pemerintah kabupaten sampang - biro hukum · undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan...
Post on 19-Jul-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
NOMOR : 21 TAHUN 2008
TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SAMPANG,
Menimbang : a. bahwa untuk memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status
hukum, setiap peristiwa kependudukan dan pencatatan sipil yang dialami
penduduk Kabupaten Sampang sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan, wajib didaftarkan kepada Instansi Pelaksana;
b. bahwa penduduk Kabupaten Sampang yang telah mendaftarkan
peristiwa kependudukan dan pencatatan sipil, Instansi Pelaksana wajib
menerbitkan dokumen kependudukan;
c. bahwa hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil yang diverifikasi
terus menerus dan dikelola dengan menggunakan sistem informasi
administrasi kependudukan sangat berguna bagi peningkatan pelayanan
penduduk, penyelenggaraan pemerintahan daerah dan perencanaan
pembangunan di Kabupaten Sampang;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Administrasi Kependudukan;
Mengingat : …..
- 2 -
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita
Negara Tahun 1950 Nomor 41);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 3019);
3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3474);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4389);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4634);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4674);
9. Peraturan …..
- 3 -
9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
11. Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 2004 tentang Pengelolaan
Informasi Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 119);
12. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,
Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis
dan Bentuk Produk Hukum Daerah;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2007 tentang
Pengawasan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sampang Nomor 6
Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Sampang (Lembaran Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Sampang Tahun 1989 Seri C);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SAMPANG
dan
BUPATI SAMPANG
MEMUTUSKAN : …..
- 4 -
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Sampang.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati Sampang dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintah Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Sampang.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga
Perwakilan Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
5. Instansi Pelaksana adalah Perangkat Kabupaten Sampang yang diberi tugas dibidang
administrasi kependudukan.
6. Camat adalah Camat di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sampang.
7. Lurah/Kepala Desa adalah Lurah/Kepala Desa di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Sampang.
8. Rukun Tetangga selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang dibentuk melalui
musyawarah masyarakat setempat dalam rangka membantu menjalankan tugas-tugas
pelayanan kepada masyarakat yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten
Sampang.
9. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam
penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan
sipil dan pengelolaan informasi penduduk serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan
publik dan pembangunan.
10. Pengelolaan …..
- 5 -
10. Pengelolaan informasi administrasi kependudukan adalah perekaman, pengumpulan,
pengelolaan dan pemutakhiran data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil untuk
penerbitan dokumen penduduk, pertukaran data penduduk dalam rangka menunjang
pelayanan publik, serta penyajian informasi kependudukan guna perumusan kebijakan dan
pembangunan.
11. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan yang selanjutnya disingkat SIAK adalah
sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di Instansi Pelaksana dan
setiap tingkatan wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Sampang sebagai satu
kesatuan.
12. Tempat Perekaman Data Kependudukan yang selanjutnya disingkat TPDK adalah fasilitas
yang dibangun di Kabupaten, Kecamatan atau Desa/Kelurahan untuk melakukan
perekaman, pengelolaan dan pemutakhiran data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan
sipil untuk penertiban dokumen penduduk, serta penyajian informasi kependudukan.
13. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana
yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari
pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
14. Penduduk adalah penduduk Warga Negara Indonesia dan orang asing yang masuk secara
sah serta bertempat tinggal di wilayah Kabupaten Sampang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
15. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai Warga Negara Indonesia.
16. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia.
17. Orang Asing Tinggal Terbatas adalah Orang Asing yang telah mendapat Izin Tinggal
Terbatas dari Instansi yang berwenang dan tinggal dalam waktu terbatas di wilayah
Kabupaten Sampang.
18. Orang Asing Tinggal Tetap adalah Orang Asing yang telah mendapat Izin Tinggal Tetap
dari Instansi Berwenang dan bertempat tinggal dalam wilayah Kabupaten Sampang.
19. Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan yang selanjutnya disebut Penduduk Rentan
Adminduk adalah penduduk yang mengalami hambatan dalam memperoleh dokumen
penduduk yang disebabkan oleh bencana alam, korban bencana sosial, orang terlantar dan
komunitas terpencil yang bertempat tinggal di wilayah Kabupaten Sampang.
20. Pendaftaran …..
- 6 -
20. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas pelaporan
peristiwa kependudukan dan pendataan Penduduk Rentan Adminduk serta penerbitan
dokumen kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan.
21. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang harus dilaporkan
karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda
Penduduk, dan/atau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang,
perubahan alamat, serta perubahan status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
22. Biodata Penduduk adalah keterangan yang berisi elemen data tentang jati diri, informasi
dasar serta riwayat perkembangan dan perubahan keadaan yang dialami oleh penduduk
sejak saat kelahiran.
23. Nomor Induk Kependudukan yang selanjutnya disingkat NIK adalah nomor identitas
penduduk yang bersifat unik/khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar
sebagai penduduk di Kabupaten Sampang.
24. Kartu Keluarga yang selanjutnya disingkat KK adalah Kartu identitas keluarga yang
memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota
keluarga.
25. Kepala Keluarga adalah :
a. orang yang bertempat tinggal dengan orang lain baik mempunyai hubungan darah
maupun tidak, yang bertanggung jawab terhadap keluarga;
b. orang yang bertempat tinggal seorang diri; atau
c. kepala kesantrian, asrama, rumah yatim piatu dan lain-lain dimana beberapa orang
bertempat tinggal bersama-sama;
yang namanya tercantum dalam KK sebagai Kepala Keluarga.
26. Kartu Tanda Penduduk yang selanjutnya disingkat KTP adalah identitas resmi penduduk
sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana dan berlaku di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
27. Pindah Datang Penduduk adalah perubahan lokasi tempat tinggal yang lama untuk pindah
dan menetap di tempat yang baru.
28. Petugas Registrasi adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas dan tanggung jawab
memberikan pelayanan pelaporan peristiwa kependudukan dan pencatatan sipil serta
pengelolaan dan penyajian data kependudukan di Desa/Kelurahan.
29. Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang dalam
register pencatatan sipil oleh Instansi Pelaksana.
- 7 -
30. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, lahir
mati, kematian, perkawinan, perceraian, pembatalan perkawinan, pengangkatan, pengakuan
dan pengesahan anak, perubahan nama, perubahan kewarganegaraan dan peristiwa penting
lainnya.
31. Pengakuan anak adalah pengakuan secara hukum dari seorang bapak terhadap anaknya
yang lahir di luar ikatan perkawinan yang sah atas persetujuan ibu kandung anak tersebut.
32. Pengesahan anak adalah pengesahan status seorang anak yang lahir di luar ikatan
perkawinan yang sah, menjadi anak sah sepasang suami isteri pada saat pencatatan
perkawinan kedua orang tua anak tersebut.
33. Buku Harian Peristiwa Penting atau Peristiwa Kependudukan yang selanjutnya disebut
BHPPK adalah buku yang dipakai untuk mencatat kegiatan harian di Desa/Kelurahan,
Kecamatan atau Instansi Pelaksana berkaitan dengan pelayanan terhadap pelaporan
peristiwa penting dan peristiwa kependudukan atau pengurusan dokumen penduduk.
34. Buku Induk Penduduk yang selanjutnya disingkat BIP adalah buku yang digunakan
mencatat keberadaan dan status yang dimiliki oleh seseorang yang dibuat untuk setiap
keluarga dan diperbaharui setiap terjadi peristiwa penting dan peristiwa kependudukan bagi
Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing Tinggal Tetap.
35. Buku Mutasi Penduduk yang selanjutnya disingkat BMP adalah buku yang digunakan untuk
mencatat perubahan setiap peristiwa penting dan peristiwa kependudukan yang menyangkut
jumlah dan status anggota keluarga sesuai dengan nomor urut KK di Desa/Kelurahan bagi
Warga Negara Indonesia dan Orang Asing Tinggal Tetap.
36. Buku Induk Penduduk Sementara yang selanjutnya disingkat BIPS adalah buku yang
digunakan untuk mencatat keberadaan dan status yang dimiliki oleh seseorang yang dibuat
untuk setiap keluarga dan diperbaharui setiap terjadi peristiwa penting dan peristiwa
kependudukan bagi warga Negara Indonesia Tinggal Sementara dan Orang Asing Tinggal
Terbatas.
37. Buku Mutasi Penduduk Sementara yang selanjutnya disingkat BMPS adalah buku yang
digunakan untuk mencatat perubahan setiap peristiwa penting dan peristiwa kependudukan
yang menyangkut jumlah dan status anggota keluarga sesuai dengan nomor urut keluarga di
Desa/Kelurahan bagi Warga Negara Indonesia Tinggal Sementara dan Orang Asing Tinggal
Terbatas.
38. Data Kependudukan adalah data perorangan dan/atau data agregat yang terstruktur sebagai
hasil dari kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
- 8 -
39. Kantor Urusan Agama yang selanjutnya disingkat KUA adalah satuan kerja yang
melaksanakan pencatatan nikah, talak, cerai dan rujuk pada tingkat Kecamatan bagi
penduduk yang beragama Islam.
40. Petugas rahasia khusus adalah petugas reserse dan petugas intelijen yang melaksanakan
tugas khusus di luar daerah domisilinya.
BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 2
Setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh :
a. dokumen kependudukan;
b. pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil;
c. perlindungan atas data pribadi;
d. kepastian hukum atas kepemilikan dokumen;
e. informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil atas dirinya
dan/atau keluarganya;
f. ganti rugi pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam pendaftaran penduduk dan
catatan sipil serta penyalahgunaan data pribadi oleh Instansi Pelaksana.
Pasal 3
(1) Setiap penduduk wajib melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang
dialaminya kepada Instansi Pelaksana dengan menyerahkan persyaratan yang diperlukan
dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
(2) Peristiwa kependudukan dan peristiwa penting sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
wajib dilaporkan meliputi :
a. peristiwa kependudukan terdiri dari :
1. biodata penduduk;
2. KK;
3. KTP.
b. peristiwa .....
- 9 -
b. peristiwa penting terdiri dari :
1. kelahiran;
2. kematian;
3. lahir mati;
4. perkawinan;
5. perceraian;
6. pengakuan anak;
7. pengesahan anak;
8. pengangkatan anak;
9. perubahan nama;
10. perubahan status kewarganegaraan, dan
11. peristiwa penting lainnya.
BAB III
KEWENANGAN
Bagian Kesatu
Pemerintah Kabupaten Sampang
Pasal 4
Pemerintah Kabupaten Sampang berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan
urusan administrasi kependudukan dengan kewenangan meliputi :
a. koordinasi penyelenggaraan administrasi kependudukan;
b. pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang administrasi
kependudukan;
c. pengaturan teknis penyelenggaraan administrasi kependudukan;
d. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan administrasi kependudukan;
e. pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang administrasi kependudukan;
f. penugasan kepada Desa untuk menyelenggarakan sebagian administrasi kependudukan
berdasarkan asas tugas pembantuan;
g. pengelolaan dan penyajian data kependudukan berskala Kabupaten dan,
h. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan administrasi kependudukan.
- 10 -
Bagian Kedua
Instansi Pelaksana
Pasal 5
(1) Instansi Pelaksana dalam melaksanakan urusan administrasi kependudukan mempunyai
kewajiban yang meliputi :
a. pendaftaran peristiwa kependudukan dan pencatatan peristiwa penting;
b. memberikan pelayanan yang sama dan profesional kepada setiap penduduk atas laporan
peristiwa kependudukan dan peristiwa penting;
c. menerbitkan dokumen kependudukan;
d. mendokumentasikan hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil;
e. menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting dan,
f. melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan oleh penduduk
dalam pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
(2) Instansi Pelaksana selain mempunyai kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
juga mempunyai kewenangan yang meliputi :
a. memperoleh keterangan dan data yang benar tentang peristiwa kependudukan dan
peristiwa penting yang dilaporkan penduduk;
b. memperoleh data mengenai peristiwa penting yang dialami penduduk atas dasar putusan
atau penetapan pengadilan;
c. memberikan keterangan atas laporan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting
untuk kepentingan penyelidikan, penyidikan dan pembuktian kepada Lembaga
Peradilan;
d. mengelola data dan mendayagunakan informasi hasil pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil untuk kepentingan pembangunan;
e. memperoleh data hasil pencatatan peristiwa perkawinan, perceraian dan rujuk bagi
penduduk yang beragama Islam dari KUA Kecamatan.
BAB IV …..
- 11 -
BAB IV
PEJABAT PENCATATAN SIPIL DAN PETUGAS REGISTRASI
Bagian Kesatu
Pejabat Pencatatan Sipil
Pasal 6
(1) Pejabat Pencatatan Sipil diangkat dan diberhentikan oleh Bupati dari pegawai negeri sipil
yang memenuhi persyaratan dari Instansi Pelaksana.
(2) Pejabat Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan
meliputi :
a. melakukan verifikasi kebenaran data;
b. melakukan pembuktian pencatatan atas nama jabatannya;
c. mencatat data dalam register akta pencatatan sipil;
d. menerbitkan akta kutipan akta pencatatan sipil;
e. membuat catatan pinggir pada akta pencatatan sipil.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara pengangkatan dan pemberhentian
Pejabat Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati
sesuai dengan pedoman yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Petugas Registrasi
Pasal 7
(1) Petugas registrasi diangkat dan diberhentikan oleh Bupati dari pegawai negeri sipil yang
memenuhi persyaratan.
(2) Petugas registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas membantu Kepala
Desa atau Lurah dan Instansi Pelaksana dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
(3) Dalam hal pegawai negeri sipil untuk ditugaskan sebagai petugas registrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) belum tersedia, Instansi Pelaksana dapat meminta Kepala Desa
untuk menunjuk salah seorang Perangkat Desa.
- 12 -
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian
petugas registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati sesuai
dengan Pedoman yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
BAB V
PENDAFTARAN PENDUDUK
Bagian Kesatu
Pencatatan dan Pemutakhiran Biodata, NIK, Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk
Paragraf 1
Pencatatan dan Pemutakhiran Biodata Penduduk
Pasal 8
(1) Instansi Pelaksana melakukan pencatatan, penerbitan dan pemutakhiran biodata penduduk.
(2) Biodata penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat keterangan
tentang nama, tempat dan tanggal lahir, alamat dan jati diri lainnya secara lengkap, serta
perubahan data sehubungan dengan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang
dialami.
(3) Pencatatan dan pemutakhiran biodata penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi
bayi, anak atau penduduk yang mengalami hambatan mental dan fisik didasarkan pada
pelaporan/keterangan dari orang tuanya atau kuasanya.
(4) Dalam hal pemutakhiran biodata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) terdapat
perubahan, pencatatannya didasarkan pada keterangan orang tuanya atau kuasanya.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan dan pemutakhiran
biodata sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 2 …..
- 13 -
Paragraf 2
Nomor Induk Kependudukan
Pasal 9
(1) Setiap penduduk wajib memilik NIK.
(2) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku seumur hidup dan selamanya yang
diberikan oleh Pemerintah dan diterbitkan oleh Instansi Pelaksana kepada setiap penduduk
setelah dilakukan pencatatan biodata.
(3) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dalam setiap dokumen
kependudukan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan, jumlah digit NIK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati sesuai dengan pedoman
yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Paragraf 3
Kartu Keluarga
Pasal 10
(1) Setiap keluarga wajib memiliki KK.
(2) KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan dan diberikan oleh instansi Pelaksana
atas permohonan penduduk.
(3) KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat keterangan mengenai kolom, nomor KK,
nama lengkap kepala keluarga dan anggota keluarga, NIK, jenis kelamin alamat, tempat
lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status hubungan
dalam keluarga, kewarganegaraan, dokumen imigrasi, nama orang tua.
(4) Nomor KK sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku selamanya, kecuali terjadi
perubahan kepala keluarga.
(5) KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan salah satu dasar penerbitan KTP.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, keterangan kolom dan tata cara penerbitan
KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) diatur dalam Peraturan Bupati sesuai
dengan pedoman yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
- 14 -
Pasal 11
Penduduk Warga Negara Indonesia dan orang asing yang memiliki Ijin Tinggal Tetap hanya
diperbolehkan terdaftar dalam 1 (satu) KK.
Pasal 12
Dalam hal terjadi perubahan data dan atau susunan keluarga dalam KK, penduduk wajib
melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak terjadinya
perubahan.
Paragraf 4
Kartu Tanda Penduduk
Pasal 13
(1) Setiap penduduk yang berusia 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin atau sudah pernah
kawin wajib memiliki KTP.
(2) Orang asing yang mengikuti status orang tuanya yang memilki Ijin Tinggal Tetap dan sudah
berumur 17 (tujuh belas) tahun wajib memiliki KTP.
(3) KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku secara nasional.
(4) Penduduk wajib melaporkan perpanjangan masa berlaku KTP kepada Instansi Pelaksana
apabila masa berlakunya telah berakhir.
(5) Penduduk yang telah memiliki KTP wajib dibawa pada saat bepergian.
(6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya diperbolehkan memiliki
1 (satu) KTP.
(7) KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencantumkan gambar lambang Garuda
Pancasila dan peta wilayah Republik Indonesia, memuat keterangan tentang NIK, Nama,
Tempat tanggal lahir, laki-laki atau perempuan, agama, status perkawinan, golongan darah,
alamat, pekerjaan, kewarganegaraan, pas photo, masa berlaku, tempat dan tanggal
dikeluarkan KTP, tanda tangan pemegang KTP, serta memuat nama dan nomor induk
pegawai Kepala Instansi Pelaksana.
(8) Ketentuan …..
- 15 -
(8) Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (7) bagi penduduk yang
agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi tetapi tetap dilayani dan dicatat
dalam data base kependudukan.
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan KTP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 14
(1) Masa berlaku KTP :
a. untuk penduduk Warga Negara Indonesia berlaku selama 5 (lima) tahun;
b. untuk penduduk orang asing tinggal tetap disesuaikan dengan masa berlaku Ijin Tinggal
Tetap.
(2) Penduduk WNI yang berusia 60 (enam puluh) tahun ke atas diberi KTP yang berlaku
seumur hidup dan tidak dipungut biaya.
Pasal 15
Dalam hal terjadinya perubahan data dalam KTP, penduduk wajib melaporkan kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak terjadinya perubahan.
Bagian Kedua
Pendaftaran Perubahan Alamat
Pasal 16
(1) Dalam hal terjadi perubahan alamat penduduk, Instansi Pelaksana wajib menyelenggarakan
penerbitan perubahan dokumen pendaftaran penduduk.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan perubahan dokumen
pendaftaran penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati.
Pasal 17 .....
- 16 -
Pasal 17
Dalam hal terjadinya pemekaran wilayah atau pembangunan yang menyebabkan perubahan
alamat penduduk, Instansi Pelaksana wajib memberikan kemudahan kepada penduduk dalam
penerbitan KK dan KTP dengan alamat baru dan tidak dipungut biaya.
Bagian Ketiga
Pendaftaran Perpindahan Penduduk
Paragraf 1
Pendaftaran Pindah Penduduk
Pasal 18
(1) Setiap penduduk yang pindah dalam wilayah Kabupaten Sampang wajib melaporkan
kepada Instansi Pelaksana melalui RT, Desa/Kelurahan dan Kecamatan.
(2) Penduduk yang pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pindah :
a. antar RT dalam satu Desa/Kelurahan;
b. antar Desa/Kelurahan dalam satu Kecamatan;
c. antar Kecamatan dalam wilayah Kabupaten Sampang;
d. keluar Kabupaten Sampang;
(3) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Instansi Pelaksana
menerbitkan Surat Keterangan Pindah.
(4) Surat Keterangan Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, b dan huruf c
dijadikan dasar penerbitan KK dan KTP yang baru.
(5) Penduduk yang pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, pada saat diterbitkan
dan diberikan Surat Keterangan Pindah, KK dan KTP yang bersangkutan dicabut.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan surat keterangan
pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam peraturan Bupati.
Paragraf 2 .....
- 17 -
Paragraf 2
Pendaftaran Pindah Datang
Pasal 19
(1) Penduduk WNI, Orang asing Tinggal Terbatas dan Orang Asing Tinggal Tetap yang datang
dari Daerah lain dengan maksud untuk pindah dan menetap di wilayah Kabupaten Sampang
wajib melapor kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
tanggal diterbitkan Surat Keterangan Pindah.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana menerbitkan :
a. Surat Keterangan Pindah Datang bagi penduduk WNI, Orang Asing Tetap Tinggal;
b. Surat Keterangan Tempat Tinggal bagi Orang Asing Tinggal Terbatas.
(3) Orang Asing Tinggal Terbatas pemegang Surat Keterangan Tempat Tinggal wajib dibawa
pada saat bepergian.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan Surat Keterangan
Pindah Datang dan Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dalam Peraturan Bupati.
Pasal 20
Instansi pelaksana wajib menyelenggarakan pendaftaran pindah datang penduduk Warga
Negara Indonesia yang bertransmigrasi.
Bagian Keempat
Pendaftaran Tinggal Sementara dan Tamu
Paragraf 1
Pendaftaran Tinggal Sementara
Pasal 21
(1) Setiap penduduk yang bermaksud tinggal sementara di tempat lain selain di tempat tinggal
tetapnya dalam wilayah Kabupaten Sampang wajib melapor kepada Instansi Pelaksana
melalui RT, Desa/Kelurahan dan Kecamatan.
- 18 -
(2) Tinggal Sementara di tempat lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. antar RT dalam satu Desa/Kelurahan;
b. antar Desa/Kelurahan dalam satu Kecamatan;
c. antar Kecamatan dalam wilayah Kabupaten Sampang;
d. antar Kabupaten/Kota.
(3) Jangka waktu tinggal sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) paling
lama 1 (satu) tahun.
(4) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Instansi Pelaksana
menerbitkan dan memberikan Surat Keterangan Tinggal Sementara.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan Surat Keterangan
Tinggal Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 2
Pendaftaran Tamu
Pasal 22
(1) Setiap penduduk dan atau orang dari luar Kabupaten Sampang yang bermaksud bertamu
dan bermalam di wilayah Kabupaten Sampang, wajib melapor kepada RT setempat dalam
waktu 2 x 24 jam.
(2) Tamu yang bermalam di hotel, wisma, penginapan, asrama, panti dan mess, keberadaan
yang bersangkutan menjadi tanggung jawab pemilik hotel, wisma, penginapan, dan
pengurus asrama, panti dan mess.
Bagian Kelima
Pendaftaran Perpindahan Penduduk Antar Negara
Paragraf 1
Pendaftaran Perpindahan Penduduk ke Luar Negeri
Pasal 23
(1) Setiap penduduk yang akan pindah dan menetap di luar negeri wajib melapor kepada
Instansi Pelaksana.
- 19 -
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana menerbitkan
dan memberikan Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan Surat Keterangan
Pindah ke Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 2
Pendaftaran Kedatangan WNI dari Luar Negeri
Pasal 24
(1) Setiap penduduk Warga Negara Indonesia yang datang dari luar negeri wajib melaporkan
kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak kedatangan.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana menerbitkan
dan memberikan Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri.
(3) Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan
dasar penerbitan KK dan KTP.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan Surat Keterangan
Datang dari Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
Bupati.
Paragraf 3
Pendaftaran Kedatangan Orang Asing dari Luar Negeri
Pasal 25
(1) Setiap Orang Asing yang baru datang dari luar negeri dan ingin bertempat tinggal terbatas
di wilayah Kabupaten Sampang wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat
14 (empat belas) hari kerja sejak diterbitkan Ijin Tinggal Terbatas.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana menerbitkan
dan memberikan Surat Keterangan Tempat Tinggal.
(3) Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dibawa saat
bepergian.
(4) Surat .....
- 20 -
(4) Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku sampai
habis masa berlakunya Ijin Tinggal Terbatas.
(5) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan Surat Keterangan Tempat Tinggal
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 4
Pendaftaran Penduduk Orang Asing Tinggal TerbatasYang Mengubah Status
Menjadi Tinggal Tetap
Pasal 26
(1) Setiap Orang Asing Pemegang Ijin Tinggal Terbatas yang telah mengubah status menjadi
Orang Asing Tinggal Tetap wajib melapor kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14
(empat belas) hari kerja sejak tanggal terbitnya Ijin Tinggal Tetap.
(2) Berdasarkan Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana menerbitkan
KK dan KTP.
Bagian Keenam
Pendataan Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan
Pasal 27
(1) Instansi Pelaksana wajib melakukan pendataan Penduduk Rentan Administrasi
Kependudukan.
(2) Penduduk Rentan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. penduduk korban bencana alam;
b. penduduk korban bencana sosial;
c. orang terlantar;
d. komunitas terpencil.
(3) Pendataan Penduduk Rentan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b, dapat
dilakukan di tempat sementara.
(4) Hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan sebagai dasar penerbitan
Surat Keterangan Kependudukan.
- 21 -
(5) Pendataan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan d dilakukan secara
periodik dan terkoordinasi.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan Surat Keterangan
Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Bupati.
BAB VI
PENCATATAN SIPIL
Bagian Kesatu
Pencatatan Kelahiran
Paragraf 1
Pencatatan Kelahiran di Daerah
Pasal 28
(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat
terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari kerja sejak tanggal
kelahiran.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana menerbitkan
kutipan Akta Kelahiran.
(3) Dalam hal tempat peristiwa kelahiran berbeda dengan tempat tinggal atau domisili orang
tuanya Instansi Pelaksana memberitahukan terjadinya peristiwa kelahiran kepada Instansi
Pelaksana di tempat tinggal atau domisili orang tuanya.
Pasal 29
(1) Pencatatan kelahiran dan penerbitan kutipan akta kelahiran bagi anak yang tidak diketahui
asal usulnya atau keberadaan orang tuanya, didasarkan pada laporan orang yang
menemukan dilengkapi dengan Berita Acara Pemeriksaan dari Kepolisian.
(2) Kutipan akta kelahiran anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpan oleh Instansi
Pelaksana atau orang tua angkat/orang tua asuh.
Paragraf 2 …..
- 22 -
Paragraf 2
Pencatatan Kelahiran di Luar Wilayah NKRI
Pasal 30
(1) Penduduk yang melahirkan di luar wilayah NKRI wajib dicatatkan di Instansi yang
berwenang di Negara setempat dan dilaporkan kepada perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila Negara setempat tidak menyelenggarakan pencatatan bagi orang asing, pencatatan
peristiwa kelahiran dilakukan pada perwakilan Republik Indonesia setempat.
(3) Pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan kepada
Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak bersangkutan kembali ke
Kabupaten Sampang.
Paragraf 3
Pencatatan Kelahiran yang Melampaui Batas Waktu
Pasal 31
(1) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) yang melampaui batas
waktu 60 (enam puluh) hari sampai dengan 1 (satu) tahun sejak tanggal kelahiran,
pencatatan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Kepala Instansi Pelaksana
setempat.
(2) Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati.
Bagian Kedua …..
- 23 -
Bagian Kedua
Pencatatan Lahir Mati
Pasal 32
(1) Setiap kelahiran bayi dalam kelahiran mati wajib dilaporkan oleh orang tuanya atau
kuasanya kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak lahir
mati.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana menerbitkan
Surat Keterangan Lahir Mati.
Pasal 33
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31 dan Pasal 32 diatur dalam Peraturan
Bupati.
Bagian Ketiga
Pencatatan Perkawinan
Paragraf 1
Pencatatan Perkawinan Daerah
Pasal 34
(1) Perkawinan yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
dilaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 60 (enam puluh) hari kerja sejak
tanggal perkawinan.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Perkawinan dan kutipan Akta Perkawinan.
(3) Kutipan Akta Perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada suami
isteri.
Pasal 35 …..
- 24 -
Pasal 35
(1) Data hasil pencatatan perkawinan penduduk yang beragama Islam, oleh Kepala Kantor
Urusan Agama Kecamatan wajib dilaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 10
(sepuluh) hari kerja sejak tanggal pencatatan perkawinan.
(2) Pelaporan data hasil pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
memerlukan penerbitan Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
Paragraf 2
Pencatatan Perkawinan di Luar Wilayah NKRI
Pasal 36
(1) Penduduk WNI Kabupaten Sampang yang melakukan perkawinan di luar wilayah NKRI
wajib dicatatkan di Instansi yang berwenang di Negara setempat dan dilaporkan kepada
perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila Negara setempat tidak menyelenggarakan pencatatan bagi orang asing, pencatatan
peristiwa perkawinan dilakukan pada perwakilan Republik Indonesia setempat.
(3) Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan kepada
Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak yang bersangkutan kembali
ke Kabupaten Sampang.
Bagian Keempat
Pencatatan Pembatalan Perkawinan
Pasal 37
(1) Setiap pembatalan perkawinan wajib dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja setelah putusan pengadilan tentang
pembatalan perkawinan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana mencabut
kutipan Akta Perkawinan yang bersangkutan dan menerbitkan Surat Keterangan
Pembatalan Perkawinan.
- 25 -
Bagian Kelima
Pencatatan Perceraian
Paragraf 1
Pencatatan Perceraian Di Daerah
Pasal 38
(1) Perceraian wajib dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 60 (enam puluh) hari kerja sejak putusan pengadilan tentang perceraian telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana mencatat pada
register akta perceraian dan menerbitkan Kutipan Akta Perceraian.
Paragraf 2
Pencatatan Perceraian Di Luar Wilayah NKRI
Pasal 39
(1) Penduduk WNI Kabupaten Sampang yang melakukan perceraian di luar negeri wajib
dicatatkan di Instansi yang berwenang di Negara setempat dan dilaporkan kepada
perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila Negara setempat tidak menyelenggarakan pencatatan bagi orang asing, pencatatan
peristiwa perceraian dilakukan pada perwakilan Republik Indonesia setempat.
(3) Pencatatan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan kepada
Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak yang bersangkutan kembali
ke Kabupaten Sampang.
Bagian Keenam …..
- 26 -
Bagian Keenam
Pencatatan Pembatalan Perceraian
Pasal 40
(1) Pembatalan perceraian penduduk wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 60 (enam puluh) hari kerja setelah putusan pengadilan tentang
pembatalan perceraian memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana diamksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana mencabut
kutipan akta perceraian dari kepemilikan subjek akta dan menerbitkan Surat Keterangan
Pembatalan Perceraian.
Pasal 41
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan perkawinan, pembatalan
perkawinan, perceraian dan pembatalan perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34,
Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39 dan Pasal 40 diatur dalam Peraturan Bupati.
Bagian Ketujuh
Pencatatan Pengangkatan Anak
Pasal 42
(1) Pencatatan pengangkatan anak dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan ditempat
tinggal pemohon.
(2) Pencatatan Pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh
penduduk kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran Anak
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya penetapan pengadilan oleh
penduduk.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana membuat
catatan pinggir pada Register Akta Kelahiran dan Kutipan Akta Kelahiran.
Bagian Kedelapan …..
- 27 -
Bagian Kedelapan
Pencatatan Pengakuan Anak
Pasal 43
(1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orang tuanya kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal Surat Pengakuan Anak oleh bapak dan
disetujui oleh ibu dari anak yang bersangkutan.
(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi orang tua
yang agamanya tidak membenarkan pengakuan anak yang lahir di luar hubungan
perkawinan yang sah.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Pengakuan Anak dan menerbitkan Kutipan Akta Pengakuan
Anak.
Bagian Kesembilan
Pencatatan Pengesahan Anak
Pasal 44
(1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh orang tua kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak bapak dan ibu dari anak yang bersangkutan
melakukan perkawinan dan mendapatkan Akta perkawinan.
(2) Berdasarkan laporan pengesahan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi
Pelaksana membuat catatan pinggir pada Kutipan Akta Kelahiran si anak.
Bagian Kesepuluh …..
- 28 -
Bagian Kesepuluh
Pencatatan Kematian
Paragraf 1
Pencatatan Kematian Di Daerah
Pasal 45
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal kematian.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana mencatat pada
Register Akta Kematian dan menerbitkan Kutipan Akta Kematian.
(3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan
keterangan kematian dari pihak yang berwenang.
(4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan seseorang karena hilang atau mati tetapi tidak
ditemukan jenasahnya, pencatatan baru dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.
(5) Dalam hal terjadi kematian seseorang yang tidak jelas identitasnya, Instansi Pelaksana
melakukan pencatatan kematian berdasarkan keterangan kepolisian.
(6) Dalam hal tempat peristiwa kematian berbeda dengan domisili yang bersangkutan, Instansi
Pelaksana memberitahukan terjadinya peristiwa kematian kepada Instansi Pelaksana di
tempat tinggal/domisilinya.
Paragraf 2
Pencatatan Kematian Di Luar Wilayah NKRI
Pasal 46
(1) Kematian Penduduk Warga Negara Indonesia Kabupaten Sampang di luar wilayah NKRI
wajib dicatatkan oleh keluarganya di Instansi yang berwenang di Negara setempat.
(2) Apabila negara setempat tidak menyelenggarakan pencatatan bagi orang asing pencatatan
peristiwa kematian dilakukan pada perwakilan Republik Indonesia setempat.
(3) Pencatatan …..
- 29 -
(3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan kepada
Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak yang bersangkutan kembali
ke Kabupaten Sampang.
Bagian Kesebelas
Pencatatan Perubahan Nama
Pasal 47
(1) Pencatatan perubahan nama penduduk dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan
negeri tempat pemohon.
(2) Pencatatan perubahan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh
penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
diterimanya salinan penetapan pengadilan negeri oleh penduduk.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Instansi Pelaksana membuat
catatan pinggir pada Register Akta Pencatatan Sipil dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
Bagian Keduabelas
Perubahan Status Kewarganegaraan
Pasal 48
(1) Penduduk Warga Negara Asing yang telah merubah status kewarganegaraannya menjadi
Warga Negara Republik Indonesia wajib dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada
Instansi Pelaksana paling lambat 60 (enam puluh) hari kerja sejak berita pengucapan
sumpah atau pernyataan janji setia oleh pejabat.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana membuat
catatan pinggir pada Register Akta Pencatatan Sipil dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
Pasal 49 …..
- 30 -
Pasal 49
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang telah merubah status kewarganegaraannya
menjadi Warga Negara Asing wajib dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada perwakilan
Negara Republik Indonesia di Negara Setempat.
(2) Instansi Pelaksana setelah menerima pemberitahuan perubahan status kewarganegaraan dari
perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuat catatan pinggir pada Register
Akta Pencatatan Sipil dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil serta mencabut KK dan KTP yang
bersangkutan.
Bagian Ketigabelas
Pencatatan Peristiwa Penting Lainnya
Pasal 50
(1) Pencatatan peristiwa penting lainnya dilakukan oleh Pejabat Pencatatan Sipil atas
permintaan penduduk yang bersangkutan setelah adanya penetapan pengadilan negeri yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Pencatatan peristiwa penting lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 30
(tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya salinan penetapan pengadilan diterima oleh
penduduk.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan peristiwa penting
lainnya diatur dalam Peraturan Bupati.
BAB VII
DATA DAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN
Bagian Kesatu
Data Kependudukan
Pasal 51
(1) Data Kependudukan terdiri atas data perseorangan dan/atau data agregat penduduk.
- 31 -
(2) Data perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. nomor KK;
b. NIK;
c. nama lengkap;
d. jenis kelamin;
e. tempat lahir;
f. tanggal/bulan/tahun lahir;
g. golongan darah;
h. agama/kepercayaan;
i. status perkawinan;
j. status hubungan dalam keluarga;
k. cacat fisik dan/atau cacat mental;
l. pendidikan terakhir;
m. jenis pekerjaan;
n. NIK ibu kandung;
o. nama ibu kandung;
p. NIK ayah;
q. nama ayah;
r. alamat sebelumnya;
s. alamat sekarang;
t. kepemilikan akta kelahiran/surat kenal lahir;
u. nomor akta kelahiran/nomor surat kenal lahir;
v. kepemilikan akta perkawinan/buku nikah;
w. nomor akta perkawinan/buku nikah;
x. tanggal perkawinan;
y. kepemilikan akta perceraian;
z. nomor akta perceraian/surat cerai;
aa. tanggal perceraian.
(3) Data agregat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi himpunan data perseorangan
yang berupa data kuantitatif dan data kualitatif.
Bagian Kedua …..
- 32 -
Bagian Kedua
Dokumen Kependudukan
Paragraf 1
Jenis Dokumen
Pasal 52
(1) Dokumen kependudukan meliputi :
a. biodata penduduk;
b. KK;
c. KTP;
d. Surat Keterangan Kependudukan;
e. Akta Pencatatan Sipil.
(2) Surat keterangan kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi :
a. Surat Keterangan Pindah;
b. Surat Keterangan Pindah Datang;
c. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri;
d. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri;
e. Surat Keterangan Tempat Tinggal;
f. Surat Keterangan Kelahiran;
g. Surat Keterangan Lahir Mati;
h. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan;
i. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian;
j. Surat Keterangan Kematian;
k. Surat Keterangan Pengangkatan Anak;
l. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia;
m. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas;
n. Surat Keterangan Pencatatan Sipil.
Pasal 53
(1) Penerbitan dokumen kependudukan bagi petugas rahasia khusus.
- 33 -
(2) Ketentuan mengenai penerbitan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 2
Kewenangan Penandatanganan
Pasal 54
(1) Dokumen kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ditandatangani oleh
Kepala Instansi Pelaksana.
(2) Dokumen kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 mulai berlaku sejak
diundangkannya Peraturan Daerah ini.
(3) Surat Keterangan Pindah Penduduk WNI antar Kecamatan dalam satu Kabupaten, Surat
Keterangan Pindah Datang Penduduk WNI antar Kecamatan dalam satu Kabupaten dapat
diterbitkan dan ditandatangani oleh Camat atas nama Kepala Instansi Pelaksana.
(4) Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk WNI dalam satu Desa/Kelurahan, surat
keterangan pindah datang penduduk WNI antar Desa/Kelurahan dalam satu Kecamatan,
Surat Keterangan Kelahiran untuk WNI, Surat Keterangan Lahir Mati untuk WNI dan Surat
Keterangan Kematian untuk WNI dapat diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala
Desa/Lurah atas nama Kepala Instansi Pelaksana.
(5) Pelimpahan penandatanganan surat keterangan kepada Camat dan Kepala Desa/Lurah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Bupati.
Paragraf 3
Jangka Waktu Penerbitan
Pasal 55
(1) Instansi Pelaksana atau pejabat yang diberi pelimpahan wajib menerbitkan dokumen
pendaftaran penduduk dalam jangka waktu :
a. KK dan KTP paling lambat 14 (empat belas) hari kerja;
b. Surat Keterangan Pindah paling lambat 14 (empat belas) hari kerja;
c. Surat Keterangan Pindah Datang paling lambat 14 (empat belas) hari kerja;
- 34 -
d. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri paling lambat 14 (empat belas) hari kerja;
e. Surat Keterangan Pindah Datang dari Luar Negeri paling lambat 14 (empat belas) hari
kerja;
f. Surat Keterangan Tempat Tinggal untuk Orang Asing yang memiliki Ijin Tinggal
Terbatas paling lambat 14 (empat belas) hari kerja;
g. Surat Keterangan Kelahiran paling lambat 14 (empat belas) hari kerja;
h. Surat Keterangan Lahir Mati paling lambat 14 (empat belas) hari kerja;
i. Surat Keterangan Kematian paling lambat 3 (tiga) hari kerja;
j. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja;
k. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian paling lambat 7 (tujuh) hari kerja;
l. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas paling lambat 7 (tujuh) hari kerja.
(2) Kepala Instansi Pelaksana wajib mencatat pada Register Akta Pencatatan Sipil dan
menerbitkan Kutipan Akta Pencatatan Sipil paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja.
(3) Jangka waktu penerbitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dihitung sejak
tanggal dipenuhinya persyaratan oleh penduduk.
Bagian Ketiga
Perlindungan Data Pribadi Penduduk dan Dokumen Kependudukan
Pasal 56
(1) Pemerintah Kabupaten Sampang wajib melindungi dan menyimpan data pribadi penduduk
dan dokumen kependudukan.
(2) Data pribadi penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. nomor KK;
b. NIK;
c. tanggal/bulan/tahun lahir;
d. keterangan tentang kecacatan fisik dan/atau mental;
e. NIK ibu kandung;
f. NIK bapak;
g. beberapa isi catatan Peristiwa Penting.
(3) Pengguna .....
- 35 -
(3) Pengguna data pribadi penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat memperoleh
dan menggunakan data pribadi penduduk dari petugas pada Kabupaten atau Instansi
Pelaksana yang memiliki hak akses dari Menteri Dalam Negeri.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perlindungan, menyimpan data pribadi penduduk dan
dokumen kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Bupati.
BAB VIII
PEMBATALAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN
Pasal 57
(1) Dokumen kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) huruf a, huruf b,
huruf c dan huruf d yang diperoleh tanpa melalui persyaratan dan tata cara yang ditetapkan
dalam Peraturan Daerah ini dan atau Peraturan Bupati, dibatalkan/dicabut.
(2) Pembatalan/pencabutan terhadap Kutipan Akta Pencatatan Sipil dilakukan setelah ada
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
BAB IX
BLANKO DOKUMEN KEPENDUDUKAN
Bagian Kesatu
Pengadaan
Pasal 58
(1) Pengadaan blanko dokumen kependudukan dilakukan oleh Instansi Pelaksana sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Instansi Pelaksana setelah melakukan pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meminta nomor registrasi kepada Departemen Dalam Negeri cq. Direktorat Jenderal
Administrasi Kependudukan sesuai dengan jumlah dan jenis dokumen kependudukan yang
dicetak.
(3) Pencetakan .....
- 36 -
(3) Pencetakan blanko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh perusahaan
percetakan dokumen security yang telah mendapat kewenangan untuk mencetak,
menerbitkan dan mendistribusikan dari Menteri Dalam Negeri.
Bagian Kedua
Pengisian Data
Pasal 59
Pengisian elemen data penduduk pada blanko KK, KTP, Surat Keterangan Tinggal Sementara
dan Surat Keterangan Tempat Tinggal dan Register Akta serta Kutipan Akta Catatan Sipil
dilakukan dengan Sistem Manual atau menggunakan perangkat lunak Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan.
Bagian Ketiga
Pembukuan Penggunaan Blanko
Pasal 60
(1) Instansi Pelaksana menyelenggarakan pembukuan pencetakan serta penggunaan blanko
setiap bulan.
(2) Hasil pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Menteri Dalam
Negeri, Gubernur Jawa Timur melalui Bupati Sampang.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. nama dan alamat perusahaan percetakan yang melakukan pencetakan blanko;
b. jumlah blanko yang dicetak; dan
c. jumlah dokumen yang diterbitkan.
BAB X .....
- 37 -
BAB X
DATABASE KEPENDUDUKAN, PEMANFAATAN DAN PELAPORAN DATA
Bagian Kesatu
Database Kependudukan
Pasal 61
(1) Di Kabupaten Sampang dibangun database kependudukan Kabupaten Sampang.
(2) Pembangunan database kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
(3) Database kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikelola dengan
menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.
(4) Pemerintah Kabupaten Sampang dapat melakukan pengkajian dan pengembangan Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan sesuai kebutuhan.
Bagian Kedua
Pemanfaatan
Pasal 62
Data penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dan
tersimpan di dalam Database Kependudukan Kabupaten Sampang dimanfaatkan untuk
kepentingan perumusan kebijakan dibidang pemerintahan dan pembangunan.
Bagian Ketiga
Pelaporan Data
Pasal 63
(1) Kepala Desa/Lurah menyusun laporan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta
menyampaikan hasilnya kepada Camat secara reguler.
(2) Camat .....
- 38 -
(2) Camat menghimpun laporan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil yang disampaikan
oleh Kepala Desa/Lurah dan membuat rekapitulasi laporan yang selanjutnya disampaikan
kepada Instansi Pelaksana secara reguler.
(3) Instansi Pelaksana menghimpun laporan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil yang
disampaikan oleh para Camat di wilayah dan membuat rekapitulasi laporan yang
selanjutnya disampaikan kepada Bupati secara reguler.
BAB XI
PENATAUSAHAAN HASIL PENDAFTARAN PENDUDUK
DAN PENCATATAN SIPIL
Pasal 64
(1) Instansi Pelaksana, Camat dan Kepala Desa/Lurah melakukan penatausahaan hasil
pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penatusahaan pada Instansi Pelaksana, Camat dan Kepala
Desa/Lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XII
PENGAWASAN
Pasal 65
(1) Pengawasan atas kepatuhan penduduk dalam melaksanakan kewajibannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ditugaskan kepada Kepala Instansi Pelaksana, Komandan Satuan
Polisi Pamong Praja, Camat dan Kepala Desa/Lurah.
(2) Untuk menjamin pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1), Instansi
Pelaksana melakukan razia terhadap dokumen kependudukan secara reguler.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan razia sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), ditetapkan dalam Peraturan Bupati.
BAB XIII .....
- 39 -
BAB XIII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 66
(1) Selain pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri
Sipil yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya dalam bidang administrasi kependudukan
diberi wewenang khusus sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan
tugas penyidikan berwenang untuk :
a. menerima laporan atau pengaduan dari orang atau badan hukum tentang adanya dugaan
tindak pidana administrasi kependudukan.
b. memeriksa laporan atau keterangan atas adanya dugaan tindakan tindak pidana
administrasi kependudukan.
c. memanggil orang untuk diminta keterangannnya atas adanya dugaan sebagaimana
dimaksud pada huruf b; dan
d. membuat dan menandatangani Berita Acara Pemeriksaan.
BAB XIV
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 67
(1) Setiap orang dan atau penduduk yang melanggar ketentuan Pasal 10 ayat (1), Pasal 12,
Pasal 13 ayat (1), ayat (2), ayat (4), Pasal 16, Pasal 18 ayat (1), Pasal 19 ayat (1), Pasal 21
ayat (1), Pasal 22 ayat (1), Pasal 23 ayat (1), Pasal 24 ayat (1), Pasal 25 ayat (1), Pasal 26
ayat (1), Pasal 28 ayat (1), Pasal 30 ayat (3), Pasal 32 ayat (1), Pasal 34 ayat (1), Pasal 36
ayat (3), Pasal 37 ayat (1), Pasal 38 ayat (1), Pasal 39 ayat (3), Pasal 40 ayat (1), Pasal 42
ayat (2), Pasal 43 ayat (1), Pasal 44 ayat (1), Pasal 45 ayat (1), Pasal 46 ayat (3), Pasal 47
ayat (2), Pasal 48 ayat (1), Peraturan daerah ini dikenai sanksi administratif berupa denda.
(2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak Rp.50.000,- (lima puluh ribu
rupiah).
- 40 -
Pasal 68
(1) Setiap penduduk yang bepergian tidak membawa KTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (5) dikenai sanksi administratif berupa denda paling banyak Rp.50.000,- (lima
puluh ribu rupiah).
(2) Setiap orang asing pemegang izin tinggal terbatas yang bepergian tidak membawa Surat
Keterangan Tinggal Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) dikenai
sanksi administratif berupa denda paling banyak Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah).
Pasal 69
Dalam hal Pejabat pada Instansi Pelaksana melakukan tindakan atau sengaja melakukan
tindakan yang memperlambat pengurusan dokumen kependudukan dalam batas waktu yang
telah ditentukan dalam Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi berupa denda paling banyak
Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 70
Setiap penduduk yang dengan sengaja memalsukan surat dan atau dokumen kepada Instansi
Pelaksana dalam melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah).
Pasal 71
Setiap Penduduk yang dengan sengaja mendaftarkan diri sebagai Kepala Keluarga atau anggota
Keluarga lebih dari satu KK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau memiliki KTP lebih
dari satu sebagaimana dimaksud salam Pasal 13 ayat (6), dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta
rupiah).
Pasal 72 .....
- 41 -
Pasal 72
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak mencetak, menerbitkan dan atau
mendistribusikan blanko dokumen kependudukan berupa KK, KTP, buku Register Akta
Catatan Sipil dan Kutipan Akta Catatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1)
huruf b, huruf c dan huruf e, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 73
(1) Bentuk, isi dan format dokumen pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta formulir-
formulir isian permohonan pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil yang ada
sekarang tetap berlaku sebelum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(2) Selama peraturan pelaksanaan Peraturan Daerah ini belum dikeluarkan, peraturan
pelaksanaan yang ada masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Daerah ini.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 74
Hal-hal yang merupakan peraturan pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 75 .....
- 42 -
Pasal 75
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sampang.
Ditetapkan di : Sampang
pada tanggal : 28 Nopember 2008
BUPATI SAMPANG,
NOER TJAHJA
Diundangkan di : Sampang
pada tanggal : 2 M a r e t 2009
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SAMPANG
drh. HERMANTO SUBAIDI, MSiPembina Utama Muda
NIP. 510 111 084
Lembaran Daerah Kabupaten Sampang Tahun 2009 Nomor : 21
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
NOMOR : 21 TAHUN 2008
TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
I. UMUM
Bahwa untuk pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kantor Kependudukan danCatatan Sipil perlu pengaturan tentang penyelenggaraan pendaftaran penduduk danpencatatan sipil dalam kerangka Sistem Informasi Administrasi Kependudukan diKabupaten Sampang. Berdasarkan hal tersebut diatas perlu menetapkan Peraturan DaerahKabupaten Sampang.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 sampai dengan Pasal 2Cukup jelas.
Pasal 3 ayat (1)Persyaratan yang dimaksud adalah sesuai dengan peraturan pelaksanaanyang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
ayat (2)Cukup jelas.
Pasal 4 sampai dengan Pasal 2Cukup jelas.
Pasal 8 ayat (1) sampai dengan ayat (2)Cukup jelas.
ayat (3)Yang dimaksud dengan hambatan/cacat fisik dan atau mental berdasarkanketentuan peraturan perundang-undangan yang menetapkan tentang haltersebut.
ayat (4) sampai dengan ayat (5)Cukup jelas.
Pasal 9 sampai dengan Pasal 11Cukup jelas.
Pasal 12Yang dimaksud dengan perubahan Susunan Keluarga dalam Kartu Keluarga adalahperubahan yang diakibatkan adanya peristiwa kependudukan dan peristiwa pentingseperti pindah, datang, kelahiran atau kematian.
Pasal 13 sampai dengan Pasal 15Cukup jelas.
- 2 -
Pasal 16Yang dimaksud dengan “Dokumen Pendaftaran Penduduk“ adalah bagian dariDokumen Kependudukan yang dihasilkan dari proses pendaftaran pendudukmisalnya KK, KTP dan biodata.
Pasal 17 sampai dengan Pasal 26Cukup jelas.
Pasal 27 ayat (1)Yang dimaksud dengan “Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan“adalah penduduk yang mengalami hambatan dalam memperoleh dokumenkependudukan yang disebabkan oleh bencana alam dan kerusuhan sosial.Pendataan dilakukan dengan membentuk tim di Daerah yang beranggotakandari instansi terkait
ayat (2) huruf a sampai dengan huruf bCukup jelas.
huruf cYang dimaksud dengan “orang terlantar“ adalah penduduk yangkarena suatu sebab sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannyasecara wajar baik rohani, jasmani maupun sosial.Ciri-cirinya :1) tidak terpenuhinya kebutuhan dasar hidup khususnya pangan,
sandang dan papan;2) tempat tinggal tidak tetap/gelandangan;3) tidak mempunyai pekerjaan/kegiatan yang tetap;4) miskin.
huruf dYang dimaksud dengan “komunitas terkecil“ adalah kelompoksosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang ataubelum terlibat dalam jaringan dan pelayanan politik.Ciri-cirinya :1) berbentuk komunitas kecil, tertutup dan homogen;2) pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan;3) pada umumnya terpencil secara greografis dan relatif sulit
terjangkau;4) peralatan teknologi sederhana;5) terbatas akses pelayanan sosial, ekonomi dan pasifik.
ayat (3)Yang dimaksud di tempat sementara adalah tempat pada saat terjadipengungsian.
ayat (4) sampai dengan ayat (6)Cukup jelas.
Pasal 28 ayat (1)Yang dimaksud dengan “tempat terjadinya peristiwa kelahiran“ adalahwilayah terjadinya kelahiran.
ayat (2)Penerbitan kutipan akta kelahiran tanpa dipungut biaya.
ayat (3)Cukup jelas.
Pasal 28 ayat (1) …..
- 3 -
Pasal 29 ayat (1)Cukup jelas.
ayat (2)Kutipan akta kelahiran seorang anak yang tidak diketahui asal usulnyaatau keberadaan orang tuanya diserahkan kepada yang bersangkutansetelah dewasa.
Pasal 30 sampai dengan Pasal 31Cukup jelas.
Pasal 32 ayat (1)Yang dimaksud dengan “Lahir Mati“ adalah kelahiran seorang bayi darikandungan yang berumur paling sedikit 28 (dua puluh delapan) minggupada saat dilahirkan tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
ayat (2)Cukup jelas.
Pasal 33Cukup jelas.
Pasal 34 ayat (1)Yang dimaksud dengan “perkawinan“ adalah ikatan lahir batin antaraseorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri berdasarkan ketentuanperaturan perundang-undangan. Perkawinan bagi penduduk yangberagama islam dicatat oleh Kantor Urusan Agama Kecamatanberdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
ayat (2)Penerbitan akta perkawinan bagi penduduk yang beragama islamdilakukan oleh Departemen Agama.
ayat (3)Cukup jelas.
Pasal 35 sampai dengan Pasal 41Cukup jelas.
Pasal 42 ayat (1)Yang dimaksud dengan “pengangkatan anak“ adalah perbuatan hukumuntuk mengalihkan hak anak dari lingkungan kekuasaan keluarga orangtua, wali yang sah atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan,pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke dalam lingkungan keluargaorang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.
ayat (2)Cukup jelas.
ayat (3)Yang dimaksud dengan catatan pinggir adalah catatan mengenaiperubahan status atas terjadinya peristiwa penting dalam bentuk catatanyang diletakkan pada bagian pinggir akta atau bagian akta yangmemungkinkan di halaman/bagian muka atau belakang akta oleh pejabatpencatatan sipil.
Pasal 43 sampai dengan Pasal 44Cukup jelas.
Pasal 45 ayat (1)Yang dimaksud dengan “Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan“adalah penduduk yang mengalami hambatan dalam memperoleh dokumenkependudukan yang disebabkan oleh bencana alam dan kerusuhan sosial.Pendataan dilakukan dengan membentuk tim di Daerah yangberanggotakan dari instansi terkait.
- 4 -ayat (2)
Cukup jelas.ayat (3)
Yang dimaksud dengan “pihak yang berwenang“ adalah Kepala RumahSakit, Dokter/Paramedis; Kepala Desa/Lurah atau Kepolisian.
ayat (4) sampai dengan ayat (6)Cukup jelas.
Pasal 46 sampai dengan Pasal 47Cukup jelas.
Pasal 48 ayat (1)Cukup jelas.
ayat (2)Pembuatan catatan pinggir pada akta pencatatan sipil diperuntukkan bagiWarga Negara Asing yang melakukan perubahan kewarganegaraan danpernah mencatatkan peristiwa penting di Republik Indonesia.
Pasal 49Cukup jelas.
Pasal 50 ayat (1)Yang dimaksud “peristiwa penting lainnya“ adalah peristiwa yangditetapkan oleh pengadilan negeri untuk dicatatkan pada instansi pelaksanaantara lain perubahan jenis kelamin.
ayat (2) sampai dengan ayat (3)Cukup jelas.
Pasal 51 ayat (1) sampai dengan ayat (2)Cukup jelas.
ayat (3)Yang dimaksud dengan “data agregat“ adalah kumpulan data tentangperistiwa kependudukan, peristiwa penting, jenis kelamin, kelompok usia,agama, pendidikan dan pekerjaan. Yang dimaksud “data kuantitatif“adalah data yang berupa angka-angka. Yang dimaksud “data kualitatif“adalah data yang berupa penjelasan.
Pasal 52 sampai dengan Pasal 55Cukup jelas.
Pasal 56 ayat (1)Cukup jelas.
ayat (2) huruf a sampai dengan huruf fCukup jelas.
huruf gYang dimaksud dengan “beberapa isi catatan peristiwa penting“adalah beberapa catatan mengenai data yang bersifat pribadi danberkaitan dengan peristiwa penting yang diperlukan.
ayat (3) sampai dengan ayat (4)Cukup jelas.
Pasal 57 ayat (1)Cukup jelas.
ayat (2)Pembatalan akta dilakukan atas permintaan orang lain atau subyek datadengan alasan cacat hukum karena dalam proses pembuatan didasarkan padaketerangan yang tidak benar dan tidak sah.
Pasal 58 sampai dengan Pasal 68Cukup jelas.
- 5 -
Pasal 69Pengenaan sanksi denda pada Pasal ini, dikecualikan apabila :a. persyaratan permohonan dokumen tidak lengkap dan/atau tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;b. adanya situasi dan kondisi force majeur yang mengakibatkan keterlambatan
pelayanan dokumen, seperti musibah, kematian dan/atau bencana alam;c. adanya keputusan hukum yang bersifat tetap dari Instansi yang berwenang bahwa
pemohon tidak berhak mengajukan permohonan pelayanan dokumen.
Pasal 70 sampai dengan Pasal 75Cukup jelas.
top related