pengaruh menonton tayangan empat mata di...
Post on 05-Feb-2018
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH MENONTON TAYANGAN EMPAT MATA DI TRANS7 TERHADAP AKHLAK MASYARAKAT BURUH
INDUSTRI DI KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)
UMI FADHILAH 1103029
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2008
ii
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 5 (Lima) Eksemplar Hal : Persetujuan Naskah Skripsi
Kepada Yth, Bapak Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, mengadakan koreksi, dan perbaikan sebagaimana
semestinya, maka kami menyatakan bahwa skripsi saudari :
Nama : Fatikhatul Khoiriyati Fitri
NIM : 1102150
Fakultas/Jurusan : Manajemen Dakwah (MD)
Judul Skripsi : Dakwah Bil Hal Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) di
Kabupaten Kendal Periode 2006-2007 (Tinjauan
Manajemen Dakwah)
Dengan ini saya menyetujui dan memohon segera diujikan. Demikian atas
perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, Januari 2008
Pembimbing,
Bidang Substansi Materi
Dra. Misbah Zulfa Elisabeth, M.Hum NIP. 150290933
Tanggal : …………………
Bidang Metodologi dan Tata Tulis
Drs. Mudhofi, M.Ag NIP. 150289444
Tanggal : …………………
iii
SKRIPSI
DAKWAH BIL HAL MUSLIMAT NAHDLATUL ULAMA (NU) DI
KABUPATEN KENDAL PERIODE 2006-2007
(TINJAUAN MANAJEMEN DAKWAH)
Disusun oleh Fatikhatul Khoiriyati Fitri
1102150
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal 28 Januari 2008
dan dinyatakan telah lulus memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua Dewan Penguji/ Dekan/Pembantu Dekan Hj. Yuyun Affandi, Lc., M.A NIP. 150254344
Anggota Penguji Drs. H. Anasom, M.Hum NIP. 150267748
Sekretaris Dewan Penguji/ Pembimbing Dra. Hj. Mizbah Zulfa Elisabeth, M.HumNIP. 150290933
Saerozi, S.Ag, M.Pd NIP. 150289732
iv
MOTTO
)رواه أبو داود. (ما من شيئ أَثْقَلُ فى امليزان من حسنِ اخلُلُقِ
Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya daripada kebaikan akhlak. (HR. Abu Dawud)∗
∗ Imam Al-Hafidz Abi Daud Sulaiman bin Ats’ats As-Sijistani, Sunan Abi Daud, Beirut-
Libanon : Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiah, 275 H., hlm. 258
v
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan teruntuk :
♥ Ayahanda (H. Mustain) dan Ibunda (Hj. Suryati), karya ini terangkai dari keringat,
airmata dan do’amu berdua. Setiap keringat dan airmata yang keluar karenaku
menjelma dalam setiap huruf; setiap do’a yang terpanjat menyatu menyampuli karya
hidupku.
♥ Kakakku (Mas Faizin) dan adikku (Farikah) semoga karya ini mampu menjadi
pengganti baktiku yang selama ini terabai oleh ego dan inginku.
♥ My Special Friends : Tiwi, Atin, K’Jay, semangat kalian telah menjadi cemeti indah
yang senantiasa melecut setiap malasku.
♥ Seluruh teman-teman baikku “kost An-nur”(Mey, Ika, Gonel, Ela, Finta, Nita,
Tiwil, Lina) ragu kalian akanku telah menuntunku pada alur kehidupan yang lebih
dewasa
♥ Abang-abangku : Oni, Gozi, Didin, Faruq, Toto, Azis atas segala semangat dan
hiburannya di saat aku lemah tak berdaya.
♥ Dan teman-temanku satu angkatan 2003 (khususnya cah KPI 2003) terimakasih
atas kebersamaan kalian dalam mengarungi perkuliahan ini.
vi
KATA PENGANTAR
بسم اهللا الرمحن الرحيم
Alhamdulillahirabbil’alamin penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Menonton Tayangan Empat Mata
di Trans7 Terhadap Akhlak Masyarakat Buruh Industri di Kecamatan Ngaliyan
Kota Semarang , tanpa halangan yang berarti.
Shalawat serta salam penulis limpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya :
Proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari peran serta bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis hendak
menghaturkan ungkapan terima kasih kepada :
1. Ayahku (H. Mustain) dan ibuku (Hj. Suryati) tercinta yang telah
memberikan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk memenuhi
keinginan penulis untuk tetap bersekolah. Tanpa mereka mungkin karya
ini tidak akan pernah ada.
2. Prof. Dr. H. Abdul Jamil, M.A, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang
3. Drs. M. Zein Yusuf, M.M, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang
4. Bapak Drs. Muchlis Yahya M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu Dra.
Amelia Rahmi, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah merelakan waktu,
tenaga, dan pikirannya guna mendampingi dan menjadi teman diskusi
penulis.
5. Para Dosen Pengajar, terima kasih atas seluruh ilmu yang telah penulis
terima yang sangat membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
6. Ketua Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Institut bersama staff, yang
telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk memanfaatkan
fasilitas dalam proses penyusunan skripsi.
vii
7. Teman-teman specialku (Tiwi dan Atin) atas motivasi dan kebersamaan
kalian menemaniku dalam suka dan duka.
8. Teman-teman kost An-nur atas segala semangat dan hiburannya di saat
aku lemah tak berdaya.
9. Komunitas AMD Comp, terima kasih atas pelayanan jasa ketiknya.
10. Seluruh temanku dan seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebut dan
tulis satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan peran sertanya yang
telah diberikan kepada penulis.
Selain ungkapan terima kasih, penulis juga menghaturkan ribuan maaf
apabila selama ini penulis telah memberikan keluh kesah dan segala permasalahan
kepada seluruh pihak.
Tiada yang dapat penulis berikan selain do’a semoga semua amal dan jasa
baik dari semua pihak tersebut di atas dicatat oleh Allah SWT sebagai amal sholeh
dan semoga mendapat pahala dan balasan yang setimpal serta berlipat ganda dari-
Nya.
Harapan penulis semoga skripsi yang sifatnya sederhana ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada pada khususnya dan segenap pembaca pada
umumnya. Terlebih lagi semoga merupakan sumbangsih bagi almamater dengan
penuh siraman rahmat dan ridlo Allah SWT. Amin
Semarang, 8 Januari 2008
Umi Fadhilah 1103029
viii
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Pengaruh Menonton Tayangan Empat Mata di Trans7 terhadap Akhlak Masyarakat Buruh Industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh menonton tayangan Empat Mata di Trans7 (X) terhadap akhlak masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang (Y). Sedangkan hipotesa kerja yang diajukan adalah ada pengaruh menonton tayangan Empat Mata di Trans7 terhadap akhlak masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Sumber data, diperoleh dari data primer dan data sekunder. Populasi ini sebanyak 15.850 orang sedangkan sampel penelitian ini sebanyak 100 orang. Penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode random sampling untuk menentukan kelurahan yang mana mewakili populasi yang ada. Dari sepuluh kelurahan diwilayah kecamatan Ngaliyan yaitu: Podorejo, Wates, Beringin, Ngaliyan, Bambankerep, Kalipancur, Purwoyoso, Tambakaji, Gondoriyo, dan Wonosari. Terpilih empat kelurahan sebagai sampel penelitian yaitu: Podorejo, Wates, Purwoyoso, dan Gondoriyo. Kemudian dari masing-masing kelurahan diambil berdasarkan proportional sample (sampel proporsi). Teknik pengambilan sampel proporsi dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau daerah. Teknik ini digunakan agar jumlah subyek dari setiap daerah seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing daerah. Sedangkan metode pengumpulan data dengan menggunakan angket.
Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi satu prediktor dengan skor kasar. Hasil analisis data diperoleh Freg 40,4637 > Ftabel baik taraf signifikan 1% (6,90) maupun 5% (3,94), karena Freg lebih besar dari Ftabel maka hasilnya adalah signifikan. Dengan demikian dapat diketahui antara menonton tayangan Empat Mata di Trans7 terhadap akhlak masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Semarang, mempunyai pengaruh dan diperoleh besarnya konstribusi prediktor menonton tayangan Empat Mata di Trans7 sebesar 29,2% sedangkan sisanya 70,8% dipengaruhi oleh faktor lain.
Dengan demikian, hipotesis awal (Ha) yang diajukan diterima, yaitu ada pengaruh antara menonton tayangan Empat Mata di Trans7 terhadap akhlak masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh menonton tayangan Empat Mata di Trans7 terhadap akhlak masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
ABSTRAKSI .............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI............................................................................................... x
DAFTAR TABEL....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah........................................................... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................... 8
1.4 Tinjauan Pustaka................................................................ 9
BAB II MENONTON TAYANGAN TELEVISI, AKHLAK, DAN
BURUH INDUSTRI
2.1 Menonton Tayangan Televisi ............................................ 12
2.1.1.Menonton.................................................................. 12
2.1.2.Tayangan Televisi..................................................... 15
2.2 Akhlak ............................................................................... 17
2.2.1.Pengertian Akhlak .................................................... 17
2.2.2.Ruang Lingkup Akhlak ............................................ 18
2.2.3.Jenis-jenis Akhlak..................................................... 20
x
2.2.4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak.............. 20
2.3 Buruh Industri.................................................................... 22
2.3.1.Pengertian Buruh Industri......................................... 22
2.3.2.Sejarah Perburuhan................................................... 24
2.3.3.Faktor-faktor Intern dan Ekstern .............................. 26
2.4 Hipotesis ............................................................................ 32
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Metode Penelitian ............................................ 33
3.1.1. Jenis Penelitian ...................................................... 33
3.1.2. Metode Penelitian .................................................. 33
3.2. Definisi Konseptual dan Operasional .............................. 34
3.2.1. Definisi Konseptual ............................................... 34
3.2.2. Definisi Operasional .............................................. 35
3.3. Sumber dan Jenis Data .................................................... 37
3.4. Populasi dan Sampel........................................................ 38
3.5. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 40
3.6. Teknik Analisis Data ....................................................... 45
3.6.1. Analisis Pendahuluan ............................................ 45
3.6.2. Analisis Uji Hipotesis ............................................ 46
3.6.3. Analisis Lanjutan................................................... 47
BAB IV DESKRIPSI MENONTON TAYANGAN EMPAT MATA DAN
AKHLAK MASYARAKAT BURUH INDUSTRI
4.1. Deskripsi Menonton Tayangan Empat Mata .................... 48
4.1.1. Sejarah Singkat Empat Mata........................................................... 48
4.1.2. Tim Kreatif Empat Mata ................................................................. 49
4.1.3. Tema-tema Tayangan Empat Mata......................... 50
4.1.4. Deskripsi Menonton Tayangan Empat Mata................................... 52
4.2. Masyarakat Buruh Industri di Kecamatan Ngaliyan Kota
Semarang ........................................................................... 53
xi
4.2.1. Profil Kecamatan Ngaliyan ................................... 53
4.2.1.1. Keadaan Geografis Kecamatan Ngaliyan . 53
4.2.1.2. Keadaan Monografis Kecamatan
Ngaliyan ...................................................... 53
4.2.2. Profil Masyarakat Buruh Industri .......................... 57
4.2.3. Aktivitas Masyarakat Buruh Industri .................... 58
4.2.4. Deskripsi Hasil Angket Akhlak Masyarakat Buruh
Industri Kecamatan Ngaliyan.................................. 60
BAB V ANALISIS TENTANG PENGARUH MENONTON
TAYANGAN EMPAT MATA DI TRANS7 TERHADAP AKHLAK
MASYARAKAT BURUH INDUSTRI DI KECAMATAN
NGALIYAN KOTA SEMARANG
5.1 Analisis Pendahuluan ....................................................... 63
5.1.1. Data tentang Menonton Tayangan Empat Mata di
Trans7 .................................................................... 63
5.1.2. Data tentang Akhlak Masyarakat Buruh Industri
Kec. Ngaliyan ....................................................... 67
5.2 Analisis Uji Hipotesis ....................................................... 71
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan........................................................................ 82
6.2 Limitasi .............................................................................. 83
6.3 Saran-saran ........................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin
pesat saat ini telah memberikan kemudahan kepada manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan akan informasi, hiburan,
pendidikan, bahkan kebutuhan kontrol sosial seringkali diperoleh manusia
melalui kehadiran teknologi informasi dan komunikasi. Media yang
menjembatani kebutuhan manusia ini dalam istilah lain dikenal dengan
istilah media massa. Media massa sendiri memiliki empat fungsi dalam dan
bagi kehidupan manusia. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi mendidik
(educate), fungsi hiburan (entertainment), fungsi informasi (inform), dan
fungsi kontrol sosial (social control) (Effendy, 1990; 118-119). Keempat
fungsi ini, baik secara masing-masing maupun bersamaan senantiasa ada
dan hadir dalam setiap layanan media massa.
Media massa yang berkembang di lingkungan masyarakat memiliki
aneka ragam bentuk. Ada media massa yang berbentuk media massa audio
(yang berupa suara-suara), media massa visual (yang berbentuk gambar,
baik gambar diam maupun gambar bergerak), dan media massa audio-visual
(yang berbentuk suara dan gambar) (Syukir 1983; 176-178). Hingga saat ini,
media massa yang paling banyak dimiliki dan dijadikan sebagai media
informasi, hiburan, pendidikan, dan kontrol sosial oleh masyarakat
2
kebanyakan adalah media massa televisi. Media ini (televisi) memiliki
keunggulan tersendiri di mana masyarakat dapat menikmati obyek informasi
dan komunikasi berupa audio-visual sekaligus. Keberadaan media massa
termasuk televisi menempati tempat yang cukup urgen, karena media massa
di samping sebagai media komunikasi (channel of communication) yang
berfungsi sebagai pembawa pesan dan berperan sebagai sumber pesan
(massage resource). Televisi yang unggul dalam membangun daya tarik,
persepsi, perubahan dan imajinasi dalam mengkonstruksi realitas (Sutrisno,
1993: 3).
Melalui televisi, masyarakat dapat memilih berbagai tayangan yang
diperlukan oleh mereka. Tayangan-tayangan tersebut dapat berbentuk berita,
hiburan, maupun tayangan-tayangan informasi pendidikan. Di saat program-
program televisi lain menyuguhkan tontonan kemewahan yang sangat fisik
materialistik, Trans 7 justru menawarkan alternatif yang berbeda. Talk show
dengan program Empat Mata yang dibawakan presenter sekaligus pelawak
Tukul Arwana dihadirkan untuk mengikuti selera masyarakat yang
menghendaki hiburan yang mudah dicerna, instan, dan tidak memerlukan
interpretasi untuk mengetahui maksudnya.
Tayangan Empat Mata merupakan tayangan hiburan yang
menghadirkan sosok Tukul yang humoris yang berani menertawakan bahkan
mengolok-olok dirinya sendiri. Dengan cara itu ia mendapat keuntungan
materi. Dengan merendahkan diri dia berkomunikasi dengan para selebritis
ataupun tokoh masyarakat. Tukul mempresentasikan kehebatan kultur
3
agraris dihadapan kultur industri. Melalui kecerdasannya ia menjual
kebodohannya kepada publik. Dari kacamata psikologi berhasil
memanfaatkan kelemahan menjadi kehebatannya, biarpun tampang ndeso
tapi bisa berfikir secara cepat. Sedangkan dari kacamata budaya Tukul telah
mampu mempengaruhi masyarakat melalui ucapan-ucapan lucu tapi kasar
yang dipengaruhi identitas lokal yang cukup kental (http://suaramedeka.com
: 07042007). Bahasa-bahasa seperti katrok, ndeso, tak sobek-sobek, puas-
puas, kutu kupret dan sederet sumpah serapah lainnya telah membudaya di
masyarakat.
Selain memiliki sisi hiburan, acara Empat Mata juga menawarkan
pesan-pesan dakwah, seperti bagaimana kita menghormati dan menghargai
tamu, menyambung tali silaturahmi, menumbuhkan motivasi atau semangat
hidup, mengajak kepada komunikan untuk berwawasan yang luas, terutama
bagi masyarakat Indonesia di tengah krisis multidimensi. Salah satu contoh
tersebut adalah terlihat manakala di sela acara talk show ini ada sisipan
motivasi yang sengaja disuguhkan untuk menghibur sekaligus mengajak
manusia agar tidak putus asa, memandang setiap persoalan secara
proporsional, tidak mudah marah, tidak berburuk sangka pada Allah dan
berempati pada orang lain, terutama mereka yang hidupnya kekurangan.
Kunci menjadi orang sukses tidaklah mudah, perlu ketekunan, kesabaran,
dan pembelajaran yang butuh waktu selangkah demi selangkah tidak seperti
membalikkan telapak tangan. Dalam peribahasa dikatakan “barang siapa
yang bersungguh-sungguh maka berhasilah dia.”
4
Pada saat ini, banyak sekali para Dai itu hanya menyampaikan syiar
Islam tetapi belum mengamalkan ajaran Islam itu sendiri, akan tetapi Tukul
lebih mengutamakan pengamalan, yaitu dalam bentuk perbuatan atau
dakwah haliyyah. Dakwah bil hal yaitu dakwah dengan keteladanan, dengan
perbuatan nyata (Muriah, 2000:75). Dakwah sendiri, menurut Thoha Yahya
Omar (2004: 67), merupakan seruan untuk mengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Demikian juga dalam
penyampaian pesan agar dapat diterima oleh umat manusia dengan kemauan
dan kesadaran hatinya, bukan dengan paksaan dan ikut-ikutan saja. Oleh
karena dakwah merupakan proses untuk mengajak manusia kepada jalan
Allah yang identik dengan peribadatan, maka model dakwah tidak hanya
terpaku pada pemberian materi dakwah secara teoritis semata, namun juga
diperlukan adanya bukti riil tentang apa yang telah dilakukan oleh para da’i
dalam melaksanakan dakwahnya.
Terlebih lagi, pada saat ini banyak sekali permasalahan yang dialami
oleh manusia yang membutuhkan penyelesaian yang tidak hanya dalam
konteks teoritis saja. Seperti halnya permasalahan perekonomian dengan
banyaknya pengangguran akibat krisis moneter yang membutuhkan
penyelesaian praktis dalam hal pembukaan peluang kerja; permasalahan
atau krisis moral yang memerlukan penyelesaian dengan kehadiran sosok
yang mampu menjadi panutan dan tuntunan dan bukan menjadi tontonan.
5
Berbicara masalah yang timbul di kalangan masyarakat, salah satu
permasalahan yang dapat diamati adalah permasalahan di sekitar
masyarakat buruh industri. Memang sekilas masyarakat buruh industri
sedikit terlepas dari permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan
sebagaimana dialami oleh masyarakat penganggur. Namun jika ditilik,
khususnya pada saat ini, masyarakat buruh industri sarat masalah. Berbagai
persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan yang mereka lakukan timbul
tenggelam dalam kehidupan mereka. Beberapa contoh permasalahan
tersebut dapat terlihat dari maraknya aksi buruh yang menuntut kelayakan
gaji, kelayakan jam kerja, hingga persamaan menikmati libur pada hari libur
nasional layaknya tenaga kerja lainnya (disaring dari berbagai media massa
periode Oktober-Desember 2007).
Melihat realitas terkait dengan kehidupan masyarakat buruh industri,
dapat diketahui bahwasanya masyarakat buruh industri memiliki peluang
untuk memiliki karakter pribadi yang berbudaya keras. Aturan-aturan
perusahaan yang cenderung membela kepentingan pengusaha dan tidak
mempedulikan hak-hak buruh serta tuntutan kebutuhan ekonomi yang kian
melambung merupakan sedikit faktor yang dapat menyebabkan
terbentuknya karakteristik keras dalam pribadi buruh industri. Oleh karena
itu, masyarakat buruh industri sangat membutuhkan sebuah hiburan yang
mampu menjadi “penenang” ketegangan mereka.
Suguhan tontonan yang tidak memerlukan interpretasi yang rumit
sangat digandrungi oleh masyarakat yang memiliki kesibukan ekonomi yang
6
tergolong berat dan berpeluang menimbulkan kestresan. Sisi hiburan yang
dapat menjadi “obat” atas ketegangan otak yang seringkali timbul akibat
tekanan-tekanan dalam aktivitas kerja masyarakat. Hal inilah yang
menimbulkan keinginan bagi penulis untuk melakukan penelitian di
lingkungan masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan. Faktor yang
mendorong tersebut tidak lain adalah aktivitas kerja masyarakat Kecamatan
Ngaliyan yang mayoritas berprofesi sebagai buruh industri; ada sekitar
15.850 orang dari total penduduk 102.238 orang yang bekerja di bidang
industri (BPS Kota Semarang, 2006 : 32).
Menurut Donald. K. Robert sebagaimana dikutip oleh Sam Abede
Pareno dalam bukunya Ilmu Komunikasi menyatakan bahwa adanya yang
beranggapan efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa
media massa. Dari asumsi ini dapat diketahui bahwasanya tayangan acara
empat mata memiliki pengaruh terhadap pola pikir dan perilaku masyarakat
buruh industri di Kecamatan Ngaliyan. Hal ini, menurut penulis didasarkan
pada beberapa hal yakni: 1) Bentuk tayangan empat mata yang bersifat
ringan dan tidak rumit, 2) Bahasa yang digunakan dalam tayangan tersebut
juga merupakan bahasa sehari-hari, 3) Banyak mengandung joke (lelucon).
Oleh karenanya, menurut penulis, tayangan Empat Mata di Trans 7
merupakan tayangan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat buruh
industri. Kesesuaian tersebut terletak pada adanya sisi hiburan sekaligus
nilai-nilai ajaran agama dalam tayangan tersebut. Sisi hiburan akan menjadi
hiburan bagi masyarakat buruh industri dari ketegangan hidup yang
7
dialaminya. Sedangkan pada sisi nilai ajaran agama akan menjadi masukan
atau bahkan motivasi bagi buruh industri dalam berkehidupan. Sebab, sosok
Tukul sendiri memiliki kedekatan proses kehidupan dengan para buruh
industri, di mana Tukul sebelum sukses seringkali mengalami kesulitan-
kesulitan hidup seperti yang dialami oleh para buruh industri, bahkan lebih
(http: //suaramedeka.com, 07042007).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan sebuah
penelitian di lingkungan masyarakat Kecamatan Ngaliyan dengan judul
penelitian “Pengaruh Menonton Tayangan Empat Mata di Trans 7
terhadap Akhlak Masyarakat Buruh Industri di Kecamatan Ngaliyan
Kota Semarang”.
1.2. Perumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang diatas maka yang menjadi pokok
permasalahan adalah adakah pengaruh menonton tayangan “Empat Mata” di
Trans 7 terhadap akhlak masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan
Kota Semarang?
1.3. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh menonton tayangan
“Empat Mata” di Trans 7 terhadap akhlak masyarakat buruh industri di
Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
8
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah:
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana
keilmuan dibidang Ilmu Dakwah, khususnya bidang penelitian
materi dakwah yang sesuai dengan kebutuhan mad’u.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi “pedoman
kecil” bagi praktisi dakwah tentang penyampaian pesan dakwah
berdasarkan kebutuhan mad’u.
1.4. Tinjauan Pustaka
Sebagai bahan telaah pustaka pada penelitian ini penulis mengambil
judul penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian yang penulis bahas di
antaranya adalah sebagai berikut:
1) Penelitian Sarifah Fatimah (2006). Penelitian dengan judul "Pengaruh
Menonton Sinetron Bawang Merah Bawang Putih di RCTI Terhadap
Perilaku Keagamaan Remaja di Kecamatan Cepiring Kabupaten
Kendal," bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
menonton Sinetron "Bawang Merah Bawang Putih" di RCTI terhadap
perilaku keagamaan remaja di Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal.
Penelitian tersebut menggunakan analisis regresi dengan skor kasar
diperoleh sebuah hasil nilai terhitung sebesar 4,961. Pada taraf
signifikansi 5 % dengan jumlah responden sebanyak 100, besar nilai t
9
tabel adalah 4,961 > 1,984. Ini berarti menunjukkan bahwa menonton
Sinetron "Bawang Merah Bawang Putih" di RCTI terhadap perilaku
keagamaan remaja di Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan. Sedangkan pada taraf 1
% dengan jumlah responden 100, nilai t tabel adalah 2,626, sedangkan
hasil analisisnya adalah 4,961. Sehingga t hitung > t tabel (4,961 >
2,626). Ini berarti menonton Sinetron "Bawang Merah Bawang Putih" di
RCTI terhadap perilaku keagamaan remaja di Kecamatan Cepiring
Kabupaten Kendal menunjukkan pengaruh yang signifikan.
2) Penelitian Samiasih (2006) dengan judul "Pengaruh Menonton Program
Tolong di SCTV Terhadap Sikap Solidaritas Mahasiswa Fakultas
Dakwah Jurusan KPI (Angkatan 2002-2005) IAIN Walisongo
Semarang". Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah ada Pengaruh Menonton Program Tolong di SCTV Terhadap
Sikap Solidaritas Mahasiswa Fakultas Dakwah Jurusan KPI (Angkatan
2002-2005).
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh melalui angket
yang dibagikan kepada sejumlah responden dan sudah ditentukan
jumlahnya yaitu 39 responden. Berdasarkan angket yang terkumpul pada
penulis, kemudian dilakukan proses pengolahan data dan hasil yang
diperoleh dari perhitungan menggunakan analisis Regresi Sederhana,
bahwa Freq sebesar 196,722 dan besar nilai Ftabel pada taraf signifikan
5% adalah 4,10. Hal ini berarti Freg>Ftabel (196,722>4,10), dan kondisi
10
ini diperkuat hasil out put tabel Anova dengan tingkat signifikan 0,000.
dengan demikian, hipotesis awal yang diajukan diterima.
Hasil yang diperoleh dari penelitian penulis tersebut adalah terdapat
pengaruh menonton Program Tolong di SCTV terhadap Sikap
Solidaritas, atau dengan kata lain semakin tinggi intensitas menonton
Program Tolong di SCTV maka akan berdampak positif terhadap Sikap
Solidaritas Mahasiswa Fakultas Dakwah Jurusan KPI (angkatan 2002-
2005).
3) Penelitian Noor Erlina Lidiastuti (2005) dengan judul “Hubungan
Aktifitas Menonton Televisi Dengan Perilaku Masyarakat (Studi Analisis
Pada Masyarakat Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Jepara)”.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah
hubungan aktifitas menonton televisi dengan perilaku masyarakat.
Penelitian ini menitik beratkan tentang perilaku keagamaan masyarakat
Karimunjawa dengan hadirnya televisi dengan menggunakan analisis
deskriptif dalam penelitian ini yang akhirnya membuat kesimpulan
televisi bagi masyarakat Karimunjawa hanya sekedar hiburan dan tidak
menjadikan suatu penghalang untuk beribadah. Dengan begitu, dekatnya
tempat ibadah khususnya shalat dengan tempat meletakkan televisi
maupun waktu ibadah (shalat) dengan waktu menonton televisi tidak
begitu dirisaukan oleh masyarakat Karimunjawa.
11
Berbeda dengan penelitian di atas, dalam penelitian ini penulis
berangkat dari sebuah fenomena akhlak yang tengah terjadi di masyarakat
terutama masyarakat buruh industri, dan sejauh ini belum ada yang
membahas tentang pengaruh tayangan Empat Mata di Trans 7 terhadap
Perilaku Akhlak Masyarakat Buruh Industri di Kecamatan Ngaliyan Kota
Semarang.
12
BAB II
MENONTON TAYANGAN TELEVISI, AKHLAK,
DAN BURUH INDUSTRI
2.1 Menonton Tayangan Televisi
2.1.1 Menonton
Kata menonton sama artinya dengan nonton yaitu aktifitas untuk
melihat suatu pertunjukan gambar hidup. Aktifitas menonton juga bisa
menentukan hakekat televisi yang bersifat domestik dan sosial ditinjau
dari segi pengalaman pemirsa. Kris Budiman mengatakan menonton
televisi adalah suatu tindakan tertentu dari adanya alat komunikasi
yakni berupa televisi (Budiman, 2002: vi). Menonton televisi juga dapat
diartikan aktifitas yang tidak hanya menyorotkan mata ke arah layar
kaca melainkan penonton yang berfikir aktif untuk memilih, memakai
dan juga menafsirkan dari tayangan-tayangan televisi tersebut.
Dari beberapa uraian di atas, aktifitas menonton itu mencakup
tiga unsur yaitu: penonton (yang melihat, memahami, dan melakukan
tindakan), tontonan (yang dilihat), dan efek atau perubahan yang terjadi
(oleh penonton).
Lebih lanjut menonton televisi menurut Kris Budiman
(2002:130) dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Menonton televisi dapat mempererat atau bisa juga merenggangkan
jalinan komunikasi antar pribadi satu dengan yang lain. Contoh dari
13
salah satu tayangan televisi yang dapat mempererat seperti acara
KDI (Kontes Dangdut TPI), di mana pesertanya diambil dari
berbagai daerah di Indonesia. Sedangkan munculnya kerenggangan
komunikasi apabila fanatik atau terlalu mengagungkan kelompok
sendiri.
b. Menonton televisi berarti mendapatkan beraneka pengalaman,
bersantai, belajar, bermain, dan sebagainya. Karena pada
hakekatnya televisi adalah media untuk menghibur khalayak
pemirsa.
c. Dengan kehadiran suaranya sebagai suara latar, tindakan menonton
televisi adalah sebagai teman setia.
d. Menonton televisi sekaligus sebagai tindakan mengelola kekuasaan.
Hal ini memonopoli perangkat remote control sesuai selera
penonton serta pengguna televisi dalam mengawasi da’i
mendisiplinkan orang lain.
Dengan sering menonton televisi secara sadar atau tidak sadar,
seseorang akan mengalami perubahan gaya hidupnya dengan mengikuti
gaya hidup yang ditawarkan melalui televisi. Tiap kali mempunyai
waktu luang akan langsung merebahkan diri di sofa dan menekan,
tombol televisi. Dalam banyak keluarga televisi dinyalakan begitu salah
satu anggota bangun tidur atau memasuki rumah, tidak peduli ada yang
menonton atau tidak. Televisi nyaris seperti radio, peralatan yang
memainkan musik sementara anggota keluarga keluar masuk ruangan.
13
14
Televisi menyala hari demi hari tanpa disadari (Hidayat, 2005: 95).
Menonton dalam pelaksanaannya dapat diimplementasikan
secara beragam serta tujuan dari kegiatan menontonpun tidak sama.
Ada beberapa faktor orang menonton televisi, mulai dari tertarik tema
yang disajikan, suka dan tertarik dengan pembawa acara (host), dan
pengaruh lingkungan teman menganggap kurang gaul alias kuper kalau
tidak mengikuti acara yang mereka sukai. Orang menonton pada
hakekatnya digunakan sebagai alat informasi, kontrol sosial, dan alat
pemenuhan kebutuhan. Hal ini sesuai dengan fungsi komunikasi massa
bagi masyarakat yaitu: surveillance (pengawasan), interpretation
(penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran
nilai), dan entertainment (hiburan) (Elvinaro dan Erdiyana, 2005: 15-
19).
Televisi merupakan bentuk budaya, sebuah ekspresi budaya dan
sebuah medium dimana budaya dimediasi oleh khalayaknya. Ada bukti
bahwa orang yang tidak sekedar duduk dan menonton, mereka
melakukan segala sesuatu, mulai dari terpaku di depan televisi hingga
berbincang tentang program saat menonton (Burton, 2002:61).
Berkenaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media
televisi kepada pemirsa, maka pesan ini juga akan diinterpretasikan
secara berbeda-beda oleh penerima. Interpretasi orang tersebut
merupakan efek komunikasi. Adapun efek yang ditimbulkan
sehubungan dengan menonton televisi diantaranya: efek yang
14
15
ditimbulkan sehubungan dengan menonton televisi diantaranya efek
yang selama ini telah sering dikemukakan dalam berbagai usulan yaitu
pertama efek-efek perilaku pemirsa baik secara langsung maupun tidak
langsung atau biasa disebut efek behaviour. Kedua kemampuan
seseorang untuk menyerap dan memahami acar yang ditayangkan
televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa atau disebut efek
kognitif. Ketiga aspek emosional pemirsa yang terwujud dari peniruan
motif, dan sikap atau disebut afektif. Hal ini terjadi karena tingkat
pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan berkaitan erat
dengan motivasi, status sosial, ekonomi, serta situasi dan kondisi
pemirsa pada saat menonton.
Hal tersebut diperkuat dengan pendapat ahli komunikasi bahwa
perubahan perilaku yang terjadi karena terpaan media massa
disebabkan melalui frekuensi dan intensitas kontaknya terhadap media
(berapa lama dan keseriusan mengkonsumsi media) (Panuju, 1997:
127).
2.1.2 Tayangan Televisi
Tayangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu
yang ditayangkan atau dipertunjukkan (KBBI, 1994: 107). Biasanya
istilah tayangan berkaitan dengan televisi atau film (media massa audio
visual). Media televisi pada hakekatnya merupakan sistem komunikasi
yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik, yang
15
16
dipancarkan secara cepat, berurutan dan diiringi unsur audio (Sutrisno,
1993: 1).
Istilah televisi itu sendiri terdiri dari "tele" yang berarti jauh dan
"visi" yang berarti penglihatan. Sedangkan secara lebih jauh televisi
siaran merupakan media dari jaringan dengan ciri-ciri yang memiliki
komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah. Dengan demikian
televisi merupakan media audio visual yang disebut juga dengan media
pandang dengar atau sambil didengar langsung pula dapat dilihat
(Kusnawan et.al, 2004: 74). Televisi memiliki keunggulan dalam hal
menampilkan gambar yang bergerak (motion picture) sehingga
khalayak pemirsa lebih terlibat secara emosional dibandingkan ketika
mereka melihat gambar yang tidak bergerak. Seperti terpampang di
koran atau majalah.
Ilusi gerakan dalam televisi dihasilkan melalui penampilan tiga
puluh gambar fragmen pada setiap detik. Melalui presistensi daya
penglihatan dan kemampuan otak menahan setiap gambar sampai
seterusnya. Seseorang tidak akan menyadari kenyataan bahwa matanya
secara nyata melihat rangkaian perubahan demikian cepat dari sejumlah
besar perbedaan gambar-gambar fragmen terdiri atas dua ratus lima
puluh ribu titik-titik gambar dengan kecemerlangan yang bervariasi
seperti melukis diatas layar (Tuwu, 1997: 2).
Secara universal disepakati oleh pakar komunikasi bahwa
televisi berfungsi dalam memfungsikan informasi (to inform), mendidik
16
17
(to educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to
influence) (Ibrahim, 2004: 107).
2.2 Akhlak
2.2.1. Pengertian Akhlak
Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab yang
merupakan bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat (Zahruddin dan Sinaga, 2004: 1).
Secara terminologi ada beberapa definisi tentang akhlak:
Menurut Imam Al Ghazali akhlak adalah suatu sifat yang
tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan
yang mudah dengan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan
terlebih dahulu (Zuhri, 1999: III).
Sedangkan menurut Ahmad Amin (1995: 62) akhlak ialah
kebiasaan kehendak artinya kehendak itu apabila membiasakan sesuatu
maka kebiasaan itu disebut akhlak. Menurutnya kehendak adalah
ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang
kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah
melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini
mempunyai kekuatan, dan gabungan dari dua kekuatan ini
menimbulkan kekuatan yang lebih besar yang disebut akhlak.
Dari definisi tersebut diketahui bahwa akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa manusia sehingga akan muncul secara spontan
bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan
17
18
lebih dulu yang tidak memerlukan dorongan dari luar. Misalnya
seorang anak dari kecil sudah terbiasa bekerja keras maka ketika besar
dia sudah terbiasa menerapkan jiwa kerja keras dalam kehidupannya.
2.2.2. Ruang Lingkup Akhlak
Ruang lingkup akhlak Islam adalah sama dengan ruang lingkup
ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola
hubungan. Adapun ruang lingkup akhlak yaitu:
1. Akhlak kepada Allah
Akhlak kepada Allah diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada
Tuhan sebagai Khaliq (Nata, 2002: 147), sedangkan titik tolak
akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada
Tuhan melainkan Allah. Diantara nilai-nilai akhlak manusia
kepada Allah yaitu: iman, ikhlas, tawakkal, syukur, sabar dan
sebagainya.
2. Akhlak terhadap sesama manusia
Akhlak terhadap sesama manusia ini dapat mencakup
akhlak kepada Rasulullah, akhlak terhadap keluarga dan akhlak
terhadap sesama atau orang lain. Terhadap Rasulullah hendaknya
kita mengikuti sunnahnya baik dalam ibadah maupun mencontoh
akhlak-akhlaknya, pergaulan antar kerabat adalah tidak jauh
berbeda dengan ketentuan kepada orang tua, menghormati dan
saling menyayangi. Sedangkan akhlak kepada orang lain adab
18
19
sopan santun dalam bergaul, yaitu saling mengucapkan salam bila
bertemu, tidak sombong, saling menolong, mengucapkan perkataan
yang baik, dermawan, baik sangka dan sebagainya. Seperti dalam
hadits Nabi menjelaskan bahwa sebaik-baik orang Islam adalah
siap akhlaknya dan mulia sifat-sifatnya. Rasul bersabda:
إن : عن عبد اهللا عمرو أنّ رسول اهللا صلّى اهللا عليه وسلّم كان يقول. نكم خلقاوىف رواية إن من خريكم أحس. خياركم أحسنكم أخالقا
)رواه البخاري(Artinya : Dari Abidillah bin Amrin, bahwa sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya orang-orang yang paling baik diantara kamu adalah yang paling baik akhlaknya. Di dalam suatu riwayat sesungguhnya diantara kamu yang paling baik ialah yang paling baik akhlaknya (H.R. Bukhari).
Manusia merupakan bagian dari masyarakat tempat ia
hidup. Ini menunjukkan bahwa interaksi dengan orang lain
merupakan tuntunan dalam syariat Islam dan Allah menjanjikan
pahala bagi orang-orang yang berinteraksi dengan masyarakat
sekitarnya dengan baik. Lebih dari itu berinteraksi dengan
masyarakat sekitar berdasarkan tuntunan syara akan memberikan
manfaat dalam kehidupan di dunia dan akhirat, baik bagi individu
maupun masyarakat umum (Mahmud, 1995: 103).
3. Akhlak terhadap lingkungan
Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu
yang berada disekitar manusia baik itu binatang, tumbuh-tumbuhan
maupun benda-benda tak bernyawa.
19
20
2.2.3. Jenis-jenis akhlak dalam Islam
1) Akhlak mahmudah yaitu akhlak yang baik dan benar menurut
Islam.
2) Akhlak madzmudah yaitu akhlak yang jelek atau tidak benar
menurut Islam (Abdullah, 2007: 12)
Namun dalam penelitian ini penulis memfokuskan item akhlak
terhadap sesama manusia, karena proses interaksi dalam
berkomunikasi sering terjadi antara manusia dengan manusia.
Berbagai ragam cara dilakukan oleh masyarakat untuk
mengekspresikan segala tindakan dan perbuatan yang memiliki corak
berbeda antara satu dengan yang lainnya, pada dasarnya merupakan
akibat adanya pengaruh dari dalam diri manusia (insting) dan motivasi
yang disuplai dari luar.
2.2.4. Faktor yang mempengaruhi akhlak
1. Insting (naluri)
Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia
sejak lahir. Insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang
mendorong lahirnya tingkah laku, misalnya Naluri bertuhan, naluri
berjodoh, naluri keibu-bapakkan, naluri berjuang, naluri meniru
dan naluri bergaul dan sebagainya.
2. Adat (kebiasaan)
Adat atau kebiasaan adalah tindakan dan perbuatan
seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk
20
21
yang sama sehingga menjadi kebiasaan, misalnya berpakaian,
makan, tidur dan sebagainya. Perbuatan yang sudah menjadi adat
kebiasaan tidak cukup diulang-ulang saja tetapi harus disertai
kesukaan dan kecenderungan hati yang diiringi perbuatan.
Jika suatu kebiasaan telah terbentuk maka ia akan
mempunyai ketentuan sifat yaitu mudah diperbuat serta
menghemat waktu dan perhatian, misalnya ketika seseorang
sedang menonton televisi dia menyukai acara itu. Sehingga dia
akan mengikuti acara tersebut (secara berulang-ulang), akhirnya ia
terpengaruh untuk menonton dan meniru apa yang ditayangkan
oleh TV tersebut.
3. Keturunan (wirotsah)
Keturunan (faktor genetik) secara langsung atau tidak
langsung sangat mempengaruhi pembentukan sikap dan watak
seseorang. Sifat-sifat azasi anak merupakan pantulan sifat-sifat
azasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu menyamai sebagian
besar dari salah satu sifat orang tuanya. Sifat yang diturunkan
orang tua terhadap anaknya itu bukan sifat yang dimiliki yang
tumbuh matang karena pengaruh lingkungan adat dan pendidikan,
melainkan sifat bawaan sejak lahir, sifat-sifat tersebut bisa berupa
sifat jasmaniah dan rohaniah (seperti kesabaran, kecerdasan,
keuletan, dan lain-lain).
21
22
2.3 Buruh Industri
2.3.1. Pengertian Buruh Industri
Ditinjau dari konteks ilmu sosiologi, kumpulan dari buruh
industri dapat dikatakan sebagai masyarakat buruh industri. Pengertian
masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa
manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara
golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain (Shadily, 1993:
47). Sehingga masyarakat buruh industri dapat diartikan sebagai
sekumpulan golongan besar atau kecil dari manusia yang memiliki
pekerjaan sebagai buruh di bidang perindustrian yang mana satu
dengan yang lainnya memiliki hubungan dan saling pengaruh
mempengaruhi.
Ditinjau dari hubungan yang terjadi di antara para buruh dalam
lingkup sosial, masyarakat buruh industri termasuk tipe kelompok
masyarakat sekunder (secondary group), yakni kelompok-kelompok
yang besar yang terdiri dari banyak orang di mana hubungan di antara
mereka tidak harus didasari saling mengenal secara pribadi dan
sifatnya tidak selalu langgeng (Soekanto, 1982: 126). Hal ini bisa
terjadi karena di antara para buruh, umumnya hubungan terjalin karena
adanya persamaan lokasi kerja, persamaan lokasi bermukim, dan
perasaan persamaan nasib sesama buruh.
22
23
Pengertian buruh industri sendiri adalah tenaga kerja yang
bekerja pada orang lain dengan mendapatkan upah. Adapun dalam
Undang-Undang Nomor 22 Tahun l957 tentang Penyelesaian
Perselisihan Perburuhan dalam pasal 1 ayat 1 bagian (a) dinyatakan
bahwa: yang dimaksud buruh ialah orang yang berada dalam usia kerja
(Sudjana, 2002: 6-7).
Istilah buruh dari waktu ke waktu berubah meskipun pada
hakekat pekerjaannya sama yakni orang yang bekerja pada orang lain
untuk mendapatkan upah. Rezim orde baru walaupun melakukan
perubahan dan penggantian istilah, menyadari istilah buruh atau
majikan sebenarnya merupakan istilah teknis biasa saja, yaitu tenaga
kerja yang bekerja pada orang lain dengan mendapatkan upah. Tapi
penggunaan istilah-istilah yang sangat populer di masa orde lama itu
harus diganti karena pertimbangan politis, dengan mengganti istilah
buruh dengan istilah pekerja yang diikuti dengan penghapusan hari
buruh diganti dengan hari pekerja.
Komunitas masyarakat di sini adalah masyarakat yang
homogen yang bekerja sebagai buruh baik itu laki-laki maupun
perempuan dan masih dalam usia produktif kerja. Tidak dapat
disangkal lagi bahwa manusia mempunyai naluri untuk
mempertahankan hidup untuk memenuhi kebutuhannya.
23
24
2.3.2. Sejarah Perburuhan
Membicarakan sejarah hubungan perburuhan di Indonesia
menurut Zaenal Asikin (2004:10-25), maka hubungan perburuhan
akan dibagi dalam dua bagian yaitu zaman penjajahan dan zaman
setelah kemerdekaan.
1. Zaman Penjajahan
Riwayat hukum perburuhan pada zaman penjajahan dalam
berbagai literatur selalu dimulai dengan zaman perbudakan, zaman
rodi kerja paksa, zaman poenale sanctie, dan zaman penjajahan
Jepang
a. Zaman Perbudakan
Pada zaman ini orang yang melakukan pekerjaan pada
orang lain, yaitu para budak, tidak mempunyai hak apapun,
para budak mempunyai kewajiban untuk melakukan segala
pekerjaan dan melakukan segala perintah tanpa sekalipun boleh
menentangnya. Sedangkan majikan sebagai pihak yang
berkuasa mempunyai hak penuh, bukan saja terhadap
perekonomian, namun juga terhadap hidup matinya para budak
majikan yang berhak mengaturnya.
b. Zaman Rodi / Kerja Paksa
Zaman rodi/kerja paksa ini mulai terjadi bersamaan
dengan zaman perbudakan, dan resminya berakhir (untuk Jawa
24
25
dan Madura) tanggal 1 Februari 1983. Rodi atau kerja paksa
pada mulanya merupakan pekerjaan gotong royong oleh semua
penduduk suatu desa/anggota suku tertentu untuk kepentingan
desa atau suku tersebut, dimanfaatkan oleh penjajah menjadi
suatu kerja paksa untuk kepentingan pemerintah Hindia
Belanda beserta pembesar-pembesarnya.
c. Zaman Peonale Sanctie
Zaman perkembangan lebih lanjut dari zaman kerja
rodi. Pada zaman ini nasib para buruh sudah lebih baik bila
dibandingkan dengan zaman perbudakan dan zaman rodi
karena kedudukan buruh sudah diakui sebagai tenaga kerja
yang berhak menerima upah (meskipun masih dalam taraf yang
minim).
d. Zaman Penjajahan
Zaman ini dikenal semacam kerja paksa sejenis rodi
yang disebut dengan romusha. Kerja paksa yang dilakukan
diluar batas kemanusiaan, hanya mementingkan pemerasan
tenaga kerja, tanpa memperhatikan keadaan tenaga kerjanya.
Romusha ini sistem kerja yang dilakukan terus menerus, tanpa
upah, makanan yang diberikan kepada buruh pun sangat kurang
sehingga tidak jarang banyak tenaga kerja yang mati kelaparan
atau dibunuh.
25
26
2. Zaman Setelah Kemerdekaan
Pada awal kemerdekaan bangsa Indonesia, keadaan buruh
tidaklah berarti karena orientasi atau pemikiran pemerintah dan
rakyat Indonesia pada waktu itu ditujukan untuk mempertahankan
kemerdekaan negara yang ingin direbut kembali oleh pemerintah
Belanda. Baru kemudian setelah Indonesia mempertahankan
kedaulatannya tahun 1948 terlihat keadaan yang berubah dalam
hubungan perburuhan. Hal ini terlihat pada usaha pemerintah yang
mulai memperhatikan tentang nasib buruh dengan dikeluarkannya
berbagai peraturan perundangan.
2.3.3. Faktor-Faktor Intern dan Ekstern
Bagi tenaga kerja ada pengaruh yang dapat mempengaruhi
karir sebelum ataupun sesudah masuk dalam sebuah perusahaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi psikis seorang buruh industri atau
seorang pekerja di sebuah perusahaan bisa dari dalam atau dari luar
perusahaan (Artoyo: 1986: 19-23).
Beberapa faktor penting dari luar perusahaan yang bisa
mempengaruhi karir seorang pekerja dalam sebuah perusahaan antara
lain:
1. Faktor Pendidikan
Pengaruh pendidikan merupakan pengaruh langsung yang
dengan cepat dapat merupakan cara-cara berpikir seseorang,
26
27
dengan pemahaman ilmu pengetahuan seseorang dapat bersikap
simpatik dan berpandangan luas. Betapa pentingnya faktor
pengaruh pendidikan pada tenaga kerja, dapat dilihat maju
mundurnya kehidupan di dalam perusahaan.
2. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja merupakan pengalaman dalam praktek
usaha nyata seseorang dalam praktek usaha nyata seseorang dan
merupakan kebutuhan pokok akan kepentingan diri.
3. Lingkungan Budaya
Disadari atau tidak sikap seseorang sedikit banyak
dilatarbelakangi oleh berbagai pengaruh budaya lingkungannya,
yakni kebiasaan-kebiasaan laku dan kebiasaan-kebiasaan berfikir
dalam keluarga atau masyarakat tempat ia dibesarkan.
Dalam suatu perusahaan masih terdapat banyak tenaga
kerja yang berasal dan mempunyai lingkungan berbeda. Proses
penyatuan kelompok mempengaruhi sikap perilaku karena latar
belakang budaya yang berbeda itu sedikit banyak memang akan
mempunyai pengaruh penghambatan di dalam berkomunikasi.
4. Pengaruh Kesehatan
Bagi seseorang yang karena tingkat kesehatan, terutama
keadaan gizi yang rendah dapat berakibat pada daya kerja yang
melemah.
27
28
Faktor dari dalam perusahaan yang dapat mempengaruhi psikis
buruh industri yaitu sebagai berikut:
1. Peraturan Perusahaan
Peraturan perusahaan yang baik dibuat dengan
memperhatikan kemampuan dan aspirasi tenaga kerjanya.
Seseorang akan bekerja atas dasar penerapan peraturan yang baik,
akan membuahkan sikap kerja yang baik pula. Tidak terlalu
menekan buruh untuk memenuhi tuntutan-tuntutan atasannya,
sehingga memicu stress buruh tersebut.
2. Kepemimpinan
Kebijakan pimpinan perusahaan dalam berbagai hal
mengenai pengaturan perusahaan akan mempunyai pengaruh bagi
perilaku tenaga kerja, baik di masa sekarang maupun di masa
mendatang.
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh langsung
dengan kegiatan sehari-hari tenaga kerja, karena dari tempat dan
pelayanan inilah diharapkan dapat menunjang semangat kerja yang
senantiasa diperlukan.
4. Pergaulan Sesama Tenaga Kerja
Pergaulan sehari-hari yang berlangsung dengan para kawan
sekerja, jelas membawa pengaruh baik maupun buruk. Pengaruh
baik apabila menemukan teman berakhlak baik dan menemukan
28
29
kecocokan sehingga suatu kegairahan dalam bekerja tetap tinggi.
Sebaliknya dalam pergaulan harian menemukan teman yang
kurang baik maka akan mempengaruhi dalam pergaulan sehingga
sikap lesu dan menjemukan akan dapat mempengaruhi jalannya
pekerjaan.
2.4 Pengaruh Menonton Tayangan Televisi terhadap Akhlak Masyarakat
Buruh Industri
Pengaruh acara televisi sampai saat ini masih terbilang kuat
dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan
audio visual televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan audien (khalayak).
Kehadiran televisi menembus ruang dan jarak secara geografis. Mengenai
pengaruh disini lebih ditekankan pada media sehingga media memang
membutuhkan khalayak. Khalayak yang digambarkan dalam kerangka
landasan teoritik yakni model hypodermic neadle theory (teori jarum suntik)
atau bullet theory (teori peluru). Dasar pemikiran yang melatarbelakangi
model ini adalah keyakinan bahwa khalayak itu bersikap pasif terhadap
berbagai macam informasi yang disebarkan melalui media massa, sebaliknya
media aktif untuk mempengaruhi audien. Akibatnya, berbagai informasi yang
datang dari media kepada khalayak, akan selalu mengenai audien. Jika sebutir
peluru dikeluarkan dari katupnya, ia akan selalu menemukan sasaran. Dan
sasaran yang dimaksud dalam teori peluru tak lain adalah khalayak (Nurudin,
2003: 148).
29
30
Teori ini disamping mempunyai pengaruh yang sangat kuat juga
mengasumsikan bahwa para pengelola media dianggap sebagai orang yang
lebih pintar dari audien. Akibatnya audien bisa dikelabui sedemikian rupa dari
apa yang disiarkannya. Bahwa media punya dugaan, audien bisa ditundukkan
dan dibentuk dengan cara apapun yang dikehendaki media. Sebagaimana
dikatakan oleh Jason dan Anne bahwa media massa dalam teori jarum
hipodermik mempunyai efek langsung "disuntikkan" ke dalam ketidaksadaran
audien (Nurudin, 2003: 156).
Salah satu peneliti yaitu Elizabeth Noelle Neuman (Winami, 2003:
120) menekankan pentingnya konsep efek perkasa media massa. Menurutnya
ada tiga faktor penting yang harus diperhatikan sehubungan dengan media
massa yaitu:
1. Ubiquity (serba ada), berarti media massa ada dimana-mana sehingga orang
akan mudah untuk mendapatkannya dan kesulitan untuk menghindari
kehadirannya.
2. Akumulasi pesan, berarti pesan yang disampaikan media massa bersifat
komulasi, yaitu diterima berkali-kali dan saling berhubungan.
3. Keseragaman wartawan, berarti apa yang disajikan media massa cenderung
sama, akibatnya gambaran yang diberikan kepada khalayak oleh
pemberitaan media massa cenderung sama.
Berdasarkan teori tersebut, maka dapat diambil asumsi dasar bahwa
berbagai perilaku yang ditayangkan dalam acara televisi dapat memberikan
30
31
rangsangan masyarakat untuk menirunya. Padahal semua tahu, apa yang
disajikan itu semua semu dan tidak riil terjadi. Tetapi karena begitu kuatnya
pengaruh televisi sehingga penonton tidak kuasa untuk melepaskan diri dari
keterpengaruhan itu. Sehingga televisi sering dituduh sebagai agen yang bisa
mempengaruhi lebih banyak sikap dan perilaku akhlak masyarakatnya.
Hal ini diperkuat dengan pengaruh media televisi, dalam batasan-
batasan tertentu yaitu:
1. Siaran televisi bisa menumbuhkan keinginan untuk memperoleh
pengetahuan ini berarti bahwa beberapa penonton termotivasi untuk
mengikuti apa yang ada di layar televisi.
2. Pengaruh pada cara berbicara, penonton biasanya memperhatikan bukan
hanya apa yang diucapkan orang di televisi bahkan bagaimana cara
mengucapkannya.
3. Pengaruh pada penambahan kosa kata, hal ini dapat digunakan dengan
tepat dan mengembangkannya dalam suatu aktifitas kelompok belajar dan
diskusi.
4. Televisi berpengaruh pada bentuk permainan, bahwa dengan menonton
televisi ia akan semakin banyak memunculkan ide-ide baru berbagai jenis
permainan.
5. Televisi memberikan berbagai pengetahuan yang tidak dapat dari
lingkungan sekitar atau orang lain. Seperti pengetahuan tentang kehidupan
31
32
yang luas, perkembangan ilmu yang sangat pesat dan sebagainya (Hidayat,
1998: 82-84).
2.5 Hipotesis
Hipotesis disebut sebagai pernyataan yang merupakan dugaan atau
terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya
dan diuji kebenarannya (Nasution, 2003: 39).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis kerja (Hk), yakni
kesimpulan sementara yang akan dicari kebenarannya dalam penelitian.
Hipotesis ini terbangun dari teori-teori hubungan pengaruh menonton
tayangan televisi dengan perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat yang
menyatakan semakin sering masyarakat menonton tayangan Empat Mata di
Trans 7 maka akan semakin membuka peluang terjadinya perubahan pada
akhlak masyarakat.
Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka secara singkat hipotesis
penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara menonton tayangan Empat Mata
terhadap akhlak masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Semarang.
32
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Jenis dan Metode Penelitian
3.1.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
menekankan analisisnya pada data numerical atau angka yang diolah
dengan metode statistika, dan juga pendekatan kuantitatif dilakukan
pada penelitian dalam rangka pengujian hipotesis dan menyandarkan
kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan
hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikasi
perbedaan kelompok atau signifikasi hubungan antar variabel yang
diteliti (Azwar, 1998: 5). Jenis penelitian kuantitatif sangatlah
dibutuhkan dalam penelitian ini untuk membahas beberapa
kemungkinan yang ada untuk mengupas masalah aktual dengan cara
menghimpun data, menyusun atau mengklasifikasikannya,
menganalisa dan menginterpretasikannya menurut prosedur buku
statistik baik secara manual maupun menggunakan jasa komputer.
3.1.2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Untuk menggali
data-data lapangan yang dibutuhkan tentang akhlak buruh industri di
Kecamatan Ngaliyan Semarang yang menonton tayangan Empat Mata
34
yaitu dengan menggunakan metode survei. Survei bukan hanya
digunakan untuk mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud
menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan
standar yang sudah dipilih atau ditentukan. Disamping itu juga untuk
membuktikan atau membenarkan suatu hipotesis (Arikunto, 2002: 87-
88).
Dengan metode survei yakni penelitian yang mengambil
sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengambilan data yang pokok (Singarimbun, 1995: 3). Adapun yang
menjadi subyek penelitian ini adalah masyarakat buruh industri di
Kecamatan Ngaliyan kota Semarang yang menonton tayangan Empat
Mata.
3.2.Definisi Konseptual dan Operasional
3.2.1. Definisi Konseptual
Yaitu menjelaskan konsep dengan kata-kata atau istilah lain
atau sinonimnya yang dianggap sudah dipahami oleh pembaca.
Definisi seperti ini tampak seperti definisi yang tercantum dalam
kamus, sehingga ada orang yang menyebutnya dengan definisi kamus
(Soeharto, 1998:29).
1. Menonton tayangan Empat Mata
Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah menonton. Secara
terminologi, kata menonton berasal dari kata “tonton” mendapat
35
awalan me-, menjadi menonton yang berarti melihat pertunjukkan
gambar hidup (Poerwadarminta, 1985: 1087).
Menonton berarti melakukan aktifitas atau menyaksikan sesuatu
yang dilihat. Menonton merupakan suatu tindakan tertentu dari
adanya alat komunikasi yakni televisi. Dalam hal ini yaitu
menyaksikan tayangan Empat Mata di Trans7.
2. Akhlak Masyarakat Buruh Industri
Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa arab yang merupakan
bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat (Zahruddin dan Sinaga, 2004: 1).
Akhlak menurut Ahmad Amin (1995: 62) adalah kebiasaan atau
kehendak artinya kehendak itu apabila membiasakan sesuatu maka
kebiasaannya itulah yang dinamakan akhlak.
Namun dalam hal in penelitian hanya mengambil akhlak dari segi
akhlak sesama manusia.
Sedangkan masyarakat buruh industri adalah sekelompok tenaga
yang bekerja pada orang lain dengan memberikan upah (Sudjana,
2002: 6-7).
3.2.2. Definisi Operasional
Pada definisi ini, penulis mencoba melakukan pembatasan
pemahaman terhadap konsep atau variabel yang diteliti yang secara
jelas tercantum pada judul penelitian.
36
1. Menonton tayangan Empat Mata
Definisi operasional dari menonton tayangan Empat Mata adalah
frekuensi dan motif dalam tayangan talk show pada acara Empat
Mata yang ditayangkan di Trans7. Hal ini diperkuat dengan
pendapat Donald. K. Robert bahwa adanya efek hanyalah
perubahan perilaku setelah diterpa media massa. Untuk
memudahkan pengukuran dari menonton tayangan Empat Mata
ditunjukkan indikator-indikator sebagai berikut:
a. Frekuensi atau keaktifan dalam menonton tayangan Empat
Mata, mengukur frekuensi dengan ditunjukkan dengan:
1) Rutinitas menonton tayangan Empat Mata di Trans7
2) Berapa kali menonton tayangan Empat Mata
3) Lama waktu dalam menonton tayangan Empat Mata
4) Perbandingan dengan tayangan lain
b. Motif dalam menonton tayangan Empat Mata, mengukur motif
ditunjukkan dengan:
1) Perasaan ketika menonton tayangan Empat Mata
2) Materi tayangan Empat Mata
2. Akhlak masyarakat buruh industri
Akhlak masyarakat buruh industri didefinisikan sebagai
perwujudan kebiasaan atau tingkah laku antar sesama manusia.
Dasar indikator berikut penulis landaskan pada pendapat Moh.
Alim diantaranya: rendah hati, dermawan, dan cinta kasih. Definisi
37
operasional dari akhlak masyarakat buruh industri ditunjukkan
dengan indikator-indikator sebagai berikut:
a. Rendah hati meliputi:
1) Tidak merendahkan orang lain
2) Tidak membanggakan keunggulan diri
b. Dermawan meliputi:
1) Suka memberikan bantuan atau sumbangan sosial
2) Bersedia menolong sesama terutama yang kurang
beruntung
c. Cinta kasih meliputi:
1) Silaturahmi
2) Kasih sayang
3.3. Sumber dan Jenis Data
Sumber data adalah subyek dari mana data itu diperoleh (Arikunto,
2002: 114). Sumber data dalam penelitian ini adalah orang yang menjadi
responden dalam penelitian yakni masyarakat buruh industri di Kecamatan
Ngaliyan Semarang.
Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data
pertama dilokasi penelitian atau obyek penelitian (Bungin, 2005: 122).
Dalam hal ini peneliti menggunakan angket yang disebarkan pada
38
responden yaitu masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan yang
menonton tayangan Empat Mata.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua
dalam bentuk data yang sudah jadi dalam obyek penelitian (Bungin, 2005:
122).
Peneliti menggunakan data sekunder sebagai data tambahan untuk
menunjang keberhasilan peneliti yang kami lakukan, yaitu berupa buku-
buku yang berkaitan dan juga hasil rekaman dari tayangan Empat Mata.
3.4.Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok subyek yang menjadi sumber penarikan
sampel untuk pengukuran statistik (Komarudin, 2002: 159). Populasi
penelitian ini adalah masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Kota
Semarang yang mempunyai ciri-ciri beragama Islam yang bekerja sebagai
buruh industri dan menonton tayangan Empat Mata di Trans7. Jadi populasi
dalam penelitian ini meliputi keseluruhan responden yang termasuk dalam
unit penelitian, yakni seluruh masyarakat buruh industri yang beragama Islam
yang ada di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang yang menonton tayangan
Empat Mata. Sumber data jumlah masyarakat buruh industri di Kecamatan
Ngaliyan Kota Semarang penulis peroleh dari buku Kecamatan Ngaliyan
dalam Angka (Bappeda dan BPS Kota Semarang, 2006).
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
1998: 117). Sampel yang dimaksud adalah sebagian dari populasi yang
39
menjadi obyek, yamg nantinya akan mampu mewakili populasi yang ada.
Dengan mempertimbangkan kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga
dan dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, serta besar
kecilnya resiko yang ditanggunag peneliti (Arikunto, 2002: 112).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode random sampling
untuk menentukan kelurahan yang mana mewakili populasi yang ada. Dari
sepuluh kelurahan diwilayah kecamatan Ngaliyan yaitu: Podorejo, Wates,
Beringin, Ngaliyan, Bambankerep, Kalipancur, Purwoyoso, Tambakaji,
Gondoriyo, dan Wonosari. Terpilih empat kelurahan sebagai sampel penelitian
yaitu: Podorejo, Wates, Purwoyoso, dan Gondoriyo. Kemudian dari masing-
masing kelurahan diambil berdasrkan proportional sample (sampel proporsi).
Teknik pengambilan sampel proporsi dilakukan untuk menyempurnakan
penggunaan teknik sampel berstrata atau daerah. Teknik ini digunakan agar
jumlah subyek dari setiap daerah seimbang atau sebanding dengan banyaknya
subjek dalam masing-masing daerah (Arikunto, 1998: 127). Landasan proporsi
dalam teknik sampel ini adalah teori Suharsimi Arikunto (1998: 128) yang
menyatakan bahwa apabila jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka jumlah
sampel yang diambil dapat minimal 10% atau lebih. Dengan demikian dari
masing-masing kelurahan diambil 10% dari jumlah buruh industri yang berada
di kelurahan tersebut, yaitu: kelurahan Podorejo sebanyak 31 dari 310,
kelurahan Wates sebanyak 17 dari 167, kelurahan Purwoyoso sebanyak 38
dari 385, dan kelurahan Gondoriyo sebanyak 14 dari 140. Jadi umlah sampel
dalam penelitian ini adalah 100 orang.
40
3.5.Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka pengumpulan data, peneliti menggunakan metode
angkat atau kuesioner. Metode angket atau kuesioner dalam bahasa Inggris
disebut questionnaire (daftar pertanyaan). Metode angket merupakan
serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian
dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali atau
dikembalikkan kepetugas atau peneliti (Bungin, 2005:123). Bentuk angket
dalam penelitian ini adalah angket dengan pertanyaan tertutup, yakni angket
yang dirancang sedemikian rupa untuk merekam data tentang keadaan yang
dialami responden sendiri, kemudian semua alternatif jawaban harus dijawab
oleh responden telah tertera dalam angket tersebut (Bungin, 2005: 123).
Responden harus memilih salah satu jawaban yang menurut pendapatnya
paling benar. Alat ukur yang digunakan adalah skala likert.
Metode skala likert disusun untuk mengungkapkan sikap pro dan
kontra, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju terhadap suatu objek sosial.
Dalam skala sikap (skala likert) objek sosial tersebut berlaku sebagai objek
(Azwar, 1998: 97). Pernyataan sikap terdiri dari dua macam, yaitu: pernyataan
yang favorable (mendukung untuk memihak pada objek sikap) dan pernyataan
yang unfavorable (tidak mendukung objek sikap).
Pertanyaan-pertanyaan dalam angket terdiri dari variabel judul, yaitu :
Variabel X yaitu aktifitas menonton tayangan Empat Mata di Trans 7,
yang terdiri dari indikator-indikator sebagai berikut :
41
1. Frekuensi
Indikator frekuensi tersusun dari sub indikator berupa :
a. Rutinitas menonton tayangan empat amt di Trans7
b. Berapa kali menonton tayangan Empat Mata
c. Lama waktu dalam menonton tayangan Empat Mata
d. Perbandingan dengan tayangan lain
2. Motif
Indikator motif tersusun dari sub indikator berupa:
a. Perasaan ketika menonton tayangan Empat Mata
b. Materi tayangan Empat Mata
Variabel Y yaitu akhlak masyarakat buruh industri. Sebelum
membahas mengenai indikator tentang akhlak buruh industri, penulis terlebih
dahulu akan “mempertemukan” batasan akhlak yang ada dalam acara
tayangan Empat Mata di Trans 7 dengan teori akhlak dalam konteks ilmu
dakwah. Pada dasarnya, nilai akhlak secara ruang lingkup hubungan manusia
dalam hidupnya, terbagi menjadi tiga jenis akhlak, yaitu akhlak kepada Allah,
akhlak kepada sesama manusia, dan akhlak kepada lingkungan (Aziz, 2004).
Sedangkan akhlak menurut sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu akhlak
mahmudah (akhlak yang baik) dan akhlak madzmumah (akhlak yang buruk)
(Abdullah, 2007 : 12).
Sedang pada sisi lain, nilai tayangan Empat Mata di Trans 7 jika
dikaitkan dengan nilai akhlak secara teoritis cenderung mengarah kepada
42
akhlak yang berkaitan dengan akhlak manusia dengan sesama manusia, atau
dengan istilah lain akhlak sosial.
Berdasarkan pada keterkaitan di atas, maka indikator pada variabel Y
akan penulis susun dengan nilai-nilai akhlak manusia dengan sesama manusia.
Dasar indikator berikut penulis landaskan pada pendapat Muhammad Alim
(1995 : 103) yang meliputi :
1. Rendah hati
Indikator rendah hati tersusun dari sub indikator:
a. Tidak merendahkan orang lain
b. Tidak membanggakan keunggulan diri
2. Dermawan
Indikator dermawan tersusun dari sub indikator:
a. Suka memberikan bantuan atau sumbangan sosial
b. Bersedia menolong sesama terutama yang kurang beruntung
3. Cinta Kasih
Indikator cinta kasih tersusun dari sub indikator:
a. Silaturahmi
b. Kasih sayang
Selanjutnya, masing-masing dari sub indikator dari masing-masing
variabel akan penulis susun dalam tabel di bawah ini.
43
Tabel I
Spesifikasi Angket Menonton Tayangan Empat Mata di Trans 7
NO Sub Variabel No Item Jumlah
item 1.
Frekuensi
1,2,3,4,5,6,8, 7
Drop 7 1 2
Motif
9,10,11,12,13,14,16,17,18,20
10
Drop 15,19 2 Jumlah 20
Tabel II
Spesifikasi Angket Akhlak Masyarakat Buruh Industri
NO Sub Variabel No. item
Jumlah
item 1.
Rendah Hati
1,3,4,5,7,8
6
Drop 2,6 2 2.
Dermawan
9,10,11,12,13,14,16,17 8
Drop 15 1 3.
Cinta Kasih
18,20,21,22,24,25,27,28,29,31,32,34,35
13
Drop 19,23,26,30,33 5 Jumlah 35
Sebelum angket disebarkan kepada responden, terlebih dahulu angket
yang diuji reliabilitas dan validitasnya dengan tujuan untuk mengetahui
kualitas instrumen (angket) tersebut. Karena data tidak akan berguna bilamana
44
alat pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tersebut
tidak memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.
a. Uji Validitas Instrumen
Validitas berarti kesucian alat ukur artinya akurasi alat ukur
terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan diman saja
(Bungin, 2004 :97). Ada dua macam uji validitas yang akan peneliti
lakukan yaitu:
1) Validitas konstruk (construct validity) adalah kerangka dari suatu
konsep yang nantinya dari kerangka itu, penelitian dapat menyusun
tolak ukur operasional konsep tersebut dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan (Singarimbun, 1995: 125) dan peneliti telah melakukan
ujian validitas konstruk melalui dua cara yaitu:
a). Memberikan definisi pada konsep yang akan diukur (tentang
menonton dan akhlak) berdasarkan konsep pada ahli yang tertulis
dalam validitas.
b). Untuk memperkuat hasil validitas konstruk tersebut, penulis
mengkonsultasikan konsep tersebut dengan ahli-ahli yang
kompeten dalam bidang konsep yang akan diukur, dalam hal ini
penulis konsultasikan kepada para dosen pembimbing, dan hasil
yang diperoleh bahwa instrumen yang akan dijadikan sebagai alat
untuk mengumpulkan dinyatakan valid.
2) Uji validitas dengan menghitung korelasi antara masing-masing
pertanyaan dengan skor total, dan hasil pengujian yang diperoleh
45
melalui program SPSS versi 12.0 For Window’s 1998 hasilnya dapat
dibaca pada lampiran SPSS, pada Item –Total Statistics lihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel III
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
No Variabel Penelitian
Jumlah Item
Koefisien Korelasi Hasil Analisis (Alpha)
Ket
1. X 17 0,850 0,850>0,239 Reliabel
2. Y 27 0,895 0,895>0,239 Reliabel
Berdasarkan hasil analisis uji validitas dan reliabilitas sebagaimana
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh item sudah teruji validitas
dan reliabiltasnya sehingga telah memenuhi syarat sebagai instrumen baku
yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik analsisi data bertujuan untuk menyederhanakan data kedalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun, 1995:
263). Untuk memudahkan pengambilan kesimpulan dari hasil analisis, meka
penulis menggunakan proses tahapan-tahapan dalam menganalisis, yaitu:
3.6.1. Analisis Pendahuluan
Yaitu analisis yang umumnya dilaksanakan dengan
menggunakan tabel-tabel distribusi ferkuensi atau pembagian
kekerapan, keseringan secara sederhana untuk setiap veriabel yang
terdapat dalam penelitian.
46
3.6.2. Analisis Uji Hipotesis
Analisis ini untuk menguji hipotesis dengan data yang
terkumpul. Pada tahap selanjutnya data tersebut akan diolah dengan
cara memasukan kedalam rumus regresi linier. Analisis regresi adalah
analisis persamaan garis yang diperoleh berdasarkan perhitungan-
perhitungan statistik, umumnya disebut model, untuk mengetahui
bagaimana perbedaan sebuah variabel mempengaruhi variabel lain
(Bungin, 2005:221). Analisis regresi satu variabel independen untuk
mengetahui korelasi yang signifikan, yaitu suatu variabel dapat
diramalkan dari variabel lain. Korelasi antara veriabel independent
dengan variabel dependen dapat dilukiskan dalam suatu garis. Garis ini
disebut regresi. Adapun rumus analisis regresi suatu prediktor dengan
skor kasar adalah:
Sumber Variasi Db JK RK
Regresi (reg)
Residu (res)
1
(N-2)
a∑XY+ K∑Y-(NY 2)(∑ )
∑Y2 – a∑XY-K∑Y
JKregJKreg
JKresJKres
Toral (T)
(N-2) ∑Y2 - (NY 2)(∑ )
Freg = RKresRKreg
Keterangan:
a : Koefisien Prediktor
k : Bilangan Konstanta
N : Jumlah Sampel yang diteliti
∑X : Nilai dari menonton Televisi
47
∑Y : Nilai dari Masyarakat Buruh Industri
∑X2 : Nilai kuadrat dari menonton Televisi
∑xy : Hasil kali dari menonton Televisi dan akhlak masyarakat
buruh Industri
Jkreg : Jumlah Kuadrat Regresi
dbres : Derajat Kebebasan
Rk : Renata Kuadrat garis Regresi
Freg : Harga F (garis regresi) (Hadi, 2001:18)
Sedangkan untuk korelasi antara prediktor X dan kriterium Y dapat
dicapai teknik korelasi momen tangkar dengan perasen:
))(( 22 ∑∑∑=
YX
xyrxy
3.6.3 Analsisi Lanjutan
Merupakan analisis pendahuluan lebih lanjut dari hasil analisis
uji hipotesis. Setelah diperoleh hasil koefisien antara variabel X dan Y,
maka langkah selanjutnya adalah menghubungankan nilai koefisien
korelasi) dengan nilai F tabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun
taraf signifikasi 1 % yang dihasilkan dari koefisien korelasi sama atau
lebih dari F tabel, maka hasil yang diperoleh adalah signifikan yang
berarti hipotesis yang diajukan diterima. Sedangkan apabila Freg yang
dihasilkan dari koefisien korelasi lebih kecil dari F tebel, maka hasil
yang diperoleh adalah tidak signifikan yang berarti hipotesis yang
diajukan ditolak.
48
BAB IV
DESKRIPSI MENONTON TAYANGAN EMPAT MATA DAN AKHLAK
MASYARAKAT BURUH INDUSTRI
4.1 Deskripsi Angket Menonton Tayangan Empat Mata
4.1.1 Sejarah Singkat Empat Mata
Acara Empat Mata adalah sebuah acara talk show yang
dibaurkan dengan lawakan dan disisipi tema-tema sederhana untuk
memudahkan pemahaman sekaligus menghibur pemirsa. Program
Empat Mata merupakan salah satu tontonan yang mampu
membalikkan konsep pertelevisian. Selama ini pemirsa terbiasa
melihat pembawa acara talk show yang good looking dan cerdas.
Namun, sosok Tukul mengubah itu semua. Pertanyaan pun harus
dibantu harus dengan laptop yang dikontrol langsung oleh tim Empat
Mata. Kejujuran dan kecerdasan Tukul untuk bersilat lidah dengan
kata-kata yang memancing tawa penonton menjadi nilai acara ini.
Awal mula acara Empat Mata lahir pada tanggal 28 Mei 2006
diprakarsai Mr. Apollo yang berasal dari Filipina. Mr. Apollo
mengamati permainannya, gaya bicaranya, dan juga gerak-geriknya
Tukul. Kemudian mengobrol secara empat mata dan akhirnya merasa
Tukul orang yang paling pas membawakan acara empat mata, sebuah
acara yang sedang dalam perencanaan tayang.
49
4.1.2 Tim Kreatif Empat Mata
Sebuah kesuksesan acara Empat Mata tak lain ada tim kreatif
yang mem-back up acara tersebut. Adapun tim kerja kreatif yaitu:
Andri Loenggana sebagai produser, Hidayatullah sebagai asisten
produser, Tia, Kiki dan Devi sebagai kreatif, Dita dan Doni sebagai
production assistant serta Widi sebagai talent. Adapun visi Empat
Mata adalah ingin memberikan tayangan yang berisi.
Program Empat Mata ditayangkan di Trans 7 merupakan salah
satu bentuk program acara talk show yang dibawakan oleh Tukul
Arwana ditayangkan setiap hari Senin sampai Jum’at pukul.21.30
WIB. Empat Mata mempunyai kedudukan 50 % joke-joke segar, 40 %
informasi (talk show) dan 10% musik. Kontrak acara Empat Mata
awalnya hanya 13 episode diperpanjang menjadi 26 episode, lalu di
kontrak lagi menjadi 39 episode, dan diteruskan menjadi 260 episode.
Dari semula ditayangkan sepekan sekali, kemudian dilanjutkan
menjadi setiap hari, dari Senin hingga Jum’at. Dengan audience share
rata-rata 16,5 %. Artinya acara ini ditonton oleh 16,5 % penonton
televisi pada jam yang sama. Sebuah proses spektakuler untuk ukuran
pembuatan sebuah tontonan mampu menarik begitu banyak penonton
dan pemasang iklan di tengah sulitnya membuat tontonan yang dapat
menghibur pemirsa (Bahar 2007: 27).
Program ini di produksi oleh PH (Production House) yang
bernama Vinoty Living, beralamat dikawasan pancoran Jakarta selatan.
50
Vinoty Living memberanikan diri untuk menciptakan talk show yang
dihadirkan untuk mengikuti selera masyarakat hiburan lawakan yang
mudah dicerna, instans dan mengasyikkan. Empat Mata termasuk
kategori acara faktual karena dikemas dalam bentuk talk show yang
mengungkapkan fakta-fakta psikologis atau fakta berupa pendapat,
pikiran perasaan dan persepsi orang tentang apa saja terutama karir,
hobi dan pengalaman hidup seperti yang dituturkan Andre Loanggana
sebagai produser acara Empat Mata (www.suaramerdeka.com, 7 Mei
2007).
4.1.3 Tema-tema tayangan Empat Mata yang mengandung pesan moral :
a. 1 Mei 2007. Tema: Penari Modern
− Di dalam kehidupan jangan hanya punya satu kemampuan
(skill), saja tetapi ada ketrampilan lain yang dapat menutupi
kelemahan diri kita sendiri.
− Kalau kita sukses jangan lupa keluarkan shodaqoh yang banyak
agar rezeki kita juga diperbanyak lagi.
b. 11 Juni 2007. Tema: Panggung Sandiwara
− Kalau kita diberikan kepercayaan maka janganlah bekerja
setengah hati tetapi berbuatlah semaksimal mungkin.
− Memupuk rasa perbedaan dapat dijadikan sebagai kekuatan
dalam bekerja, maka jadi orang janganlah pesimis.
51
c. 4 Juni 2007. Tema: Pendidikan
− Memberikan ilmu kepada orang lain dengan keikhlasan, berarti
membukakan rezeki pada diri kita sendiri.
− Janganlah putus asa untuk menuntut ilmu, karena menuntut
ilmu adalah salah satu kewajiban kita kepada Allah.
d. 28 Agustus 2007. Tema: Kehidupan
− Hidup itu praktek bukan teori, kalau hidup itu teori maka
keberhasilan hanyalah angan-angan saja.
− Jadi orang sukses perlu ketekunan dan kesabaran.
e. 10 Agustus 2007. Tema: Sepasang Orang Tua dan Anak
- Jangan pesimis kalau mau hidup, jangan pernah kalah tanding
sebelum perang
- Kalau kita berbakti kepada orang tua maka akan sukses
menjalankan kehidupan ini
- Mencari uang tidaklah mudah maka belajarlah yang rajin
- Hormatilah orang lain seperti kamu menghormati orang tuamu
sendiri
f. 13 September 2007. Tema: Ousthing House
- Kalau kita ingin menjadi orang besar, maka kita harus bisa
membesarkan hati orang lain
- Jangan suka menutup rezeki orang lain jika tidak ingin
dipersulit orang lain
52
g. 17 Oktober 2007. Tema: Puasa
- Kebiasaan berpuasa melatih diri kita untuk melawan hawa dan
nafsu
- Bagi orang yang tidak puasa, alangkah baiknya kita
menghormati orang yang menjalankan puasa dengan cara tidak
makan di depan kita
h. 20 Desember 2007. Tema: Hari Raya Qurban
- Kalau kita mempunyai rezeki yang lebih, maka berbagilah
kepada fakir miskin dengan memberikan bantuan secara moril
maupun spirituil
Kalau kita bisa merasakan penderitaan orang lain, maka akan
menghargai orang lain.
4.1.4 Deskripsi Angket Menonton Tayangan Empat Mata
Jawaban Angket Variabel Menonton TV (Var X) No Resp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 JML
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 3 2 2 2 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 41
2 3 2 2 2 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 42
3 3 2 2 2 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 41
4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 41
5 3 2 2 2 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 41
6 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30
7 3 2 2 2 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 42
8 3 2 2 2 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 41
9 2 2 2 3 1 1 1 3 3 3 2 2 2 2 1 2 3 35
10 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 40
11 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 44
12 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 44
13 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
14 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
15 1 3 3 3 3 1 1 3 3 3 2 2 2 2 1 2 3 38
16 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 41
53
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
17 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 1 1 37
18 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 45
19 3 2 2 2 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 43
20 3 2 2 2 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 43
21 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 35
22 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 45
23 1 1 1 1 3 1 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 35
24 2 3 3 3 2 2 1 3 3 3 2 2 2 2 1 2 3 39
25 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 38
26 3 2 2 2 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 42
27 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 40
28 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 2 3 2 2 1 2 3 39
29 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 44
30 3 2 2 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 43
31 3 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 43
32 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 42
33 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 35
34 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 33
35 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 36
36 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 40
37 3 2 2 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 43
38 3 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 37
39 1 1 1 2 2 2 1 1 2 3 2 3 2 2 2 3 3 33
40 3 1 1 1 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 39
41 3 3 3 3 3 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 32
42 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 40
43 2 2 2 3 3 1 1 3 3 3 2 2 2 2 1 2 3 37
44 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
45 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 31
47 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 2 2 2 1 2 3 31
48 1 2 2 2 2 2 1 3 3 3 2 2 2 2 1 2 3 35
49 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 29
50 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 37
51 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 37
52 2 3 3 3 2 2 1 3 3 3 2 2 2 2 1 2 3 39
53 2 3 3 3 3 1 1 3 3 3 2 2 2 2 1 2 3 39
54 3 2 2 2 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 42
55 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 33
56 1 2 2 3 3 1 1 3 3 3 2 2 2 2 1 3 3 37
57 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 40
58 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 37
59 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 37
60 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 36
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
54
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
62 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 40
63 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
64 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 40
65 2 2 2 3 3 1 1 3 3 3 2 2 2 2 1 2 3 37
66 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 33
67 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 37
68 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 1 2 1 38
69 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
70 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 36
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 36
72 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 38
73 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 40
74 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 36
75 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
77 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
78 3 2 2 2 2 1 1 3 3 3 3 2 2 2 1 3 3 38
79 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 37
80 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 39
81 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
82 2 3 3 3 3 1 1 3 3 3 2 2 2 2 1 2 3 39
83 3 2 2 2 2 1 1 3 3 3 3 3 2 2 1 2 3 38
84 2 2 2 3 3 1 1 3 3 3 2 2 2 2 1 2 3 37
85 2 3 3 3 3 1 1 3 3 3 2 2 2 2 1 2 3 39
86 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 41
87 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 38
88 3 2 2 2 2 1 1 3 3 3 3 2 2 2 1 3 3 38
89 2 2 2 2 2 2 1 3 3 3 2 2 2 2 1 2 3 36
90 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
91 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 35
92 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 42
93 1 3 3 3 3 3 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 35
94 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 38
95 1 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 1 3 2 1 1 1 35
96 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 2 2 2 1 1 1 1 36
97 1 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 36
98 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 1 2 38
99 1 3 3 3 2 2 1 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2 37
100 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 35
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa penelitian dengan
jumlah sampel 100 responden, menunjukkan bahwa nilai menonton
masyarakat buruh industri di kecamatan Ngaliyan terhadap tayangan
55
Empat Mata di Trans 7 tertinggi adalah 45 dan nilai terendah adalah
29, sehingga selisihnya adalah 14.
4.2 Masyarakat Buruh Industri di Kec. Ngaliyan Kota Semarang
4.2.1 Profil Kecamatan Ngaliyan
4.2.1.1 Keadaan Geografis Kecamatan Ngaliyan
Kecamatan Ngaliyan merupakan bagian dari wilayah Kotamadya
Daerah Tingkat II Semarang yang letak wilayahnya kurang lebih 8 km
sebelah barat pusat pemerintahan yang mempunyai ketinggian dataran
48 meter dari permukaan air laut dengan luas daerah keseluiruhan 476
Ha yang terbagi dalam 10 wilayah kelurahan, yaitu:
a. Kelurahan Candirejo
b. Kelurahan Podorejo
c. Kelurahan Beringin
d. Kelurahan Purwoyoso
e. Kelurahan Kalipancur
f. Kelurahan Banban Kerep
g. Kelurahan Ngaliyan
h. Kelurahan Tambakaji
i. Kelurahan Wonosari
j. Kelurahan Wates
56
4.2.1.2 Keadaan Monografis Kecamatan Ngaliyan
Berdasarkn data statistik Kecamatan Ngaliyan pada
bulan April 1996, jumlah penduduk di Kecamatan Ngaliyan
berjumlah 71.231 orang.
Dari jumlah tersebut, dapat dikelompokkan dalam dua
jenis, yaitu:
1) Jenis laki-laki 35.250 dan
2) Jenis perempuan 35.981 orang
Untuk lebih jelasnya, tentang data penduduk ini, maka
dapat dilihat dari klasifikasi umur yang dapat dilihat dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
TABEL 4.1
KLASIFIKASI PENDUDUK KECAMATAN NGALIYAN
DILIHAT DARI SEGI UMUR
NO UMUR JUMLAH 1. 0-4 tahun 8.516 orang 2. 5-9 tahun 6.991 orang 3. 10-14 tahun 7.329 orang 4. 15-19 tahun 6.892 orang 5. 20-24 tahun 6.283 orang 6. 25-29 tahun 6.475 orang 7. 30-34 tahun 5.204 orang 8. 40 – keatas 17.013 orang Jumlah 71.231 orang
Sumber: Data Statistik Monografi Kec. Ngaliyan dalam Angka 2006
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa penduduk di
kecamatan Ngaliyan yang berusia antara 0-sampai dengan 4
tahun berjumlah 8.516 oarang, yang berumur 5 sampai dengan
57
9 tahun sebanyak 6.991 orang, yang berumur antara 10 smpai
dengan 14 tahun berjumlah 7.329 orang, yang berumur 15
sampai dengan 19 tahun berjumlah 6.892 orang, yang berumur
20 sampai dengan 24 tahun berjumlah 6.283 orang, yang
berumur 25 sampai dengan 29 tahun sebanyak 6.528 orang,
sedangkan yang berumur 30 sampai dengan 34 tahun sebanyak
6.675 orang, kemudian yang berumur 35 sampai dengan 39
tahun sebanyak 5.204 orang dan yang berumur 40 tahun keatas
sebanyak 17.013 orang.
Sedangkan jika dilihat dari segi pendidikannya,
penduduk di kecamatan Ngaliyan dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
TABEL 4.2
PENDUDUK KECAMATAN NGALIYAN DILIHAT
DARI TINGKAT PENDIDIKANNYA
NO JENJANG PENDIDIKAN JUMLAH
1. Tidak Sekolah 7.482 2. Belum Tamat SD 16.632 3. Tidak Tamat SD 5.148 4. Tamat SD/ sederajat 17.948 5. Tamat SLTP 19.145 6. Tamat SLTA 26.137 7. Tamat Akademik 4.249 8. Perguruan Tinggi 5.465
Sumber: Data Monografi Kec. Ngaliyan dalam Angka 2006
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat
pendidikan di kecamatan Ngaliyan cukup tinggi dan hal ini
58
dapat dilihat pula bahwa di kecamatan Ngaliyan tidak ada
penduduk yang buta huruf.
Dilihat dari jumlah pemeluk agama yang ada di
kecamatan Ngaliyan secara rinci yaitu dilihat dari masing-
masing pemeluk agama di tiap-tiap kelurahan yang ada, maka
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
TABEL 4.3
PENDUDUK KECAMATAN NGALIYAN DIRINCI TIAP
KELURAHAN MENURUT AGAMA YANG DIPELUK
No Kelurahan Islam Kristen Katolik
Kristen Protestan Budha Hindu Jumlah
1. Podorejo 5.246 16 15 4 6 5.287 2. Wates 3.426 2 18 3 0 3.449 3. Beringin 9.718 415 450 14 13 10.610 4. Ngaliyan 10.421 784 705 60 60 12.030 5. Banban Kerep 3.694 314 86 1 1 4.096 6. Kali Pancur 11.559 1.725 1.611 238 200 15.333 7. Purwoyoso 11.895 1.080 850 277 281 14.383 8. Tambakaji 17.346 501 665 12 12 18.536 9. Gondoriyo 2.798 74 35 0 0 2.907 10. Wonosari 15.192 48 325 26 26 15.617 Jumlah 91.295 4.959 4.760 635 599 102.248
Sumber: Data Monografi Kec. Ngaliyan Dalam Angka 2006
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari semua
penduduk yang tercatat sebagai pemeluk agama, maka pemeluk
agam Islam adalah yang paling banyak yang merupakan
mayoritas, yaitu 91.295, kemudian Kristen Katolik sebanyak
4959, disusuldengan Kristen Protestan sebanyak 4760, dan
59
pemeluk agama Budha sebanyak 620, terakhir agama Hindu
sebanyak 599.
TABEL 4.3
PENDUDUK KECAMATAN NGALIYAN DIRINCI
BERDASARKAN PEKERJAAN
MATA PENCAHARIAN No Kelurahan
Petani Pegawai Pedagang Buruh Industri
Buruh Bangunan Pengusaha
1. Podorejo 1.186 33 60 310 82 47 2. Wates 180 48 40 167 31 2 3. Beringin 69 100 135 1.207 335 15 4. Ngaliyan 300 200 148 2.475 21 4 5. Banban Kerep 989 57 86 1.204 270 109 6. Kali Pancur 532 372 844 1.745 1.373 409 7. Purwoyoso 280 593 567 386 499 346 8. Tambakaji 49 799 582 3.631 310 218 9 Gondoriyo 874 35 62 140 36 0 10 Wonosari 28 75 591 4.585 599 1.509 Jumlah 4.487 2.312 3.047 15.850 3.413 2.659
Sumber: Data Monografi Kec. Ngaliyan dalam Angka 2006
4.2.2 Profil Masyarakat Buruh Industri
Kecamatan Ngaliyan adalah salah satu kecamatan yang berada
di kota Semarang. Kecamatan Ngaliyan merupakan sebuah daerah
yang terhitung cukup luas, memiliki 10 kelurahan yang berjumlah
71.231 orang. Ngaliyan tergolong daerah yang didominasi oleh
industri-industri, sehingga masyarakat di kecamatan Ngaliyan memilih
mata pencaharian sebagai buruh industri dengan jumlah sebanyak
60
15.850 orang (BPS Monografi Ngaliyan 2006). Ngaliyan yang dulunya
merupakan sebuah daerah kecil dari pusat perkotaan, pusat
perbelanjaan, dan lembaga pendidikan. Memang tidak dipungkiri
bahwa yang bekerja sebagai buruh industri tidak hanya dari daerah
kecamatan Ngaliyan, akan tetapi ada juga pendatang dari luar daerah
yaitu daerah Mijen, Tugu, Mangkang dan sekitarnya.
4.2.3 Aktifitas Masyarakat Buruh Industri
Perkembangan kegiatan industri di daerah membawa dampak
pada masyarakat setempat. Masyarakat yang dulunya menopang
kehidupan ekonomi dari mengolah lahan pertanian terpaksa melepas
tanah pertaniannya untuk lahan industri. Dari penjualan tanah, banyak
penduduk yang memanfaatkan uangnya dengan membeli tanah di
daerah lain yang relatif murah harganya untuk di usahakan sebagai
lahan pertanian. Namun, ada pula masyarakat yang memanfaatkan
uangnya dengan hal–hal yang bersifat konsumtif seperti membeli
kendaraan, atau elektronik dan sebagainya. Mereka yang dulunya
bekerja sebagai petani petani, kemudian beralih menjadi buruh industri
(buruh pabrik). Bagi petani peralihan pekerjaan ini memberikan
keuntungan, antara lain mereka mempunyai pekerjaan tetap dengan
hasil yang lebih pasti. Sementara dari status sosial pekerjaan buruh
industri di pandang lebih punya gengsi di bandingkan dengan
pekerjaan sebagai petani.
61
Pada jam-jam kerja ribuan buruh yang bekerja di pabrik
(industri) seolah tumpah ruah ke jalan raya menuju ke tempat tinggal
masing-masing, diselingi oleh para buruh yang masuk kerja pada shift
berikutnya. Ada 3 model jam shift kerja yaitu: shift pagi mulai dari
pukul 07.00-16.00 WIB, shift sore mulai dari pukul 16.00-22.00 WIB,
dan shift malam mulai pukul 22.00-07.00 WIB. Semua pekerja buruh
industri mempunyai kesempatan untuk bekerja pada shift kerja
masing-masing sesuai gilirannya.
Dari segi sosialisasi dengan masyarakat, buruh industri di
kecamatan Ngaliyan cukup baik. Hal itu dapat terlihat dari
keikutsertaan buruh industri dalam setiap kegiatan yang ada di masing-
masing daerah. Misalnya saja ketika ada acara-acara seperti peringatan
hari-hari besar nasional maupun agama, maka mereka ikut serta dalam
pelaksanaan acara tersebut. Begitu pula dengan kegiatan-kegiatan yang
bersifat sosial, seperti kerja bakti, pembangunan jalan atau jembatan
maupun sarana-sarana umum, maka buruh industri juga ikut membantu
dalam pembangunan tersebut. Semua kegiatan sosial dilakukan
bersama-sama dengan masyarakat setempat. Meskipun sibuk mereka
menyempatkan untuk mengikuti kegiatan sosial. Hal ini dikarenakan
selain jam kerja buruh yang tidak sama, juga buruh yang mempunyai
waktu luang yang relatif sempit.
Ciri pokok hukum perburuhan Islam adalah sifatnya yang
memandang buruh sebagai makhluk beragama, sehingga mutlak harus
62
dijamin dan dilindungi hak-haknya untuk beribadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya. Jaminan dan perlindungan hak dasar ini
sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia yang rindu pada Tuhan
penciptanya. Implementasi dari hak ini adalah kebebasan
melaksanakan ibadah, yang salah satu perwujudannya adalah adanya
bangunan tempat beribadah dan adanya istirahat saat waktu ibadah tiba
(Sudjana, 2001: viii).
Sebagai pekerja buruh industri sebaik mungkin mereka
menyempatkan waktu istirahat untuk melaksanakan ibadah kepada
Allah. Walaupun terkadang tergesa-gesa karena waktu yang relatif
singkat untuk membagi waktu makan siang dan juga waktu ibadah.
Dari segi ilmu perkembangan jiwa agama, dapat dikatakan bahwa
perubahan keyakinan atau perubahan jiwa agama pada orang dewasa
bukanlah suatu hal yang terjadi secara kebetulan saja, dan tidak pula
merupakan pertumbuhan yang wajar, akan tetapi adalah suatu kejadian
yang didahului oleh berbagai proses dan kondisi yang terjadi
(Darajdat, 1996: 137), maka dari itu perlunya membentengi iman agar
tidak terpengaruh oleh perkembangan zaman.
4.2.4 Deskripsi Hasil Angket Akhlak Masyarakat Buruh Industri Kecamatan
Ngaliyan
Jawaban Angket Masyarakat Buruh Industri Kec. Ngaliyan (Var Y) No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 JML
1 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 70 2 2 3 3 2 2 3 1 2 1 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 67 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 69 4 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 65 5 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 67 6 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 57 7 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 69 8 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 67 9 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 68
63
10 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 62 11 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 65 12 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 70 13 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 57 14 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 62 15 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 55 16 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 1 1 2 2 64 17 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 65 18 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 73 19 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 70 20 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 64 21 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 56 22 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 66 23 1 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 62 24 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 60 25 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 63 26 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 71 27 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 61 28 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 71 29 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 1 1 1 3 2 2 2 2 3 63 30 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 71 31 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 58 32 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 67 33 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 62 34 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 57 35 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 62 36 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 60 37 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 66 38 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 62 39 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 64 40 2 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 59 41 1 1 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 1 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 63 42 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68 43 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 56 44 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 61 45 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 58 46 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 53 47 3 3 1 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 65 48 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68 49 3 2 1 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 52 50 3 3 1 1 1 1 3 3 2 3 2 1 3 1 3 2 1 1 1 2 3 1 3 1 3 3 3 55 51 3 3 1 1 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 3 63 52 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 60 53 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 55 54 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 72 55 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 54 56 1 1 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 1 3 3 3 3 3 2 3 1 2 3 3 3 65 57 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 1 2 2 2 2 2 1 63 58 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 58 59 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 53 60 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 61 61 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 56 62 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 67 63 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 54 64 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 1 1 1 63 65 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 56 66 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 61 67 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 66 68 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 70 69 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 54 70 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 62 71 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 62 72 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 64 73 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 64 74 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 60 75 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65 76 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 66 77 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 66 78 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 69 79 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 61 80 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 62 81 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 58 82 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 61 83 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 61 84 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 61 85 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 57 86 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72 87 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 1 1 2 60 88 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 69 89 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 59 90 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68 91 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 62
64
92 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68 93 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 63 94 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 59 95 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 3 3 3 57 96 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 1 1 2 61 97 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 1 1 2 60 98 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 64 99 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 59
100 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 59
Berdasarkan tabel di atas penelitian dengan jumlah sampel 100
responden, menunjukkan bahwa nilai akhlak masyarakat buruh industri
di kecamatan Ngaliyan tertinggi adalah 73 dan nilai terendah adalah
52, sehingga selisihnya adalah 19.
63
BAB V
ANALISIS TENTANG PENGARUH MENONTON TAYANGAN EMPAT
MATA DI TRANS 7 TERHADAP AKHLAK MASYARAKAT BURUH
INDUSTRI DI KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG
5.1 Analisis Pendahuluan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kategori nilai menonton
tayangan Empat Mata di Trans 7 dan akhlak masyarakat buruh industri di
Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Jumlah responden dalam penelitian ini
adalah 100 orang buruh industri. Teknik sampel yang digunakan adalah teknik
acak (random sampling) yang meliputi penentuan wilayah dan sampel.
Wilayah yang dijadikan sebagai tempat sampel meliputi empat kelurahan,
yakni Kelurahan Podorejo, Wates, Purwoyoso, dan Gondoriyo.
Data hasil penelitian dideskripsikan sebagai berikut:
5.1.1. Data tentang Menonton Tayangan Empat Mata di Trans 7
Nilai kuantitatif variabel X dengan menjumlahkan skor
jawaban angket adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1
Data Hasil Angket Variabel X
No Resp. Nilai Variabel X No. Resp Nilai Variabel X 1 41 51 37 2 42 52 39 3 41 53 39 4 41 54 42 5 41 55 33 6 30 56 37 7 42 57 40 8 41 58 37 9 35 59 37
64
10 40 60 36 11 44 61 34 12 44 62 40 13 36 63 34 14 36 64 40 15 38 65 37 16 41 66 33 17 37 67 37 18 45 68 38 19 43 69 34 20 43 70 36 21 35 71 36 22 45 72 38 23 35 73 40 24 39 74 36 25 38 75 34 26 42 76 34 27 40 77 34 28 39 78 38 29 44 79 37 30 43 80 39 31 43 81 34 32 42 82 39 33 35 83 38 34 33 84 37 35 36 85 39 36 40 86 41 37 43 87 38 38 37 88 38 39 33 89 36 40 39 90 34 41 32 91 35 42 40 92 42 43 37 93 35 44 32 94 38 45 32 95 35 46 31 96 36 47 31 97 36 48 35 98 38 49 29 99 37 50 37 100 35
Total 1918 1847 3765
65
Tabel 5.2
Frekuensi Hasil Nilai Angket Variabel X
Cumulative Frequency Precent Valid Percent
Percent 29.00 1 1.0 1.0 1.0 30.00 1 1.0 1.0 2.0 31.00 2 2.0 2.0 4.0 32.00 3 3.0 3.0 7.0 33.00 4 4.0 4.0 11.0 34.00 8 8.0 8.0 19.0 35.00 9 9.0 9.0 28.0 36.00 10 10.0 10.0 38.0 37.00 13 13.0 13.0 51.0 38.00 10 10.0 10.0 61.0 39.00 8 8.0 8.0 69.0 40.00 8 8.0 8.0 77.0 41.00 7 7.0 7.0 84.0 42.00 6 6.0 6.0 90.0 43.00 5 5.0 5.0 95.0 44.00 3 3.0 3.0 98.0 45.00 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Berdasarkan paparan dua tabel di atas dapat diketahui
bahwasanya:
a. Nilai terendah (minimum) dari nilai variabel X adalah 29
b. Nilai tertinggi (maximum) nilai variabel X adalah 45
c. Nilai tengah (median) dari nilai variabel X adalah 37
d. Nilai rata-rata (mean) dari nilai variabel X adalah 3765/100 =
37,65.
Dengan nilai rata-rata sebesar 37,65 berarti bahwa responden
yang memiliki nilai sebesar < dari 37,65 adalah mereka yang kurang
aktif dalam menonton tayangan Empat Mata. Sedangkan responden
66
yang memiliki nilai sebesar > 37,65 adalah mereka yang aktif
menonton empat mata.
Kemudian dari data tersebut, dapat ditentukan kategori nilai
menonton tayangan Empat Mata di Trans 7 dengan cara sebagai
berikut:
I = ∑ (nilai tertinggi – nilai terendah) Jumlah interval = ∑ 45-29 4
= 16/4
= 4
Sehingga dapat diketahui bahwa ada empat kategori nilai
menonton tayangan Empat Mata di Trans 7 dengan nilai interval 4
yang dapat dijelaskan melalui tabel berikut ini:
Tabel 5.3
Kategori Nilai Menonton Tayangan Empat Mata di Trans 7
Interval Frekuensi Kriteria %
41-ke atas 23 Sangat baik 23%
37 – 40 39 Baik 39%
33 – 36 31 Kurang baik 31%
29 – 32 7 Tidak baik 7%
JUMLAH 100 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel X yang
memiliki Mean 37,65 terletak pada interval 37 – 40, yang memiliki
kategori nilai “Baik”, dengan frekuensi 32. Oleh karena itu dapat
67
disimpulkan bahwa rata-rata masyarakat buruh industri Kecamatan
Ngaliyan Kota Semarang memiliki nilai “baik” dalam menonton
tayangan Empat Mata di Trans 7.
23
3931
7
0
20
40
Kategori Efektivitas
Var x
Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik
5.1.2. Data tentang Akhlak Masyarakat Buruh Industri Kec. Ngaliyan
Nilai kuantitatif variabel akhlak masyarakat buruh industri
Kec. Ngaliyan dapat diketahui dengan menjumlahkan skor jawaban
angket adalah sebagai berikut:
Tabel 5.4
Data Hasil Angket Akhlak Masyarakat Buruh Industri Kec. Ngaliyan
No Resp. Nilai Variabel Y No. Resp Nilai Variabel Y 1 70 51 63 2 67 52 60 3 69 53 55 4 65 54 72 5 67 55 54 6 57 56 65 7 69 57 63 8 67 58 58 9 68 59 53
10 62 60 61 11 65 61 56 12 70 62 67
f r e k u e n s i
68
13 57 63 54 14 62 64 63 15 55 65 56 16 64 66 61 17 65 67 66 18 73 68 70 19 70 69 54 20 64 70 62 21 56 71 62 22 66 72 64 23 62 73 64 24 60 74 60 25 63 75 65 26 71 76 66 27 61 77 66 28 71 78 69 29 63 79 61 30 71 80 62 31 58 81 58 32 67 82 61 33 62 83 61 34 57 84 61 35 62 85 57 36 60 86 72 37 66 87 60 38 62 88 69 39 64 89 59 40 59 90 68 41 63 91 62 42 68 92 68 43 56 93 63 44 61 94 59 45 58 95 57 46 53 96 61 47 65 97 60 48 68 98 64 49 52 99 59 50 55 100 59
Total 3166 3090 6256
69
Tabel 5.5
Frekuensi Hasil Nilai Angket Akhlak Masyarakat Buruh Industri (Var Y)
Cumulative
Frequency Precent Valid Percent Percent
52.00 1 1.0 1.0 1.0 53.00 2 2.0 2.0 3.0 54.00 3 3.0 3.0 6.0 55.00 3 3.0 3.0 9.0 56.00 4 4.0 4.0 13.0 57.00 4 4.0 4.0 17.0 58.00 5 5.0 5.0 22.0 59.00 5 5.0 5.0 27.0 60.00 6 6.0 6.0 33.0 61.00 9 9.0 9.0 42.0 62.00 10 10.0 10.0 52.0 63.00 7 7.0 7.0 59.0 64.00 6 6.0 6.0 65.0 65.00 6 6.0 6.0 71.0 66.00 5 5.0 5.0 76.0 67.00 5 5.0 5.0 81.0 68.00 5 5.0 5.0 86.0 69.00 4 4.0 4.0 90.0 70.00 4 4.0 4.0 94.0 71.00 3 3.0 3.0 97.0 72.00 2 2.0 2.0 99.0 73.00 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Berdasarkan paparan dua tabel di atas dapat diketahui
bahwasanya:
a. Nilai terendah (minimum) dari nilai variabel Y adalah 52
b. Nilai tertinggi (maximum) nilai variabel Y adalah 73
c. Nilai tengah (median) dari nilai variabel Y adalah 62
d. Nilai rata-rata (mean) dari nilai variabel Y adalah 6256/100 =
62,56.
70
Dengan nilai rata-rata sebesar 62,56 berarti bahwa responden
yang memiliki nilai sebesar < dari 62,56 akhlaknya kurang baik.
Sedangkan responden yang memiliki nilai sebesar > 37,65 adalah
mereka yang memiliki akhlak yang baik.
Kemudian dari data tersebut, dapat ditentukan kategori nilai
akhlak masyarakat buruh industri Kec. Ngaliyan dengan cara sebagai
berikut:
I = ∑ (nilai tertinggi – nilai terendah) Jumlah interval = ∑ 73-52 4
= 21/4
= 5,25 dibulatkan menjadi 5
Sehingga dapat diketahui bahwa ada empat kategori nilai
akhlak masyarakat buruh industri Kec. Ngaliyan dengan nilai interval
5 yang dapat dijelaskan melalui tabel berikut ini:
Tabel 5.6
Kategori Nilai Akhlak Masyarakat Buruh Industri
Interval Frekuensi Kriteria %
67 – ke atas 24 Sangat baik 24%
62 – 66 34 Baik 34%
57 – 61 29 Kurang baik 29%
52 – 56 13 Tidak baik 13%
JUMLAH 100 100%
71
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel Y yang
memiliki mean 62,56 terletak pada interval 62 – 66, yang memiliki
kategori nilai “Baik”, dengan frekuensi 34. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa rata-rata akhlak masyarakat buruh industri
Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang memiliki nilai “baik”.
2434
29
13
010203040
Kategori Tingkat Aktivitas
Var Y
Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik
5.2 Analisa Uji Hipotesis
Analisis digunakan untuk membuktikan atau ditolaknya hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini. Adapun uji hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah “adanya pengaruh antara menonton tayangan Empat
Mata dengan akhlak masyarakat buruh industri di kecamatan Ngaliyan Kota
Semarang”.
Untuk membuktikan hipotesis tersebut, digunakan analisis regresi
dengan satu predictor. Adapun tugas pokok analisis regresi adalah sebagai
berikut:
f r e k u e n s i
72
1. Mencari korelasi antara kriterium dan predictor
2. Menguji apakah korelasi itu signifikan atau tidak
3. Mencari persamaan regresi
4. Menemukan sumbangan relatif antara sesama predictor, jika prediktornya
lebih dari satu.
Setelah di ketahui dari tabel koefisien korelasi antara variabel X dan
Y, maka selanjutnya data tersebut dimasukkan dalam rumus dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Mencari Korelasi Antara Kriterium dan Prediktor
Korelasi antara predictor X dengan kriterium Y dapat dicari
melalui teknik korelasi momen tangkar dengan Pearson, dengan rumus
umum:
( )( )22 yxxyrxyΣΣ
Σ=
Rumus ini telah diketahui bahwa :
( )( )N
YXXYXY ΣΣ−Σ=Σ
( )NXXX
222 Σ−Σ=Σ
( )NYYY
222 Σ−Σ=Σ
Setelah dilakukan komputasi terhadap data, hasil koefisien korelasi
nilai tersebut ditemukan bahwa :
73
N
∑X
∑Y
=
=
=
100
3765
6256
∑X2
∑Y2
∑XY
=
=
=
142983
393842
236480
Untuk mencari hasil masing-masing rumus di atas adalah sebagai
berikut :
( )( )N
yxxyxy ΣΣ−Σ=Σ
( )( )
6,9414,235538236480
100840.23553236480
10062563765236480
=−=
−=
−=
( )Nxxx
222 Σ−Σ=Σ
( )
75,123025,141752142983
100225,14175142983
1003765142983
2
=−=
−=
−=
( )Nyyy
222 Σ−Σ=Σ
( )
64,246636,391375393842
10039137536393842
1006256393842
2
=−=
−=
−=
74
Dari perhitungan di atas diketahui sebagai berikut:
64,246675,1230
6,941
2
2
=Σ
=Σ
=Σ
yxxy
Dari data di atas kemudian dimasukkan dalam rumus momen
tangkar dari Pearson sebagai berikut :
( )( )22 yxxyrxyΣΣ
Σ=
( )( )
540,0540416552,0
359659,17426,941
18,30358176,941
64,246675,12306,941
==
=
=
=
r2 = (0,540)2 = 0,2916 = 0,292
Dengan demikian koefisien korelasi Pearson (r) didapat sebesar
0,292, menyatakan besarnya derajat keeratan hubungan antara variabel
menonton tayangan Empat Mata dengan akhlak masyarakat buruh industri
di kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
2. Menguji Apakah Korelasi itu Signifikan atau Tidak
Setelah diadakan uji korelasi dengan rumus korelasi momen
tangkar dari Pearson, maka hasil yang diperoleh dikonsultasikan dengan rt
pada taraf signifikansi 5% dan 1% sebagai berikut:
rxy = 0,540 > rt :0,05 (0,195)
75
rxy = 0,540 > rt :0,01 (0,256)
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh
antara menonton tayangan Empat Mata dengan akhlak masyarakat buruh
industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang adalah diterima
3. Mencari Persamaan Regresi
Y = aX + K
Di mana:
Y = akhlak
X = menonton tayangan Empat Mata
a = Bilangan koefisien predictor yaitu angka arah atau koefisien regresi
yang menunjukkan angka peningkatan variabel dependen yang
didasarkan pada nilai variabel.
K = Bilangan konstan (harga Y bila X = 0) (Hadi, 2001: 6).
Untuk mengetahui Y terlebih dahulu dicari harga X dan K dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Y = aX + K
( )22
.xxN
yxxyNaΣ−ΣΣΣ−Σ
=
( )
765,0765061954,0
12307594160
14175225142983002355384023648000
3765142983.1006256.3765236480.100
2
==
=
−−
=
−−
=
76
Jadi harga a adalah 0,765
Setelah diketahui harga a, barulah dapat menghitung K, yaitu
dengan rumus sebagai berikut:
K = Y – aX
Keterangan:
=x mean variabel x = NxΣ
y = mean variabel y = NyΣ
y = 1003765 = 37,65
=x 56,621006256
=
Jadi: K = Y – aX
= 62,56 - 0,765.37,65
= 62,56 – 28,80225
= 33,75775
= 33,75
Y = aX + K
= 0,765.X + 33,758
Mencari Varians Garis Regresi
77
Tabel 5.7
Ringkasan Rumus Analisis Regresi dengan Skor Satu Prediktor
Sumber Variasi Db JK RK
Regresi (reg)
Residu (res)
1
(N-2)
A∑XY+ K∑Y-
(NY 2)(∑ )
∑Y2 – a∑XY-K∑Y
JKregJKreg
JKresJKres
Toral (T)
(N-2) ∑Y2 - (NY 2)(∑ )
Freg = RKresRKreg
Selanjutnya rumus-rumus tersebut diaplikasikan ke dalam data
yang ada pada tabel kerja yang telah diketahui persamaan garis regresinya
Y = 0,765.X + 33,758
Jkreg = a2
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−Σ+Σ
NYYKXY
= 0,765.236480 + 33,75775.6256 - 2
1006256
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
= 180907,2 + 211188,484 – 391375,36
= 720,324
Jkres = YKXYaY Σ−Σ−Σ .2
= 393842 – 0,765. 236480 – 33,758.6256
= 393842 – 180907,2 – 211188,484
= 1746,316 = 1746
78
Dbres = N-2
= 100-2
= 98
Rkreg = DbregJkreg
= 1324,720
= 720,324
Rkres = DbresJkres
= 98
1746
= 17,816
Freg = RkresRkreg
= 816,17324,720
= 40,431
Ttotal = 2
2 ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛Σ−Σ
NYY
= 393842 - 2
1006256
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
= 393842 – 391375,36
= 2466,64
79
Adapun uji hipotesis tersebut jika disajikan secara komputerisasi
dengan menggunakan rumus SPSS 12.00 adalah sebagai berikut:
Regression Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 Var_X(a) . Entera All requested variables entered. b Dependent Variable: Var_Y
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .541(a) .292 .285 4.21205 2.000a Predictors: (Constant), Var_X b Dependent Variable: Var_Y
Pada tabel model summary di atas dapat dibaca bahwa hubungan
(korelasi) X dengan Y bernilai 0,541. Ini artinya ada hubungan X dengan Y
sangat kuat dan searah. Nilai positif (+), artinya regresi arahnya ke kanan atas,
bila menonton tayangan Empat Mata ditingkatkan, maka akhlak buruh
industri akan naik.
Sedangkan nilai R2(R Square) = 0,292 artinya adalah variabel X dapat
menerangkan variabilitas sebesar 29,2% dari variabel Y dan sisanya
diterangkan oleh variabel lain. Maksud dari nilai variabilitas tersebut adalah
besarnya pengaruh menonton tayangan Empat Mata di Trans7 terhadap
akhlak masyarakat buruh industri adalah 0,292; artinya sebesar 29,2% akhlak
masyarakat buruh industri dipengaruhi oleh menonton tayangan Empat Mata
sedangkan sisanya sebesar 70,8% ditentukan oleh faktor lain.
80
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 720.324 1 720.324 40.431 .000(a) Residual 1746.316 98 17.819 Total 2466.640 99
a Predictors: (Constant), Var_X b Dependent Variable: Var_Y
Dalam tabel ANOVA diatas, terbaca nilai Fhit= 40,431. Sedangkan
dari tabel nilai statistik F dengan derajat bebas (db) V1= 1 dan V2= 98 pada
taraf signifikansi 0,05 (F1 40.431 : 0,05). Kita memperoleh nilai F tabel= 3,94
karena nilai Fhit > Ftab maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis awal adanya
pengaruh menonton Empat Mata di Trans7 dapat diterima. Jika dilihat dari
perbandingan nilai Sig, dengan nilai taraf signifikansi (α) Sig dibandingkan
dengan alpha adalah 0,000 < 0,05, karena nilai Sig lebih kecil dari alpha
(Sig>α ), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis awal diterima yaitu
adanya pengaruh menonton tayangan Empat Mata di Trans7.
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 33.758 4.540 7.449 .000 Var_X .765 .120 .541 6.361 .000
a Dependent Variable: Var_Y
Dalam tabel koefisien di atas diperoleh nilai thit = 7,449. karena kita
memakai taraf signifikansi 5% maka untuk ttabel akan diperoleh nilai t. 98;
0,025 = 2000 (lihat tabel nilai statistik dalam distribusi t dengan derajat bebas
dk = 98 pada taraf signifikansi 0,025%, karena menggunakan uji 2 fihak).
Dari kedua nilai tersebut, kita peroleh thit dan ttabel =7,449 > 2,000, karena nilai
thit > ttabel maka disimpulkan bahwa Hk (hipotesis kerja diterima) atau
81
signifikansi. Dalam tabel koefisien di atas diperoleh nilai thit = 6,361. Karena
menggunakan taraf signifikansi 5% maka untuk ttabel akan kita peroleh nilai t
98; 0,025 = 2,000. Dengan membandingkan nilai thit dan ttabel didapatkan =
2,000 < 7,449. Karena nilai thit > ttabel dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja
diterima atau signifikan.
Hasil yang sama juga dapat dihasilkan dari perbandingan nilai Sig
dengan taraf signifikansi = Sigα = 0,000<0,05, karena nilai Sig<α maka
disimpulkan bahwa Hk diterima yang artinya koefisien regresi pada X
signifikan. Dengan demikian, model regresi yang dapat dipakai adalah Y=
33,758+0,764 X
Tabel 5.8
Tabel Anova untuk Uji Signifikansi Regresi Y atas X
Y = 33,758 + 0,765x
Sumber Varian
Db Sum of Squares
Mean Square
F Uji Signifikan
Regresi 1 720.324 720.324Residu 98 1746.316 17,816Total 99 2466.640 -
40,431 0,000
71
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data secara kuantitatif dalam menguji koefisien
regresi dan pengujian hipotesis sebagaimana tersaji dalam bab V, maka secara
sederhana dapat disimpulkan bahwa:
1. Antara menonton tayangan Empat Mata di Trans7 dan akhlak masyarakat
buruh industri, ada hubungan signifikan. Hal ini dapat dilihat melalui hasil
uji korelasi momen tangkar dari person, diperoleh hasil Rhitung = 0,541 >
Rtabel = 0,256 pada taraf signifikansi 1% dan Rhitung = 0,541 > Rtabel = 0,195
pada taraf signifikansi 5%.
2. Dengan nilai konstanta 33,82 menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat
buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang sudah memahami
hal-hal yang berkaitan dengan akhlak sebelum mereka menonton tayangan
Empat Mata di Trans 7 yang ditunjukkan dengan angka sebesar 33,82%,
kemudian dengan koefisien sebesar 0,764 menunjukkan adanya kenaikan
akhlak setiap satu kali menonton tayangan Empat Mata di Trans 7 sebesar
0,764%.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara menonton tayangan Empat Mata
di Trans 7 terhadap akhlak. Hal tersebut berdasarkan hasil uji F, diperoleh
hasil Fhitung = 40,463 > Ftab pada signifikansi 5% (3,94) dan 1% (6,90).
Karena Freg > dari Ftab, maka hasilnya adalah signifikan. Sehingga
hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima. Kondisi ini diperkuat juga
72
oleh hasil output (Sig) 0,000 yang lebih kecil dari Sig 0,005 sehingga
hipotesis awal tentang pengaruh menonton tayangan Empat Mata dan
akhlak buruh industri terdapat pengaruh yang signifikan atau Ha diterima.
4. Dengan nilai koefisien determinasi sebesar 29,2% menunjukkan bahwa
besarnya pengaruh menonton tayangan Empat Mata di Trans 7 terhadap
akhlak masyarakat buruh industri adalah sebesar 29,2%. Sedangkan
sisanya sebesar 70,8% ditentukan oleh faktor lain seperti daya pilihan dan
minat perhatian untuk menerima dan mengolah pengaruh yang datang dari
luar dirinya.
6.2 Limitasi
Peneliti menyadari bahwa dalam suatu penelitian pasti terjadi banyak
kendala dan hambatan. Beberapa faktor yang menjadi kendala dan hambatan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Faktor Penerjemahan Hasil Penelitian
Diakui bahwa dalam penelitian ini masih terdapat kelemahan-
kelemahan yang disadari oleh penulis khususnya dalam penerjemahan
hasil penelitian berupa angka-angka kedalam bentuk penjabaran secara
deskriptif. Namun demikian penulis berusaha semaksimal mungkin untuk
bisa menjadikan hasil analisis yang berupa angka-angka keistimewaan
pada bidang metodologi, yakni pengolahan analisis data dengan
menggunakan SPSS yang sebelumnya diuji realibilitas dan validitasnya
memberikan ketepatan hasil yang diperoleh.
Pada peneliti yang akan datang, yang akan meneliti pada bidang
yang sama, agar lebih berhati-hati dalam penggunaan metodologi
73
penelitian, serta dalam proses analisis datanya harus sangat teliti, sehingga
hasil yang diperolehpun akan tepat.
2. Faktor Biaya
Meskipun biaya tidak satu-satunya faktor yang menjadi hambatan
dalam penelitian, namun biaya pada dasarnya suatu hal yang memegang
peran penting dalam menyukseskan penelitian. Peneliti menyadari bahwa
dengan biaya minim penelitian akan terhambat.
3. Faktor Waktu dan Tempat Penelitian
Selain faktor biaya, waktu juga memegang peranan yang sangat
penting, namun demikian peneliti menyadari bahwa dalam melakukan
penelitian ini benar-benar menyita waktu.
Meskipun banyak kendala dan hambatan dalam melakukan
penelitian tentang Pengaruh Menonton Tayangan Empat Mata di Trans7
terhadap Akhlak Masyarakat Buruh Industri di Kecamatan Ngaliyan Kota
Semarang, penulis berusaha menyelesaikan. Oleh karena itu, kepada
peneliti yang akan datang yang berminat meneliti dalam bidang yang sama
peneliti ingin memberikan rambu-rambu agar melakukan penelitian secara
lebih berhati-hati dalam bidang metodologi penelitian, khususnya dalam
populasi serta teknik analisis yang tepat pada penelitian yang akan
dilakukan.
6.3 Saran-saran
Kehidupan menuntut agar semaksimal mungkin mengembangkan
kemampuan dan potensi yang dimiliki untuk berpartisipasi aktif dalam
kemajuan yang berorientasi penuh pada teknologi dan perkembangan ilmu
74
pengetahuan. Di saat yang sama pula, menurut skala fitrah keberagaman
manusia harus menjalin hubungan vertikal (manusia dengan Tuhannya) dan
hubungan horisontal (manusia dengan manusia).
Tanpa mengurangi rasa hormat peneliti pada pihak manapun, berikut
peneliti sampaikan beberapa saran dengan harapan dapat bermanfaat bagi
kemajuan bersama :
1. Kepada Empat Mata di Trans7
Melihat tayangan Empat Mata sangat diminati oleh masyarakat
luas, hendaknya empat mata dapat menayangkan hiburan yang disisipi
tema-tema sederhana yang bersifat sosial tidak hanya menguak tentang
gosip-gosip selebritis. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian bahwa acara
empat mata mempengaruhi akhlak masyarakat buruh industri.
2. Kepada Pencipta Ilmu Pengetahuan
Dalam skripsi ini peneliti belum menjelaskan lebih detail, hanya
memaparkan atau mendeskripsikan mengenai pengaruh menonton
tayangan Empat Mata di Trans 7 terhadap akhlak masyarakat buruh
industri Ngaliyan Semarang. Maka dari itu hendaklah bagi peneliti
selanjutnya yang sejenis dengan penelitian penulis, mampu lebih
memaparkan atau mengembangkannya lagi sehingga nanti diharapkan
akan muncul ide-ide baru yang dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan khususnya bidang komunikasi pertelevisian.
DAFTAR PUSTAKA
Abi Daud, Imam Al-Hafidz Sulaiman bin Ats’ats As-Sijistani, Sunan Abi Daud, Beirut-Libanon : Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiah, 275 H
Azis, Moh. Ali. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media.
Amin, Ahmad. 1995. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang.
Abuddin, Nata. 2002. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Grafindo Persada.
Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo: Era Intermedia.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.
Artoyo. 1986. Tenaga Kerja Perusahaan. Jakarta: Balai Pustaka.
Asikin, Zainal. 2004. Dasar-dasar Hukum Perburuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Azwar, Saifuddin. 1995. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Available: http://www.suaramerdeka.com/brev/07/04/2007/bel.html
Bahar, Ahmad. 2007. Kisah Sukses dengan Kristalisasi Keringat. Jakarta: Penebar Swadaya.
Bappeda Kota Semarang dan Badan Pusat Statistik Kota Semarang, Kecamatan Ngaliyan dalam Angka 2006.
Budiman, Kris. 2002. Menonton Sebagai Praktek Konsumsi. Yogyakarta: Galang Press.
Burhan, Bungin. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Prenada Media.
Burton, Greame. 2002. Membincangkan Televisi. Bandung: Jalasutra.
Effendi, Onong U. 1990. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Cipta Aditya Bakti.
Eggi, Sudjana. 2003. Buruh Menggugat Perspektif. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Erlina, Noor Lidiastutik. 2005. Hubungan Aktifitas Menonton Televisi Dengan Perilaku Keagamaan (Studi Analisis Pada Masyarakat Kec. Karimunjawa Kab. Jepara). Skripsi. Semarang : Fakda IAIN Walisongo.
Elvinaro dan Erdiyana. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Rekatama Media.
Hadi, Sutrisno. 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.
Handoko, Martin. 1992. Motivasi. Yogyakarta: Kanisius.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hidayati, Bern. 1996. Mendampingi Anak Menonton TV. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. .
Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebagai Analisis Media Televisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Mahmud, Ali Abdul Halim. 1995. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani.
Mulyana, Dedi, dan Idi Subandana. 1997. Bercinta dan Televisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muriah, Siti. 2000. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Nasution, S. 2003. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Nuruddin. 2004. Komunikasi Massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_______. 2004. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Grafindo Persada.
Omar, Toha Yahya. 2004. Islam dan Dakwah. Jakarta: Al Mawardi Prima.
Poerwardaminto, WJS. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.
Samiasih. 2006. Pengaruh Menonton Program Tolong di SCTV terhadap Sikap Solidaritas Mahasiswa Fakultas Dakwah Jurusan KPI (Angkatan 2002-2005) IAIN Walisongo Semarang. Skripsi. Semarang : Fakda IAIN Walisongo.
Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Soehartono, Irawan. 1998. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syarifah, Fatimah. 2006. Pengaruh Menonton Bawang Merah Bawang Putih di RCTI terhadap Perilaku Keagamaan Remaja di Kec. Cepiring Kab. Kendal. Skripsi. Semarang : Fakda IAIN Walisongo.
Tuwu, Alimuddin. 2007. Televisi dan Islam. Yogyakarta: Citra Media.
Winarni. 2003. Komunikasi Massa. Malang: UMM.
Yatimin, Abdullah. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an. Jakarta: Amzah.
Zahrudin, dan Sinaga Hasanuddin. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Grafindo Persada.
Zuhri, Thoha, dan Yahya. 1999. Metode Pengajaran Agama. Semarang: Pustaka Pelajar.
top related