pengaruh inflasi, non performing finance, dan ......alif anjas permana nim: 1113085000024 program...
Post on 20-Oct-2020
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
PENGARUH INFLASI, NON PERFORMING FINANCE,
DAN RETURN ON ASSET TERHADAP PERTUMBUHAN
ASET PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
(Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Nasional Devisa Periode 2011-2016)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Alif Anjas Permana
NIM: 1113085000024
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
DATA RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
I. Data Pribadi
Nama : Alif Anjas Permana
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 9 Januari 1996
Warga negara : Indonesia
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tinggi Badan : 168 cm
Berat Badan : 65 kg
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat : Jl. Mushala an-nur rt.07 rw.02
No.23 Kedaung, Pamulang,
Tangerang Selatan
No. Telp : 089677155958
Email : Alifanjas16@gmail.com
II. Pendidikan Formal
2001-2007 : SDN 09 Ciputat Tangerang Selatan
2007-2010 : MTsN 3 Jakarta
2010-2013 : MAN 4 Jakarta
2013-2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. Pengalaman Organisasi
Staff Divisi Syiar Lembaga Dakwah Kampus FEB UIN Jakarta
Periode 2014-2015
Staff Divisi Pengembangan Akademik Bakat dan Keilmuan Lembaga
Dakwah Kampus UIN Jakarta, Periode 2016
mailto:Alifanjas16@gmail.com
-
vii
ABSTRACT
The research is a quantitative study which calculate and analyze the effects
of inflation, non-performing finance (NPF), and return on asset (ROA) on growth
of sharia banking assets in Indonesia. This research use a sample of some Banks in
Indonesia which include categories as National Islamic Bank foreign exchange,
that are Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Negara Indonesia
Syariah and Bank Mega Syariah, the quarterly data for the period march 2011-
Desember 2016. This research used panel data regression analysis with Eviews
version 9. Based on the result of regression panel data with a significance level of
5%, the result shows that independent variable (Inflation, NPF and ROA)
simultaneously have significant effect towards Asset Growth, and in partially the
obtained result shows that NPF and ROA have significant effect on Asset Growth,
meanwhile Inflation had no significant effect on Asset Growth.
Keywords: Asset Growth, Inflation, NPF, ROA
-
viii
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi kuantitaif yang menghitung dan
menganalisis pengaruh inflasi, non-performing finance (NPF) dan return on asset
(ROA) terhadap pertumbuhan aset perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini
menggunakan sampel beberapa bank yang termasuk dalam kategori Bank Umum
Syariah Nasional Devisa yaitu terdiri dari Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah
Mandiri, Bank Negara Indonesia Syariah, dan Bank Mega Syariah Indonesia dalam
data triwulan selama periode maret 2011-desember 2016. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi data panel yang pengolahannya melalui Eviews 9.
Berdasarkan hasil regresi data panel dengan tingkat signifikansi sebesar 5%, hasil
menunjukan bahwa secara simultan seluruh variabel independen (inflasi, NPF dan
ROA) dalam penelitian ini memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
aset. Secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel NPF dan ROA memiliki
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan aset, sedangkan inflasi memiliki
pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan aset.
Kata Kunci: Pertumbuhan Aset, Inflasi, NPF, ROA
-
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Non Performing
Finance dan Retrun on Asset Terhadap Pertumbuhan Aset Perbankan
Syariah di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Nasional Devisa
Periode 2011-2015)”. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, teladan bagi seluruh umat manusia, yang telah memperjuangkan Islam dan
meninggikan kalimat Allah di muka bumi, beserta para keluarga dan para sahabat.
Tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat dalam mencapai
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta. Mengenai ide serta gagasan
dalam skripsi ini, penulis dapatkan setelah penulis menghadiri acara Indonesia
Islamic Finance Forum yang diselenggarakan oleh Masyarakat Ekonomi Syariah
(MES). Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput
dari berbagai kendala yang harus dihadapi dan menyadari sepenuhnya bahwa
keberhasilan yang diperoleh bukan semata-mata hasil usaha penulis sendiri,
melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan, dan arahan yang tidak ternilai
harganya dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada:
1. Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan FEB, Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si.,
Ca., QIA., BKP sekalu Wakil Dekan I Bid. Akademik, Dr. Ade Sofyan
Mulazid, S.Ag., M.H selaku Wakil Dekan II Bid. Administrasi Umum dan Dr.
Desmadi Saharuddin, M.A selaku Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
sebagai syarat meraih gelar sarjana ekonomi.
2. Cut Erika Ananda Fatimah, SE., selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah dan
Fitri Damayanti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu pemenuhan berkas-berkas administrasi penulis.
-
x
3. Endra Kasni Laila Yuda S.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membimbing penulis selama masa studi.
4. Aini Masruroh SE.I., M.SI. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu, ilmu, dan tidak henti-hentinya memberikan arahan,
masukan, nasihat, dan motivasi yang sangat berharga kepada penulis selama
penulisan hingga penyusunan skripsi ini.
5. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Dedi Sutardi dan Ibunda Zahronah yang
selalu memberikan dukungan moril maupun materil, kasih sayang dan doa
terbaik untuk anak-anaknya, dan selalu memberikan nasihat agar selalu sabar
dalam menghadapi setiap permasalahan dalam hidup.
6. Sahabat yang tergabung dalam UR Army (Aqwam, Alvino, Nopal, Syukron)
yang selalu memotivasi saya dengan wacana-wacana yang tak kunjung
terealisasi.
7. Seluruh teman-teman di Lembaga Dakwah Kampus baik itu tingkat fakultas
maupun universitas, yang selalu memberikan nasihat-nasihat terbaik dalam
menghadapi berbagai persoalan di dunia.
8. Seluruh teman-teman Kosjod Institute (Eka, Dahsya, Wachyu, Jodie, Erlangga,
Hisby, Jana, Ridho, Angri, Fajar B, Fariz, Fajar K) yang telah menemani, dan
menjadi keluarga baru bagi penulis.
9. Teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2013 yang selalu kompak,
memberikan semangat, doa, dan cerita penuh warna selama masa kuliah.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis selama masa studi hingga menyelesaikan skripsi.
Semoga Allah swt senantiasa memberikan balasan pahala yang berlipat ganda
kepada semua pihak atas bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis
dalam penulisan dan penyusunan skipsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta, Juli 2017
Alif Anjas Permana
-
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ............................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 14
A. Landasan Teori .................................................................................... 14
-
xii
1. Perbankan Syariah ......................................................................... 14
2. Pertumbuhan Aset .......................................................................... 17
3. Inflasi ............................................................................................. 20
4. Non Performing Finance ............................................................... 26
5. Return on Asset .............................................................................. 28
B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ................ 29
C. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 33
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 38
E. Hipotesis .............................................................................................. 40
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 42
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 42
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................. 42
C. Metode Pengumpulan Data.................................................................. 44
D. Metode Analisis Data .......................................................................... 45
1. Statistik Deskriptif ......................................................................... 46
2. Penentuan Model Regresi .............................................................. 46
a. Common Effect Model .............................................................. 47
b. Fixed Effect Model ................................................................... 47
c. Random Effect Model ............................................................... 48
3. Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 49
a. Uji Normalitas ........................................................................... 50
b. Uji Multikolinearitas ................................................................. 51
c. Uji Heterokedastisitas ............................................................... 53
-
xiii
d. Uji Autokorelasi ........................................................................ 54
4. Analisis Regresi Linear Berganda ................................................. 57
5. Uji Hipotesis .................................................................................. 58
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t) ........................... 58
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F).............................................. 59
c. Koefisien Determinasi (R2) ....................................................... 60
E. Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 65
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 65
B. Gambaran Umum Data Penelitian ....................................................... 67
C. Hasil Analisis Data Penelitian ............................................................. 72
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ......................................................... 72
2. Penentuan Model Regresi Data Panel............................................ 76
a. Uji Chow .................................................................................. 77
b. Uji Hausman ............................................................................ 78
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................ 79
a. Uji Normalitas ......................................................................... 79
b. Uji Multikolinearitas ................................................................ 80
c. Uji Heterokedastisitas .............................................................. 81
d. Uji Autokorelasi....................................................................... 83
4. Hasil Uji Hipotesis ......................................................................... 85
a. Analisis Regresi Berganda ....................................................... 85
b. Koefisien Determinasi (R2)...................................................... 87
-
xiv
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t) .......................... 89
d. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ............................................ 92
D. Interpretasi ........................................................................................... 94
1. Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Aset .............................. 94
2. Pengaruh NPF Terhadap Pertumbuhan Aset ................................. 95
3. Pengaruh ROA Terhadap Pertumbuhan Aset ................................ 96
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 97
A. Kesimpulan ............................................................................................ 97
B. Saran ........................................................................................................ 98
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100
LAMPIRAN ....................................................................................................... 103
-
xv
DAFTAR TABEL
2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 34
3.1 Ringkasan Definisi Operasional Variabel ..................................................... 63
4.1 Daftar Sampel Penelitian ............................................................................... 65
4.2 Proses Seleksi Sampel ................................................................................... 66
4.3 Pertumbuhan Aset ......................................................................................... 67
4.4 Data Inflasi .................................................................................................... 68
4.5 Non Performing Finance (NPF) .................................................................... 69
4.6 Return on Asset (ROA) ................................................................................. 70
4.7 Statistik Deskriptif ........................................................................................ 72
4.8 Uji Chow ....................................................................................................... 76
4.9 Uji Hausman ................................................................................................. 77
4.10 Uji Normalitas Jarque-Bera......................................................................... 79
4.11 Korelasi Variabel Independen ..................................................................... 80
4.12 Uji White ..................................................................................................... 81
4.13 Uji Breusch-Godfrey ................................................................................... 82
4.14 Uji Breusch-Godfrey (Diferensi Pertama) .................................................. 83
4.15 Hasil Regresi Linear Berganda ................................................................... 85
4.16 Adjusted R-Square ...................................................................................... 88
4.17 Uji Statistik t ............................................................................................... 90
4.18 Uji F statistik ............................................................................................... 93
-
xvi
DAFTAR GAMBAR
1.1 Pertumbuhan Jumlah BUS & UUS di Indonesia .......................................... 5
1.2 Laju Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia ..................................... 6
1.3 Perbandingan Laju Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah dengan Perbankan
Nasional......................................................................................................... 7
1.4 Perbandingan Tingkat NPF Perbankan Syariah dengan NPL Perbankan
Nasional......................................................................................................... 9
1.5 Perbandingan ROA Perbankan Syariah dengan Perbankan Nasional........... 10
2.1 Demand Pull Inflation ................................................................................... 22
2.2 Cost Push Inflation ........................................................................................ 23
2.3 Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 40
4.1 Pertumbuhan Aset ......................................................................................... 67
4.2 Laju Inflasi .................................................................................................... 68
4.3 Non Performing Finance (NPF) .................................................................... 69
4.4 Return on Asset (ROA) ................................................................................. 70
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Pertumbuhan Aset dan Rasio Keuangan Bank Muamalat Indonesia .... 103
2. Data Pertumbuhan Aset dan Rasio Keuangan Bank Mega Syariah ............... 104
3. Data Pertumbuhan Aset dan Rasio Keuangan Bank Negara Indonesia
Syariah ............................................................................................................ 105
4. Data Pertumbuhan Aset dan Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri ........... 106
5. Data Inflasi (2011-2016) ................................................................................ 107
6. Statistik Deskriptif .......................................................................................... 108
7. Common Effect Model ................................................................................... 109
8. Fixed Effect Model ......................................................................................... 110
9. Random Effect Model .................................................................................... 111
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam datang ke dunia sebagai agama rahmatan lil ‘alamin yang
memiliki makna agama yang membawa rahmat bagi semesta alam, bukan
rahmat hanya untuk penganutnya saja. Oleh sebab itu konsep-konsep
kehidupan di dunia yang ditawarkan oleh ajaran islam merupakan konsep
ideal yang tidak hanya sekedar normatif tapi juga positif atau dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, di mana apabila konsep tersebut
diterapkan akan mendatangkan kebaikan bagi para pelakunya. Salah satu
dari konsep-konsep kehidupan tersebut yaitu konsep ekonomi atau yang
dikenal dengan istilah muamalah. Di tengah kepungan perbankan
konvensional yang berbasis bunga dan juga sistem ekonomi moneter
berbasis bunga, di mana ulama telah bersepakat bahwa sistem bunga itu
sendiri serupa dengan riba, maka keberadaan lembaga perbankan yang
sesuai dengan syariah menjadi sesuatu yang wajib diwujudkan.
Upaya mewujudkan bank syariah pun telah membuahkan hasil di
Indonesia. Hingga tahun 2016, keberadaan perbankan syariah di Indonesia
genap sudah 25 tahun. Di mana hal ini diawali dengan berdirinya Bank
Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di Indonesia, yang
merupakan hasil kerja tim perbankan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Akte
pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada tanggal 1
-
2
November 1991, pada saat penandatanganan akte pendirian ini, terkumpul
komitmen pembelian saham sebanyak Rp84 miliar. Pada tanggal 3
november 1991, dalam acara silaturahmi presiden di Istana Bogor, total
komitmen modal disetor awal sebesar Rp106.126.382. dana tersebut berasal
dari presiden dan wakil presiden, sepuluh menteri kabinet pengembangan
V, yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila, Yayasan Dakab, Supersemar,
Dharmais, Purna Bhakti Pertiwi, PT PAL, dan PT Pindad. Selanjutnya,
Yayasan Dana Dakwah Pembangunan ditetapkan sebagai yayasan
penopang Bank Syariah. Undang-undang yang mengatur kehadiran bank
syariah di Indonesia adalah UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan.
Undang-undang ini belum secara eksplisit mengatur mengenai bank
syariah, selain memperkenalkan kehadiran bank dengan prinsip bagi hasil.
Selanjutnya, keluarnya peratu ran pemerintah (PP) No. 72 tahun 1992
tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil. Perkembangan bank syariah
pasca-kehadiran UU No. 7 Tahun 1992 masih sangat lambat. Hal ini terlihat
dari jumlah bank syariah yang tidak bertambah semenjak kehadiran Bank
Muamalat Indonesia. (Arif, 2015:323)
Di tengah kelesuan industri perbankan syariah yang dikarenakan
masih tahap awal kemunculannya dan belum banyak diperhatikan, Bank
Muamalat Indonesia pun harus mengalami ujian yang sangat berat yaitu
krisis ekonomi yang melanda Indonesia di Tahun 1997-1998. Dimana Arif
(2015:332) menjelaskan kirisis ekonomi yang melanda Indonesia pada
pertengahan tahun 1997 berawal dari gejolak moneter di negara tetangga
-
3
sehingga nilai tukar rupiah mengalami depresiasi besar. Kebijakan uang
ketat sebagai upaya untuk menahan tekanan depresiasi rupiah direspon oleh
pasar dengan berkurangnya kepercayaan investor terhadap rupiah.
Intervensi Bank Indonesia dalam bentuk menaikkan tingkat suku bunga SBI
-sebagai upaya menahan tekanan terhadap pelemahan nilai tukar-
mengakibatkan tingkat suku bunga perbankan. Hal ini menyebabkan
ekonomi kekurangan likuiditas dan kegiatan dunia usaha menjadi stagnan.
Gejolak ini merupakan konsekuensi logis dari lepasnya keterkaitan sektor
moneter dengan sektor real. Uang tidak lagi hanya berfungsi sebagai alat
tukar, tetapi telah menjadi barang komoditas sebagai akibat adanya motif
spekulasi dari para pemegang uang. Dengan demikian, sektor moneter
sering telah lebih maju dari pada sektor real yang mengakibatkan
munculnya fenomena bubble economic, yaitu seakan-akan ekonomi
mengalami pertumbuhan yang tinggi, tetapi tidak memiliki fondasi yang
kuat sehingga apabila diterpa sedikit masalah, langsung goyah dan terbukti
dengan adanya krisis ekonomi tahun 1997.
Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di
Indonesia mampu melewati ujian krisis ekonomi tersebut dengan baik. Hal
ini membuka mata masyrakat terkait kelemahan sistem perbankan
konvensional dan keunggulan sistem perbankan syariah. Selain itu
kemampuan Bank Muamalat Indonesia tersebut juga menarik perhatian
berbagai pihak baik itu pelaku industri keuangan maupun pemerintah. Hal
ini terbukti dengan keluarnya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
-
4
perbankan. Arif kembali menjelaskan (2015, hal. 333) Apabila dalam
Undang-undang No. 7 tahun 1992 yang diakui hanya bank berdasarkan
prinsip bagi hasil, dalam Undang-undang No. 10 tahun 1998 diakui
perbankan syariah dalam sistem perbankan di Indonesia. Dengan demikian,
sejak UU No. 10 tahun 1998 ini diberlakukan, Indonesia secara resmi
menganut dual banking system dalam sistem perbankannya, yaitu
perbankan konvensional dan perbankan syariah berdampingan dalam sistem
perbankan di Indonesia.
Kemampuan Bank Muamalat Indonesia dan pengakuan pemerintah
terkait sistem perbankan syariah tersebut menarik perhatian para pelaku
industri keuangan dan juga direspon positif oleh Industri, banyak pelaku
industri keuangan khususnya perbankan yang melihat sistem perbankan
syariah ini sebagai suatu peluang. Hal ini dapat terlihat dari munculnya
bank-bank syariah baru, baik itu Bank Umum Syariah maupun Unit Usaha
syariah pasca krisis ekonomi 1998.
-
5
Grafik 1.1
Pertumbuhan Jumlah BUS & UUS di Indonesia
Sumber : Asbisindo
Seperti data yang dilansir oleh Asosiasi Bank Syariah Indonesia
(asbisindo) di atas yang menampakkan pertumbuhan jumlah Bank Umum
Syariah maupun Unit Usaha Syariah di Indonesia pasca reformasi hingga
tahun 2014, data tersebut menunjukan bahwa industri Perbankan Syariah
tumbuh secara agresif terutama sampai tahun 2011. Namun setelah tahun
2011 pertumbuhan perbankan syariah dari sisi jumlah mengalami stagnansi.
Hal ini juga sejalan dengan laju pertumbuhan aset, pembiayaan dan dana
pihak ketiga (DPK) perbankan syariah.
-
6
Grafik 1.2
Laju Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, OJK
Setelah selama satu dekade mencuri perhatian banyak pihak dengan
laju pertumbuhannya yang sangat cepat jauh di atas rata-rata laju
pertumbuhan perbankan nasional, bahkan pernah mendapatkan predikat the
fastest growing Industry. Industri perbankan syariah mengalami
perlambatan laju pertumbuhan, grafik 1.2 memperlihatkan secara konsisten
sejak 2012 hingga 2015 perbankan syariah baik dari sisi aset, pembiayaan,
maupun dana pihak ketiga (DPK) terus mengalami perlambatan laju
pertumbuhan. Dan dari sisi aset (grafik 1.3) pada tahun 2012 pertumbuhan
aset perbankan syariah sebesar 34,1% dan mengalami perlambatan di tahun
2013 dimana aset perbankan syariah hanya tumbuh sebesar 24,2% namun
masih di atas laju pertumbuhan aset perbankan nasional yang hanya sebesar
16,7% pada 2012 dan 16,2% pada 2013. Akan tetapi hal tersebut terus
berlanjut hingga mencapai titik yang mengkhawatirkan dimana tercatat
sejak Desember 2014 hingga juni 2015 laju pertumbuhan aset perbankan
-
7
syariah berada di bawah rata-rata laju pertumbuhan aset perbankan nasional.
Yaitu aset perbankan syariah hanya tumbuh sebersar 12,4% di bawah
pertumbuhan aset perbankan nasional yaitu sebesar 13,3% pada desember
2014 dan berlanjut hingga juni 2015 tercatat pertumbuhan aset perbankan
syariah hanya 8,1% hampir setengah dari pertumbuhan aset perbankan
nasional yang mencapai 14,1%.
Grafik 1.3
Perbandingan Laju Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah dengan
Perbankan Nasional
Sumber: Asbisindo
Terkait tren perlambatan laju pertubuhan perbankan syariah
tersebut, Dalam roadmap Perbankan Syariah di Indonesia 2015-2019 yang
dirilis oleh Otoritas Jasa Keuagan (OJK) dikatakan bahwa kondisi
perekonomian nasional yang mengalami sedikit penurunan sebagai imbas
-
8
dari kondisi perekonomian global, juga berpengaruh terhadap perbankan
nasional. Memang sesuatu yang tidak dapat dipungkiri meskipun perbankan
syariah memiliki sistem tersendiri dalam menjalankan fungsi
intermediasinya sebagai bank yang berbeda dengan perbankan
konvensional, namun kondisi perekonominan nasional seperti salah satunya
adalah tingkat inflasi juga dapat mempengaruhi laju pertumbuhan
perbankan syariah.
Dinno Indiano, Ketua Pengembangan Bisnis Asosiasi Bank Syariah
Indonesia (Asbisindo) dalam presentasinya yang berjudul “Tantangan
Perbankan Syariah 2016” menyampaikan bahwa perlambatan pertumbuhan
perbankan syariah dalam 2 tahun terakhir pada dasarnya tidak hanya
disebabkan oleh kondisi perekonomian Indonesia, akan tetapi juga akibat
faktor internal pada industri perbankan syariah sendiri.
Di antara faktor internal tersebut yang terindikasi menjadi penyebab
perlambatan laju pertumbuhan perbankan syariah, salah satunya adalah
Non-Performing Finance (NPF). Hal ini dikarenakan perlambatan laju
pertumbuhan yang dialami perbankan syariah tiga tahun terakhir ini juga
diikuti dengan semakin tingginya tingkat NPF. Bahkan seperti yang terlihat
pada grafik 1.4, pada tahun 2013 NPF perbankan syariah berada di angka
2,62% meningkat 0,4% dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 2,22%. Dan
terjadi peningkatan yang signifikan pada desember 2014 yaitu NPF berada
di angka 4,33%, dan terus konsisten tinggi hingga juni 2015 tercatat sebesar
4,76%. Sejak desember 2014 tingkat NPF perbankan syariah ini jauh lebih
-
9
tinggi dua kali lipatnya jika dibandingkan dengan tingkat NPL perbankan
nasional yang konsisten berada di kisaran 2%.
Grafik 1.4
Perbandingan Tingkat NPF Perbankan Syariah dengan NPL
Perbankan Nasional
Sumber: Asbisindo
Pada dasarnnya salah satu faktor pendukung bagi Bank Syariah
untuk dapat memperbesar asetnya adalah berasal dari laba yang dihasilkan
oleh bank syariah itu sendiri. Karena semakin besar laba yang dihasilkan
suatu perusahaan maka akan semakin besar pula kesempatan perusahaan
tersebut melakukan ekspansi demi pertumbuhan usahanya. Salah satu
indikator dalam melihat kemampuan bank syariah dalam menghasilkan laba
adalah dengan melihat rasio return on asset (ROA). Dahlan (2005) dalam
bukunya yang berjudul “Manajemen Lembaga Keuangan” menjelaskan
-
10
bahwa Rasio ini (ROA) memberikan informasi seberapa efisien suatu bank
dalam melakukan kegiatan usahanya, karena rasio ini mengindikasikan
seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh rata-rata terhadap setiap
rupiah asetnya.
Grafik 1.5
Perbandingan ROA Perbankan Syariah dengan Perbankan Nasional
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, OJK
Pada grafik 1.5 terlihat jelas bagaimana kemampuan bank syariah
dalam menghasilkan laba masih kalah dibandingkan dengan perbankan
nasional. Hal ini diduga karena bank syariah dinilai belum cukup effisien
dalam mengelola asetnya. Dan sejalan dengan laju pertumbuhan aset
perbankan syariah (grafik 1.3), terjadi penurunan yang cukup signifikan
pada 2014 namun berbeda pada tahun 2015 dimana ROA perbankan syariah
3.11% 3.08%2.85%
2.29%2.14% 2.00%
0.79% 0.89%
2012 2013 2014 2015 (juni)
ROA Perbankan Nasional ROA Perbankan Syariah
-
11
menaik menjadi 0,89% namun laju pertumbuhan aset masih tetap
mengalami perlambatan.
Seperti yang telah dipaparkan, meskipun dari sisi jumlah, aset
perbankan syariah terus tumbuh, namun secara persentase, pertumbuhan
yang terjadi terus menurun di tiga tahun terkhir bahkan hingga berada di
bawah rata-rata industri. Dimana fenomena perlambatan laju pertumbuhan
aset perbankan syariah tersebut juga sejalan dengan tren negatif dari sisi
NPF dan ROA. selain itu fenomena ini bertepatan dengan krisis ekonomi
global yang berdampak pada kondisi ekonomi Indonesia. Oleh sebab itu,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam,
dengan mengangkat judul yaitu “Pengaruh Inflasi, Non Performing Finance
dan Return on Asset terhadap Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di
Indonesia (Studi Kasus: Bank Umum Syariah Nasional Devisa Periode
2011-2016)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah inflasi, non-performing finance dan return on asset secara
parsial dan juga secara simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan
aset bank-bank umum syariah nasional devisa di Indonesia ?
-
12
2. Variabel manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap
pertumbuhan aset bank-bank umum syariah nasional devisa di
Indonesia ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
a. Menganalisa dan mengetahui secara parsial dan juga secara simultan
pengaruh dari inflasi, non-performing finance dan return on asset
terhadap pertumbuhan bank umum syariah di Indonesia.
b. Menganalisa dan mengetahui variabel yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan bank umum syariah di Indonesia.
2. Manfaat Penelitan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, di antaranya:
a. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk
mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh
dari bangku kuliah pada jenjang S1 Program Studi Perbankan
Syariah. Penelitian ini juga menambahkan pengetahuan dan
-
13
pemahaman mengenai keuangan perbankan syariah terutama
dari sisi pertumbuhan aset.
b. Bagi Akademisi
Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang perbankan
syariah khusunya analisis faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan bank syariah. Penelitian ini diharapkan pula dapat
menjadi salah satu bahan referensi bagi peneliti sendiri maupun
bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti tentang faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan bank syariah. Agar
menghasilkan penelitian yang lebih baik.
c. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat dan
sumbangsih untuk industri perbankan syariah berupa informasi
yang dapat membantu manajemen dalam pengambilan
keputusan untuk industri perbankan syariah yang lebih baik
kedepannya.
-
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Perbankan Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat (UU No 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah pasal 1 angka 2). Masih dalam Undang-
undang nomor 21 tahun 2008 dan pasal 1 disana juga menyebutkan
pengertian bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri
dari atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
Menurut PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan, Bank
adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan
antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana, dengan pihak-
pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran.
Jenis-jenis perbankan di Indonesia dapat ditinjau dari
berbagai segi antara lain (Kasmir, 2004):
-
15
1) Dilihat dari segi jenisnya Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998
maka jenis perbankan terdiri dari:
a) Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2) Dilihat dari segi kepemilikannya, dibagi menjadi:
a) Bank Milik Pemerintah merupakan bank yang akte pendirian
maupun modalnya dimiliki pemerintah, sehingga seluruh
keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah.
b) Bank Milik Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh
besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte
pendiriannya oleh swasta, begitu juga dengan pembagian
keuntungannya diambil oleh swasta.
c) Bank Milik Asing merupakan cabang dari bank yang terdapat
di luar negeri, baik swasta maupun pemerintah.
d) Bank Milik Campuran merupakan bank yang kepemilikan
sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta
nasional.
-
16
3) Dilihat dari segi statusnya:
a) Bank Devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan
transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata
uang asing secara keseluruhan.
b) Bank Non Devisa merupakan bank yang belum mempunyai
izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa,
sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya
bank devisa.
b. Fungsi Bank Syariah
Bank umum sebagai lembaga intermediasi keuangan
memberikan jasa-jasa keuangan. Secara garis besar fungsi dari bank
syariah antara lain adalah sebagai berikut (Sofyan, 2006)
1) Manajer Investasi
2) Investor
3) Jasa Keuangan
4) Fungsi Sosial
Dalam Menjalankan kegiatan usahanya bank syariah harus
menghindari beberapa hal, yaitu (Muhammad, 2005):
1) Menjauhkan diri dari unsur riba:
a) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka
secara pasti keberhasilan suatu usaha.
-
17
b) Menghindari penggunaan sistem persentase untuk
pembebanan biaya terhadap hutang atau pemberian imbalan
terhadap simpanan
c) Menghindari penggunaan sistem perdagangan atau
penyewaan barang ribawi dengan imbalan barang ribawi
lainnya.
d) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka
tambahan atas hutang yang bukan atas paksa yang
mempunyai hutang secara sukarela.
2) Menetapkan sistem bagi hasil dan perdagangan
Dengan mengacu pada Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 275 dan
An-Nisa ayat 29, maka setiap transaksi kelembagaan syariah
harus dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau
transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara uang dengan
barang.
2. Pertumbuhan Aset
Aset atau aktiva adalah harta atau sumber ekonomi yang dimiliki
perusahaan yang diharapkan memberikan manfaat dalam operasi
perusahaan. Aset dimasukkan dalam neraca dengan saldo normal debit.
Pengertian aset ini dikemukakan oleh berbagai pihak sebagai berikut:
a. Menurut Accounting Principal Board (APB) dikemukakan bahwa :
“kekayaan ekonomi perusahaan termasuk di dalam pembebanan
-
18
yang ditunda yang dinilai dan diakui sesuai prinsip akuntansi yang
berlaku.”
b. Financial Accounting Standard Board (FASB) memberikan definisi
sebagai berikut: “aset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi
yang diperoleh atau dikuasi di masa yang akan datang oleh lembaga
tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang lalu.”
c. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa sesuatu
dianggap sebagai aset jika di masa yang akan datang dapat
diharapkan memberikan net cash inflow yang positif kepada
perusahaan.
Total aset adalah total dari keseluruhan harta yang dimiliki
perusahaan atau lembaga keuangan yang digunakan sebagai penunjang
operasional perusahaan atau lembaga keuangan tersebut.
Pertumbuhan aset adalah pertumbuhan total aktiva lancar yang
ditambah dengan pertumbuhan total aktiva tidak lancar. Aktiva lancar
adalah uang kas dan aktiva yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau
ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode
berikutnya (paling lama satu tahun dalam perputaran kegiatan
perusahaan yang normal).
Aktiva dibagi dua, yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.
Adapun yang termasuk dalam aktiva lancar adalah kas, investasi jangka
pendek, piutang wesel, piutang dagang, persediaan, piutang
-
19
penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima, biaya yang
dibayar dimuka. Sedangkan yang termasuk dalam aktiva tidak lancar
adalah yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau
tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan, seperti
investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, beban
yang ditangguhkan dan aktiva lain-lain.
Menurut Brimigham dan Erhart (2006), perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi akan bergantung pada dana dari luar
perusahaan dikarenakan dana dari dalam perusahaan tidak mencukupi
untuk mendukung tingkat pertumbuhan yang tinggi. Dengan demikian
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih banyak
menggunakan utang sebagai sumber pendanaannya daripada
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah.
Pertumbuhan aset ini dapat didefinisikan sebagai perubahan atau
tingkat pertumbuhan tahunan dari total aset. Asset Growth secara
sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑃𝐴 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑡) − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑡 − 1)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑡 − 1) × 100
Keterangan
PA = Pertumbuhan Aset
TA = Total Aset periode t
TAt-1 = Total Aset untuk periode t-1
-
20
Pertumbuhan suatu bank sangat dipengeruh oleh tingkat kesehatan
bank tersebut. Untuk mengukur pertumbuhan suatu bank, ada beberapa
parameter yang dijadikan sebagai tolak ukur. Bank Indonesia
menjadikan tujuh hal sebagai indikator utama perbankan yaitu
(Cleopatra, 2008):
a. Total Aset, yaitu keseluruhan harta yang dimiliki oleh perbankan.
b. Dana Pihak Ketiga (DPK), dana yang berhasil dihimpun perbankan.
c. Earning, atau pendapatan perbankan
d. CAR, Capital Adequacy Ratio yaitu persentasi kecukupan modal
untuk menutup berbagai risiko, terutama risiko pasar dan risiko
pembiayaan.
e. Non Performing Financing/Loan (NPF/NPL), persentase jumlah
kredit/pembiayaan yang tidak dapat dikembalikan debitur .
f. Return on Asset (ROA), persentase pendapatan terhadap aset
perbankan.
g. Financing to Deposit Ratio (FDR)/Loan to Deposit Ratio (LDR)
atau rasio pembiayaan terhadap total dana pihak ketiga yang dapat
dihimpun
3. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang memiliki
dampak luas terhadap variabel makroekonomi lainnya secara
-
21
agregat dan juga berperan dalam mempengaruhi mobilisasi dana
melalui lembaga keuangan formal. Dalam banyak sumber dijelaskan
bahwa, inflasi merupakan kenaikan harga secara umum, terjadi
terus-menerus dari suatu perekonomian (Nurul Huda, 2008).
Menurut Sukirno (Makroekonomi Modern, 2004) inflasi adalah
kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu
perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan
tingkat inflasi adalah persentase kenaikan harga-harga pada suatu
tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya.
Menurut Dornbusch dan Fischer (2004:6), inflasi adalah
suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara
terus-menerus. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan
semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin
merosotnya nilai riil mata uang suatu negara (Khalwaty, 2000)
Menurut Boediono (2000:161) “inflasi adalah
kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan
terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak
disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada
sebagian besar dari harga barang-barang lain.”
Menurut Manurung dan Rahardja (2004:165) Inflasi adalah
kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-
menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi
agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, yaitu:
-
22
1) Kenaikan Harga
2) Bersifat Umum
3) Berlangsung Terus-Menerus
b. Macam-Macam Inflasi
Menurut Boediono (2000:162) inflasi dapat digolongkan
menjadi dua golongan, golongan pertama didasarkan pada “parah”
atau tidaknya inflasi tersebut, yaitu:
1) Inflasi Ringan (di bawah 10% setahun)
2) Inflasi Sedang (antara 10-30% setahun)
3) Inflasi Berat (antara 30-100% setahun)
4) Hiperinflasi (di atas 100% setahun)
Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab awal dari
inflasi. Atas dasar ini dibedakan 2 macam inflasi: (Boediono, 2000)
1) Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagi
barang terlalu kuat. Inflasi ini disebut demand pull inflation.
Gambar 2.1
Demand Pull Inflation
-
23
Gambar tersebut menunjukan demand pull inflation. Karena
permintaan masyarakat akan barang-barang (agregate demand)
bertambah (misalkan, karena bertambahnya pengeluaran
pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau
kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor,
atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit
yang murah), maka kurva agregate demand bergeser dari D1 ke
D2. Akibatnya tingkat harga umum naik dari P1 ke P2.
2) Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi, ini disebut
cost push inflation.
Gambar 2.2
Cost Push Inflation
Gambar tersebut menunjukkan cost push inflation, yaitu jika
biaya produksi naik (misalkan karena kenaikan harga sarana
produksi yang didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan
-
24
bahan bakar minyak) maka kurva penawaran masyarakat
(agregate supply) bergeser dari S1 ke S2.
c. Dampak Inflasi
Menurut Sukirno (2004:338), efek-efek buruk dari inflasi
yaitu sebagai berikut:
1) Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi Yang tinggi akan menggalakkan perkembangan
ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan
produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal
biasanya lebih menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi.
Investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi
akan menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak penganggurana
akan terwujud.
2) Inflasi dan Kemakmuran Rakyat
Di samping menimbulkan efek buruk atas kegiatan ekonomi
negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap
individeu dan masyarakat.
3) Inflasi akan Menurunkan Pendapatan Riil Orang-orang yang
Berpendapatan Tetap.
Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan
harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-
-
25
individu yang berpendapatan tetap. Sehingga daya beli
masyarakat juga akan menurun.
4) Inflasi akan Mengurangi Nilai Kekayaan Perusahaan dan
Masyarakat yang Berbentuk Uang.
Sebagian kekayaan perusahaan dan masyarakat dalam
bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan
dalam institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan
keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku.
5) Memperburuk Pembagian Kekayaan.
Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan
menghadapi kemorosotan dalam nilai riil pendapatnnya, dan
pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan
dalam nilai riil kekayaannya. Sebagian penjual/pedagang dapat
mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian
inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan
berpendapat tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan
penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata.
Menurut para ekonom islam (Karim, 2007), inflasi berakibat
sangat buruk bagi perekonomian karena:
1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama
terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran
di muka, dan fungsi dari unit perhitungan. Orang harus melepas
diri dari uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi
-
26
tersebut. Inflasi juga mengakibatkan terjadinya inflasi kembali,
atau dengan kata lain ‘self feeding inflation’
2) Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung
dari masyarakat (turunnya marginal propensity to save)
3) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk
non-primer dan barang-barang mewah (naiknya marginal
propensity to consume)
4) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu
penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan,
logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi
ke arah produktif seperti: pertanian, industrial, perdagangan,
transportasi, dan lainnya.
4. Non Performing Finance (NPF)
Dalam Kamus Bank Indonesia, Non Performing finance (NPF)
adalah pembiayaan bermasalah yang terdiri dari pembiayaan yang
berklarifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Sedangkan menurut
Sudarsono (2008:123), pembiayaan non lancar atau yang dikenal
dengan istilah non performing finance (NPF) dalam perbankan syariah
adalah jumlah kredit yang tergolong lancar yaitu dengan kualitas kurang
lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
tentang aktiva produktif.
-
27
Menurut Veithzal (2007:477), yang dimaksud dengan non
performing finance (NPF) atau pembiayaan bermasalah adalah
pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau
memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti: pengembalian
pokok atau bagi hasil yang bermasalah, pembiayaan yang memiliki
timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank, pembiayaan yang
termasuk golongan dalam perhatian khusus, diragukan dan macet serta
golongan lancar berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian.
Rasio non performing finance (NPF) dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑁𝑃𝐹 = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 x 100%
Menurut Surat Edaran BI No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember
2001 Lampiran 14, non performing financing (NPF) diukur dari rasio
perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit yang
diberikan. Non performing finance (NPF) yang tinggi akan
memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.
Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas pembiayaan
bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin
besar. Oleh karena itu, bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan
operasionalnya dan juga mencadangkan kas untuk berjaga-jaga atas
risiko kredit macet. Sehingga akan menghambat keinginan bank untuk
ekspansi dan memperbesar asetnya. Kredit dalam hal ini adalah kredit
-
28
yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank
lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar
(KL), diragukan (D) dan macet (M). Sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya Non Performing Finance
(NPF) yang baik adalah di bawah 5%.
5. Return on Asset (ROA)
Profitabilitas merupakan hal penting untuk mengetahui
perkembangan suatu perusahaan karena dengan profitabilitas
manajemen dapat mengukur kemampuan dan kesuksesan perusahaan
dalam menggunakan aktivanya. Bank yang sehat adalah bank yang
diukur secara profitabilitas atau rentabilitas yang terus meningkat di atas
standar yang ditetapkan. Profitabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memperoleh pendapatan di atas biaya-biaya yang
diperhitungkan. Menurut Gitman (2003) pada buku yang berjudul
Principal of Managerial Finance menjelaskan Bahwa: “Profitability is
the relationship between revenues and cost generated by using the
firm’s asset-Both current and fixed- in productive activities”.
Menurut Rodoni dan Ali (2014:192) profitabilitas perusahaan akan
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
pembiayaan dari luar. Profitabilitas atau rentabilitas bank adalah alat
untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan.
-
29
Rasio Return on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas perusahaan
yang diukur dengan membandingkan laba bersih dengan total aset
perusahaan untuk mengukur efektivitas penggunaan aset perusahaan.
(Houston, 2001). Rasio Return on Asset (ROA) memberikan informasi
seberapa efisien bank dalam melakukan kegiatan usahanya, karena rasio
ROA mengindikasikan seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh
bank tersebut maka semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan
asetnya (Siamat, 2005). Sedangkan menurut Bank Indonesia, Return on
Asset (ROA) rasio ini dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan
keuangan. Rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan yang
diperoleh dari penggunaan aset dapat mencerminkan tingkat efisiensi
suatu bank.
B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
1. Hubungan Inflasi dengan Pertumbuhan Aset
Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin
melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai
riil mata uang suatu negara (Khalwaty, 2000). Inflasi juga merupakan
fenomena ekonomi yang memiliki dampak luas terhadap variabel
makroekonomi lainnya secara agregat dan juga berperan dalam
mempengaruhi mobilisasi dana melalui lembaga keuangan formal.
Salah satu dampak inflasi yang dikemukakan Sukirno dalam
bukunya yang berjudul Teori Pengantar Makroekonomi (2004:338)
-
30
yaitu inflasi yang tinggi akan menggalakkan perkembangan ekonomi.
Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat
tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih
menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan
berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Hal ini tentu
sangat berkaitan dengan Bank Syariah khususnya dari sisi aset dimana
aset perbankan syariah didominasi oleh investasi produktif dalam
bentuk pembiayaan. Ketika tingkat inflasi tinggi maka daya beli
masyarakat akan menurun ketika daya beli masyarakat turun maka
konsumsi akan juga menurun dan kegiatan usaha akan lesu hal ini
menyebabkan permintaan akan pembiayaan bank syariah menurun
sehingga bank syariah juga akan mengalami kesulitan dalam
mengembangkan aset nya serta berpotensi mengalami perlambatan
pertumbuhan aset.
Hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Ida Syafrida &
Indianik Aminah (2015) yang menyatakan inflasi sebagai faktor
eksternal yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan bank syariah.
dan juga penelitian dari Deden Faturrahman (2013) yang menyatakan
inflasi memiliki pengaruh yang signifikan serta memiliki hubungan
yang sangat kuat dengan pertumbuhan total aset perbankan syariah
selama periode penelitian. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
-
31
a. H01: Tidak terdapat pengaruh signifikan Inflasi terhadap
pertumbuhan aset (Asset Growth).
b. Ha1: Terdapat pengaruh signifikan Inflasi terhadap pertumbuhan aset
(Asset Growth).
2. Hubungan Non-Performing Finance dengan Pertumbuhan Aset
Non-Performing Finance (NPF) atau pembiayaan bermasalah
adalah pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau
memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti: pengembalian
pokok atau bagi hasil yang bermasalah, pembiayaan yang memiliki
timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank, pembiayaan yang
termasuk golongan dalam perhatian khusus, diragukan dan macet serta
golongan lancar berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian
(Rivai, 2007)
Menurut surat edaran BI No.3/30/DPNP tangggal 14 Desember
2001 Lampiran 14, non performing finance (NPF) diukur dari rasio
perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit yang
diberikan. Non performing Finance (NPF) yang tinggi akan
memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.
Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas pembiayaan
bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin
besar. Hal ini berdampak pada bank harus menanggung kerugian dalam
kegiatan operasionalnya dan juga mencadangkan kas untuk berjaga-jaga
-
32
atas risiko pembiayaan macet. Sehingga akan menghambat keinginan
bank untuk ekspansi dan memperbesar asetnya.
Hal ini sejalan dengan penelitian dari Zakaria Arrazy (2015), Nur
Awwalunnisa (2016) dan Deden Faturrahman (2013) yang menyatakan
bahwa NPF memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan total
aset perbankan syariah di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. H02: Tidak terdapat pengaruh signifikan Non Performing Finance
terhadap pertumbuhan aset (Asset Growth).
b. Ha2: Terdapat pengaruh signifikan Non Performing Finance
terhadap pertumbuhan aset (Asset Growth).
3. Hubungan Return on Asset dengan Pertumbuhan Aset
Sebagai salah satu dari rasio yang menunjukkan profitabilitas suatu
perusahaan dalam hal ini adalah bank, Return on Asset (ROA)
memberikan informasi seberapa efisien bank dalam melakukan kegiatan
usahanya, karena rasio ROA mengindikasikan seberapa besar
keuntungan yang dapat diperoleh bank tersebut maka semakin baik pula
posisi bank dari segi penggunaan asetnya (Siamat, 2005). Dimana profit
yang dihasilkan bank dapat menjadi salah satu sumber modal bagi bank
syariah dalam memperbesar asetnya, di samping itu sebagaimana
Menurut Rodoni dan Ali (2014:192) profitabilitas perusahaan akan
-
33
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
pembiayaan dari luar. dalam kaitannya dengan bank syariah
pembiayaan dari luar yaitu yang berasal dari dana pihak ketiga ataupun
investor yang membeli surat berharga yang dikeluarkan oleh bank
syariah tersebut, dimana dana yang diperoleh dapat digunakan untuk
memperbesar aset bank.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin baik tingkat profitabilitas
bank yang dilihat dari semakin tingginya rasio return on asset akan
berdampak pada semakin tinggi pula tingkat pertumbuhan aset dari bank
tersebut, dimana hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Deden Fathurrahman (2013) yang menyatakan secara simultan ROA,
NPF, inflasi, GDP dan bunga simpanan bank konvensional/ deposito
memiliki pengaruh yang signifikan serta memiliki hubungan yang
sangat kuat dengan pertumbuhan total aset perbankan syariah.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. H03: Tidak terdapat pengaruh signifikan Retrun on Asset terhadap
pertumbuhan aset (Asset Growth).
b. Ha3: Terdapat pengaruh signifikan Retrun on Asset terhadap
pertumbuhan aset (Asset Growth).
-
34
C. Penelitian Terdahulu
Penelitan yang dilakukan dalam skripsi ini merupakan tindak lajut
dari penlitian sebelumnya yang terkait, dan dapat berfungsi sebagai
pengembangan, penyempurnaan, ataupun penegasan dari penelitian-
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil dari penelitian-penelitian
terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat
dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama dan
Tahun Terbit Judul Penelitian
Model
Analisis
Hubungan dengan Skripsi
Penulis Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
1
Zakaria
Arrazy
(2015)
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Pengaruh DPK,
FDR, NPF
Terhadap
Pertumbuhan
Aset Bank
Umum Syariah
(BUS) di
Indonesia
Tahun 2010-
2014
Regresi
Linier
Berganda
Variabel
Independen
yaitu NPF
dan Variabel
Dependen
Pertumbuhan
Aset, serta
Alat yang
digunakan
Regresi
Linier
berganda
Peneliti tidak
menggunakan
variabel DPK
dan FDR
serta Objek
penelitan
sekarang
hanya Bank
Umum
Syariah
Nasional
Devisa
DPK, FDR dan
NPF secara
simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan
aset dengan
nilai
probabilitas
masing-masing
lebih kecil dari
0,05 pada
sedangkan
DPK, FDR dan
NPF secara
parsial
berpengaruh
signifikan
terhadap PA
-
35
No Nama dan
Tahun Terbit Judul Penelitian
Model
Analisis
Hubungan dengan Skripsi
Penulis Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
2 Ida Syafrida
& Indianik
Aminah
(2015)
PNJ
Faktor
Perlambatan
Pertumbuhan
Bank Syariah
di Indonesia
dan Upaya
Penanganannya
Deskriptif
Kualitatif
dan
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Variabel
Independent
yaitu Inflasi
dan Variabel
Dependent
yaitu
Pertumbuhan
Aset
Alat yang
diguanakan
oleh peneliti
hanya analisis
regresi
berganda
tanpa
deskriptif
kualitatif
Jumlah
pembiayaan
UMKM,
Jumlah
pembiayaan
murabahah dan
banyaknya
jaringan kantor
(faktor
internal) serta
IHSG, kurs
IDR/USD dan
Inflasi (faktor
eksternal)
signifikan
mempengaruhi
pertumbuhan
bank syariah.
3 Deden
Faturrahman
(2013)
Universita
Widyatama
Analisis
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan
Total Aset
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Periode
Penelitian
2008-2012
Metode
Deskriptif
dan Metode
Verifikatif
Variabel
dependen
yaitu
pertumbuhan
aset dan
Variabel
independen
yaitu ROA,
NPF dan
Inflasi
Metode yang
digunakan
peneliti
sekarang
adalah regresi
linier
berganda dan
Objek
penelitian
hanya bank
umum syariah
nasional
devisa
Secara
simultan ROA,
NPF, inflasi,
GDP dan
bunga
simpanan bank
konvensional/
deposito
memiliki
pengaruh yang
signifikan serta
memiliki
hubungan yang
sangat kuat
dengan
pertumbuhan
total aset
perbankan
syariah selama
periode
penelitian.
Sedangkan
secara parsial
NPF, GDP dan
bunga
simpanan bank
konvensional/
deposito
-
36
No Nama dan
Tahun Terbit Judul Penelitian
Model
Analisis
Hubungan dengan Skripsi
Penulis Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
memiliki
pengaruh yang
signifikan
terhadap
pertumbuhan
total aset
perbankan
syariah selama
periode
penelitian.
4 Ida Syafrida
&
Ahmad
Abror
(2011)
PNJ
Faktor-Faktor
Internal dan
Eksternal yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan
Aset Perbankan
Syariah di
Indonesia
Regresi
Linier
Berganda
Variabel
Dependen
yaitu
pertumbuhan
aset
perbankan
syariah dan
variabel
independen
yaitu NPF
Peneliti tidak
menggunakan
variabel
jumlah kantor
bank syariah,
rasio FDR,
biaya promosi
dan office
chaneling,
serta Objek
penelitan
sekarang
hanya Bank
Umum
Syariah
Nasional
Devisa
Faktor yang
mempengaruhi
pertumbuhan
aset perbankan
syariah adalah
jumlah kantor,
rasio FDR, dan
biaya promosi
5 Nur
Awwalunnisa
(2016)
UNAIR
Determinasi
Pertumbuhan
Aset Perbankan
Syariah di
Provinsi Nusa
Tenggara Barat
Uji Korelasi
Pearson dan
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Variabel
Independen
yaitu NPF,
dan Tingkat
Inflasi, serta
variabel
dependen
yaitu
pertumbuhan
aset
perbankan
syariah
Peneliti tidak
menggunakan
variabel
jumlah kantor
bank syariah,
equivalent
rate,
pembiayaan,
FDR, produk
domestik
regional bruto
dan tingkat
suku bunga
perbankan
konvensional
Variabel
jumlah kantor
bank syariah,
Finance to
Deposit Ratio
(FDR), Non
Performing
Finance (NPF)
dan suku
bunga
perbankan
konvensional
secara parsial
maupun
simultan
memiliki
pengaruh yang
signifikan
terhadap
pertumbuhan
-
37
No Nama dan
Tahun Terbit Judul Penelitian
Model
Analisis
Hubungan dengan Skripsi
Penulis Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
aset perbankan
syariah di
provinsi Nusa
Tenggara Barat
6 Diamantin
Rohadatul
Aisy
(2016)
UNAIR
Pengaruh
Faktor
Eksternal dan
Internal
terhadap
Pertumbuhan
Aset Bank
Syariah di
Indonesia tahun
2006-2015
Partial
Least
Square
Variabel
dependen
yaitu
Pertumbuhan
Aset
Perbankan
Syariah dan
Variabel
Independen
yaitu Inflasi
dan ROA
Peneliti tidak
menggunakan
variabel
pertumbuhan
GDP, BI rate,
jumlah uang
beredar, FDR,
DPK dan
jumlah kantor
serta layanan
syariah
Baik faktor
internal
maupun faktor
eksternal tidak
memiliki
pengaruh yang
signifikan
terhadap
pertumbuhan
aset perbankan
syariah di
Indonesia
7 M. Nur
Rianto Al-
Arif
(2014)
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Office
Channeling and
Its Impact on
the Growth of
Indonesian
Islamic
Banking
Industri
Ordinary
Least
Square/OLS
regression
Variabel
dependen
yaitu
pertumbuhan
aset bank
syariah dan
variabel
Independen
yaitu NPF
Peneliti
sekarang
tidak
menggunakan
variabel
dummy
berupa office
channeling
dan hanya
mengukur
pertumbuhan
aset
Office
Channeling
tidak memiliki
pengaruh
terhadap
Pertumbuhan
Bank syariah
yang diukur
berdasarkan
pertumbuhan
aset dan
pertumbuhan
DPK
-
38
No Nama dan
Tahun Terbit Judul Penelitian
Model
Analisis
Hubungan dengan Skripsi
Penulis Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
8 Fathia
(2015)
Universitas
Syiah
Kuala
Pengaruh Dana
Pihak ke Tiga,
Jumlah Kantor
Bank (JKB),
dan
Pembiayaan
Tergadap
Pertumbuhan
Aset pada
Perbankan
Syariah
Analisis
Regresi
Berganda
Variabel
Dependen
yaitu
Pertumbuhan
Aset
Peneliti
menggunakan
variabel
independen
yaitu ROA,
inflasi dan
NPF
DPK, JKB dan
pembiayaan
secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
aset. Secara
parsisal DPK,
JKB, dan
pembiayaan
berpengaruh
positif terhadap
pertumbuhan
aset.
9 Salman
Ahmed
Shaikh
(2013)
MPRA
Determinants
of Islamic
Banking
Growth in
Pakistan
Statistik
inferensial
dan
deskriptif
Variabel
Dependen
yaitu
Pertumbuhan
aset.
Peneliti
menggunakan
metode
analisis
regresi
berganda. dan
variabel
independen
yaitu inflasi,
ROA dan
NPF.
Pertumbuhan
aset
berhubungan
secara positif
dengan rasio
profitabilitas
dan juga
Pertumbuhan
deposito
memiliki
pengaruh
positif terhadap
pertumbuhan
aset
-
39
No Nama dan
Tahun Terbit Judul Penelitian
Model
Analisis
Hubungan dengan Skripsi
Penulis Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
10 Ellyn Herlia
Nur Hidayah
(2008), UI
Faktor yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan
Aset Perbankan
Syariah
Regresi
Linier
Berganda
Variabel
Dependen
yaitu
Pertumbuhan
Aset dan
variabel
independen
yaitu NPF
dan ROA
Peneliti tidak
menggunakan
variabel DPK
dan SBI serta
Objek
penelitan
sekarang
hanya Bank
Umum
Syariah
Nasional
Devisa
Faktor yang
mempengaruhi
pertumbuhan
aset perbankan
syariah adalah
dana pihak
ketiga dan SBI.
Variabel non
performing
finance dan
return on asset
berdasarkan
hasil penelitian
ternyata tidak
signifikan
Sumber : diambil dari berbagai sumber
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh
data kemudian mengolah data tersebut dan menginterpretasikan hasil data
yang telah diolah. Setelah menentukan judul dan metode analisis, peneliti
mengumpulkan data-data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Objek
yang akan diteliti adalah Inflasi, Non Performing Finance (NPF) dan Return
on Asset (ROA) sebagai variabel independen. Sedangkan yang akan
menjadi variabel dependen adalah pertumbuhan aset (asset growth).
-
40
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
-
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kausalitas, dimana
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara
dua variabel atau lebih. Penelitian ini menguji pengaruh Inflasi, Non
Performing Finance (NPF) dan Return on Asset (ROA) terhadap
Pertumbuhan Aset Bank Umum Syariah. Penelitian ini menggunakan data
sekunder yang didapatkan dari Laporan Keuangan Bank Umum Syariah
Nasional Devisa yang dipublikasikan untuk umum periode 2011-2016.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan data panel
triwulan I tahun 2011 sampai triwulan IV tahun 2016. Data penelitian yang
mencakup data periode 2011 sampai 2016 dipandang cukup mewakili
kondisi perbankan syariah saat itu dan indikator-indikator keuangan
perbankan syariah pada periode itu.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan individu atau objek yang diamati atau
ukuran yang diperoleh dari seluruh individu atau objek yang terkait
(Douglas, 2014). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah
laporan keuangan triwulan seluruh Bank Umum Syariah Devisa yang
-
42
terdaftar di Bank Indonesia selama periode Triwulan I 2011 sampai
Triwulan IV 2016.
2. Sampel
Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data, di mana hanya
sebagian populasi saja yang diambil untuk menentukan sifat dan ciri
yang dikehendaki dari suatu populasi (Siregar, Metode Penelitian
Kuantitatif, 2014). Metode penentuan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Purposive sampling. Menurut Sofyan Siregar
(2011:148), Purposive sampling adalah teknik penelitian sampel
berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis Inflasi, Non Performing Finance dan Return on Asset
terhadap pertumbuhan aset bank umum syariah devisa yang terdaftar di
Bank Indonesia. Sampel penelitian ini diambil dari laporan keuangan
bank syariah triwulan selama periode triwulan I 2011 sampai dengan
triwulan IV 2016. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
a. Perusahaan tersebut adalah termasuk Bank Umum Syariah yang
terdaftar di Bank Indonesia sebagai Bank Devisa.
b. Perusahaan yang diteliti merupakan Bank Syairah Devisa, yang
mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap di website
masing-masing Bank Syariah Devisa, sejak periode 2010 sampai
dengan desember 2016.
-
43
c. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut
selama periode penelitian dan memiliki variabel-variabel yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
d. Perusahaan berstatus sebagai bank devisa selama periode penelitian.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka sampel yang
diperoleh untuk penelitian ini terdapat 4 Bank Umum Syariah Devisa
yang sesuai dengan kriteria di atas, yaitu:
1) Bank Muamalat Indonesia
2) Bank Syariah Mandiri
3) Bank Negara Indonesia Syariah
4) Bank Mega Syariah
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yag digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara yang dicatat oleh pihak lain.
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam data dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan. Peneliti memperoleh data-data penelitian yang bersumber
dari:
1. Penelitian Pustaka (library research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti melalui buku, artikel, jurnal, laporan penelitian, tesis,
-
44
seminar, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan penelitian
ini.
2. Penelitian Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan
dari laporan keuatngan dari masing-masing Bank Umum Syariah
Devisa selama periode triwulan maret 2011, 2012, 2013, 2014, 2015
sampai dengan desember 2016 yang bisa dilihat dari situs masing-
masing perusahaan sampel, kemudian dicatat dan diolah sendiri dari
data yang sudah tersedia.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif, yaitu dimana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk
angka. Sesuai dengan bentuknya data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis
dengan menggunakan teknik perhitungan statistik (Siregar, 2014:38).
Sedangkan untuk menguji hipotesis dari variabel menggunakan teknik
analisis regresi. Regresi digunakan untuk mengukur hubungan antara dua
variabel atau lebih selain itu menunjukkan arah hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2013:96). Terdapat dua
jenis analisis regresi yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier
berganda karena jumlah variabel bebas (independent) yang digunakan lebih
dari satu yang mempengaruhi satu variabel terikat (dependent). Input data
dilakukan dengan bantuan program Microsoft Office Excel 2013,
-
45
pengolahan dan analisis data penelitian ini menggunakan Software Eviews
9. untuk menjelaskan hubungan variabel independen dan variabel dependen.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptf memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi).
Statistik deskriptif mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi
yang lebih jelas dan mudah dipahami. Statistik deskriptif digunakan
untuk mengembangkan profil perusahaan yang menjadi sampel.
Statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peningkatan
data, serta penyajian hasil peningkatan tersebut. (Ghozali, 2011)
2. Penentuan Model Regresi
Salah satu bentuk yang paling sering digunakan dalam studi
ekonometrika adalah data panel. Data dengan karakteristik panel adalah
data yang berstruktur urut waktu sekaligus cross section. Data semacam
ini dapat diperoleh misalnya dengan mengamati serangkaian observasi
cross section (antarindividu) pada suatu periode tertentu (Ariefianto,
2012). Secara umum dengan menggunakan data panel kita akan
menghasilkan intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap
perusahaan dan setiap periode waktu. Oleh karena itu dalam
mengestimasi persamaan akan sangat tergantung dari asumsi yang kita
buat teentang intersep, koefisien slope dan variabel ganguannya.
Terdapat beberapa metode yang biasa digunakan dalam mengestimasi
-
46
model regresi dengan data panel, yaitu pooling least square (common
effect), pendekatan efek tetap (fixed effect), dan pendekatan efek random
(random effect).
a. Common Effect Model
Common efferct merupakan model teknik yang paling
sederhana, yaitu dengan mengansumsikan bahwa data gabungan
yang ada, menunjukkan kondisi yang sesungguhnya. Hasil analisis
regresi dianggap berlaku pada semua objek pada semua waktu.
Kelemahan asumsi ini adalah ketidaksesuaian model dengan
keadaan yang sesungguhnya. Kondisi tiap objek saling berbeda,
bahkan satu objek pada suatu waktu akan sangat berbeda dengan
kondisi objek tersebut pada waktu yang lain (Winarno, 2011).
b. Fixed Effect Model
Fixed effect atau efek tetap adalah suatu model yang dapat
menunjukkan perbedaan konstanta antarobjek, meskipun dengan
koefisien regresor yang sama. Efek tetap di sini maksudnya adalah
bahwa satu objek, memiliki konstanta yang tetap besarnya untuk
berbagai periode waktu. Demikian juga dengan koefisien
regresinya, tetap besarnya dari waktu ke waktu (time invariant).
Untuk membedakan satu objek dengan objek lainnya digunakan
variabel semu (dummy). Oleh karena itu, model ini sering juga
disebut dengan Least Squares Dummy Variables atau disingkat
LSDV (Winarno, 2011).
-
47
c. Random Effect Model
Efek random digunakan untuk mengatasi kelemahan metode
efek tetap yang menggunakan variabel semu, sehingga model
mengalami ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu,
metode efek random menggunakan residual, yang diduga memiliki
hubungan antarwaktu dan antarobjek. Namun untuk menganalisis
dengan metode efek random ini ada satu syarat, yaitu objek data
silang harus lebih besar daripada banyaknya koefisien (Winarno,
2011).
Penentuan model terbaik antara common effect, fixed effect, dan
random effect menggunakan dua teknik estimasi model. Dua teknik ini
digunakan dalam regresi data panel untuk memperoleh model yang tepat
dalam mengestimasi regresi data panel. Dua uji yang digunakan,
pertama chow test, digunakan untuk memilih antara model common
effect atau fixed effect. Kedua, hausman test digunakan untuk memilih
antara model fixed effect atau random effect yang terbaik dalam
mengestimasi regresi data panel (Rosadi, 2012).
a. Uji Chow
Chow test atau uji chow merupakan uji membandingkan
model common effect dengan fixed effect. Chow test dalam
penelitian ini menggunakan program Eviews. Hipotesis yang
dibentuk dalam chow test adalah sebagai berikut:
-
48
H0 : Model Common Effect
Ha : Model Fixed Effect
H0 ditolak jika P-Value lebih kecil dari a. Sebaliknya, H0
diterima jika P-Value lebih besar dari nilai a. Nila a yang digunakan
sebesar 5% (Ariefianto, 2012).
b. Uji Hausman
Pengujian ini membandingkan model fixed effect dengan
random effect dalam menentukan model yang terbaik untuk
digunakan sebagai model regresi data panel. Hausman test
menggunakan program yang serupa dengan Chow test yaitu program
Eviews. Hipotesis yang dibentuk dalam Hausman test adalah
sebagai berikut:
H0 : Model Random Effect
Ha : Model Fixed Effect
H0 ditolak jika P-Value lebih kecil dari nilai a. Sebaliknya,
H0 diterima jika P-Value lebih besar dari nilai a. Nilai a yang
digunakan sebesar 5% (Ariefianto, 2012).
3. Uji Asumsi Klasik
Pengujian uji asumsi klasik digunakan untuk menguji jika semua
asumsi klasik terpenuhi maka menghasilkan estimator yang linier, tidak
-
49
bias dan mempunyai varian yang minimum Best Linear Unbiased
Estimator (BLUE). Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan menguji normalitas terhadap
serangkaian data adalah untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Bila data berdistribusi normal, maka
dapat digunakan uji statistik berjenis parametrik. Sedangkan bila
data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik non
parametrik. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak yaitu dengan melihat analisis grafik histogram, grafik
Normality Probability Plot (P-Plot) dan analisis statistik (Ghozali,
Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, 2013).
Salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data
berdistribusi normal. Dalam analisis multivariat, para peneliti
menggunakan pedoman kalau tiap variabel terdiri atas 30 data, maka
data sudah berdistribusi normal. Apabila analisis melibatkan 3
variabel, maka diperlukan data sebanyak 3x30=90. Meskipun
demikian, untuk menguji dengan lebih akurat, diperlukan alat
analisis dan Eviews menggunakan dua cara, yaitu dengan histogram
dan uji Jarque-Bera.
Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakah
data berdistribusi normal. Uji ini mengukur perbedaan skewness dan
-
50
kurtosis data dan dibandingkan dengan apabila datanya bersifat
normal. Rumus yang digunakan adalah:
𝐽𝑎𝑟𝑞𝑢𝑒 − 𝐵𝑒𝑟𝑎 = 𝑁 − 𝑘
6 (𝑆2 +
(𝐾 − 3)2
4)
S adalah skewness, K adalah Kurtosis, dan k
menggambarkan banyaknya koefisien yang digunakan di dalam
persamaan.
Sebernarnya normalitas data dapat dilihat dari gambar
histogram, namun seringkali polanya tidak mengikuti bentuk kurva
normal, sehingga sulit disimpulkan. Lebih mudah bila melihat
koefisien Jarque-Bera dan Probabilitasnya. Kedua angka ini bersifat
saling mendukung.
Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2),
maka data berdistribusi normal.
Bila probabilitas lebih besar dari 5% (bila anda
menggunakan tingkat signifikansi tersebut), maka
data berdistribusi normal (hipotesis nolnya adalah
data berdistribusi normal). (Winarno, 2011)
b. Uji Multikoloneritas
Uji Multikoloneritas bertujuan
top related