pemanfaatan masjid sebagai pusat pendidikan islam...
Post on 17-May-2020
30 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PEMANFAATAN MASJID SEBAGAI PUSAT
PENDIDIKAN ISLAM NONFORMAL
(Studi Kasus di Masjid Al-Jami’ Plupuh Kabupaten Sragen
Tahun 2019)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
RIZKY AMALIA
23010150278
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
vi
MOTTO
Artinya : hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-
orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap
mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun)
selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan
Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S At-
Taubah : 18)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi Rabbil „Alaamiin, puji syukur atas nkmat dan karunia Allah SWT,
dengan segala kerendahan hati, Skripsi sederhana ini saya persembahkan untuk:
1. Terimakasih untuk Kedua Orang tuaku, Bapak Didik Suwardi dan Ibu
Sulimi yang tiada hentinya mendoakan saya tanpa putus dan banyak sekali
pengorbanan yang tak terhentikan sehingga saya selalu kuat menjalani
segala rintangan hidup.
2. Adik-adikku tersayang, dek Yahya Dwi Alfina, dek Muhammad Ghofar
Nur Hidayat yang selalu memberikan semangat, dorongan, dan yang selalu
memberi canda tawa.
3. Teman-teman terbaikku, partner berjuang Ika Triyanti, Khasanah Umi,
Wijayanti Maslakah, Dika Nurhayati, Laela Cahyani, Zuhrotun Nafiah,
Eva Ida Laila, Danang Eko, Ummu Hamidah (IAIN Surakarta)
4. Teman-temanku tercinta Wisma Pandhito Wono Berlin, Mbak Tiara,
Mbak Eka, Mbak Dyah, Sania yang selalu memberikan semangat, dan
memberi canda tawa mereka.
5. Keluarga besarku RISMAP (Remaja Islam Masjid Al-Jami‟ Plupuh) yang
selalu memberikan dorongan, semangat untuk segera menyelesaikan
skripsi ini.
6. Teman-temanku HangOut Squad Mas Takim, Mas Aris, Amat, Wiwit,
Ajib, Erwin, Fanhary, Siti Mardi, Anip, DC, opah, Lilis yang selalu
viii
memberikan semangat, dorongan lewat tingkah-tingkah mereka yang
konyol.
7. Teman-Temanku PPL di SMA KARTIKA III-1 Banyubiru, makasih atas
semangat yang kalian berikan kepadaku.
8. Keluarga tanpa KK, keluarga KKN Khususnya posko 115 ( Faqqih, Hadi,
Choirul Wasik, Nuril septyani, Wachidatun, Hilya, Maya ) Dsn Glagah
Ombo dan posko 116 ( Syaifudin Nur, S Wisnu Brata, Nur Hidayah, Heny,
Ulfa, Mishof, Dara Mega, Dika) Dsn Marangan, Desa Podosoko, Kec.
Candimulyo, Kab. Magelang. Serta posko 117 DsnPakisan yang
kusayangi.
9. Seseorang yang memberikan semangat, dukungan dengan cara yang
berbeda, sehingga saya bisa melawan kemalasan, dan putus asa dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Keluarga besar Kelas G PAI Angkatan 2015 turut serta memberikan
motivasi, semangat kepada saya.
11. Dan segenap sahabat, teman dan orang-orang yang yang tak bisa tertulis
satu persatu dalam memberikan semangat, rela mengorbankan waktunya
untuk membantuku, agar cepat terselesaikan skripsi ini.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirohim
Alhamdulillahi Rabbil „Alaamiin puji syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, karunia, taufik serta hidayah-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Pemanfaatan Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Islam Nonformal (Studi Kasus di
Masjid Al-Jami‟ Plupuh Kabupaten Sragen Tahun 2019).”
Tak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW, yang insya Allah kita nanti-nantikan syafaatnya
di Yaumul Akhir nanti.
Penulisan menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai
pihak, tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan baik, benar, dan lancar. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. H. Rahmad Haryadi, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Bapak Suwardi. M.Pd.
3. Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam, Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag.
4. Bapak Dr. Winarno, S. Si., M.Pd, selaku dosen Pembimbing Skripsi yang
sangat sabar, membimbing dengan Ikhlas, telah mengarahkan dan
meluangkan waktunya untuk penulis sehingga menyelesaikan skripsi ini
dengan mudah, lancar.
5. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd., selaku pembimbing akademik.
x
6. Bapak Ibu dosen yang telah membekali dan membagikan ilmu
pengetahuan kepada penulis, serta karyawan-karyawan IAIN Salatiga yang
telah membantu semua bentuk dari adsministrasi, perpustakaan dan
informasi lainnya sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan S1.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurn.
Oleh karena itu mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan
pada umumnya.
Aamiin Ya Robbal „Alaamiin
Salatiga, 12 Januari 2019
Rizky Amalia
NIM. 223010 15 0278
xi
ABSTRAK
Amalia, Rizky 2018 Pemanfaatan Masjid SebagaiPusatPenidikan Islam Non
Formal(StudiKasusdiMasjid Al-Jami‟PlupuhKabupatenSragenTahun
2019)Skripsi.Salatiga:Jurusan PAI. Program StudiPendidikan Agama
Islam.SekolahTinggi Agama Islam NegeriSalatiga.Pembimbing:
Dr.Winarno, S. Si., M.Pd.
Kata kunci: Masjid, Pendidikan Islam, Pusat, dan Non Formal.
Penelitian ini membahas tentang pemanfaatan masjid sebagai pusat
pendidikan Islam nonformal di masjid Al-Jami‟ Plupuh Kabupaten Sragen.
Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimanapemanfaatan
Masjid sebagaipusatPendidikan Islam Non Formal di Masjid Al-Jami‟ Plupuh
Kabupaten Sragen. Apadampakpemanfaatan Masjid sebagaipusatPendidikan
Islam Non Formal di Masjid Al-Jami Plupuh Kabupaten Sragen
bagimasyarakatsekitar.Apakah faktor penghambat dan pendorong dari
pemanfaatan masjid sebagai pusat pendidikan Islam nonformal di Masjid Al-Jami
Plupuh kabupaten Sragen.
Penelitian ini termasuk jenis penelelitian kualitatif. Semua data diperoleh
dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Penyajian data dilakukan
dengan pendekatan deskriptif-kualitatiif, dengan cara analisis menggunakan kata-
kata untuk mengambil fakta, variabel dan keadaan yang didapat ketika penelitian
berlangsung dan menjelaskan data-data yang didapat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pemanfaatan masjid
sebagai pusat pendidikan Islam ninformal di masjid Al-Jami‟ Plupuh kabupaten
Sragen tahun 2019 adalah dengan dijadikan tempat untuk beribadah, untuk belajar
TPQ, Majlis Ta‟lim, kajian ba‟da subuh, tempat untuk kegiatan bulan ramadhan
seperti tarawih, tadarusan serta tempat untuk pembayaran zakat, maupun agenda
kegiatan-kegiatan besar lainnya. Faktor pendorong dalam pemanfaatan masjid
sebagai pusat pendidikan Islam nonformal adalah antusias warga dalam
memakmurkan masjid dengan cara mendukung kegiatan keagamaan yang ada
serta berpartisipasi dalam kegiatan seperti pengajian, kajian ba‟da subuh,
mengikutsertakan anak merekan dalam TPQ, dan Majlis Ta‟lim, tarawih,
tadarusan. Faktor penghambatnya adalah kendala saat melaksanakan kegiatan
seperti hujan deras sehingga masyarakat yang jamaah di masjid sedikit, dan anak-
anak yang TPQ juga sedikit yang masuk untuk belajar ngaji, dan penghambatnya
kurangnya guru TPQ yang mengajar ketika sore hari dikarenakan masih
mempunyai tanggungan belajar disekolah, sehingga guru TPQ kurang dan murid-
murid sedikit yang masuk.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO ...................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. v
MOTTO................................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii
KATA PENGHANTAR........................................................................................ ix
ABSTRAK ............................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. RumusanMasalah ...................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
E. Penegasan Istilah ....................................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan................................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .......................................................................................... 9
1. Masjid ............................................................................................ 11
xiii
2. Pendidikan Islam ........................................................................... 13
a. Pengertian Pendidika ............................................................... 13
b. Pengertian Islam ...................................................................... 13
c. Pengertian Pendidikan Islam ................................................... 14
3. Nonformal ..................................................................................... 16
1. Pengertian Pendidikan nonformal ..................................... 16
2. TPQ ................................................................................... 17
3. Majelis Ta‟lim ................................................................... 18
a. Pengertian Majelis ....................................................... 18
b. Pengertian Ta‟lim ........................................................ 18
c. Pengertian Majelis Ta‟lim ........................................... 19
4. Peran Masjid .................................................................................. 21
5. Fungsi Masjid ................................................................................ 22
B. Kajian Pustaka ........................................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 30
B. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 31
C. Subjek Penelitian ....................................................................................... 31
D. Sumber Data .............................................................................................. 31
E. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 33
F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 35
G. Pengecekan Keabsahan Data..................................................................... 36
H. Tahap-tahap Penelitian .............................................................................. 36
xiv
BAB IV PAPARAN DAN ANALISA DATA
A. Paparan Data ............................................................................................. 39
B. Paparan Informasi dan Analisa ................................................................. 45
C. Temuan penelitian ..................................................................................... 48
D. Analisa....................................................................................................... 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 59
B. Saran ......................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Gambar Selama Proses Penelitian
Lampiran II : Pedoman Wawancara
Lampiran III : Hasil Wawancara
Lampiran IV : Surat Petunjuk Pembimbing
Lampiran V : Surat Ijin Penelitian
Lampiran VI : Surat Balasan Penelitian
Lampiran VII : Lembar Konsultasi
Lampiran VIII : Nilai SKK
Lampiran IX : Riwayat Hidup Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai makna yang sangat luas, yaitu upaya sadar
untuk membantu manusia menemukan jati dirinya, sehingga mengetahui
dari mana ia berasal, tercipta dari apa, mengapa ia diciptakan dan kemana
kelak dia akan pergi dan akan mempertanggung jawabkan semua perilaku
selama hidupnya. Dengan demikian, suatu pendidikan yang baik itu akan
menciptakan diri seseorang yang baik juga, dan menemukan jati diri
sesungguhnya kenapa dia dicipkatan dan untuk apa dia diciptakan. Dengan
begitu manusia akan menyadari apa fungsinya sebagai khaliffatullah
filardh sekaligus sebagai abdillah untuk menciptakan rahmat bagi sekalian
alam (Bakar, 2007: 13).
Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang
belum terdapat di zaman Nabi. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan
oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah,
menyampaikan ajaran, memberikan contoh melatih keterampilan memberi
motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung
pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti
pendidikan dalam pengertian sekarang.
Melihat pentingnya suatu pendidikan yaitu untuk mendidik suatu
adab atau aqidah yang baik dan akan mencakup kebaikan pendidikan
seluruhnya.
2
Ragam organisasi institusi pendidikan dapat dibedakan menjadi
jalur sekolah (formal) dan pendidikan luar sekolah (non formal). Jalur
pendidikan luar sekolah untuk pendidikan agama Islam atau pendidikan
agama Islam pada masyarakat kelihatan sangat beragam.diantaranya
adalah pendidikan dakam keluarga, pendidikan untuk usia dini dan remaja,
pengajian-pengajian yang dilaksanakan di masjid-masjid maupun
mushola, majlis ta‟lim, pembinaan rohani Islam (Nuryanis, 2003: 21-22).
Masjid adalah merupakan sekolah islam yang pertama dimana
dimulai pengajaran dan pendidikan agama. Disaat itu belum ada pemisah
antara pengajaran dan pengibadatan selama keduanya merupakan sarana
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.Masjid-masjid dipergunakan
sebagai sekolah untuk mengajarkan masalah agama kepada anak-anak dan
orang dewasa dan tempat membahas Al-Qur‟an serta tempat belajar
tempat mengembangkan pikiran dan sastra (Qadir Ahmad, 1985: 36).
Sejak zaman Nabi, masjid telah menjadi pusat pendidikan islam.
Dimanapun kaum muslimin berada, mereka selalu menggunakan masjid
sebagai tempat pertemuan, pusat pendidikan, aktivitas adsministrasi dan
kultural. Bahkan pada zaman sekarang pun di daerah mana pun umat islam
belum begitu terpengaruh dengan kehidupan Barat, kita temukan para
ulama dengan penuh pengabdian mengajar murid-murid di masjid.
(Dhofier, 1980: 49)
Dengan demikian masjid juga dipergunakan untuk mempelajari
dan menyalurkan ilmu-ilmu agama bagi seseorang yang sudah
mengetahuinya, dan bagi seseorang yang memiliki ilmu yang tinggi dan
mengamalkan kepada sesama, Allah akan janjikan kedudukannya yang
3
tinggi bagi orang-orang tersebut. Seperti firman Allah dalam Q.S Al-
Mujadillah : 11
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
Dengan demikian, masjid itu berguna untuk pendidikan religi,
rohani, pendidikan karakter untuk menciptakan aqidah yang baik untuk
anak-anak, sekaligus orang dewasa.Dan bagi siapapun itu yang
mempunyai ilmu agama sebarkanlah, dan kebaikan itu akan menjadikan
pahala tersendiri nantinya.
Masjid Al-Jami‟ adalah masjid yang terkenal di daerah Plupuh,
masjid ini terletak di desa Plupuh rt 02 Kabupaten Sragen. Masjid ini
berada ditengah-tengah penduduk masyarakat Plupuh, yang mayoritas
penduduknya beragama Islam. Dengan demikian tidak menutup
kemungkinan bahwasanya Masjid Al-Jami‟ ini menjadikan salah satu
sarana untuk mewujudkan pendidikan Islam dilingkungan
daerahnya,karena suatu pendidikan yang ada di Masjid itu bukan
4
pendidikan formal, melainkan pendidikan non formal bagi masyarakat
daerahnya.
Ungkapan dari bapak BS salah satu takmir Masjid Al-Jami Plupuh
“Masjid Al-Jami yo termasuk Masjid sing terkenalnang Wilayah
Plupuh, soko Masjid-Masjid liane, Masjid Jami‟ ikiwis dibangun trus
didirikan wis puluh-puluhan tahun pas zaman penjajahan Masjid kui wis
ono. Sekitar tahun 1965 masjid kui uwis ngadek, wis didadekno nggon
kanggo belajar ngaji, sinau ngaji bar magrib tekan isya, sekolah
madrasah jeneng e mbien ngono kui. Mbien ramai tenan, paling rame yo
masjid Al-Jami, maju tenan kui. ”
Masjid Al-Jami‟ ini termasuk masjid yang maju dan ramai
disekitar daerahnya, setiap hari ada kegiatan belajar mengajar di masjid
ini, pada waktu sore hari masjid ini dipenuhi oleh anak-anak yang akan
belajar mengaji dan bisa dikatakan sebagai Taman Pendidikan Al-Qur‟an
(TPA), dan pada malam harinya ba‟da maghrib masjid ini juga ramai akan
anak-anak, remaja maupun orang tua yang belajar mengaji dan kegiatan
ta‟lim disana. Kadangkala juga dikunjungi seorang musafir yang berhenti
di masjid untuk melakukan ibadah sholat.
Masjid ini untuk umum, pintu dan gerbangnya selalu terbuka dan
tidak dikunci, sehingga siapa saja boleh bersinggah untuk masuk dan
mengerjakan ibadah sholat di dalamnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul PEMANFAATAN MASJID
SEBGAI PUSAT PENDIDIKAN ISLAM NON FORMAL (Studi Kasus di
Masjid Al-Jami‟ Plupuh Kabupaten Sragen tahun 2019)
5
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang diatas, maka dapat diorientasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana pemanfaatan Masjid sebagai pusat Pendidikan Islam Non
Formal di Masjid Al-Jami‟ Plupuh Kabupaten Sragen?
2. Apakah pengaruh positif dari pemanfaatan masjid sebagai pusat
pendidikan islam Non Formal bagi masyarakat
3. Apakah faktor penghambat dan pendorong dari pemanfaatan masjid
sebagai pusat pendidikan Islam nonformal di Masjid Al-Jami Plupuh
kabupaten Sragen?
6
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin di capai adalah:
1. Untuk mendeskripsikan pemanfaatan masjid Al-Jami‟ Plupuh
kabupaten Sragen sebagai pusat pendidikan Islam non formal.
2. Untuk mengetahui pengaruh positif dari pemanfaatan masjid Al-Jami‟
Plupuh kabupaten Sragen sebagai pusat pendidikan Islam nonformal.
3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendorong dari
pemanfaatan masjid sebagai pusat pendidikan Islam nonformal di
Masjid Al-Jami Plupuh kabupaten Sragen.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat penelitian
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat
a. Secara Teoritik
Agar menambah wawasan ilmu yang luas dalam perkembangan
dan pemanfaatan masjid sebagai pusat pendidikan Islam non
formal.
b. Secara praktis
1) Bagi Sekolah (TPQ dan pendidikan formal)
Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi bagi murid
TPQ dan Sekolah Formal untuk meningkatkan prestasi di
akademik dan non akademik. Hal ini dikarenakan dengan hasil
penelitian ini diharapkan mampu mendorong guru
7
TPQkhususnya Remaja Islam Masjid Al-Jami‟ Plupuh untuk
dapat mendesain pembelajaran dengan tepat sesuai dengan
kebutuhan murid sehingga proses pembelajaran akan lebih
berkualitas dan akan berimplikasi pada keaktifan, kreativitas,
dan hasil belajar TPQ dan anak sekolah umumnya.
Peningkatan hasil belajar murid TPQ dan pendidikan Formal
tentu akan saling melengkapi antara pembelajaran pendidikan
Ilmu agama dan Ilmu umum. meningkatkan kualitas akhlak
anak didik.
2) Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pandangan
masyarakat tentang adanya pemanfaatan masjid sebagai pusat
pendidikan Islam nonformal untuk menjadikan masyarakat
semakin dekat dengan penciptanya melalui kegiatan yang ada
di masjid. Dan menjadikan masyarakat itu sadar betapa
bermanfaatnya masjid sebagai pusat pendidikan Islam non
formal, dan masyarakat dapat memakmurkan masjid Al-Jami‟
serta memberdayakan masjid sebagai tempat belajar mengajar.
3) Bagi Takmir
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua takmir
masjid Al-Jami‟ Plupuh agar menjadikan masjid sebagai
tempat untuk beribadah dan belajar ilmu agama agar dapat
meningkatkan mutu Takmir dalam memanfaatkan masjid
8
sebaik mungkin untuk pengembangan agar masjid semakin
maju dan berkembang di daerah Plupuh dan seitarnya.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari sebuah kesalah pahaman dalam menjelaskan
judul skripsi maka penulis memberikan beberapa istilah yang terdapat
didalam skripsi ini:
1. Masjid
Masjid merupakan elemen yang yang dianggap sebagai tempat
yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek
sholat lima waktu, sholat jum‟at dan pengajaran kitab. (Dhofier, 1980:
49)
2. Pendidikan Islam
Pendidikan islam dapat diartikan sebagai pendidikan yang
didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana yang tercantum
1980dalam Al-Qur‟an dan hadits serta dalam pemikiran ulamadan
dalam praktik sejarah umat Islam. ( Tafsir, 1995: 15)
3. Non Formal
Jalur pendidikan ini disebut juga jalur pendidikan luar sekolah,
yang berpengaruh langsung atau tidak langsung pada perkembangan
anak-anak. Didalam jalur ini terdapat kegiatan pendidikan yangdi
programkan, terutama berupa kegiatan kursu-kursus, baik dibidanng
umum maupun khusus di bidang keagamaan (Nawawi, 1993: 204).
9
Sedangkan jalur pendidikan non formal ada tiga kelompok besar,
yaitu: pesantren dan keluarga, TPQ, majelis taklim.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk menjadi sebuah
gambaran tentang apa yang akan menjadi topik pembahasan didalam
skripsi ini, sehingga dapat memudahkan dalam memahamkan
permasalahan yang akan dibahas, sepertoi berikut:
Bab I Berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,
sistematika penulisan tentang Pemanfaatan Masjid sebagai Pusat
Pendidikan Non Formal (Studi Kasus di Masjid Al-Jami‟ Plupuh
Kabupaten Sragen).
Bab II Berisi tentang Kajian Pustaka yang terdiri dari pengertian
Masjid, Pendidikan Islam, Pendidikan Non formal, bentuk pendidikan
non formal (TPA, majlis ta‟lim) yang diterapkan pada sebagian
masyarakat atau pada anak-anak yang ada disekitarnya, peranan masjid,
fungsi masjid.
Bab III bagian ini memuat uraian tentang langkah-langkah
penelitian secara operasional yang meliputi pendekatan penelitian, jenis
penelitian, lokasi penelitian yang berada di Desa Plupuh Kabupaten
Sragen, sumber data, analisa data, dan pengecekan keabsahan
Bab IV bagian ini berisi tentangpaparan dan analisis datatentang
gambaran umum lokasi penelitian di Desa Plupuh Kabupaten Sragen,
10
tepatnya di Masjid Al-Jami‟ Plupuh yang mencakup profil yang ada di
dalam masjid seperti takmir masjid, ketua remaja masjid, remaja masjid,
dan orang tua wali santri TPQ yang tinggal didaerah sekitanya. Bab IV
juga berisikan tentang bagaimana cara memanfaatkan Masjid sebagai
pendidikan non formal, dan dampak adanya pemanfaatan Masjid bagi
pendidikan islam masyarakat sekitar.
Bab V bagian ini merupakan bab terakhir dalam penulisan yang
memuat kesimpulan dan saran.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Masjid
Masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan
pesantrean dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk
mendidik para santri. Terutama dalam praktik sembahyang jum‟at,
dan pengajaran kitab-kitab klasik. Masjid merupakan manifestasi
universalisme dari sistem pendidikan Islam(Muliawan, 2005:157).
Selanjutnya, masjid adalah merupakan sekolah islam yang
pertama dimana dimulai pengajaran dan pendidikan agama. Disaat
itu belum ada pemisah antara pengajaran dan pengibadatan selama
keduanya merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Masjid-masjid dipergunakan sebagai sekolah untuk
mengajarkan masalah agama kepada anak-anak dan orang dewasa
dan tempat membahas Al-Qur‟an serta tempat belajar tempat
mengembangkan pikiran dan sastra(Qadir Ahmad, 1985: 36).
Pengertian masjid secara sosiologi yang berkembang pada
masyarakat islam indonesia, dipahami sebagai suatu tempat atau
bangunan tertentu yang diperuntukkan bagi orang-orang muslim
untuk mengerjakan shalat, yang berdiri dari shalat wajib dan shalat
sunnah, baik secara perseorangan ataupun jama‟ah. Ia
diperuntukkan juga untuk melaksanakan ibadah-ibadah lain dan
melaksanakan shalat jum‟at (Mulyono : 15). Sedangkan masjid
12
dalam sejarah pendidikan Islam tidak hanya berfungsi sebagai
tempat ibadah tetapi juga berfungsi sebagai pusat pendidikan dan
kebudayaan (Fathurrahman : 4).
Maka dari itu masjid adalah sebagai tempat sembahyang,
madrasah universitas, majelis nasional dan pusat-pusat pemberian
fatwa serta tempat pengemblengan para pejuang dan patriot-patriot
bangsa dari zaman ke zaman. Dengan demikian masjid berperan
besar dalam siklus kehiduan umat manusia, bahkan sampai
sekarang masjid menjadi markas yang penting untuk penyebaran
Islam. Dalam tempat mulia ini (Masjid) bertemulah segala jenis
ilmu pengetahuan yang bermacam ragamnya dimana para pelajar
mendiskusikan dan mengkaji ilmu-ilmu tersebut bersama-sama
dengan guru-guru besar mereka yang terkenal zamannya
(Jumbulati, 2002:24).
Dapat diartikan bahwa masjid adalah tempat untuk belajar
ilmu agama, pembelajaran kitab Al-Qur‟an dan sebagai sarana
untuk berkomunikasi antar sesama muslim yang ada dan tempat
untuk menjalin silaturahim antar sesama umat muslim yang ada
didalamnya, tempat berinteraksi sosial, seperti tempat untuk
melaksanakan sholat tarawih ketika bulan Ramadhan dan juga
untuk tempat penerimaat zakat dan tempat untuk melaksanakan
penyembelihan hewan Qurban.
13
2. Pendidikan Islam
a. Pengertian Pendidikan
Yang dimaksudkan dengan pendidikan itu ialah, upaya
untuk mencerdaskan pikiran, menghaluskan budi pekerti,
memperluas cakrawala pengetahuan serta memimpin dan
membiasakan anak-anak menuju ke arah kesehatan badan dan
kesehatan ruhani bangsanya (Anshoriy, 2008:11). Selanjutnya,
dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai
di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya,
istilah atau pedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang
diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi
dewasa (Hasbullah, 2009:1). Dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendidikan adalah suatu upaya atau usaha untuk mencerdaskan,
menanamkan dan membina potensi anak agar menjadi manusia
yang mempunyai akhlak mulia, memiliki wawasan yang luas
dalam berfikir, dan memili sikap dan kepribadian yang baik agar
berguna untuk dirinya sendiri, bangsa ataupun negaranya.
b. Pengertian Islam
Secara Etimologi (ilmu asal usul kata), islam berasal dari
bahasa Arab, yaitu Salima yang berarti salam selamat sentosa.
Dari kata ini kemudian dibentuk menjadi kata aslama yang berarti
memeliharakan dalam keadaan selamat, sentosa, dan berarti pula
berserah diri, patuh, tunduk dan taat.Dari kata aslama ini dibentuk
14
kata Islam (aslama yuslimu islaman), yang mengandung arti
sebagaimana terkandung dalam arti pokoknya, yaitu selamat,
aman, damai, patuh, berserah diri, dan taat. Pengertian Islam
yang demikian itu sejalan dengan firman Allah SWT, antara lain:
Secara terminologi Islam adalah agama yang diajarkan oleh
nabi Muhammad SAW berpedoman pada kitab suci Al-Qur‟an
yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.
c. Pendidikan Islam
Istilah pendidikan islam terdiri dari dua kata, yaitu
pendidikan dan islam. Oleh sebab itu, untuk mengetahui makna
istilah tersebut, perlu diketahui lebih dahulu definisi pendidikan
menurut para pakar pendidikan.
Menurut Hasan Langgulung: “Pendidikan dapat ditinjau
dari dua segi, yaitu dari segi masyarakat dan dari segi individu.
Dari segi masyarakat, pendidikan berarti pewarisan kebudayaan
dari generasi tua kepada generasi muda agar hidup masyarakat
tetap berkelanjutan. Sementara dari segi individu, pendidikan
berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan
tersembunyi. Dari situ, ia menarik kesimpulan bahwa pendidikan
dapat diartikan sebagai pewarisan kebudayan sekaligus
pengembangan potensi-potensi. Menurut beliau juga, pendidikan
islam merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk
mengisi peranan pemindahan pengetahuan dan nilai-nilai islam
yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia
15
dan memetik hasilnya di akhirat. Artinya pendidikan islam tidak
bisa dimaknai sebatas transfer of knowledge, akan tetapi juga
transfer of value serta beriorentasi dunia-akhirat.
Menurut Zakiyah Dradjat: “Pendidikan Islam sebagai
proses untuk mengembangkan fitrah manusia, sesuai dengan
ajarannya (pengaruh dari luar). Sementara Naquib Al-Attas
menekankan pendidikan Islam sebagai proses untuk membentuk
kepribadian muslim. Lalu Yusuf Qardhawi memaknai pendidikan
Islam sebagai pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya,
rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya (Shafwan,
2014: 16-18).
Menurut Kamrani Buser.“Pendidikan Islam adalah
pendidikan yang merajuk kepada Alquran dan Sunnah”.Sebagai
instrument kehidupan pendidikan adalah upaya manusia untuk
mengembangkan kualitas hidup ntuk dunia dan akhirat. Dengan
kata lain, pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia
(Masdub, 2015:3).
Selanjutnya pengertian pendidikan islam adalah lembaga
pendidikan yang dikelola, dilaksanakan, dan diperuntukkan bagi
umat Islam. Oleh sebab itu lembaga pendidikan Islam menurut
bentuknya dapat dibedakan dalam dua, yaitu lembaga pendidikan
Islam diluar sekolah dan lembaga pendidikan Islam di dalam
sekolah. Pendidikan Islam memandang keluarga, masyarakat, dan
tempat-tempat peribadahan ataupun lembaga-lembaga pendidikan
16
diluar sekolah, seperti TPQ sebagai bentuk pendidikan, dan ini
dalam sistem pendidikan nasional disebut pendidikan di luar
sekolah. Keberadaan lembaga/institut pendidikan Islam di
Indonesia dapat dibedakan dalam tiga kelompok besar: (1)
Sekolah islam dan atau madrasah, (2) pesantren, dan , (3)
pendidikan Islam non formal, seperti pendidikan di dalam
keluarga, TPA, ataupun majlis taklim (Muliawan, 2005: 155).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat dipahami bahwa
pendidikan Islam adalah pendidikan yang benar diperuntukkan
orang muslim, untuk membentuk suatu kepribadian seorang
muslim dan untuk mengembangkan fitrah manusia yang sesuai
dengan pedoman Al quran dan Hadits.
3. Non Formal
Jalur pendidikan ini disebut juga jalur pendidikan luar
sekolah, yang berpengaruh langsung atau tidak langsung pada
perkembangan anak-anak. Didalam jalur ini terdapat kegiatan
pendidikan yangdi programkan, terutama berupa kegiatan kursus-
kursus, baik dibidang umum maupun khusus dibidang keagamaan
(Nawawi, 1993: 204).Membicarakan pendidikan non formal bukan
berarti hanya membahas pendidikan non formal sebagai sebuah
pendidikan alternatif bagi masyarakat, akan tetap berbicara
pendidikan non formal adalah berbicara tentang konsep, teori dan
kaidah-kaidah pendidikan yang utuh yang sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan kehidupan masyarakat. Karena pendidikan non
17
formal sebuah layanan pendidikan yang tidak dibatasi dengan
waktu, usia, jenis kelamin, ras (suku, keturunan), kondisi sosial
budaya, ekonomi, agama dll. Meskipun pendidikan formal
merupakan komponen penting dalam pendidikan sepanjang
hayat.Akan tetapi, peran pendidikan non formal dan informal
dalam rangka pelayanan pendidikan sepanjang hayat bagi
masyarakat sangat dibutuhkan saat ini dan kedepan (Kamil,
2011:2-3).Pendidikan non formal merupakan proses yang terjadi
secara terorganisasikan di luar sistem persekolahan atau
pendidikan formal, baik dilaksanakan terpisah maupun merupakan
bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih besar yang
dimaksudkan untuk melayani sasaran didik terentu dan belajarnya
tertentu pula (Marzuki, 2012:137). Sementara itu pendidikan non
formal sendiri ada beberapa macam kegiatan, diantaranya:
1) TPQ
Lembaga pendidikan Islam berikut adalah taman pengajian
Al-Qur‟an (TPQ).TPQ adalah lembaga pendidikan Islam
tingkat dasar diluar sekolah. Peseertanya secara umum memang
ditunjukkan padaanak-anak usia taman kanak-kanak (TK),
tetapi ada praktiknya, sering ditemui anak-anak usia SD atau
SLTP bahkan terkadang SLTA yang ingin lancar membaca Al-
Qur‟an. Jangkauannya sangat luas dari kota-kota besar sampai
ke pelosok desa.Hampir dapat dipastikan setiap ada masjid atau
langgar disana pasti ada TPQ.
18
TPQ adalah pendidikan diluar sekolah yang berfugsi
sebagai pengajaran dasar-dasar pelaksanaan ibadah dalam
agama Islam, oleh sebab itu bersifat alamiah. Materi yang
diajarkan dalam TPQ adalah membaca Al-Qur‟an, doa-doa
sehari-hari, hafalan surat pendek, praktik wudhu, dan tata cara
sholat yang baik (Muliawan, 2005:160-161)
2) Majelis Ta‟lim
a. Majelis
Diuraikan dalam buku Pedoman Majlis ta‟lim (2008)
bahwa menurut akar katanya istilah majlis ta‟lim dari gabungan
dua kata, yaitu: majelis yang berarti tempat dan ta‟lm yang
berarti pengajaran. Maka majlis ta‟lim berarti tempat
pengajaran atau pengajian bagi orang-orang yang ingin
mendalami ajaran-ajaran Islam.Majelis ta‟lim merupakan
tempat pengajaran atau pendidikan agama Islam yang paling
fleksibel dan tidak terikat waktu. Majelis ta‟lim bersifat terbuka
segala usia, lapisan, strata social, dan jenis kelamin. Majelis
ta‟lim memiliki dua fungsi yaitu sebagai lembaga da‟wah dan
lembaga pendidikan nonformal.
c. Ta‟lim
Kata ta‟lim artinya talqinu‟d-darsi (pengajaran) dan
bermakna at-tahdzib.Az-Zubaidi menyebutkan bahwa ta‟lim
dan al-il‟am adalah satu makna, yaitu pemberitahuan.Ta‟lim
19
adalah pemberitahuan sesuatu dengan berulang-ulang dan
sering seingga muta‟alim (siswa) dapat mempersepsikan
maknanya dan berbekas pada dirinya (Helmawati, 2002: 76-
80).
d. Majelis Ta‟lim
Majelis ta‟lim adalah salah satu sarana pendidikan
dalam Islam.Majlis taklim lebih kita kenal dengan istilah
pengajian-pengajian atau sering pula berbentuk
halaqah.Umumnya berisi ceramah atau khotbah-khotbah
keagamaan Islam.Tetapi dalam perkembangannya, majelis
taklim sering juga digunakan sebagai wahana diskusi ilmiah,
sosiolog, politik, hukum dan seterusnya (Muliawan, 2005:160-
161).
Majlis Ta‟lim mempunyai pengertian pertemuan
sekelompok orang yang mengkaji tentang ilmu-ilmu agama dan
ilmu-ilmu lain. Dalam hal ini majlis ta‟lim dikategorikan
sebagai sebuah kelompok yang melakukan komunikasi
kelompok. Majlis Ta‟lim sebagai media dakwah dan bentuk
komunikasi kelompok, dapat dibagi dua golongan yaitu majlis
terseleksi dan majlis keterogren ( Habibi : 118).
Dari adanya majelis ta‟lim disana, semakin antusias
untuk diikuti agar semakin bertambahnya ilmu agama yang
didapatkan, dan dipelajari.Serta mendiskusikan pembahasan
20
yang akan dibahas seperti pertanyaan yang muncul ketika
diskusi berlangsung.
4. Peran Masjid
Peran berarti pemain sandiwara (film).Peran juga bisa
berarti watak (peran yang terutama ditentukan oleh ciri-ciri
individual yang sifatnya khas dan istimewa).Kata peran memunyai
arti fungsi, kedudukan, bagian kedudukan (Ahmad Maulana, dkk,
2003:392).
Masjid sebagai Sumber Aktivitas, dalam sejarah
perkembangan dakwah Rasulullah SAW, terutama dalam periode
madinah, eksistensi masjid tidak hanya dimanfaatkan sebagai pusat
ibadah yang bersifat mukhdhah/khusus, seperti shalat, dan lainnya.
Dalam masyarakat yang selalu berpacu dengan kemajuan zaman
dinamika-dinamika masjid-masjid sekarang ini banyak yang
menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu dan tekhnologi.Artinya
masjid tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah salat, tetapi
juga sebagai wadah beraneka kegatan jamaah/umat Islam.Sebab
masjid merupakan integritas dan identitas umat Islam yang
mencerminkan tata nilai keislamannya.Dengan demikian peranan
masjid tidak hanya menitikberatkan pada pola aktivitas yang
bersifat akhirat, tetapi mempadukan antara aktivitas ukhrawiah dan
aktivitas duniawi. Pada zaman Rasulullah SAW, masjid secara
garis besar mempunyai dua aspek kegiatan, yaitu:
21
a. Sebagai pusat ibadah (shalat), dan
Fungsi dan peran masjid yang pertama dan yang utama
adalah sebagai tempat dzikir dan shalat. (Ahmad Yani.
2009:37)
b. Sebagai tempat pembinaan umat
Disini masjid berperan dalam mengkoordinasikan guna
menyatukan tujuan umat. Agar terbina keimanannya,
ketakwaannya, serta memper erat ukhuwah Islamiyahnya.
c. Masjid sebagai tempat untuk menuntut ilmu
Masjid digunakan untuk kegiatan masyarakatuntuk
melakukan kegiatan social yang sangat berarti seperti, kegiatan
kerja bakti, pembagian sembako, untuk kegiatan Zakat.
4. Fungsi Masjid
Fungsi masjid pada masa Rasulullah sebelum
mengoptimalkan fungsi pada masa sekarang ini, kita perlu
mengetahui terlebih dahulu fungsi masjid yang dikehendaki oelh
Allah SWT. Jangan sampai terjadi disekitar tempat tinggal kita,
ada sebuah masjid yang dibangun dengan megah dan indah serta
menghabiskan dana yang besar, tapi hanya sedikit saja orangyang
memakmurkannya. Dalam hal ini, Rasulullah bersabda, yang
artinya:
“Sesungguhnya akan datang pada umatku suatu masa
dimana mereka saling bermegahmegahandengan membangun
22
masjid, tapi yang memakmurkan hanya sedikit” (HR. Abu Daud)
(Fauzi : 325).
Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah
SWT, tempat shalat, dan tempat beribadah kepada-Nya. Lima kali
sehari semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi masjid guna
melaksanakan halat berjamaah. Masjid juga merupakan tempat
yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui azan,
qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar, dan ucapan lain yang
dianjurkan dibaca dimasjid sebgaai bagian dari lafadz yang
berkaitan dengan pengagungan asma Allah. Selain itu fungsi
masjid adalah:
1. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri‟tikaf, membersihkan
diri, menggembleng batin untuk membina kesadaran dan
mendapatkan pengalaman batin/keagamaan sehingga selalu
terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan
kepribadian.
3. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna
memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam
masyarakat.
4. Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi,
mengajuka kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan
pertolongan.
23
5. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan
kegotong-royongan di dalam mewujudkan kesejahteraan
bersama.
6. Masjid dengan majelis ta‟limnya merupakan wahana untuk
meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin.
7. Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-
kader pimpinan umat.
8. Masjid tempat mengumpulkan dana, menyimpan, dan
membagikannya.
9. Masjid digunakan untuk kegiatan masyarakat . Untuk
melakukan kegiatan social yang sangat berarti seperti, kegiatan
kerja bakti, pembagian sembako, untuk kegiatan pembayaran
zakat.
Zakat adalah salah satu ibadah yang berorientasi bidang sosial.
Pemberian harta dengan kadar tertentu kepadaorang yang
mempunyai syarat untuk bias menerima zakat, ada delapan
golongan yang berhak menerima zakat, mereka adalah:
a. Fakir
b. Miskin
c. Amil
d. Mualaf
e. Hamba sahaya
f. Gharim
g. Fisablillah
24
h. Ibnu sabil
Dengan ini kewajiban kita dalam memanfaatkan masjid dengan
menjalankan kewajiban kita terhadap sesama muslim untuk
membayar zakat.
10. Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervise social.
Fungsi masjid yang semacam itu terus dikembangkan dengan
pengelolaan yang baik, dan teratur, sehingga dari masjid lahir
insan-insan muslim yang berkualitas dan masyarakat yang
sejahtera. Dari masjid diharapkan pula tumbuh kehidupan khaira
ummatin, predikat yang diberikan Allah kepada umat Islam. Allah
SWT berfirman:
Q.S Ali Imran:110
110. kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka,
di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-
orang yang fasik.
25
Dengan demikian fungsi masjid adalah sebagai tempat
untuk beribadah shalat, berkomunikasi menumbuhkan jiwa-jiwa
seorang kader dan menumbuhkan jiwa seorang pemimpin dan
seorang yang pandai akan ilmu agama, dan untuk meningkatkan
suatu kehidupan seorang muslim, untuk kegiatan sosial seperti
tempat untuk penerimaan/pembayaran zakat pada bulan ramadhan
dan untuk kegiatan sosial seperti acara pasar murah yang diadakan
setiap tahun sekali dan acara sosial lainnya.
B. Kajian Pustaka
Berdasarkan hasil kajian penulis, penelitian semacam yang
pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, di antaranya:
1. Hanik Asih Izzati (IAIN SALATIGA, 2015), dalam skripsi
yang berjudul “ Peran Takmir Masjid Dalam Meningkatkan
Kualitas Pendidikan Islam (Studi Di Masjid Al Muttaqiin
Kalibening Tingkir Salatiga)”. Hasil dari penelitian diatas
berdasarkan penelitian Skripsi dari Hanik Asih Izzati yaitu
Takmir Masjid Al-Muttaqin sangat berperan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan Islam yang terbukti dengan
adanya kegiatan-kegiatan yang lelas terselenggarakan di masjid
Al-Muttaqqin seperti Taman Pendidikan Al-Qur‟an, Majelis
Ta‟lim dan lain-lain.
26
2. Herri Nugroho (UIN SUKA, 2010), dalam skripsinya yang
berjudul “Upaya Takmir Masjid Jami‟ dalam Memaksimalkan
Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Islam di Lingkungan
Masyarakat Karangkajen Yogyakarta”. Berdasarkan hasil
penelitian skripsi Herri adalah hasil yang dicapai dengan
adanya penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pendidikan Islam
yang diadakan secara sistematis dan berkelanjutan, meliputi:
(1) Secara tidak langsung mampu memberikan pengaruh
terhadap keaktifan jamaah yang datang ke Masjid, karena
respon masyarakat terhadap masjid bertambah ketika masjid
mampu memberikan hal yang bermanfaat bagi masyarakat
sekitar dan bertambahnya jamaah yang aktif ke masjid untuk
melakukan sholat jamaah ataupun kegiatan lainnya.
3. Adi Hermawan (UMS, 2012), dalam skripsinya yang berjudul
“Peran Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Islam Dalam
Pembentukan Akhlak Remaja (di Masjid Al-Muhajirin
Semanggi Pasar Kliwon Surakarta) Tahun 2012”. Hasil dari
penelitian diatas berdasarkan temuan penelitian, maka dapat
dibahas dan dianalisis dengan berbagai pendapat, konsep
maupun teori-teori yang terkait dengan temuan peneliti
tersebut. Dalam penelitian diatas hasilnya adalah peranan
masjid Al-Muhajirin dalam pembentukan akhlak remaja di
Kelurahan Semanggi Kec. Pasar Kliwon Surakarta, di
antaranya yaitu; (1) Peranan sebagai pusat kegiatan pendidikan
27
Islam (2) peranan sebagai fasilitator (3) peranan sebagai
mobilisator (4) peranan sebagai wadah pengembangan sumber
daya manusia khususnya generasi remaja (5) peranan sebagai
tempat pembinaan jama‟ah.
Berdasarkan penelitian-penelitian dari ketiga peneliti diatas
yang saya kutip skripsinya, adapun perbedaan dari ketiga
skripsi tersebut antara lainnya: (1) hasil penelitian skripsi dari
Hanik Asih Izzati, meningkatkan kualitas pendidikan Islam
yang terbukti dengan adanya kegiatan-kegiatan yang telah
terselenggarakan di masjid Al-Muttaqqin seperti Taman
Pendidikan Al-Qur‟an, Majelis Ta‟lim dan lain-lain. (2) hasil
dari penelitian skripsi Herri Nugroho, mampu memberikan
pengaruh terhadap keaktifan jamaah yang datang ke Masjid,
karena respon masyarakat terhadap masjid bertambah ketika
masjid mampu memberikan hal yang bermanfaat bagi
masyarakat sekitar dan bertambahnya jamaah yang aktif ke
masjid untuk melakukan sholat jamaah ataupun kegiatan
lainnya.(3) hasil dari penelitian skripsi dari Adi Hermawan,
meningkatkan pembentukan akhlah remaja, wadah
pengembangan sumber daya manusia, sebagai fasilitator dan
sebagai tempat pembinaan jamaah.
Bisa dibandingkan hasil penelitian dari skripsi penulis dan
skripsi milik Rizqun Hanifah Muhtarom (UMS, 2012) hasil
dari skripsi Rizqun adalah ta‟mir masjid Al-Muhajirin telah
28
berusaha memfungsikan masjid sebagaimana mestinya, yaitu
disamping tempat ibadah, tempat pembinaah jama‟ah, sarana
dakwah, dan kaderisasi umat. Bentuk-bentukkegiatan
pendidikannya adalah TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur‟an).
Kuliah subuh dan pengajian-pengajian.
Sedangkan hasil penelitian skripsi penulis adalah dengan
dijadikan tempat untuk beribadah, untuk belajar TPQ, Majlis
Ta‟lim, kajian ba‟da subuh maupun agenda kegiatan-kegiatan
besar lainnya. Faktor pendorong dalam pemanfaatan masjid
sebagai pusat pendidikan Islam nonformal adalah antusias
warga dalam memakmurkan masjid dengan cara mendukung
kegiatan keagamaan yang ada serta berpartisipasi dalam
kegiatan seperti pengajian, kajian ba‟da subuh,
mengikutsertakan anak merekan dalam TPQ, dan Majlis
Ta‟lim.
Sehingga perbandingan dalam pemanfaatan masjid sebagai
pusat pendidikan Islam nonformal seperti, pemanfaatan masjid
digunakan untuk TPQ, Majlis Taklim, Pengajian, tempat shalat
fardhu secara berjamaah, tempat untuk shalat tarawih pada
bulan Ramadhan serta tempat untuk penerimaan zakat. Semua
kegiatan yang ada adalah sama. Bedanya adalah tempat yang
dipakai untuk penelitian dan fokus dalam penelitiannya.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis pendekatan penelitian
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan
berdasarkan paradigma, strategi, dan imlementasi model secara
kualitatif. Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau bentuk hitungan lain.
Jenis pendekatan penelitian ini adalah penelitian lapangan
(fieldresearch). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitaif
deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan
data dan menguraikannya secara menyeluruh data teliti sesuai dengan
persoalan yang akan dipecahkan (Hasan, 2002:33).
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistic,
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.
30
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang sebagai objek kajian penyusunan ini
adalah di desa Plupuh rt 02 Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen.
Letak dan keadaan geografis Desa Plupuh adalah sebuah desa
di Kecamatan Plupuh.Desa ini berada di tengah-tengah kecamatan
Plupuh bisa juga dikatakan dengan pusatnya Plupuh.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini yaitu takmir masjid, ketua remaja masjid,
anggota remaja dan orang tua wali yang anaknya belajar mengaji di
masjid.
D. Sumber Data
Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu:
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
penelitian, dalam hal ini peneliti memperoleh data atau informasi
langsung dengan menggunakan instrument-instrumen yang telah
ditetapkan. Data primer dikumpulkan oleh peneliti untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian (Purhantara, 2010:79)
Data Primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari
lapangan atau tempat penelitian.Kata-kata dan tindakan merupakan
31
sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau
mewawancarai.Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan
informasi langsung tentang pemanfaatan masjid sebagai pusat
pendidikan Islam non formal. Adapun sumber data langsung
penulis dapat kan dari takmir masjid, ketua remaja masjid, oramg
tua wali di desa Plupuh Kabupaten Sragen.
Peneliti sendiri akan mendapatkan data tersebut dengan
cara melalui suatu wawancara dari takmir masjid, ketua remaja,
orang tua wali santri, dan masyarakat yang ada di sekitar masjid
Al-Jami‟ Plupuh. Selain informan juga dari TPQ setempat yang
berada diruang lingkup masjid.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data atau informasi yang
diperoleh secara tidak langsung dari obyek penelitian yang
bersigfat public, yang terdiri atas : struktur organisasi data
kearsipan, dokumen, laporan-laporan dan serta buku dan lain
sebagainya yang berkenaan dengan penelitian ini (Purhantara,
2010:79).
Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber
bacaan dan berbagaimacam sumber lainnya yang terdiri dari surat-
surat pribadi, sampai dokumen-dokumen resmi dari instansi
pemerintah. Dapat berupa hasil-hasil studi, hasil survey.Penelitian
menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan
32
melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara
langsung dengan keluarga perantau.
Data yang diperoleh peneliti yaitu dari beberapa buku
diperpustakaan yang memuat tentang pengertian masjid, peranan
dan fungsi masjid.Selain itu juga tentang pendidikan Islam
nonformal.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode-metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah:
1. Metode Observasi
Secara terminologi, observasi adalah dari istilah inggris
observation yang bermakna pengamatan, pandangan, pengawasan.
Menurut Bungin (2013:142), observasi atau pengamatan adalah
kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata
sebagai alat bantu utamanya, disamping indra lainnya seperti telinga,
hidung, mulut, dan kulit. Karena itu observasi adalah kemampuan
seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja
pancaindra mata serta dibantu dengan panca indera lainnya (Ibrahim,
2015:80-81).
33
Observasi merupakan upaya yang dilakukan oleh pelaksana
penelitian kualitatif untuk merekam segala peristiwa dan kegiatan yang
terjadi dengan menggunakan alat bantu atau tidak (Basrowi, 2008:99).
2. Metode Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberi jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara
adalah salah satu teknik yang cukup baik pula (Moleong, 2011:186).
Wawancara merupakan salah satu tehnik yang dapat digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa wawancara (interview) adalah salah satu kejadian
atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dan
sumber informasi atau orang yang di wawancarai (interviewee) melalui
komunikasi langsung (Yusuf, 2014:372).
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan
makna dalam suatu topic tertentu (Sugiyono, 2012:231).
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel-variabel, baik itu berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
notulen, rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).
34
Dengan metode dokumentasi ini penulis gunakan untuk data
penelitian yang akan diteliti.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data kualitatif (Bodgan & Biklen, 1982) adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong,
2011:248) sehingga digunakan untuk mendeskripsikan pelaksanaan
pemanfaatan Masjid sebagai pusat pendidikan Islam non formal di
desa Plupuh.
Analisa data menurut Patton (1980:268), adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola,
kategori, dan satuan uraian dasar. Analisa data adalah proses
mengorganiasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data
(Moleong, 2011:280).
Di sini data yang sudah ada dijabarkan secara naratif dan lebih
kompleks, disertai dengan pendapat dari peneliti, didukung oleh
referensi yang terkait.
35
G. Pengecekan keabsahan data
Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan
(credibility).Kriterian kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan
penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan
dapat dicapai.Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan
observasi secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup.
Kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik
pemeriksaan pengabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain.
(Moleong, 2008:330). Pada tehnik ini peneliti melakukan:
1. Triangulasi teknik yaitu dengan cara membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Triangulasi sumber yaitu cara menguji data dan informasi dengan
mencari data dan informasi yang sama kepada lain subyek.
H. Tahap-tahap penelitian
Pelaksanaan penelitian ada empat tahap, yaitu: tahap sebelum
ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap
penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah
sebagai beikut:
1. Tahap sebelum ke lapangan
Tahap ini meliputi penentuan fokus, penyesuaian
paradigma dengan teori, penjajakan alat penelitian, mencakup
36
observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subjek yang
diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang
berkaitan dengan pemanfaatan masjid sebagai pusat pendidikan
Islam non formal studi kasus di masjid al-jami Plupuh kabupaten
Sragen.Data yang telah ada tersebut diperoleh dengan observasi,
wawancara dan dokumentasi.
3. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data meliputi data baik yang diperoleh
melalui observasi, dokumentasi maupun wawancara mendalam
tentang Pemanfaatan Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Islam Non
Formal (Studi Kasus di Masjid Al-Jami Plupuh Kabupaten Sragen
tahun 2019). Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan
konteks permaalahan yang teliti selanjutnya melakukan
pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data
yang didapat dan metode perolehan data sehingga data valid
sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang
merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian
yang sedang diteliti.
4. Tahap Penulisan Laporan
Tahapan ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian
dari semua kerangka kegiatan pengumpulan data sampai
37
pemberian makna data.Setelah itu melakukan konsultasi hasil
penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan
perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian
ditinak lanjuti hasil bimbingannya dengan penuli skripsi yang
semurna.Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan
persyaratan untuk ujian skripsi.
38
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISA DATA
A. Paparan Data
1. Sejarah dan profil Masjid Al-Jami Plupuh
Masjid Al-Jami Plupuh dibangun pada tahun 1965, pada
waktu itu bangunannya masih terbuat dari kayu-kayu papan,
Masjid Jami‟ ini berdiri sebelum merdeka tahun 1942, dulu masih
dijadikan sekolah jaman belanda. Tanah yang dijadikan masjid itu
tanah waqafan dari Suyatno Bengkulu. Pada tahun 1962 tanah yang
ada dipekarangan Masjid digunakan untuk SMP Tsanawi. Dan
direhap kembali pembangunan Masjid selama empat kali
pembangunan.
2. Visi dan Misi Tujuan TPA Masjid Al-Jami’ Plupuh
b. Visi
Menjadikan tempat pendidikan yang berbasis pada Al-Qur‟an dan
Sunnah Rasulullah, menjadikan generasi yang berakhlak Mulia,
Cerdas dan Mandiri
c. Misi
1) Membentuk pribadi muslim sejak dini dan
membentuk generasi yang berakhlakul karimah.
2) Meningkatkan kemampuan santri dalam membaca Al-
Qur‟an dan mengamalkannya.
39
3) Meningkatkan kecerdasan dan keterampilan,
kecerdasan para santri TPQ
d. Tujuan
1) Manguatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
SWT dan mempunyai jiwa tauhid yang kuat.
2) Menanamkan dan membiasakan berperilaku baik
sesuai ajaran islam.
3) Mendidik dan melatih untuk dapat membaca Qur‟an
dengan baik sesuai dengan kaidah tajwid.
4) Mengajarkan hafalan, terjemah dan surat-surat pendek
serta do‟a sehari-hari.
3. Daftar Jumlah Remaja
Tabel 4.3
Daftar Jumlah Remaja Masjid Al-Jami‟ Plupuh
No Nama No Nama
1. Rebo 16. Salsa
2. Rahmadi 17. Azizah
3. Eko 18. Renata
4. Alek 19. Anggita
5. Juni 20. Dede
6. Hafid 21. Ade Putri
7. Fyan 22. Febri
40
8. Panca 23. Umi
9. Fendi 24. Riris
10. Istiqomah 25. Wiwin
11. Erlina 26. Arifin
12. Tika 27. Suci
13. Siami 29. Mona
14. Fahdila 29. Popo
15. Adhel 30. Alvin
4. Daftar jumlah anggota Takmir
Tabel 4.4
Daftar jumlah anggota takmir Masjid Al-Jami‟ Plupuh
No Nama No Nama
1. Bp. Muslih 15. Bp. Budhiyono
2. Bp. Yudhi Karno .16. Bp. Syawal
3. Bp. Adi Karno 17. Bp. Kemi S
4. Bp. Rebo 18. Bp. Danu
5. Bp. Winoto 19. Bp. Teguh
6. Bp. Anding 20. Bp. Saimin
7. Bp. Yasin 21. Bp. Parno
8. Bp. Parmin 22. Bp. Marindi
41
9. Bp. Sardi 23. Bp. Paidi
10. Bp. Semin 24. Bp. Joko S
11. Bp. Dwi S 25. Bp. Rejo
12. Bp. Sutik 26. Bp. Didit
13. Bp. Karno 27. Bp. Kasidi
14. Bp. Basyir 28. Bp. Tarno
5. Daftar Jumlah Siswa
Tabel 4.5
Daftar JumlahSiswa Masjid Al-Jami‟ Plupuh
No Nama Alamat
1. Rafa Kenzi AlFarizki Dari RT 05
2. Ainaya Syakila F Plupuh RT 03
3. Fauzi Nur Hidayat Plupuh RT 04
4. Nizza Arum Lathifah Plupuh RT 01
5. Desta Aura Kaisar M Plupuh RT 02
6. Alfizaristy Shafadita Plupuh RT 02
7. Hurry Alya Faza Plupuh RT 03
8. Aditya Putra Muardii Plupuh RT 05
9. Kharisindra Pratama Plupuh RT 01
10. Rino Setyawan Plupuh RT 13
42
11. Izatul Nafsyah Plupuh RT 02
12. Shalsha Hauraaqilah S Plupuh RT 02
13. Muh. Alif Afif N Plupuh RT 01
14. Nabila Putri Meylia Plupuh RT 03
15. Rifan Pamungkas Plupuh RT 06
16. Muhammad Firlo Jony P Plupuh RT 06
17. Anggun Ayu Larasati Plupuh RT 06
18. Azizah Fitriyani Plupuh RT 02
19. Muhammad Ridwan Plupuh RT 05
20. Yoga Saputra Plupuh RT 02
21. Muhammad Ilham Plupuh RT 01
22. Muhammad Fatwa Plupuh RT 01
23. Yasmin Kaila Arfian Plupuh RT 05
24. Alfina Putri Kumalasari Plupuh RT01
25. Alfino Putra A Plupuh RT 01
26. Sanjaya Bayu Santosa Plupuh RT 01
27. Arjuna Sakti Wicaksono Plupuh RT 01
28. Vina Ayuwandira P Plupuh RT03
29. Tri Ardi Wardana Plupuh RT 02
30. Ajeng Riri Fitriani Plupuh RT 02
31. Muhammad Aji Haydar Plupuh RT 05
43
32. Aqilla Jihan Firjani Plupuh RT 05
33. Claramat Saputri Plupuh RT 01
34. Mawar Irenita Nur A Plupuh RT 01
35. Ariya Dinurrohman Plupuh RT 02
36. Panghegar Roby C Plupuh RT 03
37. Kaka Raihan Putra M Plupuh RT 03
38. Kaka Tri Saputra Plupuh RT 06
39. Fitria Sekar oktaviani Plupuh RT 02
6. Kegiatan yang dilaksanakan di Masjid
Kegiatan-kegiatan Pembelajara di TPQ Al-Jami‟yaitu ada
dua waktu pembelajaran dalam sehari, yaitu setiap sore pukul
13.00-17.00 WIB dan setelah sholat magrib sampai waktu Isya
dibawah pengawasan Remaja Masjid Al-Jami‟ Plupuh. Kegiatan
pada sore hari yaitu untuk pebelajaran Iqro‟ dan jadwal yang sudah
ditentukan, malam harinya setelah sholat magrib yaitu
pembelajaran untuk Qur‟an.Dan untuk kegiatan Remajanya yaitu
mengaji Qur‟an bersama dan Majlis Ta‟lim setiap ba‟da magrib
sampai waktu isya. Dan ada juga untuk kegiatan ibu-ibu ada ngaji
Qur‟an dan pengisian dari Remajanya.
Dan ketika malam jum‟at setelah sholat Isya ada kegiatan
Kerja Bakti malam untuk persiapan Jum‟atan, untuk TPA nya
setiap satu minggu sekali diadakan acara olahraga dan untuk dua
44
minggunya sekali diadakan jalan sore berkeliling di daerah
sekitaran masjid. Ada juga acara ataupu agenda besar yang
dilaksanakan dimasjid seperti pengajian Maulud an setiap tahun,
Pelantikan Remaja yang sudah lulus TPA, dan agenda yang
terlaksanakan setiap bulannya yaitu pembagian sembako kepada
Fakir Miskin yang ada di kecamatan Plupuh, serta agenda yang
terlaksana setiap minggunya yaitu kajian subuh (Subuh bergema)
subuh berjamaah yang dikuti oleh semua masyarakat sekitar.
Takmir dan Remajanya selalu kompak dalam segala kegiatan,
namun peranan Remaja lebih banyak dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang ada dan Takmirnya sebagai pendukung
kegiatan yang ada.
B. Paparan Informasi dan Analisa
Pemanfaatan Masjid sebagai Pusat Pendidikan Islam Nonformal itu
sangat penting dalam memakmurkan masjid dan mencerdaskan
masyarakat seperti anak-anak dalam usia dini, remaja maupun dewasa
untuk menambahkan pengertian tentang ilmu agama. Agar pencapaian
dalam memanfaatkan Masjid untuk kegiatan-kegiatan umum
danpembelajaran yang positif. Membina umat, memperbaiki akhlak,
dan memberikan energi positif di lingkungan sekitar Masjid. Dan
menciptakan bibit-bibit nilai keislaman pada anak-anak untuk
mengenal agama sejak dini.
45
Sesuai dengan Hasil observasi, wawancara serta
dokumentasi di lokasi penelitian yaitu di Masjid Aljami‟ Plupuh
Ungkapan dari Bapak RB selaku Ketua Remaja Islam di
Masjid Al-Jami‟ Plupuh
“Ya saya selaku Ketua dari Remaja-Remaja disini itu
mewakili teman-teman semua, niat dan tujuan kami disini itu untuk
membantu memakmurkan rumah Allah yang sangat mulia ini,
dengan cara memakmurkan masjid tercinta ini. Memakmurkan
TPA agar anak-anak disekitaran Plupuh ini terbiasa dalam belajar
Ilmu Agama, agar mereka itu mempunyai bekal untuk kehidupan
mereka nanti, mempunyai akhlak yang baik, sopan terhadap orang
yang lebih tua, dan masyarakat sekitar ruang lingkup sini (Masjid)
juga begitu. Dibekali ilmu sosial, ilmu agama intinya seperti itu.
Takmir juga ikut serta dalam kegiatan yang benar-benar berat
Remaja sini (yo sing raiso Remaja tandangi dewe intine)”.
Dari pembicaraan di atas yang diungkapkan oleh bapak RB,
maka dari itu selaku masyarakat disekitar harus memiliki bekal ilmu
agama untuk kehidupan, modal untuk hidup bermasyarakat yang
beragama. Ada beberapa hal yang dilakukan Ketua Remaja Islam
Masjid Al-Jami‟ Plupuh seperti:
1. Melaksanakan Kajian Subuh setelah subuh berjamaah bersama
masyarakat sekitar (umum).
2. Ketika ba‟da magrib ada kajian yang di ikuti oleh Remaja-remaja
Masjid, serta ada ibu-ibu yang melaksanakan ngaji simakan.
3. Memberikan pengarahan kepada santri TPA Al-jami‟ dan
melakukan pendekatan kepada mereka agar nurut.
4. Melaksanakan kegiatan sosial seperti pembayaran zakat, Qurban.
46
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dengan ketua
Remaja Islam Masjid Al-jami‟ Plupuh. Memberikan bekal positif
kepada masyarakat sekitar tentang pentingnya pendidikan
nonformal saat ini.
1. Gambaran Informan
Dalam rangka untuk mengetahui Pemanfatan Masjid
Sebagai Pusat Pendidikan Islam Nonformal didasarkan pada
informasi yang berhasil dikumpulkan melalui dari beberapa sumber
yang penulis anggap dapat mewakili informasi keseluruhan tentang
Pemanfaatan Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Islam Nonformal
Tabel 4.9
Tabel Gambaran Informan
No Nama Kode
Informan
Usia
(Tahun)
Keterangan
1. Abdul Basyir AB 70 Penasehat di
Takmir Masjid
Al-Jami‟
Plupuh
2. Yudhi Karno YK 63 Ketua di Takmir
Masjid Al-Jami‟
Plupuh
3. Erni ER 33 Orang tua Wali
Santri TPA
4. Siti Rokayah SR 32 Orang Tua Wali
Santri TPA
5. Adhelia Anggraini AA 19 Seksi Dakwah
(Remaja Islam
Masjid Al-
Jami‟)
6. Erlina Mas Suci EM 22 Seksi
47
Pendidikan
(Remaja Islam
Masjid Al-
Jami‟)
C. Temuan Penelitian
Dalam bab ini akan dikemukakan pembahasan hasil penelitian
dengan coba memberikan pertanyaan terhadap penelitian yang
dilakukan terhadap perwakilan informan ditemukan jawaban tentang
pertanyaan yang ditanyakan sebagai berikut:
a. Bagaimana pemanfaatan masjid sebagai pusat pendidikan Islam
nonformal
Dalam hal pemanfaatanBapak AB selaku anggota Takmir
Masjid Al-Jami‟ plupuh memberikan tanggapan bahwasanya
pemanfaatan masjid itu sebagai tempat ibadah, pembelajaran
Qur‟an sesuai yang diutarakan oleh Bapak AB:
“pemanfaatan e yo di nggo ngaji TPA, di nggo
kumpulan rapat, sholat Jum‟at, Pengajian rutinan, di nggo
kegiatan-kegiatan gede seperti pengajian Akbar, kegiatan
pembayaran zakat untuk wilayah plupuh Rt 02, Rt 03, Rt
09, tempat penyembelihan hewan Qurban nek bodo kaji”. (
W, AB, 12012019)
Pertanyaan untuk Bapak AB juga diutarakan oleh Bapak
YK juga selaku anggota takmir Masjid Al-Jami‟
“Ya dipakai buat acara Ngaji, terus Wisuda TPA
bar kui didadekne RISMAP (Remaja Islam Masjid Al-Jami‟
Plupuh) di Masjid kui, di pakai buat ibadah sholat,
48
pengajian-pengajian setiap bar maghrib karo bar subuh.
Ya dipakai buat kegiatan sing positif banyak intine. Dibuat
tempat pembayaran zakat, tempattarawih, kadang dingo
I‟tikaf trus kegiatan sosial contone, pasar murah,
kerjabakti ” (W, YK, 13012019)
Bapak AB mengutarakan tanggapannya tentang
pemanfaatan Masjid digunakan untuk tempat ibadah, pembelajaran
Qur‟an, tempat untuk melaksanakan pembayaran zakart, tempat
untuk qurban, tempat pengajian, pasar murahsesuai dengan
tanggapan Bapak YK memanfaatkan masjid dengan kegiatan-
kegiatan positif.
Dari Anggota Remaja Islam Masjid Al-Jami‟ juga
memberikan tanggapan tentang pemanfaatan Masjid sebagai pusat
pendidikan Islam nonformal, seperti yang diutarakan oeh ER
berikut:
“ya pemanfaatan itu dimanfaatkan sebaik mungkin,
karena ini kan rumah Allah ya, tempat yang mulia ya
digunakan dengan cara apa? Dengan membangun TPA
kayak gitu, memajukan TPA yang sudah ada agar baik lagi
lebih maju lahi, terus dijadikan tempat buat ibadah orang
Islam, dibuat kegiatan pengajian setiap habis magrib
sampai isya. Dan juga setiap dua minggu sekali itu
dibersihin (kerja bakti) biar terlihat bersih terus gitu. Terus
kalau bulan ramadhan mbak, masjidnya buat kegiatan
tarawih, tadarusan, kalo waktu zakat yaa buat tempat
penyetoran zakat, terus tempat penyembelihan hewan-
hewan qurban pas lebaran haji, dan banyak lagi”(W, ER,
11012019)
Saudar i EM selaku anggota remaja masjid ia juga
memegang tugasnya sebagai seksi pendidikan yang ada di
oerganisasi RISMAP tadi, sama halnya tanggapan dari AA selaku
49
remaja masjid juga selaku anggota Dakwah RISMAP yang
diutarakan saudari AA:
“banyak mbak cara memanfaatkan masjid sebagai
pusat pendidikan islam itu, di pake buat TPA, Majlis
Ta‟lim, buat tempat penerimaan zakat, Qurbanterus buat
acara-acara besar kegiatan pengajian seperti itu pengajian
kan sama halnya itu mbak, menyebarkan dakwah-dakwah
kalo nggak ya ilmu-ilmu agama kepada Masyarakat kayak
gitu contoh e pembagian sembako untuk fakir miskin setiap
bulannya”.(W, AA, 12012019)
Pemanfaatan masjid sebagai pusat pendidikan Islam
nonformal yaitu dengan cara memanfaatkan secara baik,
menciptakan kegiatan-kegiatan yangpositif untuk kemajuan masjid
yang ada. Serta menyebarkan dakwah kepada masyarakat sekitar
agar menambah wawasan dalam mengenal ilmu agama yang ada
sehingga kebanyakan orang tua mengikut sertakan anaknya dalam
TPQ, Remaja. Disamping manfaat masjid digunaka untuk kegiatan
sosial juga digunakan untuk kegiatan belajar mengaji, focus dari
pernyataan disini dari pernyataan orang tua santri tentang
pendidikan TPQ sangatlah penting juga. Serta mengikuti kegiatan
yang ada dimasjid Sejak dini agar mereka paham tentang ajaran
yang baik. Sebagaimana yang telah diutarakan oleh Ibu ER berikut
ini:
“saya itu gak pinter kalo masalah agama mbak,
dulu pernah ngaji tapi gak seperti anak-anak sekarang ini
sejak kecil harus dibekali ilmu agama mbak biar nanti kalo
sudah besar paham tentang sing baik dan buruk ki bisa
membedakan kayak gitu, ya usaha saya itu mengikutkan
anak saya belajar di masjid mbak. (W, ER, 11012019)
50
Usaha Ibu ER sependapat juga dengan Ibu SR yang juga
sebagai masyarakat serta Orang tua wali santri yang anaknya
belajar mengaji di TPA Al-Jami‟ seperti yang diutarakan oleh Ibu
SR berikut ini:
“belajar agama itu wajib bagi saya mbak, apalagi
ntuk anak saya ini mengikutkan anak saya belajar di masjid
agar bisa membekali dan terbekali ilmu agamanyasejak
dini mbak, soalnya jaman sekarang itu keras untuk
lingkungan sekitar kalo ngga kita yang mengajarkan ke
anak kita dan menitipkan ke TPA kayak gitu mbak”. (W,
SR, 12012019)
Dapat disimpulkan dalam tanggapan diatas untuk
pemanfaatan masjid sebagai pusat pendidikan Islam nonformal ada
banyak, seperti membangun atau memperkembangkan TPA yang
ada, menjadikan masjid sebagai tempat ibadah, dan untuk kegiatan-
kegiatan positif, serta untuk membina umat masyarakat yang ada di
sekitar.
b. Apakah pengaruh positif dari pemanfaatan Masjid sebagai pusat
pendidikan Islam nonformal bagi masyarakat sekitar
Dari ungkapan salah satu warga sekitar masjid juga selaku
orang tua wali santri mengatakan bahwa pengaruh dari pemanfaatan
masjid sebagai pendidikan Islam.
Menurut Ibu SR selaku warga masyarakat dan orang tua wali
santri mengatakan:
“Pengaruhpositifnya untuk keluarga saya ya pada diri
pribadi juga pada anak saya, saudara-saudara juga, kalau
anak saya semakin sopan, sering menolong temannya yang
51
susah, kalau bulan Ramadhan sekarang sudah mau
berpuasa sebulan full. Dan untuk pribadi saya sendiri yang
merasakan ya, kita semakin banyak mendapatkan ilmu-ilmu
yang luar biasa, sekarang yang saya lihat masyarakat di
Plupuh ini semakin rajin untuk beribadah di masjid,
jamaah, sekarang mulai banyak donatur orang-orang
untuk perkembangan jamaah, dan perkembangan masjid
juga. Semakin sering mengikuti acara-acara pengajian
seperti itu. Dan sekarang masjid banyak sekali
dimanfaatkan untuk hal positif seperti ketika kita mau
membayar zakat, qurban itu dimasjid al jami‟ ini uga sudah
seperti itu memanfaatkannya dengan sesuai. (W,
SR,12012019)
Dari ungkapan Ibu SR bisa kita ambil tanggapan dari
beliau, bahwasanya memanfaatkan Masjid sebagai pendidikan
Islam itu sangat bermanfaat khususnya diri beliau dam umumnya
dari keluarga dan penduduk sekeliling Masjid, dari manfaatnya
bisa diambil pengaruh positifnya seperti perilaku semakin baik,
kegiatan semakin maju, menjadkan warga yang sopan dan
menjadikan anak-anak itu pintar berilmu agama serta untuk
masyarakatnya semakin baik dalam menjalankan ibadahnya, serta
kegiatan-kegiatan yang positif.
D. Analisis
a. Pemanfaata Masjid sebagai Pusat Pendidikan Islam Nonformal.
Berdasarkan penelitian terhadap Takmir, Remaja dan Wali
Orang Tua santri sekaligus Warga masyarakat Plupuh.
Pemanfaatan Masjid sebagai tempat untuk belajar mengaji,
kegiatan Masjil Ta‟lim (pengajian), untuk tempat ibadah, tempat
membina akhlak dan tempat untuk kegiatan-kegiatan positif, serta
52
kegiatan ramadhan seperti tarawih, tadarusan, pembayaran zakat,
kegiatan qurban. Sesuai dengan fungsi masjid sebagaimana
digambarkan pada masa awal Islam yang dapat dikembangkan saat
ini, yaitu:
1. Masjid sebagai Bail Al-Ta‟lim, artinya masjid merupakan
tempat penyelenggaraan pendidikan keagamaan, pusat dakwah
dan sebagai tempat transformasipemahaman keagamaan baik
itu berupa pengajian, pengkajian, dan pendidikan formal yang
dilakukan oleh masjid seperti pendirian Majlis Ta‟lim, TPA
dan Madrasah Diniyah (Alwi : 139)
Pendidikan Islam nonformal dalam pemanfaatan Masjid
sangat memperhatikan suatu perkembangan yang terkait
dengan pemanfaatannya dengan semulia mungkin, agar bisa
menanamkan sikap dan akhlak dan untuk pemanfaatan yang
positif. Hal ini disebutkan dalam surat An-Nur ayat 36-37
sebagai berikut:
36. Bertasbih[1041] kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan
untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan
waktu petang,
37. laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual
beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)
53
membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan
penglihatan menjadi goncang.
Dari ayat diatas menjelaskan bahwa Allah telah
memerintahkan kepada semuanya untuk memuliakan Masjid di
waktu pagi dan petang, dan dirikanlah sholat, membayar zakat
adalah cara kita bertasbih kepada-Nya.
Dan sudah dicantumkan dari surat Al-Qur‟an, bahwasanya
hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah lah yang
memakmurkan Masjid, seperti firman Allah dalam A-l-Qur‟an
surat At-Taubah ayat 18 sebagai berikut:
18. hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka
merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan nonformal
sangat berpengaruh untuk pemanfaatan masjid untuk bisa
54
memuliakan, memakmurkan masjid sebaik mungkin
dengan cara yang benar.
b. Pengaruh positif pemanfatatan masjid sebagai pusat pendidikan
nonformal bagi masyarakat sekitar.
Berdasarkan penelitian terhadap masyarakat dapat dilihat
dari sisi pemanfaatannya dan mengetahui pengaruh dari
pemanfaatan Masjid sebagai pusat pendidikan Islam nonformal.
Masjid dimanfaatkan untuk kegiatan yang positif, seperti
pengajian, tempat beribadah untuk melaksanakan sholat, dan untuk
berkomunikasi dengan muslim lainnya. Serta untuk kegiatan
ramadhan seperti tarawih, tadarusan, pembayaran zakat. Akan
tetapi masjid pada dasarnya merupakan sarana dan pusat
pendidikan akal dan jiwa kaum muslimin, agar kaum muslimin
siap mengarungi lautan kehidupan. Artinya pendidikan-pendidikan
nonfomal bisa dilakukan di masjid. Cakupan pendidikan nonformal
jauh lebih luas dari sekedar format kelembagaan dalam proses
belajar mengajar. Di zaman Rasulullah, masjid menjadi tempat
berkompetensi dalam arti positif, pada waktu itu belum dikenal
yang namanya sekolah dan universitas, namundari masjid itu
Rasulullah melakukan pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu agama dan menjadikan masjid sebagai tempat
transfer of knowledge dari Rasulullah kepada para sahabat (Ayub,
2001:87).
55
Keberadaan masjid pada hakikatnya tidak bisa lepas dari
adanya proses pendidikan Islam, di mana masjid hanya merupakan
pusat daripendidikan Islam di masyarakat yang bertujuan
membentuk suatu individu yang berbudi pekerti luhur berdasarkan
nilai-nilai Islam, sedangkan pendidikan Islam merupakan proses
pengarahan perkembangan manusia pada sisi jasmani, akal, bahasa,
tingkah laku dan keagamaan yang diarahkan menuju pada
kesempurnaan ( Roqib, 2009:17).
c. Apakah faktor penghambat dan pendorong dari pemanfaatan
masjid sebagai pusat pendidikan Islam nonformal di Masjid Al-
Jami Plupuh kabupaten Sragen
Berdasarkan penelitian yang dilakukan ada faktor-faktor
yang mempengaruhi pemanfaatan masjid sebagai pusat
pendidikkan Islam nonformal berikut
1. Faktor Pendorong dan penghambat dari TPQ
Faktor Pendorong:
1) Banyaknya antusia dari anak-anak maupun ibu-ibu
dalam memanfaatkan pendidikan Islam nonformal
sebagai tambahan ilmu agama mereka
2) Sebagai kegiatan pembelajaran untuk anak-anak yang
dikenalkan dengan ngaji sejak dini
3) TPQ semakin maju karena banyaknya anak-anak yang
belajar mengaji, dan seimbang dengan mempelajari
pembelajaran umum disekolahan
56
4) Mendapatkan dukungan positif dari orang tua mereka
5) Banyak temannya ketika TPQ
Faktor Penghambat:
Kurangnya guru yang mengajar dikarenakan
Remaja yang mengajar masih sekolah jenjang SMP/SMA
begitu pula dengan antusias TPQ yang menurun jika tidak
ada guru yang mengajar, serta ketika hujan turun mereka
sangat sedikit yang masuk TPQ karena juga teman-teman
mereka sedikit.
2. Faktor pendorong dari Takmir
Faktor Pendorong:
1) Antusias takmir dan warga yang sangat mendukung dalam
kegiatan apa saja yang dilakukan
2) Saling terjalinya komunikasi yang baik ketika akan
menjalankan sebuah program-program
3) Semakin maju fungsi takmir dalam pemanfaatan masjid
Faktor Penghambat:
Ketika hujan turun, jamaah yang melaksanakan
jamaah dimasjid sedikit, sehingga seakan-akan hujan yang
mnjadi kendala mereka untuk melaksanakan ibadah di
masjid
3. Faktor pendorong dari Masyarakat
1) Masyrakat sendiri sangat berantusias sekali untuk beribadah
di masjid
57
2) Pemanfaatkan masjid dengan sebaik mungkin, untuk
dijadikan Tempat Ngaji (TPQ), membayar zakat, serta
beribadah pada bulan ramadhan.
3) Dari anggota masyarakatnya juga semangat untuk ke
masjid
Faktor Penghambat:
Masyarakat jarang berjamaah di masjid ketika
subuh jamaah itu sedikit dan dari mereka kurang antusia
untuk melaksanakan jamaah subuh. Kurang pahamnya
mereka tentang apa saja pemanfaatan masjid sebagai
pendidikan Islam nonformal.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Islam itu sangat luas pencakupannya, ada
pendidikan Islam formal, non formal, dan pendidikan islam
informal. Pendidikan Islam non formal adalah semua bentuk
pendidikan Islam yang dilaksanakan dengan sengaja, tertib dan
terencana yang berlangsung dengan lingkungan sekitar masyarakat.
Suatu pendidikan yang baik itu akan menciptakan diri seseorang
yang baik juga, dan menemukan jati diri sesungguhnya kenapa dia
dicipkatan dan untuk apa dia diciptakan. Dengan berbagai bentuk
pendidikan dan model penyajiannya, seperti pendidikan
keagamaan, Taman Pendidikan Qur‟an (TPQ), Majlis Ta‟limdan
lain sebagainya. Pendidikan ini mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kehidupan, pembinaan umat untuk eningkatkan
pemahaman tentang ajaran-ajaran Islam. Dengan cara
memanfaatkan masjid sebagai subjek kegiatan yang dilaksanakan
seperti diatas, agar kita selalu paham tentang apa saja Manfaat
masjid itu selain untuk kegiatan TPQ, dan apa saja fungsi-fungsi
masjid, dimanfaatkan untuk apa saja.
Berdasarkan uraian hasil penelitian terhadap pemanfaatan
Masjid sebagai pusat pendidikan Islam non formal di Masjid Al-
Jami‟ Plupuh kabupaten Sragen, maka dapat disimpulkan bahwa
59
pemanfaatan masjid sebagai pusat pendidikan Islam non formal
secara umum dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemanfaatan Masjid Al-jami‟ Plupuh kabupaten Sragen sebagai
pusat pendidikan Islam non formal sudah optimal. Pendidikan
yang dikembangkan sudah mencakup segi usia, peserta pendidikan
Islam non formal dari jenjang usia kalangan dewasa, remaja dan
anak-anak sudah aktif dan terlaksana.
2. Ta‟mir dan Remaja Masjid sudah berperan dalam memfungsikan
msjid sebagaimana mestinya, disamping sebagai tempat untuk
ibadah, juga sebagai tempat pembinaan jama‟ah, sebagai sarana
dakwah, dan pembinaan umat, terlaksanakan secara optimal
dengan adanya TPA(Taman Pendidikan Al-Qur‟an), Majelis
ta‟lim ba‟da magrib, Subuh berjama‟ah, pelaksanaan kegiatan
pada bulan ramadhan, tempat pembayaran zakat, serta dijadikan
tempat untuk kegiatan qurban, dan kegiatan-kegiatan yang lainnya
menunjukkan bahwa, masjid Al-Jami‟ telah menempatkan
fungsinya sebagai tempat untuk menuntut ilmu, sarana dakwah,
kegiatan sosial dengan baik.
B. Saran
Adanya pendidikan Islam non formal di Masjid Al-Jami‟
Plupuh kabupaten Sragen, maka penulis memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Kepada Takmir dan Remaja Masjid Al-Jami‟ Plupuh, untuk
dapat menghidupkan lagi dengan berbagai kegiatan yang ada,
60
dan memanfaatkan masjid berdasarkan fungsinya agar masjid
tetap menjadi tempat yang ramai akan orang yang ingin
mencari ilmu dan lainnya. Seperti dihidupkan kembali seperti
mengaji ba‟da magrib bagi ibu-ibu agar masjid termanfaatkan
dengan baik, tidak hanya ramai pada bulan ramadhan saja, akan
tetapi diaktifkan kembali seperti sebelumnya, agar semua
jenjang usia bisa belajar tentang agama dan menambah
wawasan tentang keagamaan.
61
Daftar Pustaka
Al Jumbulati, Ali. 2002. Perbandingan Pendidikan Islam. Jakarta: PT
Asdi Mahasatya.
Alwi, Muhammad Muhib. Optimalisasi Fungsi Masjid dalam
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. “Jurnal Al-Tatwir” . Vol. 2
No. 1 oktober 2015. 139.
Anshoriy, Nasruddin. 2008. Pendidikan Berwawasan Kebangsaan
(Kesadaran Ilmu Berbasis Multikulturalisme). Yogyakarta: PT
LkiS Pelangi Aksara Yogyakarta.
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ayub, E Mohammad. 2001. Manajemen Masjid. Jakarta: Gema Insani
Pers.
Bakar, Abu. 2007. Manajemen Masjid berbasis IT. Yogyakarta: Arina.
Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Rineka.
Darajat, Zakiah. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Dhofier, Zamakhsyari. 1980. Tradisi Pesantren(Studi Tentang
Pandangan Hidup Kyai). Jombang: LP3ES.
Fathurrahman. “Kreatif” Masjid sebagai Pusat Pendidikan Islam Masa
Klasik.“Jurnal Ilmiah”. Vol. XII, No. 1 Januari 2015. 4.
Fauzi, Anis. Masjid sebagai Pusat Pembinaan Remaja.“Jurnal Al-
Qalam” Vol. 23 No. 2 Mei-Agustus 2016. 325.
Habibi, Mizan. Pendidikan Islam di Masjid Kampus: Perbandigan Majlis
Ta‟lim di Masjid Kampus.“Jurnal Pendidikan Islam””.
Yogyakarta. Vol IV. No 1 Juni 2015. 118.
Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
62
Helmawati. 2013. Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis Ta‟lim
(Peran Aktif Majelis Ta‟lim Meningkatkan Mutu Pendidikan ).
Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Iqbal, Hasan. 2002. Pokok-pokok materi Pengambilan Keputusan.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kamil, Mustofa. 2011. Pendidikan Nonformal (Pengembangan melalui
PKBM di Indonesia). Bandung: ALFABETA.
Marzuki, Saleh. 2010. Pendidikan Nonformal (Dimensi dalam
Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi). Bandung: PT
Rosdakarya.
Masdub. 2015. Sosiologi Pendidikan Agama Islam (Suatu Pendekatan
Sosio Religius). Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Maulana, Ahmad dkk. 2003. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta:
Absolut.
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Muliawan, Jasa Ungguh. 2005. Pendidikan Islam Integratif (Upaya
Mengintegrasikan kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
A. Muri Yusuf. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif &
Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Nawawi, Haradi. 1993. Pendidikan Dalam Islam. Surabaya: AL-
IKHLAS.
Nuryanis. 2003. Pendidikan Luar Sekolah (Kostribusi DITPENAMAS
dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional. Jakarta:
DEPARTEMEN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL
KELEMBAGAAN.
Qadir Ahmad, Muhammad Abdul. 1985. THURUQU TA‟LIM AL-
TARBIYAH AL-ISLAMIYAH (Metodologi Pengajaran Pendidikan
Agama Islam). Jakarta: PIMPINAN PROYEK PEMBINAAN
SARANA PRASARANA IAIN JAKARTA.
Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: LKiS
63
Shafwan, Muhammad Hambal. 2014. Intisari Sejarah Pendidikan Islam.
Sukoharjo: Pustaka Arafah.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan, Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tafsir, Ahmad. 1995. EIpistmoilogi untuk Ilmu Peindidikan Islam.
Bandung: IAIN Sunan Gunung Jati.
Wahyu, Purhantara. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
75
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber : Takmir Masjid Al-Jami‟ Plupuh
Judul penelitian : Pemanfaatan Masjid sebagai Pusat Pendidikan Islam Non
Formal (Studi Kasus Masjid Al-Jami‟ Plupuh Kabupaten
Sragen Tahun 2019)
1. Bagaimana sejarah Masjid Al-Jami‟ Plupuh, dan Apa saja kegiatan
keagamaan di Masjid Al-Jami‟?
2. Sejak kapan Masjid dimanfaatkan untuk pendidikan Islam nonformal?
3. Kapan dilaksanakan kegiatan pendidikan islam nonformal bagi
masyarakat?
4. Siapa yang bertanggung jawab terhadap berjalannya kegiatan yang ada
dimasjid?
5. Apakah ada agenda besar yang akan dilaksanakan di Masjid dan mengikut
sertakan takmir, remaja masjid dan TPQ?
76
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber : Remaja Masjid
Judul penelitian : Pemanfaatan Masjid sebagai Pusat Pendidikan Islam Non
Formal (Studi Kasus Masjid Al-Jami‟ Plupuh Kabupaten
Sragen Tahun 2018)
1. Apa saja kegiatan yang dilakukan di Masjid Al-Jami‟?
2. Pembiasaan apa saja yang diajarkan kepada santri TPQ agar memiliki
akhlak yang baik?
3. Apa saja kendala saat melakukan pengajaran?
4. Metode apa yang digunakan untuk pengajaran?
5. Apa saja yang diajarkan kepada santri selain membaca Al-Qur‟an?
6. Selain digunakan untuk pembelajaran TPQ masjid disini dimanfaatkan
untuk apa lagi?
77
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber : Orangtua Santri
Judul penelitian : Pemanfaatan Masjid sebagai Pusat Pendidikan Islam Non
Formal (Studi Kasus Masjid Al-Jami‟ Plupuh Kabupaten
Sragen Tahun 2018)
1. Mengapa ibu/bapak mengikutsrtakan anaknya dalam TPQ?
2. Apakah ada perkembangan pada anak ibu/bapak sebelum TPQ dan
sesudah TPQ?
3. Apa pengaruh positif pada anak ibu/bapak ketika ikut belajar di TPQ?
4. Bagaimana saran ibu/bapak untuk remaja/guru TPQ agar lebih baik lagi
dalam pengajaran, dan saran untuk Takmirnya?
5. Sepengetahuan ibu, apakah masjid benar-benar dimanfaatkan untuk
pendidikan nonformal?
78
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan:
Nama : Abdul Basyir
Usia : 70 tahun
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 12 Januari 2019
Waktu : 10.26 WIB
Jabatan : Penasehat di Takmir Masjid Al-Jami‟ Plupuh
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Bagaimana sejarah Masjid Al-Jami‟
Plupuh, dan Apa saja kegiatan
keagamaan di Masjid Al-Jami‟?
Kegiatannya ngaji Iqro‟ dan Al-Qur‟an,
buat Iqro‟ sehabis ashar sampai pukul
17.00 WIB untuk Qur‟an sehabis
maghrib sampai isya.
Kegiatan rapat takmir, tempat untuk
penerimaan zakat, tempat untuk ibadah,
qurban, tempat kumpulan BADKO TPQ,
masih banyak lagi.
2. Sejak kapan Masjid dimanfaatkan
untuk pendidikan Islam
Sejak jaman saya kecil, jamannya saya
masih kecil Masjid itu sudah ada TPQ,
kajian rutin, acara rapat-rapat dan sudah
lama sekali.
3. Kapan dilaksanakan kegiatan
pendidikan agama bagi masyarakat
dan pembelajarannya seperti apa dan
kegiatan lainnya?
Dilaksanakan habis magrib sampai isya
untuk dibagi menjadi beberapa kelompok
malam (Qur‟an) dan waktu sore setelah
ashar sampai pukul 17.00 WIB juga
dibagi menjadi beberapa kelas-kelas.
Pengajian besar setiap hari besar, ada
juga pengajian keliling.
Di Masjid sering diajari ngaji Qur‟an
setelah itu ngaji Fiqih, hadis-hadis, tajwid
kayak gitu.
Kalau bulan ramadhan juga pada
tadarusan ba‟da tarawi dan subuh.
79
4. Siapa saja yang bertanggung jawab
terhadap berjalannya kegiatan TPQ
dan takmir serta remaja masjidnya?
Kalau untuk jaman sekarang yang
bertanggung jawab adalah dari remaja
Masjid Al-Jami‟ sendiri didampingi
takmir. Kalo saya dulu itu yang
bertanggung jawab Bapak Hardani selaku
pengurus Masjidnya.
5. Apakah ada agenda besar yang akan
dilaksanakan di Masjid dan
mengikutsertakan takmir, remaja
masjid dan TPQ?
Ada, untuk agendanya ya seperti tahun-
tahun sebelumnya, ada pengajian maulud
an, ada agenda Pasar Murah yang
diadakan oleh RISMAP nya, panitia
sholat idul fitri dan idul adha, serta
panitia Qurban. Masjid juga dijadikan
tempat untuk kegiatan tarawih waktu
bulan ramadhan, tadarusan, dan tempat
penerimaan zakat oleh warga sekitar.
80
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan:
Nama : Yudhi Karno
Usia : 63 Tahun
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Hari/Tanggal Wawancara : Minggu, 13 Januari 2019
Waktu : 09.31 WIB
Jabatan : Ketua di Takmir Masjid Al-Jami‟ Plupuh
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Bagaimana sejarah Masjid Al-Jami‟
Plupuh, dan Apa saja kegiatan
keagamaan di Masjid Al-Jami‟?
Ya sejarahnya ya dulu sekali waktu saya
masih kecil sudah ada TPQ, sudah ada
ngaji malam juga. Ya kegiatannya ngaji
setelah magrib sampai isya itu buat
kelompok malam, da kelompok sore itu
mulai sehabis ashar sampai pikil 17.00
WIB. Masjid juga digunanakan untuk
rapat-rapat umum, pengajian akbar.
Kajian rutin, acara besar seperti pasar
murah, tempat penerimaan zakat, qurban,
tempat sholat idul adha pernah.
2. Sejak kapan Masjid dimanfaatkan
untuk pendidikan Islam
Sejak saya masih kecil, TPQ ku malam
hari sekitar SD Tahun 1960 an itu sudah
ada TPQ dan itu namanya madrasah
malam(sekolah ngaji).
3. Kapan dilaksanakan kegiatan
pendidikan agama bagi masyarakat
bagaimana pembelajaran dan kegiatan
lainnya?
Sudah sejak lama sekali ya, ketika saya
itu masih kelas 4 SD sudah ada TPQ serta
acara yang memanfaatkan masjid ini
sebagai kegiatan besar. Ya ngajinya ada
yang iqro dan Qur‟an. Kegiatan lainnya
ya seperti panitia perlombaan
sekecamatan.
81
4. Siapa saja yang bertanggung jawab
terhadap berjalannya kegiatan TPQ?
Yang bertanggung jawab selama ada
kegiatan ngaji ya Remaja masjid dari
TPQ itu.
5. Apakah ada agenda besar yang akan
dilaksanakan di Masjid dan
mengikutsertakan takmir, remaja
masjid, dan TPQ?
Kalau untuk agenda besar itu akan ada
acara Pasar Murah yang dilaksanakan
pada bulan April ini, untuk acara yang
lainnya belum ada, itu acara pasar murah
diadakan oleh Remaja Masjid nya.
Dan biasanya nanti ada acara khataman
Qur‟an setelah puasa ramadhan malah
sebelumnya.
82
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan:
Nama : Adhelia Anggraini
Usia : 19 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa IAIN Surakarta
Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 12 Januari 2019
Waktu :12.51 WIB
Jabatan : Seksi Dakwah di RISMAP
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Apa saja kegiatan yang
dilakukan di Masjid Al-Jami‟?
Kegiatannya ya ada TPQ, dan TPQ nya
dibagi menjadi dua kelompok belajar
antaranya setelah maghrib itu ada yang
ngaji Qur‟an dan yang sore itu khusus
yang masih Iqra‟. Ada pengajian ba‟da
magrib terus ada kajian ba‟da subuh
(subuh berjamaah). Ada tarawih ketika
bulan ramadhan, ada penerimaan zakat
mal dan zakat fitri, qurban seperti itu.
2. Pembiasaan apa saja yang
diajarkan kepada santri TPQ
agar memiliki akhlak yang baik?
Ya kita biasakan dalam bertingkah
mbak, agar anakitu sopan terhadap
orang yang lebih tua, dibiasakan kalo
sebelum makam itu membaca do‟an
sambil duduk, terus dibiasakan untuk
bersedekah meskipun hanya sedikit
kayak gitu.
5. Apa saja kendala saat melakukan
pengajaran?
Banyak mbak kendalanya, kadang pas
kita ngajar itu murid susah buat
mendengakan apa yang kita suruh, asik
bermain sendiri dengan teman-
temannya namanya juga anak-anak ya,
kalo diatur masih susah, ada juga yang
masih susah buat ngajinya.
83
6. Metode apa yang digunakan
untuk pengajaran?
Kita menggunakan metode nya ya
tergantung minat anak-anak mbak, kita
nggak mematok untuk target
pembelajaran paling nggak ya metode
ceramah untuk pembelajaran sejaran
atau cerita-cerita kayak gitu.
7. Apa saja yang diajarkan kepada
santri selain membaca Al-
Qur‟an?
Membaca Al-Qur‟an, hafalan doa
sehari-hari, hafalan surat pendek,
praktik sholat, praktik wudhu, tadjwid.
8. Selain digunakan untuk
pembelajaran TPQ masjid disini
dimanfaatkan pembelajaran
nonformal apa saja?
Kalo masjid itu umumny juga buat
pembelajaran Qur‟an, ngaji gitu, disini
juga begitu tapi istimewanya disini itu
ada kajian subuh yang belum
dilaksanakan sama masjid lainnya,
jum‟at barokah, seperti itu.
84
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan:
Nama : Erlina Mas Suci
Usia : 22 Tahun
Pekerjaan : Guru
Hari/Tanggal Wawancara : jum‟at, 11 Januari 2019
Waktu :11.43 WIB
Jabatan : Seksi Pendidikan di RISMAP
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Apa saja kegiatan yang
dilakukan di Masjid Al-Jami‟?
Kegiatannya yaitu Ngaji TPQ sore ada,
malamnya juga ada untuk sore hari itu
ngajinya mulai habis ashar sampe jam
lima sore kalau yang malam itu habis
maghrib sampai isya, dan bagi TPQ nya
itu setiap dua minggu sekali ada
olahraga, dan kerja bakti.
Tempat ibadah untuk warga, tempat
untuk penyetoran zakat , Qurban, dll.
2. Pembiasaan apa saja yang
diajarkan kepada santri TPQ
agar memiliki akhlak yang baik?
Kita ajarkan kepada TPQ untuk
membuang sampah padat tempatnya
terus bersikap sopan terhadap yang
lebih tua, saling tolong menolong
terhadap orang yang membutuhkan, ya
intinya kita dari Gurunya itu
mengamalkan hadis-hadis yang
dipelajari di TPQ.
5. Apa saja kendala saat melakukan
pengajaran?
Untuk kendalanya dari Remajanya ini
kadang banyak yang terlambat saat
pembelajaran dimulai, kadang kurang
pengajar karena kebanyakan sini yang
ngajar itu masih pada sekolah jadi ya
mereka setelah pulang sekolah
langsung ngajar. Dan untuk TPQ nya
kendalanya ya banyak, mereka kan
85
masih anak-anak susah juga buat diatur,
kalo jadwalnya ngaji masih lari kesana
kemari bermain dengan temannya.
6. Metode apa yang digunakan
untuk pengajaran?
Disini kita menggunakan metodenya ya
gak tentu, kita lihat sikon dari anak-
anak TPQ dulu, dan melihat jadwal hari
itu pembelajaran apa gitu, baru kita bisa
menanganinya.
7. Apa saja yang diajarkan kepada
santri selain membaca Al-
Qur‟an?
Kita memberikan pelajaran tajwid,
Hadits, do‟a sehari-hari, praktek
wudhu, sholat, adzan untuk yang laki-
laki, kadang kita juga mengajarkan
tentang ketrampilan membuat apa gitu.
8. Selain digunakan untuk
pembelajaran TPQ masjid disini
dimanfaatkan pembelajaran
nonformal apa saja?
Ya dimanfaatkan untuk tempat sholat,
tarawih dibulan ramadhan, tadarusan,
tempat rapat, Qurban, sempat juga
dijadikan tempat untuk idul adha.
86
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan:
Nama : Erni
Usia : 33 Tahun
Pekerjaan : Modister
Hari/Tanggal Wawancara : Jum‟at, 11 Januari 2019
Waktu :10.34 WIB
Jabatan : Orang Tua Wali Santri TPQ
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Mengapa ibu/bapak
mengikutsertakan anaknya dalam
TPQ?
Saya itu pengen anak saya pinter bab
agama, gak hanya pinter akademiknya
saja maka dari itu saya
mengikutsertakan anak saya dari dulu
masih kecil untuk TPQ.
2. Apakah ada perkembangan pada
anak ibu/bapak sebelum TPQ dan
sesudah TPQ?
Untuk perkembangannya sangat ada,
dulu kan anak saya nggak bisa ngaji
dan sekarang sudah pinter dan sudah
khatam beberapa kali, dan dulu
kurang ilmu agamanya sekarang
sudah pinter bab agamanya.
3. Apa pengaruh positif pada anak
ibu/bapak ketika ikut belajar di
TPQ?
Banyak sekali pengaruh positifnya
pertama, dulu pas belum ngaji anak
saya itu kalau keluar rumah nggak
pernah yang namanya memakai jilbab
tapi sekarang setelah belajar TPQ itu
berubah menjadi kalem, sopan ketika
keluar rumah memakai hijabnya.
4. Bagaimana saran ibu/bapak untuk
remaja/guru TPQ agar lebih baik
lagi dalam pengajaran
Metode yang digunakan harus baik
jangan sampai anak-anaknya itu
bosan, beri banyak lagi pembelajaran
bab agama, hadis dan lainnya, lalu
untuk RISMAP nya harus semangat
ngajarnya biar anak-anak juga ikut
87
semangan dalam belajar ngaji.
5. Sepengetahuan ibu , apakah
masjid benar-benar dimanfaatkan
untuk kegiatan pendidikan
nonformal?
Ya, masjid al-jami‟ itu selain
dimanfaatkan buat ngaji ya
dimanfaatkan untuk sosial juga,
seperti itu pembagian sembako bagi
warga yang miskin, janda/duda yang
sudah tua, terus digunakan buat sholat
tarawih dan tadarusan bersama ya,
terus ketika zakat itu juga digunakan
untuk tempat penyetorannya, untuk
tempat lomba-lomba dan umum
lainnya.
88
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan:
Nama : Siti Rokayah
Usia : 32 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 12 Januari 2019
Waktu : 10.44 WIB
Jabatan : Orang Tua Wali Santri TPQ
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Mengapa ibu/bapak
mengikutsertakan anaknya dalam
TPQ?
Pendidikan agama itu wajib saya
berikan kepada anak saya, dari
keluarga saya sendiri pun untuk
pendidikan masalah agama itu harus
menjadi yang pertama, agar mereka
mengetahui yang baik dilakukan dan
yang bueuk harus ditinggalkan.
2. Apakah ada perkembangan pada
anak ibu/bapak sebelum TPQ dan
sesudah TPQ?
Tambah ngajinya, sopan santunnya
bertambah, sekarang lebih pintar
ngaji, hafalan surat pendek dan
hafalan doa sehari-hari sudah
bertambah.
3. Apa pengaruh positif pada anak
ibu/bapak ketika ikut belajar di
TPQ?
Pengaruh positifnya itu anak saya
semakin sopan, sering menolong
temannya yang susah, kalau bulan
Ramadhan sekarang sudah mau
berpuasa sebulan full, dan teman-
teman yang bermain dengannya pun
juga ikut-ikutan seperti anak saya.
4. Bagaimana saran ibu/bapak untuk
remaja/guru TPQ agar lebih baik
lagi dalam pengajaran
Untuk metode pembelajarannya di
mantapkan lagi dalam
pembelajarannya, gurunya harus bisa
menjadi contoh buat anak-anak
muridnya.
89
5. Sepengetahuan ibu , apakah
masjid benar-benar dimanfaatkan
untuk kegiatan pendidikan
nonformal?
Sepengetahuan saya, saya dulu juga
alumni remaja masjid disitu ya,
kegiatan pendidikan nonformal
lainnya yaitu, tentang sosial ya seperti
membagikan sembako buat fakir
miskin, tempat ibadah tarawih pada
bulan ramadhan, kegiatan kerjabakti
akbar, mencakup dari anggota takmir,
remaja dan TPQnya, agar mereka
saling tau tolong menolong, hormat
meghormati. Dan buat tadarusan.
top related