pendidikan anti-korupsi - afid burhanuddin · pdf filependidikan anti-korupsi ... latar...
Post on 18-Feb-2018
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
3/8/2013
1
1 1
Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
1 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
2
DELIK KORUPSI
DALAM RUMUSAN
UNDANG-UNDANG
Bab
07
“Never let corruptors
unpunished“
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
3/8/2013
2
1. Mahasiswa memahami sejarah
pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi;
2. Mahasiswa memahami alasan
dan latar belakang perubahan
peraturan perundang-undangan
Tindak Pidana Korupsi dan
peraturan perundang-undangan
lain yang terkait;
3. Mahasiswa mengetahui Tindak
Pidana Korupsi dalam peraturan
perundang-undangan;
4. Mahasiswa mampu
menjelaskan bentuk-bentuk
perbuatan korupsi yang
dilarang.
Kompetensi Dasar POKOK BAHASAN
Tindak Pidana Korupsi dalam
Peraturan Perundang-undangan di
Indonesia
SUB POKOK BAHASAN 1. Sejarah Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi;
2. Latar Belakang Lahirnya Delik
Korupsi dalam Perundang-undangan
Korupsi;
3. Delik Korupsi menurut Undang-
undang Nomor 31 tahun 1999 juncto
Undang-undang Nomor 20 tahun
2001 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 31 tahun
1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
4. Gratifikasi.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 3 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
4
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 4 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
3/8/2013
3
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
5
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 5 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Sejarah Perundang-undangan Korupsi
di Indonesia
Sejarah Perundang-undangan Korupsi:
1. Delik korupsi dalam KUHP
2. Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat Nomor Prt/ Peperpu/013/1950
3. Undang-Undang No.24 (PRP) tahun 1960 tentang Tindak Pidana Korupsi
4. Undang-Undang No.3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
5. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
6
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 6 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
6. Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
7. Undang-Undang No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
8. Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
9. Undang-undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
3/8/2013
4
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
7
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 7 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
10. Undang-undang No. 7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation Convention Against Corruption (UNCAC) 2003
11. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang Peranserta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
12. Instruksi Presiden No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
8
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 8 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
3/8/2013
5
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
9
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 9 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
“Setiap Orang” (Pasal 1 angka 3)
a. Orang perseorangan: siapa saja, setiap orang, pribadi kodrati;
b. Korporasi (Pasal 1 angka 1): kumpulan orang atau kekayaan yang berorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum;
c. Pegawai Negeri:
- pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam UU tentang kepegawaian
- pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam KUHP,
- orang yang menerima gaji/upah dari keuangan negara/daerah,
- orang yang menerima gaji/upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari keuangan negara/daerah
- orang yang mempergunakan modal atau fasilitas dari negara/masyarakat
B. UU No. 31 tahun 1999
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
Undang-undang No. 43 tahun 1999
tentang Kepegawaian
Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
10
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 10 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
3/8/2013
6
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
11
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 11 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Pengertian Pegawai Negeri menurut
KUHP
Pasal 92 ayat (1)
Yang disebut pejabat, termasuk juga orang-orang yang dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aturan umum, begitu juga orang-orang yang, bukan karena pemilihan, menjadi anggota badan pembentuk undang-undang badan pemerintahan, atau badan perwakilan rakyat, yang dibentuk oleh Pemerintah atau atas nama Pemerintah; begitu juga semua anggota dewan waterschap, dan semua kepala rakyat Indonesia asli dan kepala golongan Timur Asing yang menjalankan kekuasaan yang sah.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
12
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 12 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Pengertian Pegawai Negeri menurut
KUHP
Pasal 92 ayat (2)
Yang disebut pejabat dan Hakim termasuk juga Hakim wasit; yang disebut Hakim termasuk juga orang-orang yang menjalankan peradilan administratif, serta ketua-ketua dan anggota-anggota pengadilan agama.
Pasal 92 ayat (3)
Semua anggota angkatan perang juga dianggap sebagai pejabat
3/8/2013
7
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
13
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 13 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Delik Korupsi dalam Rumusan
Undang-undang
1. Rumusan delik yang berasal dari pembuat undang-undang
2. Rumusan delik yang berasal dari KUHP; a) Delik korupsi yang ditarik secara
mutlak dari KUHP, yaitu menyangkut delik korupsi dalam arti materil dan keuangan. Contoh: Pasal 209, 210, dan 387 KUHP.
b) Delik korupsi yang ditarik tidak secara mutlak dari KUHP, yaitu yang menjadi delik korupsi dalam kaitan dengan pemeriksaan tindak pidana korupsi. Contoh: Pasal 220, 231, dan 421 KUHP.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
14
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 14 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Delik Korupsi yang Dirumuskan oleh
Pembuat Undang-undang
1. Pasal 2
2. Pasal 3
3. Pasal 13
4. Pasal 15
UU No. 31 tahun 1999
3/8/2013
8
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
15
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 15 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Delik Korupsi dalam Rumusan
Undang-undang
Pasal 2 ayat (1):
• Setiap orang
• secara melawan hukum
• memperkaya diri sendiri/orang lain/suatu korporasi
• dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
Ayat (2):
Dilakukan dalam keadaan tertentu
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
16
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 16 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Delik Korupsi dalam Rumusan
Undang-undang
UU No. 20/2001
Pasal 1 angka 1:
“Pasal 2 ayat (2) substansi tetap, penjelasan pasal diubah sehingga…”
Penjelasan Pasal 1 angka 1:
“Pasal 2 ayat (2)
… adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana bagi pelaku tindak pidana korupsi yaitu apabila tindak pidana tersebut dilakukan,
• terhadap dana-dana yang diperuntukkan bagi penanggulangan: keadaan bahaya, bencana alam nasional, akibat kerusuhan sosial yang meluas, krisis ekonomi/moneter; dan
• pengulangan tindak pidana korupsi
3/8/2013
9
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
17
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 17 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Delik Korupsi dalam Rumusan
Undang-undang
Pasal 3:
• Setiap orang
• dengan tujuan menguntungkan diri sendiri/orang lain/korporasi
• menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan.kedudukan
• Dapat merugikan keuangan/ perekonomian negara
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
18
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 18 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Delik Korupsi dalam Rumusan
Undang-undang
Pasal 13:
• Setiap orang
• Memberi hadiah/janji
• Kepada pegawai negeri
• Dengan mengingat kekuasaan/ wewenang yang melekat pada jabatan/kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah/janji dianggap melekat pada jabatan/kedudukan tersebut
3/8/2013
10
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
19
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 19 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Delik Korupsi dalam Rumusan
Undang-undang
Pasal 15:
• Setiap orang
• Yang mencoba/ membantu/
bermufakat jahat untuk
melakukan tindak pidana
korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
20
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 20 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
3/8/2013
11
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
21
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 21 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
Ditarik secara mutlak:
UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001
Ps. 209 (1) ke-1 = Ps. 5 (1) a
Ps. 209 (1) ke-2 = Ps. 5 (1) b
Ps. 210 (1) ke-1 = Ps. 6 (1) a
Ps. 210 (1) ke-2 = Ps. 6 (1) b
Ps. 387 (1) = Ps. 7 (1) a
Ps. 387 (2) = Ps. 7 (1) b
Ps. 388 (1) = Ps. 7 (1) c
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
22
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 22 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Ps. 388 (2) = Ps. 7 (1) d
Ps. 415 = Ps. 8
Ps. 416 = Ps. 9
Ps. 417 = Ps. 10
Ps. 418 = Ps. 11
Ps. 419 ke-1 = Ps. 12 a
Ps. 419 ke-2 = Ps. 12 b
Ps. 420 (1) ke-1 = Ps. 12 c
Ps. 420 (1) ke-2 = Ps. 12 d
Ps. 423 = Ps. 12 e
Ps. 425 ke-1 = Ps. 12 f
Ps. 425 ke-2 = Ps. 12 g
Ps. 425 ke-3 = Ps. 12 h
Ps. 435 = Ps. 12 i
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
3/8/2013
12
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
23
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 23 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Ditarik tidak secara mutlak:
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
UU No. 31/1999
jo
UU. No. 20/2001
Ditarik melalui Pasal 23, yaitu:
Pasal 220, 231, 421, 422, 429, dan 430 KUHP
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
24
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 24 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
Ps. 5 UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps. 209 KUHP)
ayat (1) huruf a
“Barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang pejabat dengan maksud supaya digerakkan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya”
ayat (1) huruf b
“Barangsiapa memberi sesuatu kepada seorang pejabat karena atau berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya”
3/8/2013
13
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
25
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 25 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
Yurisprudensi yang berkaitan dengan Pasal 209 KUHP:
1. H.R. 24 Nov. 1890, W.5969
Pasal ini dapat juga diperlakukan seandainya hadiah itu tidak diterima
2. H.R. 25 April 1916. N.J. 1916, 300, W. 9896.
“memberi hadiah” di sini mempunyai arti yang lain daripada menghadiahkan sesuatu semata-mata karena kemurahan hati. Ia meliputi setiap penyerahan dari sesuatu yang bagi orang lain mempunyai nilai.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
26
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 26 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
3. M.A. 22 Juni 1955 No. 145 K/Kr/1955.
Pasal 209 KUHP tidak mensyaratkan bahwa
pemberian itu diterima dan maksud daripada Pasal
209 KUHP ialah untuk menetapkan sebagai suatu
kejahatan tersendiri, suatu percobaan yang dapat
dihukum menyuap.
3/8/2013
14
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
27
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 27 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
Pasal 5 ayat (2)
Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
28
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 28 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
Ps. 6 UU No. 31/1999 jo UU. No. 20/2001 (Ps. 210 KUHP)
ayat (1) huruf a
“Barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim, dengan maksud untuk mempengaruhi putusan tentang perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili”
ayat (1) huruf b
“Barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang, yang menurut ketentuan undang-undang ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri suatu sidang pengadilan, dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili”
3/8/2013
15
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
29
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 29 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
Pasal 8 UU No. 31/1999 jo 20/2001 (Ps. 415 KUHP)
... pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
30
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 30 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
1. H.R. 27 Juli 1938, 1939 No. 123
Bagi seorang pegawai kantor pos, benda-benda pos seperti perangko, materai, kartu pos dan sebagainya itu merupakan surat-surat berharga. Berdasarkan undang-undang Pos, benda-benda tersebut diperuntukkan guna membayar beberapa hak dan kewajiban tertentu, sehingga di dalam peredarannya benda-benda tersebut mempunyai suatu fungsi, yang disebut sebagai kertas berharga.
2. M.A. 23 Maret 1957 No. 73 K/Kr/1956
Dipergunakannya sejumlah uang oleh pegawai negeri untuk pos lain daripada yang telah ditentukan, merupakan kejahatan penggelapan termaksud Pasal 415 KUHP.
3/8/2013
16
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
31
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 31 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
Ps. 11 UU. No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps.
418 KUHP)
“Pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang menerima hadiah atau janji padahal
diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau
janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau
kewenangan yang berhubungan dengan
jabatannya, atau yang menurut pikiran orang
yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada
hubungan dengan jabatannya”
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
32
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 32 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
Yurisprudensi yang berkaitan dengan Pasal 418 KUHP:
1. H.R. 10 April 1893, W. 6333.
Adalah tidak perlu bahwa pemberian itu diterima oleh si pegawai negeri di dalam sifatnya sebagai pegawai negeri.
2. M.A. 13 Desember 1960 No. 50 K/Kr/1960.
Undang-undang atau hukum tidak mengenal ketentuan, bahwa apabila seorang pegawai negeri dituduh melakukan kejahatan yang dimaksud oleh Pasal 418 KUHP, maka orang yang memberi kepada pegawai negeri itu harus dituntut lebih dahulu atas kejahatan tersebut di dalam Pasal 209 KUHP
3/8/2013
17
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
33
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 33 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
3. M.A. 19 November 1974 No. 77 K/Kr/1973
Terdakwa dipersalahkan melakukan korupsi c.q. menerima hadiah, walaupun menurut anggapannya uang yang diterima itu dalam hubungannya dengan kematian keluarganya, lagipula penerima barang-barang itu bukan terdakwa melainkan istri/atau anak-anak terdakwa.
4. M.A. 23 Desember 1955 No. 1/1955/M.A.Pid.
Seorang menteri adalah “pegawai negeri” dalam arti yang dimaksudkan di dalam pasal-pasal 418 dan 419 KUHP. Dalam hal dua orang atau lebih dituduh bersama-sama dan bersekutu melakukan kejahatan menurut pasal-pasal 418 dan 419 KUHP, tidaklah perlu masing-masing dari mereka, memenuhi segala unsur yang oleh pasal itu dirumuskan untuk tindak pidana tersebut. In casu tidak perlu mereka semua melakukan tindakan menerima uang.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
34
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 34 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
Ps. 12 a UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps. 419 ke-1
KUHP)
“Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya,
yang bertentangan dengan kewajibannya”
Ps. 12 b UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps. 419 ke-2
KUHP)
“Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya”
3/8/2013
18
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
35
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 35 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
H.R. 4 Februari 1947, 1947 No. 170
Untuk “pengetahuan” seperti yang dimaksudkan
dalam angka 1 hanyalah apakah pegawai negeri
itu menyadari bahwa pemberian itu dimaksudkan
untuk menggerakkan dirinya untuk melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya
di dalam pelaksanaan tugasnya; tidak menjadi
soal apakah yang memberikan itu mempunyai
maksud bahwa perbuatan itu akan dilakukan atau
tidak.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
36
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 36 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
Pasal 12 huruf c UU No. 31/1999 jo UU No.
20/2001 (Pasal 420 ayat (1) ke-1 KUHP)
“Hakim yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan
kepadanya untuk diadili”
3/8/2013
19
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
37
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 37 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
Pasal 12 huruf d UU No. 31/1999 jo UU No.
20/2001 (Pasal 420 ayat (1) ke-2 KUHP)
“seseorang yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan ditentukan menjadi advokat
untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima
hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut
diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan
diberikan, berhubung dengan perkara yang
diserahkan kepada pengadilan untuk diadili”
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
38
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 38 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
Pasal 12 huruf e UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Pasal 423 KUHP)
“pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri”
3/8/2013
20
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
39
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 39 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
Pasal 12 huruf f UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Pasal 425 ke-1 KUHP)
“pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang”
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
40
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 40 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
Pasal 220 KUHP
“Barangsiapa memberitahukan atau
mengadukan bahwa dilakukan suatu
perbuatan pidana, padahal mengetahui
bahwa tidak dilakukan itu…”
3/8/2013
21
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
41
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 41 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
Pasal 421 KUHP
“seorang pejabat yang dengan
menyalahgunakan kekuasaan
memaksa seseorang untuk melakukan,
tidak melakukan, atau membiarkan
sesuatu, …”
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
42
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 42 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Perumusan Delik yang Berasal dari
KUHP
Pasal 422 KUHP
“seorang pejabat yang dalam suatu
perkara pidana, menggunakan sarana
paksaan baik untuk memeras
pengakuan, maupun untuk
mendapatkan keterangan, …”
3/8/2013
22
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
43
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 43 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
44
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 44 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Gratifikasi
Dasar Pemikiran:
“Tidak sepantasnya pegawai negeri/pejabat publik menerima pemberian atas pelayanan yang mereka berikan”
“Seseorang tidak berhak meminta dan mendapat sesuatu melebihi haknya sekedar ia melaksanakan tugas sesuai tanggungjawab dan kewajibannya”
3/8/2013
23
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
45
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 45 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Gratifikasi
Gagasan Plato (427 SM – 347 SM)
“Para pelayan bangsa harus
memberikan pelayanan mereka tanpa
menerima hadiah-hadiah. Mereka yang
membangkang, kalau terbukti bersalah,
harus dibunuh tanpa upacara”
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
46
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 46 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Gratifikasi
Dasar hukum: Pasal 12 B UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. Pengertian: adalah pemberian dalam arti luas, meliputi pemberian uang, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. (Penjelasan Pasal 12B)
3/8/2013
24
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
47
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 47 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Gratifikasi
Gratifikasi merupakan setiap penerimaan
seseorang dari orang lain yang bukan
tergolong ke dalam tindak pidana suap.
Gratifikasi kepada pegawai
negeri/penyelenggara negara yang
berhubungan dengan jabatan atau
kedudukannya dianggap suap.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
48
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 48 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Gratifikasi
Rumus:
Suap = Gratifikasi + Jabatan
3/8/2013
25
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
49
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 49 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Gratifikasi
Pembuktian Gratifikasi
1. oleh penerima gratifikasi, apabila nilainya
Rp. 10,000,000,00 (sepuluh juta rupiah)
atau lebih.
2. oleh penuntut umum, apabila nilainya
kurang dari Rp. 10,000,000,00 (sepuluh juta
rupiah)
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
50
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 50 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Gratifikasi
Gratifikasi tidak dianggap sebagai
suap apabila penerima
menyampaikan laporan kepada
Komisi Pemberantasan Korupsi,
selambat-lambatnya 30 hari
sejak menerima gratifikasi tersebut
3/8/2013
26
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
51
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 51 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Tatacara Pelaporan dan Penentuan Status Gratifikasi (Pasal 16 UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001
1. Laporan ditujukan kepada KPK, dibuat
secara tertulis dengan mengisi formulir
dan melampirkan dokumen terkait (bila
ada).
2. Laporan setidaknya memuat nama serta
alamat pemberi dan penerima gratifikasi,
jabatan, tempat/waktu/nilai gratifikasi.
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
52
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 52 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Tatacara Pelaporan dan Penentuan Status Gratifikasi (Pasal 16 UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001
3. Dalam kurun waktu 30 hari sejak laporan diterima, KPK akan menetapkan status gratifikasi tersebut menjadi milik penerima atau milik negara.
Gratifikasi yang menjadi milik negara wajib diserahkan kepada Menteri Keuangan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan.
3/8/2013
27
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
53
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 53 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
mari kita simak film ini
54
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 54 Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang
Selamat datang generasi muda anti-korupsi
Indonesia akan lebih baik jika tanpa korupsi
Lomba poster KPK, Karya : Christian Tumpak
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
3/8/2013
28
Terimakasih kepada:
Institut Teknologi Bandung, Universitas Paramadina,
Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran,
Universitas Negeri Semarang, UNIKA Soegijapranata,
dan KPK, TIRI, ICW
Produksi:
Bagian Hukum dan Kepegawaian
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
copyrights © dikti 2012
top related