pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan … · pelaksanaan akuntansi sektor publik dimulai...
Post on 22-Nov-2020
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN
DAERAH (SAKD) TERHADAP AKUNTABILITAS PUBLIK
PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN BANDUNG BARAT APBD 2015
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh :
Nama : Sri Rahmayani
NIM : 01113109
Program Studi : Akuntansi
SEKOLAH TINGI ILMU EKONOMI INDONESIA MEMBANGUN
(STIE INABA)
BANDUNG
2017
Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuagan
Daerah (SAKD)Tehadap Akuntabilitas Publik Pada
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat APBD 2015
Nama : Sri Rahmayani
NIM : 01113109
Program Studi : Akuntansi
Bandung, Februari 2017
Menyetujui dan Mengesahkan
Pembimbing
Hj. Devyanthi Sjarif, SE, M.Ak
Ketua STIE INABA Ketua Program Studi Akuntansi
Dr. Yoyo Sudaryo, SE., MM.,Ak.,CA. Hj. Devyanthi Sjarif, SE,
i
ABSTRAK
SRI RAHMAYANI, Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Terhadap Akuntabilitas Publik pada Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
(Dibawah bimbingan : Hj. Devyanthi Sjarif)
Pelaksanaan akuntansi sektor publik dimulai dari penerapan Sistem
Akuntansi yang baik dalam mengelola keuangan daerah sebagai subjek pemberi
laporan harus mampu memberikan informasi finansial dan infromasi-informasi
lain, sehingga para pemakai laporan keuangan dapat menggunakan infromasi
tersebut untuk melakukan keputusan-keputusan ekonomi, sosial, budaya dan
keputusan politik. Akuntansi sektor publik merupakan salah satu alat bagi
pemerintah daerah dalam melaksanakan akuntabilitas publik. Pemerintah pusat
dan pemerintah daerah dalam melaksanakan akuntabilitas publik. Pemerintah
pusat dan pemerintah daerah bertindak sebagai pelaku pemberi informasi untuk
memenuhi hak-hak publik yaitu hak untuk tahu, hak untuk diberi informasi dan
hak untuk didengar aspirasinya.
Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis yang digunakan adalah
regresi linear sederhana dan korelasi rank spearman dengan bantuan SPSS versi
20. Pengambilan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner.
Populasi responden pada penelitian ini adalah Staff Pemerintah Kabupaten
Bandung Barat (KBB). Pengambilan sampel menggunakan RandomSampling
method sehingga diperoleh sampel sebanyak 48 responden.
Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Akuntabilitas Publik dengan nilai t-
hitung lebih besar dari t-tabel (6,952 > 1,6786). Hasil analisis menunjukkan
bahwa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Akuntabilitas Publik sebesar 0.512 (51,2%) sedangkan sisanya sebesar
0,488 (48,8%) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar cakupan penelitian yang
dilakukan.
Kata kunci: Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan
Akuntabilitas Publik.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, Zat
yang telah menciptakan manusia, menyempurnakannya dengan memberikan akal,
dan membimbingnya dengan KalamNya yang suci, Al- Quranul Karim. Shalawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasullah Muhammad SAW, uswah
hasanah kita.
Dengan ucapan syukur Alhmadulillah, penulis skripsi dengan judul :
Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Akuntabilitas
Publik Pada Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, untuk memenuhi salah satu
sayarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi di STIE INABA Bandung, dapat
diselasikan.
Rasa hormat dan ucapan terimakasih yang mendalam atas bantuan
berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini
terutama kepada Ibu Hj. Devyanthi Sjarif,SE.,M.,Ak selaku dosen pembimbing
sekaligus Ketua Program Studi Akuntansi, yang telah memberikan dorongan dan
perhatian serta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain
itu penulis sampaikan juga ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr.Yoyo Sudaryo,SE.,MM.,Ak.CA., selaku Ketua STIE INABA
Bandung.
2. Bapak Riyandi Nur Sumawidjaya,Drs.,MM., selaku Wakil Ketua Bidang
Akademik.
3. Bapak H.Ismi Iswandi Drs., MM., selaku Wakil Ketua Bidang Operasional.
iii
4. Seluruh staff pengajar dan staff administrasi STIE INABA, yang telah banyak
memberikan ilmu dan pelayanan selama penulis menempuh perkuliahan.
5. Pimpinan dan Staf Pemerintah Kabupaten Bandung Barat yang telah
membantu penulis dalam pengumpulan data penelitian.
6. Kedua Orang tua dan keluarga penulis yang tiada putusnya mendoakan dan
memberikan dorongan serta dukungan kepada penulis, baik moril maupun
materil dengan penuh kesabaran dan kasih sayangnya.
7. Begitu juga Tante Ghesyka Andini dan Om Ade Dian yang juga memberikan
semangat dan dukungan baik moril maupun materil dengan penuh kesabaran
dan kasih sayangnya kepada penulis.
8. Terlebih kepada Thessa Putri Anzani Indra, Neng Susilawati dan Gita Mutia
Rahayu yang juga memberikan semangat dan dukungan dalam penyelesaian
skripsi ini.
9. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, yang tidak dapat disebutkan satu per-satu, semoga Allah Subhanahu
wata’ala memberikan balasan pahala yang setimpal. Aamiin.
Akhir kata, skripsi ini masih jauh dari sempurna dan tidaklah lupu dari cacat
cela. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bandung, Februari 2017
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian .................................................................... 4
1.3.1 Maksud Penelitian ............................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................................... 4
1.4.1 Aspek Teoritis ..................................................................................... 5
1.4.2 Aspek Praktis ...................................................................................... 5
1.5 Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis ............................................................. 6
1.5.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 6
1.5.2 Hipotesis .............................................................................................. 10
1.6 Tempat Dan Waktu Penelitian ..................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 12
2.1 Akuntansi Sektor Publik ............................................................................. 12
2.1.1 Pengertian Akuntansi Sektor Publik .................................................. 12
2.1.2 Pengertian Akuntansi Pemerintah ..................................................... 13
2.1.3 Ruang Lingkup Akuntansi Pemerintah .............................................. 14
2.1.4 Tujuan Akuntansi Pemerintah ........................................................... 14
2.1.5 Sifat Karakteristik Akuntansi Pemerintah ......................................... 15
2.2 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah .......................................................... 18
2.2.1 Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ............................... 19
2.2.2 Ruang Lingkup Akuntansi Keuangan Daerah ................................... 20
2.2.2.1 Kebijakan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ................... 21
2.2.2.2 Prosedur Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ...................... 25
2.2.2.3 Sistem Teknologi Informasi ................................................... 31
2.3 Akuntabilitas Publik ................................................................................... 31
2.3.1 Pengertian Akuntabilitas Publik ........................................................ 32
2.3.2 Jenis Akuntabilitas Publik ................................................................. 33
2.3.3 Macam-macam Akuntabilitas Publik ................................................ 33
2.3.4 Tujuan Akuntabilitas Publik .............................................................. 35
2.3.5 Prinsip Akuntabilitas Publik .............................................................. 35
2.4 Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
terhadap Akuntabilitas Publik .................................................................... 36
v
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ..................................................... 37
3.1 Objek Penelitian ......................................................................................... 37
3.1.1 Sejarah Pemerintah Kabupaten Bandung Barat ................................. 37
3.1.2 Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Bandung Barat ........................ 41
3.2 Metode Penelitian ....................................................................................... 46
3.2.1 Metode yang digunakan ..................................................................... 46
3.2.2 Operasionalisasi Variabel .................................................................. 47
3.2.3 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 48
3.2.3.1 Jenis Data ............................................................................... 48
3.2.3.2 Sumber Data .......................................................................... 49
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 49
3.2.5 Teknik Pengambilan Sampel ............................................................. 50
3.2.6 Pengujian Instrumen Penelitian ......................................................... 52
3.2.6.1 Uji Validitas ........................................................................... 52
3.2.6.2 Uji Reabilitas ......................................................................... 54
3.2.7 Teknik Analisis Data ......................................................................... 54
3.2.7.1 Analisis Deskriptif ................................................................. 54
3.2.7.2 Analisis Regresi Linear Sederhana ........................................ 55
3.2.7.3 Uji Korelasi ............................................................................ 56
3.2.7.2 Uji Determinasi ...................................................................... 57
3.2.8 Teknik Pengujian Hipotesis ............................................................... 57
3.2.8.1 Uji T ....................................................................................... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 59
4.1 Hasil penelitian .......................................................................................... 59
4.1.1 Karakteristik Responden .................................................................. 59
4.1.2 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ............................................ 62
4.1.2.1 Uji Validitas ......................................................................... 62
4.1.2.2 Uji Reliabilitas ..................................................................... 63
4.1.3 Hasil Analisis Deskriptif .................................................................. 64
4.1.3.1 Jawaban Responden terhadap Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah ................................................................ 65
4.1.3.2 Jawaban Responden terhadap Akuntabilitas Publik ............ 69
4.1.4 Analisis Regresi Linier Sederhana ................................................... 71
4.1.5 Analisis Rank Spearman .................................................................. 73
4.1.6 Analisis Koefisien Determinasi ....................................................... 75
4.1.7 Pengujian Hipotesis .......................................................................... 76
4.1.7.1 Uji t ...................................................................................... 76
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 77
4.2.1 Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap
Akuntabilitas Publik ......................................................................... 77
vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 78
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 78
5.2 Saran ........................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 81
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................................... 84
vii
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Tabel Hal
Tabel 1.3 Jadwal Kegiatan Penelitian .......................................................................... 11
Tabel 2.1 Perbedaan Sektor Publik dan Sektor Swasta ................................................ 17
Tabel 3.1 Operasional Variabel .................................................................................... 48
Tabel 3.2 Populasi Penelitian ....................................................................................... 50
Tabel 3.3 Skor Penilaian Kuesioner ............................................................................. 52
Tabel 3.4 Kategori Interpretasi Skor ............................................................................. 55
Tabel 3.5 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ..................................................... 57
Tabel 4.1 Sampel Penelitian .......................................................................................... 59
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja .................................. 60
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 60
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .................................................. 61
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ........................ 61
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ............................. 62
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Akuntabilitas Publik ....................................................... 63
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................................... 63
Tabel 4.9 Kategori Interpretasi Skor .............................................................................. 64
Tabel 4.10 Jawaban Responden terhadap Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ........... 65
Tabel 4.11 Jawaban Responden terhadap Akuntabilitas Publik .................................... 69
Tabel 4.12 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana ..................................................... 72
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Rank Spearman .............................................................. 74
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi .................................................... 75
viii
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Judul Gambar Hal
Gambar 1.1 Paradigma Penelitian ............................................................................. 10
Gambar 3.1 Struktur Organisasi ................................................................................ 41
Gambar 4.1 Garis Kontinum ..................................................................................... 64
Gambar 4.2 Garis Kontinum Kategori Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ........... 69
Gambar 4.3 Garis Kontinum Kategori Akuntabilitas Publik .................................... 71
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No Lamp Judul Lampiran Hal
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian .............................................................................. 83
Lampiran 2 Tabulasi Penerapan SAKD .................................................................... 88
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas ................................................................................. 90
Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................ 97
Lampiran 5 Hasil Uji Statistik Rank Spearman ....................................................... 98
Lampiran 6 Tabel r ................................................................................................... 99
Lampiran 7 Tabel t ................................................................................................... 100
Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian .............................................................................. 101
Lampiran 9 Kartu Bimbingan .................................................................................. 102
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam
pengambilan keputusan daerah berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang
dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas dan potensi daerah tersebut. Sejalan
dengan pelaksanaan otonomi daerah, pengelolaan keuangan sepenuhnya berada di
tangan pemerintah daerah. Oleh karena itu, diperlukan sistem akuntansi daerah
yang baik untuk mengelola keuangan secara transparan, efisien, efektif, dan
akuntabel. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan suatu pemikiran cerdas
melalui inovasi sistem akuntansi daerah
sistem akuntansi keuangan daerah dapat diterapkan secara baik harus
dipenuhi beberapa hal yang merupakan syarat penerapan sistem akuntansi
keuangan daerah. Dengan demikian, dalam sistem akuntansi keuangan daerah
terdapat serangkaian prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai
dengan suatu skema yang menyeluruh yang ditujukan untuk menghasilkan
informasi dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunakan baik pihak
internal maupun pihak eksternal dalam pemerintahan daerah untuk mengambil
keputusan ekonomi.
Fenomena perkembangan sektor publik dapat diamati dengan makin
menguatanya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntabilitas merupakan
2
kata kunci dari sistem tersebut yang dapat diartikan sebagai perwujudan dari
kewajiban seseorang atau instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dapat dipercayakan
kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media
pertanggungjawaban yang berupa laporan akuntabilitas yang disusun secara
periodik (LAKIP).
Pelaksanaan akuntansi sektor publik dimulai dari penerapan sistem
akuntansi yang baik dalam rangka mengelola keuangan daerah sehingga dapat
menghasilkan informasi keuangan yang andal. Keandalan informasi laporan
keuangan merupakan wujud pertanggungjawaban pengelolaan keuangan publik
yang sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang keduanya
merupakan unsur nilai informasi yang paling terkait dengan pengambilan
keputusan berbagai pihak.
Fenomena yang berlaku saat ini pada Pemerintah Kabuapaten Bandung
Barat adalah sebagai berikut :
1. Mendapat Opini WDP (Wajar Dengan Pengecualian) dari tahun 2011-
2015 dari hasil pemeriksaan oleh BPK (Badan Pengawasan Keuangan).
Sumber: IHPS Semester 1 2016
2. Penilaian Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Pemerintah Kabupaten
Bandung Barat mendapatkan nilai C.
3
Nilai C berarti 30-50 atau berada di rangking kedua terbawah. Sumber:
http://fokusjabar.com/2016/02/18/holid-kbb-dapat-nilai-c-memalukan/
(04-01-2017: 12:29)
3. Lemahnya Sistem Pengendalian dan Pelaporan Akuntansi dalam Aset
tetap. Aset tetap tidak diketahui keberadaanya dan tidak dukung bukti
kepemilikan, belum didukung pengamanan fisik yang memadai. Selain
itu, aset tetap tanah, gedung dan bangunan, jalan dan saluran irigasi serta
aset tetap yang bersumber dari dana BOS belum dicatat. Sumber: IHPS
Semester 1 2016
4. Kelebihan pembayaran Pajak sebesar 2.1 miliar. Sumber:
http://jabar.pojoksatu.id/bandung/2016/06/28/tak-kembalikan-dana-
pemkab-bandung-barat-terancam-hukuman/
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas maka penulis
tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi
Keuanga Daerah (SAKD) Terhadap Akuntabilitas Publik di Pemerintahan
Kabupaten Bandung Barat APBD 2015”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) di
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat?
4
2. Bagaimana penerapan Akuntabilitas Publik pada Pemerintahan
Kabupaten Bandung Barat?
3. Seberapa besar pengaruh penerapan sistem Akutansi Keuangan Daerah
(SAKD) terhadap Akuntabilitas publik Pemerintah Kabupaten Bandung
Barat?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mencari dan
mengetahui data mengenai Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
(SAKD) Dan Pengaruhnya Terhadap Akuntabilitas Publik di Pemerintah
Kabuapten Bandung Barat.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian ini
dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
(SAKD) di Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
2. Untuk mengetahui penerapan Akuntabilitas Publik pada Pemerinath
Kabupaten Bandung Barat.
3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penerapan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah (SAKD) terhadap Akuntabilitas Publik di Pemerintah
Kabupaten Bandung Barat.
5
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua aspek manfaat yaitu aspek manfaat secara
teoritis dan aspek manfaat secara praktis yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1.4.1 Aspek Teoritis
1. Bagi Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Peneliti ini bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dalam
perkembangan teori terutama yang berkaitan dengan Sistem Akuntansi
dan Akuntansi Sektor Publik.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai sarana informasi tentang kinerja Pemerintah Daerah serta dapat
menambah pengetahuan akuntansi khususnya Akuntansi Sektor Publik.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan
penelitian di masa yang akan datang.
1.4.2 Aspek Praktis
1. Bagi Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, diharapkan hasil dari
penelitian ini dijadikan sebagai masukan dan informasi bagi Pemerintah
Kabupaten Bandung Barat untuk mengembangkan dan menyempurnakan
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) dan Akuntabilitas Publik
Pemerintahan dimasa yang akan datang.
2. Bagi pihak lain yang memrlukan hasil penelitian ini, diharapkan dapat
menjadi referensi lebih lanjut.
6
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Organisasi sektor publik saat ini tengah menghadapi tekanan untuk lebih
efisien memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial, serta dampak negatif
atas aktivitas yang dilakukan. Berbagai tuntutan tersebut menyebabkan akuntansi
dapat dengan cepat diterima dan diakui sebagai ilmu yang diutuhkan untuk
mengelola urusan publik. Akuntansi sektor publik pada awalnya merupakan
aktivitas yang tersepesialisasi dari suatu profesi yang relatif kecil. Namun
demikian, saat ini akuntansi sektor publik sedang mengalami proses untuk
menjadi disiplin ilmu yang lebih dibutuhkan dan substansial keberadaannya.
Besarnya harapan kepada pemerintah untuk mewujudkan system
pemerintah yang baik (good governance) mengharuskan pemerintah untuk secara
positif melakukan perbaikan di dalam tubuh pemerintah sendiri. Perbaikan yang
harus segera dilakukan untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal salah satunya adalah dibuatnya sistem pengelolaan keuangan
daerah yang baik. Adapun tujuan dalam pengelolaan keuangan daerah menurut
Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 4 adalah :
“Keuangan Daerah dikelola tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan efektif, efisien, ekonomis, transparan dan akuntabel dengan
memperhatikan azaz keadilan, kepatuhan, dan manfaat untuk masyarakat
organisasi juga negara”.
7
Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (porpuse
activity), tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu dan hasil
tersebut harus memiliki manfaat.
Menurut Abdul Halim (2012:35) menyatakan :
“Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran,
pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu
organisasi atau entitas yang dijadikan suatu informasi dalam rangka
mengambil keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan”.
Menurut Harahap (2008:5), “Akuntansi adalah seni pencatatan,
penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter,
transaksi dan kejadian-kejadian yang umunya bersifat keuangan termasuk
menafsirkan hasilnya”.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntansi
adalah suatu kegiatan yang meliputi proses identifikasi, pengukuran, dan
pelaporan informasi ekonomi (keuangan). Akuntansi diharapkan berguna dalam
penilaian dan pengambilan keputusan mengenai kesatuan usaha yang
bersangkutan.
Sebagai salah satu alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
tersebut adalah dengan dikeluarkannya Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
dalam bentuk Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.
Permendagri No. 13 Tahun 2006 pasal 232 ayat (1)
“Sistem Akuntansi Keuangan Daerah merupakan serangkaian prosedur
mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai
dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan komputer”.
8
Menurut Abdul Halim (2012:35)
“Sistem Akuntansi Keuangan Daerah adalah suatu proses identifikasi,
pengukuran, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu
daerah (Provinsi, kabupaten, kota) yang dijadikan sebagai informasi
dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang
memerlukan”.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah adalah suatu proses identifikasi, pengukuran, dan
pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang dijadikan sebagai informasi dalam pengambilan
keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan. Sehingga dimensi dari
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah menurut Permendagri No. 13 tahun 2006
(2006: 57) adalah :
1. Kebijakan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
2. Prosedur Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
Akuntansi dibeberapa sumber disebut sebagai Akuntansi Sektor Publik.
Secara organisasi akuntansi, domain publik antara lain meliputi pemerintah,
BUMN/BUMD, yayasan dan organisasi nirlaba lainnya.
Indra Bastian (2007:15) mendefinisikan bahwa :
“Akuntansi sektor publik dapat sebagai mekanisme teknis dan analisis
akuntansi yang diterapkan dalam pengelolaan dana masyarakat di
lembaga-lembaga tinggi Negara dan departemen-departemen di
bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial,
maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta”.
9
Abdul Halim (2012:3) menyatakan bahwa :
“Akuntansi sektor publik adalah suatu proses pengidentifikasian,
pengukuran, penacatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan)
dari suatu organisasi atau entitas publik seperti pemerintah, LSM, dan
lain-lain yang dijadikan sebagai iformasi dalam rangka mengambil
keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan”.
Menurut Soemarso (2004:9)
“Akuntansi pemerintah mengkhususkan diri dalam pencatatan dan
pelaporan transaksi-transaksi yang terjadi di badan pemerintah. Ia
menyediakan laporan akuntansi tentang aspek kepengurusan (business
aspect) dari administrasi keuangan negara. Disamping itu, mencangkupi
pengendalian atas pengeluaran melalui anggaran negara. Termasuk
didalamnya adalah kesesuaian dengan ketentuan undang-undang yang
berlaku”.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas
sektor Publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk
memberikan pertanggungjawaban kepada publik. Sementara itu, akuntablitas
publik yang harus dilakukan organisasi sektor publik terdiri dari beberapa
dimensi.
Adapun menurut Mahmudi (2015:9) Dimensi Akuntabilitas Publik meliputi :
1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran
2. Akuntabilitas Manajerial
3. Akuntabilitas Program
4. Akuntabilitas Kebijakan
5. Akuntabilitas Finansia
Indra Bastian (2007:2) menyatakan :
“Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, sistem pengelolaan
keuangan daerah yang baik difokuskan untuk mengelola dana secara
desentralisasi dengan transparan, efisien, efektif, dan akuntabel. Untuk
mewujudkan hal tersebut diperlukan suatu pemikiran cerdas melalui
inovasi sistem akuntansi”.
10
Menurut Abdul Halim (2012:35) :“Dengan Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah (SAKD) diharapkan transparansi dan akuntabilitas yang diharapkan dalam
pengelolaan keuangan daerah dapat tercapai”.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, menunjukan bahwa setelah
Pemerintah Daerah/Kabupaten dan Kota yang sudah menerapkan SAKD secara
konsisten dan menyeluruh maka akan mewujudkan Akuntabilitas Publik yang
baik dalam pengelolaan keuangan daerah. Paradigma penelitian dapat
digambarkan secara sederhana sebagai berikut ini :
Gambar 1.1 Paradigma Penelitian
1.5.2 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011:64) Hipotesis merupakan simpulan sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan kerangka pemikiran
dan analisis teoritis tersebut, penulis merumuskan hipotesis dari penelitian ini
adalah sebagai berikut “Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
berpengaruh terhadap Akuntabilitas Publik”.
SISTEM AKUNTANSI
KEUANGAN DAERAH
(VARIABEL X)
AKUNTABILITAS PUBLIK
(VARIABEL Y)
11
1.6 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Pemerintah Kabupaten Bandung Barat yang
beralamat di Jl. Padalarang Cisarua km 2 Ds. Mekarsari Kec.Ngamprah Komplek
Pemerintahan Kabupaten Bandung Barat pada bulan 17 Oktober 2016 s/d 17
Januari 2017.
Tabel 1.3 Jadwal Penelitian
No Keterangan
Waktu
November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2 Pengajuan Judul
3 Penyusunan UP
4 Pengumpulan Data
5 Pengolahan Data
6 Dokumentasi
7 Persiapan Ujian
Sidang
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Akuntansi Sektor Publik
2.1.1 Pengertian Akuntansi
Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (porpuse
activity), tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu dan hasil
tersebut harus memiliki manfaat.
Abdul Halim (2014:36) mendefinisikan :
“Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran,
pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu
organisasi atau entitas yang dijadikan suatu informasi dalam rangka
mengambil keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan”.
Menurut Harahap (2008:5) : “Akuntansi adalah seni pencatatan,
penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter,
transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan termasuk
menafsirkan hasilnya”.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Akuntansi
adalah suatu kegiatan yang meliputi proses identifikasi, pengukuran, dan
pelaporan informasi ekonomi (keuangan). Akuntansi diharapkan berguna dalam
penilaian dan pengambilan keputusan mengenai kesatuan usaha yang
bersangkutan.
13
2.1.2 Pengertian Akuntansi Pemerintah
Akuntansi pemerintah dibeberapa sumber disebut sebagai Akuntansi
Sektor Publik. Secara organisasi akuntansi, domain publik antara lain meliputi
pemerintah, BUMN/BUMD, yayasan dan organisasi nirlaba lainnya.
Indra Bastian (2007:15) mendefinisikan bahwa :
“Akuntansi sektor publik dapat sebagai mekanisme teknis dan analisis
akuntansi yang diterapkan dalam pengelolaan dana masyarakat di
lembaga-lembaga tinggi Negara dan departemen-departemen di
bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial,
maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta”.
Abdul Halim (2014:36) menyatakan bahwa :
“Akuntansi sektor publik adalah suatu proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari
suatu organisasi atau entitas publik seperti pemerintah, LSM, dan lain-
lain yang dijadikan sebagai iformasi dalam rangka mengambil keputusan
ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan”.
Menurut Soemarso (2004:9)
“Akuntansi pemerintah mengkhususkan diri dalam pencatatan dan
pelaporan transaksi-transaksi yang terjadi di badan pemerintah. Ia
menyediakan laporan akuntansi tentang aspek kepengurusan (business
aspect) dari administrasi keuangan negara. Disamping itu, mencakupi
pengendalian atas pengeluaran melalui anggaran negara . termasuk
didalamnya adalah kesesuaian dengan ketentuan undang-undang yang
berlaku”.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan
akuntansi pada pemerintah adalah memberikan informasi sebagai bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan dana publik dalam mengelola suatu
operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada setiap organisasi
sektor publik.
14
2.1.3 Ruang Lingkup Akuntansi Pemerintah
Sektor publik sendiri memiliki wilayah yang lebih luas dan kompleks
dibandingkan sektor swasta. Luasnya wilayah publik tidak hanya disebabkan oleh
jenis dan bentuk organisasi yang berbeda di dalamnya, akan tetapi juga karena
kompleksnya lingkungan yang mempengaruhi lembaga-lembaga publik tersebut.
Secara kelembagaan, sektor publik antara lain meliputi badan-badan
pemerintahan (pemerintah pusat dan daerah serta unit kerja pemerintah),
perusahaan milik negara (BUMN dan BUMD), yayasan, organisasi politik dan
organisasi massa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan organisasi nirlaba
lainnya.
Jika dilihat dari variabel lingkungan, sektor publik dipengaruhi oleh
beberapa faktor tidak hanya faktor ekonomi semata, akan tetapi faktor politik,
sosial, budaya dan historis juga memiliki pengaruh yang signifikan karena sektor
publik itu heterogen/tidak seragam.
2.1.4 Tujuan Akuntansi Pemerintah
Abdul Halim (2014:39) memaparkan beberapa tujuan Akuntansi
Pemerintah yakni :
1. “Tujuan pertanggungjawaban, dalam tujuan pertanggungjawaban
pemerintah harus memeberikan informasi keuangan secara lengkap,
memberikan infomasi keuangan secara cermat, dalam bentuk dan waktu
yang tepat.
2. Tujuan manajerial, dalam tujuan manajerial, memberikan informasi
keuangan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengambilan
keputusan, dan penilaian kinerja pemerintah adalah tujuan yang
diharapkan dapat dicapai dengan adanya akuntansi pemerintah.
15
3. Tujuan pengawasan, ,memiliki arti bahwa informasi yang dihasilkan
akuntansi pemerintahan harus memungkinkan untuk terselenggarakan
pemeriksaan oleh aparat pengawasan secara fungsional secara efektif dan
efisien”.
Mardiasmo (2012:14) menambahkan tujuan Akuntansi Pemerintah yaitu :
1. “Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat,
efisien, dan ekonomis atau suatu operasi dan alokasi sumber daya yang
dipercayakan kepada organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian
manajemen (management control)
2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk
melaporkan pelaksanaan tanggungjawab mengelola secara tetap dan
efektif program dan penggunaan sumber daya yang menjadi
wewenangnya dan memungkinkan bagi pegawai pemerintah untuk
melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah dan penggunaan
dana publik, tujuan ini terkait dengan akuntabilitas (accountability)”.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya akuntansi pemerintah, dapat membangun hubungan kepercayaan yang
baik antara pemerintah pusat maupun daerah dengan masyarakat melalui
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sebagai alat penilaian kinerja
mengenai sejauh mana dana masyarakat telah dikelola untuk menyejahterakan
masyarakat berdasarkan prinsip ekonomi, efektif dan efisien, transparan dan
akuntabel.
2.1.5 Sifat Karakteristik Akuntansi Pemerintah
Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purpose
activity). Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil
tersebut harus memiliki manfaat. Akuntansi digunakan baik pada sektor swasta
maupun sektor publik untuk tujuan-tujuan yang berbeda. Perbedaan sifat dan
karakteristik tersebut karena adanya perbedaan lingkungan yang mempengaruhi.
16
Menurut Mardiasmo (2012:3), “organisasi sektor publik bergerak dalam
lingkungan kompleks dan trubulance. Komponen lingkungan yang mempengaruhi
organisasi sektor publik meliputi faktor ekonomi. Politik, kultural, dan demografi
”. Lebih lanjut Mardiasmo menjelaskan :
1. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi yang mempengaruhi organisasi sektor publik tersebut
adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, perubahan pendapatan
perkapita (GNP/GDP), struktur produksi, tenaga kerja. Arus modal dalam
negeri, cadangan devisa, nilai tukar mata uang, utang dan bantuan luar
negeri, infrastruktur, teknologi, kemisikinan dan kesenjangan ekonomi
dan sektor informal.
2. Faktor Politik
Beberapa faktor politik yang mempengaruhi sektor publik adalah
hubungan Negara dengan masyarakat, legitimasi pemerintah, tipe rezim
yang berkuasa, ideologi Negara, elit politik dan massa, jaringan
internasional dan kelembagaan.
3. Faktor Kultural
Organisasi sektor publik dipengaruhi oleh beberapa farktor kultural yaitu
keragaman suku, ras, agama, bahasa dan budaya. Selain itu, system nilai
di masyarakat, historis, sosiologi masyarakat, karakteristik masyarakat
dengan tingkat pendidikan sangat mempengaruhi.
17
4. Faktor Demografi
Faktor-faktor demografi yang mempengaruhi organisasi sektor publik
antara lain pertumbuhan penduduk, struktur usia penduduk, migrasi dan
tingkat kesehatan.
Adapun perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dan sektor swasta
dapat dilihat dengan membandingkan beberapa hal yaitu tujuan organisasi,
sumber pembiayaan, pola pertangungjawaban, struktur organisasi, karakteristik
anggaran dan sistem akuntansi yang digunakan.
Tabel 2.1
Perbedaan Sektor Publik dan Sektor Swasta
Perbedaan Sektor publik Sektor swasta
Tujuan organisasi Nonprofit motive Profit motive
Sumber pendanaan Pajak, retribusi, utang,
obligasi pemerintah, laba
BUMN/BUMD,penjualan
aset negara dsb.
Pembiayaan internal:
modal sendiri, laba ditahan,
penjualan aktiva.
Pembiayaan eksternal :
utang, bank obligasi,
penerbitan saham.
Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban
masyarakat (publik) dan
parlemen (DPR/DPD)
Pertanggugjawaban kepada
pemegang saham dan
kreditor
Struktur organisasi Birokratis, kaku dan
hierarkis
Fleksibel : datar, pyramid,
lintas fungsional, dsb.
Karakteristik anggaran Terbuka untuk publik Tertutu untuk publik
Sistem akuntansi Cash accounting Accrual accounting
Sumber : Mardiasmo (2012:8)
Dari tabel tersebut maka dapat dilihat bahwa setiap organisasi memilki
tujuan spesifik dan unik. Sektor swasta bertujuan untuk memaksimumkan laba
sedangkan sektor pulik bertujuan untuk memberikan pelayanan publik. Untuk
struktur pendanaan sektor publik berbda dengan sektor swasta dalam hal bentuk,
18
jenis, dan tingkat risikonya. Organisasi sektro publik bertanggungjawab kepada
masyarakat, organisasi sektor swasta bertanggungjawab kepada pemegang saham
atau kreditor. Struktur organisasi pada sektor publik yang bersifat birokratis, kaku
dan hierarkis sedangkan Struktur organisasi sektor swasta lebih fleksibel.
Meskipun sektor publik, akan tetapi dalam beberapa hal terdapat sifat dan
karakteristik yang berbeda dengan sektor swasta, akan tetapi dalam beberapa hal
terdapat persamaan, seperti yang diuraikan oleh Mardiasmo (2012:13) :
1. “Kedua sektor, baik sektor publik maupun sektor swasta merupakan
bagian integral dari sistem ekonomi di suatu negara dan keduanya
menggunakan sumber daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan
sumber daya (scaricity of resources), sehingga baik sektor publik
maupun sektor swasta dituntut untuk menggunakan sumber daya
organisasi ekonomis, efektif, efisien.
3. Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan, pada
dasarnya sama dikedua sektor sama-sama membutuhkan informasi yang
handal dan relevan untuk melaksanakan fungsi manajemen, yaitu :
perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian.
4. Pada beberapa hal, kedua sektor mengasilkan produk yang sama,
misalnya baik pemerintah maupun swasta sama-sama bergerak dibidang
transportasi massa, pendidikan, kesehatan, penyediaan energy, dan
sebagainya.
5. Kedua sektor terikat pada peraturan perundang-undangan dan ketentuan
hukum lain yang diisyaratkan”.
2.2 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Menurut Krismiaji (2013:1) “sebuah sistem dapat didefinisikan sebagai
serangkaian komponen yang dikoordinasikan untuk merangkai serangkaian
tujuan” sedangkan menurut Widjajanto (2008:2) : “sistem adalah sesuatu yang
memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu
melalui tiga tahapan yaitu input, proses dan output”.
19
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem merupakan
sekumpulan unsur atau elemen berbeda yang dengan cara tertentu saling berkaitan
dan berproses dalam melakukan kegiatan secara bersama-sama untuk mencapai
tujuan.
2.2.1 Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Besarnya harapan kepada pemerintah untuk mewujudkan sistem
pemerintahan yang baik (good governance) mengharuskan pemerintah untuk
secara positif melakukan perbaikan-perbaikan di dalam tubuh pemerintah sendiri.
Pemerintah Daerah pada saat ini telah dituntut untuk bisa menghasilkan Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) yang memiliki nilai akuntabilitas dan transparansi
yang tinggi. Untuk dapat menghasilkan LPJ tersebut tentunya memerlukan sarana
dan prasarana yang memadai, disertai dengan pembelajaran terhadap sumber daya
manusia yang dimiliki oleh pemerintah daerah agar dapat memahami dan
melaksanakan system dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
daerah yaitu Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD). SAKD adalah sistem
informasi yang membantu proses pengelolaan pencatatan dan pelaporan anggaran
dan keuangan daerah.
Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 4 adalah : “Keuangan Daerah
dikelola tertib, taat pada peraturan perundang-undangan efektif, efisien,
ekonomis,transparan dan akuntabel dengan memperhatikan azaz keadilan,
kepatuhan, dan manfaat untuk masyarakat organisasi juga negara”.
20
Sebagai salah satu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut
adalah dengan dikeluarkannya Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang
memuat Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.
Permendagri No. 13 Tahun 2006 pasal 232 ayat (1)
“Sistem Akuntansi Keuangan Daerah merupakan serangkaian prosedur
mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai
dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan komputer”.
Menurut Abdul Halim (2012:35)
“Sistem Akuntansi Keuangan Daerah adalah suatu proses identifikasi,
pengukuran, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu
daerah (Provinsi, kabupaten, kota) yang dijadikan sebagai informasi
dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang
memerlukan”.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah adalah suatu proses identifikasi, pengukuran, dan
pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang dijadikan sebagai informasi dalam pengambilan
keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan.
2.2.2 Ruang Lingkup Akuntansi Keuangan Daerah
Menurut Permedagri 13 tahun 2006 pasal (5) Dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, setiap SKPD menyusun dan melaporkan
pertanggungjawaban dan pelaksanaan APBD tersebut secara periodik yang
meliputi :
21
1. Laporan Realisasi Anggaran SKPD
2. Neraca SKPD
3. Catatan atas Laporan Keuangan SKPD
Laporan keuangan daerah disusun oleh Pejabat Pengelolaan Keuangan
Daerah (PPKD) sebagai kepala Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah
(SKPKD) sedangkan dalam Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilakukan
oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD atau PPK-SKPD. Terdapat
perbedaan klasifikasi perkiraan antara SKPD dengan SKPKD yaitu, tidak semua
perkiraan yang ada pada akuntansi SKPKD ada pada akuntansi SKPD. Hal ini
disebabkan tidak semua kegiatan yang ada di pemda boleh dilakukan oleh SKPD
sebagai pengguna anggaran. Meskipun memiliki perbedaan dalam kewenangan,
keduanya memiliki sifat yang sama dalam akuntansinya, yaitu sebagai satuan
kerja.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri 13 tahun 2006 Pasal 239
ayat (1) Uraian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terdiri dari :
1. Kebijakan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
2. Prosedur Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
2.2.2.1 Kebijakan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) memberikan rambu-rambu bagi
pemerintah daerah dalam menyusun laporan keuangan yang berkualitas. SAP
tidak menentukan satu kebijkan yang harus dianut oleh pemerintah daerah,
melainkan memberikan sistem akuntansi yang sesuai dengan karakteristik
keuangan di masing-masing daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu
22
membuat kebijakan akuntansi yang berisi sistem dan prosedur yang telah dipilih
oleh pemerintah daerah dalam rangka menyajikan laporan keuangan. Dengan kata
lain, kebijakan dari Sistem Akuntansi Keuangan Daerah menurut Permendagri No
13 Tahun 2006 Pasal 239 ayat (2) terdiri atas : Pengakuan Akuntansi, Pengukuran
Akuntansi dan Penyajian Akuntansi.
1. Pengakuan Akuntansi
Pengakuan Akuntansi Menurut Standar Akuntansi Pemerintah paragraf
(78) mendefinisikan Pengakuan yaitu :
“Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetepan terpenuhinya
kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi
sehingga menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas
dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan, sebagaimana termuat pada
laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan. Pengakuan
diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang terhadap pos-pos laporan
keuangan yang terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa terkait ”.
Kriteria minimum yang perlu dipenuhi untuk suatu pengakuan menurut
Menurut Standar Akuntansi Pemerintah paragraf 84 yaitu :
1) “Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan
kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke
dalam entitas pelaporan yang bersangkutan
2) Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur atau dapat diestimasi dengan andal”.
Pengakuan atas transaksi akuntansi terbagi menjadi 3 basis yaitu Basis
Kas, Basis Akrual dan Basis Kas menuju Akrual. Menurut Standar Akuntansi
Pemerintah paragraf 43 menguraikan basis akuntansi yaitu :
1) “Basis Kas (Cash Basis)
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah
adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan
dan Laporan Realisasi Anggaran. Basis kas untuk Laporan Realisasi
Anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima di
Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan
23
belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas laporan.
2) Basis Akrual (Acrual Basis)
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah
adalah basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam
entitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada
saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan
pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar.
3) Basis Kas Menuju Akrual
Basis akuntansi yang mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan
berbasis kas, serta mengakui aset, utang, dan ekuitas dana berbasis
akrual”.
2. Pengukuran Akuntansi
Pengukuran Akuntansi Peraturan Menurut Standar Akuntansi Pemerintah
paragraf (98-99) Mendefinisikan bahwa pengukuran adalah :
“Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos
dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis. Aset
dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas atau sebesar nilai wajar
dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban
dicatat sebesar nilai nominal. Pengukuran pos-pos laporan keuangan
menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata
uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang
rupiah”.
3. Penyajian Akuntansi
Penyajian Akuntansi Menurut Permendagri No 13 tahun 2006 Pasal 265
menyatakan bahwa :
“SKPD menyusun dan melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD secara periodik sesuai dengan peraturan pemerintah yang
mengatur tentang standar akuntansi yang meliputi Laporan Realisasi
Anggaran SKPD, Neraca SKPD dan Catatan atas Laporan Keuangan
SKPD”.
24
Lebih lanjut Peraturan Pemerintah No 71 tahun 2010 paragraf 61-83,
menguraikan:
1. “Laporan Realisasi Anggaran SKPD Paragraf 61-62
Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan
pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap
APBN/APBD. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber,
alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh
pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. Laporan Realisasi
Anggaran menyajikan sekurang kurangnya meliputi pendapatan, belanja,
transfer, surplus/defisit, pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan
anggaran.
2. Neraca SKPD Paragraf 64-65
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Setiap
entitas akuntansi mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan non
lancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka
pendek dan jangka panjang dalam neraca. Neraca mencantumkan
sekurang-kurangnya pos-pos kas dan star akas, investasi jangka pendek,
piutang pajak dan bukan pajak, persediaan, investasi jangka panjang aset
tetap, kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang ekuitas dana.
3. Catatan atas Laporan Keuangan SKPD Paragraf 83
Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan
membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya. Catatan
atas Laporan Keuangan sekurang-kurangnya disajikan dengan susunan
sebagai berikut:
a) Mengungkapkan informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan
Entitas Akuntansi.
b) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan
ekonomi makro
c) Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun
pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
pencapaian target
d) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan
dan transaksi dan kejadian-kejadian akuntansi yang dipilih untuk
diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting
lainnya.
e) Menyajikan rincian dan penjelasasn masing-masing pos yang
disajikan pada lembar muka laporan keuangan.
f) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan.
g) Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian
yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan”.
25
2.2.2.2 Prosedur Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
Berdasarkan peraturan menteri dalam negeri No 13 tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Prosedur Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah terdiri atas : Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas, Prosedur Akuntansi
Pengeluaran Kas, Prosedur Akuntansi Aset/Barang Milik Daerah, Prosedur
Akuntansi Selain Kas
1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas menurut Permendagri No 13 tahun
2006 pasal 241, yaitu :
“Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD meliputi serangkaian
proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan
keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan aplikasi komputer ”.
Prosedur akuntansi penerimaan kas dilaksanakan oleh Pejabat
Pengelolaan Keuangan (PPK-SKPD). Wajib Pajak/Retribusi (WP/WR)
membayarkan sejumlah uang yang tertera dalam Surat Ketetapan Pajak
Daerah/Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKP-Daerah/SKR-Daerah) kepada
Bendahara Penerimaan. Bendahara Penerimaan memverifikasi kesesuaian
jumlah uang yang diterimanya dengan dokumen SKPD/SKRD yang
diterimanya dari Pengguna Anggaran. Setelah diverifikasi, Bendahara
Penerimaan akan menerbitkan STS dan Surat Tanda Bukti Pembayaran/Bukti
lain yang sah serta menyerahkan Tanda Bukti Pembayaran/Bukti Lain yang sah
tersebut kepada WP/WR daerah. Kemudian penerimaan daerah yang ada di
Kas Bendahara Penerimaan disetorkan ke Kas Daerah dengan menggunakan
Surat Tanda Setoran (STS). Secara periodik jurnal atas transaksi penerimaan
26
kas diposting ke dalam buku besar kemudian setiap akhir periode semua buku
besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.
Proses penerimaan pendapatan di Satuan Kerja dapat dibagi menjadi 3
macam yaitu Pendapatan melalui Bendahara Penerimaan, Pendapatan disetor
langsung ke Kas Daerah oleh pihak ketiga dan Pendapatan disetor langsung ke
Bank oleh pihak ketiga. Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur
akuntansi penerimaan kas mencakup surat tanda bukti pembayaran, Surat
Tanda Setoran (STS), bukti transfer dan nota kredit bank. Bukti transaksi
kemudian dilengkapi dengan Surat Ketetapan pajak Daerah (SKP-Daerah), dan
atau Surat Ketetapan Retribusi( SKR-daerah) serta bukti transaksi penerimaan
kas lainnya
2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas Menurut Permendagri No 13 tahun
2006 Pasal 247, yaitu :
“Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD meliputi serangkaian
proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan
keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan aplikasi komputer”.
Prosedur akuntansi belanja/pengeluaran kas dilaksanakan oleh Pejabat
Pengelolaan Keuangan (PPK-SKPD). Akuntansi belanja pada satuan kerja ini
meliputi akuntansi belanja UP (uang persediaan)/ GU (ganti uang)/TU
(tambah uang), dan akuntansi belanja LS (langsung).
Permendagri Nomor 13 tahun 2006 pasal 136 menyebutkan bahwa untuk
kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepala Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran dapat diberikan Uang Persediaan (UP) yang dikelola oleh
Bendahara Pengeluaran. Penerbitan dan pengajuan dokumen Surat Pernintaan
27
Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP) dilakukan oleh Bendahara
Pengeluaran. Apabbila SPP-UP dinyatakan sah dan lengkap, Pengguna
Anggaran (PA) atau Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menerbitkan Surat
Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP) untuk kemudian diajukan
kepada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) supaya diterbitkan
Surat Perintah Penncairan Dana (SP2D). PPK-SKPD menerima SP2D dari
Kuasa BUD melalui Pengguna Anggaran. Berdasarkan SP2D, PPK-SKPD
mencatat transaksi penerimaan uang persediaan tersebut dengan menjurnal
“Kas di Bendahara Pengeluaran” di Debit dan “RK-pusat” di kredit. Pengakuan
beban yang menggunakan uang persediaan dilakukan berdasarkan bukti
transaksi beban barang/jasa/persediaan. Bukti transaksi ini menjadi dasar bagi
PKK-SKPD untuk mencatat “Beban Barang/Jasa/Persediaan” di debit dan “Kas
di Bendahara Pengeluaran” di kredit.
Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-GU dilakukan oleh bendahara
pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka ganti uang persediaan.
Pemberian uang panjar/muka kepada PPTK/bendahara pengeluaran pembantu,
cukup dicatat pada buku besar pembantu pengeluaran per bidang/bagian di
bendahara pengeluaran dengan persetujuan PA/KPA. Bendahara Pengeluaran
Pembantu mempertanggungjawabkan pengelolaan uang panjar/muka yang
diterimanya dengan mencatat di buku kas umum, dan menyerahkan bukti
pengeluaran lengkap dan asah atau mengembalikan sebagian/seluruhnya
kepada bendahara pengeluaran. Bendahara pengeluaran secara administrative
28
wajib mempertanggungjawabkan pengguna UP kepada kepala SKPD melalui
PPK-SKPD. PPK-SKPD berkwajiban melakukan verifikasi atas laporan
pertanggungjawban yang disampaikan Bendahara Pengeluaran. Kepala SKPD
mengesahkan SPJ yang dibuat oleh Bendahara Pengeluaran.
Bendahara Pengeluaran dapat mengajukan SPP TU untuk memperoleh
persetujuan dari PA/KPA melalui PPK-SKPD dalam rangka tambahan uang
persediaan. SPP TU digunakan untuk meminta tambahan uang apabila terdapat
pengeluaran yang cukup besar sehingga saldo UP tidak akan cukup untuk
membiayainya. Pengajuan dana TU harus berdasarkan pada program dan
kegiatan tertentu. Setelah SPM diterbitkan dan ditandatangani, pengguna
anggaran mengajukan SPM tersebut kepada kuasa BUD untuk diterbitkan
SP2D. Jurnal pada saat BUD menerbitkan SP2D TU dilakukan dengan
mencatat penerimaan kas dari kas daerah. Pendebetan RK Pusat dilakukan
sebesar sisa TU yang tidak digunakan/di-SPJ-kan dan harus disetor kembali ke
kas daerah.
Secara periodik jurnal atas transaksi pengeluaran kas diposting ke dalam
buku besar kemudian setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai
dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.
3. Prosedur Akuntansi Aset/Barang Milik Daerah menurut Permendagri
No.13 tahun 2006 Pasal 247, yaitu :
“Prosedur akuntansi aset pada SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan
akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitas, perubahan
klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yang dikuasai/digunakan
SKPD “.
29
Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) periode akuntansi untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah
atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset Tetap dapat diperoleh dari
dana yang bersumber dari sebagian atau seluruh APBD melalui pembelian,
pembangunan, hibah atau donasi, pertukaran dengan aset lainnya dan dari
sitaan atau rampasan. Aset Tetap terdiri dari Tanah, Peralatan dan Mesin,
Gedung dan Bangunan, Jalan, irigasi dan Jaringan Aset Tetap Lainnya, dan
Konstruksi dalam Pengerjaan
Prosedur akuntansi aset dilaksanakan oleh PPK-SKPD serta pejabat
pengurus dan penyimpanan barang SKPD. Dalam kasus pembelian aset tetap,
berdasrkan bukti transaksi berupa Berita Acara Penerimaan Barang, PPK-
SKPD akan membuat bukti memorial aset tetap yang kemudian diotorisasi oleh
Pengguna Anggaran. Bukti memorial sekurang-kurangnya memuat informasi
mengenai jenis/nama aset tetap, kode rekening, klasifikasi aset tetap, nilai aset
tetap, tanggal transaksi dan/atau kejadian. Berdasarkan bukti memorial aset
tetap ini, PPK-SKPD mencatat “Aset Tetap” di debit dan “Utang Belanja
Modal” di kredit. Selanjutnya dilaksanakan proses penatausahaan untuk
pemabayaran perolehan aset tetap tersebut mulai dari pengajuan SPP.
Pembuatan SPM hingga penerbitan SP2D. Secara periodic jurnal atas transaksi
dana/atau kejadian aset tetap diposting ke dalam buku besar rekening
berkenaan. Setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar
penyusunan laporan keuangan SKPD.
30
4. Prosedur Akuntansi Selain Kas Menurut Permendagri No 13 tahun 2006
Pasal 259, yaitu :
“Prosedur akuntansi selain kas pada SKPD meliputi serangkaian proses
mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan
keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan aplikasi komputer”.
Prosedur akuntansi selain kas mencakup pengesahan
pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan SPJ), koreksi kesalahan
pencatatan, penerimaan/pengeluaran hibah selain kas, pembelian secara kredit,
retur pembelian kredit, pemindahtanganan atas aset tetap/barang milik daerah
tanpa konsekuensi kas dan penerimaan aset tetap/barang milik daerah tanpa
konsekuensi kas.
Prosedur akuntansi selain kas dilaksanakan oleh PPK-SKPD. Untuk
melakukan koreksi atas terjadinya kesalahan pencatatan, PPK-SKPD akan
membuat bukti memorial yang telah diotorisasi, PPK-SKPD langsung
membuat pembetulan atas jurnal yang salah catat tersebut. Missal, transaksi
beban/belanja telepon dicatat pada beban/belanja listril. Untuk melakukan
koreksi atas kesalahan tersebut, PPK-SKPD mencatat “Beban Jasa Telepon” di
debit dan “Beban Jasa Listrik” di kredit. Secara periodic jurnal atas transaksi
dan/atau kejadian selain kas diposting ke dalam buku besar rekening
berkenaan. Setiap akhir periode smua buku besar ditutup sebagai dasar
penyusunan laporan keuangan SKPD
31
2.2.3.3 Sistem Teknologi Informasi
Azhar Susanto (2008:65) menguraikan Sistem Teknologi Informasi
sebagai berikut :
“Sistem teknologi informasi bermula dari memproses data yang berasal
dari kejadian atau peristiwa dan transaksi ekonomi sebagai akibat dari
operasi atau aktivitas internal pemerintah daerah setelah itu melakukan
editing, verifikasi, dan validasi untuk menjamin bahwa data yang
dimasukkan sudah lengkap, akurat dan sah”.
Sedangkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 pasal 232 ayat (1) memuat
penggunaan komputer dalam SAKD yaitu :
“Sistem Akuntansi Keuangan Daerah merupakan serangkaian prosedur
mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai
dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan komputer”.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpukan bahwa pemerintah
dalam mengelola keuangan daerah dapat menggunakan komputer sebagai bentuk
penerapan teknologi informasi untuk mempermudah kegiatan sistem akuntansi di
setiap SKPD dalam menyusun laporan keuangan. Dengan menggunakan
komputer dan penggunaan jaringan baik LAN maupun internet proses akan lebih
efektif dan akuntabel.
2.3 Akuntabilitas Publik
Good governance tidak hanya terkait dengan efisiensi, tetapi berkaitan
dengan akuntabilitas sebagai penyelenggaraan kepentingan publik kepada
Stakeholder-nya. Ide dasar dari akuntabilitas adalah kemampuan seseorang atau
32
2.3.1 Pengertian Akuntabilitas
organisasi atau penerima amanat untuk memberikan jawaban kepada
pihak yang memberikan amanat atau mandat tersebut. Semua unti organisasi,
apakah dipilih atau ditunjuk, dikatakan akuntabel ketika merea menjelaskan dan
mempertanggungjawabkan semua tindakan atau kegiatan yang mereka lakukan,
dan menerima sanksi untuk tindakan yang tidak layak (tidak dapat
dipertanggungjawabkan).
Kata akuntabilitas berasal dari bahasa Inggris accountability yang berarti
keadaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Itulah sebabnya, akuntabilitas
menggambarkan suatu keadaan atau kondisi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pada dasarnya, akuntabilitas adalah pemberian informasi dan pengungkapan
(disclosure) atas aktivitas dan kinerja finansial kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus dapat menjadi
subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik yaitu hak
untuk tahu, hak untuk diberi informasi, dan hak untuk didengar aspirasinya.
Menurut Mahmudi (2015:9), “Kewajiban agen (pemerintah) untuk
mengelola sumber daya, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan
kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik kepada pemberi
mandat (principal)”.
Menurut Mardiasmo (2012:20) menyatakan bahwa :
“Akuntabilitas Publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent)
untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi
tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang
memiliki hak dan kewenangan untuk memintan pertanggungjawaban
tersebut”.
33
Dapat disimpulkan bahwa Akuntabilitas Sektor Publik adalah kewajiban
pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban kepada
publik melalui media pertanggungjawaban yang disusun secara periodik.
Pertanggungjawaban tersebut berkaitan langsung dengan aktivitas birokrasi dalam
memberikan pelayanan sebagai kontrak prestasi atas hak-hak yang telah dipungut
langsung maupun tidak langsung dari masyarakat.
2.3.2 Jenis Akuntabilitas
Dalam akuntabilitas publik, ada dua jenis akuntabilitas atau
pertanggungjawaban diantaranya pertanggungjawaban vertikal (vertical
accountability) dan pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability)
sebagai berikut :
Mardiasmo (2012:21), menguraikan jenis Akuntabilitas diantarnya:
1. Pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) adalah
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih
tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada
pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR.
2. Pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability) adalah
pertanggung jawaban kepada masyarakat luas.
2.3.3 Macam-macam Akuntabilitas Publik
Akuntablitas publik yang harus dilakukan organisasi sektor publik terdiri
dari beberapa dimensi. Adapun menurut Mahmudi (2015:9) Dimensi
Akuntabilitas Publik terdiri atas :
“1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran
2. Akuntabilitas Manajerial
3. Akuntabilitas Program
4. Akuntabilitas Kebijakan
5. Akuntabilitas Finansial”.
34
Selanjutnya Mahmudi menguraikan dimensi akuntabilitas tersebut sebagai
berikut:
1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran
Akuntabilitas kejujuran dan hukum yang terkait dengan penghindaran
penyalahgunaan jabatan dan jaminan adanya kepatuhan hukum adalah
pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik untuk berprilaku jujur
dalam bekerja dalam mentaati hukum yang berlaku.
2. Akuntabilitas Manajerial
Akuntabilitas manajerial adalah pertanggungjawaban lembaga publik
untuk melakukan pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien.
Akuntabilitas manajerial juga dapat diartikan sebagai akuntabilitas
kinerja (performance accountability).
3. Akuntabilitas Program
Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan
yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah
mempertimbangakan alternatif program yang memberikan hasil yang
optimal dengan biaya yang minimal.
4. Akuntabilitas Kebijakan
Akuntabilitas terkait dengan pertanggungjawaban lembaga publik atas
kebijakan-kebijakan yang diambil. Lembaga-lembaga publik hendaknya
dapat mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah ditetapkan dengan
mempertimbangkan dampak di masa depan.
35
5. Akuntabilitas Finansial
Akuntabilitas yang terkait dengan pertanggungjawaban lembaga-lembaga
publik (public moment) secara ekonomi, efisien, efektif, tidak ada
pemborosan dan kebocoran dana serta korupsi.
2.3.4 Tujuan Akuntabilitas Publik
Pemerintah dasarnya harus dapat menggambarkan kinerja instansi yang
sebenarnya, secara jelas (berdasar data yang tepat dan akurat) dan transparan
kepada publik (pemberi amanah), dan pihak-pihak yang berkepentingan atau
stakeholder, mengenai kemampuan (keberhasilan atau kegagalan) setiap pimpinan
instansi pemerintah/unit kerja dalam melaksanakan misi, tugas pokok,fungsi, dan
kewenangannya. Pada akhir suatu periode, capaian kinerja pemerintah dilaporkan
kepada pihak yang berkepentingan atau yang meminta dalam bentuk Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Tahap terakhir, informasi
yang termuat dalam dalam LAKIP tersebut dimanfaatkan bagi perbaikan kinerja
instansi secara berkesinambungan.
2.3.5 Prinsip Akuntabilitas Publik
Berdasarkan Pedoman penyusunan pelaporan akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah yang ditetapkan oleh Kepala lembaga administrasi negara,
pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) harus berdasarkan
antara lain pada prinsip-prinsip yaitu laporan harus disusun secara jujur, objektif,
akurat dan transparan. Di samping itu, perlu diperhatikan hal-hal berikut .
36
Menurut Deddi Nordiawan (2014:167) :
1. “Prinsip lingkup pertanggungjawaban. Hal-hal yang dilaporkan harus
proposion dengan lingkup kewenangan dan tanggung jawab masing-
masing serta memuat kegagalan dan keberhasilan.
2. Prinsip Prioritas. Hal-hal yang dilaporkan adalah hal-hal pentingg dan
relevaan bagi pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban instansi
yang diperlukan untuk upaya-upaya tindak lanjutnya.
3. Prinsip manfaat, yaitu manfaat laporan harus lebih besar dari pada biaya
penyusunannya, dan laporan harus bermanfaat bagi kepentingan
pencpaian kinerja”.
2.4 Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
Terhadap Akuntabilitas Publik
Mahmudi (2015:51): “Akuntansi berperan dalam upaya meningkatkan
akuntabilitas dan transparansi organisasi pemerintah bagi masyarakat” sementara
menurut Abdul Halim (2012:35) : “Dengan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
(SAKD) diharapkan transaparansi dan akuntabilitas yang diharapkan dalam
peneglolaan keuangan daerah dapat dicapai”.
Indra Bastian (2007:15) menambahkan :
“Sistem akuntansi dibutuhkan untuk menghasilkan informasi yang
berguna bagi pengambilan keputusan dan sebagai alat untuk
pertanggungjawaban, hal ini berlaku tidak hanya di setor swasta
melainkan juga di sektor publik terlebih sejak era reformasi tuntutan
masyarakat akan transparansi pemerintah pusat maupun daerah dalam
pengelolaan penerimaan dan penggunaan dana semakin besar”.
Berdasarkan teori diatas, menunjukan bahwa setelah Pemerintah
Daerah/Kabupaten dan kota yang sudah menerapkan Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah (SAKD) secara konsisten dan menyeluruh maka akan mewujudkan
Akuntabilitas Publik yang baik dalam pengelolaan keuangan daerah.
37
37
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Menurut Sugiyono (2016:38) objek penelitian memiliki pengertian yaitu :
“Suatu atribut atau siafat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”. Adapun objek dalam penelitian ini adalah
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) dan Akuntabilitas Publik di
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
3.1.1 Sejarah Pemerintah Kabupaten Bandung Barat
Sebelum terbitnya undang-undang Otonomi Daerah, pamekaran
Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana. Saat itu Gubernur Jawa Barat telah
mengeluarkan surat kepada Bupati Bandung untuk mengkaji rencana
pembentukan kabupaten baru. Usulan gubernur waktu itu adalah pembentukan
Kabupaten Padalarang yang mencakup Bandung Barat dan Kota Administratif
Cimahi.
Tuntutan pamekaran wilayah kabupaten Bandung, dilihat dari kondisi
geografis dan faktor lainnya oleh beberapa kalangan dinilai dapat dipahami.
Berdasarkan kondisi itulah pada tanggal 9 agustus 1999 para tokoh masyarakat
38
Bandung Barat membentuk Forum Pendukung Percepatan Pemekaran
Kabupaten Bandung Barat yang dipimpin ketuanya Drs.H. Endang Anwar,
setahun kemudian terbentuk lagi Forum Peduli Bandung Barat dan Forum
Pemuda Bandung Barat yang kemudian berbagai LSM dan Forum bergabung
dalam satu wadah yaitu Komite Pembentukan Kabupaten Bandung Barat
(KPKBB). KPKBB bersama elemen masyarakat Bandung Barat mengawali upaya
perjuangannya dengan melaksanakan “Deklarasi Bersama” untuk terus berjuang
agar Bandung Barat menjadi Daerah Otonomi terpisah dari Kabupaten Bandung,
di Ngamprah pada tanggal 30 Agustus 2003.
Lahirnya Kabupaten Bandung Barat melalui pertimbangan dan proses yang
panjang disamping memperhatikan aspirasi yang berkembang di masyarakat.
Aspirasi dan keinginan masyarakat itu dituangkan secara formal dalam Surat
Keputusan DPRD Kabupaten Bandung Nomor 11 Tahun 2004 tanggal 20 Agustus
2004 tentang Persetujuan DPRD Kabupaten Bandung terhadap Pembentukan
Kabupaten Bandung Barat. Di tingkat provinsi, dikeluarkannya Surat Keputusan
DPRD Provinsi Jawa Barat Nomor 135/Kep.DPRD-7/2005 tentang persetujuan
DPRD terhadap pembentukan Kabupaten Bandung Barat. Kemudian disusul
dengan surat Gubernur Jawa Barat kepada Menteri Dalam Negeri bernomor
135.1/1197/Desentralisasi tertanggal 11 April 2005 perihal Usul Pembentukan
Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat, dan akhirnya ditetapkan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat dengan pusat pemerintahan di
39
Kecamatan Ngamprah yang disahkan oleh Presiden Republik Indonesia pada
tanggal 2 januari 2008.
Penjabat Sementara Bupati Bandung Barat Drs. H. Tjatja Kuswara, SH.
MH selesai menjalankan tugasnya pada tanggal 17 Juli 2008, Bupati dan Wakil
Bupati Bandung Barat pertama Drs. H . Abubakar M. Si dan Drs. Ernawan
Natasaputra hasil pemilihan langsung dilantik pada tanggal tersebut oleh
Gubernur Jawa Barat Achmad Heriawan, Lc atas nama Presiden. (Drs. Ade
Ratmadja, Pimpinan Umum http://www.bandungbaratonline.co.cc/). Kabupaten
Bandung Barat adalah kabupaten baru provinsi Jawa Barat, Indonesia, pemekaran
dari Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten
Purwakarta dan Kabupaten Subang di sebelah barat dan utara, Kabupaten
Bandung dan Kota Cimahi di sebelah timur, serta Kabupaten Cianjur di sebelah
barat dan timur. Kabupaten Bandung Barat mewarisi sekitar 1,4 juta penduduk
dari 42,9% wilayah lama Kabupaten Bandung. Sedangkan ibu kota Kabupaten
Bandung Barat berlokasi di Kecamatan Ngamprah, yang terletak di jalur
Bandung-Jakarta.
Pada awal pembentukan Kabupaten Bandung Barat tahun 2007, secara
administratif Kabupaten Bandung Barat terbagi menjadi 15 Kecamatan dan 165
Desa, pada tahun 2011 terbentuk kecamatan baru hasil pemekaran Daerah
Nomor 20 tahun 2011 tentang Pembentukan Kecamatan Saguling, sehingga
jumlah kecamatan bertambah menjadi 16 (enam belas), dengan jumlah tetap yaitu
sebanyak 165 Desa yang terbagi menjadi 2.338 RW dan 8.851 RT.
40
Dalam pelaksanaan tugas pemerintahan, Bupati Bandung Barat selaku
Kepala Daerah Kabupaten Bandung Barat dibantu oleh beberpa Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekertariat DPRD,
Inspektorat, 12 (dua belas) Dinas, 6 (enam) Badan, 5 (lima) Kantor, dan 16 (enam
belas) Kecamatan.
3.1.2 Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Bandung Barat
Visi dari Pemerintahan Kabupaten Bandung Barat yakni sebagaimana
tertuang pada RPJMD Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013-2018, adalah :
“Mewujudkan Masyarakat yang Cerdas, Rasional, Maju, Agamis & Sehat
Berbasis pada pengembangan dan Pemberdayaan Potensi Wilayah”. Untuk
mewujudkan visi tersebut maka, dirumuskan 6 (enam) Misi pemerintahan, yaitu
sebagai berikut :
1. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui kualitas
birokrasi dalam melayani masyarakat.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan prima dalam bidang pendidikan dan
kesehatan yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
3. Meningkatkan kemandirian dan daya saing ekonomi masyarakat, untuk
optimalisasi penyerapan tenaga kerja dan penanggulangan kemiskinan.
4. Memantapkan pengelolaan prasarana dan sarana, sumberdaya alam dan
lingkungan hidup melalui pembangunan berkelanjutan.
5. Meningkatkan kesalehan dan modal sosial berdasarkan nilai agama dan
kearifan budaya lokal.
6. Meningkatkan pemberdayaan pemerintahan dan masyarakat desa.
Misi pemerintahan tersebut memainkan peran yang menentukan dalam
dinamika perubahan lingkungan, sehingga pemerintah pada umumnya dan instansi
pemerintah pada khususnya, dapat bergerak maju menuju masa depan yang lebih
baik. Visi dan misi Kabupaten Bandung Barat tersebut dapat tercapai apabila
41
adanya pemahaman dari berbagai pihak, baik aparatur pemerintah maupun
masyarakat Kabupaten Bandung Barat itu sendiri.
Setiap bagian dari
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Bandung Barat
Struktur Organisasi diatas mempunyai fungsi dan tanggungjawab yang
berbeda. Definisi dan fungsinya sebagai berikut :
Sekretariat Daerah
DPRD
Bupati
Wakil Bupati
Kelurahan Dinas
Sekretariat DPRD
1. Dinas Bina Marga Daya Air dan
Pertambangan
2. Dinas Ciopta Karya dan Tata Ruang
3. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
4. Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil
5. Dinas Kesehatan
6. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Kuangan
7. Dinas Pendidikan dan Pemuda
8. Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika
9. Dinas Perindustrian Perdagangan
Dan UMKM
10. Dinas Perkebunan dan Kehutana
11. Dinas Peternakan dan Perikanan
12. Dians Sosial Tenaga Kerjad
Transmigrasi
1. Badan Kepegewaian Daerah
2. Badan Pemberdayaan Masyarakat
Dan Pemerintah Desa
3. Badan Pemberdayaan Perempuan
Perlindungan Anak dan Keluarga
Berencana
4. Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu
5. Badan Penanggulangan Bencana
Daerahs
6. Badna Perncanaan Pembangunan
Daerah
Lembaga
Teknis
Kecamatan
1. Batujajar
2. Cihampelas
3. Cikalong wetan
4. Cililin
5. Cipatat
6. Cipeundeuy
7. Cipongkor
8. Cisarua
9. Gunung Halu
10. Lembang
11. Ngamprah
12. Padalarang
13. Parongpong
14. Rongga
15. Sindangkerta
16. Kecamatan
Saguling
42
1. Bupati
sSecara umum bupati memiliki tugas dan tanggungjawab
memimpin penyelenggaraan daerah berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan bersama DPRD kabupaten. Bupati dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat di kabupaten setempat. Bupati
merupakan jabatan politis (karena diusulkan oleh partai politik).
Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan bersama DPRD. Bupati sebagai kepala daerah
mempunyai tugas antara lain:
1. Mengajukan rancangan peraturan daerah (perda).
2. Menetapkan peraturan daerah yang telah mendapat persetujuan bersama
DPRD.
3. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan daerah tentang APBD
kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama.
4. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah.
5. Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dapat menunjuk
kuasa hukum untuk mewakili sesuai dengan peraturan perundang -
undangan.
6. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan
perundang -undangan.
Sementara itu tugas wakil bupati adalah sebagai berikut.
1. Membantu kepala daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah.
2. Membantu kepala daerah dalam mengoordinasikan kegiatan instansi
vertikal di daerah, menindaklanjuti laporan dan atau temuan hasil
pengawasan aparat pengawas, melaksanakan pemberdayaan perempuan
dan pemuda, serta mengupayakan pengembangan dan pelestarian sosial
budaya dan lingkungan hidup.
3. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan kabupaten
dan/ kota bagi kepala daerah provinsi.
4. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di wilayah
kecamatan, kelurahan dan atau desa bagi wakil kepala daerah
kabupaten/kota.
5. Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam
penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah.
43
6. Melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan
oleh kepala daerah. Melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah
apabila kepala daerah berhalangan.
2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan lembaga perwakilan
rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah. Dalam menjalankan tugasnya,
DPRD disebut sebagai lembaga legislatif. DPRD kabupaten/kota
mempunyai tugas mengawasi jalannya pemerintahan di kabupaten/ kota.
Selain itu DPRD juga bertugas untuk membuat peraturan daerah dan
menetapkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(RAPBD).
3. Sekretariat Daerah
Sekretariat daerah dipimpin oleh sekretaris daerah yang tugasnya adalah
membantu kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan
mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Tugas
pokok sekretariat daerah adalah membantu Bupati dalam melaksanakan
tugas penyelenggaraan administrasi pemerintahan, hukum, organisasi,
pengelolaan barang daerah, keuangan, kepegawaian, umum dan
memberikan pelayanan administratif kepada perangkat daerah.Untuk
melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Daerah mempunyai fungsi
mengkoordinasikan perumusan kebijaksanaan pemerintah kabupaten;
mengkoordinasikan perangkat daerah; penyelenggaraan administrasi
kepegawaian, hukum, organisasi dan tata laksana, keuangan, barang
44
daerah dan umum; dan pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sekretaris Daerah membawahi
2 (dua) orang Asisten, yaitu: Asisten Bidang Pemerintahan (Asisten I)
dan Asisten Bidang Umum (Asisten II). Asisten Bidang Pemerintahan
membawahi 2 bagian yaitu Bagian Tata Pemerintahan dan Bagian hukum
organisasi dan tatalaksana, sedangkan Asisten Bidang Umum
membawahi 3 bagian yaitu Bagian Kepegawaian, Bagian Keuangan dan
Bagian Umum.
4. Sekretariat DPRD
Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan DPRD kabupaten, yang
dipimpin oleh seorang Sekretaris yang bertanggung jawab kepada
pimpinan DPRD dan secara administratif dibina oleh Sekretaris Daerah
Kabupaten.Tugas sekretariat DPRD antara lain:
1) Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan DPRD.
2) Menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD.
3) Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD.
4) Menyediakan dan mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan DPRD
dalam pelaksanaan fungsinya sesuai kemampuan daerah.
5. Kecamatan
Kecamatan merupakan bagian dari wilayah kabupaten.
Kecamatan dipimpin oleh seorang camat. Wilayah kecamatan terdiri atas
beberapa desa/kelurahan.
45
6. Kelurahan
Wilayah kelurahan terdapat di daerah kota. Kelurahan adalah wilayah
kerja lurah. Kelurahan Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang
memiliki tugas sebagai berikut:
a) Merupakan perangkat kabupaten/kota di bawah kecamatan.
b) Melaksanakan kegiatan pemerintahan di tingkat kelurahan.
c) Memberdayakan masyarakat. Dan menegakkan peraturan daerah
d) Memberi pelayanan kepada masyarakat.
e) Menyelenggarakan ketenteraman dan ketertiban umum.
7. Dinas Daerah
Dinas daerah adalah unsur pelaksanaan otonomi daerah yang dipimpin
oleh Kepala Dinas. Kepala Dinas diangkat dan diberhentikan oleh Kepala
Daerah. Tugas pokok Dinas Daerah adalah menyelenggarakan
kewenangan daerah dan tugas lainnya yang diberikan oleh Bupati.
8. Lembaga Teknis Daerah
Lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah
dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah yang sifatnya
spesifik yang berbentuk badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah.
Lembaga Teknis Daerah merupakan unsur penunjang, pengkoordinasi
pemerintah kabupaten yang mempunyai tugas membantu Bupati dalam
penyelenggaraan pemerintahan kabupaten sesuai bidang lingkup
tugasnya. Dalam pelaksanaan tugasnya, lembaga teknis daerah memiliki
46
fungsi perumusan kebijakan teknis sesuai lingkup tugasnya dan
pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintahan.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Metode yang digunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif
verifikatif. Metode penelietian yang relevan perlu ditentukan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data mengenai tujuan dan kegunaan tertentu yang didasarkan
pada ciri-ciri keilmuan yang rasional, empiris dan sistematis. (Sugiyono: 2016 ; 1)
Menurut Moh Nazir (2013:54) metode deskriptif adalah :
“Metode meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki”.
Metode deskriptif digunakan untuk menjawab masalah pertama dan
kedua, yaitu bagaimana Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
pada Pemerintaha Kabupaten Bandung Barat dan bagaimana Penerapan
Akuntabilitas Publik pada Pemerintahan Kabuptaen Bandung Barat.
Menurut Moh Nazir ( 2013:54) menyatakan “Metode penelitian
verifikatif adalah metode penelitian menguji kebenaran, dengan kata lain metode
verifikatif merupakan metode untuk proses pengujian hipotesis”.
47
Metode verifikatif digunakan untuk menjawab masalah yang ketiga,
berapa besar pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
terhadap Akuntabilitas Publik Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
3.2.2 Operasional Variabel
Dalam melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Akuntabilitas Publik, maka penulis
menentukan variabel yang terdiri atas variabel independen (X) dan variabel
dependen (Y).
Menurut Sugiyono (2016:2) mendefinisikan bahwa “Variabel penelitian
adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya”.
Berdasarkan judul penelitian “Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah Terhadap Akuntabilitas Publik”, maka ditentunkan variabel :
1. Variabel Independen (Variabel X) adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah .
2. Variabel Dependen (Variabel Y) adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini,
yang menjadi variabel dependen adalah Akuntabilitas Publik.
48
Tabel 3.1 Indikator Variabel dan Skala Pengukuran
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah (X) Permendagri No. 13
Tahun 2006
Serangkaian prosedur proses
pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran,
sampai dengan pelaporan
keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang
dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan
komputer.
1. Kebijakan Sistem
Akuntansi Keuangan
Daerah
a. Pengakuan Akuntansi
b. Pengukuran
Akuntansi
c. Penyajian Akuntansi
2. Prosedur Sistem
Akuntansi Keuagan
Daerah
a. Prosedur Akuntansi
Penerimaan Kas
b. Prosedur Akuntansi
Pengeluaran Kas
c. Prosedur Akuntansi
Aset/Barang Milik
Daerah
d. Prosedur Akuntansi
Selain Kas
Ordinal
Akuntabilitas Publik (Y)
Mahmudi :2015
Kewajiban agen
(pemerintah) untuk
mengelola sumber daya,
melaporkan, dan
mengungkapkan segala
aktivitas dan kegiatan yang
berkaitan dengan
penggunaan sumber daya
publik kepada pemberi
mandat (principal).
1. Akuntabilitas hukum dan
kejujuran
2. Akuntabilitas Manajerial
3. Akuntabilitas program
4. Akuntabilitas kebijakan
5. Akuntabilitas finansial
Ordinal
3.2.3 Jenis dan Sumber Data
3.2.3.1 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini termasuk jenis data primer. Menurut
Danang Sunyoto (2016:21) bahwa “Data primer adalah data asli yang
dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitiannya secara
khusus”.
49
Dalam melakukan pengumpulan data, jenis data yang digunakan oleh
penulis adalah jenis data primer, penulis memperoleh data langsung dari pihak
pertama yaitu kepada pegawai Pemerintah Kabupaten Bandung Barat di setiap
Satuan kerja perangkat daerah (SKPD).
3.2.3.2 Sumber Data
Dalam menganalisa masalah yang penulis temukan serta kumpulkan,
maka penulis menggunakan data kualitatif. Menurut Danang Sunyoto (2016:21)
menyatakan bahwa “Data kualitatif adalah data berupa variasi-variasi persepsi
dari para responden dengan berbagai skala yang diberlakukan untuk menentukan
nilai dari suatu persepsi pilihan responden”.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data K berupa hasil pengisian
kuesioner oleh responden mengenai Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah terhadap Akuntabilitas Publik.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang harus diuji kebernarannya, relevan, dan
lengkap, maka penulis melakukan penelitian lapangan (field research) dengan
teknik pengumpulan data secara langsung melalui penyebaran angket atau
kuesioner yang disebarkan kepada responden untuk variabel X dan variabel Y.
Menurut Sugiyono (2011:142) menyatakan bahwa “Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
50
Jenis skala pengukuran yang digunakan pada kuesioner adalah skala
ordinal. Menurut Sugiyono (2015:4) menyatakan bahwa “Skala ordinal adalah
skala yang berbentuk rangking atau peringkat”.
3.2.5 Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Sugiyono (2011:80) menyatakan bahwa: “Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan
kemudahan ditarik kesimpulannya”.
Menurut Sugiyono (2011:81) menyatakan bahwa: “Sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Menurut
Sugiyono (2011:91) menyatakan bahwa : “Ukuran sampel yang layak dalam
penelitian adalah antara 30 sampai 50”.
Teknik penarikan sampel yang dilakukan oleh penulis adalah Simple
Random Sampling. Menurut Sugiyono (2016:64) menyatakan bahwa “Simple
Random Sampling adalah metode penarikan sampel dari populasi yang dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu”.
Daftar populasi setiap SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daarah) di
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat :
Tabel 3.2 Populasi Penelitian No. Satuan Kerja Perangkat Daerah Jumlah
1. Badan Kepegawaian Daerah 3
2.
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dan
Keluarga Berencana 3
3. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu 3
4. Badan Penanggulangan Bencana Daerah 3
5. Badan Pembangunan Daerah 3
51
6. Badan Masyarakat dan Pemerintah Desa 3
7. Dinas Binamarga Sumber Daya Air dan Pertambangan 3
8. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang 3
9. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 3
10. Dinas Kesehatan 3
11. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah 3
12. Dinas Pendidikan Pemuda dan OlahRaga 3
13. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika 3
14. Dinas Perindustrian Perdagangan dan UMKM 3
15. Dan Pertanian Perkebunan dan Kehutanan 3
16. Dinas Peternakan dan Perikanan 3
17. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi 3
18. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 3
JUMLAH 54
Besarnya sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin dengan
tingkat keselahan yang diinginkan sebesar 5%. Adapun Rumus Slovin Menurut
Anwar Sanusi (2014:101) sebagai berikut :
n =
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
α = toleransi ketidaktelitian (dalam persen)
Pada penelitian ini, penulis menggunakan populasi sebanyak 54 orang
dengan perhitungan sebagai berikut :
47,57 =
Atas dasar perhitungan tersebut, maka penulis menggunakan 48
responden (pembulatan dari 47,57) dari populasi sebanyak 54 orang.
52
3.2.6 Pengujian Instrumen Penelitian
Alat untuk mengkur variabel-variabel dalam penelitian ini adalah
kuesioner yang disebarkan kepada responden. Dalam melakukan pengukuran
skala yang digunakan adalah skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Menurut Sugiyono (2011:93) menyatakan Adapun skor bagi penilaian lewat
kuesioner tersebut dihitung dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.3 Skor Penilaian Kuesioner
Kriteria Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Kurang Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Interval diambil menggunakan Skla Likert, dengan nilai tertinggi 5 dan
nilai terendah 1. Jumlah responden dalam penelitian ini 48 orang yang akan diberi
kuesioner.
3.2.6.1 Uji Validitas Instrumen
Uji validitas digunakan untuk mengetahui keakuratan dan ketelitian
anatara hasil pengukuran dari variabel yang diteliti kemudian dibandingkan
dengan teori yang ada.
53
Menurut Sugiyono (2016:348) :”Hasil penelitian dikatakan valid apabila
terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada objek yang diteliti”.
Pengujian validitas pada penelitian ini menggunakan pengujian validitas
isi (content validity). Menurut Sugiyono (2016:353) :”Pengujian untuk setiap butir
pertanyaan/pernyataan dilakukan melalui analisis item, yaitu dengan menghitung
korelasi antara skor butir instrument degan skor totalnya”. Rumus yang digunakan
Pearson Product Moment menurut Sugiyono (2016:356) adalah :
√
Dimana :
r = Koefisien korelasi pearson antara item instrument yang
akan digunakan dengan variabel yang bersangkutan.
X= Skor total pertanyaan variabel X.
Y= Skor total pertanyaan variabel Y.
n= Jumlah respon.
Kemudian nilai korelasi yang dihasilkan dari perhitungan dibandingkan
dengan nilai r kritis. Sugiyono (2011 :134) menyatakan persyaratan minimum
agar dapat dinyatakan valid adalah jika nilai r-hitung lebih besar dari nilai r-kritis
sebesar 0,600.
54
3.2.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Instrument penelitian disamping harus valid juga harus dapat dipercaya
(reliable). Oleh karena itu digunakan uji reliabilitas yang gunanya untuk
mengetahui ketepatan nilai kuesioner. Pengujian reliabilitas dapat dilakukan
secara eksternal maupun internal, secara eksternal pengujian dapat dilakukan
dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya, secara internal
reliabilitas dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada
instrument dengan teknik tertentu. Pegujian reliabilitas dengan menggunakan
teknik Alfa Cronbach. Menurut Sugiyono (2016:365)
{
}
Dimana : K = mean kuadrat antara subyek
= mean kuadrat kesalahan
= variasi total
3.2.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan teknik yang diguanakan untuk menguji
data yang diperoleh dari hasil jawaban responden yang diterima melaui kuesioner.
Berikut penjelasan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dalam
menjawab identifikasi masalah sebagai berikut :
3.2.7.1 Analisis Deskriptif
Untuk menjawab identifikasi masalah 1 dan 2 Analisis yang akan
digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriptif,
menentukan kategori interval terhadap hasil tabulasi pada kuesioner yang
didasarkan pada rumus berikut Menurut Sugiyono (2016: 33) : Analisis deskriptif
55
dilakukan melalui tabel distribusi frekuensi dan Kemudian dilakukan perhitungan
untuk menentukan interprestasi skor sebagai berikut:
Jumlah responden adalah 48 orang, dan nilai skala pengukuran terbesar
adalah 5, sedangkan skala pengukuran terkecil adalah 1.Sehingga diperoleh
jumlah kumulatif terbesar adalah 48 X 5= 240, dan jumlah kumulatif terkecil
adalah 48 X 1= 48. Adapun nilai persentase terkecil adalah (48:240) x 100% =
20%
Panjang Kelas
Tabel 3.4 Kategori Interpretasi Skor
No. HasilPerhitungan Kategori
1. 20% - 36% Sangat Tidak Baik / Sangat Tidak setuju
2. 37% - 52% Tidak Baik / Tidak Setuju
3. 53% - 68% Cukup Baik / Cukup Setuju
4. 69% - 84% Baik / Setuju
5. 85% - 100% Sangat Baik / Sangat Setuju
3.2.7.2 Analisis Regresi Linear Sederhana
Untuk menjawab identifikasi masalah ketiga, yaitu sejauh mana pengaruh
variabel X terhadap variabel Y, peneliti melakukan pengujian kuantitatif dengan
analisis regresi linier sederhana dan korelasi rank spearman.
Menurut Sugiyono (2016:261) dikemukana bahwa “Regresi linear
sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal antara variabel
independen dan variabel dependen”.
56
Persamaan umum regresi linear sederhana menurut Sugiyono (2016:261) :
Rumus :
Keterangan
Y= Variabel Dependen
b= Koefisien regresi
a= Konstanta
X= Variabel Independen
Dimana nilai a dan b dapat dihitung dengan rumus menurut Sugiyono (2016:262):
Keterangan :
n = Banyaknya Sampel
∑ = Jumlah
3.2.7.3 Uji Korelasi
Untuk mengetahui hubungan dan membuktikan hipotesis sumber data
untuk kedua variabel maka penulis menggunkan teknik korelasi Spearman Rank.
Menurut Riduwan (2013:74) menyatakan bahwa :“Korelasi Spearman Rank yaitu
digunakan untuk megukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat yang berskala ordinal”.
Rumus Spearman Rank Menurut (Riduwan: 2013; 74) sebagai berikut :
Dimana : = Koefisien korelasi Rank Spearman
bi = Selisih setiap pasangan rank
n= Jumlah pasangan rank untuk Spearman
Y= a+bX
57
Untuk dapat mengetahui keeratan korelasi, maka dapat dijelaskan sesuai
dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.5 Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0.80 - 1,000 Sangat Kuat
Sumber: (Riduwan, 2013:81)
Akan tetapi untuk mempermudah perhitungan peneliti menggunakan
program SPSS versi 20.
3.2.7.4 Uji Determinasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
hubungan antara Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) dengan
Akuntabilitas Publik (X dan Y) digunakan rumus Menurut Riduwan ( 2013:81)
KP = r² X 100%
Dimana : KP = Nilai Koefisien Determinasi
r² = Nilai Koefisien Korelasi
3.2.8 Teknik Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji ada
tidaknya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Adapun hipotesis statistik yang akan diuji dalam rangka pengambilan keputusan
penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:
58
H0 : Tidak terdapat pengaruh positif dari penerapan sistem akuntansi
keuangan daerah (SAKD) terhadap Akuntabilitas publik
H1 : Terdapat pengaruh positif dari penerapan sistem akuntansi
keuangan daerah (SAKD) terhadap Akuntabilitas publik
3.2.8.1 Uji T
Uji t digunakan untuk menguji tingkat signifikan hubungan, yaitu untuk
menguji apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi,
maka perlu diuji signifikansinya. Adapun rumus signifikansi korelasi Product
moment . Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus, menurut Riduwan
(2013:81)
√
Keterangan :
t = nilai thitung
n = jumlah responden r = koefisien korelasi hasil rhitung
Kriteria pengambilan keputusan untuk hipotesis yang diajukan adalah :
1. Jika thitung lebih kecil dari tTabel, maka H0 diterima.
2. Jika thitung lebih besar dari tTabel, maka H0 ditolak.
Kriteria uji hipotesis dengan menggunakan bantuan Software Statistical
Program Of Social Science (SPSS) versi 20 for windows, maka pengujian
dilakukan dengan menggunakan angka signifikansi atau Sig dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Jika angka signifikansi penelitian ≥ 0,05 ; H0 diterima dan H1 ditolak.
2. Jika angka signifikansi penelitian ≤ 0,05 ; H0 ditolak dan H1 diterima.
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Karakteristik Responden
Analisis karakteristik responden digunakan untuk memberikan gambaran
terhadap responden apakah dengan karakteristik yang berbeda-beda akan
diperoleh penilaian yang sama atau tidak. Pada penelitian ini, sampel yang
menjadi responden adalah pegawai Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
Responden yang terpilih berjumlah sebanyak 48 orang dan berasal dari 18 SKPD
seperti yang tercantum dalam Tabel 4.1. Data pribadi dari keseluruhan responden
kemudian dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu usia, jenis kelamin,
lama bekerja, dan pendidikan terakhir (Tabel 4.2).
Tabel 4.1 Sampel Penelitian
No. Satuan Kerja Perangkat Daerah Jumlah
1. Badan Kepegawaian Daerah 3
2. Badan Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana 3
3. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu 3
4. Badan Penanggulangan Bencana Daerah 3
5. Badan Pembangunan Daerah 3
6. Badan Masyarakat dan Pemerintah Desa 3
7. Dinas Binamarga Sumber Daya Air dan Pertambangan 3
8. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang 1
9. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 3
10. Dinas Kesehatan 3
11. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah 3
12. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga 2
13. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika 3
14. Dinas Perindustrian Perdagangan dan UMKM 3
15. Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan 2
16. Dinas Peternakan dan Perikanan 3
17. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2
18. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 2
Total 48
60
Terdapat 4 karakteristik responden yang dimasukkan dalam penelitian
ini, yaitu berdasarkan usia, jenis kelamin, lama bekerja, dan pendidikan terakhir.
Untuk memperjelas karakteristik responden yang dimaksud, maka disajikan tabel
mengenai responden seperti berikut :
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
No Usia Jumlah Persentase %
1 ≤ 5 tahun 6 12,5 %
2 6 – 10 tahun 26 54,2 %
3 11 – 15 tahun 11 23, %
4 ≥ 15 tahun 5 10,3 %
TOTAL 48 100%
Sumber: Data Kuesioner
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui 12,5 % responden dengan lama
bekerja ≤ 5 tahun berjumlah 6 orang. Untuk lama bekerja 6 – 10 tahun berjumlah
26 orang dengan persentase 54,2 %. Untuk responden dengan lama bekerja 11 –
15 tahun berjumlah 11 orang dengan persentase 23, %. Untuk lama bekerja ≥ 15
tahun tahun berjumlah 5 orang dengan persentase 10,3 %.
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase %
1 Laki-laki 29 60,42%
2 Perempuan 19 39,58%
Jumlah 48 100%
Sumber: Data Kuesioner
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas responden
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 29 orang dengan persentase 60,42%
61
Sedangkan untuk responden berjenis kelamin perempuan lebih sedikit dari laki-
laki yaitu sebanyak 19 orang dengan persentase 39,58%.
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Persentase %
1 18 – 30 tahun 12 25 %
2 31 – 40 tahun 28 58,3%
3 41 – 50 tahun 6 12,5%
4 > 50 tahun 2 4,2%
TOTAL 48 100%
Sumber: Data Kuesioner
Berdasarkan tabel 4.4 dapat terlihat dari 48 responden yang mengisi
kuesioner terdiri dari 25 % responden yang berusia 18-30 tahun, 58,3% responden
yang berusia 31-40 tahun, 12,5% responden berusia 41-50 tahun, dan 4,2%
responden yang berusia >50 tahun.
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase %
1 SMA 3 6,25%
2 D3 3 6,25%
3 S1 33 68.75%
4 S2 9 18,75%
5 S3 0 0
Jumlah 48 100%
Sumber: Data Kuesioner
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui 6,25% pendidikan terakhir
responden adalah SMA dengan jumlah 3 orang. Untuk responden dengan
pendidikan terakhir D3 berjumlah 3 orang, dengan persentase 6,25%. Serta untuk
62
responden dengan pendidikan terakhir S1 berjumlah 33 orang, dengan persentase
68.75% dan untuk responden pendidikan terakhir S2 berjumlah 9 orang dengan
persentase 18,75%.
4.1.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
4.1.2.1 Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya hasil
kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan yang diajukan mampu
mengungkapkan variabel yang akan diukur. Hasil perhitungan uji validitas dengan
menggunakan alat uji Pearson Product Moment dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Variabel X rhitung rtabel Keterangan
1 0,333 0,2845 Valid
2 0,408 0,2845 Valid
3 0,294 0,2845 Valid
4 0,415 0,2845 Valid
5 0,315 0,2845 Valid
6 0,376 0,2845 Valid
7 0,595 0,2845 Valid
8 0,613 0,2845 Valid
9 0,499 0,2845 Valid
10 0,481 0,2845 Valid
11 0,338 0,2845 Valid
12 0,639 0,2845 Valid
13 0,587 0,2845 Valid
14 0,337 0,2845 Valid
15 0,548 0,2845 Valid
16 0,527 0,2845 Valid
17 0,672 0,2845 Valid
18 0,623 0,2845 Valid
19 0,581 0,2845 Valid
20 0,727 0,2845 Valid
21 0, 570 0,2845 Valid
22 0,496 0,2845 Valid
23 0,430 0,2845 Valid
Sumber: Data Diolah Menggunakan SPSS
63
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa pertanyaan dalam kuesioner
penelitian untuk mengukur SAKD (variabel X) menunjukkan korelasi yang
signifikan karena mempunyai nilai rhitung > rtabel (0,2845). Hal ini
mengindikasikan bahwa pertanyaan kuesioner tersebut valid.
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Akuntabilitas Publik
Variabel Y rhitung rtabel Keterangan
1 0,326 0,2845 Valid
2 0,395 0,2845 Valid
3 0,513 0,2845 Valid
4 0,676 0,2845 Valid
5 0,629 0,2845 Valid
6 0,745 0,2845 Valid
7 0,712 0,2845 Valid
8 0,624 0,2845 Valid
9 0,534 0,2845 Valid
Sumber: Data Diolah Menggunakan SPSS
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa pertanyaan dalam kuesioner
untuk mengukur akuntabilitas publik (variabel Y) menunjukkan semua pernyataan
mempunyai korelasi yang signifikan karena mempunyai nilai rhitung > rtabel
(0,2845). Hal ini mengindikasikan bahwa pernyataan kuesioner tersebut valid.
4.1.2.2 Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana jawaban
responden atas pertanyaan yang diberikan dapat dipercaya dan diandalkan. Hasil
perhitungan uji reliabilitas terhadap setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel rhitung rtabel Keterangan
X 0,861 0,600 Reliabel
Y 0,747 0,600 Reliabel
Sumber: Data Diolah Menggunakan SPSS
64
4.1.3 Hasil Analisis Deskriptif
Untuk menjawab identifikasi masalah dalam penelitian ini, pada mulanya
setiap jawaban dari responden diberi nilai berdasarkan skala likert kemudian
dilakukan perhitungan untuk menentukan interprestasi skor. Jumlah responden
adalah 48 orang, dan nilai skala pengukuran terbesar adalah 5, sedangkan skala
pengukuran terkecil adalah 1. Sehingga diperoleh jumlah kumulatif terbesar
adalah 48 x 5 = 240, dan jumlah kumulatif terkecil adalah 48 x 1 = 48. Adapun
nilai persentase terkecil adalah (48:240) x 100% = 20%
Melalui perhitungan panjang kelas interval di atas, maka dapat
ditentukan kategori interpretasi skor seperti yang tercantum dalam Tabel 4.9.
Kategori interpretasi skor kemudian dapat dibuat dalam bentuk garis kontinum
seperti pada Gambar 4.1.
Tabel 4.9 Kategori Interpretasi Skor
No. Hasil Perhitungan Kategori
1. 20% - 36% Sangat Tidak Baik (STB) / Sangat Tidak Setuju
(STS)
2. 37% - 52% Tidak Baik (TB) / Tidak Setuju (TS)
3. 53% - 68% Cukup Baik (CB) / Cukup Setuju (CS)
4. 69% - 84% Baik (B) / Setuju (S)
5. 85% - 100% Sangat Baik (SB) / Sangat Setuju (SS)
STB/STS
TB/TS
CB/CS
B/S
SB/ST
20% 36% 52% 68% 84% 100%
Gambar 4.1 Garis Kontinum
65
4.1.3.1 Jawaban Responden Terhadap Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Berikut frekuensi untuk pertanyaan/pernyataan mengenai Akuntansi
Pertanggungjawaban :
Tabel 4.10 Tabel Skor Jawaban Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X)
Indikator Nomor Item Frekuensi Jawaban
Jumlah Skor
total
Skor
ideal %
1 2 3 4 5
Pengakuan
Akuntansi
1. Pemerintah daerah
mengakui aset pada
saat diterima atau
kepemilikannya
berpindah
0 1 6 36 5 48 189 240 78,70%
2. Pemerintah daerah
mengakui
kewajiban pada saat
dana pinjaman atau
kewajiban timbul.
0 0 27 16 5 48 170 240 70,80%
Pengukuran 3. Satuan Kerja
Perangkat Daerah
(SKPD) memahami
dan menerapkan
sistem pencatatan
double entry.
0 0 6 29 13 48 199 240 82,9% Akuntansi
4. SKPD memahami
dan menerapkan
prosedur untuk
perubahan kas basis
ke akrual basis
0 1 2 35 10 48 198 240 82,50%
5. Pemerintah Daerah
menilai aset dan
kewajiban sebesar
harga
perolehan/nominal.
0 0 1 29 18 48 209 240 87,10%
6. Transaksi dalam
setiap SKPD
dilengkapi oleh
bukti yang
mendukung
0 0 1 33 14 48 205 240 85,40%
7. Laporan keuangan
SKPD terdiri atas
laporan realisasi
anggran, neraca dan
catatan atas laporan
keuangan.
0 0 1 36 11 48 202 240 84,20%
8. CALK menyajikan
informasi tentang
kebijakan
fiskal/keuangan
dalam pencapaian
target undang-undang
APBN/Perda APBD.
0 0 3 37 8 48 197 240 82,10%
66
Prosedur
Penerimaan
Kas
9. Proses penerimaan
kas dapat melalui
bendahara
penerimaan,
pendapatan disetor
langsung ke kas
daerah oleh pihak
ketiga pendapatan
disetor langsung ke
bank oleh pihak
ketiga
0 2 11 32 3 48 180 240 75%
10. Setelah diverifikasi,
bendahara
penerimaan akan
menerbitkan Surat
Tanda Setoran
(STS) dan Surat
Tanda Bukti
Pembayaran/Bukti
Lain yang sah
0 2 3 33 10 48 197 240 82,10%
11. Unit pembukuan
menerima Surat
Tanda Setoran dan
melakukan posting
secara periodik.
0 0 5 37 6 48 193 240 80,40%
12. Akuntansi belanja
pada satuan kerja
ini meliputi
akuntansi belanja
Uang Persediaan
(UP) / Ganti Uang
(GU)/Tanda Uang
(TU) , dan
akuntansi Belanja
Langsung(LS)
0 2 6 31 9 48 191 240 79,60%
Prosedur
Pengeluara
n Kas
13. Penerbitan Surat
Penyediaan Dana
(SPD), Surat
Permintaan
Pembayaran (SPP-
UP/GU/TU/LS),
Surat Perintah
Membayar (SPM),
dan Surat Perintah
Pencairan Dana
(SP2D) sesuai
dengan prosedur
0 1 7 32 8 48 191 240 79,60%
14. Penerbitan Surat
Pertanggungjawaba
n (SPJ) pengeluaran
oleh PPK-SKPD
0 4 13 26 5 48 201 240 83,70%
67
Prosedur
Akuntansi
Aset/Barang
Milik
Daerah
15. Prosedur akuntansi
aset pada SKPD
meliputi pencatatan
dan pelaporan
akuntansi atas
perolehan,
pemeliharaan,
rehabilitasi,
perubahan
klasifikasi, dan
penyusutan
terhadap aseta2
tetap yang
dikuasai/digunakan
SKPD
0 1 5 32 6 48 175 240 72,90%
16. Bukti transaksi
yang digunakan
dalam prosedur
akuntansi aset
berupa bukti
memorial dilampiri
dengan berita acara
penerimaan barang,
berita acara serah
terima barang dan
berita acara
penyelesaian
pekerjaan
0 2 7 35 4 48 185 240 77,10%
17.Prosedur Akuntansi
aset dilaksanakan
oleh PPK-SKPD
serta pejabat
pengurus dan
penyimpanan
barang SKPD.
0 6 3 33 6 48 183 240 76,20%
Prosedur
Akuntansi
Selain Kas
18. Prosedur akuntansi
selain kas
mencakup,
pengesahan
pertanggungjawaba
n pengeluaran
(pengesahan SPJ)
koreksi kesalahan
pencatatan,
penerimaan/pengelu
aran hibah selain
kas, pembelian
secara kredit, retur
pembelian kredit
pemindahtanganan
atas aset tetap/
barang milik daerah
tanpa konsekuensi
kas dan penerimaan
aset tetap/barang
milik daerah tanpa
konsekuensi kas
0 0 12 28 8 48 188 240 78,30%
68
Keterangan: a. Skor Ideal = n x 5 = 48 x 5 = 240
b. Persentase = (Skor total/skor ideal) x 100%
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui skor tertinggi terdapat pada
pertanyaan kuesioner nomor 5 dengan persentase sebesar 87,10% menyatakan
bahwa pemerintah daerah menilai aset dan kewajiban sebesar harga
perolehan/nominal. Dan skor terendah terdapat pada pertanyaan kuesioner nomor
2 sebesar 29,2% menyatakan bahwa tidak semua kewajiban diakui pada saat dana
pinjaman atau kewajiban timbul. Selain itu juga skor terendah terdapat pada
pertanyaan kuesioner nomor 23 sebesar 34,6% menyatakan bahwa tidak semua
SKPD difasilitasi internet.
19. Dalam prosedur
akuntansi selain kas
PPK-SKPD
membuat bukti
memorial
berdasarkan bukti
transaksi untuk
dicatat ke jurnal
umum kemudian
secara periodik
diposting ke buku
besar dan pada
akhir periode
ditutup sebagai
laporan keuangan
SKPD
0 3 10 28 7 48 183 240 76,20%
20. Menggunakan
software komputer
khusus dalam
memperoses data
keuangan
0 3 7 28 10 48 183 240 76,20%
21. Program aplikasi
komputer yang
tersedia sudah
menunjang aktivitas
0 1 11 25 11 48 190 240 79,20%
22.Terdapat jaringan
yang
menghubungkan
antar computer
0 5 11 24 8 48 179 240 74,60%
23. Setiap SKPD di
fasilitasi Internet 0 5 8 22 9 48 157 240 65,40%
Rata-rata 180 240
75,98
%
69
Sangat
tidak baik
Kurang
baik
Cukup baik
Baik
Sangat baik
20% 36% 52% 68% 84% 100%
Gambar 4.2Garis Kontinum Kategori Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.
Berdasarkan garis kontinum, dapat dilihat bahwa tingkat Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah berada pada kategori Baik. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah diterapkan dengan baik.
4.1.3.2 Jawaban Responden Terhadap Akuntabilitas Publik (Y)
Berikut frekuensi untuk pertanyaan/pernyataan mengenai Akuntabilitas
Publik:
Tabel 4.11 Tabel Skor Jawaban Penilaian Akuntabilitas Publik
Indikator Nomor Pertanyaan Frekuensi Jawban
Jumlah Skor
Total
Skor
Ideal %
1 2 3 4 5
Akuntabilitas
Hukum dan
Kejujuran
24. Pelaksanaan kebijakan
dipertanggungjawabkan
pemerintah daerah
kepada DPRD dan
masyarakat luas.
0 1 8 30 9 48 191 240 79,6%
25.Anggaran yang
dirancang dan
ditetapkan pemerintah
daerah bersama DPRD
sesuai dengan
realisasinya bagi
kepentingan publik.
0 0 3 39 6 48 195 240 81,2%
Akuntabilitas
Manajerial
26. Program-program
anggaran dirancang
dengan
mempertimbangkan
prinsip efisiensi bahwa
dana masyarakat
0 1 7 35 5 48 208 240 86,7%
75,98%
70
menghasilkan output
maksimal.
Akuntabilitas
Program
27. Program-program
anggaran dirancang
mempertimbangkan
prinsip efektifitas bahwa
penggunaan anggaran
mencapai target atau
tujuan kepentingan
publik yang diperoleh
menjadi dasar penilaian
kinerja manajer
0 0 10 35 3 48 185 240 77,1%
Akuntabilitas
Kebijakan
28. Pelaksanaan Program-
program APBD benar-
benar dirasakan
manfaatnya oleh
masyarakat
0 3 11 31 3 48 164 240 68,3%
Akuntabilitas
Finansial
29. Anggaran yang
diusulkan
mencerminkan visi,
tujuan, sasaran, dan
hasil yang ditetapkan.
0 7 12 24 5 48 171 240 71,2%
30. Pengalokasian dana
anggaran didasarkan
mengikuti proses-proses
dan prosedur yang
berlaku.
0 2 14 24 8 48 175 182 75,8%
31. Penggunaan dana
anggaran didasarkan
atas hukum dan
peraturan yang berlaku
0 2 5 30 11 48 196 240 81,7%
32. Audit kepatuhan
dilakukan agar setiap
penggunaan dana
dilandasi peraturan dan
hukum yang berlaku
0 1 12 26 9 48 186 240 77,1%
Rata-rata 48 186 240 77,6%
Keterangan: a. Skor Ideal = n x 5 = 48 x 5 = 240
b. Persentase = (Skor total/skor ideal) x 100%
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui skor tertinggi terdapat pada
pertanyaan kuesioner nomor 26 dengan persentase sebesar 86,7% menyatakan
bahwa program-program anggaran dirancang dengan mempertimbangkan prinsip
efisiensi bahwa dana masyarakat menghasilkan output maksimal. Dan skor
terendah terdapat pada pertanyaan kuesioner nomor 28 sebesar 31,7% menyatakan
71
bahwa tidak semua pelaksanaan program-program APBD benar-benar dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat. Selain itu juga skor terendah terdapat pada
pertanyaan kuesioner nomor 29 sebesar 28,8% menyatakan bahwa tidak semua
anggaran yang diusulkan mencerminkan visi, tujuan, sasaran, dan hasil yang
ditetapkan.
tanggapan responden mengenai variabel akuntabilitas publik sebesar
77,6%. Rata-rata persentase tersebut kemudian dipetakan ke dalam garis kontinum
sebagai berikut:
Sangat
tidak baik
Tidak baik
Cukup baik
Baik
Sangat baik
20% 37% 53% 69% 85% 100%
Gambar 4.3 Garis Kontinum Kategori Akuntabilitas Publik
Berdasarkan garis kontinum, dapat dilihat bahwa Akuntabilitas publik
pada Pemerintah Kabupaten Bandung Barat berada pada kategori Baik. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Akuntabilitas Publik pada Pemerintah
Kabupaten Bandung Barat diterapkan dengan Baik.
4.1.4 Analisis Regresi Linier Sederhana
Sebelum diuji pengaruh penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
(X) terhadap Akuntabilitas Publik (Y), maka terlebih dahulu menentukan
77,6%
72
persamaan regresi linier sederhana. Persamaan umum regresi linier sederhana
adalah :
Dimana :
Y = Akuntabilitas Publik
a = Bilangan Konstan
b = Koefisien Regresi
X = Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Tabel 4.12 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8,413 5,165 1,629 ,110
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
,289 ,056 ,603 5,128 ,000
Sumber: Pengolahan data SPSS versi 20
Berdasarkan tabel 4.12 di atas diperoleh persamaan regresi linier
sederhana sebagai berikut:
Y = 8,413 + 0,289X
73
Persamaan regresi tersebut mempunyai makna sebagai berikut:
1. Konstanta (α) sebesar 8,413 jika Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X)
bernilai 0 maka Akuntabilitas Publik adalah sebesar 8,413%.
2. Koefisien regresi (b) sebesar 0,289 menunjukkan bahwa setiap
peningkatan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah sebesar 1% maka
Akuntabilitas Publik meningkat 0,289%.
4.1.5 Analisis Rank Spearman
Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mencari hubungan dan
membuktikan hipotesis. Adapun sumber data untuk kedua variabel yang akan
dikonversikan dan jenis data yang dikorelasikan adalah data ordinal. Dengan
menggunakan SPSS versi 20, diperoleh hasil Rank Spearman sebagai berikut:
74
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Rank Spearman Correlations
Rank of Sistem
Akuntansi Keuangan
daerah x_by
Akuntantabilitas
Publik_y
Rank of AKuntabilitas
Publik Y_by Sistem
akuntansi Keuangan
Daerah_x
Spearman's
rho
Rank_X Correlation
Coefficient
1,000 .716**
Sig. (2-tailed) ,000
N 48 48
Rank_Y Correlation
Coefficient
.716** 1,000
Sig. (2-tailed) ,000
N 48 48
Sumber: Data Diolah Menggunakan SPSS versi 20
Untuk memastikan hasil perhitungan SPSS, maka dilakukan perhitungan
manual sebagai berikut :
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat hasil pengujian koefisien korelasi
Rank Spearman menunjukkan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,716. Nilai
tersebut mengindikasikan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat
antara Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dengan Akuntanbilitas Publik pada
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
75
4.1.6 Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (KD) merupakan kuadrat dari koefisien korelasi
(R) atau disebut juga sebagai R-Square. Koefisien determinasi berfungsi untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah dengan Akuntabilitas Publik. Dengan menggunakan SPSS Versi 20,
diperoleh hasil koefisien determinasi sebagai berikut:
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .716a ,512 ,502 9,882
a. Predictors: (Constant), Rank_X
Sumber: Data Diolah Menggunakan SPSS Versi 20
Untuk memastikan hasil perhitungan SPSS, maka dilakukan
perhitungan manual, Koefesien Determinasi dihitung dengan rumus :
KP = 0,7162
X 100%
= 0,512 X 100%
KP = 51,2%
Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa besarnya pengaruh
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Akuntabilitas Publik adalah
sebesar 51,2%, dan sisanya 48,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diteliti.
76
4.1.7 Pengujian Hipotesis
4.1.7.1 Uji T
Pengujian dilakukan dengan membandingkan antara nilai t hitung
masing-masing variabel bebas dengan nilai t tabel derajat kesalahan 5% (α = 0.05)
dan dk = N-1 Apabila nilai t hitung ≥ t tabel, maka variabel bebasnya memberikan
pengaruh bermakna terhadap variabel terikat. Berdasarkan nilai t hitung, maka
dapat diketahui variabel bebas mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan
mempengaruhi variabel terkait.
Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji t dengan rumus seperti
berikut:
√
√
= √
= 94,262
= √
= 6,952
Berdasarkan perhitungan Pengujian hipotesis diketahui t-hitung sebesar
6,952 dengan nilai t-tabel sebesar 1,6786 artinya t-hitung lebih besar dari t-tabel
(6,952 > 1,6786), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat dikatakan
bahawa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X) dan Akuntabilitas Publik (Y)
memiliki pengaruh yang signifikan.
77
Hipotesis Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Ho : Tidak terdapat pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
terhadap Akuntabilitas Publik
Ha : Terdapat pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap
Akuntabilitas Publik.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap
Akuntabilitas Publik pada Pemerintah Kabupaten Bandung Barat
Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi rank spearman yang
mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara SAKD dan
akuntabilitas publik dengan nilai (R) sebesar 0,716. Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis mengugkapkan bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel (6,952 > 1,6786)
sehingga dapat dikatakan bahwa SAKD dan akuntabilitas pubik memiliki
hubungan yang signifikan.
Berdasarkan hasil uji regresi diperoleh hasil yang mengungkapkan bahwa Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Akuntabilitas Publik dengan nilai (R square) sebesar 0,512 atau (51,2%). Hal
ini menunjukkan bahwa persentase pengaruh variabel independen Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah (X) terhadap variabel dependen Akuntabilitas Publik
(Y) sebesar 51,2%. Sementara itu, sisanya sebesar 48,8% dipengaruhi atau
dijelaskan oleh variabel lain seperti penyusunan anggaran, dan jangkauan
pengendalian.
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di Pemerintah Kabupaten
Bandung Barat mengenai pengaruh penerapan Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah terhadap Akuntabilitas Publik, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan SAKD di Pemerintah Kabupaten Bandung Barat berdasarkan
hasil analisis deskriptif termasuk kategori Baik dengan rata-rata
persentase penilaian 75,98%. Terdapat dua kelemahan yang ditemukan
dalam penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah yaitu mengenai
kewajiban belum semua diakui pada saat dana pinjaman atau kewajiban
timbul dan mengenai SKPD belum semua difasilitasi internet.
2. Penerapan Akuntabilitas publik di Pemerintah Kabupaten Bandung Barat
termasuk kategori Baik dengan rata-rata persentase penilaian sebesar
77,6%. Terdapat dua kelemahan yang ditemukan dalam penerapan
Akuntabilitas Publik yaitu mengenai program-program APBD belum
benar-benar dirasakan mafaatnya oleh masayarakat dan mengenai
anggaran yang diusulkan belum mencerminkan visi, tujuan, sasaran dan
hasil yang ditetapkan.
3. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Akuntabilitas
Publik. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil pengujian dimana nilai t-
hitung lebih besar dari t-tabel (6,952 > 1,6786), maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Hasil tersebut menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan
79
antara Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X) terhadap Akuntabilitas
Publik (Y).
4. Tingkat pengaruh hubungan antara penerapan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah terhadap Akuntabilitas Publik pada Pemerintah
Kabupaten Bandung Barat adalah sebesar 0,716. Hal ini juga
menunjukkan adanya hubungan searah. Artinya dengan adanya
Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah yang semakin baik akan
meningkatkan Akuntabilitas Publik sebesar 51,2% , dan sisanya 48,8%
dipengaruhi oleh faktor lain yaitu penyusunan anggran, jangkauan
pengendalian.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
pengaruh penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap
Akuntabilitas Publik, penulis mengajukan beberapa saran yang dapat
menjadi bahan pertimbangan bagi pihak Pemerintah Kabupaten Bandung
Barat yaitu diantaranya :
1. Bagi pihak Pemerintah Kabupaten Bandung Barat
1) Berdasarkan jawaban responden terdapat dua kelemahan atas
penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah yaitu mengenai
kewajiban belum semua diakui pada saat dana pinjaman atau
kewajiban timbul dan mengenai SKPD belum semua difasilitasi
internet. Untuk memperbaiki kelemahan tersebut penulis
80
menyarankan dalam pengakuan kewajiban dilakukan sesuai dengan
standar akuntansi pemerintah tentang pengakuan akuntansi. Dalam
memperbaiki kelemahan atas kurangnya penyediaan fasilitas internet
penulis menyarankan untuk dilakukannya peyediaan fasilitias
internet serta dilakukannya sosialisasi dalam penggunaan internet
sehingga memudahkan pelaksanaan program-program kerja.
2) Berdasarkan jawaban responden atas penerapan Akuntabilitas Publik
Terdapat dua kelemahan yang ditemukan dalam penerapan
Akuntabilitas Publik yaitu mengenai program-program APBD belum
benar-benar dirasakan mafaatnya oleh masayarakat dan mengenai
anggaran yang diusulkan belum mencerminkan visi, tujuan, sasaran
dan hasil yang ditetapkan. Untuk memperbaiki kelemahan tersebut
penulis menyarankan supaya kinerja didalam pemerintahan harus
lebih ditingkatkan lagi untuk mencapai tujuan atau target yang
diimginkan. Sehingga program-program kerja yang dilaksanakan
bisa dirasakan manfaatya oleh masyarakat.
3. Bagi pegawai Pemerintah Kabupaten Bandung Barat
Motivasi kerja setiap pegawai dan pemahaman atas fungsi dan tanggung
jawab atas pekerjaan setiap pegawai harus ditingkatkan lagi sehingga
program-program yang dilaksankan sesuai dengan tujuan atau target
yang diinginkan.
81
4. Bagi peneliti selanjutnya
Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti mengenai Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah yang mempengaruhi Akuntabilitas Publik.
Oleh karena itu, perlu adanya penelitan lebih lanjut dengan mengganti
atau menambah variabel lain.
82
DAFTAR PUSAKA
Abdul, Halim. 2012. Akuntanmsi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah,
Edisi Ke-4 . Jakarta : Salemba Empat.
Anwar, Sanusi. 2014. Metodologi Penelitian Bisinis. Jakarta : Salemba Empat.
Azhar, Susanto. 2008. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta : Gramedia
Danang, Sunyoto. 2016. Metode Penelitian Akuntansi. Bandung: PT Refika
Aditama.
Dedi Nordiawan, Hartianti Ayuningtyas. 2014. Akuntansi Sektro Publik. Edisi
dua. Jakarta : Salemba Empat
Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Teori Akuntansi. Jakarta : Rajawali Pers
Indra,Bastian. 2007. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Konsep Untk Pemerintah
Daerah. Jakarta. Salemba Empat.
Krismiaji. 2013. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Mardiasmo. 2012. Akuntansi Sekto Publik , Yogyakarta : Andi .
Mahmudi. 2015. Manajemen kinerja sektor publik. Yogyakarta :UPP STM YKPN
Moh, Nazir. 2013. Metode penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia.
Riduwan. 2013. Pengantar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta : Salemba Empat.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif fan R&D, Bandung:
CV Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan. Bandung: Alfabeta
Sugiyono . 2016. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Widjajanto, Nugroho. 2008. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Erlangga
Widana,Putra. 2014. Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Terhadap Akuntabilitas Publik Pada Pemerintahan Kabupaten Bandung APBD
2014
Tim Dosen. 2016. Pedoman Penyusunan dan Penulisan Skripsi STIE INABA.
83
………Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.Jakarta
……….Perauran Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang .
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.Jakarta. .
………Standar Akuntansi Pemerintah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2005 Standar Akuntansi Pemerintah. Jakarta.
........... Standar Akuntansi Pemerintah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 71 Tahun 2010 Stamdar Akuntansi Pemerintah. Jakarta.
http://eprints.ums.ac.id/20062/3/BAB_I.pdf
http://jeyecorner.blogspot.co.id/2011/05/makalah-tentang-akuntabilitas-
publik.html
Pojokjabar.com, bandung barat (Lemahnya sistem pengendalian aset tetap)
http://jabar.pojoksatu.id/bandung/2016/06/28/tak-kembalikan-dana-pemkab-
bandung-barat-terancam-hukuman/
http://jabar.pojoksatu.id/bandung/2016/06/10/masalah-aset-kabupaten-bandung-
barat-sulit-raih-wtp/
http://fokusjabar.com/2016/02/18/holid-kbb-dapat-nilai-c-memalukan/
related:ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/download/85/73 lampiran
kuesioner deki putra 2013
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/S1ak/article/viewFile/3408/2778
84
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Karyawan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
Di Tempat
Dengan Hormat,
Sebelumnya ijinkan saya memperkenalkan diri:
Nama : Sri Rahmayani
NIM : 01113109
Jurusan : Akuntansi
Sehubungan dengan keperluan Tugas Akhir (Program S1) dan sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada STIE INABA, saya bermaksud
mengumpulkan data melalui kuisioner ini untuk mendapatkan informasi mengenai
“Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap
Akuntabilitas Publik”
Saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu dapat meluangkan waktu
untuk mengisi kuisioner ini. Pendapat Bapak/Ibu sangat berguna dan berharga
bagi penelitian ini. Adapun untuk keyakinan Bapak/Ibu dalam menjawab, saya
informasikan bahwa data dan informasi ini semata-mata hanya akan dipergunakan
untuk penelitian, serta semua jawaban akan dijaga kerahasiaannya.
Hormat saya,
Sri Rahmayani
(Peneliti)
85
Data Responden
Pada tipe pilihan Bapak/Ibu dipersilahkan untuk memberi tanda () pada tipe isian
istilah pada tempat yang disediakan dengan jelas dan singkat.
Jenis Kelamin : L/P (Lingkari salah satu)
Usia :
1. Tingkat pendidikan terakhir:
S2 S1 Diploma
Lainnya (mohon diisi)
2. Latar Belakang Pendidikan:
Akuntansi Manajemen
Lainnya (mohon diisi)
3. Lama Bekerja:
< 5 Tahun 11-15 Tahun
6-10 Tahun > 15 Tahun
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
1. Terdapat 2 bagian pada kuesioner ini, yaitu bagian A merupakan kuesioner
berisikan pernyataan untuk variabel independen (Variabel X) yaitu
Internal Audit dan bagian B (Variabel Y) yaitu Pengendalian Intern
Piutang.
2. Setiap butir pernyataan dan alternatif jawaban harap dibaca teliti.
3. Cara pengisian :
a. Biodata responden diisi sesuai dengan keadaan responden.
b. Isilah salah satu alternatif jawaban yang telah tersedia dengan tanda
checklist (√), satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban yang tepat.
Keterangan Jawaban :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu – ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
86
Variabel X
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
No Pertanyaan
Jawaban
SS S KS TS STS (5) (4) (3) (2) (1)
1 Pemerintah daerah mengakui aset pada saat diterima atau
kepemilikannya berpindah
2 Pemerintah daerah mengakui kewajiban pada saat dana pinjaman
diterima atau kewajiban timbul
3 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) memahami dan
menerapkan sistem pencatatan double entry
4 SKPD memahami dan menerapkan prosedur untuk perubahan kas
basis ke akrual basis
5 Pemerintah Daerah menilai aset dan kewajiban sebesar harga
perolehan/nominal
6 Transaksi keuangan dalam setiap SKPD dilengkapi oleh bukti
yang mendukung
7 Laporan keuangan SKPD terdiri dari laporan realisasi anggran,
neraca dan catatan atas laporan keuangan
8 Catatan atas laporan keuangan (CALK) menyajikan informasi
tentang kebijakan fiskal/ keuangan, perncapaian target dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target Undang-undang
APBN/ Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi
dalam pencapaian target
9 Proses penerimaan kas dapat melalui bendahara penerimaan,
pendapatan disetor langsung ke kas daerah oleh pihak ketiga
pendapatan disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga
10 Setelah diverifikasi, bendahara penerimaan akan menerbitkan
Surat Tanda Setoran (STS) dan Surat Tanda Bukti
Pembayaran/Bukti Lain yang sah
11 Unit pembukuan penerima Surat Tanda Setoran dan melakukan
posting secara periodic
12 Akuntansi belanja pada satuan kerja ini meliputi akuntansi belanja
Uang Persediaan (UP) / Ganti Uang (GU)/Tanda Uang (TU) , dan
akuntansi Belanja Langsung(LS)
13 Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD), Surat Permintaan
Pembayaran (SPP-UP/GU/TU/LS), Surat Perintah Membayar
(SPM), dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sesuai dengan
prosedur
87
No Pertanyaan
Jawaban
SS S KS TS STS
(5) (4) (3) (2) (1)
14 Penerbitan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) pengeluaran oleh
PPK-SKPD
15 Prosedur akuntansi aset pada SKPD meliputi pencatatan dan
pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi,
perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yang
dikuasai/digunakan SKPD
16 Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset
berupa bukti memorial dilampiri dengan berita acara penerimaan
barang, berita acara serah terima barang dan berita acara
penyelesaian pekerjaan
17 Prosedur akuntansi aset dilaksanakan oleh PPK-SKPD serta
pejabat pengurus dan penyimpanan barang SKPD
18 Prosedur akuntansi selain kas mencakup, pengesahan
pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan SPJ) ,koreksi
kesalahan pencatatn, penerimaan/pengeluaran hibah selain kas,
pembelian secara kredit, retur pembelian kredit
pemindahtanganan atas aset tetap/ barang milik daerah tanpa
konsekuensi kas dan penerimaan aset tetap/barang milik daerah
tanpa konsekuensi kas
19 Dalam prosedur akuntansi selain kas PPK-SKPD membuat bukti
memorial berdasarkan bukti transaksi untuk dicatat ke jurnal
umum kemudian secara periodik diposting ke buku besar dan
pada akhir periode ditutup sebagai laoran keuangan SKPD
20 Menggunakan software komputer khusus dalam memperoses
data keuangan
21 Program aplikasi komputer yang tersedia sudah menunjang
aktivitas
22 Terdapat jaringan yang menghubungkan antar komputer
23 Setiap SKPD di fasilitasi Internet
88
Variabel Y
Akuntabilitas Publik
No Pertanyaan
Jawaban
SS S KS TS STS
(5) (4) (3) (2) (1)
1.
Pelaksanaan kebijakan dipertanggungjawabkan
pemerintah daerah kepada DPRD dan
masyarakat luas.
2. Anggaran yang dirancang dan ditetapkan
pemerintah daerah bersama DPRD sesuai
dengan realisasinya bagi kepentingan publik.
3. Program-program anggaran dirancang dengan
mempertimbangkan prinsip efisiensi bahwa dana
masyarakat menghasilkan output maksimal.
4. Program-program anggaran dirancang dengan
mempertimbangkan prinsip efektifitas bahwa
penggunaan anggaran mencapai target atau
tujuan kepentingan publik.
5. Pelaksanaan Program-program APBD benar-
benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
6. Anggaran yang diusulkan mencerminkan visi,
tujuan, sasaran, dan hasil yang ditetapkan.
7. Pengalokasian dana anggaran didasarkan
mengikuti proses-proses dan prosedur yang
berlaku.
8. Penggunaan dana anggaran didasarkan atas
hukum dan peraturan yang berlaku
9. Audit kepatuhan dilakukan agar setiap
penggunaan dana dilandasi peraturan dan hukum
yang berlaku.
89
Lampiran 2. Tabulasi Data Penerapan SAKD (X)
Hasil Tabulasi Sistem Keuangan Akuntansi Daerah (SAKD) Variabel X
No. Pertanyaan
Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1 4 3 4 4 5 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 83
2 4 3 3 4 5 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 85
3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 89
4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 87
5 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 86
6 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 88
7 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88
8 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 86
9 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 86
10 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 3 4 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 5 89
11 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 86
12 4 4 4 4 4 5 4 4 3 5 5 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 5 93
13 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 3 4 4 4 3 5 5 4 3 5 94
14 5 4 4 5 5 5 5 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 5 4 4 5 94
15 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 99
16 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 103
17 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 91
18 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 100
19 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 2 2 96
20 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 3 2 2 4 4 4 4 5 5 5 2 108
21 5 3 3 2 4 4 4 4 2 2 3 3 3 4 4 4 3 3 2 2 5 5 2 102
22 5 5 4 5 5 4 4 4 3 3 3 2 2 2 4 4 2 2 4 3 3 4 5 103
23 4 4 5 4 4 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 3 4 4 2 91
24 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 2 2 5 4 3 2 4 84
25 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 3 4 4 4 4 5 5 5 5 5 3 89
26 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 77
27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 82
28 5 4 4 3 4 3 5 5 3 4 3 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 3 87
29 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 3 3 83
30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 99
31 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 2 3 3 4 5 4 2 104
32 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 3 3 2 4 92
33 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 3 3 2 4 98
34 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 3 3 2 2 3 2 3 100
35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 3 4 2 3 3 4 91
36 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 85
37 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 83
38 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 4 85
39 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 85
40 5 4 3 4 4 4 3 3 2 2 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 81
41 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 101
42 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 3 99
43 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 85
44 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 94
45 4 4 3 4 4 4 3 3 2 2 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 86
46 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 102
47 3 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 3 96
48 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 89
90
Hasil Tabulasi Akuntabilitas Publik (Variabl Y)
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah
1 3 4 4 4 3 4 4 3 3 32
2 5 4 4 4 4 3 3 4 4 35
3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 32
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
8 4 4 4 4 3 3 3 3 4 32
9 3 4 3 3 3 3 3 4 4 30
10 4 4 3 4 3 3 3 4 3 31
11 4 4 3 3 3 3 3 4 3 30
12 4 4 4 4 3 3 4 4 3 33
13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
15 4 5 4 4 4 5 5 5 5 41
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
17 2 4 4 4 4 4 5 4 5 36
18 4 4 4 5 5 4 5 5 4 40
19 4 4 4 4 4 5 5 5 3 38
20 3 4 3 4 4 3 4 4 3 32
21 5 4 4 4 4 4 4 4 4 37
22 5 4 4 4 4 4 5 5 4 39
23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
24 4 3 2 4 4 4 3 2 2 28
25 5 5 5 5 5 5 5 5 3 43
26 5 5 3 3 2 2 4 5 5 34
27 5 5 3 3 2 2 4 5 5 34
28 3 4 4 4 4 4 4 4 4 35
29 4 4 3 3 4 2 3 4 5 32
30 3 3 4 4 4 4 5 3 4 34
31 5 4 4 4 4 5 5 5 5 41
32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
33 3 4 4 4 4 4 4 5 5 37
34 5 5 5 4 5 3 3 2 4 36
35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
36 4 4 4 4 2 3 3 4 3 31
37 4 4 4 3 3 2 3 4 3 30
38 4 4 4 3 3 2 3 4 3 30
39 4 4 5 4 4 3 2 3 4 33
40 3 4 4 3 3 2 4 2 3 28
41 4 4 5 4 4 5 4 4 4 38
42 4 4 5 5 4 4 4 4 5 39
43 4 4 4 3 3 3 2 3 3 29
44 5 4 4 4 4 4 4 5 4 38
45 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
46 4 5 4 4 4 4 4 5 5 39
47 4 5 4 4 4 4 3 4 4 36
48 5 4 4 3 3 2 3 4 4 32
91
Lampiran 3. Hasil Uji Validas
a. Hasil Uji Validasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
Variable V
X_1 X_2 X_3 X_4 X_5 X_6 X_7 X_8 X_9 X_10 X_11 X_12 X_13 X_14 X_15 X_16 X_17 X_18 X_19 X_20 X_21 X_22 X_23
SISTEM
AKUNTANS
I
KEUANGAN
DAERAH
Pearson
Correlatio
n
1 ,227 -,279 ,077 ,192 ,036 ,210 .325*
-,028 -,178 -,154 ,214 ,117 ,045 ,070 .316*
,048 ,099 ,187 ,187 ,248 .429**
,119 .333*
Sig. (2-
tailed)
,121 ,055 ,603 ,191 ,807 ,151 ,024 ,852 ,226 ,295 ,144 ,427 ,762 ,636 ,029 ,744 ,503 ,204 ,204 ,089 ,002 ,419 ,021
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
,227 1 .361*
.396**
,113 ,114 ,212 .289*
.329*
,203 ,184 .348*
,068 ,094 ,154 ,129 ,098 ,154 .399**
,256 ,057 ,037 ,141 .408**
Sig. (2-
tailed)
,121 ,012 ,005 ,443 ,441 ,149 ,046 ,022 ,167 ,210 ,015 ,647 ,525 ,295 ,382 ,509 ,296 ,005 ,079 ,701 ,803 ,338 ,004
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
-,279 .361*
1 ,237 ,139 ,209 ,245 ,226 .319*
.330*
,198 ,257 ,062 -,144 ,249 ,106 ,269 ,071 ,239 ,266 ,152 -,032 -,064 .294*
Sig. (2-
tailed)
,055 ,012 ,105 ,345 ,153 ,093 ,122 ,027 ,022 ,178 ,078 ,676 ,329 ,088 ,475 ,065 ,634 ,102 ,068 ,304 ,827 ,667 ,042
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
,077 .396**
,237 1 ,275 .425**
,142 ,109 .441**
.372**
.299*
,110 ,125 -,096 ,141 ,102 ,143 -,035 .347*
.287*
-,038 -,145 .550**
.415**
Sig. (2-
tailed)
,603 ,005 ,105 ,058 ,003 ,335 ,462 ,002 ,009 ,039 ,456 ,398 ,518 ,341 ,490 ,332 ,813 ,016 ,048 ,799 ,325 ,000 ,003
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
,192 ,113 ,139 ,275 1 ,146 ,129 ,105 ,143 ,057 -,113 -,086 ,086 -,069 ,241 ,134 ,109 ,129 ,152 ,211 .311*
,261 ,222 .315*
Sig. (2-
tailed)
,191 ,443 ,345 ,058 ,321 ,384 ,476 ,331 ,700 ,443 ,560 ,560 ,641 ,100 ,362 ,463 ,382 ,301 ,149 ,031 ,073 ,130 ,029
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
,036 ,114 ,209 .425**
,146 1 .527**
,070 ,208 ,281 ,159 ,260 ,225 ,000 ,175 ,241 ,121 -,138 ,058 ,104 ,207 ,063 .349*
.376**
Sig. (2-
tailed)
,807 ,441 ,153 ,003 ,321 ,000 ,637 ,157 ,053 ,280 ,075 ,124 1,000 ,233 ,100 ,412 ,350 ,693 ,482 ,157 ,669 ,015 ,009
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
,210 ,212 ,245 ,142 ,129 .527**
1 .584**
,182 .305*
,172 .422**
.453**
,198 .345*
.308*
,163 ,179 .287*
.374**
.400**
.358*
,140 .595**
Sig. (2-
tailed)
,151 ,149 ,093 ,335 ,384 ,000 ,000 ,215 ,035 ,243 ,003 ,001 ,178 ,016 ,033 ,268 ,223 ,048 ,009 ,005 ,013 ,343 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
.325*
.289*
,226 ,109 ,105 ,070 .584**
1 ,230 ,250 ,177 .489**
.362*
,212 .407**
.326*
,273 .398**
.349*
.395**
.498**
,278 ,043 .613**
Sig. (2-
tailed)
,024 ,046 ,122 ,462 ,476 ,637 ,000 ,115 ,087 ,229 ,000 ,011 ,149 ,004 ,024 ,061 ,005 ,015 ,005 ,000 ,056 ,774 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
-,028 .329*
.319*
.441**
,143 ,208 ,182 ,230 1 .641**
.433**
.487**
,197 ,129 ,044 -,026 ,277 .357*
.355*
,198 ,023 -,048 ,227 .499**
Sig. (2-
tailed)
,852 ,022 ,027 ,002 ,331 ,157 ,215 ,115 ,000 ,002 ,000 ,179 ,384 ,764 ,860 ,057 ,013 ,013 ,178 ,879 ,745 ,120 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
-,178 ,203 .330*
.372**
,057 ,281 .305*
,250 .641**
1 .657**
.299*
,204 ,041 ,117 ,069 ,257 .346*
.318*
,236 ,091 -,081 ,127 .481**
Sig. (2-
tailed)
,226 ,167 ,022 ,009 ,700 ,053 ,035 ,087 ,000 ,000 ,039 ,163 ,782 ,429 ,643 ,078 ,016 ,027 ,106 ,536 ,587 ,391 ,001
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
X_5
X_6
X_7
X_8
X_9
X_10
Correlations
X_1
X_2
X_3
X_4
92
Pearson
Correlatio
n
-,154 ,184 ,198 .299*
-,113 ,159 ,172 ,177 .433**
.657**
1 ,276 ,209 -,038 ,002 -,060 .334*
,232 ,244 ,212 ,002 -,240 ,058 .338*
Sig. (2-
tailed)
,295 ,210 ,178 ,039 ,443 ,280 ,243 ,229 ,002 ,000 ,058 ,153 ,800 ,991 ,684 ,020 ,112 ,095 ,147 ,987 ,101 ,695 ,019
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
,214 .348*
,257 ,110 -,086 ,260 .422**
.489**
.487**
.299*
,276 1 .633**
.400**
,179 ,216 .377**
.344*
.407**
.438**
,272 ,088 ,082 .639**
Sig. (2-
tailed)
,144 ,015 ,078 ,456 ,560 ,075 ,003 ,000 ,000 ,039 ,058 ,000 ,005 ,223 ,141 ,008 ,017 ,004 ,002 ,061 ,554 ,579 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
,117 ,068 ,062 ,125 ,086 ,225 .453**
.362*
,197 ,204 ,209 .633**
1 .457**
.414**
,150 .361*
.327*
,259 .353*
,178 ,067 .335*
.587**
Sig. (2-
tailed)
,427 ,647 ,676 ,398 ,560 ,124 ,001 ,011 ,179 ,163 ,153 ,000 ,001 ,003 ,308 ,012 ,023 ,075 ,014 ,225 ,653 ,020 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
,045 ,094 -,144 -,096 -,069 ,000 ,198 ,212 ,129 ,041 -,038 .400**
.457**
1 .418**
,170 ,234 .364*
,084 -,011 ,012 ,052 -,021 .337*
Sig. (2-
tailed)
,762 ,525 ,329 ,518 ,641 1,000 ,178 ,149 ,384 ,782 ,800 ,005 ,001 ,003 ,247 ,110 ,011 ,568 ,942 ,934 ,724 ,890 ,019
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
,070 ,154 ,249 ,141 ,241 ,175 .345*
.407**
,044 ,117 ,002 ,179 .414**
.418**
1 .464**
.545**
.321*
,092 ,263 ,252 .292*
,164 .548**
Sig. (2-
tailed)
,636 ,295 ,088 ,341 ,100 ,233 ,016 ,004 ,764 ,429 ,991 ,223 ,003 ,003 ,001 ,000 ,026 ,535 ,070 ,084 ,044 ,267 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
.316*
,129 ,106 ,102 ,134 ,241 .308*
.326*
-,026 ,069 -,060 ,216 ,150 ,170 .464**
1 .606**
.490**
,044 .334*
.302*
.359*
,188 .527**
Sig. (2-
tailed)
,029 ,382 ,475 ,490 ,362 ,100 ,033 ,024 ,860 ,643 ,684 ,141 ,308 ,247 ,001 ,000 ,000 ,766 ,020 ,037 ,012 ,200 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
,048 ,098 ,269 ,143 ,109 ,121 ,163 ,273 ,277 ,257 .334*
.377**
.361*
,234 .545**
.606**
1 .625**
,190 .531**
.338*
.377**
,162 .672**
Sig. (2-
tailed)
,744 ,509 ,065 ,332 ,463 ,412 ,268 ,061 ,057 ,078 ,020 ,008 ,012 ,110 ,000 ,000 ,000 ,195 ,000 ,019 ,008 ,270 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
,099 ,154 ,071 -,035 ,129 -,138 ,179 .398**
.357*
.346*
,232 .344*
.327*
.364*
.321*
.490**
.625**
1 .295*
.415**
.416**
.377**
,010 .623**
Sig. (2-
tailed)
,503 ,296 ,634 ,813 ,382 ,350 ,223 ,005 ,013 ,016 ,112 ,017 ,023 ,011 ,026 ,000 ,000 ,042 ,003 ,003 ,008 ,946 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
,187 .399**
,239 .347*
,152 ,058 .287*
.349*
.355*
.318*
,244 .407**
,259 ,084 ,092 ,044 ,190 .295*
1 .512**
.292*
,190 .341*
.581**
Sig. (2-
tailed)
,204 ,005 ,102 ,016 ,301 ,693 ,048 ,015 ,013 ,027 ,095 ,004 ,075 ,568 ,535 ,766 ,195 ,042 ,000 ,044 ,197 ,018 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
,187 ,256 ,266 .287*
,211 ,104 .374**
.395**
,198 ,236 ,212 .438**
.353*
-,011 ,263 .334*
.531**
.415**
.512**
1 .570**
.518**
.351*
.727**
Sig. (2-
tailed)
,204 ,079 ,068 ,048 ,149 ,482 ,009 ,005 ,178 ,106 ,147 ,002 ,014 ,942 ,070 ,020 ,000 ,003 ,000 ,000 ,000 ,014 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
,248 ,057 ,152 -,038 .311*
,207 .400**
.498**
,023 ,091 ,002 ,272 ,178 ,012 ,252 .302*
.338*
.416**
.292*
.570**
1 .741**
-,043 .570**
Sig. (2-
tailed)
,089 ,701 ,304 ,799 ,031 ,157 ,005 ,000 ,879 ,536 ,987 ,061 ,225 ,934 ,084 ,037 ,019 ,003 ,044 ,000 ,000 ,770 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
.429**
,037 -,032 -,145 ,261 ,063 .358*
,278 -,048 -,081 -,240 ,088 ,067 ,052 .292*
.359*
.377**
.377**
,190 .518**
.741**
1 ,079 .496**
Sig. (2-
tailed)
,002 ,803 ,827 ,325 ,073 ,669 ,013 ,056 ,745 ,587 ,101 ,554 ,653 ,724 ,044 ,012 ,008 ,008 ,197 ,000 ,000 ,596 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
,119 ,141 -,064 .550**
,222 .349*
,140 ,043 ,227 ,127 ,058 ,082 .335*
-,021 ,164 ,188 ,162 ,010 .341*
.351*
-,043 ,079 1 .430**
Sig. (2-
tailed)
,419 ,338 ,667 ,000 ,130 ,015 ,343 ,774 ,120 ,391 ,695 ,579 ,020 ,890 ,267 ,200 ,270 ,946 ,018 ,014 ,770 ,596 ,002
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlatio
n
.333*
.408**
.294*
.415**
.315*
.376**
.595**
.613**
.499**
.481**
.338*
.639**
.587**
.337*
.548**
.527**
.672**
.623**
.581**
.727**
.570**
.496**
.430**
1
Sig. (2-
tailed)
,021 ,004 ,042 ,003 ,029 ,009 ,000 ,000 ,000 ,001 ,019 ,000 ,000 ,019 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,002
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
X_17
X_18
X_19
X_20
X_11
X_12
X_13
X_14
X_15
X_16
X_23
SISTE
M
AKU
NTA
NSI
KEU
ANG*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
X_21
X_22
93
b. Hasil Uji Validasi Akuntabilitas Publik Variabel Y
Y_1 Y_2 Y_3 Y_4 Y_5 Y_6 Y_7 Y_8 Y_9
AKUNTABILITAS
PUBLIK
Pearson
Correlati
on
1 .411** ,108 0,000 0,000 -,036 -,040 ,282 ,086 .326
*
Sig. (2-
tailed)
,004 ,466 1,000 1,000 ,810 ,785 ,052 ,560 ,024
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlati
on
.411** 1 ,190 -,039 -,057 -,013 ,112 .365
*.352
*.395
**
Sig. (2-
tailed)
,004 ,197 ,794 ,699 ,928 ,450 ,011 ,014 ,005
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlati
on
,108 ,190 1 .468**
.423**
.348* ,151 ,000 ,183 .513
**
Sig. (2-
tailed)
,466 ,197 ,001 ,003 ,015 ,304 1,000 ,213 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlati
on
0,000 -,039 .468** 1 .676
**.721
**.467
** ,164 ,074 .676**
Sig. (2-
tailed)
1,000 ,794 ,001 ,000 ,000 ,001 ,266 ,616 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlati
on
0,000 -,057 .423**
.676** 1 .638
**.367
* ,040 ,153 .629**
Sig. (2-
tailed)
1,000 ,699 ,003 ,000 ,000 ,010 ,785 ,299 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlati
on
-,036 -,013 .348*
.721**
.638** 1 .621
** ,284 ,129 .745**
Sig. (2-
tailed)
,810 ,928 ,015 ,000 ,000 ,000 ,050 ,383 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlati
on
-,040 ,112 ,151 .467**
.367*
.621** 1 .501
**.304
*.712
**
Sig. (2-
tailed)
,785 ,450 ,304 ,001 ,010 ,000 ,000 ,035 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlati
on
,282 .365* ,000 ,164 ,040 ,284 .501
** 1 .458**
.624**
Sig. (2-
tailed)
,052 ,011 1,000 ,266 ,785 ,050 ,000 ,001 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlati
on
,086 .352* ,183 ,074 ,153 ,129 .304
*.458
** 1 .534**
Sig. (2-
tailed)
,560 ,014 ,213 ,616 ,299 ,383 ,035 ,001 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
Pearson
Correlati
on
.326*
.395**
.513**
.676**
.629**
.745**
.712**
.624**
.534** 1
Sig. (2-
tailed)
,024 ,005 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Y_5
Y_6
Y_7
Y_8
Y_9
AKUNT
ABILIT
AS
PUBLIK
Correlations
Y_1
Y_2
Y_3
Y_4
94
Lampiran 4 : Hasil Uji Realibilitas Variable SAKD (X) dan Akuntabilitas
Publik (Y)
a. Hasil Uji Reliabilitas Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (Variabel X)
Case Processing Summary
N %
Reliability Statistics
Cases Valid 48 100,0
Cronbach's Alpha N of Items
Excludeda 0 0,0
,861 23
Total 48 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
b. Hasil Uji Reliabilitas Akuntansi Publik (Variabel Y)
Case Processing Summary
Reliability Statistics
N %
Cronbach's Alpha N of Items
Cases Valid 48 100,0
,747 9
Excludeda 0 0,0
Total 48 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
95
Lampiran 5 : Hasil Uji Statistik Rank Spearman
Rank_X Rank_Y
Correlation
Coef f icient
1,000 .716** Standardized
Coef f icients
Sig. (2-tailed) ,000 B Std. Error Beta
N 48 48 (Constant) 6,963 2,898 2,403 ,020
Correlation
Coef f icient
.716** 1,000 Rank_X ,716 ,103 ,716 6,952 ,000
Sig. (2-tailed) ,000
N 48 48
Correlations
Spearman's rho Rank_X
Rank_Y
1
a. Dependent Variable: Rank_Y
**. Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-tailed).
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coef f icients
t Sig.
96
Lampiran 6 : Hasil Tabulasi Rank Spearman
∑ x ∑ y ∑ x2 ∑ y2 ∑ x*y
1 83 32 6889 1024 2656
2 85 35 7225 1225 2975
3 89 32 7921 1024 2848
4 87 36 7569 1296 3132
5 86 36 7396 1296 3096
6 88 36 7744 1296 3168
7 88 36 7744 1296 3168
8 86 32 7396 1024 2752
9 86 30 7396 900 2580
10 89 31 7921 961 2759
11 86 30 7396 900 2580
12 93 33 8649 1089 3069
13 94 36 8836 1296 3384
14 94 36 8836 1296 3384
15 99 41 9801 1681 4059
16 103 36 10609 1296 3708
17 91 36 8281 1296 3276
18 100 40 10000 1600 4000
19 96 38 9216 1444 3648
20 108 32 11664 1024 3456
21 102 37 10404 1369 3774
22 103 39 10609 1521 4017
23 91 36 8281 1296 3276
24 84 28 7056 784 2352
25 89 43 7921 1849 3827
26 77 34 5929 1156 2618
27 82 34 6724 1156 2788
28 87 35 7569 1225 3045
29 83 32 6889 1024 2656
30 99 34 9801 1156 3366
31 104 41 10816 1681 4264
32 92 36 8464 1296 3312
33 98 37 9604 1369 3626
34 100 36 10000 1296 3600
35 91 36 8281 1296 3276
36 85 31 7225 961 2635
37 83 30 6889 900 2490
38 85 30 7225 900 2550
39 85 33 7225 1089 2805
40 81 28 6561 784 2268
41 101 38 10201 1444 3838
42 99 39 9801 1521 3861
43 85 29 7225 841 2465
44 94 38 8836 1444 3572
45 86 36 7396 1296 3096
46 102 39 10404 1521 3978
47 96 36 9216 1296 3456
48 89 32 7921 1024 2848
Jumlah 4384 1671 402962 58759 153357
No.
Responden
97
98
99
100
101
top related