penentuan kualitas soal pilihan berganda berdasarkan uji ......soal-soal evaluasi yang berbentuk...
Post on 19-Jan-2021
19 Views
Preview:
TRANSCRIPT
xi
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam pelaksanaan pembelajaran selalu ditemui evaluasi-evaluasi untuk menguji
tingkat pemahaman terhadap suatu bahan yang dipelajari. Evaluasi-evaluasi ini tidak
boleh hanya sembarang saja dibentuk karena evaluasi ini selalu menjadi penentu tingkat
pemahaman seseorang. Evaluasi terdiri dari evaluasi berbentuk essay atau pilihan ganda
yang masing-masing memiliki cara penilaian yang berbeda-beda. Evaluasi berbentuk
essay biasanya menggunakan sistem penilaian poin bertingkat yang jelas berbeda dengan
sistem penilaian pada evaluasi berbentuk pilihan ganda yang hanya memberi poin 1 pada
jawaban benar dan poin 0 pada jawaban salah. Evaluasi berbentuk pilihan ganda memiliki
beberapa pilihan jawaban yang terdiri dari jawaban sebenarnya dan beberapa pilihan
jawaban pengecoh. Sebuah evaluasi haruslah memiliki kualitas yang baik. Kualitas
sebuah evaluasi dapat dianalisis dengan teknik analisis butir.
Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat kualitas salah satu evaluasi yang
dilaksanakan oleh sebuah lembaga pendidikan dengan melakukan analisis butir terhadap
jawaban peserta evaluasi. Untuk menentukan kategori kualitas evaluasi digunakan sistem
inferensi fuzzy yaitu metode Mamdani dan Sugeno. Hasil yang diperoleh dibandingkan
dengan hasil pengkategorian kualitas yang didapatkan berdasarkan analisis butir.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana menentukan kualitas sebuah evaluasi dengan uji reliabilitas Kuder-
Richardson teknik Analisis Butir dan Sistem Inferensi Fuzzy?
C. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Menentukan kualitas sebuah evaluasi dengan uji reliabilitas Kuder-Richardson,
teknik Analisis Butir dan Sistem Inferensi Fuzzy metode Mamdani dan Sugeno.
xii
Hasil penelitian ini dituangkan dalam dua makalah sebagai berikut :
1. Penilaian Soal-Soal Pilihan Berganda dengan Menggunakan Analisis Butir dan
Metode Fuzzy Mamdani. Dipublikasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika Universitas PGRI Ronggalawe, Tuban, pada tanggal 24 Mei
tahun 2014.
2. Penentuan Kualitas Soal Pilihan Berganda Berdasarkan Uji Reliabilitas Kuder-
Richardson, Analisis Butir dan Metode Fuzzy Sugeno. Dipublikasikan dalam Seminar
Nasional Sains dan Pendidikan Sains IX Fakultas Sains dan Matematika Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga, pada tanggal 21 Juni 2014.
MAKALAH 1
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN: Tuban, 24 Mei 2014
Tema ”Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam
Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global”
PENILAIAN SOAL-SOAL PILIHAN BERGANDA
MENGGUNAKAN ANALISIS BUTIR DAN METODE FUZZY MAMDANI
Christina R. N. Yedidya1), Bambang Susanto2) dan Lilik Linawati2)
1) Mahasiswa Program Studi Matematika FSM UKSW 2) Dosen Pembimbing Program Studi Matematika
yedidyachristina@yahoo.com1) bsusanto5@gmail.com2) lina.utomo@yahoo.com2)
Abstrak
Soal-soal evaluasi yang berbentuk pilihan berganda haruslah memenuhi beberapa kriteria agar dapat dikatakan sebagai alat evaluasi yang baik. Satu set soal pilihan berganda terdiri dari 35 soal, yang masing-masing soal memiliki 4 opsi jawaban untuk mata pelajaran Matematika kelas VII telah diujikan pada siswa kelas VII di SMP Kristen Bentara Wacana Muntilan. Pada jawaban siswa yang diperoleh dilakukan analisis butir hingga didapatkan koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda untuk menentukan tingkat kualitas soal. Selanjutnya untuk menentukan kualitas soal digunakan pendekatan logika fuzzy yaitu Sistem Inferensi Fuzzy yang merupakan kerangka komputasi berdasar teori himpunan fuzzy, aturan fuzzy berbentuk IF-THEN dan penalaran fuzzy. Adapun metode inferensi yang digunakan dalam makalah ini adalah metode Mamdani. Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh 15 soal dengan kualitas baik, 15 soal perlu diperbaiki dan 5 soal disarankan untuk tidak dipakai.
Kata kunci: Analisis Butir, Evaluasi, Logika Fuzzy, Metode Mamdani.
I. PENDAHULUAN
Dalam menentukan tingkat pemahaman seseorang perlu diadakan suatu pengukuran dan penilaian terlebih dahulu. Kegiatan mengukur dan menilai ini biasa kita sebut dengan istilah evaluasi. Menurut Arikunto (1984) evaluasi adalah suatu kegiatan penilaian yang didahului dengan kegiatan pengukuran. Salah satu alat evaluasi adalah soal-soal berbentuk pilihan berganda yang merupakan bentuk soal dengan beberapa kemungkinan jawaban (opsi) yang telah disediakan. Seperangkat soal sebagai salah satu alat evaluasi haruslah memenuhi beberapa kriteria agar dapat dikatakan berkualitas baik. Penilaian kualitas soal dapat dilakukan dengan analisis butir. Analisis butir adalah suatu prosedur sistematis yang memberikan informasi-informasi khusus terhadap butir soal (Arikunto,1984:157). Teknik analisis butir dapat menghasilkan koefisien validitas, derajat kesukaran, daya beda soal dan efektifitas opsi, sehingga setiap butir soal akan dapat ditentukan statusnya. Status soal inilah yang menunjukan kualitas dari setiap butir soal.
Untuk menentukan status soal, maka koefisien valiiditas, derajat kesukaran dan daya beda dinyatakan dalam beberapa kategori. Kombinasi kategori dari besaran-besaran tersebut akan menentukan suatu soal dikatakan baik/diterima, perlu diperbaiki atau ditolak. Misalkan sebuah soal mempunyai koefisien validitas 0,5, derajat kesukaran 0,3 dan daya beda 0,4, maka soal tersebut disimpulkan sebagai soal yang baik/diterima. Soal lain dengan koefisien validitas sama yaitu 0,5, derajat kesukaran0,65 dan daya beda 0,6 juga disimpulkan sebagai soal yang baik/diterima. Jika dicermati nilai derajat kesukaran soal adalah 0,3 dan soal yang lain adalah 0,65, pada analisis butir kedua nilai derajat kesukaran ini sama-sama dikategorikan dalam derajat kesukaran “sedang”
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014
Tema “Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global”
padahal perbedaan kedua nilai ini cukup signifikan dalam rentang derajat kesukaran antara 0 sampai dengan 1. Hal ini menyebabkan terjadinya keambiguan dalam penentuan status soal. Untuk mengatasi keambiguan ini dapat digunakan logika fuzzy yang memperhatikan derajat keanggotaan sebuah nilai dalam suatu himpunan fuzzy tertentu. Koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda merupakan suatu variabel linguistik dengan nilai-nilai linguistik yang terkandung didalamnya. Nilai-nilai linguistik ini digunakan dalam pembentukan himpunan-himpunan fuzzy yang selanjutnya akan dikelola dengan Sistem Inferensi Fuzzy Mamdani untuk mendapatkan status soal yang lebih teliti.
II. KAJIAN TEORI
Analisis Butir
Teknik analisis butir dapat membantu mengidentifikasi kualitas butir-butir soal. Proses pengidentifikasian ini dilakukan dengan menganalisis koefisien validitas, derajat kesukaran, daya beda dan efektifitas opsinya terlebih dahulu.
Koefisien Validitas
Validitas suatu soal sebagai alat evaluasi adalah ketepatan mengukur yang dimiliki setiap soal dalam mengukur apa yang seharusnya diukur oleh soal tersebut. Suatu soal dapat dikatakan memiliki koefisien validitas yang tinggi atau dapat dinyatakan valid, jika ada korelasi positif yang signifikan antara skor item dengan skor totalnya. Karena data yang digunakan berupa data diskret murni dan data kontinyu, maka teknik korelasi yang tepat untuk digunakan adalah teknik korelasi point biserial. Dimana angka indeks korelasi ( ) yang dalam hal ini digunakan sebagai angka koefisien validitas dapat diperoleh dengan menggunakan rumus (Hidayat dkk, 2011) :
(1)
dengan
: rata-rata skor pada siswa yang menjawab benar soal.
: rata-rata skor seluruh siswa.
: standard deviasi skor seluruh siswa
: proporsi jumlah jawaban benar terhadap jumlah semua jawaban siswa
Dalam pemberian interpretasi terhadap tingkat validitas, Arikunto menentukan kategori koefisien validitas yang diperoleh untuk dapat memberikan interpretasi terhadap kevalidan suatu soal seperti tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1 Interpretasi Tingkat Validitas Nilai Koefisien Korelasi Kategori
Kurang dari 0 Tidak Valid 0-0,2 Validitas Sangat Rendah
0,2-0,4 Validitas Rendah 0,4-0,6 Validitas Cukup 0,6-0,8 Validitas Tinggi 0,8-1 Validitas Sangat Tinggi
Derajat Kesukaran
Untuk menentukan apakah soal yang digunakan sebagai alat evaluasi memiliki derajat kesukaran yang memadai atau tidak dapat dilakukan dengan menentukan angka indeks kesukarannya. Soal yang baik memiliki derajat kesukaran “sedang”. Mencari
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 3 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014
Tema “Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global”
nilai indeks kesukaran item dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan Du Bois seperti pada rumus (2) (Sudijono,2007).
(2)
di mana :
P = angka indeks kesukaran item (Proporsi)
Np= banyak peserta yang dapat menjawab dengan betul.
N = jumlah peserta yang mengikuti evaluasi.
Derajat kesukaran soal berkisar antara 0 sampai dengan 1. Semakin rendah nilai derajat kesukaran berarti semakin sukar soalnya. Interpretasi yang banyak digunakan sebagai pegangan adalah dari Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen (Sudijono, 2007) dengan kriteria seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Interpretasi Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran (P) Kategori
Kurang dari 0,30 Sukar 0,30 – 0,70 Cukup (sedang)
Lebih dari 0,70 Mudah
Daya Beda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan peserta evaluasi yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah, yang mana hal ini dilihat berdasarkan jumlah jawaban betul yang dihasilkan oleh masing-masing peserta evaluasi. Analisis ini ditujukan untuk melihat apakah suatu soal sudah berfungsi sebagai pembeda yang baik atau belum. Suatu soal dikatakan berdaya beda baik jika peserta evaluasi yang dianggap berkemampuan tinggi memiliki jawaban betul dan yang dianggap berkemampuan rendah memiliki jawaban salah. Untuk mengetahui daya beda soal bentuk pilihan ganda dapat dipergunakan rumus korelasi biserial (rbis) seperti berikut (Hidayat dkk, 2011) :
(3)
dengan
: rata-rata skor pada siswa yang menjawab benar soal.
: rata-rata seluruh siswa.
: standard deviasi seluruh siswa
: ordinat kurva normal
: proporsi jumlah jawaban benar terhadap jumlah semua jawaban siswa
Nilai daya beda dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 3 (Arikunto,1984:171).
Tabel 3 Interpretasi Daya Beda Daya beda Kategori
Kurang dari 0,20 Jelek 0,20 – 0,40 Cukup 0,40 – 0,70 Baik
0,70 - 1 Baik Sekali
Efektifitas Opsi
Pada soal pilihan berganda setiap butir soal selalu memiliki beberapa alternatif jawaban yang terdiri dari satu buah jawaban sesungguhnya (opsi kunci) dan beberapa
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 4 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014
Tema “Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global”
jawaban salah yang biasa disebut opsi pengecoh atau distraktor. Sebuah pengecoh dibuat dengan tujuan agar peserta evaluasi akan menghadapi keragu-raguan dalam memilih jawaban sesungguhnya. Sebuah opsi pengecoh dapat dikatakan telah menjalankan fungsinya dengan baik jika sekurang-kurangnya sudah dipilih oleh 5% dari keseluruhan peserta yang mengikuti evaluasi tersebut. Analisis ini tidak digunakan dalam penentuan status soal karena cenderung bisa langsung dilakukan perbaikan terhadap opsi yang kurang efektif.
Status Soal
Penilaian kualitas soal dengan analisis butir dilakukan dengan mempertimbangkan koefisien validitas yang terkandung dalam suatu soal terlebih dahulu. Jika suatu soal tidak valid maka soal jelas tidak dapat dikatakan baik, namun jika nilai validitas sudah cukup maka kualitas soal dapat dipertimbangakan dengan melihat nilai derajat kesukaran dan daya bedanya. Jika dua atau lebih nilai diantara ketiga nilai ini sudah memenuhi kriteria maka soal dapat dikatakan baik. Jika hanya salah satu diantara ketiga nilai ini memenuhi maka soal dapat diteliti dan diperbaiki sebelum digunakan kembali. Tetapi jika ketiga nilai tidak memenuhi maka soal sebaiknya tidak digunakan lagi.
Sistem Inferensi Fuzzy
Derajat kesukaran dikategorikan “sedang” jika nilai derajat kesukaran berada antara 0,3 sampai dengan 0,7, maka soal dengan derajat kesukaran 0,3 akan dimasukan dalam kategori yang sama dengan soal yang memiliki derajat kesukaran 0,65. Hal ini menunjukan bahwa batas untuk kategori “sedang” tersebut tidak bisa ditentukan secara tegas. Untuk mengatasi hal ini, digunakan fungsi keanggotaan. Nilai dari fungsi keanggotaan ini disebut derajat keanggotaan suatu unsur dalam suatu himpunan fuzzy. Derajat keanggotaan dinyatakan dalam rentang nilai 0 sampai dengan 1. Dengan kata lain, fungsi keanggotaan dari suatu himpunan fuzzy A dalam semesta X adalah pemetaan µA dari X ke selang [0,1], yaitu µA : X →[0,1]. Nilai fungsi µA(x) menyatakan derajat keanggotaan unsur x X dalam himpunan fuzzy A (Susilo,2003:48)/
Beberapa fungsi yang bisa digunakan untuk menyatakan nilai keanggotaan fuzzy adalah representasi segitiga dan kurva trapesium yang pada dasarnya merupakan gabungan antara dua garis linear seperti terlihat pada Gambar 1a dan 1b.
Gambar 1a Representasi Kurva Segitiga Gambar 1b Representasi Kurva Trapesium
Fungsi keanggotaannya tersaji pada persamaan (4a) untuk kurva segigiga dan persamaan (4b) untuk kurva trapesium.
(4a)
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 5 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014
Tema “Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global”
(4b)
dengan : = nilai domain
= nilai input yang akan diubah ke dalam bilangan fuzzy Dari hasil analisis butir dapat dilakukan pendekatan logika fuzzy yaitu Sistem
Inferensi Fuzzy. Dalam membangun sebuah sistem inferensi fuzzy salah satu metode panalaran yang sering digunakan adalah metode Mamdani. Tahap-tahap yang diperlukan untuk menghasilkan output dengan metode ini adalah sebagai berikut (Kusumadewi,2004) :
1. Pembentukan himpunan fuzzy Tahapan pertama pada metode Mamdani adalah menentukan variabel fuzzy dan membentuk himpunan-himpunan fuzzy untuk semua variabel, baik variabel input maupun variabel output. Kemudian ditentukan pula fungsi keanggotaan untuk setiap himpunan yang telah dibentuk.
2. Aplikasi fungsi implikasi Implikasi pada metode Mamdani didasarkan pada asumsi bahwa implikasi fuzzy pada dasarnya bersifat lokal, dalam arti bahwa implikasi
Jika x adalah A, maka y adalah B hanya berbicara mengenai keadaan dimana x adalah A dan y adalah B saja, dan tidak mengenal keadaan lain diluar itu (Susilo,2003:146). Fungsi implikasi yang digunakan pada metode Mamdani adalah fungsi Min yang dapat dinyatakan sebagai berikut :
(5) dengan
= fungsi keanggotaan = derajat keanggotaan dari himpunan fuzzy . = derajat keanggotaan dari himpunan fuzzy .
3. Komposisi Aturan
Tidak seperti pada penalaran monoton, apabila sistem terdiri dari beberapa aturan maka inferensi diperoleh dari kumpulan dan korelasi antar aturan. Ada 3 metode yang digunakan untuk melakukan inferensi sistem fuzzy, yaitu : Max, Additive dan Probabilistik OR. Pada metode Max, solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan cara mengambil nilai maksimum aturan, kemudian menggunakannya untuk memodifikasi daerah fuzzy, dan mengaplikasikannya ke output dengan menggunakan operator OR (union). Jika semua proporsi telah dievaluasi, maka output akan berisi suatu himpunan fuzzy yang merefleksikan kontribusi dari tiap-tiap proporsi. Secara umum dapat dituliskan :
(6)
dengan = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke- .
= nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke- . 4. Penegasan (defuzzifikasi)
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 6 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014
Tema “Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global”
Input dari proses defuzzifikasi adalah suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari suatu komposisi aturan-aturan fuzzy, sedangkan output yang dihasilkan merupakan suatu bilangan pada himpunan fuzzy tersebut. Sehingga diberikan suatu himpunan fuzzy dalam range tertentu, maka harus dapat diambil suatu nilai tegas tertentu sebagai output. Salah satu metode defuzzifikasi adalah dengan metode Centroid, untuk semesta diskrit digunakan persamaan :
(7)
dengan = nilai hasil penegasan (defuzzifikasi) = nilai keluaran pada aturan ke- .
= derajat keanggotaan nilai keluaran pada aturan ke- .
II. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan terhadap hasil jawaban 58 siswa di SMP Kristen Bentara
Wacana Muntilan untuk 35 butir soal pilihan ganda yang dilaksanakan pada Semester
Ganjil tahun ajaran 2013-2014. Dalam penelitian ini akan ditentukan kualitas soal
berdasarkan analisis butir dan metode Mamdani pada Sistem Inferensi Fuzzy. Untuk itu
ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan data hasil jawaban siswa dengan memberi nilai 1 untuk jawaban
benar dan 0 untuk jawaban salah pada setiap butir soal ke dalam tabel.
2. Menganalisis data yang telah dipersiapkan dengan teknik analisis butir yaitu
menghitung koefisien validitas dengan menggunakan rumus (1), menghitung
derajat kesukaran dengan menggunakan rumus (2) dan menghitung daya beda soal
dengan menggunakan rumus (3).
3. Menentukan kualitas soal menggunakan Sistem Inferensi Fuzzy metode Mamdani
dengan langkah-langkah :
Langkah 1 : Pembentukan himpunan fuzzy.
Tabel 4 Himpunan Fuzzy untuk Koefisien Validitas, Derajat Kesukaran dan Daya Beda
Variabel Himpunan Domain Fungsi
Keanggotaan Parameter
Koefisien Validitas
Tidak Valid [-0,2:0] trapesium [-0.2;-0.2;0;1]] Validitas Sangat Rendah [0:0,2] Segitiga [0 ; 0,125 ; 0,25]
Validitas Rendah [0,2:0,4] Segitiga [0,15 ; 0,3 ; 0,45] Validitas Cukup [0,4:0,6] Segitiga [0,35 ; 0,5 ; 0,65] Validitas Tinggi [0,6:0,8] Segitiga [0,55 ; 0,7 ; 0,85]
Validitas Sangat Tinggi [0,8:1] trapesium [0,75 ; 1 ; 1,25 ; 1,25]
Derajat Kesukaran
Sulit [0:0,3] Segitiga [-0,4 ; 0 ; 0,4] Sedang [0,3:0,7] Segitiga [0,2 ; 0,5 ; 0,8] Mudah [0,7:1] Segitiga [0,6 ; 1 ; 1,4]
Daya Beda
Jelek [0:0,2] Segitiga [-0,3 ; 0 ; 0,3] Cukup [0,2:0,4] Segitiga [0,1 ; 0,3 ; 0,5] Baik [0,4:0,7] Segitiga [0,3 ; 0,55 ; 0,8]
Baik Sekali [0,7:1] Segitiga [0,6 ;1 ; 1,4]
Status Soal Tidak Dipakai [-1:1] Trapesium [-1 ; -1 ; 0 ; 1]
Teliti Ulang / Perbaiki [1:2] Segitiga [0,5 ; 1,5 ; 2,5] Terima [2:3] Trapesium [2 ; 3 ; 4 ; 4]
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 7 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014
Tema “Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global”
Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel koefisien
validitas, derajat kesukaran dan daya beda. Sedangkan variabel outputnya adalah
variabel status soal. Dari variabel yang telah dimunculkan dapat disusun domain
himpunan fuzzy. Berdasarkan domain tersebut, selanjutnya ditentukan fungsi
keanggotaan dari masing-masing variabel seperti tertera pada Tabel 4. Himpunan
fuzzy dari variabel input koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda serta
variabel output status soal direpresentasikan pada Gambar 1, 2, 3 dan 4.
Gambar 1 Koefisien Validitas Gambar 2 Derajat Kesukaran
Gambar 3 Daya Beda Gambar 4 Status Soal
Langkah 2 : Aplikasi fungsi Implikasi. Setelah himpunan fuzzy terbentuk, maka dilakukan pembentukan aturan fuzzy. Aturan-aturan ini digunakan untuk menyatakan relasi antara variabel-variabel input terhadap variabel outputnya. Tiap aturan merupakan suatu implikasi dengan operator yang menghubungkan input satu dengan input lainnya adalah operator AND dan operator yang memetakan antara input-output adalah operator IF-THEN. Berdasar kategori dalam status soal, maka dapat dibentuk aturan-aturan pada Tabel 5.
Tabel 5 Aturan-aturan Fuzzy Aturan
ke
Koefisien Validitas
Derajat
Kesukaran Daya Beda Status Soal
1 IF
Tidak Valid
AND
Sulit
AND Jelek THEN Tidak dipakai
2 IF AND AND Cukup THEN Tidak dipakai 3 IF AND AND Baik THEN Tidak dipakai 4 IF AND AND Baik sekali THEN Tidak dipakai 5 IF AND
Sedang
AND Jelek THEN Tidak dipakai 6 IF AND AND Cukup THEN Tidak dipakai 7 IF AND AND Baik THEN Tidak dipakai 8 IF AND AND Baik sekali THEN Tidak dipakai 9 IF AND
Mudah
AND Jelek THEN Tidak dipakai 10 IF AND AND Cukup THEN Tidak dipakai 11 IF AND AND Baik THEN Tidak dipakai 12 IF AND AND Baik sekali THEN Tidak dipakai
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 8 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014
Tema “Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global”
Aturan ke
Koefisien Validitas
Derajat
Kesukaran Daya Beda Status Soal
13 IF
validitas sangat rendah
AND
Sulit
AND Jelek THEN Tidak dipakai 14 IF AND AND Cukup THEN Tidak dipakai 15 IF AND AND Baik THEN Tidak dipakai 16 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 17 IF AND
Sedang
AND Jelek THEN Perbaiki 18 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki 19 IF AND AND Baik THEN Perbaiki 20 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 21 IF AND
Mudah
AND Jelek THEN Tidak dipakai 22 IF AND AND Cukup THEN Tidak dipakai 23 IF AND AND Baik THEN Tidak dipakai 24 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki
25 IF
Validitas rendah
AND
Sulit
AND Jelek THEN Tidak dipakai
26 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki 27 IF AND AND Baik THEN Perbaiki 28 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 29 IF AND
Sedang
AND Jelek THEN Perbaiki 30 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki 31 IF AND AND Baik THEN Terima 32 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 33 IF AND
Mudah
AND Jelek THEN Tidak dipakai 34 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki 35 IF AND AND Baik THEN Perbaiki 36 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 37 IF
Validitas cukup
AND
Sulit
AND Jelek THEN Perbaiki 38 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki 39 IF AND AND Baik THEN Terima 40 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 41 IF AND
Sedang
AND Jelek THEN Perbaiki 42 IF AND AND Cukup THEN Terima 43 IF AND AND Baik THEN Terima 44 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 45 IF AND
Mudah
AND Jelek THEN Perbaiki 46 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki 47 IF AND AND Baik THEN Terima 48 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 49 IF
Validitas tinggi
AND
Sulit
AND Jelek THEN Perbaiki 50 IF AND AND Cukup THEN Terima 51 IF AND AND Baik THEN Terima 52 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 53 IF AND
Sedang
AND Jelek THEN Terima 54 IF AND AND Cukup THEN Terima 55 IF AND AND Baik THEN Terima 56 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 57 IF AND
Mudah
AND Jelek THEN Perbaiki 58 IF AND AND Cukup THEN Terima 59 IF AND AND Baik THEN Terima 60 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 61 IF
Validitas sangat tinggi
AND
Sulit
AND Jelek THEN Perbaiki 62 IF AND AND Cukup THEN Terima 63 IF AND AND Baik THEN Terima 64 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 65 IF AND
Sedang
AND Jelek THEN Terima 66 IF AND AND Cukup THEN Terima 67 IF AND AND Baik THEN Terima 68 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 69 IF AND
Mudah
AND Jelek THEN Perbaiki 70 IF AND AND Cukup THEN Terima 71 IF AND AND Baik THEN Terima 72 IF AND AND Baik sekali THEN Terima
Setelah aturan-aturan dibentuk, maka dilakukan aplikasi fungsi implikasi. Pada metode Mamdani ini fungsi implikasi yang digunakan adalah MIN, yang berarti tingkat keanggotaan yang didapat sebagai konsekuensi dari proses ini adalah nilai minimum dari variabel derajat kesukaran, daya beda dan koefisien validitas.
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 9 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014
Tema “Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global”
Sehingga selanjutnya akan didapat daerah fuzzy pada variabel status soal untuk masing-masing aturan. Input aturan-aturan fuzzy tersebut pada rule editor MATLAB adalah sebagai berikut :
Gambar 6 Rule Editor MATLAB
Langkah 3 : Komposisi aturan. Pada metode Mamdani, komposisi antar fungsi implikasi menggunakan fungsi MAX yaitu dengan cara mengambil nilai maksimum dari output aturan kemudian menggabungkan daerah fuzzy dari masing-masing aturan dengan operator OR seperti tertera pada rumus 6. Dengan MATLAB komposisi aturan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Rule Viewer pada program Matlab
Langkah 4 : Penegasan (Defuzzifikasi). Input dari proses defuzzifikasi adalah suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari komposisi aturan fuzzy, sedangkan output yang dihasilkan merupakan suatu bilangan tegas pada domain himpunan fuzzy tersebut. Sehingga jika diberikan suatu
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 10 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014
Tema “Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global”
himpunan fuzzy dalam range tertentu, maka harus dapat diambil suatu nilai tegas tertentu sebagai output. Pada metode ini, solusi tegas diperoleh dengan cara mengambil titik pusat daerah fuzzy seperti dirumuskan pada rumus (7). Dengan menggunakan Toolbox Fuzzy pada MATLAB hal ini dilakukan dengan mengubah nilai input pada Rule Viewer yang tampak pada Gambar 7.
4. Pembahasan.
III. PEMBAHASAN
Analisis butir berdasarkan data yang dimiliki menghasilkan nilai koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda seperti tertera pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Analisis Butir
no Koefisien Validitas Tingkat Kesukaran Daya Beda
nilai kategori nilai kategori nilai kategori
1 0,410 cukup 0,810 Mudah 0,414 Baik
2 0,411 cukup 0,397 Sedang 0,415 Baik
3 0,000 sangat rendah 0,983 Mudah 0,000 Jelek
4 0,330 rendah 0,862 Mudah 0,333 Cukup
5 0,384 rendah 0,759 Mudah 0,388 Cukup
6 0,321 rendah 0,914 Mudah 0,323 Cukup
7 0,638 tinggi 0,845 Mudah 0,643 Baik
8 0,452 cukup 0,879 Mudah 0,456 Baik
9 0,168 sangat rendah 0,931 Mudah 0,169 Jelek
10 0,545 cukup 0,828 Mudah 0,550 Baik
11 0,465 cukup 0,931 Mudah 0,469 Baik
12 0,561 cukup 0,828 Mudah 0,566 Baik
13 0,250 rendah 0,379 Sedang 0,252 Cukup
14 0,633 tinggi 0,724 Mudah 0,638 Baik
15 0,470 cukup 0,810 Mudah 0,474 Baik
16 0,589 cukup 0,638 Sedang 0,594 Baik
17 0,571 cukup 0,517 Sedang 0,576 Baik
18 0,408 cukup 0,879 Mudah 0,412 Baik
19 0,544 cukup 0,621 Sedang 0,549 Baik
20 0,531 cukup 0,741 Mudah 0,535 Baik
21 0,552 cukup 0,586 Sedang 0,557 Baik
22 0,309 rendah 0,362 Sedang 0,312 Cukup
23 0,263 rendah 0,448 Sedang 0,266 Cukup
24 0,303 rendah 0,345 Sedang 0,306 Cukup
25 0,032 sangat rendah 0,759 Mudah 0,033 Jelek
26 0,158 sangat rendah 0,190 Sulit 0,160 Jelek
27 0,399 rendah 0,586 Sedang 0,403 Baik
28 0,368 rendah 0,448 Sedang 0,372 Cukup
29 0,503 cukup 0,724 Mudah 0,507 Baik
30 0,458 cukup 0,741 Mudah 0,462 Baik
31 0,125 sangat rendah 0,379 Sedang 0,126 Jelek
32 0,534 cukup 0,845 Mudah 0,538 Baik
33 0,160 sangat rendah 0,310 Sedang 0,161 Jelek
34 0,635 tinggi 0,690 Sedang 0,641 Baik
35 0,395 rendah 0,707 Mudah 0,398 Cukup
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 11 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014
Tema “Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global”
Koefisien validitas yang didapat pada Tabel 6 menunjukan bahwa soal-soal nomor 3, 9, 25, 26, 31 dan 32 masih memiliki validitas yang sangat rendah karena memiliki nilai koefisien korelasi dibawah 0,2. Untuk soal-soal nomor 7, 14 dan 31 memiliki validitas yang tinggi, sedangkan untuk 10 soal yang lain memiliki tingkat validitas rendah dan 16 soal memiliki tingkat validitas yang cukup. Pada hasil ini tidak terdapat tingkat validitas yang sangat tinggi, ini menunjukan bahwa dari keseluruhan soal yang digunakan dalam evaluasi tersebut belum ada yang benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur pada evaluasi tersebut. Pada kolom Derajat Kesukaran dapat kita lihat bahwa 14 soal sudah masuk dalam kategori sedang dan hanya 1 soal yang masuk kategori sulit yaitu soal nomor 26, sedangkan 20 soal yang lain masuk dalam kategori mudah. Untuk kolom daya beda dapat kita lihat bahwa soal nomor 3, 9, 25, 26, 31 dan 33 memiliki daya beda yang jelek. Ini berarti bahwa soal-soal tersebut belum bisa membedakan kemampuan peserta evaluasi. Selain itu 9 soal memiliki daya beda cukup dan 20 soal memiliki daya beda yang baik. Dari hasil daya beda ini dapat kita lihat pula bahwa belum ada soal yang memiliki daya beda sangat baik. hal ini menunjukan bahwa dalam evaluasi ini belum ada soal yang benar-benar bisa membedakan kemampuan pesertanya.
Selanjutnya dengan mengubah nilai input sesuai nilai-nilai koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda yang digunakan terdapat pada Tabel 6 didapat nilai tegas dan status soal dengan metode Mamdani sebagaimana tertera pada Tabel 7.
Tabel 7 Status soal menggunakan metode Mamdani dengan bantuan MATLAB
No Metode Mamdani
Solusi Tegas
Status Soal
1 1,850 diperbaiki
2 1,940 diperbaiki
3 1,000 ditolak
4 1,500 diperbaiki
5 1,720 diperbaiki
6 1,500 diperbaiki
7 2,640 diterima
8 2,090 diterima
9 0,353 ditolak
10 2,630 diterima
11 2,210 diterima
12 2,630 diterima
No Metode Mamdani
Solusi Tegas
Status Soal
13 1,350 diperbaiki
14 2,580 diterima
15 2,190 diterima
16 2,600 diterima
17 2,630 diterima
18 1,850 diperbaiki
19 2,640 diterima
20 2,590 diterima
21 2,650 diterima
22 1,540 diperbaiki
23 1,500 diperbaiki
24 1,520 diperbaiki
No Metode Mamdani
Solusi Tegas
Status Soal
25 0,530 ditolak
26 0,174 ditolak
27 1,840 diperbaiki
28 1,730 diperbaiki
29 2,580 diterima
30 1,980 diperbaiki
31 1,350 diperbaiki
32 2,640 diterima
33 0,910 ditolak
34 2,600 diterima
35 1,830 diperbaiki
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa pada penerapan metode Mamdani soal-soal nomor 3, 9, 25, 26 dan 33 dinyatakan ditolak. Jika dilihat lebih rinci soal-soal tersebut tidaklah memenuhi kriteria-kriteria pada analisis butir. Dari hasil tersebut 15 soal yang harus diperiksa dan diperbaiki agar dapat digunakan sebagai alat evaluasi yang baik. Kemudian untuk 15 soal yang lain dinyatakan sebagai soal yang dapat diterima untuk alat evaluasi yang baik karena sudah memenuhi kriteria analisis butir yaitu nilai koefisien validitas yang cukup tinggi, sudah memiliki derajat kesukaran yang sedang dan sudah memiliki daya beda yang baik.
Selanjutnya hasil penentuan status soal dengan metode Mamdani ini kita bandingkan dengan hasil penentuan status soal secara manual sesuai penentuan dengan analisis butir seperti tersaji pada Tabel 8.
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 12 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014
Tema “Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global”
Tabel 8 Status soal menggunakan metode Mamdani dan Analisis Butir
No Metode
Mamdani Analisis Butir
1 diperbaiki diterima
2 diperbaiki diterima
3 ditolak ditolak
4 diperbaiki diperbaiki
5 diperbaiki diperbaiki
6 diperbaiki diperbaiki
7 diterima diterima
8 diterima diterima
9 ditolak ditolak
10 diterima diterima
11 diterima diterima
12 diterima diterima
No Metode
Mamdani Analisis Butir
13 diperbaiki diterima
14 diterima diterima
15 diterima diterima
16 diterima diterima
17 diterima diterima
18 diperbaiki diterima
19 diterima Diterima
20 diterima diterima
21 diterima diterima
22 diperbaiki diterima
23 diperbaiki diterima
24 diperbaiki diterima
No Metode
Mamdani Analisis Butir
25 Ditolak ditolak
26 Ditolak ditolak
27 Diperbaiki diterima
28 Diperbaiki diterima
29 Diterima diterima
30 Diperbaiki diterima
31 Diperbaiki diperbaiki
32 Diterima diterima
33 Ditolak diperbaiki
34 Diterima diterima
35 Diperbaiki diperbaiki
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa terdapat 11 soal yang memiliki perbedaan status saat ditentukan dengan metode Mamdani dan ditentukan secara manual. Jika diperhatikan soal yang memiliki status berbeda tersebut dinyatakan lebih rendah oleh metode Mamdani. Hal ini dikarenakan pada metode Mamdani nilai-nilai input yang mendekati batas-batas kategori lebih diberi toleransi, sedangkan pada penentuan secara manual batas-batas kategori tidak memiliki toleransi.
IV. KESIMPULAN
Dengan menggunakan analisis butir pada makalah ini didapat nilai koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda untuk 35 butir soal yang ada. Selanjutnya dengan metode Mamdani nilai koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda tersebut diolah sehingga didapat status soal yang sesuai untuk masing-masing butir soal yang ada. Saat hasil status soal yang didapat dengan metode Mamdani ini dibandingkan dengan status soal yang ditentukan secara manual dapat dilihat bahwa penentuan dengan metode Mamdani jauh lebih teliti karena setiap variabel benar-benar diperhitungkan derajat keanggotaannya. Setelah mengetahui status soal diharapkapkan dapat dilakukan perbaikan terhadap evaluasi-evaluasi selanjutnya. Sehingga diharapkan dalam evaluasi-evaluasi yang akan datang butir-butir soal yang terkandung didalamnya sudah memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai suatu alat evaluasi yang baik.
V. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1984. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: PT.
Bina Aksara.
Guilford, J.P. & Benjamin Fruchter. 1978. Fundamental Statistic in Psycology and
Education. Tokyo: McGraw-Hill.
Hidayat, Fadjar Noer & Sutrisno, Ashari. 2011. Pemanfaatan Program Pengolahan
Angka untuk Analisis Butir Soal dan Pengolahan Hasil Penilaian di
SD/SMP. Jakarta: PPPPTK Matematika.
Kusumadewi, Sri. 2002. Analisis & Desain Sistem Fuzzy Menggunakan TOOLBOX
MATLAB. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 13 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014
Tema “Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global”
Kusumadewi, Sri & Purnomo, Hari. 2004. Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung
Keputusan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rohmat, Nur. 2013. Rancangan Bangun Aplikasi untuk Menentukan Guru Teladan
dengan Metode Fuzzy Mamdani. (http://fuzzymamdani.blogspot.com/,
diakses tanggal 22 April 2014).
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Susilo, Frans. 2003. Pengantar Himpunan dan Logika Kabur serta Aplikasinya.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Wulandari, Yogawati. 2011. Aplikasi Metode Mamdani dalam Penentuan Status
Gizi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) Menggunakan Logika Fuzzy.
Program Sarjana. Universitas Negeri Yogyakarta.
MAKALAH 2
1
PENENTUAN KUALITAS SOAL PILIHAN BERGANDA BERDASARKAN UJI RELIABILITAS KUDER-RICHARDSON,
ANALISIS BUTIR DAN METODE FUZZY SUGENO
Christina R. N. Yedidya1), Bambang Susanto2) dan Lilik Linawati2) 1)Mahasiswa Program Studi Matematika FSM UKSW
2)Dosen Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga 50711 yedidyachristina@yahoo.com1)bsusanto5@gmail.com2)lina.utomo@yahoo.com2)
Abstrak
Penilaian terhadap kualitas satu set soal pilihan berganda sebagai alat evaluasi perlu memperhatikan beberapa syarat dan metode analisis yang digunakan. Pada makalah ini akan dipaparkan analisis terhadap satu set soal pilihan berganda untuk siswa kelas VII yang telah diujikan pada 3 kelompok siswa kelas VII di sebuah Sekolah Menengah Pertama. Berdasarkan jawaban siswauntuk masing-masing kelas diuji reliabilitas butir-butir soalnya menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20) dan didapat koefisien reliabilitas 0,74 , 0,87 dan 0,88 untuk masing-masing kelas dengan tingkat kecermatam yang hampir setara yaitu sebesar 2,19 , 2,2 dan 2,3. Selanjutnya dilakukan penentuan status soal dengan analisis butir dan pendekatan logika fuzzy yaitu Sistem Inferensi Fuzzy metode Sugeno. Berdasarkan analisis yang dilakukan hasil penentuan status soal yang diperoleh dengan analisis butir dan metode Sugeno dibandingkan dan didapatkan hasil kualitas soal yang tidak semuanya sama. Hasil-hasil ini juga akan dicermati lebih dalam dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas soal. Katakunci :Analisis Butir, Evaluasi, Reliabilitas, Rumus Kuder-Richardson, Logika Fuzzy, Metode Sugeno.
PENDAHULUAN
Suatu alat evaluasi untuk mengukur kemampuan seseorang haruslah berkualitas baik. Kualitas sebuah evaluasi dapat dilihat dengan menganalisis butir-butir yang terkandung didalamnya. Selain itu sebuah evaluasi yang berkualitas baik haruslah dapat dipercaya. Untuk mengetahui tingkat kepercayaan sebuah alat evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji reliabilitas.
Kualitas sebuah alat evaluasi ditentukan oleh koefisien valiiditas, derajat kesukaran dan daya beda yang telah didapat dengan menggunakan analisis butir dinyatakan dalam beberapa kategori. Kombinasi kategori dari besaran-besaran tersebut akan menentukan suatu soal dikatakan baik/diterima, perlu diperbaiki atau ditolak. Misalkan sebuah soal mempunyai derajat kesukaran 0,3 dan soal yang lain adalah 0,65, pada analisis butir kedua nilai derajat kesukaran ini sama-sama dikategorikan dalam derajat kesukaran “sedang” padahal perbedaan kedua nilai ini cukup signifikan dalam rentang derajat kesukaran antara 0 sampai dengan 1. Hal ini menyebabkan terjadinya keambiguan dalam penentuan kualitas soal. Untuk mengatasi keambiguan
ini dapat digunakan logika fuzzy yang memperhatikan derajat keanggotaan sebuah nilai dalam suatu himpunan fuzzy tertentu. Koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda merupakan suatu variabel linguistik dengan nilai-nilai linguistik yang terkandung didalamnya. Nilai-nilai linguistik ini digunakan dalam pembentukan himpunan-himpunan fuzzy yang selanjutnya akan dikelola dengan Sistem Inferensi Fuzzy Sugeno untuk mendapatkan status soal yang lebih teliti.
BAHAN
Analisis Butir
Teknik analisis butir dapat membantu mengidentifikasi kualitas butir-butir soal. Proses pengidentifikasian ini dilakukan dengan menganalisis koefisien validitas, derajat kesukaran, daya beda dan efektifitas opsinya terlebih dahulu.
Koefisien Validitas
Validitas suatu soal sebagai alat evaluasi adalah ketepatan mengukur yang dimiliki setiap soal dalam mengukur apa yang seharusnya diukur oleh soal tersebut. Suatu soal dapat dikatakan memiliki koefisien validitas yang tinggi atau dapat dinyatakan valid, jika ada korelasi positif yang
2
signifikan antara skor item dengan skor totalnya. Karena data yang digunakan berupa data diskret murni dan data kontinyu, maka teknik korelasi yang tepat untuk digunakan adalah teknik korelasi point biserial. Dimana angka indeks korelasi ( ) yang dalam hal ini
digunakan sebagai angka koefisien validitas dapat diperoleh dengan menggunakan rumus (1) [3].
(1)
dengan
: rata-rata skor pada siswa yang
menjawab benar soal.
: rata-rata skor seluruh siswa.
: standard deviasi skor seluruh siswa
: proporsi jumlah jawaban benar terhadap jumlah semua jawaban siswa
Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi menjadi kategori kevalidan suatu soal seperti tersaji pada Tabel 1 [1].
Tabel 1 Interpretasi Tingkat Validitas Nilai Koefisien
Korelasi Kategori
Kurang dari 0 Tidak Valid 0-0,2 Validitas Sangat
Rendah 0,2-0,4 Validitas Rendah 0,4-0,6 Validitas Cukup 0,6-0,8 Validitas Tinggi 0,8-1 Validitas Sangat Tinggi
Derajat Kesukaran
Untuk menentukan apakah soal yang digunakan sebagai alat evaluasi memiliki derajat kesukaran yang memadai atau tidak dapat dilakukan dengan menentukan angka indeks kesukarannya. Soal yang baik memiliki derajat kesukaran “sedang”. Mencari nilai indeks kesukaran item dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan Du Bois seperti pada rumus (2) [6].
(2)
di mana :
P = angka indeks kesukaran item (Proporsi)
Np= banyak peserta yang menjawab betul.
N = jumlah peserta yang mengikuti evaluasi.
Derajat kesukaran soal berkisar antara 0 sampai dengan 1. Semakin rendah nilai derajat kesukaran berarti semakin sukar soalnya. Interpretasi yang banyak digunakan sebagai acuan adalah dari Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen dengan kriteria seperti pada Tabel 2 [6].
Tabel 2 Interpretasi Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran
(P) Kategori
Kurang dari 0,30 Sukar 0,30 – 0,70 Cukup (sedang)
Lebih dari 0,70 Mudah
Daya Beda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan peserta evaluasi yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah, yang mana hal ini dilihat berdasarkan jumlah jawaban betul yang dihasilkan oleh masing-masing peserta evaluasi. Analisis ini ditujukan untuk melihat apakah suatu soal sudah berfungsi sebagai pembeda yang baik atau belum. Suatu soal dikatakan berdaya beda baik jika peserta evaluasi yang dianggap berkemampuan tinggi memiliki jawaban betul dan yang dianggap berkemampuan rendah memiliki jawaban salah. Untuk mengetahui daya beda soal bentuk pilihan ganda dapat digunakan rumus korelasi biserial ( ) seperti rumus (3) [3].
(3)
dengan
: rata-rata skor siswa yang menjawab
benar.
: rata-rata seluruh siswa.
: standard deviasi seluruh siswa
: ordinat kurva normal
: proporsi jumlah jawaban benar terhadap jumlah semua jawaban siswa
Nilai daya beda dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 3 [1].
Tabel 3 Interpretasi Daya Beda Daya beda Kategori
Kurang dari 0,20 Jelek 0,20 – 0,40 Cukup 0,40 – 0,70 Baik
0,70 - 1 Baik Sekali
3
Efektifitas Opsi
Pada soal pilihan berganda setiap butir soal selalu memiliki beberapa alternatif jawaban yang terdiri dari satu buah jawaban sesungguhnya (opsi kunci) dan beberapa jawaban salah yang biasa disebut opsi pengecoh atau distraktor. Sebuah pengecoh dibuat dengan tujuan agar peserta evaluasi akan menghadapi keragu-raguan dalam memilih jawaban sesungguhnya. Sebuah opsi pengecoh dapat dikatakan telah menjalankan fungsinya dengan baik jika sekurang-kurangnya sudah dipilih oleh 5% dari keseluruhan peserta yang mengikuti evaluasi tersebut. Analisis ini tidak digunakan dalam penentuan status soal karena cenderung bisa langsung dilakukan perbaikan terhadap opsi yang kurang efektif [1].
Status Soal
Penilaian kualitas soal dengan analisis butir dilakukan dengan mempertimbangkan koefisien validitas yang terkandung dalam suatu soal terlebih dahulu. Jika suatu soal tidak valid maka soal jelas tidak dapat dikatakan baik, namun jika nilai validitas sudah cukup maka kualitas soal dapat dipertimbangakan dengan melihat nilai derajat kesukaran dan daya bedanya. Jika dua atau lebih nilai diantara ketiga nilai ini sudah memenuhi kriteria maka soal dapat dikatakan baik. Jika hanya salah satu diantara ketiga nilai ini memenuhi maka soal dapat diteliti dan diperbaiki sebelum digunakan kembali. Tetapi jika ketiga nilai tidak memenuhi maka soal sebaiknya tidak digunakan lagi [6].
Uji Reliabilitas Kuder-Richardson
Hasil suatu evaluasi yang baik juga haruslah dapat dipercaya, nilai kepercayaan ini biasa disebut dengan reliabilitas. Thompson mengatakan bahwa hal yang penting untuk difahami adalah bahwa estimasi terhadap reliabilitas merupakan fungsi dari skor yang diperoleh melalui tes, bukanlah fungsi dari tes itu sendiri [2]. Bila suatu tes berisi butir-butir yang diberi skor dikotomi sedangkan jumlah butirnya tidak memungkinkan untuk dibagi maka salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengestimasi reliabilitasnya adalah dengan rumus Kuder-Richardson. Konsep dasar pada rumus ini adalah dengan membagi hasil suatu tes sebanyak jumlah butirnya,
sehingga setiap bagian hanya berisi satu butir saja. Adapun rumus Kuder-Richardson adalah :
(4)
dengan,
= varians skor tes
= banyak butir dalam tes
= proporsi jumlah jawaban benar terhadap jumlah semua jawaban siswa.
Proses pengestimasian reliabilitas tidak hanya berhenti dengan nilai koefisien reliabilitas yang didapat. Eror standar dalam pengukuran juga akan memberikan interpretasi secara relatif terhadap makna koefisien reliabilitas. Dua koefisien reliabilitas yang sama besar tidaklah selalu memberi makna kecermatan yang sama karena penafsiran terhadap tingginya koefisien reliabilitas tidak dapat dilepaskan dari besarnya varians skor tes. Begitu pula dua koefisien reliabilitas yang berbeda dapat saja memiliki kecermatan pengukuran yang setara. Adapun eror standar dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
(5)
dengan,
= varians skor tes
= koefisien reliabilitas skor tes.
Sistem Inferensi Fuzzy
Dalam penentuan status soal sering terjadi keambiguan karena nilai-nilai yang berbeda tetapi masih berada dalam batas tertentu akan dianggap sama atau mempunyai kategori yang sama. Untuk mengatasi hal ini, digunakan fungsi keanggotaan. Nilai dari fungsi keanggotaan ini disebut derajat keanggotaan suatu unsur dalam suatu himpunan fuzzy. Derajat keanggotaan dinyatakan dalam rentang nilai 0 sampai dengan 1. Dengan kata lain, fungsi keanggotaan dari suatu himpunan fuzzy A dalam semesta X adalah pemetaan µA dari X ke selang [0,1], yaitu µA : X →[0,1]. Nilai fungsi µA(x) menyatakan derajat keanggotaan unsur x X dalam himpunan fuzzy A [7].
Beberapa fungsi yang bisa digunakan untuk menyatakan nilai keanggotaan fuzzy adalah representasi segitiga dan kurva trapesium seperti terlihat pada Gambar 1 dan 2.
4
Gambar 1 Representasi Kurva Segitiga
Gambar 2 Representasi Kurva Trapesium Fungsi keanggotaannya tersaji pada persamaan (6a) untuk kurva segigiga dan persamaan (6b) untuk kurva trapesium.
(6a)
(6b) dengan :
= nilai-nilai pada domain = nilai input yang akan
diubah ke dalam bilangan fuzzy Dari hasil analisis butir dapat dilakukan pendekatan logika fuzzy yaitu Sistem Inferensi Fuzzy. Dalam membangun sebuah sistem inferensi fuzzy salah satu metode penalaran yang sering digunakan adalah metode Sugeno. Tahap-tahap yang diperlukan untuk menghasilkan keluaran dengan metode ini adalah sebagai berikut [5].
5. Pembentukan Himpunan Fuzzy 6. Aplikasi Operator Fuzzy
Aturan-aturan dasar dibentuk dengan model fuzzy Sugeno yaitu :
IF (x1 is A1) AND (x2 is A2) AND ..... AND (xn is An) THEN z = k
dengan Ai adalah himpunan fuzzy ke-i sebagai anteseden dan k adalah suatu konstanta (tegas) sebagai konsekuen [4].
7. Penegasan (defuzzifikasi) Penegasan yang digunakan dalam metode Sugeno adalah dengan mencari nilai rata-rata terbobot. Jika sebuah himpunan kabur
dalam semesta ℝ merupakan gabungan dari buah himpunan fuzzy, yaitu
, maka diubah menjadi bilangan tegas yang merupakan rerata terbobot dari pusat-pusat buah himpunan fuzzy tersebut, dengan tinggi masing-masing himpunan fuzzy itu sebagai bobotnya. Jadi
(7)
di mana adalah pusat dari himpunan fuzzy dan adalah tinggi dari .
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan terhadap hasil jawaban 58 siswa di SMP Kristen Bentara Wacana Muntilan untuk 35 butir soal pilihan ganda yang dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013-2014. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis kualitas soal menggunakan analisis butir, uji reliabilitas dengan rumus Kuder-Richardson dan metode Sugeno pada Sistem Inferensi Fuzzy. Untuk itu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut : 5. Mempersiapkan data hasil jawaban siswa
dengan memberi nilai 1 untuk jawaban
benar dan 0 untuk jawaban salah pada
setiap butir soal ke dalam tabel.
6. Menganalisis data yang telah dipersiapkan
dengan teknik analisis butir yaitu
menghitung koefisien validitas dengan
menggunakan rumus (1), menghitung
derajat kesukaran dengan menggunakan
rumus (2) dan menghitung daya beda soal
dengan menggunakan rumus (3).
7. Menentukan nilai koefisien reliabilitas
dengan menggunakan rumus Kuder-
Richardson dan mencari nilai eror
standarnya.
8. Menentukan kualitas soal menggunakan
Sistem Inferensi Fuzzy metode Sugeno
dengan langkah-langkah :
Langkah 1: Pembentukan himpunan fuzzy
5
Tabel 4 Himpunan Fuzzy untuk Koefisien Validitas, Derajat Kesukaran dan Daya Beda Variabel Himpunan Domain Fungsi Keanggotaan Parameter
Koefisien Validitas
Tidak Valid [-0,2:0] Trapesium [-0.2;-0.2;0;1]] Validitas Sangat Rendah [0:0,2] Segitiga [0 ; 0,125 ; 0,25]
Validitas Rendah [0,2:0,4] Segitiga [0,15 ; 0,3 ; 0,45] Validitas Cukup [0,4:0,6] Segitiga [0,35 ; 0,5 ; 0,65] Validitas Tinggi [0,6:0,8] Segitiga [0,55 ; 0,7 ; 0,85]
Validitas Sangat Tinggi [0,8:1] Trapesium [0,75 ; 1 ; 1,25 ; 1,25]
Derajat Kesukaran
Sulit [0:0,3] Segitiga [-0,4 ; 0 ; 0,4] Sedang [0,3:0,7] Segitiga [0,2 ; 0,5 ; 0,8] Mudah [0,7:1] Segitiga [0,6 ; 1 ; 1,4]
Daya Beda
Jelek [0:0,2] Segitiga [-0,3 ; 0 ; 0,3] Cukup [0,2:0,4] Segitiga [0,1 ; 0,3 ; 0,5] Baik [0,4:0,7] Segitiga [0,3 ; 0,55 ; 0,8]
Baik Sekali [0,7:1] Segitiga [0,6 ;1 ; 1,4] Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda. Sedangkan outputnya adalah konstanta bernilai 0 untuk soal yang harus dibuang (ditolak), 0,5 untuk soal yang harus diteliti ulang (diperbaiki) dan 1 untuk soal yang dinyatakan baik (diterima). Dari variabel tersebut dapat disusun domain himpunan fuzzy dan fungsi keanggotaan dari masing-masing variabel seperti tertera pada Tabel 4. Himpunan fuzzy tersebut dapat direpresentasikan seperti pada Gambar 3, 4 dan 5.
Gambar 3 Koefisien Validitas
Gambar 4 Derajat Kesukaran
Gambar 5 Daya Beda
Langkah 2 : Aplikasi Operator Fuzzy Setelah himpunan fuzzy terbentuk, maka dilakukan pembentukan aturan fuzzy. Tiap aturan merupakan suatu implikasi dengan operator yang menghubungkan input satu dengan input lainnya adalah operator AND dan operator yang memetakan antara input-output adalah operator IF-THEN. Berdasar kategori dalam status soal, maka dapat dibentuk aturan-aturan pada Tabel 5.
Tabel 5 Aturan-aturan Fuzzy
Aturan ke Koefisien Validitas Derajat Kesukaran Daya Beda Status Soal
1 IF
Tidak Valid
AND
Sulit
AND Jelek THEN Tidak dipakai
2 IF AND AND Cukup THEN Tidak dipakai 3 IF AND AND Baik THEN Tidak dipakai 4 IF AND AND Baik sekali THEN Tidak dipakai 5 IF AND
Sedang AND Jelek THEN Tidak dipakai
6 IF AND AND Cukup THEN Tidak dipakai 7 IF
AND
AND Baik THEN Tidak dipakai 8 IF AND AND Baik sekali THEN Tidak dipakai 9 IF AND
Mudah AND Jelek THEN Tidak dipakai
10 IF AND AND Cukup THEN Tidak dipakai 11 IF AND AND Baik THEN Tidak dipakai
6
12 IF AND AND Baik sekali THEN Tidak dipakai 13 IF
validitas sangat rendah
AND
Sulit
AND Jelek THEN Tidak dipakai 14 IF AND AND Cukup THEN Tidak dipakai 15 IF AND AND Baik THEN Tidak dipakai 16 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 17 IF AND
Sedang
AND Jelek THEN Perbaiki 18 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki 19 IF AND AND Baik THEN Perbaiki 20 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 21 IF AND
Mudah
AND Jelek THEN Tidak dipakai 22 IF AND AND Cukup THEN Tidak dipakai 23 IF AND AND Baik THEN Tidak dipakai 24 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 25 IF
Validitas rendah
AND
Sulit
AND Jelek THEN Tidak dipakai 26 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki 27 IF AND AND Baik THEN Perbaiki 28 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 29 IF AND
Sedang
AND Jelek THEN Perbaiki 30 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki 31 IF AND AND Baik THEN Terima 32 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 33 IF AND
Mudah
AND Jelek THEN Tidak dipakai 34 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki 35 IF AND AND Baik THEN Perbaiki 36 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 37 IF
Validitas cukup
AND
Sulit
AND Jelek THEN Perbaiki 38 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki 39 IF AND AND Baik THEN Terima 40 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 41 IF AND
Sedang
AND Jelek THEN Perbaiki 42 IF AND AND Cukup THEN Terima 43 IF AND AND Baik THEN Terima 44 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 45 IF AND
Mudah
AND Jelek THEN Perbaiki 46 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki 47 IF AND AND Baik THEN Terima 48 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 49 IF
Validitas tinggi
AND
Sulit
AND Jelek THEN Perbaiki 50 IF AND AND Cukup THEN Terima 51 IF AND AND Baik THEN Terima 52 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 53 IF AND
Sedang
AND Jelek THEN Terima 54 IF AND AND Cukup THEN Terima 55 IF AND AND Baik THEN Terima 56 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 57 IF AND
Mudah
AND Jelek THEN Perbaiki 58 IF AND AND Cukup THEN Terima 59 IF AND AND Baik THEN Terima 60 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 61 IF
Validitas sangat tinggi
AND
Sulit
AND Jelek THEN Perbaiki 62 IF AND AND Cukup THEN Terima 63 IF AND AND Baik THEN Terima 64 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 65 IF AND
Sedang
AND Jelek THEN Terima 66 IF AND AND Cukup THEN Terima 67 IF AND AND Baik THEN Terima 68 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 69 IF AND
Mudah
AND Jelek THEN Perbaiki 70 IF AND AND Cukup THEN Terima 71 IF AND AND Baik THEN Terima 72 IF AND AND Baik sekali THEN Terima
7
Input aturan-aturan fuzzy tersebut pada rule editor MATLAB adalah sebagai berikut :
Gambar 6 Rule Editor MATLAB Gambar 7 Rule Viewer pada program Matlab
Langkah 3 : Penegasan (Defuzzyfikasi) Input dari proses defuzzifikasi adalah suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari komposisi aturan fuzzy, sedangkan output yang dihasilkan merupakan suatu bilangan tegas. Sehingga jika diberikan suatu himpunan fuzzy dalam range tertentu, maka harus dapat diambil suatu nilai tegas tertentu sebagai output. Pada metode ini, solusi tegas diperoleh dengan cara mengambil nilai rata-rata terbobot seperti dirumuskan pada rumus (7). Dengan menggunakan Toolbox Fuzzy pada MATLAB hal ini dilakukan dengan mengubah nilai input pada Rule Viewer yang tampak pada Gambar 7.
9. Pembahasan.
PEMBAHASAN Dari data hasil jawaban untuk 3 kelas berbeda A, B dan C dapat dilakukan analisis reliabilitas dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson yang menghasilkan koefisien reliabilitas 0,741 untuk kelas A, 0,872 untuk kelas B dan 0,884 untuk kelas C. Dari hasil koefisien reliabilitas ini dapat dilihat bahwa dari hasil
skor pada seluruh kelas menunjukkan bahwa tes sudah cukup reliabel karena dalam dunia pendidikan suatu tes sudah dapat dikatakan reliabel jika paling tidak memiliki koefisien reliabilitas 0,7 atau lebih [2]. Selanjutnya dilakukan pengestimasian eror standar untuk melihat tingkat kecermatan pengukuran pada tes tersebut. Hasil eror standar yang didapat adalah sebesar 2,19 untuk kelas A, 2,20 untuk kelas B dan 2,31 untuk kelas C. Dari hasil eror standar ini dapat disimpulkan bahwa saat tes dilakukan pada kelas A, B dan C tingkat kecermatan pada hasil pengukuran hampir bahkan bisa dianggap sama, karena perbedaan nilai eror standar tidak terlalu signifikan. Dari keseluruhan data dilakukan analisis butir dan menghasilkan nilai koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda yang selanjutnya dapat digunakan sebagai input untuk menentukan kualitas soal dengan metode Sugeno. Hasil status soal yang didapat dengan metode ini tersaji pada Tabel 6.
8
Tabel 6 Status Soal dengan Metode Sugeno
No Metode Sugeno
Solusi Tegas Status Soal
1 0,654 diperbaiki
2 0,803 Diterima
3 0 Ditolak
4 0,5 diperbaiki
5 0,592 diperbaiki
6 0,5 diperbaiki
7 1 Diterima
8 0,87 Diterima
9 0,034 Ditolak
10 1 Diterima
11 0,907 Diterima
12 1 Diterima
No Metode Sugeno
Solusi Tegas Status Soal
13 0,493 diperbaiki
14 1 Diterima
15 0,921 Diterima
16 1 Diterima
17 1 Diterima
18 0,646 diperbaiki
19 1 Diterima
20 1 Diterima
21 1 Diterima
22 0,5 diperbaiki
23 0,5 diperbaiki
24 0,5 diperbaiki
No Metode Sugeno
Solusi Tegas Status Soal
25 0,035 Ditolak
26 0,013 Ditolak
27 0,745 Diterima
28 0,59 diperbaiki
29 1 Diterima
30 0,927 Diterima
31 0,46 diperbaiki
32 1 diterima
33 0,316 ditolak
34 1 diterima
35 0,666 diperbaiki
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pada penerapan metode Sugeno untuk soal-soal nomor 3, 9, 25, 26 dan 33 dinyatakan ditolak. Jika dilihat lebih rinci soal-soal tersebut tidaklah memenuhi kriteria-kriteria pada analisis butir. Dari hasil tersebut 12 soal yang harus diperiksa dan diperbaiki agar dapat digunakan sebagai alat evaluasi yang baik. Kemudian untuk 18 soal yang lain dinyatakan sebagai soal yang dapat diterima untuk alat evaluasi yang baik karena sudah memenuhi kriteria analisis butir yaitu nilai koefisien validitas yang
cukup tinggi, sudah memiliki derajat kesukaran yang sedang dan sudah memiliki daya beda yang baik. Selanjutnya hasil penentuan status soal dengan metode Sugeno ini kita bandingkan dengan hasil penentuan status soal dengan metode Mamdani dan secara manual sesuai penentuan dengan analisis butir seperti tersaji pada Tabel 7. Adapun hasil penentuan status soal dengan metode Mamdani dan analisis butir telah didapat pada penelitian sebelumnya [8].
Tabel 7 Status Soal dengan Metode Sugeno, Mamdani dan Analisis Butir
No Metode Sugeno Metode Mamdani Analisis Butir
1 diperbaiki diperbaiki diterima
2 Diterima diperbaiki diterima
3 Ditolak ditolak ditolak
4 diperbaiki diperbaiki diperbaiki
5 diperbaiki diperbaiki diperbaiki
6 diperbaiki diperbaiki diperbaiki
7 Diterima diterima diterima
8 Diterima diterima diterima
9 Ditolak ditolak ditolak
10 Diterima diterima diterima
11 Diterima diterima diterima
12 Diterima diterima diterima
13 diperbaiki diperbaiki diterima
14 Diterima diterima diterima
15 Diterima diterima diterima
16 Diterima diterima diterima
17 Diterima diterima diterima
18 Diperbaiki diperbaiki diterima
No Metode Sugeno Metode Mamdani Analisis Butir
19 Diterima diterima Diterima
20 Diterima diterima diterima
21 Diterima diterima Diterima
22 Diperbaiki diperbaiki Diterima
23 Diperbaiki diperbaiki Diterima
24 Diperbaiki diperbaiki Diterima
25 Ditolak Ditolak Ditolak
26 Ditolak Ditolak Ditolak
27 Diterima Diperbaiki Diterima
28 Diperbaiki Diperbaiki Diterima
29 Diterima Diterima Diterima
30 Diterima Diperbaiki Diterima
31 Diperbaiki Diperbaiki Diperbaiki
32 Diterima Diterima Diterima
33 Ditolak Ditolak Diperbaiki
34 Diterima Diterima Diterima
35 Diperbaiki Diperbaiki Diperbaiki
9
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa saat dibandingkan dengan status soal yang didapat dengan metode mamdani hanya terdapat 3 soal yang memiliki perbedaan status sedangkan soal yang lain memiliki status yang sama. Saat dibandingkan dengan status soal yang ditentukan secara manual terdapat 8 soal dengan perbedaan status. Jika diperhatikan soal yang memiliki status berbeda tersebut dinyatakan lebih rendah oleh metode Mamdani dan Sugeno. Hal ini dikarenakan pada saat menggunakan sistem inferensi fuzzy nilai-nilai input yang mendekati batas-batas kategori lebih dipertimbangkan dengan derajat keanggotaannya. Dari keseluruhan hasil analisis dari data hasil evaluasi pada makalah ini didapat bahwa ada soal-soal yang tidak dapat digunakan kembali (ditolak). Jika kita lihat pada soal yang terkait yaitu soal nomor 3, 9, 25, 26 dan 33 maka dapat kita lihat apa yang sebenarnya menjadi alasan untuk tidak menggunakan kembali soal-soal tersebut. Untuk soal nomor 3, 9 dan 25 didapat bahwa soal dijawab benar oleh sebagian besar peserta bahkan oleh keseluruhan peserta, hal ini jelas menunjukan bahwa soal terlalu mudah bagi peserta dan bahkan tidak dapat membedakan peserta yang berkemampuan rendah atau tinggi. Untuk soal nomor 26 dan 33 justru terjadi yang sebaliknya. Dari data hasil jawaban terlihat bahwa sebagian besar peserta tidak dapat menjawab dengan benar pada soal nomor 26 dan 33. Dari hasil ini tentu saja dapat kita lihat bahwa soal tersebut terlalu sulit untuk peserta. KESIMPULAN Hasil uji reliabilitas menggunakan rumus Kuder-Richardson pada data yang digunakan diperoleh bahwa alat evaluasi sudah reliabel. Hasil analisis butir menunjukan bahwa nilai koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda pada setiap butir soal yang ada. Selanjutnya dengan metode Sugeno nilai koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda tersebut diolah sehingga didapat status soal yang sesuai untuk masing-masing soal yang ada. Perbandingan hasil status soal berdasarkan
metode Sugeno, metode Mamdani dan secara manual diperoleh bahwa dengan metode Sugeno dan Mamdani memberikan hasil yang jauh lebih teliti karena setiap variabel benar-benar diperhitungkan derajat keanggotaannya. Setelah mengetahui status soal diharapkan dapat dilakukan perbaikan terhadap soal-soal evaluasi tersebut, sehingga diharapkan dalam evaluasi-evaluasi yang akan datang butir-butir soal yang terkandung didalamnya sudah memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai suatu alat evaluasi yang baik. DAFTAR PUSTAKA 1] Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: PT.
Bina Aksara. (1984).
2] Azwar, Saifuddin. Reliabilitas dan
Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(2013).
3] Hidayat, Fadjar Noer & Sutrisno, Ashari.
Pemanfaatan Program Pengolahan Angka
untuk Analisis Butir Soal dan Pengolahan
Hasil Penilaian di SD/SMP. Jakarta:
PPPPTK Matematika. (2011).
4] Kusumadewi, Sri. Analisis & Desain
Sistem Fuzzy Menggunakan TOOLBOX
MATLAB. Yogyakarta: Graha Ilmu.
(2002).
5] Kusumadewi, Sri & Purnomo, Hari.
Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung
Keputusan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
(2004).
6] Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. (2007).
7] Susilo, Frans. Pengantar Himpunan dan
Logika Kabur serta Aplikasinya.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
(2003).
8] Yedidya, Christina R. N., Susanto,
Bambang & Linawati, Lilik. “Penilaian
Soal-Soal Pilihan Berganda Menggunakan
Analisis Butir dan Metode Fuzzy
Mamdani. Prosiding Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika.
Tuban: Universitas PGRI Ronggalawe.
(2014).
xiii
KESIMPULAN
Hasil perbandingan analisis soal evaluasi berdasarkan metode Mamdani, Sugeno dan
secara manual terdapat 24 soal dengan status sama, yaitu : 4 soal ditolak, 15 soal diterima dan
5 soal diperbaiki. Sedangkan 11 soal yang lain memiliki perbedaan status. Perbandingan hasil
status soal berdasarkan metode Sugeno, metode Mamdani dan secara manual diperoleh
bahwa metode Sugeno dan Mamdani memberikan hasil yang jauh lebih teliti, karena setiap
variabel diperhitungkan derajat keanggotaannya. Setelah mengetahui status soal diharapkan
dapat dilakukan perbaikan terhadap soal evaluasi tersebut, sehingga soal evaluasi telah
memenuhi kriteria-kriteria sebagai alat evaluasi yang baik.
top related