pengembangan bahan ajar b indonesia

Post on 11-Feb-2016

224 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Presentasi pengembangan bahan ajar

TRANSCRIPT

OLEH:NANI AHWANI

NIM A2E010073

Pengembangan Modul Menulis Kreatif dengan Latihan Terbimbing pada

Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII MTs

Latar Belakang Masalah

Kemampuan menulis kreatif peserta didik kelas VII MTs Negeri Kenali Besar Kota Jambi masih sangat rendah.

Peserta didik tidak pernah mendapatkan materi bagaimana cara menulis yang benar.

Sumber belajar yang digunakan peserta didik didik terbatas pada buku cetak yang lebih menekankan pada penguasaan kemampuan untuk menjawab soal-soal.

Untuk itu peneliti tertarik untuk mengembangkan sebuah bahan ajar pembelajaran bahasa Indonesia berupa modul menulis kreatif dengan latihan terbimbing.

Rumusan Masalah

1) Bagaimanakah langkah-langkah pengembangan modul menulis kreatif dengan latihan terbimbing pada pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas VII MTs Negeri Kenali Besar Kota Jambi?

2) Bagaimanakah bentuk modul menulis kreatif dengan menggunakan latihan terbimbing pada pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas VII MTs Negeri Kenali Besar Kota Jambi?

3) Bagaimanakah kelayakan modul menulis kreatif dengan latihan terbimbing pada pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas VII MTs Negeri Kenali Besar Kota Jambi ditinjau dari aspek keefektifan dan kemenarikan?

Tujuan Pengembangan

1) Dihasilkan desain modul menulis kreatif dengan latihan terbimbing pada pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas VII MTs Negeri Kenali Besar Kota Jambi.

2) Dihasilkan produk berupa modul menulis kreatif yang di dalamnya memuat aktivitas latihan terbimbing sehingga dapat mengarahkan aktivitas belajar peserta didik dalam menulis kreatif.

3) Menguji kelayakan modul menulis kreatif dengan latihan terbimbing pada pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas VII MTs Negeri Kenali Besar Kota Jambi ditinjau dari aspek keefektifan dan kemenarikan.

Kajian Pustaka

2.1 Penelitian yang Relevan 2.2 Hakekat Belajar dan Pembelajaran 2.3 Hakekat Bahan Ajar dan Modul 2.4 Penyusunan Bahan Ajar 2.5 Hakekat Menulis 2.6 Menulis Kreatif 2.7 Pembelajaran Menulis Kreatif 2.8 Pembelajaran Menulis Kreatif dengan Latihan Terbimbing 2.9 Hakekat Pengembangan dalam Teknologi Pendidikan2.10 Teori-Teori yang Mendasari Penelitian Pengembangan Modul Menulis Kreatif dengan Latihan Terbimbing 2.11 Prinsip Kemenarikan, Keefektifan, dan Efisiensi Pembelajaran

Model Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model desain Dick dan Carey

Prosedur Pengembangan

Tahap 1: Menentukan materi yang menjadi objek pengembangan

Tahap 2: Menganalisis kebutuhan

Tahap 3: Proses pengembangan, sesuai langkah Dick & Carey

Tahap 4: Pengembangan Draft Modul

Tahap 5: Tinjauan Ahli dan Uji coba

Metode penelitian: deskriptif kualitatif dan kuantitatif.Subjek penelitian: Siswa MTs N Kenali Besar Jambi Kelas VIIInstrumen penelitian: Angket dan tes unjuk kerja siswa.TEKNIK ANALISIS DATA

1. Analisis deskriptif kualitatif diambil dari hasil validasi ahli materi dan ahli desain.2. Analisis data kuantitatif (angka) diambil dari hasil angket pada uji

coba lapangan terhadap siswa dan guru. PENGUMPULAN DATA

Digunakan beberapa instrument, sbb:1. Observasi digunakan untuk mengamati respons siswa atau

mengamati antusias guru mengajar ketika menggunakan modul.2. Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan responden

tentang efektifitas, efisiensi, dan daya tarik kelayakan produk yang dikembangkan.

HASIL PENGEMBANGAN

Hasil keputusan validasi yang dilakukan ahli materi pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: 1) isi/materi pada modul jelas; 2) teknik penulisan baik; 3) penyusunan bahasa baik; 4) disetujui untuk diuji coba pada penelitian, dengan hasil penilaian kelayakan 73% yang artinya modul berada pada level baik/menarik/sesuai/efektif.

Ahli media pembelajaran memberikan komentar terhadap keseluruhan tampilan media yaitu: baik sebagai media yang menunjang bahan ajar pembelajaran, dengan hasil penilaian kelayakan 72% yang artinya modul berada pada level baik/menarik/sesuai/efektif.

Setelah ahli materi dan ahli desain menyatakan bahwa modul baik dan valid, maka dapat diuji cobakan oleh pengguna yakni guru mata pelajaran dan peserta didik.

Guru yang memberikan penilaian adalah guru Bahasa Indonesia di MTs N Kenali Kota Jambi.

Hasil penilaian guru terhadap modul memperoleh skor kelayakan 88% yang artinya modul berada pada level sangat baik/sangat menarik/sangat sesuai/sangat efektif.

Uji coba perorangan dilakukan terhadap 3 orang peserta didik kelas VII MTs Negeri Kenali yang memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda-beda yakni berkemampuan di bawah rata-rata, berkemampuan rata-rata dan berkemampuan di atas rata-rata.

Hasil uji coba perorangan terhadap pengembangan modul di dapat skor kelayakan 90% yang artinya modul berada pada level sangat baik/sangat menarik/sangat sesuai/sangat efektif.

Perbandingan hasil pre-test dan post-test uji coba perorangan: rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik saat pre-test yaitu 56, sedangkan rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik saat post-test yaitu 86,66.

Uji Coba Perorangan

Uji coba kelompok kecil dilakukan terhadap 7 (tujuh) orang peserta didik kelas VII MTs Negeri Kenali Kota Jambi.

Hasil uji coba kelompok kecil terhadap pengembangan bahan ajar didapat skor kelayakan 90,8% yang artinya modul berada pada level sangat baik/sangat menarik/sangat sesuai/sangat efektif.

Perbandingan hasil pre-test dan post-test uji coba kelompok kecil: rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik saat pre-test yaitu 54,4; sedangkan rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik saat post-test yaitu 85,5.

Uji Coba Kelompok Kecil

Tahapan akhir dari uji coba ini adalah uji coba lapangan. Jumlah siswa yang melakukan uji coba lapangan ini adalah 20 (duapuluh) orang siswa kelas VII MTs Negeri Kenali Kota Jambi.

Hasil uji coba lapangan terhadap pengembangan modul didapat skor kelayakan 91,3% yang artinya modul berada pada level sangat baik/sangat menarik/sangat sesuai/sangat efektif.

Perbandingan hasil pre-test dan post-test uji coba lapangan: rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik saat pre-test yaitu 52,3; sedangkan rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik saat post-test yaitu 83,5.

Uji Coba Lapangan

PEMBAHASANAhli materi dan ahli desain memberikan penilaian dengan kriteria

baik, tetapi beliau masih memberikan saran perbaikan untuk kesempurnan modul.

Setelah direvisi sesuai saran ahli, modul dinilai sudah layak untuk diujicobakan dan dipergunakan oleh pengguna akhir. Sesuai dengan pernyataan Crawley dalam Isjoni (146:2007) yang menyatakan bahwa buku bacaan peserta didik sebagai acuan belajar harus memadai atau layak sebagai bahan ajar.

Guru teman sejawat meyakini bahwa modul sudah memuat cukup latihan dan praktik. Handoko (2001:104) menyatakan bahwa latihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci, dan rutin. Dalam hal ini latihan terbimbing melalui modul dimaksudkan untuk melatih keterampilan menulis kreatif.

Setelah menggunakan modul yang dikembangkan, peserta didik lebih berminat dalam belajar sehingga hasil belajarnya pun dapat meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Lewis & Paine (1997:14-8) yang menyatakan bahwa salah satu ciri bahan ajar yang dikembangkan sendiri oleh guru adalah dapat menimbulkan minat pembacanya.

Kemenarikan modul bagi peserta didik terdapat pada sampul/cover depan bahan ajar berupa gambar ilustrasi, tulisan, dan warna (Widodo, 2002:59).

Senada dengan pendapat tersebut, Heinich (1986 :82) menyebutkan bahwa bahan ajar dikemas sedemikian rupa dengan penampilan ilustrasi atau gambar serta warna menarik agar peserta didik senang membaca dan mempelajarinya.

Efektifitas belajar dapat dilihat dari hasil belajar yang meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Reigeluth & Merrill (dalam Degeng, 1989:165), bahwa terdapat empat indikator penting yang dapat dijadikan pedoman untuk mencapai keefektifan pembelajaran. Keempat indikator tersebut adalah kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari; kecepatan unjuk kerja; tingkat alih belajar; dan tingkat retensi dari apa yang dipelajari.

Efisiensi terlihat dari peran guru yang telah bergeser. Sebelum digunakan modul, waktu yang tersedia bagi peserta didik untuk belajar habis digunakan untuk mendengarkan ceramah dari guru dan peserta didik memiliki sedikit waktu untuk berlatih menulis. Setelah digunakannya modul ini, guru tidak perlu banyak berceramah sehingga peran guru di kelas lebih banyak sebagai fasilitator dan sebagai pembimbing. Peserta didik mendapatkan kesempatan yang mencukupi untuk mengerjakan beragam latihan yang menuntun pada tumbuhnya keterampilan menulis.

SIMPULAN

Langkah-langkah pengembangan Modul Menulis Kreatif dengan Latihan Terbimbing pada Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII MTs dilakukan dengan menggunakan model Dick and Carrey, yang mana proses pengembangannya melalui 10 tahap.

Modul ini mencakup tiga tema yaitu: (1) Sains dan Budaya; (2) Peristiwa; (3) Sosial. Tujuan yang diharapkan adalah agar peserta didik mampu untuk: menulis kreatif berita, menulis kreatif teks deskriptif, menulis kreatif buku harian, menulis kreatif prosa, menulis kreatif pengalaman menarik, menulis kreatif puisi, menulis kreatif teks eksposisi, menulis kreatif surat pribadi, dan menulis kreatif pantun. Penyusunan modul dilengkapi dengan gambaran umum penggunaan modul yang berisi deskripsi, prasyarat, petunjuk penggunaan, dan tujuan pembelajaran.

Modul yang dikembangkan ini telah memenuhi syarat kelayakan ditinjau dari aspek kemenarikan, efektivitas, dan efisiensinya.

Terima Kasih

top related