penerapan metode praktikum dalam pembelajaran kimia...
Post on 01-Feb-2018
231 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENERAPAN METODE PRAKTIKUM DALAM
PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERFIKIR TINGKAT TINGGI SISWA
PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA KELAS
XI SMK DIPONEGORO BANYUPUTIH BATANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Kimia
Oleh:
NUNIK HIDAYATI
NIM: 083711019
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
ii
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Judul : Penerapan Metode Praktikum dalam Pembelajaran Kimia
untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi
Siswa pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Kelas XI
SMK Diponegoro Banyuputih Batang
Penulis : Nunik Hidayati
NIM : 083711019
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan
1) Untuk mengetahui penerapan pembelajaran kimia menggunakan
metode praktikum dapat meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi
peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia. 2) Untuk
mengetahui peningkatan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik
pada pelajaran kimia materi pokok kesetimbangan kimia dengan metode
praktikum.
Dari hasil wawancara peneliti kepada guru mata pelajaran kimia,
peserta didik kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar
sehingga daya pikir peserta didik kurang berkembang. Penerapan metode
ceramah menghasilkan dampak yang kurang baik pada taraf berfikir
peserta didik untuk menemukan konsep, mengembangkan pengetahuan,
serta kurang terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya untuk
mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajarinya dalam memecahkan
permasalahan yang dijumpai. Untuk itu diperlukan pembelajaran yang
dapat meningkatkan taraf berfikir, pemahaman konsep serta keaktifan
peserta didik.
Obyek penelitian adalah peserta didik kelas XI TKJ 1 SMK
Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah
siswa 30 orang. Jenis penelitian ini adalah penelitian tin dakan kelas yang
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Hasil pengamatan untuk kemampuan berfikir tingkat tinggi pada
peserta didik SMK Diponegoro dalam pembelajaran kesetimbangan kimia
dengan mengunakan metode praktikum, belum baik. Hal ini terlihat pada
siklus I, akan tetapi pada siklus II pola pikir peserta didik mulai terlihat
adanya peningkatan yang baik sehingga peserta didik dapat mengolah
pemikirannya yang dituangkan dalam hasil belajar.
Hasil yang di dapat dari pembelajaran praktikum, pada siklus I
rata-rata belajar peserta didik 70,40 dengan ketuntasan klasikal sebesar
76,67%, Sedangkan pada siklus 2 setelah diadakan refleksi pelaksanaan
tindakan pada siklus I, rata-rata hasil belajar peserta didik mengalami
peningkatan yaitu sebesar 73,60 dengan ketuntasan klasikal sebesar
90,00% pada siklus II. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa taraf
berfikir peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia dengan
metode praktikum meningkat.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur alhamdulillah selalu terpanjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan segala rahmat, inayah dan hidayahNya kepada penulis yang
tidak memiliki kekuatan sedikit sehingga hanya berkat rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam
selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah meluruskan
umat manusia ke jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.
Skripsi ini berjudul “Penerapan Pembelajaran Kimia Mengunakan
Metode Praktikum dalam Meningkatkan Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi
Siswa pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMK Diponegoro
Banyuputih Batang”, disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa
skripsi ini sangat sulit terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dukungan dan
doa’ dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis mengaturkan banyak terima kasih kepada :
1. DR. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang
2. Atik Rahmawati, S.Pd.,M.Si, selaku pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Mahfud Junaedi, M.Ag, selaku pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Segenap dosen pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Semarang, terkhusus Segenap dosen Kimia yang
tidak bosan-bosannya memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.
viii
5. H. Ali Sodiqin, S.Pd.I, selaku kepala sekolah SMK Diponegoro Banyuputih
Batang dan seluruh guru, karyawan dan stafnya terimakasih telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Arini Ainul Hanifah, S.Pd, selaku guru mata pelajaran kimia di SMK
Diponegoro Bamyuputih Batang, terima kasih atas bantuan, arahan dan
bimbingannya selama penulis melaksanakan penelitian.
7. Ayahanda Abdul Ghofur dan Ibunda Sadisah selaku orang tua penulis, yang
telah memberikan segalanya baik doa’ semangat, cinta, kasih sayang, ilmu dan
bimbingan, yang tidak dapat penulis ganti dengan apapun, serta dukungan
materil dan spritualnya.
8. Nenek tercinta Hj. Maryam, yang telah memberikan dorongan untuk menjadi
yang terbaik beserta keluarga.
9. Teman-teman seperjuangan kimia angkatan 2008 yang memberikan semangat
baik moral, material maupun spiritual.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan dalam arti sebenarnya. Oleh sebab itu saran dan kritik yang
bersifat konstruktif penulis harapkan. Penulis berharap semoga penyusunan
skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca.
Semarang, 15 April 2012
Penulis
Nunik Hidayati
NIM. 083711019
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... ii
PENGESAHAN ........................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ................................................................................ iv
ABSTRAK ................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 5
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka .......................................................................... 7
B. Metode Praktikum .................................................................... 8
1. Pengertian metode praktikum............................................... 8
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran
Praktikum ............................................................................. 9
3. Tahap-tahap Metode Praktikum ........................................... 11
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Praktikum ................... 12
C. Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi ...................................... 13
1. Pengertian Berfikir ............................................................... 13
2. Teori Perkembangan Kemampuan Berfikir ......................... 14
3. Konsep Kemampuan Berfikir .............................................. 15
4. Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi ................................. 16
D. Kesetimbangan Kimia .............................................................. 17
E. Rumusan Hipotesis ................................................................... 24
x
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 25
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 27
C. Pelaksana dan Kolabolator ....................................................... 29
D. Rancangan Penelitian ............................................................... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 36
F. Teknik Analisis Data ................................................................ 37
G. Indikator Pencapaian ................................................................ 39
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................... 41
1. Pra Siklus ............................................................................. 41
2. Siklus 1 ................................................................................. 41
3. Siklus 2 ................................................................................. 49
B. Pembahasan .............................................................................. 55
1. Pra Siklus ............................................................................. 55
2. Siklus 1 ................................................................................. 56
3. Siklus 2 ................................................................................. 59
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 65
B. Saran-saran ............................................................................... 66
C. Penutup ..................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi dewasa ini, kehidupan masyarakat banyak
dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi. Banyak permasalahan
yang muncul dalam kehidupan sehari-hari memerlukan informasi ilmiah
dalam pemecahannya. Oleh karena itu, literasi sains menjadi kebutuhan setiap
individu agar memiliki peluang yang lebih besar untuk menyesuaikan diri
dengan dinamika kehidupan.
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta
didik agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya
dengan demikian akan menimbulkan perubahan pada dirinya. Pengajar
bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu tercapai
sebagaimana yang diinginkan.1 Menurut pemikiran al-Ghazali bahwa tujuan
pendidikan adalah tingkat kedekatan diri kepada Allah yang kemudian
berimbas secara empiris di masyarakat terutama dalam pembentukan moral.2
Sebagaimana dalam firman Allah SWT yaitu, Q.S Ar-Rad ayat 11:
...........�χÎ) ©!$# Ÿω ç�Éi� tóム$tΒ BΘöθs) Î/ 4®Lym (#ρç�Éi� tóム$tΒ öΝ Íκ Ŧà�Ρr'Î/ 3 !# sŒ Î) uρ yŠ# u‘ r&
ª!$# 5Θöθs) Î/ # [þθß™ Ÿξsù ¨Š t�tΒ … çµ s9 4 $tΒuρ Ο ßγ s9 ÏiΒ ÏµÏΡρߊ ÏΒ @Α# uρ ∩⊇⊇∪
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan, yang ada pada diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia”.3
1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 79.
2 Abdurrahman, Meaningful Learning Re-invensi Kebermaknaan Pembelajaran,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 15.
3 Fadhal AR Badafal, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2006), hlm. 250.
2
Tugas seorang pendidik yang berkewajiban untuk mengatasi berbagai
masalah yang sering dijumpai dalam dunia pendidikan. Dan guru memiliki
peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas
pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan
membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan
belajar bagi peserta didiknya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.4
Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), termasuk kimia,
dikembangkan oleh manusia dengan tujuan untuk memahami gejala alam.
Rasa keingin tahuan mendorong ilmuan untuk melakukan proses penyelidikan
ilmiah hingga ditemukan suatu jawaban yang kemudian menjadi produk sains,
seperti konsep, prinsip, teori dan hukum. Dalam istilah psikologi pengetahuan
tentang proses ilmiah disebut pengetahuan prosedural, dan pengetahuan yang
berkaitan dengan produk ilmiah disebut pengetahuan deklaratif.5
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya.
Unsur dan senyawa adalah zat-zat yang terlibat dalam perubahan kimia. Untuk
mengetahui ciri suatu senyawa, kita perlu mengetahui sifat-sifat fisisnya, yang
dapat diamati tanpa mengubah identitasnya, dan sifat-sifat kimia, yang dapat
ditunjukkan hanya melalui perubahan kimia. Ilmu kimia terkesan sulit pada
tingkat dasarnya diantaranya: kimia memiliki perbendaharaan kata yang
sangat khusus dan beberapa konsepnya bersifat abstrak.6
Untuk mempelajari kimia tidak hanya dengan pemberian fakta dan
konsep saja, tetapi peserta didik perlu dilatih untuk menemukan fakta dan
konsep tersebut. Peserta didik tidak hanya mengetahui fakta, konsep atau
prinsip, tetapi juga terampil untuk menerapkan pengetahuannya dalam
4 Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.
11.
5 Wiyanto, Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium,
(Semarang: UNNES Press, 2008), hlm. 1.
6 Raymond Chang, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, (Jakarta: Erlangga, 2005), jil. 1,
hlm.3-4.
3
menghadapi masalah dalam kehidupan dan teknologi, hal ini dapat
meningkatkan keterampilan berfikir tinggkat tinggi. Telah kita ketahui bahwa
peningkatan keterampilan berfikir tingkat tinggi telah menjadi salah satu
prioritas dalam pembelajaran eksakta dalam sekolah. Pengajaran keterampilan
berfikir tingkat tinggi dilandasi dua filosof: harus ada materi atau pelajaran
khusus tentang berfikir dan mengintegrasi kegiatan berfikir kedalam
pembelajaran kimia. Dengan demikian, keterampilan berfikir terutama berfikir
tingkat tinggi harus dikembangkan dan menjadi bagian dari pelajaran kimia
sehari-hari. Dengan pendekatan ini, keterampilan berfikir dapat dikembangkan
dengan cara membantu peserta didik menjadi problem solving yang lebih
baik. Untuk itu guru harus menyediakan masalah (soal) yang memungkinkan
peserta didik mengunakan keterampilan berfikir tingkat tinggi.
Berdasarkan observasi awal dan keterangan yang diperoleh dari guru
pengampu mata pelajaran kimia SMK Diponegoro Banyuputih Batang bahwa
pembelajaran yang dilakukan selama ini masih menggunakan metode
ceramah. Guru hanya menerangkan dan peserta didik hanya mendengar.
Sehingga peserta didik menjadi bosan dalam mengikuti pelajaran. Untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif dan mencapai tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai harus ditunjang dengan metode yang efektif. Dan metode
yang dapat mencapai tujuan pembelajaran.7
Permasalahan yang sangat umum bagi kurang minat peserta didik
dalam mengikuti proses belajar mengajar. Khususnya mata pelajaran kimia
karena pembelajaran hanya menggunakan ceramah atau pembelajaran yang
monoton. Sehingga, peserta didik kurang terampil dalam menemukan
pengetahuan atau informasi sendiri. Dan sebagian besar peserta didik dalam
mengikuti pelajaran kurang peran aktif sehingga sulit menangkap materi
pelajaran. Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses
komunikasi. Proses penyampaian pesan harus diciptakan atau diwujudkan
7 Wawancara dengan Arini Ainul Hanifah,S.Pd (guru kimia SMK Diponegoro Banyuputih
Batang), Tanggal 28 Nopember 2011.
4
melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh
setiap guru dan peserta didik.8
Praktikum merupakan proses pemecahan masalah melalui kegiatan
manipulasi variabel dan pengamatan variabel. Praktikum merupakan salah
satu pengajaran yang berpusat pada peserta didik yang mengambarkan
strategi-strategi pengajaran dimana guru lebih memfasilitasi dari pada
mengajar langsung. Dalam strategi pengajaran yang berpusat pada peserta
didik, guru secara sadar menempatkan perhatian yang lebih banyak pada
keterlibatan, inisiatif, dan interaksi sosial peserta didik. Tujuan-tujuan yang
banyak dicapai dengan efektif dengan strategi pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik meliputi: pengembangan proses keterampilan
berkomunikasi, pengembangan pemahaman yang mendalam tentang pelajaran
kimia dan pengembangan keterampilan-keterampilan penelitian dan
pemecahan masalah.
Melalui praktikum peserta didik juga dapat mempelajari sains dan
pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses-proses sains,
dapat melatih keterampilan berfikir ilmiah, dapat menanamkan dan
mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai
masalah baru melalui metode ilmiah dan lain sebagainya. Kemampuan ini bisa
dikembangkan melalui kegiatan praktikum.
Dalam mempelajari kimia tanpa menemukan fakta dan konsep adalah
tidak sesuai dengan proses belajar bermakna. Kesulitan peserta didik dalam
menemukan fakta dan konsep apabila tidak diatasi akan menghambat
tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu, keterampilan berfikir tingkat
tinggi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
8 Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 1.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang timbul adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode praktikum dalam pembelajaran kimia untuk
meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada
materi pokok kesetimbangan kimia kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro
Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012?
2. Apakah penerapan metode praktikum dalam pembelajaran kimia
meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada kelas
XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian adalah
1. Untuk mengetahui penerapan metode praktikum dalam pembelajaran
kimia dapat meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta
didik pada materi pokok kesetimbangan kimia kelas XI TKJ 1 SMK
Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012
2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta
didik pada pelajaran kimia materi pokok kesetimbangan kimia dengan
metode praktikum kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang
tahun ajaran 2011/2012
Dari penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat bagi pihak yang
bersangkutan (peneliti dan objek yang diteliti), antara lain:
1. Bagi peneliti.
Menambah pengetahuan khususnya di bidang pendidikan, yaitu
penerapan metode-metode dalam pembelajaran untuk meningkatkan
keterampilan berfikir tingkat tinggi. Dalam penelitian ini peneliti
menetapkan metode praktikum.
2. Bagi peserta didik
a. Memberikan peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.
6
b. Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap kesetimbangan
kimia.
c. Meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi
3. Bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan dan informasi tentang alternatif
pembelajaran kimia untuk meningkatkan keterampilan berfikir tingkat
tinggi peserta didik.
4. Bagi Sekolah
a. Memberikan landasan dan argumentasi bagi kebijaksanaan yang akan
diambil guna meningkatkan mutu peserta didik.
b. Memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan pembelajaran
untuk semua pelajaran.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Kajian penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara
masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang dipakai, serta
hubungannya dengan penelitian yang terdahulu yang relevan. Pada dasarnya
urgensi kajian penelitian adalah sebagai bahan atau kritik terhadap penelitian
yang ada baik mengenai kelebihan maupun kekurangannya sekaligus sebagai
bahan perbandingan terhadap kajian yang terdahulu. Untuk menghindari
terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang
sama baik dalam bentuk skripsi, buku dan dalam bentuk lainnya, maka
peneliti akan memaparkan karya-karya yang relevan dalam penelitian ini.
1. Renee E. Weiss, “Designing Problems To Promote Higher Order
Thingking”, New Directions For Taeching and Learning, No 95, Fall
2003. Penelitian ini bertujuan untuk mempromosikan pemikiran tingkat
tinggi dikalangan mahasiswa dengan desain Problem Based Learning
(PBL), penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan memperhatikan
PBL dapat meningkatkan pemikiran tingkat tinggi pada mahapeserta didik.
2. Michael H. Hopson, Richard L. Simms dan Gerald A. Knezek, “Using a
Technolog-Enriched Environment to Improve Higher-Order Thinking
Skills”, Journal of Research on Technology in Education, Volume 34, No
2, 2001-2002. Penelitian ini meneliti efek dari teknologi dikelas pada
pengembangan peserta didik keterampilan berpikir tingkat tinggi dan sikap
mahasiswa didik terhadap komputer. Dengan adanya teknologi
menimbulkan efek positif pada peserta didik dalam kecakapan berfikir
tingkat tinggi
3. Kartina A. Meyer, “Face-To-Face Versus Theaded Discussions: The Role
of Time and Higher-Order Thinking”, JALN volume 7, Issue 3, 2003.
Dalam penelitian ini membandingkan pembelajaran diskusi dengan tatap
muka dan online dalam meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi,
8
dengan berbagai tema. Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran yang
lebih cocok digunakan untuk meningkatkan keterampilan berfikir tingkat
tinggi dengan berdiskusi tatap muka.
4. Akyuni, “Efektivitas Pembelajaran Praktikum Kimia Materi Pokok Reaksi
Kimia Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII SMP
IPA (Islam Plus Assalamah) Ungaran” jurusan Tadris Kimia Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo. Menyimpulkan bahwa metode praktikum dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran. Skripsi ini mengkaji tentang bagaimana meningkatkan hasil
belajar peserta didik kelas VII SMP melalui pembelajaran praktikum.
Dalam pelaksanaannya peneliti membandingkan kemampuan kognitif dan
psikomotorik pada tiap siklusnya untuk melihat hasil belajar peserta didik
yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode praktikum
dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran.
B. Metode Praktikum
1. Pengertian Metode Praktikum
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan mengajar, metode
diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.1 Dalam kitab-kitab klasik
juga menjelaskan bahwa:
��� � ���� � ��� �� �� ��� ����� ������ �� ������ � �!�"#�
���$� � %�� .'
1 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), hlm. 46.
2 Muhammad Atiyah Al-Abrosyi, Dar Ihya Al-Kutub Al-Arobiyah, (tt: Rukhu al tarbiyah
wa al ta’ lim, 1950), hlm. 267
9
(!)� �*���� +�,-� �.�� � ��$� �� /�*� �� 0���� � �
1�!�-�� 23�� 43�� 4��*� "*�56 7�� �8 9: ;���$� <�=�.>
Metode adalah media yang kita ikuti guna memahamkan atau
memberikan pemahaman pada murid pada setiap pelajaran di
berbagai materi.
Metode adalah sebab-sebab yang digunakan guru guna
meningkatkan kegiatan pembelajaran dalam mewujudkan
sampainya pengetahuan pada murid dengan cara termudah dan
waktu tercepat.
Metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran dimana peserta
didik melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode
percobaan ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami sendiri
atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai
suatu objek, keadaan atau proses sesuatu.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Praktikum
Menurut Lazarowitz dan Tamir (1994), ada lima faktor yang dapat
memfasilitasi keberhasilan pembelajaran praktikum yaitu: kurikulum,
sumber daya, lingkungan belajar, keefektifan mengajar, dan strategi
asesemen.
a. Kurikulum
Kurikulum dapat diidentifikasikan menjadi tiga fase yaitu:
kurikulum yang diharapkan (intended curriculum), ditunjukkan pada
tujuan kurikulum; kurikulum yang dipahami (perceived curriculum),
direfleksikan oleh pandangan guru dan peserta didik; dan kurikulum
yang diimplementasikan (implemented curriculum), tercermin dalam
proses mengajar, belajar dan lingkungan belajar.
3 Muhammad Abdul Qodir, Thuruqu Ta’limi Al-Lughoh Al-Arabiyah, (Kairo : Maktabah
Al-Nahdlah Al- Misriayah 1979), hlm. 60.
10
Dinamika kurikulum yang diimplementasikan sangat
bergantung pada bahan-bahan kurikulum yang tersedia. Demikian juga
pelaksanaan kegiatan praktikum sangat bergantung pada bahan-bahan
kurikulum, misalnya: (a) petunjuk praktikum yang terdiri dari
beberapa percobaan, baik yang terintegrasi maupun tak terintegrasi
dengan kegiatan non praktikum, (b) lembar kerja, (c) buku teks yang
memuat percobaan praktikum.4
b. Sumber Daya
Sumber daya, mencakup bahan dan peralatan, ruang dan
perabotan, asisten dan tenaga laboran serta teknisi.5
c. Lingkungan Belajar
Keberhasilan belajar terkait dengan lingkungan tempat belajar
itu terselengara, kegiatan di laboratorium bersifat kurang formal,
peserta didik bebas untuk mengamati, berbuat dan berinteraksi secara
individual maupun kelompok.6
d. Keefektifan Mengajar
Sikap, pengetahuan, keterampilan, dan perilaku guru dapat
mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian tujuan belajar.
Mengajar sebuah praktikum memerlukan penguasaan keterampilan
proses ilmiah (metode ilmiah) dan pengetahuan materi subyek, serta
memerlukan pengetahuan khusus tentang iklim kelas dan cara
mengelolanya.7
4 Wiyanto, Menyiapkan, hlm 36-37.
5 Wiyanto, Menyiapkan, hlm 37
6 Wiyanto, Menyiapkan, hlm 37
7 Wiyanto, Menyiapkan, hlm 38
11
e. Strategi Asesmen
Menurut Lazarowitz dan Tamir (1994), ketika objek yang di
pelajari diperlihatkan pada peserta didik, ternyata tes performance
menunjukkan sebagai alat ukur yang lebih valid untuk mengukur
keterampilan proses maupun penalaran logis, dibandingkan dengan
mengunakan paper pencil test.8
3. Tahap-tahap Metode Praktikum
Pada pelaksanaan praktikum agar hasil yang diharapkan dapat
dicapai dengan baik maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:9
a. Langkah persiapan
Persiapan yang baik perlu dilakukan untuk memperkecil
kelemahan-kelemahan atau kegagalan-kegagalan yang dapat muncul.
Persiapan untuk metode praktikum antara lain:
1) Menetapkan tujuan praktikum.
2) Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
3) Mempersiapkan tempat praktikum.
4) Mempertimbangkan jumlah peserta didik dengan jumlah alat yang
tersedia dan kapasitas tempat praktikum
5) Mempersiapkan faktor keamanan dari praktikum yang akan
dilakukan.
6) Mempersiapkan tata tertib dan disiplin selama praktikum.
7) Membuat petunjuk dan langkah-langkah praktikum.
8Wiyanto, Menyiapkan, hlm 38
9 Byarlina Gyamirti, Penerapan Metode Praktikum Pada Pembelajaran Fisika Topik
Getaran Dan Gelombang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik SMP, (Bandung:
UPI,2010), hlm. 14-15
12
b. Langkah pelaksanaan
1) Sebelum melaksanakan praktikum, peserta didik mendiskusikan
persiapan dengan guru, setelah itu baru meminta keperluan
praktikum (alat dan bahan).
2) Selama berlangsungnya proses pelaksanaan metode praktikum,
guru perlu melakukan observasi terhadap proses praktikum yang
sedang dilaksakan baik secara menyeluruh maupun perkelompok.
c. Tindak lanjut metode praktikum
Setelah melaksanakan praktikum, kegiatan selanjutnya adalah:
1) Meminta peserta didik membuat laporan praktikum.
2) Mendiskusikan masalah-masalah yang terjadi selama praktikum.
3) Memeriksa kebersihan alat dan menyimpan kembali semua
perlengkapan yang telah digunakan.
4. Kelebihan dan kekurangan metode praktikum
Metode praktikum mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut:10
a. Kelebihan Metode Praktikum
1. Membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya.
2. Dapat membina peserta didik untuk membuat trobosan-trobosan
baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat
bagi kehidupan manusia.
3. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran umat manusia.
b. Kekurangan Metode Praktikum
1. Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.
2. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan
yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal.
10 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), hlm. 84-85.
13
3. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
4. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan
karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar
jangkauan kemampuan atau pengendalian.
Dari semua hal yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
metode praktikum merupakan suatu cara dimana peserta didik melakukan
percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri suatu
pertanyaan ataupun hipotesis yang dipelajari sehingga dapat memupuk dan
mengembangkan sikap ilmiah dalam diri peserta didik, juga memberikan
gambaran dan pengertian yang lebih jelas dari pada hanya penjelasan lisan
sehingga sangat bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari.
C. Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi
1. Pengertian Berfikir
Ketika seseong melakukan aktifitas yang terkait dalam jasmani dan
rohani, maka aspek berfikir tidak dapat dilepaskan, terlebih jenis aktifitas
tersebut melibatkan unsur persoalan yang harus dicarikan jalan keluar.
Dengan demikian, berfikir dapat dikatakan memegang peran dalam
melakukan, memecahkan dan memutuskan persoalan yang sedang atau
telah dihadapi.
Beberapa pendapat tentang definisi berfikir antara lain: 11
a. Suatu kondisi yang letak hubungannya diantara bagian pengetahuan
yang ada dalam diri seseorang dan dikontrol oleh akal. Jadi berfikir
berarti meletakkan hubungan diantara bagian pengetahuan (mencakup
segala konsep, gagasan dan pengertian yang telah dimiliki oleh
manusia) yang diperoleh manusia.
b. Menurut pandangan kaum assosiasionist, berfikir sebagai suatu proses
asosiasi. Menurut pandangan kaum fungsionalist, berfikir sebagai
suatu proses penguatan hubungan antara stimulus dan respon. Menurut
11 Romlah, Psikologi Pendidikan,(Malang, UMM Press, 2010), Hlm. 57.
14
pandangan umum, berfikir adalah suatu kegiatan spikis untuk mencari
hubungan antara dua objek atau lebih melalui proses berfikir.
c. Berfikir adalah menemukan hubungan-hubungan, menetapkan
sangkut-paut.
Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa berfikir
merupakan aktifitas psikis yang intensional terhadap suatu hal atau
persoalan dan tetap berupaya untuk memecahkannya, dengan cara
menghubungkan satu persoalan dengan yang lain, sehingga mendapatkan
jalan keluar.
Bentuk proses berfikir yang dilakukan oleh setiap orang dalam
memecahkan masalah tidak harus sama, tetapi dapat disesuaikan dengan
persoalan yang sedang dihadapinya. Hal ini sangat tergantung pada ringan
dan beratnya persoalan yang sedang dihadapi. Ada dua cara yang harus
digunakan oleh seseorang agar memperoleh pemahaman terhadap sesuatu
hal atau hasil dari pemecahan persoalan yang dihadapinya. Adapun dua
cara tersebut adalah: pengalaman dan pengertian ilmiah
Oleh karena itu, proses dalam memperoleh pengertian dapat
melalui beberapa tingkat antara lain: 12
a. Menganalisa
Pada tingkat ini seseorang dapat mengadakan analisa jenis
beserta ciri-cirinya.
b. Mengadakan Komparasi
Setelah mengetahui ciri-cirinya, maka ciri satu dengan yang
lainnya dikomparasikan, sehingga menghasilkan ciri yang berbeda.
c. Mengadakan Abstraksi
Dalam tahap ini seseorang menyatukan ciri-ciri yang sama dan
mengesampingkan ciri-ciri yang berbeda.
12 Romlah, Psikologi, Hlm. 58-59.
15
d. Kesimpulan
Setelah mengadakan abstraksi, selanjutnya menarik kesimpulan
dengan tetap memberikan batasan pada pengertian yang diangkat.
2. Teori Perkembangan Kemampuan Berfikir
Sesuai pandangan Piaget, struktur pengetahuan deklaratif
merupakan hasil pembentukan yang bergantung pada tindakan (interaksi
individu dengan lingkungannya), sehingga individu harus belajar
bagaimana mengelola tindakannya. Untuk dapat bertindak, diperlukan
pengetahuan prosedural yang dapat menuntunnya. Jadi proses mengetahui
atau memperoleh pengetahuan deklaratif melibatkan pengetahuan
prosedural (kertampilan berfikir), oleh karena itu pembelajaran diharapkan
juga mampu mengembangkan pengetahuan prosedural itu.
Piaget telah mengembangkan teori perkembangan pengetahuan
prosedural atau pengetahuan operatif, yang terdiri dari empat tahap, yaitu
tahap sensori motor (0-18 bulan), pra operasional (18 bulan - 7 tahun),
operasional konkrit (7-11 tahun), dan operasional formal (11-15 tahun).
Implikasi dari pemahaman terhadap teori perkembangan berfikir
tersebut pada pembelajaran kimia adalah bagaimana membantu peserta
didik mengalami pergeseran proses berfikir. Jadi tugas guru adalah
memfasilitasi perkembangan berfikir peserta didik. Di tingkat SD, sains
akan lebih sesuai dibelajarkan melalui pengalaman empirik yang
melibatkan pengamatan langsung, sehingga memungkinkan peserta didik
memperoleh pengetahuan melalui proses induksi. Selain itu bertolak dari
pengamatan langsung itu peserta didik juga mulai dilatih untuk
mengembangkan inferensi logika jika...dan...maka.... menurut Piaget
mulai usia sekitar 11 tahun anak sudah mampu berfikir yang berawal dari
kemungkinan, maka pembelajaran di SMP diharapkan dapat memfasilitasi
terjadinya pergeseran tingkat berfikir ke arah itu dengan mulai melatih
mengembangkan inferensi logika jika...dan...maka.... yang berawal dari
kemungkinan-kemungkinan. Di tingkat SMK, kemampuan-kemampuan
16
tersebut perlu terus dikembangkan sehingga dapat menjadi kebiasaan
dalam pemecahan masalah.13
3. Konsep Kemampuan Berfikir
Kemampuan berfikir merupakan kegiatan penalaran yang reflektif,
kritis dan kreatif, yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang
melibatkan pembentukan konsep, aplikasi, analisis, menilai informasi yang
terkumpul atau yang dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi
dan komunikasi sebagai landasan kepada suatu keyakinan dan tindakan.
Menurut beberapa pakar dalam bidang psikologi menyatakan
bahwa pengertian kemampuan berfikir, sebagai berikut: 14
a. Menurut Beyer (1984), berfikir adalah upaya manusia untuk
membentuk konsep, memberi sebab atau membuat penentuan.
b. Menurut fraenkel (1980), berfikir merupakan pembentukan
pengalaman dan penyusunan keterangan dalam bentuk tertentu.
c. Menurut Moore dan Parker (1986), kemampuan berfikir adalah
keyakinan berlandasan tindakan yang cermat dan disengaja dalam
menerima, menolak dan menangguhkan suatu keputusan berhubungan
dengan suatu dakwaan.
4. Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi
Peningkatan keterampilan keterampilan berfikir tingkat tinggi telah
menjadi salah satu prioritas dalam pembelajaran eksakta dalam sekolah.
Pengajaran keterampilan berfikir tingkat tinggi dilandasi dua filosof: harus
ada materi atau pelajaran khusus tentang berfikir dan mengintegrasi
kegiatan berfikir kedalam pembelajaran kimia. Dengan demikian,
keterampilan berfikir terutama berfikir tingkat tinggi harus dikembangkan
dan menjadi bagian dari pelajaran kimia sehari-hari. Dengan pendekatan
ini, keterampilan berfikir dapat dikembangkan dengan cara membantu
13 Wiyanto, Menyiapkan, hlm. 15-23.
14 Iskandar, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2009), hlm. 86-87.
17
peserta didik menjadi problem solver yang lebih baik. Untuk itu guru
harus menyediakan masalah (soal) yang memungkinkan peserta didik
mengunakan keterampilan berfikir tingkat tinggi.
Secara umum, keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat,
yaitu: 15
(a) menghafal (recall thinking) adalah tingkat berfikir paling
rendah. Keterampilan ini hampir otomatis atau refleksi sifatnya; (b) dasar
(basic thinking), keterampilan ini meliputi memahami konsep-konsep; (c)
kritis (critical thinking) adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan,
dan mengevaluasi semua aspek situasi atau masalah. Termasuk
didalamnya mengumpulkan, mengorganisir, mengingat dan menganalisa
informasi. Berfikir kritis termasuk kemampuan membaca dengan
pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak
dibutuhkan. Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari data yang
diberikan dan mampu menentukan ketidak konsistenan dan pertentangan
dalam sekelompok data merupakan bagian dari keterampilan berfikir
kritis. Dengan kata lain, berfikir kritis adalah analitis atau reflektif; (d) dan
kreatif (creative thinking) yang sifatnya orisinil dan reflektif. Hasil dari
keterampilan ini adalah sesuatu yang komplek. Kegiatan yang dilakukan
diantaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru dan menentukan
efektifitasnya. Berfikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik
kesimpulan yang biasanya mengeluarkan hasil akhir yang baru.
Dua tingkat berfikir terakhir inilah (berfikir kritis dan berfikir
kreatif) yang disebut sebagai keterampilan berfikir tingkat tinggi yang
harus dikembangkan dalam pembelajaran kimia.
D. Kesetimbangan Kimia
Kimia adalah ilmu tata susunan, sifat, dan reaksi suatu unsur atau zat.
Sedangkan ilmu kimia adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (Natural
15 S Krulik dan Rudnick, “Innovative Tasks to Improve Critical-and Creative-Thingking
Skills”,Developing Mathematical Reasoning in Grades K-12, hlm. 138-145.
18
Science) yang mengambil materi (matter) sebagai objek. Yang dikembangkan
oleh ilmu kimia adalah deskripsi tentang materi, khususnya kemungkinan
perubahan menjadi benda lain (transformation of matter) secara permanen
serta energi yang terlibat dalam perubahan termasud.16
“Chemical equilibrium is the state reached when the concertrations of
reactants and products remain constant over time”.17
Kesetimbangan kimia adalah reaksi yang dicapai ketika konsentrasi
dari reaktan dan prodak konstan
1. Keadaan Kesetimbangan
Reaksi kimia berdasarkan arahnya dibedakan menjadi dua reaksi
Reversible dan Ireversible. Perhatikan reaksi yang ada dialam kita seperti
reaksi pembakaran dan korosi besi, reaksi seperti itu kita golongkan
sebagai reaksi yang berlangsung searah atau reaksi yang tidak dapat balik
(irreversible). Di lain pihak ada juga reaksi yang berlangsung dua arah
atau reaksi yang dapat balik (reversible).
Contohnya:
Campuran gas nitrogen dan hidrogen jika dipanaskan menghasilkan gas
amonia, reaksinya sebagai berikut:
N2�g� � 3H2�g� 2NH3�g�
Amonia jika dipanaskan akan terurai menjadi gas nitrogen dan hidrogen,
reaksinya sebagai berikut:
2NH3�g� N2�g� � 3H2�g�
Pengabungan antara kedua reaksi menjadi:
N2�g� � 3H2�g� 2NH3�g�
16 I Made Sukarna, JICA Kimia Dasar 1, ( Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam UNNES), hlm 1
17 John E McMURRY and ROBERT C. FAY, Chemistry, (United States of America:
Pearson), hlm. 493
19
Keadaan setimbang adalah suatu keadaan dimana dua proses yang
berlawanan arah berlangsung secara simultan dan terus menerus, tetapi
tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur.
Cepat lambatnya suatu reaksi mencapai kesetimbangan bergantung
pada laju reaksi, semakin besar laju reaksi maka semakin cepat.
Kesetimbangan kimia hanya dapat berlangsung dalam sistem tertutup.
Sementara itu, pada umumnya proses alami berlangsung dalam sistem
terbuka. Berbagai proses alami seperti perkaratan logam, pembusukan dan
lain sebagainya.
Kesetimbangan yang semua komponennya satu fase disebut
kesetimbangan homogen, sedangkan yang terdiri dari dua fase atau lebih
disebut kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen dapat berupa
sistem gas atau larutan. Kesetimbangan heterogen umumnya melibatkan
komponen padat-gas atau cair-gas.
Contoh kesetimbangan homogen:
a. N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
b. H2O(l) H+
(aq) + H+
(aq)
Contoh kesetimbangan heterogen:
a. Ag2CrO4(s) 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq)
b. CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)18
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan
Perubahan kondisi percobaan dapat menggangu kesetaraan dan
mengeser posisi kesetimbangan sehingga produk yang diinginkan bisa
terbentuk lebih banyak atau kurang. Ada suatu aturan umum yang
membantu kita memprediksi kearah mana reaksi kesetimbangan akan
bergeser bila terjadi perubahan konsentrasi, tekanan, volume, atau suhu.
Aturan ini dikenal dengan asas Le Chatelier, yang menyatakan bahwa:
18 Harun Nasution, Kesetimbangan Kimia, modul kim. 11, (Departemen Pendidikan
Nasional, 2004), hlm. 7-15
20
“jika suatu tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yang
setimbang, sistem ini akan menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk
mengimbangi sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba setimbang
kembali.19
Secara singkat, Asas Le Chatelier dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Reaksi = - Aksi
Cara sistem bereaksi adalah dengan melakukan pergeseran ke kiri
atau ke kanan. Penerapan Asas Le Chatelier terhadap pergeseran
kesetimbangan:20
a. Pengaruh Konsentrasi
Sesuai dengan asas Le Chatelier (reaksi = -aksi), jika
konsentrasi pereaksi ditambahkan atau hasil reaksi dikurangi, maka
reaksi bergeser ke arah pereaksi. Sebaliknya jika konsentrasi pereaksi
dikurangi reaksi bergeser ke arah hasil reaksi.
Gejala perubahan dapat diperhatikan [Fe(SCN)3] dalam air
berwarna merah. Warna merah menunjukkan adanya ion FeSCN2+
.
Kesetimbangan antara ion-ion FeSCN2+
yang tidak terurai dan Fe3+
dan SCN- ditulis sebagai berikut:
FeSCN2+
(aq) Fe3+
(aq) + SCN-(aq)
merah kuning pucat tidak berwarna
Jika ditambah NaSCN pada larutan maka konsentrasi dari SCN-
akan bertambah. Akibatnya ion Fe3+
akan bereaksi dengan ion SCN-,
sehingga kesetimbangan bergeser dari kanan ke kiri, dengan
persamaan:
FeSCN2+
(aq) � Fe3+
(aq) + SCN-(aq)
19 Raymond Chang, Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti, (Jakarta: Erlangga, 2005), jild 2,
hlm. 79-80
20 Raymond Chang, Kimia, hlm. 80-84.
21
Akibatnya warna merah dalam larutan akan bertambah tua. Jika
ditambah H2C2O4 pada larutan awal C2O42-
akan berikatan dengan
Fe3+
. Akibatnya ion Fe3+
akan membentuk ion Fe(C2O4)33-
yang dapat
dilihat dari warna kuning dalam larutan. Persamaan yang terjadi antara
lain:
FeSCN2+
(aq) � Fe3+
(aq) + SCN-(aq)
Dari eksperimen tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kesetimbangan reaktan dan produk terdapat dalam sistem,
kenaikan konsentrasi produk akan menyebabkan kesetimbangan
bergeser kearah kiri dan penurunan konsentrasi produk akan
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah kanan.
Gambar 2.1 Pengaruh perubahan konsentrasi pada posisi
kesetimbangan. (a) larutan berair Fe(FCN)3, warna larutan yang
timbul karena spesi FeSCN2+
yang merah dan spesi Fe3+
yang kuning.
(b) sesudah ditambahkan sedikit NaSCN kedalam larutan a,
kesetimbangan bergeser ke kiri. (c) sesudah ditambah sedikit
Fe(NO3)3 ke dalam larutan a, kesetimbangan bergeser ke kiri. (d)
sesudah ditambahkan sedikit H2C2O4 ke dalam larutan a,
kesetimbangan bergeser ke kenan, warna kuning disebabkan oleh ion
Fe(C2O4)33-
.
b. Pengaruh tekanan
Semakin besar tekanan, semakin kecil volume. Maka, reaksi
bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih kecil. Sebaliknya jika
semakin kecil tekanan, semakin besar volume. Maka, reaksi bergeser
ke arah jumlah molekul yang lebih banyak.
22
Contoh: 2PbS(s) + 3O2(g) ↔ 2PbO(s) + 2SO2(g)
Yang diperhatikan molekul gas saja. Pada persamaan yang setara, ada
3 mol reaktan gas dan 2 mol produk gas. Jadi, reaksi akan bergeser ke
arah produk (ke kanan).
c. Pengaruh suhu
Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume dapat mengubah
posisi kesetimbangan, tetapi tidak mengubah nilai konstanta
kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat mengubah
konstanta kesetimbangan. Pada reaksi kesetimbangan, terdapat reaksi
endotermik (menyerap kalor) dan reaksi eksotermik (melepas kalor).
Jadi peningkatan suhu menghasilkan reaksi endotermik dan penurunan
suhu menghasilkan reaksi eksotermik.
Contoh: N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g)
Jika suhu dinaikkan reaksi bergeser ke kiri (N2 dan H2)
Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume akan
menyebabkan pergeseran reaksi tetapi tidak akan merubah nilai
tetapan kesetimbangan. Hanya perubahan temperatur yang dapat
menyebabkan perubahan tetapan kesetimbangan.
Reaksi Pembentukan NO2 dari N2O4 adalah proses
endotermik, seperti terlihat pada persamaan reaksi berikut :
N2O4(g) 2NO2(g) ∆ � 58,0 ��
Dan reaksi baliknya adalah proses eksotermik:
2NO2(g) N2O4(g) ∆ � �58,0 ��
Jika temperatur dinaikkan, maka pada proses endotermik akan
menyerap panas dari lingkungan sehingga membentuk molekul NO2
dari N2O4.
Kesimpulanya, peningkatan suhu menghasilkan reaksi
endotermik dan penurunan suhu menghasilkan reaksi eksotermik.
23
(a) (b)
Gambar 2.2 (a) Dua bola mengandung gas NO2 dan N2O4 pada
kesetimbangan. (b) Bila suatu bola direndam dalam air es (kiri),
warnanya akan lebih muda, yang menunjukkan pembentukan gas
N2O4 yang tak berwarna. Bila bola lainnya direndam dalam air panas
(kanan), warnanya akan menjadi lebih tua yang menunjukkan
peningkatan NO2.
d. pengaruh katalis
Katalis meningkatkan laju terjadinya reaksi. Katalis
mempengaruhi laju reaksi maju sama besar dengan reaksi balik. Jadi,
keberadaan katalis tidak mengubah konstanta kesetimbangan, dan
tidak mengeser posisi sistem kesetimbangan.
Panambahan katalis pada campuran reaksi yang tidak berada
pada kesetimbangan akan mempercepat laju reaksi maju dan reaksi
balik sehingga campuran kesetimbangan tercapai lebih cepat.
Campuran kesetimbangan yang sama dapat diperoleh tanpa katalis,
tetapi kita mungkin harus menunggu lama agar kesetimbangan terjadi.
Pengaruh katalis terhadap kesetimbangan kimia ditunjukkan pada
gambar 1.1
24
Gambar 2.3 Katalis menurunkan Ea untuk reaksi maju dan reaksi
balik.
Katalis mempengaruhi laju reaksi ke kanan maupun ke kiri
dan pengaruhnya sama. Keadaan setimbang tidak berubah (tidak
dipengaruhi katalis) tetapi hanya mempercepat tercapainya
kesetimbangan.
E. Rumusan Hipotesis Tindakan
Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti di bawah dan “thesa”
yang berarti kebenaran. Hipotesis yang di maksud adalah suatu kesimpulan
yang masih kurang atau kesimpulan yang belum sempurna. Pengertian ini
kemudian di perluas menjadi kesimpulan penelitian yang belum sempurna,
sehingga perlu di sempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu
melalui penelitian.21
Sehubungan dengan pengertian hipotesis tersebut, maka
hipotesis yang penulis ajukan adalah “penerapan pembelajaran kimia
mengunakan metode praktikum dapat meningkatkan keterampilan berfikir
tingkat tinggi peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia kelas XI
TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012”.
21 Muchamad Fauzi, Metode Penelitian Kuantitatif, (Semarang: IAIN Walisongo Press,
2009), hlm. 127.
Tan Deng
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan salah satu bentuk penelitian yang
dilakukan di kelas. PTK umumnya dilakukan oleh guru bekerja sama dengan
peneliti atau ia sendiri sebagai guru berperan ganda melakukan penelitian
individu di kelas, sekolah atau tempat ia mengajar dengan tujuan
penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. PTK sesuai namanya
bersifat “terbatas” dalam arti keluasan objek dan sasaran yang menjadi pusat
perhatian penelitiannya.1
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan yang
nyata yang terjadi di dalam kelas. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan
kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya. Pada intinya PTK
bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam
peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam
interaksi antara guru dengan peserta didik yang sedang belajar.2
Untuk mempermudah penerapan prinsip-prinsip tindakan, sebelum
mulai melaksankan tindakan guru perlu menyusun rencana tindakan. Dalam
penyusunan rencana, sebaiknya menggunakan prinsip perencanaan SMART
yang artinya cerdas. Istilah tersebut adalah singkatan dari huruf depan kata-
kata SMART, yang rinciannya adalah sebagai berikut:
1. S, kata depan dari specific, artinya khusus.
2. M, kata depan dari managable, artinya dapat dilaksanakan, tidak rumit.
1Jasa Ungguh Muliawan, Penelitian Tindakan Kelas (Claaroom Action Researth),
(Yogyakarta: Gava Media, 2010), hlm. 1.
2 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008),
hlm. 60.
26
3. A, kata depan dari acceptable, artinya dapat diterima oleh pihak pelaku
tindakan atau achievable, artinya dapat dicapai.
4. R, kata depan dari realistic, artinya dalam kegiatan nyata, terdukung
sumber daya yang ada.
5. T, kata depan dari time-bound, artinya dilaksanakan dalam batas waktu
tertentu.3
PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam
siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu:
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang dapat digambarkan
sebagai berikut:
.
Siklus I
siklus II
Gambar 3.1 Siklus PTK4
3 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2010) hlm. 11
4 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian, hlm. 74
Permasalahan Perencanaan
tindakan I
Pelaksanaan
tindakan I
Pengamatan
data I
Refleksi I
Perencanaan
tindakan II
Pelaksanaan
tindakan II
Pengamatan
data II
Refleksi II
Dilanjutkan
ke siklus
berikutnya
Permasalahan
baru hasil
refleksi
Apabila
permasalahan
belum
terselesaikan
27
Siklus-siklus tersebut dijelaskan sebagai berikut:5
1. Siklus I
a. Perencanaan.
Perencanaan adalah langkah yang dilakukan oleh guru ketika
akan melalui tindakan.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah
dibuat.
c. Pengamatan
Pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan
tindakan. Hal-hal yang diamati adalah hal-hal yang sudah disebutkan
dalam pelaksanaan.
d. Refleksi
Refleksi atau peristiwa perenungan adalah langkah menggigat
kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru
maupun peserta didik.
2. Siklus II
Serupa dengan siklus I, siklus II terdiri dari tahap perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan setiap tahap pada siklus II
sama dengan pelaksanaan setiap siklus I
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Tempat pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di
kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang.
2. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan januari tahun 2012
sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3.1.
5 Suharsimi Arikunto, Penelitian, hlm. 17-19
28
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Tahapan Tanggal/
Bulan
Alokasi
Waktu Kegiatan
1. Observasi
Awal
28-30
Nopember
2011
3 hari
a. Wawancara dengan
guru kimia kelas XI
b. Persiapan dan
pencarian data yang
mendukung rencana
pelaksanaan penelitian
2. Pra Siklus 3
Desember
2011
2 x 45
menit
a. Perkenalan peneliti
dengan peserta didik
b. Mengamati guru
dalam mengajar kimia
c. Mengamati keaktifan
peserta didik
3. Siklus I
(pertemuan I)
7 Januari
2012
2 x 45
menit
a. Penjelasan peneliti
tentang materi yang
akan disampaikan
dengan menggunakan
metode praktikum
b. Pelaksanaan
pembelajaran dengan
metode praktikum
pada materi
kesetimbangan kimia.
c. Pemberian pekerjaan
rumah
4. Siklus I
(pertemuan II)
14 Januari
2012
2 x 45
menit
a. Pembahasan PR
b. Persiapan tes evaluasi
c. Pelaksanaan tes
evaluasi siklus I
dengan sub materi
pokok kesetimbangan
kimia.
5. Siklus II
(pertemuan I)
21 Januari
2012
2 x 45
menit
a. Penjelasan peneliti
tentang materi yang
akan disampaikan
dengan menggunakan
metode praktikum.
b. Pelaksanaan
pembelajaran dengan
menggunakan metode
praktikum pada sub
materi Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
29
Kesetimbangan kimia.
c. Pemberian pekerjaan
rumah
6. Siklus II
(pertemuan II)
28 Januari
2012
2 x 45
menit
a. Pembahasan PR
b. Persiapan tes evaluasi
c. Pelaksanaan tes
evaluasi siklus II
dengan sub materi
pokok Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Kesetimbangan kimia.
C. Pelaksana dan Kolaborator
1. Pelaksana dan Kolaborator
Dalam penelitian PTK ini yang menjadi pelaksana adalah peneliti
sendiri. Salah satu ciri khas PTK adalah adanya kolaborasi atau kerjasama
antara praktisi (guru, kepala sekolah, peserta didik, dan lain-lain) dan
peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan,
pengambilan keputusan, dan akhirnya melahirkan kerjasama tindakan
(action). Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka kerjasama
(kolaborasi) antara guru dengan peneliti menjadi hal sangat penting.
Dalam PTK, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masing-
masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan
dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran kerjasama
(kolaborasi) sangat menentukan keberhasilan PTK terutama pada kegiatan
mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan penelitian,
menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.6
Tujuan dari kolaborator adalah untuk membantu kita dalam mengamati
pelaksanaan tindakan kelas dan memberikan penilaian dari instrumen yang
kita buat sebagai alat ukur penelitian. Selain itu kolaborator dapat
memberikan umpan balik ( feedback ) pada saat evaluasi refleksi yang
tujuannya perbaikan tindakan yang kita lakukan. Kolaborasi dalam
6 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian, hlm. 63.
30
penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru kimia SMK Diponegoro
Banyuputih Batang.
D. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini, siklus I berupa implementasi
serangkaian kegiatan pembelajaran seperti yang telah direncanakan untuk
mengatasi masalah. Siklus 2, 3 dan seterusnya berupa implementasi
serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah direvisi untuk mengatasi
masalah pada siklus pertama yang belum tuntas. Masing-masing siklus terdiri
dari 4 tahapan yaitu terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Pra Siklus
Dalam pra siklus ini peneliti melihat kreatifitas berfikir tingkat
tinggi kimia pada materi pokok laju reaksi yang diampu oleh Ibu Arini
Ainul Hanifah, S.Pd. peneliti mengamati metode pembelajaran yang
digunakan, apakah terjadi komunikasi antara guru dan peserta didik atau
tidak?, perilaku peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Peneliti akan melakukan wawancara kepada Ibu Arini Ainul Hanifah, S.Pd
selaku guru kimia kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro tentang keaktifan
peserta didik dan bahasa yang digunakan ketika menanyakan pelajaran
atau diskusi. Dengan itu peneliti dapat menafsirkan kreatifitas berfikir
tingkat tinggi peserta didik.
Hal ini dilakukan sebagai dasar untuk membandingkan
keberhasilan pembelajaran kimia dengan metode praktikum pada siklus I
dan siklus II.
31
2. Siklus I
a. Perencanaan
1) Guru menyusun dan menyiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) tentang sub materi pokok macam-macam
kesetimbangan kimia dengan metode praktikum.
2) Melakukan kolaborasi dengan guru kelas.
3) Membuat instrumen yang akan digunakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
4) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan
1) Guru mengadakan presensi kepada peserta didik.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3) Guru menggali pengetahuan awal peserta didik pada sub materi
reaksi kesetimbangan.
4) Guru mengarahkan peserta didik untuk melakukan percobaan sub
materi pokok macam-macam kesetimbangan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok (tiap kelompok
anggotanya 5 peserta didik).
b) Masing-masing peserta didik mendapatkan petunjuk praktikum.
c) Masing-masing kelompok melakukan praktikum.
d) Setelah semua kelompok melakukan praktikum, kemudian
semua kelompok berdiskusi dan mengumpulkan laporan
sementara kemudian guru menyimpulkan kembali materi
perkembangan reaksi kesetimbangan sehingga peserta didik
menjadi paham.
e) Secara individual peserta didik diberi PR
c. Pengamatan
Dalam penelitian tindakan kelas, pengamatan dilaksanakan
dengan beberapa aspek yang diamati adalah sebagai berikut:
32
1. Pengamatan terhadap peserta didik
a) Antusias peserta didik dalam pembelajaran praktikum.
b) Keaktifan peserta didik dalam percobaan.
c) Ketelitian peserta didik dalam menentukan hasil.
d) Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan percobaan.
e) Hubungan kerjasama antar peserta didik dalam kelompok.
f) Sikap peserta didik dalam memperhatikan langkah-langkah
percobaan.
g) Keterampilan peserta didik dalam membuat laporan.
2. Pengamatan terhadap guru
a) Penjelasan guru tentang prosedur praktikum.
b) Suara guru saat menyampaikan materi.
c) Pemerataan perhatian guru kepada setiap kelompok.
d) Ketepatan guru mengelola waktu pembelajaran.
e) Kemampuan guru dalam menjawab pertanyaan peserta didik.
f) Perhatian guru ketika peserta didik melaksanakan percobaan.
g) Keruntutan melaksanakan prosedur praktikum.
h) Cara guru memberikan arahan dan bimbingan kepada peserta
didik.
i) Kemampuan guru dalam menciptakan komunikasi yang timbal
balik.
j) Kemampuan guru dalam meluruskan prosedur praktikum saat peserta
didik melakukan praktikum.
k) Membantu peserta didik yang kesulitan melakukan praktikum.
l) Membantu peserta didik dalam menumbuhkan rasa percaya diri.
m) Kemampuan guru dalam memberikan arahan kepada peserta didik
dalam mengamati reaksi yang terjadi.
n) Kecermatan guru dalam mengamati keaktifan peserta didik.
o) Cara guru dalam mengkondisikan peserta didik yang kurang
aktif.
33
p) Membantu peserta didik dalam menyimpulkan hasil praktikum
melalui diskusi kelompok.
q) Ketelitian guru dalam mengoreksi laporan.
r) Keterampilan guru dalam mengelola kelas.
s) Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam menyimpulkan materi.
d. Refleksi
Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis hasil kerja dan
aktivitas peserta didik. Analisis dilakukan untuk mengukur baik
kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada siklus I kemudian
mendiskusikan hasil analisis secara kolaborasi untuk perbaikan pada
pelaksanaan siklus II.
3. Siklus II
a. Perencanaan
1) Mengidentifikasi masalah dan rumusan masalah berdasarkan
permasalahan yang muncul dari siklus I.
2) Guru menyusun dan menyiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) tentang sub materi pergeseran
kesetimbangan kimia dengan metode praktikum.
3) Melakukan kolaborasi dengan guru kelas.
4) Membuat instrumen yang akan digunakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan
1) Guru mengadakan presensi kepada peserta didik.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3) Guru menggali pengetahuan awal peserta didik pada sub materi
pokok pergeseran kesetimbangan.
34
4) Guru mengarahkan peserta didik untuk melakukan percobaan sub
materi pokok faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok (tiap kelompok
anggotanya 5 peserta didik).
b) Masing- masing peserta didik mendapatkan petunjuk
praktikum.
c) Masing-masing kelompok melakukan praktikum.
d) Setelah semua kelompok melakukan praktikum, kemudian
semua kelompok berdiskusi dan mengumpulkan laporan
sementara kemudian guru menyimpulkan kembali materi
perkembangan reaksi kesetimbangan sehingga peserta didik
menjadi paham.
e) Secara individual peserta didik diberi PR.
c. Pengamatan
Dalam penelitian tindakan kelas, pengamatan dilaksanakan
dengan beberapa aspek yang diamati adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan terhadap peserta didik
a) Antusias peserta didik dalam pembelajaran praktikum.
b) Keaktifan peserta didik dalam percobaan.
c) Ketelitian peserta didik dalam menentukan hasil.
d) Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan percobaan.
e) Hubungan kerjasama antar peserta didik dalam kelompok.
f) Sikap peserta didik dalam memperhatikan langkah-langkah
percobaan.
g) Keterampilan peserta didik dalam membuat laporan.
2. Pengamatan terhadap guru
a) Penjelasan guru tentang prosedur praktikum.
b) Suara guru saat menyampaikan materi.
c) Pemerataan perhatian guru kepada setiap kelompok.
d) Ketepatan guru mengelola waktu pembelajaran.
35
e) Kemampuan guru dalam menjawab pertanyaan peserta didik.
f) Perhatian guru ketika peserta didik melaksanakan percobaan.
g) Keruntutan melaksanakan prosedur praktikum.
h) Cara guru memberikan arahan dan bimbingan kepada peserta
didik.
i) Kemampuan guru dalam menciptakan komunikasi yang timbal
balik.
j) Kemampuan guru dalam meluruskan prosedur praktikum saat
peserta didik melakukan praktikum.
k) Membantu peserta didik yang kesulitan melakukan praktikum.
l) Membantu peserta didik dalam menumbuhkan rasa percaya diri.
m) Kemampuan guru dalam memberikan arahan kepada peserta didik
dalam mengamati reaksi yang terjadi.
n) Kecermatan guru dalam mengamati keaktifan peserta didik.
o) Cara guru dalam mengkondisikan peserta didik yang kurang
aktif.
p) Membantu peserta didik dalam menyimpulkan hasil praktikum
melalui diskusi kelompok.
q) Ketelitian guru dalam mengoreksi laporan.
r) Keterampilan guru dalam mengelola kelas.
s) Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam menyimpulkan materi.
d. Refleksi
Hasil pengamatan pada siklus II dikumpulkan untuk dianalisis
dan dievaluasi oleh peneliti dan kolaborator. Diharapkan setelah
berakhir siklus II dengan metode praktikum pada materi
kesetimbangan kimia maka ketrampilan berfikir tingkat tinggi
peserta didik pada materi pokok kesetimbangan kimia kelas XI TKJ
1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang meningkat.
36
E. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI TKJ 1
SMK Diponegoro Banyuputih Batang tahun ajaran 2011/2012. Dalam
mengumpulkan data mengenai ketrampilan berfikir tingkat tinggi peserta
didik pada praktikum kimia, peneliti menggunakan tehnik observasi,
dokumentasi dan tes.
a. Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data)
yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran
pengamatan.7 Metode observasi akan lebih efektif jika informasi yang
hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil
kerja responden dalam situasi alami.8
Metode ini digunakan untuk mengambil data pada saat subyek melakukan
praktikum yaitu untuk mengamati ketrampilan berfikir tingkat tinggi
peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi akan
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen
rapat, agenda dan sebagainya.9 Dalam penelitian ini metode dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan peserta didik
kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang yaitu nama peserta
didik yang termasuk dalam sampel.
7 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Grafinda Persada, 1996),
hlm. 76.
8 Sukardi, Metodolagi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2008), hlm. 78.
9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), hlm. 67
37
c. Tes
Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam penelitian.
Tes ialah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang
dengan maksud untuk mendapat jawaban-jawaban yang dijadikan
penetapan skor angka.10
Instrumen tes digunakan untuk mengukur
kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Untuk mengukur
kemampuan dasar antara lain: tes untuk mengukur intelegensi (IQ), tes
minat, tes bakat khusus dan lainnya. Khusus tes prestasi belajar yang biasa
digunakan di sekolah dapat dibedakan menjadi 2 meliputi: tes buatan guru
dan tes terstandar.11
Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis tes
essay, karena dalam analisis data yang dilihat adalah taraf ketrampilan
berfikir peserta didik. Tes essay, yang dalam literaturnya disebut juga
essay examination, merupakan alat penilaian hasil belajar. Secara umum
tes essay ini adalah pertanyaan yang menuntut peserta didik menjawabnya
dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan
memberi alasan dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan
pertanyaan. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan peserta
didik dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.12
F. Teknik Analisa Data
Data hasil pengamatan penelitian ini dianalisis secara deskriptif untuk
menggambarkan keadaan peningkatan indikator keberhasilan tiap siklus dan
untuk menggambarkan keberhasilan pembelajaran melalui metode praktikum.
Data penelitian yang terkumpul, setelah ditabulasi kemudian dianalisis untuk
10 Hamzah B Uno, dkk, Menjadi Peneliti PTK Yang Profesional, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011),hlm.104
11 Suharsimi Arikunto, Prosedur, hlm. 223.
12 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2009), hlm.35
38
mencapai tujuan-tujuan penelitian. Adapun langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
1. Data kuantitatif
Data kuantitatif diolah dengan menggunakan deskriptif persentase.
Nilai yang diperoleh peserta didik dirata-rata untuk ditemukan
keberhasilan individu dan keberhasilan klasikal sesuai dengan indikator
yang telah ditetapkan.
a. Menghitung Rata-rata
Untuk menghitung nilai rata-rata digunakan rumus:13
N
xx
∑=
_
Keterangan:
−
x = rata-rata nilai.
∑ x = jumlah seluruh nilai.
N = jumlah peserta didik
b. Ketuntasan Belajar klasikal
Ketuntasan belajar secara klasikal tercapai jika 85% dari
seluruh peserta didik dalam kelas tersebut telah mencapai nilai 65.
Untuk menghitung kriteria ketuntasan belajar secara klasikal
digunakan rumus:
� ��
�� 100%
Keterangan:
P = Presentase ketuntasan belajar
S = Jumlah peserta didik yang mencapai tuntas belajar
N = Jumlah total peserta didik
Ketuntasan belajar klasikal dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas ≥ 65
dengan ketuntasan klasikal minimal 85%14
13 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: PT. Transito, 2002), hlm.67
39
2. Data kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang berupa informasi berbentuk
kalimat. Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari
pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan
teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam
kegiatan pembelajaran dengan metode praktikum. Keberhasilan dalam
pembelajaran ditandai dengan semakin meningkatnya kreatif berfikir
tingkat tinggi dan pemahaman konsep peserta didik yang diperoleh
melalui hasil belajar.
Perhitungan persentase pengelolaan pembelajaran oleh guru:
Persentase (%)= %100xumSkormaksim
SkorJumlah
G. Indikator Pencapaian
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
apabila terjadi peningkatan kreatif berfikir tingkat tinggi peserta didik serta
hasil belajar kimia dalam materi kesetimbangan kimia di atas Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) peserta didik kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro
Banyuputih Batang. Pembelajaran kimia dengan penerapkan metode
praktikum dikatakan meningkatkan ketrampilan berfikir tingkat tinggi peserta
didik apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Proses
Indikator proses dalam penelitian ini adalah pembentukan
kompetensi dapat dikatakan berhasil dan berkualitas apabila 85% peserta
didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses
pembelajaran.15
14 E. Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan, (Bandumg: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), hlm. 208.
15 E. Mulyasa, KTSP Sebuah Panduan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008),
hlm. 256.
40
2. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep peserta didik diperoleh dari hasil pekerjaan
peserta didik pada hasil tes evaluasi pada tiap akhir siklus. Dalam
penelitian ini yang dapat dijadikan tolak ukur ketuntasan belajar suatu
kelas adalah apabila nilai rata-rata kelas ≥ 65 dengan ketuntasan klasikal
minimal 85%16
16 Masynur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 36.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Pra Siklus
Tahap pra siklus dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2011,
peneliti mengamati proses pembelajaran kimia pada materi pokok laju
reaksi yang diampu oleh Ibu Arini Ainul Hanifah, S.Pd. Berdasarkan
pengamatan, kegiatan pembelajarannya masih menggunakan metode
ceramah, sehingga komunikasi antar guru dengan peserta didik hanya satu
arah. Peserta didik yang duduk di belakang juga terlihat ada yang main hp
dan ada yang mengobrol dengan temannya. Informasi keaktifan peserta
didik juga didapatkan dari wawancara peneliti dengan Ibu Arini Ainul
Hanifah, S.Pd selaku guru kimia kelas XI TKJ 1 SMK Diponegoro
Banyuputih Batang. Beliau menyatakan bahwa peserta didik kurang aktif
dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga daya pikir peserta didik
kurang berkembang.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Proses perencanaan dalam siklus I merupakan persiapan yang
dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Perencanaan
tersebut meliputi:
1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
disusun bersama guru kelas yang memuat standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran dengan metode praktikum, dan materi pembelajaran
yaitu kesetimbangan kimia.
2) Melakukan kolabolator dengan guru kelas.
3) Membuat daftar kelompok praktikum peserta didik.
4) Membuat instrumen yang akan digunakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
42
5) Mempersiapkan bahan dan alat untuk melakukan praktikum.
6) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan
Tindakan pada siklus I berupa pelaksanaan dari rencana yang
telah disusun dan disiapkan yaitu peneliti melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan metode praktikum. Deskripsi pelaksanaan
tindakan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan I
Siklus I pada pertemuan I dilaksanakan pada hari Sabtu,
tanggal 7 Januari 2012, dengan alokasi waktu 2x45 menit.
a) Pendahuluan
Dimulai dengan ucapan salam dari guru yang
dilanjutkan dengan jawaban salam secara serempak oleh
peserta didik. Kemudian guru mengadakan presensi kepada
peserta didik. Peserta didik ada yang absen dalam pertemuan
ini yaitu Novia Trisna Sari dikarenakan sedang sakit.
Dilanjutkan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu
mempelajari kesetimbangan kimia dengan menggunakan
metode praktikum. Peserta didik mendengarkan guru dengan
sungguh-sungguh, tetapi ada lima peserta didik yang duduk di
bangku belakang terlihat asyik berbicara sendiri dengan
temannya, sehingga tidak mendengarkan apa yang
disampaikan oleh guru.
b) Kegiatan Inti
Guru menjelaskan secara garis besar konsep reaksi
dalam kehidupan sehari-hari. Semua peserta didik terlihat
tenang mendengarkan penjelasan dari guru. Kemudian guru
membagikan lembar kerja praktikum kepada seluruh peserta
didik dan membagi peserta didik menjadi 6 kelompok
berdasarkan absen. Setelah guru selesai membacakan daftar
43
kelompok, peserta didik segera membentuk kelompok dan
mengambil alat praktikum yang sudah disediakan.
Dalam pembelajaran praktikum peserta didik
melakukan pekerjaan dalam masing-masing kelompok. Pada
setiap kelompok terjadi sebuah percakapan diantaranya sebagai
berikut:
Pada praktikum reaksi reversibel Agus Muntaha dari
kelompok 1 bertanya kepada temannya mengapa ketika larutan
PbSO4 di campurkan dengan NaI menjadi warna kuning? Lalu
Amelia sari menjawab karena Pb bereaksi dengan I yang akan
menghasilkan PbI dengan warna kuning. Kelompok ini
memahami prosedur yang harus di lakukan ketika praktikum.
Pada kelompok 2 peserta didik yang bernama Dwi
Rahmawati bertanya kepada guru, kenapa ketika endapan PbI
terbentuk harus di cuci dengan aquades? Lalu guru menjawab
agar endapan PbI yang terjadi bersih dari pengotornya.
Sehingga pada waktu penambahan larutan yang lain tidak
merusak reaksi yang akan terjadi. Teman-teman
sekelompoknya juga mendengarkan dengan seksama.
Pada kelompok 3 peserta didik yang bernama Kursiana
ternyata telah menemukan konsep praktikum yang akan
dilakukan di kelas, jadi pada kelompok ini mereka mencoba
untuk menyamakan hasil yang mereka lakukan dengan materi
yang mereka peroleh dari internet. Ketika mereka melakukan
percobaan masih ada kebingungan kenapa waktu PbSO4
ditambah dengan NaI menjadi kuning dan ketika ditambah
dengan Na2SO4 menjadi putih lagi? Pada kelompok 3 ini
mereka mencoba menganalisis reaksi yang terjadi, menurut
Imam Muzani hal itu bisa terjadi karena ini termasuk reaksi
reversibel sebagaimana kita ketahui bahwa reaksi reversibel
merupakan reaksi yang dapat balik. Ketika PbSO4 yang
44
warnanya putih ditambah dengan NaI berubah menjadi kuning
dan ketika ditambah dengan Na2SO4 menjadi putih lagi.
Pada kelompok 4 paserta didik masih bingung dengan
prosedur praktikum, bagaimana perlakuan yang harus mereka
lakukan dengan bahan yang ada. Lalu guru menyampaikan
ulang prosedur praktikum yang harus dilakukan lalu perhatikan
warna endapan yang terjadi. Hal ini terjadi karena pada
kelompok 4 tidak memperhatikan penjelasan dari guru.
Pada kelompok 5 peserta didik telah melakukan
percobaan sebagaimana dalam petunjuk praktikum. Akan
tetapi dalam kelompok ini juga ada masalah yang mereka
belum menemukan titik terangnya, paserta didik yang bernama
Nur Ulfi Alfiani mendiskusikan dengan teman-temannya
sebenarnya endapan yang berwana kuning itu berasal dari apa?
Dan endapan berikutnya dapat menjadi warna putih lagi.
Mushofa teman sekelompok memberikan alasan mengapa
dapat mendapatkan endapan warna kuning karena Pb2+
bereaksi dengan I-. Lalu Muhammad Rozikin mengemukakan
argumennya ketika endapan berubah menjadi putih lagi,
dikarenakan Pb2+
bereaksi dengan SO42-
lalu munghasilkan
endapan PbSO4, seperti awal sebelum perlakuan.
Pada kelompok 6 peserta didik melakukan praktikum
sebagaimana dalam petunjuk praktikum. Dalam kelompok ini
tidak ada peserta didik yang mendiskusikan hasil dari
percobaan.
Selain terjadi percakapan dalam kelompok peserta
didik terlihat aktif dalam pembelajaran, mereka melakukan
percobaan dalam setiap kelompok akan tetapi belum
mengetahui secara pasti yang mereka lakukan itu untuk apa?.
Di sini guru bertindak sebagai fasilitator sehingga peserta didik
memahami secara pasti percobaan apa yang mereka lakukan.
45
Dalam prosesnya masih banyak peserta didik hanya melakukan
percobaan saja, mereka merasa senang akan perubahan warna
yang terjadi. Tetapi tidak mengetahui alasan terjadinya
perubahan warna.
Setelah masing-masing kelompok selesai melakukan
praktikum, mereka memulai menyusun laporan praktikum
dengan berdiskusi kelompok. Pada proses diskusi ini masing-
masing kelompok bekerjasama dengan temannya untuk
membuat kesimpulan dari praktikum. Perbedaan pendapat
yang banyak terjadi pada setiap kelompok mengawali peserta
didik untuk berfikir lebih dalam lagi tentang hasil praktikum.
Dalam sela-sela diskusi, guru mengigatkan agar mengaitkan
hasil praktikum dengan materi yang berkaitan. Sehinga peserta
didik mengkaji materi yang telah mereka peroleh. Setelah
semuanya selesai masing-masing kelompok mengumpulkan
laporan praktikum.
c) Penutup
Guru memberikan PR kepada peserta didik berupa 5
soal essay, dan harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Kemudian Guru mengumumkan akan diadakannya evaluasi
pada pertemuan berikutnya berkaitan dengan materi
kesetimbangan kimia. Lalu guru mengakhiri pertemuan dengan
berpesan kepada peserta didik agar belajar di rumah untuk
mempersiapkan materi evaluasi. Selanjutnya guru
mengucapkan salam.
2) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Januari
2012, dengan alokasi waktu 2x45 menit.
a) Pendahuluan
Guru mengawali pertemuan dengan salam pembuka dan
dijawab serempak oleh peserta didik. Dilanjutkan dengan
46
pembahasan PR oleh peserta didik dengan guru sebagai
fasilitator. Semua peserta didik mengeluarkan PR yang telah
mereka kerjakan dan ditukar dengan teman sampingnya untuk
selanjutnya dikoreksi bersama-sama. Kemudian guru
memberikan pengarahan sebelum evaluasi siklus I
dilaksanakan. Peserta didik tenang mendengarkan pengarahan
dari guru, akan tetapi masih terlihat ada yang gaduh karena
minta segera diadakan evaluasi.
b) Kegiatan Inti
Peserta didik melakukan persiapan evaluasi dengan
berdo’a. Lalu guru memberikan instruksi agar semua buku
dimasukkan ke dalam tas. Kemudian guru membagikan lembar
evaluasi kepada peserta didik berupa 10 soal uraian.
Dilanjutkan peserta didik mengerjakan soal evaluasi dengan
tenang dan sungguh-sungguh. Guru berkeliling mengawasi
peserta didik mengerjakan soal. Ketika sampai di bangku
belakang, guru mengetahui Ahmad Rozikin dan teman
sekelilingnya membawa contekan. Akhirnya guru mengambil
contekan dan menegurnya.
c) Penutup
Setelah peserta didik selesai mengerjakan soal,
peserta didik mengumpulkan lembar jawab. Guru memberikan
arahan agar besok belajar untuk pertemuan berikutnya tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia. Dan
guru mengakhiri pertemuan dengan salam penutup.
Adapun hasil nilai evaluasi siklus I dapat dilihat pada
lampiran 14. Berdasarkan nilai evaluasi siklus I dari jumlah peserta
didik sebanyak 30, diperoleh peserta didik yang memenuhi kriteria
tuntas yaitu yang memperoleh nilai ≥65 sebanyak 23 peserta didik,
sedangkan yang tidak tuntas yaitu yang memperoleh nilai <65
47
sebanyak 7 peserta didik. Dan nilai rata-rata kelas sebesar 70,4
serta ketuntasan klasikal sebesar 76,67%.
c. Observasi (pengamatan)
Selama proses tindakan berlangsung, dilakukan juga
pengamatan atau observasi terhadap proses tindakan yang telah
dilaksanakan. kolabolator mengamati jalannya proses pembelajaran
dengan berpedoman pada format lembar observasi yang telah
disiapkan. Hasil observasi peneliti pada siklus I adalah sebagai berikut:
Hasil pengamatan kepada guru
Adapun hasil pengamatan oleh kolabolator terhadap kinerja guru
pada saat pembelajaran praktikum diantaranya: penjelasan guru
tentang prosedur praktikum dikegiatan pendahuluan kurang jelas dan
penyampaiannya terlalu cepat sehingga kurang dimengerti oleh
peserta didik. Suara guru saat menyampaikan materi kurang keras
sehingga peserta didik meminta untuk diulang beberapa kali dan
peserta didik yang berada di bangku belakang ada yang kurang
memperhatikan. Perhatian guru pada setiap kelompok ketika peserta
didik melakukan praktikum juga kurang merata sehingga ada peserta
didik yang merasa diacuhkan. Ketepatan guru dalam mengelola waktu
pembelajaran menggunakan praktikum ini masih kurang. Kemampuan
guru dalam menjawab pertanyaan dari peserta didik baik. Guru
memperhatikan dengan cukup serius saat peserta didik melakukan
percobaan.
Guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah cukup sesuai
dengan prosedur di lembar kerja praktikum. Demikian juga guru dapat
memberikan arahan kepada peserta didik, menciptakan komunikasi
yang timbal balik disaat pembelajaran berlangsung dan guru
memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika peserta didik
melaksanakan praktikum sehingga dapat meluruskan prosedur
praktikum ketika peserta didik menyimpang.
48
Guru membantu peserta didik yang kesulitan dalam melakukan
praktikum sehingga peserta didik menjadi mengerti dan guru kurang
dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik. Demikian
halnya kemampuan guru dalam memberikan arahan kepada peserta
didik dalam mengamati reaksi yang terjadi. Guru cermat dalam
mengamati keaktifan peserta didik. Guru belum seluruhnya
mengkondisikan peserta didik yang kurang aktif saat pembelajaran.
Guru membantu peserta didik dalam menyimpulkan hasil praktikum
melalui diskusi kelompok.
Guru teliti dalam mengoreksi laporan yang dikerjakan oleh
peserta didik, sehingga ketika peserta didik salah dalam
menyimpulkan laporan guru langsung memberikan kesempatan
kepada kelompok lain untuk membetulkannya. Guru sangat terampil
dalam mengelola kelas. Akan tetapi guru belum menyimpulkan materi
dikegiatan akhir karena waktunya tidak mencukupi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada lampiran 10.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus I berupa observasi peneliti terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I yaitu tentang kelebihan
dan kekurangannya. Dengan memperhatikan hal-hal yang perlu
diambil dan dilaksanakan untuk perbaikan pada siklus berikutnya yaitu
siklus II.
Pada siklus I ini pelaksanaan pembelajaran materi
kesetimbangan kimia dengan menggunakan metode praktikum masih
belum berjalan sesuai rencana tindakan. Hal ini disebabkan peserta
didik belum memahami mekanisme pembelajaran dengan
menggunakan metode praktikum dengan benar. Untuk itu perlu adanya
perbaikan ulang mengenai perencanaan yang nantinya akan digunakan
dalam pembelajaran pada siklus II. Hasil refleksi pada siklus I adalah:
1) Penjelasan guru tentang prosedur praktikum kurang jelas
2) Suara guru kurang keras.
49
3) Perhatian guru kepada kelompok peserta didik dalam pembelajaran
kurang merata.
4) Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam pembelajaran
praktikum kurang tepat.
5) Membantu peserta didik dalam menumbuhkan rasa percaya diri
kurang maksimal.
6) Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan praktikum belum
maksimal.
7) Cara guru dalam mengkondisikan peserta didik yang kurang aktif
perlu ditingkatkan.
8) Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam menyimpulkan
materi kurang tepat.
9) Hasil keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik belum
memenuhi standar.
10) Hasil belajar peserta didik belum mencapai indikator yang
ditentukan.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Proses perencanaan dalam siklus II merupakan persiapan yang
dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Perencanaan
tersebut meliputi:
1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
disusun bersama guru kelas yang memuat standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran dengan metode praktikum, dan materi pembelajaran
yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia.
2) Melakukan kolaborator dengan guru kelas.
3) Membuat daftar kelompok praktikum peserta didik.
4) Membuat instrumen yang akan digunakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
5) Mempersiapkan bahan dan alat untuk melakukan praktikum.
50
6) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan
Tindakan pada siklus II berupa pelaksanaan dari rencana yang
telah disusun dan disiapkan yaitu guru melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan metode praktikum. Deskripsi pelaksanaan
tindakan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan I
Siklus II pada pertemuan I dilaksanakan pada hari Sabtu,
tanggal 21 januari 2012, dengan alokasi waktu 2x45 menit.
a) Pendahuluan
Dimulai dengan ucapan salam dari guru yang
dilanjutkan dengan jawaban salam secara serempak oleh
peserta didik. Kemudian guru mengadakan presensi kepada
peserta didik. Semua peserta didik tidak ada yang absen dalam
pertemuan ini. Dilanjutkan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi kesetimbangan kimia dengan menggunakan
metode praktikum. Peserta didik mendengarkan guru dengan
sungguh-sungguh, tetapi ada peserta didik yang duduk di
bangku belakang terlihat asyik berbicara sendiri dengan
temannya, sehingga tidak mendengarkan apa yang
disampaikan oleh guru.
b) Kegiatan Inti
Guru menjelaskan secara garis besar konsep pergeseran
reaksi dalam kehidupan sehari-hari dan dalam bidang industri.
Semua peserta didik terlihat tenang mendengarkan penjelasan
dari guru. Kemudian guru membagikan lembar kerja
praktikum kepada seluruh peserta didik dan membagi peserta
didik menjadi 6 kelompok berdasarkan absen. Setelah guru
selesai membacakan daftar kelompok, peserta didik segera
51
membentuk kelompok dan mengambil alat praktikum yang
sudah disediakan.
Masing-masing kelompok melakukan praktikum
sebagaimana dalam lembar kerja praktikum. Pada siklus ini
peserta didik terlihat pandai dalam melakukan praktikum,
seperti caranya mengambil larutan, cara mencampurkan dan
melakukan pengamatan sangat baik. Pelaksanaan siklus II juga
banyak peserta didik yang tanya seperti pada siklus I, terlihat
pada kelompok 2 peserta didik dengan nama Andi setiawan
menayakan kenapa saat penambahan FeCl3 dan KSCN
semuanya bertambah merah, lalu Dwi Rahmawati dari
kelompok 2 menjelaskan kepada temannya karena
penambahan konsentrasi akan mengakibatkan reaksi bergeser
ke kanan, maka dari itu setiap penambahan sedikit larutan
maka warnanya akan semakan merah.
Dari kelompok 6 peserta didik yang bernama Rovilatul
Hasanah menanyakan kenapa pada saat campuran HNO3 dan
Lempeng Cu dimasukkan kedalam air es larutan menjadi
tambah biru, hal itu dikarenakan mengalami reaksi eksoterm
(mengeluarkan panas) jadi reaksi akan bergeser ke kanan dan
warnanya akan menjadi lebih biru.
Pada praktikum ini peserta didik lebih sering
mendiskusikan apa yang belum paham dengan kelompoknya,
hanya beberapa saja yang ditanyakan ke guru. Setelah masing-
masing kelompok selesai melakukan praktikum, mereka
memulai menyusun laporan praktikum dengan berdiskusi
kelompok. Pada proses diskusi ini masing-masing kelompok
bekerjasama dengan temannya untuk membuat kesimpulan
dari praktikum. Setelah semuanya selesai masing-masing
kelompok mengumpulkan laporan praktikum.
52
c) Penutup
Guru memberikan PR kepada peserta didik berupa 5 soal
essay, dan harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Kemudian Guru mengumumkan akan diadakannya evaluasi
pada pertemuan berikutnya berkaitan dengan materi faktor-
faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia. Lalu Guru
mengakhiri pertemuan dengan berpesan kepada peserta didik
agar belajar di rumah untuk mempersiapkan materi evaluasi.
Selanjutnya guru mengucapkan salam.
2). Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada hari sabtu, 28 Januari 2012
dengan alokasi waktu 2x45 menit.
a) Pendahuluan
Guru mengawali pertemuan dengan salam pembuka dan
dijawab serempak oleh peserta didik. Dilanjutkan dengan
pembahasan PR oleh peserta didik dibimbing guru. Semua
peserta didik megeluarkan PR yang telah mereka kerjakan dan
ditukar dengan teman sampingnya untuk selanjutnya dikoreksi
bersama-sama. Kemudian guru memberikan pengarahan
sebelum evaluasi siklus II dilaksanakan. Dan peserta didik
tenang mendengarkan pengarahan dari guru.
b) Kegiatan Inti
Peserta didik melakukan persiapan evaluasi dengan
berdo’a. Guru memberikan instruksi agar semua buku
dimasukkan ke dalam tas. Guru membagikan lembar evaluasi
kepada peserta didik berupa 10 soal essay. Kemudian peserta
didik mengerjakan soal evaluasi dengan tenang dan sungguh-
sungguh. Guru berkeliling mengawasi peserta didik
mengerjakan soal evaluasi. Semua peserta didik tenang dan
sungguh-sungguh dalam mengerjakan soal evaluasi. Tidak ada
satupun peserta didik yang mencontek.
53
c) Penutup
Setelah peserta didik selesai mengerjakan soal, peserta
didik mengumpulkan lembar jawab. Dan guru mengakhiri
pertemuan dengan salam penutup.
Adapun hasil nilai tes evaluasi siklus II pada materi faktor-
faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia ini, dari 30 peserta
didik diperoleh peserta didik yang tuntas dengan memperoleh nilai
≥65 sebanyak 27 peserta didik, sedangkan peserta didik yang tidak
tuntas yaitu yang memperoleh nilai <65 sebanyak 3 peserta didik. Dan
nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II ini sebesar 73,9 dengan
ketuntasan klasikal 90,00%. Adapun daftar nilai evaluasi peda siklus
II dapat dilihat pada lampiran 15.
c. Observasi
Selama proses tindakan berlangsung, dilakukan juga pengamatan
atau observasi terhadap proses tindakan yang telah dilaksanakan.
Kolabolator mengamati jalannya proses pembelajaran dengan
berpedoman pada format lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil
observasi peneliti pada siklus II adalah sebagai berikut:
Hasil pengamatan peneliti terhadap kinerja guru pada saat
pembelajaran praktikum diantaranya: penjelasan guru tentang
prosedur praktikum dikegiatan pendahuluan sudah jelas dan
penyampaiannya tidak terlalu cepat sehingga dimengerti oleh peserta
didik. Suara guru saat menyampaikan materi keras sehingga peserta
didik dapat mendengarkannya dengan baik. Perhatian guru pada setiap
kelompok ketika peserta didik melakukan praktikum baik sehingga
peserta didik merasa nyaman dalam pembelajaran. Ketepatan guru
dalam mengelola waktu pembelajaran menggunakan praktikum ini
sudah baik. Kemampuan guru dalam menjawab pertanyaan dari
peserta didik sangat baik. Guru memperhatikan dengan serius saat
peserta didik melakukan percobaan. Dalam proses pembelajaran guru
mecoba memancing pikiran peserta didik agar mengaitkan apa yang
54
terjadi dengan materi yang sudah di pelajari di sekolah maupun di luar
sekolah.
Guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah sesuai dengan
prosedur di lembar kerja praktikum. Demikian juga guru dapat
memberikan arahan kepada peserta didik sangat baik, sehingga dapat
menciptakan komunikasi yang timbal balik disaat pembelajaran
berlangsung dan guru memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika
peserta didik melaksanakan praktikum sehingga dapat meluruskan
prosedur praktikum ketika peserta didik menyimpang.
Guru membantu peserta didik yang kesulitan dalam melakukan
praktikum sehingga peserta didik menjadi mengerti dan guru dapat
menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik. Demikian halnya
kemampuan guru dalam memberikan arahan kepada peserta didik
dalam mengamati reaksi yang terjadi. Guru cermat dalam mengamati
keaktifan peserta didik. Guru dapat mengkondisikan peserta didik
yang kurang aktif saat pembelajaran. Guru memfasilitasi peserta didik
dalam menyimpulkan hasil praktikum melalui diskusi kelompok.
Guru teliti dalam mengoreksi laporan yang dikerjakan oleh
peserta didik, sehingga ketika peserta didik salah dalam menyimpulkan
laporan guru langsung memberikan kesempatan kepada kelompok lain
untuk membetulkannya. Guru sangat terampil dalam mengelola kelas.
Guru dapat menyimpulkan hasil pembelajaran pada pertemuan ini.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 11.
c. Refleksi
Refleksi pada siklus II berupa perenungan peneliti terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II yaitu tentang kelebihan
dan kekurangannya. Dengan memperhatikan hal-hal yang memerlukan
pemikiran ilmiah dan dilaksanakan untuk perbaikan pada siklus
berikutnya.
Pada pelaksanaan siklus II ini pelaksanaan pembelajaran materi
faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia dengan
55
menggunakan metode praktikum sudah berjalan sesuai rencana
tindakan. Hasil refleksi pada siklus I adalah:
1) Penjelasan guru tentang prosedur praktikum sudah jelas
2) Suara guru sudah keras.
3) Perhatian guru kepada kelompok peserta didik dalam pembelajaran
sangat merata.
4) Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam pembelajaran
praktikum sudah sesuai.
5) Membantu peserta didik dalam menumbuhkan rasa percaya diri
sudah maksimal.
6) Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan praktikum baik.
7) Cara guru dalam mengkondisikan peserta didik yang kurang aktif
sangat baik.
8) Ketepatan waktu yang diperlukan guru dalam menyimpulkan
materi sudah tepat.
9) Keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik sangat baik.
10) Hasil belajar peserta didik sudah mencapai indikator yang
ditentukan.
B. PEMBAHASAN
1. Pra Siklus
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti pada kelas XI
TKJ 1 SMK Diponegoro Banyuputih Batang materi pokok laju reaksi,
sebelum dilakukan tindakan pada siklus I. Didapatkan bahwa
pembelajaran kimia di SMK Diponegoro Banyuputih Batang masih sering
menggunakan metode ceramah, sehingga komunikasi antar guru dan
peserta didik hanya terjadi satu arah. Di sini guru masih menjadi pusat
dalam pembelajaran, sehingga peserta didik hanya dianggap sebagai
sebuah wadah yang akan diisi dengan ilmu oleh seorang guru. Dari
wawancara peneliti dengan Ibu Arini Ainul Hanifah, S.Pd selaku guru
kimia kelas XI SMK Diponegoro Banyuputih Batang. Beliau menyatakan
56
bahwa peserta didik masih rendah aktif dalam mengikuti proses belajar
mengajar sehingga daya pikir peserta didik. Penerapan metode ceramah
menghasilkan dampak yang kurang baik pada taraf berfikir peserta didik
untuk menemukan konsep, mengembangkan pengetahuan, serta kurang
terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya untuk mengaplikasikan
konsep-konsep yang dipelajarinya dalam memecahkan permasalahan yang
dijumpai. Hasil yang didapat dari pembelajaran peserta didik kurang
mengikuti apa yang dikonsepkan oleh guru. Dilihat dari keaktifan peserta
didik masih sangat minim, sehingga sangat jarang peserta didik dapat
memahami konsep dasar dari pembelajaran tersebut.
2. Siklus I
Dalam penelitian ini mengunakan metode praktikum karena
metode ini merupakan suatu pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik. Melalui praktikum peserta didik dapat mengembangkan kreatif
berfikir tingkat tinggi dengan menarik kesimpulan sebagai kemampuan
untuk menghubungkan berbagai petunjuk dan fakta, atau informasi dengan
pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat suatu prediksi hasil akhir
yang terumuskan. Terdapat empat tahap yang harus dilakukan untuk
menarik kesimpulan meliputi: mengidentifikasi pertanyaan atau fokus
kesimpulan yang akan dibuat, mengidentifikasi fakta yang diketahui,
mengidentifikasi pengetahuan yang relevan yang telah diketahui
sebelumnya dan membuat perumusan prediksi hasil akhir.
Berdasarkan pengamatan yang telah peneliti lakukan dari lembar
observasi, pelaksanaan pembelajaran praktikum pada siklus I ini, hasil
belajar pada aspek afektif peserta didik yang dilihat dari keaktifan peserta
didik belum sesuai dengan yang diharapkan, hal ini tidak terlepas dari
kinerja guru. Penjelasan guru tentang prosedur praktikum di kegiatan
pendahuluan kurang jelas sehingga peserta didik belum dapat memahami
prosedur pembelajarannya.
Suara guru saat menyampaikan sub materi keadaan setimbang
kurang keras dan terlalu cepat dalam penyampaian sehingga peserta didik
57
yang duduk di belakang tidak dapat mendengarkan dengan jelas. Hal ini
merupakan dasar pengetahuan yang akan digunakan peserta didik untuk
merumuskan masalah yang ada dengan mengaitkan fakta yang terjadi, jika
pengetahuan dasar ini tidak diserap dengan sempurna maka peserta didik
tidak mempunyai landasan pengetahuan yang kuat.
Perhatian guru pada setiap kelompok ketika peserta didik
praktikum belum merata, sehingga ada peserta didik yang merasa kurang
diperhatikan. Hal ini mengakibatkan kecemburuan sosial yang akan
mematikan semangat peserta didik dalam pembelajaran. Ketika peserta
didik ada yang bertanya, guru dapat menjawab dengan baik dan
memancing peserta didik untuk mengaitkan materi yang disampaikan.
Perhatian guru ketika peserta didik melaksanakan praktikum sudah
baik, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak peserta didik yang
kurang memahami prosedur praktikum. Dalam hal ini guru memberikan
arahan kepada peserta didik agar dapat melakukan secara runtut dan
memahaminya, serta menciptakan komunikasi timbal balik dengan peserta
didik. Beberapa kesulitan yang dialami dalam praktikum, meliputi
bagaimana cara memakai pipet tetes, mengukur larutan yang tepat (larutan
bening meniskus atas dan larutan berwarna meniskus bawah),
mencampurkan larutan, sampai pengamatan pada reaksi yang terjadi.
Pengamatan yang dilakukan peserta didik dapat memberikan kesimpulan
yang terjadi dengan arahan dari guru untuk mengaitkan dengan materi
yang mereka ketahui agar peserta didik terbimbing untuk berfikir. Rasa
percaya diri mereka terlihat kurang ketika peserta didik mencampurkan
larutan, masih terlihat ragu-garu dan takut salah. Walaupun peserta didik
sudah dibantu oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran, tujuannya
belum sepenuhnya tercapai yaitu menciptakan pembelajaran yang berpusat
ada peserta didik karena peserta didik masih belum memahami apa yang
mereka kerjakan.
Kecermatan guru dalam mengamati keaktifan peserta didik baik,
guru mengamati peserta didik dimulai dari awal praktikum, persiapan alat,
58
larutan yang akan digunakan, pencampuran larutan yang menghasilkan
suatu prodak baru, pengamatan pada prodak baru (hasil) yang dikaitkan
dengan materi dan hasil percobaan para peneliti yang menyerupai hingga
menulis laporan. Guru sebagai fasilitator dalam menyimpulkan hasil
praktikum melalui diskusi kelompok. Ketelitian guru dalam mengoreksi
laporan yang dikerjakan oleh peserta didik sangat baik. Cara guru dalam
mengkondisikan peserta didik yang kurang aktif saat pembelajaran kurang
maksimal, terlihat belum semua peserta didik aktif khususnya ketika
melakukan praktikum. Keterampilan guru dalam mengelola kelas baik.
Ketepatan guru dalam menyimpulkan materi di kegiatan akhir kurang,
disebabkan pengelolaan waktu dalam pembelajaran kurang tepat sehingga
meyebabkan kurangnya waktu untuk kesimpulan.
Berdasarkan pengamatan terhadap peserta didik, banyak peserta
didik yang kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran praktikum ini,
hal ini disebabkan peserta didik belum memahami benar tentang prosedur
pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum yang dijelaskan
oleh guru. Keaktifan peserta didik pada saat praktikum juga masih dalam
kategori kurang baik dikarenakan belum semua peserta didik khususnya
dalam kelompok ikut berpartisipasi aktif dalam praktikum. Ada yang
berbicara sendiri dengan temannya dan ada pula yang hanya menjadi
pengamat saja.
Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan laporan masih
kurang baik, dikarenakan peserta didik masih kurang memahami materi.
Dari aspek lain, hubungan kerjasama dalam kelompok cukup bagus,
terlihat peserta didik yang sudah memahami prosedur praktikum
membantu temannya yang kesulitan. Keterampilan peserta didik dalam
mengkomunikasikan hasil praktikum sudah baik. Semua kelompok juga
sudah menuliskan laporan dari hasil diskusinya dengan baik.
Berdasarkan pengamatan dari peneliti, peserta didik sudah mulai
ada perubahan dalam pola berfikir. Di lihat dari cara mereka
mengkomunikasikan pendapat dalam diskusi. Walaupun masih ada peserta
59
didik yang asal mensetujui pendapat temannya tanpa mengaitkan dengan
materi. Dari nilai evaluasi siklus I pada sub materi kesetimbangan kimia,
dari jumlah peserta didik sebanyak 30, diperoleh peserta didik yang
memenuhi kriteria tuntas yaitu yang memperoleh nilai ≥65 sebanyak 23
peserta didik, sedangkan yang tidak tuntas yaitu yang memperoleh nilai
<65 sebanyak 7 peserta didik. Dan nilai rata-rata kelas sebesar 70,4 serta
ketuntasan klasikal sebesar 76,67%. Ini menunjukkan hasil belajar kognitif
pada siklus I dengan menggunakan metode praktikum sudah cukup baik,
namun ketuntasan klasikalnya belum memenuhi indikator keberhasilan
yang ditetapkan yaitu sebesar 85%. Sehingga perlu dilaksanakan siklus II
sebagai perbaikan.
3. Siklus II
Pada pelaksanaan siklus II pembelajaran telah berlangsung dengan
lebih baik. Berdasarkan pengamatan yang telah peneliti lakukan dari
lembar observasi, pelaksanaan pembelajaran praktikum pada siklus II ini,
hasil berfikir peserta didik sangat baik dilihat dari proses praktikum dan
pemahaman konsep peserta didik sehingga dalam berdiskusi menentukan
hasil akhir dapat mengaitkan hasil dengan materi yang bersangkutan.
Keaktifan peserta didik sudah sesuai dengan harapan, hal ini tidak terlepas
dari kinerja guru pula.
Penjelasan guru tentang prosedur praktikum dikegiatan
pendahuluan sudah jelas sehingga peserta didik dapat melaksanakan
pembelajaran sesuai prosedur. Suara guru saat menyampaikan sub materi
faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia juga sudah keras
sehingga peserta didik yang duduk di belakang dapat mendengarkan
dengan jelas. Hal ini merupakan dasar pengetahuan yang akan digunakan
peserta didik untuk merumuskan masalah yang ada dengan mengaitkan
fakta yang terjadi, jika pengetahuan dasar ini diserap dengan sempurna
maka peserta didik mempunyai landasan pengetahuan yang kuat.
Perhatian guru pada setiap kelompok ketika peserta didik
praktikum sudah merata, sehingga tidak ada peserta didik yang merasa
60
kurang diperhatikan. Hal ini menumbuhkan semangat peserta didik dalam
pembelajaran. Ketika peserta didik ada yang bertanya, guru dapat
menjawab dengan baik dan memancing peserta didik untuk mengaitkan
materi yang disampaikan.
Perhatian guru ketika peserta didik melaksanakan praktikum sudah
baik, hal ini ditunjukkan dalam pelaksanaannya banyak peserta didik yang
memahami prosedur praktikum. Dalam hal ini guru memberikan arahan
kepada peserta didik agar dapat melakukan secara runtut dan
memahaminya, serta menciptakan komunikasi timbal balik dengan peserta
didik. Beberapa kesulitan yang dialami dalam praktikum, meliputi
bagaimana cara memakai pipet tetes, mengukur larutan yang tepat (larutan
bening meniskus atas dan larutan berwarna meniskus bawah),
mencampurkan larutan, sampai pengamatan pada reaksi yang terjadi sudah
tidak terjadi lagi.
Dari pengamatan yang dilakukan, guru dapat memberikan arahan
untuk mengaitkan dengan materi yang mereka ketahui dengan hasil yang
terjadi agar peserta didik terbimbing untuk berfikir. Rasa percaya diri
mereka terlihat sangat bagus ketika pesrta didik mencampurkan larutan
tidak lagi merasa ragu-ragu karena sudah mengetahui konsep yang akan
dilakukan. Sehingga peserta didik yang dibantu oleh guru dalam
pelaksanaan pembelajaran mencapai tujuannya yaitu menciptakan
pembelajaran yang berpusat ada peserta didik karena peserta didik masih
sangat memahami apa yang mereka kerjakan.
Kecermatan guru dalam mengamati keaktifan peserta didik sangat
baik, guru mengamati peserta didik dimulai dari awal praktikum persiapan
alat, larutan yang akan digunakan, pencampuran, pengamatan yang
dilakukan hingga menulis laporan. Guru membantu peserta didik dalam
menyimpulkan hasil praktikum melalui diskusi kelompok. Ketelitian guru
dalam mengoreksi laporan yang dikerjakan oleh peserta didik sangat baik.
Cara guru dalam mengkondisikan peserta didik yang kurang aktif saat
pembelajaran sudah maksimal, terlihat ketika peserta didik aktif
61
khususnya ketika melakukan praktikum. Keterampilan guru dalam
mengelola kelas sudah baik. Guru dapat menyimpulkan materi di kegiatan
akhir dengan bagus, disebabkan pengelolaan waktu dalam pembelajaran
sangat tepat sehingga menyisakan waktu untuk kesimpulan.
Berdasarkan pengamatan terhadap peserta didik, banyak peserta
didik yang sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran praktikum ini,
hal ini disebabkan peserta didik memahami benar tentang prosedur
pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum yang dijelaskan
oleh guru. Keaktifan peserta didik pada saat praktikum juga dalam
kategori sangat baik dikarenakan semua peserta didik khususnya dalam
kelompok ikut berpartisipasi aktif dalam praktikum.
Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan laporan sangat
baik, dikarenakan peserta didik memahami materi awal dan dapat
mengaitkan sehingga mendapatkan kesimpulan atas apa yang mereka
kerjakan. Dari aspek lain, hubungan kerjasama dalam kelompok bagus,
terlihat peserta didik yang sudah memahami prosedur praktikum
membantu temannya yang kesulitan. Keterampilan Peserta didik dalam
memberikan keterangan hasil praktikum sudah baik. Semua kelompok
juga sudah menuliskan laporan dari hasil diskusinya dengan baik.
Berdasarkan nilai evaluasi siklus II pada sub materi pokok faktor-
faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia, diperoleh nilai rata-rata
kelas sebesar 73,6 dengan ketuntasan klasikal 90%. Dari 30 peserta didik
terdapat 37 peserta didik mencapai kriteria tuntas, dan 3 peserta didik yang
belum tuntas. Hasil belajar ini sudah memenuhi indikator keberhasilan
yang ditetapkan yaitu sebesar 85 % sehingga tidak perlu diadakan siklus
berikutnya. Adapun hasil analisis yang diperoleh adalah seperti pada tabel
4.1.
62
Tabel 4.1. Hasil Belajar Aspek Kognitif Siklus I dan Siklus II
No Pelaksanaan Siklus Rata-rata Ketuntasan Klasikal
1 Siklus I 70,40 76,67%
2 Siklus II 73,60 90,00%
Dilihat dari tabel 4.1, perbandingan rata-rata hasil tes akhir pada
siklus I dan siklus II menunjukkan adanya sebuah peningkatan dari tiap-
tiap siklus. Karena peserta didik sudah terbiasa dengan metode
pembelajaran praktikum yang diterapkan.
Setelah observasi selesai dilaksanakan, peneliti bersama guru mitra
sebagai kolaborator dalam penelitian tindakan kelas di kelas XI SMK
Diponegoro kemudian mengadakan diskusi berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode praktikum pada siklus
II. Hasil diskusi tersebut berkaitan pembahasan hasil tindakan dari tahap
pra siklus, siklus I dan siklus II yaitu: Terjadi peningkatan hasil belajar
aspek efektif dan aspek kognitif pesera didik dari tahap pra siklus, siklus
I dan siklus II.
Proses pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum juga
berpengaruh positif terhadap hasil belajar peserta didik. Berdasarkan
evaluasi yang dilakukan setelah menggunakan pembelajaran praktikum
terlihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan. Hasil
belajar aspek kognitif siklus I adalah 70,40 dengan ketuntasan belajar
76,67%, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata evaluasi peserta didik
adalah 73,60 dengan ketuntasan klasikal sebesar 90,00%.
Dalam metode praktikum mencakup unsur percobaan yang dapat
melatih peserta didik untuk dapat menemukan hasil yang nyata dan dapat
mengaitkan hasil dengan materi yang mereka ketahui, sehingga peserta
didik dapat menggunakan pikirannya untuk menyimpulkan hasil yang di
dapatnya. kemudian unsur diskusi untuk memantapkan hasil yang telah
dirumuskan. Selanjutnya peserta didik dilatih untuk membuat laporan agar
pembelajaran yang sudah terjadi dapat di tulis dengan sangat runtut.
63
Aktivitas peserta didik pada siklus I ini belum mencapai indikator
keberhasilan yang ditetapkan sehingga perlu dilakukan siklus II. Setelah
dilakukan refleksi pada siklus I, selanjutnya dilakukan perbaikan-
perbaikan pada siklus II. Pada siklus II ini aktivitas peserta didik
mengalami peningkatan. Rata-rata tes akhir pada siklus I dengan
menerapkan pembelajaran praktikum, 70,40 dengan jumlah peserta didik
yang mencapai kriteria tuntas sebesar 23 peserta didik, dan pada siklus II
meningkat menjadi 73,60 dengan jumlah peserta didik tuntas sebanyak 27
peserta didik.
Setelah penulis melakukan penelitian selama 3 bulan di SMK
Diponegoro Banyuputih Batang, diperoleh hasil penelitian yang
menyatakan bahwa metode praktikum memang dapat meningkatkan
kreativitas berfikir dan hasil belajar pesrta didik. Dalam pra siklus, guru
cenderung menggunakan metode ceramah sehingga peserta didik hanya
duduk manis saja menerima materi dari guru seolah-olah peserta didik
merupakan sebuah wadah yang akan di isi ilmu oleh guru tanpa ada
keaktifan untuk memperoleh materi diluar penyampaian guru. Setelah
dilaksanakan tindakan pada siklus I, yaitu dengan menerapkan metode
pembelajaran praktikum, peserta didik dituntut untuk aktif melakukan
pembelajaran, melakukan percobaan dan menyimpulkan hasil praktikum
yang di tuangkan dalam bentuk laporan. Ketika metode praktikum ini,
Guru juga dituntut untuk memfasilitasi proses pembelajaran yang
memungkinkan partisipan dalam suatu komunitas untuk
mengkonstruksikan makna bersama-sama yang mengarah pada tujuan
pembelajaran yang dibahas.
Pada siklus I hasil belajar peserta didik sudah mengalami
peningkatan. Walaupun dengan jumlah peserta didik dalam satu kelasnya
terdiri dari 30 peserta didik, metode praktikum ini dapat mengaktifkan
pesrta didik untuk bekerjasama dalam kelompok maupun antar kelompok.
Mereka tidak hanya menggantungkan materi dari guru saja, terlihat ketika
mereka berdiskusi guna mengerjakan laporan, sebagian peserta didik
64
mengemukakan pendapatnya. Tetapi ada juga yang mengambil dari buku
paket lain yang peserta didik bawa.
Dalam siklus I dari 30 peserta didik ada 23 peserta didik yang
memenuhi kriteria tuntas dan 7 peserta didik yang belum tuntas, Setelah
diadakan refleksi pada siklus I, kemudian kekurangan-kekurangannya
diperbaiki pada siklus II. Keaktifan dan hasil belajar peserta didik lebih
baik dari siklus I, dari 30 peserta didik ada 27 peserta didik yang sudah
memenuhi kriteria tuntas dan 3 peserta didik yang belum tuntas. Pada
siklus II ini sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.
Pada siklus I dan siklus II bagi peserta didik yang mendapat skor
paling tinggi pada pelaksanaan tes akhir siklus diberikan penghargaan.
Penghargaan tersebut diberikan dalam bentuk pujian dan hadiah. Dengan
pujian, peserta didik akan termotifasi untuk belajar lebih baik.
65
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka
skripsi dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode
Praktikum dalam Meningkatkan Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Peserta
didik pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMK Diponegoro
Banyuputih Batang” dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Implementasi metode pembelajaran praktikum pada mata pelajaran kimia
materi pokok kesetimbangan kimia di SMK Diponegoro Banyuputih
Batang dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II.
Penerapannya diawali dengan pembagian petunjuk praktikum oleh guru
yang kemudian dilakukan praktikum oleh peserta didik dalam kelompok
dan didiskusikan. Selanjutnya peserta didik membuat laporan hasil
praktikum dengan mengaitkan materi yang mendasarinya.
2. Hasil pengamatan untuk kemampuan berfikir tingkat tinggi pada peserta
didik SMK Diponegoro Banyuputih Batang dalam pembelajaran
kesetimbangan reaksi dengan mengunakan metode praktikum, belum baik.
Hal ini terlihat pada siklus I, akan tetapi pada siklus II kreatif berfikir
tingkat tinggi peserta didik terlihat meningkat sehingga peserta didik dapat
mengolah pemikirannya yang dituangkan dalam hasil belajar. Hasil belajar
peserta didik kelas XI SMK Diponegoro Banyuputih Batang setelah
diterapkan metode pembelajaran praktikum rata-rata hasil belajar peserta
didik 70,40 dengan ketuntasan kelas sebesar 76,67% pada siklus I, dan
mendapatkan rata-rata hasil belajar 73,60 dengan ketuntasan klasikal
sebesar 90,00% pada siklus II.
66
B. SARAN
Berdasarkan pada simpulan diatas maka peneliti mengajukan saran-
saran sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran kimia, proses pembelajaran disarankan menggunakan
model, strategi dan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan
situasi di dalam kelas dan materi yang diajarkan, sehingga dapat
meningkatkan kualitas hasil pembelajaran.
2. Perlu dilakukan penelitian yang sejenis dengan ruang lingkup yang lebih
luas.
C. PENUTUP
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam pembuatan skripsi ini, tentunya
peneliti tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Hal itu disebabkan karena
keterbatasan yang peneliti miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat peneliti harapkan untuk perbaikan.
Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri
pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Meaningful Learning Re-invensi Kebermaknaan Pembelajaran,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Abdul Qodir, Muhammad, Thuruqu Ta’limi Al-Lughoh Al-Arabiyah, Kairo :
Maktabah Al-Nahdlah Al- Misriayah 1979.
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Grafinda Persada,
1996.
AR Badafal, Fadhal, Lajnah, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV
Penerbit Diponegoro, 2006.
Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan, Yogyakarta: Aditya Media, 2010.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006.
Arikunto, Suharsimi, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT Bumi Aksara,
2008.
Atiyah Al-Abrosyi, Muhammad, Dar Ihya Al-Kutub Al-Arobiyah, tt: Rukhu al
tarbiyah wa al ta’ lim, 1950
Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006.
B Uno, Hamzah, dkk, Menjadi Peneliti PTK Yang Profesional, Jakarta: Bumi
Aksara, 2011.
Chang, Raymond, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, Jild. 1, Jakarta: Erlangga,
2005.
............................, Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti, Jild. 2, Jakarta: Erlangga,
2005.
E McMURRY, John and ROBERT C. FAY, Chemistry, United States of
America: Pearson.
Fauzi, Muchamad, Metode Penelitian Kuantitatif, Semarang: IAIN Walisongo
Press, 2009.
Gyamirti, Byarlina, Penerapan Metode Praktikum Pada Pembelajaran Fisika
Topik Getaran Dan Gelombang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
SMP, Bandung: UPI, 2010.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Iskandar, Psikologi Pendidikan, Ciputat: Gaung Persada Press, 2009.
Krulik, S dan Rudnick, “Innovative Tasks to Improve Critical-and Creative-
Thingking Skills”,Developing Mathematical Reasoning in Grades K-12.
Made Sukarna, I, JICA Kimia Dasar 1, Yogyakarta : Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNNES.
Mulyasa, E, Kurikulum yang Disempurnakan, Bandumg: PT. Remaja Rosdakarya,
2009.
.................., KTSP Sebuah Panduan Praktis, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2008.
Muslich, Masnur, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,
Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Nasution, Harun, Kesetimbangan Kimia, modul kim. 11, Departemen Pendidikan
Nasional, 2004.
Rohani, Ahmad, Media Instruksional Edukatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997.
Romlah, Psikologi Pendidikan,Malang, UMM Press, 2010.
Sudjana, Metode Statistika, Bandung: PT. Transito, 2002.
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Sukardi, Metodolagi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2008.
Ungguh Muliawan, Jasa, Penelitian Tindakan Kelas (Claaroom Action Researth),
Yogyakarta: Gava Media, 2010.
Wawancara dengan Arini Ainul Hanifah,S.Pd (guru kimia SMK Diponegoro
Banyuputih Batang), Tanggal 28 Nopember 2011.
Wiyanto, Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium,
Semarang: UNNES Press, 2008.
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................... 28
Tabel 4.1 : Hasil Belajar Aspek Kognitif Siklus I dan Siklus II .................. 62
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengaruh perubahan konsentrasi pada posisi kesetimbangan ..... 21
Gambar 2.2 Pengaruh perubahan suhu pada posisi kesetimbangan ................ 22
Gambar 2.3 Katalis menurunkan Ea untuk reaksi maju dan reaksi balik ....... 23
Gambar 3.1 Siklus PTK .................................................................................. 26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Nama Peserta Didik
Lampiran 2 : Daftar Kelompok Praktikum
Lampiran 3 : Silabus SMK
Lampiran 4 : RPP Siklus I
Lampiran 5 : RPP Siklus II
Lampiran 6 : Petunjuk Praktikum Siklus I
Lampiran 7 : Jawaban Petunjuk Praktikum Siklus II
Lampiran 8 : Petunjuk Praktikum Siklus II
Lampiran 9 : Jawaban Petunjuk Praktikum Siklus II
Lampiran 10 : Lembar Instrumen Observasi Kegiatan Guru Siklus I
Lampiran 11 : Lembar Instrumen Observasi Kegiatan Guru Siklus II
Lampiran 12 : Kisi-kisi Soal Siklus I
Lampiran 13 : Kisi-kisi Soal Siklus I
Lampiran 14 : Soal Siklus I
Lampiran 15 : Soal Siklus II
Lampiran 16 : Jawaban Soal Siklus I
Lampiran 17 : Jawaban Soal Siklus II
Lampiran 18 : Nilai Siklus I
Lampiran 19 : Nilai Siklus II
Lampiran 20 : Daftar keterangan ketuntasan siswa kelas XI TKJ 1 siklus II
Lampiran 21 : Daftar keterangan ketuntasan siswa kelas XI TKJ 1 siklus I
Lampiran 22 : Dokumentasi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nunik Hidayati
Tempat /Tanggal Lahir : Batang, 15 Januari 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ngepung Rt. 02 Rw. 02 Subah Batang
Riwayat Pendidikan :
1. MI Islamiyah Subah Lulus 1999
2. SMP Takhassus Al-Qur’an Kalibeber Wonosobo Lulus 2003
3. MA NU 01 Banyuputih Batang Lulus 2008
4. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Jurusan Tadris kimia. Lulus
2011/2012
Pengalaman Organisasi :
Semarang, 15 April 2012
Nunik Hidayati
NIM. 083711019
Lampiran 1
DAFTAR NAMA SISWA KELAS XI TKJ 1
SMK DIPONEGORO BANYUPUTIH BATANG
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
No Nama No Nama
1 Achmad Chafid Masyruchan 16 Lutfi Fauzi
2 Agus Muntaha 17 Miftahudin
3 Ahmad Ghufron 18 Misbakhul Huda
4 Akhmad Kamaludin 19 Muhammad Farid Athoillah
5 Amelia Sari 20 Muhammad Rizqi Aulia
6 Andi Setiawan 21 Muhammad Riziqin
7 Angga Prasetyo 22 Mushofa
8 Deni Kurniawan Semukti 23 Novia Trisna Sari
9 Dergo Nurhadi 24 Nur Ulfi Alfiani
10 Dwi Rahmawati 25 Prasetyo Wijoyo
11 Imam Muzani 26 Riza Adibussoleh
12 Indra Iswanto 27 Rovilatul Hasanah
13 Khaerur Roziqin 28 Siti Munawaroh
14 Khorisatul Latifah 29 Sulis
15 Kursiana 30 Wiwit Nurchayatun
Lampiran 2
DAFTAR KLOMPOK PRAKTIKUM
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
1. Achmad Chafid
Masyruchan
2. Agus Muntaha
3. Ahmad Ghufron
4. Akhmad
Kamaludin
5. Amelia Sari
1. Andi Setiawan
2. Angga Prasetyo
3. Deni Kurniawan
Semukti
4. Dergo Nurhadi
5. Dwi Rahmawati
1. Imam Muzani
2. Indra Iswanto
3. Khaerur Roziqin
4. Khorisatul
Latifah
5. Kursiana
Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
1. Lutfi Fauzi
2. Miftahudin
3. Misbakhul Huda
4. Muhammad Farid
Athoillah
5. Muhammad Rizqi
Aulia
1. Muhammad
Riziqin
2. Mushofa
3. Novia Trisna
Sari
4. Nur Ulfi Alfiani
5. Prasetyo Wijoyo
1. Riza
Adibussoleh
2. Rovilatul
Hasanah
3. Siti Munawaroh
4. Sulis
5. Wiwit
Nurchayatun
Lampiran 3
SILABUS
NAMA SEKOLAH : SMK Diponegoro Banyuputih
MATA PELAJARAN : KIMIA
KELAS/SEMESTER : XI/2
STANDAR KOMPETENSI : Memahami Konsep Kesetimbangan kimia
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 Menit
KOMPETENSI
DASAR INDIKATOR
MATERI
PEMBELAJARAN
KEGIATAN
PEMBELAJARAN PENILAIAN
ALOKASI
WAKTU SUMBER
BELAJAR TM PS PI
1. 1Menguasai reaksi
kesetimbangan
- Menjelaskan reaksi
kesetimbangan
- Menjelaskan
kesetimbangan homogen
dan heterogen
Kesetimbangan kimia
- Mengamati dan
menyimpulkan reaksi
reversibel dan ireversibel
- Mengelompokkan reaksi
reversibel dan ireversibel
- Membuat laporan hasil
percobaan
- Review
- Tes tertulis
- Penilaian
proses
- Tugas
2 - Buku
kimia
untuk
SMK
atau
MAK
- LKS
- Alat dan
Bahan
Praktik
KOMPETENSI
DASAR INDIKATOR
MATERI
PEMBELAJARAN
KEGIATAN
PEMBELAJARAN PENILAIAN
ALOKASI
WAKTU SUMBER
BELAJAR TM PS PI
1. 2Menguasai faktor-
faktor yang
mempengaruhi
pergeseran
kesetimbangan
- Meramalkan arah
pergeseran
kesetimbangan dengan
menggunakan azas Le
Chatelier
- Menganalisis pengaruh
perubahan suhu,
konsentrasi, tekanan dan
volum pada pergeseran
kesetimbangan melalui
percobaan.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Kesetimbangan kimia
- Mengamati reaksi
kesetimbangan dan faktor-
faktor yang
mempengaruhinya.
- Membuat laporan hasil
percobaan.
- Menjelaskan prinsip asas Le
Chatelier melalui contoh-
contoh
- Berlatih menentukan
pergeseran kesetimbangan
setelah terjadinya reaksi.
- Tes tertulis
- Penilaian
proses
- Tugas
2 - Buku
kimia
untuk
SMK
atau
MAK
- LKS
- Alat dan
Bahan
Praktik
Batang, 2 Januari 2012
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Kimia SMK Diponegoro Banyuputih Peneliti
Arini Ainul Hanifah, S.Pd Nunik Hidayati
NIP. - NIM. 083711019
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Satuan Pendidikan : SMK Diponegoro Banyuputih
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas / Semester : XI TKJ 1 / 2
Pertemuan : ke-1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
I. Standar Kompetensi
1. Memahami konsep kesetimbangan kimia.
II. Kompetensi Dasar
1.1. Menguasai reaksi kesetimbangan.
III. Indikator
1. Menjelaskan reaksi kesetimbangan.
2. Menjelaskan kesetimbangan homogen dan heterogen.
IV. Tujuan Pembelajaran
Siswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan tentang reaksi kesetimbangan.
2. Menjelaskan kesetimbangan homogen dan heterogen.
3. Membedakan reaksi homogen dan heterogen.
V. Analisis Materi Pembelajaran
1. Kesetimbangan kimia
Reaksi kimia berdasarkan arahnya dibedakan menjadi dua reaksi
Reversible dan Ireversible. Perhatikan reaksi yang ada di alam kita seperti
reaksi pembakaran dan korosi besi, reaksi seperti itu kita golongkan
sebagai reaksi yang berlangsung searah atau reaksi yang tidak dapat balik
(irreversible). Di lain pihak ada juga reaksi yang berlangsung dua arah
atau reaksi yang dapat balik (reversible).
Contohnya:
Pembentukan es dari air (H2O(l) � H2O(s)).
Keadaan setimbang adalah suatu keadaan dimana dua proses yang
berlawanan arah berlangsung secara simultan dan terus menerus, tetapi
tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur.
Cepat lambatnya suatu reaksi mencapai kesetimbangan bergantung
pada laju reaksi, semakin besar laju reaksi maka semakin cepat.
Kesetimbangan kimia hanya dapat berlangsung dalam sistem tertutup.
Sementara itu, pada umumnya proses alami berlangsung dalam sistem
terbuka. Berbagai proses alami seperti perkaratan logam, pembusukan dan
lain sebagainya.
2. Macam-macam reaksi kesetimbangan
Berdasarkan keadaan zat atau tinggkat wujud zat yang turut dalam
reaksi setimbang dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Reaksi Kesetimbangan Homogen
Kesetimbangan homogen adalah kesetimbangan yang semua
komponennya satu fase.
Contoh kesetimbangan homogen:
1. N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g)
b. Reaksi Kesetimbangan Heterogen
Kesetimbangan heterogen adalah kesetimbangan yang semua
komponennya dua fase atau lebih.
Contoh kesetimbangan heterogen:
1. Ag2CrO4(s) ↔ 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq)
2. CaCO3(s) ↔ CaO(s) + CO2(g)
VI. Kegiatan Pembelajaran
1. Metode : Praktikum dan diskusi
2. Pendekatan : Konsep
Kegiatan Rincian Pengorganisasian
Siswa Waktu
Kegiatan
Awal
� Apresepsi
1. Guru mengucap salam
2. Guru mengabsen
3. Siswa menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut
a. Pernahkah anda melihat
perubahan es menjadi air ?
begitu juga sebaliknya dari
air menjadi es?
b. Dari reaksi di atas
merupakan reaksi bolak-
balik atau reaksi satu arah?
� Motivasi
Siswa mendengarkan penjelasan
dari guru tentang informasi berikut :
Sudah kita ketahui bahwa sebuah
reaksi di alam ada yang dapat balik
dan ada yang tidak dapat balik. Pada
kesempatan kali ini akan
mempelajari kesetimbangan kimia,
dimana kesetimbangan kimia ini
terjadi pada reaksi yang dapat balik.
K
K
K
K
K
K
10 menit
Kegiatan
Inti
Eksplorasi
Siswa mendengarkan tetang reaksi
reversibel dan ireversibel
Siswa mengelompokkan reaksi
reversibel dan ireversibel, (pembakaran
kertas, pembentukan amonia,
K
I
70 menit
pembentukan es)
Siswa menggolongkan reaksi homogen
dan heterogen yang terjadi di alam
Elaborasi
Siswa melakukan praktikum:
• Reaksi reversibel
• Reaksi ireversibel
Siswa melakukan praktikum
sebagaimana dalam petunjuk praktikum.
Siswa mendiskusikan dan
menyimpulkan hasil praktikum yang
telah dilakukan.
Konfirmasi
Guru mempertegas hasil praktikum
yang telah dilakukan.
K
K
G
G
K
Kegiatan
Akhir
Siswa mengumpulkan laporan
Guru memberikan tugas baca (faktor-
faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan kimia) untuk pertemuan
berikutnya
Guru menutup pelajaran dan mengucap
salam.
G
K
K
10 menit
Keterangan : I = individual, P = berpasangan, G = grup, K = klasikal
VII. Media, Alat dan Sumber Belajar
Media : LKS, buku paket
Alat : tabung reaksi. Pipet tetes, penjepit.
Sumber belajar :
1. Paket Kimia kelas XI SMK dan MAK, Michael Purba, Jakarta:
Erlangga,2007.
2. Internet
VIII. Penilaian
1. Kognitif
Bentuk : tes tertulis (individu)
No Item Soal Kunci Jawaban Bobot / Skor
I Soal evaluasi siklus I terlampir.
Berjumlah 10 item soal.
Berupa essay.
Terlampir
Skor Maksimal
2. Afektif
Bentuk : Pengamatan / Observasi
- Keaktifan peserta didik (terlampir)
Batang, 7 Januari 2012
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Kimia Peneliti
SMK Diponegoro Banyuputih
Arini Ainul Hanifah, S.Pd Nunik Hidayati
NIP. - NIM. 083711019
Kepala Sekolah SMK Diponegoro Banyuputih
H. Ali Sodiqin, S.Pd.I
NIP.-
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Satuan Pendidikan : SMK Diponegoro Banyuputih
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas / Semester : XI TKJ 1/ I
Pertemuan : ke -2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
I. Standar Kompetensi
1. Memahami konsep kesetimbangan kimia
II. Kompetensi Dasar
1.2 Menguasai faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan
III. Indikator
1. Meramalkan arah pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan azas
Le Chatelier
2. Menganalisis pengaruh perubahan suhu, konsentrasi, tekanan dan volum
pada pergeseran kesetimbangan melalui percobaan.
IV. Tujuan Pembelajaran
Siswa diharapkan mampu :
1. Menentukan arah pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan azas Le
Chatelier
2. Menganalisis pengaruh perubahan suhu, konsentrasi, tekanan dan volum
pada pergeseran kesetimbangan melalui percobaan.
V. Analisis Materi Pembelajaran
Seorang ahli kimia dari Prancis Henri Louis Le Chatelier berpendapat
bahwa: “jika suatu tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yang
setimbang, sistem ini akan menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk
mengimbangi sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba setimbang
kembali. Secara singkat, Asas Le Chatelier dapat disimpulkan sebagai berikut:
Reaksi = - Aksi
Cara sistem bereaksi adalah dengan melakukan pergeseran kekiri atau
kekanan. Penerapan Asas Le Chatelier terhadap pergeseran kesetimbangan:
a. Pengaruh Konsentrasi
Sesuai dengan asas Le Chatelier (reaksi = -aksi), jika konsentrasi
pereaksi ditambahkan atau hasil reaksi dikurangi, maka reaksi bergeser ke
arah pereaksi. Sebaliknya jika konsentrasi pereaksi dikurangi reaksi
bergeser ke arah hasil reaksi.
b. Pengaruh tekanan
Semakin besar tekanan, semakin kecil volume. Maka, reaksi
bergeser ke arah jumlah molekul yang lebih kecil. Sebaliknya jika semakin
kecil tekanan, semakin besar volume. Maka, reaksi bergeser ke arah
jumlah molekul yang lebih banyak.
Contoh: 2PbS(s) + 3O2(g) ↔ 2PbO(s) + 2SO2(g)
Yang diperhatikan molekul gas saja. Pada persamaan yang setara, ada 3
mol reaktan gas dan 2 mol produk gas. Jadi, reaksi akan bergeser kearah
produk (ke kanan).
c. Pengaruh suhu
Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume dapat mengubah
posisi kesetimbangan, tetapi tidak mengubah nilai konstanta
kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat mengubah konstanta
kesetimbangan. Pada reaksi kesetimbangan, terdapat reaksi endotermik
(menyerap kalor) dan reaksi eksotermik (melepas kalor). Jadi peningkatan
suhu menghasilkan reaksi endotermik dan penurunan suhu menghasilkan
reaksi eksotermik.
Contoh: N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g)
Jika suhu dinaikkan reaksi bergesr ke kiri (N2 dan H2)
d. Pengaruh katalis
Katalis meningkatkan laju terjadinya reaksi. Katalis mempengaruhi
laju reaksi maju sama besar dengan reaksi balik. Jadi, keberadaan katalis
tidak mengubah konstanta kesetimbangan, dan tidak mengeser posisi
sistem kesetimbangan.
VI. Kegiatan Pembelajaran
1. Metode : Praktikum
2. Pendekatan : Konsep
Kegiatan Rincian Pengorganisasian
Siswa Waktu
Kegiatan
Awal
� Apresepsi
1. Guru mengucap salam
2. Guru mengabsen
3. Siswa menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut
a. Dalam musim hujan dan
panas, lebih cepat mana
ketika es mencair dan air
membeku?
b. Apakah suatu reaksi dapat
dipengaruhi oleh faktor luar?
� Motivasi
Siswa mendengarkan penjelasan
dari guru tentang informasi berikut :
Dengan mempelajari faktor-faktor
alam yang sangat mempengaruhi
reaksi yang terjadidisekitar kita.
Kita akan lebih peka terhadap
lingkungan sekitar dan dapat
merasakan indahnya karunia Allah
yang sangat sempurna.
K
K
K
K
10 menit
Kegiatan
Inti
Eksplorasi
Siswa mendengarkan tetang faktor-
faktor yang mempengaruhi perubahan
reaksi.
Siswa mengelompokkan reaksi yang
ada di alam, menurut faktor yang
mempengaruhinya.
Elaborasi
Siswa melakukan praktikum:
• Pengaruh temperatur terhadap
pergeseran kimia
• Pengaruh konsentrasi terhadap
pergeseran kimia
Siswa melakukan praktikum
sebagaimana dalam petunjuk praktikum.
Siswa mendiskusikan dan menyimpulka
hasil praktikum yang telah dilakukan.
Konfirmasi
Guru mempertegas hasil praktikum
yang telah dilakukan.
K
I
K
G
G
K
70 menit
Kegiatan
Akhir
Siswa mengumpulkan laporan.
Guru menutup pelajaran dan mengucap
salam.
G
K
10 menit
Keterangan : I = individual, P = berpasangan, G = grup, K = klasikal
VII. Media, Alat dan Sumber Belajar
Media : LKS, buku paket
Alat : Tabung reaksi, pipet tetes, penjepit, bunsen.
Sumber belajar :
1. Paket Kimia kelas XI SMK dan MAK, Michael Purba, Jakarta:
Erlangga,2007.
2. Internet
VIII. Penilaian
1. Kognitif
Bentuk : tes tertulis (individu)
No Item Soal Kunci
Jawaban Bobot / Skor
I Soal evaluasi siklus I terlampir.
Berjumlah 10 item soal.
Berupa essay.
Terlampir
Skor Maksimal
2. Afektif
Bentuk : Pengamatan / Observasi
- Keaktifan peserta didik (terlampir)
Batang, 21 Januari 2012
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Kimia Peneliti
SMK Diponegoro Banyuputih
Arini Ainul Hanifah, S.Pd Nunik Hidayati
NIP. - NIM. 083711019
Kepala Sekolah SMK Diponegoro Banyuputih
H. Ali Sodiqin, S.Pd.I
NIP.-
Lampiran 6
Petunjuk praktikum
Reaksi Reversibel
I. Tujuan
Siswa dapat mengetahui reaksi reversibel dalam suatu reaksi kimia.
II. Dasar Teori
Reaksi kimia berdasarkan arahnya dibedakan menjadi dua reaksi
Reversible dan Ireversible. Perhatikan reaksi yang ada di alam kita seperti
reaksi pembakaran dan korosi besi, reaksi seperti itu kita golongkan sebagai
reaksi yang berlangsung searah atau reaksi yang tidak dapat balik
(irreversible). Di lain pihak ada juga reaksi yang berlangsung dua arah atau
reaksi yang dapat balik (reversible).
Contohnya:
Pembentukan es dari air (H2O(l) � H2O(s)).
Keadaan setimbang adalah suatu keadaan dimana dua proses yang
berlawanan arah berlangsung secara simultan dan terus menerus, tetapi tidak
ada perubahan yang dapat diamati atau diukur.
Cepat lambatnya suatu reaksi mencapai kesetimbangan bergantung
pada laju reaksi, semakin besar laju reaksi maka semakin cepat.
Kesetimbangan kimia hanya dapat berlangsung dalam sistem tertutup.
Sementara itu, pada umumnya proses alami berlangsung dalam sistem
terbuka. Berbagai proses alami seperti perkaratan logam, pembusukan dan lain
sebagainya.
III. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Rak tabung reaksi
4. Pengaduk
5. Gelas ukur
B. Bahan
1. Aquades
2. Kristal PbSO4
3. Larutan NaI 1 M
4. Larutan Na2SO4 1 M
IV. Cara Kerja
1. Masukkan sedikit kristal PbSO4 kedalam tabung reaksi
2. Tambahkan 4 mL larutan NaI 1 M. Campurkan hingga homogen
3. Amati perubahan warna yang terjadi
4. Cuci endapan yang terjadi dengan aquades
5. Tambahkan larutan Na2SO4 1 M 4 mL, campurkan hingga homogen
6. Amati perubahan warna yang terjadi
V. Hasil Pengamatan
No Bahan Penambahan Warna yang terjadi
1. PbSO4 mula-mula -
2. 4 mL larutan NaI 1 M
3. 4 mL larutan Na2SO4 1 M
VI. Pertanyaan
1. Tuliskan semua persamaan reaksi yang terjadi!
2. Bagaimana kesimpulan dari praktikum yang sudah anda lakukan dan
bagaimana hubungan antara kedua reaksi?
Batang, 7 Januari 2012
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Kimia Peneliti
SMK Diponegoro Banyuputih
Arini Ainul Hanifah, S.Pd Nunik Hidayati
NIP. - NIM. 083711019
Kepala Sekolah SMK Diponegoro Banyuputih
H. Ali Sodiqin, S.Pd.I
NIP.-
Lampiran 7
Jawaban Petunjuk praktikum
Reaksi Reversibel
1. Reaksi ketika kristal PbSO4 ditambahkan larutan NaI membentuk endapan
kuning dari PbI2, reaksinya sebagai berikut:
PbSO4(s) + 2NaI(aq) � PbI2(s) + Na2SO4(aq)
Reaksi ketika endapan dari reaksi I di tambahkan Na2SO4 membentuk
endapan putih dari PbSO4, reaksinya sebagai berikut:
PbI2(s) + Na2SO4(aq) � PbSO4(s) + 2NaI(aq)
2. Kesimpulan dari praktikum adalah reaksi pembentukan endapan kuning dari
PbI2 merupakan reaksi kebalikan dari pembentukan endapan putih dari PbSO4.
Hubungan dari kedua reaksi adalah reaksi ke dua merupakan kebalikan dari
reaksi pertama.
Lampiran 8
Petunjuk praktikum
Pengaruh Temperatur dan Konsentrasi terhadap
Pergeseran Kesetimbangan
I. Tujuan
Siswa dapat mengetahui pengaruh temperatur dan konsentrasi terhadap
pergeseran kesetimbangan kimia.
II. Dasar Teori
Segala sesuatu yang berbeda di dunia ini senantiasa mencapai
kesetabilan atau keseimbangan. Dalam suatu reaksi dikatakan dalam
setimbang apabila keadaan zat-zat yang bereaksi dan hasil reaksi terdapat
bersama-sama, tetapi tidak ada lagi perubahan yang dapat diamati.
Kesetimbangan kimia terjadi apabila reaksi bolak-balik berlangsung dalam
sistem tertutup, dimana jumlah masing-masing zat tidak berubah lagi (jumlah
partikel zat bereaksi dalam satuan waktu sama dengan jumlah zat yang
terbentuk).
Hukum kesetimbangan yaitu hasil kali konsentrasi setimbang zat
diruas kanan dibagi menjadi hasil kali konsentrasi setimbang zat diruas kiri,
masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya.
Ungkapan hukum kesetimbangan kimia bisa disebut dengan tetapan
kesetimbangan. Persamaan kesetimbangan sesuai dengan stokiometri reaksi.
Secara umum reaksi adalah:
mA + nB � pC + qD
persamaan tetapan kesetimbangannya adalah:
�� �������
����� ��
Berdasarkan wujud zat yang ada dalam keadaan setimbang, reaksi
kesetimbangan dibagi menjadi dua yaitu kesetimbangn heterogen dan
kesetimbangan homogen. Kesetimbangan heterogen adalah suatu
kesetimbangan yang didalamnya terdapat zat-zat dengan wujud yang berbeda.
Sedangkan kesetimbangan homogen adalah suatu kesetimbangan yang
didalamnya terdapat zat-zat dengan wujud yang sama.
Seorang ahli kimia dari Prancis Henri Louis Le Chatelier berpendapat
bahwa: “jika suatu tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yang
setimbang, sistem ini akan menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk
mengimbangi sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba setimbang
kembali. Secara singkat, Asas Le Chatelier dapat disimpulkan sebagai berikut:
Reaksi = - Aksi
Pada reaksi kesetimbangan jumlah zat-zat pereaksi maupun hasil
reaksi tidak berubah terhadap waktu, tetapi pada dasarnya jumlah zat-zat
pereaksi maupun hasil reaksi dapat ditambah maupun dikurangi berdasarkan
perlakuan tertentu yang diberikan pada reaksi kesetimbangan tersebut. Untuk
mengeser kesetimbangan tersebut diperlukan perlakuan yang dapat
mengganggu keadaan kesetimbangan, yaitu mengubah suhu, konsentrasi,
tekanan dan katalis.
Sesuai dengan asas Le Chatelier (reaksi = -aksi), jika konsentrasi
pereaksi ditambahkan atau hasil reaksi dikurangi, maka reaksi bergeser ke
arah pereaksi. Sebaliknya jika konsentrasi pereaksi dikurangi reaksi bergeser
ke arah pereaksi.
Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume dapat mengubah posisi
kesetimbangan, tetapi tidah mengubah nilai konstanta kesetimbangan. Hanya
perubahan suhu yang dapat mengubah konstanta kesetimbangan. Pada reaksi
kesetimbangan, terdapat reaksi endotermik (menyerap kalor) dan reaksi
eksotermik (melepas kalor). Jadi peningkatan suhu menghasilkan reaksi
endotermik dan penurunan suhu menghasilkan reaksi eksotermik.
III. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Gelas kimia
3. Pipet tetes
4. Rak tabung reaksi
5. Pengaduk
6. Sumbat karet
7. Bunsen dan kaki tiga
B. Bahan
1. Aquades
2. Larutan FeCl3 1 M
3. Larutan KSCN 1M
4. Air es
5. Larutan HNO3 pekat
6. Lempeng Cu
7. Air panas
IV. Cara Kerja
A. Pengaruh konsentrasi
1. Masukkan 50 mL aquades ke dalam gelas kimia
2. Tambahkan � 4 tetes larutan FeCl3 1 M dan � 4 tetes larutan KSCN
1 M
3. Aduk campuran sampai warnanya homogen
4. Masukkan masing-masing 5 mL larutan tersebut ke dalam 3 buah
tabung reaksi
5. Perlakuan:
a. Tabung I : sebagai pembanding
b. Tabung II : ditambahkan 2 tetes FeCl3 1 M
c. Tabung III : ditambahkan 2 tetes KSCN 1 M
6. Amati perubahan yang terjadi pada tabung reaksi
7. Catat reaksi yang terjadi
B. Pengaruh temperatur
1. Masukkan masing-masing 5 tetes HNO3 pekat kedalam 3 tabung
reaksi
2. Tambahkan 1 lempeng Cu ke dalam masing-masing tabung, kemudian
tutup dengan sumbat karet
3. Perlakuan:
a. Tabung I : sebagai pembanding
b. Tabung II : masukkan tabung ke dalam air es
c. Tabung III : masukkan tabung ke dalam air panas
4. Amati reaksi yang terjadi pada ke 3 tabung reaksi
5. Catat gejala yang terjadi
V. Hasil Pengamatan
A. Pengaruh konsentrasi
No Aquades+FeCl3+KSCN Penambahan Perubahan
1. 5 mL -
2. 5 mL 2 tetes FeCl3 1 M
3. 5 mL 2 tetes KSCN 1 M
B. Pengaruh temperatur
No Bahan Perlakuan Perubahan
1. HNO3 + Lempeng Cu -
2. HNO3 + Lempeng Cu Masukkan ke air es
3. HNO3 + Lempeng Cu Masukkan ke air
panas
VI. Pertanyaan
1. Reaksi apa saja yang terjadi pada pratikum pengaruh konsentrasi dan
temperatur terhadap pergeseran kesetimbangan kimia!
2. Jelaskan bagaimana pengaruh temperatur dan konsentrasi terhadap
pergeseran kesetimbangan kimia!
Batang, 21 Januari 2012
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Kimia Peneliti
SMK Diponegoro Banyuputih
Arini Ainul Hanifah, S.Pd Nunik Hidayati
NIP. - NIM. 083711019
Kepala Sekolah SMK Diponegoro Banyuputih
H. Ali Sodiqin, S.Pd.I
NIP.-
Lampiran 9
Jawaban Petunjuk praktikum
Pengaruh Temperatur dan Konsentrasi terhadap
Pergeseran Kesetimbangan
1. Pengaruh konsentrasi dan temperatur terhadap pergeseran kesetimbangan
kimia adalah:
a. Pengaruh konsentrasi
Reaksi yang terjadi adalah pergeseran ke arah prodak ketika ditambah
dengan 2 tetes FeCl3 1 M dan 2 tetes KSCN 1 M
b. Pengaruh temperatur
Reaksi yang terjadi adalah reaksi endoterm (ketika tabung dimasukkan ke
air panas) dan eksoterm (ketika tabung dimasukkan ke air es)
2. Pengaruh temperatur dan konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan
kimia adalah:
a. Pengaruh konsentrasi
1) Aquades+FeCl3+KSCN, ketika ditambahkan 2 tetes FeCl3 1 M reaksi
bergeser ke arah kanan
2) Aquades+FeCl3+KSCN, ketika ditambahkan 2 tetes KSCN 1 M reaksi
bergeser ke arah kanan
b. Pengaruh temperatur
1) HNO3 + Lempeng Cu, dimasukkan ke air es reaksi bergeser ke arah
kanan
2) HNO3 + Lempeng Cu, dimasukkan ke air panas reaksi bergeser ke arah
kiri
Lampiran 10
INSTRUMEN OBSERVASI KEGIATAN GURU
SIKLUS I
Jenis Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas.
Mata Pelajaran : Kimia
Waktu Pelaksanaan : 7 Januari 2012
Tempat Pelaksanaan : SMK Diponegoro Banyuputih Batang
Siklus Ke : I
No Aspek yang diamati Penilaian
Keterangan 0 1
1. Penjelasan guru tentang prosedur
praktikum. � Kurang
2. Suara guru saat menyampaikan materi. � Kurang
3. Pemerataan perhatian guru kepada
setiap kelompok. � Kurang
4. Ketepatan guru mengelola waktu
pembelajaran. � Kurang
5. Kemampuan guru dalam menjawab
pertanyaan peserta didik. � Baik
6. Perhatian guru ketika siswa
melaksanakan percobaan. � Kurang
7. Keruntutan melaksanakan prosedur
praktikum. � Kurang
8. Cara guru memberikan arahan dan
bimbingan kepada siswa. � Baik
9. Kemampuan guru dalam menciptakan
komunikasi yang timbal balik.
� Baik
10. Kemampuan guru dalam meluruskan
prosedur praktikum saat siswa
melakukan praktikum.
� Baik
11. Membantu peserta didik yang
kesulitan melakukan praktikum. � Baik
12. Membantu peserta didik dalam
menumbuhkan rasa percaya diri. � Kurang
13. Kemampuan guru dalam memberikan
arahan kepada peserta didik dalam
mengamati reaksi yang terjadi.
� Baik
14. Kecermatan guru dalam mengamati
keaktifan siswa. � Baik
15. Cara guru dalam mengkondisikan
siswa yang kurang aktif. � Kurang
16. Membantu peserta didik dalam
menyimpulkan hasil praktikum
melalui diskusi kelompok.
� Baik
17. Ketelitian guru dalam mengoreksi
laporan. � Baik
18. Keterampilan guru dalam mengelola
kelas. � Baik
19. Ketepatan waktu yang diperlukan guru
dalam menyimpulkan materi. � Kurang
Lampiran 11
INSTRUMEN OBSERVASI KEGIATAN GURU
SIKLUS II
Jenis Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas
Mata Pelajaran : Kimia
Waktu Pelaksanaan : 21 Januari 2012
Tempat Pelaksanaan : SMK Diponegoro Banyuputih Batang
Siklus Ke : II
No Aspek yang diamati Penilaian
Keterangan 0 1
1. Penjelasan guru tentang prosedur
praktikum. � Baik
2. Suara guru saat menyampaikan materi. � Baik
3. Pemerataan perhatian guru kepada
setiap kelompok. � Baik
4. Ketepatan guru mengelola waktu
pembelajaran. � Baik
5. Kemampuan guru dalam menjawab
pertanyaan peserta didik. � Baik
6. Perhatian guru ketika siswa
melaksanakan percobaan. � Baik
7. Keruntutan melaksanakan prosedur
praktikum. � Baik
8. Cara guru memberikan arahan dan
bimbingan kepada siswa. � Baik
9. Kemampuan guru dalam menciptakan
komunikasi yang timbal balik.
� Baik
10. Kemampuan guru dalam meluruskan
prosedur praktikum saat siswa
melakukan praktikum.
� Baik
11. Membantu peserta didik yang
kesulitan melakukan praktikum. � Baik
12. Membantu peserta didik dalam
menumbuhkan rasa percaya diri. � Baik
13. Kemampuan guru dalam memberikan
arahan kepada peserta didik dalam
mengamati reaksi yang terjadi.
� Baik
14. Kecermatan guru dalam mengamati
keaktifan siswa. � Baik
15. Cara guru dalam mengkondisikan
siswa yang kurang aktif. � Baik
16. Membantu peserta didik dalam
menyimpulkan hasil praktikum
melalui diskusi kelompok.
� Baik
17. Ketelitian guru dalam mengoreksi
laporan. � Baik
18. Keterampilan guru dalam mengelola
kelas. � Baik
19. Ketepatan waktu yang diperlukan guru
dalam menyimpulkan materi. � Baik
Lampiran 12
KISI-KISI SOAL SIKLUS I
Satuan Pendidikan : SMK Diponegoro Banyuputih Jumlah Soal : 10 Butir
Mata Pelajaran : Kimia Waktu : 90 Menit
Kelas/Semester : XI TKJ 1/2 Bentuk Soal : Essay
Materi Pokok : Kesetimbangan reaksi
Standar Kompetensi : Memahami Konsep Kesetimbangan Reaksi
Kompetensi Dasar Indikator Materi Pelajaran Nomor Soal Banyak
Butir Soal Bentuk Tes
Aspek yang
Diukur
1.1 Menguasai
reaksi
kesetimbangan
- Menjelaskan reaksi
kesetimbangan
- Menjelaskan
kesetimbangan
homogen dan
heterogen
Kesetimbangan
Reaksi
1, 2, 3, 4, 5, 6, 9,
10
7, 8
8
2
Essay
Essay
C3, C3, C3. C3,
C4, C3, C4, C4, C4
C4, C3
Lampiran 13
KISI-KISI SOAL SIKLUS II
Satuan Pendidikan : SMK Diponegoro Banyuputih Jumlah Soal : 10 Butir
Mata Pelajaran : Kimia Waktu : 90 Menit
Kelas/Semester : XI TKJ 1/2 Bentuk Soal : Essay
Materi Pokok : Kesetimbangan Reaksi
Standar Kompetensi : Memahami Konsep Kesetimbangan Reaksi
Kompetensi Dasar Indikator Materi Pelajaran Nomor Soal Banyak
Butir Soal Bentuk Tes Aspek yang Diukur
1. 2Menguasai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pergeseran
kesetimbangan
- Meramalkan arah
pergeseran kesetimbangan
dengan menggunakan azas
Le Chatelier
- Menganalisis pengaruh
perubahan suhu,
konsentrasi, tekanan dan
volum pada pergeseran
kesetimbangan melalui
percobaan.
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Kesetimbangan
Reaksi
5, 6, 7
1, 2, 3, 4, 8, 9,
10
3
7
Essay
Essay
C4, C4, C4,
C4, C4, C4, C4, C4,
C3, C4,
Lampiran 14
Soal Evaluasi Siklus I
Jawablah soal di bawah ini dengan benar!
1. Dalam kehidupan sehari-hari banyak reaksi yang terjadi di sekitar kita,
diantaranya: pembentukan es, pembakaran pohon. Dari reaksi di atas manakah
yang termasuk reaksi reversibel dan ireversibel? Mengapa?
2. Terdapat dua macam reaksi yang berlangsung di alam, reaksi reversibel dan
ireversibel. Reaksi yang seperti apa yang dikatakan dengan keadaan
setimbang? Mengapa dikatakan keadaan setimbang?
3. Dalam kehidupan sehari-hari sulit menemukan reaksi yang dapat balik.
Proses-proses alami umumnya berlangsung searah, tidak dapat balik. Tetapi
dilaboratorium maupun industri, banyak reaksi dapat balik. Salah satu
diantaranya ialah reaksi antara nitrogen dan hidrogen membentuk amonia.
Tuliskan persamaan reaksinya jika campuran gas nitrogen dan hidrogen
dipanaskan akan membentuk amonia?
4. Dari pertanyaan no 2 .Tuliskan persamaan reaksinya jika amonia dipanaskan
akan membentuk gas nitrogen dan hidrogen! Bagaimana hasilnya jika kedua
reaksi tersebut digabungkan?
5. Kapankah reaksi dapat balik (reversibel) mencapai kesetimbangan?
6. Dalam reaksi kimia ada dua reaksi yaitu reaksi reversibel dan ireversibel,
reaksi yang bagaimana jika berlangsung dalam sistem tertutup akan berakhir
dengan kesetimbangan?
7. Dalam reaksi kesetimbangan terdapat dua macam reaksi kesetimbangan yaitu
kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen. Bedakanlah kedua
reaksi kesetimbangan tersebut!
8. Fase apa sajakah yang terlibat dalam reaksi kesetimbangan homogen dan
kesetimbangan heterogen? Sertakan jawaban anda dengan contoh
9. Jabarkan apa yang dimaksud dari kurva perubahan konsentrasi menuju
keadaan setimbang di bawah ini!
10. Jabarkan apa yang dimaksud dari kurva perubahan laju reaksi menuju keadaan
setimbang di bawah ini!
Selamat mengerjakan......Selamat mengerjakan......Selamat mengerjakan......Selamat mengerjakan......
Lampiran 15
Soal Evaluasi Siklus II
Jawablah soal di bawah ini dengan benar!
1. Dalam suatu ruangan terdapat dalam kesetimbangan gas-gas SO3, SO2, dan
O2 sesuai dengan persamaan:
2SO3(g) � 2SO2(g) + O2(g)
Bagaimana jika dalam suhu tetap ditambahkan gas oksigen, maka: kearah
mana kesetimbangan bergeser? Dan bagaimana pengaruh terhadap
konsentrasi SO3 dan SO2 terhadap kesetimbangan?
2. Kenaikan konsentrasi salah satu reaktan atau produk dari kesetimbangan akan
mengakibatkan kesetimbangan bergeser untuk mencoba mengurangi kenaikan
konsentrasi tersebut, bagaiman jika penambahan gas hidrogen mempengaruhi
sistem kesetimbangan berikut?
3H2(g) + N2(g) � 2NH3(g)
3. Bagaimana efek meningkatnya volume sistem terhadap kesetimbangan, yang
semua reagennya adalah gas?
H2(g) + I2(g) � 2HI(g)
4. Jika dalam suatu reaksi kesetimbangan, Iwan memberikan peningkatan efek
tekanan maka akan menurunkan volume sistem.
3H2(g) + N2(g) � 2NH3(g)
Dari akibat di atas Iwan menyatakan sebagian nitrogen dan hidrogen akan
terkonversi menjadi amonia dan kesetimbangan bergeser ke arah kiri. Akan
tetapi bu Anissa mengatakan akibat yang dinyatakan Iwan salah. Manakah
yang salah?
5. Reaksi kesetimbangan telah ditentukan dengan berbagai percobaan, yang
menyatakan:
a. 3H2(g) + N2(g) � 2NH3(g)
b. 2HI(g) � H2(g) + I2(g)
Kearah manakah kesetimbangan akan bergeser jika tekanan diperbesar?
6. Diketahui reaksi kesetimbangan dalam volume tetap dan suhu sistem
dinaikkan.
a. 3H2(g) + N2(g) � 2NH3(g) ∆� � �92,2 �
b. 2H2O (g) � 2H2(g) + O2(g) ∆� � �242 �
Kearah manakah kesetimbangan bergeser? Bagaimana pengaruhnya terhadap
nilai tetapan kesetimbangan?
7. Diketahui reaksi kesetimbangan kimia
BiCl3(aq) + H2O (l) � BiOCl(s) + 2HCl(aq)
Kearah manakah kesetimbangan bergeser jika pada suhu tetap:
a. Ditambahkan BiCl3(aq)
b. Ditambahkan air
8. Diketahui reaksi kesetimbangan
3Fe(aq) + 4H2O(g) � Fe3O4(s) + 4H2(g)
a. Kearah manakah kesetimbangan bergeser jika pada suhu tetap volume
campuran diperkecil?
b. Bagaimana pengaruh aksi tersebut terhadap konsentrasi?
9. Tulislah sebuah “persamaan” untuk menambahkan kalor pada es untuk
menghasilkan lebih banyak air. Kearah manakah kesetimbangan bergeser bila
anda mencoba menurunkan suhunya?
10. Diketahui reaksi kesetimbangan sebagai berikut:
2C(s) + O2(g) � 2CO(g)
Bagaimana efek peningkatan volume sistem terhadap kesetimbangan pada
suhu 500oC
Selamat mengerjakanSelamat mengerjakanSelamat mengerjakanSelamat mengerjakan........................
Lampiran 16
KUNCI JAWABAN DAN KRITERIA PENILAIAN
SIKLUS I
No Jawaban Indikator Penilaian skor
1 Pembentukan es termasuk reaksi
reversibel karena es yang
menyerap kalor akan membentuk
air kembali.
Pembakaran pohon termasuk
reaksi ireversibel karena abu dari
hasil pembakaran pohon tidak
dapat kembali menjadi pohon.
Siswa dapat menyebutkan
reaksi yang terjadi
3
Siswa dapat menyebutkan
alasannya
2
Siswa dapat menyebutkan
reaksi yang terjadi
3
Siswa dapat menyebutkan
alasannya
2
2 Reaksi reversibel yang dikatakan
sebagai keadaan setimbang karena
keadaan setimbang terjadi bila
kedua proses yang berlawanan
arah berlangsung secara terus-
menerus tetapi tidak ada
perubahan yang dapat diamati atau
diukur.
Siswa dapat menyebutkan
reaksi keadaan setimbang
5
Siswa menyebutkan
alasannya
5
3 campuran gas nitrogen dan
hidrogen jika dipanaskan
menghasilkan gas amonia,
reaksinya sebagai berikut:
N2�g� � 3H2�g� 2NH3�g�
Siswa dapat menuliskan
rumus kimia
2
Siswa dapat menuliskan
persamaan reaksi
2
Siswa dapat menuliskan
koefisien reaksi
4
Siswa dapat menuliskan fase
reaksi
2
4 Amonia jika dipanaskan akan
terurai menjadi gas nitrogen dan
hidrogen, reaksinya sebagai
berikut:
2NH3�g� N2�g� � 3H2�g�
Siswa dapat menuliskan
rumus kimia
2
Siswa dapat menuliskan
persamaan reaksi
2
Siswa dapat menuliskan
koefisien reaksi
2
Siswa dapat menuliskan fase
reaksi
2
Pengabungan antara kedua reaksi
menjadi:
N2�g� � 3H2�g� 2NH3�g�
siswa dapat menuliskan
reaksi bolak-balik dengan
benar
2
5 Kesetimbangan akan tercapai pada
saat laju reaksi maju sama dengan
laju reaksi balik
Siswa dapat menyebutkan
alasan tercapainya
kesetimbangan
10
6 Reaksi reversibel yang
berlangsung dalam sistem tertutup
akan berakhir dengan
kesetimbangan
Siswa dapat menyebutkan
jenis reaksi kesetimbangan
10
7 Perbedaannya pada komponen
pembentuk. Kesetimbangan yang
komponennya satu fase di sebut
dengan kesetimbangan
homemogen sedangkan yang
terdiri dari dua fase atau lebih di
sebut kesetimbangan heterogen.
Siswa dapat menyebutkan ciri
yang membedakan pada
kesetimbangan homogen
5
Siswa dapat menyebutkan ciri
yang membedakan pada
kesetimbangan heterogen
5
8 Kesetimbangan homogen dapat
berupa fase gas atau larutan,
sedangkan kesetimbangan
heterogen umumnya melibatkan
Siswa dapat menyebutkan
fase pada kesetimbangan
homogen
3
fase padat-gas atau cair-gas.
Contoh kesetimbangan homogen:
1. N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
2. H2O(l) H+
(aq) + H+
(aq)
Contoh kesetimbangan heterogen:
1. Ag2CrO4(s) 2Ag+
(aq) +
CrO42-
(aq)
2. CaCO3(s) CaO(s) +
CO2(g)
Siswa dapat menyebutkan
fase pada kesetimbangan
heterogen
3
Siswa dapat memberikan
contoh masing-masing
kesetimbangan
4
9 Kurva perubahan konsentrasi
menuju keadaan setimbang,
konsentrasi pereaksi berkurang
sedangkan konsentrasi produk
bertambah. Pada keadaan
setimbang konsentrasi masing-
masing komponen tidak berubah
lagi
Siswa dapat menjabarkan
keadaan konsentrasi yang
terjadi
5
Siswa dapat menyimpulkan
keadaan yang timbul akibat
konsentrasi yang terjadi
5
10 Kurva perubahan laju reaksi
menuju keadaan setimbang, laju
reaksi (V1) menurun sedangkan
laju reaksi (V2) bertambah. Jadi
keadaan setimbang tercapai saat
V1 = V2
Siswa dapat menjabarkan
keadaan laju reaksi yang
terjadi
5
Siswa dapat menyimpulkan
keadaan yang timbul akibat
laju reaksi yang terjadi
5
Lampiran 17
KUNCI JAWABAN DAN KRITERIA PENILAIAN
SIKLUS II
No Jawaban Indikator Penilaian skor
1. sesuai dengan azas Le Chatelier,
penambahan oksigen akan
mengeser kesetimbangan ke kiri.
Siswa dapat menyebutkan
arah pergeseran
5
Pergeseran kesetimbangan ke kiri
akan menambahkan SO3 dan
mengurangi SO2
Siswa dapat menyebutkan
arah pergeseran
5
2. Dengan penambahan hidrogen
pertama-tama akan meningkatkan
konsentrasi hidrogen.
Kesetimbangan dengan demikian
akan bergeser untuk mengurangi
sebagian kenaikan konsentrasi itu,
maka reaksi akan bergeser ke
kanan. Yang artinya sebagian
hidrogen yang ditambahkan akan
bereaksi dengan sebagian nitrogen
yang semula ada untuk
menghasilkan amonia lagi.
Siswa dapat menyebutkan
arah pergeseran
5
Siswa dapat menyimpulkan
sebab terjadinya pergeseran
5
3. Efek meningkatnya volum akan
menurunkan/memperkecil tekanan
dari setiap gas, namun
kesetimbangan tidak akan bergeser
sebab jumlah mol gas di kedua sisi
sama.
Siswa dapat menyebutkan
arah pergeseran
5
Siswa dapat menyimpulkan
sebab terjadinya pergeseran
5
4. Kesalahan Iwan pada arah
pergeseran, karena sebagian
nitrogen dan hidrogen akan
terkonversi menjadi amonia maka
kesetimbangan akan bergeser ke
arah kanan (pembentukan)
Siswa dapat menyebutkan
arah pergeseran
5
Siswa dapat menyimpulkan
sebab terjadinya pergeseran
5
5. 1. 3H2(g) + N2(g) � 2NH3(g)
Kesetimbangan akan bergeser
ke kanan, karena jumlah
koefisien diruas kanan (2) lebih
kecil daripada di ruas kiri (4)
2. 2HI(g) � H2(g) + I2(g)
Kesetimbangan tidak akan
bergeser karena jumlah
koefisien gas pada kedua ruas
sama yaitu kanan 2 dan kiri 2.
Siswa dapat menyebutkan
arah pergeseran
2
Siswa dapat menyimpulkan
sebab terjadinya pergeseran
3
Siswa dapat menyebutkan
arah pergeseran
2
Siswa dapat menyimpulkan
sebab terjadinya pergeseran
3
6. Pada kenaikan suhu, kesetimbangan
reaksi bergeser ke pihak reaksi
endoterm
1. Kesetimbangan akan bergeser
ke kiri dan nilai tetapan
kesetimbangan berkurang
2. Kesetimbangan akan bergeser
ke kanan dan nilai tetapan
kesetimbangan bertambah
Siswa dapat menyebutkan
arah pergeseran
2
Siswa dapat menetapkan
tetapan kesetimbangan yang
terjadi
3
Siswa dapat menyebutkan
arah pergeseran
2
Siswa dapat menetapkan
tetapan kesetimbangan yang
terjadi
3
7. 1. Penambahan BiCl3(aq), salah satu
pereaksi mengeser
kesetimbangan ke kanan
2. Penambahan air mengakibatkan
memperbesarnya volum, maka
kesetimbangan akan bergeser ke
kanan, yaitu ke arah kooefisian
yang lebih besar. Koefisien ruas
kiri 1 dan kanan 2.
Siswa dapat menyebutkan
arah pergeseran
5
Siswa dapat menyebutkan
arah pergeseran
5
8. 1. Pengaruh volum akan
menggeser reaksi ke arah yang
jumlah koefisien terkecil,
karena jumlah kedua koefisien
ke dua ruas sama maka
kesetimbangan reaksi ini tidak
bergeser.
2. Jumlah mol H2 tidak berubah
Siswa dapat menyebutkan
arah pergeseran
2
Siswa dapat menyimpulkan
sebab terjadinya pergeseran
3
Siswa dapat menganalisis
pengaruh aksi
5
9. H2O(s) + kalor � H2O(l)
Kesetimbangan akan bergeser ke
arah es
Siswa dapat menuliskan
reaksi
2
Siswa dapat menyebutkan
arah pergeseran
3
10. Kesetimbangan akan bergeser ke
arah kanan karena kenaikan volume
akan menurunkan tekanan gas
Siswa dapat menyebutkan
arah pergeseran
2
Siswa dapat menyimpulkan
sebab terjadinya reaksi
3
Lampiran 18
DAFTAR NILAI SISWA KELAS XI TKJ 1
SIKLUS I
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nilai
1 Achmad Chafid
Masyruchan 10 6 8 8 8 7 10 8 5 10 80
2 Agus Muntaha 10 7 8 8 6 8 10 7 8 9 81
3 Ahmad Ghufron 10 5 8 8 8 5 10 5 5 6 70
4 Akhmad
Kamaludin 10 5 7 7 5 6 10 5 7 6 68
5 Amelia Sari 10 8 8 8 9 8 10 9 10 10 90
6 Andi Setiawan 8 5 6 6 6 5 8 5 6 5 60
7 Angga Prasetyo 10 6 7 6 7 7 8 6 8 5 70
8 Deni Kurniawan
Semukti 9 8 8 7 7 7 10 6 7 9 78
9 Dergo Nurhadi 9 7 7 8 6 7 10 8 8 7 77
10 Dwi Rahmawati 10 7 8 8 9 9 10 10 10 10 91
11 Imam Muzani 8 6 8 8 6 5 8 6 8 7 70
12 Indra Iswanto 10 6 8 8 7 6 8 5 8 7 73
13 Khaerur Roziqin 8 5 6 6 6 5 9 6 6 8 65
14 Khorisatul Latifah 10 8 8 9 10 8 10 9 8 9 89
15 Kursiana 10 8 8 7 6 6 8 8 6 7 74
16 Lutfi Fauzi 8 6 6 5 6 4 7 5 5 4 56
17 Miftahudin 7 8 8 5 7 4 6 6 4 5 60
18 Misbakhul Huda 7 6 6 7 8 7 10 8 8 10 77
19 Muhammad Farid
Athoillah 5 8 8 6 9 8 10 7 8 9 78
20 Muhammad Rizqi
Aulia 10 6 6 5 8 7 7 6 6 6 67
21 Muhammad
Riziqin 7 8 8 7 6 4 8 6 5 7 66
22 Mushofa 9 8 8 6 5 7 5 6 5 6 65
23 Novia Trisna Sari 10 6 6 7 6 6 5 6 7 8 67
24 Nur Ulfi Alfiani 8 8 8 7 6 5 8 7 6 9 72
25 Prasetyo Wijoyo 6 6 6 8 6 8 7 8 5 9 69
26 Riza Adibussoleh 10 5 8 8 7 8 10 6 6 7 75
27 Rovilatul Hasanah 10 8 8 9 7 9 10 9 9 10 89
28 Siti Munawaroh 10 8 8 9 8 9 10 10 10 9 91
29 Sulis 7 8 8 7 5 6 8 7 6 8 70
30 Wiwit
Nurchayatun 10 8 8 7 6 7 9 6 8 10 79
Jumlah skor 2112
Rata-rata 70,4
Ketuntasan klasikal 76,67%
Kesimpulan:
Rata-rata yang diperoleh yaitu 70,4. Nilai ini telah mencapai KKM yang
ditetapkan yaitu 65. Tetapi, ketuntasan klasikalnya belum terpenuhi yaitu 76,67%,
sedang indikator keberhasilan yang ditetapkan adalah 85%. Karena siklus I belum
mencapai indikator yang ditetapkan, maka perlu adanya siklus II sebagai
perbaikan.
Lampiran 19
DAFTAR NILAI SISWA KELAS XI TKJ 1
SIKLUS II
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nilai
1 Achmad Chafid
Masyruchan 10 7 6 8 9 6 8 9 10 7 80
2 Agus Muntaha 10 9 8 7 8 6 9 8 7 9 81
3 Ahmad Ghufron 9 8 7 6 8 7 6 7 6 6 70
4 Akhmad
Kamaludin 10 6 8 7 6 4 7 7 5 8 68
5 Amelia Sari 10 8 9 8 9 9 8 10 9 10 90
6 Andi Setiawan 6 7 8 4 6 7 4 6 5 7 60
7 Angga Prasetyo 7 8 9 5 6 7 7 9 7 5 70
8 Deni Kurniawan
Semukti 9 9 6 6 7 8 7 10 7 9 78
9 Dergo Nurhadi 9 8 9 9 5 6 9 6 7 9 77
10 Dwi Rahmawati 10 9 10 10 6 10 9 7 10 10 91
11 Imam Muzani 9 7 5 6 7 7 9 5 7 8 70
12 Indra Iswanto 10 7 7 5 8 7 7 9 5 8 73
13 Khaerur Roziqin 9 4 5 5 9 6 4 9 6 8 65
14 Khorisatul
Latifah 10 9 10 8 9 6 9 8 10 10 89
15 Kursiana 10 8 6 9 8 7 7 6 6 7 74
16 Lutfi Fauzi 8 5 4 7 4 4 5 9 5 5 56
17 Miftahudin 10 7 5 7 5 5 4 6 4 7 60
18 Misbakhul Huda 10 10 6 8 9 8 4 9 6 7 77
19 Muhammad Farid
Athoillah 6 10 6 8 9 8 6 7 8 10 78
20 Muhammad Rizqi
Aulia 10 7 4 4 6 7 4 8 7 10 67
21 Muhammad
Riziqin 10 9 8 4 5 6 7 4 4 9 66
22 Mushofa 10 4 6 4 8 6 6 5 9 7 65
23 Novia Trisna Sari 10 4 5 7 8 4 6 7 6 10 67
24 Nur Ulfi Alfiani 8 6 6 4 6 9 6 8 10 9 72
25 Prasetyo Wijoyo 7 6 5 8 5 9 6 6 8 9 69
26 Riza Adibussoleh 8 8 7 8 5 9 8 6 7 9 75
27 Rovilatul
Hasanah 10 8 9 8 9 10 8 9 8 10 89
28 Siti Munawaroh 10 9 10 9 7 10 8 9 9 10 91
29 Sulis 7 6 9 4 7 8 7 6 8 8 70
30 Wiwit
Nurchayatun 8 7 9 6 7 8 7 10 9 8 79
Jumlah skor 2217
Rata-rata 73,9
Ketuntasan klasikal 90,00%
Kesimpulan:
Rata-rata yang diperoleh yaitu 73,6. Nilai ini telah mencapai KKM yang
ditetapkan yaitu 65. Ketuntasan klasikalnya telah terpenuhi yaitu 90,00%, sedang
indikator keberhasilan yang ditetapkan adalah 85%. Karena siklus II telah
mencapai indikator yang ditetapkan, maka tidak perlu adanya siklus berikutnya.
Lampiran 20
DAFTAR KETERANGAN KETUNTASAN SISWA
KELAS XI TKJ 1 SIKLUS II
No Nama Nilai Keterangan
1 Achmad Chafid Masyruchan 80 TUNTAS
2 Agus Muntaha 81 TUNTAS
3 Ahmad Ghufron 70 TUNTAS
4 Akhmad Kamaludin 68 TUNTAS
5 Amelia Sari 90 TUNTAS
6 Andi Setiawan 60 TIDAK TUNTAS
7 Angga Prasetyo 70 TUNTAS
8 Deni Kurniawan Semukti 78 TUNTAS
9 Dergo Nurhadi 77 TUNTAS
10 Dwi Rahmawati 91 TUNTAS
11 Imam Muzani 70 TUNTAS
12 Indra Iswanto 73 TUNTAS
13 Khaerur Roziqin 65 TUNTAS
14 Khorisatul Latifah 89 TUNTAS
15 Kursiana 74 TUNTAS
16 Lutfi Fauzi 56 TIDAK TUNTAS
17 Miftahudin 60 TIDAK TUNTAS
18 Misbakhul Huda 77 TUNTAS
19 Muhammad Farid Athoillah 78 TUNTAS
20 Muhammad Rizqi Aulia 67 TUNTAS
21 Muhammad Riziqin 66 TUNTAS
22 Mushofa 65 TUNTAS
23 Novia Trisna Sari 67 TUNTAS
24 Nur Ulfi Alfiani 72 TUNTAS
25 Prasetyo Wijoyo 69 TUNTAS
26 Riza Adibussoleh 75 TUNTAS
27 Rovilatul Hasanah 89 TUNTAS
28 Siti Munawaroh 91 TUNTAS
29 Sulis 70 TUNTAS
30 Wiwit Nurchayatun 79 TUNTAS
Lampiran 21
DAFTAR KETERANGAN KETUNTASAN SISWA
KELAS XI TKJ 1 SIKLUS II
No Nama Nilai Keterangan
1 Achmad Chafid Masyruchan 80 TUNTAS
2 Agus Muntaha 81 TUNTAS
3 Ahmad Ghufron 70 TUNTAS
4 Akhmad Kamaludin 68 TUNTAS
5 Amelia Sari 90 TUNTAS
6 Andi Setiawan 60 TIDAK TUNTAS
7 Angga Prasetyo 70 TUNTAS
8 Deni Kurniawan Semukti 78 TUNTAS
9 Dergo Nurhadi 77 TUNTAS
10 Dwi Rahmawati 91 TUNTAS
11 Imam Muzani 70 TUNTAS
12 Indra Iswanto 73 TUNTAS
13 Khaerur Roziqin 65 TUNTAS
14 Khorisatul Latifah 89 TUNTAS
15 Kursiana 74 TUNTAS
16 Lutfi Fauzi 56 TIDAK TUNTAS
17 Miftahudin 60 TIDAK TUNTAS
18 Misbakhul Huda 77 TUNTAS
19 Muhammad Farid Athoillah 78 TUNTAS
20 Muhammad Rizqi Aulia 67 TUNTAS
21 Muhammad Riziqin 66 TUNTAS
22 Mushofa 65 TUNTAS
23 Novia Trisna Sari 67 TUNTAS
24 Nur Ulfi Alfiani 72 TUNTAS
25 Prasetyo Wijoyo 69 TUNTAS
26 Riza Adibussoleh 75 TUNTAS
27 Rovilatul Hasanah 89 TUNTAS
28 Siti Munawaroh 91 TUNTAS
29 Sulis 70 TUNTAS
30 Wiwit Nurchayatun 79 TUNTAS
Lampiran 22
Peserta didik mengamati perubahan konsentrasi terhadap pergeseran
kesetimbangan kimia
Peserta didik mengamati pengaruh temperatur terhadap pergeseran
kesetimbangan kimia
Proses diskusi dalam pembuatan laporan praktikum
Proses evaluasi dalam pembelajaran
top related