pengelolaan desa wisata nglanggeran di desa …
Post on 29-Nov-2021
23 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGELOLAAN DESA WISATA NGLANGGERAN
DI DESA NGLANGGERAN KECAMATAN PATHUK KABUPATEN
GUNUNG KIDUL
SKRIPSI
Disusun Oleh:
HENDRICKUS LAWING
14520182
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
JENJANG PROGRAM STRATA 1
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2021
iv
MOTTO
Takut Akan Tuhan Adalah Permulaan Pengetahuan
(Amsal 1 : 7)
Tetaplah merasa bodoh, agar kita belajar. Tetaplah merasa lapar, agar kita
berusaha
(Steve Jobs)
Rencangkan, doakan dan kerjakan
( Saya )
v
PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI TERWUJUD BERKAT BANYAK-NYA DUKUNGAN DALAM
PEMBUATAN NYA, TIDAK ADA SESUATU YANG DAPAT DIBERIKAN
SEBAGAI BALASAN ATAS DUKUNGAN TERSEBUT, MELAINKAN
HANYA DOA YANG DIPANJATKAN KE HADIRAT TUHAN YANG MAHA
ESA YANG DAPAT MEMBALAS SEMUA DUKUNGAN DAN KEBAIKA-
KEBAIKAN TERSEBUT DI KEMUDIAN HARI, TERIMA KASIH TAK
TERHINGGA INI, SAYA UCAPKAN KEPADA :
1. Terima kasih kepada Tuhan Yesus dalam penyertaan-Nya skripsi ini dapat
terselesaikan, walau sebagai seorang mahasiswa saya masih banyak
kekurangan dan perlu lebih banyak belajar lagi.
2. Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua yang
membersarkan, mengarahkan dan membimbing saya di setiap langkah
yang akan saya jalankan hingga perjalan studi sebagai mahasiswa ini
terselesaikan namun dengan kekurangan tentu nya, tanpa adanya dukungan
dan bimbingan dari kedua orangtua saya, ini semua tak dapat
terselesaikan.
3. Terima kasih kepada adek-adeku, Hanna Renita Putri dan Karyn Aprillia
yang juga terus mendukung dan mendoakan saya dalam menjalakan studi
ini hingga selesai.
4. Terima kasih buat Dwi Krizia Frisanti yang selalu mendukung dan
menemani saya dalam perjalanan studi saya selama di Yogyakarta dan
semoga seterusnya selalu demikian.
5. Terima kasih yang besar kepada seluruh keluarga besar saya yang juga
terus mendukung dan mendoakan dalam perjalanan studi ini.
6. Terima kasih buat Keluarga Besar UKM Musik Ganesha ( Bang Saut
Sinaga, Bang Putra Perdana, Bang Ippang, Bang Boys Easterlight, Bang
Dara, Aminah Ratnawa, Tommy D Kia Eban, Echal dan kawan-kawan
vi
UKM Musik Ganesha lain-nya ) yang juga terus saling mendukung satu
dengan yang lain-nya.
7. Terima Kasih buat Keluarga Besar Gereja Sahabat Allah ( Pak Gembala
Janni Lewi beserta keluarga, Meland Neno, Deni Christian, Roth Fredy,
Mikarlos dan jemaat Sahabat Allah lain-nya )
8. Terima kasih kepada bapak dan ibu dosen dalam bimbingan studi nya,
semoga ilmu yang disampaikan akan terus menjadi pedoman bagi saya dan
bapak/ibu sekalian terus diberkati dan menjadi berkat.
9. Terima kasih kepada teman-teman kampus STPMD “APMD”
10. Terima Kasih juga kepada orang-orang yang selalu mendukung saya
dalam perjalanan studi saya selama di Yogyakarta.
vii
INTISARI
Pengelolaan Desa wisata merupakan suatu bentuk pembangunan
berkelanjutan melalui promosi desa yang menciptakan lapangan pekerjaan,
distribusi pendapatan, pelestarian lingkungan dan budaya lokal,
meningkatkan partisipasi masyarakat, menghargai keyakinan dan nilai-nilai
tradisional. Oleh sebab itu penulis menyusun skripsi dengan judul
Pengelolaan Desa Wisata Nglanggeran, Daerah Kabupaten Gunung Kidul
selama tahun 2019-2020 dengan rumusan masalah bagaimana pengelelolaan
Desa Wisata Nglanggeran di Desa Nglanggeran, Kabupaten Gunung Kidul
di tahun 2019-2020.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif-deskriptif untuk
mendeskripsikan bagaimana Pengelolaan Desa Wisata yang di jalankan oleh
Desa Nglanggeran. Mendeskripsikan baik perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengawasan serta evaluasi yang dilakukan. Pengambilan
sampel informan dilakukan dengan purposive sampling yaitu penentuan
informan dengan pertimbangan tertentu, berdasarkan atas dasar ciri-ciri
tertentu. Sedangkan teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data,
menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Unit analisis
dalam penelitian ini adalah Kepala Desa Nglanggeran 1 orang, Direktur
Bumdes Nglanggeran 1 orang, Ketua Pokdarwis 1 orang, Sekretaris
Pokdarwis 1 orang, Bendahara Pokdarwis 1 orang, Pemasaran dan Promosi
Pokdarwis 1 orang, Warga Nglanggeran 1 orang.
Desa Nglanggeran merupakan desa yang berada dalam kawasan
pegunungan dengan kondisi geografis desa yang sulit untuk mendapatkan
mata air, tanah yang gersang dan sebagainya, kemudian bergerak untuk
mengelola wisata dalam Desa Nglanggeran dengan bekerja sama dengan
masyarakat juga pemerintah desa nya.
Hasil penelitian dari pengelolaan Desa Wisata Nglanggeran dapat
dikatakan sangat baik, baik dari segi perencanaan dalam mengikutsertakan
tokoh desa, pemerintah desa dan berbagai lapisan masyarakat dalam
perencanaan, pengorganisasian yang terkoordinir dan tersusun dengan jelas,
pengarahan atau proses pengintegrasian proses serta tujuan-tujuan
pokdarwis dalam pengembangan masyarakat, pengawasan serta evaluasi,
namun masih terdapat beberapa kendala seperti kurangnya kesadaran
masyarakat akan potensi wisata dan kurang nya penguasaan bahasa asing.
Kata Kunci : Pengelolaan, Desa Wisata
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas berkat Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan sebagai persyaratan dalam rangka
menyandang gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD”
Penulis sangat menyadari sekali sebagai manusia biasa tidak terlepas dari
salah dan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berusaha semaksimal
mungkin untuk menyajikan skripsi ini agar dapat selesaikan untuk kemudian
dibaca semua orang. Untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan, saran dan
kritikan lebih yang bersifat membangun demi mengembangkan skripsi ini.
Sampai selesainya skripsi ini, penulis benyak mendapat bantuan baik moril
maupun materil yang sangat berharga dari berbagai pihak. Atas kebaikan ini,
penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Sutoro Eko Yunanto, M.Si Selaku Ketua STPMD “APMD”
Yogyakarta
2. Ibu Ir. Nelly Tiurmida, MPA Selaku Dosen Wali
3. Bapak Ir. Muhammad Barori, M.Si Selaku Dosen Pembimbing
4. Bapak Dr. Guno Tri Tjahjoko, M.A Selaku Ketua Prodi Ilmu
Pemerintahan
5. Bapak dan Ibu Dosen yang memberikan materi perkuliahan, khusus nya
Ilmu Pemerintahan
6. Seluruh Staf dan Karyawan/Karyawati STPMD “APMD” Yogyakarta
7. Seluruh Teman-teman kampus STPMD “APMD Yogyakarta
Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan dan penyertaan Tuhan
Yang Maha Esa. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat khusus nya bagi penulis
dan bagi pembaca umum.
Yogyakarta, 09 Febuari 2021
Hendrickus Lawing
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Desa terus membenahi diri dari berbagai sudut pandang, yang disisi lain
juga memperlihatkan perubahan desa yang kian tahun semakin baik dalam
mensejahterakan masyarakat nya dengan berbagai ide yang dimunculkan
untuk memacu potensi desa yang ada maupun yang diciptakan oleh desa itu
sendiri.
Desa dari sudut pandang Undang-undang Desa No. 6 Tahun 2014
tentang Desa, dengan rekognisi dan subsidiaritas, serta prinsip lainnya.
Rekognisi berarti pengakuan asal-usul, sedangkan subsidiaritas berarti
penetapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan keputusan berskala
lokal untuk kepentingan masyarakat desa. (Widodo, dkk, 2015 ; 29)
Artinya segala bentuk perkara, kesepakatan, dan kepentingan bersama,
diselesaikan dengan cara desa nya masing-masing. Hal ini yang tercantum
dalam Undang-undang Desa No.6 tahun 2014 tentang Desa tersebut, dalam
menyampaikan aspirasi masyarakat untuk lebih mandiri dalam membangun
desa.
Membangun kemandirian desa dalam kerangka desa membangun harus
dimulai dari proses perencanaan desa yang baik, dan di ikuti dengan tata
kelola program yang baik pula. Pembangunan ( pedesaan ) yang efektif
bukanlah semata-mata karena adanya kesempatan melainkan hasil hasil dari
2
penentuan pilihan-pilihan prioritas kegiatan, bukan hasil coba-coba, tetapi
akibat perencanaan yang baik. (Wahyudin, 2015 ; 10)
Kepentingan masyarakat yang diprioritaskan dalam hal membangun,
menjadi tolak ukur bahwa desa perlu berkembang menurut kepentingannya
masing-masing, arti nya semua desa mempunyai tolak ukur kepentingan yang
berbeda. Dan dalam hal ini desa perlu adanya manajemen pengelolaan, serta
perencanaan yang matang dalam proses pembangunan yang lebih baik.
Pembangunan desa yang mandiri, perlu adanya integritas dalam
mencapai sebuah tujuan yang memunculkan sebuah peluang untuk dapat
berkembang. Banyak desa maupun daerah-daerah sekarang mencoba untuk
mendapatkan peluang tersebut. Salah satunya melalui desa wisata, yang
sedang menjadi daya tarik saat ini.
Munculnya fenomena pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat
merupakan kritik atas pengelolaan wisata yang dilaksanakan tanpa
melibatkan masyarakat dan dipandang kurang mampu memberdayakan
masyarakat. Pariwisata berbasis masyarakat ( Community Based Tourism /
CBT ) merupakan konsep pengelolaan kepariwisataan dengan
mengedepankan partisipasi aktif masyarakat dengan tujuan untuk
memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dengan tetap menjaga kualitas
lingkungan sosial, serta melindungi kehidupan sosial dan budayanya. Konsep
pariwisata berbasis masyarakat berkesesuaian dengan pariwisata
3
berkelanjutan ( Sustainable Tourism ) yang memerlukan partisipasi
masyarakat. (Dimas Kurnia, 2016 ; 16)
Tujuan lainnya adalah agar budaya yang diekspos melalui berbagai
media, dapat menjadi nilai tersendiri bagi lingkungan wisata yang menjadi
daya tarik, bertujuan agar masyarakat terlibat aktif dalam mengelola sumber
dayanya.
Pariwisata berbasis masyarakat mengedepankan pendekatan bottom-up,
sedangkan pariwisata berkelanjutan mengedepankan pendekatan top-down.
Pendekatan bottom-up mengandung arti bahwa inisiatif untuk pengembangan
pariwisata berasal dari masyarakat. Sedangkan pada pendekatan top-down,
inisiatif berasal dari pemerintah (Baskoro, 2008 ; 43). Penerapan pariwisata
berbasis masyarakat di anggap mampu memberikan berbagai manfaat bagi
masyarakat yaitu peningkatan kesejahteraan, perlindungan terhadap
lingkungan, serta perlindungan terhadap kehidupan sosial dan budaya
masyarakat. (Baskoro dalam Dimas Kurnia, 2016 ; 16). Keberlanjutan yang
dimaksudkan bukan hanya dari pendekatan top-down, tetapi juga dari
pendekatan bottom-up yang merupakan alternatif lain dari keberlanjutan. Hal
tersebut dapat terjadi dengan penerapan manajemen pengelolaan wisata yang
baik dan dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalamnya. Dalam
mengembangkan desa wisata, masyarakat lokal berperan penting dan sangat
bergantung pada karakteristik penduduk setempat yang meliputi; demografi,
manfaat personal yang diperoleh dari desa wisata, keberadaan komunitas dan
sikap/perilaku untuk mengembangkan parawisata. Pengembangan desa
4
wisata akan memberikan dampak positif dalam stabilitas dan perekonomian.
(Audita dkk, 2018 : 2). Perkembangan dari desa wisata lah yang menjadi
harapan dalam meningkatkan sumber pendapatan masyarakat setempat yang
terdapat dalam Undang-undang Desa No. 6 Tahun 2014. Berkebebasan dalam
mengelola masalah yang jadi faktor utama masyarakat dalam memperoleh
kesempatan berkembang dengan cara nya sendiri.
Mengutip Kusworo (2009) dalam Luthfi (2015 : 283), pariwisata
pedesaan sebagai model baru, dikenal sebagai pariwisata minat khusus
(special interest tourism) yang memberikan peluang bagi perkembangan
Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yang berbasis masyarakat. Jenis
wisata alternatif dipandang lebih menyandarkan pada minat khusus dengan
mengutamakan persinggungan penduduk dan budaya lokal. Bila berbicara
mengenai wisata pedesaan, akan erat kaitannya dengan desa wisata. Damanik
(2013) mengatakan bahwa konsep pariwisata pedesaan dimaknai sebagian
keseluruhan aktivitas wisata yang memanfaatkan sumber daya (alam, budaya,
dan buatan) pedesaan sebagai objek dan daya tarik pariwisata. Yogyakarta
merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berhasil dalam
pengembangan desa wisata. Data Dinas Pariwisata DIY mencatat pada tahun
2011 terdapat 104 desa wisata, 45 di antaranya mendapatkan bantuan dari
pemerintah melalui Program PNPM Pariwisata. Desa wisata yang berjumlah
104 yang ada di DIY, 18 di antaranya terdapat di Kabupaten Gunungkidul.
Melalui desa wisata yang terkonsep dengan baik yang memberikan
kesan serta wawasan baru kepada wisatawan, juga menarik karena desa
5
wisata yang sudah maju dapat menjadi contoh bagi desa lain untuk bekerja
sama atau belajar untuk membangun dan mengelola sumber daya alam nya
sendiri, seperti hal nya Desa Nglanggeran di Kabupaten Gunungkidul yang
sudah baik dalam mengelola serta mengembangkan potensi yang ada di desa
nya masing-masing. Desa wisata yang tak lepas dari sejarah, alam dan lain
sebagainya, juga merupakan bentuk dari kreativitas desa dalam mengekspos
dan memperkenalkan desa tersebut.
Banyak desa di Yogyakarta memiliki sisi keunikan yang tak dapat
ditemui di daerah lain. Salah satu desa wisata yang banyak menarik minat
wisatawan domestik dan mancanegara adalah Desa Wisata Nglanggeran di
Kabupaten Gunung Kidul. Kabupaten Gunung Kidul menyimpan berbagai
keindahan alam dan potensi pariwisata beragam. Desa Wisata Nglanggeran
menawarkan keindahan Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba dan Embung
Nglanggeran. Selain itu, atraksi wisata yang ditawarkan berupa kegiatan
perkemahan, kegiatan malam keakraban, outbond, kegiatan live in, flying fox,
wisata budaya seni tari, dan seni karawitan. (Luthfi, 2015 : 283)
Selain unik dari berbagai segi keindahan alam dan kegiatan-kegiatan
Ekowisata yang ditawarkan oleh Desa Nglanggeran, juga terdapat hal lain
yang tak kalah menariknya untuk ditelusuri. Ada beberapa lomba nasional
serta internasional yang di ikuti Desa Nglanggeran dalam mengimprovisasi
desa nya dan mengembangkan serta memperkenalkan Ekowisata nya lebih
jauh lagi.
6
Desa Wisata Nglanggeran berada di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta, pada tahun 2017 lalu, desa ini memperoleh
penghargaan sebagai Desa Wisata Terbaik I Indonesia dan menerima
penghargaan ASEAN Community Based Tourism (CBT) Award 2017, yang
diserahkan di Singapura. ( https://travel.tempo.co/read/1054578/desa-wisata-
nglanggeran-raih-penghargaan-di-thailand/full&view=ok, 25 juli 2019, 23:00
WIB ).
Dibalik prestasi yang membanggakan tersebut, kerjasama Pemerintah
Desa Nglanggeran dalam mendukung Pokdarwis dalam mengelola lahan
yang menjadi objek wisata Desa Nglanggeran merupakan bentuk relasi
yang baik, bahkan hingga sekarang koordinasi Pemerintah Desa
Nglanggeran, Pokdarwis juga masyarakat dalam mengelola, menjalankan
dan mengawasi pengelolaan tersebut terbilang baik.
Bukanlah perkara mudah bagi Desa Nglanggeran agar mendapat
pengakuan tersebut sebagai Desa Wisata Nglanggeran. Dalam banyak hal,
banyak perkara yang harus diselesaikan agar menjaga konsistensi desa
tersebut sebagai objek ekowisata yang mempertahankan keasrian alam dan
hal lainnya. Dan akan menjadi tantangan yang berat bagi Desa Nglanggeran
terlebih pada pengelola Desa Wisata Nglanggeran.
Dari hasi observasi yang dilakukan penulis di Desa Nglanggeran,
didapat beberapa temuan penting, yaitu bagaimana sulitnya mengelola desa
7
wisata, seperti yang disampaikan oleh Aris Budiyono selaku pengurus
Pokdarwis Desa Nglanggeran :
“ Di Desa Nglanggeran Terdapat lima padukuhan, tiga
diantaranya berada dikawasan ekowisata sedangkan dua
diantaranya berada diluar ekowisata nglanggeran, hal ini menjadi
masalah yang harus pokdarwis selesaikan karena jika tidak akan
menciptakan kecemburuan-kecemburuan dimasyarakat. Hal yang
sudah pokdarwis lakukan memberikan bantuan kepada seluruh
padukuhan yang akan melaksanakan kegiatan, ini merupakan
support yang bisa dilakukan saat ini. ”
Dari hasil wawancara ini dapat dikatakan, bahwa terjadi berbagai
dinamika kesulitan-kesulitan yang harus diselesaikan pengurus pokdarwis
ke masyarakat yang berada diluar jangkauan ekowisata tersebut. Dengan
demikian masyarakat yang berada didalam wilayah ekowisata Nglanggeran
tersebut untuk mempertimbangan segala kemungkinan yang perlu
dikembangkan.
Desa Wisata Nglanggeran berupaya menerapkan tiga prinsip dasar
agar berkembang. Pertama, ramah lingkungan alam dan budaya, kedua
adalah ramah masyarakat, ketiga ramah wisatawan.
(https://travel.tempo.co/read/1054578/desa-wisata-nglanggeran-raih-
penghargaan-di-thailand/full&view=ok, 25 Juli 2019, 23:10 WIB)
Prinsip-prinsip yang disampaikan tersebut menjadi pedoman bagi
wisatawan dan masyarakat Nglanggeran, agar tetap konsisten dalam
pengembangan Desa Nglanggeran menjadi lebih baik dalam mengelola desa
wisata yang telah terbentuk.
8
Masyarakat dalam mengikuti perkembangan yang dibawa ke
Nglanggeran, juga menjadi ilmu pengetahuan baru bagi masyarakat.
Menanggapi perkembangan tersebut, tingkat pemahaman masyarakat terkait
destinasi wisata yang ditawarkan dan berbahasa menjadi poin penting sebagai
kunci dalam masyarakat saling beriteraksi dan berkomunikasi ke wisatan
lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Nglanggeran.
Ketika membangun lembaga sosial, masyarakat Desa Nglanggeran
dihadapkan pada tantangan berupa homogenitas masyarakat, terutama latar
belakang penghidupan sebagai petani bukan sebagai penyedia jasa pariwisata.
Selain itu, Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba dan Embung Nglanggeran
berada di tiga dusun padahal harus melibatkan masyarakat satu desa yang
terdiri dari lima dusun. Penelitian ini berfokus pada bagaimana inisiator dapat
membentuk kelompok pemberdayaan masyarakat dalam kondisi masyarakat
yang homogen. Melalui proses panjang, masyarakat berhasil membentuk
kelompok sadar wisata yang terstruktur sehingga dapat memberdayakan
masyarakat. Hasilnya tidak hanya dinikmati inisiator itu sendiri, tetapi
seluruh masyarakat Desa Nglanggeran. (Lutfi, 2015 : 283-284)
Dengan demikian, berproses yang juga masyarakat ikuti menjadi
penting dalam mengembangkan pengetahuan serta tingkat ekonomi
masyarakat yang berbeda-beda, juga menjadikan Desa Nglanggeran untuk
terus berkembang menjadi desa yang lebih ideal dalam banyak hal penunjang
yang diperlukan desa
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang terurai diatas maka dapat disimpulkan
rumusannya masalahnya sebagai berikut:
“Bagaimana Pengelolaan Desa Wisata Ngelanggeran di Desa
Ngelanggeran?”
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan Pengelolaan Desa Wisata Nglanggeran.
2. Mendeskripsikan kendala-kendala dalam Pengelolaan Desa Wisata
Nglangeran
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
pengetahuan khususnya di bidang Ilmu Pemerintahan Desa.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi Pengelolaan Desa Wisata
Nglanggeran
E. Kerangka Konseptual
a. Pengelolaan
Pengelolaan pada dasarnya adalah suatu tindakan untuk
mengendalikan dan pemanfaatan sumber daya yang diperlukan untuk atau
menyelesaikan suatu tujuan kerja tertentu dan dapat dikatakan bahwa
pengelolaan adalah bagian dari manajemen.
10
Dengan demikian pengelolaan adalah ilmu manajemen yang
merumuskan, membentuk dan menata segala proses yang diciptakan
bersama-sama dalam sebuah wadah kelompok atau organisasi yang
terbentuk dari sebuah proses keinginan, mimpi, ambisi dan berbagai hal
lainnya, dan menjadi fokus tujuan dari kelompok atau organisasi.
Seperti banyak bidang studi lainnya yang menyangkut manusia,
manajemen sulit di defenisikan. Dalam kenyataannya, tidak ada defenisi
manajemen yang telah diterima secara universal. Marry Parker Follet
mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Definisi ini menggandung arti bahwa para manajer
mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain
untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan, atau berarti
dengan tidak melakukan tugas-tugas sendiri. (T.Hani Handoko, 2016 : 8)
Menurut James A. F. Stoner mendefinisikan Manajemen adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-
usaha para anggota organisasi dan pengunaan sumber daya-sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
(James A.F. Stoner dalam T.Hani Handoko, 2016 ; 8)
Dari definisi diatas terlihat bahwa Stoner telah menggunakan kata
proses bukan seni. Mengartikan manajemen sebagai seni mengandung arti
bahwa hal itu adalah kemampuan atau ketrampilan pribadi, suatu proses
adalah cara sistematis untuk melakukan pekerjaan. Manajemen
didefinisikan sebagai suatu proses karena semua manajer, tanpa
11
memperdulikan kecakapan atau ketrampilan khusus, mereka harus
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang mereka inginkan.
Proses tersebut terdiri dari kegiatan-kegiatan manajemen, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. (T.Hani
Handoko, 2016 : 8)
1. Perencanaan ( Planning )
Suatu proses pengambilan keputusan tentang apa tujuan
yang harus dicapai pada kurun waktu tertentu dimasa mendatang
dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Proses tersebut terdiri atas dua elemen (a) penetapan tujuan, dan
(b) menetukan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Fungsi ini menghasilkan dan
mengintegrasikan tujuan, strategi dan kebijakan.
2. Pengorganisasian ( Organizing )
Suatu proses pembagian kerja yang diserai dengan
pendelegasian wewenang. Pengorganisasian sangat bermanfaat
dalam memberikan informasi tentang garis kewenangan agar
setiap anggota dalam organisasi bisa mengetahui apa, kepada
siapa dia memberi perintah dan siapa yang menerima perintah.
3. Pengarahan ( Actuating )
12
Proses pengitegrasian kegiatan-kegiatan dan target, tujuan
dari berbagai unit kerja dari suatu organisasi agar dapat mencapai
suatu tujuan secara efesien.
4. Pengawasan ( Controlling )
Fungsi manjemen yang mencari kecocokan antara kegiatan-
kegiatan aktual dengan kegiatan-kegiatan yang direncanakan.
Fungsi tersebut sangat berkaitan dengan perencanaan, sebagai
feedback bagi perencanaan-perencanaan pada masa akan datang
b. Desa
Dalam banyak literatur dan praktik wacana, desa mempunyai banyak
definisi, yang tampak netral dan obyektif. Para ahli geografi dan tata ruang
menyebut desa sebagai aglomerasi pemukiman di area perdesaan (rural),
para ahli pembangunan tidak suka menyebut desa melainkan lebih akrab
dengan community dan rural, para ahli demografi suka memahami desa
tempat bermukim penduduk dengan jumlah sekita 2.500 jiwa, para sarjana
pemerintahan dan administrasi suka menyebut desa sebagai wilayah
administratif, ada pula para ahli yang memahami desa sebagai tempat
sebagian besar penduduk bermata pencaharian di bidang pertanian dan
menghasilkan bahan makanan, dan masih banyak lagi. Berbagai definisi
itu tidak bisa disebut netral dan obyektif, tetapi sebagai ekspresi
pengetahuan dan wacana, yang berguna membangun kekuasaan. (Sutoro
Eko, 2017 ; 1)
13
Dalam sebuah tulisan Charles Metcalfe (1830) mengatakan bahwa
Desa adalah republik kecil, memiliki hampir segala sesuatu yang mereka
inginkan dalam diri mereka sendiri, dan hampir terlepas dari hubungan
luar. Mereka tampaknya bertahan di mana tidak ada lagi yang bertahan.
Dinasti demi dinasti runtuh, revolusi demi revolusi silih berganti, tetapi
masyarakat desa tetap sama. Persatuan masyarakat desa, masing-masing
secara terpisah membentuk negara kecil dalam diri sendiri, yang saya
yakin, memberikan kontribusi lebih untuk pelestarian rakyat (India),
melalui semua revolusi dan perubahan yang membuat menderita, dan
dalam tingkat tinggi kondusif untuk kebahagiaan mereka, sekaligus
kenikmatan atas kebebasan dan kemerdekaan. (Sutoro Eko, 2017 : 4-5)
Hingga pada awal 2014, terbitlah undang-undang yang secara garis
besar berisi semangat baru, mengatur tentang desa dengan berbagai opsi
yang lebih baik. Undang-undang ini menjelaskan peran serta kedudukan
desa yang sungguh sangat penting dalam menjalankan tugas dan
wewenang untuk mengurus pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat.
Menurut Undang-undang Desa, desa bukan sekedar pemerintahan
desa, bukan sekedar pemerintah desa, dan bukan sekedar kepala desa.
Namun kepala desa menempati posisi paling penting dalam kehidupan dan
penyelengaraan desa. Karena itu semangat Undang-undang Desa 6/2014
adalah menempatkan kepala desa bukan sebagai kepanjangan tangan
pemerintah, melainkan sebagai pemimpin masyarakat. Arti nya kepala
14
desa harus mengakar dekat dengan masyarakat, sekaligus melindungi,
mengayomi dan melayani warga. (Sutoro Eko, 2017 : 109)
Menurut Undang-undang No. 6 Tahun 2014, Desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Undang-undang No.
6 Tahun 2014).
Eksistensi desa dalam hal ini mencakup hak asal usul (bawaan
maupun perkembangan dari prakarsa lokal) wilayah, pemerintahan,
peraturan dan pranata lokal, lembaga-lembaga lokal, indentitas budaya,
kesatuan masyarakat, prakarsa desa, serta kekayaan desa.
Rekognisi dalam Undang-undang Desa bukan saja mengakui dan
menghormati keragaman, kedudukan, kewenangan, dan hak asal-usul,
serta susunan pemerintahan desa, tapi juga melakukan retribusi ekonomi
dalam bentuk alokasi dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Disatu
sisi, rekognisi dimaksudkan untuk mengakui dan menghormati identitas,
adat-istiadat, serta pranata dan kearifan lokal sebagai bentuk keadilan
kultural.
15
Dari asas rekognisi ada asas subsidiaritas, asas yang menetapkan
kewenangan lokal berskala desa dengan memasukan pendirian, penetapan,
pengurusan dan pengelolaan desa di dalam nya.
Subsidiaritas mengandung empat hal penting. Pertama, urusan lokal
atau kepentingan masyarakat setempat yang berskala lokal lebih baik
ditangani organisasi lokal dalam hal ini desa. Kedua, negara bukan
menyerahkan kewenangan seperti asas desentralisasi, melainkan
menetapkan kewenangan lokal berkala desa menjadi kewenangan desa
melalui undang-undang. Ketiga, pemerinta tidak campur tangan atas
kewenangan desa, melainkan mendukung dan memfasilitasi desa.
Pemerintah memberikan kepercayaan dan mendukung prakarsa serta
tindakan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya.
Keempat, pemerintah tak menentukan target-target kuantitatif dengan
bingkai program secara seragam dan terpusat. Sebaliknya subsidiaritas
mengajarkan kepada pemerintah untuk memberikan mandat kepala desa
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya dengan “cara
desa”. (Sutoro Eko, 2017 : 81-83)
Ada spirit dalam Undang-undang Desa bahwa desa harus maju tetapi
tidak meninggalkan tradisi, dan tetap merawat tradisi tetapi tidak
ketinggalan zaman. Tradisi merupakan roh sekaligus infrastruktur sosial
bagi kebaikan pembagunan dan pemerintahan. Bruce Mitchell (1994),
berdasarkan hasil studinya tentang pembangunan desa di Bali, mengambil
kesimpulan bahwa kearifan lokal dan struktur pemerintahan tradisional
16
Bali yang mengutamakan kerja sama, konsensus, dan keseimbangan, telah
memberikan fondasi yang kuat bagi pembangunan desa berkelanjutan.
Karena itu, tradisi lokal menjadi penting dalam agenda perubahan
desa sesuai semangat Undang undang Desa. Adapun frasa kemajuan desa
(desa maju) dapat dimaknai sebagai transformasi atau perubahan menuju
kehidupan dan penghhidupan desa yang lebih baik. Tolak ukur nya antara
lain ketersediaan sarana dan prasarana desa yang lebih baik, pelayanan
dasar yang semakin baik, melek informasi dan teknologi, perbaikan tingkat
ekonomi, dan kualitas hidup kian meningkat. Desa maju juga paralel
dengan desa kuat dan desa mandiri. Desa kuat dan desa mandiri –
keduanya menjadi visi-misi Undang-undang desa, merupakan dua sisi
mata uang. Di dalam desa kuat dan desa mandiri terkandung prakarsa dan
kapasitas lokal, yang pada titik tertingginya menjadi desa yang berdaulat
secara politik.
Sekarang, pasca Undang-undang Desa, debat tentang pembangunan
ekonomi desa muncul kembali. Kritik terhadap pembangunan ekonomi
yang melemahkan desa juga bermunculan. Presiden Joko Widodo juga
menghendaki pertumbuhan ekonomi di desa yang tinggi dan berkualitas,
termasuk menghendaki pengurangan laju urbanisasi rakyat desa ke kota.
Kehendak politik ini memang belum melahirkan kebijakan baru yang
konkret dan kuat. Pada tahun 2015, pembicaraan tentang undang-undang
desa lebih banyak disedot pada isu dana desa dan pendampingan desa.
Sekarang Menteri Desa yang baru, Eko P. Sandjojo, menaruh fokus
17
perhatian pada pembangunan ekonomi desa serta pengembangan
BUMDesa dan BUMDesa Bersama. (Sutoro Eko, 2017 : 122-123)
c. Desa Wisata
Menurut Undang-undang No.10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan
1. Wisata adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelopok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata
yang dikunjungi dalam janga waktu sementara.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
4. Keparawisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi erta multi disiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antar
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah,
pemerintah daerah dan pengusaha.
Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi
dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam satu struktur kehidupan
masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku
(Nuryanti, Wiendu, 1993 ; 2-3)
18
Sedangkan menurut Pariwisata Inti Rakyat (PIR) yang dimaksud
dengan Desa Wisata adalah suatu kawasan pedesaan yang menawarkan
keseluruhan suasana yang mencerminkan keasliaan pedesaan baik dari
kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian,
memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau
kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi
untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya:
atraksi, akomodasi, makanan-minuman, dan kebutuhan wisata lainnya
(Hadiwijoyo, 2012 dalam Sari, 2015).
Desa Wisata merupakan salah satu bentuk pembangunan
berkelanjutan melalui promosi produktivitas pedesaan yang dapat
menciptakan pekerjaan, distribusi pendapatan, pelestarian lingkungan dan
budaya lokal, meningkatkan partisipasi masyarakat, menghargai keyakinan
dan nilai-nilai tradisional (Mustabsirah, 2015. Dalam Nazovah
Ummudiyah 2016).
d. Pengelolaan Desa Wisata
Yang dimaksud dengan Pengelolaan Desa Wisata dalam penelitian ini
termasuk fasilitasi pemerintah desa terhadap objek atau destinasi wisata
tersebut. Dalam fasilitasi tersebut, pemerintah mendukung penuh dengan
apa yang dirancangkan oleh Pokdarwis sebagai pengelola lahan seluas 48
ha sebagai objek atau destinasi wisata yang berada dibawa naungan Badan
Usaha Milik Desa Nglanggeran (BUMDes) serta dalam binaan
Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Dinas Pariwisata Daerah
19
Istimewa Yogyakarta dan Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Gunung
Kidul.
F. Ruang Lingkup
Ruang lingkup merupakan batasan penelitian yang digunakan untuk
memfokuskan penelitian agar berjalan sesuai dengan yang menjadi fokus
pelaksanaan penelitian ini agar data dan informasi yang diambil sesuai dengan
yang mennjadi kebutuhan nya. Oleh karena nya yang menjadi ruang lingkup
dalam penelitian tentang Penggelolaan Desa Wisata Nglanggeran, Kecamatan
Patuk, Kabupaten Gunung Kidul sebagai berikut
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pengarahan
4. Pengawasan
5. Evaluasi
G. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif-kualitatif
ini dikarenakan data yang dikumpulkan adalah berupa pernyataan, gambar dan
bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode
kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi
kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian
akan berisi kutipan - kutipan data untuk memberikan gambaran dalam
penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah
wawancara, cacatan lapangan, dokumentasi pribadi dan dokumen resmi.
20
Penelitian ini melakukan pendekatan studi kasus tentang Pengelolaan Desa
Wisata di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Gunungkidul. Penelitian ini
tidak dimaksudkan untuk menguji tipe penelitian tertentu, melainkan
mengambarkan apa adanya suatu gejala, keadaan atau fenomena tertentu.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi suatu tema, gejala
atau keadaan yang ada.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Deskriptif-kualitatif yaitu
penelitian yang menekankan pada aspek pemahaman mendalam
terhadap suatu masalah.
Menurut John W. Creswell (2016 : 330) penelitian kualitatif adalah
sebuah sarana untuk menggali dan memahami makna yang berasal dari
individu dan kelompok mengenai masalah sosial atau masalah
individu.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Wisata Nglanggeran, Desa
Nglanggeran, Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul.
3. Unit analisis
Subyek dalam penelitian yang akan menjadi informan, yaitu :
Kepala Desa, Direktur Bumdes, Pengurus Kelompok Sadar Wisata
Desa Nglanggeran, Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul.
Untuk menentukan informan dalam penelitian ini, peneliti memilih
teknik purposive. Teknik purposive merupakan teknik penentuan
21
informan dengan pertimbangan tertentu, berdasarkan atas dasar ciri-
ciri terntentu yang mempunyai sangkut paut dengan ciri-ciri yang telah
diketahui sebelumnya (Sugiyono, 2017 :124).
a. Deskripsi Informan
Sesuai dengan data yang penulis butuhkan, maka dalam
penelitian ini penulis melakukan pengambilan data melalui
wawancara terhadap 7 orang informan penelitian. Berikut ini
merupakan data informan penelitian yang penulis sajikan dalam
tabel berikut;
Tabel 1.1 Informan Penelitian Berdasakan Jabatan
B
e
r
d
a
s
a
k
an data di atas, dapat diketahui bahwa informan dalam penelitian
ini sebagaian besar merupakan anggota dari Pokdarwis sebagai
pengelola sebagian besar Wisata Desa Nglanggeran, Pathuk,
Kabupaten Gunung Kidul. Informan tersebut merupakan pihak
yang bertindak sebagai pihak yang mempunyai tanggung jawab
No Informan Jabatan Umur Pendidikan
1 Kepala Desa Nglanggeran 1 orang 55 SMA
2 Direktur BUMDes Nglanggeran 1 orang 53 S1
3 Ketua Pokdarwis Nglanggeran 1 orang 48 SMA
4 Sekretaris Pokdarwis Nglanggeran 1 orang 32 S1
5 Bendara Pokdarwis Nglanggeran 1 orang 29 D3
6 Seksi Pemasaran dan Promosi 1 orang 34 D3
7 Masyarakat 1 orang 47 SMP
Jumlah Jumlah 7 orang
22
dan wewenang dalam Pengelolaan Desa Wisata Nglanggeran.
Kepala desa dan Bumdes Nglanggeran merupakan pihak yang
bertindak sebagai pengawas jalan Pengelolaan Desa Wisata
Nglanggera. Sedangkan Pokdarwis merupakan orrganisasi yang
bergerak sebagai pelaku utama dari jalan nya pengelolaan dari
Desa Wisata Nglanggeran. Penulis juga mewawancarai
masyarakat yang merupakan perwakilan dari banyak nya
masyarakat yang ikut terlibat maupun merasakan dampak
langsung dari Pengelolaan Desa Wisata Nglanggeran tersebut.
H. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Adalah ketika peneliti turun ke lapangan untuk mengamati perilaku
dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan
ini, peneliti merekam/mencatat, baik terstruktur maupun semi-struktur
(misalnya, dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang memang ingin
diketahui oleh peneliti) aktivitas-aktivitas di lokasi penelitian. Umumnya
observasi ini bersifat open-ended dimana peneliti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan umum kepada partisipan yang memungkinkan
partisipan bebas memberikan pandangan-pandangan mereka (John W.
Creswell, 2017 : 254)
b. Wawancara
Peneliti melakukan face-to-face interview (wawancara berhadap-
hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon atau
23
terlibat dalam focus group interview (wawancara dalam kelompok
tertentu) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan perkelompok.
Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-
pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur dan bersifat terbuka yang
dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para pertisipan.
(John W. Creswell, 2017 : 254)
c. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono (2015 : 329) adalah suatu cara yang
digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku,
arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta
keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi yang
digunakan untuk mengumpulkan data, kemudian ditelaah. Dokumentasi
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi rekaman wawancara, foto
dan profil Desa Nglanggeran.
I. Teknik Analisis Data
a. Interpretasi
Interpretasi atau memaknai data, dalam hal ini peneliti mengaskan
apakah hasil penelitiannya membenarkan atau justru menyangkal
informasi sebelumnya.
Selain itu, peneliti menggunakan perspektif teoritis, mereka dapat
membentuk interprestasi yang di orientasikan pada agenda aksi menuju
reformasi dan perubahan. Peneliti dapat mendeskripsikan bagaimana hasil
24
akhir naratif akan dibandingkan dengan teori-teori dan literatur umum
tentang topik tersebut.
b. Validitas Data
Validitas merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil
penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur tertentu.
Validitas merupakan salah satu kekuatan penelitian kualitatif dan
didasarkan pada penentuan apakah temuantemuan yang didapat akurat dari
sudut pandang peneliti, partisipan, atau pembaca (Creswell & Miller,
2011) ( John W. Creswell, 2017 : 269 )
25
BAB II
PROFIL DESA NGLANGGERAN
A. Sejarah Desa Nglanggeran
Menelisik sejarah dari berbagai sumber, keberadaan Desa
Nglanggeran bermula pada masa keturunan Ronggowarsito sekitar abad
ke-17. Indonesia masih dalam jajahan bangsa Belanda. Disetiap daerah
banyak terjadi perang untuk membebaskan diri dari tekanan penjajah
Belanda. Politik belanda untuk memecah belah persatuan dan kesatuan
sampai masuk di Kerajaan Mataram. Berbagai upaya dilakukan sehingga
terjadi suatu deplomasi yang tertuang dalam perjanjian Gianti
Perjanian Gianti Kerajaan Mataram terbagi menjadi 2, yaitu
Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada
saat itu anak dari Ronggowarsito yang bernama Manguntirto sudah cukup
besar dan melakukan perlawanan dengan Belanda. Saudara Manguntirto
yang Bernama Sajoyo menjadi Bupati Gantiwama Klaten.
Strategi yang dilakukan Manguntirto dalam melawan Belnda yaitu
menggunakan topeng/cadar sehingga tidak dikenali oleh Belanda dan tiap
kali membunuh beberapa tentara Belanda dia lari ke celah-celah/goa
bebatuan yang besar, yang jauh dari lokasi membunuh. Persembunyian
Manguntirto tidak pernah ditemukan Belanda. Sampai pada kondisi
tertentu Manguntirto merasa sudah cukup dalam persembunyi dan tempat
persembunyian ini dibuka menjadi suatu tempat yang dapat dijadikan
perkampungan yang diberi nama “ Pelanggeran ”.
26
Karena lokasi yang dijadikan perkampungan banyak orang yang
dating dan menetap. Semakin banyak nya yang menetap, keberadaan
perkampungan ini akhir nya diketahi oleh pihak Keraton Ngayogyakarta,
sehingga Manguntirto di angkat menjadi seorang Bekel.
Berjalannya waktu Manguntirto tertarik pada seorang gadis dan
dijadikan seorang istri. Dari pernikahannya tersebut, Manguntirto di
karunia satu anak laki-laki bernama Sutodipo dan dua anak perempuan
(nama tidak diketahui). Tidak diketahui mengapa istri Manguntirto
menetap didaerah Nglegi bersama dua orang anak perempuannya dan
Manguntirto bersama anak laki-laki nya tinggal didaerah Planggeran. Saat
dewasa Sutodipo memiliki kelebihan dan menjadi Kepala Desa Planggeran
yang sangat disegani pada masa pemerintahan nama Desa Pelanggeran
diubah menjadi Desa Nglanggeran.
Jadi, awal dari masa Pemerintahan Desa Nglanggeran dimulai dari
Sutodipo, putra dari dari pendiri Desa Pelanggeran yaitu Manguntirto.
Setelah dipimpin oleh Sutodipo berikut nama-nama Kepala Desa
yang pernah memimpin Desa Nglanggeran pada table dibawah ini :
Tabel 2.1 Nama-Nama Lurah/kepala Desa sebelum dan Sesudah
berdirinya Desa Nglanggeran
No Kepala Desa Tahun Jabatan
1 SUTODIPO -
2 RANUREJO -
3 HARJO SENTONO -
4 HARJOSUWITO -
27
5 HARTONO 19xx - 2004
6 SENEN 2004 - 2014
7 SURIMIN, S.Pd 2014 - 2015
8 SENEN 2015 - Sekarang
Sumber : Profil Desa Nglanggeran 2019
Adapun sejarah kepemimpinan Kepala Desa Nglanggeran begitu
unik dan beragam di setiap kepemimpinanya, hal ini terlihat bagaimana
awal mula terbentuknya Desa Nglanggeran dari zaman penjajahan
Belanda sampai saat menjadi sebuah Desa yang asri.
Tabel 2.2 Kepadatan Penduduk Masing-Masing Padukuhan
Sumber : Profil Desa Nglanggeran 2019
B. Kondisi Geografis
Desa Nglanggeran merupakan desa yang berada dalam kawasan
kecamatan Pathuk, Gunungkidul dengan kondisi geografis yang terletak
No Padukuhan Nama Kepala
Padukuhan
Jumlah
RT
Jumlah
Keluarga
(KK)
Kepadatan
(Jiwa/Km2)
1 DOGA SUHARNO 5 181 294
2 KARANGSARI RINA
SULISTYAWATI 6 246 751
3 NGLANGGERAN
WETAN AGUS 4 110 386
4 NGLANGGERAN
KULON
WAHYU
SETIYAWAN 4 136 454
5 NGLANGGERAN
GUNUNGBUTAK WIRAT 4 142 459
TOTAL 23 815 2.344
28
dalam kawasan pegunungan yang juga dulu nya merupakan desa yang sulit
untuk mendapatkan mata air.
Kemudian letak dari geografis dan administratif Desa Nglanggeran
terletak di Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul, D. I. Yogyakarta.
Desa Nglanggeran Memiliki luas 762,8 Ha yang sebagian besar
merupakan lahan pertanian, perkebunan, lading dan pekarangan.
Sedangkan kepemilikan lahan domisili oleh tanah kas desa.
Desa Nglanggeran berjarak sekitar 4 km dari Ibu Kota Kecamatan
Pathuk, 20 km dari Ibu kota Gunung Kidul dan 25 km dari ibu kota
provinsi D. I. Yogyakarta. Dari data tersebut letak dari setiap desa yang
berbatasan langsung dengan Desa Nglanggeran berikut di sebelah utara
terdapat Desa Ngoro – Oro, lalu di timur terdapat Desa Nglegi, kemudian
di selatan ada Desa Putat dan di sebelah barat ada Desa Salam.
Desa Wisata Nglanggeran terdiri dari 5 padukuhan yaitu Dusun
Karangsari, Dusun Dogo, Dusun Nglanggeran Kulon dan Dusun Gunung
Butak. Sedangkan pusat pemerintahan desa terletak di Desa Doga.
C. Kondisi Demografi
Jika dilihat dari sejarah dan demografi Desa Nglanggeran terdapat
banyak hal yang membuat masyarakat Nglanggeran kesusahan selain
karena masyarakat berdomisili di daerah pegunungan, hal lainya adalah
susah nya untuk mendapatkan air, namun itu merupakan sejarah yang
berbeda dengan saat ini, dengan swadaya masyarakat yang merupakan
29
pondasi masyarakat tersebut mengubah Desa Nglanggeran menjadi salah
satu yang dapat dijadikan literasi banyak desa untuk melihat lebih dalam
lagi potensi dan inovasi dalam membangun desa.
Selain dari potensi alam yang memang sudah ada kemudian
dijadikan sebagai obyek wisata, Desa Wisata Nglanggeran yang salah satu
nya merupakan ikonik Desa Nglanggeran yaitu Gunung Api Purba awal
mula dari bermunculan nya objek wisata lain Nglanggeran seperti :
Embung, Air terjun kedungkandang dan Njurug telang purba.
Penduduk suatu desa dapat dikomposisikan dengan susunan data
atau pengelompokan data melalui ciri-ciri tertentu seperti misalnya: umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, serta mata pencaharian. Dengan
demikian dapat diketahui sifat-sifat khusus penduduk desa tersebut dengan
penduduk desa lain disuatu wilayah dengan wilayah lainnya. Maka dapat
diketahui perubahan-perubahan apa saja yang sedang terjadi dari
membandingkan data-data sebelum nya. Dengan acuan tersebut peneliti
dapat melihat jumlah penduduk berdasarakan beberapa kategori
pengelompokan tersebut.
Jumlah penduduk di Desa Nglanggeran adalah 2.664 jiwa yang
terbagi jenis kelamin yaitu laki-laki 1.328 jiwa dan perempuan 1.336 jiwa.
Berdasarkan data presentase penduduk Desa Nglanggeran mengalami
perkembangan sebesar 1,53% laki-laki dan 1,75% perempuan, berdasarkan
dari data dalam profil Desa Nglanggeran.
30
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk di Desa Nglanggeran
No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)
Laki – laki Perempuan
1. Nglanggeran 1328 1336
Total 2664
KK Laki-laki KK Perempuan
1. Nglanggeran 725 112
Total 837
Sumber : Profil Desa Nglanggeran 2019
Jumlah Keluarga di Desa Nglanggeran berjumlah 837 KK, lalu
dibagi lagi berdasarkan jenis kelamin kepala keluarga yaitu laki-laki 725
KK dan perempuan 112 KK. Jumlah yang tertera pada data diatas juga
merupakan peningkatan berdasarkan presentase data yang diperoleh dari
profil Desa Nglanggeran, besaran peningkatan paling besar terjadi pada
KK laki-laki yaitu 2,55% dari KK perempuan yaitu sebesar -0,88%.
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang terdapat Desa Nglanggeran, mulai dari
tingkat pendidikan dasar sampai pascasarjana. Rata-rata penduduk di
Desa Nglanggeran berpendidikan SMA yaitu 504 jiwa, sedangkan yang
paling sedikit adalah sekolah luar biasa B yaitu 1 jiwa, data ini
berdasarkan profil Desa Nlanggeran 2019.
31
Tabel 2.4 Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan
Jumlah
Tamat Sedang Tidak
Tamat
1 Penduduk Buta aksara dan
huruf latin 2
2 Taman Kanak-kanak (TK) 137 – –
3 Sekolah Dasar (SD) 446 219 12
4 Sekolah Menengah Pertama
(SMP)
451 98 –
5 Sekolah Menengah Atas
(SMA)
504 109 2
6 Diplomat (1) – 11 –
7 Diplomat (2) 11 – –
8 Diplomat (3) 15 – –
9 Sarjana (1) 51 – –
10 Sekolah Luar Biasa A 2 – –
11 Sekolah Luar Biasa B 1 – –
12 Penduduk Cacat Fisik dan
Mental 31
Sumber : Profil Desa Nglanggeran 2019
b. Penduduk Berdasarkan Agama dan Kepercayaan
Berdasakan data masyarakat Desa Nglanggeran, mayoritas
beragama Islam yaitu mencapai 98% dari persentase 2.664 jiwa
penduduk di Nglanggeran selanjutnya katholik 45 jiwa dan kristen 9
jiwa.
32
Tabel 2.5 Penduduk Berdasakan Agama
No Agama dan Kepercayaan Jumlah
1 Islam 2.610
2 Katholik 45
3 Kristen 9
Sumber : Profil Desa Nglanggeran 2019
c. Mata Pencaharian
Masyarakat Desa Nglanggeran banyak berkerja sebagai petani
dengan persentase mencapai 75% dari jumlah total 1.437 jiwa
produktif, kemudian adalah peternak, karyawan perusahaan swasta,
pegawai negeri sipil, buruh migran, polri, pengrajin industri rumah
tangga dan lainnya.
Tabel 2.6 Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Petani 796
2 Buruh Migran 17
3 Pegawai Negeri Sipil 20
4 Peternak 353
5 POLRI 2
6 Karyawan Perusahaan Swasta 248
7 Pengrajin Industri Rumah Tangga
Lainnya
1
Jumlah Total 1.437
Sumber : Profil Desa Nglanggeran 2019
D. Ekonomi
Menurut kepala desa, Masyarakat Desa Nglanggeran dulu
merupakan masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian sebagai
petani, peternak namun setelah adanya kawasan wisata yang terbentuk di
Desa Nglanggeran, sedikit demi sedikit mulai terlihat dampak positif yang
33
ditimbulkan ke masyarakat mulai dari pertukaran budaya masyarakat
nglanggeran ke wisatawan dan ekonomi masyarakat, contoh dari dampak
positif dari perkembangan Desa Wisata Nglanggeran, ada masyrakat yang
membuka toko, homestay dan sebagai nya, juga tidak sedikit yang turut
andil menjadi bagian dari anggota ataupun karyawan dari Pokdarwis dan
Bumdes Nglanggeran.
Wisata lain seperti Embung, Air Terjun Kendungkandang dan
sebagai nya juga merupakan objek wisata yang andil dalam pertumbuhan
ekonomi masyarakat,
E. Sosial
Masyarakat yang ada di Desa Nglanggeran dalam menciptakan
sosial enterpreunership merupakan gerakan inovatif yang didorong oleh
kaum muda untuk memberdayaan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat
diberi pelatihan tentang pemasaran, pengembangan organisasi dan
pelatihan skill menjadi pemandu wisata atau tour guide. Dalam
pemberdayaan ini masyarakat diharap menjadi lebih aktif lagi
pengembangan desa wisata Nglanggeran.
Kegiatan pemberdayaan ini tentu berperan positif bagi masyarakat
untuk berkembang lebih baik, disamping itu pemasukan masyarkat
bertumbuh, tingkat kemiskinan yang sedikit demi sedikit terkikis dalam
Desa Nglanggeran.
Selain itu interaksi antara masyarakat dengan wisatawan juga
berperan pada peningkatan komunikasi masyarakat, juga terjadi pertukaran
34
budaya yang diharap menjadi kesan positif dalam pengelolaan desa wisata
Nglanggeran. Yang selanjutnya akan menjadi sesuatu yang menarik bagi
wisatawan dalam kunjungan nya untuk pengenalan budaya tersebut.
Tingkat sosial masyarakat Desa Nglanggeran dapat dikatakan cukup
solid berdasarkan beberapa percakapan yang dilakukan dari beberapa
narasumber.
Juga beberapa kegiatan yang diabadikan oleh pemerintah desa dalam
aktivitas keseharian masyarakat Desa Nglanggeran, masyarakat sangat taat
dalam menjalankan ibadah keagamaan. Setiap Rukun Tetangga (RT) dan
Padukuhan memiliki kelompok-kelompok pengajian, di Padukuhan
Gunungbutak ada yasinan keliling tingkat RT tiap malam jum'at. Pada
peringatan hari besar Islam, penduduk Desa Nglanggeran kerap menggelar
acara peringatan dengan Kenduri, dan dalam agenda Bersih Dusun/Desa
ada kirab budaya dengan tema yang disesuaikan dengan tema yang
disepakati bersama. Sebagian besar warga Desa Nglanggeran
kemasyarakat Agama Islam.
Gelar perayaan lain selalu dilakukan dalam rangka memperingati
Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Setiap pedukuhan akan turut serta
dan semangat menampilkan berbagai kegiatan Karang Taruna ( lomba-
lomba).
Karang Taruna di Desa Nglanggeran yang tergabung dalam
kelompok Karang Taruna Bukit Putra Mandiri tingkat Desa, menjadi aktor
utama dalam banyak kegiatan desa. Kelompok ini aktif menggelar
35
program kegiatan untuk isu demokrasi kepada warga, penguatan ekonomi
produktif, pelatihan penanggulangan bencana, dan Pengelolaan Wisata
yang tergabung dalam wadah Pokdarwis ( Kelompok Sadar Wisata).
Ada sebagian penduduk Desa Nglanggeran bekerja merantau di
daerah di luar Yogyakarta. Namun, ikatan sosial mereka terhadap tanah
kelahiran tetap tinggi. (Website Desa Nglanggeran, diakses : 21 Sept 2020,
22.10 Wib)
F. Budaya
Kebanyakan suatu daerah memiliki sebuah motto maupun tema yang
diangkat. Motto atau tema tersebut biasanya memberikan gambaran sekilas
tentang suatu daerahnya. Hal itu juga terjadi di Desa Nglanggeran, Pathuk,
Gunungkidul. Desa Nglanggeran memiliki motto “Nglanggeran
Berbudaya”. Kata berbudaya selain menampilkan secara eksplisit kegiatan
kebudayaan yang masih di jaga di Desa Nglanggeran juga memuat arti
khusus. Budaya dapat diartikan luas di Desa Nglanggeran diantaranya dari
kehidupan budaya gotong-royongnya, budaya ramah tamah, masih
menjunjung tinggi nilai budaya adat didalam masyarakat antara lain
Kenduri, Wiwitan, Ngguwangi, Tingalan, Tingkepan, Kalau ada warga
yang meninggal masih ada (Pitung dinan, Patang puluhan, Satusan,
Pendak Pisan, Pendak Pindo dan Nyewu ) dan masih banyak adat
peninggalannenek moyang yang masih terpelihara, sedangkan untuk
budaya yakni kesenian lokal seperti Jathilan, Reog, uyon-uyon/karawitan (
anak SD dan Dewasa), Gejok Lesung, Tari-tari, wayangan dan kethoprak.
36
Masyarakat memiliki semangat dan komitmen yang tinggi dalam
melestarikan budayanya namun terkadang mengalami kendala dalam hal
penunjangnya. Seperti halnya ingin melestarikan budaya lokal kethoprak
dan uyon-uyon untuk diteruskan oleh generasi muda.Niat dan tekad bulat
membuat tak berhenti untuk kreativitas para pemudanya yaitu dengan
menggabungkan teknologi dan budaya lokal maka terdapat teater
kethoprak dengan dari musik komputer. Nglanggeran Berbudaya juga
memiliki arti dari masing-masih huruf penyusunnya yaitu ; B : Bersih, E
:Elok, R : Rukun, B: Budaya, U: Ungul, D: Damai, A: Aman, Y: Yakin,
A: Asri.
Itulah huruf-huruf penyususn kata Budaya dalam Motto desa
Nglanggeran Berbudaya. Semua itu masih terjaga kelestariannya dan akan
tetap diuri-uri di desa Nglanggeran. (Website Desa Nglanggeran, diakses :
21 Sept 2020, 22.10 Wib)
G. Kondisi Pemerintah Desa
1. Pemerintahan Desa
Pemerintah Desa Nglanggeran berpusat di Padukuhan Doga
Nglanggeran, berdiri diatas tanah kas desa seluas ±2000 Mdpl (meter
di atas permukaan laut).
Pemerintah Desa Nglanggeran memiliki kantor yang memadai
yang terletak di pinggir jalan Menuju Wisata Gunung Api Purba, di
Dusun Doga, Nglanggeran, Pathuk,
37
Gunungkidul, D.I. Yogyakarta. Kompleks kantor desa ini terdiri
dari Ruang Kepala Desa, Ruang Pelayan Umum, Ruang Sekretariatan (
Ruang Kepala Urusan ), Ruang Masing-masing Kepala Bagian, Ruang
Rapat, Gudang, dan Pendapa beratap joglo. Pelayanan di kantor desa
ini dilakukan pada setiap hari Senin - Jum'at pukul 07.30 - 14.30.
Tabel 2.7 Susunan Aparatur Desa Nglanggeran
NO JABATAN
NAMA ALAMAT
1 Kepala Desa S E N E N Doga, 009/002
2 Sekretaris Desa RUSMIYATI, Amd Doga, 009/002
3 Kepala Seksi Pemerintahan NUR IKSAN Karangsari, 002/001
4 Kepala Seksi Kesejahteraan TRIYANTA Nglanggeran Kulon, 015/003
5 Kepala Seksi Pelayanan ANWAROHMAN Doga, 010/002
6 Kepala Urusan Perencanaan PURWANINGSIH Doga, 009/002
7 Kepala Urusan Keuangan LASTRI WAHYUNI GUNUNGBUTAK, 020/005
8 Kepala Urusan Umum SUPRATMIYATI Karangsari, 006/001
9 Staff Kesejahteraan SUMARNI DOGA, 010/003
11 Staff Pelayanan SUPARNA Doga, 009/002
12 Dukuh Karangsari
RINA SULISTYAWATI,
Amd
Karangsari, 005/001
13 Dukuh Doga SUHARNO Doga, 011/002
14 Dukuh NglanggeranKulon WAHYU SETIYAWAN Nglanggeran Kulon, 015/003
15 Dukuh NglanggeranWetan AGUS Nglanggeran Wetan, 017/004
16 Dukuh Gunungbutak WIRAT Gunungbutak, 023/005
38
Sumber : Profil Desa Nglanggeran 2019
2. Badan Permusyawaratan Desa
BPD sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Desa, dibentuk
berdasarkan usulan masyarakat Desa yang bersangkutan dan befungsi
menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat.
Berdasakan undang-undang yang termuat dalam Pasal 31
Permendagri 110/2016, BPD mempunyai tugas dan wewenang :
a. Membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;
b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan
Desa dan Peraturan Kepala Desa;
c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa;
d. Membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa;
e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan
menyalurkan aspirasi masyarakat;
f. memberi persetujuan pemberhentian/ pemberhentian sementara
Perangkat Desa;
g. Menyusun tata tertib BPD;
Serta BPD mempunyai hak :
a. Meminta keterangan kepada Pemerintah Desa;
b. Menyatakan pendapat.
39
Tabel 2.8 Susunan Aparatur Desa Nglanggeran
NO JABATAN NAMA ALAMAT
1 Ketua PONIJO Karangsari, 004/001
2 Wakil Ketua SUMADIYONO, SPd Nglanggeran Wetan, 017/004
3 Sekretaris SUTIKNO, SST Gunungbutak, 023/005
4 Kabid. Pemerintahan SUBARMAN Karangsari, 006/001
5 Kabid. Pembangunan SURANTA Nglanggeran Wetan, 016/004
6 Kabid. Anggaran SUROTO Nglanggeran Kulon, 013/003
7 Kabid. Kesejahteraan rakyat SUKIMIN, SPd Doga, 010/002
8 Anggota Bidang Pemerintahan SUNARYA Nglanggeran Kulon, 015/003
9 Anggota Bidang Pembangunan SUSANTO Doga, 009/002
Sumber : Profil Desa Nglanggeran 2019
3. Lembaga Kemasyarakatan
a. Karang Taruna
Sesuai Pedoman Dasar Karang Taruna, pengertian Karang
Taruna adalah Organisasi Sosial wadah pengembangan generasi
muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan
tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama
generasi muda di wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat
sederajat dan terutama bergerak dibidang usaha kesejahteraan
sosial.
40
Pembinaan Karang Taruna diatur dalam Permensos
83/HUK/2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna. Berikut
kutipan isi pedoman:
Tujuan Karang Taruna adalah: a. Terwujudnya pertumbuhan
dan perkembangan kesadaran dan tanggung jawab sosial setiap
generasi muda warga Karang Taruna dalam mencegah, menangkal,
menanggulangi dan mengantisipasi berbagai masalah sosial, b.
Terbentuknya jiwa dan semangat kejuangan generasi muda warga
Karang Taruna yang trampil dan berkepribadian serta
berpengetahuan, c. Tumbuhnya potensi dan kemampuan generasi
muda dalam rangka mengembangkan keberdayaan warga Karang
Taruna, d. Termotivasinya setiap generasi muda warga Karang
Taruna untuk mampu menjalin toleransi dan menjadi perekat
persatuan dalam keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. e. Terjalinnya kerjasama antara generasi muda
warga Karang Taruna dalam rangka mewujudkan taraf
kesejahteraan sosial bagi masyarakat, f. Terwujudnya kesejahteraan
sosial yang semakin meningkat bagi generasi muda di
desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat yang memungkinkan
pelaksanaan fungsi sosialnya sebagai manusia pembangunan yang
mampu mengatasi masalah kesejahteraan sosial dilingkungannya,
g. Terwujudnya pembangunan kesejahteraan sosial generasi muda
di desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat yang dilaksanakan
41
secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan
oleh Karang Taruna bersama pemerintah dan komponen
masyarakat lainnya
Setiap Karang Taruna melaksanakan fungsi: (a) Penyelenggara
Usaha Kesejahteraan Sosial, (b) Penyelenggara Pendidikan dan
Pelatihan bagi masyarakat, (c) Penyelenggara pemberdayaan
masyarakat terutama generasi muda dilingkunggannya secara
komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan, (d)
Penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi
generasi muda di lingkungannya, (e) Penanaman pengertian,
memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung jawab sosial
generasi muda, (f) Penumbuhan dan pengembangan semangat
kebersamaan, jiwa kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan
memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia, (g) Pemupukan kreatifitas generasi muda
untuk dapat mengembangkan tanggung jawab sosial yang bersifat
rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis
lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi
kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya, (h)
Penyelenggara rujukan, pendampingan, dan advokasi sosial bagi
penyandang masalah kesejahteraan sosial, (i) Penguatan sistem
jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan kemitraan dengan
42
berbagai sektor lainnya, (j) Penyelenggara usaha-usaha pencegahan
permasalahan sosial yang aktual.
Setiap Karang Taruna mempunyai tugas pokok secara
bersama-sama dengan Pemerintah dan komponen masyarakat
lainnya untuk menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan
sosial terutama yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat
preventif, rehabilitatif maupun pengembangan potensi generasi
muda di lingkungannya.
b. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPMD)
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Lembaga Kemasyarakatan dan Lembaga Adat menyebutkan
bahwa:
Sebelum di sebut Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, dahulu
disebut Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Tujuan
utama di bentuknya lembaga ini adalah untuk meningkatkan
prakarsa dan swadaya masyarakat dalam menjalankan program
pembangunan secara partisipatif. Dalam hal ini partisipasi
masyarakat yang dikembangkan melalui Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat ini mencakup aktivitas dalam merencanakan dan
mengawasi pelaksanaan pembangunan di tingkat kelurahan.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun
2007 Tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan jelas
43
menyebutkan terkait dengan tugas dari Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) mempunyai tugas membantu Lurah dalam pelaksanaan urusan
pembangunan, sosial kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat
Adapun Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1)
dan ayat (2) mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
Tugas LPM diantara nya adalah : (a) Menyusun rencana
pembangunan yang partisipatif, (b) Menggerakan swadaya gotong
royong masyarakat, (c) Melaksanakan dan mengendalikan
pembangunan.
Dan fungsi LPM adalah : (a) Penampung dan penyalur aspirasi
masyarakat dalam pembangunan, (b) Penanaman dan pemupukan
rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam rangka
memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia, (c)
Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat, (d) Penyusunan rencana, pelaksana, pengendali,
pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara
partisipatif, (e) Penumbuh kembangan dan penggerak prakarsa dan
partisipasi, serta swadaya gotong-royong masyarakat, (f) Penggali,
pendayagunaan dan pengembangan potensi sumberdaya serta
keserasian lingkungan hidup.
44
Kegiatan Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (1) ditujukan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui: (a) Peningkatan pelayanan
masyarakat, (b) Peningkatan peran serta masyarakat dalam
pembangunan, (c) Pengembangan kemitraan, (d) Pemberdayaan
masyarakat dan, (e) Pengembangan kegiatan lain sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.
Dalam melakukan tugas dan fungsinya, lembaga
kemasyarakatan atau yang disebut Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat dibantu oleh kader pemberdayaan masyarakat
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat juga memiliki hubungan kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 sebagai berikut: (a)
Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan dengan
kelurahan bersifat konsultatif dan koordinatif, (b) Hubungan kerja
Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan dengan Lembaga
Kemasyarakatan lainnya di Kelurahan bersifat koordinatif dan
konsultatif, (c) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan
Kelurahan dengan pihak ketiga di kelurahan bersifat kemitraan.
c. Pemberdayaan dan Kesejahteran Keluarga (PKK)
PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), adalah
organisasi kemasyarakatan yang memberdayakan wanita untuk
45
turut berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia. PKK terkenal
akan "10 program pokok"-nya.
10 Program Pokok PKK pada hakekatnya merupakan
kebutuhan dasar manusia, yaitu : Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila Gotong Royong Pangan Sandang Perumahan dan
Tatalaksana Rumah Tangga Pendidikan dan Ketrampilan
Kesehatan Pengembangan Kehidupan Berkoperasi Kelestarian
Lingkungan Hidup Perencanaan Sehat
1. Penghayatan dan Pengamalan PANCASILA
Pancasila adalah landasan ideologi negara Indonesia, dan
terdiri dari 5 prinsip yang tidak terpisahkan, meliputi :
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Pancasila digali dari nilai budaya
Indonesia, yang mencakup kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menghargai dan menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, lebih mementingkan kepentingan nasional
dari pada kepentingan diri sendiri atau keluarga.
Mengembangkan rasa kebersamaan, taat pada peraturan dan
hukum yang berlaku, berbudi pekerti luhur serta berwatak
mulia.
46
2. Gotong Royong
Ini adalah sikap kebersamaan, saling membantu. Sikap
gotong royong sudah ada dalam tradisi, budaya hidup
masyarakat, yang ada di Desa Nglanggeran seperti : Arisan,
Selapanan, Sambatan, Patungan, Jimpitan, Kelompokan.
3. Pangan
Dalam hal pangan, PKK menggalakkan penyuluhan
untuk pemanfaatan pekarangan, antara lain dengan menanam
tanaman yang bermanfaat, seperti sayuran, ubi-ubian, buah-
buahan dan bumbu-bumbuan. Bahkan juga dianjurkan
memelihara unggas dan ikan serta cara pemeliharaannya di
lahan pekarangan mereka sendiri. Hasilnya dimanfaatkan
untuk kepentingan keluarga, dan selebihnya dapat dijual untuk
menambah pendapatan keluarga dan meningkatkan ke
anekaragaman pangan lokal. Pembinaan teknis diadakan dalam
kerjasama dengan dinas pertanian setempat.
4. Sandang
Sebagai salah satu kebutuhan dasar, pakaian sangat
berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian, sikap,
perilaku dan kesehatan. Di Desa Nglanggeran, PKK
menggalakkan upaya untuk dapat memanfaatkan produk
olahan dari bahan lokal, produk olahan UKM khas lokal dan
47
corak pakaian setempat, dengan mencintai produksi dalam
negeri.
5. Perumahan dan Tata Laksana Rumah Tangga
Rumah bukan sekedar tempat untuk berteduh saja.
Rumah adalah tempat dimana keluarga dapat hidup bersama
dan meningkatkan kualitas hidupnya, dalam lingkungan yang
nyaman, damai, bersih dan sehat. Orang perlu mengetahui
bagaimana menata rumah sehat, menarik dan nyaman. Selain
itu, perlu pula mengetahui bagaimana menjaga kebersihan
rumah dan memanfaatkan pekarangan. Dengan adanya potensi
wisata dan untuk menunjang kegiatan pariwisata Rumah di
Desa Nglanggeran juga dijadikan Homestay.
6. Pendidikan dan Keterampilan
Dalam hal ini PKK memanfaatkan jalur pendidikan non-
formal. Dengan adanya Program “Wajib Belajar”, maka PKK
Desa Nglanggeran menganjurkan keluarga untuk dapat
memberikan pendidikan yang baik bagi putera-puterinya. Anak
laki-laki maupun perempuan, perlu mendapat kesempatan
belajar yang sama. Sebagai mitra pemerintah, maka dewasa ini
PKK juga berperan dalam melaksanakan program Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) dan Bina Keluarga Balita (BKB).
Dalam rangka Pemberantasan Buta Aksara, PKK
melaksanakan “Paket A, B dan C”, yang dapat disejajarkan
48
dengan SD, SMP dan SMU. PKK percaya bahwa pendidikan
adalah proses seumur hidup. PKK juga melaksanakan program
Keaksaraan Fungsional. Proses belajar program ini
berdasarkan jenis pekerjaan yang dibutuhkan peserta kursus.
Selesai kursus kelompok belajar diikutkan dalam kursus
keterampilan kerja, dan selanjutnya kelompok diberi modal
usaha. Selain dari itu, PKK Desa Nglanggeran juga
menggalakkan pelatihan atau kursus untuk membuat berbagai
kerajinan tangan, produk-produk makanan dan minuman yang
hasilnya dapat dijual. Ini membantu meningkatkan pendapatan
keluarga.
7. Kesehatan
Kesehatan adalah kebutuhan dasar manusia. Orang harus
belajar bagaimana cara menjaga, memelihara kesehatan diri,
keluarga dan lingkungannya. Memelihara kesehatan diri
sendiri, keluarga dan lingkungannya sangat erat kaitannya
dengan persoalan kemiskinan dan ketidak tahuan, serta
pendidikan yang rendah. Setiap orang mempunyai tugas
kewajiban dan bertanggung-jawab untuk memelihara
kesehatan diri sendiri, keluarga dan lingkungannya. Orang
harus tahu dan mewujudkannya dalam sikap hidup sehari-hari
untuk hidup bersih dan sehat, menjaga lingkungan yang sehat,
baik di dalam, maupun diluar rumah. Perhatian khusus
49
ditujukan pada kesehatan ibu dan anak, pasangan usia subur,
ibu hamil dan ibu menyusui. Untuk mendekatkan sistem
pelayanan kesehatan kepada golongan ini, dibentuk Pos
Pelayanan Terpadu (POSYANDU), dengan kader Posyandu
yang terlatih.
Ada 5 Pelayanan Dasar di Posyandu, yaitu : Imunisasi,
Gizi, Keluarga Berencana, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), dan
Penanggulangan Diare. Secara teratur ibu hamil memeriksakan
diri di Posyandu, dan membawa anak balitanya untuk
pemeriksaan kesehatan (penimbangan anak dan imunisasi).
Penyuluhan tentang kesehatan, gizi dan keluarga berencana
diadakan di Posyandu, bahkan diadakan pula pemberian
maknan tambahan serta demonstrasi tentang makanan bergizi.
Kader Posyandu mendapat pelatihan pengetahuan dan
keterampilan dalam bidang kesehatan yang menjadi program
Posyandu. Untuk menjaga semangat kerja Kader Posyandu,
PKK menyelenggarakan Jambore Nasional Kader Posyandu
yang diadakan sekali dalam lima tahun. Pengalaman
menyatakan bahwa hal ini sangat membantu dalam upaya
memotivasi semangat kerja kader bahkan juga Tim Penggerak
PKK setempat. Untuk meningkatkan kepedulian kepada para
lanjut usia (Lansia), diadakan juga Posyandu Lansia.
8. Pengembangan Kehidupan Berkoperasi
50
PKK Desa Nglanggeran menganjurkan pembentukan
koperasi sebagai upaya pemberdayaan keluarga dengan
meningkatkan pendapatan. Koperasi juga merupakan jalur
yang baik dalam melatih mewujudkan prinsip kehidupan
demokratis dan kerjasama antar-manusia. Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga (UP2K). Selain manfaat bagi
peningkatan ekonomi keluarga, koperasi juga dapat menjadi
jalur menciptakan lapangan kerja setempat.
9. lestarian Lingkungan Hidup
Program ini sangat membantu dalam menjaga
keseimbangan lingkungan secara ekologis. Menjaga
kelestarian lingkungan menjadi faktor yang sangat penting
dewasa ini. Banyak bencana alam yang disebabkan karena
lingkungan yang rusak. PKK Desa Nglanggeran memberikan
penyuluhan sederhana agar lingkungan tidak dirusak dan
mencegah pencemaran sumber air, antara lain tidak membuang
sampah di sungai atau selokan, serta melaksanakan
pemberantasan sarang nyamuk dan penyuluhan – penyuluhan
kesehatan lingkungan.
10. Perencanaan sehat
Perencanaan sehat mencakup antara lain upaya
meningkatkan kemampuan keluarga untuk mengelola
keuangan keluarga secara efektif, efisien dengan
51
memperhatikan kepentingan masa depan. Anjuran PKK Desa
Nglanggeran untuk meyimpan uang di Bank, melaksanakan
Keluarga Berencana, adalah anjuran kongkrit yang digalakkan
dalam program ini. Dalam hal keuangan dianjurkan agar hidup
keluarga tidak “besar pasak dari tiang”. Mampu untuk
membagi waktu dengan baik, yaitu waktu untuk mengelola
rumahtangga, untuk bekerja, beristirahat, santai bersama
keluarga, membagi pekerjaan dikalangan anggota keluarga
yang didasarkan kemampuan masing-masing. Semua ini dapat
membantu dalam upaya membangun kehidupan keluarga yang
lebih teratur, terarah, efektif, efisien dan membawa bahagia
bagi setiap anggota.
Pada dasarnya 10 program pokok PKK sudah mencakup
upaya memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan
fisik, mental dan sosial.
d. Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW)
Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) adalah lembaga
kemasyarakatan yang diatur dan disahkan negara berdasarkan
peraturan daerah didesa ataupun di kota yang ada di Indonesia.
RT/RW untuk meningkatkan peranan, pelayanan, kesejahteraan,
dan partisipasi masyarakat.RT/RW merupakan organisasi paling
bawah dan paling dekat dengan masyarakat serta memahami
kondisi dan permasalahan yang dihadapi masyarakat
52
dilingkungannya. Dengan adanya RT/RW diharapkan mampu
membantu melaksanakan peranan pemerintah dalam memberikan
pelayanan secara maksimal kepada masyarakat dilingkungannya,
salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh RT/RW yaitu
surat pengantar. Di Desa Nglanggeran tanpa adanya pengantar
RT/RW warga tidak akan bisa memperoleh pelayanan serta
mengurus surat yang diperlukan seperti pelayanan Kartu Tanda
Penduduk (KTP), surat keterangan miskin dan Kartu Keluarga
(KK) baik diKelurahan maupun instansi lainnya.
H. Objek Wisata Desa Nglanggeran
Daerah pegunungan Gunung Kidul merupakan wajah daerah yang
penuh dengan tempat wisata yang menarik perhatian dan kerap kali
mendapat penghargaan dari berbagai keunikan alam Gunung Kidul sebagai
objek wisata.
Desa nglanggeran sebagai salah satu Desa Wisata di Gunung Kidul
ini juga menyediakan berbagai objek wisata yang ditawarkan, di samping
pemerintah desa yang sangat mendukung dari berbagai koordinasi yang
dilakukan oleh Pokdarwis dalam membangun berbagai fasilitas yang
menunjang perkembangan objek wisata di Desa Nglanggeran juga tentu
perkembangan masyarakat. Dalam Pemerintah Desa memberikan akses
dalam mengelola lahan seluas 48 Ha untuk dikelola pemuda karangtaruna
saat itu (SK Kepala Desa Nglanggeran, No.05/KPTS/1999, tertanggal 12
Mei 1999) yang dimanfaatkan dengan baik sampai saat ini dan telah
53
banyak membuka lapangan pekerjaan baru yang sangat membantu
masyarakat di Desa Nglanggeran.
Dengan demikian objek wisata yang telah berkembang tersebut
sekarang mencapaai 3 wisata utama yang berperan besar bagi pengelolaan
Desa Wisata Nglanggeran.
Desa yang berbasis ekowisata (wisata alam) yang terletak di Desa
Nglanggeran dalam penelitian ini juga berbasis swadaya masyarakat.
Berikut beberapa destinasi wisata alam yang ditawarkan Desa Wisata
Nglanggeran :
a. Gunung Api Purba
Gunung Api Purba ini adalah yang aktif puluhan juta yang lalu,
sekitar 20 – 60 juta tahun Silam dan sekarang gunung ini dinyatakan
sudah tidak aktif lagi. Gunung ini berbentuk bongkahan batu andesit
raksasa membentang sekitar 800 meter dan setinggi 300 meter ini
mulai banyak menarik perhatian para wisatawan. Setelah pengunjung
sampai di lokasi, untuk beristirahat sudah disediakan pendopo yang
berbentuk joglo (Joglo Kalisong).
Panorama wisata yang ditawarkan di pegunungan Nglanggeran
ini meliputi Sunrise dan sunset matahari dan terbitnya bulan pada
malam hari, jutaan bintang yang tersebar dilangit dapat kita nikmati
pada malam hari, panjat tebing atau rock climbing yang menantang,
keindahan alam berupa deretan pegunungan dan perkampungan
penduduk yang menarik.
54
Tak jauh dari joglo tersebut anda akan menemukan 3 bangunan
gardu pandang yang dapat digunakan un uk mengexplorasi
pemandangan alam di gunung ini dari arah ketinggian. Gunung ini
ternyata mempunyai beberapa macam gunung lagi di dalamnya yang
mempunyai nilai sejarah dan historis yang tinggi.
Gunung Kelir : Gunung ini berbentuk menyerupai kelir dan
diyakini merupakan tempat tinggal dari Ongko Wijoyo dan
Punakawan.
Gunung Bagong : Gunung ini menurut mitos ada tokoh dalam
pewayangan yangb bernama bagong, gunung ini terletak di deretan
paling barat.
Sumber Air Comberan : Merupakan mata air yang tidak pernah
surut walaupun musim kemarau. Ditempat itu terdapat tempat
pemujaan dan pertapaan yang digunakan oleh orang-orang
terdahulu.
Gunung Gedhe : Gunung ini merupakan gunung terbesar di antara
pegunungan lainnya di pegunungan Nglanggeran. Para pendaki
banyak menggunakan tempat ini sebagai tampat mengadakan
aktifitas dan berkemah. Panorama akan sangat indah berada di
tempat ini karena merupakan gunung tertinggi dan strategis yang
berada di tenggah gunung Nglanggeran.
Gunung Bongos : Gunung ini berwarna hitam seperti arang tempat
meletakkan blencong.
55
Gunung Blencong : Gunung ini menyerupai blencong (Lampu
untuk menerangi Kelir dalam pagelaan Wayang Kulit) yang dipakai
untuk lampu atau penerangan kyai Ongko Wijiyo saat bersama
Punokawan.
Gunung Buchu : Gunung ini berbentuk lancip yang konon berasal
dari puncak gunung merapi yang dipindah oleh punokawan.
Gunung tersebut dibawa ke desa Kemadang Gunungkidul dipikul
memakai kayu jarak, dan berhubung ditempat itu ada sumber air
sebesar dandang maka gunung tersebut ditanam ditempat yang
namanya sedandang. Gunung yang berbentuk lancip ini sering
digunakan para pecinta alam dan pemanjat tebing. Sampai saat ini
tercatat baru 3 team yang mampu menancapkan bendera di puncak
gunung Buchu.
Tlogo Wungu : Konon yang dapat melihat keberadaan tlogo ini
adalah orang yang benar-benar bersih dan melakukan prihatin akan
mengetahui yang terletak di sebelah timur gunung Nglanggeran.
Konon tlogo tersebut merupakan pemandian bidadari, jika berhasil
melihat tlogo tersebut akan mendapat canthing emas dan tlundak
emas.
Tlogo Mardhido : Tlogo tersebut konon diyakini sebagai tempat
pemandian kuda sembrani tunggangan bidadari. Konon di situ
terdapat bekas tapak kuda Sembrani yang membekas di batu.
56
Talang Kencono : Konon sebagai talang air dari tlogo Mardhito
hingga ke Jimatan (Makam Raja Yogyakarta) Imogiri, Bantul,
Yogyakarta.
Paemean Gadhung : Menurut mitos pohon gadhung ini ujungnya
sampai puncak gunung merapi. Kawasan ini sekarang ini banyak
dihuni oleh monyet, kelelawar dan ular. Sebuah legenda lain yang
merupakan misteri yang unik di pegunungan Nglangeran ini adalah
masyarakat yang tinggal di puncak timur gunung ini, KK nya atau
kepala keluarganya semuanya harus berjumlah 7 KK saja.
Lokasinya di tlogo Mardidho, RT 19, Padukuhan Nglanggeran
Wetan. Mayarakat setempat yang mendiami tempat tersebut
meyakini dan mempercayai aturan yang sudah turun menurun dari
sesepuh bahwa penduduk yang mendiami tempat ini harus
berjumlah 7 KK saja. Gunung Nglanggeran ini terletak di Desa
Nglanggeran, Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunungkidul,
Daerah Istimewa Yogyakarta.
b. Embung
Embung adalah kata yang digunakan oleh orang Jawa untuk
menyebut telaga buatan.
Embung Nglanggeran adalah telaga buatan yang fungsi utamanya
adalah untuk mengairi kebun buah di sekitar Gunung Api Purba
Nglanggeran. Selain sebagai sumber pengairan, Embung Nglanggeran
juga difungsikan sebagai obyek wisata. Diresmikan oleh Sri Sultan
57
Hamengku Buwono X pada bulan Februari 2013, Embung
Nglanggeran langsung menyedot perhatian wisatawan. Hal ini
dikarenakan lokasinya yang unik dan pemandangannya yang ciamik.
Embung Nglanggeran terletak di pinggang Gunung Api Purba
Nglanggeran.
Lokasi embung dulunya merupakan sebuah bukit yang kemudian
dipotong dan dijadikan telaga buatan.
Untuk mencapai lokasi Embung Nglanggeran wisatawan harus
mendaki puluhan anak tangga yang berkelok-kelok. Begitu tiba di
puncak, mata akan disuguhi pemandangan telaga buatan yang indah.
Saat melayangkan pandang ke sekitar, mata kita akan dimanjakan
dengan pemandangan gugusan batu raksasa yang membentuk Gunung
Nglanggeran. Di sisi lain kita juga bisa memandang lembah
menghijau hingga batas horison. Wisatawan yang mengunjungi
Embung Nglanggeran dilarang untuk membuang sampah atau
memancing di embung. Di kawasan embung terdapat gazebo yang
bisa digunakan untuk beristirahat.
Waktu Terbaik Mengunjungi Embung Nglanggeran Sore hari
adalah waktu terbaik untuk mengunjungi tempat ini. Berhubung
terletak di ketinggian, wisatawan bisa menikmati senja di tepi embung
tanpa terhalang pepohonan atau perbukitan.
58
Sinar mentari sore yang keemasan akan menerpa permukaan
embung. Mentari yang turun perlahan akan membias di air sehingga
menciptakan refleksi yang indah.
Selain kala senja, wisatawan juga bisa datang di pagi hari untuk
menikmati pemandangan yang mempesona.
Meski tidak bisa menyaksikan sunrise, tapi pemandangan telaga
yang misty dengan latar lembah hijau yang berkabut terasa sangat
bagus dan menarik untuk diabadikan dalam gambar.
c. Air Terjun Kedung kandang
Air Terjun Kedung kandang ini masih satu pengelolaan dengan
Pokdarwis Wisata Gunung Api Purba maupun Embung Nglanggeran.
Lokasi Air Terjun Kedung Kandang bertingkat ini memang tak
jauh dari Gunung Api Purba karena aliran air nya juga berasal dari
situ. Alamat Lokasi dan rute Air Terjun Kedung Kandang ini di
Padukuhan Gunungbutak Desa Nglanggeran Kecamatan Pathuk
Gunung Kidul. Sebelum masuk ke lokasi Air Terjun pengunjung
memang harus berjalan sekitar 800 meter dari tempat penitipan motor.
Perjalanan memang cukup jauh namun akan terbayar dengan
keindahan hamaparan sawah nan hjau dengan ciri khas terasiringnya.
Yang perlu diperhatikan adalah pengunjung harus hati-hati karena
jalanan licin dan sempit melalui pematang sawah. Sesampainya di
lokasi, kita akan disuguhi pemandangan air terjun bertingkat-tingkat.
59
Ada banyak tingkatan tebing yang dilalui oleh air terjun sehingga
membuatnya sangat menarik untuk menjadi backgraound foto.
Selain air Terjun Kedung kandang, di dekat lokasi juga ada air
terjun lainnya bernama Njurug Talang purba, yang masih berada pada
aliran sungai yang sama. Dari Parkiran hanya berjarak 300 meter
untuk menuju Njurug Talang Purba. Pengunjung dapat memilih ke
arah Kedung kandang dan finis di Njurug Talang Purba, atau
sebaliknya.
Saat musim kemarau, debit air mengecil karena air di sungai
digunakan untuk mengairi persawahan yang terbentang di kanan dan
kiri sungai.
Kedua Air terjun in merupakan air terjun musiman, artinya bagus
dikunjungi saat musim hujan karena debit airnya tinggi.
Bagi Para Calon Wistawan yang ingin dan akan Ke Kawasan
Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran, atau kegiatan Live in,
Outbond, maupun kegiatan lainnya yang bersifat Edukasi, Study
banding.
81
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Eko, Sutoro; Barori, M; dan Hastowiyono. (2017). DESA BARU, NEGARA
LAMA. Yogyakarta: Pascasarjana STPMD “APMD”
John W. Creswell. (2017). RESEARCH DESIGN : Pendekatan Metode Kualitatif,
Kuantitatif, dan Campuran. Edisi Keempat. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif dan R&D. Bandung
Alfabeta.
T. Hani Handoko. (2016). Manajemen Edisi 2. BBFE-Yogyakarta: Anggota
IKAPI
Yansen TP. (2014). REVOLUSI DARI DESA, Jakarta: Anggota IKAPI
Jurnal :
Audita Nuvriasari, Raswan Udjang, (2017). Pengembangan Tata Kelola Desa
Wisata Gamplong. Yogyakarta: Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Baskoro dan cecep Rukendi. 2008. Membangun Kota Pariwisata Berbasis
Komunitas: Suatu Kajian Teoritis. Jurnal Kepariwisataan Indonesia, Vol
III (1):37-50.
Dimas Kurnia Purmada, (2016). Penggelolaan Desa Wisata Dalam Perspektif
Community Based Tourism. Malang; Universitas Brawijaya
82
Luthfi Nurwafi F.. (2015). Institutional Entrepreneurship Pemuda dalam
Mengembangkan Pokdarwis Desa Wisata Nglanggeran. Yogyakarta:
Studi Pemuda UGM
Nuryanti, Wiendu. (1993). “Concept, Perspective and Challenges”, Makalah
bagian dari Laporan Konferensi International mengenai Pariwisata
Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal 2-3
Skripsi :
Mustabsirah, (2015), Strategi Pengembangan Desa Wisata Studi kasus di Desa
Wisata Candran, Skripsi. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Sari, Andini Khilsa Fatma, (2015), Eksternalitas Atas Keberadaan Desa Wisata
Candran, Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Website :
https://www.nglanggeran-patuk.desa.id/first/index
https://travel.tempo.co/read/1054578/desa-wisata-nglanggeran-raih-penghargaan-
di-thailand/full&view=ok, 25 juli 2019, 23:10 WIB
https://travel.tempo.co/read/1054578/desa-wisata-nglanggeran-raih-penghargaan-
di-thailand/full&view=ok, 25 juli 2019, 23:00 WIB
top related