pengaruh inflasi terhadap pendapatan pedagang …repository.utu.ac.id/859/2/bab i-bab v.pdf ·...
Post on 27-Feb-2020
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH INFLASI TERHADAP PENDAPATAN
PEDAGANG BERAS DI KABUPATEN
NAGAN RAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
Memenuhi syarat-syarat guna memperoleh
gelar sarjana ekonomi
oleh
NOVA SARINA
NIM : 11C20101129
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MAULABOH-ACEH BARAT
2016
KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
FAKULTAS EKONOMI
MEULABOH, ACEH BARAT Website : www.utu.ac.id Email : Fekon_utu@yahoo.ac.id Kode pos : 23615
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Jenjang : Strata 1 (S1)
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI
Dengan ini kami menyatakan bahwa kami telah mengesahkan Skripsi saudara :
Nama : Nova Sarina
NIM : 11C20101129
Dengan Judul : Pengaruh Inflasi Terhadap Pendapatan Pedagang Beras di Kabupaten
Nagan Raya.
Yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar Meulaboh.
Mengesahkan
Pembimbing Utama
Alisman, SE, M.Si
Pembimbing Kedua
Cici Darmayanti, SE, M.Si
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Dr. Ishak Hasan, M.Si
Ketua Program Studi
Ekonomi Pembangunan
Yasrizal, M.Si
KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
FAKULTAS EKONOMI
MEULABOH, ACEH BARAT Website : www.utu.ac.id Email : Fekon_utu@yahoo.ac.id Kode pos : 23615
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Jenjang : Strata 1 (S1)
LEMBARAN PERSETUJUAN KOMISI UJIAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa kami telah mengesahkan Skripsi saudara :
Nama : Nova Sarina
NIM : 11C20101129
Dengan Judul : Pengaruh Inflasi Terhadap Pendapatan Pedagang Beras di Kabupaten
Nagan Raya.
Yang telah dipertahankan didepan Komisi Ujian pada tanggal 21 September 2016
Menyetujui
Komisi Ujian
Tanda Tangan
1. Ketua : Dr. Ishak Hasan, M.Si ......................................
2. Sekretaris : Zainal Putra, SE, M.Si ......................................
3. Anggota : Alisman, SE, M.Si ......................................
4. Anggota : Cici Darmayanti, SE, M.Si ......................................
Mengetahui
Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan
Yasrizal, M.Si
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nova Sarina
NIM : 11C20101129
Dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa di dala skripsi adalah hasil karya saya
sendiri dan tidak terdapat bagian atau satu satuan yang utuh dari skripsi, tesis,
disertasi, buku atau benruk lain yang saya kutip dari orang lain tampa saya sebutkan
sumbernya yang dapat dipandang sebagai tindakan penjiplakan. Sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat reproduksi karya atau pendapat yang telah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain yang dijadikan seolah-olah karya asli saya
sendiri. Apabila ternyata dalam skripsi saya terdapat bagian-bagian yang memenuhi
unsur penjiplakan, maka saya menyatakan kesediaan untuk dibatalkan sebahagian
atau keseluruhan gelar kesarjanaan saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan seperlunya.
Meulaboh, 24 September 2016
Saya yang membuat pernyataan,
Nova Sarina
NIM : 11C20101129
BIODATA
NAMA : NOVA SARINA
NIM : 11C20101129
TEMPAT/TANGGAL LAHIR : UJONG PASI, 03 NOVEMBER 1993
AGAMA : ISLAM
ALAMAT TEMPAT TINGGAL : DESA UJONG PASI, KEC. KUALA KAB.
NAGAN RAYA
NAMA ORANG TUA :
AYAH : MARWAN
IBU : SALAMI
PEKERJAAN ORANG TUA :
AYAH : WIRASWASTA
IBU : IRT
ALAMAT ORANG TUA : DESA UJONG PASI, KEC. KUALA.
KAB. NAGAN RAYA
PENDIDIKAN YANG TELAH
DI TEMPUH : SD NEGERI 1 SIMPANG PEUT
SMP NEGERI 2 KUALA
SMA NEGERI 2 KUALA
PENGALAMAN KERJA /
ORGANISASI : HMI PADA TAHUN 2014
MOTTO/PERSEMBAHAN
”Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar”. (QS Ali Imran : 146)
“Saya menganggap orang yang bisa mengatasi keinginannya lebih berani daripada orang yang bisa menaklukkan musuhnya, karena kemenangan yang sulit diraih adalah kemenangan atas diri sendiri.”
(Aristoteles) Tak ada yang perlu ditakuti jika kamu benar. Majulah dan jangan pernah mundur sedikitpun untuk meraih mimpimu yang begitu besar.
(Akbar F.)
Syukur Alhamdulillah…Ya ALLAH
Ya…Rasulullah… Ya…Habibullah
Berkat rahmat ALLAH akhirnya suatu perjalanan berhasil ku tempuh
Berusaha tetap tegar dan mencoba untuk tidak pernah putus asa
Awal dari perjalanan panjang yang penuh perjuangan
Demi terwujud cita-cita dan cinta
Dengan kebesaran-Mu ya ALLAH
Hamba masih bias menggores tinta dilebaran ini
Ayah dan Mama
Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tak terhingga
Untuk cahaya hidupku yang senantiasa ada saat suka maupun duka,
Ayahanda tercinta MARWAN dan Mama tersayang SALAMI
Terima kasih ya ALLAH, Engkau berikan orang tua yang tulus
Memberikan kasih dan sayangnya yang tiada henti untukku.
Semua pengorbanan dan tetes keringat ayah, semua pengertian dan perhatian
mama…Dengan iringan doa dan air mata yang membawa langkah ku hingga aku
menjadi sarjana.
Buat Adik-Adikku yang ku sayangi
Kalian selalu memperhatikanku
Kalian selalu memberi semangat kepadaku
Makasih ya buat doa dan semangatnya ya.
(NOVA SARINA)
ABSTRAK
Nova Sarina. Pengaruh Inflasi Terhadap Pendapatan Pedagang Beras Di Kabupaten
Nagan Raya. Dibawah Bimbingan Alisman Dan Cici Darmayanti
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflansi terhadap
pendapatan pedagang beras di kabupaten Nagan Raya. Data yang diperoleh pada
skripsi ini didapat dari badan statistik kabupaten Nagan Raya, dan diolah dengan
menggunakan SPSS Windons 7. Untuk pengujian hipotesis, data terlebih dahulu di uji
melalui uji asumsi klasik yang melalui tahap Uji Normalitas,Uji Multikolineritas, dan
Uji autokorelasi.
Hasil hipotesis menunjukkan Inflasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Pendapatan pedagang beras pada pasar simpang empat yang terdaftar di
Badan Statistik periode 2010-2015, hal ini ditunjukkan oleh distribusi t hitung
sebesar 2,291 > t tabel 1,9656 dengan taraf signifikansi 5% dan nilai signifikansi
(0,000) lebih kecil dari taraf signifikansi (0,05).
Kata Kunci : Inflasi, Pendapatan Pedagang Beras.
ABSTRAK
Nova Sarina. Effect of Inflation Against Rice Traders Income In Nagan Raya. Under
the Guidance Alisman And Cici Darmayanti.
This study aimed to determine the effect on revenue inflansi rice trader in
Nagan Raya district. Data obtained in this thesis derived from statistics agencies
Nagan Raya district, and processed using SPSS Windons 7. To test the hypothesis,
the data must first be tested through the classical assumption through stages
Normality Test, Test multicolinearity, and autocorrelation test.
Inflation hypothesis results show positive and significant impact on the
income of rice trader at the intersection of four markets listed in Statistics 2010-2015
period, this is indicated by the distribution of 2,291 t count> t table 1.9656 with a
significance level of 5% and a significance value ( 0,000) is smaller than the
significance level (0.05).
Keywords: Inflation, Income Trader Rice.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun skripsi yang
berjudul “ Pengaruh Inflansi terhadap pendapatan Pedagang di Kabupaten Nagan Raya”
Selawat dan salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabat beliau yang telah menyampaikan petunjuk kepada umatnya
sehingga umatnya terlepas dari kejahiliahan dan kebodohan.
Penulisan skripsi ini bertujuan melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ekonomi Pembanguan, Universitas Teuku Umar.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis tidak lepas dari bantuan semua pihak.
Oleh sebab itu penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua yang sangat penulis sayangi dengan penuh cinta penulis
persembahkan untuk Ayahnda Marwan dan ibunda tercinta Salami, serta adik-
adik saya yang telah memberikan segala bentuk pengorbanan, nasihat, kasih
sayang tiada batas dan do’a tulusnya demi keberhasilan penulis.
2. Bapak Alisman, SE., M.Si dan Cici Darmayanti, SE, M.Si selaku dosen
pembimbing saya yang tulus, ikhlas dan telah meluangkan waktunya untuk
membimbing dan mengarahkan penulis hingga selesainya skripsi ini.
3. Bapak Yasrizal, M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan yang
telah memberi izin untuk melaksanakan penelitian ini.
4. Para dosen Program Studi Ekomoni Pembangunan yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang tidak ternilai harganya bagi penulis.
5. Staf administrasi yang telah mempermudah penulis dalam hal-hal yang
berhubungan dengan administrasi.
Penulis menyadari dalam penulisan ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dari
segi isi atau teknik penyajiannya sehingga kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan untuk membantu penulis demi menyempurnaan penulisan skripsi ini ke
depannya.
Ulue Penyareng, Febuari 2016
penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORITIS
2.1 Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi .............................................. 7
2.2 Pengertian Inflasi........................................................................... 8
2.3 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Inflansi................................. 9
2.4 Pengaruh Inflasi............................................................................. 10
2.5 Teori-Teori Inflasi ........................................................................ 10
2.5.1 Teori kuantitas ...................................................................... 10
2.5.2 Teori Keynes ........................................................................ 11
2.5.3 Teori stukturalis.................................................................... 11
2.6 Beras ............................................................................................. 11
2.6.1 Pengertian beras............................................................ 11
2.6.2 Peranan sektor pertanian dalam membangun bangsa ... 11
2.7 Pengertian Pasar ............................................................................ 13
2.8 Pasar Beras .................................................................................... 13
2.9 Pedagang ....................................................................................... 16
2.10 Pengertian Pedapatan .................................................................. 16
2.11 Penelitian yang Relevan .............................................................. 21
2.12 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 23
3.2 Tehnik Pengumpulan Data ............................................................. 23
3.2.1 Jenis data ............................................................................... 23
3.2.2 Sumber data ........................................................................... 23
3.2.3 Pengumpulan data ................................................................. 24
3.3 Desain Penelitian .......... ................................................................. 24
3.4 Definisi Operasional Variabel ........................................................ 25
3.5 Teknik Analisis Data ...................................................................... 26
3.5.1 Analisis asumsi klasik ........................................................... 26
3.5.2 Analisis bivarian (Regresi linier sederhana) .......................... 28
3.6 Pengujian Hipotesa ........................................................................ 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 32
4.1.1 Objek penelitian pasar tradisional Simpang Empat ................ 32
4.2 Hasil Penelitian .............................................................................. 33
4.2.1 Deskripsi hasil penelitian ....................................................... 33
4.2.2 Deskripsi data penelitian ........................................................ 34
4.2.3 Hasil uji prasarat analisis ........................................................ 35
4.2.4 Hasil uji hipotesis ................................................................... 38
4.3 Pembahasan .................................................................................... 40
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 42
5.2 Saran .......... .................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 44
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Jumlah Pendapatan Pedagang Beras dari tahun 2010
sampai Tahun 2015 ............................................................................ 5
1.2 Jumlah Pedagang Beras di Kabupaten Nagan Raya .......................... 5
4.1 Jumlah Pedagang Beras di Kabupaten Nagan Raya .......................... 33
4.2 Jumlah Pendapatan Pedagang Beras dari tahun 2010
sampai Tahun 2015 ........................................................................... 33
4.2.2 Hasil Perhitungan Mean dan Standar Devisi Variabel dan Inflansi .. 34
4.2.3.2 Uji Multikolinieritas........................................................................... 36
4.2.3.3 Uji Autokorelasi ................................................................................. 37
4.2.3.4 Hasil Uji Heteriskedestisitas dengan uji glijser ................................. 38
4.2.4 Regresi Linear Sederhana .................................................................. 39
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1. Grafik Harga Beras Tahun 2015 ............................................................... 2
1.2 Grafik Inflasi Aceh 3 (tiga) Tahun terakhir .............................................. 3
1.3 Grafik Inflansi Nagan Raya 3 (tiga) Tahun Terakhir ................................ 4
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran ..................... ............................................................................. Halaman
1. Angket ............ .................................................................................... 45
2. Angket yang telah terisi oleh pedagang beras ...................................... 46
3. Data dari Badan Pusat Statistik Nagan raya ......................................... 50
4. Laporan Inflasi .................................................................................... 55
5. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ekonomi ........................................ 57
6. Surat Izin Penelitian dari Pasar Simpang Peut ..................................... 58
7. Surat Izin Penelitian dari Badan Pusat Statistik kabupaten
Nagan Raya ..... .................................................................................... 59
8. Data Output SPSS 17.0 ....................................................................... 60
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur untuk menunjukkan adanya
pembangunan ekonomi suatu daerah, dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat
memperlihatkan adanya pembangunan ekonomi.
Pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi
yang dicapai oleh suatu negara, akan tetapi lebih dari itu pembangunan mempunyai
perspektif yang lebih luas.
Dewasa ini istilah pasar dikategorikan kedalam pasar tradisional dan pasar
moden. Hal mendasar yang membedakan keduanya adalah proses interaksi dan pola
pengelolaan atau manajemen antara keduanya. Pada pasar tradisional yang pada
umumnya dimiliki oleh pemerintah, terjadi interaksi langsung antara penjual dan
pembeli, dengan proses tawar menawar. Sementara pasar modern, pada umumnya
pembeli melakukan kegiatan secara swalayan, atau terdapat pramuniaga, dan sistem
pembelian dilakukan dengan harga yang sudah ditetapkan, terdapat label harga. Pasar
modern diantaranya adalah pertokoan, mall, plasa, minimarket, supermarket dan
hipermarket
Keberadaan pasar, khususnya yang tradisional, merupakan salah satu
indikator paling nyata kegiatan ekonorni masyarakat di suatu wilayah. Pasar
tradisional sejatinya memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki
secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas,
keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, sistem tawar menawar yang
menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan yang
dimiliki oleh pasar tradisional.
Dalam perekonomian suatu negara maupun daerah, kenyataannya terdapat
berbagai sektor-sektor yang rnemperlihatkan tingkat pertumbuhan perekonomian
yaitu sektor formal dan sektor informal. Dalam sektor informal umumnya usaha kecil
dengan modal, ruang lingkup, dan pengembangan yang terbatas serta sedikit sekali
menerima proteksi secara resmi dari pemerintah. Banyak juga sektor informal yang
mampu diangkat sebagai suatu kegiatan atau pekerjaan untuk menghasilkan
pendapatan pada suatu masyarakat. Usaha berdagang merupakan salah satu usaha
yang dapat menghasilkan penghasilan bagi masyarakat, salah satu usaha bedagang di
pasar tradisional adalah usaha pedagangan beras.
Beras mempunyai peranan yang strategis dalam pemantapan ketahanan
pangan, ketahanan ekonomi dan ketahanan/ kestabilan politik nasional. Harga beras
mengalami ketidakstabilan (naik-turun harga) disetiap tahun. Peningkatan harga
beras diakibatkan oleh bermacam-macam faktor salah satunya inflasi.
Grafik 1.2 Harga beras tahun 2015. (Sumber : fanance.detik.com)
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua
negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecendrungan dari harga-harga untuk menaik secara
umum dan terus menerus (Boediono. 2003 : 155).
Seperti yang akan peneliti kaji mengenai pendapatan pedagang di Pasar
Simpang Empat Kabupaten Nagan Raya Kuala. Berdagang di pasar tidak jauh dari
berbagai kendala, misalnya masalah yang lagi maraknya sekarang akibat kenaikan
harga Rupiah ke Dolar sehingga mengakibatkan harga barang mengalami kenaikan
(Inflasi).
Sumber data : http : //aceh.bps.go.id/badanpusatstatitistikprovinsiaceh
Pembicaraan mengenai inflasi mulai sangat popular di Indonesia ketika laju
Inflasi demikian tinggginya hingga mencapai 65 persen pada pertengahan dasarwarsa
1960-1n. Tingginya inflasi tersebut dengan berbagai implikasi negatifnya telah
menyebabkan pemerintah memberikan perhatian yang khusus terhadap laju inflasi.
Sumber data :http://aceh.bps.go.id/badanpusatstatitistikprovinsiacehnaganraya
Kenaikan inflasi yang sangat tajam didorong oleh kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM) dan kenaikan harga yang diatur pemerintah khususnya tarif
angkuta. Disamping menyebabkan tingginya ekspektasi inflasi, kenaikan harga dan
kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) telah pula menyebabkan kenaikan harga
yang tinggi pada kelompok bahan makanan atau bahan pokok lainnya yang bersifat
fluktuatif akibat kelangkaan pasokan dan gangguan distribusi di berbagai daerah.
(Laporan Perekonomian Indonesia 2013).
Disisi harga, tekanan inflansi di Indonesia yang sampai dengan triwulan III-
2008 masih tinggi, mulai menurun pada triwulan IV-2008 terutama di picu oleh
kenaikan harga komoditas internasional terutama minyak dan pangan. Pada tahun
2008 mencapai 11,06 persen. (Laporan Perekonomian Indonesia, 2008)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu desi selaku pedagang beras di pasar
Simpang Peut Nagan Raya, menyatakan bahwa setelah adanya kenaikan tidak
menentu susah buat dihitung laba ruginya, apalagi dengan harga bahan bakar minyak
(BBM) yang sekarang sering berubah-ubah maka harga barang juga sering
mengalami perubahan yang mengakibatkan pembeli sering curiga bila tiba-tiba harga
1.00
10.00
jan
uar
i
feb
uar
i
mar
et
apri
l
mai
jun
i
juli
agu
stu
s
sep
tem
ber
okt
ob
er
no
vem
ber
des
emb
er
Infl
ansi
N
agan
Ray
a
Inflasi Nagan Raya Aceh 3 (tiga) Tahun Terakhir
2013
2015
2014
barang atau selalu mengalami perubahan. Hal ini juga diperjelaskan oleh bapak Basri
yang juga berjualan beras, yang mengalami pengalaman yang sama akibat kenaikan
harga yang tidak stabil. Pendapatan Pedagang Beras di kabupaten Nagan Raya Dapat
dilihat pada tebel 1.1.
Tabel 1.1 Pendapatan Pedagang Beras dari tahun 2010 sampai tahun 2015
No Tahun Jumlah Pendapatan (Rp) Persentase (%)
1 2010 Rp1.268.837.000 18 %
2 2011 Rp1.326.750.000 19 %
3 2012 Rp1.350.095.000 20 %
4 2013 Rp1.449.710.000 21 %
5 2014 Rp1.520.905.000 22 %
Jumlah Rp6.916.297.000 100 %
Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Nagan Raya tahun 2015
Berikut jumlah pedagang beras yang beralamat di Kabupaten Nagan Raya.
Tabel 1.2 Jumlah Pedangan beras di Kabupaten Nagan Raya
No Alamat Pasar Jumlah pedagang
1. Pasar Alue Bilie 8
2. Pasar Alue Gani 3
3. Pasar Simpang puet 7
4. Pasar Betong 6
5. Pasar Jeuram 5
Berdasarkan data lapangan yang diperoleh diatas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang dampak inflasi terhadap pendapatan pedagang beras di
Kabupaten Nagan Raya. Untuk tujuan tersebut, maka judul yang diangkat dalam
penelitian ini adalah “PENGARUH INFLASI TERHADAP PENDAPATAN
PEDAGANG BERAS DI KABUPATEN NAGAN RAYA”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalah yang ingin dilihat
adalah: “Bagaimana pengaruh inflasi terhadap pendapatan pedagang beras di
Kabupaten Nagan Raya dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah “untuk mengetahui pengaruh inflasi
terhadap pendapatan pedagang beras di kabupaten Nagan Raya”.
1.4 Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi dunia akademis
Hasil penelitian dapat dipakai sebagai referensi perpustakaan, untuk referensi
perbandingan terhadap objek penelitian yang sama khususnya terhadap
pengaruh inflansi terhadap pendapatan pegadang.
2. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan masukan agar lebih peduli dengan masalah pendapatan dan
juga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada
pemerintah dalam menentukan kebijakan.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi
Kemajuan ekonomi suatu daerah menunjukkan keberhasilan suatu
pembangunan meskipun bukan merupakan satu-satunya indikator keberhasilan
pembangunan (Todaro:2006). Ada tiga macam ukuran untuk menilai pertumbuhan
ekonomi yaitu pertumbuhan output, pertumbuhan output per pekerja, dan
pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk menilai
pertumbuhan kapasitas produksi yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan tenaga
kerja dan modal di wilayah tersebut. Pertumbuhan output per tenaga kerja sering
digunakan sebagai indikator adanya perubahan daya saing wilayah tersebut (melalui
pertumbuhan produktivitas). Sedangkan pertumbuhan output per kapita digunakan
sebagai indikator perubahan kesejahteraan ekonomi (Bhinadi:2003).
Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan seperti yang diuraikan sebagai
berikut.
2.1.1 Teori Rostow dan Teori Harrord-Domar
Teori Rostow menjelaskan bahwa ada tahap-tahap yang dilewati suatu negara
dalam pertumbuhan ekonomi. Salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi adalah dengan memperkuat tabungan nasional. Teori ini diperjelas lagi
dengan teori Harord-Domar yang menyebutkan bahwa semakin banyak porsi PDB
yang ditabung akan menambah capital stock sehingga meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
Kedua teori tersebut menjelaskan bahwa tingkat tabungan dan capital stock
yang tinggi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun beberapa studi
empiris menunjukkan hasil yang berbeda antara negara-negara di Eropa Timur dan di
Afrika. Hal ini menunjukkan adanya faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi, seperti kualitas SDM dan infrastruktur pendukung (Todaro : 2006).
2.1.2 Teori Transformasi Struktural
Teori ini berfokus pada mekanisme yang membuat negara-negara miskin dan
berkembang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara
mentransformasi struktur perekonomiannya dari yang semula sektor pertanian yang
bersifat tradisional menjadi dominan ke sektor industri manufaktur yang lebih
modern dan sektor jasa-jasa. Teori ini dipeloperi oleh W. Arthur Lewis. Menurut
Lewis, dalam perekonomian yang terbelakang ada 2 sektor yaitu sektor pertanian dan
sektor industri manufaktur. Sektor pertanian adalah sektor tradisional dengan
marjinal produktivitas tenaga kerjanya nol. Dengan kata lain, apabila tenaga kerjanya
dikurangi tidak akan mengurangi output dari sektor pertanian. Sektor industri modern
adalah sektor modern dan output dari sektor ini akan bertambah bila tenaga kerja dari
sektor pertanian berpindah ke sektor modern ini. Dalam hal ini terjadi pengalihan
tenaga kerja, peningkatan output dan perluasan kesempatan kerja. Masuknya tenaga
kerja ke sektor modern akan meningkatkan produktivitas dan meningkatkan output.
2.2 Pengertian Inflasi
Pengertian inflasi secara umum dapat diartikan sebagai kenaikan harga-harga
umum secara terus-menerus dalam suatu periode tertentu. (Boediono, 2010: 155)
2.3 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Inflansi
Faktor-faktor terjadinya inflasi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (Nopirin
1992 dalam Vio Achfuda, 2010:41) :
1) Demand Pull Inflation
Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat terhadap akan berbagai
barang terlalu kuat. Demand pull inflation terjadi karena kenaikan permintaan
agregat dimana kondisi perekonomian telah berada pada kesempatan kerja penuh.
Jika kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh.
Kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh, maka kenaikan
permintaan tidak lagi mendorong kenaikan output ataupun produksi tetapi hanya
mendorong kenaikan harga-harga yang disebut inflasi murni. Kenaikan permintaan
yang melebihi produk domestik bruto akan menyebabkan inflationary gap yang
menyebabkan inflasi.
2) Cost Push Inflation
Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Pada Cost Push Inflation
tingkat penawaran lebih rendah dibandingkan tingkat permintaan. Karena adanya
kenaikan harga faktor produksi sehingga produsen terpaksa mengurangi produksinya
sampai pada jumlah tertentu. Penawaran agregat terus menurun karena adanya
kenaikan biaya produksi
3) Mixed Inflation
Gejala kombinasi antara unsur inflasi yang disebabkan karena kenaikan
permintaan dan kenaikan biaya produksi. Pada umumnya bentuk yang sering terjadi
adalah inflasi campuran, yaitu kombinasi dari kenaikan permintaan dan kenaikan
biaya produksi, dan sering sekali keduanya saling memperkuat satu sama lain.
2.4 Pengaruh Inflasi
Akibat buruk inflasi dapat dibedakan dalam dua aspek yaitu:
1. Akibatnya terhadap perekonomian.
a. Inflasi menggalakkan spekulasi penanaman modal.
b. Tingkat bunga meningkat dan akan mengurang investasi.
c. Terjadi defisit dalam neraca perdagangan serta meningkatkan besarnya utang
luat negeri.
2. Akibatnya kepada individu dan masyarakat.
a. Memperburuk distribusi pendapatan.
b. Pendapatan riil merosot dan nilai tabungan juga merosot.
2.5 Teori-teori Inflasi
2.5.1 Teori Kuantitas
Inti dari teori kuantitas adalah, pertama, bahwa inflasi itu hanya bias terjadi
kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun uang giral.
Bila terjadi kegagalan panen misalnya, yang menyebabkan harga beras naik, tetapi
apabila jumlah uang beredar tidak ditambah, maka kenaikan harga beras akan
berhenti dengan sendirinya. Inti yang kedua adalah laju inflasi ditentukan oleh laju
pertambahan jumlah uang beredar dan psikologi atau harapan masyarakat mengenai
kenaikan harga-harga di masa yang akan datang.
2.5.2 Teori Keynes
Proses inflasi menurut Keynes adalah proses perebutan pendapatan di antara
kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada
yang dapat disediakan oleh masyarakat. Kelompok-kelompok sosial ini misalnya
orang-orang pemerintah sendiri, pihak swasta atau bias juga serikat buruh yang
berusaha mendapatkan kenaikan gaji atau upah, hal ini akan berdampak terhadap
permintaan barang dan jasa yang pada akibatnya akan menaikkan harga.
2.5.3 Teori Strukturalis.
Teori ini biasa disebut juga dengan teori inflasi jangka panjang, karena
menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi,
khususnya penawaran bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-
sebab struktural ini, pertambahan produksi barang lebih lambat dibandingkan
peningkatan kebutuhan masyarakat. Akibatnya penawaran (supply) barang kurang
dari yang dibutuhkan masyarakat, sehingga harga barang dan jasa meningkat.
Teori inflasi yang sering digunakan dan cukup terkenal adalah teori kuantitas.
Dalam teori kuantitas dikatakan bahwa inflasi sangat dipengaruhi jumlah uang yang
beredar. Dalam kenyataannya memang jumlah uang beredar itu sangat berpengaruh
terhadap inflasi.
2.6 Beras
2.6.1 Pengertian Beras
Beras adalah bagian butir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam
(Jawa merang) secara anatomi disebut palea (bagian yang ditutupi) dan lemma
(bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah
digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah
yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut
beras (Wikipedia, 2012).
2.6.2 Peranan Sektor Pertanian Dalam Membangun Bangsa
Krisis ekonomi yang melanda di awal tahun 1997 juga berdampak negatif
terhadap sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini
sangat mengganggu stabilitas kehidupan sektor pertanian di Indonesia. Peran sektor
pertanian yang merupakan dasar bagi kelangsungan pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan diharapkan mampu memberikan pemecahan permasalahan bagi bangsa
Indonesia (Husodo et al, 2004).
Karena sektor pertanian mempunyai empat fungsi yang sangat fundamental
bagi pembangunan suatu bangsa, yaitu
a) Mencukupi pangan dalam negeri.
b) Penyediaan lapangan kerja dan berusaha.
c) Penyediaan bahan baku untuk industri.
d) Dan sebagai penghasil devisa bagi negara.
Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan
oleh negara karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi
krisis yang sedang terjadi. Keadaan inilah yang menampakkan sektor pertanian
sebagai salah satu sektor yang bisa diandalkan dan mempunyai potensi besar untuk
berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional. Hal ini terbukti bahwa di
tengah prahara krisis yang memporak-porandakan perekonomian nasional, sektor ini
masih memperlihatkan pertumbuhan yang positif sebesar 0,26%.
Sementara sektor-sektor lainnya, seperti industri pengolahan, perdagangan,
dan jasa memperlihatkan pertumbuhan yang negatif (Husodo et al, 2004).
2.7 Pengertian pasar
Definisi pasar secara sederhana yang sering didengar di masyarakat, dimana
Pasar adalah suatu tempat pertemuan penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi
jual beli barang dan jasa. Menurut Sudirmansyah (2011), pasar adalah orang-orang
yang mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk berbelanja serta
kemauan untuk membelanjakannya. Pasar juga dapat didefinisikan tempat untuk
mendapatkan informasi tentang produk dan mencari keuntungan secara efisien
(Federico, 2006). Sedangkan menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
112 Tahun 2007, pasar adalah tempat bertemunya penjual yang mempunyai
kemampuan untuk menjual barang/jasa dan pembeli yang melakukan uang untuk
membeli barang dengan harga tertentu. Syarat-syarat terjadinya pasar yaitu : 1) Ada
tempat untuk berniaga, 2) Ada barang dan jasa untuk diperdagangkan, 3) Terdapat
penjual barang tertentu, 4) Adanya pembeli barang, dan 5) Adanya hubungan dalam
transaksi jual-beli.
2.8 Pasar Beras
Pasar Beras adalah bentuk dari pasar nyata dimana barang-barang yang akan
diperjual-belikan dan dapat dibeli oleh pembeli. Contoh pasar tradisional dan pasar
modern.
1) Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada
proses tawar-menawar yang terjadi (Wahyuning, 2006). Kebanyakan menjual
kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-
sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu,
ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih
banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan
dan perkampungan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Sisi negatif
dari pasar tradisional adalah keadaannya yang cenderung kotor dan kumuh sehingga
banyak orang yang segan berbelanja disana (Paramita, 2013).
Dengan keunikan dan ciri khas dari pasar tradisional tersebut maka pasar
tradisional merupakan urat nadi perkembangan perekonomian masyarakat secara luas
karena masyarakat terkonsentrasi melakukan transaksi jual beli barang dan jasa
(Sheng Tai, 2006). Pasar tradisional sebagian besar berlokasi di jalur strategis atau
mudah dijangkau oleh masyarakat luas (Tiasta, 2012). Karateristik dari pasar
tradisional lainnya yaitu penjual dan pembeli bebas melakukan tawar menawar untuk
mendapatakan harga yang sesuai (Ayuningsari, 2010). Untuk menghilangkan kesan
kotor dan kumuh maka diperlukan suatu kerjasama dan pengertian yang baik antara
pemerintah, pengelola pasar dan masyarakat dalam hal mengelola kebersihan dan
kenyamanan pasar tersebut sehingga pembeli atau wisatawan menjadi nyaman untuk
melakukan proses transaksi jual beli barang dan jasa di pasar tradisional (Isniani,
2012).
2) Pasar Modern
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007
tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Pebelanjaan dan Toko
Modern. Pasar / toko modern adalah pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak
bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum
dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara
mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga.
Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah,
sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat
bertahan lama, seperti piring, gelas, pisau, kipas, dan lain-lain. Berbeda dengan pasar
tradisional yang identik dengan lingkungannya yang kotor, pasar modern justru
kebalikannya. Maka dari itu, masyarakat sekarang cenderung memilih pasar modern
sebagai tempat belanja guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Contoh dari pasar
modern adalah pasar swalayan, hypermarket, supermarket, dan minimarket.
Pasar Modern dimiliki oleh seseorang yang mempunyai modal besar dengan
beberapa karyawan serta memiliki sistim menajemen yang teratur (pembelian,
penjualan dan pengeluaran lainnya tercatat dengan baik) sehingga dapat diketahui
dengan mudah keuntungan bersih setiap bulannya. Juga secara bebas menentukan
nilai jual terhadap barang – barang yang ada. Keuntungan dari hasil penjualan
dinikmati olehpengusaha itu (Lukas, 2006).
Dengan kelebihan tersebut masyarakat bersikap apatis terhada pasar
tradisional dan cenderung beralih ke pasar modern karena lebih cepat dan praktis
(Ayuningsari, 2010). Dengan demikian pasar tradisional berangsur angsur mulai
ditinggalkan oleh pembeli. Jika hal ini tidak ditanggulangi dengan membuat suatu
aturan pembatasan atau moratorium penghentian operasional pasar modern oleh
Pemerintah sebagai pengambil kebijakan maka pasar tradisional akan terpinggirkan
oleh ekspansi pasar modern (Isniani, 2012).
2.9 Pedagang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pedagang adalah orang yang
mencari nafkah dengan berdagang. Pedagang adalah orang yang menjalankan usaha
berjualan, usaha kerajinan, atau usaha pertukangan kecil (Sudirmansyah, 2011).
Pedagang dapat dikategorikan menjadi :
1) Pedagang Grosir, beroprasi dalam rantai distribusi antara produsen dan
Pedagang eceran.
2) Pedagang Eceran, disebut juga pengecer menjual produk komuditas
langsung kepada konsumen.
Menurut Hentiani (2011) dalam pasar tradisional pedagang dibedakan
menjadi dua, yaitu pedagang kios dan pedagang non kios.
a. Pedagang Kios adalah Pedagang yang menempati bangunan kios di
pasar.
b. Pedagang Non Kios adalah pedagang yang menempati tempat selain
kios, yaitu dalam los, luar los, dasaran dan palyon.
2.10 Pengertian Pendapatan
Pendapatan merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah usaha
perdagangan, karena dalam melakukan suatu usaha tentu ingin mengetahui nilai atau
jumlah pendapatan yang diperoleh selama melakukan usaha tersebut (Paula, 2005).
Dalam arti ekonomi, pendapatan merupakan balas jasa atas penggunaan faktor-faktor
produksi yang dimiliki oleh sektor rumah tangga dan sektor perusahaan yang dapat
berupa gaji/upah, sewa, bunga serta keuntungan/profit ( Sukirno,2000).
Menurut Munandar (2006), pengertian pendapatan adalah suatu pertambahan
asset yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi bukan karena
pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan
asset yang disebabkan karena bertambahnya liabilities.
Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan,semakin
besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemapuan perusahaan untuk
membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh
perusahaan.
Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan
yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah
tangga selama jangka waktu tertentu (Samuelson dan Nordhaus, 2002). Definisi lain
dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil pekerjaan dan
biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan. Dengan
demikian pendapatan merupakan gambaran terhadap posisi ekonomi keluarga dalam
masyarakat. Pendapatan keluarga berupa jumlah keseluruhan pendapatan dan
kekayaan keluarga, dipakai untuk membagi keluarga dalam tiga kelompok
pendapatan, yaitu: pendapatan rendah, pendapatan menengah dan pendapatan tinggi.
Pembagian di atas berkaitan dengan, status, pendidikan dan keterampilan serta jenis
pekerja seseorang namun sifatnya sangat relatif.
Sebagaimana pendapat di atas, bahwa pendapatan merupakan gambaran
terhadap posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat, oleh karenanya setiap orang
yang bergelut dalam suatu jenis pekerjaan tertentu termasuk pekerjaan di sektor
informal atau perdagangan, berupaya untuk selalu meningkatkan pendapatan dari
hasil usahanya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan
sedapat mungkin pendapatan yang diperoleh dapat meningkatkan taraf hidup
keluarganya.
Menurut Sukirno (2002), pendapatan dapat dihitung melalui tiga cara yaitu :
1) Cara Pengeluaran. Cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan
nilai pengeluaran/perbelanjaan ke atas barang-barang dan jasa.
2) Cara Produksi. Cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai
barang dan jasa yang dihasilkan.
3) Cara Pendapatan.
Dalam penghitungan ini pendapatan diperoleh dengan cara menjumlahkan
seluruh pendapatan yang diterima. Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang,
baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income
dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi
yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-
faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga
yang berlaku di pasar faktor produksi. Harga faktor produksi di pasar (seperti halnya
juga untuk barang-barang di pasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara
penawaran dan permintaan.
Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan
(Suparmoko, 2000), yaitu :
1) Gaji dan Upah. Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan
pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu
maupun satu bulan.
2) Pendapatan dari Usaha Sendiri. Merupakan nilai total dari hasil produksi yang
dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik
sendiri atau keluarga dan tenaga kerja berasal dari anggota keluarga sendiri, nilai
sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan.
3) Pendapatan dari Usaha Lain. Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan
tenaga kerja, dan ini biasanya merupakan pendapatan sampingan antara lain : 1.)
Pendapatan dari hasil menyewakan aset yang dimiliki seperti rumah, 2.) Ternak
dan barang lain, 3.) Bunga dari uang, 4.) Sumbangan dari pihak lain, 5.)
Pendapatan dari pensiun, 6.) Dan lain-lain.
Menurut Tohar (2003) pendapatan perseorangan adalah jumlah pendapatan
yang diterima setiap orang dalam masyarakat yang sebelum dikurangi transfer
payment. Transfer Payment yaitu pendapatan yang tidak berdasarkan balas jasa
dalam proses produksi dalam tahun yang bersangkutan. Pendapatan dibedakan
menjadi :
1) Pendapatan asli yaitu pendapatan yang diterima oleh setiap orang yang langsung
ikut serta dalam produksi barang.
2) Pendapatan turunan (sekunder) yaitu pendapatan dari golongan penduduk lainnya
yang tidak langsung ikut serta dalam produksi barang seperti dokter, ahli hukum
dan pegawai negeri.
Sedangkan pendapatan menurut perolehannya dibedakan menjadi :
1) Pendapatan kotor yaitu pendapatan yang diperoleh sebelum dikurangi
pengeluaran dan biaya–biaya.
2) Pendapatan bersih yaitu pendapatan yang diperoleh sesudah dikurangi
pengeluaran dan biaya-biaya.
Sedangkan pendapatan menurut bentuknya dibedakan menjadi :
1) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan
yang diterima biasanya sebagai balas jasa, sumber utamanya berupa gaji, upah,
bangunan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pendapatan dari penjualan
seperti : hasil sewa, jaminan sosial, premi asuransi.
2) Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan
biasanya tidak berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang.
Menurut Yudhohusodo dalam Ariyani (2006) tingkat pendapatan seseorang
dapat digolongkan dalam 4 golongan yaitu :
1) Golongan yang berpenghasilan rendah (low income group) yaitu pendapatan rata-
rata dari Rp.150.000 perbulan.
2) Golongan berpenghasilan sedang (Moderate income group) yaitu pendapatan
rata-rata Rp.150.000 – Rp.450.000 perbulan.
3) Golongan berpenghasilan menengah (midle income group) yaitu pendapatan rata-
rata yang diterima Rp.450.000 – Rp.900.000 perbulan.
4) Golongan yang berpenghasilan tinggi (high income group) yaitu rata-rata
pendapatan lebih dari Rp.900.000.
2.11 Penelitian yang Relevan
1) Dery fauzan widyatama (2015) melakukan penelitian yang berjudul : Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Sembako Di Pasar
Besar Kota Malang. Menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan pedagang sembako di pasar besar kota malang, 1. Modal kerja
meningkatkan pendapatan pedagang sembako di pasar besar malang ; 2. Jam
kerja meningkatkan pendapatan pedagang sembako di pasar besar malang; 3.
Lama usaha meningkatkan pendapatan pedagang sembako di pasar besar malang;
4. Lokasi bedak yang berada di dekat pintu masuk meningkatkan pendapatan
pedagang sembako di pasar besar malang; 5) modal kerja merupakan faktor yang
paling dominan dalam meningkatkan pendapatan pedagang sembako di pasar
besar malang.
2) Akbar faoriko (2013) melakukan penelitian yang berjudul : pengaruh inflasi,
suku bunga dan nilai tukar rupiah, terhadap return saham di bursa efek
indonesia, menyimpulkan bahwa (1). Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2008-2010, (2).Suku Bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-
2010, (3).Nilai Tukar Rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return
Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2010 (4).
Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI periode 2008-2010
2.12 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Hipotesis dari penelitian ini adaah sebagai berikut :
H0 : Tidak adanya pengaruh negatif inflansi terhadap pedagang beras di Kabupaten
Nagan Raya
H1 : Adanya pengaruh negatif inflansi terhadap pedagang beras di Kabupaten Nagan
Raya
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitan
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung
ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu
dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat–
sifatnya (Sudjana, 2006:6). Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti
(Arikunto,1996:117). Dalam penelitian ini semua populasi yang diambil adalah
pedagang beras Pasar Simpang Empat Kec. Kuala. Kab. Nagan Raya
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode (purposive)
Judgment Sampling. Jumlah pedagang beras yang dijadikan sampel yaitu sebanyak
20 Pedagang .
3.2 Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yang
berarti bahwa data yang ada tidak didapatkan dengan melakukan observarsi atau
penelitian langsung kepada objek yang menjadi penelitian.
3.2.2 Sumber Data
Sumber data yang digunalan untuk penelitian ini diperoleh dari situs resmi
Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id, Biro Pusat Statistik (BPS)
www.bps.go.id, dan Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM), dan Indonesian Capital
Market Direktory (ICMD).
3.2 3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui 2
cara yaitu :
a. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen dapat dibedakan menjadi dokumen
primer (dokumen yang ditullis oleh orang yang langsung mengalami suatau
peristiwa), dan dokumen sekunder (jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang
selanjutnya ditulis oleh orang ini). Ketika menggnakan metode ini sebagai metode
pengumpulan data, maka peneliti bisa menggunakan data yang ada dengan hanya
membuat salinan atau menggandakanya.
b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan atau data-data yang
berhubungan dengan objek yang akan diteliti. Metode ini bisa dilakukan dengan cara
mengkaji, mempelajari serta menelaah berbagai macam literatur seperti buku, jurnal,
koran, dan berbagai sumber tertulis lainya yang berkaitan dengan objek yang akan
diteliti
3.3 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif dengan hubungan kausal
dimana terdapat variabel bebas dan terikat. Dilihat dari data yang diperoleh,
penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif karena didalamnya mengacu
pada perhitungan data penelitian yang berupa angka-angka. Variabel penelitian ini
meliputi variabel dependen dan indepeden.
1) Variabel Dependent (Y) adalah tipe variabel terikat yang dijelaskan atau
dipengaruhi variabel independen. Dalam penelitian ini variabel Dependen adalah
pendatan pedagang.
2) Variabel Independen (X) atau variabel bebas merupakan variabel yang tidak
dipengaruhi atau tidak tergantung oleh variabel lain (Algifari 2000:2). Dalam
penelitian ini variabel independen/variabel bebas adalah : Inflasi (X1) Inflasi
merupakan suatu tingkat inflasi yang terjadi pada penutupan tahun. Data Inflasi
merupakan data dari BPS atau dari Bank Indonesia (BI).
3.4 Definisi Operasional Variabel
Variabel Penelitian : Dependent dan Indepedent. Variabel Dependent (Y)
adalah tipe variabel terikat yang dijelaskan atau dipengaruhi variabel independen.
Dalam penelitian ini variabel Dependen adalah pendapatan pedagang . Return
realisasi merupakan Return yang telah terjadi. Actual Return digunakan dalam dalam
menganalisis data adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung
selisih pendapatan pedagang individual periode berjalan dengan periode sebelumnya
dengan mengabaikan deviden, dapat ditulis dengan rumus (Jogiyanto.2010) :
𝑅𝑖, 𝑡 = 𝑃𝑖. 𝑡 − 𝑃𝑖, 𝑡 − 1
𝑃𝑖, 𝑡 − 1
Keterangan
Ri,t = Pendapatan pedagang i pada waktu t
Pi.t = Pendapatan pedagang i pada perioda t
Pi.t -1 = Pendapatan Pedagang pada i periode t-1
Variabel Independen (X) atau variabel bebas merupakan variabel yang tidak
dipengaruhi atau tidak tergantung oleh variabel lain dengan kata lain variabel
mempengaruhi variabel lain (Algifari 2000:2). Dalam penelitian ini Variabel
Independen/ Variabel Bebas adalah : Inflasi (X)
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang dilakukan dengan menganalisa langsung dengan
memahami data yang ada, analisis juga dilakukan dengan menggunakan program
bantuan komputer yaitu SPSS 17.0 for Windows : 42
3.5.1 Uji Asumsi Klasik
Model Regresi Berganda yang diterangkan sebelumnya harus memenuhi
syarat asumsi klasik yang meliputi :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel independen dan dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Normalitas data dapat dideteksi dengan melihat bentuk kurva histogram dengan
kemiringan seimbang ke kiri dan ke kanan dan berbentuk seperti lonceng atau
dengan melihat titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan searah
mengikuti garis diagonal dari gambar Normal P-Plot (Nugroho, 2005:23).
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka
dikatakan terdapat masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Pengujian terhadap ada tidaknya
multikolinearitas dilakukan dengan metode VIF (Variance Inflation Factor) dengan
ketentuan :
Bila VIF > 10 terdapat masalah multikolinearitas
Bila VIF < 10 tidak terdapat masalah multikolinearitas 43
c. Uji Autokorelasi
Uji asumsi autukorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Singgih Santoso, 2010: 213). Model regresi
yang baik, tidak terjadi autokorelasi. Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam
suatu model regresi, maka dilakukan pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson.
Menurut Singgih Santoso (2010: 215), pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi, sebagai berikut :
1) Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif
2) Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,
Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negative
d. Uji Heterokedastisitas
Heteroskedastisitas adalah variabel pengganggu dimana memiliki varian yang
berbeda dari satu observasi ke observasi lainnya atau varian antar variabel
independen tidak sama, hal ini melanggar asumsi homokedastisitas yaitu setiap
variabel penjelas memiliki varian yang sama (konstan). Uji heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan Uji Glejser, yaitu dengan melihat nilai signifikansi di atas tingkat
α=5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya
Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: 125-129).
3.5 2. Analisis Bivariat (Regresi Linier Sederhana)
Analisis bivariat digunakan untuk mengukur koefisien korelasi antara
variabel Inflasi terhadap Pendapatan Pedagang. Untuk pengujian hipotesis p
menggunakan analisis linier sederhana. Analisis regresi linier sederhana digunakan
untuk menaksir atau meramalkan nilai variabel dependen bila nilai variabel
independen dinaikan atau diturunkan. Analisis ini didasarkan pada hubungan satu
variabel dependen dengan satu variabel independen (Duwi Priyatno, 2009:40).
Persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Variabel dependen yang diramalkan (Pendapatan Pedagang)
a = harga konstanta (bila harga Y dan X=0)
b = harga koefisien regresi
X = Variabel independen yang memiliki nilai tertentu (Inflasi).
3.6 Pengujian Hipotesis
Adapun pengujian hipotesis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Uji Parsial (uji t)
Keterandalan regresi berganda sebagai alat estimasi sangat ditentukan oleh
signifikansi parameter-parameter yang dalam hal ini adalah koefisien regresi. Uji t
digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel
independensinya.
Keterangan :
t = t hitung
r = koefisien korelasi
n = jumlah ke-n
Formulasi pengujian t sebagai berikut :
- Jika signifikan thitung ≥ ttabel, maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen
secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
- Jika signifikan thitung < ttabel, maka Ho diterima, berarti variabel independen
secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
b. Uji Simultan (uji F)
Menguji keberartian regresi ganda dengan uji F. Uji F-statistik digunakan
untuk menguji besarnya pengaruh dari seluruh variabel.
independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen.
Rumus Uji F seperti yang dikemukakan oleh (Sutrisno Hadi, 2004:23) sebagai
berikut:
Keterangan :
Freg= Harga F
N = banyak sampel
m = banyak prediktor
R = koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor.
Formulasi pengujian F sebagai berikut :
- Jika signifikan Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen
secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
- Jika signifikan Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, berarti variabel independen
secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independent atau bebas
dalam menerangkan secara keseluruhan terhadap variabel dependen atau terikat serta
pengaruhnya secara potensial dapat diketahui dari besarnya nilai koefisien
determinasi (R2) yang dirumuskan dengan :
Nilai R2 digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan variabel bebas
yang diteliti terhadap variabel terikat. Jika R2 semakin besar (mendekati satu), maka
sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat semakin besar. Sebaliknya
apabila R2 semakin kecil (mendekati nol), maka besarnya sumbangan variabel bebas
terhadap variabel terikat semakin kecil. Jadi besarnya R2 berada diantara 0 – 1 atau 0
< R2 < 1.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1 Obyek Penelitian pasar tradisional Simpang Empat
Pasar Simpang Empat secara administratif terletak di kecamatan Kuala. Pasar
Simpang Empat berada di pinggir jalan raya Maulaboh-Jeuram yang jauhnya hanya 1
KM dari kantor kecamatan Kuala, sehingga menjadi sentra ekonomi utama disana.
Kecamatan Kuala mempunyai posisi yang setrategis karena menjadi jalan lintas
perjalan ke Jeuram-Maulabo dan Maulaboh-Tapak Tuan. Simpang Empat bisa
dikatakan mempunyai fasilitas umum yang relatif baik. Mulai dari sekolah umum,
pondok-pondok pesantren, masjid, perumahan, pasar tradisional.
Pasar Simpang Empat berada di Jalan Nasional Maulaboh-Jeuram Kec. Kuala
,Kabupaten Nagan Raya dan digolongkan sebagai UPTD daerah Wilayah III pasar
ini buka mulai pagi hingga malam hari. Barang-barang yang dijual beraneka ragam
diantaranya kebutuhan pokok, sayur mayur, ikan, bumbu, buah-buahan, peralatan
rumah tangga, dan pakaian.
Kabupaten Nagan Raya mempunyai pusat pasar hampir di setiap
kecamatannya, untuk Kecamatan Darul Makmue berpusat pasar di daerah Alue Bilie,
Tadu Raya pusat pasarnya terletak didaerah Alue Gani, Kecamatan Kuala Pusat
Pasarnya Pasar Simpang Empat, Kecamatan Senagan Timur letak Pasarnya di daerah
Jeuram dan Untuk Kecamatan Beutong Pusat Pasar nya terletak di Beutong. Setiap
pasar yang ada di Nagan Raya mempunyai hari dimana pasarnya rame pendagang
yang berdatangan dari berbagai daerah atau dinamakan dengan hari “pasar besar”,
misalnya untuk pasar Simpang Empat pasar besarnya jatuh pada hari Minggu dan
Beutong hari besarnya jatuh pada hari Rabu. Berikut dapat dilihat pedagang
pedagang beras yang aktif pada hari biasanya.
Tabel 4.1 Jumlah Pedangan beras di Kabupaten Nagan Raya
No Alamat Pasar Jumlah pedagang
1. Pasar Alue Bilie 8
2. Pasar Alue Gani 3
3. Pasar Simpang puet 7
4. Pasar Betong 6
5. Pasar Jeuram 5
Kabupaten Nagan Raya pendapatan pedagang beras berubah-rubah setiap
tahunnya, pada tahun 2010 total pendapan semua pedagang beras yang ada di Nagan
Raya yaitu sejumlah Rp 1.326.750.000 dan pada tahun 2015 sejumlah
Rp 1.268.837.000. Data Perubahan Pendapatan Pedagang beras di Nagan Raya setiap
tahunnya dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.1.1 Pendapatan Pedagang Beras dari tahun 2010 sampai tahun 2015
No Tahun Jumlah Pendapatan (Rp) Persentase (%)
1 2010 Rp1.268.837.000 18 %
2 2011 Rp1.326.750.000 19 %
3 2012 Rp1.350.095.000 20 %
4 2013 Rp1.449.710.000 21 %
5 2014 Rp1.520.905.000 22 %
Jumlah Rp6.916.297.000 100 %
Sumber : Badan Statistika Kabupaten Nagan Raya tahun 2015.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil
dari situs resmi Biro Pusat Statistik (BPS) www.bps.go.id, dan Indonesian Capital
Market Direktory (ICMD).Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan pertimbangan
subjektif penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, sampel yang diambil
untuk penelitian ini adalah pasar Tradisional Simpang Empat Nagan Raya.
4.2.2 Deskripsi Data Penelitian
Analisis statistik deskriptif bertujuan menjelaskan deskripsi data dari seluruh
variabel yang akan dimasukkan dalam model penelitian. Hasil dari tabulasi data
Invansi diinterpretasikan dalam nilai minimum, maksimum, mean dan standar
deviasi untuk masing-masing variabel.
Data Inflasi Berdasarkan data yang sudah diolah menggunakan Software
Program SPSS 17 for Windows, maka hasil analisis deskriptif Inflasi ditunjukkan
pada tabel 4.2.2 berikut.
Tabel 4.2.2 Hasil Perhitungan Mean dan Standar Devisi Variabel dan Inflansi
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
20 4,90 10,31 6,78 2,50
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016.
Dari Tabel 4.2.2 di atas, nilai tertinggi Inflasi sebesar 10.31%. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadinya Inflasi atau terjadinya peningkatan harga-harga
produk secara keseluruhan adalah sebesar 10.31%, sedangkan nilai terendah sebesar
4.90%. Nilai rata-rata sebesar 6.78% artinya bahwa selama periode penelitian terjadi
Inflasi rata-rata sebesar 6.78%. Sedangkan standar deviasi sebesar 2.50%
menunjukkan bahwa ukuran penyebaran Inflasi adalah sebesar 2.50% dari 20 kasus
yang terjadi.
4.2.3 Hasil Uji Prasyarat Analisis
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2002).
Hasil uji normalitas dengan Normal P-P Plot menunjukkan bahwa angka
probabilitas disekitar garis linier atau lurus. Artinya bahwa seluruh variabel yang
digunakan dalam penelitian ini memiliki random data yang berdistribusi normal,
sehingga pengujian statistik selanjutnya dapat dilakukan baik uji F maupun uji t.
Gambar 4.1 Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016..
2) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jika variabel bebas saling
berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal
adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama
dengan nol (Imam Ghozali, 2006). Untuk mengetahui apakah terjadi
multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF yang terdapat pada seperti terlihat
pada Tabel 4.2.3.2 berikut ini:
Tabel. 4.2.3.2 Uji Multikolinieritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Constant
Inflasi
0,007
141,914
Berdasarkan Tabel 4.2.3.2 dapat disimpulkan bahwa terdapat gejala
multikolinieritas. Namun menurut pendapat yang dikemukakan R.C. Geary
yang dikutip Gujarati (2003) menyebutkan bahwa : jika satu-satunya tujuan
analisis regresi adalah untuk prediksi, maka multikolinearitas bukan masalah
serius karena semakin tinggi R2 akan semakin baik prediksinya, tetapi ini
hanya benar jika multikolinearitas yang ada diantara variabel dalam sampel
penelitian tertentu juga tetap akan ada di masa yang akan datang.
Model regresi yang diajukan dapat dilanjutkan untuk dianalisis
berikutnya karena model regresi setelah di uji asumsi dasar klasik regresi
tidak terjadi gejala autokorelasi dan heteroskedastisitas, namun terjadi gejala
multikolinearitas. Menurut pendapat R.C Geary bahwa gejala
multikolinearitas bukan masalah serius, sehingga model regresi tersebut dapat
dianalisis lebih lanjut.
3) Uji Autokorelasi
Uji asumsi autukorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Singgih Santoso, 2010: 213).
Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan
pengujian terhadap nilai Uji Durbin-Watson (Uji Dw).
Tabel 2.2.3.3 Autokorelasi
Model Summary b
Model R R squere Adjusted
R Squere
Std. Error of
the estimate
Durbinwatson
1 0,426 0,181 0,175 0,866197 1,431
Pada Tabel Uji Autokorelasi di atas, terlihat angka D-W sebesar 1,431.
Angka D-W tersebut diantara -2 sampai +2, hal ini berarti model regresi di atas
tidak terdapat masalah autokorelasi.
4) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas Metode yang digunakan untuk menguji
heteroskedastisitas dalam penelitian ini memakai uji Glejser.
Tabel 4.2.3.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser
Conefficientsa
Model
T Sig
1. Constant
Inflansi
-0,295
0,768
Dependent Variable : Abs Res
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2016
Dari Tabel 2.2.3.4 menunjukkan dengan jelas bahwa tidak ada
satupun variabel bebas yang signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel terikat nilai Absolut (AbsRes). Hal ini terlihat dari probabilitas
signifikansinya di atas 5%, jadi dapat disimpulkan model regresi tidak
mengandung adanya heteroskedastisitas.
4.2.4 Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah mengenai ada tidaknya
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk melakukan pengujian
hipotesis digunakan analisis regresi linier. Analisis regresi linier yang digunakan
yaitu analisis regresi linier sederhana.
1) Regresi Linier Sederhana
Pengujian hipotesis pertama menggunakan teknik analisis regresi
sederhana, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2.4 Analisis Regresi Linier Sederhana Pengaruh Inflasi terhadap Pendapatan
Pedagang
Model Variabel
Independent
Koef
Reg
T
Hitung
T Tabel R square Propabilitas
1 Constant 7,42 8,830 0,32
Inflansi 6,22 2,291 1,9656 32%
Berdasarkan hasil regresi linier sederhana model 1 dapat ditulis persamaan
regresi:
Y = 742- 622.X ……………..……………… 1
Persamaan 1 di atas menunjukkan bahwa koefisien regresi Inflasi sebesar 6,22. Nilai
tersebut berarti bahwa setiap peningkatan Inflasi sebesar 1 poin, maka Pendapatan
Pedagang akan mengalami penurunan sebesar 6,22 poin dengan asumsi variabel lain
dalam kondisi konstan.
Dengan bantuan SPSS 17 dapat diketahui bahwa koefisien determinan (R2)
sebesar 0,32 yang berarti bahwa 32% Pendapatan Pedagang dipengaruhi oleh Inflasi,
sedangkan 68% dipengaruhi oleh faktor lain. Dapat diketahui juga nilai t hitung
sebesar 2,291. Sedangkan t tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 1,9656 dengan
dk = n-1 = 420-1 = 419, atau nilai signifikansi 0,000 dan taraf signifikansi 0,05.
Dengan demikian harga t hitung (2,291) lebih besar dari harga t tabel (1,9656) atau
dengan melihat nilai signifikansi (0,000) lebih kecil dari taraf signifikansi (0,05),
yang berarti t hitung sebesar 2,291 adalah signifikan pada taraf signifikansi 5%. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yaitu “Terdapat pengaruh
Positif antara Inflasi terhapap pendapatan pedagang beras di Pasar Simpang empat
nagan raya pada tahun 2010-15”, dapat diterima.
4.3 Pembahasan
Pengaruh Inflasi terhadap pendapatan pedagang beras pada pasar simpang
empat yang terdaftar di badan Statistik Nagan Raya periode 2010-2015 adalah
Persamaan Y = 7,42 -6,22 X1 menunjukkan bahwa nilai konstanta sebesar 7,42 yang
berarti jika Inflasi pada pendapatan pedagang beras bernilai nol, maka diprediksikan
besarnya pendapatan pedagang beras akan sebesar 7,42. Dari persamaan itu bisa
diartikan pendapatan pedagang beras akan naik bila Inflasi turun. Keberartian
pengaruh Inflasi terhadap pendapatan pedagang beras dibuktikan dengan t hitung
sebesar 2,291, lebih besar dari t tabel sebesar 1,9656 pada taraf signifikansi 5%.
Selain variabel bebas Inflasi, masih terdapat beberapa variabel lain yang dapat
mempengaruhi pendapatan pedagang beras. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien
determinan (R2) sebesar 0,32 yang berarti bahwa 32% pendapatan pedagang beras
dipengaruhi oleh Inflasi, sedangkan 68% dipengaruhi oleh faktor lain.
Hal ini berarti jika semakin besar variabel ini menunjukkan laba yang dapat
dihasilkan dari seluruh kekayaan yang dimiliki juga besar. Hal tersebut akan sangat
menarik pedagang untuk menambah modal penjualan sebab profitabilitas akan
mempengaruhi harga beras dan dengan banyaknya modal yang yang ditanam untuk
modal usaha maka akan menyebabkan naiknya harga beras yang mempengaruhi
juga terhadap laba yang diterima oleh pedagang.
Hubungan positif antara Inflasi dan pendapatan pedagang beras juga
dikemukakan oleh Spyrou ( dalam Yuki Indrayadi, 2004), yang meneliti pada
beberapa emerging stock markets menyimpulkan bahwa kenyataan empiris
menunjukkan bahwa pada beberapa emerging stock markets, Inflasi berkorelasi
secara positif dengan tingkat pengembalian investasi pada modal perdagangan.
Kenyataan tersebut mengindikasikan bahwa dengan tingkat Inflasi yang tinggi dapat
diharapkan tingkat pengembalian investasi pada pendapatan pedagang beras pula.
Menurut Spyrou (Yuki Indrayadi, 2004), indikasi tersebut kemungkinan disebabkan
oleh korelasi positif antara Inflasi dan aktifitas ekonomi riil di banyak negara
berkembang serta kemungkinan adanya keterkaitan erat antara kebijakan moneter
dengan kebijakan sektor riil di negara-negara tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan di bab
sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Data yang diperoleh pada skripsi ini didapat dari badan statistik kabupaten
Nagan Raya, dan diolah dengan menggunakan SPSS Windons 7.
2. Untuk pengujian hipotesis, data terlebih dahulu di uji melalui uji asumsi
klasik yang melalui tahap : Uji Normalitas,Uji Multikolineritas, dan Uji
autokorelasi.
3. Hasil hipotesis menunjukkan Inflasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Pendapatan pedagang beras pada pasar simpang empat yang
terdaftar di Badan Statistik periode 2010-2015, hal ini ditunjukkan oleh
distribusi t hitung sebesar 2,291 > t tabel 1,9656 dengan taraf signifikansi 5%
dan nilai signifikansi (0,000) lebih kecil dari taraf signifikansi (0,05).
5.1 Saran
1. Penelitian ini masih memiliki keterbatasan yaitu dari segi faktor makro
ekonomi yang digunakan sebagai dasar untuk memprediksi pendapatan
pedagang beras hanya terbatas pada tingkat Inflasi. Diharapkan dalam
penelitian selanjutnya untuk memperhatikan pengaruh faktor lain yang dapat
mempengaruhi pergerakan kenaikan harga beras.
2. Pengambilan periode penelitian yang hanya 5 tahun, diharapkan untuk
pengembangan penelitian selanjutnya dapat memperpanjang periode
penelitian agar hasil yang diperoleh dapat lebih merefleksikan pergerakan
harga beras di badan statistik secara historikal.
3. Menambah jumlah sampel perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian,
makin banyak jumlah sampel penelitian lebih bisa mewakili hasil penelitian.
4. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada pasar tradisiobal yang ada
lain yang ada di kabupaten Nagaan Raya untuk menambah validitas hasil
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. (2000). Analisis Regresi, Teori, Kasus & Solusi. Yogyakarta: BPFE UGM.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Atmaja, Lukas Setia 2006. Manajemen Keuanga.. Yogyakarta : Penerbit ANDI
Ayuningsari, Anak.AK. 2010. Analisis Pendapatan Sebelum dan Sesudah Program
Revitalisasi Pasar Tradisional di Kota Denpasar. Jakarta : Selemba Empat
Badan Pusat Statistik. 2015. Berita Resmi Statistik Indonesia. Aceh
Badan Pusat Statistik. 2016. Berita Resmi Statistik Indonesia. Aceh
Boediono. 2003. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1 Ekonomi Mikro.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
. 2010. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1 Ekonomi Mikro.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Chu Sheng Tai and Zahid Iqbal, 2006, How Important is Global Industry Shock is
Explaining the Relative Performance of Global Industries?, Department of
Acounting anf Finance, Jese H. Jones School Business, Texas Southern
University : Houston Texa
Hillard, Paula J. Adams. 2006. Dysmenorrhea. Pediatriscs in Review. Available
from: http://pedsinreview.aappublications.org/cgi/content/full/27/2/64. [Acc
essed 01 maret 2015
Husodo, S.Y., 2004, Pertanian Mandiri, Jakarta : Penerbar Swadaya
Hutagalung, Makmur. 2007. Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Tingkat
Petani pad Beberapa Strata Luas Lahan. Medan: Usu Repositoru
Isnaini, M. 2012. Pertanian Organik Untuk Keuntungan Ekonomi dan Kelestarian
Bumi. Jakarta : Kreasi Wacana.
Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter Buku 2. Yogyakarta : BPFE.
Paramita R. 2013. Bunga Angin Portugis di Nusantara. Jakarta : LIPI Press. 2
Samuelson, PA, dan Nordhaus WD. 2004. Ilmu Makroekonomi. Edisi Tujuh Belas,
Diterjemahkan oleh Gretta, Theresa Tanoto, Bosco Carvallo, dan Anna Elly,
PT. Media Global Edukasi, Jakarta
Sudirmansyah, 2011. Pengertian dan Jenis-Jenis Pasar. Diakses dari http://
www.sudirmansyah.com/artikel-ekonomi/pengertian-dan
jenisjenispasar.html. Diunduh tanggal 01 maret 2016
Sudjana. Nana. (2006). Stasistika untuk Ekonomi Dan Bisnis. Bandung. Tarsito.
Sukirno, Sadono. 2002. Teori Mikro Ekonomi. Cetakan Keempat Belas. Jakarta :
Rajawali Press
Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik, Untuk Keuangan dan Pembangunan. Daerah.
Yogyakarta : Andi.
Todaro M.P. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Tohar. 2003. Membuka Usaha Kecil. Yogyakarta : Kanisius.
Wahyuning, Sri,. 2006. Kinerja Kelompok Tani Dalam Sistem Usahatani Padi dan
Metode Pemberdayaannya. Bogor : Jurnal Litbang Pertanian.
.
Lampiran 1.
Tabel 1. Jumlah Pedangan beras di Kabupaten Nagan Raya
No Alamat Pasar Jumlah pedagang
1. Pasar Alue Bilie 8
2. Pasar Alue Gani 3
3. Pasar Simpang puet 7
4. Pasar Betong 6
5. Pasar Jeuram 5
Tabel 2. harga beras dikabupaten Nagan Raya
No Nama Beras Harga per sak
1 Dua pandan Rp. 165.000
2 Rantang Rp. 160.000
3 Melati Rp. 160.000
4 Duo mawar Rp. 165.000
5 Anggrek Rp. 165.000
6 Teratai Rp. 165.000
7 Mangga Rp. 160.000
8 Jangkar Rp. 140.000
9 Top 1 Rp. 165.000
10 Rajawali Rp. 160.000
11 Jempol Rp. 140.000
12 MJ Rp. 160.000
13 Bungong Selanga Rp. 145.000
14 Matahari Rp. 145.000
15 Yusima Rp. 170.000
16 Nuri Rp. 145.000
17 Segar wangi Rp. 130.000
Hasil Regresi Linier Sederhana (Pengaruh Inflasi terhadap pendapatan
pedagang beras)
Coefficientsa
Model Variabel
Independent
Koef
Reg
T
Hitung
T Tabel R square Propabilitas
1 Constant 7,42 8,830 0,32
Inflansi 6,22 2,291 1,9656 32%
FOTO-FOTO PENELITIAN
top related