penerapan metode pembelajaran debat aktif dalam ...€¦ · yang dilakukan pada kelas xi ipa sma...
Post on 18-Mar-2021
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Penerapan Metode Pembelajaran Debat Aktif Dalam
Meningkatkan Keaktifan Siswa di Dukung Dengan Media
Pembelajaran Berbasis Weblog Kelaskita Pada Mata
Pelajaran Simulasi Digital di SMK N 1 Ngablak Magelang
Artikel ilmiah
Diajukan
Kepada Fakultas Teknologi Informasi
Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Oleh :
Penta Wisnu Wibowo
NIM : 702011081
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2016
Penerapan Metode Pembelajaran Debat Aktif Dalam
Meningkatkan Keaktifan Siswa di Dukung Dengan Media
Pembelajaran Berbasis Weblog Kelaskita Pada Mata
Pelajaran Simulasi Digital di SMK N 1 Ngablak Magelang
1) Penta Wisnu Wibowo | 2) Elizabeth Sri Lestari
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1) 702011081@student.uksw.edu | 2) elizabeth@staff.uksw.edu
Abstract
In the teaching and learning process at class, the students tend to be less proactive
in asking questions which affect the students activity. The implementation of
teaching method and media which does not really suit to the class environment will
cause the students feel bored and do not pay attention to the material the teacher
taught. In order to see whether the active debate will affect the students’ activity,
this research is done. The result shows that such method combined with weblog
kelaskita increassed the students activity in discussion at the subject simulation
digital it can be concluded that using the method of active debate and weblog
kelaskita can influense possitively to the students activity in learning simulation
digital.
Keywords : method of learning, active debate, learning media, students’
activeness.
Abstrak Dalam proses pembelajaran di kelas kecenderungan siswa yang kurang bertanya
membuat keaktifan belajar siswa menjadi rendah di kelas. Penerapan metode
pembelajaran dan media yang digunakan oleh pengajar yang kurang variatif
membuat siswa merasa bosan, kurang memperhatikan dan menyepelekan mata
pelajaran simulasi digital. Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan penerapan
metode pembelajaran debat aktif pada mata pelajaran simulasi digital. Hasil
penelitian menunjukan bahwa penerapan metode pembelajaran debat aktif dengan
didukung oleh media pembelajaran berbasis weblog dapat meningkatkan keaktifan
berdiskusi siswa terhadap mata pelajaran simulasi digital. Keaktifan belajar yang
ditunjukkan menggunakan metode pembelajaran debat aktif semakin meningkat.
Sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan metode pembelajaran debat aktif
berpengaruh positif terhadap keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran simulasi
digital.
Kata kunci : metode pembelajaran, debat aktif, media, keaktifan siswa 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Pendidikan Teknik
Informatika dan Komputer Univeritas Kristen Satya Wacana 2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
1. Pendahuluan
Hasil wawancara guru mata pelajaran Simulasi Digital di SMK N 1
Ngablak kabupaten Magelang, dalam proses pembelajaran Simulasi Digital
masih sering dijumpai adanya kecenderungan siswa yang tidak mau
bertanya kepada guru, minimnya rasa keingintahuan siswa terhadap materi
yang diajarkan, dan kurangnya partisipasi siswa dalam mengemukakan
pendapat ketika kegiatan diskusi kelompok didalam kelas. Hasil observasi
dikelas menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru
dapat menjadi pengaruh besar terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, sehingga dapat terlihat keseriusan
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Faktanya banyak guru
yang dapat menguasai materi belajar dengan baik akan tetapi tidak dapat
mengontrol siswa saat mengikuti kegiatan belajar di kelas. Apabila hal
seperti ini terus terjadi maka akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Metode pembelajaran yang digunakan di SMK N 1 Ngablak yaitu metode
pembelajaran Team Teaching akan tetapi cara penyampaian guru kepada
murid yang terbatas dengan waktu dan juga ketersediaan tenaga pengajar
yang sedikit dalam penerapan metode pembelajaran team teaching
memepengaruhi keberhasilan penggunaan metode tersebut [5]. Oleh sebab
itu selain pemilihan metode pembelajaran yang tepat pendidik juga harus
mengkombinasikan dengan strategi pembelajaran yang sesuai dengan
masalah yang terjadi di sekolah.
Penelitian ini berfokus pada penggunaan metode pembelajaran Debat
Aktif (Active Debate) didukung dengan media pembelajaran berbasis
weblog Kelaskita dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa khususnya
dalam keterampilan bertanya siswa, mengemukakan pendapat ketika
mengikuti kegiatan diskusi dan meningkatkan rasa keingintahuan siswa
dalam mendalami suatu materi pelajaran, karena dalam proses pembelajaran
dengan metode debat aktif terdapat proses adu argumentasi atar individu
maupun kelompok, sehingga siswa dalam proses kegiatanya dilatih untuk
lebih berfikir kritis sehingga berani untuk berargumen dengan siswa lain
[14]. Penggunaan media berbasis weblog kelaskita mendukung dalam
kegiatan mendalami materi yang dibahas karena ketika siswa mengakses
media kelaskita tersebut siswa akan mengikuti tahapan – tahapan materi
yang dibahas sehingga membantu siswa untuk lebih menguasai materi yang
diajarkan dalam proses pembelajaran, berbeda dengan media pembelajaran
lain pada media kelaskita ini kontrol terhadap siswa lebih detail dikarenakan
pada palikasi ini terdapat ukuran persentase keaktifan setiap siswa ketika
mempelajari materi – materi yang telah diajarkan, hal ini dapat memonitor
setiap siswa apakah mereka menyelesaikan semua materi yang telah
diberikan[8].
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis debat seperti yang dilakukan oleh Mayasari
tentang pemanfaatan metode debat dalam proses pembelajaran matematika
pada mahasiswa tingkat 2 semester III di IKIP PGRI Bojonegoro Tahun
Pelajaran 2013/2014. Terdapat peningkatan pada keterampilan berbicara
mahasiswa pada setiap pertemuan [1]. Sriwahyuni, Dantes, Marhaeni dalam
penelitiannya mengemukakan tentang pengaruh implementasi metode debat
terhadap keterampilan berbicara bahasa inggris ditinjau dari minat belajar
yang dilakukan pada kelas XI IPA SMA Negeri 2 Amlapura, menunjukkan
bahwa rata – rata hasil belajar berbicara kelompok, dengan metode debat
lebih tinggi dari kelompok pembelajaran konvensional, hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang berbeda dengan metode debat
terhadap keterampilan berbicara siswa [2].
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi – bunyi
artikulasi atau kata – kata untuk mengekspreikan, menyatakan atau
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Berbicara merupakan suatu
sistem tanda – tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan
(visible) dan memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia
demi maksud dan tujuan gagasan – gagasan atau ide – ide yang
dikombinasikan [3]. Dalam berbicara ada interaksi antara dua orang atau
lebih. Sedangkan tujuan berbicara adalah agar dapat menyampaikan pikiran
secara efektif, maka seharusnya seorang pembicara harus mengevaluasi efek
pembicaranya terhadap para pendengar, dan harus mengetahui prinsip –
prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum
maupun perorangan. Ada beberapa faktor kebahasaan yang menunjang
kegiatan berbicara yang telah dimodifikasi antara lain: (1) Kemampuan
siswa mempertahankan pendapat. (2) Ketepatan struktur dan kosakata dalam
berargumen. (3) Memberikan pendapat dalam pelakasanaan proses diskusi
kelompok. (4) Memiliki inisiatif kerja dalam kelompok. (5) Menguasai
topik yang diberikan. (6) Menanggapi pendapat orang lain. (7) Logika
berfikir dan realistis dalam berargumen. (8) Memotivasi anggota kelompok
lain. (9) Kejelasan dalam menyampaikan argumentasi. (10) Kerjasama
dalam kelompok [4].
Pembelajaran merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi
oleh banyak faktor. Yang jelas pembelajaran merupakan rekonstruksi dari
pengalaman masa lalu yang berpengauh terhadap perilaku dan kapasitas
seseorang atau satu kelompok [5]. Pembelajaran merefleksikan pengetahuan
konseptual yang digunakan secara luas dan memiliki banyak makna yang
berbeda – beda [6].
Pembelajaran aktif merupakan memahami materi pelajaran tidak
cukup hanya mendengar dan melihat saja apa yang dikatakan guru, akan
tetapi siswa harus aktif dalam proses belajar mengajar di kelas dengan
bertanya hal yang masih kurang jelas atau mendiskusikan suatu
permasalahan yang nantinya hasil diskusi tersebut diterapkan dan akan
terlihat hasilnya [7].
Debat Aktif Merupakan kegiatan adu argumntasi antara dua pihak
atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan
dan memutuskan masalah dan perbedaan, Hal yang perlu dipersiapkan
dalam menggunakan metode pembelajaran ini adalah guru sebelumnya
wajib membuat sebuah pernyataan yang menarik siswa untuk mau merespon
dan menanggapi pernyataan tersebut. Kelebihan dari metode pembelajaran
debat aktif adalah sebagai berikut: (1) Memantapkan pemahaman konsep
siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan, (2) Melatih siswa
untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan, (3) Melatih
siswa untuk berani mengemukakan pendapat [8].
Kelaskita adalah e-learning platform untuk memudahkan dalam
membuat dan mengikuti kelas belajar secara online bersama peserta didik,
teman, tim atau komunitas. Kelaskita menyediakan infrastruktur / aplikasi
berbasis web untuk membuat kelas secara online yang dapat digunakan
secara mudah dan gratis, sehingga diharapkan baik instansi pendidikan
maupun siapa saja bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia. Yang membedakan media pembelajaran berbasis
weblog ini dengan media sejenis adalah fasilitas kontrol siswa yang dapat
dilihat secara langsung dimana fasilitas ini untuk mengukur keaktifan siswa
dalam mengikuti tahapan pada materi yang telah diakarkan di weblog
kelaskita [13]. Tujuan dari kelaskita adalah: (1) Memberikan pengalaman
baru dalam belajar dan mengajar secara online, juga ingin mencerdaskan
bangsa Indonesia dan menciptakan lapangan pekerjaan untuk kami sendiri,
(2) Membuat aplikasi belajar yang mudah digunakan, gratis, realtime dan
berfokus pada interaksi antara pengajar dan pelajar, (3) Memfasilitasi bagi
siapa saja yang ingin berbagi pengetahuan baik untuk menjadi pengajar
maupun ikut belajar di kelas yang ada. Mempertemukan pengajar dengan
pengajar, pengajar dengan pelajar dan semua orang yang mempunyai minat
untuk belajar, dan mendorong terciptanya inovasi – inovasi baru belajar
online [14].
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian
eksperimen Pre-Experimental tipe One-Shot Case Study dimana pada tahap
ini terdapat suatu kelompok yang diberi treatment / perlakuan, dan
selanjutnya diobservasi hasilnya [9].
Treatment Treatment Observasi
X1 X2 O
Tabel 1 Desain One Shot Case Study
X 0
X = Treatment yang diberikan
0 = Observasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah siswa kelas X
APKJT-4 SMKN Ngablak Magelang, sampel diambil dari jumlah siswa
sebanyak 20 siswa. Penelitian ini melalui tiga tahap, yaitu (1) Tahap
perisiapan. (2) Tahap Pelaksanaan. (3) Tahap pengolahan dan analisi data.
No Tahapan Penelitian Keterangan
1
2
3
Tahap Persiapan
Tahap pelaksanaan
Pengolahan dan analisis
data
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Wawancara
Obervasi
Menentukan populasi dan sampel
Menyiapkan Materi
Menyusun RPP
Menyusun Lembar Observasi
Observasi
Pemberian treatment I
Pemberian treatment II
Mengolah lembar observasi
Mengolah seluruh sumber data
Tabel 2 Tahapan Penelitian
Pada tahap persiapan hal yang pertama dilakukan adalah melakukan
observasi dan wawancara pada objek yang akan digunakan sebagai
penelitian. Wawancara dimaksudkan untuk menemukan masalah – masalah
apa yang terjadi pada kegiatan pembelajaran di kelas. Observasi pada objek
penelitian digunakan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran di
sekolah pada tempat yang akan dilakukan penelitian untuk menentukan
populasi dan seampel. Selanjutnya melakukan konsultasi dengan guru mata
pelajaran terkait untuk penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan
materi yang akan diajarkan pada saat dilaksanakan penelitian sesuai dengan
silabus yang digunakan guru di sekolah dan juga penyusunan lembar
observasi yang digunakan sebagai pengumpulan data pada saat penelitian
berlangsung.
Kegiatan Deskripsi
Pendahuluan - Pembelajaran diawali dengan berdoa dan memberi salam kepada peserta didik
- Mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk memulai proses KBM
(kerapian, kebersihan ruang kelas, menyediakan media dan alat serta buku
yang diperlukan).
- Memantau kehadiran dengan mengabsen peserta didik.
- Menginformasikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.
Kegiatan Inti
Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok yang terdiri dari kelompok PRO
dan KONTRA
Guru menampilkan suatu pernyataan yang nantinya akan dijadikan bahan
untuk debat di kelas web yang sudah dibuat pada web kelaskita
Materi :
Kelompok PRO :
Kelompok KONTRA :
Peserta didik melakukan diskusi, tanya jawab dalam satu kelompok dengan materi
yang diberikan guru.
Peserta didik saling bertukar informasi dalam satu kelompok dengan materi
yang sama.
Setiap peserta didik mencari informasi dengan menggunakan media buku
referensi maupun media internet.
Masing-masing kelompok PRO / KONTRA melakukan presentasi hasil
diskusinya didepan kelas untuk mendapatkan tanggapan dari rekan peserta
didik lainnya.
Audien mengajukan sanggahan atau argument seputar materi yang dibahas
Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan
pada kelompok-kelompok diskusi yang telah selesai melaporkan hasil
diskusinya.
Penutup Guru menengahi kedua kelompok PRO / KONTRA agar argumntasi selesai
Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam untuk menciptakan suasana
yang religius.
Tabel 3 Desain Pembelajaran
Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan, yang akan dilakukan pada
tahap pelaksanaan adalah melakukan observasi lanjutan di kelas dengan
mengumpulkan data menggunakan lembar observasi yang telah dibuat
sebelumnya. Pertemuan ini adalah pemberian treatment pertama pada objek
penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran debat aktif dan juga
memulai pengenalan media pembelajaran berbasis weblog kelaskita yang
diterapkan sesuai dengan desain penelitian, desain penelitian terbagi
menjadi 3 kegiatan yaitu kegiatan pembukaan, inti dan penutup. Data yang
didapat kemudian ditulis pada lembar observasi. Pertemuan selanjutnya
pemberian treatment kedua sama halnya dengan treatment pertama akan
tetapi pada treatment kedua ini lebih spesifik pada penggunaan media
berbasis weblog kelaskita.
Tahap ketiga yaitu pengolahan dan analisi data. Pada kegiatan ini
yang dilakukan adalah mengolah seluruh data yang diperoleh pada lembar
observasi yang telah diisi pada tahap kedua dan seluruh sumber data
lainnya, hasil antara tahap observasi, treatment I dan treatment II akan
dianalisis dan dibandingkan apakah terdapat peningkatan pada objek
penelitian setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan metode
pembelajaran debat aktif yang didukung dengan media pembelajaran
berbasis weblog kelaskita. Hasil perhitungan semua data yang dianalisa
kemudian diambil kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari
pengolahan data. Pembuatan laporan penelitian berdasarkan hasil yang
diperoleh selama penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur
keaktifan siswa pada penelitian ini antara lain: (1) Observasi digunakan
untuk pengamatan yang disertai pencatatan secara sistematik tentang
fenomena – fenomena yang diteliti [11]. Dalam pengumpulan data
menggunakan teknik observasi peneliti menggunakan lembar pengamatan
yang didalamnya sudah terdapat poin – poin yang akan dinilai dalam
kegiatan diskusi didalam kelas. Pengukuran penelitian ini menggunakan
skala Guttman. skala Guttman digunakan apabila ingin mendapatkan
jawaban yang jelas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item – item
instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan [10]. Pada tahap
pengamatan menggunakan model pengamatan partisipatif, yaitu
pengamatan yang dilakukan dengan cara ikut serta atau melibatkan diri
dalam situasi objek yang diamati. (2) Metode Wawancara sama dengan
kuesioner hanya pelaksanaannya dilakukan secara lisan, dimana
pewawancara dapat menanyakan beberapa pertanyaan pada situasi tatap
muka antara pewawancara dan yang diwawancarai. Kelengkapan data yang
dikumpulkan tergantung dari keahlian pewawancara dan selalu mengacu
pada panduan wawancara [11]. Metode dokumentasi merupakan kegiatan
untuk mendapatkan deskripsi dan pemahaman mendalam atas fokus
penelitian, para peneliti akan mengumpulkan sejumlah dokumen seperti
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, pekerjaan siswa dan berbagai
dokumen yang terkait lainya. Dokumen – dokumen itu dianalisis untuk
memperdalam, dan memperinci temuan penelitian [12].
Teknik analisis data yang dilakukan adalah uji instrument dan
analisis data kualitatif dan kuantitatif yang telah diperoleh pada saat
melakukan penelitian. Untuk data kuantitatif diolah menggunakan perangkat
pengolah data sedangkan untuk data kualitatif diolah dan dianalisa untuk
dapat memperkuat data penelitian dan menjawab permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini.
4. Hasil dan Pembahasan
Proses pengambilan data dimulai dengan melakukan observasi pada
kegiatan belajar mengajar di kelas yang dilakukan oleh guru di kelas.
Langkah pertama adalah melakukan cek list pada lembar observasi yang
sudah dipersiapkan sebelumnya. Hal ini digunakan untuk mendapatkan data
awal dari penelitian.
Pertemuan selanjutnya guru melakukan kontrol penuh terhadap kelas
yang menjadi objek penelitian dengan langkah kegiatan awal sebagai
berikut : (1) guru mengawali pelajaran dengan salam. (2) Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. (3) Guru mengawali pembelajaran
dengan menyampaikan materi yang akan dibahas. (4) Guru membagi kelas
menjadi 2 kelompok inti yaitu kelompok pro dan kontra kemudian dibagi
kembali menjadi beberapa kelompok kecil. (3) Guru menyampaikan secara
singkat tentang teknis metode pembelajaran debat aktif.
Kegiatan selanjutnya adalah menerapkan metode pembelajaran debat
aktif di kelas. Teknis pelaksanaan pembelajaran debat aktif adalah sebagai
berikut : (1) Jumlah siswa dibagi menjadi 2 kelompok utama PRO dan
KONTRA, dimana tiap kelompok dibagi kembali menjadi beberapa
kelompok kecil. (2) Siswa duduk sesuai dengan kelompok masing – masing,
Guru menampilkan sebuah gambar yang akan menjadi debat antara
kelompok PRO dan KONTRA. (2) Setiap kelompok memuali diskusi dan
menyiapkan argument tentang gambar yang sudah ditampilkan, hasil diskusi
kemudian ditulis pada kolom kementar gambar kemudian
mempresentasikan. (3) Beberapa siswa yang tidak setuju dapat menyanggah
melalui kolom komentar, hal ini digunakan untuk siswa yang ingin
menyanggah tetapi kurang percaya diri untuk mengungkapkan secara
langsung. (4) Kelompok yang disanggah mengomentari secara lisan. (5)
Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi.
Refleksi dilakukan dengan mengkaji hasil dari treatment pertama
serta permasalahan yang dihadapi selama tindakan yang berlangsung pada
tahap pertama, diperoleh data bahwa siswa sudah mulai aktif dalam
mengikuti pembelajaran ini walaupun keaktifan belajar siswa belum semua
dan maksimal, ada beberapa kelemahan yang dihadapi pada siklus pertama
ini antara lain : (1) Banyak siswa yang masih belum mempunyai email
sehingga banyak waktu yang terbuang ketika mendaftar di web kelaskita.
(2) Sebagian besar siswa masih bingung dalam menggunakan web berbasis
e-learning sehingga banyak waktu yang terbuang pada treatment pertama.
(3) Waktu diskusi yang tidak sesuai dengan durasi yang sudah disiapkan
sehingga waktu presentasi dan tanya jawab menjadi berkurang. (4) Siswa
masih belum optimal dalam bekerjasama dan berdiskusi dalam
kelompoknya, karena dalam mengunakan fasilitas internet masih belum bisa
bertanggungjawab. (5) Belum banyak siswa yang berani bertanya secara
langsung.
Pada treatment kedua dilakukan untuk mengetahui proses
pembelajaran diskusi menggunakan metode debat aktif memanfaatkan
media berbais weblog kelaskita pada treatment kedua. Pengamatan
dilakukan sesuai dengan lembar observasi yang dipersiapkan. kegiatan
mengajar di kelas masih menggunakan instrument yang sama dengan
treatment pertama, pada treatment kedua ini diguankaan untuk memperbaiki
hasil refleksi yang telah dilakukan pada treatment sebelumnya, sehingga
data yang didapat lebih kompleks dan jelas.
Dalam mendukung proses pembelajaran debat aktif yang
dilakasanakan dalam kegiatan belajar di kelas, dilakukan penambahan
media berbasis weblog yang digunakan sebagai wadah bagi siswa yang
kurang percaya diri dalam melakukan kegiatan debat maupun memberikan
pendapat di depan kelas. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang kurang aktif
dapat ikut berperan dalam kegiatan diskusi kelompok maupun debat dan
beradu argument di depan kelas sehingga keaktifan siswa didalam kelas
dapat meningkat. Hasil dari pengamatan dilakukan chek list menggunakan
lembar observasi dengan skala guttman “ya” dan “tidak”. Perhitungan
persentase secara jelas dapat dilihat pada persamaan :
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =Jumlah skor terpenuhi
Skor keseluruhan 𝑋 100%
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari lembar observasi yang
telah diolah dan dievaluasi. Tersaji data hasil perhitungan observasi
keaktifan siswa di kelas sebagai berikut :
No Indikator Persentase Pertemuan
Observasi Treatment I Treatment II
1 Kemampuan siswa mempertahankan
pendapat
38,10% 50,00% 70,00%
2 Ketepatan struktur dan kosakata dalam
berargumen
57,14% 60,00% 80,00%
3 Siswa memberikan pendapat dalam
pelakasanaan proses diskusi kelompok
9,52% 55,00% 75,00%
4 Siswa memiliki inisiatif kerja dalam
kelompok
52,38% 85,00% 85,00%
5 Siswa meguasai topik yang diberikan 42,86% 55,00% 75,00%
6 Siswa menanggapi pendapat orang lain 33,33% 45,00% 65,00%
7 Logika berfikir dan realistis dalam
berargumen
28,57% 95,00% 95,00%
8 Memotivasi anggota kelompok lain 52,38% 85,00% 95,00%
9 Kejelasan dalam menyampaikan
argumentasi
19,05% 60,00% 70,00%
10 Kerjasama dalam kelompok 33,33% 75,00% 85,00%
Rata – rata 36,67% 66,50% 81,04%
Tabel 4
Hasil perhitungan persentase keaktifan siswa di kelas menggunakan
metode debat aktif
Terjadi peningkatan keaktifan akan tetapi ada beberapa aspek terjadi
penurunan, terlihat pada tabel kemampuan siswa mempertahankan pendapat
tidak mengalami peningkatan dari rata – rata sebelumnya pada tahap
observasi sebesar 57,14% dari 21 sampel menjadi 60,00% dari 20 sampel
yang diambil, hal ini terjadi karena sebagian siswa masih belum bisa
menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang baru diterapkan di kelas.
Selain itu pada indikator penguasaan topik / materi siswa juga tidak
meningkat dengan drastis, sebelumnya rata – rata kelas sebesar 42,86%
menjadi 55,00% hal ini terjadi dikarenakan pada metode pembelajaran
sebelumnya materi masih deberikan oleh guru, sehingga siswa hanya
mengembangkan materi yang diberikan guru, akan tetapi pada metode
pembelajaran debat aktif, setiap kelompok akan mencari materi sendiri
sesuai dengan pernyataan yang ditampilkan di depan kelas, sehingga masing
– masing kelompok akan mencari materi sendiri, dalam memanfaatkan
media internet yang disediakan oleh sekolah.
Dari treatment yang telah dilakukan ada indikator yang menjadi
perhatian pada treatment kedua adalah peningkatan yang drastis terlihat
pada indikator siswa memeberikan pendapat, pada tahap observasi awal
sebelum menggunakan metode debat aktif persentase siswa yang
memberikan pendapat sebesar 9,52% kemudian pada treatment kedua
mengalami peningkatan menjadi 55,00% dan meningkat kembali pada
treatment kedua menjadi 75,00% peningkatan ini sangat mencolok
dibandingkan dengan indikator lainnya, faktor yang mempengaruhi
peningkatan ini adalah perbedaan metode yang digunakan pada
pembelajaran di kelas, metode sebelumnya guru yang masih cenderung aktif
dalam pembelajaran di kelas mempengaruhi tingkat keaktifan, siswa tidak
mampu berkreasi sendiri dalam mencari dan memahami materi
pembelajaran.
Selain data yang diperoleh dari hasil observasi kelas, terdapat data
dari hasil observasi keaktifan siswa menggunakan media pembelajaran
weblog yang tersaji pada tabel 3 sebagai berikut :
No Indikator Pertemuan
Treatment I Treatment II
1 Ketepatan struktur dan kosakata dalam
berargumen
58.33% 91.67%
2 Siswa meguasai topik yang diberikan 66.67% 91.67%
3 Siswa menanggapi pendapat orang lain 66.67% 83.33%
4 Logika berfikir dan realistis dalam berargumen 83.33% 91.67%
5 Kejelasan dalam menyampaikan argumentasi 91.67% 100.00%
TOTAL 73.33% 91.67%
Tabel 5
Persentase keaktifan dengan menggunakan media berbasis weblog
kelaskita
Data yang diambil dalam persentase keaktifan menggunakan media
berbasis weblog diambil dari 12 sampel siswa yang rasa percaya diri mereka
kurang dalam mengemukakan pendapat di kelas, sehingga menggunakan
media berbasis weblog sebagai wadah untuk mengemukakan pendapat
mereka. Dari hasil evaluasi yang sudah dilakukan dapat dilihat hasil rata-
rata keaktifan dengan menggunakan metode pembelajaran debat aktif yang
didukung dengan media pembelajaran berbasis weblog. Setelah melakukan
pengolahan dengan media pengolah data, berikut hasil akhir persentase
keaktifan siswa :
Hasil Persentase =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 + 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 x 100%
=1080
808 𝑋 100%
= 74,81%
No. Jumlah Persentase Kategori
1 80,00 % ≤ µ ≤ 100 % Sangat Tinggi
2 60,00 % ≤ µ ≤ 79,99 % Tinggi
3 40,00 % ≤ µ ≤ 59,99 % Sedang
4 20,00 % ≤ µ ≤ 39,99 % Rendah
5 0 % ≤ µ ≤ 19,99 % Sangat Rendah
Keterangan : µ = Persentase yang dicapai
Tabel 5 Kualifikasi persentase lembar observasi [15]
Hasil penelitian ini menunjukkan bahawa penerapan metode debat aktif
dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas. Dalam proses
pembelajaran yang terjadi, siswa lebih terlihat aktif dalam mengikuti
kegiatan diskusi kelompok di kelas maupun di web kelaskita. Hasil
persentase lembar observasi kelas pada setiap treatmentnya mengalami
peningkatan mulai dari tahap observasi sebesar 36,67% meningkat pada
treatment pertama menjadi 66,50% dan kembali meningkat pada treatment
yang kedua menjadi 81,04%, dan juga hasil presentase keaktifan keaktifan
dengan menggunakan media berbasis weblog mengalami peningkatan. Hasil
perhitungan persentase total pembelajaran menggunakan metode debat aktif
yang didukung dengan media berbasis weblog kelaskita sebesar 74,81%
dimana hasil tersebut termasuk dalam kualifikasi “Tinggi”. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan debat aktif yang didukung
dengan media berbasis weblog dapat dikatakan positif.
5. Simpulan
Berdasarkan hasil penlitian dan pembahasan yang telah disampaikan
sebelumnya terdapat perubahan keaktifan siswa pada setiap tahap yang
dilakukan, terlihat dari rata – rata keseluruhan menunjukkan pada tahap
observasi sebesar 36,67% meningkat setelah dilakukan treatment pertama
menjadi 66,50% setelah mnggunakan metode pembelajaran debat aktif, dan
kembali meningkat menjadi 81,04% pada treatment kedua dengan
menggunakan metode debat akif yang dikombinasikan dengan media
pembelajaran berbasis weblog kelaskita. Penggunaan media berbasis weblog
kelaskita lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran di kelas, sebagian
siswa lebih nyaman memberikan pendapat dengan media kelaskita ini
dibandingkan memberikan pendapat langsung didepan kelas.
Debat aktif dapat menjadi alternatif metode pembelajaran di SMK N
1 Ngablak Magelang, karena metode ini dapat digunakan untuk
meningkatkan keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat,
mempertahankan pendapat, menanggapi pendapat orang lain memotivasi
siswa yang semula pasif menjadi lebih aktif dan semangat dalam
pembelajaran diskusi.
6. Daftar pustaka
[1] Novi, M., 2014., Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Mata
Kuliah Belajar dan Pembelajaran Dengan Metode Debat Plus Dalam
Proses Pembelaharan Matematika Pada Mahasiswa Tingkat 2
Semester II di IKIP PGRI Bojonegoro Tahun Pelajaran 2013 / 2014.
Magistra, (No. 88, ISSN 0215-9511).
[2] Sriwahyuni., Dantes., & Marhaeni., 2013., Pengaruh Implementasi
Metode Debat Terhadap Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris
Ditinjau Dari Minat Belajar Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Amplapura,
e-Journal Program Pasca Sarjana Universitas Pendidian Ganesha,
(Vol. 4).
[3] Tarigan, Henry Guntur., 2008., Berbicara Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa., Bandung: Angkasa.
[4] Arsjad, Maidar G., 1988., Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia., Jakarta: Erlangga.
[5] Huda, Miftahul., 2013., Model – Model Pengajaran dan
Pembelajaran., Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
[6] Hausstatter., & Nordkvelle., 2007., “perspective on group work in
distance learning”., Journal of distance education., 8(1)., oslo.,
Norwegia.
[7] Silberman, Melvil L., 2004., Active Learning 101 Cara Belajar Siswa
Aktif., Bandung : Nusamedia & Nuansa.
[8] Kuniarsih, Imas., 2015., Ragam Pengembangan Model Pembelajaran
Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru., Yogyakarta : Kata Pena.
[9] Sugiyono., 2011., Metode Pendlitian Administrasi., Jakarta : alfabeta.
[10] Sugiyono., 2012., Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &
D., Bandung : Alfaberta.
[11] Suprapto., 2013., Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu –
Ilmu Pengetahuan Sosial., Jakarta : PT. Buku Seru.
[12] Putra, Nusa., 2012., Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Depok
: PT. Rajagrafindo Persada.
[13] http://www.kelaskita.com/tentang., Diakses tanggal 18 Agustus 2015.
[14] http://www.kelaskita.com/fitur., Diakses tanggal 18 Agustus 2015.
[15] Arikunto, Suharsimi., 2007., Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
top related