00% - 36,00% Tidak Valid (TV)
37,00% - 52,00% Kurang Valid (KV)
53,00% - 68,00% Cukup Valid (CV)
69,00% - 84,00%Valid (V)
85,00% - 100,00%Sangat Valid (SV)
(Cohen dan Swerdik, 2010)
Untuk analisis data kemenarikan laboratorium virtual yang dikembangkan ditinjau
dari respon guru dan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan
laboratorium virtual dilakukan dengan menghitung jumlah siswa yang
memberikan respon positif dan negatif terhadap pelaksanaan pembelajaran.
43
Kemudian menghitung persentase dan menafsirkan data dengan menggunakan
tafsiran harga persentase pada Tabel 3. di bawah ini:
Tabel 3. Kriteria Tingkat Kemenarikan
Persentase Kriteria
0,0% - 20,0% Sangat Tidak Menarik
20,1% - 40,0% Tidak Menarik
40,1% - 60,0% Cukup Menarik
60,1% - 80,0% Menarik
80,1% - 100,0% Sangat Menarik
(Ratumanan, 2003)
3. Analisis Data Kepraktisan
a. Keterlaksanaan Pembelajaran Menggunakan Laboratorium Virtual.
Analisis keterlaksanaan RPP menggunakan laboratorium virtual dilakukan
dengan menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek
pengamatan, kemudian dihitung persentase ketercapaian dengan rumus:
% Ji = (∑ Ji/ N) x 100 %
Keterangan:% Ji = Persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan
pada pertemuan ke –i∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat pada
pertemuan ke-iN = Skor maksimal (skor ideal)
Tabel 4. Kriteria Tingkat Keterlaksanaan
Persentase Kriteria
0,0% - 20,0% Sangat rendah
20,1% - 40,0% Rendah
40,1% - 60,0% Sedang
60,1% - 80,0% Tinggi
80,1% - 100,0% Sangat tinggi
(Ratumanan, 2003)
44
b. Analisis Respon Siswa
Teknik analisis data angket respon siswa setelah menggunakan laboratorium
virtual dalam proses pembelajaran menggunakan cara sebagai berikut:
1) Menghitung jumlah siswa yang memberikan respon positif dan negatif
terhadap pelaksanaan pembelajaran.
2) Menghitung persentase jumlah siswa yang memberikan respon positif dan
negatif.
3) Menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase pada tabel
di bawah ini:
Tabel 5. Kriteria Tingkat Kemenarikan
Persentase Kriteria
0,0% - 20,0% Sangat tidak menarik
20,1% - 40,0% Tidak menarik
40,1% - 60,0% Cukup menarik
60,1% - 80,0% Menarik
80,1% - 100,0% Sangat menarik
(Ratumanan, 2003)
4. Analisis Keefektifan
Skor hasil pretes dan postes yang telah diperolah untuk mengetahui efektivitas
laboratorium virtual hasil pengembangan selanjutnya diubah menjadi nilai yang
digunakan untuk :menghitung n-Gain literasi sains masing-masing siswa.
1) Perhitungan nilai siswa
Nilai pretes dan postes untuk literasi sains siswa dirumuskan sebagai berikut :
45
2) Perhitungan n-Gain
Untuk mengetahui efektivitas laboratorium virtual hasil pengembangan dalam
menigkatkan literasi sains siswa , maka dilakukan analisis nilai gain
ternormalisasi (n-Gain). Rumus n-Gain menurut Hake (1999) adalah sebagai
berikut:
n-Gain=
(Hake, 2002)
Nilai gain ternormalisasi didistribusikan pada kriteria klasifikasi yang dinyatakan
oleh Hake (2002) seperti dilihat pada Tabel 9.
Tabel 6. Kriteria N-gain
Rata-rata GainTernormalisasi
Klasifikasi
Tinggi
Sedang
Rendah
F. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan uji-t. Langkah-langkah pengujian hipotesis
adalah: uji normalitas, uji homogenitas, dan uji perbedaan dua rata-rata.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan
dengan program SPSS versi 17.
Rumusan hipotesis untuk uji normalitas:
Nilai postes – nilai pretes
Nilai maksimal- nilai pretes
46
H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi data normal
H1 : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
Kriteria uji normalitas:
Jika zhitung < z tabel atau nilai sig > 0,05 maka H0 diterima (data
berdistribusi normal)
Jika z hitung ≥ z tabel atau nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak (data tidak
berdistribusi normal)
b. Uji Homogenitas Dua Varians
Uji homogenitas dua varians dilakukan untuk mengetahui apakah dua kelompok
sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dua
varians dilakukan dengan SPSS versi 17.
Hipotesis uji homogenitas:
H0 : data tidak mempunyai varians (homogen).
H1 : data mempunyai varians (tidak homogen).
Kriteria uji homogenitas :
Terima H0 hanya jika F hitung < F tabel , atau nilai sig > 0,05
Tolak H0 hanya jika F hitung ≥ F tabel , atau nilai sig < 0,05
c. Uji kesamaan Dua Rata-Rata
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai rata-rata yang tidak berbeda pada
tahap awal. Jika rata-rata kedu kelompok tersebut tidak berbeda, berarti kedua
kelompok itu mempunyai kondisi yang sama. Uji kesamaan dua rata-rata yang
47
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji-t. Hipotesis yang
diujikan adalah:
H0 = Tidak ada perbedaan hasil pretes literasi sains siswa di kelas eksperimen
dan hasil pretes di kelas kontrol
H1 = ada perbedaan hasil pretes literasi sains siswa di kelas eksperimen
dan hasil pretes di kelas kontrol
Kriteria uji :
Jika t hitung ≥ t tabel, atau nilai sig < 0,05 maka Ho ditolak, H1 diterima.
Jika t hitung < t tabel, atau nilai sig > 0,05 maka Ho diterima, H1 ditolak (Pratisto,
2004)
d. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Rumusan hipotesis statistik:
H0 = Rata-rata n-Gain literasi sains siswa kelas eksperimen lebih rendah daripada
rata-rata n-Gain literasi sains siswa kelas kontrol
H1 = Rata-rata n-Gain literasi sains siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada
rata-rata n-Gain literasi sains siswa kelas kontrol
Kriteria Uji :
Jika t hitung ≥ t tabel, atau nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak, H1 diterima.
Jika t hitung < t tabel, atau nilai sig > 0,05 maka Ho diterima, H1 ditolak
e. Uji effect size
Perhitungan ukuran efek (UE) menggunakan rumus Jahjouh (2014) berikut ini:
(Jahjouh, 2014)
48
Ket : = Ukuran efek (effect size)T2 = nilai t pretes dan postesdf = derajat kebebasan
Selanjutnya untuk mengkategorikan ukuran efek digunakan kriteria standar Cohen
sebagai berikut:
Tabel 7. Kategori Ukuran EfekCohen’sStandard
EffectSize
PercentileStanding
Percent ofNonoverlap
Large 0,6-2,0 73-97,7 47,4%-81,1%
Medium 0,3-0,5 62-69 21,3%-33,0%
Small 0,0-0,2 50-58 0%-14,7%
(Cohen, 1988)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut
1. Laboratorium virtual memiliki validitas yang tinggi. Validasi oleh ahli
meliputi validasi isi dan konstruksi. Laboratorium virtual yang dikembangkan
dapat meningkatkan literasi sains siswa.
2. Laboratorium hasil pengembangan dinyatakan praktis. Hal ini terlihat dari
penilaian guru dan respon siswa setelah menggunakan laboratorium virtual
dalam pembelajaran dengan kategori tinggi dan keterlaksanaan laboratorium
virtual yang berkategori tinggi.
3. Laboratorium virtual yang dikembangkan cukup efektif digunakan untuk
meningkatkan kemampuan literasi sains siswa, dengan n-Gain = 0,44 kategori
sedang dan effect size 0,83 berkategori tinggi.
86
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, peneliti memberi saran sebagai
berikut:
1. Laboratorium virtual yang dikembangkan hanya pada materi Optika,
diharapkan peneliti lain melakukan pengembangan laboratorium virtual pada
materi IPA yang lain.
2. Pembelajaran IPA akan lebih efektif meningkatkan literasi sains melalui
penggunaan laboratorium virtual.
3. Peneliti lain agar dapat melakukan pengembangan laboratorium virtual untuk
dapat meningkatkan kemampuan literasi matematika dan literasi teknologi.
87
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. 2015. Guru Sains Sebagai Inovator merancang PembelajaranSains Inovatif Berbasis Riset. Media Akademi. Yogyakarta
Afriana, J., Permanasari, A., & Fitriani, A. (2016). Penerapan Project BasedLearning Terintegrasi STEM Untuk meningkatkan Literasi Sains SiswaaDitinjau dari Gender. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA,2 (2)
Agung, Wahyu. 2010. Panduan SPSS 17.0 untuk Mengolah Penelitian Kuantitatif.Gerai Ilmu. Yogyakarta.
Akker, J. 1999. Principles and Methods of Development Research. In J. Van denAkker, R. Branch, K. Gustafson, Nieven, and T. Plomp (eds). DesignApproaches and Tools in Education and Training (pp. 1-14). KluwerAcademic Publishers. Dotrech.
Ariani Nike & HaryantoDany. 2010. Pembelajaran MultiMedia di SekolahPedoman Pembelajaran Inspiratif, Konstruktif dan Prospektif. PT PrestasiPustakaraya. Jakarta.
Arsyad, Azhar, M.A. 2014. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta
Asyhari Ardian, & Hartati Risa , Profil Peningkatan Kemampuan Literasi SainsSiswa Melalui Pembelajaran Saintifik. Universitas Pendidikan Indonesia.ktober 2015
Bajpai, Manisa Dr & Kumar, Anil Dr. 2015. Effect of Virtual Laboratory onStuden Achivement in Physics. International Journal of Cureet Research.Volume 7. Issue 2.
Borg, Walter R. & Gall, Meredith D. 1983. Education Research: An Introduction(4th ed). Longman Inc. New York.
Cohen, R. J., & Swerdlik, M. E. 2010. Psychological Testing and Assessment: AnIntroduction to Tests and Measurements (7th ed.). McGraw-Hill. New York,NY.
Cohen, J. 1998. Statistical Power Analysis for the Behavioral Sciences (2nd ed.).Hillslade N.J.L. Erlbaum Associates
88
Creswell, John W. 2008. Educational Research: Planning, Conducting, andEvaluating Quantitative and QualitativeResearch. Pearson Education.Boston.
Darmodjo, H. & Kaligis, J. R. E. 1993. Pendidikan IPA II. DepartemenPendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu,SMP/MTs. Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan,Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Dharma, Agus. 2012. Peran Sains dan Teknologi Dalam PercepatanPembangunan, Jurnal. Tersedia distaffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/.Diakses12 Januari 2016.
Djamarah & Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.Jakarta.
Echols, J.M & Shadily, H. 2007. Kamus Inggris Indonesia. PT. Gramedia PustakaUtama. Jakarta.
Firman, H. 2007. Laporan Analsis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISANasional Tahun 2006. Pusat Penelitian Pendidikan Balitbanng Depdiknas.Jakarta
Gunawan. 2011. Pengembangan Model Virtual Laboratory Fisika Modern untukMeningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Disposisi Berfikir KritisCalon Guru. Jakarta. UPI. Jurnal.http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan-pembelajaran/article/view/3867. diakses15 Oktober 2018
Hamalik, Oemar. 2008. Proses BelajarMengajar. BumiAksara. Jakarta.
Hafsyah Nur, PrihandonoTrapsilo & Yushardi. 2012. Penerapan Model InkuiriTerstruktur dengan Media Virtual-Lab pada Pembelajaran Fisika di SMP.Jurnal Pembelajaran Fisika.Volume 1, Nomor 2. Program Studi Fisika FKIPUniversitasJember.Diaksespada 8 Oktober 2015
Hake, Richard R. 2002. Analyzing Change/Gain Scores. (Online). Tersedia di(http://www. physics. indiana. edu/~ sdi/Analyzing Change-Gain.pdf),diakses pada 16 November 2015.
89
Herga, Risman N. 2014. Virtual Laboratory as an Element of Visualization whenTeaching Chemical Contents in Science Class. The Turkish Online Journalof Education Technology. Volume 13. Issue 4
Hilman, W. 2003. Learning How to Learn: Problem Based Learning. AustralianJournal of Teacher Education. Vol. 28(2)
Holbrook, J., & Rannikmae, M. 2009. The Meaning of Scientific Literacy.International Journal of Environmental and Science Education, 4(3).
Hudiono. Bambang. 2008. Peran Representasi Dalam Meningkatkan PemahamanSiswa Pada Materi Persamaan Garis. Jurnal Didaktika, 9(1), 57-66.
Ismail. Permanasari, Anna & Setiawan, Wawan. 2016. Efektivitas Virtual LabBerbasis STEM dalam Jihad, A & Haris, A. 2008.EvaluasiPembelajaran.Yogyakarta : Multi Presindo.
Jahjouh, Y. M. A. 2014. The Effectiveness of Blended E-Learning Forum inPlanning for Science Instruction. Journal of Turkish Science EducationVolume 11 (4).
Liliasari dan Tanwil, Muh.2013. Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalamPembelajaran IPA. Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.Makassar.
Millar R & Osborne J.F. 1998. Beyond 2000: Science education for the future.London:King’s College
Munir. 2005. Konsep dan Aplikasi Program Pembelajaran Berbasis Komputer(Computer Based Interaction).P3MP UPI. Bandung.
Nieven. 2007. An Introduction to Educational Design Research. Proceedings ofthe seminar conducted at the East China Normal University. Shanghai (PR.China). November 23-26. 2007.
Nurhafsyah Siti. 2012. Penerapan Model Inkuiri Terstruktur dengan MediaVirtual-Lb pada pembelajaran Fisika di SMP. Program Studi PendidikanFisika FKIP Universitas Jember
Nurrokhmah, IE &Sunarto. 2013. PengaruhPenerapan Virtual Labs BerbasisInkuiri terhadap Hasil Belajar Kimia. Chemistery in Education.CiE (1).http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined.
90
Odja, A. H., & Payu, C. S. (2014). Analisis Kemampuan Awal Literasi SainsSiswa pada konsep IP. In Prosidding Semibar Nasional Kimia (pp. 40-44).Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya.
Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). 2003.Chapter 3 of the Publication “PISA 2003 Assesment of framework –mathematics, Reading, Science and problem solving knowledge and skills.[Online]. Tersedia: http://www.oecd.org /dataoecd/38/29/33707226. pdf.diakses 11 November 2015.
Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). 2013.Snapshot of performance in mathematics, reading and science. (Online).Tersedia di (http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/PISA-2012-results-snapshot-Volume-I-ENG.pdf), diakses 11 November 2015.
Peruche, M. Babette. 2007. The Implications of Internal and External Motivationto Respond without Prejudice for Interracial Interactions. Florida StateUniversity Libraries.
Purwanto, N. 2008.Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT RemajaRosdakarya. Bandung.
Ratumanan, T.G., 2003. Pengembangan Model PembelajaranInteraktifdengansetting Kooperatif (Model PISK) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil BelajarMatematika Siswa SLTP di Kota Ambon.Disertasi Doktor. ProgramPascasarjana Universitas Negeri Surabaya.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan ProfesionalismeGuru. Rajawali Pers. Jakarta.
Rustaman, Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Universitas NegeriMalang. Malang.
Sarry, Saraswaty, Masykuri, Mohammad, Utami Budi.2014. PembelajaranKooperatif Model Numbered Heads Together (NHT) berbatuan MediaLaboratorium Riil dan Virtual dilengkapi Lembar Kerja Siswa (LKS) PadaMateri Termokimia Kelas XI SMAN 1 Karanganyar Tahun Ajaran2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia(JPK).Vol 3 No.1. Program StudiPendidikan Kimia. Universitas Sebelas Maret. Diakses pada 12 Agustus2015.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja GrafindoPersada. Jakarta.
91
Sanjaya,Wina. 2008. StrategiPembelajaran: BerorientasiStandar ProsesPendidikan.KencanaPrenada Media. Jakarta.
Sandi, Irsyan. SetiawanAndhy. &RusnayatiHeni., 2010.AnalisisBuku AjarFisikaSMAKelas X Di Kota BandungBerdasarkanKomponenLiterasiSains.UniversitasPendidikanIndonesia.Jurnal PF-24.Diaksestanggal 5 Februari 2016.
Seals, Barbara B. & Richey, Rita C. 2004. Teknologi Pembelajaran: Definisi danKawasannya. Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk.Kerjasama IPTPILPTK UNJ. Jakarta.
Sudirdjo, Sudarsono. 1997. Peranan Media Pendidikan Dalam Penuntasan WajibBelajar Pendidikan dasar 9 tahun. IKIP Negeri Jakarta. Jakarta.
Sugiyono.2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,dan R & D.Alfabeta. Bandung
Sukmadinata, N. S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya.Bandung.
Sumaji, Soehakso, Mangunwijaya, Wilardjo, Suparno, Susilo, Marpaung, Sularto,Budi, Sinaradi, Sarkim & Rohandi.1998. PendidikanSains yangHumanistik.Kanisius.Yogyakarta.
Pratisto, Arif. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan RancanganPercobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.
Sutrisno.2011. Pengantar Pembelajaran Inovatif Berbasis Teknologi Informasi &Komunikasi. GP Press. Jakarta.
Takari, Enjah R. 2010. Model Kooperatif Ilmu Pengetahuan Alam. PenerbitGENESINDO. Bandung
Tatli, Zeynep & Ayas, Alipasa., 2013. Journal. Effect of Virtal ChemistryLaboratory on Students’ Achievement. Educational Technology & Society.16 (1). 159-150. Diakses pada 10 Agustus 2015.
Trianto. 2011. Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif .KencanaPrenada Media. Jakarta.
92
Vaughan. 2014. Multimedia Making It Work. Ninth Edition.McGraw-HillEducation-Europa.
Wasis . 2013. Merenungkan Kembali Hasil Pembelajaran Sains. SeminarNasional FMIPA UNDIKSHA III. Universitas Negeri Surabaya.Surabaya.wasisfaa@yahoo.com
Waryanto, NurHadi. 2008. Multimedia InteraktifDalamPembelajaran. JurnalPendidikan Matematika FMIPA UNY.Yogyakarta.
Wisudawati, A.W., & Sulistiyowati, E. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA.BumiAksara. Yogyakarta.
Young, B. L. 1983.The Selection of Processes, Contexts and Concepts and theirRelationship to Methods of Teaching. In: Harlen, W. (ed. ). New Trends inPrimary School Science Education, Vol. 1, p. 7-16. Paris,UNESCO.
Yuniarti, F, Paramesti & R. Susanti. 2012. Pengembangan Virtual Laboratorysebagai Media Pembelajaran berbasis Komputer pada Materi PembiakanVirus. Unnes Journal Of Biology Education. Semarang.
Zuriyani, E. 2013. Literai Sains dan pendidikan (Online). Sumsel.Kemenag.go,id/file/file/TULISAN/wagi1343099486.pdf. Diakses padatanggal 12 Desember 2015.
top related